KAJIAN PENAMBAHAN PRASARANA SEKOLAHDI...

79
KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH DI KOTA MALANG BAPPEDA KOTA MALANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pendidikan merupakan kerangka dasar bagi pembangunan nasional, karena dengan pendidikan yang bermutu dapat menciptakan sumber daya manusia yang bermutu pula.Sumber daya manusia ini merupakan aktor utama penggerak pembangunan nasional.Oleh karena itu, pendidikan merupakan salah satu pilar penting bagi pembangunan wilayah.Undang-Undang No 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah telah membawa implikasi yang luas dalam sistem pemerintahan. Dimana dalam undang-undang tersebut disebutkan secara eksplisit bahwa sektor pendidikan merupakan salah satu bidang pemerintahan yang wajib dilaksanakan daerah kabupaten dan kota. Dapat diartikan bahwa kemajuan pendidikan nasional di masa mendatang sangat tergantung dari perhatian pemerintah kabupaten/kota terhadap sektor pendidikan di daerah masing-masing. Dalam hal pengelolaan pendidikan dibidang sarana dan prasarana sekolah, penjelasan PP No. 19 tahun 2005 menyebutkan bahwa SNP dijadikan pedoman untuk mewujudkan ketersediaan sarana dan prasarana belajar yang memungkinkan berkembangnya potensi siswa secara optimal. Untuk itu, mekanisme pengelolaan sarana dan prasarana sekolah meliputi pengadaan, pendistribusian, penggunaan dan pemeliharaan, inventarisasi, serta penghapusan sarana dan pra-sarana sekolah harus dilaksanakan secara efektif dan efisien.Indikatornya nampak dari kesesuaian implementasi kebijakan dengan prinsip-prinsip teoritis dan administratif sesuai Permendiknas No. 19 tahun 2007 tentang Pengelolaan Pendidikan. Pentingnya sarana dan prasarana pendidikan ditekankan pada UU pendidikan No 20 tahun 2003 pada bab XII pasal 45 pada ayat 1 bahwa setiap satuan pendidikan formal dan non formal menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, social, emosional dan kewajiban peserta didik. Sarana dan prasarana pendidikan merupakan salah satu sumberdaya pendidikan yang perlu dan penting untuk dikelola dengan baik dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari manajemen pendidikan. Sarana dan prasarana pendidikan juga merupakan salah satu unsur manajemen pendidikan yang memiliki peranan penting dalam proses belajar mengajar,

Transcript of KAJIAN PENAMBAHAN PRASARANA SEKOLAHDI...

Page 1: KAJIAN PENAMBAHAN PRASARANA SEKOLAHDI KOTAbarenlitbang.malangkota.go.id/.../uploads/2017/11/Buku-Prasarana.pdf · Dalam hal pengelolaan pendidikan dibidang sarana dan prasarana sekolah,

KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH

DI KOTA MALANG

BAPPEDA KOTA MALANG 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Pendidikan merupakan kerangka dasar bagi pembangunan nasional, karena dengan

pendidikan yang bermutu dapat menciptakan sumber daya manusia yang bermutu pula.Sumber

daya manusia ini merupakan aktor utama penggerak pembangunan nasional.Oleh karena itu,

pendidikan merupakan salah satu pilar penting bagi pembangunan wilayah.Undang-Undang No

32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah telah membawa implikasi yang luas dalam sistem

pemerintahan. Dimana dalam undang-undang tersebut disebutkan secara eksplisit bahwa sektor

pendidikan merupakan salah satu bidang pemerintahan yang wajib dilaksanakan daerah

kabupaten dan kota. Dapat diartikan bahwa kemajuan pendidikan nasional di masa mendatang

sangat tergantung dari perhatian pemerintah kabupaten/kota terhadap sektor pendidikan di

daerah masing-masing.

Dalam hal pengelolaan pendidikan dibidang sarana dan prasarana sekolah, penjelasan PP

No. 19 tahun 2005 menyebutkan bahwa SNP dijadikan pedoman untuk mewujudkan

ketersediaan sarana dan prasarana belajar yang memungkinkan berkembangnya potensi siswa

secara optimal. Untuk itu, mekanisme pengelolaan sarana dan prasarana sekolah meliputi

pengadaan, pendistribusian, penggunaan dan pemeliharaan, inventarisasi, serta penghapusan

sarana dan pra-sarana sekolah harus dilaksanakan secara efektif dan efisien.Indikatornya

nampak dari kesesuaian implementasi kebijakan dengan prinsip-prinsip teoritis dan

administratif sesuai Permendiknas No. 19 tahun 2007 tentang Pengelolaan Pendidikan.

Pentingnya sarana dan prasarana pendidikan ditekankan pada UU pendidikan No 20 tahun 2003

pada bab XII pasal 45 pada ayat 1 bahwa setiap satuan pendidikan formal dan non formal

menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan

pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, social, emosional dan

kewajiban peserta didik.

Sarana dan prasarana pendidikan merupakan salah satu sumberdaya pendidikan yang perlu

dan penting untuk dikelola dengan baik dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

manajemen pendidikan. Sarana dan prasarana pendidikan juga merupakan salah satu unsur

manajemen pendidikan yang memiliki peranan penting dalam proses belajar mengajar,

Page 2: KAJIAN PENAMBAHAN PRASARANA SEKOLAHDI KOTAbarenlitbang.malangkota.go.id/.../uploads/2017/11/Buku-Prasarana.pdf · Dalam hal pengelolaan pendidikan dibidang sarana dan prasarana sekolah,

KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH

DI KOTA MALANG

BAPPEDA KOTA MALANG 2

Sarana dan prasarana pendidikan merupakan hal yang tidak boleh diabaikan, dengan

menggunakan sarana dan prasarana yang tepat dalam proses kegiatan belajar mengajar akan

menjadikan proses belajar mengajar menjadi efektif dan efesien.

1.2.Maksud dan Tujuan

1.2.1 Maksud

Maksud dari kegiatan ini adalah untuk menyusun Dokumen Kajian KebutuhanPrasarana

Sekolah di Kota Malang.

1.2.2 Tujuan

Tujuan dari kegiatan Kajian Kebutuhan Prasarana Sekolah di Kota Malang adalah:

1. Mengetahui kondisi eksisting tentang Prasarana Pendidikan di Kota Malang.

2. Mengetahui prasarana apa yang perlu diperbaiki, ditambah, atau ditingkatkan baik

kuantitas maupun kualitasnya untuk menunjang kegiatan pendidikan di Kota Malang.

3. Sebagai bahan pertimbangan untuk memperbaiki dan melengkapi prasarana

pendidikan yang dibutuhkan yang ada di Kota Malang.

4. Untuk menganalisis bagaimana strategi kebijakan yang perlu dilakukan untuk

mengembangkan prasarana pendidikan di Kota Malang.

1.3.Dasar Hukum

Landasan hukum yang dipergunakan dalam Kajian Kebutuhan Prasarana Sekolah di Kota

Malang adalah :

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomaor 18 Tahun 2002 Tentang Sistem

Nasional Penlitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi;

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem

Pendidikan Nasional Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 nomor 78

3. Undng-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan

Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 164, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran

Negara Tahun 2004 Nomor 125 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437) Undang-

Page 3: KAJIAN PENAMBAHAN PRASARANA SEKOLAHDI KOTAbarenlitbang.malangkota.go.id/.../uploads/2017/11/Buku-Prasarana.pdf · Dalam hal pengelolaan pendidikan dibidang sarana dan prasarana sekolah,

KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH

DI KOTA MALANG

BAPPEDA KOTA MALANG 3

Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang

Nasional Tahun 2005 – 2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007

Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);

5. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4725);

6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2009 Tentang Badan Hukum

Pendidikan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4965;

7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar

Nasional Pendidikan;

8. Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 3 Tahun 2009 Tentang Sistem

Penyelenggaraan Pendidikan.

Page 4: KAJIAN PENAMBAHAN PRASARANA SEKOLAHDI KOTAbarenlitbang.malangkota.go.id/.../uploads/2017/11/Buku-Prasarana.pdf · Dalam hal pengelolaan pendidikan dibidang sarana dan prasarana sekolah,

KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH

DI KOTA MALANG

BAPPEDA KOTA MALANG 4

BAB II

RUANG LINGKUP STUDI DAN

LANDASAN TEORITIS

2.1.Profil Pendidikan Kota Malang

Profil Pendidikan Dasar dan Menengah (Profil Dikdasmen) disusun bersumber pada isian

instrumen Profil Dikdasmen Kabupaten/Kota, Tahun 2015 yang menyajikan data pada Tahun

2014/2015. Profil Dikdasmen terdiri atas dua variabel yaitu data dan indikator, dua jenis data

yaitu nonpendidikan dan pendidikan, dan dua jenis indikator yaitu nonpendidikan dan

pendidikan.Profil Dikdasmen mengacu pada visi Kementerian Pendidikan Nasional

(Kemdiknas) 2014. Berdasarkan visi tersebut terdapat layanan prima pendidikan nasional yang

dijabarkan menjadi misi pendidikan 5K.

Data nonpendidikan membahas tentang empat hal, yaitu 1) administrasi pemerintahan dan

demografi, 2) tingkat pendidikan penduduk termasuk tingkat kepandaian membaca/menulis,

angkatan kerja dan bukan angkatan kerja, penduduk miskin, serta geografi dan iklim, 3)

ekonomi termasuk mata pencaharian penduduk, dan 4) sosial budaya dan agama.

Data pendidikan dirinci menjadi tiga, yaitu 1) data pendidikan, 2) indikator pendidikan, dan

3) analisis berdasarkan pada indikator pendidikan. Data pendidikan membahas tentang data

dikdasmen. Dikdasmen terdiri dari tiga jenjang, yaitu sekolah dasar (SD), sekolah menengah

pertama (SMP), dan sekolah menengah (SM) serta dilengkapi rangkuman dikdasmen. Variabel

pendidikan yang dibahas, dirinci menjadi prasarana sebanyak 8 variabel dan sumber daya

manusia sebanyak 6 variabel. Prasarana pendidikan dimaksud adalah sekolah, kelompok belajar

(kelas), ruang kelas, perpustakaan, ruang usaha kesehatan sekolah (UKS), ruang komputer,

tempat olahraga, dan laboratorium. Sumber daya manusia pendidikan adalah siswa baru, siswa,

mengulang, putus sekolah, lulusan, dan guru.

Visi Kemdiknas 2014 adalah terselenggaranya layanan prima pendidikan nasional.

Indikator pendidikan yang dimaksud disesuaikan dengan Rencana Strategi (renstra) Kemdiknas

dalam rangka Pembangunan Pendidikan 2010-2014 yang terdiri dari tiga pilar kebijakan dan

dijabarkan dalam Misi Pendidikan 5K. Misi Pendidikan 5Kterdiri atas 1) Misi K1 meningkatkan

ketersediaan layanan pendidikan, 2) Misi K2 memperluas keterjangkauan layanan pendidikan,

3) Misi K3 meningkatkan kualitas dan relevansi layanan pendidikan, 4) Misi K4 mewujudkan

Page 5: KAJIAN PENAMBAHAN PRASARANA SEKOLAHDI KOTAbarenlitbang.malangkota.go.id/.../uploads/2017/11/Buku-Prasarana.pdf · Dalam hal pengelolaan pendidikan dibidang sarana dan prasarana sekolah,

KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH

DI KOTA MALANG

BAPPEDA KOTA MALANG 5

kesetaraan dalam memperoleh layanan pendidikan, dan 5) Misi K5 menjamin kepastian

memperoleh layanan Pendidikan.

Indikator untuk misi K1 terdiri atastujuh jenis, yaitu 1) rasio siswa per kelas (R-S/K), 2)

rasio kelas per ruang kelas (R-K/RK), 3) persentase perpustakaan (%Perpus), 4) persentase

ruang UKS (%RUKS), 5) persentase ruang komputer (%Rkom), 6) persentase tempat olahraga

(%TOR), dan 7) persentase laboratorium (%Lab).

Indikator pendidikan termasukmisi K2 terdiri atastiga jenis, yaitu 1) tingkat pelayanan

sekolah (TPS), 2) daerah terjangkau (DT), dan 3) satuan biaya (SB).

Indikator pendidikan termasukmisi K3 terdiri atas11 jenis, yaitu 1) persentase siswa baru

SD asal TK (%SBTK) (khusus SD), 2) persentase guru layak (%GL), 3) rasio siswa per guru

(R-S/G), 4) angka lulusan (AL), 5) angka mengulang (AU), 6) angka putus sekolah (APS), 7)

persentase ruang kelas baik (%RKb), 8) persentase perpustakaan baik (%Perpusb), 9) persentase

ruang UKS baik (%RUKSb), 10) persentase ruang komputerbaik (%Rkomb), dan 11) persentase

laboratorium baik (%Lab) (khusus SMP dan SM).

Indikator pendidikan termasukmisi K4 terdiri atas tiga jenis, yaitu 1) perbedaan gender

(PG) APK, 2) indeks paritas gender (IPG) APK, dan 3) persentase siswa swasta (%S-Swt).

Indikator pendidikan termasukmisi K5 terdiri atasempat jenis, yaitu 1) angka partisipasi

murni (APM)/angka partisipasi kasar (APK), 2) angka masukan murni (AMM) (khusus

SD)/angka melanjutkan (AM) (khusus SMP dan SM), 3) angka bertahan 5 (AB5) (khusus

SD)/angka bertahan(AB) (khusus SMP dan SM), dan 4) rata-rata lama belajar (RLB).

Berdasarkan pada28 jenis indikator pendidikan menggunakan misi pendidikan 5K

makadihasilkankinerjadikdasmen berdasarkan komposit indikator tiap misi pendidikan 5K.Misi

K1 ketersediaan layanan pendidikan tercapai menggunakan komposit tujuh indikator. Misi K2

keterjangkauan layanan pendidikan tercapai menggunakan komposit tigaindikator.Misi K3

kualitas layanan pendidikan tercapai menggunakan komposit 10indikator. Misi K4 kesetaraan

dalam memperoleh layanan pendidikan tercapai menggunakan komposit tigaindikator.Misi K5

kepastian mendapatkan layanan pendidikan tercapai menggunakan komposit empat indikator.

Indikator %SBTK pada misi K3digunakan pada tingkat SD untuk menghitung kinerja

dikdasmen karena SD tidak ada %Lab. Sebaliknya, indikator %Lab pada misi K3 digunakan

pada tingkat SMP dan SM untuk menghitung kinerja dikdasmen. Indikator APM pada misi K5

tidak digunakan untuk menghindari duplikasi karena sudah digunakan APK.

Page 6: KAJIAN PENAMBAHAN PRASARANA SEKOLAHDI KOTAbarenlitbang.malangkota.go.id/.../uploads/2017/11/Buku-Prasarana.pdf · Dalam hal pengelolaan pendidikan dibidang sarana dan prasarana sekolah,

KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH

DI KOTA MALANG

BAPPEDA KOTA MALANG 6

Tabel 2.1 Standar untuk melakukan konversi masing-masing standar

Masing-masing misi K1 sampai K5 memiliki nilai antara 1-100. Angka 1 yang terburuk

dan 100 yang terbaik. Rata-rata dari masing-masing misi merupakan nilai ketersediaan,

keterjangkauan, kualitas, kesetaraan, dan kepastian, sedangkan rata-rata nilai misi K1 sampai

K5 merupakan pencapaian kinerja pendidikan. Oleh karena indikator pendidikan berdasarkan

Misi K1 sampai K5 memiliki satuan yang berbeda maka perlu dilakukan konversi menggunakan

standar yang terdapat pada Tabel 1.1 sehingga kesemua indikator tersebut bisa disatukan.

Selain itu, untuk mengetahui pencapaian kinerja dikdasmen disajikan jenis kinerja

dengan mengambil kategori yang digunakan pada wajib belajar pendidikan dasar 9

tahun (wajar dikdas 9 tahun), yaitu paripurna bila nilainya 95,00 dan lebih tinggi, utama

bila nilainya 90,00-94,99, madya bila nilainya 85,00-89,99, pratama bila nilainya 80,00-

84,99, dan kurang bila nilainya kurang dari 80,00.

2.2.Lingkup wilayah Kajian (Lingkup Fisik/territorial)

2.2.1.Lingkup Wilayah Kajian (Lingkup Fisik/territorial)

Wilayah studi kegiatan Kajian Kebutuhan Prasarana Sekolah di Kota Malang, yang

meliputi luas Kota Malang 110,06 km² yang terdiri dari 5 Kecamatan dan 57 Kelurahan.

Misi No. Jenis Indikator Satuan SD SMP SM Dikdasmen Penjelasan

Misi K1 1 Rasio S/K Siswa 32 36 36 - Permendikbud 23/2013, 24/2007 (SMA) & 40/2008 (SMK)

2 Rasio K/RK Kelas 1 1 1 1 Ideal

3 % Perpustakaan Persentase 100 100 100 100 Ideal

4 % Ruang UKS Persentase 100 100 100 100 Ideal

5 % R. Komputer Persentase 100 100 100 100 Ideal

6 % Tempat Olahraga Persentase 100 100 100 100 Ideal

7 % Laboratorium Persentase - 100 100 100 Ideal

Misi K2 1 TPS Siswa 53 90 67 - Angka nasional 2012/2013

2 DT Siswa 176 360 552 - Angka nasional 2012/2013

3 SB Rupiah 828,000 1,014,000 1,428,000 - SD, SMP, & SM 70% dr BOS

Misi K3 1 % SB TK Persentase 100 - - - Ideal

2 % GL Persentase 100 100 100 100 Ideal

3 R-S/G Siswa 16 14 12 - Angka nasional 2012/2013

4 AL Persentase 100 100 100 100 Ideal

5 AU Persentase 0 0 0 0 Ideal

6 APS Persentase 0 0 0 0 Ideal

7 % RKb Persentase 100 100 100 100 Ideal

8 % Perpus baik Persentase 100 100 100 100 Ideal

9 % RUKS baik Persentase 100 100 100 100 Ideal

10 % RKom baik Persentase 100 100 100 100 Ideal

11 % Lab baik Persentase - 100 100 100 Ideal

Misi K4 1 PG APK Persentase 0 0 0 0 Ideal

2 IPG APK Indeks 1 1 1 1 Ideal

3 % S-Swt Persentase 9.53 24.25 47.54 - Angka nasional 2012/2013

Misi K5 1 APK Persentase 115 100 100 100 Angka nasional 2012/2013 (SD)/ideal

2 AMM/AM Persentase 55 100 100 100 Angka nasional 2012/2013 (SD)/ideal

3 AB5/AB Persentase 94 100 100 - Angka nasional 2012/2013 (SD)/ideal

4 RLB Tahun 6 3 3 - Ideal

Page 7: KAJIAN PENAMBAHAN PRASARANA SEKOLAHDI KOTAbarenlitbang.malangkota.go.id/.../uploads/2017/11/Buku-Prasarana.pdf · Dalam hal pengelolaan pendidikan dibidang sarana dan prasarana sekolah,

KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH

DI KOTA MALANG

BAPPEDA KOTA MALANG 7

Adapun kecamatan-kecamatan tersebut adalah: Kecamatan Klojen, Kecamatan Blimbing,

Kecamatan Kedungkandang, Kecamatan Lowokwaru, Kecamatan Sukun.

2.2.2.Lingkup Kegiatan dan Substansi

Ruang lingkup kegiatan dan substantsi untuk kegiatan Kajian Kebutuhan Prasarana

Sekolahdi Kota Malang adalah meliputi:

1. Tahap Persiapan

Kegiatan persiapan ini bertujuan membuat persiapan khusus yang diperlukan bagi

pelaksanaan kegiatan, termasuk melakukan koordinasi tim dalam menyusun

jadwal dan langkah pelaksanan. Lingkup kegiatan ini meliputi:

a. Perencanaan survey;

b. Pembuatan mapping sumber informasi dan perolehan data;

c. Persiapan alat survey.

2. Tahap Survey dan Studi Literatur

Kegiatan survey dan studi literatur bertujuan mengumpulkan data lapangan, data

instansional, dan data pustaka. Lingkup kegiatannya meliputi:

a. Pelaksanaan survey instansional untuk memperoleh data sekunder, yaitu hal

yang terkait dengan informasi Kajian Kebutuhan Prasarana Sekolahdi Kota

Malang

b. Pelaksanaan survey instansional, untuk memperoleh data sekunder prasarana

pendidikanterkait Kajian Kebutuhan Prasarana Sekolah di Kota Malang.

c. Pelaksanaan survey lapangan, untuk memperoleh data primerprasarana

pendidikan terkait Kajian Kebutuhan Prasarana Sekolah di Kota Malang.

d. Pelaksanaan studi literatur dan landasan hukum Kajian Kebutuhan Prasarana

Sekolah di Kota Malang.

e. Pembuatan dokumentasi survey

3. Tahap Analisis Data;

Data hasil survey disajikan dan disusun secara sistematis, kemudian dilakukan

pengolahan data dan analisis. Lingkup kegiatan dan analisis data dimaksud antara

lain sebagai berikut:

Page 8: KAJIAN PENAMBAHAN PRASARANA SEKOLAHDI KOTAbarenlitbang.malangkota.go.id/.../uploads/2017/11/Buku-Prasarana.pdf · Dalam hal pengelolaan pendidikan dibidang sarana dan prasarana sekolah,

KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH

DI KOTA MALANG

BAPPEDA KOTA MALANG 8

a. Untuk mengetahui kondisi eksistensi tentang Kajian Kebutuhan Prasarana

Sekolah di Kota Malangtersebut dilakukan dengan analisis deskriptif. Analisis

deskriptif menggambarkan kondisi riil terhadap permasalahan yang ada.

b. Untuk mengetahui sarana dan prasarana apa yang perlu diperbaiki, ditambah,

atau ditingkatkan baik kuantitas maupun kualitasnya, dilakukan dengan

mapping dan mendeskripsikan kondisi riil yang ada.

c. Untuk menganalisis fasilitas sarana prasarana apa saja yang perlu dibangun

atau ditingkatkan untuk menunjang kualitas dan kuantitas prasarana

pendidikan di Kota Malangdapat dianalisis dengan analisis SWOT. Metode

analisis SWOT adalah metode untuk mengetahui internal factor dan external

factor yang digunakan untuk meminimalisir kelemahan (weakness) dan

ancaman (threat) dengan cara memaksimalkan potensi kekuatan (strength)

dan kesempatan (opportunity) dalam rangka pengembangan prasarana

pendidikan di Kota Malang.

4. Tahap Pelaporan;

a. Laporan Pendahuluan (Inception Report), dibuat dalam rangka persiapan

pekerjaan survey berisikan latar belakang pekerjaan, maksud dan tujuan,

ruang lingkup studi, metodologi pendekatan studi dan teknik analisis, jadwal

pelaksanaan pekerjaan penyusunan, sistematika laporan kemajuan pekerjaan,

struktur organisasi pelaksanaan pekerjaan, komposisi dan pendayagunaan

tenaga ahli maupuninstrumen-instrumen survey yang akan digunakan di

lapangan pada saat survey lapangan.

b. Laporan Antara (Interim Report), merupakan hasil penyajian, pengolahan dan

analisis data hasil survey lapangan dan studi literatur, di wilayah perencanaan,

dilengkapi dengan dokumentasi survey lapangan.

c. Laporan Akhir (Final Report), merupakan hasil analisis dan pengkajian dari

Laporan Interm yang memuat Kajian Kebutuhan Prasarana Sekolah di Kota

Malang.

d. Ringkasan Eksekutif (Executive Summary), merupakan ringkasan Laporan

Akhir yang dimampatkan dan dipilah sebagai informasi awal dan data

pendukung bagi pimpinan untuk pengambilan keputusan.

e. Buku Kajian Kebutuhan Prasarana Sekolah di Kota Malang, dilengkapi

dokumentasi survey serta hasil kegiatan.

Page 9: KAJIAN PENAMBAHAN PRASARANA SEKOLAHDI KOTAbarenlitbang.malangkota.go.id/.../uploads/2017/11/Buku-Prasarana.pdf · Dalam hal pengelolaan pendidikan dibidang sarana dan prasarana sekolah,

KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH

DI KOTA MALANG

BAPPEDA KOTA MALANG 9

2.3.Landasan Teoritis

Pengelolaan sarana dan prasarana sekolah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

manajemen pendidikan. Pada dasarnya manajemen sarana dan prasarana pendidikan memiliki

beberapa prinsip dan tujuan yang harus diketahui (Burhanudin, 2010) yaitu sebagai berikut :

a. Menciptakan sekolah atau madrasah yang bersih, rapi, indah, sehingga menyenangkan bagi

warga sekolah atau madrasah.

b. Tersedianya sarana dan prasarana yang memadai baik secara kuantitatis maupun kualitatif

dan relevan dengan kepentingan pendidikan.

Secara umum, proses kegiatan manajemen sarana prasarana pendidikan, meliputi

perencanaan, pengadaan, pendistribusian, penggunaan, inventarisasi dan pengawasan dan

pemeliharaan, serta penghapusan.Proses-proses inipenting dilakukan agar pengadaan sarana

prasarana tepat sasaran dan efektif dalam penggunaan.

1. Perencanaan sarana dan prasarana pendidikan

Perencanaan merupakan seperangkat keputusan yang diambil dalam menentukan kegiatan

yang hendak dilakukan pada masa yang akan datang. Hal ini mengindikasikan bahwa

perencanaan dalam kegiatan manajemen sarana dan prasarana merupakan rangkaian dari

berbagai keputusan yang diambil dengan isi mengenai kegiatan atau prosedur yang akan

dilakukan dalam manajemen sarana dan prasarana. Berkaitan dengan perencanaan ini, Jones

dalam Sulistyorini menjelaskan bahwa perencanaan pengadaan perlengkapan pendidikan di

sekolah harus diawali dengan analisis jenis pengalaman pendidikan yang diprogramkan sekolah.

2. Pengadaan sarana dan prasarana pendidikan

Pengadaan sarana dan prasarana pendidikan merupakan suatu upaya yang dilakukan dalam

pemenuhan kebutuhan untuk kelancaran dalam proses pendidikan disekolah dengan mengacu

pada apa yang telah direncanakan sebelumnya. Ada beberapa cara yang ditempuh untuk

mendapatkan perlengkapan yang dibutuhkan di sekolah.

3. Pendistribusian

Barang-barang perlengkapan sekolah (sarana dan prasarana) yang telahdiadakan dapat

didistribusikan.Pendistribusian atau penyaluranperlengkapan merupakan kegiatan pemindahan

barang dan tanggungjawab dari seorang penanggungjawab penyimpanan kepada unit-unit atau

orang-orang yang membutuhkan barang itu. Dalam rangka itu, ada tiga langkah yang sebaiknya

Page 10: KAJIAN PENAMBAHAN PRASARANA SEKOLAHDI KOTAbarenlitbang.malangkota.go.id/.../uploads/2017/11/Buku-Prasarana.pdf · Dalam hal pengelolaan pendidikan dibidang sarana dan prasarana sekolah,

KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH

DI KOTA MALANG

BAPPEDA KOTA MALANG 10

ditempuh oleh bagian penanggungjawab penyimpanan atau penyaluran, yaitu: (1) penyusunan

alokasi barang; (2) pengiriman barang; (3) penyerahan barang.

4. Inventarisasi sarana dan prasarana pendidikan

Inventarisasi merupakan aktifitas dalam mengelola sarana dan prasarana

pendidikan.Inventarisasi dapat diartikan sebagai pencatatan dan penyusunan barang-barang

milik negara secara sistimatis, tertib, dan teratur berdasarkan ketentuan-ketentuan atau

pedoman-pedoman yang berlaku. Bahwa barang milik negara berupa semua barang yang berasal

atau dibeli dengan dana yang bersumber baik secara keseluruhan atau bagian sebagainya dari

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) ataupun dana lainnya yang barang-barang di

bawah penguasaan kantor Departemen dan Kebudayaan,baik yang berada di dalam maupun luar

negeri. Kegiatan inventarisasi atau pencatatan sarana dan prasarana ini merupakan proses yang

berkelanjutan. Dengan melakukan inventarisasi terhadap sarana dan prasarana pendidikan, dapat

diketahui jumlah, jenis barang, kualitas, tahun pembuatan, merk, ukuran harga dan sebagainya.

5.Penggunaan sarana dan prasarana

Proses manajemen sarana dan prasarana didalamnya mencangkup aspek penggunaan. Suatu

barang atau benda yang dimilki harus jelas kegunaannya sehingga barang atau benda tersebut

dapat dimanfaatkan dengan efektif. Penggunaan alat dipengaruhi 4 Faktor yaitu: (1) banyaknya

alat untuk tiap macam, (2) banyaknya kelas, (3) banyaknya siswa dalam tiap kelas, (4)

banyaknya ruang.

6.Pengawasan dan pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan disekolah

Pengawasan dan pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah merupakan aktivitas yang

harus dijalankan untuk menjaga atau memelihara dan memanfaatkan sarana dan prasarana

sekolah demi keberhasilan proses pembelajaran di sekolah serta agar perlengkapan yang

dibutuhkan oleh personel sekolah dalam kondisi siap pakai.

7. Penghapusan

Penghapusan sarana dan prasarana merupakan kegiatan pembebasan sarana dan prasarana

dari pertangungjawaban yang berlaku dengan alasan yang dapat dipertangungjawabkan. Secara

lebih operasional penghapusan sarana dan prasarana adalah proses kegiatan yang bertujuan

untuk mengeluarkan/menghilangkan sarana dan prasarana dari daftar inventaris, kerena sarana

dan prasarana tersebut sudah dianggap tidak berfungsi sebagaimana yang diharapkan terutama

untuk kepentingan pelaksanaan pembelajaran di sekolah. Penghapusan sarana dan prasarana

dilakukan berdasarkan peraturan perundangan-undangan yang berlaku.

Page 11: KAJIAN PENAMBAHAN PRASARANA SEKOLAHDI KOTAbarenlitbang.malangkota.go.id/.../uploads/2017/11/Buku-Prasarana.pdf · Dalam hal pengelolaan pendidikan dibidang sarana dan prasarana sekolah,

KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH

DI KOTA MALANG

BAPPEDA KOTA MALANG 11

BAB III

METODOLOGI PENDEKATAN STUDI DAN

TEKNIK ANALISA

3.1.Pendekatan

Pendekatanyangdilakukandalam kajian Kajian Kebutuhan Prasarana Sekolahdi Kota

Malang ini adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif digunakan untuk menganalisis

kajian literatur yang berkenaan dengan indikator-indikator data yang dasar yang digunakan

dalam penyusunan instrument wawancara dalam kegiatan menggali informasi dalam rangka

Kajian Kebutuhan Prasarana Sekolah di Kota Malang, kepada para kepala sekolah atau

pengelola sekolah yang terdapat pada 5 kecamatan kota Malang, yaitu: Kecamatan Klojen,

Kecamatan Blimbing, Kecamatan Kedungkandang, Kecamatan Lowokwaru, Kecamatan Sukun.

3.2.Metode Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data DasarKegiatan Kajian Kebutuhan Prasarana Sekolahdi Kota

Malang,diantaranyaadalah:

1. Studi Kepustakaan dan Literatur, digunakan untuk mendapatkan data awal tentang data

sekolah di Kota Malang.

2. Wawancara mendalam, yaitu dilakukan untuk memperoleh data dengan meminjam

keterangan dan penulisan secara langsung kepada pihak yang terkait.

3. Diskusi Interaktif (Forum Group Discussion). Disamping itu dalam proses pengumpulan

dan penyusunan instrument data dasar ini dilakukan dengan cara melakukan diskusi dan

wawancara dengan pihak-pihak terkait, DinasPendidikanKota Malang,para kepala

sekolah, pengelola sekolah lainnya danTenagaAhliyang berasal dariKonsultan.

3.3.Sumber Data

Sumber data yang digunakan untuk kegiatan Kajian KebutuhanPrasarana Sekolah di Kota

Malang ini diperoleh dari wawancara yang dipandu kuisioner yang diperoleh dengan melakukan

survey lapangan.

Page 12: KAJIAN PENAMBAHAN PRASARANA SEKOLAHDI KOTAbarenlitbang.malangkota.go.id/.../uploads/2017/11/Buku-Prasarana.pdf · Dalam hal pengelolaan pendidikan dibidang sarana dan prasarana sekolah,

KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH

DI KOTA MALANG

BAPPEDA KOTA MALANG 12

22% Blimbing

24%

Lowokw

aru10%

Klojen

21%

Sukun

23%

Kedung

Kandang

Gambar 3.1 Jumlah SDN di

5 Kecamatan Kota Malang

Blimbing

Lowokwaru

Klojen

Sukun

Kedung

kandang

3.3.1.Populasi dan Sampel Pengkajian

Populasi SDN, SMPN dan SMK/SMAN pada 5 kecamatan di Kota Malang dapat

dijelaskan sebagai berikut: Jumlah sekolah negeri di Kota Malang

Tabel 3.1 Jumlah SD, SMP dan SMK/SMAN di Kota Malang

No Kecamatan SDN SMPN SMK/SMA N

1 Blimbing 44 4 2

2 Lowokwaru 46 5 3

3 Klojen 19 9 5

4 Sukun 42 4 2

5 Kedung kandang 45 6 2

Jumlah 196 28 14

Sumber: www.digti.go.id

Gambar 3.1 disamping

menunjukkan jumlah SDN di 5

kecamatan yang ada di kota

Malang, dimana pada kecamatan

Blimbing terdapat sebanyak 44

Sekolah Dasar Negeri (SDN)

atau sebesar 22% dari 196 SDN

di Kota Malang. Di kecamatan

Lowokwaru terdapat sebanyak

46 SDN atau sebesar 24%,

dimana presentase ini

merupakan jumlah terbesar diantara 5 kecamatan di kota Malang. Dan sebesar 10% atau

sebanyak 19 SDN terdapat pada kecamatan Kelojen yang mana presentase ini merupakan

yang terkecil diantara 5 kecamatan. Di kecamatan Sukun terdapat sebanyak 42 SDN atau

sebesar 21%, dan yang terakhir yaitu kecamatan Kedung Kandang yang memiliki

presentase sebesar 23% atau sebanyak 45 SDN di kecamatan tersebut.

Page 13: KAJIAN PENAMBAHAN PRASARANA SEKOLAHDI KOTAbarenlitbang.malangkota.go.id/.../uploads/2017/11/Buku-Prasarana.pdf · Dalam hal pengelolaan pendidikan dibidang sarana dan prasarana sekolah,

KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH

DI KOTA MALANG

BAPPEDA KOTA MALANG 13

14% Blimbing

18%

Lowokwaru

32%

Klojen

14%

Sukun

22%

Kedung

Kandang

Gambar 3.2 Jumlah SMPN di

5 Kecamatan Kota Malang

Blimbing

Lowokwaru

Klojen

Sukun

Kedung

kandang

14%

22%

36%

14%

14%

Gambar 3.3 Jumlah SMK/SMA-N di

5 Kecamatan Kota Malang

Blimbing

Lowokwaru

Klojen

Sukun

Kedung

kandang

Gambar 3.2 disamping

menunjukkan jumlah Sekolah

Menengah Pertama (SMP)

pada masing-masing

kecamatan yang ada pada 5

kecamatan yang ada di Kota

Malang, dimana sebesar 14%

atau 4 SMP berada pada

kecamatan Blimbing dari 28

total SMP yang ada pada 5

kecamatan diatas. Pada

kecamatan Lowokwaru

terdapat sebesar 18% atau

sebanyak 5 SMP dan pada kecamatan Klojen terdapat 9 SMP atau sebesar 32%, yang

mana presentase inilah yang terbesar dari 5 kecamatan diatas. Pada kecamatan Sukun

terdapat sebanyak 4 SMP atau sebesar 14%, dan pada kecamatan Kedung Kandang

menempati urutan terbanyak kedua dimana memiliki presentase sebesar 22% atau

memiliki Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebanyak 6 sekolah.

Berdasarkan Gambar

3.3 disamping yang

menunjukkan presentase dari

jumlah Sekolah Menengah

Kejuruan Negeri (SMKN)

dan Sekolah Menegah Atas

Negeri (SMAN) pada 5

kecamatan yang ada di Kota

Malang. Dimana pada

kecamatan Blimbing terdapat

sebanyak 2 sekolah,

demikian juga dengan kecamatan Sukun dan kecamatan Kedung Kandang yang masing-

masing memiliki 2 sekolah dengan presentase sebesar 14% dari total 14 sekolah yang ada

pada 5 kecamatan tersebut. Pada kecamatan Lowokwaru terdapat sebanyak 3 sekolah

yang menempati urutan ke-2 dengan jumlah SMK/SMK-N terbanyak diantara 5

kecamatan tersebut, dimana presentase terbanyak sebesar 36% dimiliki oleh kecamatan

Klojen dengan jumlah 5 sekolah.

Page 14: KAJIAN PENAMBAHAN PRASARANA SEKOLAHDI KOTAbarenlitbang.malangkota.go.id/.../uploads/2017/11/Buku-Prasarana.pdf · Dalam hal pengelolaan pendidikan dibidang sarana dan prasarana sekolah,

KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH

DI KOTA MALANG

BAPPEDA KOTA MALANG 14

62%

25%

13%

Gambar 3.4 Jumlah Sampel Sekolah

SDN

SMPN

SMK/SMA N

Sampel SDN, SMPN dan SMK/SMAN pada 5 kecamatan di Kota Malang dapat

dijelaskan sebagai berikut: Untuk Sekolah Dasar Negeri tiap kecamatan diambil sampel

sejumlah 10 sekolahan secara acak/random, sedangkan untuk SMP Negeri, tiap kecamatan

diambil sampel 4 sekolah, untuk SMK/SMA negeri tiap kecamatan diambil sampel 2

sekolah, sehingga dapat dibuat tabel data sebagai berikut:

Tabel 3.2 Jumlah Sekolah Yang Dijadikan Sampel Penelitian

No Kecamatan SDN SMPN SMK/SMA N

1 Blimbing 10 4 2

2 Lowokwaru 10 4 2

3 Klojen 10 4 2

4 Sukun 10 4 2

5 Kedung kandang 10 4 2

Jumlah 50 20 10

Sumber: Data Primer, 2016

Dari Gambar 3.4

disamping, diketahui jumlah

sampel yang digunakan untuk

penelitian ini terdiri dari 50

Sekolah Dasar Negeri (SDN)

atau sebesar 62%, dan 20

Sekolah Menengah Pertama

Negeri (SMP) atau sebesar

25%, dan juga sebesar 13%

atau sebanyak 10 Sekolah

Menegah Kejuruan Negeri dan Sekolah Menengah Atas Negeri.

3.4.Jenis Dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang menjadi bahan dalam kegiatan ini terdiri dari :

Page 15: KAJIAN PENAMBAHAN PRASARANA SEKOLAHDI KOTAbarenlitbang.malangkota.go.id/.../uploads/2017/11/Buku-Prasarana.pdf · Dalam hal pengelolaan pendidikan dibidang sarana dan prasarana sekolah,

KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH

DI KOTA MALANG

BAPPEDA KOTA MALANG 15

1. Data Primer, data dan informasi yang diperoleh langsung dari narasumber/responden,

yang berupa hasil wawancara dengan responden. Data primer diperoleh langsung dari

responden melalui wawancara yang dipandu kuesioner kepada para kepala sekolah, atau

pengelola sekolah lainnya.

2. Data Sekunder, yaitu data informasi yang diperoleh dari dokumen, publikasi, laporan

penlitian dari instansi/dinas maupun sumber data lainnya yang menunjang

3.5.Desain Konsep Penlitian

Gambar 3.5: Desain Konsep Penelitian

Berdasarkan gambar diatas, penelitian ini dimulai dengan langkah merumuskan masalah

yang mana setiap rumusan masalah yang dibuat sesuai dengan tujuan dan maksud yang ingin

dicapai dalam penelitian ini, yang kemudian melakukan penelusuran data yang dibutuhkan

dalam penelitian yang dapat berasal dari buku,dan sumberlainnya untuk jenis data sekunder dan

sekaligus melakukan penelitian lapang sesuai dengan sampel penelitian untuk mendapatkan data

primer yang dibutuhkan untuk nanti diolah sebagai bahan penelitian.

Kemudian dari masing-masing data yang diperoleh, untuk data sekunder dilakukan tahap

analisis isi dimana peneliti memilih dan memilah dari data tersebut yang sesuai dan dapat

dijadikan bahan untuk menyusun laporan penelitian ini dan sebagai acuan untuk melakukan

Analisis Isi

(Content Analysis)

Analisis Swot

Kekuatan, Kelamahan, Peluang , Tantangan

serta Perumusan Strategi Kebijakan.

Deskriptif Kualitatif

Bahan data Primer

(penelitian lapang) pada

sekolah negeri di Kota

Malang.

Bahan Sekunder

Penelusuran Kepustakaan,

Undang-undang, peraturan,

keputusan (Library

research)

RUMUSAN MASALAH

Page 16: KAJIAN PENAMBAHAN PRASARANA SEKOLAHDI KOTAbarenlitbang.malangkota.go.id/.../uploads/2017/11/Buku-Prasarana.pdf · Dalam hal pengelolaan pendidikan dibidang sarana dan prasarana sekolah,

KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH

DI KOTA MALANG

BAPPEDA KOTA MALANG 16

analisis selanjutnya. Begitu juga dengan data primer yang berupa kuisioner kemudian direkap

dan dideskrisikan berdasarkan setiap poin pertanyaan yang ada pada kuisioner untuk melihat

kualitas data yang dibutuhkan untuk melakukan analisis selanjutnya.

Setelah data dan bahan telah didapatkan, data sekunder dan data primer diolah dengan

menggunakan analisis SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, threats). Dari data yang

telah diperoleh kemudian dianalisis tentang segi kekuantan, kelemahan, peluang serta ancaman

yang ada dari setiap sekolah atas prasarana yang ada didalamnya, sehingga akan menghasilkan

output sesuai dengan tujuan penelitian.

Page 17: KAJIAN PENAMBAHAN PRASARANA SEKOLAHDI KOTAbarenlitbang.malangkota.go.id/.../uploads/2017/11/Buku-Prasarana.pdf · Dalam hal pengelolaan pendidikan dibidang sarana dan prasarana sekolah,

KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH

DI KOTA MALANG

BAPPEDA KOTA MALANG 17

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1.Hasil Penelitian

4.1.1. Sampel Penelitian

Sebagaimana bahasan pada bab sebelumnya, populasi dari penelitian ini adalah

seluruh Sekolah Dasar negeri di Kota Malang yang berjumlah 196 sekolah. Sampel

ditentukan sebanyak 24 SDN atau (12%) dari total populasi.

4.1.2. Daftar Sampel

Sebagimana yang telah diuraikan pada bagian sebaleumnya, sampel pada penlitian

ini sebanyak 24 SDN yang tersebar di 5 Kecamatan di Kota Malang, berikut disajikan

daftar SDN yang menjadi sampel dalam kajian ini:

Tabel 4.1 Daftar SDN Sampel

No Nama Sekolah Alamat Telp E-mail

1 SDN

BANDULAN 1 Jln. Bandulan 1C/7 Malang

0341-

552416

sdnbandulan1@

yahoo.co.id

2 SDN Bandulan 3 Jl. Bandulan IX/ 593 Malang 0341-

564943

sdnbandulan3ok

@yahoo.co.id

3 SDN

BANDULAN 4

Jl. BANDULAN Gg VIII B II /

31 KEL. BANDULAN

KEC.SUKUN KOTA

MALANG

0341-

588756

sdnbandulan4m

[email protected]

m

4 SDN BARENG 1 Jl. KELUD NO 10 A

MALANG

0341-

350741

sdn_bareng01@

yahoo.co.id

5 SDN BARENG 5 JL. BARENG TENES 4B

MALANG

0341-

357090

sdnbareng5@g

mail.com

6 SDN Blimbing 3 Jl. Candi Kidai No. 3 . RT. 03

RW. 10 Kel. Blimbing Kec. 0341-sdnblimbing3ml

Page 18: KAJIAN PENAMBAHAN PRASARANA SEKOLAHDI KOTAbarenlitbang.malangkota.go.id/.../uploads/2017/11/Buku-Prasarana.pdf · Dalam hal pengelolaan pendidikan dibidang sarana dan prasarana sekolah,

KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH

DI KOTA MALANG

BAPPEDA KOTA MALANG 18

Blimbing 470007 [email protected]

7 SDN Blimbing 5 Jl. Borobudur Gang X No. 32

Malang Kode Pos 65125

0341-

482488

sdnblimbing5@

yahoo.com

8 SDN DINOYO 3

Jl. MT HARYONO XIII/139

A RT. 01 RW. 06 KEL.

DINOYO KEC.

LOWOKWARU KOTA

MALANG

0341-

550201

dinoyo3@yahoo

.com

9 SDN

GADINGKASRI

Jl. Galunggung VII No 1 Kec.

Klojen Kota Malang

0341-

576630

sdngading_kasir

@yahoo.com

10 SDN

JATIMULYO 5

JL. KUPING GAJAH NO. 45

RT. 5 RW. 4 KEL.

JATIMULYO KEC.

LOWOKWARU KOTA

MALANG

0341-

476445

sdnjatimulyo5@

gmail.com

11

SDN

KARANGBASU

KI 2

Jl. Candi VA No. 389

Karangbesuki, Kec. Sukun,

Kota Malang

0341-

555488

sdnkarangbesuki

[email protected]

12

SDN

KARANGBASU

KI 3

JL. CANDI VIB/110 ,KEL.

KARANGBESUKI ,KEC

SUKUN

0341-

557135

sdnkarangbesuki

[email protected]

13

SDN

Karangbasuki 4

Jalan Candi III F / 256

Karangbesuki-Sukun-Malang 0341-

574486

karangbesukiem

patmalang@yah

oo.co.id

14 SDN Kauman 2 Jalan Kawi no 24 D Kota

Malang

0341-

354254

kaumandua@g

mail.com

15

SDN

KEDUNGKAND

ANG 1

Jl. Ki Ageng Gribig No. 394

Kedungkandang Malang 0341-

721575

sdnkedungkanda

[email protected]

d

Page 19: KAJIAN PENAMBAHAN PRASARANA SEKOLAHDI KOTAbarenlitbang.malangkota.go.id/.../uploads/2017/11/Buku-Prasarana.pdf · Dalam hal pengelolaan pendidikan dibidang sarana dan prasarana sekolah,

KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH

DI KOTA MALANG

BAPPEDA KOTA MALANG 19

16 SDN

LESANPURO 1

Jl. KI AGENG GRIBIG NO.

109 MALANG

0341-

725649

sdnlesanpuro1@

gmail.com

17 SDN

MADYOPURO 2

JL. RAYA MADYOPURO

NO 2 KEL. MADYOPURO

KEC. KEDUNGKANDANG

0341-

721984

sdnmadyopuro2

[email protected]

18 SDN Madyopuro

4

Jl. Raya Madyopuro No. 33

Kec. Kedungkandang, Kota

Malang

0341-

716295

sdnmadyopuroe

[email protected]

.id

19 SDN Madyopuro

5 Jl. Ki Ageng Gribing No. 47 0341-

715349

sdnmadyopuroli

[email protected]

d

20 SDN

MERJOSARI 1 Jl. Joyo Utomo No. 2

0341-

581722

sdn_merjosari_1

@yahoo.co.id

21 SDN PANDAN

WANGI 3

Jln. Simpang Teluk Grajakan

No. 32 Malang 0341-

477337

sdn_pandanwan

gi3_malang@ya

hoo.co.id

22 SDN PANDAN

WANGI 2

Jl. SIMPANG SULFAT

UTARA NO.30 MALANG

0341-

476427

sdnpandanwangi

[email protected]

23 SDN Sawojajar 4

Jl. Simpang Ranugrati Selatan

III/17, Sawojajar

Kedungkandang

0341-

718727

sdnsawo4@gma

il.com

24 SDN Tanjungrejo

5

Jl. Mergan Lori III / 1 A Kec.

Sukun Kota Malang 0341-

356889

sdnegeritanjungr

[email protected].

id

Sumber : data diolah, 2016

4.2.Rasio Luas Lahan – Jumlah Peserta Didik

Sebagaimana Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 24 Tahun

2007 Tentang Standar Sarana dan Prasarana Untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah

Page 20: KAJIAN PENAMBAHAN PRASARANA SEKOLAHDI KOTAbarenlitbang.malangkota.go.id/.../uploads/2017/11/Buku-Prasarana.pdf · Dalam hal pengelolaan pendidikan dibidang sarana dan prasarana sekolah,

KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH

DI KOTA MALANG

BAPPEDA KOTA MALANG 20

28%

25%24%

23%

Gambar 4.1 Bangunan satu lantai

6

7 sampai 12

13 sampai 18

19 sampai 24

(SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTS), dan Sekolah

Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA), Lahan untuk satuan pendidikan SD/MI

memenuhi ketentuan rasio minimum luas lahan terhadap peserta didik seperti tercantum

padaTabel 4.2 sebagai berikut :

Tabel 4.2 Rasio Minimun Luas Lahan Terhadap Peserta Didik

No

Banyak

rombongan

belajar

Rasio minimum luas lantai bangunan terhadap

peserta didik

(m²/peserta didik)

Bangunan satu

lantai

Bangunan

dua lantai

Bangunan tiga

lantai

1 6 12,7 7,0 4,9

2 7- 12 11,1 6,0 4,3

3 13-18 10,6 5,6 4,1

4 19-24 10,3 5,5 4,1

sumber : Permendiknas No. 24 Tahun 2007

Berdasarkan Rasio Minimum

Luas Lahan terhadap Peserta Didik

pada tabel 4.2 dan Gambar 4.1

disamping, untuk banyak

rombongan belajar 6 kelas

bangunan satu lantai terdiri dari

28% peserta didik /m² atau

sebanyak 12,7 peserta didik

/m²,untuk banyak rombongan

belajar 7-12 kelas bangunan satu

lantai terdiri dari 25% peserta didik/m² atau sebanyak 11,2 peserta didik /m², untuk banyak

rombongan belajar 13-18 kelas bangunan satu lantai terdiri dari 24% peserta didik /m² atau

sebanyak 10,6 peserta didik /m², dan rombongan belajar 19-24 kelas banguan satu lantai terdiri

dari 23% peserta didik /m² atau sebanyak 10,3 peserta didik /m².

Page 21: KAJIAN PENAMBAHAN PRASARANA SEKOLAHDI KOTAbarenlitbang.malangkota.go.id/.../uploads/2017/11/Buku-Prasarana.pdf · Dalam hal pengelolaan pendidikan dibidang sarana dan prasarana sekolah,

KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH

DI KOTA MALANG

BAPPEDA KOTA MALANG 21

Berdasarkan Rasio Minimum

Luas Lahan terhadap Peserta Didik

pada tabel 4.2 dan Gambar 4.2

disamping, untuk banyak

rombongan belajar 6 kelas

bangunan dua lantai terdiri dari

29% peserta didik /m² atau

sebanyak 7,0 peserta didik /m²,

untuk banyak rombongan belajar 7-

12 kelas bangunan dua lantai terdiri

dari 25% peserta didik /m² atau sebanyak 6,0 peserta didik /m², untuk banyak rombongan

belajar 13-18 kelas bangunan dua lantai terdiri dari 23% peserta didik /m² atau sebanyak 5,6

peserta didik /m², dan banyak rombongan belajar 19-24 kelas bangunan dua lantai terdiri dari

23% peserta didik /m² atau sebanyak 5,5 peserta didik /m².

Berdasarkan Rasio Minimum

Luas Lahan terhadap Peserta Didik

pada tabel 4.2. dan Gambar 4.3

disamping, untuk banyak rombongan

belajar 6 kelas bangunan tiga lantai

terdiri dari 28% peserta didik /m²

atau sebanyak 4,9 peserta didik /m²,

untuk banyak rombongan belajar 7-

12 kelas bangunan tiga lantai terdiri

dari 25% peserta didik /m² atau

sebanyak 4,3 peserta didik /m², untuk banyak rombongan belajar 13-18 kelas bangunan tiga

lantai terdiri dari 23% peserta didik /m² atau sebanyak 4,1 peserta didik /m² dan banyak

rombongan belajar 19-24 kelas bangunan tiga lantai terdiri dari 24% peserta didik /m² atau

sebanyak 4,1 peserta didik/m².

Berdasarkan hasil pengisian kuisioner diperoleh data Rasio luas lahan terhadap jumlah

peserta didik sebagimana disajikan pada tabel 4.3 berikut :

Tabel 4.3 Rasio Luas Lahan terhadap jumlah peserta didik

No Nama Sekolah Jumlah

Siswa Rombel

Total

Lahan Standar Rasio Keterangan

1 SDN 235 6 1141 12.7 4.9 Tidak

29%

25%

23%

23%

Gambar 4.2 Bangunan dua lantai

6

7 sampai 12

13 sampai 18

19 sampai 24

28%

25%23%

24%

Gambar 4.3 Banguan tiga lantai

6

7 sampai 12

13 sampai 18

19 sampai 24

Page 22: KAJIAN PENAMBAHAN PRASARANA SEKOLAHDI KOTAbarenlitbang.malangkota.go.id/.../uploads/2017/11/Buku-Prasarana.pdf · Dalam hal pengelolaan pendidikan dibidang sarana dan prasarana sekolah,

KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH

DI KOTA MALANG

BAPPEDA KOTA MALANG 22

BANDULAN 1 Memenuhi

Standar

2

SDN

BANDULAN 4 255 7 1281 11.1 5

Tidak

Memenuhi

Standar

3

SDN BARENG

1 320 8 2276 11.1 7.1

Tidak

Memenuhi

Standar

4

SDN BARENG

5 88 3 3631 12.7 41.3

Memenuhi

Standar

5

SDN Blimbing

5 212 6 738 7 3.5

Tidak

Memenuhi

Standar

6

SDN DINOYO

3 210 5 1349 12.7 6.4

Tidak

Memenuhi

Standar

7

SDN

GADINGKAS

RI 181 5 1870 12.7 10.3

Tidak

Memenuhi

Standar

8

SDN

JATIMULYO

5 114 3 2489 12.7 21.8

Memenuhi

Standar

9

SDN

KARANGBES

UKI 2 155 4 3617 12.7 23.3

Memenuhi

Standar

10

SDN

KARANGBES

UKI 3 248 6 254 12.7 1

Tidak

Memenuhi

Standar

11

SDN

Karangbesuki 4 147 4 151 12.7 1

Tidak

Memenuhi

Standar

12

SDN Kauman

2 277 7 4824 11.1 17.4

Memenuhi

Standar

13

SDN

KEDUNGKA 192 5 1552 12.7 8.1

Tidak

Memenuhi

Page 23: KAJIAN PENAMBAHAN PRASARANA SEKOLAHDI KOTAbarenlitbang.malangkota.go.id/.../uploads/2017/11/Buku-Prasarana.pdf · Dalam hal pengelolaan pendidikan dibidang sarana dan prasarana sekolah,

KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH

DI KOTA MALANG

BAPPEDA KOTA MALANG 23

NDANG 1 Standar

14

SDN

LESANPURO

1 251 6 2272 7 9.1

Memenuhi

Standar

15

SDN

MADYOPUR

O 2 217 6 973 12.7 4.5

Tidak

Memenuhi

Standar

16

SDN

MERJOSARI 1 194 5 1181 12.7 6.1

Tidak

Memenuhi

Standar

17

SDN

PANDAN

WANGI 3 522 13 4171 10.6 8

Tidak

Memenuhi

Standar

18

SDN

PANDAN

WANGI 2 211 6 1722 12.7 8.2

Tidak

Memenuhi

Standar

19

SDN Sawojajar

4 198 5 1433 12.7 7.2

Tidak

Memenuhi

Standar

20

SDN

Tanjungrejo 5 375 9 1614 11.1 4.3

Tidak

Memenuhi

Standar

21

SDN Bandulan

3 278 7 593 11.1 2.1

Tidak

Memenuhi

Standar

22

SDN Blimbing

3 462 11 2128 11.1 4.6

Tidak

Memenuhi

Standar

23

SDN

Madyopuro 4 362 9 1687 6 4.7

Tidak

Memenuhi

Standar

24

SDN

Madyopuro 5 439 11 2775 11.1 6.3

Tidak

Memenuhi

Standar

Jumlah SDN yang tidak memenuhi standar (%) 79.2

Page 24: KAJIAN PENAMBAHAN PRASARANA SEKOLAHDI KOTAbarenlitbang.malangkota.go.id/.../uploads/2017/11/Buku-Prasarana.pdf · Dalam hal pengelolaan pendidikan dibidang sarana dan prasarana sekolah,

KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH

DI KOTA MALANG

BAPPEDA KOTA MALANG 24

Jumlah SDN yang memenuhi standar (%) 20.8

Sumber : data diolah. 2016

Sebagaimana hasil yang tampak pada tabel 4.3, dapat diketahui gambaran Rasio luas lahan

terhadap jumlah peserta didik, yaitu 79,2% SDN tidak memenuhi standar Permendiknas RI

Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Standar Sarana dan Prasarana Untuk Sekolah Dasar/Madrasah

Ibtidaiyah (SD/MI), dan hanya 20,8% SDN yang memenuhi standar permendiknas.

4.3.Rasio Luas Lantai Bangunan terhadap Peserta Didik

Berdasarkan hasil pengisian kuisioner diperoleh data Luas Lantai Bangunan terhadap

Peserta Didik sebagaimana disajikan pada tabel 4.4 berikut :

Tabel 4.4 Rasio Luas Lantai terhadap Peserta Didik

No

Nama

Sekolah

Jumlah

Siswa Rombel

Lahan

terbangun

Stand

ar Rasio

Keteranga

n

1

SDN

BANDULAN

1 235 6 1141 3.8 4,9

Memenuhi

Standar

2

SDN

BANDULAN

4 255 7 1281 3.3 5,0

Memenuhi

Standar

3

SDN

BARENG 1 320 8 2276 3,3 7,1

Memenuhi

Standar

4

SDN

BARENG 5 88 3 3631 3,8 41,3

Memenuhi

Standar

5

SDN

Blimbing 5 212 6 738 4,2 3,5

Tidak

Memenuhi

Standar

6

SDN

DINOYO 3 210 5 1349 3,8 6,4

Memenuhi

Standar

7

SDN

GADINGKA

SRI 181 5 1870 3,8 10,3

Memenuhi

Standar

8

SDN

JATIMULYO 114 3 2489 3,8 21,8

Memenuhi

Standar

Page 25: KAJIAN PENAMBAHAN PRASARANA SEKOLAHDI KOTAbarenlitbang.malangkota.go.id/.../uploads/2017/11/Buku-Prasarana.pdf · Dalam hal pengelolaan pendidikan dibidang sarana dan prasarana sekolah,

KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH

DI KOTA MALANG

BAPPEDA KOTA MALANG 25

5

9

SDN

KARANGBE

SUKI 2 155 4 3617 3,8 23,3

Memenuhi

Standar

10

SDN

KARANGBE

SUKI 3 248 6 254 3,8 1,0

Tidak

Memenuhi

Standar

11

SDN

Karangbesuki

4 147 4 151 3,8 1,0

Tidak

Memenuhi

Standar

12

SDN Kauman

2 277 7 4824 3,8 17,4

Memenuhi

Standar

13

SDN

KEDUNGKA

NDANG 1 192 5 1552 3,8 8,1

Memenuhi

Standar

14

SDN

LESANPUR

O 1 251 6 2272 4,2 9,1

Memenuhi

Standar

15

SDN

MADYOPU

RO 2 217 6 973 3,8 4,5

Memenuhi

Standar

16

SDN

MERJOSARI

1 194 5 1181 3,8 6,1

Memenuhi

Standar

17

SDN

PANDAN

WANGI 3 522 13 4171 3,2 8,0

Memenuhi

Standar

18

SDN

PANDAN

WANGI 2 211 6 1722 3,8 8,2

Memenuhi

Standar

19

SDN

Sawojajar 4 198 5 1433 3,8 7,2

Memenuhi

Standar

20

SDN

Tanjungrejo 5 375 9 1614 3,3 4,3

Memenuhi

Standar

21 SDN 278 7 593 3,3 2,1 Tidak

Page 26: KAJIAN PENAMBAHAN PRASARANA SEKOLAHDI KOTAbarenlitbang.malangkota.go.id/.../uploads/2017/11/Buku-Prasarana.pdf · Dalam hal pengelolaan pendidikan dibidang sarana dan prasarana sekolah,

KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH

DI KOTA MALANG

BAPPEDA KOTA MALANG 26

Bandulan 3 Memenuhi

Standar

22

SDN

Blimbing 3 462 11 2128 3,3 4,6

Memenuhi

Standar

23

SDN

Madyopuro 4 362 9 1687 4 4,7

Memenuhi

Standar

24

SDN

Madyopuro 5 439 11 2775 3,3 6,3

Memenuhi

Standar

Jumlah SDN yang tidak memenuhi standar (%) 16,7

Jumlah SDN yang memenuhi standar (%) 83,3

Sumber:data diolah, 2016

Sebagaimana hasil tampak pada tabel 4.4, dapat diketahui gambaran Rasio luas lantai

terhadap jumlah peserta didik, yaitu 16,7% SDN tidak memenuhi standar Permendiknas RI

Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Standar Sarana dan Prasarana Untuk Sekolah Dasar/Madrasah

(SD/MI), dan hanya 83,3% SDN yang memenuhi standar permendiknas.

4.4.Rasio Luas Ruang Kelas – Jumlah Peserta Didik

Berdasarkan hasil pengisian kuisioner diperoleh data Rasio Luas Ruang Kelas – Jumlah

Peserta Didik sebagaimana disajikan pada tabel 4.5 berikut :

Tabel 4.5 Rasio Luas Lantai Terhadap Jumlah Peserta Didik

No Nama Sekolah Jumlah

Peserta

Didik

Luas

Ruang

Kelas

Standar

berdasarkan

Luas

Rasio Luas

Ruang Kelas

- Jumlah

Peserta

Didik

Keterangan

Rasio Luas

Ruang Kelas

- Jumlah

Peserta Didik

1

SDN

BANDULAN 1 235 294 2,0 1.3

Tidak

Memenuhi

Standar

2

SDN Bandulan

3 278 128 2,0 0,5

Tidak

Memenuhi

Standar

3

SDN

BANDULAN 4 255 392 2,0 1,5

Tidak

Memenuhi

Standar

Page 27: KAJIAN PENAMBAHAN PRASARANA SEKOLAHDI KOTAbarenlitbang.malangkota.go.id/.../uploads/2017/11/Buku-Prasarana.pdf · Dalam hal pengelolaan pendidikan dibidang sarana dan prasarana sekolah,

KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH

DI KOTA MALANG

BAPPEDA KOTA MALANG 27

4

SDN BARENG

1 320 584 2,0 1,8

Tidak

Memenuhi

Standar

5

SDN BARENG

5 88 315 2,0 3,6

Memenuhi

Standar

6

SDN Blimbing

3 462 686 2,0 1,5

Tidak

Memenuhi

Standar

7

SDN Blimbing

5 212 252 2,0 1,2

Tidak

Memenuhi

Standar

8

SDN DINOYO

3 210 294 2,0 1,4

Tidak

Memenuhi

Standar

9

SDN

GADINGKAS

RI 181 290 2,0 1,6

Tidak

Memenuhi

Standar

10

SDN

JATIMULYO

5 114 336 2,0 2,9

Memenuhi

Standar

11

SDN

KARANGBES

UKI 2 155 336 2,0 2,2

Memenuhi

Standar

12

SDN

KARANGBES

UKI 3 248 336 2,0 1,4

Tidak

Memenuhi

Standar

13

SDN

Karangbesuki 4 147 0 2,0 0,0

Tidak

Memenuhi

Standar

14

SDN Kauman

2 277 2633 2,0 9,5

Memenuhi

Standar

15

SDN

KEDUNGKA

NDANG 1 192 0 2,0 0,0

Tidak

Memenuhi

Standar

16 SDN 251 336 2,0 1,3 Tidak

Page 28: KAJIAN PENAMBAHAN PRASARANA SEKOLAHDI KOTAbarenlitbang.malangkota.go.id/.../uploads/2017/11/Buku-Prasarana.pdf · Dalam hal pengelolaan pendidikan dibidang sarana dan prasarana sekolah,

KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH

DI KOTA MALANG

BAPPEDA KOTA MALANG 28

LESANPURO

1

Memenuhi

Standar

17

SDN

MADYOPUR

O 2 217 340 2,0 1,6

Tidak

Memenuhi

Standar

18

SDN

Madyopuro 4 362 620 2,0 1,7

Tidak

Memenuhi

Standar

19

SDN

Madyopuro 5 439 588 2,0 1,3

Tidak

Memenuhi

Standar

20

SDN

MERJOSARI 1 194 0 2,0 0,0

Tidak

Memenuhi

Standar

21

SDN

PANDAN

WANGI 3 522 784 2,0 1,5

Tidak

Memenuhi

Standar

22

SDN

PANDANWA

NGI 2 211 0 2,0 0,0

Tidak

Memenuhi

Standar

23

SDN Sawojajar

4 Malang 198 567 2,0 2,9

Memenuhi

Standar

24

SDN

Tanjungrejo 5 375 567 2,0 1,5

Tidak

Memenuhi

Standar

Memenuhi 20,8

Tidak memenuhi 79,2

Sumber : data diolah, 2016

Sebagaimana hasil yang tampak pada tabel 4,5, dapat diketahui gambaran Luas Lantai

Terhadap Jumlah Peserta Didik, yaitu 79,2% SDN tidak memenuhi standar Permendiknas RI

Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Standar Sarana dan Prasarana Untuk Sekolah Dasar/Madrasah

Ibtidaiyah (SD/MI), dan hanya 20,8% SDN yang memenuhi standar permendiknas.

Selain Rasio Luas Ruang Kelas – Jumlah Peserta Didik, tidak kalah penting pula untuk

diketahui jumlah ruang yang seharusnya dimiliki SDN berdasarkan student body yang dimiliki.

Berikut disajikan jumlah ruang yang seharusnya dimiliki SDN sampel:

Page 29: KAJIAN PENAMBAHAN PRASARANA SEKOLAHDI KOTAbarenlitbang.malangkota.go.id/.../uploads/2017/11/Buku-Prasarana.pdf · Dalam hal pengelolaan pendidikan dibidang sarana dan prasarana sekolah,

KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH

DI KOTA MALANG

BAPPEDA KOTA MALANG 29

Tabel 4.6 Jumlah Ruang Seharusnya (sesuai dengan Permendiknas RI Nomor 24 Tahun

2007 kapasitas maksimal jumlah peserta didik adalah 28 orang per kelas)

No Nama Sekolah

Jumlah

Peserta

Didik

Jumlah

Ruang

Kelas

Jumlah Ruang

Seharusnya

(Kapasitas Maks

28 orang per

kelas)

Keterangan

Rasio Luas

Ruang Kelas -

Jumlah Peserta

Didik

1 SDN BANDULAN 1 235 6 9,0

Tidak Memenuhi

Standar

2 SDN Bandulan 3 278 8 10,0

Tidak Memenuhi

Standar

3 SDN BANDULAN 4 255 7 10,0

Tidak Memenuhi

Standar

4 SDN BARENG 1 320 11 12,0

Tidak Memenuhi

Standar

5 SDN BARENG 5 88 6 4,0

Memenuhi

Standar

6 SDN Blimbing 3 462 13 17,0

Tidak Memenuhi

Standar

7 SDN Blimbing 5 212 6 8,0

Tidak Memenuhi

Standar

8 SDN DINOYO 3 210 6 8,0

Tidak Memenuhi

Standar

9 SDN GADINGKASRI 181 6 7,0

Tidak Memenuhi

Standar

10 SDN JATIMULYO 5 114 6 5,0

Memenuhi

Standar

11

SDN

KARANGBESUKI 2 155 6 6,0

Memenuhi

Standar

12

SDN

KARANGBESUKI 3 248 8 9,0

Tidak Memenuhi

Standar

13 SDN Karangbesuki 4 147 6,0

Tidak Memenuhi

Standar

14 SDN Kauman 2 277 11 10,0

Memenuhi

Standar

Page 30: KAJIAN PENAMBAHAN PRASARANA SEKOLAHDI KOTAbarenlitbang.malangkota.go.id/.../uploads/2017/11/Buku-Prasarana.pdf · Dalam hal pengelolaan pendidikan dibidang sarana dan prasarana sekolah,

KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH

DI KOTA MALANG

BAPPEDA KOTA MALANG 30

15

SDN

KEDUNGKANDANG

1 192 6 7,0

Tidak Memenuhi

Standar

16 SDN LESANPURO 1 251 6 9,0

Tidak Memenuhi

Standar

17

SDN MADYOPURO

2 217 6 8,0

Tidak Memenuhi

Standar

18 SDN Madyopuro 4 362 11 13,0

Tidak Memenuhi

Standar

19 SDN Madyopuro 5 439 12 16,0

Tidak Memenuhi

Standar

20 SDN MERJOSARI 1 194 6 7,0

Tidak Memenuhi

Standar

21

SDN PANDAN

WANGI 3 522 14 19,0

Tidak Memenuhi

Standar

22

SDN

PANDANWANGI 2 211 6 8,0

Tidak Memenuhi

Standar

23

SDN Sawojajar 4

Malang 198 6 8,0

Tidak Memenuhi

Standar

24 SDN Tanjungrejo 5 375 9 14,0

Tidak Memenuhi

Standar

Memenuhi Standar 16,7

Tidak Memenuhi Standar 83,3

Sumber : data diolah, 2016

Sebagaimana hasil yang tampak pada tabel 4.6, dapat diketahui gambaran jumlah ruang

seharusnya dimiliki SDN sampel, yaitu 83,3% SDN tidak memenuhi standar Permendiknas RI

Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Standar Sarana dan Prasarana Untuk Sekolah Dasar/Madrasah

Ibtidaiyah (SD/MI), dan hanya 16,7% SDN yang memenuhi standar permendiknas.

Page 31: KAJIAN PENAMBAHAN PRASARANA SEKOLAHDI KOTAbarenlitbang.malangkota.go.id/.../uploads/2017/11/Buku-Prasarana.pdf · Dalam hal pengelolaan pendidikan dibidang sarana dan prasarana sekolah,

KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH

DI KOTA MALANG

BAPPEDA KOTA MALANG 31

4.5.Rasio Luas Perpustakaan

Berdasarkan hasil pengisian kuisioner diperoleh data Rasio Luas Perpustakaan

sebagaimana disajikan pada tabel 4.7 berikut :

Tabel 4.7 Rasio Luas Perpustakaan

No Nama Sekolah

Jumla

h

Siswa

Luas

Bangunan

Standar

(M²) Keterangan

1 SDN BANDULAN 1 235 42 30 Memenuhi

2 SDN Bandulan 3 278 16 30

Tidak

Memenuhi

3 SDN BANDULAN 4 255 56 30 Memenuhi

4 SDN BARENG 1 320 90 30 Memenuhi

5 SDN BARENG 5 88 49 30 Memenuhi

6 SDN Blimbing 3 462 95,4 30 Memenuhi

7 SDN Blimbing 5 212 32 30 Memenuhi

8 SDN DINOYO 3 210 36 30 Memenuhi

9 SDN GADINGKASRI 181 45 30 Memenuhi

10 SDN JATIMULYO 5 114 56 30 Memenuhi

11 SDN Karangbesuki 147 64 30 Memenuhi

12 SDN KARANGBESUKI 2 155 26,25 30

Tidak

Memenuhi

13 SDN KARANGBESUKI 3 248 42 30 Memenuhi

14 SDN Kauman 2 277 42 30 Memenuhi

15

SDN

KEDUNGKANDANG 1 192 33 30 Memenuhi

16 SDN LESANPURO 1 251 56 30 Memenuhi

17 SDN MADYOPURO 2 217 30

18 SDN Madyopuro 4 362 57,8 30 Memenuhi

19 SDN Madyopuro 5 439 49 30 Memenuhi

20 SDN MERJOSARI 1 194 33 30 Memenuhi

21 SDN PANDAN WANGI 3 522 60 30 Memenuhi

22 SDN PANDANWANGI 2 211 42 30 Memenuhi

23 SDN Sawojajar 4 Malang 198 30

24 SDN Tanjungrejo 5 375 80 30 Memenuhi

Page 32: KAJIAN PENAMBAHAN PRASARANA SEKOLAHDI KOTAbarenlitbang.malangkota.go.id/.../uploads/2017/11/Buku-Prasarana.pdf · Dalam hal pengelolaan pendidikan dibidang sarana dan prasarana sekolah,

KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH

DI KOTA MALANG

BAPPEDA KOTA MALANG 32

Memenuhi 83,3

Tidak Memenuhi 8,3

Mising Values 2

Sumber : data diolah, 2016

Sebagaimana hasil yang tampak pada tabel 4.7, dapat diketahui gambaran Rasio Luas

Perpustakaan SDN sampel, yaitu 83,3% SDN memenuhi standar Permendiknas RI Nomor 24

Tahun 2007 terkait luas perpustakaan minimal, dan hanya 8,3% SDN yang tidak memenuhi

standar permendiknas. Sedang 2 SDN tidak mengisi (2 SDN).

4.6.Laboratorium IPA

Berdasarkan hasil pengisian kuisioner diperoleh data keberadaan laboratorium IPA

(SAINS) sebagaimana disajikan pada tabel 4.8 berikut :

Tabel 4.8 Keberadaan Laboratorium IPA (SAINS)

No Nama Sekolah Luas Bangunan Meja Kursi Almari

1 SDN BANDULAN 1

2 SDN PANDAN WANGI 3

3 SDN BANDULAN 4

4 SDN BARENG 1

5 SDN BARENG 5 52,5 8 16 5

6 SDN Blimbing 5 42 1 7 5

7 SDN DINOYO 3 8 2

8 SDN GADINGKASRI

9 SDN JATIMULYO 5

10 SDN KARANGBESUKI 3

11 SDN KARANGBESUKI 2

12 SDN Karangbesuki 4

13 SDN Kauman 2 36 20 20 2

14 SDN LESANPURO 1

15 SDN MADYOPURO 2

16 SDN MERJOSARI 1

17 SDN PANDANWANGI 2 42 4 4 2

18 SDN Tanjungrejo 5

Page 33: KAJIAN PENAMBAHAN PRASARANA SEKOLAHDI KOTAbarenlitbang.malangkota.go.id/.../uploads/2017/11/Buku-Prasarana.pdf · Dalam hal pengelolaan pendidikan dibidang sarana dan prasarana sekolah,

KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH

DI KOTA MALANG

BAPPEDA KOTA MALANG 33

19 SDN KEDUNGKANDANG 1

20 SDN Sawojajar 4

21 SDN Bandulan 3

22 SDN Blimbing 3 56 4 7

23 SDN Madyopuro 4

24 SDN Madyopuro 5

Sumber: data diolah, 2016

Berdasarkan tabel 4.8, tampak hanya 6 SDN (25%) yang memiliki ruang laboratorium IPA,

sedang 75% lainnya tidak menjawab pertanyaan. Sebagaimana Permendiknas RI Nomor 24

Tahun 2007 point 3.a ruang laboratorium IPA tidak harus beriri sendiri, akan tetapi dapat

memanfaatkan ruang kelas yang ada.

Sedangkan berdasarkan kelengkapan peralatan Laboratorium IPA, sebagaimana Peraturan

Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Standar

Sarana dan Prasarana Untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) minimal terdiri dari :

Model Kerangka, Model Tubuh, Globe, Model Tata Surya, Kaca Pembesar, Cermin Datar,

Cermin Cekung, Cermin Cembung, Lensa Datar, Lensa Cembung, Lensa Cekung, Magnet

batang, Poster IPA.

Berdasarkan hasil pengisian kuisioner, hanya ada 2 SDN (8,3%) yang memiliki peralatan

pendidikan sebagaimana Permendiknas Nomor 24 Tahun 2007 secara lengkap.

4.7.Ruangan Pimpinan

Berdasarkan hasil pengisian kuisioner diperoleh data Ruang Pimpinan sebagaimana

disajikan pada tabel 4.9 berikut :

Tabel 4.9 Ruang Pimpinan

No Nama Sekolah

Luas

Bangunan Mej

a

Ku

rsi

Alm

ari

So

fa

PC

Pri

nte

r

Tel

evis

i

1

SDN

BANDULAN 1

2

SDN PANDAN

WANGI 3

3 SDN 32 3 2 1 1 1

Page 34: KAJIAN PENAMBAHAN PRASARANA SEKOLAHDI KOTAbarenlitbang.malangkota.go.id/.../uploads/2017/11/Buku-Prasarana.pdf · Dalam hal pengelolaan pendidikan dibidang sarana dan prasarana sekolah,

KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH

DI KOTA MALANG

BAPPEDA KOTA MALANG 34

BANDULAN 4

4 SDN BARENG 1 49 1 1 1 1 1 1

5 SDN BARENG 5 34 3 11 5 1 1 1

6

SDN BLIMBING

5 17,5 3 8 1 1

7 SDN DINOYO 3

8

SDN

GADINGKASRI

9

SDN

JATIMULYO 5

10

SDN

KARANGBESU

KI 3

11

SDN

KARANGBESU

KI 2 28 3 2 2 1

12

SDN

KARANGBESU

KI4

13

SDN KAUMAN

2 19 1 1 1 1 1

14

SDN

LESANPURO 1

15

SDN

MADYOPURO 2

16

SDN

MERJOSARI 1

17

SDN

PANDANWANG

I 2

18

SDN

TANJUNGREJO

5

19

SDN

KEDUNGKAND

Page 35: KAJIAN PENAMBAHAN PRASARANA SEKOLAHDI KOTAbarenlitbang.malangkota.go.id/.../uploads/2017/11/Buku-Prasarana.pdf · Dalam hal pengelolaan pendidikan dibidang sarana dan prasarana sekolah,

KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH

DI KOTA MALANG

BAPPEDA KOTA MALANG 35

ANG 1

20

SDN

SAWOJAJAR 4

21

SDN

BANDULAN 3

22

SDN BLIMBING

3 28 1 1 1 1 1 1

23

SDN

MADYOPURO 4

24

SDN

MADYOPURO 5 20 3 2 1 2 1

Sumber : data diolah, 2016

Berdasarkan tabel 4.9, tampak hanya 8 SDN (33,3%) yang mengisi pertanyaan tentang

ruang pimpinan (Kepala Sekolah), sedang 66,7% lainnya tidak menjawab pertanyaan.

Sebagaimana Permendiknas RI Nomor 24 Tahun 2007 point 4.b ruang pimpinan minimal 12m².

Dari 33,3% responden yang menjawab ruang pimpinan, secara keseluruhan ruang pimpinan

telah sesuai dengan standar Permendiknas RI Nomor 24 Tahun 2007.

Bila dilihat dari perlengkapan minimal yang harus tersedia di ruang pimpinan sesuai

standar Permendiknas RI Nomor 24 Tahun 2007 terdiri atas: kursi dan meja, kursi tamu, lemari,

papan plastic, symbol kenegaraan, temapt sampah, PC/laptop, Filling cabinet, brankas dan jam

dinding, masih terdapat sebagian perlengkapn yang masih belum tersedia di ruang pimpinan dan

bervariasi pada seluruh sampel.

4.8.Ruang Guru

Berdasarkan Permendiknas RI Nomor 24 Tahun 2007, Ruang guru berfungsi sebagai

tempat guru bekerja dan istirahat serta menerima tamu, baik peserta didik maupun tamu lainnya.

Rasio minimum luas ruang guru 4 m²/pendidik dan luas minimum 32 m².ruang guru mudah

dicapai dari halaman sekolah ataupun dari luar lingkungan sekolah, serta dekat dengan ruang

pimpinan.

Berdasarkan hasil pengisian kuisioner diperoleh data Ruang Guru sebagaimana disajikan

pada tabel 4.10 berikut :

Tabel 4.10 Ruang Guru

No Nama Sekolah

Luas

Bangu Meja Kursi Almari Sofa PC

Pri

nter

Tele

visi

Page 36: KAJIAN PENAMBAHAN PRASARANA SEKOLAHDI KOTAbarenlitbang.malangkota.go.id/.../uploads/2017/11/Buku-Prasarana.pdf · Dalam hal pengelolaan pendidikan dibidang sarana dan prasarana sekolah,

KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH

DI KOTA MALANG

BAPPEDA KOTA MALANG 36

nan

1

SDN

BANDULAN 1 42 12 9 6 1 4 2

2

SDN PANDAN

WANGI 3 56 14 27 5 4 4

3

SDN

BANDULAN 4 56 13 15 2 1

4 SDN BARENG 1 48 1 1 1 1 1 1

5 SDN BARENG 5 53 11 14 6 1 1

6

SDN BLIMBING

5 42 18 17 4 3 2

7 SDN DINOYO 3 35 4 12 5 1 2 2

8

SDN

GADINGKASRI 52 2 15 3 2 2 2

9

SDN

JATIMULYO 5 56 10 11 11 2 2 1

10

SDN

KARANGBESUK

I 3 63 3 16 6 2 3

11

SDN

KARANGBESUK

I 2 63 4 12 5 1 3 1 1

12

SDN

KARANGBESUK

I 4 49 17 22 8 1 5 1

13 SDN KAUMAN 2 36 20 20 2 1 1 1

14

SDN

LESANPURO 1 56 11 11 3 1 1 1

15

SDN

MADYOPURO 2 57 9 14 5 1 2

16

SDN

MERJOSARI 1 32 10 14 1

17

SDN

PANDANWANGI

2 56 14 14 1 3

Page 37: KAJIAN PENAMBAHAN PRASARANA SEKOLAHDI KOTAbarenlitbang.malangkota.go.id/.../uploads/2017/11/Buku-Prasarana.pdf · Dalam hal pengelolaan pendidikan dibidang sarana dan prasarana sekolah,

KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH

DI KOTA MALANG

BAPPEDA KOTA MALANG 37

18

SDN

TANJUNGREJO

5 56 15 15 5

19

SDN

KEDUNGKAND

ANG 1 56 14 14 1 3

20

SDN

SAWOJAJAR 4

21

SDN

BANDULAN 3 16 8 14 4 1 1

22

SDN BLIMBING

3 81 20 20 4 2 1

23

SDN

MADYOPURO 4 58 15 20 2 4

24

SDN

MADYOPURO 5 29 10 20 3 2

Sumber : data diolah, 2016

Berdasarkan tabel 4.10, tampak hanya 1 SDN (4,2%) yang tidak memenuhi standar tentang

ruang Guru, sedang 91,7% lainnya telah memenuhi standar Permendiknas RI Nomor 24 Tahun

2007 point D.5. Standar Permendiknas RI Nomor 24 Tahun 2007 menyebutkan dalam ruang

guru minimal terdapat sarana : meja dan kursi guru, lemari, papan statistik, papan pengumuman,

tempat sampah, tempat cuci tangan dan jam dinding.

4.9.Tempat Beribadah

Berdasarkan Permendiknas RI Nomor 24 Tahun 2007, Tempat beribadah berfungsi sebagi

tempat warga sekolah melakukan ibadah yang diwajibkan oleh agama masing-masing pada

waktu sekolah. Banyak tempat beribadah sesuai dengan kebutuhan tiap satuan pendidikan

dengan luas minimum 12 m².

Berdasarkan hasil pengisian kuisioner diperoleh data tempat beribadah sebagimana

disajikan pada tabel 4.11 berikut :

Tabel 4.11 Tempat Beribadah

No Nama Sekolah

Luas

tempat

Wudhu

Musholah Standar

Minimal

(m²)

Keterangan Kepemilikan

Luas

Bangunan

Page 38: KAJIAN PENAMBAHAN PRASARANA SEKOLAHDI KOTAbarenlitbang.malangkota.go.id/.../uploads/2017/11/Buku-Prasarana.pdf · Dalam hal pengelolaan pendidikan dibidang sarana dan prasarana sekolah,

KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH

DI KOTA MALANG

BAPPEDA KOTA MALANG 38

(m²)

1 SDN BANDULAN 1 6 12 Memenuhi

2

SDN PANDAN

WANGI 3 16 Sendiri 36 12 Memenuhi

3 SDN BANDULAN 4 4 Sendiri 28 12 Memenuhi

4 SDN BARENG 1 3 Sendiri 42 12 Memenuhi

5 SDN BARENG 5 2,5 Sendiri 49 12 Memenuhi

6 SDN BLIMBING 5 9 Sendiri 30 12 Memenuhi

7 SDN DINOYO 3 7 Sendiri 48 12 Memenuhi

8 SDN GADINGKASRI 8 12

9 SDN JATIMULYO 5 Sendiri 24 12 Memenuhi

10

SDN

KARANGBESUKI 3 3 Sendiri 28 12 Memenuhi

11

SDN

KARANGBESUKI 2 8 Sendiri 28 12 Memenuhi

12

SDN

KARANGBESUKI 4 4 Sendiri 49 12 Memenuhi

13 SDN KAUMAN 2 9 Sendiri 56 12 Memenuhi

14 SDN LESANPURO 1 6 12

15 SDN MADYOPURO 2 4 Sendiri 12 12 Memenuhi

16 SDN MERJOSARI 1 4 Sendiri 40 12 Memenuhi

17

SDN

PANDANWANGI 2 15 Sendiri 42 12 Memenuhi

18

SDN TANJUNGREJO

5 8 Sendiri 80 12 Memenuhi

19

SDN

KEDUNGKANDANG

1 15 Sendiri 42 12 Memenuhi

20 SDN SAWOJAJAR 4 12

21 SDN BANDULAN 3 Sendiri 16 12 Memenuhi

22 SDN BLIMBING 3 10,5 Sendiri 43 12 Memenuhi

23 SDN MADYOPURO 4 6 Sendiri 45 12 Memenuhi

24 SDN MADYOPURO 5 Sendiri 56 12 Memenuhi

Sumber : data diolah, 2016

Page 39: KAJIAN PENAMBAHAN PRASARANA SEKOLAHDI KOTAbarenlitbang.malangkota.go.id/.../uploads/2017/11/Buku-Prasarana.pdf · Dalam hal pengelolaan pendidikan dibidang sarana dan prasarana sekolah,

KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH

DI KOTA MALANG

BAPPEDA KOTA MALANG 39

Berdasarkan tabel 4.11, tampak sejumlah 20 SDN (83,3%) telah memiliki tempat beribadah

dan telah memenuhi standar tentang tempat beribadah, sedangkan 16,7% lainnya tidak

menjawab pertanyaan (missing values).

4.10.Ruang UKS

Berdasarkan Permendiknas RI Nomor 24 Tahun 2007, Ruang UKS berfungsi sebagi

tempat untuk penanganan dini peserta didik yang mengalami gangguan kesehatan di sekolah.

Ruang UKS dapat dimanfaatkn sebagai ruang konseling.Luas minimum ruang UKS 12 m².

Berdasarkan hasil pengisian kuisioner data Ruang UKS sebagimana disajikan pada tabel

4.12 berikut :

Tabel 4.12 Ruang UKS

No Nama Sekolah

Jumlah

Siswa

Luas

Bangunan Standar (m²) Keterangan

1 SDN BANDULAN 1 235

12 -

2 SDN PANDAN WANGI 3 522 42 12 Memenuhi

3 SDN BANDULAN 4 255 15 12 Memenuhi

4 SDN BARENG 1 320 21 12 Memenuhi

5 SDN BARENG 5 88 17,5 12 Memenuhi

6 SDN Blimbing 5 212 6 12

Tidak

Memenuhi

7 SDN DINOYO 3 210 10 12

Tidak

Memenuhi

8 SDN GADINGKASRI 181 3 12

Tidak

Memenuhi

9 SDN JATIMULYO 5 114 56 12 Memenuhi

10 SDN KARANGBESUKI 3 248 24 12 Memenuhi

11 SDN KARANGBESUKI 2 155 6 12

Tidak

Memenuhi

12 SDN Karangbesuki 4 147 21 12 Memenuhi

13 SDN Kauman 2 277 18 12 Memenuhi

14 SDN LESANPURO 1 251 32 12 Memenuhi

15 SDN MADYOPURO 2 217 8 12

Tidak

Memenuhi

Page 40: KAJIAN PENAMBAHAN PRASARANA SEKOLAHDI KOTAbarenlitbang.malangkota.go.id/.../uploads/2017/11/Buku-Prasarana.pdf · Dalam hal pengelolaan pendidikan dibidang sarana dan prasarana sekolah,

KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH

DI KOTA MALANG

BAPPEDA KOTA MALANG 40

16 SDN MERJOSARI 1 194 18 12 Memenuhi

17 SDN PANDANWANGI 2 211 18 12 Memenuhi

18 SDN Tanjungrejo 5 375

12 -

19 SDN KEDUNGKANDANG 1 192 18 12 Memenuhi

20 SDN Sawojajar 4 198

12 -

21 SDN Bandulan 3 278 7 12

Tidak

Memenuhi

22 SDN Blimbing 3 462 37,5 12 Memenuhi

23 SDN Madyopuro 4 362 7 12

Tidak

Memenuhi

24 SDN Madyopuro 5 439 30 12 Memenuhi

Sumber : data diolah, 2016

Berdasarkan tabel 4.12, tampak sejumlah 14 SDN (58,3%) telah memiliki UKS dan telah

memenuhi standar tentang ruang UKS, sedangkan 29,2% tidak memenuhi standar ruang UKS

sebagaimana Permendiknas RI Nomor 24 Tahun 2007. Sedang sarana yang tersedia di ruangan

UKS bervariasi pada tiap sampel, yang sebagian besar tidak sesuai dengan standar sarana ruang

UKS yang ditetapkan Permendiknas RI Nomor 24 Tahun 2007.

4.11.Jamban

Berdasarkan Permendiknas RI Nomor 24 Tahun 2007, Jamban berfungsi sebagi tempat

buang air besar dan/atau kecil. Minimum terdapat 1 unit untuk setiap 60 peserta didik pria, 1

unit jamban untuk setiap 50 peserta didik wanita, dan 1 unit jamban untuk guru. Banyak jamban

minimum setiap sekolah 3 unit.Luas minimum 1 unit jamban 2 m².Jamban harus berdinding,

beratap, dapat dikunci, dan mudah dibersihkan.Tersedia air bersih di setiap unit jamban.

Berdasarkan hasil pengisian kuisioner diperoleh data keberadaan jamban di SDN sampel

sebagaimana disajikan pada tabel 4.13 berikut :

Tabel 4.13 Ruang Jamban

No Nama Sekolah

Jumlah

Siswa Standar

Jumlah

Jamban Keterangan

1 SDN BANDULAN 1 235 4 4 Memenuhi

2 SDN PANDAN WANGI 3 522 9 9 Memenuhi

3 SDN BANDULAN 4 255 5 8 Memenuhi

4 SDN BARENG 1 320 6 8 Memenuhi

Page 41: KAJIAN PENAMBAHAN PRASARANA SEKOLAHDI KOTAbarenlitbang.malangkota.go.id/.../uploads/2017/11/Buku-Prasarana.pdf · Dalam hal pengelolaan pendidikan dibidang sarana dan prasarana sekolah,

KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH

DI KOTA MALANG

BAPPEDA KOTA MALANG 41

5 SDN BARENG 5 88 2 7 Memenuhi

6 SDN Blimbing 5 212 4 8 Memenuhi

7 SDN DINOYO 3 210 4 7 Memenuhi

8 SDN GADINGKASRI 181 4 4 Memenuhi

9 SDN JATIMULYO 5 114 2 8 Memenuhi

10 SDN KARANGBESUKI 3 248 5 6 Memenuhi

11 SDN KARANGBESUKI 2 155 3 5 Memenuhi

12 SDN Karangbesuki 4 147 3 4 Memenuhi

13 SDN Kauman 2 277 5 6 Memenuhi

14 SDN LESANPURO 1 251 5 7 Memenuhi

15 SDN MADYOPURO 2 217 4 4 Memenuhi

16 SDN MERJOSARI 1 194 4 6 Memenuhi

17 SDN PANDANWANGI 2 211 4 5 Memenuhi

18 SDN Tanjungrejo 5 375 7 6 Tidak Memenuhi

19

SDN

KEDUNGKANDANG 1 192 4 5 Memenuhi

20 SDN Sawojajar 4 198 4

21 SDN Bandulan 3 278 5 5 Memenuhi

22 SDN Blimbing 3 462 8 14 Memenuhi

23 SDN Madyopuro 4 362 7 5 Tidak Memenuhi

24 SDN Madyopuro 5 439 8 9 Memenuhi

Sumber : data diolah, 2016

Berdasarkan tabel 4.13, tampak sejumlah 21 SDN (87,5%) telah memiliki jamban dan

telah memenuhi standar tentang ruang UKS, sedangkan 8,3% tidak memenuhi standar ruang

UKS sebagaimana Permendiknas RI Nomor 24 Tahun 2007.

Page 42: KAJIAN PENAMBAHAN PRASARANA SEKOLAHDI KOTAbarenlitbang.malangkota.go.id/.../uploads/2017/11/Buku-Prasarana.pdf · Dalam hal pengelolaan pendidikan dibidang sarana dan prasarana sekolah,

KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH

DI KOTA MALANG

BAPPEDA KOTA MALANG 42

BAB V

PEMBAHASAN

5.1.Analisis Lingkungan Eksternal dan Internal Prasarana Sekolah di Kota Malang

Analisis Lingkungan Eksternal ini berkaitan dengan berbagai aspek dari lingkungan

eksternal (diluar manajemen sekolah), yang mempengaruhi terhadap ketersediaan prasarana

sekolah terutama prasarana sekolah pada sekolah tingkat dasar di kota Malang. Sedangkan

analisa Internal merupakan analisa terhadap aspek internal sekolah yaitu aspek yang berkaitan

dengan aspek internal yang merupakan hal-hal yang dapat dipengaruhi oleh manajemen sekolah.

5.1.1. Aspek lingkungan eksternal sekolah.

Aspek lingkungan eksternal sekolah ini dapat meliputi :

1) Kebijakan pemerintah tentang arah pengembangan sekolah yang berdampak

terhadap prasarana sekolah.

2) Kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan pendanaan untuk sekolah

3) Perkembangan penduduk kota malang

4) Pertumbuhan pendapatan perkapitan penduduk kota malang

5) Perkembangan teknologi yang berkaitan dengan teknologi proses pembelajaran

Aspek lingkungan eksternal sekolah tersebut memberikan dampak terhadap

keberadaan prasarana sekolah, dimana dapat merupakan peluang bagi sekolah untuk

memenuhi atau meningkatkan prasarana sekolah yang dimiliki, sehingga mampu

memberikan pelayanan yang baik terhadadap stakeholders. Demikian pula aspek eksternal

ini juga dapat merupakan ancaman bagi ketercapaian pemenuhan prasarana sekolah, atau

menuntut pengembangan prasarana untuk dapat menjaga keberlangsungan pelayanan

prasarana yang baik terhadap stakholders. Sehingga aspek tersebut dapat dijelaskan sebagai

berikut :

1) Kebijakan pemerintah tentang arah pengembangan sekolah yang berdampak terhadap

prasarana sekolah.

Pemerintah Kota Malang melalui kebijakan pengembangan sekolah sesuai Peraturan

Walikota Malang No.35 tahun 2014 tentang rencana induk pengembangan sekolah

2013-2018 terutama pada pasal 7 yang menyangkut standarisasi prasarana, telah

mencanangkan adanya pemerataan distribusi, penertiban, perbaikan, dan pemeliharaan

tanah, gedung, perabot dan alat peraga sekolah, sehingga tidak bervariasi dan

berdasarkan standarisasi.

Page 43: KAJIAN PENAMBAHAN PRASARANA SEKOLAHDI KOTAbarenlitbang.malangkota.go.id/.../uploads/2017/11/Buku-Prasarana.pdf · Dalam hal pengelolaan pendidikan dibidang sarana dan prasarana sekolah,

KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH

DI KOTA MALANG

BAPPEDA KOTA MALANG 43

Hal demikian merupakan peluang bagi sekolah diKota Malang untuk dapat

meningkatkan mengembangkan prasarana sekolah sehingga mampu melayani

kebutuhan stakeholder dengan baik

2) Kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan pendanaan untuk sekolah

Dalam Perda No.3 Tahun 2014 pada bab XIV terutama pasal 46 telah disebutkan

bahwa dana pendidikan sekurang-kurangnya 10 persen dari anggaran diluar gaji

pegawai. Hal demikian menunjukkan komitmen pemerintah untuk membangun fasilitas

pendidikan di Kota Malang sekaligus merupakan peluang bagi sekolah di Kota Malang

untuk meningkatkan prasarananya guna dapat meningkatkan performansi sekolah dalam

melakukan pelayanan pendidikan kepada mayarakat.

3) Perkembangan penduduk Kota Malang

Perkembangan penduduk Kota Malang merupakan pertumbuhan penduduk yang

dinamis dengan tingkat pertumbuhan sebesar 0,80% pertahun hal demikian potensial

mendukung perkembangan permintaan terhadap jasa pendidikan terutama sekolah

formal baik tingkat dasar, menengah maupun tingkat lanjutan. Perkembangan penduduk

yang diiringi permintaan terhadap sekolah ini menjadikan tantangan bagi sekolah untuk

mampu menyediakan prasarana sekolah sebagai bagian dari pelayanan terhadap

masyarakat untuk agar dapat menikmati pendidikan wajib belajar 9 tahun sebagaimana

dicanagkan oleh pemerintah.

Tabel 5.1 Jumlah Penduduk Kota MalangMenurut KecamatanTahun2010- 2015

No

KECAMATAN

TAHUN

2011

TAHUN

2012

TAHUN

2013

TAHUN

2014

TAHUN

2015*)

1 KLOJEN 118.472 110.816 107.729 109.000 109.426

2 BLIMBING 198.040 188.387 187.001 191.631 193.229

3 KEDUNGKANDANG 201.976 193.784 194.071 199.506 202.259

4 LOWOKWARU 169.238 161.603 162.591 166.633 168.308

5 SUKUN 202.353 191.643 193.310 198.241 200.907

KOTAMALANG 890.079 846.233 844.702 865.011 874.129

*) Tahun2015adalahdatabulanJuni2015. Sumber: RKPD tahun 2016

Sedangkan menurut kelompok umur yang dikelompokkan kedalam 8 (delapan)

kelompok menurut umur dengan interval kelas kelompok sebesar 5 tahun menunjukkan

bahwa jumlah penduduk pada kelompok umur usia sekolah atau wajib belajar yaitu ( 5-9),

(10-14) dan (15-19) merupakan kelompok usia yang menikmati wajib belajar 9 tahun,

yang kurang lebih meliputi jumlah penduduk sebanyak 202.185 anak usia sekolah.

Page 44: KAJIAN PENAMBAHAN PRASARANA SEKOLAHDI KOTAbarenlitbang.malangkota.go.id/.../uploads/2017/11/Buku-Prasarana.pdf · Dalam hal pengelolaan pendidikan dibidang sarana dan prasarana sekolah,

KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH

DI KOTA MALANG

BAPPEDA KOTA MALANG 44

Tabel 5.2 JumlahPendudukBerdasarkanKelompokUmurSemesterITahun2015

N0. KelompokUmur Jumlah

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

0-4

5-9

10-14

15-19

20-24

25-29

30-34

35-39

40-44

45-49

50-54

55-59

60-64

65+

59.375

67.129

69.346

65.710

63.875

69.101

81.918

75.522

67.964

62.541

53.769

45.501

32.900

59.478

Sumber : RKPD Tahun 2016

Jumlah anak usia wajib belajar tersebut merupakan tantangan bagi sekolah untuk

menyediakan fasilitas prasarana sekolah yang representatif bagi mereka dengan memenuhi

standar yang telah ditetapkan dalam peraturan menteri pendidikan Nasional

(Permendiknas) No.27 Tahun 2007.

4) Pertumbuhan pendapatan perkapitan penduduk kota malang

Pertumbuhan pendapatan masyarakat kota malang yang ditunjukkan dengan PDRB

(Produk Domestik Regional Bruto) memiliki pertumbuhan yang cukup pesaat dengan

rata-rata sekitar 7.6 % adalah merupakan tingkat pertumbuhan yang cukup tinggi.

Tabel 5.3 PerkembangandanPertumbuhanPDRBKotaMalangTahun2011- 2014

Tahun PDRBADH

Berlaku

Perkembangan

(%)

PDRBAD

H

Konstan

Pertumbuhan

(%)

2010 30.802.611,8

8

15,27 14.044.625,15 10,48

2011 34.226.477,0

0

11,12 15.038.460,41 7,08

2012 38.512.635,2

0

12,52 16.176.980,57 7,57

2013 43.395.888,9

8

12,68 17.293.338,71 7,30

2014 49.443.313,9

5

13,94 18.572.472,37 7,40

2015*)

39.276.185,4

0

13,11 16.225.175,44 7,97

Sumber: RKPD TAHUN 2016

5) Perkembangan teknologi yang berkaitan dengan teknologi proses pembelajaran

Page 45: KAJIAN PENAMBAHAN PRASARANA SEKOLAHDI KOTAbarenlitbang.malangkota.go.id/.../uploads/2017/11/Buku-Prasarana.pdf · Dalam hal pengelolaan pendidikan dibidang sarana dan prasarana sekolah,

KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH

DI KOTA MALANG

BAPPEDA KOTA MALANG 45

Seiring dengan kemajuan teknologi, maka perkembangan media pembelajaran begitu

cepat, di mana masing-masing media yang ada punya ciri-ciri dan kemampuan sendiri.

Dari hal ini, kemudian timbul usaha-usaha penataannya yaitu pengelompokkan atau

klasifikasi menurut kesamaan ciri-ciri atau karakteristiknya. Ciri-ciri umum dari media

pembelajaran adalah:

a) Media pembelajaran identik dengan pengertian peragaan yang berasal dari kata

“raga”, artinya suatu benda yang dapat diraba, dilihat dan didengar dan yang dapat

diamati melalui panca indera.

b) Tekanan utama terletak pada benda atau hal-hal yang dapat dilihat dan didengar.

c) Media pembelajaran digunakan dalam rangka hubungan (komunikasi) dalam

pengajaran antara guru dan siswa.

d) Media pembelajaran adalah semacam alat bantu belajar mengajar, baik di dalam

maupun di luar kelas.

e) Media pembelajaran merupakan suatu “perantara” (medium, media) dan digunakan

dalam rangka belajar.

f) Media pembelajaran mengandung aspek, sebagai alat dan sebagi teknik yang erat

pertaliannya dengan metode belajar.

Taksomi media dapat dikelompokkan kedalam beberapa kelompok yaitu: 1) Media

audio visual gerak,2) Media audio visual diam, 3) Media audio semi gerak,4) Media

visual gerak,5) Media visual diam,6) Media visual semi gerak,7) Media audio,8) Media

cetak.

Dapat juga dikelompokkan kedalam 13 media, yaitu sebagai berikut:

1) Obyek,2) Model,3) Suara langsung, 4) Rekaman audio,5) Media cetak,

6) Pembelajaran terprogram,7) Papan tulis,8) Media transparansi, 9) Film rangkai,

10) Film bingkai, 11) Film,12) Televisi.

Sehingga demikian perkembangan teknologi media pembelajaran yang cepat ini

menuntut tantangan bagi sekolah untuk mampu menyediakan prasarana sesuai

perkembangan teknologi pembelajaran, agar siswa, guru dan pengajar di sekolah dapat

menyesuaikan dengan perkembangan lingkungan terutama teknologi yang berkembang.

5.1.2.Aspek Lingkungan Internal Sekolah

Aspek Lingkungan internal yang berkaitan dengan prasana sekolah dapat

kelompokkan kedalah kekuatan ataukah kelemahan bagi sekolah di wilayah Kota Malang.

Adapun aspek lingkungan internal ini diantaranya meliputi:

1. Luas lahan yang dimiliki sekolah

2. Luas Lantai Bangunan yang dimiliki sekolah

Page 46: KAJIAN PENAMBAHAN PRASARANA SEKOLAHDI KOTAbarenlitbang.malangkota.go.id/.../uploads/2017/11/Buku-Prasarana.pdf · Dalam hal pengelolaan pendidikan dibidang sarana dan prasarana sekolah,

KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH

DI KOTA MALANG

BAPPEDA KOTA MALANG 46

3. Luas ruang kelas yang dimiliki sekolah

4. Luas perpustakaanyang dimiliki sekolah

5. Kepemilikan ruang lab yang dimiliki sekolah

6. Ruang pimpinan yang dimiliki sekolah

7. Ruang guru yang dimiliki sekolah

8. Tempat ibadah yang dimiliki sekolah

9. Ruang UKS yang dimiliki sekolah

10. Jamban yang dimiliki Sekolah

1) Luas lahan yang dimiliki sekolah

Luas lahan sekolah merupakan prasarana penting bagi keberadaan sekolah dalam

memfasilitasi berbagai prasarana sekolah yang ada diatasnya seperti : Ruang

Kelas,Perpustakaan,Laboratorium dan Ruang Belajar Mandiri Bahasa, Laboratorium

Komputer,Sarana Olah Raga, Sarana Kesenian,ruang perpustakaan, laboratorium IPA,

ruang pimpinan, ruang guru, tempat beribadah, ruang UKS, jamban, gudang, ruang

sirkulasi, tempat bermain dan sebagainya

Disamping itu lahan sekolah yang luas juga dapat meningkatkan suasana yang

kondusif dalam mendukung suasana akademik seperti:

a) Tempat praktik mata pelajaran

Sebenarnya tempat siswa melaksanakan praktik tidak hanya di dalam gedung

laboratorium. Praktikum juga dapat dilaksanakan di alam terbuka. Misalnya

pada lahan kosong yang tersedia di sekitar sekolah.Lahan kosong di areal

sekolah dapat dimanfaatkan menjadi tempat praktik bagi siswa. Misalnya untuk

mata pelajaran muatan lokal keterampilan pertanian dan ilmu pengetahuan alam

(IPA). Pengelolaan tanaman herbal dan holtikultura di areal sekolah dilakukan

oleh siswa di bawah bimbingan guru kedua mata pelajaran tersebut. Tanaman

jeruk nipis sebagai media untuk praktikum cara mencangkok pada mata

pelajaran keterampilan pertanian maupun IPA. Selain itu, budidaya tanaman

herbal dan holtikultura menjadi objek kajian mata pelajaran IPA tentang

tumbuhan.

b) Menciptakan lingkungan yang indah dan bersih

Pemanfaatan lahan kosong di sekitar lokal belajar siswa juga menguntungkan

dalam gerakan K-3 di sekolah. Lingkungan sekolah menjadi terlihat indah,

bersih dan nyaman. Areal sekolah tidak hanya dipenuhi oleh tumbuhan jenis

bunga tetapi juga diselingi oleh tanaman produktif yang dikembangkan di

sekolah.

Page 47: KAJIAN PENAMBAHAN PRASARANA SEKOLAHDI KOTAbarenlitbang.malangkota.go.id/.../uploads/2017/11/Buku-Prasarana.pdf · Dalam hal pengelolaan pendidikan dibidang sarana dan prasarana sekolah,

KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH

DI KOTA MALANG

BAPPEDA KOTA MALANG 47

c) Bernilai ekonomi

Tanaman yang dibudidayakan melalui pemanfaatan lahan kosong sekitar lokasi

sekolah bisa juga bernilai ekonomi. Jeruk nipis dapat dipanen menjadi

tambahan uang kas bagi kelas maupun sekolah.

2) Luas lantai bangunan yang dimiliki sekolah

Bangunan sekolah harus memenuhi ketentuan tata bangunan yang terdiri

dari::koefisien dasar bangunan maksimum 30 %;koefisien lantai bangunan dan ketinggian

maksimum bangunan yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah;,jarak bebas bangunan yang

meliputi garis sempadan bangunan dengan as jalan, tepi sungai, tepi pantai, jalan kereta

api, dan/atau jaringan tegangan tinggi, jarak antara bangunan dengan batas-batas persil, dan

jarak antara as jalan dan pagar halaman yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah.

Disamping itu bangunan harus memiliki persyaratan yang terpenuhi diantaranya:

1) Bangunan memenuhi persyaratan keselamatan bagi penghuni sekolah sebagai

berikut.

a. Memiliki konstruksi yang stabil dan kukuh sampai dengan kondisi

pembebanan maksimum dalam mendukung beban muatan hidup dan beban

muatan mati, serta untuk daerah/zona tertentu kemampuan untuk menahan

gempa dan kekuatan alam lainnya.

b. Dilengkapi sistem proteksi pasif dan/atau proteksi aktif untuk mencegah dan

menanggulangi bahaya kebakaran dan petir.

2) Bangunan memenuhi persyaratan kesehatan berikut.

a. Mempunyai fasilitas secukupnya untuk ventilasi udara dan pencahayaan

yang memadai.

b. Memiliki sanitasi di dalam dan di luar bangunan meliputi saluran air bersih,

saluran air kotor dan/atau air limbah, tempat sampah, dan saluran air hujan.

c. Bahan bangunan yang aman bagi kesehatan pengguna bangunan dan tidak

menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan.

3) Bangunan gedung menyediakan fasilitas dan aksesibilitas yang mudah, aman,

dan nyaman termasuk bagi penyandang cacat.

4) Bangunan memenuhi persyaratan kenyamanan berikut.

a. Bangunan mampu meredam getaran dan kebisingan yang mengganggu

kegiatan pembelajaran.

b. Setiap ruangan memiliki pengaturan penghawaan yang baik.

c. Setiap ruangan dilengkapi dengan lampu penerangan.

5) Bangunan bertingkat memenuhi persyaratan berikut.

a. Maksimum terdiri dari tiga lantai.

Page 48: KAJIAN PENAMBAHAN PRASARANA SEKOLAHDI KOTAbarenlitbang.malangkota.go.id/.../uploads/2017/11/Buku-Prasarana.pdf · Dalam hal pengelolaan pendidikan dibidang sarana dan prasarana sekolah,

KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH

DI KOTA MALANG

BAPPEDA KOTA MALANG 48

b. Dilengkapi tangga yang mempertimbangkan kemudahan, keamanan,

keselamatan, dan kesehatan pengguna.

6) Bangunan dilengkapi sistem keamanan berikut.

a. Peringatan bahaya bagi pengguna, pintu keluar darurat, dan jalur evakuasi

jika terjadi bencana kebakaran dan/atau bencana lainnya.

b. Akses evakuasi yang dapat dicapai dengan mudah dan dilengkapi penunjuk

arah yang jelas.

7) Bangunan dilengkapi instalasi listrik dengan daya minimum 900 watt.

8) Pembangunan gedung atau ruang baru harus dirancang, dilaksanakan, dan

diawasi secara profesional.

9) Kualitas bangunan gedung minimum permanen kelas B, sesuai dengan PP No.

19 Tahun 2005 Pasal 45, dan mengacu pada Standar PU.

10) Bangunan gedung sekolah/madrasah baru dapat bertahan minimum 20 tahun.

11) Pemeliharaan bangunan sekolah/madrasah adalah sebagai berikut.

a. Pemeliharaan ringan, meliputi pengecatan ulang, perbaikan sebagian daun

jendela/pintu, penutup lantai, penutup atap, plafon, instalasi air dan listrik,

dilakukan minimum sekali dalam 5 tahun.

b. Pemeliharaan berat, meliputi penggantian rangka atap, rangka plafon, rangka

kayu, kusen, dan semua penutup atap, dilakukan minimum sekali dalam 20

tahun.

12) Bangunan gedung dilengkapi izin mendirikan bangunan dan izin penggunaan

sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3) Luas Ruang Kelas yang dimiliki sekolah

Kelas merupakan suatu unit kerja yang berdiri sendiri perlu mendapatkan

pengeloaan dan pengaturan kelas yang baik agar mendapatkan pengelolaan dan pengaturan

kelas yang baik agar dinamika kelas dapat bekerja dengan baik, untuk dapat mengelola

kelas dengan baik, maka dalam hal ini perlu diperhatikan beberapa aspek yang menjadi

dasar penyelenggaraan pengelolan kelas.

Adapun aspek-aspek pengelolaan kelas adalah sebagai berikut:

a. Perencanaan kelas

b. Pengorganisasi kelas

c. Pengarahan kelas

d. Koordinasi kelas

e. Komunikasi kelas

f. Kontrol kelas

Page 49: KAJIAN PENAMBAHAN PRASARANA SEKOLAHDI KOTAbarenlitbang.malangkota.go.id/.../uploads/2017/11/Buku-Prasarana.pdf · Dalam hal pengelolaan pendidikan dibidang sarana dan prasarana sekolah,

KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH

DI KOTA MALANG

BAPPEDA KOTA MALANG 49

Untuk lebih jelasnya aspek pengelolaan kelas tersebut di atas:

a. Perencanaan kelas

Dalam setiap kegiatan suatu keorganisasian sangat diperlukan adanya

perencanaan (planing), baik itu perencanaan jangka panjang, sebab suatu kegiatan

tanpa perencanaan tidak akan berjalan dengan baik, begitu pula dengan

pengelolaan kelas perlu adanya perencanaan yang matang, yang diwujudkan

dalam bentuk-bentuk program-program yang konkrit dengan mengkaitkan alokasi

waktu yang tersedia berwujud program-program tahunan, semester, bulanan dan

mingguan serta harian.

Program harian dan mingguan yang berhubungan dengan kurikulum, disusun

dalam bentuk daftar pelajaran, sedangkan dalam program tahunan di dalamnya

memuat secara terperinci mengenai program semester dan juga didalamnya

program bulanan. Program-program tersebut perlu dirumuskan adanya tujuan

setiap bidang studi.

Disamping perencanaan yang berdasarkan kurikulum bagi sebuah kelas, perlu

pula disusun dan direncanakan adanya program penunjang yang berupa ekstra

kurikuler guna menunjang kegiatan Proses Belajar Mengajar.

b. Pengorgansiasian kelas

Organisasi kelas adalah aktifitas-aktifitas menyusun dan membantu hubungan-

hubungan sedemikian rupa, sehingga terwujudlah kesatuan usaha dalam

mencapai maksud-maksud dan tujuan-tujuan pendidikan.

Organisasi-organisasi kelas pada umumnya berbentuk sederhana yang

personilnya meliputi ketua kelas, wakil ketua kelas, sekretaris, bendahara dan

beberapa buah seksi suatu dengan keperluan.

Sedangkan tujuan organisasi ialah untuk memenuhi misi yang diemban yaitu

untuk menyelesaikan tujuan organisasi yang lebih ditetapkan sebelumnya.

Berpijak dari uraian diatas, maka kelas merupakan sub sistem dari sebuah

sekolah, yang mana didayagunakan sebaik mungkin, dan guru atau wali kelas

harus mampu membagi beban kerja dengan memberi wewenang dan tanggung

jawab secukupnya kepada semua personil yang ikut serta dalam pengelolaan

kelas, sehubungan dengan itu harus diupayakan setiap personil kelas mampu serta

mengetahui posisinya masing-masing seperti yang telah disebutkan, yaitu bentuk

kepengurusan kelas serta jadwal piket yang berhubungan dengan program 5-K.

Dengan terbentuknya pengurus-pengurus tersebut dalam pembagian tugas

Page 50: KAJIAN PENAMBAHAN PRASARANA SEKOLAHDI KOTAbarenlitbang.malangkota.go.id/.../uploads/2017/11/Buku-Prasarana.pdf · Dalam hal pengelolaan pendidikan dibidang sarana dan prasarana sekolah,

KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH

DI KOTA MALANG

BAPPEDA KOTA MALANG 50

masing-masing maka situasi kelas akan harmonis dan Proses belajar Mengajar

akan lancar dan baik.

c. Pengarahan kelas

Agar didalam melaksanakan tugas yang baik ada dalam kelas yang telah

direncanakan dan disusun sesuai dengan pembagian tugas masing-masing

tersebut di atas tidak menjadi penyimpangan dari rencana atau program yang

telah ditentukan. Untuk itu, guru atau wali kelas hendaknya memberikan

instruksi-instruksi dan petunjuk-petunjuk serta bimbingan yang telah dilakukan

melalui kerjasama antara guru beserta siswa dan kepala sebagai supervisornya.

Guru adalah sebagai tempat dimana murid mencurahkan isi hatinya dalam

menghadapi kesulitannya, menampung masalah siswa dan menyuruh kembali,

sehingga dapat dibimbing untuk memasukkan jalan keluarnya. Guru didalam

memberikan pengarahan itu hendaknya diputuskan dengan jalan musyawarah.

d. Koordinasi kelas

Koordinasi diwujudkan dengan cara bekerja sama yang didasari saling pengertian

dalam tugas dan peranannya masing-masing. Dalam tugas koordinasi yang efektif

memungkinkan setiap personil menyampaikan saran-saran dan pendapat-

pendapat serta gagasan-gagasan baik dalam kerjanya sendiri maupun mengenai

bidang studi satu kerja dengan orang lain terutama yang mempunyai sangkut paut

dengan bidang tugas yang menjadi tanggung jawab yang bersangkutan agar tidak

terjadi tabrakan atau kesimpangsiuran dalam penggunaan waktu dan fasilitas

kelas.

Dari beberapa uraian tersebut di atas maka jelaslah bahwa koordinasi pada

dasarnya suatu usaha kegiatan wali kelas untuk menciptakan hubungan kerja

yang harmonis sehingga pekerjaan menjadi produktif, baik untuk kepentingan

kelas secara khusus, maupun sekolah pada umumnya.

e. Komunikasi kelas

Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab terhadap kegiatan yang meliputi

perencanaan sampai kontrol kelas dalam segala aspeknya termasuk dalam segala

hal ini adalah kegiatan Proses Belajar Mengajar diperlukan hubungan manusia

yang harmonis.

Dalam bentuk konkrit komunikasi disalurkan melalui kesediaan menyampaikan

keterangan-keterangan dan beberapa penjelasan yang diperlukan pihak lain

Page 51: KAJIAN PENAMBAHAN PRASARANA SEKOLAHDI KOTAbarenlitbang.malangkota.go.id/.../uploads/2017/11/Buku-Prasarana.pdf · Dalam hal pengelolaan pendidikan dibidang sarana dan prasarana sekolah,

KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH

DI KOTA MALANG

BAPPEDA KOTA MALANG 51

sebagai anggota kelas, tetap dengan itu kelas akan berjalan dengan baik

sebagaimana mestinya.

f. Kontrol kelas

Selama dan sesudah kegiatan kelas berdasarkan program yang telah disusun dan

dilaksanakan diperlukan kegiatan kontrol yang dilakukan oleh seorang wali kelas

atau guru kelas. Dalam bentuk kongkrit kontrol dilakukan terhadap realisasi

jadwal pelajaran, disiplin guru dan siswa, kedisiplinan karyawan serta

personalianya sangat diperlukan dalam rangka meningkatkan prestasi belajar

siswa.Disiplin merupakan suatu hal yang sangat dominan, tanpa disertai disiplin,

maka semua kegiatan yang ada pada kelompok akan berhenti dan terganggu.

Kepala sekolah, dewan guru, karyawan sekaloh, serta seluruh siswa harus

mengendalikan tata perilaku yang dibuat. Masalah kedisiplinan sekolah

merupakan masalah yang sangat penting untuk mengetahui diri lembaga tertentu.

Dalam hal ini disiplin atau tata tertib hanya digunakan untuk mengontrol tingkah

laku peserta didik yang dikehendaki agar tugas-tugas disekolah dapat berjalan

dengan optimal.

Jadi, tujuan pengawasan adalah untuk mengetahui apakah pelaksanaan sudah

sesuai dengan perencanannya yang telah ditetapkan dahulu atau belum. Sehingga

dengan melihat atau melalui kontrol yang baik maka dapat diketahui tingkat

keberhasilan maupun tidak berhasilnya program diatas dan selanjutnya harus

diteliti sebab-sebab ketidakberhasilan untuk digunakan sebagai bahan

pertimbangan program berikutnya

4) Luas Perpustakaanyang dimiliki sekolah

Tujuan utama penyelenggaraan perpustakaan sekolah adalah meningkatkan mutu

pendidikan bersama-sama dengan unsur-unsur sekolah lainnya. Sedangkan tujuan lainnya

adalah menunjang, mendukung, dan melengkapi semua kegiatan baik kurikuler, ko-

kurikuler dan ekstra kurikuler, di samping dimaksudkan pula dapat membantu

menumbuhkan minat dan mengembangkan bakat murid serta memantapkan strategi belajar

mengajar.

Namun secara operasional tujuan perpustakaan sekolah bila dikaitkan dengan

pelaksanaan program di sekolah, diantaranya adalah:

a) Memupuk rasa cinta, kesadaran, dan kebiasaan membaca.

b) Membimbing dan mengarahkan teknik memahami isi bacaan.

Page 52: KAJIAN PENAMBAHAN PRASARANA SEKOLAHDI KOTAbarenlitbang.malangkota.go.id/.../uploads/2017/11/Buku-Prasarana.pdf · Dalam hal pengelolaan pendidikan dibidang sarana dan prasarana sekolah,

KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH

DI KOTA MALANG

BAPPEDA KOTA MALANG 52

c) Memperluas pengetahuan para siswa.

d) Membantu mengembangkan kecakapan berbahasa dan daya pikir para siswa

dengan menyediakan bahan bacaan yang bermutu.

e) Membimbing para siswa agar dapat menggunakan dan memelihara bahan pustaka

dengan baik.

f) Memberikan dasar-dasar ke arah studi mandiri.

g) Memberikan kesempatan kepada para siswa untuk belajar bagaimana cara

menggunakan perpustakaan dengan baik, efektif dan efisien, terutama dalam

menggunakan bahan-bahan referensi.

h) Menyediakan bahan-bahan pustaka yang menunjang pelaksaanan program

kurikulum di sekolah baik yang bersifat kurikuler, kokurikuler, maupun ekstra

kurikuler.

Perpustakaan sekolah merupakan salah satu dari sarana yang efektif untuk

menambah pengetahuan melalui beraneka bacaan. Berbeda dari pengetahuan dan

keterampilan yang dipelajari secara klasikal di sekolah, perpustakaan menyediakan

berbagai bahan pustaka yang secara individual dapat dimanfaatkan oleh peminatnya

masing-masing. Salah satu sumber belajar yang amat penting, tetapi bukan satu-satunya,

adalah perpustakaan yang memungkinkan para tenaga kependidikan dan peserta didik

memperoleh kesempatan untuk memperluas dan memperdalam pengetahuan yang

diperlukan.

Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional yang baru (UU Nomor 20

Tahun 2003) pasal 45, tidak secara implisit menyebutkan agar setiap satuan pendidikan

jalur pendidikan harus menyediakan perpustakaan sebagai sumber belajar. Namun,

Undang-undang tersebut menyatakan bahwa “setiap satuan pendidikan formal dan

nonformal menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai

dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial,

emosional, dan kejiwaan peserta didik”. Karena perpustakaan secara implisit termasuk

dalam pengertian sarana dan prasarana pendidikan, maka pengadaannya harus memenuhi

ketentuan pasal tersebut. Penyelenggaraan perpustakaan sekolah bukan hanya untuk

mengumpulkan dan menyimpan bahan pustaka, tetapi juga dapat membantu murid dan

guru menyelesaikan tugas-tugas dalam proses pembelajaran. Oleh sebab itu, bahan pustaka

yang dimiliki perpustakaan sekolah harus dapat menunjang proses pembelajaran. Agar

dapat menunjang proses itu, pengadaan bahan pustaka hendaknya mempertimbangkan

kurikulum sekolah serta minat para pemakainya, khususnya para murid dan guru.

Perpustakaan sekolah akan bermanfaat jika benar-benar mempelancar pencapaian

tujuan proses pembelajaran di sekolah. Indikasi manfaat tersebut tidak hanya berupa

Page 53: KAJIAN PENAMBAHAN PRASARANA SEKOLAHDI KOTAbarenlitbang.malangkota.go.id/.../uploads/2017/11/Buku-Prasarana.pdf · Dalam hal pengelolaan pendidikan dibidang sarana dan prasarana sekolah,

KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH

DI KOTA MALANG

BAPPEDA KOTA MALANG 53

tingginya prestasi murid, tetapi lebih jauh lagi, antara lain murid mampu mencari,

menemukan, menyaring, dan menilai informasi; terbiasa belajar sendiri; terlatih

bertanggung jawab; serta selalu mengikuti perkembangan ilmu, pengetahuan, dan

teknologi.

Berdasarkan tujuan perpustakaan sekolah, maka dapat dirumuskan beberapa fungsi

perpustakaan, sebagai berikut :

a) Fungsi Edukatif. Yang dimaksud dengan fungsi edukatif adalah perpustakaan

menyediakan bahan pustaka yang sesuai dengan kurikulum yang mampu

membangkitkan minat baca para siswa, mengembangkan daya ekspresi,

mengembangkan kecakapan berbahasa, mengembangkan gaya pikir yang rasional

dan kritis serta mampu membimbing dan membina para siswa dalam hal cara

menggunakan dan memelihara bahan pustaka dengan baik.

b) Fungsi Informatif. Yang dimaksud dengan fungsi informatif adalah perpustakaan

menyediakan bahan pustaka yang memuat informasi tentang berbagai cabang

ilmu pengetahuan yang bermutu dan uptodate yang disusun secara teratur dan

sistematis, sehingga dapat memudahkan para petugas dan pemakai dalam mencari

informasi yang diperlukannya.

c) Fungsi Administratif. Yang dimaksudkan dengan fungsi administratif ialah

perpustakaan harus mengerjakan pencatatan, penyelesaian dan pemrosesan

bahan-bahan pustaka serta menyelenggarakan sirkulasi yang praktis, efektif, dan

efisien.

d) Fungsi Rekreatif. Yang dimaksudkan dengan fungsi rekreatif ialah perpustakaan

disamping menyediakan buku-buku pengetahuan juga perlu menyediakan buku-

buku yang bersifat rekreatif (hiburan) dan bermutu, sehingga dapat digunakan

para pembaca untuk mengisi waktu senggang, baik oleh siswa maupun oleh guru.

e) Fungsi Penelitian. Yang dimaksudkan dengan fungsi penelitian ialah

perpustakaan menyediakan bacaan yang dapat dijadikan sebagai sumber/obyek

penelitian sederhana dalam berbagai bidang studi.

Lahan perpustakaan Sekolahyang dimiliki oleh sekolah sekolah di Kota

Malang memiliki luas yang sesuai dengan yang ditetapkan Permendiknas No.27

Tahun 2007, sehingga representasi dapat mendukung keberadaan perpustakaan

sekaligus dapat mendukung fungsi perpustakaan sehingga sesuai dengan harapan

perpustakaan sekolah sebagai jantung ilmu pengetahuan.

5) Kepemilikan Ruang Lab yang dimiliki sekolah

Page 54: KAJIAN PENAMBAHAN PRASARANA SEKOLAHDI KOTAbarenlitbang.malangkota.go.id/.../uploads/2017/11/Buku-Prasarana.pdf · Dalam hal pengelolaan pendidikan dibidang sarana dan prasarana sekolah,

KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH

DI KOTA MALANG

BAPPEDA KOTA MALANG 54

Laboratorium adalah suatu tempat dilakukannya percobaan dan penelitian. Tempat

ini dapat merupakan ruangan tertutup, kamar atau ruangan terbuka. Laboratorium adalah

suatu ruangan yang tertutup di mana percobaan eksperimen dan penelitian dilakukan

(Depdikbud : 1995, 2003).Laboratorium adalah tempat belajar mengajar melalui metode

pratikum yang dapat menghasilkan pengalaman belajar di mana siswa berinteraksi dengan

berbagai alat dan bahan untuk mengobservasi gejala-gejala yang dapat diamati secara

langsung dan dapat membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari.

Laboratorium (disingkat lab) adalah tempat riset ilmiah, eksperimen, pengukuran

ataupun pelatihan ilmiah dilakukan. Laboratorium biasanya dibuat untuk memungkinkan

dilakukannya kegiatan-kegiatan tersebut secara terkendali (Anonim, 2007). Sementara

menurut Emha (2002), laboratorium diartikan sebagai suatu tempat untuk mengadakan

percobaan, penyelidikan, dan sebagainya yang berhubungan dengan ilmu fisika, kimia, dan

biologi atau bidang ilmu lain.

Pengertian lain menurut Sukarso (2005), laboratorium ialah suatu tempat dimana

dilakukan kegiatan kerja untuk mernghasilkan sesuatu. Tempat ini dapat merupakan suatu

ruangan tertutup, kamar, atau ruangan terbuka, misalnya kebun dan lain-lain.

Berdasarkan definisi tersebut, laboratorium adalah suatu tempat yang digunakan

untuk melakukan percobaan maupun pelatihan yang berhubungan dengan ilmu fisika,

biologi, dan kimia atau bidang ilmu lain, yang merupakan suatu ruangan tertutup, kamar

atau ruangan terbuka seperti kebun dan lain-lain.

Secara garis besar fungsi laboratorium dalam proses pendidikan adalah sebagai

berikut:

a) Sebagai tempat untuk berlatih mengembangkan keterampilan intelektual melalui

kegiatan pengamatan, pencatatan dan pengkaji gejala-gejala alam.

b) Mengembangkan keterampilan motorik siswa. Siswa akan bertambah

keterampilannya dalam mempergunakan alat-alat media yang tersedia untuk

mencari dan menemukan kebenaran.

c) Memberikan dan memupuk keberanian untuk mencari hakekat kebenaran ilmiah

dari sesuatu objek dalam lingkungn alam dan sosial.

d) Memupuk rasa ingin tahu siswa sebagai modal sikap ilmiah seseorang calon

ilmuan.

e) Membina rasa percaya diri sebagai akibat keterampilan dan pengetahuan atau

penemuan yang diperolehnya.

Sehingga fungsi dari laboratorium dapat juga dijelaskan berdasarkan tujan

pembelajaran sebagai berikut:

a) Laboratorium Sebagai Sumber Belajar

Page 55: KAJIAN PENAMBAHAN PRASARANA SEKOLAHDI KOTAbarenlitbang.malangkota.go.id/.../uploads/2017/11/Buku-Prasarana.pdf · Dalam hal pengelolaan pendidikan dibidang sarana dan prasarana sekolah,

KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH

DI KOTA MALANG

BAPPEDA KOTA MALANG 55

Tujuan pembelajaran fisika dengan banyak variasi dapat digali, diungkapkan, dan

dikembangkan dari laboratorium. Laboratorium sebagai sumber untuk

memecahkan masalah atau melakukan percobaan. Berbagai masalah yang

berkaitan dengan tujuan pembelajaran terdiri dari 3 ranah yakni: ranah

pengetahuan, ranah sikap, dan ranah keterampilan/afektif.

b) Laboratorium Sebagai Metode Pembelajaran

Di dalam laboratorium terdapat dua metode dalam pembelajaran yakni metode

percobaan dan metode pengamatan.

c) Laboratorium Sebagai Prasarana Pendidikan

Laboratorium sebagai prasarana pendidikan atau wadah proses pembelajaran.

Laboratorium terdiri dari ruang yang dilengkapi dengan berbagai perlengkapan

dengan bermacam-macam kondisi yang dapat dikendalikan, khususnya peralatan

untuk melakukan percobaan. Fungsi laboratorium juga sebagai sumber belajar

dan mengajar, sebagai metode pengamatan dan metode percobaan, sebagai

prasarana pendidikan atau sebagai wadah dalam proses belajar mengajar.

Demikian juga laboratorium memiliki fungsi pembentukan karakter siswa dalam

bersikap terhadap ilmu penegetahuan diantaranya:

a) Mengembangkan berbagai keterampilan secara terintegrasi.

b) Mengenal berbagai peralatan laboratorium.

c) Mengenal berbagai desain dan peralatan untuk eksperimen.

d) Mengembangkan keterampilan mengumpulkan dan menginterprestasikan data.

e) Mengembangkan sikap untuk melakukan sesuatu secara tepat dan akurat.

f) Mengembangkan keterampilan dalam mengobservasi.

g) Mengembangkan kemampuan dalam mengkomunikasikan hasil eksperimen.

h) Mengembangkan kecakapan dalam menulis laporan.

i) Mengembangkan kemampuan untuk belajar dan melakukan percobaan sendiri.

j) Menambah keberanian berfikir sendiri dan menanggung resiko.

k) Merangsang berfikir siswa melalui eksperimen.

l) Mengembangkan keterampilan dalam memecahkan masalah dengan berbagai

variabel yang banyak dan berbagai kemungkinan pemecahannya.

Adapaun lahan boratorium yang dimiliki oleh sekolah-sekolah tingkat dasar di

Kota Malang relatif masih terbatas sehingga diperlukan inovasi sekolah yang

lebih keras lagi dalam rangka untuk mampu menyediakan media yang dapat

menyesuaikan dengan berbagai materi pelajaran yang seharusnya dikuasai oleh para

siswa melalui praktikum laboratorium.

6) Ruang pimpinan yang dimiliki sekolah

Page 56: KAJIAN PENAMBAHAN PRASARANA SEKOLAHDI KOTAbarenlitbang.malangkota.go.id/.../uploads/2017/11/Buku-Prasarana.pdf · Dalam hal pengelolaan pendidikan dibidang sarana dan prasarana sekolah,

KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH

DI KOTA MALANG

BAPPEDA KOTA MALANG 56

Kepala sekolah adalah salah seorang tenaga kependidikan yang diberi tugas untuk

memimpin dan mengemban suatu sekolah, dimana diselenggarakan proses belajar

mengajar agar sekolah tersebut mampu mencapai tujuan yang diinginkan. Dari pengertian

tersebut, pimpinan atau kepala sekolah mempunyai atau memegang peranan yang sangat

penting dalam tercapainya tujuan sekolah. Berikut adalah peran kepala sekolah:

a) Kepala sekolah sebagai educator

b) Kepala sekolah sebagai manajer

c) Kepala sekolah sebagai administrator

d) Kepala sekolah sebagai supervisor

e) Kepala sekolah sebagai leader

f) Kepala sekolah sebagai innovator

g) Kepala sekolah sebagai motivator

h) Kepala sekolah sebagai interpreuner.

Strandar sarana prasarana ruang pimpinan atau kepala sekolah menurutPeraturan

Mentri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007:

a. Ruang pimpinan berfungsi sebagai tempat melakukan kegiatan pengelolaan

sekolah, pertemuan kepala sekolah dengan guru, orang tua murid, komite, atau

tamu-tamu yang lainnya.

b. Luas minimum ruang pimpinan 12 m2 dan minimum lebar 3 m.

c.Ruang pimpinan mudah diakses oleh guru atau tamu-tamu sekolah, dan dapat

dikunci dengan baik.

Lebih lanjut sesuai permendiknas tersebut ruang pimpinan sekolahyang dapat

terpenuhi syaratnya sebagai berikut :

Tabel 5.4 Strandar sarana prasarana ruang pimpinan

No Jenis Rasio Deskripsi

1 Perabot

1.1 Kursi pimpinan 1 buah Ukuran memadai untuk duduk dengan

nyaman

1.2 Meja pimpinan 1 buah Ukuran memadai untuk bekerja dengan

nyaman

1.3 Kursi dan meja

tamu 1 set

Ukuran memadai untuk duduk 5orang

dengan nyaman

1.4 Lemari 1 buah

Ukuran memadai untuk menyimpan

perlengkapan kepsek. Dan keamanan

terjamin

Page 57: KAJIAN PENAMBAHAN PRASARANA SEKOLAHDI KOTAbarenlitbang.malangkota.go.id/.../uploads/2017/11/Buku-Prasarana.pdf · Dalam hal pengelolaan pendidikan dibidang sarana dan prasarana sekolah,

KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH

DI KOTA MALANG

BAPPEDA KOTA MALANG 57

1.5 Papan statistik 1 buah Minimum berukuran 1m2

2 Perlengkapan lain

2.1 Simbol kenegaraan 1 set Bendera merah putih,garuda pancasila,

foto presiden dan wakil presiden RI

2.2 Temat sampah 1 buah

2.3 Jam dinding 1 buah

Luas ruang pimpinan pada sekolah-sekolah di Kota Malang relatif sesuai

dengan Permendiknas No. 24 Tahun 2007 sehingga jika dilihat dari fingsi kepala sekolah

, maka luas ruang yang representasi sebagai ruang pimpinan dapat terpenuhi sehingga

mampu medukung tugas dan fungsi kepala sekolah sebagai pimpinan sekolah.

7) Ruang guru yang dimiliki sekolah

Dalam pengertian yang sederhana, guru adalah orang yang memberikan ilmu

pengetahuan kepada anak didik. Guru dalam pandangan masyarakat adalah orang yang

melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu, tidak mesti lembaga pendidikan

formal, tetapi bias juga di masjid, di surau/musla, di rumah, dan sebagainya.

Guru adalah semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab terhadap

pendidikan murid-murid, baik secara individual ataupun klasikal, baik di sekolah maupun

di luar sekolah. Guru merupakan komponen penting dalam kegiatan belajr-mengajar.

Guru memiliki banyak tugas baik yang terikat oleh dinas maupun di luar dinas dalam

bentuk pengabdian. Yakni ada tiga jenis tugas guru yaitu:

a) tugas dalam bidang profesi meliputi mendidik, mengajar, dan melatih

b) tugas kemanusiaan dimana guru dituntut untuk dapat menjadikan dirinya sebagai

orang tua kedua. Dan mampu menarik simpati sehingga menjadi idola para

siswanya.

c) tugas kemasyarakatan

Guru dalam mendidik anak didik bertugas untuk menyerahkan kebudayaan kepada

anak didik berupa kepandaian, kecakapan, dan pengalaman-pengalaman.

a) Membentuk kepribadian anak yang harmonis, sesuai cita-cita dan dasar Negara

kita pancasila.

b) Menyiapkan anak menjadi warga Negara yang baik sesuai Undang-undang

pendidikan

c) Sebagai perantara dalam belajar

Page 58: KAJIAN PENAMBAHAN PRASARANA SEKOLAHDI KOTAbarenlitbang.malangkota.go.id/.../uploads/2017/11/Buku-Prasarana.pdf · Dalam hal pengelolaan pendidikan dibidang sarana dan prasarana sekolah,

KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH

DI KOTA MALANG

BAPPEDA KOTA MALANG 58

d) Sebagai pembimbing

e) Sebagai penghubung antara sekolah dan masyarakat

f) Sebagai penegak disiplin

g) Sebagai administrator dan manajer

h) Pekerjaan guru sebagai suatu prpfesi

i) Sebagai perencana kurikulum

j) Sebagai pemimpin

k) Sebagai sponsor dalam kegiatan anak

Strandar sarana prasarana ruang pipinan atau kepala sekolah menurutPeraturan

Mentri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007:

a) Ruang guru berfungsi sebagai tempat guru bekerja dan istirahat serta menerima

tamu, baik peserta didik maupun tamu lainya.

b) Rasio minimal luas ruang guru adalah 4 m²/pendidik dan luas minimum adalah 56

m².

c) Ruang guru mudah dicapai dari halaman sekolah/madrasah ataupun dari luar

lingkungan sekolah/madrasah, serta dekat dengan ruang pimpinan.

Ruang guru sebagaimana menurut Permendiknas No. 27 tahun 2007 sebagaimana

telah dikemukakan merupakan ruang yang dilengkapi sarana dan prasarana sebagaimana

dalam tabel berikut :

Tabel 5.5 Strandar sarana prasarana ruang guru

No Jenis Rasio Deskripsi

1 Perabot

1.1 Kursi kerja 1 buah/guru ditambah 1

buah/ wakil kepala

sekolah/madrasah

Kuat, stabil, dan aman. Ukuran

memadai untuk duduk dengan

nyaman

1.2 Meja kerja 1 buah/guru Kuat, stabil, dan aman. model meja

setengah biro.ukuran memeadai

untuk menulis, membaca,

memeriksa pekerjaan dan

memberikan konsultasi.

1.3 Lemari 1 buah/guru atau 1 buah

yang digunakan

bersama oleh semua

guru

Kuat, stabil, dan aman. Ukuran

memadai untuk menyimpan

perlengkapan guru untuk persiapan

dan pelaksanaan pembelajaran.

Tertutup dan dapat terkunci.

Page 59: KAJIAN PENAMBAHAN PRASARANA SEKOLAHDI KOTAbarenlitbang.malangkota.go.id/.../uploads/2017/11/Buku-Prasarana.pdf · Dalam hal pengelolaan pendidikan dibidang sarana dan prasarana sekolah,

KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH

DI KOTA MALANG

BAPPEDA KOTA MALANG 59

1.4 Kursi tamu 1 set/ruang Kuat, stabil, dan aman.

1.5 Papan

statistik

1 buah/ruang Kuat, stabil, aman. Berupa papan

tulis berukuran minimum 1 m²

1.6 Papan

pengumuman

1 buah/sekolah Kuat, stabil dan aman. Berupa

papan tulis minimal berukuran 1 m²

2 Perlengkapan

lain

2.1 Tempat

sampah

1 buah/ruang

2.2 Tempat cuci

tangan

1 buah/ruang

2.3 Jam dinding 1 buah/ruang

Adapun luas ruang guru yang dimiliki sekolah sekolah dikota malang secara

representatif telah memenuhi syarat sebagaimana Permendiknas No. 27 Tahun 2007

dimaksud. Dengan demikian berdasarkan luas ruang guru yang disyaratkan, ruang guru

pada sekolah sekolah di Kota Malang mampu mendukung pelayanan fungsi sekolah

dengan baik.

8) Tempat ibadah yang dimiliki sekolah

Tempat beribadah merupakan salah satu fasilitas yang penting bagi mendukung

terciptanya suasana kodusif pendidikan karakter bagi civitas sekolah baik guru, siswa

maupun karyawan sekolah adapun fungsi dari tempat ibadah ini diantaranya:

a. Tempat beribadah berfungsi sebagai tempat warga sekolah/madrasah melakukan

ibadah yang diwajibkan oleh agama masing-masing pada waktu sekolah.

b. Banyak tempat beribadah sesuai dengan kebutuhan tiap SD/MI, dengan

luas minimum 12 m².

c. Tempat beribadah dilengkapi sarana sebagaimana perlengkapan untuk tempat

ibadah.

Tabel 5.6 Jenis, Rasio, dan Deskripsi SaranaTempat Beribadah

No Jenis Rasio Diskripsi

I Perabot

1.1 Lemari/rak 1 buah/tempat Ukuran memadai

Page 60: KAJIAN PENAMBAHAN PRASARANA SEKOLAHDI KOTAbarenlitbang.malangkota.go.id/.../uploads/2017/11/Buku-Prasarana.pdf · Dalam hal pengelolaan pendidikan dibidang sarana dan prasarana sekolah,

KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH

DI KOTA MALANG

BAPPEDA KOTA MALANG 60

ibadah untuk menyimpan

perlengkapan

ibadah

2 Perlengkapan lain

2.1 Perlengkapan Ibadah Disesuaiakn

kebutuhan

2.2 Jam dinding 1 buah per tempat

ibadah

Tempat ibadah yang tersedia pada sekolah-sekolah di Kota Malang telah

memenuhi syarat sebagaimana ketentuan Permendiknas No.27 Tahun 2007 sehingga

fasilitas tempat ibadah pada sekolah-sekolah telah dapat mendukung proses belajar dan

internalisasi nilai-nilai agama dalam praktek ibadah.

9) Ruang UKS yang dimiliki sekolah

Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) ditentukan oleh dua faktor yang saling

berhubungan yakni pendidikan dan kesehatan. Kesehatan merupakan prasyarat utama agar

upaya pendidikan berhasil, sebaliknya pendidikan yang diperoleh akan sangat mendukung

tercapainya peningkatan status kesehatan seseorang. Usaha Kesehatan Sekolah disingkat

UKS adalah suatu usaha yang dilakukan sekolah untuk menolong murid dan juga warga

sekolah yang sakit di kawasan lingkungan sekolah. UKS biasanya dilakukan di ruang

kesehatan suatu sekolah. Dalam pengertian lain, UKS adalah usaha untuk membina dan

mengembangkan kebiasaan dan perilaku hidup sehat pada peserta didik usia sekolah yang

dilakukan secara menyeluruh (komprehensif) dan terpadu (integrative). Untuk optimalisasi

program UKS perlu ditingkatkan peran serta peserta didik sebagai subjek dan bukan hanya

objek.

Dengan UKS ini diharapkan mampu menanamkan sikap dan perilaku hidup sehat

pada dirinya sendiri dan mampu menolong orang lain. Dari pengertian ini maka UKS

dikenal pula dengan child to child programme. Program dari anak, oleh anak, dan untuk

anak untuk menciptakan anak yang berkualitas.

Hidup sehat seperti yang didefinisikan oleh badan kesehatan perserikatan bangsa-

bangsa (PBB) World Health Organization (WHO) adalah keadaan sejahtera dari badan,

jiwa, dan sosial yang memungkinkan orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi.

Sedangkan kesehatan jiwa adalah keadaan yang memungkinkan perkembangan fisik,

mental, intelektual, emosional, dan sosial yang optimal dari seseorang. Dalam Undang -

Undang Nomor 23 Tahun 1992 pasal 45 tentang Kesehatan ditegaskan bahwa ”Kesehatan

Sekolah” diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat peserta didik

Page 61: KAJIAN PENAMBAHAN PRASARANA SEKOLAHDI KOTAbarenlitbang.malangkota.go.id/.../uploads/2017/11/Buku-Prasarana.pdf · Dalam hal pengelolaan pendidikan dibidang sarana dan prasarana sekolah,

KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH

DI KOTA MALANG

BAPPEDA KOTA MALANG 61

dalam lingkungan hidup sehat sehingga peserta didik dapat belajar, tumbuh dan

berkembang secara harmonis dan optimal sehingga diharapkan dapat menjadikan sumber

daya manusia yang berkualitas.

Upaya Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dilakukan lewat Tri Program UKS, yakni

pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan dan pembinaan lingkungan sekolah sehat.

Pendidikan dan kesehatan merupakan dua sisi mata uang. Keduanya tak terpisahkan,

merupakan bagian dari Indikator pembangunan Manusia (IPM) atau secara internasional

disebut Human Development Index (HDI). Indikator ini memperlihatkan sebaik apa mutu

sumber daya manusia di suatu Negara. Bahkan secara hukum kesempatan untuk

memperoleh pendidikan dan kesehatan adalah hak anak dan wajib dipenuhi oleh

masyarakat dan Negara. Jumlah peserta didik yang mencapai 60 juta menjadikan sekolah

sebagai kekuatan kunci untukmemenuhi hak dan kebutuhan generasi muda Indonesia. UKS

mempunyai daya ungkit yang tinggi untuk menumbuhkan kesadaran hidup sehat dan

meningkatkan derajat kesehatan peserta didik. UKS dapat dimanfaatkan menjadi

perpanjangan tangan bagi program kesehatan Ibu dan Anak (KIA), gizi, pengendalian

penyakit dan penyehatan lingkungan, pengobatan, promosi kesehatan dan berbagai upaya

kesehatan lain).

Secara umum UKS bertujuan meningkatkan mutu pendidikan dan prestasi belajar

peserta didik dengan meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat serta derajat kesehatan

peserta didik. Selain itu juga menciptakan lingkungan yang sehat, sehingga memungkinkan

pertumbuhan dan perkembangan yang harmonis dan optimal dalam rangka pembentukan

manusia Indonesia berkualitas. Sedangkan secara khusus tujuan UKS adalah menciptakan

lingkungan kehidupan sekolah yang sehat, meningkatkan pengetahuan, mengubah sikap

dan membentuk perilaku masyarakat sekolah yang sehat dan mandiri. Di samping itu juga

meningkatkan peran serta peserta didik dalam usaha peningkatan kesehatan di sekolah dan

rumah tangga serta lingkungan masyarakat, meningkatkan keteramplan hidup sehat agar

mampu melindungi diri dari pengaruh buruk lingkungan

Untuk belajar dengan efektif peserta didik sebagai sasaran UKS memerlukan

kesehatan yang baik. Kesehatan menunjukkan keadaan yang sejahtera dari badan, jiwa, dan

sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

Kesehatan bagi peserta didik merupakan sangat menentukan keberhasilan belajarnya di

sekolah, karena dengan kesehatan itu peserta didik dapat mengikuti pembelajaran secara

terus menerus. Kalau peserta didik tidak sehat bagaimana bisa belajar dengan baik. Oleh

karena itu kita mencermati konsep yang dikemukakan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa

(PBB), bahwa salah satu indikator kualitas sumber daya manusia itu adalah kesehatan,

bukan hanya pendidikan. Ada tiga kualitas sumber daya manusia, yaitu pendidikan yang

Page 62: KAJIAN PENAMBAHAN PRASARANA SEKOLAHDI KOTAbarenlitbang.malangkota.go.id/.../uploads/2017/11/Buku-Prasarana.pdf · Dalam hal pengelolaan pendidikan dibidang sarana dan prasarana sekolah,

KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH

DI KOTA MALANG

BAPPEDA KOTA MALANG 62

berkaitan dengan berapa lama mengikuti pendidikan, kesehatan yang berkaitan sumber

daya manusianya, dan ekonomi yang berkaitan dengan daya beli. Untuk tingkat ekonomi

Indonesia masih berada pada urutan atau ranking yang sangat rendah yaitu 108 pada tahun

2008, dibandingkan dengan negara-negara tetangga. Kemajuan ekonomi suatu bangsa

biasanya berkorelasi dengan tingkat kesehatan masyarakatnya. Semakin maju

perekonomiannya, maka bangsa itu semakin baik pula tingkat kesehatannya. Oleh karena

itu, jika tingkat ekonomi masih berada di urutan yang rendah, maka tingkat kesehatan

masyarakat pada umumnya belum sesuai dengan harapan. Begitu pula dengan sumber daya

manusianya yang diharapkan berkualitas masih memerlukan proses dan usaha yang lebih

keras lagi.

Upaya mengembangkan “Sekolah Sehat” (Health Promoting School/HPS) melalui

program UKS perlu disosialisasikan dan dilakukan dengan baik. Melalui pelayanan

kesehatan (Yankes) yang didukung secara mantap dan memadai oleh sektor terkait lainnya,

seperti partisipasi masyarakat, dunia usaha, dan media massa. Sekolah sebagai tempat

berlangsungnya proses pembelajaran harus menjadi HPS, yaitu sekolah yang dapat

meningkatkan derajat kesehatan warga sekolahnya. Upaya ini dilakukan karena sekolah

memiliki lingkungan kehidupan yang mencerminkan hidup sehat. Selain itu,

mengupayakan pelayanan kesehatan yang optimal, sehingga terjamin berlangsungnya

proses pembelajaran dengan baik dan terciptanya kondisi yang mendukung tercapainya

kemampuan peserta didik untuk beperilaku hidup sehat. Semua upaya ini akan tercapai bila

sekolah dan lingkungan dibina dan dikembangkan. Pembinaan lingkungan sekolah sehat

dilakukan melalui pemeliharaan sarana fisik dan lingkungan sekolah, melakukan

pengadaan sarana sekolah yang mendukung terciptanya lingkungan yang bersih dan sehat,

melakukan kerja sama dengan masyarakat sekitar sekolah yang mengandung lingkungan

besih dan sehat, dan melakukan penataan halaman, pekarangan, apotik hidup dan pasar

sekolah yang aman.

Upaya lain yang dilakukan dalam pembinaan lingkungan sekolah sehat dan promosi

gaya hidup sehat adalah melalui pendekatan life skills education atau pendidikan

kecakapan hidup. Setiap individu akan mengalami kehidupan yang sehat fisik dan

mentalnya apabila dapat menuntaskan tugas-tugas perkembangan sesuai dengan usianya.

Implikasi tugas perkembangan ini terhadap pendidikan adalah bahwa dalam

penyelenggaraan pendidikan perlu disusun struktur kurikulum yang muatannya dapat

memfasilitasi perkembangan kesehatan sebagai suatu kecakapan hidup (life skills).

Kecakapan hidup adalah kecakapan yang diperlukan untuk hidup. Yang meliputi

pengetahuan, mental, fisik, sosial, dan lingkungan untuk mengembangkan dirinya secara

menyeluruh untuk bertahan hidup dalam berbagai keadaan dengan berhasil, produktif,

Page 63: KAJIAN PENAMBAHAN PRASARANA SEKOLAHDI KOTAbarenlitbang.malangkota.go.id/.../uploads/2017/11/Buku-Prasarana.pdf · Dalam hal pengelolaan pendidikan dibidang sarana dan prasarana sekolah,

KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH

DI KOTA MALANG

BAPPEDA KOTA MALANG 63

bahagia, dan bermartabat. WHO atau (World Health Organization) mendefinisikan

kecakapan hidup sebagai keterampilan atau kemampuan untuk dapat beradaptasi dan

berperilaku positif, yang memungkinkan seseorang mampu menghadapi berbagai tuntutan

dan tantangan dalam kehidupan secara lebih efektif. Selain itu, dapat membantu seseorang

menarik keputusan yang tepat, berkomunikasi secara efektif, dan membangun keterampilan

mengelola diri sendiri yang dapat membantu mereka mencapai hidup yang sehat dan

produktif. Sedangkan UNICEF memberikan definisi tentang kecakapan hidup yang

merujuk pada kecakapan psiko-sosial dan interpersonal yang dapat membantu orang untuk

mengambil keputusan yang tepat, berkomunikasi secara efektif, memecahkan masalah,

mengatur diri sendiri, dan mengembangkan sikap hidup sehat dan produktif.

Pendidikan kecakapan hidup didasarkan atas konsep bahwa peserta didik perlu

learning to be (belajar untuk menjadi), learning to learn (belajar untuk belajar) atau

learning to know (belajar untuk mengetahui), learning to live with others (belajar untuk

hidup bersama), dan learning to do (belajar untuk melakukan). Berdasarkan konsep ini,

kecakapan hidup terbagi atas empat kategori yaitu kecakapan hidup (personal learning

tobe), kecakapan hidup sosial (learning live with others), kecakapan hidup akademik

(learning to learn/ learning to know), dan kecakapan hidup vokasional (learning to do).

Kecakapan personal (personal skill), meliputi kecakapan dalam memahami diri (self

awareness skill) dan kecakapan berfikir (thinking skill). Bagi peserta didik mempraktekkan

kecakapan personal penting untuk membangun rasa percaya diri, mengembangkan akhlak

yang mulia, mengembangkan potensi, dan menanamkan kasih sayang dan rasa hormat

kepada orang lain. Kecakapan sosial (social skill), meliputi kecakapan berkomunikasi

(communication skill) dan kecakapan bekerja sama (collaboration skill). Mempraktekkan

kecakapan sosial penting untuk membantu peserta didik mengembangkan hubungan yang

positif, secara konstruktif mengelola emosi dan meningkatkan partisipasi dalam kegiatan

yang menguntungkan masyarakat. Kecakapan akademik (academic skill) atau kecakapan

intelektual. Mempraktekkan kecakapan akademik penting untuk membantu peserta didik

memperoleh kecakapan ilmiah, teknologi dan analitis yang diperlukan untuk mencapai

keberhasilan dalam lembaga pendidikan formal dan tempat kerja. Kecakapan vokasional

(vocational skill) atau kemampuan kejuruan terbagi atas kecakapan vokasional dasar (basic

vocational skill) dan kecakapan vokasional khusus (occupational skill). Mempraktekkan

kecakapan vokasional penting untuk membekali peserta didik dengan kecakapan teknis dan

sikap yang dituntut oleh perusahaan atau lembaga yang menyediakan lapangan kerja.

Keempat jenis kecakapan hidup itu menghasilkan individu yang memiliki kesehatan

jasmani dan rohani, lahir atau bathin yang diperlukan untuk bertahan dalam lingkungan apa

pun. Peserta didik memiliki kemampuan untuk memanfaatan semua sumber daya secara

Page 64: KAJIAN PENAMBAHAN PRASARANA SEKOLAHDI KOTAbarenlitbang.malangkota.go.id/.../uploads/2017/11/Buku-Prasarana.pdf · Dalam hal pengelolaan pendidikan dibidang sarana dan prasarana sekolah,

KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH

DI KOTA MALANG

BAPPEDA KOTA MALANG 64

optimal, sehingga akan meningkatkan kualitas pendidikan dan kualitas hidupnya.

Kecakapan hidup yang diperoleh oleh peserta didik melalui proses belajar bukan terjadi

begitu saja, dapat dipraktekkan oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-harinya dengan

diberi contohnya oleh guru, orang tua dan anggota masyakarat. Kecakapan hidup

membantu peserta didik secara positif dan adaptif mengatasi situasi dan tuntutan hidup

sehari-hari. Untuk itu sekolah mengembangan kecakapan hidup peserta didik antara lain

menciptakan lingkungan sekolah yang sehat, bekerja sama dengan masyarakat

menyediakan berbagai keperluan sekolah menciptakan dan meningkatkan kesehatan

peserta didiknya, baik fisik maupun non fisik.

Sehingga keberadaan Ruang UKS sebagai prasarana untuk mendukung bagi upaya

peningkatan kesehatan sekolah sangat penting bagi sekolah, adapun ruang UKS memiliki

fungsi yang mendukung kesehatan siswa diantaranya :

a. Ruang UKS berfungsi sebagai tempat untuk penanganan dini peserta didik yang

mengalami gangguan kesehatan di sekolah/madrasah

b. Ruang UKS dapat dimanfaatkan sebagai ruang konseling.

c. Luas minimum ruang UKS 12 m².

d. Ruang UKS dilengkapi sarana sebagaimana ruang UKS yang seharusnya sebagai

berikut :

Tabel 5.7 Sarana dan prasarana ruang UKS

No Jenis Rasio Diskripsi

1 Perabot

1.1 Tempat tidur 1 set/ruang Kuat, stabil, dan aman.

1.2 Lemari 1 buah/ruang Kuat, stabil, danaman.

Dapat dikunci.

1.3 Meja 1 buah/ruang Kuat, stabil, dan aman.

1.4 Kursi 2 buah/ruang Kuat, stabil, dan aman.

2 Perlengkapan

Lain

2.1 Catatankesehatan

pesertadidik

1 set/ruang

2.2 Perlengkapan P3K 1 set/ruang Tidak kadaluarsa.

2.3 Tandu 1 buah/ruang

2.4 Selimut 1 buah/ruang

2.5 Tensimeter 1 buah/ruang

2.6 Termometer badan 1 buah/ruang

Page 65: KAJIAN PENAMBAHAN PRASARANA SEKOLAHDI KOTAbarenlitbang.malangkota.go.id/.../uploads/2017/11/Buku-Prasarana.pdf · Dalam hal pengelolaan pendidikan dibidang sarana dan prasarana sekolah,

KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH

DI KOTA MALANG

BAPPEDA KOTA MALANG 65

2.7 Timbangan badan 1 buah/ruang

2.8 Pengukurtinggi

badan

1 buah/ruang

2.9 Tempat sampah 1 buah/ruang

2.10 Tempat cuci tangan 1 buah/ruang

2.11 Jam dinding 1 buah/ruang

Adapun Luas ruang UKS yang dimiliki sekolah-sekolah di Kota Malang

representasi telah memenuhi persyaratan luas ruangan menurut Permendiknas No.27

Tahun 2007. Sehingga ruang UKS pada sekolah di Malang dapat meningkatkan

performansi sekolah, dalam upaya penciptaan sekolah sehat.

10) Jamban yang dimiliki Sekolah

Perilaku Hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah semua perilaku kesehatan yang

dilakukan atas kesadaran semua anggota keluarga dan masyarakat, sehingga keluarga dan

masyarakat itu dapat menolong dirinya sendiri dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan

kesehatan di masyarakat..

Kondisi sehat dapat dicapai dengan mengubah perilaku dari yang tidak sehat menjadi

perilaku sehat dan menciptakan lingkungan sehat di rumah tangga. Oleh karena itu

kesehatan perlu dijaga, dipelihara dan ditingkatkan oleh setiap anggota rumah tangga serta

diperjuangkan oleh semua pihak secara keseluruhan (totalitas).

Manfaat rumah tangga dan masyarakat ber-PHBS antara lain (i) Seluruh anggota

keluarga dan masyarakat menjadi sehat; (ii) anak akan tumbuh cerdas dalam lingkungan

yang sehat; (iii) masyarakat akan mampu mewujudkan lingkungan yang sehat; (iv) mampu

mencegah dan menanggulangi penyakit dan masalah kesehatan; (v) biaya untuk kesehatan

(penyakit) dapat dimanfaatkan untuk keperluan lain.

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di rumah tangga adalah upaya untuk

memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan

perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan di masyarakat. PHBS di

rumah tangga dilakukan untuk mencapai Rumah Tangga ber-PHBS yang melakukan 10

kegiatan PHBS yaitu (1) Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan; (2) Memberi ASI

eksklusif;(3) Menimbang balita setiap bulan; (4) Menggunakan air bersih; (5) Mencuci

tangan dengan air bersih dan sabun; (6) Menggunakan jamban sehat; (7) Memberantas

jentik di rumah sekali seminggu; (8) Makan buah dan sayur setiap hari; (9) Melakuka

aktivitas fisik setiap hari; dan (10) Tidak merokok di dalam rumah.

PHBS di lingkungan sekolah adalah sekumpulan perilaku yang dipraktekkan oleh

peserta didik, guru dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil

Page 66: KAJIAN PENAMBAHAN PRASARANA SEKOLAHDI KOTAbarenlitbang.malangkota.go.id/.../uploads/2017/11/Buku-Prasarana.pdf · Dalam hal pengelolaan pendidikan dibidang sarana dan prasarana sekolah,

KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH

DI KOTA MALANG

BAPPEDA KOTA MALANG 66

pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan

kesehatannya serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat. Ada beberapa

indikator yang dipakai sebagai ukuran untuk menilai PHBS di sekolah yaitu : (1) Mencuci

tangan dengan air mengalir dan memakai sabun; (2) Mengkonsumsi jajanan sehat

disekolah; (3) Menggunakan jamban yang bersih dan sehat; (4) Olahraga yang teratur dan

terukur; (5) Memberantas jentik nyamuk; (6) Tidak merokok di sekolah; (7) Menimbang

berat bada dan mengukur tinggi badan setiap 6 bulan; dan (8) Membuang sampah pada

tempatnya.

Secara umum Perilaku Hidup Bersih dan Sehat untuk tatanan rumah tangga dan

sekolah yang terkait dengan Sanitasi antara lain :

a. Stop Buang Air Besar Sembarangan (STOP BABS);

Perilaku buang air besar sembarangan oleh sebagian masyarakat Indonesia

sampai saat ini banyak dilakukan, seperti BABS di sungai, kebun, sawah, kolam

dan tempat-tempat terbuka lainnya, dengan berbagai alasan, misalnya anggapan

bahwa membangun jamban itu mahal, lebih praktis di sungai, maupun karena

kebiasaan turun temurun. Berbagai kebiasaan dan alasan tersebut harus diubah

dan diluruskan karena akibat dari kebiasaan yang tidak mendukung pola hidup

bersih dan sehat akan menambah dan memperbesar masalah kesehatan. Tinja atau

kotoran manusia (mulai dari bayi, anak-anak bahkan orang dewasa) merupakan

media tempat berkembangnya bibit penyalit menular (kuman/bakteri, virus dan

cacing), apabila dibuang di sembarangan tempat maka bibit penyakit akan

tersebar luas ke lingkungan dan akhirnya akan masuk ke dalam tubuh manusia

dan berisiko menimbulkan penyakit dan bahkan mewabah ke masyarakat luas.

Untuk itu tinja harus dikelola, dibuang dengan baik dan benar, kedalam suatu

wadah yang disebut jamban keluarga, baik jamban dalam bentuk yang paling

sederhana maupun yang mahal, dengan prinsip utama bahwa jamban adalah

tempat yang mampu menjaga dan mencegah tinja tidak mencemari air terutama

air untuk sumber air minum dan tidak mencemari tanah, dan digunakan oleh

semua anggota keluarga.

Stop BABSembarangan, bermanfaat menjaga lingkungan menjadi bersih, sehat,

nyaman dan tidak berbau; tidak mencemari sumber air yang dapat dijadikan

sebagai air baku air minum atau air untuk kegiatan sehari-hari lainnya seperti

mandi, cuci, dll; dan tidak mengundang serangga dan binatang yang dapat

menyebarluaskan bibit penyakit, sehingga dapat mencegah penyakit menular.

Oleh karenanya peran masyarakat sangat penting untuk memajukan dan

Page 67: KAJIAN PENAMBAHAN PRASARANA SEKOLAHDI KOTAbarenlitbang.malangkota.go.id/.../uploads/2017/11/Buku-Prasarana.pdf · Dalam hal pengelolaan pendidikan dibidang sarana dan prasarana sekolah,

KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH

DI KOTA MALANG

BAPPEDA KOTA MALANG 67

meningkatkan derajat kesehatan melalui promosi perilaku stop buang air besar

sembarangan dengan senantiasa memberikan penyuluhan pentingnya perilaku

buang air besar yang benar dan sehat maupun mengadakan kegiatan pemicuan

dan pendampingan bagi masyarakat untuk menghentikan kebiasaan buang air

besar sembarangan.

b. Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS);

Perilaku cuci tangan pakai sabun merupakan sasaran penting dalam promosi

kesehatan. Dari aspek kesehatan masyarakat, khususnya pola penyebaran

penyakit menular cukup banyak penyakit yang dapat dicegah melalui kebiasaan

atau perilaku higienes dengan cuci tangan pakai sabun seperti diare, thypus,

cacing, dan berbagai macam flu. Perilaku cuci tangan pakai sabun ternyata bukan

merupakan perilaku yang biasa dilakukan sehari-hari oleh masyarakat pada

umumnya, padahal mencuci tangan pakai sabun dapat mencegah penyakit yang

dapat menyebabkan ratusan ribu anak meninggal setiap tahunnya namun tidak

membutuhkan biaya yang mahal jika dibanding dengan hasil yang diperoleh.

Perilaku cuci tangan yang benar yaitu pakai sabun dan menggunakan air bersih

yang mengalir akan dapat menurunkan kejadian diare sampai 45%. Mencuci

tangan pakai sabun harus dilakukan pada saat-saat waktu kritis yaitu sebelum

makan, sebelum menyiapkan makanan, setelah buang air besar dan setelah

memegang unggas/hewan, dan pada saat-saat yang lain seperti sebelum menyusui

bayi, setelah batuk/bersin dan membersihkan hidung, setelah membersihkan

sampah dan setelah bermain di tanah atau lantai (terutama bagi anak-anak).

c. Pengamanan Air Minum Rumah Tangga;

Air merupakan kebutuhan vital masyarakat yang dipergunakan sehari-hari untuk

minum, mandi, cuci dan keperluan lainnya. Air banyak dijumpai di alam dan

merupakan benda sosial yang melimpah ruah seperti di laut, sungai, danau dll.

Namun air yang bersih dan sehat merupakan benda ekonomi yang semakin susah

diperoleh masyarakat. Air merupakan unsur yang penting dalam aspek kesehatan

masyarakat, karena air dapat menjadi media kehidupan bagi bibit penyakit seperti

penyakit diare dan demam berdarah, cholera, disentri, thypus dan berbagai

penyakit kulit, oleh sebab itu air harus dipelihara dan dicegah dari pencemaran.

Air bersih dan air minum harus memenuhi syarat kesehatan baik syarat fisik,

biologi maupun kimiawi. Secara fisik air harus memenuhi syarat; tidak berwarna,

bening/jernih; tidak keruh, bebas dari lumpur, sampah, busa, dll; tidak berasa

(tidak asin, tidak asam, tidak payau); tidak berbau (tidak bau amis, anyir, busuk

Page 68: KAJIAN PENAMBAHAN PRASARANA SEKOLAHDI KOTAbarenlitbang.malangkota.go.id/.../uploads/2017/11/Buku-Prasarana.pdf · Dalam hal pengelolaan pendidikan dibidang sarana dan prasarana sekolah,

KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH

DI KOTA MALANG

BAPPEDA KOTA MALANG 68

dan tidak bau belerang), dll.

Berbagai sumber air bersih harus dilindungi dan dijaga dari berbagai bahan

pencemar, baik cemaran fisik, biologi maupun kimiawi, misalnya sumber mata

air, sumur gali, sumur pompa, kran-kran umum. Meskipun air terlihat bersih

namun air tersebut belum tentu bebas dari kuman penyakit, untuk itu air harus

direbus dulu sampai mendidih, karena kuman akan mati pada suhu 100 derajat

celcius pada saat air mendidih.

d. Pengelolaan Sampah Sekolah;

Sampah adalah limbah yang bersifat padat, terdiri dari bahan yang biasa

membusuk (organik) dan tidak membusuk (anorganik) yang dianggap sudah tidak

berguna lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan dan

masyarakat. Namun demikian anggapan bahwa sampah itu tidak berguna kini

mulai memudar, karena ternyata kini sampah justru mempunyai nilai ekonomis

yang cukup tinggi sehingga ”sampah” biasa menjadi barang rebutan, untuk diolah

atau digunakan kembali, dan kemudian dijual sebagai bahan komoditas yang

sangat menggiurkan.

Sampah harus dikelola dengan baik dan benar, karena bila tidak akan dapat

menjadi tempat perindukan vektor bibit penyakit. Sampah akan menarik

binatang-binatang yang dikenal dalam aspek kesehatan dapat menyebarluaskan

penyakit seperti lalat, kecoa, tikus dan anjing. Penyakit-penyakit yang berkaitan

erat dengan sampah yang tidak dikelola dengan benar antara lain: demam

berdarah, disentri, thypus dll.

Sampah digolongkan menjadi 2 jenis yaitu sampah basah (organik) dan sampah

kering (non organik). Sampah basah biasanya akan mudah mengalami

pembusukan, seperti misal sisa makanan, sisa sayuran, buah-buahan, daun, dll.

Sampah kering relatif sukar dan bahkan tidak dapat membusuk, seperti misal

kayu, sisa kertas, botol sisa plastik, sisa-sisa bangunan (pecahan batu, batu bata),

seng, logam, kaca, dll.

Namun dengan berkembangnya dunia usaha dan juga ilmu pengetahuan, kini

sampah dapat dikelola dengan lebih menguntungkan, yaitu yang dikenal dengan

istilah pendekatan 3R (reduce, reuce dan recycle).

Reduce adalah upaya pengelolaan sampah dengan cara mengurangi volume

sampah itu sendiri. Cara ini sifatnya lebih menarik kependekatan pencegahan.

Page 69: KAJIAN PENAMBAHAN PRASARANA SEKOLAHDI KOTAbarenlitbang.malangkota.go.id/.../uploads/2017/11/Buku-Prasarana.pdf · Dalam hal pengelolaan pendidikan dibidang sarana dan prasarana sekolah,

KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH

DI KOTA MALANG

BAPPEDA KOTA MALANG 69

Misal kalau beli sayuran pilihlah sayuran yang sesedikit mungkin dibuang, kalau

ambil makanan jangan berlebihan sehingga mengurangi makanan yang menjadi

sampah. Reuce yaitu suatu cara menggunakan kembali sampah yang ada, untuk

keperluan yang sama atau fungsinya yang sama. Misal botol sirop digunakan

kembali untuk botol sirop atau untuk botol kecap. Recycle atau daur ulang adalah

pemanfaatan limbah melalui pengolahan fisik atau kimia, untuk menghasilkan

produk yang sama atau produk yang lain. Misal sampah organik diolah menjadi

kompos, besi bekas diolah menjadi barang-barang seni dari besi dll.

e. Pengelolaan Air Limbah .

Limbah cair rumah tangga merupakan limbah yang berbentuk cair yang

merupakan timbulan dari kegiatan rumah tangga. Limbah cair ini dapat berasal

dari kamar mandi, peturasan, cucian barang/bahan dari dapur. Dari pengertian ini

limbah cair ini tidak termasuk limbah cair yang berasal dari wc/jamban keluarga.

Limbah cair dari kegiatan rumah tangga volumenya relatif sedikit dibanding

dengan luas lahan yang ada di desa tersebut. Namun demikian limbah cair

tersebut tetap harus dikelola dengan baik dan benar karena jika dibuang

sembarangan akan membuat lingkungan kotor, berbau, dan mengurangi estetika

dan kebersihan lingkungan, dapat menjadi tempat perindukan vektor bibit

penyakit, serta akan menjadi tempat bagi binatang-binatang yang dapat

menyebarluaskan penyakit, seperti lalat, kecoa, tikus.

Adapun Fungsi jamban sekolah dapat membantu dalam rangka meningkatkan

performansi sekolah dan mendukung proses belajar siswa, dimana suasana lingkungan

sekolah sehat akan mendorong prestasi siswa, guru dan karyawan serta anggota sekolah

lainnya. Fungsi jamban atau WC ini diantaranya :

a. Jamban berfungsi sebagai tempat buang air besar dan/atau kecil.

b. Minimum terdapat 1 unit jamban untuk setiap 60 peserta didik pria, 1 unit jamban

untuk setiap 50 peserta didik wanita, dan 1 unit jamban untuk guru. Jumlah

minimum jamban setiap sekolah/madrasah 3 unit.

c. Luas minimum 1 unit jamban 2 m².

d. Jamban harus berdinding, beratap, dapat dikunci, dan mudah dibersihkan.

e. Tersedia air bersih di setiap unit jamban.

Tabel 5.8 Perlengkapan lain jamban

No Jenis Rasio Deskripsi

Page 70: KAJIAN PENAMBAHAN PRASARANA SEKOLAHDI KOTAbarenlitbang.malangkota.go.id/.../uploads/2017/11/Buku-Prasarana.pdf · Dalam hal pengelolaan pendidikan dibidang sarana dan prasarana sekolah,

KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH

DI KOTA MALANG

BAPPEDA KOTA MALANG 70

1 Perlengkapan

Lain

1.1 Kloset jongkok 1 buah/ruang Saluran berbentuk leher angsa.

1.2 Tempat air 1 buah/ruang Volume minimum 200liter.

Berisi air bersih.

1.3 Gayung 1 buah/ruang

1.4 Gantungan

pakaian

1 buah/ruang

1.5 Tempat sampah 1 buah/ruang

Adapaun Fasilitas luas jamban/WC yang dimiliki sekolah sekolah di Kota

Malang telah sesuai dengan ketentuan Permendiknas No. 24 Tahun 2007. Dengan

demikian luas jamban yang dimiliki sekolah telam mampu mendukung keberadaan sekolah

serta mendorong pelayanan sekoleh untuk meningkatkan performansi sekolah

5.2.Analisis SWOT terhadap prasarana sekolah

Matrik SWOT berkaitan dengan peluang, Ancaman, Kekuatan dan Kelemahan Prasarana

yang mampu disediakan sekolah di kota malang dalap disusun sebagai berikut :

Tabel 5.9 Analisis SWOT

Keterangan peluang Ancaman kekuatan Kelemahan

Kebijakan pemerintah tentang arah

pengembangan sekolah 1)

Kebijakan pemerintah yang

berkaitan dengan pendanaan 2)

Perkembangan penduduk kota

malang 3) 4)

Pertumbuhan pendapatan 5)

Perkembangan teknologi 6)

Luas lahan yang dimiliki sekolah 7)

Luas Lantai Bangunan yang dimiliki

sekolah 8)

Luas Ruang Kelas 9)

Luas Perpustakaanyang 10)

Kepemilikan Ruang Lab 11)

Ruang pimpinan sekolah 12)

Ruang guru 13)

Page 71: KAJIAN PENAMBAHAN PRASARANA SEKOLAHDI KOTAbarenlitbang.malangkota.go.id/.../uploads/2017/11/Buku-Prasarana.pdf · Dalam hal pengelolaan pendidikan dibidang sarana dan prasarana sekolah,

KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH

DI KOTA MALANG

BAPPEDA KOTA MALANG 71

Tempat ibadah 14)

Ruang UKS 15)

Jamban 16)

Keterangan :

No. Item Penjelasan

1) Kebijakan pemerintah tentang arah pendidikan di kota malang merupakan

peluang bagi sekolah

2) Perda no.3 tahun 2007 dengan alokasi minimal 10% dari APBD merupakan

peluang bagi sekolah

3) Pertumbuhan penduduk kota malang merupakan peluang mengembangkan

sekolah

4) Pertumbuhan penduduk kota malang merupakan tantangan penyediaan

fasiltas baru bagi sekolah

5) Pertumbuhan pendapatan masyarakat meupakan peluang bagi sekolah untuk

mengembangkan sekolah

6) Perkembangan Teknologi Merupakan ancaman bagi sekolah untuk

menyediakan perangkat sesuai tuntutan

7) Luas lahan sekolah merupakan kelemahan bagi sekolah di malang, dimana

ratio luas lahan rendah

8) Luas Lantai Bangunan merupakan kelemahan sekolah-sekolah di kota

malang dimana ratio masih rendah

9) Luas Ruang Kelas sekolah-sekolah di kota malang telah sesuai dengan

permendiknas no 24 tahun 2007

10) Luas Perpustakaanyang sekolah-sekolah di kota malang telah sesuai dengan

permendiknas no 24 tahun 2007

11) Kepemilikan Ruang Lab sekolah sekolah di kota malang merupakan

kelemahan karena belum sesuai permendiknas no. 24 tahun 2007

12) Ruang pimpinan sekolah-sekolah di kota malang telah sesuai dengan

permendiknas no 24 tahun 2007

13) Ruang guru sekolah-sekolah di kota malang telah sesuai dengan

permendiknas no 24 tahun 2007

14) Tempat ibadah sekolah-sekolah di kota malang telah sesuai dengan

permendiknas no 24 tahun 2007

15) Ruang UKS sekolah-sekolah di kota malang telah sesuai dengan

Page 72: KAJIAN PENAMBAHAN PRASARANA SEKOLAHDI KOTAbarenlitbang.malangkota.go.id/.../uploads/2017/11/Buku-Prasarana.pdf · Dalam hal pengelolaan pendidikan dibidang sarana dan prasarana sekolah,

KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH

DI KOTA MALANG

BAPPEDA KOTA MALANG 72

permendiknas no 24 tahun 2007

16) Jamban sekolah-sekolah di kota malang telah sesuai dengan permendiknas

no 24 tahun 2007

5.3.Rekomendasi atas hasil analisis :

Berdasarkan Hasil Analisis dapat dikemukakan beberapa kebijakan yang dapat dilakukan

pemerintah kota Malang yang berkaitan dengan prasarana sekolah di kota malang terutama

untuk mendukung performansi Sekolah Dasar di Kota Malang, diantaranya :

1) Diharapkan Adanya kebijakan prioritas penambahan fasilitas laboratorium bagi Sekolah

Dasar, mengingat masih rendahnya ratio kecukupan luas lahan laboratorium dibandingkan

ketentuan Permendiknas No. 24 Tahun 2007.

2) Diharapkan Adanya kebijakan penambahan luas lahan bagi Sekolah dasar, yang memerlukan

suasana kondusif bagi anak usia (7-15) sebagai bagian dari wajib belajar 6 tahun. Mengingat

luas lahan Sekolah Dasar masih dibawah ratio permendiknas, disamping itu lahan yang luas

bagi pendidikan dasar mendukung terciptanya suasana akademik yang kondusif dengan

lingkungan yang asri, sehat dan bersih.

3) Perkembangan Teknologi yang semakin cepat menuntut sekolah untuk dapat mengikuti

perkembangan teknologi dalam proses pembelajarngan. Mengingat masih kurangnya

fasilitas sekolah yang dapat mendukung terpenuhinya kebutuhan teknologi sesuai

perkembangan, hendaknya pemerintah daerah memeperhatikan dan mengalokasikan dana

bagi peningkatan fasilitas teknologi informasi yang dimiliki sekolah dasar di kota malang.

Page 73: KAJIAN PENAMBAHAN PRASARANA SEKOLAHDI KOTAbarenlitbang.malangkota.go.id/.../uploads/2017/11/Buku-Prasarana.pdf · Dalam hal pengelolaan pendidikan dibidang sarana dan prasarana sekolah,

KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH

DI KOTA MALANG

BAPPEDA KOTA MALANG 73

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

6.1.Simpulan

Kajian ini bertujuan menyusun Dokumen Kajian Kebutuhan Prasarana Sekolah Di Kota

Malang. Berdasarkan hasil analisis dapat diambil simpulan sebagi berikut:

1. Rasio luas lahan terhadap jumlah peserta didik, yaitu 79,2% SDN tidak memenuhi standar

Permendiknas RI Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Standar Sarana dan Prasarana Untuk

Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), dan hanya 20,8% SDN yang memenuhi

standar permendiknas.

2. Rasio luas lantai terhadap jumlah peserta didik, yaitu 16,7% SDN tidak memenuhi standar

Permendiknas RI Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Standar Sarana dan Prasarana Untuk

Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), dan hanya 83,3% SDN yang memenuhi

standar permendiknas.

3. Luas Lantai Terhadap Jumalh Peserta Didik, yaitu 79,2% SDN tidak memenuhi standar

Permendiknas RI Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Standar Sarana dan Prasarana Untuk

Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), dan hanya 20,8% SDN yang memenuhi

standar permendiknas. Sedangkan ruang seharusnya dimiliki SDN sampel, yaitu 83,3% SDN

tidak memenuhi standar Permendiknas RI Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Standar Sarana

dan Prasarana Untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), dan hanya 16.7% SDN

yang memenuhi standar permendiknas.

4. Rasio Luas Perpustakaan SDN sampel, yaitu 83.3% SDN memenuhi standar Permendiknas

RI Nomor 24 Tahun 2007 terkait luas perpustakaan minimal, dan hanya 8,3% SDN yang

tidak memenuhi standar permendiknas. Sedangkan 2 SDN tidak mengisi (2 SDN).

5. 6 SDN (25%) yang memiliki ruang laboratorium IPA, sedangkan 75% lainnya tidak

menjawab pertanyaan. Sebagimana Permendiknas RI Nomor 24 Tahun 2007 point 3.a ruang

laboratorium IPA tidak harus berdiri sendiri, akan tetapi dapat memanfaatkan ruang kelas

yang ada. Selain itu, hanya 2 SDN (8,3%) yang memiliki peralatan pendidikan sebagimana

Permendiknas Nomor 24 Tahun 2007 secara lengkap.

6. 8 SDN (33,3%) yang mengisi pertanyaan tentang ruang pimpinan (Kepala Sekolah), sedang

66,7% lainnya tidak menjawab pertanyaan. Dari 33,3% responden yang menjawab ruang

pimpinan, secara keseluruhan ruang pimpinan telah sesuai dengan standar Permendiknas RI

Nomor 24 Tahun 2007.

7. 1 SDN (4,2%) yang tidak memenuhi standar tentang ruang Guru, sedangkan 91,7% lainnya

telah memenuhi standar Permendiknas RI Nomor 24 Tahun 2007 point D.5. sarana yang

tersedia di ruang guru telah memadai dan dapat dikatakan memenuhi standar.

Page 74: KAJIAN PENAMBAHAN PRASARANA SEKOLAHDI KOTAbarenlitbang.malangkota.go.id/.../uploads/2017/11/Buku-Prasarana.pdf · Dalam hal pengelolaan pendidikan dibidang sarana dan prasarana sekolah,

KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH

DI KOTA MALANG

BAPPEDA KOTA MALANG 74

8. Sejumlah 20 SDN (83,3%) telah memiliki temapt beribadah dan telah memenuhi standar

tentang tempat beribadah, sedangkan 16,7% lainnya tidak menjawab pertanyaan (missing

values).

9. Sejumlah 14 SDN (58,3%) telah memiliki UKS dan telah memenuhi standar tentang ruang

UKS, sedang 29,2% tidak memenuhi standar ruang UKS sebagimana Permendiknas RI

Nomor 24 Tahun 2007. Sedang sarana yang tersedia di ruang UKS bervariasi pada tiap

sampel, yang sebagian besar tidak sesuai dengan standar sarana ruang UKS yang ditetapkan

Permendiknas RI Nomor 24 Tahun 2007.

10. Sejumlah 21 SDN (87,5%) telah memiliki jamban dan telah memenuhi standar tentang ruang

UKS, sedangkan 8,3% tidak memenuhi standar ruang UKS sebagaimana Permendiknas RI

Nomor 24 Tahun 2007.

6.2.Saran (Rekomendasi)

Berdasarkan simpulan yang telah diuraikan pada bagian sebelumnya , dapat diajukan saran

(rekomendasi) sebagai berikut :

1. Berdasrakan Rasio luas lahan terhadap jumlah peserta didik, perlu dilakukan penambahan

prasarana luas lahan agar memenuhi standar Permendiknas RI Nomor 24 Tahun 2007.

2. Berdasarkan Rasio luas lantai terhadp jumlah peserta didik, perlu dilakukan penambahan

saran terhadap 16,7% SDN tidak memenuhi standar Permendiknas RI Nomor 24 Tahun

2007.

3. Berdasarkan rasio Luas Lantai Terhadap Jumlah Peserta Didik, perlu dialkukan penambahan

prasarana (luas banguan).

4. Perlu dilakukan penambahan Luas Perpustakaan SDN, karena hanya 83,3% SDN memenuhi

standar Permendiknas RI Nomor 24 Tahun 2007.

5. Perlu dialkukan penambahan peralatan (Sarana laboratorium IPA) agar sesuai dengan

Permendiknas Nomor 24 Tahun 2007.

6. Perlu penambahan baik sarana maupun prasarana ruang UKS, karena masih terdapat 29,2%

SDN yang tidak memenuhi standar ruang UKS sebagaimana Permendiknas RI Nomor 24

Tahun 2007.

Page 75: KAJIAN PENAMBAHAN PRASARANA SEKOLAHDI KOTAbarenlitbang.malangkota.go.id/.../uploads/2017/11/Buku-Prasarana.pdf · Dalam hal pengelolaan pendidikan dibidang sarana dan prasarana sekolah,

KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH

DI KOTA MALANG

BAPPEDA KOTA MALANG 75

DAFTAR PUSTAKA

Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo.2002. Metodologi Penelitian Bisnis untuk akuntansi &

manajemen, BPFE. Yogyakarta

Sigit, Suhardi. Pengantar Metode Penlitian sosial-bisnis-manajemen.BPFE Yogyakarta. 2001

Rangkuti F. Riset Pemasaran. Cetakan 7. Penerbit Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, April

2005.

Krippendorff K, Analisis isi; Pengantar teori dan Metodelogi, PT Rajagrafindo Persada, Jakarta.

1993.

Bungin B. Anlisis Data Penlitian Kualitatif; Pemahaman filosofis dan metodologis kearah

penguasaan model aplikasi, PT Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2003.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomaor 18 Tahun 2002 Tentang Sistem Nasional

Penlitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan

Nasional Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 nomor 78

Undng-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 164, Tamabahn Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara

Tahun 2004 Nomor 125 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437) sebagaimana telah

diubah beberapa kali terakhir dengan Undang – Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang

Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang

Nasional Tahun 2005 – 2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007

Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);

Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4725);

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2009 Tentang Badan Hukum Pendidikan

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4965;

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional

Pendidikan;

Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 3 Tahun 2009 Tentang Sistem Penyelenggaraan

Pendidikan.

Page 76: KAJIAN PENAMBAHAN PRASARANA SEKOLAHDI KOTAbarenlitbang.malangkota.go.id/.../uploads/2017/11/Buku-Prasarana.pdf · Dalam hal pengelolaan pendidikan dibidang sarana dan prasarana sekolah,

KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH

DI KOTA MALANG

BAPPEDA KOTA MALANG 76

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang .................................................................................................................................. 1

1.2. Maksud dan Tujuan ........................................................................................................................... 2

1.3. Dasar Hukum .................................................................................................................................... 3

BAB II RUANG LINGKUP STUDI DAN KAJIAN TEORI

2.1. Profil Pendidikan Kota Malang ......................................................................................................... 4

2.2. Lingkup Wilayah Kajian (Lingkup Fisik/territorial) ......................................................................... 7

2.3. Landasan Teoritis .............................................................................................................................. 9

BAB III METODOLOGI PENDEKATAN STUDI DAN TEHNIK ANALISA

3.1. Pendekatan ...................................................................................................................................... 13

3.2. Metode Pengumpulan Data .............................................................................................................. 13

3.3. Sumber Data .................................................................................................................................... 14

3.3.1 Populasi Dan Sampel ............................................................................................................. 14

3.4. Jenis dan Sumber Data .................................................................................................................... 17

3.5 . Desain Konsep Penelitian ................................................................................................................ 18

3.6. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan ........................................................................................................ 19

3.7. Struktur Organisasi Pelaksana, Komposisi dan Penggunaan Tenaga Ahli ..................................... 20

Page 77: KAJIAN PENAMBAHAN PRASARANA SEKOLAHDI KOTAbarenlitbang.malangkota.go.id/.../uploads/2017/11/Buku-Prasarana.pdf · Dalam hal pengelolaan pendidikan dibidang sarana dan prasarana sekolah,

KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH

DI KOTA MALANG

BAPPEDA KOTA MALANG 77

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1. Hasil Penelitian ............................................................................................................................... 21

4.1.1 Sampel Penelitian .................................................................................................................. 21

4.1.2. Daftar Sampel ....................................................................................................................... 21

4.2. Rasio Luas Lahan - Jumlah Peserta Didik ...................................................................................... 24

4.3. Rasio Luas Lantai Bangunan terhadap Peserta Didik ..................................................................... 29

4.4. Rasio Luas Ruang Kelas – Jumlah Peserta Didik ........................................................................... 31

4.5. Rasio Luas Perpustakaan ................................................................................................................ 36

4.6. Laboratorium IPA ........................................................................................................................... 37

4.7. Ruangan Pimpinan .......................................................................................................................... 39

4.8. Ruang Guru ..................................................................................................................................... 42

4.9. Tempat Beribadah ........................................................................................................................... 44

4.10. Ruang UKS ................................................................................................................................... 46

4.11. Jamban .......................................................................................................................................... 47

BAB V PEMBAHASAN

5.1.Analisis Lingkungan Eksternal dan Internal Prasarana Sekolah

di Kota Malang ............................................................................................................................... 50

5.1.1 Aspek lingkungan eksternal sekolah ..................................................................................... 50

5.1.2 Aspek Lingkungan Internal Sekolah ..................................................................................... 54

5.2. Analisis SWOT terhadap prasarana sekolah .................................................................................. 85

5.3. Rekomendasi atas hasil analisis ...................................................................................................... 87

Page 78: KAJIAN PENAMBAHAN PRASARANA SEKOLAHDI KOTAbarenlitbang.malangkota.go.id/.../uploads/2017/11/Buku-Prasarana.pdf · Dalam hal pengelolaan pendidikan dibidang sarana dan prasarana sekolah,

KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH

DI KOTA MALANG

BAPPEDA KOTA MALANG 78

BAB VI PENUTUP DAN SARAN

6.1. Simpulan ......................................................................................................................................... 89

6.2. Saran................................................................................................................................................ 90

DAFTAR PUSTAKA

Page 79: KAJIAN PENAMBAHAN PRASARANA SEKOLAHDI KOTAbarenlitbang.malangkota.go.id/.../uploads/2017/11/Buku-Prasarana.pdf · Dalam hal pengelolaan pendidikan dibidang sarana dan prasarana sekolah,

KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH

DI KOTA MALANG

BAPPEDA KOTA MALANG 79

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat ALLAH SWT, karena atas perkenanNYA laporan Akhir tentang

KajianKebutuhan Prasarana Sekolah DiKotaMalang dapat diselesaikan.

Tujuan dari pembuatan Laporan Akhir ini adalah untuk memberikan gambaran

mengenai pelaksanaan kegiatan serta sebagai bentuk pertanggungjawaban peneliti serta Tim

Pelaksana kepada pihak-pihak terkait dalam pelaksanaan kegiatan, bahwa penelitian kami

tentang KajianKebutuhan Prasarana Sekolah diKotaMalang telah dilaksanakan.

Pelaksanaan Penelitian tentang Kegiatan KajianKebutuhan Prasarana Sekolah

diKotaMalang diuraikan secara jelas pada laporan Akhir ini, diantaranya : latar belakang,

maksud dan tujuan, dasar hukum, profil pendidikan kota malang, Lingkup Wilayah Kajian,

Landasan Teoritis, Pendekatan, Metode Pengumpulan Data, Sumber Data, Jenis dan Sumber

Data, Desain Konsep Penelitian, Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan, Struktur Organisasi Pelaksana,

Komposisi dan Penggunaan Tenaga Ahli, Hasil Penelitian, Rasio Luas Lahan - Jumlah Peserta

Didik, Rasio Luas Lantai Bangunan terhadap Peserta Didik, Rasio Luas Ruang Kelas – Jumlah

Peserta Didik, Rasio Luas Perpustakaan, Laboratorium IPA, Ruangan Pimpinan, Ruang Guru,

Tempat Beribadah, Ruang UKS, Jamban, Analisis Lingkungan Eksternal dan Internal

Prasarana Sekolah di Kota Malang, Analisis SWOT terhadap prasarana sekolah, Rekomendasi

atas hasil analisis, Simpulan dan Saran

Laporan Akhir ini semoga dapat menjadi bahan evaluasi dan tolak ukur

dalamKebutuhan Prasarana Sekolah diKotaMalang, serta nantinya dapat memberikan hasil dan

output sebagai bahan perbaikan untuk kedepannya.

Malang, 2016

TIM PELAKSANA BAPPEDA KOTA

MALANG