Kajian Pustaksa UPI Fasilitas Belajar

14
8 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Fasilitas Belajar Siswa Untuk mengemukakan pengertian tentang fasilitas, penulis dapat sajikan beberapa batasan dari para ahli. Menurut Zakiah Daradjat di dalam Arianto Sam (2008) “fasilitas adalah segala sesuatu yang dapat mempermudah upaya dan memperlancar kerja dalam rangka mencapai suatu tujuan. Sedangkan menurut Suryo Subroto di dalam Arianto Sam (2008) “ fasilitas adalah segala sesuatu yang dapat memudahkan dan memperlancar pelaksanaan suatu usaha dapat berupa benda-benda maupun uang. Lebih luas lagi tentang pengertian fasilitas Arikunto di dalam Arianto Sam (2008) berpendapat, “fasilitas dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat memudahkan dan memperlancar pelaksanaan segala sesuatu usaha. Adapun yang dapat memudahkan dan melancarkan usah ini dapat berupa benda-benda maupun uang, jadi dalam hal ini fasilitas dapat disamakan dengan sarana yang ada di sekolah. Dari beberapa pendapat yang dirumuskan oleh para ahli mengenai pengertian fasilitas dapat dirumuskan bahwa fasilitas dalam dunia pendidikan berarti segala sesuatu yang bersifat fisik maupun material, yang dapat memudahkan terselenggaranya dalam proses belajar mengajar, misalnya dengan tersedianya tempat perlengkapan belajar di kelas, alat-alat peraga pengajaran,

description

kajian pustaka

Transcript of Kajian Pustaksa UPI Fasilitas Belajar

  • 8

    BAB II

    KAJIAN TEORI

    2.1 Pengertian Fasilitas Belajar Siswa

    Untuk mengemukakan pengertian tentang fasilitas, penulis dapat sajikan

    beberapa batasan dari para ahli. Menurut Zakiah Daradjat di dalam Arianto Sam

    (2008) fasilitas adalah segala sesuatu yang dapat mempermudah upaya dan

    memperlancar kerja dalam rangka mencapai suatu tujuan.

    Sedangkan menurut Suryo Subroto di dalam Arianto Sam (2008) fasilitas

    adalah segala sesuatu yang dapat memudahkan dan memperlancar pelaksanaan

    suatu usaha dapat berupa benda-benda maupun uang. Lebih luas lagi tentang

    pengertian fasilitas Arikunto di dalam Arianto Sam (2008) berpendapat, fasilitas

    dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat memudahkan dan memperlancar

    pelaksanaan segala sesuatu usaha. Adapun yang dapat memudahkan dan

    melancarkan usah ini dapat berupa benda-benda maupun uang, jadi dalam hal ini

    fasilitas dapat disamakan dengan sarana yang ada di sekolah.

    Dari beberapa pendapat yang dirumuskan oleh para ahli mengenai

    pengertian fasilitas dapat dirumuskan bahwa fasilitas dalam dunia pendidikan

    berarti segala sesuatu yang bersifat fisik maupun material, yang dapat

    memudahkan terselenggaranya dalam proses belajar mengajar, misalnya dengan

    tersedianya tempat perlengkapan belajar di kelas, alat-alat peraga pengajaran,

  • 9

    buku pelajaran, perpustakaan, berbagai perlengkapan pratikum loboratorium dan

    segala sesuatu yang menunjang terlaksananya proses belajar mengajar.

    Adapun yang dimaksud belajar menurut Wasty Soemanto di dalam Arianto

    Sam (2008) adalah proses dasar dari perkembangan hidup manusia, dengan

    belajar manusia melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu sehingga

    tingkah lakunya berkembang. Sedangkan menurut Slameto di dalam Arianto sam

    (2008) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk

    memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai

    hasil pengalaman individu itu sendiri yang berinteraksi dengan lingkungannya.

    Dari definisi-definisi belajar yang dikemukakan oleh para ahli di atas dapat

    disimpulkan bahwa belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan sengaja

    untuk memperoleh perubahan baik berupa pengalaman. Tingkah laku maupun

    keterampilan.

    Adapun yang dimaksud dengan fasilitas belajar adalah semua kebutuhan

    yang diperlukan oleh peserta didik dalam rangka untuk memudahkan,

    melancarkan dan menunjang dalam kegiatan belajar di sekolah maupun di rumah.

    Supaya lebih efektif dan efisien yang nantinya peserta didik dapat belajar dengan

    maksimal dan hasil belajar yang memuaskan.

    2.2 Tinjauan Fasilitas Sebagai Sarana Dan Prasaran

    Fasilitas belajar identik dengan sarana prasarana pendidikan. Peraturan

    Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Bab VII

  • 10

    Standar Sarana dan Prasarana, pasal 42 di dalam Prantiya (2008) menegaskan

    bahwa (1) Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot,

    peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan

    habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses

    pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan, (2) Setiap satuan pendidikan wajib

    memiliki prasarana yang meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan

    pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang

    laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi

    daya dan jasa, tempat olahraga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat

    berkreasi, dan ruang/tempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses

    pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.

    Mulyasa di dalam Prantiya (2008) menyatakan bahwa, yang dimaksud

    dengan sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara

    langsung dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khususnya proses

    belajar mengajar, seperti gedung, ruang kelas, meja, kursi, serta alat-alat dan

    media pengajaran. Adapun yang dimaksud dengan prasarana pendidikan adalah

    fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan atau

    pengajaran, seperti halaman, kebun, taman sekolah, jalan menuju sekolah, tetapi

    jika dimanfaatkan secara langsung untuk proses belajar mengajar, seperti halaman

    sekolah sebagai lapangan olahraga, komponen tersebut merupakan sarana

    pendidikan.

    Ciri utama dari kegiatan pembelajaran adalah adanya interaksi. lnteraksi

    yang terjadi antara si belajar dengan lingkungan belajarnya, baik itu dengan guru,

  • 11

    teman temannya, tutor, media pembelajaran, dan atau sumber-sumber belajar yang

    lain komponen pembelajaran itu sendiri. Dimana di dalam pembelajaran akan

    terdapat komponen-komponen sebagai berikut; tujuan, materi/bahan ajar, metode

    dan media, evaluasi, anak didik/siswa, dan adanya pendidik/guru di dalam

    Prantiya (2008). Komponen Pembelajaran.

    2.3 Tinjauan Terhadap Kelengkapan Fasilitas Belajar Siswa

    Fasilitas belajar yang tersedia dapat mempengaruhi proses dan hasil

    belajar yang erat kaitannya dengan belajar teori. Kelengkapan fasilitas belajar

    dapat diartikan ketersediaan dari segala sesuatu (benda) yang di miliki siswa dan

    dapat menunjang (baik secara langsung maupun tidak langsung) dalam proses

    belajar. Kelengkapan fasilitas belajar termasuk salah satu faktor non sosial (faktor

    eksternal). Sukardi (2003:51) menjelaskan bahwa faktor-faktor non sosial dalam

    belajar adalah keadaan udara, cuaca, waktu (pagi, siang, dan malam), hari/letak

    gedungnya, alat-alat yang dipakai untuk belajar.

    Kurangnya kelengkapan fasilitas belajar merupakan faktor yang

    menyebabkan hambatan-hambatan dalam belajar. Sebaliknya dengan adanya

    kelengkapan fasilitas belajar yang memadai, baik di rumah maupun di sekolah

    akan menunjang tercapainya hasil belajar yang baik.

    Surya (1979:80) mengemukakan bahwa ketersediaan fasilitas belajar yang

    memadai akan dapat tercapai hasil belajar yang lebih efisien dibandingkan dengan

    keadaan fasilitas belajar yang kurang memadai. Dari uraian di atas dapat

  • 12

    disimpulkan bahwa betapa pentingnya kelengkapan fasilitas belajar untuk

    merangsang proses belajar mengajar.

    Penelitian menjelaskan bahwa fasilitas belajar yang dimiliki siswa di

    rumah yang merangsang motivasi siswa dalam belajar dan penyelesaian tugas-

    tugas menggambar teknik adalah sebagai berikut :

    1) Ruang Belajar

    Untuk mewadahi aktivitas siswa di rumah dalam menyelesaikan tugas-

    tugas menggambar teknik maka dibutuhkan ruang belajar yang sesuai dengan

    standar kebutuhan. Selanjutnya Surya (1979:80) menjelaskan :

    Keadaan fisik fasilitas tempat belajar itu berlangsung di sekolah maupun di

    rumah, sangat mempengaruhi efisiensi hasil belajar dengan tenang dan teratur.

    Sebaliknya keadaan lingkungan fisik yang kurang memadai akan mengurangi

    efisiensi hasil belajar. Untuk itu perlu sekali diperhatikan masalah fisik untuk

    belajar ini, misalnya ukuran ruangan, pengaturan cahaya, ventilasi, suasana tempat

    belajar, kelengkapan peralatan yang diperlukan seperti alat-alat tulis, buku-buku

    dan sebagainya.

    Berdasarkan pendapat di atas, maka kelengkapan fasilitas belajar siswa

    khususnya ruangan harus diperhatikan masalah ukuran ruang, pengaturan cahaya,

    ventilasi juga suasana tempat belajarnya.

    2) Peralatan, Alat Tulis dan Alat Gambar

    Dalam rangka bentuk kegiatan belajar mutlak diperlukan peralatan belajar,

    semakin lengkap peralatan belajar itu semakin lancar pula proses belajarnya.

    Menurut Kartono (1985:6) berpendapat bahwa :

  • 13

    Lengkap dan tidaknya peralatan belajar baik yang dimiliki siswa itu sendiri

    maupun yang dimiliki sekolah dapat menimbulkan hasil akibat tertentu terhadap

    motivasi siswa dan hasil belajar siswa. Kekurangan peralatan dalam fasilitas

    belajar dapat membawa akibat negatif antara lain, misalnya murid tidak bisa

    belajar secara baik sehingga sulit diharapkan untuk mencapai prestasi tinggi.

    Selain peralatan belajar yang bersifat umum, siswa juga dituntut untuk

    dapat menggunakan peralatan lain yang bersifat khusus sesuai dengan bidang

    keahliannya.. Dalam penelitian ini peralatan dan alat belajar yang dapat

    merangsang motivasi dalam pembelajaran dan penyelesaian tugas-tugas mata

    pelajaran menggambar teknik diantaranya: rapidograph dengan berbagai ukuran,

    tinta rapidho, perangkat mesin gambar, busur derajat, jangka, sablon huruf/angka,

    mal lingkaran (circle), pensil lunak dan keras dalam berbagai ukuran, alat untuk

    mewarnai dan sebagainya.

    3) Perabotan Belajar

    Menurut Sukardi (2003:46) bahwa dalam hal ini yang disebut dengan

    perabotan belajar adalah meja, kursi, lemari (rak buku), dan buku-buku. Dalam

    penelitian ini, perabotan belajar yang akan dibahas hanya terbatas pada meja

    gambar, kursi belajar dan rak buku yang dimiliki siswa yang menunjang pada

    bidang diklat menggambar teknik, sebagai berikut :

    a. Meja Belajar

    Meja belajar merupakan salah satu kebutuhan terpenting bagi siswa

    dan harus tersedia di ruang belajar. Hampir seluruh aktivitas belajar yang

    utama seperti membaca, menulis, mengetik dilakukan pada meja belajar.

  • 14

    Beberapa persyaratan yang perlu diperhatikan didalam pemilihan atau

    penyediaan meja belajar, diantaranya permukaan meja belajar dianjurkan

    cukup luas serta memadai untuk dipakai aktivitas belajar, permukaannya rata,

    tidak berwarna gelap atau terlalu mengkilap. Minimal luas permukaan meja

    belajar 70 cm 120 cm atau disesuaikan dengan skala tinggi badan siswa itu

    sendiri.

    b. Meja Gambar

    Selain itu, bagi siswa diperlukan meja gambar karena tanpa meja

    gambar siswa tidak dapat menggambar dengan leluasa. Papan gambar yang

    baik mempunyai permukaan yang rata, tidak melengkung. Papan tersebut dari

    kayu yang yang tidak terlalu keras, misalnya kayu pinus ( tua dan kering

    udara). Sambungan dari papannya rapat tidak berongga, bila permuakaannya

    diraba tidak terasa adanya sambungan atau tonjolan. Meja gambar yang

    diperlukan untuk menggambar harus dapat diatur kemiringannya dan

    dilengkapi degan mesin gambarnya. Mesin gambar ini sangat penting, karena

    akan memudahkan dan mempercepat dalam menggambar dengan hasil yang

    lebih baik dan rapi.

    c. Kursi Belajar dan Kursi Gambar

    Kursi belajar ataupun kursi gambar harus diusahakan sebagai tempat

    duduk yang enak untuk belajar dan tingginya dapat disesuaikan dengan tinggi

    meja belajar dan meja gambar, sehingga terasa nyaman untuk menulis dan

    menggambar.

  • 15

    2.4 Tinjauan Terhadap Motivasi Belajar Siswa

    Berbicara motivasi tidak terlepas dari kata motif. Secara morfologi, kamus

    Besar Bahasa Indonesia memberikan pengertian motif dan motivasi sebagai

    berkut:

    Motif adalah kata benda yang artinya pendorong, sedangkan motivasi adalah kata

    kerja yang artinya mendorong. Untuk lebih jelasnya akan dikemukakan pengertian

    motif dan motivasi yang dikemukakan oleh para ahli.

    Syaodih di dalam Riduwan (2004:200) membedakan pengertian motif dan

    motivasi sebagai berikut:

    Motif merupakan suatu tenaga yang mendorong atau menggerakan individu untuk bertindak mencapai tujuan dan motivasi merupakan suatu kondisi yang tercipta atau diciptakan sehingga membangkitkan atau memperbesar motif pada seseorang.

    Sardiman di dalam Riduwan (2004:200) mengemukakan:

    Motif adalah upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam diri dan di alam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk mencapaui suatu tujuan. Motif juga dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Sedangkan motivasi dapat juga dikatakan sebagai serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu.

    Dari beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa motif dapat

    diartikan sebagai daya upaya yang mendorong atau kekuatan dari dalam individu

    untuk melakukan sesuatu sedangkan motivasi adalah dorongan atau kekuatan dari

    dalam diri individu untuk melakukan sesuatu tujuan tertentu.

    Sementara untuk pengertian motivasi belajar. Berikut ini pendapat

    beberapa ahli mengenai motivasi belajar. Winkel di dalam Riduwan (2004:200)

    mengemukakan bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di

  • 16

    dalam diri siswa untuk menimbulkan kegiatan belajar dan memberikan arah pada

    kegiatan belajar itu, maka tujuan yang dikehendaki siswa tercapai.

    Sardiman di dalam Riduwan (2004:200) mengatakan bahwa :

    Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberi arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.

    Prayitno di dalam Riduwan (2004:200) menyatakan bahwa motivasi

    belajar tidak saja merupakan suatu energi yang menggerakan siswa untuk belajar,

    tetapi juga sebagai suatu yang mengarahkan aktivitas siswa kepada tujuan belajar.

    Lebih lanjut, Marx & Tombuch (Prayitno) di dalam Riduwan (2004:200)

    mengumpamakan motivasi sebagai bahan bakar dalam beroperasinya mesin

    gasoline. Tidaklah menjadi berarti betapun baiknya potensi anak yang meliputi

    kemampuan intelektual atau bakat siswa dan materi yang akan diajarkan serta

    lengkapnya sarana belajar, namun bila siswa tidak termotivasi dalam belajarnya,

    maka PBM tidak akan berlangsung optimal.

    Menurut Surya (1979:32), bahwa belajar hanya terjadi pada kondisi-

    kondisi tertentu, yaitu :

    1. Harus ada pelajaran potensial yang terdorong karena adanya suatu kebutuhan,

    keinginan dan minat yang tidak terpenuhi.

    2. Harus ada situasi yang memungkinkan siswa dapat melihat keadaan situasi

    untuk memuaskan dorongannya.

    3. Siswa harus memiliki motivasi yang cukup kuat sehingga ia akan berusaha

    untuk memanipulasi situasi dalam mencapai tujuan.

  • 17

    Adapun bentuk motivasi belajar dibedakan menjadi dua macam, yaitu :

    a. Motivasi Intrinsik

    b. Motivasi Ekstrinsik

    1. Motivasi Intrinsik

    Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri

    siswa sendiri yang dapat mendorong melakukan tindakan belajar. Unsur

    terpenting dalam motivasi intrinsik adalah adanya hasrat ingin tahu seseorang

    terhadap sesuatu dan ingin mencapai tujuan tertentu yang memuaskan dirinya.

    Seorang siswa berusaha berusaha mencapai prestasi belajar sebaik mungkin

    karena ia ingin belajar. Siswa seperti ini tidak perlu memerlukan insentif yang lain

    untuk melakukan aktivitas belajar, karena tujuan utamanya adalah mendapatkan

    pengetahuan, pengertian, pengalaman, dan pengembangan diri.

    2. Motivasi Ekstrinsik

    Motivasi ekstrinsik adalah hal atau keadaan yang datang dari luar individu

    siswa, yang mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar. Seorang siswa

    didorong untuk berprestasi belajar yang baik karena ada faktor luar yang

    mempengaruhinya. Ada pula yang berprestasi karena ingin mendapatkan

    penghargaan, ketenaran dan lain sebagainya. Motivasi seperti ini sangat

    dipengaruhi oleh lingkungan tempat siswa itu berinteraksi.

    Sesungguhnya sulit menentukan mana yang lebih baik, motivasi intrinsik

    atau motivasi ektrinsik. Memang yang dikehendaki adalah timbulnya motivasi

    intrinsik pada siswa akan tetapi motivasi ini tidak mudah dan tidak selalu timbul.

    Oleh karena itu pengaruh lingkungan dari luar sangat berpengaruh terhadap timbul

  • 18

    nya motivasi belajar yaitu dengan adanya fasilitas belajar diharapkan dapat

    meningkatkan motivasi belajar siswa.

    Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa

    motivasi belajar adalah dorongan atau kekuatan dari diri siswa yang menimbulkan

    kegiatan serta arah belajar untuk mencapai tujuan yang dikehendaki siswa.

    Dengan demikian motivasi belajar siswa merupakan daya penggerak atau

    dorongan yang ada dalam diri siswa atau faktor dorongan dari luar (lingkungan)

    yang mengarahkan siswa tersebut untuk melakukan suatu kegiatan yang

    berhubungan dengan belajar dan menjamin kelangsungan dari kegiatan belajarnya

    dalam rangka mencapai tujuan.

    Maka yang dimaksud dengan motivasi belajar siswa dalam penelitian ini

    adalah dorongan atau kemauan yang muncul dalam diri siswa untuk melakukan

    aktivitas belajar dengan giat dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan

    sehingga mendapat kepuasan/ganjaran diakhir kegiatan belajarnya dan agar

    kualitas hasil belajar siswa juga memungkinkannya dapat diwujudkan serta

    tercapai tujuannya yaitu memiliki prestasi tinggi di sekolah, memiliki

    pengetahuan, keterampilan maupun pengalaman yang dapat dibanggakan.

    Dari penjelasan diatas motivasi timbul karena adanya rangsangan, baik

    dari dalam diri siswa, maupun dari luar diri siswa. Namun itu dapat mendorong

    berprilaku belajar. Jelaslah bahwa motivasi belajar siswa dapat dibangkitkan oleh

    pengaruh dari luar, misalnya fasilitas belajar. Fasilitas dan lingkungan belajar

    yang tidak menunjang baik yang ada di rumah maupun disekolah turut

    mempengaruhi berkurangnya motivasi dan semangat siswa untuk belajar.

  • 19

    Motivasi mempunyai fungsi yang penting dalam belajar, karena motivasi

    akan menentukan intensitas usaha belajar yang dilakukan siswa. Hawley di dalam

    Riduwan (2004:200) menyatakan bahwa para siswa yang memiliki motivasi

    tinggi, belajarnya lebih baik dibandingkan dengan para siswa yang memiliki

    motivasi rendah. Hal ini dapat dipahami, karena siswa yang memiliki motivasi

    tinggi akan tekun dalam belajar dan terus belajar secara kontinyu tanpa mengenal

    putus asa serta dapat mengesampingkan hal-hal yang dapat mengganggu kegiatan

    belajar yang dilakukannya.

    Sardiman di dalam Riduwan (2004:201) mengemukakan ada tiga fungsi

    motivasi, yaitu:

    1) Mendorong manusia untuk berbuat. Motivasi dalam hal ini merupakan

    motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

    2) Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai,

    dengan demikian motivasi dapat memberi arah dan kegiatan yang harus

    dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.

    3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang

    harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan

    perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

    2.5 Tinjauan Terhadap Menggambar Teknik SMK

    Bidang diklat menggambar teknik memiliki kekhususan dalam bidang

    teknologi bangunan, selain menuntut siswa untuk memiliki kemampuan

    menganalisis bentuk gambar dari beberapa potongan menjadi satu bentuk yang

  • 20

    lebih bermakna, bidang diklat ini juga menuntut siswa untuk bisa membaca

    gambar dari tampak depan, belakang dan samping serta siswa juga harus mampu

    membuat gambar perspektif atau tiga dimensinya. Hal ini bertujuan untuk

    menyiapkan tamatan menjadi tenaga kerja menengah dalam bidang gambar

    bangunan yang mampu bekerja mandiri, memiliki pengetahuan, menguasai

    keterampilan dan sikap profesional serta memiliki kepekaan dalam

    mengembangkan suatu bangunan.

    Didalam belajar siswa dituntut untuk dapat memanfaatkan waktu belajar

    sehingga tujuan pendidikan tercapai, pengerjaan menggambar teknik disesuaikan

    dengan pola belajar siswa yaitu bagaimana siswa mengatur dan melaksanakan

    kegiatan-kegiatan belajarnya. Pola belajar siswa menunjukan apakah siswa

    membuat perencanaan belajar bagaimana mereka melaksanakan dan menilai

    kegiatan belajarnya.

    Untuk melatih keterampilan siswa dalam memindahkan materi pelajaran

    yang diberikan sebelumnya kedalam praktik menggambar, maka siswa diberikan

    tugas-tugas oleh guru bidang diklat yang bersangkutan. Dalam penyelesaiannya

    ada yang dikerjakan di studio gambar sesuai jadwal dan ada pula yang dikerjakan

    di rumah.

    2.6 Anggapan Dasar

    Menurut Surakhmad di dalam (Arikunto, 2002:58) bahwa anggapan dasar

    adalah sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh penyelidik.

  • 21

    Adapun yang menjadi anggapan dasar dalam penelitian ini adalah sebagai

    berikut :

    1. Fasilitas belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kelancaran

    dan keberhasilan proses belajar siswa.

    2. Kelengkapan fasilitas belajar membantu dan mempermudah dalam kegiatan

    belajar, khususnya proses pengerjaan latihan dan tugas mata pelajaran yang

    diberikan guru terhadap siswa.

    3. Motivasi dan kesungguhan siswa dalam pembelajaran sangat tergantung dari

    kelengkapan fasilitas yang memadai, karena motivasi didasarkan atas

    pengaruh rangsangan dari luar dalam mengikuti pembelajaran.

    2.7 Hipotesis

    Menurut Arikunto (2002:64) hipotesis dapat diartikan sebagai suatu

    jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai

    terbukti melalui data yang terkumpul.

    Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah Terdapat hubungan yang

    positif dan signifikan antara kelengkapan fasilitas belajar siswa dengan motivasi

    belajar menggambar teknik siswa SMKN 2 Garut Jurusan Bangunan.