karakteristik katarak

download karakteristik katarak

of 47

description

karakteristik katarak

Transcript of karakteristik katarak

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAHKebutaan di Indonesia merupakan bencana nasional sebab kebutaan menyebabkan kualitas sumber daya manusia (SDM) rendah. Hal ini berdampak pada kehilangan produktivitas serta membutuhkan biaya untuk rehabilitasi dan pendidikan orang buta. Dunia diperkirakan menghabiskan dana US$ 25 miliar setiap tahun untuk masalah itu. Sedangkan sebanyak tiga juta orang buta di Indonesia memerlukan dana rehabilitasi dan pendidikan sekitar US$ 1,5 miliar sampai US$ 2 miliar setahun.1Data dari Departemen Kesehatan (1982) ditemukan, buta satu mata sebanyak 2,1 % dan buta dua mata 1,2%. Sedangkan hasil survey nasional tahun 1993-1996 menunjukkan, prevalensi kebutaan di Indonesia cukup tinggi, yaitu mencapai 1,5%. Artinya ada tiga juta orang buta ditemukan di antara 210 juta penduduk Indonesia, atau merupakan angka tertinggi di Asia. Angka ini menempatkan Indonesia pada urutan pertama di Asia dan nomor dua setelah negara-negara di Afrika Tengah dan sekitar gurun Sahara sebagai Negara dengan jumlah penduduk tertinggi yang menderita kebutaan.1,2Sebagai perbandingan, di Bangladesh angka kebutaan mencapai 1 %, di India 0,7 %, Thailand 0,3 %, Jepang dan AS berkisar antara 0,1-0,3%. Hal ini berarti angka kebutaan di Indonesia 10 kali lebih tinggi. Katarak menjadi penyebab utama kebutaan di Asia dan menyebabkan 70% kasus kebutaan di Indonesia (0,78%), kemudian diikuti glaukoma (0,20%), kelainan refraksi (0,14%), penyakit kornea, retina, dan kekurangan vitamin A. Pada tahun 2000, jumlah penderita katarak di Indonesia berbanding lurus dengan jumlah penduduk usia lanjut, yaitu sekitar 15,3 juta. Diperkirakan setiap satu menit terdapat satu orang menjadi buta dan setiap tahun bertambah 500.000 orang buta, terutama bagi penduduk yang berada di daerah miskin dengan sosial ekonomi lemah. Hal ini menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan buta katarak dari tahun ke tahun.1,2Katarak merupakan penyakit yang pertama dari lima area prioritas utama pada prakarsa global untuk mengurangi angka kebutaan (Vision 2020). Katarak dipilih karena merupakan penyebab utama gangguan penglihatan didunia. Katarak merupakan masalah nasional yang perlu segera ditanggulangi. Katarak dapat menyebabkan penurunan produktivitas. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Farida (1989-1999), lebih dari separuh (52%) kebutaan disebabkan oleh katarak. Bahkan 16 % buta oleh karena katarak dialami oleh penduduk usia produktif (40-54 tahun). Penyakit katarak di Indonesia terjadi pada usia lebih muda, yaitu pada usia 45 tahun. Sedangkan Negara maju seperti AS, Inggris, dan Jepang kasus katarak terjadi pada usia 60 tahun. Ini berarti, orang Indonesia lebih awal 10-15 tahun mengidap penyakit katarak.3,11

Menurut WHO, sebanyak 25 juta penduduk buta karena katarak. Diperkirakan jumlah penderita kebutaan akibat katarak di dunia saat ini adalah 17 juta orang. Untuk itu WHO dengan Vision 2020 (An International Partnership Among Those Working for Blindness Prevention, to Eliminate Avoidable Prevention, to Eliminate Avoidable Blindness by the Year 2020) bekerja keras untuk menurunkan angka kebutaan dan menghindari ancaman kebutaan yang dikhawatirkan dapat mencapai angka 80 juta pada tahun 2020. Katarak dapat disembuhkan, terlebih dengan semakin majunya teknologi kedokteran saat ini. dunia dan karena aman, maka tersedianya intervensi pembedahan yang efektif mengarah pada perbaikan yang dramatis pada fungsi penglihatan. Namun, hasil dari operasi katarak bergantung pada pengalaman pembedahan, jenis operasi yang dilakukan, adanya penyakit penyerta pada mata, dan kondisi lingkungan sosial. Sebagai contoh, sebuah studi populasi yang berpusat di Australia baru-baru ini menunjukkan bahwa 85% mata yang telah dikoreksi membaik dalam hal ketajaman penglihatan dari 6 / 12 (20/40) atau lebih baik setelah pembedahan katarak. Sebaliknya, sebuah penelitian di India menunjukkan bahwa 32% dari mata mendapatkan hasil penglihatan yang berkurang (jarak ketajaman visual 20/60) dan 20% dari matanya buta setelah pembedahan katarak.3,11Untuk menanggulangi kebutaan, Kemenkes telah mengembangkan strategi-strategi yang dituangkan dalam Kepmenkes nomor 1473/MENKES/SK/2005 tentang Rencana Strategi Nasional Penanggulangan Gangguan Penglihatan dan Kebutaan (Renstranas PGPK) untuk mencapai Vision 2020. Salah satu strategi dalam Renstranas PGPK adalah penguatan advokasi, komunikasi dan sosialisasi pada semua sektor untuk upaya penanggulangan gangguan penglihatan dan kebutaan. Selain itu, Kemenkes juga telah melakukan upaya deteksi dini dan penanggulangan gangguan penglihatan pada kelompok masyarakat mulai dari bayi/balita, usia sekolah sampai usia lanjut, terutama terhadap penyebab utama kebutaan yaitu katarak, kelainan refraksi, glaukoma dan xeroftalmia.4Menurut Menkes, pelayanan kesehatan indera penglihatan yang dikembangkan di Puskesmas, Balai Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM) dan RS pemerintah belum mampu menuntaskan sendiri masalah kesehatan masyarakat. Maka, perlu kerjasama dengan LSM dalam dan luar negeri untuk berbagai kegiatan mulai dari promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif kepada masyarakat.4Dari masalah tersebut diatas, melihat besarnya prevalensi kebutaan khususnya yang disebabkan oleh penyakit katarak, sehingga hal ini menjadi latar belakang bagi penulis untuk untuk melakukan penelitian tentang karakteristik penderita katarak di Balai Kesehatan Mata Masyarakat Makassar.

B. RUMUSAN MASALAHBerdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut :1. Bagaimana gambaran prevalensi terjadinya katarak pada orang-orang yang berusia di atas dan di bawah 50 tahun.2. Bagaimana gambaran prevalensi terjadinya katarak pada laki-laki atau perempuan.3. Bagaimana gambaran prevalensi terjadinya katarak pada orang-orang dengan pekerjaan tertentu (petani, nelayan, ibu rumah tangga, buruh, sopir, PNS, dll)4. Bagaimana gambaran prevalensi terjadinya katarak pada orang-orang dengan tingkat pendidikan SD, SMP, SMA, Perguruan Tinggi, dan tidak sekolah.5. Bagaimana gambaran prevalensi katarak berdasarkan suku-suku yang ada di Sulawesi Selatan.6. Bagaimana gambaran prevalensi macam-macam katarak.

C. TUJUAN PENELITIAN 1. Tujuan UmumUntuk mengetahui karateristik penderita katarak yang mengunjungi Poliklinik Mata di Balai Kesehatan Mata Makassar periode 1 September sampai 31 Desember 2010.2. Tujuan Khususa. Untuk mengetahui prevalensi terjadinya katarak lebih banyak pada orang-orang yang berusia di atas dan di bawah 50 tahun.b. Untuk mengetahui prevalensi terjadinya katarak pada orang-orang dengan pekerjaan tertentu (petani, nelayan, ibu rumah tangga, buruh, sopir, PNS, dll).c. Untuk mengetahui prevalensi terjadinya katarak pada orang-orang dengan tingkat pendidikan SD, SMP, SMA, Perguruan Tinggi, dan tidak sekolah.d. Untuk mengetahui prevalensi terjadinya katarak pada suku-suku yang ada di Indonesia, khususnya di Sulawesi Selatan (Bugis, Makassar, Toraja, dan Mandar)e. Untuk mengetahui prevalensi terjadinya katarak lebih banyak pada laki-laki atau perempuan.f. Untuk mengetahui prevalensi macam-macam katarak.

D. MANFAAT PENELITIAN1. Memberikan gambaran karakteristik penderita katarak di Balai Kesehatan Mata Masyarakat Makassar.2. Sebagai bahan sumbangan ilmiah yang diharapkan dapat bermanfaat untuk pembaca atau peneliti berikutnya.3. Merupakan pengalaman berharga bagi peneliti dalam rangka menambah wawasan, pengetahuan serta untuk pengembangan diri khususnya dalam bidang penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN KATARAKKatarak berasal dari bahasa Yunani Katarrahakies, Inggris Catarct, dan Latin Cataracta yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan lensa), denaturasi protein lensa atau akibat kedua-duanya. Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun dapat tidak mengalami perubahan dalam waktu yang lama.5Katarak adalah perubahan pada lensa mata yang sebelumnya jernih dan tembus cahaya menjadi keruh. Katarak menyebabkan penderita tidak bisa rnelihat dengan jelas karena lensa yang keruh cahaya sulit mencapai retina dan akan menghasilkan bayangan yang kabur pada retina. Katarak terjadi perlahan-lahan sehingga penderita terganggu secara berangsur. Katarak dapat terjadi pada kedua mata pada waktu yang tidak bersamaan.

B. EPIDEMIOLOGI KATARAKKatarak dapat mengenai kedua mata, tetapi umumnya katarak pada satu mata dapat berkembang lebih cepat dari mata yang lainnya. Katarak sangat umum mempengaruhi sekitar 60% orang berusia di atas 60 tahun dan lebih dari 1,5 juta operasi katarak dilakukan di Amerika Serikat setiap tahun. Penyakit katarak ini banyak terjadi di negara-negara tropis seperti Indonesia. Hal ini berkaitan dengan faktor penyebab katarak, yakni sinar ultraviolet yang berasal dari sinar matahari, penyebab lainnya adalah kekurangan gizi yang dapat mempercepat proses berkembangnya penyakit katarak. Penelitian-penelitian potong-lintang mengidentifikasi adanya katarak pada sekitar 10% orang Amerika Serikat, dan prevalensi ini meningkat sampai 50% untuk mereka yang berusia antara 65 dan 74 tahun dan sampai sekitar 70% untuk mereka yang berusia lebih dari 75 tahun. Sebagian besar kasus bersifat bilateral, walaupun kecepatan perkembangannya pada masing-masing mata jarang sama. Pada penelitian yang lain oleh Nishikori da Yamomoto, perbandingan laki-laki dan perempuan yaitu 1:8 dengan dominan perempuan pada pasien di atas 65 tahun yang dioperasi untuk katarak senile.6,8The beaver dam eye study adalah penelitian pada populasi yang lebih besar yang dilakukan pada akhir 1980-an (data yang diterbitkan di tahun 1990-an). Penelitian itu melaporkan bahwa 38,8% pria dan 45,9% wanita yang berusia lebih dari 74 tahun memiliki katarak yang signifikan.Tindak lanjut dari penelitian dilakukan antara tahun 1993 dan 1995 untuk memperkirakan kejadian katarak nuklear subcabsular nuklear, kortikal dan posterior (PSC) pada penelitian kohort. insiden katarak nuklear terjadi pada 13,1%, katarak nuklear cortical pada 8,2%, dan PSC di 3,4%.Penelitian longitudinal pada katarak merupakan penelitian epidemiologi terhadap faktor risiko kekeruhan lensa. Dalam penelitian ini, kekeruhan nuklear dikaitkan dengan bertambahnya umur, ras putih, pendidikan yang lebih rendah, pengobatan Gout, merokok, riwayat keluarga katarak nuklear, PSC yang sudah ada sebelumnya dan penggunaan dini kacamata.7 Pada penelitian lain oleh Singapore National Eye Center tentang prevalensi katarak pada masyarakat pedesaan di Indonesia, Jenis yang paling umum katarak untuk kedua jenis kelamin (disesuaikan untuk usia) ialah jenis katarak campuran (13%) diikuti oleh jenis katarak nulear (5,7%), dan jenis katarak kortikal (4%) ). Prevalensi setiap katarak untuk orang dewasa berumur 21-29 adalah 1,1%, meningkat menjadi 82,8% untuk mereka yang berusia lebih tua dari 60 tahun. Kecenderungan serupa dengan usia yang dicatat untuk katarak nuklear kortikal, dan PSC. Perempuan memiliki tingkat prevalensi yang lebih tinggi daripada pria untuk semua jenis katarak kecuali kortikal. Ada kecenderungan peningkatan prevalensi semua jenis katarak dengan penurunan education.10C. ETIOLOGI KATARAKLensa terbuat sebagian besar dari air dan protein. Protein spesifik dalam lensa bertanggung jawab untuk menjaga kejernihannya. Selama bertahun-tahun struktur protein ini lensa berubah, akhirnya mengarah ke kekeruhan lensa secara bertahap. Kadang katarak dapat terjadi pada saat lahir atau pada anak usia dini sebagai akibat dari kerusakan enzim bawaan, dan trauma hebat pada mata, operasi mata, atau peradangan intraokular juga dapat menyebabkan katarak terjadi lebih awal dalam kehidupan. Faktor lain yang dapat mengakibatkan pengembangan katarak pada usia lebih dini termasuk paparan ultraviolet-sinar yang berlebihan, diabetes, merokok, atau penggunaan obat tertentu, seperti steroid oral, topikal, atau dihirup. Obat lain yang lebih kurang berhubungan dengan katarak termasuk penggunaan jangka panjang statin dan fenotiazin.8Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau bertambahnya usia seseorang. Katarak kebanyakan muncul pada usia lanjut. Anak dan bayi dapat menderita katarak yang terjadi karena penyakit yang diderita oleh ibu selama masa kehamilan, keadaan ini disebut sebagai katarak kongenital. Berbagai faktor dapat mengakibatkan tumbuhnya katarak lebih cepat. Faktor lain dapat mempengaruhi kecepatan berkembangnya kekeruhan lensa seperti DM dan obat tertentu, sinar ultraviolet B dari cahaya matahari, efek racun dari rokok, dan alcohol, gizi kurang vitamin E, dan radang menahun di dalam bola mata. Cedera mata dapat mengenai semua umur seperti pukulan keras, tusukan benda., terpotong, panas yang tinggi, bahan kimia, dapat merusak lensa mata dan keadaan ini disebut sebagai katarak traumatik.7,8,9Program pencegahan yang sukses memerlukan pemahaman yang baik tentang faktor risiko katarak. yang berhubungan dengan usia Sejumlah makalah telah ditulis tentang epidemiologi katarak. yang berkaitan dengan usia. Dua buah paper review telah diterbitkan pada tahun 1995 yang meringkas tentang faktor risiko yang diketahui sebagai penyebab katarak yang dapat dikategorikan dalami demografi, lingkungan, yang berhubungan gaya hidup, penyakit yang berhubungan, dan lain-lain. Studi yang lebih baru telah dikonfirmasi dan temuan ini telah diperluas tetapi belum diidentifikasikan sebagai kategori baru faktor risiko, dan beberapa uji klinis prospektif sedang berlangsung untuk menilai efek tambahan antioksidan. Penelitian cross-sectional menunjukkan bahwa antioksidan memberi perlindungi terhadap perkembangan katarak. Faktor demografis yang paling jelas adalah meningkatnya usia, tetapi kebanyakan penelitian juga menunjukkan bahwa wanita memiliki peningkatan risiko terhadap katarak. Katarak juga umumnya lebih umum ditemukan pada orang dengan status sosial ekonomi rendah. Faktor risiko lingkungan yang utama adalah berkaitan antara paparan mata oleh UV-B. Faktor risiko yang berhubungan dengan gaya hidup meliputi peningkatan risiko katarak nuklear karena merokok dan peningkatan risiko yang potensial terjadinya katarak berkaitan dengan konsumsi alkohol yang tinggi. Faktor risiko yang yang berhubungan dengan penyakit termasuk diabetes, hipertensi dan obat antihipertensi, dan penggunaan obat antipsikotik atau steroid. Riwayat keluarga juga telah terbukti memiliki beberapa hubungan dengan kejadian katarak.11

D. GEJALA KLINIS KATARAK 7Katarak berkembang secara berlahan dan tidak menimbulkan nyeri diserta gangguan penglihatan yang muncul secara bertahap. Gangguan penglihatan pada katarak tergantung pada letak kekeruhan lensa, apakah di bagian tepi. tengah atau sudah menyeluruh.Gejala-gejala yang dapat ditemukan pada penderita katarak yaitu: Penurunan ketajaman visual. Perbedaan jenis katarak mungkin memiliki berbeda pada ketajaman visual, tergantung pada cahaya, ukuran pupil, dan derajat miopia. Adanya subcapsular katarak posterior meskipun kecil dapat sangat mengganggu ketajaman membaca meskipun jarak relatif tidak terpengaruh. Silau. Penderita katarak sering melaporkan sensitif terhadap cahaya yang menyilaukan, yang mana menggambarkan perubahan beratnya katarak yang kurang sensitif terhadap cahaya yang terang menjadi sensitif terhadap cahaya yang menyilaukan pada siang hari atau cahaya lampu. Peningkatan sensitivitas cahaya ini terutama pada subkaspsular katarak posterior dan perubahan lensa cortical anterior. Perubahan sensitivitas kontras. Sensitivitas kontras merupakan kemampuan untuk mendeteksi variasi dari bayangan halus. Abnormal dari sensitivitas terhadap kontras bukan merupakan indikator yang spesifik untuk penurunan penglihatan yang disebabkan oleh katarak. Miopi. Perkembangan dari katarak dapat meningkatkan kekuatan dioptri dari lensa yang biasanya menyebabkan miopi derajat sedang-berat. Diplopia atau polyopia monokular.

E. KLASIFIKASI KATARAKKatarak diklasifikasikan dalam dua divisi utama, yaitu:I. Katarak Developmental a. Katarak kongenital, merupakan katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera setelah lahir dan bayi berusia kurang dari satu tahun. Biasanya disebabkan oleh herediter dan penyakit sistemik lain, anomali okular dan penyakit infeksi maternal.b. Katarak Juvenil, ditemukan saat lahir sampai usia dewasa. Disebabkan oleh penyakit herediter dan bisa merupakan kelanjutan dari katarak kongenital.II. Katarak Degeneratif a. Katarak senilis, biasa timbul sesudah usia 50 tahun, kadang-kadang umur kurang dari 40 tahun, hampir selalu mengenai kedua mata walaupun yang satu dapat lebih bear dari yang lain. Kekeruhan dapat pada korteks atau sekitar nukleus. Katarak senilis merupakan katarak yang paling sering ditemukan. Katarak senilis dibagi menjadi 4 stadium, yaitu; stadium insipien, stadium immatur, stadium matur, dan stadium hipermatur.b. Katarak radiasi. Mempunyai perkembangan yang lambat, mulai pada bagian posterior korteks kira-kira 2 tahun sesudah eksposure dengan sinar radium atau rontgen.c. Katarak komplikata. Katarak yang berhubungan dengan penyakit mata lainnya seperti iridosiklitis, koroiditis, uveitis, ulkus kornea, glaukoma, ablasio retina, dan tumor intra okular.d. Katarak yang berhubungan dengan penyakit sistemik atau keracunan. Diabetes mellitus merupakan predisposisi untuk berkembang menjadi katarak senilis, juga pada orang dewasa muda dengan bentuk bilateral kortikal katarak. Zonular katarak didapat pada defisiensi paratiroid. Dinitrophenol dan naphthalene dapat menyebabkan pembentukan katarak.e. Katarak traumatika. Kontusio pada bola mata tanpa perforasi dapat menyebabkan katarak yang timbul beberapa hari/minggu sesudah kotusio.

F. PENATALAKSANAAN KATARAKKatarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi. Akan tetapi jika gejala katarak tidak mengganggu, tindakan operasi tidak diperlukan.Kadang kala cukup dengan mengganti kacamata.Hingga saat ini belum ada obat-obatan, makanan, atau kegiatan olahraga yang dapat menghindari atau menyembuhkan seseorang dari gangguan katarak.Akan tetapi melindungi mata terhadap sinar matahari yang berlebihan dapat memperlambat terjadinya gangguan katarak. Kacamata gelap atau kacamata regular yang dapat menghalangi sinar ultraviolet sebaiknya digunakan ketika berada diruang terbuka pada siang hari. Tingkat keberhasilan operasi katarak cukup tinggi, lebih 95% tindakan operasi menghasilkan perbakan penglihatan apabila tidak terdapat gangguan pada kornea, retina saraf mata atau masalah mata lainnya.Cara pembedahan katarak dapat dilakukan dengan intrakapsular yaitu mengeluarkan lensa bersama dengan kapsul lensa atau ekstrakapsular yaitu mengeluarkan isi lensa (korteks dan nucleus) melalui kapsul anterior yang dirobek (kapsulotomi anterior) dengan meninggalkan kapsul posterior. Atau juga dengan dengan faekoemulsifikasi.5,6Operasi Katarak Ekstrakapsular adalah suatu tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa lensa dan korteks lensa dapat keluar melalui robekan tersebut. Termasuk ke dalam golongan ini ekstraksi liniear, aspirasi, dan irigasi. Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda, pasien dengan kelainan endotel, bersama-sama keratoplasti, implantasi lensa intraokula posterior, perencanaan implantasi sekunder lensa intraocular. Penyulit yang dapat timbul pada pembedahan ini yaitu dapat terjadinya katarak sekunder.5Operasi Katarak Intrakapsular merupakan teknik pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul, pada metode ini tidak akan terjadi katarak sekunder dan merupakan tindakan pembedahan yang popular. Kontra indikasi pada pembedahan ini adalah pada pasien berusia kurang dari 40 tahun yang masih mempunyai ligament hialoidea kapsular. Penyulit yang dapat terjadi pada pembedahan ini adalah astigmatisme, glaucoma, uveitis, endoftalmitis, dan perdarahan.5Fakoemulsifikasi dengan irigasi atau aspirasi (atau keduanya) adalah teknik ekstrakapsular yang menggunakan getaran-getaran ultrasonik untuk mengangkat nukleus dan korteks melalui insisi limbus yang kecil (2-5 mm), sehingga mempermudah penyembuhan pasca operasi. Teknik ini bermanfaat pada katarak kongenital, traumatik dan kebanyakan katarak senilis yang padat, dan keuntungan insisi limbus yang kecil agak berkurang kalau akan dimasukkan lensa intraokuler, meskipun sekarang lebih sering digunakan lensa intraokuler fleksibel yang dapat dimasukkan melalui insisi seperti itu.6,7Penatalaksanaan pasca operasi terutama ditujukan untuk mencegah infeksi dan terbukanya luka operasi. Pasien diminta tidak banyak bergerak dan menghindari mengangkat beban berat selama sebulan. Mata ditutup selama beberapa hari atau dilindungi dengan kacamata atau pelindung pada siang hari. Selama beberapa hari atau dilindungi dengan kacamata atau pelindung pada siang hari. Selama beberapa minggu harus dilindungi dengan pelindung logam pada malam hari. Kacamata permanent diberikan 6-8 minggu setelah operasi.6

BAB IIIKERANGKA KONSEP

A. DASAR PEMIKIRAN VARIABEL YANG DITELITIPenyakit katarak sering ditemukan di negara-negara yang sedang berkembang maupun di Negara maju, dengan melihat perbedaan yang sangat mencolok antara katarak senile dan katarak kongenital. Hal ini mempunyai dampak sosial yang besar. Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk melihat karateristik penderita katarak, maka terdapat beberapa karateristik penderita katarak seperti umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, status gizi, keturunan, suku bangsa, tempat tinggal, dan penyakit penyerta.Diantara berbagai karakteristik di atas, yang akan diteliti adalah variabel independent pada penderita katarak yang datang berobat di poliklinik mata Balai Kesehatan Mata Makassar adalah umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan suku bangsa. Selain itu juga untuk melihat jenis katarak apa yang diderita oleh pasien, baik itu katarak kongenital, katarak juvenile, katarak senile, atau katarak lainnya.

B. GAMBARAN HUBUNGAN VARIABEL YANG DITELITI

JENIS KELAMINUMURPENDIDIKANTEMPAT TINGGALPENYAKIT PENYERTASUKU BANGSAKETURUNANSTATUS GIZIPEKERJAANKATARAKKATARAKKONGENITALKATARAKJUVENILKATARAKSENILKATARAKLAINNYA

Keterangan gambar :: variabel yang diteli: variabel yang tidak diteliti

C. DEFINISI OPERASIONAL DAN KRITERIA OBJEKTIF1. Variabel dependenKatarak adalah kekeruhan pada lensa yang memiiki derajat kepadatan yang sangat bervariasi dan dapat disebabkan oleh berbagai hal, tetapi biasanya berhubungan dengan proses penuaan. Bentuk-bentuk katarak yaitu katarak kongenital, katarak juvenil, katarak senile, dan katarak jenis lainnya.2. Variabel independen2. 1. Karakteristik umum a. UmurUmur penderita adalah lamanya orang hidup sampai sekarang yang dinyatakan dalam satuan tahun. Variabel umur merupakan variabel yang baik untuk mengetahui seberapa besar kemungkinan seseorang yang telah lanjut usia untuk menderita katarak. Sebagaimana diketahui dari berbagai kepustakaan yang memperlihatkan kecenderungan yang lebih besar bagi orang yang lanjut usia untuk menderita katarak.Umur dikelompokkan menjadi ; < 50 tahun 50 tahun b.Jenis kelaminVariabel jenis kelamin merupakan salah satu variabel yang baik untuk mengetahui kemungkinan mana yang lebih banyak menderita katarak, apakah laki-laki atau perempuan ataukah berimbang. Hal ini dapat memberi informasi tentang faktor resiko yang berkaitan dengan jenis kelamin dalam hal penyakit katarak. Jenis kelamin dikelompokkan menjadi : Laki-laki Perempuan c. PendidikanAdalah pendidikan formal terakhir yang telah dicapai oleh penderita sesuai yang tercantum distatus. Dengan mengetahui tingkat pendidikan penderita, maka dapat diketahui sampai sejauh mana pengetahuan penderita tentang penyakit katarak yang dialamimya. Tingkat pendidikan yang dimaksud adalah: Tidak sekolah SD SMP SMA Perguruan Tinggi d. PekerjaanAdalah apa yang dilakukan oleh penderita sehari-hari dalam mencari nafkah, sebelum menderita penyakit ini sampai sekarang. Dengan mengetahui jenis pekerjaan penderita, dapat dilihat apakah ada hubungan pekerjaan penderita dengan resiko menderita katarak. Jenis pekerjaan yang dimaksud adalah: Petani Nelayan Buruh Sopir Ibu rumah tangga dlle.Suku bangsaVariabel suku bangsa adalah salah satu variabel yang dapat digunakan untuk menilai apakah ada hubungan antara suku bangsa tertentu yang lebih banyak menderita katarak. Suku bangsa yang dimaksud adalah: Makassar Bugis Mandar Toraja dll2.2.Karakteristik khususa.Katarak kongenitalAdalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera setelah lahir dan bayi berusia kurang dari 1 tahun.Katarak kongenital merupakan penyebab kebutaan pada bayi yang cukup berarti akibat penanganannya yang kurang tepat.b.Katarak juvenileAdalah katarak yang ditemukan saat lahir sampai usia dewasa. Katarak juvenile biasanya merupakan kelanjutan dari katarak kongenital.c.Katarak senileAdalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu usia diatas 50 tahun. Penyebabnya sampai sekarang belum diketahui secara pasti. Katarak senile secara klinik dikenal dalam 4 stadium, yaitu Katarak insipien; dimana kekeruhan lensa masih ringan dengan cairan lensa yang normal. Iris, bilik mata depan, sudut bilik mata normal. Shadow test negative dan penyulit tidak ada. Katarak immatur; dimana kekeruhan lensa sudah terjadi sebagian dengan cairan lensa bertambah. Iris terdorong, bilik mata depan terdorong, dan sudut bilik mata sempit Shadow test positif dan penyulit yang muncul berupa glaukoma. Katarak matur; dimana kekeruhan lensa bersifat menyeluruh dengan cairan lensa yang kembali normal. Iris, bilik mata depan, sudut bilik mata juga normal. Shadow test negative dan penyulit tidak ada. Katarak hipermatur; dimana kekeruhan lensa bersifat masif dengan cairan lensa semakin berkurang. Iris menjadi tremulous, bilik mata depan menjadi dalam, dan sudut bilik mata mulai terbuka . Shadow test pseudopositif dan penyulit yang muncul biasanya uveitis dan glaukoma.

d. Katarak lainnyaKatarak lainnya merupakan katarak yang disebabkan oleh faktor-faktor lainnya seperti radiasi, trauma, penyakit mata lainnya seperti iridosiklitis, koroiditis, uveitis, ulkus kornea, glaukoma, ablasio retina, dan tumor intra okular, serta penyakit sistemik seperti diabetes mellitus.

BAB IV METOLOGI PENELITIAN

A. JENIS PENELITIANJenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian deskriptif yang dimaksudkan untuk memaparkan karakteristik penderita katarak secara objektif berdasarkan fakta yang tercatat di rekam medis.B. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIANLokasi penelitian yang dipilih adalah Poliklinik Mata Balai Kesehatan Mata Masyarakat Makassar dan dilaksanakan pada tanggal 1-14 Agustus 2011C. POPULASI DAN SAMPEL 1. PopulasiPopulasi dalam penelitian ini adalah semua penderita katarak yang mengunjungi Poliklinik Mata Balai Kesehatan Mata Masyarakat Makassar dari tanggal 1 Januari sampai 30 Juni 2011.3. SampelSampel dalam penelitian ini adalah penderita katarak yang mengunjungi Poliklinik Mata Balai Kesehatan Mata Masyarakat Makassar dari tanggal 1 Januari sampai 30 Juni 2011. Dimana teknik pengambilan sample yang digunakan adalah teknik Random Sampling yaitu suatu teknik pengambilan sample secara random atau acak. Jumlah populasi pada penelitian ini sebanyak 1562 penderita sehingga dengan menggunakan rumus yang ada, didapatkan sampel sebanyak 315 penderita katarak.Rumus untuk menentukan jumlah Sampel menggunakan :N dimana :n = Besarnya sampel penelitiann :--------------------N = Besar populasi1 +N ( d2)d = Degree of reability (0,05)

D. METODE PENGUMPULAN DATAData yang dikumpulkan adalah data sekunder yang diambil dari bagian rekam medik Balai Kesehatan Mata Makassar dengan metode systematic random sampling. Dimulai dengan pengambilan data awal dari ruang pengelolaan data dengan cara komputerisasi. Data tersebut diurutkan berdasarkan nomor register, kemudian pengambilan data tersebut diambil secara sistematis (systematic random sampling) dan diserahkan ke bagian rekam medik untuk dicarikan statusnya.E. PENGELOLAAN DAN PENYAJIAN DATAPengelolaan data dilakukan melalui komputer dengan menggunakan program SPSS dan Excel 2003.Penyajian data secara deskriptif dalam bentuk tabel-tabel distribusi disertai penjelasan-penjelasan.

BAB VHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIANPenelitian ini merupakan penelitian desriptif yang bertujuan untuk mengetahui distribusi penderita katarak berdasarkan umur, jenis kelamin, dan pekerjaan yang mengunjungi Balai Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM) Makassar periode September - Desember 2010. Selain itu penderita katarak yang datang juga dibedakan terhadap jenis katarak yang diderita, apakah katarak kongenital, juvenil, senil atau katarak jenis lainnya seperti katarak traumatik, komplikata, radiasi, atau katarak yang berhubungan dengan penyakit sistemik. Pada katarak senil dapat dibedakan lagi apakah menderita jenis katarak senil insipien, immatur, matur atau hipermatur. Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data sekunder dari status penderita, catatan medis, dan catatan-catatan yang dilakukan di bagian poliklinik mata BKMM Makassar yang terdapat pada periode tersebut.Data yang diperoleh kemudian dikelompokkan dan diolah menurut kelompok umur penderita, pekerjaan, jenis kelamin dan jenis katarak yang diderita sehingga dapat diketahui distribusi dari penderita katarak berdasarkan hal tersebut. Selanjutnya data tersebut diolah dengan menggambarkan hubungan antara kelompok umur, jenis kelamin, dan pekerjaan penderita dengan jenis katarak yang diderita.

1. Distribusi penderita katarak menurut umurTabel V.1Distribusi Penderita Katarak menurut Umur pada Poliklinik Balai Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM) Makassar Periode September-Desember 2010Umur (Tahun)Penderita Katarak

N%

< 508025,4

5023574,6

Jumlah315100,0

Sumber : Data SekunderPada tabel V.1 tampak bahwa distribusi penderita katarak yang paling tinggi ditemukan pada kelompok umur lebih atau sama dengan 50 tahun, yaitu berjumlah 235 kasus atau 74,6%, sedangkan yang berusia kurang dari 50 tahun berjumlah 80 kasus atau 25,4% dari seluruh sampel yang diteliti.Grafik V.1Distribusi Penderita Katarak menurut Umur pada Poliklinik Balai Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM) Makassar Periode September-Desember 2010

2. Distribusi penderita katarak berdasarkan jenis kelaminTabel V.2Distribusi Penderita Katarak menurut Jenis Kelamin pada Poliklinik Balai Kesehatan Mata Masyrakat (BKMM) Makassar Periode September-Desember 2010Jenis KelaminPenderita Katarak

N%

Laki-laki13643.2

Perempuan17956,8

Jumlah315100,0

Sumber : Data SekunderPada tabel V.2 tampak bahwa distribusi penderita katarak yang paling tinggi ditemukan pada kelompok jenis kelamin perempuan, yaitu berjumlah 179 kasus atau 56,8%, sedangkan pada laki-laki berjumlah 136 kasus atau 43,2% dari seluruh sampel yang diteliti.Grafik V.2Distribusi Penderita Katarak menurut Jenis Kelamin pada Poliklinik Balai Kesehatan Mata Masyrakat (BKMM) Makassar Periode September-Desember 2010

3. Distribusi penderita katarak berdasarkan pekerjaanTabel V.3Distribusi Penderita Katarak menurut Pekerjaan pada Poliklinik Balai Kesehatan Mata Masyrakat (BKMM) Makassar Periode September-Desember 2010PekerjaanPenderita Katarak

N%

Petani268,3

Nelayan237,3

Buruh3210,2

Sopir165,1

IRT4113,0

PNS5316,8

Dll12439,4

Jumlah315100,0

Sumber: Data SekunderPada tabel V.3 tampak bahwa distribusi penderita katarak pada kelompok pekerjaan petani sebanyak 26 kasus atau 8,3%, nelayan sebanyak 23 kasus atau 7,3%, buruh sebanyak 32 kasus atau 10,2%, sopir sebanyak 16 kasus atau 5,1%, ibu rumah tangga sebanyak 41 kasus atau 13,0%, pegawai negeri sipil sebanyak 53 kasus atau 16,8% dan kelompok pekerjaan lainnya sebanyak 124 kasus atau 39,4%.Dari data tersebut maka distribusi penderita katarak menurut jenis pekerjaan yang tertinggi yaitu pada profesi lainnya sebanyak 39,4% dan yang terendah yaitu pada profesi sopir sebanyak sebanyak 5,1% dari keseluruhan sempel yang diteliti.

Grafik V.3Distribusi Penderita Katarak menurut Pekerjaan pada Poliklinik Balai Kesehatan Mata Masyrakat (BKMM) Makassar Periode September-Desember 2010

4. Distribusi penderita katarak berdasarkan jenis katarakTabel V.4Distribusi Penderita Katarak menurut Jenis Katarak pada Poliklinik Balai Kesehatan Mata Masyrakat (BKMM) Makassar Periode September-Desember 2010Jenis katarakPenderita katarak

N%

Katarak kongenital20,6

Katarak juvenil92,9

Katarak senil26584,1

Katarak lainnya3912,4

Jumlah315100.0

Sumber : Data Sekunder

Pada tabel V.4 tampak bahwa distribusi penderita katarak pada jenis katarak kongenital sebanyak 2 kasus atau 0,6%, kemudian katarak juvenil sebanyak 9 kasus atau 2,9%, katarak senil sebanyak 265 kasus atau 84,1% dan katarak lainnya 39 kasus atau 12,4%. Pada jenis katarak lainnya yang dimaksud yaitu jenis katarak yang tidak termasuk dalam kriteria objektif seperti katarak traumatik, katarak komplikata dan katarak yang berhubungan dengan penyakit sistemik.Dari data tersebut maka distribusi penderita katarak menurut jenis katarak yang tertinggi yaitu pada katarak senil sebanyak 84,1% dan yang terendah pada katarak kongenital sebanyak 0,6% dari keseluruhan sampel yang diteliti.Grafik V.4Distribusi Penderita Katarak menurut Jenis Katarak pada Poliklinik Balai Kesehatan Mata Masyrakat (BKMM) Makassar Periode September-Desember 2010

Tabel V.5Distribusi Penderita Katarak menurut Jenis Katarak Senil pada Poliklinik Balai Kesehatan Mata Masyrakat (BKMM) Makassar Periode September-Desember 2010

Jenis katarak SenilPenderita Katarak

N%

Katarak senil insipien3714,0

Katarak senil immatur11242,3

Katarak senil matur9435,5

Katarak senil hipermatur228,3

JUMLAH265100,0

Sumber: Data SekunderPada tabel V.5 menggambarkan distribusi dari katarak senil yang merupakan jenis katarak yang tertinggi yaitu sebanyak 84,1% dari keseluruhan sampel yang diteliti, dimana didapatkan pada jenis katarak senil insipien sebanyak 37 kasus atau 14,0%, katarak senil immatur sebanyak 112 kasus atau 42,3%, katarak senil matur sebanyak 94 kasusatau 35,5%, dan katarak senil hipermatur sebanyak 22 kasus atau 8,3%.Dari data tersebut maka distribusi penderita katarak senil yang tertinggi yaitu pada jenis katarak senil immatur sebanyak 112 kasus atau 42,3% dan yang terendah pada jenis katarak senil hipermatur yaitu sebanyak 22 kasus atau 8,3% dari seluruh katarak senil yang diteliti.

Tabel V.5Distribusi Penderita Katarak menurut Jenis Katarak Senil pada Poliklinik Balai Kesehatan Mata Masyrakat (BKMM) Makassar Periode September-Desember 2010

5. Distribusi jenis katarak menurut umurTabel V.6Distribusi Hubungan Umur dan Jenis Katarak pada Poliklinik Balai Kesehatan Mata Masyrakat (BKMM) Makassar Periode September-Desember 2010

Umur(tahun)Jenis Katarak

kongenitaljuvenilInsipienimmaturmaturhipermaturLainnya

< 50N(%)2(0,6)9(2,9)12(3,8)11(3,5)12(3,8)2(0,6)32(10,2)80(25,4)

50n002510182207235

(%)(0,0)(0,0)(7,9)(32,1)(26,0)(6,3)(2,2)(74,6)

n2937112942239315

(%)(0,6)(2,9)(11,7)(35,6)(29,8)(7,0)(12,4)(100,0)

Sumber : Data SekunderPada tabel V.6 tampak bahwa distribusi penderita katarak dengan umur kurang dari 50 tahun tertinggi ditemukan pada katarak jenis lainnya sebanyak 32 kasus atau 10,2% dan yang terendah pada jenis katarak kongenital dan katarak senil hipermatur sebanyak 2 kasus atau 0,6%. Pada distribusi penderita katarak dengan umur lebih atau sama dengan 50 tahun yang tertinggi pada jenis katarak senil immatur sebanyak 101 kasus atau 32,1% dan yang terendah pada katarak kongenital dimana tidak ada kasus yang ditemukan.Tabel V.6Distribusi Hubungan Umur dan Jenis Katarak pada Poliklinik Balai Kesehatan Mata Masyrakat (BKMM) Makassar Periode September-Desember 2010

6. Distribusi jenis katarak menurut jenis kelaminTabel V.7Distribusi Hubungan Jenis Kelamin dan Jenis Katarak pada Poliklinik Balai Kesehatan Mata Masyrakat (BKMM) Makassar Periode September-Desember 2010

Jenis KelaminJenis Katarak

kongenital JuvenilinsipienimmaturmaturhipermaturLainnya

Laki-lakiN05154938524136

(%)(0,0)(1,6)(4,8)(15,6)(12,1)(1,6)(7,6)(43,2)

PerempuanN242263561715179

(%)(0,6)(1,3)(7,0)(20,0)(17,8)(5,4)(4,8)(56,8)

N2937112942239315

(%)(0,6)(2,9)(11,7)(35,6)(29,8)(7,0)(12,4)(100,0)

Sumber : Data SekunderPada tabel V.7 tampak bahwa distribusi penderita katarak dengan jenis kelamin laki-laki yang tertinggi pada jenis katarak senil immatur sebanyak 49 kasus atau 15,6% dan terendah pada jenis katarak kongenital dimana tidak ada kasus yang ditemukan. Pada distribusi penderita katarak dengan jenis kelamin perempuan yang tertinggi pada jenis katarak senil immatur sebanyak 63 kasus atau 20,0% dan yang terendah pada katarak kongenital sebanyak 2 kasus atau 0,6% dari keseluruhan sampel yang diteliti.Grafik V.7Distribusi Hubungan Jenis Kelamin dan Jenis Katarak pada Poliklinik Balai Kesehatan Mata Masyrakat (BKMM) Makassar Periode September-Desember 2010

7. Distribusi jenis katarak menurut pekerjaanTabel V.8Distribusi Hubungan Pekerjaan dan Jenis Katarak pada Poliklinik Balai Kesehatan Mata Masyrakat (BKMM) Makassar Periode September-Desember 2010

PekerjaanJenis Katarak

kongenitaljuvenilinsipienimmaturmaturhipermaturlainnya

PetaniN0035124226

(%)(0,0)(0,0)(1,0)(1,6)(3,8)(1,3)(0,6)(8,3)

NelayanN001891423

(%)(0,0)(0,0)(0,3)(2,5)(2,9)(0,3)(1,3)(7,3)

BuruhN0031383532

(%)(0,0)(0,0)(1,0)(4,1)(2,5)(1,0)(1,6)(10,2)

SopirN001830416

(%)(0,0)(0,0)(0,3)(2,5)(1,0)(0,0)(1,3)(5,1)

IRTN00716141341

(%)(0,0)(0,0)(2,2)(5,1)(4,4)(0,3)(1,0)(13,0)

PNSN008141631253

(%)(0,0)(0,0)(2,5)(4,4)(5,1)(1,0)(3,8)(16,8)

DllN29144832109124

(%)(0,6)(2,9)(4,4)(15,2)(10,2)(3,2)(2,9)(39,4)

N2937112942239315

(%)(0,6)(2,9)(11,7)(35,6)(29,8)(7,0)(12,4)(100,0)

Sumber : Data SekunderPada tabel V.8 tampak bahwa distribusi penderita katarak kongenital hanya ditemukan pada kelompok pekerjaan yang lainnya sebanyak 2 kasus atau 0,6%. Pada katarak juvenil ditemukan pada kelompok pekerjaan yang lainnya sebanyak 9 kasus atau 2,9%. Pada Katarak senil insipien tertinggi ditemukan pada pekerjaan lainnya sebanyak 14 kasus atau 4,4% dan terendah pada nelayan dan sopir sebanyak 1 kasus atau 0.3%. Pada Katarak senil immatur tertinggi pada pekerjaan lainnya sebanyak 48 kasus atau 15,2% dan terendah pada petani sebanyak 5 kasus atau 1,6%. Pada Katarak senil matur tertinggi pada pekerjaan lainnya sebanyak 32 kasus atau 10,2% dan terendah pada sopir sebanyak 3 kasus atau 1,0%. Pada Katarak senil hipermatur tertinggi pada pekerjaan lainnya sebanyak 10 kasus atau 3,2% dan terendah pada sopir dimana tidak ada kasus yang ditemukan. Pada Katarak lainnya tertinggi pada PNS sebanyak 12 kasus atau 3,8% dan terendah pada petani sebanyak 2 kasus atau 0,6% dari seluruh sampel yang diteliti. Grafik V.8Distribusi Hubungan Pekerjaan dan Jenis Katarak pada Poliklinik Balai Kesehatan Mata Masyrakat (BKMM) Makassar Periode September-Desember 2010

B. PEMBAHASANSetelah melakukan pengambilan data di Balai Kesehatan Mata Masyarakat periode September-Desember 2010, semua data hasil penelitian dikumpulkan dan diolah kemudian dikelompokkan berdasarkan umur, jenis kelamin, pekerjaan dan jenis katarak yang diderita.1. Distribusi penderita katarak menurut umurBerdasarkan pada hasil penelitian yang tampak pada tabel V.1 maka jumlah penderita katarak yang mengunjungi Balai Kesehatan Mata Masyarakat periode September-Desember 2010 yang tertinggi berusia diatas atau sama dengan 50 tahun, yaitu berjumlah 235 kasus atau 74,6%, sedangkan yang berusia kurang dari 50 tahun berjumlah 80 kasus atau 25,4%. Hal ini memperlihatakan bahwa katarak lebih sering terjadi pada orang yang berusia lanjut dimana katarak merupakan salah satu penyakit degeneratif. Ini juga sesuai dengan penelitian-penelitian potong-lintang yang mengidentifikasikan adanya katarak pada sekitar 10% orang Amerika Serikat dan prevalensi ini meningkat sampai sekitar 50% untuk mereka yang berusia lebih dari 75 tahun serta hasil penelitian dari Singapore National Eye Center bahwa prevalensi setiap katarak untuk orang dewasa berumur 21-29 adalah 1,1%, meningkat menjadi 82,8% untuk mereka yang berusia lebih tua dari 60 tahun.6,10Pada tabel V.6 dapat dilihat bahwa bahwa distribusi penderita katarak dengan umur kurang dari 50 tahun tertinggi ditemukan pada katarak jenis lainnya sebanyak 32 kasus atau 10,2%. Hal ini dapat disebabkan oleh karena pada umur tersebut merupakan usia yang produktif dan aktif untuk beraktifitas sehingga mudah terpapar oleh bahan-bahan yang dapat menyebabkan trauma pada mata yang dapat menyebabkan katarak traumatik, juga dapat juga disebabkan oleh penyakit sistemik seperti diabetes mellitus serta katarak yang disebabkan oleh komplikasi dari penyakit mata lainnya. Pada penderita katarak dengan umur lebih atau sama dengan 50 tahun yang tertinggi pada jenis katarak senil immatur sebanyak 101 kasus atau 32,1%. Hal ini mungkin disebabkan karena pada katarak senil insipien, penderita katarak belum mendapatkan gejala yang bermakna sehingga penderita belum memeriksakannya dan pada saat katarak meningkat menjadi katarak senil immatur lalu penderita mendapatkan gejala yang bermakna yang mendorong penderita untuk memeriksakan diri2. Distribusi penderita katarak menurut jenis kelaminPada tabel V.2 dapat dilihat bahwa jenis kelamin perempuan lebih banyak menderita katarak yaitu sebanyak 179 kasus atau 56,8% dibandingkan dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 136 kasus atau 43,2%. Hal ini sesuai dengan penelitian oleh Nishikori da Yamomoto, dimana perbandingan laki-laki dan perempuan yang menderita katarak yaitu 1:8 dengan dominan perempuan pada pasien di atas 65 tahun yang dioperasi untuk katarak senile. Sedangkan menurut The beaver dam eye study melaporkan bahwa 38,8% pria dan 45,9% wanita yang berusia lebih dari 74 tahun memiliki katarak yang signifikan.6,7Dalam hubungannya dengan tabel V.7 yang memperlihatkan hubungan antara jenis kelamin dan jenis katarak yang diderita, terlihat bahwa pada pada katarak senil ditemukan lebih banyak pada perempuan daripada laki-laki. Hal ini sesuai dengan penjelasan sebelumnya yang menyatakan penderita katarak pada perempuan makin meningkat sesuai dengan penambahan umur. Namun pada katarak jenis lainnya, ternyata laki-laki lebih banyak menderita katarak dari perempuan. Hal ini mungkin disebabkan oleh faktor pekerjaan pada laki-laki yang lebih berisiko untuk mendapatkan trauma pada mata, pola hidup seperti merokok dan alkohol, penyakit sistemik seperti diabetes melitus dan keadaan-keadaan lainnya yang mana meningkatkan risiko untuk pada laki-laki. Pada katarak kongenital dan juvenil, sulit untuk melihat hubungan antara jenis kelamin dengan jenis katarak karena jumlah data yang diperoleh sangat terbatas dimana pada katarak kongenital diperoleh hanya 2 kasus sedangkan pada katarak juvenil 9 kasus.3. Distribusi penderita katarak menurut pekerjaanJenis pekerjaan merupakan salah satu faktor yang menyebabkan katarak. Pekerja-pekerja pada sektor manufaktur dan konstruksi yang sering berinteraksi dengan bahan-bahan yang dapat mengiritasi mata atau menyebabkan trauma pada mata memiliki resiko yang lebih tinggi untuk terkena katarak. Begitu pula pada pekerjaan-pekerjaan lainnya seperti petani, nelayan, sopir dll dimana lebih mudah untuk terpapar sinar radiasi, debu,dan zat-zat yang mudah untuk mengiritasi mata dan memicu terjadinya katarak. Pada tabel V.3 tampak bahwa distribusi penderita katarak yang tertinggi ditemukan pada kelompok pekerjaan lainnya sebanyak 124 kasus atau 39,4% kemudian pegawai negeri sipil sebanyak 53 kasus atau 16,8%, ibu rumah tangga sebanyak 41 kasus atau 13,0%, buruh sebanyak 32 kasus atau 10,2%, petani sebanyak 26 kasus atau 8,3%, nelayan sebanyak 23 kasus atau 7,3%, dan yang terendah ditemukan pada sopir sebanyak 16 kasus atau 5,1%. Pada penelitian ini, sulit untuk melihat hubungan antara jenis katarak dengan jenis pekerjaan penderita karena data yang diperoleh terbatas dimana pada tabel distribusi katatrak berdasarkan jenis pekerjaan, sebanyak 39,4 % penderita tidak tercantum data pekerjaannya. Adapun data yang tercantum biasanya bersifat umum dan tidak menjelaskan spesifikasi pekerjaannya yang sebenarnya.4. Distribusi penderita katarak menurut jenis katarakPada tabel V.4 tampak bahwa distribusi penderita katarak yang tertinggi ditemukan pada katarak senil sebanyak 265 kasus atau 84,1%, kemudian katarak lainnya sebanyak 39 kasus atau 12,4%, katarak juvenil sebanyak 9 kasus atau 2,9%, dan yang terendah ditemukan pada jenis katarak kongenital sebanyak 2 kasus atau 0,6%. Katarak merupakan salah satu penyakit degeneratif. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian dimana pada jenis katarak senil ditemukan sebanyak 84,1% kasus penderita katarak. Pada pembahasan mengenai hubungan kartarak berdasarkan umur, dimana didapatkan penderita katarak yang berusia diatas atau sama dengan 50 tahun, yaitu berjumlah 235 kasus atau 74,6%, yang menunjukkan bahwa katarak sangvat berhubungan dengan umur penderita dimana pada penelitian yang ada sebelumnya menyatakan bahwa prevalensi terjadinya katarak meningkat sampai sekitar 50% untuk mereka yang berusia lebih dari 75 tahun.8Pada jenis katarak lainnya yang dimasud yaitu jenis katarak yang tidak termasuk dalam kriteria objektif yaitu katarak traumatik, katarak radiasi, katarak komplikata, serta katarak yang berhubungan dengan penyakit sistemik.Pada tabel V.5 menggambarkan distribusi dari katarak senil dan ditemukan distribusi penderita katarak senil yang tertinggi yaitu pada jenis katarak senil immatur sebanyak 112 kasus atau 42,3%, kemudian katarak senil matur sebanyak 94 kasus atau 35,5%, katarak senil insipien sebanyak 37 kasus atau 14,0%, dan yang terendah pada jenis katarak senil hipermatur yaitu sebanyak 22 kasus atau 8,3%. Tingginya penderita katarak senil immatur dan katarak senil matur yang ditemukan pada penelitian ini dapat disebabkan oleh karena pada tahap ini katarak sudah memperlihatkan gangguan yang bermakna pada penderita khususnya penglihatan yang kabur karena kekeruhan yang terdapat pada lensa serta komplikasi yang yang dapat muncul seperti glaukoma. Hal ini menyebabkan banyaknya penderita yang datang untuk memeriksakan diri. Pada katarak senil insipien, gejala dari katarak masih sangat minimal sehingga belum terdapat gangguan yang bermakna pada penderita sehingga belum memeriksakan diri.

BAB VIKESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULANSetelah melakukan penelitian tentang karakteristik penderita katarak terhadap umur, jenis kelamin, pekerjaan dan jenis katarak di Balai Kesehatan Mata Masyarakat periode September-Desember 2010, maka dapat disimpulkan:1. Pada distribusi penderita katarak menurut kelompok umur, prevalensi paling tinggi didapatkan pada kelompok umur lebih atau sama dengan 50 tahun, yaitu berjumlah 235 kasus atau 74,6%.2. Pada distribusi penderita katarak menurut jenis kelamin, prevalensi tertinggi didapatkan pada jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 179 kasus atau 56,8%.3. Pada distribusi penderita katarak menurut pekerjaan, prevalensi paling tinggi didapatkan pada kelompok pekerjaan lainnya yang merupakan pekerjaan yang tidak diketahui sebanyak 124 kasus atau 39,4%.4. Pada distribusi penderita katarak menurut jenis katarak, prevalensi paling tinggi didapatkan pada katarak senil sebanyak 265 kasus atau 84,1%.5. Pada distribusi penderita katarak senil, prevalensi yang paling tinggi didapatkan pada jenis katarak senil immatur sebanyak 112 kasus atau 42,3%.6. Pada distribusi hubungan penderita katarak dengan umur, maka prevalensi penderita katarak dengan kurang dari 50 tahun tertinggi ditemukan pada katarak jenis lainnya sebanyak 32 kasus atau 10,2% sedangkan pada penderita katarak dengan umur lebih atau sama dengan 50 tahun yang tertinggi pada jenis katarak senil immatur sebanyak 101 kasus atau 32,1%.7. Pada distribusi hubungan penderita katarak dengan jenis kelamin, prevalensi penderita katarak pada laki-laki yang tertinggi ditemukan pada jenis katarak senil immatur sebanyak 49 kasus atau 15,6% dan penderita katarak dengan jenis kelamin perempuan prevalensi yang tertinggi ditemukan pada jenis katarak senil immatur sebanyak 63 kasus atau 20,0%.8. Pada distribusi hubungan penderita katarak dengan jenis pekerjaan, prevalensi penderita katarak pada pekerjaan sebagai petani tertinggi ditemukan pada jenis katarak senil matur sebanyak 12 kasus atau 3,8%, pada nelayan tertinggi ditemukan pada jenis katarak senil matur sebanyak 9 kasus atau 2,9%, pada buruh tertinggi ditemukan pada jenis katarak senil immatur sebanyak 13 kasus atau 4,1%, pada sopir tertinggi ditemukan pada jenis katarak senil immatur sebanyak 8 kasus atau 2,5%, pada IRT tertinggi ditemukan pada jenis katarak senil immatur sebanyak 16 kasus atau 5,1%, pada PNS tertinggi ditemukan pada jenis katarak senil matur sebanyak 16 kasus atau 5,1%, dan pada profesi lainnya tertinggi ditemukan pada jenis katarak senil immatur sebanyak 48 kasus atau 15,2%.B. SARANSetelah melakukan penelitian mengenai karakteristik penderita katarak di Balai Kesehatan Mata Masyarakat periode SeptemberDesember 2010, maka dapat diberikan saran berupa :1. Diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian yang lebih mendalam tentang hubungan katarak dengan faktor-faktor predisposisinya.2. Oleh karena banyak data didalam status penderita yang kurang lengkap, maka perlu kiranya pengisian status pasien ditulis secara lengkap terutama identitas, anamnesis faktor-faktor risiko, serta keseragaman dalam menganamnesis pasien.

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim. Kebutaan di Indonesia Merupakan Bencana Nasional (online) 2005 jan 07 (cited 2011 April 22) : Available from: http://www.gizi.net/cgibin/berita/fullnews.cgi?newsid1073465780,28036,2. Anonim. 1,5% Penduduk Indonesia Mengalami kebutaan (online) 2008 (cited 2011 April 22): Available from: http:// www.indonesianeyebank. org/ ?pilih=news&aksi=lihat&id=113. Wahyu GG, dr. Visi 2020 Hak Untuk Melihat. (online) 2008 (cited 2011 April 23). Available from: http://pestagagasan.blogspot. com/2008/12/visi-2020-hak-untuk-melihat-pendahuluan.html4. Anonim. Gangguaan Penglihatan Masih Menjadi Masalah Kesehatan (online) 2008 (cited 2011 April 22): Available from: http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/84-gangguan -penglihatan-masih-menjadi-masalah-kesehatan.html5. Illyas S. Ilmu Penyakit Mata, Edisi ke-3, fakultas kedokteran Universitas Indonesia; 2004, 200-116. Vaughan DG, Abury T. Lensa dalam oftalmologi umum, Edisi 14 Widya Medika, Jakarta, 2006. 175-837. Lens and cataract, In: basic aand clinical science course. Section 11. Chapter 5,6,7. American academy of ophtalmology: Mosby; 2008-2009.p. 43-68, 71-4, 75-78. Paine DA, Randleman JB. Cataract (on line) 2008 (cited 2011 April 22): Available from: http://www.emedicinehealth. com/cataract /article_em.htm9. Thomson V. Cataract (online) 2011 (cites 2011 April 23): Available from: http://www.allaboutvision.com/conditions/cataracts.htm10. Husain R, Tong L, Fong A, Cheng JF, How A, Chua WH,et all. Prevalence of cataract in rural Indonesia. Ophthalmology. 2005 Jul;112(7):1255-6211. Mccarty CA, Taylor HR. The Genetics of Cataract. Investigative Ophthalmology. 1677-824