KALDERA PRAU
-
Upload
abrian-ade-setiawan -
Category
Documents
-
view
225 -
download
3
Transcript of KALDERA PRAU
8/16/2019 KALDERA PRAU
http://slidepdf.com/reader/full/kaldera-prau 1/16
DISUSUN
OLEH :
Abriyan Ade Setiawan
111.130.096
KELAS B
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2016
KALDERA PRAU
8/16/2019 KALDERA PRAU
http://slidepdf.com/reader/full/kaldera-prau 2/16
KALDERA PRAU GUNUNGAPI DIENG
A. Dataran Tinggi Dieng
Dataran Tinggi Dieng adalah kawasan vulkanik aktif di Jawa Tengah, yang masuk
wilayah Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Wonosobo yang memiliki ketinggian tempat
berkisar antara 1500-2000 mdpal, dengan curah hujan rata-rata lebih dari 3500
mm/tahun. Secara umum kondisi fisik lahan sebagian besar merupakan bentukan dan
pengaruh dari aktivitas gunungapi dengan kemiringan lahan mulai dari datar, curam
hingga sangat curam serta lapisan tanah dari jenis andosol dan regosol yang memiliki
karakteristik mudah tererosi dan longsor. Letaknya berada di sebelah barat kompleks
Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing. Nama Dieng berasal dari gabungan dua kata BahasaKawi: “di” yang berarti “tempat” atau “gunung” dan “Hyang” yang bermakna (Dewa).
Dengan demikian, Dieng berarti daerah pegunungan tempat para dewa dan dewi bersemayam.
Gambar 1. Dataran Tinggi Dieng
Pembentukan dataran tinggi Dieng (Dieng Plateu) diperkirakan berasal dari gunung
api tua yang disebut Gunung Dieng atau Gunung Prau Purba yang mengalami dislokasi.
Lalu terciptalah dataran dari kawah gunung purba tersebut. Terbentuknya patahan dari arah
Barat Laut hingga Tenggara, memunculkan gunung-gunung kecil seperti Gunung Alang,
8/16/2019 KALDERA PRAU
http://slidepdf.com/reader/full/kaldera-prau 3/16
Gunung Nagasari, Gunung Panglimunan, Gunung Pangonan, Gunung Gajahmungkur, dan
Gunung Pakuwaja yang mengelilingi kawasan Dieng.
Di kawasan Dieng, ada 25 kerucut gunungapi yang dapat dikenali dengan baik.
Kerucut- kerucut gunungapi tersebut sebagian besar terbentuk pada kala Pleistosen, hanya
tujuh kerucut yang kemungkinan terbentuk pada kala Holosen. Aliran lava terakhir di kawasan
Dieng terjadi pada tahun 50 SM (± 100 tahun), berdasarkan spesimen yang ditemukan oleh
Delarue (1980) di dekat Gunung Pakuwojo.
Dari 25 kerucut gunungapi di Dieng, enam di antaranya terdiri dari material
berkomposisi andesitik, yaitu Gunung Prambanan, Gunung Sikunir, Kawah Siglagah, Gunung
Pangonan dan Telaga Merdada, Gunung Petarangan dan Telaga Menjer, dan Gunung Jimat.
Sementara itu, kerucut-kerucut gunungapi lain di Dieng tersusun dari material yang
komposisinya beragam.
Pada kerucut-kerucut gunungapi yang komposisinya beragam itu, terdapat batuan-
batuan beku basa bercampur dengan batuan-batuan beku yang asam. Hal ini terjadi karena
proses diferensiasi pada magma yang naik pada tiap-tiap kerucut.
Batuan penyusun di daerah plateau Dieng merupakan batuan beku andesit. di Dieng
sendiri terdapat dua jenis batuan andesit yang dibedakan menurut umurnya. kedua jenis batuan
tersebut adalah young andesit yang batuannya lebih condong ke arah asam, dan old andesit
yang batuannya lebih condong ke arah basa.
Batuan andesit yang terdapat di Dieng mirip dengan batuan yang terdapat di
Yogyakarta. Namun batuan andesit di Dieng memiliki fraksi yang lebih kecil daripada batuan
andesit yang di Yogyakarta. Iklim dan jenis tanah mempengaruhi perbedaan fraksi batuan
tersebut. Karakter vulkan Dieng sendiri tidak magmatis karena tekanan magmanya lemah. hal
ini tentu berbeda dengan karakter Gunung Merapi yang bersifat magmatis karena tekanannya
besar.
8/16/2019 KALDERA PRAU
http://slidepdf.com/reader/full/kaldera-prau 4/16
Gambar 2. Tembok Kaldera Prau
Kawah terbesar di kawasan Dieng adalah Kaldera Prau, yang diameternya
diperkirakan 5 km, dengan tembok kawah setinggi hampir 600 meter. Kaldera Tlerep
merupakan kawah terbesar kedua dengan diameter sekitar 600 meter.
B. Kaldera Gunungapi Dieng
Komplek Gunungapi Dieng merupakan satu kesatuan gunungapi besar yang mengalami
letusan dan kehilangan kalderanya dengan kerucutnya terdiri dari Bisma, Seroja, Binem,
Pangonan Merdada, Pagerkandang, Telogo Dringo, Pakuwaja, Sikunir, danPrambanan. Selama ratusan tahun setelah mengalami letusan, kaldera Gunungapi Dieng
kemudian ditumbuhi oleh beberapa kawah dan gunungapi baru yang sampai saat ini masih
bisa dilihat aktivitas keaktifannya melalui pos vulkanologi yang berada di sekitar daerah
tersebut.
Daerah komplek Gunungapi Dieng ditutupi oleh endapan berumur kuarter yang
berupa aliran lava, material piroklastik, endapan freatik, endapan lahar, endapan permukaan
dan hasil erupsi Gunungapi Sindoro. Menurut R Sukhyar (1986), endapan tersebut dapat
dibagi menjadi 5 endapan berdasarkan sumber erupsinya dengan urutan muda ke tua terdiri
dari :
a. Endapan Permukaan
b. Endapan Dieng Muda
c. Endapan Dieng Dewasa
8/16/2019 KALDERA PRAU
http://slidepdf.com/reader/full/kaldera-prau 5/16
d. Endapan Dieng Tua
e. Hasil Erupsi Gunungapi Sindoro
Melihat kondisi fisik tersebut komplek Gunungapi Dieng termasuk gunungapi
aktif. Bukti yang menunjukan bahwa dataran tinggi dieng merupakan wilayah vulkanik yang
aktif antara lain :
1. Banyak terjadi gerakan – gerakan tanah akibat vulkanik yang aktif, seperti peristiwa
hilangnya Desa Legetang, terpotongnya jalan antara Banjarnegara Karangkobar dan
Sukoharjo Ngadirejo maupun retakan-retakan tanah yang mengeluarkan gas beracun
seperti peristiwa Sinila.
2. Terdapat banyak kawah sebagai tempat keluarnya gas, uap air dan berbagai material
vulkanik lainnya. Keadaan ini sangat berbahaya bagi penduduk yang menghuni wilayah
itu, terbukti dengan adanya bencana letusan gas Kawah Sinila 1979. Tidak hanya gas
beracun, tetapi juga dapat dimungkinkan terjadi gempa bumi, letusan lumpur, tanah
longsor dan banjir.
Gambar 3. Kawah Sikdang
8/16/2019 KALDERA PRAU
http://slidepdf.com/reader/full/kaldera-prau 6/16
3. Terdapat pula danau-danau vulkanik yang berisi air bercampur belerang sehingga
memiliki warna khas kuning kehijauan.
Gambar 4. Telaga Cebong
C. Sejarah Letusan Dieng
Sejak tahun 1600, kegiatan G.api Dieng tidak memperlihatkan adanya letusan
magmatik, tetapi lebih didominasi oleh aktivitas letusan freatik atau hydrothermal,
sebagaimana diperlihatkan oleh beberapa aktivitas yang telah diperlihatkan dalam sejarah
letusan.
Tabel 1. Kegiatan Vulkanik/Sejarah Erupsi Gunungapi Dieng
N
Tahu
Keteranga
1 1786 Kw. Dringo, Korban (?) 2 1825/1826 Kw. Pakuwojo
3 1847 Kawah (?), Hujan abu
4 1928 Kw. Timbang, 39 korban meninggal 5 1939 Kw. Timbang, 10 korban meninggal
6 1944 Kw. Sileri, 114 korban meninggal
7 1964 Kw. Sileri, erupsi lumpur 8 1979 Kw. Sinila, erupsi freatik dan gas racun, 149 korban
5
1
8/16/2019 KALDERA PRAU
http://slidepdf.com/reader/full/kaldera-prau 7/16
9 1984 Kw. Sileri, semburan lumpur 10 1986 Kw. Sileri, semburan lumpur
11 1991 & 1992 Peningkatan gempa
12 1993 Kw. Padang Sari, Muncul semburan lumpur
13 1996/1997 Kw. Padang Sari, semburan lumpur
14 2003 Kw. Sileri, erupsi freatik 15 2006 Kw. Sileri, erupsi freatik 16 Jan-09 Kw. Sibanteng, erupsi freatik
17 Sep-09 Kw. Sileri, erupsi lumpur
18 Mei 2011 Kw. Timbang munculnya aliran gas CO2
D. Pembentukan Kaldera Prau
Pembentukan Kaldera Prau merupakan kejadian yang paling kolosal dalam sejarah
geologi gunungapi Dieng. Peristiwa tersebut terjadi sekitar tahun 19000 SM dan
memuntahkan 78 km3 material vulkanik ke sekitarnya (VOGRIPA, 2014). Umur dari batuan
Kaldera Prau adalah 3,6 juta tahun (Boedihardi et al., 1991).
Kegiatan gunungapi pada komplek G.Dieng dari yang tua hingga yang termuda dapat dibagi
dalam tiga episoda yang didasarkan pada umur relatif, sisa morfologi, tingkat erosi, hubungan
stratigrafi dan tingkat pelapukan.
Gambar 5. Peta Kawah-kawah di Kompleks Gunungapi Dieng
8/16/2019 KALDERA PRAU
http://slidepdf.com/reader/full/kaldera-prau 8/16
1. Episoda Pertama (Formasi Pra Kaldera)
Produk piroklastika Rogojembangan (Djimat) menutupi daerah utara dan selatan komplek,
kemungkinan terbentuk pada Kuarter bawah (Gunawan, 1968). Kawah Tlerep yang terdapat
pada batas timur memperlihat terbuka kearah selatan membentuk struktur dome berkomposisihornblende andesit. Krater vulkanik Prau terletak kearah utara dari Tlerep.Setengah dari
kawah bagian barat membentuk struktur kaldera. Prau vulkanik menghasilkan endapan
piroklastik dan lava andesit basaltis. Setelah pembentukan Kaldera Prau, mulailah aktivitas-
aktivitas vulkanik pasca kaldera yang pertama, dengan ciri utama letusan terakhir yang bersifat
eksplosif.
2. Episoda Kedua
Episode vulkanik pasca kaldera yang pertama ini menghasilkan Tuf Dieng. Tuf Dieng
terdiri atas abu gunungapi, lapilli, pecahan batuan, dan batuapung dalam matriks lempung.
Kadang kita bisa menjumpai tanah kuno di antara lapisan tuf. Bagian atas satuan ini telah
melapuk menjadi tanah yang sangat porous di beberapa tempat, dan mudah longsor saat
musim hujan.
Beberapa aktivitas vulkanik berkembang didalam kaldera, diantaranya:
G. Bisma, yaitu kawah tua yang terpotong membuka kearah barat, dengan produknya
berupa lava dan jatuhan piroklastik.
G. Seroja memperlihatkan umur lebih muda dengan tingkat erosi selope yang kurang kuat
dibandingkan G.Bisma. Produknya berupa lava berkomposisi andesitis dan endapan
piroklastika.
G.Nagasari, yaitu gunungapi composite, terdapat diantara Dieng-Batur dan berkembang
dari utara ke selatan. G. Palangonan dan Mardada memiliki kawah yang berlokasi kearah
timur dari Nagasari, masih memperlihatkan morfologi muda (bertekstur halus), serta
menghasilkan lava dan endapan piroklastika.
G. Pager Kandang (Sipandu) memiliki kawah pada bagian utara. Solfatara dan fumarola
tersebar sepanjang bagian dalam dan luar kawah dengan suhu 74oC, serta batuan lava
berkomposisi basaltis, yang tersingkap di dinding kawah.
G. Sileri, merupakan kawah preatik yang memperlihatkan aktivitas hydrothermal berupa
8/16/2019 KALDERA PRAU
http://slidepdf.com/reader/full/kaldera-prau 9/16
airpanas dan fumarola. Kawah ini telah aktif sejak dua ratus tahun terahir,
menghasilkan piroklastika jatuhan.
G. Igir Binem, adalah gunungapi strato yang memiliki dua kawah, disebut dengan telaga
warna, yang tingkat aktivitas hidrothermalnya cukup kuat.
Group G. Dringo-Paterangan terletak didalam daerah depresi Batur, terdiri dari kawah
komposite, menghasilkan lava andesitis dan piroklastik jatuahan.
3. Episoda Ketiga (Formasi Pasca Kaldera)
Selepas episode sebelumnya yang meledak-ledak, Kawasan Dieng selanjutnya diwarnai oleh
aktivitas-aktivitas kegunungapian yang lebih tenang. Rangkaian aktivitas-aktivitas gunungapi
tersebut menghasilkan lava andesit, latit, dan dasit yang ditutupi oleh lapisan debu dan abu
vulkanik setebal 1 hingga 1,5 meter. Untuk membedakannya dari episode sebelumnya,
rangkaian aktivitas gunungapi tersebut dinamai “Episode Vulkanik Pasca Kaldera yang Kedua”.
Episode vulkanik pasca kaldera yang kedua ini membangun kerucut-kerucut gunungapi berikut:
1. Gunung Kendil,
2. Gunung Watusumbul
3. Gunung Pakuwojo,
4. Gunung Prambanan,
5. Gunung Sikunir.
Dalam episode vulkanik pasca kaldera yang kedua ini, Gunung Kendil diperkirakan
merupakan yang pertama terbentuk. Setelah Gunung Kendil, kemudian dibangunlah kerucut
Gunung Watusumbul. Setelah Gunung Watusumbul, kemudian berturut-turut dibangun kerucut
Gunung Pakuwojo, Gunung Prambanan, dan yang terakhir, Gunung Sikunir. Ada kemungkinan
setiap kerucut gunungapi tersebut meletus lebih dari sekali; contoh yang paling kentara dapat
dilihat pada Gunung Kendil dan Gunung Pakuwojo. Lava Gunung Kendil dari rangkaian
8/16/2019 KALDERA PRAU
http://slidepdf.com/reader/full/kaldera-prau 10/16
letusannya yang tertua bersifat andesitik dan mengalir ke timur serta ke utara hingga memasuki
Telaga Warna, sementara lavanya yang terakhir (dikeluarkan sekitar tahun 6590 SM) bersifat
dasitik dan mengalir 3,5 km ke barat. Sebagaimana Gunung Kendil, lava dari letusan-letusan
Gunung Pakuwojo yang tertua juga bersifat andesitik, namun lavanya yang terakhir bersifat
lebih asam dan membeku menjadi batu latit berkuarsa (Zen, 1971, Sukhyar et al., 1986, dan
Boedihardi et al., 1991).
Lava dari episode vulkanik pasca kaldera yang kedua ini mengalir secara tidak merata.
Daerah-daerah lembah yang jalur aliran airnya terbendung oleh lava berubah menjadi cekungan.
Karena curah hujan di Dieng cukup tinggi (melebihi 3000 mm per tahun) maka cekungan
tersebut dengan segera terisi oleh air dan menjadi danau. Ada dua buah danau yang terbentuk
lewat mekanisme ini, yaitu Telaga Cebong dan Telaga Balekambang. Umur Telaga Cebong
lebih tua dibanding Telaga Balekambang; Sajekti (2009) menemukan sedimen yang berasal dari
abad 17 SM di sebelah barat Telaga Cebong, sementara itu sedimen tertua di Telaga
Balekambang berasal dari masa yang tidak lebih tua dari abad ke-5 M (Pudjoarinto, 2001)
E. Riwayat Geologi Dieng Sebelum Letusan Gunungapi Prahu
Seluruh endapan vulkanik Dieng dari Zaman Kuarter yang terbentuk sebelum letusan
Gunung Prahu secara kolektif disebut “Satuan Vulkanik Jembangan Timur”. Satuan vulkanik
ini terdiri atas breksi aliran, piroklastik, lahar, aluvium, dan lava yang bersifat andesitik. Di
beberapa tempat, kita dapat menemui batuan basalt olivin dalam satuan vulkanik Jembangan
Timur. Kerucut-kerucut gunungapi yang menghasilkan satuan ini antara lain adalah Gunung
Ngesong, Gunung Alang, Gunung Pengamun-amun, dan Gunung Kemulan.
8/16/2019 KALDERA PRAU
http://slidepdf.com/reader/full/kaldera-prau 11/16
Gambar 6. Gunung Kemulan
Di sebelah selatan Kawasan Dieng, Satuan Vulkanik Jembangan Timur ini
menindih sebuah satuan geologi berumur Pliosen Akhir hingga Pleistosen Awal. Satuan ini
terdiri atas breksi vulkanik berfragmen andesit, lava andesit hornblenda, dan tuff. Condon
et al. (1996)
Menamai satuan tersebut sebagai Anggota Breksi Formasi Ligung. Secara regional,
satuan ini merupakan bagian atas dari Formasi Ligung.
Formasi Kalibiuk adalah alas dari Satuan Vulkanik Jembangan Timur di sebelah barat
dan utara Kawasan Dieng. Batuan-batuan penyusun Formasi Kalibiuk ini adalah napal dan
batulempung dengan sisipan tuf pasiran di bagian atas formasi. Napal dan batulempung
berwarna kelabu kebiruan, banyak fosil moluska dari Kala Pliosen yang ditemukan oleh
Oostingh (1935) di sini. Lingkungan pengendapan Formasi Kalibiuk adalah zona pasang-surut
(Condon et al., 1996). Karena memiliki kesamaan litologi dan umur fosil, Formasi Kalibiuk ini
berkorelasi dengan satuan Lapisan Marin pada peta geologi lembar Semarang yang dibuat oleh
8/16/2019 KALDERA PRAU
http://slidepdf.com/reader/full/kaldera-prau 12/16
Thaden et al., (1975).
Bagian bawah dari Formasi Kalibiuk menjemari dengan suatu satuan geologi yang
terdiri atas breksi vulkanik bersifat andesitik dan batupasir tufan. Satuan tersebut berasal dari
Kala Pliosen dan diberi nama Anggota Breksi Formasi Tapak. Dalam satuan ini, breksi vulkanik
dipotong oleh urat-urat kalsit, sementara itu fosil tumbuhan dapat ditemui di dalam batupasir
tufan. Anggota Breksi Formasi Tapak ini dapat dikorelasikan dengan Formasi Peniron yang
tersingkap di sebelah selatan Kali Serayu (Condon et al., 1996).
8/16/2019 KALDERA PRAU
http://slidepdf.com/reader/full/kaldera-prau 13/16
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. 2006. Gunung Api.
Kementrian Energi Dan Sumber Daya Mineral Badan Geologi PVMBG
Anonim, 2011, Sejarah Plateau Dieng,http://rizkasuperlife.blogspot.co.id/2011/02/sejarah-plateau-dieng.html, diakses 8
Mei 2016
Rovicky, 2011, Kompleks Gunungapi Dieng.https://rovicky.wordpress.com/2011/05/30/kompleks-gunung-dieng-gunung-tua-
yang-sedang-bergolak/, diakses 8 Mei 2016
https://id.wikipedia.org/wiki/Dieng
8/16/2019 KALDERA PRAU
http://slidepdf.com/reader/full/kaldera-prau 14/16
8/16/2019 KALDERA PRAU
http://slidepdf.com/reader/full/kaldera-prau 15/16
8/16/2019 KALDERA PRAU
http://slidepdf.com/reader/full/kaldera-prau 16/16