KAMIS, 25 NOVEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA Petani … · MI/HARYANTO KONSULTASI: Pujiono Cahyo...

1
MI/HARYANTO KONSULTASI: Pujiono Cahyo Widianto atau Syeikh Puji (kiri) berkonsultasi dengan pengacara OC Kaligis setelah divonis empat tahun penjara di Pengadilan Negeri Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, kemarin. MI/PANCA SYURKANI PENYELAMATAN SALAK PONDOH: Seorang pengepul memisahkan antara salak yang sudah bersih dan yang masih berdebu di Dusun Ngelusari, Purwobinangun, Sleman, DI Yogyakarta, pekan lalu. Kualitas salak menurun karena diselimuti abu merapi. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) berencana mengambil dana tanggap darurat untuk penyelamatan kebun salak pondoh milik petani di lereng Merapi. Alexander Priyasma Petani salak di Sleman dan Magelang akan dipasok bibit senilai total Rp17 miliar. Syeikh Puji Divonis Empat Tahun U NTUK memenuhi kebutuhan hidup setelah pulang dari pengungsian, para petani salak pondoh di Desa Purwobinangun, Kecamatan Pakem dan Desa Donokerto, Ke- camatan Turi, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) beramai-ramai menjual salak dengan harga murah. Obral mulai terjadi sejak Pur- wobinangun dan Donokerto yang berjarak 13-15 km dari pun- cak Gunung Merapi dinyatakan sebagai daerah aman. Karena petani yang menjual salak terlalu banyak, harga beli yang ditetap- kan pedagang besar (pangkalan) hanya berkisar Rp2.000 sampai Rp2.400/kg. Padahal, saat panen raya dalam kondisi normal pada November-Desember ini harga jual salak Rp2.500-Rp3.000/kg. Petani salak di Purwobina- ngun, Purwanto, mengatakan se- jak dua hari lalu ia telah menjual salak sekitar 10 kg dalam sehari. Meski harga yang ditetapkan ter- lalu rendah, Purwanto mengaku tidak bisa berbuat banyak. ‘’Yang menentukan harga, Petani Sleman Obral Salak pangkalan. Daripada tidak laku, lebih baik dilepas murah saja. Saya juga butuh uang cepat,’’ ujar Purwanto, kemarin. Akan tetapi, tidak semua po- hon salak di kebun milik Pur- wanto seluas 2.500 meter persegi dapat dipanen. Pasalnya lebih dari 50% pohon salaknya rusak terkena abu vulkanis Merapi. ‘’Sekarang yang bisa dipanen sampai dua bulan ke depan paling banter 1,1 ton. Biasanya sampai 2,5 ton,’’ ungkapnya. Purwanto mengaku memerlu- kan dana segar untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan mengganti pohon yang rusak. Sebab pascakembali dari peng- ungsian, ia sama sekali tidak me- nerima bantuan dari pemerintah daerah. Hal serupa juga dilakukan petani salak di Donokerto, Parjio, yang mempunyai lahan salak seluas 70 tumbak atau 980 meter persegi. Namun dari 245 pohon, hanya 140 pohon yang bisa di- panen. Sisanya tumbang karena tidak kuat menahan material vulkanis yang membuat salak membusuk. ‘’Kebun saya cuma bisa menghasilkan 350 kg. Satu bu- lan juga sudah habis (dijual). Saya belum tahu bagaimana caranya mencari uang tambah- an,’’ tutur Parjio. Ironisnya, harga jual salak di tingkat petani anjlok. Sejumlah pemilik pangkalan beralasan harga salak dipatok murah ka- rena pasokan terlalu banyak dan PUJIONO Cahyo Widianto, yang kondang dipanggil Syeikh Puji, divonis empat tahun dan denda Rp60 juta subsider enam bulan kurungan oleh Pengadil- an Negeri Ungaran atas kasus menikahi anak di bawah umur. Putusan itu lebih ringan jika dibandingkan dengan tuntutan jaksa, yang menuntut pengusa- ha kuningan asal Desa Bedono, Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, itu dengan pidana penjara selama enam tahun dan denda Rp60 juta. Ketua Majelis Hakim Hari Mulyanto dalam amar putus- annya menyatakan Syeikh Puji terbukti melanggar Pasal 81 Undang-Undang Nomor 23 Ta hun 2002 tentang Perlin- dungan Anak karena dianggap sengaja melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan, ser- ta memaksa anak bersetubuh dengannya. Pengasuh Pondok Pesantren Miftahul Jannah itu juga dinilai memasung hak anak karena telah menikahi Lutviana Ulfa, yang pada 8 Agustus 2008 baru berusia 12 tahun. Dalam vonis disebutkan, un- sur yang meringankan adalah pria yang selalu mengenakan jubah putih dan berkalung tasbih itu berlaku sopan dan kooperatif selama mengikuti persidangan. Saat menanggapi putusan majelis hakim ini, kuasa hukum terpidana segera mengajukan banding. “Kami akan minta penggandaan putusan untuk kami pelajari sebagai bahan ban- ding,” kata penasihat hukum, OC Kaligis. Ia menambahkan, banyak fakta dalam persidangan dikesampingkan dalam pertim- bangan keputusan. Jaksa dari Kejati Jawa Tengah, Sunningsih, sebaliknya, tidak mempersoalkan keputus an hakim walaupun lebih rendah daripada tuntutannya. “Yang penting dakwaan kami selama persidangan bisa terbukti,” katanya. Dua istri Syeikh Puji, Lutvi- ana Ulfa dan Ummi Hani, me- nangis saat hakim menjatuhkan vonis. Dalam sidang dengan agenda pembacaan putusan yang dimulai pukul 09.30 hing- ga pukul 15.30 WIB tersebut, hadir sejumlah warga dan ak- tivis perempuan sehingga pu- luhan polisi ikut mengamankan jalannya persidangan. Kasus Syeikh Puji mencuat setelah ia nekat menikahi gadis yang terpaut 31 tahun lebih muda daripada umurnya itu. Gadis jebolan kelas dua SMP tersebut belum memenuhi syarat usia perkawinan sesuai undang-undang, yakni perem- puan harus sudah berumur 16 tahun dan pria 19 tahun. Selama sidang kasus terse- but, hakim juga telah meme- riksa 43 saksi secara tertutup, terdiri atas saksi berkas dan ahli. (HT/Ant/N-4) NTT Terus Perjuangkan Ganti Rugi Pencemaran Laut Timor PEMERINTAH Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) akan terus memperjuangkan ganti rugi atas pencemaran Laut Timor yang bersumber dari ledakan ladang minyak Montara, Austra- lia. Pencemaran itu menimbul- kan kerusakan pada biota laut. Sebelumnya hasil penelitian Australia menyebutkan seba- nyak 98,6% pencemaran laut akibat ledakan tersebut terjadi di perairan Australia. Sementara hasil penelitian yang dilakukan pemerintah Indonesia, perairan NTT juga tercemar sehingga menimbulkan dampak ling- kungan yang luar biasa di masa mendatang. “Sesuai komitmen yang telah dilakukan, pemerintah NTT akan mendorong pemerintah pusat untuk terus memperju- angkan ganti rugi pencemaran di Laut Timor,” kata Sekretaris Daerah NTT, Fransiskus Salem di Kupang, kemarin. Frans mengatakan pemerintah NTT telah menyampaikan data- data terkait pencemaran, serta membentuk tim daerah dengan tujuan mempersiapkan hal-hal yang berkaitan dengan verifikasi ulang yang akan dilakukan tim independen. Hasil tim ini akan diajukan ke PTTEP Australia, perusahaan yang melakukan pengeboran minyak di ladang Montara. Frans meragukan hasil pene- litian Australia. Menurut dia, hasil penelitian itu tidak se- suai dengan kondisi objektif di lapangan yang menemukan sedikitnya 3.200 nelayan dan petani rumput laut gagal panen akibat ledakan ladang minyak Montara. Selain itu, lanjutnya, belum diketahui berapa besar tingkat kerusakan biota laut. Karena, menurut dia, dampak kerusakan biota laut bisa diketahui puluhan tahun mendatang. “Masalah ini yang perlu dicer- mati, karena masalah lingkungan hidup bukan masalah daerah atau nasional, tapi internasio- nal,” katanya. (PO/N-1) 2 Jaksa Diperiksa Kejati Jateng soal Pemerasan DUA jaksa di Kejaksaan Negeri Surakarta berinisial Sy dan Prs kemarin diperiksa Kejaksaan Tinggi (Kejati) Jawa Tengah. Mereka diduga memeras terpi- dana kasus narkoba. Hal itu merupakan tindak lan- jut dari laporan Tim Advokasi Anti Pemerasan Perhimpunan Advokat Indonesia (Peradi) Surakarta beberapa waktu lalu. Dalam laporan Peradi Surakar- ta disebutkan Sy dan Prs meminta uang kepada keluarga terpidana Yokhanan Sabar Riyanto senilai Rp200 juta pada 15 September 2010 dan diminta diserahkan sebelum pembacaan putusan Pengadilan Negeri Surakarta. Namun, permintaan itu tidak dipenuhi. Dua jaksa tersebut kemudian menurunkan jumlah tawaran menjadi Rp30 juta. Lagi-lagi, pihak keluarga tak bersedia memenuhinya. Yokhanan dijatuhi vonis empat tahun penjara dan denda Rp800 juta. Sementara dua re- kannya yang juga ditangkap dalam kasus yang sama, Ozi dan Otong, hanya divonis tiga dan delapan bulan penjara. Pemeriksaan terhadap dua oknum jaksa itu berlangsung sekitar 2 jam secara tertutup. Asisten Pengawasan Kejati Jateng Sendjun Manulang yang ditemui seusai pemeriksaan ha- nya mengatakan pihaknya baru sebatas meminta keterangan. Menurutnya, Kejati Jateng ti- dak hanya memeriksa dua jaksa tersebut, tapi juga pelapor dari Peradi, yakni Budhi Kuswanto. Dari keterangan kedua belah pihak, menurut Sendjun, ada indikasi permintaan sejumlah uang oleh jaksa kepada keluarga terpidana. ‘’Apa pun bentuknya, permintaan uang dari jaksa me- rupakan pelanggaran kode etik,’’ tegasnya. Sendjun mengutarakan hasil pemeriksaan akan diserahkan ke Kejaksaan Agung untuk dianalisis, yang diperkirakan keputusannya memakan waktu hingga satu bulan. ‘’Kalau nanti terbukti keduanya melakukan pemerasan, akan diberikan sank- si administrasi. Tetapi, kami tetap mengedepankan asas pra- duga tak bersalah.’’ (FR/N-1) kualitas buah menurun. Di sisi lain, konsumen sangat sedikit. ‘’Dua hari terakhir saya bisa menerima 2 kuintal salak per hari. Tapi yang bisa saya jual ke pedagang kecil kurang dari se- tengahnya. Sedangkan jaringan distribusi salak ke luar kota juga belum lancar,’’ ujar Udin, pemilik pangkalan di Purwobinangun. Berdasarkan data Dinas Per- tanian DIY, 3.400.388 batang pohon salak pondoh di Sleman rusak berat, 992.531 batang rusak sedang, dan 7.484 rusak ringan. Kerugian petani menca- pai Rp201,48 miliar. ‘’Kami sudah menerima ke- pastian dari Kementerian Perta- nian, bahwa akan ada bantuan pengadaan bibit salak Rp8 mi- liar. Pembagian bibit dilakukan saat proses rehabilitasi dan re- konstruksi pascabencana,’’ ujar Kepala Dinas Pertanian DIY Nanang Suwandi. Padat karya Sementara itu, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Magelang, Jawa Tengah, akan menyiapkan sejumlah program padat karya seusai masa tanggap darurat bencana letusan Gunung Mera- pi. Sekda Kabupaten Magelang, Utoyo, mengatakan program itu untuk memperbaiki infrastruk- tur yang rusak, sekaligus men- ciptakan lapangan pekerjaan. Terkait dengan padat karya ini, pihaknya akan berkoordinasi dengan Badan Nasional Penang- gulangan Bencana (BNPB). Salah satu proyek padat karya yang segera diluncurkan yaitu untuk budi daya tanaman salak. Pro- gram tersebut diperkirakan menelan biaya sekitar Rp9 mi- liar. Untuk rekonstruksi, peme- rintah pusat telah menyiapkan anggaran Rp100 miliar. ‘’Kami ingin segera bisa ma- suk tahap rekonstruksi agar masalah-masalahnya tidak hanya berkutat pada persoalan pengungsi,’’ katanya. (TS/DD/AU/WJ/FR/N-2) priyasma @mediaindonesia.com SUMBER: TIM MI/GRAFIS: FREDDY 8 | Nusantara KAMIS, 25 NOVEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA

Transcript of KAMIS, 25 NOVEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA Petani … · MI/HARYANTO KONSULTASI: Pujiono Cahyo...

MI/HARYANTO

KONSULTASI: Pujiono Cahyo Widianto atau Syeikh Puji (kiri) berkonsultasi dengan pengacara OC Kaligis setelah divonis empat tahun penjara di Pengadilan Negeri Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, kemarin.

MI/PANCA SYURKANI

PENYELAMATAN SALAK PONDOH: Seorang pengepul memisahkan antara salak yang sudah bersih dan yang masih berdebu di Dusun Ngelusari, Purwobinangun, Sleman, DI Yogyakarta, pekan lalu. Kualitas salak menurun karena diselimuti abu merapi. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) berencana mengambil dana tanggap darurat untuk penyelamatan kebun salak pondoh milik petani di lereng Merapi.

Alexander Priyasma

Petani salak di Sleman dan Magelang akan dipasok bibit senilai total Rp17 miliar.

Syeikh Puji Divonis Empat Tahun

UNTUK memenuhi ke butuhan hidup se telah pulang dari pengungsian, para

petani salak pondoh di Desa Pur wobinangun, Kecamatan Pa kem dan Desa Donokerto, Ke-camatan Turi, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) be ramai-ramai menjual salak dengan harga murah.

Obral mulai terjadi sejak Pur-wobinangun dan Donokerto yang berjarak 13-15 km dari pun-cak Gunung Merapi dinyatakan sebagai daerah aman. Karena petani yang menjual salak terlalu banyak, harga beli yang ditetap-kan pedagang besar (pangkalan) hanya berkisar Rp2.000 sampai Rp2.400/kg. Padahal, saat panen raya dalam kondisi normal pada November-Desember ini harga jual salak Rp2.500-Rp3.000/kg.

Petani salak di Purwobina-ngun, Purwanto, mengatakan se-jak dua hari lalu ia telah menjual salak sekitar 10 kg dalam sehari. Meski harga yang ditetapkan ter-lalu rendah, Purwanto mengaku tidak bisa berbuat banyak.

‘’Yang menentukan harga,

Petani Sleman Obral Salak

pangkalan. Daripada tidak laku, lebih baik dilepas murah saja. Saya juga butuh uang cepat,’’ ujar Purwanto, kemarin.

Akan tetapi, tidak semua po-hon salak di kebun milik Pur-wanto seluas 2.500 meter persegi dapat dipanen. Pasalnya lebih dari 50% pohon salaknya rusak terkena abu vulkanis Merapi. ‘’Sekarang yang bisa dipanen sampai dua bulan ke depan pa ling banter 1,1 ton. Biasanya sampai 2,5 ton,’’ ungkapnya.

Purwanto mengaku memerlu-kan dana segar untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan mengganti pohon yang rusak. Sebab pascakembali dari peng-ungsian, ia sama sekali tidak me-nerima bantuan dari pemerin tah daerah.

Hal serupa juga dilakukan petani salak di Donokerto, Parjio, yang mempunyai lahan salak seluas 70 tumbak atau 980 meter persegi. Namun dari 245 pohon, hanya 140 pohon yang bisa di-panen. Sisanya tumbang karena tidak kuat menahan material vulkanis yang membuat salak membusuk.

‘’Kebun saya cuma bisa meng hasilkan 350 kg. Satu bu-lan juga sudah habis (dijual). Saya belum tahu bagaimana ca ranya mencari uang tambah-an,’’ tutur Parjio.

Ironisnya, harga jual salak di tingkat petani anjlok. Sejumlah pemilik pangkalan beralasan harga salak dipatok murah ka-rena pasokan terlalu banyak dan

PUJIONO Cahyo Widianto, yang kondang dipanggil Syeikh Puji, divonis empat tahun dan denda Rp60 juta subsider enam bulan kurungan oleh Pengadil-an Negeri Ungaran atas kasus menikahi anak di bawah umur.

Putusan itu lebih ringan jika dibandingkan dengan tuntutan jaksa, yang menuntut pengusa-ha kuningan asal Desa Bedono, Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, itu de ngan pidana penjara selama enam tahun dan denda Rp60 juta.

Ketua Majelis Hakim Hari Mulyanto dalam amar putus-annya menyatakan Syeikh Puji terbukti melanggar Pasal 81 Undang-Undang Nomor 23 Ta hun 2002 tentang Perlin-dungan Anak karena dianggap sengaja melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan, ser-ta memaksa anak bersetubuh de ngannya. Pengasuh Pondok Pesantren Miftahul Jannah itu juga dinilai memasung hak anak

karena telah menikahi Lutviana Ulfa, yang pada 8 Agustus 2008 baru berusia 12 tahun.

Dalam vonis disebutkan, un-sur yang meringankan adalah pria yang selalu mengenakan jubah putih dan berkalung tas bih itu berlaku sopan dan kooperatif selama mengikuti per sidangan.

Saat menanggapi putusan majelis hakim ini, kuasa hukum terpidana segera mengajukan banding. “Kami akan minta peng gandaan putusan untuk ka mi pelajari sebagai bahan ban-ding,” kata penasihat hukum, OC Kaligis. Ia menam bah kan, banyak fakta dalam persidangan dikesampingkan dalam pertim-bangan keputus an.

Jaksa dari Kejati Jawa Tengah, Sunningsih, sebaliknya, tidak mempersoalkan keputus an hakim walaupun lebih rendah daripada tuntutannya. “Yang penting dakwaan kami selama persidangan bisa terbukti,” ka tanya.

Dua istri Syeikh Puji, Lutvi-ana Ulfa dan Ummi Hani, me-nangis saat hakim menjatuhkan vonis. Dalam sidang dengan agenda pembacaan putusan yang dimulai pukul 09.30 hing-ga pukul 15.30 WIB tersebut, hadir sejumlah warga dan ak-tivis perempuan sehingga pu-luhan polisi ikut mengamankan jalannya persidangan.

Kasus Syeikh Puji mencuat setelah ia nekat menikahi gadis

yang terpaut 31 tahun lebih mu da daripada umurnya itu.

Ga dis jebolan kelas dua SMP tersebut belum memenuhi syarat usia perkawinan sesuai undang-undang, yakni perem-puan harus sudah berumur 16 tahun dan pria 19 tahun.

Selama sidang kasus terse-but, hakim juga telah meme-riksa 43 saksi secara tertutup, terdiri atas saksi berkas dan ahli. (HT/Ant/N-4)

NTT Terus Perjuangkan Ganti Rugi

Pencemaran Laut Timor

PEMERINTAH Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) akan terus memperjuangkan ganti rugi atas pencemaran Laut Timor yang bersumber dari ledakan ladang minyak Montara, Austra-lia. Pencemaran itu menimbul-kan kerusakan pada biota laut.

Sebelumnya hasil penelitian Australia menyebutkan seba-nyak 98,6% pencemaran laut akibat ledakan tersebut terjadi di perairan Australia. Sementara hasil penelitian yang dilakukan pemerintah Indonesia, perairan NTT juga tercemar sehingga menimbulkan dampak ling-kungan yang luar biasa di masa mendatang.

“Sesuai komitmen yang telah dilakukan, pemerintah NTT akan mendorong pemerintah pu sat untuk terus memperju-ang kan ganti rugi pencemaran di Laut Timor,” kata Sekretaris Daerah NTT, Fransiskus Salem di Kupang, kemarin.

Frans mengatakan pemerintah NTT telah menyampaikan data-data terkait pencemaran, serta membentuk tim daerah dengan tujuan mempersiapkan hal-hal yang berkaitan dengan verifi kasi ulang yang akan di la kukan tim independen. Hasil tim ini akan diajukan ke PTTEP Australia, perusahaan yang melakukan pengeboran minyak di ladang Montara.

Frans meragukan hasil pene-litian Australia. Menurut dia, hasil penelitian itu tidak se-suai dengan kondisi objektif di lapang an yang menemukan sedikitnya 3.200 nelayan dan petani rumput laut gagal panen akibat ledakan ladang minyak Montara.

Selain itu, lanjutnya, belum diketahui berapa besar tingkat kerusakan biota laut. Karena, menurut dia, dampak kerusakan biota laut bisa diketahui puluhan tahun mendatang.

“Masalah ini yang perlu dicer-mati, karena masalah lingkungan hidup bukan masalah daerah atau nasional, tapi internasio-nal,” katanya. (PO/N-1)

2 Jaksa Diperiksa Kejati Jateng soal PemerasanDUA jaksa di Kejaksaan Negeri Surakarta berinisial Sy dan Prs kemarin diperiksa Kejaksaan Tinggi (Kejati) Jawa Tengah. Me reka diduga memeras terpi-dana kasus narkoba.

Hal itu merupakan tindak lan-jut dari laporan Tim Advokasi Anti Pemerasan Perhimpunan Advokat Indonesia (Peradi) Surakarta beberapa waktu lalu.

Dalam laporan Peradi Surakar-ta disebutkan Sy dan Prs memin ta uang kepada keluarga terpidana Yokhanan Sabar Riyanto senilai Rp200 juta pada 15 September

2010 dan diminta diserahkan se belum pembacaan putusan Peng adilan Negeri Surakarta. Na mun, permintaan itu tidak di penuhi.

Dua jaksa tersebut kemudian menurunkan jumlah tawaran menjadi Rp30 juta. Lagi-lagi, pi hak keluarga tak bersedia me menuhinya.

Yokhanan dijatuhi vonis empat tahun penjara dan denda Rp800 juta. Sementara dua re-kannya yang juga ditangkap dalam kasus yang sama, Ozi dan Otong, hanya divonis tiga

dan delapan bulan penjara.Pemeriksaan terhadap dua

oknum jaksa itu berlangsung sekitar 2 jam secara tertutup.

Asisten Pengawasan Kejati Jateng Sendjun Manulang yang ditemui seusai pemeriksaan ha-nya mengatakan pihaknya baru sebatas meminta keterangan.

Menurutnya, Kejati Jateng ti-dak hanya memeriksa dua jaksa tersebut, tapi juga pelapor dari Peradi, yakni Budhi Kuswanto.

Dari keterangan kedua belah pihak, menurut Sendjun, ada indikasi permintaan sejumlah

uang oleh jaksa kepada keluarga terpidana. ‘’Apa pun bentuknya, permintaan uang dari jaksa me-rupakan pelanggaran kode etik,’’ tegasnya.

Sendjun mengutarakan hasil pemeriksaan akan diserahkan ke Kejaksaan Agung untuk di a nalisis, yang diperkirakan keputusannya memakan waktu hingga satu bulan. ‘’Kalau nanti terbukti keduanya melakukan pemerasan, akan diberikan sank-si administrasi. Tetapi, kami te tap mengedepankan asas pra-duga tak bersalah.’’ (FR/N-1)

kualitas buah menurun. Di sisi lain, konsumen sangat sedikit.

‘’Dua hari terakhir saya bisa menerima 2 kuintal salak per hari. Tapi yang bisa saya jual ke pedagang kecil kurang dari se-tengahnya. Sedangkan jaringan distribusi salak ke luar kota juga belum lancar,’’ ujar Udin, pemilik pangkalan di Purwobinangun.

Berdasarkan data Dinas Per-tanian DIY, 3.400.388 batang pohon salak pondoh di Sleman rusak berat, 992.531 batang rusak sedang, dan 7.484 rusak ringan. Kerugian petani menca-pai Rp201,48 miliar.

‘’Kami sudah menerima ke-pastian dari Kementerian Perta-nian, bahwa akan ada bantuan pengadaan bibit salak Rp8 mi-liar. Pembagian bibit dilakukan saat proses rehabilitasi dan re-konstruksi pascabencana,’’ ujar Kepala Dinas Pertanian DIY Nanang Suwandi.

Padat karyaSementara itu, Pemerintah

Kabupaten (Pemkab) Magelang, Jawa Tengah, akan menyiapkan sejumlah program padat karya seusai masa tanggap darurat bencana letusan Gunung Mera-pi. Sekda Kabupaten Magelang, Utoyo, mengatakan program itu untuk memperbaiki infrastruk-tur yang rusak, sekaligus men-ciptakan lapangan pekerjaan.

Terkait dengan padat karya ini, pihaknya akan berkoordinasi dengan Badan Nasional Penang-gulangan Bencana (BNPB). Salah satu proyek padat karya yang segera diluncurkan yaitu untuk budi daya tanaman salak. Pro-gram tersebut diperkirakan me nelan biaya sekitar Rp9 mi-liar. Untuk rekonstruksi, peme-rintah pusat telah menyiapkan anggaran Rp100 miliar.

‘’Kami ingin segera bisa ma-suk tahap rekonstruksi agar ma salah-masalahnya tidak ha nya berkutat pada persoalan pengungsi,’’ katanya.(TS/DD/AU/WJ/FR/N-2)

[email protected]

SUMBER: TIM MI/GRAFIS: FREDDY

8 | Nusantara KAMIS, 25 NOVEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA