Karakteristik Geologi dan Analisis Resiko di Kelurahan...

10
Seminar Nasional Ke III Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan Karakteristik Geologi dan Analisis Resiko di Kelurahan Babakan Jawa Kecamatan Majalengka dan Sekitarnya Sebagai Upaya Mitigasi Bencana Longsor Alvian Budiman 1 , Adi Dimas Pramono 1 , Dicky Muslim 1 1 Fakultas Teknik Geologi, Universitas Padjadjaran, Jl. Raya Bandung-Sumedang Km.21, Jatinangor, 45363, Jawa Barat Email : [email protected] Abstrak Longsor merupakan sebuah ancaman yang serius terhadap infrastruktur dan pemukiman di daerah Majalengka. Salah satu studi kasusnya adalah pada Kelurahan Babakan Jawa, Kecamatan Majalengka. Hal ini dikarenakan terdapatnya struktur geologi berupa sesar naik dan sesar mendatar naik dekstral dengan arah trending barat-timur dan utara-selatan. Selain itu, karakteristik batuan penyusun daerah penelitian didominasi oleh batuan sedimen bertekstur halus seperti batupasir halus, batulempung, dan batulanau sehingga cukup berpotensi dalam mengakibatkan bencana longsor. Angka populasi di Kecamatan Majalengka mencapai 69.946 jiwa. Angka populasi ini adalah nomor dua terbesar dari seluruh kecamatan di Kabupaten Majalengka. Dengan banyaknya populasi dan ancaman bencana geologi, rencana mitigasi yang baik sangatlah diperlukan. Namun sejauh ini, upaya mitigasi termasuk upaya pencegahan dan penanggulangan kebencanaan oleh pemerintah masih belum cukup efektif dan efisien. Pemerintah harus mengetahui tindakan yang tepat dalam mitigasi, dan salah satu elemen yang dibutuhkan adalah mengenai analisis resiko daerah kebencanaan. Dari studi literatur, akan dihasilkan analisis dari peta geomorfologi, peta geologi, dan peta persebaran pemukiman, kemudian dari analisis peta-peta tersebut akan dihasilkan tabel analisis resiko sebagai tolak ukur dalam upaya mitigasi bencana longsor. Dari tabel analisis resiko inilah rencana evakuasi dan mitigasi bencana dapat dirancang dengan cepat dan tepat. Kata Kunci : Longsor, Analisis Resiko, Mitigasi, Majalengka I. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Longsor merupakan sebuah ancaman yang serius terhadap infrastruktur dan pemukiman di daerah Majalengka. Salah satu studi kasusnya adalah pada Kelurahan Babakan Jawa, Kecamatan Majalengka. Hal ini dikarenakan terdapatnya struktur geologi berupa sesar naik dan sesar mendatar dekstral dengan arah trending barat-timur dan utara- selatan. Selain itu, karakteristik batuan penyusun daerah penelitian didominasi oleh batuan sedimen bertekstur halus seperti batupasir halus, batulempung, dan batulanau sehingga cukup berpotensi dalam mengakibatkan bencana longsor. Angka populasi di Kecamatan Majalengka mencapai 69.946 jiwa. Angka populasi ini adalah nomor dua terbesar dari seluruh kecamatan di Majalengka.

Transcript of Karakteristik Geologi dan Analisis Resiko di Kelurahan...

Page 1: Karakteristik Geologi dan Analisis Resiko di Kelurahan ...seminar.ftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2016/07/2.12.pdf · program pembangunan infrastuktur tersebut. ... bencana

Seminar Nasional Ke – III

Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”

Karakteristik Geologi dan Analisis Resiko di Kelurahan Babakan

Jawa Kecamatan Majalengka dan Sekitarnya Sebagai Upaya Mitigasi

Bencana Longsor

Alvian Budiman1, Adi Dimas Pramono1, Dicky Muslim1

1Fakultas Teknik Geologi, Universitas Padjadjaran, Jl. Raya Bandung-Sumedang Km.21,

Jatinangor, 45363, Jawa Barat

Email : [email protected]

Abstrak

Longsor merupakan sebuah ancaman yang serius terhadap infrastruktur dan pemukiman di

daerah Majalengka. Salah satu studi kasusnya adalah pada Kelurahan Babakan Jawa,

Kecamatan Majalengka. Hal ini dikarenakan terdapatnya struktur geologi berupa sesar naik

dan sesar mendatar naik dekstral dengan arah trending barat-timur dan utara-selatan. Selain

itu, karakteristik batuan penyusun daerah penelitian didominasi oleh batuan sedimen

bertekstur halus seperti batupasir halus, batulempung, dan batulanau sehingga cukup

berpotensi dalam mengakibatkan bencana longsor. Angka populasi di Kecamatan Majalengka

mencapai 69.946 jiwa. Angka populasi ini adalah nomor dua terbesar dari seluruh kecamatan

di Kabupaten Majalengka. Dengan banyaknya populasi dan ancaman bencana geologi,

rencana mitigasi yang baik sangatlah diperlukan. Namun sejauh ini, upaya mitigasi termasuk

upaya pencegahan dan penanggulangan kebencanaan oleh pemerintah masih belum cukup

efektif dan efisien. Pemerintah harus mengetahui tindakan yang tepat dalam mitigasi, dan

salah satu elemen yang dibutuhkan adalah mengenai analisis resiko daerah kebencanaan. Dari

studi literatur, akan dihasilkan analisis dari peta geomorfologi, peta geologi, dan peta

persebaran pemukiman, kemudian dari analisis peta-peta tersebut akan dihasilkan tabel

analisis resiko sebagai tolak ukur dalam upaya mitigasi bencana longsor. Dari tabel analisis

resiko inilah rencana evakuasi dan mitigasi bencana dapat dirancang dengan cepat dan tepat.

Kata Kunci : Longsor, Analisis Resiko, Mitigasi, Majalengka

I. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Longsor merupakan sebuah ancaman

yang serius terhadap infrastruktur dan

pemukiman di daerah Majalengka. Salah satu

studi kasusnya adalah pada Kelurahan

Babakan Jawa, Kecamatan Majalengka. Hal

ini dikarenakan terdapatnya struktur geologi

berupa sesar naik dan sesar mendatar dekstral

dengan arah trending barat-timur dan utara-

selatan. Selain itu, karakteristik batuan

penyusun daerah penelitian didominasi oleh

batuan sedimen bertekstur halus seperti

batupasir halus, batulempung, dan batulanau

sehingga cukup berpotensi dalam

mengakibatkan bencana longsor. Angka

populasi di Kecamatan Majalengka mencapai

69.946 jiwa. Angka populasi ini adalah nomor

dua terbesar dari seluruh kecamatan di

Majalengka.

Page 2: Karakteristik Geologi dan Analisis Resiko di Kelurahan ...seminar.ftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2016/07/2.12.pdf · program pembangunan infrastuktur tersebut. ... bencana

Seminar Nasional Ke – III

Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”

Gambar 1. Peta Lokasi daerah penelitian

Selain itu, dengan banyaknya

pembangunan infrastruktur yang dilakukan

pemerintah seperti pembangunan bendungan,

jalan tol, dan pelabuhan yang ditujukan

khususnya pada daerah berkembang, maka

daerah Majalengka yang notabene termasuk

ke dalam golongan daerah berkembang

memerlukan kajian analisis kebencanaan dan

upaya mitigasi yang akan mendukung

program pembangunan infrastuktur tersebut.

Kemudian ditambah lagi dengan

banyaknya populasi dan ancaman bencana

geologi, rencana mitigasi yang baik sangatlah

diperlukan. Namun sejauh ini, upaya mitigasi

termasuk upaya pencegahan dan

penanggulangan kebencanaan oleh

pemerintah masih belum cukup efektif dan

efisien. Pemerintah harus mengetahui

tindakan yang tepat dalam mitigasi dan harus

mengenali potensi kebencanaan khususnya

bencana longsor pada daerah penelitian dan

sekitarnya. Untuk mengenali potensi

kebencanaan yang telah dan yang akan

terjadi, maka diperlukanlah salah satu kajian

ilmiah yaitu mengenai analisis resiko daerah

kebencanaan di daerah penelitian.

1.2 Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui pengaruh karakteristik geologi

meliputi struktur geologi, geomorfologi dan

litologi di Kelurahan Babakan Jawa,

Kecamatan Majalengka dan sekitarnya

terhadap penilaian analisis resiko sebagai

langkah upaya mitigasi bencana longsor.

Page 3: Karakteristik Geologi dan Analisis Resiko di Kelurahan ...seminar.ftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2016/07/2.12.pdf · program pembangunan infrastuktur tersebut. ... bencana

Seminar Nasional Ke – III

Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”

II. Tinjauan Pustaka

2.1 Geologi

Kelurahan Babakan Jawa secara

fisiografi bentang alamnya termasuk ke dalam

Zona Bogor. Zona Bogor memanjang dari

arah barat-timur dan Rangkasbitung melalui

Bogor, Subang, Sumedang, Majalengka,

sampai Bumiayu (Jawa Tengah) ke arah timur

sampai dengan rangkaian Pegunungan Serayu

Utara. Zona ini terdiri dari jalur perbukitan

dan pegunungan yang kompleks. Zona ini

merupakan anticlinorium dari lapisan endapan

neogen yang terlipat dan terintrusi oleh

hypabisal volcanic neck (van Bemmelen,

1949).

Secara geomorfologi menurut Andriani

dkk (2015), bentang alam pada daerah

penelitian terbagi menjadi tiga satuan

geomorfologi, antara lain satuan

geomorfologi pedataran alluvium, satuan

perbukitan sedimen curam, dan satuan

perbukitan sedimen agak curam.

Tingkat kemiringan lereng dan elevasi

pada ketiga bentang alam ini sangatlah

bervariasi. Kemiringan lereng di daerah

penelitian didominasi oleh kemiringan lereng

agak curam hingga curam dengan persentase

kuantitatif sebesar 16,12%-105,26%,

sedangkan secara aspek morfografi, bentang

alam yang berkembang didominasi oleh

perbukitan memanjang dengan elevasi

berkisar antara 100-550 meter di atas

permukaan laut.

Stratigrafi dan urutan litologi dari yang

paling tua hingga paling muda yang

menyusun daerah Babakan Jawa dan

sekitarnya antara lain batulanau berumur

Miosen Awal yang terendapkan pada

lingkungan laut dalam, kemudian terendapkan

secara selaras diatasnya berupa batuan

sedimen berjenis batupasir berbutir sedang

hingga halus dan batulempung berumur

Miosen Tengah, lalu masih pada umur yang

sama terendapkan produk hasil erupsi gunung

api bawah laut berupa breksi vulkanik secara

tidak selaras diatas litologi batupasir tersebut

(Andriani dkk, 2015).

Kemudian pada periode tektonik

Pliosen-Plistosen terjadi proses perlipatan dan

pensesaran berupa uplifting yang

menyebabkan terbentuknya sesar naik. Pada

saat itu terjadi aktivitas tektonisme yang

menyebabkan pengangkatan dan beberapa

daerah mengalami perlipatan.dan pensesaran

dengan arah gaya-gaya kompresi relatif utara-

selatan. Pembentukan lipatan selalu

berasosiasi dengan pembentukan sesar naik

oleh karenanya pola lipatan dan sesar naik

yang terbentuk relatif bersamaan. Contoh pola

struktur demikian dijumpai di daerah

Majalengka (Haryanto, 1999). Sesar naik ini

Page 4: Karakteristik Geologi dan Analisis Resiko di Kelurahan ...seminar.ftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2016/07/2.12.pdf · program pembangunan infrastuktur tersebut. ... bencana

Seminar Nasional Ke – III

Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”

memotong satuan batulanau, satuan breksi

vulkanik, dan satuan batupasir. Dengan waktu

yang hampir bersamaan terbentuk sesar

mendatar naik pada daerah penelitian. Sistem

tegasan kompresi, disamping sebagai

pembentuk sesar naik dan lipatan juga

mengakibatkan terbentuknya sesar mendatar.

Terbentuknya sesar mendatar terjadi akibat

kecepatan batuan yang bergeser tidak merata

sehingga pada bagian tertentu terjadi

perobekan secara lateral. Pembentukan sesar

mendatar ini dapat terjadi bersamaan dengan

pembentukan sesar naiknya (Davis, 1996).

Sesar mendatar naik terlihat memotong satuan

batulanau, satuan breksi vulkanik, dan satuan

batupasir.

Setelah itu terbentuk batuan beku

terobosan berumur Kuarter yang tersebar

secara acak mengikuti jalur-jalur rekahan

yang terbentuk akibat proses pensesaran pada

periode tektonik Pliosen-Plistosen

(Modifikasi dari Djuri, 1995 dalam Andriani,

2015).

2.2 Longsor

Tanah longsor didefinisikan sebagai

salah satu jenis gerakan massa tanah ataupun

batuan ataupun bahan rombakan yang

bergerak ke bawah atau keluar menuruni

lereng (Karnawati, 2005).

Menurut Goenadi et al. (2003) dalam

Alhasanah (2006), faktor penyebab tanah

longsor secara alamiah meliputi morfologi

permukaan bumi, penggunaan lahan,

kemiringan dan kestabilan lereng, litologi,

struktur geologi, hidrologi, dan kegempaan.

Selain faktor alamiah, juga disebabkan oleh

faktor aktivitas manusia yang mempengaruhi

suatu bentang alam, seperti kegiatan

pertanian, pembebanan lereng, pemotongan

lereng, dan penambangan.

Akan tetapi, tanah longsor akan terjadi

apabila sudah terpenuhi tiga keadaan, yaitu:

1. Kemiringan lereng cukup curam

2. Terdapat bidang peluncur di bawah

permukaan tanah yang kedap air.

3. Terdapat cukup air (dari hujan) di dalam

tanah di atas lapisan kedap, sehingga

tanah jenuh air.

2.3 Mitigasi dan Analisis Resiko

Analisis resiko adalah penggunaan

secara sistematis dari informasi yang

didapatkan untuk mengidentifikasi bencana

dan memperkirakan resiko individu, materi,

dan lingkungan (IIEC 60300-3-9, 1995 dalam

Rausand, 2011).

Analisis resiko digunakan untuk

mengidentifikasi penyebab bencana,

menentukan dampak yang yang terjadi akibat

bencana, dan mengidentifikasi cara

Page 5: Karakteristik Geologi dan Analisis Resiko di Kelurahan ...seminar.ftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2016/07/2.12.pdf · program pembangunan infrastuktur tersebut. ... bencana

Seminar Nasional Ke – III

Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”

penanggulangannya. Peran analisis resiko

sangat berkaitan dalam menentukan upaya

mitigasi suatu jenis bencana, termasuk

longsor. Hal ini dikarenakan setiap jenis

bencana memiliki cara mitigasi yang berbeda

dengan bencana yang lainnya sehingga

membutuhkan analisis resiko yang berbeda

pula.

III. Metodologi

Metode yang dilakukan dalam

penelitian ini berupa analisis data primer dan

sekunder yang diawali dengan melakukan

analisis geomorfologi meliputi analisis

morfografi dan analisis kemiringan lereng

yang mengacu pada ketentuan yang

dikemukakan oleh van Zuidam (1985).

Analisis morfografi dilakukan dengan

menggunakan software Sistem Informasi

Geografis berupa Global Mapper untuk

mendapatkan gambaran permukaan bumi dan

elevasi di daerah penelitian, sedangkan

analisis kemiringan lereng dilakukan dengan

menggunakan software MapInfo untuk

mengetahui tingkat kecuraman permukaan.

Metode yang dilakukan berikutnya

adalah melakukan pemetaan geologi

permukaan dengan luas penelitian seluas 25

km2 dan mengacu pada metode yang diusung

oleh Barnes (2004). Pemetaan ini dilakukan

untuk mendapatkan gambaran informasi

mengenai persebaran batuan dan struktur

geologi di daerah penelitian. Kemudian data-

data yang telah didapatkan disatukan menjadi

parameter-parameter berupa tabel ranking

penilaian analisis resiko mengenai kerawanan

bencana longsor yang dapat dilihat pada Tabel

1.

Tabel 1. Tabel Penilaian Analisis Resiko Bencana Longsor Modifikasi dari Taufiq (2008)

Parameter Kerentanan

Sangat tinggi Kerentanan Tinggi

Kerentanan

Sedang Kerentanan

Rendah Kerentanan

Sangat Rendah

Elevasi (m) >450 350-450 250-350 150-250 0-150

Kemiringan

Lereng (%) >45% 25–45% 15–25% 8–15% 0-8%

Litologi Batulempung,

btulanau

Batulanau,

batupasir sangat

halus

Batupasir sangat

halus, batupasir

sedang Batupasir kasar

Konglomerat,

Breksi, Intrusi

Penggunaan

lahan Pemukiman Perkebunan/Ladang Sawah

Semak

Belukar/Tanah

Kosong Hutan

Struktur

Geologi

Ada stuktur

(regional) Ada struktur (local)

Ada struktur

(indikasi, sedikit) Tidak ada

struktur Tidak ada

struktur

Page 6: Karakteristik Geologi dan Analisis Resiko di Kelurahan ...seminar.ftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2016/07/2.12.pdf · program pembangunan infrastuktur tersebut. ... bencana

Seminar Nasional Ke – III

Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”

IV. Hasil dan Pembahasan

Gambar 2. Peta Citra Satelit daerah Penelitian

Hasil penelitian menunjukkan bahwa

berdasarkan peta elevasi (Lihat gambar 2),

tingkat kerentanan longsor dibagi menjadi 5

kelas yaitu, kelas sangat rendah (0-150 m),

rendah (150- 250 m), menengah (250-350 m),

tinggi (350 - 450 m), sangat tinggi (>450).

Semakin tinggi elevasi suatu daerah, maka

semakin besar tingkat kerentanan tanah. Hasil

menunjukan bahwa sebagian besar di

Kelurahan Babakan Jawa memiliki elevasi

sekitar 350-450 m. Contoh di Dusun

Pancurendang Tonggoh memiliki elevasi

tinggi 350 m, sehingga memiliki tingkat

kerentanan gerakan tanah yang tinggi. Begitu

pula di Dusun Pancurendang Landeuh dengan

tingkat elevasi 350-450 m.

Di Desa Sindangkasih elevasi yang

berkembang sekitar 250-350 m, sehingga

memiliki tingkat kerentanan gerakan tanah

menengah hingga tinggi. Di Desa Cimanintin,

elevasi yang dimiliki sekitar 300-450 m. Lalu

untuk Dusun Karamas, elevasi yang

berkembang sekitar 250-425 m. Secara

umum, semakin tinggi tingkat kerentanan,

semakin besar resiko bencana. Semakin tinggi

elevasi dari suatu area, semakin rentan pula

suatu daerah terkena bencana longsor.

Gambar 3. Peta Kawasan Rawan Bencana Gerakan Tanah

regional di daerah penelitian

Anonim (2000), menunjukkan bahwa di

Dusun Pancurendang Tonggoh yang berada di

timur daerah penelitian memiliki tingkat

kerawanan gerakan tanah rendah hingga

menengah, tingkat kerawanan tersebut sama

dengan di desa Sindangkasih. Di Dusun

Pancurendang Landeuh yang berada di utara

daerah penelitian memiliki tingkat kerawanan

gerakan tanah menengah hingga tinggi. Di

Desa Cimanintin yang berada di barat daya

daerah penelitian memiliki tingkat kerawanan

gerakan tanah menengah. Dan untuk Dusun

Karamas memiliki tingkat kerawanan gerakan

tanah menengah Dari data tersebut dapat

diketahui bahwa di daerah Kelurahan

Page 7: Karakteristik Geologi dan Analisis Resiko di Kelurahan ...seminar.ftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2016/07/2.12.pdf · program pembangunan infrastuktur tersebut. ... bencana

Seminar Nasional Ke – III

Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”

Babakan Jawa yang memiliki tingkat

kerawanan tertinggi adalah Dusun

Pancurendang Landeuh.

Gambar 4. Peta Kemiringan Lereng daerah penelitian

Berdasarkan peta kemiringan lereng

(Lihat Gambar 4), didapatkan informasi

secara kuantitatif dari kemiringan lereng di

daerah penelitian. Klasifikasi kemiringan

lereng dibuat berdasarkan perhitungan yang

dirumuskan oleh van Zuidam (1985).

Semakin curam tingkat kemiringan lereng

suatu daerah, maka akan semakin besar resiko

terkena longsor. Desa Sindangkasih memiliki

kemiringan lereng yang di dominasi oleh

lereng curam hingga sangat curam dengan

persentase kemiringan lereng 30%-140%,

sehingga memiliki tingkat kerentanan tinggi

sampai sangat tinggi.

Di Dusun Pancurendang Tonggoh yang

berada disebelah timur daerah penelitian di

dominasi oleh kemiringan lereng landai,

dengan persentase kemiringan lereng 2%-

70%, sehingga memiliki tingkat kerentanan

sangat rendah hingga sangat tinggi.

Di Dusun Pancurendang Landeuh dan

Dusun Karamas yang berada di sebelah utara

daerah penelitian memiliki kemiringan lereng

agak curam hingga sangat curam, dengan

persentase kemiringan lereng 15%-140%,

sehingga memiliki tingkat kerentanan

menengah hingga sangat tinggi. Di Desa

Cimanintin yang berada di sebelah barat daya

daerah penelitian memiliki kemiringan lereng

curam, dengan persentase kemiringan lereng

30%-70%, sehingga memiliki tingkat

kerentanan tinggi hingga sangat tinggi.

Dari data tersebut dapat diketahui

bahwa daerah di Kelurahan Babakan Jawa

yang memiliki memiliki tingkat kerentanan

yang sangat tinggi berada di Dusun

Pancurendang Landeuh dengan tingkat

kemiringan lereng sangat curam dengan

persentase 70%-140%.

Gambar 5. Peta Penggunaan Lahan daerah penelitian

Page 8: Karakteristik Geologi dan Analisis Resiko di Kelurahan ...seminar.ftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2016/07/2.12.pdf · program pembangunan infrastuktur tersebut. ... bencana

Seminar Nasional Ke – III

Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”

Jenis penggunaan lahan sangat

mempengaruhi tingkat ancaman bencana

longsor pada suatu daerah, Hal ini

dikarenakan suatu kejadian baru dapat

dikatakan kejadian bencana apabila manusia

sudah terkena dampaknya, baik itu dampak

materi, moril, ataupun nyawa. Sehingga

semakin luas daerah yang dihuni manusia,

maka semakin tinggi ancaman bencana yang

dihadapi. Penggunaan lahan yang didominasi

berupa pemukiman (Lihat Gambar 5) banyak

tersebar di daerah Desa Pancurendang

Landeuh, Desa Pancurendang Tonggoh,

Dusun Karamas, dan Desa Cimanintin

sehingga memiliki tingkat kerentanan sangat

tinggi.

Penggunaan lahan berupa ladang dan

perkebunan banyak dijumpai di Desa Sindang

Kasih, Dusun Karamas bagian selatan, dan

pada sebagian wilayah Desa Pancurendang

Tonggoh, sedangkan penggunaan lahan

lainnya berupa sawah, semak belukar, dan

hutan banyak tersebar di wilayah utara dan

selatan Desa Pancurendang Landeuh, dan

pada sebagian besar daerah tenggara, tengah,

dan timur wilayah daerah penelitian.

Kemudian berdasarkan peta geologi

daerah penelitian (Lihat Gambar 6), diketahui

bahwa dominasi batuan yang menyusun

daerah penelitian merupakan batuan sedimen

berbutir halus. Di Desa Sindangkasih, litologi

yang menyusun berupa batupasir halus dan

batulanau, Untuk Dusun Pancurendang

Landeuh, litologi yang menyusun daerah

tersebut adalah dominasi batupasir berbutir

sedang hingga halus dan batulanau. Di Dusun

Pancurendang Tonggoh, litologi yang

menyusun adalah dominasi batulanau dan

batupasir halus.

Gambar 6. Peta Geologi daerah penelitian

Untuk Dusun Karamas dan Desa

Cimanintin litologi yang menyusun adalah

batulanau. Semakin halus tekstur batuan,

maka semakin mudah mengalami

pelongsoran. Hal ini dikarenakan kemampuan

resistensi batuan melemah dan hubungan

antar partikel batuan cenderung tidak terikat

kuat (non interlocking).

Selain litologi, struktur geologi yang

terdapat di daerah penelitian pun sangat

berpengaruh terhadap keterjadian bencana

longsor. Struktur geologi berupa sesar naik

terdapat di daerah Dusun Pancurendang

Page 9: Karakteristik Geologi dan Analisis Resiko di Kelurahan ...seminar.ftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2016/07/2.12.pdf · program pembangunan infrastuktur tersebut. ... bencana

Seminar Nasional Ke – III

Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”

Landeuh dan Dusun Pancurendang Tonggoh,

dan Dusun Karamas, sedangkan struktur

berupa sesar mendatar terdapat di Desa

Cimanintin. Semakin banyak struktur yang

berkembang di suatu daerah, maka semakin

mudah partikel batuan untuk lepas dari batuan

induknya dan menyebabkan percepatan proses

liquifaksi apabila terjadi goncangan atau

gempa.

Dari data-data tersebut, diperoleh tabel

analisis resiko daerah Kelurahan Babakan

Jawa. Berdasarkan tabel analisis resiko,

daerah Babakan Jawa adalah daerah yang

memiliki resiko tinggi terhadap potensi

kebencanaan longsor, khususnya pada Dusun

Pancurendang Landeuh, (Lihat Tabel 2).

Dusun Pancurendang Landeuh dikategorikan

kerawanan sangat tinggi karena memiliki

kemiringan lereng >45%, tataguna lahan

berupa pemukiman, dan litologi penyusun

yang kurang memiliki daya dukung yang kuat

seperti batulanau dan batupasir halus. Selain

itu, faktor keterdapatan struktur geologi

berupa sesar berskala besar juga

mempengaruhi tingkat kestabilan batuan dan

tanah di daerah tersebut.

Tabel 2. Tabel Penilaian Analisis Resiko Bencana Longsor daerah Babakan Jawa

No Daerah Elevasi (m) Kemiringan

Lereng (%) Litologi

Penggunaan

Lahan

Struktur

Geologi Kerentanan

1 Desa

Sindangkasih 250-350 30%-140%

Batulanau,

batupasir

halus

Ladang,

Semak belukar Tidak ada Rendah

2

Dusun

Pancurendang

Landeuh

350-450 15%-140%,

Batulanau,

batupasir

halus

Pemukiman,

Sawah,

Perkebunan

Ada (sesar

regional)

Sangat

Tinggi

3

Dusun

Pancurendang

Tonggoh

350 2-70%

Batulanau,

batupasir

halus

Pemukiman,

Ladang

Ada (sesar

regional) Menengah

4 Dusun

Karamas 250-425 15%-140% Batulanau

Pemukiman,

Ladang,

Semak belukar

Ada (sesar

lokal) Tinggi

5 Desa

Cimanintin 300-450 30%-70% Batulanau

Pemukiman,

Ladang,

Semak

Belukar

Ada (sesar

lokal) Tinggi

Page 10: Karakteristik Geologi dan Analisis Resiko di Kelurahan ...seminar.ftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2016/07/2.12.pdf · program pembangunan infrastuktur tersebut. ... bencana

Seminar Nasional Ke – III

Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”

V. Kesimpulan

Daerah Kelurahan Babakan Jawa

memiliki potensi kerawanan bencana longsor

yang cukup tinggi yang bisa menjadi ancaman

serius apabila tidak ditanggapi secara tepat.

Berdasarkan analisis data yang telah

dilakukan, maka dapat dihasilkan tabel

analisis resiko.

Dari tabel inilah tingkat ancaman

longsor untuk setiap daerah di Kelurahan

Babakan Jawa dapat dilihat dan diharapkan

masyarakat setempat dapat lebih memahami

potensi bencana longsor di lingkungan

sekitarnya. Berdasarkan tabel analisis resiko,

daerah yang memiliki tingkat kerentanan

bencana longsor paling tinggi adalah Desa

Pancurendang Landeuh, sedangkan daerah

yang memiliki tingkat kerentanan longsor

paling rendah adalah Desa Sindangkasih.

Daftar Pustaka

Alhasanah, Fauziah. 2006. Pemetaan dan

Analisis Daerah Rawan Tanah Longsor

Serta Upaya Mitigasinya Menggunakan

Sistem Informasi Geografis. Tesis.

Program Pasca Sarjana Institut

Pertanian Bogor.

Andriani, Tati dkk. 2015. Geologi Daerah

Babakan Jawa dan Sekitarnya,

Kecamatan Majalengka, Kabupaten

Majalengka, dan Kecamatan Jatigede,

Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa

Barat. Jatinangor: Fakultas Teknik

Geologi.

Anonim. 2000. Peta KRB Gerakan Tanah

Kabupaten Majalengka dan Sumedang.

Bandung: Pusat Vulkanologi dan

Mitigasi Bencana Geologi.

Barnes, John W. & Richard J. Lisle. 2004.

Basic Geological Mapping The

Geological Field Guide Series Fourth

Edition. John Wiley & Sons Ltd.

England. P 43-64.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2015. Kabupaten

Majalengka Dalam Angka 2015.

Majalengka. Humas Kabupaten

Majalengka.

Davis, G.H., Reynolds, S.J. 1996. Struktural

Geology Of Rocks And Region. New

York: John Wiley & Sons, Inc.

Haryanto, I., 1999. Tektonik Sesar Baribis,

Daerah Majalengka, Jawa Barat.

Thesis Magister, Program Studi Ilmu

Kebumian, ITB, 76 hal, tidak

diterbitkan.

Karnawati, D. 2005. Bencana Alam Gerak

Massa Tanah di Indonesia dan Upaya

Penanggulangannya. Yogyakarta:

Universitas Gadjah Mada.

Rausand, M. 2011. Risk Assessment: Theory,

Methods, and Applications. New Jersey:

John Wiley and Sons.

Taufiq, H.P., dan Suharyadi, 2008. Landslide

Risk Spatial Modelling Using

Geographical Information System.

Tutorial Landslide. Laboratorium

Sistem Informasi Geografis. Fakultas

Geografi Universitas Gadjah Mada.

Van Bemmelen, R. W. 1949. The Geology of

Indonesia and Adjacent Archipelagoes.

Volume I A. The Hague Martinus

Nijhoff, Netherland, 732h.

Van Zuidam, R.A., 1985 , Areal Photo

interpretation in Terrain Analysis and

Geomorphologic Mapping, The Hague.