KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Pembelajaran yang ...digilib.unila.ac.id/10774/15/BAB...

25
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran 1. Pengertian Model Pembelajaran Pembelajaran yang diharapkan dalam setiap kegiatan adalah pembelajaran yang bermakna. Pembelajaran yang bermakna dapat diciptakan melalui berbagai cara, salah satunya dengan menggunakan model dan media pembelajaran. Menurut Suprijono (2013: 46), model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Hanafiah & Suhana (2010: 41) menegaskan bahwa model pembelajaran merupakan salah satu pendekatan dalam rangka menyiasati perubahan perilaku siswa secara adaptif maupun generatif. Sejalan dengan hal itu, Isjoni (2011: 5) mengemukakan perkembangan model pembelajaran dari waktu ke waktu terus mengalami perubahan. Menurut Arends (Trianto, 2010: 53) terdapat enam macam model pengajaran yang sering dan praktis digunakan dalam mengajar, antara lain presentasi, pengajaran langsung (direct instruction), pengajaran konsep, pembelajaran kooperatif, pengajaran berdasarkan masalah, dan diskusi kelas.

Transcript of KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Pembelajaran yang ...digilib.unila.ac.id/10774/15/BAB...

7

BAB IIKAJIAN PUSTAKA

A. Model Pembelajaran

1. Pengertian Model Pembelajaran

Pembelajaran yang diharapkan dalam setiap kegiatan adalah

pembelajaran yang bermakna. Pembelajaran yang bermakna dapat

diciptakan melalui berbagai cara, salah satunya dengan menggunakan model

dan media pembelajaran. Menurut Suprijono (2013: 46), model

pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang

melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman

belajar untuk mencapai tujuan belajar.

Hanafiah & Suhana (2010: 41) menegaskan bahwa model

pembelajaran merupakan salah satu pendekatan dalam rangka menyiasati

perubahan perilaku siswa secara adaptif maupun generatif. Sejalan dengan

hal itu, Isjoni (2011: 5) mengemukakan perkembangan model pembelajaran

dari waktu ke waktu terus mengalami perubahan. Menurut Arends (Trianto,

2010: 53) terdapat enam macam model pengajaran yang sering dan praktis

digunakan dalam mengajar, antara lain presentasi, pengajaran langsung

(direct instruction), pengajaran konsep, pembelajaran kooperatif, pengajaran

berdasarkan masalah, dan diskusi kelas.

8

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka peneliti menyimpulkan

bahwa model pembelajaran merupakan suatu pendekatan yang digunakan

untuk merubah/menyiasati kebiasaan siswa agar tujuan pembelajaran dapat

tercapai, yang di dalamnya adalah tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap

dalam pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas.

2. Pengertian Model Pembelajaran Cooperative Learning

Beberapa pengertian Cooperative Learning menurut para ahli, antara

lain Slavin (2005: 4) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif

merujuk pada berbagai macam metode pengajaran di mana para siswa

bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama

lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Pendapat tersebut dipertegas

oleh Komalasari (2010: 62) yang mendefinisikan pembelajaran kooperatif

adalah suatu strategi pembelajaran di mana siswa belajar dan bekerja dalam

kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 2

sampai 5 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen.

Menurut Davidson & Kroll (Andriani, http://repository.upi.edu, 2011)

menyatakan bahwa pengertian pembelajaran kooperatif adalah kegiatan

yang berlangsung di lingkungan belajar siswa dalam kelompok kecil yang

saling berbagi ide-ide dan bekerja secara kolaboratif untuk memecahkan

masalah dalam tugas mereka. Tidak semua kerja kelompok bisa dianggap

Cooperative Learning. Lie (2010: 31) mengungkapkan bahwa untuk

mencapai hasil yang maksimal dalam Cooperative Learning, ada lima unsur

model pembelajaran gotong royong harus diterapkan yaitu:(a) saling

ketergantungan positif, (b) tanggung jawab perseorangan, (c) tatap muka,

9

(d) komunikasi antar anggota, dan (e) evaluasi proses kelompok. Model-

model Cooperative Learning meliputi kepala bernomor (numbered heads

together), tim siswa kelompok prestasi (student teams achievement

divisions), berpikir berpasangan berbagi (think pair and share), jigsaw,

melempar bola salju (snowball throwing), dan dua tinggal dua tamu (two

stay two stray).

Berdasarkan uraian pendapat para ahli di atas peneliti menyimpulkan

bahwa Cooperative Learning adalah suatu model pembelajaran

berkelompok yang terdiri dari 2-5 orang untuk meyelesaikan masalah dalam

tugas yang diberikan guru pada mereka. Di mana untuk mencapai hasil yang

maksimal dalam Cooperative Learning harus menerapkan berbagai hal

seperti, bertanggung jawab, tatap muka, komunikasi antar anggota, serta

evaluasi proses kelompok. Model model cooperative learning ada banyak

dan salah satunya yang peneliti gunakan adalah model cooperative learning

tipe numbered head together (NHT)

B. Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Numbered Head Together

1. Pengertian Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Numbered

Head Together

Komalasari (2010: 62) menjelaskan bahwa NHT merupakan model

pembelajaran di mana setiap siswa di beri nomor dan di buat kelompok

yang kemudian secara acak guru memanggil nomor dari siswa. Selain itu,

pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran

kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk

10

mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk

meningkatkan penguasan akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Kagen

(Ibrahim , 2003: 28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan

yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka

terhdap isi pelajaran tersebut. Sejalan dengan itu( Anita lie, 2003: 63)

menyaatakan bahwa model NHT adalah model yang memberikan

kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan

mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu model ini juga

mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka, dan

model ini bisa digunakan di semua mata pelajaran dan semua tingkatan anak

usia didik.

Selain itu Kagan (Tampubolon, 2014: 94) menyatakan, model

pembelajaran kooperatif NHT atau kepala bernomor merupakan

pengembangan pengembangan pembelajaran tipe TGT. Dengan ciri-ciri

khusus pembelajaran kelompok melalui penyelesaian tugas dengan saling

membagi ide/gagasan. Setiap kelompok harus memastikan bahwa

anggotanya memahami dan menguasai tugas, sehingga semua siswa

memahami konsep secara seksama. Model pembelajaran ini

mengakomodasikan peningkatan intensitas diskusi antar kelompok,

kebersamaan, kolaborasi dan kualitas interaksi dalam kelompok, serta

memudahkan penilaian.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas peneliti menyimpulkan bahwa

pengertian model pembelajaran cooperatif tipe NHT adalah suatu model

yang dapat merangsang siswa untuk berinteraksi dan bekerja sama dalam

11

menyelesaikan tugas dengan saling berbagi ide dan gagasan dengan siswa

yang lain sehingga siswa akan lebih aktif dan dapat memahami

pembelajaran dengan lebih mudah.

2. Manfaat Pembelajaran Kooperatif tipe NHT

Model pembelajaran kooperatif dalam pelaksanaanya di kelas

memiliki manfaat sebagaimana dijelaskan oleh Ibrahim (Hamdayama, 2014:

177) berikut ini:

a) Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas.b) Rasa harga diri menjadi lebih tinggi.c) Penerimaan terhadap perbedaan individu menjadi lebih besar.d) Memperbaiki kehadiran.e) Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil.f) Konflik antar pribadi berkurang.g) Sikap apatis berkurang.h) Pemahaman yang lebih mendalam.i) Motivasi lebih besar.j) Hasil belajar lebih tinggi.k) Meningkatkan kebaikan budi, kepekan, dan toleransi.

3. Kelebihan dan Kekurangan Numbered Head Together (NHT)

Penerapan model pembelajaran model NHT memiliki beberapa

kelebihan dan juga kekurangan. Hal itu sesuai dengan pendapat

Hamdayama (2014:177) yaitu:

a. Melatih siswa untuk dapat bekerja sama dan menghargai pendapat

orang lain

b. Melatih siswa untuk bisa menjadi tutor sebaya.

c. Memupuk rasa kebersamaan.

d. Membuat siswa terbiasa dengan perbedaan.

12

Selain kelebihan, NHT mempunyai beberapa kekurangan yang harus

diwaspadai, hal ini dilakukakan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak

diinginkan dalam pembelajaran, diantaranya:

a. Siswa yang terbiasa dengan cara konvensional akan sedikit kewalahan

b. Guru harus bisa memfasilitasi siswa

c. Tidak semua mendapat giliran.

Sejalan dengan itu, Hamdani (2011: 90), kelebihan dan kelemahan

cooperative learning tipe NHT sebagai berikut.

1) Kelebihan model NHT, yaitu:a) Setiap siswa menjadi aktif semua.b) Siswa dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.c) Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.

2) Kelemahan model NHT, yaitu:a) Kemungkinan nomor yang dipanggil akan dipanggil lagi oleh

guru.b) Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.

Dari pendapat di atas peneliti menyimpulkan bahwa model NHT

mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing namun untuk

mengatasi kekurangan tersebut, guru bisa memberikan pretest untuk

mengetahui kemampuan siswa, dan untuk memfasilitasi siswa, dalam

pelaksanaan NHT, guru harus memberikan fasilitas yang mendukung dari

segi sarana dan prasarana yang akan digunakan dalam pembelajaran

tersebut. Untuk siswa yang belum dipanggil guru dapat memberikan

kesempatan kepada siswa tersebut pada pertemuan berikutnya, dan untuk

mengetahui pemahaman siswa terhadap materi, dapat dilihat melalui hasil

evaluasi yang dilakukan setiap akhir siklus.

13

4. Langkah-langkah Model Pembelajaran NHT

Langkah-langkah pembelajaran NHT kemudian dikembangkan oleh

Ibrahim (Hamdayama, 2014: 176) menjadi enam langkah sebagai berikut.

a. PersiapanGuru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuatSkenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS), yangsesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.

b. Pembentukan KelompokPembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajarankooperatif tipe NHT. Guru membagi para siswa menjadi beberapakelompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru memberinomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompokyang berbeda. Penomoran adalah hal yang utama di dalam NHT,dalam tahap ini guru membagi siswa menjadi beberapa kelompokatau tim yang beranggotakan tiga sampai lima orang dan memberisiswa nomor sehingga setiap siswa dalam tim mempunyai nomorberbeda-beda, sesuai dengan jumlah siswa di kelompok. Kelompokyang dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latarbelakang sosial, ras, suku jenis kelamin dan kemampuan belajar.Selain itu, dalam pembentukan kelompok digunakan nilai tes awal(pre-test) sebagai dasar dalam menetukan masing-masingkelompok.

c. Tiap kelompok harus memiiki buku paket atau bukupanduan.Pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku paketatau buku panduan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikanLKS atau masalah yang diberikan guru.

d. Diskusi masalahKerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswasebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok, setiapsiswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkanbahwa tiap orang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telahadadalam LKS atau pertanyan yang telah diberikan oleh guru.Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik sampaiyang bersfat umum.

e. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban.Tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiapkelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan danmenyiapkan jawaban kepada siswa di kelas.

f. Memberi kesimpulanGuru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semuapertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.

14

Sedangkan menurut Kagen (Tampubolon, 2014: 94) menyatakan,

langkah-langkah kegiatan pembelajaran NHT adalah sebagai berikut:

a) siswa dibagi dalam kelompok heterogen, dan setiap siswa dalamsetiap kelompok mendapat nomor

b) Pendidik memberikan tugas kepada masing-masing kelompok(untuk tiap kelompok sama, tapi untuk tiap siswa tidak sama sesuaidengan nomor siswa, dan untuk tiap siswa dengan nomor yangsama mendapat tugas yang sama.)

c) Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikantiap anggota kelompok dapat mengerjakannya.

d) Pendidik memanggil salah satu nomor siswa untukmenjawab/melaporkan hasil kerjasama mereka.

e) Tanggapan dari teman lain, kemudian pendidik menunjuk nomoryang lain (terjadi diskusi kelas).

f) Kuis individual dan buat skor perkembangan tiap siswa.g) Simpulkan dan umumkan hasil kuis serta beri reward.

Dari pendapat di atas peneliti menyimpulkan bahwa langkah-langkah

pembelajaran model NHT adalah mengelompokkan siswa dalam kelompok-

kelompok kecil secara heterogen dan memberi nomor hingga setiap siswa

dalam kelompok memiliki nomor yang berbeda, menjelaskan materi sesuai

dengan rencana pembelajaran, memberikan pertanyaan pada tiap kelompok,

setiap kelompok berdiskusi dan bertukar pikiran tentang tugas yang

diberikan, guru memanggil satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok

dengan nomor yang sama, mempresentasikan hasil diskusi kelompok

mereka, kemudian guru memberikan kesimpulan.

C. Media Pembelajaran

1. Pengertian Media Pembelajaran

Umumnya dalam proses belajar mengajar guru sering menggunakan

media pembelajaan dengan tujuan supaya informasi atau materi yang

disampaikan akan lebih mudah diterima atau dipahami oleh siswa. Heinich,

15

dkk (Hermawan 2007: 3) media merupakan alat saluran komunikasi.

Sedangkan menurut (Asyhar 2012: 3) media pembelajaran dapat dipahami

sebagai segala sesuatu yang dapat menyampaikan atau menyalurkan pesan

dari suatu sumber secara terencana, sehingga terjadi lingkungan belajar

mengajar secara efisien dan efektif.

Berdasarkan pengertian di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa

media pembelajaran adalah suatu media perantara dalam

menyampaikan/menyalurkan pesan atau informasi dari sumber yang

terencana. Bila digunakan dalam proses belajar mengajar di kelas maka

media pembelajaran dapat membantu siswa dalam memahami materi yang

disampaikan sehingga terjadi lingkungan belajar mengajar secara efisien

dan efektif yang dapat menciptakan kondisi kelas yang lebih baik dan

kondusif.

2. Manfaat Media Pembelajaran.

Penggunaan media dalam proses pembelajaran dapat membuat para

siswa lebih tertarik, merasa senang, dan termotivasi untuk belajar, serta

menumbuhkan rasa ingin tahu terhadap sesuatu yang akan dipelajari. Oleh

karena itu, media pembelajaran dapat sangat bermanfaat saat digunakan

dalam proses pembelajaran. Arsyad (2014: 19) menjelaskan bahwa fungsi

utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut

mempengaruhi iklim, kondisi, lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan

oleh guru. Pengaruh tersebut tentunya menjadikan suasana pembelajaran

lebih menarik, aktif, dan menyenangkan bagi siswa.

16

Sejalan dengan itu, Hermawan, dkk. (2007: 12) menyebutkan

manfaaat dari media pembelajaran adalah sebagai berikut:

a. Memungkinkan siswa berinteraksi secara langsung denganlingkungannya

b. Memungkinkan adanya keseragaman pengamatan atau persepsibelajar pada masing-masing siswa.

c. Membangkitkan motivasi siswad. Menyajikan informasi belajar secara konsisten dan dapat diulang

maupun disimpan menurut kebutuhan.e. Menyajikan pesan atau informsi belajar secara serempak bagi

seluruh siswaf. Mengatasi keterbatasan waktu dan ruangg. Mengontrol arah dan kecepatan belajar siswa

Berdasarkan pemaparan teori di atas, peneliti menyimpulkan bahwa

manfaat media pembelajaran yaitu, pembelajaran akan lebih menarik

perhatian siswa sehingga menumbuhkan motivasi belajar, menumbukan rasa

ingi tahu siswa, menjadikan suasana pembelajaran lebih menarik, aktif, dan

menyenangkan bagi siswa.

3. Jenis-jenis Media Pembelajaran

Media pembelajaran dalam penggunaanya dibagi menjdi beberapa

jenis. Asyhar (2012: 44) membagi media pembelajaran menjadi 4 jenis,

yaitu:

a. Media visual, yaitu jenis media yang digunakan hanyamengandalkan indera penglihatan semata mata dari siswa.Misalnya: media visual non proyeksi (benda realita, model, protetifdan grafis) dan media proyeksi (power point dan auto card)

b. Media audio, yaitu jenis media yang digunakan dalam prosespembelajaran dengan hanya melibatkanindera penglihatan siswa.Misalnya: radio, pita, kaset, suara, dan piringan hitam.

c. Media audio-visual, yaitu jenis media yang digunakan dalamkegiatan pembelajaran dengan melibatkan pendengaran danpengelihatan sekaligus dalam satu proses atau kegiatan. Misalnya:video kaset dan film bingkai.

17

d. Multimedia, yaitu media yang melibatkan beberapa jenis media danperalatan secara terintegrasi dalam suatu proses atau kegiatanpembelajaran. Misalnya: tv dan power point.

Sedangkan menurut Sanaky (2011: 50) beberapa jenis media yang

sering digunakan yaitu :

a. Media CetakMedia cetak adalah jenis media yang paling banyak digunakandalam proses belajar. Jenis media ini memiliki bentuk yang sangatbervariasi, mulai dari buku, brosur, leafet, studi guide, jurnal danmajalah ilmiah.

b. Media PameranJenis media yang memiliki bentuk dua atau tiga dimensi Informasiyang dapat dipamerkan dalam media ini, berupa benda-bendasesungguhnya (realia) atau benda reproduksi atau tiruan dari benda-benda asli. Media yang dapat diklasifikasikan kedalam jenis mediapameran yaitu poster, grafis, realia dan model.1) Realia yaitu benda nyata yang dapat dihadirkan diruang kuliah

untuk keperluan proses pembelajaran. Pengajar dapatmenggunakan realia untuk menjelaskan konsep bentuk danmekanisme kerja suatu system misalnya peralatan laboratorium.

2) Model yaitu benda tiruan yang digunakan untukmempersentasikan realitas. model mesin atau benda tertentudapat digunakan untuk menggantikan mesin riil.

c. Media DiproyeksikanMedia yang diproyeksikan juga memiliki bentuk fisik yangbervariasi, yaitu overbead transparasi, slide suara dan film strip.

d. Rekam audioRekaman Audio adalah jenis medium yang sangat tepat untukdigunakan dalam pembelajaran bahasa asing, Al-qur’an, danlatihan-latihan yang bersifat verbal.

e. Video dan VCDVideo dan VCD dapat digunakan sebagai media untuk mempelajariobyek dan mekanisme kerja dalam mata kuliah tertentu. Gambarbergerak yang disertai dengan unsur suara dapat ditayangkanmelalui media verbal atau VCD.

f. KomputerSebagai media pembelajaran, kompurter memiliki kemampuanyang sangat luar biasa dan komputer mampu membuat prosesbelajar mengajar menjadi interaktif.

Berdasarkan pendapat di atas peneliti menyimpulkan bahwa media

pembelajaran mempunyai bermacam-macam jenis yang dapat diterapkan dan

18

digunakan dalam proses pembelajaran di dalam kelas, diantaranya yaitu media

visual, audio, audio-visual, multi media, media realia, model, media

diproyeksikan, dll. Hal ini agar pembelajaran lebih mudah dan dan dapat

berjalan dengan baik dan optimal.

D. Media Realia

1. Pengertian Media Realia

Media Realia adalah benda nyata yang digunakan sebagai bahan atau

sumber belajar. Menurut Sanaky (2011: 50) media realia yaitu benda nyata

yang dapat dihadirkan diruang kuliah atau keperluan proses pembelajaran.

Pengajar dapat menggunakan realia untuk menjelaskan konsep bentuk dan

mekanisme kerja suatu sistem misalnya peralatan laboratorium. Lebih

lanjut, Sanaky (2011: 113) juga menjelaskan beberapa benda yang

digolongkan ke dalam media tiga dimensi antara lain:

a. Kelompok pertama yaitu kelompok benda asli, model atau tiruan

sederhana, mock-up, dan barang contoh atau specimen.

1) Benda AsliBenda Asli merupakan alat yang paling efektif untuk

mengikutsertakan berbagai indera dalam belajar. Hal inidisebabkan benda asli memiliki sifat keasliannya, mempunyaiukuran besar dan kecil, berat, warna dan adakalanya disertaidengan gerak dan bunyi, sehingga memiliki daya tarik sendiri bagipembelajar. Jadi benda asli adalah benda dalam keadaansebenarnya dan seutuhnya.

2) Benda ModelBenda model dapat diartikan sebagai suatu yang dibuat

dengan ukuran tiga dimensi, sehingga menyerupai benda aslinyauntuk menjelaskan hal-hal yang mungkin diperoleh dari bendasebenarnya. Benda asli kemudian dibuat modelnya alam bentukbesar seperti aslinya, atau sangat kecil. Model atau benda tiruantersebut bentuknya harus sama sesuai dengan aslinya, besarnya

19

dapat sama atau lebih kecil atau lebih besar lagi dari aslinya, tetapijangan lupa bentuknya harus selalu sama dengan bentuk aslinya.

3) Alat Tiruan Sederhana(mock-up)Alat tiruan sederhana (mock-up) banyak digunakan dalam

pendidikan teknik dan industri untuk menjelaskan kerjanya bagian-bagian dari sebuah alat atau mesin. Alat tiruan sederhana (mock-up)yang dimaksud adalah tiruan dari benda sebenarnya di manasengaja dipilih bagian-bagian yang memang penting dan yangdiperlukan saja untuk dibuat sesederhana mungkin supaya mudahdipelajari.

b. Kelompok kedua yaitu kelompok diorama dan pameran.

Diorama yaitu sebuah pemandangan tiga dimensi mini yang bertujuan

untuk menggambarkan pemandangan sebenarnya. Menurut Solihatin &

Raharjo (2007: 27) menyatakan bahwa pemanfatan media realia tidak harus

dihadirkan secara nyata dalam ruang kelas, melainkan dapat juga dengan

cara mengajak siswa melihat langsung (observasi) benda nyata tersebut ke

lokasinya. Media realia dapat digunakan pada kegiatan belajar dalam bentuk

sebagaimana adanya, tidak perlu dimodifikasi, tidak ada pengubahan

kecuali dipindahkan dari kondisi lingkungan aslinya. Ciri media realia yang

asli adalah benda yang masih dalam keadaan utuh, dapat dioperasikan

hidup, dalam ukuran yang sebenarnya dan dapat dikenali sebagai wujud

aslinya.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas peneliti menyimpulkan

bahwa media realia adalah suatu benda hidup atau nyata yang dapat

dihadirkan dalam ruang kelas atau perkuliahan sebagai bahan untuk belajar.

Media realia dapat digunakan dalam proses pembelajaran dan digunakan

untuk menjelaskan suatu bentuk benda sesuai materi yang disampaikan.

20

2. Kelebihan dan Kelemahan Media Realia

Penggunaan media dalam pembelajaran tentunya memiliki kelebihan

dan kelemahan yang perlu diperhatikan ketika seorang guru memutuskan

untuk menggunakan media realia dalam proses pembelajaran.

Arsyad (2009: 81), salah satu ciri media pembelajaran yang baik

adalah media yang mengandung dan membawa pesan atau informasi kepada

penerima yaitu siswa. Sebagian media dapat mengolah pesan dan respon

siswa sehingga media itu sering disebut media interaktif. Sejalan dengan itu,

Ibrahim & Syaodih (2003: 119) mengidentifikasi bahwa ada beberapa

kelebihan dan kelemahan dalam menggunakan obyek nyata ini:

a. Kelebihan1) Dapat memberikan kesempatan semaksimal mungkin pada

siswa untuk mempelajari sesuatu ataupun melaksanakan tugas-tugas dalam situasi nyata.

2) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengalami sendirisituasi yang sesungguhnya dan melatih keterampilan merekamenggunakan sebanyak mungkin alat indera.

b. Kelemahan1) Membawa murid-murid ke berbagai tempat di luar sekolah

kadang-kadang mengandung resiko dalam bentuk kecelakaandan sejenisnya.

2) Biaya yang diperlukan untuk mengadakan berbagai obyek nyatakadang-kadang tidak sedikit, apalagi ditambah dengankemungkinan kerusakan dalam menggunakannya. Tidak selaludapat memberikan semua gambaran dari obyek yangsebenarnya, seperti pembesaran, pemotongan, dan gambarbagian demi bagian, sehingga pengajaran harus didukung puladengan media lain.

Berdasarkan pendapat diatas peneliti menyimpulkan bahwa media

realia dapat membantu siswa untuk lebih memahami materi dalam suatu

pembelajaran. Media realia juga memiliki keunggulan, namun juga

21

memiliki- memiliki kelemahan tersendiri yaitu dalam segi biaya yang

diperlukan, karena biaya yang diperlukan terkadang tidak sedikit.

3. Langkah-langkah Penggunaan Media Pembelajaran

Menurut Sarwono (www.m-edukasi.web.id, 2012) ada tiga langkah

yang pokok yang dapat dilakukan yaitu persiapan, pelaksanaan/penyajian,

dan tindak lanjut.

a. PersiapanPersiapan maksudnya kegiatan dari seorang tenaga pengajar

yang akan mengajar dengan menggunakan media pembelajaran.Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan tenaga pengajar padalangkah persiapan diantaranya:1) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran/perkuliahan

sebagaimana bila akan mengajar seperti biasanya. Dalamrencana pelaksanaan pembelajaran/perkuliahan cantumkanmedia yang akan digunakan.

2) Mempelajari buku petunjuk atau bahan penyerta yang telahdisediakan.

3) Menyiapkan dan mengatur peralatan yang akan digunakan agardalam pelaksanaannya nanti tidak terburu-buru dan mencari-carilagi serta siwa dapat melihat dan mendengar dengan baik

b. Pelaksanaan/penyajianTenaga Pengajar pada saat melakukan proses pembelajaran

dengan menggunakan media pembelajaran perlumempertimbangkan seperti:1) Yakinkan bahwa semua media dan peralatan telah lengkap dan

siap untuk digunakan, jelaskan tujuan yang akan dicapai.2) Jelaskan lebih dahulu apa yang harus dilakukan oleh peserta

didik selama proses pembelajaran.3) Hindari kejadian-kejadian yang sekiranya dapat mengganggu

perhatian/konsentrasi, dan ketenangan peserta didik.c. Tindak lanjut

Kegiatan ini perlu dilakukan untuk memantapkanpemahaman peserta didik tentang materi yang dibahas denganmenggunakan media. Disamping itu kegiatan ini dimaksudkanuntuk mengukur efektivitas pembelajaran yang telah dilakukannya.Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan diantaranya diskusi,eksperimen, observasi, latihan dan tes.

Berdasarkan pengertian di atas peneliti menyimpulkan bahwa dalam

menggunakan media pembelajaran harus sesuai dengan langkah-langkah

22

yang tepat, mulai dari perencanaan, pelaksanaan/penyajian, sampai dengan

tindak lanjut sehingga tujuan dalam pembelajaran dapat tecapai.

E. Belajar dan Pembelajaran

1. Belajar

a. Pengertian Belajar

Belajar adalah sebuah proses yang akan terus dialami oleh manusia

sepanjang hidupnya. Perubahan seseorang yang asalnya tidak tahu

menjadi tahu merupakan hasil dari proses belajar.

Belajar menurut pendapat para ahli beraliran kontruktivisme

(Suprijono, 2011: 39) menekankan pada belajar autentik, bukan artifisial.

Belajar autentik adalah proses interaksi seseorang dengan objek yang

dipelajari secara nyata. Belajar bukan sekadar mempelajari teks-teks

(tekstual), yang terpenting adalah bagaimana menghubungkan teks itu

dengan kondisi nyata atau konstekstual.

Rusman (2012: 134) menyatakan bahwa belajar adalah proses

perubahan tingkah laku individu sebagai hasil dari pengalamannya dalam

berinteraksi dengan lingkungan. Belajar bukan hanya sekadar menghafal,

melainkan suatu proses mental yang terjadi dalam diri seseorang.

Selain itu, Saud, dkk. (2006: 3) menyatakan bahwa belajaradalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan padadiri seseorang sebagai hasil dari pengalaman dan latihan.Perubahan sebagai hasil belajar dapat ditimbulkan dalam berbagaibentuk, seperi berubahnya pengetahuan, pemahaman, sikap, dan

23

tingkah laku, kecakapan serta kemampuan. Oleh sebab itu, prosesbelajar adalah proses aktif.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka peneliti

menyimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan seseorang

yang asalnya tidak tahu menjadi tahu sebagai hasil dari proses belajar

individu yang didapatkan karena adanya interaksi dengan segala sesuatu

yang ada di lingkungan sekitar individu. Perubahan yang dialami dapat

berupa perubahan sikap, pengetahuan maupun keterampilan.

b. Pengertian Aktivitas Belajar

Aktivitas merupakan kegiatan yang selalu dilakukan oleh setiap

makhluk hidup. Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 23) menerangkan

bahwa aktivitas adalah keaktifan, kegiatan, sedangkan pada prinsipnya

belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku. Tidak ada

belajar, maka tidak ada aktivitas. Menurut Nasution (Ekaputra,

http://hrstrike.blogspot.com, 2009) bahwa aktivitas adalah asas yang

terpenting, sebab belajar sendiri merupakan suatu kegiatan.

Dierich (Hamalik, 2011: 90-91) membagi kegiatan belajar menjadi

8 kelompok, yaitu: (1) kegiatan-kegiatan visual, (2) kegiatan-kegiatan

lisan (oral), (3) kegiatan-kegiatan mendengarkan, (4) kegiatan-kegiatan

menulis, (5) kegiatan-kegiatan menggambar, (6) kegiatan-kegiatan

metrik, (7) kegiatan-kegiatan mental, dan (8) kegiatan-kegiatan

emosional. Sedangkan menurut Kunandar (2010: 277), aktivitas belajar

adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian, dan

24

aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan

proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, maka peneliti

menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan aktivitas belajar adalah

keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian, dan aktivitas

dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan segenap

rangkaian kegiatan atau aktivitas secara sadar untuk memperoleh

berbagai konsep sebagai hasil belajar siswa. Adapun indikator aktivitas

yang ingin dikembangkan dalam penelitian ini adalah siswa

memperhatikan penyajian materi pembelajaran, mengajukan

pertanyaan/pendapat, diskusi kelompok, mengerjakan tes/LKS,

memecahkan masalah, dan berani dalam mengajukan

pertanyaan/mengemukakan pendapat.

c. Pengertian Hasil Belajar

Kegiatan akhir dalam pembelajaran adalah proses evaluasi yang

bertujuan untuk mengetahui hasil belajar yang telah diperoleh siswa.

Sebelum melaksanakan penilaian, seorang guru harus tahu apa yang

harus dinilai serta bagaimana cara menilainya. Secara sederhana, hasil

belajar merupakan perubahan perilaku anak setelah melalui kegiatan

belajar.

Menurut Sudjana (2012: 22) hasil belajar adalah kemampuan-

kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman

belajarnya. Anak yang berhasil dalam belajar adalah anak yang mencapai

tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional.

25

Susanto (2013: 5) berpendapat bahwa hasil belajar siswa adalah

kemampuan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang

dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah

materi pelajaran tertentu. Maka, untuk mengetahu hasil belajar yang

dipoleh siswa dapat dilakukan serangkaian tes yang dirancang sesuai

dengan kebutuhan pengetahuan yang ingin diketahui.

Menurut Bloom, dkk. (Sudijono, 2011: 20) hasil belajar dapatdikelompokkan ke dalam tiga domain, yaitu afektif, kognitif, danpsikomotor. Setiap domain disusun menjadi beberapa jenjangkemampuan, mulai dari hal yang sederhana sampai dengan halyang kompleks, mulai dari hal yang mudah sampai dengan halyang sukar, dan dari hal yang konkret sampai dengan hal yangabstrak. Dalam konteks evaluasi hasil belajar, maka ketiga domainatau ranah itulah yang harus dijadikan sasaran dalam setiapkegiatan evaluasi hasil belajar.

Anderson (Winarno, 2013: 194) mengemukakan bahwa

karakteristik manusia meliputi cara yang tipikal dari berpikir, berbuat,

dan perasaan. Tipikal berpikir berkaitan dengan ranah kognitif, tipikal

berbuat berkaitan dengan ranah psikomotor, dan tipikal perasaan

berkaitan dengan ranah afektif. Ketiga ranah tersebut merupakan

karakteristik manusia sebagai hasil belajar dalam bidang pendidikan.

Hasil belajar kognitif dan hasil belajar afektif akan menjadi hasil belajar

psikomotor apabila siswa telah menunjukkan perilaku atau perbuatan

tertentu sesuai dengan makna yang terkandung dalam ranah kognitif dan

ranah afektifnya.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat peneliti

menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku secara

keseluruhan yang dikarenakan setelah mengalami pengalaman belajar

26

bukan hanya salah satu aspek perkembangan. Hasil belajar yang

dikategorikan oleh para pakar pendidikan sebagaimana tersebut di atas

tidak dilihat secara fragmentaris atau terpisah, melainkan komprehensif

dari aspek sikap (afektif), intelektual (kognitif), dan keterampilan

(psikomotor)

2. Pengertian Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran dilakukan oleh dua orang pelaku, yaitu guru

dan siswa. Perilaku guru adalah mengajar dan perilaku siswa adalah belajar.

Rusman (2012: 3) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah proses

interaksi siswa dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan

belajar. Proses pembelajaran perlu direncanakan, dilaksanakan, dinilai, dan

diawasi agar terlaksana secara efektif dan efisien.

Husamah (2013: 34) mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan

upaya membelajarkan siswa dan perancangan pembelajaran merupakan

penataan upaya tersebut agar muncul perilaku belajar. Dalam kondisi yang

ditata dengan baik, strategi yang direncanakan akan memberikan peluang

dicapainya hasil belajar.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa

pembelajaran adalah suatu kegiatan interaksi antara guru, siswa maupun

sumber belajar dengan berbagai metode maupun strategi yang telah

27

direncanakan dan disesuaikan dengan lingkungan sekitar siswa sebagai

upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran.

F. Matematika

1. Pengertian Matematika

Pendidikan matematika penting diberikan kepada siswa disetiap

jenjang pendidikan. Dengan pembelajaran matematika, diharapkan siswa

mampu bertindak dan bertanggung jawab dalam memecahkan masalah

sehari-hari. Suwangsih (2006: 3) matematika berasal dari bahasa Latin

“Mathematika” yang mulanya diambil dari bahasa Yunani “Mathematike”

yang berarti mempelajari.

Suriasumantri (Adjie, 2006: 34) menyatakan bahwa matematika

adalah salah satu alat berpikir, selain bahasa, logika, dan statistika. Sejalan

dengan pendapat di atas, Hudoyo (Aisyah, dkk.2007: 1-1) menyatakan

bahwa matematika berkenaan dengan ide, aturan-aturan, hubungan-

hubungan yang diatur secara logis sehingga matematika berkaitan dengan

konsep-konsep abstrak.

“Soedjadi (Adjie, 2006: 34) memberikan enam definisi ataupengertian tentang matematika, yaitu: (1) matematika adalah cabangilmu pengetahuan eksak dan terorganisir dengan baik, (2) matematikaadalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi, (3) matematikaadalah pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubungan denganbilangan, (4) matematika adalah pengetahuan fakta-fakta kuantitatifdan masalah tentang ruang dan bentuk, (5) matematika adalahpengetahuan tentang struktur-struktur yang logik, dan (6) matematikaadalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat”.

Dari beberapa pengertian tentang matematika yang telah

dikemukakan, peneliti menyimpulkan bahwa matematika merupakan

28

penaralan logik yang mengekspresikan gagasan, ide-ide, hubungan

kuantitatif sehingga memudahkan siswa untuk berpikir yang logis.

2. Pembelajaran Matematika di SD

Pembelajaran matematika di SD memiliki peran penting dalam

berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir siswa. Pembelajaran

matematika adalah proses pemberian pengalaman belajar kepada siswa

melalui serangkaian kegiatan yang terencana sehingga siswa memperoleh

kompetensi tentang bahan matematika yang dipelajari (Lentera dalam

http://lenterakecil.com, 2011).

Pembelajaran matematika di SD merupakan pondasi utama dalam

menanamkan konsep-konsep matematika melalui pembelajaran konsep yang

konkret, bukan pembelajaran menghafal rumus. Pembelajaran konsep

matematika menuntut guru untuk terus berpikir kreatif agar mampu

mengembangkan dan menciptakan hal baru dalam menanamkan konsep

matematika kepada siswa. Konsep inilah yang akan membantu

memudahkan siswa dalam memecahkan berbagai permasalahan matematika

di kehidupan sehari-hari.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006 (Andriani, dalam

repository.upi.edu/operator/upload/s_pgsd_0806317_chapter2.pdf,2011)

menjelaskan bahwa mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada

semua siswa mulai dari Sekolah Dasar untuk membekali peserta didik

dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif,

serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar

siswadapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan

29

memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu

berubah, tidak pasti, dan kompetitif.

G. Kerangka Pikir

Berdasarkan observasi yang dilakukan penulis menghasilkan data fakta

yang mendasari dilakukannya penelitian ini. Berdasarkan permasalahan yang

ditentukan, peneliti melakukan identifikasi masalah untuk menemukan

alternatif perbaikan yang dapat dilakukan. Sehingga, upaya perbaikan yang

dilakukan dapat mengubah kondisi pembelajaran lebih baik dari sebelum

dilakukan perbaikan.

Selain menggunakan model pembelajaran NHT, peneliti juga

menggunakan media realia sebagai pendukung kegiatan pembelajaran.

Diharapkan proses belajar mengajar lebih aktif dan menyenangkan. Adapun

kerangka pikir penelitian dapat digambarkan sebagai berikut.

INPUT PROSES OUTPUT

H.I.

Aktivitas dan hasilbelajar memenuhi

indikator

Model pembelajaranNHT dengan Media

Media Realia

Aktivitas dan hasilbelajar rendah

Guru menerangkan sekilas tentang materiyang akan diajarkan dan menjelaskan

tentang model NHT

Guru membagi siswa kedalam 3-5 anggotakelompok. Guru memberi nomor kepada

setiap anggota dalam kelompok dan namakelompok yang berbeda. Penomoranadalah hal yang utama dalam NHT.

30

Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti, diperoleh hasil

observasi yakni Pembelajaran yang masih berpusat pada guru atau ( teacher

center), proses pembelajaran kurang bervariasi sehingga terkesan

membosankan bagi siswa. Kurang optimalnya penggunaan media dalam

pembelajaran matematika, sehingga peran aktif siswa kurang terlihat dalam

proses pembelajaran. Hal ini memperkuat pola pikir bahwa matematika

mata pelajaran yang membosankan. Pola pikir siswa terhadap matematika

ini, menyebabkan rendahnya motivasi untuk mempelajarinya. Siswa juga

mengalami kesulitan ketika mengerjakan tes yang bentuknya sedikit

dimodifikasi dari contoh soal yang diberikan guru. Sehingga berdampak

pada rendahnya aktivitas dan hasil belajar matematika yang dibuktikan

Dalam kerja kelompok, gurumebagikan LKS kepada setiap siswasebagai bahan yang akan dipelajari.Dalam kerja kelompok setiap siswa

berfikir bersama untukmenggambarkan dan meyakinkan

bahwa tiap orang mengetahui jawabandari pertanyaan yang telah ada dalam

LKS

Guru meyebut satu nomer dan parasiswa dari tiap kelompok dengan nomor

yang samamengangkat tangan danmeyiapkan jawaban kepada siswa

dikelas.

Guru bersama siswa menyimpulkanjawaban akhir dari semua pertanyaan

yang berhubungan dengan materi yangakan diajarkan.

refleksi

evaluasi

31

dengan persentase siswa yang mencapai KKM, yaitu 10 siswa atau 40% dari

25 siswa. Hasil yang diharapkan melalui penerapan model pembelajaran

NHT dalam pembelajaran matematika adalah meningkatnya aktivitas dan

hasil belajar siswa dan sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan.

H. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan uraian kajian pustaka di atas, dapat dirumuskan hipotesis

penelitian tindakan kelas, yaitu: “Apabila dalam pembelajaran matematika

menggunakan model pembelajaran NHT dengan menggunakan media realia

dan dengan langkah-langkah yang tepat, maka dapat meningkatkan aktivitas

dan hasil belajar siswa kelas IV A SD N 1 Metro Timur tahun pelajaran

2014/2015”.