KAPASITAS DAN KEWENANGAN LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT...

98
i KAPASITAS DAN KEWENANGAN LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT KETERANGAN WARIS Skripsi DiajukankepadaFakultasSyariahdanHukumuntukmemenuhi Salah SatuSyaratUntukmemperolehGelarSarjanaSyariah (S.H) Oleh: TAUFIQ REZEKY SARAGIH NIM : 1111044100005 PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTASSYARIAH DANHUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/2016 M

Transcript of KAPASITAS DAN KEWENANGAN LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT...

Page 1: KAPASITAS DAN KEWENANGAN LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42575/1/TAUFIQ... · LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT KETERANGAN AHLI WARIS”

i

KAPASITAS DAN KEWENANGAN LURAH DALAM MENGELUARKAN

SURAT KETERANGAN WARIS

Skripsi

DiajukankepadaFakultasSyariahdanHukumuntukmemenuhi

Salah SatuSyaratUntukmemperolehGelarSarjanaSyariah (S.H)

Oleh:

TAUFIQ REZEKY SARAGIH

NIM : 1111044100005

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA

FAKULTASSYARIAH DANHUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1437 H/2016 M

Page 2: KAPASITAS DAN KEWENANGAN LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42575/1/TAUFIQ... · LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT KETERANGAN AHLI WARIS”

ii

KAPASITAS DAN KEWENANGAN LURAH DALAM MENGELUARKAN

SURAT KETERANGAN WARIS

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk memenuhi

Salah Satu Syarat Untuk memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.H)

Oleh:

TAUFIQ REZEKY SARAGIH

NIM : 1111044100005

Pembimbing

Sri Hidayati, M.Ag

NIP. 19710215 199703 2 002

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA

FAKULTAS SYARIAH DANHUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1437 H/2016 M

Page 3: KAPASITAS DAN KEWENANGAN LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42575/1/TAUFIQ... · LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT KETERANGAN AHLI WARIS”

iii

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu

persyaratan memperoleh gelar Sarjana Syariah (S.Sy) di Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayyatullah Jakarta.

2. Sumber-sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa ini bukan karya asli saya atau merupakan hasil

jiplakan dari karya orag lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta 06April2016

Taufiq Rezeky Saragih

Page 4: KAPASITAS DAN KEWENANGAN LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42575/1/TAUFIQ... · LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT KETERANGAN AHLI WARIS”

iv

ABSTRAK

Taufiq Rezeky Saragih, NIM 1111044100005, “ KAPASITAS DAN KEWENANGAN

LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT KETERANGAN AHLI WARIS” , Program Studi Peradilan Agama, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

1437H/2016M Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui permasalahan-permasalahan Surat

Keterangan Waris yang dibuat oleh Lurah sebagai Pemerintah setempat. Latar belakang Skripsi

ini adalah apakah Lurah yang sebagai pejabat politik memilki kapasitas dalam pengeluaran Surat

Keterangan Waris.

Mengenai kewenangan dan kapasitas Lurah dalam mengeluarkan Surat Keterangan Waris bagi

masyarakat yang ada di sekitarnya . Penelitian ini menggunakan tipe penelitian kepustakaan dan

lapangan, yang mengkaji dari kasus yang berkaitan dengan penelitian. Metode yang di gunakan

dalam penelitian ini menggunakan yuridis normative dengan spesifikasi penelitian yaitu

deskriptif. Teknik pengumpulan data yang di gunakan adalah data primer yang di peroleh dari

Peraturan perundang-undangan data sekunder berupa buku-buku, kitab-kitab, dan karya tulis

ilmiah.

Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara kualitatif. Selanjutnya ada tiga bahan hukum

yang digunakan dalam penelitian ini, yakni bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan

bahan non-hukum. Berdasarkan hasil penelitian penulis menunjukkan bahwa, sebagian besar

Lurah yang sudah diteliti tidak memiliki kapasitas (ilmu kewarisan Islam) yang memadai dalam

mengeluarkan Surat Keterangan Waris.

Hal ini dibuktikan dengan kasus yang terjadi yang berkaitan dengan Surat Keterangan Waris

yang dikeluarkan oleh Kelurahan Jatirahayu, yang mengakibatkan terjadinya konflik antara

keluarga yang bersangkutan, ini merupakan salah satu akibat kurang mengertinya Lurah dalam

ilmu kewarisan Islam, sehingga Lurah dengan mudah memberikan Surat Keterangan Waris

kepada Pemohon tanpa harus mencari bukti yang lebih kuat lagi.

Kata Kunci : Hukum Waris, Kapasitas, Dan Kewenangan Lurah dalam pengeluaran SKW

Pembimbing : Sri Hidayati, M.Ag

Page 5: KAPASITAS DAN KEWENANGAN LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42575/1/TAUFIQ... · LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT KETERANGAN AHLI WARIS”

v

K A T A P E N G A N T A R

Puji syukur kehadirat Allah semesta alam, tidak ada kata yang pantas di ucapkan selain

rasa syukur akan segala nikmat yang diberikan oleh Allah SWT, baik nikmat kesehatan, nikmat

Islam, nikmat Iman, dan juga nikmat diberikan umur yang berkah. Sehingga kita masih bisa

melaksanakan segala aktivitas kita sebagai manusia yang taat terhadap perintah Allah, dan

menjauhi segala larangan Allah SWT. Semoga saya, dan kita semua termasuk golongan hamba

Allah yang benar-benar bertaqwa kepada Allah SWT, dan akan masuk kedalam syurga Nya

bersama orang-orang yang beramal sholeh.

Sholawat dan salam mari kita sampaikan kepada baginda kita Muhammad SAW, yang

tidak ada bandingannya, membuat hukum dengan kemaslahatan yang mengelilinginya,

menegakkan hukum dengan penuh kebersihan akal dan jiwa sehingga setiap keputusan sesuai

dengaan yang disyariat oleh Allah SWT, sehingga tidak ada yang menentangnya. Semoga

sholwat dan salam menolong hamba pada saat penghakiman di akhirat kelak.

Penulisan skripsi ini bukan lah akhir dari studi penulis lakukan mudah-mudahan penulis

akan terus melanjutkan ketingkat yang lebih tinggi lagi. Itu semua penulis persembahkan kepada

al-marhum ayahanda dan ibunda tercinta semoga Allah, memelihara serta memberikan nikmat

terbaik Nya. Kepada kakak-kakak dan abang-abang semoga kita dilancarkan segala urusan kita,

amin

Tidak lupa juga, penulis sampaikan terimakasih kepada orang-orang yang turut

mempengaruhi hamba dalam mendewasakan penulis, yang terhormat.

Page 6: KAPASITAS DAN KEWENANGAN LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42575/1/TAUFIQ... · LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT KETERANGAN AHLI WARIS”

vi

1. Dr. Asep Saepuddin Jahar MA. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah.

2. Dr. H. Abdul Halim MA. ketua Program Studi PA dan Arif Purqon MA..selaku

sekretaris Program Peradilan Agama UIN Syarif Hidayatullah

3. Sri Hidayati M.Ag selaku dosen pembimbing dalam penulisan skripsi ini dengan penuh

kesabaran, ke ikhlasan, serta ketelitian beliau.

4. Dr. KH. A. Juani Syukri Shofia. Lc. MA selaku dosen pembimbing akademik dari

semester satu hingga semester akhir perkuliahan.

5. Segenap Staf Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya

dosen Program Studi Peradilan Agama yang telah memberikan ilmu pengetahuan dengan

tulus ikhlas, semoga ilmu pengetahuan yang saya dapatkan dapat bermanfaat.

6. Terima kasih juga buat abanganda abdul karim munthe yang telah meluangkan waktunya

untuk membimbing dalam penulisan skripsi ini dan sudah memberikan masukan-

masukan dalam penulisan ini, semoga abanganda abdul karim munthe diberikan

kemudahan oleh Allah dalam segala hajat dan cita-cita.

7. Buat orang tua saya, al-marhum ayah terima kasih banyak atas perjungan dan doa serta

motivasinya buat anak mu ini semoga anak mu ini menjadi anak yang bermanfaat dan

menjadi anak yang sholeh yang mendoakan kedua orang tua. Dan buat umi tercinta

terima kasih juga atas kasih dan sayang serta nasehat, bimbingan, yang sudah umi

berikan kepada anak umi ini, sehingga semua berjalan dengan baik. Dan juga buat

saudara-saudaraku terimakasih atas dukungan dan semangatnya yang tidak pernah

padam, serta doa dan kasih sayangnya, khususnya buat adik saya Zay Saragih.

8. Temen-temen Peradilan Agama angkatan 2011 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 7: KAPASITAS DAN KEWENANGAN LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42575/1/TAUFIQ... · LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT KETERANGAN AHLI WARIS”

vii

9. Temen-temen seperjuangan Muhammad Azhar Rizki Dlmt, Mukhsin, Fisal Tanjung, Izul

Hsb yang bersama-sama berjuang dalam melanjutkan Studi diperguruan tinggi di ibu kota

ini.

10. Keluarga besar IKRH Jabodetabek, KMSU, HIMLAB Jakarta Raya, yang telah

memberikan ilmu, dan yang paling utama sudah menerima saya sebagai saudara di

perantauan ini.

11. Temen-temen kos “Pria Sejati” Roni Binsar Pasaribu, Selamet Riyadi, Faisal Hrp,

terima kasih sudah memberikan semangat dan sudah saling berbagi,

12. Bitoku, terimakasih atas doa, harapan, serta nasehat, arahan, perhatian, dan juga

waktunya buat saya karena sudah menemani selalu dalam penulisan skripsi ini, semoga

hajat dan cita-cita kita dipermudah oleh Allah SWT.

Akhirnya penulis sampaikan terimakasih kepada seluruh pihak yang tidak dapat penulis

tuliskan satu persatu, semoga doa dan harapan kita semua dikabulkan oleh Allah SWT, Amin.

Wabillahi taufiq walhidayah wassalamualaikum Wr. Wb

Jakarta 06-April-20

Taufiq Rezeky Saragih

Page 8: KAPASITAS DAN KEWENANGAN LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42575/1/TAUFIQ... · LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT KETERANGAN AHLI WARIS”

vi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………………… i

PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………………………………….. ii

LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………………. iii

LEMBAR PERNYATAAN………………………………………………………. iv

ABSTRAK………………………………………………………………………… v

DAFTAR ISI………………………………………………………………………. Vi

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………… 1

A. Latar Belakang Masalah…………………………………….. 1

B. Identifikasi Masalah………………………………………… 8

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah……………………….... 9

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian……………………………… 10

E. Tinjauan Pustaka……………………………………………. 11

F. Metode Penelitian…………………………………………… 12

G. Sistematika Penulisan……………………………………….. 13

BAB II HUKUM KEWARISAN ISLAM………………………………… 15

A. Dasar-dasar hukum waris……………………………………….. 15

1. Al-Quran……………………………………………………. 15

2. HadistNabi…………………………………………………. 20

B. Ahli Waris dan Pembagiaannya………………………………..... 22

Page 9: KAPASITAS DAN KEWENANGAN LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42575/1/TAUFIQ... · LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT KETERANGAN AHLI WARIS”

vii

1. Hubungan Kekerabatan……………………………………... 23

2. Hubungan Perkawinan………………………………………. 28

C. Contoh pembagian menurut Kewarisan Islam……………………. 30

BAB III MACAM-MACAM INSTANSI YANG BERWENANG DALAM

MENGELUARKAN SURAT KETERANGAN WARIS………… 34

A. Peradilan Agama………………………………………………... 34

1. Kewenangan Peradilan Agama………………………………. 34

2. Prosedur Penetapan Ahli Waris dalam Peradilan Agama ……. 37

B. Peradilan Negeri……………………………………………….... 40

1. Kewenangan Peradilan Negeri………………………………… 40

2. Prosedur Penetapan Ahli Waris dalam Peradilan Negeri ……… 42

C. Kelurahan………………………………………………………… 43

1. Pengertian Lurah…………………………………………......... 43

2. Kewenangan Lurah………………………………………......... 43

3. Prosedur dalam mengeluarkan keteranganWaris……………... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN: PENGETAHUAN LURAH DALAM

ILMU WARIS DAN IMPLIKASINYA…………………………...... 48

A. Kompetensi Lurah Dalam Ilmu Waris…………………………... 48

B. Kasus gugatan Surat KeteranganWaris

Yang di keluarkan oleh Lurah…………………………………….. 57

Page 10: KAPASITAS DAN KEWENANGAN LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42575/1/TAUFIQ... · LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT KETERANGAN AHLI WARIS”

viii

C. Analisis Penulis……………………………………………………. 65

BAB V PENUTUP…………………………………………………………….. 70

A. Kesimpulan………………………………………………………… 71

B. Saran-saran………………………………………………………… 72

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………… 74

Page 11: KAPASITAS DAN KEWENANGAN LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42575/1/TAUFIQ... · LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT KETERANGAN AHLI WARIS”

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hukum alam menetapkan tidak semua apa yang kita miliki saat ini akan

bertahan menjadi milik kita untuk selamanya, akan tetapi kepemilikan manusia

hanyalah bersifat sementara, selama manusia itu masih hidup. Ketika manusia sudah

meninggal harta yang ditinggalkan akan beralih kepada orang lain dengan ketentuan

hukum yang berlaku.

Oleh karena tidak ada seorangpun yang menjamin dia akan hidup selamanya

dan pada akhirnya semua manusia akan kembali kepada Allah, maka perlu persiapan

dan aturan-aturan yang harus diperhatikan tentang hak waris, atau siapa saja sebagai

ahli waris, agar tidak terjadi sesuatu yang tidak kita inginkan bersama. Maka sebagai

Negara hukum kita patut untuk mengetahui aturan-aturannya.

Kewarisan dalam pelaksanaanya merupakan salah satu cara dari penggambaran

diatas. Kewarisan merupakan proses peralihan dan pergantian kekuasaan terhadap

sesuatu kepada yang lain . Hal ini bertujuan untuk mencapai kesejahteraan dan

kedamaiaan anatar sesama manusia.

Waris adalah berbagai aturan tentang perpindahan hak milik seorang yang

telah meninggal dunia kepada ahli warisnya, dalam istilah lain, waris juga disebut

Page 12: KAPASITAS DAN KEWENANGAN LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42575/1/TAUFIQ... · LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT KETERANGAN AHLI WARIS”

2

dengan faraid, yang artinya bagian tertentu yang dibagi menurut agama Islam kepada

semua yang berhak menerimanya.1

Ahli waris dalam hukum waris dibagi dalam dua kategori besar: asabah atau

keturunan melalui pihak laki-laki dan ahl al-faraid atau mereka yang berhak atas

bagian yang jumlahnya telah ditentukan’(selanjutnya: fard). Kategori yang pertama,

meliputi semua laki-laki yang memiliki hubungan dengan pewaris , khususnya

melalui jalur laki-laki: (1) Putera dan keturunannya (2) Bapak dan kakek-kakeknya;

(3) Keturunan bapaknya; (4) Keturunan kakek dari jalur bapaknya; (5) Keturunan

buyut dari jalur bapak, dan seterusnya keatas. Seorang anggota dari kelas yang lebih

tinggi akan menghalangi anggota-anggota lain yang tingkat kedekatannya dengan

pewaris lebih jauh. Misalnya putera menghalang cucu laki-laki.2

Pewarisan itu hanyalah terjadi mengenai hubungan-hubungan yang terletak

dalam lapangan hukum harta kekayaan dan orang yang mewariskan saja, fungsi dari

yang mewariskan yang bersifat pribadi atau yang bersifat hukum keluarga (misalnya

suatu perwalian) tidak lah beralih.3

Hukum kewarisan Islam atau yang dalam kitab-kitab fiqih biasa disebut faraid

adalah hukum kewarisan yang diakui oleh umat Islam dalam usaha mereka

menyelesaikan pembagian harta peninggalan keluarga yang meninggal dunia. Di

1 Beni Ahmad saebani, fiqih mawaris,pustaka setia Bandung, cetakan 1. Tahun 2009.h.1.

2 David S. Powers, Peralihan kekayaan dan politik kekuasaan lkis Yogyakarta, cetakan 1,

tahun 2001, h. 10

3 H,F.A. Vollamar, Pengantar studi hukum perdata, Tahun 1992, h. 375

Page 13: KAPASITAS DAN KEWENANGAN LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42575/1/TAUFIQ... · LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT KETERANGAN AHLI WARIS”

3

beberapa negara yang berpenduduk beragama Islam faraid telah menjadi hukum

posotif, meskipun hanya berlaku disaudi Arabia.

Hukum kewarisan diakui dan dijalankan oleh umat Islam seluruh dunia

terlepas dari perbedaan bangsa, negara maupun latar belakang budayanya . Pada masa

sebelum faraid atau hukum kewarisan Islam dilaksanakan, biasanya mereka telah

melaksanakan aturan tertentu berkenaan dengan pembagian warisan berdasarkan adat

istiadat yang menjadi hukum tak tertulis diantara mereka. Hukum tak tertulis itu

dirancang dan disusun oleh nenek moyang mereka berdasarkan apa yang baik dan

yang adil menurut mereka dan disampaikan kepada generasi berikutnya secara lisan

dari mulut kemulut.4

Berbicara tentang waris, diantara hal penting yang perlu dibahas selain dari

pewaris dan harta peninggalan ialah ahli waris sebab, seperti yang dikemukakan para

ahli hukum Islam ada tiga unsur dalam kewarisan yaitu: ahli waris, harta peninggalan

simayit, dan sipewaris. Pewaris ialah setiap orang yang meninggal dan meninggalkan

harta kekayaan, sedangkan ahli waris ialah orang yang bernisbah (memiliki akses

hubungan) kepada simayit karena ada salah satu dari beberapa sebab yang

menimbulkan kewarisan .5 Tirkah atau harta peninggalan yang ditinggalkan oleh

pewaris yang harus dibagikan kepada ahli waris.

4 Amir Syarifuddin, hukum kewarisan islam, PRENADA MEDIA, tahun 2004, hal. 34

Pada dasarnya , tidak ada perbedaan hukum Islam dan system hukum lainnya mengenai

defenisi/ batasan tentang ahli waris, pewaris, (lihat misalnya: al-Sayyid Sabiq, op. cit. , jil . 3, hal. 606;

Surini Ahlan sjarif, inti Asari hukum waris menurut bergerjlik Wetboek, 1983, Jakarta; ghalia, hlm.

17)

Page 14: KAPASITAS DAN KEWENANGAN LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42575/1/TAUFIQ... · LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT KETERANGAN AHLI WARIS”

4

Dalam pembagian harta waris sudah diatur demikian rupa dalam al-Quran,

tepatnya dalam surah al-Nisa (4): 7, 8, 11, 12 , 33 dan 176. Dibandingkan dengan

ayat-ayat hukum yang lain, ayat-ayat hukum waris adalah merupakan ayat-ayat

hukum al-Quran yang paling tegas dan rinci isi kandungannya. Ini pasti ada

hikmahnya mengapa al-Quran begitu tegas dalam pembahasan harta waris. karena

masalah waris yang sangat penting, dimana kebanyakan manusia yang salah faham

karena mereka tidak mengerti dengan tata cara pembagian harta waris, sehingga

banyak terjadi perselisihan dan pertengkaran antar sesama keluarga.

Selain menentukan siapa yang berhak menjadi hak waris, berapa bagian

masing-masing ahli waris, dan berapa harta peninggalan simayyit (tirkah) boleh

dibagi, ayat-ayat hukum kewarisan juga tampak eksplisit maupun implisit

memastikan jaminan keharusan kaum perempuan (terutama ibu, istri dan anak

perempuan bahkan saudara perempuan dalam kondisi tertentu) untuk mendapatkan

warisan. Jaminan hak-hak itu termaktub dalam (QS . An-Nisa (4);11-12.6

Pembagian waris berdasarkan Kompilasi Hukum Islam secara umum, seperti

halnya ketentuan umum dalam waris barat, namun ahli waris yang berhak menerima

peralihan warisan harta peninggalan pewaris tidak hanya berdasarkan adanya

hubungan darah dan hubungan perkawinan seperti halnya dalam konsep waris barat.

Dalam pasal 171 huruf c KHI ditegaskan bahwa yang disebut ahli waris adalah orang

yang pada saat pewaris meninggal.

6 Muhammad Amin Suma, Hukum keluarga Islam didunia Islam,( PT Raja Grafindo

Persada, tahun 2015,hal.118)

Page 15: KAPASITAS DAN KEWENANGAN LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42575/1/TAUFIQ... · LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT KETERANGAN AHLI WARIS”

5

1. Memiliki hubungan darah dengan pewaris

2. Memiliki hubungan perkawinan dengan pewaris, duda atau janda,.

3. Beragama Islam

4. Tidak terhalang karena hukum untuk menjadi ahli waris.

Selain empat criteria yang ditentukan oleh Kompilasi Hukum Islam tersebut,

sebenarnya masih ada satu hal lagi yang menimbulkan kewarisan, yaitu hubungan

antara majikan dan budak yang dimerdekakan, sesuai dengan al-Quran surah an-Nisa

(4): ayat 33. Namun demikian, dengan terhapusnya perbudakan, kondisi tersebut

hampir tidak mungkin terjadi didalam masyarakat modern.7

Kemudian hubungan hukum waris Islam dengan hukum waris nasional juga

berkaitan tata cara pembagian harta waris dan siapa saja yang menjadi ahli waris

berikut haknya masing-masing. Muhammad Jawad Mughniyah mengatakan bahwa

berbagai macam hak yang terkait wasiat yang dikeluarkan dari sepertiga harta

peninggalan tersebut mencukupi, atau yang dikeluarkan dari sepertiga harta

peninggalan tersebut mencukupi atau yang dikeluarkan dari harta pokok, yang terdiri

dari berbagai jenis. Kalau harta peninggalan tersebut mencukupi, hal-hal tersebut

harus tertunaikan selengkapnya, sedangkan sisanya, termasuk dari kelebihan dari

yang diwasiatkan, menurut kesepakatan para ulama mazhab, dibagikan kepada ahli

7 Irma Devita Purnama Sari, Kiat-Kiat Cerdas, Mudah, dan Bijak Memahami Masalah Hukum

Waris, cetakan 1 bandung, tahun 2012, hal.31-32.

Page 16: KAPASITAS DAN KEWENANGAN LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42575/1/TAUFIQ... · LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT KETERANGAN AHLI WARIS”

6

waris, akan tetapi, bila harta peninggalan tidak mencukupi, maka yang lebih penting

yang harus didahulukan. Demikian seterusnya sesuai dengan kepentingan.8

Di Indonesia sendiri sudah mengatur harta waris dan penetapan ahli waris

demi ketertiban administrasi, sehingga terhindar dari hal-hal yang tidak di inginkam

oleh ahli waris, karena adanya surat keterangan ahli waris, maka seluruh ahli waris

lebih tenang dan tidak merasa takut lagi adanya sengketa tentang siapa yang berhak

menjadi ahli waris.

Dan adapun yang berwenang membuat surat keteranga waris yaitu dibagi

menjadi tiga golongan, adanya penggolongan penduduk Indonesia sejak zaman

Belanda menyebabkan perbedaan bentuk dan pejabat yang berwenang membuat

keterangan surat waris. Berdasarkan Surat Keputusan Departemen Dalam Negeri

Direktorat Pendaftaran Tanah No.DPT/12/63/12/69 juncto pasal 111 Ayat 1 C Point

4 PMNA No 3/1997, dibedakan siapa saja yang berwenang dalam membuat

keterangan waris tersebut adalah.

1. Untuk penduduk golongan Eropa dan WNI keturunan Tionghoa, keterangan

waris dibuat Notaris.

2. Untuk penduduk pribumi, Keterangan Waris dibuat cukup dibuat dibawah

tangan, yang disaksikan dan dibenarkan oleh Lurah dan dikuatkan oleh

Camat.

8 Beni Ahmad Saebani mengutip pendapat Muhammad Jawad Mughniyah, fiqih mawaris,

cetakan 1 bandung, pustaka setia, 2009, hal.101.

Page 17: KAPASITAS DAN KEWENANGAN LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42575/1/TAUFIQ... · LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT KETERANGAN AHLI WARIS”

7

3. Untuk WNI keturunan Timur Asing (India atau Arab) yang berwenang

membuat keterangan waris adalah balai harta peninggalan.9

Berdasarlan Keputusan Departemen Dalam Negeri Direktorat Pendaftaran

Tanah No. DPT/12/63/12/69 juncto pasal 111 Ayat 1 C point 4 PMN No 3/1997,

sudah jelas bahwa memilki wewenang untuk mengeluarkan surat keterangan ahli

waris. Dan pengadilan agama juga memiliki kewenangan dalam penetapan ahli waris

bagi agama yang beragama islam, itu terdapat pada pasal 49 huruf b UU No. 3

tahun 2006 tentang perubahan atas UU No. 7 Tahun 1998 tentang peradilan

Agama (“ UU Peradilan Agama”) disebutkan bahwa:

“…Pengadilan Agama bertugas dan berwenang memerikasa, memutuskan,

dan menyelesaikan perkara tingkat pertama bagi orang-orang yang

beragama islam dibidang: b. waris

Dengan adanya UU. Tentang kewenangan Pengadilan Agama tentang

penetapan ahli waris, maka disini ada dualisme antara pengadilan agama dan kantor

kelurahan.

disinilah yang menjadi sumber masalahnya ketika lurah diberi wewenang

dalam masalah waris tersebut karena sepengetahuan kita Lurah adalah jabatan politik,

dan tidak semua lurah mengerti tentang hukum waris. Dan akhirnya dengan

kewenangan yang dimilki Lurah tersebut menimbul konflik atau sengketa seperti

yang terjadi di kantor Kelurahan Jatirahayu No. 390 / XII / 2009 yang mana Lurah

9 Irma Devita Purnama Sari, kiat-kiat cerdas, dan bijak memahami masalah hukum waris,

cetakan 1 bandung, tahun 2012, hal. 89.

Page 18: KAPASITAS DAN KEWENANGAN LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42575/1/TAUFIQ... · LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT KETERANGAN AHLI WARIS”

8

tersebut mengelurkan Surat Keterangan Waris yang diminta oleh suami al-marhum.

Padahal masih ada ahli waris yang tercantum dalam Keterangan Ahli Waris

tersebut.inilah masalah yang akan saya teliti dengan judul. “ KAPASTAS DAN

KEWENANGAN LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT

KETERANGAN WARIS.”

B. Identifikasi Pembatasan dan Perumusan masalah

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan Surat Keputusan Departemen Dalam Negeri Direktorat

Pendaftaran Tanah No. DPT/12/63/12/63 juncto pasal 111 Ayat 1 C point 4 PMNA

No. 3/1997, dijelaskan bahwa untuk penduduk pribumi , keterangan waris cukup

dibuat dibawah tangan, yang disaksikan dan dibenarkan oleh Lurah dan dikuatkan

oleh Camat setempat.

Dari Keputusan Departemen Dalam Negeri tersebut sudah jelas bahwa Lurah

memiliki wewenang dalam mengeluarkan Surat Keterangan Waris, namun yang

menjadi masalahnya adalah apakah Lurah memiliki kapasitas yang cukup atau

memiliki pengetahuan yang memadai dalam penetapan ahli waris, karena tidak

semua Lurah memiliki ilmu tentang kewarisan, sehingga yang penulis takutkan

kekeliruan dalam menetapkan ahli waris.

2. Pembatasan masalah

Untuk menghindari adanya kekeliruan dalam memahami masalah yang akan

dibahas, dirasakan perlu mengadakan pembatasan masalah dan perumusan masalah

tersebut sesuai dengan judul yang dimaksud. Maka penulis memberikan batasan

Page 19: KAPASITAS DAN KEWENANGAN LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42575/1/TAUFIQ... · LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT KETERANGAN AHLI WARIS”

9

masalah dalam penelitian ini hanya terfokus pada konsep dan kapasitas Lurah sebagai

pejabat yang berwenang dalam menetapkan ahli waris dalam pembagian harta waris.

Rumusan masalah

Sehubungan dengan permasalahan di atas dan untuk memudahkan penulis

dalam penulisan skripsi ini, maka rincian rumusan masalah skripsi adalah sebagai

berikut:

a. Apakah Lurah memilki kapasitas umtuk mengeluarkan Surat Penetapan Ahli

Waris ?

b. Bagaimana cara Lurah dalam menetapkan ahli waris ?

c. Bagaimana kekuatan hukumnya?

C. Tujuan dan manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui kapasitas Lurah dalam mengeluarkan Surat Keterangan

Waris.

b. Untuk mengetahui bagaimana cara Lurah dalam menetapkan ahli waris.

c. Untuk mengetahui kekuatan Hukum Surat Keterangan Waris yang

dikeluarkan oleh Kelurahan.

2. Manfaat Penelitian

Selain tinjauan sebagaimana yang telah dikemukakan di atas, penelitian ini

juga diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis,

antara lain:

a. Secara Teoritis

Page 20: KAPASITAS DAN KEWENANGAN LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42575/1/TAUFIQ... · LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT KETERANGAN AHLI WARIS”

10

Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dibidang hukum Islam, baik

materil maupun formil dan menambah khazanah pengetahuan dibidang

hukum waris.

b. Secara Praktis

Sebagai referensi bagi akademisi dan memberikan kejelasan pada masyarakat

pada umumnya tentang kewenangan Lurah dalam menangani kasus kewarisan

khususnya penetapan harta waris atau dalam penetapan ahli waris.

D. Tinjauan Pustaka

Berkaitan dengan tujuan pustaka mengenai judul yang hendak penulis teliti,

disini penulis menemukan sebuah tulisan yang membahas tentang waris yaitu:

Irma Devita Purnamasari, SH, M.kn, kiat-kiat cerdas, mudah, dan bijak

memahami masalah hukum waris dan diterbitkan oleh kaifa PT. Mizan pustaka. Buku

ini juga membahas masalah pengeluaran Surat Keterangan Ahli Waris yang

dikeluarkan pejabat Negara yang berwenang.Berdasarkan Surat Keputusan

Departemen Dalam Negeri Direktorat Pendaftaran Tanah. DPT/12/63/12/69 juncto

pasal 111 Ayat 1 huruf C point 4 PMNA No 3/1997, dibedakan siapa saja yang

berwenang membuat Keterangan Waris. Pembagian kewenangan tersebut adalah:

1. Untuk penduduk golongan Eropa dan WNI keturunan tionghoa, keterangan

Waris dibuat dihadapan Notaris.

2. Untuk penduduk pribumi waris cukup dibawah tangan, yang disaksikan dan

dibenarkan oleh Lurah dan dikuat kan oleh Camat setempat.

Page 21: KAPASITAS DAN KEWENANGAN LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42575/1/TAUFIQ... · LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT KETERANGAN AHLI WARIS”

11

3. Untuk WNI Keturunan Timur Asing (India Arab), yang berwenang membuat

Surat Keterangan Waris adalah balai Harta peninggaln.

Yaitu Kapasitas dan wewenang Lurah dalam mengeluarkan Surat Keterangan

Ahli Waris.

E. Metode Penelitian

Dalam menyusun skripsi ini, penulis menggunakan metode sebagai berikut:

1. Metode Pendekatan

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pendekatan

yuridis normatif dan sosiolegal.

2. Jenis Penelitian

Adapun dalam penulisan skripsi ini penulisan menggunakan metode deskriptif

analisis yakni menggambarkan dan memaparkan secara sistematika tentang apa yang

terjadi obyek penelitian kemudian dilakukan analisis yang dilakukan melalui

pendekatan kualitatif, yakni menggambar dengan kata-kata, ungkapan, norma aturan-

aturan dari fenomena yang diteliti.10

3. Metode Pengumpulan Data

a. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan sebagai referensi untuk menunjang keberhasilan penelitian

yakni meliputi, data primer, data sekunder.

1). Data primer adalah data-data yang didapat langsung dari perpustakaan

yakni dengan mencari fakta-fakta yang ada dilapangan tersebut, melakukan

10

Lexi J. Moleong, Metode penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), h.3

Page 22: KAPASITAS DAN KEWENANGAN LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42575/1/TAUFIQ... · LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT KETERANGAN AHLI WARIS”

12

observasi, mengumpulkan data-data serta melihat langsung obyek yang akan

dijadika topik skripsi. Dalam hal ini adalah undang-undang dalam penetapan

ahli waris.

2). Data sekunder dalam penelitian ini terdiri dalam penelitian hukum

normative (penelitian hukum kepustakaan) dan penelitian hukum yang

dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka yaitu buku-buku yang

mendukun g dan memperjelas bahan hukum tersebut tentang waris.

b. Studi Lapangan

Adapun studi lapangan ini dilakukan dengan dua teknik berikut;

1. Wawancra yang dilakukan dengan Lurah-Lurah di daerah Ciputat

Timur .wawancara ini dilakukan dengan metode wawancara tak

tersturuktur (open-ended) yaitu wawancara dengan pertanyaan yang

bersifat terbuka dimana responden secara bebas menjawab pertanyaan

tersebut.11

2. Wawancara juga terhadap Hakim Pengadilan Agama agar lebih jelas

dan lebih dimengerti.

3. Observasi langsung kelapangan dengan cara langsung datang

kekelurahan di daerah Ciputat Timur untuk mendapatkan hasil yang

maksimal.

4. Metode analisis data

11

Zainal Arifin, penelitian pendidikan,(Bandung;PT Remaja Rosdakarya) h. 233.

Page 23: KAPASITAS DAN KEWENANGAN LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42575/1/TAUFIQ... · LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT KETERANGAN AHLI WARIS”

13

Data yang diproleh baik dari penelitian kepustakaan maupun dari penelitian

lapangan akan diolah berdasarkan analisis normative kualitatif. Normative karena

penelitian bertitik tolak dari peraturan yang ada sebagai norma hukum yang positif,

sedangkan kualitatif yang dimaksud yaitu analisis yang bertitk tolak pada usaha

penemuan asas dan informasi yang bersifat Monografis atau yang berwujud kasus-

kasus (sehingga tidak dapat disususn kedalam suatu sturuktur klasifikatoris) dari

responden. Memahami kebenaran yang diperoleh dsri hasil pengamatan dan

pertanyaan kepada sejumlah responden baik secara lisan maupun secara tertulis

selama dalam melakuakan peneltian.12

5. Metode dan Teknik Penulisan

Adapun teknik penulisan dalam penelitian ini menggunakan Pedoman

Penulisan Skripsi Fakultas syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta

tahun 2012

F. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan tugas akhir ini, penulis menyajikan lima bab, dengan

harapan mempunyai sistematika yang dapat membantu dan memudahkan untuk

mengetahui dan memahaminya. Adapun sistematika yang dimaksud adalah berikut:

Bab pertama, pendahuluan terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi,

pembatasan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, ,

metode penelitian, dan sistematika penulisan.

12

Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta:1997), h. 269

Page 24: KAPASITAS DAN KEWENANGAN LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42575/1/TAUFIQ... · LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT KETERANGAN AHLI WARIS”

14

Bab kedua, merupakan bab teori tentang hukum kewarisan Islam di dalamnya,

pengertian waris, Dasar hukum waris, hal-hal yang dilakukan sebelum pembagian

waris, system kekerabatan atau kewarisan dalam kewarisan islam.

Bab ketiga, merupakan bab yang membahas tentang macam-macam Instansi

yang berwenang dalam mengeluarkan Surat Keterangan Waris, di dalamnya,

Kewenangan Pengadilan Agama, Pengadilan Negeri, dan Kewenangan Kelurahan.

Bab keempat, merupakanbab yang membahas tentang analisa tentang

Kapasitas dan kewenangan Lurah dalam mengeluarkan Surat Keterangan Waris. di

dalamnya membahas analisis terhadap Kapasitas dan kewenangan Lurah dalam

mengeluarkan surat keterangan ahli waris. kompetensi Lurah dalam menetapkan ahli

waris, Studi kasus, dan analisa penulis.

Bab Kelima, dalam bab penutup ini penulis memberikan kesimpulan dari

keseluruhan pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya. Serta saran-

saran yan g dapat penulis sampaikan dalam penulis skripsi ini.

Page 25: KAPASITAS DAN KEWENANGAN LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42575/1/TAUFIQ... · LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT KETERANGAN AHLI WARIS”

15

B A B II

HUKUM KEWARISAN ISLAM

A. Dasar-dasar hukum kewarisan Islam

1. Pengertian Waris

Kata waris atau mawaris secara etimologi berasal dari bahasa arab, yaitu

“waritsa, yaritsu, waritsan atau wirtsan, yang berarti mempusakai”.1 Dalam literature

hukum Islam ditemui beberapa istilah untuk menamakan Hukum kewarisan Islam,

seperti fiqih mawaris, ilmu faraid dan hukum kewarisan.

Fiqih adalah memahami dan mengetahui wahyu dengan menggunakan

penalaran akal dan metode tertentu, sehingga diketahui ketentuan hukumnya dengan

dalil secara rinci.2 Menurut Hazairin dalam bukunya Hukum kewarisan Bilateral

menurut Quran dan Hadist, beliau menulis fiqih adalah hasil dari pemikiran manusia

yang dapat melahirkan suatu norma yang berdaarkan kepada al-Quran dan Sunnah.

Namun karena fiqih dari hasil pemikiran manusia, tentunya mengenal batas-batas

tertentu sebagaimana ilmu-ilmu yang lain. Pemikiran itu berada dalam batas-batas

disiplinnya, yaitu dengan metode dan sumber di atas maka tidak setiap hasil

1 Mahmud Yunus, kamus arab indonesia, Cetakan, VII (Jakarta PT. Hidakarya

Agung), h. 496

2 Moh. Muhibbin, Abdul Wahid, Hukum Kewarisan Islam sebagai

pembaharuan Hukum positif di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika 2009), Cetakan, 1,

h. 5

Page 26: KAPASITAS DAN KEWENANGAN LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42575/1/TAUFIQ... · LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT KETERANGAN AHLI WARIS”

16

pemikiran manusia dapat dipahami sebagai fiqh.3 Fiqih mawaris kaang juga disebut

dengan istilah faraid. Faraid adalah masalah pembagian harta warisan. Lafazd al-

faraid yaitu sebagai jamak dari lafaz faridah , oleh para ulama faradiyun diartikan

sebagai mafrudah , yakni bagian yang dipastikan kadarnya.4

2. Tujuan dan Hikmah Waris dalam Islam

Setiap ilmu pengetahuan tentunya memilki tujuan yang sesuai dengan

subtansi ilmu tersebut , dalam hal waris, objek atau subtansi kajiannya adalah

peninggalan mayit.5

Hikmah Waris sendiri sangat besar, yaitu memperkuat hubungan keluarga

dan perasaan alami. Aturan-aturan yang terdapat dalam pewarisan Islam telah

memperbaiki dan menghapuskan kepincangan-kepincangan sistem pewarisan yang

telah dijalankan oleh orang-orang yang terdahulu dan oleh sebagian orang-orang

sekarang.

Adapun salah satu hikmah atau keistimewaan yang terdapat dalam

kewarisan Islam yaitu, tidak memberikan kebebasan secara mutlak kepada pewaris

untuk memindahkan harta peninggalannya kepada orang lain, baik melalui wasiat,

atau Hibah, seperti yang berlaku di masyarakat Kapitalis individualis, juga tidak

3 Hazairin, Hukum kewarisan Islam Menurut Al-Quran dan Hadist,

(Jakarta:Tintamas 1982), h.10

4 Fathurrahman, Ilmu Waris , (Bandung: Al-Maarif 1975), h.31

5 Komite Fakultas Syariah Universitas al-Azhar, Mesir, Hukum Waris

(Jakarta:Maret 2014), h. 14

Page 27: KAPASITAS DAN KEWENANGAN LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42575/1/TAUFIQ... · LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT KETERANGAN AHLI WARIS”

17

melarang sama sekali pewaris untuk memindahkan sebagian harta peninggalan

(maksimalnya sepertiganya) kepada orang lain selama tidak merugikan pihak lain.6

Dasar dan sumber utama dari hukum Islam, sebagai hukum agama (Islam)

adalah nash atau teks yang terdapat dalam al-Quran dan sunnah Nabi Muhammad.

Ayat-ayat al-Qur‟an dan sunnah Nabi yang secara langsung mengatur kewarisan itu

adalah sebagai berikut:

2. Ayat-ayat al-Qur‟an:

a) QS. al-Nisa (4):7

Bagi laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapak dan karib

kerabat, dan bagi perempuan ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan ibu-

bapak dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bagian yang telah

ditetapkan.”

b) QS. al-Nisa‟ (4) 12:

6 Suparman, dan Yunus Somawinata, Fiqih Mawaris Hukum Kewarisan Islam

(Jakarta: Gaya Media Pratama 2002), Cetakan II, H, 10.

Page 28: KAPASITAS DAN KEWENANGAN LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42575/1/TAUFIQ... · LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT KETERANGAN AHLI WARIS”

18

Dan bagimu ( suami-suami) seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh istri-

istrimu, jika mereka tidak memilki anak, jika istri-istrimu itu memilki anak, maka

kamu mendapatkan seperempat dari harta yang ditinggalkannya sesudah dipenuhi

wasiat yang mereka buat atau (dan) sesudah dibayar hutangnya. Para isteri

memproleh seperempat harta yang kamu tinggalkan jika kamu tidak memiliki anak,

jika kamu mempunyai anak, maka para isteri memproleh seperdelapandari harta

yang kamu tinggalkan sesudah dipenuhi wasiat yang kamu buat atau (dan) sesudah

dibayar hutang-hutangmu, jika seorang mati, baik laki-laki maupun perempuan yang

tidak meninggalkan ayah dan tidak meninggalkan anak, tetapi mempunyai seorang

saudara laki-laki (seibu) atau seorang saudara perempuan (seibu), Makan bagi

masing-masing dari kedua jenis saudara itu deperenam harta. Tetapi jika saudara-

saudara seibu itu lebih dari seorang, maka mereka bersekutu dalam yang sepertiga

itu, sesudah dipenuhi wasiat yang dibuat olehnya atau sesudah dibayar hutangnya

dengan tidak memberikan mudhorat kepada ahli waris.

c) QS. al-Nisa‟(4): 13

Hukum-hukum tersebut itu adalah ketentuan-ketentuan dari Allah. Barang siapa

taat kepada Allah dan Rasul Nya, Niscaya Allah akan memasukkannya kedalam

syurga yang mengalir didalamnya sungai-sungai, sedang mereka kekal didalamnya;

dan itulah kemenangan yang besar.

d) QS. al-Nisa‟(4): 14

Page 29: KAPASITAS DAN KEWENANGAN LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42575/1/TAUFIQ... · LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT KETERANGAN AHLI WARIS”

19

e)

Dan barang siapa yang mendurhakai Allah dan Rasul Nya dan melanggar

ketentuan-ketentua Nya, niscaya Allah akan memasukkan kedalam api neraka sedang

ia kekal didalamnya; dan baginya siksa yang menghinakan.

e) QS. al-Nisa‟(4): 176

“Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah: Allah member

fatwa kepadamu tentang kalalah taitu: jka seorang meninggal dunia, dan ia tidak

mempunyai anak dan mempunyai saudara perempuan, maka bagi saudara yang

perempuan itu seperdua dari harta yang ditinggalkan, dan saudaranya yang laki-laki

mempusakai ( seluruh harta perempun ), jika ia tidk mempunyai anak; tetapi jika

saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang

ditinggalkan oleh yang meninggal. Jika mereka ( ahli waris itu terdiri dari ) saudara-

saudara laki dan perempuan maka bahagian seorang saudara laki-laki sebanyak

bahagian dua orang saudara perempuan.

f) QS. al-Nisa‟(4):9

Page 30: KAPASITAS DAN KEWENANGAN LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42575/1/TAUFIQ... · LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT KETERANGAN AHLI WARIS”

20

“ Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya

meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir

terhadap (kesejahteraan) mereka.Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertaqwa kepada

Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.”

g) QS. an-Nisa‟(4):10

Artinya; Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim dengan

dzolim sesungguhnya mereka itu menelan api sepenuhnya di dalam perutnya dan

mereka akan masuk ke dalam api (neraka).

h) QS. an-Nisa‟(4):11

“ Allah mensyariatkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu,

yaitu: bagian seorang laki-laki sama dengan dua bagian perempuan, dan jika anak

itu semuanya perempuan lebih dari dua, maka bagi mereka dua pertiga dari harta

yang ditinggalkan; jika anak perempuan itu seorang saja, maka ia memproleh

separuh harta. Dan untuk dua orang ibu-bapak, bagi masing-masingnya seperenam

dari harta yang ditinggalkan jika yang meninggal itu punya anak, jika orang yang

meninggal itu tidak ada meninggalkan anak dan ia diwarisi oleh ibu-bapaknya, maka

ibunya mendapat sepertiga, jika yang mninggal itu memilki beberapa saudara, maka

ibunya mendapat seperenam, (pembagian-pembagian terssebut diatas) sesudah

Page 31: KAPASITAS DAN KEWENANGAN LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42575/1/TAUFIQ... · LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT KETERANGAN AHLI WARIS”

21

dipenuhi wasiat yang ia buat atau sudah dibayar utangnya. Tentang orang-orang

tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa diantara mereka yang lebih

dekat (banyak manfaatnya bagimu) ini adalah ketetapan Allah, sesungguhnya Allah

maha mengetahui dan Maha Bijaksana.7

1. Sunnah Nabi

Hadist Nabi Muhammad SAW. Yang secara langsung mengatur kewarisan

adalah:

ألحقوا الفرائض بأهلها، فما بقي ف هو لولى رجل »عن ابن عباس، قال: قال رسول الله صلى اهلل عليه وسلم: ”«ذكر

“ Ibnu Abbas berkata, Rasulullah SAW bersabda, berikanlah hak-hak ahli

waris sesuai dengan besarnya dan adapun sisanya berikanlah kepada anak laki-laki.8

صلى ا سعد بن -ي النب عن جابر بن عبد الله، قال: جاءت امرأة سعد بن الربيع باب نتي سعد إلى ، ف قالت: يا -ه عليه وسلم الربيع، ف قال: "أعط اب نتي سعد ث لثي ماله، وأعط امرأته الثمن، وخذ أنت ما بقيالل

هما أخذ جميع ما ت رك أبوهما، وإن المرأة ل ت نكح سعد، قتل معك ي وم له، هاتان اب نتا رسول ال أحد، وإن عمصلى -حتى أنزلت آية الميراث، فدعا رسول الله -صلى الله عليه وسلم -إل على مالها، فسكت النبي

أخ –يه وسلم الله عل “ Dari Jabir bin Abdillah bin ia bercerita‟ datang istrinya Ibni said bersama

dua anak perempuannya kepada Rasulullah SAW, dia mengadu wahai Rasulullah, ini

dua orang anak perempuan Ibni said, yang mati syahid saat perang uhud saat

bersamamu, kemudian pamannya mengambil seluruh harta yang ditinggalkan oleh

said, dan perempuan itu tidak dinikahi kecuali ibnu bersama hartanya, Rasulullah

SAW terdiam sa,pai turunnya ayat tentang waris, barulah Allah memanggil istri said,

Rasulullah menjawab, berikan dua anak perempuan itu dua pertiga dari harta yang

7 Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan Islam,Cetakan ke 3 jakarta,tahun

2004,hal.7-8 8 Abu Daud, Musnad Abi Daud, al-thoyalisi, (Mesir;Darul Hijr, 1999), h, 337, Juz 4

Page 32: KAPASITAS DAN KEWENANGAN LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42575/1/TAUFIQ... · LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT KETERANGAN AHLI WARIS”

22

ditinggalkan, dan berikan jandanya satu perdelapan dan bagi saudaranya ibnu said

sisanya.9

Itu beberapa sumber hukum Islam kewarisan yang diambil dari al-Quran dan

Hadis yang sampai sekarang ini masih dijadikan sebagai pedoman dalam memahami

kewarisan Islam yang ada di Indonesia ini, namun dasar hukum kewarisan yang ada

di Indonesia ini bukan hanya dalam al-Quran saja, akan tetapi ada beberapa diambil

dari Kompilasi Hukum Islam yang merupakan sumber Hukum atau merupakan

rujukan bagi orang-orang yang beragama Islam yang ada di Indonesia, yang mana

Kompilasi hukum islam juga mengatur tentang kewarisan yang ada di indonesi

sendiri khususnya yang beragama islam.

Itulah beberapa dasar-dasar hukum waris yang berlaku di Indonesia khusus

yang beragama Islam tidak terlepas dari Al-Quran dan hadist Nabi Muhammad SAW

sebagai rujukan yang paling utama dalam penyelesaian kewarisan ini

B. Ahli Waris dan bagiaannya

Dalam literatur Hukum Islam atau fiqih, dinyatakan ada empat hubungan yang

menyebabkan seseorang menerima harta warisan dari seseorang yang telah mati,

yaitu: Hubungan kerabat, hubungan perkawinan, Hubungan wala’ dan hubungan

sesama Islam.10

9 Ibnu Majah, Sunan Ibn Majah, (Beirut : Darul Risalah al-„Alamiyah,

2009), h.24 Juz 4.

10 Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan Islam,Cetakan ke 3 (Jakarta,tahun

2004),h. 174

Page 33: KAPASITAS DAN KEWENANGAN LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42575/1/TAUFIQ... · LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT KETERANGAN AHLI WARIS”

23

Agar lebih jelas lagi yang sudah dijelaskan di atas disini penulis akan lebih

menjelaskan yang mungkin ada yang kurang dimengerti maksud dari penjelasan yang

diatas karena ada suatu kalimat yang sangat asing untuk didengar dan sangat jarang

terjadi di Indonesia sendiri.

Saat ini dua hubungan terakhir, terutama hubungan wala’, hanya terdapat

dalam tawaran wacana saja. Sedangkan hubungan Islam sangat jarang terjadi,

meskipun hubungan tersebutada dalam teori. Hubungan wala’ terjadi disebabkan oleh

usaha seseorang pemilik budak yang dengan suka rela memerdekakan

budaknya.Sebagai imbalan dan sebagai perangsang agar orang memerdekakan

budak.Rasulullah memberikan hak wala’ kepada yang memerdekakan itu sesuai

dengan hadist Nabi yang berbunyi;” Haka wala’ adalah untuk orang yang

memerdekakan”.

Diantara hak wala’ itu adalah hak mewarisi harta orang yang telah

dimerdekakannya itu jika orang tersebuttidak mempunyai lagi kerabat.

Kemudian hubungan islam yang dimaksud disini terjadi bila seorang yang

meninggal tidak memilki ahli waris, maka harta warisannya itu diserahkan ke

perbendaharaan umum yang disebut baitul maal yang akan digunakan oleh umat

Islam. Dengan demikian harta orang Islam yang tidaqk memilki ahli waris itu

diwarisi oleh umat Islam.

1. Hubungan kekerabatan

Di antara sebab beralihnya harta seseorang yang telah mati kepada yang masih

hidup adalah adanya hubungan Silaturrahmi atau kekerabatn antara keduanya.

Page 34: KAPASITAS DAN KEWENANGAN LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42575/1/TAUFIQ... · LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT KETERANGAN AHLI WARIS”

24

Adanya hubungan kekerabatan ditentukan oleh adanya hubungan darah yang

ditentukan pada saat adanya kelahiran.

Pada tahap pertama seseorang anak menemukan hubungan kerabat dengan ibu

yang melahirkannya.Seseorang anak yang dilahirkan oleh seorang ibu mempunyai

hubungan kerabat dengan ibu yang melahiirkannya.Hal ini bersifat alamiah. Dan

tidak ada seorang pun yang membantah hal ini karena sianak jelas keluar dari rahim

ibunya itu. memang menurut biasanya dan secara alamiah anak yang dilahirkan

seseorang ibu berasal dari bibit ibu itu yang telah berpadu dengan bibit laki-laki

yang menggaulinya; sehingga dapat dikatakan bahwa ibu yang melahirkan adalah

ibu yang punya bibit.Namun dengan adanya kasus bayi tabung dan rahim titipan,

mungkin terjadi anak yang dilahirkan seseorang ibu bukan dari bibitnya

sendiri.Dalam kasus seperti ini siapa sebenarnya ibu dari anak yang lahit itu, apakah

yang melahirkan atau yang punya bibit atau keduanya.Hal ini masih dalam lingkup

wacana, belum ada keputusan yang tuntas.

Adapun rincian ahli waris, sebagian besar telah dijelaskan Allah SWT. Dalam

al-Quran atau melalui penjelasan Nabi dalam hadist serta yang dipahami melalui

perluasan pengertian ahli waris yang terdapat dalam al- Quran tersebut. Atas dasar

ketentuan yang disebutkan di atas, maka keseluruhan ahli yang berhak menerima

warisan adalah sebagai berikut:

1. Anak laki-laki dan anak perempuan

Dasar kewarisan anak, baik laki-laki maupun perempuan, adalah firman Allah

dalam surah al-Nisa‟ ayat 11.Dalam ayat ini Allah mempergunakan kata al-walad

Page 35: KAPASITAS DAN KEWENANGAN LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42575/1/TAUFIQ... · LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT KETERANGAN AHLI WARIS”

25

.kata al-walad itu baik secara arti kata atau dalam arti istilah hukum berlaku untuk

anak laki-laki dan anak perempuan.Anak laki-laki dan anak perempuan dalam

keadaan apapun tidak terhijab oleh ahli waris manapun.

Bagian masing-masing yang sudah ditetapkan adalah, kemungkinan bagian

anak perempuan adalah sebagai berikut:

- ½ kalau ia sendiri saja (dan tidak bersama laki-laki).

- 2/3 kalau anak perempuan ada dua atau lebih dan tidak bersama anak laki-

laki

- Cucu, baik laki-laki maupun perempuan

Kewarisan cucu secara spesifik tidak terdapat dalam al-Quran.Pengertian cucu

dipahami dari perluasan kata walad atau walad dalam al-Quran. Dalam pengertian

bahasa arab, kata al-walad juga berlaku untuk keturunan garis lurus ke bawah. Hal ini

dapat dipahami dari pemakaian kata “anak Adam” bagi semua manusia; sebagaimana

terdapat dalam banyak ayat-ayat al-Quran .Begitu pula pengertian bani israil yang

berarti anak israil yang terdapat banyak dalam ayat al-Quran yang digunakan untuk

seluruh keturunan dan warga israil.Dalam pengertian sempit kata walad memang

memang berlaku untuk anak; namun dalam pengertian luas juga berlaku untuk

keturunan garis lurus kebawah.Dengan demikian kata “anak” ada yang digunakan

untuk arti sebenarnya dan adapula yanhg digunakan untuk arti sebenarnya dan ada

pula yang digunakan dalam pengertian metaforis.

Bagian cucu perempuan adalah:

- ½ kalau ia sendiri saja atau;

Page 36: KAPASITAS DAN KEWENANGAN LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42575/1/TAUFIQ... · LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT KETERANGAN AHLI WARIS”

26

- 2/3 kalau ia dua orang atau lebih dan tidak bersama dengan cucu laki-laki.

2. Ayah

Ayah dalam kedudukannya sebagai ahli waris dijelaskan Allah dalam al-

Quran surah al-Nisa‟ ayat 11. Ayah sebagai ahli waris tidak dapat terhijab secara

penuh oleh siapa pun.

Bagian Ayahadalah sebagai berikut:

- 1/6 kalau ia bersama anak atau cucu laki-laki

- 1/6 dan kemudian mengambil sisa harta bila ia bersama dengan anak atau

cucu perempuan.

3. Ibu

Hak ibu dalam kewarisan dijelaskan Allah dalam al-Quran ayat 11 surah al-

Nisa.Dan seperti Ayah, ibu tidak dapat dihijab secara penuh oleh siapapun.

Bagian ibu adalah sebagai berikut:

- 1/6 bila ia bersama dengan anak atau cucu dari pewaris bersama dua orang

saudara atau lebih;

- 1/3 dari sisa bila ibu tidak bersama dengan anak cucu, tetapi hanya

bersama ayah;

- 1/3 dari sisa bila ibu tidak bersama anak cucu, tetapi bersama dengan

suami atau istri.

4. Kakek

Secara lahiriah kewarisan kakek tidak tersebuat dalam al-Quran;

kewarisannya hanya terdapat dalam hadist Nabi yang kurang kuat, walaupun

Page 37: KAPASITAS DAN KEWENANGAN LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42575/1/TAUFIQ... · LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT KETERANGAN AHLI WARIS”

27

pengertian kakek secara tidak langsung disebut dalam al-Quran, namun secara tidak

langsung sudah tercakup dalam pengertian Ayah dalam pengertian bahasa arab yang

disebut abunberarti juga kakek dan seterusnya.

Bagian kakek adalah sebagai berikut:

- 1/6 kalau bersamanya ada anak atau cucu laki-laki;

- 1/6 bagian kemudian mengambil sisa harta bila ia bersama anak atau cucu

perempuan.

5. Nenek

Kewarisan nenek tidak terdapat dalam al-Quran, juga dalam hadist Nabi yang

kuat. Hak kewarisannya di samping dapat dipahami melalui perluasan pengertian ibu

dalam al-Quran, juga didasarkan pada hadist Nabi melalui mughirah bin syu‟bah dan

Muhammad bin Maslamah, yang kemudian di laksanakan oleh khalifah Abu Bakar

dan di benarkan oleh para sahabat lainnya.

Bagian Nenek adalah sebagai berikut:

- Nenek mendapat 1/6, baik ia sendirian atau lebih.

6. Saudara

Saudara-saudara, baik kandung, seayah atau seibu baik laki-laki maupun

perempuan adalah ahli waris.hak kewarisan saudara dijelaskan secara langsung dalam

al-Quran. Surah al-Nisa ayat 12 dan 176.Para ahli tafsir menjelaskan bahwa

kewarisan saudara seibu, baik laki-laki maupun perempuan diatur dalam ayat 12 dan

saudara kandung maupun seayah, baik laki-laki maupun perempuan diatur dalam ayat

176.

Page 38: KAPASITAS DAN KEWENANGAN LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42575/1/TAUFIQ... · LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT KETERANGAN AHLI WARIS”

28

Bagian Saudara adalah sebagai berikut:

- ½ bila ia hanya seorang dan tidak ada bersamanya saudara laki-laki;

- 2/3 bila ada dua orang atau lebih dan tidak ada bersamanya saudara laki-

laki

7. Anak saudara

Anak saudara secara jelas tidak terdapat hak kewarisannya dalam al-Quran

dan juga tidak dalam hadist Nabi. Adanya hak kewarisan anak saudara itu pada

dasarnya adalah melalui perluasan pengertian dari saudara yang haknya dijelaskan

dalam al-Quran, karena bila saudara sudah tidak ada, maka kedudukannya digantikan

oleh anaknya dan anak saudara itu belum akan mendapatkan hak selama ayahnya

yang menghubungkannya kepada pewaris yang masih hidup.

- ½ bila ia hanya seorang diri dan tidak ada saudara seayah laki-laki;

- 2/3 bila ada dua orang atau lebih dan tidak ada saudara laki-laki seayah;

- 1/6 bila ia bersama seorang saudara kandung perempuan

8. Paman

Kewarisan paman tidak dijelaskan dalam al-Quran dan tidak pula dalam

hadist Nabi, hak kewarisannya ditentukan melalui ijtihad ulama dengan

menghubungkannya kepada kakek.

9. Anak Paman

Page 39: KAPASITAS DAN KEWENANGAN LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42575/1/TAUFIQ... · LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT KETERANGAN AHLI WARIS”

29

Kewarisan anak paman diproleh dari perluasan pengertian paman, dalam

perluasan ini kelihtannya ulama ahli sunnah berpedoman kepada hadist tersebut

diatas yaitu memperluasnya kepada laki-laki dalam garis laki-laki.11

Kemudian bagian-bagian secara garis besar hukum kewarisan Islam

menetapkan dua macam ahli waris, yaitu ahli waris yang bagiannya telah ditentukan

secara pasti dan tertutup di dalam al-Quran maupun hadist Nabi dan ahli waris yang

bagiannya masih terbuka karena tidak ditentukan bagiaannya secara pasti.

2. Hubungan Perkawinan

Ahli waris yang disebabkan oleh hubungan perkawinan ialah suami atau

istri.Suami bagi ahli waris bagi istrinya dan sebaliknya istrinya adalah ahli waris bagi

suaminya.Kedudukan suami sebagai ahli waris dijelaskan Allah dalam surah al-Nisa

ayat 12.

Adanya hubungan perkawinan antara seorang laki-laki dengan seorang

perempuan tidak menyebabkan hak kewarisan apapun terhadap kerabat istri atau

kerabat suami.Dalam hal ini anak tiri dari suami bukanlah bukan lah ahli waris dari

suami, demikian pula dengan anak tiri dari istri bukanlah ahli waris dari istri.

Bagian Suami adalah sebagai berikut:

- ½ kalau tidak ada anak atau cucu;

- ¼ kalau ada bersamanya anak cucu;

Bagian Istri adalah sebagai berikut:

11

Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan Islam,Cetakan ke 3 Jakarta,tahun 2004),h. 211-220

Page 40: KAPASITAS DAN KEWENANGAN LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42575/1/TAUFIQ... · LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT KETERANGAN AHLI WARIS”

30

- ¼ bila tidak ada bersamanya anak atau cucu dari pewaris;

- 1/8 bila ia bersama dengan anak atau cucu dalam kewarisan.12

Demikian lah penjelasan tentang ahli waris yang berhak menerima harta

peninggalan yang ditinggalakan oleh si mayyit tersebut, serta bagian-bagian masing

diantara mereka.

C. Beberapa contoh

1. Jika seorang laki-laki wafat dan meninggalkan ahli waris yang terdiri dari

seorang istri, seorang annak perempuan, ibu dan ayah, sedangkan harta yang

ditinggalkan bernilai 480 juta rupiah. Berapakah bagian masing-masing?

Ahli waris Bagian 24

Istri 1/8 3

Seorang anak pr 1/2 12

Ibu 1/6 4

Ayah „ashabah 5

Nilai satu sham = 480 juta rupiah : 24 = 20 juta rupiah

Bagian istri = 3 x 20 juta rupiah = 60 juta rupiah

Bagian anak pr = 12 x 20 juta rupiah = 240 juta rupiah

Bagian ibu = 4 x 20 juta rupiah = 80 juta rupiah

Bagian ayah = 5 x 20 juta rupiah = 100 juta rupiah

Jumlah = 480 juta rupiah

2. Jika seorang perempuan wafat dan meninggalkan ahli waris yang terdiri dari

suami, ibu, seorang cucu perempuan dari anak laki-laki dan dua orang saudara

perempuan kandung dengan harta warisan sebesar 960 juta rupiah, berapakah bagian

masing-masing?

12

Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan Islam,Cetakan ke 3( Jakarta,tahun 2004),h.225-227

Page 41: KAPASITAS DAN KEWENANGAN LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42575/1/TAUFIQ... · LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT KETERANGAN AHLI WARIS”

31

Ahli waris Bagian 12 x 2 = 24

suami ¼ 3 6

ibu 1/6 2 4

Cucu pr dari ank lk ½ 6 12

2 sdr pr kndung „ashabah 1 2

Nilai satu sahm = 960 juta rupiah : 24 = 40 juta rupiah

Bagian suami 6 x 40 juta rupiah = 240 juta rupiah

Bagian ibu 4 x 40 juta rupiah = 160 juta rupiah

Bagian cucu pr 12 x 40 juta rupiah = 480 juta rupiah

Bagian 2 saudara pr kandung 2 x 40 juta rupiah= 80 juta rupiah

Jumlah = 960 juta rupiah

3. Jika seorang laki-laki wafat dan meninggalkan ahli waris yang terdri dari

ayah, ibu, empat orang anak perempuan, dua orang anak laki-laki dan tiga orang

saudara laki-laki kandung dengan harta warisan sebesar 3000 juta rupiah. Berapakah

bagian masing-masing?

Ahli waris Bagian 6 12

Ayah 1/6 1 2

Ibu 1/6 1 2

2 anak lk „ ashabah 4 4

4 anak pr „ ashabah 4 4

3 sdr lk kandung „ mahjub - -

Nilai satu saham = 3.000 juta rupiah : 12 = 250 juta rupiah

Bagian Ayah 2 x 250 juta rupiah = 500 juta rupiah

Bagian ibu 2 x 250 juta rupiah = 500 juta rupiah

Bagian 4 anak pr 4 x 250 juta rupiah = 1.000 juta rupiah

Bagian 2 anak lk 4 x 250 juta rupiah = 1.000 juta rupiah

Page 42: KAPASITAS DAN KEWENANGAN LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42575/1/TAUFIQ... · LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT KETERANGAN AHLI WARIS”

32

Jumlah = 3.000 juta rupiah

4. Jika seorang oerempuan wafat dan meninggalkan ahli waris yang

terdiri dari suami, saudara perempuan kandung, dua orang saudara laki-laki seibu,

dan seorang nenek dengan harta warisan sebesar 9.900 juta rupiah. Berapakah bagian

masing-masing?

Ahli waris Bagian 9 „ aul dari 6

Suami ½ 3

Saudara pr sekandung ½ 3

2 sdr lk seibu 1/3 2

Nenek 1/6 1

Nilai satu sahm = 9.900 juta rupiah : 9 = 1.100 juta rupiah

Bagian Suami 3 x 1.100 juta rupiah = 3.300 juta

rupiah

Bagian sdr pr sekandung 3 x 1.100 juta rupiah = 3.300 juta

rupiah

Bagian 2 sdr lk seibu 2 x 1.100 juta rupiah = 2.200 juta

rupiah

Nenek 1 x 1.100juta rupiah = 1.100 juta

rupiah

Jumlah = 9.900 juta rupiah

5. Jika seorang perempuan wafat dan meninggalkan ahli waris yang terdiri

dari suami, ibu, cucu perempuan dari anak laki-lakidan dua orang saudara laki-laki

sekandung dengan harta warisan sebesar 240 juta rupiah. Berapakah bagian masing-

masing?

Page 43: KAPASITAS DAN KEWENANGAN LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42575/1/TAUFIQ... · LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT KETERANGAN AHLI WARIS”

33

Ahli waris Bagian 12 x 2 = 24

Suami ¼ 3 6

ibu 1/6 2 4

Cucu pr dari anak lk ½ 6 12

2 saudara lk kndng „ ashabah 1 2

Bagian Suami 6 x 240 = 60 juta rupiah

24

Bagian ibu 4 x 240 = 40 juta rupiah

24

Bagian cucu pr 12 x 240 = 120 juta rupiah

24

2 saudara lk kndung 2 x 240 = 20 juta rupiah

24

Jumlah = 240 juta rupiah

6 Jika seorang laki-laki wafat dan meninggalkan ahli waris yang terdiri

dari ibu, cucu perempuan dari anak laki-laki, dua orang saudara perempuan kandung,

seorang saudara perempuan seayah dan dua orang saudara laki-laki dengan harta

warisan sebesar 1.500 juta rupiah. Berapakah bagian masing-masing?

Ahli waris Bagian 6

Ibu 1/6 1

Cucu pr dr anak lk ½ 3

2 sdr pr kndung „ ashabah 2

Sdr pr seayah „mahjub -

2 sdr lk2 seayah „ mahjub -

Bagian ibu 1 x 1.500 = 250 juta rupiah

6

Bagian cucu pr 3 x 1.500 = 750 juta rupiah

6

Bagian 2 sdr pr kdg 2 x 1.500 = 500 juta rupiah

6

Jumlah =1.500 juta rupiah.13

13

Muhammad Ali Al-Sabouni,Hukum Kewarisan, Cetakan 1, (Jakarta 2005),h.180-184

Page 44: KAPASITAS DAN KEWENANGAN LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42575/1/TAUFIQ... · LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT KETERANGAN AHLI WARIS”

34

BAB III

MACAM-MACAM INSTANSI YANG BERWENANG MENGELUARKAN

SURAT KETERANGAN WARIS

A. Peradilan Agama

1. Pengertian Peradilan Agama

Dalam khazanah Islam klasik telah dikenal pengertian peradilan dengan

istilah-istilah keislaman, wilayat al-aqdha, hisbah, dan madzalim.1 Kata “peradilan”

berasal dari akar kata “adil”, dengan awalan “per” dan dengan imbuhan “an”. Kata

“peradilan” sebagai terjemahan dari “qadha”, yang berarti “memutuskan”,

“melaksanakan” dan “menyelesaikan”.2 Adapula yang menyatakan bahwa, umumnya

kamus tidak membedakan antara peradilan dan pengadilan.3 Sebagaimana pengertian

ini dijelaskan secara rinci didalam buku Peradilan Agama di Indonesia.

Disamping kata “menyelesaikan” dan menunaikan seperti di atas, arti qadha

yang dimaksud adapula yang berarti “memutuskan hukum” atau “menetapkan suatu

1 Ketiga badan peradilan tersebut, merupakan pelaksana kekuasaan kehakiman

pada masa Islam klasik. Ketiganya berada di bawah; dinasti Umayyah menyebutnya

dengan nizham al-qadhai, yakni pelaksana hukum. Muhammad jalal Syaraf dan Ali

Abd al- Muth”i Muhammad, Fikr al-syasi fi al-Islam, (Iskandariyah: Dar al-Jami’at

al-Mishriyat, 1978), h. 155-157).

2Ahmad Warson, Al-Munawwir (Kamus Arab-Indonesia), (Jakarta; M.

Jakarta, 1996),cet. Pertama, h. 1225

3 Abdul Mujib Mabruri Thallah Sapiah AM, Kamus Istilah Fikih, (Jakartta;

PT. Pustaka Firdaus, 1994), cet. Ketiga, h, 258. Lihat juga Kamus Tim Penyusun

Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa

Indonesia, (Jakarta; Depdikbud, Balai Pustaka, 1996), cet ketujuh, h. 7

Page 45: KAPASITAS DAN KEWENANGAN LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42575/1/TAUFIQ... · LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT KETERANGAN AHLI WARIS”

35

ketetapan”. Dalam dunia peradilan menurut para pakar, makna yang terakhir inilah

yang dianggap lebih signifikan. Dimana maknahukum di sini pada asalnya berarti

“menghalangi” atau “mencegah”, karenanya qadhi dinamakan hakim karena seorang

hakim berfungsi untuk menghalangi orang yang zalim dari penganiyaan.4

Kata peradilan menurut istilah ahli fikih ialah:

1. Lembaga Hukum (tempat di mana seseorang mengajukan permohonan

keadilan).

2. Perkataan yang harus dituruti yang diucapkan oleh seorang yang

mempunyai wilayah umum atau menerangkan hukum agama atas dasar

harus mengikutinya.5

Peradilan Islam di Indonesia yang dikenal dengan Peradilan Agama

keberadaannya jauh sebelum Indonesia merdeka karena ketika Islam mulai

berkembang di Nusantara, Peradilan Agama juga telah muncul bersamaan dengan

perkembangan kelompok di kala itu, kemudian memperoleh bentuk-bentuk

ketatanegaraan yang sempurna dalam kerajaan-kerajaan Islam6.

Selanjutnya jika kata peradilan atau pengadilan disatukan dengan kata agama,

maka pengertian Peradilan Agama adalah “ kekuasaan negara dalam memeriksa,

4 Hasby As-siddieqy, Peradilan dan Hukum Acara Islam, (Yogyakarta; PT. Ma’arif, 1994), h.

29.

5Hasby As-siddieqy, Peradilan dan..., h. 30.

6Zaini Ahmad Noeh dan Abdul Basit Adnan, Sejarah Singkat Peradilan

Agama di Indonesia, (Surabaya: Bina Ilmu, 1983), h. 29.

Page 46: KAPASITAS DAN KEWENANGAN LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42575/1/TAUFIQ... · LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT KETERANGAN AHLI WARIS”

36

mengadili, memutus, dan menyelesaikan perkara-perkara tertentu antar orang-orang

yang beragama Islam untuk menegakkan hukum dan keadilan”. Sedangkan Peradilan

Agama adalah pengadilan tingkat pertama pada lingkungan peradilan agama.7

Menurut Ramulyo, Peradilan Agama adalah tempat dimana dilakukan usaha mencari

keadilan dan kebenaran yang diridhai Tuhan Yang Maha Esa yakni melalui suatu

majelis hakim atau mahkamah.8

2. Dasar Hukum Peradilan Agama

Kekuasaan Kehakiman menjadi UU No. 4 tahun 2004 tentang Kekuasaan

Kehakiman yang juga dirubah dengan UU No. 48 tahun 2009. Perubahan ini juga

Peradilan Agama sebagai institusi yang bertugas untuk menegakkan hukum dan

keadilan atas adanya persengketaan-persengketaan diantara orang-orang yang

beragama Islam yang diajukan kepadanya dalam menjalankan tugas dan fungsinya

harus memenuhi standar pengadilan. Terpenuhinya standar pengadilan pada

Peradilan Agama harus memenuhi tiga perangkat dasar, yakni peraturan

perundang-undangan, organisasi dan aparat penegak hukum, serta tatalaksana,

sarana dan prasarana. Ketiga perangkat tersebut merupakan kebutuhan mutlak bagi

7 Cik Hasan Bisri, Peradilan Agama di Indonesia, (Jakarta; Pt. Rajawali

Grafindo Persada, 1996), cet. Pertama, h. 6.

8 Moh. Idris Ramulyo, Beberapa Masalah tentang Hukum Acara Perdata

Peradilan Agama, (Jakarta: Ind-Hill Co, 1991), h. 12.

Page 47: KAPASITAS DAN KEWENANGAN LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42575/1/TAUFIQ... · LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT KETERANGAN AHLI WARIS”

37

terlaksananya tugas-tugas dan fungsi Peradilan Agama dalam menegakkan hukum

dan keadilan di Negara Hukum Republik Indonesia.9

Peradilan Agama sebagai sub sistem Peradilan Nasional, keberadaannya

harus didasarkan kepada peraturan perundang-undangan. Sepanjang sejarah

perjalanan Peradilan Agama di Indonesia sebagai lembaga penengak hukum dan

keadilan, hal-hal yang mengaturnya asal mulanya berupa penunjukan oleh para

pihak yang bersengketa terhadap seseorang sebagai muhakkam.10

Selanjutnya

berlanjut pada peraturan di masa kerajaan Islam, masa kolonial yang ditandai

dengan hadirnya Stbl 1882 No. 152. Kemudian pada tahun 1937 diperbaharui

dengan Stbl 1937 Nomo. 116 dan 610.

Puncak kekokohan perangkat dasar peraturan perundang-undangan terjadi

saat diundangkannya perubahan ketiga UUD Negara Republik Indonesia 1945.

Perubahan ketiga ini menegaskan kedudukan konstitusional Peradilan Agama.

Perihal dimaksud mengandung beberapa makna:11

1. Peradilan Agama adalah badan kenegaraan konstitusional dengan

kedudukan yang dijamin Undang-undang Dasar.

9 Taufiq Hamami, Peradilan Agama Dalam Reformasi Kekuasaan Kehakiman

di Indonesia, (Ciputat; PT. Tatanusa, 2013), h. 68.

10

Adalah pengertian bagi orang yang dianggap padanya mengerti tentang

suatu hukum, memiliki naluri keadilan yang tinggi dan dapat dipercaya. Kemudian

dipercayakan kepadanya untuk memberikan suatu keputusan terhadap suatu

permasalahan. 11

Jaelani Arifin, Peradilan Agama Dalam Bingkai..., h. 325.

Page 48: KAPASITAS DAN KEWENANGAN LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42575/1/TAUFIQ... · LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT KETERANGAN AHLI WARIS”

38

2. Peradilan Agama adalah salah satu penyelenggara kekuasaan kehakiman

yang bebas dan merdeka, yang mempunyai kedudukan yang sederajat

dengan lingkungan peradilanyang lain.

3. Peradilan Agama berhak atas “Privilage” dan Negara mempunyai

kewajiban serta tanggung jawab memberikan dukungan yang sama

dengan lingkungan peradilan yang lain.

4. Peradilan Agama merupakan satu kesatuan sistem peradilan nasional

(national integrated judicial system), dalam sistem ketatanegaraan Negara

Kesatuan Republik Indonesia.

Sebagai konsekwensi konstitusional dari perubahan tersebut, maka yang

pertama kali diubah adalah UU No. 14 tahun 1970 tentang Pokok-pokok

mengakibatkan perubahan UU No. 14 tahun 1985 tentang Mahkamah Agung

menjadi UU No. 5 tahun 2004 yang telah diubah menjadi UU NO. 49 tahun 2009

dan UU No. 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama menjadi UU No. 3 tahun 2006

dan UU No. 50 tahun 2009.

Oleh karena itu perangkat yang menjadi dasar hukum Peradilan Agama tidak

hanya sebatas yang menyangkut kelembagaan dan organisasi, akan tetapi juga

menyangkut hukum materiil dan hukum acaranya, maka selain peraturan

perundangan yang disebutkan diatas, peraturan-peraturan perundangan lain juga

sebagai perangkat dasar hukum bagi Peradilan Agama diantaranya: 1) Reglemen

Indonesia yang diperbaharui (RIB/HIR) dan Reglemen Buiten Govesten, 2) UU.

No. 20 tahun 1947 tentang Pengadilan-pengadilan Ulangan, 3) UU. No. 1 tahun

Page 49: KAPASITAS DAN KEWENANGAN LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42575/1/TAUFIQ... · LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT KETERANGAN AHLI WARIS”

39

1974 tentang Perkawinan, 4) UU. No. 32 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak,

5) UU No. 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga,

6) UU No. 38 tahun 2004 tentang Zakat, 7). UU No. 41 tahun 2004 tentang Wakaf,

8) UU No. 19 tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah dan UU No. 21 tahun

2008 tentang Perbankan Syariah, 9). PERMA No. 2 tahun 2003 tentang Mediasi,

10) Peraturan Menteri Agama No. 2 tahun 1987 tentang Wali Hakim, 11) Inpres

No. 1 tahun 1991 tentang Pemasyarakatan Kompilasi Hukum Islam (KHI).

3. Asas-asas Peradilan Agama

Asas-asas peradilan merupakan landasan pokok (fundamental) dalam

pelaksana kekuasaan kehakiman di Indonesia. Asas-asas yang berlaku di

lingkungan Peradilan Umum pada dasarnya berlaku juga di Peradilan Agama

kecuali di atur lain. diantaranya; asas personalitas ke-Islaman, asas kebebasan,

asas tidak boleh menolak perkara dengan alasan hukum tidak jelas, asas wajib

mendamaikan, asas sederhana, cepat dan biaya ringan, asas mengadili menurut

hukum dan persamaan hak, asas persidangan terbuka untuk umum, asas aktif

memberi bantuan, asas peradilan dilakukan dengan cara majelis hakim.

Ketentuan mengenai asas personalitas ke-Islaman sebagaimana tercantum di

dalam Pasal 2 dan Pasal 49 UU No. 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama yang

telah diubah dengan UU No. 3 tahun 2006 kemudian dirubah lagi dengan UU No.

50 tahun 2009. Pasal 2 menegaskan bahwa: “Peradilan Agama merupakan salah

satu pelaksanaan kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari keadilan yang

beragama Islam mengenai perkara tertentu yang diatur dalam Undag-undang ini”.

Page 50: KAPASITAS DAN KEWENANGAN LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42575/1/TAUFIQ... · LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT KETERANGAN AHLI WARIS”

40

Pasal 49 menegaskan bahwa: “Pengadilan Agama bertugas dan berwenang

memeriksa, memutus dan menyelesaikan perkara tertentu di tingkat pertama antara

orang-orang yang beragama Islam di bidang perkawinan” dan seterusnya.12

Mengenai hubungan antara asas personalitas keislaman ini dengan ekonomi

syariah adalah sangat berkaitan. Hal ini karena konsep dari ekonomi syariah

adalah suatu prinsip-prinsip yang dibangun dengan pondasi dan nilai-nilai yang

terkandung di dalam ajaran Islam.

4. Tugas dan Fungsi Peradilan Agama

Tugas dan fungsi peradilan dalam lingkungan peradilan Agama dapat dipilah

menjadi dua macam, yakni tugas yudisial yang merupakan tugas pokok dan tugas non

yudisial yang merupakan tugas tambahan, namun tidak mengurangi nilai penting

dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

1. Tugas dan Fungsi memberi keadilan (yudisial)

Yang dimaksud dengan tugas yudisial ialah tugas dan fungsi memberikan

keadilan kepada masyarakat pencari keadilan. Inti dari tugas ini adalah

menegakkan hukum dan keadilan. 13

Realisasi pelaksanaan tugasnya dalam bentuk

12

Taufiq Hamami, Peradilan Agama Dalam Reformasi Kekuasaan

Kehakiman di Indonesia, (Ciputat; PT. Tatanusa, 2013), h. 160-162.

13

Purwoto S. Ganda Subrata, Dengan Etika dan Profesi Hakim Kita

Tegakkan Citra, Wibawa dan Martabat hakim Indonesia, (Jakarta; Bina Yustisia

Mahkamah Agung RI, 1994), h. 3.

Page 51: KAPASITAS DAN KEWENANGAN LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42575/1/TAUFIQ... · LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT KETERANGAN AHLI WARIS”

41

mengadili apabila terjadi sengketa, pelanggaran hukum atau perbedaan

kepentingan antar sesama warga masyarakat (perorangan atau badan hukum).14

Jadi tugas utama peradilan dalam lingkungan Peradilan Agama (Hakim)

adalah menyelesaikan sengketa diantara pihak-pihak, memberi keputusan kepada

pihak yang berperkara. Hakim harus memutus menurut hukum, baik dalam arti

harfiah maupun hukum yang sudah ditafsirkan atau dikonstruksi. Keadilan atau

kepastian yang lahir dari putusan peradilan dalam lingkungan Peradilan Agama

(hakim) adalah keadilan atau kepastian yang dibangun atas dasar dan menurut

hukum, bukan sekedar kehendak hakim yang bersangkutan atau sekedar

memenuhi tuntutan masyarakat.15

Tugas dan fungsi Peradilan Agama diatur jelas dalam perundang-undangan,

diantaranya UU No. 48 tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman Pasal 1 angka

1, Pasal 25 ayat (3). Pasal 49 UU No. 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama yang

telah diubah dengan UU No. 3 tahun 2006 kemudian diubah lagi dengan UU No.

50 tahun 2009 tugas penegakan hukum dan keadilan di Peradilan Agama adalah

dalam bentuk menerima, memeriksa, memutus/mengadili dan menyelesaikan

perkara orang-orang yang beragama Islam menyangkut persengketaan perkawinan,

14

Purwoto S. Ganda Subrata, Tugas dan Fungsi Hakim, (Jakarta; Bina

Yustisia Mahkamah Agung RI, 1994), h. 10 15

Bagir Manan, Tugas hakim: Antara Melaksanakan Fungsi Hukum dan

Tujuan Hukum Dalam Peradilan Agama Dalam Perspektif Ketua Mahkamah Agung,

(Jakarta; Dirjen PA, 2007), h. 122.

Page 52: KAPASITAS DAN KEWENANGAN LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42575/1/TAUFIQ... · LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT KETERANGAN AHLI WARIS”

42

waris, wasiat, hibah, zakat, infaq, shadaqah, dan ekonomi syariah. Khusus untuk

Peradilan di wilayah Aceh mencakup juga bidang mu’amalat dan jinayat.

2. Tugas non Yudisial

Tugas non yudisial adalah tugas di luar tugas mengadili. Tugas semacam ini

dapat dilakukan hanya atas dasar ketentuan Undang-undang. Tugas dimaksud

diatur dalam Pasal 52 dan 52 A UU No. 3 tahun 2006 tentang perubahan atas UU

No. 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama yang diubah pula dengan UU No. 50

tahun 2009. Dinyatakan bahwa:

1. Pengadilan dapat memberikan keterangan, pertimbangan, dan nasihat

tentang hukum Islam kepada instansi pemerintah di daerah

hukumnya, apabila diminta.

2. Selain tugas dan kewenangan sebagaimana yang dimaksud dalam

Pasal 49 dan Pasal 51, Pengadilan dapat diserahi tugas dan

kewenangan lain oleh atau berdasarkan undang-undang.

Tugas lain sebagaimana dimaksud pada pasal 52 ayat (2)UU No. 3 tahun 2006

tentang perubahan atas UU No. 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama yang diubah

pula dengan UU No. 50 tahun 2009. Dinyatakan bahwa:

1. Tugas sebagaimana ditunjuk pasal 52 A Undang-undang tersebut,

berupa pemberian istbat kesaksian rukyat hilal dalam penentuan awal

bulan pada tahun Hijriah.

2. Tugas sebagaimana yang diatur di dalam pasal 107 ayat (2) Undang-

undang tersebut. Pasal tersebut menegaskan bahwa: “ketentuan

sebagaimana dimaksud dalam pasal 236 a Reglemen Indonesia yang

diperbaharui (RIB), Staatblad 1941 Nomor 44, mengenai permohonan

pertolongan pembahagian harta peninggalan diluar sengketa antara

orang-orang yang beragama Islam yang dilakukan berdasarkan hukum

Islam, diselesaikan oleh Pengadilan Agama.

B. Kedudukan Peradilan Agama di Indonesia

Page 53: KAPASITAS DAN KEWENANGAN LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42575/1/TAUFIQ... · LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT KETERANGAN AHLI WARIS”

43

Untuk lebih memahami dimana letak kedudukan Peradilan Agama dalam

susunan ketatanegaraan Republik Indonesia dapat dilihat dengan memperhatikan alat-

alat kekuasaan negara yang diatur dalam UUD Negara Republik Indonesia 1945

(UUD NRI 1945) bahwa untuk melaksanakan kekuasaan negara dalam arti yang luas,

UUD NRI 1945 menetapkan lima badan kekuasaan yang ada, yaitu; a. Kekuasaan

Pemerintahan atau eksekutif, b. Dewan Pertimbangan Agung (DPA), c. Dewan

Perwakilan Rakyat (DPR), d. Badan Pemeriksa keuangan (BPK) dan e. Badan

Kekuasaan Kehakiman.

Selanjutnya mengenai poin yang kelima di atas, yakni tentang Badan

Kekuasaan Kehakiman telah ditentukan dalam Pasal 24 UUD NRI 1945 dan untuk

memenuhinya hadirlah UU No. 14 tahun 1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok

Kekuasaan Kehakiman. Pasal 10 undang-undang ini telah menetapkan kekuasaan

kehakiman dilakukan oleh pengadilan dalam lingkungan:

a. Peradilan Umum

b. Peradilan Agama

c. Peradilan Militer,

d. Peradilan Tata Usaha Negara16

Mahkamah Agung sebagai pengadilan negara tertinggi juga ditetapkan oleh UU

No. 14 tahun 1970 tentang Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman yang diubah

dengan UU No. 48 Tahun 2009 berdasarkan Pasal 10 Ayat 2. Mahkamah Agung juga

16

Yahya Harahap, Kedudukan Kewenangan dan Acara Peradilan Agama, cet.

Ketiga, (jakarta; PT. Sarana Bakti Semesta, 1997), h. 87 dan 89.

Page 54: KAPASITAS DAN KEWENANGAN LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42575/1/TAUFIQ... · LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT KETERANGAN AHLI WARIS”

44

sebagai peradilan tingkat akhir yang menyelesaikan perkara kasasi serta

melaksanakan pengawasan kepada semua lingkungan peradilan termasuk diantaranya

Peradilan Agama.

Peradilan Agama merupakan salah satu pelaksana kekuasaan kehakiman

(yudisial power) di Indonesia. Sebagai salah satu pelaksana kekuasaan kehakiman,

keberadaan Peradilan Agama jelas mempunyai kedudukan dan fungsi tersendiri di

tengah-tengah pelaksana kekuasaan kehakiman lainnya. Untuk memahami bagaimana

kedudukan dan fungsi Peradilan Agama diantara sesama pelaksana kekuasaan

kehakiman tersebut, dapat dilihat dari sistem penyelenggaraan kekuasaan kehakiman

di Indonesia saat ini.17

Kemudian mengenai sistem penyelenggaraan kekuasaan kehakiman di

Indonesia, kita harus merujuk pada UUD NRI 1945 yang sekarang telah

diamandemen dalam beberapa perbaikan. Berdasarkan ketentuan pasal 24 UUD NRI

1945 telah dinyatakan sebagai berikut:

1. Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk

menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan.

2. Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan

peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum,

lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan

peradilan tata usaha negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi.

3. Badan-badan lain yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman

diatur dalam undang-undang.

17

Rika Delfa Yona, Eksistensi Kewenangan Peradilan Agama Dalam

Mengeksekusi Putusan Arbitrase Syariah , (Jakarta: UIN SYAHID Jakarta, 2010), h.

45.

Page 55: KAPASITAS DAN KEWENANGAN LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42575/1/TAUFIQ... · LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT KETERANGAN AHLI WARIS”

45

Sejalan dengan maksud Pasal 24 UUD 1945 tersebut, Pasal 1 dan 2 UU No. 4

Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman juga telah menyatakan bahwa:

Pasal 1: Kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan negara yang merdeka untuk

menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan

Pancasila, demi terselenggaranya Negara Hukum Republik Indonesia.

Pasal 2: Penyelenggaraan kekuasaan kehakiman sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 1 dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di

bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama,

lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh sebuah

Mahkamah Konstitusi.

Dalam penjelasan pasal demi pasal yang telah dijelaskan di atas, dikatakan

bahwa kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan negara yang merdeka. Dari ketentuan

tersebut dapat dipahami bahwa kekuasaan kehakiman tidak lain merupakan salah satu

badan kekuasaan negara18

atau badan penyelenggara negara di samping MPR,

Presiden, DPR, dan lainnya yang setara, yang kemudian fungsi utamanya adalah

menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan

Pancasila. Dalam menjalankan fungsinya tersebut, kekuasaan kehakiman adalah

kekuasaan yang merdeka, artinya terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah.19

18

Yahya Harahap, Kedudukan, Kewenangan, dan Acara Peradilan Agama,

(Jakarta; Pustaka Kartini, 1993), h. 88.

19

Merdeka bermaksud bahwa penyelenggara kekuasaan kehakiman yang

termasuk di dalamnya Peradilan Umum, Militer, Agama dan Tata Usaha negara

adalah sebagai lembaga peradilan yang bebas dari campur tangan dan interpensi dari

Page 56: KAPASITAS DAN KEWENANGAN LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42575/1/TAUFIQ... · LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT KETERANGAN AHLI WARIS”

46

Diundangkannya UU No. 3 tahun 2006 tentang perubahan atas UU No. 7 tahun

1989 tentang Peradilan Agama adalah sebagai upaya singkronisasi segala urusan dan

tanggung jawab organisasi, administrasi dan finansial badan Peradilan Agama dengan

ketentuan UU No. 4 tahun 2004. Dengan demikian, jika sebelumnya segala urusan

dan tanggung jawab organisasi, administrasi dan finansial badan Peradilan Agama

dimaksud berada di bawah otoritas Departemen Agama, maka pasca UU No. 3 tahun

2006 semuanya telah niscayadiserahkan dan dialihkan menjadi otoritas Mahkamah

Agung.20

Keempat peradilan yang ada, yakni Peradilan Umum, Peradilan Agama,

Peradilan Militer, dan Peradilan Tata Usaha Negara mempunyai kedudukan yang

sama dan sejajar yang kesemuanya berpuncak kepada Mahkamah Agung sebagai

pengadilan tertinggi. Peradilan Umum merupakan peradilan bagi rakyat pada

umumnya mengenai perkara perdata maupun perkara pidana. Sedangkan Peradilan

Agama, Peradilan Militer dan Peradilan Tata Usaha Negara merupakan peradilan

khusus, karena mengadili perkara-perkara tertentu atau mengenai golongan rakyat

tertentu.21

siapapun, dimanapun dan kapanpun. Bertujuan menciptakan sistem hukum yang benar-benar

berasaskan nilai-nilai ketuhanan dan keadilan demi menjamin hukum yang berkeadilan diantara

sesama pelaku hukum.

20

Syamsuhadi Irsyad, Eksistensi Peradilan Agama Pasca Lahirnya Undang-

undang No. 3 Tahun 2006, (Makalah, 10 Juli 2006), h. 10.

21

Taufiq Hamami, Peradilan Agama..., h. 85.

Page 57: KAPASITAS DAN KEWENANGAN LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42575/1/TAUFIQ... · LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT KETERANGAN AHLI WARIS”

47

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa kedudukan

Peradilan Agama dalam sistem tata hukum di Indonesia merupakan salah satu

penyelenggara kekuasaan kehakiman. Dan sebagai badan peradilan khusus, maka

kekuasaan kehakiman yang diselenggarakannya adalah dikhususkan untuk rakyat

pencari keadilan yang beragama Islam mengenai perkara tertentu atau bagi golongan

rakyat atau badan hukum yang dengan sendiri menundukkan diri dengan sukarela

kepada ketentuan-ketentuan hukum Islam mengenai hal-hal yang menjadi

kewenangan Peradilan Agama.

C. Prosedur Peradilan Agama Dalam Penetapan Ahli Waris

Pengadilan Agama memilki kewenangan dalam penetapan ahli waris bagi

agama yang beragama islam, itu terdapat pada pasal 49 huruf b UU No. 3 tahun2006

tentang perubahan atas UU No. 7 Tahun 1998 tentang peradilan Agama (“

UUPeradilan Agama”) disebutkan bahwa:

“…Pengadilan Agama bertugas dan berwenang memerikasa, memutuskan, dan

menyelesaikan perkara tingkat pertama bagi orang-orang yang beragama

Islam dibidang: b. waris

Penjelasan lebih detail mengenai permasalahan waris apa saja yang diatur

dapat kita lihat pada penjelasan pasal 49 huruf b UU Peradilan Agama yang berbunyi:

“…Yang dimaksud dengan “ waris “ adalah siapa penentuan siapa yang

menjadi ahli waris, penentuan mengenai harta peninggalan, penentuan

Page 58: KAPASITAS DAN KEWENANGAN LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42575/1/TAUFIQ... · LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT KETERANGAN AHLI WARIS”

48

bagian masing-masing ahli waris, dan melaksanakan pembagian harta

peninggalan tersebut, serta penetapan pengadilan atas permohonan

seorangtentang penentuan siapa yang menjadi ahli waris, penentuan bagian

masing-masing ahli waris…”22

Berdasarkan penjelasan diatas jelas bahwa yang berhak menetapkan atau yang

mengeluarkan ahli waris adalah pengadilan agama .

Dalam masalah warisan ini dapat ditempuh dua cara, yakni:

Melalui gugatan dalam hal gugatan yang diajukan, berarti terdapat

sengketa terhadap objek waris. hal ini bisa disebabkan karena adanya

ahli waris yang tidak mau membagi warisan sehingga terjadi konflik

antara ahli waris. proses akhir dari gugatan ini akan melahirkan produk

hukum berupa putusan.

Melalui Permohonan yang diajukan para ahli waris dalam hal tidak

terdapat sengketa, terhadap permohonan tersebut pengadilan agama

akan mengeluarkan produk hukum berupa Penetapan.

Adapun proses untuk mengajukan permohonan ke pengadilan agama bisa

ditempuh dengan cara mengajukan permohonan yang ditanda tangani oleh pemohon

atau kuasanya yang sah dan ditujukan ke Ketua Pengadilan Agama yang meliputi

tempat tinggal pemohon. (lihat pasal 118 HIR/142 RBG).

22

Sumber online: http:// m. hukum online.com/klinik/detail it4d9ed1f603631/ dasar hukum

Penetapan Waris-dan akta-waris, diambil pada tanggal 2 maret 2016 hari sabtu.

Page 59: KAPASITAS DAN KEWENANGAN LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42575/1/TAUFIQ... · LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT KETERANGAN AHLI WARIS”

49

Bagi pemohon yang tidak dapat membaca dan menulis dapat mengajukan

permohonannya secara lisan dihadapan ketua Pengadilan Agama (lihat pasal 120HIR,

pasal 144 R.BG).kemudian, pemohon membayar biaya perkara (lihat pasal 121ayat

[4] HIR, 145 ayat [2] R.BG, Pasal 89 dan pasal 91AUU No. 50 tahun 2009 tentang

perubahan kedua atas UU No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama). Setelah itu

hakim akan memeriksa perkara permohonan tersebut dan terhadap permohonan

tersebut hakim kemudian akan mengeluarkan suatu penetapan.

Syarat-syarat yang harus dipenuhi Pemohon dalam penetapan Ahli Waris

adalah sebagai berikut:

1. Foto copi KTP Pemohon da semua ahli waris 1 sebanyak I lembar folio

(tidak boleh dipotong) yang dimateraikan Rp. 6000, dan di stempel oleh

Kantor Besar.

2. Foto copi akta nikah pewaris sebanyak 1 lembar yang dimateraikan Rp.

6000 dan di stempel oleh Kantor Besar.

3. Foto copi kartu keluarga pewaris 1 lembar yang dimateraikan Rp. 6000,

dan di stempel oleh Kantor Besar.

4. Foto copi akta kelahiran semua anak dari pewaris sebanyak 1 lembar yang

dimateraikan Rp. 6000, dan di stempel oleh Kantor Besar.

5. Foto copi Surat kematian orang tua pewaris sebanyak 1 lembar yang

dimateraikan Rp. 6000, dan di stempel oleh Kantor Besar.

6. Suart Keterangan dari kelurahan yang menyatakan dengan sebenarnya

bahwa ahli waris dari al-marhum.

Page 60: KAPASITAS DAN KEWENANGAN LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42575/1/TAUFIQ... · LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT KETERANGAN AHLI WARIS”

50

7. Foto copi Surat Keterangan Waris sebanyak 1 lembar yang dimateraikan

Rp. 6000, dan di stempel oleh Kantor Besar.

8. Foto copi rekening bank sebanyak 1 lembar yang dimateraikan Rp. 6000,

dan di stempel oleh Kantor Besar.23

B. Pengadilan Negeri

1. Kewenangan Pengadilan Negeri

Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan kehakiman yang merdeka untuk

menyelenggarakan peradilan guna untuk menegakkan hukum dan keadilan (Pasal 24

ayat 1 Undang-Undang Dasar PascaAmandement). Kekuasaan kehakiman

dilaksanakan oleh Mahkamah Agung RI, badan-badan peradilan lain dibawah

Mahkamah Agung (Peradilan Umum), PTUN, Peradilan Militer, Peradilan Agama)

serta Mahkamah konstitusi (Pasal 24 ayat 2 Undang-Undang Dasar 1945).

Penyelenggaraan kekuasaan kehakiman tersebut diserahkan kepada badan-

badan peradilan (Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan militer dan

Mahkamah Agung sebagai pengadilan tertinggi dengan tugas pokok dengan

menerima , memeriksa dan mengadili serta menyelesaikan setiap perkarayang

diajukan kepadanya). (Pasal 2 ayat (1) jo. Pasal 10 ayat (1) dan ayat (2)).

23

http://www.pa.kotamadiun.go.id/index.php/transparansiperkara/tahap-tingkat

pertama/syarat penetapan-ahli-waris, sumber diambil pada tanggal 3 maret 2016 bertepatan pada hari

minggu sore.

Page 61: KAPASITAS DAN KEWENANGAN LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42575/1/TAUFIQ... · LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT KETERANGAN AHLI WARIS”

51

Peradilan Umum adalah salah satu pelaksana kekuasaan kehakimanbagi

rakyat mencari keadilan pada umumnya (Pasal 2 UU No.2 Tahun 1984). Pengadilan

Negeri bertugas dan berwenang, memeriksa, mengadili, memutuskan dan

menyelesaikan perkara pidana dan perdata ditingkat pertama (Pasal 50 UU No. 2

Tahun 1986) Pengadilan dapat memberikan keterangan , pertimbangan dan nasihat

tentang hukum kepada instansi pemerintah didaerahnya apabila diminta (Pasal 52 UU

No. 2 Tahun 1986). Selain menjalankan tugas pokok, pengadilan dapat diserahi tugas

dan kewenangan lain oleh atau berdasarkan Undang-Undang.

Dan adapun salah satu kewengan Pengadilan Negeri dalam perdata yaitu

mengatur kewarisan, hukum waris menurut perdata yaitu waris berasal dari bahasa

Belanda Erfrechat. Pasal 830 KUH Perdata pada intinya menyebutkan bahwa hukum

waris adalah hukum yang mengatur kedududkan harta kekayaan seseorang ia

meninggal, terutama berpindahnya harta kekayaan itu kepada orang lain.

Dari ketentuan tersebut maka dakam hukum waris BW mengandung tiga

unsure pokok yaitu:

(1) Orang yang meninggalkan harta warisan (erflater);

(2) Harta warisan (erfernus);

(3) Ahli waris (erfergenaam).

Menurut KUHPer. Tidak semua ahli waris secara otomatis mewarisi segala

sesuatu yang dimiliki ditinggalkan oleh sipewaris.

2. Prosedur Peradilan Negeri Dalam Penetapan Ahli Waris

Page 62: KAPASITAS DAN KEWENANGAN LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42575/1/TAUFIQ... · LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT KETERANGAN AHLI WARIS”

52

Kemudian masalah penetapan ahli waris di Pengadilan Negeri biasanya

diajukan oleh warga Negara Indonesia selain penganut/beragama Islam. Prosesnya

sendiri tidak lama, karena sifatnya yang permohonan. Namun, yang harus diingat

dalam permohonan penetapan ahli waris, seluruh ahli waris terlibat dalam

permohonan tersebut.

Beberapa bukti yang harus dilengkapi adalah kutipan akta nikah, kartu

keluarga, akta kelahiran anak, foto copy KTP seluruh pemohon, surat keterangan

kematian ahli waris dari Lurah/kepala desa setempat. Jika memungkinkan bisa

mengajukan saksi yang dapat menerangkan ikhwal perkawinan dan anak-anak yang

dilahirkandari perkawinan tersebut.

Setelah melengkapi bukti untuk permohonan penetapan ahli waris,

selanjutnya dapat membuat permohonan yang ditujukan kepada ketua Pengadilan

Negeri setempat yang berisi identitas para pemohon, alasan, permohonan, dan

petitum permohonan.

Dasar hukum penetapan ahli waris yang dikeluarkan oleh pengadilan negeri

yang berlaku bagi semua agama selain agama Islam yaitu pasal 833 KHUPerdata.

Disamping itu, Surat Keterangan waris juga dapat dibuat dibawah tangan dan

ditanda tangani oleh semua ahli waris, diketahui oleh Lurah dan dikuatkan oleh

camat.

C. Kelurahan

1. Pengertian Lurah

Page 63: KAPASITAS DAN KEWENANGAN LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42575/1/TAUFIQ... · LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT KETERANGAN AHLI WARIS”

53

Lurah adalah Pegawai Negeri yang diangkat oleh Bupati atau Walikota atas

nama Gubernur dengan memperhatikan syarat dan ketentuan kepegawaian sesuai

dengan perundang-undangan yang berlaku. Lurah melaksanakan fungsinya sebagai

penyelenggara dan penangung jawab utama dibidang pemerintahan, pembangunan

dan pemasyarakatan dalam rangka penyelenggaraan urusan pemerintah daerah.

Urusan lain yang ditanganinya meliputi pembinaan dan ketentraman dan ketertiban

sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Lurah bertanggung jawab kepada

pejabat yang mengangkatnya, namun tanggung jawab itu disalurkan melalui camat.

2. Kewenangan Lurah

Lurah memiliki tugas pokok memimpin, mengkoordinasikan dan

mengendalikan penyelenggaraan pemerintah, pembangunan dan pembinaan

kemasyarakatan dalam wilayah kerja kelurahan.

Untuk melaksanakan tugas pokok Lurah memiliki fungsi:

Penyelenggaraan kegiatan pelayanaan masyarakat yang menjadi

kewenangannya;

Penyelenggaraan tugas-tugas pemerintahan, administrasi

kependudukan, dan pembinaan keagrariaan.

Penyelenggaraan kegiatan pembinaan dan pembangunan,

perekonomian, produksi dan distribusi serta pembinaan lingkungan

hidup.

Penyelenggaraan pemberdayaaan masyarakat diwilayah kelurahan;

Page 64: KAPASITAS DAN KEWENANGAN LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42575/1/TAUFIQ... · LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT KETERANGAN AHLI WARIS”

54

Penyelenggaraan pembinaan kesejahteraan social;

Penyelenggaraan usaha dalam rangka peningkatan partisipasi dan

swadaya gotong royong masyarakat;

Pelaksanaan tugas lain sesuai dengan kewenangannya.

Dan salah satu kewenangan Lurah dalam administrasi kependudukan adalah

membuat surat keterangan ahli waris, namun di Indonesia sejak zaman Belanda

menyebabkan perbedaan bentuk dan pejabat yang berwenang membuat keterangan

waris; berdasarkan Surat Keputusan Departemen Dalam Negeri Direktorat

Pendaftaran Tanah No. DPT/12/63 juncto Pasal 111 Ayat 1 C Point 4 PMNA No

3/1997, dibedakan siapa saja yang berwenang membuat keterangan waris.

Pembagian kewenangan tersebut adalah:

1. Untuk penduduk golongan Eropa dan WNI keturunan Tionghoa,

keterangan waris dibuat dihadapan notaries.

2. Untuk penduduk pribumi, keterangan waris cukup dibuat dibawah

tangan, yang disaksikan dan dibenarkan oleh Lurah dan dikuatkan oleh

camat setempat.

3. Untuk WNI keturunan Timur Asing (india arab), yang berwenang

yang membuat keterangan waris adalah Balai Harta Peninggalan

(BHP).24

24

Irma Devita Purnamasari, Kiat-Kiat Cerdas, Mudah, Dan Bijak Menahami Masalah Hukum Waris,(Bandung, PT Mizan Putaka, 2012). h. 91.

Page 65: KAPASITAS DAN KEWENANGAN LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42575/1/TAUFIQ... · LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT KETERANGAN AHLI WARIS”

55

Jadi terkhusus bagi penduduk asli Indonesia atau penduduk pribumi, memiliki

kemudahan tersendiri dalam pengurusan surat keterangan ahli waris, karena Lurah

setempat juga memiliki wewenang dalam pengeluaran surat keterangan ahli waris.

Tanpa harus berurusan kepengadilan Agama.

Pada tahun 1990 an, pembagian waris secara Islam dibuat oleh Pengadilan

Agama dalam bentuk Fatwa Waris. Namun demikian, pada awal 1990, ada edaran

dari Mahkamah Agung yang melarang Pengadilan Agama membuat Fatwa Waris

untuk WNI yang beragama islam dalam hal tidak terjadi sengketa waris. Sejak itulah,

keterangan waris bagi beragama Islam pun cukup dibuat dibawah tangan dengan

disahkan oleh Lurah dan dikuatkan oleh camat setempat.25

3. Prosedur Kelurahan Dalam Penetapan Ahli Waris

Lurah adalah salah satu pemerintah daerah yang memiliki kewenangan di desa

setempat, dan siap memberikan pelayanan terbaik terhadap masyarakat yang dibawah

pimpinannya, karena itu sudah merupakan kewajiban sebagai Lurah harus

memberikan pelayanan yang terbaik terhadap masyarakat yang membutuh bantuan

dari Kekelurahan itu sendiri. Dan salah satu tugas Lurah dalam masyarakat yaitu

mengurus Surat Keterangan Ahli Waris bagi yang membutuhkan keterangan tersebut.

Karena Lurah memiliki kewenangan dalam mengeluarkan Surat Keterangan Ahli

Waris, dengan syarat-syarat yang sudah ditentukan.

Dalam pembuatan Surat Keterangan Ahli Waris ada beberapa langkah-

langkah yang harus diketahui dan juga harus dilalui sebelum meminta tanda tangan

25

Irma Devita Purnamasari,Kiat-Kiat cerdas…(Bandung, PT Mizan Pustaka, 2012). h. 94

Page 66: KAPASITAS DAN KEWENANGAN LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42575/1/TAUFIQ... · LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT KETERANGAN AHLI WARIS”

56

atau meminta Surat Keterangan Waris kepada Kekelurahan. Dan langkah yang

pertama harus diketahui RT, RW setempat bahwa yang bersangkutan adalah benar-

benar ahli waris yang sah dari al-marhum, karena RT/RW adalah orang yang paling

dekat dengan warganya sendiri, sehingga dia lebih mengetahui seluk beluk keluarga

yang bersangkutan itu sendiri. Kemudian ketika sudah mendapat persetujuan atau

sudah diketahui RT/RW setempat barulah boleh diantar kekantor Kekelurahan dan

akan diperiksa di kekelurahan jika semua syarat-syarat sudah terpenuhi disitu Lurah

memiliki kewenangan untuk menanda tangani pernyataan yang sudah dibuat oleh

pemohon. Kemudian pihak kelurahan akan menyerahkan Surat Keterangan Waris itu

contoh dari syarat-syarat untuk mengurus Surat Keterangan Waris adalah

sebagai berikut:

1. Foto copi Al-marhum

2. Foto copi kartu keluarga

3. foto copi KTP Anak (semua ahli waris)

4. Foto copi Istri

5. foto copi Akta kelahiran

6. Foto copi surat kematian Al-marhum

7. Pengantar RT/RW

Apabila semua syarat-syarat sudah terlengkapi maka pihak dari Kelurahan

akan memberikan Surat Keterangan Waris, tanpa harus mengetahui terlebih dahulu

mencari kebenaran data yang diterima mereka. Dan ini akan berdampak kurang baik,

karena ditakutkan adanya pemalsuan atau penipuan data yang mengaku sebagai Ahli

Page 67: KAPASITAS DAN KEWENANGAN LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42575/1/TAUFIQ... · LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT KETERANGAN AHLI WARIS”

57

waris dan pada akhirnya akan menimbulkan konflik ditengah-tengah masyarakat.

Karena alangkah baiknya jika Kelurahan yang diberikan kewenangan masalaha

kewarisan seharusnya bukan hanya memeriksa syarat yang diberikan pemohon

kepada Kelurahan, akan tetapi juga lebih teliti lagi mencari kebenaran data yang

diberikan apakah si pemohon benar-benar Ahli Waris yang sah, yang sesuai dengan

data yang diterima. Dengan begitu seharusnya dan sewajar harus lebih mengetahui

tentang kewarisan yang ada di Indonesia, khususnya kewarisan Islam. Agar

masyarakat dapat pelayanan yang baik tanpa merugikan satu pihak saja.Bagi

masyarakat yang mengurus Surat Keterangan Ahli Waris tersebut, tidak butuh waktu

lama untuk menunggu proses pembuatan Surat Keterangan Ahli Waris,

Page 68: KAPASITAS DAN KEWENANGAN LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42575/1/TAUFIQ... · LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT KETERANGAN AHLI WARIS”

48

B A B IV

HASIL PENELITIAN: PENGETAHUAN LURAH DALAM ILMU

WARIS DAN IMPLIKASINYA.

A. Kompetensi Lurah Dalam Ilmu Waris

Berbicara tentang ilmu waris maka kita berbicara tentang harta peninggalan,

harta peninggalan seseorang yang telah meninggal dunia sering kali menimbulkan

sengketa dan pertengkaran dalam sebuah keluarga, dimana akhirnya memutuskan

hubungan silaturrahmi atau tali persaudaraan dalam keluarga. Putusnya tali

persaudaraan disebabkan karena masing-masing ahli waris pada dasarnya ingin

mendapatkan seluruh harta waris sedangkan ahli waris lainnya tidak perlu

mendapatkan bagian.

Masalah waris adalah masalah yang sangat sensitif karena berhubungan

dengan harta peninggalan, oleh karena itu kita sebagai umat Islam harus mempelajari

hukum waris itu sendiri, agar tidak terjadi kesalah paham anatara saudara.Secara

umum tujuan mempelajari waris itu sendiri untuk memahami dan melaksanakan

pembagian harta waris kepda ahli waris yang berhak menerimanya sesuai dengan

ketentuan syariat Islam. Dan adapun tujuan secara khusus mempelajari ilmu waris

antara lain:

1. Untuk mengetahui secara jelas orang yang berhak menerima harta

warisan berapa bagiannya.

2. Untuk menentukan pembagian harta warisan secara adil dan benar.

Page 69: KAPASITAS DAN KEWENANGAN LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42575/1/TAUFIQ... · LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT KETERANGAN AHLI WARIS”

49

3. Untuk menghindari perselisihan dan perebutan harta waris akibat ketidak

jelasan aturan maen pembagian waris tersebut.

4. Untuk memperingan beban dan tanggung jawab simayit, dengan aturan

dalam fiqih mawaris ini maka tidak ada pihak-pihak yang merasa

dirugikan karena pembagian harta warisan ini dibagi sesuai dengan aturan

yang berlaku.

Akan tetapi secara hukum mempelajari ilmu faraid itu sendiri adalah fardu

kifayah, dalam arti tidak harus semua orang yang beragama Islam mengerti dengan

ilmu kewarisan itu sendiri. Akan tetapi harus ada diantara kaum muslim yang wajib

mengetahiu ilmu waris yang benar dan baik yang sesuai yang dengan syariat Islam

yang berlaku. Dan adapun Indonesia yang berkewajiban penuh dalan kewarisan ini

dan yang dituntut juga harus mengerti dan sangat paham dengan ilmu waris itu

adalah, Pengadilan Agama, karena pengadilan agama memiliki kewenangan dalam

menangani masalah kewarisan Islam.Kemudian selain Pengadilan Agama ada lagi

yang berhak dan yang berwenang dalam mengurus harta waris. dan itu berdasarkan

Surat Keputusan DPT/12/63/12/69 juncto Pasal 111 Ayat 1 C point 4 PMNA No

3/1997, dibedakan siapa saja yang berhak dan berwenang membuat keterangan Waris

yaitu:

1. Untuk penduduk golongan Eropa dan WNI keturunan tionghoa,

Keterangan Waris dibuat oleh Notaris.

Page 70: KAPASITAS DAN KEWENANGAN LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42575/1/TAUFIQ... · LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT KETERANGAN AHLI WARIS”

50

2. Untuk penduduk pribumi, Keterangan Waris cukup dibuat dibawah tangan

, yang disaksikan dan dibanarkan (disahkan) oleh lurah dan dikuatkan oleh

camat setempat.

3. Untuk WNI keturunan Timur Asing (india atau arab), yang berwenang

membuat Keterangan Waris adalah Balai Harta peninggalan (BHP)1.

Itu beberapa instansi yang berwenang dalam mengurus keterangan ahli waris

yang berlaku dan memiliki kekuatan hukum. Jadi ketika masyarakat Indonesia

mendapat kesulitan maka Negara sendiri telah menyediakan lembaga untuk mengurus

masalah yang berkaitan dengan waris. tapi disini penulis hanya ingin membahas

kompetensi Lurah yang sudah memang diberi kewenangan dalam hal waris ini.

Karena ketika sudah diberi kewenangan akan suatu hal berarti sudah memiliki

kapasitas yang bagus, atau memiliki kompetensi dalam bidangnya sendiri. Ada

beberapa hasil dari penelitian tentang pengetahuan Lurah/kompetensi Lurah dalam

ilmu kewarisan, dan penelitian hanya terhadap beberapa Lurah yang di kota

Tangerang Selatan ini.

Sebagian dari Kelurahan yang ada di Tangerang Selatan ini memiliki lurah

yang rata-rata sudah berusia lebih dari 40 tahunan. Ada yang sudah empat tahun

menjabat sebagai Lurah, ada yang sudah lima tahun menjabat sebagai Lurah, dan

1Irma devita purnama sari, kiat-kiat cerdas, mudah, dan bijak memahami masalah hukum

waris, cetakan 1( Bandung, tahun 2012), hal.88-89

Page 71: KAPASITAS DAN KEWENANGAN LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42575/1/TAUFIQ... · LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT KETERANGAN AHLI WARIS”

51

bahkan ada juga yang menjabat menjadi Lurah sampai tiga belas tahun. Dan semua

Lurah memiliki latar belakaang yang berbeda.

Tabel 1: Usia Lurah

No. Identitas/Usia

15-30 30-40 40-50 50-60 60-70

1 - 1 orang 3 orang 3 orang 1

Pendidikan hal yang sangat terpenting yang harus dimiliki seorang pemimpin,

karena seorang pemimpin selain dituntut harus bijaksana juga harus pintar dan

berpengetahuan yang luas. Bagaimana mungkin sesuatu yang dipimpin akan

mendapat keadilan jika dipimpin oleh pemimpin yang bodoh atau yang tidak

berpendidikan. Menurut hasil survey yang dapatkan dari sebagian kelurahan yang

ada di Tangerang Selatan ini hampir rata-rata kelurahan memiliki Lurah yang

berpendidikan setara dengan S.1, dan ada juga yang S.2 namun ada juga yang belum

Sarjana. Tapi secara keseluruhan Sebagian kelurahan yang ada di Tangerang Selatan

ini sudah S.1.

Tabel 2: Pendidikan Lurah

Pendidikan

SD SMP SMA KULIAH

- - 2 orang 6 orang

Di Indonesia sendiri memiliki beberapa agama yang diakui di Indonesia yaitu:

Islam, Protestan, Hindu, Katolik, agama Budha, dan Kanghucu Dan semua agama

yang ada di Indonesia ini memiliki hak masing-masing yang harus dipenuhi oleh

Page 72: KAPASITAS DAN KEWENANGAN LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42575/1/TAUFIQ... · LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT KETERANGAN AHLI WARIS”

52

Negara tersebut, tanpa harus ada mendiskriminasikan agama yang lain. Salah satu

contoh hak semua agama yaitu dalam pembuatan Surat Keterangan Ahli Waris yang

dibuat oleh Kelurahan setempat. Namun dari hasil penelitian, bahwa jumlah Agama

yang sering mengurus Surat Keterangan Ahli Waris adalah agama Islam, dan Agama

yang lainnya hanya beberapa saja. Mungkin ini dikarenakan jumlah penduduk yang

beragama Islam lebih banyak, jadi hal yang wajar jika agama Islam lebih banyak

yang mengurus Surat Keterangan Ahli Waris.

Tabel 3: Agama yang mengurus SKW

Agama

Islam Protestan Hindu Budha Katolik

8 8 4 3 1

Kewenangan Lurah salah satunya adalah memberikan Surat Keterangan Ahli

Waris, bagi masyarakatnya yang meminta atau yang memohon, secara otomatis

Lurah dituntut harus mengerti tentang kewarisan Islam atau kewarisan agama yang

lainnya yang ada di Indonesia ini. Karena jika Lurah atau staf lainnya tidak mengerti

tentang kewarisan maka yang akan terjadi timbulnya konflik atau masalah yang

ditengah-tengah masyarakat, sedangkan tujuan adanya pemimpin untuk memberikan

ketenangan dan kemaslahatan kepada masyarakat yang dipimpinnya. Kemudian hasil

dari penelitian terhadap sebagian Lurah yang ada di Tangerang Selatan ini, mayoritas

dari mereka hanya sekedar mengerti tentang kewarisan. Baik kewarisan Islam, Barat,

Adat, dan lain sebagainya. Dan bahkan yang sangat disayangkan ada yang tidak

mengerti sama sekali tentang kewarisan tersebut.

Page 73: KAPASITAS DAN KEWENANGAN LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42575/1/TAUFIQ... · LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT KETERANGAN AHLI WARIS”

53

Tabel 4: Pengetahuan Waris

Belajar Kewarisan

Pernah Tidak Pernah

6 orang 2 orang

adapun lembaga atau tempat mereka (Lurah) untuk belajar kewarisan Islam

atau kewarisan lainnya menurut hasil dari penelitian adalah sebagai baerikut: ada

yang dibangku kuliah, ada juga dibangku aliyah/ SMA. Namun mayoritas mereka

hanya pernah belajar di bimtek yang diadakan oleh seluruh kelurahan yang ada di

Tangerang Selatan.dengan adanya bimtek itulah mereka mengerti tentang ilmu waris,

baik waris Islam, barat, adat dan lainnya sebagainya. Dengan demikian mayoritas

Lurah yang saya teliti hanya sekedar mengerti tentang ilmu kewarisan.

Tabel 5: Tempat belajar waris

Tempat Belajar Kewarisan

SMA KULIAH PENGAJIAN BIMTEK

1 orang 1 orang - 6 orang

Kemudian tentang tingkat kepemahaman mereka terhadap ilmu waris tersebut

sangatlah minim sekali, secara keseluruhan sebagian Lurah yang di teliti di

Tangerang Selatan ini mereka hanya sekedar paham saja dan bahkan diantara

mereka ada yang tidak mengerti sama sekali tentang ilmu kewarisan, khususnya

ilmu kewarisan Islam.

Page 74: KAPASITAS DAN KEWENANGAN LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42575/1/TAUFIQ... · LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT KETERANGAN AHLI WARIS”

54

Tabel 6: Pemahaman kewarisan

Paham Kewarisan Islam

Paham P. sekali T. paham T. paham sekali

4 orang 2 orang 2 orang -

Maka seharusnya ketika tidak mengerti dalam suatu hal, alangkah baiknya

jika bertanya kepada orang lain yang lebih mengerti agar terhindar dari kesalahan.,

seharusnya inilah yang dilakukan oleh seluruh Kelurahan atau Lurah yang ada di

Tangerang Selatan ini jika mereka tidak mengerti dengan hal-hal yang berkaitan

dengan ilmu waris, baik kewarisan Islam, Barat, Adat dan lain sebagainya, agar tidak

terjadi kesalahan yang berdampak negative bagi masyarakat. Dari hasil penelitian

terhadap sebagian kelurahan yang ada di Tangerang Selatan ini kebanyakan dari

mereka berkonsultasi dengan tokoh-tokoh Agama yang ada ditempat tersebut yang

mengerti dengan ilmu kewarisan. Tapi tidak sedikit juga diantara mereka yang tidak

mau berkonsultasi dengan ulama dan para tokoh-tokoh yang mengerti tentang

kewarisan tersebut. Karena mereka beralasan itu tidak penting dan mereka juga sudah

paham

Tabel 7: Konsultasi dengan ulama

Konsultasi dengan Ulama/ustaz

Pernah Tidak Pernah

4 orang 4 orang

Page 75: KAPASITAS DAN KEWENANGAN LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42575/1/TAUFIQ... · LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT KETERANGAN AHLI WARIS”

55

Hal yang sangat terpenting dalam mengeluarkan Surat Keterangan Ahli Waris

tersebut adalah terlebih dahulu untuk memeriksa kebenaran informasi yang didapat

atau yang diajukan oleh si pemohon tersebut.Agar tidak terjadi kesalahan dalam

mengeluarkan Surat Keterangan Ahli Waris tersebut. Dan bagi seluruh Lurah yang

ada di Tangerang Selatan ini harus benar-benar teliti akan kebenaran informasi. Dan

Ahamdulillah secara keseluruhan semua kelurahan yang sudah saya teliti mereka

memeriksa berkas terlebih dahulu, kemudian mencari kebenaran informasi yang

diajukan pemohon terebut.

Tabel 8: Memeriksa data lebih dahulu

Memeriksa Kebenaran Informasi

Ya Tidak

8 KELURAHAN -

Dalam mengeluarkan Surat Keterangan Ahli Waris tersebut seharusnya bukan

dalam sengketa, karena itu bukan lagi kewenangan bagi Lurah.Namun sebagian

Lurah yang ada di Tangerang Selatan ini mendapatkan sebagian penduduk yang

mengurus Surat Keterangan Ahli Waris dalam keadaan sengketa.Namun secara

keseluruhan mereka hanya melayani yang tidak memiliki sengketa didalamnya.

Tabel 9: Sengketa

SENGKETA

Ya Tidak

2 Kelurahan 6 Kelurahan

Page 76: KAPASITAS DAN KEWENANGAN LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42575/1/TAUFIQ... · LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT KETERANGAN AHLI WARIS”

56

Ternyata didalam kelurahan yang sudah saya teliti secara keseluruhan tidak

memiliki tim khusus untuk menangani masalah kewarisan ini, atau dengan kata lain

dalam mengeluarkan Surat Keterangan Ahli Waris. Karena di Kelurahan itu hanya

ada bagian-bagian saja atau juga sering di seksi. Namun kalau untuk tim khusus

mereka sama sekali tidak ada. Jadi setiap ada masalah kewarisan maka ada seksi nya

yang sudah memiliki tanggung jawab tersendiri.

Ada beberapa system kewarisan yang ada di Indonesia ini yang masih berlaku

sampai saat ini, diantaranya: system kewarisan Islam, Barat, Adat dan lain

sebagainya. Akan tetapi menurut dari yang saya teliti hampir rata-rata Lurah yang ada

di Tangerang Selatan ini mempelajari system kewarisan Islam, sekalipun ada

beberapa yang mempelajari kewarisan Adat, dan Barat.

Tabel 10: Kewarisan yang dipelajari

N 1

Sistem Kewarisan apa yang dipelajari

Islam Adat Barat Lain lainnya

6 orang 2 orang - -

karena hampir seluruh Kelurahan yang ada di Tangerang Selatan ini

mengatakan bahwa pembuatan Surat Keterangan Ahli Waris tersebut hanya butuh

satu hari jika semua persyaratanya sudah terpenuhi. Dan selambat-lambatnya tidak

sampai satu minggu.

Tabel 11: Proses pembuatan

Page 77: KAPASITAS DAN KEWENANGAN LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42575/1/TAUFIQ... · LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT KETERANGAN AHLI WARIS”

57

PROSES PEMBUATAN

1-7 hari 7-14 hari 14-30 hari 30-dst

8 Kelurahan

- - -

Dan berikut ini contoh dari kasus yang terjadi sengketa akibat dari Surat

Keterangan Ahli Waris yang terjadi di bekasi dan nama yang bersangkutan kami

rahasiakan dan kami hanya kasi inisial saja kaena itu merupkan bentuk privasi.

B. Kasus gugatan Surat Keterangan Waris yang di keluarkan oleh Lurah

Berikut ini adalah kasus yang bersangkutan dengan Surat Keterangan Waris yang di

keluarkan oleh Kelurahan.

Bahwa pelapor ir.S.B kenal dengan terlapor W.H karena sebagai saudara ipar

dimana kakak kandung pelapor bernama S.I.B adalah istri dari terlapor.

- Bahwa perkara memberikan keterangan palsu dibawah sumpah dan atau

menyuruh menempatkan keterangan palsu kedalam akte authentik dan atau

penggelapan, tersebut terjadi dari bulan Desember 2009 s/d bulan januari 2010 dikota

Bekasi yang diduga dilakukan oleh pelapor W. H dengan cara memberikan

keterangan tidak benar dalam Surat Keterangan Waris yang dikeluarkan oleh

kantor kelurahan jatirahayu No. 390 / 91/ XII / 2009 tanpa tanggaldan diketahui

oleh Camat Pondok Melati nomor: 1/742/06/PM/XII/09 Tanggal 21 Desember 2009

dan dalam Surat Keterangan Waris yang dikeluarkan oleh kantor Pengadilan Negeri

Bekasi No . 23 / SKW / XII / 2009 / PN.Bks tanggal 28 Desember 2009.

Page 78: KAPASITAS DAN KEWENANGAN LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42575/1/TAUFIQ... · LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT KETERANGAN AHLI WARIS”

58

- Bahwa Almh. S.I.B SH telah meninggal dunia pada tanggal 5 Desember

2009 di RS.Pertamina karena sakit degan bukti Surat kematian No. 474. 3 / 189 / XII

/ 2009 Tanggal 21 Desember 2009 dari kantor kelurhan jatirahayau, kec. Pondok

Melati, kota bekasi.

- Bhawa kakak pelapor atau istri terlapor (Alm, S.I.B, SH) Menikah dengan

sdr. W.H Pada tanggal 7 januari 1982 namun sampai dengan meninggalnya

Almarhum pada tanggal 5-12-2009, mereka tidak memiliki keturunan, dan setahu

pelapor bahwa suami alm. S.I.B, SH yaitu terlapor W.H Alias D. tidak memiliki

penghasilan tetap sehingga semua kehidupan Rumah tangganya dibiayai oleh kakak

pelapor sebagai karyawati Pertamina.

- Bahwa sewaktu pelapor berumah tangga dengan suaminya W.H kakak

sering ditinggal sendiri tanpa ada kabar padahal kakak saksi dalam keadaan sakit dan

yang terakhir sebelum kakak saksi meninggal suaminya tersebut telah meninggalkan

tanpa kabar selama setahun yaitu mulai dari tanggal 28 Oktober 2008 s/d 23 Oktober

2009 , padahal waktu itu kakak saksi dalam keadaan sakit keras (Kanker stadium 4)

sehingga yang merawat Almahrum adalah S.R, SH.

- Bahwa pada tanggal 28 September 2009, kakak saksi (Alm. S.I.B, SH)

pernah mengajukan cerai ke Pengadilan Agama Bekasi, namun karena pada bulan

Oktober 2009 suaminya balik kerumah dan meminta maaf dan memohon untuk

mengurus dan berjanji dan tidak akan mempermasalahkan harta gono gini milik

Almarhum maka almarhum mau menerima dan kami keluarga besar setuju untuk

menerima suaminya (W.H) kembali sampai dengan almarhum meninggal dunia pada

Page 79: KAPASITAS DAN KEWENANGAN LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42575/1/TAUFIQ... · LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT KETERANGAN AHLI WARIS”

59

tanggal 5 Desember, sehingga gugatan cerai almarhum tidak diproses sidang yang

kemudian tanggal 20 Juni Januari 2010 keluar penetapan Pengadilan Agama Bekasi

Nomor 1376/Pdt.G/2007/Pa. Bks yang menggugurkan gugatan almarhum karena

almarhum S.I.B, SH. Sudah meninggal dunia.

- Bahwa sebelum kakak saksi meninggal, kakak ipar saksi / suami almarhum

(W. H) pernah mengatakan kepada kami bahwa akan pulang ke Kediri untuk

menghadiri pernikahan ponakannya karena itu setelah kakak saya meninggal (tanggal

5-12 2009), maka pada tanggal 6-12-2009, adik ipar saya atau suaminya adik saksi

S.R memberitahukan kepada kami sekeluarga untuk kumpul sebagai saksi

(Rawamangun) guna membicarakan Amanah dari Almarhum, karena itu pada tanggal

7-12-2009 kami sekeluarga yaitu saya dan istri saya (F), S.R Dan suaminya (E. G.,

SH) kakak ipar saya (W.H) Dan saudarra . DR. ( kakak ipar nya pak W.H) Dan pada

saat kumpul tersebut adik ipar saksi E.G SH, yang kebetulan kakak ipar saksi /

terlapor W.H bahwa setelah mbak (kakak kami almahrum S.I. B , SH ) meninggal

maka pewarisnya adalah mas D. (W.H) dan saudara kandung almarhum yaitu saksi

dan saudara kandung 4 (empat) orang lainnya dan juga meninggalkan banyak harta

warisan, namun harta warisan tersebut sudah dibagi oleh almarhum melalui surat

wasiat namun karena mba baru meninggal dunia maka pamali untuk dibicarakan

warisannya karena itu warisan almarhum akan dibicarakan setelah 40 (empat puluh)

hari almarhum) status warisan almarhum dibekukan atau tidak dibicarakan atau di

urus pembagiaannya dan waktu itu kami semua setuju dan termasuk pak W.H namun,

Page 80: KAPASITAS DAN KEWENANGAN LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42575/1/TAUFIQ... · LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT KETERANGAN AHLI WARIS”

60

ada satu isu Surat Warisan tersebut yang tidak disetujui adalah adanya Surat Waisiat

tapi kami sepakat untuk membicarakan setelah terlapor (mas W.H) balik dari kediri

Pada tanggal 20-12-2009 pelapor dapat kabar dari adik ipar saksi (S.S) bahwa

terlapor. sudah balik dari Kediri dan sudah mengambil 3 (tiga) kartu ATM

(MANDIRI, BNI Dan BTN) yang dipegang oleh oleh adik ipar saya ( S. S)

Setelah ATM tersebut diambil oleh terlapor. dan selanjutnya kami dengar

terlapor (W.H) Sudah mencairkan dana ditabungan BNI maupun deposito milik

almarhum kakak saya tanpa kami ketahui, padahal dana ditabung dan deposito

tersebut termasuk warisan Almh S.I.B, SH sehingga dana tersebut sebagian adalah

milik kami karena kami juga sebagai pewaris dari almarhum S.I B, SH.

Bahwa pada bulan Desember 2009 terlapor telah memberikan keterangan

dalam Surat Keterangan Waris yang dikeluarkan oleh kantor Kelurahan jatirahayu

No. 390 / 91 / XII / 2009 tanpa tanggal dan diketahui oleh camat Pondok Melati

Nomor : 1 / 742 /06/PM/xii / 09 / PN. Bks tanggal 28 Desember 2009 dimana isi dari

Surat Keterangan Ahli Waris tersebut tidak benar karena menerangkan dengan

sesungguhnya dan sanggup diangkat sumpah bahwa pada tanggal 5 Desember

2009, S.I.B SH, telah meninggal dunia di RS. Pertamina Jakarta, selama

hidupnya menikah satu kali dengan W. H dengan demikian suami (W.H) adalah

satu-satunya ahli waris dari mendiang S.I.B SH, dan tidak ada ahli waris lain

yang berhak mewarisdan Surat Keterangan Waris tersebut dibuat untuk pengurusan

/ penutupan rekening tabungan / deposito atas nama S.I.B SH, (Almarhum). Di Bank,

Bank Mandiri dan BTN cabang Jakarta.

Page 81: KAPASITAS DAN KEWENANGAN LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42575/1/TAUFIQ... · LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT KETERANGAN AHLI WARIS”

61

Bahwa Surat Keterangan Ahli Waris tersebut digunakan oleh W.H untuk

mencairkan tabungan dan deposito Almh . S.I.B SH, di Bank BNI Cabang

Rawamangun dan cabang kramat, sebesar Rp. 765.818.

Bahwa sdr. W. H tahu bahwa ada waris lain selain diri nya yaitu saksi dan 5

orang lainya sebagai saudara kandung dari istrinya karena sejak H.W menikah

dengan Almarhum pada tanggal 7 januari 1982 sampai dengan almarhum meninggal

pada tanggal 5 -12- 2009, tidak memiliki anak kandung, sehingga setahu saksi

pewaris menurut hukum Islam adalah suami nya almarhum (W.H). dan kami saudara

kandung almarhum yaitu sakti (S ir. S.B), B. A, S S SE, S.R SH dan almarhum P.H

(kelima) yang di wakili oleh ahli waris nya yaitu A.H. P dan A. A.H karena bapak

dan ibu saksi sudah meninggal terlebih dahulu.

Sedangkan Ahli Waris dari kakak saya Alm. S.I.B, SH adalah suaminya sdr

W. H, namun karena semasa hidup Almarhum tidak dikaruniai Anak sehingga

menurut hukum Islam, pewarisnya adalah suami dan saudara-saudara kandungnya

karena bapak kami (Drs. S. H) sudah meninggal tanggal 21 April 1989 di Jakarta dan

ibu kami (Ny. S. H) sudah meninggal pada tanggal 14 April 2008, sehingga saudara

kandung juga sebagai pewaris almarhum S.I.B, SH.

- Namun untuk bukti bahwa kami ( pelapor dan 4 Saudara kandungnya) adalah

pewaris dari Alm. S.I.B, SH sampai saat ini belum ada karena belum ajukan

untuk pembuatan Surat Keterangan Waris dikareana kan W.H suami

almarhum telah lebih dahulu membuat Surat Keterangan Waris yang

diterbitkan oleh Lurah jatirahayu, kec. Pondok Melati kota bekasi Nomor 590/

Page 82: KAPASITAS DAN KEWENANGAN LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42575/1/TAUFIQ... · LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT KETERANGAN AHLI WARIS”

62

91/ XII / 2009 tanpa tanggal yang menerangkan bahwa W. H adalah satu-

satunya ahli waris dari mendiang S.I.B, SH dan tidak ada ahli waris yang

berhak mewarisi.

- Bahwa selain dari Surat Keterangan Waris yang kami duga palsu ada juga

Surat Kehilangan yang dikeluarkan oleh kepolisian berdasarkan keterangan W.H

yang kami duga menerangkan tentang hilangnya buku tabungan ataupun sertifikat

deposito milik almarhum padahal setahu saksi tidak ada dokumen almarhum milik

kakak saksi yang hilang karena ada dokumen kakak saksi sebagian ada disimpan

oleh adik saksi S. R karena diberikan almarhum sebelum meninggal dan sdr. W.H

juga tahu kalau dokumen tersebut disimpan oleh adik saksi yaitu sertifikat deposito

dan sertifikat tanah dan surat keterangan Kehilangan dari Kepolisian tersebut telah

digunakan oleh W.H sebagai surat pendukung untuk mencairkan tabungan dan

deposito BNI milik almarhum kakak saksi.

Bahwa selain uang milik kakak saksi yang digelapkan oleh sdr. W.H, ia juga

menggelapkan mobil pick up tahun 1974 merek luv milik ibu saksi (almh. S) yang

sudah dijual tapi tidak memberitahu kepada kami selaku pewaris ibu S. dan ia juga

menggelapkan uang kontrakan selama empat bulan sebesar Rp. 10.000.000 atas

rumah kakak saksi yang terletak di jl. Radio dalam Kel.Gandaria utara, Kebayoran

Baru, Jakarta Selatan dengan SHM No. 02966 an. S.I.B, SH seluas 189 M2.

Berdasarkan kronologi diatas dan serta bukti-bukti dan fakta-fakta yang ada

sudah jelas bahwa saudara W.H selaku suami almarhum S.I.B, SH adalah benar

sebagai ahli waris dari S.I.B, SH berdasarkan hubungan perkawinan sebagimana

Page 83: KAPASITAS DAN KEWENANGAN LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42575/1/TAUFIQ... · LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT KETERANGAN AHLI WARIS”

63

diatur dalam Al-quran Surah an-Nisa Ayat 12.Kemudian saudara-saudara kandung al-

marhum, yaitu Ir. S.B, B.A, S.R, SH, adalah benar sebagai ahli warisa dari almarhum

S.I.B, SH dan tidak terhalang mewarisi karena bapak kandung dan anak almarhum

yang menjadi penghalang mewarisi tidak ada. Dalam kewarisan islam diatur bahwa

sudara-saudara kandung dapat mewarisi bila tidak ada bapak dan anak dari pewaris

(almarhum).

Kemudian tindakan yang dilakukan oleh suami almarhum sangatlah tindakan

yang sangat salah. Karena ia telah memberikan keterangan bahwa dirinya adalah ahli

waris satu-satunya yang berhak akan harta peninggalan tersebut, padahal ia juga

sudah mengetahui bahwa ada ahli waris juga yang berhak mendapat bagian dari harta

yang ditinggalkan almarhum yaitu saudara-saudara kandung almarhum.

Inilah salah satu contoh konflik yang terjadi disebabkan Surat

Keterangan Ahli Waris yang dikeluarkan oleh kelurahan itu sendiri.Karena pada

dasarnya Lurah itu sendiri menerut hasil penelitian bahwasanya Lurah hanya sekedar

memeriksa administrasi aja, tanpa harus lebih hati-hati ada penipuan seperti kasus

yang terjadi diatas.

C. Analisis Penulis

Lurah adalah jabatan politik yang diberikan kewenangan oleh Wali Kota

untuk menjadi pemimpin bagi masyarakat yang ada di sekitarnya, fungsi dari Lurah

itu sendiri yakni untuk melayani masyarakat, tujuananya agar masyarakat lebih

mudah untuk mengurus segala kebutuhan yang diperlukan oleh masyarakat itu

Page 84: KAPASITAS DAN KEWENANGAN LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42575/1/TAUFIQ... · LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT KETERANGAN AHLI WARIS”

64

sendiri, seperti membuat Surat Keterangan Waris yang dikeluarkan oleh Luarah

setempat,.

Salah satu fungsi Lurah yaitu Membuat Surat Keterangan Waris bagi warga

yang membutuhkan Surat keterangan tersebut, dan kewenangan itu tercantum

berdasarkan Surat Keputusan Departemen Dalam Negeri direktorat Pendaftaran

Tanah No. DPT/12/63/12/69 juncto Pasal 111 Ayat 1 C point 4 PMNA No. 3/1997,

dibedakan siapa saja yang membuat Surat Keterangan Waris, dan salah satunya

adalah Kelurahan, yang menjelaskan bagi penduduk Pribumi, Keterangan Waris

cukup dibuat dubawah tangan, yang disaksikan oleh Lurah dan dikuatkan oleh

Camat.2

Karena terbukti dengan Surat Keterangan Waris yang dikeluarkan oleh

Kelurhan menimbulkan masalah yang sangat merugikan sepihak, seperti contoh kasus

yang sudah dijelaskan diatas, itu menunjukkan banyak penipuan yang akan terjadi

karena mengaku sebagai ahli waris dan kelurahan dengan mudah memberikan Surat

Keterangan Waris yang akan disalah gunakan orang-orang yang tidak bertanggung

jawab.Dari data yang saya dapatkan dari beberapa Kelurahan yang ada di Tangerang

Selatan ini, saya mengambil kesimpulan bahwa, hanya sedikit Lurah yang mengerti

betul dengan masalah kewarisan yang ada di Indonesia ini, khususnya kewarisan

Islam. Dan ini akan menjadi masalah yang sangat serius ditengah-tengah masyarakat

khususnya yang beragama Islam. Karena masalah waris adalah masalah yang sangat

2 Irma Devita Purnamasari, kiat-kiat cerdas, mudah, dan bijak memahami masalah hukum

waris, cetakan 1 (Bandung, tahun 2012), h.89

Page 85: KAPASITAS DAN KEWENANGAN LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42575/1/TAUFIQ... · LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT KETERANGAN AHLI WARIS”

65

sensitif.Sesangkan Lurah merupakan salah satu instansi yang berwenang

mengeluarkan Surat Keterangan Waris.Berdasarkan Keputusan Departemen Dalam

Negeri Direktorat Pendaftaran Tanah No.DPT/12/6312/69 juncto pasal 111 Ayat 1 C

point 4 PMNA No 3/1997 dibedakan siapa saja yang berwenang membuat

Keterangan Waris.dan adapun Instansi-Instansi yang berwenang adalah:

1. Untuk Penduduk Golongan Eropa dan WNI Keturunan Tionghoa,

Keterangan Waris di buat oleh Notaris.

2. Untuk penduduk pribumi, Keterangan Waris cukup dibuat dibawah

tangan, yang disaksikan oleh Lurah dan dikuatkan oleh camat setempat.

3. Untuk WNI keturunan Timur Asing (India Arab), yang berwenang

membuat Keterangan Waris adalah Balai Harta Peninggalan.3

Disini dijelaskan bahwa Lurah memiliki kewenangan dalm membuat Surat

Keterangan Waris,.Dalam arti secara keseluruhan Lurah dituntut harus mengerti

tentang kewarisan, baik kewarian Islam, Barat, Adat, dan lain sebagainya. Karena

jika Lurah tidak mengerti tentang bagaimana kewarisan itu sendiri bagaimana

mungkin Lurah akan mengeluarkan Surat Keterangan Waris.

Dan jika Lurah hanya menjalankan tugasnya tanpa didasari ilmu pengetahuan

tentang kewarisan, takutnya banyak yang akan terdzolimi dan merugikan satu pihak

saja. Sedangkan salah satu tujuan pemerintah memberikan kewenangan kepada Lurah

dalam mengeluarkan Surat Keterangan Waris adalah untuk memebrerikan

3 Irma Devita Purnamasari, Kiat-Kiat cerdas, mudah, dan bijak memahami masalah hukum

waris, cetakan 1( Bandung, tahun 2012), h. 88-89

Page 86: KAPASITAS DAN KEWENANGAN LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42575/1/TAUFIQ... · LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT KETERANGAN AHLI WARIS”

66

kemudahan bagi penduduk pribumi itu sendiri.akan tetapi jika yang diberikan

kewenangan tidak memiliki kapasitas yang cukup untuk menangani masalah ini,

maka bukan kemaslahatan yang didapatkan oleh masyaratkat, akan tetapi kerugian

dan merasa terdzolimi dengan ketidak tahuan oleh pemimpin/yang berwenang itu

sendiri.

Kemudian lurah hanya berhak memberikan Surat Keterangan Waris hanya

bagi pemohon yang tidak memiliki sengketa didalamnya, karena kalau ada sengketa

itu bukan lagi wilayah kewenagan Lurah akan tetapi itu sudah menjadi kewenangan

Pengadilan Agama sendiri. Lurah hanya berhak memberikan Surat Keterangan Waris

hanya bagi yang tidak memiliki sengketa didalamnya.Namun dalama prakteknya

sendiri, masih ada kelurahan yang melayani masyarakat yang meminta Surat

Keterangan Waris dalam keadaan sengketa.Dan ini sudah melanggar aturan-aturan

yang sudah menjadi ketetapan. Dengan terjadinya seperti ini maka banyak pihak-

pihak yang akan dirugikan dan akhirnya menimbul konflik yang lebih parah lagi.

Jadi, Kelurahan tidak berhak untuk memberikan Surat Keterangan Waris

kepada pemohon jika dalam sengketa, karena itu sudah diluar kekuasaan Lurah.Dan

yang berhak untuk mengadili dan menangani itu dalah Pengadilan Agama. Karena itu

salah satu kompetensi absolute Peradilan Agama, yaitu kekuasaan yang berhubungan

dengan jenis perkara dan sengketa kekuasaan Pengadilan Agama. Kekuasaan

Pengadilan Agama adalah memeriksa, memutus dan menyelesaikan perkara perdata

tertentu dikalangan golongan rakyat tertentu, yaitu orang-orang yang beragama Islam.

Kekuasaan absout Peradilan Agama diatur dalam pasal 49 Undang-Undang No 3

Page 87: KAPASITAS DAN KEWENANGAN LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42575/1/TAUFIQ... · LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT KETERANGAN AHLI WARIS”

67

Tahun 2006 perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan

Agama yang pada pokoknya adalah sebagai berikut.

- Waris

- Wasiat

- Hibah

- Wakaf

- Zakat

- Infaq

- Shadaqah

- Ekonomi Syariah

Pengadilan Agama hanya berwenang untuk memeriksa, memutus, dan

menyelesaikan perkara-perkaradi tingkat pertama antara orang-orang yang beragama

Islam.

Kemudian kewenangan Pengadilan Agama mengenai sengketa dapat dilihat

dalam putusan Mahkamah Agung tanggal 13 Desember 1997 No.11K/1997. Dalam

putusan tersebut dtentukan suatu kaidah hukum acara yang menegaskan:” Apabila

dalam suatu gugatan yang menyangkut pembagian harta waris masih terkandung

sengketa hak milik maka perkara yang bersangkutan tidak termasuk Pengadilan

Agama untuk memeriksanya tapi termasuk kewenangan Peradilan Umum.” Kaidah

diatas telah dianggap dalam peraktek peradilan sebagai salah satu yurisprudensi

tetap.Hampir semua kalangan menjadikanya sebagai pedoman, baik lingkungan

Peradilan Agama maupun lingkungan Peradilan Umum. Sebagian besar

Page 88: KAPASITAS DAN KEWENANGAN LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42575/1/TAUFIQ... · LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT KETERANGAN AHLI WARIS”

68

menjadikannya sebagai patokan dalam menentukan kewenangan perkara-perkara

warisan bagi mereka yang beragama Islam.

Kemudian jika terjadi sengketa hak milik sebagaimana yang dimaksud pada

ayat (1) yang subjek hukumnya antara orang-orang yang beragama Islam, objek

sengketa tersebut diputus oleh Pengadilan Agama bersama perkara sebagaimana yang

dimaksud dalam pasal 49.Ketentuan ini memberi wewenang kepada Pengadilan

Agama untuk sekaligus memutuskan sengketa milik atau keperdataan lainnya tersebut

sering dibuat oleh pihak yang merasa dirugikan dengan adanya gugatan dipengadilan

agama.

Dari penjelasan diatas menunjukkan bahwasanya Lurah tidak memiliki

kewenangan dalam mengeluarkan Surat Keterangan Waris ketika dalam sengketa,

karena itu merupakan sepenuhnya kewenangan Pengadilan Agama.

Perbedaan yang dikeluarkan oleh Kelurahan sama yang dikeluarkan oleh

pengadilan adalah, bahwa yang dikeluarkan oleh Kelurahan merupakan Surat

Keterangan Waris dan itu hanya bersifat sementara, dan juga merupakan alat bukti

ketika dipengadilan Agama jika terjadi sengketa . dan Surat Keterangan Waris yang

dikeluarkan oleh Lurah, belum bersifat mutlak, dan bisa saja suatu saat nanti ada

perubahan tentang keterangan waris tersebut jika terbukti bahwa yang Keterangan

Waris itu tidak benar ada kesalahan, dan digugat oleh yang bersangkutan yang merasa

dirugikan.

Sedangkan yang dikeluarkan oleh Peradilan Agama bukan merupakan Surat

Keterangan Waris, akan tetapi Surat Penetapan Ahli Waris, akan tetapi Surat

Page 89: KAPASITAS DAN KEWENANGAN LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42575/1/TAUFIQ... · LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT KETERANGAN AHLI WARIS”

69

Penetapan Ahli Waris ini, hanya didapatkan jika ada Keterangan Surat Ahli Waris

yang di keluarkan oleh Kantor Kelurahan tersebut. Dan penetapan Ahali Waris yang

dikeluarkan oleh Peradilan Agama tersebut bersifat mutlak jika sudah ditetapkan oleh

Pengadilan itu sendiri.4

4 Sumber informasi dari hasil wawancara pada hari sabtu, tanggal 2 dengan ketua Pengadilan

Agama yang berada di Aceh.

Page 90: KAPASITAS DAN KEWENANGAN LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42575/1/TAUFIQ... · LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT KETERANGAN AHLI WARIS”

70

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari beberapa pemaparan dari bab-bab sebelumnya, maka penulis dapat

mengambil kesimpulan dan sekaligus sebagai jawaban atas beberapa perumusan

masalah yang penulis berikan.

1. Bahwa hasil dari penlitian penulis di beberapa Kelurahan yang ada di

Tangerag Selatan ini yakni ada delapan Kelurahan, Kompetensi Lurah

dalam ilm waris sangatlah minim sekali, bahkan yang lebih parahnya lagi

masih ada Lurah yang sama sekali tidak mengerti dengan ilmu kewarisan

Islam. Karena rata-rata Lurah yang menjabat sebagai pemerintah setempat

tidak memilki latar belakang pendidikan yang berkitan dengan ilmu waris

Islam, sehingga wajar saja mereka tidak mengerti dengan ilmu kewarisan

Islam.

2. Dalam pembuatan Surat Keterangan Ahli Waris ada beberapa langkah-

langkah yang harus diketahui dan juga harus dilalui sebelum meminta

tanda tangan atau meminta Surat Keterangan Waris kepada Kekelurahan.

Dan langkah yang pertama harus diketahui RT, RW setempat bahwa yang

bersangkutan adalah benar-benar ahli waris yang sah dari al-mahrum,

karena RT/RW adalah orang yang paling dekat dengan warganya sendiri,

sehingga dia lebih mengetahui seluk beluk keluarga yang bersangkutan itu

sendiri. Kemudian ketika sudah mendapat persetujuan atau sudah

Page 91: KAPASITAS DAN KEWENANGAN LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42575/1/TAUFIQ... · LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT KETERANGAN AHLI WARIS”

70

diketahui RT/RW setempat barulah boleh diantar kekantor Kekelurahan

dan akan diperiksa di kekelurahan jika semua syarat-syarat sudah

terpenuhi disitu Lurah

Page 92: KAPASITAS DAN KEWENANGAN LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42575/1/TAUFIQ... · LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT KETERANGAN AHLI WARIS”

71

Memiliki kewenangan untuk menandatangani pernyataan yang sudah dibuat

oleh pemohon. Kemudian pihak kelurahan akan menyerahkan Surat Keterangan

Waris itu

Contoh dari syarat-syarat untuk mengurus Surat Keterangan Warisan adalah

sebagai berikut:

1. Fotocopi Al-marhum

2. Fotocopikartukeluarga

3. fotocopi KTP Anak (semuaahliwaris)

4. FotocopiIstri

5. fotocopiAktakelahiran

6. Fotocopisuratkematian Al-marhum

7. Pengantar RT/RW

Tapi dengan kewenangan yang di berikan kepada salah satu instansi seperti

Lurah dalam prakteknya mereka tida kmemilki kapasitas atau pengetahuan tentang

kewenangan yang sudah di berikan kepada Lurah tersebut, dan ini yang akan menjadi

masalah bagi di tengah-tengah kehidupan masyarakat

3. Kewenangan Lurah dalam mengeluarkan Surat Keterangan waris

tercantum berdasarkan Surat Keputusan Departemnen Dalam Negeri Direktorat

Pendaftaran Tanah No. DPT/12/63/12/69 juncto Pasal 111 Ayat 1 C point 4 PMNA

No. 3/1997, dibedakan siapa saja yang berwenang membuat Keterangan Waris.

pembagiannya sebagaiberikut:

Page 93: KAPASITAS DAN KEWENANGAN LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42575/1/TAUFIQ... · LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT KETERANGAN AHLI WARIS”

72

a. Untuk penduduk golongan Eropa dan WNI keturunan Tionghoa,

KeteranganWaris dibuat oleh Notaris.

b. Untuk penduduk Pribumi, Keterangan Waris cukup dibuat dibawah

tangan, yang disaksikan dan dibenarkan oleh Lurah dan dikuatkan oleh Camat.

c. Untuk WNI keturunan Timur Asing (India,Arab), yang berwenang

membuat Keterangan Warisnya adalah Balai Harta Peninggalan.1

Selain dari Lurah, Notaris, dan Balai Harta Peninggalan, masih ada yang

berwenang dalam pengeluaran Surat Keterangan Waris, seperti Peradilan Agama, dan

Peradilan Umum, dan untuk peradilan Agama diatur dalam pasal 49 huruf b UU No.

3 tahun 2006 tentang perubahan atas UU No. 7 Tahun 1998 tentang peradilan Agama

(“ UU Peradilan Agama”) disebutkan bahwa:

Pengadilan Agama bertugas dan berwenang memerikasa, memutuskan,

danmenyelesaikan perkara tingkat pertama bagi orang-orang yang beragama Islam

dibidang: b. waris

Penjelasan lebih detail mengenai permasalahan waris apa saja yang diatur dapat

kita lihat pada penjelasa npasal 49 huruf b UU Peradilan Agama yang berbunyi:

“…Yang dimaksuddengan “ waris “ adalah siapa penentuan siapa yang

menjadi ahli waris, penentuan mengenai harta peninggalan, penentuan bagian

masing-masing ahli waris, dan melaksanakan pembagian harta peninggalan tersebut,

1 Irma Devita Purnamasari, Kiat-Kiat cerdas, mudah, dan bijak memahami masalah hukum

waris, cetakan 1 (Bandung, tahun 2012), h.88

Page 94: KAPASITAS DAN KEWENANGAN LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42575/1/TAUFIQ... · LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT KETERANGAN AHLI WARIS”

73

serta penetapan pengadilan atas permohonan seorang tentang penentuan siapa

yang menjadi ahli waris, penentuan bagian masing-masin gahli waris…”

B. Saran-saran

Sebagai penutup dari kesimpuan di atas penulis disini akan memberikan saran-

saran terkait dengan perbaikan mengenai Kewenangan Lurah dalam mengeluarkan

Surat Keterangan Waris:

1. Jabatan Lurah merupakan jabatan politik, dan secara otomatis tidak semua

Lurah memiliki ilmu pengetahuan tentang ilmu kewarisan, oleh sebab itu penulis

menyarankan agar setiap Kelurahan memilki tim khusus atau orang-orang yang

benar-benar mengerti tentang ilmu kewarisan khususnya ilmu kewarisan Islam. Agar

tidak terjadi kesalahan dalam mengeluarkan Surat Keterangan Waris, dan tidak akan

merugikan orang yang bersangkutan demi kemaslahatan masyarakat itu sendiri.

2. Agar pihak-pihak bank yang bersangkutan dengan Ahli Waris tidak langsung

mencairkan dana yang diminta oleh ahli waris jika belum memiliki bukti yang kuat

dan sebelum ada penetapan dari Pengadilan Agama agar tidak terjadi Kesalahan dan

terjadi konflik, karena Surat Keterangan Waris dari kelurahan belum tentu benar,

alangkah baiknya pihak bank atau sejenis yang bersangkutan dengan harta

peninggalan tidak memberikan sebelum ada Surat Penetapan dari Peradilan Agama.

3. Agar Kelurahan lebih berhati-hati lagi dalam memeriksa kebenaran data yang

diterima, bukan hanya sekeda rmemeriksa syarat-syaratnya saja akan tetapi juga lebih

mencari kebenaran yang sesungguhnya agar tidak terjadi kesalahan dalam

mengeluarkan Surat Keterangan Waris, karena Surat Keterangan Waris merupakan

Page 95: KAPASITAS DAN KEWENANGAN LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42575/1/TAUFIQ... · LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT KETERANGAN AHLI WARIS”

74

bukti nanti di Pengadilan Agama. Demikianlah saran-saran yang bisa penulis

sampaikan semoga kedepannya hukum yang berlaku di Indonesia semakin membaik

dan semua kebutuhan dan hak-hak masyarakat terpenuhi tanpa harus ada yang

dirugikan satu dengan yang lain.

Page 96: KAPASITAS DAN KEWENANGAN LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42575/1/TAUFIQ... · LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT KETERANGAN AHLI WARIS”

74

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku Referensi

Al-Quranul al-Karim

Abdul Mujib Mabruri Thallah Sapiah AM, Kamus Istilah Fikih, (Jakartta; PT.

Pustaka Firdaus, 1994), cet. Ketiga, h, 258

Abu Daud, Musnad Abi Daud, al-thoyalisi, Mesir; Darul Hijr, 1999

Ahmad Warson, Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia, Jakarta; M. Jakarta, 1996,

cet. Pertama.

Al-Sobuni Ali Muhammad, Hukum Kewarisan, Cetakan 1, Jakarta; 2005

Arifin Zainal, Penelitian Pendidikan, Bandung; PT. Remaja Rosdakarya

Bagir Manan, Tugas hakim: Antara Melaksanakan Fungsi Hukum dan Tujuan

Hukum Dalam Peradilan Agama Dalam Perspektif Ketua Mahkamah Agung,

Jakarta; Dirjen PA, 2007.

Cik Hasan Bisri, Peradilan Agama di Indonesia, Jakarta; Pt. Rajawali Grafindo

Persada, 1996, cet. Pertama.

Daud Muhammad, Hukum Islam dan Peradilan Agama, Jakarta; PT.Raja Grafindo

Persada, 2002

Fathurrahman, Ilmu Waris , Bandung: Al-Maarif 1975.

Hasby As-siddieqy, Peradilan dan Hukum Acara Islam, Yogyakarta; PT. Ma‟arif,

1994.

Hazairin, Hukum kewarisan Islam Menurut Al-Quran dan Hadist, Jakarta; Tintamas

1982.

Ibnu Majah, Sunan Ibn Majah, Beirut : Darul Risalah al-„Alamiyah, 2009.

Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, Jakarta; 1997.

Komite Fakultas Syariah Universitas al-Azhar, Mesir, Hukum Waris Jakarta:Maret

2014.

Page 97: KAPASITAS DAN KEWENANGAN LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42575/1/TAUFIQ... · LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT KETERANGAN AHLI WARIS”

75

Mahmud Yunus, kamus arab indonesia, Cetakan, VII Jakarta; PT. Hidakarya Agung.

Moh. Idris Ramulyo, Beberapa Masalah tentang Hukum Acara Perdata Peradilan

Agama, Jakarta: Ind-Hill Co, 1991.

Moh. Muhibbin, Abdul Wahid, Hukum Kewarisan Islam sebagai pembaharuan

Hukum positif di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika 2009, Cetakan, 1.

Moleong Lexi j, Metode penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2004.

Purwoto S. Ganda Subrata, Dengan Etika dan Profesi Hakim Kita Tegakkan Citra,

Wibawa dan Martabat hakim Indonesia, Jakarta; Bina Yustisia Mahkamah

Agung RI, 1994.

Purwoto S. Ganda Subrata, Tugas dan Fungsi Hakim, Jakarta; Bina Yustisia

Mahkamah Agung RI, 1994. Rika Delfa Yona, Eksistensi Kewenangan Peradilan Agama Dalam Mengeksekusi

Putusan Arbitrase Syariah , Jakarta: UIN SYAHID Jakarta, 2010.

Saebani Beni Ahmad, fiqih Mawaris, Pustaka setia Bandung, cetakan 1. Tahun 2009

Sari Purnama Devita Irma, Kiat-Kiat Cerdas, dan bijak memahami masalah hukum

waris, cetakan 1 Bandung, Tahun 2012.

Suma Amin Muhammad, Hukum Keluarga Islam di dunia Islam, PT Raja Grafindo

Persada, Tahun 2015.

Suparman, dan Yunus Somawinata, Fiqih Mawaris Hukum Kewarisan Islam Jakarta:

Gaya Media Pratama 2002, Cetakan II.

Syamsuhadi Irsyad, Eksistensi Peradilan Agama Pasca Lahirnya Undang-undang

No. 3 Tahun 2006, Makalah, 10 Juli 2006.

Syarifuddin Amir, Hukum Kewarisan Islam, Cetakan ke 3 jakarta; tahun 2004

Taufiq Hamami, Peradilan Agama Dalam Reformasi Kekuasaan Kehakiman di

Indonesia, Ciputat; PT. Tatanusa, 2013.

Taufiq Hamami, Peradilan Agama Dalam Reformasi Kekuasaan Kehakiman di

Indonesia, Ciputat; PT. Tatanusa, 2013.

Page 98: KAPASITAS DAN KEWENANGAN LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42575/1/TAUFIQ... · LURAH DALAM MENGELUARKAN SURAT KETERANGAN AHLI WARIS”

76

Hamami, Taufiq. Kedudukan dan Eksistensi Peradilan Agama dalam sistem Tata

Hukum di Indonesia, Bandung: P. T. ALUMNI, 2003.

Vollamar H.F.A, Pengantar Studi Hukum Perdata,Tahun 1992,

Yahya Harahap, Kedudukan Kewenangan dan Acara Peradilan Agama, cet. Ketiga,

jakarta; PT. Sarana Bakti Semesta, 1997.

Yahya Harahap, Kedudukan, Kewenangan, dan Acara Peradilan Agama, Jakarta;

Pustaka Kartini, 1993.

Zaini Ahmad Noeh dan Abdul Basit Adnan, Sejarah Singkat Peradilan Agama di

Indonesia, Surabaya: Bina Ilmu, 1983.

B. Peraturan Perundang-Undangan

Dasar hukum penetapan ahli waris yang dikeluarkan oleh pengadilan negeri yang

berlaku bagi semua agama selain agama Islam yaitu pasal 833 KHUPerdata.

pasal 49 huruf b UU No. 3 tahun 2006 tentang perubahan atas UU No. 7 Tahun 1998

tentang peradilan Agama (“ UU Peradilan Agama”)

Surat Tanah No. DPT/12/63 junctoPasal 111 Ayat 1 C Point 4 PMNA No 3/1997,

dibedakan siapa saja yang berwenang membuat keterangan waris