KARTUL ROSELA

40
BALI SEBAGAI ASET WISATA INDONESIA KARYA TULIS Disusun untuk Melengkapi Tugas sebagai Syarat Memenuhi Ujian Nasional (UN) dan Ujian Sekolah (US) SMA Negeri 3 Pemalang Oleh : Nama : Rosela Veronica NIS : 5795 Kelas : XII IPS 3 Program : Ilmu Pengetahuan Sosial PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG i

Transcript of KARTUL ROSELA

Page 1: KARTUL ROSELA

BALI SEBAGAI ASET WISATA INDONESIA

KARYA TULIS

Disusun untuk Melengkapi Tugas sebagai Syarat Memenuhi

Ujian Nasional (UN) dan Ujian Sekolah (US)

SMA Negeri 3 Pemalang

Oleh :

Nama : Rosela Veronica

NIS : 5795

Kelas : XII IPS 3

Program : Ilmu Pengetahuan Sosial

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG

DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA

SMA NEGERI 3 PEMALANG

2014

i

Page 2: KARTUL ROSELA

PERSETUJUAN / PENGESAHAN

Karya tulis ini telah disetujui oleh pembimbing karya tulis

dan disahkan oleh Kepala SMA Negeri 3 Pemalang

untuk memenuhi syarat menempuh

Ujian Nasional (UN) dan Ujian Sekolah (US)

2014/2015

Pemalang,

Pembimbing I

Dian Puspita Rini, S.Sos, MA.

NIP. 19821124 201001 2 015

Pembimbing II

Sri Ani Purwani, S.Pd.

NIP. 19661224 200801 2 006

Mengetahui

Kepala SMA Negeri 3 Pemalang

Drs. Nur Edi Sukanto, M.Si.

NIP. 19610419 198503 1 009

ii

Page 3: KARTUL ROSELA

MOTTO

1. Ingatlah bahwa setiap hari dalam sejarah kehidupan kita ditulis dengan tinta yang

tidak dapat terhapus lagi.

(Thomas Carlyle)

2. Sukses bukanlah akhir dari segalanya, kegagalan bukanlah sesuatu yang fatal,

namun keberanian untuk meneruskan kehidupan yang diperhatikan.

(Sir Wingston Churchill)

3. Berusahalah seolah-olah kita hidup selamanya dan hiduplah seakan-akan inilah

hari terakhir.

(James Dean)

4. Aku bisa menerima kegagalan semua orang pernah gagal dalam melakukan

sesuatu, tapi aku tidak bisa menerima ketidakmauan untuk mencoba.

(Michael Jordan)

5. Kelebihan ilmu dibandingkan harta adalah ilmu jika dikerjakan akan bertambah

sedangkan harta bila diberikan akan berkurang.

(Ali bin Abi Thalib)

iii

Page 4: KARTUL ROSELA

PERSEMBAHAN

Karya tulis ini dipersembahkan kepada :

1. Ayah dan Ibu tercinta.

2. Kepala SMA Negeri 3 Pemalang.

3. Bapak dan Ibu guru SMA Negeri 3 Pemalang.

4. Teman-teman dan adik kelas tercinta.

5. Para pembaca yang budiman.

iv

Page 5: KARTUL ROSELA

PRAKATA

Penulis panjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan karya

tulis ini yang berjudul “BALI SEBAGAI ASET WISATA INDONESIA” guna

melengkapi syarat menempuh Ujian Sekolah dan Ujian Nasional di SMA Negeri 3

Pemalang tahun pelajaran 2014 / 2015.

Pada penyusunan karya tulis ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak.

Oleh karena itu, penulis sampaikan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Bapak Drs. Nur Edi Sukanto, M.Si, selaku kepala SMA Negeri 3 Pemalang;

2. Ibu Dian Puspita Rini, S.Sos, MA selaku Pembimbing I

3. Ibu Sri Ani Purwani, S.Pd. selaku Pembimbing II

4. Bapak dan ibu guru SMA Negeri 3 Pemalang yang telah memberi masukan

5. Semua pihak yang telah membantu tersusunya karya tulis ini.

Semoga bantuan dan kebaikannya mendapat pahala dari Allah SWT.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan karya tulis ini masih

kekurangan. Hal ini disebabkan keterbatasan pengetahuan penulis, untuk itu kritik

dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca sangat penulis harapkan demi

kesempurnaan karya tulis ini.

Akhirnya penulis berharap semoga karya tulis ini dapat berguna bagi

pembaca, terutama bagi adik-adik kelas X dan XI. SMA Negeri 3 Pemalang.

Pemalang, Februari 2015

Penulis

v

Page 6: KARTUL ROSELA

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL........................................................................................... i

PERSETUJUAN / PENGESAHAN................................................................... ii

MOTTO............................................................................................................... iii

PERSEMBAHAN............................................................................................... iv

PRAKATA.......................................................................................................... v

DAFTAR ISI....................................................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah............................................................. 1

B. Alasan Pemilihan Judul.............................................................. 1

C. Rumusan Masalah...................................................................... 2

D. Metode Penulisan....................................................................... 2

E. Sistematika Penulisan................................................................. 2

F. Pembatasan Masalah.................................................................. 3

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PULAU DEWATA BALI

A. Keadaan Geografis..................................................................... 4

B. Bentang Alam ............................................................................ 4

C. Iklim........................................................................................... 4

D. Penduduk Asli Pulau Bali.......................................................... 5

BAB III KEBUDAYAAN PULAU DEWATA

A. Kepercayaan Penduduk.............................................................. 6

B. Upacara Pembakaran Mayat....................................................... 7

C. Bahasa........................................................................................ 9

D. Pembagian Kasta........................................................................ 10

E. Kesenian di Pulau Bali............................................................... 11

BAB IV SEKTOR PARIWISATA SEBAGAI ASET DEVISA INDONESIA

A. Sejarah Pariwisata...................................................................... 13

B. Klasifikasi Objek Wisata............................................................ 14

BAB V PENUTUP

A. Simpulan.................................................................................... 20

B. Saran........................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 21

LAMPIRAN........................................................................................................ 22

vi

Page 7: KARTUL ROSELA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan salah satu Negara kepulauan yang memiliki banyak

tempat pariwisata menarik dan unik yang pantas untuk dikunjungi. Ragamnya

keindahan alam dan budaya di Indonesia bisa menjadi daya tarik tersendiri bagi

wisatawan asing maupun lokal. Salah satu tujuan wisata yang kaya akan

keindahan alam dan budaya yang ada di Indonesia adalah Bali. Bali merupakan

tujuan wisata favorit tidak saja di Indonesia, tapi seluruh dunia. Sebagai daerah

tujuan wisata, Bali konsisten menempatkan sekotr pariwisata sebagai sector

andalan. Pengembangan industry pariwisata di Bali secara umum menempatkan

konsep pariwisata budaya yang secara implicit memasukkan misi

menumbuhsuburkan kebudayaan Bali dalam setiap kegiatan pengembangannya.

Di lain pihak kepariwisataan telah menjadi salah satu industry yang memberikan

dampak besar terhadap pertumbuhan perekonomian Bali seperti cermin dalam

komposisi penyumbang pertumbuhan ekonomi Bali. Sektor perdagangan, hotel,

dan restoran Bali sehingga tidaklah salah untuk dikatakan bahwa tingkat

perekonomian Bali sangat bergantung pada pengembangan pariwisata yang

berkelanjutan.

B. Alasan Pemilihan Judul

Dalam penulisan karya tulis ini, penulis menulis judul “BALI SEBAGAI

ASET WISATA INDONESIA” adapun yang menjadi alasannya adalah sebagai

berikut :

1. Penulis tertarik pada keunikan budaya pulau Bali yang menjadi ciri khas pulau

Bali

2. Penulis ingin memperkenalkan berbagai objek wisata yang ada di Pulau Bali.

3. Penulis ingin menggambarkan dan memberikan pengetahuan tentang Pulau

Bali.

4. Keinginan berbagai ilmu dan wawasan tentang Pulau Bali yang patut

dikembangkan dan dilestarikan

5. Penulis secara langsung telah meninjau objek wisata Pulau Bali yang mana

sesuai dengan data yang diperoleh dari lapangan dan juga brosur-brosur.

1

Page 8: KARTUL ROSELA

2

C. Tujuan Masalah

Tujuan penulisan karya tulis ini adalah :

1. Untuk memenuhi dan melengkapi syarat menempuh Ujian Nasional (UN) dan

Ujian Sekolah (US) SMA Negeri 3 Pemalang

2. Untuk memberikan gambaran dan memperoleh pengetahuan mengenal

keadaan pulau Bali

3. Untuk menambah wawasan bagi pembaca tentang seni budaya dan objek

wisata di Pulau Bali.

D. Metode Penulisan

Karya tulis ini disusun berdasarkan data yang diperoleh melalui study

wisata langsung di Pulau Bali. Adapun metode yang digunakan adalah :

1. Metode Observasi

Yaitu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengadakan

pengamatan secara langsung ketempat survei.

2. Metode Interview

Yaitu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara tanya jawab atau

wawancara langsung dengan pemandu wisata.

3. Metode Pustaka

Yaitu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara membaca buku-

buku dan brosur-brosur yang menujang karya tulis.

E. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pembaca dalam memahami dan mengerti tentang

karya tulis ini, maka disajikan sistematika penulisan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Berisi tentang latar belakang masalah, alasan pemilihan judul, tujuan

penulisan, metode penulisan, sistematika penulisan dan pembatasan

masalah

BAB II GAMBARAN UMUM PULAU BALI

Berisi tentang keadaan geografis, bentang alam, iklim, penduduk asli

pulau Bali.

Page 9: KARTUL ROSELA

3

BAB III KEBUDAYAAN PULAU DEWATA

Berisi tentang kepercayaan penduduk, upacara pembakaran

mayat,bahasa, pembagian kasta, kesenian di Pulau Bali.

BAB IV SEKTOR PARIWISATA SEBAGAI ASET DEVISA INDONESIA

Berisi tentang sejarah pariwisata, klasifikasi objek wisata.

BAB V PENUTUP

Pada bab ini membahas tentang saran dan simpulan.

F. Pembatasan Masalah

Pada karya tulis ini, dibatasi masalah-masalah yang berkaitan dengan Pulau

Bali, adalah antara lain sebagai berikut :

1. Keadaan umum pulau Bali

2. Sistem kebudayaan

3. Objek wisata Pulau Bali

Page 10: KARTUL ROSELA

BAB II

GAMBARAN UMUM TENTANG PULAU BALI

A. Keadaan Geografis

Luas wilayah pulau Bali ± 5.636,66 km2 dengan ibu kota provinsi Bali

yaitu Denpasar. Sedangkan letak pulau Bali secara astronomis antara 7º54’ LS -

80º45’ LS dan antara 114º30 BT - 115º45’ BT. Secara geografis wilayahnya

didominasi oleh serangkaian gunung berapi yang membentang sepanjang pulau.

Secara geografis batas-batas pulau Bali yaitu :

Sebelah utara : Laut Bali

Sebelah selatan : Samudra Indonesia

Sebelah timur : Selat Bandung dan Selat Lombok

Sebelah barat : Selat Bali dan Provinsi Jawa Timur

B. Bentang Alam

Sebagian besar wilayah Pulau Bali berupa pegunungan. Gunung tertinggi

di Pulau Bali adalah gunung Agung dengan ketinggian 3.200 m dan pernah

meletus pada tahun 1963. Di bagian selatan pulau ini terdapat dataran rendah

dengan sawah bertingkat. Di bagian utara terdapat juga dataran rendah yang

didominasi dengan perkebunan buah-buahan. Di pulau ini juga terdapat pantai

yang bertebing curam di bagian semenanjung bukit dan airnya berwarna biru.

C. Iklim

Bali beriklim tropis dengan curah hujan rata-rata rum/ bulan yang

dipengaruhi oleh angin musim yang berganti setiap 6 (enam) bulan sekali.

Daerah Bali memiliki 2 (dua) musim, yaitu musim kemarau (April –

Oktober) dan Musim hujan (Oktober – April).

Temperature udara bervariasi antara 24º C dan 30,8ºC. Curah hujan dalam

5 (lima) tahun terakhir bervariasi antara terendah 893,4 mm dan tertinggi 2.702,6

mm untuk rata-rata tahunan kelembapan udara rata-rata 79%.

4

Page 11: KARTUL ROSELA

5

D. Penduduk Asli Pulau Bali

Setiap daerah pasti mempunyai suku atau penduduk asli yang mendiami

daerah tersebut. Sama halnya dengan pulau Bali yang juga memiliki penduduk

Asli yang disebut Bali Aga. Bali Aga adalah salah satu sub suku bangsa Bali

yang menganggap dirinya sebagai penduduk asli Pulau Bali. Perbedaan pengaruh

kebudayaan Jawa Hindu diberbagai daerah di Bali pada masa jaman Majapahit

dahulu menyebabkan adanya dua bentuk masyarakat Bali Majapahit. Orang Bali

Aga umumnya mendiami desa-desa di daerah pegunungan seperti Sambiran,

Cempaka Sidatapa, Pendapat, Tiga Wangsa di Kabupaten Buleleng dan

Tanganan.

Page 12: KARTUL ROSELA

BAB III

KEBUDAYAAN PULAU DEWATA

A. Kepercayaan Penduduk

Masyarakat Bali sebagian besar menganut agama Hindu – Bali. Hal ini

terlihat dari pola kehidupan masyarakat Bali yang selalu mengadakan upacara

spiritual yang biasa dilakukan minimal 3 kali dalam satu hari. Walaupun

demikian ada pula masyarakat Bali yang menganut agama Islam, Kristen,

Katholik dan Budha.

Dalam kehidupan keagamannya, masyarakat Bali yang beragama Hindu

percaya akan adanya satu Tuhan dalam bentuk konsep Trimurti yang Esa. Tri

Murti ini mempunyai tiga wujud, yaitu :

- Brahmana sebagai Dewa Pencipta

- Wisnu sebagai Dewa Pelindung

- Siwa sebagai Dewa Perusak

Tempat untuk beribadah di Bali bagi umat Hindu disebut Pura. Di Bali ada

beribu-ribu pura. Masing-masing mempunyai hari kepercayaan atau perayaan

tersendiri sesuai dengan sistem penanggalan. Di Bali mempunyai dua macam

tanggalan yaitu tanggalan Hindu-Bali dan tanggalan Jawa-Bali. Hari raya agama

Hindu adalah Nyepi. Dimana pada hari itu semua masyarakat Bali yang beragama

Hindu melakukan tapa Brata. Dalam melakukan Tapa brata masyarakat sekitar

dilarang melakukan empat hal sebagai berikut :

- Dilarang bekerja

- Dilarang bepergian

- Dilarang menyalakan api

- Dilarang melakukan keramaian.

Pada hari tersebut masyarakat Bali yang beragama Hindu harus berada di

dalam rumah atau Pura untuk mensucikan hati. Tanda berakhirnya Tapa Brata

yaitu dengan diumumkannya oleh Pemuka Agama. Setelah itu, masyarakat Hindu

keluar rumah dan bersilahturahmi dengan keluarga, sanak saudara atau tetangga

dengan saling bersalam-salaman untuk saling bermaafan.

Di Bali terdapat lima macam upacara (Panca Nyadnya) yang masing-

masing didasarkan oleh salah satu sistem penanggalan di Blai yaitu sebagai

berikut :

6

Page 13: KARTUL ROSELA

7

1. Manusia Yadnya, yaitu meliputi upacara siklus hidup dari masa anak-anak

hingga dewasa

2. Pitra Yadnya, yaitu upacara-upacara yang ditujukan kepada roh-roh dan

meliputi upacara kematian sampai pada upacara penyucian roh leluhur

(nyekar).

3. Resi Yadnya, yaitu upacara-upacara yang berkenaan dengan pentahbisan

pendeta (Mediksa)

4. Dewa Yadnya, yaitu upacara-upacara yang berkenaan dengan kuil-kuil umum

dan keluarga

5. Buta Yandya, yaitu upacara-upacara yang ditujukan pada kala dan Buta yaitu

roh-roh yang dapat mengganggu.

Pada umumnya apabila orang-orang menyelenggarakan upacara adat

keagamaan maka penuntut dan penyelesaian upacara itu dilakukan oleh seorang

pemimpin agama tertentu yang bias disebut dengan nama Salinggih.

B. Upacara Pembakaran Mayat

Ngaben adalah suatu upacara pembakaran mayat yang dilakukan umat

Hindu di Bali. Upacara ini dilakukan untuk penyucian roh leluhur orang yang

sudah wafat menuju ketempat peristirahatan terakhir dengan cara melakukan

pembakaran jenazah.

Dalam diri manusia mempunyai beberapa unsur semua ini digerakkan oleh

nyawa / roh yang diberikan Sang Pencipta. Saat manusia meninggal yang

ditinggalkan hanya jasad kasarnya saja, sedangkan roh masih ada dan terus kekal

sampai akhir jaman. Disaat itu upacara ngaben ini terjadi sebagai proses

penyucian roh saat meninggalkan badan kasar.

Kata Ngaben sendiri mempunyai pengertian bekal atau abu yang semua

tujuannya mengarah tentang adanya pelepasan terakhir kehidupan manusia.

Dalam ajaran agama Hindu Dewa Brahmana mempunyai wujud selain sebagai

Dewa Pencipta Dewa Brahmana juga dipercaya mempunyai wujud sebagai Dewa

Api. Jadi upacara Ngaben sendiri adalah proses penyucian roh agar bisa dapat

kembali kepada Sang Pencipta. Api penjelmaan dari Dewa Brahmana bisa

membakar semua kotoran yang melekat pada jasad dan roh orang yang telah

meninggal.

Page 14: KARTUL ROSELA

8

Upacara Ngaben ini dianggap penting bagi umat Hindu di Bali, karena

upacara Ngaben merupakan perwujudan dan rasa hormat dan sayang dari orang

yang ditinggalkan juga menyangkut status sosial dari keluarga dan orang yang

meninggal.

Ngaben dilakukan dengan beberapa rangkaian upacara, terdiri dari berbagai

rupa sesajen dengan tidak lupa dibubuhi simbol-simbol layaknya ritual lain yang

sering dilakukan umat Hindu di Bali. Upacara Ngaben biasanya dilkaukan secara

besar-besaran. Ini semua memerlukan waktu yang lama, tenaga yang banyak dan

juga biaya yang tidak sedikit dan bisa mengakibatkan Ngaben sering dilakukan

dalam waktu yang lama setelah kematian.

Pada masa sekarang ini masyarakat Hindu di Bali sering melakukan

Ngaben secara missal / bersama, untuk menghemat biaya yang ada, dimana jasad

orang yang meninggal untuk sementara dikebumikan terlebih dahulu sampai

biaya mencukupi baru dilaksanakan. Namun bagi orang dan keluarg ayang

mampu upacara Ngaben dapat dilakukan secepatnya. Untuk sementara waktu

jasad disemayamkan di rumah, sambil menunggu waktu yang baik. Ada anggapan

kurang baik bila penyimpanan jasad terlalu lama dirumah, karena roh orang yang

meninggal tersebut menjadi bingung dan tidak tenang, dia merasa berada hidup di

antara 2 alam dan selalu ingin cepat dibebaskan.

Pelaksanaan Ngaben itu sendiri harus terlebih dahulu berkonsultasi dengan

pendeta untuk menetapkan kapan hari baik untuk dilakukannya upacara. Sambil

menunggu hari baik yang akan ditetapkan biasanya pihak keluarga dan dibantu

masyarakat beramai-ramai melakukan persiapan tempat mayat (gade / keranda)

dan replica berbentuk lembu yang terbuat dari bambu, kayu, kertas warna-warni,

yang nantinya untuk tempat pembakaran mayat tersebut.

Di pagi harinya saat upacara ini dilaksanakan seluruh keluarga dan

masyarakat akan berkumpul mempersiapkan upacara. Sebelum upacara

dilakukan/dimandikan, proses pelaksanaan pemandian dipimpin oleh seorang

pendeta atau orang dari golongan kasta Brahmana. Setelah proses pemandian

selesai, mayat dirias dengan mengenakan pakaian baju adat Bali, lalu semua

anggota keluarga berkumpul untuk memberikan penghormatan terakhir dan

diiringi doa semoga arwah yang diupacarai memperoleh kedamaian dan berada

ditempat yang lebih baik. Mayat yang sudah dimandikan dan mengenakan

pakaian tersebut diletakkan di dalam Bade / Keranda. Seluruh anggota keluraga

dan masyarakat berbaris didepan Bade/keranda. Selama dalam perjalanan menuju

Page 15: KARTUL ROSELA

9

tempat upacara Ngaben tersebut, bila terdapat persimpangan atau pertigaan,

Bade/keranda akan diputar-putar sebanyak tiga kali. Ini dipercaya agar di arwah

bingung dan tidak kembali lagi. Dalam pelepasan jenazah tidak ada isak tangins,

tidak baik untuk jenazah tersebut. Seakan tidak rela atas kepergiannya. Arak-

arakan yang menghantar kepergian jenazah diiringi bunyi gamelan, kidung suci.

Pada sisi depan dan belakang Bade/keranda yang diusung terdapat kain putih

yang mempunyai makna sebagai jembatan penghubung bagi sang arwah untuk

dapat sampai ke tempat asalnya.

Setelah sampai dilokasi kuburan atau tempat pembakaran yang sudah

disiapkan, mayat di masukan / diletakkan diatas/didalam replica berbentuk lembu

yang ssudah disiapkan dengan terlebih dahulu pendeta atau seorang dari kasta

Brahmana membacakan mantra dan doa, lalu upacara Ngaben dilaksanakan

kemudian “lembu” dibakar sampai menjadi abu. Sisa abu dari pembakaran mayat

tersebut dimasukkan kedalam buah kelapa gading lalu kemudian

dilarungkan/dihanyutkan kelaut atau sungai yang dianggap suci.

C. Bahasa

Layaknya daerah-daerah lainnya diberbagai belahan dunia, Bali juga

tentunya memiliki bahasa yang digunakan untuk saling berkomunikasi diantara

sesama masyarakatnya maupun antara masyarakat sekitar dengan wisatawan yang

datang dari berbagai belahan dunia. Masyarakat Bali meskipun mendiami suatu

wilayah yang sama namun memiliki tingkat keragaman bahasa dan budaya yang

multiculturalistik. Mendatangi Bali seolah melihat wajah Indonesia mini dalam

satu pulau.

Bali diharuskan pula untuk bisa berbahasa internasional. Bahasa Bali

merupakan bahasa yang paling luas digunakan oleh masyarakat di Bali. Meski

demikian, tak dipungkiri bahwa di Bali ada komunitas Dwi bahkan Tribahasa

dalam masyarakatnya atau masyarakat yang menggunakan lebih daru satu bahkan

dua bahasa dalam percakapannya. Jadi, sangat jelas bahwa diantara mereka

menggunakan versi bahasa Bali yang lebih dari satu namun satu sama lainnya

bisa saling memahami dan mengerti.

Selain itu dalam klasifikasi sosialnya terdapat sistem kasta yang menonjol.

Bahasa merupakan salah satu instrument untuk melakukan identifikasi orang yang

sedang kita ajak bicara berasal dari suatu sekte yang mana. Hal ini tentunya

menjadi daya tarik tersendiri bagi kalangan wisatawan.

Page 16: KARTUL ROSELA

10

D. Pembagian Kasta

Dalam kehidupan masyarakat Bali ada pembagian tingkat sosial atau yang

sering disebut kasta. Kasta tersebut dibagi menjadi 4 yaitu :

1. Kasta Brahmana

Yaitu golongan pendeta (orang suci). Gelar yang dimiliki adalah Ida Bagus.

2. Kasta Ksatria

Yaitu golongan para prajurit kerajaan. Gelar yang dimiliki adalah Dewa.

3. Kasta Waisya

Yaitu golongan para pedagang dan kaum buruh menengah. Gelar yang

dimiliki adalah Made, Gusti.

4. Kasta Sudra

Yaitu golongan petani, buruh kecil dan budak. Gelar yang dimiliki adalah

pasek.

Pada zaman dahulu, kasta sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat

Hindu di Bali. Kasta di Bali kental pada masa penjajahan Belanda, sehingga

penjajah dapat dengan leluasa memisahkan raja dengan rakyatnya. Selama

berabad-abad masyarakat Bali telah diajari bahwa kasta yang lebih tinggi harus

dihormati. Sehingga apabila kita berbicara dengan orang yang berkasta lebih

tinggi, baik lebih muda, lebih tua atau seusia kita harus menggunakan bahasa Bali

yang halus, tetapi apabila berbicara dengan orang yang berkasta lebih rendah,

tidak diwajibkan menggunakan bahasa Bali yang halus.

Dalam kehidupan masyarakat Bali, pernikahan merupakan hal yang sangat

penting, karena dengan pernikahan seseorang baru dianggap sebagai warga penuh

dari masyarakat dan memperoleh hak dan kewajiban.

Menurut anggapan adat lama, sistem klan-klan (dadia) dan sistem kasta

(wangsa) di lakukan diantara warga se-klan atau diantara orang-orang yang

dianggap sederajat dalam kasta.

Perkawinan adat di Bali bersifat endogamy klien, sedangkan perkawinan

yang dicita-citakan oleh orang Bali yang masih kolot adalah perkawinan antar

anak dari dua saudara laki-laki. Keadaan ini memang agak menyimpang dari

masyaraka Bali yang pada umumnya bersifat endogamy. Orang-orang seklen di

Bali itu adalah orang-orang sederajat kedudukannya dalam adat dan agama serta

kasta.

Pada zaman dahulu, masyarakat Bali tidak diperbolehkan menikah dengan

kasta yang berbeda. Layaknya beda agama dengan Islam. Namun sekarang masih

Page 17: KARTUL ROSELA

11

ada masyarakat Bali yang mempermasalahkan pernikahan beda kasta. Pernikahan

kasta sendiri ada 2 macam, yaitu :

- Kasta istri lebih tinggi dari kasta suami

Pihak perempuan biasanya tidak akan mengizinkan putrinya menikah dengan

lelaki yang memiliki kasta yang lebih rendah. Perempuan yang menikah

dengan laki-laki yang berkasta lebih rendah akan mengalami turun kasta

mengikuti kasta suaminya yang disebut “Nyerod.”

- Kasta istri lebih rendah dari pada kasta suami

Pernikahan semacam ini biasanya memberi kebanggaan tersendiri bagi

keluarga perempuan, karena putrinya mereka berhasil mendapatkan pria dari

kasta yang lebih tinggi.

E. Kesenian di Pulau Bali

Seperti kita ketahui di Indonesia memiliki daerah dan suku bangsa yang

mempunyai cirri khas sendiri. Salah satunya adalah pulau Bali yang dikenal

dengan keseniannya yang sudah terkenal hingga mancanegara. Beberapa kesenian

Pulau Bali yang menjadi cirri khas tersendiri adalah seni tari, seni patung, seni

lukis dan sebagainya.

a. Seni tari

Bali dikenal dengan seni tarinya. Tari Bali dibagi menjadi 4 macam, yaitu :

- Tari Wali

Yaitu tarian yang dimainkan pada saat upacara keagamaan. Contoh tari

wali adalah tari penelan dan tari lencana.

- Tari Bali

Yaitu tari-tarian untuk menyemarakkan upacara. Contoh : Tari Topeng.

- Tari Bolehan

Yaitu tarian yang dikomersialkan atau untuk mendapatkan keuntungan

financial. Contoh : tari kecak.

- Tari Barong

Yaitu tarian yang menggunakan gerakan yang energik dan magis yang

mengandung unsur-unsur spiritual. Waktu pertunjukan tari Barong yaitu

pada sore dan pagi hari saja. Banyak wisatawan yang rela berdesak-

desakan untuk dapat menyaksikan tarian ini karena memang tempatnya

terbatas.

Page 18: KARTUL ROSELA

12

b. Rumah Adat

Rumah adat Bali terbentuk candi bentar yang juta merupakan pintu masuk

istana Raja Gapura Cnadi Bentar di buat dari batuan merah dengan ukiran-

ukiran dari batu merah cadas.

Adapun ruangan-ruangan yang ada didalam rumah adat Bali yaitu Bale

Begang, adalah tempat beristirahat raja dan keluarga. Bale manikin

merupakan tempat untuk menyabung ayam, dan Kari Agung adalah pintu

masuk pada waktu acara besar, sedangkan Bebetahan merupakan pintu masuk

pada saat keperluan tertentu.

Page 19: KARTUL ROSELA

BAB IV

SEKTOR PARIWISATA SEBAGAI ASET DEVISA INDONESIA

A. Sejarah Pariwisata

Perjalanan wisata Internasional di Bali telah dimulai pada permulaan abad

20 dimana dimulai pada permulaan abad 20 dimana sebelumnya bahwa Bali

diketemukan oleh orang Belanda tahun 1579 yaitu oleh ekspedisi orang Belanda

tahun 1579 yaitu oleh ekspedisi (Cornelis de Houtman) dalam perjalanannya

mengelilingi dunia untuk mencari rempah-rempah lalu sampai di Indonesia.

Kemudian pada tahun 1920 mulailah wisatawan dari Eropa datang ke Bali.

Hal ini terjadi berkat dari kapal-kapal dagang Belanda yaitu KPM (Koninklijkr

Paketcart Maatsckapy) yang dalam usahanya mencari rempah-rempah ke

Indonesia dan juga agar kapal-kapal tersebut mendapat penumpang dalam

perjalanannya ke Indonesia lalu mereka memperkenalkan Bali di Eropa sebagai

(the Island of God).

Para wisatawan yang sudah pernah ke Bali lalu menceritakan pengalaman

kunjungannya selama di Bali kepada teman-temannya. Penyebaran informasi

mengenai Bali baik karena tulisan-tulisan tentang Bali maupun cerita dari mulut

ke mulut menyebabkan Bali dikenal dimancanegara. Bahkan sampai saat ini nama

Bali masih lebih dikenal umum dibandingkan dengan nama Indonesia di

mancanegara.

Untuk mengantisipasi hal tersebut maka penyebaran informasi mengenai

daerah tujuan wisata (DTW). Bali selalu mengutamakan nama Indonesia, baik itu

penyebaran informasi melalui brosur-brosur maupun pada pameran-pameran yang

diadakan di negara asing. Sehingga dengan demikian diharapkan nama Indonesia

lebih dikenal dan dipahami bahwa Bali adalah salah satu propinsi yang ada di

Indonesia dan merupakan bagian dari Indonesia, bukan sebaliknya.

Untuk menampung kedatangan wisatawan asing ke Bali maka pada tahun

1930 didirikanlah hotel yang pertama di bali yaitu Bali Hotel. Yang terletak di

Jantung Kota Denpasar, disamping itu juga ada sebuah pesanggrahan yang

terletak dikawasan wisata Kintamani.

Baru pada tahun 1956 kepariwisataan di Bali dirintis kembali. Pada tahun

1963 didirikan Hotel Bali Beach (Grand Bali Beach) sekarang dan diresmikan

pada bulan November 1966. Hotel Bali Beach mempunyai sejarah tersendiri

13

Page 20: KARTUL ROSELA

14

dimana merupakan satu-satunya Hotel berlantai 9 (sembilan) tingginya lebih fari

15 meter.

B. Klasifikasi Obyek Wisata

1. Wisata Alam

a. Danau Bedugul

Danau Beratan, Bedugul, Bali merupakan sebuah tempat di Bali

yang terletak di pegunungan yang memiliki suasana sejuk dan nyaman.

Tepatnya di Desa Candi Kuning Kabupaten Tabanan. Disini kita akan

melihat pemandangan keindahan alam danau Beratan, dan pura Ulun

Danu. Jaraknya + 70 km dari wilayah wisata kota atau Bandara Ngurah

Rai.

Untuk menikmati panorama di Bedugul kita dapat menyewa perahu

dayung atau perahu motor. Dalam perjalanan mengelilingi danau. Kita

akan melihat disekitar danau banyak terdapat gua yang pada zaman

penjajahan Jepang untuk bersembunyi. Selain itu, pada saat-saat hari baik

menurut kalender Hindu, kita sering bertemu dengan warga yang

melakukan kegiatan upacara agama, baik itu rangkaian upacara di pura

ataupun ngaben.

2. Wisata Bahari

a. Tanah Lot

Tanah lot merupakan objek wisata bahari yang terletak di desa

Beraban Kecamatan Kediri Kabupaten Tabanan. Tanah lot adalah sebuah

batu karang yang dikelilingi oleh laut yang diatas batu karang tersebut

terdapat sebuah pura yang disebut Pura tanah lot.

Tanah lot sendiri terdiri dari kata “tanah” yang diartikan sebagai

“batu karang yang menyerupai gili atau pulau kecil,” sedangkan kata “lot”

berarti “laut”. Sehingga nama Tnah Lot diartikan sebagai pulau kecil yang

terapung ditengah lautan. Pura tanah yang terapung ditengah lautan. Pura

tanah lot ini dulunya dibangun berdasarkan petunjuk dari Dang Hyang

Nirartha yang menyebabkan agama Hindu dari Tanah Jawa pada abad ke

16.

Pura tanah lot dibangun diatas batu karang seluas + 3 are dan dapat

dicapai dalam beberapa menit denan berjalan kaki, karena hanya berjarak

sekitar 100 m dari tepi pantai. Bila air laut sedang surut, pada beberapa

Page 21: KARTUL ROSELA

15

celah batu karang disekitar pura tanah lot terdapat beberapa ekor ular

belang berwarna hitam putih yang sangat jinak dan menurut masyarakat

setempat bahwa ular-ular tersebut adalah milik dewata yang bertugas

sebagai penjaga pura tanah lot. Disekitar pura juga terdapat mata air tawar

yang hanya dapat terlihat bilaman air laut sedang surut. Air tersebut

merupakan air suci yang bisa digunakan pendeta untuk mensucikan

wisatawan yang ingin merasakan salah satu tradisi Bali. Pura tanah lot

juga dikenal sebagai tempat yang indah untuk melihat sunset.

b. Pantai Kuta

Pantai kuta merupakan salah satu objek wisata Bahari di bali yang

menyajikan suasana keceriaan sepanjang hari. Letaknya + 4 km dari

Bandara Ngurah Rai dan + 9 km dari Kota Denpasar. Pantai Kuta

termasuk pantai yang landai dengan ombak yang cukup besar yang sangat

cocok untuk berselancar. Dengan pasir putih yang terlihat bercahaya

banyak wisatawan asing berjemur.

Di dekat jalan pantai kuta terdapat banyak toko yang menjual

berbagai macam kebutuha, penjualan souvenir, restaurant, penginapan

atau hotel-hotel yang bertaraf internasional serta tempat hiburan lainnya

yang tidak pernah sepi pengunjung dari pagi hingga malam. Dari situlah

menunjukkan bahwa pantai kuta merupakan jantung pariwisata di pulau

Bali.

3. Wisata Budaya

a. Tari Kecak

Kesenian Tari Kecak adalah pertunjukkan seni khas Bali yang

diciptakan pada tahun 1930-an oleh Wayan Limbak yang bekerjasama

dengan pelukis Jerman Walter Spies. Berdasarkan tradisi Sanghyang dan

bagian-bagian kisah Ramayan, Wayan Limbak mempopulerkan tari kecak

saat berkeliling dunia bersama rombongan balinya.

Pertunjukan ini dimainkan oleh puluhan atau lebih penari laki-laki

yang duduk berbaris melingkar sambil menyerukan “cak” dan sambil

menggerakkan tangannya. Tari kecak sering disebut sebagai tari “cak”

atau tari api (firedance) merupakan tari pertunjukkan massal atau hiburan

dan cenderung sebagai sendratari yaitu seni drama dan tari karena

seluruhnya menggambarkan seni peran dari lakon pewayangan-

Page 22: KARTUL ROSELA

16

pewayangan seperti Rama dan Shinta dan tidak secara khusus digunakan

dalam ritual agama Hindu seperti pemujaan, odalan dan upacara lainnya.

Keunikan tari kecak yaitu tidak seperti tari Bali lainnya

menggunakan gamelan sebagai music pengiring tetapi dalam pementasan

tari kecak ini hanya memadukan seni dari suara mulut atau teriakan seperti

“cak cak kecak cak ke” sehingga tarian ini disebut tari kecak.

b. Museum Bali

Museum Bali adalah museum penyimpanan peninggalan masa

lampau dan etnografi. Struktur fisik bangunannya merupakan perpaduan

struktur fisik atau keraton dan banyak koleksinya terdiri dari benda-benda

etnogragfi antara lain peralatan dan perlengkapan hidup, kesenian,

keagamaan, bahasa, tulisan dan lain-lain yang mencerminkan kehidupan

dan perkembangan Budaya Bali.

Gagasan didirikannya museum Blai pertama k ali dicetuskan oleh

W.F.J Kroon (1909 – 1913) asisten residen Bali Selatan di Denpasar.

Gagasannya terwujud dengan berdirinya sebuah gedung yagn disebut

gedung I Gusti Gede Ketut Kandel dari Banjar Belong bersama seorang

arsitek Jerman yaitu Curt Grundler. Sokongan dana dan materi berasal dari

raja-raja yaitu Buleleng, Tabanan, Badung dan Karangasem.

Gagasan W.F Sjtuhim Kepala Dinas Purbakala melanjutkan

usaha-usaha melengkapi dengan peninggalan etnografi pada tahun 1930.

Untuk memperlancar pengelolaan museum, maka dibentuklah sebuah

yayasan yang diketuai oleh H.R. Ha’ak, penulis G.J Groder, bendera G.M

Hendrik para anggota R. Goris, I Gusti Ngurah Alit Raja Badung I Gusti

Bagus Negara dan V.A Spies. Personalistas yayasan yang disahkan pada

tanggal 8 Desember 1982 dan gedung Karangasem, gedung Buleleng,

serta gedung Tabanan dibuka untuk pameran, tetap dengan konleksi dari

benda-benda prasejarah, sejarah, etnografi, termasuk seni rupa.

c. Garuda Wisnu Kencana (GWK)

Garuda Wisnu Kencana yaitu sebuah objek wisata budaya

dibagian selatan pulau Bali. Objek wisata ini berlokasi di dekat Ungasan –

Bukit Jimbaran, Bali. Daerah ini dulunya merupakan perbukitan kapur

yang sangat kering dan tandus. Kemudian oleh pemerintah setempat

diolah sehingga menjadi objek wisata budaya yang memukau kemudian

Page 23: KARTUL ROSELA

17

objek wisata ini terletak pada bangunan-bangunan atau relief-relief yang

dibentuk langsung dari bukit kapur yang sangat indah dan menarik.

Selain keunikan tersebut, juga terdapat 2 patung, yaitu patung

Wisnu dan patung garuda. Patung yang berwujud Dewa Wisnu yang

dalam agama Hindu adalah Dewa Pelindung dan Pemelihara yang

mengendarai burung garuda. Diambil dari cerita “Garuda dan

Kerajaannya”, dimana rasa bukti pengorbanan burung garuda yang

menyelamatkan ibunya dari perbudakan dan akhirnya dilindungi oleh

Dewa Wisnu.

Patung garuda Wisnu Kencana ini rencanya akan dibangun dengan

ketinggian melebihi patung Liberty di New York. Di tempat ini juga

sering digunakan untuk konser music yang dimeriahkan oleh artis-artis

terkenal baik arti dari luar negeri mauun dalam negeri.

4. Wisata Belanja

a. Joger

Joger merupakan sebuah pabrik kata-kata yang berlokasi di Jalan

Raya Kuta. Tempatnya sangat strategis dan menempuh waktu 10 menit

dari Bandara Ngurah Rai.

Nama Joger sendiri diambil dari nama pemiliknya yaitu Bapak

Josep Theodorus Wulianadi yang digabung dengan nama sahabatnya

Bapak Gerard. Sahabatnya ini sangat berjasa dalam merintis usaha pabrik

kata-kata ini. Pada tahun 1981 diberi hadiah pernikahan oleh Gerard

sebesar $20.000 sebagai modal awal dalam usahanya.

Joger mulai berdiri kecil-kecilan tanpa nama dengan sistem

pemasaran door to door dan hanya dengan modal awal Rp. 500.000. Mulai

pertengahan tahun 1980 berkat bantuan dari segala pihak terutama dari

pihak keluarga yang meminjamkan gedung (toko) di jalan Sulawesi no. 37

Denpasar tepat di depan pasar Badung). Namun, pada tahun 1987 tepatnya

tanggal 17 Juli. Joger pindah ketempat sekarang yaitu di jalan Raya Kuta

sebelah supermarket supernova. Toko ini tidak pernah sepi pengunjung,

terutama saat musim liburan, hari Raya Idul Fitri, Natal maupun

menjelang tahun baru.

Meskipun demikian, secara konsisten dan konsekuen Joger tidak

mau (bukan tidak bisa atau tidak mampu) membuka cabang. Pada tahun

Page 24: KARTUL ROSELA

18

1998 memutuskan untuk hanya menjual produk-produknya di pabrik kata-

kata Kuta Bali saja.

Sejak akhri tahun 1987 Joger mengubah orientasi perusahaan Joger

dari profit oriented menjadi Happines Oriented. Dalam artian Joger tidak

lagi menjadikan profit (keuntungan materi) sebagai tujuan utama dan

mulai saat itu juga Joger tidak lagi mengejar-ngejar uang, tapi juga tidak

sampai menolak atau meremehkan uang secara keras dibawakan oleh

konsumen kepadanya. Joger selalu berusaha untuk serius dalam mencari

nafkah, tetapi tidak lagi memaksakan diri sendiri atau orang lain. Jam

kerjanya pun dibatasi sehingga ga serius tapi santai.

5. Wisata Pendidikan

a. Universitas Udayana

Cikal bakal Unud adalah fakultas sastra Udayana cabang

Universitas Airlangga yang diresmikan oleh P.J.M Presiden Republik

Indonesia Ir. Soekarno dibuka oleh J.M. Menteri PP dan K Prof. DR.

Priyono pada tanggal 29 September 1958.

Fakultas sastra Udayana yang merupakan embrio dari Universitas

Udayana secara resmi diakui sebagai Universitas sejak 1 Januari 1959.

Peresmian fakultas sastra Udayana mempunyai arti yang sangat penting

bagi pertumbuhan dan perkembangan Universitas Udayana.

Pada awal tahun 1960-an masyarakat Bali mengidam-idamkan

adanya sebuah perguruan tinggi di daerah ini untuk mewujudkan

keinginan masyarakat tersebut maka pada tanggal 12 Mei 196 diadakanlah

pertemuan diantara tokoh-tokoh pendidikan. Para pejabat daerah dan

pemuka masyarakat. Pertemuan ini dipimpin oleh Prof. Dr. Purbotjakra

yang dibantu oleh seorang sekretaris yaitu Prof. Dr. Ida Bagus Mantra.

Dalam kurun waktu yang tidak terlalu lama formortur ini sudah

dapat membentuk sebuah badan yang diberi nama perguruan tinggi daerah

Bali yang diketuai oleh Ida Bagus Oka (Koordinator Dinas Pekerjaan

Umum Nusa Tenggara) wakil ketua Dr. I Gusti Ngurah Gede Ngurah dan

dibantu oleh dua orang sekretaris Prof. Dr. Ida Bagus Mantara dan Drh.

G.N Teken Temadja dilengkapi oleh pelindung. Mengawasi nasehat

bendahara dan beberapa orang anggota.

Badan perguruan tinggi daerah Bali ini berhasil membentuk panitia

persiapan Universitas Udayana Bali yang kemudian disahkan dengan surat

Page 25: KARTUL ROSELA

19

keputusan menteri PTIP No. 4 Tahun 1962 tanggal 15 Januari 1962.

Adapun susunan personalia panitia persiapan pendirian Universitas

Udayana adalah sebagai berikut :

Penasehat : Kol. Supardi, Panglima Kodam XVI UdayanaKetua : Anak Agung Bagus Sutedja, Gubernur Kepala Daerah BaliKetua I : Letkol. Suroso, Komandan Korem BaliKetua II : Drs. R. Siswadji, Kepala Komisaris Daerah BaliKetua III : Mr. Poerwanto, Jaksa Tinggi Daerah BaliSekretaris : Prof. Dr. Ida Bagus Mantra, Pj. Ketua Fakultas Sastra UdayanaAnggota : 1. dr. Anak Agung Made Jelantik

2. Drh. I Made Geria3. I Made Mendra4. I Nyoman Tirta5. I Gusti Bagus Sugriwa6. Ny. Gedong Bagus Oka7. Tjilik8. I Ketut Mandra

Panitia persiapan ini kemudian menjajagi hal-hal yang berhubungan

dengan pendirian Universitas Udayana. Salah satu syarat yang ditetapkan

oleh departemen PTIP untuk pendirian universitas pada waktu itu adalah

harus memiliki empat fakultas, yang terdiri dari dua fakultas eksakta dan

dua fakultas non eksakta. Berdasarkan potensi dan kemampuan yang ada

serta kebutuhan masyarakat Bali dan Nusa Tenggara pada saat itu maka

Panitia Persiapan merencanakan membuka empat fakultas yaitu:

1. Fakultas Sastra

2. Fakultas Kedokteran

3. Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan

4. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Page 26: KARTUL ROSELA

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan uraian-uraian diatas, maka penulis dapat mengambil

kesimpulan sebagai berikut :

1. Pulau Bali merupakan asset daerah yang menambah devisa negara karena Bali

tidak pernah sepi pengunjung baik dari dalam maupun luar negeri.

2. Dalam kehidupan masyarakat Bali ada pembagian tingkat sosial atau yang

sering disebut Kasta.

3. Kesenian pulau Bali yang menjadi ciri khas tersendiri adalah seni tari. Seni

patung, dan seni lukis.

4. Keindahan pantai dan acara adat masyarakat Bali telah menjadikan Bali

sebagai asset negara yang begitu berharga.

5. Keindahan alam, budaya dan adat istiadat maka pulau Bali menjadi tujuan

wisata para wisatawan domestik dan mancanegara.

B. Saran

Saran-saran yang ingin penulis sampaikan dalam karya tulis ini antara

lain :

1. Kebudayaan asli Bali yang sudah ada perlu dijaga, dilestarikan dan

dipertahankan keutuhannya agar tidak hilang keasliannya.

2. Objek-objek wisata yang ada di bali juga harus dijaga dan dilestarikan karena

dapat meningkatkan devisa bagi negara pada umumnya dapat

mensejahterakan masyarakat Bali pada khususnya karena mayoritas

masyarakat Bali hidupnya tergantung pada sektor pariwisata.

3. Sebagai bangsa yang mempunyai keanekaragaman seni dan budaya serta

keindahan alam yang mempesona. Maka kita harus bangga dan menjaga citra

pulau Bali sebagai Objek Wisata.

4. Laporan ini baik untuk dibaca semua orang guna menambah pengetahuan

tentang Pulau Bali.

20

Page 27: KARTUL ROSELA

DAFTAR PUSTAKA

Buku Pedoman Penulisan Karya Tulis SMAN 3 Pemalang

Koentjaningrat.1998.Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta;

Djambatan.

Bagus, I Gusti Ngurah.1965. antropologi dan segi-segi pembangunan di Bali,

Denpasar; Cakrawala Publishing.

http://wikipedia.org/wiki/Bali

Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1989. Kamus Besar Bahasa

Indonesia. Jakarta; Balai Pustaka.

Bagus.1971. Kebudayaan masyarakat Bali dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta;

Penerbit Djambatan

http://www.potretbali.blogspot.com

http://m.facebook.com/notes/i-love-bali/sejarah-pariwisata-bali/251297755177

http://wisatadewata.com/article/adat-kebudayaan/upacara-Ngaben

http://bali.panduanwisata.com/uncategorized/bahasa-yang-digunaka-di-bali

21

Page 28: KARTUL ROSELA

22

LAMPIRAN