Karya Tulis Ilmiah Bidang Sosiologi

36
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa dimana dianggap sebagai masa topan badai dan stress (Storm and Stress). Karena mereka telah memiliki keinginan bebas untuk menentukan nasib sendiri, kalau terarah dengan baik maka ia akan menjadi seorang individu yang memiliki rasa tanggungjawab, tetapi kalau tidak terbimbing maka bisa menjadi seorang yang tak memiliki masa depan dengan baik. Perilaku remaja terdiri dari perilaku kognitif, sosioemosional, dan seksual. Perilaku kognitif merupakan suatu perilaku remaja yang ditandai dengan bagaimana pola berpikir dari remaja itu. Sedangkan perilaku sosioemosianal merupakan suatu perilaku yang erat kaitannya dengan emosi remaja dan bagaimana remaja berinteraksi dengan kehidupan sosialnya. Dan perilaku seksual yakni suatu perilaku yang berkaitan erat dengan bagaimana remaja tersebut berpacaran. Perilaku-perilaku tersebut tentunya berkaitan erat dengan masa pubertas. Dimana masa tersebut merupakan masa tumbuh kembang yang dialami oleh semua remaja. Pada masa ini memang pertumbuhan dan perkembangan berlangsung dengan cepat. Itu dinamakan

description

Karya Tulis Ilmiah yang membahas mengenai dampat negatif dari tayangan televisi.

Transcript of Karya Tulis Ilmiah Bidang Sosiologi

Page 1: Karya Tulis Ilmiah Bidang Sosiologi

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Masa remaja merupakan masa dimana dianggap sebagai masa topan badai

dan stress (Storm and Stress). Karena mereka telah memiliki keinginan bebas

untuk menentukan nasib sendiri, kalau terarah dengan baik maka ia akan

menjadi seorang individu yang memiliki rasa tanggungjawab, tetapi kalau

tidak terbimbing maka bisa menjadi seorang yang tak memiliki masa depan den-

gan baik.

Perilaku remaja terdiri dari perilaku kognitif, sosioemosional, dan seksual.

Perilaku kognitif merupakan suatu perilaku remaja yang ditandai dengan

bagaimana pola berpikir dari remaja itu. Sedangkan perilaku sosioemosianal

merupakan suatu perilaku yang erat kaitannya dengan emosi remaja dan

bagaimana remaja berinteraksi dengan kehidupan sosialnya. Dan perilaku seksual

yakni suatu perilaku yang berkaitan erat dengan bagaimana remaja tersebut

berpacaran. Perilaku-perilaku tersebut tentunya berkaitan erat dengan masa puber-

tas. Dimana masa tersebut merupakan masa tumbuh kembang yang dialami oleh

semua remaja.

Pada masa ini memang pertumbuhan dan perkembangan berlangsung

dengan cepat. Itu dinamakan masa pubertas. Pada perempuan pubertas ditandai

dengan menstruasi pertama (menarche), sedangkan pada laki-laki ditandai dengan

mimpi basah. Kini, dikenal adanya pubertas dini pada remaja. Penyebab pu-

bertas dini ialah bahwa bahan kimia DDT sendiri, DDE, mempunyai efek yang

mirip dengan hormon estrogen. Hormon ini diketahui sangat berperan dalam

mengatur perkembangan seks wanita.

Pada masa pubertas itulah perkembangan remaja perlu adanya pen-

gontrolan diri dari orang tua, masyarakat dilingkungan dimana mereka berada.

Karena pada masa itu remaja merasa semakin mampu dalam pengambilan keputu-

san. Remaja yang lebih tua lebih kompeten dalam mengambil keputusan disband-

Page 2: Karya Tulis Ilmiah Bidang Sosiologi

2

ing remaja yang lebih muda, dimana mereka lebih kompeten daripada anak-anak.

Kemampuan untuk mengambil keputusan tidak menjamin kemampuan itu diterap-

kan, karena dalam kehidupan nyata, luasnya pengalaman adalah penting. Remaja

perlu lebih banyak peluang untuk mempraktekkan dan mendiskusikan keputusan

realistis. Dalam beberapa hal, kesalahan pengambilan keputusan pada remaja

mungkin terjadi ketika dalam realitas yang menjadi masalah adalah prientasi

masyarakat terhadap remaja dan kegagalan untu member mereka pilihan-pilihan

yang memadai. Untuk itu sebagai orang tua, dan masyarakat harus mengenal re-

maja itu pada tingkat perkembangan dalam masa pubertasnya.

Dalam proses perkembangannya ini terjadi pula pembentukan kepribadian

yang menghasilkan tingkahlaku remaja dalam kehidupannya sehari-hari. Proses

pembentukannya tersebut tidak lepas dari adanya beberapa faktor. Penyerapan

informasi adalah salah satunya. Pada zaman era globalisasi ini dalam memperoleh

informasi sudah mengalami perkembangan dan peningkatan, ada banya media

yang dapat kita jadika sebagai sumber informasi, baik media cetak dan elektronik.

Yang saat ini sedang marak dan banyak digunakan masyarakat ialah media

elektronik, televisi salah satunya sebagai media informasi dan komunikasi.

Komunikasi merupakan kebutuhan dasar manusia. Dalam proses komunikasi

terdapat pertukaran informasi. Media massa yang dianggap paling mempengaruhi

khalayaknya dalam hal penyampaian informasi adalah televisi. Kehadiran televisi

dalam kehidupan manusia memunculkan suatu peradaban, khususnya dalam

proses komunikasi dan penyebaran informasi yang bersifat massal dan

menghasilkan suatu efek sosial yang berpengaruh terhadap nilai-nilai sosial dan

budaya manusia.

Program siaran televisi di Indonesia pada umumnya diproduksi oleh stasiun

televisi yang bersangkutan. Stasiun televisi dapat memilih program yang menarik

dan memiliki nilai jual kepada pemasang iklan, sementara perusahaan produksi

acara televisi dapat meraih keuntungan dari produksinya. Pada umumnya isi

program siaran di televisi meliputi acara seperti berita, dialog interaktif, program

Page 3: Karya Tulis Ilmiah Bidang Sosiologi

3

pedesaan, periklanan, kesenian dan budaya, film, sinetron, pendidikan, kuis,

komedi, dan lain-lain.

Informasi yang diperoleh melalui siaran televisi dapat mengendap dalam daya

ingatan manusia lebih lama dibandingkan dengan perolehan informasi yang sama

tetapi melalui media lain. Alasannya karena informasi yang diperoleh melibatkan

dua indera yaitu pendengaran (audio) dan penglihatan (visual) sekaligus secara

stimultan pada saat yang bersamaan. Kemudian gambar yang disajikan melalui

siaran televisi merupakan pemindahan bentuk, warna, ornamen, dan karakter yang

sesungguhnya dari objek yang divisualisasikan (Muda, 2005).

Kini tayangan berita di televisi semakin banyak dan berkembang sehingga

menyebabkan pihak stasiun televisi berlomba-lomba untuk menyajikan kemasan

berita yang eksklusif dan istimewa agar diminati masyarakat. Berita yang

disajikan terdiri atas tiga jenis, yaitu: hard news, depth news, dan feature news.

Hard news adalah berita mengenai hal-hal penting yang langsung terkait dengan

kehidupan masyarakat dan harus segera diketahui oleh masyarakat, seperti kasus

kriminal.

Siaran berita kriminal di televisi kerap kali menayangkan berita-berita yang

mengandung unsur pornografis, kekerasan, hedonisme, dan sebagainya yang

ditampilkan di layar kaca. Berita tersebut disaksikan oleh berbagai lapisan

masyarakat, diantaranya adalah anak-anak dan remaja. Mereka masih belum dapat

memilih dan memilah mana tayangan yang seharusnya patut dicontoh dan tidak.

Tayangan berita yang demikian dapat mempengaruhi perilaku anak-anak dan

remaja yang notabene masih berjiwa labil. Maka, orangtua dituntut untuk

memiliki andil besar dalam mengontrol perubahan yang terjadi pada anak-anak

dan remaja. Berdasarkan latar belakang ini, maka dilakukanlah penulisan makalah

mengenai pengaruh berita di televisi terhadap perilaku anak-anak dan remaja

1.2. Identifikasi Masalah

Page 4: Karya Tulis Ilmiah Bidang Sosiologi

4

Berdasarkan fenomena yang tekah dipaparkan sebelumnya dilatar belakang

masalah, maka identifikasi masalah yang ingin di ambil penulis ialah “Bagaimana

upaya dalam mengatasi dampak negatif yang ditimbulkan oleh beberapa tayangan

televisi?”

1.3. Tujuan dan Manfaat

1.3.1 Tujuan

Tujuan dari di buatnya karya tulis ilmiah ini agar masyarakat mengetahui

mengenai dampak positive dan negatif yang ditimbulkan oleh tayangan televisi

1.3.2 Manfaat

Manfaat dari karya tulis ilmiah agar masyarakat dapat selektif dalam

memilih program tayangan televisi dan dapat meminimalisir dampak negatif

tayangan telivisi terhadap pembentukan perilaku para remaja.

BAB II

Page 5: Karya Tulis Ilmiah Bidang Sosiologi

5

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 MASA REMAJA

2.1.1 Pengertian Masa Remaja

Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescere (kata ben-

danya, adolescentia yang berarti remaja) yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh

menjadi dewasa”.

Menurut Stanley Hall (1) Masa remaja merupakan masa dimana dianggap

sebagai masa topan badai dan stress (Storm and Stress). Karena mereka

telah memiliki keinginan bebas untuk menentukan nasib sendiri, kalau

terarah dengan baik maka ia akan menjadi seorang individu yang

memiliki rasa tanggungjawab, tetapi kalau tidak terbimbing maka bisa

menjadi seorang yang tak memiliki masa depan dengan baik.

Menurut Stanley Hall (2) usia remaja antara 12 sampai usia 23 tahun.

Menurut Erikson (3) masa remaja adalah masa yang akan melalui

krisis dimana remaja berusaha untuk mencari identitas diri (Search

for self - Identity).

Menurut Piaget (4), masa remaja adalah usia di mana individu berintegrasi

dengan masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak lagi merasa di bawah

tingkat orang-orang yang lebih tua, melainkan berada dalam tingkatan

yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak.

WHO (5) mendefinisikan masa remaja merupakan periode perkembangan

antara pubertas, perlihan biologis masa anak-anak dan masa dewasa, yaitu

antara umur 10-20 tahun.

2.1.2 Ciri-Ciri Masa Remaja

Page 6: Karya Tulis Ilmiah Bidang Sosiologi

6

Seperti halnya dengan semua periode yang penting selama rentang kehidu-

pan, masa remaja mempunyai cirri-ciri tertentu yang membedakannya dengan pe-

riode sebelum dan sesudahnya. Ciri-ciri tersebut diantaranya adalah :

a.       Masa remaja sebagai periode yang penting

b.      Masa remaja sebagai periode peralihan

c.       Masa remaja sebagai periode perubahan

d.      Masa remaja sebagai usia bermasalah

e.       Masa remaja sebagai masa mencari identitas

f.       Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan

g.      Masa remaja sebagai masa yang tidak realistic

h.      Masa remaja sebagai ambang masa dewasa

Ciri – Ciri Khusus Masa Remaja (6 )

a.       ertumbuhan fisik yang sangat cepat

b.      Emosinya yang tidak stabil

c.       Perkembangan seksual sangat menonjol

d.      Cara berpikirnya bersifat kausalitas ( hukum sebab akibat )

e.       Terikat erat dengan kelompoknya

2.1.3 Perkembangan Perilaku Remaja

Perkembangan perilaku remaja pada masa pubertas ditandai dengan pe-

rubahan-perubahan akibat pubertas yaitu sebagai berikut :

1.      Perkembangan Perilaku Kognitif Remaja

Perkembangan kognitif remaja, dalam pandangan Jean Piaget (seo-

rang ahli perkembangan kognitif) merupakan periode terakhir dan tertinggi

dalam tahap pertumbuhan operasi formal (period of formal operations). Pada

periode ini, idealnya para remaja sudah memiliki pola pikir sendiri dalam

usaha memecahkan masalah-masalah yang kompleks dan abstrak. Kemampuan

berpikir para remaja berkembang sedemikian rupa sehingga mereka dengan mu-

dah dapat membayangkan banyak alternatif pemecahan masalah beserta ke-

mungkinan akibat atau hasilnya. Kapasitas berpikir secara logis dan abstrak

Page 7: Karya Tulis Ilmiah Bidang Sosiologi

7

mereka berkembang sehingga mereka mampu berpikir multi-dimensi seperti

ilmuwan.

Para remaja tidak lagi menerima informasi apa adanya, tetapi mereka

akan memproses informasi itu serta mengadaptasikannya dengan pemikiran

mereka sendiri. Mereka juga mampu mengintegrasikan pengalaman masa

lalu dan sekarang untuk ditransformasikan menjadi konklusi, prediksi, dan ren-

cana untuk masa depan. Dengan kemampuan operasional formal ini, para re-

maja mampu mengadaptasikan diri dengan lingkungan sekitar mereka.

Masa remaja ialah masa semakin meningkatnya pengambilan keputusan.

Remaja yang lebih tua lebih kompeten dalam mengambil keputusan disbanding

remaja yang lebih muda, dimana mereka lebih kompeten daripada anak-anak. Ke-

mampuan untuk mengambil keputusan tidak menjamin kemampuan itu diterap-

kan, karena dalam kehidupan nyata, luasnya pengalaman adalah penting. Remaja

perlu lebih banyak peluang untuk mempraktekkan dan mendiskusikan keputusan

realistis. Dalam beberapa hal, kesalahan pengambilan keputusan pada remaja

mungkin terjadi ketika dalam realitas yang menjadi masalah adalah prientasi

masyarakat terhadap remaja dan kegagalan untu member mereka pilihan-pilihan

yang memadai (10).

2.      Perkembangan Perilaku Sosioemosional Remaja

Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak. Pada masa ini mood

(suasana hati) bisa berubah dengan sangat cepat. Perubahan mood (swing) yang

drastis pada para remaja ini seringkali dikarenakan beban pekerjaan rumah,

pekerjaan sekolah, atau kegiatan sehari-hari di rumah. Meski mood remaja

yang mudah berubah-ubah dengan cepat, hal tersebut belum tentu merupakan

gejala atau masalah psikologis.

Dalam hal kesadaran diri, pada masa remaja para remaja mengalami

perubahan yang dramatis dalam kesadaran diri mereka (self-awareness). Mereka

sangat rentan terhadap pendapat orang lain karena mereka menganggap

bahwa orang lain sangat mengagumi atau selalu mengkritik mereka seperti

mereka mengagumi atau mengkritik diri mereka sendiri. Anggapan itu mem-

Page 8: Karya Tulis Ilmiah Bidang Sosiologi

8

buat remaja sangat memperhatikan diri mereka dan citra yang direfleksikan

(self-image).

Remaja cenderung untuk menganggap diri mereka sangat unik dan

bahkan percaya keunikan mereka akan berakhir dengan kesuksesan dan kete-

naran. Remaja putri akan bersolek berjam-jam di hadapan cermin karena ia

percaya orang akan melirik dan tertarik pada kecantikannya, sedang remaja

putra akan membayangkan dirinya dikagumi lawan jenisnya jika ia terlihat unik

dan “hebat”.

Para remaja juga sering menganggap diri mereka serba mampu, sehingga

seringkali mereka terlihat “tidak memikirkan akibat” dari perbuatan mereka.

Tindakan impulsif sering dilakukan; sebagian karena mereka tidak sadar dan

belum biasa memperhitungkan akibat jangka pendek atau jangka panjang.

Remaja yang diberi kesempatan untuk mempertangung-jawabkan per-

buatan mereka, akan tumbuh menjadi orang dewasa yang lebih berhati-hati,

lebih percaya-diri, dan mampu bertanggung-jawab. Rasa percaya diri dan

rasa tanggung-jawab inilah yang sangat dibutuhkan sebagai dasar pemben-

tukan jati- diri positif pada remaja. Kelak, ia akan tumbuh dengan penilaian posi-

tif pada diri sendiri dan rasa hormat pada orang lain dan lingkungan. Bimbin-

gan orang yang lebih tua sangat dibutuhkan oleh remaja sebagai acuan

bagaimana menghadapi masalah itu sebagai “seseorang yang baru”; berbagai

nasihat dan berbagai cara akan dicari untuk dicobanya.

Dapat dimengerti bahwa akibat yang luas dari masa puber pada keadaan

fisik remaja juga memperngaruhi sikap dan perilaku. Namun ada bukti yang me-

nunjukkan bahwa perubahan dalam sikap dan perilaku yang terjadi pada saat ini

lebih merupakan akibat dari perubahan sosial daripada akibat perubahan kelenjar

yang berpengaruh pada keseimbangan tubuh. Semakin sedikit simpati dan penger-

tian yang diterima remaja puber dari orang tua, kakak-adik, guru-guru, dan teman-

teman dan semakin besar harapan-harapan social pada periode ini, semakin besar

akibat psikologis dari perubahan-perubahan fisik.

Pada umumnya pengaruh masa puber lebih banyak pada remaja perem-

puan daripada remaja laki-laki, sebagian disebabkan karena remaja perempuan bi-

Page 9: Karya Tulis Ilmiah Bidang Sosiologi

9

asanya lebih cepat matang daripada remaja laki-laki dan sebagian karena banyak

hambatan-hambatan social mulai ditekankan pada perilaku remaja perempuan jus-

tru pada saat remaja perempuan mencoba untuk membebaskan diri dari berbagai

pembatasan. More membahas sebab-sebab mengapa remaja laki-laki tidak banyak

berpengaruh oleh perubahan-perubahan masa puber seperti halnya remaja perem-

puan:

Masa puber rupanya lebih merupakan kejadian yang berlangsung se-

cara bertahap. Tidak terjadi secara serentak dengan kepesatan perkembangan

seperti yang dialami remaja perempuan. Rangsangan yang ditimbulkan sama

kuatnya atau lebih kuat bagi pria namun ia mempunyai kesempatan lebih

akrab untuk menyesuaikan dirinya.

Karena mencapai masa puber lebih dulu, remaja perempuan lebih cepat

menunjukkan tanda-tanda perilaku yang mengganggu daripada remaja laki-laki.

Tetapi perilaku remaja perempuan lebih cepat stabil daripada remaja laki-laki, dan

remaja perempuan mulai berperilaku seperti sebelum masa puber.

Seberapa serius perubahan masa puber akan mempengaruhi perilaku seba-

gian besar bergantung pada kemampuan dan kemauan remaja puber untuk men-

gungkapkan keprihatinan dan kecemasannya kepada orang lain sehingga dengan

begitu ia dapat memperoleh pandangan yang baru dan yang lebih baik. Seperti

yang dijelaskan Dunbar, “Reaksi efektif terhadap perubahan terutama ditentukan

oleh kemampuan untuk berkomunikasi…. Komunikasi adalah cara untuk men-

gatasi kecemasan yang selalu disertai tekanan”. Remaja yang merasa sulit atau

tidak mampu berkomunikasi dengan orang lain lebih banyak berperilaku negatif

daripada remaja yang mampu dan mau berkomunikasi (11)

Akibat perubahan masa puber pada sikap dan perilaku remaja adalah sebagai

berikut (12) :

1.      Ingin Menyendiri

Kalau perubahan pada masa puber mulai terjadi, remaja biasanya menarik diri dari

teman-teman dan dari berbagai kegiatan keluarga dan sering bertengkar pada te-

man-teman dan pada anggota keluarga. Remaja puber kerap melamun, sering

tidak dimengerti dan diperlakukan dengan kurang baik, dan ia juga mengadakan

Page 10: Karya Tulis Ilmiah Bidang Sosiologi

10

ekperimen seks melalui masturbasi. Gejala menarik diri ini mencakup ketidakingi-

nan berkomunikasi dengan orang-orang lain. Dalam masa remaja, remaja

berusaha untuk melepaskan diri dari milieu orang tua dengan maksud untuk men-

emukan dirinya. Erikson menyebutnya untuk menemukan identitas diri (13)

2.      Bosan

Remaja puber bosan dengan permainan yang sebelumnya amat digemari, tugas-tu-

gas sekolah, kegiatan-kegiatan sosial, dan kehidupan pada umumnya. Akibatnya,

remaja sedikit sekali bekerja sehingga prestasinya diberbagai bidang menurun.

Remaja menjadi terbiasa untuk tidak mau berprestasi khususnya karena sering

timbul perasaan akan keadaan fisik yang tidak normal.

3.      Inkoordinasi

Pertumbuhan pesat dan tidak seimbang mempengaruhi pola koordinasi gerakan,

dan remaja akan merasa kikuk dan janggal selama beberapa waktu. Setelah per-

tumbuhan melambat, koordinasi akan membaik secara bertahap.

4.      Antagonisme sosial

Remaja puber seringkali tidak mau bekerja sama, sering membantah, dan menen-

tang. Permusuhan terbuka anatara dua seks yang berlainan diungkapkan dalam

kritik, dan komentar-komentar yang merendahkan. Dengan berlanjutnya masa pu-

ber, remaja kemudian menjadi lebih ramah, lebih dapat bekerja sama dan lebih

sabar kepada orang lain.

5.      Emosi yang meninggi

Kemurungan, merajuk, ledakan amarah dan kecenderungan untuk menangis

karena hasutan yang sangat kecil merupakan ciri-ciri bagian awal masa puber.

Pada masa ini remaja merasa khawatir, gelisah, dan cepat marah. Sedih, mudah

marah, dan suasana hati yang negative sangat sering terjadi selama masa prahaid

dan awal periode haid. Dengan semakin matangnya keadaan fisik remaja, kete-

gangan lambat laun berkurang dan remaja sudah mulai mampu mengendalikan

emosinya.

6.      Hilangnya kepercayaan diri

Page 11: Karya Tulis Ilmiah Bidang Sosiologi

11

Remaja yang tadinya sangat yakin pada diri sendiri sekaran menjadi kurang per-

caya diri dan takut akan kegagalan karena daya tahan fisik menurun dank arena

kritik yang bertubi-tubi datang dari orang tua dan teman-temannya. Banyak re-

maja laki-laki dan perempuan setelah masa puber mempunyai perasaan rendah

diri.

7.      Terlalu sederhana

Perubahan tubuh yang terjadi selama masa puber menyebabkan remaja menjadi

sangat sederhana dalam segala penampilannya karena takut orang-orang lain akan

memperhatikan perubahan yang dialaminya dan member komentar yang buruk.

3.      Perkembangan Perilaku Seksual Remaja

a.      Berpacaran

Berpacaran dikalangan remaja bukanlah merupakan hal yang biasa, dibuk-

tikan dari hampir sebagian responden menyatakan bahwa mereka pernah atau

sedang berpacaran. Sebagian remaja berpendapat bahwa pacaran juga mem-

berikan dampak yang positif, misalnya terpacu untuk belajar lebih giat atau mem-

berikan dampak negatif terhadap perilaku remaja mengarah keseksualitas. Usia

pertama berpacaran berkisar 14-17 tahun. Hal ini di dukung juga dari kegiatan

yang biasa dilakukan remaja ketika berpacaran adalah ngobrol, namun tak jarang

juga berpacaran diselingi dengan berciuman. Mengapa remaja memilih berpacaran

? banyak faktor pendorong yang menyebabkan remaja memilih berpacaran.

Dikalangan remaja muncul trend yang menyatakan bahwa jika seseorang remaja

berpacaran berarti remaja tersebut modern dan tidak “kampungan”. Perkemban-

gan terhadap informasi juga menjadi salah satu pendorong (14)

b.      Mengenal Media pornografi

Sebagian besar remaja pernah menggunakan/melihat media pornografi

pada saat berusia 14-17 tahun. Pada masa tersebut merupakan masa remaja den-

gan rasa ingin tahu yang tinggi. Dan sepatutnya pada masa ini, remaja memper-

oleh informasi seks yang benar sehingga remaja tidak salah dalam bertingkah

laku. Informasi tersebut memang sangat diperlukan oleh remaja. Informasi men-

genai kesehatan reproduksi merupakan hal yang perlu diketahui bagi remaja.

Page 12: Karya Tulis Ilmiah Bidang Sosiologi

12

Lembaga pendidikan hendaknya memikirkan bagaimana agar informasi tersebut

dapat diberikan melalui sekolah oleh seorang guru tau dijadikan suatu mata pela-

jaran penunjang byang memiliki kurikulum pelajaran.

Media yang biasa/ sering digunakan remaja yaitu foto/gambar (semakin

maraknya internet sehingga remaja memanfaatkannya untuk hal yang negatif den-

gan mengunjungi situs-situs X yang memberikan informasi seks yang tidak ter-

batas), majalah dan VCD/ film (semakin banyak dan mudahnya diperoleh remaja

didukung dengan harga yang relatif terjangkau).

Kebanyakan remaja menggunakanmedia pornografiu di rumah, sekolah,

bioskop atau rumah teman. Remaja cenderung memilih di rumah teman, karena

merasa lebih leluasa dan dapat berdiskusi bersama jika ada yang tidak dipahami.

Sumber media pornografi sebagian besar diperoleh melalui teman, menyewa atau

membelinya sendiri akibat dorongan rasa ingintahu yang tinggi. Keinginan tahu

remaja adalah hal yang wajar, namun bagaimana mengemasnya dan cara penyam-

paian informasi yang tepat, gar remaja tidak salah menafsirkannya.

c.       Mengalami Masalah Masturbasi dan Hubungan seksual

Pemahaman remaja mengenai masturbasi atau onani masih sangatlah ren-

dah. Dan dikalangan remaja berpendapat bahwa jika melakukan masturbasi atau

onani berarti melakukan perbuatan yang melanggar norma. Hubungan seksual

merupakan perilaku seksual yang tertinggi, karena jika remaja berani melakukan

hal tersebut berarti remaja telah dan harus siap menerima segala resiko yang akan

dihadapi.

Pada umumnya usia pertama kali melakukan hal tersebut berkisar 15-19

tahun. Pada masa ini memang secara fisik telah siap, namun banyak hal lain perlu

diingat bahwa resikonya pun akan besar. Pacar merupakan pasangan utama

melakukan hubungan seks tersebut. Hal ini berarti kondisi pacaran dapat men-

dorong dan merangsang untuk melakukannya. Didukung dengan pacaran yang di-

lakukan di rumah tanpa adanya pengawasan dari orang tua atau saudara. Alasan

utama remaja melakukan hubungan seksual adalah karena cinta atau sama-sama

mau, terangsang dan rasa ingin tau. Jika dilihat dari umur remaja pertama kali

Page 13: Karya Tulis Ilmiah Bidang Sosiologi

13

melakukan hubungan seksual, telah dapat tercermin bahwa memang ketiga alasan

di atas lah yang mendorong seorang remaja menyerahkan kehormatannya (15 )

d.      Mengalami berbagai Permasalahan Remaja

Apabila remaja dihadapkan dalam suatu kondisi yang tidak diinginkan

maka tjika terjadi kehamilan, remaja kebanyakan akan memilih akan meneruskan-

nya dan menikah, karena menurut kalangan remaja bahwa pengguguran kandun-

gan merupakan perbuatan yang tercela. Dan jika pun pengguguran kandungan

yang dipilih maka hal tersebut akan dilakukan dengan seorang dokter kandungan.

2.2 Tayangan Televisi

Acara televisi atau program televisi merupakan acara-acara yang ditayangkan

oleh stasiun televisi. Secara garis besar, program TV dibagi menjadi program

berita dan program non-berita.

2.2.1 Jenis

Jenis program televisi dapat dibedakan berdasarkan bentuk jadi (format)

teknis atau berdasarkan isi. Bentukjadi teknis merupakan bentuk jadi umum yang

menjadi acuan terhadap bentuk program televisi seperti gelar wicara (talk show),

dokumenter, film, kuis, musik, instruksional, dll. Berdasarkan isi, program televisi

berbentuk non-berita dapat dibedakan antara lain berupa program hiburan, drama,

olahraga, dan agama. Sedangkan untuk program televisi berbentuk berita secara

garis besar digolongkan ke dalam warta penting (hard news) atau berita-berita

mengenai peristiwa pcnting yang baru saja terjadi dan warta ringan (soft news)

yang mengangkat berita bersifat ringan.

2.2.2 Pengaturan penayangan

Page 14: Karya Tulis Ilmiah Bidang Sosiologi

14

Pengaturan penayangan program televisi di sebuah stasiun televisi

biasanya diatur oleh bagian pemrograman siaran atau bagian perencanaan siaran.

Pada umumnya, pihak perencanaan siaran mengatur jadwal penayangan satu

program televisi berdasarkan perkiraan kecenderungan menonton peminat

program tersebut. Misalnya, pengaturan jadwal tayang siaran berita di pagi hari

disesuaikan dengan kecenderungan peminat penonton siaran berita.

2.2.3 Pengukuran keberhasilan

Keberhasilan sebuah program TV saat ini diukur oleh tingkat konsumsi

program tersebut oleh pemirsa atau biasa disebut pemeringkatan. Pengukuran

peringkat dilakukan oleh lembaga riset yang menempatkan alat bernama "people

meter" pada beberapa responden.

2.2.4 Evaluasi Tayangan Acara

Acara Televisi di Indonesia semakin bervariasi. Jika dahulu acara paling

favorit adalah acara-acara kuis, sinetron, dan siaran langsung sepakbola, maka

saat ini ada berbagai pilihan acara televisi yang fresh dan inovatif. Ada berbagai

macam hal yang bisa dieksplor dari kebudayaan dan kehidupan masyarakat di

Indonesia. Salah satu acara reality show yang menarik di salah satu stasiun TV,

mengangkat kisah kehidupan masyarakat dari lapisan bawah yang bisa membuka

mata kita bahwa ada banyak orang yang sebenarnya hidup dalam kesulitan. Dalam

tayangan tersebut dikisahkan bagaimana orang yang hidup serba mapan dan

nyaman di kota, bisa ikut merasakan seperti apa beratnya kehidupan. Acara

televisi seperti ini bisa memberikan nilai moral dan pelajaran yang berharga.

Seharusnya stasiun TV yang ada di Indonesia lebih banyak memberikan

tayangan yang bersifat informatif dan edukatif dalam porsi yang cukup. Tidak

hanya sekedar kejar rating dengan tayangan-tayangan yang bisa populer namun

sifatnya hanya hiburan semata. Belum lagi dengan derasnya budaya konsumtif

yang datang dari luar, jika tidak hati-hati akan turut mempengaruhi pola berpikir

banyak orang lewat tayangan tersebut. Beruntung beberapa tahun terakhir ini

Page 15: Karya Tulis Ilmiah Bidang Sosiologi

15

tayangan televisi di Indonesia diperketat. Bahkan dalam beberapa tayangan film

harus mensensor adegan merokok maupun tampilan syur dari para bintang film

khususnya mancanegara. Hal ini tentu menjadi sebuah kemajuan tersendiri. Pada

penayang acara tidak boleh hanya kejar tayang saja, namun juga harus

bertanggung jawab dengan tayangan tersebut. Karenanya proses editing dan

sensor yang teliti bisa menjadi langkah awalnya.

BAB III

PEMBAHASAN

Page 16: Karya Tulis Ilmiah Bidang Sosiologi

16

Pengaruh Tayangan Televisi Terhadap Anak sangat kuat, bahkan cenderung

ke dampak negatifnya dari pada dampak positifnya, apalagi tayangan sinetron

laga, percintaan, dan kehidupan sosialnya. Mereka lebih meniru tokoh antagonis

dari pada protagonis, karena dirasa tokoh antagonis lebih menguntungkan dari

pada tokoh protagonis yang terkesan lemah dan kalah.

Televisi adalah alat komunikasi satu arah jarak jauh yang berupa alat elektronik

yang menampilkan suara dan gambar atau audio visual. Semakin banyaknya

stasiun televisi swasta yang bermunculan, menimbulkan masalah tersendiri dalam

dunia pendidikan di Indonesia. Anak cenderung lebih memilih menonton

tayangan televisi, dari pada membaca buku atau belajar.

Televisi dapat juga disebut sebagai sebuah keajaiban dalam dunia walaupun hanya

berbentuk sebuah kotak elektronik yang sederhana yang mampu secara efektif

berperan sebagai media massa dalam berbagai informasi dengan gambar hidup,

berwarna-warni dan bergerak. Sehingga dapat memikat, membius dan menggiring

seluruh perhatian para pemirsanya, itulah sebabnya, sebagian besar pemirsa

menganggap bahwa informasi apa saja yang ditayangkan televisi adalah benar,

apa saja yang disajikan oleh televisi adalah baik, sehingga mereka memutuskan

bahwa televisi merupakan satu-satunya sumber dan pusat informasi yang benar,

baik dan akurat, bahkan televisi dianggap sebagai guru yang wajib ditiru dan

diikuti, alat yang paling efisien dan efektif untuk mengenal mempelajari dan

mendapatkan berbagai hal dalam hidup dan kehidupan ini ketimbang berbagai

buku bacaan yang dianggap menyita waktu.

Program acara yang disajikan televisi, sangat mempengaruhi sikap penontonnya

setelah atau pada waktu melihat tayangan televisi tersebut. Banyak fakta yang kita

jumpai dari informasi yang disampaikan televisi, baik fakta positif maupun fakta

negatif. Sehingga hal ini baik secara langsung atau tidak langsung akan

mempengaruhi akhlak penontonnya ke arah positif atau ke arah negatif, sehingga

Page 17: Karya Tulis Ilmiah Bidang Sosiologi

17

ada dua pengaruh atau dampak tayangan televisi terhadap akhlak anak, yaitu:

3.1 Dampak positif tayangan televisi:

Televisi dapat memberikan pengaruh yang positif bagi para pemirsa yang

menyaksikan program acara atau tayangan televisi. Adapun pengaruhnya yang

bersifat positif sebagai berikut:

1. Televisi sebagai sumber informasi yang update.

2. Dapat memberikan informasi peluang usaha untuk belajar bisnis bagi para

anak.

3. Adanya acara atau tayangan yang bernuansakan pendidikan atau

pengetahuan seperti cerdas cermat, berita dan lain sebagainya.

4. Sebagai sumber belajar bagi siswa dalam menyelesaikan tugas yang

diberikan oleh guru.

3.2 Dampak negatif tayangan televisi:

Tayangan televisi tidak hanya memberikan pengaruh yang positif saja, tetapi acara

televisi lebih banyak memberikan pengaruh yang negatif kepada sikap para

pemirsanya setelah atau pada waktu melihat tayangan televisi, sehingga akan

mempengaruhi akhlak penonton ke arah negatif. Adapun pengaruhnya tayangan

televisi yang bersifat negatif sebagai berikut:

• Berpengaruh Terhadap Perkembangan Otak

Terhadap perkembangan otak anak usia 0-3 tahun dapat menimbulkan gangguan

perkembangan bicara, menghambat kemampuan membaca-verbal maupun

pemahaman. Juga, menghambat kemampuan anak dalam mengekspresikan pikiran

melalui tulisan, meningkatkan agresivitas dan kekerasan dalam usia 5-10 tahun,

serta tidak mampu membedakan antara realitas dan khayalan.

• Mendorong Anak Menjadi Konsumtif

Anak-anak merupakan target pengiklan yang utama sehingga mendorong mereka

menjadi konsumtif

Page 18: Karya Tulis Ilmiah Bidang Sosiologi

18

• Berpengaruh Terhadap Sikap

Anak yang banyak menonton TV namun belum memiliki daya kritis yang tinggi,

besar kemungkinan terpengaruh oleh apa yang ditampilkan di televisi. Mereka

bisa jadi berpikir bahwa semua orang dalam kelompok tertentu mempunyai sifat

yang sama dengan orang di layar televisi. Hal ini akan mempengaruhi sikap

mereka dan dapat terbawa hingga mereka dewasa.

•Mengurangi semangat belajar

Bahasa televisi simpel, memikat, dan membuat ketagihan sehingga sangat

mungkin anak menjadi malas belajar

• Membentuk pola pikir sederhana

Terlalu sering menonton TV dan tidak pernah membaca menyebabkan anak akan

memiliki pola pikir sederhana, kurang kritis, linier atau searah dan pada akhirnya

akan mempengaruhi imajinasi, intelektualitas, kreativitas dan perkembangan

kognitifnya

• Mengurangi konsentrasi

Rentang waktu konsentrasi anak hanya sekitar 7 menit, persis seperti acara dari

iklan ke iklan, akan dapat membatasi daya konsentrasi anak.

• Mengurangi kreativitas

Dengan adanya TV, anak-anak jadi kurang bermain, mereka menjadi manusia-

manusia yang individualistis dan sendiri. Setiap kali mereka merasa bosan,

mereka tinggal memencet remote control dan langsung menemukan hiburan.

Sehingga waktu liburan, seperti akhir pekan atau libur sekolah, biasanya

kebanyakan diisi dengan menonton TV. Mereka seakan-akan tidak punya pilihan

lain karena tidak dibiasakan untuk mencari aktivitas lain yang menyenangkan. Ini

membuat anak tidak kreatif.

• Meningkatkan kemungkinan obesitas (kegemukan)

Kita biasanya tidak berolahraga dengan cukup karena kita biasa menggunakan

waktu senggang untuk menonton TV, padahal TV membentuk pola hidup yang

tidak sehat. Penelitian membuktikan bahwa lebih banyak anak menonton TV,

lebih banyak mereka mengemil di antara waktu makan, mengonsumsi makanan

yang diiklankan di TV dan cenderung memengaruhi orangtua mereka untuk

Page 19: Karya Tulis Ilmiah Bidang Sosiologi

19

membeli makanan-makanan tersebut. Anak-anak yang tidak mematikan TV

sehingga jadi kurang bergerak beresiko untuk tidak pernah bisa memenuhi potensi

mereka secara penuh. Selain itu, duduk berjam-jam di depan layar membuat tubuh

tidak banyak bergerak dan menurunkan metabolisme, sehingga lemak bertumpuk,

tidak terbakar dan akhirnya menimbulkan kegemukan.

• Merenggangkan hubungan antar anggota keluarga

Kebanyakan anak kita menonton TV lebih dari 4 jam sehari sehingga waktu untuk

bercengkrama bersama keluarga biasanya ‘terpotong’ atau terkalahkan dengan

TV. 40% keluarga menonton TV sambil menyantap makan malam, yang

seharusnya menjadi ajang ’berbagi cerita’ antar anggota keluarga. Sehingga bila

ada waktu dengan keluarga pun, kita menghabiskannya dengan mendiskusikan

apa yang kita tonton di TV. Rata-rata, TV dalam rumah hidup selama 7 jam 40

menit. Yang lebih memprihatinkan adalah terkadang masing-masing anggota

keluarga menonton acara yang berbeda di ruangan rumah yang berbeda.

• Matang secara seksual lebih cepat

Banyak sekali sekarang tontonan dengan adegan seksual ditayangkan pada waktu

anak menonton TV sehingga anak mau tidak mau menyaksikan hal-hal yang tidak

pantas baginya. Dengan gizi yang bagus dan rangsangan TV yang tidak pantas

untuk usia anak, anak menjadi balig atau matang secara seksual lebih cepat dari

seharusnya. Dan sayangnya, dengan rasa ingin tahu anak yang tinggi, mereka

memiliki kecenderungan meniru dan mencoba melakukan apa yang mereka lihat.

Akibatnya seperti yang sering kita lihat sekarang ini, anak menjadi pelaku dan

sekaligus korban perilaku-perilaku seksual. Persaingan bisnis semakin ketat antar

Media, sehingga mereka sering mengabaikan tanggung jawab sosial,moral &

etika.

Tidak sedikit kasus tentang keluhan masyarakat mengenai tayangan televisi.

Salah satunya dimuat dalam REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Ketua KPI

Judhariksawan mengatakan banyak masyarakat yang mengeluhkan isi tayangan

televisi. Tayangan televisi tersebut, lanjutnya, dapat memberikan dampak negatif

Page 20: Karya Tulis Ilmiah Bidang Sosiologi

20

kepada masyarakat.

"Bisa membentuk watak karakter bangsa yang kurang baik. KPI diharapkan untuk

jangan ragu-ragu semakin tegas untuk menegakkan hukum penyiaran ini," katanya

di Kantor Wakil Presiden, Kamis (13/11).

KPI pun menemui wakil presiden Jusuf Kalla untuk membahas penegakan hukum

penyiaran. "Bapak wapres memberikan arahan terkait penegakan hukum

penyiaran. Dimana KPI diharapkan bisa menjalin kerjasama dengan penegak

hukum," katanya.

Judhariksawan mengatakan KPI hanya dapat melakukan pengawasan terhadap isi

siaran. Sehingga, sinergi dengan aparatur penegak hukum pun sangat diperlukan.

"Apakah dengan Kemenkominfo terkait pengaturan frekuensi dan izin frekuensi

atau aparatur penegak hukum seperti kepolisian terkait jika terjadi pelanggaran

pidana penyiaran yang ada aturannya dalam UU," jelas Judhariksawan.

Ia menerangkan, sejauh ini, menurut UU, KPI hanya memiliki wewenang untuk

memberikan sanksi administratif seperti teguran tertulis, pengurangan durasi

siaran, dan penghentian siaran. KPI tidak dapat menjatuhkan hukuman pidana

terhadap lembaga penyiaran yang melakukan pelanggaran.

Meskipun begitu, KPI sebagai lembaga pengawas memiliki kewenangan untuk

menemukan tindak pidana penyiaran. Penemuan tersebut, lanjutnya, dapat

diteruskan kepada aparatur yang berwenang. Meskipun begitu, ia mengatakan tak

setiap pelanggaran yang dilakukan oleh institusi penyiaran dapat dipidanakan.

"Ada beberapa kategori pelanggaran. Misalnya isi siaran itu tidak boleh berisi

fitnah bohong atau menyesatkan. Salah satu yang ada di UU penyiaran.

Page 21: Karya Tulis Ilmiah Bidang Sosiologi

21

Ancamannya adalah pidana. Itu dipandang sebagai tindak pidana penyiaran,"

katanya.

3.3 Upaya Mengatasi Dampak Negatif dari Tayangan Televisi

Berdasarkan ekperimen yang dilakukan oleh Bandura, dapat dilihat bahwa bahwa

anak-anak mudah sekali melakukan modelling. Oleh karena itu, tayangan TV

yang tidak sesuai bagi anak dapat membentuk dan meningkatkan perilaku agresif

mereka.

Untuk mencegah dampak negatif tayangan televisi, berikut beberapa cara yang

dapat di lakukan:

Usahakan untuk mendampingi anak anda ketika menonton dan diskusikan

tayangan tersebut bersama. Dengan cara ini, anak anda tidak hanya

sekedar menonton tetapi mereka juga dapat memetik pelajaran (insight)

dari tayangan yg mereka tonton.

Buatlah jadwal menonton TV dan daftar film apa saja yang boleh ditonton

anak anda. Di luar jadwal tersebut, anda bisa mengisinya dengan “quality

time” bersama anak anda, misalnya membantu mengerjakan PR, mengajari

mereka memasak, berolahraga bersama, dan lain-lain

Maraknya tayangan yang tidak bermutu seperti sinetron dan reality show

yang direkayasa dapat disiasati dengan berlangganan TV kabel. Banyak

tayangan TV kabel yang bermutu bagi anak seperti Discovery Channel for

Kids atau National Geographic. Satu lagi keuntungan TV kabel adalah

anda dapat memproteksi saluran-saluran tertentu sehingga tidak dapat

ditonton anak anda.

Dalam menonton film di televisi, selalu lihat rating film tersebut. Di

Indonesia, biasanya rating tayangan TV dibagi menjadi SU (semua umur),

BO (Bimbingan Orangtua), dan D (Dewasa). Untuk film-film Amerika,

ratingnya dikeluarkan oleh MPAA (Motion Picture Association of

America). Rating ini bisa anda temukan di DVD yang biasa anda beli

untuk mengetahui apakah film-film tersebut layak dikonsumsi oleh anak-

Page 22: Karya Tulis Ilmiah Bidang Sosiologi

22

anak. Rating G (General Audience) untuk semua umur, PG (Parental

Guidance Suggested) untuk semua umur tapi sebaiknya dengan bimbingan

orangtua, PG-13 (Parents Strongly Cautioned) beberapa materi tidak

sesuai untuk anak di bawah 13 tahun, R (Restricted) untuk mereka yang

berusia 17 tahun ke atas, dan NC-17 (No One 17 and Under Admitted)

untuk orang dewasa (dulu rating NC-17 menggunakan rating X atau semi

porno).

Terakhir tapi tidak kalah penting, bekerjasamalah dengan seluruh

penghuni rumah anda (termasuk pembantu anda) untuk mengatur tayangan

televisi di rumah anda karena inkonsistensi dapat membuat anak anda

bingung. Segeralah mengganti saluran atau matikan televisi jika ada

adegan yang tidak sesuai bagi anak anda.

Batasi jam menonton anak, walaupun sulit dan mungkin ada perlawanan

dari anak sendiri, tetapi dengan memberikan pengertian kepadanya

diharapkan anak akan sedikit merubah kebiasaan menonton televisi.

Dampingi anak ketika menonton televisi. Berikan pengertian seputar apa

yang sedang ditontonnya. Bila ada muatan kekerasan didalamnya, beri

pengertian bahwa hal tersebut tidak baik

Agar anak dapat mengalihkan konsentrasinya pada kebiasaan menonton

televisi, lebih baik jika Anda berikan buku-buku bacaan atau Anda bisa

mengajak untuk melakukan kegiatan di luar rumah tentunya dengan

pengawasan Anda.

BAB IV

PENUTUP

Page 23: Karya Tulis Ilmiah Bidang Sosiologi

23

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan kajian yang telah diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa

pengaruh yang timbul akibat adanya tayangan berita di televisi terhadap perilaku

anak-anak dapat berupa pengaruh negatif. Siaran berita di televisi berpengaruh

terhadap anak-anak karena kemampuan menciptakan kesan dan persepsi bahwa

suatu muatan dalam layar kaca menjadi lebih nyata dari realitasnya sehingga

mereka ingin mencoba apa yang mereka lihat di televisi itu agar dapat disebut

sebagai anak gaul di lingkungannya. Oleh sebab itu peran orang tua tidak bisa

diabaikan, disiplin dan pengawasan orang tua mutlak diperlukan. Sikap orang tua

terhadap televisi akan mempengaruhi perilaku anak mereka. Apabila orang tua

mereka mengajarkan dan membimbing ke arah yang baik, maka anak atau remaja

tersebut tidak akan terjerumus ke hal-hal yang tidak baik, dan begitupun

sebaliknya.

4.2 Saran

Remaja memerlukan bimbingan baik dari keluarga atau lingkungannya,

remaja yang mengalami masa pubertas akan terus mencari identitas diri mereka

hingga mereka menemukan identitas diri mereka yang sebenarnya, pencarian

identitas diri tersebut yang memerlukan bimbingan agar mereka dapat

menemukan identitas diri yang sesuai dengan dirinya dan norma yang ada.

Identitas diri tersebut yang nantinya akan menentukan bagaiman perilaku mereka.

Pencarian identitas diri pada remaja dapat di bimbing oleh keluarga atau

lingkungan, baik itu lingkungan sekolah atau lingkungan di luar sekolah.

Bimbingan oleh keluarga dilakukan dengan memberitahukan batasan-batasan

norma yang yang berlaku di agama ataupun masyarakat, pemberitahuan tentang

norma tersebut diharapkan agar remaja dapat berprilaku sesuai dengan norma

yang ada. Sedangkan bimbingan yang dilakukan di sekolah dengan cara

memberikan pelajaran tentang moral, norma dan masa pubertas. Lingkungan di

luar sekolah juga dapat mempengaruhi perilaku remaja, karena lingkungan yang

Page 24: Karya Tulis Ilmiah Bidang Sosiologi

24

baik tentunya juga akan memberikan contoh perilaku yang baik bagi remaja yang

ada di lingkungannya.