Kajian Potensi Unggulan BPMPT - garutkab.go.id

115
Kajian Potensi Unggulan BPMPT 2015

Transcript of Kajian Potensi Unggulan BPMPT - garutkab.go.id

Page 1: Kajian Potensi Unggulan BPMPT - garutkab.go.id

Kajian Potensi Unggulan BPMPT 2015

Page 2: Kajian Potensi Unggulan BPMPT - garutkab.go.id

i

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan Alhamdulillah, Puji dan Syukur penyusun panjatkan kehadirat

Allah Subhana Wa Ta’ala,karena karena berkat Rahmat dan Hidayah-NYA penyusun

dapat menyelesaikan Kajian mengenai Sumberdaya Alam yang Terkait Investasi di

Kabupaten Garut. Penyusunan kajian ini untuk mengidentifikasi potensi ekonomi

berupa komoditas/produk yang ada di Kabupaten Garut, memilih komoditas/produk

tersebut menjadi komoditas unggulan dan menganalisis komoditas unggulan terpilih

menjadi potensi/peluang investasi terpilih.

Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait Investasi ini merupakan salah satu upaya untuk

penyiapan bahan promosi investasi Kabupaten Garut yang lebih focus dan tajam baik

secara sektoral maupun lokasi, sehingga akan mempermudah para investor untuk

merealisasikan minat investasi mereka.

Besar harapan kami, penyusunan kajian mengenai Sumberdaya Alam yang Terkait

Investasi di Kabupaten Garut ini sangat bermanfaat untuk ditawarkan kepada para

calon investor dalam merealisasikan minat investasi di Kabupaten Garut yang

didukung dengan informasi yang akurat. Semoga upaya ini dapat mendukung dalam

peningkatan kegiatan investasi dan penciptaan lapangan kerja di Kabupaten Garut.

Garut, Desember 2015

Tim Penyusun

Page 3: Kajian Potensi Unggulan BPMPT - garutkab.go.id

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................. i

DAFTAR ISI .............................................................................................................................. ii

BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Kajian ........................................................................................... 1

1.2 Perumusan Masalah ............................................................................................. 2

1.3 Tujuan dan Manfaat ............................................................................................. 2

1.4 Dasar Hukum Pelaksanaan Kegiatan .................................................................... 3

1.5 Ruang Lingkup Kegiatan ........................................................................................ 3

1.6 Sistematika Laporan ............................................................................................. 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................... 5

2.1. Pembangunan Ekonomi ...................................................................................... 5

2.2. Strategi Pembangunan Ekonomi Daerah ............................................................ 6

2.3. Komoditas ............................................................................................................ 8

2.3.1. Konsep Daya Saing Komoditas Unggulan ........................................................ 11

2.4. Investasi ............................................................................................................... 12

2.4.1. Aspek- Aspek Kelayakan Investasi...................................................................... 14

BAB 3 METODOLOGI .............................................................................................................. 24

3.1. Desain Penelitian ................................................................................................. 24

3.2. Metode Pengumpulan Data ................................................................................ 24

3.3. Teknik Analisis Data ............................................................................................. 25

3.4. Lokasi dan Jadwal Penelitian ............................................................................... 27

BAB 4 PROFIL KABUPATEN GARUT ....................................................................................... 28

4.1. Gambaran Umum Kabupaten Garut ................................................................... 28

4.1.1. Kondisi Geografis ............................................................................................... 28

4.1.2. Kondisi Sumber Daya Alam ............................................................................... 32

Page 4: Kajian Potensi Unggulan BPMPT - garutkab.go.id

iii

4.1.3. Kondisi Demografi Penduduk ............................................................................ 34

4.2. Struktur Ekonomi ................................................................................................ 42

4.2.1. Pertumbuhan Ekonomi/ PDRB .......................................................................... 42

4.2.2. Laju Pertumbuhan Ekonomi .............................................................................. 48

4.2.3. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Per kapita dan Inflasi ........................ 50

BAB 5 POTENSI UNGGULAN DAERAH KABUPATEN GARUT .................................................. 53

5.1. Potensi Unggulan Sektor Pertanian ..................................................................... 53

5.2. Potensi Unggulan Sektor Perkebunan ................................................................. 64

5.3. Potensi Unggulan Sektor Peternakan .................................................................. 68

5.4. Potensi Unggulan Sektor Perikanan dan Kelautan ............................................... 71

5.5. Potensi Sektor Kehutanan .................................................................................... 73

5.6. Potensi Sektor Sumberdaya Air dan Pertambangan ............................................ 75

5.7. Potensi Sektor Pariwisata ..................................................................................... 79

BAB 6 POTENSI/PELUANG INVESTASI KOMODITI UNGGULAN KABUPATEN GARUT………… 83

6.1 Gambaran Umum Transportasi Kabupaten Garut ................................................ 83

6.2 Komoditi Unggulan yang Memiliki Peluang Investasi ........................................... 89

6.2.1 Peluang Investasi Sektor Pertanian ..................................................................... 89

6.2.2 Peluang Investasi Sektor Perkebunan ................................................................. 94

6.2.3 Peluang Investasi Sektor Peternakan .................................................................. 96

6.2.4 Peluang Investasi Sektor Perikanan .................................................................... 97

6.2.5 Peluang Investasi Sektor Kehutanan ................................................................... 99

6.2.6 Peluang Investasi Sektor Sumberdaya Air dan Pertambangan ........................... 100

6.2.7 Peluang Investasi Sektor Kelautan ...................................................................... 101

6.2.8 Peluang Investasi Sektor Pariwisata.................................................................... 102

BAB 7 PENUTUP…………………………………………………………………………………………………………………. 107

DAFTAR PUSTAKA

Page 5: Kajian Potensi Unggulan BPMPT - garutkab.go.id

Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Kajian

Pembangunan daerah menjadi sangat berarti bagi perkembangan daerah ketika

pemerintah melaksanakan otonomi daerah yang ditindaklanjuti dengan Undang-

Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah jo Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah jo Undang-Undang Nomor 23

Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Kebijakan tersebut merupakan suatu

keputusan besar yang membawa perubahan fundamental dalam tata kelola hubungan

antara pemerintah pusat dan daerah, karena terjadinya pelimpahan kewenangan dan

pembiayaan yang selama ini merupakan tanggung jawab Pemerintah Pusat.

Pemberlakuan Undang-Undang tersebut menuntut pemerintah daerah untuk

melaksanakan desentralisasi dan memacu pembangunan ekonomi guna peningkatan

kesejahteraan masyarakat dan meningkatkan kemandirian daerah.Daerah harus

mampu menggali, mengolah, mengelola dan memanfaatkan berbagai sumber daya dan

hasil kekayaan alam, serta potensi ekonomi yang ada untuk meningkatkan taraf hidup

dan kesejahteraan masyarakat serta peningkatkan pendapatan asli daerah untuk

pembiayaan pembangunan.

Keberhasilan pembangunan dalam kerangka otonomi daerah tidak terlepas dari

keberhasilan daerah tersebut dalam melaksanakan pembangunan ekonomi daerah.

Pembangunan ekonomi daerah harus melibatkan para pelaku pembangunan,

Pemerintah daerah tidak bisa sendirian dalam melakukan proses pembangunan karena

pemerintah daerah memiliki berbagai keterbatasan baik sumber daya manusia maupun

anggaran. Oleh karena itu, diperlukan keterlibatan pihak lain, dalam hal ini adalah pihak

Swasta atau penanam modal.Pemerintah daerah hanya bertanggung jawab secara lebih

penuh dalam bentuk kebijakan dasar yang diperlukan bagi pembangunan daerah, salah

satunya berupa kebijakan dasar pengembangan penanaman modal.

Page 6: Kajian Potensi Unggulan BPMPT - garutkab.go.id

Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut

2

Kabupaten Garut memiliki potensi daerah yang sangat banyak dan bervariasi.Kekayaan

alamnya meliputi gunung, rimba, laut, pantai, sungai, bahan tambang, tanah yang subur

dan panorama yang sangat indah. Potensi ini, jika dikelola dengan baik akan menjadi

faktor pendorong yang sangat besar bagi percepatan pembangunan daerah. Oleh

karena itu, dalam rangka optimalisasi potensi wilayah sekaligus meningkatkan daya

saing Kabupaten Garut diperlukan kajian strategis atas potensi wilayah yang dimiliki

Kabupaten Garut berupa kajian sumber daya yang terkait dengan investasi. Hasil kajian

ini tentunya akan semakin memperjelas posisi potensi daerah yang dimiliki disamping

akan memberikan informasi yang tepat bagi para stakedolder daerah termasuk

didalamnya para penanam modal.

Sesuai dengan Peraturan Bupati Nomor 163 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas

Peraturan Bupati Garut Nomor 472 Tahun 2011 tentang Standar Pelayanan Minimal

(SPM) Pelayanan Dasar di Lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Garut hasil kajian

sumber daya yang terkait dengan investasi merupakan dokumenkebijakan penanaman

modal daerah dalam rangka meyediakan informasi peluang usaha sektor/bidang usaha

unggulan. Keberadaan hasil kajian ini dinilai sangat penting untuk meningkatkan daya

saing daerah khususnya sebagai bahan promosi investasi dalam rangka meningkatkan

investasi daerah.

1.2 Perumusan Masalah

Permasalahan yang akan menjadi topik perhatian pada kajian ini adalah masalah bidang

usaha unggulan berupa potensi dan peluang investasi yang akan ditawarkan kepada

investor. Saat ini informasi mengenai bidang usaha unggulan tersebut belum tersedia

sesuai dengan kebutuhan. Oleh sebab itu, perlu dilakukan analisis yang komprehensif

tentang potensi dan peluang investasi di Kabupaten Garut.

1.3 Tujuan dan Manfaat

A. Tujuan

1. Mengidentifikasi potensi ekonomi berupa komoditas/produk yang ada di

Kabupaten Garut.

2. Memilih komoditas/produk tersebut menjadi komoditas unggulan.

Page 7: Kajian Potensi Unggulan BPMPT - garutkab.go.id

Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut

3

3. Menganalisis komoditas unggulan terpilih menjadi potensi/peluang investasi

terpilih.

B. Manfaat kajian ini adalah:

1. Memperoleh gambaran potensi ekonomi berupa komoditas/produk yang ada di

Kabupaten Garut.

2. Memperoleh gambaran produk unggulan dan potensi/peluang investasi terpilih di

Kabupaten Garut.

3. Memperoleh komoditas unggulan yang menjadi potensi/peluang investasi di

Kabupaten Garut.

1.4 Dasar Hukum Pelaksanaan Kegiatan

Pelaksanaan kegiatan Kajian Keunggulan dan Potensi Investasi Kabupaten Garut ini

mengacu pada landasan hukum sebagai berikut:

1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal;

2. Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 14 Tahun 2012 tentang Penanaman

Modal

3. Peraturan Bupati Nomor 163 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Bupati

Garut Nomor 472 Tahun 2011 tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) Pelayanan

Dasar di Lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Garut

4. Rencana Strategis BPMPT Kabupaten Garut tahun 2014-2019

5. Rencana Kerja BPMPT Kabupaten Garut Tahun 2015

6. DPA BPMPT Kabupaten Garut Tahun 2015.

1.5 Ruang Lingkup Kegiatan

Ruang lingkup pelaksanaan kegiatan Kajian Keunggulan dan Potensi Investasi Kabupaten

Garut antara lain meliputi:

1. Identifikasi kriteria investasi dan komoditi/ produk diwilayah Kabupaten Garut

dengan menggunakan Cut Off Point dan Analytical Hierarchy Process.

2. Melakukan analisis potensi dan permasalahan terkait peluang investasi komoditas

unggulan yang teridentifikasi di wilayah Kabupaten Garut.

3. Merekomendasi potensi unggulan dalam investasi diwilayah Kabupaten Garut.

Page 8: Kajian Potensi Unggulan BPMPT - garutkab.go.id

Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut

4

1.6 Sistematika Laporan

Sistematika laporan Kegiatan Kajian Keunggulan dan Potensi Investasi di Wilayah

Kabupaten Garut:

Bab 1 Pendahuluan

Berisi latar belakang kegiatan, rumusan permasalahan, tujuan dan manfaat,

Dasar Hukum, ruang lingkup kegiatan, serta sistematika laporan.

Bab 2 Tinjauan Pustaka

Memuat konsep-konsep yang memiliki relevansi yang kuat dengan kegiatan ini,

yang dilakukan berdasarkan studi literatur dan/ atau dokumentasi.

Bab 3 Metodologi Penelitian

Menggambarkan sistematika tahapan kegiatan yang memuat langkah-langkah

teknis maupun praktis metode analisis, sedemikian rupa sehingga tujuan

kegiatan ini dapat dicapai.

Bab 4 Profil Kabupaten Garut

Menjelaskan gambaran umum wilayah Kabupaten Garut sebagai objek kajian

yang merupakan data awal sebelum dilakukan analisis dan pembahasan lebih

lanjut.

Bab 5 Komoditas Unggulan Kabupaten Garut

Bab ini berisi tentang gambaran mengenai komoditas unggulan dihasilkan

melalui studi lapangan terhadap objek yang diamati yang dilakukan melalui

diskusi secara terfokus baik dalam tim maupun dengan dinas/ instansi terkait

serta para ahli yang berkompeten.

Bab 6 Potensi/peluang Investasi Komoditi Unggulan di Kabupaten Garut

Bab ini menguraikan mengenai peluang investasi untuk komoditas unggulan

yang diperoleh melalui survey lapangan dan diskusi dengan beberapa ahli.

Bab 7 Penutup

Bab ini berisi kesimpulan dari hasil analisis.

Page 9: Kajian Potensi Unggulan BPMPT - garutkab.go.id

Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut

5

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pembangunan Ekonomi

Pembangunan merupakan suatu orientasi dan kegiatan usaha yang tanpa akhir. Proses

pembangunan sebenarnya adalah merupakan suatu perubahan sosial budaya.

Pembangunan agar dapat menjadi suatu proses yang dapat bergerak maju atas

kekuatan sendiri tergatung kepada manusia dan struktur sosialnya (Subandi, 2014).

Pembangunan ekonomi dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu

masyarakat menciptakan suatu lingkungan yang mempengaruhi hasil-hasil indikator

ekonomi seperti kenaikan kesempatan kerja, peningkatan pendapatan dan perbaikan

taraf hidup. Lingkungan yang dimaksud sebagai sumber daya perencanaan meliputi

tentang lingkungan fisik, peraturan dan perilaku (Blakley, 1989). Inti perencanaan

pembangunan ekonomi daerah, bukanlah perencanaan dari daerah, tetapi

perencanaan untuk suatu daerah, yang bisa dianggap sebagai perencanaan untuk

memperbaiki berbagai sumber daya publik yang tersedia di daerah dan untuk

memperbaiki kapasitas sektor swasta dalam menciptakan sumber daya swasta yang

bertanggung jawab (Kuncoro, 2004).

Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses di mana pemerintah daerah

beserta masyarakatnya bersama-sama mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada

serta membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor

swasta guna menciptakan suatu lapangan kerja baru yang dapat meningkatkan

perkembangan pertumbuhan ekonomi dalam wilayah tersebut.

Masalah pokok dalam pembangunan daerah adalah terletak pada penekanan

terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan pada kekhasan daerah

yang bersangkutan (endogenous development) dengan menggunakan potensi

sumberdaya manusia, kelembagaan, dan sumberdaya fisik secara lokal (daerah).

Page 10: Kajian Potensi Unggulan BPMPT - garutkab.go.id

Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut

6

Untuk itu, yang menjadi hal penting dalam pembangunan ekonomi suatu daerah

adalah mencakup pembentukan institusi-institusi baru, pembangunan industri-industri

alternatif, perbaikan kapasitas tenaga kerja yang ada untuk menghasilkan produk dan

jasa yang lebih baik, identifikasi pasar-pasar baru, alih ilmu pengetahuan dan

pengembangan perusahaan-perusahaan baru (Purwanti, 2008).

2.2 Strategi Pembangunan Ekonomi Daerah

Strategi pembangunan ekonomi daerah dapat dikelompokkan menjadi empat

kelompok besar (Lincolin Arsyad, 1997) yaitu:

1. Strategi pengembangan fisik (locality or physical development strategy)

Tujuan strategi ini adalah untuk menciptakan identitas daerah kota, memperbaiki

pesona atau kualitas hidup masyarakat dan memperbaiki daya tarik pusat kota

dalam upaya memperbaiki dunia usaha daerah. Untuk mencapainya maka

diperlukan alat-alat pendukung yaitu Pembuatan bank tanah, Pengendalian

perencanaan dan pembangunan, Penataan kota, Pengaturan tata ruang,

Penyediaan perumahan dan pemukiman yang baik, dan Penyediaan infrastruktur.

2. Strategi pengembangan dunia usaha (business development strategy)

Merupakan komponen yang penting karena daya tarik kreativitas atau daya tarik

dunia usaha adalah cara terbaik untuk menciptakan perekonomian daerah yang

sehat.

3. Strategi pengembangan sumber daya manusia (human resource development

strategy)

Merupakan aspek yang paling penting dalam proses pembangunan ekonomi. Hal ini

dapat dilakukan dengan cara membuat pelatihan, membuat bank keahlian,

mendukung lembaga ketrampilan dan pendidikan di daerah, dan mengembangkan

lembaga pelatihan bagi orang cacat.

4. Strategi pengembangan masyarakat (community-based development strategy)

Merupakan kegiatan untuk memberdayakan suatu kelompok masyarakat tertentu

pada suatu daerah. Tujuannya adalah untuk menciptakan manfaat sosial.

Page 11: Kajian Potensi Unggulan BPMPT - garutkab.go.id

Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut

7

Oleh karena itu, setiap daerah memiliki corak pertumbuhan ekonomi yang berbeda

antar satu dengan lainnya. Oleh sebab itu dalam perencanaan pembangunan ekonomi

suatu daerah perlu untuk mengetahui karakter ekonomi, sosial dan fisik daerah itu

sendiri, termasuk interaksinya dengan daerah lain. Dengan demikian tidak ada strategi

pembangunan ekonomi daerah yang dapat berlaku untuk semua daerah.

Menurut Friedman dan allonso (1978), pengembangan wilayah dalam jangka panjang

lebih ditekankan pada pengenalan potensi sumber daya alam dan potensi

pengembangan lokal wilayah yang mampu mendukung pertumbuhan ekonomi,

kesejahteraan sosial, termasuk pengentasan kemiskinan dan ketertinggalan dalam

rangka mencapai tujuan pembangunan. Berkaitan dengan hal tersebut, maka

pengembangan wilayah lebih ditekankan pada penyusunan paket pengembangan

wilayah terpadu dengan mengenali sektor strategis (potensial) yang perlu

dikembangkan di suatu wilayah.

Salah satu pendekatan dalam perencanaan pengembangan wilayah menurut Tarigan

(2008) adalah pendekatan sektoral. Pendekatan sektoral dilakukan dengan me-

ngelompokkan kegiatan pembangunan ke dalam sektor-sektor, selanjutnya masing--

masing sektor dianalisis untuk menetapkan apa yang dapat dikembangkan

(ditingkatkan) dari sektor tersebut guna mengembangkan wilayah.

Sudarsono (2001) menyatakan bahwa dinamika keunggulan suatu wilayah di masa

mendatang ditandai dengan kemampuan wilayah tersebut dalam meraih peluang

menghadapi kompetisi pasar bebas baik di tingkat regional maupun global. Beberapa

langkah dan strategi yang perlu dilakukan agar suatu wilayah mampu berkompetisi

antara lain:

1. Birokrasi pemerintah perlu melakukan reorientasi peran dan tanggungjawabnya

yakni hanya bersifat mengarah dan membina bukan menentukan (steering than

rowing). Sehingga peran dan tanggungjawab pemerintah daerah hanya berkisar

pada bidangbidang dimana sektor swasta atau pihak ketiga lainnya tidak

memungkinkan untuk melakukan tugas tersebut, misalnya dalam situasi terjadinya

kegagalan pasar (market falure).

2. Birokrasi Pemerintah daerah harus dapat berkiprah secara efektif dan efisien

Page 12: Kajian Potensi Unggulan BPMPT - garutkab.go.id

Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut

8

dalam memberikan pelayanan prima untuk meraih investasi dalam dan luar negeri.

3. Membentuk sistem dan jaringan kerja (networking) dengan lembaga/asosiasi

bisnis dan atase perdagangan luar negeri, khususnya dalam mendukung

pemasaran produk ekspor.

4. Mengembangkan lembaga R & D (research and development) terhadap jenis

produksi unggulan untuk menjamin kualitas produk, kestabilan harga, kebutuhan

pasar (demand) dan jaminan kontinuitas ketersediaannya (delivery/supply).

5. Memfasilitasi lembaga keuangan agar bersedia memberikan modal usaha bagi

industri skala kecil dan menengah pada berbagai sector unggulan daerah, sehingga

mereka dapat menjamin dan mempertahankan keberlangsungan usahanya.

6. Berperan mentransportasikan ilmu pengetahuan dan teknologi terapan di berbagai

sector unggulan produk daerah, agar proses produksi dapat mencapai efektifitas,

efisiensi, dan ekonomis.

7. Mendorong agar para produsen mengembangkan jenis-jenis produk unggulan

yang bersifat komplementer baik intern maupun antar region, memiliki nilai

tambah (value edded) dan menghasilkan manfaat ganda (multiple effect) baik

secara backward-linkage dan forward linkage terhadap berbagai sektor, dengan

demikian dapat memperkuat posisi darah dari pengaruh fluktuasi ekonomi.

8. Memposisikan birokrasi pemerintah daerah cukup berperan sebagai katalisator,

stimulator, dan regulator agar mekanisme pasar dapat bekerja secara sehat.

9. Memprioritaskan program pembangunan infrastuktur yang dibutuhkan dalam

rangka kemudahan aksebilitas usaha di bidang industri meliputi sarana

transportasi, komunikasi, energi, lokasi industri, sarana dan prasarana pelayanan

umum yang baik serta situasi lingkungan yang sehat dan aman.

2.3 Komoditas

Dalam rangka upaya pembangunan ekonomi daerah, inventarisasi potensi wilayah/

daerah mutlak diperlukan agar dapat ditetapkan kebijakan pola pengembangan baik

secara sektoral maupun secara multisektoral. Salah satu langkah

Page 13: Kajian Potensi Unggulan BPMPT - garutkab.go.id

Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut

9

inventarisasi/identifikasi potensi ekonomi daerah adalah dengan mengidentifikasi

komoditas potensial yang menjadi keunggulan daerah pada suatu daerah.

Komoditas unggulan daerah menggambarkan kemampuan daerah menghasilkan

produk, menciptakan nilai, memanfaatkan sumberdaya secara nyata, memberi

kesempatan kerja, mendatangkan pendapatan bagi masyarakat maupun pemerintah,

memiliki prospek untuk meningkatkan produktivitas dan investasinya. Sebuah

komoditas dikatakan unggul jika memiliki daya saing sehingga mampu untuk

menangkal produk pesaing di pasar domestik dan /atau menembus pasar ekspor

(Sudarsono, 2001)

Sementara menurut Handewi Rachman (2003) yang dimaksud komoditas unggulan

adalah komoditas andalan yang memiliki posisi strategis untuk dikembangkan di

suatu wilayah. Posisi strategis ini didasarkan pada pertimbangan teknis (kondisi tanah

dan iklim), sosial ekonomi dan kelembagaan. Penentuan ini penting dengan

pertimbangan bahwa ketersediaan dan kapabilitas sumberdaya (alam, modal dan

manusia) untuk menghasilkan dan memasarkan semua komoditas yang dapat

diproduksi di suatu wilayah secara simultan relatif terbatas. Disisi lain pada era pasar

bebas saat ini baik ditingkat pasar lokal, nasional maupun global hanya komoditas

yang diusahakan secara efisien dari sisi teknologi dan sosial ekonomi serta

mempunyai keunggulan komparatif dan kompetitif yang akan mampu bersaing secara

berkelanjutan dengan komoditas yang sama dari wilayah lain.

Menurut direktorat Jenderal Pembangunan Daerah Depdagri, bahwa berdasarkan

Surat Edaran Nomor 050.05/2910/III/BANDA tanggal 7 Desember 1999, ditentukan

kriteria komoditas unggulan sebagai berikut:

a) Mempunyai kandungan lokal yang menonjol dan inovatif di sektor pertanian,

industri, dan jasa.

b) Mempunyai daya saing tinggi di pasaran, baik ciri, kualitas maupun harga yang

kompetitif serta jangkauan pemasaran yang luas, baik di dalam negeri maupun

global.

c) Mempunyai ciri khas daerah karena melibatkan masyarakat banyak (tenaga kerja

setempat).

Page 14: Kajian Potensi Unggulan BPMPT - garutkab.go.id

Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut

10

d) Mempunyai jaminan dan kandungan bahan baku yang cukup banyak, stabil, dan

berkelanjutan.

e) Difokuskan pada produk yang mempunyai nilai tambah yang tinggi, baik dalam

kemasan maupun pengolahannya.

f) Secara ekonomi menguntungkan dan bermanfaat untuk meningkatkan pendapatan

dan kemampuan SDM masyarakat.

g) Ramah lingkungan, tidak merusak lingkungan, berkelanjutan serta tidak merusak

budaya setempat.

Adapun menurut Anonim (2001), komoditas unggulan dapat dilihat berdasarkan sudut

pandang :

a) Mampu memberikan pengaruh besar terhadap perekonomian di suatu wilayah dan

menumbuhkan daya beli.

b) Berbasis pada sumber daya lokal.

c) Dari segi permintaan besar dan semakin kuat.

d) Mampu menggerakan output sektor-sektor lainnya.

Lain halnya dengan Alkadri (2004) yang mengkategorikan komoditas unggulan sebagai

berikut :

a) Mampu menjadi penggerak utama pembangunan perekonomian.

b) Mempunyai keterkaitan ke depan dan ke belakang kuat baik sesama komoditas

unggulan maupun komoditas lainnya.

c) Mampu bersaing dengan komoditas sejenis dari wilayah lain (harga, biaya produksi,

kualitas pelayanan).

d) Memiliki keterkaitan dengan wilayah lain baik dalam hal pasar maupun pasokan

bahan baku.

e) Mampu menyerap tenaga kerja

f) Dapat bertahan dalam jangka panjang.

Page 15: Kajian Potensi Unggulan BPMPT - garutkab.go.id

Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut

11

g) Pengembangannya harus mendapatkan berbagai dukungan (keamanan, sosial

budaya)

h) Produk ramah lingkungan.

Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa secara garis

besar, komoditas unggulan dapat dilihat dari berbagai aspek, diantaranya adalah

mampu menjadi penggerak pertumbuhan perekonomian suatu daerah/wilayah,

menyerap tenaga kerja, adanya kontinuitas produk terkait bahan baku, produk yang

ramah lingkungan,memiliki nilai tambah yang tinggi, mencerminkan kekhasan suatu

daerah, serta secara ekonomi menguntungkan dan bermanfaat untuk meningkatkan

pendapatan dan kemampuan SDM masyarakat.

2.3.1 Konsep Daya Saing Komoditas Unggulan

Secara umum kemampuan daya saing dapat ditentukan berdasarkan tiga sumber,

yaitu:

1. Keunggulan komparatif (comparative advantage), yaitu kemampuan daya saing

yang diperoleh dari kemampuan sumber daya input (resource) seperti ketersediaan

sumber daya yang besar, kemampuan ekspor yang tinggi, ketersediaan lahan yang

memadai dan lainnya.

2. Keunggulan kompetitif (competitive advantage), yaitu kemampuan daya saing yang

diperoleh dari kemampuan proses menciptakan keunggulan bersaing dengan

menggunakan sumber daya yang dimilikinya misalnya menciptakan keunikan

produk, memberikan manfaat yang lebih bagi pelanggan dan lainnya.

3. Keunggulan kooperatif (cooperative advantage), yaitu keunggulan daya saing yang

diperoleh dari kemampuan bekerjasama dengan pihak ketiga terutama pihak

penyalur dan distributor dalam menyalurkan barang kepada pelanggan. Dalam hal

ini sering disebut dengan konsep CRM (customer relationship management).

Menurut Simatupang (1991) serta Sudaryanto dan Simatupang (1993), konsep

keunggulan komparatif merupakan ukuran daya saing (keunggulan) potensial dalam

artian daya saing yang akan dicapai apabila perekonomian tidak mengalami distorsi

sama sekali. Komoditas yang memiliki keunggulan komparatif dikatakan juga memiliki

Page 16: Kajian Potensi Unggulan BPMPT - garutkab.go.id

Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut

12

efisiensi secara ekonomi. Lebih lanjut Simatupang (1995) mengemukakan bahwa

untuk meningkatkan daya saing produk pertanian dapat dilakukan dengan strategi

pengembangan agribisnis dalam konsep industrialisasi pertanian diarahkan pada

pengembangan agribisnis sebagai suatu sistem keseluruhan yang dilandasi prinsip-

prinsip efisiensi dan keberlanjutan di mana konsolidasi usaha tani diwujudkan melalui

koordinasi vertikal sehingga produk akhir dapat dijamin dan disesuaikan preferensi

konsumen akhir.

Keunggulan komparatif bersifat dinamis. Suatu negara yang memiliki keunggulan

komparatif di sektor tertentu secara potensial harus mampu mempertahankan dan

bersaing dengan negara lain. Keunggulan komparatif berubah karena faktor yang

mempengaruhinya.

Adapun konsep penciptaan daya saing lainnya dapat dilakukan dengan penciptaan

kompetensi inti industri daerah yang ditunjang oleh kemampuan dalam melakukan

regional marketing dan membangun jejaring (kerjasama antar daerah dan

internasional). Kompetensi inti dapat menjadi kunci keberhasilan kabupaten/kota

dalam menentukan arah pembangunan masa depan sesuai keunggulan daya saing

yang dimiliki.

2.4 Investasi

Investasi merupakan salah satu sektor pendukung kemajuan ekonomi disetiap negara.

Semua negara memiliki kekurangan dan kelebihan untuk saling mengisi antara satu

negara dengan negara lain. Untuk menutupi kekurangan serta memajukan

perekonomian suatu negara diantaranya melalui jalan investasi. Menurut Sukirno

(2000) kegiatan investasi yang dilakukan oleh masyarakat secara terus menerus akan

meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan

nasional dan meningkatkan taraf kemakmuran masyarakat. Peranan ini bersumber

dari tiga fungsi penting dari kegiatan investasi, yakni (1) investasi merupakan salah

satu komponen dari pengeluaran agregat, sehingga kenaikan investasi akan

meningkatkan permintaan agregat, pendapatan nasional serta kesempatan kerja; (2)

pertambahan barang modal sebagai akibat investasi akan menambah kapasitas

produksi; (3) investasi selalu diikuti oleh perkembangan teknologi.

Page 17: Kajian Potensi Unggulan BPMPT - garutkab.go.id

Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut

13

Menurut Ahli Ekonomi Investasi dapat diartikan sebagai penanaman modal. Investasi

memiliki peran yang sangat penting dalam perekonomian baik itu didalam negeri

ataupun diluar negeri disetiap tahunnya. Pengertian lain menurut Budhivaya bahwa

investasi merupakan kegiatan perekonomian/ perdagangan, yang sebagaimana

lazimnya suatu kegiatan perdagangan, maka tujuannya adalah untuk memperoleh

keuntungan. Sementara investasi menurut Fitz Gerald (1978) yaitu aktivitas yang

berkaitan dengan usaha penarikan sumber-sumber yang dipakai untuk mengadakan

modal barang pada saat sekarang ini. Barang modal tersebut akan menghasilkan aliran

produk baru di masa yang akan datang. Fitz Gerald juga mengungkapkan bahwa

investasi yaitu aktivitas yang berkaitan dengan usaha penarikan sumber-sumber untuk

dipakai mengadakan barang. Dari modal tersebut akan dihasilkan aliran produk baru di

masa yang akan datang. Menurut Jack Clark Francis (1991), Investasi adalah

penanaman modal yang diharapkan dapat menghasilkan tambahan dana pada masa

yang akan datang.

Penanaman modal baik modal dalam negeri dan utamanya modal asing sangat

diharapkan oleh suatu negara agar dapat mengolah kekayaaan alamnya yang masih

berupa bahan mentah, juga untuk memajukan perdagangan dan membangkitkan

berbagai kegiatan perekonomian, yang pada gilirannya tidak saja akan menaikkan

pendapatan masyarakat, namun secara bersamaan juga akan terjadi transfer ilmu

pengetahuan dan ketrampilan asing sehingga dapat meningkatkan kualitas tenaga

kerja serta masyarakat negara yang bersangkutan, demikian juga akan terjadi

peningkatan pendapatan negara dari sektor pajak serta retribusi dan sebagainya, yang

kesemuanya itu diharapkan akan meningkatkan kemakmuran suatu negara. Agar hal

tersebut dapat berjalan dengan baik, mengingat banyaknya kepentingan dari berbagai

pihak berkaitan dengan pelaksanaan investasi teresebut, maka dibentuk UU Nomor 25

Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal yang memuat ketentuan-ketentuan guna

menarik minat para investor serta memperlancar dan melindungi penanaman

modalnya, sekaligus di sisi lainnya juga dapat melinduingi kepentingan- kepentingan

nasional.

Page 18: Kajian Potensi Unggulan BPMPT - garutkab.go.id

Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut

14

2.4.1 Aspek- Aspek Kelayakan Investasi

Menurut Husein Umar (2003), belum ada keseragaman mengenai aspek-aspek bisnis

apa saja yang harus dikaji dalam rangka studi kelayakan bisnis. Dalam proses analisis

setiap aspek saling berketerkaitan antara satu aspek dengan aspek yang lainya.

Mengacu kepada konsep bisnis terdahulu aspek yang perlu diteliti adalah sebagai

berikut :

1. Aspek Pasar

Peranan aspek pasar dalam pendirian maupun perluasan usaha pada studi

kelayakan proyek maupun studi kelayakan bisnis merupakan variabel pertama atau

yang utama untuk mendapatkan perhatian. Terdapat dua masalah utama dalam

aspek pasar pengukuran pasar potensial saat sekarang dan pada saat yang akan

datang, pengertian dari pasar potensial adalah keseluruhan jumlah produk atau

sekelompok produk yang mungkin dapat dijual dalam pasar tertentu dalam priode

tertentu. Adapun karakteristik yang harus diperhatikan dalam aspek pasar yaitu

seperti:

a. Permintaan, baik secara total maupun diperinci menurut daerah, jenis

konsumen. Dalam hal ini pengukuran dan peramalan permintaan merupakan

pokok utama dalam aspek pasar, tujuan dari peramalan dan pengukuran

permintaan tersebut adalah usaha untuk mengurangi terjadinya hal yang

berlawanan antara keadaan yang sungguh-sungguh dengan apa yang menjadi

hasil peramalan. Disini juga perlu diperkirakan tentang proyeksi permintaan

tersebut.

b. Penawaran, diartikan sebagai berbagai kuantitas barang yang ditawarkan

dipasar pada berbagai tingkat harga. Penawaran yang timbul baik yang

berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Bagaimana

perkembangan dimasa lalu dan bagaimana perkiraan dimasa yang akan

datang. Adapun Faktor yang mempengaruhi penawaran ini seperti, harga

barang-barang lain, biaya factor produksi, tujuan perusahaan dan tingkat

teknologi.

c. Harga, dilakukan perbandingan dengan barang-barang import dalam negeri

lainnya.

d. Program pemasaran, mencakup strategi yang digunakan untuk mencapai

market share yang telah ditetapkan dan untuk keperluan ini perlu

diperhatikan kedudukan produk, dan segmen pasar yang direncanakan.

e. Perkiraan penjualan yang akan dicapai perusahaan, market share yang bisa

dikuasai perusahaan.

2. Aspek Teknis dan Produksi

Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses pembangunan

proyek secara teknis dan pengoperasiannya, pelaksanaan aspek teknis dilakukan

setelah evaluasi aspek pasar yang menunjukan adanya kesempatan pemasaran

yang memadai untuk jangka waktu yang relatif panjang. Disamping itu aspek teknis

menyangkut berbagai pertanyaan penting tentang : Apakah studi dalam pengujian

Page 19: Kajian Potensi Unggulan BPMPT - garutkab.go.id

Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut

15

terlebih dahulu pernah dilakukan, dan Apakah skala produksi yang dipilih sudah

optimal ? serta bagaimana dengan pemilihan lokasi perusahaan tersebut.

3. Aspek Manajemen

Manajemen berfungsi untuk aktivitas-aktivitas perencanaan, pengorganisasian,

pelaksanaan, dan pengendalian. Dalam menyusun suatu rencana hendaknya dapat

dikaji dari beberapa sisi, seperti sisi pendekatan pembuatan perencanaan, sisi

fungsi perencanaan, sisi jangka waktu pelaksanaan, setelah itu buatlah suatu

rekomendasinya. Disamping itu aspek manajemen bisa menyangkut tentang:

Manajemen dalam masa pembangunan proyek, siapa pelaksana proyek tersebut,

Manajemen dalam operasi, bentuk organisasi/badan usaha yang dipilih. Struktur

organisasi, jumlah tenaga kerja yang akan digunakan.

4. Aspek Hukum / Aspek Yuridis

Untuk menganalisa siapa pelaksanaan bisnis, tentunya hal ini menyangkut pada

badan usahanya dan orang-orang atau individu yang terlibat.

1. Bentuk badan usaha yang akan digunakan. Beberapa bentuk perusahaan di

Indonesia, dari segi yuridisnya ada:

a. Perusahaan perseorangan: jenis usaha ini merupakan perusahaan yang

diawasi dan dikelola oleh seorang.

b. Firma : suatu bentuk perkumpulan usaha yang didirikan oleh beberapa

orang dengan menggunakan nama bersama.

c. Perseroaan Comanditer (CV): merupakan suatu persekutuan yang didirikan

oleh beberapa orang yang masing-masing menyerahkan sejumlah uang

dalam jumlah yang tidak perlu sama.

d. Perusahaan Negara dimana usaha yang modalnya secara keseluruhan dari

Negara.

e. Koperasi: badan usaha yang bergerak dalam bidak ekonomi yang

bertujuan untuk meningkatkan kesejahtraan anggotanya .

2. Jaminan yang bisa disediakan kalau akan menggunakan dana pinjaman.

3. Berbagai akta, sertifikat izin yang akan digunakan.

5. Aspek Ekonomi dan Sosial

Pengaruh Investasi tersebut terhadap peningkatan penghasilan Negara. Sudah

jelas bahwa dengan bertumbuhnya bisnis dalam negeri akan menambah

pendapatan Negara misalnya dengan bertambahnya produksi dalam negeri maka

pendapatan seperti pajak, pembayaran listrik, pembayaran telepon akan

meningkat. Sedangkan disisi lain juga dapat memberikan penambahan

kesempatan kerja. Dalam hal ini bahwa proyek mampu meningkatkan

kesempatan tenaga kerja dan sekaligus ikut serta dalam pemerataan tenaga kerja

di negri. Bagaimana pengaruh investasi tersebut terhadap industri lain. Dengan

adanya proyek atau bisnis baru diharapkan tumbuh industri lain baik yang sejenis

maupun industry pendukung, bisa juga industri sebagai dampak positif adanya

kegiatan bisnis di daerah tersebut. Sedangkan dari segi Aspek bersifat sosial

Investasi bisnis hendaknya dapat berpengaruh positif pada masarakat sekitar,

tidak hanya berdampak pada peningkatan atau semakin baiknya kondisi

lingkungan seperti, jalan listrik, jembatan, dan lain-lain.

Page 20: Kajian Potensi Unggulan BPMPT - garutkab.go.id

Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut

16

6. Aspek Keuangan

Dalam pembahasan studi kelayakan ini aspek keuangan adalah merupakan suatu

aspek yang sangat menentukan berjalannya invetasi yang akan dilakukan. Karena

aspek keuangan dapat menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya

dan manfaat yang diharapkan, dengan cara membandingkan antara pengeluaran

dan pendapatan, seperti ketersediaan dana, biaya modal, kemampuan untuk

membayar kembali investasi yang telah dilakukan dalam waktu yang telah

ditentukan, serta dapat menilai apakah investasi tersebut berjalan sesuai dengan

yang diharapkan. Aspek keuangan juga dapat dikatakan sebagai dasar terlaksana

atau tidaknya suatu investasi yang diinginkan. Maka dari itu dalam menilai

investasi harus benar-benar memperhatikan dana yang tersedia apakah dapat

digunakan secara maksimal demi mencapai tujuan dari perusahaan. Dalam aspek

keuangan ini juga membicarakan bagaimana memperkirakan kebutuhan dana

yang digunakan untuk aktiva tetap maupun untuk modal kerja.

Sementara menurut Hasyim (2014) bahwa untuk menilai suatu investasi, hal- hal yang

harus diperhatikan adalah sebagai berikut:

1. Aspek Ekonomi dan Sosial

Studi aspek ekonomi dan sosial ini bertujuan untuk mengemukakan pengaruh

positif proyek/usaha terhadap perekonomian dan masyarakat sekitar proyek.

Pengaruh terhadap perekonomian perlu dilihat dari sisi lokal, regional, dan

nasional. Kajian paling tidak harus mengemukakan hal-hal berikut :

a) Pengaruh proyek terhadap penerimaan Negara (antara lain mencakup pajak

pertambahan nilai (PPN), pajak penghasilan (PPh), pajak impor, dan pajak

ekspor.

b) Kontribusi proyek terhadap penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah.

c) Kontribusi proyek terhadap penghematan devisa impor serta peningkatan

penerimaan devisa hasil ekspor.

d) Jasa-jasa umum yang dapat dinikmati manfaatnya oleh masyarakat, seperti

sarana jalan, tenaga listrik, sarana pemeliharaan kesehatan, saran olah raga,

sarana pelatihan dan pendidikan .

e) Kontribusi proyek terhadap perluasan kesempatan kerja dan alih teknologi,

serta pembinaan usaha kecil dalam bentuk perusahaan mitra binaan.

f) Kontribusi proyek terhadap proyek lainnya dalam pola hubungan input-output,

serta manfaat proyek untuk mengurangi ketergantungan kepada impor.

2. Aspek Pasar dan Pemasaran

Studi aspek pasar dan pemasaran adalah sangat penting artinya dalam studi

kelayakan itu akan merinci potensi penerimaan (arus kas masuk) selama usia

ekonomi proyek/usaha. Di samping itu, studi pasar akan memberikan gambaran

mengenai intensitas persaingan, informasi tentang kebutuhan dan keinginan

konsumen, pendapatan rata-rata calon konsumen. Dilain sisi kita juga akan

mengetahui seberapa jauh leading usaha kita dalam mengusai pasar dan

konsumen. Apalagi marketing plan dalam bisnis ini sudah ada dan sudah diatur

oleh para leader.

Page 21: Kajian Potensi Unggulan BPMPT - garutkab.go.id

Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut

17

3. Aspek Teknis dan Produksi

Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat modern dan rahasia

kapasitas proyek, lokasi, tata letak alat produksi, bentuk bangunan, kajian atas

bahan dan sumbernya, desain produk , dan analisis biaya produksi. Hal ini yang

perlu diketahui adalah :

a) Berapa besar kapasitas mesin pabrik atau peralatan produksi yang harus

diadakan, dengan memperhatikannya.

b) Pemodal perusahaan, jumlah , dan kemampuan pasokannya.

c) Studi alternatif lokasi dan usulan lokasi yang representatif. Usulan pemilihan

lokasi sebaiknya dilengkapi dengan pertimbangan teknis lokasi.

d) Desain produk, baik desain teknis maupun fungsionalnya. Desain teknis

diperlukan oleh pekerja sebagai pedoman pengerjaan.

e) Desain arus pengerjaan (Assembling or Flow Process Chart) yang berguna

sebagai pedoman penetapan tata letak pabrik .

f) Suku cadang

g) Studi dampak Lingkungan (AMDAL). Amdal adalah studi yang harus dibuat

sebagai kelengkapan dari evaluasi pendirian sebuah pabrik, Amdal akan

menjadi pedoman, bagaimana limbah ditangani sehingga tidak merusak

lingkungan.

4. Aspek Hukum

Dalam aspek hukum apakah suatu rencana usaha atau bisnis itu diyakini layak

atau tidaknya secara hukum, maka perlu dilihat dan dipelajari dari berbagai sisi

tertentu.Studi dalam aspek hukum ini, ide investasi yang saya jalankan harus

mampu merealisasikan berbagai hal yang berkaitan dengan masalah :

a) Legalitas

b) Kesepakatan

c) Hubungan industrial

d) Perizinan

e) Status perusahaan

f) Desain mengenai hak dan kewajiban pendiri

g) Pemegang saham

h) Tim management, dan

i) Karyawan

Adapun beberapa point yang telah disebutkan diatas, pokok point yang terpenting

dan yang harus dipenuhi terlebih dahulu adalah legalitas dan perizinan. Dimana

jika usaha/proyek yang kita jalani telah berbadan hukum da legal maka surat

perizinan dan point-ponit yang lainnya akan mengikuti juga.

5. Aspek Organisasi dan Manajemen

Studi mengenai aspek organisasi dan managemen ini adalah sangat penting dalam

perkembangan usaha/proyek yang akan kita jalankan, artinya terutama mengenai

:

a) Perumusan organisasi dan uraian tugas

b) Tata kerja selama proyek dalam fase pembangunan.

c) Perumusan organisasi

Page 22: Kajian Potensi Unggulan BPMPT - garutkab.go.id

Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut

18

d) Uraian tugas dan tata kerja seta hak dan kewajiban setiap individu organisasi

setalah proyek selesai dan memasuki fase operasi komersial.

Secara umum investasi akan masuk ke suatu daerah tergantung dari daya tarik

daerah tersebut terhadap investasi, dan adanya iklim investasi yang kondusif

dimana Keberhasilan daerah untuk meningkatkan daya tariknya terhadap

investasi salah satunya tergantung dari kemampuan daerah dalam merumuskan

kebijakan yang berkaitan dengan investasi dan dunia usaha serta peningkatan

kualitas pelayanan terhadap masyarakat. Kemampuan daerah untuk menentukan

faktor-faktor yang dapat digunakan sebagai ukuran daya saing perekonomian

daerah relatif terhadap daerah lainnya juga sangat penting dalam upaya

meningkatkan daya tariknya dan memenangkan persaingan (KPPOD, 2003).

Bank Dunia (2005a) menyatakan bahwa untuk menciptakan suatu iklim investasi,

diperlukan suatu kebijakan investasi yang mampu menangani paling tidak tiga hal

berikut: biaya, risiko, dan pembatasan bagi persaingan. Jika pemerintah tidak mampu

menekan biaya, meminimalkan resiko, dan membatasi persaingan, maka investasi baik

domestik maupun asing akan sulit untuk ditingkatkan.

Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah Regional Autonomy Watch

(KPPOD, 2003) merumuskan beberapa hal yang dapat mempengaruhi daya tarik

investasi suatu daerah, diantaranya :

1. Kelembagaan

Kelembagaan mencakup kapasitas pemerintah dalam menjalankan fungsi-fungsi

pemerintahan dalam hal perumusan kebijakan, pelayanan publik, kepastian dan

penegakan hukum, serta pembangunan daerah. Dalam hal ini kelembagaan terbagi

menjadi beberapa unsur, diantaranya:

a) Kepastian Hukum

Yang dimaksud dengan kepastian hukum adalah adanya konsistensi

peraturan dan penegakan hukum di daerah. Konsistensi peraturan

ditunjukkan dengan adanya peraturan yang dapat dijadikan pedoman

untuk suatu jangka waktu yang cukup, sehingga tidak terkesan setiap

pergantian pejabat selalu diikuti pergantian peraturan yang bisa saling

bertentangan. Sedangkan penegakan hukum dilihat dari kinerja aparat

penegak hukum dalam melakukan penegakan peraturan dan keputusan

sesuai dengan peraturan tanpa membedakan subyek hukum. Termasuk

Page 23: Kajian Potensi Unggulan BPMPT - garutkab.go.id

Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut

19

dalam unsur kepastian hukum adalah keberadaan pungutan liar diluar

birokrasi yang dapat terjadi baik di jalur distribusi maupun tempat

produksi. Hal lainnya yang menajdi perhatian dalam kepastian hukum

adalah hubungan antara eksekutif dan legislatif. Bilamana hubungan kedua

unsur pemerintahan itu terjalin baik maka akan kondusif bagi kepastian

hukum dalam pengertian luas (dalam praktik dunia usaha, aturan formal

bisa terabaikan ketika terjadi perselisihan antar kedua unsur

pemerintahan tersebut yang berimbas ke dunia usaha).

b) Aparatur dan Pelayanan

Yang dimaksud dengan aparatur adalah orang/pejabat atau pegawai

pemerintah daerah yang melaksanakan fungsi administrasi pemerintah daerah,

yaitu menyediakan pelayanan publik, infrastruktur fisik, serta merumuskan

peraturan berupa aturan main dari aktivitas dunia usaha dan investasi.

Indikator aparatur pemerintah daerah dalam hal ini adalah penggunaan

wewenang aparat pemerintah daerah dalam menjalankan peraturan.

Sedangkan dari sisi pelayanan yang diberikan aparatur pemerintah daerah

dilihat kejelasan rantai birokrasi dalam hal pengurusan perizinan dan hal-hal

lain terkait dengan dunia usaha serta perilaku aparat pemerintah daerah dalam

melakukan pelayanan.

c) Kebijakan Daerah / Peraturan Daerah

Pada prinsipnya peraturan/ kebijakan daerah adalah kerangka acuan/ aturan

main secara formal yang dibuat dan ditetapkan oleh pemerintah daerah dalam

mengatur aktivitas dunia usaha dan investasi. Kebijakan daerah dapat berupa

Peraturan Daerah (Perda) dan Keputusan Kepala Daerah (SK Bupati/ Walikota)

yang mengatur tentang Pajak dan Retribusi Daerah, prosedur pelayanan

kepada masyarakat, perizinan, dan lain-lain. Perda yang mengatur mengenai

prosedur palayanan terhadap dunia usaha/ investasi yang menarik para

investor antara lain yang memberikan kemudahan dalam birokrasi pelayanan

usaha, konsistensi kebijakan, harmonisasi antar produk, hukum, tidak adanya

hambatan- hambatan birokrasi dan sebagainya.

Peraturan yang memuat pungutan yang baik semestinya tidak hanya sekedar

ditujukan untuk peningkatan PAD tanpa mempertimbangkan prinsip-prinsip

ekonomi, filosofi pungutan dan dampak terhadap perekonomian

berkelanjutan.

Pelanggaran atas prinsip-prinsip tersebut merupakan distorsi bagi kegiatan

usaha dan investasi. Distorsi dari pungutan tersebut bisa terjadi pada harga

komoditas, hambatan lalu lintas perdagangan antar daerah; biaya produksi,

ekonomi biaya tinggi akibat pungutan berganda atau yang melampaui

kewajaran, dan sebagainya.

d) Keuangan Daerah

Yang dimaksud Keuangan Daerah dalam konteks ini adalah kebijakan,

strategi, dan teknik yang diterapkan oleh pemerintah daerah dalam upaya

untuk memperoleh dana, serta pembelanjaan atau pengalokasian dana-

dana tersebut untuk membiayai kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan

Page 24: Kajian Potensi Unggulan BPMPT - garutkab.go.id

Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut

20

fungsi atau tugas pemerintahan yang diemban oleh pemerintah daerah

(pelayanan, pembangunan, dan lain-lain). Kebijakan pemerintah daerah

dalam menggali dana dan mengelola dana yang telah mereka peroleh

untuk peningkatan perekonomian daerahnya tersebut tertuang dalam

APBD.

2. Kondisi Sosial Politik

Yang dimaksud dengan kondisi sosial politik daerah adalah berbagai dampak

atau akibat dari hubungan timbal balik antara segi kehidupan ekonomi

dengan segi kehidupan politik, antara segi hukum dan segi kehidupan agama,

segi kehidupan politik dan keamanan dan sebagainya. Unsur dalam sosial

politik terdiri dari :

a) Keamanan

Adalah situasi keamanan di daerah yang mempengaruhi kegiatan usaha/

investasi, yang dapat mendukung atau menghambat aktivitas usaha/ investasi

dan jaminan keselamatan jiwa maupun harta. Kondisi keamanan dapat dilihat

dari rasa aman dan tingkat gangguan keamanan terhadap dunia usaha maupun

terhadap lingkungan masyarakat tempat usaha, serta kecepatan aparat dalam

menanggulangi gangguan keamanan.

b) Sosial Politik

Kondisi sosial politik adalah keadaan di daerah yang merupakan hasil relasi

antar pranata- pranata dalam satu sistem sosial di daerah, baik antar pranata

politik dan pemerintahan, antar pranata sosial di masyarakat, maupun antar

pranata formal dalam pemerintahan maupun antara elemen-elemen

masyarakat. Beberapa aspek yang membentuk kondisi sosial politik daerah

diantaranya adalah: keterbukaan birokrasi terhadap partisipasi dunia usaha

dalam perumusan kebijakan yang menyangkut kepentingannya, konflik sosial

antar kelompok masyarakat, stabilitas politik dan kegiatan unjuk rasa.

c) Budaya Masyarakat

Budaya merupakan seperangkat ide atau gagasan yang dimiliki oleh

sekelompok orang dalam wilayah tertentu, yang mendasari atau mengilhami

perilaku atau tindakan orang, baik secara individu maupun kolektif dari

anggota kelompok tersebut. Yang diperlukan oleh investor yang akan masuk ke

suatu daerah adalah nilai-nilai budaya masyarakat yang terbuka terhadap

masuknya dunia usaha, adanya kondisi dimana masyarakat tidak antipati

terhadap suatu investasi usaha. Selain keterbukaan, perilaku nondiskriminatif

dari masyarakat setempat dengan perlakuan yang sama kepada semua orang

tanpa membedakan asal usul, ras, agama, gender dalam kegiatan di setiap

sektor. Etos kerja masyarakat, dalam pengertian kemauan kerja keras,

persaingan untuk berprestasi, jujur dan mau/ mudah untuk dibina; juga

menjadi pertimbangan investor untuk membuka usaha di suatu daerah. Bila

masyarakat setempat mempunyai etos kerja yang baik, maka akan

Page 25: Kajian Potensi Unggulan BPMPT - garutkab.go.id

Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut

21

memudahkan investor dalam rekrutmen pekerja tanpa harus mendatangkan

tenaga kerja dari luar daerah tersebut. Hal lain yang juga dipertimbangkan oleh

investor adalah adat istiadat, khususnya adat istiadat masyarakat setempat

yang tidak mengganggu produktivitas usaha.

3. Kondisi Ekonomi Daerah

Merupakan ukuran kinerja sistem ekonomi daerah secara makro. Perekonomian

daerah mencakup beberapa hal, antara lain variabel utama makro ekonomi

(seperti total output/ PDRB, tingkat harga dan kesempatan kerja) yang

membentuk struktur ekonomi daerah. Perekonomian daerah digunakan untuk

mengukur daya dukung potensi ekonomi, (ketersediaan sumber daya alam, dan

lain-lain), serta struktur ekonomi terhadap kegiatan usaha/ investasi.

a) Potensi Ekonomi

Potensi ekonomi daerah: mencakup potensi fisik dan non fisik suatu daerah/

wilayah seperti penduduk/ manusia, sumber daya alam, sumber daya buatan

dan sumber daya sosial. Faktor penduduk yang dianalisis dalam kaitannya

dengan daya tarik investasi daerah, pertama adalah kemampuan masyarakat

untuk memenuhi kenutuhan hidupnya, yang dilihat dari PDRB per kapita.

PDRB per kapita merupakan nilai PDRB atas dasar harga berlaku dibagi

jumlah penduduk di suatu daerah. Kedua, potensi ekonomi dilihat dari laju

pertumbuhan ekonomi, yaitu rata- rata pertumbuhan nilai PDRB atas dasar

harga konstan dari suatu periode/ tahun terhadap periode/ tahun

sebelumnya. Indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM) digunakan

sebagai identifikasi potensi ekonomi yang menggambarkan kemampuan

masyarakat setempat dalam cakupan yang luas.

b) Struktur Ekonomi

Nilai tambah bruto seluruh sektor kegiatan ekonomi yang terjadi di suatu

daerah, digunakan untuk melihat struktur ekonomi daerah yang

bersangkutan. Basis struktur perekonomian terlihat dari kontribusi sektor-

sektor ekonomi tertentu terhadap nilai bruto seluruh sektor yang ada di

daerah tersebut (nilai tambah sektoral). Berdasarkan kontribusi sektoral

tersebut dapat dilihat apakah struktur ekonomi daerah yang bersangkutan

berbasis sumber daya alam (primer), sudah terbiasa dalam kegiatan

ekonomi produktif dan industrialisasi (sekunder), dan pada perdagangan,

jasa dan perbankan (tersier). Indikator-indikator struktur ekonomi tersebut

penting bagi investor untuk mengetahui kegiatan ekonomi yang telah

berkembang di daerah yang bersangkutan.

4. Tenaga Kerja dan Produktivitas

Tenaga kerja merupakan faktor produksi yang sangat penting dalam

pembentukan nilai tambah suatu kegiatan ekonomi. Selain itu pekerja yang

Page 26: Kajian Potensi Unggulan BPMPT - garutkab.go.id

Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut

22

merupakan sumber daya manusia adalah komponen utama dari pembangunan

karena pelaku utama pembangunan adalah manusia. Untuk melihat gambaran

tentang berapa besar nilai tambah suatu kegiatan ekonomi yang diberikan

oleh setiap pekerja pada suatu kegiatan ekonomi dapat dilihat dengan

menghitung produktivitas tenaga kerja. Beberapa hal yang berhubungan

dengan ketenagakerjaan yang dapat mempengaruhi daya tarik terhadap

investasi adalah:

a) Ketersediaan Tenaga Kerja

Untuk kegiatan investasi/ usaha diperlukan adanya tenaga kerja yang cukup

tersedia, baik yang belum berpengalaman maupun yang sudah

berpengalaman. Tenaga kerja tersebut dapat diperoleh dari daerah yang

bersangkutan atau dengan mendatangkan dari daerah lain. Ketersediaan

tenaga kerja yang dibutuhkan oleh sebuah kegiatan usaha dilihat dari rasio

jumlah penduduk usia produktif, rasio pencari kerja terhadap angkatan

kerja; maupun tenaga kerja dengan basis pendidikan minimal SLTP yang

sudah memiliki pengalaman kerja.

b) Biaya Tenaga Kerja

Yaitu tingkat kompensasi untuk pekerja secara keseluruhan sebagai biaya

yang dikeluarkan oleh pengusaha, yang biasanya merupakan upah atau

gaji untuk pekerjanya. Pedoman normatif pengupahan yang ditetapkan

pemerintah UMP/UMK menjadi faktor penting bagi pengusaha dalam

mengkalkulasi bisnisnya. Selain panduan normatif yang ada, investor juga

membutuhkan ‘pasar’ upah yang berlaku di daerah yang bersangkutan

berupa upah yang sebenarnya diterima oleh para pekerja yang mungkin

bisa lebih atau lebih rendah dari UMP/ UMK; asumsinya semakin kecil

upah menjadi semakin menarik bagi investor.

c) Produktivitas Tenaga Kerja

Produktivitas tenaga kerja merupakan salah satu indikator ketenagakerjaan

yang dikaitkan dengan faktor ekonomi. Secara makro hanya dapat diperoleh

produktivitas rata-rata pada sektor- sektor ekonomi agregatif, bukan

besarnya produksi barang dan jasa tetapi besarnya pertumbuhan ekonomi

(PDRB). Produktivitas diukur berdasarkan besarnya PDRB di sektor tertentu

dibagi dengan jumlah pekerja disektor tersebut. Metode ini banyak

kelemahan dan kurang akurat, namun demikian cara pengukuran seperti ini

masih memadai untuk menunjukkan kecenderungan produktivitas

kesempatan kerja.

5. Infrastruktur Fisik

Yang dimaksud dengan infrastruktur fisik adalah berbagai instalasi dan

kemudahan dasar (terutama sistem transportasi, komunikasi dan listrik), yang

diperlukan oleh masyarakat dalam melakukan aktivitas perdagangan dan

Page 27: Kajian Potensi Unggulan BPMPT - garutkab.go.id

Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut

23

kelancaran pergerakan orang, barang, dan jasa dari satu daerah ke daerah lain

atau ke negara lain dalam suatu kegiatan usaha. Faktor infrastruktur fisik

dibagi menjadi dua yaitu:

a) Ketersediaan Infrastruktur Fisik

Untuk kelancaran kegiatan usaha perlu didukung oleh ketersediaan

infrastruktur fisik seperti jalan raya, kereta api, pelabuhan laut dan udara,

sarana komunikasi (telpon), dan sumber energi (listrik).

b) Kualitas dan Akses terhadap Infrastruktur Fisik

Infrastruktur fisik yang tersedia belum tentu menjamin kelancaran kegiatan

usaha. Untuk itu infrastruktur yang tersedia juga harus berada dalam kondisi

baik. Kualitas infrastruktur selain memperlihatkan kondisi fisiknya yang siap

dan layak untuk digunakan juga ditunjukkan dengan kemudahan akses

terhadap infrastruktur yang ada.

Page 28: Kajian Potensi Unggulan BPMPT - garutkab.go.id

Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut

24

BAB 3

METODOLOGI

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan rencana dan struktur penelitian yang dibuat sedemikian

rupa agar diperoleh jawaban atas pertanyaan-pertanyaan penelitian. Rencana

penelitian merupakan program menyeluruh dari suatu penelitian yang akan dilakukan

oleh peneliti (Cooper, et.al, 2006).

Desain penelitian yang dipergunakan dalam kajian ini adalah descriptive analysis.

Desain ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang gejala-gejala yang diteliti

pada saat sekarang. Dari hasil gambaran tersebut, selanjutnya dicari jawaban bagi

pemecahan masalah atau fenomena-fenomena yang ada. Penelitian deskriptif ada

hubungannya dengan pemaparan suatu fenomena atau hubungan antara dua atau

lebih fenomena. Penelitian deskriptif menggunakan teknik survei (Iskandar, 2001)

yaitu penelitian yang bertujuan menggambarkan keadaan nyata di lapangan secara

sistematik dan akurat menyangkut fakta-fakta dari objek penelitian serta pengamatan

terhadap akibat yang terjadi dan mencari fakta yang mungkin menjadi penyebabnya

melalui data tertentu yang dilengkapi dengan pemecahan masalah sesuai dengan

tujuan penelitian yang dilaksanakan.

Penelitian ini diharapkan dapat memperoleh gambaran secara sistematis, faktual dan

akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diteliti.

Setelah mendapatkan permasalahan dan dukungan yang ada, desain penelitian ini

juga diharapkan mampu memberikan solusi terhadap permasalahan yang didukung

dengan metode dan analisis yang berkesesuaian dengan tujuan penelitian.

3.2 Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data dalam penelitian ini digunakan teknik pengumpulan data:

1. Studi kepustakaan, yaitu mempelajari teori, aturan-aturan atau dokumen-dokumen

tertulis yang ada kaitannya dengan materi yang dikaji. Sumber pustaka juga dapat

Page 29: Kajian Potensi Unggulan BPMPT - garutkab.go.id

Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut

25

digunakan untuk mendukung data objek penelitian sebagai data sekunder

penelitian (data BPS atau penyedia data lainnya).

2. Observasi yaitu cara pengumpulan data melalui pengamatan langsung terhadap

objek-objek yang diteliti. Kegiatan ini dilakukan untuk mendapatkan permasalahan

serta data pendukung dalam kegiatan penelitian.

3. Wawancara pengumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaan serta

berkomunikasi langsung dengan pihak-pihak tertentu yang berkompeten. Hal ini

dilakukan sebagai dasar untuk menentukan tahapan serta pencarian informasi

mengenai penyelesaian masalahan sesuai dengan tujuan penelitian yang

dilaksanakan.

Dalam rangka mendapatkan gambaran untuk melakukan analisa maka data yang

digunakan adalah: yaitu data primer dan data sekunder. Adapun data primer

diperoleh dengan cara wawancara mendalam (in-depth interview) terhadap Dinas

Perindustrian, Perdagangan, Badan Penanaman Modal, Dinas Pertanian dan

Perkebunan, Dinas Perikanan dan Kelautan, Kehutanan, Dinas Pariwisata, Dinas

Pertambangan, Bappeda, Pelaku Usaha, Akademisi dan instansi terkait lainnya. Data

sekunder diperoleh dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Badan Pusat Statistik,

Bappeda dan instansi terkait.

3.3 Teknik Analisis Data

Teknik analisis dilakukan dengan cara deskriptif terhadap arah pengembangan

penanaman modal di wilayah Kabupaten Garut yang ditetapkan berdasarkan potensi

/peluang investasi unggulan yang ada, tinjauan terhadap tantangan daerah pada masa

sekarang dan yang akan datang serta kesesuaian dengan RUPM RI, RUPM Provinsi

Jawa Barat, RPJMD dan RTRW Kabupaten Garut.

Pada kajian ini dibutuhkan berbagai analisis untuk mencapai sasaran dan tujuan

penelitian. Teknik analisis ini dibuat dengan harapan mampu menjelaskan mengenai

hasil penelitian yang berorientasi pada:

a) Keunggulan di wilayah Kabupaten Garut.

b) Penetapan Potensi/peluang investasi di wilayah Kabupaten Garut.

Page 30: Kajian Potensi Unggulan BPMPT - garutkab.go.id

Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut

26

Adapun Teknik analisis data yang digunakan adalah :

1. Metode Cut -Off Point

Sebuah nilai cut -off menggambarkan hasil standar dalam pemilihan proses dengan

mengidentifikasi faktor-faktor yang memenuhi syarat secara objektif. Dalam

menentukan nilai cut -off pengambil keputusan menentukan level yang harus

dimiliki oleh faktor yang akan diolah dalam pengolahan data selanjutnya. Nilai cut-

off dikumpulkan dari sekumpulan orang yang mempunyai pemahaman yang baik

tentang posisi atau jabatan yang akan dinilai dan level hasil pekerjaan yang

diharapkan. Biasanya atasan adalah orang yang cocok untuk memberikan nilai cut -

off.

Langkah-langkah yang dilakukan untuk memastikan tingkat kepentingan kriteria

adalah sebagai berikut:

a. Membagikan kuesioner yang berisikan kriteria-kriteria ke sejumlah pengambil

keputusan (PK) yang sudah memiliki pengalaman di bidang investasi untuk

memberikan penilaian.

b. Penilaian terhadap kriteria-kriteria yang ada dibagi menjadi 3, yaitu:

1) Elemen yang dinilai sangat penting (very important) diberi skor 3

2) Elemen yang dinilai cukup penting (somewhat important) diberi skor 2

3) Elemen yang dinilai tidak penting (not important) diberi skor 1

c. Seluruh penilaian pengambil keputusan (PK) kemudian dikumpulkan dan

kemudian dihitung nilai rata-rata untuk tiap kriteria.

d. Nilai rata-rata ini adalah nilai untuk masing-masing kriteria, kemudian seluruh

kriteria diurutkan dari nilai tertinggi sampai nilai terendah.

e. Perhitungan cut -off dengan menggunakan rumus:

Natural cut- off point = max score + min score/2

f. Kriteria- kriteria yang memiliki nilai dibawah cut- off point akan dibuang dari

perhitungan dan model Analytical Hierarchy Proccess (AHP).

2. Teknik Analytical Hierarchy Proccess (AHP)

Untuk mengetahui komoditas unggulan, Alat analisis yang digunakan adalah AHP

(Analytical Hierarchy Proccess). dilakukan melalui analisis deskriptif dengan

mempertimbangkan beberapa variable sebagai pembobot sesuai dengan

Page 31: Kajian Potensi Unggulan BPMPT - garutkab.go.id

Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut

27

karakteristik komoditas unggulan yang ingin dihasilkan. Variabel pembobot

tersebut adalah:

a) Mampu memberikan pengaruh besar terhadap perekonomian di suatu wilayah

dan menumbuhkan daya beli.

b) Berbasis pada sumber daya lokal.

c) Dari segi permintaan besar dan semakin kuat.

d) Mampu menggerakan output sektor-sektor lainnya.

Bobot yang lebih besar dari suatu indikator menunjukkan indikator tersebut lebih

penting dibandingkan dengan indikator lainnya dalam menentukan komoditas

unggulan suatu daerah. Dengan memasukkan unsur persepsi maka metode AHP

dapat mengatasi kelemahan utama pada metode pengambilan keputusan yang

selama ini sering dikenal dengan kelemahan dalam mengubah data kualitatif ke

dalam bentuk kuantitatif. Selain itu AHP juga mampu memberikan prioritas

alternatif dan melacak ketidakkonsistenan dalam pertimbangan dan preferensi

seorang responden (Saaty, 2002).

3.4 Lokasi dan Jadwal Penelitian

Lokasi penelitian adalah Wilayah Kabupaten Garut. Adapun jadwal penelitian

direncanakan 3 bulan, sejak bulan Oktober sampai dengan bulan Desember tahun

2015 dengan jadwal kegiatan sebagai berikut:

Tabel 3.1

Jadwal Penelitian

No Uraian Kegiatan 2015

Okt Nov Des

1 Mobilisasi Tenaga Ahli

2 Penyerahan Laporan Pendahuluan

3 Penyerahan Laporan Antara

4 Penyerahan Draft Laporan Akhir

5 Penyerahan Laporan Akhir

Page 32: Kajian Potensi Unggulan BPMPT - garutkab.go.id

Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut

28

BAB 4

PROFIL KABUPATEN GARUT

4.1 Gambaran Umum Kabupaten Garut

4.1.1 Kondisi Geografis

Secara administratif, sampai dengan tahun 2014 Kabupaten Garut mempunyai jumlah

kecamatan sebanyak 42 kecamatan, 21 kelurahan dan 421 desa. Terakhir kali pada tahun

2011telah melakukan penambahan jumlah desa sebanyak 11 (sebelas) desa sesuai

dengan Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 12 s.d. 22 Tahun 2011. Kecamatan

Cibalong merupakan kecamatan yang mempunyai wilayah terluas mencapai 6,97% dari

wilayah Kabupaten Garut atau seluas 21.359 Ha, sedangkan kecamatan Kersamanah

merupakan wilayah terkecil dengan luas 1.650 Ha atau 0,54%. Sebagai gambaran umum

berikut ini disajikan tabel mengenai jumlah kecamatan beserta jumlah desa/kelurahan.

Tabel 1.1

Nama Kecamatan dan Jumlah Desa/Kelurahan

No Nama

Kecamatan

Jumlah

Desa/Kel

No Nama Kecamatan

Jumlah

Desa/Kel 1 Cisewu 9 desa 22 Samarang 13 desa

2 Caringin 6 desa 23 Pasirwangi 12 desa

3 Talegong 7 desa 24 Tarogong Kidul 7 desa 5 kel

4 Mekarmukti 5 desa 25 Tarogong Kaler 12 desa 1 kel

5 Bungbulang 13 desa 26 Garut Kota 11 kel

6 Pamulihan 5 desa 27 Karangpawitan 16 desa 4 kel

7 Pakenjeng 13 desa 28 Wanaraja 9 desa

8 Cikelet 11 desa 29 Pangatikan 8 desa

9 Pameungpeuk 8 desa 30 Sucinaraja 7 desa

10 Cibalong 11 desa 31 Sukawening 11 desa

11 Cisompet 11 desa 32 Karangtengah 4 desa

12 Peundeuy 6 desa 33 Banyuresmi 15 desa

13 Singajaya 9 desa 34 Leles 12 desa

14 Cihurip 4 desa 35 Leuwigoong 8 desa

15 Banjarwangi 11 desa 36 Cibatu 11 desa

16 Cikajang 12 desa 37 Kersamanah 6 desa

Page 33: Kajian Potensi Unggulan BPMPT - garutkab.go.id

Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut

29

No Nama

Kecamatan

Jumlah

Desa/Kel

No Nama Kecamatan

Jumlah

Desa/Kel 17 Cilawu 18 desa 38 Cibiuk 5 desa

18 Bayongbong 18 desa 39 Kadungora 14 desa

19 Cigedug 5 desa 40 Bl Limbangan 14 desa

20 Cisurupan 17 desa 41 Selaawi 7 desa

21 Sukaresmi 7 desa 42 Malangbong 24 desa

Sumber : BPMPD, Tahun 2012

Kondisi umum Kabupaten Garut dapat digambarkan sebagai berikut :

a) Letak Geografis dan Wilayah Administrasi

Kabupaten Garut sebagaimana Permendagri Nomor 6 Tahun 2008 tentang Kode dan

Data Wilayah Administrasi Pemerintahan memiliki luas sebesar 307.407 Ha, dengan

ibukota kabupaten berada pada ketinggian 717 mdpl dikelilingi oleh Gunung Karacak

(1838 m), Gunung Cikuray (2821 m), Gunung Papandayan (2622 m), dan Gunung

Guntur (2249 m) dan secara geografis wilayahnya terletak pada koordinat 6056’49” –

7045’00” Lintang Selatan dan 107025’8” – 10807’30” Bujur Timur.

Gambar 1.1

Kondisi Geografis Wilayah Kabupaten Garut

Page 34: Kajian Potensi Unggulan BPMPT - garutkab.go.id

Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut

30

b) Iklim dan Curah Hujan

Kabupaten Garut beriklim tropis basah (humid tropical climate), dimana menurut hasil

studi data sekunder, iklim dan cuaca itu dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu : 1)

pola sirkulasi angin musiman (monsoonal circulation pattem), 2)topografi regional yang

bergunung-gunung di bagian tengah Jawa Barat, dan 3) elevasi topografi dengan curah

hujan yang cukup tinggi rata-rata setiap tahun berkisar antara 2.589 mm dengan bulan

basah 9 bulan berturut-turut dan bulan kering berkisar 3 bulan berturut-turut,

sedangkan di sekelilingnya terdapat daerah pegunungan dengan ketinggian mencapai

3.500-4.000 meter di atas permukaan laut dengan variasi temperatur bulanan berkisar

antara 240C - 270 C.

c) Sumber Daya Lahan

1) Topografi

Karakteristik topografi Kabupaten Garut beragam. Daerah sebelah Utara, Timur dan

Barat secara umum merupakan daerah dataran tinggi dengan kondisi alam berbukit-

bukit dan pegunungan, sedangkan kondisi daerah sebelah Selatan sebagian besar

permukaan tanahnya memiliki kemiringan yang relatif cukup curam dan di beberapa

tempat labil. Kabupaten Garut mempunyai ketinggian tempat yang bervariasi antara

wilayah yang paling rendah, yang sejajar dengan permukaan laut hingga wilayah

tertinggi di puncak gunung. Wilayah yang berada pada ketinggian 1.000 - 1.500

mdpl terdapat di kecamatan Cikajang, Pakenjeng, Pamulihan, Cisurupan dan

Cisewu. Wilayah yang berada pada ketinggian 500 - 1.000 mdpl terdapat di

kecamatan Pakenjeng dan Pamulihan. Wilayah yang terletak pada ketinggian 100-

500 mdpl terdapat di Kecamatan Cibalong, Cisompet, Cisewu, Cikelet dan

Bungbulang serta wilayah yang terletak didataran rendah pada ketinggian kurang

dari 100 mdpl terdapat di Kecamatan Cibalong dan Pameungpeuk.

Wilayah Kabupaten Garut mempunyai kemiringan lereng yang bervariasi antara 0–

2% sebesar 10,51% atau 32.229 Ha, kemiringan lahan antara 2 –15% adalah seluas

38.097 Ha atau seluas 12,43%, kemiringan lahan antara 15–40% adalah seluas

Page 35: Kajian Potensi Unggulan BPMPT - garutkab.go.id

Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut

31

110.326 Ha atau sebesar 35,99%. Lahan dengan kemiringan di atas 40% adalah

seluas 125.867 Ha atau sebesar 41,06%.

2) Jenis Tanah

Akibat pengaruh adanya daerah pegunungan, daerah aliran sungai dan daerah

dataran rendah pantai, maka tingkat kesuburan tanah di Kabupaten Garut

bervariasi. Secara umum jenis tanahnya terdiri dari tanah sedimen hasil letusan

gunung berapi Papandayan dan Gunung Guntur, dengan bahan induk batuan turf

dan batuan kuarsa. Pada daerah sepanjang aliran sungai, terbentuk jenis tanah

aluvial yang merupakan hasil sedimentasi tanah akibat erosi di bagian hulu. Jenis

tanah podsolik merah kekuning-kuningan, podsolik kuning dan regosol merupakan

bagian paling luas dijumpai di wilayah Kabupaten Garut, terutama di wilayah Garut

Selatan, sedangkan Garut bagian Utara didominasi oleh jenis tanah andosol.

3) Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan di Kabupaten Garut sampai tahun 2014 sebagian besar

merupakan Tegal/Kebun mencapai 51.947 Ha atau 20,21%, kemudian berupa Lahan

Bukan Pertanian dengan luas 53.315 Ha atau 17,39%. Lahan Bukan Sawah berupa

tambak, kolam, empang, hutan negara, dan lain-lain menempati peringkat ketiga

dengan luas 51.129 Ha atau 16,68%, disusul kemudian berupa Ladang/Huma

dengan luas 40.170 Ha atau 13,11%, Sawah Irigasi dengan luas 36.813 Ha atau

12,01%, Perkebunan dengan luas 27.657 Ha atau 9,02%, Hutan Rakyat dengan luas

18.205 Ha atau 5,94%, dan sisanya berupa Sawah Tadah Hujan, Padang/Rumput,

Sementara tidak diusahakan dengan luas lahan di bawah 5%. Untuk tahun 2014

terjadi alih fungsi lahan seluas 241 Ha, dengan rincian sebagai berikut:

a) luas lahan sawah di beberapa kecamatan beralih ke lahan bukan sawah dan

bukan pertanian, diantaranya: Kecamatan Sukaresmi berkurang 16 Ha,

Kecamatan Samarang berkurang 370 Ha, Kecamatan Pasirwangi berkurang 65

Ha, Kecamatan Tarogong Kidul berkurang 4 Ha, Kecamatan Garut Kota

berkurang 15 Ha, Kecamatan Karangtengah berkurang 12 Ha;

Page 36: Kajian Potensi Unggulan BPMPT - garutkab.go.id

Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut

32

b) adanya akurasi data lahan sawah di lapangan sehingga luas lahan sawah

bertambah, yaitu: Kecamatan Sukawening bertambah 143 Ha, Selaawi

bertambah 68 Ha, dan Cisompet bertambah 30 Ha.

Tabel 1.2

Luas Lahan Menurut Penggunaan di Kabupaten Garut

Tahun 2013-2014

Rincian 2013 2014

Ha % Ha % I Sawah 48.541 48.300

- Sawah Irigasi * 37.204 12,13 36.813 12,01

- SawahTadah Hujan * 11.337 3,70 11.487 3,75

II Lahan Bukan Sawah 200.007 204.904

Tegal/Kebun 63.774 20,79 61.947 20,21

Ladang/Huma 37.554 12,24 40.170 13,11

Perkebunan 26.523 8,65 27.657 9,02

Hutan Rakyat 11.946 3,89 18.205 5,94

Padang/Rumput 4.642 1,77 5.568 1,82

Sementara tdk diusahakan 407 0,13 228 0,07

Lainnya (tambak, kolam, empang, hutan

negara, dll) 55.161 17,80 51.129 16,68

III Lahan Bukan Pertanian 57.971 53.315

Jalan, pemukiman, perkantoran, sungai dll 57.971 18,90 53.315 17,39

Jumlah 306.519 100,00 306.519 100,00

Sumber : Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kab. Garut,Tahun 2013-2014

4.1.2 Kondisi Sumber Daya Alam

Wilayah Kabupaten Garut memiliki potensi berbagai jenis sumberdaya alam yang

terbaharukan maupun yang tidak terbaharukan yang cukup besar dan bervariasi, terdiri

dari sumber daya air, panas bumi, mineral dan bahan tambang, serta energi baru dan

terbarukan lainnya seperti mikrohidro, surya dan angin. Dari potensi tersebut, sudah

dilakukan upaya penelitian yang diindikasikan dengan kegiatan eksplorasi sumber daya

mineral dan energi oleh berbagai pihak, seperti Pemerintah Kabupaten Garut,

Perusahaan-perusahaan swasta, instansi lainnya maupun oleh Pemerintah Kabupaten

Garut sendiri. Bahkan di beberapa lokasi sudah dilaksanakan kegiatan eksploitasi untuk

sumber daya mineral dan kegiatan pembangunan untuk mengembangkan potensi sumber

daya energi, seperti panas bumi dan energi baru dan terbarukan, yaitu Pembangkit Listrik

Tenaga Mikrohidro (PLTMH) dan energi panas bumi.

Page 37: Kajian Potensi Unggulan BPMPT - garutkab.go.id

Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut

33

Khusus di wilayah Garut Selatan, telah terindikasi adanya kandungan sumber daya

mineral berupa emas, bijih besi dan pasir besi, dengan kandungan untuk bijih besi dan

pasir besi Fe total 50% s.d. 60%, sementara itu untuk sumber daya panas bumi di

Kabupaten Garut terdapat 6 (enam) lokasi manifestasi panas bumi. Khusus di Darajat,

potensi panas bumi mencapai 350 MW. Sumber daya panas bumi tersebut sudah

dikembangkan untuk tenaga listrik sebesar 225 MW. Potensi panas bumi ini sangat besar

prospeknya untuk dikembangkan terutama bagi pembangkit listrik khususnya untuk

keperluan industri.

Berdasarkan arah alirannya, sungai-sungai di wilayah Kabupaten Garut dibagi menjadi dua

Daerah Aliran Sungai (DAS), yaitu Daerah Aliran Utara yang bermuara di Laut Jawa dan

Daerah Aliran Selatan yang bermuara di Samudera Indonesia. Daerah Aliran Selatan pada

umumnya relatif pendek, sempit dan berlembah-lembah dibandingkan dengan Daerah

Aliran Utara. Daerah Aliran Utara merupakan DAS Cimanuk Bagian Utara, sedangkan

Daerah Aliran Selatan merupakan DAS Cikaengan dan Sungai Cilaki. Di wilayah Kabupaten

Garut terdapat 33 buah sungai dan 101 anak sungai, dengan panjang sungai seluruhnya

1.397,34 Km, dimana sepanjang 92 Km diantaranya merupakan panjang aliran Sungai

Cimanuk dengan 58 buah anak sungai.

Sedangkan untuk sumber daya alam bahan tambang yang potensial untuk dikembangkan

di Kabupaten Garut adalah berupa bahan galian golongan C dan beberapa bahan lain.

Sektor ini merupakan sektor yang cukup potensial untuk dikembangkan mengingat masih

banyaknya lokasi-lokasi potensial yang belum tereksploitasi. Berdasarkan hasil eksplorasi

maupun penelitan, potensi sumberdaya mineral dan batu bara sebagai potensi lokal

Kabupaten Garut terbagi kedalam 3 (tiga) kategori sebagai berikut :

Terukur yaitu cadangan sumberdaya mineral yang sudah diketahui dengan pasti, baik

kualitas, penyebaran, bentuk dan ukuran dalam jumlah yang dimiliki, tingkat

kepercayaan sebesar 80 – 85% dari seluruh cadangan yang ada sekitar (8 jenis

mineral);

Terindikasi yaitu cadangan sumberdaya mineral yang telah diselidiki dengan tingkat

keyakinan 50 – 65% dari total yang diindikasikan (8 jenis mineral);

Page 38: Kajian Potensi Unggulan BPMPT - garutkab.go.id

Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut

34

Terhipotesa yaitu cadangan sumberdaya mineral yang sudah diketahui batas

penyebarannya dan ukuran suatu bentuk cadangannya dengan tingkat keyakinan

perolehannya 20 – 30% dari cadangan terhipotesa.

Pada sektor energi terutama mengenai kelistrikan, masih banyak rumahtangga khususnya

pada wilayah-wilayah yang secara geografis tidak memungkinkan dapat dijangkau oleh

PLN. Di sisi lain, karena berada di garis khatulistiwa, Kabupaten Garut mendapatkan

penyinaran matahari yang relatif stabil sepanjang tahun dengan kondisi yang sedikit lebih

tinggi pada musim kemarau, rata-rata potensi radiasi penyinaran matahari mencapai 4,82

kwh/m2 merupakan alternatif energi listrik terutama pada wilayah tersebut. Selain

potensi energi tersebut, Kabupaten Garut juga memiliki potensi energi panas bumi cukup

besar yang diperkirakan mencapai total 1045 MW. Sumber energi panas bumi dapat

dimanfaatkan baik secara langsung maupun tidak langsung. Sebagai energi terbarukan,

panas bumi dapat diandalkan sebagai pasokan jangka panjang. Disamping pembangkit

tenaga listrik, energi ini dapat dimanfaatkan untuk pengeringan hasil pertanian,

pengawetan hasil perikanan dan pariwisata. Pengusahaan komersial pemanfaatan secara

langsung baru sebatas untuk terapi dan rekreasi seperti di Cipanas, sedangkan

pemanfaatan tidak langsung untuk pembangkit listrik baru dikembangkan di daerah

Darajat.Hal ini tentu saja menjadikan peluang untuk pengembangan di masa mendatang.

Potensi pengembangan energi lainnya yaitu sumber daya air sungai Cibatarua kecamatan

Pamulihan, Cirompang kecamatan Bungbulang dan Cimerak kecamatan Cibalong dengan

kapasitas antara19,57 kW- 277,5 kW.

4.1.3 Kondisi Demografi Penduduk

Jumlah Penduduk Kabupaten Garut pada tahun 2013 berdasarkan data Badan Pusat

Statistik Kabupaten Garut sebanyak 2.502.410 jiwa (angka sementara), yang terdiri dari

laki-laki sebanyak 1.262.697 jiwa dan perempuan sebanyak 1.239.713 jiwa, meningkat

1,02% dari tahun 2012 sebanyak 2.477.114 jiwa. Selama periode Tahun 2009-2013, Laju

Pertumbuhan Penduduk (LPP) Kabupaten Garut mengalami tren yang relatif stabil

Page 39: Kajian Potensi Unggulan BPMPT - garutkab.go.id

Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut

35

berkisar antara 1,02% - 1,63%. Dengan luas wilayah 3.065,19 km2, tingkat kepadatan

penduduk pada tahun 2013 mencapai rata-rata sebesar 816 jiwa/ km2 mengalami

peningkatan sekitar 39,22 orang per km2 bila dibandingkan dengan tingkat kepadatan

penduduk pada tahun 2009 rata-rata sebesar 776,78 jiwa/km2.Laju pertumbuhan

penduduk yang relatif kecil di tahun 2013 merupakan gambaran berhasilnya sederetan

program Keluarga Berencana dengan tujuan utama untuk menekan laju pertumbuhan

penduduk yang diharapkan berimplikasi pada peningkatan pendapatan perkapita untuk

mewujudkan derajat kesejahteraan masyarakat yang dapat dibanggakan.

Tabel 1.9

Perkembangan Jumlah, Laju dan Kepadatan Penduduk

Kabupaten Garut Tahun 2009-2013

INDIKATOR 2009 2010 2011 2012 2013**

- Jumlah Penduduk 2.380.981 2.407.086 2.445.911 2.485.732 2.502.410

- Laki-laki (jiwa) 1.210.334 1.219.234 1.238.382 1.257.451 1.262.697

- Perempuan (jiwa) 1.170.647 1.187.852 1.207.529 1.228.281 1.239.713

Laju Pertumbuhan Penduduk (%) 1,53 1,10 1,61 1,63 1,02

Kepadatan Penduduk (jiwa/km2) 776,78 785,30 797,96 810,96 816

Sumber : BPS Kab. Garut, Tahun 2014.

Page 40: Kajian Potensi Unggulan BPMPT - garutkab.go.id

Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut

36

Gambar 1.6

Perkembangan Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Garut

Tahun 2009-2013

Jumlah penduduk terbanyak pada pada tahun 2013 berada di kecamatan Garut Kota

mencapai 129.585 jiwa dengan LPP sebesar 0,96% disusul kecamatan Malangbong

mencapai 123.539 jiwa dengan LPP sebesar 1,92% dan kecamatan Karangpawitan

mencapai 123.234 orang dengan LPP sebesar 2,04%. Sedangkan jumlah penduduk paling

rendah berada di kecamatan Mekarmukti mencapai 16.444 jiwa dengan LPP sebesar

1,57% disusul kecamatan Karangtengah mencapai 16.559 jiwa dengan LPP sebesar 0,65%

dan kecamatan Pamulihan mencapai 18.166 jiwa dengan LPP sebesar 1,00%. Apabila

ditinjau dari tingkat kepadatan penduduk pada setiap kecamatan, maka konsentrasi

penduduk paling banyak terpusat di kecamatan Tarogong Kidul sebanyak 6.063 jiwa per

km2, disusul kecamatan Garut Kota sebanyak 4.676,47 jiwa per km2, dan kecamatan

Kadungora sebanyak 3.397 jiwa per km2. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa daerah

tersebut memiliki nilai strategis ekonomi yang berpengaruh besar terhadap pertumbuhan

ekonomi Kabupaten Garut. Dari indikator kepadatan penduduk tersebut dapat

menunjukkan bentuk penyebaran penduduk, apakah tersebar merata atau tidak, yang

2009

2010

2011

2012

2013

-

500,000

1,000,000

1,500,000

2,000,000

2,500,000

3,000,000

Jumlah

Penduduk

Kepadatan

Penduduk

(jiwa/km2)

2,380,981

776.78

2,407,086

785.3

2,445,911

797.96

2,485,732

810.96

2,502,410

816

Perkembangan Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk

Kabupaten Garut Tahun 2009-2013

2009 2010 2011 2012 2013

Page 41: Kajian Potensi Unggulan BPMPT - garutkab.go.id

Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut

37

dapat dijadikan sebagai gambaran kemampuan daerah dalam memberikan daya dukung

berupa sarana atau prasarana dan daya tampung terhadap penduduk.

Faktor-faktor yang mempengaruhi penyebaran dan kepadatan penduduk diantaranya :

a. faktor fisiografis, bahwa penduduk selalu memilih tempat tinggal yang baik,

strategis,tanah subur, relief baik, cukup air, dan daerah aman.

b. faktor biologis, karena adanya perbedaan tingkat kematian, tingkat kelahiran dan

angka perkawinan.

c. faktor kebudayaan dan teknologi, bahwa daerah yang masyarakatnya maju, pola

berfikirnya bagus, dan keadaan pembangunan fisiknya maju, maka akan tumbuh lebih

cepat dibandingkan dengan daerah terbelakang.

Page 42: Kajian Potensi Unggulan BPMPT - garutkab.go.id

Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut

38

Tabel 1.10

Jumlah dan Kepadatan Penduduk Per Kecamatan

Tahun 2009-2013

Sumber : BPS Kabupaten Garut, Garut Dalam Angka Tahun 2014

No Kecamatan

2009 2010 2011 2012 2013 2009 2010 2011 2012 2013

1 Cisewu 34.028 32.998 33.576 33.570 33.614 196,89 190,93 194,27 194,24 194,49

2 Caringin 29.578 29.606 30.094 30.685 30.730 298,68 298,96 303,89 309,86 310,31

3 Talegong 31.656 30.735 31.267 31.248 31.521 291,12 282,65 287,54 287,36 289,87

4 Bungbulang 60.834 59.715 60.720 61.148 61.660 413,89 406,28 413,12 416,03 419,51

5 Mekarmukti 15.400 15.653 15.918 16.152 16.444 278,88 283,47 288,27 292,5 297,79

6 Pamulihan 18.012 17.584 17.880 17.942 18.166 136 132,77 135 135,47 137,16

7 Pakenjeng 63.177 65.836 66.889 68.034 68.610 318,37 331,77 337,07 342,84 345,75

8 Cikelet 38.816 40.989 41.654 42.627 43.349 225,26 237,87 241,72 247,37 251,56

9 Pameungpeuk 38.493 38.895 39.562 40.002 40.829 872,66 881,77 896,89 906,87 925,62

10 Cibalong 40.170 40.813 41.481 42.079 42.521 188,07 191,08 194,21 197,01 199,08

11 Cisompet 51.417 49.880 50.724 50.672 50.967 298,5 289,58 294,48 294,18 295,89

12 Peundeuy 23.552 22.427 22.788 22.887 22.753 414,72 394,91 401,27 403,01 400,65

13 Singajaya 45.635 45.554 46.305 46.674 47.373 674,18 672,98 684,07 689,53 699,85

14 Cihurip 17.735 17.912 18.209 18.400 18.431 438,77 443,15 450,49 455,22 455,99

15 Cikajang 73.855 78.290 79.524 81.674 82.658 591,08 626,57 636,45 653,65 661,53

16 Banjarwangi 57.522 56.156 57.058 57.792 57.956 464,56 453,53 460,81 466,74 468,07

17 Cilawu 100.608 100.185 101.841 103.079 103.907 1.295,99 1.290,54 1.311,88 1.327,82 1.338,49

18 Bayongbong 90.798 93.237 94.701 96.866 97.641 1.906,32 1.957,53 1.988,26 2.033,72 2.049,99

19 Cigedug 36.492 38.256 38.826 39.744 39.740 1.169,62 1.226,15 1.244,42 1.273,85 1.273,72

20 Cisurupan 92.191 95.227 96.721 98.991 99.403 1.139,85 1.177,39 1.195,86 1.223,92 1.229,02

21 Sukaresmi 34.789 37.141 37.705 38.723 39.200 989,17 1.056,04 1.072,08 1.101,02 1.114,59

22 Samarang 70.254 71.255 72.368 73.517 74.165 1.176,59 1.193,35 1.211,99 1.231,23 1.242,09

23 Pasirwangi 60.680 62.125 63.074 64.211 64.182 1.299,36 1.330,30 1.350,62 1.374,97 1.374,35

24 Tarogong Kidul 97.268 108.433 110.135 115.298 117.986 4.998,36 5.572,10 5.659,56 5.924,87 6.063,00

25 Tarogong Kaler 80.571 84.993 86.375 88.982 90.080 1.593,26 1.680,70 1.708,03 1.759,58 1.781,29

26 Garut Kota 128.841 126.550 128.626 129.023 129.585 4.649,62 4.566,94 4.641,86 4.656,19 4.676,47

27 Karangpawitan 111.958 117.018 118.882 121.880 123.234 2.150,14 2.247,32 2.283,12 2.340,70 2.366,70

28 Wanaraja 44.828 44.082 44.816 45.302 46.204 1.271,36 1.250,20 1.271,02 1.284,80 1.310,38

29 Sucinaraja 27.209 26.068 26.498 26.656 26.452 804,29 770,56 783,27 787,94 781,91

30 Pangatikan 38.343 38.520 39.128 39.782 39.952 1.944,37 1.953,35 1.984,18 2.017,34 2.025,96

31 Sukawening 52.899 49.720 50.535 50.551 51.421 1.362,32 1.280,45 1.301,44 1.301,85 1.324,26

32 Karangtengah 17.361 16.116 16.379 16.329 16.559 745,75 692,27 703,57 701,42 711,30

33 Banyuresmi 81.401 84.312 85.647 87.575 87.668 1.700,10 1.760,90 1.788,78 1.829,05 830,99

34 Leles 74.532 76.151 77.360 78.663 79.194 1.013,90 1.035,93 1.052,37 1.070,10 1.077,32

35 Leuwigoong 44.690 41.506 42.196 42.040 41.910 2.309,56 2.145,01 2.180,67 2.172,61 2.165,89

36 Cibatu 71.215 67.861 68.984 69.475 69.487 1.718,92 1.637,97 1.665,07 1.676,92 1.677,21

37 Kersamanah 35.873 35.621 36.191 36.636 36.436 2.174,12 2.158,85 2.193,39 2.220,36 2.208,24

38 Cibiuk 30.495 30.402 30.882 31.312 31.052 1.532,41 1.527,74 1.551,86 1.573,47 1.560,40

39 Kadungora 84.806 86.612 88.011 89.415 89.432 2.273,01 2.321,42 2.358,91 2.396,54 2.397,00

40 Bl. Limbangan 78.062 76.608 77.856 78.602 78.423 1.060,77 1.041,01 1.057,97 1.068,11 1.065,67

41 Selaawi 39.129 37.199 37.823 38.000 37.976 1.148,49 1.091,84 1.110,16 1.115,35 1.114,65

42 Malangbong 115.808 118.845 120.702 123.494 123.539 1.253,60 1.286,48 1.306,58 1.336,80 1.337,29

Jumlah 2.380.981 2.407.086 2.445.911 2.485.732 2.502.410 776,78 785,3 797,96 810,96 816,40

Jumlah Penduduk (Jiwa) Kepadatan Penduduk (jiwa/km2)

Page 43: Kajian Potensi Unggulan BPMPT - garutkab.go.id

Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut

39

Dengan asumsi Laju Pertumbuhan Penduduk yang tetap, berdasarkan RPJPD Kabupaten

Garut Tahun 2005-2025, jumlah penduduk pada tahun 2019 diproyeksikan mencapai

sebanyak 2.771.332 jiwa. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa tingginya jumlah

penduduk dapat menjadi potensi sekaligus beban pembangunan. Pada satu sisi,

penduduk yang berkualitas (produktif) merupakan potensi/kekuatan pembangunan,

sementara di sisi lain penduduk dengan kualitas rendah (nonproduktif) merupakan beban

pembangunan. Tantangan dalam pembangunan kependudukan bukan hanya menyangkut

masalah jumlah namun juga peningkatan kualitas penduduknya. Seiring dengan

peningkatan pertumbuhan ekonomi serta jumlah penduduk, kondisi tersebut

menjadikannya sebagai modal sosial yang besar maupun pasar yang potensial. Oleh

karenanya kualitas penduduk harus ditingkatkan ditandai dengan semakin tingginya

jenjang pendidikan, kualitas kesehatan yang semakin baik sehingga akan membentuk

sumber daya manusia yang makin produktif. Sejalan dengan hal tersebut perlu diciptakan

lapangan kerja yang memadai. Sebab bila tidak, jumlah penganggur yang berpendidikan

akan bertambah.

Komposisi penduduk menurut kelompok umur di Kabupaten Garut selama tahun 2009-

2013 memiliki pola semakin menua yang ditandai dengan menurunnya proporsi

penduduk muda dan meningkatnya proporsi penduduk usia kerja dengan penduduk usia

lanjut. Perbedaan struktur umur akan menimbulkan pula perbedaan dalam aspek sosial

ekonomi seperti masalah angkatan kerja, pertumbuhan penduduk, dan masalah

pendidikan. Sejalan dengan peningkatan derajat kesehatan masyarakat, akan

meningkatkan pula usia harapan hidup, sehinggapeningkatan jumlah penduduk usia lanjut

yang makin besar menuntut kebijakan-kebijakan yang serasi dan sesuai dengan

perubahan tersebut. Hal ini juga menjadi suatu tantangan agar penduduk usia lanjut yang

masih potensial bisa dimanfaatkan sesuai dengan pengetahuan dan pengalamannya.

Struktur umur penduduk dipengaruhi oleh tiga variabel demografi, yaitu kelahiran,

kematian, dan migrasi,yang saling berpengaruh satu dengan yang lain, dan selanjutnya

berpengaruh terhadap kondisi sosial ekonomi daerah.

Page 44: Kajian Potensi Unggulan BPMPT - garutkab.go.id

Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut

40

Tabel 1.11

Perbandingan Komposisi Penduduk Kabupaten Garut

Tahun 2009 dan 2013

Kelompok

Umur

Tahun 2009 Tahun 2013

Laki-laki Perempuan Jumlah Laki-laki Perempuan Jumlah

00-04 133.688 127.959 261.647 134.524 129.041 263.565

05 - 09 138.035 130.054 268.089 135.423 129.147 264.570

10 -14 131.075 124.159 255.234 137.991 132.462 270.453

15-19 120.900 114.863 235.763 120.630 115.223 235.853

20-24 112.956 108.715 221.671 99.541 99.101 198.642

25-29 103.508 100.377 203.885 95.578 93.318 188.896

30-34 91.696 89.922 181.618 91.430 89.855 181.285

35-39 80.541 79.731 160.272 90.541 88.963 179.504

40-44 70.298 68.521 138.819 80.512 79.839 160.351

45-49 58.171 55.841 114.012 72.535 70.635 143.170

50-54 46.419 44.693 91.112 58.204 58.215 116.419

55-59 36.141 35.556 71.697 45.971 45.511 91.482

60-64 29.523 29.608 59.131 36.175 35.932 72.107

65-69 22.751 23.594 46.345 25.467 27.561 53.028

70-74 17.589 18.829 36.418 18.733 20.572 39.305

75 + 17.043 18.225 35.268 19.442 24.338 43.780

Jumlah 1.210.334 1.170.647 2.380.981 1.262.697 1.239.713 2.502.410

Sumber : BPS Kabupaten Garut, Garut Dalam Angka Tahun 2010 dan Tahun 2014

Page 45: Kajian Potensi Unggulan BPMPT - garutkab.go.id

Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut

41

Gambar 1.7

Perbandingan Piramida Penduduk Tahun 2009 dan 2013

Permasalahan lain terkait kependudukan yaitu masalah urbanisasi yang menyebabkan

penduduk perkotaan terus bertambah sejalan dengan pertumbuhan penduduk. Intensitas

mobilitas penduduk yang semakin tinggi tentu saja akan menuntut jaringan prasarana

yang semakin baik dan luas yang dapat berdampak secara jangka panjang terhadap

perubahan sosial budaya masyarakat. Dalam pelaksanaan pembangunan daerah

diperlukan adanya keseimbangan pembangunan perkotaan dan perdesaan untuk

mengantisipasi meningkatnya urbanisasi diantaranya melalui peningkatan pembangunan

infrastruktur perdesaan.

Penduduk merupakan objek sasaran pembangunan sekaligus sebagai subjek pelaku

pembangunan yang turut berperan dalam menentukan arah dan keberhasilan

pembangunan. Potensi dan tantangan pembangunan daerah turut ditentukan oleh

keadaan riil kependudukan dan sumber daya alam yang dimiliki daerah. Oleh karenanya

pembangunan daerah harus menempatkan penduduk sebagai titik sentral dari seluruh

kebijakan pembangunan yang dilakukan.

Page 46: Kajian Potensi Unggulan BPMPT - garutkab.go.id

Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut

42

Gambar 1. 8

Kondisi Kepadatan Penduduk

4.2 Struktur Ekonomi

4.2.1 Pertumbuhan Ekonomi/ PDRB

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan pengukuran atas nilai tambah yang

mampu diciptakan akibat adanya berbagai aktivitas ekonomi dalam suatu daerah. Secara

keseluruhan pencapaian kinerja PDRB Kabupaten Garut selama tahun 2009-2014 yang

diukur atas dasar harga berlaku diperkirakan mengalami peningkatan sebesar Rp.14,85

trilyun atau 66,71% dari Rp. 22,27 trilyun pada tahun 2009 menjadi Rp.37,12 trilyun pada

tahun 2014 (angka sangat sementara). Keadaan ini menggambarkan perkembangan yang

cukup signifikan dari nilai produk barang yang dihasilkan di Kabupaten Garut selama

tahun 2009-2014. Kendati demikian, perkembangan tersebut belum dapat dijadikan

sebagai indikator dari peningkatan volume produk barang atau jasa di wilayah Garut,

karena pada PDRB yang dihitung atas dasar harga berlaku masih terkandung inflasi yang

sangat mempengaruhi harga barang/jasa secara umum.

Page 47: Kajian Potensi Unggulan BPMPT - garutkab.go.id

Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut

43

Tabel 1.16

PDRB adh Berlaku Kabupaten Garut s.d Tahun 2014**) (Milyar Rupiah)

Kelompok

Usaha 2009 2010 2011 2012* 2013* 2014**

PRIMER 10.265,00 11.338,40 12.416,07 13.365,65 15.036,97 16.449,06

Pertanian 10.236,13 11.307,73 12.382,80 13.329,38 14.996,50 16.405,29

Pertambangan 28,87 30,67 33,27 36,28 40,48 43,77

SEKUNDER 2.419,63 2.691,00 2.991,23 3.312,23 3.694,04 4.089,44

Industri 1.733,67 1.888,47 2.081,47 2.296,96 2.546,91 2.805,52

Listrik dan air 97,04 117,56 128,30 137,15 158,19 172,65

Bangunan 588,93 684,97 781,46 878,13 988,94 1.111,27

TERSIER 9.586,79 10.815,21 12.084,34 13.469,24 14.904,24 16.589,56

Perdagangan 5.936,93 6.495,28 7.252,45 8.072,96 9.017,64 10.057,85

Pengangkutan 782,39 953,15 1.073,21 1.215,83 1.342,52 1.504,99

Keuangan 733,69 816,98 889,95 959,81 1.074,16 1.180,72

Jasa-jasa 2.133,78 2.549,81 2.868,74 3.220,63 3.469,92 3.846,00

PDRB 22.271,42 24.844,61 27.491,63 30.147,12 33.635,24 37.128,06

Sumber : Hasil Pengolahan Data BPS, 2015

Untuk menganalisis perkembangan dari volume produk barang/jasa umumnya digunakan

PDRB yang dihitung atas dasar harga konstan. PDRB yang dihitung atas dasar harga

konstan Tahun 2000 di Kabupaten Garut selama tahun 2009-2014 meningkat Rp.2,94

trilyun atau 27,84% dari sebesar Rp.10,56 trilyun pada tahun 2009 menjadi Rp.13,51

trilyun pada tahun 2014 (angka sangat sementara). Kondisi tersebut merupakan indikasi

quantum (volume) produk barang/jasa secara umum mengalami peningkatan atau

perekonomian Kabupaten Garut secara makro berkembang positif selama Tahun 2009-

2014.

Tabel 1.17

PDRB adh Konstan Kabupaten Garut s.d. 2014**) (Milyar Rupiah)

Kelompok

Usaha 2009 2010 2011 2012* 2013* 2014**

PRIMER 4.881,21 5.102,48 5.314,17 5.443,61 5.670,15 5.872,60

Pertanian 4.867,31 5.088,30 5.299,39 5.428,12 5.653,71 5.855,78

Pertambangan 13,90 14,18 14,78 15,49 16,44 16,83

Page 48: Kajian Potensi Unggulan BPMPT - garutkab.go.id

Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut

44

SEKUNDER 1.091,40 1.179,52 1.255,36 1.332,82 1.425,42 1.509,18

Industri 742,01 795,09 835,15 880,17 940,69 988,09

Listrik dan air 55,74 65,31 68,88 71,25 75,04 78,66

Bangunan 293,64 319,12 351,32 381,40 409,70 442,43

TERSIER 4.596,14 4.851,62 5.173,98 5.508,11 5.780,83 6.128,99

Perdagangan 2.885,35 3.047,23 3.277,08 3.514,77 3.704,27 3.948,44

Pengangkutan 300,28 319,83 333,45 350,84 368,39 384,79

Keuangan 392,52 421,64 449,93 476,21 506,03 536,66

Jasa-jasa 1.017,99 1.062,92 1.113,53 1.166,29 1.202,15 1.259,10

PDRB 10.568,74 11.133,63 11.743,51 12.284,54 12.876,41 13.510,77

Sumber : Hasil Pengolahan Data BPS, 2015

Sampai dengan tahun 2014, sektor pertanian masih menjadi sektor unggulan (prime

mover) dalam menggerakkan perekonomian daerah. Sektor ini memberikan sumbangan

nilai tambah yang dihitung atas dasar harga berlaku sebesar Rp. 16,40 trilyun, dengan

share 44,19% terhadap perekonomian. Sedangkan sumbangan nilai tambah pertanian

terhadap PDRB yang dihitung atas dasar harga konstan tahun 2000 mencapai Rp. 5,85

trilyun.Tingginya peranan sektor pertanian terhadap perekonomian Kabupaten Garut

tidak lepas dari beberapa keunggulan komparatif (comparative advantages), seperti

kondisi tanah yang relatif lebih subur dan cocok untuk beragam komoditi pertanian dan

jumlah penduduk yang besar yang berimplikasi pada sistem pertanian yang tampak

sangat beragam dan hampir sebagian besar komoditi produk pertanian sangat dominan

kontribusinya, seperti berbagai palawija, sayur-sayuran dan juga padi. Kontribusi sektor

pertanian banyak disumbang oleh subsektor tanaman bahan makanan (Tabama), diikuti

oleh subsektor perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan. Namun demikian,

akselerasi kinerja sektor pertanian tersebut masih belum optimal, diantaranya disebabkan

hubungan antar subsistem pertanian dan sektor lain (linkages) belum sepenuhnya

menunjukkan sinergitas pada skala lokal, regional dan nasional, hal ini tercermin dari

pengembangan agroindustri yang belum optimal baik dalam pengolahan maupun

pemasarannya. Pengembangan yang bersifat sektoral pada sistem pertanian serta

ketidaksiapan dalam menghadapi persaingan global merupakan kendala yang masih

Page 49: Kajian Potensi Unggulan BPMPT - garutkab.go.id

Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut

45

dihadapi sektor pertanian. Potensi lain dalam sektor pertanian yaitu pembangunan

ekonomi kelautan dan perikanan terutama dalam pengembangan usaha perikanan

tangkap di pesisir selatan, usaha budidaya laut, bioteknologi kelautan, serta berbagai

macam jasa lingkungan kelautan. Namun kondisi dan potensi sumber daya perikanan dan

kelautan yang besar ini belum diikuti dengan perkembangan bisnis dan usaha perikanan

dan kelautan yang baik. Tingkat investasi sarana dan prasarana pendukung bisnis kelautan

serta produksi sumber daya perikanan dan kelautan masih jauh dari potensi yang ada. Di

lain pihak, lemahnya kondisi pembudidaya dan nelayan sebagai produsen menyebabkan

kurang berkembangnya kegiatan dan pengelolaan industri pengolahan hasil perikanan

dan kelautan. Dari sisi penciptaan nilai tambah, kecepatan sektor pertanian dalam

menciptakan nilai tambah sangatlah lambat apabila diperbandingkan dengan sektor

lainnya terutama industri manufaktur, sehingga tidaklah mengherankan jika wilayah yang

didominasi oleh sektor pertanian cenderung pertumbuhan ekonominya sangat lamban.

Pada sisi lain, seiring peningkatan jumlah penduduk tentu saja berimplikasi pada

peningkatan kebutuhan lahan untuk pemukiman, sehingga luas lahan pertanian memiliki

cenderung terus mengalami penurunan.Apabila dipahami secara lebih luas kondisi

tersebut telah memberikan suatu sinyalemen positif terhadap hasil pembangunan karena

salah satu indikator kemajuan negara berkembang adalah terjadinya pergeseran dari

struktur ekonomi berbasis pertanian ke sektor lainnya.

Disamping pertanian, sektor yang memiliki kontribusi cukup dominan pada tahun

2014adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran.Sektor ini mampu menciptakan nilai

tambah atas dasar harga berlaku berlaku sebesar Rp. 10,05 trilyun dengan share 27,09%,

atau mengalami peningkatan 11,54% dari tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp. 9,01

trilyun. Kondisi tersebut merupakan indikasi dari peningkatan volume barang/jasa yang

diperdagangkan di wilayah Kabupaten Garut. Pada dasarnya, subsektor Hotel dan

Restoran, di Kabupaten Garut masih memiliki potensi untuk dikembangkan lebih jauh,

karena banyak lokasi pariwisata di Garut yang dapat dikembangkan untuk skala nasional,

atau bahkan sampai skala internasional. Selain itu, tingkat konsumsi masyarakat

(propensity to consume) yang relatif tinggi membuat sektor ini berkembang cukup baik.

Page 50: Kajian Potensi Unggulan BPMPT - garutkab.go.id

Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut

46

Kendala umum yang dihadapi untuk dapat mengembangkan potensi tersebut adalah

sulitnya menumbuhkan minat para investor baik lokal maupun internasional untuk

menanamkan investasi di Kabupaten Garut yang infrastrukturnya terlihat masih sangat

minim dan dari sisi pendanaan, sektor perdagangan memerlukan dana yang relatif lebih

besar karena cenderung lebih bersifat padat modal dibandingkan dengan sektor

pertanian yang cenderung padat karya.

Peranan sektor industri yang merupakan sektor andalan di Jawa Barat, secara umum

peranannyamasih relatif rendah dan tidak mengalami perubahan yang signifikan selama

periode 2009-2014 yaitu mencapai sebesar 7,56%. Namun demikian, kondisi tersebut

menunjukkan bahwa pembentukan nilai tambah dari sektor industri pengolahan secara

stabil turut mendorong struktur ekonomi di Kabupaten Garut. Walaupun Kabupaten

Garut memiliki keunggulan komparatif di sektor pertanian, namun kelemahan yang

mendasar adalah masih rendahnya kegiatan industri yang memanfaatkan hasil-hasil

pertanian, sehingga perdagangan antar wilayah yang dilakukan lebih dominan berupa

bahan-bahan mentah hasil pertanian. Untuk itu roda perekonomian Kabupaten Garut

dipandang dapat bergerak lebih cepat apabila dikembangkan industri yang dapat

mengolah hasil-hasil pertanian, yang merupakan keunggulan wilayah yang dapat

memperpanjang rantai agribisnis, sehingga produksi Kabupaten Garut dapat berupa

barang-barang industri hasil pertanian.

Sementara itu peranan sektor jasa terhadap perekonomian di Kabupaten Garut selama

periode tahun 2009-2014 secara konstan menunjukkan tren yang terus

meningkat.Kontribusi sektor lainnya yang cukup tinggi adalah sektor jasa, yang

mengalami peningkatan 0,78% dari 9,58 % pada tahun 2009 menjadi 10,36% pada tahun

2014. Peningkatan sektor ini disumbang dari subsektor pemerintahan umum dan

subsektor swasta yang meliputi sosial kemasyarakatan, hiburan dan rekreasi, serta

perorangan dan rumah tangga.

Page 51: Kajian Potensi Unggulan BPMPT - garutkab.go.id

Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut

47

Tabel 1.18

Kontribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku

Kabupaten GarutTahun 2009-2014**

Sektor 2009 2010 2011 2012* 2013* 2014**

PRIMER 46,09 45,64 45,16 44,33 44,71 44,30

Pertanian 45,96 45,51 45,04 44,21 44,59 44,19

Pertambangan 0,13 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12

SEKUNDER 10,86 10,83 10,88 10,99 10,98 11,01

Industri 7,78 7,6 7,57 7,62 7,57 7,56

Listrik dan air 0,44 0,47 0,47 0,45 0,47 0,47

Bangunan 2,64 2,76 2,84 2,91 2,94 2,99

TERSIER 43,05 43,53 43,96 44,68 44,31 44,68

Perdagangan 26,66 26,14 26,38 26,78 26,81 27,09

Pengangkutan 3,51 3,84 3,9 4,03 3,99 4,05

Keuangan 3,29 3,29 3,24 3,18 3,19 3,18

Jasa-jasa 9,58 10,26 10,43 10,68 10,32 10,36

PDRB 100 100 100 100 100 100

Sumber : Hasil Pengolahan Data BPS, 2015

Apabila sektor-sektor perekonomian dikelompokkan menjadi tiga kelompok (primer,

sekunder dan tersier), maka akan terlihat adanya fenomena umum, yakni pergeseran

struktur ekonomi di Kabupaten Garut selama periode 2009-2014 dari primer ke arah

sekunder dan tersier yang menggambarkan semakin modernnya perekonomian di

Kabupaten Garut. Kondisi tersebut sejalan dengan teori ekonomi makro, yang

diungkapkan oleh A.G.B. Fisher, dimana semakin tinggi pendapatan perkapita penduduk

di suatu wilayah, maka perekonomian akan bergeser dari primer ke sekunder. Tidak

seperti pada tahun-tahun sebelumnya, pada tahun 2014, kelompok sektor primer

memberikan kontribusi sangat tinggi terhadap perekonomian di Kabupaten Garut, yakni

sebesar 44,30% (angka sementara). Kendati demikian, apabila ditinjau perkembangannya

selama periode 2009-2013, kontribusi kelompok sektor primer menurun 1,79% dari

semula 46,09% pada tahun 2009. Sementara itu, perkembangan peranan sektor tersier

selama periode 2009-2014 mengalami peningkatan 1,63% dari semula sebesar 43,05%

pada tahun 2009 menjadi sebesar 44,68% (angka sangat sementara) pada tahun 2014.

Page 52: Kajian Potensi Unggulan BPMPT - garutkab.go.id

Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut

48

Sedangkan kelompok sektor penyumbang terendah yaitu sektor sekunder, disepanjang

periode 2009-2014 tampak mengalami sedikit peningkatan kontribusi sebesar 0,15% dari

10,86% pada tahun 2009 menjadi sebesar 11,01% pada tahun 2014.

4.2.2 Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE)

Ditinjau dari indikator Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) yang secara teknis merupakan

pertumbuhan dari volume produk yang dihasilkan,secara sektoral merupakan gambaran

kecepatan peningkatan volume produk yang dihasilkan pada sektor yang bersangkutan

dan dapat dipergunakan dalam menentukan arah kebijakan perencanaan pembangunan

ekonomi daerah. Secara makro, pengukuran LPE dapat diukur dari perkembangan

besaran PDRB yang dihitung atas dasar harga konstan, dimana BPS memakai harga

konstan tahun 2000. Perekonomian Kabupaten Garut pada tahun 2014diperkirakan

mengalami perkembangan yang cukup positif ditandai oleh pertumbuhan sebesar 4,93%

(angka sangat sementara), yang tidak lepas dari performa ekonomi yang baik pada sektor

bangunan yang merupakan sumber pertumbuhan paling dominan yang mampu tumbuh

7,99%. Kenaikan produksi tertinggi kedua diraih sektor perdagangan hotel dan restoran

dengan pertumbuhan sebesar 6,59%, sektor keuangan persewaan dan jasa perusahaan

sebesar 6,05%, dan industri pengolahan sebesar 5,04%. Selanjutnya sektor pertanianyang

pada tahun 2013 sempat mengalami peningkatan, kembali menurun sebesar 0,59 di

tahun 2014.Meskipun begitu, sektor pertanian secara umum masih menjadi sektor usaha

yang banyak digeluti oleh masyarakat Garut sampai saat ini dengan pengelolaan yang

cenderung masih tradisional, tidak tergantung pada bahan impor dan berbasis teknologi

sederhana yang memiliki potensi yang besar dan variatif, dan didukung oleh kondisi

agroekosistem yang cocok untuk pengembangan komoditas pertanian dalam arti luas

(tanaman, ternak, ikan, dan hutan).

Sektor perdagangan dapat dijadikan suatu indikator kinerja perekonomian secara umum.

Pada tahun 2014 pertumbuhan di sektor perdagangan, hotel dan restoran di Kabupaten

Garut tampak dipicu oleh peningkatan kedatangan wisatawan yang berkunjung ke

wilayah Kabupaten Garut. Hal ini terefleksi dari perkembangan subsektor hotel yang

Page 53: Kajian Potensi Unggulan BPMPT - garutkab.go.id

Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut

49

merupakan subsektor yang paling dominan dengan pertumbuhan sebesar 6,23%.

Sedangkan dua subsektor lainnya, yaitu subsektor perdagangan besar dan eceran serta

restoran tumbuh masing-masing sebesar 5,51% dan 4,58%.

Peningkatan kinerja yang relatif tinggi juga terjadi pada sektor industri pengolahan. Pada

tahun 2014, industri pengolahan mengalami pertumbuhan sebesar 5,04%. Kondisi ini

tidak terlepas dari meningkatnya aksesibilitas Kabupaten Garut yang tentunya

berimplikasi pada perkembangan jumlah kedatangan wisatawan di Kabupaten Garut.

Kondisi tersebut memicu peningkatan permintaan barang/jasa di Kabupaten Garut

termasuk produk sektor industri pengolahan. Kinerja produksi yang sangat konsisten

tersebut tampak menyebabkan peningkatan share sektor ini terhadap perekonomian

Kabupaten Garut disetiap tahunnya.

Apabila diamati lebih jauh, pada tahun 2014 tampak seluruh sektor ekonomi di

Kabupaten Garut memperlihatkan kinerja yang cukup menggembirakan. Peningkatan

kinerja tertinggi terjadi pada sektor bangunan yang mampu tumbuh sebesar 7,99%

persen, sedangkan terendah terjadi pada sektor pertambangan dan penggalian yang

hanya mampu tumbuh sebesar 2,34%.

Tabel 1.19

Laju Pertumbuhan Ekonomi

Kabupaten Garut Tahun 2009-2014**

Sektor 2009 2010 2011 2012* 2013* 2014**

PRIMER 5,67 4,53 4,15 2,44 4,161 3,57

Pertanian 5,66 4,54 4,15 2,43 4,16 3,57

Pertambangan 7,1 1,98 4,25 4,83 6,13 2,34

SEKUNDER 7,27 8,07 6,43 6,17 6,947 5,88

Industri 7,42 7,15 5,04 5,39 6,88 5,04

Listrik dan air 9,84 17,16 5,47 3,44 5,31 4,82

Bangunan 6,4 8,68 10,09 8,56 7,42 7,99

TERSIER 5,07 5,56 6,64 6,46 4,951 6,02

Perdagangan 6,06 5,61 7,54 7,25 5,39 6,59

Pengangkutan 2,68 6,51 4,26 5,22 5 4,45

Keuangan 4,68 7,42 6,71 5,84 6,26 6,05

Jasa-jasa 3,2 4,41 4,76 4,74 3,07 4,74

Kab. Garut 5,57 5,34 5,48 4,61 4,82 4,93

Sumber : Hasil Pengolahan Data BPS, 2015

Page 54: Kajian Potensi Unggulan BPMPT - garutkab.go.id

Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut

50

Dengan mengelompokkan sektor ekonomi menjadi tiga kelompok, yaitu sektor primer,

sekunder dan tersier, peningkatan kinerja tertinggi pada tahun 2014 terjadi pada

kelompok sektor tersier, dengan pertumbuhan sebesar 6,02%, diikuti oleh kelompok

sektor sekunder dengan pertumbuhan sebesar 5,88%. Selanjutnya kelompok sektor

primer memperlihatkan peningkatan kinerja terendah, yakni hanya mampu tumbuh

sebesar 3,57% jauh lebih rendah dibandingkan tahun 2009 yang mengalami pertumbuhan

mencapai 5,67%. Pertumbuhan produksi pada kelompok sektor primer tampak

berfluktuasi dan tumbuh relatif rendah dibanding kelompok sektor yang lain. Kondisi ini

tidak terlepas dari besarnya kontribusi sektor pertanian dengan peningkatan produksi

yang cenderung relatif rendah pada semua sektor pembentuknya. Subsektor kehutanan

mengalami pertumbuhan terkecil dibandingkan pertumbuhan subsektor lain, ini terjadi

diakibatkan oleh penurunan produksi.

4.2.3 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Per kapita dan Inflasi

Indikator ekonomi lainnya yang dapat memberikan gambaran kesejahteraan masyarakat

secara makro adalah pendapatan perkapita. Semakin tinggi pendapatan yang diterima

penduduk berarti tingkat kesejahteraannya bertambah baik. Sebaliknya penurunan

pendapatan per kapita berarti tingkat kesejahteraannya semakin menurun. Pendapatan

per kapita merupakan hasil bagi pendapatan regional dengan jumlah penduduk

pertengahan tahun. Dengan menggunakan data PDRB sebagai pendekatan pendapatan,

perkembangan pendapatan perkapita Kabupaten Garut selama periode tahun 2009-2013

tampak cukup mengagumkan, dengan pertumbuhan di atas 7%. Pada tahun 2013

pendapatan perkapita mengalami peningkatan sebesar 10,44% atau dari semula

Rp.12.170.260,31 menjadi Rp. 13.441.140,52 pada tahun 2013 (angka sementara).

Peningkatan ini dapat di katakan cukup tinggi karena levelnya berada diatas laju inflasi

sebesar 6% yang terjadi sepanjang tahun 2013. Namun demikian, peningkatan tersebut

belum sepenuhnya dapat dipakai untuk menggambarkan peningkatan dari daya beli

masyarakat. Karena pada PDRB per kapita yang dihitung atas dasar harga berlaku, selain

masih terkandung inflasi yang sangat berpengaruh terhadap daya beli, juga karena pola

Page 55: Kajian Potensi Unggulan BPMPT - garutkab.go.id

Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut

51

distribusi dari pendapatan regional Kabupaten Garut tidak mutlak merata. PDRB per

Kapita adh. berlaku tersebut dapat digunakan untuk menggambarkan tingkat

produktifitas penduduk di suatu wilayah yang menunjukkan nilai pendapatan yang

dihasilkan akibat kegiatan ekonomi yang dilakukan di wilayah Garut per penduduk selama

satu tahun.

Untuk lebih menggambarkan perkembangan daya beli atau pendapatan riil dari

masyarakat dapat diamati perkembangan PDRB perkapita yang dihitung atas dasar harga

konstan. Hal yang menarik untuk dikaji adalah walaupun pendapatan perkapita pada

periode 2009-2013 meningkat relatif tinggi yang berkisar antara 7,91% sampai 10,44%,

namun daya beli masyarakat secara riil pada periode yang sama hanya mengalami

peningkatan berkisar 3,48% sampai 4,55% yang tercermin dari peningkatan PDRB

perkapita yang dihitung atas dasar harga konstan. Kondisi tersebut mencerminkan

tingginya inflasi yang terjadi pada periode bersangkutan sehingga mengkoreksi

peningkatan daya beli yang diakibatkan oleh meningkatnya pendapatan yang diterima.

Kendati demikian, dari data tersebut dapat dilihat pendapatan riil yang sangat

berpengaruh pada daya beli masyarakat Kabupaten Garut secara makro di sepanjang

periode 2009-2013 cenderung terus mengalami peningkatan di setiap tahunnya.

Tabel 1.20

Perkembangan PDRB Per Kapita Kabupaten Garut

Tahun 2009-2013

Tahun PDRB Per Kapita (Rp) Jumlah

Penduduk

Laju PDRB Per Kapita (%)

Berlaku Konstan adh Berlaku adh Konstan

2009 9.263.853,08 4.396.095,28 2.404.121 7,91 4,14

2010 10.256.511,09 4.596.254,41 2.422.326 10,72 4,55

2011* 11.219.104,45 4.792.426,91 2.450.430 9,39 4,27

2012* 12.170.260,31 4.959.215,72 2.477.114 8,48 3,48

2013** 13.441.140,52 5.145.602,02 2.502.410 10,44 3,76

Sumber : BPS Kabupaten Garut, 2014

Page 56: Kajian Potensi Unggulan BPMPT - garutkab.go.id

Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut

52

Inflasi

Inflasi merupakan persentase tingkat kenaikan harga sejumlah barang dan jasa yang

secara umum dikonsumsi rumah tangga, sebagai suatu indikator yang menggambarkan

kecenderungan umum tentang perkembangan harga dan dapat dipakai sebagai salah satu

informasi dasar untuk pengambilan keputusan baik tingkat ekonomi mikro atau makro,

baik fiskal maupun moneter. Pada tingkat mikro, rumah tangga/masyarakat misalnya,

dapat memanfaatkan angka inflasi untuk dasar penyesuaian nilai pengeluaran kebutuhan

sehari-hari dengan pendapatan mereka yang relatif tetap. Pada tingkat korporasi, angka

inflasi dapat dipakai untuk perencanaan pembelanjaan dan kontrak bisnis. Dalam lingkup

yang lebih luas (makro), angka inflasi menggambarkan kondisi/stabilitas moneter dan

perekonomian. Secara umum, penghitungan perubahan harga tersebut tercakup dalam

suatu indeks harga yang dikenal dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) atau Consumer

Price Index (CPI).

Pada tahun 2013, secara umum inflasi di Kabupaten Garut mencapai 6,89%, atau

mengalami kenaikan jika dibandingkan tahun 2012 mencapai 3,87% sebagai dampak

terjadinya kenaikan harga-harga secara umum pada tahun 2013. Hal tersebut merupakan

suatu indikasi bahwa beban hidup rumah tangga secara makro di Kabupaten Garut pada

tahun 2013 mengalami peningkatan sebesar kurang lebih 6,89% dengan struktur

kebutuhan yang sama pada tahun 2012 yang mencapai sebesar kurang lebih 3,87%.

Selama periode 2009-2013, peningkatan harga-harga masih tampak cukup terkendali

walaupun terlihat mengalami sedikit peningkatan dibandingkan inflasi pada tahun 2009

sebesar 4,17%.

Page 57: Kajian Potensi Unggulan BPMPT - garutkab.go.id

Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut

53

BAB 5

KOMODITAS UNGGULAN KABUPATEN GARUT

5.1 Potensi Unggulan Sektor Pertanian

Kabupaten Garut masih mengandalkan sektor pertanian sebagai penggerak

perekonomian masyarakat, terlihat dari kontribusi sektor ini terhadap perekonomian,

yaitu masih sebagai penyumbang tertinggi. Pada tahun 2013 kontribusi sektor

pertanian diproyeksikan sebesar 44,04% lebih tinggi bila dibandingkan dengan sektor-

sektor lainnya. Sektor ini telah berperan besar dalam pembangunan Kabupaten Garut,

baik peran langsung terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB),

penyediaan lapangan kerja, sumber pendapatan masyarakat, dan penciptaan

ketahanan pangan, maupun peran tidak langsung melalui penciptaan kondisi yang

kondusif bagi pelaksanaan pembangunan dan hubungan sinergis dengan subsektor

dan sektor lainnya.

Pada sektor pertanian (tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, perikanan),

beberapa komoditas dapat dikategorikan sebagai komoditi unggulan dan prospektif.

Saat ini pengembangan agribisnis komoditas unggulan muncul menjadi salah satu

alternatif peluang investasi dalam pembangunan sektor pertanian. Mengemukanya

fenomena tersebut dalam konteks perencanaan wilayah dan otonomi daerah, terjadi

karena pendekatan tersebut diyakini dan telah teruji sebagai model yang layak

dikembangkan menuju pertanian yang tangguh, khususnya dalam peningkatan

pendapatan dan kesejahteraan masyarakat petani, serta pendapatan asli daerah.

Sasaran pembangunan pertanian Kabupaten Garut ditetapkan berdasarkan program

revitalisasi pertanian, meliputi kegiatan peningkatan ketahanan pangan,

pengembangan agribisnis, dan peningkatan kesejahteraan petani. Sedangkan sasaran

yang ingin dicapai adalah adanya usaha di sektor hulu usahatani (on farm), hilir

(agroindustri) dan usaha penunjang lainnya, peningkatan pertumbuhan PDRB sektor

pertanian, peningkatan ekspor produk pertanian segar maupun olahan, peningkatan

kapasitas dan posisi tawar petani, penguatan kelembagaan petani, peningkatan akses

Page 58: Kajian Potensi Unggulan BPMPT - garutkab.go.id

Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut

54

petani terhadap sumber daya produktif, dan peningkatan pendapatan petani. Sektor

pertanian ini dijadikan andalan Kabupatan Garut agar mendapat peluang mendorong

roda ekonomi Garut khususnya, juga bisa turut andil dalam perkonomian Jawa Barat.

Tabel 5.1

Produksi Pertanian Tanaman Pangan 2015

(a) Agribisnis Tanaman Pangan Unggulan

1. Agribisnis Padi Sawah

Beras merupakan komoditas strategis yang berperan penting dalam

perekonomian dan ketahanan pangan nasional, dan menjadi basis utama dalam

revitalisasi pertanian ke depan. Sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk,

kebutuhan beras di Kabupaten Garut diproyeksikan masih terus akan meningkat,

produksi padi tahun 2014 mencapai 1.033.921 ton atau 3,42% menurun apabila

dibandingkan dengan produksi padi tahun 2013 sebesar 1.070.539 ton, seiring

dengan terjadinya penurunan realisasi tanam pada tahun 2014 166.522 ton atau

4,12 % apabila dibandingkan dengan realisasi tanam tahun 2013 yang mencapai

171.976 ton. Hal ini terjadi karena: (1) Perubahan lahan baku sawah tahun 2012

yang sebelum ada pembaharuan yaitu 50.151 Ha, sesuai dengan hasil

pengukuran yang dilakukan oleh PUSDATIN berubah menjadi 48.541 Ha,

sehingga kehilangan luas lahan sawah sebesar 1.610 Ha yang dapat

Page 59: Kajian Potensi Unggulan BPMPT - garutkab.go.id

Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut

55

mengakibatkan penurunan luas tambah tanam sebesar 4.508 Ha dari tahun

2013 (3,179%), (2) Sedang Berlangsungnya pembangunan bendungan Copong

yang sekaligus akan mempengaruhi keberlangsungan pelaksanaan budidaya

padi, karena pembagian air di tingkat usaha tani terganggu, secara otomatis

akan berpengaruh terhadap pencapaian luas tambah tanam, panen dan

produksi, (3) Banyak lahan sawah yang telah beralih fungsi menjadi bangunan

umum, Industri bata merah dan beralih komoditi dari padi ke non padi terutama

tanaman perkebunan (Tembakau).

Pemerintah berkeinginan mempertahankan swasembada beras secara

berkelanjutan. Untuk mencapai sasaran tersebut Badan Penelitian dan

Pengembangan Pertanian telah dan akan menghasilkan varietas unggul padi

hibrida dan padi tipe baru. Varietas-varietas unggul yang berdaya hasil tinggi ini

diharapkan dapat diaktualisasikan potensi genetiknya melalui pengembangan

teknologi budi daya dengan pendekatan Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya

Terpadu (PTT).

Dalam penggunaan varietas unggul, varietas Sarinah merupakan varietas unggul

lokal Garut. Penggunaan varietas ini tidak kurang dari 40% dari total luas

pertanaman. Secara umum, Padi Sarinah dikembangkan di Kecamatan Cilawu,

Samarang, Tarogong Kaler, Karangpawitan, Wanaraja, Sukawening, Leuwigoong,

Kadungora, Bayongbong dan Tarogong Kidul.

Strategi yang dapat ditempuh dalam meningkatkan produksi padi adalah: (1)

mendorong sinergi antar subsistem agribisnis; (2) meningkatkan akses petani

terhadap sumber daya, modal, teknologi, dan pasar; (3) mendorong peningkatan

produktivitas melalui inovasi baru; (4) memberikan insentif berusaha; (5)

mendorong diversifikasi produksi; (6) mendorong partisipasi aktif seluruh

stakeholder; (7) pemberdayaan petani dan masyarakat; (8) pengembangan

kelembagaan (kelembagaan produksi dan penanganan pascapanen, irigasi,

koperasi, lumbung pangan desa, keuangan dan penyuluhan).

Kebijakan pengembangan padi diarahkan pada: (1) pembangunan dan

pengembangan kawasan agribisnis padi yang modern, tangguh, dan pemberian

Page 60: Kajian Potensi Unggulan BPMPT - garutkab.go.id

Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut

56

jaminan kehidupan yang lebih baik bagi petani; (2) peningkatan efisiensi usaha

tani melalui inovasi unggul dan berdaya saing; (3) pengelolaan dan pemanfaatan

sumber daya alam secara optimal, efisien dan produktif serta berkelanjutan yang

dapat mendukung ketahanan ekonomi dan pelestarian lingkungan; (4)

pemberdayaan petani dan masyarakat perdesaan; dan (5) pengembangan

kelembagaan dan kemitraan yang modern, tangguh, efisien, dan produktif.

2. Agribisnis Jagung

Dewasa ini jagung tidak hanya digunakan untuk bahan pangan tetapi juga untuk

pakan. Dalam beberapa tahun terakhir proporsi penggunaan jagung oleh industri

pakan telah mencapai 4% dari total kebutuhan nasional. Realisasi produksi

jagung berhasil tahun 2014 mencapai 567.876 ton pipilan kering meningkat

sebesar 1,42% atau 8.135 ton dari produksi tahun 2013 sebesar 559.741 ton

pipilan kering. Beberapa daerah yang menjadi sentra produksi jagung di

Kabupaten Garut adalah Kecamatan Wanaraja, Karangpawitan, Pangatikan,

Sukawening, Karang Tengah, Kadungora, Leles, Banyuresmi, Cibalong,

Limbangan, Leuwigoong, Selaawi dan Malangbong.

Ditinjau dari sumber daya lahan dan ketersediaan teknologi, Kabupaten Garut

sebenarnya masih berpeluang untuk meningkatkan produksi jagung walaupun

pada saat ini produksi jagung Kabupaten Garut sudah melampaui kebutuhan dan

bahkan sebagai pemasok produksi terbesar di Jawa Barat.

Upaya peningkatan produksi jagung ditempuh melalui perluasan areal tanam

dan peningkatan produktivitas. Perluasan areal tanam diarahkan pada lahan-

lahan potensial seperti lahan sawah irigasi, lahan sawah tadah hujan, dan lahan

kering yang belum dimanfaatkan secara optimal. Untuk peningkatan

produktivitas ditempuh dengan perbaikan teknis budidaya. Teknologi yang

diperlukan untuk mendukung pengembangan jagung antara lain adalah

penggunaan varietas hibrida yang lebih unggul, teknologi budidaya yang efisien

dengan pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT), teknologi pasca panen

untuk meningkatkan kualitas dan nilai tambah produk, dan peningkatan

pengetahuan dan keterampilan petani melalui Sekolah Lapang (SL).

Page 61: Kajian Potensi Unggulan BPMPT - garutkab.go.id

Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut

57

Kebijakan yang diperlukan dalam pengembangan agribisnis jagung adalah

kebijakan pengembangan insentif investasi, kelembagaan keuangan dan

permodalan, peningkatan dukungan teknologi yang siap diterapkan di lapangan,

peningkatan kualitas sumber daya manusia, kelembagaan agribisnis, dukungan

pemasaran, serta dukungan peraturan dan perundang-undangan.

3. Agribisnis Kedelai

Pertumbuhan permintaan kedelai selama 15 tahun terakhir cukup tinggi, namun

tidak mampu diimbangi oleh produksi dalam negeri, sehingga harus dilakukan

impor dalam jumlah yang cukup besar. Harga kedelai impor yang murah dan

tidak adanya tarif impor menyebabkan tidak kondusifnya pengembangan kedelai

di dalam negeri.

Prospek pengembangan kedelai di dalam negeri umumnya dan di Kabupaten

Garut khususnya untuk menekan impor cukup baik, mengingat ketersediaan

sumberdaya lahan yang cukup luas, iklim yang cocok, teknologi yang tersedia,

serta sumber daya manusia yang cukup terampil dalam usaha tani. Disamping

itu, pasar komoditi kedelai masih terbuka lebar.

Realisasi produksi kedelai tahun 2014 mencapai 25.938 ton biji kering, apabila

dibandingkan dengan realisasi tahun 2013 sebesar 21.441 ton, terjadi

peningkatan sebesar 20,97% (4.497 ton). Beberapa kecamatan yang potensial

sebagai sentra produksi kedelai di Kabupaten Garut adalah Tarogong Kaler,

Karangpawitan, Sucinaraja, Wanaraja, Cibatu, Karang Tengah, Pakenjeng,

Peundeuy, Cibalong dan Cikelet.

Strategi untuk peningkatan produksi kedelai melalui peningkatan produktivitas,

perluasan areal tanam, peningkatan efisiensi produksi, penguatan kelembagaan

petani, peningkatan kualitas produk, peningkatan nilai tambah, perbaikan akses

pasar, perbaikan sistem permodalan, pengembangan infrastruktur, pengaturan

tata niaga dan insentif usaha, serta mendorong/membina pengembangan usaha

kecil/rumah tangga dalam subsistem hilir untuk menghasilkan produk olahan

yang bermutu tinggi sesuai dengan tuntutan konsumen.

Page 62: Kajian Potensi Unggulan BPMPT - garutkab.go.id

Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut

58

4. Agribisnis Ubi Kayu

Pangan merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia yang harus terpenuhi

untuk menciptakan stabilitas ketahanan pangan masyarakat (Baliwati et.all

2009). Ubi kayu merupakan salah satu sumber pangan utama setelah padi dan

jagung, yang saat ini terus mengalami peningkatan permintaan karena

pertumbuhan industri makanan berbahan baku ubi kayu, bioetanol dan pakan

(Hafsah 2003). Berdasarkan data BPS Kabupaten Garut 2012 menunjukkan

bahwa Kabupaten Garut sebagai salah satu sentra produksi ubi kayu terbesar di

Jawa Barat diharapkan mampu memenuhi kebutuhan atau permintaan ubi kayu

yang semakin meningkat, khususnya permintaan akan produk olahan pangan

maupun non pangan, baik untuk konsumsi maupun industri. Sumber dari Ditjen

P2HP, Kabupaten Garut memperlihatkan bahwa saat ini telah banyak

berkembang aneka industri berbahan baku ubi kayu dan selama 3 tahun terakhir

telah berkembang pesat industri pengolahan tepung MOCAF, tapioka serta

berbagai industri pengolahan ubi kayu untuk makanan ringan seperti keripik,

cimring/comet/endog lewo, cimol, comro dan lain-lain. Akan tetapi tingginya

permintaan dan kebutuhan ubi kayu untuk industri dan konsumsi ternyata tidak

sebanding dengan produksi ubi kayu yang dihasilkan Kabupaten Garut. Daerah

yang menjadi sentra produksi ubi kayu di Kabupaten Garut adalah Kecamatan

Malangbong dan Cikelet.

(b) Agribisnis Tanaman Sayuran Unggulan

Sebagian besar sayuran yang dibudidayakan oleh petani di Kabupaten Garut

adalah sayuran dataran tinggi yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi.

Beberapa sayuran yang teridentifikasi sebagai komoditas unggulan pertama

adalah kentang, cabe merah, dan tomat. Sedangkan komoditas sayuran lainnya

masuk kedalam kelompok unggulan prioritas kedua, namun sangat

memungkinkan untuk dikembangkan. Beberapa daerah sentra produksi utama

tanaman sayuran adalah Kecamatan Cikajang, Bayongbong, Samarang,

Cisurupan, dan Wanaraja.

Page 63: Kajian Potensi Unggulan BPMPT - garutkab.go.id

Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut

59

Realisasi produksi sayuran tahun 2014 mencapai 806.499 ton, apabila

dibandingkan dengan pencapaian pada tahun 2013 mencapai 924.393 ton,

terjadi penurunan sebesar 14.61% (117.894 ton).

1. Kentang

Kentang sebagai komoditas yang mempunyai syarat tumbuh yang cukup khusus

sangat potensial dikembangkan di beberapa daerah Kabupaten Garut. Secara

ekologis, faktor alam (tipe iklim dan ketinggian tempat) di beberapa daerah

Kabupaten Garut sangat cocok untuk pengembangan kentang. Bentang alam

yang dimiliki oleh Kabupaten Garut sangat mendukung untuk penanaman

kentang, karena Garut mempunyai daerah dataran tinggi yang cukup luas.

Dataran tinggi ini tersebar di beberapa kecamatan, diantaranya Kecamatan

Pamulihan, Cikajang, Cigedug, Bayongbong, Cisurupan, Samarang, Wanaraja dan

Pasirwangi. Produksi kentang tahun 2014 mencapai 142.016 ton atau mengalami

penurunan 11% (19.059 Ton) dari tahun 2013 sebesar 161.073 ton. Penurunan

ini di sebabkan oleh: (1) luas tanam kentang untuk tahun 2014 menurun, (2)

ketersediaan bibit baik untuk kentang konsumsi maupun kentang industri

menurun, hal ini disebabkan karena untuk kentang konsumsi harga di pasaran

tinggi sehingga petani hampir menjual sebagian besar hasil produksinya

sedangkan yang dialokasikan untuk benih berikutnya hanya sebagian kecilnya

saja. Untuk kentang industri impor benih dari Australia sedikit dikarenakan

perusahaan benih kentang di Australia ini hanya memproduksi benih sesuai

dengan pesanan jadi mereka tidak memproduksi secara massal (3) Adanya

serangan OPT yang mengakibatkan penyakit layu bakteri (Phytoptora Inpestan)

sehingga produksi menurun namun apabila dilihat dari produktivitasnya

meningkat, realisasi produktivitas kentang tahun 2014 adalah 22.891 ton apabila

dibandingkan dengan pencapaian pada tahun 2013 mencapai 22.886 ton, terjadi

peningkatan sebesar 0,02 % (5 ton/ha).

Potensi usaha tani kentang di Kabupaten Garut berpeluang untuk

dikembangkan, pupuk yang digunakan untuk pertanaman kentang salah satunya

adalah kotoran ternak. Oleh karena itu perlu diciptakan kondisi yang kondusif

bagi pengembangan usaha-usaha yang dapat menghasilkan kotoran ternak,

Page 64: Kajian Potensi Unggulan BPMPT - garutkab.go.id

Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut

60

seperti: perusahaan ayam petelur, ayam pedaging, dan peternak domba. Bagi

petani, pupuk kandang digunakan karena dapat dengan mudah diperoleh petani

di setiap sentra produksi kentang. Lembaga yang berperan dalam penyaluran

pupuk, pestisida, dan sarana produksi lainnya adalah KUD dan toko sarana

produksi pertanian.

Mekanisme pemasaran kentang mengikuti sistem pasar terbuka yang

menempatkan pedagang pengumpul pada posisi tawar yang lebih kuat

dibandingkan dengan petani produsen kentang pada penentuan harga jual.

Untuk pemasaran komoditas kentang selain melalui pedagang pengumpul,

dapat pula dilakukan untuk pemenuhan bahan baku industri makanan. Industri

pengolahan makanan yang menjadi tujuan pemasaran komoditas kentang Jawa

Barat adalah PT. Indofood Frito Lay yang berlokasi di Semarang dan Tangerang.

2. Tomat

Selain kentang dan cabe, tomat juga merupakan komoditas unggulan Kabupaten

Garut. Produksi tomat pada tahun 2014 mencapai 117.548 ton atau mengalami

penurunan 17,12% dari tahun 2013 sebesar 141.830 ton. Penurunan produksi

tomat sama halnya seperti penurunan produksi cabe merah dan cabe rawit yaitu

disebabkan oleh luas tanam tanaman tomat untuk musim tanam tahun 2014

mengalami penurunan, realisasi luas tanam tahun 2014 sebesar 4.076 Ha

menurun apabila dibandingkan dengan realisasi luas tanam tahun 2013 yaitu

4.337 Ha. Tapi apabila dilihat dari produktivitasnya meningkat, produktivitas

tahun 2014 sebesar 27.848 Kw/Ha meningkat 90,02 % atau 5 Kw/Ha apabila

dibandingkan dengan produktivitas tahun 2013 yaitu 27.843 Kw/ha. Penurunan

produksi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu waktu tanam dan faktor

musim.

Seperti halnya komoditas cabe merah, komoditas tomat merupakan komoditas

yang diperlukan untuk pemenuhan kebutuhan rumah tangga dan pemenuhan

bahan baku industri makanan. Industri makanan yang banyak memerlukan

tomat terutama industri pembuatan saus tomat yang dikemas dalam berbagai

kemasan. Selain industri pembuatan saus, komoditas tomat juga banyak

Page 65: Kajian Potensi Unggulan BPMPT - garutkab.go.id

Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut

61

diperlukan oleh pedagang minuman buah olahan yang disajikan dalam bentuk

jus tomat.

Komoditas tomat yang sering diusahakan oleh petani di Garut terdiri dari

berbagai jenis, dari jenis lokal hingga benih hasil hibrida. Penggunaan benih

hibrida yang dihasilkan oleh perusahaan-perusahaan benih dalam dan luar

negeri menunjukkan angka penggunaan yang tinggi. Kondisi ini disebabkan

karena untuk melakukan perbanyakan benih tanaman tomat memerlukan

teknologi berbiaya tinggi. Kemudahan mendapatkan benih tomat secara

perlahan telah menciptakan suatu ketergantungan petani terhadap benih impor.

Oleh karena itu pembinaan kepada petani penangkar perlu terus ditingkatkan,

agar kebocoran (leakages) devisa dapat dikurangi.

3. Kubis

Kubis putih (Brassica oleracea var. Capitata L) merupakan sayuran penting,

terutama didataran tinggi. Kubis mempunyai arti ekonomi yang penting sebagai

sumber pendapatan petani dan sumber gizi (vitamin A dan C) bagi masyarakat.

Kubis putih merupakan kubis kepala bulat dengan ciri-ciri: Krop bulat dan

kompak, ukuran daun kecil sampai sedang, mempunyai daun luar berwarna

hijau muda, memiliki teras atau hati kecil dan mempunyai batang pendek.

Menurut data dari Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan

Kabupaten Garut, rata-rata produktifitas Kubis di Kabupaten Garut adalah 23-24

ton/Ha. Daerah-daerah sentra pengembangan kubis diKabupaten Garut adalah

Kecamatan Cikajang, Kecamatan Pasirwangi, Cisurupan, Samarang, Cigeug dan

Bayongbong. Rata-rata pertahun, areal luas panen komoditas kubis adalah

seluas 4.800 Ha dengan menghasilkan kubis rata-rata sebesar 120.000 ton.

(c) Agribisnis Tanaman Buah-buahan Unggulan

1. Jeruk Keprok/Siam

Kabupaten Garut mempunyai potensi keragaman agroklimat yang sesuai untuk

pengembangan berbagai jenis komoditas hortikultura, salah satu diantaranya

adalah tanaman jeruk siam garut (citrus nobilis var. Micocarpa) dan keprok garut

(citrus nobilis var. Chrysocarpa). Selain itu masih ada jenis lain yang

dikembangkan yakni konde (Citrus nobilis var. Raticula) serta jeruk manis (Citrus

Page 66: Kajian Potensi Unggulan BPMPT - garutkab.go.id

Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut

62

nobilis var. Sinensis).Dari beberapa jenis jeruk tersebut, keprok garut merupakan

terbaik di Indonesia, dan dilihat dari aspek ekonomi, jenis ini paling tinggi

nilainya jika dibandingkan dengan jeruk lainnya.

Produksi jeruk keprok/siam tahun 2014 mencapai 135.673 Kg/pohon atau

mengalami penurunan 6% (8.879 Kg/pohon) dari tahun 2013 mencapai 144.552

Kg/pohon. Penurunan ini disebabkan jumlah tanaman jeruk yang produktif

untuk masa tanam 2006 sampai dengan 2009 sudah mulai menurun

produksinya, sedangkan untuk tanaman jeruk yang ditanam 2010 sampai

dengan 2012 produksinya tinggi namun jumlah tanamannya sedikit, jeruk garut

yang ditanam tahun 2013 dan 2014 belum berproduksi sehingga mempengaruhi

terhadap produksi, namun apabila dilihat dari produktivitas tahun 2014 adalah

4.801 Kg/pohon meningkat 0,62 % (30 Kg/ Pohon) dibanding dengan

produktivitas tahun 2013. Jeruk dapat tumbuh baik hampir di setiap jenis tanah

kecuali pada lahan-lahan yang tergenang. Jeruk sebaiknya dibudidayakan pada

tanah-tanah gembur berpasir hingga lempung berliat dengan pH tanah optimum

antara 4,5 – 8,0. Kesesuaian agroklimat ini dapat ditemui di Kabupaten Garut,

diantaranya tanaman jeruk Garut terdapat di Kecamatan Pasirwangi, Samarang,

Cilawu, Cisurupan, Bayongbong dan Karangpawitan.

Nilai ekonomis jeruk dapat dilihat dari tingkat kesejahteraan petaninya yang

relatif tinggi. Keuntungan usaha tani jeruk biasanya mulai diperoleh pada tahun

ke-4, dengan besar yang bervariasi tergantung jenis maupun lokasi. Kebijakan

yang langsung terkait dengan pembangunan dan pengembangan agribisnis jeruk

di beberapa sentra produksi meliputi: (1) Kebijakan peningkatan kompetensi

SDM; (2) Kebijakan peningkatan koordinasi dalam penyusunan kebijakan dan

pembangunan agribisnis jeruk; (3) Kebijakan penguatan kelembagaan petani dan

pelaku agribisnis jeruk; (4) Kebijakan peningkatan ketersediaan sarana dan

prasarana pendukung pengembangan agribisnis jeruk; (5) Kebijakan percepatan

proses perakitan teknologi spesifik lokasi, diseminasi dan alih inovasi teknologi

anjuran dapat dimanfaatkan untuk merespon baik permasalahan dan kebutuhan

inovasi teknologi spesifik lokasi; dan (6) Kebijakan peningkatan promosi dan

proteksi jeruk.

Page 67: Kajian Potensi Unggulan BPMPT - garutkab.go.id

Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut

63

Berdasarkan kondisi agribisnis jeruk saat ini dan yang ingin diwujudkan masa

mendatang terutama pada tahun 2015, maka program revitalisasi agribisnis

jeruk meliputi beberapa kegiatan utama, yaitu: (1) Pengakurasian data agribisnis

jeruk; (2) Revitalisasi industri benih jeruk; (3) Revitalisasi sentra produksi jeruk;

(4) Penumbuhan sentra agribisnis baru; (5) Pembangunan pabrik pengolahan; (6)

Pembentukan Jaringan Informasi Agribisnis Jeruk; dan (7) Revitalisasi

penyuluhan dan pembinaan petani. Tujuan pasar untuk buah jeruk di Garut

ditujukan untuk konsumen di wilayah Garut dan sekitar wilayah Jawa Barat serta

Jakarta. Tingginya permintaan di Jawa Barat sendiri mengakibatkan harga jual di

tingkat konsumen yang tinggi pula. Keadaan ini pula mengundang masuknya

hasil produksi dari luar Jawa Barat dan produk jeruk impor untuk varietas-

varietas tertentu.

2. Alpukat

Seperti halnya komoditas jeruk Kabupaten Garut mempunyai potensi keragaman

untuk pengembangan berbagai jenis komoditas buah-buahan, diantaranya

komoditas Alpukat. Dari beberapa jenis Alpukat yang dikembangkan di

Kabupaten Garut, Alpukat Sindangreret merupakan varietas Alpukat terbaik di

Kabupaten Garut, dan dilihat dari aspek ekonomi, jenis ini paling tinggi nilainya

jika dibandingkan dengan Alpukat varietas lainnya. Alpukat dapat tumbuh baik

hampir di setiap jenis tanah kecuali pada lahan-lahan yang tergenang. Alpukat

sebaiknya dibudidayakan pada tanah-tanah gembur berpasir hingga lempung

berliat dengan pH tanah optimum antara 4,5 – 8,0. Kesesuaian agroklimat ini

dapat ditemui di Kabupaten Garut, dalam pengembangannya Alpukat dibagi

dalam dua kategori yaitu Alpukat dataran sedang dan dataran tinggi. Wilayah

pengembangan Alpukat Sindangreret banyak terdapat di Kecamatan

Karangpawitan, Sucinaraja, Cilawu, Wanaraja, Leles, Sukawening, Karangtengah,

Pangatikan dan Banyuresmi.

Tujuan pasar buah Alpukat yaitu untuk memenuhi permintaan konsumen lokal,

wilayah di Jawa Barat serta DKI Jakarta. Tingginya permintaan pasar di Jawa

Barat dan DKI Jakarta mengakibatkan harga jual di tingkat konsumen cukup

tinggi pula. Keadaan ini pula yang membuat peluang besar untuk pengembangan

Page 68: Kajian Potensi Unggulan BPMPT - garutkab.go.id

Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut

64

komoditas Alpukat di Kabupaten Garut. Produksi Alpukat di Kabupaten Garut

pada tahun 2014 mencapai 448.240 KW atau mengalami penurunan 8% dari

tahun 2013 mencapai 485.056 KW. Penurunan produksi ini disebabkan tanaman

alpukat yang sudah tidak produktif ditebang tetapi tidak diganti dengan

tanaman alpukat yang baru sehingga produksinya menurun. Tapi apabila dilihat

dari produktivitasnya mengalami peningkatan yaitu produktivitas alpukat tahun

2014 19.565 Kg/pohon meningkat 0,38% (75 Kg/pohon) bila dibandingkan

dengan produktivitas tahun 2013 yaitu 19.490 Kg/pohon.

5.2 Potensi Unggulan Sektor Perkebunan

Berdasarkan hasil lapangan, Jenis komoditi perkebunan yang tersedia berdasarkan

data yang diperoleh adalah sebagai berikut:

Tabel 5.2

Komoditas Sektor Perkebunan

NO KOMODITAS PRODUKSI (Ton) LUAS (Ha)

2013 2014 2013 2014

B Tanaman tahunan

1 Aren 1.210,00 1.214,00 2.712,00 2.712,00

2 Cengkeh 711,00 716,00 2.859,00 2.859,00

3 Jambu mete 14,40 14,10 69,00 69,00

4 Jarak - - 85,00 30,00

5 Kakao 1,10 1,00 5,00 5,00

6 Kapok/ Randu 18,40 18,50 98,00 98,00

7 Karet 200,00 202,00 3.136,00 3.136,00

8 Kayumanis 5,70 4,20 25,00 25,00

9 Kelapa 2.866,00 2.869,00 5.475,00 5.475,00

10 Kelapa Sawit - - 80,00 80,00

Page 69: Kajian Potensi Unggulan BPMPT - garutkab.go.id

Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut

65

11 Kemiri Sunan - - 36,00 36,00

12 Kina 29,00 28,00 34,00 34,00

13 Kopi Arabika 1.308,00 1.311,00 2.951,00 2.951,00

14 Kopi Robusta 468,00 469,00 845,00 845,00

15 Lada 30,00 29,40 103,00 103,00

16 Pala 13,00 12,30 39,00 39,00

17 Pinang 1,30 1,30 37,00 37,00

18 T e h 4.932,00 4.935,00 4.309,00 4.309,00

Sumber : Dinas Perkebunan Kab. Garut Tahun 2014

1. Akar Wangi (Vetiveria zizanoides)

Akar Wangi sudah diekspor dalam bentuk akar sejak tahun 1918. Seiring dengan

berkembangnya agroindustri penyulingan akar wangi, maka ekspor pun bergeser

ke minyak akar wangi. Hingga Tahun 2000, permintaan dunia terutama dari

Amerika Serikat, Prancis, Jepang, Jerman, Italia, Belanda, Spanyol, Swiss, Inggris,

dan negara lainnya atas minyak akar wangi mencapai angka lebih dari 250 ton.

Sementara total produksi minyak akar wangi Indonesia baru mencapai angka 70-

80 ton per tahun. Jika seluruh produk akar wangi Indonesia diekspor, maka

hanya baru menutupi sekitar 24%-30% pangsa pasar dunia. Hal ini menegaskan

bahwa prospek pengembangan akar wangi sangat besar. Secara riil,

perkembangan ekspor dan nilai minyak akar wangi Indonesia masih fluktuatif,

hal ini bukan disebabkan oleh fluktuasi permintaan pasar dunia, tetapi lebih

disebabkan oleh fluktuasi produksi akar wangi dan kualitas minyak akar wangi di

dalam negeri. Secara ekologis, Kabupaten Garut dengan karakteristik

agroekosistemnya sangat potensial bagi pengembangan agribisnis akar wangi.

Karena akar wangi tumbuh dan akan menghasilkan minyak yang baik pada

ketinggian di atas 700 m (600-1500 m) di atas permukaan laut, dengan suhu

optimal 17oC-27oC dan curah hujan antara 200-2000 mm per tahun. Tanah yang

baik untuk pertumbuhan akar wangi adalah tanah yang gembur atau tanah yang

berpasir, seperti tanah yang mengandung abu vulkanis. Permasalahannya, pada

umumnya para petani akar wangi kurang memperhatikan aspek lingkungan,

sehingga masih banyak yang mengusahakan akar wangi di DAS yang sedang

menjadi daerah penghijauan/reboisasi, daerah yang berfungsi hidrologis, dan di

daerah dengan kemiringan lebih dari 15 persen. Secara sosiologis dan

Page 70: Kajian Potensi Unggulan BPMPT - garutkab.go.id

Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut

66

agroekologis, kecamatan Samarang (1.020 Ha), Pasirwangi (73 Ha), Leles (465

Ha), Bayongbong (272 Ha), Cilawu (338 Ha), Tarogong Kaler (180 Ha) merupakan

kecamatan-kecamatan basis bagi pengembangan akar wangi di kabupaten

Garut. Secara teknis dan sosiologis, kemampuan teknis budidaya para petani

akar wangi di Kabupaten Garut sudah baik dan teruji secara layak, baik secara

teori maupun atas dasar pengalaman yang cukup lama dalam budidaya akar

wangi. Adapun kelemahannya adalah: 1) kurang tepatnya penggunaan sarana

produksi; 2) lemahnya modal usaha, lokasi usaha tani dan pasar akar wangi

(ketimpangan margin pemasaran; 3) lemahnya kelembagaan pengolahan dan

pemasaran minyak akar wangi; dan 4) meskipun hingga tahun 2014, di

Kabupaten Garut terdapat sekitar 42 unit usaha penyulingan akar wangi, namun

pada umumnya, unit usaha tersebut belum mengetahui standar teknis produksi

dan kualitas produk yang sesuai dengan permintaan pasar dunia. Apalagi sampai

pada kriteria spesifik, seperti untuk industri obat-obatan dan produk kosmetika.

Untuk itu, kelembagaan pengembangan sumberdaya manusia dan pemasaran

pun perlu ditingkatkan. Produksi Akar wangi tahun 2014 mencapai 70,50 ton

atau mengalami penurunan dari tahun 2013 yang mencapai 73,00 ton.

2. Teh (Camelia Sinensis )

Kabupaten Garut yang termasuk daerah Priangan merupakan salah satu sentra

produksi teh andalan Jawa Barat, terutama di Kecamatan Cikajang, Singajaya,

Banjarwangi, Cisurupan, Cilawu dan Pakenjeng. Tanaman teh merupakan salah

satu komoditas perkebunan yang penting di Indonesia, karena nilai ekspornya

dapat memberikan kontribusi devisa yang tidak sedikit bagi negara. Pemerintah

menyadari bahwa industri di sektor migas persediaannya makin lama makin

menipis, terutama minyak bumi yang harganya naik turun. Untuk itulah

Pemerintah berusaha meningkatkan industri di sektor nonmigas, antara lain

industri teh.

Namun jika dilihat dari pertumbuhan ekspornya, ternyata menurut International

Trade Centre, pertumbuhan ekspor teh Indonesia jauh di bawah pertumbuhan

ekspor teh dunia. Negara-negara yang memiliki pertumbuhan ekspor teh dunia

tertinggi mulai dari Jepang, India, Vietnam, Inggris, Uni Emirat Arab, Amerika

Page 71: Kajian Potensi Unggulan BPMPT - garutkab.go.id

Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut

67

Serikat dan Srilanka. Kekuatan negara Jepang, Inggris, Uni Emirat Arab, Amerika

Serikat sebagai negara yang memiliki pertumbuhan ekspor cukup tinggi terletak

pada kemampuannya memberikan nilai tambah, serta memiliki jaringan

perdagangan teh yang kuat. Jadi, walaupun negara-negara tersebut tercatat

sebagai negara-negara pengimpor teh curah, tapi sebagian hasil impor tersebut

mereka ekspor kembali dalam bentuk produk-produk hilir teh. Produksi teh

tahun 2014 mencapai 4.935 ton atau mengalami peningkatan dari tahun 2013

dengan produksi sebesar 4.932 ton.

3. Tembakau( Nicotiana Tabbacum )

Usaha tani tembakau (Nicotiana tabacum L) sudah dilaksanakan sejak lama oleh

para petani di Kabupaten Garut. Tembakau merupakan suatu komoditas yang

merupakan pilihan sebagian besar petani di Kabupaten Garut. Sebagai

indikasinya dapat diketahui bahwa luas areal tanaman tembakau tahun 2014

sampai mencapai 4.085 Ha atau mengalami penurunan dibandingkan dengan

pencapaian pada tahun 2013 dengan luas areal 4.099 Ha.

Sentra produksi tembakau di Kabupaten Garut berada di Kecamatan Tarogong

Kaler, Wanaraja, Leles, Cibiuk dan Kadungora. Jumlah varietas tembakau rakyat

yang diusahakan para petani di Kabupaten Garut cukup banyak diantaranya

Kedu Omas, Kedu Hejo, Kedu Jonas, Kedu Rancing, Palumbon, Gambung, Cere,

Virginia Garut dan lainnya. Beberapa varietas tersebut menghasilkan tembakau

mole yang memiliki aroma serta cita rasa khas tembakau Garut sehingga

tembakau mole Garut memiliki keunggulan dan prospek pasar yang sangat cerah

karena memiliki kelas kualitas tersendiri sebagai sumber bahan baku beberapa

perusahaan pabrik rokok dalam negeri. Produksi tembakau tahun 2014

mencapai 3.498 ton atau mengalami penurunan dari tahun 2013 sebesar 3.509

ton.

4. Kopi (Coffea Sp.)

Kopi merupakan salah satu komoditi unggulan di kabupaten garut, yang

mempunyai peranan penting sebagai salah satu penghasil devisa negara, sumber

pendapatan, penciptaan lapangan kerja sekitar 11.725 kk, mendorong agribisnis

Page 72: Kajian Potensi Unggulan BPMPT - garutkab.go.id

Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut

68

dan agroindustri serta pengembangan ekonomi wilayah, selain itu tanaman kopi

mempunyai fungsi sebagai tanaman konservasi. Sesuai data statistik Dinas

Perkebunan Kabupaten Garut tahun 2013 luas areal tanaman kopi Arabika 2.951

Ha dan Kopi Robusta 845 Ha, areal tanaman kopi tersebut diusahakan oleh

perkebunan rakyat, dengan produksi Kopi Arabika 1.311 ton dan Kopi Robusta

469 Ton kopi berasan, atau rata-rata tingkat produktivitas sebesar 0,91

ton/ha/tahun. Sebagian besar komoditi kopi, baru diolah dalam bentuk biji kopi

berasan, sedangkan pengolahan produk hilirnya belum dilakukan secara intensif,

sehingga peluang untuk memperoleh nilai tambah (added value) serta

penciptaan lapangan pekerjaan di pedesaan kurang optimal.

5. Karet (Hevea Braciliensis )

Karet merupakan komoditi unggulan perkebunan di Kabupaten Garut dan

merupakan salah satu komoditi yang penting sebagai bahan baku bagi berbagai

industri. Dari luas areal 10.913 Ha pada tahun 2014, areal karet di kabupaten

Garut diusahakan dalam bentuk perkebunan rakyat seluas 3.136 Ha, perkebunan

besar negara (PTPN) seluas 4.824 Ha dan Perkebunan Besar Swasta (PBS) seluas

2.953 Ha.

Peranan Komoditi Karet yang strategis selain pada aspek ekonomi yang dapat

menyokong perekonomian masyarakat desa, juga di aspek sosial yang menyerap

tenaga kerja secara mikro di lingkungan keluarga dan secara makro pada

lingkungan masyarakat, serta pengembangan wilayah. Selain itu komoditi karet

mempunyai fungsi ekologis, karena karet merupakan tanaman konservasi

dengan perakarannya yang kuat mampu menahan erosi dan mampu mengikat

air tanah dan mampu mengendalikan run off. Prospek pengembangan Komoditi

Karet sangat bagus, mengingat peluang pasar dalam maupun luar negeri masih

terbuka lebar dan mempunyai prospek yang cerah dan potensial.

5.3 Potensi Unggulan Sektor Peternakan

Adapun hasil lapangan, Jenis ternak dan produksi yang tersedia berdasarkan data yang

diperoleh adalah sebagai berikut:

Page 73: Kajian Potensi Unggulan BPMPT - garutkab.go.id

Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut

69

Tabel 5.3

Populasi Ternak Tahun 2014

No JENIS TERNAK POPULASI

2013 2014

1 Sapi perah 13.378 13.460

2 Sapi Potong 30.796 31.162

3 Kerbau 14.754 14.031

4 Domba 1.200.733 1.258.733

5 Kambing 85.678 86.339

6 Ayam ras pedaging 548.077 559.519

7 Ayam buras 1.732.247 1.654.726

8 Itik 233.184 246.462

Sumber : Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Kab Garut, 2014

Tabel 5.4

Pencapaian Produksi Hasil Ternak

NO KOMODITI PRODUKSI

2013 2014

A DAGING:

Sapi 1.580.312 1.684.077

Kerbau 413.410 356.387

Domba 1.146.500 1.169.430

Kambing 263.397 273.933

Ayam Ras 936.225 955.587

Ayam Buras 2.935.159 2.982.720

Itik 399.275 368.857

B TELUR:

Ayam Buras 2.104.832 2.269.005

Itik 295.168 219.287

C SUSU (Liter) 18.319.634 19.915.598 Sumber : Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Kab Garut, 2014

1. Ternak Sapi Perah dan Sapi Potong

Salah satu ternak unggulan di Kabupaten Garut adalah sapi perah. Wilayah

pengembangan sapi perah yang banyak diusahakan masyarakat tersebar di

sejumlah kecamatan diantaranya Kecamatan Cilawu, Bayongbong, Cisurupan,

Cikajang dan Cigedug. Sapi perah juga tersebar dalam skala kecil di wilayah

kecamatan Samarang, Banjarwangi, Pasirwangi, Karangpawitan, Wanaraja dan

Pamulihan. Sapi perah mampu memberikan manfaat ganda bagi pengadaan

pangan, yaitu sebagai penghasil susu serta penghasil daging. Kecamatan

Page 74: Kajian Potensi Unggulan BPMPT - garutkab.go.id

Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut

70

Cikajang, Bayongbong dan Cisurupan merupakan wilayah utama budidaya sapi

perah. Ketiga wilayah kecamatan tersebut merupakan sentra produksi susu di

Kabupaten Garut.

Populasi sapi perah di Kabupaten Garut tahun 2014 mencapai 18.160 ekor

mengalami penurunan populasi sebesar 11,01% dari tahun 2013 sebanyak

20.160 ekor. Penurunan tersebut diakibatkan oleh semakin tingginya harga

konsentrat yang tidak diimbangi dengan kenaikan harga susu sehingga banyak

peternak sapi perah yang terpaksa menjual sapinya untuk menutup biaya

operasional. Selain sapi perah, sapi potong juga merupakan ternak unggulan di

Kabupaten Garut. Penyebaran sapi potong secara geografis menyebar di utara

dan selatan, hanya jenis ternaknya berbeda. Di wilayah utara berkembang

penggemukan yang terkonsentrasi di beberapa daerah seperti Kecamatan

Malangbong, Selaawi, Limbangan, Leles, Tarogong Kaler, Tarogong Kidul,

Wanaraja, Karangpawitan dan daerah lainnya. Sapi potong lokal dan

persilangannya terkonsentrasi di wilayah Selatan, khususnya kecamatan

Pameungpeuk, Cikelet, Cibalong, Cisompet dan Bungbulang. Khusus untuk

pengembangan peternakan sapi potong di Kecamatan Bungbulang,

pengembangan sapi potong memperoleh perhatian yang sangat besar dari

Pemerintah Jawa Barat, terkait dengan pengembangan kawasan Agribisnis

Cipamatuh. Populasi sapi potong tahun 2014 mencapai 31.162 ekor yang

mengalami sedikit penurunan yaitu sebesar 0,76% dari tahun 2013 sebanyak

31.704 ekor. Penurunan tersebut disebabkan oleh tingginya harga karkas dan

daging sapi sehingga mendorong sejumlah peternak untuk menjual stok sapinya

ke pasaran.

2. Ternak Domba

Kabupaten Garut merupakan salah satu sentra produksi domba di Jawa Barat

setelah Kabupaten Bandung. Domba menyebar secara merata di seluruh

wilayah. Beberapa kecamatan dengan populasi domba dan terbanyak berada di

Kecamatan Cilawu, Bayongbong, Cisurupan, Cikajang dan Cigedug. Domba

merupakan komoditas andalan yang dipelihara masyarakat. Di daerah ini,

dikenal sebagai pusat pembiakan/pembibitan Domba Garut atau Domba

Page 75: Kajian Potensi Unggulan BPMPT - garutkab.go.id

Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut

71

Priangan. Populasi domba tahun 2014 mencapai 1.348.637 ekor yang mengalami

peningkatan sebesar 15,97 % dari tahun 2013 sebanyak 1.126.976 ekor. Secara

umum domba-domba yang dipelihara di wilayah selatan berbeda dengan domba

yang dipelihara di wilayah utara. Daerah Cibalong, Bungbulang, Singajaya

sebagian besar jenis domba yang dipelihara adalah domba lokal, dengan

performa badan yang lebih kecil dari domba Garut. Di daerah selatan, karena

lahan yang relatif luas, pola pemeliharaan domba dilakukan dengan cara

diangon (ekstensif) atau semi intensif.

Tujuan akhir dari pengembangan produksi peternakan adalah untuk memenuhi

penyediaan pangan produk peternakan bagi masyarakat dalam takaran yang

cukup sesuai dengan norma kebutuhan gizi. Pangan produk peternakan yang

disediakan untuk memenuhi kebutuhan tersebut adalah daging, telur dan susu.

Disamping untuk memenuhi kebutuhan gizi, produk peternakan memberikan

kontribusi nyata bagi kegiatan industri, yaitu produksi kulit sapi dan kerbau serta

kulit domba dan kambing.

5.4 Potensi Unggulan Sektor Perikanan dan Kelautan

Adapun hasil lapangan, jenis komoditi perikanan dan kelautan berdasarkan data yang

tersedia adalah sebagai berikut:

Tabel 5.6

Produksi Ikan Tahun 2014

NO URAIAN

PRODUKSI IKAN (ton)

2013 2014

A BUDIDAYA

1 Tambak 426 504

2 Kolam Air Tenang 30.708 32.628

3 Kolam air Deras 527 843

4 Sawah/ Minapadi 15.908 15.402

B PENANGKAPAN

1 Perikanan Laut 4.134 3.949

2 Perairan umum 143,6 110,87 C PRODUKSI

1 Perbenihan (ekor) 471.328.220 811.229.510

2 Jumlah Produksi Konsumsi (ton) 53.139 54.945 3 Jumlah Produksi non Konsumsi (ekor) 1.925.000 2.667.105

Page 76: Kajian Potensi Unggulan BPMPT - garutkab.go.id

Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut

72

4 Jumlah Produksi Perikanan Darat (ton) 49.296 54.945

5 Jumlah Produksi Perikanan Laut 4.134 3.949 Sumber : Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Kab Garut, 2014

Komoditas Unggulan Perikanan

Tingkat konsumsi ikan masyarakat Garut per kapita sebesar 24,32 kg/kapita/tahun

dari target sebesar 24 kg/kapita/tahun atau tercapai 101,32%. Tingkat konsumsi

ikan di Kabupaten Garut tergolong masih rendah bila dibandingan dengan target

konsumsi ikan secara regional jawa Barat sebesar 30 kg/kapita/tahun dan nasional

sebesar 34,4 kg/kapita/tahun. Untuk itu terus diupayakan berbagai program

kegiatan yang dapat mendorong tingkat konsumsi. Upaya yang dilakukan

diantaranya dengan kegiatan promosi dan sosialisasi ”Gemar Makan Ikan” serta

meningkatkan produksi ikan untuk peningkatan pengadaan pangan. Produksi

perikanan darat untuk konsumsi pada tahun 2014 sebanyak 54.945 ton atau

meningkat sebesar 3,29% dibanding tahun 2013 sebesar 53.139 ton. Produksi ikan

budidaya di Kabupaten sebagian besar untuk memenuhi kebutuhan masyarakat

Garut. Sampai saat ini pasokan ikan segar ke Kabupaten Garut masih tinggi. Oleh

karena itu, komoditas perikanan darat ini harus diprioritaskan, minimal untuk

memenuhi kebutuhan lokal agar bisa mengurangi pasokan dari luar Garut.

Pengembangan komoditas perikanan darat dapat ditempuh melalui usaha

penerapan teknologi tepat guna. Pemanfaatan sawah untuk areal minapadi perlu

terus ditingkatkan. Begitu juga dengan pemanfaatan perairan umum, baik melalui

usaha budidaya ikan dengan sistem karamba, karamba jaring apung, sistem pagar

atau hampang merupakan alternatif yang dapat dikembangkan mengingat

Kabupaten Garut mempunyai potensi situ dan sungai yang cukup besar. Kegiatan

perikanan laut nampaknya perlu mendapat perhatian dalam rangka meningkatkan

tingkat pemanfaatan dari potensi lestari ikan laut di Kabupaten Garut yaitu sebesar

10.000 ton/tahun. Potensi perikanan yang umumnya ditangkap di perairan selatan

Kabupaten Garut diantaranya adalah Tuna, Tongkol, Cakalang, Cumi-cumi, Layur,

Kakap, Bawal Hitam, Kerapu, Baronang, Cucut Botol, Lobster dan ikan hias.

Disamping ikan-ikan tersebut juga terdapat rumput laut yang cukup potensial.

Produksi perikanan laut di Kabupaten Garut sebagian besar masih berasal dari hasil

Page 77: Kajian Potensi Unggulan BPMPT - garutkab.go.id

Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut

73

penangkapan. Produksi ikan laut pada tahun 2014 sebesar 4.059,87 ton.

Peningkatan produksi ikan laut diupayakan melalui bantuan sarana prasarana dan

permodalan kelompok nelayan, pengembangan usaha perikanan, Pengembangan

tata kelembagaan perikanan serta peningkatan teknologi dan armada tangkap.

Budidaya udang tambak merupakan prospek yang cukup bagus untuk

dikembangkan di pantai selatan Garut, hal ini didukung oleh kondisi perairan yang

belum tercemar bila dibandingkan dengan perairan pantai utara Jawa. Di pesisir

perairan Kabupaten Garut banyak nelayan yang mengambil rumput laut

(makroalga) dari alam terutama dari genus Eucheuma, Gracillaria, Sargassum dan

Gelidium. Makroalga tersebut umumnya dijual ke para bakul, sebagai bahan baku

pembuat makanan, misalnya untuk agar-agar dan dodol agar, juga rumput laut ini

merupakan bahan baku untuk industri minuman, makanan dan farmasi. Sehingga

komoditas rumput laut ini merupakan komoditas unggulan yang dapat

dikembangkan di pesisir selatan Garut. Sampai saat ini, pengolah rumput laut

terdapat di Kecamatan Cikelet sedangkan pengumpul rumput laut tersebar di

seluruh desa pantai mulai dari Cikelet, Cibalong, Pakenjeng, Mekarmukti dan

Caringin. Metode budidaya untuk rumput laut juga, bukanlah hal yang sulit, karena

berbagai teknik bisa dilakukan seperti teknik lepas dasar, long line juga budidaya

rumput laut di tambak.

5.5 Potensi Sektor Kehutanan

Kabupaten Garut mempunyai sumber daya hutan yang cukup luas yaitu 107.865 Ha

(35%) dari luas wilayah Kabupaten. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan

Nomor: 195/Kpts-II/2003, tanggal 4 Juli tahun 2003, fungsi hutan dan luasannya yang

ada di Kabupaten Garut adalah:

a. Hutan Konservasi : 26.727 Ha (24,77%)

b. Hutan Lindung, : 75.572 Ha (70,06%)

c. Hutan Produksi Terbatas : 5.400 Ha (5,02%)

d. Hutan Produksi : 166 Ha (0,15%).

Selain kawasan hutan negara tersebut, Kabupaten Garut mempunyai lahan milik

yang cukup luas dan layak untuk ditanami tanaman kayu. Populasi (tegakan)

tanaman kayu pada lahan milik yang biasa disebut Hutan Rakyat diharapkan menjadi

Page 78: Kajian Potensi Unggulan BPMPT - garutkab.go.id

Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut

74

sumber utama penghasil kayu mengingat Hutan Negara yang mempunyai fungsi

produksi sudah semakin terbatas untuk dapat mensuplai kebutuhan hasil hutan

berupa kayu. Saat ini, populasi tersebut sudah memiliki luasan 39.746 Ha.

Berdasarkan RPRL Tahun 2011-2015 seluas 32.751,35 Ha. Dan yang telah ditangani

dari tahun 2011 sampai dengan 2013 adalah seluas 24.120,66 Ha, sehingga luas

lahan kritis sisa penanganan adalah 8.630,69 Ha. Pada tahun 2014 telah dilakukan

penanaman lahan kritis seluas 3.563,22 Ha. Kegiatan rehabilitasi ini berasal dari

berbagai sumber anggaran yaitu APBN dalam bentuk DAK seluas 150 Ha,

penghijauan lingkungan DAK seluas 12,97 Ha, RHL dalm bentuk KBR (APBN) 781 Ha,

RHL dalam bentuk penghijauan lingkungan (APBN Persemaian Permanen) seluas 500

Ha, RHL dalam bentuk penghijauan lingkungan BP DAS Cimanuk Citanduy (APBN) 30

Ha, rehabilitasi DAS besar (APBD Provinsi) seluas 250 Ha, RHL dalam bentuk HR dan

HR Rawan Bencana (APBD Kabupaten) seluas 70 Ha, RHL dalam bentuk penghijauan

lingkungan (APBD Kabupaten) seluas 699,25 Ha, dan swadaya masyarakat seluas

1.100 Ha. Dengan demikian sampai dengan akhir tahun 2014 sisa lahan kritis yang

belum ditangani adalah 5.067,47 Ha, namun berdasarkan hasil review lahan kritis

tahun 2014 oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kementerian Kehutanan Balai

Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS) Cimanuk-Citanduy adalah 119.926,86 Ha.

Kebijakan hutan kemasyarakatan (social forestry) dalam bentuk sistem Pengelolaan

Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) pada tahun 2014 dilaksanakan pengembangan

yaitu di 13 Desa, dengan komoditas tanaman Kopi. Adapun pengembangan Aneka

Usaha Kehutanan sampai dengan tahun 2014 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.7

Hasil Kegiatan Pengembangan Aneka Usaha Kehutanan (AUK) Tahun 2009 -2014

No Kegiatan/ Hasil Satuan Tahun

2009 2010 2011 2012 2013 2014

1. Sutera Alam

TanamanMurbei Ha 124 124 6,35 10,35 15 13

Kokon Kg 4.250 4.250 653 - 177 515

2. Jamur Kayu

Media Log 121.651 121.651 69.635 50,751 223.926 170.918

Produksi Jamur Kg 60.820 60.820 34.819,41 25.375,89 39.721,90 85.459,05

3. Lebah Madu

Koloni Stup 186 186 45 152 487 210

Produksi Madu Liter 557,84 557,84 136 456,85 478,70 632,70

4. Anyaman Besek Buah 155.225 155.225 224.460 30.890 21.480 4.000

Bilik Lembar 1.850 1.850 1.470 1.273 894 550

5. Burung Walet

Sarang Kg 24,75 24,75 559,40 548,80 571,80 689,20

6. Rami Luas tanaman Ha 20 20 20 - -

Produksi ton 12 16,5 1 - -

Sumber : Dinas Kehutanan Kab Garut, Tahun 2014

Page 79: Kajian Potensi Unggulan BPMPT - garutkab.go.id

Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut

75

Adapun untuk produksi kayu dari hutan rakyat selama tahun 2009-2014 secara

keseluruhan bersifat fluktuatif sebagaimana disajikan pada tabel berikut:

Tabel 5.8

Produksi Hutan Rakyat Kabupaten Garut Tahun 2009-2014

No Jenis Kayu Produksi (m3)

2009 2010 2011 2012 2013 2014

1. Jati 1961.06 729.43 826.129 778.734 815.779 1.156,106

2. Mahoni 641.94 2,270.58 1,062.30 766.787 2,239.900 868,723

3. Albazia 21,376.42 14,338.58 13,718.24 1,000.74 2,976.02 4.354,734

4. Pinus 934.31 87.3 940.796 1,624.37 682.970 715,550

5. Afrika 1,894.15 4,944.32 3,598.20 706.719 - 1.564,280

6 Suren 269.3 221.96 92.488 58.786 - -

7 Kihiang 218.1 153.08 166.6807 168.022 - 109,866

8 Eucalyptus 131.42 12.46 - 119,000 - -

9 Jabon 46,559

10 Rasamala 40,397

11 Rimba cam 11,154.25 2,477.81 20,818.84 13,357.39 5,259.030 6.698,926

Jumlah 38,580.95 25,235.52 41,223.67 18,461.56 14,916.51 15.555,14

Sumber : Dinas Kehutanan Kab Garut, 2015 berdasarkan dokumen SKAU, Nota Angkutan, dan FA-KO produksi Tahun

2014

5.6 Potensi Sektor Sumber Daya Air dan Pertambangan

Wilayah Kabupaten Garut memiliki potensi berbagai jenis sumberdaya alam yang

terbaharukan maupun yang tidak terbaharukan yang cukup besar dan bervariasi,

terdiri dari sumber daya air, panas bumi, mineral dan bahan tambang, serta energi

baru dan terbarukan lainnya seperti mikrohidro, surya dan angin. Dari potensi

tersebut, sudah dilakukan upaya penelitian yang diindikasikan dengan kegiatan

eksplorasi sumber daya mineral dan energi oleh berbagai pihak, seperti Pemerintah

Kabupaten Garut, Perusahaan-perusahaan swasta, instansi lainnya maupun oleh

Pemerintah Kabupaten Garut sendiri. Bahkan di beberapa lokasi sudah dilaksanakan

kegiatan eksploitasi untuk sumber daya mineral dan kegiatan pembangunan untuk

mengembangkan potensi sumber daya energi, seperti panas bumi dan energi baru

dan terbarukan, yaitu Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) dan energi

panas bumi.

Page 80: Kajian Potensi Unggulan BPMPT - garutkab.go.id

Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut

76

Khusus di wilayah Garut Selatan, telah terindikasi adanya kandungan sumber daya

mineral berupa emas, bijih besi dan pasir besi, dengan kandungan untuk bijih besi

dan pasir besi Fe total 50% s.d. 60%, sementara itu untuk sumber daya panas bumi di

Kabupaten Garut terdapat 6 (enam) lokasi manifestasi panas bumi. Khusus di

Darajat, potensi panas bumi mencapai 350 MW. Sumber daya panas bumi tersebut

sudah dikembangkan untuk tenaga listrik sebesar 225 MW. Potensi panas bumi ini

sangat besar prospeknya untuk dikembangkan terutama bagi pembangkit listrik

khususnya untuk keperluan industri.

Berdasarkan arah alirannya, sungai-sungai di wilayah Kabupaten Garut dibagi

menjadi dua Daerah Aliran Sungai (DAS), yaitu Daerah Aliran Utara yang bermuara di

Laut Jawa dan Daerah Aliran Selatan yang bermuara di Samudera Indonesia. Daerah

Aliran Selatan pada umumnya relatif pendek, sempit dan berlembah-lembah

dibandingkan dengan Daerah Aliran Utara. Daerah Aliran Utara merupakan DAS

Cimanuk Bagian Utara, sedangkan Daerah Aliran Selatan merupakan DAS Cikaengan

dan Sungai Cilaki. Di wilayah Kabupaten Garut terdapat 33 buah sungai dan 101 anak

sungai, dengan panjang sungai seluruhnya 1.397,34 Km, dimana sepanjang 92 Km

diantaranya merupakan panjang aliran Sungai Cimanuk dengan 58 buah anak sungai.

Sedangkan untuk sumber daya alam bahan tambang yang potensial untuk

dikembangkan di Kabupaten Garut adalah berupa bahan galian golongan C dan

beberapa bahan lain. Sektor ini merupakan sektor yang cukup potensial untuk

dikembangkan mengingat masih banyaknya lokasi-lokasi potensial yang belum

tereksploitasi. Berdasarkan hasil eksplorasi maupun penelitan, potensi sumberdaya

mineral dan batu bara sebagai potensi lokal Kabupaten Garut terbagi kedalam 3

(tiga) kategori sebagai berikut :

- Terukur yaitu cadangan sumberdaya mineral yang sudah diketahui dengan pasti,

baik kualitas, penyebaran, bentuk dan ukuran dalam jumlah yang dimiliki, tingkat

kepercayaan sebesar 80 – 85% dari seluruh cadangan yang ada sekitar (8 jenis

mineral);

- Terindikasi yaitu cadangan sumberdaya mineral yang telah diselidiki dengan

tingkat keyakinan 50 – 65% dari total yang diindikasikan (8 jenis mineral);

- Terhipotesa yaitu cadangan sumberdaya mineral yang sudah diketahui batas

penyebarannya dan ukuran suatu bentuk cadangannya dengan tingkat keyakinan

perolehannya 20 – 30% dari cadangan terhipotesa.

Page 81: Kajian Potensi Unggulan BPMPT - garutkab.go.id

Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut

77

Tabel 5.9

Potensi Sumber Daya Mineral dan Batubara di Kabupaten Garut

No Jenis Mineral & Batubara Lokasi (Kec) Daerah Prospek

1 Emas dmp. 126.011 Kg (Terukur)

Pamulihan, Pakenjeng,Talegong Cisewu, Caringin, Banjarwangi, Cikajang, Peundeuy, Singajaya, Cibalong, Cisompet,Bungbulang, Mekarmukti, Wanaraja, Karangpawitan

Ciarinem, Cijahe, Cijaringao, Sukul, Pasirgaru

2 Pasir Besi 9.000.000 Ton (Terukur) 13.500000Ton(Terindikasi)

Cibalong, Pameungpeuk, Cikelet, Pakenjeng, Caringin, Mekarmukti

Cimerak, Sayang heulang, Cibera, Citanggeuleuk, Cijayana, Ranca buaya

3 Bijih Besi

150.000.000 Ton Terhipotesa

Cibalong, Cikelet, Bungbulang Caringin

Banyuasih, Ciawitali, Cileuleuy, Cikabunan

4 Belerang 360.000 Ton(Terukur)

Cisurupan, Wanaraja Papandayan,Talagabodas

5 Batubara 1.000.000 Ton (Terindikasi)

Singajaya, Cibalong. Girimukti, Dahu

6 Batu Templek

8.500.000 M3(Terukur) Cisewu, Caringin Loa, Sukarame

7 Kaolin

8.721.336 M3(Terukur) Malangbong Karaha, Citeras,

8 Obsidian Perlit

75.000.000 Ton (Terindikasi) Pasir Wangi G. Kiamis

9 Pasir & Sirtu

100.000.000 Ton 95.000.000 M3 Terindikasi

Tarogong Kaler, Samarang, Leles G. Guntur, Cikatomas Haruman

10 Batu Andesit 200.000.000 M3 (Terindikasi)

Cisewu, Cikajang, Pakenjeng

11 Tanah Liat 100.000.000 M3 (Terindikasi)

Bayongbong

12 Batugamping

800.000.000 M3 (Terindikasi)

Caringin Cikabunan

13 Batu ½ permata 120.000 Ton(Terukur)

Caringin, Cisewu, Bungbulang, Cisompet, Pameungpeuk Pakenjeng

G.Kencana, Cilubang Cipicung, Sinarjaya Kiarapayung, Tj. Jaya

14

Granit

15.000.000 M3(Terukur) Bungbulang

Gunamekar

15

Diatom

150.000 Ton(Terukur) Cibatu

16 Mangan 180.000 Ton (Terindikasi)

Cibalong, Cisompet Cicuri, Jatisari

17 Tembaga 26.000.000 Ton terindikasi

Bungbulang, Caringin

Sumber : Dinas SDAP Kab. Garut

Pada sektor energi terutama mengenai kelistrikan, masih banyak rumahtangga

khususnya pada wilayah-wilayah yang secara geografis tidak memungkinkan dapat

dijangkau oleh PLN. Di sisi lain, karena berada di garis khatulistiwa, Kabupaten Garut

mendapatkan penyinaran matahari yang relatif stabil sepanjang tahun dengan

kondisi yang sedikit lebih tinggi pada musim kemarau, rata-rata potensi radiasi

penyinaran matahari mencapai 4,82 kwh/m2 merupakan alternatif energi listrik

terutama pada wilayah tersebut. Selain potensi energi tersebut, Kabupaten Garut

Page 82: Kajian Potensi Unggulan BPMPT - garutkab.go.id

Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut

78

juga memiliki potensi energi panas bumi cukup besar yang diperkirakan mencapai

total 1045 MW. Sumber energi panas bumi dapat dimanfaatkan baik secara langsung

maupun tidak langsung. Sebagai energi terbarukan, panas bumi dapat diandalkan

sebagai pasokan jangka panjang. Disamping pembangkit tenaga listrik, energi ini

dapat dimanfaatkan untuk pengeringan hasil pertanian, pengawetan hasil perikanan

dan pariwisata. Pengusahaan komersial pemanfaatan secara langsung baru sebatas

untuk terapi dan rekreasi seperti di Cipanas, sedangkan pemanfaatan tidak langsung

untuk pembangkit listrik baru dikembangkan di daerah Darajat.Hal ini tentu saja

menjadikan peluang untuk pengembangan di masa mendatang.

Tabel 5.10

Potensi Pengembangan Energi Panas Bumi

No Potensi Kondisi Existing Kegiatan

2010 2011

1 Darajat Eksploitasi (Dana Bagi Hasil) DBH DBH

2 Kamojang Eksploitasi (Dana Bagi Hasil) DBH DBH

3 Karaha Bodas Feasibility Study /AMDAL FS/ AMDAL Eksploitasi

4 Papandayan Penyelidikan Umum Lelang Eksplorasi

5 G. Guntur Masigit Resources - PU

6 Cilayu/Arinem Resources PU Lelang

Sumber : Dinas SDAP Kab. Garut

Potensi pengembangan energi lainnya yaitu sumber daya air sungai Cibatarua

kecamatan Pamulihan, Cirompang kecamatan Bungbulang dan Cimerak kecamatan

Cibalong dengan kapasitas antara19,57 kW- 277,5 kW.

Tabel 5.11

Potensi Pengembangan Energi Sumber Daya Air

No Lokasi Kecamatan Sungai Kapasitas Kebutuhan

Data Teknis

Debit Air

Jatuhan

Air (Gross

head)

Saluran

pembawa (head

race)

1 Bojong Boled,Desa Garumukti

Pamulihan Cibatarua 277,5 65 2 m3 /detik

22,5 m 8 m

2 Curug Karihkil, DusunHanjawarak, Desa Mekar Bakti

Bungbulang Cirompang 19,57 kW 107 rmh 0,4 m3/de

tik

8,3 m ± 80 m

3 Curug Lengkong,

Cibalong Cimerak 32,91 kW 216 rmh 0,35 m3

16,2 m 675 m

Page 83: Kajian Potensi Unggulan BPMPT - garutkab.go.id

Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut

79

No Lokasi Kecamatan Sungai Kapasitas Kebutuhan

Data Teknis

Debit

Air

Jatuhan Air

(Gross head)

Saluran pembawa

(head race)

DusunLengkong, Desa Sagara

/detik

4 Ciangkrong, Desa Garumukti

Pamulihan Cibatarua 232 kW 60 rmh 2 m3 /detik

19 m 10 m

5 Leuwi Mobil, Desa Mekar Bakti

Bungbulang Cirompang 25,65 kW 170 rmh 0,75 m3

/detik

6 m 162

6 Kombongan, Desa Pakenjeng

Pamulihan Cibatarua 157,83 kW 165 rmh 0,5 m3

/detik

51 m 16,7 m

Sumber :Pekerjaan Kajian Energi Terbarukan Proyek Pengembangan Energi Jawa Barat Dinas Pertambangan dan

Energi Provinsi Jawa Barat

Potensi pengembangan energi lainnya yaitu tenaga angin (bayu) yang digunakan

sebagai sumber energi untuk menghasilkan energi listrik. Pembangkit ini dapat

mengkonversikan energi angin menjadi energi listrik dengan menggunakan turbin

angin atau kincir angin. Karena secara kondisi dan letak geografisnya yang unik

tenaga angin ini dapat dimanfaatkan di sekitar daerah pantai selatan Kabupaten

Garut. Salah satunya adalah Pantai Sayang Heulang Kecamatan Pameungpeuk.

Secara asatronomis pantai Sayang Heulang terletak di sekitar 07039’49,9”LS dan

107042’14,6”BB yang memiliki bentuk pantai yang landai dan ditumbuhi oleh

berbagai vegetas sekitar 250 meter dari garis pantai. Sekitar 1 km dari garis pantai

tersebut terdapat fenomena langka yang terjadi di daerah tropis yaitu sand dune

atau gumuk pasir yang merupakan gundukan bukit atau igir dari pasir yang

terhembus angin. Dari fenomena inilah dapat dilihat bahwa pantai Sayang Heulang

memiliki karakteristik angin yang bertiup secara konstan dan dengan kelajuan yang

cukup tinggi pula.

5.7 Potensi Sektor Pariwisata

Kabupaten Garut memiliki sumber daya alam, peninggalan budaya dan peninggalan

sejarah yang potensial untuk dikembangkan menjadi tujuan wisata yang menarik dan

kompetitif. Sumber daya alam yang dimiliki Kabupaten Garut antara lain: Cipanas,

Curug Citiis, Situ Bagendit, Cimandi Racun, Kawah Talaga Bodas, Lapang Golf

Ngamplang, Curug Cihanyawar, Air Panas Kamojang, Gunung Papandayan, Curug

Orok, Air Terjun Neglasari, Leuweung Sancang, Pantai Cijeruk Indah, Pantai Sayang

Page 84: Kajian Potensi Unggulan BPMPT - garutkab.go.id

Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut

80

Heulang, Pantai Karang Paranje, Pantai Santolo, Pantai Taman Manalusu, Pantai

Gunung Geder, Pantai Cijayana, Pantai Ranca Buaya, Gunung Wayang, Perkebunan

Teh Papanggungan, Curug Sanghyang Taraje, Air Panas Pakenjeng dan Situ

Cibeureum. Makam Keramat Godog , Makam Keramat Linggaratu, Makam Keramat

Cinunuk, Kampung Dukuh, Makam Keramat Jafar Sidiq. Beberapa peninggalan

budaya yang menjadi tujuan wisata (ODTW) antara lain Cagar Budaya Situ Cangkuang

dan Situs Ciburuy. Demikian pula potensi sumberdaya alam diantaranya, kawah

Darajat yang merupakan pusat Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP). Potensi

wisata minat khusus seperti: Paraglaiding Gunung Haruman, Paraglaiding Gunung

Guntur, Hiking di Pegunungan Papandayan, Arum Jeram Sungai Cimanuk dan Arum

Jeram Sungai Cikandang.

Dalam upaya pengembangan wilayah yang lebih merata, peranan sektor pariwisata

cukup penting, mengingat panjangnya mata rantai kegiatan usaha kepariwisataan.

Kegiatan-kegiatan yang dimaksud meliputi: biro perjalanan, pengangkutan,

perhotelan, restoran pemandu wisata/ pramuwisata, kerajinan rakyat, kesenian

daerah, pemeliharan dan pengembangan obyek wisata. Rantai kegiatan pariwisata

ini jelas akan membutuhkan hasil-hasil pertanian, peternakan, perikanan, kerajinan

cinderamata, bahan dan alat bangunan. Dengan demikian pengembangan sektor

pariwisata dapat menggerakkan sektor-sektor ekonomi lainnya atau dengan kata lain

sektor ini mempunyai imbas secara multisektoral. Potensi usaha pariwisata seperti

usaha sarana, usaha jasa dan usaha obyek dan daya tarik wisata mengalami

pertumbuhan yang cukup berarti. Salah satu keberhasilan yang dinilai adalah

peningkatan jumlah wisatawan, yaitu pada tahun 2014 jumlah kunjungan wisatawan

2.418.702 orang meningkat sebanyak 88.702 orang atau 4% dari tahun 2013.

Tabel 5.12

Data Kunjungan Wisatawan Berdasarkan Objek Wisata

Tahun 2011-2014

Nama Obyek Kunjungan Wisatawan

2011 2012 2013 2014

Cipanas 406.102 497.296 546.603 590.268

Curug Citiis 24.341 2 23.923 26.342 28.464

Situ Bagendit 255.413 198.283 219.487 235.150

Page 85: Kajian Potensi Unggulan BPMPT - garutkab.go.id

Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut

81

Nama Obyek Kunjungan Wisatawan

2011 2012 2013 2014

Situ Cangkuang 161.790 95.563 106.914 110.459

Curug Cimandiracun 21.885

Makam Godog 50.860 46.069 50.844 52.575

Golp Course Plamboyan 51.789 41.091 45.544 46.759

Curug Cihanyawar 28.109 30.078 32.986 35.597

Kawah Darajat 36.494 60.331 65.901 70.940

Situs Ciburuy 14.151 18.779 20.601 22.281

Kawah Papandayan 52.952 44.926 55.756 57.684

Curug Orok 57.644 50.40 50.400 55.171 56.531

Air Terjun Neglasari 22.872 25. 25.923 28.596 30.791

Pantai Sayangheulang 1 54.896 136.414 150.890 162.308

Pantai Santolo 1 184.902 187.516 206.094 221.735

Pantai Dermaga 25.744

Pantai Karangnumpang 31.306

Pantai Gunung Geder 30.888 30.201 33.453 35.918

Kampung Dukuh 22.068 30.512 33.563 34.173

Hutan Sancang 24.933 27.644 30.357 32.741

Pantai Cijeruk Indah 55.950 53.639 59.572 64.347

Pantai Karangparanje 35.781 32.476 35.794 38.501

Curug Sangiang Taraje 30.834 35.918 39.479 40.861

Pantai Cijayana 27.335 28.135 30.892 33.347

Pantai Rancabuaya 83.530 88.306 97.460 114.645

Kawah Talaga Bodas 26.249 27.785 30.544 32.890

Makam Kramat Cinunuk 38.428 28.522 31.195 33.593

Makam Jafar Sidiq 30.348 34.193 38.165 39.017

Taman Satwa Cikembulan 659 32.126 35.050 37.645

Pantai Manalusu 24.389 26.770 28.835

Air Panas Pasirwangi 84.331 121.976 130.647

Jumlah 1.988.915 2.014.766 2.254.863 2.418.702

Sumber: Data Potensi _LKPJ 2014

Perkembangan kunjungan wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara dilihat

dari lama tinggal pada tahun 2014, kunjungan wisatawan mancanegara ke Hotel

Berbintang selama 2 hari dan wisatawan nusantara selama 2 hari. Pada tahun 2014,

tersedia sarana akomodasi hotel sebanyak 78 buah. Target Pendapatan Asli Daerah

(PAD) pada sektor pariwisata dari retribusi yang dikelola Disbudpar Kabupaten Garut

Page 86: Kajian Potensi Unggulan BPMPT - garutkab.go.id

Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut

82

pada tahun 2014 sebesar Rp. 2.000.000.000,- melebihi target yang ditetapkan pada

tahun2014 yaitu Rp.1.781.267.000,- atau sebesar 112,28%.

Page 87: Kajian Potensi Unggulan BPMPT - garutkab.go.id

Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut

83

BAB 6

POTENSI/PELUANG INVESTASI KOMODITI UNGGULAN

KABUPATEN GARUT

Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan

biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan yang

lebih besar di masa-masa yang akan datang. Menurut Husnan (1996:5) menyatakan

bahwa “proyek investasi merupakan suatu rencana untuk menginvestasikan sumber-

sumber daya, baik proyek raksasa ataupun proyek kecil untuk memperoleh manfaat

pada masa yang akan datang.” Pada umumnya manfaat ini dalam bentuk nilai uang.

Sedang modal, bisa saja berbentuk bukan uang, misalnya tanah, mesin, bangunan

dan lain-lain. Namun baik sisi pengeluaran investasi ataupun manfaat yang

diperoleh, semua harus dikonversikan dalam nilai uang.

Suatu rencana investasi perlu dianalisis secara seksama. Analisis rencana investasi

pada dasarmya merupakan penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek (baik

besar atau kecil) dapat dilaksanakan dengan berhasil, atau suatu metode

penjajakkan dari suatu gagasan usaha/bisnis tentang kemungkinan layak atau

tidaknya gagasan usaha/bisnis tersebut dilaksanakan. Maka berdasarkan hal

tersebut, para investor memerlukan data yang akurat mengenai komoditas yang

memiliki peluang investasi beserta lokasi sumberdaya alam tersebut. Selain itu para

investor membutuhkan data tentang infrastruktur pendukung seperti: jalan,

pelabuhan, energy listrik dan sebagainya. Demikian pula dengan hasil-hasil studi

kelayakan dari instansi terkait tentang komoditas-komoditas tersebut.

6.1 Gambaran Umum Transportasi Kabupaten Garut

1. Sarana Transportasi

Investor pada umumnya menginvestasikan modalnya memerlukan banyak

pertimbangan antara lain ketersediaan fasilitas pendukung kelancaran investasi

tersebut seperti kesiapan transportasi dan jalan. Kendaraan bermotor sebagai

Page 88: Kajian Potensi Unggulan BPMPT - garutkab.go.id

Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut

84

sarana transportasi merupakan salah satu komponen yang sangat penting bagi

perkembangan kegiatan perekonomian, sosial dan kebudayaan suatu daerah,

karena berperan sebagai alat yang memungkinkan pergerakan orang dan atau

barang dari suatu wilayah ke wilayah lainnya dalam waktu relatif singkat dengan

efisien dan efektif. Dengan demikian dapat disimpulkan, dalam konteks

pergerakan barang dan jasa, maka transportasi merupakan salah satu mata rantai

terpenting dalam pembangunan dan pemeliharaan jaringan distribusi. Sedangkan

dalam konteks pergerakan orang maka transportasi berperan sebagai agen

pengembangan dan menjadi sarana pengisi kehidupan sosial, ekonomi,

kebudayaan dan politik masyarakat.

Jumlah terminal dan sub terminal di Kabupaten Garut terdiri dari 1 terminal bus

dan 1 terminal non bus, untuk sub terminal sebanyak 6 sub terminal bus dan sub

terminal non bus sebanyak 12 sub terminal dengan lokasi sebagai berikut:

Tabel 6.1

Jumlah Terminal dan Sub Terminal di Kabupaten Garut

KECAMATAN TERMINAL SUB TERMINAL

BUS NON BUS BUS NON BUS

Cisewu - - - 1

Caringin - - - -

Talegong - - - -

Bungbulang - - 1 1

Mekarmukti - - - -

Pamulihan - - - -

Pakenjeng - - - -

Cikelet - - - -

Pameungpeuk - - 1 1

Cibalong - - - -

Cisompet - - - -

Peundeuy - - - -

Singajaya - - 1 1

Cihurip - - - -

Cikajang - - 1 1

Banjarwangi - - - -

Cilawu - - - 1

Bayongbong - - - 1

Cigedug - - - -

Cisurupan - - - -

Sukaresmi - - - -

Samarang - - - 1

Pasirwangi - - - -

Tarogong Kidul 1 1 - -

Tarogong Kaler - - - -

Garut Kota - - - -

Karangpawitan - - - -

Wanaraja - - - -

Page 89: Kajian Potensi Unggulan BPMPT - garutkab.go.id

Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut

85

Pangatikan - - - -

Sucinaraja - - - -

Sukawening - - - -

Karangtengah - - - -

Banyuresmi - - - -

Leuwigoong - - - -

Cibatu - - - 1

Kersamanah - - - -

Cibiuk - - - -

Kadungora - - - 1

Limbangan - - 1 1

Selaawi - - - -

Malangbong - - 1 1

Jumlah 1 1 6 12

Sumber: Garut Dalam Angka, 2014

Jumlah angkutan kota yang beroperasi menurut jurusan/trayek di Kabupaten dapat

dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 6.1

Jumlah Angkutan Kota yang Beroperasi Menurut Jurusan /Trayek

di Kabupaten Garut

JURUSAN/ TRAYEK

KODE JALUR

TARGET

MENURUT

PERDA

KENDARAAN

YANG

BEROPERASI

Trm. Guntur - Sukaregang 05.04.0001 86 78

Trm. Guntur - Sukadana 05.04.0002 86 78

Trm. Guntur - RSU 05.04.0003 81 81

Trm. Guntur - Cipanas 05.04.0004 89 89

Trm. Guntur - Leuwigoong 05.04.0005 68 61

Trm. Guntur - Bojongloa 05.04.0006 115 109

Trm. Guntur - Sukwening 05.04.0007 132 123

Trm. Guntur - Simpang/Andir 05.04.0008 129 105

Trm. Guntur - Cibodas 05.04.0009 133 103

Trm. Guntur - Kadungora 05.04.0010 83 82

Trm. Guntur - Galumpit 05.04.0011 28 28

Trm. Guntur - Kr. Pawitan 05.04.0012 86 73

Trm. Guntur - Rancabango 05.04.0013 30 0

Trm. Guntur - Kersamenak 05.04.0014 35 5

Trm. Guntur - Cilimus 05.04.0015 40 0

Trm. Guntur - Perum Cempaka Indah 05.04.0016 60 41

Jumlah 1.281 1.056

Sumber: Garut Dalam Angka, 2014

Sementara untuk jumlah angkutan antar kota Kecamatan menurut jurusan/ trayek di

Kabupaten Garut dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Page 90: Kajian Potensi Unggulan BPMPT - garutkab.go.id

Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut

86

Tabel 6.3

Jumlah Angkutan Antar Kota Kecamatan yang Beroperasi Menurut

Jurusan /Trayek di Kabupaten Garut

JURUSAN/ TRAYEK

KODE JALUR

TARGET

MENURUT

PERDA

KENDARAAN

YANG

BEROPERASI

Garut - Cibatu 05.04.0105 50 45

Garut - Cibatu - Malangbong 05.04.0106 50 44

Garut - Limbangan 05.04.0104 50 50

Garut - Cikajang - Pamulihan 05.04.017A 10 4

Garut - Cikajang 05.04.0107 50 50

Garut - Bungbulang 05.04.0103 60 60

Garut - Tegalgede - Tanjungmulya 05.04.013E 5 2

Garut - Bungbulang - Cijayana 05.04.013C 5 4

Garut - Singajaya 05.04.0102 60 44

Garut - Singajaya - Miramareu 05.04.0108 25 19

Garut - Singajaya - Pangrumasan 05.04.102A 5 4

Garut - Singajaya - Cigintung 05.04.0000 10 -

Garut - Singajaya - Toblong 05.04.102C 20 4

Garut - Singajaya - Dangiang 05.04.102E 20 5

Garut - Cihurip 05.04.102D 30 11

Garut - Cimari via Tegalgede 05.04.101A 15 7

Garut - Pameungpeuk - Cikelet - Cimari 05.04.1001 60 24

Garut - Pameungpeuk 05.04.0699 60 46

Garut - Miramareu via Pameungpeuk 05.04.0100 25 14

Garut - Rancabuaya 05.04.103D 10 6

Garut - Cisewu 05.04.103A 10 4

Garut - Cijayana via Ciloa 20 -

Garut - Cijayana via Tegalgede 20 -

Garut - Rancabuaya via Cijayana 20 -

Garut - Bungbulang - Tanjungjaya 20 1

Garut - Pasirmuncang - Panyindangan 05.04.103F 20 2

Garut - Singajaya - Mekartani 05.04.102B 20 1

Garut - Nangkaruka 05.04.0129 20 -

Garut - Tanjungmulya via Werkip 05.04.0130 20 2

Jumlah - 790 453

Sumber: Garut Dalam Angka, 2014

Jumlah angkutan pedesaan yang beroperasi menurut jurusan/ trayek di Kabupaten

Garut dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 6.4

Jumlah Angkutan Pedesaan yang Beroperasi Menurut Jurusan /Trayek

di Kabupaten Garut

JURUSAN/ TRAYEK

KODE JALUR

TARGET

MENURUT

PERDA

KENDARAAN

YANG

BEROPERASI

Ps. Sukawening - Cinta 05.04.0000 15 -

Ps. Wanaraja - Bebedahan 05.04.0000 15 -

Ps. Wanaraja - Leuwigoong 05.04.0000 20 -

Ps. Wanaraja - Talaga Bodas 05.04.0000 15 -

Karangpawitan - Cijambe 05.04.0000 15 -

Cibatu - Mangkubumi - Leuwigoong 05.04.0000 10 -

Page 91: Kajian Potensi Unggulan BPMPT - garutkab.go.id

Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut

87

Cibatu - Salam 05.04.0000 40 1

Limbangan - Pangeureunan 05.04.0000 30 -

Limbangan - Selaawi - Jeungjing 05.04.0023 102 102

Limbangan - Cigalumpit 05.04.0000 30 -

Limbangan - Cigagade - Cijolang 05.04.0000 30 15

Limbangan - Lewo 05.04.0000 50 -

Limbangan - Cibiuk - Leuwigoong 05.04.0024 45 13

Malangbong - Lewo 05.04.0000 30 -

Malangbong - Peundeuy 05.04.0000 15 1

Malangbong - Sanding 05.04.0000 15 -

Malangbong - Cilengkrang 05.04.0000 25 -

Leles - Cigasti 05.04.0000 15 -

Dano Leles - Leuwigoong 05.04.0000 40 -

Bojongsalam - Warung Peuteuy 05.04.0000 20 -

Kadungora - Ranca Salak - Haur Kuning 05.04.0081 85 85

Kadungora - Cihuni - Tanggulun - Cisaat

- Neglasari - Bojong

05.04.0000 50 -

Ciaro - Lingkungsari - Cibiuk 05.04.0000 20 -

Samarang - Ciroyom - Cigunung 05.04.0000 15 -

Samarang - Pasirwangi 05.04.0089 50 45

Samarang - Andir 05.04.0090 50 50

Samarang - Randukurung - Kamojang 05.04.0091 45 40

Pasar Andir - Cipondok 05.04.0000 15 -

Pasar Andir - Panyangkokan - Cigangsa -

Sukamaju 05.04.0000 15 -

Pasar Andir - Cilegong 05.04.0000 15 -

Pasar Andir - Dangdeur - Radug - Kiara

lawang 05.04.0000 15 -

Pasar Andir - Patrol 05.04.0000 15 -

Pasar Andir - Cikajang - Giriawas 05.04.0069 20 10

Cikajang - Cigugug - Badega 05.04.0000 25 -

Cikajang - Andir 05.04.0064 50 40

Cikajang - Pamulihan 05.04.068B 40 40

Cikajang - Wanagiri - Pandawa 05.04.068A 40 40

Cikajang - Cigedug - Cipondok 05.04.0000 20 -

Cikajang - Banjarwangi 05.04.0000 20 -

Cisurupan - Kawah Papandayan 05.04.0000 30 -

Bungbulang - Cijayana 05.04.0000 30 -

Bungbulang - Ngampar 05.04.0000 15 -

Bungbulang - Rancabuaya 05.04.0000 20 -

Bungbulang - Cisewu 05.04.0000 15 -

Bungbulang - Karangwangi 05.04.0000 5 -

Pameungpeuk - Cikelet - Cimari 05.04.0000 50 -

Pameungpeuk - Cisompet 05.04.0000 30 -

Pameungpeuk - Cibalong 05.04.0000 25 -

Pameungpeuk - Miramareu 05.04.0000 25 -

Pameungpeuk - Sancang 05.04.0000 15 -

Pameungpeuk - Junti 05.04.0000 20 -

Pameungpeuk - Cilauteureun 05.04.0000 20 -

Pameungpeuk - Rancabuaya 05.04.0000 25 -

Cisewu - Genteng - Waas 05.04.0000 20 -

Term. Guntur - Cukangkawung 05.04.0000 25 -

Rancabuaya - Sukarame - Cisewu 05.04.0000 20 -

Sukajaya - Puncak Kameran - Cisewu 05.04.0000 20 -

Jumlah 1.587 487

Sumber: Garut Dalam Angka, 2014

Page 92: Kajian Potensi Unggulan BPMPT - garutkab.go.id

Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut

88

2. Kondisi Jalan

Selain sarana transportasi yang mendukung dalam pengembangan investasi

adalah kondisi jalan. Adapun kondisi jalan di Kabupaten Garut dapat dilihat pada

tabel dibawah ini:

Tabel 6.5

Kondisi Jalan Nasional, Strategis Nasional dan Propinsi

di Kabupaten Garut

Sumber: Garut Dalam Angka, 2014

Pengelolaan jalan yang ada di Kabupaten Garut dilakukan oleh Pemerintah Pusat,

Provinsi Jawa Barat dan Pemerintahan Daerah Kabupaten Garut. Sebagian besar

jalan yang berkondisi baik merupakan jalan yang dikelola Pemerintah Provinsi Jawa

Barat. Jalan yang berkondisi baik diantaranya jalur Garut kota - Pameungpeuk, jalur

Talegong - Caringin, dan sebagian jalur Cibalong - Caringin yang merupakan lintas

pantai selatan. Ketiga jalan tersebut berstatus jalan milik Pemerintah Provinsi Jawa

Page 93: Kajian Potensi Unggulan BPMPT - garutkab.go.id

Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut

89

Barat. Sedangkan jalan lainnya berstatus sebagai jalan kabupaten dan kondisinya

banyak yang rusak misalnya jalur Cikajang, Singajaya, Cibalong dan juga jalur

Cikajang-Pakenjeng-Bungbulang-Caringin. Kedua jalur ini berperan penting sebagai

akses utama 11 kecamatan di Wilayah Garut Selatan.

6.2 Komoditas Unggulan yang Memiliki Peluang Investasi

Berdasarkan studi lapangan yang dilakukan, diperoleh gambaran mengenai kendala

yang seringkali dihadapi oleh para petani, diantaranya adalah kesulitan para petani

memperoleh kepastian harga jual hasil panennya serta informasi mengenai

distributor yang dapat menerima hasil panennya. Disamping itu, informasi yang

minim terkait pengolahan hasil panen yang masih belum maksimal terinformasi pada

para petani, dimana petani masih melakukan sistem tanam-petik-jual. Dimana

tentunya bahan mentah tersebut akan memiliki value apabila diolah terlebih dahulu

sebelum dijual. Upaya peningkatan nilai tambah memiliki efek ganda tidak hanya

pada pendapatan pelaku usaha, juga menyerap tenaga kerja dan memberikan pilihan

produk pada konsumen akhir. Selain itu menurut Alkadri (2004) bahwa, faktor

penunjang adanya peluang investasi untuk semua komoditas unggulan harus

memiliki kriteria:

1. Menciptakan efek ganda

2. Menyerap tenaga kerja

3. Permintaan besar

4. Ramah lingkungan

5. Daya saing tinggi

6. Dukungan kebijakan pemerintah

7. Ketersediaan lahan

6.2.1 Peluang Investasi Sektor Pertanian

Pengolahan Pakan Ternak

1. Padi

Beras merupakan komoditas strategis yang berperan penting dalam

perekonomian dan ketahanan pangan nasional, dan menjadi basis utama

dalam revitalisasi pertanian ke depan. Sejalan dengan pertambahan jumlah

penduduk, kebutuhan beras di Kabupaten Garut diproyeksikan masih terus

Page 94: Kajian Potensi Unggulan BPMPT - garutkab.go.id

Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut

90

akan meningkat, produksi padi tahun 2014 mencapai 1.033.921 ton dengan

luas panen sebesar 161.382 Ha yang terdiri dari luas padi sawah 130.744 Ha

dan luas padi gogo 30.638 Ha.

Melihat permintaan komoditi beras yang masih cukup tinggi untuk memenuhi

kebutuhan, maka strategi yang dapat ditempuh dalam meningkatkan

produksi padi adalah: (1) mendorong sinergi antar subsistem agribisnis; (2)

meningkatkan akses petani terhadap sumber daya, modal, teknologi, dan

pasar; (3) mendorong peningkatan produktivitas melalui inovasi baru; (4)

memberikan insentif berusaha; (5) mendorong diversifikasi produksi; (6)

mendorong partisipasi aktif seluruh stakeholder; (7) pemberdayaan petani

dan masyarakat; (8) pengembangan kelembagaan (kelembagaan produksi

dan penanganan pascapanen, irigasi, koperasi, lumbung pangan desa,

keuangan dan penyuluhan).

Sentra produksi komoditi beras hampir tersebar diseluruh kecamatan di

Kabupaten Garut. Dalam penggunaan varietas unggul, varietas Sarinah

merupakan varietas unggul lokal Garut. Penggunaan varietas ini tidak kurang

dari 40% dari total luas pertanaman. Secara umum, Padi Sarinah

dikembangkan di Kecamatan Cilawu, Samarang, Tarogong Kaler,

Karangpawitan, Wanaraja, Sukawening, Leuwigoong, Kadungora, Bayongbong

dan Tarogong Kidul.

Komoditi padi ini memiliki manfaat yang sangat tinggi selain menjadi sumber

karbohidrat, limbah yang dihasilkan dapat dimanfaatkan mulai dari jerami

yang bisa dimanfaatkan menjadi bioetanol, bahan kertas, pulp. Dedak dan

Page 95: Kajian Potensi Unggulan BPMPT - garutkab.go.id

Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut

91

bekatul dapat digunakan sebagai pakan ternak, pupuk, dan minyak. Sekam

dapat digunakan sebagai briket arang sekam, media tanam untuk jamur dan

tanaman hias, sehingga komoditi ini dapat dikatakan sebagai komoditi yang

ramah lingkungan. Mengingat manfaat yang begitu besar dari komoditi ini,

maka dapat membuka kesempatan untuk menumbuhkan usaha lainnya

seperti produksi makanan yang melalui proses pengolahan lanjut dari padi

yaitu tepung beras, produksi pakan ternak, produksi minyak dedak, produksi

obat (Farmasi), produksi kerajinan tangan, produksi briket arang sekam dan

produksi bahan bangunan.

2. Ubi Kayu dan Jagung

Pangan merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia yang harus

terpenuhi untuk menciptakan stabilitas ketahanan pangan masyarakat

(Baliwati et.all 2009). Ubi kayu merupakan salah satu sumber pangan utama

setelah padi dan jagung.

Permintaan ubi kayu saat ini terus mengalami peningkatan, karena

pertumbuhan industri makanan berbahan baku ubi kayu, bioetanol dan pakan

(Hafsah 2003). Di tingkat Internasional Indonesia merupakan negara

penghasil ubi kayu ke tiga terbesar setelah nigeria dan Brazil, namun

produksinya masih jauh dibawah angka kebutuhan per tahun untuk produksi

pakan dan pangan. Meskipun banyak diekspor ke negara China, Taiwan,

Malaysia dan Jepang. Berdasarkan hal tersebut diatas, potensi ubi kayu masih

harus dikembangkan lagi, apalagi bila kita melihat besarnya kebutuhan impor

kita, terutama untuk bahan pangan dan pakan ternak, sehingga bila kita bisa

swasembada saja sudah sangat baik.

Page 96: Kajian Potensi Unggulan BPMPT - garutkab.go.id

Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut

92

Begitu juga untuk komoditi jagung pun tidak hanya digunakan untuk bahan

pangan tetapi juga untuk pakan. Dalam beberapa tahun terakhir proporsi

penggunaan jagung oleh industri pakan telah mencapai 4% dari total

kebutuhan nasional. Kabupaten Garut sebenarnya masih berpeluang untuk

meningkatkan produksi jagung walaupun pada saat ini produksi jagung

Kabupaten Garut sudah melampaui kebutuhan dan bahkan sebagai pemasok

produksi terbesar di Jawa Barat.

Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan menyatakan bahwa, pola konsumsi

masyarakat Jawa Barat belum memenuhi keberagaman dan keseimbangan

antar 9 kelompok pangan. Hal itu dapat dilihat dari skor Pola Pangan Harapan

(PPH) yang baru 73,5 poin. Padahal potensi Jawa Barat sangat beragam dan

melimpah, bahkan lebih setengah dari 77 sumber karbohidrat, 75 sumber

lemak, 26 sumber kacang- kacangan, 389 sumber buah- buahan, dan 228

sumber sayuran yang ada di Indonesia, ada di Jawa Barat. Untuk

meningkatkannya perlu upaya khusus untuk mempercepat pengembangan

pangan alternatif sumber karbohidrat, antara lain: (1) Pemilihan komoditas

fokus, dengan mempertimbangkan ketersediaan, produktivitas, sebaran areal

tanam luas, budidaya mudah, dan budaya makan.(2) Pengembangan

teknologi yang inovatif dan kreatif, modern, dan berbasis penepungan (3)

Komoditas aneka umbi, merupakan sumber karbohidrat yang tersebar luas

diseluruh tanah air, merupakan potensi yang sangat besar untuk

mempercepat penyediaan pangan alternatif. (4)Perlu kerjasama dengan

seluruh stakeholder terkait dalam upaya mempercepat pengambangan

pangan alternatif mendukung kemandirian pangan. (5) Peningkatan

Page 97: Kajian Potensi Unggulan BPMPT - garutkab.go.id

Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut

93

penelitian dan pengembangan teknologi pengolahan perlu terus ditingkatkan

(6) Pemanfaatan kekayaan budaya pangan lokal dan kesesuaian wilayah.

Adapun produksi komoditi ubi kayu terdapat di daerah Malangbong,

Bungbulang, Pakenjeng dan Cikelet. Sedangkan untuk komoditi jagung

tersebar di daerah Limbangan, Banyuresmi, Bayongbong, Cikelet, Kadungora,

Leuwigoong, Karangtengah, Sucinaraja, Cibalong, Malangbong dan Wanaraja.

Komoditi ini memiliki manfaat yang cukup tinggi selain menjadi sumber

karbohidrat, limbah yang dihasilkan dapat dimanfaatkan sebagai pakan

ternak, sebagai bioetanol dan untuk kulit jagung dapat digunakan sebagai

silase karena kadar gulanya cukup tinggi. Mengingat pemanfaatan dan upaya

peningkatan nilai tambah dari komoditi ini, maka dapat membuka

kesempatan untuk menumbuhkan usaha lainnya seperti produksi tepung

tapioka dan jagung, produksi makanan, produksi pakan ternak dan produksi

pengolahan tepung mocaf.

3. Kentang

Sebagian besar sayuran yang dibudidayakan oleh petani di Kabupaten Garut

adalah sayuran dataran tinggi yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi.

Beberapa sayuran yang teridentifikasi sebagai komoditas unggulan prioritas

pertama adalah kentang.

Penanaman kentang dapat ditanam di daerah dataran tinggi yang tersebar di

beberapa kecamatan, diantaranya Kecamatan Pamulihan, Cikajang, Cigedug,

Bayongbong, Cisurupan, Samarang, Wanaraja dan Pasirwangi.

Page 98: Kajian Potensi Unggulan BPMPT - garutkab.go.id

Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut

94

Produksi kentang untuk tahun 2014 mengalami penurunan, hal ini

disebabkan karena ketersediaan bibit baik untuk kentang konsumsi maupun

kentang industri menurun. Dalam upaya pemenuhan kebutuhan akan benih

kentang Kabupaten Garut mempunyai program Mandiri Benih Kentang

sebesar 25% dari kebutuhan lokal sampai dengan tahun 2014, yang sampai

saat ini baru tercapai kurang lebih 15% (G4) dari target program. Hal ini

disebabkan: (1) Jumlah penangkar yang menangkarkan G3 dan G4 sangat

kecil jumlahnya, (2) Permintaan pasar (petani) konsumsi lebih mengarah ke

kelas benih G2 sebagai pengembang kentang produksi, (3) terbitnya Undang-

undang Hortikultura Nomor 13 tahun 2010 serta Peraturan Menteri Pertanian

Nomor 48 tahun 2012 yang mensyaratkan bahwa kelas benih sebar untuk

komoditas kentang adalah kelas benih G2. Sehingga pembibitan kentang ini

memiliki peluang untuk dikembangkan di Kabupaten Garut.

Mengingat pemanfaatan dan upaya peningkatan nilai tambah dari komoditi

ini, maka dapat membuka kesempatan untuk menumbuhkan usaha lainnya

seperti produksi makanan dan produksi pupuk kandang.

6.2.2 Peluang Investasi Sektor Perkebunan

Pengolahan Teh Hijau

Tanaman teh merupakan salah satu komoditas perkebunan yang penting di

Indonesia, karena nilai ekspornya dapat memberikan kontribusi devisa yang

tidak sedikit bagi negara. Pemerintah menyadari bahwa industri di sektor migas

persediaannya makin lama makin menipis, terutama minyak bumi yang

harganya naik turun. Untuk itulah Pemerintah berusaha meningkatkan industri

di sektor nonmigas, antara lain industri teh. Kabupaten Garut yang termasuk

daerah Priangan yang merupakan salah satu sentra produksi teh andalan Jawa

Barat, terutama di Kecamatan Cikajang, Singajaya, Banjarwangi, Cisurupan,

Cilawu dan Pakenjeng.

Page 99: Kajian Potensi Unggulan BPMPT - garutkab.go.id

Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut

95

Namun jika dilihat dari pertumbuhan ekspornya, ternyata menurut International

Trade Centre, pertumbuhan ekspor teh Indonesia jauh di bawah pertumbuhan

ekspor teh dunia. Negara-negara yang memiliki pertumbuhan ekspor teh dunia

tertinggi mulai dari Jepang, India, Vietnam, Inggris, Uni Emirat Arab, Amerika

Serikat dan Srilanka. Kekuatan negara Jepang, Inggris, Uni Emirat Arab, Amerika

Serikat sebagai negara yang memiliki pertumbuhan ekspor cukup tinggi terletak

pada kemampuannya memberikan nilai tambah, serta memiliki jaringan

perdagangan teh yang kuat. Jadi, walaupun negara-negara tersebut tercatat

sebagai negara-negara pengimpor teh curah, tapi sebagian hasil impor tersebut

mereka ekspor kembali dalam bentuk produk-produk hilir teh.

Produksi teh tahun 2014 mencapai 4.935 ton atau mengalami peningkatan dari

tahun 2013 dengan produksi sebesar 4.932 ton. Mengingat jumlah permintaan

teh cukup tinggi, maka upaya untuk meningkatkan jumlah produksi dilakukan

dengan cara melaksanakan program pengembangan agrobisnis tanaman

perkebunan secara terpadu dan program pengembangan sistem informasi pasar,

harga komoditas perkebunan dan teknologi pengolahan.

Dengan adanya pengembangan usaha dalam pengolahan tanaman teh secara

tidak langsung dapat memberikan dampak terhadap devisa negara, pendapatan

petani teh, menggerakan perekonomian daerah, meningkatkan usaha agribisnis

terpadu komoditas teh rakyat, membuka kesempatan kerja baru dan

meningkatkan nilai komoditas teh dengan cara pengolahan minuman kemasan

yang menggunakan bahan baku teh dan membuka kegiatan-kegiatan usaha baru

untuk mendukung aktivitas pabrik pengolahan teh.

Page 100: Kajian Potensi Unggulan BPMPT - garutkab.go.id

Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut

96

6.2.3 Peluang Investasi Sektor Peternakan

Pembibitan dan Penggemukan Domba Garut

Kabupaten Garut merupakan salah satu sentra produksi domba di Jawa Barat

setelah Kabupaten Bandung. Domba menyebar secara merata di seluruh

wilayah. Beberapa kecamatan dengan populasi domba dan terbanyak berada di

Kecamatan Cilawu, Bayongbong, Cisurupan, Cikajang dan Cigedug. Domba

merupakan komoditas andalan yang dipelihara masyarakat. Di daerah ini,

dikenal sebagai pusat pembiakan/pembibitan Domba Garut atau Domba

Priangan.

Populasi domba tahun 2014 mencapai 1.348.637 ekor yang mengalami

peningkatan sebesar 15,97 % dari tahun 2013 sebanyak 1.126.976 ekor.

Secara umum domba-domba yang dipelihara di wilayah selatan berbeda dengan

domba yang dipelihara di wilayah utara. Daerah Cibalong, Bungbulang, Singajaya

sebagian besar jenis domba yang dipelihara adalah domba lokal, dengan

performa badan yang lebih kecil dari domba Garut. Di daerah selatan, karena

lahan yang relatif luas, pola pemeliharaan domba dilakukan dengan cara

diangon (ekstensif) atau semi intensif.

Tujuan akhir dari pengembangan produksi peternakan adalah untuk memenuhi

penyediaan pangan produk peternakan bagi masyarakat dalam takaran yang

cukup sesuai dengan norma kebutuhan gizi. Pangan produk peternakan yang

disediakan untuk memenuhi kebutuhan tersebut adalah daging, telur dan susu.

Disamping untuk memenuhi kebutuhan gizi, produk peternakan memberikan

kontribusi nyata bagi kegiatan industri, yaitu produksi kulit sapi dan kerbau serta

kulit domba dan kambing. Sarana produksi tersedia kecuali konsentrat, sarana

Page 101: Kajian Potensi Unggulan BPMPT - garutkab.go.id

Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut

97

transportasi tersedia (Jalan, Angkutan umum dll), Lahan Penggembalaan dan

Lahan Hijau Makanan Ternak (HMT) cukup tersedia (6.547). Prasana berupa RPH

tersedia di Kecamatan Cikajang, Listrik & Telekomunikasi tersedia di beberapa

Kecamatan , Jalan propinsi dan kabupaten dalam kondisi baik.

Dengan adanya pembibitan/ penggemukan Domba Garut, maka dapat membuka

kesempatan usaha dan peningkatan usaha agribisnis terpadu serta membuka

kesempatan kerja seperti pengadaan konsentrat dan obat-obatan ternak,

pengadaan/ produksi hijauan makanan ternak, produksi daging olahan, produksi

kerajinan kulit dan tulang serta dapat menggerakan perekonomian wilayah dan

meningkatkan pendapatan peternak.

6.2.4 Peluang Investasi Sektor Perikanan

Kabupaten Garut memiliki potensi perikanan budidaya air tawar seluas 26.000 Ha

yang mencakup perikanan budidaya kolam air tenang, kolam air deras dan mina

padi. Produksi perikanan darat untuk konsumsi pada tahun 2014 mengalami

peningkatan dibanding tahun 2013. Produksi ikan di Kabupaten Garut sebagian besar

untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Sampai saat ini pasokan ikan segar ke

Kabupaten Garut masih tinggi. Pengembangan bisnis di bidang perikanan di

Kabupaten Garut masih sangat terbuka luas mengingat besarnya permintaan produk

perikanan terutama ikan konsumsi dan Pasar ekspor di bidang perikanan masih

terbuka untuk pasar Asia dan Eropa baik dalam bentuk ikan segar, fillet maupun

dalam bentuk olahan. Selain itu Pemerintah Indonesia saat ini terus mencanangkan

Program Gemar Makan Ikan sehingga permintaan ikan di masa depan sangat

potensial. Untuk Pengembangan Kawasan Minapolitan Perikanan Budidaya terdapat

di Kecamatan Tarogong Kaler (Minapolis), Kecamatan Karangpawitan (Hinterland),

Kecamatan Wanaraja (Hinterland), Kecamatan Pangatikan (Hinterland), Kecamatan

Sukawening (Hinterland).

Budidaya Ikan

1. Budidaya Ikan Mas

Page 102: Kajian Potensi Unggulan BPMPT - garutkab.go.id

Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut

98

Kawasan produksi budidaya ikan mas terdapat di Kecamatan Karangpawitan,

Garut Kota, Cilawu, Bayongbong, Samarang, Leles, Kadungora, Tarogong Kidul

dan Bungbulang, Cisewu, Cisurupan, Leuwigoong, Pameungpeuk dan

Singajaya.

2. Budidaya Ikan Nila

Kawasan produksi budidaya ikan nila terdapat di daerah Kecamatan

Malangbong, Limbangan, Selaawi, Banyuresmi, Banjarwangi, Cisompet,

Pamulihan, Cigedug, Peundeuy, Cikelet, Mekar mukti, Caringin, Cibalong dan

Pakenjeng.

3. Budidaya Ikan Lele

Page 103: Kajian Potensi Unggulan BPMPT - garutkab.go.id

Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut

99

Kawasan produksi budidaya ikan lele terdapat di daerah Kecamatan

Kersamanah, Kecamatan Cibatu, Kecamatan Karang tengah, Kecamatan

Cibiuk, Kecamatan Pasirwangi, dan Kecamatan Sukaresmi.

Dengan adanya budidaya ikan di Kabupaten Garut, maka akan memberikan

kesempatan usaha baru dan kesempatan kerja diantaranya Pengolahan Pakan Ikan,

Pabrik Penyediaan Peralatan dan Obat-obatan dan Usaha Pengolahan Hasil

Perikanan.

6.2.5 Peluang Investasi Sektor Kehutanan

Kabupaten Garut mempunyai sumber daya hutan yang cukup luas yaitu 107.865 Ha

(35%) dari luas wilayah Kabupaten. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan

Nomor: 195/Kpts-II/2003, tanggal 4 Juli tahun 2003, fungsi hutan dan luasannya yang

ada di Kabupaten Garut adalah Hutan Konservasi 26.727 Ha (24,77%), Hutan Lindung

75.572 Ha (70,06%), Hutan Produksi Terbatas 5.400 Ha (5,02%) dan Hutan Produksi

166 Ha (0,15%). Selain kawasan hutan negara tersebut, Kabupaten Garut mempunyai

lahan milik yang cukup luas dan layak untuk ditanami tanaman kayu. Populasi

(tegakan) tanaman kayu pada lahan milik yang biasa disebut Hutan Rakyat

diharapkan menjadi sumber utama penghasil kayu mengingat Hutan Negara yang

mempunyai fungsi produksi sudah semakin terbatas untuk dapat mensuplai

kebutuhan hasil hutan berupa kayu. Saat ini, populasi tersebut sudah memiliki luasan

39.746 Ha.

Adapun pengembangan Aneka Usaha Kehutanan sampai dengan tahun 2014 yang

memiliki potensi yaitu sutra alam dan produksi jamur.

Budidaya Jamur

Page 104: Kajian Potensi Unggulan BPMPT - garutkab.go.id

Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut

100

Budidaya jamur tiram memiliki prospek ekonomi yang baik. Pasar jamur tiram

yang telah jelas serta permintaan pasar yang selalu tinggi memudahkan para

pembudidaya memasarkan hasil produksi jamur tiram. Jamur tiram merupakan

salah satu produk komersial dan dapat dikembangkan dengan teknik yang

sederhana. Bahan baku yang dibutuhkan tergolong bahan yang murah dan

mudah diperoleh seperti serbuk gergaji, dedak dan kapur, sementara proses

budidaya sendiri tidak membutuhkan berbagai pestisida atau bahan kimia

lainnya.

Dengan adanya budidaya Jamur ini, diharapkan dapat meningkatkan taraf hidup

petani jamur dan membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat di sekitar pertanian

jamur tiram.

6.2.6 Peluang Investasi Sektor Sumber Daya Air dan Pertambangan

Wilayah Kabupaten Garut memiliki potensi berbagai jenis sumberdaya alam yang

terbaharukan maupun yang tidak terbaharukan yang cukup besar dan bervariasi,

terdiri dari sumber daya air, panas bumi, mineral dan bahan tambang, serta energi

baru dan terbarukan lainnya seperti mikrohidro, surya dan angin. Bahkan di

beberapa lokasi sudah dilaksanakan kegiatan eksploitasi untuk sumber daya mineral

dan kegiatan pembangunan untuk mengembangkan potensi sumber daya energi,

seperti panas bumi dan energi baru dan terbarukan, yaitu Pembangkit Listrik Tenaga

Mikrohidro (PLTMH) dan energi panas bumi.

Khusus di wilayah Garut Selatan, telah terindikasi adanya kandungan sumber daya

mineral berupa emas, bijih besi dan pasir besi, dengan kandungan untuk bijih besi

dan pasir besi Fe total 50% s.d. 60%, sementara itu untuk sumber daya panas bumi di

Kabupaten Garut terdapat 6 (enam) lokasi manifestasi panas bumi. Khusus di

Darajat, potensi panas bumi mencapai 350 MW. Sumber daya panas bumi tersebut

sudah dikembangkan untuk tenaga listrik sebesar 225 MW. Potensi panas bumi ini

sangat besar prospeknya untuk dikembangkan terutama bagi pembangkit listrik

khususnya untuk keperluan industri.

Potensi lain yang dapat dikembangkan menjadi sumber energi listrik adalah tenaga

bayu (angin).

Page 105: Kajian Potensi Unggulan BPMPT - garutkab.go.id

Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut

101

Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) / Angin

Menggunakan sistem konversi energi angin (SKEA) ke listrik dengan

menggunakan turbin angin atau kincir angin. Seperti pada umumnya Negara

tropis, kecepatan angin rata-rata di Indonesia terbilang kecil, hanya sekitar 3-5

m/ detik. Supaya layak secara komersil, kecepatan angin yang diperlukan untuk

PLTB berada dalam kisaran 5-6 m/ detik pada ketinggian pusat 10 m. Hanya

sedikit daerah di Indonesia dengan kecepatan angin cukup besar, kebanyakan di

Nusa Tenggara. Potensi tenaga angin di Indonesia diperkirakan hanya sekitar

9.200 MW.

Pembangkit ini dapat mengkonversikan energi angin menjadi energi listrik

dengan menggunakan turbin angin atau kincir angin. Karena secara kondisi dan

letak geografisnya yang unik tenaga angin ini dapat dimanfaatkan di sekitar

daerah pantai selatan Kabupaten Garut. Salah satunya adalah Pantai Sayang

Heulang Kecamatan Pameungpeuk.

6.2.7 Peluang Investasi Sektor Kelautan

Perikanan laut adalah salah satu sub sektor ekonomi yang sangat potensial untuk

dikembangkan. Pantai selatan Kabupaten Garut memiliki potensi berupa Zona

Ekonomi Eksklusif (ZEE) 200 mil laut dengan luas areal penangkapan 28. 560 km2 dan

diestimasi memiliki potensi lestari (MSY) sebesar 166.667 ton/tahun.

Budidaya Udang Tambak

Page 106: Kajian Potensi Unggulan BPMPT - garutkab.go.id

Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut

102

Budidaya udang tambak merupakan prospek yang cukup bagus untuk

dikembangkan dipantai selatan Garut, hal ini didukung oleh kondisi perairan

yang belum tercemar bila dibandingkan dengan perairan pantai utara Jawa.

Kegiatan perikanan laut nampaknya perlu mendapat perhatian dalam rangka

meningkatkan tingkat pemanfaatan dari potensi lestari ikan laut di Kabupaten

Garut. Berbagai upaya yang dapat dilakukan untuk memanfaatkan potensi

perikanan laut yang cukup besar ini adalah dengan pemberdayaan nelayan,

peningkatan sarana dan prasarana, bantuan modal dan bimbingan. Serta

penetapan kawasan pantai Garut Selatan sebagai daerah pengembangan

agribisnis berbasis usaha perikanan.

Perikanan Tambak diarahkan pengembangannya di wilayah Kecamatan Cibalong,

Pameungpeuk, Cikelet, Pakenjeng, Bungbulang, dan Caringin seluas 28,50 ha.

Dengan jumlah produksi 420 ton. Potensi pengembangan pertambakan intensif

adalah dengan mengembangkan sistem tambak udang plastik (biokrit), karena

struktur kawasan pesisir Garut yang sebagian besar berpasir. Lokasi yang cocok

untuk tambak udang yaitu pada daerah pantai yang mempunyai tanah

bertekstur liat atau liat berpasir yang mudah dipadatkan sehingga mampu

menahan air dan tidak mudah pecah.

6.2.8 Peluang Investasi Sektor Periwisata

Kabupaten Garut memiliki sumber daya alam, peninggalan budaya dan peninggalan

sejarah yang potensial untuk dikembangkan menjadi tujuan wisata yang menarik dan

kompetitif. Sumber daya alam yang dimiliki Kabupaten Garut antara lain: Cipanas,

Curug Citiis, Situ Bagendit, Kawah Talaga Bodas, Lapang Golf Ngamplang, Curug

Page 107: Kajian Potensi Unggulan BPMPT - garutkab.go.id

Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut

103

Cihanyawar, Air Panas Kamojang, Gunung Papandayan, Curug Orok, Leuweung

Sancang, Pantai Cijeruk Indah, Pantai Sayang Heulang, Pantai Karang Paranje, Pantai

Santolo, Pantai Taman Manalusu, Pantai Gunung Geder, Pantai Cijayana, Pantai

Ranca Buaya, Gunung Wayang, Perkebunan Teh Papanggungan, Curug Sanghyang

Taraje, Air Panas Pakenjeng dan Situ Cibeureum. Makam Keramat Godog, Makam

Keramat Linggaratu, Makam Keramat Cinunuk, Kampung Dukuh, Makam Keramat

Jafar Sidiq. Beberapa peninggalan budaya yang menjadi tujuan wisata (ODTW) antara

lain Cagar Budaya Situ Cangkuang dan Situs Ciburuy. Demikian pula potensi

sumberdaya alam diantaranya, kawah Darajat yang merupakan pusat Pembangkit

Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP).

Pengembangan Objek dan Daya Tarik Wisata

Objek wisata yang potensial untuk dikembangkan menjadi tujuan wisata yang

menarik dan kompetitif adalah Situ Bagendit, Situ Cangkuang, Pantai Santolo

dan Pantai Sayang Heulang.

1. Situ Bagendit

Adapun lokasinya terletak di Jalan Raya Banyuresmi dengan luas lahan 124

Ha. Jumlah kunjungan wisatawan tahun 2014 sebanyak 235.150 orang.

Aksesibilitas sudah dilayani oleh angkutan kota dengan kondisi jalan sudah

beraspal, yang dilengkapi dengan fasilitas kolam renang hiburan dan kolam

renang prestasi, kereta api mini (mini train), 60 buah rakit, 11 buah sepeda air

bangku taman dan 6 buah shelter pos tiket, taman bermain dengan vegetasi

peneduh dengan kondisi yang cukup terawat, 1 buah musholla dan 10 buah

tempat sampah dan tempat parkir dengan luas 1.400 m² dengan daya

tampung 30 bus, 60 kendaraan pribadi dan 180 kendaraan bermotor.

Page 108: Kajian Potensi Unggulan BPMPT - garutkab.go.id

Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut

104

2. Situ Cangkuang

Lokasi terletak di Desa Cangkuang Kecamatan Leles Kabupaten Garut.

Aksesibilitas sudah dilayanai oleh angkutan kota, kondisi jalan menuju obyek

wisata bagus beraspal dengan lebar 2 meter yang cukup dilewati berbagai

kendaraan. Prasarana tersedianya jalan menuju ke lokasi obyek. Lokasi obyek

ini bisa ditempuh dengan naik kendaraan umum atau bus dari Bandung –

Garut. Dari Garut menuju Kecamatan Leles terdapat angkutan umum. Jalan

menuju Situ Cangkuang dari jalan raya Bandung – Garut berjarak 3 Km,

dengan kondisi beraspal dan dapat dilalui kendaraan tradisional delman.

Untuk dapat menyeberang menuju Kampung Pulo dapat menggunakan rakit.

Sarana yang ada akomodasi dan rumah makan, rakit, gazebo, pos tiketing,

MCK, Shelter, Mushola dan Museum.

3. Pantai Santolo

Lokasi pantai ini terletak di Desa Pamalayan, Kecamatan Cikelet dengan luas

lokasi 5 Ha. Jumlah kunjungan wisata tahun 2014 sebanyak 221.735 orang.

Aksesibilitas sudah dilayanai oleh angkutan kota, tersedianya jalan menuju ke

lokasi obyek dengan transportasi angkutan kota dan ojeg. dan dilengkapi

juga dengan sarana akomodasi, tempat parkir seluas 2 Ha yang dapat

Page 109: Kajian Potensi Unggulan BPMPT - garutkab.go.id

Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut

105

menampung 100 bus. Kemudian terdapat beberapa shelter, MCK, Musholla,

tempat camping dan tempat penyewaan alat-alat wisata yang dalam kondisi

baik.

4. Pantai Sayang Heulang

Lokasi terletak di Desa Mancagahar, Kecamatan Pameungpeuk dengan luas

lokasi 10 Ha. Jumlah kunjungan wisata tahun 2014 sebanyak 162.308 orang.

Aksesibilitas sudah dilayanai oleh angkutan kota dan tersedianya jalan

menuju ke lokasi obyek. Obyek wisata ini berjarak 5 Km dari Kota

Pameungpeuk dan dapat ditempuh dalam waktu 15 menit. Alat transportasi

yang menuju pantai adalah dapat mempergunakan angkutan kota dengan

rute Pemeungpeuk – Cikelet. Sarana yang ada di area pantai ini telah tersedia

berbagai fasilitas dan sarana akomodasi, tempar parkir seluas 3 Ha yang

dapat menampung 100 bus. Kemudian terdapat beberapa shelter, MCK,

Musholla, kios makanan dan jajanan, Hotel, cottage, camping area,

pemancingan dan tempat penyewaan alat-alat wisata yang dalam kondisi

baik.

Dalam upaya pengembangan wilayah yang lebih merata, peranan sektor pariwisata

cukup penting, mengingat panjangnya mata rantai kegiatan usaha kepariwisataan.

Kegiatan-kegiatan yang dimaksud meliputi: biro perjalanan, pengangkutan,

perhotelan, restoran pemandu wisata/ pramuwisata, kerajinan rakyat, kesenian

daerah, pemeliharan dan pengembangan obyek wisata. Dengan demikian

pengembangan sektor pariwisata dapat menggerakkan sektor-sektor ekonomi

lainnya atau dengan kata lain sektor ini mempunyai imbas secara multisektoral.

Page 110: Kajian Potensi Unggulan BPMPT - garutkab.go.id

Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut

106

Potensi usaha pariwisata seperti usaha sarana, usaha jasa dan usaha obyek dan daya

tarik wisata mengalami pertumbuhan yang cukup berarti.

Page 111: Kajian Potensi Unggulan BPMPT - garutkab.go.id

Kajian Sumberdaya Alam yang Terkait dengan Investasi Kabupaten Garut

107

BAB 7

PENUTUP

Dari hasil penyusunan kajian sumberdaya alam yang terkait dengan investasi di

Kabupaten Garut diharapkan dapat dijadikan landasan bagi setiap kegiatan di Badan

Penanaman Modal dan perijinan Terpadu Kabupaten Garut hingga tahun 2025.

Kegiatan tersebut pada akhirnya tidak boleh terlepas dari arah kebijakan dan strategi

yang ditetapkan dalam RPJMD Kabupaten Garut. Di samping itu dengan tersedianya

informasi potensi/ peluang investasi dari penanaman modal maka akan semakin

memperjelas tahapan fokus kegiatan yang akan dijadikan sasaran secara jangka

pendek, jangka menengah, dan jangka panjang.

Page 112: Kajian Potensi Unggulan BPMPT - garutkab.go.id

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2001. Otonomi Potensi Masa Depan RI. Centre for Political Studies

Soegeng Sarjadi Syndicated, Jakarta : P.T. Gramedia Pustaka Utama.

Adam Tim, and Goyal Vidhan K, 2003. Investment opportunity set and its proxy

variables: theory and evidence. Working Paper. Department of Finance, Hong

Kong University of Science & Technology. 1-35.

Agrawal, A, and Mandelker G. 1987. Managerial incentive and corporate

Investment and Financing decisions. Journal of Finance. 42: 823-839. Ambarish,

R.,John, K., and William, J. 1987. Efficient signaling with dividend and

investment. Journal of Finance. 42: 321-343.

Arief, Sritua, 1993. Metodologi Penelitian Ekonomi, Jakarta : UI-Press. Arsyad,

Lincolin, 1992, Ekonomi Pembangunan, Edisi 2, Yogyakarta : STIE YKPN.

Arsyad, Lincolin, 1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi

Daerah, Edisi Pertama, Yogyakarta : BPFE.

Abbott, Lawrence J. 2001. Financing, dividend and compensation policies

subsequent to shift in and the investment opportunity set. Managerial

Finance. 31-47.

Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, 2010. Sumatera Utara Dalam Angka Tahun

2010.

Baker, George P. 1993. Growth, corporate policies, and the investment opportunity

set. Journal of Accounting and Economics. 16: 161-165.

Badan Agribisnis Departemen Pertanian. 1998. Potensi dan Peluang Investasi

Agribisnis Provinsi Sumatera Barat. Penerbit Kanisius Yogyakarta.

Badan Agribisnis Departemen Pertanian, 1999. Investasi Agribisnis Komoditas

Unggulan Perikanan. Kanisius. Yogyakarta. 120 hlm

Boediono, 1981. Teori Pertumbuhan Ekonomi. Seri Pengantar Ilmu Ekonomi No.4,

Yogyakarta : BPFE.

Cahan, Steven F., and Mahmud Hossain 1996. The investment opportunity set and

disclosure policy: some Malaysian evidence. Asia Pacific Journal of Management.

13 (11): 65-85.

Page 113: Kajian Potensi Unggulan BPMPT - garutkab.go.id

Chung, Kee H., dan Charlie Charoenwong 1991. Investment options, assets in place,

and the risk of stocks. Financial Management. Autumn: 21-33.

Cleary, S. 1999. The relationship between the firm investment and financial status.

Journal of Finance, 54 (2): 673-692.

Erlina, dan Mulyani, 2004. Hubungan antara investment opportunity sets dengan

Kebijaksanaan Dividend dan Struktur Modal dengan Managerial Ownership sebagai

Moderating Variabel. Jurnal Ekonom. 23-35.

Gaver and Gaver, 1993. "Additional Evidence on The Association berween The

Investment Opportunity Set and Corporate Financing, Dividend and Compensation

Policy". Journal of Accounting and Economics, N11: 128 – 160.

Gaver, Jennifer J., dan Kenneth M. Gaver, 1993. Additional evidence on the

association between the investment opportunity set and corporate

financing, dividend, and compensation policies. Journal of Accounting and

Economics. 16: 125-160.

Gordon, M.J., 1963. Optimum investment and financing policy. Journal of Finance.

264-272.

Gul Ferdinand A. 1999. Cheabol, investment opportunity set, corporate debt,

dividend policies of Korean companies. Review of Quantitative Financial and

Accounting. 13: 401-416.

Hartono, Jogianto, 1998. Teori Portofolio dan Analisis Investasi.Yogyakarta: BPFE.

Hutchinson Marion and Gul A Ferdinand, 2002. Investment opportunity and

Leverage: Some Australian evidence on the role of board monitoring and directors

equity ownership. Managerial Finance. 28 (3): 19-37

.

Kuncoro, Mudrajat 2004. Otonomi dan Pembangunan Daerah : Reformasi,

Perencanaan, Strategi, dan Peluang. Jakarta: Erlangga.

Levy, Haim and Marshall Sarnat, 1990. Capital Investment Financial Decisions.

New York: Pentice Hall: 331 – 548

Myers S, and Majluf, 1984. Corporate Financing and Investment Decision When

Firms Have Investment Investors Do Not Habe. Journal of Financial Economics, 13,

p, 187 – 221

Reilly, F & Brown, K 2006. Investment Analysis and Portfolio Management. 8th edn, Thomson, Melbourne.

Prayitno, Hadi, 1986. Pengantar Ekonomika Pembangunan, Edisi Pertama,

Page 114: Kajian Potensi Unggulan BPMPT - garutkab.go.id

Yogyakarta, BPFE.

Skinner,D.J., 1993. "The Investment Opportunity Set and Corporate Control".

Journal of Accounting and Economics 16: 407 – 445.

Sukirno, Sadono, 2002. Makro Ekonomika Modern, Perkembangan Pemikiran dari

Klasik hingga Keynesian Baru. Jakarta : P.T. RajaGrafindo Persada. Suparmoko,

2004. Pengantar Ekonomika Makro, Teori, Soal dan Penyelesaian, Edisi Pertama,

Yogyakarta : AMP YKPN.

Syaukani, Gaffar, Rasyid, 2002. Otonomi Daerah dalam Negara Kesatuan,

Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Tambunan, T.H., Tulus, Dr., 2001. Perekonomian Indonesia, Teori dan Temuan

Empiris, Jakarta : Ghalia Indonesia.

Todaro, Smith, 2005. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Edisi Kedelapan,

Jakarta:Erlangga.

Page 115: Kajian Potensi Unggulan BPMPT - garutkab.go.id

53