Karagenan_ Andreas Setiabudi_13.70.0067_C4_UNIKA SOEGIJAPRANATA
-
Upload
praktikumhasillaut -
Category
Documents
-
view
224 -
download
2
description
Transcript of Karagenan_ Andreas Setiabudi_13.70.0067_C4_UNIKA SOEGIJAPRANATA
Acara II
KARAGENAN
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM
TEKNOLOGI HASIL LAUT
Disusun Oleh :
Nama : Andreas Setiabudi
NIM : 13.70.0067
Kelompok C4
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA
SEMARANG
2015
2
1. MATERI METODE
1.1. Materi
1.1.1. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah blender, panci, kompor,
pengaduk, hot plate, glass beker, termometer, oven, pH meter, timbangan digital.
1.1.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah rumput laut (Eucheuma cottonii),
isopropil alkohol (IPA), NaOH 0,1N, NaCl 10%, HCl 0,1 N serta aquades
1.2. Metode
Rumput laut basah
ditimbang sebanyak
40 gram
Rumput laut dipotong kecil-
kecil dan diblender dengan
diberi air sedikit
Rumput laut direbus dalam
1L air selama 1 jam
dengan suhu 80-90oC
Rumput laut yang sudah halus
dimasukkan kedalam panci
Hasil ekstraksi disaring dengan
menggunakan kain saring bersih
dan cairan filtrat ditampung dalam
wadah.
pH diukur hingga netral
yaitu pH 8 dengan
ditambahkan larutan HCL
0,1 N atau NaOH 0,1N
3
Volume larutan diukur dengan
menggunakan gelas ukur.
Ditambahkan NaCl 10%
sebanyak 5% dari volume
larutan.
Filtrat dituang ke wadah berisi cairan
IPA (2x volume filtrat). dan diaduk dan
diendapkan selama 10-15 menit
Direbus hingga suhu
mencapai 60oC
Serat karagenan dibentuk tipis-
tipis dan diletakan dalam wadah
Endapan karagenan ditiriskan
dan direndam dalam caira IPA
hingga jadi kaku
Serat karagenan kering
ditimbang. Setelah itu
diblender hingga jadi
tepung karagenan
Dimasukan dalam oven
dengan suhu 50-60oC
4
2. HASIL PENGAMATAN
Di bawah ini adalah tabel dari hasil pengamatan ekstraksi karagenan.
Tabel 1. Hasil ekstraksi karagenan
Kelompok Berat Basah (gram) Berat Kering
(gram) % Rendemen
C1
C2
C3
C4
C5
40
40
40
40
40
3,14
3,04
0,28
4,50
2,86
7,85
7,60
0,70
8,75
7,15
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat berat kering serta rendemen dari karagenan pada
praktikum ini. Dimana sampel C3 memiliki nilai ekstrim yaitu berat kering sebesar 0,28
gram dan %Rendemen 0,70%. Selain itu, sampel lain memiliki kisaran berat kering 2,86
gram sampai dengan 4,50 gram dan %Rendemen 7,15% sampai 8,75%.
5
3. PEMBAHASAN
Banyak spesies dari rumput laut digunakan sebagai bahan pangan. Rumput laut adalah
sumber dari polisakarida bersulfat, termasuk polisakarida yang menjadi bahan aditif
yang bernilai tinggi dalam industry pangan karena sifatnya sebagai thickening dan
gelling agent. Misalnya alginate, agar dan karagenan (Pereira et al, 2013). Karagenan
komersial, terbagi dalam tiga jenis yaitu, kappa-, iota- dan lambda-karagenan. Jenis dan
struktur karagenan sendiri ditentukan oleh jumlah dan posisi grup sulfat, keberadaan
3,6-anhidro-D-galaktosa, dan pembentukan cincin piranosa.
Jenis karagenan yang berbeda diekstraksi dari spesies rumput laut yang berbeda. Kappa-
karagenan diekstraksi dari Kappaphycus alvarezii (nama komersia = Eucheuma
cotonii). Iota-karagenan diekstraksi dari Eucheuma denticulatum. Lambda-karagenan
diekstraksi dari berbagai spesies dari genus Gigartina dan Chondrus (Pereira, 2013).
Sifat reologis dari karagenan memiliki perbedaan antara satu jenis dengan jenis lainnya.
Jenis kappa, membentuk gel yang keras, kuat, namun rapuh. Tetapi jenis iota
membentuk gel yang lemah dan lenting. Sedangkan jenis lambda hanya berfungsi
sebagai thickening agent. Secara lengkap, perbedaan ketiga jenis karagenan adalah :
Glicksman (1983)
Gambar 1. Daya Kelarutan Karagenan pada berbagai pelarut
6
Secara singkat, pada praktikum ini karagenan dihasilkan dari rumput laut Eucheuma
cotonii melalui beberapa proses. Rumput laut dihancurkan kemudian direbus dengan
penambahan air selama 1 jam. Kemudian hasil rebusan atau ekstraksi dinetralkan dan
disaring, dimana filtratnya yang digunakan. Filtrate kemudian ditambahkan NaCl 10%
sebanyak 5% dari total volume filtrate sebelum dipanaskan hingga suhu 60°C. Filtrat
kemudian diendapkan dalam cairan IPA, dibentuk tipis-tipis lalu dikeringkan dalam
oven.
Penghancuran rumput laut bertujuan untuk memperluas permukaan, sehingga proses
ekstraksi berjalan lebih efisien. Perebusan sendiri lebih bertujuan untuk
mengekstrak/melarutkan karagenan. (Yasita & Rachmawati, 2006). Penetralan yang
dilakukan bertujuan agar karagenan memiliki stabilitas yang baik. Dimana karagenan
stabil pada pH netral. Penambahan NaCl berfungsi untuk mengendapkan karagenan,
mengingat sifat NaCl yang merupakan garam thermoreversible (Campo et al. 2009).
Penggunaan larutan IPA ditujukan untuk membantu proses pengendapan karagenan,
dimana dengan penambahan sejenis alcohol, serat karagenan akan terbentuk. Serat
karagenan yang dibentuk tipis-tipis ditujukan untuk memperluas permukaan penguapan,
sehingga proses pengeringan dapat berjalan lebih cepat. Proses pengeringan sendiri
ditujukan untuk menghilangkan kadar air dalam karagenan, sehingga dihasilkan
karagenan dengan kualitas yang tinggi (Prasetyowati., et al, 2008). Dalam proses
pembuatan karagenan, dapat juga rumput laut direbus dengan menggunakan KOH untuk
menghilangkan gugus sulfatnya (Moses et al, 2015). Selain itu dapat juga ditambahkan
kaarbon aktif untuk menghilangkan warnanya (Anisuzzaman et al, 2014). Kondisi
gelasi dari karagenan dapat ditentukan dengan metode viscosimetric dan FT-IR (Murat
& Nazan, 2010).
Dalam praktikum ini, sampel yang perlu diperhatikan adalah sampel C3 dan sampel C4
dimana keduanya memiliki hasil yang memiliki perbedaan yang signifikan jika
dibandingkan dengan sampel lainnya. Sampel C1, C2 dan C5 berturut-turut memiliki
berat kering karagenan sebesar 3,14; 3,04; dan 2,86 gram dengan %rendemen 7,85%;
7,60%; dan 7,15%. Sedangkan sampel C3 dan C4 memiliki hasil 0,28 dan 4,50 gram
dengan %rendemen 0,70% dan 8,75%. Hasil ekstraksi yang dilakukan dipengaruhi oleh
7
beberapa hal, antara lain suhu, waktu, pengadukan, jenis pelarut, dan perendaman
(Treybal, 1981). Sehingga terjadinya variasi hasil ekstraksi dipengaruhi oleh adanya
perbedaan pengukuran suhu, waktu, maupun cara pengadukan dari sampel tiap
kelompok. Walaupun variasi yang ada seharusnya tidak berbeda terlalu jauh.
Karagenan sendiri digunakan dalam banyak produk pangan sebagai thickening agent
atau gelling agent. Contohnya pada berbagai produk dari susu, seperti susu, krim dan es
krim. Karagenan digunakan sebagai penstabil emulsi (Pintor & Totosaus, 2012).
8
4. KESIMPULAN
Karagenan berasal dari rumput laut.
Tiga jenis karagenan komersial adalah kappa-, iota-, dan lambda-.
Jenis dan struktur karagenan ditentukan oleh jumlah dan posisi penyusunnya.
Jenis karagenan yang berbeda diekstraksi dari rumput laut yang berbeda.
Jenis karagenan yang berbeda memiliki sifat gel yang berbeda.
Penghancuran rumput laut bertujuan untuk memperluas permukaan.
Perebusan bertujuan untuk mengekstraksi karagenan.
Penetralan dilakukan agar karagenan stabil.
Penambahan NaCl bertujuan untuk mengendapkan karagenan.
Larutan IPA digunakan untuk membantu mengendapkan karagenan.
Penipisan serat karagenan bertujuan untuk memperluas area penguapan.
Pengeringan bertujuan untuk menghilangkan kadar air karagenan.
KOH dapat menghilangkan gugus sulfat.
Karbon aktif dapat menghilangkan warna karagenan.
Kondisi gelasi dari karagenan dapat ditentukan dengan metode viscosimetric dan FT-
IR.
Suhu, waktu, pengadukan, jenis pelarut, dan perendaman mempengaruhi ekstraksi.
Karagenan banyak digunakan pada produk berbasis susu
Selasa, 20 Oktober 2015
Praktikan Asisten Praktikum
Andreas Setiabudi Ignatius Dicky
13.70.0067
9
5. DAFTAR PUSTAKA
Campo, V.L., Kawano,D.F., Silva Júnior, D.B., Ivone Carvalho, I., 2009,
“Carrageenans: Biological Properties, Chemical Modifications and Structural
Analysis”, Carbohydrate Polymers, 77, 167-180.
Glicksman, M. (1983). Food Hydrocolloid Vol II. CRC Press, Inc. Boca Raton. Florida.
J. Moses, R. Anandhakumar and M. Shanmugam. (2015). Effect of alkaline treatment
on the sulfate content and quality of semi-refined carrageenan prepared from
seaweed Kappaphycus alvarezii Doty (Doty) farmed in Indian waters. African
Journal of Biotechnology. Vol. 14(18), pp. 1584-1589, 6 May, 2015.
Leonel Pereira, Saly F. Gheda, and Paulo J. A. Ribeiro-Claro. (2013). Analysis by
Vibrational Spectroscopy of Seaweed Polysaccharides with Potential Use in Food,
Pharmaceutical, and Cosmetic Industries. Hindawi Publishing Corporation
International Journal of Carbohydrate Chemistry Volume 2013, Article ID
537202, 7 pages
Murat S en , Esra Nazan Erboz. (2010). Determination of critical gelation conditions of
j-carrageenan by viscosimetric and FT-IR analyses. Food Research International
43 (2010) 1361–1364.
Pintor, A. and *Totosaus, A. (2012). Ice cream properties affected by lambda-
carrageenan or iota-carrageenan interactions with locust bean
gum/carboxymethylcellulose mixtures. International Food Research Journal 19(4):
1409-1414 (2012).
Prasetyowati, Corrine Jasmine A., Devy Agustiawan.2008. Pembuatan Tepung
Karaginan Dari Rumput Laut (Eucheuma Cottonii) Berdasarkan Metode
Pengendapan
S. M. Anisuzzaman, Awang Bono, Duduku Krishnaiah, and Norazwinah Azreen
Hussin. (2014). Decolorization of Low Molecular Compounds of Seaweed by
Using Activated Carbon. International Journal of Chemical Engineering and
Applications, Vol. 5, No. 2, April 2014.
Siddhanta . (2006). Characterizations of Fish Gelatin Films Added with Gellan and K-
Karrageenan Swiss Society of Food Science and Technology.
Treybal, R.E., (1981). Mass Transfer Operation, 3th ed., p.p. 34-37, 88, Mc Graw Hill
International Editions, Singapore.
10
6. LAMPIRAN
6.1. Perhitungan
Rumus :
Kelompok C1:
Kelompok C2:
Kelompok C3:
Kelompok C4:
Kelompok C5:
6.2. Abstrak Jurnal