Kajian Potensi Unggulan BPMPT - garutkab.go.id
Transcript of Kajian Potensi Unggulan BPMPT - garutkab.go.id
Kajian Potensi Unggulan BPMPT 2015
i
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan Alhamdulillah, Puji dan Syukur penyusun panjatkan kehadirat
Allah Subhana Wa Ta’ala,karena karena berkat Rahmat dan Hidayah-NYA penyusun
dapat menyelesaikan Kajian mengenai Sumberdaya Alam yang Terkait Investasi di
Kabupaten Garut. Penyusunan kajian ini untuk mengidentifikasi potensi ekonomi
berupa komoditas/produk yang ada di Kabupaten Garut, memilih komoditas/produk
tersebut menjadi komoditas unggulan dan menganalisis komoditas unggulan terpilih
menjadi potensi/peluang investasi terpilih.
Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait Investasi ini merupakan salah satu upaya untuk
penyiapan bahan promosi investasi Kabupaten Garut yang lebih focus dan tajam baik
secara sektoral maupun lokasi, sehingga akan mempermudah para investor untuk
merealisasikan minat investasi mereka.
Besar harapan kami, penyusunan kajian mengenai Sumberdaya Alam yang Terkait
Investasi di Kabupaten Garut ini sangat bermanfaat untuk ditawarkan kepada para
calon investor dalam merealisasikan minat investasi di Kabupaten Garut yang
didukung dengan informasi yang akurat. Semoga upaya ini dapat mendukung dalam
peningkatan kegiatan investasi dan penciptaan lapangan kerja di Kabupaten Garut.
Garut, Desember 2015
Tim Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................................. i
DAFTAR ISI .............................................................................................................................. ii
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Kajian ........................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ............................................................................................. 2
1.3 Tujuan dan Manfaat ............................................................................................. 2
1.4 Dasar Hukum Pelaksanaan Kegiatan .................................................................... 3
1.5 Ruang Lingkup Kegiatan ........................................................................................ 3
1.6 Sistematika Laporan ............................................................................................. 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................... 5
2.1. Pembangunan Ekonomi ...................................................................................... 5
2.2. Strategi Pembangunan Ekonomi Daerah ............................................................ 6
2.3. Komoditas ............................................................................................................ 8
2.3.1. Konsep Daya Saing Komoditas Unggulan ........................................................ 11
2.4. Investasi ............................................................................................................... 12
2.4.1. Aspek- Aspek Kelayakan Investasi...................................................................... 14
BAB 3 METODOLOGI .............................................................................................................. 24
3.1. Desain Penelitian ................................................................................................. 24
3.2. Metode Pengumpulan Data ................................................................................ 24
3.3. Teknik Analisis Data ............................................................................................. 25
3.4. Lokasi dan Jadwal Penelitian ............................................................................... 27
BAB 4 PROFIL KABUPATEN GARUT ....................................................................................... 28
4.1. Gambaran Umum Kabupaten Garut ................................................................... 28
4.1.1. Kondisi Geografis ............................................................................................... 28
4.1.2. Kondisi Sumber Daya Alam ............................................................................... 32
iii
4.1.3. Kondisi Demografi Penduduk ............................................................................ 34
4.2. Struktur Ekonomi ................................................................................................ 42
4.2.1. Pertumbuhan Ekonomi/ PDRB .......................................................................... 42
4.2.2. Laju Pertumbuhan Ekonomi .............................................................................. 48
4.2.3. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Per kapita dan Inflasi ........................ 50
BAB 5 POTENSI UNGGULAN DAERAH KABUPATEN GARUT .................................................. 53
5.1. Potensi Unggulan Sektor Pertanian ..................................................................... 53
5.2. Potensi Unggulan Sektor Perkebunan ................................................................. 64
5.3. Potensi Unggulan Sektor Peternakan .................................................................. 68
5.4. Potensi Unggulan Sektor Perikanan dan Kelautan ............................................... 71
5.5. Potensi Sektor Kehutanan .................................................................................... 73
5.6. Potensi Sektor Sumberdaya Air dan Pertambangan ............................................ 75
5.7. Potensi Sektor Pariwisata ..................................................................................... 79
BAB 6 POTENSI/PELUANG INVESTASI KOMODITI UNGGULAN KABUPATEN GARUT………… 83
6.1 Gambaran Umum Transportasi Kabupaten Garut ................................................ 83
6.2 Komoditi Unggulan yang Memiliki Peluang Investasi ........................................... 89
6.2.1 Peluang Investasi Sektor Pertanian ..................................................................... 89
6.2.2 Peluang Investasi Sektor Perkebunan ................................................................. 94
6.2.3 Peluang Investasi Sektor Peternakan .................................................................. 96
6.2.4 Peluang Investasi Sektor Perikanan .................................................................... 97
6.2.5 Peluang Investasi Sektor Kehutanan ................................................................... 99
6.2.6 Peluang Investasi Sektor Sumberdaya Air dan Pertambangan ........................... 100
6.2.7 Peluang Investasi Sektor Kelautan ...................................................................... 101
6.2.8 Peluang Investasi Sektor Pariwisata.................................................................... 102
BAB 7 PENUTUP…………………………………………………………………………………………………………………. 107
DAFTAR PUSTAKA
Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kajian
Pembangunan daerah menjadi sangat berarti bagi perkembangan daerah ketika
pemerintah melaksanakan otonomi daerah yang ditindaklanjuti dengan Undang-
Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah jo Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah jo Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Kebijakan tersebut merupakan suatu
keputusan besar yang membawa perubahan fundamental dalam tata kelola hubungan
antara pemerintah pusat dan daerah, karena terjadinya pelimpahan kewenangan dan
pembiayaan yang selama ini merupakan tanggung jawab Pemerintah Pusat.
Pemberlakuan Undang-Undang tersebut menuntut pemerintah daerah untuk
melaksanakan desentralisasi dan memacu pembangunan ekonomi guna peningkatan
kesejahteraan masyarakat dan meningkatkan kemandirian daerah.Daerah harus
mampu menggali, mengolah, mengelola dan memanfaatkan berbagai sumber daya dan
hasil kekayaan alam, serta potensi ekonomi yang ada untuk meningkatkan taraf hidup
dan kesejahteraan masyarakat serta peningkatkan pendapatan asli daerah untuk
pembiayaan pembangunan.
Keberhasilan pembangunan dalam kerangka otonomi daerah tidak terlepas dari
keberhasilan daerah tersebut dalam melaksanakan pembangunan ekonomi daerah.
Pembangunan ekonomi daerah harus melibatkan para pelaku pembangunan,
Pemerintah daerah tidak bisa sendirian dalam melakukan proses pembangunan karena
pemerintah daerah memiliki berbagai keterbatasan baik sumber daya manusia maupun
anggaran. Oleh karena itu, diperlukan keterlibatan pihak lain, dalam hal ini adalah pihak
Swasta atau penanam modal.Pemerintah daerah hanya bertanggung jawab secara lebih
penuh dalam bentuk kebijakan dasar yang diperlukan bagi pembangunan daerah, salah
satunya berupa kebijakan dasar pengembangan penanaman modal.
Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut
2
Kabupaten Garut memiliki potensi daerah yang sangat banyak dan bervariasi.Kekayaan
alamnya meliputi gunung, rimba, laut, pantai, sungai, bahan tambang, tanah yang subur
dan panorama yang sangat indah. Potensi ini, jika dikelola dengan baik akan menjadi
faktor pendorong yang sangat besar bagi percepatan pembangunan daerah. Oleh
karena itu, dalam rangka optimalisasi potensi wilayah sekaligus meningkatkan daya
saing Kabupaten Garut diperlukan kajian strategis atas potensi wilayah yang dimiliki
Kabupaten Garut berupa kajian sumber daya yang terkait dengan investasi. Hasil kajian
ini tentunya akan semakin memperjelas posisi potensi daerah yang dimiliki disamping
akan memberikan informasi yang tepat bagi para stakedolder daerah termasuk
didalamnya para penanam modal.
Sesuai dengan Peraturan Bupati Nomor 163 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas
Peraturan Bupati Garut Nomor 472 Tahun 2011 tentang Standar Pelayanan Minimal
(SPM) Pelayanan Dasar di Lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Garut hasil kajian
sumber daya yang terkait dengan investasi merupakan dokumenkebijakan penanaman
modal daerah dalam rangka meyediakan informasi peluang usaha sektor/bidang usaha
unggulan. Keberadaan hasil kajian ini dinilai sangat penting untuk meningkatkan daya
saing daerah khususnya sebagai bahan promosi investasi dalam rangka meningkatkan
investasi daerah.
1.2 Perumusan Masalah
Permasalahan yang akan menjadi topik perhatian pada kajian ini adalah masalah bidang
usaha unggulan berupa potensi dan peluang investasi yang akan ditawarkan kepada
investor. Saat ini informasi mengenai bidang usaha unggulan tersebut belum tersedia
sesuai dengan kebutuhan. Oleh sebab itu, perlu dilakukan analisis yang komprehensif
tentang potensi dan peluang investasi di Kabupaten Garut.
1.3 Tujuan dan Manfaat
A. Tujuan
1. Mengidentifikasi potensi ekonomi berupa komoditas/produk yang ada di
Kabupaten Garut.
2. Memilih komoditas/produk tersebut menjadi komoditas unggulan.
Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut
3
3. Menganalisis komoditas unggulan terpilih menjadi potensi/peluang investasi
terpilih.
B. Manfaat kajian ini adalah:
1. Memperoleh gambaran potensi ekonomi berupa komoditas/produk yang ada di
Kabupaten Garut.
2. Memperoleh gambaran produk unggulan dan potensi/peluang investasi terpilih di
Kabupaten Garut.
3. Memperoleh komoditas unggulan yang menjadi potensi/peluang investasi di
Kabupaten Garut.
1.4 Dasar Hukum Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan kegiatan Kajian Keunggulan dan Potensi Investasi Kabupaten Garut ini
mengacu pada landasan hukum sebagai berikut:
1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal;
2. Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 14 Tahun 2012 tentang Penanaman
Modal
3. Peraturan Bupati Nomor 163 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Bupati
Garut Nomor 472 Tahun 2011 tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) Pelayanan
Dasar di Lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Garut
4. Rencana Strategis BPMPT Kabupaten Garut tahun 2014-2019
5. Rencana Kerja BPMPT Kabupaten Garut Tahun 2015
6. DPA BPMPT Kabupaten Garut Tahun 2015.
1.5 Ruang Lingkup Kegiatan
Ruang lingkup pelaksanaan kegiatan Kajian Keunggulan dan Potensi Investasi Kabupaten
Garut antara lain meliputi:
1. Identifikasi kriteria investasi dan komoditi/ produk diwilayah Kabupaten Garut
dengan menggunakan Cut Off Point dan Analytical Hierarchy Process.
2. Melakukan analisis potensi dan permasalahan terkait peluang investasi komoditas
unggulan yang teridentifikasi di wilayah Kabupaten Garut.
3. Merekomendasi potensi unggulan dalam investasi diwilayah Kabupaten Garut.
Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut
4
1.6 Sistematika Laporan
Sistematika laporan Kegiatan Kajian Keunggulan dan Potensi Investasi di Wilayah
Kabupaten Garut:
Bab 1 Pendahuluan
Berisi latar belakang kegiatan, rumusan permasalahan, tujuan dan manfaat,
Dasar Hukum, ruang lingkup kegiatan, serta sistematika laporan.
Bab 2 Tinjauan Pustaka
Memuat konsep-konsep yang memiliki relevansi yang kuat dengan kegiatan ini,
yang dilakukan berdasarkan studi literatur dan/ atau dokumentasi.
Bab 3 Metodologi Penelitian
Menggambarkan sistematika tahapan kegiatan yang memuat langkah-langkah
teknis maupun praktis metode analisis, sedemikian rupa sehingga tujuan
kegiatan ini dapat dicapai.
Bab 4 Profil Kabupaten Garut
Menjelaskan gambaran umum wilayah Kabupaten Garut sebagai objek kajian
yang merupakan data awal sebelum dilakukan analisis dan pembahasan lebih
lanjut.
Bab 5 Komoditas Unggulan Kabupaten Garut
Bab ini berisi tentang gambaran mengenai komoditas unggulan dihasilkan
melalui studi lapangan terhadap objek yang diamati yang dilakukan melalui
diskusi secara terfokus baik dalam tim maupun dengan dinas/ instansi terkait
serta para ahli yang berkompeten.
Bab 6 Potensi/peluang Investasi Komoditi Unggulan di Kabupaten Garut
Bab ini menguraikan mengenai peluang investasi untuk komoditas unggulan
yang diperoleh melalui survey lapangan dan diskusi dengan beberapa ahli.
Bab 7 Penutup
Bab ini berisi kesimpulan dari hasil analisis.
Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pembangunan Ekonomi
Pembangunan merupakan suatu orientasi dan kegiatan usaha yang tanpa akhir. Proses
pembangunan sebenarnya adalah merupakan suatu perubahan sosial budaya.
Pembangunan agar dapat menjadi suatu proses yang dapat bergerak maju atas
kekuatan sendiri tergatung kepada manusia dan struktur sosialnya (Subandi, 2014).
Pembangunan ekonomi dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu
masyarakat menciptakan suatu lingkungan yang mempengaruhi hasil-hasil indikator
ekonomi seperti kenaikan kesempatan kerja, peningkatan pendapatan dan perbaikan
taraf hidup. Lingkungan yang dimaksud sebagai sumber daya perencanaan meliputi
tentang lingkungan fisik, peraturan dan perilaku (Blakley, 1989). Inti perencanaan
pembangunan ekonomi daerah, bukanlah perencanaan dari daerah, tetapi
perencanaan untuk suatu daerah, yang bisa dianggap sebagai perencanaan untuk
memperbaiki berbagai sumber daya publik yang tersedia di daerah dan untuk
memperbaiki kapasitas sektor swasta dalam menciptakan sumber daya swasta yang
bertanggung jawab (Kuncoro, 2004).
Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses di mana pemerintah daerah
beserta masyarakatnya bersama-sama mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada
serta membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor
swasta guna menciptakan suatu lapangan kerja baru yang dapat meningkatkan
perkembangan pertumbuhan ekonomi dalam wilayah tersebut.
Masalah pokok dalam pembangunan daerah adalah terletak pada penekanan
terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan pada kekhasan daerah
yang bersangkutan (endogenous development) dengan menggunakan potensi
sumberdaya manusia, kelembagaan, dan sumberdaya fisik secara lokal (daerah).
Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut
6
Untuk itu, yang menjadi hal penting dalam pembangunan ekonomi suatu daerah
adalah mencakup pembentukan institusi-institusi baru, pembangunan industri-industri
alternatif, perbaikan kapasitas tenaga kerja yang ada untuk menghasilkan produk dan
jasa yang lebih baik, identifikasi pasar-pasar baru, alih ilmu pengetahuan dan
pengembangan perusahaan-perusahaan baru (Purwanti, 2008).
2.2 Strategi Pembangunan Ekonomi Daerah
Strategi pembangunan ekonomi daerah dapat dikelompokkan menjadi empat
kelompok besar (Lincolin Arsyad, 1997) yaitu:
1. Strategi pengembangan fisik (locality or physical development strategy)
Tujuan strategi ini adalah untuk menciptakan identitas daerah kota, memperbaiki
pesona atau kualitas hidup masyarakat dan memperbaiki daya tarik pusat kota
dalam upaya memperbaiki dunia usaha daerah. Untuk mencapainya maka
diperlukan alat-alat pendukung yaitu Pembuatan bank tanah, Pengendalian
perencanaan dan pembangunan, Penataan kota, Pengaturan tata ruang,
Penyediaan perumahan dan pemukiman yang baik, dan Penyediaan infrastruktur.
2. Strategi pengembangan dunia usaha (business development strategy)
Merupakan komponen yang penting karena daya tarik kreativitas atau daya tarik
dunia usaha adalah cara terbaik untuk menciptakan perekonomian daerah yang
sehat.
3. Strategi pengembangan sumber daya manusia (human resource development
strategy)
Merupakan aspek yang paling penting dalam proses pembangunan ekonomi. Hal ini
dapat dilakukan dengan cara membuat pelatihan, membuat bank keahlian,
mendukung lembaga ketrampilan dan pendidikan di daerah, dan mengembangkan
lembaga pelatihan bagi orang cacat.
4. Strategi pengembangan masyarakat (community-based development strategy)
Merupakan kegiatan untuk memberdayakan suatu kelompok masyarakat tertentu
pada suatu daerah. Tujuannya adalah untuk menciptakan manfaat sosial.
Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut
7
Oleh karena itu, setiap daerah memiliki corak pertumbuhan ekonomi yang berbeda
antar satu dengan lainnya. Oleh sebab itu dalam perencanaan pembangunan ekonomi
suatu daerah perlu untuk mengetahui karakter ekonomi, sosial dan fisik daerah itu
sendiri, termasuk interaksinya dengan daerah lain. Dengan demikian tidak ada strategi
pembangunan ekonomi daerah yang dapat berlaku untuk semua daerah.
Menurut Friedman dan allonso (1978), pengembangan wilayah dalam jangka panjang
lebih ditekankan pada pengenalan potensi sumber daya alam dan potensi
pengembangan lokal wilayah yang mampu mendukung pertumbuhan ekonomi,
kesejahteraan sosial, termasuk pengentasan kemiskinan dan ketertinggalan dalam
rangka mencapai tujuan pembangunan. Berkaitan dengan hal tersebut, maka
pengembangan wilayah lebih ditekankan pada penyusunan paket pengembangan
wilayah terpadu dengan mengenali sektor strategis (potensial) yang perlu
dikembangkan di suatu wilayah.
Salah satu pendekatan dalam perencanaan pengembangan wilayah menurut Tarigan
(2008) adalah pendekatan sektoral. Pendekatan sektoral dilakukan dengan me-
ngelompokkan kegiatan pembangunan ke dalam sektor-sektor, selanjutnya masing--
masing sektor dianalisis untuk menetapkan apa yang dapat dikembangkan
(ditingkatkan) dari sektor tersebut guna mengembangkan wilayah.
Sudarsono (2001) menyatakan bahwa dinamika keunggulan suatu wilayah di masa
mendatang ditandai dengan kemampuan wilayah tersebut dalam meraih peluang
menghadapi kompetisi pasar bebas baik di tingkat regional maupun global. Beberapa
langkah dan strategi yang perlu dilakukan agar suatu wilayah mampu berkompetisi
antara lain:
1. Birokrasi pemerintah perlu melakukan reorientasi peran dan tanggungjawabnya
yakni hanya bersifat mengarah dan membina bukan menentukan (steering than
rowing). Sehingga peran dan tanggungjawab pemerintah daerah hanya berkisar
pada bidangbidang dimana sektor swasta atau pihak ketiga lainnya tidak
memungkinkan untuk melakukan tugas tersebut, misalnya dalam situasi terjadinya
kegagalan pasar (market falure).
2. Birokrasi Pemerintah daerah harus dapat berkiprah secara efektif dan efisien
Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut
8
dalam memberikan pelayanan prima untuk meraih investasi dalam dan luar negeri.
3. Membentuk sistem dan jaringan kerja (networking) dengan lembaga/asosiasi
bisnis dan atase perdagangan luar negeri, khususnya dalam mendukung
pemasaran produk ekspor.
4. Mengembangkan lembaga R & D (research and development) terhadap jenis
produksi unggulan untuk menjamin kualitas produk, kestabilan harga, kebutuhan
pasar (demand) dan jaminan kontinuitas ketersediaannya (delivery/supply).
5. Memfasilitasi lembaga keuangan agar bersedia memberikan modal usaha bagi
industri skala kecil dan menengah pada berbagai sector unggulan daerah, sehingga
mereka dapat menjamin dan mempertahankan keberlangsungan usahanya.
6. Berperan mentransportasikan ilmu pengetahuan dan teknologi terapan di berbagai
sector unggulan produk daerah, agar proses produksi dapat mencapai efektifitas,
efisiensi, dan ekonomis.
7. Mendorong agar para produsen mengembangkan jenis-jenis produk unggulan
yang bersifat komplementer baik intern maupun antar region, memiliki nilai
tambah (value edded) dan menghasilkan manfaat ganda (multiple effect) baik
secara backward-linkage dan forward linkage terhadap berbagai sektor, dengan
demikian dapat memperkuat posisi darah dari pengaruh fluktuasi ekonomi.
8. Memposisikan birokrasi pemerintah daerah cukup berperan sebagai katalisator,
stimulator, dan regulator agar mekanisme pasar dapat bekerja secara sehat.
9. Memprioritaskan program pembangunan infrastuktur yang dibutuhkan dalam
rangka kemudahan aksebilitas usaha di bidang industri meliputi sarana
transportasi, komunikasi, energi, lokasi industri, sarana dan prasarana pelayanan
umum yang baik serta situasi lingkungan yang sehat dan aman.
2.3 Komoditas
Dalam rangka upaya pembangunan ekonomi daerah, inventarisasi potensi wilayah/
daerah mutlak diperlukan agar dapat ditetapkan kebijakan pola pengembangan baik
secara sektoral maupun secara multisektoral. Salah satu langkah
Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut
9
inventarisasi/identifikasi potensi ekonomi daerah adalah dengan mengidentifikasi
komoditas potensial yang menjadi keunggulan daerah pada suatu daerah.
Komoditas unggulan daerah menggambarkan kemampuan daerah menghasilkan
produk, menciptakan nilai, memanfaatkan sumberdaya secara nyata, memberi
kesempatan kerja, mendatangkan pendapatan bagi masyarakat maupun pemerintah,
memiliki prospek untuk meningkatkan produktivitas dan investasinya. Sebuah
komoditas dikatakan unggul jika memiliki daya saing sehingga mampu untuk
menangkal produk pesaing di pasar domestik dan /atau menembus pasar ekspor
(Sudarsono, 2001)
Sementara menurut Handewi Rachman (2003) yang dimaksud komoditas unggulan
adalah komoditas andalan yang memiliki posisi strategis untuk dikembangkan di
suatu wilayah. Posisi strategis ini didasarkan pada pertimbangan teknis (kondisi tanah
dan iklim), sosial ekonomi dan kelembagaan. Penentuan ini penting dengan
pertimbangan bahwa ketersediaan dan kapabilitas sumberdaya (alam, modal dan
manusia) untuk menghasilkan dan memasarkan semua komoditas yang dapat
diproduksi di suatu wilayah secara simultan relatif terbatas. Disisi lain pada era pasar
bebas saat ini baik ditingkat pasar lokal, nasional maupun global hanya komoditas
yang diusahakan secara efisien dari sisi teknologi dan sosial ekonomi serta
mempunyai keunggulan komparatif dan kompetitif yang akan mampu bersaing secara
berkelanjutan dengan komoditas yang sama dari wilayah lain.
Menurut direktorat Jenderal Pembangunan Daerah Depdagri, bahwa berdasarkan
Surat Edaran Nomor 050.05/2910/III/BANDA tanggal 7 Desember 1999, ditentukan
kriteria komoditas unggulan sebagai berikut:
a) Mempunyai kandungan lokal yang menonjol dan inovatif di sektor pertanian,
industri, dan jasa.
b) Mempunyai daya saing tinggi di pasaran, baik ciri, kualitas maupun harga yang
kompetitif serta jangkauan pemasaran yang luas, baik di dalam negeri maupun
global.
c) Mempunyai ciri khas daerah karena melibatkan masyarakat banyak (tenaga kerja
setempat).
Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut
10
d) Mempunyai jaminan dan kandungan bahan baku yang cukup banyak, stabil, dan
berkelanjutan.
e) Difokuskan pada produk yang mempunyai nilai tambah yang tinggi, baik dalam
kemasan maupun pengolahannya.
f) Secara ekonomi menguntungkan dan bermanfaat untuk meningkatkan pendapatan
dan kemampuan SDM masyarakat.
g) Ramah lingkungan, tidak merusak lingkungan, berkelanjutan serta tidak merusak
budaya setempat.
Adapun menurut Anonim (2001), komoditas unggulan dapat dilihat berdasarkan sudut
pandang :
a) Mampu memberikan pengaruh besar terhadap perekonomian di suatu wilayah dan
menumbuhkan daya beli.
b) Berbasis pada sumber daya lokal.
c) Dari segi permintaan besar dan semakin kuat.
d) Mampu menggerakan output sektor-sektor lainnya.
Lain halnya dengan Alkadri (2004) yang mengkategorikan komoditas unggulan sebagai
berikut :
a) Mampu menjadi penggerak utama pembangunan perekonomian.
b) Mempunyai keterkaitan ke depan dan ke belakang kuat baik sesama komoditas
unggulan maupun komoditas lainnya.
c) Mampu bersaing dengan komoditas sejenis dari wilayah lain (harga, biaya produksi,
kualitas pelayanan).
d) Memiliki keterkaitan dengan wilayah lain baik dalam hal pasar maupun pasokan
bahan baku.
e) Mampu menyerap tenaga kerja
f) Dapat bertahan dalam jangka panjang.
Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut
11
g) Pengembangannya harus mendapatkan berbagai dukungan (keamanan, sosial
budaya)
h) Produk ramah lingkungan.
Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa secara garis
besar, komoditas unggulan dapat dilihat dari berbagai aspek, diantaranya adalah
mampu menjadi penggerak pertumbuhan perekonomian suatu daerah/wilayah,
menyerap tenaga kerja, adanya kontinuitas produk terkait bahan baku, produk yang
ramah lingkungan,memiliki nilai tambah yang tinggi, mencerminkan kekhasan suatu
daerah, serta secara ekonomi menguntungkan dan bermanfaat untuk meningkatkan
pendapatan dan kemampuan SDM masyarakat.
2.3.1 Konsep Daya Saing Komoditas Unggulan
Secara umum kemampuan daya saing dapat ditentukan berdasarkan tiga sumber,
yaitu:
1. Keunggulan komparatif (comparative advantage), yaitu kemampuan daya saing
yang diperoleh dari kemampuan sumber daya input (resource) seperti ketersediaan
sumber daya yang besar, kemampuan ekspor yang tinggi, ketersediaan lahan yang
memadai dan lainnya.
2. Keunggulan kompetitif (competitive advantage), yaitu kemampuan daya saing yang
diperoleh dari kemampuan proses menciptakan keunggulan bersaing dengan
menggunakan sumber daya yang dimilikinya misalnya menciptakan keunikan
produk, memberikan manfaat yang lebih bagi pelanggan dan lainnya.
3. Keunggulan kooperatif (cooperative advantage), yaitu keunggulan daya saing yang
diperoleh dari kemampuan bekerjasama dengan pihak ketiga terutama pihak
penyalur dan distributor dalam menyalurkan barang kepada pelanggan. Dalam hal
ini sering disebut dengan konsep CRM (customer relationship management).
Menurut Simatupang (1991) serta Sudaryanto dan Simatupang (1993), konsep
keunggulan komparatif merupakan ukuran daya saing (keunggulan) potensial dalam
artian daya saing yang akan dicapai apabila perekonomian tidak mengalami distorsi
sama sekali. Komoditas yang memiliki keunggulan komparatif dikatakan juga memiliki
Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut
12
efisiensi secara ekonomi. Lebih lanjut Simatupang (1995) mengemukakan bahwa
untuk meningkatkan daya saing produk pertanian dapat dilakukan dengan strategi
pengembangan agribisnis dalam konsep industrialisasi pertanian diarahkan pada
pengembangan agribisnis sebagai suatu sistem keseluruhan yang dilandasi prinsip-
prinsip efisiensi dan keberlanjutan di mana konsolidasi usaha tani diwujudkan melalui
koordinasi vertikal sehingga produk akhir dapat dijamin dan disesuaikan preferensi
konsumen akhir.
Keunggulan komparatif bersifat dinamis. Suatu negara yang memiliki keunggulan
komparatif di sektor tertentu secara potensial harus mampu mempertahankan dan
bersaing dengan negara lain. Keunggulan komparatif berubah karena faktor yang
mempengaruhinya.
Adapun konsep penciptaan daya saing lainnya dapat dilakukan dengan penciptaan
kompetensi inti industri daerah yang ditunjang oleh kemampuan dalam melakukan
regional marketing dan membangun jejaring (kerjasama antar daerah dan
internasional). Kompetensi inti dapat menjadi kunci keberhasilan kabupaten/kota
dalam menentukan arah pembangunan masa depan sesuai keunggulan daya saing
yang dimiliki.
2.4 Investasi
Investasi merupakan salah satu sektor pendukung kemajuan ekonomi disetiap negara.
Semua negara memiliki kekurangan dan kelebihan untuk saling mengisi antara satu
negara dengan negara lain. Untuk menutupi kekurangan serta memajukan
perekonomian suatu negara diantaranya melalui jalan investasi. Menurut Sukirno
(2000) kegiatan investasi yang dilakukan oleh masyarakat secara terus menerus akan
meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan
nasional dan meningkatkan taraf kemakmuran masyarakat. Peranan ini bersumber
dari tiga fungsi penting dari kegiatan investasi, yakni (1) investasi merupakan salah
satu komponen dari pengeluaran agregat, sehingga kenaikan investasi akan
meningkatkan permintaan agregat, pendapatan nasional serta kesempatan kerja; (2)
pertambahan barang modal sebagai akibat investasi akan menambah kapasitas
produksi; (3) investasi selalu diikuti oleh perkembangan teknologi.
Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut
13
Menurut Ahli Ekonomi Investasi dapat diartikan sebagai penanaman modal. Investasi
memiliki peran yang sangat penting dalam perekonomian baik itu didalam negeri
ataupun diluar negeri disetiap tahunnya. Pengertian lain menurut Budhivaya bahwa
investasi merupakan kegiatan perekonomian/ perdagangan, yang sebagaimana
lazimnya suatu kegiatan perdagangan, maka tujuannya adalah untuk memperoleh
keuntungan. Sementara investasi menurut Fitz Gerald (1978) yaitu aktivitas yang
berkaitan dengan usaha penarikan sumber-sumber yang dipakai untuk mengadakan
modal barang pada saat sekarang ini. Barang modal tersebut akan menghasilkan aliran
produk baru di masa yang akan datang. Fitz Gerald juga mengungkapkan bahwa
investasi yaitu aktivitas yang berkaitan dengan usaha penarikan sumber-sumber untuk
dipakai mengadakan barang. Dari modal tersebut akan dihasilkan aliran produk baru di
masa yang akan datang. Menurut Jack Clark Francis (1991), Investasi adalah
penanaman modal yang diharapkan dapat menghasilkan tambahan dana pada masa
yang akan datang.
Penanaman modal baik modal dalam negeri dan utamanya modal asing sangat
diharapkan oleh suatu negara agar dapat mengolah kekayaaan alamnya yang masih
berupa bahan mentah, juga untuk memajukan perdagangan dan membangkitkan
berbagai kegiatan perekonomian, yang pada gilirannya tidak saja akan menaikkan
pendapatan masyarakat, namun secara bersamaan juga akan terjadi transfer ilmu
pengetahuan dan ketrampilan asing sehingga dapat meningkatkan kualitas tenaga
kerja serta masyarakat negara yang bersangkutan, demikian juga akan terjadi
peningkatan pendapatan negara dari sektor pajak serta retribusi dan sebagainya, yang
kesemuanya itu diharapkan akan meningkatkan kemakmuran suatu negara. Agar hal
tersebut dapat berjalan dengan baik, mengingat banyaknya kepentingan dari berbagai
pihak berkaitan dengan pelaksanaan investasi teresebut, maka dibentuk UU Nomor 25
Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal yang memuat ketentuan-ketentuan guna
menarik minat para investor serta memperlancar dan melindungi penanaman
modalnya, sekaligus di sisi lainnya juga dapat melinduingi kepentingan- kepentingan
nasional.
Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut
14
2.4.1 Aspek- Aspek Kelayakan Investasi
Menurut Husein Umar (2003), belum ada keseragaman mengenai aspek-aspek bisnis
apa saja yang harus dikaji dalam rangka studi kelayakan bisnis. Dalam proses analisis
setiap aspek saling berketerkaitan antara satu aspek dengan aspek yang lainya.
Mengacu kepada konsep bisnis terdahulu aspek yang perlu diteliti adalah sebagai
berikut :
1. Aspek Pasar
Peranan aspek pasar dalam pendirian maupun perluasan usaha pada studi
kelayakan proyek maupun studi kelayakan bisnis merupakan variabel pertama atau
yang utama untuk mendapatkan perhatian. Terdapat dua masalah utama dalam
aspek pasar pengukuran pasar potensial saat sekarang dan pada saat yang akan
datang, pengertian dari pasar potensial adalah keseluruhan jumlah produk atau
sekelompok produk yang mungkin dapat dijual dalam pasar tertentu dalam priode
tertentu. Adapun karakteristik yang harus diperhatikan dalam aspek pasar yaitu
seperti:
a. Permintaan, baik secara total maupun diperinci menurut daerah, jenis
konsumen. Dalam hal ini pengukuran dan peramalan permintaan merupakan
pokok utama dalam aspek pasar, tujuan dari peramalan dan pengukuran
permintaan tersebut adalah usaha untuk mengurangi terjadinya hal yang
berlawanan antara keadaan yang sungguh-sungguh dengan apa yang menjadi
hasil peramalan. Disini juga perlu diperkirakan tentang proyeksi permintaan
tersebut.
b. Penawaran, diartikan sebagai berbagai kuantitas barang yang ditawarkan
dipasar pada berbagai tingkat harga. Penawaran yang timbul baik yang
berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Bagaimana
perkembangan dimasa lalu dan bagaimana perkiraan dimasa yang akan
datang. Adapun Faktor yang mempengaruhi penawaran ini seperti, harga
barang-barang lain, biaya factor produksi, tujuan perusahaan dan tingkat
teknologi.
c. Harga, dilakukan perbandingan dengan barang-barang import dalam negeri
lainnya.
d. Program pemasaran, mencakup strategi yang digunakan untuk mencapai
market share yang telah ditetapkan dan untuk keperluan ini perlu
diperhatikan kedudukan produk, dan segmen pasar yang direncanakan.
e. Perkiraan penjualan yang akan dicapai perusahaan, market share yang bisa
dikuasai perusahaan.
2. Aspek Teknis dan Produksi
Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses pembangunan
proyek secara teknis dan pengoperasiannya, pelaksanaan aspek teknis dilakukan
setelah evaluasi aspek pasar yang menunjukan adanya kesempatan pemasaran
yang memadai untuk jangka waktu yang relatif panjang. Disamping itu aspek teknis
menyangkut berbagai pertanyaan penting tentang : Apakah studi dalam pengujian
Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut
15
terlebih dahulu pernah dilakukan, dan Apakah skala produksi yang dipilih sudah
optimal ? serta bagaimana dengan pemilihan lokasi perusahaan tersebut.
3. Aspek Manajemen
Manajemen berfungsi untuk aktivitas-aktivitas perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, dan pengendalian. Dalam menyusun suatu rencana hendaknya dapat
dikaji dari beberapa sisi, seperti sisi pendekatan pembuatan perencanaan, sisi
fungsi perencanaan, sisi jangka waktu pelaksanaan, setelah itu buatlah suatu
rekomendasinya. Disamping itu aspek manajemen bisa menyangkut tentang:
Manajemen dalam masa pembangunan proyek, siapa pelaksana proyek tersebut,
Manajemen dalam operasi, bentuk organisasi/badan usaha yang dipilih. Struktur
organisasi, jumlah tenaga kerja yang akan digunakan.
4. Aspek Hukum / Aspek Yuridis
Untuk menganalisa siapa pelaksanaan bisnis, tentunya hal ini menyangkut pada
badan usahanya dan orang-orang atau individu yang terlibat.
1. Bentuk badan usaha yang akan digunakan. Beberapa bentuk perusahaan di
Indonesia, dari segi yuridisnya ada:
a. Perusahaan perseorangan: jenis usaha ini merupakan perusahaan yang
diawasi dan dikelola oleh seorang.
b. Firma : suatu bentuk perkumpulan usaha yang didirikan oleh beberapa
orang dengan menggunakan nama bersama.
c. Perseroaan Comanditer (CV): merupakan suatu persekutuan yang didirikan
oleh beberapa orang yang masing-masing menyerahkan sejumlah uang
dalam jumlah yang tidak perlu sama.
d. Perusahaan Negara dimana usaha yang modalnya secara keseluruhan dari
Negara.
e. Koperasi: badan usaha yang bergerak dalam bidak ekonomi yang
bertujuan untuk meningkatkan kesejahtraan anggotanya .
2. Jaminan yang bisa disediakan kalau akan menggunakan dana pinjaman.
3. Berbagai akta, sertifikat izin yang akan digunakan.
5. Aspek Ekonomi dan Sosial
Pengaruh Investasi tersebut terhadap peningkatan penghasilan Negara. Sudah
jelas bahwa dengan bertumbuhnya bisnis dalam negeri akan menambah
pendapatan Negara misalnya dengan bertambahnya produksi dalam negeri maka
pendapatan seperti pajak, pembayaran listrik, pembayaran telepon akan
meningkat. Sedangkan disisi lain juga dapat memberikan penambahan
kesempatan kerja. Dalam hal ini bahwa proyek mampu meningkatkan
kesempatan tenaga kerja dan sekaligus ikut serta dalam pemerataan tenaga kerja
di negri. Bagaimana pengaruh investasi tersebut terhadap industri lain. Dengan
adanya proyek atau bisnis baru diharapkan tumbuh industri lain baik yang sejenis
maupun industry pendukung, bisa juga industri sebagai dampak positif adanya
kegiatan bisnis di daerah tersebut. Sedangkan dari segi Aspek bersifat sosial
Investasi bisnis hendaknya dapat berpengaruh positif pada masarakat sekitar,
tidak hanya berdampak pada peningkatan atau semakin baiknya kondisi
lingkungan seperti, jalan listrik, jembatan, dan lain-lain.
Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut
16
6. Aspek Keuangan
Dalam pembahasan studi kelayakan ini aspek keuangan adalah merupakan suatu
aspek yang sangat menentukan berjalannya invetasi yang akan dilakukan. Karena
aspek keuangan dapat menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya
dan manfaat yang diharapkan, dengan cara membandingkan antara pengeluaran
dan pendapatan, seperti ketersediaan dana, biaya modal, kemampuan untuk
membayar kembali investasi yang telah dilakukan dalam waktu yang telah
ditentukan, serta dapat menilai apakah investasi tersebut berjalan sesuai dengan
yang diharapkan. Aspek keuangan juga dapat dikatakan sebagai dasar terlaksana
atau tidaknya suatu investasi yang diinginkan. Maka dari itu dalam menilai
investasi harus benar-benar memperhatikan dana yang tersedia apakah dapat
digunakan secara maksimal demi mencapai tujuan dari perusahaan. Dalam aspek
keuangan ini juga membicarakan bagaimana memperkirakan kebutuhan dana
yang digunakan untuk aktiva tetap maupun untuk modal kerja.
Sementara menurut Hasyim (2014) bahwa untuk menilai suatu investasi, hal- hal yang
harus diperhatikan adalah sebagai berikut:
1. Aspek Ekonomi dan Sosial
Studi aspek ekonomi dan sosial ini bertujuan untuk mengemukakan pengaruh
positif proyek/usaha terhadap perekonomian dan masyarakat sekitar proyek.
Pengaruh terhadap perekonomian perlu dilihat dari sisi lokal, regional, dan
nasional. Kajian paling tidak harus mengemukakan hal-hal berikut :
a) Pengaruh proyek terhadap penerimaan Negara (antara lain mencakup pajak
pertambahan nilai (PPN), pajak penghasilan (PPh), pajak impor, dan pajak
ekspor.
b) Kontribusi proyek terhadap penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah.
c) Kontribusi proyek terhadap penghematan devisa impor serta peningkatan
penerimaan devisa hasil ekspor.
d) Jasa-jasa umum yang dapat dinikmati manfaatnya oleh masyarakat, seperti
sarana jalan, tenaga listrik, sarana pemeliharaan kesehatan, saran olah raga,
sarana pelatihan dan pendidikan .
e) Kontribusi proyek terhadap perluasan kesempatan kerja dan alih teknologi,
serta pembinaan usaha kecil dalam bentuk perusahaan mitra binaan.
f) Kontribusi proyek terhadap proyek lainnya dalam pola hubungan input-output,
serta manfaat proyek untuk mengurangi ketergantungan kepada impor.
2. Aspek Pasar dan Pemasaran
Studi aspek pasar dan pemasaran adalah sangat penting artinya dalam studi
kelayakan itu akan merinci potensi penerimaan (arus kas masuk) selama usia
ekonomi proyek/usaha. Di samping itu, studi pasar akan memberikan gambaran
mengenai intensitas persaingan, informasi tentang kebutuhan dan keinginan
konsumen, pendapatan rata-rata calon konsumen. Dilain sisi kita juga akan
mengetahui seberapa jauh leading usaha kita dalam mengusai pasar dan
konsumen. Apalagi marketing plan dalam bisnis ini sudah ada dan sudah diatur
oleh para leader.
Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut
17
3. Aspek Teknis dan Produksi
Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat modern dan rahasia
kapasitas proyek, lokasi, tata letak alat produksi, bentuk bangunan, kajian atas
bahan dan sumbernya, desain produk , dan analisis biaya produksi. Hal ini yang
perlu diketahui adalah :
a) Berapa besar kapasitas mesin pabrik atau peralatan produksi yang harus
diadakan, dengan memperhatikannya.
b) Pemodal perusahaan, jumlah , dan kemampuan pasokannya.
c) Studi alternatif lokasi dan usulan lokasi yang representatif. Usulan pemilihan
lokasi sebaiknya dilengkapi dengan pertimbangan teknis lokasi.
d) Desain produk, baik desain teknis maupun fungsionalnya. Desain teknis
diperlukan oleh pekerja sebagai pedoman pengerjaan.
e) Desain arus pengerjaan (Assembling or Flow Process Chart) yang berguna
sebagai pedoman penetapan tata letak pabrik .
f) Suku cadang
g) Studi dampak Lingkungan (AMDAL). Amdal adalah studi yang harus dibuat
sebagai kelengkapan dari evaluasi pendirian sebuah pabrik, Amdal akan
menjadi pedoman, bagaimana limbah ditangani sehingga tidak merusak
lingkungan.
4. Aspek Hukum
Dalam aspek hukum apakah suatu rencana usaha atau bisnis itu diyakini layak
atau tidaknya secara hukum, maka perlu dilihat dan dipelajari dari berbagai sisi
tertentu.Studi dalam aspek hukum ini, ide investasi yang saya jalankan harus
mampu merealisasikan berbagai hal yang berkaitan dengan masalah :
a) Legalitas
b) Kesepakatan
c) Hubungan industrial
d) Perizinan
e) Status perusahaan
f) Desain mengenai hak dan kewajiban pendiri
g) Pemegang saham
h) Tim management, dan
i) Karyawan
Adapun beberapa point yang telah disebutkan diatas, pokok point yang terpenting
dan yang harus dipenuhi terlebih dahulu adalah legalitas dan perizinan. Dimana
jika usaha/proyek yang kita jalani telah berbadan hukum da legal maka surat
perizinan dan point-ponit yang lainnya akan mengikuti juga.
5. Aspek Organisasi dan Manajemen
Studi mengenai aspek organisasi dan managemen ini adalah sangat penting dalam
perkembangan usaha/proyek yang akan kita jalankan, artinya terutama mengenai
:
a) Perumusan organisasi dan uraian tugas
b) Tata kerja selama proyek dalam fase pembangunan.
c) Perumusan organisasi
Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut
18
d) Uraian tugas dan tata kerja seta hak dan kewajiban setiap individu organisasi
setalah proyek selesai dan memasuki fase operasi komersial.
Secara umum investasi akan masuk ke suatu daerah tergantung dari daya tarik
daerah tersebut terhadap investasi, dan adanya iklim investasi yang kondusif
dimana Keberhasilan daerah untuk meningkatkan daya tariknya terhadap
investasi salah satunya tergantung dari kemampuan daerah dalam merumuskan
kebijakan yang berkaitan dengan investasi dan dunia usaha serta peningkatan
kualitas pelayanan terhadap masyarakat. Kemampuan daerah untuk menentukan
faktor-faktor yang dapat digunakan sebagai ukuran daya saing perekonomian
daerah relatif terhadap daerah lainnya juga sangat penting dalam upaya
meningkatkan daya tariknya dan memenangkan persaingan (KPPOD, 2003).
Bank Dunia (2005a) menyatakan bahwa untuk menciptakan suatu iklim investasi,
diperlukan suatu kebijakan investasi yang mampu menangani paling tidak tiga hal
berikut: biaya, risiko, dan pembatasan bagi persaingan. Jika pemerintah tidak mampu
menekan biaya, meminimalkan resiko, dan membatasi persaingan, maka investasi baik
domestik maupun asing akan sulit untuk ditingkatkan.
Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah Regional Autonomy Watch
(KPPOD, 2003) merumuskan beberapa hal yang dapat mempengaruhi daya tarik
investasi suatu daerah, diantaranya :
1. Kelembagaan
Kelembagaan mencakup kapasitas pemerintah dalam menjalankan fungsi-fungsi
pemerintahan dalam hal perumusan kebijakan, pelayanan publik, kepastian dan
penegakan hukum, serta pembangunan daerah. Dalam hal ini kelembagaan terbagi
menjadi beberapa unsur, diantaranya:
a) Kepastian Hukum
Yang dimaksud dengan kepastian hukum adalah adanya konsistensi
peraturan dan penegakan hukum di daerah. Konsistensi peraturan
ditunjukkan dengan adanya peraturan yang dapat dijadikan pedoman
untuk suatu jangka waktu yang cukup, sehingga tidak terkesan setiap
pergantian pejabat selalu diikuti pergantian peraturan yang bisa saling
bertentangan. Sedangkan penegakan hukum dilihat dari kinerja aparat
penegak hukum dalam melakukan penegakan peraturan dan keputusan
sesuai dengan peraturan tanpa membedakan subyek hukum. Termasuk
Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut
19
dalam unsur kepastian hukum adalah keberadaan pungutan liar diluar
birokrasi yang dapat terjadi baik di jalur distribusi maupun tempat
produksi. Hal lainnya yang menajdi perhatian dalam kepastian hukum
adalah hubungan antara eksekutif dan legislatif. Bilamana hubungan kedua
unsur pemerintahan itu terjalin baik maka akan kondusif bagi kepastian
hukum dalam pengertian luas (dalam praktik dunia usaha, aturan formal
bisa terabaikan ketika terjadi perselisihan antar kedua unsur
pemerintahan tersebut yang berimbas ke dunia usaha).
b) Aparatur dan Pelayanan
Yang dimaksud dengan aparatur adalah orang/pejabat atau pegawai
pemerintah daerah yang melaksanakan fungsi administrasi pemerintah daerah,
yaitu menyediakan pelayanan publik, infrastruktur fisik, serta merumuskan
peraturan berupa aturan main dari aktivitas dunia usaha dan investasi.
Indikator aparatur pemerintah daerah dalam hal ini adalah penggunaan
wewenang aparat pemerintah daerah dalam menjalankan peraturan.
Sedangkan dari sisi pelayanan yang diberikan aparatur pemerintah daerah
dilihat kejelasan rantai birokrasi dalam hal pengurusan perizinan dan hal-hal
lain terkait dengan dunia usaha serta perilaku aparat pemerintah daerah dalam
melakukan pelayanan.
c) Kebijakan Daerah / Peraturan Daerah
Pada prinsipnya peraturan/ kebijakan daerah adalah kerangka acuan/ aturan
main secara formal yang dibuat dan ditetapkan oleh pemerintah daerah dalam
mengatur aktivitas dunia usaha dan investasi. Kebijakan daerah dapat berupa
Peraturan Daerah (Perda) dan Keputusan Kepala Daerah (SK Bupati/ Walikota)
yang mengatur tentang Pajak dan Retribusi Daerah, prosedur pelayanan
kepada masyarakat, perizinan, dan lain-lain. Perda yang mengatur mengenai
prosedur palayanan terhadap dunia usaha/ investasi yang menarik para
investor antara lain yang memberikan kemudahan dalam birokrasi pelayanan
usaha, konsistensi kebijakan, harmonisasi antar produk, hukum, tidak adanya
hambatan- hambatan birokrasi dan sebagainya.
Peraturan yang memuat pungutan yang baik semestinya tidak hanya sekedar
ditujukan untuk peningkatan PAD tanpa mempertimbangkan prinsip-prinsip
ekonomi, filosofi pungutan dan dampak terhadap perekonomian
berkelanjutan.
Pelanggaran atas prinsip-prinsip tersebut merupakan distorsi bagi kegiatan
usaha dan investasi. Distorsi dari pungutan tersebut bisa terjadi pada harga
komoditas, hambatan lalu lintas perdagangan antar daerah; biaya produksi,
ekonomi biaya tinggi akibat pungutan berganda atau yang melampaui
kewajaran, dan sebagainya.
d) Keuangan Daerah
Yang dimaksud Keuangan Daerah dalam konteks ini adalah kebijakan,
strategi, dan teknik yang diterapkan oleh pemerintah daerah dalam upaya
untuk memperoleh dana, serta pembelanjaan atau pengalokasian dana-
dana tersebut untuk membiayai kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan
Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut
20
fungsi atau tugas pemerintahan yang diemban oleh pemerintah daerah
(pelayanan, pembangunan, dan lain-lain). Kebijakan pemerintah daerah
dalam menggali dana dan mengelola dana yang telah mereka peroleh
untuk peningkatan perekonomian daerahnya tersebut tertuang dalam
APBD.
2. Kondisi Sosial Politik
Yang dimaksud dengan kondisi sosial politik daerah adalah berbagai dampak
atau akibat dari hubungan timbal balik antara segi kehidupan ekonomi
dengan segi kehidupan politik, antara segi hukum dan segi kehidupan agama,
segi kehidupan politik dan keamanan dan sebagainya. Unsur dalam sosial
politik terdiri dari :
a) Keamanan
Adalah situasi keamanan di daerah yang mempengaruhi kegiatan usaha/
investasi, yang dapat mendukung atau menghambat aktivitas usaha/ investasi
dan jaminan keselamatan jiwa maupun harta. Kondisi keamanan dapat dilihat
dari rasa aman dan tingkat gangguan keamanan terhadap dunia usaha maupun
terhadap lingkungan masyarakat tempat usaha, serta kecepatan aparat dalam
menanggulangi gangguan keamanan.
b) Sosial Politik
Kondisi sosial politik adalah keadaan di daerah yang merupakan hasil relasi
antar pranata- pranata dalam satu sistem sosial di daerah, baik antar pranata
politik dan pemerintahan, antar pranata sosial di masyarakat, maupun antar
pranata formal dalam pemerintahan maupun antara elemen-elemen
masyarakat. Beberapa aspek yang membentuk kondisi sosial politik daerah
diantaranya adalah: keterbukaan birokrasi terhadap partisipasi dunia usaha
dalam perumusan kebijakan yang menyangkut kepentingannya, konflik sosial
antar kelompok masyarakat, stabilitas politik dan kegiatan unjuk rasa.
c) Budaya Masyarakat
Budaya merupakan seperangkat ide atau gagasan yang dimiliki oleh
sekelompok orang dalam wilayah tertentu, yang mendasari atau mengilhami
perilaku atau tindakan orang, baik secara individu maupun kolektif dari
anggota kelompok tersebut. Yang diperlukan oleh investor yang akan masuk ke
suatu daerah adalah nilai-nilai budaya masyarakat yang terbuka terhadap
masuknya dunia usaha, adanya kondisi dimana masyarakat tidak antipati
terhadap suatu investasi usaha. Selain keterbukaan, perilaku nondiskriminatif
dari masyarakat setempat dengan perlakuan yang sama kepada semua orang
tanpa membedakan asal usul, ras, agama, gender dalam kegiatan di setiap
sektor. Etos kerja masyarakat, dalam pengertian kemauan kerja keras,
persaingan untuk berprestasi, jujur dan mau/ mudah untuk dibina; juga
menjadi pertimbangan investor untuk membuka usaha di suatu daerah. Bila
masyarakat setempat mempunyai etos kerja yang baik, maka akan
Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut
21
memudahkan investor dalam rekrutmen pekerja tanpa harus mendatangkan
tenaga kerja dari luar daerah tersebut. Hal lain yang juga dipertimbangkan oleh
investor adalah adat istiadat, khususnya adat istiadat masyarakat setempat
yang tidak mengganggu produktivitas usaha.
3. Kondisi Ekonomi Daerah
Merupakan ukuran kinerja sistem ekonomi daerah secara makro. Perekonomian
daerah mencakup beberapa hal, antara lain variabel utama makro ekonomi
(seperti total output/ PDRB, tingkat harga dan kesempatan kerja) yang
membentuk struktur ekonomi daerah. Perekonomian daerah digunakan untuk
mengukur daya dukung potensi ekonomi, (ketersediaan sumber daya alam, dan
lain-lain), serta struktur ekonomi terhadap kegiatan usaha/ investasi.
a) Potensi Ekonomi
Potensi ekonomi daerah: mencakup potensi fisik dan non fisik suatu daerah/
wilayah seperti penduduk/ manusia, sumber daya alam, sumber daya buatan
dan sumber daya sosial. Faktor penduduk yang dianalisis dalam kaitannya
dengan daya tarik investasi daerah, pertama adalah kemampuan masyarakat
untuk memenuhi kenutuhan hidupnya, yang dilihat dari PDRB per kapita.
PDRB per kapita merupakan nilai PDRB atas dasar harga berlaku dibagi
jumlah penduduk di suatu daerah. Kedua, potensi ekonomi dilihat dari laju
pertumbuhan ekonomi, yaitu rata- rata pertumbuhan nilai PDRB atas dasar
harga konstan dari suatu periode/ tahun terhadap periode/ tahun
sebelumnya. Indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM) digunakan
sebagai identifikasi potensi ekonomi yang menggambarkan kemampuan
masyarakat setempat dalam cakupan yang luas.
b) Struktur Ekonomi
Nilai tambah bruto seluruh sektor kegiatan ekonomi yang terjadi di suatu
daerah, digunakan untuk melihat struktur ekonomi daerah yang
bersangkutan. Basis struktur perekonomian terlihat dari kontribusi sektor-
sektor ekonomi tertentu terhadap nilai bruto seluruh sektor yang ada di
daerah tersebut (nilai tambah sektoral). Berdasarkan kontribusi sektoral
tersebut dapat dilihat apakah struktur ekonomi daerah yang bersangkutan
berbasis sumber daya alam (primer), sudah terbiasa dalam kegiatan
ekonomi produktif dan industrialisasi (sekunder), dan pada perdagangan,
jasa dan perbankan (tersier). Indikator-indikator struktur ekonomi tersebut
penting bagi investor untuk mengetahui kegiatan ekonomi yang telah
berkembang di daerah yang bersangkutan.
4. Tenaga Kerja dan Produktivitas
Tenaga kerja merupakan faktor produksi yang sangat penting dalam
pembentukan nilai tambah suatu kegiatan ekonomi. Selain itu pekerja yang
Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut
22
merupakan sumber daya manusia adalah komponen utama dari pembangunan
karena pelaku utama pembangunan adalah manusia. Untuk melihat gambaran
tentang berapa besar nilai tambah suatu kegiatan ekonomi yang diberikan
oleh setiap pekerja pada suatu kegiatan ekonomi dapat dilihat dengan
menghitung produktivitas tenaga kerja. Beberapa hal yang berhubungan
dengan ketenagakerjaan yang dapat mempengaruhi daya tarik terhadap
investasi adalah:
a) Ketersediaan Tenaga Kerja
Untuk kegiatan investasi/ usaha diperlukan adanya tenaga kerja yang cukup
tersedia, baik yang belum berpengalaman maupun yang sudah
berpengalaman. Tenaga kerja tersebut dapat diperoleh dari daerah yang
bersangkutan atau dengan mendatangkan dari daerah lain. Ketersediaan
tenaga kerja yang dibutuhkan oleh sebuah kegiatan usaha dilihat dari rasio
jumlah penduduk usia produktif, rasio pencari kerja terhadap angkatan
kerja; maupun tenaga kerja dengan basis pendidikan minimal SLTP yang
sudah memiliki pengalaman kerja.
b) Biaya Tenaga Kerja
Yaitu tingkat kompensasi untuk pekerja secara keseluruhan sebagai biaya
yang dikeluarkan oleh pengusaha, yang biasanya merupakan upah atau
gaji untuk pekerjanya. Pedoman normatif pengupahan yang ditetapkan
pemerintah UMP/UMK menjadi faktor penting bagi pengusaha dalam
mengkalkulasi bisnisnya. Selain panduan normatif yang ada, investor juga
membutuhkan ‘pasar’ upah yang berlaku di daerah yang bersangkutan
berupa upah yang sebenarnya diterima oleh para pekerja yang mungkin
bisa lebih atau lebih rendah dari UMP/ UMK; asumsinya semakin kecil
upah menjadi semakin menarik bagi investor.
c) Produktivitas Tenaga Kerja
Produktivitas tenaga kerja merupakan salah satu indikator ketenagakerjaan
yang dikaitkan dengan faktor ekonomi. Secara makro hanya dapat diperoleh
produktivitas rata-rata pada sektor- sektor ekonomi agregatif, bukan
besarnya produksi barang dan jasa tetapi besarnya pertumbuhan ekonomi
(PDRB). Produktivitas diukur berdasarkan besarnya PDRB di sektor tertentu
dibagi dengan jumlah pekerja disektor tersebut. Metode ini banyak
kelemahan dan kurang akurat, namun demikian cara pengukuran seperti ini
masih memadai untuk menunjukkan kecenderungan produktivitas
kesempatan kerja.
5. Infrastruktur Fisik
Yang dimaksud dengan infrastruktur fisik adalah berbagai instalasi dan
kemudahan dasar (terutama sistem transportasi, komunikasi dan listrik), yang
diperlukan oleh masyarakat dalam melakukan aktivitas perdagangan dan
Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut
23
kelancaran pergerakan orang, barang, dan jasa dari satu daerah ke daerah lain
atau ke negara lain dalam suatu kegiatan usaha. Faktor infrastruktur fisik
dibagi menjadi dua yaitu:
a) Ketersediaan Infrastruktur Fisik
Untuk kelancaran kegiatan usaha perlu didukung oleh ketersediaan
infrastruktur fisik seperti jalan raya, kereta api, pelabuhan laut dan udara,
sarana komunikasi (telpon), dan sumber energi (listrik).
b) Kualitas dan Akses terhadap Infrastruktur Fisik
Infrastruktur fisik yang tersedia belum tentu menjamin kelancaran kegiatan
usaha. Untuk itu infrastruktur yang tersedia juga harus berada dalam kondisi
baik. Kualitas infrastruktur selain memperlihatkan kondisi fisiknya yang siap
dan layak untuk digunakan juga ditunjukkan dengan kemudahan akses
terhadap infrastruktur yang ada.
Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut
24
BAB 3
METODOLOGI
3.1 Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan rencana dan struktur penelitian yang dibuat sedemikian
rupa agar diperoleh jawaban atas pertanyaan-pertanyaan penelitian. Rencana
penelitian merupakan program menyeluruh dari suatu penelitian yang akan dilakukan
oleh peneliti (Cooper, et.al, 2006).
Desain penelitian yang dipergunakan dalam kajian ini adalah descriptive analysis.
Desain ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang gejala-gejala yang diteliti
pada saat sekarang. Dari hasil gambaran tersebut, selanjutnya dicari jawaban bagi
pemecahan masalah atau fenomena-fenomena yang ada. Penelitian deskriptif ada
hubungannya dengan pemaparan suatu fenomena atau hubungan antara dua atau
lebih fenomena. Penelitian deskriptif menggunakan teknik survei (Iskandar, 2001)
yaitu penelitian yang bertujuan menggambarkan keadaan nyata di lapangan secara
sistematik dan akurat menyangkut fakta-fakta dari objek penelitian serta pengamatan
terhadap akibat yang terjadi dan mencari fakta yang mungkin menjadi penyebabnya
melalui data tertentu yang dilengkapi dengan pemecahan masalah sesuai dengan
tujuan penelitian yang dilaksanakan.
Penelitian ini diharapkan dapat memperoleh gambaran secara sistematis, faktual dan
akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diteliti.
Setelah mendapatkan permasalahan dan dukungan yang ada, desain penelitian ini
juga diharapkan mampu memberikan solusi terhadap permasalahan yang didukung
dengan metode dan analisis yang berkesesuaian dengan tujuan penelitian.
3.2 Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data dalam penelitian ini digunakan teknik pengumpulan data:
1. Studi kepustakaan, yaitu mempelajari teori, aturan-aturan atau dokumen-dokumen
tertulis yang ada kaitannya dengan materi yang dikaji. Sumber pustaka juga dapat
Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut
25
digunakan untuk mendukung data objek penelitian sebagai data sekunder
penelitian (data BPS atau penyedia data lainnya).
2. Observasi yaitu cara pengumpulan data melalui pengamatan langsung terhadap
objek-objek yang diteliti. Kegiatan ini dilakukan untuk mendapatkan permasalahan
serta data pendukung dalam kegiatan penelitian.
3. Wawancara pengumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaan serta
berkomunikasi langsung dengan pihak-pihak tertentu yang berkompeten. Hal ini
dilakukan sebagai dasar untuk menentukan tahapan serta pencarian informasi
mengenai penyelesaian masalahan sesuai dengan tujuan penelitian yang
dilaksanakan.
Dalam rangka mendapatkan gambaran untuk melakukan analisa maka data yang
digunakan adalah: yaitu data primer dan data sekunder. Adapun data primer
diperoleh dengan cara wawancara mendalam (in-depth interview) terhadap Dinas
Perindustrian, Perdagangan, Badan Penanaman Modal, Dinas Pertanian dan
Perkebunan, Dinas Perikanan dan Kelautan, Kehutanan, Dinas Pariwisata, Dinas
Pertambangan, Bappeda, Pelaku Usaha, Akademisi dan instansi terkait lainnya. Data
sekunder diperoleh dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Badan Pusat Statistik,
Bappeda dan instansi terkait.
3.3 Teknik Analisis Data
Teknik analisis dilakukan dengan cara deskriptif terhadap arah pengembangan
penanaman modal di wilayah Kabupaten Garut yang ditetapkan berdasarkan potensi
/peluang investasi unggulan yang ada, tinjauan terhadap tantangan daerah pada masa
sekarang dan yang akan datang serta kesesuaian dengan RUPM RI, RUPM Provinsi
Jawa Barat, RPJMD dan RTRW Kabupaten Garut.
Pada kajian ini dibutuhkan berbagai analisis untuk mencapai sasaran dan tujuan
penelitian. Teknik analisis ini dibuat dengan harapan mampu menjelaskan mengenai
hasil penelitian yang berorientasi pada:
a) Keunggulan di wilayah Kabupaten Garut.
b) Penetapan Potensi/peluang investasi di wilayah Kabupaten Garut.
Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut
26
Adapun Teknik analisis data yang digunakan adalah :
1. Metode Cut -Off Point
Sebuah nilai cut -off menggambarkan hasil standar dalam pemilihan proses dengan
mengidentifikasi faktor-faktor yang memenuhi syarat secara objektif. Dalam
menentukan nilai cut -off pengambil keputusan menentukan level yang harus
dimiliki oleh faktor yang akan diolah dalam pengolahan data selanjutnya. Nilai cut-
off dikumpulkan dari sekumpulan orang yang mempunyai pemahaman yang baik
tentang posisi atau jabatan yang akan dinilai dan level hasil pekerjaan yang
diharapkan. Biasanya atasan adalah orang yang cocok untuk memberikan nilai cut -
off.
Langkah-langkah yang dilakukan untuk memastikan tingkat kepentingan kriteria
adalah sebagai berikut:
a. Membagikan kuesioner yang berisikan kriteria-kriteria ke sejumlah pengambil
keputusan (PK) yang sudah memiliki pengalaman di bidang investasi untuk
memberikan penilaian.
b. Penilaian terhadap kriteria-kriteria yang ada dibagi menjadi 3, yaitu:
1) Elemen yang dinilai sangat penting (very important) diberi skor 3
2) Elemen yang dinilai cukup penting (somewhat important) diberi skor 2
3) Elemen yang dinilai tidak penting (not important) diberi skor 1
c. Seluruh penilaian pengambil keputusan (PK) kemudian dikumpulkan dan
kemudian dihitung nilai rata-rata untuk tiap kriteria.
d. Nilai rata-rata ini adalah nilai untuk masing-masing kriteria, kemudian seluruh
kriteria diurutkan dari nilai tertinggi sampai nilai terendah.
e. Perhitungan cut -off dengan menggunakan rumus:
Natural cut- off point = max score + min score/2
f. Kriteria- kriteria yang memiliki nilai dibawah cut- off point akan dibuang dari
perhitungan dan model Analytical Hierarchy Proccess (AHP).
2. Teknik Analytical Hierarchy Proccess (AHP)
Untuk mengetahui komoditas unggulan, Alat analisis yang digunakan adalah AHP
(Analytical Hierarchy Proccess). dilakukan melalui analisis deskriptif dengan
mempertimbangkan beberapa variable sebagai pembobot sesuai dengan
Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut
27
karakteristik komoditas unggulan yang ingin dihasilkan. Variabel pembobot
tersebut adalah:
a) Mampu memberikan pengaruh besar terhadap perekonomian di suatu wilayah
dan menumbuhkan daya beli.
b) Berbasis pada sumber daya lokal.
c) Dari segi permintaan besar dan semakin kuat.
d) Mampu menggerakan output sektor-sektor lainnya.
Bobot yang lebih besar dari suatu indikator menunjukkan indikator tersebut lebih
penting dibandingkan dengan indikator lainnya dalam menentukan komoditas
unggulan suatu daerah. Dengan memasukkan unsur persepsi maka metode AHP
dapat mengatasi kelemahan utama pada metode pengambilan keputusan yang
selama ini sering dikenal dengan kelemahan dalam mengubah data kualitatif ke
dalam bentuk kuantitatif. Selain itu AHP juga mampu memberikan prioritas
alternatif dan melacak ketidakkonsistenan dalam pertimbangan dan preferensi
seorang responden (Saaty, 2002).
3.4 Lokasi dan Jadwal Penelitian
Lokasi penelitian adalah Wilayah Kabupaten Garut. Adapun jadwal penelitian
direncanakan 3 bulan, sejak bulan Oktober sampai dengan bulan Desember tahun
2015 dengan jadwal kegiatan sebagai berikut:
Tabel 3.1
Jadwal Penelitian
No Uraian Kegiatan 2015
Okt Nov Des
1 Mobilisasi Tenaga Ahli
2 Penyerahan Laporan Pendahuluan
3 Penyerahan Laporan Antara
4 Penyerahan Draft Laporan Akhir
5 Penyerahan Laporan Akhir
Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut
28
BAB 4
PROFIL KABUPATEN GARUT
4.1 Gambaran Umum Kabupaten Garut
4.1.1 Kondisi Geografis
Secara administratif, sampai dengan tahun 2014 Kabupaten Garut mempunyai jumlah
kecamatan sebanyak 42 kecamatan, 21 kelurahan dan 421 desa. Terakhir kali pada tahun
2011telah melakukan penambahan jumlah desa sebanyak 11 (sebelas) desa sesuai
dengan Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 12 s.d. 22 Tahun 2011. Kecamatan
Cibalong merupakan kecamatan yang mempunyai wilayah terluas mencapai 6,97% dari
wilayah Kabupaten Garut atau seluas 21.359 Ha, sedangkan kecamatan Kersamanah
merupakan wilayah terkecil dengan luas 1.650 Ha atau 0,54%. Sebagai gambaran umum
berikut ini disajikan tabel mengenai jumlah kecamatan beserta jumlah desa/kelurahan.
Tabel 1.1
Nama Kecamatan dan Jumlah Desa/Kelurahan
No Nama
Kecamatan
Jumlah
Desa/Kel
No Nama Kecamatan
Jumlah
Desa/Kel 1 Cisewu 9 desa 22 Samarang 13 desa
2 Caringin 6 desa 23 Pasirwangi 12 desa
3 Talegong 7 desa 24 Tarogong Kidul 7 desa 5 kel
4 Mekarmukti 5 desa 25 Tarogong Kaler 12 desa 1 kel
5 Bungbulang 13 desa 26 Garut Kota 11 kel
6 Pamulihan 5 desa 27 Karangpawitan 16 desa 4 kel
7 Pakenjeng 13 desa 28 Wanaraja 9 desa
8 Cikelet 11 desa 29 Pangatikan 8 desa
9 Pameungpeuk 8 desa 30 Sucinaraja 7 desa
10 Cibalong 11 desa 31 Sukawening 11 desa
11 Cisompet 11 desa 32 Karangtengah 4 desa
12 Peundeuy 6 desa 33 Banyuresmi 15 desa
13 Singajaya 9 desa 34 Leles 12 desa
14 Cihurip 4 desa 35 Leuwigoong 8 desa
15 Banjarwangi 11 desa 36 Cibatu 11 desa
16 Cikajang 12 desa 37 Kersamanah 6 desa
Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut
29
No Nama
Kecamatan
Jumlah
Desa/Kel
No Nama Kecamatan
Jumlah
Desa/Kel 17 Cilawu 18 desa 38 Cibiuk 5 desa
18 Bayongbong 18 desa 39 Kadungora 14 desa
19 Cigedug 5 desa 40 Bl Limbangan 14 desa
20 Cisurupan 17 desa 41 Selaawi 7 desa
21 Sukaresmi 7 desa 42 Malangbong 24 desa
Sumber : BPMPD, Tahun 2012
Kondisi umum Kabupaten Garut dapat digambarkan sebagai berikut :
a) Letak Geografis dan Wilayah Administrasi
Kabupaten Garut sebagaimana Permendagri Nomor 6 Tahun 2008 tentang Kode dan
Data Wilayah Administrasi Pemerintahan memiliki luas sebesar 307.407 Ha, dengan
ibukota kabupaten berada pada ketinggian 717 mdpl dikelilingi oleh Gunung Karacak
(1838 m), Gunung Cikuray (2821 m), Gunung Papandayan (2622 m), dan Gunung
Guntur (2249 m) dan secara geografis wilayahnya terletak pada koordinat 6056’49” –
7045’00” Lintang Selatan dan 107025’8” – 10807’30” Bujur Timur.
Gambar 1.1
Kondisi Geografis Wilayah Kabupaten Garut
Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut
30
b) Iklim dan Curah Hujan
Kabupaten Garut beriklim tropis basah (humid tropical climate), dimana menurut hasil
studi data sekunder, iklim dan cuaca itu dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu : 1)
pola sirkulasi angin musiman (monsoonal circulation pattem), 2)topografi regional yang
bergunung-gunung di bagian tengah Jawa Barat, dan 3) elevasi topografi dengan curah
hujan yang cukup tinggi rata-rata setiap tahun berkisar antara 2.589 mm dengan bulan
basah 9 bulan berturut-turut dan bulan kering berkisar 3 bulan berturut-turut,
sedangkan di sekelilingnya terdapat daerah pegunungan dengan ketinggian mencapai
3.500-4.000 meter di atas permukaan laut dengan variasi temperatur bulanan berkisar
antara 240C - 270 C.
c) Sumber Daya Lahan
1) Topografi
Karakteristik topografi Kabupaten Garut beragam. Daerah sebelah Utara, Timur dan
Barat secara umum merupakan daerah dataran tinggi dengan kondisi alam berbukit-
bukit dan pegunungan, sedangkan kondisi daerah sebelah Selatan sebagian besar
permukaan tanahnya memiliki kemiringan yang relatif cukup curam dan di beberapa
tempat labil. Kabupaten Garut mempunyai ketinggian tempat yang bervariasi antara
wilayah yang paling rendah, yang sejajar dengan permukaan laut hingga wilayah
tertinggi di puncak gunung. Wilayah yang berada pada ketinggian 1.000 - 1.500
mdpl terdapat di kecamatan Cikajang, Pakenjeng, Pamulihan, Cisurupan dan
Cisewu. Wilayah yang berada pada ketinggian 500 - 1.000 mdpl terdapat di
kecamatan Pakenjeng dan Pamulihan. Wilayah yang terletak pada ketinggian 100-
500 mdpl terdapat di Kecamatan Cibalong, Cisompet, Cisewu, Cikelet dan
Bungbulang serta wilayah yang terletak didataran rendah pada ketinggian kurang
dari 100 mdpl terdapat di Kecamatan Cibalong dan Pameungpeuk.
Wilayah Kabupaten Garut mempunyai kemiringan lereng yang bervariasi antara 0–
2% sebesar 10,51% atau 32.229 Ha, kemiringan lahan antara 2 –15% adalah seluas
38.097 Ha atau seluas 12,43%, kemiringan lahan antara 15–40% adalah seluas
Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut
31
110.326 Ha atau sebesar 35,99%. Lahan dengan kemiringan di atas 40% adalah
seluas 125.867 Ha atau sebesar 41,06%.
2) Jenis Tanah
Akibat pengaruh adanya daerah pegunungan, daerah aliran sungai dan daerah
dataran rendah pantai, maka tingkat kesuburan tanah di Kabupaten Garut
bervariasi. Secara umum jenis tanahnya terdiri dari tanah sedimen hasil letusan
gunung berapi Papandayan dan Gunung Guntur, dengan bahan induk batuan turf
dan batuan kuarsa. Pada daerah sepanjang aliran sungai, terbentuk jenis tanah
aluvial yang merupakan hasil sedimentasi tanah akibat erosi di bagian hulu. Jenis
tanah podsolik merah kekuning-kuningan, podsolik kuning dan regosol merupakan
bagian paling luas dijumpai di wilayah Kabupaten Garut, terutama di wilayah Garut
Selatan, sedangkan Garut bagian Utara didominasi oleh jenis tanah andosol.
3) Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan di Kabupaten Garut sampai tahun 2014 sebagian besar
merupakan Tegal/Kebun mencapai 51.947 Ha atau 20,21%, kemudian berupa Lahan
Bukan Pertanian dengan luas 53.315 Ha atau 17,39%. Lahan Bukan Sawah berupa
tambak, kolam, empang, hutan negara, dan lain-lain menempati peringkat ketiga
dengan luas 51.129 Ha atau 16,68%, disusul kemudian berupa Ladang/Huma
dengan luas 40.170 Ha atau 13,11%, Sawah Irigasi dengan luas 36.813 Ha atau
12,01%, Perkebunan dengan luas 27.657 Ha atau 9,02%, Hutan Rakyat dengan luas
18.205 Ha atau 5,94%, dan sisanya berupa Sawah Tadah Hujan, Padang/Rumput,
Sementara tidak diusahakan dengan luas lahan di bawah 5%. Untuk tahun 2014
terjadi alih fungsi lahan seluas 241 Ha, dengan rincian sebagai berikut:
a) luas lahan sawah di beberapa kecamatan beralih ke lahan bukan sawah dan
bukan pertanian, diantaranya: Kecamatan Sukaresmi berkurang 16 Ha,
Kecamatan Samarang berkurang 370 Ha, Kecamatan Pasirwangi berkurang 65
Ha, Kecamatan Tarogong Kidul berkurang 4 Ha, Kecamatan Garut Kota
berkurang 15 Ha, Kecamatan Karangtengah berkurang 12 Ha;
Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut
32
b) adanya akurasi data lahan sawah di lapangan sehingga luas lahan sawah
bertambah, yaitu: Kecamatan Sukawening bertambah 143 Ha, Selaawi
bertambah 68 Ha, dan Cisompet bertambah 30 Ha.
Tabel 1.2
Luas Lahan Menurut Penggunaan di Kabupaten Garut
Tahun 2013-2014
Rincian 2013 2014
Ha % Ha % I Sawah 48.541 48.300
- Sawah Irigasi * 37.204 12,13 36.813 12,01
- SawahTadah Hujan * 11.337 3,70 11.487 3,75
II Lahan Bukan Sawah 200.007 204.904
Tegal/Kebun 63.774 20,79 61.947 20,21
Ladang/Huma 37.554 12,24 40.170 13,11
Perkebunan 26.523 8,65 27.657 9,02
Hutan Rakyat 11.946 3,89 18.205 5,94
Padang/Rumput 4.642 1,77 5.568 1,82
Sementara tdk diusahakan 407 0,13 228 0,07
Lainnya (tambak, kolam, empang, hutan
negara, dll) 55.161 17,80 51.129 16,68
III Lahan Bukan Pertanian 57.971 53.315
Jalan, pemukiman, perkantoran, sungai dll 57.971 18,90 53.315 17,39
Jumlah 306.519 100,00 306.519 100,00
Sumber : Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kab. Garut,Tahun 2013-2014
4.1.2 Kondisi Sumber Daya Alam
Wilayah Kabupaten Garut memiliki potensi berbagai jenis sumberdaya alam yang
terbaharukan maupun yang tidak terbaharukan yang cukup besar dan bervariasi, terdiri
dari sumber daya air, panas bumi, mineral dan bahan tambang, serta energi baru dan
terbarukan lainnya seperti mikrohidro, surya dan angin. Dari potensi tersebut, sudah
dilakukan upaya penelitian yang diindikasikan dengan kegiatan eksplorasi sumber daya
mineral dan energi oleh berbagai pihak, seperti Pemerintah Kabupaten Garut,
Perusahaan-perusahaan swasta, instansi lainnya maupun oleh Pemerintah Kabupaten
Garut sendiri. Bahkan di beberapa lokasi sudah dilaksanakan kegiatan eksploitasi untuk
sumber daya mineral dan kegiatan pembangunan untuk mengembangkan potensi sumber
daya energi, seperti panas bumi dan energi baru dan terbarukan, yaitu Pembangkit Listrik
Tenaga Mikrohidro (PLTMH) dan energi panas bumi.
Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut
33
Khusus di wilayah Garut Selatan, telah terindikasi adanya kandungan sumber daya
mineral berupa emas, bijih besi dan pasir besi, dengan kandungan untuk bijih besi dan
pasir besi Fe total 50% s.d. 60%, sementara itu untuk sumber daya panas bumi di
Kabupaten Garut terdapat 6 (enam) lokasi manifestasi panas bumi. Khusus di Darajat,
potensi panas bumi mencapai 350 MW. Sumber daya panas bumi tersebut sudah
dikembangkan untuk tenaga listrik sebesar 225 MW. Potensi panas bumi ini sangat besar
prospeknya untuk dikembangkan terutama bagi pembangkit listrik khususnya untuk
keperluan industri.
Berdasarkan arah alirannya, sungai-sungai di wilayah Kabupaten Garut dibagi menjadi dua
Daerah Aliran Sungai (DAS), yaitu Daerah Aliran Utara yang bermuara di Laut Jawa dan
Daerah Aliran Selatan yang bermuara di Samudera Indonesia. Daerah Aliran Selatan pada
umumnya relatif pendek, sempit dan berlembah-lembah dibandingkan dengan Daerah
Aliran Utara. Daerah Aliran Utara merupakan DAS Cimanuk Bagian Utara, sedangkan
Daerah Aliran Selatan merupakan DAS Cikaengan dan Sungai Cilaki. Di wilayah Kabupaten
Garut terdapat 33 buah sungai dan 101 anak sungai, dengan panjang sungai seluruhnya
1.397,34 Km, dimana sepanjang 92 Km diantaranya merupakan panjang aliran Sungai
Cimanuk dengan 58 buah anak sungai.
Sedangkan untuk sumber daya alam bahan tambang yang potensial untuk dikembangkan
di Kabupaten Garut adalah berupa bahan galian golongan C dan beberapa bahan lain.
Sektor ini merupakan sektor yang cukup potensial untuk dikembangkan mengingat masih
banyaknya lokasi-lokasi potensial yang belum tereksploitasi. Berdasarkan hasil eksplorasi
maupun penelitan, potensi sumberdaya mineral dan batu bara sebagai potensi lokal
Kabupaten Garut terbagi kedalam 3 (tiga) kategori sebagai berikut :
Terukur yaitu cadangan sumberdaya mineral yang sudah diketahui dengan pasti, baik
kualitas, penyebaran, bentuk dan ukuran dalam jumlah yang dimiliki, tingkat
kepercayaan sebesar 80 – 85% dari seluruh cadangan yang ada sekitar (8 jenis
mineral);
Terindikasi yaitu cadangan sumberdaya mineral yang telah diselidiki dengan tingkat
keyakinan 50 – 65% dari total yang diindikasikan (8 jenis mineral);
Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut
34
Terhipotesa yaitu cadangan sumberdaya mineral yang sudah diketahui batas
penyebarannya dan ukuran suatu bentuk cadangannya dengan tingkat keyakinan
perolehannya 20 – 30% dari cadangan terhipotesa.
Pada sektor energi terutama mengenai kelistrikan, masih banyak rumahtangga khususnya
pada wilayah-wilayah yang secara geografis tidak memungkinkan dapat dijangkau oleh
PLN. Di sisi lain, karena berada di garis khatulistiwa, Kabupaten Garut mendapatkan
penyinaran matahari yang relatif stabil sepanjang tahun dengan kondisi yang sedikit lebih
tinggi pada musim kemarau, rata-rata potensi radiasi penyinaran matahari mencapai 4,82
kwh/m2 merupakan alternatif energi listrik terutama pada wilayah tersebut. Selain
potensi energi tersebut, Kabupaten Garut juga memiliki potensi energi panas bumi cukup
besar yang diperkirakan mencapai total 1045 MW. Sumber energi panas bumi dapat
dimanfaatkan baik secara langsung maupun tidak langsung. Sebagai energi terbarukan,
panas bumi dapat diandalkan sebagai pasokan jangka panjang. Disamping pembangkit
tenaga listrik, energi ini dapat dimanfaatkan untuk pengeringan hasil pertanian,
pengawetan hasil perikanan dan pariwisata. Pengusahaan komersial pemanfaatan secara
langsung baru sebatas untuk terapi dan rekreasi seperti di Cipanas, sedangkan
pemanfaatan tidak langsung untuk pembangkit listrik baru dikembangkan di daerah
Darajat.Hal ini tentu saja menjadikan peluang untuk pengembangan di masa mendatang.
Potensi pengembangan energi lainnya yaitu sumber daya air sungai Cibatarua kecamatan
Pamulihan, Cirompang kecamatan Bungbulang dan Cimerak kecamatan Cibalong dengan
kapasitas antara19,57 kW- 277,5 kW.
4.1.3 Kondisi Demografi Penduduk
Jumlah Penduduk Kabupaten Garut pada tahun 2013 berdasarkan data Badan Pusat
Statistik Kabupaten Garut sebanyak 2.502.410 jiwa (angka sementara), yang terdiri dari
laki-laki sebanyak 1.262.697 jiwa dan perempuan sebanyak 1.239.713 jiwa, meningkat
1,02% dari tahun 2012 sebanyak 2.477.114 jiwa. Selama periode Tahun 2009-2013, Laju
Pertumbuhan Penduduk (LPP) Kabupaten Garut mengalami tren yang relatif stabil
Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut
35
berkisar antara 1,02% - 1,63%. Dengan luas wilayah 3.065,19 km2, tingkat kepadatan
penduduk pada tahun 2013 mencapai rata-rata sebesar 816 jiwa/ km2 mengalami
peningkatan sekitar 39,22 orang per km2 bila dibandingkan dengan tingkat kepadatan
penduduk pada tahun 2009 rata-rata sebesar 776,78 jiwa/km2.Laju pertumbuhan
penduduk yang relatif kecil di tahun 2013 merupakan gambaran berhasilnya sederetan
program Keluarga Berencana dengan tujuan utama untuk menekan laju pertumbuhan
penduduk yang diharapkan berimplikasi pada peningkatan pendapatan perkapita untuk
mewujudkan derajat kesejahteraan masyarakat yang dapat dibanggakan.
Tabel 1.9
Perkembangan Jumlah, Laju dan Kepadatan Penduduk
Kabupaten Garut Tahun 2009-2013
INDIKATOR 2009 2010 2011 2012 2013**
- Jumlah Penduduk 2.380.981 2.407.086 2.445.911 2.485.732 2.502.410
- Laki-laki (jiwa) 1.210.334 1.219.234 1.238.382 1.257.451 1.262.697
- Perempuan (jiwa) 1.170.647 1.187.852 1.207.529 1.228.281 1.239.713
Laju Pertumbuhan Penduduk (%) 1,53 1,10 1,61 1,63 1,02
Kepadatan Penduduk (jiwa/km2) 776,78 785,30 797,96 810,96 816
Sumber : BPS Kab. Garut, Tahun 2014.
Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut
36
Gambar 1.6
Perkembangan Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Garut
Tahun 2009-2013
Jumlah penduduk terbanyak pada pada tahun 2013 berada di kecamatan Garut Kota
mencapai 129.585 jiwa dengan LPP sebesar 0,96% disusul kecamatan Malangbong
mencapai 123.539 jiwa dengan LPP sebesar 1,92% dan kecamatan Karangpawitan
mencapai 123.234 orang dengan LPP sebesar 2,04%. Sedangkan jumlah penduduk paling
rendah berada di kecamatan Mekarmukti mencapai 16.444 jiwa dengan LPP sebesar
1,57% disusul kecamatan Karangtengah mencapai 16.559 jiwa dengan LPP sebesar 0,65%
dan kecamatan Pamulihan mencapai 18.166 jiwa dengan LPP sebesar 1,00%. Apabila
ditinjau dari tingkat kepadatan penduduk pada setiap kecamatan, maka konsentrasi
penduduk paling banyak terpusat di kecamatan Tarogong Kidul sebanyak 6.063 jiwa per
km2, disusul kecamatan Garut Kota sebanyak 4.676,47 jiwa per km2, dan kecamatan
Kadungora sebanyak 3.397 jiwa per km2. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa daerah
tersebut memiliki nilai strategis ekonomi yang berpengaruh besar terhadap pertumbuhan
ekonomi Kabupaten Garut. Dari indikator kepadatan penduduk tersebut dapat
menunjukkan bentuk penyebaran penduduk, apakah tersebar merata atau tidak, yang
2009
2010
2011
2012
2013
-
500,000
1,000,000
1,500,000
2,000,000
2,500,000
3,000,000
Jumlah
Penduduk
Kepadatan
Penduduk
(jiwa/km2)
2,380,981
776.78
2,407,086
785.3
2,445,911
797.96
2,485,732
810.96
2,502,410
816
Perkembangan Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk
Kabupaten Garut Tahun 2009-2013
2009 2010 2011 2012 2013
Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut
37
dapat dijadikan sebagai gambaran kemampuan daerah dalam memberikan daya dukung
berupa sarana atau prasarana dan daya tampung terhadap penduduk.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penyebaran dan kepadatan penduduk diantaranya :
a. faktor fisiografis, bahwa penduduk selalu memilih tempat tinggal yang baik,
strategis,tanah subur, relief baik, cukup air, dan daerah aman.
b. faktor biologis, karena adanya perbedaan tingkat kematian, tingkat kelahiran dan
angka perkawinan.
c. faktor kebudayaan dan teknologi, bahwa daerah yang masyarakatnya maju, pola
berfikirnya bagus, dan keadaan pembangunan fisiknya maju, maka akan tumbuh lebih
cepat dibandingkan dengan daerah terbelakang.
Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut
38
Tabel 1.10
Jumlah dan Kepadatan Penduduk Per Kecamatan
Tahun 2009-2013
Sumber : BPS Kabupaten Garut, Garut Dalam Angka Tahun 2014
No Kecamatan
2009 2010 2011 2012 2013 2009 2010 2011 2012 2013
1 Cisewu 34.028 32.998 33.576 33.570 33.614 196,89 190,93 194,27 194,24 194,49
2 Caringin 29.578 29.606 30.094 30.685 30.730 298,68 298,96 303,89 309,86 310,31
3 Talegong 31.656 30.735 31.267 31.248 31.521 291,12 282,65 287,54 287,36 289,87
4 Bungbulang 60.834 59.715 60.720 61.148 61.660 413,89 406,28 413,12 416,03 419,51
5 Mekarmukti 15.400 15.653 15.918 16.152 16.444 278,88 283,47 288,27 292,5 297,79
6 Pamulihan 18.012 17.584 17.880 17.942 18.166 136 132,77 135 135,47 137,16
7 Pakenjeng 63.177 65.836 66.889 68.034 68.610 318,37 331,77 337,07 342,84 345,75
8 Cikelet 38.816 40.989 41.654 42.627 43.349 225,26 237,87 241,72 247,37 251,56
9 Pameungpeuk 38.493 38.895 39.562 40.002 40.829 872,66 881,77 896,89 906,87 925,62
10 Cibalong 40.170 40.813 41.481 42.079 42.521 188,07 191,08 194,21 197,01 199,08
11 Cisompet 51.417 49.880 50.724 50.672 50.967 298,5 289,58 294,48 294,18 295,89
12 Peundeuy 23.552 22.427 22.788 22.887 22.753 414,72 394,91 401,27 403,01 400,65
13 Singajaya 45.635 45.554 46.305 46.674 47.373 674,18 672,98 684,07 689,53 699,85
14 Cihurip 17.735 17.912 18.209 18.400 18.431 438,77 443,15 450,49 455,22 455,99
15 Cikajang 73.855 78.290 79.524 81.674 82.658 591,08 626,57 636,45 653,65 661,53
16 Banjarwangi 57.522 56.156 57.058 57.792 57.956 464,56 453,53 460,81 466,74 468,07
17 Cilawu 100.608 100.185 101.841 103.079 103.907 1.295,99 1.290,54 1.311,88 1.327,82 1.338,49
18 Bayongbong 90.798 93.237 94.701 96.866 97.641 1.906,32 1.957,53 1.988,26 2.033,72 2.049,99
19 Cigedug 36.492 38.256 38.826 39.744 39.740 1.169,62 1.226,15 1.244,42 1.273,85 1.273,72
20 Cisurupan 92.191 95.227 96.721 98.991 99.403 1.139,85 1.177,39 1.195,86 1.223,92 1.229,02
21 Sukaresmi 34.789 37.141 37.705 38.723 39.200 989,17 1.056,04 1.072,08 1.101,02 1.114,59
22 Samarang 70.254 71.255 72.368 73.517 74.165 1.176,59 1.193,35 1.211,99 1.231,23 1.242,09
23 Pasirwangi 60.680 62.125 63.074 64.211 64.182 1.299,36 1.330,30 1.350,62 1.374,97 1.374,35
24 Tarogong Kidul 97.268 108.433 110.135 115.298 117.986 4.998,36 5.572,10 5.659,56 5.924,87 6.063,00
25 Tarogong Kaler 80.571 84.993 86.375 88.982 90.080 1.593,26 1.680,70 1.708,03 1.759,58 1.781,29
26 Garut Kota 128.841 126.550 128.626 129.023 129.585 4.649,62 4.566,94 4.641,86 4.656,19 4.676,47
27 Karangpawitan 111.958 117.018 118.882 121.880 123.234 2.150,14 2.247,32 2.283,12 2.340,70 2.366,70
28 Wanaraja 44.828 44.082 44.816 45.302 46.204 1.271,36 1.250,20 1.271,02 1.284,80 1.310,38
29 Sucinaraja 27.209 26.068 26.498 26.656 26.452 804,29 770,56 783,27 787,94 781,91
30 Pangatikan 38.343 38.520 39.128 39.782 39.952 1.944,37 1.953,35 1.984,18 2.017,34 2.025,96
31 Sukawening 52.899 49.720 50.535 50.551 51.421 1.362,32 1.280,45 1.301,44 1.301,85 1.324,26
32 Karangtengah 17.361 16.116 16.379 16.329 16.559 745,75 692,27 703,57 701,42 711,30
33 Banyuresmi 81.401 84.312 85.647 87.575 87.668 1.700,10 1.760,90 1.788,78 1.829,05 830,99
34 Leles 74.532 76.151 77.360 78.663 79.194 1.013,90 1.035,93 1.052,37 1.070,10 1.077,32
35 Leuwigoong 44.690 41.506 42.196 42.040 41.910 2.309,56 2.145,01 2.180,67 2.172,61 2.165,89
36 Cibatu 71.215 67.861 68.984 69.475 69.487 1.718,92 1.637,97 1.665,07 1.676,92 1.677,21
37 Kersamanah 35.873 35.621 36.191 36.636 36.436 2.174,12 2.158,85 2.193,39 2.220,36 2.208,24
38 Cibiuk 30.495 30.402 30.882 31.312 31.052 1.532,41 1.527,74 1.551,86 1.573,47 1.560,40
39 Kadungora 84.806 86.612 88.011 89.415 89.432 2.273,01 2.321,42 2.358,91 2.396,54 2.397,00
40 Bl. Limbangan 78.062 76.608 77.856 78.602 78.423 1.060,77 1.041,01 1.057,97 1.068,11 1.065,67
41 Selaawi 39.129 37.199 37.823 38.000 37.976 1.148,49 1.091,84 1.110,16 1.115,35 1.114,65
42 Malangbong 115.808 118.845 120.702 123.494 123.539 1.253,60 1.286,48 1.306,58 1.336,80 1.337,29
Jumlah 2.380.981 2.407.086 2.445.911 2.485.732 2.502.410 776,78 785,3 797,96 810,96 816,40
Jumlah Penduduk (Jiwa) Kepadatan Penduduk (jiwa/km2)
Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut
39
Dengan asumsi Laju Pertumbuhan Penduduk yang tetap, berdasarkan RPJPD Kabupaten
Garut Tahun 2005-2025, jumlah penduduk pada tahun 2019 diproyeksikan mencapai
sebanyak 2.771.332 jiwa. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa tingginya jumlah
penduduk dapat menjadi potensi sekaligus beban pembangunan. Pada satu sisi,
penduduk yang berkualitas (produktif) merupakan potensi/kekuatan pembangunan,
sementara di sisi lain penduduk dengan kualitas rendah (nonproduktif) merupakan beban
pembangunan. Tantangan dalam pembangunan kependudukan bukan hanya menyangkut
masalah jumlah namun juga peningkatan kualitas penduduknya. Seiring dengan
peningkatan pertumbuhan ekonomi serta jumlah penduduk, kondisi tersebut
menjadikannya sebagai modal sosial yang besar maupun pasar yang potensial. Oleh
karenanya kualitas penduduk harus ditingkatkan ditandai dengan semakin tingginya
jenjang pendidikan, kualitas kesehatan yang semakin baik sehingga akan membentuk
sumber daya manusia yang makin produktif. Sejalan dengan hal tersebut perlu diciptakan
lapangan kerja yang memadai. Sebab bila tidak, jumlah penganggur yang berpendidikan
akan bertambah.
Komposisi penduduk menurut kelompok umur di Kabupaten Garut selama tahun 2009-
2013 memiliki pola semakin menua yang ditandai dengan menurunnya proporsi
penduduk muda dan meningkatnya proporsi penduduk usia kerja dengan penduduk usia
lanjut. Perbedaan struktur umur akan menimbulkan pula perbedaan dalam aspek sosial
ekonomi seperti masalah angkatan kerja, pertumbuhan penduduk, dan masalah
pendidikan. Sejalan dengan peningkatan derajat kesehatan masyarakat, akan
meningkatkan pula usia harapan hidup, sehinggapeningkatan jumlah penduduk usia lanjut
yang makin besar menuntut kebijakan-kebijakan yang serasi dan sesuai dengan
perubahan tersebut. Hal ini juga menjadi suatu tantangan agar penduduk usia lanjut yang
masih potensial bisa dimanfaatkan sesuai dengan pengetahuan dan pengalamannya.
Struktur umur penduduk dipengaruhi oleh tiga variabel demografi, yaitu kelahiran,
kematian, dan migrasi,yang saling berpengaruh satu dengan yang lain, dan selanjutnya
berpengaruh terhadap kondisi sosial ekonomi daerah.
Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut
40
Tabel 1.11
Perbandingan Komposisi Penduduk Kabupaten Garut
Tahun 2009 dan 2013
Kelompok
Umur
Tahun 2009 Tahun 2013
Laki-laki Perempuan Jumlah Laki-laki Perempuan Jumlah
00-04 133.688 127.959 261.647 134.524 129.041 263.565
05 - 09 138.035 130.054 268.089 135.423 129.147 264.570
10 -14 131.075 124.159 255.234 137.991 132.462 270.453
15-19 120.900 114.863 235.763 120.630 115.223 235.853
20-24 112.956 108.715 221.671 99.541 99.101 198.642
25-29 103.508 100.377 203.885 95.578 93.318 188.896
30-34 91.696 89.922 181.618 91.430 89.855 181.285
35-39 80.541 79.731 160.272 90.541 88.963 179.504
40-44 70.298 68.521 138.819 80.512 79.839 160.351
45-49 58.171 55.841 114.012 72.535 70.635 143.170
50-54 46.419 44.693 91.112 58.204 58.215 116.419
55-59 36.141 35.556 71.697 45.971 45.511 91.482
60-64 29.523 29.608 59.131 36.175 35.932 72.107
65-69 22.751 23.594 46.345 25.467 27.561 53.028
70-74 17.589 18.829 36.418 18.733 20.572 39.305
75 + 17.043 18.225 35.268 19.442 24.338 43.780
Jumlah 1.210.334 1.170.647 2.380.981 1.262.697 1.239.713 2.502.410
Sumber : BPS Kabupaten Garut, Garut Dalam Angka Tahun 2010 dan Tahun 2014
Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut
41
Gambar 1.7
Perbandingan Piramida Penduduk Tahun 2009 dan 2013
Permasalahan lain terkait kependudukan yaitu masalah urbanisasi yang menyebabkan
penduduk perkotaan terus bertambah sejalan dengan pertumbuhan penduduk. Intensitas
mobilitas penduduk yang semakin tinggi tentu saja akan menuntut jaringan prasarana
yang semakin baik dan luas yang dapat berdampak secara jangka panjang terhadap
perubahan sosial budaya masyarakat. Dalam pelaksanaan pembangunan daerah
diperlukan adanya keseimbangan pembangunan perkotaan dan perdesaan untuk
mengantisipasi meningkatnya urbanisasi diantaranya melalui peningkatan pembangunan
infrastruktur perdesaan.
Penduduk merupakan objek sasaran pembangunan sekaligus sebagai subjek pelaku
pembangunan yang turut berperan dalam menentukan arah dan keberhasilan
pembangunan. Potensi dan tantangan pembangunan daerah turut ditentukan oleh
keadaan riil kependudukan dan sumber daya alam yang dimiliki daerah. Oleh karenanya
pembangunan daerah harus menempatkan penduduk sebagai titik sentral dari seluruh
kebijakan pembangunan yang dilakukan.
Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut
42
Gambar 1. 8
Kondisi Kepadatan Penduduk
4.2 Struktur Ekonomi
4.2.1 Pertumbuhan Ekonomi/ PDRB
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan pengukuran atas nilai tambah yang
mampu diciptakan akibat adanya berbagai aktivitas ekonomi dalam suatu daerah. Secara
keseluruhan pencapaian kinerja PDRB Kabupaten Garut selama tahun 2009-2014 yang
diukur atas dasar harga berlaku diperkirakan mengalami peningkatan sebesar Rp.14,85
trilyun atau 66,71% dari Rp. 22,27 trilyun pada tahun 2009 menjadi Rp.37,12 trilyun pada
tahun 2014 (angka sangat sementara). Keadaan ini menggambarkan perkembangan yang
cukup signifikan dari nilai produk barang yang dihasilkan di Kabupaten Garut selama
tahun 2009-2014. Kendati demikian, perkembangan tersebut belum dapat dijadikan
sebagai indikator dari peningkatan volume produk barang atau jasa di wilayah Garut,
karena pada PDRB yang dihitung atas dasar harga berlaku masih terkandung inflasi yang
sangat mempengaruhi harga barang/jasa secara umum.
Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut
43
Tabel 1.16
PDRB adh Berlaku Kabupaten Garut s.d Tahun 2014**) (Milyar Rupiah)
Kelompok
Usaha 2009 2010 2011 2012* 2013* 2014**
PRIMER 10.265,00 11.338,40 12.416,07 13.365,65 15.036,97 16.449,06
Pertanian 10.236,13 11.307,73 12.382,80 13.329,38 14.996,50 16.405,29
Pertambangan 28,87 30,67 33,27 36,28 40,48 43,77
SEKUNDER 2.419,63 2.691,00 2.991,23 3.312,23 3.694,04 4.089,44
Industri 1.733,67 1.888,47 2.081,47 2.296,96 2.546,91 2.805,52
Listrik dan air 97,04 117,56 128,30 137,15 158,19 172,65
Bangunan 588,93 684,97 781,46 878,13 988,94 1.111,27
TERSIER 9.586,79 10.815,21 12.084,34 13.469,24 14.904,24 16.589,56
Perdagangan 5.936,93 6.495,28 7.252,45 8.072,96 9.017,64 10.057,85
Pengangkutan 782,39 953,15 1.073,21 1.215,83 1.342,52 1.504,99
Keuangan 733,69 816,98 889,95 959,81 1.074,16 1.180,72
Jasa-jasa 2.133,78 2.549,81 2.868,74 3.220,63 3.469,92 3.846,00
PDRB 22.271,42 24.844,61 27.491,63 30.147,12 33.635,24 37.128,06
Sumber : Hasil Pengolahan Data BPS, 2015
Untuk menganalisis perkembangan dari volume produk barang/jasa umumnya digunakan
PDRB yang dihitung atas dasar harga konstan. PDRB yang dihitung atas dasar harga
konstan Tahun 2000 di Kabupaten Garut selama tahun 2009-2014 meningkat Rp.2,94
trilyun atau 27,84% dari sebesar Rp.10,56 trilyun pada tahun 2009 menjadi Rp.13,51
trilyun pada tahun 2014 (angka sangat sementara). Kondisi tersebut merupakan indikasi
quantum (volume) produk barang/jasa secara umum mengalami peningkatan atau
perekonomian Kabupaten Garut secara makro berkembang positif selama Tahun 2009-
2014.
Tabel 1.17
PDRB adh Konstan Kabupaten Garut s.d. 2014**) (Milyar Rupiah)
Kelompok
Usaha 2009 2010 2011 2012* 2013* 2014**
PRIMER 4.881,21 5.102,48 5.314,17 5.443,61 5.670,15 5.872,60
Pertanian 4.867,31 5.088,30 5.299,39 5.428,12 5.653,71 5.855,78
Pertambangan 13,90 14,18 14,78 15,49 16,44 16,83
Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut
44
SEKUNDER 1.091,40 1.179,52 1.255,36 1.332,82 1.425,42 1.509,18
Industri 742,01 795,09 835,15 880,17 940,69 988,09
Listrik dan air 55,74 65,31 68,88 71,25 75,04 78,66
Bangunan 293,64 319,12 351,32 381,40 409,70 442,43
TERSIER 4.596,14 4.851,62 5.173,98 5.508,11 5.780,83 6.128,99
Perdagangan 2.885,35 3.047,23 3.277,08 3.514,77 3.704,27 3.948,44
Pengangkutan 300,28 319,83 333,45 350,84 368,39 384,79
Keuangan 392,52 421,64 449,93 476,21 506,03 536,66
Jasa-jasa 1.017,99 1.062,92 1.113,53 1.166,29 1.202,15 1.259,10
PDRB 10.568,74 11.133,63 11.743,51 12.284,54 12.876,41 13.510,77
Sumber : Hasil Pengolahan Data BPS, 2015
Sampai dengan tahun 2014, sektor pertanian masih menjadi sektor unggulan (prime
mover) dalam menggerakkan perekonomian daerah. Sektor ini memberikan sumbangan
nilai tambah yang dihitung atas dasar harga berlaku sebesar Rp. 16,40 trilyun, dengan
share 44,19% terhadap perekonomian. Sedangkan sumbangan nilai tambah pertanian
terhadap PDRB yang dihitung atas dasar harga konstan tahun 2000 mencapai Rp. 5,85
trilyun.Tingginya peranan sektor pertanian terhadap perekonomian Kabupaten Garut
tidak lepas dari beberapa keunggulan komparatif (comparative advantages), seperti
kondisi tanah yang relatif lebih subur dan cocok untuk beragam komoditi pertanian dan
jumlah penduduk yang besar yang berimplikasi pada sistem pertanian yang tampak
sangat beragam dan hampir sebagian besar komoditi produk pertanian sangat dominan
kontribusinya, seperti berbagai palawija, sayur-sayuran dan juga padi. Kontribusi sektor
pertanian banyak disumbang oleh subsektor tanaman bahan makanan (Tabama), diikuti
oleh subsektor perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan. Namun demikian,
akselerasi kinerja sektor pertanian tersebut masih belum optimal, diantaranya disebabkan
hubungan antar subsistem pertanian dan sektor lain (linkages) belum sepenuhnya
menunjukkan sinergitas pada skala lokal, regional dan nasional, hal ini tercermin dari
pengembangan agroindustri yang belum optimal baik dalam pengolahan maupun
pemasarannya. Pengembangan yang bersifat sektoral pada sistem pertanian serta
ketidaksiapan dalam menghadapi persaingan global merupakan kendala yang masih
Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut
45
dihadapi sektor pertanian. Potensi lain dalam sektor pertanian yaitu pembangunan
ekonomi kelautan dan perikanan terutama dalam pengembangan usaha perikanan
tangkap di pesisir selatan, usaha budidaya laut, bioteknologi kelautan, serta berbagai
macam jasa lingkungan kelautan. Namun kondisi dan potensi sumber daya perikanan dan
kelautan yang besar ini belum diikuti dengan perkembangan bisnis dan usaha perikanan
dan kelautan yang baik. Tingkat investasi sarana dan prasarana pendukung bisnis kelautan
serta produksi sumber daya perikanan dan kelautan masih jauh dari potensi yang ada. Di
lain pihak, lemahnya kondisi pembudidaya dan nelayan sebagai produsen menyebabkan
kurang berkembangnya kegiatan dan pengelolaan industri pengolahan hasil perikanan
dan kelautan. Dari sisi penciptaan nilai tambah, kecepatan sektor pertanian dalam
menciptakan nilai tambah sangatlah lambat apabila diperbandingkan dengan sektor
lainnya terutama industri manufaktur, sehingga tidaklah mengherankan jika wilayah yang
didominasi oleh sektor pertanian cenderung pertumbuhan ekonominya sangat lamban.
Pada sisi lain, seiring peningkatan jumlah penduduk tentu saja berimplikasi pada
peningkatan kebutuhan lahan untuk pemukiman, sehingga luas lahan pertanian memiliki
cenderung terus mengalami penurunan.Apabila dipahami secara lebih luas kondisi
tersebut telah memberikan suatu sinyalemen positif terhadap hasil pembangunan karena
salah satu indikator kemajuan negara berkembang adalah terjadinya pergeseran dari
struktur ekonomi berbasis pertanian ke sektor lainnya.
Disamping pertanian, sektor yang memiliki kontribusi cukup dominan pada tahun
2014adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran.Sektor ini mampu menciptakan nilai
tambah atas dasar harga berlaku berlaku sebesar Rp. 10,05 trilyun dengan share 27,09%,
atau mengalami peningkatan 11,54% dari tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp. 9,01
trilyun. Kondisi tersebut merupakan indikasi dari peningkatan volume barang/jasa yang
diperdagangkan di wilayah Kabupaten Garut. Pada dasarnya, subsektor Hotel dan
Restoran, di Kabupaten Garut masih memiliki potensi untuk dikembangkan lebih jauh,
karena banyak lokasi pariwisata di Garut yang dapat dikembangkan untuk skala nasional,
atau bahkan sampai skala internasional. Selain itu, tingkat konsumsi masyarakat
(propensity to consume) yang relatif tinggi membuat sektor ini berkembang cukup baik.
Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut
46
Kendala umum yang dihadapi untuk dapat mengembangkan potensi tersebut adalah
sulitnya menumbuhkan minat para investor baik lokal maupun internasional untuk
menanamkan investasi di Kabupaten Garut yang infrastrukturnya terlihat masih sangat
minim dan dari sisi pendanaan, sektor perdagangan memerlukan dana yang relatif lebih
besar karena cenderung lebih bersifat padat modal dibandingkan dengan sektor
pertanian yang cenderung padat karya.
Peranan sektor industri yang merupakan sektor andalan di Jawa Barat, secara umum
peranannyamasih relatif rendah dan tidak mengalami perubahan yang signifikan selama
periode 2009-2014 yaitu mencapai sebesar 7,56%. Namun demikian, kondisi tersebut
menunjukkan bahwa pembentukan nilai tambah dari sektor industri pengolahan secara
stabil turut mendorong struktur ekonomi di Kabupaten Garut. Walaupun Kabupaten
Garut memiliki keunggulan komparatif di sektor pertanian, namun kelemahan yang
mendasar adalah masih rendahnya kegiatan industri yang memanfaatkan hasil-hasil
pertanian, sehingga perdagangan antar wilayah yang dilakukan lebih dominan berupa
bahan-bahan mentah hasil pertanian. Untuk itu roda perekonomian Kabupaten Garut
dipandang dapat bergerak lebih cepat apabila dikembangkan industri yang dapat
mengolah hasil-hasil pertanian, yang merupakan keunggulan wilayah yang dapat
memperpanjang rantai agribisnis, sehingga produksi Kabupaten Garut dapat berupa
barang-barang industri hasil pertanian.
Sementara itu peranan sektor jasa terhadap perekonomian di Kabupaten Garut selama
periode tahun 2009-2014 secara konstan menunjukkan tren yang terus
meningkat.Kontribusi sektor lainnya yang cukup tinggi adalah sektor jasa, yang
mengalami peningkatan 0,78% dari 9,58 % pada tahun 2009 menjadi 10,36% pada tahun
2014. Peningkatan sektor ini disumbang dari subsektor pemerintahan umum dan
subsektor swasta yang meliputi sosial kemasyarakatan, hiburan dan rekreasi, serta
perorangan dan rumah tangga.
Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut
47
Tabel 1.18
Kontribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku
Kabupaten GarutTahun 2009-2014**
Sektor 2009 2010 2011 2012* 2013* 2014**
PRIMER 46,09 45,64 45,16 44,33 44,71 44,30
Pertanian 45,96 45,51 45,04 44,21 44,59 44,19
Pertambangan 0,13 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12
SEKUNDER 10,86 10,83 10,88 10,99 10,98 11,01
Industri 7,78 7,6 7,57 7,62 7,57 7,56
Listrik dan air 0,44 0,47 0,47 0,45 0,47 0,47
Bangunan 2,64 2,76 2,84 2,91 2,94 2,99
TERSIER 43,05 43,53 43,96 44,68 44,31 44,68
Perdagangan 26,66 26,14 26,38 26,78 26,81 27,09
Pengangkutan 3,51 3,84 3,9 4,03 3,99 4,05
Keuangan 3,29 3,29 3,24 3,18 3,19 3,18
Jasa-jasa 9,58 10,26 10,43 10,68 10,32 10,36
PDRB 100 100 100 100 100 100
Sumber : Hasil Pengolahan Data BPS, 2015
Apabila sektor-sektor perekonomian dikelompokkan menjadi tiga kelompok (primer,
sekunder dan tersier), maka akan terlihat adanya fenomena umum, yakni pergeseran
struktur ekonomi di Kabupaten Garut selama periode 2009-2014 dari primer ke arah
sekunder dan tersier yang menggambarkan semakin modernnya perekonomian di
Kabupaten Garut. Kondisi tersebut sejalan dengan teori ekonomi makro, yang
diungkapkan oleh A.G.B. Fisher, dimana semakin tinggi pendapatan perkapita penduduk
di suatu wilayah, maka perekonomian akan bergeser dari primer ke sekunder. Tidak
seperti pada tahun-tahun sebelumnya, pada tahun 2014, kelompok sektor primer
memberikan kontribusi sangat tinggi terhadap perekonomian di Kabupaten Garut, yakni
sebesar 44,30% (angka sementara). Kendati demikian, apabila ditinjau perkembangannya
selama periode 2009-2013, kontribusi kelompok sektor primer menurun 1,79% dari
semula 46,09% pada tahun 2009. Sementara itu, perkembangan peranan sektor tersier
selama periode 2009-2014 mengalami peningkatan 1,63% dari semula sebesar 43,05%
pada tahun 2009 menjadi sebesar 44,68% (angka sangat sementara) pada tahun 2014.
Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut
48
Sedangkan kelompok sektor penyumbang terendah yaitu sektor sekunder, disepanjang
periode 2009-2014 tampak mengalami sedikit peningkatan kontribusi sebesar 0,15% dari
10,86% pada tahun 2009 menjadi sebesar 11,01% pada tahun 2014.
4.2.2 Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE)
Ditinjau dari indikator Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) yang secara teknis merupakan
pertumbuhan dari volume produk yang dihasilkan,secara sektoral merupakan gambaran
kecepatan peningkatan volume produk yang dihasilkan pada sektor yang bersangkutan
dan dapat dipergunakan dalam menentukan arah kebijakan perencanaan pembangunan
ekonomi daerah. Secara makro, pengukuran LPE dapat diukur dari perkembangan
besaran PDRB yang dihitung atas dasar harga konstan, dimana BPS memakai harga
konstan tahun 2000. Perekonomian Kabupaten Garut pada tahun 2014diperkirakan
mengalami perkembangan yang cukup positif ditandai oleh pertumbuhan sebesar 4,93%
(angka sangat sementara), yang tidak lepas dari performa ekonomi yang baik pada sektor
bangunan yang merupakan sumber pertumbuhan paling dominan yang mampu tumbuh
7,99%. Kenaikan produksi tertinggi kedua diraih sektor perdagangan hotel dan restoran
dengan pertumbuhan sebesar 6,59%, sektor keuangan persewaan dan jasa perusahaan
sebesar 6,05%, dan industri pengolahan sebesar 5,04%. Selanjutnya sektor pertanianyang
pada tahun 2013 sempat mengalami peningkatan, kembali menurun sebesar 0,59 di
tahun 2014.Meskipun begitu, sektor pertanian secara umum masih menjadi sektor usaha
yang banyak digeluti oleh masyarakat Garut sampai saat ini dengan pengelolaan yang
cenderung masih tradisional, tidak tergantung pada bahan impor dan berbasis teknologi
sederhana yang memiliki potensi yang besar dan variatif, dan didukung oleh kondisi
agroekosistem yang cocok untuk pengembangan komoditas pertanian dalam arti luas
(tanaman, ternak, ikan, dan hutan).
Sektor perdagangan dapat dijadikan suatu indikator kinerja perekonomian secara umum.
Pada tahun 2014 pertumbuhan di sektor perdagangan, hotel dan restoran di Kabupaten
Garut tampak dipicu oleh peningkatan kedatangan wisatawan yang berkunjung ke
wilayah Kabupaten Garut. Hal ini terefleksi dari perkembangan subsektor hotel yang
Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut
49
merupakan subsektor yang paling dominan dengan pertumbuhan sebesar 6,23%.
Sedangkan dua subsektor lainnya, yaitu subsektor perdagangan besar dan eceran serta
restoran tumbuh masing-masing sebesar 5,51% dan 4,58%.
Peningkatan kinerja yang relatif tinggi juga terjadi pada sektor industri pengolahan. Pada
tahun 2014, industri pengolahan mengalami pertumbuhan sebesar 5,04%. Kondisi ini
tidak terlepas dari meningkatnya aksesibilitas Kabupaten Garut yang tentunya
berimplikasi pada perkembangan jumlah kedatangan wisatawan di Kabupaten Garut.
Kondisi tersebut memicu peningkatan permintaan barang/jasa di Kabupaten Garut
termasuk produk sektor industri pengolahan. Kinerja produksi yang sangat konsisten
tersebut tampak menyebabkan peningkatan share sektor ini terhadap perekonomian
Kabupaten Garut disetiap tahunnya.
Apabila diamati lebih jauh, pada tahun 2014 tampak seluruh sektor ekonomi di
Kabupaten Garut memperlihatkan kinerja yang cukup menggembirakan. Peningkatan
kinerja tertinggi terjadi pada sektor bangunan yang mampu tumbuh sebesar 7,99%
persen, sedangkan terendah terjadi pada sektor pertambangan dan penggalian yang
hanya mampu tumbuh sebesar 2,34%.
Tabel 1.19
Laju Pertumbuhan Ekonomi
Kabupaten Garut Tahun 2009-2014**
Sektor 2009 2010 2011 2012* 2013* 2014**
PRIMER 5,67 4,53 4,15 2,44 4,161 3,57
Pertanian 5,66 4,54 4,15 2,43 4,16 3,57
Pertambangan 7,1 1,98 4,25 4,83 6,13 2,34
SEKUNDER 7,27 8,07 6,43 6,17 6,947 5,88
Industri 7,42 7,15 5,04 5,39 6,88 5,04
Listrik dan air 9,84 17,16 5,47 3,44 5,31 4,82
Bangunan 6,4 8,68 10,09 8,56 7,42 7,99
TERSIER 5,07 5,56 6,64 6,46 4,951 6,02
Perdagangan 6,06 5,61 7,54 7,25 5,39 6,59
Pengangkutan 2,68 6,51 4,26 5,22 5 4,45
Keuangan 4,68 7,42 6,71 5,84 6,26 6,05
Jasa-jasa 3,2 4,41 4,76 4,74 3,07 4,74
Kab. Garut 5,57 5,34 5,48 4,61 4,82 4,93
Sumber : Hasil Pengolahan Data BPS, 2015
Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut
50
Dengan mengelompokkan sektor ekonomi menjadi tiga kelompok, yaitu sektor primer,
sekunder dan tersier, peningkatan kinerja tertinggi pada tahun 2014 terjadi pada
kelompok sektor tersier, dengan pertumbuhan sebesar 6,02%, diikuti oleh kelompok
sektor sekunder dengan pertumbuhan sebesar 5,88%. Selanjutnya kelompok sektor
primer memperlihatkan peningkatan kinerja terendah, yakni hanya mampu tumbuh
sebesar 3,57% jauh lebih rendah dibandingkan tahun 2009 yang mengalami pertumbuhan
mencapai 5,67%. Pertumbuhan produksi pada kelompok sektor primer tampak
berfluktuasi dan tumbuh relatif rendah dibanding kelompok sektor yang lain. Kondisi ini
tidak terlepas dari besarnya kontribusi sektor pertanian dengan peningkatan produksi
yang cenderung relatif rendah pada semua sektor pembentuknya. Subsektor kehutanan
mengalami pertumbuhan terkecil dibandingkan pertumbuhan subsektor lain, ini terjadi
diakibatkan oleh penurunan produksi.
4.2.3 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Per kapita dan Inflasi
Indikator ekonomi lainnya yang dapat memberikan gambaran kesejahteraan masyarakat
secara makro adalah pendapatan perkapita. Semakin tinggi pendapatan yang diterima
penduduk berarti tingkat kesejahteraannya bertambah baik. Sebaliknya penurunan
pendapatan per kapita berarti tingkat kesejahteraannya semakin menurun. Pendapatan
per kapita merupakan hasil bagi pendapatan regional dengan jumlah penduduk
pertengahan tahun. Dengan menggunakan data PDRB sebagai pendekatan pendapatan,
perkembangan pendapatan perkapita Kabupaten Garut selama periode tahun 2009-2013
tampak cukup mengagumkan, dengan pertumbuhan di atas 7%. Pada tahun 2013
pendapatan perkapita mengalami peningkatan sebesar 10,44% atau dari semula
Rp.12.170.260,31 menjadi Rp. 13.441.140,52 pada tahun 2013 (angka sementara).
Peningkatan ini dapat di katakan cukup tinggi karena levelnya berada diatas laju inflasi
sebesar 6% yang terjadi sepanjang tahun 2013. Namun demikian, peningkatan tersebut
belum sepenuhnya dapat dipakai untuk menggambarkan peningkatan dari daya beli
masyarakat. Karena pada PDRB per kapita yang dihitung atas dasar harga berlaku, selain
masih terkandung inflasi yang sangat berpengaruh terhadap daya beli, juga karena pola
Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut
51
distribusi dari pendapatan regional Kabupaten Garut tidak mutlak merata. PDRB per
Kapita adh. berlaku tersebut dapat digunakan untuk menggambarkan tingkat
produktifitas penduduk di suatu wilayah yang menunjukkan nilai pendapatan yang
dihasilkan akibat kegiatan ekonomi yang dilakukan di wilayah Garut per penduduk selama
satu tahun.
Untuk lebih menggambarkan perkembangan daya beli atau pendapatan riil dari
masyarakat dapat diamati perkembangan PDRB perkapita yang dihitung atas dasar harga
konstan. Hal yang menarik untuk dikaji adalah walaupun pendapatan perkapita pada
periode 2009-2013 meningkat relatif tinggi yang berkisar antara 7,91% sampai 10,44%,
namun daya beli masyarakat secara riil pada periode yang sama hanya mengalami
peningkatan berkisar 3,48% sampai 4,55% yang tercermin dari peningkatan PDRB
perkapita yang dihitung atas dasar harga konstan. Kondisi tersebut mencerminkan
tingginya inflasi yang terjadi pada periode bersangkutan sehingga mengkoreksi
peningkatan daya beli yang diakibatkan oleh meningkatnya pendapatan yang diterima.
Kendati demikian, dari data tersebut dapat dilihat pendapatan riil yang sangat
berpengaruh pada daya beli masyarakat Kabupaten Garut secara makro di sepanjang
periode 2009-2013 cenderung terus mengalami peningkatan di setiap tahunnya.
Tabel 1.20
Perkembangan PDRB Per Kapita Kabupaten Garut
Tahun 2009-2013
Tahun PDRB Per Kapita (Rp) Jumlah
Penduduk
Laju PDRB Per Kapita (%)
Berlaku Konstan adh Berlaku adh Konstan
2009 9.263.853,08 4.396.095,28 2.404.121 7,91 4,14
2010 10.256.511,09 4.596.254,41 2.422.326 10,72 4,55
2011* 11.219.104,45 4.792.426,91 2.450.430 9,39 4,27
2012* 12.170.260,31 4.959.215,72 2.477.114 8,48 3,48
2013** 13.441.140,52 5.145.602,02 2.502.410 10,44 3,76
Sumber : BPS Kabupaten Garut, 2014
Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut
52
Inflasi
Inflasi merupakan persentase tingkat kenaikan harga sejumlah barang dan jasa yang
secara umum dikonsumsi rumah tangga, sebagai suatu indikator yang menggambarkan
kecenderungan umum tentang perkembangan harga dan dapat dipakai sebagai salah satu
informasi dasar untuk pengambilan keputusan baik tingkat ekonomi mikro atau makro,
baik fiskal maupun moneter. Pada tingkat mikro, rumah tangga/masyarakat misalnya,
dapat memanfaatkan angka inflasi untuk dasar penyesuaian nilai pengeluaran kebutuhan
sehari-hari dengan pendapatan mereka yang relatif tetap. Pada tingkat korporasi, angka
inflasi dapat dipakai untuk perencanaan pembelanjaan dan kontrak bisnis. Dalam lingkup
yang lebih luas (makro), angka inflasi menggambarkan kondisi/stabilitas moneter dan
perekonomian. Secara umum, penghitungan perubahan harga tersebut tercakup dalam
suatu indeks harga yang dikenal dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) atau Consumer
Price Index (CPI).
Pada tahun 2013, secara umum inflasi di Kabupaten Garut mencapai 6,89%, atau
mengalami kenaikan jika dibandingkan tahun 2012 mencapai 3,87% sebagai dampak
terjadinya kenaikan harga-harga secara umum pada tahun 2013. Hal tersebut merupakan
suatu indikasi bahwa beban hidup rumah tangga secara makro di Kabupaten Garut pada
tahun 2013 mengalami peningkatan sebesar kurang lebih 6,89% dengan struktur
kebutuhan yang sama pada tahun 2012 yang mencapai sebesar kurang lebih 3,87%.
Selama periode 2009-2013, peningkatan harga-harga masih tampak cukup terkendali
walaupun terlihat mengalami sedikit peningkatan dibandingkan inflasi pada tahun 2009
sebesar 4,17%.
Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut
53
BAB 5
KOMODITAS UNGGULAN KABUPATEN GARUT
5.1 Potensi Unggulan Sektor Pertanian
Kabupaten Garut masih mengandalkan sektor pertanian sebagai penggerak
perekonomian masyarakat, terlihat dari kontribusi sektor ini terhadap perekonomian,
yaitu masih sebagai penyumbang tertinggi. Pada tahun 2013 kontribusi sektor
pertanian diproyeksikan sebesar 44,04% lebih tinggi bila dibandingkan dengan sektor-
sektor lainnya. Sektor ini telah berperan besar dalam pembangunan Kabupaten Garut,
baik peran langsung terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB),
penyediaan lapangan kerja, sumber pendapatan masyarakat, dan penciptaan
ketahanan pangan, maupun peran tidak langsung melalui penciptaan kondisi yang
kondusif bagi pelaksanaan pembangunan dan hubungan sinergis dengan subsektor
dan sektor lainnya.
Pada sektor pertanian (tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, perikanan),
beberapa komoditas dapat dikategorikan sebagai komoditi unggulan dan prospektif.
Saat ini pengembangan agribisnis komoditas unggulan muncul menjadi salah satu
alternatif peluang investasi dalam pembangunan sektor pertanian. Mengemukanya
fenomena tersebut dalam konteks perencanaan wilayah dan otonomi daerah, terjadi
karena pendekatan tersebut diyakini dan telah teruji sebagai model yang layak
dikembangkan menuju pertanian yang tangguh, khususnya dalam peningkatan
pendapatan dan kesejahteraan masyarakat petani, serta pendapatan asli daerah.
Sasaran pembangunan pertanian Kabupaten Garut ditetapkan berdasarkan program
revitalisasi pertanian, meliputi kegiatan peningkatan ketahanan pangan,
pengembangan agribisnis, dan peningkatan kesejahteraan petani. Sedangkan sasaran
yang ingin dicapai adalah adanya usaha di sektor hulu usahatani (on farm), hilir
(agroindustri) dan usaha penunjang lainnya, peningkatan pertumbuhan PDRB sektor
pertanian, peningkatan ekspor produk pertanian segar maupun olahan, peningkatan
kapasitas dan posisi tawar petani, penguatan kelembagaan petani, peningkatan akses
Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut
54
petani terhadap sumber daya produktif, dan peningkatan pendapatan petani. Sektor
pertanian ini dijadikan andalan Kabupatan Garut agar mendapat peluang mendorong
roda ekonomi Garut khususnya, juga bisa turut andil dalam perkonomian Jawa Barat.
Tabel 5.1
Produksi Pertanian Tanaman Pangan 2015
(a) Agribisnis Tanaman Pangan Unggulan
1. Agribisnis Padi Sawah
Beras merupakan komoditas strategis yang berperan penting dalam
perekonomian dan ketahanan pangan nasional, dan menjadi basis utama dalam
revitalisasi pertanian ke depan. Sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk,
kebutuhan beras di Kabupaten Garut diproyeksikan masih terus akan meningkat,
produksi padi tahun 2014 mencapai 1.033.921 ton atau 3,42% menurun apabila
dibandingkan dengan produksi padi tahun 2013 sebesar 1.070.539 ton, seiring
dengan terjadinya penurunan realisasi tanam pada tahun 2014 166.522 ton atau
4,12 % apabila dibandingkan dengan realisasi tanam tahun 2013 yang mencapai
171.976 ton. Hal ini terjadi karena: (1) Perubahan lahan baku sawah tahun 2012
yang sebelum ada pembaharuan yaitu 50.151 Ha, sesuai dengan hasil
pengukuran yang dilakukan oleh PUSDATIN berubah menjadi 48.541 Ha,
sehingga kehilangan luas lahan sawah sebesar 1.610 Ha yang dapat
Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut
55
mengakibatkan penurunan luas tambah tanam sebesar 4.508 Ha dari tahun
2013 (3,179%), (2) Sedang Berlangsungnya pembangunan bendungan Copong
yang sekaligus akan mempengaruhi keberlangsungan pelaksanaan budidaya
padi, karena pembagian air di tingkat usaha tani terganggu, secara otomatis
akan berpengaruh terhadap pencapaian luas tambah tanam, panen dan
produksi, (3) Banyak lahan sawah yang telah beralih fungsi menjadi bangunan
umum, Industri bata merah dan beralih komoditi dari padi ke non padi terutama
tanaman perkebunan (Tembakau).
Pemerintah berkeinginan mempertahankan swasembada beras secara
berkelanjutan. Untuk mencapai sasaran tersebut Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian telah dan akan menghasilkan varietas unggul padi
hibrida dan padi tipe baru. Varietas-varietas unggul yang berdaya hasil tinggi ini
diharapkan dapat diaktualisasikan potensi genetiknya melalui pengembangan
teknologi budi daya dengan pendekatan Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya
Terpadu (PTT).
Dalam penggunaan varietas unggul, varietas Sarinah merupakan varietas unggul
lokal Garut. Penggunaan varietas ini tidak kurang dari 40% dari total luas
pertanaman. Secara umum, Padi Sarinah dikembangkan di Kecamatan Cilawu,
Samarang, Tarogong Kaler, Karangpawitan, Wanaraja, Sukawening, Leuwigoong,
Kadungora, Bayongbong dan Tarogong Kidul.
Strategi yang dapat ditempuh dalam meningkatkan produksi padi adalah: (1)
mendorong sinergi antar subsistem agribisnis; (2) meningkatkan akses petani
terhadap sumber daya, modal, teknologi, dan pasar; (3) mendorong peningkatan
produktivitas melalui inovasi baru; (4) memberikan insentif berusaha; (5)
mendorong diversifikasi produksi; (6) mendorong partisipasi aktif seluruh
stakeholder; (7) pemberdayaan petani dan masyarakat; (8) pengembangan
kelembagaan (kelembagaan produksi dan penanganan pascapanen, irigasi,
koperasi, lumbung pangan desa, keuangan dan penyuluhan).
Kebijakan pengembangan padi diarahkan pada: (1) pembangunan dan
pengembangan kawasan agribisnis padi yang modern, tangguh, dan pemberian
Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut
56
jaminan kehidupan yang lebih baik bagi petani; (2) peningkatan efisiensi usaha
tani melalui inovasi unggul dan berdaya saing; (3) pengelolaan dan pemanfaatan
sumber daya alam secara optimal, efisien dan produktif serta berkelanjutan yang
dapat mendukung ketahanan ekonomi dan pelestarian lingkungan; (4)
pemberdayaan petani dan masyarakat perdesaan; dan (5) pengembangan
kelembagaan dan kemitraan yang modern, tangguh, efisien, dan produktif.
2. Agribisnis Jagung
Dewasa ini jagung tidak hanya digunakan untuk bahan pangan tetapi juga untuk
pakan. Dalam beberapa tahun terakhir proporsi penggunaan jagung oleh industri
pakan telah mencapai 4% dari total kebutuhan nasional. Realisasi produksi
jagung berhasil tahun 2014 mencapai 567.876 ton pipilan kering meningkat
sebesar 1,42% atau 8.135 ton dari produksi tahun 2013 sebesar 559.741 ton
pipilan kering. Beberapa daerah yang menjadi sentra produksi jagung di
Kabupaten Garut adalah Kecamatan Wanaraja, Karangpawitan, Pangatikan,
Sukawening, Karang Tengah, Kadungora, Leles, Banyuresmi, Cibalong,
Limbangan, Leuwigoong, Selaawi dan Malangbong.
Ditinjau dari sumber daya lahan dan ketersediaan teknologi, Kabupaten Garut
sebenarnya masih berpeluang untuk meningkatkan produksi jagung walaupun
pada saat ini produksi jagung Kabupaten Garut sudah melampaui kebutuhan dan
bahkan sebagai pemasok produksi terbesar di Jawa Barat.
Upaya peningkatan produksi jagung ditempuh melalui perluasan areal tanam
dan peningkatan produktivitas. Perluasan areal tanam diarahkan pada lahan-
lahan potensial seperti lahan sawah irigasi, lahan sawah tadah hujan, dan lahan
kering yang belum dimanfaatkan secara optimal. Untuk peningkatan
produktivitas ditempuh dengan perbaikan teknis budidaya. Teknologi yang
diperlukan untuk mendukung pengembangan jagung antara lain adalah
penggunaan varietas hibrida yang lebih unggul, teknologi budidaya yang efisien
dengan pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT), teknologi pasca panen
untuk meningkatkan kualitas dan nilai tambah produk, dan peningkatan
pengetahuan dan keterampilan petani melalui Sekolah Lapang (SL).
Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut
57
Kebijakan yang diperlukan dalam pengembangan agribisnis jagung adalah
kebijakan pengembangan insentif investasi, kelembagaan keuangan dan
permodalan, peningkatan dukungan teknologi yang siap diterapkan di lapangan,
peningkatan kualitas sumber daya manusia, kelembagaan agribisnis, dukungan
pemasaran, serta dukungan peraturan dan perundang-undangan.
3. Agribisnis Kedelai
Pertumbuhan permintaan kedelai selama 15 tahun terakhir cukup tinggi, namun
tidak mampu diimbangi oleh produksi dalam negeri, sehingga harus dilakukan
impor dalam jumlah yang cukup besar. Harga kedelai impor yang murah dan
tidak adanya tarif impor menyebabkan tidak kondusifnya pengembangan kedelai
di dalam negeri.
Prospek pengembangan kedelai di dalam negeri umumnya dan di Kabupaten
Garut khususnya untuk menekan impor cukup baik, mengingat ketersediaan
sumberdaya lahan yang cukup luas, iklim yang cocok, teknologi yang tersedia,
serta sumber daya manusia yang cukup terampil dalam usaha tani. Disamping
itu, pasar komoditi kedelai masih terbuka lebar.
Realisasi produksi kedelai tahun 2014 mencapai 25.938 ton biji kering, apabila
dibandingkan dengan realisasi tahun 2013 sebesar 21.441 ton, terjadi
peningkatan sebesar 20,97% (4.497 ton). Beberapa kecamatan yang potensial
sebagai sentra produksi kedelai di Kabupaten Garut adalah Tarogong Kaler,
Karangpawitan, Sucinaraja, Wanaraja, Cibatu, Karang Tengah, Pakenjeng,
Peundeuy, Cibalong dan Cikelet.
Strategi untuk peningkatan produksi kedelai melalui peningkatan produktivitas,
perluasan areal tanam, peningkatan efisiensi produksi, penguatan kelembagaan
petani, peningkatan kualitas produk, peningkatan nilai tambah, perbaikan akses
pasar, perbaikan sistem permodalan, pengembangan infrastruktur, pengaturan
tata niaga dan insentif usaha, serta mendorong/membina pengembangan usaha
kecil/rumah tangga dalam subsistem hilir untuk menghasilkan produk olahan
yang bermutu tinggi sesuai dengan tuntutan konsumen.
Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut
58
4. Agribisnis Ubi Kayu
Pangan merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia yang harus terpenuhi
untuk menciptakan stabilitas ketahanan pangan masyarakat (Baliwati et.all
2009). Ubi kayu merupakan salah satu sumber pangan utama setelah padi dan
jagung, yang saat ini terus mengalami peningkatan permintaan karena
pertumbuhan industri makanan berbahan baku ubi kayu, bioetanol dan pakan
(Hafsah 2003). Berdasarkan data BPS Kabupaten Garut 2012 menunjukkan
bahwa Kabupaten Garut sebagai salah satu sentra produksi ubi kayu terbesar di
Jawa Barat diharapkan mampu memenuhi kebutuhan atau permintaan ubi kayu
yang semakin meningkat, khususnya permintaan akan produk olahan pangan
maupun non pangan, baik untuk konsumsi maupun industri. Sumber dari Ditjen
P2HP, Kabupaten Garut memperlihatkan bahwa saat ini telah banyak
berkembang aneka industri berbahan baku ubi kayu dan selama 3 tahun terakhir
telah berkembang pesat industri pengolahan tepung MOCAF, tapioka serta
berbagai industri pengolahan ubi kayu untuk makanan ringan seperti keripik,
cimring/comet/endog lewo, cimol, comro dan lain-lain. Akan tetapi tingginya
permintaan dan kebutuhan ubi kayu untuk industri dan konsumsi ternyata tidak
sebanding dengan produksi ubi kayu yang dihasilkan Kabupaten Garut. Daerah
yang menjadi sentra produksi ubi kayu di Kabupaten Garut adalah Kecamatan
Malangbong dan Cikelet.
(b) Agribisnis Tanaman Sayuran Unggulan
Sebagian besar sayuran yang dibudidayakan oleh petani di Kabupaten Garut
adalah sayuran dataran tinggi yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi.
Beberapa sayuran yang teridentifikasi sebagai komoditas unggulan pertama
adalah kentang, cabe merah, dan tomat. Sedangkan komoditas sayuran lainnya
masuk kedalam kelompok unggulan prioritas kedua, namun sangat
memungkinkan untuk dikembangkan. Beberapa daerah sentra produksi utama
tanaman sayuran adalah Kecamatan Cikajang, Bayongbong, Samarang,
Cisurupan, dan Wanaraja.
Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut
59
Realisasi produksi sayuran tahun 2014 mencapai 806.499 ton, apabila
dibandingkan dengan pencapaian pada tahun 2013 mencapai 924.393 ton,
terjadi penurunan sebesar 14.61% (117.894 ton).
1. Kentang
Kentang sebagai komoditas yang mempunyai syarat tumbuh yang cukup khusus
sangat potensial dikembangkan di beberapa daerah Kabupaten Garut. Secara
ekologis, faktor alam (tipe iklim dan ketinggian tempat) di beberapa daerah
Kabupaten Garut sangat cocok untuk pengembangan kentang. Bentang alam
yang dimiliki oleh Kabupaten Garut sangat mendukung untuk penanaman
kentang, karena Garut mempunyai daerah dataran tinggi yang cukup luas.
Dataran tinggi ini tersebar di beberapa kecamatan, diantaranya Kecamatan
Pamulihan, Cikajang, Cigedug, Bayongbong, Cisurupan, Samarang, Wanaraja dan
Pasirwangi. Produksi kentang tahun 2014 mencapai 142.016 ton atau mengalami
penurunan 11% (19.059 Ton) dari tahun 2013 sebesar 161.073 ton. Penurunan
ini di sebabkan oleh: (1) luas tanam kentang untuk tahun 2014 menurun, (2)
ketersediaan bibit baik untuk kentang konsumsi maupun kentang industri
menurun, hal ini disebabkan karena untuk kentang konsumsi harga di pasaran
tinggi sehingga petani hampir menjual sebagian besar hasil produksinya
sedangkan yang dialokasikan untuk benih berikutnya hanya sebagian kecilnya
saja. Untuk kentang industri impor benih dari Australia sedikit dikarenakan
perusahaan benih kentang di Australia ini hanya memproduksi benih sesuai
dengan pesanan jadi mereka tidak memproduksi secara massal (3) Adanya
serangan OPT yang mengakibatkan penyakit layu bakteri (Phytoptora Inpestan)
sehingga produksi menurun namun apabila dilihat dari produktivitasnya
meningkat, realisasi produktivitas kentang tahun 2014 adalah 22.891 ton apabila
dibandingkan dengan pencapaian pada tahun 2013 mencapai 22.886 ton, terjadi
peningkatan sebesar 0,02 % (5 ton/ha).
Potensi usaha tani kentang di Kabupaten Garut berpeluang untuk
dikembangkan, pupuk yang digunakan untuk pertanaman kentang salah satunya
adalah kotoran ternak. Oleh karena itu perlu diciptakan kondisi yang kondusif
bagi pengembangan usaha-usaha yang dapat menghasilkan kotoran ternak,
Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut
60
seperti: perusahaan ayam petelur, ayam pedaging, dan peternak domba. Bagi
petani, pupuk kandang digunakan karena dapat dengan mudah diperoleh petani
di setiap sentra produksi kentang. Lembaga yang berperan dalam penyaluran
pupuk, pestisida, dan sarana produksi lainnya adalah KUD dan toko sarana
produksi pertanian.
Mekanisme pemasaran kentang mengikuti sistem pasar terbuka yang
menempatkan pedagang pengumpul pada posisi tawar yang lebih kuat
dibandingkan dengan petani produsen kentang pada penentuan harga jual.
Untuk pemasaran komoditas kentang selain melalui pedagang pengumpul,
dapat pula dilakukan untuk pemenuhan bahan baku industri makanan. Industri
pengolahan makanan yang menjadi tujuan pemasaran komoditas kentang Jawa
Barat adalah PT. Indofood Frito Lay yang berlokasi di Semarang dan Tangerang.
2. Tomat
Selain kentang dan cabe, tomat juga merupakan komoditas unggulan Kabupaten
Garut. Produksi tomat pada tahun 2014 mencapai 117.548 ton atau mengalami
penurunan 17,12% dari tahun 2013 sebesar 141.830 ton. Penurunan produksi
tomat sama halnya seperti penurunan produksi cabe merah dan cabe rawit yaitu
disebabkan oleh luas tanam tanaman tomat untuk musim tanam tahun 2014
mengalami penurunan, realisasi luas tanam tahun 2014 sebesar 4.076 Ha
menurun apabila dibandingkan dengan realisasi luas tanam tahun 2013 yaitu
4.337 Ha. Tapi apabila dilihat dari produktivitasnya meningkat, produktivitas
tahun 2014 sebesar 27.848 Kw/Ha meningkat 90,02 % atau 5 Kw/Ha apabila
dibandingkan dengan produktivitas tahun 2013 yaitu 27.843 Kw/ha. Penurunan
produksi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu waktu tanam dan faktor
musim.
Seperti halnya komoditas cabe merah, komoditas tomat merupakan komoditas
yang diperlukan untuk pemenuhan kebutuhan rumah tangga dan pemenuhan
bahan baku industri makanan. Industri makanan yang banyak memerlukan
tomat terutama industri pembuatan saus tomat yang dikemas dalam berbagai
kemasan. Selain industri pembuatan saus, komoditas tomat juga banyak
Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut
61
diperlukan oleh pedagang minuman buah olahan yang disajikan dalam bentuk
jus tomat.
Komoditas tomat yang sering diusahakan oleh petani di Garut terdiri dari
berbagai jenis, dari jenis lokal hingga benih hasil hibrida. Penggunaan benih
hibrida yang dihasilkan oleh perusahaan-perusahaan benih dalam dan luar
negeri menunjukkan angka penggunaan yang tinggi. Kondisi ini disebabkan
karena untuk melakukan perbanyakan benih tanaman tomat memerlukan
teknologi berbiaya tinggi. Kemudahan mendapatkan benih tomat secara
perlahan telah menciptakan suatu ketergantungan petani terhadap benih impor.
Oleh karena itu pembinaan kepada petani penangkar perlu terus ditingkatkan,
agar kebocoran (leakages) devisa dapat dikurangi.
3. Kubis
Kubis putih (Brassica oleracea var. Capitata L) merupakan sayuran penting,
terutama didataran tinggi. Kubis mempunyai arti ekonomi yang penting sebagai
sumber pendapatan petani dan sumber gizi (vitamin A dan C) bagi masyarakat.
Kubis putih merupakan kubis kepala bulat dengan ciri-ciri: Krop bulat dan
kompak, ukuran daun kecil sampai sedang, mempunyai daun luar berwarna
hijau muda, memiliki teras atau hati kecil dan mempunyai batang pendek.
Menurut data dari Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan
Kabupaten Garut, rata-rata produktifitas Kubis di Kabupaten Garut adalah 23-24
ton/Ha. Daerah-daerah sentra pengembangan kubis diKabupaten Garut adalah
Kecamatan Cikajang, Kecamatan Pasirwangi, Cisurupan, Samarang, Cigeug dan
Bayongbong. Rata-rata pertahun, areal luas panen komoditas kubis adalah
seluas 4.800 Ha dengan menghasilkan kubis rata-rata sebesar 120.000 ton.
(c) Agribisnis Tanaman Buah-buahan Unggulan
1. Jeruk Keprok/Siam
Kabupaten Garut mempunyai potensi keragaman agroklimat yang sesuai untuk
pengembangan berbagai jenis komoditas hortikultura, salah satu diantaranya
adalah tanaman jeruk siam garut (citrus nobilis var. Micocarpa) dan keprok garut
(citrus nobilis var. Chrysocarpa). Selain itu masih ada jenis lain yang
dikembangkan yakni konde (Citrus nobilis var. Raticula) serta jeruk manis (Citrus
Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut
62
nobilis var. Sinensis).Dari beberapa jenis jeruk tersebut, keprok garut merupakan
terbaik di Indonesia, dan dilihat dari aspek ekonomi, jenis ini paling tinggi
nilainya jika dibandingkan dengan jeruk lainnya.
Produksi jeruk keprok/siam tahun 2014 mencapai 135.673 Kg/pohon atau
mengalami penurunan 6% (8.879 Kg/pohon) dari tahun 2013 mencapai 144.552
Kg/pohon. Penurunan ini disebabkan jumlah tanaman jeruk yang produktif
untuk masa tanam 2006 sampai dengan 2009 sudah mulai menurun
produksinya, sedangkan untuk tanaman jeruk yang ditanam 2010 sampai
dengan 2012 produksinya tinggi namun jumlah tanamannya sedikit, jeruk garut
yang ditanam tahun 2013 dan 2014 belum berproduksi sehingga mempengaruhi
terhadap produksi, namun apabila dilihat dari produktivitas tahun 2014 adalah
4.801 Kg/pohon meningkat 0,62 % (30 Kg/ Pohon) dibanding dengan
produktivitas tahun 2013. Jeruk dapat tumbuh baik hampir di setiap jenis tanah
kecuali pada lahan-lahan yang tergenang. Jeruk sebaiknya dibudidayakan pada
tanah-tanah gembur berpasir hingga lempung berliat dengan pH tanah optimum
antara 4,5 – 8,0. Kesesuaian agroklimat ini dapat ditemui di Kabupaten Garut,
diantaranya tanaman jeruk Garut terdapat di Kecamatan Pasirwangi, Samarang,
Cilawu, Cisurupan, Bayongbong dan Karangpawitan.
Nilai ekonomis jeruk dapat dilihat dari tingkat kesejahteraan petaninya yang
relatif tinggi. Keuntungan usaha tani jeruk biasanya mulai diperoleh pada tahun
ke-4, dengan besar yang bervariasi tergantung jenis maupun lokasi. Kebijakan
yang langsung terkait dengan pembangunan dan pengembangan agribisnis jeruk
di beberapa sentra produksi meliputi: (1) Kebijakan peningkatan kompetensi
SDM; (2) Kebijakan peningkatan koordinasi dalam penyusunan kebijakan dan
pembangunan agribisnis jeruk; (3) Kebijakan penguatan kelembagaan petani dan
pelaku agribisnis jeruk; (4) Kebijakan peningkatan ketersediaan sarana dan
prasarana pendukung pengembangan agribisnis jeruk; (5) Kebijakan percepatan
proses perakitan teknologi spesifik lokasi, diseminasi dan alih inovasi teknologi
anjuran dapat dimanfaatkan untuk merespon baik permasalahan dan kebutuhan
inovasi teknologi spesifik lokasi; dan (6) Kebijakan peningkatan promosi dan
proteksi jeruk.
Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut
63
Berdasarkan kondisi agribisnis jeruk saat ini dan yang ingin diwujudkan masa
mendatang terutama pada tahun 2015, maka program revitalisasi agribisnis
jeruk meliputi beberapa kegiatan utama, yaitu: (1) Pengakurasian data agribisnis
jeruk; (2) Revitalisasi industri benih jeruk; (3) Revitalisasi sentra produksi jeruk;
(4) Penumbuhan sentra agribisnis baru; (5) Pembangunan pabrik pengolahan; (6)
Pembentukan Jaringan Informasi Agribisnis Jeruk; dan (7) Revitalisasi
penyuluhan dan pembinaan petani. Tujuan pasar untuk buah jeruk di Garut
ditujukan untuk konsumen di wilayah Garut dan sekitar wilayah Jawa Barat serta
Jakarta. Tingginya permintaan di Jawa Barat sendiri mengakibatkan harga jual di
tingkat konsumen yang tinggi pula. Keadaan ini pula mengundang masuknya
hasil produksi dari luar Jawa Barat dan produk jeruk impor untuk varietas-
varietas tertentu.
2. Alpukat
Seperti halnya komoditas jeruk Kabupaten Garut mempunyai potensi keragaman
untuk pengembangan berbagai jenis komoditas buah-buahan, diantaranya
komoditas Alpukat. Dari beberapa jenis Alpukat yang dikembangkan di
Kabupaten Garut, Alpukat Sindangreret merupakan varietas Alpukat terbaik di
Kabupaten Garut, dan dilihat dari aspek ekonomi, jenis ini paling tinggi nilainya
jika dibandingkan dengan Alpukat varietas lainnya. Alpukat dapat tumbuh baik
hampir di setiap jenis tanah kecuali pada lahan-lahan yang tergenang. Alpukat
sebaiknya dibudidayakan pada tanah-tanah gembur berpasir hingga lempung
berliat dengan pH tanah optimum antara 4,5 – 8,0. Kesesuaian agroklimat ini
dapat ditemui di Kabupaten Garut, dalam pengembangannya Alpukat dibagi
dalam dua kategori yaitu Alpukat dataran sedang dan dataran tinggi. Wilayah
pengembangan Alpukat Sindangreret banyak terdapat di Kecamatan
Karangpawitan, Sucinaraja, Cilawu, Wanaraja, Leles, Sukawening, Karangtengah,
Pangatikan dan Banyuresmi.
Tujuan pasar buah Alpukat yaitu untuk memenuhi permintaan konsumen lokal,
wilayah di Jawa Barat serta DKI Jakarta. Tingginya permintaan pasar di Jawa
Barat dan DKI Jakarta mengakibatkan harga jual di tingkat konsumen cukup
tinggi pula. Keadaan ini pula yang membuat peluang besar untuk pengembangan
Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut
64
komoditas Alpukat di Kabupaten Garut. Produksi Alpukat di Kabupaten Garut
pada tahun 2014 mencapai 448.240 KW atau mengalami penurunan 8% dari
tahun 2013 mencapai 485.056 KW. Penurunan produksi ini disebabkan tanaman
alpukat yang sudah tidak produktif ditebang tetapi tidak diganti dengan
tanaman alpukat yang baru sehingga produksinya menurun. Tapi apabila dilihat
dari produktivitasnya mengalami peningkatan yaitu produktivitas alpukat tahun
2014 19.565 Kg/pohon meningkat 0,38% (75 Kg/pohon) bila dibandingkan
dengan produktivitas tahun 2013 yaitu 19.490 Kg/pohon.
5.2 Potensi Unggulan Sektor Perkebunan
Berdasarkan hasil lapangan, Jenis komoditi perkebunan yang tersedia berdasarkan
data yang diperoleh adalah sebagai berikut:
Tabel 5.2
Komoditas Sektor Perkebunan
NO KOMODITAS PRODUKSI (Ton) LUAS (Ha)
2013 2014 2013 2014
B Tanaman tahunan
1 Aren 1.210,00 1.214,00 2.712,00 2.712,00
2 Cengkeh 711,00 716,00 2.859,00 2.859,00
3 Jambu mete 14,40 14,10 69,00 69,00
4 Jarak - - 85,00 30,00
5 Kakao 1,10 1,00 5,00 5,00
6 Kapok/ Randu 18,40 18,50 98,00 98,00
7 Karet 200,00 202,00 3.136,00 3.136,00
8 Kayumanis 5,70 4,20 25,00 25,00
9 Kelapa 2.866,00 2.869,00 5.475,00 5.475,00
10 Kelapa Sawit - - 80,00 80,00
Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut
65
11 Kemiri Sunan - - 36,00 36,00
12 Kina 29,00 28,00 34,00 34,00
13 Kopi Arabika 1.308,00 1.311,00 2.951,00 2.951,00
14 Kopi Robusta 468,00 469,00 845,00 845,00
15 Lada 30,00 29,40 103,00 103,00
16 Pala 13,00 12,30 39,00 39,00
17 Pinang 1,30 1,30 37,00 37,00
18 T e h 4.932,00 4.935,00 4.309,00 4.309,00
Sumber : Dinas Perkebunan Kab. Garut Tahun 2014
1. Akar Wangi (Vetiveria zizanoides)
Akar Wangi sudah diekspor dalam bentuk akar sejak tahun 1918. Seiring dengan
berkembangnya agroindustri penyulingan akar wangi, maka ekspor pun bergeser
ke minyak akar wangi. Hingga Tahun 2000, permintaan dunia terutama dari
Amerika Serikat, Prancis, Jepang, Jerman, Italia, Belanda, Spanyol, Swiss, Inggris,
dan negara lainnya atas minyak akar wangi mencapai angka lebih dari 250 ton.
Sementara total produksi minyak akar wangi Indonesia baru mencapai angka 70-
80 ton per tahun. Jika seluruh produk akar wangi Indonesia diekspor, maka
hanya baru menutupi sekitar 24%-30% pangsa pasar dunia. Hal ini menegaskan
bahwa prospek pengembangan akar wangi sangat besar. Secara riil,
perkembangan ekspor dan nilai minyak akar wangi Indonesia masih fluktuatif,
hal ini bukan disebabkan oleh fluktuasi permintaan pasar dunia, tetapi lebih
disebabkan oleh fluktuasi produksi akar wangi dan kualitas minyak akar wangi di
dalam negeri. Secara ekologis, Kabupaten Garut dengan karakteristik
agroekosistemnya sangat potensial bagi pengembangan agribisnis akar wangi.
Karena akar wangi tumbuh dan akan menghasilkan minyak yang baik pada
ketinggian di atas 700 m (600-1500 m) di atas permukaan laut, dengan suhu
optimal 17oC-27oC dan curah hujan antara 200-2000 mm per tahun. Tanah yang
baik untuk pertumbuhan akar wangi adalah tanah yang gembur atau tanah yang
berpasir, seperti tanah yang mengandung abu vulkanis. Permasalahannya, pada
umumnya para petani akar wangi kurang memperhatikan aspek lingkungan,
sehingga masih banyak yang mengusahakan akar wangi di DAS yang sedang
menjadi daerah penghijauan/reboisasi, daerah yang berfungsi hidrologis, dan di
daerah dengan kemiringan lebih dari 15 persen. Secara sosiologis dan
Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut
66
agroekologis, kecamatan Samarang (1.020 Ha), Pasirwangi (73 Ha), Leles (465
Ha), Bayongbong (272 Ha), Cilawu (338 Ha), Tarogong Kaler (180 Ha) merupakan
kecamatan-kecamatan basis bagi pengembangan akar wangi di kabupaten
Garut. Secara teknis dan sosiologis, kemampuan teknis budidaya para petani
akar wangi di Kabupaten Garut sudah baik dan teruji secara layak, baik secara
teori maupun atas dasar pengalaman yang cukup lama dalam budidaya akar
wangi. Adapun kelemahannya adalah: 1) kurang tepatnya penggunaan sarana
produksi; 2) lemahnya modal usaha, lokasi usaha tani dan pasar akar wangi
(ketimpangan margin pemasaran; 3) lemahnya kelembagaan pengolahan dan
pemasaran minyak akar wangi; dan 4) meskipun hingga tahun 2014, di
Kabupaten Garut terdapat sekitar 42 unit usaha penyulingan akar wangi, namun
pada umumnya, unit usaha tersebut belum mengetahui standar teknis produksi
dan kualitas produk yang sesuai dengan permintaan pasar dunia. Apalagi sampai
pada kriteria spesifik, seperti untuk industri obat-obatan dan produk kosmetika.
Untuk itu, kelembagaan pengembangan sumberdaya manusia dan pemasaran
pun perlu ditingkatkan. Produksi Akar wangi tahun 2014 mencapai 70,50 ton
atau mengalami penurunan dari tahun 2013 yang mencapai 73,00 ton.
2. Teh (Camelia Sinensis )
Kabupaten Garut yang termasuk daerah Priangan merupakan salah satu sentra
produksi teh andalan Jawa Barat, terutama di Kecamatan Cikajang, Singajaya,
Banjarwangi, Cisurupan, Cilawu dan Pakenjeng. Tanaman teh merupakan salah
satu komoditas perkebunan yang penting di Indonesia, karena nilai ekspornya
dapat memberikan kontribusi devisa yang tidak sedikit bagi negara. Pemerintah
menyadari bahwa industri di sektor migas persediaannya makin lama makin
menipis, terutama minyak bumi yang harganya naik turun. Untuk itulah
Pemerintah berusaha meningkatkan industri di sektor nonmigas, antara lain
industri teh.
Namun jika dilihat dari pertumbuhan ekspornya, ternyata menurut International
Trade Centre, pertumbuhan ekspor teh Indonesia jauh di bawah pertumbuhan
ekspor teh dunia. Negara-negara yang memiliki pertumbuhan ekspor teh dunia
tertinggi mulai dari Jepang, India, Vietnam, Inggris, Uni Emirat Arab, Amerika
Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut
67
Serikat dan Srilanka. Kekuatan negara Jepang, Inggris, Uni Emirat Arab, Amerika
Serikat sebagai negara yang memiliki pertumbuhan ekspor cukup tinggi terletak
pada kemampuannya memberikan nilai tambah, serta memiliki jaringan
perdagangan teh yang kuat. Jadi, walaupun negara-negara tersebut tercatat
sebagai negara-negara pengimpor teh curah, tapi sebagian hasil impor tersebut
mereka ekspor kembali dalam bentuk produk-produk hilir teh. Produksi teh
tahun 2014 mencapai 4.935 ton atau mengalami peningkatan dari tahun 2013
dengan produksi sebesar 4.932 ton.
3. Tembakau( Nicotiana Tabbacum )
Usaha tani tembakau (Nicotiana tabacum L) sudah dilaksanakan sejak lama oleh
para petani di Kabupaten Garut. Tembakau merupakan suatu komoditas yang
merupakan pilihan sebagian besar petani di Kabupaten Garut. Sebagai
indikasinya dapat diketahui bahwa luas areal tanaman tembakau tahun 2014
sampai mencapai 4.085 Ha atau mengalami penurunan dibandingkan dengan
pencapaian pada tahun 2013 dengan luas areal 4.099 Ha.
Sentra produksi tembakau di Kabupaten Garut berada di Kecamatan Tarogong
Kaler, Wanaraja, Leles, Cibiuk dan Kadungora. Jumlah varietas tembakau rakyat
yang diusahakan para petani di Kabupaten Garut cukup banyak diantaranya
Kedu Omas, Kedu Hejo, Kedu Jonas, Kedu Rancing, Palumbon, Gambung, Cere,
Virginia Garut dan lainnya. Beberapa varietas tersebut menghasilkan tembakau
mole yang memiliki aroma serta cita rasa khas tembakau Garut sehingga
tembakau mole Garut memiliki keunggulan dan prospek pasar yang sangat cerah
karena memiliki kelas kualitas tersendiri sebagai sumber bahan baku beberapa
perusahaan pabrik rokok dalam negeri. Produksi tembakau tahun 2014
mencapai 3.498 ton atau mengalami penurunan dari tahun 2013 sebesar 3.509
ton.
4. Kopi (Coffea Sp.)
Kopi merupakan salah satu komoditi unggulan di kabupaten garut, yang
mempunyai peranan penting sebagai salah satu penghasil devisa negara, sumber
pendapatan, penciptaan lapangan kerja sekitar 11.725 kk, mendorong agribisnis
Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut
68
dan agroindustri serta pengembangan ekonomi wilayah, selain itu tanaman kopi
mempunyai fungsi sebagai tanaman konservasi. Sesuai data statistik Dinas
Perkebunan Kabupaten Garut tahun 2013 luas areal tanaman kopi Arabika 2.951
Ha dan Kopi Robusta 845 Ha, areal tanaman kopi tersebut diusahakan oleh
perkebunan rakyat, dengan produksi Kopi Arabika 1.311 ton dan Kopi Robusta
469 Ton kopi berasan, atau rata-rata tingkat produktivitas sebesar 0,91
ton/ha/tahun. Sebagian besar komoditi kopi, baru diolah dalam bentuk biji kopi
berasan, sedangkan pengolahan produk hilirnya belum dilakukan secara intensif,
sehingga peluang untuk memperoleh nilai tambah (added value) serta
penciptaan lapangan pekerjaan di pedesaan kurang optimal.
5. Karet (Hevea Braciliensis )
Karet merupakan komoditi unggulan perkebunan di Kabupaten Garut dan
merupakan salah satu komoditi yang penting sebagai bahan baku bagi berbagai
industri. Dari luas areal 10.913 Ha pada tahun 2014, areal karet di kabupaten
Garut diusahakan dalam bentuk perkebunan rakyat seluas 3.136 Ha, perkebunan
besar negara (PTPN) seluas 4.824 Ha dan Perkebunan Besar Swasta (PBS) seluas
2.953 Ha.
Peranan Komoditi Karet yang strategis selain pada aspek ekonomi yang dapat
menyokong perekonomian masyarakat desa, juga di aspek sosial yang menyerap
tenaga kerja secara mikro di lingkungan keluarga dan secara makro pada
lingkungan masyarakat, serta pengembangan wilayah. Selain itu komoditi karet
mempunyai fungsi ekologis, karena karet merupakan tanaman konservasi
dengan perakarannya yang kuat mampu menahan erosi dan mampu mengikat
air tanah dan mampu mengendalikan run off. Prospek pengembangan Komoditi
Karet sangat bagus, mengingat peluang pasar dalam maupun luar negeri masih
terbuka lebar dan mempunyai prospek yang cerah dan potensial.
5.3 Potensi Unggulan Sektor Peternakan
Adapun hasil lapangan, Jenis ternak dan produksi yang tersedia berdasarkan data yang
diperoleh adalah sebagai berikut:
Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut
69
Tabel 5.3
Populasi Ternak Tahun 2014
No JENIS TERNAK POPULASI
2013 2014
1 Sapi perah 13.378 13.460
2 Sapi Potong 30.796 31.162
3 Kerbau 14.754 14.031
4 Domba 1.200.733 1.258.733
5 Kambing 85.678 86.339
6 Ayam ras pedaging 548.077 559.519
7 Ayam buras 1.732.247 1.654.726
8 Itik 233.184 246.462
Sumber : Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Kab Garut, 2014
Tabel 5.4
Pencapaian Produksi Hasil Ternak
NO KOMODITI PRODUKSI
2013 2014
A DAGING:
Sapi 1.580.312 1.684.077
Kerbau 413.410 356.387
Domba 1.146.500 1.169.430
Kambing 263.397 273.933
Ayam Ras 936.225 955.587
Ayam Buras 2.935.159 2.982.720
Itik 399.275 368.857
B TELUR:
Ayam Buras 2.104.832 2.269.005
Itik 295.168 219.287
C SUSU (Liter) 18.319.634 19.915.598 Sumber : Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Kab Garut, 2014
1. Ternak Sapi Perah dan Sapi Potong
Salah satu ternak unggulan di Kabupaten Garut adalah sapi perah. Wilayah
pengembangan sapi perah yang banyak diusahakan masyarakat tersebar di
sejumlah kecamatan diantaranya Kecamatan Cilawu, Bayongbong, Cisurupan,
Cikajang dan Cigedug. Sapi perah juga tersebar dalam skala kecil di wilayah
kecamatan Samarang, Banjarwangi, Pasirwangi, Karangpawitan, Wanaraja dan
Pamulihan. Sapi perah mampu memberikan manfaat ganda bagi pengadaan
pangan, yaitu sebagai penghasil susu serta penghasil daging. Kecamatan
Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut
70
Cikajang, Bayongbong dan Cisurupan merupakan wilayah utama budidaya sapi
perah. Ketiga wilayah kecamatan tersebut merupakan sentra produksi susu di
Kabupaten Garut.
Populasi sapi perah di Kabupaten Garut tahun 2014 mencapai 18.160 ekor
mengalami penurunan populasi sebesar 11,01% dari tahun 2013 sebanyak
20.160 ekor. Penurunan tersebut diakibatkan oleh semakin tingginya harga
konsentrat yang tidak diimbangi dengan kenaikan harga susu sehingga banyak
peternak sapi perah yang terpaksa menjual sapinya untuk menutup biaya
operasional. Selain sapi perah, sapi potong juga merupakan ternak unggulan di
Kabupaten Garut. Penyebaran sapi potong secara geografis menyebar di utara
dan selatan, hanya jenis ternaknya berbeda. Di wilayah utara berkembang
penggemukan yang terkonsentrasi di beberapa daerah seperti Kecamatan
Malangbong, Selaawi, Limbangan, Leles, Tarogong Kaler, Tarogong Kidul,
Wanaraja, Karangpawitan dan daerah lainnya. Sapi potong lokal dan
persilangannya terkonsentrasi di wilayah Selatan, khususnya kecamatan
Pameungpeuk, Cikelet, Cibalong, Cisompet dan Bungbulang. Khusus untuk
pengembangan peternakan sapi potong di Kecamatan Bungbulang,
pengembangan sapi potong memperoleh perhatian yang sangat besar dari
Pemerintah Jawa Barat, terkait dengan pengembangan kawasan Agribisnis
Cipamatuh. Populasi sapi potong tahun 2014 mencapai 31.162 ekor yang
mengalami sedikit penurunan yaitu sebesar 0,76% dari tahun 2013 sebanyak
31.704 ekor. Penurunan tersebut disebabkan oleh tingginya harga karkas dan
daging sapi sehingga mendorong sejumlah peternak untuk menjual stok sapinya
ke pasaran.
2. Ternak Domba
Kabupaten Garut merupakan salah satu sentra produksi domba di Jawa Barat
setelah Kabupaten Bandung. Domba menyebar secara merata di seluruh
wilayah. Beberapa kecamatan dengan populasi domba dan terbanyak berada di
Kecamatan Cilawu, Bayongbong, Cisurupan, Cikajang dan Cigedug. Domba
merupakan komoditas andalan yang dipelihara masyarakat. Di daerah ini,
dikenal sebagai pusat pembiakan/pembibitan Domba Garut atau Domba
Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut
71
Priangan. Populasi domba tahun 2014 mencapai 1.348.637 ekor yang mengalami
peningkatan sebesar 15,97 % dari tahun 2013 sebanyak 1.126.976 ekor. Secara
umum domba-domba yang dipelihara di wilayah selatan berbeda dengan domba
yang dipelihara di wilayah utara. Daerah Cibalong, Bungbulang, Singajaya
sebagian besar jenis domba yang dipelihara adalah domba lokal, dengan
performa badan yang lebih kecil dari domba Garut. Di daerah selatan, karena
lahan yang relatif luas, pola pemeliharaan domba dilakukan dengan cara
diangon (ekstensif) atau semi intensif.
Tujuan akhir dari pengembangan produksi peternakan adalah untuk memenuhi
penyediaan pangan produk peternakan bagi masyarakat dalam takaran yang
cukup sesuai dengan norma kebutuhan gizi. Pangan produk peternakan yang
disediakan untuk memenuhi kebutuhan tersebut adalah daging, telur dan susu.
Disamping untuk memenuhi kebutuhan gizi, produk peternakan memberikan
kontribusi nyata bagi kegiatan industri, yaitu produksi kulit sapi dan kerbau serta
kulit domba dan kambing.
5.4 Potensi Unggulan Sektor Perikanan dan Kelautan
Adapun hasil lapangan, jenis komoditi perikanan dan kelautan berdasarkan data yang
tersedia adalah sebagai berikut:
Tabel 5.6
Produksi Ikan Tahun 2014
NO URAIAN
PRODUKSI IKAN (ton)
2013 2014
A BUDIDAYA
1 Tambak 426 504
2 Kolam Air Tenang 30.708 32.628
3 Kolam air Deras 527 843
4 Sawah/ Minapadi 15.908 15.402
B PENANGKAPAN
1 Perikanan Laut 4.134 3.949
2 Perairan umum 143,6 110,87 C PRODUKSI
1 Perbenihan (ekor) 471.328.220 811.229.510
2 Jumlah Produksi Konsumsi (ton) 53.139 54.945 3 Jumlah Produksi non Konsumsi (ekor) 1.925.000 2.667.105
Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut
72
4 Jumlah Produksi Perikanan Darat (ton) 49.296 54.945
5 Jumlah Produksi Perikanan Laut 4.134 3.949 Sumber : Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Kab Garut, 2014
Komoditas Unggulan Perikanan
Tingkat konsumsi ikan masyarakat Garut per kapita sebesar 24,32 kg/kapita/tahun
dari target sebesar 24 kg/kapita/tahun atau tercapai 101,32%. Tingkat konsumsi
ikan di Kabupaten Garut tergolong masih rendah bila dibandingan dengan target
konsumsi ikan secara regional jawa Barat sebesar 30 kg/kapita/tahun dan nasional
sebesar 34,4 kg/kapita/tahun. Untuk itu terus diupayakan berbagai program
kegiatan yang dapat mendorong tingkat konsumsi. Upaya yang dilakukan
diantaranya dengan kegiatan promosi dan sosialisasi ”Gemar Makan Ikan” serta
meningkatkan produksi ikan untuk peningkatan pengadaan pangan. Produksi
perikanan darat untuk konsumsi pada tahun 2014 sebanyak 54.945 ton atau
meningkat sebesar 3,29% dibanding tahun 2013 sebesar 53.139 ton. Produksi ikan
budidaya di Kabupaten sebagian besar untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
Garut. Sampai saat ini pasokan ikan segar ke Kabupaten Garut masih tinggi. Oleh
karena itu, komoditas perikanan darat ini harus diprioritaskan, minimal untuk
memenuhi kebutuhan lokal agar bisa mengurangi pasokan dari luar Garut.
Pengembangan komoditas perikanan darat dapat ditempuh melalui usaha
penerapan teknologi tepat guna. Pemanfaatan sawah untuk areal minapadi perlu
terus ditingkatkan. Begitu juga dengan pemanfaatan perairan umum, baik melalui
usaha budidaya ikan dengan sistem karamba, karamba jaring apung, sistem pagar
atau hampang merupakan alternatif yang dapat dikembangkan mengingat
Kabupaten Garut mempunyai potensi situ dan sungai yang cukup besar. Kegiatan
perikanan laut nampaknya perlu mendapat perhatian dalam rangka meningkatkan
tingkat pemanfaatan dari potensi lestari ikan laut di Kabupaten Garut yaitu sebesar
10.000 ton/tahun. Potensi perikanan yang umumnya ditangkap di perairan selatan
Kabupaten Garut diantaranya adalah Tuna, Tongkol, Cakalang, Cumi-cumi, Layur,
Kakap, Bawal Hitam, Kerapu, Baronang, Cucut Botol, Lobster dan ikan hias.
Disamping ikan-ikan tersebut juga terdapat rumput laut yang cukup potensial.
Produksi perikanan laut di Kabupaten Garut sebagian besar masih berasal dari hasil
Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut
73
penangkapan. Produksi ikan laut pada tahun 2014 sebesar 4.059,87 ton.
Peningkatan produksi ikan laut diupayakan melalui bantuan sarana prasarana dan
permodalan kelompok nelayan, pengembangan usaha perikanan, Pengembangan
tata kelembagaan perikanan serta peningkatan teknologi dan armada tangkap.
Budidaya udang tambak merupakan prospek yang cukup bagus untuk
dikembangkan di pantai selatan Garut, hal ini didukung oleh kondisi perairan yang
belum tercemar bila dibandingkan dengan perairan pantai utara Jawa. Di pesisir
perairan Kabupaten Garut banyak nelayan yang mengambil rumput laut
(makroalga) dari alam terutama dari genus Eucheuma, Gracillaria, Sargassum dan
Gelidium. Makroalga tersebut umumnya dijual ke para bakul, sebagai bahan baku
pembuat makanan, misalnya untuk agar-agar dan dodol agar, juga rumput laut ini
merupakan bahan baku untuk industri minuman, makanan dan farmasi. Sehingga
komoditas rumput laut ini merupakan komoditas unggulan yang dapat
dikembangkan di pesisir selatan Garut. Sampai saat ini, pengolah rumput laut
terdapat di Kecamatan Cikelet sedangkan pengumpul rumput laut tersebar di
seluruh desa pantai mulai dari Cikelet, Cibalong, Pakenjeng, Mekarmukti dan
Caringin. Metode budidaya untuk rumput laut juga, bukanlah hal yang sulit, karena
berbagai teknik bisa dilakukan seperti teknik lepas dasar, long line juga budidaya
rumput laut di tambak.
5.5 Potensi Sektor Kehutanan
Kabupaten Garut mempunyai sumber daya hutan yang cukup luas yaitu 107.865 Ha
(35%) dari luas wilayah Kabupaten. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan
Nomor: 195/Kpts-II/2003, tanggal 4 Juli tahun 2003, fungsi hutan dan luasannya yang
ada di Kabupaten Garut adalah:
a. Hutan Konservasi : 26.727 Ha (24,77%)
b. Hutan Lindung, : 75.572 Ha (70,06%)
c. Hutan Produksi Terbatas : 5.400 Ha (5,02%)
d. Hutan Produksi : 166 Ha (0,15%).
Selain kawasan hutan negara tersebut, Kabupaten Garut mempunyai lahan milik
yang cukup luas dan layak untuk ditanami tanaman kayu. Populasi (tegakan)
tanaman kayu pada lahan milik yang biasa disebut Hutan Rakyat diharapkan menjadi
Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut
74
sumber utama penghasil kayu mengingat Hutan Negara yang mempunyai fungsi
produksi sudah semakin terbatas untuk dapat mensuplai kebutuhan hasil hutan
berupa kayu. Saat ini, populasi tersebut sudah memiliki luasan 39.746 Ha.
Berdasarkan RPRL Tahun 2011-2015 seluas 32.751,35 Ha. Dan yang telah ditangani
dari tahun 2011 sampai dengan 2013 adalah seluas 24.120,66 Ha, sehingga luas
lahan kritis sisa penanganan adalah 8.630,69 Ha. Pada tahun 2014 telah dilakukan
penanaman lahan kritis seluas 3.563,22 Ha. Kegiatan rehabilitasi ini berasal dari
berbagai sumber anggaran yaitu APBN dalam bentuk DAK seluas 150 Ha,
penghijauan lingkungan DAK seluas 12,97 Ha, RHL dalm bentuk KBR (APBN) 781 Ha,
RHL dalam bentuk penghijauan lingkungan (APBN Persemaian Permanen) seluas 500
Ha, RHL dalam bentuk penghijauan lingkungan BP DAS Cimanuk Citanduy (APBN) 30
Ha, rehabilitasi DAS besar (APBD Provinsi) seluas 250 Ha, RHL dalam bentuk HR dan
HR Rawan Bencana (APBD Kabupaten) seluas 70 Ha, RHL dalam bentuk penghijauan
lingkungan (APBD Kabupaten) seluas 699,25 Ha, dan swadaya masyarakat seluas
1.100 Ha. Dengan demikian sampai dengan akhir tahun 2014 sisa lahan kritis yang
belum ditangani adalah 5.067,47 Ha, namun berdasarkan hasil review lahan kritis
tahun 2014 oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kementerian Kehutanan Balai
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS) Cimanuk-Citanduy adalah 119.926,86 Ha.
Kebijakan hutan kemasyarakatan (social forestry) dalam bentuk sistem Pengelolaan
Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) pada tahun 2014 dilaksanakan pengembangan
yaitu di 13 Desa, dengan komoditas tanaman Kopi. Adapun pengembangan Aneka
Usaha Kehutanan sampai dengan tahun 2014 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 5.7
Hasil Kegiatan Pengembangan Aneka Usaha Kehutanan (AUK) Tahun 2009 -2014
No Kegiatan/ Hasil Satuan Tahun
2009 2010 2011 2012 2013 2014
1. Sutera Alam
TanamanMurbei Ha 124 124 6,35 10,35 15 13
Kokon Kg 4.250 4.250 653 - 177 515
2. Jamur Kayu
Media Log 121.651 121.651 69.635 50,751 223.926 170.918
Produksi Jamur Kg 60.820 60.820 34.819,41 25.375,89 39.721,90 85.459,05
3. Lebah Madu
Koloni Stup 186 186 45 152 487 210
Produksi Madu Liter 557,84 557,84 136 456,85 478,70 632,70
4. Anyaman Besek Buah 155.225 155.225 224.460 30.890 21.480 4.000
Bilik Lembar 1.850 1.850 1.470 1.273 894 550
5. Burung Walet
Sarang Kg 24,75 24,75 559,40 548,80 571,80 689,20
6. Rami Luas tanaman Ha 20 20 20 - -
Produksi ton 12 16,5 1 - -
Sumber : Dinas Kehutanan Kab Garut, Tahun 2014
Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut
75
Adapun untuk produksi kayu dari hutan rakyat selama tahun 2009-2014 secara
keseluruhan bersifat fluktuatif sebagaimana disajikan pada tabel berikut:
Tabel 5.8
Produksi Hutan Rakyat Kabupaten Garut Tahun 2009-2014
No Jenis Kayu Produksi (m3)
2009 2010 2011 2012 2013 2014
1. Jati 1961.06 729.43 826.129 778.734 815.779 1.156,106
2. Mahoni 641.94 2,270.58 1,062.30 766.787 2,239.900 868,723
3. Albazia 21,376.42 14,338.58 13,718.24 1,000.74 2,976.02 4.354,734
4. Pinus 934.31 87.3 940.796 1,624.37 682.970 715,550
5. Afrika 1,894.15 4,944.32 3,598.20 706.719 - 1.564,280
6 Suren 269.3 221.96 92.488 58.786 - -
7 Kihiang 218.1 153.08 166.6807 168.022 - 109,866
8 Eucalyptus 131.42 12.46 - 119,000 - -
9 Jabon 46,559
10 Rasamala 40,397
11 Rimba cam 11,154.25 2,477.81 20,818.84 13,357.39 5,259.030 6.698,926
Jumlah 38,580.95 25,235.52 41,223.67 18,461.56 14,916.51 15.555,14
Sumber : Dinas Kehutanan Kab Garut, 2015 berdasarkan dokumen SKAU, Nota Angkutan, dan FA-KO produksi Tahun
2014
5.6 Potensi Sektor Sumber Daya Air dan Pertambangan
Wilayah Kabupaten Garut memiliki potensi berbagai jenis sumberdaya alam yang
terbaharukan maupun yang tidak terbaharukan yang cukup besar dan bervariasi,
terdiri dari sumber daya air, panas bumi, mineral dan bahan tambang, serta energi
baru dan terbarukan lainnya seperti mikrohidro, surya dan angin. Dari potensi
tersebut, sudah dilakukan upaya penelitian yang diindikasikan dengan kegiatan
eksplorasi sumber daya mineral dan energi oleh berbagai pihak, seperti Pemerintah
Kabupaten Garut, Perusahaan-perusahaan swasta, instansi lainnya maupun oleh
Pemerintah Kabupaten Garut sendiri. Bahkan di beberapa lokasi sudah dilaksanakan
kegiatan eksploitasi untuk sumber daya mineral dan kegiatan pembangunan untuk
mengembangkan potensi sumber daya energi, seperti panas bumi dan energi baru
dan terbarukan, yaitu Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) dan energi
panas bumi.
Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut
76
Khusus di wilayah Garut Selatan, telah terindikasi adanya kandungan sumber daya
mineral berupa emas, bijih besi dan pasir besi, dengan kandungan untuk bijih besi
dan pasir besi Fe total 50% s.d. 60%, sementara itu untuk sumber daya panas bumi di
Kabupaten Garut terdapat 6 (enam) lokasi manifestasi panas bumi. Khusus di
Darajat, potensi panas bumi mencapai 350 MW. Sumber daya panas bumi tersebut
sudah dikembangkan untuk tenaga listrik sebesar 225 MW. Potensi panas bumi ini
sangat besar prospeknya untuk dikembangkan terutama bagi pembangkit listrik
khususnya untuk keperluan industri.
Berdasarkan arah alirannya, sungai-sungai di wilayah Kabupaten Garut dibagi
menjadi dua Daerah Aliran Sungai (DAS), yaitu Daerah Aliran Utara yang bermuara di
Laut Jawa dan Daerah Aliran Selatan yang bermuara di Samudera Indonesia. Daerah
Aliran Selatan pada umumnya relatif pendek, sempit dan berlembah-lembah
dibandingkan dengan Daerah Aliran Utara. Daerah Aliran Utara merupakan DAS
Cimanuk Bagian Utara, sedangkan Daerah Aliran Selatan merupakan DAS Cikaengan
dan Sungai Cilaki. Di wilayah Kabupaten Garut terdapat 33 buah sungai dan 101 anak
sungai, dengan panjang sungai seluruhnya 1.397,34 Km, dimana sepanjang 92 Km
diantaranya merupakan panjang aliran Sungai Cimanuk dengan 58 buah anak sungai.
Sedangkan untuk sumber daya alam bahan tambang yang potensial untuk
dikembangkan di Kabupaten Garut adalah berupa bahan galian golongan C dan
beberapa bahan lain. Sektor ini merupakan sektor yang cukup potensial untuk
dikembangkan mengingat masih banyaknya lokasi-lokasi potensial yang belum
tereksploitasi. Berdasarkan hasil eksplorasi maupun penelitan, potensi sumberdaya
mineral dan batu bara sebagai potensi lokal Kabupaten Garut terbagi kedalam 3
(tiga) kategori sebagai berikut :
- Terukur yaitu cadangan sumberdaya mineral yang sudah diketahui dengan pasti,
baik kualitas, penyebaran, bentuk dan ukuran dalam jumlah yang dimiliki, tingkat
kepercayaan sebesar 80 – 85% dari seluruh cadangan yang ada sekitar (8 jenis
mineral);
- Terindikasi yaitu cadangan sumberdaya mineral yang telah diselidiki dengan
tingkat keyakinan 50 – 65% dari total yang diindikasikan (8 jenis mineral);
- Terhipotesa yaitu cadangan sumberdaya mineral yang sudah diketahui batas
penyebarannya dan ukuran suatu bentuk cadangannya dengan tingkat keyakinan
perolehannya 20 – 30% dari cadangan terhipotesa.
Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut
77
Tabel 5.9
Potensi Sumber Daya Mineral dan Batubara di Kabupaten Garut
No Jenis Mineral & Batubara Lokasi (Kec) Daerah Prospek
1 Emas dmp. 126.011 Kg (Terukur)
Pamulihan, Pakenjeng,Talegong Cisewu, Caringin, Banjarwangi, Cikajang, Peundeuy, Singajaya, Cibalong, Cisompet,Bungbulang, Mekarmukti, Wanaraja, Karangpawitan
Ciarinem, Cijahe, Cijaringao, Sukul, Pasirgaru
2 Pasir Besi 9.000.000 Ton (Terukur) 13.500000Ton(Terindikasi)
Cibalong, Pameungpeuk, Cikelet, Pakenjeng, Caringin, Mekarmukti
Cimerak, Sayang heulang, Cibera, Citanggeuleuk, Cijayana, Ranca buaya
3 Bijih Besi
150.000.000 Ton Terhipotesa
Cibalong, Cikelet, Bungbulang Caringin
Banyuasih, Ciawitali, Cileuleuy, Cikabunan
4 Belerang 360.000 Ton(Terukur)
Cisurupan, Wanaraja Papandayan,Talagabodas
5 Batubara 1.000.000 Ton (Terindikasi)
Singajaya, Cibalong. Girimukti, Dahu
6 Batu Templek
8.500.000 M3(Terukur) Cisewu, Caringin Loa, Sukarame
7 Kaolin
8.721.336 M3(Terukur) Malangbong Karaha, Citeras,
8 Obsidian Perlit
75.000.000 Ton (Terindikasi) Pasir Wangi G. Kiamis
9 Pasir & Sirtu
100.000.000 Ton 95.000.000 M3 Terindikasi
Tarogong Kaler, Samarang, Leles G. Guntur, Cikatomas Haruman
10 Batu Andesit 200.000.000 M3 (Terindikasi)
Cisewu, Cikajang, Pakenjeng
11 Tanah Liat 100.000.000 M3 (Terindikasi)
Bayongbong
12 Batugamping
800.000.000 M3 (Terindikasi)
Caringin Cikabunan
13 Batu ½ permata 120.000 Ton(Terukur)
Caringin, Cisewu, Bungbulang, Cisompet, Pameungpeuk Pakenjeng
G.Kencana, Cilubang Cipicung, Sinarjaya Kiarapayung, Tj. Jaya
14
Granit
15.000.000 M3(Terukur) Bungbulang
Gunamekar
15
Diatom
150.000 Ton(Terukur) Cibatu
16 Mangan 180.000 Ton (Terindikasi)
Cibalong, Cisompet Cicuri, Jatisari
17 Tembaga 26.000.000 Ton terindikasi
Bungbulang, Caringin
Sumber : Dinas SDAP Kab. Garut
Pada sektor energi terutama mengenai kelistrikan, masih banyak rumahtangga
khususnya pada wilayah-wilayah yang secara geografis tidak memungkinkan dapat
dijangkau oleh PLN. Di sisi lain, karena berada di garis khatulistiwa, Kabupaten Garut
mendapatkan penyinaran matahari yang relatif stabil sepanjang tahun dengan
kondisi yang sedikit lebih tinggi pada musim kemarau, rata-rata potensi radiasi
penyinaran matahari mencapai 4,82 kwh/m2 merupakan alternatif energi listrik
terutama pada wilayah tersebut. Selain potensi energi tersebut, Kabupaten Garut
Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut
78
juga memiliki potensi energi panas bumi cukup besar yang diperkirakan mencapai
total 1045 MW. Sumber energi panas bumi dapat dimanfaatkan baik secara langsung
maupun tidak langsung. Sebagai energi terbarukan, panas bumi dapat diandalkan
sebagai pasokan jangka panjang. Disamping pembangkit tenaga listrik, energi ini
dapat dimanfaatkan untuk pengeringan hasil pertanian, pengawetan hasil perikanan
dan pariwisata. Pengusahaan komersial pemanfaatan secara langsung baru sebatas
untuk terapi dan rekreasi seperti di Cipanas, sedangkan pemanfaatan tidak langsung
untuk pembangkit listrik baru dikembangkan di daerah Darajat.Hal ini tentu saja
menjadikan peluang untuk pengembangan di masa mendatang.
Tabel 5.10
Potensi Pengembangan Energi Panas Bumi
No Potensi Kondisi Existing Kegiatan
2010 2011
1 Darajat Eksploitasi (Dana Bagi Hasil) DBH DBH
2 Kamojang Eksploitasi (Dana Bagi Hasil) DBH DBH
3 Karaha Bodas Feasibility Study /AMDAL FS/ AMDAL Eksploitasi
4 Papandayan Penyelidikan Umum Lelang Eksplorasi
5 G. Guntur Masigit Resources - PU
6 Cilayu/Arinem Resources PU Lelang
Sumber : Dinas SDAP Kab. Garut
Potensi pengembangan energi lainnya yaitu sumber daya air sungai Cibatarua
kecamatan Pamulihan, Cirompang kecamatan Bungbulang dan Cimerak kecamatan
Cibalong dengan kapasitas antara19,57 kW- 277,5 kW.
Tabel 5.11
Potensi Pengembangan Energi Sumber Daya Air
No Lokasi Kecamatan Sungai Kapasitas Kebutuhan
Data Teknis
Debit Air
Jatuhan
Air (Gross
head)
Saluran
pembawa (head
race)
1 Bojong Boled,Desa Garumukti
Pamulihan Cibatarua 277,5 65 2 m3 /detik
22,5 m 8 m
2 Curug Karihkil, DusunHanjawarak, Desa Mekar Bakti
Bungbulang Cirompang 19,57 kW 107 rmh 0,4 m3/de
tik
8,3 m ± 80 m
3 Curug Lengkong,
Cibalong Cimerak 32,91 kW 216 rmh 0,35 m3
16,2 m 675 m
Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut
79
No Lokasi Kecamatan Sungai Kapasitas Kebutuhan
Data Teknis
Debit
Air
Jatuhan Air
(Gross head)
Saluran pembawa
(head race)
DusunLengkong, Desa Sagara
/detik
4 Ciangkrong, Desa Garumukti
Pamulihan Cibatarua 232 kW 60 rmh 2 m3 /detik
19 m 10 m
5 Leuwi Mobil, Desa Mekar Bakti
Bungbulang Cirompang 25,65 kW 170 rmh 0,75 m3
/detik
6 m 162
6 Kombongan, Desa Pakenjeng
Pamulihan Cibatarua 157,83 kW 165 rmh 0,5 m3
/detik
51 m 16,7 m
Sumber :Pekerjaan Kajian Energi Terbarukan Proyek Pengembangan Energi Jawa Barat Dinas Pertambangan dan
Energi Provinsi Jawa Barat
Potensi pengembangan energi lainnya yaitu tenaga angin (bayu) yang digunakan
sebagai sumber energi untuk menghasilkan energi listrik. Pembangkit ini dapat
mengkonversikan energi angin menjadi energi listrik dengan menggunakan turbin
angin atau kincir angin. Karena secara kondisi dan letak geografisnya yang unik
tenaga angin ini dapat dimanfaatkan di sekitar daerah pantai selatan Kabupaten
Garut. Salah satunya adalah Pantai Sayang Heulang Kecamatan Pameungpeuk.
Secara asatronomis pantai Sayang Heulang terletak di sekitar 07039’49,9”LS dan
107042’14,6”BB yang memiliki bentuk pantai yang landai dan ditumbuhi oleh
berbagai vegetas sekitar 250 meter dari garis pantai. Sekitar 1 km dari garis pantai
tersebut terdapat fenomena langka yang terjadi di daerah tropis yaitu sand dune
atau gumuk pasir yang merupakan gundukan bukit atau igir dari pasir yang
terhembus angin. Dari fenomena inilah dapat dilihat bahwa pantai Sayang Heulang
memiliki karakteristik angin yang bertiup secara konstan dan dengan kelajuan yang
cukup tinggi pula.
5.7 Potensi Sektor Pariwisata
Kabupaten Garut memiliki sumber daya alam, peninggalan budaya dan peninggalan
sejarah yang potensial untuk dikembangkan menjadi tujuan wisata yang menarik dan
kompetitif. Sumber daya alam yang dimiliki Kabupaten Garut antara lain: Cipanas,
Curug Citiis, Situ Bagendit, Cimandi Racun, Kawah Talaga Bodas, Lapang Golf
Ngamplang, Curug Cihanyawar, Air Panas Kamojang, Gunung Papandayan, Curug
Orok, Air Terjun Neglasari, Leuweung Sancang, Pantai Cijeruk Indah, Pantai Sayang
Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut
80
Heulang, Pantai Karang Paranje, Pantai Santolo, Pantai Taman Manalusu, Pantai
Gunung Geder, Pantai Cijayana, Pantai Ranca Buaya, Gunung Wayang, Perkebunan
Teh Papanggungan, Curug Sanghyang Taraje, Air Panas Pakenjeng dan Situ
Cibeureum. Makam Keramat Godog , Makam Keramat Linggaratu, Makam Keramat
Cinunuk, Kampung Dukuh, Makam Keramat Jafar Sidiq. Beberapa peninggalan
budaya yang menjadi tujuan wisata (ODTW) antara lain Cagar Budaya Situ Cangkuang
dan Situs Ciburuy. Demikian pula potensi sumberdaya alam diantaranya, kawah
Darajat yang merupakan pusat Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP). Potensi
wisata minat khusus seperti: Paraglaiding Gunung Haruman, Paraglaiding Gunung
Guntur, Hiking di Pegunungan Papandayan, Arum Jeram Sungai Cimanuk dan Arum
Jeram Sungai Cikandang.
Dalam upaya pengembangan wilayah yang lebih merata, peranan sektor pariwisata
cukup penting, mengingat panjangnya mata rantai kegiatan usaha kepariwisataan.
Kegiatan-kegiatan yang dimaksud meliputi: biro perjalanan, pengangkutan,
perhotelan, restoran pemandu wisata/ pramuwisata, kerajinan rakyat, kesenian
daerah, pemeliharan dan pengembangan obyek wisata. Rantai kegiatan pariwisata
ini jelas akan membutuhkan hasil-hasil pertanian, peternakan, perikanan, kerajinan
cinderamata, bahan dan alat bangunan. Dengan demikian pengembangan sektor
pariwisata dapat menggerakkan sektor-sektor ekonomi lainnya atau dengan kata lain
sektor ini mempunyai imbas secara multisektoral. Potensi usaha pariwisata seperti
usaha sarana, usaha jasa dan usaha obyek dan daya tarik wisata mengalami
pertumbuhan yang cukup berarti. Salah satu keberhasilan yang dinilai adalah
peningkatan jumlah wisatawan, yaitu pada tahun 2014 jumlah kunjungan wisatawan
2.418.702 orang meningkat sebanyak 88.702 orang atau 4% dari tahun 2013.
Tabel 5.12
Data Kunjungan Wisatawan Berdasarkan Objek Wisata
Tahun 2011-2014
Nama Obyek Kunjungan Wisatawan
2011 2012 2013 2014
Cipanas 406.102 497.296 546.603 590.268
Curug Citiis 24.341 2 23.923 26.342 28.464
Situ Bagendit 255.413 198.283 219.487 235.150
Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut
81
Nama Obyek Kunjungan Wisatawan
2011 2012 2013 2014
Situ Cangkuang 161.790 95.563 106.914 110.459
Curug Cimandiracun 21.885
Makam Godog 50.860 46.069 50.844 52.575
Golp Course Plamboyan 51.789 41.091 45.544 46.759
Curug Cihanyawar 28.109 30.078 32.986 35.597
Kawah Darajat 36.494 60.331 65.901 70.940
Situs Ciburuy 14.151 18.779 20.601 22.281
Kawah Papandayan 52.952 44.926 55.756 57.684
Curug Orok 57.644 50.40 50.400 55.171 56.531
Air Terjun Neglasari 22.872 25. 25.923 28.596 30.791
Pantai Sayangheulang 1 54.896 136.414 150.890 162.308
Pantai Santolo 1 184.902 187.516 206.094 221.735
Pantai Dermaga 25.744
Pantai Karangnumpang 31.306
Pantai Gunung Geder 30.888 30.201 33.453 35.918
Kampung Dukuh 22.068 30.512 33.563 34.173
Hutan Sancang 24.933 27.644 30.357 32.741
Pantai Cijeruk Indah 55.950 53.639 59.572 64.347
Pantai Karangparanje 35.781 32.476 35.794 38.501
Curug Sangiang Taraje 30.834 35.918 39.479 40.861
Pantai Cijayana 27.335 28.135 30.892 33.347
Pantai Rancabuaya 83.530 88.306 97.460 114.645
Kawah Talaga Bodas 26.249 27.785 30.544 32.890
Makam Kramat Cinunuk 38.428 28.522 31.195 33.593
Makam Jafar Sidiq 30.348 34.193 38.165 39.017
Taman Satwa Cikembulan 659 32.126 35.050 37.645
Pantai Manalusu 24.389 26.770 28.835
Air Panas Pasirwangi 84.331 121.976 130.647
Jumlah 1.988.915 2.014.766 2.254.863 2.418.702
Sumber: Data Potensi _LKPJ 2014
Perkembangan kunjungan wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara dilihat
dari lama tinggal pada tahun 2014, kunjungan wisatawan mancanegara ke Hotel
Berbintang selama 2 hari dan wisatawan nusantara selama 2 hari. Pada tahun 2014,
tersedia sarana akomodasi hotel sebanyak 78 buah. Target Pendapatan Asli Daerah
(PAD) pada sektor pariwisata dari retribusi yang dikelola Disbudpar Kabupaten Garut
Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut
82
pada tahun 2014 sebesar Rp. 2.000.000.000,- melebihi target yang ditetapkan pada
tahun2014 yaitu Rp.1.781.267.000,- atau sebesar 112,28%.
Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut
83
BAB 6
POTENSI/PELUANG INVESTASI KOMODITI UNGGULAN
KABUPATEN GARUT
Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan
biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan yang
lebih besar di masa-masa yang akan datang. Menurut Husnan (1996:5) menyatakan
bahwa “proyek investasi merupakan suatu rencana untuk menginvestasikan sumber-
sumber daya, baik proyek raksasa ataupun proyek kecil untuk memperoleh manfaat
pada masa yang akan datang.” Pada umumnya manfaat ini dalam bentuk nilai uang.
Sedang modal, bisa saja berbentuk bukan uang, misalnya tanah, mesin, bangunan
dan lain-lain. Namun baik sisi pengeluaran investasi ataupun manfaat yang
diperoleh, semua harus dikonversikan dalam nilai uang.
Suatu rencana investasi perlu dianalisis secara seksama. Analisis rencana investasi
pada dasarmya merupakan penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek (baik
besar atau kecil) dapat dilaksanakan dengan berhasil, atau suatu metode
penjajakkan dari suatu gagasan usaha/bisnis tentang kemungkinan layak atau
tidaknya gagasan usaha/bisnis tersebut dilaksanakan. Maka berdasarkan hal
tersebut, para investor memerlukan data yang akurat mengenai komoditas yang
memiliki peluang investasi beserta lokasi sumberdaya alam tersebut. Selain itu para
investor membutuhkan data tentang infrastruktur pendukung seperti: jalan,
pelabuhan, energy listrik dan sebagainya. Demikian pula dengan hasil-hasil studi
kelayakan dari instansi terkait tentang komoditas-komoditas tersebut.
6.1 Gambaran Umum Transportasi Kabupaten Garut
1. Sarana Transportasi
Investor pada umumnya menginvestasikan modalnya memerlukan banyak
pertimbangan antara lain ketersediaan fasilitas pendukung kelancaran investasi
tersebut seperti kesiapan transportasi dan jalan. Kendaraan bermotor sebagai
Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut
84
sarana transportasi merupakan salah satu komponen yang sangat penting bagi
perkembangan kegiatan perekonomian, sosial dan kebudayaan suatu daerah,
karena berperan sebagai alat yang memungkinkan pergerakan orang dan atau
barang dari suatu wilayah ke wilayah lainnya dalam waktu relatif singkat dengan
efisien dan efektif. Dengan demikian dapat disimpulkan, dalam konteks
pergerakan barang dan jasa, maka transportasi merupakan salah satu mata rantai
terpenting dalam pembangunan dan pemeliharaan jaringan distribusi. Sedangkan
dalam konteks pergerakan orang maka transportasi berperan sebagai agen
pengembangan dan menjadi sarana pengisi kehidupan sosial, ekonomi,
kebudayaan dan politik masyarakat.
Jumlah terminal dan sub terminal di Kabupaten Garut terdiri dari 1 terminal bus
dan 1 terminal non bus, untuk sub terminal sebanyak 6 sub terminal bus dan sub
terminal non bus sebanyak 12 sub terminal dengan lokasi sebagai berikut:
Tabel 6.1
Jumlah Terminal dan Sub Terminal di Kabupaten Garut
KECAMATAN TERMINAL SUB TERMINAL
BUS NON BUS BUS NON BUS
Cisewu - - - 1
Caringin - - - -
Talegong - - - -
Bungbulang - - 1 1
Mekarmukti - - - -
Pamulihan - - - -
Pakenjeng - - - -
Cikelet - - - -
Pameungpeuk - - 1 1
Cibalong - - - -
Cisompet - - - -
Peundeuy - - - -
Singajaya - - 1 1
Cihurip - - - -
Cikajang - - 1 1
Banjarwangi - - - -
Cilawu - - - 1
Bayongbong - - - 1
Cigedug - - - -
Cisurupan - - - -
Sukaresmi - - - -
Samarang - - - 1
Pasirwangi - - - -
Tarogong Kidul 1 1 - -
Tarogong Kaler - - - -
Garut Kota - - - -
Karangpawitan - - - -
Wanaraja - - - -
Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut
85
Pangatikan - - - -
Sucinaraja - - - -
Sukawening - - - -
Karangtengah - - - -
Banyuresmi - - - -
Leuwigoong - - - -
Cibatu - - - 1
Kersamanah - - - -
Cibiuk - - - -
Kadungora - - - 1
Limbangan - - 1 1
Selaawi - - - -
Malangbong - - 1 1
Jumlah 1 1 6 12
Sumber: Garut Dalam Angka, 2014
Jumlah angkutan kota yang beroperasi menurut jurusan/trayek di Kabupaten dapat
dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 6.1
Jumlah Angkutan Kota yang Beroperasi Menurut Jurusan /Trayek
di Kabupaten Garut
JURUSAN/ TRAYEK
KODE JALUR
TARGET
MENURUT
PERDA
KENDARAAN
YANG
BEROPERASI
Trm. Guntur - Sukaregang 05.04.0001 86 78
Trm. Guntur - Sukadana 05.04.0002 86 78
Trm. Guntur - RSU 05.04.0003 81 81
Trm. Guntur - Cipanas 05.04.0004 89 89
Trm. Guntur - Leuwigoong 05.04.0005 68 61
Trm. Guntur - Bojongloa 05.04.0006 115 109
Trm. Guntur - Sukwening 05.04.0007 132 123
Trm. Guntur - Simpang/Andir 05.04.0008 129 105
Trm. Guntur - Cibodas 05.04.0009 133 103
Trm. Guntur - Kadungora 05.04.0010 83 82
Trm. Guntur - Galumpit 05.04.0011 28 28
Trm. Guntur - Kr. Pawitan 05.04.0012 86 73
Trm. Guntur - Rancabango 05.04.0013 30 0
Trm. Guntur - Kersamenak 05.04.0014 35 5
Trm. Guntur - Cilimus 05.04.0015 40 0
Trm. Guntur - Perum Cempaka Indah 05.04.0016 60 41
Jumlah 1.281 1.056
Sumber: Garut Dalam Angka, 2014
Sementara untuk jumlah angkutan antar kota Kecamatan menurut jurusan/ trayek di
Kabupaten Garut dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut
86
Tabel 6.3
Jumlah Angkutan Antar Kota Kecamatan yang Beroperasi Menurut
Jurusan /Trayek di Kabupaten Garut
JURUSAN/ TRAYEK
KODE JALUR
TARGET
MENURUT
PERDA
KENDARAAN
YANG
BEROPERASI
Garut - Cibatu 05.04.0105 50 45
Garut - Cibatu - Malangbong 05.04.0106 50 44
Garut - Limbangan 05.04.0104 50 50
Garut - Cikajang - Pamulihan 05.04.017A 10 4
Garut - Cikajang 05.04.0107 50 50
Garut - Bungbulang 05.04.0103 60 60
Garut - Tegalgede - Tanjungmulya 05.04.013E 5 2
Garut - Bungbulang - Cijayana 05.04.013C 5 4
Garut - Singajaya 05.04.0102 60 44
Garut - Singajaya - Miramareu 05.04.0108 25 19
Garut - Singajaya - Pangrumasan 05.04.102A 5 4
Garut - Singajaya - Cigintung 05.04.0000 10 -
Garut - Singajaya - Toblong 05.04.102C 20 4
Garut - Singajaya - Dangiang 05.04.102E 20 5
Garut - Cihurip 05.04.102D 30 11
Garut - Cimari via Tegalgede 05.04.101A 15 7
Garut - Pameungpeuk - Cikelet - Cimari 05.04.1001 60 24
Garut - Pameungpeuk 05.04.0699 60 46
Garut - Miramareu via Pameungpeuk 05.04.0100 25 14
Garut - Rancabuaya 05.04.103D 10 6
Garut - Cisewu 05.04.103A 10 4
Garut - Cijayana via Ciloa 20 -
Garut - Cijayana via Tegalgede 20 -
Garut - Rancabuaya via Cijayana 20 -
Garut - Bungbulang - Tanjungjaya 20 1
Garut - Pasirmuncang - Panyindangan 05.04.103F 20 2
Garut - Singajaya - Mekartani 05.04.102B 20 1
Garut - Nangkaruka 05.04.0129 20 -
Garut - Tanjungmulya via Werkip 05.04.0130 20 2
Jumlah - 790 453
Sumber: Garut Dalam Angka, 2014
Jumlah angkutan pedesaan yang beroperasi menurut jurusan/ trayek di Kabupaten
Garut dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 6.4
Jumlah Angkutan Pedesaan yang Beroperasi Menurut Jurusan /Trayek
di Kabupaten Garut
JURUSAN/ TRAYEK
KODE JALUR
TARGET
MENURUT
PERDA
KENDARAAN
YANG
BEROPERASI
Ps. Sukawening - Cinta 05.04.0000 15 -
Ps. Wanaraja - Bebedahan 05.04.0000 15 -
Ps. Wanaraja - Leuwigoong 05.04.0000 20 -
Ps. Wanaraja - Talaga Bodas 05.04.0000 15 -
Karangpawitan - Cijambe 05.04.0000 15 -
Cibatu - Mangkubumi - Leuwigoong 05.04.0000 10 -
Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut
87
Cibatu - Salam 05.04.0000 40 1
Limbangan - Pangeureunan 05.04.0000 30 -
Limbangan - Selaawi - Jeungjing 05.04.0023 102 102
Limbangan - Cigalumpit 05.04.0000 30 -
Limbangan - Cigagade - Cijolang 05.04.0000 30 15
Limbangan - Lewo 05.04.0000 50 -
Limbangan - Cibiuk - Leuwigoong 05.04.0024 45 13
Malangbong - Lewo 05.04.0000 30 -
Malangbong - Peundeuy 05.04.0000 15 1
Malangbong - Sanding 05.04.0000 15 -
Malangbong - Cilengkrang 05.04.0000 25 -
Leles - Cigasti 05.04.0000 15 -
Dano Leles - Leuwigoong 05.04.0000 40 -
Bojongsalam - Warung Peuteuy 05.04.0000 20 -
Kadungora - Ranca Salak - Haur Kuning 05.04.0081 85 85
Kadungora - Cihuni - Tanggulun - Cisaat
- Neglasari - Bojong
05.04.0000 50 -
Ciaro - Lingkungsari - Cibiuk 05.04.0000 20 -
Samarang - Ciroyom - Cigunung 05.04.0000 15 -
Samarang - Pasirwangi 05.04.0089 50 45
Samarang - Andir 05.04.0090 50 50
Samarang - Randukurung - Kamojang 05.04.0091 45 40
Pasar Andir - Cipondok 05.04.0000 15 -
Pasar Andir - Panyangkokan - Cigangsa -
Sukamaju 05.04.0000 15 -
Pasar Andir - Cilegong 05.04.0000 15 -
Pasar Andir - Dangdeur - Radug - Kiara
lawang 05.04.0000 15 -
Pasar Andir - Patrol 05.04.0000 15 -
Pasar Andir - Cikajang - Giriawas 05.04.0069 20 10
Cikajang - Cigugug - Badega 05.04.0000 25 -
Cikajang - Andir 05.04.0064 50 40
Cikajang - Pamulihan 05.04.068B 40 40
Cikajang - Wanagiri - Pandawa 05.04.068A 40 40
Cikajang - Cigedug - Cipondok 05.04.0000 20 -
Cikajang - Banjarwangi 05.04.0000 20 -
Cisurupan - Kawah Papandayan 05.04.0000 30 -
Bungbulang - Cijayana 05.04.0000 30 -
Bungbulang - Ngampar 05.04.0000 15 -
Bungbulang - Rancabuaya 05.04.0000 20 -
Bungbulang - Cisewu 05.04.0000 15 -
Bungbulang - Karangwangi 05.04.0000 5 -
Pameungpeuk - Cikelet - Cimari 05.04.0000 50 -
Pameungpeuk - Cisompet 05.04.0000 30 -
Pameungpeuk - Cibalong 05.04.0000 25 -
Pameungpeuk - Miramareu 05.04.0000 25 -
Pameungpeuk - Sancang 05.04.0000 15 -
Pameungpeuk - Junti 05.04.0000 20 -
Pameungpeuk - Cilauteureun 05.04.0000 20 -
Pameungpeuk - Rancabuaya 05.04.0000 25 -
Cisewu - Genteng - Waas 05.04.0000 20 -
Term. Guntur - Cukangkawung 05.04.0000 25 -
Rancabuaya - Sukarame - Cisewu 05.04.0000 20 -
Sukajaya - Puncak Kameran - Cisewu 05.04.0000 20 -
Jumlah 1.587 487
Sumber: Garut Dalam Angka, 2014
Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut
88
2. Kondisi Jalan
Selain sarana transportasi yang mendukung dalam pengembangan investasi
adalah kondisi jalan. Adapun kondisi jalan di Kabupaten Garut dapat dilihat pada
tabel dibawah ini:
Tabel 6.5
Kondisi Jalan Nasional, Strategis Nasional dan Propinsi
di Kabupaten Garut
Sumber: Garut Dalam Angka, 2014
Pengelolaan jalan yang ada di Kabupaten Garut dilakukan oleh Pemerintah Pusat,
Provinsi Jawa Barat dan Pemerintahan Daerah Kabupaten Garut. Sebagian besar
jalan yang berkondisi baik merupakan jalan yang dikelola Pemerintah Provinsi Jawa
Barat. Jalan yang berkondisi baik diantaranya jalur Garut kota - Pameungpeuk, jalur
Talegong - Caringin, dan sebagian jalur Cibalong - Caringin yang merupakan lintas
pantai selatan. Ketiga jalan tersebut berstatus jalan milik Pemerintah Provinsi Jawa
Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut
89
Barat. Sedangkan jalan lainnya berstatus sebagai jalan kabupaten dan kondisinya
banyak yang rusak misalnya jalur Cikajang, Singajaya, Cibalong dan juga jalur
Cikajang-Pakenjeng-Bungbulang-Caringin. Kedua jalur ini berperan penting sebagai
akses utama 11 kecamatan di Wilayah Garut Selatan.
6.2 Komoditas Unggulan yang Memiliki Peluang Investasi
Berdasarkan studi lapangan yang dilakukan, diperoleh gambaran mengenai kendala
yang seringkali dihadapi oleh para petani, diantaranya adalah kesulitan para petani
memperoleh kepastian harga jual hasil panennya serta informasi mengenai
distributor yang dapat menerima hasil panennya. Disamping itu, informasi yang
minim terkait pengolahan hasil panen yang masih belum maksimal terinformasi pada
para petani, dimana petani masih melakukan sistem tanam-petik-jual. Dimana
tentunya bahan mentah tersebut akan memiliki value apabila diolah terlebih dahulu
sebelum dijual. Upaya peningkatan nilai tambah memiliki efek ganda tidak hanya
pada pendapatan pelaku usaha, juga menyerap tenaga kerja dan memberikan pilihan
produk pada konsumen akhir. Selain itu menurut Alkadri (2004) bahwa, faktor
penunjang adanya peluang investasi untuk semua komoditas unggulan harus
memiliki kriteria:
1. Menciptakan efek ganda
2. Menyerap tenaga kerja
3. Permintaan besar
4. Ramah lingkungan
5. Daya saing tinggi
6. Dukungan kebijakan pemerintah
7. Ketersediaan lahan
6.2.1 Peluang Investasi Sektor Pertanian
Pengolahan Pakan Ternak
1. Padi
Beras merupakan komoditas strategis yang berperan penting dalam
perekonomian dan ketahanan pangan nasional, dan menjadi basis utama
dalam revitalisasi pertanian ke depan. Sejalan dengan pertambahan jumlah
penduduk, kebutuhan beras di Kabupaten Garut diproyeksikan masih terus
Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut
90
akan meningkat, produksi padi tahun 2014 mencapai 1.033.921 ton dengan
luas panen sebesar 161.382 Ha yang terdiri dari luas padi sawah 130.744 Ha
dan luas padi gogo 30.638 Ha.
Melihat permintaan komoditi beras yang masih cukup tinggi untuk memenuhi
kebutuhan, maka strategi yang dapat ditempuh dalam meningkatkan
produksi padi adalah: (1) mendorong sinergi antar subsistem agribisnis; (2)
meningkatkan akses petani terhadap sumber daya, modal, teknologi, dan
pasar; (3) mendorong peningkatan produktivitas melalui inovasi baru; (4)
memberikan insentif berusaha; (5) mendorong diversifikasi produksi; (6)
mendorong partisipasi aktif seluruh stakeholder; (7) pemberdayaan petani
dan masyarakat; (8) pengembangan kelembagaan (kelembagaan produksi
dan penanganan pascapanen, irigasi, koperasi, lumbung pangan desa,
keuangan dan penyuluhan).
Sentra produksi komoditi beras hampir tersebar diseluruh kecamatan di
Kabupaten Garut. Dalam penggunaan varietas unggul, varietas Sarinah
merupakan varietas unggul lokal Garut. Penggunaan varietas ini tidak kurang
dari 40% dari total luas pertanaman. Secara umum, Padi Sarinah
dikembangkan di Kecamatan Cilawu, Samarang, Tarogong Kaler,
Karangpawitan, Wanaraja, Sukawening, Leuwigoong, Kadungora, Bayongbong
dan Tarogong Kidul.
Komoditi padi ini memiliki manfaat yang sangat tinggi selain menjadi sumber
karbohidrat, limbah yang dihasilkan dapat dimanfaatkan mulai dari jerami
yang bisa dimanfaatkan menjadi bioetanol, bahan kertas, pulp. Dedak dan
Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut
91
bekatul dapat digunakan sebagai pakan ternak, pupuk, dan minyak. Sekam
dapat digunakan sebagai briket arang sekam, media tanam untuk jamur dan
tanaman hias, sehingga komoditi ini dapat dikatakan sebagai komoditi yang
ramah lingkungan. Mengingat manfaat yang begitu besar dari komoditi ini,
maka dapat membuka kesempatan untuk menumbuhkan usaha lainnya
seperti produksi makanan yang melalui proses pengolahan lanjut dari padi
yaitu tepung beras, produksi pakan ternak, produksi minyak dedak, produksi
obat (Farmasi), produksi kerajinan tangan, produksi briket arang sekam dan
produksi bahan bangunan.
2. Ubi Kayu dan Jagung
Pangan merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia yang harus
terpenuhi untuk menciptakan stabilitas ketahanan pangan masyarakat
(Baliwati et.all 2009). Ubi kayu merupakan salah satu sumber pangan utama
setelah padi dan jagung.
Permintaan ubi kayu saat ini terus mengalami peningkatan, karena
pertumbuhan industri makanan berbahan baku ubi kayu, bioetanol dan pakan
(Hafsah 2003). Di tingkat Internasional Indonesia merupakan negara
penghasil ubi kayu ke tiga terbesar setelah nigeria dan Brazil, namun
produksinya masih jauh dibawah angka kebutuhan per tahun untuk produksi
pakan dan pangan. Meskipun banyak diekspor ke negara China, Taiwan,
Malaysia dan Jepang. Berdasarkan hal tersebut diatas, potensi ubi kayu masih
harus dikembangkan lagi, apalagi bila kita melihat besarnya kebutuhan impor
kita, terutama untuk bahan pangan dan pakan ternak, sehingga bila kita bisa
swasembada saja sudah sangat baik.
Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut
92
Begitu juga untuk komoditi jagung pun tidak hanya digunakan untuk bahan
pangan tetapi juga untuk pakan. Dalam beberapa tahun terakhir proporsi
penggunaan jagung oleh industri pakan telah mencapai 4% dari total
kebutuhan nasional. Kabupaten Garut sebenarnya masih berpeluang untuk
meningkatkan produksi jagung walaupun pada saat ini produksi jagung
Kabupaten Garut sudah melampaui kebutuhan dan bahkan sebagai pemasok
produksi terbesar di Jawa Barat.
Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan menyatakan bahwa, pola konsumsi
masyarakat Jawa Barat belum memenuhi keberagaman dan keseimbangan
antar 9 kelompok pangan. Hal itu dapat dilihat dari skor Pola Pangan Harapan
(PPH) yang baru 73,5 poin. Padahal potensi Jawa Barat sangat beragam dan
melimpah, bahkan lebih setengah dari 77 sumber karbohidrat, 75 sumber
lemak, 26 sumber kacang- kacangan, 389 sumber buah- buahan, dan 228
sumber sayuran yang ada di Indonesia, ada di Jawa Barat. Untuk
meningkatkannya perlu upaya khusus untuk mempercepat pengembangan
pangan alternatif sumber karbohidrat, antara lain: (1) Pemilihan komoditas
fokus, dengan mempertimbangkan ketersediaan, produktivitas, sebaran areal
tanam luas, budidaya mudah, dan budaya makan.(2) Pengembangan
teknologi yang inovatif dan kreatif, modern, dan berbasis penepungan (3)
Komoditas aneka umbi, merupakan sumber karbohidrat yang tersebar luas
diseluruh tanah air, merupakan potensi yang sangat besar untuk
mempercepat penyediaan pangan alternatif. (4)Perlu kerjasama dengan
seluruh stakeholder terkait dalam upaya mempercepat pengambangan
pangan alternatif mendukung kemandirian pangan. (5) Peningkatan
Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut
93
penelitian dan pengembangan teknologi pengolahan perlu terus ditingkatkan
(6) Pemanfaatan kekayaan budaya pangan lokal dan kesesuaian wilayah.
Adapun produksi komoditi ubi kayu terdapat di daerah Malangbong,
Bungbulang, Pakenjeng dan Cikelet. Sedangkan untuk komoditi jagung
tersebar di daerah Limbangan, Banyuresmi, Bayongbong, Cikelet, Kadungora,
Leuwigoong, Karangtengah, Sucinaraja, Cibalong, Malangbong dan Wanaraja.
Komoditi ini memiliki manfaat yang cukup tinggi selain menjadi sumber
karbohidrat, limbah yang dihasilkan dapat dimanfaatkan sebagai pakan
ternak, sebagai bioetanol dan untuk kulit jagung dapat digunakan sebagai
silase karena kadar gulanya cukup tinggi. Mengingat pemanfaatan dan upaya
peningkatan nilai tambah dari komoditi ini, maka dapat membuka
kesempatan untuk menumbuhkan usaha lainnya seperti produksi tepung
tapioka dan jagung, produksi makanan, produksi pakan ternak dan produksi
pengolahan tepung mocaf.
3. Kentang
Sebagian besar sayuran yang dibudidayakan oleh petani di Kabupaten Garut
adalah sayuran dataran tinggi yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi.
Beberapa sayuran yang teridentifikasi sebagai komoditas unggulan prioritas
pertama adalah kentang.
Penanaman kentang dapat ditanam di daerah dataran tinggi yang tersebar di
beberapa kecamatan, diantaranya Kecamatan Pamulihan, Cikajang, Cigedug,
Bayongbong, Cisurupan, Samarang, Wanaraja dan Pasirwangi.
Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut
94
Produksi kentang untuk tahun 2014 mengalami penurunan, hal ini
disebabkan karena ketersediaan bibit baik untuk kentang konsumsi maupun
kentang industri menurun. Dalam upaya pemenuhan kebutuhan akan benih
kentang Kabupaten Garut mempunyai program Mandiri Benih Kentang
sebesar 25% dari kebutuhan lokal sampai dengan tahun 2014, yang sampai
saat ini baru tercapai kurang lebih 15% (G4) dari target program. Hal ini
disebabkan: (1) Jumlah penangkar yang menangkarkan G3 dan G4 sangat
kecil jumlahnya, (2) Permintaan pasar (petani) konsumsi lebih mengarah ke
kelas benih G2 sebagai pengembang kentang produksi, (3) terbitnya Undang-
undang Hortikultura Nomor 13 tahun 2010 serta Peraturan Menteri Pertanian
Nomor 48 tahun 2012 yang mensyaratkan bahwa kelas benih sebar untuk
komoditas kentang adalah kelas benih G2. Sehingga pembibitan kentang ini
memiliki peluang untuk dikembangkan di Kabupaten Garut.
Mengingat pemanfaatan dan upaya peningkatan nilai tambah dari komoditi
ini, maka dapat membuka kesempatan untuk menumbuhkan usaha lainnya
seperti produksi makanan dan produksi pupuk kandang.
6.2.2 Peluang Investasi Sektor Perkebunan
Pengolahan Teh Hijau
Tanaman teh merupakan salah satu komoditas perkebunan yang penting di
Indonesia, karena nilai ekspornya dapat memberikan kontribusi devisa yang
tidak sedikit bagi negara. Pemerintah menyadari bahwa industri di sektor migas
persediaannya makin lama makin menipis, terutama minyak bumi yang
harganya naik turun. Untuk itulah Pemerintah berusaha meningkatkan industri
di sektor nonmigas, antara lain industri teh. Kabupaten Garut yang termasuk
daerah Priangan yang merupakan salah satu sentra produksi teh andalan Jawa
Barat, terutama di Kecamatan Cikajang, Singajaya, Banjarwangi, Cisurupan,
Cilawu dan Pakenjeng.
Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut
95
Namun jika dilihat dari pertumbuhan ekspornya, ternyata menurut International
Trade Centre, pertumbuhan ekspor teh Indonesia jauh di bawah pertumbuhan
ekspor teh dunia. Negara-negara yang memiliki pertumbuhan ekspor teh dunia
tertinggi mulai dari Jepang, India, Vietnam, Inggris, Uni Emirat Arab, Amerika
Serikat dan Srilanka. Kekuatan negara Jepang, Inggris, Uni Emirat Arab, Amerika
Serikat sebagai negara yang memiliki pertumbuhan ekspor cukup tinggi terletak
pada kemampuannya memberikan nilai tambah, serta memiliki jaringan
perdagangan teh yang kuat. Jadi, walaupun negara-negara tersebut tercatat
sebagai negara-negara pengimpor teh curah, tapi sebagian hasil impor tersebut
mereka ekspor kembali dalam bentuk produk-produk hilir teh.
Produksi teh tahun 2014 mencapai 4.935 ton atau mengalami peningkatan dari
tahun 2013 dengan produksi sebesar 4.932 ton. Mengingat jumlah permintaan
teh cukup tinggi, maka upaya untuk meningkatkan jumlah produksi dilakukan
dengan cara melaksanakan program pengembangan agrobisnis tanaman
perkebunan secara terpadu dan program pengembangan sistem informasi pasar,
harga komoditas perkebunan dan teknologi pengolahan.
Dengan adanya pengembangan usaha dalam pengolahan tanaman teh secara
tidak langsung dapat memberikan dampak terhadap devisa negara, pendapatan
petani teh, menggerakan perekonomian daerah, meningkatkan usaha agribisnis
terpadu komoditas teh rakyat, membuka kesempatan kerja baru dan
meningkatkan nilai komoditas teh dengan cara pengolahan minuman kemasan
yang menggunakan bahan baku teh dan membuka kegiatan-kegiatan usaha baru
untuk mendukung aktivitas pabrik pengolahan teh.
Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut
96
6.2.3 Peluang Investasi Sektor Peternakan
Pembibitan dan Penggemukan Domba Garut
Kabupaten Garut merupakan salah satu sentra produksi domba di Jawa Barat
setelah Kabupaten Bandung. Domba menyebar secara merata di seluruh
wilayah. Beberapa kecamatan dengan populasi domba dan terbanyak berada di
Kecamatan Cilawu, Bayongbong, Cisurupan, Cikajang dan Cigedug. Domba
merupakan komoditas andalan yang dipelihara masyarakat. Di daerah ini,
dikenal sebagai pusat pembiakan/pembibitan Domba Garut atau Domba
Priangan.
Populasi domba tahun 2014 mencapai 1.348.637 ekor yang mengalami
peningkatan sebesar 15,97 % dari tahun 2013 sebanyak 1.126.976 ekor.
Secara umum domba-domba yang dipelihara di wilayah selatan berbeda dengan
domba yang dipelihara di wilayah utara. Daerah Cibalong, Bungbulang, Singajaya
sebagian besar jenis domba yang dipelihara adalah domba lokal, dengan
performa badan yang lebih kecil dari domba Garut. Di daerah selatan, karena
lahan yang relatif luas, pola pemeliharaan domba dilakukan dengan cara
diangon (ekstensif) atau semi intensif.
Tujuan akhir dari pengembangan produksi peternakan adalah untuk memenuhi
penyediaan pangan produk peternakan bagi masyarakat dalam takaran yang
cukup sesuai dengan norma kebutuhan gizi. Pangan produk peternakan yang
disediakan untuk memenuhi kebutuhan tersebut adalah daging, telur dan susu.
Disamping untuk memenuhi kebutuhan gizi, produk peternakan memberikan
kontribusi nyata bagi kegiatan industri, yaitu produksi kulit sapi dan kerbau serta
kulit domba dan kambing. Sarana produksi tersedia kecuali konsentrat, sarana
Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut
97
transportasi tersedia (Jalan, Angkutan umum dll), Lahan Penggembalaan dan
Lahan Hijau Makanan Ternak (HMT) cukup tersedia (6.547). Prasana berupa RPH
tersedia di Kecamatan Cikajang, Listrik & Telekomunikasi tersedia di beberapa
Kecamatan , Jalan propinsi dan kabupaten dalam kondisi baik.
Dengan adanya pembibitan/ penggemukan Domba Garut, maka dapat membuka
kesempatan usaha dan peningkatan usaha agribisnis terpadu serta membuka
kesempatan kerja seperti pengadaan konsentrat dan obat-obatan ternak,
pengadaan/ produksi hijauan makanan ternak, produksi daging olahan, produksi
kerajinan kulit dan tulang serta dapat menggerakan perekonomian wilayah dan
meningkatkan pendapatan peternak.
6.2.4 Peluang Investasi Sektor Perikanan
Kabupaten Garut memiliki potensi perikanan budidaya air tawar seluas 26.000 Ha
yang mencakup perikanan budidaya kolam air tenang, kolam air deras dan mina
padi. Produksi perikanan darat untuk konsumsi pada tahun 2014 mengalami
peningkatan dibanding tahun 2013. Produksi ikan di Kabupaten Garut sebagian besar
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Sampai saat ini pasokan ikan segar ke
Kabupaten Garut masih tinggi. Pengembangan bisnis di bidang perikanan di
Kabupaten Garut masih sangat terbuka luas mengingat besarnya permintaan produk
perikanan terutama ikan konsumsi dan Pasar ekspor di bidang perikanan masih
terbuka untuk pasar Asia dan Eropa baik dalam bentuk ikan segar, fillet maupun
dalam bentuk olahan. Selain itu Pemerintah Indonesia saat ini terus mencanangkan
Program Gemar Makan Ikan sehingga permintaan ikan di masa depan sangat
potensial. Untuk Pengembangan Kawasan Minapolitan Perikanan Budidaya terdapat
di Kecamatan Tarogong Kaler (Minapolis), Kecamatan Karangpawitan (Hinterland),
Kecamatan Wanaraja (Hinterland), Kecamatan Pangatikan (Hinterland), Kecamatan
Sukawening (Hinterland).
Budidaya Ikan
1. Budidaya Ikan Mas
Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut
98
Kawasan produksi budidaya ikan mas terdapat di Kecamatan Karangpawitan,
Garut Kota, Cilawu, Bayongbong, Samarang, Leles, Kadungora, Tarogong Kidul
dan Bungbulang, Cisewu, Cisurupan, Leuwigoong, Pameungpeuk dan
Singajaya.
2. Budidaya Ikan Nila
Kawasan produksi budidaya ikan nila terdapat di daerah Kecamatan
Malangbong, Limbangan, Selaawi, Banyuresmi, Banjarwangi, Cisompet,
Pamulihan, Cigedug, Peundeuy, Cikelet, Mekar mukti, Caringin, Cibalong dan
Pakenjeng.
3. Budidaya Ikan Lele
Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut
99
Kawasan produksi budidaya ikan lele terdapat di daerah Kecamatan
Kersamanah, Kecamatan Cibatu, Kecamatan Karang tengah, Kecamatan
Cibiuk, Kecamatan Pasirwangi, dan Kecamatan Sukaresmi.
Dengan adanya budidaya ikan di Kabupaten Garut, maka akan memberikan
kesempatan usaha baru dan kesempatan kerja diantaranya Pengolahan Pakan Ikan,
Pabrik Penyediaan Peralatan dan Obat-obatan dan Usaha Pengolahan Hasil
Perikanan.
6.2.5 Peluang Investasi Sektor Kehutanan
Kabupaten Garut mempunyai sumber daya hutan yang cukup luas yaitu 107.865 Ha
(35%) dari luas wilayah Kabupaten. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan
Nomor: 195/Kpts-II/2003, tanggal 4 Juli tahun 2003, fungsi hutan dan luasannya yang
ada di Kabupaten Garut adalah Hutan Konservasi 26.727 Ha (24,77%), Hutan Lindung
75.572 Ha (70,06%), Hutan Produksi Terbatas 5.400 Ha (5,02%) dan Hutan Produksi
166 Ha (0,15%). Selain kawasan hutan negara tersebut, Kabupaten Garut mempunyai
lahan milik yang cukup luas dan layak untuk ditanami tanaman kayu. Populasi
(tegakan) tanaman kayu pada lahan milik yang biasa disebut Hutan Rakyat
diharapkan menjadi sumber utama penghasil kayu mengingat Hutan Negara yang
mempunyai fungsi produksi sudah semakin terbatas untuk dapat mensuplai
kebutuhan hasil hutan berupa kayu. Saat ini, populasi tersebut sudah memiliki luasan
39.746 Ha.
Adapun pengembangan Aneka Usaha Kehutanan sampai dengan tahun 2014 yang
memiliki potensi yaitu sutra alam dan produksi jamur.
Budidaya Jamur
Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut
100
Budidaya jamur tiram memiliki prospek ekonomi yang baik. Pasar jamur tiram
yang telah jelas serta permintaan pasar yang selalu tinggi memudahkan para
pembudidaya memasarkan hasil produksi jamur tiram. Jamur tiram merupakan
salah satu produk komersial dan dapat dikembangkan dengan teknik yang
sederhana. Bahan baku yang dibutuhkan tergolong bahan yang murah dan
mudah diperoleh seperti serbuk gergaji, dedak dan kapur, sementara proses
budidaya sendiri tidak membutuhkan berbagai pestisida atau bahan kimia
lainnya.
Dengan adanya budidaya Jamur ini, diharapkan dapat meningkatkan taraf hidup
petani jamur dan membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat di sekitar pertanian
jamur tiram.
6.2.6 Peluang Investasi Sektor Sumber Daya Air dan Pertambangan
Wilayah Kabupaten Garut memiliki potensi berbagai jenis sumberdaya alam yang
terbaharukan maupun yang tidak terbaharukan yang cukup besar dan bervariasi,
terdiri dari sumber daya air, panas bumi, mineral dan bahan tambang, serta energi
baru dan terbarukan lainnya seperti mikrohidro, surya dan angin. Bahkan di
beberapa lokasi sudah dilaksanakan kegiatan eksploitasi untuk sumber daya mineral
dan kegiatan pembangunan untuk mengembangkan potensi sumber daya energi,
seperti panas bumi dan energi baru dan terbarukan, yaitu Pembangkit Listrik Tenaga
Mikrohidro (PLTMH) dan energi panas bumi.
Khusus di wilayah Garut Selatan, telah terindikasi adanya kandungan sumber daya
mineral berupa emas, bijih besi dan pasir besi, dengan kandungan untuk bijih besi
dan pasir besi Fe total 50% s.d. 60%, sementara itu untuk sumber daya panas bumi di
Kabupaten Garut terdapat 6 (enam) lokasi manifestasi panas bumi. Khusus di
Darajat, potensi panas bumi mencapai 350 MW. Sumber daya panas bumi tersebut
sudah dikembangkan untuk tenaga listrik sebesar 225 MW. Potensi panas bumi ini
sangat besar prospeknya untuk dikembangkan terutama bagi pembangkit listrik
khususnya untuk keperluan industri.
Potensi lain yang dapat dikembangkan menjadi sumber energi listrik adalah tenaga
bayu (angin).
Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut
101
Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) / Angin
Menggunakan sistem konversi energi angin (SKEA) ke listrik dengan
menggunakan turbin angin atau kincir angin. Seperti pada umumnya Negara
tropis, kecepatan angin rata-rata di Indonesia terbilang kecil, hanya sekitar 3-5
m/ detik. Supaya layak secara komersil, kecepatan angin yang diperlukan untuk
PLTB berada dalam kisaran 5-6 m/ detik pada ketinggian pusat 10 m. Hanya
sedikit daerah di Indonesia dengan kecepatan angin cukup besar, kebanyakan di
Nusa Tenggara. Potensi tenaga angin di Indonesia diperkirakan hanya sekitar
9.200 MW.
Pembangkit ini dapat mengkonversikan energi angin menjadi energi listrik
dengan menggunakan turbin angin atau kincir angin. Karena secara kondisi dan
letak geografisnya yang unik tenaga angin ini dapat dimanfaatkan di sekitar
daerah pantai selatan Kabupaten Garut. Salah satunya adalah Pantai Sayang
Heulang Kecamatan Pameungpeuk.
6.2.7 Peluang Investasi Sektor Kelautan
Perikanan laut adalah salah satu sub sektor ekonomi yang sangat potensial untuk
dikembangkan. Pantai selatan Kabupaten Garut memiliki potensi berupa Zona
Ekonomi Eksklusif (ZEE) 200 mil laut dengan luas areal penangkapan 28. 560 km2 dan
diestimasi memiliki potensi lestari (MSY) sebesar 166.667 ton/tahun.
Budidaya Udang Tambak
Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut
102
Budidaya udang tambak merupakan prospek yang cukup bagus untuk
dikembangkan dipantai selatan Garut, hal ini didukung oleh kondisi perairan
yang belum tercemar bila dibandingkan dengan perairan pantai utara Jawa.
Kegiatan perikanan laut nampaknya perlu mendapat perhatian dalam rangka
meningkatkan tingkat pemanfaatan dari potensi lestari ikan laut di Kabupaten
Garut. Berbagai upaya yang dapat dilakukan untuk memanfaatkan potensi
perikanan laut yang cukup besar ini adalah dengan pemberdayaan nelayan,
peningkatan sarana dan prasarana, bantuan modal dan bimbingan. Serta
penetapan kawasan pantai Garut Selatan sebagai daerah pengembangan
agribisnis berbasis usaha perikanan.
Perikanan Tambak diarahkan pengembangannya di wilayah Kecamatan Cibalong,
Pameungpeuk, Cikelet, Pakenjeng, Bungbulang, dan Caringin seluas 28,50 ha.
Dengan jumlah produksi 420 ton. Potensi pengembangan pertambakan intensif
adalah dengan mengembangkan sistem tambak udang plastik (biokrit), karena
struktur kawasan pesisir Garut yang sebagian besar berpasir. Lokasi yang cocok
untuk tambak udang yaitu pada daerah pantai yang mempunyai tanah
bertekstur liat atau liat berpasir yang mudah dipadatkan sehingga mampu
menahan air dan tidak mudah pecah.
6.2.8 Peluang Investasi Sektor Periwisata
Kabupaten Garut memiliki sumber daya alam, peninggalan budaya dan peninggalan
sejarah yang potensial untuk dikembangkan menjadi tujuan wisata yang menarik dan
kompetitif. Sumber daya alam yang dimiliki Kabupaten Garut antara lain: Cipanas,
Curug Citiis, Situ Bagendit, Kawah Talaga Bodas, Lapang Golf Ngamplang, Curug
Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut
103
Cihanyawar, Air Panas Kamojang, Gunung Papandayan, Curug Orok, Leuweung
Sancang, Pantai Cijeruk Indah, Pantai Sayang Heulang, Pantai Karang Paranje, Pantai
Santolo, Pantai Taman Manalusu, Pantai Gunung Geder, Pantai Cijayana, Pantai
Ranca Buaya, Gunung Wayang, Perkebunan Teh Papanggungan, Curug Sanghyang
Taraje, Air Panas Pakenjeng dan Situ Cibeureum. Makam Keramat Godog, Makam
Keramat Linggaratu, Makam Keramat Cinunuk, Kampung Dukuh, Makam Keramat
Jafar Sidiq. Beberapa peninggalan budaya yang menjadi tujuan wisata (ODTW) antara
lain Cagar Budaya Situ Cangkuang dan Situs Ciburuy. Demikian pula potensi
sumberdaya alam diantaranya, kawah Darajat yang merupakan pusat Pembangkit
Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP).
Pengembangan Objek dan Daya Tarik Wisata
Objek wisata yang potensial untuk dikembangkan menjadi tujuan wisata yang
menarik dan kompetitif adalah Situ Bagendit, Situ Cangkuang, Pantai Santolo
dan Pantai Sayang Heulang.
1. Situ Bagendit
Adapun lokasinya terletak di Jalan Raya Banyuresmi dengan luas lahan 124
Ha. Jumlah kunjungan wisatawan tahun 2014 sebanyak 235.150 orang.
Aksesibilitas sudah dilayani oleh angkutan kota dengan kondisi jalan sudah
beraspal, yang dilengkapi dengan fasilitas kolam renang hiburan dan kolam
renang prestasi, kereta api mini (mini train), 60 buah rakit, 11 buah sepeda air
bangku taman dan 6 buah shelter pos tiket, taman bermain dengan vegetasi
peneduh dengan kondisi yang cukup terawat, 1 buah musholla dan 10 buah
tempat sampah dan tempat parkir dengan luas 1.400 m² dengan daya
tampung 30 bus, 60 kendaraan pribadi dan 180 kendaraan bermotor.
Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut
104
2. Situ Cangkuang
Lokasi terletak di Desa Cangkuang Kecamatan Leles Kabupaten Garut.
Aksesibilitas sudah dilayanai oleh angkutan kota, kondisi jalan menuju obyek
wisata bagus beraspal dengan lebar 2 meter yang cukup dilewati berbagai
kendaraan. Prasarana tersedianya jalan menuju ke lokasi obyek. Lokasi obyek
ini bisa ditempuh dengan naik kendaraan umum atau bus dari Bandung –
Garut. Dari Garut menuju Kecamatan Leles terdapat angkutan umum. Jalan
menuju Situ Cangkuang dari jalan raya Bandung – Garut berjarak 3 Km,
dengan kondisi beraspal dan dapat dilalui kendaraan tradisional delman.
Untuk dapat menyeberang menuju Kampung Pulo dapat menggunakan rakit.
Sarana yang ada akomodasi dan rumah makan, rakit, gazebo, pos tiketing,
MCK, Shelter, Mushola dan Museum.
3. Pantai Santolo
Lokasi pantai ini terletak di Desa Pamalayan, Kecamatan Cikelet dengan luas
lokasi 5 Ha. Jumlah kunjungan wisata tahun 2014 sebanyak 221.735 orang.
Aksesibilitas sudah dilayanai oleh angkutan kota, tersedianya jalan menuju ke
lokasi obyek dengan transportasi angkutan kota dan ojeg. dan dilengkapi
juga dengan sarana akomodasi, tempat parkir seluas 2 Ha yang dapat
Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut
105
menampung 100 bus. Kemudian terdapat beberapa shelter, MCK, Musholla,
tempat camping dan tempat penyewaan alat-alat wisata yang dalam kondisi
baik.
4. Pantai Sayang Heulang
Lokasi terletak di Desa Mancagahar, Kecamatan Pameungpeuk dengan luas
lokasi 10 Ha. Jumlah kunjungan wisata tahun 2014 sebanyak 162.308 orang.
Aksesibilitas sudah dilayanai oleh angkutan kota dan tersedianya jalan
menuju ke lokasi obyek. Obyek wisata ini berjarak 5 Km dari Kota
Pameungpeuk dan dapat ditempuh dalam waktu 15 menit. Alat transportasi
yang menuju pantai adalah dapat mempergunakan angkutan kota dengan
rute Pemeungpeuk – Cikelet. Sarana yang ada di area pantai ini telah tersedia
berbagai fasilitas dan sarana akomodasi, tempar parkir seluas 3 Ha yang
dapat menampung 100 bus. Kemudian terdapat beberapa shelter, MCK,
Musholla, kios makanan dan jajanan, Hotel, cottage, camping area,
pemancingan dan tempat penyewaan alat-alat wisata yang dalam kondisi
baik.
Dalam upaya pengembangan wilayah yang lebih merata, peranan sektor pariwisata
cukup penting, mengingat panjangnya mata rantai kegiatan usaha kepariwisataan.
Kegiatan-kegiatan yang dimaksud meliputi: biro perjalanan, pengangkutan,
perhotelan, restoran pemandu wisata/ pramuwisata, kerajinan rakyat, kesenian
daerah, pemeliharan dan pengembangan obyek wisata. Dengan demikian
pengembangan sektor pariwisata dapat menggerakkan sektor-sektor ekonomi
lainnya atau dengan kata lain sektor ini mempunyai imbas secara multisektoral.
Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut
106
Potensi usaha pariwisata seperti usaha sarana, usaha jasa dan usaha obyek dan daya
tarik wisata mengalami pertumbuhan yang cukup berarti.
Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut
107
BAB 7
PENUTUP
Dari hasil penyusunan kajian sumberdaya alam yang terkait dengan investasi di
Kabupaten Garut diharapkan dapat dijadikan landasan bagi setiap kegiatan di Badan
Penanaman Modal dan perijinan Terpadu Kabupaten Garut hingga tahun 2025.
Kegiatan tersebut pada akhirnya tidak boleh terlepas dari arah kebijakan dan strategi
yang ditetapkan dalam RPJMD Kabupaten Garut. Di samping itu dengan tersedianya
informasi potensi/ peluang investasi dari penanaman modal maka akan semakin
memperjelas tahapan fokus kegiatan yang akan dijadikan sasaran secara jangka
pendek, jangka menengah, dan jangka panjang.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2001. Otonomi Potensi Masa Depan RI. Centre for Political Studies
Soegeng Sarjadi Syndicated, Jakarta : P.T. Gramedia Pustaka Utama.
Adam Tim, and Goyal Vidhan K, 2003. Investment opportunity set and its proxy
variables: theory and evidence. Working Paper. Department of Finance, Hong
Kong University of Science & Technology. 1-35.
Agrawal, A, and Mandelker G. 1987. Managerial incentive and corporate
Investment and Financing decisions. Journal of Finance. 42: 823-839. Ambarish,
R.,John, K., and William, J. 1987. Efficient signaling with dividend and
investment. Journal of Finance. 42: 321-343.
Arief, Sritua, 1993. Metodologi Penelitian Ekonomi, Jakarta : UI-Press. Arsyad,
Lincolin, 1992, Ekonomi Pembangunan, Edisi 2, Yogyakarta : STIE YKPN.
Arsyad, Lincolin, 1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi
Daerah, Edisi Pertama, Yogyakarta : BPFE.
Abbott, Lawrence J. 2001. Financing, dividend and compensation policies
subsequent to shift in and the investment opportunity set. Managerial
Finance. 31-47.
Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, 2010. Sumatera Utara Dalam Angka Tahun
2010.
Baker, George P. 1993. Growth, corporate policies, and the investment opportunity
set. Journal of Accounting and Economics. 16: 161-165.
Badan Agribisnis Departemen Pertanian. 1998. Potensi dan Peluang Investasi
Agribisnis Provinsi Sumatera Barat. Penerbit Kanisius Yogyakarta.
Badan Agribisnis Departemen Pertanian, 1999. Investasi Agribisnis Komoditas
Unggulan Perikanan. Kanisius. Yogyakarta. 120 hlm
Boediono, 1981. Teori Pertumbuhan Ekonomi. Seri Pengantar Ilmu Ekonomi No.4,
Yogyakarta : BPFE.
Cahan, Steven F., and Mahmud Hossain 1996. The investment opportunity set and
disclosure policy: some Malaysian evidence. Asia Pacific Journal of Management.
13 (11): 65-85.
Chung, Kee H., dan Charlie Charoenwong 1991. Investment options, assets in place,
and the risk of stocks. Financial Management. Autumn: 21-33.
Cleary, S. 1999. The relationship between the firm investment and financial status.
Journal of Finance, 54 (2): 673-692.
Erlina, dan Mulyani, 2004. Hubungan antara investment opportunity sets dengan
Kebijaksanaan Dividend dan Struktur Modal dengan Managerial Ownership sebagai
Moderating Variabel. Jurnal Ekonom. 23-35.
Gaver and Gaver, 1993. "Additional Evidence on The Association berween The
Investment Opportunity Set and Corporate Financing, Dividend and Compensation
Policy". Journal of Accounting and Economics, N11: 128 – 160.
Gaver, Jennifer J., dan Kenneth M. Gaver, 1993. Additional evidence on the
association between the investment opportunity set and corporate
financing, dividend, and compensation policies. Journal of Accounting and
Economics. 16: 125-160.
Gordon, M.J., 1963. Optimum investment and financing policy. Journal of Finance.
264-272.
Gul Ferdinand A. 1999. Cheabol, investment opportunity set, corporate debt,
dividend policies of Korean companies. Review of Quantitative Financial and
Accounting. 13: 401-416.
Hartono, Jogianto, 1998. Teori Portofolio dan Analisis Investasi.Yogyakarta: BPFE.
Hutchinson Marion and Gul A Ferdinand, 2002. Investment opportunity and
Leverage: Some Australian evidence on the role of board monitoring and directors
equity ownership. Managerial Finance. 28 (3): 19-37
.
Kuncoro, Mudrajat 2004. Otonomi dan Pembangunan Daerah : Reformasi,
Perencanaan, Strategi, dan Peluang. Jakarta: Erlangga.
Levy, Haim and Marshall Sarnat, 1990. Capital Investment Financial Decisions.
New York: Pentice Hall: 331 – 548
Myers S, and Majluf, 1984. Corporate Financing and Investment Decision When
Firms Have Investment Investors Do Not Habe. Journal of Financial Economics, 13,
p, 187 – 221
Reilly, F & Brown, K 2006. Investment Analysis and Portfolio Management. 8th edn, Thomson, Melbourne.
Prayitno, Hadi, 1986. Pengantar Ekonomika Pembangunan, Edisi Pertama,
Yogyakarta, BPFE.
Skinner,D.J., 1993. "The Investment Opportunity Set and Corporate Control".
Journal of Accounting and Economics 16: 407 – 445.
Sukirno, Sadono, 2002. Makro Ekonomika Modern, Perkembangan Pemikiran dari
Klasik hingga Keynesian Baru. Jakarta : P.T. RajaGrafindo Persada. Suparmoko,
2004. Pengantar Ekonomika Makro, Teori, Soal dan Penyelesaian, Edisi Pertama,
Yogyakarta : AMP YKPN.
Syaukani, Gaffar, Rasyid, 2002. Otonomi Daerah dalam Negara Kesatuan,
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Tambunan, T.H., Tulus, Dr., 2001. Perekonomian Indonesia, Teori dan Temuan
Empiris, Jakarta : Ghalia Indonesia.
Todaro, Smith, 2005. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Edisi Kedelapan,
Jakarta:Erlangga.
53