KAJIAN PUSTAKA Umum dann Tata Cara Perpajakan …

23
5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pajak 2.1.1.1 Definisi Pajak Menurut Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dann Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 16 Tahun 2009 pada pasal 1 ayat (1) dinyatakan bahwa pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang- undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Definisi pajak menurut (Mardiasmo,2003:1 ) adalah iuran rakyat kepada kas Negara yang sifatnya dapat dipaksakan karena berdasarkan pada undang-undang dan tidak mendapatkan kontraprestasi individual oleh pemerintah secara langsung dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Pengeluaran umum yang dimaksud adalah kebijaksanaan- kebijaksanaan pemerintah yang diajukan untuk pembangunan masyarakat. Fungsi pajak adalah sebagai sumber dana pemerintah untuk membiayai pengeluaran- pengeluarannya (fungsi budgetair) dan sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan

Transcript of KAJIAN PUSTAKA Umum dann Tata Cara Perpajakan …

Page 1: KAJIAN PUSTAKA Umum dann Tata Cara Perpajakan …

5

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pajak

2.1.1.1 Definisi Pajak

Menurut Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan

Umum dann Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan

Undang-Undang No. 16 Tahun 2009 pada pasal 1 ayat (1) dinyatakan

bahwa pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh

orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-

undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan

digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran

rakyat. Definisi pajak menurut (Mardiasmo,2003:1 ) adalah iuran

rakyat kepada kas Negara yang sifatnya dapat dipaksakan karena

berdasarkan pada undang-undang dan tidak mendapatkan

kontraprestasi individual oleh pemerintah secara langsung dan

digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Pengeluaran umum

yang dimaksud adalah kebijaksanaan- kebijaksanaan pemerintah yang

diajukan untuk pembangunan masyarakat. Fungsi pajak adalah sebagai

sumber dana pemerintah untuk membiayai pengeluaran-

pengeluarannya (fungsi budgetair) dan sebagai alat untuk mengatur

atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan

Page 2: KAJIAN PUSTAKA Umum dann Tata Cara Perpajakan …

6

ekonomi (fungsi reguleraind). Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan

bahwa pajak memiliki unsur-unsur:

1) Iuran dari rakyat kepada Negara

Yang berhak memungut pajak hanyalah Negara. Iuran tersebut

berupa uang (bukan barang)

2) Berdasarkan Undang-Undang

Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang

serta aturan pelaksanaannya.

3) Tanpa jasa timbale atau kontraprestasi dari Negara yang secara

langsung dapat ditunjuk. Dalam pembayaran pajak tidak dapat

ditunjukan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah.

4) Digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara, yakni

pengeluaran-pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas.

2.1.1.2 Fungsi Pajak

Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan

bernegara, khususnya di dalam pelaksanaan pembangunan karena pajak

merupakan sumber pendapatan negara untuk membiayai semua

pengeluaran termasuk pengeluaran pembangunan. Berdasarkan hal di

atas maka pajak mempunyai beberapa fungsi, yaitu:

a) Fungsi anggaran (budgetair)

Page 3: KAJIAN PUSTAKA Umum dann Tata Cara Perpajakan …

7

Sebagai sumber pendapatan negara, pajak berfungsi untuk

membiayai pengeluaran-pengeluaran negara. Untuk menjalankan

tugas-tugas rutin negara dan melaksanakan pembangunan, negara

membutuhkan biaya. Biaya ini dapat diperoleh dari penerimaan pajak.

Dewasa ini pajak digunakan untuk pembiayaan rutin seperti belanja

pegawai, belanja barang, pemeliharaan, dan lain sebagainya. Untuk

pembiayaan pembangunan, uang dikeluarkan dari tabungan

pemerintah, yakni penerimaan dalam negeri dikurangi pengeluaran

rutin. Tabungan pemerintah ini dari tahun ke tahun harus ditingkatkan

sesuai kebutuhan pembiayaan pembangunan yang semakin meningkat

dan ini terutama diharapkan dari sektor pajak.

b) Fungsi mengatur (regulerend)

Pemerintah bisa mengatur pertumbuhan ekonomi melalui

kebijaksanaan pajak. Dengan fungsi mengatur, pajak bisa digunakan

sebagai alat untuk mencapai tujuan. Contohnya dalam rangka

menggiring penanaman modal, baik dalam negeri maupun luar negeri,

diberikan berbagai macam fasilitas keringanan pajak. Dalam rangka

melindungi produksi dalam negeri, pemerintah menetapkan bea masuk

yang tinggi untuk produk luar negeri.

c) Fungsi stabilitas

Page 4: KAJIAN PUSTAKA Umum dann Tata Cara Perpajakan …

8

Dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana untuk

menjalankan kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga

sehingga inflasi dapat dikendalikan, Hal ini bisa dilakukan antara lain

dengan jalan mengatur peredaran uang di masyarakat, pemungutan

pajak, penggunaan pajak yang efektif dan efisien.

d) Fungsi redistribusi pendapatan

Pajak yang sudah dipungut oleh negara akan digunakan untuk

membiayai semua kepentingan umum, termasuk juga untuk membiayai

pembangunan sehingga dapat membuka kesempatan kerja, yang pada

akhirnya akan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.

2.1.1.3 Pajak Penghasiilan

Pajak penghasilan adalah pajak yang dibebankan pada penghasilan

perorangan, perusahaan atau badan hukum lainnya dan pajak

penghasilan dapat diberlakukan secara progresif, proposional atau

regresif. Pajak progresif itu sendiri adalah tarif pemungutan pajak

dengan persentase naik dengan semakin besarnya jumlah yang

digunakan sebagai dasar pengenaan pajak, dan kenaikan persentase

untuk setiap jumlah tertentu setiap kali naik.

Undang-undang No. 7 Tahun 1984 tentang pajak penghasilan

(PPh) berlaku sejak 1 Januari 1984. Undang –undang ini telah beberapa

kali mengalami perubahan dan terakhir kali diubah dengan undang-

Page 5: KAJIAN PUSTAKA Umum dann Tata Cara Perpajakan …

9

undang No. 36 Tahun 2008. Menurut Undang-undang No. 36 Tahun

2008 pada pasal 1, “Pajak penghasilan dikenakan terhadap subjek pajak

atas penghasilan yang diterima atau diperoleh salam tahun pajak”. Oleh

karena itu pajak penghasilan melekat pada subyeknya, sehingga pajak

penghasilan termasuk jenis pajak subyektif. Subyek pajak akan dikenai

pajak apabila dia menerima atau memperoleh penghasilan. Dalam

undang-undang pajak penghasilan, subyek pajak yang menerima atau

memperoleh penghasilan disebut sebagai wajib pajak.

Wajib pajak dikenakan pajak atas penghasilan yang diterima atau

diperoleh selama satu tahun pajak atau dapat pula dikenakan pajak

untuk penghasilan dalam bagian tahun pajak. Apabila tahun pajak tidak

sama dengan tahun takwin karena mengikuti tahun buku, tahun pajak

ditentukan berdasarkan tahun yang memperoleh masa 6 bulan pertama

kali. Misalnya PT. XYZ memilih tahun pajak sesuai dengan tahun

bukunya yang dimulai pada tanggal 1 April dan berakhir pada 31

maret. Dalam hal ini untuk periode 1 April 2013 sampai dengan 31

maret 2014 tahun pajak PT. XYZ termasuk dalam pajak 2013, tahun

buku meliputi lebih dari 6 bulan yaitu 9 bulan.

2.1.2 Pengertian Pendapatan Menurut Akuntansi

Pendapatan merupakan elemen terpenting di dalam operasional

setiap perusahaan, karena dalam melakukan setiap aktivitas usaha,

perusahaan pasti mengharapkan laba yang dipengaruhi oleh pendapatan

dari operasi perusahaan.

Page 6: KAJIAN PUSTAKA Umum dann Tata Cara Perpajakan …

10

Pengertian pendapatan menurut Smith dan Skousen yang

diterjemahkan oleh Zaki Baridwan didalam bukunya “Intermediate

Accounting” mengatakan bahwa :

“Pendapatan adalah arus masuk atau kenaikan-kenaikan lainnya dari nilai

harta satuan usaha atau penghentian hutang-hutangnya (kombinasi dari

keduanya) dalam suatu periode akibat dari penyerahan atau produksi

barang-barang, penyerahan jasa-jasa, atau aktivitas-aktivitas lainnya yang

membentuk operasi-operasi utama atau sentral yang berlanjut terus dari

satuan usaha tersebut”.

Walaupun definisi ini telah menunjukkan sifat atau bentuk atas

barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan dengan yang

diterimanya, tapi tidak menyatakan secara jelas dalam bentuk apa

pendapatan itu dinyatakan dan dilaporkan.

Kesimpulan dalam pernyataan kedua definisi diatas tersebut bahwa

pendapatan adalah pernyataan dengan uang dari jumlah produk atau jasa

yang diberikan oleh suatu perusahaan kepada langganannya dalam jangka

waktu tertentu. Ini berarti bahwa pengakuan pendapatan telah ada

penentuan waktu sebagai hasil pertukaran tersebut, tetapi tidak

menyatakan secara jelas kapan suatu pendapatan dicatat dan diakui.

2.1.3 Pengertian Pendapatan Menurut Undang-Undang

Perpajakan.

Page 7: KAJIAN PUSTAKA Umum dann Tata Cara Perpajakan …

11

Ketentuan pasal 4 dalam Undang-undang perpajakan No. 17 tahun

2000 menyatakan bahwa yang menjadi objek pajak adalah penghasilan

yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomi yang diterima atau diperoleh

wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,

yang dapat dipakai untuk konsumsi atau menambah kekayaan wajib pajak

yang bersangkutan, dengan nama apapun dan dalam bentuk apapun.

Pengertian penghasilan dalam undang-undang ini tidak

memperhatikan adanya penghasilan dari sumber-sumber tertentu, tetapi

pada adanya tambahan kemampuan ekonomis. Tambahan kemampuan

ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak merupakan ukuran

terbaik mengenai kemampuan wajib pajak tersebut untuk ikut bersama-

sama memikul biaya yang diperlukan pemerintah untuk kegiatan rutin dan

pembangunan.

2.1.4 Pengertian Biaya Menurut Akuntansi.

Biaya menurut Smith and Skousen yang diterjemahkan oleh Zaki

Baridwan dalam bukunya yang berjudul “Intermediate Accounting” yaitu

“Biaya adalah arus keluar atau penggunaan harta lainnya atau peningkatan

dari hutang-hutangnya (atau keduanya) dalam suatu periode akibat dari

penyerahan atau produksi barang-barang, penyerahan jasa-jasa atau

pelaksanaan aktivitas-aktivitas lainnya yang membentuk terus dari satuan

usaha tersebut”.

Pengertian biaya menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK

2001) sebagai berikut :

Page 8: KAJIAN PUSTAKA Umum dann Tata Cara Perpajakan …

12

“Biaya (cost) adalah penurunan manfaat ekonomis selama suatu periode

akuntansi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva atau

terjadinya pembagian kepada penanam modal.”

Biaya menurut Suwarjono mengutip “pokok-pokok pikiran Paton

and Littleton” yaitu :

“Pengurangan pendapatan yang berkaitan langsung dengan elemen

persediaan (inventory elements) dan yang dipandang melekat erat pada

produk sering disebut dengan harga pokok penjualan, sedangkan

pendapatan yang kurang langsung berkaitan dengan proses produksi dan

produk fisik disebut biaya”.

Dari ketiga pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa biaya

(cost) dapat mencakup baik kerugian maupun biaya yang timbul dalam

pelaksanaan aktivitas perusahaan yang biasa. Biaya tersebut biasanya

berbentuk arus kas keluar atau berkurangnya aktiva seperti kas (dana

setara kas), persediaan dan aktiva tetap, sehingga dapat mengurangi

pendapatan.

2.1.5 Pengertian Biaya Menurut Undang-Undang Perpajakan.

Berdasarkan Undang-Undang No. 17 Tahun 2000 tentang pajak

penghasilan, yang dimaksud dengan biaya adalah : Biaya untuk

mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan itu, meliputi biaya

pembelian bahan, upah dan gaji karyawan termasuk bonus atau gratifikasi,

honorarium, sewa, bunga, royalti, biaya perjalanan, piutang-piutang yang

Page 9: KAJIAN PUSTAKA Umum dann Tata Cara Perpajakan …

13

tak dapat tertagih, premi asuransi, biaya administrasi dan bunga, biaya

rutin pengolahan limbah dan sebagainya. Sedangkan pengeluaran yang

mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun pembebanannya dilakukan

melalui penyusutan atau amortisasi.

2.1.6 Penyusutan menurut akuntansi.

Depresiasi adalah sebagian perolehan dari aktiva tetap yang secara

sistematis dialokasikan sebagai biaya pada setiap periode akuntansi. Ini

merupakan proses alokasi, bukan penilaian. Beban depresiasi untuk satu

tahun adalah sebagian dari jumlah total beban itu yang dengan sistem

tersebut dialokasikan ke tahun yang bersangkutan. Meskipun didalam

alokasi tersebut di perhitungkan hal-hal yang terjadi selama tahun tersebut,

tidaklah dimaksudkan sebagai suatu alat pengukur terhadap akibat-akibat

dari kejadian tersebut.

Faktor-faktor yang menyebabkan depresiasi, bisa dikelompokkan

menjadi dua, yaitu :

a. Faktor-faktor fisik

Faktor-faktor fisik dikatakan dapat mengurangi fungsi dari aktiva tetap

adalah disebabkan oleh keausan karena dipakai (wear and tear), aus

karena umur (detecrioration) dan karena kerusakan-kerusakan.

b. Faktor-faktor fungsional

Ketidakmampuan aktiva untuk memenuhi kebutuhan produksi,

sehingga perlu diganti dan karena adanya perubahan terhadap barang

Page 10: KAJIAN PUSTAKA Umum dann Tata Cara Perpajakan …

14

dan jasa yang dihasilkan atau karena kemajuan teknologi sehingga

aktiva tersebut tidak ekonomis lagi jika terpakai.

Ada tiga faktor yang dipertimbangkan dalam menentukan beban

depresiasi setiap periode, yaitu :

a. Harga perolehan

b. Nilai sisa (residu)

c. Taksiran umur kegunaan (masa manfaat)

Dari faktor-faktor diatas dapat dihitung biaya depresiasi tiap

tahun. Biaya depresiasi ini merupakan suatu taksiran yang ketelitiannya

sangat tergantung pada ketiga faktor diatas yang akan mempengaruhi

besarnya laba – rugi perusahaan tiap periodenya.

Ada beberapa metode yang digunakan untuk menghitung biaya

penyusutan. Dan untuk dapat memilih salah satu dari banyak metode

tersebut diperhitungkan keadaan-keadaan yang mempengaruhi aktiva

tersebut. Metode-metode itu adalah :

a. Metode garis lurus (straight line method)

b. Metode jam jasa (service hours method)

c. Metode hasil produksi (productive output method)

d. Metode beban berkurang (reducing charge method)

1) Jumlah angka tahun (sum of year digits method)

2) Saldo menurun (declining balance method)

3) Saldo menurun ganda (double declining balance method)

Page 11: KAJIAN PUSTAKA Umum dann Tata Cara Perpajakan …

15

4) Tarif menurun (declining rate on cost method)

2.1.6 Penyusutan menurut Undang-Undang Perpajakan

Kapan dan bagaimana suatu biaya dibebankan dalam suatu periode

mungkin juga berbeda antara ketentuan perpajakan dengan prinsip

akuntansi. Misalnya untuk pembebanan biaya penyusutan, pembebanan

biaya penyusutan untuk tujuan pajak sudah ditentukan didalam Undang-

Undang Perpajakan. Untuk menghitung penyusutan aktiva tetap

dikategorikan a tas beberapa golongan aktiva yang dibagi atas golongan 1,

2, 3, 4 dan golongan bangunan. Golongan bangunan terbagi atas bangunan

yang bersifat permanen dan tidak permanen.

Seperti kita ketahui, dalam akuntansi kita mengenal banyak sekali

metode perhitungan penyusutan yang dapat dipilih dan dijadikan sebagai

perhitungan penyusutan aktiva tetap. Namun didalam peraturan

perpajakan hanya dikenal dan diberlakukan dua macam metode

penyusutan aktiva tetap. Aktiva tetap golongan 1, 2, 3, 4 dapat disusutkan

dengan menggunakan metode saldo menurun (declining balance method)

dan metode garis lurus (straight line method).

Sedangkan aktiva tetap berupa bangunan hanya disusutkan dengan

memakai metode garis lurus (straight line method). Metode penyusutan

tersebut dapat dipilih dan disesuaikan oleh perusahaan sesuai dengan

kebijaksanaan selama ini ditetapkan oleh perusahaan. Namun seandainya

perusahaan tidak menggunakan salah satu dari kedua metode tersebut baik

Page 12: KAJIAN PUSTAKA Umum dann Tata Cara Perpajakan …

16

metode garis lurus atau metode saldo menurun dalam perhitungan

penyusutan aktiva tetapnya maka untuk keperluan perpajakan perusahaan

tetap harus memilih salah satu metode yang berlaku dalam Undang-

Undang Perpajakan, baik itu metode saldo menurun atau metode garis

lurus.

Penggolongan aktiva tetap berwujud berdasarkan Undang-Undang

Perpajakan yang ditetapkan dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan

2.1.7 Koreksi Fiskal

Koreksi fiskal adalah koreksi atau penyesuaian yang harus

dilakukan oleh wajib pajak sebelum menghitung pajak Penghasilan bagi

wajib pajak badan dan wajib pajak orang pribadi (yang menggunakan

pembukuan dalam menghitung penghasilan kena pajak).

Adanya perbedaan yang terjadi antara laba menurut perhitungan

akuntansi dan laba menurut perhitungan pajak, akan menyebabkan harus

dilakukan koreksi fiskal (fiskal correction). Koreksi tersebut dilakukan

terhadap laba akuntansi untuk mendapatkan besarnya pendapatan kena

pajak.

Soemarno dalam bukunya yang berjudul “Akuntansi Suatu Pengantar”

menyatakan sebagai berikut :

“Koreksi fiskal terjadi karena adanya perbedaan konsep, cara pengukuran,

pengakuan pendapatan dan biaya antara ketentuan perpajakan dengan

Page 13: KAJIAN PUSTAKA Umum dann Tata Cara Perpajakan …

17

prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku, sehingga menyebabkan perlunya

koreksi fiskal”.

Koreksi ini dilakukan dengan maksud menyesuaikan laba akuntansi

dengan ketentuan-ketentuan perpajakan sehingga diperoleh laba pajak.

Apabila dalam laporan keuangan yang dibuat berdasarkan prinsip-

prinsip akuntansi yang berlaku sudah sesuai dengan ketentuan perpajakan

yang berlaku. Maka tidak perlu lagi diadakan koreksi fiskal, sehingga pos-

pos dalam perhitungan laba–rugi atas laporan keuangan yang telah

dihitung sudah sesuai dan tidak ada perbedaan-perbedaan baik itu konsep,

cara pengukuran dan pengakuan pendapatan serta biaya dengan peraturan

perpajakan yang berlaku.

Perbedaan yang terjadi tersebut diklasifikasikan menjadi 2, yaitu :

a. Perbedaan waktu

Perbedaan waktu terjadi apabila terdapat item-item dari

pendapatan dan biaya yang diperhitungkan dalam penentuan laba

akuntansi untuk satu periode tetapi diperhitungkan dalam pendapatan atau

laba pajak untuk periode yang berlainan.

b. Perbedaan permanen

Perbedaan permanen terjadi jika ada item-item atau transaksi-

transaksi yang pengaruhnya ikut diperhitungkan dalam penentuan laba

akuntansi tetapi tidak demikian halnya untuk tujuan perpajakan, atau

item-item atau transaksi yang pengaruhnya ikut diperhatikan dalam

Page 14: KAJIAN PUSTAKA Umum dann Tata Cara Perpajakan …

18

penentuan laba kena pajak tetapi tidak demikian halnya untuk tujuan

akuntansi.

koreksi fiskal meliputi pengakuan pendapatan dan biaya yang

dapat berupa koreksi positif dan koreksi negatif.

(1) Koreksi fiskal positif

Koreksi Fiskal Positif adalah koreksi/penyesuian yang akan

mengakibatkan meningkatkan laba kena pajak yang pada akhirnya akan

membuat PPh Badan Terutangnya juga akan meningkat. Koreksi fiskal

positif diantaranya :

a. Biaya yang tidak berkaitan langsung dengan kegiatan usaha

perusahaan untuk mendapatkan menagih, dan memelihara pendapatan.

b. Biaya yang tidak diperkenankan sebagai pengurang PKP.

c. Biaya yang diakui lebih kecil, seperti penyusutan, amortisasi, dan

biaya yang ditangguhkan menurut WP lebih tinggi.

d. Biaya yang didapat dari penghasilan yang bukan merupakan objek

pajak.

e. Biaya yang didapat dari penghasilan yang sudah dikenakan PPh Final.

(2) Koreksi Fiskal Negatif

Koreksi fiskal negatif adalah koreksi/penyesuaian yang akan

mengakibatkan menurunnya laba kena pajak yang membuat PPh badan

terhutangnya juga akan menurun. Koreksi fiskal negatif diantaranya :

Page 15: KAJIAN PUSTAKA Umum dann Tata Cara Perpajakan …

19

a. Biaya yang diakui lebih besar, seperti penyusutan menurut WP lebih

rendah, selisih amortisasi, dan biaya yang ditangguhkan

pengakuannya.

b. Penghasilan yang didapat dari penghasilan yang bukan merupakan

objek pajak,

c. Penghasilan yang didapat dari penghasilan yang sudah dikenakan

PPh Final.

2.1.8 Perbedaan Umum Mengenai Laba Antara Akuntansi dengan

Ketentuan Perpajakan

Pajak mempunyai dua tujuan dasar yang berbeda yaitu sebagai

sumber penerimaan pemerintah dan sebagai alat kebijakan pengaturan

perekonomian. Pajak menjadi sumber penerimaan karena termasuk pos

yang sangat penting, karena hal ini akan berdampak terhadap pendapatan

nasional dan dari sudut mikro, pajak merupakan semacam pembebanan

tidak langsung atas barang publik serta eksternalitas dan dengan demikian

mengarah pada pemerataan dalam masyarakat. Agar sasaran ini dapat

tercapai peraturan perpajakan harus mempunyai karakteristik kualitatif,

yaitu sederhana dan menjamin rasa adil diantara wajib pajak.

Di pihak lain, akuntansi mempunyai tujuan dasar sebagai penyedia

informasi dalam rangka pengambilan keputusan bisnis. Sehubungan

dengan informasi tersebut, maka informasi akuntansi juga harus

Page 16: KAJIAN PUSTAKA Umum dann Tata Cara Perpajakan …

20

mengandung karakteristik kualitatif. Hal ini tercantum dalam SAK 2001

yang secara sederhana disebutkan 4 karakteristik pokok yaitu : dapat

dipahami, relevan, keandalan dan dapat diperbandingkan.

Dengan demikian, kita dapat melihat bahwa peraturan perpajakan

dengan prinsip akuntansi mempunyai tujuan dan karakteristik yang

berbeda akan tetapi, keduanya harus diterapkan pada perusahaan secara

serempak dalam mengukur pendapatan dan beban.

Walaupun adanya perbedaan yang mendasari perhitungan laba

rugi, terdapat lampu hijau dalam SAK 2001 untuk mengikuti peraturan

perpajakan baik dalam rangka pengakuan pendapatan dan beban maupun

dalam menghitung beban pajak itu sendiri. Hal ini tercantum dalam SAK

(pengungkapan pajak penghasilan serta pengklasifikasiannya secara

tersendiri).

Kutipan pertama, meskipun berbicara tentang perubahan dalam

rangka pengakuan pendapatan dan beban, sesungguhnya sejalan dengan

kutipan kedua. Sekiranya peraturan perpajakan bisa dijadikan dasar untuk

mengakui pendapatan dan beban, maka dengan sendirinya jumlah pajak

penghasilan dalam perhitungan laba rugi akan dihitung berdasarkan laba

kena pajak

2.1.9 Langkah Koreksi Terhadap Laporan Keuangan

Menyadari akan sifat dan keterbatasan dari laporan keuangan,

untuk menentukan besarnya perolehan laba, pemerintah tidak

Page 17: KAJIAN PUSTAKA Umum dann Tata Cara Perpajakan …

21

mengharuskan wajib pajak menyusun laporan keuangan fiskal, namun

demikian kita juga perlu menyusun laporan keuangan yang sudah

dimodifikasi sesuai dengan ketentuan perpajakan.

Masalah akuntansi yang menyebabkan timbulnya koreksi fiskal

adalah menentukan besarnya laba sebelum pajak sebagai dasar

perhitungan pajak terutang pada periode tertentu. Laba perusahaan

ditetapkan berdasarkan prinsip-prinsip akuntansi yang bertujuan

memberikan informasi keuangan yang berguna tentang hasil operasional

usaha perusahaan. Sedangkan laba pajak ditetapkan berdasarkan metode

dan prosedur yang ditetapkan perpajakan untuk memberikan informasi

dalam menentukan besarnya pajak terutang yang harus disetorkan kepada

kas negara

Perbedaan-perbedaaan utama antara laba atau penghasilan kena pajak dan

dihitung berdasarkan prinsip akuntansi dapat diklasifikasikan dalam:

(1) Perbedaaan Waktu

Dalam hal praktek, perbedaan waktu tersebut dapat terjadi dalam hal-hal

berikut ini :

a. Biaya-biaya untuk menghitung PKP dikurangkan lebih awal daripada

pengurangan dalam menentukan laba sebelum pajak untuk tujuan

komersial. Maksudnya adalah beban tersebut telah diakui pada

periode berjalan menurut fiskus, tetapi baru diakui pada periode

selanjutnya menurut akuntansi.

Page 18: KAJIAN PUSTAKA Umum dann Tata Cara Perpajakan …

22

b. Penghasilan untuk menghitung PKP dihitung lebih lambat daripada

perhitungan laba sebelum pajak untuk tujuan komersial. Maksudnya

adalah pendapatan yang telah diakui menurut akuntansi pada tahun

berjalan, tetapi baru dicatat sebagai pendapatan pada tahun berjalan,

dan baru dicatat sebagai pendapatan menurut fiskus pada periode

selanjutnya

c. Penghasilan untuk menghitung PKP dihitung lebih awal daripada

penghitungan laba sebelum pajak untuk tujuan komersial. Maksudnya

adalah pendapatan yang telah diakui sebagai pendapatan pada periode

berjalan menurut fiskus, tetapi baru diakui pada periode berikut

menurut akuntansi

(2) Perbedaan Tetap

Perbedaan tetap disebabkan karena adanya ketentuan fiskal yang

menyatakan bahwa pendapatan dan biaya tertentu tidak diperkenankan

dalam penghitungan PKP. Perbedaan tetap dapat mempengaruhi salah

satu dari laporan keuangan tersebut, baik laporan keuangan yang disusun

berdasarkan prinsip akuntansi maupun laporan keuangan yang disusun

berdasarkan ketentuan perpajakan. Contohnya adalah :

a) Biaya entertainment

b) Pemberian kenikmatan dalam bentuk natural

c) Sumbangan dan lain-lain

Page 19: KAJIAN PUSTAKA Umum dann Tata Cara Perpajakan …

23

Jadi perbedaan ini timbul karena adanya pembebanan atau

pengkreditan langsung untuk suatu item ke laporan laba ditahan atau laba

atau rugi akibat transaksi yang sifatnya luar biasa yang sebenarnya

menurut aturan perpajakan termasuk dalam penghitungan laba kena pajak

Uraian diatas dapat diartikan sebagai berikut :

a. Perbedaan timbul karena adanya ketentuan-ketentuan dan pembatasan-

pembatasan khusus dalam ketentuan perpajakan yang didasarkan kepada

pertimbangan kepentingan ekonomi, politik dan administrasi yang tidak

dapat dikaitkan dengan perhitungan laba akuntansi

b. Perbedaaan yang timbul sebagai akibat pembebanan atau pengkreditan

langsung terhadap laba yang ditahan atau pada extraordinary gains or

losses yang dimasukkan dalam perhitungan PKP

Perbedaan yang timbul dari laba perpajakan dan laba pembukuan

atau akuntansi dapat bersifat permanen atau sementara. Perbedaan

permanen dapat ditimbulkan dari :

1. Akun - akun yang dimasukkan kedalam perhitungan laba kena pajak,

tetapi tidak pernah diakui untuk tujuan akuntansi

2. Akun - akun yang diakui untuk tujuan akuntansi, tetapi tidak pernah

dimasukkan dalam penghitungan laba kena pajak

Perbedaaan temporer atau sementara timbul akibat pos-pos

pendapatan dan beban diakui untuk tujuan akuntansi dalam periode sebe

lum atau sesudah akun – akun tersebut dimasukkan dalam perhitungan

Page 20: KAJIAN PUSTAKA Umum dann Tata Cara Perpajakan …

24

laba kena pajak. Sedangkan perbedaaan sementara ini memerlukan alokasi

pajak antar periode (interperiod tax allocation).

2.1.10 Pajak Penghasilan 25 (PPh Pasal 25)

Berdasarkan UU No 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan,

yang dimaksud dengan Pajak Penghasilan pasal 25 adalah besarnya angsuran

pajak dalam tahun berjalan yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak

untuk setiap bulan adalah sebesar Pajak Penghasilan yang terutang menurut

Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tahun pajak yang lalu

dikurang dengan :

1) Pajak Penghasilan yang dipotong sebagaimana dimaksud dalam pasal 21

dan pasal 23 serta Pajak Penghasilan yang dipungut sebagaimana

dimaksud dalam pasal 22;

2) Pajak Penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri yang boleh

dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam pasal 24; dibagi 12 ( dua

belas) atau banyaknya bulan dalam bagian tahun pajak.

Besarnya angsuran pajak yang harus dibayar sendiri oleh Wajib

Pajak untuk bulan-bulan sebelum Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak

Penghasilan sama dengan besarnya angsuran pajak untuk bulan terakhir

tahun pajak yang lalu. Apabila dalam tahun pajak berjalan diterbitkan

Surat Ketetapan Pajak untuk tahun pajak yang lalu, besarnya angsuran

pajak dihitung kembali berdasarkan Surat Ketetapan Pajak tersebut dan

Page 21: KAJIAN PUSTAKA Umum dann Tata Cara Perpajakan …

25

berlaku mulai bulan berikutnya setelah bulan penerbitan Surat Ketetapan

Pajak.

2.1.11 Tarif Pajak

Tarif Pajak PPh pasal 25 untuk Wajib Pajak badan untuk tahun

pajak 2011 dan 2013 adalah sebagai berikut :

1) Berdasarkan pasal 17 UU No. 36 Tahun 2008 mengatakan bahwa, tarif

Wajib Pajak Badan dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap adalah sebesar

25% (dua puluh lima persen) dikalikan dengan Penghasilan Kena Pajak.

2) Berdasarkan pasal 31 E Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 mengatakan

bahwa, tariff Wajib Pajak Badan dalam negeri dengan peredaran bruto

sampai dengan Rp. 50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah)

mendapat fasilitas berupa pengurangan tariff sebesar 50% (lima puluh

persen) dari tariff sebagaimana dimaksud dalam pasal 17 ayat (1) huruf b

dan ayat (2a) yang dikenakan atas Penghasilan Kena Pajak dari bagian

peredaran bruto sampai dengan Rp. 4.800.000.000,00 (empat miliar

delapan ratus juta rupiah).

3) Untuk keperluan penerapan tariff pajak jumlah Penghasilan Kena Pajak

dibulatkan ke bawah dalam ribuan rupiah penuh.

Penerapan Tarif PPh Badan Tahun 2011 dalam perhitungan PPh terutang :

1) Untuk peredaran bruto sampai dengan Rp. 4.800.000.000,00 tari PPh

Badan dikenakan sebesar 25% x 50% x Pengahsilan Kena Pajak.

Page 22: KAJIAN PUSTAKA Umum dann Tata Cara Perpajakan …

26

2) Untuk peredaran bruto diatas Rp. 4,800.000,000,00 sampai dengan Rp.

50.000.000.000,00 tarif PPh Badan dikenakan sebesar :

a. Bagian peredaran usaha bruto diatas diatas Rp 4.800.000.000,00

sampai dengan Rp 50.000.000.000,00 dikenakan tariff 25 % x

Penghasilan Kena Pajak (Bagian Peredaran Bruto diatas Rp.

4.800.000.000,00 sampai dengan Rp 50.000.000.000,00).

b. Untuk peredaran Usaha Bruto diatas Rp 50.000.000.000,00 tarif PPh

Badan dikenakan sebesar 25% x Penghasilan Kena Pajak.

Tariff pajak badan untuk tahun pajak 2013 dibagi menjadi 2 bagian,

yaitu sebagai berikut:

1) Tariff Pajak PPh Badan untuk Tahun Pajak 2013 berdasarkan pasal 17

dan Pasal 31 E Undang-Undang No. 36

a. Tariff pajak untuk tahun 2013 adalah sebesar 25 % dari

Penghasilan Kena Pajak.

b. Wajib Pajak Badan dalam negeri yang berbentuk perseroan

terbuka yang paling sedikit 40% (empat puluh persen) dari jumlah

keseluruhan saham yang disetor diperdagangkan di bursa efek di

Indonesia dan memenuhi persyaratan tertentu lainnya dapat

memperoleh tariff sebesar 5% lebih rendah dari pada tariff tersebut

yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah

c. Wajib Pajak badan dalam negeri dengan peredaran bruto sampai

dengan Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah) mendapat

fasilitas pengurangan berupa pengurangan tariff sebesar 50% dari

Page 23: KAJIAN PUSTAKA Umum dann Tata Cara Perpajakan …

27

tariff 25% yang dikenakan atas Penghasilan Kena Pajak dari

bagian peredaran bruto sampai dengan Rp. 4.800.000.000,00

(empat miliar delapan ratus juta rupiah).

d. Untuk keperluan penerapan tariff pajak, jumlah penghasilan Kena

Pajak dibulatkan ke bawah dalam ribuan rupiah penuh.

e. Tariff pajak Pasal 17 dan 31 E dikenakan atas Penghasilan Kena

Pajak Wajib Pajak Badan yang telah dikenakan PPh Pasal 4 ayat

(2) berdasarkan PP 46 Tahun 2013.

2) Tariff Pajak PPh Badan untuk tahun pajak 2013 berasarkan PP Nomor

46 Tahun 2013 adalah sebagai berikut :

a. Atas Peredaran bruto bulan juli sampai dengan Desember 2013

dari Wajib Pajak Badan yang mempunyai criteria tertentu

berdasarkan PP Nomor 46 Tahun 2013 dikenakan PPh Final Pasal

4 ayat 2 sebesar 1 % dari peredaran bruto dan bersifat final.