KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Pembelajaran yang ...digilib.unila.ac.id/10774/15/BAB...
-
Upload
nguyenkien -
Category
Documents
-
view
226 -
download
0
Transcript of KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Pembelajaran yang ...digilib.unila.ac.id/10774/15/BAB...
7
BAB IIKAJIAN PUSTAKA
A. Model Pembelajaran
1. Pengertian Model Pembelajaran
Pembelajaran yang diharapkan dalam setiap kegiatan adalah
pembelajaran yang bermakna. Pembelajaran yang bermakna dapat
diciptakan melalui berbagai cara, salah satunya dengan menggunakan model
dan media pembelajaran. Menurut Suprijono (2013: 46), model
pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang
melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman
belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Hanafiah & Suhana (2010: 41) menegaskan bahwa model
pembelajaran merupakan salah satu pendekatan dalam rangka menyiasati
perubahan perilaku siswa secara adaptif maupun generatif. Sejalan dengan
hal itu, Isjoni (2011: 5) mengemukakan perkembangan model pembelajaran
dari waktu ke waktu terus mengalami perubahan. Menurut Arends (Trianto,
2010: 53) terdapat enam macam model pengajaran yang sering dan praktis
digunakan dalam mengajar, antara lain presentasi, pengajaran langsung
(direct instruction), pengajaran konsep, pembelajaran kooperatif, pengajaran
berdasarkan masalah, dan diskusi kelas.
8
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka peneliti menyimpulkan
bahwa model pembelajaran merupakan suatu pendekatan yang digunakan
untuk merubah/menyiasati kebiasaan siswa agar tujuan pembelajaran dapat
tercapai, yang di dalamnya adalah tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap
dalam pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas.
2. Pengertian Model Pembelajaran Cooperative Learning
Beberapa pengertian Cooperative Learning menurut para ahli, antara
lain Slavin (2005: 4) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif
merujuk pada berbagai macam metode pengajaran di mana para siswa
bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama
lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Pendapat tersebut dipertegas
oleh Komalasari (2010: 62) yang mendefinisikan pembelajaran kooperatif
adalah suatu strategi pembelajaran di mana siswa belajar dan bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 2
sampai 5 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen.
Menurut Davidson & Kroll (Andriani, http://repository.upi.edu, 2011)
menyatakan bahwa pengertian pembelajaran kooperatif adalah kegiatan
yang berlangsung di lingkungan belajar siswa dalam kelompok kecil yang
saling berbagi ide-ide dan bekerja secara kolaboratif untuk memecahkan
masalah dalam tugas mereka. Tidak semua kerja kelompok bisa dianggap
Cooperative Learning. Lie (2010: 31) mengungkapkan bahwa untuk
mencapai hasil yang maksimal dalam Cooperative Learning, ada lima unsur
model pembelajaran gotong royong harus diterapkan yaitu:(a) saling
ketergantungan positif, (b) tanggung jawab perseorangan, (c) tatap muka,
9
(d) komunikasi antar anggota, dan (e) evaluasi proses kelompok. Model-
model Cooperative Learning meliputi kepala bernomor (numbered heads
together), tim siswa kelompok prestasi (student teams achievement
divisions), berpikir berpasangan berbagi (think pair and share), jigsaw,
melempar bola salju (snowball throwing), dan dua tinggal dua tamu (two
stay two stray).
Berdasarkan uraian pendapat para ahli di atas peneliti menyimpulkan
bahwa Cooperative Learning adalah suatu model pembelajaran
berkelompok yang terdiri dari 2-5 orang untuk meyelesaikan masalah dalam
tugas yang diberikan guru pada mereka. Di mana untuk mencapai hasil yang
maksimal dalam Cooperative Learning harus menerapkan berbagai hal
seperti, bertanggung jawab, tatap muka, komunikasi antar anggota, serta
evaluasi proses kelompok. Model model cooperative learning ada banyak
dan salah satunya yang peneliti gunakan adalah model cooperative learning
tipe numbered head together (NHT)
B. Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Numbered Head Together
1. Pengertian Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Numbered
Head Together
Komalasari (2010: 62) menjelaskan bahwa NHT merupakan model
pembelajaran di mana setiap siswa di beri nomor dan di buat kelompok
yang kemudian secara acak guru memanggil nomor dari siswa. Selain itu,
pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran
kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk
10
mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk
meningkatkan penguasan akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Kagen
(Ibrahim , 2003: 28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan
yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka
terhdap isi pelajaran tersebut. Sejalan dengan itu( Anita lie, 2003: 63)
menyaatakan bahwa model NHT adalah model yang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan
mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu model ini juga
mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka, dan
model ini bisa digunakan di semua mata pelajaran dan semua tingkatan anak
usia didik.
Selain itu Kagan (Tampubolon, 2014: 94) menyatakan, model
pembelajaran kooperatif NHT atau kepala bernomor merupakan
pengembangan pengembangan pembelajaran tipe TGT. Dengan ciri-ciri
khusus pembelajaran kelompok melalui penyelesaian tugas dengan saling
membagi ide/gagasan. Setiap kelompok harus memastikan bahwa
anggotanya memahami dan menguasai tugas, sehingga semua siswa
memahami konsep secara seksama. Model pembelajaran ini
mengakomodasikan peningkatan intensitas diskusi antar kelompok,
kebersamaan, kolaborasi dan kualitas interaksi dalam kelompok, serta
memudahkan penilaian.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas peneliti menyimpulkan bahwa
pengertian model pembelajaran cooperatif tipe NHT adalah suatu model
yang dapat merangsang siswa untuk berinteraksi dan bekerja sama dalam
11
menyelesaikan tugas dengan saling berbagi ide dan gagasan dengan siswa
yang lain sehingga siswa akan lebih aktif dan dapat memahami
pembelajaran dengan lebih mudah.
2. Manfaat Pembelajaran Kooperatif tipe NHT
Model pembelajaran kooperatif dalam pelaksanaanya di kelas
memiliki manfaat sebagaimana dijelaskan oleh Ibrahim (Hamdayama, 2014:
177) berikut ini:
a) Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas.b) Rasa harga diri menjadi lebih tinggi.c) Penerimaan terhadap perbedaan individu menjadi lebih besar.d) Memperbaiki kehadiran.e) Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil.f) Konflik antar pribadi berkurang.g) Sikap apatis berkurang.h) Pemahaman yang lebih mendalam.i) Motivasi lebih besar.j) Hasil belajar lebih tinggi.k) Meningkatkan kebaikan budi, kepekan, dan toleransi.
3. Kelebihan dan Kekurangan Numbered Head Together (NHT)
Penerapan model pembelajaran model NHT memiliki beberapa
kelebihan dan juga kekurangan. Hal itu sesuai dengan pendapat
Hamdayama (2014:177) yaitu:
a. Melatih siswa untuk dapat bekerja sama dan menghargai pendapat
orang lain
b. Melatih siswa untuk bisa menjadi tutor sebaya.
c. Memupuk rasa kebersamaan.
d. Membuat siswa terbiasa dengan perbedaan.
12
Selain kelebihan, NHT mempunyai beberapa kekurangan yang harus
diwaspadai, hal ini dilakukakan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan dalam pembelajaran, diantaranya:
a. Siswa yang terbiasa dengan cara konvensional akan sedikit kewalahan
b. Guru harus bisa memfasilitasi siswa
c. Tidak semua mendapat giliran.
Sejalan dengan itu, Hamdani (2011: 90), kelebihan dan kelemahan
cooperative learning tipe NHT sebagai berikut.
1) Kelebihan model NHT, yaitu:a) Setiap siswa menjadi aktif semua.b) Siswa dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.c) Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.
2) Kelemahan model NHT, yaitu:a) Kemungkinan nomor yang dipanggil akan dipanggil lagi oleh
guru.b) Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.
Dari pendapat di atas peneliti menyimpulkan bahwa model NHT
mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing namun untuk
mengatasi kekurangan tersebut, guru bisa memberikan pretest untuk
mengetahui kemampuan siswa, dan untuk memfasilitasi siswa, dalam
pelaksanaan NHT, guru harus memberikan fasilitas yang mendukung dari
segi sarana dan prasarana yang akan digunakan dalam pembelajaran
tersebut. Untuk siswa yang belum dipanggil guru dapat memberikan
kesempatan kepada siswa tersebut pada pertemuan berikutnya, dan untuk
mengetahui pemahaman siswa terhadap materi, dapat dilihat melalui hasil
evaluasi yang dilakukan setiap akhir siklus.
13
4. Langkah-langkah Model Pembelajaran NHT
Langkah-langkah pembelajaran NHT kemudian dikembangkan oleh
Ibrahim (Hamdayama, 2014: 176) menjadi enam langkah sebagai berikut.
a. PersiapanGuru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuatSkenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS), yangsesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
b. Pembentukan KelompokPembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajarankooperatif tipe NHT. Guru membagi para siswa menjadi beberapakelompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru memberinomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompokyang berbeda. Penomoran adalah hal yang utama di dalam NHT,dalam tahap ini guru membagi siswa menjadi beberapa kelompokatau tim yang beranggotakan tiga sampai lima orang dan memberisiswa nomor sehingga setiap siswa dalam tim mempunyai nomorberbeda-beda, sesuai dengan jumlah siswa di kelompok. Kelompokyang dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latarbelakang sosial, ras, suku jenis kelamin dan kemampuan belajar.Selain itu, dalam pembentukan kelompok digunakan nilai tes awal(pre-test) sebagai dasar dalam menetukan masing-masingkelompok.
c. Tiap kelompok harus memiiki buku paket atau bukupanduan.Pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku paketatau buku panduan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikanLKS atau masalah yang diberikan guru.
d. Diskusi masalahKerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswasebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok, setiapsiswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkanbahwa tiap orang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telahadadalam LKS atau pertanyan yang telah diberikan oleh guru.Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik sampaiyang bersfat umum.
e. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban.Tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiapkelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan danmenyiapkan jawaban kepada siswa di kelas.
f. Memberi kesimpulanGuru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semuapertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.
14
Sedangkan menurut Kagen (Tampubolon, 2014: 94) menyatakan,
langkah-langkah kegiatan pembelajaran NHT adalah sebagai berikut:
a) siswa dibagi dalam kelompok heterogen, dan setiap siswa dalamsetiap kelompok mendapat nomor
b) Pendidik memberikan tugas kepada masing-masing kelompok(untuk tiap kelompok sama, tapi untuk tiap siswa tidak sama sesuaidengan nomor siswa, dan untuk tiap siswa dengan nomor yangsama mendapat tugas yang sama.)
c) Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikantiap anggota kelompok dapat mengerjakannya.
d) Pendidik memanggil salah satu nomor siswa untukmenjawab/melaporkan hasil kerjasama mereka.
e) Tanggapan dari teman lain, kemudian pendidik menunjuk nomoryang lain (terjadi diskusi kelas).
f) Kuis individual dan buat skor perkembangan tiap siswa.g) Simpulkan dan umumkan hasil kuis serta beri reward.
Dari pendapat di atas peneliti menyimpulkan bahwa langkah-langkah
pembelajaran model NHT adalah mengelompokkan siswa dalam kelompok-
kelompok kecil secara heterogen dan memberi nomor hingga setiap siswa
dalam kelompok memiliki nomor yang berbeda, menjelaskan materi sesuai
dengan rencana pembelajaran, memberikan pertanyaan pada tiap kelompok,
setiap kelompok berdiskusi dan bertukar pikiran tentang tugas yang
diberikan, guru memanggil satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok
dengan nomor yang sama, mempresentasikan hasil diskusi kelompok
mereka, kemudian guru memberikan kesimpulan.
C. Media Pembelajaran
1. Pengertian Media Pembelajaran
Umumnya dalam proses belajar mengajar guru sering menggunakan
media pembelajaan dengan tujuan supaya informasi atau materi yang
disampaikan akan lebih mudah diterima atau dipahami oleh siswa. Heinich,
15
dkk (Hermawan 2007: 3) media merupakan alat saluran komunikasi.
Sedangkan menurut (Asyhar 2012: 3) media pembelajaran dapat dipahami
sebagai segala sesuatu yang dapat menyampaikan atau menyalurkan pesan
dari suatu sumber secara terencana, sehingga terjadi lingkungan belajar
mengajar secara efisien dan efektif.
Berdasarkan pengertian di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa
media pembelajaran adalah suatu media perantara dalam
menyampaikan/menyalurkan pesan atau informasi dari sumber yang
terencana. Bila digunakan dalam proses belajar mengajar di kelas maka
media pembelajaran dapat membantu siswa dalam memahami materi yang
disampaikan sehingga terjadi lingkungan belajar mengajar secara efisien
dan efektif yang dapat menciptakan kondisi kelas yang lebih baik dan
kondusif.
2. Manfaat Media Pembelajaran.
Penggunaan media dalam proses pembelajaran dapat membuat para
siswa lebih tertarik, merasa senang, dan termotivasi untuk belajar, serta
menumbuhkan rasa ingin tahu terhadap sesuatu yang akan dipelajari. Oleh
karena itu, media pembelajaran dapat sangat bermanfaat saat digunakan
dalam proses pembelajaran. Arsyad (2014: 19) menjelaskan bahwa fungsi
utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut
mempengaruhi iklim, kondisi, lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan
oleh guru. Pengaruh tersebut tentunya menjadikan suasana pembelajaran
lebih menarik, aktif, dan menyenangkan bagi siswa.
16
Sejalan dengan itu, Hermawan, dkk. (2007: 12) menyebutkan
manfaaat dari media pembelajaran adalah sebagai berikut:
a. Memungkinkan siswa berinteraksi secara langsung denganlingkungannya
b. Memungkinkan adanya keseragaman pengamatan atau persepsibelajar pada masing-masing siswa.
c. Membangkitkan motivasi siswad. Menyajikan informasi belajar secara konsisten dan dapat diulang
maupun disimpan menurut kebutuhan.e. Menyajikan pesan atau informsi belajar secara serempak bagi
seluruh siswaf. Mengatasi keterbatasan waktu dan ruangg. Mengontrol arah dan kecepatan belajar siswa
Berdasarkan pemaparan teori di atas, peneliti menyimpulkan bahwa
manfaat media pembelajaran yaitu, pembelajaran akan lebih menarik
perhatian siswa sehingga menumbuhkan motivasi belajar, menumbukan rasa
ingi tahu siswa, menjadikan suasana pembelajaran lebih menarik, aktif, dan
menyenangkan bagi siswa.
3. Jenis-jenis Media Pembelajaran
Media pembelajaran dalam penggunaanya dibagi menjdi beberapa
jenis. Asyhar (2012: 44) membagi media pembelajaran menjadi 4 jenis,
yaitu:
a. Media visual, yaitu jenis media yang digunakan hanyamengandalkan indera penglihatan semata mata dari siswa.Misalnya: media visual non proyeksi (benda realita, model, protetifdan grafis) dan media proyeksi (power point dan auto card)
b. Media audio, yaitu jenis media yang digunakan dalam prosespembelajaran dengan hanya melibatkanindera penglihatan siswa.Misalnya: radio, pita, kaset, suara, dan piringan hitam.
c. Media audio-visual, yaitu jenis media yang digunakan dalamkegiatan pembelajaran dengan melibatkan pendengaran danpengelihatan sekaligus dalam satu proses atau kegiatan. Misalnya:video kaset dan film bingkai.
17
d. Multimedia, yaitu media yang melibatkan beberapa jenis media danperalatan secara terintegrasi dalam suatu proses atau kegiatanpembelajaran. Misalnya: tv dan power point.
Sedangkan menurut Sanaky (2011: 50) beberapa jenis media yang
sering digunakan yaitu :
a. Media CetakMedia cetak adalah jenis media yang paling banyak digunakandalam proses belajar. Jenis media ini memiliki bentuk yang sangatbervariasi, mulai dari buku, brosur, leafet, studi guide, jurnal danmajalah ilmiah.
b. Media PameranJenis media yang memiliki bentuk dua atau tiga dimensi Informasiyang dapat dipamerkan dalam media ini, berupa benda-bendasesungguhnya (realia) atau benda reproduksi atau tiruan dari benda-benda asli. Media yang dapat diklasifikasikan kedalam jenis mediapameran yaitu poster, grafis, realia dan model.1) Realia yaitu benda nyata yang dapat dihadirkan diruang kuliah
untuk keperluan proses pembelajaran. Pengajar dapatmenggunakan realia untuk menjelaskan konsep bentuk danmekanisme kerja suatu system misalnya peralatan laboratorium.
2) Model yaitu benda tiruan yang digunakan untukmempersentasikan realitas. model mesin atau benda tertentudapat digunakan untuk menggantikan mesin riil.
c. Media DiproyeksikanMedia yang diproyeksikan juga memiliki bentuk fisik yangbervariasi, yaitu overbead transparasi, slide suara dan film strip.
d. Rekam audioRekaman Audio adalah jenis medium yang sangat tepat untukdigunakan dalam pembelajaran bahasa asing, Al-qur’an, danlatihan-latihan yang bersifat verbal.
e. Video dan VCDVideo dan VCD dapat digunakan sebagai media untuk mempelajariobyek dan mekanisme kerja dalam mata kuliah tertentu. Gambarbergerak yang disertai dengan unsur suara dapat ditayangkanmelalui media verbal atau VCD.
f. KomputerSebagai media pembelajaran, kompurter memiliki kemampuanyang sangat luar biasa dan komputer mampu membuat prosesbelajar mengajar menjadi interaktif.
Berdasarkan pendapat di atas peneliti menyimpulkan bahwa media
pembelajaran mempunyai bermacam-macam jenis yang dapat diterapkan dan
18
digunakan dalam proses pembelajaran di dalam kelas, diantaranya yaitu media
visual, audio, audio-visual, multi media, media realia, model, media
diproyeksikan, dll. Hal ini agar pembelajaran lebih mudah dan dan dapat
berjalan dengan baik dan optimal.
D. Media Realia
1. Pengertian Media Realia
Media Realia adalah benda nyata yang digunakan sebagai bahan atau
sumber belajar. Menurut Sanaky (2011: 50) media realia yaitu benda nyata
yang dapat dihadirkan diruang kuliah atau keperluan proses pembelajaran.
Pengajar dapat menggunakan realia untuk menjelaskan konsep bentuk dan
mekanisme kerja suatu sistem misalnya peralatan laboratorium. Lebih
lanjut, Sanaky (2011: 113) juga menjelaskan beberapa benda yang
digolongkan ke dalam media tiga dimensi antara lain:
a. Kelompok pertama yaitu kelompok benda asli, model atau tiruan
sederhana, mock-up, dan barang contoh atau specimen.
1) Benda AsliBenda Asli merupakan alat yang paling efektif untuk
mengikutsertakan berbagai indera dalam belajar. Hal inidisebabkan benda asli memiliki sifat keasliannya, mempunyaiukuran besar dan kecil, berat, warna dan adakalanya disertaidengan gerak dan bunyi, sehingga memiliki daya tarik sendiri bagipembelajar. Jadi benda asli adalah benda dalam keadaansebenarnya dan seutuhnya.
2) Benda ModelBenda model dapat diartikan sebagai suatu yang dibuat
dengan ukuran tiga dimensi, sehingga menyerupai benda aslinyauntuk menjelaskan hal-hal yang mungkin diperoleh dari bendasebenarnya. Benda asli kemudian dibuat modelnya alam bentukbesar seperti aslinya, atau sangat kecil. Model atau benda tiruantersebut bentuknya harus sama sesuai dengan aslinya, besarnya
19
dapat sama atau lebih kecil atau lebih besar lagi dari aslinya, tetapijangan lupa bentuknya harus selalu sama dengan bentuk aslinya.
3) Alat Tiruan Sederhana(mock-up)Alat tiruan sederhana (mock-up) banyak digunakan dalam
pendidikan teknik dan industri untuk menjelaskan kerjanya bagian-bagian dari sebuah alat atau mesin. Alat tiruan sederhana (mock-up)yang dimaksud adalah tiruan dari benda sebenarnya di manasengaja dipilih bagian-bagian yang memang penting dan yangdiperlukan saja untuk dibuat sesederhana mungkin supaya mudahdipelajari.
b. Kelompok kedua yaitu kelompok diorama dan pameran.
Diorama yaitu sebuah pemandangan tiga dimensi mini yang bertujuan
untuk menggambarkan pemandangan sebenarnya. Menurut Solihatin &
Raharjo (2007: 27) menyatakan bahwa pemanfatan media realia tidak harus
dihadirkan secara nyata dalam ruang kelas, melainkan dapat juga dengan
cara mengajak siswa melihat langsung (observasi) benda nyata tersebut ke
lokasinya. Media realia dapat digunakan pada kegiatan belajar dalam bentuk
sebagaimana adanya, tidak perlu dimodifikasi, tidak ada pengubahan
kecuali dipindahkan dari kondisi lingkungan aslinya. Ciri media realia yang
asli adalah benda yang masih dalam keadaan utuh, dapat dioperasikan
hidup, dalam ukuran yang sebenarnya dan dapat dikenali sebagai wujud
aslinya.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas peneliti menyimpulkan
bahwa media realia adalah suatu benda hidup atau nyata yang dapat
dihadirkan dalam ruang kelas atau perkuliahan sebagai bahan untuk belajar.
Media realia dapat digunakan dalam proses pembelajaran dan digunakan
untuk menjelaskan suatu bentuk benda sesuai materi yang disampaikan.
20
2. Kelebihan dan Kelemahan Media Realia
Penggunaan media dalam pembelajaran tentunya memiliki kelebihan
dan kelemahan yang perlu diperhatikan ketika seorang guru memutuskan
untuk menggunakan media realia dalam proses pembelajaran.
Arsyad (2009: 81), salah satu ciri media pembelajaran yang baik
adalah media yang mengandung dan membawa pesan atau informasi kepada
penerima yaitu siswa. Sebagian media dapat mengolah pesan dan respon
siswa sehingga media itu sering disebut media interaktif. Sejalan dengan itu,
Ibrahim & Syaodih (2003: 119) mengidentifikasi bahwa ada beberapa
kelebihan dan kelemahan dalam menggunakan obyek nyata ini:
a. Kelebihan1) Dapat memberikan kesempatan semaksimal mungkin pada
siswa untuk mempelajari sesuatu ataupun melaksanakan tugas-tugas dalam situasi nyata.
2) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengalami sendirisituasi yang sesungguhnya dan melatih keterampilan merekamenggunakan sebanyak mungkin alat indera.
b. Kelemahan1) Membawa murid-murid ke berbagai tempat di luar sekolah
kadang-kadang mengandung resiko dalam bentuk kecelakaandan sejenisnya.
2) Biaya yang diperlukan untuk mengadakan berbagai obyek nyatakadang-kadang tidak sedikit, apalagi ditambah dengankemungkinan kerusakan dalam menggunakannya. Tidak selaludapat memberikan semua gambaran dari obyek yangsebenarnya, seperti pembesaran, pemotongan, dan gambarbagian demi bagian, sehingga pengajaran harus didukung puladengan media lain.
Berdasarkan pendapat diatas peneliti menyimpulkan bahwa media
realia dapat membantu siswa untuk lebih memahami materi dalam suatu
pembelajaran. Media realia juga memiliki keunggulan, namun juga
21
memiliki- memiliki kelemahan tersendiri yaitu dalam segi biaya yang
diperlukan, karena biaya yang diperlukan terkadang tidak sedikit.
3. Langkah-langkah Penggunaan Media Pembelajaran
Menurut Sarwono (www.m-edukasi.web.id, 2012) ada tiga langkah
yang pokok yang dapat dilakukan yaitu persiapan, pelaksanaan/penyajian,
dan tindak lanjut.
a. PersiapanPersiapan maksudnya kegiatan dari seorang tenaga pengajar
yang akan mengajar dengan menggunakan media pembelajaran.Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan tenaga pengajar padalangkah persiapan diantaranya:1) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran/perkuliahan
sebagaimana bila akan mengajar seperti biasanya. Dalamrencana pelaksanaan pembelajaran/perkuliahan cantumkanmedia yang akan digunakan.
2) Mempelajari buku petunjuk atau bahan penyerta yang telahdisediakan.
3) Menyiapkan dan mengatur peralatan yang akan digunakan agardalam pelaksanaannya nanti tidak terburu-buru dan mencari-carilagi serta siwa dapat melihat dan mendengar dengan baik
b. Pelaksanaan/penyajianTenaga Pengajar pada saat melakukan proses pembelajaran
dengan menggunakan media pembelajaran perlumempertimbangkan seperti:1) Yakinkan bahwa semua media dan peralatan telah lengkap dan
siap untuk digunakan, jelaskan tujuan yang akan dicapai.2) Jelaskan lebih dahulu apa yang harus dilakukan oleh peserta
didik selama proses pembelajaran.3) Hindari kejadian-kejadian yang sekiranya dapat mengganggu
perhatian/konsentrasi, dan ketenangan peserta didik.c. Tindak lanjut
Kegiatan ini perlu dilakukan untuk memantapkanpemahaman peserta didik tentang materi yang dibahas denganmenggunakan media. Disamping itu kegiatan ini dimaksudkanuntuk mengukur efektivitas pembelajaran yang telah dilakukannya.Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan diantaranya diskusi,eksperimen, observasi, latihan dan tes.
Berdasarkan pengertian di atas peneliti menyimpulkan bahwa dalam
menggunakan media pembelajaran harus sesuai dengan langkah-langkah
22
yang tepat, mulai dari perencanaan, pelaksanaan/penyajian, sampai dengan
tindak lanjut sehingga tujuan dalam pembelajaran dapat tecapai.
E. Belajar dan Pembelajaran
1. Belajar
a. Pengertian Belajar
Belajar adalah sebuah proses yang akan terus dialami oleh manusia
sepanjang hidupnya. Perubahan seseorang yang asalnya tidak tahu
menjadi tahu merupakan hasil dari proses belajar.
Belajar menurut pendapat para ahli beraliran kontruktivisme
(Suprijono, 2011: 39) menekankan pada belajar autentik, bukan artifisial.
Belajar autentik adalah proses interaksi seseorang dengan objek yang
dipelajari secara nyata. Belajar bukan sekadar mempelajari teks-teks
(tekstual), yang terpenting adalah bagaimana menghubungkan teks itu
dengan kondisi nyata atau konstekstual.
Rusman (2012: 134) menyatakan bahwa belajar adalah proses
perubahan tingkah laku individu sebagai hasil dari pengalamannya dalam
berinteraksi dengan lingkungan. Belajar bukan hanya sekadar menghafal,
melainkan suatu proses mental yang terjadi dalam diri seseorang.
Selain itu, Saud, dkk. (2006: 3) menyatakan bahwa belajaradalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan padadiri seseorang sebagai hasil dari pengalaman dan latihan.Perubahan sebagai hasil belajar dapat ditimbulkan dalam berbagaibentuk, seperi berubahnya pengetahuan, pemahaman, sikap, dan
23
tingkah laku, kecakapan serta kemampuan. Oleh sebab itu, prosesbelajar adalah proses aktif.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka peneliti
menyimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan seseorang
yang asalnya tidak tahu menjadi tahu sebagai hasil dari proses belajar
individu yang didapatkan karena adanya interaksi dengan segala sesuatu
yang ada di lingkungan sekitar individu. Perubahan yang dialami dapat
berupa perubahan sikap, pengetahuan maupun keterampilan.
b. Pengertian Aktivitas Belajar
Aktivitas merupakan kegiatan yang selalu dilakukan oleh setiap
makhluk hidup. Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 23) menerangkan
bahwa aktivitas adalah keaktifan, kegiatan, sedangkan pada prinsipnya
belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku. Tidak ada
belajar, maka tidak ada aktivitas. Menurut Nasution (Ekaputra,
http://hrstrike.blogspot.com, 2009) bahwa aktivitas adalah asas yang
terpenting, sebab belajar sendiri merupakan suatu kegiatan.
Dierich (Hamalik, 2011: 90-91) membagi kegiatan belajar menjadi
8 kelompok, yaitu: (1) kegiatan-kegiatan visual, (2) kegiatan-kegiatan
lisan (oral), (3) kegiatan-kegiatan mendengarkan, (4) kegiatan-kegiatan
menulis, (5) kegiatan-kegiatan menggambar, (6) kegiatan-kegiatan
metrik, (7) kegiatan-kegiatan mental, dan (8) kegiatan-kegiatan
emosional. Sedangkan menurut Kunandar (2010: 277), aktivitas belajar
adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian, dan
24
aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan
proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, maka peneliti
menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan aktivitas belajar adalah
keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian, dan aktivitas
dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan segenap
rangkaian kegiatan atau aktivitas secara sadar untuk memperoleh
berbagai konsep sebagai hasil belajar siswa. Adapun indikator aktivitas
yang ingin dikembangkan dalam penelitian ini adalah siswa
memperhatikan penyajian materi pembelajaran, mengajukan
pertanyaan/pendapat, diskusi kelompok, mengerjakan tes/LKS,
memecahkan masalah, dan berani dalam mengajukan
pertanyaan/mengemukakan pendapat.
c. Pengertian Hasil Belajar
Kegiatan akhir dalam pembelajaran adalah proses evaluasi yang
bertujuan untuk mengetahui hasil belajar yang telah diperoleh siswa.
Sebelum melaksanakan penilaian, seorang guru harus tahu apa yang
harus dinilai serta bagaimana cara menilainya. Secara sederhana, hasil
belajar merupakan perubahan perilaku anak setelah melalui kegiatan
belajar.
Menurut Sudjana (2012: 22) hasil belajar adalah kemampuan-
kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman
belajarnya. Anak yang berhasil dalam belajar adalah anak yang mencapai
tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional.
25
Susanto (2013: 5) berpendapat bahwa hasil belajar siswa adalah
kemampuan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang
dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah
materi pelajaran tertentu. Maka, untuk mengetahu hasil belajar yang
dipoleh siswa dapat dilakukan serangkaian tes yang dirancang sesuai
dengan kebutuhan pengetahuan yang ingin diketahui.
Menurut Bloom, dkk. (Sudijono, 2011: 20) hasil belajar dapatdikelompokkan ke dalam tiga domain, yaitu afektif, kognitif, danpsikomotor. Setiap domain disusun menjadi beberapa jenjangkemampuan, mulai dari hal yang sederhana sampai dengan halyang kompleks, mulai dari hal yang mudah sampai dengan halyang sukar, dan dari hal yang konkret sampai dengan hal yangabstrak. Dalam konteks evaluasi hasil belajar, maka ketiga domainatau ranah itulah yang harus dijadikan sasaran dalam setiapkegiatan evaluasi hasil belajar.
Anderson (Winarno, 2013: 194) mengemukakan bahwa
karakteristik manusia meliputi cara yang tipikal dari berpikir, berbuat,
dan perasaan. Tipikal berpikir berkaitan dengan ranah kognitif, tipikal
berbuat berkaitan dengan ranah psikomotor, dan tipikal perasaan
berkaitan dengan ranah afektif. Ketiga ranah tersebut merupakan
karakteristik manusia sebagai hasil belajar dalam bidang pendidikan.
Hasil belajar kognitif dan hasil belajar afektif akan menjadi hasil belajar
psikomotor apabila siswa telah menunjukkan perilaku atau perbuatan
tertentu sesuai dengan makna yang terkandung dalam ranah kognitif dan
ranah afektifnya.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat peneliti
menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku secara
keseluruhan yang dikarenakan setelah mengalami pengalaman belajar
26
bukan hanya salah satu aspek perkembangan. Hasil belajar yang
dikategorikan oleh para pakar pendidikan sebagaimana tersebut di atas
tidak dilihat secara fragmentaris atau terpisah, melainkan komprehensif
dari aspek sikap (afektif), intelektual (kognitif), dan keterampilan
(psikomotor)
2. Pengertian Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dilakukan oleh dua orang pelaku, yaitu guru
dan siswa. Perilaku guru adalah mengajar dan perilaku siswa adalah belajar.
Rusman (2012: 3) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah proses
interaksi siswa dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar. Proses pembelajaran perlu direncanakan, dilaksanakan, dinilai, dan
diawasi agar terlaksana secara efektif dan efisien.
Husamah (2013: 34) mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan
upaya membelajarkan siswa dan perancangan pembelajaran merupakan
penataan upaya tersebut agar muncul perilaku belajar. Dalam kondisi yang
ditata dengan baik, strategi yang direncanakan akan memberikan peluang
dicapainya hasil belajar.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa
pembelajaran adalah suatu kegiatan interaksi antara guru, siswa maupun
sumber belajar dengan berbagai metode maupun strategi yang telah
27
direncanakan dan disesuaikan dengan lingkungan sekitar siswa sebagai
upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran.
F. Matematika
1. Pengertian Matematika
Pendidikan matematika penting diberikan kepada siswa disetiap
jenjang pendidikan. Dengan pembelajaran matematika, diharapkan siswa
mampu bertindak dan bertanggung jawab dalam memecahkan masalah
sehari-hari. Suwangsih (2006: 3) matematika berasal dari bahasa Latin
“Mathematika” yang mulanya diambil dari bahasa Yunani “Mathematike”
yang berarti mempelajari.
Suriasumantri (Adjie, 2006: 34) menyatakan bahwa matematika
adalah salah satu alat berpikir, selain bahasa, logika, dan statistika. Sejalan
dengan pendapat di atas, Hudoyo (Aisyah, dkk.2007: 1-1) menyatakan
bahwa matematika berkenaan dengan ide, aturan-aturan, hubungan-
hubungan yang diatur secara logis sehingga matematika berkaitan dengan
konsep-konsep abstrak.
“Soedjadi (Adjie, 2006: 34) memberikan enam definisi ataupengertian tentang matematika, yaitu: (1) matematika adalah cabangilmu pengetahuan eksak dan terorganisir dengan baik, (2) matematikaadalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi, (3) matematikaadalah pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubungan denganbilangan, (4) matematika adalah pengetahuan fakta-fakta kuantitatifdan masalah tentang ruang dan bentuk, (5) matematika adalahpengetahuan tentang struktur-struktur yang logik, dan (6) matematikaadalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat”.
Dari beberapa pengertian tentang matematika yang telah
dikemukakan, peneliti menyimpulkan bahwa matematika merupakan
28
penaralan logik yang mengekspresikan gagasan, ide-ide, hubungan
kuantitatif sehingga memudahkan siswa untuk berpikir yang logis.
2. Pembelajaran Matematika di SD
Pembelajaran matematika di SD memiliki peran penting dalam
berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir siswa. Pembelajaran
matematika adalah proses pemberian pengalaman belajar kepada siswa
melalui serangkaian kegiatan yang terencana sehingga siswa memperoleh
kompetensi tentang bahan matematika yang dipelajari (Lentera dalam
http://lenterakecil.com, 2011).
Pembelajaran matematika di SD merupakan pondasi utama dalam
menanamkan konsep-konsep matematika melalui pembelajaran konsep yang
konkret, bukan pembelajaran menghafal rumus. Pembelajaran konsep
matematika menuntut guru untuk terus berpikir kreatif agar mampu
mengembangkan dan menciptakan hal baru dalam menanamkan konsep
matematika kepada siswa. Konsep inilah yang akan membantu
memudahkan siswa dalam memecahkan berbagai permasalahan matematika
di kehidupan sehari-hari.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006 (Andriani, dalam
repository.upi.edu/operator/upload/s_pgsd_0806317_chapter2.pdf,2011)
menjelaskan bahwa mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada
semua siswa mulai dari Sekolah Dasar untuk membekali peserta didik
dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif,
serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar
siswadapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan
29
memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu
berubah, tidak pasti, dan kompetitif.
G. Kerangka Pikir
Berdasarkan observasi yang dilakukan penulis menghasilkan data fakta
yang mendasari dilakukannya penelitian ini. Berdasarkan permasalahan yang
ditentukan, peneliti melakukan identifikasi masalah untuk menemukan
alternatif perbaikan yang dapat dilakukan. Sehingga, upaya perbaikan yang
dilakukan dapat mengubah kondisi pembelajaran lebih baik dari sebelum
dilakukan perbaikan.
Selain menggunakan model pembelajaran NHT, peneliti juga
menggunakan media realia sebagai pendukung kegiatan pembelajaran.
Diharapkan proses belajar mengajar lebih aktif dan menyenangkan. Adapun
kerangka pikir penelitian dapat digambarkan sebagai berikut.
INPUT PROSES OUTPUT
H.I.
Aktivitas dan hasilbelajar memenuhi
indikator
Model pembelajaranNHT dengan Media
Media Realia
Aktivitas dan hasilbelajar rendah
Guru menerangkan sekilas tentang materiyang akan diajarkan dan menjelaskan
tentang model NHT
Guru membagi siswa kedalam 3-5 anggotakelompok. Guru memberi nomor kepada
setiap anggota dalam kelompok dan namakelompok yang berbeda. Penomoranadalah hal yang utama dalam NHT.
30
Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti, diperoleh hasil
observasi yakni Pembelajaran yang masih berpusat pada guru atau ( teacher
center), proses pembelajaran kurang bervariasi sehingga terkesan
membosankan bagi siswa. Kurang optimalnya penggunaan media dalam
pembelajaran matematika, sehingga peran aktif siswa kurang terlihat dalam
proses pembelajaran. Hal ini memperkuat pola pikir bahwa matematika
mata pelajaran yang membosankan. Pola pikir siswa terhadap matematika
ini, menyebabkan rendahnya motivasi untuk mempelajarinya. Siswa juga
mengalami kesulitan ketika mengerjakan tes yang bentuknya sedikit
dimodifikasi dari contoh soal yang diberikan guru. Sehingga berdampak
pada rendahnya aktivitas dan hasil belajar matematika yang dibuktikan
Dalam kerja kelompok, gurumebagikan LKS kepada setiap siswasebagai bahan yang akan dipelajari.Dalam kerja kelompok setiap siswa
berfikir bersama untukmenggambarkan dan meyakinkan
bahwa tiap orang mengetahui jawabandari pertanyaan yang telah ada dalam
LKS
Guru meyebut satu nomer dan parasiswa dari tiap kelompok dengan nomor
yang samamengangkat tangan danmeyiapkan jawaban kepada siswa
dikelas.
Guru bersama siswa menyimpulkanjawaban akhir dari semua pertanyaan
yang berhubungan dengan materi yangakan diajarkan.
refleksi
evaluasi
31
dengan persentase siswa yang mencapai KKM, yaitu 10 siswa atau 40% dari
25 siswa. Hasil yang diharapkan melalui penerapan model pembelajaran
NHT dalam pembelajaran matematika adalah meningkatnya aktivitas dan
hasil belajar siswa dan sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan.
H. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan uraian kajian pustaka di atas, dapat dirumuskan hipotesis
penelitian tindakan kelas, yaitu: “Apabila dalam pembelajaran matematika
menggunakan model pembelajaran NHT dengan menggunakan media realia
dan dengan langkah-langkah yang tepat, maka dapat meningkatkan aktivitas
dan hasil belajar siswa kelas IV A SD N 1 Metro Timur tahun pelajaran
2014/2015”.