Karet Bagian A

22
 RO EK N A RAH ENGEM BANG AGRIBISNIS KARET Edisi Kedua Badan Penelitian dan Pengem bangan P ertanian Departemen Pertanian 2007 AGRO INOVASI

Transcript of Karet Bagian A

Page 1: Karet Bagian A

5/17/2018 Karet Bagian A - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/karet-bagian-a 1/22

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN

AGRIBISNIS KARETEdisi Kedua

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Departemen Pertanian2007 AGRO INOVASI

Page 2: Karet Bagian A

5/17/2018 Karet Bagian A - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/karet-bagian-a 2/22

Page 3: Karet Bagian A

5/17/2018 Karet Bagian A - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/karet-bagian-a 3/22

SAMBUTAN

MENTERI PERTANIAN

Atas perkenan dan ridho Allah subhanahuwata’ala, seri buku tentangprospek dan arah kebijakan pengembangan komoditas pertanian edisikedua dapat diterbitkan. Buku-buku ini disusun sebagai tindak lanjut danmerupakan bagian dari upaya mengisi “Revitalisa si Pertanian, Perikanan,dan Kehutanan” (RPPK) yang telah dicanangkan Presiden RI Bapak Dr. H.Susilo Bamba ng Yudhoyono pada tanggal 11 Juni 2005 di BendunganJatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Propinsi Jawa Barat. Penerbitan bukuedisi kedua ini sebagai tindak lanjut atas sa ran, masukan, dan tanggapanyang positif dari masyarakat/ pembaca terhada p edisi se belumnya yangditerbitkan pada tahun 2005. Untuk itu kami mengucapkan terima kasih.

Keseluruhan buku yang disusun ada 21 buah, 17 diantaranyamenyajikan prospek dan arah pengembangan komoditas, dan empat lainnyamembahas mengenai bidang masalah yaitu tentang investasi, lahan, pascapanen, dan mekanisasi pertanian. Sementara 17 komoditas yang disa jikanmeliputi: tanaman pangan (padi/ beras, jagung, kedelai); hortikultura (pisang,

 jeruk, bawang merah, anggrek); tanaman pe rkebunan (kelapa sawit, karet,tebu/ gula, kakao, tanaman obat, kelapa , dan cengkeh); dan peternakan

(unggas, kambing/ domba, dan sapi).

Sesuai dengan rancangan da lam RPPK, pengemba ngan produk pertanian dapat dikategorikan dan berfungsi dalam: (a) membangunketahana n pa ngan, yang terkait dengan as pek pasokan produk, aspek pendapatan dan keterjangkauan, dan aspek kemandirian; (b) sumberperoleha n devisa , terutama terkait de ngan keunggulan komparatif dankeunggulan kompetitif di pasar internasional; (c) penciptaan lapanganusaha dan pertumbuhan baru, terutama terkait dengan peluang

i

B  H  I  N  E  K A T UN G GA  L I  K A

Page 4: Karet Bagian A

5/17/2018 Karet Bagian A - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/karet-bagian-a 4/22

ii

pengembangan kegiatan usaha baru dan pemanfaatan pasar domestik;dan (d) pengembangan produk-produk baru, yang terkait dengan berbagaiisu global dan kecenderungan perkembangan masa depan.

Sebagai sua tu araha n umum, kami harapkan seri buku tersebut

dapa t memberikan informasi mengenai arah dan prospek pengembanganagribisnis komoditas tersebut bagi instansi terkait lingkup pemerintahpusat, instansi pemerintah propinsi dan kabupaten/ kota, dan sektor swastase rta masyarakat agribisnis pada umumnya. Perlu kami ingatkan, buku iniadalah suatu dokumen yang menyajikan informasi umum, sehingga dalammenelaahnya perlu disertai dengan ketajaman analisis dan pendalamanlanjutan atas a spek-aspek bisnis yang sifatnya dinamis.

Semoga buku-buku tersebut be rmanfaa t bagi upaya kita mendorong

peningkatan investasi pertanian, khususnya dalam pengembangan agribisniskomoditas pertanian.

Jakarta , Juli 2007Menteri Pertanian

  Dr. Ir. Anton Apriyantono, MS

Page 5: Karet Bagian A

5/17/2018 Karet Bagian A - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/karet-bagian-a 5/22

iii

KATA PENGANTAR

Kabinet Indonesia Bersa tu telah menetapkan program pembangunan

dengan menggunakan s trategi tiga jalur (triple track strategy) yang berazas pro-growth, pro-employment , dan pro-poor . Di antara ketiga jalur tersebut,salah satunya adalah revitalisasi sektor pertanian dan pedesaan. Untuk mewujudkan revitalisa si pertanian te rsebut, peningkatan inves tasi yanglangsung ataupun tidak langsung berkaitan dengan sektor pertanianmerupakan sua tu syarat keharusan.

Sejalan de ngan upaya tersebut, buku yang berjudul Prospek dan

Arah Pengembangan Agribisnis Karet ini, dimaksudkan untuk menjadi salahsa tu kontribusi Badan Penelitian da n Pengembangan Pertanian, dalam

mema cu inves tas i di se ktor pertanian , khusus nya pada bidang usahaberbasis karet. Di samping menerangkan berbagai aspek kondisi terkini,buku tersebut memberi ulasan tentang peluang inves tas i industri berbasiskaret, ba ik pada usaha hulu, hilir, produk samping, serta infrastruktur yangmendukung bisnis tersebut. Dalam membahas pe luang inves tas i tersebut,diuraikan industri-industri yang prospektif untuk dikembangkan, lokasiindus tri, se rta perkiraan besarnya inves tasi yang dibutuhkan, ba ik olehmasyarakat maupun pemerintah.

Buku Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Karet ini pertamakali diterbitkan pada tahun 2005. Sejalan dengan perkembangan terkini,dirasa perlu untuk menyempurnakan buku tersebut dengan mena mbahdata -data terbaru.

Kami berharap buku tersebut dapat menjadi sumber informasi, acuan,se rta pemacu para inves tor untuk melakukan inves tas i pada indus tri yangberbas is kelapa sawit di Indone sia. Di samping itu, buku ini juga dapatmenjadi masukan bagi pemerintah dalam merumuskan berbagai kebijakanguna memacu investasi pada usaha berbasis karet.

Jakarta , Juli 2007Kepala Badan Litbang Pertanian

Dr. Ir. Achma d Suryana

Page 6: Karet Bagian A

5/17/2018 Karet Bagian A - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/karet-bagian-a 6/22

TIM PENYUSUN

Penanggung Jawab : Dr. Ir. Achmad Suryana

Kepala Badan Litbang Pertanian

Ketua : Dr. Ir. Didiek Hadjar Goenadi, M.Sc., APUDirektur Eksekutif LRPI

Anggota : Dr. Ir. Muhammad SupriadiDr. Ir. Gede WibawaIr. Mukti Sarjono, M.Sc.Ir. Prayogo U. Hadi, MEc.

Badan Litbang Pertanian

Jl. Ragunan No. 29 Pas ar MingguJakarta SelatanTelp. : (021) 7806202Faks . : (021) 7800644Em@il : [email protected]

Lembaga Rise t Perkebunan IndonesiaJl. Salak No.1A, Bogor, 16151Jawa BaratTelp. : (0251) 333382Faks. : (0251) 315985Em@il : [email protected]

iv

Page 7: Karet Bagian A

5/17/2018 Karet Bagian A - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/karet-bagian-a 7/22

RINGKASAN EKSEKUTIF

Karet merupakan salah satu komoditi perkebunan penting, baik 

sebagai sumber pendapatan, kesempatan kerja dan devisa, pendorongpertumbuhan ekonomi sentra-sentra baru di wilayah sekitar pe rkebunankaret maupun pelestarian lingkungan dan sumberdaya hayati. Namunsebagai negara de ngan luas area l terbesar dan produksi kedua terbesardunia, Indonesia masih menghadapi beberapa kendala, yaitu rendahnyaproduktivitas, terutama karet rakyat yang merupakan mayoritas (91%) arealkaret nasional dan ragam produk olahan yang masih terbatas, yangdidominasi oleh karet remah (crumb rubber ). Rendahnya produktivitaskebun karet rakyat disebabkan oleh banyaknya a real tua, rusak dan tidak produktif, pengguna an bibit bukan klon unggul serta kondisi kebun yang

menyerupai hutan. Oleh karena itu perlu upaya percepatan peremajaankaret rakyat da n pe ngemba ngan indus tri hilir.

Kondisi agribisnis karet saat ini menunjukkan bahwa karet dikelolaoleh rakyat, perkebuna n negara dan perkebunan swas ta. Pertumbuhankaret rakyat mas ih positif walaupun lambat yaitu 1,58%/ tahun, sedangkanarea l perkebunan negara dan swas ta sama-sama menurun 0,15%/ th. Olehkarena itu, tumpuan pengembangan karet akan lebih banyak padaperkebuna n rakyat. Namun luas a real kebun rakyat yang tua, rusak dantidak produktif mencapai sekitar 400 ribu hektar yang memerlukan

peremajaa n. Persoalannya a dalah bahwa be lum ada sumber dana yangtersedia untuk peremajaan. Di tingkat hilir, jumlah pabrik pengolahan karetsudah cukup, namun selama 5 tahun mendatang diperkirakan akandiperlukan investasi baru dalam industri pengolahan, baik untuk menghasilkan crumb rubber maupun produk-produk karet lainnya karenaproduksi bahan baku karet akan meningkat. Kayu karet sebenarnyamempunyai potensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan furniturtetapi belum optimal, sehingga diperlukan upaya pemanfaatan lebih lanjut.

Agribisnis karet alam di masa datang akan mempunyai prospek yang

makin cerah karena adanya kesadaran akan kelestarian lingkungan dansumberdaya alam, kecenderungan penggunaan green tyres, meningkatnyaindustri polimer pengguna karet serta makin langka sumber-sumber minyak bumi dan makin mahalnya ha rga minyak bumi seba gai bahan pembuatankaret s intetis. Pada tahun 2 002, jumlah konsumsi karet dunia lebih tinggidari produksi. Indonesia akan mempunyai peluang untuk menjadi produsenterbesar dunia karena negara pesa ing utama seperti Thailand dan Malaysia

v

Page 8: Karet Bagian A

5/17/2018 Karet Bagian A - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/karet-bagian-a 8/22

makin kekurangan lahan dan makin sulit mendapatkan tenaga kerja yangmurah sehingga keunggulan komparatif dan kompetitif Indonesia akanmakin ba ik. Kayu karet juga akan mempunyai prospek yang baik sebagaisumber kayu menggantikan sumber kayu asa l hutan. Arah pengembangankaret ke depan lebih diwarnai oleh kandungan IPTEK dan kapital yangmakin tinggi agar lebih kompetitif.

Tujua n pengemba ngan karet ke de pan a dalah mempe rcepa tperemajaan karet rakyat dengan menggunakan klon unggul ,mengembangkan industri hilir untuk meningkatkan nilai tambah, danmeningkatkan pendapatan petani. Sasaran jangka panjang (20 25) adalah:(a) Produksi karet mencapai 3,5–4 juta ton yang 25% di antaranya untuk industri da lam negeri; (b) Produktivitas meningkat menjadi 1.20 0-1.50 0kg/ ha/ th dan hasil kayu minimal 300 m3/ ha/ siklus; (c) Penggunaan klonunggul (85%); (d) Pendapatan peta ni menjadi US$ 2,000/ KK/ th dengantingkat harga 80% dari harga FOB; dan (e) Berkembangnya industri hilirberbas is karet. Sasaran jangka menengah (2005-2009) adalah: (a) Produksikaret mencapai 2,3 juta ton yang 10% di antaranya untuk industri dalamnegeri; (b) Produktivitas meningkat menjadi 800 kg/ha/ th dan hasil kayuminimal 300 m3/ ha / s iklus ; (c) Pengguna an klon unggul (55%); (d)Pendapa tan pe tani menjadi US$ 1,500/ KK/ th dengan tingkat harga 7 5%dari harga FOB; dan (e) Berkembangnya industri hilir berbasis karet disentra-sentra produksi karet.

Kebijakan yang diperlukan untuk pengemba ngan agribisnis karet

ada lah: (a) Kebijakan ekonomi makro, yaitu kebijakan moneter be rupapenyediaan dana (antara la in CESS model baru) dan fiskal (keringananpajak dan pungutan lainnya); (b) Kebijakan industri dengan prioritaspengembangan industri hilir melalui pengembangan Kawasan IndustriMasyarakat Perkebunan (KIMBUN); (c) Kebijakan perdagangan internasionalyang mengarah kepada perdagangan yang makin bebas dan makin adil;(d) Kebijakan pengembangan infrastruktur; (e) Kebijakan kelembagaan(litbang, pendidikan, perbankan, dll); (f) Kebijakan pendayagunaansumberdaya alam secara efisien dan bijaksana; (g) Kebijakan pengembangan

agribisnis di daerah; dan (h) Kebijakan ketahanan pangan yang terkaitdengan agribisnis karet.

Strategi di tingkat “on farm” yang diperlukan adalah : (a) Penggunaanklon unggul dengan produktivitas tinggi (3000 kg/ ha / th); (b) Percepa tanperemajaa n karet tua se luas 40 0 ribu ha sampai dengan 2009 dan 1 ,2

 juta ha sampai dengan 2025; (c) Diversifikasi usahata ni ka ret de ngantanaman pa ngan sebagai tana man sela dan ternak; dan (d) Peningkatan

vi

Page 9: Karet Bagian A

5/17/2018 Karet Bagian A - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/karet-bagian-a 9/22

efisiensi usaha tani. Di tingkat “off farm” adalah : (a) Peningkatan kualitasbahan olah karet rakyat (bokar) berdasarkan SNI; (b) Peningkatan efisiens ipemasa ran untuk meningkatkan marjin harga petani; (c) Penyediaan kreditusaha mikro, kecil dan menengah untuk peremajaan, pengolahan danpema sa ran bersa ma; (d) Pengembangan infrastruktur; (e) Peningkata nnilai tamba h melalui pengemba ngan industri hilir; dan (f) Peningkatanpenda patan pe tani melalui perbaikan s istem pemasaran dan lain-lain.

Program kegiatan 2005-2009 adalah menerapkan model peremajaanpartisipatif dengan pendekatan gerakan swadaya masyarakat ( prins ip self help), bukan proyek berbantuan lagi, serta melibatkan seluruh stakeholder.Sasaran peremajaan adalah kebun rakyat swadaya dan eks proyek PIR danUPP. Luas area l perema jaa n 56 ribu ha per tahun dengan menggunakanklon unggul. Total biaya per hekta r yang diperlukan selama tahun ke-0sampai ke-5 adalah sekitar Rp 10.337.600. Sumber pendanaan adalahAPBN, APBD, kredit perbankan, hasil penjualan kayu karet petani, GAPKINDOdan swadaya petani.

Kebutuhan inves tas i untuk peremajaa n se lama 20 05 -20 09 untuk area l seluas 33 6.000 ha adalah sekitar Rp 2,41 triliun, sedangkan selama2005-2025 untuk areal seluas 1,2 juta ha adalah Rp 8,62 triliun. Kebutuhandana untuk investasi pada pabrik karet remah dengan kapasitas 70 ton/ hariada lah Rp. 25 ,6 miliar, namun be lum perlu segera pena mbaha n pa brik baru. Untuk kayu karet, diperlukan dana sekitar Rp. 2,12 miliar untuk menghasilkan treated sawn timber dengan kapas itas 20m3 / ha ri.

Kebijakan yang diperlukan untuk percepatan investasi adalah :(a) Penciptaan iklim investasi yang makin kondusif seperti pemberiankemudahan da lam proses perijinan, pembebasan pajak (tax holiday) selamatana man a tau pabrik belum berproduksi, pembe rian rangsangan kepadapengusaha untuk menghasilkan end product bernilai tambah tinggi yangnon-ban, yang prospek pasarnya di dalam negeri cerah, ada nya kepastianhukum dan keamana n baik untuk usa ha maupun laha n bagi perkebuna n,dan penghapusan berbagai pungutan dan beba n yang memberatkan iklimusa ha; (b) Pengembangan sarana dan pras arana berupa jalan, jemba tan,

pelabuhan, alat transportasi, komunikasi, dan sumber energi (tenaga listrik);(c) Penyediaan da na dengan me nghidupkan kemba li pungutan dari hasilproduksi/ ekspor karet (semacam CESS) yang sangat diperlukan untuk membiayai pengembangan industri hilir, peremajaan, promosi danpeningkata n kapasitas SDM karet; (d) Pengembangan s istem kemitraanantara petani dan perusahaan, misalnya dengan pola ”PIR Plus”, dimanapeta ni tetap memiliki kebun be se rta pohon karetnya, dan ikut sebagaipemegang saham perusa haa n yang menjadi mitranya.

vii

Page 10: Karet Bagian A

5/17/2018 Karet Bagian A - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/karet-bagian-a 10/22

viii

Page 11: Karet Bagian A

5/17/2018 Karet Bagian A - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/karet-bagian-a 11/22

Sambutan Menteri Pertanian .........................................................................

Kata Pengantar .................................................................................................

Tim Penyusun ....................................................................................................

Ringkasan Eksekutif .........................................................................................

Daftar Isi .............................................................................................................

I. PENDAHULUAN...................................................................................

II. KONDISI AGRIBISNIS KARET SAAT INI .............................................

A. Usaha Pertanian Primer da n Hulu .....................................

B. Agribisnis Hilir ...........................................................

C. Perda gangan dan Harga .....................................................

D. Infrastruktur, Kelembagaan dan Kebijakan Pemerintah ...

III. PROSPEK, POTENSI, DAN ARAH PENGEMBANGAN ......................

A. Prospek Agribisnis Karet .............................................................

B. Potensi Pengembangan Agribisnis Karet .................................

C. Arah Pengembangan ...................................................................

IV TUJUAN DAN SASARAN ......................................................................

A. Tujuan ............................................................................................

B. Sasaran .........................................................................................

V KEBIJAKAN, STRATEGI DAN PROGRAM ................................

A. Kebijakan Pengembangan Agribisnis berbasis Karet ............

B. Strategi ..........................................................................................

C. Program .........................................................................................

VI. KEBUTUHAN INVESTASI ....................................................................

VII. DUKUNGAN KEBIJAKAN ....................................................................

ix

DAFTAR ISI

i

iii

iv

v

ix

1

3

3

6

9

13

15

15

19

22

24

24

24

26

26

28

30

34

36

Page 12: Karet Bagian A

5/17/2018 Karet Bagian A - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/karet-bagian-a 12/22

x

Page 13: Karet Bagian A

5/17/2018 Karet Bagian A - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/karet-bagian-a 13/22

Prospe k dan Arah Pen ge m ban gan Agribisn is Karet  

1

I. PENDAHULUAN

Karet merupakan komoditas perkebunan yang sangat pentingperanannya di Indonesia. Selain sebagai sumber lapangan kerja bagi sekitar1,4 juta kepala keluarga (KK), komoditas ini juga memberikan kontribusiyang signifikan sebagai salah satu sumber devisa non-migas, pemasok bahan ba ku karet dan berperan penting dalam mendorong pertumbuhansentra-sentra ekonomi baru di wilayah-wilayah pengembangan karet.

Sebagai penghasil devisa negara, karet memberikan kontribusi yangsangat berarti. Sampai dengan tahun 1998 komoditas karet masihmerupakan penghas il devisa terbesa r dari subsektor perkebuna n dengan

nilai US$ 1,1 miliar, namun pa da tahun 2 003 turun menjadi nomor duasetelah kelapa sawit dengan nilai US$ 1,4 miliar (nilai ekspor minyak sawitmencapai US$ 2,4 miliar). Pada tahun 20 05 penda pata n devisa darikomoditas karet mencapai US$ 2 ,6 miliar, atau sekitar 5% dari pendapatandevisa non-migas. Di sa mping itu, perusahaan be sa r yang bergerak dibidang karet juga memberikan sumbangan pendapatan kepada negaradalam bentuk berbagai jenis pajak dan pungutan perusahaan.

Perkebunan karet di Indonesia telah diakui menjadi sumber keragamanhayati yang bermanfaat dalam pelestarian lingkungan, sumber penyerapan

CO2 dan penghasil O2 , serta memberi fungsi orologis bagi wilayah disekitarnya. Selain itu tana man karet ke de pan akan merupakan sumberkayu potensial yang dapat mensubstitusi kebutuha n kayu yang se lama inimengandalkan hutan alam.

Indonesia merupakan negara dengan a rea l tanaman karet terluas didunia. Pada tahun 200 5, luas perkebunan karet Indonesia mencapai 3,2

 juta ha , disusul Tha iland (2,1 juta ha ), Malaysia (1,3 juta ha ), China (0,6 juta ha ), India (0,6 juta ha ), da n Vietnam (0,3 juta ha ). Dari areal tersebutdiperoleh produksi karet Indones ia sebes ar 2 ,3 juta ton yang menempatiperingkat kedua di dunia, se telah Thailand dengan produksi sekitar 2,9

 juta ton. Posisi se lanjutnya ditempa ti Malaysia (1,1 juta ton), India (0,8 jutaton), China (0,5 juta ton), dan Vietnam (0,4 juta ton).

Sebagai negara produsen karet kedua terbesar di dunia pada saatini, Indonesia berpotensi besar untuk menjadi produsen utama dalamdekade-dekade mendatang. Potens i ini dimungkinkan karena Indonesia

AGRO INOVASI

Page 14: Karet Bagian A

5/17/2018 Karet Bagian A - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/karet-bagian-a 14/22

2

mempunyai potensi sumberdaya yang sangat memadai untuk meningkatkanproduksi dan produktivitas , baik melalui pengembangan areal baru maupunmelalui peremajaan a real tanama n karet tua dengan menggunakan klon-

unggul terbaru. Namun potensi ini akan dapat termanfaatkan dengan baik hanya jika langkah-langkah s trategis penangana n operasionalnya dapatdikoordinasikan dengan baik. Pada saat yang sama, negara-negara pesa ingIndonesia, dengan sistem kelembagaan peremajaan tanaman karetnyayang jauh lebih mapan, juga sedang menata diri untuk merebut pasa r karetyang sangat prospektif dalam dua dekade menda tang.

Pengembangan agribisnis karet Indonesia ke depan perlu didasa rkanpada perencanaan yang lebih terarah dengan sasaran yang lebih jelasserta mempertimbangkan berbagai permasalahan, peluang dan tantangansaat ini dan ke depan. Dengan demikian diharapkan dapat diwujudkanagribisnis karet yang berdaya saing dan berkelanjutan serta memberimanfaat optimal bagi para pelaku usahanya secara berkea dilan. Buku inidiharapkan da pat menjadi referens i dan acuan bagi para pe laku usa ha,penentu kebijakan dan stakeholders lainnya yang terkait, ba ik langsungataupun tidak langsung da lam mendukung Pengembangan Agribisnis KaretIndones ia ke depan.

AGRO INOVASI Prospe k dan Arah Pen ge m bang an Agribisn is Karet  

Page 15: Karet Bagian A

5/17/2018 Karet Bagian A - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/karet-bagian-a 15/22

II. KONDISI AGRIBISNIS KARET SAAT INI

A. Agribisnis Primer dan HuluSelama lebih dari tiga dekade (197 0-2005), areal perkebunan karet

di Indones ia meningkat sekitar 1,27% per tahun. Namun pertumbuhan inihanya terjadi pada areal karet rakyat (± 1,6% per tahun), sedangkan padaperkebunan besar negara dan swasta cenderung menurun (Tabel 1). Denganluasan sekitar 3,3 juta ha pada tahun 20 05 , mayoritas (85 %) perkebuna nkaret di Indones ia adalah perkebunan rakyat, yang menjadi tumpuan matapencaharian lebih da ri 15 juta jiwa. Dari kese luruhan a real perkebunanrakyat tersebut, sebagian besa r (± 91%) dikembangkan seca ra swadaya

murni, dan sebagian kecil lainnya yaitu sekitar 288.039 ha (± 9%) dibangunmelalui proyek PIR, PRPTE, UPP Berbantuan, Partial, dan SwadayaBerbantuan.

Tabe l 1 . Per tumbuha n lua s area l karet d i Indones ia 197 0-20 05

Keterangan : angka dalam kurung adalah persentase

Berbeda dengan tingkat pertumbuhan areal yang relatif rendah,pertumbuhan produksi karet nasional selama kurun waktu 1970-2005relatif tinggi yaitu sekitar 3,89% per tahun (Tabel 2). Hal ini disebabkanterjadi peningkatan areal perkebunan karet rakyat yang menggunakan klonunggul yang produktivitasnya cukup tinggi. Hal ini didukung oleh data yang

menunjukkan pertumbuhan produksi tertinggi terjadi pada perkebunanrakyat (4,33% per tahun), sedangkan pertumbuhan produksi perkebunanbesar swas ta dan negara masing-masing hanya sekitar 3,88% dan 1,77%per tahun.

3

DeskripsiArea (00 0 ha)

1970 2005

Perkebunan Rakyat 1.613 (78) 224 (10)

Perkebunan Negara 281 (12) 2.767 (85)

Perkebunan Swasta 238 (7) 275 (8)

Total 2.318 (100) 3.280 (100)

AGRO INOVASIProspe k dan Arah Pen ge m ban gan Agribisn is Karet  

Page 16: Karet Bagian A

5/17/2018 Karet Bagian A - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/karet-bagian-a 16/22

Tabel 2. Pertumbuhan Produksi Karet di Indonesia, 1970-20 05

Area (00 0 ha )1970 2005

Perkebunan Rakyat 571 (73) 118 (15)Perkebunan Negara 96 (12) 1.839 (81)

Perkebunan Swasta 210 (9) 222 (10)

Total 785 (100) 2.271 (100)

Keterangan : angka dalam kurung adalah persentase

Namun demikian s eca ra umum produktivitas karet rakyat masihrelatif renda h (796 kg/ ha / th) bila dibandingkan de ngan produktivitasperkebuna n besa r negara (1.03 9 kg/ ha/ th) maupun swas ta (1.20 2

kg/ ha/ th). Hal ini, antara lain, disebabkan sebagian besar (>60%) tanamankaret petani mas ih menggunakan ba han tana m asal biji (seedling) tanpapemeliharaan yang baik, dan tingginya proporsi areal tanaman karet yangtelah tua , rusa k atau tidak produktif (± 13% dari total areal). Pada saat inise kitar 40 0 ribu ha areal karet tidak produktif karena dalam kondisi tuadan rusak. Selain itu sekitar 2-3% dari areal tanaman menghas ilkan (TM)yang ada setiap tahun akan memerlukan peremajaan. Dengan kondisidemikian, sebagian bes ar kebun karet rakyat mas ih menyerupai hutankaret.

Masalah usaha tani karet yang dihadapi petani secara umum ada lahketerbatasan modal baik untuk membeli bibit unggul maupun saranaproduksi lain seperti herbisida dan pupuk. Selain itu ketersediaan sa ranaproduksi pertanian tersebut di tingkat petani juga masih terbatas. Bahantanam karet unggul yang terjamin mutunya hanya tersedia di Balai Penelitianatau para penangkar benih binaan melalui sistem Waralaba di sentra-sentra pembibitan yang juga masih sangat terbatas jumlahnya.

Perkembangan indus tri perbenihan di se ntra-se ntra produksi karetcukup pesat sejalan dengan meningkatnya permintaan baha n tanam karet

klon unggul oleh peta ni. Namun secara umum mutu bibit karet yangdihasilkan oleh para penangkar bibit masih sangat beragam. Selain itu,masalah lain yang dihadapi pena ngkar bibit adalah keterbatasa n sumberentres yang terjamin kemurniannya dan keterbatasan jenis klon unggulbaru yang dimiliki.

Prospek bisnis penyediaan bahan tanam karet ke depan cukupmenjanjikan, karena pasarnya masih sangat terbuka dan potensi keuntunganyang dapat diraih oleh penangkar cukup memadai. Seba gai gambaran,

4

DeskripsiArea (00 0 ha)

1970 2005

Perkebunan Rakyat 571 (73) 118 (15)Perkebunan Negara 96 (12) 1.839 (81)

Perkebunan Swasta 210 (9) 222 (10)

Total 785 (100) 2.271 (100)

AGRO INOVASI Prospe k dan Arah Pen ge m bang an Agribisn is Karet  

Page 17: Karet Bagian A

5/17/2018 Karet Bagian A - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/karet-bagian-a 17/22

5

tingkat B/C ratio pengusahaan bahan tanam karet da lam polibag minimal1,5. Harga bahan tana m karet unggul dalam polibag (1-2 payung) sa atini di tingkat penangkar ada lah sekitar Rp. 2.500–Rp. 3.500 yang bervarias i

menurut jenis klonnya.Persoalan mendasa r untuk meningkatkan produktivitas karet rakyat

melalui perema jaa n tanaman tua / rusak adalah tidak tersedianya danakhusus untuk peremajaan de ngan suku bunga yang wajar sesua i dengantingkat resiko yang dihadapi. Hal ini sangat berbeda dengan negara-negaraprodusen utama karet lainnya seperti Thailand, Malaysia dan India. Danapengembangan, promosi, dan peremajaan karet di negara-negara tersebutumumnya disediakan oleh pemerintah yang diperoleh da ri pungutan CESSekspor komoditi karet. Di Indonesia, pungutan CESS untuk pengembangankomoditi perkebunan telah dihentikan se jak tahun 197 0.

Permasalahan utama lainnya di perkebunan karet rakyat adalahbahwa bahan baku yang dihas ilkan umumnya bermutu rendah, dan padasebagian lokasi harga yang diterima di tingkat petani masih relatif rendah(60– 75% dari harga FOB) karena belum e fisiennya sistem pema sa ranbahan olah karet rakyat (bokar). Belum efisiennya sistem pemasarantersebut antara lain disebabkan lokasi kebun jauh dari pabrik pengolahkaret dan letak kebun terpencar-pencar dalam skala luasan yang relatif kecil dengan akses yang terbatas terhadap fasilitas angkutan, sehinggabiaya transportasi menjadi tinggi.

Bahan olah karet dari petani pada umumnya berupa bekuan karetyang dibekukan dengan bahan pembeku yang direkomendasikan (asamformat), maupun yang tidak direkomendasikan (asam cuka, tawas, dsb).Pada saat ini bahan olah karet tersebut mendominasi pasar karet diIndonesia karena dinilai petani paling praktis dan menguntungkan. Hargabokar di tingkat petani dengan kualitas sedang (cukup be rsih) dan kadarKKK sekitar 50% adalah sekitar Rp 4.000–Rp 5.000. Dengan harga tersebuttingkat B/ C ratio pengusahaan kebun petani sampai menghas ilkan bokartersebut pada umumnya ada lah sekitar 1,6–1 ,75.

Bahan olah karet be rupa lateks dan koagulum lapa ngan, baik yangdihasilkan oleh perkebunan rakyat maupun perkebunan besar dapat diolahmenjadi komoditi primer dalam be rbagai jenis mutu. Lateks kebun dapatdiolah menjadi jenis karet cair dalam bentuk lateks pekat dan lateks dadihserta karet pada t dalam bentuk RSS, SIR 3L, SIR 3CV, SIR 3WF dan thin

 pale crepe yang tergolong karet jenis mutu tinggi (high grades). Sementarakoagulum lapangan, yakni lateks yang membeku secara alami selanjutnya

AGRO INOVASIProspe k dan Arah Pen ge m ban gan Agribisn is Karet  

Page 18: Karet Bagian A

5/17/2018 Karet Bagian A - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/karet-bagian-a 18/22

6

hanya dapat diolah menjadi jenis karet padat yakni antara lain jenis mutuSIR10, SIR 20 dan brown crepe yang tergolong jenis karet mutu rendah(low grades).

Pada sisi lain, kayu karet yang ada saat ini baru sebagian kecildimanfaatkan untuk kayu olahan, papan partikel dan papan se rat. Hal initerjadi karena lokasi pabrik pengolah kayu jauh dari sumber bahan bakusehingga proporsi biaya transportasi menjadi tinggi (> 50% dari harga jualpetani). Oleh karena itu, harga kayu karet di tingkat petani masih rendahdan tidak menarik bagi petani. Dengan penataa n kelembagaan yang lebihbaik, kayu karet rakyat merupakan potensi yang sangat besar dalamagribisnis karet.

B. Agribisnis HilirBahan olah karet be rupa lateks dapat diolah menjadi berbagai jenis

produk barang jadi lateks (latex goods) dan karet padat (RSS, SIR) dijadikanbahan baku untuk menghas ilkan berbagai jenis ba rang karet. Barang jadidari karet terdiri atas ribuan jenis dan dapat diklasifikasikan atas dasarpenggunaan akhir (end use) atau menurut sa luran pemasaran (market channel). Pengelompokan yang umum dilakukan adalah menurutpenggunaan akhir yakni: 1) ban dan produk terkait serta ban dalam, 2)ba rang jadi karet untuk indus tri, 3 ) kemiliteran, 4) a la s kaki da nkomponennya, 5) barang jadi karet untuk penggunaan umum, dan 6)kesehatan dan farmasi.

Ragam produk karet yang dihasilkan dan diekspor oleh Indonesiamasih terbatas da n pada umumnya ma sih didominasi oleh produk primer(raw material) dan produk setengah jadi. Jika dibandingkan dengan negara-negara produsen utama karet a lam lainnya, seperti Thailand dan Malaysia,ragam produk karet Indonesia tersebut lebih sedikit. Sebagian besar produk karet Indonesia diolah menjadi karet remah (crumb rubber ) dengan kodifikasi“Standard Indonesian Rubber” (SIR), sedangkan lainnya diolah dalam bentuk RSS dan lateks pekat.

Pada tahun 20 05 jumlah sa rana pengolahan karet berbas is lateksmencapai 23 unit dengan kapasitas sebesar 144.520 ton/ tahun, dan pabrik pengolahan crumb rubber (SIR) sebanyak 91 unit, yang melibatkan sekitar21.560 orang, dan 89 pabrik sit asap (RSS) tersebar di se luruh Indonesia,terutama di pulau Jawa, Sumatera da n Kalimantan. Pabrik karet rema humumnya dimiliki oleh swasta dan pabrik RSS oleh perkebunan besarnegara (PTPN), selain itu juga ada beberapa pabrik lateks pekat dan crepe.

AGRO INOVASI Prospe k dan Arah Pen ge m bang an Agribisn is Karet  

Page 19: Karet Bagian A

5/17/2018 Karet Bagian A - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/karet-bagian-a 19/22

7

Kapasitas pabrik pengolahan crumb rubber anggota Gapkindo padatahun 2005 adalah sekitar 2,5 juta ton. Kapasitas ini lebih besa r 20% daripada baha n baku yang tersedia. Namun pada lima ta hun menda tang,

dengan tingkat pertumbuhan produksi yang cukup tinggi diperlukan investasibaik untuk merehabilitas i pabrik yang ada maupun untuk membangunpabrik pengolahan baru.

Prospek bisnis pengolahan crumb rubber ke depan diperkirakan tetapmenarik, karena marjin keuntungan yang diperoleh pabrik relatif pas ti.Marjin pemasaran, antara tahun 2000-2002 , sebagaimana disa jikan padaTabel 3 berkisa r antara 3,7–32,5% dari harga FOB, tergantung pada tingkatharga yang berlaku. Tingkat harga FOB itu sendiri sangat dipengaruhi olehharga dunia yang mencerminkan permintaa n dan penawaran karet a lam,dan harga beli pabrik dipengaruhi kontrak pabrik dengan pembeli/ buyer(biasanya pabrik ban) yang harus dipenuhi. Pada umumnya ma rjin yangditerima pabrik akan semakin besa r jika harga meningkat.

Pemanfaa tan karet alam di luar industri ban kendaraan masih relatif kecil, yakni kurang dari 30 pe rse n. Selain itu industri karet di lua r banumumnya da lam skala kecil a tau menengah. Sementara itu indus triberbasis lateks pada saa t ini nampaknya be lum berkembang karena banyak menghadapi kendala. Kendala utama adalah rendahnya daya saing produk-produk indus tri lateks Indonesia bila dibandingkan dengan produsen lainterutama Malaysia.

Industri kecil menengah barang jadi karet secara umum masihmemerlukan pembinaan da lam pengembangan usahanya. Industri barang

 jadi karet diba ngun ata s sekumpulan us aha / pe rus aha an yang be rgerak dalam penyediaa n baha n baku utama karet alam/ sintetik, baha n bantudan pembuat cetakan (molding) serta ditunjang beberapa institusipendukung yang bergerak da lam bidang jasa penelitian dan pengembangan,regulasi, perdagangan, angkutan, keuangan dan jasa lainnya.

AGRO INOVASIProspe k dan Arah Pen ge m ban gan Agribisn is Karet  

Page 20: Karet Bagian A

5/17/2018 Karet Bagian A - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/karet-bagian-a 20/22

Tabel 3. Harga karet, marjin pabrik dan bagian harga yang diterima peta ni padabeberapa propinsi utama karet, 2000 -2002

Dalam operasionalnya, pengrajin industri kecil barang jadi karetmenjalin hubungan secara interpersonal dengan usaha lainnya baik dalampengadaan baha n baku maupun dalam sistem pemas arannya. Dalampengadaan bahan baku, pengrajin indus tri kecil barang jadi karet terutama

menjalin hubungan secara informal dengan pabrik kompon seba gai bahanba ku uta ma . Hal ini dilakukan karena indus tri kecil be lum memilikikemampuan membuat kompon. Demikian juga da lam pemasa ran produk.pengrajin industri kecil barang jadi karet biasanya menjadi vendor darisua tu pe rusaha an besar seperti pabrik otomotif atau pabrik elektronik,menjual ke toko seca ra langsung atau menggunakan pedagang perantara.Seringkali industri kecil ini beropersi dengan mengadalkan pesanan (captivemarket ).

Industri kecil barang jadi karet pada umumnya dikelola dalam bentuk indus tri rumah tangga secara informal. Pengrajin barang jadi karet, dalamoperas ional usahanya berjalan secara soliter, dalam arti hampir tidak terjadiinteraksi antar pengrajin. Pengrajin pada umumnya tidak berminat danmenganggap tidak ada manfaatnya tergabung dalam asosiasi atau koperasi.Dengan bentuk usaha rumah tangga para pengrajin pada umumnya belummemiliki akses terhadap sumber modal se cara formal. Selain itu karenasegmen produk yang mereka hasilkan relatif terbatas , pada umumnya pa rapengrajin tidak menganggap perlu pengembangan usaha ke arah yang

8

Propinsi

Sumatera

Selatan

Jambi

Kalimantan

Barat

Tahun

2000

2001

2002

Rataan

2000

2001

2002

Rataan

2000

2001

2002

Rataan

Export/ FOB

5.249

4.939

6.786

5.658

4.824

5.047

8.088

6.173

4.744

4.955

6.741

5.480

Harga (Rp/ kg KK)

Pabrik/ Prosesor

4.488

4.146

5.470

4.701

4.646

4.198

5.457

4.767

4.237

4.029

5.160

4.475

Tkt petani

4.247

3.757

5.022

4.299

4.242

4.013

5.079

4.527

3.577

3.931

4.740

3.913

Marjin pabrik 

(Rp/ kg/ KK)

761

793

1.315

957

178

849

2.631

1.406

507

926

1.580

1.005

Bagian

harga petani(%FOB)

80,9

76,1

74,0

76,0

87,9

79,5

62,8

73,3

75,4

79,3

70,3

71,4

%

14,5

16,1

19,4

16,9

3,7

16,8

32,5

22,8

10,7

18,7

23,4

18,3

AGRO INOVASI Prospe k dan Arah Pen ge m bang an Agribisn is Karet  

Page 21: Karet Bagian A

5/17/2018 Karet Bagian A - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/karet-bagian-a 21/22

9

lebih besar. Hal yang dianggap lebih penting oleh mereka adalah kontinuitasproduksi walaupun volumenya relatif kecil.

Jenis produk yang dihasilkan oleh industri kecil barang jadi karet

terutama diarahkan pada barang-barang karet untuk otomotif berupa karetuntuk spare part dan barang-barang karet untuk teknik dan industri. Jenis-

 jenis barang ini relatif mudah dalam proses pemasarannya dan tidak terlalumemerlukan spesifikas i yang rumit. Selain itu jenis karet tersebut padaumumnya hanya diproduksi oleh industri kecil se hingga tidak mendapatsa ingan dari produsen pe rusahaan besa r. Walaupun demikian akhir-akhirini terdapat produk-produk impor dari China dan Korea yang dikhawatirkanmenjadi sa ingan berat bagi barang-barang karet produksi pengrajin barang

 jadi karet dome stik.

Pengrajin barang jadi karet menggunakan teknologi yang sangatse derhana , yakni tertumpu pa da proses penceta kan da n vulkanisa si(pemasakan) pada kompon yang dibeli dari perusahaa n pembuat kompon.Dengan demikian seluruh pe ngrajin ba rang jadi karet sama se kali tidak berhubungan dengan teknologi kompon (compounding). Vulkanisasimenggunakan panas yang bersumber dari kompor tradisional. Suhu untuk pemasakan dan lama waktu pemasakan benar-benar didasarkan ataspengalaman yang dilakukan se cara berulang-ulang sehingga didapatkanparameter suhu da n waktu pemas akan yang dianggapnya paling tepa t.Mutu produk barang jadi karet yang dihasilkan yang diamati seca ra visual.

Produk barang jadi karet yang dihasilkan oleh para pengrajin dapatsampai ketangan konsumen melalui tiga saluran utama yakni melalui mitra,broker (se ring juga disebut sebagai pengorder) atau melalui kedua sa lurantersebut di atas . Mitra pengrajin dalam sistem pemasa ran produk barang

 jadi karet pa da umumnya adalah pe rusahaan pe ngadaan suku ca da nguntuk industri elektronik dan otomotif dari merek-merek terkenal. Kerjasamadengan mitra dilakukan secara informal atas dasa r sa ling percaya tanpaadanya suatu ikatan kontrak formal. Harga barang karet untuk suatukomponen tertentu dijual ke konsumen akhir oleh mitra. se telah dikemas

merek terkenal, dengan harga berlipat dari harga jual di tingkat pengrajin.

C. Perdagangan dan Harga

Pertumbuhan ekspor karet alam Indonesia selama enam tahunterakhir (20 00 -20 05 ) ada lah sekitar 7 ,96%. Pertumbuhan ekspor karetalam Indonesia cenderung stabil, sedangkan nilai ekspornya berfluktuatif 

AGRO INOVASIProspe k dan Arah Pen ge m ban gan Agribisn is Karet  

Page 22: Karet Bagian A

5/17/2018 Karet Bagian A - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/karet-bagian-a 22/22

10

karena terkait dengan ha rga ekspor karet (Tabel 4). Harga ekspor karetIndonesia sa ngat tergantung pada ha rga karet a lam Internasiona l,penawaran dan permintaa n. serta daya saing ekspor karet alam Indonesia

dibandingkan dengan ekspor dari negara-negara pengekspor lainnya. sepertiThailand dan Malaysia.

Jenis produk ekspor karet Indonesia. pada tahun 19 69 didominasioleh s it asap ( Ribed Smoke She et - RSS), tetapi sepuluh tahun kemudiandidominasi oleh jenis karet spesifikasi teknis (Standart Indonesian Rubber - SIR). Pada tahun 2004 jenis SIR mendominasi ekspor karet a lam Indonesiadengan porsi sekitar 91% dari total ekspor (Tabel 5).

Tabe l 4. Pertumbuha n ekspor dan nilai ekspor karet Indones ia, 2 00 0-20 05

Tabe l 5. Volume ekspor karet alam Indonesia berdasarkan tipe produk, 19 69 -2002

Sumber: International Rubber Study Group (IRSG). 2003.

Dibandingkan dengan negara produsen karet alam lainnya sepertiThailand dan Malaysia, ragam produk karet yang dihasilkan dan dieksporoleh Indonesia masih terbatas jenisnya dan pada umumnya masih didominasioleh produk primer (raw m aterial) dan produk se tengah jadi. Oleh karenaitu nilai ekspor yang dapat diraih tentu jauh di bawah negara yang sudahmenghas ilkan dan mengekspor beragam produk karet olahan. Oleh karena

Tahun

2000

2001

2002

2003

2004

2005

% Pertumbuhan

Volume(000 ton)

1.379,6

1.452,7

1.497,3

1.660,9

1.874,3

2.023,8

7,96

Nilai Ekspor(USD juta)

888,6

782,1

1.038,9

1.493,5

2.180,0

2.582,5

23,78

Harga rataan(US $/ kg)

0,64

0,54

0,69

0,91

1,16

1,23

0,64

TipeProduk 

RSSSIRCrepeLateksLainnya

Total

Volume(000 ton)

387,64,0

78,833,9

153,0

657,3

%

591

125

23

100

Volume(000 ton)

191,9658,3

8143,9

1,2

976,3

%

2067

840

100

Volume(000 ton)

124915,3

4,231,72,2

1.077,4

%

1285

030

100

Volume(000 ton)

44,21.435,3

08,67,8

1.495,9

%

396

011

100

1969 1980 1990 2002

AGRO INOVASI Prospe k dan Arah Pen ge m bang an Agribisn is Karet