KARAKTERISTIK KOKON ULAT SUTERA LIAR (Attacus atlas … · RINGKASAN NUNIEK SETIORINI. D14050864....

65
KARAKTERISTIK KOKON ULAT SUTERA LIAR (Attacus atlas) HASIL PENGOKONAN DI LABORATORIUM LAPANG FAKULTAS PETERNAKAN IPB SKRIPSI NUNIEK SETIORINI DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Transcript of KARAKTERISTIK KOKON ULAT SUTERA LIAR (Attacus atlas … · RINGKASAN NUNIEK SETIORINI. D14050864....

Page 1: KARAKTERISTIK KOKON ULAT SUTERA LIAR (Attacus atlas … · RINGKASAN NUNIEK SETIORINI. D14050864. 2009. Karakteristik Kokon Ulat Sutera Liar (Attacus atlas) Hasil Pengokonan di Laboratorium

KARAKTERISTIK KOKON ULAT SUTERA LIAR (Attacus atlas)

HASIL PENGOKONAN DI LABORATORIUM LAPANG

FAKULTAS PETERNAKAN IPB

SKRIPSI

NUNIEK SETIORINI

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009

Page 2: KARAKTERISTIK KOKON ULAT SUTERA LIAR (Attacus atlas … · RINGKASAN NUNIEK SETIORINI. D14050864. 2009. Karakteristik Kokon Ulat Sutera Liar (Attacus atlas) Hasil Pengokonan di Laboratorium

RINGKASAN

NUNIEK SETIORINI. D14050864. 2009. Karakteristik Kokon Ulat Sutera Liar

(Attacus atlas) Hasil Pengokonan di Laboratorium Lapang Fakultas Peternakan

IPB. Skripsi. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas

Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Dr. Ir. Asnath Maria Fuah, MS.

Pembimbing Anggota : Yuni Cahya Endrawati, SPt.

Attacus atlas merupakan salah satu spesies ulat sutera liar penghasil kokon

yang dapat diproses menjadi benang sutera. Kokon yang dihasilkan memiliki prospek

yang baik untuk dikembangkan karena nilai ekonominya yang tinggi dibandingkan

dengan kokon sutera murbei. Semakin besar kokon maka semakin banyak produksi

benangnya. Hal ini sangat ditentukan oleh kualitas kokon yang ditentukan oleh faktor

pakan, suhu, dan kelembaban. Serangga A. atlas mampu menghasilkan serat sutera

yang memiliki karakteristik yang unik dan spesifik, yaitu warna yang eksotik, benang

yang panjang, lembut, tidak mudah kusut, tahan panas, tidak menimbulkan rasa

gatal, dan anti bakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari dan memperoleh

informasi mengenai karakteristik kokon dari ulat sutera liar (A. atlas) hasil

pengokonan di Laboratorium Lapang Fakultas Peternakan IPB.

Materi yang digunakan adalah ulat sutera liar (Attacus atlas) instar enam

sebanyak 72 ekor. Peubah yang diamati meliputi bobot kokon utuh per empat hari

(BKU), bobot kulit kokon (BKK), persentase bobot kulit kokon (PBKK), bobot floss

(BF), persentase bobot floss (PBF), bobot pupa (BP), persentase bobot pupa (PBP),

panjang kokon (PK), diameter kokon (DK) [diameter ¼ bagian posterior (D1),

medial (D2), ¼ bagian anterior (D3)], lingkar kokon (LK) [lingkar ¼ bagian

posterior (L1), medial (L2), ¼ bagian anterior (L3)], dan jenis kelamin ngengat. Data

yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis deskriptif.

Hasil yang diperoleh menunjukkan bobot kokon utuh (BKU) H4 = 4,25-8,02

g, H8 = 3,46-12,38 g, H12 = 2,19-12,12 g, H16 = 1,45-11,94 g, H20 = 1,12-11,76 g,

H24 = 1,03-11,47 g, H28 = 1,00-11,19 g, H32 = 0,82-10,86 g, H36 = 0,82-10,39 g,

H40 = 0,81-8,57 g, bobot kulit kokon (BKK) 0,10-1,54 g, bobot floss (BF) 0,08-0,58

g, bobot pupa (BP) 0,49-8,20 g, persentase bobot kulit kokon (PBKK) 4,42-23,27 %,

persentase bobot floss (PBF) 1,94-21,71 %, persentase bobot pupa (PBP) 30,44-

89,31 %, panjang kokon (PK) 41,04-68,28 mm, diameter kokon (DK) [¼ bagian

posterior (D1) 16,16-28,05 mm, medial (D2) 21,35-31,20 mm, ¼ bagian anterior

(D3) 17,34-29,10 mm], lingkar kokon (LK) [¼ bagian posterior (L1) 57,00-85,00

mm, medial (L2) 80,00-97,00 mm, ¼ bagian anterior (L3) 70,00-88,00 mm]. Dari 72

kokon yang diamati, jumlah kokon yang berhasil menjadi ngengat 40 ekor, dari 40

ekor ngengat terdapat 15 ekor (37,5%) jantan dan terdapat 25 ekor (62,5%) betina.

Kegagalan menjadi ngengat kemungkinan disebabkan oleh proses pengokonan yang

mengalami gangguan akibat perlakuan saat penimbangan bobot kokon utuh sehingga

menyebabkan kegagalan pembentukan organ bahkan dapat menyebabkan kematian.

Karakteristik kokon juga sangat dipengaruhi oleh faktor suhu dan kelembaban

lingkungan.

Kata-kata Kunci : Attacus atlas, karakteristik kokon, ngengat

Page 3: KARAKTERISTIK KOKON ULAT SUTERA LIAR (Attacus atlas … · RINGKASAN NUNIEK SETIORINI. D14050864. 2009. Karakteristik Kokon Ulat Sutera Liar (Attacus atlas) Hasil Pengokonan di Laboratorium

ABSTRACT

Characteristics of Wild Silkworm Cocoon (Attacus atlas) Yielded at The

Field Laboratory Faculty of Animal Science, of IPB

Setiorini N., A. M. Fuah and Y. C. Endrawati

Attacus atlas is known as wild silkworm that produces cocoon, which will produces

silk. The aim of this study was to obtain information on the characteristics of wild

silkworm cocoon (Attacus atlas) yielded at the field laboratory of Animal Science

Faculty, of IPB. Parameters measured were whole cocoon weight, measured of every

four days, cocoon shell weight, percentage of cocoon shell weight, floss weight,

percentage of floss weight, pupae weight, percentage of pupae weight, cocoon

length, diameter of cocoon, circumference of cocoon, and identification of moth sex.

The results showed that cocoon characteristics varied due to harsh surrounding

environment (temperature and moisture). Whole cocoon weight every four days (H4

= 4,25-8,02 g, H8 = 3,46-12,38 g, H12 = 2,19-12,12 g, H16 = 1,45-11,94 g, H20 =

1,12-11,76 g, H24 = 1,03-11,47 g, H28 = 1,00-11,19 g, H32 = 0,82-10,86 g, H36 =

0,82-10,39 g, H40 = 0,81-8,57 g), cocoon husk weight (0,10-1,54 g), percentage of

cocoon husk weight (4,42-23,27 %), floss weight (0,08-0,58 g), percentage of floss

weight (1,94-21,71 %), pupae weight (0,49-8,20 g), percentage of pupae weight

(30,44-89,31 %), cocoon length (41,04-68,28 mm), diameter (posterior, medial and

anterior) of cocoon (16,16-28,05 mm; 21,35-31,20 mm; 17,34-29,10 mm),

circumference (posterior, medial and anterior) of cocoon (57,00-85,00 mm; 80,00-

97,00 mm; 70,00-88,00 mm). From 72 cocoons evaluated, 40 cocoons were

succeeded to become moths. Of 40 moths, there were remained 15 males and 25

females, with the sex ratio of (1: 1, 67). The failure of cocoon to be moth might be

due to environmental hazard and disturbance.

Keywords : Attacus atlas, characteristics cocoon, moth

Page 4: KARAKTERISTIK KOKON ULAT SUTERA LIAR (Attacus atlas … · RINGKASAN NUNIEK SETIORINI. D14050864. 2009. Karakteristik Kokon Ulat Sutera Liar (Attacus atlas) Hasil Pengokonan di Laboratorium

KARAKTERISTIK KOKON ULAT SUTERA LIAR (Attacus atlas)

HASIL PENGOKONAN DI LABORATORIUM LAPANG

FAKULTAS PETERNAKAN IPB

NUNIEK SETIORINI

D14050864

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada

Fakultas Peternakan

Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009

Page 5: KARAKTERISTIK KOKON ULAT SUTERA LIAR (Attacus atlas … · RINGKASAN NUNIEK SETIORINI. D14050864. 2009. Karakteristik Kokon Ulat Sutera Liar (Attacus atlas) Hasil Pengokonan di Laboratorium

Judul Skripsi : Karakteristik Kokon Ulat Sutera Liar (Attacus atlas) Hasil

Pengokonan di Laboratorium Lapang Fakultas Peternakan IPB

Nama : Nuniek Setiorini

Nrp : D14050864

Menyetujui

Pembimbing I, Pembimbing II,

(Dr. Ir. Asnath M. Fuah, MS.) (Yuni C. Endrawati, SPt.)

NIP. 19541018 197903 2 001 NIP. 19821109 200501 2 001

Mengetahui,

Ketua Departemen,

Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

(Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M. Agr. Sc.)

NIP. 19591212 198603 1 004

Tanggal Ujian : 26 November 2009 Tanggal Lulus :

Page 6: KARAKTERISTIK KOKON ULAT SUTERA LIAR (Attacus atlas … · RINGKASAN NUNIEK SETIORINI. D14050864. 2009. Karakteristik Kokon Ulat Sutera Liar (Attacus atlas) Hasil Pengokonan di Laboratorium

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 5 Mei 1987. Penulis merupakan

anak keempat dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Kusnanto dan Ibu

Suhartini.

Penulis menyelesaikan pendidikan taman kanak-kanak di TK Periska

Perkebunan Jakarta pada tahun 1993 dan pendidikan dasar pada tahun 1999 di SDN

Pejaten Timur 17 Pagi Jakarta. Pendidikan lanjutan tingkat pertama diselesaikan

pada tahun 2002 di SLTPN 163 Jakarta dan pendidikan menengah atas diselesaikan

pada tahun 2005 di SMAN 109 Jakarta.

Penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor pada tahun 2005

melalui jalur SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru), tahun 2006 Penulis

diterima sebagai mahasiswa Mayor Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan,

Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut

Pertanian Bogor. Selama mengikuti pendidikan di Institut Pertanian Bogor, Penulis

aktif dalam beberapa organisasi mahasiswa diantaranya Unit Kegiatan Mahasiswa

Agria Swara IPB, Himpunan Mahasiswa Produksi Ternak (Himaproter), Badan

Eksekutif Mahasiswa Fakultas Peternakan (BEM-D), dan terlibat dalam kegiatan-

kegiatan profesional serta kepanitian. Penulis merupakan salah satu penerima

beasiswa Gudang Garam pada tahun 2008 sampai 2009 dan berhasil mendapat

bantuan biaya penelitian serta biaya hidup selama enam bulan dari PT Wide and Pin

untuk melaksanakan tugas akhir skripsi ini.

Page 7: KARAKTERISTIK KOKON ULAT SUTERA LIAR (Attacus atlas … · RINGKASAN NUNIEK SETIORINI. D14050864. 2009. Karakteristik Kokon Ulat Sutera Liar (Attacus atlas) Hasil Pengokonan di Laboratorium

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil’aalamiin. Puji syukur kehadirat Allah swt atas segala

rahmat, karunia, hidayah serta kasih sayang-Nya sehingga Penulis diberi kemampuan

untuk menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini merupakan syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Peternakan di Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Shalawat

dan salam disampaikan kepada baginda Rasulullah Muhammad SAW yang

memberikan petunjuk pada zaman yang penuh keberkahan ini. Judul penelitian ini

adalah ”Karakteristik Kokon Ulat Sutera Liar (Attacus atlas) Hasil Pengokonan

di Laboratorium Lapang Fakultas Peternakan IPB”.

Skripsi ini membahas tentang karakteristik kokon ulat sutera liar (Attacus

atlas) yang merupakan salah satu jenis ulat sutera yang menghasilkan benang sutera

yang sangat spesifik. Budidaya bertujuan untuk melestarikan A. atlas agar tidak

semakin berkurang atau punah karena selama ini benang sutera yang dihasilkan

masih tergantung dari alam. Program budidaya A. atlas memiliki prospek yang

sangat cerah karena harga benang sutera cukup tinggi. Kokon yang dihasilkan

memiliki nilai ekonomis yang tinggi dibandingkan dengan kokon sutera murbei,

disamping menghasilkan serat sutera yang memiliki banyak keistimewaan, yaitu

warna yang eksotik, benang yang panjang, lembut, tidak mudah kusut, tahan panas,

tidak menimbulkan rasa gatal, dan antibakteri. Hasil pengokonan A. atlas yang

dilakukan di Laboratorium Lapang Fakultas Peternakan IPB diharapkan dapat

menghasilkan karakteristik kokon yang berkualitas baik.

Masukan yang konstruktif terhadap perbaikan skripsi ini diharapkan dapat

memperkaya tulisan ini sehingga dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang

memerlukan ilmu dan informasi mengenai karakteristik kokon ulat sutera liar

(Attacus atlas).

Bogor, Desember 2009

Penulis

Page 8: KARAKTERISTIK KOKON ULAT SUTERA LIAR (Attacus atlas … · RINGKASAN NUNIEK SETIORINI. D14050864. 2009. Karakteristik Kokon Ulat Sutera Liar (Attacus atlas) Hasil Pengokonan di Laboratorium

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN .......................................................................................... i

ABSTRACT ............................................................................................. ii

RIWAYAT HIDUP .................................................................................. iii

KATA PENGANTAR .............................................................................. iv

DAFTAR ISI ............................................................................................ v

DAFTAR TABEL .................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................... viii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ ix

PENDAHULUAN .................................................................................... 1

Latar Belakang.............................................................................. 1

Perumusan Masalah ...................................................................... 3

Tujuan .......................................................................................... 3

TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 4

Taksonomi dan Siklus Hidup Ulat Sutera Liar (Attacus atlas) ....... 4

Morfologi ..................................................................................... 6

Telur ................................................................................. 6

Larva ................................................................................. 7

Kokon ............................................................................... 9

Pupa .................................................................................. 14

Imago ................................................................................ 16

Tanaman Teh ................................................................................ 17

METODE ................................................................................................. 19

Lokasi dan Waktu ......................................................................... 19

Materi ........................................................................................... 19

Prosedur Penelitian ....................................................................... 19

Tahap Persiapan ................................................................ 19

Tahap Pengamatan dan Pengukuran .................................. 20

Gambar Prosedur Penelitian .............................................. 21

Analisis Data ................................................................................ 22

HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 27

Suhu dan Kelembaban Ruangan .................................................... 27

Bobot Kokon Utuh ........................................................................ 27

Bobot Floss .................................................................................. 31

Bobot Kulit kokon ........................................................................ 32

Bobot Pupa ................................................................................... 35

Page 9: KARAKTERISTIK KOKON ULAT SUTERA LIAR (Attacus atlas … · RINGKASAN NUNIEK SETIORINI. D14050864. 2009. Karakteristik Kokon Ulat Sutera Liar (Attacus atlas) Hasil Pengokonan di Laboratorium

Ngengat yang Berhasil Keluar dari Kokon .................................... 36

Analisis Korelasi dan Regresi ....................................................... 37

Morfometri ................................................................................... 41

KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 43

Kesimpulan................................................................................... 43

.....................................................................................................

Saran ............................................................................................ 43

UCAPAN TERIMA KASIH .................................................................... 44

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 45

LAMPIRAN ............................................................................................. 47

Page 10: KARAKTERISTIK KOKON ULAT SUTERA LIAR (Attacus atlas … · RINGKASAN NUNIEK SETIORINI. D14050864. 2009. Karakteristik Kokon Ulat Sutera Liar (Attacus atlas) Hasil Pengokonan di Laboratorium

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Karakteristik Kulit Kokon yang Berasal dari Perkebunan Teh di

Daerah Purwakarta .................................................................. 13

Bobot Kokon Utuh (BKU) A. atlas Per Empat Hari Hasil

Pengokonan di Laboratorium Lapang Fakultas Peternakan IPB 28

Sebaran Bobot Floss Berdasarkan Kelas dan Frekuensi (Jumlah

Kokon) .................................................................................... 32

Karakteristik Kokon A. atlas Hasil Pengokonan di Laboratorium

Lapang Fakultas Peternakan IPB ............................................. 33

Sebaran Bobot Kulit Kokon Berdasarkan Kelas dan Frekuensi

(Jumlah Kokon) ....................................................................... 34

Sebaran Bobot Pupa Berdasarkan Kelas dan Frekuensi (Jumlah

Kokon) .................................................................................... 35

Korelasi Peubah yang Diamati Terhadap Kulit Kokon Ulat Sutera

Liar (Attacus atlas) Hasil Pengokonan di Laboratorium Lapang

Fakultas Peternakan IPB .......................................................... 38

Morfometri Kokon A. atlas Hasil Pengokonan di Laboratorium

Lapang Fakultas Peternakan IPB dan yang Berasal dari

Perkebunan Teh di Daerah Purwakarta .................................... 41

Page 11: KARAKTERISTIK KOKON ULAT SUTERA LIAR (Attacus atlas … · RINGKASAN NUNIEK SETIORINI. D14050864. 2009. Karakteristik Kokon Ulat Sutera Liar (Attacus atlas) Hasil Pengokonan di Laboratorium

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Siklus Hidup Attacus atlas dari Telur sampai Imago ................ 5

Telur Attacus atlas .................................................................. 6

Ulat Sutera Liar saat Molting ................................................... 8

Larva Attacus atlas Instar I- Instar VI ...................................... 9

Proses Pengokonan Ulat Sutera Liar (A. atlas) ......................... 10

Kokon Attacus atlas ................................................................ 11

Pupa Attacus atlas ................................................................... 15

Imago Attacus atlas ................................................................. 16

Ulat Sutera Liar (A. atlas) Instar Enam .................................... 20

Prosedur Penelitian .................................................................. 21

Kokon Utuh saat Ditimbang .................................................... 23

Kulit Kokon saat Ditimbang .................................................... 23

Floss saat Ditimbang ............................................................... 24

Pengukuran Panjang Kokon..................................................... 25

Pengukuran Diameter Kokon ................................................... 25

Pengukuran Lingkar Kokon ..................................................... 26

Kandang Pemeliharaan A. atlas ............................................... 27

Kokon Utuh............................................................................. 29

Larva yang Tidak Berubah Menjadi Pupa ................................ 30

Floss A. atlas ........................................................................... 31

Kulit Kokon A. atlas ................................................................ 34

Larva yang Berubah Menjadi Pupa .......................................... 35

Ngengat A. atlas: (a) Jantan dan (b) Betina .............................. 36

Grafik Sebaran Data BKK terhadap BKU ................................ 39

Grafik Sebaran Data BKK terhadap PK ................................... 40

Grafik Sebaran Data BKK terhadap D2 ................................... 40

Grafik Sebaran Data BKK terhadap L2.................................... 41

Page 12: KARAKTERISTIK KOKON ULAT SUTERA LIAR (Attacus atlas … · RINGKASAN NUNIEK SETIORINI. D14050864. 2009. Karakteristik Kokon Ulat Sutera Liar (Attacus atlas) Hasil Pengokonan di Laboratorium

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

Tabel Nilai Korelasi dan Nilai P (P value) Peubah yang Diamati

Terhadap Kulit Kokon Ulat Sutera Liar (Attacus atlas) Hasil

Pengokonan di Laboratorium Lapang Fakultas Peternakan IPB . 48

Analisis Ragam Persamaan Regresi dari Sebaran Data BKU

terhadap BKK ........................................................................... 49

Grafik Sebaran Normal Bobot Floss (BF) ................................. 49

Grafik Sebaran Normal Bobot Kulit Kokon (BKK) ................... 50

Grafik Sebaran Normal Bobot Pupa (BP) .................................. 50

Page 13: KARAKTERISTIK KOKON ULAT SUTERA LIAR (Attacus atlas … · RINGKASAN NUNIEK SETIORINI. D14050864. 2009. Karakteristik Kokon Ulat Sutera Liar (Attacus atlas) Hasil Pengokonan di Laboratorium

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Persuteraan alam merupakan salah satu usaha peternakan yang

mengembangkan komoditas berupa benang sutera sebagai produk utamanya. Dalam

dunia persuteraan dikenal dua macam serangga penghasil sutera, yaitu sutera murbei

dan sutera non murbei. Sutera murbei lebih dikenal dengan nama sutera Bombyx

mori, sedangkan sutera non murbei biasa disebut dengan sutera liar. Beberapa jenis

ulat sutera liar antara lain Attacus atlas dan Cricula trifenestra. Ulat sutera adalah

serangga holometabola yang mengalami metamorfosis sempurna, yang berarti bahwa

setiap generasi melewati empat stadia, yaitu telur, larva (ulat), pupa, dan ngengat.

Kokon serangga ini menghasilkan benang sutera yang memiliki nilai ekonomi tinggi.

Attacus atlas merupakan salah satu spesies ulat sutera liar asli Indonesia

penghasil benang sutera yang belum didomestikasi. Habitat aslinya masih di alam

terbuka dan belum ada yang membudidayakannya secara intensif. Awalnya, serangga

ini dianggap sebagai hama di perkebunan seperti perkebunan teh Walini di

Purwakarta, namun saat ini kokon A. atlas memiliki prospek yang baik untuk

dikembangkan karena nilai ekonominya tinggi dibandingkan dengan kokon ulat

sutera murbei. Budidaya hewan ini memiliki prospek yang sangat cerah mengingat

harga benang suteranya tinggi. Kokon serangga ini umumnya berwarna cokelat

terang sampai cokelat tua berdasarkan jenis pakan yang diberikan, kondisi

lingkungan, dan genetik. Salah satu keunggulan serangga ini yakni larvanya mampu

hidup dengan mengkonsumsi lebih dari 90 jenis daun tumbuhan sumber pakan yang

berasal dari 48 famili tumbuhan, diantaranya pohon kina, mahoni, jati, jambu biji,

rambutan, sirsak, alpukat, nangka (Peigler, 1989) dan berbagai pohon berkayu keras

lainnya (Kompas, 2004).

Benang dari kokon A. atlas sudah diekspor ke Jepang sebagai bahan baku

kimono, dasi, selendang, pakaian jadi, dan bahan kualitas tinggi lainnya. Harga

setiap kilogram benang yang dihasilkan mencapai Rp 1,5 juta. Harga benang sutera

saat ini di Jepang mencapai 20 kali lipat dari harga benang ulat sutera murbei. Jepang

menyukai benang dari serangga jenis ini karena lebih lembut dari benang ulat sutera

murbei (Sari, 2007). Serangga ini mampu menghasilkan serat sutera yang memiliki

banyak keistimewaan, yaitu warna yang eksotik, benang yang panjang, lembut, tidak

Page 14: KARAKTERISTIK KOKON ULAT SUTERA LIAR (Attacus atlas … · RINGKASAN NUNIEK SETIORINI. D14050864. 2009. Karakteristik Kokon Ulat Sutera Liar (Attacus atlas) Hasil Pengokonan di Laboratorium

mudah kusut, tahan panas, tidak menimbulkan rasa gatal, dan antibakteri (Sutera

Indonesia, 2004).

Salah satu penentu kualitas sutera adalah karakteristik kokon. Bobot kokon

merupakan salah satu karakteristik yang paling penting secara komersial karena

penjualan kokon di pasaran berdasarkan dari bobotnya setelah dilakukan penentuan

grade atau kelas kokon. Semakin berat kulit kokon yang dihasilkan maka semakin

bagus kokon karena serat sutera yang dihasilkan akan semakin banyak (Indrawan,

2007). Selain itu, kualitas kokon juga didasarkan pada persentase kulit kokon dan

persentase kokon cacat (Sutera Indonesia, 2004). Kokon A. atlas yang dihasilkan dari

perkebunan teh di Purwakarta menurut Baskoro (2008) menunjukkan rataan bobot

floss 0,18±0,05 (g/kokon), bobot kulit kokon tanpa floss 0,50±0,2 (g/kokon), panjang

kokon 5,33±0,52 (cm), diameter bagian medial kokon 2,61±0,23 (cm), lingkar bagian

medial kokon 8,18±0,71 (cm). Awan (2007) melaporkan hasil penelitiannya tentang

kualitas kokon A. atlas yang dipelihara dalam ruangan dengan suhu 24-290C dan

kelembaban 68-70% serta diberi pakan daun teh yaitu bobot kokon isi pupa 7,00±1,5

(g/kokon) dan bobot kulit kokon 1,29±0,3 (g/kokon).

Pemeliharaan ulat sutera liar (A. atlas) saat ini masih dilakukan di alam

terbuka dengan tingkat kematian ulat tersebut masih 80% (Nugroho, 2007).

Lingkungan yang tidak terkontrol dapat menjadi salah satu penyebab kematian ulat

seperti hujan, angin, panas bahkan serangan predator antara lain semut dan burung.

Oleh sebab itu, daya hidup serangga ini perlu ditingkatkan agar produktivitasnya

tinggi. Produktivitas A. atlas dapat ditingkatkan melalui budidaya yang benar. Selain

itu, proses budidaya juga bertujuan untuk melestarikan A. atlas agar tidak semakin

berkurang atau punah karena selama ini untuk menghasilkan benang sutera masih

tergantung dari alam. Budidaya di dalam ruangan diharapkan dapat meningkatkan

keberhasilan menjadi kokon karena faktor-faktor lingkungan dapat dikendalikan.

Kokon yang dihasilkan melalui proses budidaya dalam ruangan terkontrol belum

banyak dilakukan. Oleh karena itu, informasi mengenai karakteristik kokon yang

mengalami pengokonan melalui proses yang dilakukan di dalam ruangan masih

terbatas. Kokon yang diamati dalam penelitian ini berasal dari ulat sutera liar A. atlas

instar enam yang diambil dari perkebunan teh di daerah Purwakarta.

Page 15: KARAKTERISTIK KOKON ULAT SUTERA LIAR (Attacus atlas … · RINGKASAN NUNIEK SETIORINI. D14050864. 2009. Karakteristik Kokon Ulat Sutera Liar (Attacus atlas) Hasil Pengokonan di Laboratorium

Perumusan Masalah

Masyarakat luas belum mengenal serangga A. atlas. Selama ini, serangga

yang menghasilkan kokon berwarna cokelat terang masih dianggap sebagai hama di

beberapa perkebunan, tetapi di sisi lain kokonnya memiliki potensi ekonomi yang

cukup besar untuk dikembangkan. Teknik budidaya yang tepat untuk

pemeliharaannya di dalam ruangan hingga saat ini belum banyak informasinya.

Pengekspor masih mengumpulkannya dari alam atau memelihara di alam atau di luar

ruangan (Nazar, 1990). Pemeliharaan ulat sutera liar (A. atlas) yang dilakukan di

alam terbuka, memiliki tingkat keberhasilan yang masih rendah, dan tingkat

kematian ulat cukup tinggi yakni 80%. Oleh karena itu, perlu diupayakan

pemeliharaan di dalam ruangan untuk memperoleh informasi mengenai hasil

pengokonan yang terkontrol. Budidaya serangga ini dapat dilakukan mulai dari telur,

larva (ulat), dan kokon. Namun, untuk awal budidaya lebih mudah jika dilakukan

mulai dari kokon karena penanganannya yang mudah. Materi penelitan ini

menggunakan kokon ulat sutera liar (A. atlas) karena penanganan saat

pemeliharannya mudah dilakukan dan kokon serangga ini dapat menghasilkan serat

sutera yang berdaya jual tinggi.

Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari dan memperoleh

informasi mengenai karakteristik kokon dari ulat sutera liar (Attacus atlas) hasil

pengokonan di Laboratorium Lapang Fakultas Peternakan IPB.

Page 16: KARAKTERISTIK KOKON ULAT SUTERA LIAR (Attacus atlas … · RINGKASAN NUNIEK SETIORINI. D14050864. 2009. Karakteristik Kokon Ulat Sutera Liar (Attacus atlas) Hasil Pengokonan di Laboratorium

TINJAUAN PUSTAKA

Taksonomi dan Siklus Hidup Ulat Sutera Liar (Attacus atlas)

Taksonomi merupakan cabang biologi yang berkaitan dengan penamaan dan

pengelompokan bentuk kehidupan yang beragam (Cambell et al., 2000). Klasifikasi

A. atlas menurut Peigler (1989), sebagai berikut:

Filum : Arthropoda

Kelas : Insecta

Ordo : Lepidoptera

Famili : Saturniidae

Genus : Attacus

Spesies : Attacus atlas

Ulat sutera liar (Attacus atlas) adalah salah satu serangga nokturnal yang

berukuran besar, memiliki sayap hingga berukuran 30 cm, dan banyak ditemukan di

wilayah Asia seperti Thailand, Filipina, dan Malaysia (Butterfly Arc, 2003). Daerah

penyebaran A. atlas hampir meliputi seluruh Indonesia diantaranya pulau Sumatera,

Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua (Awan, 2007) karena daya

adaptasi terhadap lingkungan tropis, hewan ini dapat melakukan perkawinan pada

lingkungan yang tidak terlalu dingin (suhu minimal 150C) dan tidak terlalu kering

(kelembaban minimal 50%) (Butterfly Arc, 2003). Hasil penelitian Mulyani (2008),

suhu dan kelembaban dalam ruangan selama pemeliharaan larva A. atlas adalah 24-

280C dan 46-78%. Kondisi ini sesuai untuk pemeliharaan maupun pengokonan.

Menurut Pustekkom (2005), A. atlas merupakan serangga holometabola,

yaitu serangga yang mengalami metamorfosis sempurna. Tahapan dari daur serangga

yang mengalami metamorfosis sempurna adalah telur – larva – pupa – imago. Peigler

(1989) menerangkan tentang siklus hidup hewan ini sebagaimana disajikan pada

Gambar 1.

Page 17: KARAKTERISTIK KOKON ULAT SUTERA LIAR (Attacus atlas … · RINGKASAN NUNIEK SETIORINI. D14050864. 2009. Karakteristik Kokon Ulat Sutera Liar (Attacus atlas) Hasil Pengokonan di Laboratorium

Gambar 1. Siklus Hidup Attacus atlas dari Telur sampai Imago

(Sumber : Awan, 2007)

Awan (2007) menyatakan bahwa siklus hidup A. atlas yang diberi pakan

daun sirsak dan daun teh memiliki kesamaan dengan yang dilaporkan Peigler (1989),

kecuali pada lama setiap siklus. Siklus larva ulat sutera liar yang diberi pakan daun

teh terdiri dari enam tahapan atau stadium yang disebut dengan instar. Instar satu

berlangsung selama 4-6 hari ditandai dengan kepala berwarna hitam, instar dua

selama 4-6 hari mulai ditutupi serbuk putih, instar tiga sampai instar empat 4-6 hari

dengan perubahan yang terjadi yaitu terdapat warna merah di bagian lateral segmen

tubuhnya, instar lima selama 7-8 hari tubuhnya mulai gemuk dan instar enam

mencapai 10-12 hari terdapat bintik-bintik berwarna hitam di bagian dorsal toraks.

Larva instar enam membutuhkan waktu paling lama dibandingkan dengan

instar lain. Hal ini disebabkan pada instar enam, larva akan memasuki stadium pupa

dan akan mengokon yang secara morfologis dan fisiologis berbeda dengan stadium

yang lain (Awan, 2007). Masa inkubasi telur A. atlas yaitu 10-12 hari, lama periode

pupa adalah 20-26 hari, kemunculan imago betina dan jantan masing-masing adalah

23-26 hari dan 20-25 hari (Awan, 2007). Menurut Kalshoven (1981) dalam Awan

4-6 hari

10-12 hari

4-6 hari

4-6 hari

4-6 hari

7-8 hari

10-12 hari

20-26 hari

Page 18: KARAKTERISTIK KOKON ULAT SUTERA LIAR (Attacus atlas … · RINGKASAN NUNIEK SETIORINI. D14050864. 2009. Karakteristik Kokon Ulat Sutera Liar (Attacus atlas) Hasil Pengokonan di Laboratorium

(2007), stadium telur berlangsung selama 1-4 minggu, larva 40-75 hari, sedangkan

pupa 4-10 minggu. Total waktu yang diperlukan A. atlas yang diberikan pakan daun

sirsak untuk menyelesaikan sekali daur hidupnya, mulai dari telur sampai imago

bertelur lagi memerlukan waktu 63-82 hari (Awan, 2007).

Morfologi

Telur

Telur dihasilkan oleh imago betina baik yang telah kawin maupun yang tidak

dan telur yang dapat menetas menjadi larva adalah telur yang dibuahi oleh imago

jantan. Imago betina yang tidak melakukan perkawinan akan menghasilkan telur

yang steril yang tidak dapat menetas menjadi larva. Telur memiliki kerabang yang

halus dan biasanya diselimuti cairan berwarna kemerahan hingga cokelat yang

berfungsi untuk melekatkan telur pada daun atau ranting (Awan, 2007).

Bentuk telur A. atlas adalah oval dan agak datar atau gepeng, bentuk khas

yang dimiliki oleh semua famili Saturniidae (Peigler, 1989). Awan (2007)

menyebutkan bahwa ciri-ciri telur A. atlas secara umum berwarna putih kehijauan

dan dilindungi oleh suatu cairan berwarna kemerahan hingga cokelat. Ngengat betina

menghasilkan telur dengan jumlah ratusan yang diletakkan secara individu atau

berkelompok yang terdiri atas 3-10 butir dengan masa inkubasi telur antara 7-13 hari

(Adria dan Idris, 1996).

Gambar 2. Telur Attacus atlas (Sumber : Wikipedia, 2008)

Page 19: KARAKTERISTIK KOKON ULAT SUTERA LIAR (Attacus atlas … · RINGKASAN NUNIEK SETIORINI. D14050864. 2009. Karakteristik Kokon Ulat Sutera Liar (Attacus atlas) Hasil Pengokonan di Laboratorium

Telur yang belum menetas dapat disimpan pada suhu ruang, tetapi suhu untuk

penyimpanan telur tidak boleh kurang dari 150C. Telur dapat menetas setelah 7 hari

telur diletakkan oleh induknya (Butterfly Arc, 2003). Telur pada umumnya

diletakkan secara individu ataupun kelompok seperti dapat dilihat pada Gambar 2.

Larva

Ulat sutera liar (A. atlas) termasuk hewan polivoltin (memiliki lebih dari tiga

generasi per tahun), artinya hewan ini dapat hidup sepanjang tahun dan termasuk

serangga polifagus yang artinya dapat memakan banyak jenis tanaman serta dapat

berada pada berbagai tanaman inang. Serangga ini dapat mengkonsumsi 90 golongan

tumbuhan dari 48 famili yang bisa dimakan (Peigler, 1989). Attacus atlas

(Lepidoptera: Saturniidae) memakan daun sirsak, jeruk, dadap, alpukat, teh, cengkeh,

mangga dan berbagai pohon berkayu keras lainnya (Kompas, 2004).

Hewan ini mengalami stadium larva dimulai dari instar satu hingga instar

enam. Pergantian kulit (molting) adalah tanda pergantian masa instar. Pergantian

kulit dilakukan pada saat pertumbuhan larva telah mencapai maksimal yang ditandai

dengan larva tidak aktif makan dan lebih banyak diam. Pergantian kulit terjadi pada

seluruh lapisan kutikula dinding tubuh, kepala, lapisan-lapisan kutikula trakea, usus

depan dan usus belakang yang dilakukan dalam bentuk potongan-potongan melalui

anusnya (Borror et al., 1992).

Larva akan berganti kulit beberapa kali pada saat-saat tertentu karena ukuran

larva yang bertambah besar. Kulit larva yang lama mengeras dan tidak mungkin lagi

untuk pertumbuhan dan perkembangan larva selanjutnya sehingga perlu berganti

kulit seperti terlihat pada Gambar 3 (Butterfly Arc, 2003). Menurut Awan (2007),

kulit yang baru terbentuk tidak tertutup oleh tepung putih tetapi tepung putih ini akan

semakin menebal dengan bertambahnya umur tipe instar. Pada setiap instar memiliki

ciri-ciri, ukuran dan perilaku larva berbeda sesuai dengan pertumbuhan dan

perkembangan larva.

Page 20: KARAKTERISTIK KOKON ULAT SUTERA LIAR (Attacus atlas … · RINGKASAN NUNIEK SETIORINI. D14050864. 2009. Karakteristik Kokon Ulat Sutera Liar (Attacus atlas) Hasil Pengokonan di Laboratorium

Gambar 3. Ulat Sutera Liar saat Molting (Sumber : Setiorini, 2009)

Instar satu dimulai saat penetasan telur hingga larva mengganti kulit pertama,

dengan ciri-ciri kepala berwarna hitam, bagian dorsal scolus berwarna kuning pucat

tanpa serbuk putih dan bagian ventral larva hitam kehijauan. Instar dua dicirikan oleh

scolus ditutupi serbuk putih, kepala berwarna kecoklatan, dan bagian ventral larva

masih berwarna hijau gelap. Instar tiga memiliki ciri-ciri hampir sama dengan instar

dua hanya saja ukuran tubuh lebih besar dan panjang, bubuk putih dan bercak merah

di bagian lateral segmen mendominasi warna larva, kepala berwarna merah

kecoklatan (Awan, 2007).

Pada awal instar empat terlihat ciri-ciri sebagai berikut: warna bagian dorsal

dan ventral larva hijau kebiruan, kepala berwarna kehijauan bercak merah di bagian

lateral segmen ketiga, segmen keempat dan segmen kedelapan sampai dengan

segmen kesepuluh, warnanya memudar menjadi kekuningan, di akhir instar bagian

dorsal ditutupi serbuk putih. Instar lima memiliki ciri yang hampir sama dengan

instar keempat, hal yang membedakan hanya pada ukuran tubuh yang semakin besar,

gemuk dan kokoh. Instar enam merupakan tahapan terakhir stadium larva. Larva

pada instar enam memiliki ciri-ciri pada awal instar tubuh berwarna hijau cerah

dengan bintik-bintik berwarna hitam di bagian dorsal toraks dan di sekitar anal,

gerakan lebih lamban, tubuh gemuk dan kokoh, aktivitas makan tinggi karena pada

tahapan ini larva mengumpulkan cadangan makanan sebanyak-banyaknya sebelum

membentuk kokon dan menjadi pupa. Menjelang instar enam berakhir, bagian tubuh

dominan berwarna putih di bagian dorsal, hijau kekuningan di bagian ventral dan

lateral. Larva kurang aktif makan, cenderung bergerak ke sudut-sudut untuk siap

mengokon (Awan, 2007). Perubahan stadium larva dapat dilihat pada Gambar 4.

Page 21: KARAKTERISTIK KOKON ULAT SUTERA LIAR (Attacus atlas … · RINGKASAN NUNIEK SETIORINI. D14050864. 2009. Karakteristik Kokon Ulat Sutera Liar (Attacus atlas) Hasil Pengokonan di Laboratorium

Instar I Instar II Instar III

Instar IV Instar V Instar VI

Gambar 4. Larva Attacus atlas Instar I-Instar VI (Sumber : Wikipedia, 2008)

Pada instar enam diakhiri saat larva mulai merajut kokon untuk selanjutnya

memasuki periode pupa. Larva instar enam membutuhkan waktu paling lama

dibandingkan dengan instar yang lain yaitu berlangsung selama 10-12 hari. Hal ini

disebabkan pada instar enam akan memasuki stadium pupa yang secara morfologis

dan fisiologis berbeda dengan stadium yang lain (Awan, 2007).

Perubahan stadium larva menjadi pupa dalam metamorfosis serangga

membutuhkan waktu yang cukup lama karena terjadi pertumbuhan dan perubahan

dari organ tertentu, terjadi proses pengumpulan dan penimbunan cadangan makanan

sebagai sumber energi guna mendukung perubahan dari pupa menjadi imago, karena

dalam stadium pupa tidak terjadi aktivitas morfologi berikutnya (istirahat), sekresi

protein sutera. Hampir seluruh rongga tubuh larva instar terakhir dipenuhi oleh

kelenjar sutera. Ulat sutera menggunakan sebagian besar protein yang

dikonsumsinya selama stadium larva untuk mensintesis sutera cair (Awan, 2007).

Kokon

Pembentukan kokon dimulai ketika larva instar enam mulai mengeluarkan

cairan sutera yang dilekatkan pada wadah pemeliharaan atau pada daun yang akan

digunakan untuk melekatkan kokon (Gambar 5). Serat-serat yang terbentuk ini

berfungsi untuk menguatkan daun agar tidak jatuh ketika daun sudah tua dan

Page 22: KARAKTERISTIK KOKON ULAT SUTERA LIAR (Attacus atlas … · RINGKASAN NUNIEK SETIORINI. D14050864. 2009. Karakteristik Kokon Ulat Sutera Liar (Attacus atlas) Hasil Pengokonan di Laboratorium

mengering, bagian ini biasanya disebut dengan floss. Setelah menguatkan daun agar

tidak jatuh saat daun sudah mengering, larva akan meneruskan pembuatan kokon

pada daun tersebut, bagian ini yang dipintal menjadi benang disebut sebagai kulit

kokon tanpa floss. Pembentukan kokon dilakukan larva hingga terbentuk kokon

sempurna (kokon utuh) yaitu floss dengan kulit kokon (Gambar 6). Posisi larva

sebelum berubah menjadi pupa biasanya dengan kepala di bagian atas, posisi ini akan

menguntungkan ketika imago keluar dari kokon karena bagian kokon yang

menghadap ke atas biasanya terdapat lubang (Awan, 2007).

Gambar 5. Proses Pengokonan Ulat Sutera Liar (A. atlas) (Sumber : Setiorini, 2009)

Tempat yang nyaman bagi ulat sutera untuk membuat kokon dapat

memudahkan ulat dan memerlukan sedikit serat-serat sutera untuk menempelkan

floss pada daun. Oleh karena itu, sisa serat sutera yang akan digunakan untuk

Ulat sutera liar

(A. atlas) instar

enam (10-12

hari)

Tingkah laku ulat

sutera liar (A.

atlas) instar enam

yang akan

mengokon

Ulat sutera liar

(A. atlas) yang

mulai merajut

serat sutera

Ulat sutera liar (A.

atlas) yang telah

tertutup oleh serat

sutera (kurang dari 6

jam)

Kokon dan pupa

ulat sutera liar (A.

atlas) (20-26 hari)

Ngengat ulat sutera

liar (A. atlas) (jantan)

yang sudah keluar dari

kokon (20-25 hari)

Page 23: KARAKTERISTIK KOKON ULAT SUTERA LIAR (Attacus atlas … · RINGKASAN NUNIEK SETIORINI. D14050864. 2009. Karakteristik Kokon Ulat Sutera Liar (Attacus atlas) Hasil Pengokonan di Laboratorium

membuat kokon masih cukup banyak sehingga bobot kulit kokon yang dihasilkan

tinggi (Mulyani, 2008). Menurut Atmosoedarjo et al. (2000), persyaratan utama

untuk tempat pengokonan adalah sebagai berikut: kuat, struktur cocok untuk

mengokon, mampu mengontrol kelembaban, memberi kemudahan untuk

memperlakukan larva pada waktu mengokon. Hasil penelitian Sakinah (2008)

menunjukkan bahwa alat pengokonan berupa kotak berdaun, kotak tanpa daun,

silinder berdaun dan silinder tanpa daun yang dicobakan terhadap ulat sutera liar

(Attacus atlas) tidak berpengaruh terhadap bobot kokon segar, bobot pupa, bobot

kulit kokon utuh, bobot floss, bobot kulit kokon tanpa floss, panjang kokon dan

diameter kokon. Jenis kelamin sangat berpengaruh terhadap sebagian besar peubah,

kecuali pada bobot floss dan diameter. Pada bobot kulit kokon utuh, bobot kokon

segar, bobot pupa, bobot kulit kokon tanpa floss dan panjang kokon, jantan lebih

rendah daripada betina.

Pembentukan kokon biasanya dimulai pada sore hari. Larva akan menutup

seluruhnya kurang dari 6 jam. Larva yang telah tertutup ini masih terus merajut

kokon hingga kokon tersebut terbentuk sempurna. Hal ini terlihat pada kokon yang

masih tipis. Setelah kokon terbentuk sempurna, larva akan berdiam diri beberapa saat

kemudian mempersiapkan metamorfosa dari larva menjadi pupa. Tahap pupa

merupakan tahap yang paling penting dalam perkembangan metamorfosis dari larva

menjadi imago (Awan, 2007).

Gambar 6. Kokon Attacus atlas (Sumber : Indrawan, 2007)

Pupa mengalami organogenesis yaitu pembentukan organ-organ imago antara

lain pembentukan sayap, kaki, kepala, dan struktur reproduksi. Selama tahapan pupa

tidak boleh terganggu agar proses organogenesis berlangsung sempurna. Apabila

Page 24: KARAKTERISTIK KOKON ULAT SUTERA LIAR (Attacus atlas … · RINGKASAN NUNIEK SETIORINI. D14050864. 2009. Karakteristik Kokon Ulat Sutera Liar (Attacus atlas) Hasil Pengokonan di Laboratorium

dalam proses ini mengalami gangguan maka akan menyebabkan kegagalan

pembentukan organ dan kemungkinan dapat menyebabkan kematian (Awan, 2007).

Keberadaan kokon sangat diperlukan untuk menjaga pupa dari gangguan luar. Selain

itu, kokon berfungsi untuk menjaga agar kondisi luar pupa tetap sesuai dan menjaga

dari pengaruh lingkungan yang buruk yang akan mengganggu perkembangan pupa.

Kokon yang terbentuk sempurna berbentuk elips silindris, ujungnya

membulat dan pada ujung anteriornya terdapat celah. Kokon berwarna cokelat

keemasan, kokon yang baru terbentuk masih agak lemah dan basah, dengan bantuan

pengaruh sinar matahari, gerakan angin, lama kelamaan kokon akan menjadi lebih

kuat dan lebih kering (Awan, 2007). Warna kokon bervariasi dari orange hingga

cokelat tua, tetapi biasanya berwarna cokelat muda, tekstur permukaan kesat dan

terkadang mengkerut, panjang kokonnya 5-9 cm (Peigler, 1989). Jepang menyukai

benang dari serangga jenis ini karena lebih lembut dari benang ulat sutera murbei

(Sari, 2007). Serangga ini mampu menghasilkan serat sutera yang memiliki banyak

keistimewaan, yaitu warna yang eksotik, benang yang panjang, lembut, tidak mudah

kusut, tahan panas, tidak menimbulkan rasa gatal, dan antibakteri (Sutera Indonesia,

2004).

Penilaian kualitas kokon dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Penilaian

kualitatif dapat dilakukan menurut hasil pengamatan secara langsung seperti

persentase kokon cacat, warna kokon, dan penampilan kokon. Penilaian kuantitatif

dapat dilakukan melalui hasil pengamatan terhadap uji visual dan uji laboratorium.

Uji visual (kualitas kokon) yaitu: penurunan bobot tubuh saat mengokon, bobot

kokon, bobot kulit kokon dan persentase kulit kokon. Uji laboratorium (kualitas

filamen) meliputi bobot filamen, panjang filamen dan daya urai kokon (Mulyani,

2008).

Kokon merupakan materi yang dibuat oleh ulat sutera pada fase metamorfosa

(proses pembentukan pupa) yang terdiri dari kulit kokon dan pupa. Bobot kokon

segar adalah bobot kokon yang tidak lagi mengandung floss. Bobot kokon terdiri dari

bobot kulit kokon dan bobot pupa. Hal ini merupakan faktor yang sangat penting

dipandang dari segi reeling kokon (kemampuan filamen diurai dari kokon). Kokon

berisi pupa betina biasanya lebih berat daripada kokon berisi pupa jantan. Hal ini

Page 25: KARAKTERISTIK KOKON ULAT SUTERA LIAR (Attacus atlas … · RINGKASAN NUNIEK SETIORINI. D14050864. 2009. Karakteristik Kokon Ulat Sutera Liar (Attacus atlas) Hasil Pengokonan di Laboratorium

terkait dengan ukuran imago betina yang lebih besar dibandingkan dengan ngengat

jantan (Atmosoedarjo et al., 2000).

Karakteristik kulit kokon yang berasal dari perkebunan teh di daerah

Purwakarta disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Karakteristik Kulit Kokon yang Berasal dari Perkebunan Teh di

Daerah Purwakarta

Keterangan : SB : Simpangan Baku

Min-Max : Nilai minimum-maksimum

(Sumber : Baskoro, 2008)

Kulit kokon merupakan materi lapisan serat sutera yang terdiri dari serisin

dan fibroin yang berfungsi sebagai pembungkus pupa. Selebihnya mengandung

sedikit malam (wax), lemak, karbohidrat, abu, dan zat warna. Bobot kulit kokon

yaitu bobot kokon tanpa pupa dan floss. Jika bobot kulit kokon lebih besar, berarti

banyak mengandung benang sehingga baik untuk bahan pemintalan karena benang

yang dihasilkan lebih panjang dan lebih berat. Menurut Indrawan (2007), semakin

berat kulit kokon yang dihasilkan maka semakin bagus kokon karena serat sutera

yang dihasilkan akan semakin banyak. Bobot kulit kokon ini dipengaruhi oleh

beberapa faktor diantaranya adalah temperatur dan kelembaban selama

pemeliharaan.

No Parameter Nilai

Rataan ± SB Min-Max

1 Bobot Kulit Kokon Utuh (BKKU) (g/kokon) 0,68 ± 0,24 0,2-1,86

2 Bobot Floss (BF) (g/kokon) 0,18 ± 0,05 0,04-0,38

3 Persentase Bobot Floss (PBF) (%) 27,61 ± 6,12 8,91-57,41

4

Bobot Kulit Kokon Tanpa Floss

(BKKTF) (g/kokon) 0,50 ± 0,2 0,14-1,65

5

Persentase Bobot Kulit Kokon

Tanpa Floss (PBKTF) (%) 72,39 ± 6,12 8,91-57,41

6 Panjang Kokon (PK) (cm) 5,33 ± 0,52 3,37-6,81

7 Diameter :

• 1/4 bagian anterior (D1) (cm) 2,30 ± 0,25 1,6-2,98

• Medial (D2) (cm) 2,61 ± 0,23 1,94-3,4

• 1/4 bagian posterior (D3) (cm) 2,17 ± 0,22 1,5-2,91

8

Lingkar :

• 1/4 bagian anterior (L1) (cm) 6,87 ± 0,73 2,94-8,82

• Medial (L2) (cm) 8,18 ± 0,71 4,91-10,02

• 1/4 bagian posterior (L3) (cm) 6,42 ± 0,62 4,92-8,33

Page 26: KARAKTERISTIK KOKON ULAT SUTERA LIAR (Attacus atlas … · RINGKASAN NUNIEK SETIORINI. D14050864. 2009. Karakteristik Kokon Ulat Sutera Liar (Attacus atlas) Hasil Pengokonan di Laboratorium

Persentase kulit kokon merupakan perbandingan antara bobot kulit kokon dan

bobot kokon. Kualitas atau nilai mutu kokon akan semakin baik jika persentase bobot

kulit kokon terhadap bobot kokon utuh semakin besar. Begitu pula dengan bobot

floss kualitas atau nilai mutu kokon akan semakin baik jika persentase bobot floss

terhadap bobot kokon utuh semakin kecil (Atmosoedarjo et al., 2000). Awan (2007)

melaporkan hasil penelitiannya tentang kualitas kokon A. atlas yang diberi pakan

daun sirsak adalah sebagai berikut bobot kokon isi pupa 6,47±0,8 (g/kokon) dan

bobot kulit kokon 1,15±0,3 (g/kokon) sedangkan kualitas kokon A. atlas yang diberi

pakan daun teh yaitu bobot kokon isi pupa 7,00±1,5 (g/kokon) dan bobot kulit kokon

1,29±0,3 (g/kokon). Nilai ini berhubungan erat dengan persentase filamen kokon.

Pada B. mori, persentase kulit kokon berkisar antara 18% sampai 22%

(Atmosoedarjo et al., 2000). Menurut Indrawan (2007), kisaran bobot kokon utuh

yang dihasilkan oleh larva yang dipelihara pada tanaman pakan senggugu adalah

5,849±0,378 g dan persentase kulit kokonnya sebesar 9,828±1,475%.

Faktor yang dapat mempengaruhi bobot kulit kokon antara lain kualitas

pakan, kondisi lingkungan, jenis tanaman inang dan adanya parasit yang menginfeksi

larva sehingga dapat mempengaruhi kondisi ulat sutera dan hasil suteranya.

Persentase kulit kokon yang dihasilkan oleh larva yang diberi pakan daun teh sebesar

18,22% (Awan 2007). Hasil penelitian Baskoro (2008) yang mengamati kulit kokon

yang berasal dari perkebunan teh di Purwakarta memperlihatkan bahwa bobot kulit

kokon A. atlas paling banyak berada pada kisaran antara 0,32-0,49 g (30,8%)

sedangkan bobot floss A. atlas paling banyak berada pada kisaran antara 0,17-0,20 g

(30%) dan bobot floss yang dihasilkan sebesar 0,18±0,05 g/kokon.

Pupa

Stadium pupa merupakan stadium yang penting dalam metamorfosis dari

larva menjadi imago, dapat dilihat pada Gambar 7 (Lee, 2007). Pupa telah sempurna

apabila isi kokon bergeser jika digoyangkan dan terdapat rongga antar isi kokon

dengan kokon, sedangkan apabila kokon tidak dapat bergeser berarti isi di dalam

kokon masih berbentuk larva. Kondisi lingkungan sangat mempengaruhi

perkembangan pupa. Larva yang siap berpupasi memiliki tingkat kepekaan terhadap

gangguan yang meningkat, jadi apabila larva mendapat gangguan akan menyebabkan

kegagalan dalam penyelesaian pembuatan kokon bahkan kemungkinan besar akan

Page 27: KARAKTERISTIK KOKON ULAT SUTERA LIAR (Attacus atlas … · RINGKASAN NUNIEK SETIORINI. D14050864. 2009. Karakteristik Kokon Ulat Sutera Liar (Attacus atlas) Hasil Pengokonan di Laboratorium

menyebabkan kematian. Oleh sebab itu, stadium pupa tidak boleh terganggu agar

proses organogenesis berlangsung sempurna (Awan, 2007).

Masa pupasi adalah masa pembentukan pupa atau kepompong. Suhu dan

kelembaban lingkungan yang optimal saat pembentukan kokon, masa pupasi dan

perkawinan imago yaitu berkisar antara 26-290C. Jika suhu lebih dari 30

0C atau

kurang dari 260C, maka dapat menyebabkan imago yang keluar akan menjadi cacat,

tubuhnya kerdil, sayapnya patah dan tidak bisa mengembang. Secara fisiologis

imago tersebut tidak bisa melakukan aktivitas lain, seperti terbang, berkopulasi, dan

sulit bertelur (Awan, 2007).

Gambar 7. Pupa Attacus atlas (Sumber : Lee, 2007)

Pembentukan kokon pada Bombyx mori terjadi selama kurang lebih dua hari

setelah larva memulai mengokon dan sekitar 24 jam kemudian larva telah berubah

menjadi pupa (Tazima, 1978). Organogenesis yaitu pembentukan organ-organ imago

antara lain sayap, kaki, kepala dan struktur reproduksi. Menurut Chapman (1998)

dalam Mulyani (2008), morfogenesis mengalami penghentian selama diapause pada

telur dan pupa, yang tercermin pada konsumsi oksigen yang berkurang. Awan (2007)

menjelaskan tentang calon-calon organ yang lain sudah dapat terlihat antara lain

calon sayap, kepala dan abdomen. Pada saat ini calon organ tersebut masih dalam

proses pembentukan organ. Pupa akan berkembang menjadi imago dan imago betina

akan segera bertelur untuk meneruskan generasinya. Mulyani (2008), sebagian besar

bobot kokon utuh A. atlas adalah bobot pupa (78,89%-82,19%), sedangkan floss

hanya sebagian kecilnya saja (1,61%-1,66%) dari total keseluruhan bobot kokon A.

atlas. Larva yang diberi pakan daun sirsak memiliki rata-rata bobot larva instar enam

12,04±1,26 g dan rata-rata bobot pupanya sebesar 7,589 g.

Page 28: KARAKTERISTIK KOKON ULAT SUTERA LIAR (Attacus atlas … · RINGKASAN NUNIEK SETIORINI. D14050864. 2009. Karakteristik Kokon Ulat Sutera Liar (Attacus atlas) Hasil Pengokonan di Laboratorium

Imago

Menurut Atmosoedarjo et al. (2000), tubuh imago terbagi menjadi tiga bagian

yaitu kepala, toraks dan abdomen, yang semuanya ditutupi oleh sisik bertumpuk.

Abdomen terdiri dari delapan segmen untuk jantan dan tujuh segmen untuk betina.

Awan (2007) menjelaskan bahwa imago keluar melalui lubang di ujung anterior

kokon yang telah terbentuk saat pembuatan kokon. Imago yang baru keluar dari

kokon biasanya masih basah oleh suatu cairan yang berwarna putih keruh, sayap

belum terbentuk sempurna. Menurut Peigler (1989) imago A. atlas memiliki

rentangan sayap terbesar diantara anggota Lepidoptera yang lain. Ukuran sayap bisa

mencapai 25-30 cm dan sayap muka dan belakang berwarna cokelat kemerahan

dengan segitiga yang transparan.

Imago merupakan ngengat dewasa yang sudah keluar dari kokon dan siap

untuk bereproduksi (Gambar 8), pada saat keluar dari kokon akan segera mencari

ranting, atau dahan dan akan mengambil posisi menggantung dengan abdomen

berada di bawah, sehingga mudah mengembangkan sayapnya. Setelah beberapa saat

sayapnya akan mulai mengembang. Sayap yang baru mengembang masih lemah dan

belum dapat digunakan untuk terbang. Beberapa jam kemudian, sayap mengembang

sempurna, akan segera mengeras dan cukup kuat digunakan untuk terbang. Pada

stadium ini imago tidak makan dan hanya hidup dalam waktu yang singkat (Awan,

2007 dan Williams et al., 2000).

Gambar 8. Imago Attacus atlas (Sumber : Moth3002, 2009)

Page 29: KARAKTERISTIK KOKON ULAT SUTERA LIAR (Attacus atlas … · RINGKASAN NUNIEK SETIORINI. D14050864. 2009. Karakteristik Kokon Ulat Sutera Liar (Attacus atlas) Hasil Pengokonan di Laboratorium

Imago betina biasanya lebih pasif dan mengeluarkan zat pemikat atau

feromon yang dapat dideteksi beberapa kilometer oleh kemoreseptor yang berada di

antena imago jantan. Jantan dan betina kawin, setelah kawin betina akan bertelur

yang jumlahnya dapat mencapai ratusan. Setelah kawin baik jantan maupun betina

akan mati (Williams et al., 2000). Jika tidak ada udara yang bergerak normal, maka

jantan dapat mendeteksi betina (feromon) dari jarak 5 cm dan pada jarak 7 cm jantan

sudah tidak dapat mendeteksi betina. Namun, jika terdapat udara bergerak maka

jantan dapat mendeteksi betina (feromon) dari jarak 25-150 cm (Jacobson, 1972).

Imago jantan memiliki sayap dengan ujung yang lebih meruncing, memiliki

antena yang panjangnya 23-30 mm, lebar 10-13 mm (seperti sisir) dan umur imago

jantan 2-4 hari (Awan, 2007). Imago betina memiliki panjang antena 17-21 mm,

lebar 3 mm (seperti benang tebal) (Peigler, 1989) dan umur imago betina 2-10 hari

(Awan, 2007). Imago betina memiliki abdomen yang besar yang berisi telur-telur dan

ukuran tubuhnya lebih besar daripada imago jantan. Imago betina mampu

menghasilkan telur yang jumlahnya berkisar antara 100 sampai 362 butir. Imago

betina yang tidak melakukan perkawinan akan menghasilkan telur yang steril yang

tidak dapat menetas menjadi larva (Awan, 2007).

Imago A. atlas dapat ditemui sepanjang tahun, tidak hanya pada musim-

musim tertentu saja (Peigler, 1989). Berdasarkan hasil penelitian Awan (2007) yang

larva ulat sutera liar diberi pakan daun teh, dari 100% (320 ekor) periode larva,

imago atau ngengat yang keluar berjenis kelamin jantan terdapat 5% sedangkan yang

berjenis kelamin betina terdapat 10%.

Tanaman Teh

Tanaman teh berasal dari spesies Camellia sinensis L. dan famili Theaceae,

banyak ditanam di perkebunan, dipanen secara manual, dan dapat tumbuh pada

ketinggian 200-2300 m dpl. Teh berasal dari kawasan India bagian Utara dan Cina

Selatan. Ada dua kelompok varietas teh yang terkenal, yaitu var. assamica yang

berasal dari Assam dan var. sinensis yang berasal dari Cina. Varietas assamica

memiliki daun agak besar dengan ujung yang runcing sedangkan varietas sinensis

berdaun lebih kecil dengan ujung yang agak tumpul (Dalimartha, 1999).

Bentuk pohon teh termasuk kecil/pendek karena seringnya pemangkasan

sehingga tampak seperti perdu. Bila tidak dipangkas, akan tumbuh kecil ramping

Page 30: KARAKTERISTIK KOKON ULAT SUTERA LIAR (Attacus atlas … · RINGKASAN NUNIEK SETIORINI. D14050864. 2009. Karakteristik Kokon Ulat Sutera Liar (Attacus atlas) Hasil Pengokonan di Laboratorium

setinggi 5-10 m, dengan bentuk tajuk seperti kerucut. Batang tegak, berkayu,

bercabang-cabang, ujung ranting dan daun muda berambut halus. Daun tunggal,

bertangkai pendek, letak berseling, helai daun kaku seperti kulit tipis, bentuknya

elips memanjang, ujung dan pangkal runcing, tepi bergerigi halus, pertulangan

menyirip, panjang 6-18 cm, lebar 2-6 cm, warnanya hijau, permukaan mengilap.

Bunga di ketiak daun, tunggal atau beberapa bunga bergabung menjadi satu,

berkelamin dua, garis tengah 3-4 cm, berwarna putih cerah dengan kepala sari

berwarna kuning, harum, berbuah buah kotak, berdinding tebal, pecah menurut

ruang, masih muda hijau, setelah tua cokelat kehitaman. Pucuk dan daun muda yang

digunakan untuk pembuatan minuman teh. Perbanyakan dengan biji, stek,

sambungan atau cangkokan. Daun berbau aromatik dan sedikit pahit (Dalimartha,

1999).

Hasil penelitian Awan (2007) menunjukkan bahwa kecukupan kadar air

pakan pada daun teh (69,64%) dan kandungan nutriennya menyebabkan A. atlas

sangat menyukai tanaman ini. Pemberian daun teh pada ulat sutera A. atlas

menunjukkan keberhasilan hidup yang tinggi (100%). Untuk menyelesaikan sekali

daur hidupnya, ulat sutera ini memerlukan waktu 56-72 hari.

Daun mengandung kafein (2%-3%), theobromin, theofilin, tannin, xanthine,

adenine, minyak atsiri, kuersetin, naringenin, dan natural fluoride. Tannin

mengandung zat epigallocatechin galat yang mampu mencegah kanker lambung dan

kerongkongan. Kafein mempercepat pernapasan, perangsang kuat pada susunan

syaraf pusat dan aktivitas jantung. Theofilin mempunyai efek diuretik kuat,

menstimulasi kerja jantung dan melebarkan pembuluh darah koroner. Theobromin

terutama mempengaruhi otot (Dalimartha, 1999).

Page 31: KARAKTERISTIK KOKON ULAT SUTERA LIAR (Attacus atlas … · RINGKASAN NUNIEK SETIORINI. D14050864. 2009. Karakteristik Kokon Ulat Sutera Liar (Attacus atlas) Hasil Pengokonan di Laboratorium

METODE

Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan selama 10 bulan (Maret sampai Desember 2009)

dengan tahapan sebagai berikut: Maret sampai April 2009 persiapan penelitian, Mei

2009 pengambilan materi penelitian, Mei sampai Juli 2009 pelaksanaan penelitian,

Juli sampai November 2009 pengolahan data, penulisan skripsi, dan ujian, Desember

2009 perbaikan skripsi. Penelitian dilakukan di Laboratorium Lapang Non

Ruminansia dan Satwa Harapan (NRSH) Blok C, Departemen Ilmu Produksi dan

Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Materi

Materi penelitian yang digunakan adalah 72 ekor ulat sutera liar (Attacus

atlas) instar enam, dipilih dari 131 ekor ulat sutera liar yang diambil secara acak dari

perkebunan teh Walini di Purwakarta.

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 72 buah kotak plastik

berukuran 26 x 20,5 x 9 cm3, timbangan digital (kapasitas 200 g dengan ketelitian

0,01), penggaris, termohigrometer (pengukur suhu dan kelembaban ruangan), jangka

sorong digital (pengukur panjang dan diameter kokon), benang jahit (pengukur

lingkar kokon), kain kasa, kertas pencatatan, alat tulis, kamera digital, kantong

plastik, gunting, dan label.

Prosedur Penelitian

Tahap Persiapan

Pada tahap persiapan, ulat sutera liar (A. atlas) instar enam (Gambar 9) yang

berasal dari perkebunan teh Walini di Purwakarta. Ulat yang diambil tidak semuanya

instar enam sehingga hanya 72 ekor yang terpilih untuk diamati dan diukur. Serangga

ini diambil langsung dari pohon teh dengan menggunakan gunting. Tempat yang

digunakan untuk pengokonan adalah kotak plastik berukuran 26 x 20,5 x 9 cm3

sebanyak 72 buah. Kotak plastik tersebut telah dicuci bersih dan dikeringkan.

Langkah selanjutnya, ranting dan sedikit daun dimasukkan ke dalam kotak sebagai

tempat ulat mengokon. Bagian atas dari kotak yang terbuka tersebut ditutup dengan

kain kasa supaya pada saat ngengat keluar dari kokon, ngengat tidak terbang

Page 32: KARAKTERISTIK KOKON ULAT SUTERA LIAR (Attacus atlas … · RINGKASAN NUNIEK SETIORINI. D14050864. 2009. Karakteristik Kokon Ulat Sutera Liar (Attacus atlas) Hasil Pengokonan di Laboratorium

sehingga jenis kelamin ngengat dapat teridentifikasi. Ulat sutera liar instar enam

yang telah siap mengokon dimasukkan ke dalam kotak pengokonan.

Gambar 9. Ulat Sutera Liar (A. atlas) Instar Enam

Tahap Pengamatan dan Pengukuran

Pengamatan dan pengukuran dilakukan pada seluruh kokon A. atlas yang

kemudian dianalisis untuk diambil data primernya. Ulat sutera liar (A. atlas) instar

enam setiap hari diamati untuk mengidentifikasi ulat mengokon (membuat kokon).

Ulat yang telah selesai mengokon akan menghasilkan kokon matang. Kokon tersebut

kemudian dibersihkan dari daun atau ranting yang menempel. Selanjutnya, dilakukan

penimbangan bobot kokon utuh per empat hari sampai ngengat keluar dari kokon.

Data yang diambil adalah bobot kokon utuh per empat hari, bobot kulit kokon,

persentase bobot kulit kokon, bobot floss, persentase bobot floss, bobot pupa,

persentase bobot pupa, panjang kokon, diameter kokon, lingkar kokon dan jenis

kelamin ngengat.

Pengukuran terhadap kokon A. atlas yang telah kosong (ngengat yang sudah

keluar dari kokon) antara lain penimbangan bobot kulit kokon dan bobot floss. Bobot

pupa diperoleh dari selisih antara bobot kokon utuh dengan bobot kulit kokon dan

bobot floss. Kokon ditimbang menggunakan timbangan digital dengan ketelitian

sampai 0,01. Pengukuran panjang, diameter dan lingkar kokon juga dilakukan setelah

ngengat keluar dari kokon dan kokon telah dipisahkan dari floss. Pengukuran

panjang dan diameter kokon dilakukan menggunakan jangka sorong digital. Lingkar

kokon diukur menggunakan bantuan benang yang kemudian diukur dengan

menggunakan penggaris. Identifikasi ngengat jantan/betina dilakukan dengan cara

melihat antena, yaitu antena yang lebar menandakan ngengat berjenis kelamin jantan,

antena yang kecil dan menyirip menandakan ngengat berjenis kelamin betina.

Page 33: KARAKTERISTIK KOKON ULAT SUTERA LIAR (Attacus atlas … · RINGKASAN NUNIEK SETIORINI. D14050864. 2009. Karakteristik Kokon Ulat Sutera Liar (Attacus atlas) Hasil Pengokonan di Laboratorium

Gambar 10. Prosedur Penelitian

Identifikasi jenis kelamin ngengat

Penimbangan kokon (floss dan

kulit kokon)

Pengukuran panjang, diameter

dan lingkar kokon

Karakteristik

Kokon

Ngengat belum keluar dari kokon

Penimbangan bobot kokon utuh

per empat hari hingga ngengat

keluar dari kokon (40 hari)

Ngengat keluar dari kokon

Pengambilan ulat sutera liar

A.atlas

Persiapan tempat pengokonan

Penempatan ulat dalam kotak

plastik

Penimbangan bobot kokon utuh per empat hari hingga ngengat keluar dari

kokon

Ulat mengokon pada daun atau ranting

dalam kotak Kokon

dibersihkan dari

daun atau ranting

Page 34: KARAKTERISTIK KOKON ULAT SUTERA LIAR (Attacus atlas … · RINGKASAN NUNIEK SETIORINI. D14050864. 2009. Karakteristik Kokon Ulat Sutera Liar (Attacus atlas) Hasil Pengokonan di Laboratorium

Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis deskriptif untuk

mengetahui karakteristik fisik kokon meliputi bobot kokon utuh yang diukur setiap

empat hari, bobot kulit kokon, bobot floss, bobot pupa, panjang kokon, diameter

kokon, dan lingkar kokon dengan menggunakan Statistix 8. Hasil analisis data

disajikan dalam bentuk tabel yang berisi rataan masing-masing peubah yang diamati

dan nilai minimum-maksimum. Bobot kulit kokon, bobot floss, bobot pupa

dikelompokkan menjadi tujuh kelompok untuk mengetahui pola penyebaran data,

pengelompokkan dilakukan dengan rumus [Kelompok = 1 + 3,33 Log n…(n =

jumlah sample)] (Walpole, 1992).

Selanjutnya, untuk mengetahui hubungan antar peubah dilakukan uji korelasi

dan uji regresi antara peubah yang diamati terhadap bobot kokon utuh dengan

menggunakan Minitab 14. Rumus korelasinya adalah sebagai berikut (Mattjik dan

Sumertajaya, 2006):

Keterangan :

r = koefisien korelasi

X = peubah x

Y = peubah y

N = pengamatan ke- / jumlah sample

Uji regresi berguna untuk menelaah hubungan antara sepasang peubah atau

lebih terutama untuk menelusuri pola hubungan yang modelnya belum diketahui

dengan sempurna sehingga dalam penerapannya lebih bersifat eksploratif dan

pengukurannya lebih pada pendekatan empiris. Bobot kulit kokon A. atlas yang

berasal dari kandang modifikasi (kandang C) memiliki korelasi dengan peubah-

peubah yang lain yang bersifat positif atau pun negatif. Rumus regresinya sebagai

berikut (Gaspersz, 1994):

Y = a + b X

a = – b

Keterangan:

Y = peubah tak bebas

Page 35: KARAKTERISTIK KOKON ULAT SUTERA LIAR (Attacus atlas … · RINGKASAN NUNIEK SETIORINI. D14050864. 2009. Karakteristik Kokon Ulat Sutera Liar (Attacus atlas) Hasil Pengokonan di Laboratorium

X = peubah bebas

a = intersep (perpotongan dengan sumbu x)

b = gradien (kemiringan garis)

= rataan nilai y

= rataan nilai x

n = pengamatan ke-/jumlah sampel

Jumlah ngengat yang keluar dihitung menggunakan persentase untuk

mengetahui ratio jenis kelamin betina/jantan.

Peubah yang diamati pada morfometri kokon adalah sebagai berikut:

1. Bobot Kokon Utuh (BKU) (g)

Kokon utuh adalah kokon yang masih terdapat floss, kulit kokon, dan pupa.

Bobot kokon utuh ditimbang dengan menggunakan timbangan digital setiap

empat hari sekali sampai ngengat keluar dari kokon.

Gambar 11. Kokon Utuh Saat Ditimbang

2. Bobot Kulit Kokon (BKK) (g)

Kulit kokon adalah kokon yang sudah tidak terdapat floss dan pupa. Bobot

kulit kokon ditimbang dengan menggunakan timbangan digital.

Gambar 12. Kulit Kokon Saat Ditimbang

Page 36: KARAKTERISTIK KOKON ULAT SUTERA LIAR (Attacus atlas … · RINGKASAN NUNIEK SETIORINI. D14050864. 2009. Karakteristik Kokon Ulat Sutera Liar (Attacus atlas) Hasil Pengokonan di Laboratorium

3. Persentase Bobot Kulit Kokon (PBKK) (%)

Persentase bobot kulit kokon dihitung berdasarkan bobot kulit kokon dibagi

dengan bobot kokon utuh dan dikalikan 100%.

PBKK = x 100%

Keterangan : BKK = bobot kulit kokon (g)

BKU = bobot kokon utuh (g)

4. Bobot Floss (BF) (g)

Floss adalah serabut serat yang terdapat di bagian terluar dari kokon. Floss

dipisahkan dari kulit kokon. Bobot floss ditimbang dengan menggunakan

timbangan digital.

Gambar 13. Floss Saat Ditimbang

5. Persentase Bobot Floss (PBF) (%)

Persentase bobot floss dihitung berdasarkan bobot floss dibagi dengan bobot

kokon utuh dan dikalikan 100%.

PBF = x 100%

Keterangan : BF = bobot floss (g)

BKU = bobot kokon utuh (g)

6. Bobot Pupa (BP) (g)

Pupa adalah calon ngengat yang berada di dalam kokon. Bobot pupa

diperoleh dari selisih antara bobot kokon utuh dengan bobot kulit kokon dan

bobot floss.

7. Persentase Bobot Pupa (PBP) (%)

Persentase bobot pupa dihitung berdasarkan bobot pupa dibagi dengan bobot

kokon utuh dan dikalikan 100%.

Page 37: KARAKTERISTIK KOKON ULAT SUTERA LIAR (Attacus atlas … · RINGKASAN NUNIEK SETIORINI. D14050864. 2009. Karakteristik Kokon Ulat Sutera Liar (Attacus atlas) Hasil Pengokonan di Laboratorium

PBP = x 100%

Keterangan : BP = bobot pupa (g)

BKU = bobot kokon utuh (g)

8. Panjang Kokon (PK) (mm)

Panjang kokon diukur mulai dari bagian ujung posterior hingga bagian ujung

anterior dari kokon. Panjang kokon diukur dengan menggunakan jangka

sorong digital.

Gambar 14. Pengukuran Panjang Kokon

9. Diameter Kokon (mm)

Diameter diamati pada:

¼ bagian posterior (D1)

bagian medial (D2)

¼ bagian anterior (D3)

Diameter kokon diukur menggunakan jangka sorong digital.

D1

D3

D2

Page 38: KARAKTERISTIK KOKON ULAT SUTERA LIAR (Attacus atlas … · RINGKASAN NUNIEK SETIORINI. D14050864. 2009. Karakteristik Kokon Ulat Sutera Liar (Attacus atlas) Hasil Pengokonan di Laboratorium

Gambar 15. Pengukuran Diameter Kokon

10. Lingkar Kokon (mm)

Lingkar kokon diamati pada :

¼ bagian posterior (L1)

bagian medial (L2)

¼ bagian anterior (L3)

Lingkar kokon diukur menggunakan benang jahit kemudian benang tersebut

direntangkan pada penggaris untuk melihat ukuran dari lingkar kokon

tersebut.

Gambar 16. Pengukuran Lingkar Kokon

11. Identifikasi Ngengat Jantan/Betina

Identifikasi ngengat jantan/betina dilakukan setelah ngengat keluar dari

kokon. Antena yang lebar menandakan jenis kelamin jantan sedangkan

antena yang kecil dan menyirip menandakan jenis kelamin betina.

L3

L2

L1

Page 39: KARAKTERISTIK KOKON ULAT SUTERA LIAR (Attacus atlas … · RINGKASAN NUNIEK SETIORINI. D14050864. 2009. Karakteristik Kokon Ulat Sutera Liar (Attacus atlas) Hasil Pengokonan di Laboratorium

HASIL DAN PEMBAHASAN

Suhu dan Kelembaban Ruangan

Rata-rata suhu dan kelembaban ruangan selama penelitian pada pagi hari

22,40C dan 78,6%, siang hari 27,4

0C dan 55%, sore hari 25

0C dan 75%. Hasil ini

sejalan dengan laporan Awan (2007), bahwa suhu dan kelembaban dalam ruangan

yang cocok selama pemeliharaan larva A. atlas maupun pengokonan adalah 24-290C

dan 68-70%. Namun data kelembaban bervariasi. Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa suhu pada pagi hari lebih rendah, pada siang dan sore hari masih termasuk ke

dalam kisaran suhu hasil penelitian Awan (2007).

Gambar 17. Kandang Pemeliharaan A. atlas

Pemeliharaan ulat sutera sangat dipengaruhi oleh iklim di lokasi

pemeliharaan antara lain suhu, kelembaban, aliran udara, dan cahaya. Faktor tersebut

berkaitan dengan kokon yang dihasilkan. Keadaan ruangan atau kandang yang

digunakan dalam pemeliharaan yaitu kandang beratapkan genting, terdapat plafon

pada bagian atap di dalam kandang, sebagian besar dinding terbuat dari kawat kasa

dan hanya sedikit pada bagian bawah yang terbuat dari tembok. Hal ini dapat

membuat sirkulasi udara di dalam kandang lancar (Gambar 17). Bila ventilasi baik

maka kisaran suhu dan kelembaban yang stabil menjadi lebih luas.

Bobot Kokon Utuh

Kokon utuh merupakan kokon yang terdiri dari floss, kulit kokon dan pupa.

Penimbangan terhadap bobot kokon utuh dilakukan untuk mengetahui penurunan

bobot tubuh larva selama proses mengokon hingga terbentuk kokon sempurna.

Berdasarkan data pada Tabel 2, rata-rata bobot kokon utuh (H4 hingga H8)

mengalami kenaikan sebesar 0,70 g/kokon. Rataan bobot kokon utuh mulai

Page 40: KARAKTERISTIK KOKON ULAT SUTERA LIAR (Attacus atlas … · RINGKASAN NUNIEK SETIORINI. D14050864. 2009. Karakteristik Kokon Ulat Sutera Liar (Attacus atlas) Hasil Pengokonan di Laboratorium

mengalami penurunan pada H8 hingga H40, terutama setelah H24. Hal ini

disebabkan larva sudah mulai mengalami proses organogenesis yaitu sudah mulai

terjadi pembentukan organ-organ imago antara lain pembentukan sayap, kaki, kepala

dan struktur reproduksi. Perubahan ini dilakukan secara bertahap dimulai dari ekor

yang berubah menjadi abdomen imago (ngengat) dan selanjutnya berubah hingga

membentuk pupa sempurna. Penurunan bobot kokon utuh yang tinggi terjadi pada

H24 hingga H28 yaitu dari 5,74 ± 2,75 g/kokon menjadi 4,53 ± 3,23 g/kokon. Hal ini

disebabkan sebagian besar pupa sudah keluar menjadi ngengat pada H24 sehingga

dapat mempengaruhi rata-rata bobot kokon utuh. Selanjutnya, bobot kokon utuh

terus mengalami penurunan hingga H40 (3,27 ± 2,33 g/kokon).

Tabel 2. Bobot Kokon Utuh (BKU) A. atlas Per Empat Hari Hasil

Pengokonan di Laboratorium Lapang Fakultas Peternakan IPB

No. Parameter (g/kokon) Nilai

Rataan±SB Min-Max KK

-------------- g ------------ ----%---

1. Bobot Kokon Utuh (BKU) H4 6,37±1,07 4,25- 8,02 16,80

2. Bobot Kokon Utuh (BKU) H8 7,07±2,17 3,46-12,38 30,69

3. Bobot Kokon Utuh (BKU) H12 6,59±2,30 2,19-12,12 34,90

4. Bobot Kokon Utuh (BKU) H16 6,31±2,48 1,45-11,94 39,30

5. Bobot Kokon Utuh (BKU) H20 6,01±2,62 1,12-11,76 43,59

6. Bobot Kokon Utuh (BKU) H24 5,74±2,75 1,03-11,47 47,00

7. Bobot Kokon Utuh (BKU) H28 4,53±3,23 1,00-11,19 71,00

8. Bobot Kokon Utuh (BKU) H32 4,01±3,12 0,82-10,86 77,00

9. Bobot Kokon Utuh (BKU) H36 3,63±2,77 0,82-10,39 76,00

10. Bobot Kokon Utuh (BKU) H40 3,27±2,33 0,81- 8,57 71,25

Keterangan : SB = Simpangan baku, Min-Max = Nilai minimum-maksimum , KK = Koefisien

keragaman

H4 = Hari ke-4 H24 = Hari ke-24

H8 = Hari ke-8 H28 = Hari ke-28

H12 = Hari ke-12 H32 = Hari ke-32

H16 = Hari ke-16 H36 = Hari ke-36 H20 = Hari ke-20 H40 = Hari ke-40

Selang atau jarak antara nilai minimum dan maksimum bobot kokon utuh

pada H4 antara 4,25-8,02 g/kokon, H8 antara 3,46-12,38 g/kokon, H12 antara 2,19-

Page 41: KARAKTERISTIK KOKON ULAT SUTERA LIAR (Attacus atlas … · RINGKASAN NUNIEK SETIORINI. D14050864. 2009. Karakteristik Kokon Ulat Sutera Liar (Attacus atlas) Hasil Pengokonan di Laboratorium

12,12 g/kokon, H16 antara 1,45-11,94 g/kokon, H20 antara 1,12-11,76 g/kokon,

H24 antara 1,03-11,47 g/kokon, H28 antara 1,00-11,19 g/kokon, H32 antara 0,82-

10,86 g/kokon, H36 antara 0,82-10,39 g/kokon, H40 antara 0,81-8,57 g/kokon.

Selang atau jarak minimum terdapat pada H40 sebesar 0,81 g/kokon sedangkan

selang atau jarak maksimum terdapat pada H8 sebesar 12,38 g/kokon. Hal ini

diasumsikan pada H40 pupa banyak mati (belatungan) ataupun yang masih dalam

bentuk larva, sedangkan pada H8 terlihat masih banyak larva yang belum berubah

menjadi pupa walaupun sudah membentuk kokon sehingga dapat mempengaruhi

bobot kokon utuhnya. Tabel 2 juga menunjukkan nilai keragaman bobot kokon utuh

yang tinggi. Hal ini tidak bisa dihindari karena materi yang digunakan berasal dari

alam dan belum terdomestikasi sehingga tingkat keragamannya tinggi. Hasil

penelitian ini mengacu pada pemeliharaan ulat sutera liar (A. atlas) yang masih

dilakukan di alam.

Salah satu karakter sutera yang penting untuk penilaian kualitas adalah

karakteristik kokon. Bobot kokon merupakan karakteristik yang paling penting bila

ditinjau dari aspek komersial karena penjualan kokon di pasaran berdasarkan dari

bobot. Semakin berat kulit kokon yang dihasilkan maka semakin bagus kokon karena

serat sutera yang dihasilkan akan semakin banyak (Indrawan, 2007). Perilaku larva

saat mengokon dapat mengakibatkan penurunan terhadap bobot tubuh larva. Gambar

18 merupakan gambar dari kokon utuh.

Gambar 18. Kokon Utuh

Hasil pemeriksaan kokon menunjukkan bahwa sebagian besar dari kokon

tersebut masih dalam bentuk larva dengan ukuran tubuhnya mengecil, berbentuk

pipih, berwarna hitam, dan belum sempat memasuki masa pupa untuk melakukan

Page 42: KARAKTERISTIK KOKON ULAT SUTERA LIAR (Attacus atlas … · RINGKASAN NUNIEK SETIORINI. D14050864. 2009. Karakteristik Kokon Ulat Sutera Liar (Attacus atlas) Hasil Pengokonan di Laboratorium

perubahan bentuk tubuh (Gambar 19). Kemungkinan larva kekurangan oksigen yang

diperlukan untuk bernafas sehingga menghambat perubahan menjadi pupa. Energi

yang ada telah digunakan untuk proses mengokon dan membuat floss serta kulit

kokon, sehingga saat larva ini seharusnya sudah mulai mengalami organogenesis,

larva hanya semakin mengecil tetapi tidak merubah bentuk tubuh. Selain itu, ada

pengaruh suhu dan kelembaban lingkungan serta stress akibat sering mendapat

perlakuan saat penimbangan. Awan (2007) menjelaskan bahwa bobot kokon berisi

pupa pada generasi pertama larva A. atlas yang diberi pakan daun teh dengan

pemeliharaan dilakukan di dalam ruangan (kisaran suhu 24-290C dan kelembaban

68-70%) sebesar 7,00±1,5 g/kokon dimana masa pupasi 20-26 hari sedangkan rata-

rata bobot kokon utuh hasil penelitian ini dengan kisaran rata-rata suhu pemeliharan

22,4-27,40C dan rata-rata kelembaban 55-78,6% serta masa pupasi 28 hari diperoleh

sebesar 4,53±3,23 g/kokon. Perbedaan hasil ini disebabkan oleh larva yang

digunakan pada penelitian ini berasal dari alam sehingga kualitasnya masih beragam

dan larva yang digunakan ini belum dipelihara di dalam ruangan sehingga kondisinya

tidak terkontrol, berbeda halnya dengan Awan (2007) yang sudah melakukan

pemeliharaan di dalam ruangan mulai dari telur.

Gambar 19. Larva yang Tidak Berubah Menjadi Pupa

Penurunan bobot terjadi karena pada saat akan mengokon, larva berputar-

putar terlebih dahulu untuk mencari tempat mengokon yang baik kemudian menetap

di tempat yang dipilih dan membuat lapisan kokon tipis atau biasa disebut dengan

floss. Tempat untuk mengokon sangat mempengaruhi kenyamanan pengokonan,

bentuk dan kekakuan daun, serta kesesuaian tempat mengokon.

Page 43: KARAKTERISTIK KOKON ULAT SUTERA LIAR (Attacus atlas … · RINGKASAN NUNIEK SETIORINI. D14050864. 2009. Karakteristik Kokon Ulat Sutera Liar (Attacus atlas) Hasil Pengokonan di Laboratorium

Pembentukan kokon biasanya dimulai pada sore hari. Larva akan menutup

seluruhnya kurang dari 6 jam (Awan, 2007). Larva yang telah tertutup ini masih terus

merajut kokon hingga kokon tersebut terbentuk sempurna. Hal ini terlihat pada

kokon yang masih tipis. Setelah kokon terbentuk sempurna, larva akan berdiam diri

beberapa saat kemudian mempersiapkan metamorfosa dari larva menjadi pupa.

Tahap pupa merupakan tahap yang paling penting dalam perkembangan

metamorfosis dari larva menjadi imago. Menurut Tazima (1978), pembentukan

kokon pada Bombyx mori terjadi selama kurang lebih dua hari setelah larva memulai

mengokon dan sekitar 24 jam kemudian larva telah berubah menjadi pupa.

Bobot Floss

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bobot floss yang dihasilkan lebih

besar dibandingkan dengan hasil penelitian Baskoro (2008) yaitu sebesar 0,23±0,09

g/kokon sedangkan hasil penelitian Baskoro (2008) adalah 0,18±0,05 g/kokon. Hal

ini kemungkinan disebabkan larva mengalami stress yang tinggi akibat perpindahan

tempat dari habibat aslinya, adanya perlakuan penimbangan yang dilakukan setiap

empat hari sekali, perbedaan kondisi lingkungan yaitu suhu dan kelembaban.

Gambar floss dapat dilihat pada Gambar 20. Menurut Atmosoedarjo et al. (2000),

persyaratan utama untuk tempat pengokonan adalah sebagai berikut: kuat, struktur

cocok untuk mengokon, mampu mengontrol kelembaban, memberi kemudahan

untuk memperlakukan larva pada waktu mengokon.

Gambar 20. Floss A. atlas

Persentase bobot floss (PBF) terhadap bobot kokon utuh dihitung karena

menurut Atmosoedarjo et al. (2000), kualitas atau nilai mutu kokon semakin baik

jika persentase bobot floss terhadap bobot kokon utuh semakin kecil. Semakin kecil

Page 44: KARAKTERISTIK KOKON ULAT SUTERA LIAR (Attacus atlas … · RINGKASAN NUNIEK SETIORINI. D14050864. 2009. Karakteristik Kokon Ulat Sutera Liar (Attacus atlas) Hasil Pengokonan di Laboratorium

persentase bobot floss semakin baik kualitas kulit kokonnya karena serat yang

terbuang untuk membentuk floss digunakan untuk membentuk kulit kokon yang akan

dipintal menjadi benang. Kokon yang baik adalah kokon yang menghasilkan banyak

serat sutera.

Tabel 3. Sebaran Bobot Floss Berdasarkan Kelas dan Frekuensi (Jumlah

Kokon)

No Selang Kelas (g) Frekuensi Persentase (%)

1 0,08-0,15 13 18,1

2 0,16-0,23 33 45,8

3 0,24-0,31 14 19,4

4 0,32-0,39 10 13,8

5 0,40-0,47 1 1,4

6 0,48-0,55 0 0

7 0,56-0,63 1 1,4

Bobot floss A. atlas berdasarkan Tabel 3 paling banyak (45,8%) berada pada

kisaran antara 0,16-0,23 g sedangkan hasil penelitian Baskoro (2008) mem-

perlihatkan frekuensi bobot floss Attacus atlas, paling tinggi berada pada kisaran

antara 0,17-0,20 g adalah 30%. Kisaran bobot floss pada selang kelas yang rendah

(no.1) sangat diharapkan karena semakin kecil ukuran floss semakin tinggi kualitas

kokon dengan semakin banyak serat sutera yang dihasilkan.

Bobot Kulit Kokon

Karakteristik kokon hasil pengokonan di laboratorium lapang Fakultas

Peternakan IPB dapat dilihat pada Tabel 4 yang menunjukkan bahwa bobot kulit

kokon memiliki rataan sebesar 0,62±0,35 g/kokon. Baskoro (2008) yang

menggunakan kulit kokon dari perkebunan teh di Purwakarta menyatakan bahwa

bobot kulit kokon memiliki rataan sebesar 0,5±0,2 g/kokon. Bobot kulit kokon A.

atlas rata-rata yang dipelihara di dalam ruangan dengan pemberian pakan daun teh

adalah 1,29±0,3 g/kokon (Awan, 2007). Hal ini menjelaskan bahwa A. atlas yang

dipelihara di dalam ruangan memiliki bobot kulit kokon yang lebih besar

dibandingkan di alam. Faktor yang dapat mempengaruhi antara lain kualitas pakan,

Page 45: KARAKTERISTIK KOKON ULAT SUTERA LIAR (Attacus atlas … · RINGKASAN NUNIEK SETIORINI. D14050864. 2009. Karakteristik Kokon Ulat Sutera Liar (Attacus atlas) Hasil Pengokonan di Laboratorium

kondisi lingkungan, jenis tanaman inang dan adanya parasit yang menginfeksi larva

sehingga dapat mempengaruhi kondisi ulat sutera dan hasil suteranya (Awan, 2007).

Tabel 4. Karakteristik Kokon A. atlas Hasil Pengokonan di Laboratorium

Lapang Fakultas Peternakan IPB

No. Parameter Nilai

Rataan±SB Min-Max

1. Bobot Kulit Kokon (BKK) (g/kokon) 0,62±0,35 0,10- 1,54

2. Persentase Bobot Kulit Kokon

(PBKK) (%)

11,95±3,38 4,42-23,27

3. Bobot Floss (BF) (g/kokon) 0,23±0,09 0,08- 0,58

4. Persentase Bobot Floss (PBF) (%) 5,82±3,86 1,94-21,71

5. Bobot Pupa (BP) (g/kokon) 3,77±1,99 0,49- 8,20

6. Persentase Bobot Pupa (PBP) (%) 71,74±9,42 30,43-89,31

7. Panjang Kokon (PK) (mm) 54,30±5,74 41,04-68,28

8. Diameter

¼ bagian posterior (D1) (mm)

Medial (D2) (mm)

¼ bagian anterior (D3) (mm)

22,26±2,60

25,65±2,38

22,92±2,45

16,16-28,05

21,35-31,20

17,34-29,10

9. Lingkar

¼ bagian posterior (L1) (mm)

Medial (L2) (mm)

¼ bagian anterior (L3) (mm)

70,42± 7,48

80,70±10,69

72,19±12,81

57,00-85,00

80,00-97,00

70,00-88,00

Keterangan : SB :Simpangan baku

Min-Max : Nilai minimum-maksimum

Bobot kulit kokon yang diperoleh dari penelitian ini diasumsikan dipengaruhi

oleh temperatur dan kelembaban selama pemeliharaan, adanya perlakuan

penimbangan yang dilakukan setiap empat hari sekali sehingga dapat menyebabkan

larva stress saat mengokon. Hal ini berpengaruh terhadap kinerja hormon sehingga

proses pengokonan tidak berlangsung sempurna dan serat sutera yang dihasilkan

kurang maksimal. Kulit kokon adalah bagian dalam setelah lapisan terluar (floss)

Page 46: KARAKTERISTIK KOKON ULAT SUTERA LIAR (Attacus atlas … · RINGKASAN NUNIEK SETIORINI. D14050864. 2009. Karakteristik Kokon Ulat Sutera Liar (Attacus atlas) Hasil Pengokonan di Laboratorium

seperti terlihat pada Gambar 21. Kulit kokon merupakan bagian yang biasanya

diserat menjadi benang. Semakin berat kulit kokon yang dihasilkan maka akan

semakin bagus.

Selang atau jarak nilai minimum dan maksimum bobot kulit kokon cukup

besar berkisar antara 0,10-1,54 g/kokon. Hal ini dapat disebabkan oleh kondisi awal

atau asal larva ulat sutera liar yang beragam karena pengambilan di alam dilakukan

secara acak dan hanya menentukan faktor instar yaitu larva yang sudah instar enam.

Kondisi larva yang sudah mati sebelum larva tersebut menyelesaikan pembuatan

kokon dengan sempurna juga dapat mempengaruhi nilai selang tersebut.

Gambar 21. Kulit Kokon A. atlas

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase bobot kulit kokon 11,95%,

hasil ini lebih rendah dari hasil penelitian Awan (2007) yakni 18,22%. Menurut

Atmosoedarjo et al. (2000), beberapa faktor yang berpengaruh antara lain temperatur

dan kelembaban selama pemeliharaan. Faktor yang mempengaruhi hasil persentase

bobot kulit kokon pada penelitian ini selain faktor lingkungan (suhu dan

kelembaban) adalah faktor penanganan saat dilakukan penimbangan setiap empat

hari sekali yang dapat menyebabkan larva mengalami stress sehingga bobot kulit

kokon yang dihasilkan kurang maksimal. Gangguan yang terjadi pada saat larva

mengokon dapat menyebabkan kegagalan mengokon bahkan dapat menyebabkan

kematian pada larva.

Pengkelasan bobot kulit kokon (BKK) mengacu pada Walpole (1992), dibagi

menjadi tujuh kelas sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 5.

Page 47: KARAKTERISTIK KOKON ULAT SUTERA LIAR (Attacus atlas … · RINGKASAN NUNIEK SETIORINI. D14050864. 2009. Karakteristik Kokon Ulat Sutera Liar (Attacus atlas) Hasil Pengokonan di Laboratorium

Tabel 5. Sebaran Bobot Kulit Kokon Berdasarkan Kelas dan Frekuensi

(Jumlah Kokon)

No Selang Kelas (g) Frekuensi Persentase (%)

1 0,1-0,31 18 25

2 0,32-0,53 11 15,3

3 0,54-0,75 20 27,7

4 0,76-0,97 8 11,1

5 0,98-1,19 12 16,6

6 1,20-1,41 2 2,7

7 1,42-1,63 1 1,4

Sebaran bobot kulit kokon bervariasi antar kelas dengan frekuensi tertinggi

pada selang kelas 0,54-0,75 g (27,7%). Hasil yang diharapkan yaitu bobot kulit

kokon berada pada kisaran selang kelas yang besar (no. 7). Hal ini disebabkan

permintaan terhadap kulit kokon di pasaran dilihat dari bobotnya karena semakin

berat bobot kulit kokon akan menghasilkan serat sutera yang semakin banyak.

Bobot Pupa

Bobot pupa yang dihasilkan pada penelitian ini sebesar 3,76±1,99 g/kokon

dengan persentase 71,74±9,42%. Hasil ini tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian

Mulyani (2008) dalam hal persentase bobot pupa. Hal ini berhubungan dengan jenis

pakan yang diberikan, kondisi lingkungan, dan manejemen pemeliharaan yang

dilakukan. Bobot kokon utuh A. atlas terdiri dari bobot pupa (78,89-82,19%) dan

floss (1,61-1,66%) dari total keseluruhan bobot kokon A. atlas (Mulyani, 2008).

Berikut adalah gambar larva yang telah berhasil berubah menjadi pupa, namun pupa

ini tidak keluar menjadi ngengat karena pupa telah mati (Gambar 22).

Page 48: KARAKTERISTIK KOKON ULAT SUTERA LIAR (Attacus atlas … · RINGKASAN NUNIEK SETIORINI. D14050864. 2009. Karakteristik Kokon Ulat Sutera Liar (Attacus atlas) Hasil Pengokonan di Laboratorium

Gambar 22. Larva yang Berubah Menjadi Pupa

Tabel 6. Sebaran Bobot Pupa Berdasarkan Kelas dan Frekuensi (Jumlah

Kokon)

No Selang Kelas (g) Frekuensi Persentase (%)

1 0,49-1,59 17 23,6

2 1,60-2,70 7 9,7

3 2,80-3,90 13 18,1

4 4,00-5,10 10 13,8

5 5,20-6,30 18 25

6 6,40-7,50 5 6,9

7 7,60-8,70 2 2,7

Pengkelasan bobot pupa (BP) dilakukan untuk mengetahui sebaran dari bobot

pupa (BP) A. atlas hasil pengokonan di laboratorium lapang Fakultas Peternakan

IPB. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bobot pupa A. atlas paling banyak berada

pada kisaran 0,49-1,59 g (23,6%) dan 5,20-6,30 g (25%).

Ngengat yang Berhasil Keluar dari Kokon

Ketika masa pupasi telah berakhir, ngengat A. atlas akan muncul dari kokon,

umumnya pada malam hari. Ngengat keluar dari pangkal/anterior kokon, berwarna

coklat kekuning-kuningan dengan gambaran berwarna cokelat muda atau putih pada

kedua pasang sayap. Menurut Peigler (1989) ngengat A. atlas memiliki rentangan

sayap terbesar diantara anggota Lepidoptera lainnya. Secara keseluruhan ukuran

betina lebih besar dari jantan. Ngengat yang muncul dari kokon umurnya pendek dan

tidak makan.

Page 49: KARAKTERISTIK KOKON ULAT SUTERA LIAR (Attacus atlas … · RINGKASAN NUNIEK SETIORINI. D14050864. 2009. Karakteristik Kokon Ulat Sutera Liar (Attacus atlas) Hasil Pengokonan di Laboratorium

Pada Gambar 23 terlihat pupa yang berhasil keluar menjadi ngengat berjenis

kelamin jantan dan betina. Hal ini diindikasikan oleh bentuk antena pada ngengat

jantan lebar seperti sisir dan bentuk sayap ujungnya meruncing sedangkan bentuk

antena pada ngengat betina menyirip seperti benang tebal dan memiliki abdomen

yang besar berisi telur-telur serta ukuran tubuhnya lebih besar daripada ngengat

jantan. Pada saat keluar dari kokon, ngengat hinggap pada kokon sehingga mudah

untuk mengembangkan sayapnya. Setelah beberapa saat sayapnya akan mulai

mengembang dan mengeras.

(a) (b)

Gambar 23. Ngengat A. atlas: (a) Jantan dan (b) Betina

Jumlah ngengat yang keluar 40 ekor (56%) dari kokon utuh yang diteliti

sebanyak 72 buah, sementara sisanya adalah jumlah ngengat yang tidak berhasil

keluar dari kokon (44%). Persentase ngengat yang keluar relatif rendah akibat

perubahan lingkungan dan tingkah laku dari alam ke dalam ruangan/kandang,

pengaruh suhu lingkungan di dalam ruangan/kandang, dan keragaman yang tinggi.

Dari jumlah ngengat yang keluar (40 ekor), ngengat berjenis kelamin jantan

15 ekor (37,5%) dan betina 25 ekor (62,5%). Ngengat dengan jenis kelamin jantan

memiliki rata-rata bobot kokon 6,15±1,16 g/kokon sedangkan ngengat dengan jenis

kelamin betina memiliki rata-rata bobot kokon 7,06±1,66 g/kokon. Observasi

terhadap ngengat yang tidak keluar, jumlah mati dalam bentuk ulat 20 ekor (62,5%)

dan dalam bentuk pupa 12 ekor (37,5%). Respon terhadap lingkungan selama

tahapan pupa perlu dijaga agar tidak terganggu sehingga proses organogenesis

berlangsung sempurna. Apabila dalam proses mengokon mengalami gangguan maka

akan menyebabkan kegagalan pembentukan organ dan kemungkinan dapat

Page 50: KARAKTERISTIK KOKON ULAT SUTERA LIAR (Attacus atlas … · RINGKASAN NUNIEK SETIORINI. D14050864. 2009. Karakteristik Kokon Ulat Sutera Liar (Attacus atlas) Hasil Pengokonan di Laboratorium

menyebabkan kematian (Awan, 2007). Pupa yang mati dari 12 ekor yang berjenis

kelamin jantan sebanyak 1 ekor (8,33%) dan berjenis kelamin betina sebanyak 11

ekor (91,67%).

Produksi ngengat berjenis kelamin betina sangat diharapkan untuk proses

reproduksi selanjutnya karena rataan jumlah telur yang dihasilkan berkisar antara

100 sampai 362 butir (Awan, 2007). Selain itu, ngengat jantan akan berfungsi

membuahi ngengat betina untuk menghasilkan telur yang fertil. Telur yang menetas

dan menjadi larva adalah telur yang dibuahi oleh ngengat jantan. Menurut Awan

(2007) ngengat betina yang tidak melakukan perkawinan akan menghasilkan telur

yang steril yang tidak dapat menetas menjadi larva. Jika telur tidak dapat menetas

menjadi larva, maka siklus hidup ulat sutera liar akan terhenti. Oleh sebab itu,

kemunculan ngengat baik jantan maupun betina sangat diharapkan agar siklus hidup

ulat sutera ini tetap berlangsung dengan baik.

Analisis Korelasi dan Regresi

Kulit kokon A. atlas yang merupakan hasil pengokonan di laboratorium

lapang Fakultas Peternakan IPB memiliki nilai korelasi yang dapat dilihat pada Tabel

7. Korelasi digunakan untuk mengukur hubungan antar peubah (Gaspersz, 1994).

Bobot kulit kokon (BKK) memiliki tingkat korelasi dengan bobot floss (BF) dengan

nilai sebesar 0,468 yang berarti antara bobot kulit kokon (BKK) dengan bobot floss

(BF) memiliki korelasi yang positif sehingga peningkatan bobot kulit kokon (BKK)

akan diikuti oleh peningkatan bobot floss (BF). Hal ini dapat disebabkan ulat

mengalami gangguan, misalnya stress pada saat proses mengokon. Korelasi antara

bobot kulit kokon (BKK) dengan bobot floss (BF) yang baik adalah berkorelasi

negatif. Jika bobot kulit kokon (BKK) tinggi maka bobot floss (BF) rendah karena

pada kulit kokon yang berat terdapat serat sutera yang banyak sehingga benang yang

dihasilkan cukup banyak.

Page 51: KARAKTERISTIK KOKON ULAT SUTERA LIAR (Attacus atlas … · RINGKASAN NUNIEK SETIORINI. D14050864. 2009. Karakteristik Kokon Ulat Sutera Liar (Attacus atlas) Hasil Pengokonan di Laboratorium

Tabel 7. Korelasi Peubah yang Diamati Terhadap Kulit Kokon Ulat Sutera

Liar (Attacus atlas) Hasil Pengokonan di Laboratorium Lapang

Fakultas Peternakan IPB

BKU

(g)

BKK

(g)

BF

(g)

BP

(g)

PBKK

(%)

PBF

(%)

PBP

(%)

BKK (g) 0,884

BF (g) 0,568 0,468

BP (g) 0,972 0,828 0,535

PBKK (%) -0,105 0,305 -0,053 -0,153

PBF (%) -0,768 -0,657 -0,081 -0,738 0,217

PBP (%) 0,076 -0,042 -0,019 0,288 -0,263 -0,069

PK (mm) 0,658 0,598 0,624 0,621 0,031 -0,350 -0,001

Diameter

D1 (mm)

D2 (mm)

D3 (mm)

0,569

0,613

0,626

0,509

0,574

0,622

0,462

0,475

0,408

0,586

0,632

0,635

-0,005

0,069

0,103

-0,322

-0,351

-0,378

0,198

0,225

0,183

Lingkar

L1 (mm)

L2 (mm)

L3 (mm)

0,553

0,395

0,210

0,505

0,354

0,223

0,388

0,323

0,205

0,539

0,385

0,205

-0,038

0,034

0,106

-0,367

-0,174

-0,006

0,060

0,016

0,010

Peubah yang memiliki korelasi positif yaitu antara bobot kokon utuh (BKU)

dengan bobot kulit kokon (BKK), bobot floss (BF), bobot pupa (BP), persentase

bobot pupa (PBP), panjang kokon (PK), diameter (D1, D2, D3), dan lingkar (L1, L2,

L3); bobot kulit kokon (BKK) dengan bobot floss (BF), bobot pupa (BP), persentase

bobot kulit kokon (PBKK), panjang kokon (PK), diameter (D1, D2, D3), dan lingkar

(L1, L2, L3); bobot floss (BF) dengan bobot pupa (BP), panjang kokon (PK),

diameter (D1, D2, D3), dan lingkar (L1, L2, L3); bobot pupa (BP) dengan persentase

Page 52: KARAKTERISTIK KOKON ULAT SUTERA LIAR (Attacus atlas … · RINGKASAN NUNIEK SETIORINI. D14050864. 2009. Karakteristik Kokon Ulat Sutera Liar (Attacus atlas) Hasil Pengokonan di Laboratorium

bobot pupa (PBP), panjang kokon (PK), diameter (D1, D2, D3), dan lingkar (L1, L2,

L3); persentase bobot kulit kokon (PBKK) dengan persentase bobot floss (PBF),

panjang kokon (PK), diameter (D2, D3), dan lingkar (L2, L3); persentase bobot pupa

(PBP) dengan diameter (D1, D2, D3) dan lingkar (L1, L2, L3).

Peubah-peubah yang memiliki korelasi negatif yaitu antara bobot kokon utuh

(BKU) dengan persentase bobot kulit kokon (PBKK) dan persentase bobot floss

(PBF); bobot kulit kokon (BKK) dengan persentase bobot floss (PBF) dan persentase

bobot pupa (PBP); bobot floss (BF) dengan persentase bobot kulit kokon (PBKK),

persentase bobot floss (PBF), dan persentase bobot pupa (PBP); bobot pupa (BP)

dengan persentase bobot kulit kokon (PBKK) dan persentase bobot floss (PBF);

persentase bobot kulit kokon (PBKK) dengan persentase bobot pupa (PBP), diameter

(D1) dan lingkar (L1); persentase bobot floss (PBF) dengan persentase bobot pupa

(PBP), panjang kokon (PK), diameter (D1, D2, D3), dan lingkar (L1, L2, L3);

persentase bobot pupa (PBP) dengan panjang kokon (PK).

Bobot kulit kokon (BKK) memiliki korelasi yang rendah terhadap lingkar

tengah (medial) kokon (0,354) dibandingkan dengan diameter tengah (medial) kokon

(0,574) ataupun panjang kokon (0,598). Bobot kulit kokon (BKK) memiliki tingkat

korelasi yang cukup tinggi dengan bobot kokon utuh (BKU) dengan nilai sebesar

0,884. Model persamaan regresinya yaitu BKK (g) = -0,0027 + 0,118 BKU (g) yang

berarti bahwa setiap kenaikan satu gram BKU akan meningkatkan BKK (g) sebesar

0,118 g. Grafik sebaran data antara BKK terhadap BKU dapat dilihat pada Gambar

24.

BKU (g/kokon)

BK

K (

g/

ko

ko

n)

121086420

1.8

1.6

1.4

1.2

1.0

0.8

0.6

0.4

0.2

0.0

Gambar 24. Grafik Sebaran Data BKK terhadap BKU

Page 53: KARAKTERISTIK KOKON ULAT SUTERA LIAR (Attacus atlas … · RINGKASAN NUNIEK SETIORINI. D14050864. 2009. Karakteristik Kokon Ulat Sutera Liar (Attacus atlas) Hasil Pengokonan di Laboratorium

Bobot kulit kokon (BKK) memiliki tingkat korelasi dengan panjang kokon

(PK) sebesar 0,598. Model Persamaan regresinya yaitu BKK (g) = -1,37 + 0,0366 PK

(mm), yang berarti bahwa setiap kenaikan satu mm PK akan meningkatkan BKK (g)

sebesar 0,0366 g. Grafik sebaran data antara BKK terhadap PK dapat dilihat pada

Gambar 25.

PK (mm)

BK

K (

g/

ko

ko

n)

70656055504540

1.8

1.6

1.4

1.2

1.0

0.8

0.6

0.4

0.2

0.0

Gambar 25. Grafik Sebaran Data BKK terhadap PK

Bobot kulit kokon (BKK) memiliki tingkat korelasi dengan diameter medial

(tengah) (D2) sebesar 0,574. Model persamaan regresinya yaitu BKK (g) =

-1,55 + 0,0845 D2 (mm), yang berarti bahwa setiap kenaikan satu mm D2 akan

meningkatkan BKK (g) sebesar 0,0845 (g). Grafik sebaran data antara BKK terhadap

D2 dapat dilihat pada Gambar 26.

D2 (mm)

BK

K (

g/

ko

ko

n)

32302826242220

1.6

1.4

1.2

1.0

0.8

0.6

0.4

0.2

0.0

Gambar 26. Grafik Sebaran Data BKK terhadap D2

Page 54: KARAKTERISTIK KOKON ULAT SUTERA LIAR (Attacus atlas … · RINGKASAN NUNIEK SETIORINI. D14050864. 2009. Karakteristik Kokon Ulat Sutera Liar (Attacus atlas) Hasil Pengokonan di Laboratorium

Bobot kulit kokon (BKK) memiliki tingkat korelasi dengan lingkar medial

(tengah) (L2) sebesar 0,354. Model persamaan regresinya yaitu BKK (g) =

-0,321 + 0,0116 L2 (mm), yang berarti bahwa setiap kenaikan satu mm L2 akan

meningkatkan BKK (g) sebesar 0,0116 (g). Grafik sebaran data antara BKK terhadap

L2 dapat dilihat pada Gambar 27.

L2 (mm)

BK

K (

g/

ko

ko

n)

100806040200

1.6

1.2

0.8

0.4

0.0

Gambar 27. Grafik Sebaran Data BKK terhadap L2

Morfometri

Berdasarkan data pada Tabel 8, bentuk kulit kokon yang normal dari A. atlas

adalah hampir menyerupai elips. Bila kulit kokon utuh A. atlas dibandingkan dengan

kulit kokon B. mori, kulit kokon A. atlas memiliki ukuran yang lebih besar. Ukuran

kokon A. atlas berpengaruh kecil terhadap budidaya karena untuk melihat jumlah

serat yang dihasilkan dilihat dari bobot kokon.

Page 55: KARAKTERISTIK KOKON ULAT SUTERA LIAR (Attacus atlas … · RINGKASAN NUNIEK SETIORINI. D14050864. 2009. Karakteristik Kokon Ulat Sutera Liar (Attacus atlas) Hasil Pengokonan di Laboratorium

Tabel 8. Morfometri Kokon A. atlas Hasil Pengokonan di Laboratorium

Lapang Fakultas Peternakan IPB dan yang Berasal dari Perkebunan

Teh di Daerah Purwakarta

No Parameter Nilai

Setiorini (2009) Baskoro (2008)

Rataan±SD Min-Max Rataan±SD Min-Max

1. Panjang Kokon

(PK) (mm)

54,30±5,74 41,04-68,28 53,3±5,2 33,7-68,1

2. Diameter

D1 (mm)

D2 (mm)

D3 (mm)

22,26±2,60

25,65±2,38

22,92±2,45

16,16-28,05

21,35-31,20

17,34-29,10

21,7±2,2

26,1±2,3

23,0±2,5

15-29,1

19,4-34

16-29,8

3. Lingkar

L1 (mm)

L2 (mm)

L3 (mm)

70,42±7,48

80,70±10,69

72,19±12,82

57,00-85,00

80,00-97,00

70,00-88,00

64,2±6,2

81,8±7,1

68,7±7,3

49,2-83,3

49,1-100

29,4-88,2

Panjang, diameter medial dan lingkar medial kokon yang diperoleh dari hasil

penelitian ini tidak jauh berbeda dibandingkan dengan hasil penelitian Baskoro

(2008) yang menunjukkan bahwa manajemen budidaya memiliki pengaruh yang

kecil terhadap ukuran morfometri kokon. Rata-rata panjang kokon hasil penelitian ini

masih termasuk ke dalam kisaran Peigler (1989) yang melaporkan panjang kokon

ulat sutera liar (A. atlas) berkisar antara 5-9 cm. Karakteristik kokon yang dihasilkan

pada penelitian ini menunjukkan tingkat keragamannya tinggi. Hal ini disebabkan

ulat sutera liar (A. atlas) yang digunakan berasal dari alam dan belum terdomestikasi.

Page 56: KARAKTERISTIK KOKON ULAT SUTERA LIAR (Attacus atlas … · RINGKASAN NUNIEK SETIORINI. D14050864. 2009. Karakteristik Kokon Ulat Sutera Liar (Attacus atlas) Hasil Pengokonan di Laboratorium

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan

sebagai berikut:

1. Rata-rata suhu dan kelembaban ruangan selama penelitian berpengaruh

terhadap karakteristik kokon.

2. Hasil bobot kokon utuh per empat hari berkisar antara 0,81-12,38 g/kokon,

bobot kulit kokon berkisar antara 0,10-1,54 g/kokon, bobot floss berkisar

antara 0,08-0,58 g/kokon, bobot pupa berkisar antara 0,49-8,20 g/kokon,

panjang kokon berkisar antara 41,04-68,28 mm, diameter medial berkisar

antara 21,35-31,20 mm, lingkar medial berkisar antara 80,00-97,00 mm.

3. Karakteristik kokon yang dihasilkan pada penelitian ini menunjukkan tingkat

keragamannya tinggi.

Saran

Diperlukan materi penelitian ulat sutera liar (Attacus atlas) yang telah

dipelihara di dalam ruangan dan telah terdomestikasi serta kondisi lingkungan yang

sesuai dengan habitat aslinya untuk penelitian-penelitian lanjutan terutama dalam

aspek budidaya agar karakteristik kokon Attacus atlas yang dihasilkan lebih seragam.

Page 57: KARAKTERISTIK KOKON ULAT SUTERA LIAR (Attacus atlas … · RINGKASAN NUNIEK SETIORINI. D14050864. 2009. Karakteristik Kokon Ulat Sutera Liar (Attacus atlas) Hasil Pengokonan di Laboratorium

UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillahi Robbil’aalamin. Segala puji dan syukur Penulis panjatkan

kehadirat Allah SWT yang selalu melimpahkan nikmat-Nya yang tak terhingga

sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi dan studi ini. Shalawat dan salam

semoga selalu kita curahkan untuk suri tauladan kita Nabi Muhammad saw.

Penulis menyampaikan banyak terima kasih untuk Ayahanda dan Ibunda

tercinta yang tak pernah lelah berdoa, memberikan kasih sayang, nasihat, dan

semangat kepada Penulis untuk kesuksesan dan keberhasilan Penulis. Terima kasih

kepada kakak tersayang (Mas Eko, Mas Hari, Mas Bayu dan Mba Anggun) atas doa,

motivasi, kasih sayang dan keceriaan selama ini. Penulis juga menyampaikan banyak

terima kasih kepada Dr. Ir. Asnath Maria Fuah, MS. selaku Pembimbing Utama dan

Yuni Cahya Endrawati, SPt. selaku Pembimbing Anggota atas semua bimbingan,

masukan dan arahannya selama Penulis menyusun usulan proposal hingga tahap

akhir penyusunan skripsi. Terima kasih kepada Ir. Sri Darwati, MSi. dan Dr. Ir. M.

Ridla, MAgr. selaku penguji sidang atas saran dan arahannya. Terima kasih kepada

Ir. Hotnida C. H. Siregar, MSi. selaku penguji seminar atas saran dan bimbingannya.

Terima kasih kepada Ir. Zulfikar Moesa, MS. selaku pembimbing akademik atas

bimbingannya selama penulis belajar di IPTP.

Tak lupa penulis sampaikan terima kasih kepada Bapak Nursam yang telah

bersedia mengantarkan Penulis untuk mengambil materi penelitian di Purwakarta,

seluruh staf dan pegawai kandang Laboratorium Non Ruminansia dan Satwa

Harapan atas bantuannya selama penelitian serta teman sepenelitian ’Tim Ulat

Sutera’ (Fitri, Anggis, Erly dan Ferry) atas kebersamaan dan telah banyak membantu

dalam melakukan penelitian ini. Penulis ingin sampaikan terima kasih kepada

Gunantiar Tomiandri yang selama ini telah setia mendampingi, memberikan

motivasi, kasih sayang dan banyak membantu. Penulis juga menyampaikan terima

kasih kepada Ayu, Lia, Kokom, Pipit, Mala, Uni, dan Hida atas persahabatannya

serta kepada Wisma Maharlika (Oby, Almira, Vina, Veza, Yuni, Ayu, Zil, Wati,

Dewi, Mya, Isna, Icha) atas persaudaraannya selama ini. Semua kebaikan yang telah

diberikan hanya Allah yang pantas membalasnya. Akhir kata, penulis sampaikan

terima kasih banyak kepada civitas akademika Fakultas Peternakan, khususnya IPTP

Page 58: KARAKTERISTIK KOKON ULAT SUTERA LIAR (Attacus atlas … · RINGKASAN NUNIEK SETIORINI. D14050864. 2009. Karakteristik Kokon Ulat Sutera Liar (Attacus atlas) Hasil Pengokonan di Laboratorium

42 ’together we can’, serta kepada semua pihak yang telah membantu. Semoga

skripsi ini bermanfaat bagi kemajuan dunia pendidikan dan peternakan. Amin.

Bogor, Desember 2009

Penulis

Page 59: KARAKTERISTIK KOKON ULAT SUTERA LIAR (Attacus atlas … · RINGKASAN NUNIEK SETIORINI. D14050864. 2009. Karakteristik Kokon Ulat Sutera Liar (Attacus atlas) Hasil Pengokonan di Laboratorium

DAFTAR PUSTAKA

Adria dan H. Idris. 1996. Jenis dan aspek biologis serangga hama daun pada tanaman

ylang-ylang (Canangium odoratum forma guinea). Jurnal Penelitian

Tanaman Industri (Industrial Crop Research Journal). Pusat Penelitian dan

Pengembangan Tanaman Industri, Bogor. Vol. III (3): 37-42.

Atmosoedarjo, H., J. Kartasubrata, M. Kaomini, W. Saleh dan W. Moerdoko. 2000.

Sutera Alam Indonesia. Yayasan Sarana Wana Jaya, Jakarta.

Awan, A. 2007. Domestikasi ulat sutera liar Attacus atlas (Lepidoptera :

Saturniidae) dalam usaha meningkatkan persuteraan nasional. Disertasi.

Program Studi Sains Veteriner SPS. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Baskoro, A. 2008. Karakteristik kulit kokon segar ulat sutera liar (Attacus atlas) dari

perkebunan teh di daerah Purwakarta. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut

Pertanian Bogor, Bogor.

Borror, D. J., C. A. Tripelhorn and N. F. Jhonson. 1992. Pengenalan Pelajaran

Serangga (Terjemahan). Edisi keenam. Gadjah Mada University Press,

Yogyakarta.

Butterfly Arc. 2003. Breeding of cobra butterfly (Attacus atlas – Philiphines).

http://www.butterflyarc.it/portal/eng/pg.php. [31 Januari 2009].

Campbell, N. A., J. B. Reece, and L. G. Mitchell. 2000. Biologi. Ed. Ke-5. Jilid 3.

Penerbit Erlangga, Jakarta.

Chapman, R. F. 1998. The Insects Structure and Function. 4th

edition. Cambridge

Universities Press, United Kingdom.

Dalimartha, S. 1999. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jilid I. Trubus Agriwidya,

Jakarta.

Gaspersz, V. 1994. Metode Perancangan Percobaan. Cetakan ke-2. Penerbit CV.

Armico, Bandung.

Indrawan, M. 2007. Karakter sutera dari ulat jedung (Attacus atlas L.) yang

dipelihara pada tanaman pakan senggugu (Clerodendron serratum Spreng).

Jurnal. Biodiversitas Vol. 8. No. 3. Hal: 215-217. FMIPA Universitas Sebelas

Maret, Surakarta.

Jacobson, M. 1972. Insect Sex Pheromones. Academic Press, New York and

London.

Kalshoven, L. G. E. 1981. The Pest Crop in Indonesia. Reviced and Translated by P.

A. Van Der Laan. P. T. Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta.

Kompas. 2004. Permintaan sutera liar tak terbatas. http://kompas.com/kompas-

cetak/0411/04/Jabar/1366508.htm.[ 31 Januari 2009].

Page 60: KARAKTERISTIK KOKON ULAT SUTERA LIAR (Attacus atlas … · RINGKASAN NUNIEK SETIORINI. D14050864. 2009. Karakteristik Kokon Ulat Sutera Liar (Attacus atlas) Hasil Pengokonan di Laboratorium

Lee, J. 2007. Atlas-moth. www.blogspot.com/2008/01/atlasmoth.ver1.2 [31 Maret

2009].

Mattjik, A. A. dan I. M. Sumertajaya. 2006. Perancangan Percobaan. IPB Press,

Bogor.

Moth3002. 2009. Attacus atlas. www.insect-sale.com/Attacus-atlas.jpg.Moth3002.

[24 September 2009].

Mulyani, N. 2008. Biologi Attacus atlas L. (Lepidoptera : Saturniidae) dengan pakan

daun kaliki (Ricinus communis L.) dan jarak pagar (Jatropha curcas L.) di

laboratorium. Tesis. Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Nazar, A. 1990. Beberapa aspek biologi ulat perusak daun (Attacus atlas Linn) pada

tanaman cengkeh. Jurnal Penelitian Tanaman Industri. Vol. XVI (1). Pusat

Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Bogor.

Nugroho, S. 2007. Sutera Indonesia diarahkan tembus pasar kimono Jepang.

http://www.kapanlagi.com/h/0000203056.html [26 April 2009].

Peigler, R. 1989. A Revision of the Indo-Australian Genus Attacus. The Lepidoptera

Research Foundation, Inc. Beverly Hills, California.

Pustekkom. 2005. Arthropoda. http://www.iptek.net.id/ind/pd_invertebrata/index.

php?id=158&ch=pd_nd_invertebrata2. [31 Januari 2009].

Sakinah. 2009. Kualitas kokon ulat sutera liar (Attacus atlas. L) menggunakan alat

pengokonan yang berbeda. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian

Bogor, Bogor.

Sari. 2007. Industri Rakyat. Benang ulat sutra liar diekspor ke Jepang, Yogyakarta.

http://www2.kompas.com/kompas cetak/0711/09/ jogja/1 044437 .htm [31

Januari 2009].

Sutera Indonesia. 2004. Mencermati Sutera Liar. Tabloid Sutera Indonesia. Hal. 5.

Tazima, Y. 1978. A viewpoint on the improvement of Mysore breeds. Paper

presented at International Congress for Tropical Sericulture. Banga Lore,

India.

Walpole, R. E. 1992. Pengantar Statistika. Edisi ketiga. PT. Gramedia Pustaka

Utama, Jakarta.

Wikipedia. 2008. Attacus atlas. http://en.wikipedia.org/wiki/Atlas_moth. [31 Januari

2009].

Williams, M., J. Taylor, J. Bray and M. West. 2000. Atlas moth.

http://entweb.clemson.edu/museum/moths/exotic/moth1.htm. [31 Januari

2009].

Page 61: KARAKTERISTIK KOKON ULAT SUTERA LIAR (Attacus atlas … · RINGKASAN NUNIEK SETIORINI. D14050864. 2009. Karakteristik Kokon Ulat Sutera Liar (Attacus atlas) Hasil Pengokonan di Laboratorium

LAMPIRAN

Page 62: KARAKTERISTIK KOKON ULAT SUTERA LIAR (Attacus atlas … · RINGKASAN NUNIEK SETIORINI. D14050864. 2009. Karakteristik Kokon Ulat Sutera Liar (Attacus atlas) Hasil Pengokonan di Laboratorium

Lampiran 1. Tabel Nilai Korelasi dan Nilai P (P value) Peubah yang Diamati

Terhadap Kulit Kokon Ulat Sutera Liar (Attacus atlas) Hasil

Pengokonan di Laboratorium Lapang Fakultas Peternakan IPB

BKU

(g)

BKK

(g)

BF (g) BP (g) PBKK

(%)

PBF

(%)

PBP (%)

BKK (g) 0,884

0,000

BF (g) 0,568 0,468

0,000 0,000

BP (g) 0,972 0,828 0,535

0,000 0,000 0,000

PBKK (%) -0,105 0,305 -0,053 -0,153

0,379 0,009 0,667 0,200

PBF (%) -0,768 -0,657 -0,081 -0,738 0,217

0,000 0,000 0,498 0,000 0,068

PBP (%) 0,076 -0,042 -0,019 0,288 -0,263 -0,069

0,528 0,723 0,872 0,014 0,026 0,566

PK (mm) 0,658 0,598 0,624 0,621 0,031 -0,350 -0,001

0,000 0,000 0,000 0,000 0,793 0,003 0,996

Diameter

D1

(mm)

D2

(mm)

D3

(mm)

0,569

0,000

0,613

0,000

0,626

0,000

0,509

0,000

0,574

0,000

0,622

0,000

0,462

0,000

0,475

0,000

0,408

0,000

0,586

0,000

0,632

0,000

0,635

0,000

-0,005

0,965

0,069

0,567

0,103

0,390

-0,322

0,006

-0,351

0,003

-0,378

0,001

0,198

0,096

0,225

0,057

0,183

0,124

Lingkar

Page 63: KARAKTERISTIK KOKON ULAT SUTERA LIAR (Attacus atlas … · RINGKASAN NUNIEK SETIORINI. D14050864. 2009. Karakteristik Kokon Ulat Sutera Liar (Attacus atlas) Hasil Pengokonan di Laboratorium

L1

(mm)

L2

(mm)

L3

(mm)

0,553

0,000

0,395

0,001

0,210

0,077

0,505

0,000

0,354

0,002

0,223

0,059

0,388

0,001

0,323

0,006

0,205

0,085

0,539

0,000

0,385

0,001

0,205

0,084

-0,038

0,753

0,034

0,779

0,106

0,377

-0,367

0,002

-0,174

0,143

-0,006

0,962

0,060

0,614

0,016

0,894

0,010

0,934

Keterangan : Nilai dalam kolom adalah nilai korelasi dan nilai P

Lampiran 2. Analisis Ragam Persamaan Regresi dari Sebaran Data BKU

Terhadap BKK

Sumber

Keragaman

DB JK KT F P

Regresi 1 6.8199 6.8199 249.54 0.000

Error 70 1.9131 0.0273

Total 71 8.7330

S = 0.165317 R-Sq = 78.1% R-Sq(adj) = 77.8%

Page 64: KARAKTERISTIK KOKON ULAT SUTERA LIAR (Attacus atlas … · RINGKASAN NUNIEK SETIORINI. D14050864. 2009. Karakteristik Kokon Ulat Sutera Liar (Attacus atlas) Hasil Pengokonan di Laboratorium

Lampiran 3. Grafik Sebaran Normal Bobot Floss (BF)

BF (g)

Fre

ku

en

si

0.680.640.600.560.520.480.440.400.360.320.280.240.200.160.120.080.040.00

20

18

16

14

12

10

8

6

4

2

0

Mean 0.2272

StDev 0.08578

N 72

Lampiran 4. Grafik Sebaran Normal Bobot Kulit Kokon (BKK)

BKK (g)

Fre

ku

en

si

1.71.61.51.41.31.21.11.00.90.80.70.60.50.40.30.20.10.0

14

12

10

8

6

4

2

0

Mean 0.615

StDev 0.3507

N 72

Page 65: KARAKTERISTIK KOKON ULAT SUTERA LIAR (Attacus atlas … · RINGKASAN NUNIEK SETIORINI. D14050864. 2009. Karakteristik Kokon Ulat Sutera Liar (Attacus atlas) Hasil Pengokonan di Laboratorium

Lampiran 5. Grafik Sebaran Normal Bobot Pupa (BP)

BP (g)

Frek

uen

si

9.08.58.07.57.06.56.05.55.04.54.03.53.02.52.01.51.00.50.0

10

8

6

4

2

0

Mean 3.765

StDev 2.000

N 72