Kandungan Logam Berat Pada Sedimen Sungai Martapura ...

4
Kandungan Logam Berat Pada Sedimen Sungai Martapura Kalimantan Selatan Sudarningsih * , Andi Zainuddin, Simon Sadok Siregar Program Studi Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lambung Mangkurat Jalan Jln A.Yani, Banjarbaru, Indonesia Email: [email protected] Abstrak-Kajian kandungan logam berat terhadap lingkungan sungai sudah sering dilakukan, begitu juga pada Sungai Martapura Kalimantan Selatan. Kalimantan Selatan yang terkenal dengan julukan kota Seribu Sungai yang salah satu sungainya adalah Sungai Martapura dan tempat MCK, juga merupakan sumber mata pencaharian seperti keramba. Begitu pentingnya peranan Sungai Martapura, maka kebersihan sungai ini menjadi suatu keharusan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan logam berat dalam sedimen sungainya. Metoda yang digunakan yaitu AAS (Atomic Absorbtion Spectroscopy. Hasil uji AAS menunjukan kandungan logam berat yang terkandung dalam sedimen meliputi Cu, Zn, Fe, Mn, Al, Na, Ti dan Hg. Adapun kandungan logam berat pada sedimen yang telah melebihi ambang batas ketercemaran di sepanjang Sungai Martapura adalah Fe dan Mn. Kata kunci : Sungai Martapura, sedimen, logam berat, pencemaran I. PENDAHULUAN Hasil pelapukan batuan dasar maupun yang berasal dari proses erosi, bahan organik, partikel atau senyawa antropogenik (limbah yang dihasilkan dari aktivitas manusia) di lingkungan sungai, akan mengalami proses sedimentasi dan akan membentuk sedimen sungai. Kehadiran bahan (zat) yang bersifat membahayakan lingkungan (polutan) dalam sedimen sungai akan menimbulkan permasalahan. Polutan yang dominan berasal dari antropogenik seperti kegiatan penggunaan lahan (perkotaan dan pedesaan) yang berada di sekitar sungai, pembuangan limbah industri, limbah rumah tangga, limbah pertambangan maupun limbah pertanian (Perry dan Taylor, 2007). Apabila akumulasi logam berat di sedimen terangkut kembali ke permukaan air, maka hal ini akan mengakibatkan penurunan kualitas air sungai sehingga sungai tidak dapat digunakan sesuai peruntukannya. Logam berat yang ada pada perairan lama-kelamaan akan turun dan mengendap pada dasar perairan membentuk sedimen (Erlanda, 2012). Konsentrasi logam berat pada sedimen sungai cukup tinggi jika dibandingkan dengan konsentrasi logam berat pada air sungai (Rochyatun dan Rozak, 2007) sehingga sedimen menjadi indikator yang penting untuk melihat pencemaran sungai yang diakibatkan logam berat (Wang dkk., 2014; Xu dkk., 2014). Provinsi Kalimantan Selatan, Indonesia diberi julukan kota seribu sungai. Hal ini sesuai dengan keadaan alamnya, yang mana pada umumnya di Kalimantan Selatan banyak dialiri oleh sungai. Sungai menjadi sangat penting peranannya untuk daerah ini, disamping sebagai sumber air bersih PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum), sumber mata pencaharian (nelayan dan keramba), pengairan pertanian, sampai pada kegiatan MCK (mandi, cuci, kakus). Untuk memenuhi syarat agar air sungai dapat digunakan oleh masyarakat maka kebersihan air sungai harus diutamakan. Penelitian pencemaran pada Sungai Martapura, sampai saat ini dilakukan pada sampel air, sementara pada sampel sedimen Sungai Martapura 1

Transcript of Kandungan Logam Berat Pada Sedimen Sungai Martapura ...

Kandungan Logam Berat Pada Sedimen Sungai Martapura Kalimantan Selatan

Sudarningsih*, Andi Zainuddin, Simon Sadok Siregar

Program Studi Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Lambung MangkuratJalan Jln A.Yani, Banjarbaru, Indonesia

Email: [email protected]

Abstrak-Kajian kandungan logam berat terhadap lingkungan sungai sudah sering dilakukan, begitu juga pada Sungai Martapura Kalimantan Selatan. Kalimantan Selatan yang terkenal dengan julukan kota Seribu Sungai yang salah satu sungainya adalah Sungai Martapura dan tempat MCK, juga merupakan sumber mata pencaharian seperti keramba. Begitu pentingnya peranan Sungai Martapura, maka kebersihan sungai ini menjadi suatu keharusan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan logam berat dalam sedimen sungainya. Metoda yang digunakan yaitu AAS (Atomic Absorbtion Spectroscopy. Hasil uji AAS menunjukan kandungan logam berat yang terkandung dalam sedimen meliputi Cu, Zn, Fe, Mn, Al, Na, Ti dan Hg. Adapun kandungan logam berat pada sedimen yang telah melebihi ambang batas ketercemaran di sepanjang Sungai Martapura adalah Fe dan Mn.

Kata kunci : Sungai Martapura, sedimen, logam berat, pencemaran

I. PENDAHULUAN

Hasil pelapukan batuan dasar maupun yang berasal dari proses erosi, bahan organik, partikel atau

senyawa antropogenik (limbah yang dihasilkan dari aktivitas manusia) di lingkungan sungai, akan

mengalami proses sedimentasi dan akan membentuk sedimen sungai. Kehadiran bahan (zat) yang bersifat

membahayakan lingkungan (polutan) dalam sedimen sungai akan menimbulkan permasalahan. Polutan yang

dominan berasal dari antropogenik seperti kegiatan penggunaan lahan (perkotaan dan pedesaan) yang berada

di sekitar sungai, pembuangan limbah industri, limbah rumah tangga, limbah pertambangan maupun limbah

pertanian (Perry dan Taylor, 2007). Apabila akumulasi logam berat di sedimen terangkut kembali ke

permukaan air, maka hal ini akan mengakibatkan penurunan kualitas air sungai sehingga sungai tidak dapat

digunakan sesuai peruntukannya. Logam berat yang ada pada perairan lama-kelamaan akan turun dan

mengendap pada dasar perairan membentuk sedimen (Erlanda, 2012). Konsentrasi logam berat pada

sedimen sungai cukup tinggi jika dibandingkan dengan konsentrasi logam berat pada air sungai (Rochyatun

dan Rozak, 2007) sehingga sedimen menjadi indikator yang penting untuk melihat pencemaran sungai yang

diakibatkan logam berat (Wang dkk., 2014; Xu dkk., 2014).

Provinsi Kalimantan Selatan, Indonesia diberi julukan kota seribu sungai. Hal ini sesuai dengan

keadaan alamnya, yang mana pada umumnya di Kalimantan Selatan banyak dialiri oleh sungai. Sungai

menjadi sangat penting peranannya untuk daerah ini, disamping sebagai sumber air bersih PDAM

(Perusahaan Daerah Air Minum), sumber mata pencaharian (nelayan dan keramba), pengairan pertanian,

sampai pada kegiatan MCK (mandi, cuci, kakus). Untuk memenuhi syarat agar air sungai dapat digunakan

oleh masyarakat maka kebersihan air sungai harus diutamakan. Penelitian pencemaran pada Sungai

Martapura, sampai saat ini dilakukan pada sampel air, sementara pada sampel sedimen Sungai Martapura

�1

belum pernah dilakukan. Oleh karena itu penelitian untuk mengetahui keberadaan zat pencemar pada

sedimen Sungai Martapura sangat penting untuk dilakukan.

II. METODE PENELITIAN

Sampel sedimen sungai yang diteliti berasal dari Sungai Martapura. Sampel ini diambil di sepanjang

Sungai Martapura dari daerah Bincau, Kabupaten Banjar, sampai dengan Basirih, Kota Banjarmasin,

sebanyak sembilan titik (Gambar 1). Sampel sedimen kemudian dikeringkan dengan cara diangin-anginkan

pada suhu ruang di laboratorium Geofisika FMIPA ULM. Setelah kering, sampel dipreparasi untuk

dilakukan analisa logam berat yang terkandung di dalamnya dengan menggunakan metoda AAS.

Gambar 1. Lokasi pengambilan sampel sedimen

Pengukuran kandungan logam berat dalam sampel sedimen Sungai Martapura ini menggunakan

metoda AAS. Hasil analisis AAS dapat menentukan kuantitas kandungan logam berat dari sampel.

Pengukuran AAS ini dilakukan di Laboratorium Pusat Survey Geologi Bandung dengan menggunakan

instrumen Hitachi 5700Z 1 unit, Varian Techtron AA 240 1 unit, AA 280 FS 1 unit, Agilent Duo System (AA

280FS dan AA 240 Z) 1 unit, dan Agilent 280 Z 1 unit (Hitachi, LTd, Tokyo, Jepang).

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1 menunjukan hasil analisa AAS dalam sampel yang memperlihatkan beberapa logam berat

yaitu Cu, Zn, Fe, Mn, Al, Na, Ti dan Hg. Dari ke delapan logam berat tersebut, adapun rata-rata kandungan

logam berat yang paling banyak terdapat di sedimen Sungai Martapura yaitu Al (72.200 ppm) dan yang

paling sedikit keberadaannya adalah Hg (0,092 ppm). Kecenderungan keberadaan masing-masing logam

berat dapat dilihat pada Gambar 2.

Kandungan Fe dan dan Mn pada sampel sedimen Sungai Martapura secara keseluruhan telah melewati ambang batas ketercemaran sedimen sebesar 20.000 mg/kg sebagaimana yang dinyatakan dalam Sediment Quality Guideline Values for Metals and Associated Levels of Concern to be used in Doing Assessments of Sediment Quality (2003). Kadar Cu secara umum dalam sampel dari Sungai Martapura

masih lebih rendah dari ambang batas ketercemaran sedimen yaitu besarnya 108 mg/kg, sebagai mana yang dinyatakan dalam ANZECC Interm Sediment Quality Guidlines (ISQG) (2000).

Tabel 1. Nilai suseptibilitas magnetik dan masing-masing konsentrasi logam berat pada sedimen Sungai Martapura

(a) ANZECC Interm Sediment Quality Guidlines (ISQG) (2000) (b) (b) National Sediment Quality Survey US EPA (2004) (c) Sediment Quality Guideline Values for Metals and Associated Levels of Concern to be used in Doing Assessments of Sediment Quality (2003) (d) KMNLH (2010)

Gambar 2. Kandungan Logam Berat Pada Sedimen Sungai Martapura

Konsentrasi logam berat Cu yang didapatkan di lokasi penelitian ini relatif lebih rendah dibandingkan penelitian yang dilakukan di sedimen Sungai Ombilin, yang rata-ratanya 145 ppm (Putri dan Afdal, 2017), sementara itu jika dibandingkan dengan hasil penelitian yang dilakukan Edward (2010, 2011) yang mendapatkan kadar Cu rata- rata di perairan Maluku Tenggara yang relatif tidak tercemar, yakni di Elat

�3

SAMPEL Logam Berat (ppm)

Cu Zn Fe(102)

Mn Al(102)

Na(102)

Ti(102)

Hg(10-3)

1 69 113 611 921 585 40 37 57752 51 93 586 1299 611 92 39 1083 40 79 480 1026 523 109 32 924 75 106 688 2142 853 48 33 1155 82 103 631 1786 796 47 38 1156 68 147 586 815 761 41 31 1057 72 131 648 991 787 39 34 1548 67 161 637 793 909 34 32 1699 43 110 509 494 676 86 30 123Rata-rata 63 116 597 1141 722 59 34 751Nilai Maksimum 82 161 688 2142 909 109 39 5775

Nilai Minimum 40 79 480 494 523 34 30 92

Ambang Batas 108(a) 271(d) 20(c) 248,8(b)

0,0067 ppm, di Ohiomas 0,251 ppm dan di Ngilngof 0,039 ppm. Kandungan logam berat Hg sangat tinggi di daerah yang relatif masih hulu, hal ini diakibatkan oleh keberadaan pertambangan yang berada di daerah hulu. Tingginya kandungan Mn di sepanjang Sungai Martapura merupakan bahan-bahan beracun yang ditinggalkan dari pertambangan dan pengolahan batubara (Putri dan Afdal, 2017). Kandungan Zn secara umum masih di bawah ambang batas ketercemaran sedimen sebesarnya 271 mg/kg, sebagaimana yang dinyatakan dalam KMNLH (2010).

IV. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil AAS dapat disimpulkan bahwa, dari sembilan sampel sedimen yang berasal dari Sungai Martapura Kalimantan Selatan, memiliki kandungan logam berat Cu, Zn, Fe, Mn, Al, Na, Ti dan Hg. Adapun kandungan logam berat pada sedimen yang telah melebihi ambang batas ketercemaran di sepanjang Sungai Martapura adalah Fe dan Mn.

V. UCAPAN TERIMA KASIH

Penelitian ini telah didanai oleh PNBP Universitas Lambung Mangkurat pada tahun anggaran 2018. Penelitian ini juga didukung oleh beberapa orang mahasiswa S1 Prodi Fisika FMIPA, Universitas Lambung Mangkurat.

VI. DAFTAR PUSTAKA

Erlanda, E.P., 2012. Kajian Sedimentasi pada Sumber Air Baku PDAM Kota Pontianak, Jurnal Teknik Sipil UNTAN, 12, 2.

Perry, C., and Taylor, K. 2007. Environmental Sedimentology, Blackwell Publishing, Oxford, 1 – 6.

Rochyatun, E and Rozak, A., 2007. Pemantauan Kadar Logam Berat dalam Sedimen di Perairan Teluk Jakarta, Makara Sains, 11 (1), 28–36.

Wang, J., Sun, Q., Yi, L., Yin, X., Wang, A., Li, Y., 2014. “Spatial Variation Environmental Assasment and Source Identification on Heavy Metal in Sediment of The Yangtze River Estuary”, Marine Pollution Bulletin, Elsevier, 64, 364-373.

Xu, Y., Sun, Q., Yi, L., Yin, X., Wang, A., Li, Y., and Chen, J. 2014. The source of natural and anthropogenic heavy metals in the sediments of the Minjiang River Estuary (SE China): Implications for historical pollution. Science. Total Environmental, 493, 729–736.

Xu, Y., Chen, F., Zhang, L., Liu, J., Shen, Z., Feng, C and Chen, J., 2014, The Source of Natural and Anthropogenic Heavy Metal in The Sediment of minjiang River Estuary. Science Total Environmental, 493, 729-736.

Zhang, C.X., Huang, B.C., Piper, J.D.A., and Luo, R.S. 2008. Biomonitoring of atmospheric particulate matter using magnetic properties of Salix matsudana tree ring cores. Science Total Environmental, 393, 177–190.