KARBOHIDRAT (1)
-
Upload
rahayu-sri-rejeki -
Category
Documents
-
view
23 -
download
2
Transcript of KARBOHIDRAT (1)
III. KARBOHIDRAT
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Karbohidrat merupakan senyawa karbon, hidrogen dan oksigen yang
terdapat dalam alam. Banyak karbohidrat mempunyai rumus empiris CH2O,
misalnya rumus molekul glukosa ialah C6H12O6 (enam kali CH2O). Senyawa
ini pernah disangka “hidrat dari karbon” sehingga disebut karbohidrat. Dalam
tahun 1880-an disadari bahwa gagasan “hidrat dari karbon” merupakan
gagasan yang salah dan karbohidrat sebenarnya adalah polihidroksi aldehida
dan keton atau turunan mereka (Hadi, 2000).
Karbohidrat sangat beraneka ragam sifatnya. Misalnya, sukrosa (gula
pasir) dan kapas, keduanya adalah karbohidrat. Salah satu perbedaan utama
antara berbagai tipe karbohidrat ialah ukuran molekulnya. Monosakarida
(sering disebut gula sederhana) adalah satuan karbohidrat yang paling
sederhana, tak dapat di hidrolisis menjadi molekul karbohidrat yang lebih
kecil. Monosakarida dapat diikat secara bersama-sama untuk membentuk
dimer, trimer dan sebagainya dan akhirnya polimer. Dimer-dimer disebut
disakarida. Sukrosa adalah suatu disakarida yang dapat dihidrolisis menjadi
satu satuan glukosa dan satu satuan fruktosa. Monosakarida dan disakarida
umumnya larut dalam air dan umumnya terasa manis. Karbohidrat yang
tersusun dari dua sampai delapan satuan monosakarida dirujuk sebagai
oligosakarida. Jika lebih dari delapan satuan monosakarida diperoleh dari
hidrolisis, maka karbohidrat itu disebut polisakarida. Contoh polisakarida
adalah pati, yang dijumpai dalam gandum dan tepung jagung, dan selulosa,
penyusun yang bersifat serat dari tumbuhan dan komponen utama dari kapas
(Fessenden, 2003).
Sebanyak 1 gr karbohidrat akan menghasilkan energi sebesar 4
kkal/gram. Demikian juga dengan protein, sedangkan lemak dapat
menghasilkan energi 9 kkal/gram. Selain sebagai penghasil energi,
karbohidrat juga berperan sebagai kerangka bagi tanaman, hasil akhir dari
fotosintesa pada tanaman yang mempunyai klorofil (Poedjiani, 2002).
Karbohidrat banyak terdapat di alam dan banyak terdapat pada bahan-
bahan makanan. Bahan-bahan nabati banyak mengandung karbohidrat yang
berupa hektosa, pentosa, dan selulosa. Sedangkan sukrosa banyak terdapat
dalam batang tebu sehingga lebih dikenal sebagai gula tebu. Laktosa banyak
terdapat dalam susu sehingga dikenal sebagai gula susu (Lehninger, 2001).
Selain digunakan sebagai penghasil energi, karbohidrat juga digunakan
sebagai cadangan makanan, sebagai bahan baku untuk membuat kertas,
perekat, dan industri kecil (Sendono, 2000).
2. Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum acara III Karbohidrat ini adalah :
a. Uji Molish
Mengetahui adanya senyawa karbohidrat secara umum.
b. Uji Benedict
Untuk mengetahui adanya sifat reduktif dari larutan karbohidrat
c. Uji Barfoed
Untuk mengetahui adanya sifat reduktif dari larutan karbohidrat.
d. Uji Selliwanoff
Untuk membedakan monosakarida aldosa dan ketosa.
e. Uji Iod
Untuk mengetahui kandungan polisakarida.
3. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum acara III, Karbohidrat ini dilaksanakan pada hari Kamis,
tanggal 22 Maret 2007 pukul 14.00 – 16.00 WIB di Laboratorium Rekayasa
Proses Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian,
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
B. Tinjauan Pustaka
Karbohidrat mempunyai peranan penting dalam menentukan karakteristik
bahan makanan, misalnya rasa, warna, tekstur, dll. Sedangkan dalam tubuh,
karbohidrat berguna untuk mencegah ketosis, pemecahan protein tubuh yang
berlebihan, kehilangan mineral, dan berguna untuk membantu metabolisme
lemak dan protein. Dalam tubuh manusia karbohidrat dapat dibentuk dari
beberapa asam amino dan sebagian dari gliserol lemak. Tetapi sebagian besar
karbohidrat diperoleh dari makanan sehari-hari, terutama dibentuk dari reaksi-
reaksi CO2 dan H2O dengan bantuan sinar marahari melalui proses fotosintesis
dalam sel tanaman yang berklorofil (Winarno, 2001).
Monosakarida dan beberapa disakarida mempunyai sifat dapat mereduksi
terutama dalam suasana basa. Sifat reduktor ini dapat digunakan untuk
identifikasi karbohidrat maupun analisis kuantitatif. Sifat mereduksi ini
disebabkan oleh adanya gugus aldehid atau keton bebas dalam molekul
karbohidrat. Sifat ini nampak pada reaksi reduksi ion-ion yang terdapat pada
reaksi-reaksi tertentu, seperti reaksi benedict dan pereaksi barfoed. Pereaksi
barfoed ini untuk membedakan antara monosakarida dan disakarida (Poedjiani,
2002).
Berdasarkan reaksi hidrolisisnya, karbohidrat dibedakan menjadi
monosakarida, oligosakarida, dan polisakarida. Monosakarida adalah senyawa
karbohidrat yang paling sederhana, tidak dapat dihidrolisis lagi menjadi
karbohidrat yang lebih sederhana. Contohnya glukosa, galaktosa, fruktosa, ribosa,
dll. Oligosakarida adalah karbohidrat yang pada hidrolisisnya menghasilkan
beberapa molekul monosakarida. Disakarida yang paling penting adalah sukrosa,
maltosa, dan laktosa. Polisakarida adalah karbohidrat yang dapat dihidrolisis
membentuk banyak molekul monosakarida. Contohnya amilum, glikogen,
selulosa, dll (Purba, 2000).
Nama karbohidrat berasal dari kenyataan bahwa kebanyakan senyawa dari
golongan ini mempunyai rumus empiris yang menunjukkan bahwa senyawa
tersebut adalah karbon “hidrat” dan memiliki nisbah karbon terdapat hidrogen
dan oksigen 1:2:1, sebagai contoh rumus empiris glukosa adalah C6H12O6.
Terdapat tiga golongan utama karbohidrat yaitu monosakarida, oligosakarida, dan
polisakarida. Monosakarida terdiri dari satu unit polihidroksi aldehid atau keton.
Monosakarida paling banyak di alam adalah glukosa 6 karbon (Lehninger, 2001).
Polisakarida merupakan sakarida yang menghasilkan lebih dari sepuluh
molekul monosakarida pada hidrolisis. Contohnya polisakarida dengan rumus
bangun yang linear atau bercabang, yaitu pati dan dextrin. Bentuk ini kadang-
kadang disebut hektosa atau pentosa, menurut jenis monosakarida yang
dihasilkan pada waktu hidrolisis (Murray et all, 2002).
Pada bahan makanan, karbohidrat didapat dalam bentuk monosakarida
(glukosa, fruktosa, dan galaktosa), disakarida (laktosa, sukrosa, maltosa,
isomaltosa), dan polisakarida (tepung, dextrin, selulosa, glikogen). Melalui
berbagai reaksi kimia dan aktivitas enzim dalam saluran pencernaan, berbagai
jenis karbohidrat ini dipecah senyawa yang lebih sederhana. Kebutuhan
karbohidrat pada anak kira-kira 45%-55% dari kebutuhan kalori. Sumber
karbohidrat antara lain tepung-tepungan, beras, gandum, buah, kentang dan sayur
mayur (Anonim a, 2004).
Karbohidrat adalah senyawa yang terdiri dari karbon, hidrogen, dan oksigen
yang beruntai seperti kalung mutiara dengan panjang dan pola yang berbeda-
beda. Molekul ini mengandung atom karbon, hidrogen dan oksigen. Contoh
karbohidrat adalah glukosa. Glukosa merupakan monomer atau unit/satuan
penyusun polimer karbohidrat seperti pati dan selulosa. Pati yang merupakan
polimer dari glukosa, ada dua macam yaitu amilosa dan amilopektin. Pati tidak
dapat larut dalam air jadi dapat dimanfaatkan sebagai depot penyimpanan
glukosa. Seperti halnya dengan pati, selulosa adalah suatu polisakarida dengan
glukosa sebagai monomernya. Tetapi bentuk ikatan antar glukosanya berbeda
dengan ikatan antar glukosa pada pati (Anonim b, 2003).
C. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Uji Molish
- Tabung reaksi
- Pipet
b. Uji Benedict
- Tabung reaksi
- Penangas air
- Pipet
c. Uji Barfoed
- Tabung reaksi
- Penangas air
- Pipet
d. Uji Selliwanoff
- Tabung reaksi
- Penangas air
- Pipet
e. Uji Iod
- Cawan porselin
- Pipet
2. Bahan
a. Uji Molish
- Larutan glukosa 0,02 M
- Larutan amilum
- Air (aquadest) 1 ml
- Larutan alpha naptol 5%
- Larutan H2SO4 pekat 3 ml
b. Uji Benedict
- Larutan glukosa 0,01 M; 0,02 M; dan 0,04 M
- Larutan benedict
c. Uji Barfoed
- Larutan glukosa 0,01 M
- Larutan fruktosa 0,01 M
- Larutan laktosa 0,01 M
- Larutan sakarosa 0,01 M
- Larutan barfoed 5 ml
d. Uji Selliwanoff
- Larutan glukosa 0,01 M
- Larutan fruktosa 0,01 M
- Larutan HCl pekat
- Larutan resorsinol 0,5%
e. Uji Iod
- Larutan amilum
- Larutan dextrin
- Larutan CMC
- Larutan glikogen
- Larutan iod (0,05 N dalam 3 % KI)
D. Cara Kerja
a. Uji Molish
b. Uji Benedict
4 tabung reaksi bersih disiapkan, masing-masing diisidengan larutan glukosa, amilum, dan air
2 tetes larutan alpha naptol, dicampur dengan baik
3 ml larutan H2SO4 pekat ditambahkan hingga nampak 2 lapisan
Diamati timbulnya warna pada perbatasan kedua lapisan
Hasil pengamatan dicatat
3 tabung reaksi bersih disiapkanmasing-masing diisi glukosa 0,01 M; 0,02 M; dan 0,04 M
3 ml larutan benedict ditambahkan, dicampur dengan baik
Dipanaskan dalam air mendidih selama 10 menit
c. Uji Barfoed
d. Uji Selliwanoff
Perubahan warna diamati dan kecepatan perubahannya dibandingkan
Hasil pengamatan dicatat
Disiapkan 4 tabung reaksi bersih, masing-masing diisi dengan larutanglukosa 0,01 M; fruktosa 0,01 M; laktosa 0,01 M; dan sakarosa 0,01 M
5 ml larutan barfoed ditambahkan ke dalammasing-masing tabung reaksi
Dipanaskan dalam air mendidih selama 10 menitkemudian mendinginkannya
Kecepatan reduksi antara yang satu dengan yang lain diamati dan dibandingkan
Hasil pengamatan dicatat
2 tabung reaksi bersih disiapkan, masing-masing diisi dengan 2 ml larutan 0,01 M glukosa dan 0,01 M fruktosa
1 ml HCl pekat ditambahkan dan dicampur dengan baik
Dipanaskan dalam air mendidih selama 30 menit
0,5 ml resorsinol 0,5% (dalam alkohol) ditambahkan
e. Uji Iod
E. Hasil dan Pembahasan
1. Uji Molish
Tabel 3.1 Hasil Pengamatan Uji Molish
Sampel Warna Awal Warna Akhir Keterangan
Glukosa
Amilum
Air
Bening
Putih keruh
Bening
Ungu
Ungu
Kuning jernih
Terdapat cincin warna ungu ++Terdapat cincin warna ungu +Tidak terdapat cincin ungu
Sumber : Laporan Sementara
Pada percobaan ini digunakan sampel glukosa, amilum, dan air yang
ditambahkan 2 tetes alpha naptol dan 3 ml asam sulfat pekat. Asam sulfat
pekat dapat menghidrolisa ikatan glikosidik (ikatan antara satuan dasar yang
satu terhadap yang lainnya) karbohidrat menjadi monosakarida, selanjutnya
menjadi dehidrasi membentuk furfural dan derivatnya. Penambahan
sulfonated alpha naptol menyebabkan warna ungu. Pada uji Molish ini
bereaksi positif terhadap glukosa dan amilum, ditunjukkan dengan
terbentuknya cincin ungu. Urutan kadar cincin ungu dari terbanyak adalah
glukosa lalu amilum. Perubahan warna yang terjadi pada kedua sampel
Perubahan warna dicatat
Cawan porselin kering masing-masing ditetesi larutan amilum, dextrin, CMC, dan glikogen.
Masing-masing ditambahi beberapa tetes larutan iod
Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi
tersebut jika glukosa yang warna awalnya bening menjadi ungu, pada amilum
yang warna awalnya putih keruh menjadi ungu. Sedangkan pada air tidak
terjadi reaksi, mengalami perubahan dari bening menjadi kuning jernih, tidak
terdapat warna ungu. Hal ini karena air bukan merupakan senyawa
karbohidrat yang mempunyai ikatan glikosidik (ikatan antar molekul satuan
dasar yang satu terhadap yang lainnya) jadi warna akhirnya tidak terbentuk
warna ungu.
2. Uji Benedict
Tabel 3.2 Hasil Pengamatan Uji Benedict
Sampel Warna Awal Warna Akhir Keterangan
Glukosa 0,01 M
Glukosa 0,02 M
Glukosa 0,04 M
Bening
Bening
Bening
Biru
Biru kemerahan
Merah bata
Sangat lambat bereaksi, endapan tidak adaLambat bereaksi, endapan sedikit(merah bata)Sangat cepat bereaksi, endapan cukup banyak
Sumber : Laporan Sementara
Pada uji Benedict menggunakan sampel glukosa yang berbeda
konsentrasinya. Karbohidrat mempunyai gugus aldehid atau keton bebas,
mempunyai sifat mereduksi, sifat ini dapat diketahui jika kedalam larutan ini
ditambahkan larutan ion kupri (seperti larutan benedict) dalam suasana
alkalis, kemudian dipanaskan akan terbentuk endapan merah bata. Pada uji
benedict ini bereaksi positif terhadap glukosa 0,01 M; 0,02 M; dan 0,04 M
ditunjukkan dengan adanya perubahan warna dari bening menjadi biru, biru
kemerahan, dan merah bata. Kecepatan mereduksinya sebanding dengan
besarnya molaritas glukosa. Jadi makin besar molaritas glukosa, kecepatan
mereduksinya makin cepat, begitu juga sebaliknya, begitu juga dengan
endapan yang terbentuk, makin besar molaritas glukosa makin banyak
endapan. Pada uji benedict ini yang paling cepat mereduksi adalah glukosa
0,04 M lalu glukosa 0,02 M, dan yang paling akhir adalah glukosa 0,01 M.
3. Uji Barfoed
Tabel 3.3 Hasil Pengamatan Uji Barfoed
Sampel Warna Awal Warna Akhir Keterangan
Glukosa
FruktosaLaktosa
Sakarosa
Bening
BeningBening
Bening
Biru tua
Biru tuaBiru
Biru muda
Terdapat endapan merah, paling cepat bereaksiTerdapat endapan merahTidak terdapat endapan merahTidak terdapat endapan merah, paling lambat bereaksi
Sumber : Laporan Sementara
Pada uji barfoed ini menggunakan sampel karbohidrat dari jenis
monosakarida dan disakarida. Glukosa dan fruktosa merupakan monosakarida
sedangkan laktosa dan sakarosa merupakan disakarida. Uji ini bereaksi positif
terhadap glukosa dan fruktosa yang merupakan monosakarida, ditunjukkan
dengan terjadinya perubahan warna dari bening menjadi biru tua dan terdapat
endapan merah. Tetapi tidak bereaksi positif terhadap laktosa dan sakarosa
yang merupakan disakarida. Maksudnya tidak bereaksi positif adalah dalam
laktosa dan sakarosa tidak terdapat gugus reduksi, sedangkan pada glukosa
dan fruktosa terdapat gugus reduksi. Endapan merah yang menunjukkan
adanya gugus reduksi hanya terdapat pada sakarida jenis monosakarida
(glukosa dan fruktosa). Hal ini disebabkan larutan barfoed hanya dapat
direduksi oleh monosakarida. Pereduksi ini disebabkan sakarida mempunyai
gugus aldehid atau keton bebas, yang mempunyai sifat mereduksi. Sifat ini
dapat diketahui dengan menambahkan ion kupri dalam suasana alkalis ke
dalam larutan barfoed yang nantinya terbentuk endapan Cu2O yang berwarna
merah bata.
4. Uji Selliwanoff
Tabel 3.4 Hasil Pengamatan Uji Selliwanoff
Sampel Warna Awal Warna Akhir Keterangan
Glukosa0,01 M 2 ml
Fruktosa0,01 M 2 ml
Bening
Bening
Kuning
Merah jingga
Tidak terbentuk endapan
Tidak terbentuk endapan
Sumber : Laporan Sementara
Pada uji selliwanoff ini untuk membandingkan kecepatan dehidrasi
pembentukan furfural antara larutan glukosa yang merupakan aldosa dengan
fruktosa yang merupakan ketosa dengan konsentrasi 0,01 M. Pada uji ini
ditambahkan HCl pekat pada sampel kemudian dipanaskan selama 30 menit.
Pada perlakuan ini tidak terjadi perubahan warna pada kedua larutan sampel.
Setelah itu ditambahkan 0,5 larutan resolsinol dalam alkohol. Larutan glukosa
berubah warna dari bening menjadi kuning, larutan fruktosa dari bening
menjadi orange. Setelah didiamkan beberapa saat larutan glukosa warnanya
tetap kuning bening dan tidak terbentuk endapan sedangkan larutan fruktosa
menjadi merah jingga dan tidak terbentuk endapan. Pada fruktosa yang
mengandung gugus keton lebih cepat bereaksi dari glukosa yang mengandung
gugus aldehid, karena gugus keton langsung didehidrasi menjadi furfural
sedangkan gugus aldehid mengalami transformasi dahulu menjadi ketosa
kemudian didehidrasi menjadi furfural.
5. Uji Iod
Tabel 3.5 Hasil Pengamatan Uji Iod
Sampel Warna Awal Warna Akhir
AmilumCMC (Selulosa)DextrinGlikogen
Putih beningPutih beningPutih beningPutih bening
Biru tuaKuning mudaMerah kecoklatanOranye muda
Sumber : Laporan Sementara
Pada uji iod ini menggunakan sampel amilum, selulosa (CMC), dextrin,
dam glikogen. Setelah ditambah larutan iod terjadi perubahan warna pada
amilum dari putih bening menjadi biru tua, pada selulosa (CMC) dari putih
bening menjadi kuning muda, pada dextrin dari putih bening menjadi merah
kecoklatan, dan pada glikogen dari putih bening menjadi oranye muda.
Perubahan warna tersebut terjadi karena iod diabsorbsi oleh polisakarida.
Polisakarida memiliki gugus reduksi pada ujung rantai saja sehingga bila
mengalami hidrolisa akan menghasilkan rantai monosakarida maupun
oligosakarida yang lebih pendek yang memiliki gugus reduksi.
F. Kesimpulan
Dari praktikum acara III Karbohidrat dapat ditarik kesimpulan :
1. Uji Molish
- Bereaksi positif terhadap glukosa dan amilum.
- Reaksi positif dari glukosa dan amilum ditunjukkan dengan adanya cincin
ungu.
- Cincin ungu pada glukosa lebih banyak jika dibandingkan dengan amilum.
- Air tidak bereaksi, ditunjukkan dengan tidak adanya perubahan warna,
hanya dari bening menjadi kuning jernih.
2. Uji Benedict
- Bereaksi positif dengan glukosa 0,01 M; 0,02 M; dan 0,04 M.
- Ditunjukkan dengan adanya perubahan warna :
Glukosa 0,01 M dari bening menjadi biru
Glukosa 0,02 M dari bening menjadi biru kemerahan
Glukosa 0,04 M dari bening menjadi merah bata
- Kecepatan mereduksi glukosa makin cepat seiring makin besarnya
molaritas.
3. Uji Barfoed
- Bereaksi positif dengan glukosa dan fruktosa (karena merupakan
monosakarida), ditunjukkan dengan adanya endapan merah.
- Pada glukosa paling cepat bereaksi.
- Tidak bereaksi positif dengan laktosa dan sakarosa (karena merupakan
disakarida), ditunjukkan dengan tidak adanya endapan.
- Pada sakarosa paling lambat bereaksi.
- Keempat sampel tersebut mengalami perubahan warna dari bening menjadi
biru.
- Endapan merah yang menunjukkan reaksi positif (adanya gugus reduksi)
hanya terjadi pada sakarida jenis monosakarida (glukosa dan fruktosa).
4. Uji Selliwanoff
- Pada fruktosa yang mengandung gugus keton leboh cepat bereaksi dari
glukosa yang mengandung gugus aldehid, karena gugus keton langsung
didehidrasi menjadi furfural, sedangkan gugus aldehid mengalami
transformasi dahulu menjadi ketosa kemudian didehidrasi menjadi furfural.
- Pada akhir percobaan ini glukosa dan fruktosa tidak terbentuk endapan.
5. Uji Iod
- Perubahan warna amilum dari putih bening menjadi biru tua
- Perubahan warna selulosa (CMC) dari putih bening menjadi kuning muda.
- Perubahan warna dextrin dari putih bening menjadi merah kecoklatan.
- Perubahan warna glikogen dari putih bening menjadi oranye muda.
- Iodin dapat diabsorbsi oleh polisakarida hingga terjadi perubahan warna.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2003.polisakarida.http://cybermed.cbn.net.id/detil.asp?
kategori=Food&newsno=413 (diakses pada tanggal 25 Maret 2007).
Fessenden, Ralp. 2000. Kimia Organik. Erlangga. Jakarta.
Hadi, P. 2000. Kimia. Prasetya Tama. Yogyakarta.
Lehninger. 2001. Dasar-Dasar Biokimia I. Erlangga. Jakarta.
Murray, Robert dan Granner. 2002. Biokimia Harper. EGC. Jakarta.
Poedjiani, Anna. 2002. Dasar-Dasar Biokimia. UI Press. Jakarta.
Purba, Michael. 2000. Kimia. Erlangga. Jakarta.
Purwanas,Arie.2004.karbohidrat.http://www.balipost.co.id/BaliPostcetak/
2004/4/11/ink1/html.(diakses pada tanggal 25 Maret 2007)
Sendono. 2000. Prinsip-Prinsip Biokimia. Erlangga. Jakarta.
Winarno, FG. 2001. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia. Jakarta.