kapbah

73

Transcript of kapbah

Page 1: kapbah
Page 2: kapbah

Rencana Aksi Kecamatan – Leupung

SINCLAIR KNIGHT MERZ

Page 3: kapbah

Rencana Aksi Kecamatan – Leupung

Daftar Isi

1. Pendahuluan 1 1.1 Ringkasan Laporan dan Tujuan 1 1.1.1 Gambaran 1 1.1.2 Proses Perencanaan Kecamatan 1 1.1.3 Perencanaan dalam Lingkungan yang Terkena Tsunami 3 1.1.4 Rencana Aksi Kecamatan 5 1.2 Implementasi Rencana 5 1.2.1 Basis Legal 5 1.2.2 Asumsi-Asumsi Proses Perencanaan 5 1.2.3 Bagaimana Menggunakan Rencana? 6 1.2.4 Siapa yang Dapat Menggunakan Rencana? 6 1.2.5 Keterkaitan dengan Struktur Perencanaan Desa 7 1.3 Ekonomi dan Keuangan 7

2. Pertimbangan Daerah 9 2.1 Kebutuhan Pandangan Daerah 9 2.2 Karakteristik Fisik 9 2.3 Lingkungan 11 2.4 Ruang Lingkup Mata Pencaharian 12 2.5 Kebutuhan Kerjasama Lintas Sektor dan Penggabungan Program 13

3. Perbaikan Bidang Infrastruktur. 15 3.1 Kebijakan Umum 15 3.1.1 Kunci Permasalahan. 15 3.1.2 Kebijakan / Pendekatannya. 16 3.1.3 Dasar Pemikiran 18 3.1.4 Program Prioritas 18 3.2 Pemilihan Program 19 3.2.1 Ringkasan Program 19 3.2.2 Penjelasan Program 21 3.2.3 Proposal Proyek 23

4. Rehabilitasi Mata Pencaharian. 27 4.1 Pendahuluan 27 4.2 Kebijakan Umum 27 4.2.1 Persoalan 27 4.2.2 Kebijakan /Pendekatan 28 4.2.3 Dasar Pemikirannya. 28 4.2.4 Program-Program Prioritas. 29

SINCLAIR KNIGHT MERZ i

Page 4: kapbah

Rencana Aksi Kecamatan – Leupung

4.3 Program Pilihan 29 4.3.1 Ringkasan Program 29 4.3.2 ETESP Komponen Perikanan dan Pertanian 30 4.3.3 Penjelasan Program 32 4.3.4 Proposal Proyek 33

5. Pengelolaan Lingkungan 35 5.1 Pendahuluan 35 5.2 Kebijakan Umum 35 5.2.1 Permasalahan 35 5.2.2 Kebijakan/Pendekatan 36 5.2.3 Dasar Pemikiran 37 5.2.4 Program Prioritas. 37 5.3 Program Pilihan 38 5.3.1 Ringkasan Program 38 5.3.2 Penjelasan Program 39 5.3.3 Penjelasan Program 41

6. Ringkasan dan Kesimpulan 43

Lampiran

Appendix A Panduan Pengelolaan Limbah Padat di Daerah Pedesaan A.1 Pendahuluan A.2 Tujuan A.3 Pendekatan Pengelolaan Limbah Padat A.4 Tingkat Pembusukan

Appendix B Proyek-Proyek yang Diidentifikasi dan Didanai oleh BRR Wilayah (Ringkasan)

Appendix C SPAR Kabupaten Aceh Besar

Appendix D TOR Mata Pencaharian D.1 TOR 9 – Studi Kelayakan untuk Fasilitas Pemrosesan Ikan dan Makanan Laut D.2 TOR 12 – Studi Potensi Konstruksi Kapal Ikan D.3 TOR 14 – Studi Rehabilitasi Kebun D.4 ToR 24 – Agricultural Rehabilitation through Capacity Building D.5 ToR 31 – Mangrove and Nipah Replanting

SINCLAIR KNIGHT MERZ ii

Page 5: kapbah

Rencana Aksi Kecamatan – Leupung

D.6 ToR 36 – Development of a buffer planting program D.7 ToR 64 – Terracing and hill replanting for land stability and erosion protection

Appendix E Maps / Peta

SINCLAIR KNIGHT MERZ iii

Page 6: kapbah

Rencana Aksi Kecamatan – Leupung

Daftar Singkatan ADB Asian Development Bank (Bank Pembangunan Asia) AMDAL Analisis Dampak Lingkungan (Environmental Impact Analysis) ARRIS JICA established Aceh Reconstruction and Rehabilitation Information System AUSAID Australian Agency for International Development BAKOSURTANAL Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan (National Coordinating Agency for Surveys and Mapping) BANGDES Directorat Jenderal Pembangunan Desa / Village Planning Unit (Ministry of Home Affairs) BAPEDAL Badan Pengendali Dampak Lingkungan (Agency for Environmental Impact Management) BAPEDALDA Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (Provincial Agency for Environmental Impact

Management) BAPPEDA Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Provincial Planning Agency) BAPPENAS Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (National Planning Agency) BGR Germany Board of Geological Survey (Badan Survei Geologi Jerman) BPN Badan Pertanahan Nasional (National Land Agency) BPS Badan Pusat Statistik (Central Bureau of Statistics) BRR Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (Rehabilitation and Reconstruction Agency) BRR/ RO BRR Regional Office (Kantor Wilayah Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi) CAP Community Action Plan (Rencana Aksi Masyarakat) CIDA Canadian International Development Agency (Badan Pengembangan International-Canada) CIFOR Center for International Forestry Research (Pusat Riset Kehutanan Internasional) COFISH Coastal Community Development and Fisheries Resources Management (Pengelolaan Sumberdaya Perikanan

dan Pengembangan Masyarakat Daerah Pantai) - (ADB) Project COREMAP Coral Reef Rehabilitation and Management / Pemeliharaan dan Rehabilitasi Terumbu Karang (ADB & WB)

Project DANIDA Danish Bilateral Aid Agency (Badan Bantuan Bilateral Denmark) DEPDAGRI Departemen Dalam Negeri (Ministry for Home Affairs) DKP Departemen Kelautan dan Perikanan (Ministry of Marine Affairs and Fisheries) DPR Dewan Perwakilan Rakyat (Parliament) DPRD Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Local Parliament) EIA Environmental Impact Assessment (Pengkajian Dampak Lingkungan) EIS Environmental Impact Statement (Pengkajian Dampak Kebijakan Lingkungan ) EMP Environmental Management Plan (Rencana Pengelolaan Lingkungan) EPM Environmental Protection Measures (Pengukuran Perlindungan Lingkungan) ERM Environmental Risk Management (Pengelolaan Dampak Lingkungan) ESRI Perusahaan software ArcInfo dan ArcView GIS ETESP Earthquake and Tsunami Emergency Support (Proyek Bantuan Darurat Gempa Bumi dan Tsunami) - (ADB)

Project EU European Union (Perkumpulan Negara-Negara Uni Eropa) FAO Food and Agriculture Organization of the United Nations (Organisasi Pangan dan Pertanian – Perserikatan

Bangsa Bangsa) FAR Field Assessment Report (Laporan Pengkajian Lapangan) FFI Flora and Fauna Indonesia (Flora dan Fauna Indonesia) GAM Gerakan Aceh Merdeka (Free Aceh Movement) GFI Government Financial Institution (Badan Keuangan Pemerintah) GIS Geographic Information System (Sistem Informasi Geografis) GOI or GoI Government of Indonesia (Pemerintah Indonesia) GTZ German International Development Agency (Badan Pengembangan Internasional Jerman) HHW Household Hazardous Waste (Limbah Berbahaya Rumah Tangga) IA Implementing Agency (Badan Pelaksana) ICZM Integrated Coastal Zone Management (Pengelolaan Zona Wilayah Pantai) IEE Initial Environmental Examination (Pengkajian Lingkungan Awal)

SINCLAIR KNIGHT MERZ iv

Page 7: kapbah

Rencana Aksi Kecamatan – Leupung

INGO International NGO (Organisasi Internasional Non-Pemerintah) IUCN International Union for the Conservation of Nature (Persatuan Konservasi Alam Internasional) JICA Japan International Cooperation Agency (Badan Kerjasama Internasional Jepang) KAP Kecamatan Action Plan (Rencana Aksi Kecamatan) KDP Kecamatan Development Program (Program Pengembangan Kecamatan) KLH Ministry of State for Environment (Kementerian Lingkungan Hidup) LAPAN Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (National Aerospace and Aviation Association) LGU Local Government Unit (Unit Pemerintah Daerah) LREP Land Resource Evaluation and Planning (Perencanaan dan Evaluasi Sumberdaya Lahan) - (ADB) Project MAPFRAME Tabel data statistik terbaru dari BPS MCRMP Marine and Coastal Resources Management (Pengelolaan Sumberdaya Pantai dan Kelautan) - (ADB) Project MREP Marine Resources Evaluation (Evaluasi Sumberdaya Kelautan) - (ADB) Project MRF Materials Recovery Facility ( Fasilitas Pemulihan Material ) MSWMB Municipal Solid Waste Management Board (Badan Pengelolaan Limbah Padat Kota) NAD Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam NGO Non-Government Organization (Organisasi Non-Pemerintah) PDAM Perusahaan Daerah Air Minum (Local Government Water Company) PLN Perusahaan Listrik Negara (Power Company) PMO Project Management Office (Kantor Pengelolaan Proyek) POKJA Government Working Group (Kelompok Kerja Pemerintah) PPIU Project Planning and Implementation Units (Unit Pelaksana dan Perencanaan Proyek) PU Pekerjaan Umum (Ministry of Public Works) RALAS Reconstruction of Aceh Land Administration System (Rekonstruksi Sistem Administrasi Pertanahan Aceh) RRP ADB Report and Recommendations to the President (Laporan dan Rekomendasi ADB – untuk Presiden) RTRW Rencana Tata Ruang Wilayah (Regional Spatial Plan) SCTTRSPAN 2005 Steering Committee & Technical Team for the Review of Spatial Planning for NAD & Nias 2005 (Panitia

Pengarah dan Tim Teknis Review Perencanaan Tata Ruang NAD-Nias 2005) SERD South East Asia Regional Department (Departemen Daerah Asia Tenggara) SKM Sinclair Knight Merz SPAR Sub Project Appraisal Report (Laporan Penilaian Sub Proyek) SPEM Spatial Planning and Environmental Management component of ETESP (Perencanaan Tata Ruang dan

Pengelolaan Lingkungan – bagian dari proyek ETESP) SWM Solid Waste Management (Pengelolaan Limbah Padat) SWMB Solid Waste Management Board (Dewan Pengelolaan Limbah Padat) SWMP Solid Waste Management Plan (Rencana Pengelolaan Limbah Padat) TOR Terms of Reference (Kerangka Acuan) TS Waste Transfer Station (Tempat Pembuangan Sampah) UKL Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (Environmental Management Efforts) UNDP United Nations Development Programme (Program Pembangunan – Perserikatan Bangsa Bangsa) UNEP United Nations Environment Programme (Program Lingkungan – Perserikatan Bangsa Bangsa) UN-HIC United Nations Humanitarian Information Center (same as UN-IMS) / Pusat Informasi Kemanusiaan –

Perserikatan Bangsa Bangsa (sama seperti UN-IMS) UNICEF United Nations Children’s Fund (Program Perlindungan Anak – Perserikatan Bangsa Bangsa) UN-IMS United Nations Information Management Service (Layanan Manajemen Informasi – Perserikatan Bangsa

Bangsa) UN-OPS United Nations Office for Project Services (Kantor Pelayanan Proyek – Perserikatan Bangsa Bangsa) UNOSAT United Nations Organization Satellite (Organisasi Satelit – Perserikatan Bangsa Bangsa) UPL Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (Environmental Monitoring Efforts) USAID United States Agency for International Development (Badan Pengembangan Internasional Amerika Serikat) WRI World Resource Institute (Institut Sumberdaya Dunia) WWF World Wildlife Fund (Yayasan Satwa Liar Dunia) YIPD Yayasan Inovasi Pemerintahan Daerah (Centre for Local Governance Innovation) YLI or LIF Yayasan Leuser International

SINCLAIR KNIGHT MERZ v

Page 8: kapbah

Rencana Aksi Kecamatan – Leupung

SINCLAIR KNIGHT MERZ

Page 9: kapbah

Rencana Aksi Kecamata

SINCLAIR KNIGHT

n – Leupung

MERZ 1

1. Pendahuluan

1.1 Ringkasan Laporan dan Tujuan

1.1.1 Gambaran Rencana Aksi Kecamatan [RAK] mengidentifikasi proyek-proyek dan program-program yang berfokus pada pembangunan infrastruktur dalam rehabilitasi dan rekonstruksi NAD dan Nias pasca tsunami. RAK dipersiapkan bersama masyarakat dan stakeholder dari Kecamatan dan Kabupaten serta Kantor Wilayah BRR dalam memulai perencanaan di tingkat Kecamatan.

Dalam proyek ini, pembangunan infrastruktur menyediakan dasar bagi rehabilitasi dan rekonstruksi Kecamatan sebagai fase pertama dari program 2 fase. Fase I mengidentifikasi kebutuhan akan rehabilitasi infrastruktur penting dari Kecamatan dengan mempertimbangkan kondisi lingkungan dan ketersediaan tenaga kerja yang lebih luas. Beberapa proyek dan program yang diidentifikasi pada fase I dapat dilanjutkan untuk perancangan detil dan implementasi segera melalui kantor wilayah BRR yang bertanggung jawab atas suatu Kabupaten, tetapi mungkin memerlukan studi lebih lanjut sebelum dapat diimplementasikan.

Fase II akan mendorong kerangka kerja rencana daerah dari program yang telah diidentifikasi pada fase I dimana perencanaan program mata pencaharian dan lingkungan akan dikembangkan. Seiring berjalannya waktu, proyek-proyek dan program-program fase I dan II akan dikombinasikan dan terus menerus diperbaharui sebagai basis penyusunan kebijakan perencanaan untuk Kecamatan ke depan.

Dokumen ini memberikan garis besar proses perencanaan dan penataan institusional Kecamatan saat ini [Bagian 1] dan menggambarkan keadaan daerah untuk perencanaan saat ini dan masa yang akan datang [Bagian 2]. Bagian dan daftar tabel berikut memberikan informasi tentang proyek-proyek yang berhasil diidentifikasi dalam bidang infrastruktur, mata pencaharian serta lingkungan. Bagian ini juga memuat hasil detil dari analisis, survei lapangan dan berbagai diskusi. Proyek yang diidentifikasi pada Bagian 3, 4, dan 5 berhubungan langsung dengan analisis masalah yang tercantum dalam dokumen terpisah “Kecamatan Leupung – Field Assessment Report” [Laporan Peninjauan Lapangan]. Laporan berisi serangkaian materi-materi dasar yang mendukung proposal dalam rencana aksi. Bagian 6 menyimpulkan program yang telah diusulkan. Lihat juga Peta: Peta LP Bas/1 di Appendix E

1.1.2 Proses Perencanaan Kecamatan Diagram berikut (lihat Figur 1) menyediakan panduan untuk konsultasi lapangan dalam pelaksanaan proses. Diagram berikut juga membantu penyusunan proyek pilihan serta pihak-pihak terkait dalam pengembangan Rencana Aksi Kecamatan.

Page 10: kapbah

Rencana Aksi Kecamata

SINCLAIR KNIGHT

n – Leupung

MERZ 2

Figur 1 Tahap Perencanaan Aksi Kecamatan

Page 11: kapbah

Rencana Aksi Kecamatan – Leupung

Proses ini digunakan untuk mengidentifikasi isu dan permasalahan yang beragam. Dengan menggunakan peta sebelum dan sesudah tsunami, infrastruktur yang hilang dan gambaran kondisi lingkungan berhasil diidentifikasi. Pengkajian terhadap data sekunder yang ada telah dilakukan. Diskusi dan konsultasi dengan sejumlah staff Kecamatan dan Kabupaten serta NGO juga telah dilaksanakan. Proses dimaksudkan untuk menghindari isu-isu di tingkat desa dengan berfokus pada hubungan fungsional dan sosial antar desa.

Konsultasi masyarakat diadakan dan melibatkan Camat dan Kepala Desa dari desa yang terkena tsunami serta beberapa tokoh penting masyarakat lainnya. Kuesioner-kuesioner singkat menyangkut isu penting dan permasalahan lainnya telah didistribusikan [tercantum dalam LPL] dan isu ini telah didiskusikan dalam konsultasi masyarakat. Konsultasi ditujukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor kunci dan menyusun prioritas. Selanjutnya didiskusikan dengan Camat, staff Kabupaten dan Kantor Wilayah BRR, serta tokoh-tokoh penting lainnya. Sebuah kelompok kerja pemerintah [POKJA] telah dibentuk untuk menyediakan informasi pada Tim Lapangan tentang kondisi lokal dan mengkonsultasikan isu-isu penting.

1.1.3 Perencanaan dalam Lingkungan yang Terkena Tsunami Tim lapangan SP/EM telah mempertimbangkan daerah-daerah dataran pantai yang rentan terhadap kerusakan lingkungan untuk pembangunan pemukiman, infrastruktur, dll. Sensitivitas area lingkungan telah diidentifikasi dalam peta sensitivitas untuk tiap Kabupaten yang juga merupakan hasil dari program SP/EM. Peta-peta ini dicetak telah diproduksi dalam bentuk atlas (“Environmental Sensitivity Mapping”) / Pemetaan Lingkungan sebagai data tambahan untuk membantu proses perencanaan dan pengambilan keputusan. Selama proses konsultasi berlangsung, tim SP/EM menemukan bahwa adalah sulit untuk memperkenalkan langkah-langkah yang tepat untuk mengurangi paparan masyarakat terhadap potensi tsunami di masa yang akan datang. Ada suatu keyakinan politis dimana masyarakat lokal tidak boleh dihadapkan pada trauma-trauma lainnya seperti menempatkan masyarakat pada lokasi-lokasi pemukiman baru yang jauh dari lokasi tsunami. Tenggang waktu penggunaan lahan merupakan alasan utama, dan BAPPENAS telah merekomendasikan dalam dokumen Master Plan mereka berdasarkan Ketetapan Presiden tentang aplikasi zona-zona penyangga. Dalam merespon kondisi-kondisi kritis tersebut, bagaimana pun BRR menetapkan dan mengizinkan masyarakat untuk kembali ke tanah pribadi milik mereka masing-masing untuk dibangun kembali. Hasilnya, banyak perumahan yang dibangun terlalu dekat dengan garis pantai atau daerah-daerah yang berpotensi terkena arus pasang tinggi. Walaupun pendekatan yang dilakukan tim SP/EM telah dilaksanakan (jika memungkinkan) yaitu zona penahan antara dataran pantai dan daerah pemukiman, namun perencanaan saat ini pada dasarnya bersifat jangka pendek dan berdasarkan permintaan dari BRR untuk mengembangkan infrastruktur di daerah-daerah pembangunan dewasa ini. Ada beberapa alasan yang dapat digunakan sebagai pertimbangkan terhadap masalah ini:

SINCLAIR KNIGHT MERZ 3

Page 12: kapbah

Rencana Aksi Kecamatan – Leupung

Tidak ada pengaturan pemukiman yang mempertimbangkan dampak dari 13 m gelombang tsunami, mengingat daerah Aceh terbentang di sepanjang kawasan pantai yang rentan;

Perencanaan yang matang untuk menyelesaikan masalah ini akan mengesampingkan rencana pembangunan lain di Banda Aceh, Baitussalam dan Pekan Bada karena ketiga area ini terletak di daerah rawan banjir di Sungai Krueng Aceh.

Pemukiman-pemukiman yang sangat padat di Aceh dapat menjadi daerah yang kurang aman seperti Banda Aceh, Baitussalam dan Peukan Bada dimana lahan alternatif jumlahnya terbatas.

Dampak dari efek tsunami berhubungan dengan keadaan topografi dan jarak antara garis pantai dengan epicentre dari gempa bumi. Daerah penahan yang tepat akan menciptakan suatu kombinasi jarak dan juga sudut kemiringan dari garis pantai; pada topografi area pantai yang lebih datar, jarak penurunan dipertimbangkan dengan lebih kritis. Sebuah analisis sistem lahan merupakan langkah awal penting dalam menentukan daerah penahan yang relevan, namun luas lahan yang ditentukan akan sangat subjektif.

Daerah garis pantai, terutama kawasan pantai barat masih akan terus mengalami perubahan. Survei udara saat ini telah mengidentifikasi proses erosi dan pertumbuhan yang terjadi dalam pengerjaan. Saran yang didapat dari ahli geomorfologi bervariasi mengenai waktu yang dibutuhkan untuk mencapai keseimbangan (equilibrium), namun sudah disepakati bahwa garis pantai akan menjadi daerah yang memiliki aktivitas tinggi dalam waktu ke depan. Sebuah Studi Pertahanan Daerah Pantai yang didanai oleh Pemerintah Belanda bermaksud memberikan pemahaman lebih jauh tentang masalah ini dan sedang dilakukan di kawasan pantai Aceh dan akan menghasilkan peta daerah-daerah yang berpotensi terkena gempa bumi dan tsunami (flood risk maps). Peta-peta ini akan selesai pada bulan Oktober 2006. Oleh karena itu sangat sulit untuk membuat keputusan mengenai lokasi infrastruktur. Walau bagaimanapun masyarakat perlu membangun kembali kehidupan mereka dimana keputusan harus diambil untuk menempatkan kembali masyarakat. Beberapa program pembangunan pemukiman telah diusulkan diluar daerah yang tidak terkena dampak tsunami.

Kebutuhan pembangunan mungkin berubah di masa yang akan datang jika ada penekanan terhadap perencanaan jangka panjang dibandingkan dengan pembangunan jangka pendek yang dilakukan saat ini. BAPPENAS memiliki tanggung jawab dalam perencanaan dan mungkin memerlukan verifikasi formal terhadap zona-zona berbahaya dan daerah-daerah di belakangnya di masa mendatang. Perencanaan tata ruang jangka panjang dapat digunakan memulai suatu proses perencanaan yang akan mendorong pembangunan pemukiman masa depan di lokasi-lokasi yang lebih aman. Program kerja SP/EM yang terdapat dalam RAK memuat analisis kesenjangan tentang kebutuhan rehabilitasi dan rekonstruksi segera terhadap masyarakat yang tinggal di hunian sementara, namun tidak melibatkan perencanaan tata ruang formal.

Namun demikian RAK dapat digunakan sebagai dasar pendekatan perencanaan tata ruang dalam konteks kegiatan perencanaan daerah. Permasalahan ini akan dibicarakan pada Bagian 2.

SINCLAIR KNIGHT MERZ 4

Page 13: kapbah

Rencana Aksi Kecamatan – Leupung

1.1.4 Rencana Aksi Kecamatan Rencana Aksi Kecamatan [RAK] adalah sebuah dokumen perencanaan untuk menyusun target prioritas dalam pembangunan kembali infrastruktur di Kecamatan. Di dalamnya terdapat proyek-proyek/ sub-program yang dipilih dan diusulkan oleh masyarakat dan dikaji oleh para konsultan bekerjasama dengan ahli-ahli lokal dengan pertimbangan lingkungan dan kebutuhan akan mata pencaharian. RAK menggambarkan secara langsung permasalahan, kebutuhan dan prioritas yang disampaikan oleh masyarakat.

Rekomendasi dikoordinasikan dengan BRR, Kabupatan, para donor dan NGO yang bekerja di Kecamatan, dan beserta unsur Proyek Bantuan Darurat Gempa Bumi dan Tsunami [ETESP] yang didanai ADB.

Sebuah sumber pendanaan yang memungkinkan diusulkan untuk mendanai program-program pilihan dan harus dipertimbangkan untuk koordinasi kegiatan saat ini dan masa yang akan datang di tingkat Kecamatan. Program dan proyek lain yang direncanakan kemudian oleh Kecamatan, Kabupaten dan BRR akan dimasukkan sebagai tambahan dalam RAK. RAK akan diperbaharui dan dikoordinasikan dengan semua donor dan NGO yang terlibat dalam program pembangunan kembali Kecamatan yang komperehensif. Seiring dengan berjalannya waktu, RAK dapat digunakan untuk menyusun kebijakan perencanaan yang dikembangkan dibawah program perencanaan tata ruang daerah, dan menggabungkan program infrastruktur dengan lingkungan dan mata pencaharian.

1.2 Implementasi Rencana

1.2.1 Basis Legal Dalam struktur umum instansi pemerintah saat ini, Kecamatan berada diantara tingkatan Kabupaten dan Desa dan berfungsi murni administrasi. Kecamatan tidak mempunyai fungsi perencanaan atau implementasi. Bencana alam tsunami menyebabkan kerusakan umumnya pada kawasan pantai Kecamatan-Kecamatan di sepanjang pantai barat dan timur NAD. Dalam penataan struktur BRR yang baru tingkat kecamatan mempunyai peluang untuk membuat perencanaan strategis untuk mendukung tugas-tugas administrasi yang dibutuhkan setelah bencana tsunami. Nota kesepahaman sudah didiskusikan dengan BRR, Kabupaten dan Camat untuk memberikan legal basis bagi perencanaan.

1.2.2 Asumsi-Asumsi Proses Perencanaan RAK akan digunakan bersamaan dengan Program Pengembangan Kabupaten.

Pemerintah tingkat Kecamatan akan mengalami penguatan melalui pemberdayaan sesuai dengan struktur BRR yang baru yang memungkinkan BRR mengalokasikan proyek-proyek maupun melaksanakan implementasinya.

SINCLAIR KNIGHT MERZ 5

Page 14: kapbah

Rencana Aksi Kecamatan – Leupung

Dalam waktu singkat, dana akan mengalir dari Pemerintah Pusat ke BRR kemudian ke Perencanaan Proyek dan Unit Implementasi (PPUI) di tingkat kecamatan.

Akan ada keseimbangan yang lebih baik untuk infrastruktur yang lebih besar yang dalam keadaan normal tidak ditujukan untuk tingkat Desa.

RAK akan memadukan pendekatan “top down” dengan pendekatan “bottom up” dimana usulan-usulan rencana aksi masyarakat yang difokuskan pada forum Kecamatan dalam alokasi dana berdasarkan usulan dari tiap Desa. Kelemahan pendekatan ”bottom up” di masa lalu adalah masalah operasi dan pemeliharaan seperti halnya sebagian besar program-program di Indonesia dan kurang dipertimbangkannya isu infrastruktur besar.

1.2.3 Bagaimana Menggunakan Rencana? Rencana dapat menjadi dasar bagi BRR untuk membuat keputusan investasi yang mencakup

lebih dari satu desa.

Rencana dapat membantu pembuatan keputusan tentang berapa banyak anggaran yang akan diterima tiap sektor infrastruktur setiap tahun.

Rencana akan dapat digunakan untuk memutuskan bagian mana dari Kecamatan yang memerlukan sumber daya lebih banyak untuk mengembangkan sektor yang berbeda.

Rencana dapat digunakan untuk menstimulasi sektor swasta di Kecamatan.

Rencana dapat digunakan untuk memutuskan bahwa Pembangunan, Lokasi atau Ijin bangunan sebaiknya diberikan kepada developer atau individu.

Rencana dapat digunakan untuk memutuskan bagaimana menyeimbangkan tujuan jangka panjang dengan sasaran jangka pendek.

Rencana dapat digunakan untuk melindungi area-area khusus

Rencana dapat digunakan untuk memutuskan apakah dampak lingkungan dan social dari pembangunan begitu parah.

Forum desa mungkin juga mengalokasikan dana, barang-barang kolektif dan umum yang lebih besar dan mendukung usulan-usulan untuk menarik lebih banyak sektor swasta.

Rencana Kecamatan dapat meningkatkan nilai tambah dengan mengevaluasi proposal menggunakan pendekatan RAK. Forum perlu menyepakati apa yang akan digabungkan antara sumber daya untuk menjadi infrastruktur yang lebih besar dibanding usulan tiap desa.

1.2.4 Siapa yang Dapat Menggunakan Rencana? BRR dapat menggunakan rencana untuk mengalokasikan sumberdaya manusia dan keuangan

BRR dapat menggunakan rencana untuk koordinasi

DPR dapat mengambil keputusan untuk anggaran Kabupaten

BUPATI dapat memberikan nasihat tentang perencanaan dan alokasi sumberdaya kepada DPR

SINCLAIR KNIGHT MERZ 6

Page 15: kapbah

Rencana Aksi Kecamatan – Leupung

BAPPEDA dapat mengambil keputusan tentang pembangunan dan pemberian izin-izin.

BAPEDALDA dapat mengambil keputusan tentang dampak sosial dan lingkungan dari suatu pembangunan

CAMAT menyediakan data administratif dan dukungan untuk BUPATI

GEUCHIK dapat mengkoordinasikan infrastruktur yang melibatkan lebih dari satu desa.

FORUM DESA menyediakan dasar untuk keputusan dalam pendanaan proyek khusus antar desa.

1.2.5 Keterkaitan dengan Struktur Perencanaan Desa Implementasi program rehabilitasi juga tergantung program-program penunjang lainnya di tingkat desa. Diantaranya termasuk keberhasilan pemantapan hak-hak kepemilikan, pembangunan kembali rumah-rumah dan masyarakat, dan perlindungan kepemilikan dan hak-hak atas lahan pada kawasan yang terkena tsunami. Program-program ini dikerjakan melalui proyek RALAS dan dikembangkan melalui program pemetaan desa.

Program perencanaan desa yang intensif sedang dilaksanakan untuk daerah terkena tsunami melalui program ekstensif BRR dengan beberapa donor kunci dan LSM yang ditujukan untuk perumahan dan isu infrastruktur tingkat I yang spesifik untuk tingkat desa.

Di luar kawasan desa RAK akan menyediakan rencana relokasi masyarakat melalui proses pemukiman kembali masyarakat dan mekanisme ke depan untuk meningkatkan kesiapan lokal dan penghindaran diri bila terjadi gempa bumi, tsunami dan bencana alam lainnya di masa depan.

Desain untuk rute evakuasi desa akan dilakukan melalui Studi Pertahanan Daerah Pantai.

1.3 Ekonomi dan Keuangan Ada suatu asumsi dasar bahwa semua proyek yang diidentifikasi di daerah tsunami akan didanai oleh BRR. Daerah-daerah yang tidak terkena dampak tsunami juga akan dibantu melalui program “membangun kembali dengan lebih baik”. Asumsi ini telah digunakan oleh para konsultan dan pemerintah daerah yang bersangkutan.

Sebagai awal dari program perpanjangan ETESP paket 6, proyek-proyek harus dipaketkan agar mudah dimasukkan dalam sistem pendanaan BRR. Hal ini sudah dilakukan, dan satu paket proyek untuk tiga Kecamatan di Aceh Besar yang meliputi rehabilitasi infrastruktur, mata pencaharian dan lingkungan telah di usulkan ke BRR.

Diskusi yang diikuti dengan demonstrasi menunjukkan bahwa asumsi pendanaan dasar dirasa tidak tepat. Ada beberapa alasan dalam hal ini. Pertama, BRR tidak memiliki dana yang cukup untuk membiayai semua proyek. Kedua, BRR telah mengidentifikasi pendanaan sektor-sektor yang seharusnya menjadi tanggung jawab pemerintah daerah, seperti pembangunan jalan, pengendalian

SINCLAIR KNIGHT MERZ 7

Page 16: kapbah

Rencana Aksi Kecamatan – Leupung

banjir, dan pengelolaan lingkungan lokal. Ketiga, terdapat asumsi bahwa pemerintah daerah akan mendanai beberapa bagian pekerjaan. Keempat, realisasi pendanaan dari BRR dan Bank Dunia sedang berjalan dan kemampuan pemerintah daerah dalam hal pendanaan meningkat dengan pesat, sebagai hasil dari peningkatan harga minyak dunia dan perubahan dalam pembagian saham di pemerintahan pusat. Kelima, pemerintah daerah sepertinya belum menyadari tanggung jawab mereka sepenuhnya. Pada akhirnya BRR menyadari bahwa kemampuan mereka terletak pada arah pendanaan strategi namun tidak memiliki staff yang dapat membuat keputusan yang dibutuhkan untuk perencanaan detil di tingkat Kecamatan.

Untuk mengatasi masalah ini, BRR telah membentuk Sekretariat Bersama untuk mendiskusikan kemampuan dan kebutuhan pendanaan bersama pemerintah daerah. Alokasi sumber pendanaan yang terdapat dalam tabel RAK belum dimasukkan dalam hasil diskusi karena hal ini belum diputuskan bersama.

BRR juga diminta untuk melanjutkan sejumlah paket proyek di tingkat Kabupaten. Paket-paket yang disusun dalam program RAK telah diajukan oleh BRR daerah dalam “Cost Estimates for Identified Projects”/ Perkiraan Dana Proyek. Paket-paket ini akan digunakan secepatnya untuk membantu BRR dalam mengalokasikan dana anggaran 2007 melalui kantor wilayah BRR. Ringkasan estimasi biaya untuk proyek yang teridentifikasi, lihat Appendix B. Karena proyek hanya difokuskan pada infrastruktur, maka tidak semua proyek-proyek yang diidentifikasi dalam sektor mata pencaharian dan lingkungan telah mendapat pendanaan.

SINCLAIR KNIGHT MERZ 8

Page 17: kapbah

Rencana Aksi Kecamatan – Leupung

2. Pertimbangan Daerah

2.1 Kebutuhan Pandangan Daerah Proses konsultasi di tingkat kecamatan mempunyai arti penting dalam mengidentifikasi isu-isu lokal dalam skala luas. Pada saat yang sama dipelajari bahwa isu-isu lokal sebenarnya merupakan pengulanganan permasalahan yang terjadi dari satu kecamatan hingga kecamatan lainnya. Namun yang menjadi poin penting adalah mengambil pandangan daerah secara lebih luas terhadap kegiatan ini. Suatu pendekatan yang hanya murni dari kecamatan mungkin tidak sepenuhnya benar dan tidak dapat memberikan nilai lebih dari segi “pemasaran”. Oleh karena itu perlu dilihat aspek regional dari geografi fisik, lingkungan dan kegiatan mata pencaharian.

Pendekatan yang terintegrasi serta melibatkan pandangan lokal, daerah dan provinsi akan membuat “Pembangunan menjadi lebih baik.” Untuk menghasilkan suatu solusi ‘tepat-guna’ maka diperlukan keterlibatan unsur-unsur kecamatan, kabupaten dan provinsi.

Perlu diketahui juga, jika masyarakat tidak menerapkan perubahan struktur jangka panjang, mereka akan kembali pada kondisi semula yaitu praktik-praktik ekonomi tingkat rendah – sehingga tidak dapat membebaskan mereka dari situasi kemiskinan.

Program mata pencaharian harus melihat pada jenis-jenis produksi, perbandingan keuntungan, skala ekonomi dan rasionalisasi pasar untuk meningkatkan usaha kabupaten dan kecamatan bahkan provinsi yang akan menguntungkan para produsen, pelaksana, dan konsumen. Program infrastruktur harus menerapkan standar-standar lingkungan fisik provinsi dan nasional dalam memenuhi kebutuhan area yang luas, kriteria kesinambungan dan efisisensi tenaga. Dari sudut pandang lingkungan, sebuah program daerah yang terintegrasi harus melibatkan pengelolaan batas air daerah pantai, serta perencanaan drainase dan irigasi. Kesemuanya ini akan bermanfaat dalam pendekatan sistem lahan ekologi dan regional.

2.2 Karakteristik Fisik Karakteristik fisik dataran daerah pantai dan sistem ekologi perbukitan akan membantu perencanaan rehabilitasi. Daerah kawasan pantai Barat Aceh terdiri dari Dataran Pantai Barat dan Daerah Perbukitan Sumatra. Secara umum, dataran pantai barat diklasifikasikan dalam empat daerah pantai yang berbeda, tiap jenis memiliki material, umur, kemiringan tanah, karakteristik tanah dan sistem dataran alluvial yang berbeda, tak ketinggalan estuaria dan delta

Figur 2 dibawah menunjukkan posisi empat tipe garis pantai yang berbeda. RAK ini mencakup kategori ketiga, bagian Barat Bukit Barisan di daerah dataran tinggi hingga daerah dataran rendah termasuk Leupung, Jaya, Sampoiniet, Setia Bakti dan Krueng Sabee. Krueng Sabee juga terletak di Teluk Meulaboh. Daerah ini ditandai dengan adanya penonjolan lapisan Bukit Barisan yang

SINCLAIR KNIGHT MERZ 9

Page 18: kapbah

Rencana Aksi Kecamatan – Leupung

tersusun dari berbagai materi dasar: batuan kapur, bukit dan pegunungan (di dekat daerah Leupung) dan dataran berbatu yang terletak di daerah terpencil (berasal dari endapan vulkanik lama) di dekat daerah Calang. Diantara daerah perbukitan ini, bukit kecil dan pegunungan diselingi dengan dataran alluvial di dasar lembah membentuk sistem sungai yang berkelok-kelok. Area dataran pantai cukup luas, terdiri dari hamparan dataran pantai sempit dan drainase dengan tanah berpasir yang terletak diantara bukit. Potensi pertanian di daerah ini masih rendah bila dibandingkan dengan dataran alluvial dan laut yang terletak di pantai utara Aceh.

Figur 2 - Peta Geologis

SINCLAIR KNIGHT MERZ 10

Page 19: kapbah

Rencana Aksi Kecamatan – Leupung

Dampak yang ditimbulkan oleh tsunami sangat berat di daerah ini, namun agak berbeda dibandingkan dengan daerah lain karena karakteristik wilayahnya. Kerusakan paling parah terjadi pada saat gelombang tsunami kembali ke laut, menyebabkan terbentuknya selokan dan badan-badan air yang terbuka. Sebagian besar lahan yang dapat ditanami mengalami kerusakan dan timbunan pasir memenuhi tambak serta area persawahan. Selokan-selokan dan badan air yang terbentuk memperlambat proses rehabilitasi dan rekonstruksi jalan di daerah yang dapat ditanami.

Lahan yang masih dapat ditanami disepanjang pantai dipisahkan oleh bukit-bukit terjal, namun kualitas tanah semakin memburuk akibat tsunami. Tanah lapisan atas dan bahan organik terkikis, selokan-selokan besar terbentuk dan di beberapa tempat terdapat timbunan pasir. Air laut yang terkurung di beberapa tempat karena sapuan ombak dan endapan, menyebabkan beberapa tanaman buah-buahan musnah. Beberapa area yang masih dapat ditanami terdapat di beberapa lokasi baru (di daerah Mata Ie), namun masih belum ditanami. Sebelum area ini kembali produktif, rehabilitasi infrastruktur harus diselesaikan terlebih dahulu.

2.3 Lingkungan Pemetaan lingkungan yang sensitif dan pengkajian lapangan terhadap lingkungan terrestrial dan kelautan menunjukkan bahwa beberapa area masih murni dan belum diganggu. Walaupun kerusakan terparah diakibatkan oleh tsunami namun lingkungan fisik memang telah mengalami penurunan sebelum tsunami. Singkatnya, area studi merupakan sistem yang dimodifikasi tinggi dan beberapa penggunaan lahan (lihat Peta: Map LP EnC/2 di Appendix E) serta praktik-praktik eksploitasi sumber daya tidak dapat berlangsung lama. Kebijakan-kebijakan, komitmen institusional, dan pemahaman masyarakat terhadap isu dan alternatif-alternatif dalam pertanian perlu dikembangkan untuk mencapai standar dalam pengelolaan lingkungan. Situasi saat ini juga dapat ditingkatkan dengan cara membantu penerapan kebijakan-kebijakan yang telah ada dan pelaksanaan hukum-hukum yang berkaitan.

Perencanaan lingkungan dengan menggunakan modifikasi lansekap merupakan suatu tantangan, terutama bila skala kerusakan juga diikut sertakan, seperti:

Penandaan perencanaan tata ruang dan ekologi yang disetujui atau diabaikan.

Kesulitan dalam mendapatkan persetujuan indikator-indikator dan proses monitoring;

Hambatan dalam upaya menempatkan kembali mata pencaharian, sehingga dapat menghalangi tujuan-tujuan perencanaan jangka panjang;

Keterbatasan kapasitas, sumberdaya dan komitmen politis;

Sejumlah masalah yang berhasil diselesaikan menimbulkan permasalahan lain yang perlu dipecahkan segera; dan

Mengatasi kesenjangan dalam pemahaman masalah-masalah diatas pada tingkat institusi dan masyarakat.

SINCLAIR KNIGHT MERZ 11

Page 20: kapbah

Rencana Aksi Kecamatan – Leupung

Pada saat ini diperlukan pendidikan dalam bidang lingkungan untuk jangka panjang, bersamaan dengan pengembangan kapasitas institusi dan alokasi sumber daya. Masyarakat dan pemerintah daerah harus dapat melihat dengan jelas manfaat dari perlindungan dan pengelolaan lingkungan.

2.4 Ruang Lingkup Mata Pencaharian Selama proses pengembangan RAK sejumlah konsultasi telah dilaksanakan bersama para stakeholders – dari tingkat desa hingga tingkat kecamatan dan kabupaten, serta sejumlah stakeholder non pemerintah lainnya. Konsultasi yang dilakukan memberikan beberapa manfaat mulai dari pengumpulan informasi murni hingga penghitungan bangunan serta mengesahkan hasil perencanaan.

Selain kebutuhan utama seperti perumahan dan penyediaan air serta perbaikan infrastruktur kunci yang rusak akibat tsunami, masalah yang kelihatan jelas di kecamatan adalah mata pencaharian. Secara umum kebutuhan dasar masyarakat telah atau sedang dipenuhi oleh sejumlah NGO, beberapa pengerjaan rehabilitasi dan perbaikan yang dilakukan oleh NGO dan agensi lain perlahan-lahan akan berakhir. Pada saat itu masyarakat akan melanjutkan kembali pola aktivitas mata pencaharian sebelumnya atau mulai meningkatkan dan memperbaharui mata pencaharian.

Ada perbedaan prioritas antara satu kecamatan dengan kecamatan lainnya, namun secara keseluruhan masyarakat berhasil mengidentifikasi kebutuhan utama mereka yaitu rehabilitasi area persawahan, diikuti dengan rehabilitasi industri perikanan dan peremajaan beberapa industri karet yang membutuhkan perhatian.

Observasi lapangan yang dilakukan secara berkesinambungan menunjukkan bahwa sebagian besar area persawahan masih belum digunakan. Di beberapa daerah telah dilakukan usaha pengeringan dan pembersihan dari puing dan endapan tsunami namun beberapa daerah luas lainnya masih belum dilakukan. Hal ni pelu dilakukan sebelum penyemaian bibit tanaman. Rehabilitasi area ini dirasakan sangat penting sehingga berbagai upaya seperti pemindahan endapan dan reruntuhan dari sawah, perbaikan drainase dan akses jalan telah dimasukkan dalam penyusunan RAK.

Aktivitas memancing, baik yang dilakukan di daerah pantai maupun lepas pantai memberikan pemasukan tambahan bagi sebagian besar masyarakat; dan bagi beberapa desa yang terletak di tepi pantai, kegiatan ini merupakan sumber utama mata pencaharian mereka. Gelombang tsunami telah banyak menelan korban jiwa dan harta benda. Penempatan kembali beberapa industri menjadi sulit dikarenakan adanya perubahan pada lingkungan yang menyebabkan sungai-sungai tidak dapat mengalir menuju estuaria sebelumnya. Rehabilitasi industri secara menyeluruh mungkin menghabiskan banyak waktu sehingga pengaturan lingkungan alam dalam tahun kedepan tidak dapat dipastikan. Akan tetapi, penghasilan tambahan dapat diusahakan dalam waktu singkat dengan penyediaan perahu nelayan, jaring ikan, fasilitas pasar dan tempat pendaratan kapal ikan, serta pembersihan daerah estuaria.

SINCLAIR KNIGHT MERZ 12

Page 21: kapbah

Rencana Aksi Kecamatan – Leupung

Demikian pula halnya dengan penyediaan hewan ternak dapat memberikan pemasukan tambahan dan meningkatkan mata pencaharian. Sebagian besar penduduk memiliki pengalaman sebelumnya dalam memelihara ternak, bantuan hewan pengganti yang diberikan akan sangat berarti bagi mereka dan relatif murah.

Kesempatan mata pencaharian lainnya seperti peremajaan industri karet, penanaman kembali tanaman kelapa di sepanjang perbatasan pasir pantai, permulihan area rawa/paya di belakang batas pasir untuk area tambak atau produksi sayur-sayuran dan buah-buahan, dan pengembangan usaha kecil mungkin memerlukan waktu agar dapat dirasakan manfaatnya. Oleh karena itu, kegiatan ini dirasakan bukan prioritas utama pada saat sekarang.

Perbaikan produktivitas pertanian sebagai sumber mata pencaharian dasar tergantung pada faktor-faktor yang dapat membantu menjelaskan kesenjangan dalam produktivitas pertanian

Sebelum tsunami, pertanian di Aceh berada pada tingkatan rendah. Diperlukan waktu yang lama untuk merubah situasi ini dan meyakinkan bahwa perubahan tidak akan menimbulkan permasalahan sosial.

Ledakan ekonomi yang terjadi karena masuknya donor asing menawarkan kesempatan pada para petani untuk memberikan tenaga mereka dan menciptakan keamanan pangan yang efisien.

Terdapat hubungan erat antara pengerjaan infrastruktur yang cepat dengan kemampuan petani untuk memulai menggarap lahannya kembali.

Saat tsunami melanda, sebagian petani hilang dan meninggal dimana sebelumnya pekerjaan bertani dilakukan oleh para wanita. Mekanisasi dan rasionalisasi pengelolaan pertanian mungkin merupakan bagian solusi.

Sebagian besar program rehabilitasi mata pencaharian berfokus pada pemulihan hasil produksi sebelumnya dan bukan pada produksi yang memiliki nilai tambah. Jika tujuan yang ingin dicapai adalah “Membangun Kembali dengan Lebih Baik”, penekanan lebih diutamakan pada mutu fisik lahan untuk perencanaan dasar jangka panjang dan memperkenalkan pilihan-pilihan yang lebih baik. Analisis kemampuan tanah berhubungan dengan pergantian jenis produksi akan menawarkan pilihan dan kesempatan yang lebih menguntungkan bagi petani.

2.5 Kebutuhan Kerjasama Lintas Sektor dan Penggabungan Program Pada Bagian 3, 4 dan 5 RAK merekomendasikan proposal kegiatan yang dikelompokkan menjadi tiga bidang kerja: infrastruktur, mata pencaharian, dan lingkungan. Namun pengelompokan ini tidak ditujukan untuk menyembunyikan pokok-pokok yang mendasari rehabilitasi mata pencaharian maupun ciri dari penggabungan proposal ini. Pengembangan mata pencaharian dianggap penting, dan pelaksanaan infrastruktur serta lingkungan harus dapat mendukung tujuan

SINCLAIR KNIGHT MERZ 13

Page 22: kapbah

Rencana Aksi Kecamatan – Leupung

ini. Namun demikian, perbedaan antar sektor tidak selalu jelas dan kelihatan sulit untuk membedakan rangkaian urutan program.

Dengan demikian perlu pemahaman atas rekomendasi-rekomendasi secara penuh untuk mencapai tujuan utama, dan memahami setiap kegiatan yang dilaksanakan (atau tidak) pada satu sektor mungkin memberikan dampak pada sektor atau lokasi lainnya.

SINCLAIR KNIGHT MERZ 14

Page 23: kapbah

Rencana Aksi Kecamatan – Leupung

3. Perbaikan Bidang Infrastruktur. Mengacu pada Peta: Map LE Inf/3 di Appendix E

3.1 Kebijakan Umum

3.1.1 Kunci Permasalahan. Pembangunan dan perbaikan kembali yang dilakukan secara efektif dan efisien di Kecamatan Leupung tergantung pada penyelesaian infrastruktur kunci dan elemen lain yang terkait. Tsunami telah mengakibatkan kerusakan yang berat terutama di bidang infrastruktur di Kecamatan Leupung, semua bangunan yang terdapat disepanjang Pantai Barat jalan raya rusak berat dan ada juga beberapa bagian yang hilang, system irigasi sawah rusak parah, penambatan perahu nelayan beserta perlengkapannya juga musnah , begitu juga dengan jembatan dan gorong-gorong (culvert) . Kunci dari permasalahan ini terutama dibidang infrastruktur telah dikenali dengan pengamatan yang teliti dan dimasukan ke dalam Rencana Aksi Kecamatan meliputi perlindungan daerah pinggir pantai serta meningkatkan pembangunan jalan penghubung yang terdapat di pedesaan.

USAID pada saat ini sedang merencanakan dan melaksanakan konstruksi jalan raya permanen di Pantai Barat yang baru, dengan CRS dan Jepang. Berdasarkan hal ini aktivitas yang berhubungan dengan rekonstruksi jalan raya Pantai Barat ini tidak dimasukkan dalam dokumen ini.

Di saat permasalahan utama telah dikenali, di dalam program pilihan Rencana Aksi Kecamatan (RAK) terdapat beberapa permasalahan lain mengenai infrastruktur terkait yang diduga merupakan bagian dari proses perencanaan spasial tapi tidak membutuhkan program yang spesifik. Permasalahan mengenai infrastruktur yang lain dapat dilihat dibawah ini :

Perumahan dan Lahan yang Tersedia. Keterbatasan lahan yang tersedia untuk pembangunan perumahan umumnya sangat memperlambat pemulihan dan pembangunan kembali Aceh dan Nias yang telah dibuat jadwal pelaksanaannya. terutama kemajuan pembangunan perumahan rakyat yang terkena bencana tsunami, hal ini merupakan persoalan yang paling menonjol di bidang infrastruktur yang diangkat oleh masyarakat. Pembangunan perumahan baru telah melalui proses perencanaan dan mendapat persetujuan oleh pihak kecamatan dan berbagai instansi yang terkait.

Sarana Pendukung Infrastruktur. Keterbatasan penyediaan sarana sumber air bersih serta jaringan distribusi air untuk rumah tangga dan sanitasi merupakan persoalan yang selalu kita temukan dimana-mana, untuk mengatasi masalah ini telah dilakukan pengamatan untuk semua desa dalam satu kecamatan. Penyediaan sumber air bersih yang tetap akan segera dinikmati oleh Desa Mamplam, Meunasah Bak Ue, Meunasah Masjid, Lamseunia dan satu desa pemukiman di Pulot. Tetapi hal ini masih harus

SINCLAIR KNIGHT MERZ 15

Page 24: kapbah

Rencana Aksi Kecamatan – Leupung

menunggu sampai perumahannya selesai semua dibangun. Sebagai tambahan, sekarang ini pihak IRC sedang melakukan penyelidikan terhadap kemampuan sumber daya alam yang tersedia untuk pengadaan air bersih untuk Desa Layeun. Sekali lagi persoalan penyediaan sumber air bersih tidak dimasukan dalam Rencana Aksi Kecamatan.

Dalam hubungan penyediaan sumber tenaga listrik, penambahan hanya dilakukan kearah selatan Lamseunia. Jaringan kabel distribusi telah dilakukan perbaikan oleh pihak PLN dengan penambahan penyediaan jaringan kabel distribusi untuk menjangkau daerah pedalaman di bagian selatan kecamatan. Program ini dilakukan bersamaan dengan pengembangan jalan raya di pinggir pantai bagian barat, pembangunan penyediaan sumber tenaga listrik ini tidak dilakukan secara sementara tetapi akan dilakukan apabila semua perumahan telah selesai dibangun semuanya. Sekali lagi persoalan ini tidak dimasukan dalam Rencana Aksi Kecamatan..

Sampah yang diakibatkan oleh bencana Tsunami masih terdapat dibeberapa ladang pertanian atau persawahan, tambak dan daerah perkebunan pinggir pantai. Pekerjaan rehabilitasi daerah pertanian langsung ditangani oleh Palang Merah Amerika terutama di daerah Meunasah Bak Ue (meliputi 6 ha areal persawahan dan 5 ha untuk dareah perkebunan telah siap ditanami). Sampah yang ditimbulkan oleh Tsunami sebagian besar menempati daerah pertanian pinggir pantai, penanganan pembuangan sampah ini sedapat mungkin diperioritaskan untuk daerah pertanian.

Cara penduduk setempat dalam menangani sampah akibat Tsunami, dilakukan sendiri-sendiri dengan cara mengumpulkan dan membakarnya, sebagian membuangnya ke sungai . Di Daerah Leupung tidak ada organisasi yang mengatur pengumpulan sampah ini. Penanganan secara ini kurang signifikan. Tetapi di waktu yang akan datang akan timbul masalah baru karena kita akan menemukan sampah dimana-mana. Keahlian bidang penanganan dan pengolahan sampah ini sangatlah diperlukan saat ini, tentu hal ini akan terlaksana kalau didukung oleh instansi pemerintah yang terkait.

Infrastruktur yang Berhubungan dengan Keamanan. Proses pemulihan dan pembangunan kembali pedesaan, dilakukan dengan melibatkan korban Tsunami, dengan membangun tiga desa yang baru di daerah yang lebih tinggi. Dan lebih memungkinkan untuk melakukan penyelamatan bila dibandingkan daerah yang semula. Melalui pengembangan dan penambahan jalan penghubung antar desa dengan jalan Nasional akan memudahkan masyarakat untuk mencapai daerah yang lebih tinggi sebagai tempat penyelamatan. Hal yang semacam ini tidak lagi memerlukan jalan penyelamatan karena semuanya sudah terpadu.

3.1.2 Kebijakan / Pendekatannya. Perencanaan infrastruktur yang dilakukan oleh ADB / SPEM memfokus pada perbedaan antara yang telah dikerjakan dengan yang belum dikerjakan pada daerah pedesaan yang terkena dampak tsunami. Proses ini sangat membantu dalam perencanaan dan pelaksanaan yang akan dilakukan

SINCLAIR KNIGHT MERZ 16

Page 25: kapbah

Rencana Aksi Kecamatan – Leupung

oleh pihak konsultan atau NGO lainnya. Proses perencanaan pedesaan dilakukan dengan mengenali dan menawarkan atau menanyakan permasalahan yang sedang mereka alami. Di Kecamatan Leupung terdapat beberapa bagian infrastruktur yang telah dikenali antara lain:

Jalan Infrastruktur. Pengusulan pemindahan trase jalan lama yang berada disepanjang Pantai Barat akan membawa manfaat yang positip. Karena jalan Nasional ini akan berfungsi sebagai jalan sekunder juga bagi daerah pedesaan, daerah pantai, persawahan dan jalan penghubung ke perkebunan. Jalan ini nanti akan merupakan jalan penghubung terhadap jalan desa dengan Masjid di desa Meunasah.

Peningkatan badan jalan baik kualitas maupun kuantitas jalan penghubung seperti jalan Riting, Krueng Geupu, merupakan jaringan yang terpadu antara jalan lama dengan jalan yang baru diusulkan, hal ini sangat penting bagi masyarakat pedesaan untuk mencapai akses pertaniannya, dan menghubungkan daerah rekreasi atau peristirahatan.

Hilangnya jembatan di Sungai Krueng Geupu telah menghambat kelancaran arus lalu lintas untuk menghubungi daerah perkebunan dan daerah wisata. Untuk mencapai lokasi tersebut penduduk harus menyeberangi sungai dengan sarana yang sangat terbatas. Pembuatan jembatan baru sangatlah diharapkan, terutama bagi kendaraan bermotor dan pejalan kaki agar dapat mencapai daerah wisata dengan lancar .

Fasilitas Tempat Pendaratan Kapal Ikan Setelah tsunami terdapat dua daerah utama sebagai daerah pendaratan kapal ikan yang digunakan oleh nelayan lokal, yang terbesar terdapat di bagian selatan Layeun dimana prioritas utama di daerah ini adalah rekonstruksi pelabuhan ikan. Semua fasilitas pantai yang berhubungan dengan daerah pendaratan kapal ikan telah rusak karena tsunami, pada saat ini proses rekonstruksi sedang berjalan, penetapan dermaga dan fasilitas pantai termasuk tempat penyimpanan ikan dan fasilitas perbaikan kapal dibutuhkan untuk pelabuhan ini.

Sebagai tambahan untuk pelabuhan ikan utama, pada pelabuhan kedua yang tidak resmi digunakan untuk kapal yang lebih kecil. Penetapan fasilitas yang terbatas yang terkait dengan daerah pendaratan kapal juga dibutuhkan.

Infrastruktur yang Berhubungan dengan Keselamatan:

Pertahanan Pantai. Telah terjadi suatu perubahan yang sangat drastis di sepanjang garis pantai bagian barat. Kecamatan Leupung dengan hilangnya antara 20 sampai 100 meter daratan dan mengubah formasi muara sungai dan bukit pasir yang berada di pinggir pantai. Kunci persoalan adalah mengenali dan menganalisa hal-hal yang berhubungan dengan daerah di sekitar muara Sungai Krueng

SINCLAIR KNIGHT MERZ 17

Page 26: kapbah

Rencana Aksi Kecamatan – Leupung

Geupu. Sekarang mulut sungai telah berpindah ke sebelah selatan dengan perkiraan 600 meter, terjadinya penutupan muara sungai oleh timbunan pasir akan menimbulkan masalah baru yaitu banjir disekitar Sungai Kreung Geupu. Ada dampak negatip yang akan mempengaruhi lingkungan sungai dan sekitarnya. Ada suatu kebutuhan yang mendesak agar segera dilakukan penelitian yang terperinci disekitar muara sungai. Langkah ini perlu dilakukan untuk menghindari bahaya genangan air di sekitar Masjid Meunasah.

Perlindungan Sepanjang Tepi Sungai Telah terjadi erosi ditepi Sungai Krueng Geupu yang bersebelahan dengan bangunan dan fasilitas kesehatan yang baru dibangun di Desa Pulot, hal ini sangat dikhawatirkan akan berdampak negatip pada struktur bangunan yang baru dibangun tersebut, karena itu sangat diperlukan bangunan pelindung berupa bronjong dari batu kali ditepi sungai dekat bangunan tersebut.

Sarana Pendukung Infrastruktur Penumpukan sisa-sisa sampah padat yang diakibatkan oleh Tsunami meliputi lokasi tambak dan tanah persawahan.

Cara mengelolaan dan pemanfaatan sisa-sisa sampah ini diperlukan keahlian tersendiri dan dukungan dari pemerintah.

3.1.3 Dasar Pemikiran Proses pemulihan dan pembangunan suatu desa, haruslah dikoordinasikan dengan berbagai unsur yang saling terkait dan diharapkan dapat memberikan kontribusi serta pendapat dalam kerangka memberikan pelayanan yang maksimal kepada masyarakat umum. Proses semacam ini sangatlah diperlukan terutama dalam pembangunan bidang infrastruktur, karena bidang ini sangat erat hubungannya dengan bidang mata pencaharian dan bidang lingkungan sosial budaya dalam masyarakat. Pertimbangan semacam ini akan menjadi dasar bagi pengambil keputusan untuk menentukan jenis pekerjaan yang segera harus dibangun terlebih dahulu. Dengan memperhatikan berbagai sudut pandang diharapkan dapat mempersempit kekecewaan yang timbul dalam masyarakat.

3.1.4 Program Prioritas Masing-masing prioritas dari program infrastruktur di Kecamatan Leupung dapat diuraikan seperti dibawah ini:

Jalan Raya. Perbaikan dan peningkatan jalan desa dan jalan masuk ditingkatkan untuk jalan pertanian dan

jalan lokasi rekreasi dan antar masyarakat desa itu sendiri. Standar jalan yang layak meliputi

SINCLAIR KNIGHT MERZ 18

Page 27: kapbah

Rencana Aksi Kecamatan – Leupung

pengaspalan lapisan permukaan dan drainase kiri dan kanan jalan. Jalan ini diidentifikasi tidak termasuk dalam semua program dari pekerjaan dalam MoU.

Perbaikan dan pembangunan kembali jembatan beserta gorong-gorongnya sangatlah diperlukan. Perbaikan jembatan yang menghubungkan Sungai Kreung Geupu sangatlah diperlukan saat ini karena menyediakan akses ke daerah hulu.

Fasilitas Pendaratan Kapal Ikan. Pengembangan kembali fasilitas pelabuhan ikan di Layeun, mencakup pelabuhan dan

bangunan tempat para pekerja, ruang pendingin, beserta fasilitas pembuatan es.

Pengadaan fasilitas pendaratan kapal ikan di sebelah utara lokasi pendaratan kapal ikan di Layeun. Karena keterbatasan fasilitas yang tersedia maka hanya melayani perahu kecil dan nelayan setempat.

Pertahanan Daerah Pantai Diperlukan penelitian dan persiapan suatu studi yang terperinci terhadap muara Sungai

Krueng Geupu. Studi ini diperlukan untuk menyelidiki proses pantai yang sedang terjadi serta agar dapat menentukan prioritas kerja untuk pengadaan infrastruktur yang akan di usulkan. Rencana penelitian ini harus dilaksanakan berdasarkan atas temuan-temuan studi tentang pertahanan pantai yang dibiayai oleh pemerintah Belanda.

Pembangunan peningkatan jalan dan perlidungan pantai yang berdekatan dengan Desa Meunasah Mesjid. Hal ini diperlukan untuk menghentikan terjadinya pasang surut yang tinggi dan untuk memperbaiki jalan masuk untuk desa.

Pelindungan Tepi Sungai. Pembangunan pekerjaan pelindung tepian sungai yang stabil diperlukan untuk melindungi

bangunan-bangunan yang ada di Desa Pulot.

Sampah Padat Pembersihan sampah padat yang ditimbulkan oleh Tsunami masih berlangsung saat ini, hal ini

harus dilakukan untuk menjamin bahwa daerah persawahan dan tambak sesegera mungkin dapat berproduksi kembali.

Keahlian dalam mengelolah sampah padat sangatlah diperlukan saat ini karena jumlah sampah yang begitu banyak dan berada dimana-mana.

3.2 Pemilihan Program

3.2.1 Ringkasan Program Pemulihan dan rekonstruksi menawarkan suatu kesempatan pada masyarakat serta memaksimalkan perbaikan bidang infrastruktur hingga memenuhi standar kelayakan pakai. Kebutuhan bidang Infrastruktur ini sudah memasuki tahap kritis, hal ini menandakan bahwa tingkat pelayanan yang diberikan selama ini kepada masyarakat masih sangat minim sekali.

SINCLAIR KNIGHT MERZ 19

Page 28: kapbah

Rencana Aksi Kecamata

SINCLAIR KNIGHT

n – Leupung

MERZ 20

Padahal sebelum terjadi Tsunami terdapat beberapa proyek yang telah direncanakan dan mendapat persetujuan ditingkat kabupaten.

Pengembangan program pilihan untuk infrastruktur telah dilakukan bersama-sama dari berbagai aspek dan bidang serta pengembangan dari proposal perbaikan lingkungan hidup dan bidang mata pencaharian. Dari ketiga bidang itu saling terkait satu sama lainnya dan selalu mempunyai dampak terhadap lingkungan masyarakat beserta mata pencaharian dalam suatu keadaan di suatu kecamatan.

Program Infrastruktur yang langsung ditujukan pada kepentingan masyarakat dalam suatu kecamatan dengan menyertakan program-program lain yang tidak disentuh oleh NGO atau perwakilan lain. Hal ini tercermin dari ungkapan masyarakat saat kerja lapangan, konsultasi dan pengumpulan data. Program-program ini tercakup dalam daftar dibawah ini:

Infrastruktur 1 Peningkatan jalan nasional disepanjang pantai bagian barat.

Infrastruktur 2-4 Peningkatan jalan penghubung di masing-masing desa.

Infrastruktur 5 Pembangunan jembatan yang menghubungkan Sungai Kreung Geupu.

Infrastruktur 6-7 Sarana untuk pendaratan kapal ikan dan pasilitasnya.

Infrastruktur 8 Penyelidikan dimuara Sungai Kreung Geupu.

Infrastruktur 9 Pembangunan konstruksi pinggir Sungai Kreung Geupu.

Infrastruktur 10 Perlindungan tepi sungai.

Infrastruktur 11 Pembersihan sampah tsunami dan endapan lumpur di areal persawahan.

Infrastruktur 12 System penanganan sampah padat.

Page 29: kapbah

Rencana Aksi Kecamatan – Leupung

SINCLAIR KNIGHT MERZ 21

3.2.2 Penjelasan Program JALAN DAN JEMBATAN

INFRASTRUKTUR 1 – PENINGKATAN BADAN JALAN YANG MEMOTONG JALAN NASIONAL SEPANJANG PANTAI BAGIAN BARAT Peningkatan dan perbaikan kembali jalan raya Pantai Barat yang dilakukan oleh USAID akan mengakibatkan suatu bagian jalan di pedesaan Deah Mamplam, Meunasah Mesjid, Meunasah Bak Ue, Lamseunia dan Pulot tidak lagi digunakan nya sebagai jalan raya utama . Jalan ini sekarang aspalnya terkelupas dan sejumlah jembatan dan gorong-gorong memerlukan perbaikan tambahan. Pengaspalan dan peningkatan kualitsas jalan ini untuk menyediakan akses berkelanjutan terhadap areal pantai, kebun dan persawahan. Keuntungan kedepan: Meningkatnya jalan penghubung untuk pedesaan ketempat rekreasi bagi pengunjung dari penduduk kecamatan.

INFRASTRUKTUR 2 – 4 – PENINGKATAN MUTU DAN KUANTITAS JALAN PENGHUBUNG DI PEDESAAN. Jalan menuju ke Pantai Riting , suatu pantai yang sangat populer, dan juga menuju kebun dan area rekreasi di Krueng Geupu telah rusak oleh tsunami, sekarang i keadaan jalan ini sangat memperihatikan . Perbaikan jalan yang ini mengakibatkan tersedianya akses ke pedesaan yang baru dibangun. Meunasah Mesjid juga memerlukan peningkatan dan perlindungan terhadap air pasang. perbaikan dari semua jalan yang belum selesai konstruksinya. Keuntungan kedepan: Meningkatnya akses ke kebun dan ke tempat rekreasi lainnya.

INFRASTRUKTUR 5 – PEMBANGUNAN KEMBALI JEMBATAN BARU YANG MENGHUBUNGKAN SUNGAI KREUNG GEUPU. Jembatan yang semula sudah tersedia musnah dihamtam Tsunami. Jembatan yang lama memberikan kesempatan kepada pejalan kaki dan sepeda motor untuk mengakses kebun dan daerah rekreasi .sekarang hanya tersedia satu akses ke daerah hulu dengan menyeberangi sungai dengan sarana yang ala kadarnya. Perbaikan dan penggantian jembatan darurat ini sangat dinantikan oleh masyarakat setempat agar akses masyarakat yang berjalan kaki dan pengguna sepeda motor dapat berjalan dengan lancar dan aman. Keuntungan kedepan: Meningkatnya akses kekebun dan areal rekreasi di hulu sungai.

INFRASTRUKTUR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MATA PENCAHARIAN.

INFRASTRUKTUR 6 & 7 – PERBAIKAN SARANA DAN FASILITAS PENDARATAN KAPAL IKAN. Beberapa fasilitas telah disajikan bagian 1 dan bagian ke 2 areal pendaratan kapal ikan. Areal dari timur adalah yang paling besar dan paling kekurangan fasilitasnya , seperti dermaga, ruang pendingin dan yang berhubungan dengan bangunan. Areal yang utara sekarang ini digunakan untuk pendaratan kapal ikan dengan ukuran kecil. Keuntungan kedepan: Menambahan fasilitas untuk pendaratan kapal ikan.

Page 30: kapbah

Rencana Aksi Kecamatan – Leupung

SINCLAIR KNIGHT MERZ 22

INFRASTRUKTUR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAMANAN.

INFRASTRUKTUR 8 – PENELITIAN DI MUARA SUNGAI KREUNG GEUPU Penelitian terperinci di muara Sungai Kreung Geupu. Studi ini diperlukan untuk menyelidiki proses yang sedang terjadi dan untuk menentukan prioritas kerja bidang infrastruktur. Penyelidikan sedang dikerjakan dengan pembiyaan dari Pemerintah Belanda . Keuntungan kedepan: tahapan ini sangat sulit untuk menentukan jenis kerjanya.

INFRASTRUKTUR 9 – PEMBANGUNAN DINDING PENAHAN SUNGAI DI MUARA SUNGAI KREUNG REULENG . Konstruksi dinding penahan sungai ini harus dikerjakan bersama-sama dengan peningkatan badan jalan. Jalan sementara telah dibangun untuk menambah akses ke hulu sungai,sawah dan kebun dan jalan kepedesaan, tetapi pada saat air pasang jalan ini selalu terendam. Keuntungan kedepan: menambah akses ke daerah hulu, perkebunan dan areal persawahan. Dan menghalangi intrusi air asin ke areal sawah, yang membantu pemulihan daerah ini.

INFRASTRUKTUR 10 – PERLINDUNGAN EROSI AIR DI TEPI SUNGAI PULOT. Erosi disepanjang tepi sungai sedang terjadi yang bersebelahan dengan bangunan kesehatan yang baru dibangun di Pulot. Untuk mempertahankan stabilisasi bagian tepi sungai ini diperlukan penahan atau pelindung untuk mempertahankan bangunan yang sudah ada. Keuntungan kedepan: Perlindungan terhadap bangunan kesehatan yang baru dibangun dari erosi.

INFRASTRUKTUR 11 – PEMBERSIHAN AREAL PERSAWAHAN DARI SAMPAH TSUNAMI. Hampir semua daerah persawahan disini memerlukan pembersihan untuk persiapan masa bercocok tanam yang akan datang. Keuntungan kedepan: Membangun kembali daerah pertanian penduduk.

INFRASTRUKTUR 12 – SYSTEM PENANGANAN SAMPAH PADAT. Memberikan kemungkinkan kepada masyarakat untuk melakukan pengolahan barang sisa atau sampah padat secara mandiri dan profesional. Keuntungan kedepan: Menambah kualitas hidup penduduk.

Page 31: kapbah

Rencana Aksi Kecamatan – Leupung

SINCLAIR KNIGHT MERZ 23

3.2.3 Proposal Proyek Di usulkan

oleh ID Sub-Program Tempat Permasalahan Penerima

Manfaat Ukuran / Jumlah

Sumber Dana

Perkiraan Anggaran Rp. (Juta)

Persyaratan Penilaian

Lingkungan Status Program Rekomendasi

JALAN DAN JEMBATAN

LP/ INF.1

Peningkatan kualitas jalan raya tepi pantai bagian barat

Deah Mamplam, Meunasah Mesjid, Meunasah Bak Ue, Lamseunia

Jalan ini dari jalan raya sementara ini akan memotong jalan yang baru dibangun, peningkatan jalan ini diperlukan untuk akses masyarakat setempat.

Masyarakat setempat

Lebar 5m Panjang 2.6 km

Masyarakat 2600 UKL/UPL sesuai dengan Persyaratan dari Pemerintah

Masyarakat, Camat

LP/ INF.2

Peningkatan jalan antara jalan lama dan jalan baru

Meunasah Masjid

Bagian jalan ini sering terendam air ketika muka air pasang

Masyarakat setempat

Lebar 3m panjang 600 m

528 UKL/UPL sesuai dengan Persyaratan dari Pemerintah

Masyarakat LP/ INF.3

Peningkatan jalan penghubung ke Pantai Riting

Deah Mamplam

Jalan ini rusak karena Tsunami dan belum sampai sekarang belum diperbaiki.

Masyarakat dan pengunjung tamasah

Lebar 3m panjang 770m

616 UKL/UPL sesuai dengan Persyaratan dari Pemerintah

Masyarakat LP/ INF.4

Perbaikan jalan penghubung ke kebon dan tempat rekreasi sepanjang Sungai Krueng Geupu

Lamseunia Jalan rusak karena tsunami, sampai sekarang kondisinya belum ada perbaikan

Para petani dan masyarakat serta pengunjung tempat rekreasi

Lebar 4m panjang 1200m

960 UKL/UPL

sesuai dengan Persyaratan dari Pemerintah

Page 32: kapbah

Rencana Aksi Kecamatan – Leupung

SINCLAIR KNIGHT MERZ 24

Di usulkan oleh

ID Sub-Program Tempat Permasalahan Penerima Manfaat

Ukuran / Jumlah

Sumber Dana

Perkiraan Anggaran Rp. (Juta)

Persyaratan Penilaian

Lingkungan Status Program Rekomendasi

Masyarakat LP/ INF.5

Pembangunan jembatan baru yang melintasi Sungai Kreung Geupu.

Lamseunia Jembatannya rusak akibat tsunami dan sekarang ada akses yang menuju ke kebun dan areal rekreasi.

Petani, masyarakat dan pengunjung tempat wisata

Panjang 50 m

3750 UKL/UPL sesuai dengan Persyaratan dari Pemerintah

INFRASTRUKTUR DI BIDANG MATA PENCAHARIAN.

SARANA PENDARATAN KAPAL IKAN

Masyarakat LP/ INF.6

Perbaikan pelabuhan ikan dan fasilitas untuk memperbaiki perahu.

Layeun Semua fasilitas hancur karena tsunami dan tidak pernah diganti untuk operasional industri perikanan.

Kelompok nelayan

200 m2

400 UKL/UPL sesuai dengan Persyaratan dari Pemerintah

Masyarakat LP/ INF.7

Pengadaan fasilitas pendaratan perahu

Layeun Areal disini untuk areal pendaratan kapal ikan yang tidak resmi sebelum tsunami.Fasilitas yang hilang belum diganti

Kelompok nelayan

60 m’

210 UKL/UPL sesuai dengan Persyaratan dari Pemerintah

Page 33: kapbah

Rencana Aksi Kecamatan – Leupung

SINCLAIR KNIGHT MERZ 25

Di usulkan oleh

ID Sub-Program Tempat Permasalahan Penerima Manfaat

Ukuran / Jumlah

Sumber Dana

Perkiraan Anggaran Rp. (Juta)

Persyaratan Penilaian

Lingkungan Status Program Rekomendasi

INFRASTRUKTUR BIDANG KEAMANAN

Perlindungan Pantai

Masyarakat LP/ INF.8

Penelitian dimuara Sungai Kreung Geupu

Meunasah Bak Ue, Deah Mamplam

Terjadi perubahan yang signifikan dari pasir yang menutup akses di muara sungai

Masyarakat setempat

120 UKL/UPL sesuai dengan Persyaratan dari Pemerintah

Investigasi detail dibutuhkan untuk perencanaan mengenai pekerjaan yang dibutuhkan

Menunggu rekomendasi dari Studi Pertahanan Pantai dari Belanda

LP/ INF.9

Membangun penghalang, untuk melindungi jalan masuk dari air pasang dan menghalangi masuk sawah.

Meunasah Mesjid

Jalan raya didaerah ini telah hilang oleh tsunami, sedangkan jalan sementara yang ada saat ini belum diberi penghalang untuk melindungi dari kikisan air pasang.

Masyarakat setempat

470 m Masyarakat 250 UKL/UPL sesuai dengan Persyaratan dari Pemerintah

Perlindungan terhadap tepi sungai Masyarakat LP/

INF.10 Perlidungan tepi sungai terhadap erosi di Pulot.

Pulot Pengikisan yang terjadi dapat mengancam kestabilan tepi sungai dan bangunan yang ada di desa, diperlukan pelindung yang stabil untuk itu.

Masyarakat setempat

500 m

6200 UKL/UPL sesuai dengan Persyaratan dari Pemerintah

Page 34: kapbah

Rencana Aksi Kecamata

SINCLAIR KNIGHT

n – Leupung

MERZ 26

Di usulkan oleh

ID Sub-Program Tempat Permasalahan Penerima Manfaat

Ukuran / Jumlah

Sumber Dana

Perkiraan Anggaran Rp. (Juta)

Persyaratan Penilaian

Lingkungan Status Program Rekomendasi

SAMPAH PADAT ATAU PUING BANGUNAN LP/ INF.11

Pembersihan sisa sisa sampah Tsunami.

Semua bagian di kecamatan

Memindahkan semua sampah tsunami dan mempersipakan lahan untuk penanaman padi dan tambak agar dapat berproduksi kembali.

Semua desa Masyarakat 250 UKL/UPL sesuai dengan Persyaratan dari Pemerintah

LP/ INF.12

Kebijakan dari suatu manajemen yang baku terhadap penanganan sampah padat.

Semua pedesaan

Tidak ada manajemen tentang pengolahan sampah padat ini secara terpadu.

Masyarakat umum

Masyarakat 48m/yr UKL/UPL sesuai dengan Persyaratan dari Pemerintah

Pedoman baku cara penelolahan sampah oleh SPEM. Lihat Appendix A

Catatan : Environmental Assesment akan sesuai dengan International Environment Standard GOI 308/2005 dan Undang-Undang lainnya yang terkait

Page 35: kapbah

Rencana Aksi Kecamatan – Leupung

4. Rehabilitasi Mata Pencaharian. Lihat Peta: Map LE Liv/4 di Appendix E

4.1 Pendahuluan Proyek lingkungan dan mata pencaharian mengidentifikasi pertimbangan yang kritis untuk proyek infrastruktur yang lebih luas. Proyek diidentifikasi dibawah rehabilitasi mata pencaharian (bagian4) dan manajemen lingkungan (bagian5) mempunyai pengaruh yang besar terhadap beberapa proyek yang termasuk dalam rehabilitasi infrastruktur di bagian 3. diperlukan pertimbangan untuk mendapatkan efek kombinasi dari proyek yang teridentifikasi di tiga sektor disaat pelaksanaan proyek di sektor lainnya.

4.2 Kebijakan Umum

4.2.1 Persoalan Rumah tangga yang hancur oleh tsunami tetap mempunyai suatu kebutuhan pokok untuk menciptakan mata pencaharian yang sesuai dan rehabilitasi. Perbaikan dari bidang mata pencaharian tergantung kepada beberapa rehabilitasi utama lainnya yang sedang dilaksanakan yaitu pembersihan sisa-sisa tsunami dari lahan padi dan rekonstruksi saluran irigasi sawah hal tersebut merupakan elemen kunci.

Sebagian kemajuan telah dicapai terutama di sektor perikanan, karena telah disedikannya perahu oleh beberapa perwakilan organisasi swasta meskipun sarana dan fasilitas pendaratan kapal ikan masih tergolong belum memadai. Rencana perbaikan sarana pendaratan kapal ikan ini terkait dengan pekerjaan infrastruktur . Sebagai tambahan dengan tidak adanya pasar dan fasilitas perdagangan di kecamatan untuk mendukung masyarakat.

Kehilangan jumlah penduduk yang begitu besar di kecamatan telah memberi makna tersendiri bagi kebanyakan masyarakat Aceh, sekarang sebagian penduduk telah memulai pekerjaan baru di daratan. Mareka harus menata kembali kehidupan yang nyaris hilang , program yang ditawarkan oleh ADB adalah mengenali secara nyata dan rinci terhadap daerah yang benar-benar rusak dan memerlukan perbaikan seperti perbaikan saluran irigasi , begitu juga dengan bidang mata pencaharian dan lingkungan.

Kerugian Populasi yang penting dalam kecamatan telah berarti bahwa ada banyak lebih sedikit orang-orang untuk bekerja daratan itu dan untuk; menjadi mampu menyediakan pemeliharaan berkesinambungan dan manajemen area direhabilitasi. Ini telah menjadi suatu pertimbangan penting dalam pengembangan kebijakan dan pendekatan untuk Kecamatan ini. Area mengenali untuk rehabilitasi, terutama sekali bidang padi adalah yang dapat oleh yang diairi dari rekonstruksi

SINCLAIR KNIGHT MERZ 27

Page 36: kapbah

Rencana Aksi Kecamatan – Leupung

saluran yang diusulkan oleh ADB/ETESP Program Pertanian. Rehabilitasi [dari;ttg] area tambahan dapat semakin dikerjakan [ketika;seperti] sumber daya menjadi tersedia.

4.2.2 Kebijakan /Pendekatan Diperlukan pendekatan secara individu agar program yang ditawarkan itu dapat membawa hasil sesuai dengan apa yang diharapkan. Karena ada beberapa perwakilan lain yang juga menawarkan berbagai pertolongan.

Pembangunan kembali dari berbagai sektor industri yang sempat berhenti karena Tsunami merupakan kunci dari berbagai elemen dalam lingkaran mata pencaharian. Khusus lagi kita tinjau industri pembuatan garam yang hampir semua prosesnya dilakukan secara manual, dengan memberikan dorongan modal dan pembinaan mental secara perlahan kepercayaan masyarakat mulai kembali tumbuh dan akan berdampak pada roda perekonomian rakyat. Begitu juga sektor nelayan, petani dan aktifitas-aktifitas wanita harus dilakukan pembinaan agar semua kegiatan seperti sebelum Tsunami kembali hidup dan berkembang.

Perbaikan dibidang irigasi terhadap persawahan rakyat dapat dilakukan dengan mengkoordinasikannya dengan program pertanian yang dilakukan oleh pihak ADB untuk memperbaiki saluran-saluran yang rusak sambil menunggu perbaikan konstruksi yang sedang berlangsung pembuangan sampah akibat Tsunami beserta endapan lumpur pasir juga harus segera dikerjakan. Karena dari hasil pengamatan dilapangan masih tertinggal 204 ha lebih sampah yang belum dibersihkan. Hal ini akan dimasukan dalam rencana aksi kecamatan.

Berbagai kebijakan mengungkapkan bahwa mata pencaharia adalah kunci untuk pengembangan masyarakat yang berkesinambungan. Pada awalnya, tujuan pembangunan adalah membangun mata pencaharian ke kondisi sebelum tsunami, namun setiap kegiatan akan dilakukan untuk “membangun kembali mata pencaharian yang lebih baik”. Selain itu, program mata pencaharian akan berusaha keras meminimalkan sekecil mungkin dampak bagi lingkungan dan menyediakan berbagai kesempatan ekonomi bagi masyarakat.

Pola pendekatan yang dilakukan dengan melakukan pengenalan terhadap masalah mata pencaharian penduduk dapat menjamin kelangsungan perkembangan ekonomi rakyat, pemulihan dari keadaan sebelum Tsunami dapat dikenali dari tingkat mata pencaharian yang mareka terima. dalam tahap ini program bidang mata pencaharian harus berusaha keras, agar sedapat mungkin jurang perbedaan dalam masyarakat ditanggulangi secepat mungkin.

4.2.3 Dasar Pemikirannya. Pola pikir yang ditetapkan terhadap rumah tangga haruslah berkelanjutan untuk menambah tingkat kualitas hidup melalui perkembangan sosial dan ekonomi cermin dari perbaikan sosial dapat dilihat dari indikasi seperti kehidupan rumah tangga yang tergolong mapan, tingkat kesehatan, usia lanjut,

SINCLAIR KNIGHT MERZ 28

Page 37: kapbah

Rencana Aksi Kecamatan – Leupung

kemampuan baca tulis dan lingkungan yang berkelanjutan. Ini adalah indikator yang dapat diterima dalam perkembangan mata pencaharian dan kebijakan atau langkah yang perlu diambil.

Penekanan pada perencanaan bidang mata pencaharian sangatlah penting terutama untuk daerah di kecamatan yang terkena dapak Tsunami, tetapi ada juga beberapa pandangan agar sedapat mungkin memanfaatkan keahlian penduduk atau masyarakat agar mareka dapat mandiri dan percaya dengan kemampuannya.

4.2.4 Program-Program Prioritas. Program-program bidang mata pencaharian dapat dilihat dibawah ini;

Pembersihan saluran-saluran irigasi sawah dari sampah-sampah yang diakibatkan oleh Tsunami . Supaya lahan tersebut dapat kembali berproduksi.

Penanaman ulang tanaman kebun dengan pohon-pohon yang potensial agar pemandangan tetap hijau. Masyarakat telah mengetahui bahwa bantuan seperti ini sangat diperlukan dalam pemulihan, terutama sekali hubungan dengan benih untuk kelapa dan pohon lainnya seperti buah-buahan.

Menentukan secara pasti akan keperluan para nelayan terutama sekali palung, dan penetapan kembali pembinaan industri komplementer seperti garam dan prosesnya.

Menetapkan secara pasti tentang persediaan kebutuhan hidup.

Memperkenalkan sesuai dengan proporsinya bagian dari elemen-elemen penting dalam masyarakat sebagai perintis pertumbuhan ekonomi rakyat yang terkena bencana Tsunami.

Melakukan penelitian tentang kelayakan untuk dimungkinkannya agar dijadikan daerah wisata terutama daerah Kreung Geupu.

4.3 Program Pilihan

4.3.1 Ringkasan Program Setelah tsunami perencanaan rehabilitasi yang dilakukan adalah menawarkan suatu kesempatan yang langkah untuk memudahkan pemulihan bidang mata pencarian, selama penduduk disibukan dengan cara mengatasi masalah agar sedapat mungkin keluar dari kemelut yang berkepanjangan. kegiatan dibidang mata pencarian merupakan kumpulan atas orang-orang, kapasitas, serta peralatan dan aset yang tersedia. Meliputi sember daya alam dan manusianya. Mata pencarian di suatu lingkungan bisa saling mendukung jika ditingkat global maupun lokal secara alami dapat saling memberi. Suatu mata pencarian secara sosial bisa saling mendukung jika mempunyai kapasitas untuk mengatasi dan memulihkan dari tekanan dan goncangan, dan menyiapkan serta membina perkembangannya kedepan. Struktur yang sesuai mengikuti situasi agar pemulihan dan perkembangannya dapat meningkat sesuai dengan kebutuhan saat itu.

SINCLAIR KNIGHT MERZ 29

Page 38: kapbah

Rencana Aksi Kecamatan – Leupung

Mata pencarian masyarakat di Kecamatan Leupung yang utama adalah perikanan dan pertanian. Sebelum tsunami produksi pertanian yang utama adalah beras, kelapa, dan buah-buahan. Untuk daerah pertanian di Kecamatan Leupung bidang pertaniannya telah dilakukan secara teknis, persawahan di kecamatan ini sudah memiliki irigasi yang memadai. Sedangkan untuk perkebonan kelapa akan kita jumpai disepanjang pantai begitu juga dengan daerah pegunungannya banyak dipergunakan untuk mengembalakan sapi, kambing sebagai ternak penduduk tetapi sebahagian besar tetap dijadikan kebun oleh penduduk.

Industri Ikan mencakup beberapa perikanan laut mencakup penangkapan ikan dilaut, tambak, pengeringan ikan dan pengolahan ikan asin.

Sedangkan untuk mata pencaharian nelayan tetap terpokus pada daerah pinggir pantai hal ini untuk memudahkan akses kelaut.

Semua industri tersebut terkena dampak oleh Tsunami, sangat sedikit daerah yang tidak terkena dampat Tsunami. Terlebih daerah yang berada dipinggiran pantai , semua perahu nelayan hancur dan hilang begitu juga dengan landasan pendaratan kapal ikan , hal ini secara langsung menghilangkan sumber mata pencaharian penduduk.

Sedangkan untuk para petani hampir semua areal persawahan dan areal tadah hujannya tertutup oleh sampah dari Tsunami, hal yang semacam ini membuat kesulitan tersendiri bagi masyarakat dipedesaan karena areal persawahannya tidak siap untuk ditanami oleh tumpukan sampah. Diperlukan peralatan yang lengkap untuk memindahkan sampah sampah ini.

Permasalahan bidang mata pencarian yang diusulkan menyertakan unsur-unsur yang mengacu pada perbaikan dan pengembangan kemungkinan terhadap potensi daerah yang belum dikembangkan sebelum terjadi Tsunami terutama kemungkinan yang terdapat di kecamatan tersebut. Permasalahan tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Mata pencaharian 1 Rehabilitasi lahan padi

Mata pencaharian 2 Revitalisasi kebun

Mata pencaharian 3 Menyediakan kembali tempat pendaratan kapal.

Mata pencaharian 4 Pemrosesan ikan asin

Mata pencaharian 5 Penelitian kemungkinan untuk dijadikan daerah wisata

Mata pencaharian 6 Konstruksi sekolah taman kanak-kanak (TK).

4.3.2 ETESP Komponen Perikanan dan Pertanian ETESP Komponen Perikanan dan pertanian telah menyiapkan Laporan penilaian Sub Proyek (SPARs) untuk tiap Kabupaten dan Kecamatan yang mengidentifikasi hasil proyek utama di tiap lokasi desa (lihat Appendix C untuk Kabupaten Aceh Besar ). Proyek ini akan di laksanakan antara

SINCLAIR KNIGHT MERZ 30

Page 39: kapbah

Rencana Aksi Kecamata

SINCLAIR KNIGHT

n – Leupung

MERZ 31

periode tahun 2006 s/d 2008, melalui pembiayaan yang pada saat ini hanya sampai dengan tahun 2007

Identifikasi proyek pada komponen perikanan dan pertanian yang diidentifikasi juga oleh SP/EM tim lapangan akan terlihat pada tabel berikut. Tahap berikutnya dari KAP akan dikoordinasikan pada sektor proyek yang ada pada dokumen yang telah ditinjau ulang antara BRR dan Kementrian terkait.

Page 40: kapbah

Rencana Aksi Kecamatan – Leupung

SINCLAIR KNIGHT MERZ 32

4.3.3 Penjelasan Program MATA PENCAHARIAN 1 – MEMBERSIHKAN SAMPAH TSUNAMI DI DAERAH PERSAWAHAN

Sebagian besar para petani menginginkan agar sampah dan endapan pasir akibat tsunami yang ada di persawahan segera di pindahkan. Hal ini merupakan pertolongan pertama yang diharapkan oleh masyarakat. Didaerah yang diindikasikan untuk program pembersihan sampah, sebelumnya merupakan sawah yang beririgasi. Rehabilitasi irigasi ini telah diusulkan didalam program yang lain. Keuntungan kedepan: Pemulihan kembali areal persawahan yang telah rusak dan meningkatkan produktivitasnya.

MATA PENCAHARIAN 2 – PENANAMAN KEMBALI TANAMAN TAHUNAN DI KEBUN Program ini melakukan penanaman kembali tanaman tahunan di kebun. Masyarakat telah menyadari bahwa pertolongan ini sangat bermanfaat , khususnya penanaman pohon kelapa, benih buah-buahan dan persediaan peralatan. Aktifitas penggantian hewan ternak yang direkomendasikan untuk mengganti hewan ternak yang hilang oleh tsunami. Keuntungan kedepan: Menambah penghasilan petani.

MATA PENCAHARIAN 3 – MENYEDIAKAN KAPAL JENIS KATAMARAN (PALUNG) Sudah ada beberapa bantuan yang diterima oleh masyarakat misalnya perahu tetapi jumlah yang dibutuhkan belum mencukupi bila dibandingkan dengan kebutuhan nelayan yang memerlukannya. Kekurangan perahu ini menghasilkan dampak lain terhadap usaha pengasinan ikan karena kurang tersedianya ikan. Saat ini dirasakan adanya keperluan tambahan perahu katamaran (palung) bermotor yang akan menampung kesempatan kerja untuk banyak nelayan. Keuntungan kedepan: Menambah kesempatan kerja dan meningkatkan pendapatan masyarakat.

MATA PENCAHARIAN 4 – PENGADAAN FASILITAS PENGOLAHAN IKAN ASIN Fasilitas pengolahan ikan asin telah hancur oleh tsunami dan saat ini pengembangan kembali industri pengolahan tersebut belum dibangun kembali. Kegiatan yang diusulkan termasuk pengadaan fasilitas pengolahan ikan asin dalam rangka memanfaatkan fasilitas pengeringan yang telah tersedia, namun saat ini belum digunakan secara optimal. Keuntungan kedepan: Menambah penghasilan rumah tangga.

MATA PENCAHARIAN 5 – STUDY KELAYAKAN TENTANG KEMUNGKINAN DIJADIKANNYA DAERAH WISATA Panorama Daerah Leupung yang khas dan alami, seperti Krueng Geupu memberikan peluang untuk dijadikan daerah yang melayani bisnis untuk memenuhi kebutuhan pengunjung ke daerah ini. Program ini disarankan untuk dilakukan studi kelayakan yang menjamin kesempatan kearah yang berhubungan dengan pariwisata di Leupung dan infrastruktur yang terkait yang diperlukan untuk keperluan para pengunjung. Studi ini direkomendasikan program ini. Keuntungan kedepan: Tidak dapat diprediksi sampai tahapan ini.

MATA PENCAHARIAN 6 – PEMBANGUNAN GEDUNG TAMAN KANAK-KANAK Sangat diperlukan pembangunan taman kanak kanak beserta fasilitasnya di Layeun. Keuntungan kedepan: Tersedianya fasilitas pendidikan untuk seusia kanak-kanak

Page 41: kapbah

Rencana Aksi Kecamatan – Leupung

SINCLAIR KNIGHT MERZ 33

4.3.4 Proposal Proyek Di usulkan

oleh ID Sub-Program Tempat Permasalahan Penerima

Manfaat Ukuran / Jumlah

Sumber Dana

Perkiraan Anggran Rp. (Juta)

Persyaratan Penilaian

Lingkungan Status

Permasalahan Rekomendasi

LP/ LIV.1

Pembersihan lahan dari sampah tsunami dan perbaikkan daerah persawahan

Meunasah Mesjid, Meunasah Bak Ue

Memindahkan semua penghalang di areal persawahan

Semua desa 204 ha

Studi (1bulan)

$2000

Tidak diperlukan

Tidak ada NGO atau lembaga lain yang mengerjakan pekerjaan ini.

TOR 24 (Lihat Appendix D.3).A Proposal yang berbasis masyarakat diperlukan

Masyarakat LP/ LIV.2

Penanaman kembali tanaman tahunan

Semua desa

Semua areal perkebunan yang rusak

Petani dan masyarakat biasa

(2bulan) $20000

atau bagian dari proyek ADB SPEM

fase 2

Tidak diperlukan

Tidak ada NGO atau lembaga lain yang mengerja-kan pekerjaan ini.

TOR 14 ( Lihat Appendix D.3) Dengan pengurangan biaya

Masyarakat LP/ LIV.3

Menyediakan perahu jenis katamaran (palung)

Layeun Tidak tersedianya kualitas perahu yang memenuhi standard

Masyarakat nelayan

$3000 termasuk

kecamatan lain dengan kebutuhan yang sama

Tidak diperlukan

Tidak ada NGO atau lembaga lain yang mengerjakan pekerjaan ini.

TOR 12 ( Lihat Appendix D.2)

Masyarakat LP/ LIV.4

Pengadaan pengolahan ikan asin

Layeun, Deah Mamplam

Semua fasilitas pengolahan ikan asin musnah akibat tsunami

Kelompok masyarakat petani ikan asin

Satu unit

$60000 Termasuk

dengan kecamatan

lain

Tidak diperlukan

Tidak ada NGO atau lembaga lain yang mengerjakan pekerjaan ini.

TOR 9 ( Lihat Appendix D.1) Kebutuhan di kecamatan butuh diintegrasikan dengan kecamatan lain di Kab. Aceh Besar

Page 42: kapbah

Rencana Aksi Kecamata

SINCLAIR KNIGHT

n – Leupung

MERZ 34

Di usulkan oleh

ID Sub-Program Tempat Permasalahan Penerima Manfaat

Ukuran / Jumlah

Sumber Dana

Perkiraan Anggran Rp. (Juta)

Persyaratan Penilaian

Lingkungan Status

Permasalahan Rekomendasi

Masyarakat LP/ LIV.5

Mengembang-kan kemungkinan untuk membuat daerah wisata

Lamseunia Areal ini telah digunakan sebagai daerah wisata untuk penduduk setempat

Semua desa dan pengunjung

Sedang dipersiapkan untuk dilakukan kajian lapangan untuk dijadikan areal wisata.

Proposal

Masyarakat LP/ LIV.6

Pembangunan gedung taman kanak-kanak

Layeun Saat ini tidak ada fasilitas taman kanak kanak

Semua masyarakat

1

$20000 Tidak diperlukan

Tidak ada NGO atau lembaga lain yang mengerjakan pekerjaan ini.

Konsep Proyek BRR perlu disiapkan

Page 43: kapbah

Rencana Aksi Kecamatan – Leupung

5. Pengelolaan Lingkungan Mengacu pada Peta: Map LE EnM/5 di Appendix E

5.1 Pendahuluan Proyek lingkungan dan mata pencaharian mengidentifikasi pertimbangan yang kritis untuk proyek infrastruktur yang lebih luas. Proyek diidentifikasi dibawah rehabilitasi mata pencaharian (bagian4) dan Manajemen lingkungan (bagian5) mempunyai pengaruh yang besar terhadap beberapa proyek yang termasuk dalam rehabilitasi infrastruktur di bagian 3. diperlukan pertimbangan untuk mendapatkan efek kombinasi dari proyek yang teridentifikasi di tiga sektor disaat pelaksanaan proyek di sektor lainnya.

5.2 Kebijakan Umum

5.2.1 Permasalahan Ada tiga macam lahan utama yang terdapat di Kecamatan Leupung ,(i) daerah perbukitan dan pengunungan, (ii) sungai dan daratan rendah, dan (iii) area laguna pantai. Tsunami ini menimbulkan dampak yang besar pada dataran rendah dekat pantai dan sepanjang garis pantai, menimbulkan perubahan bentang alam, pola drainage, kehilangan sebagian besar pohon-pohonan, sebagian jalan raya pantai barat, dan masyarakat pesisir kehilangan perlindungan dari angin yang kencang.

Daerah pantai secara tradisional digunakan untuk pertanaman lahan kering dan merupakan daerah pemukiman yang utama. Semua pemukiman beserta pekarangannya hancur oleh tsunami dan belum banyak yang dibangun kembali. Diakui bahwa areal ini sangat tidak tepat untuk keperluan bangunan dan penanaman kembali di areal ini untuk menyajikan banyak fungsi termasuk sistem stabilisasi bukit pasir, perlindungan dari angin dan menjamin mata pencaharian.

Laguna didaerah pantai, desa-desa, jalan nasional di pantai barat dan perkebunan yang berdekatan dengan pantai, sebelum tsunami daerah ini dilindungi oleh punggung bukit pantai yang membentang sepanjang kurang lebih 6 km di sepanjang garis pantai. Punggung bukit pantai ini musnah oleh tsunami tetapi proses pembentukan alami telah terjadi yang membentukan kembali bukit pantai di sepanjang pantai. Hasil dari proses ini terjadi penutupan akses ke laut untuk sungai-sungai kecil ke laut dan pasang surut. Diperluklan suatu studi untuk pemanfaatan dan pengelolaan laguna dan daerah rawa di belakang pantai.

Semua lahan basah didaerah pantai dan daerah mangrove terpengaruh oleh tsunami tetapi sekarang pada daerah rawa tersebut ini telah berkembang beberapa jenis mangrove seperti Rhizophora, Avicennia, dan Nipah. Hal ini harus didukung oleh penanaman tambahan (didukung NGO) tetapi hanya didaerah yang terbatas. Daerah lahan basah didaerah pantai memungkinkan untuk

SINCLAIR KNIGHT MERZ 35

Page 44: kapbah

Rencana Aksi Kecamatan – Leupung

dikembangkan penanaman mangrove dan hal ini akan memperbaiki fungsi ekologi daerah tersebut dan juga membantu menstabilkan kondisi tanah.

Di daerah anak Sungai Krueng Geupu yang terpengaruh juga oleh tsunami yang juga menghancurkan kebun-kebun masyarakat. Daerah ini sudah direkomondasikan untuk tidak dibangun kembali dan rahabilitasi kebun di daerah ini akan menambah banyak fungsi termasuk menstabilkan tebing sungai dan membantu mengembangkan mata pencaharian, serta memperbaiki kenyamanan secara menyeluruh.

Pekerjaan tanah yang sudah dikerjakan untuk membangun desa baru Layeun telah menghasilkan daerah yang curam dibelakang lokasi perumahan dan mungkin akan terjadi longsor. Diperlukan pengelolaan lingkungan daerah yang miring dibelakang pembangunan perumahan yang baru.

Di Kecamatan Leupung terdapat bebarapa persoalan lingkungan, yang mempunyai hubungan dengan masalah lain dari rencana aksi kecamatan atau di luar dari lingkup proses perencanaan tata ruang ini. Secara rinci dijelaskan sebagai berikut:

Pembersihan sampah yang ditimbulkan oleh tsunami dan hambatan dari pasang tinggi yang dijumpai di sekitar Sungai Kreung Geupu telah ditangani dibagian infastruktur.

Permasalahan debu yang ditimbulkan oleh kendaraan berat, dalam pembangunan jalan raya pantai barat yang dikerjakan oleh USAID, yang melalui jalur baru sekitar Meunasah Mesjid dan Pulot menimbulkan dampak di sekitar penampungan. Tetapi pengaspalan jalan raya nasional ini termasuk didalam program infrastruktur.

Dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh penambangan pasir dan batuan di Sungai Krueng Geupu, rencana pengelolaan lingkungan dan pemantauan yang sedang berlangsung terhadap kegiatan ini merupakan isu lingkungan yang memerlukan penilaian lebih lanjut. Kegiatan ini diluar ruang lingkup dari kegiatan aksi ini.

5.2.2 Kebijakan/Pendekatan Kunci dari program lingkungan ini adalah sangat dekat hubungannya dengan program infrastruktur dan mata pencaharian terutama dalam hubungannya dengan penanaman kembali yang luas dari tanam-tanaman, buah-buahan dan mangrove. Pendekatan dari rencana aksi ini adalah untuk menyakinkan bahwa:

Daerah pantai yang dinamis di tengarai sebagai daerah no-go untuk mendirikan bangunan, sementara itu penanaman kembali yang luas akan menjamin stabilitas dari keberadaan bukit pasir, perlindungan desa sepanjang pantai terhadap terpaan angin kencang dan kemungkinan tersedianya mata pencaharian masyarakat dengan penanaman dan pemanenan hasil buahnya.

Penanaman kembali dengan pohon-pohon baru di daerah anak-anak Sungai Krueng Geupu yang merupakan sungai terbesar di Kecamatan Leupung, untuk menstabilitkan tepi sungai,

SINCLAIR KNIGHT MERZ 36

Page 45: kapbah

Rencana Aksi Kecamatan – Leupung

membantu dalam pemulihan mata pencaharian masyarakat dan meningkatkan kenyamanan daerah ini.

Penanaman kembali tanaman mangrove di daerah yang telah hilang oleh tsunami, dalam jangka panjang untuk memulihkan kembali fungsi ekologi di daerah lahan basah ini. Masyarakat telah mengenali program penanaman mangrove kembali ini sebagai hal yang penting dan menekankan perlunya pengelolaan dan pemeliharaan untuk menjamin tingkat keberhasilannya (presentasi tumbuh tinggi).

Areal perumahan baru warga pedesaan Layeun terlindungi dari erosi dan longsor disamping tersedia peningkatan peluang untuk masyarakat ini mempunyai mata pencaharian dengan menanami daerah-daerah yang berteras ini.

5.2.3 Dasar Pemikiran Di Kecamatan Leupung terdapat tiga bentuk lahan yang utama, daerah perbukitan dan pengunungan, daerah sungai dan dataran rendah pantai, dan daerah pesisir dan laut. Diantara daerah-daerah ini tsunami telah menghancurkan daerah dataran rendah pantai dan sepanjang pantai serta garis pantai yang menghasilkan perubahan dalam bentang alam, pola drainage, hilangnya sebagian besar tanam-tanaman dan hilangnya perlindungan masyarakat pantai dari terpaan angin yang kencang.

Daerah dataran rendah pantai dan sepanjang pantai merupakan pemukiman yang utama serta aktifitas ekonomi. Tsunami telah menghasilkan perubahan yang nyata pada daerah ini, dengan hilangnya sebagian besar pasir pelindung pantai, meskipun pasir pelindung pantai ini akan terbentuk kembali secara alami, tertahannya air di lahan basah pantai dengan berubahnya pasir pelindung pantai, dan hilangnya daerah mangrove.

5.2.4 Program Prioritas. Program-program utama difokuskan pada penanaman kembali daerah yang luas disepanjang pantai untuk mengganti tanaman yang hilang oleh tsunami. Unsur-unsur yang diprioritaskan adalah:

Penetapan daerah pantai sebagai zone no-go untuk mendirikan bangunan dan mengusulkan program penanaman kembali pohon-pohonan untuk menyediakan pasir pelindung yang stabil, perlindungan dari angin kencang dan peluang mata pencaharian dengan memanen buah-buahan.

Menanami kembali pohon-pohonan di anak-anak Sungai Krueng Geupu untuk mengganti pohon-pohonan yang hilang akibat tsunami dan menyediakan tepi sungai yang stabil, membantu mengembalikan mata pencaharian dan memperbaiki tingkat kenyamanan daerah.

Melaksanakan program penanaman kembali mangrove di daerah lahan basah pantai untuk mengganti mangrove yang hilang oleh tsunami dan memperbaiki fungsi ekologi untuk jangka panjang.

SINCLAIR KNIGHT MERZ 37

Page 46: kapbah

Rencana Aksi Kecamata

SINCLAIR KNIGHT

n – Leupung

MERZ 38

Melaksanakan penanaman pohon di perbukitan dekat Desa Leuyun yang baru. Pekerjaan ini diperlukan untuk menstabilkan daerah miring dibelakang lokasi perumahan yang baru yang mungkin daerah erosi dan longsor.

5.3 Program Pilihan

5.3.1 Ringkasan Program Rencana perbaikan dan pembangunan kembali setelah terjadi bencana tsunami menawarkan peluang yang positif untuk menilai penggunaan lahan, mengoptimalkan potensi lingkungan yang ada, melindungi daerah yang sensitif bekerja sama melaksanakan kegiatan dengan pemangku kepentingan.

Program rehabilitasi lingkungan yang diusulkan memperhatikan dampak yang sangat hebat dari tsunami dan pentingnya dukungan dan percepatan proses penanaman kembali dan menambah kualitas lingkungan.

Program-program yang dimaksud sebagai berikut:

Lingkungan 1 Penanaman kembali pohon-pohonan mendukung daerah penyangga pantai.

Lingkungan 2 Penanaman kembali di daerah anak-anak Sungai Kreung Geupu.

Lingkungan 3 Penanaman kembali tanaman mangrove di daerah lahan basah pantai oleh masyarakat.

Lingkungan 4 Membuat teras serta menanaminya dengan tanaman di Desa Layeun.

Page 47: kapbah

Rencana Aksi Kecamatan – Leupung

SINCLAIR KNIGHT MERZ 39

5.3.2 Penjelasan Program PENANAMAN KEMBALI SECARA TERPADU DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN.

LINGKUNGAN 1 – PENANAMAN KEMBALI POHON KELAPA SERTA POHON LAINNYA SEBAGAI DAERAH PENYANGGA PANTAI Tumbuh-tumbuhan di kawasan pantai Kecamatan Leupung hampir semuanya dibinasakan oleh tsunami dengan hanya menyisakan kelapa dan beberapa pohon lainnya. Ada suatu kebutuhan yang mendesak untuk penanaman kembali daerah pantai dengan pohon kelapa, casuarinas, terminalia catapa, dan sebagainya. Hal ini berguna pula untuk kenyamanan lingkungan dan untuk membantu peningkatan mata pencarian. Penanaman ini akan membantu stabilisasi lingkungan, pemandangan dan menyediakan perlindungan terhadap tiupan angin kencang bagi pedesaan sepanjang pantai. Program pengelolaan yang sedang berjalan dan dilaksanakan oleh masyarakat juga diperlukan sebagai bagian dari program penanaman kembali dan akan menjamin bahwa tanam-tanaman tersebut akan tumbuh berkembang. Keuntungan kedepan: Setelah beberapa tahun pohon-pohonan ini akan mencapai ketinggian yang mulai berdampak positif pada kenyamanan dan memegang peranan penting dalam perlindungan pantai. Sebagai tambahan, pohon kelapa akan mulai berbuah pada umur 4 tahun dan akan menambah pendapatan masyarakat.

LINGKUNGAN 2 – PENANAMAN KEMBALI POHON KELAPA DAN POHON-POHON BUAH-BUAHAN DISEPANJANG SUNGAI KREUNG GEUPU Hampir semua tanaman yang ada disekitar daerah rendah disepanjang sungai Kreung Geupu musnah oleh tsunami. Penanaman kembali pohon kelapa dan pohon buah-buahan seperti durian, mangga, rambutan dan lain-lain harus dilakukan untuk tujuan perbaikan lingkungan dan kenyamanan, disamping membantu peningkatan pendapatan masyarakat perdesaan. Program pengelolaan yang sedang berjalan dan dilaksanakan oleh masyarakat juga diperlukan sebagai bagian dari program penanaman kembali dan akan menjamin bahwa tanam-tanaman tersebut akan tumbuh berkembang. Keuntungan kedepan: Setelah beberapa tahun pohon-pohonan ini akan mencapai ketinggian yang mulai berdampak positif pada kenyamanan dan memegang peranan penting dalam perlindungan pantai. Sebagai tambahan, pohon kelapa akan mulai berbuah pada umur 4 tahun dan akan menambah pendapatan masyarakat.

LINGKUNGAN 3 – PENANAMAN KEMBALI TANAMAN MANGROVE DI DAERAH LAHAN BASAH PANTAI OLEH MASYARAKAT Mangrove memegang peran penting dilingkungan pantai, menghasilkan stabilitas lahan, melindungi dari erosi dan proses lain di pantai dan menyediakan daerah/habitat atau asuhan dan tempat cari makan beberapa spesies dari biota laut.Sebagian besar dari mangrove yang musnah oleh tsunami dan penanaman kembali dari spesies campuran yang menyejukkan direkomendasikan untuk dilaksanakan di daerah-daerah yang terpilh di semua desa. Keuntungan kedepan: Pelaksanaan usulan penanaman mangrove secara terpadu, program pemeliharaan dan monitoring akan mendatangkan keuntungan bagi nelayan yang lebih banyak.

Page 48: kapbah

Rencana Aksi Kecamatan – Leupung

SINCLAIR KNIGHT MERZ 40

LINGKUNGAN 4 – MEMBUAT TERAS DAN PENANAMAN KEMBALI DAERAH PERBUKITAN UNTUK KESTABILAN LAHAN DAN PERLINDUNGAN EROSI Pekerjaan tanah untuk pembangunan desa baru menghasilkan daerah yang curam di belakang perumahan mungkin akan menyebabkan tanah longsor. Penterasan, stabilisasi dan penanaman pepohonan di daerah ini akan membantu menjamin bahwa pembangunan perumahan baru tidak akan terkena dampak erosi dan tanah longsor sambil juga mempersiapkan areal ini untuk penanaman pohon-pohonan. Keuntungan kedepan: Melindungi pembangunan perumahan baru dari erosi dan tanah longsor sambil juga menyiapkan penambahan areal kebun untuk menambah pendapatan mereka.

Page 49: kapbah

Rencana Aksi Kecamatan – Leupung

SINCLAIR KNIGHT MERZ 41

5.3.3 Penjelasan Program Di usulkan

oleh ID Sub-

Program Tempat Permasalahan Penerima Manfaat

Ukuran / Jumlah

Sumber Dana

Rencana Anggaran Rp. (juta)

Persyaratan Penilaian

Lingkungan Status

Program Referensi

PENANAMAN POHON-POHON DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN YANG TERINTEGRASI

Masyarakat LP/ ENV.1

Penanaman kembali pohon kelapa cemara laut serta lainnya sebagai zona penyangga pantai

Daerah pantai: Deyah Mamplam Meunasah Bak Ue Meunasah Mesjid Lamseunia Pulot, Layeun

Memperbaiki lingkungan pantai, mengganti pohon-pohonan yang hilang, perlindungan desa dari angina yang kencang, membantu pemulihan mata pencaharian masyarakat, dan meperbaiki kenyamanan lingkungan.

Semua masyarakat yang ada di sepanjang pantai

Tidak diperlukan

Bagian ini masuk kedalam wilayah BRR divisi Kehutanan yang belum dilaksanakan. Belum ada NGO atau lembaga lain yang mengerjakan pekerjaan ini.

TOR 36 (lihat Appendix D.6)

Masyarakat LP/ ENV.2

Penanaman kembali pohon kelapa dan pohon-pohon buah-buahan disepanjang Sungai Kreung Geupu.

Lahan disekitar tepi sungai dekat dengan desa Lamseunia

Memperbaiki daerah ditepi sungai, penanaman kembali pohon pohonan yang rusak, perlindungan terhadap desa membantu pemulihan mata pencaharian masyarakat, dan meperbaiki kenyamanan lingkungan.

Semua masyarakat dan desa Lamseunia

Tidak diperlukan

Tidak ada NGO atau lembaga lain yang mengerjakan pekerjaan ini.

TOR 36 (lihat Appendix D.6)

Page 50: kapbah

Rencana Aksi Kecamata

SINCLAIR KNIGHT

n – Leupung

MERZ 42

Di usulkan oleh

ID Sub-Program Tempat Permasalahan Penerima

Manfaat Ukuran / Jumlah

Sumber Dana

Rencana Anggaran Rp. (juta)

Persyaratan Penilaian

Lingkungan Status

Program Referensi

Masyarakat LP/ ENV.3

Penanaman kembali tanaman mangrove di daerah lahan basah pantai oleh masyarakat

Semua desa

Hilangnya mangrove menghasilkan ketidakstabilan daerah ini dan mengurangi fungsi ekologi

Semua desa

Tidak diperlukan

Tidak ada NGO atau lembaga lain yang mengerjakan pekerjaan ini

TOR 31 (lihat Appendix D.4)

Masyarakat LP/ ENV.4

Membuat teras serta menanami-nya dengan tanaman didekat pemukiman baru

Desa Layeun

Pekerjaan tanah untuk membangun desa baru telah menghasilkan daerah yang curam di belakang perumahan baru yang mungkin longsor.

Masyarakat desa Layeun

Tidak diperlukan

Tidak ada NGO atau lembaga lain yang mengerjakan pekerjaan ini

TOR 64 (lihat Appendix D7)

Page 51: kapbah

Rencana Aksi Kecamatan- Peukan Bada

6. Ringkasan dan Kesimpulan Dalam pengembangan Rencana Aksi Kecamatan, beberapa permasalahan telah dikonsultasikan pada tingkat kecamatan dan tingkat desa bersama dengan POKJA dan NGO yang bekerja di daerah tersebut. Kegiatan ini dimulai dengan survei lapangan, pengumpulan data, dan pemetaan sehingga menghasilkan pandangan kajian singkat yang komprehensif tentang kebutuhan dan kesempatan yang ada di area studi. Hal ini juga menimbulkan rasa “kepemilikan” terhadap proses dan program.

Proses konsultasi melibatkan pertemuan antara Camat dan pegawai Kecamatan diikuti dengan analisa isu dan survei lapangan melalui foto udara. Konsultasi dengan para kepala desa juga telah dilaksanakan dalam forum masyarakat dan mendiskusikan tentang infrastruktur, lingkungan, dan mata pencaharian. Isu-isu dan kesempatan-kesempatan yang disampaikan oleh kepala desa telah dipertimbangkan dan lingkup studi telah dimasukkan dalam usulan program. Pertemuan lain dilakukan antara Camat dan POKJA untuk mendiskusikan proposal. Walaupun menghabiskan banyak waktu namun proses ini dilakukan untuk mencapai rasa kepemilikan yang tinggi di tingkat daerah.

Selain itu, rapat koordinasi antar NGO menciptakan suatu forum untuk mendapatkan informasi tentang kegiatan yang dilaksanakan oleh NGO dan membantu mengidentifikasi kesenjangan antara kebutuhan masyarakat dengan program yang ada. Konsultasi secara individual dilaksanakan dengan NGO untuk membantu proses identifikasi selanjutnya.

Pada akhirnya, prioritas kunci serta proyek berskala luas telah diuraikan. Beberapa proyek dapat dilanjutkan untuk diimplementasikan segera; namun beberapa proyek bersifat kompleks sehingga memerlukan desain dan analisis tambahan.

Program-program ini harus diperhatikan sebagai langkah awal dalam proses perencanaan dan pengembangan desain demi keberhasilan pengembangan dan rehabilitasi Kecamatan di masa yang akan datang.

SINCLAIR KNIGHT MERZ 43

Page 52: kapbah

Rencana Aksi Kecamatan - Leupung

SINCLAIR KNIGHT MERZ

Page 53: kapbah

Rencana Aksi Kecamatan - Leupung

Lampiran

SINCLAIR KNIGHT MERZ

Page 54: kapbah

Rencana Aksi Kecamatan - Leupung

SINCLAIR KNIGHT MERZ

Page 55: kapbah

Rencana Aksi Kecamatan - Leupung

Appendix A Panduan Pengelolaan Limbah Padat di Daerah Pedesaan

A.1 Pendahuluan Di daerah pedesaan terdapat, jarak yang cukup jauh antar rumah yang satu dengan yang lainnya, sebagai akibat dari aktivitas pertanian seperti tanaman hasil bumi, pertanian dan peternakan serta kegiatan perikanan. Rumah-rumah di daerah pedesaan tidak terlalu padat sehingga pengumpulan sampah dari rumah ke rumah dirasa tidak ekonomis. Oleh karena itu Pengelolaan Limbah Padat diberikan pada masyarakat lokal atau rumah-rumah tangga.

Limbah padat di pedesaan pada umumnya adalah limbah organik atau limbah cair. Limbah organik terdiri dari bahan-bahan yang mudah terurai seperti rumput, dedaunan dan pepohonan (sampah hijau), sisa-sisa sayuran dan kulit buah-buahan (sisa makanan), dan khusus di daerah pedesaan, pupuk tanaman berasal dari kotoran hewan. Beberapa jenis limbah ini dapat dikomposkan (dibusukkan).

Komponen kedua yaitu limbah non-organik atau limbah kering seperti kertas, kaca, logam dan plastik. Beberapa bahan ini dapat didaur ulang atau digunakan kembali. Limbah kering yang dapat didaur ulang atau digunakan kembali dapat dijual langsung ke pengumpul barang bekas atau dijual ke masyarakat lokal yang dikenal dengan “bantuan ekonomi”.

Komponen terakhir adalah limbah umum yang tidak dapat dibusukkan atau didaur ulang. Diantaranya adalah potongan besi, sisa-sisa minyak yang berasal dari dapur dan bahan-bahan lain seperti popok/diaper sekali pakai.

Di daerah pedesaan, sebagian besar masyarakat telah menggunakan pupuk kompos yang berasal dari dedaunan dan kotoran hewan dalam kegiatan pertanian mereka. Walau bagaimanapun, limbah domestik organik/sampah basah harus dipisahkan dari limbah umum atau limbah non-organik/sampah kering (mis. kertas, kaca, plastik, dll) agar sampah ini aman dan tidak membusuk, karena limbah kering ini lebih sedikit bila dibandingkan dengan limbah organik.

A.2 Tujuan Panduan yang disediakan tidak hanya digunakan untuk pengelolaan limbah padat bagi rumah tangga di pedesaan, tetapi pendekatan ini juga penting untuk memberikan pendidikan dasar bagi masyarakat. Tujuan dari panduan ini adalah:

a) Masyarakat memahami manfaat pengelolaan limbah padat yang berhubungan dengan kesehatan, perlindungan lingkungan dan nilai ekonomi.

b) Masyarakat dapat memilah limbah organik/limbah basah, limbah non-organik/kering dan limbah umum tanpa bantuan dari luar.

SINCLAIR KNIGHT MERZ

Page 56: kapbah

Rencana Aksi Kecamatan - Leupung

c) Masyarakat dapat mengolah bermacam jenis limbah padat dengan beberapa metode/pendekatan sehingga hanya limbah umum (dalam jumlah yang sangat kecil) yang dapat dibuang ke lingkungan.

d) Masyarakat dapat mengelola limbahnya sendiri dan secara berkesinambungan. e) Masyarakat dapat menerima keuntungan dari pengelolaan limbah yang tepat, contohnya,

menggunakan pengkomposan dalam kegiatan pertanian, mendapatkan pemasukan tambahan dari hasil daur ulang dan peningkatan kesehatan dan pemeliharaan lingkungan dengan adanya pengelolaan limbah sisa yang tepat.

A.3 Pendekatan Pengelolaan Limbah Padat Sebuah pendekatan berbasis masyarakat dalam pengelolaan limbah padat telah diusulkan. Pendekatan gabungan ini harus diperkenalkan kepada masyarakat sebelum melibatkan rumah tangga secara langsung dalam pelaksanaan program. Maksudnya, masyarakat akan diberi pengetahuan tentang manfaat pengelolaan limbah yang tepat, kemudian masyarakat akan bersama-sama bekerja dalam program daur ulang. Sehingga masyarakat akan bertanggung jawab untuk mengelola limbah rumah tangga dan limbah pertaniannya sendiri. Komponen kunci akan membangun skema pemilahan limbah dan pengkomposan di tingkat rumah tangga. Masyarakat harus diberikan pelatihan tentang pemilahan limbah dan selanjutnya dianjurkan untuk melakukan pengkomposan.

Sebagian besar limbah organik/sampah basah dari pedesaan dapat dikomposkan dan dapat langsung digunakan untuk kegiatan pertanian. Limbah rumah tangga yang dapat dikomposkan harus dipisahkan di tempat dari limbah yang tidak dapat dibusukkan, termasuk limbah non-organik/kering (yang dapat didaur ulang dan tidak dapat didaur ulang) serta limbah umum. Hal ini penting untuk proses pengkomposan yang berkelanjutan. Untuk memberikan komposisi yang seimbang antara nitrogen dan karbon serta kelembaban yang sesuai, limbah rumah tangga dan kotoran hewan biasanya harus dicampur dengan sampah kebun (sampah hijau) dan atau kertas. Selain itu, sampah dedaunan dan sampah hijau lainnya dapat dicampur dengan sisa sayuran dan kulit buah-buahan untuk dikomposkan, akan tetapi pelepah kelapa dan daunnya tidak sesuai untuk dikomposkan.

Pupuk kompos yang dihasilkan dapat langsung digunakan untuk meningkatkan kondisi tanah sehingga produksi pertanian juga meningkat. Disamping itu, pupuk kompos juga dapat memperkuat struktur tanah, mengurangi struktur tanah liat yang terdapat di daerah pertanian, dll. Pengembangan kegiatan pengkomposan ini tidak hanya mendorong kegiatan pertanian di daerah pertanian, tetapi juga dapat memecahkan isu-isu pengelolaan limbah padat di daerah pedesaan.

Sebuah proyek percontohan (pilot project) diperlukan untuk mengajarkan masyarakat tentang pemilahan limbah basah dan limbah kering sebagai dasar proses pengkomposan dan menggunakan hasil kompos dalam kegiatan pertanian. Menentukan jumlah bahan makanan dan metode pengkomposan yang tepat juga menjadi bagian dari program pembelajaran masyarakat ini.

SINCLAIR KNIGHT MERZ

Page 57: kapbah

Rencana Aksi Kecamatan - Leupung

Limbah-limbah kering (kertas, plastik, kaca, botol/kaleng, dll.) dapat didaur ulang berdasarkan skema daur ulang berbasis masyarakat. Toko-toko barang bekas mungkin tidak tersedia di semua daerah, sehingga para pemulung dan masyarakat harus mengumpulkan sendiri barang-barang yang dapat didaur ulang untuk di jual. Walaupun metode pengolahan limbah lebih ditekankan pada metode daur ulang dan pengkomposan, namun beberapa bahan-bahan sisa membutuhkan tempat pembuangan. Misalnya sisa-sisa daging, bahan-bahan yang dapat membusuk seperti insang dan isi perut ikan, limbah berminyak serta limbah-limbah lainnya seperti diaper/popok sekali pakai. Beberapa bahan mungkin dapat digunakan sebagai makanan hewan, misalnya sisa daging dapat digunakan sebagai makanan ayam. Sisanya dapat dikubur dan ditutupi dengan tanah dengan ketebalan paling kurang 30 cm. Tempat penguburan limbah sisa/limbah umum ini sebaiknya di tanah yang mengandung lempung atau tanah endapan (tanah liat), bukan saluran drainase berpasir atau berkerikil. Lokasi lubang penguburan tidak boleh terlalu dekat dengan permukaan air bawah tanah atau drainase dimana limpahan air hujan akan memenuhi lubang.Pendekatan pengelolaan limbah padat untuk daerah pedesaan ditunjukkan pada diagram:

Kegiatan pertanian, peternakan & kegiatan

domestik lainnya

Limbah Sisa (Daging, sisa minyak, popok/diaper sekali

pakai, dll.)

Limbah organik/basah (Dedaunan, sisa

sayuran, kulit buah, pupuk, dll.)

Limbah non-organik/kering

(Kertas, plastik, kaca, kaleng, dll.)

Pengalihan limbah yang sesuai untuk

pakan ternak (misalnya ayam)

Pengkomposan (aerobik/an-aerobik)

Daur ulang

Produk baru Pupuk kompos

Kebutuhan manusia Kegiatan pertanian

Penguburan limbah sisa

Figur 3 Diagram Pendekatan Pengelolaan Limbah Padat di Daerah Pedesaan

SINCLAIR KNIGHT MERZ

Page 58: kapbah

Rencana Aksi Kecamatan - Leupung

A.4 Tingkat Pembusukan a) Pemilahan limbah

Pada tahap ini, pemilahan limbah antara bahan-bahan yang dapat membusuk, didaur ulang dan limbah sisa harus sudah dilakukan.

b) Pengurangan ukuran Komposisi limbah dapat diperkecil dengan cara pemotongan/diracik sehingga limbah lebih cepat dan mudah diuraikan menjadi kompos.

c) Penerapan Sistem Pembusukan Terdapat sejumlah sistem pengkomposan yang sesuai untuk limbah rumah tangga dan pertanian. Sistem gundukan kompos digambarkan di bawah ini, namun sistem pengkomposan sederhana dapat diterapkan dengan menggunakan sekumpulan ban bekas, dan menggali lubang dangkal di permukaan tanah serta menggunakan kontainer untuk mempermudah drainase. Ada juga tempat khusus untuk pengkomposan dimana kompos diputar dan diberi udara, serta corong plastik untuk mencegah masuknya air hujan namun tetap membiarkan adanya pergantian udara. Berikut ini adalah sistem pengkomposan dasar;

Untuk memaksimalkan efisiensi pengkomposan dan menyediakan drainase tambahan pada gundukan kompos, sebuah metode untuk membiarkan udara masuk hingga dasar gundukan kompos sangat dianjurkan. Hal ini dapat dilakukan dengan menempatkan sebuah pipa besar pada dasar gundukan kompos dan di sekeliling pipa diberi lubang yang cukup banyak, sebuah bingkai kecil terbuat dari kawat kasa atau seikat bambu diletakkan di sekeliling tanah di tengah gundukan kompos.

Limbah cair/ bahan-bahan organik yang telah dipotong, pupuk (jika ada) dan material lain yang kaya akan karbon, material kering lain seperti potongan kayu/pohon, dedaunan dan kertas dicampur dan dibuat menjadi suatu gundukan diatas sistem drain yang dijelaskan diatas.

Desain gundukan mempunyai lebar sekitar 1-1.5 meter, tinggi 1 meter dan panjangnya akan disesuaikan dengan kebutuhan volume ruang pengkomposan.

Padatkan gundukan kompos secara ringan dengan dipijak dan pembentukan gundukan. d) Inversi (Proses Pembalikan)

Inversi dilakukan saat temperatur mencapai sekitar 50oC, dan dapat dilakukan secara manual atau oleh petugas. Secara berturut-turut, lapisan atas dari gundukan kompos dipindahkan ke gundukan kompos yang baru hingga lapisan atas gundukan kompos berada dibawah gundukan kompos yang baru, dan sebaliknya.

Proses inversi dibutuhkan untuk membuang kelebihan panas, membiarkan udara segar masuk ke bagian pengkomposan sebelumnya yang terletak di bagian dalam, menyalurkan proses dekomposisi ke seluruh gundukan kompos, menghantarkan panas dan memadatkan material menjadi bagian-bagian kecil.

SINCLAIR KNIGHT MERZ

Page 59: kapbah

Rencana Aksi Kecamatan - Leupung

e) Pengairan Tes untuk menentukan apakah pengairan dibutuhkan adalah dengan menekan sejumlah kecil materi pengkomposan secara manual. Jika air tidak keluar, maka gundukan kompos harus disiram. Pada musim hujan, gunduka kompos perlu ditutup untuk mencegah agar tidak terlalu basah. Air yang berlebihan dapat membatasi transfer oksigen yang akan memperlambat proses pembusukan serta menimbulkan bau yang menyengat.

f) Maturation (Pematangan) Setelah proses pembusukan selama 30-40 hari, suhu gundukan kompos menurun hingga mencapai suhu ambient. Pada saat ini, gundukan kompos seharusnya berwarna coklat tua atau hitam dan berbau tanah, bukan ammonia atau sulfur (belerang).

g) Screening (Penyaringan) Screening atau penyaringan dibutuhkan untuk mendapatkan ukuran kompos yang sesuai dengan kebutuhan dan memisahkan materi residu yang seharusnya tidak ditemukan dalam produk kompos akhir.

Bahan-bahan lain yang belum terurai habis, dikembalikan ke gundukan pengkomposan yang baru, sementara sisa materi dibuang.

h) Penyimpanan Pupuk kompos yang telah disaring harus disimpan ditempat yang kering dan terlindung dari jamur dan rumput.

SINCLAIR KNIGHT MERZ

Page 60: kapbah

Rencana Aksi Kecamatan - Leupung

Appendix B Proyek-Proyek yang Diidentifikasi dan Didanai oleh BRR Wilayah (Ringkasan)

ETESP6 dengan Perpanjangan

Sektor # Proyek # Biaya Biaya % Biaya % Rp Juta

Diidentifikasi Proyek Diidentifikasi Rp Juta Per Proyek

BRR Wilayah Satu

Aceh Besar (6 kecamatan o/o 22)

Infrastruktur 103 78 76% 640,437 85% 8,211

Mata Pencaharian 74 37 50% 98,908 13% 2,673

Lingkungan 45 23 51% 13,596 2% 591

Total 222 138 62% 752,941 100% 5,456

Aceh Jaya (6 kecamatan o/o 6)

Infrastruktur 133 97 73% 183,197 75% 1,889

Mata Pencaharian 49 9 18% 61,590 25% 6,843

Lingkungan 23 0 0% 0 0%

Total 205 106 52% 244,787 100% 2,309

Sabang (2 kecamatan o/o 2)

Infrastruktur 59 56 95% 68,880 64% 1,230

Mata Pencaharian 12 11 92% 38,625 36% 3,511

Lingkungan 9 2 22% 198 0% 99

Total 80 69 86% 107,703 100% 1,561

Total BRR Wilayah Satu

Infrastruktur 103 78 76% 640,437 85% 8,211

Mata Pencaharian 74 37 50% 98,908 13% 2,673

Lingkungan 45 23 51% 13,596 2% 591

Total 222 138 62% 752,941 100% 5,456

BRR Wilayah Dua

Aceh Barat (5 kecamatan o/o 11)

Infrastruktur 112 82 73% 211,205 89% 2,576

Mata Pencaharian 52 13 25% 27,166 11% 2,090

Lingkungan 27 0 0% 0 0%

Total 191 95 50% 238,371 100% 2,509

Total

Infrastruktur 215 160 74% 851,642 86% 5,323

Mata Pencaharian 126 50 40% 126,074 13% 2,521

Lingkungan 72 23 32% 13,596 1% 591

Total 413 233 56% 991,312 100% 4,255

SINCLAIR KNIGHT MERZ

Page 61: kapbah

Rencana Aksi Kecamatan - Leupung

Appendix C SPAR Kabupaten Aceh Besar The indicative activity schedule and project costs for the period 2005-2007 as obtained from the Sub Project Appraisal Report [SPAR] for kabupaten Aceh Besar are listed in Table 1. The SPAR was prepared by the ETESP Fisheries Component.

Table 1 - SPAR indicative activity schedule and project costs [IDR million]

Output/District Desa Units Num-ber

Unit Cost

Total Cost

Units 05

Units 06

Units 07

Cost 05

Cost 06

Cost07

ACEH BESAR 1. Community Empowerment

Village grants no 30 200 6000 10 20 2000 40002. Capture Fisheries Leupung (Bagans) - c.8 up to 6 desa paket 1 1800 1800 1 1800Leupung, Repair of 2 bagans

no 2 50 100 2 100

Baitussalam (15-30 GT purse seiners)

Lambada Lhok

paket 1 1800 1800 1 1800

Mesjid Raya paket 1 1800 1800 1 1800On-vessel lights, Leupung up to 6 desa 100 0.9 90 100 90Underwater lights, Leupung

up to 6 desa 100 1.35 135 100 135

3. Aquaculture Tambak pond rehabilitation ha 320 30 9600 120 150 50 3600 4500 1500Tambak canal rehabilitation

km 23 55 1265 10 10 3 550 550165

Minor equipment ha 320 5 1600 120 150 50 600 750 250Tambak agroinputs ha 320 11 3520 120 150 50 1320 1650 550Hatchery rehabilitation pakets 4 100 400 4 400Milkfish nursing pakets 30 5 150 15 15 75 75Crab culture pakets 30 2 45 15 15 23 22.5Grouper nursing pakets 30 6 180 15 15 90 90Seaweed packages racks 16 7.5 120 16 120Seaweed service boats no 8 6 48 8 484. Fisheries Infrastructure

Small-Scale Fisheries Post-Harvest Facilities

Meunasah Keudeu

48 2.9 141 48 141

Possible mixed market - Mesjid Raya

Kreung Raya

market 1 250 250 1 250

Possible mixed market - Baitussalam

Lambada Lhok

market 1 250 250 1 250

TPI Leupung Layeun TPI 1 500 500 1 500

SINCLAIR KNIGHT MERZ

Page 62: kapbah

Rencana Aksi Kecamatan - Leupung

Output/District Desa Units Num-ber

Unit Cost

Total Cost

Units 05

Units 06

Units 07

Cost Cost Cost05 06 07

Training wall Lambada Lhok

m 1000 2 2000 1000 2000

5. Ecosystem Rehabilitation

Mangrove/green belt rehabilitation

ha 64 10 640 24 30 10 240 300100

6. Service Recovery Vehicle no 1 200 200 1 200DIU operation amount 1 500 500 0.5 0.5 250 250Training packages DKP paket 1 100 100 0.5 0.5 50 50Training - fishers/aquaculturists

paket 1 200 200 0.5 0.5 100100

Total Baseline Costs 5129 639 3990 500

SINCLAIR KNIGHT MERZ

Page 63: kapbah

Rencana Aksi Kecamatan - Leupung

Appendix D TOR Mata Pencaharian

D.1 TOR 9 – Studi Kelayakan untuk Fasilitas Pemrosesan Ikan dan Makanan Laut

Nama proyek Studi kelayakan pengembangan fasilitas pemprosesan ikan dan makanan laut di dalam kecamatan

Tujuan

Tujuan utama untuk fasilitas ini adalah untuk memproduksi secara efisien, penyimpanan, pemeliharaan dan transportasi produk ikan dan makanan laut sesuai standar internasional untuk pasar eksport. Hal ini tidak hanya meningkatkan mata pencaharian penduduk setempat dan pedagang namun akan meningkatkan status Aceh sebagai suplier ikan berkualitas di pasaran global.

Dasar pemikiran dan Deskrpsi umum

Laut Hindia yang mengelilingi pulau Sumatera sangat dikenal dengan berbagai jenis spesies ikan makanan lautnya. Halangan utama bagi nelayan yang mengoperasikan kapal kecil dan medium di Aceh adalah kurangnya tempat penyimpanan dingin atau fasilitas pengeringan ikan, tanpa fasilitas tersebut akan sulit untuk memproduksi bagi pasaran yang lebih luas. Disamping hasil penangkapan yang kurang Lokasi harus ditetapkan. Daerah pendaratan kapal ikan harus dikembangkan, yang mungkin meliputi pengerukan sungai dan peningkatan infrastruktur lainnya. TOR diluar cakupan ini dibutuhkan.

Daftar kegiatan yang disarankan

Studi industri perikanan/makanan laut untuk menentukan faktor utama industri seperti jenis tangkapan, jumlah tangkapan, kebutuhan makanan lokal dan akses untuk penjualan, struktur pemasaran, keuntungan kotor dan bersih, dll Studi dampak mata pencahariaan dengan fasilitas baru, termasuk keuntungan bagi nelayan, pekerja pabrik, penjual dan grosir Analisa batasan pengembangan bagi produksi ikan yang disesuaikan dengan kebutuhan fasilitas pemprosesan , termasuk jenis ikan ( sangat menguntungkan, maupun sedang dan sedikit menguntungkan ) Penentuan tipe dan kapasitas fasilitas pemprosesan yang akan dibangun dan dilengkapi termasuk kebutuhan lahan, desain fasilitas, peralatan lokal yang tersedia, peralatan besar impor, peralatan pemasaran dan transportasi, termasuk kendaraan, dll Penentuan metode pemeliharaan ikan yang perlu dikembangkan dan kelayakan yang tergantung dengan jenis pasar 1) ikan segar 2) ikan beku 3) ikan kering 4) makanan ikan ( jumlah terbuang ) Studi kelayakan dan rasio laba/rugi dari prosedur produksi : pembersihan ikan atau makanan laut dan pemprosesan 1) menggunakan es menjadikan ikan segar 2) kamar pendingin menjadikan ikan beku 3) direbus, pasteurisasi dan pengeringan 4) pembuatan makanan ikan dari ikan yang ditolak atau sisa pembuangan Studi aspek pasar: pengepakan ikan/makanan laut, dikemas dan disalurkan ke lokasi yang sesuai untuk pemasaran akhir. Analisa transportasi dan keuangan yang efisien dan dapat di andalkan Studi kelayakan untuk program pelatihan pengendalian mutu yang akan dilaksanakan berpusat pada masalah penanganan nelayan lokal untuk menangani tangkapan ikan/makanan laut. Menyiapkan laporan sementara untuk pembiayaan, termasuk ilustrasi pengeluaran, membuat presentasi Menyertakan komentar dan finalisasi laporan akhir

Hasil yang dicapai Penentuan kelayakan fasilitas pemprosesan ikan

SINCLAIR KNIGHT MERZ

Page 64: kapbah

Rencana Aksi Kecamatan - Leupung

Jangka waktu 5 bulan

Biaya US $ 50,000

Komentar dan Saran Tim konsultan terdiri dari satu tenaga ahli pengembangan fasilitas perikanan internasional dan satu tenaga ahli nasional yang berpengalaman pada proyek yang sama di indonesia Staff inernasional dan NGO telah menulis proposal lengkap yang menjelaskan aktivitas ini. Detail yang lebih lanjut dapat diperoleh di [email protected] atau [email protected]

SINCLAIR KNIGHT MERZ

Page 65: kapbah

Rencana Aksi Kecamatan - Leupung

D.2 TOR 12 – Studi Potensi Konstruksi Kapal Ikan Nama Proyek Evaluasi akan potensi dan kebutuhan akan konstruksi kapal ikan di kecamatan

Tujuan Tujuannya untuk mempelajari kebutuhan akan konstruksi kapal ikan dan potensi untuk industri skala kecil.

Dasar Pemikiran dan Diskripsi Umum

Daerah sepanjang Pantai Sumatera menawarkan persediaan ikan yang melimpah, baik untuk konsumsi domestik maupun export. Tsunami telah menghancurkan banyak armada kapal, yang terdiri dari kapal kecil dan besar. Banyak agensi memberi masukan untuk menyediakan kembali kapal kecil ukuran 8 meter. Dan perhatian sedikit diberikan pada rekonstruksi kapal besar (18 - 20 meter ) tujuan program pembuatan kapal untuk peningkatan industri perikanan di daerah pantai, termasuk pembuatan kapal berukuran kecil dan konstruksi kabal baru dengan ukuran besar. Direkomendasikan suatu studi kelayakan dilakukan oleh konsultan perikanan untuk mempelajari jumlah dan kualitas kapal yang dibangun setelah tsunami, dan segi keuntungan, biaya, resiko dan dampak pembuatan lapal ukuran besar dan kecil di masa yang akan datang.

Daftar kegiatan yang disarankan

Lingkup pekerjaan yang dimasukkan tapi tidak dibatasi adalah : Jumlah kapal baik kecil dan besar sebelum tsunami beserta kegunaannya Analisa kapal ukuran kecil termasuk perkiraan volume dan distribusi kapal baru, menentukan penerima kapal baru, kontraktor, desain kapal, kualitas kapal dan kesenjangan yang ada. Analisa kapal ukuran besar setelah tsunami, termasuk jumlah kapal, nilai dari kapal yang besar. Analisa pasar dari panenan ikan keuntungan/resiko dan peningkatan konstruksi kapal berukuran kecil atau kapal berukuran besar Konstruksi kapal , seperti pengendalian mutu, dan jumlah material, sumber dan dampak lingkungan Prioritas kebutuhan industri yang diungkapkan para nelayan ( kapal, peralatan, pelatihan dan pemasaran ) Studi dampak, keuntungan dan struktur organisasi nelayan yang tergabung di industri perikanan setelah tsunami Studi dari kepemilikan kapal, kapten dan awak kapal. Kondisi dari fasilitas daerah pendaratan kapal ikan dan potensi pengembangan di masa datang Keuangan ( biaya operasi, laba bersih/kotor, distribusi pendapatan diantara pekerja, kemungkinan mekanisme bagi hasil, resiko. ) Rekomendasi detail sementara Peninjauan ulang dengan kecamatan, kabupaten dan BRR dan agensi lain yang terkait. Revisi jika diperlukan dan persiapan laporan akhir.

Hasil yang dicapai Rencana kegiatan untuk pengembangan industri konstruksi perahu ikan di kecamatan.

Jangka Waktu 3 bulan

Biaya US $ 30,000

Komentar dan Saran

Tim konsultan terdiri dari satu tenaga ahli perikanan internasional dan dua tenaga ahli nasional ( pengembangan perikanan dan konstruksi kapal ) yang mempunyai pengalaman di Aceh

SINCLAIR KNIGHT MERZ

Page 66: kapbah

Rencana Aksi Kecamatan - Leupung

D.3 TOR 14 – Studi Rehabilitasi Kebun Nama Proyek Pengembangan program rehabilitasi kebun yang menyeluruh daerah yang terkena

dampak tsunami di kecamatan.

Tujuan Penilaian akan pengembanagn detail program, termasuk kebutuhan sumber daya (fisik, manusia teknik dan keuangan) untuk rehabilitasi kebun yang terkena dampak tsunami.

Dasar Pemikiran dan Diskripsi Umum

Kebun didefinisikan dalam ETESP 6 sebagai pertanian di semua lahan kering di kecamatan, termasuk perkebunan, taman rumah, dan pertanian berbagai jenis tanaman yang dimiliki rumah tangga. Lokasi di dalam kecamatan di kota dan di desa, daerah yang terkena tsunami ataupun tidak, penentuan level rehabilitasi sulit untuk ditentukan. Beberapa tidak terkena tsunami tapi tidak produktif sebelum 2005 dan yang rusak karena tsunami, beberapa lahan relatif produktif kebun lain contoh kebun rumah bagi rumah baru tidak ada sebelum tsunami Dinas Perkebunan tampaknya menggeneralisasi dan menentukan semua kebun membutuhkan perbaikan. Standar rehabilitasi sulit untuk ditetapkan aktivitas termasuk pemindahan endapan dan sisa-sisa tsunami, pemagaran kembali dan input awal ,pembibitan, pupuk dan persemaian bibit pohon, termasuk persediaan hewan ternak (pemamah biak ukuran kecil dan besar makanan ternak dll ) di beberapa lokasi pembersihan dan input dibutuhkan. Di bagian lain hanya input awal , di bagian lain hana ternak. Beberapa membutuhkan pemagaran baru, sementara yang lain hanya perbaikan. Sebagai tambahan dinas peternakan menangani bidang ternak dan dinas perkebunan yang menangani masalah pertanian ETESP 6 merekomendasikan penyelidikan lebih lanjut untuk menentukan status kebun baik sebelum dan sesudah tsunami, jumlah penerima, lokasi dan skala intervensi. Mekanisme agensi untuk pembayaan dan pelasanaan program. Ilustrasi lingkup pekerjaan mengikuti.

Daftar kegiatan yang disarankan

1) Melakukan penilaian cepat di daerah yang terkena tsunami dan mempersiapkan peta berskala besar (1:5.000 atau 1:10.000) beberapa peta mungkin dibutuhkan. 2) Peninjauan ulang penilaian (terutama analisa kemapuan lahan dan analisa sosial ekonomi) 3) Analisa setiap area meliputi. Kebun yang terkena tsunami, tipe (taman, perkebunan, kebun rumah yang terintegrasi) dan kepemilikan tanah dan fasilitas Aktivitas sebelumnya, pertumbuhan komoditas, pasar dan pendapatan Perkebunan dan tingkat rehabilitasi yang dibutuhkan Kriteria opsi tingkat rehabilitasi, seperti pembersihan, pemagaran, masukan (pupuk, bibit persemaian bibit dan ternak kecil dan besar) Opsi dalam bidang kebutuhan biaya dan implikasi secara garis besar di bidang peralatan dan manusia (pegawai, mendapatkan pendapatan) Kemungkinan opsi badan pelaksana (NGO Kementrian, masyarakat) kemungkinan mekanisme untuk pembiayaan rehabilitasi 4) Peninjauan ulang dengan kecamatan, kabupaten BRR dan pemerintah 5) Persiapan laporan sementara dengan rekomendasi 6) Peninjauan ulang dengan pejabat yang berwenang 7) Finalisasi laporan

Hasil yang dicapai

Analisa laporan kelayakan rehabilitasi kebun, didukung oleh peta yang menguraikan situasi dan detail aksi yang disarankan.

SINCLAIR KNIGHT MERZ

Page 67: kapbah

Rencana Aksi Kecamatan - Leupung

Jangka Waktu 5 bulan

Biaya US $ 50,000

Komentar dan Saran

Kombinasi tim konsultan internasional dan nasional akan mendukung studi ini Satu konsultan internasional akan bertindak sebagai ahli di produksi pertanian dua konsultan nasional yang sudah berpengalaman di Aceh di bidang pertanian, pengembangan pedesaan dan pengalaman pemasaran komoditas.

SINCLAIR KNIGHT MERZ

Page 68: kapbah

Rencana Aksi Kecamatan - Leupung

D.4 ToR 24 – Agricultural Rehabilitation through Capacity Building Name of Project Agricultural Rehabilitation through Capacity Building and Training in the City of

Sabang

Purpose(s) The objective of the capacity building will be to provide the relevant local agricultural stakeholders with potential economic development opportunities within the complementary sectors of fisheries-agriculture tourism

Agricultural developments have been sub optimal due to the Aceh conflict. The present situation in agriculture and forestry is hampered by organisational structures and responsibilities which are not clearly defined, the level of efficiency for an effective support of stakeholders (fishermen and / or farmers) is low. However both coconut and kebun farming suffer from under-productivity. One of the main factors is the lack of “best practice” sustainable farming methods.

Problems in the field keep lingering for long periods and are not sufficiently dealt with and consequently not solved: These include roaming wild pigs, water availability in dryer regions, land ownership (planned as water reservoir), provision of basic agricultural hardware (tools, food crops, new resistant seeds, fertiliser, the use of pesticides), etc.

The present position of Sabang importing rice and not being self-supporting, will be looked at in more detail. The possibilities for salak production at larger scale will also be addressed. To guarantee a more sustainable position of smallholders, there is the need for micro finance and soft loans to set up small business and processing facilities to improve their financial position.

Input at all levels will be revised and upgraded: - basic maps and mapping skills and tools, techniques - basic laboratory capacity for the first analysis without being dependent

on far away institutes - basic soil data is not available and not being inventoried and stored - know how of soils, land use and land capabilities is not available - support for farmers and small stakeholders based on well documented

knowledge and expertise (learning lessons principle) With the upcoming demands for tourism and economic revival in Sabang, it is considered that an upgrade of the capacity and quality of agricultural advice and extension services is needed. Training at various levels and various sectors in soil and land management skills is needed. The agricultural sector should be an integral part of the strategic planning in land management and part of the design of Sabang’s future using the principle of “build back better”. The assistance and inputs provided by the BRR or NGOs should be complemented by training in capacity building in order to increase agricultural output and sustainability. ETESP SP/EM recommends that a study be conducted in detail for several aspects of an agricultural training program before it is undertaken. This study could be completed as part of Phase II by ETESP SP/EM or conducted by an independent consultant. The Scope of Work should include but is not limited to the following:

Rationale and General Description

For “building back better” a long term vision on regional physical planning should be emphasized. A natural resource based strategy is necessary for the West coast of NAD including the islands Sabang, Aceh, Bireuh and Nasi. KAP analysis is dealing with mainly short term immediate actions to be taken on infrastructure. The livelihood and environmental sections are dealing with medium to longer term issues which in most cases will require further preparation and this draft TOR outline the scope of the work on the island of Sabang Apart from fisheries and public services, agriculture is a major primary occupation of the population in Sabang. The fishing industry is the main short term issue to be addressed for livelihood development , Upgrading of the quality of tourism is one area which will be addressed in the short term as part of the KAP for Kecamatan

SINCLAIR KNIGHT MERZ

Page 69: kapbah

Rencana Aksi Kecamatan - Leupung

Sukajaya. Agriculture and farming are the main medium to long term issues. For the island of Sabang sectoral approaches should only be applied at the lower levels of physical planning. Mid-long term and long term planning require an integrated approach of the above-mentioned sectors. In islands like Sabang, fisheries, agriculture and tourism are closely interlinked and shouldn’t be developed separately, but integrated. The central link here is the building back better principle and environmentally sustainable. The development of Sabang in the near future will be a dynamic process. When tourism starts growing, a string of events will be set in motion and economic growth is enhanced, the now leading sectors will eventually be lead by the tourist industry and also, it makes sense for farming to follow and focus on supporting the demands of tourism.

Suggested List of Tasks/Activities

Conduct survey and analysis to determine: - Needs within both kecamatans - Benefits of land consolidation - The structure of agriculture and forestry - Strengths and weaknesses of the agricultural and forestry institutions - Sensitive areas worthy of re-greening or redevelopment - Broad scale agricultural and forestry issues which require a

programmatic approach - Programming factors

Beneficiaries:Farm groups, Individuals, Extension workers Location Group size Training level required Materials required

Training assessment to determine type and level of training(s) - Direct to beneficiaries

Integrated management Level of participation

- Training of trainers - Dinas / Agric extension service involvement

Prepare training packages - Initial materials - Follow-up trainings

Determine cost of training Determine institutional mechanism for funding program: Dinas, Kecamatan,

BRR, NGO, Donor Determine agency responsible for implementing trainings: Dinas,

Kecamatan, BRR, NGO Anticipated Output(s)

Time Frame

Budget US$ 20,000 Comments and Suggestions

To be prepared by independent consultant

SINCLAIR KNIGHT MERZ

Page 70: kapbah

Rencana Aksi Kecamatan - Leupung

D.5 ToR 31 – Mangrove and Nipah Replanting Name of Project Mangrove and nipah replanting in affected kecamatans.

Purpose(s) There is urgent need for the ecological improvement of estuarine areas, especially in the estuaries and deltas of rivers.

Rationale and General Description

The tsunami destroyed many of the river deltas. Most of nipah were destroyed. Those delta need replantation of nipah and new plantation of mangrove

Suggested List of Tasks/Activities

Coordinate with the kabupaten and kecamatan related government agencies of the plan;

socialisation and campaign the importance of the program to the community the delta;

identify the species existed in the area and measure the total area; Involve the community in the planting process, divide responsibilities among

families in maintenance the growing mangrove and nipah, and provide incentives;

acquisition of seedlings of nipah and mangrove ; replant of seedling; training in caring and maintaining; prepare a report with program; review with authorities and revise as needed; submit final report;

Anticipated Output(s) Planted mangrove and nipah under the community maintenance;

Time Frame 2 months

Budget US $ 55,000 Comments and Suggestions

Consultant team should consist of one internationally recognized tropical vegetation expert and two national experts (in vegetation rehabilitation and community mobilisation) plus field survey and replanting team members

SINCLAIR KNIGHT MERZ

Page 71: kapbah

Rencana Aksi Kecamatan - Leupung

D.6 ToR 36 – Development of a buffer planting program Name of Project Development of a Buffer Planting Program in the tsunami affected kecamatans.

Purpose(s) To develop a comprehensive program for tree planting and the development of green belts in the tsunami affected parts of the kecamatan. These buffers will in some cases be developed in conjunction with specific rehabilitation-reconstruction efforts (for example, along with the reconstruction of village and district roads). In other case buffer development could be a stand-alone effort (e.g. – along sand dunes along the coast).

Rationale and General Description

Buffers can serve a variety of purposes – amenity, protection from wind blown debris, erosion control, anchoring of drifting sand, etc. A solid range of buffers could potentially ease the impacts of future environmental mishaps (smaller tsunamis, freak large storms). Depending on the types of trees planted (e.g. – coconuts, fruit trees), there could also be direct economic benefits.

Suggested List of Tasks/Activities

Analyse past experience with buffers in the kecamatan and in the region (if any)

Study the range of trees/shrubs that could be used for buffering; In conjunction with kecamatan officials, and using material from companion

studies, highlight those areas which could benefit from buffering; Using large scale maps (say, 1:5,000 or 1:10,000), delineate all potential

buffer development areas; Determine the most important types(s) of trees/shrubs to be used in the

buffer areas; Develop a draft program, including responsibilities, indicative timing and ‘ball-

park’ costs (including possible sources of funds); Review with the relevant kecamatan officials and with community members; Revise, and submit the final report;

Anticipated Output(s) A comprehensive, fully costed, buffer development program for the kecamatan;

Time Frame 1 month

Budget US $ 85,000

Comments and Suggestions

Consultant team should consist of: One internationally recognized flora (particularly trees and bushes) expert; One international erosion control-land use planner; Two national ecological experts (in soils and water);and in local trees and

shrubs); Three field survey team members;

SINCLAIR KNIGHT MERZ

Page 72: kapbah

Rencana Aksi Kecamatan - Leupung

D.7 ToR 64 – Terracing and hill replanting for land stability and erosion protection

Name of Project Terracing and hill replanting for land stability and erosion protection in Kecamatan Leupung, Kabupaten Aceh Besar;

Purpose(s) Integrated terracing and replanting program for hill slope behind the new resettlement of Layuen village are necessary for land stability, erosion and landslide protection. These replanting will in some cases be developed in conjunction with specific rehabilitation-reconstruction efforts (livelihood rehabilitation and reconstruction).

Rationale and General Description

Terracing and replanting of hill and steep area behind new resettlement can serve a number of purposes – land stability, erosion and landslip protection, assistance in the reestablishment of livelihoods, improve visual amenity, etc.

Suggested List of Tasks/Activities

program socialization Study on hill soil and vegetation, the range of trees that could be used for

replanting in conjunction with kecamatan officials; use a large scale maps (say, 1:5,000 or 1:10,000), delineate all potential

terracing and replanting development areas, determine the most important types(s) of trees to be used in replanting program;

develop a program draft, including responsibilities, timing and ‘ball-park’ costs

review of program draft with the relevant kecamatan officials and with community members (consider with the survival land owner, which will replanted);

Conduct a terracing and the community based replanting program supported by fencing, organic fertilizer, and related maintenance;

Revise, and submit the final report; Anticipated Output(s) A comprehensive terracing and replanting development program for land stability

and assist the livelihood in Layuen village of Kecamatan Pulo Aceh

Time Frame 12 months

Budget US $

Comments and Suggestions

Consultant team should consist of one internationally recognized land evaluation expert, two national experts (agronomist, soil and land erosion) and three field survey team members

SINCLAIR KNIGHT MERZ

Page 73: kapbah

Rencana Aksi Kecamatan - Leupung

Appendix E Maps / Peta

Map LP Bas/1 Baseline Peta Dasar

Map LP EnC/2 Environmental Conditions Kondisi Lingkungan

Map LP Inf/3 Infrastructure Rehabilitation Rehabilitasi Infrastruktur

Map LP Liv/4 Livelihood Rehabilitation Rehabilitasi Mata Pencaharian

Map LP EnM/5 Environmental Management Manajemen Lingkungan

SINCLAIR KNIGHT MERZ