Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan...

103
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat

Transcript of Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan...

Page 1: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) disusun dan disajikan secara triwulan

Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Sulawesi Barat

Page 2: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) disusun dan disajikan secara triwulan

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

www.bi.go.id/web/id/Publikasi/

Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh dengan menghubungi:

Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan

Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Sulawesi Barat

Jl. Andi P. Pettarani No.1, Mamuju

Sulawesi Barat 91511, Indonesia

Telepon: 0426 - 22192, Faksimili: 0426 - 21656

Page 3: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) disusun dan disajikan secara triwulan

Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi

Sulawesi Barat (Sulbar) disusun dan disajikan secara triwulan oleh

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat,

mencakup aspek perkembangan ekonomi makro, keuangan

pemerintah, perkembangan inflasi, stabilitas sistem keuangan dan

pengembangan akses keuangan, sistem pembayaran dan

pengelolaan uang Rupiah, ketenagakerjaan dan kesejahteraan,

serta prospek perekonomian ke depan. Kajian ekonomi daerah di

samping bertujuan untuk memberikan masukan bagi Kantor Pusat

Bank Indonesia dalam merumuskan kebijakan moneter, stabilitas

sistem keuangan, sistem pembayaran, dan pengelolaan uang rupiah

juga diharapkan dapat menjadi salah satu referensi bagi para

stakeholders di daerah dalam membuat keputusan. Keberadaan

Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) di daerah diharapkan

dapat semakin berperan sebagai advisor dan strategic partner bagi

stakeholders di wilayah kerjanya.

Dalam penyusunan laporan, Bank Indonesia memanfaatkan data

dan informasi yang sudah tersedia dari berbagai institusi, serta

melalui perolehan data internal yaitu survei dan liaison. Sehubungan

dengan hal tersebut, kami mengucapkan terima kasih dan

penghargaan kepada semua pihak yang telah berkontribusi baik

berupa pemikiran maupun penyediaan data dan informasi secara

kontinu, tepat waktu, dan reliable. Harapan kami, hubungan kerja

sama yang baik selama ini dapat terus berlanjut dan ditingkatkan lagi

pada masa yang akan datang. Saran serta masukan dari para

pengguna sangat kami harapkan untuk menghasilkan laporan yang

lebih baik ke depan.

Mamuju, November 2016

KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA

PROVINSI SULAWESI BARAT

ttd

Asep Budi Brata

Deputi Direktur

Penanggung Jawab

Asep Budi Brata

Koordinator Penyusun

Surya Alamsyah

Editor

Departemen Regional III

Layout

Anton Kisworo

Tim Penulis

Surya Alamsyah

Anton Kisworo

Dien M.I. Idris

Kontributor

Unit Pengelolaan Uang Rupiah

Unit Operasional Sistem Pembayaran

Email

[email protected]

[email protected]

Page 4: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) disusun dan disajikan secara triwulan

Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan

nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang

stabil.

Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas Bank Indonesia dan

kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter

untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas.

2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta mampu

bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung alokasi sumber

pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas

perekonomian nasional.

3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang berkontribusi

terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan dengan

memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan nasional.

4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang menjunjung

tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata kelola

(governance) yang berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan

UU.

Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar Bank Indonesia, manajemen dan pegawai untuk

bertindak dan atau berperilaku, yang terdiri atas Trust and Integrity - Professionalism -

Excellence - Public Interest - Coordination and Teamwork.

Page 5: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) disusun dan disajikan secara triwulan

KATA PENGANTAR iii

DAFTAR ISI v

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GRAFIK viii

RINGKASAN EKSEKUTIF 1

TABEL INDIKATOR EKONOMI 5

1. Perkembangan Ekonomi 7

1.1 Kondisi Umum 9

1.2 Sisi Permintaan 10

1.3 Sisi Penawaran 17

2. Keuangan Pemerintah 27

2.1 Perkembangan Realisasi APBN di Sulawesi Barat 29

2.2 Perkembangan Realisasi APBD Provinsi Sulawesi Barat 30

3. Inflasi 37

3.1 Inflasi Secara Umum 39

3.2 Inflasi Bulanan 40

3.3 Inflasi Dari Sisi Penawaran 42

3.4 Inflasi Dari Sisi Permintaan 43

3.5 Perkembangan Inflasi/Deflasi Menurut Kelompok Komoditas 44

3.6 Disagregasi Inflasi 48

4. Stabilitas Keuangan Daerah 55

4.1 Perkembangan Stabilitas Keuangan 57

4.2 Perkembangan Stabilitas Keuangan Korporasi 62

4.3 Perkembangan Institusi Perbankan 63

4.4 Perkembangan Pembiayaan UMKM dan Akses Keuangan 64

5. Sistem Pembayaran 67

5.1 Perkembangan Sistem Pembayaran Tunai 69

5.2 Perkembangan Sistem Pembayaran Non Tunai 70

6. Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan 73

6.1 Ketenagakerjaan 75

6.2 Pengangguran 77

6.3 Nilai Tukar Petani 77

6.4 Tingkat Kemiskinan 79

7. Prospek Perekonomian 81

7.1 Prospek Pertumbuhan Ekonomi 83

7.2 Prospek Inflasi 85

Page 6: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) disusun dan disajikan secara triwulan

7.3 Rekomendasi Kebijakan 87

LAMPIRAN 89

Page 7: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) disusun dan disajikan secara triwulan

Tabel 1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Sulawesi Barat Sisi Permintaan 11

Tabel 2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Sulawesi Barat Sisi Penawaran 18

Tabel 3. Realisasi Pendapatan Sulawesi Barat (Rp juta) 33

Tabel 4. Realisasi Belanja Sulawesi Barat (Rp juta) 34

Tabel 5. Komoditas Andil Terbesar 41

Tabel 6. Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 45

Tabel 7. Inflasi Kelompok Bahan Makanan 46

Tabel 8. Inflasi Kelompok Sandang 46

Tabel 9. Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan bahan Bakar 46

Tabel 10. Inflasi Kelompok Kesehatan 47

Tabel 11. Inflasi Kelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Olah Raga 48

Tabel 12. Inflasi Kelompok Kelompok Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 48

Tabel 13. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Jenis Kegiatan Utama (jiwa) 75

Tabel 14. Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Status

Pekerjaan 76

Tabel 15. Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Pendidikan yang

Ditamatkan 77

Tabel 16. NTP Setiap Sub Sektor 78

Tabel 17. Kemiskinan dan Garis Kemiskinan 80

Page 8: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) disusun dan disajikan secara triwulan

Grafik 1. Perkembangan PDRB Sulawesi Barat 9

Grafik 2. Struktur Ekonomi Sulawesi Barat Sisi Permintaan 11

Grafik 3. Andil Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Barat Sisi Permintaan 11

Grafik 4. Struktur Konsumsi Rumah Tangga Sulawesi Barat 12

Grafik 5. Andil Pertumbuhan Konsumsi Rumah Tangga Sulawesi Barat 12

Grafik 6. Kondisi Ekonomi Dibandingkan 6 Bulan Lalu 12

Grafik 7. Perkembangan Konsumsi Pemerintah Sulawesi Barat 13

Grafik 8. Realisasi Pendapatan Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Barat 14

Grafik 9. Perkembangan Giro Pemerintah 14

Grafik 10. Investasi Bangunan 15

Grafik 11. Realisasi Pengadaan Semen 15

Grafik 12. Realisasi Penanaman Modal di Sulawesi Barat 15

Grafik 13. Perkembangan Ekspor Impor 17

Grafik 14. Negara Tujuan Ekspor CPO 17

Grafik 15. Struktur Ekonomi Sulawesi Barat Sisi Penawaran 18

Grafik 16. Perkembangan Sektor Pertanian 19

Grafik 17. Perkembangan Kredit Pertanian 20

Grafik 18. Perkembangan Sektor Perdagangan 21

Grafik 19. Perkembangan Kredit Perdagangan 21

Grafik 20. Perkembangan Sektor Industri 22

Grafik 21. Pertumbuhan Industri Menengah dan Kecil 22

Grafik 22. Perkembangan Sektor Konstruksi 23

Grafik 23. Perkembangan Penyaluran Kredit Konstruksi 23

Grafik 24. Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 24

Grafik 25. Perkembangan APBN Sulawesi Barat di Triwulan III 30

Grafik 26. Komponen APBN Sulawesi Barat di Sulawesi Barat 30

Grafik 27. Realisasi Keuangan Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat 31

Grafik 28. Perkembangan Pendapatan Pemerintah Prov. Sulawesi Barat 32

Grafik 29. Perkembangan Belanja Pemerintah Prov. Sulawesi Barat 32

Grafik 30. Perkembangan Inflasi Kota Mamuju 39

Grafik 31. Perbandingan Inflasi Bulanan Kota Mamuju 40

Grafik 32. Perbandingan Inflasi Tahunan Kota Mamuju 40

Grafik 33. IKK, IKE dan IEK 43

Grafik 34. Komponen Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini 43

Grafik 35. Andil Inflasi Triwulan III 2016 44

Grafik 36. Andil terhadap Inflasi Tahunan 44

Grafik 37. Perkembangan Inflasi dan Kelompok Pembentuknya 45

Page 9: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) disusun dan disajikan secara triwulan

Grafik 38. Inflasi Bulanan Komponen Disagregasi 49

Grafik 39. Inflasi Tahunan Komponen Disagregasi 49

Grafik 40. Inflasi Bulanan Sulawesi Barat 52

Grafik 41. Inflasi Tahunan Sulawesi Barat 52

Grafik 42. Pertumbuhan DPK Perseorangan 53

Grafik 43. Kondisi Ekonomi Saat ini dibandingkan 6 bulan lalu 53

Grafik 44. Perkembangan Kredit Konsumsi 53

Grafik 45. Konsumsi Rumah Tangga 57

Grafik 46. Perkembangan Indeks Kondisi Ekonomi Saat ini di Mamuju 57

Grafik 47. Perkembangan Indeks Kondisi Ekonomi Saat ini di Mamuju 58

Grafik 48. Perkembangan Indeks Ekspektasi Konsumen 58

Grafik 49. Inflasi Triwulanan dan Ekspektasi harga 3 bulan yang akan datang 59

Grafik 50. Penggunaan Penghasilan Konsumen 59

Grafik 51. Pangsa DPK Perseorangan Terhadap Total DPK di Sulawesi Barat 60

Grafik 52. Komposisi DPK Perseorangan di Sulawesi Barat 60

Grafik 53. Pangsa DPK Perseorangan Terhadap Total DPK di Sulawesi Barat 61

Grafik 54. Komposisi DPK Perseorangan di Sulawesi Barat 61

Grafik 55. Perkembangan Kredit Rumah Tangga 61

Grafik 56. Perkembangan Risiko Kredit Rumah Tangga 61

Grafik 57. Perkembangan Kredit Korporasi 62

Grafik 58. Perkembangan Risiko Kredit Korporasi 62

Grafik 59. Perkembangan Aset dan DPK 64

Grafik 60. Perkembangan Penyaluran Kredit 64

Grafik 61. Perkembangan Kredit UMKM 65

Grafik 62. Perkembangan Risiko Kredit UMKM 65

Grafik 63. Perputaran Uang Kartal KPw BI Prov. Sulawesi Barat 69

Grafik 64. Pertumbuhan Uang Kartal KPw BI Prov. Sulawesi Barat 69

Grafik 65. Perkembangan Setoran Uang Tidak Layak Edar 70

Grafik 66. Perputaran Kliring di Sulawesi Barat 70

Grafik 67. Pangsa Jumlah Penduduk Bekerja Per Sektor 76

Grafik 68. NTP Sulawesi Barat dan Komponennya 78

Grafik 69. Tingkat Kemiskinan Di Sulawesi Barat 79

Grafik 70. Prospek Pertumbuhan Ekonomi (Periode Triwulanan) 83

Grafik 71. Prospek Pertumbuhan Ekonomi (Periode Tahunan) 83

Grafik 72. Perkembangan Harga CPO Dunia 84

Grafik 73. Prakiraan Curah Hujan 85

Grafik 74. Prakiraan Sifat Hujan 85

Grafik 75. Perkembangan Harga Minyak Dunia (WTI) 86

Grafik 76. Prospek Inflasi 86

Page 10: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) disusun dan disajikan secara triwulan

1. SDM Berkualitas sebagai Landasan Perekonomian yang Kuat 24

2. Pelemahan Domestic Demand di Sulawesi Barat 52

Page 11: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) disusun dan disajikan secara triwulan

Perkembangan Ekonomi

Akselerasi

pertumbuhan

ekonomi Sulawesi

Barat terjadi pada

triwulan III 2016

Aktivitas perekonomian Sulawesi Barat pada triwulan III 2016 mencapai

Rp7,01 triliun atau tumbuh 5,97% dibandingkan periode yang sama pada

tahun 2015. Pertumbuhan secara tahunan tersebut mengalami peningkatan

dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya mampu tumbuh 4,80% (yoy).

Kehadiran instansi baru di Sulawesi Barat sejak triwulan II 2016, mampu

menopang perekonomian Sulawesi Barat di tengah perlambatan ekonomi yang

sedang terjadi. Konsumsi pemerintah yang tumbuh 28,18% (yoy), menyumbang

4,53% terhadap pertumbuhan ekonomi Sulawesi Barat secara keseluruhan.

Pembentukan modal tetap domestik bruto (PMTDRB) atau bisa juga disebut

sebagai investasi yang berhasil tumbuh 10,10% (yoy). Investasi banyak

dilakukan dari pihak swasta yang berupaya meningkatkan keuntungan dengan

menambah modal atau memperluas jaringan usahanya. Investasi asing

meningkat signifikan pada triwulan III 2016 terkait pembangunan pembangkit

listrik di Mamuju.

Lapangan usaha indusri pengolahan belum pulih secara utuh. Walaupun

mengalami sedikit peningkatan, lapangan usaha industri pengolahan masih

tumbuh negatif 5,74% (yoy), sedikit lebih baik dibandingkan periode

sebelumnya yang tumbuh -6,20% (yoy). Belum pulihnya perekonomian global

menyebabkan ekspor CPO ke luar negeri mengalami penurunan.

Meskipun perkembangan triwulan III cukup baik, perekonomian Sulawesi Barat

di tahun 2016 secara keseluruhan akan lebih rendah dibandingkan tahun

2015. El Nino memberikan dampak terhadap produksi lapangan usaha

pertanian, kehutanan, dan perikanan yang menyebabkan hasil produksi sumber

daya alam di Sulawesi Barat. Meskipun secara hasil terlihat tidak terdapat

signifikan dibandingkan tahun sebelumnya, lapangan usaha ini merupakan

yang terbesar di Sulawesi Barat.

Keuangan Pemerintah

Persentase realisasi

belanja pemerintah

daerah masih rendah

Pagu APBN Provinsi Sulawesi Barat pada periode laporan sebesar Rp3,18

triliun, turun 19,67% atau Rp778,97 miliar dibandingkan triwulan III 2015 (yoy).

Penurunan pagu tersebut seiring dengan kebijakan pengetatan fiskal oleh

pemerintah pusat sehingga membuat anggaran ke setiap daerah di Indonesia

menjadi berkurang.

Kenaikan realisasi belanja yang tumbuh sebesar 28,94% (yoy) menjadi

Rp198,81 miliar menjadi pendorong pada peningkatan belanja pemerintah di

triwulan laporan. Faktor pendorong berikutnya yaitu adalah pertumbuhan

belanja operasional yang tumbuh sebesar 8,12% (yoy). Meskipun realisasi

belanja pada triwulan laporan meningkat, namun kumulatif realisasi belanja

pemerintah ditambah transfer sampai dengan triwulan laporan masih relatif

rendah, baru mencapai 46,03%.

Page 12: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) disusun dan disajikan secara triwulan

Pencapaian target pendapatan daerah sampai dengan triwulan III 2016

sebesar 67,24%. Masih dibutuhkan banyak terobosan dan upaya untuk

mendorong pencapaian target pendapatan di tahun 2016 sebesar Rp1,71

triliun.

Inflasi

Tekanan inflasi

Sulawesi Barat di

Triwulan III 2016

rendah

Laju inflasi pada triwulan III 2016 sebesar 3,43%, menurun dari 4,30% pada

triwulan II 2016. Menurunnya tekanan inflasi utamanya bersumber dari

komponen volatile food, dimana sumbangan yang diberikan adalah sebesar

1,01%. Meningkatnya produksi beras dan komoditas hortikultura telah

memberikan sumbangan berarti terhadap realisasi inflasi triwulan III 2016 yang

cenderung menurun. Hal ini tercermin dari andil inflasi kelompok komoditas

bahan makanan yang menurun dari 2,14% (triwulan II) menjadi 1,14%.

Pengaruh paling besar terhadap penurunan inflasi triwulan laporan diberikan

oleh Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan yang tercatat

sebesar -0,47% (yoy). Efek penurunan harga BBM masih terus berlanjut dan

memiliki pengaruh untuk terus menjaga pencapaian inflasi pada level moderat

triwulan ini.

Inflasi Sulawesi Barat selama tahun 2016 akan lebih rendah dibandingkan

2015. Adanya penurunan pencapaian inflasi tahunan tersebut diprediksi

karena disebabkan oleh beberapa faktor yaitu, adanya efek penurunan harga

BBM yang telah dilakukan oleh Pemerintah Pusat pada triwulan II 2016 lalu,

peningkatan produksi beras dan hortikultura, musim migrasi ikan yang lebih

lama dari seharusnya akibat anomali efek La Nina, perbaikan infrastruktur kota

seperti penghubung jalan antar Provinsi dan kabupaten serta adanya

peningkatan koordinasi di antara anggota TPID.

Stabilitas Keuangan Daerah

Stabilitas keuangan

daerah di Sulawesi

Barat terkendali

Dalam kondisi perekonomian masih cenderung melambat dan permintaan

konsumen cenderung melemah, rumah tangga cenderung menggunakan

penghasilannya untuk meningkatkan konsumsi. Pada triwulan III 2016, pangsa

konsumsi didalam pengeluaran rumah tangga sebesar 66,18%, meningkat

dibandingkan 64,25% pada triwulan II 2016. Rumah tangga tetap berupaya

untuk menjaga kestabilan tabungannya, sehingga pangsa tabungan hanya

sedikit menurun, dari 14,95% menjadi 14,70%.

Kredit rumah tangga pada triwulan III 2016 tumbuh 10,93% (yoy), lebih rendah

dibandingkan 18,03% pada triwulan sebelumnya. Pertumbuhan tersebut

didorong pertumbuhan kredit multiguna (KMG) dan kredit pemilikan rumah

(KPR), yang masing-masing mencatat pertumbuhan sebesar 29,40% dan

8,58%. Sementara, kredit untuk pembelian kendaraan bermotor (KKB) masih

mengalami kontraksi 73,98% (yoy). NPL kredit rumah tangga pada triwulan III

2016 berada pada level 1,0%, relatif sama dengan triwulan lalu sebesar 1,1%.

Terdapat empat sektor yang mendominasi penyaluran kredit di Sulawesi Barat,

terbesar pada sektor perdagangan, yang di triwulan III 2016 nilainya sebesar

Rp1,87 triliun atau 68,33%. Meskipun menjadi primadona, tetapi penyaluran

kredit di sektor perdagangan cenderung melemah pertumbuhannya. NPL kredit

Page 13: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) disusun dan disajikan secara triwulan

korporasi menunjukkan peningkatan, pada triwulan laporan sebesar 4,17%

lebih tinggi dibandingkan 3,82% pada triwulan II 2016.

Kredit UMKM tumbuh sebesar 11,2% (yoy), lebih rendah dibandingkan 15,5%

pada triwulan lalu. Meskipun melambat, namun pertumbuhan tersebut cukup

baik, karena penyaluran UMKM di sektor yang produktif, seperti industri

pengolahan dan konstruksi tumbuh cukup pesat, masing-masing sebesar

23,19% dan 40,08%.

Sistem Pembayaran

Transaksi di Sulawesi

Barat mengalami

peningkatan

Selama triwulan III 2016, tercatat aliran uang mengalami net outflow sebesar

Rp110 miliar. Posisi net outflow pada periode laporan lebih rendah

dibandingkan net outflow pada triwulan sebelumnya yang mencapai Rp664

miliar. Sejak bulan Juli hingga September 2016 aliran uang masuk (inflow)

sebesar Rp194 miliar sedangkan aliran uang keluar (outflow) sebesar Rp304

miliar. Selama triwulan laporan, setoran UTLE berjumlah Rp109miliar. Angka

tersebut jauh meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya Rp18

miliar. Dengan kata lain, pertumbuhan setoran UTLE pada triwulan III 2016

sebesar 503% dibandingkan triwulan II 2016 (qtq).

Transaksi kiliring mengalami peningkatan sejak menjelang sampai dengan hari

raya Idul Adha. Pada bulan Agustus 2016 transaksi yang terjadi senilai Rp1,7

miliar atau tumbuh 15,8% (mtm) sedangkan pada bulan September 2016

transaksi terjadi senilai Rp3,2 miliar atau tumbuh 87,2% (mtm).

Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

Tingkat pengangguran

berada pada level

3,33%

Jumlah tenaga kerja Sulawesi Barat meningkat pada periode Agustus 2016.

Jumlah penduduk yang berada pada usia kerja atau usia di atas 15 tahun pada

Agustus 2016 mencapai 897.964 jiwa atau meningkat 2,3% dibandingkan

Agustus 2015 (yoy). Pertumbuhan penduduk dalam usia produktif tersebut

mengindikasikan prospek ketenagakerjaaan di Sulawesi Barat. Tingkat

Pengangguran Terbuka (TPT) Sulawesi Barat mengalami sedikit penurunan

dimana TPT pada periode Agustus 2016 sebesar 3,33%, cukup stabil

dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya yang tercatat

sebesar 3,35%.

Secara tahunan, kesejahteraan petani meningkat, ditandai dengan menguatnya

tingkat pertumbuhan Nilai Tukar Petani (NTP) dari 3,00% (yoy) menjadi 3,38%

(yoy) ditriwulan III 2016 dengan indeks sebesar 108,77. Peningkatan NTP

terbesar terjadi pada subsektor hortikultura sebesar 6,94% menjadi 105,56.

Prospek Perekonomian

Konsumsi belum akan

meningkat di awal

tahun 2017

Seperti pola tahun sebelumnya, pertumbuhan ekonomi pada triwulan I 2017

akan mengalami perlambatan pada kisaran 6,78% - 7,01% (yoy). Perlambatan

akan lebih disebabkan rendahnya konsumsi rumah tangga dan konsumsi

pemerintah. Paska perayaan tahun baru, masyarakat akan kembali menahan

konsumsinya di triwulan I 2017 demi mempersiapkan keuangan menjelang

bulan puasa dan hari raya Idul Fitri pada triwulan II 2017.

Page 14: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) disusun dan disajikan secara triwulan

Pada tahun 2017, perekonomian Sulawesi Barat diperkirakan akan tumbuh

dalam rentang lebih tinggi dibandingkan 2017 yaitu 6,78% - 7,17% (yoy).

Pengaruh pemerintahan baru memberikan angin segar baru bagi Sulawesi

Barat. Program-program pemerintahan selanjutnya akan terus berlangsung

disertai program-program baru yang diharapkan akan semakin mengundang

investor untuk masuk ke Sulawesi Barat.

Inflasi pada triwulan I 2017 akan cenderung rendah. Berlimpahnya produksi

sumber daya alam kebutuhan sehari-hari masyarakat pada periode ini

membuat harga-harga yang beredar pun akan rendah. Normalisasi paska

perayaan tahun baru juga menjadi penyebab rendahnya tingkat permintaan.

Potensi inflasi tinggi bersumber dari bumbu-bumbuan yang produksinya

cenderung terbatas pada periode ini.

Inflasi Sulawesi Barat di 2017 diperkirakan akan meningkat. Meski pencapaian

tersebut masih sesuai dengan target yang telah ditetapkan oleh pemerintah

sebesar 4% +/- 1%. Berdasarkan proyeksi tahunan, pencapaian inflasi pada

tahun 2017 akan berada pada kisaran angka sebesar 4,30% - 4,60% (yoy). Hal

ini disebabkan oleh adanya peningkatan ekonomi Sulawesi Barat, kemungkinan

pemerintah menaikkan BBM dan TDL.

Page 15: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) disusun dan disajikan secara triwulan

Produk Domestik Regional Bruto & Inflasi

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

I I I I I I IV I I I I I I IV I I I I I I

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Sisi Permintaan

Harga Konstan (Rp Miliar)

Konsumsi Rumah Tangga 3,072.9 3,102.2 3,236.3 3,245.6 3,228.2 3,253.7 3,401.1 3,419.6 3,390.1 3,486.0 3,515.5

Konsumsi Lembaga Non Profit RT 48.4 51.3 46.8 48.0 46.1 47.2 48.7 49.7 48.3 49.2 50.4

Konsumsi Pemerintah 710.0 847.9 926.3 1,406.1 600.2 1,003.0 1,064.9 1,564.9 591.3 1,136.9 1,365.0

Investasi 1,570.1 1,639.5 1,727.8 1,789.2 1,683.3 1,751.3 1,845.5 1,943.3 1,838.7 1,933.3 2,031.8

Ekspor 2,809.6 3,050.8 3,230.9 3,266.2 2,811.0 3,366.4 3,503.2 3,594.2 3,090.9 3,314.9 3,445.3

Impor 2,736.1 2,934.6 3,005.7 3,212.4 2,561.0 3,072.5 3,108.8 3,592.2 2,643.2 2,972.3 3,327.4

Total PDRB 5,688.5 5,960.1 6,224.8 6,326.8 6,006.5 6,479.8 6,618.6 6,878.5 6,382.5 6,791.0 7,013.8

Pertumbuhan Tahunan (% yoy)

Konsumsi Rumah Tangga 5.34 5.03 4.46 4.78 5.06 4.88 5.09 5.36 5.01 7.14 3.36

Konsumsi Lembaga Non Profit RT 21.62 23.50 6.22 5.45 -4.69 -8.00 4.16 3.57 4.67 4.25 3.40

Konsumsi Pemerintah -2.29 -0.53 2.06 19.14 -15.45 18.29 14.96 11.29 -1.50 13.35 28.18

Investasi 7.40 2.82 5.40 14.83 7.21 6.82 6.81 8.61 9.23 10.40 10.10

Ekspor -3.02 -3.43 5.66 11.06 0.05 10.34 8.43 10.04 9.96 -1.53 -1.65

Impor -6.82 -7.60 -2.57 6.08 -6.40 4.70 3.43 11.82 3.21 -3.26 7.03

Total PDRB 7.13 6.26 10.60 11.39 5.59 8.72 6.33 8.72 6.26 4.80 5.97

Sisi Penawaran

Harga Konstan (Rp Miliar)

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 2,393.1 2,615.3 2,533.0 2,211.9 2,474.6 2,779.3 2,611.1 2,477.6 2,538.6 2,738.2 2,718.5

Pertambangan dan Penggalian 109.6 119.3 125.7 161.5 122.6 132.9 143.1 159.1 132.9 151.9 160.4

Industri Pengolahan 548.3 630.1 728.3 767.0 656.7 733.4 733.8 842.4 714.9 687.9 691.7

Pengadaan Listrik dan Gas 3.4 3.6 3.6 3.6 3.4 3.6 3.7 4.1 4.4 4.5 4.6

Pengadaan Air 9.7 9.5 9.7 10.3 9.8 10.4 10.7 11.2 11.0 11.3 11.4

Konstruksi 429.9 390.0 452.3 577.6 430.8 453.1 508.0 621.5 475.9 514.7 566.9

Perdagangan Besar dan Eceran 600.1 604.0 628.0 628.8 605.6 647.3 661.2 647.8 640.2 675.5 671.5

Transportasi dan Pergudangan 90.7 94.2 103.2 106.2 97.7 101.7 109.3 113.9 99.2 111.0 115.4

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 14.1 14.5 14.7 16.0 14.3 15.0 15.7 17.1 15.6 16.7 17.4

Informasi dan Komunikasi 242.0 251.8 269.3 275.3 269.0 272.2 291.8 318.3 304.6 311.9 313.9

Jasa Keuangan dan Asuransi 116.0 120.3 119.5 123.1 118.6 117.4 134.5 138.4 137.6 155.4 150.0

Real Estate 168.9 170.6 173.4 174.2 175.3 178.8 182.2 185.2 186.8 188.6 193.5

Jasa Perusahaan 5.4 5.2 5.2 5.6 5.5 5.8 5.7 6.0 5.9 5.9 6.1

Administrasi Pemerintahan 452.6 422.7 495.9 623.8 477.9 479.0 591.3 686.4 514.1 593.9 706.7

Jasa Pendidikan 286.5 285.4 322.6 386.3 309.9 310.8 356.7 383.9 345.0 361.6 400.7

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 108.9 112.2 122.6 139.2 120.8 121.3 131.0 138.8 134.8 134.9 148.1

Jasa lainnya 109.1 111.5 117.8 116.4 114.0 117.7 128.8 126.7 121.2 127.0 136.9

Inf lasi

Indeks Harga Konsumen 108.92 110.28 112.54 116.85 116.20 118.65 119.84 122.78 122.23 123.74 123.94

Laju Inflasi Tahunan (% yoy) 6.24 6.68 4.61 8.05 6.68 7.59 6.49 5.07 5.19 4.29 3.42

Laju Inflasi Tahun Berjalan (% ytd) 0.72 1.98 4.07 8.05 -0.56 1.54 2.56 5.07 -0.45 0.78 0.94

INDIKATOR2014 2015 2016

Page 16: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) disusun dan disajikan secara triwulan

Stabilitas Keuangan & Sistem Pembayaran

Sumber:

Laporan Bank Umum

Bank Indonesia

I I I I I I IV I I I I I I IV I I I I I I

Stabilitas Keuangan

Perbankan

Nominal (Rp Miliar)

Total Aset 4,416.8 4,551.8 4,666.8 4,792.4 4,745.3 5,008.2 5,086.1 5,135.5 5,297.8 5,909.3 5,990.8

Total DPK 2,789.4 3,035.0 3,154.0 2,916.0 3,170.6 3,508.3 3,872.9 3,304.6 3,593.2 4,164.5 3,862.3

Giro 822.2 914.3 981.4 504.9 860.3 972.4 1,144.5 477.6 1,142.6 1,372.9 1,078.7

Tabungan 1,789.2 1,815.0 1,854.8 2,189.9 1,819.1 1,902.0 2,033.5 2,529.9 2,098.4 2,390.3 2,373.8

Deposito 177.9 305.7 317.8 221.3 491.3 634.0 694.9 297.0 352.2 401.2 409.8

Total Kredit (Lokasi Proyek) 5,321.7 5,471.2 5,573.8 5,734.8 5,836.1 6,043.8 6,237.9 6,530.8 6,207.7 6,527.6 6,732.9

Kredit Modal kerja 1,606.4 1,690.7 1,712.3 1,750.0 1,746.0 1,818.4 1,874.5 1,980.9 2,073.4 1,969.7 1,948.4

Kredit Investasi 826.4 803.1 765.1 818.6 841.3 899.4 938.8 1,090.1 820.3 784.2 784.5

Kredit Konsumsi 2,888.9 2,977.4 3,096.4 3,166.1 3,248.8 3,326.0 3,424.6 3,459.9 3,314.0 3,773.7 4,000.0

Kredit UMKM 2,045.4 2,130.5 2,175.4 2,279.7 2,298.6 2,316.6 2,410.4 2,718.5 2,819.9 2,675.9 2,681.3

Risiko Keuangan

NPL Gross (%)

Total Kredit (Lokasi Proyek) 4.50 4.54 4.33 3.57 3.95 3.40 2.78 2.08 2.03 2.06 2.08

Kredit Modal kerja 10.18 10.38 10.29 8.50 9.05 7.71 6.04 3.80 3.73 3.86 3.92

Kredit Investasi 3.41 3.35 3.22 2.53 4.34 2.98 2.57 2.39 3.14 3.71 4.18

Kredit Konsumsi 1.65 1.55 1.31 1.12 1.10 1.16 1.06 0.99 0.90 0.79 0.77

Kredit UMKM 6.33 8.88 8.66 6.91 7.93 6.59 5.15 3.64 3.48 3.72 3.98

Sistem Pembayaran

Sistem Pembayaran Tunai

Nominal (Rp Miliar)

In Flow 49.2 160.4 39.4 47.5

Out Flow 647.1 136.5 703.7 167.5

Net Flow -597.8 24.0 -664.3 -120.0

Sistem Pembayaran Non Tunai

Nominal Kliring (Rp Miliar) 9.6 7.7 6.7 6.4

Jumlah Warkat Kliring 138 168 187 220

INDIKATOR2014 2015 2016

Page 17: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) disusun dan disajikan secara triwulan
Page 18: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) disusun dan disajikan secara triwulan
Page 19: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) disusun dan disajikan secara triwulan

1.1 Kondisi Umum

Perekonomian Sulawesi Barat triwulan III 2016 mengalami akselerasi dibandingkan periode

sebelumnya. Berdasarkan harga konstan, ekonomi Sulawesi Barat pada triwulan III 2016 mencapai

Rp7,01 triliun atau tumbuh 5,97% dibandingkan periode yang sama pada tahun 2015.

Pertumbuhan secara tahunan tersebut mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya

yang hanya mampu tumbuh 4,80% (yoy). Kinerja perekonomian Sulawesi Barat pada periode ini

melebihi pencapaian pertumbuhan ekonomi nasional yang mampu tumbuh 5,02% (yoy). Secara

triwulanan, perekonomian Sulawesi Barat tumbuh 3,28% (qtq) atau lebih tinggi dibandingkan

pertumbuhan pada triwulan yang sama di tahun sebelumnya yang tumbuh 2,14% (qtq).

Konsumsi pemerintah menjadi penopang perekonomian Sulawesi Barat selama triwulan III 2016.

Kehadiran instansi baru di Sulawesi Barat sejak triwulan II 2016, mampu menopang perekonomian

Sulawesi Barat di tengah perlambatan ekonomi yang sedang terjadi. Konsumsi pemerintah yang

tumbuh 28,18% (yoy), menyumbang 4,53% terhadap pertumbuhan ekonomi Sulawesi Barat secara

keseluruhan. Komponen lain yang memberikan kontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi

Sulawesi Barat pada periode laporan yaitu pembentukan modal tetap domestik regional bruto

(PMTDRB) atau bisa juga disebut sebagai investasi yang berhasil tumbuh 10,10% (yoy).

Perkembangan investasi di Sulawesi Barat di tahun 2016 ini sangat baik dibandingkan tahun

sebelumnya dengan terus tumbuh di atas 9% (yoy). Investasi yang dilakukan banyak dari pihak

swasta yang berupaya meningkatkan keuntungan dengan menambah modal atau memperluas

jaringan usahanya. Sementara itu, konsumsi rumah tangga mengalami perlambatan pada triwulan

III 2016 dengan hanya tumbuh 3,36% (yoy). Pertumbuhan ini jauh lebih rendah dibandingkan

triwulan sebelumnya yang mencapai 7,14% (yoy). Pertumbuhan ini menjadi yang paling rendah

setidaknya sejak 2012.

Grafik 1. Perkembangan PDRB Sulawesi Barat

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Seiiring meningkatnya konsumsi pemerintah, lapangan usaha administrasi pemerintahan,

pertahanan, dan jaminan sosial wajib juga mengalami pertumbuhan yang menggembirakan.

Lapangan usaha telah meningkat cukup pesat sejak triwulan lalu dan pada triwulan III 2016

mengalami pertumbuhan sebesar 19,52% (yoy). Pertumbuhan yang cukup tinggi ini menjadikan

pangsa lapangan usaha administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial wajib yang

terbesar ketiga di Sulawesi Barat dengan cakupan 9,4%. Pangsa lapangan usaha ini menggeser

Page 20: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) disusun dan disajikan secara triwulan

lapangan usaha industri pengolahan yang masih mengalami kontraksi (5,74%, yoy) seperti triwulan

sebelumnya. Lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan mengalami akselerasi yang

cukup signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya dengan tumbuh 4,12% (yoy). Lapangan usaha

ini berhasil kembali tumbuh positif setelah pada triwulan II 2016 mengalami kontraksi -1,48% (yoy).

Perekonomian Sulawesi Barat di triwulan IV akan semakin meningkat. Memasuki periode terakhir

di 2016, perekonomian akan lebih banyak ditopang konsumsi. Konsumsi masyarakat bersumber

dari masa kampanye menjelang pemilihan kepala daerah dan hari raya Natal dan Tahun Baru.

Selain itu, konsumsi pemerintah juga akan semakin meningkat untuk mempercepat realisasi

anggaran. Meskipun terganggu pemangkasan anggaran, aktivitas instansi baru di Sulawesi Barat

akan mendorong konsumsi pemerintah. Dari sisi sektoral, curah hujan yang baik disertai

infrastruktur yang lebih baik akan menyebabkan produksi pertanian dan perkebunan akan

mengalami perbaikan. Meningkatnya harga CPO akibat perbaikan permintaan yang bersumber dari

India dan Korea dapat menjadi tumpuan di tengah produksi kelapa sawit yang terganggu.

Meskipun perkembangan triwulan III cukup baik, perekonomian Sulawesi Barat di tahun 2016

secara keseluruhan proyeksi akan lebih rendah dibandingkan tahun 2015. El Nino memberikan

dampak terhadap produksi lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan yang

menyebabkan hasil produksi sumber daya alam di Sulawesi Barat. Meskipun secara hasil terlihat

tidak terdapat peningkatan signifikan dibandingkan tahun sebelumnya, lapangan usaha ini

merupakan yang terbesar di Sulawesi Barat. Hal ini menyebabkan sedikit penurunan pada

lapangan usaha ini akan mempengaruhi perekonomian Sulawesi Barat secara keseluruhan. Di

samping itu, lapangan usaha industri pengolahan juga terkena dampak lanjutannya karena

lapangan usaha ini mengandalkan hasil produksi dari lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan

perikanan. Dari sisi pengeluaran, konsumsi pemerintah menjadi motor penggerak perekonomian

Sulawesi Barat di 2016 mengingat hadirnya instansi pemerintah yang baru di salah satu provinsi

termuda ini. Kehadiran instansi tersebut memberikan dampak yang positif tidak hanya sisi

perekonomian namun juga terlihat peningkatan pelayanan terhadap masyarakat. Peningkatan yang

terjadi pada konsumsi pemerintah menjadi alternatif setelah konsumsi rumah tangga terdampak

pelemahan ekonomi secara nasional. Masyarakat cenderung berbelanja pada periode tertentu saja

dan akan menahan konsumsi untuk kebutuhan-kebutuhan yang tidak terlalu diperlukan seperti

kebutuhan sekunder dan tersier. Berdasarkan faktor-faktor tersebut, diperkirakan ekonomi

Sulawesi Barat di tahun 2016 akan tumbuh dalam rentang 5,95% - 6,34% (yoy).

1.2 Sisi Permintaan

Dari sisi permintaan, peningkatan pertumbuhan ekonomi disumbang konsumsi pemerintah dan

investasi. Konsumsi pemerintah masih terus tumbuh tinggi dengan pertumbuhan sebesar 28,18%

(yoy), meneruskan pertumbuhan pada triwulan II sebesar 13,35% (yoy). Begitu pula investasi yang

tumbuh di atas 10% sejak triwulan II 2016. Pada periode laporan investasi mampu tumbuh 10,10%

(yoy). Di sisi lain, konsumsi rumah tangga mengalami perlambatan dengan hanya tumbuh 3,36%

(yoy). Kondisi ini membuat konsumsi rumah tangga hanya menyumbang 1,73% dari total

pertumbuhan ekonomi Sulawesi Barat di triwulan III 2016.

Page 21: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) disusun dan disajikan secara triwulan

Tabel 1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Sulawesi Barat Sisi Permintaan

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

p: proyeksi Bank Indonesia

Grafik 2. Struktur Ekonomi Sulawesi Barat Sisi

Permintaan

Grafik 3. Andil Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi

Barat Sisi Permintaan

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Pangsa konsumsi rumah tangga masih mendominasi perekonomian Sulawesi Barat. Meskipun

mengalami perlambatan, pangsa konsumsi rumah tangga mencapai 51,5%. Pangsa konsumsi

rumah tangga mengalami tren penurunan sejak kehadiran instansi baru di Sulawesi Barat. Padahal

pada awal tahun 2016, pangsa konsumsi rumah tangga mencapai 55,3%. Konsumsi pemerintah

memang mengalami peningkatan di tahun 2016 ini dengan pangsa yang terus tumbuh dari 10,4%

di awal tahun menjadi 21,9% di triwulan III 2016. Pangsa perekonomian terbesar kedua setelah

konsumsi rumah tangga yaitu investasi yang mencapai 30,6%. Perlahan tapi pasti porsi investasi

terus meningkat. Perlambatan ekonomi tidak mempengaruhi minat investasi di Sulawesi Barat yang

masih banyak potensi yang belum tereksplor. Investasi yang saat ini banyak terjadi lebih kepada

investasi pengembangan pelaku usaha agar dapat memperoleh keuntungan yang semakin besar.

1.2.1 Konsumsi Rumah Tangga

Konsumsi rumah tangga pada periode laporan tercatat mengalami perlambatan dari 7,14% (yoy)

pada triwulan II 2016 menjadi 3,36% (yoy) pada triwulan III 2016. Meskipun melambat, konsumsi

rumah tangga memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi Sulawesi Barat sebesar

1,73%. Perlambatan pada komponen konsumsi rumah tangga disebabkan lemahnya konsumsi

makanan dan minuman. Pelemahan ini akibat normalisasi konsumsi masyarakat paska bulan

puasa dan hari raya Idul Fitri. Kondisi masyarakat Sulawesi Barat yang terpengaruh perlambatan

ekonomi nasional, membuat masyarakat menahan perilaku konsumsi pada periode-periode yang

tidak seharusnya. Masyarakat akan meningkatkan konsumsi pada periode penting seperti hari raya

keagamaan atau pun tahun baru.

2014

TOTAL I II III IV TOTAL I II III IVp

TOTALp

KONSUMSI RUMAH TANGGA 4.89 5.06 4.88 5.09 5.36 5.10 5.01 7.14 3.36 5.59 5.08 - 5.45

KONSUMSI LNPRT 13.80 -4.69 -8.00 4.16 3.57 -1.40 4.67 4.25 3.40 4.05 3.87 - 4.27

KONSUMSI PEMERINTAH 6.09 -15.45 18.29 14.96 11.29 8.81 -1.50 13.35 28.18 14.71 15.26 - 15.68

PEMBENTUKAN MODAL TETAP DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PMTDRB) 7.56 7.21 6.82 6.81 8.61 7.38 9.23 10.40 10.10 9.93 9.71 - 10.12

PERUBAHAN PERSEDIAAN 9.88 -7.02 -35.60 -318.21 -53.20 -64.89 -66.52 -220.14 -50.88 68.01 -454.37 - -453.98

EKSPOR 7.56 7.21 6.82 6.81 8.61 7.38 9.23 10.40 10.10 9.93 1.8 - 2.21

IMPOR 9.9 -7.0 -35.6 -318.2 -53.2 -64.9 -66.5 -220.1 -50.9 68.0 2.38 - 2.79

TOTAL PDRB 8.88 5.59 8.72 6.33 8.72 7.37 6.26 4.80 5.97 7.60 5.99 - 6.37

PERTUMBUHAN YOY (%)2015 2016

Page 22: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) disusun dan disajikan secara triwulan

Grafik 4. Struktur Konsumsi Rumah Tangga Sulawesi

Barat

Grafik 5. Andil Pertumbuhan Konsumsi Rumah

Tangga Sulawesi Barat

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Grafik 6. Kondisi Ekonomi Dibandingkan 6 Bulan Lalu

Sumber: Survei Bank Indonesia, diolah

Pelemahan konsumsi rumah tangga ditengarai disebabkan penghasilan yang menurun.

Berdasarkan survei konsumen yang dilakukan Bank Indonesia, Indeks Penghasilan Konsumen

mengalami penurunan yang cukup dalam pada akhir triwulan III 2016. Di akhir periode triwulan II

2016, Indeks Penghasilan Konsumen berada pada angka 149 sedangkan pada periode laporan

indeks tersebut turun jauh ke angka 109. Penurunan pendapatan masyarakat sebagai akibat

pelemahan lapangan usaha industri pengolahan yang sedang terjadi di Sulawesi Barat. Penjualan

sumber daya alam dan hasilnya menurun karena tingka permintaan di Sulawesi Barat juga sedang

menurun. Tidak hanya berdampak pada masyarakat yang bekerja di industri, masyarakat yang

berdagang pun terkena imbas penjualan yang tidak sebaik 6 bulan sebelumnya. Kecenderungan

masyarakat menahan konsumsi dan lebih mementingkan kebutuhan pokok agar kondisi stabilitas

keuangan rumah tangga tetap terjaga.

Konsumsi rumah tangga di triwulan IV 2016 akan meningkat. Pertumbuhan konsumsi akan

ditopang konsumsi makanan dan sandang. Kampanye calon kepala daerah Sulawesi Barat akan

semakin intens di akhir tahun 2016 agar memanfaatkan momen euforia masyarakat yang

meningkat di periode menjelang perayaan tahun baru. Selain itu, hari raya Natal juga berpotensi

semakin meningkatkan konsumsi masyarakat.

Page 23: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) disusun dan disajikan secara triwulan

Ada potensi konsumsi rumah tangga secara keseluruhan di 2016 mengalami perlambatan

dibandingkan 2015. Hal ini disebabkan pelemahan tingkat permintaan di Sulawesi Barat telah

mempengaruhi pergerakan harga-harga yang beredar. Namun, tendensi konsumsi pada periode

tertentu diharapkan masih dapat menggerakkan konsumsi untuk lebih tinggi dibandingkan periode

2015. Kondisi tersebut diperkirakan masih akan terjadi pada 2017 dengan potensi lebih meningkat

dibandingkan 2016. Antusiasme masyarakat diharapkan lebih tinggi pada 2017 dengan kepala

daerah yang baru.

1.2.2 Konsumsi Pemerintah

Konsumsi pemerintah Sulawesi Barat mengalami akselerasi pada triwulan laporan. Konsumsi

pemerintah semakin tumbuh tinggi paska hadirnya instansi baru yang sebagai bentuk pemisahan

administrasi yang dahulunya digabung Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat. Setelah triwulan II

2016 konsumsi pemerintah tumbuh 13,35% (yoy), pada periode laporan konsumsi pemerintah

tumbuh lebih tinggi 28,18% (yoy). Meskipun konsumsi pemerintah dibayangi pembatasan anggaran

dari pemerintah pusat, kehadiran instansi baru tersebut mampu menahan perekonomian Sulawesi

Barat dari pelemahan lanjutan sejak triwulan II 2016. Pengetatan fiskal yang dilakukan secara

nasional untuk menstabilkan perekonomian, berdampak pada pertumbuhan belanja pemerintah

provinsi Sulawesi Barat yang tidak setinggi periode sebelumnya. Secara total, belanja pemerintah

provinsi Sulawesi Barat tumbuh 22% (yoy) dengan peningkatan dari Rp811,5 miliar menjadi

Rp992,8 miliar. Kenaikan belanja ini didukung kenaikan belanja operasional dan transfer yang

berhasil direalisasikan sebesar Rp794,0 miliar. Belanja modal juga masih mampu tumbuh

meskipun beberapa rencana program pemerintah ditunda pelaksanaannya. Belanja modal yang

direalisasikan pada triwulan III mencapai Rp198,8 miliar.

Rendahnya pendapatan daerah membuat surplus anggaran Provinsi Sulawesi Barat menurun.

Pada periode yang sama tahun lalu pendapatan yang diperoleh pemerintah provinsi Sulawesi Barat

mencapai Rp1,17 triliun. Pada triwulan III 2016, pendapatan tersebut menurun 2,0% menjadi

Rp1,15 triliun. Penurunan tersebut menyebabkan surplus anggaran juga menurun menjadi

Rp154,5 miliar. Padahal pada periode yang sama tahun lalu, surplus anggaran pemerintah provinsi

Sulawesi Barat mencapai Rp359,4 miliar. Penurunan pendapatan disebabkan turunnya

pendapatan asli daerah (PAD) dan pendapatan lain.

Grafik 7. Perkembangan Konsumsi Pemerintah Sulawesi Barat

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Page 24: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) disusun dan disajikan secara triwulan

Kinerja konsumsi pemerintah semakin meningkat di triwulan IV 2016. Menjelang tutup buku

anggaran 2016, pemerintah daerah akan berupaya meningkatkan realisasi anggaran yang sampai

triwulan IIII masih minim. Pemerintah daerah akan memanfaatkan bulan-bulan terakhir di 2016

untuk melaksanakan program yang sempat tertunda dan program unggulan lainnya. Meskipun

belanja modal cenderung terbatas, pemerintah daerah akan mengoptimalkan belanja operasional.

Grafik 8. Realisasi Pendapatan Pemerintah Daerah

Provinsi Sulawesi Barat

Grafik 9. Perkembangan Giro Pemerintah

Sumber: Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Barat, diolah Sumber: Laporan Bank Umum, diolah

Kehadiran instansi baru di Sulawesi Barat benar-benar mempengaruhi komponen konsumsi

pemerintah. Hal ini membuat komponen ini tumbuh paling tidak di atas 10% secara keseluruhan

karena selama ini pertumbuhan tahunan konsumsi pemerintah masih di bawah 10%. Selain itu,

aktivitas pemerintahan akan semakin meningkat menjelang berakhirnya periode pemerintahan

provinsi Sulawesi Barat. Untuk tahun 2017, pola konsumsi pemerintah akan kembali normal seperti

sebelum tahun 2016. Normalisasi ini berpotensi berpotensi dapat tumbuh lebih tinggi mengingat

pemerintahan baru akan hadir di tahun 2017. Harapan akan program-program baru yang lebih baik

meneruskan pemerintahan sebelumnya akan meningkatkan konsumsi pemerintah

1.2.3 Investasi

Investasi di Sulawesi Barat masih terus mengalir. Sejak awal 2016, pertumbuhan investasi

tergolong tinggi. Setelah pada triwulan II 2016 investasi tumbuh 10,4% (yoy), investasi Sulawesi

Barat tumbuh 10,1% (yoy) pada triwulan laporan. Investasi di Sulawesi Barat selama tahun 2016

didominasi oleh pihak swasta. Pemangkasan anggaran pemerintah membuat investasi yang

dilakukan pemerintah lebih terbatas. Pihak swasta berupaya meraih keuntungan dari provinsi

Sulawesi Barat sebagai salah satu provinsi termuda di Indonesia. Hal ini disebabkan karena adanya

harapan masih banyak yang belum dieksplor di Sulawesi Barat dan dapat memperoleh imbal hasil

yang lebih tinggi.

Tren investasi non bangunan meningkat. Konsentrasi investasi Sulawesi Barat sejak berdiri adalah

ke arah pembangunan infrastruktur. Namun, dengan terbatasnya anggaran, pada tahun 2016 ini

pembangunan infrastruktur lebih terbatas dan lebih fokus ke penyelesaian pembangunan yang

telah dimulai seperti pembangunan jalan arteri yang menghubungkan kota Mamuju dengan

Bandara Tampa Padang. Kondisi ini menyebabkan investasi bangunan menjadi semakin terbatas

hingga triwulan III 2016. Tercatat pertumbuhan investasi bangunan melemah menjadi 10,39%

Page 25: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) disusun dan disajikan secara triwulan

(yoy). Padahal pada triwulan sebelumnya investasi bangunan mampu tumbuh 12,21% (yoy). Hal

tersebut dikonfirmasi dengan perlambatan pertumbuhan realisasi pengadaan semen di Sulawesi

Barat yang hanya tumbuh 5,5% (yoy). Pertumbuhan pengadaan semen selama 2016 terus

mengalami penurunan. Pada triwulan I, pengadaan semen tumbuh 25,0% (yoy) sedangkan pada

triwulan II semakin melambat menjadi 9,4% (yoy). Di sisi lain, investasi non bangunan semakin

meningkat dengan tumbuh 9,52% (yoy) atau lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya 6,73%

(yoy). Pihak swasta telah banyak berinvestasi di bidang bangunan sehingga pada periode laporan

lebih banyak berinvestasi untuk meningkatkan kapasitas produksinya seperti pembelian mesin dan

alat-alat pendukung produksi.

Grafik 10. Investasi Bangunan Grafik 11. Realisasi Pengadaan Semen

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Sumber: Asosiasi Semen Indonesia, diolah

Penanaman modal dari asing meningkat signifikan. Pada triwulan III 2016, penanaman modal dari

asing yang berhasil terealisasi berjumlah Rp156 miliar sedangkan yang berasal dari dalam negeri

berjumlah Rp52 miliar. Konsentrasi penanaman modal asing lebih banyak pada pembangunan

PLTU Belang-belang di kecamatan Kalukku dengan kapasitas 2x25 MW untuk mendukung pasokan

listrik di Sulawesi Barat. Pembangunan ini menjadi salah satu bentuk upaya pemerintah

mengembangkan kawasan industri di Mamuju, Tampa Padang, dan Belang-belang. Dengan

tersedianya infrastruktur pendukung industri, diharapkan investor dapat lebih tertarik

menanamkan dananya di Sulawesi Barat dan mengeksplor sumber daya alam agar lebih bernilai

tinggi.

Grafik 12. Realisasi Penanaman Modal di Sulawesi Barat

Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal, diolah

Page 26: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) disusun dan disajikan secara triwulan

Iklim investasi Sulawesi Barat akan semakin membaik di triwulan IV 2016. Peningkatan nilai

penanaman modal asing dalam 2 triwulan terakhir, mengindikasikan investor mulai berusaha

mengeksplor Sulawesi Barat lebih jauh. Diperkirakan eksplorasi tambang di Sulawesi Barat menjadi

daya tarik investor selain hilirisasi industri terhadap komoditas unggulan Sulawesi Barat. Pada

periode triwulan IV 2016, investor akan lebih banyak fokus membangun infrastruktur pendukung

sembari menunggu terpilihnya kepala daerah yang baru di awal tahun 2017.

Investasi pada 2016 lebih difokuskan pada penyediaan infrastruktur pendukung usaha.

Pertumbuhan investasi di Sulawesi Barat akan mengalami peningkatan selama 2016. Meskipun

belum ada lagi investor yang masuk untuk mengelola sumber daya alam di Sulawesi Barat, investasi

akan dilakukan untuk mendukung aktivitas perekonomian di Sulawesi Barat. Para pelaku usaha

akan meningkatkan nilai tambah produksinya tanpa membangun gedung baru atau memperluas

pasar. Hal ini disebabkan kondisi perekonomian yang belum kondusif sehingga akan berisiko tinggi

jika akan melakukan ekspansi. Sementara di tahun 2017, ekspektasi bahwa tahun 2017 akan

lebih baik dibandingkan 2016 membuat optimisme investasi akan meningkat pada 2017. Namun,

investasi besar diperkirakan belum akan terjadi pada tahun 2017. Investor akan melihat kondisi

terkini perekonomian paska terpilihnya kepala daerah baru pada awal 2017.

1.2.4 Ekspor dan Impor

Impor Sulawesi Barat meningkat di tengah penurunan Ekspor. Ekspor Sulawesi Barat tumbuh

negatif 1,65% (yoy), lebih rendah dari pertumbuhan ekspor triwulan sebelumnya -1,53%(yoy).

Pelemahan ekspor diakibatkan penurunan kinerja industri di Sulawesi Barat. Selain itu, tingkat

permintaan global akan komoditas masih belum membaik sehingga ekspor Sulawesi Barat ke luar

negeri cenderung terbatas. Di sisi lain, impor justru mengalami peningkatan yang signifikan dengan

tumbuh 7,03% (yoy), lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya -3,26% (yoy). Peningkatan

impor disebabkan pemenuhan persediaan barang bagi para pelaku usaha setelah penjualan yang

meningkat pada triwulan sebelumnya.

Neraca perdagangan Sulawesi Barat mengalami penurunan. Neraca perdagangan Sulawesi Barat

mencatat nilai Rp117,9 miliar lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai

Rp342,6 miliar. Penurunan surplus neraca ini disebabkan peningkatan ekspor yang tidak setinggi

kenaikan impor. Penurunan produksi kelapa sawit menyebabkan penurunan nilai ekspor CPO dari

Sulawesi Barat. Namun, nilai ekspor yang baik diiringi peningkatan nilai impor yang cukup tinggi

karena tingginya kebutuhan masyarakat. Impor ditujukan bagi para pedagang yang melakukan re-

stock terhadap barang persediaan. Selain itu, impor dari luar negeri mulai menunjukkan ada

peningkatan. Belum banyaknya industri di Sulawesi Barat menyebabkan barang kebutuhan

masyarakat masih harus didatangkan dari luar daerah.

Negara tujuan ekspor Sulawesi Barat mengalami pergeseran. Tiongkok merupakan salah satu

negara tujuan utama ekspor Sulawesi Barat sampai tahun 2015. Perlambatan ekonomi yang

melanda Tiongkok menyebabkan negara tersebut membatasi impor dari negara lain. Pada tahun

2016, negara tujuan ekspor Sulawesi Barat beralih ke negara dengan kondisi ekonomi yang sedang

membaik di benua Asia. Republik Korea menjadi salah satu alternatif pasar ekspor baru Sulawesi

Barat karena saat ini negara tersebut sedang berupaya mengembangkan energi alternatif.

Page 27: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) disusun dan disajikan secara triwulan

Grafik 13. Perkembangan Ekspor Impor Grafik 14. Negara Tujuan Ekspor CPO

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah

Pada triwulan IV 2016, ekspor akan meningkat disertai pertumbuhan impor yang cenderung

terbatas. Kinerja industri yang diperkirakan akan membaik membuat ekspor Sulawesi Barat juga

akan meningkat. Harga CPO sebagai komoditas ekspor luar negeri Sulawesi Barat juga sedang

dalam tren meningkat. Sementara itu, impor yang terbatas disebabkan masih lemahnya

permintaan di Sulawesi Barat sehingga pedagang yang mengimpor barang dari luar Sulawesi Barat

akan menunggu persediaan habis terlebih dahulu.

Ekspor luar negeri Sulawesi Barat masih tergantung produksi kelapa sawit. Belum adanya hilirisasi

industri terhadap sumber daya alam di Sulawesi Barat dalam skala besar, membuat kegiatan

ekspor luar negeri masih bergantung terhadap produksi CPO. Secara total, ekspor luar neger

selama 2016 akan mengalami penurunan dibandingkan tahun 2015. Produksi yang terganggu

selama triwulan II dan III menyebabkan pertumbuhan ekspor tidak bisa lebih tinggi. Produksi akan

lebih baik pada triwulan IV 2016. Tahun 2017, diperkirakan ekspor akan kembali meningkat. Selain

produksi akan membaik karena curah hujan yang mendukung, peningkatan ekspor diharapkan

akan terjadi akibat perbaikan ekonomi di luar negeri. Penambahan mesin-mesin pendukung

produksi juga akan meningkatkan produktivitas yang selama ini terhambat kapasitas produksi.

1.3 Sisi Penawaran

Lapangan usaha administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial wajib dan lapangan

usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan memberikan andil besar terhadap pertumbuhan

ekonomi Sulawesi Barat di triwulan III 2016. Lapangan usaha administrasi pemerintahan,

pertahanan, dan jaminan sosial mengalami pertumbuhan menggembirakan sebesar 19,52% (yoy).

Lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan mengalami pertumbuhan sebesar 4,12%

(yoy), setelah sebelumnya mengalami kontraksi -1,48% (yoy). Lapangan usaha lain yang

memberikan konstribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi yaitu lapangan usaha konstruksi

yang berhasil tumbuh 11,60% (yoy). Pertumbuhan tertinggi berada pada lapangan usaha

pengadaan listrik dan gas yang mengalami pertumbuhan 25,96% (yoy). Namun, karena pangsanya

yang masih kecil di Sulawesi Barat, pertumbuhan tinggi tersebut hanya sedikit mempengaruhi

pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Barat.

Page 28: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) disusun dan disajikan secara triwulan

Tabel 2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Sulawesi Barat Sisi Penawaran

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

p: proyeksi Bank Indonesia

Grafik 15. Struktur Ekonomi Sulawesi Barat Sisi Penawaran

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Pangsa lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan dalam tren menurun. Perekonomian

Sulawesi Barat terus berkembang dari tahun ke tahun. Kehidupan masyarakat pun dirasakan

sudah lebih baik dibandingkan sebelum menjadi provinsi. Akses ke luar daerah Sulawesi Barat saat

ini sudah lebih mudah dibandingkan pada saat masih bergabung Sulawesi Selatan. Hal ini

menyebabkan pengaruh luar sudah lebih banyak masuk ke Sulawesi Barat. Masyarakat yang

tadinya banyak bertani atau pun melaut sudah mulai bergeser ke lapangan usaha lain yang

memberikan imbal hasil lebih baik seperti industri, perdagangan, maupun ikut ambil bagian dalam

pemerintahan yang masih terus berkembang. Hal ini banyak berlaku bagi penduduk yang

berkembang pada masa setelah Sulawesi Barat menjadi provinsi. Pangsa untuk lapangan usaha

favorit masyarakat Sulawesi Barat tersebut adalah sebegai berikut: industri pengolahan pangsanya

9,0%, perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor pangsanya 10,1%, dan

administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial wajib pangsanya 9,4%.

Selama tahun 2016, lapangan usaha yang menopang perekonomian Sulawesi Barat yaitu (1)

pertanian, kehutanan, dan perikanan, (2) konstruksi, dan (3) administrasi pemerintahan,

pertahanan, dan jaminan sosial wajib. Meskipun terganggu kondisi cuaca ekstrim yang sering

terjadi di Sulawesi Barat, namun pertanian, kehutanan, dan perikanan tetap menjadi andalan

2014

TOTAL I II III IV TOTAL I II III IVp

Totalp

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 5.93 3.40 6.27 3.08 12.01 6.04 2.59 -1.48 4.12 5.44 2.38 - 2.76

Pertambangan dan Penggalian 8.04 11.89 11.37 13.82 -1.48 8.06 8.45 14.30 12.15 13.76 12.12 - 12.49

Industri Pengolahan 35.92 19.76 16.40 0.77 9.82 10.95 8.86 -6.20 -5.74 6.84 0.74 - 1.16

Pengadaan Listrik dan Gas 10.55 -0.65 1.26 1.65 13.62 4.05 28.52 25.74 25.96 26.16 26.37 - 26.75

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 6.46 1.04 9.22 10.15 8.82 7.32 12.07 9.41 6.40 5.66 8.05 - 8.48

Konstruksi 8.11 0.20 16.17 12.30 7.60 8.84 10.47 13.59 11.60 9.25 10.86 - 11.3

Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 7.10 0.91 7.17 5.29 3.01 4.10 5.71 4.36 1.56 4.71 3.85 - 4.25

Transportasi dan Pergudangan 7.39 7.73 7.95 5.95 7.29 7.20 1.52 9.15 5.56 6.42 5.51 - 5.9

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 6.53 1.32 3.65 6.87 6.61 4.69 8.74 11.21 10.91 11.92 10.56 - 10.96

Informasi dan Komunikasi 7.20 11.13 8.12 8.35 15.63 10.87 13.25 14.58 7.57 5.52 9.77 - 10.2

Jasa Keuangan dan Asuransi 3.77 2.20 -2.42 12.55 12.46 6.26 16.01 32.44 11.51 9.84 16.74 - 17.14

Real Estate 4.14 3.82 4.82 5.05 6.32 5.01 6.52 5.48 6.22 6.39 5.96 - 6.36

Jasa Perusahaan 3.01 2.29 11.56 9.07 7.77 7.63 6.64 1.60 6.95 4.92 4.81 - 5.21

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 6.16 5.59 13.32 19.24 10.05 12.02 7.58 23.99 19.52 16.26 16.74 - 17.12

Jasa Pendidikan 4.02 8.17 8.91 10.57 -0.60 6.29 11.33 16.34 12.32 6.52 11.16 - 11.57

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 6.05 10.91 8.08 6.90 -0.29 6.01 11.53 11.21 13.06 15.68 12.79 - 13.18

Jasa lainnya 8.92 4.48 5.62 9.33 8.88 7.14 6.31 7.84 6.26 5.85 6.36 - 6.73

TOTAL PDRB 8.88 5.59 8.72 6.33 8.72 7.37 6.26 4.80 5.97 7.60 5.99 - 6 .37

PERTUMBUHAN YOY (%)2015 2016

Page 29: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) disusun dan disajikan secara triwulan

perekonomian Sulawesi Barat dan akan mempengaruhi kinerja pertumbuhan ekonomi. Antisipasi

kondisi cuaca yang tidak menentu telah diupayakan pemerintah dengan penggunaan bibit unggul,

pembuatan irigasi, dan program-program lainnya. Untuk konstruksi, meskipun terbatasnya

anggaran, pembangunan di Sulawesi Barat meneruskan proyek yang sudah berjalan. Memang

beberapa proyek menjadi tertunda akibat pengetatan fiskal ini. Sementara, administrasi

pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial wajib menjadi primadona baru di Sulawesi Barat

mengingat setelah menjadi provinsi, instansi-instansi perwakilan perlahan-lahan hadir di Sulawesi

Barat termasuk di tahun 2016. Tahun 2017 menjadi tahun perbaikan bagi pertanian, kehutanan,

dan perikanan. Dengan jumlah curah hujan yang mendukung, hasil produksi sumber daya alam

diperkirakan akan meningkat di tahun 2017. Apalagi ditambah infrastruktur pendukung yang lebih

baik setelah pengadaan dilakukan tahun 2016. Lapangan usaha konstruksi juga akan membaik

seiiring pemerintahan baru yang akan hadir di Sulawesi Barat di 2017. Diharapkan pemerintahan

baru ini dapat membawa sentimen positif untuk pembangunan infrastruktur tidak hanya dari

pemerintahan namun juga dari swasta. Saat ini pihak swasta berharap dapat mengembangkan

sektor properti di Sulawesi Barat. Sementara, industri pengolahan akan meningkat pada tahun

2017 mengingat tren harga komoditas yang meningkat disertai perbaikan permintaan terhadap

komoditas ekspor yang berasal dari Indonesia.

1.3.1 Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

Kinerja lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan mengalami akselerasi. Lapangan

usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan tumbuh positif 4,12% (yoy). Kondisi ini berbalik

dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh negatif 1,48% (yoy). Pertumbuhan lapangan usaha

ini disebabkan curah hujan yang membaik selama periode triwulan III 2016 disertai efek El Nino

pada tahun 2015 sudah mulai mereda. Selain itu, sebagai bentuk balasan El Nino, terjadi La Nina

selama triwulan III 2016. Kondisi La Nina membuat perairan Sulawesi Barat menghangat sehingga

menjadi habitat yang cocok bagi beberapa komoditas ikan laut. Hal tersebut ditandai dengan

produksi ikan yang meningkat pada bulan September 2016. Padahal di periode yang sama tahun

sebelumnya produksi ikan laut cenderung terbatas.

Grafik 16. Perkembangan Sektor Pertanian

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Perbaikan lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan ditandai dengan pertumbuhan

kredit di lapangan usaha ini yang membaik. Meskipun masih kontraksi, kredit pertanian

Page 30: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) disusun dan disajikan secara triwulan

menunjukkan ada peningkatan. Kredit yang berhasil direalisasikan pada periode ini sejumlah

Rp388 miliar, sedikit lebih baik dibandingkan periode sebelumnya Rp370 miliar. Kenaikan ini

disebabkan para petani berupaya mengembangkan hasil produksinya agar menghasilkan panen

yang lebih baik dengan menggunakan bibit unggul dan peralatan yang lebih memadai.

Grafik 17. Perkembangan Kredit Pertanian

Sumber: Laporan Bank Umum, diolah

Pada triwulan IV 2016, lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan akan tumbuh lebih

baik dibandingkan triwulan sebelumnya. Meskipun produksi padai sebagai salah satu komoditas

unggulan cenderung terbatas pada periode ini, produksi sumber daya alam lain diperkirakan akan

meningkat. Peningkatan ini seiiring dengan perbaikan infrastruktur dan perluasan lahan yang

dilakukan sehingga secara produktivitas akan meningkat. Selain itu, perkiraan dari Badan

Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) bahwa curah hujan di Sulawesi Barat akan sangat

baik hingga awal tahun 2017.

Lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan masih menjadi andalan Sulawesi Barat.

Meskipun secara pangsa mengalami penurunan, namun lapangan usaha ini masih tumbuh dengan

baik. Panen raya dengan produksi yang baik menjadi penopang lapangan usaha ini lebih baik dari

tahun sebelumnya. Namun, yang berpotensi mengalami penurunan berasal dari produksi ikan yang

cenderung menurun hingga akhir tahun 2016. Di 2017, harapan lapangan usaha ini lebih baik lagi

bersumber dari program-program pemerintah yang dalam beberapa periode terakhir mendukung

lapangan usaha terbesar di Sulawesi Barat ini. Pembangunan irigasi, penggunaan bibit unggul dan

penyuluhan kepada para petani menjadi contoh berbagai upaya yang dapat meningkatkan produksi

sumber daya alam di 2017.

1.3.2 Lapangan Usaha Perdagangan Besar dan Eceran

Lapangan usaha perdagangan besar dan eceran kembali melambat pada triwulan III 2016.

Lapangan usaha yang mencakup perdagangan besar, perdagangan eceran, reparasi mobil dan

motor, tumbuh 1,56% (yoy) atau lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya 4,36% (yoy). Hal

tersebut terindikasi dari kredit perdagangan yang juga mengalami perlambatan dengan hanya

tumbuh 10,1% (yoy), melanjutkan perlambatan pertumbuhan kredit perdagangan di periode

sebelumnya 10,6% (yoy). Gairah perdagangan belum membaik seiiring tingkat permintaan

masyarakat yang masih lemah. Harga-harga di tingkat pedagang banyak yang tidak berubah secara

signifikan atau kadang cenderung menurun karena rendahnya tingkat pembelian.

Page 31: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) disusun dan disajikan secara triwulan

Grafik 18. Perkembangan Sektor Perdagangan Grafik 19. Perkembangan Kredit Perdagangan

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Sumber: Laporan Bank Umum, diolah

Lapangan usaha perdagangan besar dan kecil pada triwulan terakhir 2016 cenderung terbatas.

Pelemahan konsumsi rumah tangga menyebabkan pelaku usaha cenderung berhati-hati dalam

melakukan persediaan barang. Pertumbuhan yang tinggi pada triwulan III 2016 diperkirakan tidak

akan terjadi pada triwulan IV 2016. Perdagangan akan kembali menggeliat pada periode awal

tahun 2017.

Perlambatan yang terjadi pada lapangan usaha perdagangan besar dan kecil berimbas

perlambatan lapangan usaha ini sepanjang 2016. Perkiraan hingga akhir tahun, tingkat

permintaan masyarakat belum juga akan pulih meskipun memasuki liburan akhir tahun yang

dimulai dengan hari raya Natal. Belum pulihnya perekonomian nasional ditengarai membuat

masyarakat hanya berbelanja kebutuhan inti saja dan akan mengabaikan kebutuhan yang tidak

esensial seperti kendaraan atau elektronik.

1.3.3 Lapangan Usaha Industri Pengolahan

Lapangan usaha indusri pengolahan belum pulih. Lapangan usaha industri pengolahan mengalami

kontraksi dengan tumbuh -5,74% (yoy), lebih baik dibandingkan periode sebelumnya yang tumbuh

-6,20% (yoy). Belum pulihnya perekonomian global menyebabkan ekspor CPO ke luar negeri

mengalami penurunan. Tingkat permintaan global yang masih rendah menyebabkan masih

rendahnya penjualan komoditas Indonesia ke luar negeri. Salah satu negara importir utama CPO

Sulawesi Barat yaitu Tiongkok belum juga pulih ekonominya. Pasar ekspor industri CPO Sulawesi

Barat bergeser ke negara lain di Asia Timur yaitu Republik Korea namun jumlahnya belum mampu

meningkatkan penjualan hasil industri Sulawesi Barat.

Meskipun industri besar sedang mengalami penurunan, industri mikro dan kecil semakin tumbuh.

Upaya masyarakat dalam meningkatkan nilai tambah sumber daya alam terlihat dari upaya

membentuk usaha mikro dan kecil. Industri mikro dan kecil tumbuh 30,69% (yoy). Pertumbuhan ini

semakin meningkat sejak awal tahun. Lapangan usaha yang dijadikan bentuk usaha masyarakat

sebagian besar yang terkait kebutuhan pokok masyarakat yaitu makanan dan pakaian. Industri

mikro dan kecil makanan tumbuh 23,27% (yoy) sedangkan tekstil tumbuh 29,96% (yoy).

Page 32: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) disusun dan disajikan secara triwulan

Grafik 20. Perkembangan Sektor Industri Grafik 21. Pertumbuhan Industri Menengah dan

Kecil

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Lapangan usaha industri pengolahan diperkirakan akan pulih pada triwulan IV 2016. Setelah

mengalami kontraksi 2 triwulan berturut-turut, kinerja industri pengolahan diperkirakan akan

membaik pada periode terakhir di 2016. Efek El Nino yang telah usai paska hadirnya masa La Nina,

diperkirakan akan meningkatkan produksi sumber daya alam di Sulawesi Barat terutama

perkebunan.

Lapangan usaha industri pengolahan akan mengalami pertumbuhan yang terbatas pada 2016.

Harga CPO yang mengalami peningkatan diharapkan dapat memberikan angin segar bagi industri

pengolahan Sulawesi Barat. Selain itu, tren negara-negara di dunia yang mencari energi alternatif

diharapkan dapat menggunakan CPO sebagai salah satu sumber energi. Dengan begitu, maka

permintaan akan CPO akan meningkat. Tingkat permintaan akan CPO diperkirakan akan tumbuh

pada 2017 meskipun tidak terlalu siginifikan. Industri kecil dan menengah diharapkan terus

tumbuh hingga menjadi besar agar dapat berkontribusi lebih terhadap perekonomian Sulawesi

Barat. Peningkatan kapasitas produksi banyak dilakukan para pelaku usaha agar dapat

meningkatkan kapasitas usahanya menjadi lebih besar.

1.3.4 Lapangan Usaha Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial

Administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial wajib mengalami akselerasi pada

periode laporan. Lapangan usaha ini tumbuh 19,52% (yoy), sedikit melambat dibandingkan triwulan

sebelumnya (23,99%, yoy) namun menjadi salah satu pertumbuhan tertinggi di triwulan III 2016.

Pertumbuhan positif ini membuat lapangan usaha administrasi pemerintahan, pertahanan, dan

jaminan sosial wajib menjadi lapangan usaha terbesar ketiga menggeser industri pengolahan yang

sedang dalam tren penurunan. Masuknya instansi baru di Sulawesi Barat pada triwulan II 2016

turut memberikan kontribusi terhadap perekonomian Sulawesi Barat. Instansi baru tersebut

langsung aktif dan berbaur dengan masyarakat Sulawesi Barat untuk memberikan pelayanan

terbaik bagi masyarakat Sulawesi Barat.

Lapangan usaha administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial wajib masih akan

tumbuh hingga akhir tahun 2016. Instansi pemerintah lainnya hadir pada triwulan IV 2016 dan

akan semakin memberikan kontribusi terhadap perekonomian Sulawesi Barat bersama dengan

pemerintah daerah Sulawesi Barat. Proses realisasi program pemerintahan akan semakin

Page 33: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) disusun dan disajikan secara triwulan

meningkat seiiring proses penyelesaian program pemerintah yang selesai pada periode semester

II. Selain itu, aktivitas pemerintahan akan meningkat akibat proses pemilihan umum kepala daerah.

Secara umum, lapangan usaha administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial wajib

tumbuh signifikan di tahun 2016. Hadirnya instansi baru di Sulawesi Barat memberikan kontribusi

positif terhadap perekonomian Sulawesi Barat. Aktivitas pemerintah semakin meningkat pada

2017 mengingat pemerintahan baru akan hadir di Sulawesi Barat. Ekspektasi muncul

pemerintahan baru akan melanjutkan pemerintahan selanjutnya dengan disertai pemikiran-

pemikiran baru untuk mengembangkan Sulawesi Barat dalam segala aspek.

1.3.5 Lapangan Usaha Konstruksi

Pertumbuhan konstruksi di Sulawesi Barat mengalami perlambatan. Di tengah wacana

pengembangan kawasan Indonesia Timur, perkembangan konstruksi di Sulawesi Barat tidak begitu

menggembiarakan. Lapangan usaha ini tumbuh 11,6% (yoy) atau lebih rendah dari periode

sebelumnya 13,6% (yoy). Sumber pendanaan yang masih berasal dari pemerintah pusat karena

masih terbatasnya pendapatan asli daerah, membuat proyek pembangunan yang dicanangkan

awal tahun menjadi tertunda. Pemerintah pusat sedang menggalakkan pengetatan fiskal untuk

menjaga stabilitas perekonomian nasional di tengah perlambatan ekonomi yang terjadi secara

global. Pembangunan lebih banyak dilakukan pihak swasta meliputi pertokoan, perumahan, hotel

non bintang maupun pusat perbelanjaan di ibukota Mamuju.

Grafik 22. Perkembangan Sektor Konstruksi Grafik 23. Perkembangan Penyaluran Kredit Konstruksi

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Sumber: Laporan Bank Umum, diolah

Di triwulan IV 2016, lapangan usaha konstruksi lebih fokus meneruskan pembangunan yang ada.

Terbatasnya belanja modal pemerintah, membuat tidak ada proyek besar yang terjadi pada triwulan

IV 2016. Program yang sedang berjalan diharapkan dapat selesai pada akhir tahun ini seperti

perbaikan jalan, perumahan, rumah toko atau pun gedung perkantoran.

Selama tahun 2016, pembangunan akan lebih banyak dilakukan oleh pihak swasta. Terbatasnya

anggaran pemerintah daerah membuat upaya pemerintah mengundang swasta untuk membangun

Sulawesi Barat diharapkan mampu menopang perekonomian yang sedang dalam tren melambat.

Beberapa proyek pemerintah yang tertunda pada 2016, diharapkan dapat terealisasi pada 2017

disertai momentum pemerintahan yang baru.

Page 34: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) disusun dan disajikan secara triwulan

1. SDM Berkualitas sebagai Landasan Perekonomian yang Kuat

Kualitas sumber daya manusia (SDM) di Sulawesi Barat menghambat pertumbuhan ekonomi ke

arah yang lebih baik. Padahal sumber daya alam yang dimiliki melimpah sehingga berpotensi

menjadi daerah pengekspor yang baik. IPM Sulawesi Barat berada pada urutan 31 dari 34 provinsi

di Indonesia. IPM yang sebesar 62,96 masih berada di bawah rata-rata nasional pada angka 69,55.

Angka IPM ini disertai dengan rendahnya rata-rata lama sekolah yang hanya mencapai 7,42 tahun

atau setara lulusan SD. Persentase buta huruf untuk usia produktif (15-44 tahun) di Sulawesi Barat

pun termasuk tinggi di Indonesia yang mencapai 3,33%. Kualitas SDM yang rendah ditengarai

kondisi topografi Sulawesi Barat yang dahulunya terisolir dari daerah luar. Kondisi yang

menyebabkan masyarakat sulit memperoleh informasi dari daerah lain. Daerah lain sudah

berkembang cukup pesat dengan peningkatan kualitas dalam berbagai aspek melalui teknologi

informasi yang berkembang sejak dimulainya abad ke-21. Sementara daerah Sulawesi Barat

sebelum menjadi provinsi seperti tidak terpengaruh apa pun. Kehidupan masyarakat cenderung

stagnan tanpa peningkatan akitivitas perekonomian dimana sulitnya mencapai pusat perdagangan.

Meskipun secara jarak Makassar cukup dekat, dahulu menempuh perjalanan dari Sulawesi Barat

ke daerah Makassar merupakan hal yang berat untuk dilakukan.

Grafik 24. Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Sumber: Laporan Bank Umum, diolah

Meskipun perkembangan IPM di Sulbar mengalami peningkatan yang pesat, namun masih perlu

perbaikan dalam berbagai aspek untuk meningkatkan kualitas SDM menjadi lebih baik. Kondisi

SDM saat ini menjadi perhatian bagi para pelaku usaha atau investor dari luar yang membutuhkan

tenaga kerja berkualitas yang masih sulit ditemui di Sulawesi Barat. Para pelaku usaha atau

investor dari luar harus merekrut tenaga kerja dari luar Sulawesi Barat saat membutuhkan tenaga

ahli di bidang tertentu. Sebagaimana diketahui bahwa harapan pelaku usaha dan investor

menggunakan tenaga kerja yang berkualitas adalah agar produktivitas lebih tinggi.

Berdasarkan Forum Group Discussion (FGD) pada Oktober 2016 yang dilakukan Bank Indonesia

bersama pemerintah daerah dan para pengusaha di Sulawesi Barat, permasalahan SDM kembali

BOKS 1

Page 35: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) disusun dan disajikan secara triwulan

mencuat menjadi penghambat pengembangan UMKM di Sulawesi Barat. Pemerintah memberikan

keringanan kepada para pelaku usaha yang membutuhkan modal dalam bentuk pinjaman. Namun,

dengan keterbatasan pengetahuan yang dimiliki, pinjaman modal tersebut tidak dioptimalkan

untuk pengembangan usaha. Bahkan ada anggapan karena pinjaman tersebut merupakan

program dari pemerintah sehingga pinjaman modal dianggap sebagai hibah yang tidak perlu

dikembalikan. Permasalahan dalam pinjaman UMKM ini hanyalah contoh kecil yang menjadi

penyebab perbankan enggan menyalurkan kreditnya untuk usaha sehingga berakibat menghambat

berkembangnya perekonomian di Sulbar.

Salah satu indikator yang dapat diupayakan dalam peningkatan kualitas SDM adalah peningkatan

rata-rata lama sekolah. Dengan semakin lama seorang penduduk mengenyam pendidikan, maka

paling tidak penduduk tersebut memiliki banyak pengetahuan selama bersekolah. Belum lagi,

beberapa keterampilan yang hanya diajarkan di sekolah. Berdasarkan simulasi CGE-Indoterm, jika

rata-rata lama sekolah ditingkatkan menjadi 9.23 tahun saja atau rata-rata lulusan SMP, maka

berdampak positif pada pertumbuhan rata-rata PDRB mencapai 0.48% di tahun 2020 dan tenaga

kerja terserap meningkat 0.83% per tahunnya. Simulasi tersebut menggunakan asumsi:

1. Koefisien Return on Education (ROE) Investment untuk wilayah Sulawesi Barat adalah 0,16,

yang artinya setiap kenaikan rata-rata lama sekolah akan meningkatkan produktivitas

tenaga kerja sebesar 0,16

2. Peningkatan rata-rata lama sekolah akan berpotensi meningkatkan produktivitas tenaga

kerja yang bekerja pada bidang clerical dan administration

Kalau melirik apa yang diinvestasikan oleh Jepang sejak dahulu, kita pantas mencontoh mereka

dalam mengembangkan SDM. Dahulu mereka sengaja mengirimkan banyak penduduk untuk

belajar di luar Jepang untuk diterapkan di negaranya sendiri. Tentu sebelum pergi belajar, mereka

sudah dibekali dengan pemikiran-pemikiran dasar yang membuat mereka tetap loyal dan punya

budaya yang tidak akan hilang. Saat ini, Jepang sudah meraih apa yang semua negara impikan.

Negara yang maju dalam ekonomi, industri, dan perkembangan teknologi. Tidak jarang penduduk

Jepang menjadi sosok pelopor dalam menemukan terobosan yang mempengaruhi dunia. Rakyat

Jepang terkenal pekerja keras di tengah minimnya sumber daya alam di negara mereka. Negara

mereka terkenal dengan mudahnya terkena bencana alam. Namun, di zaman sekarang, ketika

Jepang dilanda bencana alam, dampak yang terjadi tidak terlalu besar. Hal ini disebabkan manusia-

manusia berkualitas Jepang selalu menemukan solusi untuk masalah negaranya dan diterapkan

dengan sebaik-baiknya. Di saat Jepang sedang dilanda perlambatan ekonomi pun, kondisi ekonomi

dan keuangan negara Jepang relatif stabil tanpa gonjang-ganjing yang membuat khawatir

penduduknya.

Tidak seperti jepang, Sulawesi Barat dimanjakan dengan sumber daya alam yang melimpah.

Masyarakat banyak yang dapat mengandalkan hidup dari wilayah sekitarnya saja. Di sisi lain,

dengan beberapa wilayah yang sulit dijangkau membuat akses terhadap pendidikan, kesehatan

atau peluang pendapatan lain menjadi sangat jauh dan menyulitkan. Hal tersebut mengisyaratkan

bahwa saat pembangunan infrastruktur terus dikembangkan perlu dikembangkan pula kualitas

SDM. Tidak hanya sekedar SDM berijazah namun SDM dengan produktivitas terbaik dan memiliki

moral perilaku yang baik pula. Karena SDM berkualitas tanpa moral perilaku yang baik akan

Page 36: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) disusun dan disajikan secara triwulan

menjadi bumerang tersendiri. Hal tersebut mengingat potensi tingginya kriminalitas yang sulit

diberantas akibat kriminalitas yang dibangun dengan intelektualitas yang tinggi.

Page 37: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) disusun dan disajikan secara triwulan
Page 38: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) disusun dan disajikan secara triwulan
Page 39: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) disusun dan disajikan secara triwulan

2.1 Perkembangan Realisasi APBN di Sulawesi Barat1

Pagu APBN Provinsi Sulawesi Barat mengalami penurunan sejalan dengan kebijakan pengetatan

anggaran oleh pemerintah pusat. Pagu APBN Provinsi Sulawesi Barat pada periode laporan sebesar

Rp3,18 triliun, turun 19,67% atau Rp778,97 miliar dibandingkan triwulan III 2015 (yoy). Penurunan

pagu tersebut seiring dengan kebijakan pengetatan fiskal oleh pemerintah pusat sehingga

membuat anggaran ke setiap daerah di Indonesia menjadi berkurang.

Berdasarkan jenisnya, pagu anggaran terbesar diperuntukan bagi belanja modal (41,15%), diikuti

belanja barang (40,53%), sisanya sebesar 17,83% untuk belanja pegawai dan bantuan sosial

(0,49%). Kebijakan efisiensi anggaran yang dicanangkan pemerintah pusat menyasar kepada

anggaran belanja modal dan bantuan sosial yang dianggap penyalurannya kurang efisien. Pada

triwulan laporan, pagu anggaran kedua komponen tersebut masing-masing mengalami penurunan

masing-masing 37,27% (yoy) dan 92,95% (yoy). Sementara pagu untuk belanja barang meningkat

10,68% (yoy) dan belanja pegawai tumbuh 12,95% (yoy).

Realisasi APBN pada periode laporan mengalami peningkatan. Meskipun pagu APBN mengalami

penurunan, namun realisasi belanja APBN pada triwulan laporan menunjukkan peningkatan

sebesar Rp314,60 miliar atau meningkat 18,57% (yoy). Dengan demikian nilai realisasi APBN pada

triwulan III 2016 sebesar Rp2,01 triliun atau 63,14% dibandingkan pagu APBN.

Berdasarkan jenisnya, realisasi terbesar dalam realisasi APBN adalah belanja modal, yakni sebesar

43,06% dari total belanja, diikuti belanja barang 36,13%, belanja pegawai 20,49% dan belanja

bantuan sosial 0,32%.

Dibandingkan pagu APBN, realisasi terbesar berupa belanja pegawai, 72,55% dari total belanja

atau setara Rp411,67 miliar. Realisasi terbesar kedua adalah belanja modal sebesar 66,07% atau

Rp864,98 miliar, diikuti belanja barang 56,28% atau Rp725,73 miliar dan terendah berupa belanja

untuk bantuan sosial sebesar 41,22% atau Rp6,37 miliar.

Secara tahunan (yoy), pertumbuhan belanja pegawai di triwulan III 2016 meningkat 20,48% atau

setara Rp69,97 miliar menjadi Rp411,67 miliar. Pertumbuhan tersebut lebih rendah dibandingkan

periode yang sama tahun lalu sebesar 26,26% atau triwulan lalu sebesar 46,05%. Melambatnya

pertumbuhan tersebut secara tidak langsung dipengaruhi oleh kebijakan pengetatan anggaran

yang dicanangkan oleh pemerintah pusat serta normalisasi belanja pegawai paska pemberian THR

dan gaji ke 13 dan 14 yang dilakukan menjelang hari raya Idul Fitri atau akhir triwulan II 2016.

Realisasi belanja modal tumbuh 6,12% (yoy), melambat dibandingkan triwulan III 2015, yakni

sebesar 28,92% (yoy) atau turun sebanyak Rp27,01 miliar. Pada periode laporan, masih terdapat

realisasi belanja modal yang mengalami penundaan, yaitu sebesar Rp8,84 miliar.

Sementara itu, sebagian besar belanja modal pada triwulan laporan masih digunakan untuk

pembangunan infrastruktur, terbesar berupa pembangunan jaringan sumber dan pemanfaatan air

untuk area Kaluku - Karama dan area Palu (Sulawesi Tengah) - Lariang (Sulawesi Barat), yaitu

sebesar Rp338,42 miliar diikuti pemeliharaan jalan nasional wilayah I dan II di Sulawesi Barat

sebesar Rp297,01 miliar serta program penataan & penyehatan lingkungan pemukiman sebesar

1 DJPBN Provinsi Sulawesi Barat

Page 40: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) disusun dan disajikan secara triwulan

Rp119,20 miliar. Sementara rencana untuk pembangunan terminal baru Bandara Tampa Padang

telah mulai direalisasikan dengan pencairan APBN sebesar Rp13,21 miliar atau setara dengan

53,01% dari pagu anggaran. Hal tersebut menunjukkan upaya pemerintah untuk meningkatkan

kualitas infrastruktur yang tersedia di Sulawesi Barat.

Realisasi belanja barang sebesar Rp725,73 miliar atau tumbuh 75,68% (yoy) dibanding periode

yang sama tahun lalu sebesar Rp413,09 miliar. Meskipun tumbuh pesat, namun pertumbuhan

belanja barang tesebut merupakan yang terendah di tahun 2016, dimana pencairan APBN untuk

belanja barang pada triwulan I 2016 sebesar 202,84% (yoy) dan triwulan II 2016 sebesar 121,17%

(yoy). Peningkatan belanja barang tersebut seiring dengan mulai beroperasinya beberap instansi

pemerintah di Sulawesi Barat pada tahun 2016 dan mendorong peningkatan permintaan

kebutuhan dinas/instansi vertikal pada periode laporan.

Realisasi belanja bantuan sosial sebesar Rp6,37 miliar, turun drastis dibandingkan Rp124,21

miliar pada triwulan III 2015. Meskipun turun drastis namun secara nilai, pencairan belanja

bantuan sosial di triwulan laporan merupakan yang terbesar di tahun 2016.

Grafik 25. Perkembangan APBN Sulawesi Barat di

Triwulan III

Grafik 26. Komponen APBN Sulawesi Barat di

Sulawesi Barat

Sumber: Kanwil Ditjen. Perbendaharaan Provinsi Sulawesi Barat,

diolah

Sumber: Kanwil Ditjen. Perbendaharaan Provinsi Sulawesi Barat,

diolah

2.2 Perkembangan Realisasi APBD Provinsi Sulawesi Barat

Pertumbuhan PAD masih di level negatif dengan kecenderungan membaik. Moderasi pertumbuhan

ekonomi yang terjadi masih mempengaruhi kemampuan pemerintah dalam mengelola pendapatan

daerah, terindikasi dari pertumbuhan pendapatan daerah yang masih berada pada level negatif,

sebesar -2,10% (yoy), namun lebih baik dibandingkan triwulan lalu sebesar -4,94% (yoy). Koreksi

pertumbuhan ini dirasakan cukup signifikan mengingat pada triwulan III 2015, pertumbuhan PAD

merupakan yang tertinggi dalam 3 tahun terakhir, yaitu sebesar 19,72% (yoy). Secara nominal,

koreksi nilai pendapatan daerah tersebut sebesar Rp23,56 miliar, dari Rp1.170,89 miliar pada

triwulan III 2015 menjadi Rp1.147,34 miliar di periode laporan. Penurunan pendapatan tersebut

terutama berasal dari penurunan Pendapatan Asli Daerah (PAD), khususnya pajak daerah.

Secara triwulanan, kinerja pemerintah Provinsi Sulawesi Barat pada triwulan III 2016 patut

diapresiasi dengan peningkatan pendapatan sebesar Rp446,55 miliar dibandingkan triwulan lalu,

menjadi Rp1,15 triliun atau setara dengan 26,17% dari target tahunan (rata-rata tiap triwulan

sebesar 25%). Secara kumulatif, pencapaian target pendapatan daerah sampai dengan triwulan III

Page 41: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) disusun dan disajikan secara triwulan

2016 sebesar 67,24%. Masih dibutuhkan banyak terobosan dan upaya untuk mendorong

pencapaian target pendapatan di tahun 2016 sebesar Rp1,71 triliun. Potensi penerimaan pajak

maupun retribusi perlu dioptimalkan dan didukung dengan kebijakan pemerintah daerah. Upaya ini

dibutuhkan disebabkan karena realisasi kumulatif pada triwulan II 2016 tersebut merupakan yang

terendah dalam kurun waktu 4 (empat) tahun terakhir.

Meskipun pendapatan daerah menurun, namun realisasi belanja pemerintah Provinsi Sulawesi

Barat hingga triwulan III 2016 tumbuh sebesar 12,07% (yoy) menjadi sebesar Rp990,47 miliar.

Pertumbuhan angka belanja pemerintah pada triwulan laporan mengalami perlambatan

dibandingkan triwulan lalu yang sebesar 62,67% (yoy), namun lebih baik dibandingkan

pertumbuhan pada triwulan III 2015 sebesar 10,93% (yoy).

Kenaikan realisasi belanja yang tumbuh sebesar 28,94% (yoy) menjadi Rp198,81 miliar,menjadi

pendorong pada peningkatan belanja pemerintah di triwuwlan laporan. Faktor pendorong

berikutnya yaitu adalah pertumbuhan belanja operasional sebesar 8,12% (yoy). Meskipun realisasi

belanja pada triwulan laporan meningkat, namun kumulatif realisasi belanja pemerintah ditambah

transfer sampai dengan triwulan laporan masih relatif rendah, baru mencapai 46,03%.

Grafik 27. Realisasi Keuangan Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat

Sumber: Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Barat, diolah

Upaya menggenjot pendapatan daerah. Guna mengimbangi tendensi peningkatan pengeluaran

pada triwulan berjalan, pemerintah provinsi pun berinisiasi untuk menggenjot penerimaan daerah,

baik bersumber dari retribusi maupun potensi pajak daerah yang belum dikelola secara optimal,

seperti pengenaan pajak sarang burung walet yang banyak dibudidayakan di wilayah Mamuju,

pembenahan pengelolaan parkir, percepatan proses pembayaran pajak mobil dan balik nama,

serta kebijakan lainnya.

Realisasi Belanja diperkirakan meningkat pada triwulan berjalan. Di tengah pengetatan anggaran

yang ditetapkan pemerintah pusat, pemerintah Provinsi Sulawesi Barat meyakini bahwa realisasi

DAU yang tertunda akan dicairkan pada akhir tahun, dan hal ini terkonfirmasi dari hasil liaison pada

bulan November 2016. Pengeluaran anggaran untuk belanja modal dan barang akan mengalami

peningkatan cukup pesat, dimana secara historis akselerasi terbesar belanja pemerintah terjadi

pada triwulan IV 2016. Belanja modal dan barang tersebut terutama untuk pembangunan

infrastruktur, seiring dengan banyaknya investasi yang masuk ke Sulawesi Barat.

Page 42: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) disusun dan disajikan secara triwulan

2.2.1 Pendapatan

Koreksi pertumbuhan PAD dipengaruhi oleh penurunan PAD. Pada triwulan III 2016, pendapatan

daerah masih tumbuh negatif, sebesar 2,01% (yoy). Meskipun masih negatif, pencapaian ini

merupakan yang terbaik di tahun 2016, dibandingkan triwulan I 2016 (-35,86%) dan triwulan lalu

(-4,94%). Menurunnya pertumbuhan PAD menjadi alasan utama yang melatar belakangi

terkontraksinya pertumbuhan pendapatan daerah pada periode laporan.

Pertumbuhan PAD mengalami terkoreksi -15,27% (yoy). Melemahnya Pendapatan Provinsi

Sulawesi Barat pada triwulan III 2016 menunjukkan kinerja yang kurang menggembirakan, dengan

pertumbuhan -15,27% (yoy), atau mengalami penurunan pendapatan sebesar Rp29,17 miliar

menjadi Rp161,92 miliar di triwulan III 2016. dari Rp1,17 triliun pada triwulan II 2016. Koreksi

pertumbuhan tersebut cukup dalam, mengingat pada triwulan II 2016 pendapatan daerah tumbuh

sebesar 68,85% (yoy) dan periode yang sama tahun lalu meningkat 19,72% (yoy).

Secara tahunan (yoy), komponen PAD yang mengalami penurunan nilai yang terbesar yaitu pajak

daerah, turun sebanyak Rp15,80 miliar (-9,91%) menjadi Rp143,64 miliar, diikuti dengan lain-lain

PAD yang sah sebanyak Rp14,95 miliar (-64,53%) menjadi Rp8,22 miliar. Sementara penerimaan

dari retribusi daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah menunjukkan peningkatan.

Grafik 28. Perkembangan Pendapatan Pemerintah

Prov. Sulawesi Barat

Grafik 29. Perkembangan Belanja Pemerintah Prov.

Sulawesi Barat

Sumber: Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Barat, diolah Sumber: Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Barat, diolah

Berbeda halnya dengan PAD, dana perimbangan/transfer dan lain-lain pendapatan yang sah di

triwulan laporan mengalami peningkatan dibandingkan triwulan yang sama tahun lalu, masing-

masing tumbuh sebesar 0,48% (yoy) dan 56,61% (yoy) sehingga nilainya tercatat sebesar

Rp982,99 miliar dan Rp2,42 miliar. Meskipun pertumbuhan dana perimbangan/ transfer masih

rendah, namun lebih baik dibandingkan 2 (dua) triwulan sebelumnya di tahun 2016 yang masih

mencatat kontraksi pertumbuhan.

Pertumbuhan pendapatan transfer ditopang oleh peningkatan dana alokasi khusus (DAK) di APBD

yang mengalami lonjakan signifikan (lebih dari 300%, yoy). Sementara komponen lain dan dana

perimbangan, seperti transfer dari pemerintah pusat, bagi hasil pajak, bagi hasil bukan pajak dan

dan alokasi umum (DAU) mencatat akselerasi dibandingkan triwulan yang sama tahun lalu.

Page 43: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) disusun dan disajikan secara triwulan

Turunnya nilai DAU tersebut dipengaruhi oleh penundaan realisasi anggaran oleh Pemerintah Pusat

dengan nilai sekitar Rp22 miliar2.

Tabel 3. Realisasi Pendapatan Sulawesi Barat (Rp juta)

Sumber: Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Barat, diolah

2.2.2 Belanja Pemerintah

Belanja Pemerintah tumbuh melambat. Belanja pemerintah Provinsi Sulawesi Barat pada triwulan

III tahun 2016 mencapai Rp909,47 miliar, tumbuh melambat dibandingkan triwulan lalu, dari

62,67% (yoy) menjadi 12,07% (yoy). Namun tingkat pertumbuhan ini lebih baik dibandingkan

triwulan III 2015 sebesar 10,93% (yoy). Secara kumulatif, realisasi belanja pemerintah Provinsi

sampai dengan triwulan III 2016 sebesar 42,16%, Realisasi belanja APBD untuk periode triwulan

III 2016 merupakan yang terendah dalam kurun waktu 4 (empat) tahun terakhir.

Melambatnya tingkat pertumbuhan dibandingkan triwulan lalu disebabkan melemahnya

pertumbuhan belanja modal dari 164,28% (yoy) di triwulan II 2016 menjadi 28,94% (yoy), diikuti

dengan turunnya pertumbuhan belanja operasional dari 49,00% (yoy) di triwulan II 2016 menjadi

8,12% (yoy). Hal ini tak lepas dari kebijakan pengetatan anggaran yang ditetapkan oleh pemerintah

pusat.

Pertumbuhan belanja operasional dan transfer pada triwulan laporan didorong oleh hibah. Secara

tahunan, seluruh komponen belanja operasional mengalami penurunan nominal dibandingkan

triwulan III 2015, dengan penurunan terbesar pada belanja pegawai sebesar 10,56% (yoy). Namun

demikian, peningkatan signifikan dari belanja hibah memberikan dampak signifikan terhadap

belanja operasional, dan mampu mendorong belanja operasional mampu tumbuh positif

dibandingkan triwulan III 2015.

2 Hasil Liaison bulan November 2016.

Uraian Anggaran 2015 Anggaran 2016 Tw I 2016 Tw II 2016 Tw III 2016 %

Pendapatan 1,450,184.1 1 ,706,336.9 270,741.40 700,781.68 1 ,147,336.03 67.2%

Pendapatan Asli Daerah (PAD) 239,795.8 278,766.5 30,602.3 101,169.4 161,919.71 58.1%

Pendapatan Pajak Daerah 216,196.5 243,211.1 28,824.7 90,811.1 143,640.38 59.1%

Pendapatan Retribusi Daerah 4,141.8 12,177.3 1,088.3 4,409.4 6,723.56 55.2%

Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang di Pisahkan 1,175.0 1,225.0 - - 3,337.84 272.5%

Lain - lain PAD yang Sah 18,282.5 22,143.1 6,893.0 5,948.9 8,217.93 37.1%

Pendapatan Transfer 1,004,208.8 1 ,425,086.6 238,356.8 597,360.54 982,992.68 69.0%

Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat 1,004,208.8 1,425,086.6 238,356.8 597,360.54 42,404.95 3.0%

Bagi Hasil Pajak 36,113.9 25,362.0 6,673.0 11,632.67 11,977.21 47.2%

Bagi Hasil Bukan Pajak/Sumber Daya Alam - 1,986.4 396.9 396.85 495.75 25.0%

Dana Alokasi Umum (DAU) 895,580.9 925,147.6 231,285.9 539,669.42 677,109.57 73.2%

Dana Alokasi Khusus (DAK) 72,514.0 152,205.3 - 45,661.59 251,005.19 164.9%

Dana Alokasi Khusus (DAK) Non Fisik - 277,980.4 - 0 0.0%

Dana Insentif Daerah (DID) - 42,405.0 - 0 42,404.95 100.0%

Lain - lain Pendapatan Daerah yang Sah 206,179.5 2,483.8 1,782.3 2,251.8 2,423.6 97.6%

Pendapatan Hibah 742.7 742.7 - 146.4 170.8 23.0%

Pendapatan Lainnya 205,436.8 1,741.1 1,782.3 2,105.4 2,252.8 129.4%

Page 44: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) disusun dan disajikan secara triwulan

Tabel 4. Realisasi Belanja Sulawesi Barat (Rp juta)

Sumber: Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Barat, diolah

Realisasi belanja modal mengalami penurunan dibanding triwulan lalu. Pertumbuhan belanja

modal yang sebesar 28,94% (yoy) mengalami penurunan cukup signifikan dibandingkan 164,28%

(yoy) pada triwulan lalu. Koreksi pertumbuhan untuk belanja tanah sebesar -69,99% (yoy) dan

rendahnya pertumbuhan belanja modal untuk jalan, irigasi dan jaringan (3,08%) dimana komponen

ini memiliki pangsa terbesar dalam belanja modal, telah mempengaruhi lambatnya pertumbuhan

belanja modal di triwulan III 2016.

Sementara itu berdasarkan pangsanya di triwulan laporan, terbesar (41,82%) digunakan untuk

jalan, irigasi dan jaringan atau sebesar Rp83,15 miliar, belanja gedung dan bangunan sebesar

34,58% atau Rp68,75 miliar, belanja peralatan dan mesin sebesar 18,91% atau Rp37,59 miliar

dan sisanya diperuntukan bagi belanja tanah dan aset tetap lainnya.

Rendahnya realisasi belanja modal mempengaruhi capaian belanja pemerintah sebesar 42,16%

(kumulatif). Sampai dengan tiwulan III 2016, capaian belanja pemerintah Provinsi Sulawesi Barat

sebesar 42,16% (ytd). Kondisi ini dipengaruhi oleh realisasi belanja modal yang relatif masih

rendah, sebesar 23,88% (ytd) sementara realisasi belanja operasional lebih baik, sebesar 53,69%

(ytd). Pertumbuhan belanja modal tersebut merupakan yang terendah dalam 4 tahun terakhir, rata-

rata sebesar 49,01%.

Uraian Anggaran 2015 Anggaran 2016 Tw II 2016 Tw III 2016 %

BELANJA 1,354,142.8 2,005,650.8 677,997.9 909,470.4 45.3%

BELANJA OPERASI 910,562.6 1,172,242.5 518,034.7 710,664.0 60.6%

Belanja Pegawai 241,370.0 260,365.7 135,501.2 158,971.3 61.1%

Belanja Barang dan Jasa 429,066.8 505,862.8 158,236.8 232,210.3 45.9%

Belanja Bunga - 5,842.5 - 524.8 9.0%

Belanja Hibah 228,625.8 388,165.0 218,456.2 309,972.9 79.9%

Belanja Bantuan Sosial 11,500.0 12,006.5 5,840.5 8,984.6 74.8%

BELANJA MODAL 443,580.2 832,581.4 130,597.0 198,806.5 23.9%

Belanja Modal Tanah - 6,000.0 5,937.3 5,937.3 99.0%

Belanja Modal Peralatan dan Mesin - 126,257.5 25,257.8 37,590.9 29.8%

Belanja Modal Gedung dan Bangunan - 415,901.6 64,032.0 68,748.8 16.5%

Belanja Modal Jalan. Irigasi dan Jaringan - 276,893.2 33,697.9 83,147.1 30.0%

Belanja Modal dan Tetap Lainnya - 7,529.1 1,672.0 3,382.3 44.9%

BELANJA TAK TERDUGA - 827.0 - 0.0%

Belanja Tak Terduga 1,000.0 827.0 - 0.0%

TRANSFER - 151,344.4 29,366.2 83,329.6 55.1%

TRANSFER BAGI HASIL PENDAPATAN 86,281.0 116,188.4 20,160.2 68,326.1 58.8%

Transfer Bagi Hasil Pajak Daerah 86,281.0 116,188.4 20,160.2 68,326.1 58.8%

TRANSFER BANTUAN KEUANGAN 66,066.0 35,156.0 9,206.0 15,003.5 42.7%

Transfer Bantuan Keuangan ke Pemerintah Daerah Lainnya 66,066.0 34,087.0 9,206.0 15,003.5 44.0%

Transfer Bantuan Keuangan Lainnya 1,000.0 1,069.0 9,206.0 - 0.0%

SURPLUS/ (DEFISIT) - (450,658.4) 22,783.8 154,535.9 -34.3%

PEMBIAYAAN - -

PENERIMAAN PEMBIAYAAN - 450,691.0 29,362.1 6.5%

Penggunaan SILPA - 90,000.0 29,362.1 - 0.0%

Pinjaman Dalam Negeri - 360,691.0 29,362.1 8.1%

PENGELUARAN PEMBIAYAAN - 2,000.0 2,000.0 2,000.0 100.0%

Penyertaan Modal/Investasi Pemerintah Daerah - 2,000.0 2,000.0 2,000.0 100.0%

PEMBIAYAAN NETTO - 448,691.0 27,362.1 27,362.1 6.1%

SISA LEBIH PEMBIAYAN ANGGARAN (SILPA) - (1,967.4) 50,145.8 181,898.0

Page 45: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) disusun dan disajikan secara triwulan

2.2.3 Pendapatan - Pengeluaran dan Rasio Kemandirian

Kinerja keuangan pemerintah daerah membaik. Berdasarkan alokasi antara pendapatan dan

belanja di atas, terdapat surplus pendapatan sebesar Rp154,54 miliar. Namun surplus tersebut

lebih disebabkan karena rendahnya realisasi belanja APBD hingga triwulan III 2016, terutama

belanja modal. Unutk mendorong kinerja pemerintah dalam mengelola pendapatan dan belanja,

pemerintah provinsi berupaya untuk terus melakukan optimalisasi kebijakan dan tindakan untuk

mendorong pencapaian penerimaan dan pengeluaran sesuai dengan target yang telah ditetapkan.

Sementara itu, rasio kemandirian pemerintah yang mengindikasikan kemampuan pemerintah

untuk mendapatkan penghasilan dari daerahnya sendiri, pada triwulan III 2016 sebesar 14,11%,

sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan lalu sebesar 14,44%.

Page 46: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) disusun dan disajikan secara triwulan

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

Page 47: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) disusun dan disajikan secara triwulan
Page 48: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) disusun dan disajikan secara triwulan
Page 49: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) disusun dan disajikan secara triwulan

3.1 Inflasi Secara Umum

Tekanan inflasi pada triwulan III 2016 cenderung rendah. Secara tahunan (yoy), laju inflasi pada

triwulan III 2016 sebesar 3,43%, melemah dibandingkan 4,30% pada triwulan II 2016. Menurunnya

tekanan inflasi utamanya bersumber dari komponen volatile food, dimana sumbangan yang

diberikan adalah sebesar 1,01%. Meningkatnya produksi beras dan komoditas hortikultura telah

memberikan sumbangan berarti terhadap realisasi inflasi triwulan III 2016 yang cenderung

menurun. Hal ini tercermin dari andil inflasi kelompok komoditas bahan makanan yang menurun

dari 2,14% (triwulan II) menjadi 1,14%.

Inflasi bulanan kota Mamuju relatif lebih lebih tinggi dibandingkan inflasi Kawasan Timur Indonesia

(KTI) dan nasional. Dalam triwulan III 2016, fluktuasi inflasi kota Mamuju sampai dengan bulan

Agustus 2016 relatif lebih terkendali dibandingkan inflasi KTI dan Indonesia. Namun demikian

meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap transportasi udara pada saat hari raya Idul Qurban

dan berkurangnya pasokan ikan akibat musim migrasi ikan yang beralih ke perairan di luar Sulawesi

Barat telah mendongkrak inflasi Mamuju di bulan September 2016 hingga melampaui tingkat

inflasi KTI dan nasional. Pada periode September, inflasi bulanan (mtm) Mamuju meningkat dari -

0,79% menjadi 0,32%, sementara inflasi KTI meningkat lebih moderat. Inflasi wilayah KTI naik dari

-0,12% menjadi 0,05% dan inflasi nasional dari -0,02% menjadi 0,22%.

Grafik 30. Perkembangan Inflasi Kota Mamuju

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Secara kumulatif, hingga triwulan III 2016 inflasi terjaga pada level moderat. Dampak normalisasi

harga transportasi udara paska hari raya Idul Fitri dan membaiknya pasokan bahan pangan,

mengakibatkan sampai dengan bulan Agustus 2016 Kota Mamuju tercatat mengalami inflasi

sebesar 0,62% (kumulatif/year to date). Namun demikian meningkatnya permintaan masyarakat

terhadap transportasi udara pada bulan September akibat hari raya Idul Qurban menyebabkan

tekanan inflasi meningkat pada level yang moderat menjadi 0,94%. Peningkatan tekanan inflasi ini

disumbang oleh komponen core sebesar 1,70%, yang berasal dari komoditas penunjang

masyarakat dalam merayakan hari raya Idul Qurban seperti tarif pulsa ponsel dengan andil inflasi

sebesar 0,06%, minyak kemasan dan pembantu rumah tangga dengan andil masing-masing

sebesar 0,01%.

Page 50: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) disusun dan disajikan secara triwulan

Grafik 31. Perbandingan Inflasi Bulanan Kota Mamuju Grafik 32. Perbandingan Inflasi Tahunan Kota Mamuju

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Pada triwulan IV 2016, inflasi relatif akan meningkat dengan level yang moderat. Kelompok bahan

makanan diperkirakan mengalami kenaikan, seiring dengan berkurangnya produksi ikan akibat

musim migrasi yang telah berakhir, dan berakhirnya musim panen. Selain itu, adanya perayaan hari

raya Natal dan masuknya musim kampanye sebagai bentuk persiapan pemilihan Gubernur pada

bulan Februari juga diprediksi dapat menambah tekanan inflasi kota Mamuju.

Secara tahunan proyeksi inflasi Kota Mamuju 2016 diperkirakan berada pada kisaran angka 3,00%

(yoy) - 3,40% (yoy) atau sesuai dengan target inflasi yang telah ditetapkan oleh Nasional sebesar

4% +/- 1%. Proyeksi tersebut jauh lebih rendah dari pencapaian inflasi Kota Mamuju pada tahun

2015 yang tercatat sebesar 5,07% (yoy). Adanya penurunan pencapaian inflasi tahunan tersebut

diprediksi karena disebabkan oleh beberapa faktor yaitu, adanya efek penurunan harga BBM yang

telah dilakukan oleh pemerintah pusat pada triwulan II 2016 lalu, peningkatan produksi beras dan

hortikultura, musim migrasi ikan yang lebih lama dari seharusnya akibat anomali efek La Nina,

perbaikan infrastruktur kota seperti penghubung jalan antar Provinsi dan kabupaten serta adanya

peningkatan koordinasi di antara anggota TPID.

Di sisi lain, beberapa hal yang patut diwaspadai dan diprediksi dapat meningkatkan tekanan inflasi

akhir tahun 2016 adalah berakhirnya musim panen raya beras, tingginya curah hujan akibat

masuknya musim penghujan, berakhirnya musim migrasi ikan, adanya kemungkinan Pemerintah

Pusat menaikkan harga BBM dan TDL serta adanya persiapan kampanye untuk menghadapi

pemilihan kepala daerah 2017.

3.2 Inflasi Bulanan

Juli: Dampak migrasi ikan ke perairan Sulawesi Barat sangat terasa pada bulan Juli 2016 dan

menyebabkan inflasi tercatat sebesar 0,64% (mtm). Meningkatnya produksi ikan tangkap tercermin

dari andil yang dicapai dari beberapa ikan laut seperti Cakalang sebesar -0,19%, Layang sebesar -

0,10%, Tuna sebesar -0,02%, Tongkol sebesar -0,02%. Selain itu produksi komoditas hortikultura

yang meningkat hampir di seluruh wilayah juga tercatat memberikan andil negatif seperti Tomat

Sayur sebesar -0,02%, Jagung Muda sebesar -0,01%, Bawang Putih sebesar -0,01% dan Tomat

Sayur sebesar -0,01%.

Page 51: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) disusun dan disajikan secara triwulan

Agustus: Inflasi mengalami pelemahan lebih jauh dan berada pada angka -0,79% (mtm) akibat

melimpahnya produksi ikan dan hortikultura serta normalisasi angkutan udara. Puncak migrasi

ikan terjadi pada bulan ini dan menyebabkan andil beberapa komoditas ikan terhadap inflasi

menjadi berkurang, seperti Cakalang sebesar -0,52% dan Layang sebesar -0,14%. Normalisasi

angkutan udara setelah Hari Raya Idul Fitri juga terjadi pada bulan ini dan mengakibatkan andil

yang dicapai oleh komoditas ini tercatat sebesar -0,16%. Komoditas lainnya yang berpengaruh

terhadap pencapaian inflasi bulan ini disumbang dari komoditas hortikultura seperti Tomat Sayur

ang tercatat sebesar -0,05%, Wortel sebesar -0,02% dan Kol Putih sebesar 0,01%. Seluruh

pencapaian tersebut juga direfleksikan oleh pencapain inflasi berdasarkan komponennya. Tercatat

bahwa komponen Administered Prices memberikan andil sebesar -0,11% dan komponen Volatile

Food sebesar 0,72%.

September: Berakhirnya musim migrasi ikan dan perayaan hari haya Idul Qurban mendorong

pencapaian inflasi lebih tinggi pada bulan laporan, dengan pencapaian sebesar 0,32% (mtm).

Pencapaian tersebut utama didorong oleh berkurangnya produksi ikan tangkap akibat berakhirnya

musim migrasi ikan di perairan Sulawesi Barat. Hal ini dibuktikan oleh andil komoditas ikan-ikanan

seperti Cakalang yang tercatat sebesar 0,10% dan Layang sebesar 0,06%. Selain hal tersebut,

masuknya perayaan hari raya Idul Qurban juga diketahui menjadi penyebab peningkatan inflasi

akibat meningkatnya permintaan masyarakat terhadap komoditas angkutan udara, yang tercatat

memberikan andil sebesar 0,05% (mtm). Adanya kebijakan pemerintah untuk meningkatkan Tarif

Dasar Listrik juga berdampak terhadap daya beli masyarakat dan memberikan sumbangan sebesar

0,04%.

Peningkatan tekanan inflasi pada bulan ini, juga tercermin pada komponen inflasi Volatile Food

yang tercatat memberikan andil sebesar -0,03% atau melemah jauh dibandingkan bulan lalu yang

tercatat sebesar -0,72% (mtm). Selain itu tingginya permintaan masyarakat terhadap kebutuhan

angkutan udara untuk menghadapi hari raya Idul Qurban juga menyebabkan andil yang diberikan

oleh komponen Administered Prices tercatat sebesar 0,18%. Tingginya masyarakat terhadap

kebutuhan sandang seperti baju muslim juga turut menyebabkan komponen inflasi Core/inti juga

mengalami peningkatan andil inflasi sebesar 0,17%.

Tabel 5. Komoditas Andil Terbesar

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Juli 0 .64 Agustus -0.79 September 0.32

Bawang Merah 0.03 Cakalang/Sisik -0.52 Cakalang/Sisik 0.10

Makanan Ringan/Snack 0.03 Angkutan Udara -0.16 Bandeng/Bolu 0.08

Celana Panjang Jeans 0.17 Layang/Benggol -0.14 Tarip Pulsa Ponsel 0.06

Baju Kaos Berkerah 0.20 Tomat Sayur -0.05 Layang/Benggol 0.06

Baju Muslim 0.26 Gula Merah -0.03 Angkutan Udara 0.05

Cakalang/Sisik -0.20 Sekolah Dasar 0.09 Beras -0.09

Layang/Benggol -0.13 Jeruk Nipis/Limau 0.04 Bayam -0.05

Bandeng/Bolu -0.12 Makanan Ringan/Snack 0.04 Gula Pasir -0.04

Telur Ayam Ras -0.12 Tarip Listrik 0.04 Daging Sapi -0.03

Tuna -0.04 Beras 0.04 Tomat Sayur -0.03

Page 52: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) disusun dan disajikan secara triwulan

3.3 Inflasi Dari Sisi Penawaran

Laju inflasi berada pada level yang terkendali akibat kecukupan pasokan. Masuknya musim migrasi

ikan di perairan Sulawesi Barat terbukti meningkatkan produksi ikan tangkap oleh nelayan dan

berdampak terhadap pelemahan tekanan inflasi pada triwulan laporan. Selain itu, melimpahnya

hasil hortikultura juga memberikan stimulasi terhadap keseluruhan hasil pencapaian inflasi pada

triwulan III 2016. Masuknya musim panen pada bulan September juga berpengaruh terhadap

produksi beras di sentra-sentra produksi Sulawesi Barat seperti di Polewali Mandar dan Majene. Di

sisi lain, terbatasnya maskapai penerbangan di Sulawesi Barat menyebabkan tekanan inflasi

sangat terasa pada hari raya keagamaan. Hal tersebut berdampak pada pencapaian inflasi

Sulawesi Barat pada triwulan laporan. Pada triwulan berjalan (triwulan IV 2016), tekanan inflasi

diprediksi akan menguat seiring dengan berakhirnya musim migrasi ikan di perairan Sulawesi

Barat, berakhirnya musim panen padi, libur akhir tahun, perayaan Hari Raya Natal dan persiapan

pelaksanaan kampanye menjelang pemilihan kepala daerah Sulawesi Barat tahun 2017.

Berdasarkan hasil survei pusat informasi harga pangan strategis, rata-rata harga komoditas

hortikultura pada triwulan III secara stabil berkisar mulai dari Rp19.000,- hingga Rp44.000,-. Rata-

rata harga cabai merah selama triwulan laporan untuk jenis Cabai Merah Besar adalah sebesar

Rp31.937/kg, Cabai Merah Keriting Besar sebesar Rp29.625/kg, Cabai Rawit Hijau Segar sebesar

Rp19.369/kg dan Cabai Rawit Merah Segar sebesar Rp30.208/kg. Komoditas hortikultura lainnya

seperti Bawang Merah dan Bawang Putih berada pada level harga yang lebih tinggi. Tercatat

Bawang Merah adalah sebesar Rp44.057 dan Bawang Putih sebesar Rp33.666/kg. Stabilnya

harga komoditas hortikultura disebabkan oleh panen hortikultura yang terjadi secara serentak di

hampir seluruh wilayah dan arus distribusi barang yang lancar.

Peningkatan produksi ikan pada triwulan laporan diketahui meningkat dan berdampak pada

menurunnya sumbangan inflasi yang diberikan. Menyikapi adanya peningkatan produksi hasil

tangkap ikan, pemerintah daerah diketahui akan mulai mengoperasikan cold storage di Kabupaten

Polewali Mandar sebagai sarana penyimpanan hasil tangkap nelayan untuk dapat dipergunakan

pada waktu-waktu yang diperlukan. Berdasarkan hasil liaison yang telah kami lakukan ke

Pemerintah Kabupaten Polewali Mandar, pengoperasian cold storage tersebut nantinya akan dapat

menampung penyimpanan sebanyak 50 ton ikan, yang dilengkapi dengan kemampuan untuk

memproduksi es balok sebanyak 500 batang/hari. Namun demikian, hingga saat ini cold storage

tersebut masih belum dapat dioperasikan karena terkendala oleh pihak pengelola yang belum

selesai proses penunjukannya.

Untuk komoditas beras yang sebelumnya diprediksi akan mengalami masa panen raya pada bulan

Agustus dan September 2016, akibat efek anomali El Nino yang terjadi pada tahun 2015 lalu, pada

kenyataannya hanya mengalami panen raya pada bulan September 2016. Hal ini diprediksi

menjadi salah satu penyebab mengapa pencapaian inflasi triwulan ini masih berada di atas

Nasional dan KTI.

Hasil pemantauan harga pangan strategis yang kami lakukan pada triwulan laporan, mencatat

bahwa harga rata-rata beras untuk jenis premium berkisar pada harga Rp9.765/kg, jenis medium

sebesar Rp8.998/kg dan jenis rendah sebesar Rp8.614/kg. Secara umum harga beras pada

triwulan laporan diketahui lebih rendah dibandingkan harga rata-rata beras pada triwulan

Page 53: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) disusun dan disajikan secara triwulan

sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan hasil produksi beras sehingga

dapat memenuhi kebutuhan masyarakat pada triwulan ini.

3.4 Inflasi Dari Sisi Permintaan

Normalisasi permintaan paska bulan Ramadhan dan perayaan Hari Raya Idul Fitri menyebabkan

pelemahan tekanan inflasi. Historis data menunjukkan bahwa permintaan masyarakat cenderung

melambat, baik dari sisi permintaan bahan makanan hingga kebutuhan transportasi baik darat dan

udara. Hal ini dicerminkan oleh tingkat pencapaian inflasi pada bulan Juli dan Agustus yang masing-

masing tercatat mengalami inflasi yang jauh lebih rendah dari triwulan II, yaitu sebesar 0,64% (mtm)

dan -0,79% (mtm).

Namun demikian, masuknya Idul Qurban pada bulan September menyebabkan permintaan

kebutuhan masyarakat kembali menguat pada akhir triwulan laporan. Hal ini sejalan dengan pola

historisnya, dimana permintaan masyarakat terhadap bahan makanan dan transportasi cenderung

meningkat dalam rangka merayakan hari raya Idul Qurban. Namun demikian, masuknya musim

panen raya pada bulan September menyebabkan kebutuhan masyarakat dapat dipenuhi dengan

baik dan optimal. Satu-satunya kebutuhan masyarakat yang belum terkelola dengan baik adalah

penyediaan alat transportasi yang beragam. Hal ini menyebabkan komoditas inflasi yang tergabung

di dalam kelompok transportasi mengalami pertumbuhan inflasi yang cukup tinggi pada bulan

September yaitu sebesar 0,64% (mtm).

Grafik 33. IKK, IKE dan IEK Grafik 34. Komponen Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini

Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah

Ekspektasi konsumen mengalami pelemahan optimisme akibat pengaruh perlambatan ekonomi

yang terjadi. Persepsi terhadap perekonomian menunjukkan perlambatan dibandingkan dengan

triwulan lalu. Hal ini disebabkan oleh menurunnya optimisme konsumen terhadap kondisi ekonomi

saat ini dan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi 6 bulan yang akan datang. Seluruh

informasi tersebut, dibuktikan oleh Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)3 pada bulan September

2016 sebesar 127,0 menurun dari 146,8 di bulan Juni 2016. Penurunan optimisme ini disebabkan

antara lain oleh adanya pengetatan anggaran oleh pemerintah pusat terhadap pemerintah daerah,

yang dikhawatirkan dapat mengganggu perekonomian daerah. Penurunan optimisme ini

berdampak pada indeks penghasilan konsumen yang menurun cukup jauh dari 149,0 pada

3 Survei Konsumen KPw BI Provinsi Sulawesi Barat

Page 54: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) disusun dan disajikan secara triwulan

triwulan II menjadi 109,0 pad triwulan laporan. Hal tersebut juga mempengaruhi pola konsumsi

masyarakat terhadap barang tahan lama yang menurun sebesar 12 poin dari 124,0 pada triwulan

II menjadi 112,0 pada triwulan III 2016.

Keseluruhan hal tersebut menjaga tingkat permintaan inflasi pada level moderat. Jika dilihat dari

sisi permintaan penurunan optimisme tersebut berdampak pada pola konsumsi masyarakat dan

berujung pada terjaganya tingkat pencapaian inflasi pada triwulan laporan.

3.5 Perkembangan Inflasi/Deflasi Menurut Kelompok Komoditas

Pengaruh paling besar terhadap penurunan inflasi triwulan laporan diberikan oleh Kelompok

Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan yang tercatat sebesar -0,47% (yoy). Efek penurunan

harga BBM masih terus berlanjut dan memiliki pengaruh untuk terus menjaga pencapaian inflasi

pada level moderat triwulan ini. Sementara itu, lonjakan permintaan masyarakat menjelang Idul

Qurban dan adanya peningkatan ekspektasi masyarakat terhadap kebijakan pemerintah menaikan

harga rokok, terlihat pada tekanan sumbangan Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan

Tembakau yang tercatat sebesar 1,21% (yoy), diikuti oleh Kelompok Bahan Makanan yang tercatat

memberikan andil sebesar 1,14% (yoy) serta Kelompok Sandang sebesar 0,93% (yoy).

Grafik 35. Andil Inflasi Triwulan III 2016 Grafik 36. Andil terhadap Inflasi Tahunan

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Grafik 36 menggambarkan pengaruh konsumsi masyarakat terhadap inflasi terutama inflasi pada

kelompok bahan makanan dan makanan jadi. Kondisi tersebut mengindikasikan potensi tekanan

harga yang rentan dengan kenaikan konsumsi makanan menjelang perayaan hari besar

keagamaan, seperti pada saat memasuki perayaan hari raya Idul Qurban. Sementara itu pada grafik

37 terlihat dominasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau diikuti dengan

Kelompok Bahan Makanan. Andil kedua kelompok tersebut cenderung mengalami penurunan

dalam 2 triwulan terakhir.

Page 55: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) disusun dan disajikan secara triwulan

Grafik 37. Perkembangan Inflasi dan Kelompok Pembentuknya

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Andil terbesar inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau berasal dari Rokok

Kretek Filter. Hal ini disebabkan oleh peningkatan ekspektasi masyarakat terhadap isu harga rokok

yang akan dinaikkan oleh pemerintah pusat untuk menekan jumlah perokok Indonesia. Hal ini telah

meningkatkan andil Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau terhadap

pencapaian inflasi tahunan kota Mamuju dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0,84%

(yoy) menjadi 1,21% (yoy). Selain rokok, komoditas lainnya yang berpengaruh terhadap kelompok

ini adalah komoditas makanan pelengkap seperti Makanan Ringan/Snack dengan andil sebesar

0,22% (yoy), disusul dengan Minuman yang Tidak Beralkohol dengan andil sebesar 0,18% (yoy), Air

Kemasan dengan andil sebesar 0,07% (yoy) dan Mie 0,07% (yoy). Hal ini didorong oleh kebutuhan

masyarakat dalam menghadapi Hari Raya Idul Qurban.

Tabel 6. Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Pada triwulan IV 2016, inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau

diperkirakan akan mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan oleh permintaan masyarakat dalam

menghadapi Hari Raya Natal yang diiringi oleh berakhirnya musim migrasi ikan dan berakhirnya

musim panen.

Kelompok Bahan Makanan merupakan kelompok dengan andil terbesar ke dua pada triwulan

laporan, atau menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 2,14% (yoy).

tekanan tersebut disumbang oleh subkelompok Padi-Padian, Umbi-Umbian dan hasilnya sebesar

0,46% (yoy). Pelemahan andil pada kelompok ini disebabkan oleh meningkatnya hasil produksi

komoditas beras dan komoditas hortikultura. Selain itu masuknya musim migrasi ikan ke wilayah

perairan Sulawesi Barat juga berperan dalam mendukung pelemahan andil inflasi kelompok ini.

Tw II 2016 Tw III 2016

Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 0.84 1.21

Makanan Jadi 0.29 0.48

Minuman yang Tidak Beralkohol 0.14 0.18

Tembakau dan Minuman Beralkohol 0.42 0.54

Kelompok KomoditasAndil Inflasi Tahunan

Page 56: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) disusun dan disajikan secara triwulan

Pada triwulan berjalan tekanan inflasi pada kelompok ini juga diperkirakan masih cukup tinggi,

mengingat bahwa akhir tahun masyarakat banyak membutuhkan komoditas yang tergabung dalam

kelompok ini untuk mendukung perayaan hari raya Natal dan Tahun Baru.

Tabel 7. Inflasi Kelompok Bahan Makanan

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Sumbangan inflasi Kelompok

Sandang meningkat. Hal ini

disebabkan oleh meningkatnya

harga komoditas dunia untuk

emas. Kenaikan harga

komoditas tersebut

berpengaruh terhadap andil

komoditas emas sebesar 0,02%

(yoy). Diperkirakan pada

triwulan berjalan kelompok ini

perlu diwasapadai, mengingat persiapan atribut dalam mendukung kampanye pemilihan kepala

daerah akan mulai dipersiapkan, seperti kaos berkerah, kaos tanpa kerah, kemeja lengan pendek

dan kemeja lengan panjang.

Sumbangan inflasi Perumahan, Air,

Listrik, Gas dan Bahan Bakar

menurun menjadi 0,41%,

dibandingkan 0,81% pada triwulan II

2016. Penurunan tersebut

disebabkan oleh penurunan harga

bahan baku pembuatan tempat

tinggal yang tergabung di dalam sub

kelompok Biaya Tempat Tinggal.

Tw II 2016 Tw III 2016

Bahan Makanan 2.14 1.14

Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya 0.62 0.46

Daging dan Hasil-hasilnya 0.01 -0.05

Ikan Segar 0.88 0.18

Ikan Diawetkan 0.04 0.04

Telur, Susu dan Hasil-hasilnya -0.05 -0.08

Sayur-sayuran 0.45 0.08

Kacang-kacangan 0.01 0.00

Buah-buahan 0.12 0.18

Bumbu-bumbuan -0.02 0.32

Lemak dan Minyak 0.02 0.02

Bahan Makanan Lainnya 0.00 0.00

Kelompok KomoditasAndil Inflasi Tahunan

Tabel 8. Inflasi Kelompok Sandang

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Tabel 9. Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan bahan

Bakar

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Tw II 2016 Tw III 2016

Sandang 0.58 0.93

Sandang Laki-Laki 0.30 0.31

Sandang Wanita 0.17 0.31

Sandang Anak-Anak 0.07 0.22

Barang Pribadi dan Sandang Lain 0.04 0.09

Kelompok KomoditasAndil Inflasi Tahunan

Tw II 2016 Tw III 2016

Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar 0.81 0.41

Biaya Tempat Tinggal 0.63 0.10

Bahan Bakar, Penerangan dan Air -0.02 0.13

Perlengkapan Rumah Tangga 0.21 0.19

Penyelenggaraan Rumah Tangga 0.00 -0.01

Andil Inflasi TahunanKelompok Komoditas

Page 57: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) disusun dan disajikan secara triwulan

Penurunan harga bahan baku tersebut tercermin dari andil subkelompok tersebut yaitu sebesar

0,10% (yoy) dibandingkan triwulan lalu sebesar 0,63% (yoy). Pada triwulan berjalan diperkirakan

tekanan inflasi pada kelompok ini akan meningkat, seiring dengan rencana kenaikan harga tarif

dasar listrik oleh pemerintah pusat.

Inflasi pada kelompok kesehatan

meningkat pada level moderat

menjadi 0,11% (yoy) dari triwulan

sebelumnya sebesar 0,06% (yoy).

Peningkatan inflasi tersebut utamanya

disumbang dari biaya komoditas Tarif

Gunting Rambut sebesar 0,02% (yoy).

Hal ini disebabkan karena pada

triwulan laporan diketahui bahwa

banyak bermunculan kedai potong rambut modern di Kota Mamuju. Hal ini diprediksi menjadi

sebab berubahnya harga cukur rambut tradisional menjadi tarif cukur rambut modern. Untuk

triwulan IV 2016 diperkirakan bahwa Kelompok Kesehatan masih akan mengalami inflasi,

mengingat dalam menghadapi hari raya Natal dan Tahun Baru, masyarakat akan banyak

membutuhkan komoditas yang tergabung di dalam kelompok ini seperti Perawatan Jasmani Dan

Kosmetika serta Jasa Perawatan Jasmani.

Tekanan inflasi pada Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga sedikit menurun, menjadi

0,10% dibandingkan 0,11% pada triwulan lalu. Penurunan tersebut dipengaruhi oleh rendahnya

sumbangan inflasi pada subkelompok perlengkapan/peralatan pendidikan, yang tercatat sebesar

-0,01% (yoy). Rendahnya andil inflasi pada subkelompok ini dipengaruhi oleh berakhirnya efek

tahun ajaran baru.

Satu-satunya kelompok yang tercatat mengalami deflasi pada triwulan laporan adalah Kelompok

Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan yang tercatat sebesar 0,47% (yoy). Pelemahan inflasi

pada Kelompok ini disebabkan oleh subkelompok transportasi yang tercatat memberikan andil

sebesar -0,50% (yoy) atau melemah lebih jauh dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar -

0,25% (yoy). pelemahan menunjukkan beberapa hal yaitu, (i) efek penurunan BBM oleh pemerintah

pusat yang dilakukan pada triwulan I 2016 dan (ii) permintaan kebutuhan transportasi udara

masyarakat pada perayaan hari raya Idul Qurban tidak sebesar permintaan yang terjadi pada hari

raya Idul Fitri.

Pada triwulan berjalan diperkirakan tekanan inflasi pada kelompok ini akan menguat, terkait

dengan adanya kemungkinan pemerintah pusat menaikkan harga BBM pada akhir tahun dan

adanya kenaikan permintaan masyarakat pada hari raya Natal dan Tahun Baru terhadap komoditas

transportasi udara.

Tabel 10. Inflasi Kelompok Kesehatan

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Tw II 2016 Tw III 2016

Kesehatan 0.06 0.11

Jasa Kesehatan 0.03 0.02

Obat-obatan 0.01 0.01

Jasa Perawatan Jasmani 0.00 0.02

Perawatan Jasmani dan Kosmetika 0.02 0.04

Kelompok KomoditasAndil Inflasi Tahunan

Page 58: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) disusun dan disajikan secara triwulan

Tabel 11. Inflasi Kelompok Pendidikan, Rekreasi, dan

Olah Raga

Tabel 12. Inflasi Kelompok Kelompok Transpor,

Komunikasi & Jasa Keuangan

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

3.6 Disagregasi Inflasi

Tekanan inflasi disumbang oleh seluruh komponen baik Volatile Food (VF), Core dan Administered

Prices (AP). Secara triwulanan, realisasi inflasi (tahunan) pada triwulan III 2016 lebih rendah

dibandingkan triwulan II 2016 yaitu sebesar 3,43% (yoy) dari triwulan sebelumnya sebesar 4,30%

(yoy). Penurunan tersebut disebabkan oleh sumbangan komponen VF sebesar 1,01% (yoy). Namun

demikian, kuatnya tekanan inflasi pada komponen AP dan core meyebabkan pelemahan inflasi

tertahan lebih jauh lagi. Hal tersebut tercermin dari adanya peningkatan andil kelompok AP sebesar

0,04% (yoy) atau meningkat dari -0,12% (yoy) pada triwulan sebelumnya dan komponen core yang

andilnya meningkat sedikit menjadi 2,38% (yoy) dari triwulan sebelumnya sebesar 2,35% (yoy).

Shock atau tekanan inflasi dapat pada triwulan laporan dapat tergambarkan secara jelas melalui

tracking inflasi bulanan. Pada bulan Juli tingkat inflasi adalah sebesar 0,64% (mtm), lalu kemudian

kembali melemah pada bulan Agustus sebesar -0,79% (mtm) dan akhirnya kembali menguat

menjadi 0,32% (mtm) akibat didorong oleh tingginya kebutuhan masyarakat untuk merayakan hari

raya Idul Qurban dan ekspektasi masyarakat terhadap kenaikan harga rokok. Hal tersebut dapat

terlihat pada andil Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau dan Kelompok Bahan

Makanan, dimana kedua kelompok tersebut merupakan kelompok yang tergabung di dalam

Komponen VF yang tercatat memiliki andil sebesar -0,03% (mtm) dan Komponen AP yang tercatat

sebesar 0,18% (mtm).

Meski tercatat memberikan andil yang cukup besar, diketahui bahwa jika dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya andil pada ke dua komponen tersebut mengalami pelemahan. Hal ini

menunjukkan bahwa pada triwulan laporan kecukupan bahan pangan untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat mengalami peningkatan dan efek perayaan hari raya Idul Qurban masih belum sekuat

efek perayaan hari raya Idul Fitri.

Secara tahunan (yoy) realisasi inflasi pada akhir triwulan III 2016 untuk masing-masing komponen

adalah sebesar 5,06% (yoy) untuk VF, 3,68% untuk komponen Core dan 0,27% untuk komponen

AP.

3.6.1 Volatile Food

Panen raya yang terjadi pada triwulan laporan membantu pencapaian deflasi pada bulan laporan.

Secara bulanan inflasi pada komponen VF mengalami deflasi yaitu sebesar 0,13% (mtm) atau

Tw II 2016 Tw III 2016

Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga 0.11 0.10

Pendidikan 0.08 0.10

Kursus-Kursus / Pelatihan 0.01 0.00

Perlengkapan / Peralatan Pendidikan 0.01 -0.01

Rekreasi 0.01 0.01

Olahraga 0.01 0.00

Kelompok KomoditasAndil Inflasi Tahunan

Tw II 2016 Tw III 2016

Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan -0.24 -0.47

Transpor -0.25 -0.50

Komunikasi dan Pengiriman -0.03 -0.01

Sarana dan Penunjang Transpor 0.04 0.04

Jasa Keuangan 0.00 0.00

Kelompok KomoditasAndil Inflasi Tahunan

Page 59: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) disusun dan disajikan secara triwulan

melemah dibandingkan denga triwulan lalu yang tercatat mengalami inflasi sebesar 2,61% (mtm).

Hal ini disebabkan oleh meningkatnya hasil produksi beras akibat panen raya yang terjadi pada

akhir triwulan III 2016. Jika dilihat secara tahunan, komponen ini mengalami tingkat pelemahan

inflasi yang paling tinggi, yaitu sebesar 5,06% (yoy) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang

tercatat sebesar 10,30% (yoy). Penurunan tekanan inflasi tersebut secara tahunan diakibatkan

oleh meningkatnya hasil produksi kan-ikanan, seperti ikan Cakalang yang tercatat memiliki andil

sebesar -0,76% (yoy), dan hortikultura seperti komoditas cabai rawit dengan andil sebesar -0,06%

(yoy), cabai merah dengan andil sebesar -0,06% (yoy), tomat sayur dengan andil sebesar -0,03%

(yoy) dan tomat buah sebesar -0,03% (yoy).

Secara bulanan, pelemahan inflasi VF mencapai puncaknya pada bulan Agustus sebesar -3,46%

(mtm), yang disebabkan oleh melimpahnya hasil produksi ikan seperti Cakalang dengan andil

sebesar -0,52% dan Layang dengan andil sebesar -0,14%. Selain komoditas ikan-ikanan, komoditas

hortikultura juga tercatat menjadi penyebab dalamnya deflasi pada bulan tersebut, seperti tomat

sayur sebesar -0,05%, wortel sebesar -0,02% dan kol putih sebesar -0,01%.

Inflasi beras, hortikulura dan ikan berpotensi meningkat pada triwulan berjalan, namun terjaga

pada level moderat. Hal ini disebabkan karena telah selesainya musim migrasi ikan melewati

perairan Sulawesi Barat dan berakhirnya musim panen raya. Namun demikian, berdasarkan

rencana pengoperasian cold storage di Polewali Mandar, kesulitan penangkapan ikan akibat

berakhirnya musim migrasi akan dapat diatasi mengingat bahwa pada akhir tahun penunjukan

pengelola cold storage diperkirakan sudah selesai. Berakhirnya musim panen raya baik untuk beras

maupun untuk komoditas hortikultura diprediksi juga akan terjadi.

Grafik 38. Inflasi Bulanan Komponen Disagregasi Grafik 39. Inflasi Tahunan Komponen Disagregasi

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Memperhatikan informasi di atas, maka komponen VF diprediksi masih akan menjadi komponen

yang pencapaian inflasinya paling tinggi di antara komponen lainnya, yaitu sebesar 6,60% (yoy) –

7,00% (yoy). Namun demikian pencapaian tersebut masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan

pencapaian inflasi VF tahun kemarin yang mencapai angka sebesar 12,19% (yoy). Pada tahun 2017

diproyeksikan inflasi VF secara tahunan akan kembali menguat dalam level yang moderat yaitu

dalam rentang 7,2% (yoy) - 7,5% (yoy). Hal ini disebabkan karena musim migrasi ikan yang

kemungkinan tidak akan sepanjang tahun 2016.

Page 60: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) disusun dan disajikan secara triwulan

3.6.2 Administered Price

Secara bulanan tradisi mudik pada saat hari raya Idul Qurban menjadi salah satu penyebab

tekanan inflasi pada triwulan laporan. Hal tersebut menyebabkan inflasi pada komponen ini

mengalami inflasi yang paling tinggi pada triwulan laporan yaitu sebesar 1,20% (mtm). Komoditas

yang berperan terhadap pencapaian hal tersebut yaitu transportasi udara dengan andil sebesar

0,05% (mtm). Adanya isu yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat terkait dengan rencana

peningkatan harga rokok juga berdampak cukup besar terhadap pencapaian inflasi komponen ini.

Tercatat bahwa komoditas rokok kretek filter memberikan andil sebesar 0,05% (mtm) sedangkan

rokok putih memberikan andil sebesar 0,03% (mtm). Meski demikian secara umum hasil capaian

inflasi komponen ini pada triwulan laporan mengalami perlambatan dari triwulan sebelumnya yang

tercatat sebesar 1,28% (mtm).

Jika dilihat secara tahunan, terjadi peningkatan yang cukup jauh dibandingkan dengan triwulan

lalu. Pada triwulan laporan tercatat pencapaian tahunan adalah sebesar 0,27% (yoy) atau

meningkat dari -0,76% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Peningkatan tekanan inflasi tersebut

sangat dipengaruhi oleh isu kenaikan harga rokok, yang menyebabkan andil inflasi yang diberikan

oleh rokok kretek filter menjadi 0,35% (yoy), disusul oleh rokok putih sebesar 0,14% (yoy) dan

terakhir adalah rokok kretek dengan andil sebesar 0,05% (yoy).

Perayaan Hari Raya Natal dan Tahun Baru serta adanya kemungkian kenaikan TDL dan BBM

berpotensi menyebabkan tekanan inflasi pada triwulan berjalan. Keseluruhan hal tersebut

diprediksi menjadi penyebab peningkatan inflasi komponen ini, terlebih apabila dikaitkan dengan

peningkatan penggunaan daya listrik oleh rumah tangga dalam rangka mempersiapkan atribut

kampanye bagi kampanye pemilihan Gubernur.

Memperhatikan informasi di atas, maka pencapaian inflasi komponen AP diprediksi akan sedikit

menguat dalam level yang moderat, yaitu sebesar 2,90% (yoy) – 3,10% (yoy). Proyeksi pencapaian

tersebut diperkirakan lebih tinggi dari tahun sebelumnya yang tercatat sebesar -2,50% (yoy). Pada

tahun 2017 diproyeksikan inflasi AP secara tahunan akan kembali menguat dalam level yang

moderat yaitu dalam rentang 3,30% (yoy) – 3,50% (yoy). Hal ini disebabkan karena efek kenaikan

harga BBM dan TDL oleh Pemerintah Pusat dampaknya akan sampai dengan akhir tahun 2017.

3.6.3 Core Inflation

Pencapaian inflasi Core melemah. Pada grafik 39 terlihat bahwa tekanan inflasi dari komponen

core memiliki pergerakan yang paling perlahan dibandingkan komponen lainnya. Pada akhir

triwulan III 2016, inflasi di bulan September sebesar 0,26% (mtm) atau 3,68% (yoy) lebih tinggi

dibandingkan 3,65% (yoy) pada triwulan II 2016.

Secara bulanan, pelemahan tekanan inflasi tersebut disumbang oleh penurunan harga pelengkap

minuman seperti gula pasir dengan andil sebesar -0,04% (mtm), disusul oleh pelemahan harga

mobil dengan andil sebesar -0,01% (mtm). Adanya pelemahan harga mobil ini sesuai dengan hasil

survei konsumen KPw BI Prov. Sulawesi Barat, dimana tingkat keyakinan konsumen terhadap

kondisi ekonomi Sulawesi Barat pada triwulan laporan sedikit menurun. Hal tersebut memberikan

indikasi bahwa sebagian besar masyarakat melakukan penghematan pembelian untuk barang-

barang berdaya tahan lama seperti mobil dan berdampak pada adanya pelemahan permintaan

Page 61: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) disusun dan disajikan secara triwulan

terhadap penjualan mobil sehingga mengakibatkan turunnya andil inflasi komoditas barang

tersebut.

Tekanan inflasi komponen Core diperkirakan meningkat pada triwulan berjalan. Ekspektasi ini

disebabkan oleh meningkatnya permintaan komoditas sandang yang akan dibutuhkan untuk

menyemarakkan atribut kampanye pemilihan kepala daerah. Selain itu, adanya kebutuhan

masyarakan untuk melakukan pembelian baju baru untuk menghadapi hari raya Natal dan Tahun

baru juga diprediksi akan berpengaruh terhadap peningkatan pencapaian inflasi pada triwulan

berjalan. Dari kelompok ikan segar, berakhirnya musim migrasi ikan juga diprediksi akan

berdampak pada kelompok ikan-ikanan yang tergabung di dalam kompnen Core inflasi, seperti ikan

tuna.

Page 62: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) disusun dan disajikan secara triwulan

2. Pelemahan Domestic Demand di Sulawesi Barat

Pola konsumsi Sulawesi Barat sebenarnya cenderung sama sejak 2013, dimana konsumsi

meningkat di saat bulan puasa dan akhir tahun. Selain pola konsumsi, inflasi tinggi di akhir tahun

2014 dan 2015 lebih disebabkan pasokan ikan yang terbatas di saat kebutuhan akan komoditas

ini sedang tinggi-tingginya. Penurunan tingkat permintaan masyarakat (domestic demand) Sulawesi

Barat terlihat sejak pertengahan 2015 dimana kecenderungan inflasi tahunan yang terus menurun.

Kondisi ini diperparah dengan turunnya harga bahan bakar minyak (BBM) sebanyak 2 (dua) kali di

awal 2016 yaitu bulan Januari 2016 (dari Rp7.300 menjadi Rp7.050, atau turun 3,4%) dan April

2016 (dari Rp7.050 menjadi Rp6.450 atau turun 8,5%). Sejak penurunan BBM tersebut, tren inflasi

Sulawesi Barat terus melandai. Hingga Oktober 2016, inflasi tahun kalender hanya mencapai

0,78% (ytd). Dengan tersisa dua bulan di 2016, diperkirakan inflasi ini menjadi yang terendah bagi

Sulawesi Barat. Jika dua bulan terakhir itu masing-masing terjadi inflasi tinggi sekitar 1%, maka

inflasi Sulawesi Barat 2016 mencapai 2,78% (yoy). Jelas angka tersebut berada di bawah target

4±1% dimana inflasi terendah berada di angka 3%. Kondisi inflasi yang sangat rendah

mengindikasikan adanya aktivitas perekonomian yang lemah yang dapat bersumber dari konsumsi

masyarakatnya.

Grafik 40. Inflasi Bulanan Sulawesi Barat Grafik 41. Inflasi Tahunan Sulawesi Barat

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Indikasi selanjutnya bersumber dari pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) yang terdiri dari

tabungan, deposito, dan giro, perseorangan di Sulawesi Barat dimana pertumbuhan DPK selama

2016 cukup tinggi dengan selalu di atas 10% (yoy). Penurunan hanya terjadi pada saat periode

tertentu seperti hari raya keagamaan, selebihnya masyarakat cenderung menahan dananya di

bank. Berdasarkan survei konsumen Bank Indonesia, masyarakat merasakan kondisi saat ini

penghasilan mereka tidak seperti periode sebelumnya (6 bulan sebelumnya) dimana penghasilan

cenderung turun. Hal tersebut membuat mereka berjaga-jaga dengan menyimpan uang di bank

terhadap kondisi ke depan.

BOKS 2

Page 63: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) disusun dan disajikan secara triwulan

Grafik 42. Pertumbuhan DPK Perseorangan Grafik 43. Kondisi Ekonomi Saat ini dibandingkan 6

bulan lalu

Sumber: Laporan Bank Umum, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah

Perlambatan ekonomi akibat pelemahan konsumsi diantisipasi Bank Indonesia dengan

menurunkan suku bunga kebijakan hingga pada periode November BI 7-Day (Reverse) Repo Rate

berada pada angka 4,75%. Penurunan suku bunga yang bersifat nasional ini, berdampak positif

terhadap perkembangan kredit di Sulawesi Barat. Sejak bulan Mei 2016, kredit konsumsi terus

mengalami pertumbuhan yang signifikan. Tentunya masih banyak yang dapat dilakukan untuk

meningkatkan gairah perekonomian masyarakat yang harus disertai koordinasi instansi di daerah.

Pemerintah dapat melaksanakan event-event khusus di periode-periode selain hari besar

keagamaan seperti pariwisata, UMKM, ataupun pendidikan. Selain untuk mendorong aktivitas

perekonomian masyarakat, event tersebut dapat menjadi ajang penarik bagi investor maupun

wisatawan. Namun, penyelenggaraan event harus diiringi pencarian potensi pendapatan daerah

agar pembangunan dapat terus berkelanjutan.

Grafik 44. Perkembangan Kredit Konsumsi

Sumber: Laporan Bank Umum, diolah

Page 64: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) disusun dan disajikan secara triwulan

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

Page 65: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) disusun dan disajikan secara triwulan

1.

Page 66: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) disusun dan disajikan secara triwulan
Page 67: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) disusun dan disajikan secara triwulan

4.1 Perkembangan Stabilitas Keuangan

Kondisi stabilitas sistem keuangan di Provinsi Sulawesi Barat masih stabil. Terutama dari

ketahanan sektor rumah tangga. Konsumsi masyarakat cukup tinggi dengan perilaku untuk

berhutang yang masih terjaga. Secara total, risiko kredit di Sulawesi Barat masih stabil dengan rasio

Non Performing Loan (NPL) pada triwulan III 2016 sebesar 2,08%, relatif stabil dibandingkan 2,06%

pada triwulan II 2016.

Seiring dengan stabilitas risiko tersebut, kinerja perbankan dalam menjalankan fungsi intermediasi

pun meningkat. Rasio LDR perbankan Sulawesi Barat menurut lokasi proyek meningkat dari

156,74% di triwulan II 2016 menjadi 174,32% pada triwulan laporan. Peningkatan LDR tersebut

terlihat semakin besar jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, sebesar 145,68%.

4.1.1 Kondisi Sektor Rumah Tangga

4.1.1.1 Sumber Kerentanan dan Kondisi Sektor Rumah Tangga

Konsumsi rumah tangga tumbuh melambat. Sektor rumah tangga memiliki peranan penting dalam

perekonomian dan sistem keuangan. Dalam perekonomian Sulawesi Barat, rumah tangga memiliki

porsi yang terbesar, lebih dari 70% merupakan konsumsi rumah tangga. Dalam institusi keuangan

pun peran rumah tangga cukup besar, terindikasi dari besarnya pangsa tabungan dalam bank

umum di Sulawesi Barat pada triwulan III 2016 sebesar 61,46%. Terdapat beberapa faktor yang

mempengaruhi kondisi keuangan rumah tangga, yaitu tingkat pendapatan, tingkat penciptaan

lapangan kerja, pengangguran dan kondisi pembiayaan/ kredit oleh rumah tangga.

Konsumsi rumah tangga dalam perekonomian (PDRB) di triwulan III 2016 tumbuh melambat,

dengan perubahan angka pertumbuhan dari 7,14% (yoy) pada triwulan II 2016 menjadi 3,36% (yoy)

pada triwulan III 2016. Seiring dengan perlambatan tersebut, pangsa konsumsi rumah tangga

dalam perekonomian pun turun dari sekitar 74,60% menjadi 71,30%.

Grafik 45. Konsumsi Rumah Tangga Grafik 46. Perkembangan Indeks Kondisi Ekonomi Saat

ini di Mamuju

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah

Melambatnya pertumbuhan konsumsi sejalan dengan hasil Survei Konsumen periode September

2016, dimana Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) sebesar 127,0, turun 19,8 poin dibandingkan

IKK Juni 2016 sebesar 146,8. Meskipun secara bulanan dalam triwulan III 2016 terdapat

peningkatan IKK di bulan Agustus dari 142,7 menjadi 143,0. Di samping itu, konsumen pun

mengutarakan penurunan konsumsinya pada saat ini lebih rendah dibandingkan triwulan lalu,

Page 68: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) disusun dan disajikan secara triwulan

dengan perubahan indeks dari 190,0 menjadi 154,0 sehingga angka nett balance4-nya pun turun

dari 90,0 menjadi 54,0. Sementara pada IKK, pelemahan konsumsi pada saat ini dibandingkan

dengan triwulan lalu selain dipengaruhi oleh faktor seasonal seperti Ramadhan dan Idul Fitri,

konsumen beranggapan bahwa kondisi ekonomi pada saat ini masih relatif lesu namun akan mulai

mengalami perbaikan kinerja pada 6 bulan kedepan.

Kedua komponen pembentuk IKK mengalami penurunan. Seiring dengan berlalunya Ramadhan

dan Idul Fitri, konsumen pun meyakini bawa terjadi penurunan pendapatan dan kembali normalnya

konsumsi (terutama barang tahan lama), sehingga Indeks Kondisi Ekonomi saat ini (IKE), turun dari

144,7 (triwulan II 2016) menjadi 128,0. Namun demikian, persepsi tersebut tidak lepas dari

pengaruh melemahnya kondisi ekonomi dan daya beli masyarakat secara umum. Melemahnya

optimisme konsumen terlihat dari penurunan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) dari 149,0

(triwulan II 2016) menjadi 126,0 (triwulan III 2016), meskipun masih berada pada level optimis.

Konsumen menengarai bahwa kebijakan pengetatan anggaran oleh pemerintah pusat akan

mempengaruhi kemampuan dan kebijakan pemerintah provinsi dalam mendorong pertumbuhan

ekonomi dan menciptakan lapangan pekerjaan, yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap

harapan kenaikan pendapatan pada masyarakat. Di samping masih terdapat belum pastinya siapa

pemimpin daerah Sulawesi Barat nantinya, sehingga menurunkan optimisme konsumen dalam

melakukan kegiatan usaha.

Grafik 47. Perkembangan Indeks Kondisi Ekonomi

Saat ini di Mamuju

Grafik 48. Perkembangan Indeks Ekspektasi

Konsumen

Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah

Hasil Survei Konsumen di wilayah Mamuju mengungkapkan bahwa optimisme rumah tangga

terhadap penghasilannya pada saat ini dan 6 bulan ke depan relatif sama. Tiadanya faktor yang

menjadi pendorong peningkatan permintaan mempengaruhi optimisme rumah tangga terhadap

kestabilan pendapatan. Kondisi tersebut diindikasikan dengan indeks penghasilan pada saat ini

(dalam IKE) sebesar 109,0 dan indeks ekspektasi penghasilan pada 6 bulan mendatang (dalam

IKE) sebesar 108,0.

Sementara itu konsumen melihat bahwa beleid kebijakan anggaran yang ditetapkan oleh

pemerintah pusat, mempengaruhi kemampuan pemerintah daerah untuk mendorong

pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja. Terlebih kondisi ekonomi cenderung

melambat dan rumah tangga mengekspektasikan belum ada perkembangan berarti ke depannya.

4 Selisih antara orang yang menjawab meningkat dan menurun, dengan mengabaikan jawaban sama/tetap

Page 69: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) disusun dan disajikan secara triwulan

Sejalan dengan hal tersebut, indeks ketersediaan lapangan kerja pada saat ini dan 6 bulan

kedepan belum mengalami prospek yang berarti. Namun demikian penurunan optimisme tersebut

berada pada level yang cukup tinggi, sebagaimana terlihat pada perubahan indeks dari 163,0 (pada

IKE) menjadi 155,0 (pada IEK).

Selain sektor formal, rumah tangga memperkirakan hal serupa terjadi pada sektor informal, dimana

optimisme rumah tanggal terhadap indeks kegiatan usaha pada 6 bulan ke depan cenderung

mengalami penurunan, yakni dari 152,0 pada triwulan II 2016 menjadi 115,0 pada triwulan III

2016.

Meskipun kondisi perekonomian diperkirakan belum sepenuhnya pulih, namun rumah tangga

memperkirakan kerentanan harga pada triwulan IV 2016 akan meningkat, seiring dengan adanya

moment pergantian tahun, intensitas kampanye dan kondisi cuaca yang ekstrim. Berbagai event

tersebut mempengaruhi ekspektasi rumah tangga terhadap tekanan harga, diindikasikan dengan

indeks sebesar 169,0, meningkat signifikan dibandingkaan ekspektasi untuk triwulan III 2016

sebesar 17,0.

Grafik 49. Inflasi Triwulanan dan Ekspektasi harga 3

bulan yang akan datang

Grafik 50. Penggunaan Penghasilan Konsumen

Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah

4.1.1.2 Kinerja Keuangan Rumah Tangga

Konsumsi cenderung meningkat. Meskipun kondisi perekonomian masih cenderung melambat dan

permintaan konsumen cenderung melemah, namun hasil SK menginformasikan bahwa rumah

tangga semakin cenderung menggunakan penghasilannya untuk meningkatkan konsumsi. Pada

triwulan III 2016, pangsa konsumsi didalam pengeluaran rumah tangga sebesar 66,18%,

meningkat dibandingkan 64,25% pada triwulan II 2016. Meskipun telah melewati Lebaran, namun

banyaknya event, seperti pameran dan bazaar di Sulawesi Barat, sehingga masyarakat

memanfaatkan moment tersebut untuk berbelanja. Efek dari peningkatan konsumsi tersebut,

rumah tangga mengurangi keinginan berhutangnya, diindikasikan dari penurunan pangsa

penghasilan untuk membayar cicilan, dari 20,80% menjadi 19,12%. Sementara itu, hal positif

adalah rumah tangga tetap berupaya untuk menjaga kestabilan tabungannya, sehingga pangsa

tabungan hanya sedikit menurun, dari 14,95% menjadi 14,70%.

Relatif kecilnya porsi pendapatan untuk tabungan mengindikasikan kerentanan rumah tangga di

sektor keuangan, dan hal ini menjadi salah satu kendala bagi perbankan dalam mendorong

Page 70: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) disusun dan disajikan secara triwulan

percepatan kinerja usahanya. Seiring dengan hal tersebut, jumlah rumah tangga yang memiliki

rasio kredit terhadap pendapatan (debt service to ratio/DSR) cenderung menurun, jika pada

triwulan II 2016 sebesar 20,80% maka pada triwulan III 2016 sedikit melandai menjadi 19,12%.

4.1.2 Dana Pihak Ketiga Perseorangan Perbankan

Sektor rumah tangga mendominasi pangsa dana pihak ketiga (DPK) di Sulawesi Barat. Jumlah

simpanan perseorangan di perbankan Sulawesi Barat pada triwulan III 2016 sebesar Rp2,81triliun

atau sebesar 70,14% dari total dana pihak ketiga. Pangsa tersebut naik dibandingkan 65,96% pada

triwulan II 2016. Meskipun dominan, namun pertumbuhan dana perseorangan tersebut melemah

dari 19,92% (yoy) di triwulan II 2016 menjadi 9,86% (yoy) pada triwulan laporan.

Berdasarkan jenisnya, kecenderungan masyarakat untuk menempatkan dananya pada produk

tabungan cenderung meningkat, dengan pangsa 83,65%, sedikit lebih tinggi dibandingkan 82,19%

pada triwulan II 2016. Preferensi ini antara lain didorong oleh peningkatan layanan perbankan

kepada nasabahnya, dan berbagai fasilitas penggunaan tabungan. Sementara itu, indikasi

mengenai minimnya pengetahuan berbisnis dan investasi ditengarai menjadi salah satu penyebab

keengganan depositor perseorangan untuk menempatkan dananya dalam bentuk giro dan

deposito, meskipun perbankan telah memberikan suku bunga yang cukup tinggi untuk simpanan

deposito, yaitu sekitar 7,4%.

Grafik 51. Pangsa DPK Perseorangan Terhadap Total

DPK di Sulawesi Barat

Grafik 52. Komposisi DPK Perseorangan di Sulawesi

Barat

Sumber: Laporan Bank Umum, diolah Sumber: Laporan Bank Umum, diolah

Pertumbuhan DPK perseorangan lebih baik dibandingkan DPK bukan perseorangan. Di tengah

kondisi yang kurang kondusif dan melemahnya daya beli masyarakat, DPK perseorangan masih

mampu mencatatkan pertumbuhan positif secara tahunan, sebesasr 9,86% (yoy). Sebaliknya DPK

non perseorangan setelahj mencatat pertumbuhan pesat di triwulan lalu sebesar 35,88% (yoy),

pada triwulan III 2016 menurun drastis menjadi -8,85% (yoy). Pertumbuhan DPK perseorangan

tersebut mempu mendukung pertumbuhan DPK secara total yang tumbuh sebesar 3,52% (yoy).

Sementara itu berdasarkan jenis simpanan, pertumbuhan tertinggi terdapat pada deposito sebesar

19,37%, hal ini antara lain dipengaruhi oleh perkembangan tingkat suku bunga deposito yang

cenderung meningkat dibandingkan triwulan lalu dari sekitar 6,4% menjadi 7,4%. Berikutnya

pertumbuhan tabungan sebesar 16,96% (yoy) lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada

tiwulan II 2016 sebesar 26,31% (yoy). Kondisi yang cukup meresahkan terjadi pada simpanan giro

perseoranga, dimana koreksi pertumbuhannya di triwulan laporan semakin dalam dibandingkan

Page 71: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) disusun dan disajikan secara triwulan

periode sebelumnya, dari -19,87% (yoy) menjadi -47,22% (yoy). Pangsanya pun didalam DPK

perseorangan hanya sekitar 5,49%.

Grafik 53. Pangsa DPK Perseorangan Terhadap Total

DPK di Sulawesi Barat

Grafik 54. Komposisi DPK Perseorangan di Sulawesi

Barat

Sumber: Laporan Bank Umum, diolah Sumber: Laporan Bank Umum, diolah

4.1.3 Kredit Perbankan Sektor Rumah Tangga

Pertumbuhan kredit RT melambat Secara total, kredit rumah tangga pada triwulan III 2016 tumbuh

10,93% (yoy), lebih rendah dibandingkan 18,03% pada triwulan sebelumnya. Pertumbuhan

tersebut didorong pertumbuhan kredit multiguna (KMG) dan kredit pemilikan rumah (KPR), yang

masing-masing mencatat pertumbuhan sebesar 29,40% dan 8,58%. Sementara, kredit untuk

pembelian kendaraan bermotor (KKB) masih mengalami kontraksi 73,98% (yoy). Pangsa ketiga

macam kredit tersebut di dalam kredit rumah tangga sangat besar, yaitu 97,64%. Kontraksi pada

KKB disinyalir dipengaruhi oleh pertumbuhan industri kelapa sawit yang belum sepenuhnya pulih.

Sebagai informasi, konsumen KKB banyak yang berkecimpung di industri kelapa sawit.

Grafik 55. Perkembangan Kredit Rumah Tangga Grafik 56. Perkembangan Risiko Kredit Rumah Tangga

Sumber: Laporan Bank Umum, diolah Sumber: Laporan Bank Umum, diolah

Risiko kredit rumah tangga tergolong rendah. NPL kredit rumah tangga pada triwulan III 2016

berada pada level 1,0%, relatif sama dengan triwulan lalu sebesar 1,1%. Dibandingkan dengan

tahun-tahun sebelumnya, rasio NPL kredit rumah tangga cenderung menurun. Pada tahun 2015,

NPL kredit rumah tangga sebesar 1,4%. Berdasarkan jenisnya, NPL terbesar terdapat pada

pembiayaan kredit untuk ruko dan KPA, sementara NPL untuk KPR relatif masih terjaga, sebesar

Page 72: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) disusun dan disajikan secara triwulan

2,4%, sedikit lebih tinggi dibandingkan triwulan lalu 2,2%. NPL untuk KMG dan KKB pun terbilang

rendah, di bawah 1%.

4.2 Perkembangan Stabilitas Keuangan Korporasi

Pertumbuhan kredit korporasi terkoreksi 2,85% (yoy). Secara umum, terdapat empat sektor yang

mendominasi penyaluran kredit di Sulawesi Barat, terbesar pada sektor perdagangan, yang di

triwulan III 2016 nilainya sebesar Rp1,87 triliun atau 68,33%. Meskipun menjadi primadona, tetapi

penyaluran kredit di sektor perdagangan cenderung melemah pertumbuhannya, di periode laporan

sebesar 10,12% (yoy) lebih rendah dibandingkan 14,04% (yoy) pada triwulan lalu. Kondisi serupa

terjadi pada sektor pertanian, konstruksi, dan jasa sosial masyarakat, bahkan pertumbuhan kredit

di sektor pertanian mengalami kontraksi -37,04% (yoy). Pertumbuhan kredit di pertanian sangat

dipengaruhi oleh penurunan kinerja industri kelapa sawit sehingga menurunkan aktivitas usaha di

sektor pertanian. Sementara kredit konstruksi sedikit terkendala dengan kebijakan anggaran yang

ditetapkan oleh pemerintah pusat. Hal serupa terjadi pula pada kredit di sektor jasa sosial

masyarakat, meskipun tertinggi (23,13%, yoy) namun lebih rendah dibandingkan 29,89% (yoy)

pada triwulan lalu. Berbagai kendala tersebut menyebabkan pertumbuhan kredit korporasi di

triwulan III 2016 mengalami koreksi sebesar 2,85% (yoy), sementara pada triwulan lalu

pertumbuhannya masih 1,32% (yoy).

Tingkat risiko kredit korporasi meningkat. Berbeda halnya dengan NPL kredit perseorangan, NPL

kredit k orporasi justru menunjukkan peningkatan, pada triwulan laporan sebesar 4,17% lebih tinggi

dibandingkan 3,82% pada triwulan II 2016. Kondisi ini mencerminkan kerentanan pada sektor

korporasi yang cenderung meningkat, dimana pada tahun lalu NPL sektor korporasi berada di

bawah 4%. Peningkatan NPL tersebut dipengaruhi oleh kecenderungan meningkatnya NPL pada

sektor pertanian dan sektor perdagangan, dimana kedua sektor tersebut mendominasi penyaluran

kredit di Sulawesi Barat.

Grafik 57. Perkembangan Kredit Korporasi Grafik 58. Perkembangan Risiko Kredit Korporasi

Sumber: Laporan Bank Umum, diolah Sumber: Laporan Bank Umum, diolah

Kinerja kredit diperkirakan membaik pada periode mendatang5. Kontak liaison di bidang

perbankan mengungkapkan hal tersebut, diindikasikan dengan penyaluran kredit yang

diperkirakan tumbuh cukup pesat pada triwulan IV 2016. Membaiknya kinerja kredit tak lepas dari

5 Liaison kepada pelaku usaha di bidang perbankan.

Page 73: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) disusun dan disajikan secara triwulan

kuatnya kenaikan permintaan seiring dengan semakin banyaknya institusi pemerintahan dan non

pemerintah yang beroperasi. Hal ini mendorong meningkatnya kebutuhan terhadap barang sehari-

hari, terutama makanan dan tempat tinggal. Kondisi ini memicu tingginya permintaan untuk

pembangunan rumah kos dan pengembangan usaha perdagangan. Secara umum perbankan

memperkirakan bahwa target penyaluran kredit di tahun 2016 dapat tercapai.

4.3 Perkembangan Institusi Perbankan

Akselerasi perbankan tertahan dengan melambatnya pertumbuhan DPK dan kredit. Kinerja

perbankan pada triwulan III 2016 menunjukkan penurunan kinerja pada variabel keuangannya.

Secara tahunan (yoy), asset, DPK dan kredit tumbuh melemah dibandingkan triwulan lalu ,masing-

masing dari 18,0% menjadi 15,92%, DPK dari 18,70% menjadi 0,27%, demikian pula kredit dari

8,00% menjadi 7,03%. Berbagai faktor mempengaruhi pertumbuhan kinerja perbankan yang

cenderung melambat, mulai dari kebijakan pengetatatan anggaran yang diterapkan pemerintah

pusat, yang berimbas terhadap perolehan dana di perbankan dan terkendalanya penyaluran kredit

yang terkait dengan kegiatan pemerintahan, seperti sektor konstruksi. Kendala dana pun turut

membatasi ekspansi kredit yang dapat dilakukan oleh perbankan. Berbagai kendala tersebut turut

memperlemah kondisi ekonomi masyarakat, yang sebelumnya telah menunjukkan perlemahan

daya beli.

Melambatnya pertumbuhan asset dipengaruhi oleh pertumbuhan dana. Seiring dengan penundaan

realisasi sebagian APBN kepada provinsi, bank di Sulawesi Barat yang masih mengandalkan

penanaman dana dari pemerintah turut terkena imbasnya. DPK yang triwulan lalu mencatat

pertumbuhan fantastis sebesar 18,70% (yoy), pada triwulan ini hanya mampu tumbuh sebesar

0,27% (yoy). Hal ini tentu mempengaruhi aset perbankan yang turut mengalami pelemahan

pertumbuhan dibandingkan triwulan lalu.

Eksistensi perbankan dalam penyaluran kredit masih terjaga, dimotori oleh kredit konsumsi.

Meskipun sumber pendanaan perbankan mengalami perlambatan pertumbuhan yang cukup besar,

namun penyaluran kredit oleh perbankan di triwulan laporan masih relatif terjaga, hanya sedikit

menurun dari 8,00% (yoy) di triwulan lalu menjadi 7,03%. Kebutuhan masyarakat yang meningkat

seiring dengan arus migrasi ke Sulawesi Barat yang cukup pesat dalam setahun terakhir

mendorong kredit konsumsi tumbuh cukup kuat dan menjadi salah satu pondasi dalam

pertumbuhan kredit perbankan. pada periode ini, kredit konsumsi tumbuh sebesar 16,13% (yoy)

lebih tinggi dibandingkan 13,46% (yoy) padfa tirwulan lalu. Penurunan suku bunga acuan (BI 7-Day

(Reverse) Repo Rate), serta kebijakan BI dalam melonggarkan penyaluran kredit mulai memberikan

dampak positif terhadap penyaluran kredit di Sulawesi Barat. Animo masyarakat untuk mengajukan

kredit dalam memenuhi kebutuhan konsumsinya meningkat. Hal ini terlihat pula pada penyaluran

kredit di sektor perdagangan yang tumbuh 8,58% (yoy).

Dominasi kredit konsumsi di perbankan Sulawesi Barat semakin menunjukkan keperkasaannya

dengan pangsa kredit yang semakin dominan, dari 57,81% menjadi 59,57% di triwulan ini.

Sementara pangsa kredit modal kerja dan investasi cenderung menurun. Pertumbuhan kredit

investasi dan modal kerja pada periode ini mengalami penurunan, masing-masing sebesar -17,02%

dan 2,44%, lebih rendah dibandingkan triwulan lalu yang sebesar -12,81% dan 8,32%. Penurunan

Page 74: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) disusun dan disajikan secara triwulan

pertumbuhan kredit modal kerja antara lain dipengaruhi oleh musim tanam di sektor pertanian

yang telah lewat, serta berlalunya Lebaran, sehingga animo untuk bisnis jangka pendek dalam

menghadapi momen tersebut turut berkurang.

Grafik 59. Perkembangan Aset dan DPK Grafik 60. Perkembangan Penyaluran Kredit

Sumber: Laporan Bank Umum, diolah Sumber: Laporan Bank Umum, diolah

4.4 Perkembangan Pembiayaan UMKM dan Akses Keuangan

Perlambatan pertumbuhan kredit UMKM masih berlanjut. Melambatnya pertumbuhan kredit

UMKM yang telah terjadi sejak triwulan lalu, kembali berlanjut pada triwulan III 2016, dimana kredit

UMKM tumbuh sebesar 11,2% (yoy), lebih rendah dibandingkan 15,5% pada triwulan lalu.

Meskipun melambat, namun pertumbuhan tersebut cukup baik, karena penyaluran UMKM di

sektor yang produktif, seperti industri pengolahan dan konstruksi tumbuh cukup pesat, masing-

masing sebesar 23,19% dan 40,08%.

Pangsa kredit UMKM terhadap total penyaluran kredit di Sulawesi Barat mencapai 34,66%,

pangsanya menurun dibandingkan 36,08% pada triwulan lalu. Penyaluran kredit pada industri

pengolahan tersebut cukup menggembirakan dana mengindikasikan mulai berkembangnya

perekonomian yang berbasis kepada pengolahan, meskipun mungkin kasih pada level sederhana

namun tidak sepenuhnya mengandalkan kepada hasil alam semata. Sementara, risiko kredit

UMKM mulai menunjukkan peningkatan secara moderat, pada triwulan III 2016 sebesar 3,98%

lebih tinggi dibandingkan 3,72% pada triwulan lalu. Untuk menjaga NPL tersebut berada pada level

rendah perbankan secara aktif menerapkan prinsip kehati-hatian dalam menyalurkan kredit

UMKM.

Ke depannya, penyaluran UMKM diperkirakan akan kembali tumbuh. Hal tersebut dikonfirmasi oleh

hasil kegiatan liaison di bidang perbankan. Kontak memperkirakan UMKM di sektor perdagangan

dan jasa masyarakat akan tumbuh cukup pesat pada triwulan mendatang, terutama dengan

maraknya intensitas kampanya dan adanya momen pergantian tahun.

Page 75: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) disusun dan disajikan secara triwulan

Grafik 61. Perkembangan Kredit UMKM Grafik 62. Perkembangan Risiko Kredit UMKM

Sumber: Laporan Bank Umum, diolah Sumber: Laporan Bank Umum, diolah

Bank Indonesia berupaya agar akses keuangan masyarakat meningkat di tengah keterbatasan

infrastruktur yang ada. Salah satu upaya tersebut adalah dengan melakukan pemetaan terhadap

potensi Layanan Keuangan Digital (LKD). Hasil penelitian pemetaan potensi daerah Layanan

keuangan Digital Provinsi Sulawesi Barat bekerjasama dengan UNHAS adalah sebagai berikut:

1. Jaringan komunikasi yang dilakukan pada umumnya menggunakan jaringan telkomsel di

seluruh kabupaten;

2. Terdapat 3 Kabupaten terpilih sebagai wilayah potensial implementasi LKD berdasarkan

perbandingan jumlah kantor cabang dengan penduduk dewasa, yakni: (1) Kab. Mamasa (5,26),

(2) Kab. Mamuju Tengah (6,52), dan (3) Kab. Polewali Mandar (9,13). Hal ini mengindikasikan

bahwa kantor cabang bank di Kabupaten Mamasa jumlahnya relatif kecil dibandingkan dengan

Kabupaten lainnya di Sulawesi Barat, dimana pada setiap 100.000 penduduk dewasa hanya

dapat dilayani oleh 5,26 kantor cabang;

3. Terdapat 3 Kabupaten terpilih sebagai wilayah potensial implementasi LKD berdasarkan

perbandingan jumlah kantor cabang dengan luas wilayah, yakni: (1) Kab. Mamuju Tengah

(1,66), (2) Kab. Mamasa (1,66), dan (3) Kab. Mamuju Utara (4,60). Hal ini mengindikasikan

bahwa kantor cabang bank di Kabupaten Mamuju Tengah jumlahnya relatif kecil dibandingkan

dengan Kabupaten lainnya di Sulawesi Barat, dimana pada setiap 1000 km2 luas wilayah

hanya dapat dilayani oleh 1,66 kantor cabang, hal yang sama juga terjadi pada wilayah

Kabupaten Mamasa;

4. Terdapat variasi jumlah agen LKD potensial pada setiap Kabupaten. Adapun 3 (tiga) kabupaten

dengan jumlah agen LKD individual tertinggi adalah: (1) Kabupaten Polewali Mandar (118 unit),

(2) Kabupaten Mamuju (72 unit), dan (3) Kabupaten Majene (44 unit). Kemudian wilayah yang

paling sedikit agen LKD adalah Kabupaten Mamuju Tengah (33 unit);

5. Terdapat 2 dimensi utama, dan 8 indikator yang dijadikan dasar untuk menentukan 3

Kabupaten/wilayah potensi untuk implementasi LKD. Berdasarkan hasil perhitungan yang

dilakukan, maka diperoleh 3 Kabupaten/wilayah terpilih dan nilai skoringnya, yakni: (1) Kab.

Mamuju Tengah (32,17); (2) Kab. Mamasa (42,33); dan (3) Kab. Polewali Mandar (68,62).

Page 76: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) disusun dan disajikan secara triwulan

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

Page 77: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) disusun dan disajikan secara triwulan

1. Pertumbuhan Ekonomi

Page 78: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) disusun dan disajikan secara triwulan
Page 79: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) disusun dan disajikan secara triwulan

5.1 Perkembangan Sistem Pembayaran Tunai

Selama triwulan III 2016, tercatat aliran uang mengalami net outflow sebesar Rp110 miliar. Posisi

net outflow pada periode laporan lebih rendah dibandingkan net outflow pada triwulan sebelumnya

yang mencapai Rp664 miliar. Sejak bulan Juli hingga September 2016 aliran uang masuk (inflow)

sebesar Rp194 miliar sedangkan aliran uang keluar (outflow) sebesar Rp304 miliar. Inflow terbesar

pada triwulan III 2016 terjadi pada bulan Juli 2016 yang mencapai Rp97 miliar. Kondisi tersebut

ditengarai besarnya kebutuhan masyarakat pada saat hari raya Idul Fitri yang jatuh pada periode

tersebut. Selain itu, kebutuhan dana di Sulawesi Barat meningkat pada triwulan III 2016 seiiring

aktivitas masyarakat yang banyak terjadi selama periode ini selain hari raya Lebaran seperti

Polewali Mandar International Folk and Art Festival (PIFAF), perayaan hari jadi Provinsi Sulawesi

Barat atau pun hari raya Idul Adha.

Grafik 63. Perputaran Uang Kartal KPw BI Prov. Sulawesi

Barat

Grafik 64. Pertumbuhan Uang Kartal KPw BI Prov.

Sulawesi Barat

Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah

Bank Indonesia semakin gencar menjaga kualitas uang yang beredar di Sulawesi Barat. Hal ini

tercermin tingginya setoran uang tidak layak edar (UTLE) selama triwulan III 2016. Setoran UTLE

pada periode ini paling tidak mencapai Rp30 miliar per bulannya. Selama triwulan laporan, setoran

UTLE berjumlah Rp109miliar. Angka tersebut jauh meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya

yang hanya Rp18 miliar. Dengan kata lain, pertumbuhan setoran UTLE pada triwulan III 2016

sebesar 503% dibandingkan triwulan II 2016 (qtq). Pencapaian ini tidak terlepas dari upaya Bank

Indonesia dalam mengurangi uang lusuh di Sulawesi Barat dengan melakukan kegiatan kas

keliling. Dalam periode Juli sampai September 2016, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi

Sulawesi Barat melaksanakan kas keliling dalam kota Mamuju sebanyak 26 kali dan luar kota

Mamuju sebanyak 4 kali yang telah mencakup seluruh kabupaten di Sulawesi Barat (Majene,

Polewali Mandar, Mamasa, Mamuju Tengah dan Mamuju Utara).

Page 80: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) disusun dan disajikan secara triwulan

Grafik 65. Perkembangan Setoran Uang Tidak Layak Edar

Sumber: Bank Indonesia, diolah

5.2 Perkembangan Sistem Pembayaran Non Tunai

Transaksi kiliring mengalami peningkatan sejak menjelang sampai dengan hari raya idul Adha.

Pada bulan Agustus 2016 transaksi yang terjadi senilai Rp1,7 miliar atau tumbuh 15,8% (mtm)

sedangkan pada bulan September 2016 transaksi terjadi senilai Rp3,2 miliar atau tumbuh 87,2%

(mtm). Tendensi transaksi kliring di Sulawesi Barat masih seperti periode sebelumnya dimana

hanya terjadi pada periode tertentu saja. Hal tersebut sejalan dengan tingkat konsumsi masyarakat

yang mengalami peningkatan pada saat perayaan hari keagamaan.

Grafik 66. Perputaran Kliring di Sulawesi Barat

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Bank Indonesia bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk mengupayakan berkembangnya

elektronifikasi di Sulawesi Barat. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sulawesi Barat telah

melaksanakan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) dengan pemerintah

kabupaten Mamuju Tengah untuk pemberlakuan elektronifikasi untuk pembayaran honorarium

tenaga honorer di instansi setempat. Meskipun program elektronifikasi tersebut telah berjalan

sejak 2013, koordinasi antar instansi ini diharapkan mampu meningkatkan intensitas transaksi

dan keragaman instrumen pembayaran di Mamuju Tengah. Selain itu, Kantor Perwakilan Bank

Indonesia Sulawesi Barat telah berinisiasi untuk kegiatan yang sama pada pemerintah Kabupaten

Mamasa dan Mamuju Utara. Bank Indonesia mengusahakan agar elektronifikasi di Sulawesi Barat

paling tidak menjangkau ke seluruh pemerintahan yang ada di Sulawesi Barat hingga tingkat

Page 81: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) disusun dan disajikan secara triwulan

kabupaten. Dengan begitu, pemerintah sebagai pengatur tata kelola di suatu daerah dapat menjadi

bagian terdepan untuk menyebarluarkan elektronifikasi di Sulawesi Barat. Upaya elektronifikasi di

Sulawesi Barat terkendala infrastruktur pendukung seperti jaringan internet dan seluler yang masih

terbatas. Program Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia yaitu proyek

Sulawesi-Maluku-Papua Cable System (SMPCS) yang menjangkau jaringan internet di Indonesia

timur diharapkan mampu mengatasi permasalahan yang ada.

Page 82: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) disusun dan disajikan secara triwulan
Page 83: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) disusun dan disajikan secara triwulan

2. Pertumbuhan Ekonomi

Page 84: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) disusun dan disajikan secara triwulan
Page 85: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) disusun dan disajikan secara triwulan

6.1 Ketenagakerjaan

Jumlah tenaga kerja Sulawesi Barat meningkat pada periode Agustus 2016. Jumlah penduduk yang

berada pada usia kerja atau usia di atas 15 tahun pada Agustus 2016 mencapai 897.964 jiwa atau

meningkat 2,3% dibandingkan Agustus 2015. Pertumbuhan penduduk dalam usia produktif

tersebut mengindikasikan prospek ketenagakerjaaan di Sulawesi Barat. Jumlah penduduk

produktif ini meningkatkan jumlah tenaga kerja yang tersedia di Sulawesi Barat. Jumlah angkatan

kerja pada Agustus 2016 mengalami peningkatan 4.8% (yoy) menjadi 645.971 orang, dan 71,90%

diantaranya merupakan tenaga kerja atau sebanyak 624.182 orang. Peningkatan jumlah tenaga

kerja ini disebabkan banyaknya pendatang ke Sulawesi Barat untuk mencari penghasilan. Prospek

Sulawesi Barat yang masih baru sebagai provinsi memunculkan harapan banyak lapangan

pekerjaan baik itu bersumber dari pemerintahan, pihak swasta, maupun kesempatan

berwirausaha.

Tabel 13. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Jenis Kegiatan Utama (jiwa)

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Tingkat pengangguran Sulawesi Barat stabil dibandingkan tahun sebelumnya. Tingkat

pengangguran di Sulawesi Barat masih terjaga dalam level yang rendah meskipun saat ini sedang

terjadi perlambatan ekonomi. Kontraksi yang terjadi pada lapangan usaha industri pengolahan

tidak sampai menimbulkan pemutusan hubungan tenaga kerja dengan perusahaan. Malah

sebagian penduduk mendirikan usaha sendiri meskipun dalam skala mikro dan kecil namun dapat

menyerap tenaga kerja yang ada di sekitarnya. Jumlah penduduk yang bekerja pada periode

Agustus 2016 meningkat sebanyak 4,7% (yoy) menjadi 624.182 jiwa. Pada saat bersamaan,

jumlah pengangguran masih stabil di angka 3,3% dengan jumlah 21.289 jiwa. Tren yang berubah

adalah dimana jumlah pekerja tidak dibayar mengalami penurunan. Padahal dari periode ke

periode angka ini terus mengalami peningkatan. Semakin terbukanya perekonomian Sulawesi

Barat membuat masyarakat berupaya meningkatkan kesejahteraan dan tidak lagi bekerja tanpa

mendapat upah.

Seiiring menurunnya pangsa ekonomi lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan,

tenaga kerja pada lapangan usaha tersebut juga mengalami penurunan. Pada periode Agustus

2016, tercatat 310.605 penduduk atau 49.8% dari total penduduk bekerja di Sulawesi Barat,

bekerja pada lapangan usaha pertaninan, kehutanan, dan perikanan. Penurunan penyerapan

tenaga kerja pada lapangan usaha ini cukup tajam karena pada periode yang sama tahun

sebelumnya pangsa tenaga kerja pada lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan

mencapai 58,5%. Lapangan usaha lain yang banyak diminati angkatan kerja yaitu lapangan usaha

2013 2014 2015 2016

Feb Feb Feb Feb

Penduduk Usia Kerja (15+) 835,797 856,255 877,444 897,964

Angkatan Kerja 558,574 608,446 616,549 645,971

Bekerja 545,438 595,797 595,905 624,182

Pengangguran 13,136 12,649 20,644 21,489

Bukan Angkatan Kerja 277,223 247,809 260,865 252,293

Tingkat Partisipasi Kerja/TPAK (%) 66.83 71.06 70.27 71.90

Tingkat Pengangguran Terbuka (%) 2.35 2.08 3.35 3.33

Keterangan

Page 86: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) disusun dan disajikan secara triwulan

perdagangan yang menyerap 82.761 penduduk dan lapangan usaha jasa kemasyarakatan yang

menyerap 92.170 penduduk. Penyerapan tenaga kerja pada lapangan usaha perdagangan dan

jasa kemasyarakatan semakin meningkat seiiring dengan pertumbuhan ekonomi dan peningkatan

konsumsi masyarakat. Kondisi ini mendorong penciptaan nilai tambah yang lebih baik

dibandingkan lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan, sehingga membuat calon

tenaga kerja yang akan memasuki dunia kerja cenderung memilih bekerja di lainnya.

Grafik 67. Pangsa Jumlah Penduduk Bekerja Per Sektor

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Pekerja di sektor informal terus menurun. Dengan jumlah tenaga kerja mencapai 70,2% dari total

penduduk yang bekerja atau menurun dari periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat

sebesar 73,7%. Sisanya 29,9% atau sebanyak 186.318 bekerja di sektor formal seperti industri,

perdagangan maupun jasa. Sejalan dengan perkembangan perekonomian Sulawesi Barat,

peningkatan pekerja di bidang formal selain pertanian seperti perdagangan dan jasa, jumlah

pekerja di sektor formal meningkat dari 156.848 di Agustus tahun 2015 menjadi 186.318 di

Agustus 2016.

Tabel 14. Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut

Status Pekerjaan

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Mayoritas tenaga kerja berpendidikan SD ke bawah. Berdasarkan data Agustus 2016, mayoritas

tenaga kerja berpendidikan SD ke bawah dengan porsi mencapai 54,8% dari total penduduk yang

bekerja atau sebesar 342.124 orang. Jumlah ini meningkat dibandingkan periode yang sama tahun

sebelumnya sebanyak 326.720 orang. Perkembangan positif terjadi pada pekerja yang

berpendidikan universitas, dengan porsi 8,4% dari total penduduk yang bekerja. Angka tersebut

2013 2014 2015 2016

Agt Agt Agt Agt

Berusaha Sendiri 106,510 95,694 114,787 128,355

Berusaha dibantu buruh tidak tetap 140,965 148,518 138,544 151,650

Berusaha dibantu buruh tetap 9,498 11,989 17,120 18,098

Buruh/Karyawan 135,863 147,814 139,728 168,236

Pekerja Bebas 27,408 39,290 36,728 40,577

Pekerja Tak Dibayar 125,194 152,492 148,998 117,266

Jumlah Tenaga Kerja 545,438 595,797 595,905 624,182

Sektor Formal 26.7% 26.8% 26.3% 29.9%

Sektor Informal 73.3% 73.2% 73.7% 70.2%

Status Pekerjaan Utama

Page 87: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) disusun dan disajikan secara triwulan

meningkat dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya dengan porsi sebesar 7,6%.

Peningkatan terjadi pula pada TK berpendidikan menengah ke atas. Semakin banyaknya lapangan

usaha yang berkembang di Sulawesi Barat membuat kebutuhan akan tenaga kerja berkualitas

meningkat.

Tabel 15. Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut

Pendidikan yang Ditamatkan

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

6.2 Pengangguran

Berdasarkan data Agustus 2016, angka pengangguran mengalami sedikit peningkatan

dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Pertumbuhan jumlah pengangguran pada

Agustus 2016 tercatat sebesar 4,09% (yoy), menurun dibandingkan pertumbuhan pada Agustus

2015 sebesar 63,21%. Sejalan dengan hal tersebut, dilihat dari indikator Tingkat Pengangguran

Terbuka (TPT) Sulawesi Barat mengalami sedikit penurunan dimana TPT pada periode Agustus

2016 sebesar 3,33%, cukup stabil dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya yang

tercatat sebesar 3,35%.

6.3 Nilai Tukar Petani

Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan laporan mengalami peningkatan dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya. NTP mengalami kenaikan dari 106,92 pada triwulan II 2016 menjadi 108,77

pada triwulan III 2016. Pada periode laporan, NTP tumbuh 3,38% (yoy), lebih tinggi dibandingkan

triwulan sebelumnya yang tumbuh 3,00% (yoy). peningkatan NTP tersebut disebabkan harga gabah

acuan pada triwulan III lebih tinggi dibandingkan triwulan II 2016 sehingga harga yang diterima

petani lebih baik dibandingkan dengan periode sebelumnya.

Secara tahunan, kesejahteraan petani tumbuh meningkat. Hal tersebut ditandai dengan

menguatnya tingkat pertumbuhan NTP dari 3,00% (yoy) menjadi 3,38% (yoy) di triwulan III 2016

dengan indeks sebesar 108,77. Peningkatan NTP terbesar terjadi pada subsektor hortikultura

sebesar 6,94% menjadi 105,56. Stabilnya harga komoditas hortikultura pada level yang cukup

tinggi, cukup berperan dalam peningkatan NTP subsektor ini. Selain itu, peningkatan yang secara

tahunan meningkat juga terjadi pada subsektor perikanan tangkap yang meningkat sebesar 3,15%

atau menjadi 106,7. Hal ini terjadi karena produksi ikan pada triwulan ini cenderung meningkat

akibat adanya musim migrasi ikan di wilayah perairan Sulawesi Barat yang diikuti oleh tingginya

2013 2014 2015 2016

Agt Agt Agt Agt

SD ke bawah 311,077 333,457 326,720 342,124

SMP 73,840 92,134 90,023 92,302

SMA 69,918 76,964 84,647 81,442

SMK 36,536 31,186 33,290 43,035

Diploma 13,918 15,982 15,819 12,574

Universitas 40,149 46,074 45,406 52,705

Total 545,438 595,797 595,905 624,182

Tingkat Pendidikan

Page 88: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) disusun dan disajikan secara triwulan

permintaan masyarakat terhadap komoditas tersebut. Sementara itu, subsektor tanaman

perkebunan rakyat juga mengalami peningkatan sebesar sebesar 2,78% (yoy).

Grafik 68. NTP Sulawesi Barat dan Komponennya

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Tabel 16. NTP Setiap Sub Sektor

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Jika dilihat secara triwulanan, seluruh subkelompok NTP mengalami peningkatan, kecuali NTP

hortikultura yang mengalami koreksi pertumbuhan. Peningkatan NTP pada triwulan III 2016

didukung oleh pertumbuhan pada sebagian besar subkelompoknya. Pertumbuhan terbesar pada

perkebunan rakyat sebesar 3,18% (qtq) yang didukung oleh membaiknya harga CPO internasional

dari triwulan lalu, diikuti oleh peternakan sebesar 2,28% (qtq) akibat adanya perayaan hari raya

I II III IV I II III

NILAI TUKAR PETANI (NTP) 102.23 103.81 105.22 106.16 106.07 106.92 108.77

Indeks Harga diterima 116.92 118.91 121.82 123.57 125.03 125.98 129.34

Indeks Harga dibayar 114.38 114.55 115.77 116.40 117.88 117.82 118.90

Tanaman Pangan (NTPP) 95.27 97.13 97.48 103.68 105.78 100.40 100.57

Indeks Harga diterima 108.90 111.27 112.87 120.80 124.96 118.72 120.08

Indeks Harga dibayar 114.32 114.55 115.78 116.50 118.14 118.25 119.40

Hortikultura (NTPH) 101.84 100.05 98.71 100.34 103.19 105.58 105.56

Indeks Harga diterima 116.28 114.36 114.10 116.28 121.13 123.96 125.21

Indeks Harga dibayar 114.19 114.30 115.59 115.89 117.39 117.41 118.61

Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) 108.11 112.00 115.15 113.29 110.72 114.70 118.35

Indeks Harga diterima 125.13 129.75 134.79 133.31 132.00 136.65 142.36

Indeks Harga dibayar 115.74 115.84 117.05 117.67 119.23 119.14 120.29

Peternakan (NTPT) 101.04 101.47 103.36 103.34 102.33 103.52 105.88

Indeks Harga diterima 113.33 113.99 117.31 118.13 118.56 119.76 123.37

Indeks Harga dibayar 112.17 112.34 113.49 114.31 115.85 115.70 116.52

Perikanan (NTNP) 99.33 100.27 102.11 100.17 100.58 101.66 103.00

Indeks Harga diterima 114.64 116.36 119.95 118.23 118.51 119.27 121.90

Indeks Harga dibayar 115.42 116.04 117.47 118.03 117.82 117.32 118.35

NTN (nelayan) 99.39 100.26 103.48 101.57 102.68 104.85 106.75

Indeks Harga diterima 115.91 117.81 123.11 121.42 121.86 123.53 126.81

Indeks Harga dibayar 116.63 117.50 118.97 119.54 118.68 117.81 118.80

NTPI (pembudidaya ikan) 99.22 100.29 99.64 97.66 96.86 96.05 96.43

Indeks Harga diterima 112.44 113.84 114.45 112.70 112.69 111.88 113.37

Indeks Harga dibayar 113.33 113.51 114.86 115.41 116.34 116.48 117.57

URAIAN2015 2016

Page 89: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) disusun dan disajikan secara triwulan

Idul Qurban. Subsektor hortikulutra pada triwulan ini terkoreksi sangat dalam yaitu sebesar 0,02%

(qtq) dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 2,32% (qtq).

6.4 Tingkat Kemiskinan

Secara umum, tingkat kemiskinan Sulawesi Barat tetap rendah. Sebagai provinsi baru yang terus

berkembang, Sulawesi Barat memberikan dampak positif terhadap tingkat kesejahteraan

masyarakat, salah satunya penurunan tingkat kemiskinan. Pada periode Maret 2016, tingkat

kemiskinan di Sulawesi Barat mencapai 11,74% dengan jumlah penduduk miskin sebanyak

152,73 ribu orang, menurun 4,83% (yoy) dibandingkan 160,48 ribu orang pada Maret 2015.

Penurunan jumlah penduduk miskin tersebut terutama didorong oleh penurunan jumlah penduduk

miskin baik yang berada di pedesaan maupun perkotaan. Jumlah penduduk miskin di pedesaan

menurun sebanyak 3,21 ribu orang (tahunan) menjadi 129,88 ribu orang pada Maret 2016 jiwa.

Sementara jumlah penduduk miskin di perkotaan pun mengalami penurunan sebanyak 4,54 ribu

orang menjadi 22,85 ribu orang pada Maret 2016.

Grafik 69. Tingkat Kemiskinan Di Sulawesi Barat

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Penurunan kemiskinan dipengaruhi oleh rendahnya kenaikan garis kemiskinan. Terjaganya tingkat

inflasi pada selama 2016 memberikan stimulus positif terhadap rendahnya kenaikan garis

kemiskinan di Sulawesi Barat. Pada Maret 2016, garis kemiskinan di Sulawesi Barat mengalami

kenaikan 9,53% (yoy) menjadi Rp286.840/kap/bulan. Kenaikan tersebut lebih rendah

dibandingkan September 2015 yang sebesar 12,56% (yoy). Peningkatan garis kemiskinan yang

terbesar terdapat di daerah perdesaan, yaitu sebesar 10,35% (yoy) menjadi

Rp290.340/kap/bulan. Sementara garis kemiskinan di perkotaan sebesar Rp273.224/kap/bulan,

meningkat 6,31% (yoy).

Peningkatan garis kemiskinan (GK) tertinggi pada non makanan. Meskipun nilai garis kemiskinan

(GK) non makanan lebih rendah dibandingkan GK makanan, namun pertumbuhannya meningkat

cukup pesat. Pada Maret 2016, GK Non makanan sebesar Rp59.632/kap/bulan, meningkat

12,31% (yoy) dibandingkan Rp53.095/kap/bulan pada Maret 2015. Meskipun pertumbuhannya

Page 90: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) disusun dan disajikan secara triwulan

masih 2 digit, namun cenderung menurun dibandingkan periode sebelumnya (17,81%, yoy). Pada

saat bersamaan, GK makanan meningkat 8,82% (yoy) menjadi Rp227.208/kap/bulan di bulan

Maret 2016. Kenaikan GK makanan pun melambat dibandingkan 19,35% (yoy) pada Maret 2015.

Tertahannya kenaikan garis kemiskinan tersebut tak lepas dari upaya yang dilakukan Pemerintah

Daerah dan berbagai instansi lainnya dalam menjaga tekanan inflasi dan kenaikan garis

kemiskinan.

Tabel 17. Kemiskinan dan Garis Kemiskinan

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Daerah MakananBukan

MakananTotal Makanan

Bukan

MakananTotal Jumlah (ribu)

Pertumbuhan

(tahunan)

Tingkat

Kemisk inan

KOTA

Maret 2013 173,274 45,155 218,429 27.10 9.19%

September 2013 184,670 46,303 230,973 24.60 8.57%

Maret 2014 188,201 47,732 235,933 8.61% 5.71% 8.01% 26.30 -2.95% 9.16%

September 2014 196,282 49,667 245,949 6.29% 7.27% 6.48% 29.87 21.42% 9.99%

Maret 2015 204,476 52,529 257,005 8.65% 10.05% 8.93% 27.39 4.14% 10.52%

September 2015 212,226 56,854 269,080 8.12% 14.47% 9.40% 22.51 -24.64% 8.69%

Maret 2016 215,503 57,721 273,224 5.39% 9.88% 6.31% 22.85 -16.58% 8.59%

DESA

Maret 2013 171,344 40,506 211,850 126.90 13,27%

September 2013 185,377 42,969 228,346 129.60 13,31%

Maret 2014 189,491 43,724 233,215 10.59% 7.94% 10.08% 127.60 0.55% 13,19%

September 2014 197,261 49,074 246,335 6.41% 14.21% 7.88% 124.82 -3.69% 12,67%

Maret 2015 209,873 53,237 263,110 10.76% 21.76% 12.82% 133.09 4.30% 12,87%

September 2015 221,332 58,262 279,594 12.20% 18.72% 13.50% 130.70 4.71% 12,70%

Maret 2016 230,339 60,001 290,340 9.75% 12.71% 10.35% 129.88 -2.41% 12,56%

KOTA DAN DESA

Maret 2013 171,800 41,603 213,403 151.10 12,30%

September 2013 185,216 43,728 228,944 151.70 12,23%

Maret 2014 189,196 44,642 233,838 10.13% 7.30% 9.58% 153.90 1.85% 12,27%

September 2014 197,309 49,214 246,523 6.53% 12.55% 7.68% 154.69 1.97% 12,05%

Maret 2015 208,787 53,095 261,882 10.35% 18.94% 11.99% 160.48 4.28% 12,40%

September 2015 219,500 57,979 277,479 11.25% 17.81% 12.56% 153.21 -0.96% 11,90%

Maret 2016 227,208 59,632 286,840 8.82% 12.31% 9.53% 152.73 -4.83% 11,74%

Garis Kemisk inan (Rp/Kapita/Bln) Pertumbuhan (tahunan) Penduduk Misk in

Page 91: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) disusun dan disajikan secara triwulan

3. Pertumbuhan Ekonomi

Page 92: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) disusun dan disajikan secara triwulan
Page 93: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) disusun dan disajikan secara triwulan

7.1 Prospek Pertumbuhan Ekonomi

Seperti pola tahun sebelumnya, pertumbuhan ekonomi pada triwulan I 2017 akan mengalami

perlambatan. Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Barat pada triwulan I 2017 diperkirakan berada

pada kisaran 6,78% - 7,01% (yoy). Perlambatan akan lebih disebabkan rendahnya konsumsi rumah

tangga dan konsumsi pemerintah. Paska perayaan tahun baru, masyarakat akan kembali menahan

konsumsinya di triwulan I 2017 demi mempersiapkan keuangan menjelang bulan puasa dan hari

raya Idul Fitri pada triwulan II 2017. Konsumsi pemerintah juga akan lebih rendah dari triwulan IV

2016 karena awal tahun dimana realisasi anggaran belum terlalu tinggi. Namun, aktivitas

perekonomian diharapkan meningkat mengingat periode ini memasuki pemilihan umum kepala

daerah. Lapangan usaha perdagangan besar dan eceran akan mengalami peningkatan akiabt

event 5 (lima) tahunan tersebut. Sementara itu, lapangan usaha industri mengalami perbaikan

seiiring produksi yang optimal pada periode ini. Diiringi dengan harga CPO yang cenderung

meningkat, ekspor Sulawesi Barat juga diharapkan akan lebih baik pada triwulan I 2017.

Grafik 70. Prospek Pertumbuhan Ekonomi (Periode

Triwulanan)

Grafik 71. Prospek Pertumbuhan Ekonomi (Periode

Tahunan)

Sumber:

Badan Pusat Statistik, diolah

Proyeksi Bank Indonesia

Sumber:

Badan Pusat Statistik, diolah

Proyeksi Bank Indonesia

Perekonomian Sulawesi Barat diperkirakan semakin baik pada tahun 2017. Pada tahun 2017,

perekonomian Sulawesi Barat diperkirakan akan tumbuh dalam rentang lebih tinggi dibandingkan

2017 yaitu 6,78% - 7,17% (yoy). Pemerintahan baru akan menghadiri Sulawesi Barat pada tahun

2017 setelah Gubernur yang menjabat sejak Sulawesi Barat berdiri, sudah habis masa jabatannya.

Pengaruh pemerintahan baru memberikan angin segar baru bagi Sulawesi Barat. Program-program

pemerintahan selanjutnya akan terus berlangsung disertai program-program baru yang diharapkan

akan semakin mengundang investor untuk masuk ke Sulawesi Barat. Beberapa modal yang sudah

dimasukkan oleh pihak swasta diharapkan dapat memberikan dampak positif di 2017.

7.1.1 Prospek Sisi Permintaan

Pada awal tahun 2017, konsumsi rumah tangga dan pemerintah belum meningkat. Pola awal tahun

dimana normalisasi konsumsi akan terjadi setelah tahun baru terjadi. Begitu pula dengan investasi,

yang diperkirakan akan menggeliat mulai dari triwulan II 2017 paska terpilihnya kepala daerah yang

baru. Namun, ekspor Sulawesi Barat akan menjadi penopang perekonomian di triwulan I 2017.

Page 94: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) disusun dan disajikan secara triwulan

Dengan produksi yang baik dan harga pasaran yang meningkat, akan mendorong ekspor Sulawesi

Barat ke luar daerah dan luar negeri lebih tinggi dibandingkantahun sebelumnya.

Grafik 72. Perkembangan Harga CPO Dunia

Sumber: Bloomberg, diolah

Pada tahun 2017, konsumsi pemerintah dan investasi masih menjadi penopang perekonomian.

Pemerintahan yang baru akan hadir pada 2017 dimana pembangunan akan melanjutkan yang

tertunda di 2016 serta beberapa pemikiran-pemikiran baru yang belum ada pada pemerintahan

sebelumnya. Selain itu, pihak swasta memiliki ekspektasi yang positif terhadap prospek

perekonomian Sulawesi Barat yang belum tereksplor lebih jauh. Pihak swasta akan meningkatkan

investasinya di Sulawesi Barat agar meriah keuntungan yang lebih besar dibandingkan tahun-tahun

sebelumnya. Tahun 2017 juga berpotensi mendatangkan investor-investor baru yang sudah sejak

lama memantau potensi yang ada di Sulawesi Barat seperti potensi tambang ataupun hilirisasi

industri terhadap komoditas-komoditas utama di Sulawesi Barat. Tercatat, perusahaan asing telah

melakukan eksplorasi cadangan minyak dan gas di perairan Sulawesi Barat.

Pola perekonomian Sulawesi Barat masih akan sama di 2017. Tingkat permintaan masyarakat

akan mengalami peningkatan pada triwulan II 2016 yaitu memasuki bulan puasa dan hari raya Idul

Fitri. Selebihnya tingkat permintaan cenderung stagnan atau bahkan menurun pada saat setelah

hari raya Idul Fitri. Konsumsi pemerintah akan tumbuh secara normal, tidak seperti 2016 yang

dihadiri instansi baru. Konsumsi pemerintah berpotensi lebih tinggi jika investasi yang dilakukan di

2016 berhasil memberikan dampak. Pembangunan pembangkit listrik di 2016 diharapkan menarik

investor untuk membangun industri berbasis sumber daya alam yang belum dieksplor lebih jauh

seperti kakao, kopi, atau pun ikan laut.

7.1.2 Prospek Sisi Penawaran

Lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan akan mengalami sedikit perlambatan

dibandingkan periode sebelumnya. Dengan curah hujan yang cukup baik akan mendukung

produksi komoditas di Sulawesi Barat. Namun, mengingat masa di triwulan I 2017 bukan periode

panen raya, jumlah produksi tidak setinggi pada triwulan IV 2016. Hambatan produksi sumberd

daya alam bersumber dari cuaca ekstrim terjadi dengan kemungkinan gagal panen dan nelayan

tidak dapat melaut. Selain menjadi lahan kelapa sawit yang cukup luas, Sulawesi Barat juga

Page 95: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) disusun dan disajikan secara triwulan

memiliki industri pengolahan CPO yang berada di beberapa wilayah. Harga CPO akan

mempengaruhi harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit yang dihasilkan dari petani lokal

Sulawesi Barat.

Grafik 73. Prakiraan Curah Hujan Grafik 74. Prakiraan Sifat Hujan

Prakiraan Desember 2016 Prakiraan Januari 2017 Prakiraan Desember 2016 Prakiraan Januari 2017

Sumber: Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Sumber: Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika

Administrasi pemerintahan dan konstruksi juga akan melambat. Seiring periode awal tahun,

kecenderungan penyerapan dan realisasi program masih belum akan banyak. Pemilihan kepala

daerah yang akan jatuh pada bulan Februari menjadi perhatian seluruh masyarakat Sulawesi Barat.

Kedua lapangan usaha ini akan meningkat paska terpilihnya kepala daerah yang baru atau pada

triwulan II 2017.

Di tahun 2017, lapangan usaha Sulawesi Barat tumbuh lebih baik dibandingkan tahun 2016.

Lapangan usaha utama seperti pertanian, industri, perdagangan, konstruksi, dan administrasi

pemerintahan, diharapkan akan semakin meningkat. Lapangan usaha tersebut banyak

berinvestasi pada tahun 2016. Penambahan modal banyak dilakukan pada lapangan usaha yang

menjadi motor perekonomian Sulawesi Barat.

7.2 Prospek Inflasi

Inflasi pada triwulan I 2017 akan cenderung rendah. Berlimpahnya produksi sumber daya alam

kebutuhan sehari-hari masyarakat pada periode ini membuat harga-harga yang beredar pun akan

rendah. Normalisasi paska perayaan tahun baru juga menjadi penyebab rendahnya tingkat

permintaan. Potensi inflasi tinggi bersumber dari bumbu-bumbuan yang produksinya cenderung

terbatas pada periode ini. Namun, kondisi inflasi ini dapat berubah sesuai dengan kebijakan

pemerintah terkait harga bahan bakar minyak dan tarif dasar listrik. Jika ada kenaikan pada kedua

komoditas tersebut maka berpotensi memberikan tekanan tinggi terhadap inflasi di Sulawesi Barat.

Page 96: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) disusun dan disajikan secara triwulan

Grafik 75. Perkembangan Harga Minyak Dunia (WTI) Grafik 76. Prospek Inflasi

Sumber: Bloomberg, diolah Sumber:

Badan Pusat Statistik, diolah

Proyeksi Bank Indonesia

Inflasi Sulawesi Barat di 2017 diperkirakan akan meningkat. Meski demikian pencapaian tersebut

masih sesuai dengan target yang telah ditetapkan oleh pemerintah sebesar 4% +/- 1%.

Berdasarkan proyeksi tahunan, pencapaian inflasi pada tahun 2017 akan berada pada kisaran

angka sebesar 4,30% - 4,60% (yoy). Hal ini disebabkan oleh adanya peningkatan ekonomi Sulawesi

Barat, kemungkinan pemerintah menaikkan BBM dan TDL.

Di sisi lain, jalinan kerjasama yang mulai dibina oleh anggota TPID pada tahun 2016 diprediksi akan

memberikan dampak terhadap pencapaian inflasi yang lebih terkontrol pada tahun 2017 akibat

adanya peningkatan koordinasi yang lebih baik lagi. Internalisasi roadmap inflasi pada RPJMD dan

RKPD juga diprediksi akan memudahkan Pemprov dan Pemkab untuk mendapat suntikan

anggaran pengelolaan inflasi lebih besar dibandingkan tahun 2016. Dengan adanya roadmap

pengendalian inflasi, Sulawesi Barat dapat memiliki arah yang lebih jelas dalam mengendalikan

harga. Selain itu, adanya pencetakan lahan baru, baik untuk beras maupun hortikultura dan

perbaikan infrastruktur, baik utama maupun pendukung juga dapat menjadi pemicu kestabilan

inflasi.

Secara umum risiko-risiko yang berpotensi memberikan tekanan terhadap inflasi di Sulawesi barat

selama 2017 yaitu:

Kondisi cuaca ekstrim terjadi di Sulawesi Barat yang akan mengganggu produksi sumber

daya alam seperti padi dan ikan

Kenaikan harga bahan bakar minyak

Kenaikan harga rokok

Kenaikan harga tarif dasar listrik

Page 97: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) disusun dan disajikan secara triwulan

7.3 Rekomendasi Kebijakan

Melihat perkembangan ekonomi dan inflasi terkini dan ke depannya, beberapa langkah strategis

yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Fokus pengembangan pada beberapa komoditas unggulan agar menjadi brand image bagi

Sulawesi Barat untuk dikenal di luar Sulawesi Barat sampai ke tingkat global.

Pengembangan komoditas harus dilakukan dari hulu ke hilir yaitu pengembangan bibit

unggul sampai kepada produk jadi yang dikonsumsi masyarakat luas.

b. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dengan menyusun kurikulum pendidikan

yang berkualitas nasional disertai pengadaan sertifikasi untuk meningkatkan keahlian dan

keterampilan sumber daya manusia yang siap kerja.

c. Melakukan promosi investasi secara kontinu dengan melibatkan dinas-dinas terkait seperti

pariwisata, pertanian, dan perkebunan agar memberikan dampak yang lebih optimal.

Page 98: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) disusun dan disajikan secara triwulan
Page 99: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) disusun dan disajikan secara triwulan

Istilah Keterangan

Administered price Komponen inflasi berupa harga-harga barang dan jasa yang diatur pemerintah

Abenomics Mencakup serangkaian langkah-langkah kebijakan yang dirancang untuk mengatasi

masalah ekonomi makro Jepang dari resesi berkepanjangan di negara itu, isu-isu seperti

kebijakan moneter, kebijakan fiskal, dan investasi swasta untuk meningkatkan konsumsi

dalam negeri sekaligus meningkatkan ekspor

Austerity program Program kebijakan ekonomi yang bertujuan mengurangi defisit atau belanja pemerintah

Bail out Injeksi dana talangan bagi pihak yang mengalami kesulitan dana/likuiditas

Balance sheet Neraca

Banking union Kerangka kerja perbankan yang terintegrasi dengan tujuan menjaga stabilitas perbankan

Barrel Satuan pengukur volume yang biasa digunakan dalam perdagangan minyak internasional

Basel III Standar regulasi global mengenai tingkat kesehatan bank yang didasarkan pada

kecukupan modal bank, stress testing, dan risiko likuiditas pasar; disepakati oleh ang

gota Basel Committee on Banking Supervision dan akan diimplementasikan 2013-2018

BI rate Suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang

ditetapkan oleh Bank Indonesia

Branchless banking Strategi pemberian pelayanan jasa keuangan perbankan tanpa bergantung pada

keberadaan kantor cabang

Bullish Kecenderungan harga untuk meningkat

Clean money policy Kebijakan penggantian uang rusak dengan uang layak edar

Consensus forecast Prediksi masa depan yang dibuat dengan menggabungkan bersama beberapa perkiraan

terpisah yang sering dibuat

menggunakan metodologi yang berbeda

Core-deposit Sumber dana andalan bank yang bersifat stabil sebagai basis pinjaman bank

Cost push inflation Inflasi yang disebabkan oleh kenaikan biaya

Cost of capital Biaya riil yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk memperoleh dana baik hutang,

saham preferen, saham biasa, maupun laba ditahan untuk mendanai suatu investasi

perusahaan

Credit Limit Batas kredit

Credit rating Sebuah penaksiran kelayakan kredit dari individu atau korporasi

Crisis management

protocol

Prosedur manajemen krisis ini menetapkan protokol penggelaran tim manajemen dan

mendefinisikan peran dan tanggung jawab anggota tim itu

Debt ceiling Pagu hutang

Debt service ratio Rasio beban pembayaran utang terhadap penerimaan ekspor suatu Negara

Debt swap Serangkaian transaksi yang mempertukarkan pembayaran utang oleh dua entitas

ekonomi

Deflasi Penurunan harga-harga barang dan jasa secara umum

Page 100: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) disusun dan disajikan secara triwulan

Dependency ratio Rasio ketergantungan penduduk usia nonproduktif terhadap penduduk yang produktif

Deposit facility Fasilitas deposit untuk membuat deposito overnight dengan bank sentral

Deposit rate Tingkat suku bunga simpanan

Deposito Produk bank sejenis jasa tabungan yang memiliki jangka waktu penarikan, berdasarkan

kesepakatan antara bank dengan nasabah

Depresiasi rupiah Penurunan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing

Devisa Semua barang yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran internasional

Disposable income Jumlah pendapatan pribadi individu memiliki setelah pajak dan biaya pemerintah, yang

dapat dihabiskan pada kebutuhan, atau non-penting, atau diselamatkan

Double-dip recession Peristiwa dimana resesi menimpa suatu negara setelah sempat membaik dari resesi

sebelumnya dalam waktu yang pendek

Double taxation Pengenaan pajak oleh suatu yurisdiksi lebih dari satu kali

Down payment Pembayaran awal sebelum melunasi pembelian

Dropshot Pembayaran uang layak edar (ULE) setoran dari bank kepada bank yang sama (bank

penyetor) atau kepada bank berbeda, dimana terhadap setoran ULE dari bank tersebut,

Bank Indonesia tidak melakukan perhitungan rinci dan penyortiran

Ekspansi fiskal Kebijakan peningkatan fiskal dengan cara menambah pengeluaran pemerintah

Emerging market Kelompok negara-negara dengan ekonomi yang berkembang pesat yang antara lain

tercermin dari perkembangan pasar keuangan dan industrialisasi

E-money Uang elektronik

Exchange rate pass

through

Persentase perubahan dalam mata uang lokal harga impor akibat perubahan satu

persen dalam nilai tukar antara negara-negara pengekspor dan pengimpor

External imbalance Keseimbangan eksternal terjadi ketika transaksi berjalan tidak terlalu positif atau negatif

berlebihan

Fee based income Pendapatan bank yang berasal dari transaksi jasa-jasa bank selain dari selisih bunga

Financial

sophistication

Kecang gihan dalam pengelolaan keuangan financial exclusion pemberian layanan

keuangan dengan biaya terjangkau untuk bagian segmen yang kurang beruntung dan

berpenghasilan rendah masyarakat

Fiscal space Ruang ekspansi kebijakan fiscal

Flight to quality Istilah yang digunakan untuk menyatakan fenomena di pasar keuangan, dimana investor

menjual apa yang mereka anggap sebagai investasi berisiko dan membeli investasi yang

lebih aman

Fiscal sustainability Kemampuan pemerintah untuk menjaga kesinambungan belanja, pajak, dan kebijakan

lainnya dalam jangka panjang tanpa risiko gagal bayar

Giro Simpanan pada bank yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan

menggunakan cek atau surat perintah pembayaran lain atau dengan pemindahbukuan

Good corporate

governance

Tata kelola yang baik

Growth-supporting

funding facility

Fasilitas pendanaan yang disediakan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi

Page 101: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) disusun dan disajikan secara triwulan

Hedging Strategi untuk melindung nilai dengan membatasi risiko atau probabilitas kerugian yang

dapat ditimbulkan

Holding company Perusahaan induk dari beberapa perusahaan

Idle money Uang yang tidak terpakai

Imported inflation Inflasi yang disebabkan kenaikan harga barang-barang impor

Indeks kedalaman

kemiskinan

Ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap

batas miskin

Indeks keparahan

kemiskinan

Ukuran penyebaran pengeluaran diantara penduduk miskin

Industrial upgrading Peningkatan industri produk nonkomoditas

Inflasi Kenaikan harga-harga barang dan jasa secara umum

Inflasi inti

Komponen inflasi yang cenderung menetap atau persisten (persistent component) di

dalam pergerakan inflasi dan dipengaruhi oleh faktor fundamental, seperti interaksi

permintaan-penawaran, nilai tukar, harga komoditas internasional, inflasi mitra dagang

dan ekspektasi Inflasi

Inter-bank lending Penempatan dana bank pada bank lain

Intercompany loans Pinjaman yang dilakukan oleh suatu departemen kepada departemen lain dalam satu

struktur organisasi

Intra-regional trade Perdagangan internasional negara-negara dalam satu kawasan

Investasi portofolio Investasi dalam bentuk surat-surat berharga yang diperdagangkan di pasar keuangan

Investment grade Peringkat layak investasi

Leading indicator Indikator penuntun yang menunjukkan arah variabel acuan ke depan

Lending facility Sebuah mekanisme yang digunakan saat bank sentral meminjamkan dana kepada

dealerUtama

Less cash society Masyarakat yang terbiasa memakai alat pembayaran nontunai

Long-term financing Skema fasilitas pinjaman murah (bunga 1%) dari ECB bagi perbankan eropa dalam

rangka mencegah keketatan likuiditas

operation Credit crunch dengan jangka waktu 3 tahun

M1 Uang dalam arti sempit (uang kartal dan giral)

M2 Uang dalam arti luas (uang kartal, giral, dan deposito)

Makroprudensial Pendekatan regulasi keuangan yang bertujuan memitigasi risiko sistem keuangan secara

keseluruhan

Margin Selisih

Mikroprudensial Kehati-hatian yang terkait dengan pengelolaan lembaga keuangan secara individu agar

tidak membahayakan kelangsungan usahanya

Monetary union Penggunaan satu mata uang tunggal dalam satu kawasan

Monetisasi Proses konversi/perubahaan sesuatu (aset) menjadi uang

Moral hazard Kecenderungan untuk melakukan kecurangan

Mtm Month-to-month growth: perubahan atau pertumbuhan suatu besaran pada suatu bulan

tertentu terhadap satu bulan sebelumnya

Page 102: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) disusun dan disajikan secara triwulan

Online banking Transaksi keuangan yang dilakukan dengan memanfaatkan koneksi internet

Operation twist Kebijakan The Fed pada akhir 2011, dimana The Fed mengambil inisiatif membeli surat

berharga jangka panjang dan secara simultan menjual yang jangka pendek untuk

menurunkan tingkat suku bunga jangka panjang

Operasi Pasar Kegiatan transaksi di pasar uang yang dilakukan oleh Bank Indonesia dengan bank dan

pihak lain dalam rangka pengendalian moneter

Pagu hutang / debt

ceiling

Jumlah total utang pemerintah Amerika Serikat yang boleh diterbitkan dalam periode

tertentu

Pasar obligasi Tempat diperdagangkannya obligasi

Pendapatan

disposibel

Bagian dari pendapatan yang siap untuk dibelanjakan

Price taker Pengambil harga

Primary reserves Cadangan utama, bisanya bersifat likuid (dapat diuangkan sewaktu-waktu)

Push factor Faktor pendorong

Quantitative easing Kebijakan dimana The Fed mencetak uang baru dan menyalurkannya pada bank untuk

memberikan dukungan pembiayaan/pendanaan usaha/bisnis dengan bunga terjangkau

Rasio gini Suatu ukuran yang biasa digunakan untuk memperlihatkan tingkat ketimpangan

pendapatan

Second round effect Dampak lanjutan

Short-term liquidity Likuiditas jangka pendek

Sistem pembayaran Sistem yang berkaitan dengan pemindahan sejumlah nilai uang dari satu pihak ke pihak

lain

Solvabilitas Kemampuan perusahaan untuk membayar segala kewajibannya

Sovereign debt crisis Krisis timbul akibat kegagalan pemerintah negara penerbit surat berharga untuk

memenuhi kewajibannya (bunga dan pokoknya)

Stimulus fiskal Kebijakan fiskal pemerintah yang ditujukan untuk mempengaruhi permintaan agregat

(aggregate demand) yang selanjutnya (diharapkan) akan berpangaruh pada aktivitas

perekonomian dalam jangka pendek

Sukuk Suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan

emiten kepada pemegang obligasi syariah

Tenor Masa pelunasan pinjaman, dinyatakan dalam hari, bulan atau tahun

Term of trade Perbandingan harga ekspor suatu negara terhadap impornya

Unbanked Orang-orang atau bisnis yang tidak memiliki akses terhadap layanan keuangan utama

biasanya ditawarkan oleh bank-bank ritel

Velositas uang Kecepatan perputaran uang yang beredar

Volatile food Inflasi yang dominan dipengaruhi oleh shocks (kejutan) dalam kelompok bahan makanan

seperti panen, gangguan alam, atau faktor perkembangan harga komoditas pangan

domestik maupun perkembangan harga komoditas pangan internasional

Yield Imbal hasil

Page 103: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat · Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) disusun dan disajikan secara triwulan

Yoy Year-on-year growth: perubahan atau pertumbuhan suatu besaran pada suatu titik waktu

tertentu (hari, minggu, bulan, triwulan, semester) terhadap titik waktu yang sama satu

tahun sebelumnya

Ytd Year-to-date growth: perubahan atau pertumbuhan suatu besaran pada suatu titilk waktu

tertentu (hari, minggu, bulan, triwulan, semester) terhadap titik waktu terakhir pada

tahun sebelumnya (31 Desember)

Yuan Mata uang Tiongkok