Pemba Has An

35
BAB III PEMBAHASAN A. Cara Kerja Sistem Pemadam Kebakaran 1. Cara Pencegahan Sistem pencegahan adalah tindakan atau perhitungan yang sudah dilakukan sebelum suatu bahaya itu muncul. Tindakan pencegahan terhadap bahaya kebakaran dapat dilakukan melalui tindakan langsung maupun pengolahan bahan-bahan disekitar kita untuk dapat memperkecil persentase terjadinya kebakaran itu sendiri. Sistem pencegah kebakaran atau perlindungan kebakaran adalah salah satu sistem yang harus dipasang atau diaplikasikan pada sebuah bangunan. Dengan adanya sistem ini pada bangunan kantor pos, bangunan dapat terlindungi serta nyawa penghuni bangunan tersebut dapat terselamatkan. Setiap pemasangan sistem pencegah kebakaran atau perlindungan kebakaran patut mengikuti akta dan standard yang bersesuaian dengan bangunan tersebut. 2. PROSES KEBAKARAN Kebakaran berawal dari proses reaksi oksidasi antara unsur Oksigen ( O 2 ), Panas dan Material yang mudah terbakar (bahan bakar). Keseimbangan unsur – unsur

description

pembahasan

Transcript of Pemba Has An

Page 1: Pemba Has An

BAB III

PEMBAHASAN

A. Cara Kerja Sistem Pemadam Kebakaran

1. Cara Pencegahan

Sistem pencegahan adalah tindakan atau perhitungan yang sudah dilakukan

sebelum suatu bahaya itu muncul. Tindakan pencegahan terhadap bahaya

kebakaran dapat dilakukan melalui tindakan langsung maupun pengolahan bahan-

bahan disekitar kita untuk dapat memperkecil persentase terjadinya kebakaran itu

sendiri.

Sistem pencegah kebakaran atau perlindungan kebakaran adalah salah satu

sistem yang harus dipasang atau diaplikasikan pada sebuah bangunan. Dengan

adanya sistem ini pada bangunan kantor pos, bangunan dapat terlindungi serta

nyawa penghuni bangunan tersebut dapat terselamatkan. Setiap pemasangan

sistem pencegah kebakaran atau perlindungan kebakaran patut mengikuti akta dan

standard yang bersesuaian dengan bangunan tersebut.

2. PROSES KEBAKARAN

Kebakaran berawal dari proses reaksi oksidasi antara unsur Oksigen ( O2 ),

Panas dan Material yang mudah terbakar (bahan bakar). Keseimbangan unsur –

unsur tersebutlah yang menyebabkan kebakaran. Berikut ini adalah definisi

singkat mengenai unsur – unsur tersebut :

a. Oksigen

Oksigen atau gas O2 yang terdapat di udara bebas adalah unsur penting

dalam pembakaran. Jumlah oksigen sangat menentukan kadar atau

keaktifan pembakaran suatu benda. Kadar oksigen yang kurang dari 12 %

tidak akan menimbulkan pembakaran

Page 2: Pemba Has An

b. Panas

Panas menyebabkan suatu bahan mengalami perubahan suhu /

temperatur, sehingga akhirnya mencapai titik nyala dan menjadi terbakar.

Sumber – sumber panas tersebut dapat berupa sinar matahari, listrik, pusat

energi mekanik, pusat reaksi kimia dan sebagainya.

c. Bahan yang mudah terbakar ( Bahan bakar )

Bahan tersebut memiliki titik nyala rendah yang merupakan temperatur

terendah suatu bahan untuk dapat berubah menjadi uap dan akan menyala

bila tersentuh api. Bahan makin mudah terbakar bila memiliki titik nyala

yang makin rendah.

Proses kebakaran berlangsung melalui beberapa tahapan, yang masing –

masing tahapan terjadi peningkatan suhu, yaitu perkembangan dari suatu rendah

kemudian meningkat hingga mencapai puncaknya dan pada akhirnya berangsur –

angsur menurun sampai saat bahan yang terbakar tersebut habis dan api menjadi

mati atau padam. Pada umumnya kebakaran melalui dua tahapan, yaitu :

Tahap Pertumbuhan ( Growth Period )

Tahap Pembakaran ( Steady Combustion )

Pada suatu peristiwa kebakaran, terjadi perjalanan yang arahnya

dipengaruhi oleh lidah api dan materi yang menjalarkan panas. Sifat

penjalarannya biasanya kearah vertikal sampai batas tertentu yang tidak

memungkinkan lagi penjalarannya, maka akan menjalar ke arah horizontal.

Karena sifat itu, maka kebakaran pada gedung – gedung bertingkat tinggi, api

menjalar ketingkat yang lebih tinggi dari asal api tersebut.

Saat yang paling mudah dalam memadamkan api adalah pada tahap

pertumbuhan. Bila sudah mencapai tahap pembakaran, api akan sulit dipadamkan

atau dikendalikan.

Page 3: Pemba Has An

2. Sistem Deteksi Kebakaran

Sistem pendeteksi kebakaran adalah sistem yang menyangkut mengenai

cara kerja alat-alat yang digunakan untuk menganalisa atau mengenali tejadinya

kebakaran sejak awal proses timbulnya api atau asap. Sistem ini berfungsi untuk

mengantisipasi meluasnya proses kebakaran pada suatu bangunan kantor pos dan

untuk memberikan peringatan bagi penghuni kantor pos agar dapat segera

dievakuasi atau menyelamatkan diri.

Sistem deteksi kebakaran umumnya diwajibkan pemasangannya pada

bangunan dengan skala dan dimensi besar serta difungsikan sebagai ruang publik.

Hal ini karena pada bangunan yang difungsikan sebagai ruang publik akan

terdapat banyak penghuni didalamnya sehingga memerlukan perhatian lebih dari

segi tingkat keamanan termasuk mengenai sistem pemadam kebakaran. Pada

bangunan kantor pos sendiri, sistem deteksi kebakaran di tempatkan pada

bangunan yang difungsikan sebagai ruang pulik seperti area lobi di setiap lantai,

lantai 1yang merupakan area pelayanan.

Sistem pendeteksi kebakaran terdiri dari beberapa komponen diantaranya

yaitu dalam bentuk alarm peringatan kebakaran. Fire Alarm System adalah alat

yang berfungsi untuk memberikan tanda bahaya (alert) bila terjadi potensi

kebakaran atau kebocoran gas. Cara Kerja Fire Alarm System adalah alat ini

mendeteksi potensi-potensi kebakaran seperti gumpalan asap (smoke detector),

temperatur tinggi (heat detector), dan adanya gas yang berbahaya (gas detector),

ketika alat ini mendeteksi potensi kebakaran tersebut maka alat ini akan secara

otomatis memberikan tanda bahaya (alert) seperti membunyikan bell atau alarm.

1. Komponen Fire Alarm System

Page 4: Pemba Has An

a. Fire Alarm Control Panel memiliki

berbagai macam bentuk dan variasi sesuai

fungsi dan produsennya. Fungsi Fire

Alarm ini adalah untuk mengintegrasikan

berbagai sensor dan audio visual indicator

yang berkaitan dengan fire alarm system.

Fire alarm umumnya juga dilengkapi built-

in telephone yang dapat digunakan pada

saat terjadi kebakaran.

b. Heat Detector / Alat Pendeteksi Panas

adalah sensor yang digunakan untuk

mendeteksi temperatur tinggi, yaitu

detektor panas yang dapat diintegrasikan

dengan panel controller (security alarm).

c. Smoke Detector adalah sensor yang

digunakan untuk mendeteksi adanya

gumpalan asap.

Gambar 3.1.1. Komponen Fire Alarm System Sumber : http://sistem-pemadam-kebakaran.blogspot.com/2013/05/alat-pendeteksi-kebakaran-fire-alarm.html

Gambar 3.1.2. Fire Alarm Control PanelSumber : http://sistem-pemadam-kebakaran.blogspot.com/2013/05/alat-pendeteksi-kebakaran-fire-alarm.html

Gambar 3.1.3. Heat DetectorSumber : http://sistem-pemadam-kebakaran.blogspot.com/2013/05/alat-pendeteksi-kebakaran-fire-alarm.html

Gambar 3.1.4. Smoke DetectorSumber : http://sistem-pemadam-kebakaran.blogspot.com/2013/05/alat-pendeteksi-kebakaran-fire-alarm.html

Page 5: Pemba Has An

d. Gas Detector / Pendeteksi Gas / Gas

Alarm Standalone Gas Detector adalah

alat yang dapat digunakan untuk

mendeteksi adanya kebocoran gas

berbahaya seperti LPG dan Methane.

Detector ini dapat berfungsi tanpa

harus menggunakan panel controller.

Ketika mendeteksi gas berbahaya, alat

ini akan membunyikan built-in sirine.

Alat  ini dapat ditempatkan pada

dinding ruang yang rentan terhadap kebocoran gas. Disamping sebagai Gas

detector, alat ini dapat diintegrasikan dengan alarm system.

e. Sprinkler

sebuah sistem pipa basah sprinkler adalah suatu sistem sprinkler otomatis

penyiraman menggunakan kepala yang melekat pada sistem perpipaan yang

mengandung air dan terhubung ke suplai air sehingga debit air yang segera

dari penyiram dibuka oleh panas dari api.

2. Prinsip Kerja Fire Alarm System

Rangkaian Alarm Tanda Kebakaran adalah suatu rangkaian yang dapat

dipakai untuk mengetahui adanya bahaya kebakaran. Rangkaian ini mempunyai

sensor yang sangat peka terhadap panas yang disebut Thermistor atau NTC

(Negative Temperature Coefisient). Dalam pemakaiannya sebaiknya alat ini

ditempatkan di dekat peralatan yang dapat menimbulkan panas. NTC ini

tahanannya akan kecil apabila kena panas dan akan mengakibatkan transistor akan

aktif dan relay akan menghubungkan alarm dengan sumber listrik

(baterai/accu/jala-jala listrik) sampai speaker berbunyi.

Gambar 3.1.5. Gas DetectorSumber : http://sistem-pemadam-kebakaran.blogspot.com/2013/05/alat-pendeteksi-kebakaran-fire-alarm.html

Page 6: Pemba Has An

Sebagai alat pemberi tanda jika terjadi kebakaran, bangunan dilengkapi

dengan sistem tanda bahaya (alarm system) yang panel induknya berada dalam

ruang pengendali kebakaran yang terdapat di basement 1 kantor pos, sedang sub-

panelnya dapat dipasang di setiap lantai berdekatan dengan kotak hidran.

Pengoperasian tanda bahaya dapat dilakukan secara manual dengan memecahkan

kaca tombol sakelar tanda kebakaran atau bekerja secara otomatis, di mana tanda

bahaya kebakaran dihubungkan dengan sistem detektor (detektor asap atau panas)

atau sistem sprinkler.

Ketika detektor berfungsi, hal itu akan terlihat pada monitor yang ada pada

panel utama pengendalian kebakaran, dan tanda bahaya dapat dibunyikan secara

manual, atau secara otomatis, di mana pada saat detektor berfungsi terjadi arus

pendek yang akan menyebabkan tanda bahaya tertentu berbunyi.

B. Sistem Evakuasi

Setelah terjadinya kebakaran, terdapat dua hal yang umum dilakukan yaitu

tindakan pemadaman dan evakuasi. Sistem evakuasi dalam bencana kebakaran

dilakukan dengan cara menyelamatkan korban yang terjebak di dalam areal

gedung atau wilayah yang terbakar. Penyelamatan korban dari areal gedung dapat

dilaksanakan melalui beberapa jalur evakuasi yang memang disediakan

sebelumnya. Jalur-jalur evakuasi tersebut diantaranya adalah tangga darurat, pintu

keluar darurat dan balkon pada ruang-ruang yang ada pada gedung bertingkat.

Sistem evakuasi adalah sistem yang menyangkut mengenai proses

penyelamatan korban pada suatu keadaan yang dianggap berbahaya. Sistem

evakuasi yang dilakukan untuk para korban pada lokasi kebakaran dapat

dilakukan melalui beberapa cara diantaranya sebagai berikut.

Page 7: Pemba Has An

1. Komponen Sistem Evakuasi

a. Tangga Darurat

Tangga pada bangunan bertingkat rendah dan tinggi, disediakan sebagai

tangga darurat dan tangga kebakaran. Keduanya memiliki syarat yang berbeda.

Tangga darurat digunakan oleh pemakai bila alat transportasi lain tidak berfungsi

seperti lift atau escalator. Berbeda dengan tangga kebakaran, sesuai dengan

namanya, tangga kebakaran memang digunakan pada saat kebakaran. Untuk itu

faktor keselamatan sangat diperhatikan pada tangga jenis ini.

Tangga darurat, diletakkan terbuka dan dekat dengan lobby lift, sehingga

pemakai mudah menemukannya. Tangga kebakaran diletakkan pada tempat

tertentu yang memenuhi persyaratan keselamatan terhadap bahaya kebakaran.

Persyaratan mengenai elemen penyusun dan tata letak tangga darurat diantaranya

sebagai berikut.

1. Tangga diletakkan di dalam ruangan tangga kebakaran yang di depan dan

didalamnya diberi lampu emergency otomatis penunjuk arah.

2. Tangga terbuat dari material yang kuat terhadap kebakaran dalam waktu

tertentu.

3. Tangga terletak di dalam ruang yang kedap api berdinding cukup tebal dan

minimal tidak ikut terbakar dalam waktu tertentu sehingga penghuni bisa

menyelematkan diri.

4. Memiliki ruang udara tekan (supaya asap tidak masuk ke dalam ruang

tangga), bisa juga menggunakan pressure fan yang berfungsi memberikan

tekanan pada udara di dalam ruangan.

5. Memiliki pintu besi tahan api yang membuka kearah dalam ruang tangga,

tetapi pada ruang paling atas dan bawah, pintu membuka kearah luar

tangga. Yang tidak kalah penting adalah ruang tangga kebakaran yang

terletak di lantai dasar memiliki pintu langsung berhubungan dengan udara

luar.

Page 8: Pemba Has An

6. Ukuran lebar tangga dihitung sesuai kapasitas gedung.

7. Jarak antar tangga kebakaran sesuai dengan standar keamanan gedung.

8. Sesuai dengan standard dan perhitungan tangga, jenis tangga ini juga

memiliki syarat keselamatan. Ukuran tinggi pijakan dan lebarnya sesuai

dengan pemakainya, begitu pula untuk material yang digunakan cukup

aman (tidak licin dan tidak

membahayakan), dan tidak mudah terbakar.

Sebagai pemakai gedung, sebaiknya juga memahami perbedaan tangga

darurat dan tangga kebakaran, sehingga dapat menggunakan kedua jenis tangga

ini dengan tepat. Keselamatan bersama dapat terjadi dengan adanya penggunaan

tangga yang tepat sesuai fungsi. Tangga darurat Kantor POS berada di blok A dan

blok C dan langsung menuju ke luar gedung. Hal ini sangat mempermudah proses

evakuasi apabila terjadi peristiwa kebakaran.

b. Koridor

Koridor harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

Lebar minimum 1,80 m

Jarak setiap titik dalam koridor ke pintu kebakaran yang terdekat tidak

boleh lebih dari 25 m.

Dilengkapi tanda-tanda penunjuk yang menunjukkan arah ke pintu

kebakaran.

c. Pintu Darurat

Persyaratan Umum

Pintu penahan asap harus dibuat sedemikian rupa sehingga asap tidak akan

melewati pintu dari satu sisi ke sisi yang lainnya, dan bila terdapat bahan kaca

pada pintu tersebut, maka bahaya yang mungkin timbul terhadap orang yang

lewat harus minimal.

Page 9: Pemba Has An

Konstruksi yang memenuhi syarat.

Pintu penahan asap, baik terdiri dari satu ataupun lebih akan memenuhi

persyaratan butir bila pintu tersebut dikonstruksikan sebagai berikut:

Daun pintu dapat berputar disatu sisi dengan arah sesuai arah bukaan

keluar; atau berputar dua arah.

Daun pintu mampu menahan asap pada suhu 2000 C selama 30 menit

Daun pintu padat dengan ketebalan 35 mm

Pada daun pintu dipasang penutup atau pengumpul asap.

Daun pintu pada umumnya pada posisi menutup; atau

Daun pintu menutup secara otomatis melalui pengoperasian penutup pintu

otomatis yang dideteksi oleh detektor asap yang dipasang sesuai dengan

standar yang berlaku dan ditempatkan disetiap sisi pintu yang jaraknya

secara horisontal dari bukaan pintu tidak lebih dari 1,5 m, dan dalam hal

terjadi putusnya aliran listrik ke pintu, daun pintu berhenti aman pada

posisi penutup.

Pintu akan kembali menutup secara penuh setelah pembukaa secara manual.

Setiap kaca atau bahan kaca yang menyatu dengan pintu kebakaran atau

merupakan bagian pintu kebakaran harus memenuhi standar yang berlaku.

Bilamana panel berkaca tersebut bisa membingungkan untuk memberi jalan

keluar yang tidak terhalang maka adanya kaca tersebut harus dapatdikenali

dengan konstruksi tembus cahaya.

Hasil dilapangan yaitu hasil kajian di Kantor Pos bahwa pintu darurat sudah

memenuhi persyararatan sesuai pembahasan di atas.

2. Sistem Tanda

a. Tanda Keluar (Exit)

Suatu tanda exit harus jelas terlihat bagi orang yang menghampiri exit dan

harus dipasang pada, di atas atau berdekatan dengan setiap :

Pintu yang memberikan jalan ke luar langsung dari satu lantai ke tangga,

jalan terusan atau ramp yang dilindungi struktur tahan api, yang

Page 10: Pemba Has An

Berfungsi sebagai eksit yang memenuhi persyaratan

Pintu dari suatu tangga, jalan terusan atau ramp yang dilindungi struktur

tahan

Api atau tiap level hamburan ke jalan umum atau ruang terbuka; dan eksit

horisontal, dan

Pintu yang melayani atau membentuk bagian dari eksit yang disyaratkan

pada lantai

Tanda Penunjuk Arah

Hasil dilapangan yaitu hasil kajian di Kantor Pos yaitu banyak tanda yang

menunjukan arah keluar. Hal ini memudahkan pengguna gedung untuk keluar

dalam keadaan darurat atau tidak.

3. Persyaratan Jalur Evakuasi

Dalam setiap bangunan harus memiliki jalur evakuasi darurat yang

berguna untuk mengevakasi penghuni bangunan apabila terjadi suatu bencana

dalam bangunan tersebut, biasanya dalam setiap bangunan memiliki tangga

dadurat yang umumnya digunakan untuk jalur evakuasi saat terjadi kebakaran dan

tidak memungkinkan menggunakan lift.

Syarat-syarat jalur evakuasi tersebuat adalah sebagai berikut :

• Jalur Evakuasi bersifat permanen, menyatu

dengan bangunan gedung.

• Jalur Evakuasi harus memiliki akses

langsung ke jalan atau ruang terbuka yang

aman.

• Jalur Evakuasi dilengkapi Penanda yang jelas

dan mudah terlihat.

• Penanda/ Safety Sign dapat menyala di

kegelapan (glow in the dark).

Page 11: Pemba Has An

• Jalur Evakuasi dilengkapi penerangan yang cukup.

• Jalur Evakuasi bebas dari benda yang mudah terbakar atau benda yang dapat

membahayakan.

• Jalur Evakuasi bersih dari orang atau barang yang dapat menghalangi gerak.

• Jalur Evakuasi tidak melewati ruang yang dapat dikunci.

• Jalur Evakuasi memiliki lebar minimal 71.1 cm dan tinggi langit-langit

minimal 230 cm.

• Pintu Darurat dapat dibuka ke luar, searah Jalur Evakuasi menuju Titik

Kumpul.

• Pintu Darurat bisa dibuka dengan mudah, bahkan dalam keadaan panik.

• Pintu Darurat dilengkapi dengan penutup pintu otomatis.

• Pintu Darurat dicat dengan warna mencolok dan berbeda dengan bagian

bangunan yang lain.

• Tangga Darurat dirancang tahan api, minimal selama 1 jam.

• Anak tangga pada tangga darurat harus terbuat dari bahan yang anti slip

Jalur evakuasi di Kantor Pos yaitu seperti koridor yang sudah diberi tanda

penunjuk arah. Penununjuk arah langsung mengarahkan ke lobbi sebagai tempat

berkumpul ketika terjadi keadaan darurat dan langsung dievakuasi ke luar. Tangga

darurat sendiri langsung mengarah ke luar gedung yang berada di blok A dan C.

C. Fire Safety Management Pada Bangunan Kantor Pos

Penerapan FSM telah dipersyatkan dalam Kepmeneg PU No.

11/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis Manajemen Penanggulangan Kebakaran

Perkotaan.Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa sebagian besar bangunan

tinggi belum menerapkan system FSM dengan baik dan konsisten. Undang-

Undang Bangunan Gedung ( UUBG-2002 ) yang mensyaratkan aspek

keselamatan bangunan perlu ditindaklanjuti dengan penerapan pedoman teknis

seperti FSM dan Rencana Tindak Darurat Kebakaran atau Fire Emergency Plan

(FEP) yang merupakan sub bagian dari FSM.

Page 12: Pemba Has An

Fire Safety Management Dalam Perspektif Peraturan Perundang Undangan

Legal

a. Undang-undang Bangunan gedung

Jaminan keselamatan bagi penghuni yang berada dalam bangunan, secara

legal telah menjadipersyaratan yang harus dipenuhi oleh suatu bangunan

gedung.Hal ini dituangkan melalui persyaratan keandalan yang harus dipenuhi

oleh suatu bangunan gedung.Undang-undang no. 28/2002 tentang Bangunan

Gedung pasal 16 butir 1 menyatakan :

Persyaratan keandalan bangunan gedung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7

ayat (3), meliputi persyaratan keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan

kemudahan.

Sedangkan pada pasal 17 butir 1 :

Persyaratan keselamatan bangunan gedung sebagaimana dimaksud dalam Pasal

16 ayat (1) meliputi persyaratan kemampuan bangunan gedung untuk mendukung

beban muatan, serta kemampuan bangunan gedung dalam mencegah dan

menanggulangi bahaya kebakaran dalam bahaya petir.

Pada UUBG 2002, memang tidak disebutkan secara langsung, mengenai

kewajiban pembentukan manajemen keselamatan kebakaran pada bangunan.

Namun dalam system proteksi kebakaran., dikenal apa yang disebut sebagai

segitiga proteksi, dimana manajemen keselamatan kebakaran (FSM) menjadi

salah satu komponen tak terpisahkan, selain dua komponen lainnya : system

proteksi aktif dan system proteksi pasif.

A. Kepmenneg PU no.11/KPTS/2000

Dalam Kepmenneg PU no. 11/KPT/2000 tentang Ketentuan Teknis

Manajemen Penanggulangan Kebakaran di Perkotaan, Bab IV Manajemen

Penanggulangan Kebakaran Bangunan Gedung, Klausul 1.1 point 1,

mensyaratkan adanya manajemen keselamatan kebakaran pada suatu

bangunan gedung :

“Setiap bangunan umum termasuk apartemen yang berpenghuni

minimal 500 orang, atau yang memiliki luas lantai minimal 5.000 m2, atau

Page 13: Pemba Has An

mempunyai ketinggian bangunan lebih dari 8 lantai, atau bangunan rumah

sakit, diwajibkan menerapkan Manajemen Penanggulangan Kebakaran

(MPK).”

Tujuan adanya Manajemen Penanggulangan Kebakaran (MPK) ini,

masih dalam Kepmen yang sama,sebagaimana disebutkan dalam Bab IV

klausul 2.1 point 2 :

“Bangunan gedung melalui penerapan MPK harus mampu mengatasi

kemungkinan terjadinya kebakaran melakui kesiapan dan keandalan system

proteksi yang ada, serta kemampuan petugas menangani pengendalian

kebakaran, sebelum bantuan dari instansi pemadam kebakaran tiba.”

Dengan demikian, semakin jelaslah bahwa menjadi kewajiban bagi

pemilik/penggelola bangunan gedung untuk menjamin keselamatan penghuni

bangunan gedung melalui penerapan MPK.

Fire Safety Management harus dilaksanakan dari mulai proses desain

gedung, commisioning dan operasional gedung. Selama ini dalam pembangunan

gedung, pemilik gedung hanya melibatkan konsultan perencana bangunan

(arsitek), manajemen konstruksi, listrik dan kontraktor bangunan tetapi belum

melibatkan konsultan fire safety. Artinya pihak pemilik/pengelola harus lebih

berkoordinasi dengan pihak-pihak yang kompeten untuk setiap bidang, tidak

terkecuali masalah fire safety, dalam perencanaan pembangunan gedung.

Sementara di negara maju dalam pembangunan gedung harus melibatkan fire

safety consultant.

Penyusunan Fire Safety Management memang tidak mudah karena terdiri

dari beberapa rangkaian system yang harus dijelaskan secara terinci dan dapat

diaplikasikan. Berikut ini adalah model / elemen Fire Safety Management System

untuk gedung dalam keadaan beroperasi, yakni:

Management Commitment

Baseline Assessment

Pre-Fire Planning

Implementation

Page 14: Pemba Has An

Control

Audit

Management Review

Dari elemen-elemen Fire safety Management tersebut memperlihatkan

bahwa komitmen dari manajemen menjadi dasar dalam penyusunan Fire

Management System. Dan biasanya komitmen menjadi kendala tersendiri seperti

yang sudah dijelaskan dalam penelitian Fire Safety Management.

Elemen berikutnya adalah Baseline Assessment.Tujuan dari baseline

assessment adalah untuk memberikan gambaran kepada manajemen atas kondisi

terakhir aspek-aspek keselamatan gedung miliknya atau yang dikelolanya.Aspek-

aspek tersebut adalah personil, peralatan dan sistem atau prosedur yang ada.

Dengan data yang terkumpul dari ketiga aspek tersebut maka pemilik/pengelola

gedung akan dapat melihat posisi kesiapannya dalam menghadapi kebakaran

atau bentuk emergency lainnya. Dengan demikian baseline assessment menjadi

dasar dalam penentuan perencanaan fire emergency.

Sementara itu untuk Pre-Fire Planning terdiri dari beberapa elemen yaitu:

prevention, preparedness, response dan recovery.

Fungsi Prevention (pencegahan) di sini adalah mengidentifikasi penyebab-

penyebab maupun akibat-akibat yang ditimbulkan lebih dini sehingga beberapa

tindakan dapat dilakukan untuk meminimalisir kemungkinan kejadian yang

mengakibatkan kebakaran untuk mengurangi dampak insiden pada gedung

maupun sekitar gedung.

Preparedness berarti merencanakan aktivitas, program dan sistem yang

disiapkan sebelum terjadi kebakaran.Pada preparedness inilah pihak manajemen

merancang suatu perencanaan yang matang dalam hal penciptaan kesiapan

tanggap darurat kebakaran. Seperti pemberian training kepada security agar dapat

menanggulangi kebakaran dini, emergency drill yang melibatkan penghuni,

penyiapan kerjasama dalam penanggulangan kebakaran (mutual aid), pelaksanaan

fire safety meeting dengan penghuni atau pengguna gedung dan kegiatan lain

yang bersifat peningkatan kesiapsiagaan.

Page 15: Pemba Has An

Response (Penanggulangan) bertujuan menstabilkan dan mengendalikan

fire emergency.Jika suatu kebakaran terjadi maka tindakan penanggulangan secara

efektif harus dilakukan.Bagaimana mengkoordinasikan sumber daya yang ada?

Bagaimana evakuasi dapat berjalan dengan efektif?Belum lagi aspek keselamatan

dalam penanggulangan merupakan pertanyaan-pertanyaan yang harus terjawab

dalam operasi penanggulangan emergency.

Recovery (Pemulihan) merupakan elemen yang dipersiapkan untuk

mengembalikan fasilitas, lingkungan sekitar gedung dan perangkat lainnya agar

kembali berfungsi.Pada recovery inilah analisa dampak dan minimalisasi dampak

kebakaran harus dituangkan dalam perencanaan recovery yang efektif dan

dilaksanakan secara konsisten. Beberapa hal penting yang patut dipertimbangkan

secara matang adalah Incident Investigation, Damage Assessment, Clean Up and

Restoration, Business Interruption, Claim Procedures dan lainnya.

Setelah Pre-Fire Planning ini tersusun maka langkah berikutnya adalah

tinggal pelaksanaannya.Dalam tahap pelaksanaan ini perlu dilakukan pengawasan

agar setiap kegiatan mencapai tujuan yang ditetapkan.Dalam sebuah sistem,

elemen yang perlu dilakukan adalah audit. Pelaksanaan audit ini sangat esensial

untuk menjamin bahwa selama sistem berjalan pada kurun waktu tertentu telah

dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dan kebijakan perusahaan.

Fire Safety Management ini juga harus dikaji ulang (review) agar selalu

kontekstual dengan perubahan gedung dan lingkungan gedung. Sehingga Fire

Safety Management akan selalu dapat diaplikasikan dan tidak menimbulkan

kebingungan. Review ini biasanya dilakukan karena adanya perubahan organisasi,

perubahan fisik bangunan gedung, adanya ketentuan atau perundangan yang baru,

adanya tuntutan keselamatan dari penyewa gedung dan sebagainya.

Sistem Manajemen Keamanan Kebakaran dapat dijabarkan menjadi lima

jenis, Antara lain:

1. Sistem Manajemen Penanggulangan

Sistem Manajemen Penanaggulangan Kebakaran adalah bagian dari sistem

manajemen keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung

Page 16: Pemba Has An

jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumberdaya yang dibutuhkan bagi

pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian, dan pemeliharaan kebijakan

penanggulangan kebakaran dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan

dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan

produktif.

Tujuan penerapan MPK adalah untuk menciptakan suatu sistem MPK di

tempat kerja dengan melibatkanunsur manajemen, tenaga kerja, kondisi dan

lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka :

- Mencegah dan mengurangi potensi kebakaran

- Menciptakan tempat kerja yang aman terhadap kebakaran, peledakan dan

kerusakan yang pada akhirnya akan mel

2. Sistem Manajemen Pemadaman

Pemadam kebakaran atau branwir adalah petugas atau dinas yang dilatih dan

bertugasuntuk menanggulangi kebakaran. Pakaian yang digunakan

pemadam kebakaran adalahpakaian khusus yang berbentuk astronot yang

biasanya dipakai untuk menyelamatkan korbankebakaran. Biasanya para

pemadam kebakaran mamakai baju anti api agartidak mudah terbakar dan

juga mereka memakai bagian baju yang mengkilat agar mudahterlihat. Api

terbentuk karena adanya interaksi beberapa unsur/elemen yang

padakesetimbangan tertentu dapat menimbulkan api. Sedangkan kebakaran

yaitu peristiwabencana yang ditimbulkan oleh api, yang tidak dikehendaki

oleh manusia dan bisamengakibatkan kerugian nyawa dan harta. Dalam

pemadaman kebakaran, api ditinjau dari jenisnya dan dapat

dikategorikanmenjadi 2 jenis api yaitu api jinak dan api liar.Jenis api jinak

artinya api yang masih dapat dikuasai oleh manusia, sedang jenis api liar

tidakdapat dikuasai, inilah yang dinamakan kebakaran. Dalam proses

pemadaman kebakaran, pemadam kebakaran biasanya menggunakan jaket

berwarna orange. Jaket orange yang digunakan oleh petugas pemadam

kebakaran berfungsi untukmelindungi diri dari panasnya api pada saat

Page 17: Pemba Has An

memadamkan api. Petugas pemadam kebakaran selain terlatih untuk

menyelamatkan korban dari kebakaran,juga dilatih untuk menyelamatkan

korban kecelakaan lalu lintas, gedung runtuh, dan lain-lain. Dinas pemadam

kebakaran adalah unsur pelaksana pemerintah yang diberi tanggungjawab

dalam melaksanakan tugas-tugas penanganan masalah kebakaran, yang

termasukdalam dinas gawat darurat.

3. Sistem Manajemen Evakuasi

Evakuasi merupakan usaha penyelamatan korban, yang dimaksud

dengan korban disini adalah semua orang yang mengalami dampak negatif

dari adanya sesuatu hal. Evakuasi dilakukan setelah terjadinya kebakaran.

Sedangkan sistem manajemen evakuasi dibuat saat masih dalam proses

perancangan gedung. Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam membuat

sistem manajemen evakuasi, antara lain:

- Menganalisa letak potensi terjadinya kebakaran. Ini sangat penting

dilakukan karena dari sini kita dapat mengetahui bagian mana dari

bangunan yang rawan terhadap kebakaran, sehingga kita bisa

memperjelas bagaimana sistem evakuasi apabila terjadi kebakaran.

- Menganalisa jalur evakuasi. Jalur evakuasi sendiri harus dibuat secara

sistematis agar penghuni gedung dapat dievakuasi dengan mudah.

4. Sistem Manajemen Alat dan Manusia

Dalam sistem ini, dijelaskan bagaimana cara menempatkan dan

menggunakan alat pemadam yang ada pada bangunan, dan juga

bagaimana sistem dari manusia itu sendiri dalam menggunakannya.

Sehingga diupayakan agar alat pemadam mudah untuk dilihat dan

dijangkau oleh orang dewasa.

5. Sistem Manajemen Edukasi

Manusia yang ada di dalam gedung wajib mendapatkan edukasi mengenai

api, kebakaran, dan bagaimana cara evakuasi baik secara lisan maupun tulisan. Ini

Page 18: Pemba Has An

dimaksudkan agar siapapun yang berada di lokasi kebakaran agar mampu

melakukan pertolongan pertama pada diri sendiri melalui jalur-jalur yang telah

dijelaskan pada edukasi kebakaran.

D. Usaha Pencegahan

Pencegahan dalam hal ini adalah suatu usaha secara bersama untuk

menghindari kebakaran dalam arti meniadakan kemungkinan terjadinya

kebakaran. Usaha ini pada mulanya dilakukan oleh pihak yang berwenang dan

menuntut peran serta dari masyarakat. Sebelum sebuah bangunan itu didiami,

bangunan hendaknya diperiksa terlebih dahulu oleh Pihak Jabatan Bomba dan

Penyelamat untuk mendapatkan kelulusan dalam hal bangunan aman untuk

didiami.

Usaha – usaha yang dilakukan Pemerintah, yaitu:

a. Mengadakan dan menjalankan undang – undang / peraturan daerah seperti :

Undang – undang gangguan yang mengatur segala sesuatu yang

berhubungan dengan tempat tinggal atau tempat mendirikan bangunan.

Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 02/KPTS/1985 tentang

ketentuan pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran pada

gedung bertingkat.

Peraturan Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 3 tahun 1992 tentang

ketentuan penanggulangan bahaya kebakaran dalam wilayah DKI

Jakarta.

b. Mengadakan perbaikan kampung yang meliputi sarana sarana fisik berupa

pembuatan jaringan jalan dan sarana sanitasi, serta meningkatkan

kesejahteraan sosial penduduk.

c. Mengadakan penyuluhan kepada masyarakat yang berkaitan dengan masalah

kebakaran, perlu ditekankan bahwa undang – undang / peraturan daerah yang

Page 19: Pemba Has An

ada serta penyuluhan – penyuluhan yang diadakan sama sekali tidak berguna

bila tidak dijalankan dengan baik.

Mengenai sistem pencegahan atau perlindungan dari kebakaran pada

bangunan kantor pos, dapat diuraikan seperti di bawah ini:

1. Sistem Pencegahan Aktif

Sistem pencegahan aktif merupakan upaya pencegahan terjadinya kebakaran

secara dini dari dalam bangunan itu sendiri, yang diusahakan sendiri oleh pemilik

gedung, yang diantaranya adalah dengan memasang :

Peralatan detektor kebakaran pada titik-titik strategis,

Pemasangan peralatan detektor kebakaran pada titik-titik strategis di tiap

lantainya harus memperhatikan fungsi ruang pada lantai tersebut karena

fungsinya yang sebagai pendeteksi akan terjadinya kebakaran. Pada

bangunan kantor pos, terdapat 37 peralatan detektor pada basement 1

yang berupa smoke detektor, 47 peralatan detektor pada basement 2 yang

juga berupa smoke detektor, dan 2 peralatan detektor pada masing-

masing lantainya yang berfungsi sebagai ruang kerja. Masing-masing

peletakannya berada pada jarak yang konsisten yaitu setiap 4 meter.

Pemasangan sprinkle

Jumlah sprinkle yang dipasang tiap lantainya diperhitungkan dari berapa

banyak penghuni dalam ruangan tersebut, fungsi dan besar ruangan.

Seperti pada lobby kantor pos yang di dalamnya terdapat 6 buah sprinkle,

sementara di ruang kerjanya bisa mencapai 25 buah sprinkle.

Penyediaan hydrant dan tabung pemadam kebakaran

Peletakan dan jumlah penyediaan hydrant dan tabung pemadam

kebakaran harus mempertimbangkan jarak atau jangkauan agar mudah

dicapai ke lokasi yang mengalami kebakaran. Sebaiknya ditempatkan di

Page 20: Pemba Has An

dalam dan luar bangunan. Pada bangunan kantor pos, peletakan hydrant

dan tabung pemadam kebakaran terletak di bagian dalam maupun luar

bangunan. Jumlah penyediaannya lebih ditekankan pada bagian dalam

bangunan dibandinkan pada bagian luar bangunan agar proses

pemadaman bisa dilakukan dengan cepat.

Alarm kebakaran

Peletakan alarm kebakaran harus diletakkan di tempat yang strategis

karena berfungsi sebagai pemberi sinyal akan terjadinya kebakaran. Pada

bangunan kantor pos, terdapat masing-masing 3 alarm kebakaran di

basement 1 dan basement 2, serta 2 alarm kebakaran pada tiap lantainya.

2. Sistem Pencegahan atau Proteksi Pasif

Sistem Proteksi Pasif (SPP) adalah sistem perlindungan bangunan terhadap

kebakaran melalui pertimbangan sifat termal bahan bangunan, penerapan sistem

kompartemenisasi dalam bangunan, serta persyaratan ketahanan api struktur

bangunan. Sistem proteksi pasif bekerja melalui sarana pasif yang terdapat pada

bangunan. Biasanya juga disebut sebagai sistem perlindungan bangunan dengan

menangani api dan kebakaran secara tidak langsung. Caranya dengan

meningkatkan kinerja bahan bangunan, struktur bangunan, pengontrolan dan

penyediaan fasilitas pendukung penyelamatan terhadap bahaya api dan kebakaran.

Yang termasuk di dalam sistem proteksi pasif ini antara lain :

B. Perencanaan dan desain site, akses dan lingkungan bangunan

Dalam perencanaan dan desain site, akses, dan lingkungan bangunan

beberapa hal yang termasuk di dalam permasalahan site dalam kaitannya dengan

penanggulangan kebakaran ini antara lain :

Penataan blok-blok massa hunian dan jarak antar bangunan

Page 21: Pemba Has An

Jika bangunan gedung bertingkat lebih dari satu bangunan, usahakan jarak

bangunan satu dengan bangunan lainnya berjarak minimal 30 m yang dapat

dipergunakan untuk akses masuk mobil pemadam kebakaran dengan

perkerasan lapisan conblock. Letak bangunan kantor pos yang berada di

pertemuan 3 jalan utama dan berjarak ± 30 m dari pemukiman warga, sangat

memudahkan mobil pemadam kebakaran untuk bisa mencapai ke bangunan

kantor pos.

Kemudahan pencapaian ke lingkungan pemukiman maupun bangunan. Akses

ke bangunan kantor pos bisa dibilang mudah dicapai karena terdapat 3 jalan

utama di sekitar bangunan kantor pos yang dapat digunakan sebagai jalur

mobil pemadam kebakaran, yaitu Jalan Banda, Jalan Riau, dan Jalan RM

Martadinata.

Tersedianya area parkir ataupun open space di lingkungan kawasan.

Menyediakan hidrant eksterior di lingkungan kawasan.

Menyediakan aliran dan kapasitas suply air untuk pemadaman. Terdapat

beberapa titik ground tank, hydrant, dan siamese di luar bangunan kantor pos

yang sengaja dibuat sebagai penyedia air untuk pemadaman.

Akses Petugas Pemadam Kebakaran Didalam Gedung

Fasilitas yang tersedia untuk akses petugas adalah lobby gedung yang dapat

dipergunakan untuk koordinasi operasi pemadaman kebakaran dan juga

tersedianya akses berupa lift dan tangga .

C. Perencanaan struktur dan konstruksi bangunan

Dalam perencanaan sistem ini hal yang perlu diperhatikan antara lain:

Pemilihan material bangunan yang memperhatikan sifat material

Gedung bertingkat dibangun dengan menggunakan kontruksi beton yang pada

dasarnya tidak mudah terbakar. Lay out interior gedung haruslah merupakan

ruang terbuka (open space) hal ini memungkinkan memperlambat api untuk

menjalar. Penyekat ruang plafond terpasang dengan bahan asbes tahan api,

memungkinkan penahan menjalarnnya api.

Page 22: Pemba Has An

Kemampuan / daya tahan bahan struktur (fire resistance) dari komponen-

komponen struktur.

Penataan ruang, terutama berkaitan dengan areal yang rawan bahaya, dengan

memilih material struktur yang lebih resisten.

Dalam hal konstruksi, konstruksi yang dipilih adalah konstruksi yang tahan

terhadap api. Terdapat tipe kontruksi tahan api terdiri dari tipe A, B, dan C

menurut SNI 03-1736-989

Tipe A : Konstruksi yang unsur struktur pembentuknya tahan api dan mampu

menahan secara struktural terhadap beban bangunan.

Tipe B : Kontruksi yang elemen struktur pembentuk kompartemen penahan

api mampu mencegah penjalaran kebakaran ke ruang-ruang dalam bangunan.

Tipe C : Komponen struktur bangunannya adalah dari bahan yang dapat

terbakar serta tidak dimaksudkan untuk mampu menahan secara struktural

terhadap kebakaran.

D. Perencanaan daerah dan jalur penyelamatan (evakuasi) pada bangunan

Perencanaan daerah dan jalur penyelamatan biasanya diperuntukkan untuk

bangunan pemukiman berlantai banyak dan merupakan bangunan yang lebih

kompleks seperti bangunan kantor pos. Beberapa hal yang menjadi pertimbangan

perencanaan sistem ini :

Kalkulasi jumlah penghuni/pemakai bangunan. Jumlah penghuni/pemakai

bangunan kantor pos berkisar ± 800 orang.

Tangga kebakaran dan jenisnya

Tersedia tangga darurat yang tertutup dengan pintu tahan api, tangga darurat

diharuskan adanya lebih dari satu buah, dengan jarak maksimal 20 m dari

akses pintu masuk atau pintu keluar gedung. Tangga darurat harus langsung

menuju ke arah luar bangunan. Pada bangunan kantor pos sendiri, terdapat

Page 23: Pemba Has An

empat buah tangga darurat yang disediakan sebagai jalur evakuasi

pemakai/pengguna bangunan.

Pintu kebakaran

Daerah perlindungan sementara

Jalur keluar bangunan.

Terdapat simbol penanda yang mengarahkan ke jalur evakuasi terdekat pada

setiap tempat yang strategis, yaitu tangga darurat yang langung mengarahkan

ke tempat berkumpul (muster point) di luar bangunan kantor pos berupa open

space untuk kepentingan penyelamatan pengguna/pemakai bangunan. Simbol

penanda ini juga bisa terlihat dalam gelap dan harus mudah dikenali agar

evakuasi dapat berlangsung dengan cepat.

Peralatan dan perlengkapan evakuasi

Peralatan dan perlengkapan evakuasi harus lengkap, permanen, dan mudah

dikenali serta bersifat otomatis agar evakuasi dapat berjalan dengan lancar,

bisa berupa simbol penanda ‘exit’ yang diletakkan di tempat strategis dan bisa

terlihat walaupun dalam keadaan gelap, pintu darurat yang bisa tertutup

secara otomatis, tangga darurat yang tahan api, dll.