Kanker Serviks FIX Kelompok 3

21
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Hingga saat ini kanker serviks merupakan penyebab kematian terbanyak akibat penyakit kanker di negara berkembang. Sesungguhnya penyakit ini dapat dicegah bila program skrining sitologi dan pelayanan kesehatan diperbaiki. Diperkirakan setiap tahun dijumpai 500.000 penderita baru di seluruh dunia dan umumnya terjadi di negara berkembang (Aziz et al., 2006). Penyakit ini berawal dari infeksi virus yang merangsang perubahan prilaku sel epitel serviks. Insidensi dan mortalitas kanker serviks di dunia menempati urutan kedua setelah kanker payudara. Sementara di negara berkembang masih menempati urutan pertama sebagai penyebab kematian akibat kanker pada wanita usia reproduktif. Hampir 80% kasus berada di negara berkembang (Aziz et al., 2006). 1

description

makalah kanker srvix

Transcript of Kanker Serviks FIX Kelompok 3

Page 1: Kanker Serviks FIX Kelompok 3

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Hingga saat ini kanker serviks merupakan penyebab kematian terbanyak akibat

penyakit kanker di negara berkembang. Sesungguhnya penyakit ini dapat

dicegah bila program skrining sitologi dan pelayanan kesehatan diperbaiki.

Diperkirakan setiap tahun dijumpai 500.000 penderita baru di seluruh dunia

dan umumnya terjadi di negara berkembang (Aziz et al., 2006).

Penyakit ini berawal dari infeksi virus yang merangsang perubahan prilaku sel

epitel serviks. Insidensi dan mortalitas kanker serviks di dunia menempati

urutan kedua setelah kanker payudara. Sementara di negara berkembang masih

menempati urutan pertama sebagai penyebab kematian akibat kanker pada

wanita usia reproduktif. Hampir 80% kasus berada di negara berkembang (Aziz

et al., 2006).

Di Indonesia, penyakit kanker menduduki peringkat ketiga sebagai penyebab

kematian, 64% penderitanya adalah perempuan yaitu menderita kanker

leher rahim dan kanker payudara. Riset kesehatan dasar tahun 2007

menunjukan prevalensi kanker di Indonesia adalah 4,3 per 1000 penduduk.

Setiap tahun ditemukan kurang lebih 500.000 kasus baru kanker serviks dan

tiga perempatnya terjadi di negara berkembang. Data yang berhasil dihimpun

oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia menunjukan bahwa angka

kejadian kanker di Indonesia sampai saat ini diperkirakan setiap tahun

1

Page 2: Kanker Serviks FIX Kelompok 3

muncul sekitar 200.000 kasus baru dimana jenis terbesar kanker tersebut

adalah kanker serviks (Ginting, 2012)

2

Page 3: Kanker Serviks FIX Kelompok 3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi Kanker Serviks

Kanker serviks atau kanker leher rahim adalah keganasan yang terjadi

pada serviks (leher rahim) yang merupakan bagian terendah dari rahim yang

menonjol ke puncak liang senggama atau vagina (Depkes RI, 2006).

2. Patologi Penyakit

Peristiwa kanker serviks diawali dari sel serviks normal yang terinfeksi oleh

HPV (Human Papilloma Virus). Infeksi HPV umumnya terjadi setelah wanita

melakukan hubungan seksual. Sebagian infeksi HPV bersifat hilang timbul,

sehingga tidak terdeteksi dalam kurun waktu kurang lebih dua tahun pasca

infeksi. Hanya sebagian kecil saja dari infeksi tersebut yang menetap dalam

jangka lama, sehingga menimbulkan kerusakan lapisan lendir menjadi

prakanker (Sinta et al., 2010).

Human Papilloma Virus, sampai saat ini telah diketahui memiliki lebih dari 100

tipe, dimana sebagian besar diantaranya tidak berbahaya dan akan lenyap

dengan sendirinya. Dari 100 tipe HPV tersebut, hanya 30 diantaranya yang

beresiko kanker serviks. Adapun tipe yang beresiko adalah HPV 16, 18, 31,

dan 45 yang sering ditemukan pada kanker maupun lesi prakanker serviks,

yaitu menimbulkan kerusakan sel lendir luar menuju keganasan. Sementara,

tipe yang beresiko sedang yaitu HPV tipe 33, 35, 39, 51, 52, 56, 58, 59, dan 68,

3

Page 4: Kanker Serviks FIX Kelompok 3

dan yang beresiko rendah adalah HPV tipe 6, 11, 26, 42, 43, 44, 53, 54, 55, dan

56. Dari tipe-tipe ini, HPV tipe 16 dan 18 merupakan penyebab tersering

kanker serviks yang terjadi di seluruh dunia. HPV tipe 16 mendominasikan

infeksi (50-60%) pada penderita kanker serviks disusul dengan tipe 18 (10-

15%) (Sinta et al.,2010).

3. Kasus Kanker Serviks di Indonesia

Di Indonesia diperkirakan ditemukan 40 ribu kasus baru kanker mulut rahim

setiap tahunnya. Menurut data kanker berbasis patologi di 13 pusat

laboratorium patologi, kanker serviks merupakan penyakit kanker yang

memiliki jumlah penderita terbanyak di Indonesia, yaitu lebih kurang 36%.

Dari data 17 rumah sakit di Jakarta 1977, kanker serviks menduduki urutan

pertama, yaitu 432 kasus di antara 918 kanker pada perempuan.

Di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo, frekuensi kanker serviks sebesar

76,2% di antara kanker ginekologi. Terbanyak pasien datang pada stadium

lanjut, yaitu stadium IIB-IVB, sebanyak 66,4%. Kasus dengan stadium IIIB,

yaitu stadium dengan gangguan fungsi ginjal, sebanyak 37,3% atau lebih

dari sepertiga kasus.

Relative survival pada wanita dengan lesi pre-invasif hampir 100%. Relative

1 dan 5 years survival masing- masing sebesar 88% dan 73%. Apabila

dideteksi pada stadium awal, kanker serviks invasif merupakan kanker yang

paling berhasil diterapi, dengan 5 YSR sebesar 92% untuk kanker lokal.

Keterlambatan diagnosis pada stadium lanjut, keadaan umum yang

4

Page 5: Kanker Serviks FIX Kelompok 3

lemah, status sosial ekonomi yang rendah, keterbatasan sumber daya,

keterbatasan sarana dan prasarana, jenis histopatologi, dan derajat

pendidikan ikut serta dalam menentukan prognosis dari penderita

Untuk wilayah ASEAN, insidens kanker serviks di Singapore sebesar 25,0

pada ras Cina; 17,8 pada ras Melayu; dan Thailand sebesar 23,7 per 100.000

penduduk. Insidens dan angka kematian kanker serviks menurun selama

beberapa dekade terakhir di AS. Hal ini karena skrining Pap menjadi lebih

populer dan lesi serviks pre-invasif lebih sering dideteksi daripada kanker

invasif. Diperkirakan terdapat 3.700 kematian akibat kanker serviks pada 2006.

4. Faktor Resiko

Menurut Diananda (2007), faktor - faktor yang mempengaruhi kanker

serviks yaitu :

1) Usia > 35 tahun

Pada usia tersebut mempunyai risiko tinggi terhadap kanker leher rahim.

Semakin tua usia seseorang, maka semakin meningkat risiko terjadinya

kanker laher rahim. Meningkatnya risiko kanker leher rahim pada usia

lanjut merupakan gabungan dari meningkatnya dan bertambah lamanya

waktu pemaparan terhadap karsinogen serta makin melemahnya sistem

kekebalan tubuh akibat usia.

2) Usia pertama kali menikah.

Menikah pada usia kurang 20 tahun dianggap terlalu muda untuk

melakukan hubungan seksual dan berisiko terkena kanker leher Rahim 10-

5

Page 6: Kanker Serviks FIX Kelompok 3

12 kali lebih besar daripada mereka yang menikah pada usia > 20 tahun.

Hubungan seks idealnya dilakukan setelah seorang wanita benar-benar

matang. Ukuran kematangan bukan hanya dilihat dari sudah menstruasi

atau belum. Kematangan juga bergantung pada sel- sel mukosa yang

terdapat di selaput kulit bagian dalam rongga tubuh. Umumnya sel-sel

mukosa baru matang setelah wanita berusia 20 tahun ke atas. Jadi, seorang

wanita yang menjalin hubungan seks pada usia remaja, paling rawan bila

dilakukan di bawah usia 16 tahun. Hal ini berkaitan dengan kematangan

sel-sel mukosa pada serviks. Pada usia muda, sel-sel mukosa pada serviks

belum matang. Artinya, masih rentan terhadap rangsangan sehingga tidak

siap menerima rangsangan dari luar termasuk zat-zat kimia yang dibawa

sperma. Karena masih rentan, sel-sel mukosa bisa berubah sifat menjadi

kanker. Sifat sel kanker selalu berubah setiap saat yaitu mati dan tumbuh

lagi. Dengan adanya rangsangan, sel bisa tumbuh lebih banyak dari sel

yang mati, sehingga perubahannya tidak seimbang lagi. Kelebihan sel ini

akhirnya bisa berubah sifat menjadi sel kanker. Lain halnya bila hubungan

seks dilakukan pada usia di atas 20 tahun, dimana sel-sel mukosa tidak lagi

terlalu rentan terhadap perubahan.

3) Wanita dengan aktivitas seksual yang tinggi, dan sering berganti-

ganti pasangan

Berganti-ganti pasangan akan memungkinkan tertularnya penyakit kelamin,

salah satunya Human Papilloma Virus (HPV). Virus ini akan mengubah

sel-sel di permukaan mukosa hingga membelah menjadi lebih banyak

6

Page 7: Kanker Serviks FIX Kelompok 3

sehingga tidak terkendali sehingga menjadi kanker.

4) Penggunaan antiseptik

Kebiasaan pencucian vagina dengan menggunakan obat-obatan antiseptik

maupun deodoran akan mengakibatkan iritasi di serviks yang

merangsang terjadinya kanker.

5) Wanita yang merokok

Wanita perokok memiliki risiko 2 kali lebih besar terkena kanker serviks

dibandingkan dengan wanita yang tidak merokok. Penelitian

menunjukkan, lendir serviks pada wanita perokok mengandung nikotin

dan zat-zat lainnya yang ada di dalam rokok. Zat-zat tersebut akan

menurunkan daya tahan serviks di samping meropakan ko-karsinogen

infeksi virus. Nikotin, mempermudah semua selaput lendir sel-sel

tubuh bereaksi atau menjadi terangsang, baik pada mukosa

tenggorokan, paru-paru maupun serviks. Namun tidak diketahui

dengan pasti berapa banyak jumlah nikotin yang dikonsumsi yang bisa

menyebabkan kanker leher rahim.

6) Riwayat penyakit kelamin seperti kutil genitalia

Wanita yang terkena penyakit akibat hubungan seksual berisiko terkena

virus HPV, karena virus HPV diduga sebagai penyebab utama terjadinya

kanker leher rahim sehingga wanita yang mempunyai riwayat penyakit

kelamin berisiko terkena kanker leher rahim.

7) Paritas (jumlah kelahiran)

Semakin tinggi risiko pada wanita dengan banyak anak, apalagi dengan

7

Page 8: Kanker Serviks FIX Kelompok 3

jarak persalinan yang terlalu pendek. Dari berbagai literatur yang ada,

seorang perempuan yang sering melahirkan (banyak anak) termasuk

golongan risiko tinggi untuk terkena penyakit kanker leher rahim. Dengan

seringnya seorang ibu melahirkan, maka akan berdampak pada seringnya

terjadi perlukaan di organ reproduksinya yang akhirnya dampak dari luka

tersebut akan memudahkan timbulnya Human Papilloma Virus (HPV)

sebagai penyebab terjadinya penyakit kanker leher rahim.

8

Page 9: Kanker Serviks FIX Kelompok 3

BAB III

PENANGGULANGAN

1. Penanggulangan Kanker Serviks

1) Waspadai gejalanya. Segera hubungi dokter kalau terdapat gejala-gejala yang

tidak normal seperti pendarahan, terutama setelah aktivitas seksual

2) Pemeriksaan teratur. Lakukan tes pap smear setiap tahun. Ini dilakukan

sampai berusia 70 tahun

3) Jangan merokok karena yang dikandung tembakau dapat merangsang

timbulnya sel-sel kanker melalui nikotin dikandung dalam darah Anda.

Risiko wanita perokok 4-13 kali lebih besar dibandingkan wanita bukan

perokok. Diperkirakan nikotin memberikan efek toksik pada sel epitel,

termasuk selaput lendir mulut rahim, sehingga memudahkan masuknya

mutagen virus dan membuatnya rentan terhadap sel-sel kanker

4) Hindarkan kebiasaan pencucian vagina dengan menggunakan obat-obatan

antiseptik maupun deodoran karena akan mengakibatkan iritasi di serviks yang

merangsang terjadinya kanker

Beberapa hal yang bisa dikerjakan untuk menghindari ancaman kanker leher

rahim sbb :

1) Melakukan pap smear secara teratur (tiga tahun setelah hubungan seks

pertama, tiga bulan setelah melahirkan dan secara rutin minimal setahun sekali)

9

Page 10: Kanker Serviks FIX Kelompok 3

2) Menghindari hal-hal yang dapat meningkatkan risiko timbulnya kanker leher

rahim misalnya berganti-ganti pasangan seksual dan merokok

3) Menjaga kebersihan organ intim

4) Selalu waspada dan segera ke dokter bila mengalami tanda-tanda yang

mencurigakan, seperti keputihan dan pengeluaran cairan yang berbau busuk

dari vagina, perdarahan yang terjadi setelah melakukan hubungan intim, dan

perdarahan atau haid yang abnormal

5) “Jangan tunda lagi”, luangkan waktu Anda untuk melakukan pemeriksaan pap

smear. Beberapa peneliti menganggap bahwa tes Pap/ pap smear pada dubur

dan leher rahim sebaiknya dilakukan setiap tahun untuk orang yang berisiko

lebih tinggi:

Orang yang menerima seks anal (penis masuk pada duburnya)

Perempuan yang pernah mengalami CIN

Siapa pun dengan kadar CD 4 di bawah 500

Namun peneliti lain menganggap pemeriksaan fisik dengan teliti dapat menemukan

semua kasus kanker dubur yang ditemukan melalui tes Pap Smear pada dubur.

2. Pencegahan Kanker Serviks

a. Screening

Tes yang dapat membantu mencegah kanker leher rahim yakni:

1. Tes Pap (Pap Smear) atau mencari pre-kanker, perubahan sel pada

leher rahim yang dapat menjadi kanker serviks jika tidak diobati dengan

tepat. Mulai dilakukan pada usia 21 tahun.

2. Papillomavirus test (HPV) manusia mencari virus yang dapat

10

Page 11: Kanker Serviks FIX Kelompok 3

menyebabkan perubahan sel.

Yang paling penting yang dapat dilakukan untuk membantu mencegah

kanker serviks adalah dengan melakukan tes skrining rutin.Jika hasil tes pap

smear normal, kesempatan untuk mendapatkan kanker serviks

dalam beberapa tahun ke depan sangat rendah. Untuk alasan itu, tidak perlu

lagi tes Pap selama tiga tahun. Pada usia 30 tahun atau lebih tua, dapat

memilih untuk memiliki tes HPV bersama dengan tes Pap. Jika kedua hasil

tes normal, bisa menunggu lima tahun untuk melakukan tes Pap berikutnya.

Tapi pemeriksaan ke dokter secara teratur tetap harus dilakukan. (Centers

for Disease Control and Prevention, 2013).

Bagi wanita berusia 21-65 tahun, penting untuk terus mendapatkan tes Pap.

Namun, pada usia yang lebih tua dari 65 tahun dan memiliki hasil tes Pap

normal untuk beberapa tahun, atau pada kondisi serviks yang tidak ada

karena histerektomi total pada kondisi non kanker, seperti fibroid, tidak

perlu dilakukan tes Pap lagi. (Centers for Disease Control and Prevention,

2013).

b. Mendapatkan Vaksin HPV

Dua vaksin HPV yang tersedia untuk melindungi perempuan terhadap

jenis HPV yang menyebabkan kanker serviks yang paling, vagina, dan

vulva. Kedua vaksin yang direkomendasikan untuk remaja perempuan usia

11-12 tahun, dan untuk wanita 13 sampai 26 tahun yang tidak

mendapatkan salah satu atau semua dari vaksin ketika mereka masih muda.

Vaksin ini juga dapat diberikan pada remaja perempuan usia 9 tahun.

11

Page 12: Kanker Serviks FIX Kelompok 3

Disarankan bahwa wanita mendapatkan merek vaksin yang sama untuk tiga

dosis keseluruhan, bila memungkinkan. Penting untuk dicatat bahwa bahkan

wanita yang divaksinasi terhadap HPV perlu memiliki Pap Smear secara

teratur untuk skrining kanker serviks. Vaksin melindungi terhadap infeksi

dengan jenis HPV selama 6 sampai 8 tahun. Hal ini tidak diketahui apakah

perlindungan berlangsung lebih lama. Vaksin-vaksin tidak melindungi

perempuan yang sudah terinfeksi dengan HPV (Centers for Disease

Control and Prevention, 2013; National Cancer Institute, 2012).

c. Menghindari faktor risiko dan meningkatkan faktor proteksi

Menghindari faktor risiko kanker dapat membantu mencegah kanker tertentu.

Faktor risiko meliputi merokok, kelebihan berat badan, dan tidak cukup

berolahraga. Meningkatkan faktor proteksi seperti berhenti merokok, makan

makanan yang sehat, dan berolahraga juga dapat membantu mencegah

beberapa jenis kanker. (National Cancer Institute, 2012).

3. Program Pemerintah

Program See & Treat di Indonesia

Pada bulan oktober 2004 Female Cancer Programme memulai program See &

Treat di Indonesia pada 3 lokasi yaitu di Jakarta, Tasikmalaya (Bandung) dan

Bali. Pada program ini dilakukan upaya screening pada wanita untuk mencari

kanker serviks dan lesi prakanker serviks dengan IVA test dan Tes Pap dan saat

itu juga dilakukan tindakan krioterapi jika ditemukan kelainan lesi prakanker,

sedangkan jika ditemukan kanker akan dirujuk pada pusat pelayanan tersier

12

Page 13: Kanker Serviks FIX Kelompok 3

untuk dilakukan reevaluasi dan dilakukan tindakan jika memang ditemukan

kanker serviks.

Program ini adalah untuk meningkatkan kerja sama Female Cancer

Programme dengan Partner local untuk membentuk metode yang cukup

akurat dan murah dalam upaya screening, downstaging dan terapi kanker

serviks dan untuk meningkatkan kepedulian dan peningkatan pengetahuan

tentang kesehatan produksi. Partner local yang dimaksud disini adalah

akademisi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Fakultas Kedokteran

Universitas Padjadjaran (Bandung), Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

(Bali), Yayasan Kanker Indonesia (YKI) dan PKK. PKK merupakan organisasi

kewanitaan yang mempunyai struktur kuat di Indonesia dari tingkat yang paling

rendah di pedesaan, dengan didukung oleh elemen pemerintahan dari tingkat

kecamatan, Bupati, Gubernur sampai tingkat Menteri. Organisasi ini sangat

mendukung dalam program See & Treat di Indonesia.

Tujuan dari program ini diantaranya :

1. Meningkatkan pelayanan kesehatan dalam skrining, downstaging dan terapi

pada kanker dan lesi prakanker

2. Merangsang kepedulian dan pendidikan terhadap kanker serviks dan

penyakit menular seksual

3. Membentuk sistem jaringan local dimasa mendatang untuk program

imunologi seperti vaksinasi

4. Pengumpulan data epidemiologis terhadap prevalensi kanker

serviks dan prekursornya serta profil dari penderita

13

Page 14: Kanker Serviks FIX Kelompok 3

5. Pengumpulan data prevalensi HPV (Human Papilloma Virus)

6. Pengumpulan data imunologis untuk data status imun populasi

lokal

14

Page 15: Kanker Serviks FIX Kelompok 3

BAB IV

PENUTUP

1. Kesimpulan

Saat ini Kanker Serviks masih merupakan penyebab kematian terbanyak akibat

penyakit kanker di negara berkembang. Penyakit ini berawal dari infeksi virus yang

merangsang perubahan prilaku sel epitel serviks. Insidensi dan mortalitas kanker

serviks di dunia menempati urutan kedua setelah kanker payudara. Sementara di

negara berkembang masih menempati urutan pertama sebagai penyebab kematian

akibat kanker pada wanita usia reproduktif, dan hampir 80% kasus berada di negara

berkembang.

Penyakit ini dapat dicegah bila program screening sitologi dan pelayanan kesehatan

diperbaiki. Selain itu, menghindari faktor risiko kanker dapat membantu mencegah

kanker tersebut. Faktor risiko meliputi merokok, kelebihan berat badan, dan tidak

cukup berolahraga. Cara pencegahan berikutnya yaitu dengan meningkatkan faktor

proteksi seperti dengan immunisasi HPV.

Berbagai program penanggulangan juga telah dilakukan oleh pemerintah seperti

Program See and Treat untuk meningkatkan kewaspadaan dan cakupan penanganan

Kanker Serviks di Indonesia.

Dengan berjalannya sistem proteksi yang baik maka diharapkan angka kejadian dan

tingkat keparahan Kanker Serviks di Indonesia bisa menurun.

15