Kapita Selekta Elektronika: Media Perekam Magnetik, 3 April 2004
-
Upload
romadhani-xtalplanet -
Category
Documents
-
view
268 -
download
1
description
Transcript of Kapita Selekta Elektronika: Media Perekam Magnetik, 3 April 2004
Tugas Kapita Selekta Elektronika
MEDIA PEREKAM MAGNETIK
O
l
e
h
R o m a d h a n i9941510102
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS SYIAH KUALA DARUSSALAM-BANDA ACEH2004
2
1. Pendahuluan
Perkembangan teknologi saat ini berkembang sangat pesat. Dalam bidang
teknologi media perekaman juga mengalami kemajuan yang signifikan. Apa yang
dinamakan media perekaman adalah suatu media yang mampu menyimpan
informasi, baik itu informasi suara, gambar, dan lainnya. Media perekaman yang
tertua, yaitu media magnetik, masih umum digunakan, disamping munculnya
media-media perekaman lain yang mulai populer. Media yang biasa kita kenal
saat ini adalah Laser Disc (LD) dan Compact Disk (CD), dua jenis media
perekaman menggunakan piringan dengan alur yang sangat halus. Akan tetapi,
LD kemudian tidak menjadi sepopuler CD.
Teknik perekaman sendiri berkembang seiring media yang digunakan. Pada
awal mulanya, media perekaman magnetik menggunakan sistem analog. Disaat
teknologi perekaman digital mulai dipakai pada LD dan CD, teknologi digital juga
mulai digunakan untuk media perekaman magnetik, yang kita kenal dengan
Digital Audio Tape (DAT). Akan tetapi DAT kemudian tidak menjadi sepopuler
CD, bahkan tidak sepopuler media perekaman magnetik analog pendahulunya.
Terlepas dari itu semua, media perekaman magnetik telah memberikan andil
yang besar dalam teknologi perekaman hingga saat ini. Dengan kemudahan
perekaman ulang, membuat media perekaman magnetik seakan tidak pernah mati,
yang bahkan digunakan untuk teknologi tercanggih sekalipun.
2. Sejarah Singkat dan Perkembangan Media Perekaman Magnetik
Media perekaman magnetik mengalami perjalanan panjang dalam
perkembangannya, sebelum kita kenal media magnetik berbentuk pita seperti saat
ini. Sejarah yang tercatat dimulai pada tahun 1878, saat Oberlin Smith, insinyur
berkebangsaan Amerika, mengemukakan idenya tentang bagaimana merekam
sinyal listrik yang dihasilkan oleh telepon pada kabel baja. Ide itu dia tuangkan
dalam jurnal ‘Electrical World’ pada tahun 1879.
Setahun kemudian pencipta berkebangsaan Denmark, Valdemar Poulsen,
juga mengungkapkan idenya tentang prinsip perekaman megnetik. Beberapa
tahun kemudian, ia menemukan alat yang dapat merekam suara pada pita dan
1
kabel baja, yang ia namakan ‘Telegraphone’. Alat itu menggunakan kabel baja
yang dililitkan pada silinder berputar, dengan hubungan elektromagnetik ke
mikropon karbon dan earphone. Alat itu digunakan untuk merekam pesan telepon
yang penting, seperti undangan pesta, dan lainnya. Poulsen mendapatkan hak
paten di Denmark, Amerika Serikat, dan ditempat lain atas penemuannya ini. Dia
juga berusaha menjual hak patennya itu.
Demonstrasi pertama Poulsen pada ‘Paris International Exhibition of 1900’
berpengaruh banyak pada dunia ilmu pengetahuan dan teknik, khususnya
Telegraphone dapat mengalahkan kepopuleran Ponograph yang umum digunakan
saat itu. Telegraphone kemudian mengalami beberapa perkembangan
penyempurnaan, sampai dipakainya tabung untuk memperkuat sinyal yang
dihasilkannya pada tahun 1911 oleh Lee De Forest.
Perkembangan selanjutnya, Telegraphone mengalami banyak perubahan dan
fungsi, dengan kualitas suara yang semakin baik dan keras. Dengan menggunakan
prinsip yang sama, mesin dikte ‘Dailygraph’ diciptakan oleh Karl Bauer, pencipta
berkebangsaan jerman pada tahun 1925. Juga digunakan untuk mesin penjawab
telepon.
Pada tahun 1929, alat rekam magnetik yang menggunakan pita baja, dibuat
oleh ‘Ludwig Blattner Picture Corporation’, dan dinamakan Blattnerphone.
Pembuatan ini sesungguhnya ditujukan untuk soundtrack film yang saat itu masih
bisu, tetapi kurang berhasil di pasaran. Kemudian Blattnerphone digunakan pada
radio siaran yang menerapkan siaran tunda.
Pada tahun 1930, laboratorium ‘Bell Telephone’ dibawah arahan N. Nickman
memulai risetnya tentang penggunaan media perekaman pita magnetik, dan
setahun kemudian, prototipe media perekaman pita baja ini dibuat untuk mesin
penjawab telepon, kantor berita, dan juga sebagai alat perekam suara serbaguna
dengan pita yang sudah ditempatkan pada rel. Tetapi tidak ada produksi lanjutan
dari prototipe ini.
Pada tahun yang sama, Stille dan Marconi dari jerman membentuk
perusahaan Marconi-Stille, yang memproduksi media perekam magnetik pada rel
2
untuk BBC. Gulungan pita yang digunakan mempunyai lebar 3 mm, tebal 80 cm,
kecepatan 1,5 m/detik, berat gulungan termasuk relnya 25 kg.
Pada tahun 1932, AEG, pabrik peralatan listrik terbesar di jerman, membeli
hak paten dari Fritz Pfleumer, dimana pada tahun 1928 ia telah mempatenkan
penemuannya, tentang sistim perekaman di atas kertas berlapis bubuk besi.
Bekerjasama dengan paerusahaan kimia I.G. Farben, AEG mendesain pita
perekaman, melapisinya dengan bubuk carbonyl, suatu bahan yang biasa
digunakan untuk inti magnetik.
Dari ‘Brush Development Company’, S.J. Begun mengembangkan pita baja
dan pita kertas berlapis. Antara tahun 1942-1945, perusahaan dengan sukses
mendesain dan menjualnya untuk keperluan militer, dalam bentuk pita, piringan,
dan kawat.
Tahun 1941, Weber dan Von Braunmuhl dari AEG mengembangkan teknik
perekaman dengan bias frekuensi tinggi. Teknik ini diterapkan pada
‘Magnetophone’, alat perekaman yang ditemukan tahun 1935. dengan metode ini,
Magnetophon menjadi mesin rekam yang berkualitas istimewa.
Pada tahun 1947, ‘Brush Development Company’ memperkenalkan
perekaman pita kertas yang dikembangkan pada tahun 1939-1940. Lisensi dari
Brush, ‘Amplifier Corp. of America’ memperkenalkan magnetophon dengan
perekaman pita. Kemudian ‘Minnesota Mining and Manufacturing’ (3M)
memperkenalkan pita perekaman suara berbentuk garis, mencakup tipe #100 yang
berbentuk pita kertas dan tipe #110 berbentuk pita plastik. Tipe #111, pita dengan
bahan plastik dengan peningkatan lapisan oksida, menjadi standar bagi industri-
insdustri. Pada tahun yang sama, ‘Rangertone Inc.’, New Jersey, memperkenalkan
pita perekaman profesional pada magnetophone. Tahun 1948, Ampex
Corporation, dengan menggunakan Teknologi Armour Research Foundation dan
Teknologi Jerman, memproduksi Tape Recorder pertama, dengan model 200.
Pada tahun 1949-1950, ‘Magnecord’ memperkenalkan perekaman dua jalur,
sebagai permulaan dari perekaman musik stereo untuk demonstrasi. Di tahun yang
sama, Sony Corporation memulai usahanya untuk merancang Tape Recorder.
3
Tahun 1951 merupakan permulaan bagi industri perekaman video, ketika
perusahaan Bing Crosby membiayai tim riset yang dikepalai oleh insinyur John
Mullin, mendemonstrasikan sistem perekaman gambar secara kasar. Dan lima
tahun kemudian, 1956, Ampex Corporation mendemonstrasikan Video Recorder
pertama, tipe VR1000, yang hanya menghasilkan gambar monokrom. Mesin itu
kemudian dengan cepat menjadi mesin standar industri.
Kaset audio kompak dengan ukuran yang kecil, seperti yang biasa kita pakai
saat ini mulai diperkenalkan tahun 1962-1964, oleh Philips Company di Belanda.
Teknik perekaman delapan jalur kemudian diperkenalkan setahun kemudian oleh
Ford dan Mercury. Bahan magnetik chromium dioksida (CrO2) kemudian
diterapkan pada pita kaset oleh DuPont dan BASF pada tahun 1969-1970.
Pada tahun 1970, Sony memperkenalkan format perekaman video U-Matic.
Format ini tidak begitu sukses di pasaran, tetapi berhasil digunakan untuk
sekolah-sekolah dan stasiun televisi. Dan di tahun 1975, Sony memperkenalkan
sistim video recorder Betamax, sistem kaset standar yang digunakan pada rumah
tangga, dengan ukuran yang kompak, dan biaya yang murah. Setahun kemudian,
Panasonic dan JVC memperkenalkan saingan Betamax, yaitu VHS (Video Home
System), dengan ukuran yang berbeda dari ukuran kaset Betamax. Perekaman
digital mulai diperkenalkan oleh Sony pada tahun 1978, dalam bentuk pita open
reel atau gulungan terbuka, untuk studio-studio.
3. Teknik Perekaman Magnetik
Sebelum media perekaman magnetik ditemukan dan menjadi populer seperti
saat ini, media perekaman akustik telah digunakan untuk merekam suara. Pada
perekaman akustik, suara yang akan direkam diletakkan di depan corong besar
yang mengumpulkan suara, corong itu berhubungan dengan membran yang
dihubungkan ke jarum. Ujung jarum tersebut diletakkan pada piringan yang
terbuat dari lilin. Pada saat perekaman, membran ikut bergetar seiring getaran
suara yang diterimanya dari corong, getaran ini diteruskan ke jarum yang
menorehkan alur pada piringan lilin yang berputar, hasil rekaman ini kemudian
dicetak ke dalam bentuk piringan logam.
4
Alat yang bernama Phonograph menggunakan jarum halus untuk membaca
alur halus pada priringan logam yang berputar. Alur ini mengandung informasi
suara dalam bentuk goresan. Jarum halus yang mengikuti alur goresan itu
kemudian diteruskan ke membran, sehingga membran bergetar sesuai dengan alur
yang dijejaki oleh jarum tersebut. Getaran membran itu diperkuat oleh corong
suara, dan suara yang keluar dapat didengar.
Ponograph menghasilkan suara yang jelas pada frekuensi tengah, tetapi tidak
begitu jelas untuk frekuensi tinggi, dan bahkan meredamnya. Sehingga kualitas
suaranya sangat rendah, suara vokal dapat didengar dengan jelas, tetapi untuk
huruf-huruf berfrekuensi tinggi seperti huruf ‘S’, ‘F’ tidak jelas terdengar.
Pada perekam suara magnetik, sinyal yang akan direkam diambil oleh
mikropon yang akan mengubah getaran suara menjadi getaran listrik. Getaran
listrik ini diperkuat oleh penguat dan diteruskan ke kepala rekam. Kepala rekam
berada tepat di atas pita megnetik yang berjalan. Kepala rekam ini akan mengubah
getaran listrik menjadi medan magnetik. Mirip dengan pembuatan magnet dengan
cara induksi, kepala rekam menginduksikan medan magnetik pada pita magnetik.
Dengan demikian, arah medan magnetik pada pita sesuai dengan arah medan
magnetik yang menginduksikannya. Lihat gambar 1.
Gambar 1. Medan magnetik yang dihasilkan oleh kepala rekamMemagnetkan pita magnetik
Inti kepala rekam merupakan bahan elektromagnetik, biasanya berbentuk
toroid, atau bentuk segilima. Celah pada inti dibuat dengan jarak yang sangat
kecil. Kualitas kepala rekam tergantung dari bahan inti dan jarak celahnya.
5
Kualitas rekaman juga dipengaruhi oleh jarak celah pada kepala rekam. Kepala
rekam menginduksikan medan magnetiknya melalui celah ini. Semakin kecil jarak
celahnya, semakin rapat garis-garis gaya medan magnetik yang dapat
diinduksikan ke pita, sehingga semakin baik untuk perekaman dengan frekuensi
nada yang tinggi. Tetapi jika inti kepala rekam tidak mempunyai celah, garis-garis
gaya medan magnetik pada kepala rekam akan terkurung dalam inti, sehingga
tidak dapat menginduksikan medan magnetnya ke pita.
Getaran suara mempunyai amplitudo yang berbeda-beda. Sehingga sinyal
listrik yang dihasilkan juga mempunyai amplitudo yang bervariasi. Untuk sinyal
dengan amplitudo yang cukup besar, medan magnet yang dihasilkan kepala rekam
juga cukup besar, sehingga dapat dengan mudah diinduksikan ke pita magnetik.
Tetapi untuk sinyal-sinyal yang lebih kecil, medan magnet yang dihasilkan tidak
mampu diinduksikan ke pita magnetik. Hal ini akan berakibat pada hilangnya
sebagian informasi suara yang secara kebetulan mempunyai amplitudo yang kecil,
misalnya sinyal dengan frekuensi tinggi cenderung mempunyai amplitudo yang
lebih kecil dibandingkan dengan frekuensi tengah.
Untuk mengatasi hal itu, diperlukan teknik untuk memperkecil perbedaan
amplitudo yang terjadi, yang dikenal dengan Biasing atau pembiasan. Pada
pembiasan searah, tegangan DC dengan amplitudo yang konstan dan cukup besar,
dicampur dengan sinyal yang akan direkam. Hasil campuran itu akan membuat
amplitudo sinyal DC tersebut sedikit berayun, sesuai dengan amplitudo sinyal
pencampur. Pada saat sinyal pencampur mempunyai amplitudo minimum atau
mencapai nol sekalipun, medan magnet yang dihasilkan kepala rekam akan tetap
mampu menginduksikan sinyal ke pita magnetik. Dengan demikian, sinyal yang
mempunyai amplitudo minimum tetap dapat direkam di atas pita megnetik.
Bias dengan tegangan searah mempunyai kelemahan, karena menggunakan
tegangan DC yang amplitudonya cukup besar, untuk keadaan tanpa sinyal
pencampur sekalipun sinyal DC tersebut menghasilkan medan magnet pada
kepala rekam yang cukup untuk membuat berisik atau noise pada pita magnetik.
Hal itu diatasi dengan menggunakan bias frekuensi tinggi (High Frequency
Biasing). Sinyal dengan frekuensi tinggi yang frekuensinya lebih tinggi dari
6
frekuensi yang dapat didengar, menggantikan sinyal DC. Prinsipnya sama dengan
bias searah, sinyal listrik yang akan direkam dicampurkan ke sinyal bias frekuensi
tinggi, yang mempunyai amplitudo cukup untuk menghasilkan medan magnet di
kepala rekam, dan mampu diinduksikan ke pita magnetik walau sinyal pencampur
mempunyai amplitudo nol. Pada proses main-ulang, sinyal frekuensi tinggi ini
dengan sendirinya tidak terbaca oleh kepala baca, sehingga hanya amplitudo
sinyal pencampur yang dapat dibaca. Kalaupun sinyal frekuensi tinggi itu terbaca,
sinyal itu tidak sampai mengganggu pendengaran karena frekuensinya jauh di atas
frekuensi audio.
Pada awal ditemukannya media perekaman magnetik, kualitas suara yang
dihasilkan oleh alat perekam magnetik sama dengan kualitas yang dihasilkan oleh
Ponograph atau sedikit lebih baik. Pada awalnya, perekaman magnetik dilakukan
tanpa bias sama sekali. Perekaman dengan bias arus searah mulai dipakai untuk
memperbaiki kualitas suara hasil perekaman magnetik, pada tahun 1900, pada saat
Telegraphone didemonstrasikan oleh Poulsen, sehingga kualitas suaranya sudah
lebih baik dari perekam magnetik pendahulunya. Bias dengan menggunakan
frekuensi tinggi (High Frequency Biasing) mulai digunakan sejak tahun 1941,
pada alat rekam pita Magnetophone.
Pada keadaan awal, pita magnetik tidak mempunyai sifat magnetik sama
sekali. Pada proses perekaman, pita magnetik di magnetisasi oleh kepala rekam.
Salah satu keunggulan dari media perekam magnetik adalah sifatnya yang bisa di
rekam ulang berkali-kali pada pita magnetik yang sama. Jika proses perekaman itu
dilakukan di atas pita megnetik yang sudah terekam sebelumnya, suatu cara
dilakukan untuk menghapus rekaman yang terdahulu, untuk mencegah perekaman
baru bertumpang tindih dengan perekaman lama. Proses ini merupakan proses
demagnetisasi. Lihat gambar 2.
Suatu kepala tambahan, yang dinamakan kepala hapus, mendapatkan sinyal
dengan amplitudo cukup untuk menginduksikan medan magnetiknya ke pita
megnetik. Sinyal ini berasal dari osilator frekuensi tinggi, suatu osilator yang juga
diperuntukkan untuk pembiasan. Medan magnetik yang dihasilkan kepala hapus
mengacak medan magnetik yang ada di pita, sehingga pita kembali ke keadaan
7
tanpa medan magnet. Dalam proses reproduksi, osilator dimatikan oleh sakelar
rekam sehingga tidak menghapus sinyal yang sudah ada.
Gambar 2. Kepala hapus untuk menghapus medan magnet yang tidak diinginkanpada pita magnetik
Pada jenis perekam magnetik yang murah, kepala hapus merupakan magnet
yang permanen. Dalam hal ini, pita magnetik bukan didemagnetisasi oleh kepala
hapus, tapi justru dimagnetkan dengan garis-garis gaya dalam arah yang seragam.
Karena tidak adanya variasi dalam garis-garis gaya seragam tersebut, kepala baca
nantinya tidak akan mendeteksi variasi tersebut dan beda amplitudo yang
dihasilkan kepala baca sama dengan nol. Tetapi dalam prakteknya, garis-garis
gaya tidak benar-benar seragam, sehingga menghasilkan noise yang cukup besar.
Adakalanya perekam magnetik menggunakan kepala penghapus dengan
tegangan DC. Dalam hal ini, kualitas penghapusan akan sama dengan kualitas
dengan kepala magnet permanen.
4. Teknik Reproduksi (Play Back)
Bahasan terdahulu menjelaskan tentang teknik perekaman pada pita magnetik
yang umum diterapkan pada mesin-mesin perekam pita magnetik. Teknik di atas
berlaku untuk jenis perekam rumahan (Tape Recorder), juga diterapkan pada
perekam gulungan terbuka (Open Reel) dengan tambahan komponen peningkat
kualitas rekaman dan kontrol tambahan.
Teknik reproduksi, atau dapat disebut dengan pembacaan, merupakan
kebalikan dari teknik perekaman, dimana suatu komponen yang disebut Kepala
baca, mengambil garis-garis gaya medan magnet yang ada di pita megnetik.
8
Dalam kejadian ini, pita magnetik dijalankan melewati kepala baca. Garis-garis
gaya pada pita memotong celah yang terdapat pada kepala baca, dan
menginduksikannya ke inti besi pada kepala baca, sehingga menimbulkan medan
magnetik. Medan magnetik yang terjadi pada inti besi ini menimbulkan sinyal
listrik pada kumparan kawat pada inti besi tersebut. Sinyal ini diperkuat, dan
akhirnya dapat di dengar melalui speaker.
Pada perekam gulungan terbuka yang biasa dipakai di studio, kepala rekam
dan kepala baca dipisahkan, kepala rekam digunakan hanya untuk merekam dan
kepala baca digunakan hanya untuk pembacaan saja. Penguat yang digunakan
juga diperuntukkan untuk masing-masing kepala rekam. Dengan kepala dan
penguat yang terpisah, akan sangat mudah mengatur karakteristik perekaman dan
pembacaan. Perekaman dan pembacaan mempunyai prinsip yang sama, tetapi
berbeda dalam karakteristik penguatan. Lihat gambar 3.
Gambar 3. Sistim perekam magnetik Open reel
Untuk perekam pita rumahan (Tape Recorder), kepala baca dan kepala rekam
merupakan satu kepala tunggal yang dipakai bersama secara bergantian. Penguat
yang dipakai juga penguat berfungsi ganda. Pada saat merekam, suatu sakelar
geser menghubungkan sinyal perekam dari penguat ke kepala, sedangkan
hubungan ke pembacaan diputuskan. Pada proses reproduksi, sakelar geser
9
menghubungkan kepala ke penguat, sedangkan hubungan ke perekam diputuskan.
Lihat gambar 4.
Gambar 4. Sistim perekam kaset rumahan (Tape Recorder)
Pada prinsipnya, kepala baca, kepala rekam, dan kepala hapus mempunyai
kesamaan. Sama-sama mempunyai inti besi, kumparan, dan celah. Secara fisik
kepala baca dan kepala rekam dapat dibedakan dari kepala hapus, fisik kepala
hapus lebih kasar dari kepala baca, jarak celah pada inti kepala hapus juga lebih
besar.
5. Sistim Mekanisme pada Perekam Magnetik
Sistim mekanisme diperlukan pada perekam magnetik, baik untuk merekam
atau untuk mereproduksi. Sistim mekanisme bertugas melepas gulungan pita pada
penggulung kiri, menjalankan pita dengan kecepatan konstan melewati kepala,
dan menggulung pita pada gulungan yang kanan. Menjalankan pita dengan
kecepatan konstan memerlukan teknik tertentu. Kecepatan yang tidak konstan
akan membuat suara yang dihasilkan berayun.
Sistem mekanisme perekam magnetik pada perekam gulungan terbuka lebih
komplek daripada sistim mekanisme perekam magnetik rumahan. Sistem
mekanisme dari perekam gulungan terbuka dapat dilihat pada gambar 5.
10
Gambar 5. Sistim mekanisme penggerak pita pada perekam Open reel
Untuk membuat mekanisme bekerja pada saat reproduksi dan perekaman,
diperlukan motor listrik yang dapat membuat putaran konstan. Suatu rangkaian
penstabil tegangan diperlukan untuk motor penggerak, agar tegangan yang
berubah-ubah karena suatu hal tidak mempengaruhi kecepatan motor. Motor ini
memutar kapstan pada kecepatan yang telah diperhitungkan. Motor ini juga
memutar penggulung kanan.
Kapstan merupakan poros dari roda angin (flywheel) dibelakangnya, yang
mempunyai masa yang cukup berat. Gaya inersia dari roda angin yang berat ini
membantu putaran kapstan agar tetap konstan. Rol penekan yang terbuat dari
karet menekan kapstan diantara pita yang melewatinya, sehingga putaran kapstan
yang berputar berlawanan dengan arah jarum jam akan menyebabkan pita
bergerak ke kanan. Dalam hal ini penggulung kiri bertindak sebagai pengulur pita.
Motor juga memutar roda penggulung kanan dengan kecepatan yang cukup
agar pita dapat digulung dengan sempurna. Suatu kopling diperlukan untuk
memutar penggulung kanan, sebab semakin banyak pita yang telah tergulung pada
penggulung kanan, penggulung kanan harus berputar semakin lambat. Kalau tidak
11
demikian, pita dapat putus karena kecepatan penggulung kanan lebih cepat dari
kecepatan pita.
Penggulung cepat diperlukan untuk mengembalikan gulungan yang telah
habis ke awal lagi, atau untuk menempatkan pita pada bagian yang dikehendaki.
Dalam proses ini, kepala hapus, kepala rekam, kepala baca, dan rol penekan
diangkat untuk mencegah gesekan yang menghambat putaran. Penggulungan
dilakukan oleh penggulung kanan atau penggulung kiri, sesuai dengan arah yang
akan digulung, dengan kecepatan yang beberapa kali lebih cepat dibanding
kecepatan saat reproduksi atau merekam.
6. Teknik Stereo dan Peredam Bising (Noise Reduction)
Pada saat sekarang, rasanya tidak ada lagi soundsystem yang tidak
menerapkan teknik stereo di dalamnya. Hanya beberapa saja yang masih
menerapkan sistim mono, biasanya untuk keperluan yang tidak membutuhkan
fidelitas yang tinggi. Fidelitas (Fidelity), adalah kualitas suara yang mendekati
suara aslinya.
Pada teknik mono, baik perekaman maupun pereproduksian, kepala, penguat,
dibuat satu jalur. Sehingga semua suara yang akan direkam dicampur menjadi satu
dalam satu jalur tunggal. Demikian juga jalur pada pita (disebut dengan track),
hanya mengandung satu jalur.
Pada teknik perekaman stereo, suara yang akan direkam (biasanya suara
musik) dipecah menjadi dua bagian, dua bagian ini identik berasal dari sumber
yang sama. Tetapi ada perbedaan kecil antara dua bagian tersebut, misalnya pada
jalur satu suara piano agak lebih keras dari jalur dua, tetapi pada jalur dua suara
gitar agak lebih keras dari jalur satu. Dengan teknik ini, didapat fidelitas yang
tinggi. Pada saat mendengar musik dengan teknik stereo yang baik, seolah-olah
kita berada pada pertunjukan musik secara langsung.
Karena ada dua jalur dalam perekam stereo, maka semua yang berhubungan
dengan perekaman dan pembacaan dibuat dua bagian yang identik. Kepala
rekam/baca yang stereo, mengandung dua inti besi, dua celah, dan dua kumparan,
yang masing-masing dihubungkan pada penguat yang terpisah.
12
Pada saat perekaman, pita magnetik diinduksikan oleh inti besi masing-
masing, sehingga dalam pita tersebut terbentuk dua jalur. Pada saat reproduksi,
masing-masing inti kepala akan membaca jalur tersebut, dan diperkuat oleh
penguatnya masing-masing. Serta dapat di dengar melalui speakernya masing-
masing.
Teknik peredam bising (Noise reduction) merupakan teknik untuk meredam
suara yang tidak dikehendaki. Dalam proses perekaman, suara bising sangat
mungkin terjadi, suara ini dapat saja ditimbulkan dari dalam komponen yang
digunakan dan juga dari pita magnetiknya sendiri. Bising yang dihasilkan
biasanya mempunyai frekuensi yang tinggi, dengan frekuensi yang masih bisa
didengar, sehingga akan sangat mengganggu jika bising tersebut mempunyai
amplitudo yang besar.
Ada beberapa teknik meredam bising, yang paling murah adalah teknik
pemotongan frekuensi atas, dengan memanfaatkan filter lulus bawah (Low pass
filter). Dalam teknik ini, frekuensi atas akan sangat diredam, sehingga suara
bising yang berada pada frekuensi juga ikut teredam. Teknik ini cukup efisien,
tetapi mempunyai kelemahan. Karena bising juga berada pada frekuensi audio,
maka nada-nada atas dari musik yang kita dengar akan ikut teredam, sehingga
kualitas suaranya lebih buruk.
Peredam bising Dolby untuk perekam stereo, yang diperkenalkan tahun 1960,
mempunyai teknik yang berbeda. Dolby akan membagi frekuensi suara ke dalam
band-band tertentu. Dolby kemudian menaikkan level sinyal pada bagian yang
tidak mengandung frekuensi bising. Level yang tinggi akan mengalahkan suara
bising yang ada. Kemudian level diturunkan kembali seperti aslinya. Teknik ini
akan menghasilkan peredaman yang lebih baik.
7. Bahan Pita Magnetik
Bahan pita magnetik merupakan bahan pelapis dari pita, tempat dimana
proses pemagnetan terjadi. Saat ini dikenal ada tiga bahan magnetik utama
pembentuk pita magnetik, yaitu ferro (Fe2O3), khromium dioksida (CrO2), dan
13
Metal. Bahan ferro merupakan bahan magnetik awal yang dipakai. Sedangkan
CrO2 merupakan peningkatan dari bahan ferro.
Ada perbedaan secara kemagnetan dari kedua bahan tersebut, kalau dilihat
dari kurva histerisis magnetisasinya, kurva histerisis CrO2 lebih besar dari kurva
histerisis ferro. Dengan demikian, untuk memagnetkan bahan CrO2 diperlukan
medan magnet yang lebih kuat daripada medan magnet yang diperlukan untuk
memagnetkan bahan ferro. Hal ini merupakan keuntungan, untuk menimbulkan
medan magnet yang besar diperlukan sinyal yang besar juga, sehingga
dinamiknya lebih tinggi. Pada bahan ferro, medan magnet yang akan diinduksikan
kepadanya tidak boleh kuat, sebab itu akan membuat cacat amplitudo. Dengan
mengorbankan kedinamikan suara, bahan ferro diinduksikan dengan medan
magnet yang lemah.
Dari segi lain, partikel-partikel CrO2 mempunyai kepadatan yang lebih tinggi,
sehingga garis-garis gaya yang terbentuk padanya akan lebih rapat dibanding pada
bahan ferro. Hal ini sangat baik untuk perekaman pada frekuensi-frekuensi tinggi.
Sebab pada frekuensi tinggi, medan magnet akan berubah sangat cepat, sehingga
garis-garis gaya yang dihasilkan pada pita magnetik akan rapat.
CrO2 mempunyai kekurangan, bahan ini akan menyebabkan keausan lebih
cepat pada kepala dibandingkan dengan bahan ferro. Perekam yang baik
mempunyai kepala dari bahan ferit gelas untuk memperlambat ausnya kepala.
Karena sifat-sifat magnetik dari kedua jenis bahan tersebut berlainan, maka
karakteristik pada saat pembacaan dan perekaman sudah pasti berbeda. Banyak
perekam kaset yang dilengkapi dengan sakelar pemilih pita CrO2, ferro, atau
metal. Kadangkala pemakai sering lupa untuk meletakkan sakelar pada posisi
yang benar, untuk itu pada kaset biasanya disediakan lubang pemilih pita. Pada
alat perekam kaset, lubang tersebut nantinya akan dideteksi sebagai jenis pita
yang digunakan pada kaset itu. Lubang ini bersebelahan dengan lubang untuk
pengaman perekaman.
14
8. Penutup
Teknologi modern telah membawa perubahan yang banyak untuk
pengembangan media perekam magnetik. Media magnetik berjasa besar dalam
sejarah kehidupan manusia. Media magnetik tidak hanya digunakan pada industri
musik, tapi juga untuk keperluan bisnis dan teknologi. Mulai dari kaset hingga
piringan penyimpan data pada komputer yang paling besar sekalipun
menggunakan media magnetik. Namun kita tidak boleh berpuas diri begitu saja,
masih banyak penelitian dan pengembangan yang dilakukan untuk
menyempurnakan kualitas media magnetik ini. Teknologi perekaman dengan
menggunakan media magnetik juga berkembang sesuai kebutuhan. Dan akhirnya
kita juga yang akan menentukan sejauh mana kita berperan dalam pengembangan
media perekaman magnetik ini. Kita juga yang menentukan, adakah pengganti
dari media perekam magnetik ini, yang lebih baik darinya?
9. Daftar Pustaka
Morton, David L. Adventure in Cybersound: A Chronology of Magnetic Recording 1888-1984, Viewed 30 Mar 2004
Morton, David L. History of Magnetic Recording in America: The Magnetic TapeRecorder and It’s Impact on Popular Music, Viewed 30 Mar 2004
Alat Rekam pita dan Kaset, 1985. Informasi Praktis Elektronika No.2 Paket 2pp. 51-53
Bellis, Mary. Sound Recording History: The General History of Sound Recording, Viewed 30 Mar 2004
Annonimous, 2004
15