KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI...
Transcript of KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI...
KARYA TULIS ILMIAH
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN EFUSI PLEURA YANG
DI RAWAT DI RUMAH SAKIT
OLEH:
TIKA HERLIA
NIM. P07220117077
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN PRODI D-III KEPERAWATAN
SAMARINDA
2020
KARYA TULIS ILMIAH
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN EFUSI PLEURA DI
RAWAT DI RUMAH SAKIT
Untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan (Amd.Kep) Pada
Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kalimantan Timur
Oleh:
TIKA HERLIA
NIM : P07220117077
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN PRODI D-III KEPERAWATAN
SAMARINDA
2020
ii
SURAT PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa karya tulis ilmiah ini adalah hasil karya sendiri dan
bukan merupakan jiplakan atau tiruan dari karya tulis ilmiah lain untuk memperoleh
gelar dari berbagai jenjang pendidikan di perguruan tinggi manapun baik sebagian
maupun keseluruhan. Jika terbukti bersalah, saya bersedia menerima sanksi sesuai
ketentuan yang berlaku.
Balikpapan, 8 mei 2020
Yang menyatakan
TIKA HERLIA
NIM. P07220117077
iii
LEMBAR PERSETUJUAN
KARYA TULIS ILMIAH INI TELAH DISETUJUI
UNTUK DIUJIKAN
TANGGAL 8 Mei 2020
Oleh
Pembimbing
Rahmawati Shoufiah, S.ST., M.Pd
NIDN. 4020027901
Pembimbing Pendamping
Nurhayati, S.ST., M.Pd NIDN. 4024016801
Mengetahui,
Ketua Program Studi D III Keperawatan
Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kalimantan Timur
Ns. Andi Lis AG, M. Kep
NIP. 196803291994022001
iv
Karya Tulis Ilmiah Pasien Dengan Efusi Pleura yang dirawat di rumah sakit
Tahun 2020
Telah Diuji
Pada tanggal 8 Mei 2020
PANITIA PENGUJI
Ketua Penguji
1. Rus Andraini, A.Kp, M.P.H ...........................................
NIDN. 4006027101
Penguji Anggota
1. Rahmawati Shoufiah, S.ST.,M.Pd ...........................................
NIDN. 4020027901
2. Nurhayati, S.ST., M.Pd ...........................................
NIDN. 4024016801
Mengetahui,
Poltekkes Kemenkes Kalimantan Timur Poltekkes Kemenkes KalimantanTimur
Ketua Jurusan Keperawatan Ketua Prodi D-III Keperawatan
Hj. Umi Kalsum, S. Pd., M.Kes Ns. Andi Lis AG, M. Kep
NIP. 196508251985032001 NIP. 196803291994022001
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Data Diri
1. Nama : Tika Herlia
2. Jenis Kelamin : Perempuan
3. Tempat, Tanggal Lahir : kuningan, 14 oktober 1998
4. Agama : Islam
5. Pekerjaan : Mahasiswa
6. Alamat : Jl. Gunung stelling Rt.52 Gn. Samarinda
B. Riwayat Pendidikan
1. TK RA-Raudathul Aftah Tahun 2003-2004
2. SD Negeri 009 Pekanbaru Tahun 2005-2010
3. SMP Negeri 13 Balikpapan Tahun 2011-2014
4. SMA Negeri 7 Balikpapan Tahun 2014 - 2017
5. Mahasiswa Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kaltim Tahun 2017
sampai sekarang
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala atas
berkat dan rahmatnya yang telah diberikan kepada saya sehingga dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini dalam rangka memenuhi persyaratan
ujian akhir program Diploma III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementerian
Kesehatan Kalimantan Timur Jurusan Keperawatan Samarinda Kelas C Balikpapan
dengan judul “Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Efusi Pleura”.
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis banyak mengalami
kesulitan dan hambatan, akan tetapi semuanya bisa dilalui berkat bantuan dari
berbagai pihak. Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis telah mendapatkan
bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak baik materil maupun moril.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada
yang terhormat :
1. H.Supriadi B, S.Kp.,M.Kep, selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kementerian
Kesehatan Kalimantan Timur.
2. Hj. Umi Kalsum, S. Pd., M.Kes, selaku Ketua Jurusan Keperawatan Politeknik
Kesehatan Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur.
3. Ns. Andi Lis Arming Gandini, M.Kep, selaku Ketua Prodi D-III Keperawatan
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur.
4. Ns. Grace Carol Sipasulta, M.Kep.,Sp.Kep.Mat, selaku Penanggung Jawab Prodi
D-III Keperawatan Kelas Balikpapan Politeknik Kesehatan Kementerian
Kesehatan Kalimantan Timur.
vii
5. Rahmawati Shoufiah, S.ST.,M.Pd, selaku Pembimbing I yang telah banyak
memberikan bimbingannya sehingga Karya tulis imiah ini dapat terselesaikan
dengan baik.
6. Nurhayati, S.ST.,M.Pd, selaku Pembimbing II yang telah banyak memberikan
bimbingannya sehingga Karya tulis imiah ini dapat terselesaikan dengan baik.
7. Bapak Ade Herman dan Ibu Juliati selaku orang tua saya terimakasih banyak yang
selalu mendukung, dan mendoakan tanpa hentinya.
8. Adik saya Galih Citra Putri, terimakasih sudah mendukung untuk menyelesaikan
pendidikan yang saya jalani.
9. Teman-teman angkatan ke – 6 Prodi D-III Keperawatan Kelas Balikpapan yang
selalu mendukung dalam penyusunan Karya tulis imiah ini.
Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu masukan,
saran, serta kritik sangat diharapkan guna kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.
Balikpapan, 21 Februari 2020
Tika Herlia
viii
ABSTRAK
“ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN EFUSI PLEURA”
Gangguan sistem pernapasan merupakan penyebab utama banyaknya
ukuran dan jumlah individu yang terkena penyakit di bagian organ pernapasan salah
satunya efusi pleura. Efusi pleura biasanya disebebkan oleh adanya penyakit infeksi
dan non infeksi. Tingginya angka kejadian efusi pleura ini salah satunya disebabkan
oleh keterlambatan penderita untuk memeriksakan kesehatannya sejak dini. Efusi
pleura jika tidak mendapatkan penanganan akan mengakibatkan gangguan pada
pola napas dan tindakan pengaturan posisi serta pembedahan berupa pemasangan
water seal drain dapat dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan
gambaran asuhan keperawatan pada pasien dengan efusi pleura di RSUD dr.
Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan dan RSUD Dr. H. Abdoel Moeloek Provinsi
Lampung.
Penelitian ini menggunakan metode literature review asuhan keperawatan
pada dua kasus yang sama sebagai subjek penelitian pasien dewasa dengan
penyakit Efusi pleura di ruang Flamboyan A RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo
Balikpapan dan RSUD Dr. H. Abdoel Moeloek Provinsi Lampung. Metode
pengambilan data adalah dengan wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, studi
dokumentasi. Instrumen pengumpulan data menggunakan format pengkajian
asuhan keperawatan sesuai ketentuan yang berlaku di prodi keperawatan Poltekkes
Kaltim.
Hasil penelitian didapatkan data masing-masing pasien mengeluh sesak
napas. Pada pasien pertama ditemukan 3 diagnosa keperawatan dan pada pasien
kedua ditemukaan 3 diagnosa keperawatan. Setelah dilakukan asuhan keperawatan
selama tiga hari pada kedua pasien didapatkan hasil yaitu dengan dua masalah
pasien teratasi dan satu masalah pasien sebagian teratasi sesuai dengan tujuan dan
kriteria hasil yang telah dibuat dan ditetapkan peneliti.
Dapat disimpulkan bahwa setiap pasien dengan efusi pleura memiliki
respon yang berbeda terhadap masalah. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi atau status
kesehatan dan kemampuan pasien dalam menghadapi suatu masalah. Sehingga
perawat harus melakukan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk
menangani masalah keperawatan pada setiap pasien dan meningkatkan
keterampilan dalam melaksanakan asuhan keperawatan khususnya pada pasien
efusi pleura.
Kata kunci : Efusi Pleura, Asuhan Keperawatan
ix
ABSTRACT
" NURSING CARE IN PATIENTS WITH PLEURAL EFFUSION"
Respiratory system disorders are the main cause of the large size and number
of individuals affected by disease in the respiratory organs, one of which is pleural
effusion. Pleural effusion is usually caused by infectious and non-infectious
diseases. The high incidence of pleural effusion is one of them caused by the delay
of patients to check their health early. This study aims to obtain an overview of
nursing care in patients with pleural effusion in Dr. Hospital. Kanujoso
Djatiwibowo Balikpapan and RSUD Dr. H. Abdoel Moeloek Provinsi Lampung.
This study uses a case study method with the literature review by
implementing care as a unit of analysis. The unit of analysis is adult patients with
pleural effusion. The data collection method is by interview, observation, physical
examination, documentation study and. The instrument of data collection uses the
format of Nursing Care according to the provisions in force in the campus nursing
study program at the East Kalimantan Polytechnic.
Based on the assessment, diagnosis, intervention, implementation and
evaluation results, in the first patients found three nursing diagnoses that appeared
only two diagnoses were resolved, one diagnoses were partially resolved, and in the
second patient found three nursing diagnoses that appeared only two diagnoses
were resolved and one diagnoses are partially resolved.
It can be concluded that each patient with pleural effusion has a different
response to the problem. This is influenced by the condition or health status and
ability of the patient to deal with a problem. So that nurses must carry out
comprehensive nursing care to handle nursing problems in each patient and improve
skills in implementing nursing care, especially in patients with pleural effusion.
Keywords: Pleural Effusion, Nursing Care
x
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL DEPAN ...............................................................................
HALAMAN SAMPUL DALAM ............................................................................ i
LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN .............................................................................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................................... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP............................................................................................ v
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv
ABSTRAK ........................................................................................................... viii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii
DAFTAR BAGAN .............................................................................................. xiv
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 5
1. Tujuan Umum ........................................................................................... 5
2. Tujuan Khusus .......................................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 6
Adapun manfaat penulisan proposal ini adalah: .................................................. 6
1. Bagi Peneliti ................................................................................................. 6
2. Bagi Tempat Penelitian ............................... Error! Bookmark not defined.
xi
3. Bagi perkembangan ilmu keperawatan ....... Error! Bookmark not defined.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 7
A. Konsep Dasar Medis .................................................................................... 7
1. Pengertian ................................................................................................. 7
2. Etiologi ..................................................................................................... 8
3. Anatomi Fisiologi ..................................................................................... 9
4. Klasifikasi ............................................................................................... 13
5. Manifestasi Klinis ................................................................................... 13
6. Patofisiologi ............................................................................................ 14
8. Pemeriksaan Penunjang .......................................................................... 17
9. Komplikasi ............................................................................................. 18
B. Konsep Masalah Keperawatan ................................................................... 20
1. Diagnosis Keperawatan .......................................................................... 20
3. Masalah keperawatan ............................................................................. 24
C. Konsep Asuhan Keperawatan Efusi Pleura................................................ 33
1. Pengkajian .............................................................................................. 33
2. Diagnosa Keperawatan ........................................................................... 39
3. Intervensi Keperawatan .......................................................................... 40
4. Implementasi Keperawatan .................................................................... 48
5. Evaluasi Keperawatan ............................................................................ 49
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 50
A. Pendekatan/Desain Penelitian .................................................................... 50
xii
B. Subyek Penelitian ....................................................................................... 50
C. Batasan Istilah (Definisi Operasional) ....................................................... 51
D. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................................... 52
E. Prosedur Penelitian..................................................................................... 52
F. Metode dan instrument Pengumpulan Data ............................................... 53
G. Keabsahan Data .......................................................................................... 53
H. Analisis Data .............................................................................................. 54
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 55
A. Hasil ........................................................................................................... 55
B. Pembahasan .............................................................................................. 101
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 117
A. Kesimpulan .............................................................................................. 117
B. Saran ......................................................................................................... 118
DATAR PUSTAKA ........................................................................................... 120
LAMPIRAN - LAMPIRAN
xiii
GAFTAR GAMBAR
Gambar 2.2 Anatomi Paru dan Pleura.............................................................. 9
xiv
DAFTAR BAGAN
BAGAN 2.1 Pathway Efusi Pleura .............................................................. 23
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Hasil Anamnesis Pada Pasien 1 dan 2 ............................................... 57
Tabel 4.2 Hasil Observasi dan Pemeriksaan Fisik Pada Pasien ......................... 60
Tabel 4.3 Hasil Pemeriksaan Penunjang Pada Pasien ........................................ 73
Tabel 4.4 Hasil Penatalaksanaan Terapi Pada Pasien ........................................ 74
Tabel 4.5 Diagnosa Keperawatan Pada Pasien .................................................. 74
Tabel 4.6 Perencanaan Pada Pasien 1dan 2 ....................................................... 77
Tabel 4.7 Implementasi Keperawatan Pasien 1 dan 2........................................ 80
Tabel 4.8 Evaluasi Keperawatan Pasien 1 dan 2................................................ 94
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Asuhan Keperawatan Pasien 1
Lampiran 2 Asuhan Keperawatan Pasien 2
Lampiran 3 format konsul
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling utama, manusia
mempunyai beberapa kebutuhan dasar yang harus terpenuhi jika ingin dalam
keadaan sehat dan seimbang. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur unsur
yang dibutuhkan oleh manusia dalam mempertahankan keseimbangan
fisiologis maupun psikologis yang bertujuan untuk mempertahankan kehidupan
dan kesehatan. Salah satu keseimbangan fisiologis yang perlu dipertahankan,
yaitu saluran pernafasan yang berfungsi menghantarkan udara (oksigen) dari
atmosfer yang kita hirup dari hidung dan berakhir prosesnya di paru-paru untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh (Rosmalawati & Kasiati, 2016)
Gangguan sistem pernapasan merupakan penyebab utama banyaknya
ukuran dan jumlah individu yang terkena penyakit di bagian organ pernapasan.
Salah satu penyakit gangguan sistem pernapasan pada manusia yaitu efusi
pleura.Efusi pleura adalah cairan yang berlebih di dalam membran berlapis
ganda yang mengelilingi paru-paru (Irianto, 2014).
Efusi pleura merupakan kondisi medis yang dilatarbelakangi oleh
berbagai Penyebab. Data WHO menunjukkan bahwa Efusi pleura disebabkan
oleh berbagai kelainan kardiopulmonal seperti gagal Jantung kongestif,
gangguan hati, hingga keganasan di paru-paru (Mc Gart & Anderson, 2011).
2
Prevalensi efusi pleura di dunia diperkirakan sebanyak 320 kasus per
100.000 penduduk di negara-negara industri dengan penyebarannya tergantung
dari etiologi penyakit yang mendasarinya. Angka kejadian efusi pleura di
Amerika Serikat ditemukan sekitar 1,5 juta kasus per tahunnya dengan
penyebab tersering gagal jantung kongestif, pneumonia bakteri, penyakit
keganasan, dan emboli paru (Rubins, 2013). Hasil penelitian di salah satu rumah
sakit di India pada tahun 2013-2014 didapatkan prevalensi efusi pleura
sebanyak 80 kasus dengan penyebab terbanyak tuberkulosis paru (Jamaluddin,
2015). Sedangkan prevalensi efusi pleura di Indonesia mencapai 2,7% dari
penyakit infeksi saluran napas lainnya dan Kelompok umur terbanyak terkena
efusi pleura antara 40-59 tahun, umur termuda 17 tahun dan umur tertua 80
tahun (Depkes RI, 2006).
Penyebab efusi pleura yang disebabkan infeksi yaitu tuberkulosis,
pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik. Sedangkan
untuk non infeksi disebabkan oleh karsinoma paru, karsinoma pleura,
karsinoma mediastinum, tumor ovarium, bendungan jantung, gagal jantung,
perikarditis konstriktiva, gagal hati, gagal ginjal, hipotiroidisme, kilotoraks,
emboli paru (Morton dkk, 2012).
Pasien-pasien dengan efusi pleura menunjukkan gejala klinis yang
beragam mulai dari efusi pleura tanpa gejala hingga efusi pleura masif yang
menunjukkan berbagai gejala serius yang mengganggu pernapasan. Pada kasus
efusi pleura tanpa gejala, biasanya efusi pleura terlihat dari gambaran X-Ray
thorak (Wedro, 2014).
3
Karakteristik tanda dan gejala dari efusi pleura yang sering terjadi seperti
sesak nafas, batuk kering, dan nyeri dada pleuritik. Pada pemeriksaan fisik
dapat ditemukan bunyi redup saat dilakukan perkusi, berkurangnya taktil vokal
fremitus saat dilakukan palpasi, dan penurunan bunyi napas pada auskultasi
paru (Karkhanis, 2012).
Masalah keperawatan yang umum terjadi pada pasien dengan efusi pleura
salah satunya adalah pola napas tidak efektif dan gangguan pertukaran gas
(NANDA, 2012). Pola napas tidak efektif diakibatkan oleh terganggunya
ekspansi paru akibat akumulasi cairan di pleura sehingga akan menimbulkan
manifestasi klinis seperti peningkatan frekuensi napas, kesulitan bernapas
(dipsnea), penggunaan otot-otot bantu pernapasan, dan pada kasus-kasus berat
muncul gejala hipoksia seperti sianosis. Sementara itu, efusi pleura juga
berakibat pada terganggunya pertukaran gas yang bermanifestasi klinis pada
perubahan nilai gas darah arteri (Wilkinson & Ahern, 2005).
Oleh karena itu, peran perawat dan tenaga kesehatan sangatlah diperlukan
terutama dalam bentuk promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative, untuk
mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut seperti pneumonia,
peneumothoraks, gagal nafas dan kolaps paru sampai dengan kematian. Peran
perawat secara promotife misalnya memberikan penjelesan dan informasi
penyakit Efusi pleura, preventifenya mengurangi merokok dan minum-
minuman beralkohol, kurative misalnya dilakukan pengobatan ke rumah sakit
dan melakukan pemasangan WSD, rehabilitative misalnya melakukan
4
pengecekan kembali kondisi klien ke rumah sakit atau tenaga kesehatan
(Muttaqin, 2008).
Penanganan efusi pleura berfokus pada pemenuhan kebutuhan oksigenasi
yang maksimum.Oksigenasi yang maksimum difokuskan untuk mencapai
pertukaran gas yang adekuat, ventilasi yang adekuat, dan perfusi jaringan yang
adekuat (Dugdale, 2014). Evakuasi cairan dilakukan untuk menjamin ventilasi
dan pertukaran gas yang adekuat. Evakuasi cairain dilakukan melalui tindakan
medis seperti thoracentesis dan pemasangan chest tube (Rubins, 2013).
Tindakan keperawatan juga berperan penting untuk menjamin ventilasi dan
perfusi yang adekuat. Beberapa tindakan keperawatan utama untuk mengatasi
masalah pernapasan pada pasien efusi pleura adalah pengkajian berupa monitor
status pernapasan meliputi frekuensi pernapasan, auskultasi suara paru, monitor
status mental, dispnea, sianosis, dan saturasi oksigen (Wilkinson & Ahern,
2005). Selain itu, tindakan keperawatan yang penting adalah “Positioning” yang
bertujuan untuk meningkatkan ekspansi paru sehingga mengurangi sesak
(Dean, 2014).
Berdasarkan data yang diperoleh dari studi pendahuluan Dari catatan
medical di ruang Flamboyan B RSUD Kanudjoso Djatiwibowo Balikpapan dari
tahun 2018 hingga sekarang ini kasus efusi pleura yang dirawat di RSUD
Kanudjoso Djatiwibowo Balikpapan sebanyak 41 kasus. Sehingga dalam hal
ini penulis tertarik untuk mengambil judul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Dengan Efusi Pleura Di RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan
5
Kalimantan Timur” secara komperhensif guna memperoleh gambaran secara
nyata.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah diatas, maka rumusan
masalah pada penelitian ini adalah bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien
dengan Efusi Pleura di RSUD Kanudjoso Djatiwibowo Balikpapan Kalimantan
Timur tahun 2020?.
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penulisan karya tulis ini adalah :
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah memberikan gambaran pelaksanaan asuhan
keperawatan pada pasien dengan Efusi Pleura di RSUD Kanudjoso
Djatiwibowo Balikpapan Kalimantan Timur tahun 2020
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus pada karya tulis ini adalah:
a. Mengkaji pasien dengan Efusi Pleura di RSUD Kanudjoso Djatiwibowo
Balikpapan Kalimantan Timur tahun 2020
b. Menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien dengan Efusi Pleura di
RSUD Kanudjoso Djatiwibowo Balikpapan Kalimantan Timur tahun 2020.
c. Menyusun perencanaan keperawatan pada pasien dengan Efusi Pleura di
RSUD Kanudjoso Djatiwibowo Balikpapan Kalimantan Timur tahun 2020.
6
d. Melaksanakan intervensi keperawatan pada pasien dengan Efusi Pleura di
RSUD Kanudjoso Djatiwibowo Balikpapan Kalimantan Timur tahun 20120.
e. Mengevaluasi asuhan keperawatan pada pasien dengan Efusi Pleura di RUSD
Kanudjoso Djatiwibowo Balikpapan Kalimantan Timur tahun 2020.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penulisan proposal ini adalah:
1. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan penulis dapat memperoleh pengalaman dalam
memberikan asuhan keperawatan serta mengaplikasikan ilmu yang diperoleh
selama pendidikan khususnya pada pasien dengan Efusi Pleura.
2. Bagi perkembangan ilmu pengetahuan
Hasil peneliti ini diharapkan agar selalu menambah dan memperdalam imu
pengetahuan dalam bidang keperawatan khususnya dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan pada pasien efusi pleura menggunakan litearur-literatur terbaru.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Medis
1. Pengertian
Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang
terletak diantara permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer
jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap
penyakit lain (Nurarif et al, 2015).
Efusi pleura adalah kondisi paru bila terdapat kehadiran dan
peningkatan cairan yang luar biasa di antara ruang pleura. Pleura adalah
selaput tipis yang melapisi permukaan paru-paru dan bagian dalam dinding
dada di luar paru-paru. Di pleura, cairan terakumulasi di ruang antara
lapisan pleura. Biasanya, jumlah cairan yang tidak terdeteksi hadir dalam
ruang pleura yang memungkinkan paru-paru untuk bergerak dengan lancar
dalam rongga dada selama pernapasan (Philip, 2017).
Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang
terletak diantara permukaan viceralis dan parietalis. Proses penyakit primer
jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap
penyakit lain (Nurarif & Kusuma, 2015).
Efusi pleura adalah kondisi dimana udara atau cairan berkumpul
dirongga pleura yang dapat menyebabkan paru kolaps sebagian atau
seluruhnya (Nair & Peate, 2015).
8
2. Etiologi
Efusi pleura adalah akumulasi cairan pleura akibat peningkatan
kecepatan produksi cairan, penurunan kecepatan pengeluaran cairan atau
keduanya, ini disebabkan oleh satu dari lima mekanisme berikut (Morton 2012)
:
a. Peningkatan tekanan pada kapiler sub pleura atau limfatik
b. Peningkatan permeabilitas kapiler
c. Penurunan tekanan osmotic koloid darah
d. Peningkatan tekakanan negative intrapleura
e. Kerusakan drainase limfatik ruang pleura
1) Penyebab efusi pleura:
a) Infeksi
(1) Tuberkulosis
(2) Pneumonitis
(3) Abses paru
(4) Perforasi esophagus
(5) Abses sufrenik
b) Non infeksi
(1) Karsinoma paru
(2) Karsinoma pleura: primer, sekunder
(3) Karsinoma mediastinum
(4) Tumor ovarium
(5) Bendungan jantung: gagal jantung, perikarditiskonstriktiva
9
(6) Gagal hati
(7) Gagal ginjal
(8) Hipotiroidisme
(9) Kilotoraks
(10) Emboli paru.
Berdasarkan jenis cairan yang terbentuk, cairan pleura dibagi lagi
menjadi transudat, eksudat dan hemoragi.
a. Transudat dapat disebabkan oleh kegagalan jantung kongesif (gagal
jantung kiri), sindrom nefrotik, asites (karena sirosishati), sindrom vena
kava superior, tumor dan sindrom meigs.
b. Eksudat disebabkan oleh infeksi, TB, pneumonia, tumor, infark paru,
radiasi dan penyakit kolagen.
c. Efusi hemoragi dapat disebabkan oleh adanya tumor, trauma, infark paru
dan tuberculosis.
3. Anatomi Fisiologi
Gambar 2.2 Anatomi Paru dan Pleura (Adita, 2015)
10
a. Trakea
Trakea juga dikenal sebagai tenggorokan. Trakea adalah tulang tabung
yang menghubungkan hidung dan mulut ke paru-paru. Ini adalah tabung
berotot kaku terletak di depan kerongkongan yang sekitar 4,5 inci
panjang dan lebar 1 inci.
b. Bronkus
Bronkus yang terbentuk dari belahan dua trakea pada ketinggian kira-
kira veterbrata torakalis kelima, mempunyai struktur serupa dengan
trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Trakea bercabang menjadi
bronkus utama (primer) kiri dan kanan. Bronkus kanan lebih pendek
lebih lebar dan lebih vertikal dari pada yang kiri, sedikit lebih tinggi dari
arteri pulmonalis dan mengeluarkan sebuah cabang utama lewat di
bawah arteri disebut lobus bawah. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih
langsing dari yang kanan, dan berjalan di bawah arteri pulmonalis
sebelum dibelah menjadi beberapa cabang yang berjalan ke lobus atas
dan bawah.
c. Bronkioli
Bronkioli membentuk percabangan menjadi bronkioli terminalis yang
tidak mempunyai kelenjar lender dan silia. Bronkioli terminalis ini
kemudian menjadi bronkioli respiratori, yang dianggap menjadi saluran
transisional antara udara konduksi dan jalan udara pertukaran gas.
Sampai titik ini, jalan udara konduksi mengandung sekitar 150 ml udara
11
dalam percabangan trakeobronkial yang tidak ikut serta dalam
pertukaran gas.
d. Pleura Parietal dan Pleura Visceral
Pleura yang bagiannya menempel dengan dinding dalam rongga dada
disebut pleura parietalis dan bagian yang melekat dengan paru-paru
disebut pleura visceralis. Sebetulnya pleura ini merupakan kantung yang
dindingnya berisi cairan serosa yang berguna sebagai pelumas sehingga
tidak menimbulkan sakit bila antara dinding rongga dada dan paru-paru
terjadi gesekan pada waktu respirasi.
e. Lobus
Lobus merupakan jalur dari paru-paru yang terdiri dari beberapa bagian
yaitu paru kiri terdiri dari dua lobus (lobus superior dan lobus inferior)
dan paru kanan terdiri dari tiga lobus yaitu (lobus superior, lobus medius
dan lobus inferior).
Pleura merupakan lapisan pembungkus paru. Di mana antara pleura
yang membungkus pulmo dekstra et sinistra dipisahkan oleh adanya
mediastinum. Pleura dari interna ke eksterna terbagi atas 2 bagian :
a. Pleura Viscelaris/Pulmonis yaitu pleura yang langsung melekat pada
permukaan pulmo.
b. Pleura Parietalis yaitu bagian pleura yang berbatasan dengan dinding
thoraks.
Kedua lapisan pleura ini saling berhubungan pada hilus pulmonis
sebagai ligamen Pulmonal (pleura penghubung). Di antara kedua lapisan
12
pleura ini terdapat sebuah rongga yang disebut dengan cairan pleura.
Dimana di dalam cairan pleura ini terdapat sedikit cairan pleura yang
berfungsi agar tidak terjadi gesekan antara pleura ketika proses pernapasan.
(Wijaya & Putri, 2013).
Paru-paru terbagi menjadi dua yaitu paru kanan yang terdiri tiga
lobus terdiri dari bagian atas, tengah dan bawah sedangkan paru-paru kiri
terdiri dari 2 lobus yaitu lobus atas dan bawah. Bagian atas puncak paru
disebut apeks yang menjorok ke atas arah leher pada bagian bawah disebut
basal. Paru-paru dilapisi oleh selaput pleura. Dari segi anatomisnya,
permukaan rongga pleura berbatasan dengan paru sehingga cairan pleura
mudah bergerak dari satu rongga ke rongga yang lainnya. Dalam keadaan
normal seharusnya tidak ada rongga kosong diantara kedua pleura, karena
biasanya sekitar 10-20 cc cairan yang merupakan lapisan tipis serosa yang
selalu bergerak secara teratur. Cairan ini berfungsi untuk pelumas antara
kedua pleura, sehingga pleura tersebut mudah bergeser satu sama lain.
Setiap saat, jumlah cairan dalam rongga pleura bisa menjadi lebih
dari cukup untuk memisahkan kedua pleura. Jika terjadi, maka kelebihan
tersebut akan dipompa keluar oleh pembuluh limfatik dari rongga pleura ke
mediastinum. Permukaan superior diafragma dan permukaan lateral pleura
parietalis, memerlukan adanya keseimbangan antara produksi cairan pleura
oleh pleura parietalis dan absorbs oleh cairan viseralis. Oleh karena itu,
rongga pleura disebut sebagai ruang potensial, karena ruang ini normalnya
13
begitu sempit, sehingga bukan merupakan ruang fisik yang jelas (Muttaqin,
2011).
4. Klasifikasi
Efusi pleura di bagi menjadi 2 yaitu:
a. Efusi pleura transudat
Merupakan ultra filtrat plasma, yang menandakan bahwa membran
pleura tidak terkena penyakit. Akumulasi cairan di sebabkan oleh faktor
sistemik yang mempengaruhi produksi dan absorbsi cairan pleura.
b. Efusi pleura eksudat
Efusi pleura ini terjadi akibat kebocoran cairan melewati pembuluh
kapiler yang rusak dan masuk kedalam paru terdekat (Morton, 2012)
5. Manifestasi Klinis
Adapun manifestasi klinik dari efusi pleura yaitu :
a. Adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit karena
pergesekan, setelah cairan cukup banyak rasa sakit hilang. Bila cairan
banyak, penderita akan sesak nafas.
b. Adanya gejala penyakita seperti demam, menggigil,dan nyeri dada
pleuritis (pneumonia), panas tinggi (kokus), subfebril (tuberculosis),
banyak keringat, batuk, banyak riak.
c. Deviasi trakea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika
penumpukan cairan pleural yang signifikan.
d. Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan,
karena cairan akan berpindah tempat. Bagian yang sakit akan berkurang
14
bergerak dalam pernafasan, fremitus melemah (raba dan vocal), pada
perkusi didapati daerah pekak, dalam keadaan duduk permukaan cairan
membentuk garis melengkung (garis ellis damoiseu).
e. Didapati segi tiga garland, yaitu daerah yang pada perkusi redup timpani
dibagian atas garis ellis damoiseu. Segitiga grocco-rochfusz, yaitu
dareah pekak kkarena cairan mendorong mediastinum kesisi lain,pada
auskulasi daerah ini didapati vesikuler melemah dengan ronki.
f. Pada permulaan dan akhir penyakit terdengar krepitasi pleura
6. Patofisiologi
Dalam keadaan normal tidak ada rongga kosong antara pleura
parietalis dan pleura viceralis, karena di antara pleura tersebut terdapat
cairan antara 10 cc - 20 cc yang merupakan lapisan tipis serosa dan selalu
bergerak teratur. Cairan yang sedikit ini merupakan pelumas antara kedua
pleura, sehingga pleura tersebut mudah bergeser satu sama lain. Di ketahui
bahwa cairan di produksi oleh pleura parietalis dan selanjutnya di absorbsi
tersebut dapat terjadi karena adanya tekanan hidrostatik pada pleura
parietalis dan tekanan osmotic koloid pada pleura viceralis. Cairan
kebanyakan diabsorbsi oleh system limfatik dan hanya sebagian kecil
diabsorbsi oleh system kapiler pulmonal. Hal yang memudahkan
penyerapan cairan yang pada pleura viscelaris adalah terdapatnya banyak
mikrovili disekitar sel-sel mesofelial. Jumlah cairan dalam rongga pleura
tetap karena adanya keseimbangan antara produksi dan absorbsi. Keadaan
ini bisa terjadi karena adanya tekanan hidrostatik dan tekanan osmotic
15
koloid. Keseimbangan tersebut dapat terganggu oleh beberapa hal, salah
satunya adalah infeksi tuberkulosa paru .
Terjadi infeksi tuberkulosa paru, yang pertama basil Mikobakterium
tuberkulosa masuk melalui saluran nafas menuju alveoli, terjadilah infeksi
primer. Dari infeksi primer ini akan timbul peradangan saluran getah bening
menuju hilus (Limfangitis local) dan juga diikuti dengan pembesaran
kelenjar getah bening hilus (limphadinitis regional). Peradangan pada
saluran getah bening akan mempengaruhi permebilitas membran.
Permebilitas membran akan meningkat yang akhirnya dapat menimbulkan
akumulasi cairan dalam rongga pleura. Kebanyakan terjadinya efusi pleura
akibat dari tuberkulosa paru melalui focus subpleura yang robek atau
melalui aliran getah bening. Sebab lain dapat juga dari robekkan kearah
saluran getah bening yang menuju rongga pleura, iga atau columna
vetebralis.
Adapun bentuk cairan efusi akibat tuberkolusa paru adalah
merupakan eksudat, yaitu berisi protein yang terdapat pada cairan pleura
tersebut karena kegagalan aliran protein getah bening. Cairan ini biasanya
serous, kadang-kadang bisa juga hemarogik. Dalam setiap ml cairan pleura
bias mengandung leukosit antara 500-2000. Mula-mula yang dominan
adalah sel-sel polimorfonuklear, tapi kemudian sel limfosit, Cairan efusi
sangat sedikit mengandung kuman tubukolusa. Timbulnya cairan efusi
bukanlah karena adanya bakteri tubukolosis, tapi karena akibat adanya efusi
pleura dapat menimbulkan beberapa perubahan fisik antara lain: Irama
16
pernapasan tidak teratur, frekuensi pernapasan meningkat, pergerakan dada
asimetris, dada yang lebih cembung, fremitus raba melemah, perkusi redup.
Selain hal - hal diatas ada perubahan lain yang ditimbulkan oleh efusi pleura
yang diakibatkan infeksi tuberkolosa paru yaitu peningkatan suhu, batuk
dan berat badan menurun (Nair & Peate, 2015).
7. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan pada efusi pleura yaitu: (Nurarif et al, 2015)
a. Tirah baring
Tirah baring bertujuan untuk menurunkan kebutuhan oksigen karena
peningkatan aktifitas akan meningkatkan kebutuhan oksigen sehingga
dispneu akan semakin meningkat pula.
b. Thoraksentesis
Drainase cairan jika efusi pleura menimbulkan gejala subjektif seperti
nyeri,dispneu, dan lain lain. Cairan efusi sebanyak 1 - 1,5 liter perlu
dikeluarkan untuk mencegah meningkatnya edema paru. Jika jumlah
cairan efusi pleura lebih banyak maka pengeluaran cairan berikutnya
baru dapat dikalkukan 1 jam kemudian.
c. Antibiotic
Pemberian antibiotik dilakukan apabila terbukti terdapat adanya infeksi.
Antibiotik diberi sesuai hasil kultur kuman.
d. Pleurodesis
17
Pada efusi karena keganasan dan efusi rekuren lain, diberi obat melalui
selang interkostalis untuk melekatkan kedua lapisan pleura dan
mencegah cairan terakumulasi kembali.
e. Water seal drainage (WSD)
Water seal drainage (WSD) adalah suatu system drainase yang
menggunakan water seal untuk mengalirkan udara atau cairan dari
cavum pleura atau rongga pleura.
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Rontgen dada, biasanya dilakukan untuk memastikan adanya efusi pleura,
dimana hasil pemeriksaan akan menunjukkan adanya cairan.
b. CT scan dada. CT scan bisa memperlihatkan paru-paru dan cairanefusi
dengan lebih jelas, serta bisa menunjukkan adanya pneumonia, abses
paru atau tumor.
c. USG dada, bisa membantu mengidentifikasi adanya akumulasi cairan dalam
jumlah kecil.
d. Torakosentesis, yaitu tindakan untuk mengambil contoh cairan untuk
diperiksa menggunakan jarum. Pemeriksaan analisa cairan pleura bisa
membantu untuk menentukan penyebabnya.
e. Biopsi. Jika dengan torakosentesis tidak dapat ditentukan penyebabnya,
maka dilakukan biopsi, dimana contoh lapisan pleura sebelah luar diambil
untuk dianalisa.
f. Bronkoskopi, pemeriksaan untuk melihat jalan nafas secara langsung untuk
membantu menemukan penyebab efusi pleura.
18
g. Torakotomi, biasanya dilakukan untuk membantu menemukan penyebab
efusi pleura, yaitu dengan pembedahan untuk membuka rongga dada.
Namun, pada sekitar 20% penderita, meskipun telah dilakukan pemeriksaan
menyeluruh, penyebab dari efusi pleura tetap tidak dapat ditentukan.
9. Komplikasi
a. Fibrotoraks
Efusi pleura yang berupa eksudat yang tidak ditangani dengan drainase
yang baik akan terjadi perlekatan fibrosa antara pleura parietalis dan
pleura viseralis. Keadaan ini disebut dengan fibrotoraks. Jika fibrotoraks
meluas dapat menimbulkan hambatan mekanis yang berat pada jaringan
- jaringan yang berada dibawahnya. Pembedahan pengupasan
(dekortikasi) perlu dilakukan untuk memisahkan membran - membran
pleura tersebut.
b. Atalektasis
lektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna yang
disebabkan oleh penekanan akibat efusi pleura.
c. Fibrosis paru
Fibrosis paru merupakan keadaan patologis dimana terdapat jaringan
ikat paru dalam jumlah yang berlebihan. Fibrosis timbul akibat cara
perbaikan jaringan sebagai kelanjutan suatu proses penyakit paru yang
menimbulkan peradangan. Pada efusi pleura, atalektasis yang
19
berkepanjangan dapat menyebabkan penggantian jaringan paru yang
terserang dengan jaringan fibrosis.
d. Kolaps Paru
Pada efusi pleura, atalektasis tekanan yang diakibatkan oleh tekanan
ektrinsik pada sebagian/semua bagian paru akan mendorong udara
keluar dan mengakibatkan kolaps paru.
e. Empiema
Kumpulan nanah dalam rongga antara paru-paru dan membran yang
mengelilinginya (rongga pleura). Empiema disebabkan oleh infeksi
yang menyebar dari paru-paru dan menyebabkan akumulasi nanah
dalam rongga pleura. Cairan yang terinfeksi dapat mencapai satu gelas
bir atau lebih, yang menyebabkan tekanan pada paru-paru, sesak napas
dan rasa sakit (Morton, 2012).
20
B. Konsep Masalah Keperawatan
1. Diagnosis Keperawatan
a. Definisi
Diagnosis keperawatan merupakan penilaian klinis mengenai respon
klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya
baik yang berlangsung aktual maupun potensial (PPNI, 2017).
b. Jenis
Jenis diagnosis keperawatan terdiri dari diagnosis keperawatan positif
dan negatif. Diagnosis keperawatan positif meliputi diagnosis
keperawatan promosi kesehatan, sedangkan diagnosis keperawatan
negatif terdiri dari diagnosis keperawatan aktual dan resiko (PPNI,
2017).
1) Positif
Menunjukan bahwa klien dalam kondisi sehat dan dapat mencapai
kondisi lebih sehat atau optimal.
a) Promosi Kesehatan
Menggambarkan adanya keinginan dan motivasi klien untuk
meningkatkan kondisi kesehatannya ketingkat yang lebih baik atau
optimal.
2) Negatif
Menunjukan bahwa klien dalam kondisi sakit atau berisiko mengalami
kesakitan.
a) Aktual
21
Menggambarkan respon klien terhadap kondisi kesehatan atau
proses kehidupannya yang menyebabkan klien mengalami masalah
kesehatan.
b) Resiko
Menggambarkan respon klien terhadap kondisi kesehatan atau
proses kehidupannya yang menyebabkan klien beresiko mengalami
masalah kesehatan.
c. Komponen
Masing - masing komponen diagnosis diuraikan sebagai berikut:
(PPNI, 2017).
1) Masalah (Problem)
Merupakan label diagnosis keperawatan yang menggambarkan
intidari respon klien terhadap kondisi kesehatan atau proses
kehidupannya. Label diagnosis terdiri atas deskriptor atau penjelas
dan fokus diagnostik. Deskriptor merupakan pernyataan yang
menjelaskan bagaimana suatu fokus diagnosis terjadi.
2) Indikator Diagnostik
a) Penyebab (Etiologi) merupakan faktor-faktor yang
mempengaruhi perubahan status kesehatan.
b) Tanda (Sign) dan Gejala (Symptom). Tanda merupakan data
objektif yang diperoleh dari hasil pemeriksaan fisik,
pemeriksaan laboratorium dan prosedur diagnostik, sedangkan
22
merupakan data subyektif yang diperoleh dari hasil anamnesis
yang dikelompokkan menjadi:
Mayor: Tanda/gejala ditemukan sekitar 80% - 100% validasi
diagnosis.
Minor: Tanda/gejala tidak harus ditemukan, namun jika
ditemukan dapat mendukung penegakan diagnosis.
c) Faktor risiko merupakan kondisi atau situasi yang dapat
meningkatkan kerentanan klien mengalami masalah kesehatan.
Pada diagnosis aktual, indikator diagnostiknya terdiri atas
penyebab dan tanda/gejala. Pada diagnosis risiko tidak memiliki
penyebab dan tanda/gejala, hanya memiliki tanda/gejala yang
menunjukkan kesiapan klien untuk mencapai kondisi yang lebih
optimal.
23
2. Pathway
24
3. Masalah keperawatan
Berikut adalah uraian dari masalah yang timbul bagi penderita efusi
pleura sebelum dilakukan tindakan invasif menurut (Nurarif et al, 2015) dan
(PPNI, 2017):
a. Pola Napas Tidak Efektif (D. 0005)
1) Definisi Masalah
Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi
adekuat.
2) Penyebab
Hambatan upaya napas (mis. Nyeri saat bernafas, kelemahan otot
pernafasan )
3) Gejala Dan Tanda
a) Data Mayor
(1) Subjektif
(a) Dipsnea
(2) Objektif
(a) Penggunaan otot bantu pernapasan
(b) Fase ekspirasi memanjang
(c) Pola napas yang abnormal (misalnya takipnea, bradipnea,
hiperventilasi, kussmaul, cheyne-stokes)
b) Data Minor
(1) Subjektif
(a) Ortopnea
25
(2) Objektif
(a) Pernapasan pursed lip
(b) Pernapasan cuping hidung
(c) Diameter thoraks anterior posterior meningkat
(d) Ventilasi semenit menurun
(e) Kapitas vital menurun
(f) Tekanan Ekspirasi menurun
(g) Tekanan Inspirasi menurun
(h) Ekskursi dada berubah
4) Kondisi Klinis Terkait
a) Trauma thoraks
b. Nyeri Akut (D. 0077)
1) Definisi
Pengalaman sensorik atau emosioal yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau fungsional dengan onset mendadak
atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung
kurang dari 3 bulan.
2) Penyebab
Agen pencedera fisiologis (misalnya inflamasi, iskemia, neoplasma)
3) Gejala dan Tanda
a) Data Mayor
(1) Subjektif
Mengeluh nyeri
26
(2) Objektif
(a) Tampak meringis
(b) Bersikap protektif
(c) Gelisah
(d) Frekuensi nadi meningkat
(e) Sulit tidur
b) Data Minor
(1) Subjektif
Tidak tersedia
(2) Objektif
(a) Tekanan darah meningkat
(b) Pola napas berubah
(c) Nafsu makan berubah
(d) Proses berfikir terganggu
(e) Menarik diri
(f) Berfokus pada diri sendiri
(g) Diaforesis
4) Kondisi Klinis Terkait
Infeksi
c. Intoleransi Aktivitas (D.0056)
1) Definisi
Ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari hari.
2) Penyebab
27
Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
3) Gejala dan Tanda
a) Data Mayor
(1) Subjektif
Mengeluh lelah
(2) Objektif
Frekuensi jantung meningkat lebih dari 20% dari kondisi
istirahat
b) Data Minor
(1) Subjektif
(a) Dyspnea/setelah aktivitas
(b) Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas
(c) Merasa lemah
(2) Objektif
(a) Tekanan darah berubah lebih dari 20% dari kondisi
istirahat
(b) Gambaran EKG menunjukan aritmia saat/setelah
aktivitas
(c) Gambaran EKG menunjukan iskemia
(d) Sianosis
4) Kondisi Klinis Terkait
a) PPOK
d. Hipertermia (D. 0130)
28
1) Definisi
Suhu tubuh meningkat diatas rentang normal tubuh.
2) Penyebab
Proses penyakit (mis. Infeksi, kanker)
3) Gejala dan tanda
a) Data mayor
(1) Subjektif
Tidak tersedia
(2) Objektif
Suhu tubuh diatas nilai normal
b) Data minor
(1) Subjektif
Tidak tersedia
(2) Objektif
(a) Kulit merah
(b) Kejang
(c) Takikardi
(d) takipnea
(e) kulit terasa terhangat
4) kondisi terkait
proses infeksi
29
e. Defisit Nutrisi (D. 0019)
1) Definisi
Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme.
2) Penyebab
Ketidakmampuan mencerna makanan
3) Gejala dan Tanda
a) Data Mayor
(1) Subjektif
Tidak tersedia
(2) Objektif
Berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang ideal
b) Data Minor
(1) Subjektif
(a) Cepat kenyang setelah makan
(b) Keram atau nyeri abdomen
(c) Nafsu makan menurun
(2) Objektif
(a) Bising usus hiperaktif
(b) Otot pengunyah lemah
(c) Otot menelan lemah
(d) Membran mukosa pucat
(e) Sariawan
30
(f) Serum albumin turun
(g) Rambut rontok berlebihan
(h) Diare
4) Kondisi Klinis Terkait
Infeksi
f. Defisit pengetahuan (D.0111)
1) Definisi
Ketiadaan atau kurangnya informasi kognitif yang terkait dengan
topic tertentu.
2) Penyebab
Kurang terpapar informasi
3) Gejala dan tanda
a) Data mayor
(1) Subjektif
(a) Menanyakan masalah yan dihadapi
(2) Objektif
(a) Menjalani pemeriksaan yang tidak sesuai anjuran
(b) Menunjukan persepsi yang keliru terhadap masalah
b) Data minor
(1) Subjektif
Tidak tersedia
(2) Objektif
(a) Menjalani pemeriksaan yang tidak tepat
31
(b) Menunjukan prilaku berlebihan (mis. Apatis,
bermusuhan, agatasi,hysteria)
4) Kondisi klinis terkait
Penyakit kronis
g. Nyeri Akut (D.0077)
1) Definisi
Pengalaman sensorik atau emosioal yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau fungsional dengan onset mendadak
atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung
kurang dari 3 bulan.
2) Penyebab
Agen pencedera fisik ( prosedur operasi)
3) Gejala dan Tanda
a) Data Mayor
(1) Subjektif
Mengeluh nyeri
(2) Objektif
(a) Tampak meringis
(b) Bersikap protektif
(c) Gelisah
(d) Frekuensi nadi meningkat
(e) Sulit tidur
32
b) Data Minor
(1) Subjektif
Tidak tersedia
(2) Objektif
(a) Tekanan darah meningkat
(b) Pola napas berubah
(c) Nafsu makan berubah
(d) Proses berfikir terganggu
(e) Menarik diri
(f) Berfokus pada diri sendiri
(g) Diaforesis
4) Kondisi Klinis Terkait
Kondisi pembedahan
h. Risiko infeksi (D. 0142)
1) Definisi
Berisiko mengalami peningkatan terserang organism patogenik.
2) Faktor Risiko
Efek prosedur invasif
3) Kondisi Klinis Terkait
Tindakan invasive
33
C. Konsep Asuhan Keperawatan Efusi Pleura
1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
Pada tahap ini meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat rumah,
agama atau kepercayaan, suku bangsa, bahasa yang dipakai, status
pendidikan dan pekerjaan pasien.
b. Keluhan Utama
Biasanya pada pasien dengan efusi pleura didapatkan keluhan berupa :
sesak nafas, rasa berat pada dada, nyeri pleuritik akibat iritasi pleura
yang bersifat tajam dan terlokasilir terutama pada saat batuk dan
bernafas serta batuk non produktif.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien dengan effusi pleura biasanya akan diawali dengan adanya tanda
-tanda seperti batuk, sesak nafas, nyeri pleuritik, rasa berat pada dada,
berat badan menurun dan sebagainya.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Perlu ditanyakan apakah pasienpernah menderita penyakit seperti TBC
paru, pneumoni, gagal jantung, trauma, asites dan sebagainya.Hal ini
diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya faktor predisposisi.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-
penyakit yang disinyalir sebagai penyebab effusi pleura seperti Ca paru,
asma, TB paru dan lain sebagainya.
34
f. Riwayat Psikososial
Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara
mengatasinya serta bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang
dilakukan terhadap dirinya.
g. Pengkajian Pola Fungsi
1) Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
2) Adanya tindakan medis danperawatan di rumah sakit mempengaruhi
perubahan persepsi tentang kesehatan, tapi kadang juga
memunculkan persepsi yang salah terhadap pemeliharaan
kesehatan.
3) Kemungkinan adanya riwayat kebiasaan merokok, minum alcohol
dan penggunaan obat-obatan bias menjadi faktor predisposisi
timbulnya penyakit.
4) Pola nutrisi dan metabolisme
5) Dalam pengkajian pola nutrisi dan metabolisme, kita perlu
melakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan untuk
mengetahui status nutrisi pasien.
6) Perlu ditanyakan kebiasaan makan dan minum sebelum dan selama
MRS pasien dengan effusi pleura akan mengalami penurunan nafsu
makan akibat dari sesak nafas dan penekanan pada struktur
abdomen.
7) Peningkatan metabolisme akan terjadi akibat proses penyakit. pasien
dengan effusi pleura keadaan umumnyalemah.
35
h. Pola eliminasi
Dalam pengkajian pola eliminasi perlu ditanyakan mengenai kebiasaan
defekasi sebelum dan sesudah MRS. Karena keadaan umum pasien yang
lemah, pasien akan lebih banyak bedrest sehingga akan menimbulkan
konstipasi, selain akibat pencernaan pada struktur abdomen
menyebabkan penurunan peristaltik otot-otot tractus digestivus.
i. Pola aktivitas dan latihan
1) Akibat sesak nafas, kebutuhan O2 jaringan akan kurang terpenuhi.
2) Pasien akan cepat mengalami kelelahan pada aktivitas minimal.
3) Disamping itu pasien juga akan mengurangi aktivitasnya akibat
adanya nyeri dada.
4) Untuk memenuhi kebutuhan ADL nya sebagian kebutuhan pasien
dibantu oleh perawat dan keluarganya.
j. Pola tidur dan istirahat
1) Adanya nyeri dada, sesak nafas dan peningkatan suhu tubuh akan
berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan tidur dan istirahat.
2) Selain itu, akibat perubahan kondisi lingkungan dari lingkungan
rumah yang tenang ke lingkungan rumah sakit, dimana banyak
orang yang mondar - mandir, berisik dan lain sebagainya.
k. Pemeriksaan Fisik
1) Status Kesehatan Umum
Tingkat kesadaran pasien perlu dikaji, bagaimana penampilan
pasien secara umum, ekspresi wajah pasien selama dilakukan
36
anamnesa, sikap dan perilaku pasien terhadap petugas, bagaimana
mood pasien untuk mengetahui tingkat kecemasan dan ketegangan
pasien.
2) Sistem Respirasi
Inspeksi pada pasien efusi pleura bentuk hemithorax yang sakit
mencembung, iga mendatar, ruang antar iga melebar, pergerakan
pernafasan menurun. Pendorongan mediastinum ke arah hemithorax
kontra lateral yang diketahui dari posisi trakhea dan ictus kordis.
Pernapasan cenderung meningkat dan pasien biasanya dyspneu.
a) Fremitus tokal menurun terutama untuk effusi pleura yang jumlah
cairannya > 250 cc. Disamping itu pada palpasi juga ditemukan
pergerakan dinding dada yang tertinggal pada dada yang sakit.
b) Suara perkusi redup sampai pekak tegantung jumlah cairannya. Bila
cairannya tidak mengisi penuh rongga pleura, maka akan terdapat
batas atas cairan berupa garis lengkung dengan ujung lateral atas ke
medical penderita dalam posisi duduk. Garis ini disebut garis Ellis-
Damoisseaux. Garis ini paling jelas di bagian depan dada, kurang
jelas di punggung.
c) Auskultasi suara nafas menurun sampai menghilang. Pada posisi
duduk cairan makin ke atas makin tipis, dan dibaliknya ada kompresi
atelektasis dari parenkian paru, mungkin saja akan ditemukan tanda
tanda auskultasi dari atelektasis kompresi di sekitar batas atas cairan.
3) Sistem Cardiovasculer
37
a) Pada inspeksi perlu diperhatikan letak ictus cordis, normal
berada pada ICS-5 pada linea medio klavikula kiri selebar 1 cm.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya
pembesaran jantung.
b) Palpasi untuk menghitung frekuensi jantung (health rate) harus
diperhatikan kedalaman dan teratur tidaknya denyut jantung,
perlu juga memeriksa adanya thrill yaitu getaran ictuscordis.
c) Perkusi untuk menentukan batas jantung dimana daerah jantung
terdengar pekak. Hal ini bertujuan untuk menentukan adakah
pembesaran jantung atau ventrikel kiri.
d) Auskultasi untuk menentukan suara jantung I dan II tunggal atau
gallop dan adakah bunyi jantung III yang merupakan gejala
payah jantung serta adakah murmur yang menunjukkan adanya
peningkatan arus turbulensi darah.
4) Sistem Pencernaan
a) Pada inspeksi perlu diperhatikan, apakah abdomen membuncit
atau datar, tepi perut menonjol atau tidak, umbilicus menonjol
atau tidak, selain itu juga perlu di inspeksi ada tidaknya
benjolan-benjolan atau massa.
b) Auskultasi untuk mendengarkan suara peristaltik usus dimana
nilai normalnya 5-35 kali per menit.
38
c) Pada palpasi perlu juga diperhatikan, adakah nyeri tekan
abdomen, adakah massa (tumor, feces), turgor kulit perut untuk
mengetahui derajat hidrasi pasien, apakah hepar teraba.
d) Perkusi abdomen normal tympani, adanya massa padat atau
cairan akan menimbulkan suara pekak (hepar, asites,
vesikaurinarta, tumor).
e) Sistem Neurologis
Pada inspeksi tingkat kesadaran perlu dikaji Disamping itu juga
diperlukan pemeriksaan GCS, apakah composmentis atau
somnolen atau comma. Pemeriksaan refleks patologis dan
refleks fisiologisnya.Selain itu fungsi-fungsi sensoris juga perlu
dikaji seperti pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan
dan pengecapan.
f) Sistem Muskuloskeletal
Pada inspeksi perlu diperhatikan adakah edema peritibial.Selain
itu, palpasi pada kedua ekstremetas untuk mengetahui tingkat
perfusi perifer serta dengan pemerikasaan capillary refiltime.
Dengan inspeksi dan palpasi dilakukan pemeriksaan kekuatan
otot kemudian dibandingkan antara kiri dan kanan.
g) Sistem Integumen
Inspeksi mengenai keadaan umum kulit higiene, warna ada
tidaknya lesi pada kulit, pada pasien dengan efusi biasanya akan
tampak cyanosis akibat adanya kegagalan sistem transport
39
oksigen. Pada palpasi perlu diperiksa mengenai kehangatan kulit
(dingin, hangat, demam). Kemudian tekstur kulit (halus-lunak-
kasar) serta turgor kulit untuk mengetahui derajat hidrasi
seseorang,
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai seseorang,
keluarga atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses
kehidupan yang aktual ataupun potensial. Diagnosa keperawatan
merupakan dasar dalam penyusunan rencana tindakan asuhan keperawatan
(Dinarti & Mulyanti, 2017).
Adapun dignosa yang diangkat dari masalah sebelum dilakukan
tindakan infasif adalah:
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambata upaya nafas
(kelemahan otot nafas) (D.0005)
b. Nyeri akut berhubungan denganagen pencedera fisiologis (inflamasi,
iskemia, neoplasma) (D.0077)
c. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen (D.0056)
d. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (D.0130)
e. Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan (D.0019)
f. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi.
(D.0111) (PPNI, 2017).
40
Adapun dignosa yang diangkat dari masalah setelah dilakukan
tindakan infasif adalah:
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (prosedur operasi)
(D.0077)
b. Risiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif (D.0142)
(PPNI, 2017)
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi yang dapat dilaksanakan oleh perawat berdasarkan
standard intervensi keperawatan Indonesia (SIKI) :
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambata upaya nafas.
(D.0005)
1) Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pola
nafas membaik.
2) Kriteria hasil
a) Dyspnea menurun
b) Penggunaan otot bantu nafas menurun
c) Pemanjangan fase ekspirasi menurun
d) Otopnea menurun
e) Pernapasan pursed-lip menurun
f) Frekuensi nafas membaik
3) Intervensi
Observasi
a) Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha nafas)
41
b) Monitor bunyi nafas tambahan (mis. Gurgling, mengi, wheezing ,
ronchi kering)
Terapeutik
a) Pertahankan kepatenan jalan nafas head-tilt dan chin-lift (jaw-
thrust jika curiga trauma sevikal)
b) Posisikan semi-fowler atau fowler
c) Berikan oksigen jika perlu
Edukasi
a) Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian bronkodilator,ekspektoran, mukolitik, jika
perlu.
b. Nyeri akut berhubungan denganagen pencedera fisiologis ( inflamasi,
iskemia, neoplasma) (D.0077)
1) Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri
menurun
2) Kriteria hasil :
a) Keluhan nyeri menurun
b) Melaporkan nyeri terkontrol meningkat
c) Meringis menurun
d) Penggunaan analgetik menurun
e) Tekanan darah membaik
3) Intervensi
42
Observasi
a) Identifikasi skala nyeri
b) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri.
Terapeutik
a) Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
b) Pertimbangan jenis dan sumber nyeri dalam pemiihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
a) Anjurkan tekhnik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
c. Intoleransi aktifitas (D.0056)
1) Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawaan diharapkan akitifitas
pasien meingkat
43
2) Kriteria hasil
a) Kemudahan melakukan aktifitas
b) Dyspnea saat beraktifitas menurun
c) Dspnea setelah beraktifitas menurun
d) Perasaan lemah menurun
e) Tekanan darah membaik
f) Frekueni nadi membaik
3) Intervensi
Observasi
a) Identifkasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
b) Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktifitas
Terapeutik
a) Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis. Cahaya,
suara, kunjungan)
Edukasi
a) Anjurkan tirah baring
b) Melakukan aktvitas secara bertahap
d. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (D.0130)
1) Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharpkan suhu
kembali membaik
44
2) Kriteria hasil :
a) Mengigil menurun
b) Kulit merah menurun
c) Takikardia menurun
d) Takipnea menurun
e) Tekanan darah membaik
f) Suhu tubuh membaik
3) Intervensi
Observasi
a) Identifikasi penyebab hipertermia (mis.dehidrasi, terpapar
lingkungan panas, penggunaan incubator)
b) Monitor suhu tubuh
c) Monitor komplikasi akibat hipertermia
Terapeuik
a) Sediakan lingkungan yang dingin(atur suhu ruangan)
b) Longgarkan atau lepas pakaian
c) Berikan cairan oral
Edukasi
a) Anjurkan tirah baring
e. Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan (D.0019)
1) Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan status nutrisi
membaik
2) Kriteria hasil
45
a) Porsi makanan yang dihabiskan meningkat
b) Berat bada membaik
c) Nafsu makan membaik
d) Indeks masa tubuh (IMT) membaik
e) Frekuensi makan membaik
3) Intervensi
Observasi
a) Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
b) Monitor asupan makanan
c) Identifikasi perubahan berat badan
d) Monitor berat badan
e) Timbang berat badan
Terapeutik
a) Berikan makanan tinggi kalori dan protein
Kolaborasi
a) Kolaborasi dengan ahl gizi tentang cara meningkatkan asupan
makanan
f. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
(D.0111)
1) Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
pengetahuan meningkat
46
2) Kriteria hasil
a) Perilaku sesuai anjuran menigkat
b) Kemampuan menjelaskan pengetahuan tentang suatu topic
mengingkat
c) Pertanyaan tentang masalah dihadapi menurun
d) Persepsi keliru terhadap masalah menurun
3) Intervensi
Observasi
a) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
terapeutik
a) Sediakan materi dan media pendidikn kesehatan
b) Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
c) Berikan kesempatan untuk bertanya
d) Jelaskan faktor resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
Adapun intervensi dari diagnosa setelah dilakukan tindakan
invasif tersebut adalah:
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (prosedur
operasi) (D.0077)
a. Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri
menurun
b. Kriteria hasil :
1) keluhan nyeri menurun
2) kemampuan menuntaskan aktifitas meningkat
47
3) gelisah menurun
4) frekuensi nadi membaik
5) tekanan darah membaik
c. Intervensi
Observasi
1) Identifikasi respon nyeri non verbal
2) Identifikasi skala nyeri
3) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi , frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
Terapeutik
1) Pertimbangan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
1) Anjurkan tekhnik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa
nyeri
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
2. Risiko infeksi berhubungan dengan efek tindakan invasif. (D.0142)
a. Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
resiko infeksi menurun
b. Kriteria hasil :
1) Demam menurun
2) Kebersihan badan meningkat
48
3) Bengkak menurun
4) Kemerahan menurun
5) Kultur sputum membaik\kultur area luka membaik
c. Intervensi
Observasi
1) Monitor tanda dan gejala infeksi dan sistemik
Terapeutik
1) Batasi jumlah pengunjung
2) Berikan perawatan kulit pada area edema
3) Cuci tangan sesudah atau sebelum kontak dengan pasien
4) Pertahankan tekhnik aseptic
Edukasi
1) Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2) Ajarkan mencuci tangan dengan benar
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian antibiotic, jika perlu
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah berkesinambungan dan interaktif dengan
komponen lain dari proses keperawatan. Selama implementasi, perawat
mengkaji kembali pasien, modifikasi rencana asuhan, dan menuliskan
kembali hasil yang diharapkan sesuai kebutuhan. Untuk implementasi yang
efektif, perawat harus berpengetahuan banyak tentang tipe-tipe intervensi,
49
proses implementasi dan metode implementasi. Ada tiga fase implementasi
keperawatan yaitu :
a. Fase persiapan, meliputi pengetahuan tentang rencana, validasi rencana,
pengetahuan dan keterampilan mengimplementasikan rencana,
persiapan pasien dan lingkungan.
b. Fase operasional, merupakan puncak implementasi dengan berorientasi
dengn tujuan. Implementasi apat dilakukan dengan intervensi
indeoenden, dependen atau interdependen
c. Fase terminasi, merupakan terminasi perawat dengan pasien setelah
implementasi dilakukan (potter and pery, 2005)
5. Evaluasi Keperawatan
Fase terakhir proses keperawatan adalah evaluasi terhadap asuhan
keperawatan yang diberikan. Hal yang dievaluasi adalah keakuratan dan
kualitas data, teratasi atau tidaknya maslah pasien, serta pencapaian tujuan
serta ketepatan ntervensi keperawatan.
Tujuan evaluasi adalah untuk memberikan umpan balik rencanaa
keperawatan, menilai dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan
melalui perbandingan pelayanan keperawatan mutu pelayanan keperawatan
yang diberikan serta hasilnya dengan standar yang telah ditentukan terebih
dahulu.
50
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan/Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dalam bentuk literature
riview kasus untuk mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan pada pasien
dengan Efusi Pleura. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan asuhan
keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi.
B. Subyek Penelitian
Subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian keperawatan ini adalah:
1. Subyek ialah pasien yang di rawat inap
2. Subyek terdiri dari 2 orang pasien (laki-laki maupun perempuan) yang di
rawat inap dengan Efusi Pleura
3. Subyek yang berusia 40 - 59 tahun
4. Subyek pasien dengan diagnosa medis Efusi Pleura
51
C. Batasan Istilah (Definisi Operasional)
Definisi operasional karya tulis ini adalah :
1. Efusi Pleura
Efusi pleura adalah cairan yang berlebih di dalam membran berlapis
ganda yang mengelilingi paru-paru yang disebabkan oleh adanya infeksi
seperti tuberkulosis, pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses
subfrenik dan non infeksi yaitu karsinoma paru, karsinoma pleura,
karsinoma mediastinum, tumor ovarium, bendungan jantung gagal jantung,
perikarditis kontsriktiva, gagal hati, gagal ginjal, hipotiroidisme, kilotoraks,
dan emboli paru. Setelah tindakan pemasangan WSD penatalaksanaannya
adalah dilakukan pemenuhan kebutuhan oksigenasi yang maksimum. Untuk
menentukan asuhan keperawatan pada pasien Efusi Pleura adalah
berdasarkan diagnose medis yang tercatat di dalam rekam medik pasien dan
dari hasil pengkajian pasien.
2. Asuhan Keperawatan pada efusi pleura
Asuhan keperawatan pada Efusi Pleura adalah suatu proses atau
tahap tahap kegiatan dalam praktik keperawatan yang diberikan langsung
kepada pasien dengan Efusi Pleura dalam berbagai tatanan
pelayanan kesehatan meliputi metode askep atau asuhan keperawatan yang
ilmiah, sistematis, dinamis, dan terus-menerus serta berkesinambungan
dalam pemecahan masalah kesehatan pasien dewasa dengan Efusi Pleura.
Asuhan keperawatan di mulai dengan adanya tahapan pengkajian
52
(pengumpulan data, analisis data dan penegakkan masalah) diagnosis
keperawatan, pelaksanaan, dan penilaian/evaluasi tindakan keperawatan.
D. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian pada kasus ini yaitu di RSUD dr. Kanujoso
Djatiwibowo Balikpapan pada pasien 1 dan RSUD Dr.H Abdul Moeloek
provinsi Lampung pada pasien 2. Waktu penelitian pada pasien 1 dilaksanakan
pada tanggal 11 Maret 2020 – 13 Maret 2020 di RSUD dr. Kanujoso
Djatiwibowo, Waktu penelitian pada pasien 2 dilaksanakan pada tanggal 25
Maret 2019 – 27 Maret 2019.
E. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini dilakukan melalui tahap sebagai berikut :
1. Mahasiswa mengidentifikasi laporan asuhan keperawatan terdahulu maupun
media internet.
2. Mahasiswa melapor ke pembimbing untuk konsultasi mengenai kasus yang
telah di peroleh.
3. Setelah disetujui oleh pembimbing kemudian membuat review kasus dari ke
2 pasien.
53
F. Metode dan instrument Pengumpulan Data
1. Teknik Pengumpulan Data
Pada sub bab ini dijelaskan terkait metode pengumpulan data yang
digunakan, antara lain :
a. Wawancara yaitu hasil anamnesis berisi tentang identitas pasien dengan
efusi pleura, keluhan utama, riwayat peyakit sekarang-dahulu-keluarga
dll. Sumber data dari klien, keluarga, perawat lainnya.
b. Pemeriksaan fisik dengan menggunakan teknik : inspeksi, auskultasi,
palpasi, perkusi (IAPP) pada system tubuh klien.
c. Observasi intake dan output cairan, hasil laboratorium.
d. Studi dokumentasil (hasil dari pemeriksaan diagnostic).
2. Instrumen Pengumpulan Data
Alat atau instrument pengumpulan data menggunakan format
Asuhan Keperawatan dewasa sesuai ketentuan yang berlaku di Politeknik
Kesehatan Kemenkes Kalimantan Timur (instrument terlampir).
G. Keabsahan Data
Keabsahan data untuk membuktikan kualitas data atau informasi yang
diperoleh dalam penelitian sehingga menghasilkan data dengan validitas tinggi.
Keabsahan data pada penelitian ini di tentukan oleh integritas peneliti (karena
peneliti menjadi instrument utama) yaitu dalam melakukan asuhan keperawatan
secara komprehensif pada pasien dengan efusi pleura, keabsahan data dilakukan
dengan memperpanjang waktu pengamatan /tindakan, sumber informasi
54
tambahan menggunakan triangulasi dari tiga sumber data utama yaitu pasien
dengan efusi pelura, perawat dan orang tua/keluarga pasien yang berkaitan
dengan masalah yang diteliti.
H. Analisis Data
Analisis data dilakukan sejak peneliti di lapangan, sewaktu
pengumpulan data sampai dengan semua data terkumpul. Analisis data
dilakukan dengan cara mengemukakan fakta, selanjutnya membandingkan
dengan teori yang ada dan selanjutnya dituangkan dalam opini pembahasan.
Teknik analisis yang digunakan dengan cara menarasikan jawaban-jawaban
dari penelitian yang diperoleh dari hasil interpretasi wawancara mendalam yang
dilakukan untuk menjawab rumusan masalah penelitian. Teknik analisis
digsunakan dengan cara observasi oleh peneliti dan studi dokumentasi yang
menggunakan data untuk selanjutnya diinterpretasikan oleh peneliti
dibandingkan teori yang sudah ada sebagai bahan untuk memberikan
rekomendasi dalam intervensi tersebut.
55
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini saya akan mereview hasil dan pembahas dari tika herlia dan
latifa ayni, selanjutnya akan di uraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai
hasl pengamatan tentang data umum pasien dan tentang gambaran lokasi umum
penelitian, yaitu di ruang Flamboyan RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan
dan ruang melati RSUD Dr.H Abdul Moeloek provinsi Lampung. Pengmbilan data
dilakukan padaa tanggal 11 Maret – 13 Maret 2020 dan 25 Maret – 27 Maret 2019
dengan jumlah subyek sebanyak dua pasien. Adapun hasil penelitiannya diuraikan
sebagai berikut :
A. Hasil
1. Gambaran Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo
Balikpapan yang terletak di Jalan MT Haryono No. 656 Balikpapan. RSUD
dr. Kanujoso Djatiwibowo atau dahulu dikenal dengan Rumah Sakit Umum
Balikpapan ini dibuka sejak tanggal 12 September 1949. Fasilitas yang
tersedia antara lain: intalasi rawat jalan, instalasi farmasi, ruang rawat inap,
fisioterapi, dan UGD 24 jam.
Gambaran umum ruang melati RSUD Dr.H Abdul Moeloek provinsi
Lampung, ruang melati adalah adalah salah satu bagian dalam ruang
pelayanan rawat inap penyakit paru pernapasan di RSUD Dr. H Abdul
Moeloek provinsi Lampung yang terdiri dari 2 unit yaitu unit pertama ruang
56
perawatan pasien paru pernapasan dengan kapasitas 42 tempat tidur yang
terdiri dari kelas khusus dengan 6 tempat tidur (TB MDR), kelas 1 dengan
5 tempat tidur, kelas II dengan 10 tempat tidur, kelas III dengan 21 tempat
tidur, exra bed dengan 15 tempat tidur, selanjutnya ruang isolasi flu burung
(ruang perawatan pasien dengan kriteria tertentu) dengan kapasitas 6 tempat
tidur yang terdiri dari kelas suspect dengan 4 tempat tidur, kelas comfirm
dengan 2 tempat tidur. Pengaturan tempat tidur di tempatkan berdasarkan
jenis kelamin dan jenis penyakitnya dan di sesuaikan dengan kondisi
ruangan.
Dalam penelitian ini peneliti melakukan penelitian Ruang
Flamboyan A pada pasien 1 dari tanggal 11 Maret – 13 Maret 2020 dan
untuk pasien 2 di Ruang Melati pada tanggal 25 Maret – 27 Maret 2019.
Ruang Flamboyan A adalah ruangan yang dikhususkan merawat pasien-
pasien dengan kasus bedah dan non bedah untuk pemempuan. Ruang
Flamboyan A terletak di lantai dua RSUD dr. Kanudjoso Djatiwibowo
Balikpapan.
Kasus yang dirawat di ruang Flamboyan A meliputi kasus, Gagal
Ginjal Kronik, Penyakit Paru Obstuktif Kronis, Diabetes Mellitus, Efusi
Pleura, Cholelitiasis, Laparatomy, Fraktur, CHF, CKR, Abses Hepar dan
Batu Ureter. Pada sub-sub ini akan dijelaskan sebagai berikut:
57
2. Data Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian Keperawatan
Tabel 4.1 Hasil Anamnesis Pada Pasien 1 dan 2 Dengan Efusi Pleura
di RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan dan RSUD Dr.H
Abdul Moeloek provinsi Lampung Identitas Pasien Pasien 1 Pasien 2
Nama Ny. N Ny. N
Jenis Kelamin Perempuan Perempuan
Umur 47 Tahun 53 tahun
Status Perkawinan Menikah Menikah
Pekerjaan Wiraswasta IRT
Agama Islam Islam
Pendidikan Terakhir SLTA Sma
Alamat Jalan Perum Karangjoang sutiyoso gg.
Panderwangi lk I kota
baru, kec.Tanjung
Karang Timur
Diagnosa Medis Efusi Pleura Efusi Pleura
Nomor Register 75.39.XX 00.54.19.21
MRS/ Tgl Pengkajian Rabu, 11 Maret 2020/
Rabu, 11 Maret 2020
24 Maret 2019 / 25
Maret 2019
Keluhan utama Pasien mengatakan sesak
napas
Pasien mengatakan
Sesak napas
Riwayat penyakit sekarang Riwayat penyakit
sekarang pasien yaitu
pasien pada hari Rabu
tanggal 11 maret 2020
pasien mengatakan
Sesak napas, batuk dan
nyeri pinggang. Pasien
tiba di IRD pada pukul
16.00 Wita. Pasien
mengatakan awalnya
hanya batuk pilek,
kemudian dirujuk ke
Rumah Sakit Restu Ibu
dengan diagnose TBC,
pasien dianjurkan
melakukan pengobatan
tbc di puskesmas. Setelah
berjalan 2 bulan
pengobatan ternyata
dokter salah
mendiagnosa. Selama 2
bulan pengobatan TBC,
sering timbul alergi pada
makanan. Pasien
mengatakan pada rontgen
1 sudah ada cairan di
paru-paru, lalu pada
rongen ke 2 cairan
semakin membanyak.
Pasien mengatan jika
Pasien datang ke Rs.
Abdoel Moeloek pada
tanggal 24 maret 2019
melalui UGD pukul
21.23 WIB. Klien
mengatakan sesak
napas. Pasien menga
takan sesak dan yang
dirasakan hilang timbul,
sesak berat dirasakan
saat beraktivitas dan
sesak terasa ringan saat
dalam keadaan rileks
dan memoposisikan
setengah duduk dan
miring sebelah kanan,
Pasien mengatakan dada
sebelah kanan atas
terasa berat, frekuensi
sesak tidak menentu,
sesak mengakibatkan
pasien mual dan tidak
nafsu makan. sesak
sudah dirasakan sejak 3
hari yang lalu, TD
120/90, RR 28 x/menit,
S: 36,0 0C, N 92
x/menit, SaO2: 98%.
58
banyak beraktivitas
pasien mudah lelah dan
sesak nafas. Pasien
mengatakan pada
tanggang 9 Maret 2020
dilakukan penarikan
cairan di Ruang
Flamboyan A sebanyak
1,1 Liter.
Riwayat penyakit dahulu Pasien mengatakan ada
riwayat asma. Pasien
mengatakan pernah
dilakukan operasi katarak
pada tahun 2018 di RSUD
kanujoso djatiwibowo
balikpapan. Pasien
mengatakan alergi
makanan yaitu : udang,
ayam, kepiting, ikan,
bayam, susu.
Pasien mengatakan tidak
pernah masuk rumah
sakitsebelumnya, Pasien
tidak pernah mengalami
operasi sebelumnya.
Riwayat penyakit keluarga Pasien mengatakan
keluarganya tidak ada
yang memiliki riwayat
penyakit keturunan,
penyakit kronik ataupun
penyakit menular.
Pasien mengatakan
keluarga Pasien tidak
ada yang memiliki
riwayat penyakit TBC,
jantung, diabetes
militus, dan hipertensi
Pasien mengatakan
Pasien tidak memiliki
riwayat alergi baik
alergi obat maupun
makanan
Psikososial Pasien dapat
berkomunikasi dengan
perawat maupun orang
lain sangat baik dan lancar
serta menjawab
pertanyaan yang diajukan
oleh perawat. Pasien
mengatakan penyakit
yang ia alami ini adalah
cobaan dari tuhan dan
pasien ikhlas
menjalaninya. Orang yang
paling dekat dengan
pasien adalah suaminya.
Ekspresi pasien terhadap
penyakitnya tidak ada
gangguan. Pasien
mengatakan interaksi
dengan orang lain baik
dan tidak ada masalah.
Reaksi dan interaksi
pasien tampak kooperatif
dan tidak ada gangguan
konsep diri.
59
Spiritual Dalam pengkajian
spiritual pada pasien,
pasien mengatakan
sebelum sakit pasien
selalu beribadah sholat
lima waktu. Selama di
rumah sakit pasien masih
selalu melaksanakan
ibadahnya yaitu sholat
lima waktu.
Sumber : pasien dengan efusi pleura di RSUD Dr.H Abdul Moeloek
provinsi Lampung, ayni, tahun 2019
Berdasarkan tabel 4.1 ditemukan data dari identitas pasien. Pada
pasien 1 bernama Ny. N berjenis kelamin perempuan, masuk rumah
sakit pada tanggal 11 Maret 2020 dan dilakukan pengkajian pada
tanggal 11 maret 2020 dengan diagnosa Efusi Pleura. Sedangkan pada
pasien 2 bernama Ny. N berumur 53 tahun, berjenis kelamin perempuan,
masuk rumah sakit pada tanggal 24 Maret 2019 dan dilakukan
pengkajian pada tanggal 25 Maret 2019 dengan diagnosa medis Efusi
Pleura
Pada pengkajian riwayat kesehatan dalam keluhan utama pada
pasien 1 dan pasien 2 ditemukan ada persamaan yaitu sesak napas. Pada
riwayat kesehatan sekarang ditemukan data pasien 1 pada tanggal 11
Maret 2020 pasien merasakan susah bernapas, batuk dan nyeri
pinggang.
Sedangkan data pasien 2 pada tanggal 24 Maret 2019, pasien
mengatakan sesak napas hilang timbul. Pada riwayat kesehatan dahulu
ditemukan pasien 1 memiliki riwayat penyakit asma dan pernah operasi
katarak tahun2018, pada pasien 2 tidak memiliki riwayat penyakit
60
menular. Pada pasien 1 dan 2 tidak ada riwayat penyakit kronik. Pada
riwayat penyakit keluarga ditemukan pula kesamaan data pasien 1 dan
pasien 2 keluarga tidak ada yang memiliki riwayat penyakit keturunan
dan menular.
Data dari pengkajian data psikososial pada pasien 1 ditemukan
masalah keperawatan pola komunikasinya baik, pasien dapat
berinteraksi dengan kooperatif dan tidak ada gangguan pada konsep diri.
Data dari pengkajian spiritual pada pasien 1 tidak ditemukan
masalah, sebelum sakit pasien selalu beribadah dan selama di rumah
sakit pasien masih melaksanakan ibadahnya.
Tabel 4.2 Hasil Observasi dan Pemeriksaan Fisik Pada Pasien Dengan
Efusi Pleura pasien 1 dan 2 di RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo
Balikpapan dan RSUD Dr.H Abdul Moeloek provinsi Lampung
Pemeriksaan fisik Pasien 1 Pasien 2
1. Keadaan umum a. Pasien dengan posisi
semi fowler.
b. Pasien terpasang infus
di sebelah tangan kiri
dengan cairan infuse RL
500cc.
c. Pasien tidak terdapat
tanda klinis yang
mencolok seperti
adanya sianosis dan
perdarahan.
a. Pasien terpasang
ifus Rl 500cc
b. Pasien dengan
posisi semi
fowler.
2. Kesadaran (GCS) E4M6V5 Composmentis
3. Tanda-tanda vital TD : 114/80 mmHg
HR : 103 x/menit
T : 36,20C
RR : 24 x/menit
SPO2 : 97%
TD : 120/90 mmHg
- N : 92x/menit
- RR : 28 x/menit
- S : 36,0C
SPO2 : 98 %
4. Kenyamanan/nyeri P: Pasien mengatakan nyeri
pada pinggang
Q: Nyeri dirasakan seperti
ditusuk-tusuk
R: Nyeri di bagian
pinggang
S: Skala nyeri 4
P: terdapat nyeri tekan
ulu hati
Q: Nyeri dirasakan
seperti terlilit
R: Nyeri di bagian ulu
hati
S: Skala nyeri 4
61
T: Nyeri dirasakan hilang
timbul. Pasien tampak
meringis menahan nyeri.
T: Nyeri dirasakan
hilang timbul.
5. Status Fungsional/ Aktivitas
dan Mobilisasi Barthel Indeks
a. Pasien mampu secara
mandiri
mengendalikan
rangsangan defekasi
(BAB) =2
b. Pasien mampu
mengendalikan
rangsangan berkemih
secara mandiri (BAK)
= 2
c. Untuk membersihkan
diri (cuci muka, sisir
rambut, sikat gigi)
mandiri = 0
d. Untuk penggunaan
jamban, masuk dan
keluar (melepaskan,
memakai celana,
membersihkan,
menyiram) mandiri =
1
e. Pasien mampu makan
secara mandiri = 2
f. Untuk perubahan
sikap dari berbaring ke
duduk pasien mampu
secara mandiri = 3
g. Untuk berpindah atau
berjalan pasien
memerlukan bantuan
satu orang = 2
h. Pasien mampu
memakai pakaian
secara mandiri = 2
i. Untuk naik turun
tangga memerlukan
pertolongan = 1
j. Untuk mandi mandiri
= 1
Skor = 16
ketergantungan
ringan.
Sebelum sakit pasien
baraktivitas dan
bekerja seperti biasa,
setelah sakit pasien
hanya terbaring di
tempat tidur dan
aktivitas nya dibantu
oleh keluarga.
Pasien mengatakan
sebelum masuk rumah
sakit tidur nya 6-8
jam/hari dan setelah
bangun merasa segar.
Pasien mengatakan
tidur 5-6 jam/hari
Pasien mengatakan
tidak dapat tidur
dengan nyenyak dan
sering terbangun saat
tidur karena nyeri
padaulu hati.
6. Pemeriksaan kepala
a. Rambut
Finger print di tengah
frontal terdehidrasi, kulit
kepala bersih, bentuk
kepala oval, tidak
ditemukan adanya
penonjolan pada tulang
kepala pasien. Penyebaran
rambut merata, warna
hitam, tidak mudah patah
kepala tidak ada lesi,
rambut tampak bersih,
tidak terdapat nyeri
tekan
62
dan tidak bercabang,
rambut terlihat cerah.
b. Mata Mata lengkap dan simetris
kanan dan kiri, tidak ada
pembengkakan pada
kelopak mata, kornea mata
jernih, konjungtiva tidak
anemis, sclera tidak ikterik,
pupil isokor, pasien dapat
melihat dan membaca
tanpa menggunakan
kacamata, tekanan bola
mata sama kanan dan kiri,
pergerakan bola mata
mampu ke segala arah,
tidak ada nyeri tekan pada
mata.
konjungtiva ananemis,
mata isokor,
c. Hidung Terdapat pernafasan
cuping hidung, tidak ada
secret atau sumbatan pada
lubang hidung, mukosa
merah muda, tidak ada
masalah pada tulang
hidung dan posisi septum
nasi ditengah, ketajaman
penciuman baik, mampu
mencium bau dan
membedakan bau.
napas menggunakan
cuping hidung, tidak
terjadi gangguan
penciuman
d. Rongga Mulut Tidak ada sianosis, tidak
ada luka, gigi lengkap dan
terdapat caries gigi, warna
lidah merah muda, mukosa
bibir lembab, letak uvula
simetris ditengah, tidak ada
gangguan dalam
mengunyah dan menelan,
fungsi pengecapan mampu
membedakan rasa manis,
asin, asam dan pahit .
Tidak ada sianosis
e. Telinga Daun telinga simetris
kanan dan kiri, ukuran
sedang, kanalis telinga
tidak kotor dan tidak ada
benda asing, ketajaman
pendengaran baik pasien
dapat mendengar suara
gesekan jari.
Daun telinga simetris
kanan dan kiri
7. Pemeriksaan Leher Posisi trakea simetris di
tengah, tidak ada
pembesaran pada kelenjar
tiroid dan kelenjar lympe,
denyut nadi karotis teraba
kuat, fungsi menelan baik,
tidak ada rasa nyeri saat
menggerakkan kepala dari
tidak ada pembesaran
vena jugularis, tidak
ada pembesaran
kelenjar tiroid.
63
sisi ke sisi, vena jugularis 2
cm di atas sudut sternum
(normal).
8. Pemeriksaan thorak : Sistem
Pernafasan
Pasien sesak, batuk tidak
produktif, tidak terdapat
secret, konsistensi tidak
ada, warna tidak ada, bau
tidak ada, suara ucapan
pasien jelas.
- Inspeksi:
Bentuk dada simetris
kanan kiri, frekuensi
pernapasan 26x/menit,
irama pernapasan tidak
teratur, pola
pernapasan dispnea,
terdapat pernapasan
cuping hidung,
terdapat penggunaan
otot bantu pernapasan,
usaha bernapas dengan
posisi setengah duduk,
menggunakan alat
bantu pernapasan yaitu
nasal kanul 3 lpm.
- Palpasi:
Vocal premitus getaran
paru kanan dan kiri
teraba tidak sama kuat
saat pasien
mengucapkan 77, tidak
terdapat krepitasi.
- Perkusi:
Perkusi redup di ICS
IV dan V anterior
dextra , batas paru dan
hepar ICS ke 4 sampai
ICS ke 6
- Auskultasi:
Suara napas wheezing
ICS IV dan V anterior
dextra, suara ucapan
jelas.
- Penggunaan WSD:
Tidak menggunkan WSD.
Pada tanggal 9/3/2020
dilakukan penarikan
cairan, Terdapat cairan
berwarna kuning, jumlah
cairan saat dilakukan
pengkajian 1,1 liter.
Pasien mengatakan
sesak saat melakukan
aktivitas dan cepat
lelah, pasien tidak
batuk.
a. Inspeksi : bentuk
dada asimetris,
gerakan dinding
dada asimetris
(pergerakan dada
kanan tertinggal),
tidak terdapat
benjolan atau lesi,
tampak retraksi
dinding dada.
b. Palpasi : tidak
terdapat nyeri
tekan, vocal
fremitus
menurun,
ekspansi dada
tidak maksimal
ada
ketertinggalan
gerak pada dada
sebelah kanan,
tidak teraba
getaran antara IC
6-8 pada dada
sebelah kanan
depan
c. Perkusi: terdapat
suara redup
antara IC 6-8
pada dada
sebelah kanan
d. Auskultasi :
terdengar suara
vesikuler pada
thorax sinistra
dan terdengar
suara ronkhi pada
thorax dextra
antara IC 6-8
depan.
9. Pemeriksaan jantung : Sistem
Kardiovaskuler
Keluhan nyeri dada tidak
ada, pada pemeriksaan
inspeksi CRT< 3 detik,
tidak ada sianosis. Pada
–
64
pemeriksaan palpasi dada,
iktus kordis teraba di
intercosta sinistra (ICS) V
di sebelah medial linea
midclavikularis sinistra,
akral hangat. Pada
pemeriksaan perkusi batas
atas kanan jantung di ICS
II linea parasternalis dextra
(tidak melebar). Batas
bawah kanan jantung ICS
III dan IV linea
parasternalis dextra (tidak
melebar). Batas atas kiri
terdapat di SIC II linea
parasternalis sinistra
(pinggang jantung) tidak
melebar. Batas bawah kiri
terdapat di SIC V ke
medial linea
midclavicularis dextra
(tidak melebar). Pada
pemeriksaan auskultasi
bunyi jantung II aorta dub
yaitu terjadi akibat adanya
getaran menutupnya katup
aorta pada dinding thorak
(bunyi jantung regular).
Bunyi jantung II pulmonal
dup yaitu terjadi akibat
adanya getaran
menutupnya katup
pulmonal pada dinding
thorak (bunyi jantung
regular). Bunyi jantung I
trikuspidalis lub terjadi
akibat adanya getaran
menutupnya katup
trikuspidalis ( bunyi
jantung regular). Bunyi
jantung I mitral lub terjadi
akibat adanya getaran
menutupnya katup mitral
(bunyi jantung regular).
Tidak terdapat bunyi
jantung tambahan.
Pemeriksaan Sistem
Pencernaan dan Status
Nutrisi
BB: 60 kg
TB: 155 cm
IMT: 25 kg/m2
Kategori: berat badan ideal
Tidak ada penurunan berat
badan dalam 6 bulan
terakhir dan nafsu makan
baik.
pasien mengatakan
sebelum masuk
rumah sakit pasien
makan 3 kali dalam
seharidan selalu
menghabiskan 1
piring setiap makan.
semenjak masuk
rumah sakit nafsu
65
Saat di rumah pasien
memiliki kebiasaan makan
dengan nasi, sayur, dan
lauk sejumlah 1 porsi
sedang sekali makan
dengan frekuensi 3 kali
sehari pada pagi, siang, dan
malam. Saat di rumah,
pasien memiliki kebiasaan
minum sejumlah ± 700 ml,
minuman yang diminum
oleh pasien berupa air
putih.
Di rumah sakit, saat dikaji
pasien makan dengan nasi,
sayur lauk dan buah
sejumlah 1 porsi makan
dengan frekuensi makan 3
kali sehari pagi, siang dan
malam. Saat dirumah sakit
pasien minum sejumlah ±
700 cc/hari, minuman yang
diminum oleh pasien
berupa air putih. Pasien
memiliki alergi
udang,ayam,kepiting,ikan,
bayam dan susu, tidak
memiliki kesulitan dalam
mengunyah dan menelan,
tidak ada mual dan muntah.
Semenjak sakit pasien
makan sendiri. Pasien
mengatakan BAB
1x/ hari terakhir tanggal
12/3/2020 dengan
konsistensi lunak.
makan pasien
berkurang dan hanya
menghabiskan
sedikit atau ½ porsi
makanan yang
diberikan rumah
sakit. pasien
mengatakan minum
dalam sehari sekitar
8-9 gelas. Selama 24
jam terakhir pasien
makan 3 kali dalam
sehari. pasien
mengatakan selama
di rumah sakit tidak
menghabiskan
makanan yang
disediakan. pasien
mengatakan nyeri
pada ulu hati nya dan
pasien merasa mual
dan tidak nafsu
makan.pasien
tampak lemas.
Pasien mengatakan
dirumah frekuensi
buang air kecil
normal dalam satu
hari 3-4 kali
perhari
dengan konsistensi
kuning jernih, bau
normal.
BAB 1x dalam sehari
dengan konsistensi
padat. Sedangkan,
pasien mengatakan
saat dirumah sakit
frekuensi buang air
kecil dalam sehari 4-5
kali perhari dengan
warna kuning jernih
dan bau seperti bau
obat. Sedangkan
dengan BAB dalam
satu hari 1 kali dengan
konsistensi padat.
66
Abdomen - Inspeksi:
Perut normal, tidak
terdapat bayangan vena,
tidak terdapat benjolan
atau masa, tidak terdapat
luka operasi, tidak terdapat
drain.
- Auskultasi:
Peristaltik usus 12x/menit
- Palpasi:
Tidak terdapat acites, tidak
terdapat nyeri tekan pada
titik Mc. Burney, tidak
terdapat masa, tidak ada
pembesaran dantidak ada
nyeri pada hepar.
- Perkusi:
Tidak terdapat acites,
Tidak terdapat terdapat
undulasi, sfiting Dulnes
tidak terdapat cairan, tidak
terdapat nyeri ketuk pada
ginjal.
Pada pemeriksaan 9 regio
hepar berada di regio
hypocondrium dextra,
epigastrica dan sedikit ke
hypocondrium sinistra,
lambung berada di regio
epigastrium, limfa berada
di regio hypocondrium
sinistra, kandung empedu
berada pada perbatasan
regio hypocondrium dextra
dan epigastrium, kandung
kemih berada di regio
hypogastrium, apendiks
berada di daerah antara
regio inguinalis dextra,
abdominal lateralis dextra
dan bagian bawah region
umbilicalis.
a. Inspeksi : tidak
ada lesi dan
stomatitis,
terdapat distensi.
abdomen, klien
tidak terpasang
kolostomi,
b. Auskultasi:
bissing usus 10
x/mnt
c. Palpasi : terdapat
nyeri tekan pada
ulu hati pasien,
pasie mengatakan
nyeri seperti
terlilit dan hilang
timbul, nyeri
akan hilang jika
klien berbaring
setengah duduk
dan menarik
napas dalam, dan
akan timbul jika
klien melakukan
aktivitas, nyeri
tidak menyebar
dengan skala 4.
Tidak ada
pembesaran
hepar
d. Perkusi: terdapat
suara timpani
pada kuadran
kanan atas.
f. Punggung dan tulang
belakang: tidak
terdapat kelainan
pada tulang
belakang.
Sistem Persyarafan Status memori panjang,
perhatian dapat
mengulang, bahasa baik,
dapat berorientasi pada
orang, tempat dan waktu,
tidak ada keluhan pusing,
istirahat tidur 8 jam/hari.
Pasien tidak ada kesulitan
dalam istirahat tidur.
Pada pemeriksaan saraf
kranial.
–
67
- nervus I pasien dapat
membedakan bau –
bauan
- nervus II pasien dapat
melihat dan membaca
tanpa menggunakan
kacamata
- nervus III pasien dapat
menggerakkan bola
mata ke bawah dan ke
samping
- nervus IV pupil pasien
mengecil saat
dirangsang cahaya
nervus V pasien dapat
merasakan sensasi
halus dan tajam
- nervus VI pasien
mampu melihat benda
tanpa menoleh
- nervus VII pasien bisa
senyum dan menutup
kelopak mata dengan
tahanan
- nervus VIII pasien
dapat mendengar
gesekan jari, pada
- nervus IX uvula pasien
berada ditengah dan
simetris
- nervus X pasien dapat
menelan
- nervus XI pasien bisa
melawan tahanan pada
pipi dan bahu
- nervus XII pasien
dapat menggerakkan
lidah.
Pada pemeriksan reflek
fisiologis, ditemukan
adanya gerakan fleksi pada
tangan kiri dan tangan
kanan saat dilakukan
pemeriksaan reflek bisep
dan ditemukan adanya
gerakan ekstensi saat
dilakukan pemeriksaan
reflek trisep. Pada
pemeriksaan reflek patella
ditemukan adanya gerakan
tungkai ke depan pada kaki
kanan, reflek patella
ditemukan adanya gerakan
tungkai ke depan padakaki
kiri. Pada pemeriksaan
68
reflek patologis berupa
reflek babinsky ditemukan
adanya gerakan fleksi pada
jari-jari.
Sistem Perkemihan Kebersihan sistem
perkemihan pasien bersih,
tidak terdapat keluhan
kencing, kemampuan
berkemih spontan, tidak
menggunakan alat bantu
kateter, produksi urine 550
ml/hari, warna urine
kuning jernih, bau urine
normal, kandung kemih
tidak ada pembesaran,
tidak ada nyeri pada
kandung kemih. Balance
cairan:
Intake
• Minum peroral= 700 cc/
hari
• Cairan infuse= 500
cc/hari
• Obat iv=35cc/hari
• NGT=0
• Makanan= Nasi 500
gram/hari = 645 kalori
(100gram=129 kalori).
• Sayur 400 gram/ hari
=200 kalori (
100gram=50 kalori)
• Buah 300
gram/hari=150kalori(10
0 gram= 50 kalori
• Lauk 150 gram/hari
=285 kalori ( 50
gram=95kalori)
Total= 1.130 kalori
1 kalori= 0,14 ml/hari
Jadi 1.130x0,14= 158.2
ml/hari
Total
intake=700+500+35+15
8.2 = 1.393.2 ml/hari
Output
Urine 550 ml/hari
Drain=300ml/hari
IWL= 37,5 ml/hari
Diare=0
Muntah=0
Perdarahan=0
Fases=20
Total=907,5/hr
Balance cairan: 1.393.2 -
907,5= + 485.7
–
69
Sistem muskuloskeletal dan
Integumen
Pergerakan sendi pasien
bebas, pada pemeriksaan
tangan kanan, tangan kiri
kaki kiri, kaki kanan
didapatkan kekuatan otot 5.
5 5
5 5
Tidak terdapat edema pada
ekstremitas bawah, tidak
terdapat kelainan pada
tulang belakang, tidak
terdapat fraktur, tidak
terpasang traksi, spalk, atau
gips, tidak terdapat
kompartemen
syndrome,Tidak terdapat
luka pembedahan dibagian
Intercostal IV dan V linea
axilaris anterior, turgor
kulit baik< 3 detik, tidak
terdapat edema dikaki
pasien. Penilaian tidak
terdapat pitting edema.
Tidak terdapat ekskoriasis,
psoriasis, dan urtikaria.
Persepsi sensori pasien
tidak ada gangguan,
kelembapan pasien sangat
lembab, aktivitas pasien
untuk berjalan kadang-
kadang berjalan, mobilisasi
pasien keterbatasan ringan,
nutrisi pasien baik, gesekan
dan pergeseran tidak
menimbulkan masalah.
Hasil penilaian risiko
dicubitus pasien yaitu low
risk( berisiko rendah).
akral hangat, warna
merah muda, tidak
terdapat kelainan pada
jari
Kekuatan otot:
5 5
5 5
Sistem Endokrin Tidak terdapat pembesaran
kelenjar thyroid, tidak
terdapat pembesaran
kelenjar getah bening, tidak
terdapat trias DM, tidak
terjadinya hipoglikemi,
tidak terjadinya
hiperglikemi, tidak
terdapat luka gangren,
pasien tidak memiliki
riwayat luka sebelumnya,
tidak adanya riwayat
amputasi.
-
Seksualitas dan Reproduksi a. Bentuk payudara simetris tidak ada kelainan
70
Berdasarkan
Tab
Sumber : pasien dengan efusi pleura di RSUD Dr.H Abdul Moeloek
provinsi Lampung, ayni, tahun 2019
a. Payudara
b. Genitalia
kanan dan kiri, warna
aerola kehitaman, tidak
ada benjolan pada axilla
dan clavikula.
b. Pasien mengatakan sudah
menikah, tidak ada
kelainan seksualitas.
pada genetalia.
Keamanan Lingkungan Penilaian risiko pasien
jatuh dengan skala morse.
Pasien mengatakan tidak
ada riwayat jatuh yang baru
atau 3 bulan terakhir,
pasien mandiri dalam
aktivitas, pasien saat
berjalan sesak, status
mental pasien normal,
dengan kategori penilaian
risiko jatuh pasien yaitu
berisiko rendah
–
Personal hygiene Pasien mengatakan saat di
rumah pasien memiliki
kebiasaan mandi sebanyak
2 kali sehari, sikat gigi
sebanyak 2 kali sehari,
keramas sebanyak 1 kali
sehari, memotong kuku
seminggu sekali saat
panjang. Di rumah sakit
pasien mengatakan diseka
2 kali sehari, keramas 1 kali
sehari, dan memotong
kuku jika terlihat panjang.
Pasien tampak bersih dan
rapi. Pasien mengatakan
tidak memiliki kebiasaan
merokok dan minum
minuman beralkohol.
–
71
table 4.2 ditemukan data dari pemeriksaan kenyamanan/nyeri pada pasien
1 didapatkan nyeri pada bagian pinggang, nyeri dirasakan seperti tertusuk-
tusuk, nyeri skala 4, nyeri dirasakan hilang timbul lebih kurang 3 menit,
pasien tampak meringis menahan nyeri.
Pemeriksaan status fungsional/aktivitas dan mobilisasi barthel
indeks pada pasien 1 didapatkan hasil pasien dengan ketergantungan ringan
yaitu dengan skor 16.
Pemeriksaan thoraks yaitu sistem pernapasan pasien 1 terdapat
yaitu pasien sesak, batuk tidak produktif, irama pernapasan tidak teratur,
terdapat pernapasan cuping hidung, terdapat penggunaan otot bantu saat
bernapas, vocal premitus tidak sama kuat antara kiri dan kanan, perkusi
redup, suara napas wheezing, sedangkan pada pasien 2 sesak napas hilang
timbul. Dari kedua pasien tersebut ditemukan kesamaan data yaitu tidak
terpasangnya WSD. Pada pasien 1 dilakukan penarikan cairan sebanyak
1,1 liter dengan cairan warna kuning.
Pemeriksaan sistem pencernaan dan status nutrisi pada pasien 1 berat
badan ideal, tidak ada penurunan berat badan dalam 6 bulan terakhir, nafsu
makan baik. Saat di rumah sakit pasien makan dengan jumlah 1 porsi
kadang tidak habis dengan frekuensi makan 3 kali sehari dengan jumlah
minum lebih kurang 700 cc/hari, pasien memiliki pantangan atau alergi,
tidak memiliki kesulitan dalam mengunyah atau menelan, tidak ada mual
maupun muntah. Untuk BAB pasien mengatakan 1x/hari dengan
72
konsistensi lunak. Pada pasien 2 nafsu makan kurang, pasien tidak ada
pantangan atau alergi, adanya mual. Untuk BAB pasien mengatakan 1X
sehari dengan konsistensi padat, pasien mengatakan dirumah frekuensi
BAK sebanyak 3-4 kali sehari dengan konsistensi kuning jernih, bau
normal.
Pemeriksaan abdomen pasien 1 perut tampak tidak membesar, tidak
terdapat bayangan pada vena, tidak terdapat benjolan dan masa, tidak
terdapat luka operasi, tidak terdapat drain, peristaltik usus 12 x/menit, tidak
terdapat nyeri tekan pada titik Mc. Burney, tidak ada pembesaran dan nyeri
pada hepar, tidak terdapat undulasi, sfiting dullness tidak terdapat cairan,
tidak terdapat nyeri ketuk pada ginjal. Pada pasien 2 tidak ada lesi dan
stomatitis, terdapat distensi abdomen, klien tidak terpasang kolostomi,
bising usus 10 x/m terdapat nyeri tekan pada ulu hati klien, klien
mengatakan nyeri seperti terlilit dan hilang timbul, nyeri akan hilang jika
klien berbaring setengah duduk dan menarik napas dalam, dan akan timbul
jika klien melakukan aktivitas, nyeri tidak menyebar dengan skala
4, Tidak ada pembesaran hepar, terdapat suara timpani pada kuadran
kanan atas.
Pemeriksaan sistem perkemihan pada pasien 1 dan 2 terdapat
kesamaan yaitu kebersihan sistem perkemihan pasien bersih, tidak terdapat
keluhan kencing, kemampuan berkemih spontan, tidak menggunakan alat
bantu kateter, bau urine normal, tidak ada pembesaran kandung kemih.
Pada pasien 1 terdapat balance cairan + 485.7 ml/hari.
73
Pemeriksaan sitem musculoskeletal pada pasien 1 pergerakan
sendi pasien bebas, pada pemeriksaan tangan kanan, tangan kiri kaki kiri,
kaki kanan didapatkan kekuatan otot 5. Tidak terdapat edema pada
ekstremitas bawah, tidak terdapat kelainan pada tulang belakang, tidak
terdapat fraktur, tidak terpasang traksi, spalk, atau gips, tidak terdapat
kompartemen syndrome, turgor kulit baik < 3 detik. Pada pasien 2 sama
seperti pasien 1 hanya saja pada pasien 2 tidak terdapat edema pada bagian
ekstremitas.
Tabel 4.3 Hasil Pemeriksaan Penunjang Pada Pasien Dengan Efusi
Pleura di RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan dan ruang melati
RSUD Dr.H Abdul Moeloek provinsi Lampung Pemeriksaan
Penunjang Pasien 1 Pasien 2
Laboratorium 12/3/2020
Hematologi
Hasil:
Hematokrit : 34,5 (L)
Indeks Eritrosit
MCV : 14,4 (L)
MCH : 26,0 (L)
MCHC : 31,9 (H)
RDW-CV : 16,6 (H)
EO Sinofil : 0,7 (H)
Laju darah lengkap:73(H)
Hitung jenis leukosit
Limfosit : 18,1 (L)
Monosit : 8,5 (H)
Kimia Darah
Elektrolit darah
Ureum darah : 21
Kreatinin darah : 0,68
24/3/109
Parameter Hasil Nilai
rujukan
PATOLOGI
Hemoglobin 8,8 12,0-16,0
Leukosit 21.100 4.800- 10.800
Eritrosit 3,1 4,2-5,4
Hemotokrit 26 37-47
Trombosit 599.00 150.000-
450.000
MCV 85 79-99
MCH 28 27-31
MCHC 34 30-35
Hitung jenis:
- Basofil 0 0-1
- Eoshinofil 0 2-4
- Batang 0 3-5
- Segmen 8 50-70
- Limfosit 8 25-40
- Monosit 6 2-8
Gula darah 95 <140
sewaktu
Ureum 14 13-43
Creatinine 0,44 0,55-1,02
Instalasi Patologi
Anatomi: Makroskopis
Rontgen 12/3/2020
Thoraks 1 posisi
Hasil:
Terdapat cairan
(penumpukan cairan paru
sebelah kanan)
74
Diterima cairan fleura volume 200
ml warna merah
Mikroskopis
Sediaan berlatar belakang eritrosit,
terdiri dari sebaran satu-satu sel
radang kronik. Tampak sel tumor.
Kesimpulan Pleuritis kronik.
Sumber : pasien dengan efusi pleura di RSUD Dr.H Abdul Moeloek
provinsi Lampung, ayni, tahun 2019
Berdasarkan tabel 4.3 ditemukan kesamaan data dari pemeriksaan
penunjang pada pasien 1 didapatkan pemeriksaan thoraks 1 posisi
dengan hasil terdapan penumpukan cairan di rongga paru sebelah kanan.
Tabel 4.4 Hasil Penatalaksanaan Terapi Pada Pasien dengan Efusi
Pleura di RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan dan RSUD
Dr.H Abdul Moeloek provinsi Lampung
Pasien 1 Pasien 2
a. Dexametasone (iv) 3x1
b. Ketorolac (iv) 3x30 mg
c. Ringer Laktat (iv) 16 Tpm
(500cc/24 jam)
a. IVFD RL 10 tts/mnt b. Inj. metil predinosolon 5mg/12jam
c. Inj. Ranitidine 50 mg/12 jam
d. Katerolac 30 mg/hari
e. Inj. Levofloxacin 5 mg/24 jam
Sumber : pasien dengan efusi pleura di RSUD Dr.H Abdul Moeloek
provinsi Lampung, ayni, tahun 2019
b. Diagnosa Keperawatan
Tabel 4.5 Diagnosa Keperawatan Pada Pasien Dengan Efusi Pleura di
RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan dan RSUD Dr.H Abdul
Moeloek provinsi Lampung
No
Urut
Pasien 1 Pasien 2
Hari/Tanggal
ditemukan
Diagnosa
Keperawatan
(kode SDKI)
Hari/Tanggal
Ditemukan
Diagnosa
Keperawatan
(Kode SDKI)
1.
Rabu, 11
Maret 2020
Pola napas tidak
efektif
berhubungan
Senin, 25
Maret 2019
Pola napas tidak
efektif
berhubungan
75
dengan hambatan
upaya napas
(kelemahan otot
pernapasan).
Kriteria mayor:
Subjektif:
e. Pasien
mengatakan
sesak napas.
Objektif:
a. Pasien tampak
terdapat
penggunaan otot
bantu
pernapasan.
b. Pola napas
pasien tampak
cepat dispnea.
Kriteria minor:
Subjektif:
a. Pasien
mengatakan
sesak dirasakan
saat duduk
ataupun
berbaring.
Objektif:
a. Pasien tampak
menggunakan
pernapasan
cuping hidung.
b. Tampak bentuk
dada pasien
barrel chest.
c. Tampak
terdapat
penggunaan otot
bantu
pernapasan.
d. RR : 26x/menit
(D. 0005)
dengan hambatan
upaya napas
(kelemahan otot
pernapasan).
Kriteria mayor:
Subjektif:
a. Pasien
mengatakan
sesak napas.
b. Paisen
mengatkan
sesak
dirasakan
ketika pasien
beraktivitas
Objektif:
a. tampak sulit
bernapas
b. pernapasan
dangkal dan
cepat
c. tampak
retraksi
dinding dada
Kriteria
minor:
Subjektif:
a. Pasien
mengatakan
sesak
dirasakan
ketika
beraktivitas
Objektif:
a. Frekuensi
napas
28x/mnt
b. Terpasang
nasal kanul 2
lpm (D. 0005)
2. Rabu, 11
Maret 2020
Nyeri akut
berhubungan
dengan agen
pencedera
fisiologis
Karakteristik
mayor:
Subjektif:
a. Pasien
mengatakan
nyeri pinggang
Obyektif:
Senin, 25 Maret
2019
Risiko Defisit
Nutrisi
berhubungan
dengan Faktor
Psikologis (mis.
Stres,
keengganan
untuk makan)
ditandai dengan
mual dan
kurangnya nafsu
makan.
Karakteristik
mayor:
76
a. Pasien tampak
meringis
menahan nyeri.
b. Pasien tampak
gelisah.
c. Frekuensi nadi
pasien
meningkat
Karakteristik
minor:
Subjektif:
a. Tidak terdapat
dalam (SDKI).
Objektif:
a. tekanan darah
pasien meingkat
b. pola napas
pasien meingkat
(D.0077)
Subjektif:
a. Pasien
mengatakan
mual dan
tidak nafsu
makan
Obyektif:
a. Pasien
tampak lemas
b. Pasien
tampak
distensi
abdomen
c. Pasien
tampakmengh
abiskan ½
dari porsi
makan yang
di berikan.
(D.0032)
3. Rabu, 11
Maret 2020
Intoleransi
aktivitas
berhubungan
dengan kelemahan
Karakteristik
mayor:
Subjektif:
a. Pasien
mengatakan
saat
beraktivitas
mudah sesak
dan lelah.
Objektif:
a. pasien tampak
lemas
b. pasien saat
beraktivitas di
bantu oleh
suaami
Karakteristik
minor:
Subjektif:
a.Pasien
mengatakan
sesak dirasakan
saat
beraktivitas.
Objektif:
a. Tidak
tersedia
(D.0056)
Senin, 25
Maret 2019
Intoleransi
aktivitas
berhubungan
dengan
kelemahan
Karakteristik
mayor:
Subjektif:
a. Pasien
mengatakan
mudah lelah
b. Pasien
mengatakaan
sesak jika
banyak
beraktivitas
Objektif:
a. Pasien
tampak lemas
b. Aktivitas
dibantu oleh
perawat dn
keluargaa
c. Pasien
terpasang
nasal kanul 2
lpm
Karakteristi
k minor:
Subjektif:
a. pasien sesak
saat
beraktifitas
77
Sumber : pasien dengan efusi pleura di RSUD Dr.H Abdul Moeloek
provinsi Lampung, ayni, tahun 2019
Table 4.5 telah melakukan pengkajian dan menganalisis data pada pasien
1 dan pasien 2, ditemukan 2 diagnosa yang sama dan 1 diagnosa yang
berbeda. Pada pasien 1 ditemukan diagnosa pada tanggal 11 Maret 2020
deengan diagnosa pola napas tidak efektif berhubungan dengan
hambatan upaya napas (kelemahan otot pernapasan), nyeri akut
berhubungan dengan agen pencedera fisiologis. Pada pasien 2 ditemukan
diagnosa pada tanggal 24 Maret 2019 dengan diagnosa Pola Napas Tidak
Efektif berhubungan dengan Hambatan Upaya Napas, Risiko Defisit
Nutrisi berhubungan dengan Faktor Psikologis (Keengganan Untuk
Makan), Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan Kelemahan.
c. Perencanaan
Tabel 4.6 Perencanaan Pada Pasien 1dan 2 Dengan Efusi Pleura di
RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan dan RSUD Dr.H Abdul
Moeloek provinsi Lampung Hari/
Tanggal
Dx
Keperawatan
Tujuan dan Kriteria
Hasil
Perencanaan
Pasien 1
Rabu, 11
Maret
2020
Pola napas tidak
efekstif
berhubungan
Setelah dilaksanakan
tindakan asuhan
keperawatan selama
1.1 Lakukan monitor
pola napas
(frekuensi,
b. Pasien
mengatakan
lemas
Objektif:
a. Tidak
tersedia(D.00
56)
78
dengan hambatan
upaya napas
(kelemahan otot
pernapasan)
3x24 jam diharapkan
pola napas kembali
efektif.
Kriteria hasil:
a. Dyspnea
menurun.
Menunjukan pola
napas
normal/efektif
(RR : 20x/ menit)
b. Penggunaan otot
bantu nafas
menurun
c. Frekuensi napas
membaik
kedalaman, usaha
napas)
1.2 Lakukan monitor
bunyi napas
tambahan (mis.
Gurgling, mengi,
wheezing, ronci
kering)
1.3 posisikan semi
fowler.
1.4 berikan oksigen jika
perlu.
1.5 Ajarkan pasien
teknik batuk efektif
Rabu, 11
Maret
2020
Nyeri akut
berhubungan
dengan agen
pencedera
fisiologis
Setelah dilaksakan
tindakan asuhan
keperawatan selama
1x24 jam diharapkan
nyeri pinggang pasien
menurun
Kriteria hasil:
a. keluhan nyeri
menurun
b. Melaporkan
bahwa nyeri
berkurang dengan
menggunakan
manajemen nyeri
skala nyeri (0-1).
c. meringis menurun
d. penggunaan
analgetik menurun
2.1 lakukan identifikasi
skala nyeri
2.2 lakukan identifikasi
lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas
nyeri.
2.3 Berikan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa
nyeri
2.4 Kolaborasi
pemberian analgetik,
jika perlu.
Rabu, 11
Maret
2020
Intoleransi
Aktivitas
berhubungan
dengan
kelemahan .
Setelah dilaksakan
tindakan asuhan
keperawatan selama
3x24 jam diharapkan
toleransi aktivitas
meningkat
Kriteria hasil:
a. Kemudahan
melakukan aktifitas
b. Dyspnea saat
beraktifitas menurun
c. Perasaan lemah
menurun
d. Frekuensi nadi
membaik
3.1 lakukan identifikasi
gangguan fugsi
tubuh yang
mengakibatkan
kelelahan
3.2 sediakan lingkungan
nyaman dan rendah
stimulus
3.3 anjurkan tirah baring
3.4 anjurkan melakukan
ativias secara
bertahap
Pasien 2
Masalah
keperawatan
Rencana keperawatan
Tujuan Rencana tindakan
79
Pola Napas Tidak
Efektif berhubungan
dengan Hambatan
Upaya Napas
Setelah dilakukan
asuhan keperawatan
diharapkan pola napas
menjadi efektif dengan
kriteria hasil:
1. Frekuensi
pernapasan dalam
rentan normal ( RR :
24 x/menit)
2. Pada pemeriksaan
rontgen thorak tidak
ditemukan adanya
akumulasi cairan
3. Tidak ada bunyi
napas tambahan
4. Tidak ada retraksi
dinding dada dan
penggunaan alat
bantu pernapasan.
Observasi
1. Observasi tanda-tanda vital
(nadi dan pernapasan) / 8
Jam
2. Kaji kualitas, frekuensi, dan
kedalaman pernapasan,
serta melaporkan setiap
perubahan yang terjadi / 8
jam
Mandiri :
3. Berikan Pasien posisi yang
nyaman atau tinggikan
kepala (60-90º) dan bantu
mengubah posisi
fowler/semi fowler,
miringkan ke arah sisi yang
sakit
4. Lakukan auskultasi bunyi
napas dan catat adanya
bunyi tambahan.
5. Bantu dan ajarkan klien
untuk batuk dan napas
dalam yang efektif.
Kolaborasi :
6. Kolaborasi dengan tim
medis lain untuk pemberian
, foto thoraks serta obat-
obatan
- Inj. metil predinosolon 5mg
/12jam
- Inj. Ranitidine 50 mg / 12
jam
- Katerolac 30 mg/hari
Inj. Levofloxacin 5 mg/24
jam
2. Risiko Defisit
Nutrisi berhubungan
faktor psikologis
Setelah dilakukan
tindakan asuahan
Keperawatan diharapkan
risiko defisit nutrisi
dapat teratasi dengan
kriteria hasil:
1. Pasien mengatakan
tidak mual
2. Tidak terjadi
penurunan BB
3. Asupan makanan
menjadi adekuat
Observasi
1. Lakukan pengkajian
lengkap rasa mual
termasuk frekuensi, durasi,
tingkat mual, dan faktor
yang menyebabkan pasien
mual.
2. Monitor mual ( misal,
frekuensi, durasi dan
tingkat keparahan )
3. Evaluasi efek mual
terhadap nafsu makan
pasien, aktivitas sehari-
hari, dan pola tidur pasien
Mandiri
4. Anjurkan makan sedikit
tapi sering dan dalam
keadaan hangat
5. Kendalikan faktor
lingkungan penyebab mual
80
(mis, rangsangan visual
yang tidak menyenangkan)
6. Anjurkan pasien
mengurangi jumlah
makanan yang bisa
menimbulkan mual.
7. Berikan istirahat dan tidur
yang adekuat untuk
mengurangi mual
Kolaborasi
8. Kolaborasi pemberian obat
3. Intoleransi aktivitas
berhubungan
dengan kelemahan
Setelah dilakukan
asuhan keperawatan
diharapkan intoleransi
aktivitas dapat diatasi
dengan kriteria hasil:
1. Mampu melakukan
aktivitas sehari-hari
secara mandiri,
seperti: ke kamar
mandi, mengganti
pakaian, makan dan
minum dll.
2. Kebutuhan aktivitas
terpenuhi tanpa
merasa sesak
3. Pasien toleran
terhadap
aktivitasnya.
Observasi :
1. Monitor respon fisik,
emosi, social dan
spiritual setiap 12 jam
Mandiri :
2. Bantu klien untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang
mampu dilakukan
3. Bantu pasien untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
4. Bantu pasien untuk
mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan
Kolaborasi :
5. Kolaborasi dengan
tenaga rehabilitasi
medic dalam
merencanakan program
terapi yang tepat.
Sumber : pasien dengan efusi pleura di RSUD Dr.H Abdul Moeloek
provinsi Lampung, ayni, tahun 2019
Berdasarkan tabel 4.6 setelah melakukan penegakan diagnosa
keperawatan pada pasien 1 dan 2 selanjutnya membuat perencanaan
tindakan asuhan keperawatan sesuai dengan masing-masing diagnosa
yang ditemukan pada pasien.
81
d. Pelaksanaan
Tabel 4.7 Implementasi Keperawatan Pasien 1 dan 2 Pada Pasien
Dengan Efusi Pleura di RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan
dan RSUD Dr.H Abdul Moeloek provinsi Lampung Waktu
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Evaluasi
Hari 1
Rabu, 11 Maret
2020
19.05
19.10
1.1 Melakukan monitor
pola napas (frekuensi,
kedalaman, usaha napas)
1.2 Melakukan monitor
bunyi napas tambahan
(mis. Gurgling, mengi,
wheezing, ronci kering)
DS:
a. Pasien mengatakan
sesak napas.
b. Pasien mengatakan
saat beraktivitas
mudah sesak dan
lelah
c. DO:
a. Pasien tampak
sesak
b. Tampak irama
pernapasan pasien
tidak teratur
c. Pasien tampak
menggunakan
pernapasan cuping
hidung
d. Pasien
menggunakan otot
bantu pernapasan
e. Pasien tampak
menggunakan otot
bantu saat
bernapas.
f. TD : 114/80
mmHg
N : 103x/mnt
RR: 26 X/ menit
S : 36,2⁰C
Spo2 : 97%
Ds:
a. Pasien mengatakan
bersedia dilakukan
pemeriksaan Do:
a. Tampak
menggunakan
pernapasan cuping
hidung
82
19.15
19.25
1.3 Memberikan posisi semi
fowler / fowler
1.4 berikan oksigen jika
perlu.
b. Pasien tampak
menggunakan otot
bantu pernapasan
c. Tampak terdengar
bunyi napas
wheezing
d. RR : 26x/mnt
e. Spo2 : 97%
Ds:
a. Pasien
mengatakan sesak
napas.
b. Pasien
mengatakan batuk
Do:
a. Pernapasan pasien
tampak cepat
(dispnea)
b. Tampak irama
pernapasan pasien
tidak teratur
c. Pasien tampak
menggunakan otot
bantu pernapasan.
d. Pasien tampak
menggunakan
pernapasan cuping
hidung
e. Tampak usaha
napas semi fowler
Ds:
a. Pasien
mengatakan sesak
napas
b. Pasien menatakan
batuk
Do:
a. Pasien tampak
menggunakan
otot bantu
pernapasan
b. Pasien tampak
menggunakan
cuping hidung
83
20. 00
20.10
1.5 mengajarkan pasien
teknik batuk efektif
2.1 Melakukan identifikasi
skala nyeri
2.2 Melakukan identifikasi
lokasi, karakteristik,
c. Tampak usaha
napas semi fowler
d. Terpasang nasal
kanul 3 lpm
e. Pasien tampak
tenang
Ds:
a. Pasien mengatakan
sesak napas dan
batuk tapi tidak
berdahak
b. Pasien bersedia di
ajarkan tekhnik
batuk efektif
Do:
a. Pada pemeriksaan
auskultasi suara
napas wheezing
b. Tampak tidak ada
secret
c. Pasien tampak
paham
Ds :
a. Pasien mengatakan
nyeri di daerang
pinggang
b. Pasien mengatkan
Nyeri seperti
tertusuk tusuk
c. Pasien mengatkan
Nyeri hilang
timbul
Do :
a. Skala nyeri 4
b. Pasien tampak
meringis
c. Tampak frekuensi
nadi meingkat
d. TD : 114/80
mmHg
N : 103x/mnt
RR: 26 X/ menit
S : 36,2⁰C
Spo2 : 98%
Ds :
84
20.15
20.20
20.30
durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri.
2.3 Memberikan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
2.4 Melakukan Kolaborasi
pemberian analgetik,
jika perlu.
3.1 Melakuan identifikasi
gangguan fugsi tubuh yang
mengakibatkan kelelahan
a. Pasien mengatakan
nyeri di bagian
pinggang
b. Pasien mengatakan
nyeri seperti
ditusuk-tusuk
c. Pasien mengatakan
Nyeri hilang
timbul
Do :
a. Pasien tampak
meringis
b. Skala Nyeri 4
c. Pasien tampak
menahan nyeri
Ds :
a. Pasien bersedia
diberi tindakan
terapeutik
(kompres hangat)
Do :
a. Pasien tampak
meringis
b. Pasien tampak
menahan nyeri
c. Skala nyeri 4
d. Pasien tampak
gelisah
e. Pasien tampak
paham
Ds :
a. Pasien
mengatakan
bersedia diberi
analgetik
Do :
a. Pasien tampak
meringis
b. Pasien tampak
paham setelah
diberi penjelasan
tentang indikasi
analgetik
c. Pasien tampak
menahan nyeri
d. Skala nyeri 4
e. Pasien tampak
gelisah
85
20.40
20.45
21.00
3.2. Menganjurkan tirah
baring.
3.3. Menganjurkan
melakukan ativias secara
bertahap
Melakukan visite keperawatan
Ds:
a. Pasien mengatan
jika beraktivitas
pasien mudah lelah
dan sesak nafas.
Do :
a. Pasien tampak
lelah.
b. Dalam beraktifitas
pasien tampak
dibantu oleh suami
c. Pasien tampak sulit
beraktivitas karena
sesak
Ds :
a. Pasien mengatakan
bersedia
dianjurkan untuk
tirah baring
Do :
a. Pasien tampak
paham
b. Pasien tampak
rileks
c. Pasien sulit
berkativitas karena
sesak napas
Ds :
a. Pasien mengatakan
bersedia
melakukan
aktifitas secara
bertahan
Do :
a. Pasien tampak
paham yang di
anjurkan perawat
b. Pasien saat
beaktivitas masih
dibantu oleh suami
S:
a. Pasien mengatakan
masih terasa sesak
b. Pasien mengatakan
masih batuk-batuk
86
c. Pasien mengatakan
jika beraktivitas
akan sesak napas
dan lelah.
d. Pasien mengatakan
sudah tidak nyeri
di daerah pinggang
O:
a. Pasien tampak
tidak meringis
menahan nyeri lagi
b. Skala nyeri 1
c. Pasien tampak
lemah
d. Pasien tampak
gelisah
e. Pasien tampak
sesak
TTV:
TD: 118/80 mmHg
N: 80X/menit
T: 36,0⁰C
RR: 24X/Menit
Spo2:98%
A:Masalah belum
teratasi
P:Lanjutkan
Intervensi Hari 2
Waktu Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Evaluasi
Kamis, 12 Maret 2020
14.00
Visite keperawatan
S:
a. Pasien mengatakan
sesak dan batuk
mulai berkurang
b. Pasien mengatakan
nyeri sudah hilang
c. Pasien mengatakan
jika beraktivitas
masih sesak
O:
a. Pasien tampak masih
sesak
b. Pasien tampak masih
menggunakan otot
c. pernapasan
d. Pasien masih
menggunakan
pernapasan cuping
hidung
e. Pasien tampak lemah
87
14.15
14.25
14.30
Menginstruksikan pada
pengunjung dan pada pasien
untuk mencuci tangan saat
berkunjung dan setelah
berkunjung meninggalkan
pasien
1.1 Melakukan monitor pola
napas (frekuensi,
kedalaman, usaha napas)
1.2 Melakukan monitor
bunyi napas tambahan
(mis. Gurgling, mengi,
wheezing, ronci kering)
TTV:
TD: 120/70 mmHg
N: 84X/menit
RR: 22X/menit
T: 36,0⁰C
SPO2: 98%
a. Pasien tampak
terpasang nasal kanul 3
lpm
A: Masalah belum
teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
Ds:
a. Pasien dan
pengunjung
mengatakan
mengerti cara
mencuci tangan
yang benar
Do:
a. Pasien dan salah satu
pengunjung tampak
melakukan cara cuci
tangan yang baik
Ds:
a. pasien mengatakan
sesak berkurang
b. pasien mangatakan
batuk sudah
berkurang
Do:
a. pasien tampak
menggunakan nasal
kanul saat sesak
saja
b. pasien tampak
sesak sudah
berkurang
c. pasien tampak
posisi semi fowler
d. RR : 22x/mnt
Ds:
a. Pasien mengatakan
bersedia dilakukan
pemeriksaan
Do:
a. Pasien sedikit lebih
tenang
b. Wheezing pada
pasien berkurang
c. Pasien tampak
menggunakan otot
88
14.50
15.10
15.20
15.30
1.3 memberika posisikan
semi fowler / fowler
1.4 memberikan oksigen jika
perlu.
1.5 mengajarkan pasien
teknik batuk efektif
3.1 Melakuan identifikasi
gangguan fugsi tubuh
bantu pernapasan
berkurang
d. Pasien tampak
menggunakan
cuping hidung
berkurang
Ds:
a. Pasien mengatakan
sesak napas
berkurang.
b. Pasien mengatakan
batuk sudah
berkurang
Do:
a. Pasien tampak
menggunakan otot
bantu pernapasan
berkurang.
b. Pasien tampak
menggunakan
pernapasan cuping
hidung berkurang
c. Pasien tampak
tenang
Ds:
a. Pasien mengatakan
sesak napas
berkurang
Do:
a. Pasien tampak
menggunakan otot
bantu pernapasan
b. RR : 22x/mnt
c. Terpasang nasal
kanul jika sesak
saja
d. Spo2 : 98 %
Ds:
a. Pasien mengatakan
batuk berkurang
b. Pasien mengatakan
sesak berkurang
Do:
a. Pada pemeriksaan
auskultasi suara
napas Wheezing
berkurang
b. Tampak tidak ada
secret
Ds:
89
16.00
16.15
16.30
yang mengakibatkan
kelelahan
3.2 Menganjurkan tirah
baring
3.3 Menganjurkan melakukan
ativias secara bertahap
Melakukan visite
keperawatan
a. Pasien mengatakan
jika beraktivitas
sesak dan mudah
lelah sudah
berkurang
Do :
a. Pasien tampak lelah
berkurang
b. Pasien tampak
posisi semi fowler
c. Pasien tampak
tenang
Ds :
a. Pasien mengatakan
jika beraktivitas
sesak dan mudah
lelah berkurang
Do :
a. Pasien tampak
paham
b. Pasien tampak rilex
c. Pasien beraktivitas
secara bertahap
d. Pasien beraktivitas
masih dibantu oleh
suami
Ds :
a. Pasien mengatakan
sesak nafas dan
lelah sudah
berkurang
Do :
a. Pasien tampak
tenang
b. aktifitas pasien
masih dibantu oleh
suami
c. Pasien beraktivitas
secara bertahap
S:
a. Pasien mengatakan
sesak sudah
berkurang
b. Pasien mengatakan
batuk sudah
berkurang
c. Pasien mengatakan
nyeri sudah sembuh
O:
a. Pasien tampak
sesak berkurang
b. Pasien tampak
memakai Nasal
90
kanul jika sesak
saja
c. Penggunaan otot
bantu pernapasan
berkurang
d. Penggunaan cuping
hdung berkurang
TTV
TD: 120/ 80 mmHg
HR: 80X/Menit
RR: 22 X/menit
T: 36,0Oc
Spo2: 98%
A: Masalah sebagian
teratasi
P: Lanjutkan intervensi
Hari 3
Waktu Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Evaluasi Jumat, 13 Maret 2020
21.00
Visite keperawatan
S: S :
a. Pasien mengatakan
sudah tidak sesak
napas dan batuk
b. Pasien mengatakan
jika beraktivitas
sudah mulai tidak
sesak
c. Pasien mengatakan
jika beraktivitas
lelah berkurang
O:
a. Pasien tampak
tidak sesak
b. Pasien sudah tidak
menggunakan otot
pernapasan
c. Pasien sudah tidak
menggunakan
cuping hidung
d. Pasien tampak
lemah berkurang
TTV:
TD: 120/80 mmHg
N: 80X/menit
RR: 20X/menit
T: 36,0⁰C
SPO2: 99%
e. Pasien sudah tidak
menggunakan
nasal kanul
A: Masalah teratasi
sebagian
P: Intervensi
dilanjutkan
91
21.10
21.20
21.25
1.1 Melakukan monitor pola
napas (frekuensi,
kedalaman, usaha napas)
1.2 Melakukan monitor
bunyi napas tambahan
(mis. Gurgling, mengi,
wheezing, ronci kering)
3.1. Melakuan identifikasi
gangguan fugsi tubuh yang
mengakibatkan kelelahan
Ds:
a. pasien mengatakan
sudah tidak sesak
Do:
a. pasien sudah tidak
menggukanan
nasal kanul
b. pasien tampak
sudah tidak
menggunakan
cuping hidung
c. pasien sudah tidak
menggunakan otot
bantu pernapasan
d. RR : 20 x/mnt
e. Spo2: 99%
Ds:
a. Pasien mengatakan
bersedia dilakukan
pemeriksaan
Do:
a. Pasien sudah tidak
terdengar suara
wheezing
b. Pasien sudah tidak
menggunakan otot
bantu pernapasan
c. Pasien tidak
menggunakan
cuping hidung
d. Pasien tampak
tidak sesak
Ds :
a. Pasien mengatakan
sesak sudah
berkurang saat
beraktivitas
b. Pasien mengatakan
saat beraktivitas
lelah sudah
berkurang
Do :
a. Pasien tampak
tidak gelisah lagi
b. Pasien tampak
lemah berkurang
c. Pasien tampak
tenang
d. Pasien Tampak
beraktivitas dibantu
oleh suami
92
21. 30
21. 40
22.00
3.2. Menganjurkan tirah
baring
3.3 Menganjurkan melakukan
ativias secara bertahap
Melakukan visite
keperawatan
Ds :
a. Pasien mengatakan
saat beraktivitas
lelah sudah
berkurang
Do :
a. Pasien tampak
beraktivitas masih
di bantu
b. Pasien tampak
melakukan tirah
baring
Ds :
a. Pasien mengatakan
saat beraktivitas
lelah berkurang
Do :
a. Pasien tampak
tenang
b. Pasien tampak
melakukan
aktivitas secara
bertahap
c. Pasien melakukan
aktivitas masih
dibantu oleh suami
S:
a. Pasien mengatakan
sudah tidak sesak
b. Pasien mengatakan
saat berkativitas
lelah berkurang
c. Pasien mengatakan
sudah tidak Sesak
saat beraktivitas
d. Pasien mengatakan
batuk sudah tidak
ada
O:
a. Pasien tampak
sudah tidak sesak
b. Pasien tampak
sudah tidak
menggunakan nasal
kanul
c. Wheezing sudah
tidak terdengar
d. Tidak
menggunakan otot
bantu pernapasan
e. Pasien sudah tidak
menggunakan
cuping hidung
TTV
93
TD: 120/ 80 mmHg
N: 80X/Menit
RR: 20 X/menit
T: 36,0Oc
Spo2: 99%
A: Masalah teratasi
sebagian
P: lanjutkan intervensi
PASIEN 2
No
dx
Waktu
dan Tanggal
Implementasi Paraf
1.
2.
25 Maret 2019
08.15 WIB
25 Maret 2019
16.15
25 Maret 2019
20.15 WIB
26 Maret 2019
08.20 WIB
1. Memeriksa tanda- tanda vital
(tekanan darah, nadi, pernapasan
dan suhu)/8 jam
2. Mengauskultasi dada sebelah kiri
pasien.
3. Memposisikan klien semi fowler,
miringkan ke arah sisi yang sakit
yang nyaman atau tinggikan kepala
(60-90º)
4. Mengajarkan klien untuk batuk dan
napas dalam yang efektif.
5. Kolaborasi obat : - Inj.Methyl prednisolon 5mg/IV
- Inj.Ranitidine 50mg/iv
- Ketorolac 30mg/drip
- Inj.Levofloxacyn 5mg/iv
1. Memeriksa tanda- tanda vital
(tekanan darah, nadi, pernapasan
dan suhu)
2. Mengauskultasi pada dada sebelah
kiri pasien.
3. Memposisikan klien semi fowler,
miringkan ke arah sisi yang sakit
yang nyaman atau tinggikan kepala
(60-90º)
1. Mengevaluasi klien untuk batuk dan
napas dalam yang efektif. 2. Kolaborasi obat
- Inj. Ranitidine 50mg/ IV
- Inj. Metil Predinosolon 5mg /IV
1. Memeriksa tanda-tanda vital (tekanan
darah, nadi, pernapasandan suhu)/8
jam
2. Mengauskultasi dada sebelah kiri
pasien.
3. Memposisikan klien semi fowler,
miringkan ke arah sisi yang sakit yang
94
3.
26 Maret 2019
08.15 WIB
27, Maret 2019
09.30 WIB
27, Maret 2019
16.15 WIB
nyaman atau tinggikan kepala (60-
90º)
4. Mengajarkan klien untuk batuk dan
napas dalam yang efektif. 5. Kolaborasi obat :
- Inj.metil predinosolon
5mg /IV
- Inj. Ranitidine 50 mg /IV - Ketorolac 30 mg/drip
- Inj. Levofloxacin 5 mg/IV
1. Memeriksa tanda- tanda vital
(tekanan darah,nadi,pernapasandan
suhu)
2. Mengauskultasi dada sebelah kiri
pasien.
3. Memposisikan klien semi
fowler, miringkan ke arah sisi
yang sakit yang nyaman atau
tinggikan kepala (60-90º)
4. Mengajarkan klien untuk batuk dan
napas dalam yang efektif.
5. Kolaborasi obat :
- Inj. Levofloxacin 5 mg/IV
- Inj. metil predinosolon
5mg
/IV
- Inj. Ceftriaxone 1 g /IV
- Inj. Ranitidine 50 mg / IV
1. Memeriksa tanda-tanda vital
(tekanan darah, nadi, pernapasandan
suhu)/8 jam
2. Mengauskultasi dada sebelah kiri
pasien.
3. Memposisikan klien semi fowler,
miringkan ke arah sisi yang sakit
yang nyaman atau tinggikan kepala
(60- 90º)
4. Mengajarkan klien untuk batuk dan
napas dalam yang efektif. 5. Kolaborasi obat :
- Inj.Metil predinosolon
5mg /IV
- Inj. Ranitidine 50 mg / IV - Ketorolac 30
mg/drip
- Inj. Levofloxacin 5 mg/IV
1. Memeriksa tanda-tanda vital
(tekanan darah, nadi, pernapasandan
suhu)/8 jam
2. Mengauskultasi dada sebelah kiri
pasien.
3. Memposisikan klien semi fowler,
95
27, Maret 2019
20.15 WIB
miringkan ke arah sisi yang sakit
yang nyaman atau tinggikan kepala
(60- 90º)
1. Mengevaluasi klien untuk batuk dan
napas dalam yang efektif.
2. Kolaborasi obat :
- Inj. Metil predinosolon 5mg /IV
- Inj. Ranitidine 50 mg / IV
Berdasarkan tabel 4.7 Implementasi tindakan keperawatan dilakukan
untuk mengatasi masalah-masalah yang ditemukan pada pasien sesuai
dengan perencanaan intervensi keperawatan masing-masing diagnosa
keperawatan yang telah disusun.Pelaksanaan tindakan keperawatan pada
pasien 1 dilakukan selama 3 hari perawatan yaitu pada tanggal 11 Maret
2020 sampai tanggal13 Maret 2020. Pelaksanaan tindakan keperawatan
pada pasien 2 dilakukan selama 3 hari perawatan yaitu pada tanggal 25
Maret 2019 sampai tanggal 27 Maret 2019 Pelaksanaan tindakan
keperawatan dilakukan secara komperehensif.
d. Evaluasi
Tabel 4.8 Evaluasi Keperawatan Pasien 1 dan 2 Pada Pasien Dengan
Efusi Pleura di RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan dan
RSUD Dr.H Abdul Moeloek provinsi Lampung
Hari Ke- Diagnosa Kep Evaluasi SOAP
Hari 1
Rabu , 11 Maret
2020
Pola napas tidak efektif
berhubungan dengan hambatan
upaya napas ( kelemahan otot
pernapasan)
S:
a. Pasien mengatakan sesak
napas.
O:
a. Pasien tampak sesak
b. Tampak irama pernapasan
pasien tidak teratur
c. Pasien tampak
menggunakan pernapasan
cuping hidung
d. Pasien tampak
menggunakan otot bantu
saat bernapas.
96
Nyeri akut berhubungan dengan
agen pencedera fisik (prosedur
operasi)
Intoleransi Aktivitas berhubungan
dengan kelemahan .
e. TTV:
TD: 114/80 mmHg
HR: 103X/menit
T: 36,2⁰C
RR: 24X/Menit
Spo2 : 97%
A: Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1.1 Melakukan monitor pola
napas (frekuensi,
kedalaman, usaha napas)
1.2 Melakukan monitor bunyi
napas tambahan (mis.
Gurgling, mengi, wheezing,
ronci kering)
1.3 memberikan posisikan semi
fowler / fowler
1.4 berikan oksigen jika perlu.
1.5 Ajarkan pasien teknik batuk
efektif
S:
a. Pasien mengatakan terasa
nyeri di daerah pinggang
sudah tidak ada
O:
a. Pasien tampak tenang
setelah di berikan analgetik
b. Pasien tampak tidak
meringis lagi
c. Skala nyeri 1
d. Pasien tidak gelisah karena
nyeri
TTV:
TD: 120/80 mmHg
HR: 80X/menit
T: 36,2⁰C
RR: 24X/Menit
A: Masalah teratasi
P: intervensi dihentikan
S:
a. Pasien mengatakan saat
beraktivitas sesak napas
dan mudah lelah
O:
a. pasien tampak lemah
b. pasien tampak posisi semi
fowler
c. pasien tampak saat
beraktivitas di bantu oleh
suami
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan Intervensi
97
3.1 Melakuan identifikasi
gangguan fugsi tubuh yang
mengakibatkan kelelahan
3.2 Menganjurkan tirah baring
3.3 Menganjurkan
melakukan ativias secara
bertahap
Hari 2
Hari Ke- Diagnosa Kep Evaluasi SOAP
Kamis , 12 Maret
2020
Pola napas tidak efektif
berhubungan dengan hambatan
upaya napas ( kelemahan otot
pernapasan)
Intoleransi Aktivitas berhubungan
dengan kelemahan .
S:
a. Pasien mengatakan sesak
napas berkurang
O:
a. Pasien tampak masih
sesak
b. Pasien tampak
menggunakan pernapasan
cuping hidung sudah
berkurang
c. Pasien tampak
menggunakan otot bantu
saat bernapas sudah
bekurang.
d. TTV:
TD: 120/80 mmHg
N: 84X/menit
T: 36,2⁰C
RR: 22X/Menit
A: Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1.1 Melakukan monitor pola
napas (frekuensi,
kedalaman, usaha napas)
1.2 Melakukan monitor bunyi
napas tambahan (mis.
Gurgling, mengi,
wheezing, ronci kering)
1.3 memberikan posisikan
semi fowler / fowler
1.4 berikan oksigen jika perlu.
1.5 Ajarkan pasien teknik
batuk efektif
S:
a. Pasien mengatakan saat
beraktivitas sesak napas
dan mudah lelah sudah
berkurang
O:
a. pasien tampak gelisah sudah
berkurang
b. pasien tampak posisi semi
fowler
c. pasien tampak lemah
berkurang
98
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan Intervensi
3.1 Melakuan identifikasi
gangguan fungsi tubuh yang
mengakibatkan kelelahan
3.2 Menganjurkan tirah baring
3.3 Menganjurkan melakukan
ativias secara bertahap
Hari 3
Hari Ke- Diagnosa Kep Evaluasi SOAP
Jumat , 13 Maret
2020
Pola napas tidak efektif
berhubungan dengan hambatan
upaya napas ( kelemahan otot
pernapasan)
Intoleransi Aktivitas berhubungan
dengan kelemahan .
S:
a. Pasien mengatakan sudah
tidak sesak napas
b. Psien mengatakan sudah
tidak batuk
O:
a. Pasien tampak tidak sesak
b. Tampak irama pernapasan
pasien sudah teratur
c. Pasien tampak sudah tidak
menggunakan pernapasan
cuping hidung
d. Pasien tampak sudah tidak
menggunakan otot bantu
saat bernapas
e. Pasien sudah tidak
menggunakan nasal kanul
f. TTV:
TD: 114/80 mmHg
N: 80X/menit
T: 36,2⁰C
RR: 20X/Menit
A: Masalah sudah teratasi
P : Intervensi di hentikan
S:
a. Pasien mengatakan saat
beraktivitas sudah tidak
sesak napas
b. Pasien mengtakan saat
beraktivitas lelah
berkurang
O:
a. pasien tampak tenang
b. pasien tampak lemah
berkurang
c. pasien beraktivitas secara
bertahap
d. pasien beberapa
beraktivitas masih dibantu
suami
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan Intervensi
99
2.1 Melakuan identifikasi
gangguan fungsi tubuh
yang mengakibatkan
kelelahan
3.2 Menganjurkan tirah baring
3.3 Menganjurkan melakukan
ativias secara bertahap
PASIEN 2
Waktu dan Tanggal Evaluasi
25 Maret 2019
08.15 WIB
26 Maret 2019
08.15 WIB
Subjektive
1. Pasien mengatakan sesak
2. Pasien mengatakan sesak bertambah saat beraktivitas Objektive
1. Terpasang O2 Nasal Kanul 2 l/menit
2. Posisi pasien semifowler 3. TTV:
TD:120/90 mmHg
Nadi: 92x/menit,
RR: 28 x/menit,
Suhu: 36,0 0C
4. Bunyi nafas ronchi
5. Terdapat penggunaan otot bantu pernafasan Assesment
Pola Napas Tidak Efektif Belum Teratasi Planning
Lanjutkan Intervensi Observasi :
1. Monitor kualitas,
frekuensi, dan kedalaman pernapasan, serta melaporkan
setiap perubahan yang terjadi /8jam
2. Monitor bunyi napas dan catat adanya bunyi
tambahan /8 jam Mandiri :
3. Pertahankan posisi yang nyaman atau tinggikan
kepala 60º dan bantu mengubah posisi semi fowler
atau arah yang sakit
4. Evaluasi klien napas dalam yang telah diajarkan
5. Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian obat
Subjective:
1. Pasien mengatakan sesak berkurang
2. Pasien mengatakan sudah tidak begitu sesak saat
beraktivitas ringan seperti duduk dan makan sendiri
di tempat tidur Objective:
1. Terpasang O2 Nasal Kanul 2 lpm
2. Posisi pasien semifowler
3. TTV:
TD : 120/90 mmHg
Nadi: 92x/menit, RR: 26 x/menit Suhu: 36,0⁰C 4. Bunyi nafas ronchi
5. Terdapat penggunaan otot bantu pernafasan
100
27 Maret 2019
09.30 WIB
6. Pola nafas dispneu.
Assesment:
Pola Napas Tidak
Efektif belum teratasi
Planning:
Lanjutkan intervensi Observasi :
1. Monitor kualitas, frekuensi, dan kedalaman
pernapasan, serta melaporkan setiap perubahan yang
terjadi /8 jam
2. Monitor bunyi napas dan catat adanya bunyi tambahan
/8 jam
Mandiri :
3. Pertahankan posisi yang nyaman atau tinggikan
kepala 60º dan bantu mengubah posisi semi fowler
atau arah yang sakit
4. Evaluasi klien napas dalam yang telah diajarkan Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat
Subjective:
1. Pasien mengatakan sesak berkurang
2. Pasien mengatakan sudah tidak begitu sesak saat
beraktivitas ringan Objective:
1. Terpasang O2 Nasal Kanul 2 lpm
2. Posisi pasien semifowler
3. TTV:
TD : 120/90 mmHg
Nadi: 92x/menit, RR: 24 x/menit, Suhu: 36,00C
4. Bunyi nafas ronchi
5. Terdapat penggunaan otot bantu pernafasan Assesment:
Pola Napas Tidak Efektif Belum Teratasi
Planning:
Lanjutkan intervensi Observasi : 1. Monitor kualitas,
frekuensi,dan kedalaman pernapasan,serta melaporkan
setiap
perubahan yang
terjadi //8 jam
2. Monitor bunyi napas dan catat adanya bunyi
tambahan /8 jam
Mandiri :
3. Pertahankan posisi yang nyaman atau tinggikan
kepala 60º dan bantu mengubah posisi semi fowler
atau arah yang sakit
4. Evaluasi klien napas dalam yang telah diajarkan Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian obat
Sumber : pasien dengan efusi pleura di RSUD Dr.H Abdul Moeloek provinsi
Lampung, ayni, tahun 2019
101
Pada table 4.8 setelah melakukan pelaksanaan tindakan keperawatan
pada pasien 1, dibuat evaluasi tindakan selama 24 jam. Pada pasien 1 saat
melakukan evaluasi tindakan pada pasien 1 menunjukan 3 diagnosa
keperawatan yang teratasi 2 dan sebagian teratasi 1 yaitu pola napas tidak
efektif teratasi dihari ke 3, nyeri akut teratasi sebagian dihari ke 1, intoleransi
aktivitas teratasi sebagian di hari ke 3. Pada pasien 2 menunjukan 3 diagnosa
keperawatan yang teratasi 2 dan sebagian teratasi 1, pola napas tidak efektif
teratasi sebagian di hari ketiga.
B. Pembahasan
Pada pembahasan ini, peneliti membahas tentang asuhan keperawatan
pada 2 pasien dengan Efusi pleura sesuai dengan konsep-konsep teori yang ada.
Asuhan keperawatan dilaksanakan selama 3 pada pasien 1 dari tanggal 11 Maret
– 13 Maret 2020 di ruang Flamboyan A dan 3 hari pada pasien 2 mulai dari
tanggal 25 Maret – 27 Maret 2019 di Ruang Melati RSUD Dr. H. Abdoel
Moeloek Provinsi Lampung. Berikut ini akan diuraikan pelaksanaan Asuhan
keperawatan Pada Pasien Dengan Efusi Pleura di RSUD Dr. Kanujoso
Djatiwibowo Balikpapan dan RSUD Dr. H. Abdoel Moeloek Provinsi Lampung
sesuai tiap fase dalam proses keperawatan yang meliputi: pengkajian,
menegakkan diagnosa keperawatan, membuat perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi.
102
1. Pengkajian
a. Pasien 1
Pengkajian merupakan catatan tentang hasil pengkajian yang
dilaksanakan untuk mengumpulkan informasi pasien, membuat data
dasar tentang pasien, dan membuat catatan tentang respon kesehatan
pasien (Dinarti & Mulyanti, 2017).
Pada pengkajian pasien 1 menggunakan konsep pengkajian
berdasarkan teori (Muttaqin, 2008). Dimana pengkajian ini difokuskan
pada asuhan keperawatan pada pasien efusi pleura. Hasil dari
pengkajian sebagai berikut:
Berdasarkan dari hasil pengkajian pada pasien 1 dengan
diagnosa medis Efusi Pleura. Pada pasien 1 memiliki keluhan yaitu
sesak napas.
Berdasarkan teori yang ada menurut (Sudoyo dkk, 2009)
menyatakan bahwa bila cairan banyak pada penderita efusi pleura,
penderita mengalami sesak akan sesak napas.
Menurut peneliti bahwa sesak napas yang dirasakan pada pasien
1 merupakan tanda dan gejala dari efusi pleura yang terjadi karena
adanya penumpukan cairan dalam rongga paru yang menyebabkan
kelemahan pada otot pernapasan.
Pada riwayat penyakit sekarang ditemukan data pemeriksaan vital
TD: 114/80 mmHg, N: 103x/menit, RR: 26x/menit, Suhu: 36,2 0C,
103
pasien 1 pada hari Senin tanggal 11 maret 2020 pasien mengatakan
Sesak napas, batuk dan nyeri pinggang. Pasien tiba di IRD pada pukul
16.00 Wita. Pasien mengatakan awalnya hanya batuk pilek, kemudian
dirujuk ke Rumah Sakit Restu Ibu dengan diagnose TBC, pasien
dianjurkan melakukan pengobatan di Rumah Sakit Restu Ibu. Sudah
berjalan 2 bulan pengobatan ternyata dokter salah mendiagnosa. Selama
2 bulan pengobatan TBC, sering timbul alergi pada makan. Pasien
mengatakan pada rontgen 1 sudah ada cairan di paru-paru, lalu pada
rongen ke 2 semakin membanyak. Pasien mengatan jika berjalan mudah
lelah dan sesak nafas. Pasien mengatakan pada tanggang 9 Maret 2020
dilakukan penarikan cairan di Ruang Flamboyan A sebanyak 1,1 Liter.
Lalu pasien di bawa ke RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo, sesampainya
di IRD pasien langsung dilakukan pemeriksaan thoraks 1 posisi, lalu
pasien di bawa ke ruang Flamboyan A pada tanggal 11 Maret 2020.
Berdasarkan teori menurut (Morton,dkk 2012) Efusi pleura
adalah akumulasi cairan pleura akibat peningkatan kecepatan produksi
cairan, penurunan kecepatan pengeluaran cairan atau keduanya, adapun
penyebab dari efusi pleura diantaranya non infeksi berupa karsinoma
termasuk limfoma maligna. Hal ini yaitu terjadi karena adanya
akumulasi cairan disebabkan oleh faktor sistemik yang mempengaruhi
produksi dan absorbsi cairan pleura.
104
Menurut peneliti pada pasien 1 memiliki penyakit penumpukan
cairan paru karena kesalahan diagnose pada pasien.
Pada pemeriksaan fisik thorak system pernapasan pada pasien 1
pasien sesak, batuk tidak produktif, tidak terdapat sekret, dengan
frekuensi napas 26x/menit, irama pernapasan tidak teratur, pola
pernapasan pasien dispnea, terdapat pernapasan cuping, terdapat
penggunaan otot bantu pernapasan, vocal premitus getaran paru kanan
dan kiri tidak sama kuat. Hasil pemeriksaan rontgen thoraks 1 posisi
pada pasien 1 didapatkan hasil terdapat penumpukan cairan paru
disebelah kanan.
Berdasarkan teori yang ada menurut (Morton dkk, 2012)
menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi penyembuhan efusi
pleura yaitu adanya penyakit infeksi dan non infeksi. Untuk penyakit
infeksi yaitu Ini terjadi akibat kebocoran cairan melewati pembuluh
kapiler yang rusak dan masuk ke dalam paru yang dilapisi pleura
tersebut atau kedalam paru terdekat. Sedangkan untuk penyakit non
infeksi yaitu karena adanya akumulasi cairan disebabkan oleh faktor
sistemik yang mempengaruhi produksi dan absorbsi cairan pleura.
b. Pasien 2
Usia subyek asuhan pada pengumpulan data ini adalah usia lebih
dari 30 tahun yang termasuk dalam kategori dewasa. Berdasarkan hasil
pengumpulan data didapati subyek asuhan usia 53 tahun, subyek asuhan
pada pengumpulan data ini adalah berjenis kelamin perempuan.
105
pada pasien 2 didapatkan data yaitu, pasien datang ke Rs.
Abdoel Moeloek pada tanggal 24 maret 2019 melalui UGD pukul 21.23
WIB. Pasien mengatakan sesak napas. Pasien mengatakan sesak dan
yang dirasakan hilang timbul, sesak berat dirasakan saat beraktivitas dan
sesak terasa ringan saat dalam keadaan rileks dan memoposisikan
setengah duduk dan miring sebelah kanan, Pasien mengatakan dada
sebelah kanan atas terasa berat, frekuensi sesak tidak menentu, sesak
mengakibatkan pasien mual dan tidak nafsu makan. sesak sudah
dirasakan sejak 3 hari yang lalu. Pemeriksaan vital TD: 110/80 mmHg,
N: 87x/menit, RR: 28x/menit, Suhu: 36,7 0C, Kesadaran :
Composmentis. pada pasien Ny. N terdapat suara tambahan yaitu ronchi
dibagian lapang paru sebelah kanan, bentuk dada pasien asimetris
(pergerakan dada tertinggal pada sisi yang sakit), terdapat suara redup
karena terdapat cairan di lapang paru sebalah kanan terdapat suara redup
karena terdapat cairan di lapang paru sebalah kanan pada IC 6 8 bagian
depan, tidak terdapat nyeri tekan pada seluruh lapang paru. Hasil
pemeriksaan pada pasien 2 di terima cairan sebanyak 200 ml.
Pada pengkajian Ny.N pada bagian abdomen terdapat nyeri tekan
pada ulu hati Pasien, Pasien mengatakan nyeri seperti terlilit dan hilang
timbul, nyeri akan hilang jika pasien berbaring setengah duduk dan
menarik napas dalam, dan akan timbul jika pasien melakukan aktivitas,
nyeri tidak menyebar, skala nyeri 4, peneliti sebelumnya melakukan
106
pengkajian tidak konverhensif seharusnya dari keluhan pasien bisa
ditegakan diagnose keperawatan.
Pada implementasi pasien 2 peneliti kurang konverhensif dalam
memasukan data implementasi, peneliti tidak mencantumkan data
subjektif dan data objektif pasien 2.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai seseorang,
keluarga atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses
kehidupan yang aktual ataupun potensial. Diagnosa keperawatan
merupakan dasar dalam penyusunan rencana tindakan asuhan keperawatan
(Dinarti & Mulyanti, 2017).
Berdasarkan hal tersebut peneliti dalam kasus asuhan keperawatan
pada pasien dengan Efusi pleura menegakkan masalah keperawatan
berdasarkan dari pengkajian yang didapatkan.
Menurut (Nurarif, Amin Huda & Kusuma, 2015) dan (PPNI, 2017)
ada 4 diagnosa keperawatan yang sering muncul pada pasien efusi pleura
sebelum dilakukan tindakan invasif yaitu pola napas tidak efektif
berhubungan dengan hambatan upaya napas (kelemahan otot pernapasan),
nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis, Resiko Defisit
nutrisi berhubungan dengan factor psikologis, intoleransi aktivitas
107
berhubungan dengan kelemahan. Diagnosa keperawatan pada kedua pasien
yang sesuai dengan teori antara lain:
a. Pola napas tidak efektif
Diagnosa yang sama antara teori dengan kedua pasien yaitu pola napas
tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas (kelemahan
otot pernapasan). Diagnosa ini muncul pada pasien 1 dan 2 karena pada
saat pengkajian didapatkan data subjektif dari pasien 1 dan 2 yaitu
pasien mengatakan sesak napas dan data objektif dari pasien 1 dan 2
yaitu pasien tampak sesak, pasien mengatakan sulit bernapas pasien
mengatakan sesak bertambah jika beraktivitas
Pola napas tidak efektif adalah inspirasi dan/atau ekspirasi yang
tidak memberikan ventilasi adekuat. Kriteria mayor yang dapat dilihat
dari data subyektif meliputi dispnea dan untuk data objektif yaitu adanya
penggunaan otot bantu pernapasan, fase ekspirasi memannjang, pola
napas abnormal. Kriteria minor yang didapatkan dari data subjektif yaitu
ortopnea, dan untuk data objektif yaitu pernapasan pursed lip,
pernapasan cuping hidung, diameter thoraks anterior posterior
meningkat, ventilasi semenit menurun, kapasitas vital menurun, tekanan
ekspirasi menurun, tekanan inspirasi menurun, ekskursi dada berubah
(PPNI, 2017).
Hal tersebut sesuai dengan teori menurut (Sudoyo dkk, 2009)
Adanya timbunan cairan pada rongga paru mengakibatkan penderita
akan mengalami sesak napas.
108
Menurut peneliti pada pasien 1 dan 2 pola napas tidak efektif
ditimbulkan karena adanya penumpukan cairan paru yang menyebabkan
ketidak mampuan atau adanya kelemahan otot pernapasan sehingga
muncul masalah pola napas tidak efektif.
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera agen pencedera
fisiologis
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien 1 dengan teori
adalah nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis. pada
pasien satu didapatkan data subyektif dimana pasien mengatakan nyeri
di daerah piggang. Sementara data objektif yang ditemukan pada pasien
1 pasien tampak meringis menahan nyeri,skala nyeri 4 dan pasien
tampak gelisah .
Nyeri akut adalah pengalaman sensorik atau emosional yang
berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan
onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang
berlangsung kurang dari 3 bulan. Kriteria mayornya yang dapat
ditemukan berupa data subjektif mengeluh nyeri, data objektif yang
ditemukan yaitu tampak meringis, bersikap protektif, gelisah, frekuensi
nadi meningkat, sulit tidur. Sedangkan untuk kriteria minor tidak
tersedia data subjektif dan untuk data objektif tekanan darah meningkat,
pola napas berubah, nafsu makan berubah, proses berpikir terganggu,
menarik diri, berfokus pada diri sendiri, diaforesis(PPNI, 2017).
109
Berdasarkan teori yang ada menurut (Nurarif, Amin Huda &
Kusuma, 2015)menyatakan bahwa adanya penumpukan di cairan
rongga pleura dapat dilakukan tindakan pembedahan yaitu berupa
pemasangan drainase yang dapat menimbulkan adanya nyeri pada
pasien.
c. Resiko Defisit Nutrisi
Diagnosa yang berbeda dengan pasien 2 adalah resiko defisit
nutrisi berhubungan dengan factor psikologis (ke engganan untuk
makan). Saat pengkajian didapatkan data subyektif dari pasien yang
mengatakan nafsu makannya menurun dan mual, sedangkan pada data
objektif pasien hanya memakan ½ dari porsi yang dierikan.
Resiko Defisit nutrisi adalah beresiko mengalami asupan nutrisi
tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme. Menurut peneliti
Resiko defisit nutrisi pada pasien 2 terjadi karena adanya faktor
penyakit yang diderita sehingga pasien mengalami penurunan napsu
makan sehingga diangkat diagnose resiko defisit nutrisi.
d. Intoleransi aktivitas
Pada diagnosa ini ada kesamaan pada pasien 1 dan 2 dengan
intoleransi aktivitas berhubungan dengaan kelemahan. Saat pengkajian
didapatkan data subyektif dari pasien yang mengatakan lelah, pasien
mengatakan sesak napas. Sementara data objektif didapatkan pasien
tampak sesak.
110
Intoleransi aktivitas adalah ketidakcukupan energi untuk
melakukan aktivitas sehari-hari. Kriteria mayor ditemukan data
subjektif yaitu mengeluh lelah dan data objektif yaitu frekuensi jantung
berubah > 20% dari kondisi istirahat. Kriteria minor didapatkan data
subjektif yaitu dispnea saat/setelah aktivitas, merasa tidak nyaman
setelah beraktivitas, merasa lemah dan untuk data objektif tekanan darah
berubah > 20% dari kondisi istirahat, gambaran EKG menunjukan
aritmia saat/setelah aktivitas, gambara EKG menunjukan iskemia,
sianosis (PPNI, 2017).
Berdasarkan teori yang ada menurut (Nurarif, Amin Huda &
Kusuma, 2015) menyatakan bahwa dengan adanya penumpukan cairan
di rongga pleura mengakibatkan sesak pada pasien sehingga energy
berkurang untuk melakukan aktiviitas.
Menurut peneliti intoleransi aktivitas pada pasien 1 dan 2 terjadi
karena adanya kelemahan sehingga sulit melakukan aktivitas maka dari
itu peneliti mengagkat diagnosa intoleransi aktivitas.
3. Perencanaan
Intervensi keperawatan adalah suatu rangkaian kegiatan penentuan
langkah-langkah pemecahan masalah dan prioritasnya, perumusan tujuan,
rencana tindakan dan penilaian asuhan keperawatan pada pasien
berdasarkan analisis data dan diagnosa keperawatan (Dinarti & Mulyanti,
2017).
111
Tahap ketiga dari proses keperawatan adalah perencanaan,
perencanaan tindakan keperawatan pada pasien 1 dan pasien 2 dibuat
setelah semua data yang terkumpul selesai dianalisis dan diprioritaskan.
Langkah-langkah dalam perencanaan keperawatan ini terdiri dari:
menegakkan diagnosa keperawatan, menentukan sasaran dan tujuan,
menentukan kriteria dan evaluasi, menyusun intervensi dan tindakan
keperawatan.
Pada diagnosa pola napas tidak efektif berhubungan dengan
hambatan upaya napas (kelemahan otot pernapasan) pada pasien 1 dan 2
peneliti mencantumkan tujuan setelah melakukan tindakan keperawatan
dalam waktu yang telah ditentukan diharapkan pola napas pasien kembali
efektif dengan kriteria hasil: menunjukan pola napas normal/efektif , bebas
sianosis dan tanda gejala hipoksia.
Intervensi tindakan pola napas tidak efektif yang telah di buat pada
pasien 1 dan 2 meliputi: Lakukan monitor pola napas (frekuensi, kedalaman,
usaha napas) , Lakukan monitor bunyi napas tambahan (mis. Gurgling,
mengi, wheezing, ronci kering), pertahankan kepatenan jalan napas,
posisikan semi fowler., berikan oksigen jika perlu, Ajarkan pasien teknik
batuk efektif
Pada diagnosa resiko defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya
nafsu makan pada pasien 2 peneliti mencantumkan tujuan setelah
melakukan tindakan keperawatan dalam waktu yang telah ditentukan
diharapkan pemenuhan kebutuhan pasien tercukupi dengan dengan kriteria
112
hasil: keinginan makan membaik, asupan makan membaik, asupan cairan
membaik, energy untuk makan membaik.
Intervensi resiko defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya
nafsu makan yang telah di buat pada pasien 2 meliputi: Lakukan pengkajian
lengkap rasa mual termasuk frekuensi, durasi, tingkat mual, dan faktor yang
menyebabkan pasien mual. Monitor mual (misal, frekuensi, durasi dan
tingkat keparahan) Evaluasi efek mual terhadap nafsu makan pasien,
aktivitas sehari-hari, dan pola tidur pasien, Anjurkan makan sedikit tapi
sering dan dalam keadaan hangat, Kendalikan faktor lingkungan penyebab
mual (mis, rangsangan visual yang tidak menyenangkan), Anjurkan pasien
mengurangi jumlah makanan yang bisa menimbulkan mual. Berikan
istirahat dan tidur yang adekuat untuk mengurangi mual, Kolaborasi
pemberian obat
Pada diagnosa Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
pada pasien 1 dan 2 peneliti mencantumkan tujuan setelah dilakukan
tindakan keperawaan diharapkan akitifitas pasien meingkat dengan kriteria
hasil: Dyspnea saat beraktifitas menurun, Dyspnea setelah beraktifitas
menurun, Perasaan lemah menurun, Tekanan darah membaik, Frekueni nadi
membaik.
Intervensi Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
pada pasien 1 dan 2 meliputi: Identifkasi gangguan fungsi tubuh yang
mengakibatkan kelelahan, Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama
113
melakukan aktifitas, Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus
(mis. Cahaya, suara, kunjungan), Anjurkan tirah baring, Melakukan aktvitas
secara bertahap
4. Pelaksanaan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu pasien dari masalah status
kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Proses pelaksanaan
implementasi harus berpusat kepada kebutuhan pasien, faktor-faktor lain
yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi
keperawatan, dan kegiatan komunikasi (Dinarti & Mulyanti, 2017).
Implementasi yang dilakukan pada pasien 1 dan pasien 2 dibagi
dalam tiga tahap yaitu tindakan keperawatan mandiri, tindakan kolaborasi,
dan proses pendokumentasian tindakan mandiri. Implementasi yang
dilakukan peneliti disesuaikan dengan perencanaan yang telah dibuat.
Pada pasien 1 dan 2 terdapat tindakan pada masalah utama
keperawatan yaitu pola napas tidak efektif tindakan yang dilakukan yaitu
lakukan observasi pola napas pasien, Monitor pola nafas (frekuensi,
kedalaman, usaha nafas), Monitor bunyi nafas tambahan (mis. Gurgling,
mengi, wheezing , ronchi kering).
114
Menurut (Yuaningsih, 2017) mengatakan bahwa pemberian teknik
relaksasi napas dalam pada pasien yang terpasang water seal drain yaitu agar
ekspansi paru dapat maksimal.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian proses
keperawatan yang berguna apakah tujuan dari tindakan keperawatan yang
telah dilakukan tercapai atau perlu pendekatan lain. Evaluasi keperawatan
mengukur keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan tindakan keperawatan
yang dilakukan dan memenuhi kebutuhan pasien. Penilaian adalah tahap
yang menentukan apakah tujuan tercapai (Dinarti & Mulyanti, 2017).
Hasil evaluasi yang dilakukan oleh peneliti pada pasien 1 dari 3
masalah keperawatan yang muncul hanya dua masalah yang teratasi yaitu
pola napas tidak efektif dan nyeri akut. Pada pola napas tidak efektif
ditandai dengan menunjukan pola napas pasien normal, bebas sianosis dan
tanda gejala hipoksia. Pada nyeri akut ditandai dengan keluhan nyeri
menurun, Melaporkan nyeri terkontrol meningkat, Meringis menurun,
penggunaan analgetik menurun, tekanan darah membaik. Pada intoleransi
akivitas didapatkan evaluasi subjektif pasien mengatakan saat beraktivitas
terasa sesak dan mudah lelah. Evaluasi objektif didapat pasien masih
tampak lelah, pasien tampak posisi semi fowler, jika beraktivitas pasien di
bantu oleh suami. Pada tanggal 12 maret 2020 didapatkan evaluasi subjektif
pasien mengatkan saat beraktivitas sesak napas dan lelah mulai berkurang,
pada evaluasi objektif pasien tampak gelisah sudah berkurang, pasien
115
tampak melakukan aktivitas secara bertahap, aktivitas masih dibantu oleh
suami. Pada tanggal 13 maret 2020 didapatkan data evaluasi subjektif pasien
mengatkan saat beraktivitas sudah tidak sesak dan lelah berkurng, evaluasi
objektif pasien tampak tenang, lemas tampak berkurang, bebrapa aktivitas
di bantu oleh suami.
Hasil evaluasi yang dilakukan oleh peneliti pada pasien 2 dari 3
masalah keperawatan yang muncul hanya dua masalah yang teratasi yaitu
resiko defisit nutrisi dan intoleransi aktivitas. Pada pola napas tidak efektif
didapatkan evaluasi subjektif pasien mengatakan masih dirasakan sesak,
sesak yang dirasakan berat ketika klien melakukan aktivitas. Evaluasi
objektif di dapat klien masih tampak kesulitan bernapas dengan terpasang
oksigenasi nasal kanul 2 lpm, frekuensi pernapasan 28 x/mnt dan
terdengar suara ronchi. pada tanggal 26 Maret 2019 didapat evaluasi
subjektif klien mengatakan sesak napas dan batuk masih dirasakan tetapi
sudah berkurang, klien mampu mempraktikkan teknik latihan napas
dalam, evaluasi objektif didapatkan frekuensi napas 26x/menit dengan
oksigen nasal kanul 2 lpm dan suara napas masih terdengar ronchi. pada
tanggal 27 Maret 2019 didapat data subjektif masih terasa sesak tetapi
sudah mulai berkurang. Evaluasi objektif frekuensi napas 24 x/mnt dan
oksigen terpasang 2lpm terdengar suara ronchi.
Berdasarakan hasil evaluasi diatas dapat disimpulkam bahwa
masalah pola napas tidak efektif pada pasien 2 belum dapat teratasi
116
dengan implementasi dan evaluasi yang telah diberikan setiap hari.
117
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian penerapan asuhan keperawatan pada
pasien 1 dengan efusi pleura di Ruangan di RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo
Kalimantan Timur sedangkan Pada pasien 2 Ruang Melati RSUD Dr. H. Abdoel
Moeloek Provinsi Lampung tahun 2019 dan peneliti dapat mengambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengkajian
Pengkajian yang dilakukan sesuai dengan teori meliputi identitas
pasien, keluhan utama, riwayat kesehatan pasien, pola aktivitas sehari-hari,
data psikososial, data status mental pasien, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
penunjang dan penatalaksanaan terapi.Salah satu focus utama pengkajian
pada pasien dengan efusi pleura adalah pola pernapasan pasien.
2. Diagnosa keperawatan
Menurut teori yang dikemukakan peneliti pada bab sebelumnya
diagnosa keperawatan yang biasanya muncul pada pasien efusi pleura
setelah dilakukan tindakan invasive pembedahan yaitu 3 diagnosa. pada
pasien 1 dan 2 tidak dilakukan pemasangan WSD dan terdapat 3 diagnosa.
3. Perencanaan
Perencanaan yang digunakan dalam kasus pada kedua pasien
dirumuskan berdasarkan prioritas masalah dengan teori yang ada, Intervensi
118
setiap diagnosa dapat sesuai dengan kebutuhan pasien dan memperhatikan
kondisi pasien serta kesanggupan keluarga dalam kerjasama. Intervensi
yang dilakukan oleh peneliti yaitu intervensi yang dilakukan secara mandiri
maupun kolaborasi.
4. Pelaksanaan tindakan
Pelaksanaan tindakan pada kasus ini dilaksanakan sesuai dengan
intervensi yang sudah di buat, sesuai dengan kebutuhan kedua pasien
dengan efusi pleura.
5. Evaluasi Keperawatan
Akhir dari proses keperawatan adalah evaluasi terhadap asuhan
keperawatan yang di berikan. Evaluasi yang dilakukan oleh peneliti pada
pasien 1 dan 2 selama 3 hari perawatan oleh peneliti dan dibuat dalam
bentuk SOAP. Respon pasien dalam pelaksanaan asuhan keperawatan baik,
pasien cukup kooperatif dalam pelaksanaan setiap tindakan keperawatan.
B. Saran
1. Bagi Peneliti
Peneliti diharapkan lebih teliti dalam melalukan asuhan
keperawatan, salah satunya dalam mengangkat diagnose keperawatan
peneliti sebaiknya dalam melaksanakan asuhan keperawatan dapat
melaksanakan pengkajian dan pengisian data ecara komperhensif dan
menyeluruh.
2. Bagi perkembangan ilmu pengetahuan
119
Hasil peneliti ini diharapkan agar selalu menambah dan memperdalam imu
pengetahuan dalam bidang keperawatan khususnya dalam pelaksanaan
asuhan keperawatan pada pasien efusi pleura menggunakan litearur-literatur
terbaru.
120
DATAR PUSTAKA
Arif Muttaqin. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika.
Ayni (2019). Karya Tulis Ilmiah Efusi Pleura. http://repo.stikesicme-
jbg.ac.id/2528/. Diakses tanggal 23 april 2020.
Bararah, Taqiyyah & Jauhar, M. (2013). Asuhan Keperawatan Panduan Lengkap
Menjadi Perawat Profesional. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Dean, E. (2014). Effect of Body Position on Pulmonary Function. Journal of
American Physical Therapy: Diakses pada 19 februari 2020 pada :
http://ptjournal.apta.org/
Dinarti & Mulyanti, Y. (2017). Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia.
Dugdale, D.C. (2014). Pleural efussion: US international Library of Medicine
National Institute of Health: Diakses pada 19 februari 2020 pada
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000086.htm
E Doenges Marilynn dkk, 1999.Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: Buku
kedoktteran EGC
Haugen, N & Galura, S.J. (2012).Ulrich & Canale's Nursing Care Planning Guides
(7th Ed). Diakses pada 19 februari 2020 pada
http://www1.us.elsevierhealth.com/SIMON/Ulrich/Constructor/diagnos
es.cfm?did=320
Irianto, K. (2014). Anatomi dan Fisiologi. Bandung: Alfabeta.
Juall Lynda, 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: Buku kedokteran
EGC
Morton dkk. (2012). Keperawatan Kritis. Jakarta: EGC.
Morton. (2012). Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1 dan 2. Jakarta: Media
Aesculapius.
Martha & Smith Kelly, 2010. Nanda Diagnosa Keperawatan. Yogyakarta: Digna
pustaka
121
NANDA-I, 2010. Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2009-2011.
Jakarta: Buku kedokteran EGC
NANDA International. (2012). Nursing diagnoses: definitions and classifications
2013-2014. USA: Wiley-Blackwell.
Nair, M., & Peate, I. (2015). Dasar-dasar Patofisiologi Terapan Edisi 2. Jakarta:
Bumi Medika.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). NANDA NIC-NOC edisi refisi jilid 1 2015.
Jakarta: Media Action Publishing.
PHILIP ENG Respiratori medical clinic. (2017). philipeng.com. Dipetik April22,
2017, dari philipeng.com.sg:http://www.philipeng.com.sg/ms
/conditions/pleural-effusion/
PPNI, T. P. S. D. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Priharjo Robert, 1996. Pengkajin Fisik Keperawatan. Jakarta: Buku kedokteran
EGC
Rosmalawati dan Kasiat (2016). Kebutuhan Dasar Manusia I. Jakarta : Pusdik
SDM Kesehatan
.
Rubins, J .(2013). Pleural Efussion. Diakses pada tanggal 19 februari 2020 pada
http://emedicine.medscape.com/article/299959-overview
Sherwood, L. (2010). Human physiologi: From cell to system. USA: Brooks and
Cole
The British Thoracic Society. (2010). Pleural Disease Guideline 2010 A Quick
Reference Guide. British Thoracic Society Reports, Vol 2, No 3, 2010.
Diakses pada tanggal 19 februari 2020 pada http://www.brit-
thoracic.org.uk/clinical-information/pleural-disease.aspx
Wartonah, 2006. Kebutuhan dasar manusia dan proses keperawatan. Jakarta
salemba medika
Wedro, B. (2014). Pleural Effusion. Medicine Net: Diakses pada tanggal 19
februari 2020 pada:
http://www.onhealth.com/pleural_effusion/article.htm
Wilkinson, J.M dan Ahern, N.R. (2005). Diagnosis Keperawatan: Diagnosis
Nanda, Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC
122
LAMPIRAN : Asuhan Keperawatan Pasien 1
123
124
125
126
127
128
129
130
131
132
133
134
135
136
137
138
139
140
141
142
143
144
145
146
147
148
149
150
151
152
153
154
155
156
LAMPIRAN : Asuhan Keperawatan Pasien 2
A. PEMERIKSAAN FISIK
Item pengkajian
Klien 2
Data
umum
Nama : Ny. N
Umur : 53 tahun Status perkawinan : menikah
Pekerjaan : IRT Pendidikan : sma
Jenis kelamin : perempuan Alamat : sutiyoso gg.
Panderwangi lk I kota baru, kec.Tanjung
Karang Timur
Sumber biaya :jamkesmas BPJS
Dx. Medis : efusi pleura No. rekam medic : 00.54.19.21
Tanggal pengkajian : 25 Maret 2019
Keluhan utama
Sesak napas
Riwayat
penyakit
sekarang
Klien datang ke Rs. Abdoel Moeloek pada tanggal 24 maret 2019
melalui UGD pukul 21.23 WIB. Klien mengatakan sesak napas.
klien mengatakan sesak dan yang dirasakan hilang timbul, sesak
berat dirasakan saat beraktivitas dan sesak terasa ringan saat dalam
keadaan rileks dan memoposisikan setengah duduk dan miring
sebelah kanan, klien mengatakan dada sebelah kanan atas terasa
berat, frekuensi sesak tidak menentu, sesak mengakibatkan klien
mual dan tidak nafsu makan. sesak sudah dirasakan sejak 3 hari
yang lalu, TD 120/90, RR 28 x/menit, S: 36,0 0C, HR 92 x/menit,
SaO2: 98%
Riwayat
penyakit
dahulu
klien mengatakan tidak pernah masuk rumah sakitsebelumnya,
klien tidak pernah mengalami operasi sebelumnya.
157
Riwayat
penyakit
keluarga
Klien mengatakan keluarga klien tidak ada yang memiliki
riwayat penyakit TBC, jantung, diabetes militus, dan
hipertensi
Riwayat alergi
Klien mengatakan klien tidak memiliki riwayat alergi baik alergi obat maupun makanan
Pemeriksa
an fisik
TD: 120/90 mmHg Nadi: 92x/menit RR: 28
x/menit Suhu: 36,0C Kesadaran: Composmentis
a. Kepala : kepala tidak ada lesi, rambut tampak bersih, tidak
terdapat nyeri tekan, konjungtiva ananemis, mata isokor, wajah
tidak pucat, bibir tidak sianosis.
b. Hidung : napas menggunakan cuping hidung, tidak terjadi
gangguan penciuman
c. Leher : tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid. d. THORAK :
Inspeksi : bentuk dada asimetris, gerakan dinding dada
asimetris (pergerakan dadakanan tertinggal), tidak terdapat
benjolan atau lesi, tampak retraksi dinding dada.
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan, vocal fremitus menurun,
ekspansi dada tidak maksimal ada ketertinggalan gerak pada
dada sebelah kanan, tidak teraba getaran antara IC 6-8 pada
dada sebelah kanan depan
Perkusi: terdapat suara redup antara IC 6-8 pada dada sebelah
kanan
Auskultasi : terdengar suara vesikuler pada thorax sinistra dan
terdengar suara ronkhi pada thorax dextra antara IC 6-8 depan. e. ABDOMEN
Inspeksi : tidak ada lesi dan stomatitis, terdapat distensi
abdomen, klien tidak terpasang kolostomi,
Auskultasi: bissing usus 10 x/m Palpasi :terdapat nyeri tekan
pada ulu hati klien, klien mengatakan nyeri seperti terlilit dan
hilang timbul, nyeri akan hilang jika klien berbaring setengah
duduk dan menarik napas dalam, dan akan timbul jika klien
melakukan aktivitas, nyeri tidak menyebar dengan
Skala 4. Tidak ada pembesaran hepar
Perkusi: terdapat suara timpani pada kuadran kanan atas.
a. Punggung dan tulang belakang: tidak terdapat kelainan pada
tulang belakang.
b. Genetalia: tidak ada kelainan pada genetalia.
c. Ekstremitas atas dan bawah: akral hangat, warna merah muda,
tidak terdapat kelainan pada jari
d. Kekuatan otot: 5555 5555 5555 5555
158
Pola
pengkajian
oksigenasi
Klien mengatakan sesak saat melakukan aktivitas dan cepat lelah,
klien tidak batuk. Pada saat pengkajian diperoleh data:
Inspeksi: frekuensi napas 28x/m, kedalaman pernapasan dangkal
dan cepat, pernapasan tidak menggunakan cuping hidung, irama
napas tidak teratur, tampak ekspansi dada asimetris
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan, vocal fremitus menurun,
ekspansi dada tidak maksimal ada ketertinggalan gerak pada dada
sebelah kanan, tidak teraba getaran antara IC 6-8 pada dada
sebelah kanan depan
Perkusi: terdapat suara redup antara IC 6-8 pada thorax dextra
Auskultasi : terdengar suara vesikuler pada thorax sinistra dan
terdengar suara ronkhi pada thorax dexyta antara IC 6-8 depan.
Pola
pengkajian
metabolis
medan
nutrisi
Klien mengatakan sebelum masuk rumah sakit klien makan 3 kali
dalam seharidan selalu menghabiskan 1 piring setiap makan,.
semenjak masuk rumah sakit nafsu makan klien berkurang dan
hanya menghabiskan sedikit atau ½ porsi makanan yang diberikan
rumah sakit. Klien mengatakan minum dalam sehari sekitar 8-9
gelas. Selama 24 jam terakhir klien makan 3 kali dalam sehari.
Klien mengatakan selama di rumah sakit tidak menghabiskan
makanan yang disediakan. Klien mengatakan nyeri pada ulu hati
nya
dan klien merasa mual dan tidak nafsu makan. Klien tampak lemas.
Pola
Aktivitas
Sebelum sakit klien baraktivitas dan bekerja seperti biasa, setelah
sakit klien hanya terbaring di tempat tidur dan aktivitas nya
dibantu oleh keluarga
Pola
Konsepsi
Diri
Klien bekerja sebagai ibu rumah tangga, situasi keluarga klien
baik, dengan ia sebagai kepala keluarga memiliki seorang istri dan
2 orang anak. Klien termasuk aktif dalam keanggotaan kelompok
sosial, yaitu pengajian ibu-ibu dan arisan di sekitar rumahnya.
Klien mengatakan bahwa tiadak ada keadaan fisiknya yang tidak
ia sukai.
Pola
pengkajian
istirahat
tidur
Klien mengatakan sebelum masuk rumah sakit tidur nya 6-8
jam/hari dan setelah bangun merasa segar.
Klien mengatakan tidur 5-6 jam/hari klien mengatakan tidak
dapat tidur dengan nyenyak dan sering terbangun saat tidur karena
nyeri padaulu hati.
159
Pola
pengkajian
eliminasi
Klien mengatakan dirumah frekuensi buang air kecil normal
dalam satu hari 3-4 kali perhari dengan konsistensi kuning jernih,
bau normal dan BAB 1x dalam sehari dengan
konsistensi pad at. Sedangkan, klien mengatakan saat
dirumah sakit frekuensi buang air kec il dalam sehari 4-5 kali p
erhari dengan warna kuning jernih dan bau seperti bau obat.
Sedangkan dengan BAB dalam satu hari 1 kali dengan
konsistensi padat.
Pemerikaa
n
penunjang
Pemeriksaan laboratorium
Tgl: 24 Maret 2 19
Parameter Hasil
PATOLOGI
Hemoglobin 8,8
Leukosit 21.100
Eritrosit 3,1
Hemotokrit 26
Trombosit 599.00
0
MCV 85
MCH 28 MCHC 34
Hitung jenis:
- Basofil 0
- Eoshinofil 0
- Batang 0
- Segmen 86
- Limfosit 8
- Monosit 6
Instalasi
Patologi
Anatomi:
Makroskopis
Diterima cairan fleura
volume 200 ml warna
merah
Nilai
rujukan
12,0-16,0
4.800-10.800
4,2-5,4 37-47
150.000 - 450.000
79-99
27-31
30-35
0-1
2-4
3-5
50-70
25-40
2-8
Terapi obat - IVFD RL 10 tts/mnt - Inj. metil predinosolon 5mg /12jam
- Inj. Ranitidine 50 mg / 12 jam
- Katerolac 30 mg/hari
- Inj. Levofloxacin 5 mg/24 jam
160
B. ANALISIS DATA
Ny. N 1. - Klien
mengatakan
dia sulit bernapas
- Klien
mengatakan
sesak
bertambah jika
beraktivitas
- Tampak sulitbernapas
- Napas
menggunakanc
uping hidung
- Pernapasan
cepat dan
dangkal
- Frekuensi
pernapasan28x
/m
- Terpasang
oksigen nasal
kanul 2 l/m
Pola Napas
Tidak
Efektif
Hambatan
Upaya
Napas
2. - Klien
mengatakan
mual dan tidak
nafsu makan
- Klien
mengatakan
nyeri pada ulu
hatinya
- Klien tampak
lemas
- Tampak
distensi
abdomen
- Klien tampak
hanya
menghabiskan ½ dari porsi
yang telah diberikan
Risiko
Defisit
Nutrisi
Faktor
Psikologis
(Keenggan
an Untuk
Makan)
3. - Klien
mengatakan
mudah lelah
- Klien
mengatakan sesak jika banyak beraktivitas
- Klien tampak
lemas
- Aktivitas klien
dibantu oleh
Perawat dan
keluarga
- Klien
terpasang
oksigen
nasal kanul 2
liter/ menit
Intoleransi
Aktivitas
Kelemahan
Fisik
Umum dan
Keletihan
Sekunder Akibat Adanya Sesak Napas.
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama klien Diagnosa keperawatan
Ny. N 1. Pola Napas Tidak Efektif berhubungan dengan
Hambatan Upaya Napas
2. Risiko Defisit Nutrisi berhubungan dengan
Faktor Psikologis (Keengganan Untuk Makan) 3. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan
Kelemahan Fisik Umum Dan Keletihan Sekunder Akibat Adanya Sesak Napas.
161
D. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Masalah
keperawatan
Rencana keperawatan
Tujuan Rencana tindakan
1. Pola Napas Tidak
Efektif
berhubungan
dengan Hambatan
Upaya Napas
Setelah dilakukan
asuhan keperawatan
diharapkan pola napas
pada Ny. N menjadi
efektif dengan kriteria
hasil: kriteria hasil:
1. Frekuensi
pernapasan dalam
rentan normal ( RR :
24 x/menit)
2. Pada pemeriksaan
rontgen thorak tidak
ditemukan adanya
akumulasi cairan
3. Tidak ada bunyi
napas tambahan
4. Tidak ada retraksi
dinding dada dan
penggunaan alat
bantu pernapasan.
Observasi
1. Observasi tanda-tanda vital
(nadi dan pernapasan) / 8 Jam
2. Kaji kualitas, frekuensi, dan
kedalaman pernapasan, serta
melaporkan setiap perubahan
yang terjadi / 8 jam Mandiri :
3. Berikan klien posisi yang
nyaman atau tinggikan kepala
(60-90º) dan bantu mengubah
posisi fowler/semi fowler,
miringkan ke arah sisi yang sakit
4. Lakukan auskultasi bunyi napas
dan catat adanya bunyi
tambahan.
5. Bantu dan ajarkan klien untuk
batuk dan napas dalam yang
efektif. Kolaborasi :
6. Kolaborasi dengan tim medis
lain untuk pemberian , foto
thoraks serta obat- obatan - Inj. metil predinosolon 5mg
/12jam
- Inj. Ranitidine 50 mg / 12 jam
- Katerolac 30 mg/hari
- Inj. Levofloxacin 5 mg/24 jam
2. Risiko Defisit
Nutrisi berhubungan
Mual
Setelah dilakukan
tindakan asuahan
Keperawatan
diharapkan risiko
defisit nutrisi pada Ny.
N dapat teratasi dengan
kriteria hasil:
1. Klien mengatakan
tidak mual
2. Tidak terjadi
penurunan BB
3. Asupan makanan
menjadi adekuat
Observasi
1. Lakukan pengkajian lengkap
rasa mual termasuk frekuensi,
durasi, tingkat mual, dan faktor
yang menyebabkan pasien
mual.
2. Monitor mual ( misal,
frekuensi, durasi dan tingkat
keparahan )
3. Evaluasi efek mual terhadap
nafsu makan pasien, aktivitas
sehari-hari, dan pola tidur
pasien
Mandiri
4. Anjurkan makan sedikit tapi
sering dan dalam keadaan
hangat
5. Kendalikan faktor lingkungan
penyebab mual (mis,
rangsangan visual yang tidak
menyenangkan)
6. Anjurkan pasien mengurangi
jumlah makanan yang bisa
162
menimbulkan mual.
7. Berikan istirahat dan tidur yang
adekuat untuk mengurangi
mual Kolaborasi
8. Kolaborasi pemberian obat
3. Intoleransi
Aktifitas
berhubungan denga
Ketidak Seimbangan
Antara Suplei dan
Kebutuhan Oksigen
Setelah dilakukan
asuhan keperawatan
diharapkan intoleransi
aktivitas pada Ny. N
dapat diatasi dengan
kriteria hasil:
1. Mampu melakukan
aktivitas sehari-hari
secara mandiri,
seperti: ke kamar
mandi, mengganti
pakaian, makan dan
minum dll.
2. Kebutuhan aktivitas
terpenuhi tanpa
merasa sesak
3. Pasien
toleran terhadap
aktivitasnya.
Observasi :
1. Monitor respon fisik, emosi,
social dan spiritual setiap 12
jam Mandiri :
2. Bantu klien untuk
mengidentifikasi aktivitas
yang mampu dilakukan
3. Bantu pasien untuk
mengidentifikasi aktivitas
yang disukai
4. Bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi
diri dan penguatan Kolaborasi :
5. Kolaborasi dengan tenaga
rehabilitasi medic dalam
merencanakan program
terapi yang tepat.
E. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Waktu dan Tanggal Evaluasi
25 Maret 2019
08.15 WIB
Subjektive
1. Pasien mengatakan sesak
2. Pasien mengatakan sesak bertambah saat
beraktivitas Objektive
1. Terpasang O2 Nasal Kanul 2 l/menit
2. Posisi pasien semifowler 3 . TTV:
TD:120/90 mmHg
Nadi: 92x/menit,
RR: 28 x/menit,
Suhu: 36,0 0C
4. Bunyi nafas ronchi
5. Terdapat penggunaan otot bantu pernafasan Assesment
Pola Napas Tidak Efektif Belum Teratasi Planning
Lanjutkan Intervensi Observasi :
1. Monitor kualitas, frekuensi, dan kedalaman
pernapasan, serta melaporkan setiap perubahan yang
terjadi /8jam
2. Monitor bunyi napas dan catat adanya bunyi
163
26 Maret 2019
08.15 WIB
27 Maret 2019
09.30 WIB
tambahan /8 jam Mandiri :
1. Pertahankan posisi yang nyaman atau tinggikan
kepala 60º dan bantu mengubah posisi semi fowler
atau arah yang sakit
2. Evaluasi klien napas dalam yang telah diajarkan
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian obat
Subjective:
1. Pasien mengatakan sesak berkurang
2. Pasien mengatakan sudah tidak begitu sesak saat
beraktivitas ringan seperti duduk dan makan sendiri
di tempat tidur Objective:
1. Terpasang O2 Nasal Kanul 2 lpm
2. Posisi pasien semifowler
3. TTV:
TD : 120/90 mmHg
Nadi: 92x/menit, RR: 26 x/menit Suhu:
36,0⁰C 4. Bunyi nafas ronchi
5. Terdapat penggunaan otot bantu pernafasan
6. Pola nafas dispneu.
Assesment:
Pola Napas Tidak
Efektif belum teratasi
Planning:
Lanjutkan intervensi Observasi :
1. Monitor kualitas, frekuensi, dan kedalaman
pernapasan, serta melaporkan setiap perubahan yang
terjadi /8 jam
2. Monitor bunyi napas dan catat adanya bunyi
tambahan /8 jam
Mandiri :
1. Pertahankan posisi yang nyaman atau tinggikan
kepala 60º dan bantu mengubah posisi semi fowler
atau arah yang sakit
2. Evaluasi klien napas dalam yang telah diajarkan Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat
Subjective:
1. Pasien mengatakan sesak berkurang
2. Pasien mengatakan sudah tidak begitu sesak saat
beraktivitas ringan Objective:
1. Terpasang O2 Nasal Kanul 2 lpm
2. Posisi pasien semifowler
3. TTV:
4. TD : 120/90 mmHg
5. Nadi: 92x/menit, RR: 24 x/menit, Suhu: 36,00C
6. Bunyi nafas ronchi
164
7. Terdapat penggunaan otot bantu pernafasan Assesment:
Pola Napas Tidak Efektif Belum Teratasi
Planning:
Lanjutkan intervensi Observasi :
1. Monitor kualitas, frekuensi,dan kedalaman
pernapasan,serta melaporkan setiap perubahan yang
terjadi //8 jam
2. Monitor bunyi napas dan catat adanya bunyi
tambahan /8 jam
Mandiri :
1. Pertahankan posisi yang nyaman atau tinggikan
kepala 60º dan bantu mengubah posisi semi fowler
atau arah yang sakit
2. Evaluasi klien napas dalam yang telah diajarkan Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian obat
165
LAMPIRAN : LEMBAR KONSUL
LEMBAR KONSULTASI PROPOSAL
Nama : Tika Herlia
NIM : P07220117077
Judul : Literatur Review asuhan keperawatan pada pasien dengan
efusi pleura
Nama pembimbing : Rahmawati Shoufiah, S.ST., M.Pd
NO HARI/TANGGAL MATERI
YANG DI
KONSULKAN
SARAN
PEMBIMBING
TTD
PEMBIMBI
NG
TTD
MAHASIS
WA
1 14 januari 2020 BAB I
Latar belakang
masalah
a. Penulisan judul
cover harus
berbntuk
pyramid
b. Format margin
harus sesuai
c. Data pada efusi
pleura belum di
masukan
d. Masalah, solusi
dan perawat
belum di
cantumkan
e. Prevalensi
belum di
cantumkan
f. Penulisan klien
diganti menjadi
pasien
166
g. Kata
pengantar,
daftar isi,daftar
pustaka belum
saatnya
dicantumkan
2 4 februari 2020 BAB I
Latar belakang
masalah
a. Perhatikan
spasi yang
digunakan
b. Masalah yang
muncul pada
efusi pleura
belum
dicantumkan
c. Komplikasi
efusi pleura
d. Data efusi
pleura harus
dicantumkan
3 10 februari 2020 BAB I-II
Latar belakag
maslah –
metode
penelitian
a. Penelitian
sebelumnya
harus
dimasukan
b. Pengetikan
disesuaikan
c. Penomoran
harus rapih
d. Tambahkan
gangguan
pernapasan
e. Sumber belum
dimasukan
f. Definisi
operasional
diperbaiki
g. Umur pasien
diperbaiki
h. Pint ke 5 di
bab 3
167
penulisan di
perbaiki
4. 21 februari 2020 BAB I - III a. Penomoran
diubah menjadi
abjad
b. Perbaiki bagan
pathway
c. Intervensi
sesuaikan
dengan
siki,sdki,slki
d. Tambahkan
kata pada
asuhan
keperawatan
e. Bahasa
operasional
f. Tambahkan
tanggal di
jadwl
penelitian
168
LEMBAR KONSULTASI KARYA TULIS ILMIAH
Nama : Tika Herlia
NIM : P07220117077
Judul : Literatur Review asuhan keperawatan pada pasien dengan
efusi pleura
Nama pembimbing : Rahmawati Shoufiah, S.ST., M.Pd
NO HARI/TANGGAL MATERI
YANG DI
KONSULKAN
SARAN
PEMBIMBING
TTD
PEMBIMB
ING
TTD
MAHASI
SWA
1 28 April 2020 BAB 4
Hasil &
Pembahasan
Lampirkan askep
yang asli pada
pasien 1 dan pasien
2
2 1 Mei 2020 BAB 4
Hasil &
Pembahasan
a. di telaah
kembali Bab 4
dan 5
b. penomoran
pada tabel di
baiki
c. nomor pada
rekamedik
ganti dengan
yang baru
d. Ds & Do
dilengkapi lagi
sesuai
pengkajian
e. 5. lengkapi
tanda mayor
dan mior pada
diagnose
169
3 13 mei 2020 BAB III-V
Metodologi
penelitian –
penutup
a. tabel pasien
1&2 jadikan
Satu
b. daftar pustaka
pasien ke 2 di
cantumkan
c. sumber di
cantumkan
d. Bab 3 isi di
sesuaikan
dengan
peraturan kti
yang baru
4. 28 juni 2020 BAB I –V
Pendahuluan -
penutup
a. Cover
digabung
b. Lembar
persetujun
disamakan
c. Perbaiki kata
kata proposal
dengan Kayra
tulis ilmiah
d. Manfaat di
perbaiki
e. Bagian abstrak
ditambahkan
literature rivew
f. Bagian hasil
ditambahkan
sumber pada
bagian bawah
table
g. Saran di
perbaiki
170
LEMBAR KONSULTASI PROPOSAL
Nama : Tika Herlia
NIM : P07220117077
Judul : Literatur Review asuhan keperawatan pada pasien dengan
efusi pleura
Nama pembimbing : Nurhayati, S.ST., M.Pd
NO HARI/TANGGAL MATERI
YANG DI
KONSULKAN
SARAN
PEMBIMBING
TTD
PEMBIM
BING
TTD
MAHA
SISWA
1 15 januari 2020 BAB I
Latar belakang
masalah
a. Penulisan judul
cover harus
sesuai buku
panduan
b. Pengetikan
harus sesuai
buku panduan
2 8 januari 2020 BAB I
Latar belakang
masalah
a. Nyeri termasuk
diagnose
b. Penelitian
pendahuluan
harus
dicantumkan
c. LBM masih
dangkal
diperbaiki lagi
3 19 februari 2020 BAB I
Latar belakag
masalah
a. Perbaiki
penomoran
b. Perbaiki
pengetikan
171
4. 21 maret 2020 BAB I - III a. Yang diberi
tanda merah
pada proposal
diperbaiki lagi
b. Bab 2
menggunakan
sub bab sesuai
buku panduan
c. Pathway
dipaparkan
dulu setelah itu
diagnose
keperawatan
5 26 maret 2020 BAB I - III a. Perbaiki
penulisan
b. Telaah kembali
172
LEMBAR KONSULTASI KARYA TULIS ILMIAH
Nama : Tika Herlia
NIM : P07220117077
Judul : Literatur Review asuhan keperawatan pada pasien dengan
efusi pleura
Nama pembimbing : Nurhayati, S.ST., M.Pd
NO HARI/TANGGAL MATERI YANG
DI
KONSULKAN
SARAN
PEMBIMBING
TTD
PEMBIMB
ING
TTD
MAHA
SISWA
1 30 April 2020 BAB IV-V
Hasil - penutup
a. Penomoran
tabel
diperbaiki
b. Rekamedik di
ubah
c. DS & DO
dilengkapi
sesuai
pengkajian
d. Perbaiki
diagnose ke 3
e. Pelaksanaan
di pola nafas
diperbaiki
f. Ditelaah
kembali
2 17 Mei 2020 BAB I – V a. Perbaiki
pengetikan
b. ACC
173
LAMPIRAN : FOTO SEMINAR HASIL