KAPASITAS KEPALA DESA DALAM PENYELENGGARAAN …repo.apmd.ac.id/681/1/SKRIPSI_Dina...
Transcript of KAPASITAS KEPALA DESA DALAM PENYELENGGARAAN …repo.apmd.ac.id/681/1/SKRIPSI_Dina...
i
KAPASITAS KEPALA DESA DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN
DESA
(Penelitian Deskriptif Kualitatif di Desa Wonokerto Kecamatan Turi Kabupaten Sleman)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan
Disusun Oleh:
Dina Fitriana
14520149
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
SEKOLAH TINGGI PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA “APMD”
YOGYAKARTA
2019
HALAMAN PENGESAHAN
Telah Dipertahankan dan Disyahkan di Depan Tim Penguji Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (8-1)
Program Studi IImu Pemerintahan Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa
"APMD"
Yogyakarta
Pada hari : Kamis
Tanggal : 14 Maret 2019
Pukul : 13.00 WIB
Tempat : Ruang Ujian Skripsi STPMD "APMD" Yogyakarta
Nama
I . Gregorius Sahdan. S.lP .• M.A. Ketua Penguji / Pembimbing
2. Dr.SupardaJ. M.Si Penguji Samping I
TIM PENGUJI
3. Drs. YB.Widyo Hari Murdianto. M.Si Penguji Samping n
ii
Tanda Tangan
HALAMA PERI YATA KEA L1 A
aya yang bertallda tall gan di ba\\ah ini:
ama : Dina Fitriana
1M 14520149
Program Studi : Ilmll Pemerintahan
Menyatakan bahwa Skripsi ya ng beljlldlll "Ka pasita Kepa la Dcsa Dalam Penyelengg raa n
Pemerintahan Desa di Desa Wonokerto Kecama tan T uri Ka bupatcn Sicma n" ada lah benar
benar merupakan hasi l karya sensiri. dan se illruh sumber )ang diklllip mallplln dirlljllk telah saya
nyatakan dengan bellar.
Yog) akana. S Marel 20 19
1.t520 l.t9
iii
iv
MOTTO
“Bukanlah Ilmu Yang Mendatangimu, Tetapi Kamulah Yang Mendatangi Ilmu Itu.”
(Imam Malik)
“Sebarlah ilmu pengetahuanmu, tetapi hati-hatilah dengan popularitas.”
(Sufyan al-Thawri)
“Allah SWT tidak membebani seseorang melainkan sesuai kemampuanya.”
(Q.S. Al-Baqarah: 286)
“Telling the truth is a simple way to have a peaceful life.”
(Dina Fitriana)
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Segala puji dan syukur saya haturkan kepada Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya
selama ini sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu saya mempersembahkan
skripsi ini untuk semua orang yang berarti dalam perjalanan saya:
Penyelesaiian skripsi ini tidak lepas dari do’a, bantuan, dan dukungan dari berbagai
pihak, karena itu kepada :
1. Untuk Bapak dan Ibu, yang telah memberikan semangan, doa, kasih sayang, dukungan moril
maupun materi yang tiada henti untuk anaknya ini. Terima kasih untuk tidak pernah lelah
mendoakan dan memberikan semangat. Karya ini saya persembahkan untuk Bapak dan Ibu
meskipun ini tidak sebanding dengan berbagai hal dan kebaikan yang sudah diberikkan
untuk saya. Semoga Bapak dan Ibu diberikan kesehatan oleh Allah SWT, dan bangga
dengan hasil yang sudah saya kerjakan ini.
2. Untuk Mbah & Adik saya Dela Suci Khoerunnisa yang selalu memberi semangat, ikut
berjuang dan mendoakan walaupun dari jauh, terima kasih sayang. Terima kasih karena
sudah selalu bersedia menjadi tempat bercerita dan berbagi canda. Terima kasih untuk
semua dukungannya, semoga Allah SWT selalu memberikan kesehatan dan kebahagiaan
hidup.
3. Untuk Dosen Pembimbingku Bapak Gregorius Sahdan, S.IP., M.A. terima kasih banyak
telah memberikan ilmunya kepada saya. Terima kasih dengan segala kemampuan dan
kebaikan hati bapak telah sabar membimbing, mengarahkan, dan mengajarkanku. Tanpa
adanya bapak tidak mungkin saya dapat menyelesaikan skripsi saya ini. Jika ada kata yang
lebih tinggi dari terima kasih pasti sudah saya ucapkan. Semoga Bapak selalu diberikan
kesehatan lahir maupun batin, dan hanya Allah SWT yang dapat membalas kebaikan Bapak.
vi
Mohon maaf jika selama bimbingan saya ada kesalahan atau menyakiti hati Bapak, sekali
lagi terima kasih Bapak.
4. Yang terakhir, yang tidak kalah spesialnya adalah untuk sahabat-sahabatku. Nafi’ Rotus
Sholikhah, Ignasia Ninik Monalisa, Novia Ekasari, Ulnatun Nadhifah, Nenci Andella, Irfan
alil, Muhammad Nur Dihan, Rian Subianto, Rio, kak engel dan yang paling special Andri
Tri Wijaya yang sudah memberikan dukungan dan berbagi penderitaan di Yogyakarta,
terima kasih karena sudah menjadi sahabat yang baik, setia, dan kuat. Tidak terasa sekarang
saya sudah sampai dititik ini, dimana saya akhirnya segera mendapatkan toga. Dan untuk
teman-teman seperjuangan yang tidak dapat saya sebutkan satu-satu, saya sangat berterima
kasih. Semangat untuk kita yang masih akan terus berjuang, semoga Allah SWT selalu
memberikan kemudahan bagi kita. Karya ini saya persembahkan untuk kalian.
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah SWT atas segala berkat, rahmat, dan
kemudahan yang dilimpahkan kepada penulis, sehingga penyusunan skripsi ini berjalan dengan
baik.
Skripsi ini dapat terselesaikan karena tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Maka penulis ingin mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Dr. Sutoro Eko Yunanto, M.Si selaku ketua STPMD “APMD” Yogyakarta.
2. Bapak Drs.YB Widyo Murdianto, M.Si selaku ketua Prodi Ilmu Pemerintahan STPMD
“APMD” Yogyakarta.
3. Bapak Gregorius Sahdan, S.IP., M.A. yang telah bersedia menjadi dosen pembimbing
skripsi sekaligus Bapak yang baik hati selalu sabar membimbing dan memberi motivasi
kepada penulis dalam mendukung selesainya skripsi ini.
4. Bapak Dr. Supardal, M.Si yang telah bersedia menjadi penguji skripsi sekalgus menjadi
pembimbing yang sabar dalam membimbing dn memberi motivasi kepada penulis sehingga
terselesaikan skripsi ini.
5. Bapak Drs. YB. Widyo Hari Murdianto, M.Si yang telah menjdi penguji II dalam skripsi ini,
saya ucapkan terimakash karena telah menjadid penguji yang sabar dalam membimbing
sehingga terselesaikan skripsi ini.
6. Semua dosen Prodi Ilmu Pemerintahan dan Keluarga Besar STPMD “APMD” Yogyakarta
yang telah membekali ilmu yang sangat berguna dalam penyelesaian penulisan skripsi ini
viii
dan memberikan pengetahuan serta pengalaman yang dapat membantu memperlancar
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Seluruh staff STPMD”APMD” yang telah membantu melayani untuk proses perkuliahan.
8. Seluruh pihak Desa Wonokerto yang telah memberikan izin penelitian dan dapat bekerja
sama dalam penelitian ini, serta memberikan dukungan kepada penulis.
9. Seluruh pihak yang telah membantu proses penyusunan skripsi ini. Terima kasih atas
dukungan, kritik, ide, dan saran yang diberikan kepada penulis untuk proses penyelesaian
skripsi ini.
Demikian skripsi ini penulis buat, penulis menyadari masih banyak terdapat kesalahan dan
kekurangan dalam hal penulisan, maka penulis sangat mengharapkan masukan dan saran serta
kritikan yang membangun dari pembaca, dan almamater STPMD “APMD” Yogyakarta. Terima
kasih.
Yogyakarta, 8 Maret 2019
Penulis,
Dina Fitriana
ix
INTISARI
Tujuan penelitian ini adalah untuk menegetahui kapasitas kepala desa dalam
penyelenggraan pemerintahan desa di desa wonokerto, kecamatan Turi, kabupaten Sleman.
Kapasitas kepala desa dilihat dari beberapa aspek yaitu kapasitas kepala desa dalam
penyelenggraan pemerintahan desa yang mencakup kapasitas kepala desa dalam pembangunan
desa dan kapaitas kepala desa daalam pemberdayaan masyarakat desa.
jenis penelitan yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan secara kualitatif.
informan berjumlah 11 orang dengan satu orang sebaga key informan. Teknik pengumpulan data
dengan menggunakan teknik wawancara (berdasarkan pedoman wawancara), observasi dan
dokumentasi. Selanjutnya analisis data secara kualitatif yang bertujuan untuk menggambarkan
kapasitas kepala desa dalam penyelenggraan pemerintahan desa.
Hasil penelitain ini menunjukan bahwa dalam penyelenggraan pemerintahan dalam
meningkatkan kesejahteraan masyarakat kepala desa telah menjadikan masyarakat sebagai objek
utama terkait dengan pembangunan desa dalam pemberdayaan masyarakat. terutama peran
pemuda untuk meningkatkan perekonomian. Dalam program-program pemberdayaan masyarakat
yang telah dilakukaan kepala desa, masyarakat diharapkan dapat menjadi penggerak
perekonomian di desa. Namun, dalam realisasinya masih ada permasalahan mengenai program-
program desa. Baik dari pihak perangkat desa maupun dari masyarakat. Mulai dari adanya
miskomunikasi, minimnya kordinasi hingga ke masyarakat. Namun jika dilihat dalam indikator
keterampilan kepala desa sudah mampu mengelola penyelenggraan pemerintahan desa, sesuai
dengan harapan masyarakat dan sudaah maampu dalam memberdayakan masyrakat secara
optimal. Hal ini menunjukan bahwa terdapat peningkatan kapasitas dari tahun sebelumnya.
Kata Kunci : Kapasitas, kepala desa, pemerintahan desa.
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................................ ii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ....................................................................... iii
HALAMAN MOTTO ......................................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................................... v
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ vii
INTISARI ........................................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian ........................................................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian ......................................................................................................... 8
E. Kerangka Konseptual ..................................................................................................... 8
1. Kapasitas.................................................................................................................... 8
2. Kepala desa ................................................................................................................ 13
3. Pemerintahan Desa .................................................................................................... 18
F. Ruang Lingkup ............................................................................................................... 23
xi
G. Metode Penelitia ............................................................................................................. 24
1. Jenis Penelitian ........................................................................................................ 24
2. Unit Analisis ............................................................................................................. 25
3. Teknik Pengumpulan Data ....................................................................................... 26
a. Observasi ............................................................................................................ 26
b. Wawancara ......................................................................................................... 26
c. Dokumentasi ...................................................................................................... 27
d. Teknik analisi data ............................................................................................. 27
BAB II PROFIL DESA Wonokerto kecamatan Turi kabupaten sleman
A. Geografis29
1. Batas administrasi .................................................................................................... 29
2. Kondisi fisik wilayah ............................................................................................... 30
3. Kondisi topografi ..................................................................................................... 31
B. Demografis ..................................................................................................................... 32
1. Jumlah penduduk ..................................................................................................... 32
2. Kepadatan penduduk ............................................................................................... 37
C. Sosial, ekonomi dan budaya ........................................................................................... 39
1. Kondisi social ........................................................................................................... 39
2. Kondisi ekonomi ...................................................................................................... 41
3. Kondisi budaya ....................................................................................................... 47
D. Kondisi tata guna lahan .................................................................................................. 52
1. Sumber daya alam .................................................................................................... 52
2. Tata guna lahan ........................................................................................................ 57
xii
3. Kondisi lingkungan Permukiman ............................................................................. 58
E. Lembaga pemerintahan .................................................................................................. 63
1. Pemerintahan desa atau kelurahan ........................................................................... 63
BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Informan
1. Informan menurut nama dan jenis kelamin ............................................................... 71
2. Informan menurut tingkat pendidikan ....................................................................... 71
3. Informan mnurut jenis pekerjaan ............................................................................... 72
B. Analisis data tentang kapaitas desa dalam penyelenggraan pemerintahan desa……….. 73
1. Kapasitas kepala desa dalam penyelengraan pemerintahan desa .............................. 73
2. Kapaitas kepala desa dalam pembangunan desa ....................................................... 81
3. Kapasitas kepala desa dalam pemberdayaan masyarakat desa .................................. 87
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................................................... 95
B. Saran ............................................................................................................................... 96
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 98
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Pembagian wilayah pedukuhan, RW dan RT Desa Wonokerto ....................... 29
Tabel 2.2 pengunaan lahan eksiting desa wonokwerto ...................................................... 30
Tabel 2.3 Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin .................................................... 32
Tabel 2.4 Jumlah Penduduk dan luas wilayah pedukuhan ................................................ 33
Tabel 2.5 Jumlah penduduk berdasarkan struktur umur ..................................................... 34
Tabel 2.6 Jumlah penduduk berdasarkan struktur pendidikan ............................................ 35
Tabel 2.7 Jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian ............................................... 36
Tabel 2.8 Kepadatan penduduk berdasarkan padukuhan .................................................... 38
Tabel 2.9 Jumlah organisasi kemasyarakatan ..................................................................... 39
Tabel 2.10 Tingkat kesejahteraan desa Wonokerto ............................................................ 42
Tabel 2.11 Sebaran fasilitas ekonomi desa wonokerto ....................................................... 44
Tabel 2.12 Potensi Desa Wonokerto ................................................................................... 45
Tabel 2.13 jenis kegiatan budaya desa wonokerto .............................................................. 49
Tabel 2.14 jenis kegiatan masyarakat lokal desa wonokerto .............................................. 50
Tabel 2.15 potensi pertanian desa wonokerto ..................................................................... 53
Tabel 2.16 potensi sumber daya alam desa wonokerto ....................................................... 56
Tabel 2.17 penggunaan lahan desa wonokerto ................................................................... 57
Tabel 2.18 jumlah dan sebaran fasilitas pendidikan ........................................................... 59
Tabel 2.19 jumlah dan sebaran fasilitas kesehatan ............................................................. 60
Tabel 2.20 jumlah dan sebaran fasilitas perekonomian ...................................................... 61
Tabel 2.21 jumlah dan sebaran fasilitas pemerintahan dan pelayanan umum .................... 62
xiv
Tabel 2.22 tingkat pendidikan perangkat desa .................................................................... 64
Tabel 2.23 tingkat pendidikan badan permusyawaratan desa ............................................. 69
Tabel 3.1 informan menurut nama dan jenis kelamin ......................................................... 71
Tabel 3.2 informan menurut tingkat pendidikan ................................................................. 72
Tabel 3.3 informan menurut jenis pendidikan .................................................................... 73
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Penunjukan dosen pembimbingan skripsi ....................................................... 101
Lampiran 2 Surat tugas melakukan penelitian .................................................................... 102
Lampiran 3 Permohonan izin penelitian STPMD “APMD” ke Kesbangpol DIY .............. 103
Lampiran 4 Surat izin dari Kesbangpol Sleman ................................................................. 104
Lampiran 5 Surat izin dari Kepala Desa Wonokerto .......................................................... 105
Lampiran 6 Pedoman wawancara untuk perangkat desa wonokerto .................................. 106
Lampiran 7 Pedoman wawancara dengan tokoh masyarakat desa wonokerto ................... 108
Lampiran 8 Pedoman wawancara dengan masyarakat tentang kapasitas kepala desa ....... 110
Lampiran 9 Foto-foto Dokumentasi.................................................................................... 112
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Desa merupakan cerminan berhasil atau tidaknya pembangunan di Indonesia.
Hal ini disebabkan karena besarnya jumlah desa yang ada di Indonesia menjadikan
desa sebagai ujung tombak pembangunan Indonesia. Berdasarkan data yang
dikeluarkan Kementerian Dalam Negeri Tahun 2017, setidaknya terdapat 74.957
jumlah desa di Indonesia. Besarnya jumlah desa tersebut membuat penanganan
terhadap desa dikhususkan, dengan dibuatnya UU No. 6 Tahun 2014 tentang desa.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 6 Tahun 2014, Desa adalah
kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat,
berdasarkan prakarsa masyarakat hak asal-usul dan atau hak tradisional yang diakui
dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia
(Redaksi Sinar Grafika, 2014:2). Pengertian tersebut mengandung makna bahwa desa
merupakan organisasi pemerintah yang berhak mengatur warga dan komunitasnya,
baik sebagai akibat posisi politiknya yang merupakan bagian dari negara atau pun
berdasarkan asal usul istiadat (Sadu: 2005).
2
Sebagai sebuah organisasi pemerintah, desa membutuhkan seorang kepala desa
sebagai pemegang wewenang pengaturan dan penanggung jawab penyelenggaraaan
pemerintah desa. Menurut UU Desa, Kepala Desa merupakan Kepala Pemerintahan
Desa atau Desa Adat yang memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa dan
merupakan kepanjangan tangan negara yang dekat dengan masyarakat dan sebagai
pemimpin masyarakat (Redaksi Sinar Grafika, 2014: 88). Kapasitas kepala desa
(dalam hal ini menyangkut tugas, wewenang dan fungsi kepala desa dalam
menjalankan pemerintahan) di antaranya yaitu memimpin dan penyelenggaraan
pemerintah desa, mengangkat dan memberhentikan perangkat desa, melaksanakan
pembangunan desa, pemberdayaan masyarakat desa, memegang pengelolaan
keuangan aset desa, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, menyelenggarakan
administrasi yang baik, memberdayakan masyarakat dan lembaga kemasyarakatan
yang ada di desa, menyelesaikan perselisihan yang ada di desa, memanfaatkan
teknologi tepat guna, mengembangkan kehidupan sosial budaya masyarakat desa dan
lain sebagainya (UU No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa). Dari definisi kepala desa dan
kapasitas kepala desa ini, maka terlihat jelas menghendaki kepala desa yang harus
mempunyai integritas, tanggung jawab, serta professional.
Kepala desa sebagai pemegang kekuasaan tertinggi dalam organisasi
pemerintah desa membawahi aparatur pemerintah desa. Aparatur pemerintah desa
memiliki fungsi sebagai pembantu kepala desa dalam menjalankan penyelenggaraan
pemerintahan desa. Hal ini membuat kapasitas kepala desa dalam menyelenggarakan
pemerintah desa juga termasuk di dalamnya bertanggung jawab terhadap aparatur
3
pemerintah desa. Besarnya tanggung jawab kepala desa terhadap pemerintah desa
lebih kurang dimulai sejak bergulirnya era reformasi yang berdampak pada
pergeseran paradigma sistem pemerintahan yang bercorak sentralistik menjadi sistem
pemerintahan desentralistik. Otonomi daerah yang memberikan keleluasaan kepada
daerah untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan
prinsip-prinsip demokrasi dan peran serta masyarakat sendiri atas pemerataan dan
keadilan sesuai dengan kondisi, potensi dan keragaman daerah otonomi masing-
masing.
Perubahan sistem pemerintahan tersebut juga berdampak pada tatanan
pemerintahan desa, artinya desa tidak lagi menjalankan urusan-urusan dekosentasi
yang merupakan urusan pemerintahan pusat yang ada di daerah. Urusan-urusan
tersebut sudah menjadi wewenang bagi pemerintah desa dalam melaksanakan,
mengkoordinasikan pembangunan, dan membina kehidupan masyarakat diberbagai
bidang, dengan begitu penyelenggaraan pemerintah desa akan berjalan dengan baik.
Dengan adanya perubahan sistem pemerintahan ini, tanggung jawab kepala
desa terhadap penyelenggaraan pemerintahan desa menjadi lebih besar, mengingat
fungsi kepala desa yang sangat krusial dalam penyelenggaraan pemerintahan desa.
Sistem ini pula yang kemudian membuka peluang desa untuk mewujudkan
kemandirian desa dalam pembangunan dan pengaturan pemerintahannya,
sebagaimana yang diatur dalam UU No. 6 Tahun 2014. Kapasitas kepala desa yang
baik sangat diperlukan agar kemandirian desa dalam pembangunan desa dan
pengaturan pemerintahannya dapat terwujud secara maksimal.
4
Berdasarkan penjelasan di atas, kapasitas kepala desa sangat penting dalam
menyelenggarakan pemerintahan desa menjadi desa yang mandiri. Namun kenyataan
pada saat ini, masih terdapat banyak desa yang belum dapat mewujudkan
kemandirian tersebut. Terbukti kondisi desa dari dulu hingga sekarang tidak ada
perubahan yang cukup signifikan. Berbagai kendala dialami contohnya terbatasnya
kapasitas sumber daya manusia dan keuangan yang dimiliki oleh desa. Desa masih
tergantung dengan dana desa yang diberikan pemerintah pusat (www.kemenkeu.go.id
2017).
Pemerintah desa sebagai pionir dalam melaksanakan pembangunan ditingkat
desa belum mampu melakukan fungsi dan peranya dengan baik sesuai dengan
undang-undang. Kapasitas sumber daya aparatur pemerintah desa yang masih jauh
dari ideal disinyalir menjadi kendala tersendiri untuk penyelenggaraan pemerintahan
desa yang sesuai dengan UU Desa. Padahal keberadaan aparatur desa menduduki
posisi yang sangat penting karena sebagai organ pemerintahan yang paling bawah
mengetahui secara pasti segala kondisi dan permasalahan yang ada di wilayahnya.
Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa masih banyak SDM aparatur desa yang
masih rendah, terutama dalam bidang pendidikan. Lemahnya kapasitas SDM di
tingkat desa masih menjadi faktor penghambat utama dalam mewujudkan
keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan desa yang ideal.
Selain masalah lemahnya SDM aparatur pemerintah desa, terdapat pula masalah
lain yang menghambat penyelenggaran pemerintah desa seperti masalah internal
yang berupa ketatalaksanaan, sumber daya manusia atau kompetensi aparat
5
pemerintah desa, penggunaan teknologi administrasi yang masih kurang, dan
manajemen birokrasi itu sendiri. Sedangkan masalah eksternal berupa dinamika
masyarakat dan tumbuh kembangnya masalah yang dihadapi masyarakat.
Masalah-masalah yang menghambat penyelenggaraan pemerintahan desa
tersebut tidak akan terjadi jika kepala desa sebagai pemimpin penyelenggara
pemerintah desa memiliki kapasitas yang ideal dan sesuai dengan aturan tiga
kewenangan yang dimiliki perundang-undangan. Yaitu pembangunan desa,
pemberdayaan masyarakat desa dan Penyelengraaan pemerintahan desa itu sendiri.
Pembangunan Desa menurut (sutoro, 2015) pembangunan desa meupakan suatu
upaya yang dilakukan demi peningkatan kualitas hidup dan kehidupan masyarakat
disuatu daerah dimana pembangunan desa dilakukan oleh seluruh lapisan baik
pemerintah maupun masyarakat. Pemberdayaan masyarakat desa akan
mensejahterakan masyarakat dalam bidang ekonomi bilamana pemberdayaan
dilakukan secara intensif dan secara terstuktur dengan baik dan adanya kerjasama
antara masyrakat dan pemerintah desa.
Sebagai contoh nyata pemerintah desa yang memiliki kapasitas ideal adalah
Desa Panggungharjo yang telah mendapatkan predikat desa terbaik di Indonesia.
Berbagai penghargaan telah ditorehkan. Dengan jumlah penduduk sebesar 40.000
jiwa, dijadikan sebagai modal sosial utama dalam menghasilkan pendapatan asli desa
(PADes) dua miliar pada tahun 2016. Melalui pengelolaan BUMDes, dana tersebut
dikembalikan lagi kepada masyarakat dalam berbagai bentuk program, seperti
program kesehatan. Program tersebut misalnya kerja sama antara pemerintah desa
6
Panggungharjo dengan salah satu rumah sakit di Bantul untuk menangani masalah
kesehatan. Terdapat pula program BESTARI (Beras Panggung Lestari) yaitu program
semacam RASKIN/RASTRA, namun bukan beras dari bantuan pemerintah
kabupaten, melainkan beras kualitas bagus yang dibagikan ke warga. Pencapaian-
pencapaian di atas tentu sangat berkaitan dengan kapasitas kepala desanya yang
akuntabel dalam menjalankan penyelenggaraan pemerintah desa tersebut
(www.kompasiana.com , 2017).
Namun, saat ini banyak masalah yang mengindikasikan bahwa Kepala Desa
sebagai pionir dalam melaksanakan penyelenggaraan pemerintah desa belum
melakukan fungsi dan perannya dengan maksimal. Masalah kapasitas kepala desa
yang tidak ideal untuk menyelenggarakan pemerintahan desa dengan mandiri adalah
rendahnya tingkat pendidikan yang dimiliki oleh kepala desa. tingkat pendidikan
kepala desa yang rendah akan mempengaruhi kapasitasnya dalam memimpin
penyelenggaraan pemerintah desa karena kurangnya pengetahuan mengenai
penyelenggaraan pemerintah desa sesuai UU Desa. Selain itu, terdapat banyak
peristiwa yang melibatkan kepala desa, seperti terlibatnya 900 Kepala Desa dalam
penyelewengan dana desa. Hal ini membuktikan bahwa banyak kepala desa yang
masih memiliki kapasitas yang rendah (www.detik.com, 2017)
Masih lemahnya sumber daya manusia baik itu aparatur pemerintah maupun
masyarakat desa dan tidak jelasnya sistem perencanaan pembangunan desa. Hal ini
berpengaruh pada banyaknya persoalan yang dihadapi oleh aparatur desa dalam
menjalankan pemerintahan desa. Salah satu bentuk kurangnya kapasitas Kepala Desa
7
di Desa Wonokerto adalah tidak sesuainya latar belakang pendidikan Kepala Desa
dengan bidang pemerintahan desa. Permasalahan lain yang ada di desa ini adalah
meskipun terdapat kemitraan yang dilakukan antara desa dengan universitas yang ada
di Yogyakarta dalam rangka meningkatkan pembangunan desa, namun dampak
positif dari kemitraan tersebut belum begitu terlihat hasilnya. Hal ini bisa jadi
disebabkan karena kurangnya partisipasi masyarakat dalam kegiatan-kegiatan
tersebut. Di samping itu, kurangnya pembangunan desa dan penyelenggaraan
pemerintah desa yang mandiri juga dipengaruhi oleh faktor risiko bencana yang
beragam seperti erupsi gunung merapi, tanah longsor, kekeringan, angin puting
beliung, dan sebagainya, sebab desa ini merupakan salah satu desa rawan bencana di
Yogyakarta.
Berdasarkan uraian terkait permasalahan-permasalahan yang ada di Desa
Wonokerto tersebut, menarik untuk diteliti lebih lanjut mengingat adanya
kemungkinan pengaruh kapasitas kepala desa dalam menjalankan penyelenggaraan
pemerintah desa sebagai upaya dalam mewujudkan kemandirian desa. Maka dari itu,
penulis akan melakukan penelitian lebih dalam di Desa Wonokerto mengenai
permasalah di atas dengan merumuskan judul penelitian yaitu “Kapasitas Kepala
Desa dalam penyelenggaraan Pemerintah Desa di Desa Wonokerto Kecamatan Turi
Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta”.
8
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: bagaimana
kapasitas kepala desa dalam penyelenggaraan pemerintahan desa dengan
pembangunan dan pemberdayaan masyarakat di Desa Wonokerto Kecamatan Turi
Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta?
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kapasitas kepala desa dalam
penyelenggaraan pemerintah desa dengan pembangunan dan pemberdayaan
masyarakat di Desa Wonokerto Kecamatan Turi Kabupaten Sleman Daerah Istimewa
Yogyakarta.
D. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat penelitian yaitu sebagai berikut :
1. Bagi Desa Wonokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman: penelitian ini
diharapkan mampu memberikan kontribusi dan bahan evaluasi bagi desa untuk
mampu meningkatkan kapasitas dan memberikan pelayanan serta pengabdian
kepada masyarakat agar lebih baik.
2. Bagi peneliti: penelitian ini menambah pengetahuan dan pengalaman, khususnya
di bidang kapasitas kepala desa dalam menyelenggarakan pemerintahan selain itu
9
penelitian ini juga sebagai bagian dari tugas akhir guna memperoleh gelah S1
Pemerintahan di kampus STPMD “APMD” Yogyakarta.
3. Bagi pembaca: penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan,
melengkapi penelitian yang sudah ada dan pengetahuan tentang kapasitas Kepala
Desa Wonokerto, Turi, Sleman dalam menjalankan pemerintahan, khususnya
mahasiswa Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “APMD”
Yogyakarta.
E. KERANGKA KONSEPTUAL
1. Pengertian Kapasitas
Kapasitas atau capacity dapat diartikan sebagai kemampuan. Menurut
Moenir dalam Sulistia (2015: 04), kemampuan berasal dari kata mampu yang
dalam hubungan dalam tugas atau pekerjaan berarti dapat (kata sifat/keadaan)
melakukan tugas atau pekerjaan sehingga menghasilakan barang/jasa yang di
harapkan.
Menurut Morgan, kapasitas adalah kemampuan, keterampilan, pemahaman,
sikap dan nilai-nilai, hubungan, perilaku, motivasi, sumberdaya, dan kondisi-
kondisi yang memungkinkan setiap individu, organisasi, jaringan, kerja/sektor, dan
sistem yang lebih luas untuk melaksanakan fungsi-fungsi mereka dan mencapai
tujuan pembangunan yang telah ditetapkan dari waktu ke waktu (Lasmana, 2017:
12). Kapasitas adalah kemampuan seseorang atau individu suatu organisasi atau
10
sistem untuk melaksanakan fungsi-fungsi kewenangan untuk mencapai tujuan-
tujuanya secara efektif dan efisien (Tendry, 2013: 4).
Menurut Surotomo dalam Markus (2014: 18), dalam kajian kapasitas,
terdapat tiga aspek yang menjadi perhatian analisisnya yaitu aspek atau tingkatan,
aspek kelembagaan, aspek individu yang dimana ketiga aspek ini saling berkaitan.
Aspek sistem berkenaan dengan peraturan perundangan dan kebijakan pendukung
sebagai sistem yang menetapkan kondisi-kondisi kerangka dimana berbagai
komponen sistem saling berinteraksi. Aspek kelembagan berkenaan dengan misi,
sumber daya manajemen, struktur organisasi, sistem pengambilan keputusan,
proses-proses kerja dan budaya kerja. Sedangkan aspek individu berhubungan
dengan pengetahuan, keterampilan, kompetensi, etika, uraian pekerjaan, serta
motivasi dan sikap kerja.
Dalam Kamus Hukum dan Glosarium Otonomi Daerah, kapasitas diartikan
sebagai kemampuan seseorang atau individu, suatu organisasi atau suatu sistem
untuk menjalankan tugas dan fungsi serta kewenangannya untuk mencapai
tujuannya secara efektif dan efisien. Dalam kerangka nasional pengembangan dan
peningkatan kapasitas pemerintah dalam rangka mendukung desentralisasi,
kebijakan menteri dalam negeri dan kepala Bappenas tahun 2002 disebutkan
bahwa pengembangan dan peningkatan kapasitas meliputi tiga tingkatan: 1)
Tingkat sistem, yaitu kerangka peraturan dan kebijakan-kebijakan yang
mendukung atau membatasi pencapaian tujuan-tujuan kebijakan tertentu; 2)
Tingkat kelembagaan atau entitas yaitu struktur organisasi, proses-proses
11
pengambilan keputusan dalam organisasi, prosedur dan mekanisme kerja,
instrument manajemen, hubungan-hubungan dan jaringan antar organisasi; 3)
Tingkat individu, yaitu tingkat keterampilan, kualifikasi, pengetahuan atau
wawasan, sikap (attitude), etika, dan motivasi individu yang bekerja dalam suatu
organisasi.(www.binaprajajournal.com).
Dalam hubungan dengan pemerintah desa, maka kapasitas berkaitan dengan
kemampuan pemerintahan desa (pemerintah desa, BPD serta perangkatnya) dalam
menjalankan tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien dengan memanfaatkan
potensi yang ada. Pemerintah desa diharapkan memiliki kapasitas yang
mendukung pelaksanaan kewenangan-kewenangan yang menjadi urusan
pemerintah desa. kewenangan tersebut meliputi: Kewenangan untuk terlibat dalam
proses perumusan kebijakan pemerintah daerah yang mengatur tentang desa,
kewenangan menentukan kebijakan yang berkaitan dengan urusan internal desa,
Kewenangan untuk mengelola dana perimbangan yang berasal dari DAU,
Kewenangan mengelola sumber daya ekonomi yang berada di desa, Kewenangan
untuk menolak program-program tugas pembantuan pemerintah di atasnya yang
tidak disertai dengan pembiayaan, sarana dan prasarana dan tidak sesuai dengan
daya dukung desa.
Adapun tantangan kapasitas pemerintah desa di antaranya: lemahnya
konsolidasi internal pemerintah desa, lemahnya respon dan kompetensi perangkat
desa, masih kuat dan mendominasinya kepemimpinan kepala desa, tradisi
administrasi modern yang masih minim, kurangnya kemampuan dalam mengelola
12
keuangan desa, kurangnya kemampuan dalam menggali dan mengelola potensi
desa, lemahnya responsibility perangkat desa terhadap kebutuhan masyarakat,
kurangnya kemampuan untuk melakukan inovasi terhadap pemerintah, pelayanan
dan pembangunan desa, lemahnya partisipasi masyarakat desa untuk
mengembangkan kapasitas desa dimana ada beberapa hal di antaranya:
pengembangan sumberdaya manusia, penguatan organisasi dan manajemen,
penyediaan sumberdaya, sarana dan prasarana, pengembangan jaringan,
lingkungan, serta mandat kemampuan fiskal dan program. Pengembangan
kapasitas desa juga harus dilakukan secara efektif dan berkesinambungan pada 3
tingkatan-tingkatan: Tingkatan sistem, yakni kerangka kerja yang berhubungan
dengan pengaturan, kebijakan-kebijakan, dan kondisi dasar yang mendukung
pencapaian objektivitas tertentu, Tingkatan institusional atau keseluruhan satuan,
contoh struktur organisasi, proses pengambilan keputusan di dalam organisasi,
prosedur dan mekanisme-mekanisme pekerjaan, pengaturan sarana dan prasarana,
hubungan-hubungan dan jaringan organisasi, tingkatan individual, contohnya
keterampilan-keterampilan individu, dan persyaratan-persyaratan pengetahuan,
tingkah laku dan pengelompokan pekerjaan dan motivasi.
Untuk memperkuat kapasitas desa, ada lima hal penting yang harus
diperhatikan: pertama, kapasitas regulasi, yakni kemampuan mengatur kehidupan
desa beserta isinya (wilayah, kekayaan, dan penduduk) dengan peraturan desa.
Kedua, kapasitas ekstra, yakni kemampuan mengumpulkan, mengarahkan dan
mengoptimalkan aset-aset desa untuk menopang kebutuhan desa dan warga
13
masyarakat. Aset-aset tersebut berupa aset fisik seperti kantor desa, balai dusun,
jalan desa, irigasi dan lain-lain. Aset manusia yang berupa SDM, aset alam tanah,
sawah, kolam, ladang, hutan, aset sosial berupa kerukunan warga, lembaga-
lembaga sosial, gotong-royong, arisan, aset keuangan tanah kas desa, bantuan dari
kabupaten, KUD, BUMDes, aset politis BPD, lembaga-lembaga desa, peraturan
desa, forum warga dan lain-lain. Ketiga, kapasitas distributif, yakni kemampuan
pemerintah desa membagi sumber daya desa secara seimbang dan merata secara
prioritas berdasarkan kebutuhan masyarakat desa. Keempat, kapasitas responsif,
yaitu kemampuan berupa daya peka dan daya tangkap terhadap aspirasi dan
kebutuhan warga, untuk dijadikan sebagai basis dalam perencanaan kebijakan
desa. Kelima, kapasitas jaringan dan kerjasama, yakni kemampuan pemerintah
desa dan masyarakat dalam menjalin kerjasama dan menjaga hubungan dengan
pihak luar.
Setiap orang pasti membutuhkan kapasitas untuk melakukan suatu
pekerjaan, baik itu didalam organisasi maupun secara individual, untuk
menghindari terjadi kesenjangan bagi seseorang indivdu diharapkan selalu adanya
upaya untuk meningkatkan kapasitas. Banyak cara yang di laakukan untuk dapat
meningkatkan kapasitas tersebut, contohnya menjadikan pelatihan untuk proses
perkembangan kapasitas setiap individu. Hal ini juga berpengaruh dalam
mengurangi kesenjangan antara kemampuan seseorang individu dengan kewajiban
yang harus dijalankan dengan cara menambah pengetahuan dan keterampilan.
14
2. Kepala Desa
Kepala desa adalah orang yang memimpin dalam suatu pemerintahan desa.
Sesuai dengan Undang-Undang No.6 tahun 2014 tentang desa pasal 26 kepala desa
bertug as menyelenggarakan pemerintahan desa, melaksanakan pembangunan
desa, pembinaan kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat desa
(Solekhan, 2014:73). Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, kepala
desa mempunyai wewenang: memimpin penyelenggaraan pemerintah desa,
mengangkat dan memberhentikan perangkat desa, memegang kekuasaan
pengelolaan keuangan dan aset desa, menetapkan peraturan desa, menetapkan
anggaran pendapatan dan belanja desa, membina kehidupan masyarakat desa,
membina ketentraman dan ketertiban masyarakat desa, membina dan
meningkatkan perekonomian desa serta mengintegrasikannya agar mencapai
perekonomian skala produktif untuk sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat
desa, mengembangkan sumber pendapatan desa, mengusulkan dan menerima
pelimpahan sebagian kekayaan negara guna meningkatkan kesejahteraan
masyarakat desa, memanfaatkan teknologi tepat guna, mengkoordinasikan
pembangunan desa secara partisipatif, mewakili desa di dalam dan di luar
pengadilan atau menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan, melaksanakan wewenang lain yang
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat 1 Undang-
Undang No. 6 tahun 2014 tentang desa pasal 26, kepala desa berhak: Mengusulkan
15
struktur organisasi dan tata kerja pemerintah desa, mengajukan rencana dan
menetapkan peraturan desa, menerima penghasilan tetap setiap bulan, tunjangan,
dan penerimaan lainnya yang sah, serta mendapat jaminan kesehatan,
mendapatkan perlindungan hukum dan kebijakan yang dilaksanakan, dan
memberikan mandate dan pelaksanaan tugas dan kewajiban lainnya kepada
perangkat desa.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat 1, Kepala Desa
berkewajiban: memegang teguh dan mengamalkan pancasila, melaksanakan
Undang-Undang Dasar 1945, serta mempertahankan dan memelihara keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhineka Tunggal Ika, meningkatkan
kesejahteraan masyarakat Desa, memelihara ketentraman dan ketertiban
masyarakat desa, Menaati dan menegakkan peraturan perundang-undangan,
melaksanakan kehidupan demokrasi dan keadilan gender, melaksanakan prinsip
dan tata kelola Pemerintahan Desa yang akuntabel, transparan, professional,
efektif, dan efisien, bersih serta bebas dari kolusi, korupsi, dan nepotisme,
menjalin kerjasama dan koordinasi dengan seluruh pemangku kepentingan di desa,
menyelenggarakan administrasi di desa dengan baik, mengelola keuangan dan aset
desa, melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan desa
membina dan melestarikan nilai sosial budaya masyarakat desa, memberdayakan
masyarakat dan lembaga kemasyarakatan di desa, mengembangkan potensi
sumber daya alam dan melestarikan lingkungan hidup, memberikan informasi
kepada masyarakat desa.
16
Dalam melaksanakan tugas, kewenangan, hak, dan kewajiban sebagaimana
dimaksud dalam pasal 26, Kepala Desa wajib: menyampaikan laporan
penyelenggaraan Pemerintah Desa setiap akhir tahun anggaran kepada
Bupati/Walikota, menyampaikan laporan akhir penyelenggaraan akhir jabatan
kepada Bupati/Walikota, memberikan laporan keterangan penyelenggaraan
pemerintahan secara tertulis kepada Badan Pemusyawaratan Desa setiap akhir
tahun anggaran dan, memberikan dan/atau menyebarkan informasi
penyelenggaraan pemerintahan secara tertulis kepada masyarakat Desa setiap akhir
tahun anggaran. Kepala Desa dilarang Merugikan kepentingan umum, membuat
keputusan yang menguntungkan diri sendiri, anggota keluarga, pihak lain atau
golongan tertentu, menyalahgunakan tugas, wewenang, hak dan kewajiban,
melakukan tindakan deskriminatif terhadap warga dan/atau golongan masyarakat
tertentu, melakukan tindakan meresahkan kelompok masyarakat desa, melakukan
korupsi, kolusi, nepotisme; menerima uang, barang, dan/atau jasa dari pihak lain
yang dapat memengaruhi keputusan atau tindakan yang akan dilakukannya,
menjadi pengurus partai politik, menjadi anggota dan/atau pengurus organisasi
terlarang, merangkap jabatan, ikut serta atau terlibat dalam kampanye pemilu atau
pilkada, melanggar sumpah atau janji jabatan, meninggalkan tugas selama 30 hari
berturut-turut tanpa alasan yang jelas dan tidak dapat dipertanggungjawabkan.
Calon Kepala Desa wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut: Warga
Negara Republik Indonesia, Bertaqwa kepada Tuhan YME, Memegang teguh dan
mengamalkan Pancasila dan UUD tahun 1945 serta mempertahankan dan
17
memelihara keutuhan NKRI dan Bhineka Tunggal Ika, Berpendidikan paling
rendah sekolah menengah pertama, Bersedia dicalonkan menjadi kepala Desa,
Tidak sedang menjalani hukuman pidana penjara, Tidak pernah dijatuhi pidana
penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum
tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara paling
singkat 5 tahun atau lebih, kecuali 5 tahun setelah selesai menjalani pidana penjara
dan mengumumkan secara jujur dan terbuka kepada publik bahwa yang
bersangkutan telah dipidana serta bukan sebagai pelaku kejahatan berulang-ulang,
Terdaftar sebagai penduduk dan bertempat tinggal di Desa setempat paling kurang
satu (1) tahun sebelum pendaftaran, Tidak sedang dicabut hak pilihnya sesuai
dengan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap,
Berbadan sehat, Tidak pernah sebagai Kepala Desa selama 3 kali masa jabatan,
Syarat lain diatur dalam peraturan daerah.
Pemilihan Kepala Desa menurut UU No. 6 tahun 2014 tentang desa
dilaksanakan secara serentak di seluruh wilayah kabupaten/kota, Pemerintah
Daerah kabupaten/kota menetapkan kebijakan pelaksanaan pemilihan kepala desa
secara serentak, Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemilihan kepala desa
serentak sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2 diatur berdasarkan
peraturan pemerintah. Calon kepala desa wajib memenuhi: Warga negara Republik
Indonesia, Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, Memegang teguh dan
mengamalkan pancasila, melaksanakan UUD 1945, serta mempertahankan dan
memelihara keutuhan Negara kesatuan Republik Indonesia dan bhineka tunggal
18
ika, Berpendidikan paling rendah tamat sekolah menengah pertama atau sederajat,
Berusia paling rendah 25 tahun saat mendaftar, Bersedia dicalonkan menjadi
Kepala Desa, Terdaftar sebagai penduduk dan bertempat tinggal di desa setempat
paling kurang 1 tahun sebelum pendaftaran, Tidak sedang menjalani hukuman
pidana penjara, Tidak pernah dijatuhi hukuman pidana penjara berdasarkan
putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena
melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara paling singkat lima
tahun atau lebih, kecuali 5 tahun setelah selesai menjalani pidana penjara dan
mengumumkan secara jujur dan terbuka kepada publik bahwa yang bersangkutan
pernah dipidana dan bukan sebagai pelaku kejahatan berulang-ulang. Tidak sedang
dicabut hak pilihnya sesuai dengan putusan pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap, Berbadan sehat, Tidak pernah sebagai kepala desa selama 3
kali masa jabatan, Syarat lain diatur dalam peraturan daerah.
Setiap Desa dikepalai oleh seorang kepala desa yang di bantu oleh jajaran
perangkat desa lainya dalam mengurus setiap keperluan desa.setiap jajaran
memiliki fungsi dan tugasnya masing-masing. Dengan pembagian tugas
diharapkan setiap jajaran bisa memaksimalkan kinerja.
3. Pemerintahan Desa
Istianto dalam Lasmana (2017:13) mendefinisikan konsep pemerintahan
adalah merupakan suatu bentuk organisasi dasar dalam suatu negara. Selanjutnya
labolo dalam lasmana (2017:13) mengungkapkan bahwa tujuan utama di
19
bentuknya pemerintahan adalah untuk menjaga suatu sitem ketertiban di mana
masyarakat bisa menjalani kehidupan secara wajar. Wastiono dan Tahir dalam
Lasmana (2017:13) juga mendefinisikan Desa adalah suatu kesatuan masyarakat
hokum berdsarkan adat dan hokum yang menetap dalam suatu wilayah tertentu
batas-batasnya, memiliki ikatan lahir dan batin yang sangat kuat, baik karena
seketurunan maupun karena sama-sama memiliki kepentingan politik, ekonm,
social, dan keamanan. Memiliki susunan pengurus yang di pilih secara bersama.
Memiliki kekayaan dalam jumlah tertentu dan berhak menyelenggrakan rumah
tangganya sendiri. Seperti yang di katakan Widjaja dalam Lasmana (2017:13)
pemerintah desa terdiri dari:
a. Desa adalah sebagi kesatuan masyarakat hokum yang mempunyai
susunan asli berdasarkan hak asal usul yang bersifat istimewa. Landasan
pemikiran dalam mengenai pemerintahandesa adalah keanekaragaman,
partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan pemeberdayaan masyrakat.
b. Penyelengaraan pemerintah desa adalah subsistem dari penyelenggraan
pemerintah, sehingga desa memiliki kewenangan untuk mengatur dan
mengurus kepentingan masyrakatnya. Kepala desa bertanggungjaab
kepada badan permusyawaratab desa dan menyampaikan laporan
pelaksanaan tersebut kepada bupati.
c. Desa dapat melakukan perbuatan hukum, baik hukum public maupun
perdata, memiliki kekayaan harta benda dan bangunan serta dapat di
tuntut dan menuntut di pengadilan. Untuk itu kepala desa dengan
20
persetujuan badan permusyawaratan desa mempunyai wewenang untuk
melakukan perbuatan hukum dan mengadakan perjanjian yang saling
menguntungkan.
d. Sebagian perwujudan demokrasi, di desa di bentuk badan perwakilan
desa yang sesuai dengan budaya yang berkembang di desa yang
bersangkutan, yang berfungsi sebagi lembaga legilasi dan pengawasan
dalam hal pelaksanaan peraturan desa dan keputuan kepala desa.
e. Di desa di bentuk lembaga kemasyrakatan desa lainyasesuai dengan
kebutuhan desa. lembaga kemasyarakat desa merupakan mitra
pemerintah desa dalam rangka pemberdayaan masyrakat desa.
f. Desa memiliki sumber pembiayaan berupa pendapatan desa, bantuan
pemerintah dan pemerintah daerah, pendapatan lain-lain yang sah,
sumbangan pihak ketiga dan pinjaman desa.
g. Berdasarkan hak asal usul yang bersangkutan, kepala desa mempunyai
wewenanguntuk mendamaikan perara/sengeta dari para warga.
h. Dalam upaya meningkatkan dan mempercepet pelayanan kepada
masyarakat yang bercirikan perkotaan, dibentuk kelurahan sebagai unit
pemerintah kelurahan yang berada dalam daerah kabupaten dan/atau
kota.
Pemerintah desa merupakan unit terdepan dan berhadapan langsung dalam
pelayanan pemerintahan dan pemberdayaan masyarakat, serta menjadi tonggak utama
untuk keberhasilan semua program pemerintah. Memperkuat desa merupakan suatu
21
upaya untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat. Dalam upaya
meningkatkan kapasitas pelayanan kepada masyarakat, selain menundukkan desa
menurut urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan desa, kepastian tersedianya
pendanaan untuk menyelenggarakan pemerintahan dan pemberdayaan masyarakat
serta tersedianya SDM yang mampu menyelenggarakan kepada masyarakat.
Pemerintah desa atau yang disebut dengan kepala desa dan perangkat desa
sebagai unsur penyelenggara pemeri ntahan desa. Perangkat desa terdiri dari
sekretaris desa, kepala dukuh, kepala urusan umum, dan yang lainnya bertugas
membantu kepala desa menjalankan visi misi atau tujuannya. Dengan demikian,
perangkat desa bertanggungjawab kepada kepala desa. Perangkat desa diangkat oleh
kepala desa setelah dikonsultasikan dengan camat atas nama bupati/walikota.
Pemerintah Desa sebagai unit dari lembaga pemerintah yang paling berdekatan
dengan masyarkat, posisi dan kedudukan hukumnya hingga saat ini selalu menjadi
perdebatan terutama di tingkat elit poltik. Penerapan UU NO 32/2004, kemudian
diterbitkan lagi tentang Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, selain
menimbulkan implikasi pada perubahan tata hubungan desa dengan pemerintah
supradesa, juga membawa perubahan dalam relasi kekuasaan antar kekuatan politik
dilevel desa. perubahan ke arah interaksi yang demokratik itu terlihat dari beberapa
fenomena, diantaranya : 1). Dominasi peran birokrasi mengalami pergeseran
digantikan dengan menguatnya peran institusi adat dalam proses penyenggraan
pemerintah sehari-hari; 2). Semangat mengadopsi demokrasi delegetif-liberatif
cukup besar dalam UU yang baru. Misalnya, dengan hadirnya BPD atau yang
22
disebut dengan nama lain. Dimana badan legislatif baru ini berperan sebagai
pengayom adat istiadat, membuat Peraturan Desa bersama dengan kepala desa
menampung dan menyalukan aspirasi masyarakat, serta melakukan pengawasan
terhadap penyenggaraan pemerintah desa; dan 3). Semangat partisipasi masyrakat
sangat ditonjolkan. Artinya proses politik, pemerintahan dan pembangunan di desa
tidak lagi bermuara dari kebijakan pemerintah pusat secara terpusat (top-down),
melinkan berasal dari partisipasi masyarakat. (Solekhan, 2014:16). Pemerintah
diartikan dalam keseluruhan lingkungan jabatan dalam suatu organisasi Negara,
pemerintah sebagai lingkungan jabatan adalah alat-alat kelengkapan negara seperti
jabatan eksekutif, jabatan legislatif, jabatan yudikatif, dan jabatan supra struktur
lainnya. Pemerintah yang berisi lingkungan pekerjaan tetap disebut pemerintah dalam
arti statis dan dapat diartikan dinam is, yang berisi gerak atau aktivitas berupa
tindakan atau proses menjalankan kekuasaan pemerintahan. Untuk menjalankan
wewenang atau kekuasaan yang melekat pada lingkungan jabatan harus ada
pemangku jabatan yakni pejabat. Pemangku jabatan menjalankan pemerintahan maka
itu disebut pemerintah.
Pemerintahan desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh
pemerintah desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal -usul dan adat istiadat setempat
yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Indonesia
(NKRI). (Maria, 2005:23). Lebih lanjut menurut PP. No. 47 tahun 2015 pemerintah
desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan urusan
23
masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan NKRI. ( Pasal 1 ayat (2) PP No. 47
Tahun 2015. Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan desa mencakup urusan
pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal-usul desa, urusan pemerintahan
yang menjadi kewenangan kabupaten/kota yang diserahkan pengaturannya kepada
desa, tugas pembantuan dari pemerintah dan pemerintah daerah, urusan pemerintah
lainnya yang oleh peraturan perundang-undangan diserahkan kepada desa.
Selain Pemerintah Desa, terdapat pula BPD (Badan Permusyawaratan Desa)
dimana dalam Permendagri No. 110 tahun 2016 tentang BPD dijelaskan bahwa
fungsnya adalah untuk membahas dan menyepakati rancangan peraturan desa
bersama kepala desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat desa dan
melakukan pengawasan terhadap kinerja kepala desa. Dari ketiga tugas ini dapat
disimpulkan bahwa BPD adalah lembaga yang memiliki kekuatan dalam menyepakati
peraturan desa yang bakal menjadi pedoman pembangunan desa. selain itu, BPD juga
berhak menyelenggarakan musyawarah desa (musdes) pada agenda-agenda yang
mengharuskan adanya musdes, salah satu contohnya adalah rencana pendirian
BUMDes. Tanpa persetujuan BPD BUMDes tidak bisa didirikan.(www.berdesa.com)
Dalam sebuah desa dibutuhkan pemerintahan untuk menata dan mengurs setiap
hal yang berkaitan engan desa. struktur pemerintahan desa terdiri dari beberapa
tingkatan yang setiap tingkatanta memiliki porsinya sendiri. Pemerintasa di tugaskan
oleeh pemeintahan pusat untuk mengatur masyrakat perdesaan setempat berdasarkan
dengan undang-undangyang ada demi mewujudkan pembangunan pemerintahah
diwilayah desa.
24
F. RUANG LINGKUP
Agar lebih mudah dipahami dan sistematis, maka peneliti membatasi ruang lingkup
pada penelitian ini. Ruang lingkup tersebut meliputi:
1. Penyelenggaraan pemerintahan desa.
2. Penyelenggaraan pembangunan desa.
3. Pemberdayaan masyarakat desa.
G. METODE PENELITIAN
1. Jenis penelitian
Jenis peneltian yang digunakan peniliti dalam penelitian deskriptif (descriptive
research). Penelitian deskriptif menurut Wardiyanta (2006: 5) yaitu membuat
deskripsi atas suatu fenomena social/alam secara sitematis, factual dan akurat.
Penelitian yang digunakan ini juga untuk menjawab pertanyaan mengenai
peristiwa yang sedang terjadi di masyarakat. Sejalan dengan Wardiyanta, Usman
(2009: 4) menjelaskan penelitan deskriptif bermaksud untuk membuat deskripsi
secara sitematis, factual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi
tertentu. Selanjutnya Usman (2009: 129) mengemukakan bahwa penelitian
deskripsif salah satunya adalah penelitian desktiptif kualitatif. Usman (2009: 130)
berpendapat bahwa penelitian deskriptif kualitatif itu di uraikan dengan kata-kata
menurut pendapat informan, apa adanya sesuai dengan pertanyaan penelitian yang
di tanyakan, kemudian di analisis dengan kata-kata yang melatar belakangi
25
informan berperilaku seperti itu, di reduksi, di triangulasi, di simpulkan dan di
verifikasi.
Berdasarkan penjelasan penelitian deskriptif di atas maka penelitti menyimpulkan
penelitian deskriptif adalah peneltian yang menjelakan suatu fenomena yang
terjadi sesuai dengan fakta secara akurat. Dalam penelitian ini yang akan di
deskripsikan adalah kapsitas kepala desa dlam penyelnggraan pemerintahan desa
di desa wonokwerto, kecamatan turi, kabupaten sleman.
2. Unit Analisis
Untuk unit analisis dalam penelitian ini adalah objek dan sekaligus subyek
penelitian atau kesatuan unit yang akan diteliti. Obyek penelitian ini adalah
kapasitas kepala desa dalam penyelenggran pemerinath desa. Subjek dari
penelitian ini adalah keseluruhan komponen yang terdapat dalam birokrat
pemerintah lokal, lokasi penelitian terdapat pemerintahan Desa Wonokerto, Turi,
Sleman. Komponen yang dimaksudkan terdiri dari:
a. Perangkat pemerintah desa : 2 Orang
b. Badan permusyawarahan desa : 2 Orang
c. Mahasiswa : 1 Orang
d. Petani : 4 Orang
e. Pedagang : 1 Orang
f. Buruh : 1 Orang
Total : 11 Orang
26
Pemilihan informan sebanyak 11 orang menggunakan teknik purposive. Teknik
purpose adalah teknik pengambilanmsumber data dengan pertimbangan tertentu
(Sugiyono, 2014: 53). Pertimbangan yang di maksud adalah informan yang di
anggap paling tahu tentang kapasitas kepala desa di desa wonokerto, Turi,
Sleman.
3. Teknik pengumpulan data
a. Observasi
Teknik ini merupakan pengamatan secara langsung oleh peneliti
mengenai beberapa bentuk kegiatan atau masalah dilokasi penelitian, kegiatan
ini sangat dibutuhkan untuk mendukung hasil penelitian yang diperoleh.
Dengan adanya pengamatan, peneliti akan mengetahui fenomena dilapangan,
sehingga mampu membuktikan data yang diperoleh. Ada beberapa ahli yang
meberikan pemahaman observasi sebagai berikut.
Menurut Alwasilah C.( 2003:211), ia menyatakan bahwa observasi
adalah penelitian atau pengamatan sistematis dan terencana yang diamati
untuk perolehan data yang dikontrol validitas dan realibilitas.
Menurut (Nasution, 2003:56) mengungkapkan bahwa observasi adalah
dasar semua ilmu pengetahuan para ilmuan hanya dapat bekerja berdasarkan
data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi.
27
Dalam hal ini yang menjadi objek penelitian yang akan diobservasi adalah
Pemerintah Desa dan Desa Wonokerto, Turi, Sleman.
b. Wawancara
Wawancara adalah kegiatan mengumpulkan data dengan cara memberikan
pertanyaan kepada narasumber sesuai dengan kerangka pertanyaan guna
memperoleh data atau informasi yang kita butuhkan. Metode ini digunakan
untuk mendapatkan data-data dalam bentuk percakapan langsung dengan
narasumber yang menjadi objek penelitian ini. Dalam hal ini peneliti
mewawancarai Kepala Desa Wonokerto, pemerintah Desa Wonokerto, tokoh
masyarakat, Karang Taruna desa, masyarakat Desa Wonokerto dan PKK.
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan metode mengumpulkan data yang dilakukan
dengan cara menyalin atau mengumpulkan data dengan melalui catatan-
catatan, buku, laporan-laporan, arsip, foto yang telah ada kemudian mengolah
menjadi laporan yang dibutuhkan dalam penelitian. Dalam hal ini peneliti
akan mencari arsip-arsip, laporan ataupun foto-foto yang ada di Desa
Wonokerto guna mendukung data yang dibutuhkan dalam penelitian.
28
d. Teknik Analisis Data
Patton (1980:268) menjelaskan bahwa analisis data adalah proses
mengatur urutan data, mengorganisasikannya dalam suatu pola, kategori, dan
satuan uraian dasar. Ia membedakannya dengan penafsiran, yaitu memberikan
arti yang signifikan terhadap analisis, menjelaskan pola uraian, dan mencari
hubungan diantara dimensi-dimensi uraian.
Sedangkan menurut Bogdan dan Tylor (1975:79) memberikan
pengertian bahwa analisis data adalah proses yang merincikan usaha secara
formal untuk menemukan tema dan merumuskan hipotesis.
Dari kedua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa analisis data
adalah proses pengolahan data baik berupa dokumen, foto, arsip, dan data
monograf dalam bentuk pengorganisasian dan kemudian mengurutkannya ke
dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema
dan hipotesisnya, sehingga dapat ditarik dalam sebuah kesimpulan yang dapat
dijadikan patokan dalam penelitian ini.
Oleh karena itu, dalam mencapai hasil kesimpulan dalam menganalisis
data maka harus melalui beberapa langkah yaitu sebagai berikut (Moleong,
2006:147):
1) Menelaah seluruh data yang diperoleh dari berbagai sumber melalui
berbagai teknik pengumpulan data
2) Mengadakan reduksi data
3) Menyusun data dalam satuan-satuan yang terperinci
29
4) Mengkategorisasikan data
5) Melakukan pengkodean data jika diperlukan
6) Memeriksa keabsahan data dengan membandingkan dengan sumber
lain yang ada
7) Menafsirkan data secara objektif dan menarik kesimpulan.
30
BAB II
PROFIL DESA WONOKERTO
A. Geografis
1. Batas Administrasi
Secara administratif Desa Wonokerto merupakan salah satu desa
yang berada di Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa
Yogyakarta. Wilayah Desa Wonokerto memiliki batas-batas dengan
wilayah sebagai berikut :
- Sebelah Utara: Desa Girikerto Kecamatan Turi
- Sebelah Timur: Desa Girikerto Kecamatan Turi
- Sebelah Selatan: Desa Donokerto Kec. Turi, Desa Merdikorejo
Kec. Tempel
- Sebelah Barat: Desa Bangunkerto Kec. Turi, Kabupaten
Magelang.
- Desa Wonokerto terdiri dari 13 padukuhan yang terdiri dari 63
RT dan 29 RW dengan rincian sebagai berikut :
Tabel 2.1
Pembagian Wilayah Padukuhan, RW dan RT Desa Wonokerto
No Nama Padukuhan Jumlah RW Jumlah RT
1 Tunggularum 2 4
2 Gondoarum 2 4
3 Sempu 2 7
4 Banjarsari 3 5
5 Manggungsari 2 4
31
6 Imorejo 2 4
7 Jambusari 3 4
8 Dukuhsari 2 4
9 Kembang 2 4
10 Pojok 2 4
11 Sangurejo 2 5
12 Becici 3 6
13 Dadapan 2 5
Total 29 63
(Sumber : TIM RPJMDES Desa Wonokerto, 2017)
Pada hakekatnya Desa Wonokerto menggambarkan potret desa
secara eksisting beserta persoalannya untuk dikaji lebih mendalam dalam
rangka pengembangan desa kedepan dalam jangka enam tahun yang
berfokus pada tiga sektor yaitu Agribisnis, Agroindustri, dan Agrowisata.
2. Kondisi Fisik Wilayah
Luas wilayah Desa Wonokerto 1.002,9Ha, yang terdiri dari wilayah
untuk sawah/pertanian, ladang/tegalan, perkebunan, pemukiman, industri,
perdagangan, dan jasa, serta hutan rakyat. Adapun perinciannya dapat dilihat
dalam tabel sebagai berikut :
Tabel 2.2
Penggunaan lahan Eksisting Desa Wonokerto
No
Nama
Padukuha
n
Jenis Penggunaan Lahan
Ju
mla
h
Sa
wa
h/P
erta
nia
n
Lad
an
g/T
ega
lan
Ind
ust
ri
Per
keb
un
an
Per
mu
kim
an
Per
dag
an
ga
n d
an
Ja
sa
Hu
tan
Lain
-la
in
32
1 Tunggularu
m 5 80 - 40 44 - 17 4 190
2 Gondoaru
m 10 38 - 50 10 - - - 108
3 Sempu - 1,2 - 34 51,3 - - - 86,5
4 Banjarsari 74 13,5 - 1,9 4,9 - - - 94,3
5 Manggungs
ari 4 20,5 - 53,5 8 - - - 86
6 Imorejo 25,3 5,4 1 1 31,5 - - - 64,2
7 Jambusari 37 10 - - 2 - - 1 50
8 Dukuhsari 36 - - 10 9 - - - 55
9 Kembang 8 - - 45 7,5 1 - - 61,5
10 Pojok 5 2,7 - 14,6 21 - - - 43,3
11 Sangurejo 28 4 - - 8 - - - 40
12 Becici 3,4 2,8 0,2 31,8 25,8 2,9 - - 66,9
13 Dadapan 0,7 9 - 32,5 15 - - - 57,2
Total 236,4 187,1 1,2 314,3 238 3,9 17 5 1002,9
Prosentase (%) 23,57% 18,66% 0,12% 31,34% 23,73% 0,39% 1,70% 0,50%
100,00
%
(Sumber : TIM RPJMDES Desa Wonokerto,Tahun 2017 )
Dari Tabel di atas dapat dilihat luasan wilayah tersebut masing-masing
wilayah memiliki karakteristik yang berbeda, keadaan ini membawa pengaruh
yang kuat dalam hal sumber daya pangan dan mata pencaharian penduduk Desa
Wonokerto.
3. Kondisi Topografi
Desa Wonokerto berada di kaki atau lereng gunung merapi yang
terletak di Kecamatan Turi Kabupaten Sleman Daerah Istimewa
Yogyakarta. Secara geografis, Desa Wonokerto terletak pada ketinggian
400 s/d 900 m dari permukaan air laut. Dengan ketinggian tersebut,
sebagian besar wilayahnya adalah pertanian.
33
B. Demografis
1. Jumlah Penduduk
Data kependudukan yang disajikan bersumber dari potensi desa dan
hasil survey oleh masyarakat. Data-data kependudukan tersebut meliputi
penduduk berdasarkan jenis kelamin, penduduk lima tahun terakhir,
struktur umur, struktur pendidikan, dan struktur mata pencaharian.
Jumlah penduduk Desa Wonokerto pada tahun 2017 adalah 9.682
jiwa dengan rincian 4.922 jiwa laki-laki dan 4.760 jiwa perempuan.
Jumlah Kepala Keluarga (KK) di Desa Wonokerto adalah 2.696 KK yang
dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut :
Tabel 2.3
Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
No Nama
Padukuhan
Jenis Kelamin Jumlah
Jumlah
KK Laki-laki Perempuan
1 Tunggularum 291 276 567 186
2 Gondoarum 282 290 572 572
3 Sempu 592 521 1113 357
4 Banjarsari 253 309 662 203
5 Imorejo 356 332 688 224
6 Manggungsari 323 311 634 177
7 Jambusari 340 350 690 187
8 Dukuhsari 333 316 649 188
9 Kembang 321 332 652 184
10 Pojok 326 338 664 196
11 Becici 390 464 854 249
34
12 Dadapan 411 481 891 280
13 Sangurejo 511 600 1111 299
Total 4829 4948 9777 2.911
(Sumber : TIM RPJMDES Desa Wonokerto, 2017)
Dari Tabel di atas, terlihat jumlah penduduk berdasarkan jenis
kelamin, masih terhitung lumayan bagus hanya sedikit didominasi oleh
perempuan, dan kesejahteraan dan pembangunan masih terhitung maju.
Tabel 2.4
Jumlah Penduduk dan Luas Wilayah Padukuhan
No Nama
Padukuhan
Luas Wilayah
(Ha) Jumlah KK Jumlah Jiwa
1 Tunggularum 190 186 567
2 Gondoarum 192 180 572
3 Sempu 174 357 1113
4 Banjarsari 158 203 662
5 Manggungsari 147 224 688
6 Imorejo 135 177 634
7 Jambusari 131 187 690
8 Dukuhsari 124 188 649
9 Kembang 151 184 652
10 Pojok 148 196 664
11 Becici 168 299 854
12 Dadapan 177 280 891
13 Sangurejo 189 299 1111
Total 1002,9 2.696 9.682
(Sumber : TIM RPJMDES Desa Wonokerto, 2017)
Dilihat dari Tabel di atas bahwa luas Wilayah Desa Wonokerto
yang cukup luas dengan Jumlah penduduk yang terhitung tidak terlalu
padat, maka masyarakat Wonokerto bisa menggunakan lahannya yang
masih belum di kelola untuk digunakan sebaik mungkin untuk
35
kesejahteraan mereka sendiri sehingga pembangunan di Desa Wonokerto
menjadi maju atau meningkat.
Jika dilihat dari struktur umur, tahun 2017 penduduk di Desa
Wonokerto berumur lebih dari 50 tahun sejumlah 2.132 jiwa yang
merupakan usia non produktif, sedangkan untuk usia balita dan anak-anak
antara 0 – 14 tahun sebesar 2.101 jiwa sedangkan yang usia remaja atau
usia sekolah yaitu 1.855 jiwa, sisanya usia produktif sejumlah 3.594 jiwa.
Jumlah penduduk Desa Wonokerto berdasarkan struktur umur dapat dilihat
pada tabel 2.5.
Tabel 2.5
Jumlah Penduduk Berdasarkan Struktur Umur
No Nama
Padukuhan
Struktur Umur (Jiwa)
0 – 14 15 – 24 25 – 49 > 50
1 Tunggularum 135 140 164 150
2 Gondoarum 121 165 198 103
3 Sempu 260 173 502 201
4 Banjarsari 142 207 232 128
5 Manggungsari 124 95 271 147
6 Imorejo 157 98 266 139
7 Jambusari 216 188 159 86
8 Dukuhsari 151 87 267 87
9 Kembang 127 155 215 153
10 Pojok 143 117 233 141
11 Sangurejo 305 130 456 141
12 Becici 144 164 362 219
13 Dadapan 76 136 269 437
Total 2.101 1.855 3.594 2.132
(Sumber : TIM RPJMDES Desa Wonokerto, 2017)
36
Jika dilihat dari Tabel di atas jumlah Penduduk paling tinggi
berdasarkan usia adalah usia produktif yaitu 25-49 Tahun. Berarti
kesejahteraan masyarakat di Desa Wonokerto terbilang bagus karena
tingginya tingkat usia produktif berpengaruh dalam pembangunan Desa
Wonokerto.
Jumlah penduduk dengan ijazah terakhir SMP menempati porsi
yang terbesar yaitu 2.569 jiwa sedangkan yang terkecil adalah pendidikan
anak usia dini (PAUD) sebanyak 314 jiwa. Jumlah penduduk Desa
Wonokerto berdasarkan struktur pendidikan dapat dilihat pada tabel 2.6.
Tabel 2.6
Jumlah Penduduk Berdasarkan Struktur Pendidikan
N
o
Nama
Padukuhan
Belu
m
Sekol
ah
(jiwa)
PAU
D
(jiwa
)
Ijaz
ah
TK
(jiw
a)
Ijaza
h SD
(jiwa
)
Ijaza
h
SMP
(jiwa
)
Ijaza
h
SMU
(jiwa
)
Ijazah
Akade
mi/PT
(jiwa)
Tida
k
Sekol
ah
(jiwa
)
1 Tunggularum 35 30 73 300 75 30 6 40
2 Gondoarum 34 4 73 183 105 110 12 66
3 Sempu 68 14 58 283 201 237 51 224
4 Banjarsari 60 17 49 184 116 172 26 85
5 Manggungsar
i
87 35 27 144 147 150 12 35
6 Imorejo 31 47 21 408 39 74 23 17
7 Jambusari 46 27 59 160 184 136 5 32
8 Dukuhsari 62 50 132 121 104 77 12 34
9 Kembang 24 14 36 151 179 165 59 22
10 Pojok 42 14 54 89 117 231 64 23
11 Sangurejo 93 27 34 175 235 410 56 2
37
12 Becici 42 11 45 130 146 197 23 295
13 Dadapan 48 24 57 241 232 242 14 60
Total 672 314 718 2.569 1.880 2.231 363 935
(Sumber : TIM RPJMDES Desa Wonokerto, 2017)
Jika dilihat dari Tabel di atas bahwa jumlah penduduk berdasarkan
struktur pendidikan di Desa Wonokerto yang paling tinggi adalah Tamatan
SD. Ini menunjukan bahwa pembangunan di bidang pendidikan di Desa
Wonokerto sangat rendah.
Berdasarkan struktur mata pencaharian, jumlah terbesar adalah
sebagai lain-lain yaitu 4.495 jiwa disusul petani sebesar 3.141 jiwa, buruh
sejumlah 605 jiwa, pedagang sejumlah 504 jiwa, pegawai swasta sejumlah
444 jiwa, pegawai negeri sejumlah 279 jiwa dan 120 jiwa dengan mata
pencaharian perkebunan. Sedangkan jumlah yang terkecil adalah sebagai
industri rumah tangga yaitu 94jiwa, dan lebih lengkapnya jumlah
penduduk Desa Wonokerto berdasarkan struktur mata pencaharian dapat
dilihat pada tabel 2.7.
Tabel 2.7
Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
No Nama
Padukuhan Pet
an
i
Bu
ruh
Per
keb
un
an
Ped
ag
an
g
Peg
aw
ai
Neg
eri
Peg
aw
ai
Sw
ast
a
Ind
ust
ri R
T
La
in-l
ain
Ju
mla
h
1 Tunggularum 204 100 120 9 2 10 5 139 589
2 Gondoarum 370 - - 6 5 - - 206 587
3 Sempu 406 26 - 85 29 83 9 498 1.136
4 Banjarsari 106 51 - 26 21 8 7 490 709
5 389 1 - 17 2 45 - 183 637
38
Manggungsar
i
6 Imorejo 307 7 - 29 11 24 4 278 660
7 Jambusari 47 100 - 23 26 22 12 419 649
8 Dukuhsari 135 32 - 15 24 31 28 327 592
9 Kembang 119 - - 20 24 64 4 419 650
10 Pojok 294 52 - 12 29 36 4 207 634
11 Sangurejo 220 98 - 207 48 41 15 403 1.032
12 Becici 394 73 - 14 19 46 6 337 889
13 Dadapan 150 65 - 41 39 34 - 589 918
Total 3.141 605 120 504 279 444 94 4.495 9.682
(Sumber : TIM RPJMDES Desa Wonokerto, 2017)
Tabel di atas menjelaskan bahwa, Penduduk dengan mata
pencaharian lain-lain lebih banyak dengan jumlah 4.495 Orang, berikutnya
penduduk dengan mata pencaharian petani berjumlah 3.141 Orang.
Sedangkan penduduk dengan mata pencaharian sebagai industri rumah
tangga yang paling rendah dengan jumlah 94 Orang.
Jika dilihat dari jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian
maka penduduk di Desa Wonokerto terhitung sejahtera karena jika dilihat
masyarakat semuanya bekerja untuk kesejahteraan mereka sehingga
pembangunan di desanya meningkat.
2. Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk Desa Wonokerto dapat dilihat di dalam tabel
sebagai berikut :
39
Tabel 2.8
Kepadatan Penduduk Menurut Padukuhan
No Nama Padukuhan
Jumlah
Penduduk
( Jiwa )
Luas
Wilayah
( Ha )
Luas
Permukim
an
( Ha )
Kepadatan
Wilayah
( Jiwa/Ha )
Kepadatan
Permukimn
( Jiwa/Ha )
1 Tunggularum 589 190 44 3,10 13,39
2 Gondoarum 587 108 10 5,44 58,70
3 Sempu 1.136 86,5 51,3 13,13 22,14
4 Banjarsari 709 94,3 4,9 7,52 144,69
5 Manggungsari 637 86 8 7,41 79,63
6 Imorejo 660 64,2 31,5 10,28 20,95
7 Jambusari 649 50 2 12,98 324,50
8 Dukuhsari 592 55 9 10,76 65,78
9 Kembang 650 61,5 7,5 10,57 86,67
10 Pojok 634 43,3 21 14,64 30,19
11 Sangurejo 1.032 40 8 25,80 129,00
12 Becici 889 66,9 25,8 13,29 34,46
13 Dadapan 918 57,2 15 16,05 61,20
Jumlah 9.682 1.002,9 238 11,61 82,41
(Sumber : TIM RPJMDES Desa Wonokerto, 2017)
Jika dilihat dari tabel di atas kepadatan penduduk di Desa
Wonokerto relatif rendah karena sebagian besar padukuhan kepadatannya
berada dibawah 50 jiwa/ha.
Dengan wilayah yang lumayan luas dan penduduk yang tidak
terlalu padat maka masyarakat wonokerto harus memanfaatkan lahan
sebaik-baiknya untuk kesejahteraan mereka.