KAMIS, 26 MEI 2011 Ancaman Mogok cuma Gerutuan · Sebab, dalam PP tersebut pemba-ngunan perumahan...

1
P emerintah Daerah (Pem- da) memegang peran penting dalam menentu- kan keberhasilan pem- bangunan perumahan dan ka- wasan permukiman ke depan. Pasalnya saat ini Pemda wajib mengurusi bidang perumahan sekaligus memenuhi kebutuhan dasar masyarakat agar mampu menempati, menikmati, dan atau memiliki rumah yang layak huni. Untuk mengatasi hal itu, Kemen- terian Perumahan Rakyat (Kemen- pera) mengajak Pemda untuk memberikan perhatian khusus terkait program pemba- ngunan perumahan bagi masyarakatnya. Salah satunya dengan melaksanakan kebijakan pembangunan perumahan menjadi unsur perencanaan pembangunan kota. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pe- merintahan Antara Pemerintah, Pemerin- tahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota mengamanatkan bahwa pembangunan perumahan merupa- kan urusan wajib Pemda. Untuk itu, Pemda diharapkan memiliki inisiatif untuk terus mendorong terlaksana- nya program pembangunan perumahan di daerah. Sebab, dalam PP tersebut pemba- ngunan perumahan bagi masyarakat ber- penghasilan rendah (MBR) menjadi tang- gung jawab pemerintah daerah. Jangan sampai masalah perumahan tersebut luput dari perhatian Pemda setempat khususnya Gubernur sebagai kepala daerah. Salah satu upaya yang dapat dilakukan Pemda untuk mendukung percepatan pro- gram pembangunan perumahan di daerah ke depan adalah dengan menyediakan lahan atau bank tanah (land banking) di daerahnya masing-masing. Selain itu, peningkatan kapasitas kelembagaan di daerah baik dari sisi kualitas sumber daya manusia maupun perangkat organisasi untuk memenuhi stan- dar pelayanan minimal di bidang perumah- an. Dalam hal ini, koordinasi antar lembaga, baik di tingkat pusat maupun daerah harus berjalan dengan baik. Menteri Negara Perumahan Rakyat (Men- pera) Suharso Monoarfa mengatakan dengan adanya inisiatif dari pemda secara tidak langsung akan mendorong peningkatan pembangunan perumahan di daerah. Oleh karena itu, Pemda setempat harus segera melakukan konsolidasi lahan-lahan yang tersedia di daerahnya sejak awal sehingga mempermudah pengelolaan lahan bagi pe- rumahan di masa yang akan datang. Pemerintah pusat akan terus berupaya mendorong pelaksanaan konsolidasi tanah untuk mewujudkan bank tanah di daerah yang akan digunakan untuk pembangunan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah seperti yang diamanat- kan dalam Undang-Undang Republik Indo- nesia Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumah- an dan Kawasan Permukiman. Pemerintah daerah juga perlu melakukan intervensi kebijakan pembangunan perumahan yang berdasarkan pada Perda Tata Ruang. Oleh karena itu, Kemenpera mendorong Pemda untuk segera menyele- saikan Perda Tata Ruang dengan cara me- nguasai lahan. “Saya mendorong pemerintah daerah untuk mencadangkan dan menyediakan tanah dalam bentuk bank tanah untuk pe- rumahan,” ujar Menpera. Pelaksanaan program pembangunan pe- rumahan dan kawasan permukiman yang terlaksana dengan baik sesuai Perda Tata Ruang yang berlaku juga ikut menentukan wajah kota-kota di seluruh wilayah Indone- sia. Untuk itu, Kemenpera sangat berharap dukungan dari setiap kepala daerah maupun para pemimpin di daerah untuk ikut serta secara aktif dalam mempercepat program pembangunan perumahan di daerah. Apalagi saat ini jumlah kebutuhan rumah di Indonesia terus mengalami peningkatan sekitar 710.000 unit rumah pertahunnya. Secara nasional kekurangan kebutuhan (backlog) rumah di Indonesia mencapai 7,4 juta unit rumah. Tanpa tersedianya kepastian lahan di daerah akan menghambat keber- hasilan pembangunan perumahan. Keuntungan bank tanah bagi Pemda Tersedianya bank tanah di daerah pada dasarnya memberikan keuntungan bagi Pemda sendiri. Sebab, lahan yang ada saat ini jumlah luasannya tidak akan bertambah dan sebaliknya malah akan terus berkurang mengingat kebutuhan masyarakat dan Pemda yang terus meningkat baik untuk kebutuhan perumahan maupun perkantoran baru baik untuk bisnis serta instansi peme- rintah. Oleh karena itu sudah saatnya Pemda membeli tanah- tanah yang masih luas di wilayah- nya masing-masing untuk dijadi- kan bank tanah. Pemda juga bisa memanfaatkan bank tanah yang mereka miliki ini antara lain mereka dapat memas- tikan tata ruang sesuai peraturan daerah (Perda) yang berlaku. De- ngan demikian, Pemda bisa membuat master plan dan detail plan terkait perencanaan kota maupun daerahnya ke depan. Hal inilah yang menjadikan keberadaan bank tanah menjadi kunci utama perencanaan serta pengembangan program pembangunan sebuah kota ke depan. “Penyediaan bank tanah atau lahan ini merupakan suatu hal yang sangat krusial dimasa mendatang. Pemda juga mampu mengimplementasikan sesuai masterplan dan detail plan untuk program perumahan maupun perkantoran karena tanah yang ada sudah dikuasai,” ungkap Menpera. Bank tanah juga bisa dijadikan sebagai aset pemerintah daerah karena setelah lahan dikuasai Pemda, maka aset itu dapat dibu- kukan ke dalam neraca daerah. Setelah di- masukkan dalam aktiva daerah, maka tanah tersebut menjadi satu kekayaan dan Pemda dapat menerbitkan obligasi daerah atau municipal bond. “Obligasi daerah dalam hal bank tanah ini diharapkan bisa mempererat Negara Kesatu- an Republik Indonesia (NKRI). Jika hal itu bisa terjadi maka masalah penyediaan tanah di Indonesia di daerah tidak lagi menjadi persoal- an dikemudian hari,” ungkap Menpera Selain itu menurut Menpera, masih terse- dianya lahan yang cukup luas di daerah harus dimanfaatkan dan dikelola sede- mikian rupa oleh Pemda setempat. Selain membangun rumah tapak, maka Pemda ke depan juga harus memikirkan alternatif serta lokasi untuk pembangunan hunian vertikal atau rumah susun. Hal itu dikarena- kan lahan yang ada saat ini akan semakin berkurang karena perkembangan sebuah daerah karena maraknya pembangunan. Kemenpera juga mengimbau kepada se- luruh pemangku kepentingan (stakeholder) bidang perumahan baik pusat maupun daerah untuk berkomitmen dalam mening- katkan program perumahan di daerah untuk membantu MBR agar dapat memiliki dan menempati rumah layak huni. (adv) Kemenpera Ajak Pemda Sediakan Bank Tanah Untuk Perumahan Tersedianya bank tanah di daerah memberikan keuntungan bagi Pemda untuk meningkatkan program perumahan. DOK KEMENPERA SELAMAT SARAGIH A NCAMAN mogok yang kembali di- lontarkan Kepala Unit Angkutan Khusus Pelabuhan Organisasi Angkutan Darat (Organda) Gemilang Tarigan ditanggapi datar oleh berbagai pihak. Organda diyakini tidak akan melakukan mogok pada 27 Mei mendatang. Kejadian pada 20 Mei akan berulang kembali. “Itu kan baru wacana. Be- lum ada bentuk nyatanya. Sebelumnya juga bilang mau mogok,” kata pengamat trans- portasi Darmaningtyas saat dihubungi Media Indonesia , kemarin. Ia menilai hal yang dilaku- kan pengusaha sampai saat ini barulah pada tindakan menggerutu akibat adanya pengaturan operasional truk yang dilakukan Pemerintah Provinsi DKI bersama Polda Metro Jaya. “Mereka itu hanya menggerutu karena buktinya sampai saat ini truk-truk masih jalan,” ujarnya. Sementara itu, Danang Parikesit dari Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) mengatakan bahwa kedua belah pihak harus mau berko- munikasi. Pengaturan di satu sisi memang menguntungkan masyarakat pengguna tol. Na- mun, di sisi lain terasa me- rugikan bagi Organda. Untuk itu, diperlukan adanya peng- aturan. “Saya kira kalau kita bicara pelarangan harus ada pengaturan. Kita paham kon- disi kemacetan parah. Semua stakeholder perlu saling mendu- kung,” ujarnya. Dasar hukum Sementara itu, terkait de- ngan silang pendapat soal dasar hukum pengaturan jam operasional truk di ruas jalan tol dalam kota, Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) DKI Jakarta Udar Pristono mengaku pihaknya memiliki tiga dasar hukum. Pertama adalah UU No 22/2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ) khususnya dalam Pasal 162 yang menyebutkan kendaraan bermotor pengangkut barang khusus wajib beroperasi pada waktu yang tidak mengganggu keamanan, keselamatan, dan ketertiban lalu lintas di jalan raya. Kedua, lanjutnya, keputusan Dirjen Perhubungan Darat AJ No 306/1/5 Tahun 1992 khususnya Pasal 17 tentang Lalu Lintas Angkutan Peti Kemas di Jalan. Dan ketiga, aturan lalu lintas tentang ke- cepatan lalu lintas minimal 60 kilometer per jam saat melaju di jalan tol. Pasalnya, pan- tauan di lapangan mayoritas kendaraan berat melaju di bawah batas aturan. Dengan fakta itu, Dishub DKI berhak menindak kendaraan tersebut sebab membuat kemacetan di jalan tol. “Tiga aturan ini menjadi dasar kami membuat kebijakan,” tegas Pristono. Menurut dia, kebijakan pem- batasan jam operasional mulai pukul 05.00-22.00 WIB bukan semata-mata untuk mengurai kemacetan. Namun, itu demi kepentingan lebih besar agar pola pendistribusian barang dilakukan pada malam hari. Dengan demikian, lanjutnya, akan tercipta kedisiplinan bagi pemilik kendaraan berat. Sebab pola pengangkutan bisa dilaku- kan di malam hari, saat ruas tol dalam kota sepi. Pristono menyebutkan, sela- ma angkutan berat mengubah pola pengangkutan dan waktu distribusi barang, tidak ada masalah di jalanan. Sejauh ini ada empat indika- tor positif setelah penerapan kebijakan pembatasan ken- daraan berat. Pertama, arus lalu lintas di jalan tol da- lam kota meningkat. Kedua, penumpang Trans-Jakarta Koridor IX dan X yang ber- singgungan dengan jalan tol penumpangnya meningkat. Ketiga, polusi berkurang aki- bat kendaraan berat tidak beroperasi sepanjang waktu. Keempat, pemakaian bahan bakar berkurang sehingga membuat subsidi BBM peme- rintah berkurang. (*/J-2) [email protected] KAMIS, 26 MEI 2011 5 M EGA POLITAN Empat indikator menunjukkan kebijakan pembatasan operasional yang dilakukan Pemerintah Provinsi DKI bersama Polda Metro Jaya berdampak positif. Ancaman Mogok cuma Gerutuan Itu kan baru wacana. Belum ada bentuk nyatanya. Sebelumnya juga bilang mau mogok.” Darmaningtyas Pengamat transportasi Hayo, Jangan Mabuk saat Lewat Bundaran HI B UNDARAN Hotel Indonesia (HI) merupakan ikon atau lambang bagi Jakarta. Hampir semua warga Jakarta mengetahui keberadaan bundaran yang terletak persis di depan Hotel Indonesia ini. Bahkan ketenaran nama Bundaran HI juga cukup dikenal warga luar Jakarta. Itu berkat banyaknya pemberitaan di televisi atau surat kabar yang mengabarkan kegiatan demonstrasi di bundaran yang dibangun 50 tahun silam untuk menyambut Asian Games IV di Jakarta. Untuk urusan demonstrasi, Bundaran HI memang telah menjadi salah satu tempat favorit bagi warga di Jakarta untuk menyalurkan aspirasi mereka. Bundaran HI hanya mendapat saingan dari Istana Negara dan Gedung MPR/ DPR untuk dijadikan lokasi demonstrasi favorit. Namun, tidak banyak yang menyangka bahwa Bundaran HI kini juga menjadi tempat favorit bagi para pengendara mobil yang kurang ‘awas’ untuk nyemplung bersama dengan mobilnya. Untuk tahun ini saja, Polda Metro Jaya mencatat ada empat mobil yang telah terjun bebas ke bundaran yang di tengah-tengahnya terdapat kolam air mancur mengelilingi Tugu Selamat Datang. Pada bulan ini saja, terjadi dua kali kasus mobil yang tercebur ke Bundaran HI. Pertama pada 18 Mei dan selanjutnya pada 25 Mei. Pada kejadian yang terakhir, sekitar pukul 03.00 WIB, kemarin, sebuah Toyota Corolla bernomor polisi B 33 BYY mengalami hilang kendali hingga tercemplung ke kolam Bundaran HI. Sebelumnya, Toyota Avanza bernomor polisi B 8923 JH juga mengalami hal yang serupa. Peristiwa serupa terjadi pada 8 Januari, saat sebuah sedan Porsche Boxter B 8707 OM menabrak beton pembatas di Bundaran HI, sehingga akhirnya tercebur ke kolam. Uniknya, rata-rata mobil yang tercemplung itu terjadi pada dini hari sekitar pukul 02.00 hingga 04.00. Untungnya tidak ada unsur magis menyertai masuknya mobil-mobil itu ke kolam Bundaran HI. Para pengemudi yang mobilnya tercemplung tidak pernah merasa melihat adanya hal-hal aneh sebelum mobilnya masuk ke kolam. Jelas saja mereka tidak sempat merasakan ada hal yang aneh sebab umumnya para pengemudi itu mengemudi dalam keadaan mabuk. Dirlantas Polda Metro Jaya Kombes Royke Lumowa mengatakan hal itu diketahui dari hasil tes. “Kita sudah tes alkohol dan terbukti mereka mabuk,” kata Royke di Jakarta, kemarin. Guna mengantisipasi makin banyaknya orang mabuk mengemudikan kendaraan dan mencemplung ke kolam Bundaran HI, Ditlantas Polda Metro akan melakukan razia di jam-jam orang biasanya pulang dugem, yakni pukul 02.00 hingga 04.00. Pengendara yang kedapatan mabuk akan ditilang. Di samping razia yang frekuensinya akan ditambah, rambu-rambu tambahan juga akan dipasang. “Peredam kejut atau speed trap akan kita pasang,” tandas Royke. Dengan berbagai langkah itu, kasus-kasus mobil tercemplung di Bundaran HI diharapkan tidak terjadi lagi. (*/J-2)

Transcript of KAMIS, 26 MEI 2011 Ancaman Mogok cuma Gerutuan · Sebab, dalam PP tersebut pemba-ngunan perumahan...

Pemerintah Daerah (Pem-da) memegang peran penting dalam menentu-kan keberhasilan pem-

bangunan perumahan dan ka-wasan permukiman ke depan. Pasalnya saat ini Pemda wajib mengurusi bidang perumahan sekaligus memenuhi kebutuhan dasar masyarakat agar mampu menempati, menikmati, dan atau memiliki rumah yang layak huni.

Untuk mengatasi hal itu, Kemen-terian Perumahan Rakyat (Kemen-pera) mengajak Pemda untuk memberikan perhatian khusus terkait program pemba-ngunan perumahan bagi masyarakatnya. Salah satunya dengan melaksanakan kebijakan pembangunan perumahan menjadi unsur perencanaan pembangunan kota.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pe-merintahan Antara Pemerintah, Pemerin-tahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota mengamanatkan bahwa pembangunan perumahan merupa-kan urusan wajib Pemda.

Untuk itu, Pemda diharapkan memiliki inisiatif untuk terus mendorong terlaksana-nya program pembangunan perumahan di daerah. Sebab, dalam PP tersebut pemba-ngunan perumahan bagi masyarakat ber-penghasilan rendah (MBR) menjadi tang-gung jawab pemerintah daerah. Jangan sampai masalah perumahan tersebut luput dari perhatian Pemda setempat khususnya Gubernur sebagai kepala daerah.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan Pemda untuk mendukung percepatan pro-gram pembangunan perumahan di daerah ke depan adalah dengan menyediakan lahan atau bank tanah (land banking) di daerahnya masing-masing. Selain itu, peningkatan kapasitas kelembagaan di daerah baik dari sisi kualitas sumber daya manusia maupun perangkat organisasi untuk memenuhi stan-dar pelayanan minimal di bidang perumah-an. Dalam hal ini, koordinasi antar lembaga, baik di tingkat pusat maupun daerah harus berjalan dengan baik.

Menteri Negara Perumahan Rakyat (Men-pera) Suharso Monoarfa mengatakan de ngan adanya inisiatif dari pemda secara tidak langsung akan mendorong peningkatan pembangunan perumahan di daerah. Oleh karena itu, Pemda setempat harus segera melakukan konsolidasi lahan-lahan yang tersedia di daerahnya sejak awal sehingga mempermudah pengelolaan lahan bagi pe-rumahan di masa yang akan datang.

Pemerintah pusat akan terus berupaya mendorong pelaksanaan konsolidasi tanah untuk mewujudkan bank tanah di daerah yang akan digunakan untuk pembangunan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah seperti yang diamanat-kan dalam Undang-Undang Republik Indo-nesia Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumah-an dan Kawasan Permukiman.

Pemerintah daerah juga perlu melakukan intervensi kebi jakan pembangunan perumah an yang berdasarkan pada Perda Tata Ruang. Oleh karena itu, Kemenpera mendorong Pemda untuk segera menyele-saikan Perda Tata Ruang dengan cara me-nguasai lahan.

“Saya mendorong pemerintah daerah untuk mencadangkan dan menyediakan tanah dalam bentuk bank tanah untuk pe-rumahan,” ujar Menpera.

Pelaksanaan program pembangunan pe-rumahan dan kawasan permukiman yang terlaksana dengan baik sesuai Perda Tata Ruang yang berlaku juga ikut menentukan wajah kota-kota di seluruh wilayah Indone-sia. Untuk itu, Kemenpera sangat berharap dukungan dari setiap kepala daerah maupun para pemimpin di daerah untuk ikut serta secara aktif dalam mempercepat program pembangunan perumahan di daerah.

Apalagi saat ini jumlah kebutuhan rumah di Indonesia terus mengalami peningkatan sekitar 710.000 unit rumah pertahunnya. Secara nasional kekurangan kebutuhan (backlog) rumah di Indonesia mencapai 7,4 juta unit rumah. Tanpa tersedianya kepastian lahan di daerah akan menghambat keber-hasilan pembangunan perumahan.

Keuntungan bank tanah bagi Pemda

Tersedianya bank tanah di daerah pada dasarnya memberikan keuntungan bagi Pemda sendiri. Sebab, lahan yang ada saat ini jumlah luasannya tidak akan bertambah dan sebaliknya malah akan terus berkurang mengingat kebutuhan masyarakat dan

Pemda yang terus meningkat baik untuk kebutuhan perumahan maupun perkantoran baru baik untuk bisnis serta instansi peme-rintah. Oleh karena itu sudah saatnya Pemda membeli tanah-tanah yang masih luas di wilayah-nya masing-masing untuk dijadi-kan bank tanah.

Pemda juga bisa memanfaatkan bank tanah yang mereka miliki ini antara lain mereka dapat memas-tikan tata ruang sesuai peraturan daerah (Perda) yang berlaku. De-

ngan demikian, Pemda bisa membuat master plan dan detail plan terkait perencanaan kota maupun daerahnya ke depan. Hal inilah yang menjadikan keberadaan bank tanah menjadi kunci utama perencanaan serta pengembangan program pembangunan sebuah kota ke depan.

“Penyediaan bank tanah atau lahan ini merupakan suatu hal yang sangat krusial dimasa mendatang. Pemda juga mampu mengimplementasikan sesuai masterplan dan detail plan untuk program perumahan maupun perkantoran karena tanah yang ada sudah dikuasai,” ungkap Menpera.

Bank tanah juga bisa dijadikan sebagai aset pemerintah daerah karena setelah lahan dikuasai Pemda, maka aset itu dapat dibu-kukan ke dalam neraca daerah. Setelah di-masukkan dalam aktiva daerah, maka tanah tersebut menjadi satu kekayaan dan Pemda dapat menerbitkan obligasi daerah atau municipal bond.

“Obligasi daerah dalam hal bank tanah ini diharapkan bisa mempererat Negara Kesatu-an Republik Indonesia (NKRI). Jika hal itu bisa terjadi maka masalah penyediaan tanah di Indonesia di daerah tidak lagi menjadi persoal-an dikemudian hari,” ungkap Menpera

Selain itu menurut Menpera, masih terse-dianya lahan yang cukup luas di daerah harus dimanfaatkan dan dikelola sede-mikian rupa oleh Pemda setempat. Selain membangun rumah tapak, maka Pemda ke depan juga harus memikirkan alternatif serta lokasi untuk pembangunan hunian vertikal atau rumah susun. Hal itu dikarena-kan lahan yang ada saat ini akan semakin berkurang karena perkembangan sebuah daerah karena maraknya pembangunan.

Kemenpera juga mengimbau kepada se-luruh pemangku kepentingan (stakeholder) bidang perumahan baik pusat maupun daerah untuk berkomitmen dalam mening-katkan program perumahan di daerah untuk membantu MBR agar dapat memiliki dan menempati rumah layak huni. (adv)

Kemenpera Ajak PemdaSediakan Bank Tanah Untuk Perumahan

Tersedianya bank tanah di daerah memberikan keuntungan bagi Pemda untuk meningkatkan program perumahan.

DOK KEMENPERA

SELAMAT SARAGIH

ANCAMAN mogok yang kembali di-lontarkan Kepala U n i t A n g k u t a n

Khusus Pelabuhan Organisasi Angkutan Darat (Organda) Gemilang Tarigan ditanggapi datar oleh berbagai pihak.

Organda diyakini tidak akan melakukan mogok pada 27 Mei mendatang. Kejadian pada 20 Mei akan berulang kembali.

“Itu kan baru wacana. Be-lum ada bentuk nyatanya. Sebelumnya juga bilang mau mogok,” kata pengamat trans-portasi Darmaningtyas saat dihubungi Media Indonesia, kemarin.

Ia menilai hal yang dilaku-kan pengusaha sampai saat ini barulah pada tindakan menggerutu akibat adanya pengaturan operasional truk yang dilakukan Pemerintah Provinsi DKI bersama Polda Metro Jaya. “Mereka itu hanya menggerutu karena buktinya sampai saat ini truk-truk masih jalan,” ujarnya.

Sementara i tu, Danang Parikesit dari Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) mengatakan bahwa kedua belah pihak harus mau berko-munikasi.

Pengaturan di satu sisi memang menguntungkan masyarakat pengguna tol. Na-mun, di sisi lain terasa me-rugikan bagi Organda. Untuk itu, diperlukan adanya peng-aturan. “Saya kira kalau kita bicara pelarangan harus ada pengaturan. Kita paham kon-disi kemacetan parah. Semua

stakeholder perlu saling mendu-kung,” ujarnya.

Dasar hukumSementara itu, terkait de-

ngan silang pendapat soal dasar hukum pengaturan jam o perasional truk di ruas jalan tol dalam kota, Kepala Dinas

Perhubungan (Dishub) DKI Jakarta Udar Pristono mengaku pihaknya memiliki tiga dasar hukum.

Pertama adalah UU No 22/2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ) khususnya dalam Pasal 162 yang menyebutkan kendaraan

bermotor pengangkut barang khusus wajib beroperasi pada waktu yang tidak mengganggu keamanan, keselamatan, dan ketertiban lalu lintas di jalan raya.

Kedua, lanjutnya, keputusan Dirjen Perhubungan Darat AJ No 306/1/5 Tahun 1992

khususnya Pasal 17 tentang Lalu Lintas Angkutan Peti Kemas di Jalan. Dan ketiga, aturan lalu lintas tentang ke-cepatan lalu lintas minimal 60 kilometer per jam saat melaju di jalan tol. Pasalnya, pan-tauan di lapangan mayoritas kendaraan berat melaju di

bawah batas aturan. Dengan fakta itu, Dishub DKI berhak menindak kendaraan tersebut sebab membuat kemacetan di jalan tol. “Tiga aturan ini menjadi dasar kami membuat kebijakan,” tegas Pristono.

Menurut dia, kebijakan pem-batasan jam operasional mulai

pukul 05.00-22.00 WIB bukan semata-mata untuk mengurai kemacetan. Namun, itu demi kepentingan lebih besar agar pola pendistribusian barang dilakukan pada malam hari.

Dengan demikian, lanjutnya, akan tercipta kedisiplinan bagi pemilik kendaraan berat. Sebab pola pengangkutan bisa dilaku-kan di malam hari, saat ruas tol dalam kota sepi.

Pristono menyebutkan, sela-ma angkutan berat mengubah pola pengangkutan dan waktu distribusi barang, tidak ada masalah di jalanan.

Sejauh ini ada empat indika-tor positif setelah pe nerapan kebijakan pembatasan ken-daraan berat. Pertama, arus lalu lintas di jalan tol da-lam kota meningkat. Kedua, penumpang Trans-Jakarta Koridor IX dan X yang ber-singgungan dengan jalan tol penumpangnya meningkat. Ketiga, polusi berkurang aki-bat kendaraan berat tidak ber operasi sepanjang waktu. Keempat, pemakaian bahan bakar berkurang sehingga membuat subsidi BBM peme-rintah berkurang. (*/J-2)

[email protected]

KAMIS, 26 MEI 2011 5MEGAPOLITAN

Empat indikator menunjukkan kebijakan pembatasan operasional yang dilakukan Pemerintah Provinsi DKI bersama Polda Metro Jaya berdampak positif.

Ancaman Mogok cuma Gerutuan

Itu kan baru wacana. Belum

ada bentuk nyatanya. Sebelumnya juga bilang mau mogok.”

DarmaningtyasPengamat transportasi

Hayo, Jangan Mabuksaat Lewat Bundaran HI

BUNDARAN Hotel Indonesia (HI) merupakan ikon

atau lambang bagi Jakarta. Hampir semua warga Jakarta mengetahui keberadaan bundaran yang terletak persis di depan Hotel Indonesia ini.

Bahkan ketenaran nama Bundaran HI juga cukup dikenal warga luar Jakarta. Itu berkat banyaknya pemberitaan di televisi atau surat kabar yang mengabarkan kegiatan demonstrasi di bundaran yang dibangun 50 tahun silam untuk menyambut Asian Games IV di Jakarta.

Untuk urusan demonstrasi, Bundaran HI memang telah menjadi salah satu tempat favorit bagi warga di Jakarta untuk menyalurkan aspirasi mereka. Bundaran HI hanya mendapat saingan dari Istana Negara dan Gedung MPR/DPR untuk dijadikan lokasi demonstrasi favorit.

Namun, tidak banyak yang menyangka bahwa Bundaran HI kini juga menjadi tempat favorit bagi para pengendara mobil yang kurang ‘awas’ untuk nyemplung bersama dengan mobilnya.

Untuk tahun ini saja, Polda Metro Jaya mencatat

ada empat mobil yang telah terjun bebas ke bundaran yang di tengah-tengahnya terdapat kolam air mancur mengelilingi Tugu Selamat Datang.

Pada bulan ini saja, terjadi dua kali kasus mobil yang tercebur ke Bundaran HI. Pertama pada 18 Mei dan selanjutnya pada 25 Mei.

Pada kejadian yang terakhir, sekitar pukul 03.00 WIB, kemarin, sebuah Toyota Corolla bernomor polisi B 33 BYY mengalami hilang kendali hingga tercemplung ke kolam Bundaran HI.

Sebelumnya, Toyota Avanza bernomor polisi B 8923 JH juga mengalami hal yang serupa. Peristiwa serupa terjadi pada 8 Januari, saat sebuah sedan Porsche Boxter B 8707 OM menabrak beton pembatas di Bundaran HI, sehingga akhirnya tercebur ke kolam.

Uniknya, rata-rata mobil yang tercemplung itu terjadi pada dini hari sekitar pukul 02.00 hingga 04.00.

Untungnya tidak ada unsur magis menyertai masuknya mobil-mobil itu ke kolam Bundaran HI. Para pengemudi yang mobilnya tercemplung

tidak pernah merasa melihat adanya hal-hal aneh sebelum mobilnya masuk ke kolam. Jelas saja mereka tidak sempat merasakan ada hal yang aneh sebab umumnya para pengemudi itu mengemudi dalam keadaan mabuk.

Dirlantas Polda Metro Jaya Kombes Royke Lumowa mengatakan hal itu diketahui dari hasil tes. “Kita sudah tes alkohol dan terbukti mereka mabuk,” kata Royke di Jakarta, kemarin.

Guna mengantisipasi makin banyaknya orang mabuk mengemudikan kendaraan dan mencemplung ke kolam Bundaran HI, Ditlantas Polda Metro akan melakukan razia di jam-jam orang biasanya pulang dugem, yakni pukul 02.00 hingga 04.00. Pengendara yang kedapatan mabuk akan ditilang.

Di samping razia yang frekuensinya akan ditambah, rambu-rambu tambahan juga akan dipasang. “Peredam kejut atau speed trap akan kita pasang,” tandas Royke.

Dengan berbagai langkah itu, kasus-kasus mobil tercemplung di Bundaran HI diharapkan tidak terjadi lagi. (*/J-2)