KAJIAN PENAMBAHAN PRASARANA SEKOLAHDI...
Transcript of KAJIAN PENAMBAHAN PRASARANA SEKOLAHDI...
KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH
DI KOTA MALANG
BAPPEDA KOTA MALANG 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Pendidikan merupakan kerangka dasar bagi pembangunan nasional, karena dengan
pendidikan yang bermutu dapat menciptakan sumber daya manusia yang bermutu pula.Sumber
daya manusia ini merupakan aktor utama penggerak pembangunan nasional.Oleh karena itu,
pendidikan merupakan salah satu pilar penting bagi pembangunan wilayah.Undang-Undang No
32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah telah membawa implikasi yang luas dalam sistem
pemerintahan. Dimana dalam undang-undang tersebut disebutkan secara eksplisit bahwa sektor
pendidikan merupakan salah satu bidang pemerintahan yang wajib dilaksanakan daerah
kabupaten dan kota. Dapat diartikan bahwa kemajuan pendidikan nasional di masa mendatang
sangat tergantung dari perhatian pemerintah kabupaten/kota terhadap sektor pendidikan di
daerah masing-masing.
Dalam hal pengelolaan pendidikan dibidang sarana dan prasarana sekolah, penjelasan PP
No. 19 tahun 2005 menyebutkan bahwa SNP dijadikan pedoman untuk mewujudkan
ketersediaan sarana dan prasarana belajar yang memungkinkan berkembangnya potensi siswa
secara optimal. Untuk itu, mekanisme pengelolaan sarana dan prasarana sekolah meliputi
pengadaan, pendistribusian, penggunaan dan pemeliharaan, inventarisasi, serta penghapusan
sarana dan pra-sarana sekolah harus dilaksanakan secara efektif dan efisien.Indikatornya
nampak dari kesesuaian implementasi kebijakan dengan prinsip-prinsip teoritis dan
administratif sesuai Permendiknas No. 19 tahun 2007 tentang Pengelolaan Pendidikan.
Pentingnya sarana dan prasarana pendidikan ditekankan pada UU pendidikan No 20 tahun 2003
pada bab XII pasal 45 pada ayat 1 bahwa setiap satuan pendidikan formal dan non formal
menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan
pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, social, emosional dan
kewajiban peserta didik.
Sarana dan prasarana pendidikan merupakan salah satu sumberdaya pendidikan yang perlu
dan penting untuk dikelola dengan baik dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
manajemen pendidikan. Sarana dan prasarana pendidikan juga merupakan salah satu unsur
manajemen pendidikan yang memiliki peranan penting dalam proses belajar mengajar,
KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH
DI KOTA MALANG
BAPPEDA KOTA MALANG 2
Sarana dan prasarana pendidikan merupakan hal yang tidak boleh diabaikan, dengan
menggunakan sarana dan prasarana yang tepat dalam proses kegiatan belajar mengajar akan
menjadikan proses belajar mengajar menjadi efektif dan efesien.
1.2.Maksud dan Tujuan
1.2.1 Maksud
Maksud dari kegiatan ini adalah untuk menyusun Dokumen Kajian KebutuhanPrasarana
Sekolah di Kota Malang.
1.2.2 Tujuan
Tujuan dari kegiatan Kajian Kebutuhan Prasarana Sekolah di Kota Malang adalah:
1. Mengetahui kondisi eksisting tentang Prasarana Pendidikan di Kota Malang.
2. Mengetahui prasarana apa yang perlu diperbaiki, ditambah, atau ditingkatkan baik
kuantitas maupun kualitasnya untuk menunjang kegiatan pendidikan di Kota Malang.
3. Sebagai bahan pertimbangan untuk memperbaiki dan melengkapi prasarana
pendidikan yang dibutuhkan yang ada di Kota Malang.
4. Untuk menganalisis bagaimana strategi kebijakan yang perlu dilakukan untuk
mengembangkan prasarana pendidikan di Kota Malang.
1.3.Dasar Hukum
Landasan hukum yang dipergunakan dalam Kajian Kebutuhan Prasarana Sekolah di Kota
Malang adalah :
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomaor 18 Tahun 2002 Tentang Sistem
Nasional Penlitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 nomor 78
3. Undng-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 164, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Tahun 2004 Nomor 125 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437) Undang-
KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH
DI KOTA MALANG
BAPPEDA KOTA MALANG 3
Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional Tahun 2005 – 2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);
5. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4725);
6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2009 Tentang Badan Hukum
Pendidikan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4965;
7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar
Nasional Pendidikan;
8. Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 3 Tahun 2009 Tentang Sistem
Penyelenggaraan Pendidikan.
KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH
DI KOTA MALANG
BAPPEDA KOTA MALANG 4
BAB II
RUANG LINGKUP STUDI DAN
LANDASAN TEORITIS
2.1.Profil Pendidikan Kota Malang
Profil Pendidikan Dasar dan Menengah (Profil Dikdasmen) disusun bersumber pada isian
instrumen Profil Dikdasmen Kabupaten/Kota, Tahun 2015 yang menyajikan data pada Tahun
2014/2015. Profil Dikdasmen terdiri atas dua variabel yaitu data dan indikator, dua jenis data
yaitu nonpendidikan dan pendidikan, dan dua jenis indikator yaitu nonpendidikan dan
pendidikan.Profil Dikdasmen mengacu pada visi Kementerian Pendidikan Nasional
(Kemdiknas) 2014. Berdasarkan visi tersebut terdapat layanan prima pendidikan nasional yang
dijabarkan menjadi misi pendidikan 5K.
Data nonpendidikan membahas tentang empat hal, yaitu 1) administrasi pemerintahan dan
demografi, 2) tingkat pendidikan penduduk termasuk tingkat kepandaian membaca/menulis,
angkatan kerja dan bukan angkatan kerja, penduduk miskin, serta geografi dan iklim, 3)
ekonomi termasuk mata pencaharian penduduk, dan 4) sosial budaya dan agama.
Data pendidikan dirinci menjadi tiga, yaitu 1) data pendidikan, 2) indikator pendidikan, dan
3) analisis berdasarkan pada indikator pendidikan. Data pendidikan membahas tentang data
dikdasmen. Dikdasmen terdiri dari tiga jenjang, yaitu sekolah dasar (SD), sekolah menengah
pertama (SMP), dan sekolah menengah (SM) serta dilengkapi rangkuman dikdasmen. Variabel
pendidikan yang dibahas, dirinci menjadi prasarana sebanyak 8 variabel dan sumber daya
manusia sebanyak 6 variabel. Prasarana pendidikan dimaksud adalah sekolah, kelompok belajar
(kelas), ruang kelas, perpustakaan, ruang usaha kesehatan sekolah (UKS), ruang komputer,
tempat olahraga, dan laboratorium. Sumber daya manusia pendidikan adalah siswa baru, siswa,
mengulang, putus sekolah, lulusan, dan guru.
Visi Kemdiknas 2014 adalah terselenggaranya layanan prima pendidikan nasional.
Indikator pendidikan yang dimaksud disesuaikan dengan Rencana Strategi (renstra) Kemdiknas
dalam rangka Pembangunan Pendidikan 2010-2014 yang terdiri dari tiga pilar kebijakan dan
dijabarkan dalam Misi Pendidikan 5K. Misi Pendidikan 5Kterdiri atas 1) Misi K1 meningkatkan
ketersediaan layanan pendidikan, 2) Misi K2 memperluas keterjangkauan layanan pendidikan,
3) Misi K3 meningkatkan kualitas dan relevansi layanan pendidikan, 4) Misi K4 mewujudkan
KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH
DI KOTA MALANG
BAPPEDA KOTA MALANG 5
kesetaraan dalam memperoleh layanan pendidikan, dan 5) Misi K5 menjamin kepastian
memperoleh layanan Pendidikan.
Indikator untuk misi K1 terdiri atastujuh jenis, yaitu 1) rasio siswa per kelas (R-S/K), 2)
rasio kelas per ruang kelas (R-K/RK), 3) persentase perpustakaan (%Perpus), 4) persentase
ruang UKS (%RUKS), 5) persentase ruang komputer (%Rkom), 6) persentase tempat olahraga
(%TOR), dan 7) persentase laboratorium (%Lab).
Indikator pendidikan termasukmisi K2 terdiri atastiga jenis, yaitu 1) tingkat pelayanan
sekolah (TPS), 2) daerah terjangkau (DT), dan 3) satuan biaya (SB).
Indikator pendidikan termasukmisi K3 terdiri atas11 jenis, yaitu 1) persentase siswa baru
SD asal TK (%SBTK) (khusus SD), 2) persentase guru layak (%GL), 3) rasio siswa per guru
(R-S/G), 4) angka lulusan (AL), 5) angka mengulang (AU), 6) angka putus sekolah (APS), 7)
persentase ruang kelas baik (%RKb), 8) persentase perpustakaan baik (%Perpusb), 9) persentase
ruang UKS baik (%RUKSb), 10) persentase ruang komputerbaik (%Rkomb), dan 11) persentase
laboratorium baik (%Lab) (khusus SMP dan SM).
Indikator pendidikan termasukmisi K4 terdiri atas tiga jenis, yaitu 1) perbedaan gender
(PG) APK, 2) indeks paritas gender (IPG) APK, dan 3) persentase siswa swasta (%S-Swt).
Indikator pendidikan termasukmisi K5 terdiri atasempat jenis, yaitu 1) angka partisipasi
murni (APM)/angka partisipasi kasar (APK), 2) angka masukan murni (AMM) (khusus
SD)/angka melanjutkan (AM) (khusus SMP dan SM), 3) angka bertahan 5 (AB5) (khusus
SD)/angka bertahan(AB) (khusus SMP dan SM), dan 4) rata-rata lama belajar (RLB).
Berdasarkan pada28 jenis indikator pendidikan menggunakan misi pendidikan 5K
makadihasilkankinerjadikdasmen berdasarkan komposit indikator tiap misi pendidikan 5K.Misi
K1 ketersediaan layanan pendidikan tercapai menggunakan komposit tujuh indikator. Misi K2
keterjangkauan layanan pendidikan tercapai menggunakan komposit tigaindikator.Misi K3
kualitas layanan pendidikan tercapai menggunakan komposit 10indikator. Misi K4 kesetaraan
dalam memperoleh layanan pendidikan tercapai menggunakan komposit tigaindikator.Misi K5
kepastian mendapatkan layanan pendidikan tercapai menggunakan komposit empat indikator.
Indikator %SBTK pada misi K3digunakan pada tingkat SD untuk menghitung kinerja
dikdasmen karena SD tidak ada %Lab. Sebaliknya, indikator %Lab pada misi K3 digunakan
pada tingkat SMP dan SM untuk menghitung kinerja dikdasmen. Indikator APM pada misi K5
tidak digunakan untuk menghindari duplikasi karena sudah digunakan APK.
KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH
DI KOTA MALANG
BAPPEDA KOTA MALANG 6
Tabel 2.1 Standar untuk melakukan konversi masing-masing standar
Masing-masing misi K1 sampai K5 memiliki nilai antara 1-100. Angka 1 yang terburuk
dan 100 yang terbaik. Rata-rata dari masing-masing misi merupakan nilai ketersediaan,
keterjangkauan, kualitas, kesetaraan, dan kepastian, sedangkan rata-rata nilai misi K1 sampai
K5 merupakan pencapaian kinerja pendidikan. Oleh karena indikator pendidikan berdasarkan
Misi K1 sampai K5 memiliki satuan yang berbeda maka perlu dilakukan konversi menggunakan
standar yang terdapat pada Tabel 1.1 sehingga kesemua indikator tersebut bisa disatukan.
Selain itu, untuk mengetahui pencapaian kinerja dikdasmen disajikan jenis kinerja
dengan mengambil kategori yang digunakan pada wajib belajar pendidikan dasar 9
tahun (wajar dikdas 9 tahun), yaitu paripurna bila nilainya 95,00 dan lebih tinggi, utama
bila nilainya 90,00-94,99, madya bila nilainya 85,00-89,99, pratama bila nilainya 80,00-
84,99, dan kurang bila nilainya kurang dari 80,00.
2.2.Lingkup wilayah Kajian (Lingkup Fisik/territorial)
2.2.1.Lingkup Wilayah Kajian (Lingkup Fisik/territorial)
Wilayah studi kegiatan Kajian Kebutuhan Prasarana Sekolah di Kota Malang, yang
meliputi luas Kota Malang 110,06 km² yang terdiri dari 5 Kecamatan dan 57 Kelurahan.
Misi No. Jenis Indikator Satuan SD SMP SM Dikdasmen Penjelasan
Misi K1 1 Rasio S/K Siswa 32 36 36 - Permendikbud 23/2013, 24/2007 (SMA) & 40/2008 (SMK)
2 Rasio K/RK Kelas 1 1 1 1 Ideal
3 % Perpustakaan Persentase 100 100 100 100 Ideal
4 % Ruang UKS Persentase 100 100 100 100 Ideal
5 % R. Komputer Persentase 100 100 100 100 Ideal
6 % Tempat Olahraga Persentase 100 100 100 100 Ideal
7 % Laboratorium Persentase - 100 100 100 Ideal
Misi K2 1 TPS Siswa 53 90 67 - Angka nasional 2012/2013
2 DT Siswa 176 360 552 - Angka nasional 2012/2013
3 SB Rupiah 828,000 1,014,000 1,428,000 - SD, SMP, & SM 70% dr BOS
Misi K3 1 % SB TK Persentase 100 - - - Ideal
2 % GL Persentase 100 100 100 100 Ideal
3 R-S/G Siswa 16 14 12 - Angka nasional 2012/2013
4 AL Persentase 100 100 100 100 Ideal
5 AU Persentase 0 0 0 0 Ideal
6 APS Persentase 0 0 0 0 Ideal
7 % RKb Persentase 100 100 100 100 Ideal
8 % Perpus baik Persentase 100 100 100 100 Ideal
9 % RUKS baik Persentase 100 100 100 100 Ideal
10 % RKom baik Persentase 100 100 100 100 Ideal
11 % Lab baik Persentase - 100 100 100 Ideal
Misi K4 1 PG APK Persentase 0 0 0 0 Ideal
2 IPG APK Indeks 1 1 1 1 Ideal
3 % S-Swt Persentase 9.53 24.25 47.54 - Angka nasional 2012/2013
Misi K5 1 APK Persentase 115 100 100 100 Angka nasional 2012/2013 (SD)/ideal
2 AMM/AM Persentase 55 100 100 100 Angka nasional 2012/2013 (SD)/ideal
3 AB5/AB Persentase 94 100 100 - Angka nasional 2012/2013 (SD)/ideal
4 RLB Tahun 6 3 3 - Ideal
KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH
DI KOTA MALANG
BAPPEDA KOTA MALANG 7
Adapun kecamatan-kecamatan tersebut adalah: Kecamatan Klojen, Kecamatan Blimbing,
Kecamatan Kedungkandang, Kecamatan Lowokwaru, Kecamatan Sukun.
2.2.2.Lingkup Kegiatan dan Substansi
Ruang lingkup kegiatan dan substantsi untuk kegiatan Kajian Kebutuhan Prasarana
Sekolahdi Kota Malang adalah meliputi:
1. Tahap Persiapan
Kegiatan persiapan ini bertujuan membuat persiapan khusus yang diperlukan bagi
pelaksanaan kegiatan, termasuk melakukan koordinasi tim dalam menyusun
jadwal dan langkah pelaksanan. Lingkup kegiatan ini meliputi:
a. Perencanaan survey;
b. Pembuatan mapping sumber informasi dan perolehan data;
c. Persiapan alat survey.
2. Tahap Survey dan Studi Literatur
Kegiatan survey dan studi literatur bertujuan mengumpulkan data lapangan, data
instansional, dan data pustaka. Lingkup kegiatannya meliputi:
a. Pelaksanaan survey instansional untuk memperoleh data sekunder, yaitu hal
yang terkait dengan informasi Kajian Kebutuhan Prasarana Sekolahdi Kota
Malang
b. Pelaksanaan survey instansional, untuk memperoleh data sekunder prasarana
pendidikanterkait Kajian Kebutuhan Prasarana Sekolah di Kota Malang.
c. Pelaksanaan survey lapangan, untuk memperoleh data primerprasarana
pendidikan terkait Kajian Kebutuhan Prasarana Sekolah di Kota Malang.
d. Pelaksanaan studi literatur dan landasan hukum Kajian Kebutuhan Prasarana
Sekolah di Kota Malang.
e. Pembuatan dokumentasi survey
3. Tahap Analisis Data;
Data hasil survey disajikan dan disusun secara sistematis, kemudian dilakukan
pengolahan data dan analisis. Lingkup kegiatan dan analisis data dimaksud antara
lain sebagai berikut:
KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH
DI KOTA MALANG
BAPPEDA KOTA MALANG 8
a. Untuk mengetahui kondisi eksistensi tentang Kajian Kebutuhan Prasarana
Sekolah di Kota Malangtersebut dilakukan dengan analisis deskriptif. Analisis
deskriptif menggambarkan kondisi riil terhadap permasalahan yang ada.
b. Untuk mengetahui sarana dan prasarana apa yang perlu diperbaiki, ditambah,
atau ditingkatkan baik kuantitas maupun kualitasnya, dilakukan dengan
mapping dan mendeskripsikan kondisi riil yang ada.
c. Untuk menganalisis fasilitas sarana prasarana apa saja yang perlu dibangun
atau ditingkatkan untuk menunjang kualitas dan kuantitas prasarana
pendidikan di Kota Malangdapat dianalisis dengan analisis SWOT. Metode
analisis SWOT adalah metode untuk mengetahui internal factor dan external
factor yang digunakan untuk meminimalisir kelemahan (weakness) dan
ancaman (threat) dengan cara memaksimalkan potensi kekuatan (strength)
dan kesempatan (opportunity) dalam rangka pengembangan prasarana
pendidikan di Kota Malang.
4. Tahap Pelaporan;
a. Laporan Pendahuluan (Inception Report), dibuat dalam rangka persiapan
pekerjaan survey berisikan latar belakang pekerjaan, maksud dan tujuan,
ruang lingkup studi, metodologi pendekatan studi dan teknik analisis, jadwal
pelaksanaan pekerjaan penyusunan, sistematika laporan kemajuan pekerjaan,
struktur organisasi pelaksanaan pekerjaan, komposisi dan pendayagunaan
tenaga ahli maupuninstrumen-instrumen survey yang akan digunakan di
lapangan pada saat survey lapangan.
b. Laporan Antara (Interim Report), merupakan hasil penyajian, pengolahan dan
analisis data hasil survey lapangan dan studi literatur, di wilayah perencanaan,
dilengkapi dengan dokumentasi survey lapangan.
c. Laporan Akhir (Final Report), merupakan hasil analisis dan pengkajian dari
Laporan Interm yang memuat Kajian Kebutuhan Prasarana Sekolah di Kota
Malang.
d. Ringkasan Eksekutif (Executive Summary), merupakan ringkasan Laporan
Akhir yang dimampatkan dan dipilah sebagai informasi awal dan data
pendukung bagi pimpinan untuk pengambilan keputusan.
e. Buku Kajian Kebutuhan Prasarana Sekolah di Kota Malang, dilengkapi
dokumentasi survey serta hasil kegiatan.
KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH
DI KOTA MALANG
BAPPEDA KOTA MALANG 9
2.3.Landasan Teoritis
Pengelolaan sarana dan prasarana sekolah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
manajemen pendidikan. Pada dasarnya manajemen sarana dan prasarana pendidikan memiliki
beberapa prinsip dan tujuan yang harus diketahui (Burhanudin, 2010) yaitu sebagai berikut :
a. Menciptakan sekolah atau madrasah yang bersih, rapi, indah, sehingga menyenangkan bagi
warga sekolah atau madrasah.
b. Tersedianya sarana dan prasarana yang memadai baik secara kuantitatis maupun kualitatif
dan relevan dengan kepentingan pendidikan.
Secara umum, proses kegiatan manajemen sarana prasarana pendidikan, meliputi
perencanaan, pengadaan, pendistribusian, penggunaan, inventarisasi dan pengawasan dan
pemeliharaan, serta penghapusan.Proses-proses inipenting dilakukan agar pengadaan sarana
prasarana tepat sasaran dan efektif dalam penggunaan.
1. Perencanaan sarana dan prasarana pendidikan
Perencanaan merupakan seperangkat keputusan yang diambil dalam menentukan kegiatan
yang hendak dilakukan pada masa yang akan datang. Hal ini mengindikasikan bahwa
perencanaan dalam kegiatan manajemen sarana dan prasarana merupakan rangkaian dari
berbagai keputusan yang diambil dengan isi mengenai kegiatan atau prosedur yang akan
dilakukan dalam manajemen sarana dan prasarana. Berkaitan dengan perencanaan ini, Jones
dalam Sulistyorini menjelaskan bahwa perencanaan pengadaan perlengkapan pendidikan di
sekolah harus diawali dengan analisis jenis pengalaman pendidikan yang diprogramkan sekolah.
2. Pengadaan sarana dan prasarana pendidikan
Pengadaan sarana dan prasarana pendidikan merupakan suatu upaya yang dilakukan dalam
pemenuhan kebutuhan untuk kelancaran dalam proses pendidikan disekolah dengan mengacu
pada apa yang telah direncanakan sebelumnya. Ada beberapa cara yang ditempuh untuk
mendapatkan perlengkapan yang dibutuhkan di sekolah.
3. Pendistribusian
Barang-barang perlengkapan sekolah (sarana dan prasarana) yang telahdiadakan dapat
didistribusikan.Pendistribusian atau penyaluranperlengkapan merupakan kegiatan pemindahan
barang dan tanggungjawab dari seorang penanggungjawab penyimpanan kepada unit-unit atau
orang-orang yang membutuhkan barang itu. Dalam rangka itu, ada tiga langkah yang sebaiknya
KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH
DI KOTA MALANG
BAPPEDA KOTA MALANG 10
ditempuh oleh bagian penanggungjawab penyimpanan atau penyaluran, yaitu: (1) penyusunan
alokasi barang; (2) pengiriman barang; (3) penyerahan barang.
4. Inventarisasi sarana dan prasarana pendidikan
Inventarisasi merupakan aktifitas dalam mengelola sarana dan prasarana
pendidikan.Inventarisasi dapat diartikan sebagai pencatatan dan penyusunan barang-barang
milik negara secara sistimatis, tertib, dan teratur berdasarkan ketentuan-ketentuan atau
pedoman-pedoman yang berlaku. Bahwa barang milik negara berupa semua barang yang berasal
atau dibeli dengan dana yang bersumber baik secara keseluruhan atau bagian sebagainya dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) ataupun dana lainnya yang barang-barang di
bawah penguasaan kantor Departemen dan Kebudayaan,baik yang berada di dalam maupun luar
negeri. Kegiatan inventarisasi atau pencatatan sarana dan prasarana ini merupakan proses yang
berkelanjutan. Dengan melakukan inventarisasi terhadap sarana dan prasarana pendidikan, dapat
diketahui jumlah, jenis barang, kualitas, tahun pembuatan, merk, ukuran harga dan sebagainya.
5.Penggunaan sarana dan prasarana
Proses manajemen sarana dan prasarana didalamnya mencangkup aspek penggunaan. Suatu
barang atau benda yang dimilki harus jelas kegunaannya sehingga barang atau benda tersebut
dapat dimanfaatkan dengan efektif. Penggunaan alat dipengaruhi 4 Faktor yaitu: (1) banyaknya
alat untuk tiap macam, (2) banyaknya kelas, (3) banyaknya siswa dalam tiap kelas, (4)
banyaknya ruang.
6.Pengawasan dan pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan disekolah
Pengawasan dan pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah merupakan aktivitas yang
harus dijalankan untuk menjaga atau memelihara dan memanfaatkan sarana dan prasarana
sekolah demi keberhasilan proses pembelajaran di sekolah serta agar perlengkapan yang
dibutuhkan oleh personel sekolah dalam kondisi siap pakai.
7. Penghapusan
Penghapusan sarana dan prasarana merupakan kegiatan pembebasan sarana dan prasarana
dari pertangungjawaban yang berlaku dengan alasan yang dapat dipertangungjawabkan. Secara
lebih operasional penghapusan sarana dan prasarana adalah proses kegiatan yang bertujuan
untuk mengeluarkan/menghilangkan sarana dan prasarana dari daftar inventaris, kerena sarana
dan prasarana tersebut sudah dianggap tidak berfungsi sebagaimana yang diharapkan terutama
untuk kepentingan pelaksanaan pembelajaran di sekolah. Penghapusan sarana dan prasarana
dilakukan berdasarkan peraturan perundangan-undangan yang berlaku.
KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH
DI KOTA MALANG
BAPPEDA KOTA MALANG 11
BAB III
METODOLOGI PENDEKATAN STUDI DAN
TEKNIK ANALISA
3.1.Pendekatan
Pendekatanyangdilakukandalam kajian Kajian Kebutuhan Prasarana Sekolahdi Kota
Malang ini adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif digunakan untuk menganalisis
kajian literatur yang berkenaan dengan indikator-indikator data yang dasar yang digunakan
dalam penyusunan instrument wawancara dalam kegiatan menggali informasi dalam rangka
Kajian Kebutuhan Prasarana Sekolah di Kota Malang, kepada para kepala sekolah atau
pengelola sekolah yang terdapat pada 5 kecamatan kota Malang, yaitu: Kecamatan Klojen,
Kecamatan Blimbing, Kecamatan Kedungkandang, Kecamatan Lowokwaru, Kecamatan Sukun.
3.2.Metode Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data DasarKegiatan Kajian Kebutuhan Prasarana Sekolahdi Kota
Malang,diantaranyaadalah:
1. Studi Kepustakaan dan Literatur, digunakan untuk mendapatkan data awal tentang data
sekolah di Kota Malang.
2. Wawancara mendalam, yaitu dilakukan untuk memperoleh data dengan meminjam
keterangan dan penulisan secara langsung kepada pihak yang terkait.
3. Diskusi Interaktif (Forum Group Discussion). Disamping itu dalam proses pengumpulan
dan penyusunan instrument data dasar ini dilakukan dengan cara melakukan diskusi dan
wawancara dengan pihak-pihak terkait, DinasPendidikanKota Malang,para kepala
sekolah, pengelola sekolah lainnya danTenagaAhliyang berasal dariKonsultan.
3.3.Sumber Data
Sumber data yang digunakan untuk kegiatan Kajian KebutuhanPrasarana Sekolah di Kota
Malang ini diperoleh dari wawancara yang dipandu kuisioner yang diperoleh dengan melakukan
survey lapangan.
KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH
DI KOTA MALANG
BAPPEDA KOTA MALANG 12
22% Blimbing
24%
Lowokw
aru10%
Klojen
21%
Sukun
23%
Kedung
Kandang
Gambar 3.1 Jumlah SDN di
5 Kecamatan Kota Malang
Blimbing
Lowokwaru
Klojen
Sukun
Kedung
kandang
3.3.1.Populasi dan Sampel Pengkajian
Populasi SDN, SMPN dan SMK/SMAN pada 5 kecamatan di Kota Malang dapat
dijelaskan sebagai berikut: Jumlah sekolah negeri di Kota Malang
Tabel 3.1 Jumlah SD, SMP dan SMK/SMAN di Kota Malang
No Kecamatan SDN SMPN SMK/SMA N
1 Blimbing 44 4 2
2 Lowokwaru 46 5 3
3 Klojen 19 9 5
4 Sukun 42 4 2
5 Kedung kandang 45 6 2
Jumlah 196 28 14
Sumber: www.digti.go.id
Gambar 3.1 disamping
menunjukkan jumlah SDN di 5
kecamatan yang ada di kota
Malang, dimana pada kecamatan
Blimbing terdapat sebanyak 44
Sekolah Dasar Negeri (SDN)
atau sebesar 22% dari 196 SDN
di Kota Malang. Di kecamatan
Lowokwaru terdapat sebanyak
46 SDN atau sebesar 24%,
dimana presentase ini
merupakan jumlah terbesar diantara 5 kecamatan di kota Malang. Dan sebesar 10% atau
sebanyak 19 SDN terdapat pada kecamatan Kelojen yang mana presentase ini merupakan
yang terkecil diantara 5 kecamatan. Di kecamatan Sukun terdapat sebanyak 42 SDN atau
sebesar 21%, dan yang terakhir yaitu kecamatan Kedung Kandang yang memiliki
presentase sebesar 23% atau sebanyak 45 SDN di kecamatan tersebut.
KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH
DI KOTA MALANG
BAPPEDA KOTA MALANG 13
14% Blimbing
18%
Lowokwaru
32%
Klojen
14%
Sukun
22%
Kedung
Kandang
Gambar 3.2 Jumlah SMPN di
5 Kecamatan Kota Malang
Blimbing
Lowokwaru
Klojen
Sukun
Kedung
kandang
14%
22%
36%
14%
14%
Gambar 3.3 Jumlah SMK/SMA-N di
5 Kecamatan Kota Malang
Blimbing
Lowokwaru
Klojen
Sukun
Kedung
kandang
Gambar 3.2 disamping
menunjukkan jumlah Sekolah
Menengah Pertama (SMP)
pada masing-masing
kecamatan yang ada pada 5
kecamatan yang ada di Kota
Malang, dimana sebesar 14%
atau 4 SMP berada pada
kecamatan Blimbing dari 28
total SMP yang ada pada 5
kecamatan diatas. Pada
kecamatan Lowokwaru
terdapat sebesar 18% atau
sebanyak 5 SMP dan pada kecamatan Klojen terdapat 9 SMP atau sebesar 32%, yang
mana presentase inilah yang terbesar dari 5 kecamatan diatas. Pada kecamatan Sukun
terdapat sebanyak 4 SMP atau sebesar 14%, dan pada kecamatan Kedung Kandang
menempati urutan terbanyak kedua dimana memiliki presentase sebesar 22% atau
memiliki Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebanyak 6 sekolah.
Berdasarkan Gambar
3.3 disamping yang
menunjukkan presentase dari
jumlah Sekolah Menengah
Kejuruan Negeri (SMKN)
dan Sekolah Menegah Atas
Negeri (SMAN) pada 5
kecamatan yang ada di Kota
Malang. Dimana pada
kecamatan Blimbing terdapat
sebanyak 2 sekolah,
demikian juga dengan kecamatan Sukun dan kecamatan Kedung Kandang yang masing-
masing memiliki 2 sekolah dengan presentase sebesar 14% dari total 14 sekolah yang ada
pada 5 kecamatan tersebut. Pada kecamatan Lowokwaru terdapat sebanyak 3 sekolah
yang menempati urutan ke-2 dengan jumlah SMK/SMK-N terbanyak diantara 5
kecamatan tersebut, dimana presentase terbanyak sebesar 36% dimiliki oleh kecamatan
Klojen dengan jumlah 5 sekolah.
KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH
DI KOTA MALANG
BAPPEDA KOTA MALANG 14
62%
25%
13%
Gambar 3.4 Jumlah Sampel Sekolah
SDN
SMPN
SMK/SMA N
Sampel SDN, SMPN dan SMK/SMAN pada 5 kecamatan di Kota Malang dapat
dijelaskan sebagai berikut: Untuk Sekolah Dasar Negeri tiap kecamatan diambil sampel
sejumlah 10 sekolahan secara acak/random, sedangkan untuk SMP Negeri, tiap kecamatan
diambil sampel 4 sekolah, untuk SMK/SMA negeri tiap kecamatan diambil sampel 2
sekolah, sehingga dapat dibuat tabel data sebagai berikut:
Tabel 3.2 Jumlah Sekolah Yang Dijadikan Sampel Penelitian
No Kecamatan SDN SMPN SMK/SMA N
1 Blimbing 10 4 2
2 Lowokwaru 10 4 2
3 Klojen 10 4 2
4 Sukun 10 4 2
5 Kedung kandang 10 4 2
Jumlah 50 20 10
Sumber: Data Primer, 2016
Dari Gambar 3.4
disamping, diketahui jumlah
sampel yang digunakan untuk
penelitian ini terdiri dari 50
Sekolah Dasar Negeri (SDN)
atau sebesar 62%, dan 20
Sekolah Menengah Pertama
Negeri (SMP) atau sebesar
25%, dan juga sebesar 13%
atau sebanyak 10 Sekolah
Menegah Kejuruan Negeri dan Sekolah Menengah Atas Negeri.
3.4.Jenis Dan Sumber Data
Jenis dan sumber data yang menjadi bahan dalam kegiatan ini terdiri dari :
KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH
DI KOTA MALANG
BAPPEDA KOTA MALANG 15
1. Data Primer, data dan informasi yang diperoleh langsung dari narasumber/responden,
yang berupa hasil wawancara dengan responden. Data primer diperoleh langsung dari
responden melalui wawancara yang dipandu kuesioner kepada para kepala sekolah, atau
pengelola sekolah lainnya.
2. Data Sekunder, yaitu data informasi yang diperoleh dari dokumen, publikasi, laporan
penlitian dari instansi/dinas maupun sumber data lainnya yang menunjang
3.5.Desain Konsep Penlitian
Gambar 3.5: Desain Konsep Penelitian
Berdasarkan gambar diatas, penelitian ini dimulai dengan langkah merumuskan masalah
yang mana setiap rumusan masalah yang dibuat sesuai dengan tujuan dan maksud yang ingin
dicapai dalam penelitian ini, yang kemudian melakukan penelusuran data yang dibutuhkan
dalam penelitian yang dapat berasal dari buku,dan sumberlainnya untuk jenis data sekunder dan
sekaligus melakukan penelitian lapang sesuai dengan sampel penelitian untuk mendapatkan data
primer yang dibutuhkan untuk nanti diolah sebagai bahan penelitian.
Kemudian dari masing-masing data yang diperoleh, untuk data sekunder dilakukan tahap
analisis isi dimana peneliti memilih dan memilah dari data tersebut yang sesuai dan dapat
dijadikan bahan untuk menyusun laporan penelitian ini dan sebagai acuan untuk melakukan
Analisis Isi
(Content Analysis)
Analisis Swot
Kekuatan, Kelamahan, Peluang , Tantangan
serta Perumusan Strategi Kebijakan.
Deskriptif Kualitatif
Bahan data Primer
(penelitian lapang) pada
sekolah negeri di Kota
Malang.
Bahan Sekunder
Penelusuran Kepustakaan,
Undang-undang, peraturan,
keputusan (Library
research)
RUMUSAN MASALAH
KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH
DI KOTA MALANG
BAPPEDA KOTA MALANG 16
analisis selanjutnya. Begitu juga dengan data primer yang berupa kuisioner kemudian direkap
dan dideskrisikan berdasarkan setiap poin pertanyaan yang ada pada kuisioner untuk melihat
kualitas data yang dibutuhkan untuk melakukan analisis selanjutnya.
Setelah data dan bahan telah didapatkan, data sekunder dan data primer diolah dengan
menggunakan analisis SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, threats). Dari data yang
telah diperoleh kemudian dianalisis tentang segi kekuantan, kelemahan, peluang serta ancaman
yang ada dari setiap sekolah atas prasarana yang ada didalamnya, sehingga akan menghasilkan
output sesuai dengan tujuan penelitian.
KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH
DI KOTA MALANG
BAPPEDA KOTA MALANG 17
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1.Hasil Penelitian
4.1.1. Sampel Penelitian
Sebagaimana bahasan pada bab sebelumnya, populasi dari penelitian ini adalah
seluruh Sekolah Dasar negeri di Kota Malang yang berjumlah 196 sekolah. Sampel
ditentukan sebanyak 24 SDN atau (12%) dari total populasi.
4.1.2. Daftar Sampel
Sebagimana yang telah diuraikan pada bagian sebaleumnya, sampel pada penlitian
ini sebanyak 24 SDN yang tersebar di 5 Kecamatan di Kota Malang, berikut disajikan
daftar SDN yang menjadi sampel dalam kajian ini:
Tabel 4.1 Daftar SDN Sampel
No Nama Sekolah Alamat Telp E-mail
1 SDN
BANDULAN 1 Jln. Bandulan 1C/7 Malang
0341-
552416
sdnbandulan1@
yahoo.co.id
2 SDN Bandulan 3 Jl. Bandulan IX/ 593 Malang 0341-
564943
sdnbandulan3ok
@yahoo.co.id
3 SDN
BANDULAN 4
Jl. BANDULAN Gg VIII B II /
31 KEL. BANDULAN
KEC.SUKUN KOTA
MALANG
0341-
588756
sdnbandulan4m
m
4 SDN BARENG 1 Jl. KELUD NO 10 A
MALANG
0341-
350741
sdn_bareng01@
yahoo.co.id
5 SDN BARENG 5 JL. BARENG TENES 4B
MALANG
0341-
357090
sdnbareng5@g
mail.com
6 SDN Blimbing 3 Jl. Candi Kidai No. 3 . RT. 03
RW. 10 Kel. Blimbing Kec. 0341-sdnblimbing3ml
KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH
DI KOTA MALANG
BAPPEDA KOTA MALANG 18
Blimbing 470007 [email protected]
7 SDN Blimbing 5 Jl. Borobudur Gang X No. 32
Malang Kode Pos 65125
0341-
482488
sdnblimbing5@
yahoo.com
8 SDN DINOYO 3
Jl. MT HARYONO XIII/139
A RT. 01 RW. 06 KEL.
DINOYO KEC.
LOWOKWARU KOTA
MALANG
0341-
550201
dinoyo3@yahoo
.com
9 SDN
GADINGKASRI
Jl. Galunggung VII No 1 Kec.
Klojen Kota Malang
0341-
576630
sdngading_kasir
@yahoo.com
10 SDN
JATIMULYO 5
JL. KUPING GAJAH NO. 45
RT. 5 RW. 4 KEL.
JATIMULYO KEC.
LOWOKWARU KOTA
MALANG
0341-
476445
sdnjatimulyo5@
gmail.com
11
SDN
KARANGBASU
KI 2
Jl. Candi VA No. 389
Karangbesuki, Kec. Sukun,
Kota Malang
0341-
555488
sdnkarangbesuki
12
SDN
KARANGBASU
KI 3
JL. CANDI VIB/110 ,KEL.
KARANGBESUKI ,KEC
SUKUN
0341-
557135
sdnkarangbesuki
13
SDN
Karangbasuki 4
Jalan Candi III F / 256
Karangbesuki-Sukun-Malang 0341-
574486
karangbesukiem
patmalang@yah
oo.co.id
14 SDN Kauman 2 Jalan Kawi no 24 D Kota
Malang
0341-
354254
kaumandua@g
mail.com
15
SDN
KEDUNGKAND
ANG 1
Jl. Ki Ageng Gribig No. 394
Kedungkandang Malang 0341-
721575
sdnkedungkanda
d
KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH
DI KOTA MALANG
BAPPEDA KOTA MALANG 19
16 SDN
LESANPURO 1
Jl. KI AGENG GRIBIG NO.
109 MALANG
0341-
725649
sdnlesanpuro1@
gmail.com
17 SDN
MADYOPURO 2
JL. RAYA MADYOPURO
NO 2 KEL. MADYOPURO
KEC. KEDUNGKANDANG
0341-
721984
sdnmadyopuro2
18 SDN Madyopuro
4
Jl. Raya Madyopuro No. 33
Kec. Kedungkandang, Kota
Malang
0341-
716295
sdnmadyopuroe
.id
19 SDN Madyopuro
5 Jl. Ki Ageng Gribing No. 47 0341-
715349
sdnmadyopuroli
d
20 SDN
MERJOSARI 1 Jl. Joyo Utomo No. 2
0341-
581722
sdn_merjosari_1
@yahoo.co.id
21 SDN PANDAN
WANGI 3
Jln. Simpang Teluk Grajakan
No. 32 Malang 0341-
477337
sdn_pandanwan
gi3_malang@ya
hoo.co.id
22 SDN PANDAN
WANGI 2
Jl. SIMPANG SULFAT
UTARA NO.30 MALANG
0341-
476427
sdnpandanwangi
23 SDN Sawojajar 4
Jl. Simpang Ranugrati Selatan
III/17, Sawojajar
Kedungkandang
0341-
718727
sdnsawo4@gma
il.com
24 SDN Tanjungrejo
5
Jl. Mergan Lori III / 1 A Kec.
Sukun Kota Malang 0341-
356889
sdnegeritanjungr
id
Sumber : data diolah, 2016
4.2.Rasio Luas Lahan – Jumlah Peserta Didik
Sebagaimana Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 24 Tahun
2007 Tentang Standar Sarana dan Prasarana Untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah
KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH
DI KOTA MALANG
BAPPEDA KOTA MALANG 20
28%
25%24%
23%
Gambar 4.1 Bangunan satu lantai
6
7 sampai 12
13 sampai 18
19 sampai 24
(SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTS), dan Sekolah
Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA), Lahan untuk satuan pendidikan SD/MI
memenuhi ketentuan rasio minimum luas lahan terhadap peserta didik seperti tercantum
padaTabel 4.2 sebagai berikut :
Tabel 4.2 Rasio Minimun Luas Lahan Terhadap Peserta Didik
No
Banyak
rombongan
belajar
Rasio minimum luas lantai bangunan terhadap
peserta didik
(m²/peserta didik)
Bangunan satu
lantai
Bangunan
dua lantai
Bangunan tiga
lantai
1 6 12,7 7,0 4,9
2 7- 12 11,1 6,0 4,3
3 13-18 10,6 5,6 4,1
4 19-24 10,3 5,5 4,1
sumber : Permendiknas No. 24 Tahun 2007
Berdasarkan Rasio Minimum
Luas Lahan terhadap Peserta Didik
pada tabel 4.2 dan Gambar 4.1
disamping, untuk banyak
rombongan belajar 6 kelas
bangunan satu lantai terdiri dari
28% peserta didik /m² atau
sebanyak 12,7 peserta didik
/m²,untuk banyak rombongan
belajar 7-12 kelas bangunan satu
lantai terdiri dari 25% peserta didik/m² atau sebanyak 11,2 peserta didik /m², untuk banyak
rombongan belajar 13-18 kelas bangunan satu lantai terdiri dari 24% peserta didik /m² atau
sebanyak 10,6 peserta didik /m², dan rombongan belajar 19-24 kelas banguan satu lantai terdiri
dari 23% peserta didik /m² atau sebanyak 10,3 peserta didik /m².
KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH
DI KOTA MALANG
BAPPEDA KOTA MALANG 21
Berdasarkan Rasio Minimum
Luas Lahan terhadap Peserta Didik
pada tabel 4.2 dan Gambar 4.2
disamping, untuk banyak
rombongan belajar 6 kelas
bangunan dua lantai terdiri dari
29% peserta didik /m² atau
sebanyak 7,0 peserta didik /m²,
untuk banyak rombongan belajar 7-
12 kelas bangunan dua lantai terdiri
dari 25% peserta didik /m² atau sebanyak 6,0 peserta didik /m², untuk banyak rombongan
belajar 13-18 kelas bangunan dua lantai terdiri dari 23% peserta didik /m² atau sebanyak 5,6
peserta didik /m², dan banyak rombongan belajar 19-24 kelas bangunan dua lantai terdiri dari
23% peserta didik /m² atau sebanyak 5,5 peserta didik /m².
Berdasarkan Rasio Minimum
Luas Lahan terhadap Peserta Didik
pada tabel 4.2. dan Gambar 4.3
disamping, untuk banyak rombongan
belajar 6 kelas bangunan tiga lantai
terdiri dari 28% peserta didik /m²
atau sebanyak 4,9 peserta didik /m²,
untuk banyak rombongan belajar 7-
12 kelas bangunan tiga lantai terdiri
dari 25% peserta didik /m² atau
sebanyak 4,3 peserta didik /m², untuk banyak rombongan belajar 13-18 kelas bangunan tiga
lantai terdiri dari 23% peserta didik /m² atau sebanyak 4,1 peserta didik /m² dan banyak
rombongan belajar 19-24 kelas bangunan tiga lantai terdiri dari 24% peserta didik /m² atau
sebanyak 4,1 peserta didik/m².
Berdasarkan hasil pengisian kuisioner diperoleh data Rasio luas lahan terhadap jumlah
peserta didik sebagimana disajikan pada tabel 4.3 berikut :
Tabel 4.3 Rasio Luas Lahan terhadap jumlah peserta didik
No Nama Sekolah Jumlah
Siswa Rombel
Total
Lahan Standar Rasio Keterangan
1 SDN 235 6 1141 12.7 4.9 Tidak
29%
25%
23%
23%
Gambar 4.2 Bangunan dua lantai
6
7 sampai 12
13 sampai 18
19 sampai 24
28%
25%23%
24%
Gambar 4.3 Banguan tiga lantai
6
7 sampai 12
13 sampai 18
19 sampai 24
KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH
DI KOTA MALANG
BAPPEDA KOTA MALANG 22
BANDULAN 1 Memenuhi
Standar
2
SDN
BANDULAN 4 255 7 1281 11.1 5
Tidak
Memenuhi
Standar
3
SDN BARENG
1 320 8 2276 11.1 7.1
Tidak
Memenuhi
Standar
4
SDN BARENG
5 88 3 3631 12.7 41.3
Memenuhi
Standar
5
SDN Blimbing
5 212 6 738 7 3.5
Tidak
Memenuhi
Standar
6
SDN DINOYO
3 210 5 1349 12.7 6.4
Tidak
Memenuhi
Standar
7
SDN
GADINGKAS
RI 181 5 1870 12.7 10.3
Tidak
Memenuhi
Standar
8
SDN
JATIMULYO
5 114 3 2489 12.7 21.8
Memenuhi
Standar
9
SDN
KARANGBES
UKI 2 155 4 3617 12.7 23.3
Memenuhi
Standar
10
SDN
KARANGBES
UKI 3 248 6 254 12.7 1
Tidak
Memenuhi
Standar
11
SDN
Karangbesuki 4 147 4 151 12.7 1
Tidak
Memenuhi
Standar
12
SDN Kauman
2 277 7 4824 11.1 17.4
Memenuhi
Standar
13
SDN
KEDUNGKA 192 5 1552 12.7 8.1
Tidak
Memenuhi
KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH
DI KOTA MALANG
BAPPEDA KOTA MALANG 23
NDANG 1 Standar
14
SDN
LESANPURO
1 251 6 2272 7 9.1
Memenuhi
Standar
15
SDN
MADYOPUR
O 2 217 6 973 12.7 4.5
Tidak
Memenuhi
Standar
16
SDN
MERJOSARI 1 194 5 1181 12.7 6.1
Tidak
Memenuhi
Standar
17
SDN
PANDAN
WANGI 3 522 13 4171 10.6 8
Tidak
Memenuhi
Standar
18
SDN
PANDAN
WANGI 2 211 6 1722 12.7 8.2
Tidak
Memenuhi
Standar
19
SDN Sawojajar
4 198 5 1433 12.7 7.2
Tidak
Memenuhi
Standar
20
SDN
Tanjungrejo 5 375 9 1614 11.1 4.3
Tidak
Memenuhi
Standar
21
SDN Bandulan
3 278 7 593 11.1 2.1
Tidak
Memenuhi
Standar
22
SDN Blimbing
3 462 11 2128 11.1 4.6
Tidak
Memenuhi
Standar
23
SDN
Madyopuro 4 362 9 1687 6 4.7
Tidak
Memenuhi
Standar
24
SDN
Madyopuro 5 439 11 2775 11.1 6.3
Tidak
Memenuhi
Standar
Jumlah SDN yang tidak memenuhi standar (%) 79.2
KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH
DI KOTA MALANG
BAPPEDA KOTA MALANG 24
Jumlah SDN yang memenuhi standar (%) 20.8
Sumber : data diolah. 2016
Sebagaimana hasil yang tampak pada tabel 4.3, dapat diketahui gambaran Rasio luas lahan
terhadap jumlah peserta didik, yaitu 79,2% SDN tidak memenuhi standar Permendiknas RI
Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Standar Sarana dan Prasarana Untuk Sekolah Dasar/Madrasah
Ibtidaiyah (SD/MI), dan hanya 20,8% SDN yang memenuhi standar permendiknas.
4.3.Rasio Luas Lantai Bangunan terhadap Peserta Didik
Berdasarkan hasil pengisian kuisioner diperoleh data Luas Lantai Bangunan terhadap
Peserta Didik sebagaimana disajikan pada tabel 4.4 berikut :
Tabel 4.4 Rasio Luas Lantai terhadap Peserta Didik
No
Nama
Sekolah
Jumlah
Siswa Rombel
Lahan
terbangun
Stand
ar Rasio
Keteranga
n
1
SDN
BANDULAN
1 235 6 1141 3.8 4,9
Memenuhi
Standar
2
SDN
BANDULAN
4 255 7 1281 3.3 5,0
Memenuhi
Standar
3
SDN
BARENG 1 320 8 2276 3,3 7,1
Memenuhi
Standar
4
SDN
BARENG 5 88 3 3631 3,8 41,3
Memenuhi
Standar
5
SDN
Blimbing 5 212 6 738 4,2 3,5
Tidak
Memenuhi
Standar
6
SDN
DINOYO 3 210 5 1349 3,8 6,4
Memenuhi
Standar
7
SDN
GADINGKA
SRI 181 5 1870 3,8 10,3
Memenuhi
Standar
8
SDN
JATIMULYO 114 3 2489 3,8 21,8
Memenuhi
Standar
KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH
DI KOTA MALANG
BAPPEDA KOTA MALANG 25
5
9
SDN
KARANGBE
SUKI 2 155 4 3617 3,8 23,3
Memenuhi
Standar
10
SDN
KARANGBE
SUKI 3 248 6 254 3,8 1,0
Tidak
Memenuhi
Standar
11
SDN
Karangbesuki
4 147 4 151 3,8 1,0
Tidak
Memenuhi
Standar
12
SDN Kauman
2 277 7 4824 3,8 17,4
Memenuhi
Standar
13
SDN
KEDUNGKA
NDANG 1 192 5 1552 3,8 8,1
Memenuhi
Standar
14
SDN
LESANPUR
O 1 251 6 2272 4,2 9,1
Memenuhi
Standar
15
SDN
MADYOPU
RO 2 217 6 973 3,8 4,5
Memenuhi
Standar
16
SDN
MERJOSARI
1 194 5 1181 3,8 6,1
Memenuhi
Standar
17
SDN
PANDAN
WANGI 3 522 13 4171 3,2 8,0
Memenuhi
Standar
18
SDN
PANDAN
WANGI 2 211 6 1722 3,8 8,2
Memenuhi
Standar
19
SDN
Sawojajar 4 198 5 1433 3,8 7,2
Memenuhi
Standar
20
SDN
Tanjungrejo 5 375 9 1614 3,3 4,3
Memenuhi
Standar
21 SDN 278 7 593 3,3 2,1 Tidak
KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH
DI KOTA MALANG
BAPPEDA KOTA MALANG 26
Bandulan 3 Memenuhi
Standar
22
SDN
Blimbing 3 462 11 2128 3,3 4,6
Memenuhi
Standar
23
SDN
Madyopuro 4 362 9 1687 4 4,7
Memenuhi
Standar
24
SDN
Madyopuro 5 439 11 2775 3,3 6,3
Memenuhi
Standar
Jumlah SDN yang tidak memenuhi standar (%) 16,7
Jumlah SDN yang memenuhi standar (%) 83,3
Sumber:data diolah, 2016
Sebagaimana hasil tampak pada tabel 4.4, dapat diketahui gambaran Rasio luas lantai
terhadap jumlah peserta didik, yaitu 16,7% SDN tidak memenuhi standar Permendiknas RI
Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Standar Sarana dan Prasarana Untuk Sekolah Dasar/Madrasah
(SD/MI), dan hanya 83,3% SDN yang memenuhi standar permendiknas.
4.4.Rasio Luas Ruang Kelas – Jumlah Peserta Didik
Berdasarkan hasil pengisian kuisioner diperoleh data Rasio Luas Ruang Kelas – Jumlah
Peserta Didik sebagaimana disajikan pada tabel 4.5 berikut :
Tabel 4.5 Rasio Luas Lantai Terhadap Jumlah Peserta Didik
No Nama Sekolah Jumlah
Peserta
Didik
Luas
Ruang
Kelas
Standar
berdasarkan
Luas
Rasio Luas
Ruang Kelas
- Jumlah
Peserta
Didik
Keterangan
Rasio Luas
Ruang Kelas
- Jumlah
Peserta Didik
1
SDN
BANDULAN 1 235 294 2,0 1.3
Tidak
Memenuhi
Standar
2
SDN Bandulan
3 278 128 2,0 0,5
Tidak
Memenuhi
Standar
3
SDN
BANDULAN 4 255 392 2,0 1,5
Tidak
Memenuhi
Standar
KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH
DI KOTA MALANG
BAPPEDA KOTA MALANG 27
4
SDN BARENG
1 320 584 2,0 1,8
Tidak
Memenuhi
Standar
5
SDN BARENG
5 88 315 2,0 3,6
Memenuhi
Standar
6
SDN Blimbing
3 462 686 2,0 1,5
Tidak
Memenuhi
Standar
7
SDN Blimbing
5 212 252 2,0 1,2
Tidak
Memenuhi
Standar
8
SDN DINOYO
3 210 294 2,0 1,4
Tidak
Memenuhi
Standar
9
SDN
GADINGKAS
RI 181 290 2,0 1,6
Tidak
Memenuhi
Standar
10
SDN
JATIMULYO
5 114 336 2,0 2,9
Memenuhi
Standar
11
SDN
KARANGBES
UKI 2 155 336 2,0 2,2
Memenuhi
Standar
12
SDN
KARANGBES
UKI 3 248 336 2,0 1,4
Tidak
Memenuhi
Standar
13
SDN
Karangbesuki 4 147 0 2,0 0,0
Tidak
Memenuhi
Standar
14
SDN Kauman
2 277 2633 2,0 9,5
Memenuhi
Standar
15
SDN
KEDUNGKA
NDANG 1 192 0 2,0 0,0
Tidak
Memenuhi
Standar
16 SDN 251 336 2,0 1,3 Tidak
KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH
DI KOTA MALANG
BAPPEDA KOTA MALANG 28
LESANPURO
1
Memenuhi
Standar
17
SDN
MADYOPUR
O 2 217 340 2,0 1,6
Tidak
Memenuhi
Standar
18
SDN
Madyopuro 4 362 620 2,0 1,7
Tidak
Memenuhi
Standar
19
SDN
Madyopuro 5 439 588 2,0 1,3
Tidak
Memenuhi
Standar
20
SDN
MERJOSARI 1 194 0 2,0 0,0
Tidak
Memenuhi
Standar
21
SDN
PANDAN
WANGI 3 522 784 2,0 1,5
Tidak
Memenuhi
Standar
22
SDN
PANDANWA
NGI 2 211 0 2,0 0,0
Tidak
Memenuhi
Standar
23
SDN Sawojajar
4 Malang 198 567 2,0 2,9
Memenuhi
Standar
24
SDN
Tanjungrejo 5 375 567 2,0 1,5
Tidak
Memenuhi
Standar
Memenuhi 20,8
Tidak memenuhi 79,2
Sumber : data diolah, 2016
Sebagaimana hasil yang tampak pada tabel 4,5, dapat diketahui gambaran Luas Lantai
Terhadap Jumlah Peserta Didik, yaitu 79,2% SDN tidak memenuhi standar Permendiknas RI
Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Standar Sarana dan Prasarana Untuk Sekolah Dasar/Madrasah
Ibtidaiyah (SD/MI), dan hanya 20,8% SDN yang memenuhi standar permendiknas.
Selain Rasio Luas Ruang Kelas – Jumlah Peserta Didik, tidak kalah penting pula untuk
diketahui jumlah ruang yang seharusnya dimiliki SDN berdasarkan student body yang dimiliki.
Berikut disajikan jumlah ruang yang seharusnya dimiliki SDN sampel:
KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH
DI KOTA MALANG
BAPPEDA KOTA MALANG 29
Tabel 4.6 Jumlah Ruang Seharusnya (sesuai dengan Permendiknas RI Nomor 24 Tahun
2007 kapasitas maksimal jumlah peserta didik adalah 28 orang per kelas)
No Nama Sekolah
Jumlah
Peserta
Didik
Jumlah
Ruang
Kelas
Jumlah Ruang
Seharusnya
(Kapasitas Maks
28 orang per
kelas)
Keterangan
Rasio Luas
Ruang Kelas -
Jumlah Peserta
Didik
1 SDN BANDULAN 1 235 6 9,0
Tidak Memenuhi
Standar
2 SDN Bandulan 3 278 8 10,0
Tidak Memenuhi
Standar
3 SDN BANDULAN 4 255 7 10,0
Tidak Memenuhi
Standar
4 SDN BARENG 1 320 11 12,0
Tidak Memenuhi
Standar
5 SDN BARENG 5 88 6 4,0
Memenuhi
Standar
6 SDN Blimbing 3 462 13 17,0
Tidak Memenuhi
Standar
7 SDN Blimbing 5 212 6 8,0
Tidak Memenuhi
Standar
8 SDN DINOYO 3 210 6 8,0
Tidak Memenuhi
Standar
9 SDN GADINGKASRI 181 6 7,0
Tidak Memenuhi
Standar
10 SDN JATIMULYO 5 114 6 5,0
Memenuhi
Standar
11
SDN
KARANGBESUKI 2 155 6 6,0
Memenuhi
Standar
12
SDN
KARANGBESUKI 3 248 8 9,0
Tidak Memenuhi
Standar
13 SDN Karangbesuki 4 147 6,0
Tidak Memenuhi
Standar
14 SDN Kauman 2 277 11 10,0
Memenuhi
Standar
KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH
DI KOTA MALANG
BAPPEDA KOTA MALANG 30
15
SDN
KEDUNGKANDANG
1 192 6 7,0
Tidak Memenuhi
Standar
16 SDN LESANPURO 1 251 6 9,0
Tidak Memenuhi
Standar
17
SDN MADYOPURO
2 217 6 8,0
Tidak Memenuhi
Standar
18 SDN Madyopuro 4 362 11 13,0
Tidak Memenuhi
Standar
19 SDN Madyopuro 5 439 12 16,0
Tidak Memenuhi
Standar
20 SDN MERJOSARI 1 194 6 7,0
Tidak Memenuhi
Standar
21
SDN PANDAN
WANGI 3 522 14 19,0
Tidak Memenuhi
Standar
22
SDN
PANDANWANGI 2 211 6 8,0
Tidak Memenuhi
Standar
23
SDN Sawojajar 4
Malang 198 6 8,0
Tidak Memenuhi
Standar
24 SDN Tanjungrejo 5 375 9 14,0
Tidak Memenuhi
Standar
Memenuhi Standar 16,7
Tidak Memenuhi Standar 83,3
Sumber : data diolah, 2016
Sebagaimana hasil yang tampak pada tabel 4.6, dapat diketahui gambaran jumlah ruang
seharusnya dimiliki SDN sampel, yaitu 83,3% SDN tidak memenuhi standar Permendiknas RI
Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Standar Sarana dan Prasarana Untuk Sekolah Dasar/Madrasah
Ibtidaiyah (SD/MI), dan hanya 16,7% SDN yang memenuhi standar permendiknas.
KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH
DI KOTA MALANG
BAPPEDA KOTA MALANG 31
4.5.Rasio Luas Perpustakaan
Berdasarkan hasil pengisian kuisioner diperoleh data Rasio Luas Perpustakaan
sebagaimana disajikan pada tabel 4.7 berikut :
Tabel 4.7 Rasio Luas Perpustakaan
No Nama Sekolah
Jumla
h
Siswa
Luas
Bangunan
Standar
(M²) Keterangan
1 SDN BANDULAN 1 235 42 30 Memenuhi
2 SDN Bandulan 3 278 16 30
Tidak
Memenuhi
3 SDN BANDULAN 4 255 56 30 Memenuhi
4 SDN BARENG 1 320 90 30 Memenuhi
5 SDN BARENG 5 88 49 30 Memenuhi
6 SDN Blimbing 3 462 95,4 30 Memenuhi
7 SDN Blimbing 5 212 32 30 Memenuhi
8 SDN DINOYO 3 210 36 30 Memenuhi
9 SDN GADINGKASRI 181 45 30 Memenuhi
10 SDN JATIMULYO 5 114 56 30 Memenuhi
11 SDN Karangbesuki 147 64 30 Memenuhi
12 SDN KARANGBESUKI 2 155 26,25 30
Tidak
Memenuhi
13 SDN KARANGBESUKI 3 248 42 30 Memenuhi
14 SDN Kauman 2 277 42 30 Memenuhi
15
SDN
KEDUNGKANDANG 1 192 33 30 Memenuhi
16 SDN LESANPURO 1 251 56 30 Memenuhi
17 SDN MADYOPURO 2 217 30
18 SDN Madyopuro 4 362 57,8 30 Memenuhi
19 SDN Madyopuro 5 439 49 30 Memenuhi
20 SDN MERJOSARI 1 194 33 30 Memenuhi
21 SDN PANDAN WANGI 3 522 60 30 Memenuhi
22 SDN PANDANWANGI 2 211 42 30 Memenuhi
23 SDN Sawojajar 4 Malang 198 30
24 SDN Tanjungrejo 5 375 80 30 Memenuhi
KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH
DI KOTA MALANG
BAPPEDA KOTA MALANG 32
Memenuhi 83,3
Tidak Memenuhi 8,3
Mising Values 2
Sumber : data diolah, 2016
Sebagaimana hasil yang tampak pada tabel 4.7, dapat diketahui gambaran Rasio Luas
Perpustakaan SDN sampel, yaitu 83,3% SDN memenuhi standar Permendiknas RI Nomor 24
Tahun 2007 terkait luas perpustakaan minimal, dan hanya 8,3% SDN yang tidak memenuhi
standar permendiknas. Sedang 2 SDN tidak mengisi (2 SDN).
4.6.Laboratorium IPA
Berdasarkan hasil pengisian kuisioner diperoleh data keberadaan laboratorium IPA
(SAINS) sebagaimana disajikan pada tabel 4.8 berikut :
Tabel 4.8 Keberadaan Laboratorium IPA (SAINS)
No Nama Sekolah Luas Bangunan Meja Kursi Almari
1 SDN BANDULAN 1
2 SDN PANDAN WANGI 3
3 SDN BANDULAN 4
4 SDN BARENG 1
5 SDN BARENG 5 52,5 8 16 5
6 SDN Blimbing 5 42 1 7 5
7 SDN DINOYO 3 8 2
8 SDN GADINGKASRI
9 SDN JATIMULYO 5
10 SDN KARANGBESUKI 3
11 SDN KARANGBESUKI 2
12 SDN Karangbesuki 4
13 SDN Kauman 2 36 20 20 2
14 SDN LESANPURO 1
15 SDN MADYOPURO 2
16 SDN MERJOSARI 1
17 SDN PANDANWANGI 2 42 4 4 2
18 SDN Tanjungrejo 5
KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH
DI KOTA MALANG
BAPPEDA KOTA MALANG 33
19 SDN KEDUNGKANDANG 1
20 SDN Sawojajar 4
21 SDN Bandulan 3
22 SDN Blimbing 3 56 4 7
23 SDN Madyopuro 4
24 SDN Madyopuro 5
Sumber: data diolah, 2016
Berdasarkan tabel 4.8, tampak hanya 6 SDN (25%) yang memiliki ruang laboratorium IPA,
sedang 75% lainnya tidak menjawab pertanyaan. Sebagaimana Permendiknas RI Nomor 24
Tahun 2007 point 3.a ruang laboratorium IPA tidak harus beriri sendiri, akan tetapi dapat
memanfaatkan ruang kelas yang ada.
Sedangkan berdasarkan kelengkapan peralatan Laboratorium IPA, sebagaimana Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Standar
Sarana dan Prasarana Untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) minimal terdiri dari :
Model Kerangka, Model Tubuh, Globe, Model Tata Surya, Kaca Pembesar, Cermin Datar,
Cermin Cekung, Cermin Cembung, Lensa Datar, Lensa Cembung, Lensa Cekung, Magnet
batang, Poster IPA.
Berdasarkan hasil pengisian kuisioner, hanya ada 2 SDN (8,3%) yang memiliki peralatan
pendidikan sebagaimana Permendiknas Nomor 24 Tahun 2007 secara lengkap.
4.7.Ruangan Pimpinan
Berdasarkan hasil pengisian kuisioner diperoleh data Ruang Pimpinan sebagaimana
disajikan pada tabel 4.9 berikut :
Tabel 4.9 Ruang Pimpinan
No Nama Sekolah
Luas
Bangunan Mej
a
Ku
rsi
Alm
ari
So
fa
PC
Pri
nte
r
Tel
evis
i
1
SDN
BANDULAN 1
2
SDN PANDAN
WANGI 3
3 SDN 32 3 2 1 1 1
KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH
DI KOTA MALANG
BAPPEDA KOTA MALANG 34
BANDULAN 4
4 SDN BARENG 1 49 1 1 1 1 1 1
5 SDN BARENG 5 34 3 11 5 1 1 1
6
SDN BLIMBING
5 17,5 3 8 1 1
7 SDN DINOYO 3
8
SDN
GADINGKASRI
9
SDN
JATIMULYO 5
10
SDN
KARANGBESU
KI 3
11
SDN
KARANGBESU
KI 2 28 3 2 2 1
12
SDN
KARANGBESU
KI4
13
SDN KAUMAN
2 19 1 1 1 1 1
14
SDN
LESANPURO 1
15
SDN
MADYOPURO 2
16
SDN
MERJOSARI 1
17
SDN
PANDANWANG
I 2
18
SDN
TANJUNGREJO
5
19
SDN
KEDUNGKAND
KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH
DI KOTA MALANG
BAPPEDA KOTA MALANG 35
ANG 1
20
SDN
SAWOJAJAR 4
21
SDN
BANDULAN 3
22
SDN BLIMBING
3 28 1 1 1 1 1 1
23
SDN
MADYOPURO 4
24
SDN
MADYOPURO 5 20 3 2 1 2 1
Sumber : data diolah, 2016
Berdasarkan tabel 4.9, tampak hanya 8 SDN (33,3%) yang mengisi pertanyaan tentang
ruang pimpinan (Kepala Sekolah), sedang 66,7% lainnya tidak menjawab pertanyaan.
Sebagaimana Permendiknas RI Nomor 24 Tahun 2007 point 4.b ruang pimpinan minimal 12m².
Dari 33,3% responden yang menjawab ruang pimpinan, secara keseluruhan ruang pimpinan
telah sesuai dengan standar Permendiknas RI Nomor 24 Tahun 2007.
Bila dilihat dari perlengkapan minimal yang harus tersedia di ruang pimpinan sesuai
standar Permendiknas RI Nomor 24 Tahun 2007 terdiri atas: kursi dan meja, kursi tamu, lemari,
papan plastic, symbol kenegaraan, temapt sampah, PC/laptop, Filling cabinet, brankas dan jam
dinding, masih terdapat sebagian perlengkapn yang masih belum tersedia di ruang pimpinan dan
bervariasi pada seluruh sampel.
4.8.Ruang Guru
Berdasarkan Permendiknas RI Nomor 24 Tahun 2007, Ruang guru berfungsi sebagai
tempat guru bekerja dan istirahat serta menerima tamu, baik peserta didik maupun tamu lainnya.
Rasio minimum luas ruang guru 4 m²/pendidik dan luas minimum 32 m².ruang guru mudah
dicapai dari halaman sekolah ataupun dari luar lingkungan sekolah, serta dekat dengan ruang
pimpinan.
Berdasarkan hasil pengisian kuisioner diperoleh data Ruang Guru sebagaimana disajikan
pada tabel 4.10 berikut :
Tabel 4.10 Ruang Guru
No Nama Sekolah
Luas
Bangu Meja Kursi Almari Sofa PC
Pri
nter
Tele
visi
KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH
DI KOTA MALANG
BAPPEDA KOTA MALANG 36
nan
1
SDN
BANDULAN 1 42 12 9 6 1 4 2
2
SDN PANDAN
WANGI 3 56 14 27 5 4 4
3
SDN
BANDULAN 4 56 13 15 2 1
4 SDN BARENG 1 48 1 1 1 1 1 1
5 SDN BARENG 5 53 11 14 6 1 1
6
SDN BLIMBING
5 42 18 17 4 3 2
7 SDN DINOYO 3 35 4 12 5 1 2 2
8
SDN
GADINGKASRI 52 2 15 3 2 2 2
9
SDN
JATIMULYO 5 56 10 11 11 2 2 1
10
SDN
KARANGBESUK
I 3 63 3 16 6 2 3
11
SDN
KARANGBESUK
I 2 63 4 12 5 1 3 1 1
12
SDN
KARANGBESUK
I 4 49 17 22 8 1 5 1
13 SDN KAUMAN 2 36 20 20 2 1 1 1
14
SDN
LESANPURO 1 56 11 11 3 1 1 1
15
SDN
MADYOPURO 2 57 9 14 5 1 2
16
SDN
MERJOSARI 1 32 10 14 1
17
SDN
PANDANWANGI
2 56 14 14 1 3
KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH
DI KOTA MALANG
BAPPEDA KOTA MALANG 37
18
SDN
TANJUNGREJO
5 56 15 15 5
19
SDN
KEDUNGKAND
ANG 1 56 14 14 1 3
20
SDN
SAWOJAJAR 4
21
SDN
BANDULAN 3 16 8 14 4 1 1
22
SDN BLIMBING
3 81 20 20 4 2 1
23
SDN
MADYOPURO 4 58 15 20 2 4
24
SDN
MADYOPURO 5 29 10 20 3 2
Sumber : data diolah, 2016
Berdasarkan tabel 4.10, tampak hanya 1 SDN (4,2%) yang tidak memenuhi standar tentang
ruang Guru, sedang 91,7% lainnya telah memenuhi standar Permendiknas RI Nomor 24 Tahun
2007 point D.5. Standar Permendiknas RI Nomor 24 Tahun 2007 menyebutkan dalam ruang
guru minimal terdapat sarana : meja dan kursi guru, lemari, papan statistik, papan pengumuman,
tempat sampah, tempat cuci tangan dan jam dinding.
4.9.Tempat Beribadah
Berdasarkan Permendiknas RI Nomor 24 Tahun 2007, Tempat beribadah berfungsi sebagi
tempat warga sekolah melakukan ibadah yang diwajibkan oleh agama masing-masing pada
waktu sekolah. Banyak tempat beribadah sesuai dengan kebutuhan tiap satuan pendidikan
dengan luas minimum 12 m².
Berdasarkan hasil pengisian kuisioner diperoleh data tempat beribadah sebagimana
disajikan pada tabel 4.11 berikut :
Tabel 4.11 Tempat Beribadah
No Nama Sekolah
Luas
tempat
Wudhu
Musholah Standar
Minimal
(m²)
Keterangan Kepemilikan
Luas
Bangunan
KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH
DI KOTA MALANG
BAPPEDA KOTA MALANG 38
(m²)
1 SDN BANDULAN 1 6 12 Memenuhi
2
SDN PANDAN
WANGI 3 16 Sendiri 36 12 Memenuhi
3 SDN BANDULAN 4 4 Sendiri 28 12 Memenuhi
4 SDN BARENG 1 3 Sendiri 42 12 Memenuhi
5 SDN BARENG 5 2,5 Sendiri 49 12 Memenuhi
6 SDN BLIMBING 5 9 Sendiri 30 12 Memenuhi
7 SDN DINOYO 3 7 Sendiri 48 12 Memenuhi
8 SDN GADINGKASRI 8 12
9 SDN JATIMULYO 5 Sendiri 24 12 Memenuhi
10
SDN
KARANGBESUKI 3 3 Sendiri 28 12 Memenuhi
11
SDN
KARANGBESUKI 2 8 Sendiri 28 12 Memenuhi
12
SDN
KARANGBESUKI 4 4 Sendiri 49 12 Memenuhi
13 SDN KAUMAN 2 9 Sendiri 56 12 Memenuhi
14 SDN LESANPURO 1 6 12
15 SDN MADYOPURO 2 4 Sendiri 12 12 Memenuhi
16 SDN MERJOSARI 1 4 Sendiri 40 12 Memenuhi
17
SDN
PANDANWANGI 2 15 Sendiri 42 12 Memenuhi
18
SDN TANJUNGREJO
5 8 Sendiri 80 12 Memenuhi
19
SDN
KEDUNGKANDANG
1 15 Sendiri 42 12 Memenuhi
20 SDN SAWOJAJAR 4 12
21 SDN BANDULAN 3 Sendiri 16 12 Memenuhi
22 SDN BLIMBING 3 10,5 Sendiri 43 12 Memenuhi
23 SDN MADYOPURO 4 6 Sendiri 45 12 Memenuhi
24 SDN MADYOPURO 5 Sendiri 56 12 Memenuhi
Sumber : data diolah, 2016
KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH
DI KOTA MALANG
BAPPEDA KOTA MALANG 39
Berdasarkan tabel 4.11, tampak sejumlah 20 SDN (83,3%) telah memiliki tempat beribadah
dan telah memenuhi standar tentang tempat beribadah, sedangkan 16,7% lainnya tidak
menjawab pertanyaan (missing values).
4.10.Ruang UKS
Berdasarkan Permendiknas RI Nomor 24 Tahun 2007, Ruang UKS berfungsi sebagi
tempat untuk penanganan dini peserta didik yang mengalami gangguan kesehatan di sekolah.
Ruang UKS dapat dimanfaatkn sebagai ruang konseling.Luas minimum ruang UKS 12 m².
Berdasarkan hasil pengisian kuisioner data Ruang UKS sebagimana disajikan pada tabel
4.12 berikut :
Tabel 4.12 Ruang UKS
No Nama Sekolah
Jumlah
Siswa
Luas
Bangunan Standar (m²) Keterangan
1 SDN BANDULAN 1 235
12 -
2 SDN PANDAN WANGI 3 522 42 12 Memenuhi
3 SDN BANDULAN 4 255 15 12 Memenuhi
4 SDN BARENG 1 320 21 12 Memenuhi
5 SDN BARENG 5 88 17,5 12 Memenuhi
6 SDN Blimbing 5 212 6 12
Tidak
Memenuhi
7 SDN DINOYO 3 210 10 12
Tidak
Memenuhi
8 SDN GADINGKASRI 181 3 12
Tidak
Memenuhi
9 SDN JATIMULYO 5 114 56 12 Memenuhi
10 SDN KARANGBESUKI 3 248 24 12 Memenuhi
11 SDN KARANGBESUKI 2 155 6 12
Tidak
Memenuhi
12 SDN Karangbesuki 4 147 21 12 Memenuhi
13 SDN Kauman 2 277 18 12 Memenuhi
14 SDN LESANPURO 1 251 32 12 Memenuhi
15 SDN MADYOPURO 2 217 8 12
Tidak
Memenuhi
KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH
DI KOTA MALANG
BAPPEDA KOTA MALANG 40
16 SDN MERJOSARI 1 194 18 12 Memenuhi
17 SDN PANDANWANGI 2 211 18 12 Memenuhi
18 SDN Tanjungrejo 5 375
12 -
19 SDN KEDUNGKANDANG 1 192 18 12 Memenuhi
20 SDN Sawojajar 4 198
12 -
21 SDN Bandulan 3 278 7 12
Tidak
Memenuhi
22 SDN Blimbing 3 462 37,5 12 Memenuhi
23 SDN Madyopuro 4 362 7 12
Tidak
Memenuhi
24 SDN Madyopuro 5 439 30 12 Memenuhi
Sumber : data diolah, 2016
Berdasarkan tabel 4.12, tampak sejumlah 14 SDN (58,3%) telah memiliki UKS dan telah
memenuhi standar tentang ruang UKS, sedangkan 29,2% tidak memenuhi standar ruang UKS
sebagaimana Permendiknas RI Nomor 24 Tahun 2007. Sedang sarana yang tersedia di ruangan
UKS bervariasi pada tiap sampel, yang sebagian besar tidak sesuai dengan standar sarana ruang
UKS yang ditetapkan Permendiknas RI Nomor 24 Tahun 2007.
4.11.Jamban
Berdasarkan Permendiknas RI Nomor 24 Tahun 2007, Jamban berfungsi sebagi tempat
buang air besar dan/atau kecil. Minimum terdapat 1 unit untuk setiap 60 peserta didik pria, 1
unit jamban untuk setiap 50 peserta didik wanita, dan 1 unit jamban untuk guru. Banyak jamban
minimum setiap sekolah 3 unit.Luas minimum 1 unit jamban 2 m².Jamban harus berdinding,
beratap, dapat dikunci, dan mudah dibersihkan.Tersedia air bersih di setiap unit jamban.
Berdasarkan hasil pengisian kuisioner diperoleh data keberadaan jamban di SDN sampel
sebagaimana disajikan pada tabel 4.13 berikut :
Tabel 4.13 Ruang Jamban
No Nama Sekolah
Jumlah
Siswa Standar
Jumlah
Jamban Keterangan
1 SDN BANDULAN 1 235 4 4 Memenuhi
2 SDN PANDAN WANGI 3 522 9 9 Memenuhi
3 SDN BANDULAN 4 255 5 8 Memenuhi
4 SDN BARENG 1 320 6 8 Memenuhi
KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH
DI KOTA MALANG
BAPPEDA KOTA MALANG 41
5 SDN BARENG 5 88 2 7 Memenuhi
6 SDN Blimbing 5 212 4 8 Memenuhi
7 SDN DINOYO 3 210 4 7 Memenuhi
8 SDN GADINGKASRI 181 4 4 Memenuhi
9 SDN JATIMULYO 5 114 2 8 Memenuhi
10 SDN KARANGBESUKI 3 248 5 6 Memenuhi
11 SDN KARANGBESUKI 2 155 3 5 Memenuhi
12 SDN Karangbesuki 4 147 3 4 Memenuhi
13 SDN Kauman 2 277 5 6 Memenuhi
14 SDN LESANPURO 1 251 5 7 Memenuhi
15 SDN MADYOPURO 2 217 4 4 Memenuhi
16 SDN MERJOSARI 1 194 4 6 Memenuhi
17 SDN PANDANWANGI 2 211 4 5 Memenuhi
18 SDN Tanjungrejo 5 375 7 6 Tidak Memenuhi
19
SDN
KEDUNGKANDANG 1 192 4 5 Memenuhi
20 SDN Sawojajar 4 198 4
21 SDN Bandulan 3 278 5 5 Memenuhi
22 SDN Blimbing 3 462 8 14 Memenuhi
23 SDN Madyopuro 4 362 7 5 Tidak Memenuhi
24 SDN Madyopuro 5 439 8 9 Memenuhi
Sumber : data diolah, 2016
Berdasarkan tabel 4.13, tampak sejumlah 21 SDN (87,5%) telah memiliki jamban dan
telah memenuhi standar tentang ruang UKS, sedangkan 8,3% tidak memenuhi standar ruang
UKS sebagaimana Permendiknas RI Nomor 24 Tahun 2007.
KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH
DI KOTA MALANG
BAPPEDA KOTA MALANG 42
BAB V
PEMBAHASAN
5.1.Analisis Lingkungan Eksternal dan Internal Prasarana Sekolah di Kota Malang
Analisis Lingkungan Eksternal ini berkaitan dengan berbagai aspek dari lingkungan
eksternal (diluar manajemen sekolah), yang mempengaruhi terhadap ketersediaan prasarana
sekolah terutama prasarana sekolah pada sekolah tingkat dasar di kota Malang. Sedangkan
analisa Internal merupakan analisa terhadap aspek internal sekolah yaitu aspek yang berkaitan
dengan aspek internal yang merupakan hal-hal yang dapat dipengaruhi oleh manajemen sekolah.
5.1.1. Aspek lingkungan eksternal sekolah.
Aspek lingkungan eksternal sekolah ini dapat meliputi :
1) Kebijakan pemerintah tentang arah pengembangan sekolah yang berdampak
terhadap prasarana sekolah.
2) Kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan pendanaan untuk sekolah
3) Perkembangan penduduk kota malang
4) Pertumbuhan pendapatan perkapitan penduduk kota malang
5) Perkembangan teknologi yang berkaitan dengan teknologi proses pembelajaran
Aspek lingkungan eksternal sekolah tersebut memberikan dampak terhadap
keberadaan prasarana sekolah, dimana dapat merupakan peluang bagi sekolah untuk
memenuhi atau meningkatkan prasarana sekolah yang dimiliki, sehingga mampu
memberikan pelayanan yang baik terhadadap stakeholders. Demikian pula aspek eksternal
ini juga dapat merupakan ancaman bagi ketercapaian pemenuhan prasarana sekolah, atau
menuntut pengembangan prasarana untuk dapat menjaga keberlangsungan pelayanan
prasarana yang baik terhadap stakholders. Sehingga aspek tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut :
1) Kebijakan pemerintah tentang arah pengembangan sekolah yang berdampak terhadap
prasarana sekolah.
Pemerintah Kota Malang melalui kebijakan pengembangan sekolah sesuai Peraturan
Walikota Malang No.35 tahun 2014 tentang rencana induk pengembangan sekolah
2013-2018 terutama pada pasal 7 yang menyangkut standarisasi prasarana, telah
mencanangkan adanya pemerataan distribusi, penertiban, perbaikan, dan pemeliharaan
tanah, gedung, perabot dan alat peraga sekolah, sehingga tidak bervariasi dan
berdasarkan standarisasi.
KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH
DI KOTA MALANG
BAPPEDA KOTA MALANG 43
Hal demikian merupakan peluang bagi sekolah diKota Malang untuk dapat
meningkatkan mengembangkan prasarana sekolah sehingga mampu melayani
kebutuhan stakeholder dengan baik
2) Kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan pendanaan untuk sekolah
Dalam Perda No.3 Tahun 2014 pada bab XIV terutama pasal 46 telah disebutkan
bahwa dana pendidikan sekurang-kurangnya 10 persen dari anggaran diluar gaji
pegawai. Hal demikian menunjukkan komitmen pemerintah untuk membangun fasilitas
pendidikan di Kota Malang sekaligus merupakan peluang bagi sekolah di Kota Malang
untuk meningkatkan prasarananya guna dapat meningkatkan performansi sekolah dalam
melakukan pelayanan pendidikan kepada mayarakat.
3) Perkembangan penduduk Kota Malang
Perkembangan penduduk Kota Malang merupakan pertumbuhan penduduk yang
dinamis dengan tingkat pertumbuhan sebesar 0,80% pertahun hal demikian potensial
mendukung perkembangan permintaan terhadap jasa pendidikan terutama sekolah
formal baik tingkat dasar, menengah maupun tingkat lanjutan. Perkembangan penduduk
yang diiringi permintaan terhadap sekolah ini menjadikan tantangan bagi sekolah untuk
mampu menyediakan prasarana sekolah sebagai bagian dari pelayanan terhadap
masyarakat untuk agar dapat menikmati pendidikan wajib belajar 9 tahun sebagaimana
dicanagkan oleh pemerintah.
Tabel 5.1 Jumlah Penduduk Kota MalangMenurut KecamatanTahun2010- 2015
No
KECAMATAN
TAHUN
2011
TAHUN
2012
TAHUN
2013
TAHUN
2014
TAHUN
2015*)
1 KLOJEN 118.472 110.816 107.729 109.000 109.426
2 BLIMBING 198.040 188.387 187.001 191.631 193.229
3 KEDUNGKANDANG 201.976 193.784 194.071 199.506 202.259
4 LOWOKWARU 169.238 161.603 162.591 166.633 168.308
5 SUKUN 202.353 191.643 193.310 198.241 200.907
KOTAMALANG 890.079 846.233 844.702 865.011 874.129
*) Tahun2015adalahdatabulanJuni2015. Sumber: RKPD tahun 2016
Sedangkan menurut kelompok umur yang dikelompokkan kedalam 8 (delapan)
kelompok menurut umur dengan interval kelas kelompok sebesar 5 tahun menunjukkan
bahwa jumlah penduduk pada kelompok umur usia sekolah atau wajib belajar yaitu ( 5-9),
(10-14) dan (15-19) merupakan kelompok usia yang menikmati wajib belajar 9 tahun,
yang kurang lebih meliputi jumlah penduduk sebanyak 202.185 anak usia sekolah.
KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH
DI KOTA MALANG
BAPPEDA KOTA MALANG 44
Tabel 5.2 JumlahPendudukBerdasarkanKelompokUmurSemesterITahun2015
N0. KelompokUmur Jumlah
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
0-4
5-9
10-14
15-19
20-24
25-29
30-34
35-39
40-44
45-49
50-54
55-59
60-64
65+
59.375
67.129
69.346
65.710
63.875
69.101
81.918
75.522
67.964
62.541
53.769
45.501
32.900
59.478
Sumber : RKPD Tahun 2016
Jumlah anak usia wajib belajar tersebut merupakan tantangan bagi sekolah untuk
menyediakan fasilitas prasarana sekolah yang representatif bagi mereka dengan memenuhi
standar yang telah ditetapkan dalam peraturan menteri pendidikan Nasional
(Permendiknas) No.27 Tahun 2007.
4) Pertumbuhan pendapatan perkapitan penduduk kota malang
Pertumbuhan pendapatan masyarakat kota malang yang ditunjukkan dengan PDRB
(Produk Domestik Regional Bruto) memiliki pertumbuhan yang cukup pesaat dengan
rata-rata sekitar 7.6 % adalah merupakan tingkat pertumbuhan yang cukup tinggi.
Tabel 5.3 PerkembangandanPertumbuhanPDRBKotaMalangTahun2011- 2014
Tahun PDRBADH
Berlaku
Perkembangan
(%)
PDRBAD
H
Konstan
Pertumbuhan
(%)
2010 30.802.611,8
8
15,27 14.044.625,15 10,48
2011 34.226.477,0
0
11,12 15.038.460,41 7,08
2012 38.512.635,2
0
12,52 16.176.980,57 7,57
2013 43.395.888,9
8
12,68 17.293.338,71 7,30
2014 49.443.313,9
5
13,94 18.572.472,37 7,40
2015*)
39.276.185,4
0
13,11 16.225.175,44 7,97
Sumber: RKPD TAHUN 2016
5) Perkembangan teknologi yang berkaitan dengan teknologi proses pembelajaran
KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH
DI KOTA MALANG
BAPPEDA KOTA MALANG 45
Seiring dengan kemajuan teknologi, maka perkembangan media pembelajaran begitu
cepat, di mana masing-masing media yang ada punya ciri-ciri dan kemampuan sendiri.
Dari hal ini, kemudian timbul usaha-usaha penataannya yaitu pengelompokkan atau
klasifikasi menurut kesamaan ciri-ciri atau karakteristiknya. Ciri-ciri umum dari media
pembelajaran adalah:
a) Media pembelajaran identik dengan pengertian peragaan yang berasal dari kata
“raga”, artinya suatu benda yang dapat diraba, dilihat dan didengar dan yang dapat
diamati melalui panca indera.
b) Tekanan utama terletak pada benda atau hal-hal yang dapat dilihat dan didengar.
c) Media pembelajaran digunakan dalam rangka hubungan (komunikasi) dalam
pengajaran antara guru dan siswa.
d) Media pembelajaran adalah semacam alat bantu belajar mengajar, baik di dalam
maupun di luar kelas.
e) Media pembelajaran merupakan suatu “perantara” (medium, media) dan digunakan
dalam rangka belajar.
f) Media pembelajaran mengandung aspek, sebagai alat dan sebagi teknik yang erat
pertaliannya dengan metode belajar.
Taksomi media dapat dikelompokkan kedalam beberapa kelompok yaitu: 1) Media
audio visual gerak,2) Media audio visual diam, 3) Media audio semi gerak,4) Media
visual gerak,5) Media visual diam,6) Media visual semi gerak,7) Media audio,8) Media
cetak.
Dapat juga dikelompokkan kedalam 13 media, yaitu sebagai berikut:
1) Obyek,2) Model,3) Suara langsung, 4) Rekaman audio,5) Media cetak,
6) Pembelajaran terprogram,7) Papan tulis,8) Media transparansi, 9) Film rangkai,
10) Film bingkai, 11) Film,12) Televisi.
Sehingga demikian perkembangan teknologi media pembelajaran yang cepat ini
menuntut tantangan bagi sekolah untuk mampu menyediakan prasarana sesuai
perkembangan teknologi pembelajaran, agar siswa, guru dan pengajar di sekolah dapat
menyesuaikan dengan perkembangan lingkungan terutama teknologi yang berkembang.
5.1.2.Aspek Lingkungan Internal Sekolah
Aspek Lingkungan internal yang berkaitan dengan prasana sekolah dapat
kelompokkan kedalah kekuatan ataukah kelemahan bagi sekolah di wilayah Kota Malang.
Adapun aspek lingkungan internal ini diantaranya meliputi:
1. Luas lahan yang dimiliki sekolah
2. Luas Lantai Bangunan yang dimiliki sekolah
KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH
DI KOTA MALANG
BAPPEDA KOTA MALANG 46
3. Luas ruang kelas yang dimiliki sekolah
4. Luas perpustakaanyang dimiliki sekolah
5. Kepemilikan ruang lab yang dimiliki sekolah
6. Ruang pimpinan yang dimiliki sekolah
7. Ruang guru yang dimiliki sekolah
8. Tempat ibadah yang dimiliki sekolah
9. Ruang UKS yang dimiliki sekolah
10. Jamban yang dimiliki Sekolah
1) Luas lahan yang dimiliki sekolah
Luas lahan sekolah merupakan prasarana penting bagi keberadaan sekolah dalam
memfasilitasi berbagai prasarana sekolah yang ada diatasnya seperti : Ruang
Kelas,Perpustakaan,Laboratorium dan Ruang Belajar Mandiri Bahasa, Laboratorium
Komputer,Sarana Olah Raga, Sarana Kesenian,ruang perpustakaan, laboratorium IPA,
ruang pimpinan, ruang guru, tempat beribadah, ruang UKS, jamban, gudang, ruang
sirkulasi, tempat bermain dan sebagainya
Disamping itu lahan sekolah yang luas juga dapat meningkatkan suasana yang
kondusif dalam mendukung suasana akademik seperti:
a) Tempat praktik mata pelajaran
Sebenarnya tempat siswa melaksanakan praktik tidak hanya di dalam gedung
laboratorium. Praktikum juga dapat dilaksanakan di alam terbuka. Misalnya
pada lahan kosong yang tersedia di sekitar sekolah.Lahan kosong di areal
sekolah dapat dimanfaatkan menjadi tempat praktik bagi siswa. Misalnya untuk
mata pelajaran muatan lokal keterampilan pertanian dan ilmu pengetahuan alam
(IPA). Pengelolaan tanaman herbal dan holtikultura di areal sekolah dilakukan
oleh siswa di bawah bimbingan guru kedua mata pelajaran tersebut. Tanaman
jeruk nipis sebagai media untuk praktikum cara mencangkok pada mata
pelajaran keterampilan pertanian maupun IPA. Selain itu, budidaya tanaman
herbal dan holtikultura menjadi objek kajian mata pelajaran IPA tentang
tumbuhan.
b) Menciptakan lingkungan yang indah dan bersih
Pemanfaatan lahan kosong di sekitar lokal belajar siswa juga menguntungkan
dalam gerakan K-3 di sekolah. Lingkungan sekolah menjadi terlihat indah,
bersih dan nyaman. Areal sekolah tidak hanya dipenuhi oleh tumbuhan jenis
bunga tetapi juga diselingi oleh tanaman produktif yang dikembangkan di
sekolah.
KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH
DI KOTA MALANG
BAPPEDA KOTA MALANG 47
c) Bernilai ekonomi
Tanaman yang dibudidayakan melalui pemanfaatan lahan kosong sekitar lokasi
sekolah bisa juga bernilai ekonomi. Jeruk nipis dapat dipanen menjadi
tambahan uang kas bagi kelas maupun sekolah.
2) Luas lantai bangunan yang dimiliki sekolah
Bangunan sekolah harus memenuhi ketentuan tata bangunan yang terdiri
dari::koefisien dasar bangunan maksimum 30 %;koefisien lantai bangunan dan ketinggian
maksimum bangunan yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah;,jarak bebas bangunan yang
meliputi garis sempadan bangunan dengan as jalan, tepi sungai, tepi pantai, jalan kereta
api, dan/atau jaringan tegangan tinggi, jarak antara bangunan dengan batas-batas persil, dan
jarak antara as jalan dan pagar halaman yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah.
Disamping itu bangunan harus memiliki persyaratan yang terpenuhi diantaranya:
1) Bangunan memenuhi persyaratan keselamatan bagi penghuni sekolah sebagai
berikut.
a. Memiliki konstruksi yang stabil dan kukuh sampai dengan kondisi
pembebanan maksimum dalam mendukung beban muatan hidup dan beban
muatan mati, serta untuk daerah/zona tertentu kemampuan untuk menahan
gempa dan kekuatan alam lainnya.
b. Dilengkapi sistem proteksi pasif dan/atau proteksi aktif untuk mencegah dan
menanggulangi bahaya kebakaran dan petir.
2) Bangunan memenuhi persyaratan kesehatan berikut.
a. Mempunyai fasilitas secukupnya untuk ventilasi udara dan pencahayaan
yang memadai.
b. Memiliki sanitasi di dalam dan di luar bangunan meliputi saluran air bersih,
saluran air kotor dan/atau air limbah, tempat sampah, dan saluran air hujan.
c. Bahan bangunan yang aman bagi kesehatan pengguna bangunan dan tidak
menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan.
3) Bangunan gedung menyediakan fasilitas dan aksesibilitas yang mudah, aman,
dan nyaman termasuk bagi penyandang cacat.
4) Bangunan memenuhi persyaratan kenyamanan berikut.
a. Bangunan mampu meredam getaran dan kebisingan yang mengganggu
kegiatan pembelajaran.
b. Setiap ruangan memiliki pengaturan penghawaan yang baik.
c. Setiap ruangan dilengkapi dengan lampu penerangan.
5) Bangunan bertingkat memenuhi persyaratan berikut.
a. Maksimum terdiri dari tiga lantai.
KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH
DI KOTA MALANG
BAPPEDA KOTA MALANG 48
b. Dilengkapi tangga yang mempertimbangkan kemudahan, keamanan,
keselamatan, dan kesehatan pengguna.
6) Bangunan dilengkapi sistem keamanan berikut.
a. Peringatan bahaya bagi pengguna, pintu keluar darurat, dan jalur evakuasi
jika terjadi bencana kebakaran dan/atau bencana lainnya.
b. Akses evakuasi yang dapat dicapai dengan mudah dan dilengkapi penunjuk
arah yang jelas.
7) Bangunan dilengkapi instalasi listrik dengan daya minimum 900 watt.
8) Pembangunan gedung atau ruang baru harus dirancang, dilaksanakan, dan
diawasi secara profesional.
9) Kualitas bangunan gedung minimum permanen kelas B, sesuai dengan PP No.
19 Tahun 2005 Pasal 45, dan mengacu pada Standar PU.
10) Bangunan gedung sekolah/madrasah baru dapat bertahan minimum 20 tahun.
11) Pemeliharaan bangunan sekolah/madrasah adalah sebagai berikut.
a. Pemeliharaan ringan, meliputi pengecatan ulang, perbaikan sebagian daun
jendela/pintu, penutup lantai, penutup atap, plafon, instalasi air dan listrik,
dilakukan minimum sekali dalam 5 tahun.
b. Pemeliharaan berat, meliputi penggantian rangka atap, rangka plafon, rangka
kayu, kusen, dan semua penutup atap, dilakukan minimum sekali dalam 20
tahun.
12) Bangunan gedung dilengkapi izin mendirikan bangunan dan izin penggunaan
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3) Luas Ruang Kelas yang dimiliki sekolah
Kelas merupakan suatu unit kerja yang berdiri sendiri perlu mendapatkan
pengeloaan dan pengaturan kelas yang baik agar mendapatkan pengelolaan dan pengaturan
kelas yang baik agar dinamika kelas dapat bekerja dengan baik, untuk dapat mengelola
kelas dengan baik, maka dalam hal ini perlu diperhatikan beberapa aspek yang menjadi
dasar penyelenggaraan pengelolan kelas.
Adapun aspek-aspek pengelolaan kelas adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan kelas
b. Pengorganisasi kelas
c. Pengarahan kelas
d. Koordinasi kelas
e. Komunikasi kelas
f. Kontrol kelas
KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH
DI KOTA MALANG
BAPPEDA KOTA MALANG 49
Untuk lebih jelasnya aspek pengelolaan kelas tersebut di atas:
a. Perencanaan kelas
Dalam setiap kegiatan suatu keorganisasian sangat diperlukan adanya
perencanaan (planing), baik itu perencanaan jangka panjang, sebab suatu kegiatan
tanpa perencanaan tidak akan berjalan dengan baik, begitu pula dengan
pengelolaan kelas perlu adanya perencanaan yang matang, yang diwujudkan
dalam bentuk-bentuk program-program yang konkrit dengan mengkaitkan alokasi
waktu yang tersedia berwujud program-program tahunan, semester, bulanan dan
mingguan serta harian.
Program harian dan mingguan yang berhubungan dengan kurikulum, disusun
dalam bentuk daftar pelajaran, sedangkan dalam program tahunan di dalamnya
memuat secara terperinci mengenai program semester dan juga didalamnya
program bulanan. Program-program tersebut perlu dirumuskan adanya tujuan
setiap bidang studi.
Disamping perencanaan yang berdasarkan kurikulum bagi sebuah kelas, perlu
pula disusun dan direncanakan adanya program penunjang yang berupa ekstra
kurikuler guna menunjang kegiatan Proses Belajar Mengajar.
b. Pengorgansiasian kelas
Organisasi kelas adalah aktifitas-aktifitas menyusun dan membantu hubungan-
hubungan sedemikian rupa, sehingga terwujudlah kesatuan usaha dalam
mencapai maksud-maksud dan tujuan-tujuan pendidikan.
Organisasi-organisasi kelas pada umumnya berbentuk sederhana yang
personilnya meliputi ketua kelas, wakil ketua kelas, sekretaris, bendahara dan
beberapa buah seksi suatu dengan keperluan.
Sedangkan tujuan organisasi ialah untuk memenuhi misi yang diemban yaitu
untuk menyelesaikan tujuan organisasi yang lebih ditetapkan sebelumnya.
Berpijak dari uraian diatas, maka kelas merupakan sub sistem dari sebuah
sekolah, yang mana didayagunakan sebaik mungkin, dan guru atau wali kelas
harus mampu membagi beban kerja dengan memberi wewenang dan tanggung
jawab secukupnya kepada semua personil yang ikut serta dalam pengelolaan
kelas, sehubungan dengan itu harus diupayakan setiap personil kelas mampu serta
mengetahui posisinya masing-masing seperti yang telah disebutkan, yaitu bentuk
kepengurusan kelas serta jadwal piket yang berhubungan dengan program 5-K.
Dengan terbentuknya pengurus-pengurus tersebut dalam pembagian tugas
KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH
DI KOTA MALANG
BAPPEDA KOTA MALANG 50
masing-masing maka situasi kelas akan harmonis dan Proses belajar Mengajar
akan lancar dan baik.
c. Pengarahan kelas
Agar didalam melaksanakan tugas yang baik ada dalam kelas yang telah
direncanakan dan disusun sesuai dengan pembagian tugas masing-masing
tersebut di atas tidak menjadi penyimpangan dari rencana atau program yang
telah ditentukan. Untuk itu, guru atau wali kelas hendaknya memberikan
instruksi-instruksi dan petunjuk-petunjuk serta bimbingan yang telah dilakukan
melalui kerjasama antara guru beserta siswa dan kepala sebagai supervisornya.
Guru adalah sebagai tempat dimana murid mencurahkan isi hatinya dalam
menghadapi kesulitannya, menampung masalah siswa dan menyuruh kembali,
sehingga dapat dibimbing untuk memasukkan jalan keluarnya. Guru didalam
memberikan pengarahan itu hendaknya diputuskan dengan jalan musyawarah.
d. Koordinasi kelas
Koordinasi diwujudkan dengan cara bekerja sama yang didasari saling pengertian
dalam tugas dan peranannya masing-masing. Dalam tugas koordinasi yang efektif
memungkinkan setiap personil menyampaikan saran-saran dan pendapat-
pendapat serta gagasan-gagasan baik dalam kerjanya sendiri maupun mengenai
bidang studi satu kerja dengan orang lain terutama yang mempunyai sangkut paut
dengan bidang tugas yang menjadi tanggung jawab yang bersangkutan agar tidak
terjadi tabrakan atau kesimpangsiuran dalam penggunaan waktu dan fasilitas
kelas.
Dari beberapa uraian tersebut di atas maka jelaslah bahwa koordinasi pada
dasarnya suatu usaha kegiatan wali kelas untuk menciptakan hubungan kerja
yang harmonis sehingga pekerjaan menjadi produktif, baik untuk kepentingan
kelas secara khusus, maupun sekolah pada umumnya.
e. Komunikasi kelas
Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab terhadap kegiatan yang meliputi
perencanaan sampai kontrol kelas dalam segala aspeknya termasuk dalam segala
hal ini adalah kegiatan Proses Belajar Mengajar diperlukan hubungan manusia
yang harmonis.
Dalam bentuk konkrit komunikasi disalurkan melalui kesediaan menyampaikan
keterangan-keterangan dan beberapa penjelasan yang diperlukan pihak lain
KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH
DI KOTA MALANG
BAPPEDA KOTA MALANG 51
sebagai anggota kelas, tetap dengan itu kelas akan berjalan dengan baik
sebagaimana mestinya.
f. Kontrol kelas
Selama dan sesudah kegiatan kelas berdasarkan program yang telah disusun dan
dilaksanakan diperlukan kegiatan kontrol yang dilakukan oleh seorang wali kelas
atau guru kelas. Dalam bentuk kongkrit kontrol dilakukan terhadap realisasi
jadwal pelajaran, disiplin guru dan siswa, kedisiplinan karyawan serta
personalianya sangat diperlukan dalam rangka meningkatkan prestasi belajar
siswa.Disiplin merupakan suatu hal yang sangat dominan, tanpa disertai disiplin,
maka semua kegiatan yang ada pada kelompok akan berhenti dan terganggu.
Kepala sekolah, dewan guru, karyawan sekaloh, serta seluruh siswa harus
mengendalikan tata perilaku yang dibuat. Masalah kedisiplinan sekolah
merupakan masalah yang sangat penting untuk mengetahui diri lembaga tertentu.
Dalam hal ini disiplin atau tata tertib hanya digunakan untuk mengontrol tingkah
laku peserta didik yang dikehendaki agar tugas-tugas disekolah dapat berjalan
dengan optimal.
Jadi, tujuan pengawasan adalah untuk mengetahui apakah pelaksanaan sudah
sesuai dengan perencanannya yang telah ditetapkan dahulu atau belum. Sehingga
dengan melihat atau melalui kontrol yang baik maka dapat diketahui tingkat
keberhasilan maupun tidak berhasilnya program diatas dan selanjutnya harus
diteliti sebab-sebab ketidakberhasilan untuk digunakan sebagai bahan
pertimbangan program berikutnya
4) Luas Perpustakaanyang dimiliki sekolah
Tujuan utama penyelenggaraan perpustakaan sekolah adalah meningkatkan mutu
pendidikan bersama-sama dengan unsur-unsur sekolah lainnya. Sedangkan tujuan lainnya
adalah menunjang, mendukung, dan melengkapi semua kegiatan baik kurikuler, ko-
kurikuler dan ekstra kurikuler, di samping dimaksudkan pula dapat membantu
menumbuhkan minat dan mengembangkan bakat murid serta memantapkan strategi belajar
mengajar.
Namun secara operasional tujuan perpustakaan sekolah bila dikaitkan dengan
pelaksanaan program di sekolah, diantaranya adalah:
a) Memupuk rasa cinta, kesadaran, dan kebiasaan membaca.
b) Membimbing dan mengarahkan teknik memahami isi bacaan.
KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH
DI KOTA MALANG
BAPPEDA KOTA MALANG 52
c) Memperluas pengetahuan para siswa.
d) Membantu mengembangkan kecakapan berbahasa dan daya pikir para siswa
dengan menyediakan bahan bacaan yang bermutu.
e) Membimbing para siswa agar dapat menggunakan dan memelihara bahan pustaka
dengan baik.
f) Memberikan dasar-dasar ke arah studi mandiri.
g) Memberikan kesempatan kepada para siswa untuk belajar bagaimana cara
menggunakan perpustakaan dengan baik, efektif dan efisien, terutama dalam
menggunakan bahan-bahan referensi.
h) Menyediakan bahan-bahan pustaka yang menunjang pelaksaanan program
kurikulum di sekolah baik yang bersifat kurikuler, kokurikuler, maupun ekstra
kurikuler.
Perpustakaan sekolah merupakan salah satu dari sarana yang efektif untuk
menambah pengetahuan melalui beraneka bacaan. Berbeda dari pengetahuan dan
keterampilan yang dipelajari secara klasikal di sekolah, perpustakaan menyediakan
berbagai bahan pustaka yang secara individual dapat dimanfaatkan oleh peminatnya
masing-masing. Salah satu sumber belajar yang amat penting, tetapi bukan satu-satunya,
adalah perpustakaan yang memungkinkan para tenaga kependidikan dan peserta didik
memperoleh kesempatan untuk memperluas dan memperdalam pengetahuan yang
diperlukan.
Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional yang baru (UU Nomor 20
Tahun 2003) pasal 45, tidak secara implisit menyebutkan agar setiap satuan pendidikan
jalur pendidikan harus menyediakan perpustakaan sebagai sumber belajar. Namun,
Undang-undang tersebut menyatakan bahwa “setiap satuan pendidikan formal dan
nonformal menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai
dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial,
emosional, dan kejiwaan peserta didik”. Karena perpustakaan secara implisit termasuk
dalam pengertian sarana dan prasarana pendidikan, maka pengadaannya harus memenuhi
ketentuan pasal tersebut. Penyelenggaraan perpustakaan sekolah bukan hanya untuk
mengumpulkan dan menyimpan bahan pustaka, tetapi juga dapat membantu murid dan
guru menyelesaikan tugas-tugas dalam proses pembelajaran. Oleh sebab itu, bahan pustaka
yang dimiliki perpustakaan sekolah harus dapat menunjang proses pembelajaran. Agar
dapat menunjang proses itu, pengadaan bahan pustaka hendaknya mempertimbangkan
kurikulum sekolah serta minat para pemakainya, khususnya para murid dan guru.
Perpustakaan sekolah akan bermanfaat jika benar-benar mempelancar pencapaian
tujuan proses pembelajaran di sekolah. Indikasi manfaat tersebut tidak hanya berupa
KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH
DI KOTA MALANG
BAPPEDA KOTA MALANG 53
tingginya prestasi murid, tetapi lebih jauh lagi, antara lain murid mampu mencari,
menemukan, menyaring, dan menilai informasi; terbiasa belajar sendiri; terlatih
bertanggung jawab; serta selalu mengikuti perkembangan ilmu, pengetahuan, dan
teknologi.
Berdasarkan tujuan perpustakaan sekolah, maka dapat dirumuskan beberapa fungsi
perpustakaan, sebagai berikut :
a) Fungsi Edukatif. Yang dimaksud dengan fungsi edukatif adalah perpustakaan
menyediakan bahan pustaka yang sesuai dengan kurikulum yang mampu
membangkitkan minat baca para siswa, mengembangkan daya ekspresi,
mengembangkan kecakapan berbahasa, mengembangkan gaya pikir yang rasional
dan kritis serta mampu membimbing dan membina para siswa dalam hal cara
menggunakan dan memelihara bahan pustaka dengan baik.
b) Fungsi Informatif. Yang dimaksud dengan fungsi informatif adalah perpustakaan
menyediakan bahan pustaka yang memuat informasi tentang berbagai cabang
ilmu pengetahuan yang bermutu dan uptodate yang disusun secara teratur dan
sistematis, sehingga dapat memudahkan para petugas dan pemakai dalam mencari
informasi yang diperlukannya.
c) Fungsi Administratif. Yang dimaksudkan dengan fungsi administratif ialah
perpustakaan harus mengerjakan pencatatan, penyelesaian dan pemrosesan
bahan-bahan pustaka serta menyelenggarakan sirkulasi yang praktis, efektif, dan
efisien.
d) Fungsi Rekreatif. Yang dimaksudkan dengan fungsi rekreatif ialah perpustakaan
disamping menyediakan buku-buku pengetahuan juga perlu menyediakan buku-
buku yang bersifat rekreatif (hiburan) dan bermutu, sehingga dapat digunakan
para pembaca untuk mengisi waktu senggang, baik oleh siswa maupun oleh guru.
e) Fungsi Penelitian. Yang dimaksudkan dengan fungsi penelitian ialah
perpustakaan menyediakan bacaan yang dapat dijadikan sebagai sumber/obyek
penelitian sederhana dalam berbagai bidang studi.
Lahan perpustakaan Sekolahyang dimiliki oleh sekolah sekolah di Kota
Malang memiliki luas yang sesuai dengan yang ditetapkan Permendiknas No.27
Tahun 2007, sehingga representasi dapat mendukung keberadaan perpustakaan
sekaligus dapat mendukung fungsi perpustakaan sehingga sesuai dengan harapan
perpustakaan sekolah sebagai jantung ilmu pengetahuan.
5) Kepemilikan Ruang Lab yang dimiliki sekolah
KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH
DI KOTA MALANG
BAPPEDA KOTA MALANG 54
Laboratorium adalah suatu tempat dilakukannya percobaan dan penelitian. Tempat
ini dapat merupakan ruangan tertutup, kamar atau ruangan terbuka. Laboratorium adalah
suatu ruangan yang tertutup di mana percobaan eksperimen dan penelitian dilakukan
(Depdikbud : 1995, 2003).Laboratorium adalah tempat belajar mengajar melalui metode
pratikum yang dapat menghasilkan pengalaman belajar di mana siswa berinteraksi dengan
berbagai alat dan bahan untuk mengobservasi gejala-gejala yang dapat diamati secara
langsung dan dapat membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari.
Laboratorium (disingkat lab) adalah tempat riset ilmiah, eksperimen, pengukuran
ataupun pelatihan ilmiah dilakukan. Laboratorium biasanya dibuat untuk memungkinkan
dilakukannya kegiatan-kegiatan tersebut secara terkendali (Anonim, 2007). Sementara
menurut Emha (2002), laboratorium diartikan sebagai suatu tempat untuk mengadakan
percobaan, penyelidikan, dan sebagainya yang berhubungan dengan ilmu fisika, kimia, dan
biologi atau bidang ilmu lain.
Pengertian lain menurut Sukarso (2005), laboratorium ialah suatu tempat dimana
dilakukan kegiatan kerja untuk mernghasilkan sesuatu. Tempat ini dapat merupakan suatu
ruangan tertutup, kamar, atau ruangan terbuka, misalnya kebun dan lain-lain.
Berdasarkan definisi tersebut, laboratorium adalah suatu tempat yang digunakan
untuk melakukan percobaan maupun pelatihan yang berhubungan dengan ilmu fisika,
biologi, dan kimia atau bidang ilmu lain, yang merupakan suatu ruangan tertutup, kamar
atau ruangan terbuka seperti kebun dan lain-lain.
Secara garis besar fungsi laboratorium dalam proses pendidikan adalah sebagai
berikut:
a) Sebagai tempat untuk berlatih mengembangkan keterampilan intelektual melalui
kegiatan pengamatan, pencatatan dan pengkaji gejala-gejala alam.
b) Mengembangkan keterampilan motorik siswa. Siswa akan bertambah
keterampilannya dalam mempergunakan alat-alat media yang tersedia untuk
mencari dan menemukan kebenaran.
c) Memberikan dan memupuk keberanian untuk mencari hakekat kebenaran ilmiah
dari sesuatu objek dalam lingkungn alam dan sosial.
d) Memupuk rasa ingin tahu siswa sebagai modal sikap ilmiah seseorang calon
ilmuan.
e) Membina rasa percaya diri sebagai akibat keterampilan dan pengetahuan atau
penemuan yang diperolehnya.
Sehingga fungsi dari laboratorium dapat juga dijelaskan berdasarkan tujan
pembelajaran sebagai berikut:
a) Laboratorium Sebagai Sumber Belajar
KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH
DI KOTA MALANG
BAPPEDA KOTA MALANG 55
Tujuan pembelajaran fisika dengan banyak variasi dapat digali, diungkapkan, dan
dikembangkan dari laboratorium. Laboratorium sebagai sumber untuk
memecahkan masalah atau melakukan percobaan. Berbagai masalah yang
berkaitan dengan tujuan pembelajaran terdiri dari 3 ranah yakni: ranah
pengetahuan, ranah sikap, dan ranah keterampilan/afektif.
b) Laboratorium Sebagai Metode Pembelajaran
Di dalam laboratorium terdapat dua metode dalam pembelajaran yakni metode
percobaan dan metode pengamatan.
c) Laboratorium Sebagai Prasarana Pendidikan
Laboratorium sebagai prasarana pendidikan atau wadah proses pembelajaran.
Laboratorium terdiri dari ruang yang dilengkapi dengan berbagai perlengkapan
dengan bermacam-macam kondisi yang dapat dikendalikan, khususnya peralatan
untuk melakukan percobaan. Fungsi laboratorium juga sebagai sumber belajar
dan mengajar, sebagai metode pengamatan dan metode percobaan, sebagai
prasarana pendidikan atau sebagai wadah dalam proses belajar mengajar.
Demikian juga laboratorium memiliki fungsi pembentukan karakter siswa dalam
bersikap terhadap ilmu penegetahuan diantaranya:
a) Mengembangkan berbagai keterampilan secara terintegrasi.
b) Mengenal berbagai peralatan laboratorium.
c) Mengenal berbagai desain dan peralatan untuk eksperimen.
d) Mengembangkan keterampilan mengumpulkan dan menginterprestasikan data.
e) Mengembangkan sikap untuk melakukan sesuatu secara tepat dan akurat.
f) Mengembangkan keterampilan dalam mengobservasi.
g) Mengembangkan kemampuan dalam mengkomunikasikan hasil eksperimen.
h) Mengembangkan kecakapan dalam menulis laporan.
i) Mengembangkan kemampuan untuk belajar dan melakukan percobaan sendiri.
j) Menambah keberanian berfikir sendiri dan menanggung resiko.
k) Merangsang berfikir siswa melalui eksperimen.
l) Mengembangkan keterampilan dalam memecahkan masalah dengan berbagai
variabel yang banyak dan berbagai kemungkinan pemecahannya.
Adapaun lahan boratorium yang dimiliki oleh sekolah-sekolah tingkat dasar di
Kota Malang relatif masih terbatas sehingga diperlukan inovasi sekolah yang
lebih keras lagi dalam rangka untuk mampu menyediakan media yang dapat
menyesuaikan dengan berbagai materi pelajaran yang seharusnya dikuasai oleh para
siswa melalui praktikum laboratorium.
6) Ruang pimpinan yang dimiliki sekolah
KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH
DI KOTA MALANG
BAPPEDA KOTA MALANG 56
Kepala sekolah adalah salah seorang tenaga kependidikan yang diberi tugas untuk
memimpin dan mengemban suatu sekolah, dimana diselenggarakan proses belajar
mengajar agar sekolah tersebut mampu mencapai tujuan yang diinginkan. Dari pengertian
tersebut, pimpinan atau kepala sekolah mempunyai atau memegang peranan yang sangat
penting dalam tercapainya tujuan sekolah. Berikut adalah peran kepala sekolah:
a) Kepala sekolah sebagai educator
b) Kepala sekolah sebagai manajer
c) Kepala sekolah sebagai administrator
d) Kepala sekolah sebagai supervisor
e) Kepala sekolah sebagai leader
f) Kepala sekolah sebagai innovator
g) Kepala sekolah sebagai motivator
h) Kepala sekolah sebagai interpreuner.
Strandar sarana prasarana ruang pimpinan atau kepala sekolah menurutPeraturan
Mentri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007:
a. Ruang pimpinan berfungsi sebagai tempat melakukan kegiatan pengelolaan
sekolah, pertemuan kepala sekolah dengan guru, orang tua murid, komite, atau
tamu-tamu yang lainnya.
b. Luas minimum ruang pimpinan 12 m2 dan minimum lebar 3 m.
c.Ruang pimpinan mudah diakses oleh guru atau tamu-tamu sekolah, dan dapat
dikunci dengan baik.
Lebih lanjut sesuai permendiknas tersebut ruang pimpinan sekolahyang dapat
terpenuhi syaratnya sebagai berikut :
Tabel 5.4 Strandar sarana prasarana ruang pimpinan
No Jenis Rasio Deskripsi
1 Perabot
1.1 Kursi pimpinan 1 buah Ukuran memadai untuk duduk dengan
nyaman
1.2 Meja pimpinan 1 buah Ukuran memadai untuk bekerja dengan
nyaman
1.3 Kursi dan meja
tamu 1 set
Ukuran memadai untuk duduk 5orang
dengan nyaman
1.4 Lemari 1 buah
Ukuran memadai untuk menyimpan
perlengkapan kepsek. Dan keamanan
terjamin
KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH
DI KOTA MALANG
BAPPEDA KOTA MALANG 57
1.5 Papan statistik 1 buah Minimum berukuran 1m2
2 Perlengkapan lain
2.1 Simbol kenegaraan 1 set Bendera merah putih,garuda pancasila,
foto presiden dan wakil presiden RI
2.2 Temat sampah 1 buah
2.3 Jam dinding 1 buah
Luas ruang pimpinan pada sekolah-sekolah di Kota Malang relatif sesuai
dengan Permendiknas No. 24 Tahun 2007 sehingga jika dilihat dari fingsi kepala sekolah
, maka luas ruang yang representasi sebagai ruang pimpinan dapat terpenuhi sehingga
mampu medukung tugas dan fungsi kepala sekolah sebagai pimpinan sekolah.
7) Ruang guru yang dimiliki sekolah
Dalam pengertian yang sederhana, guru adalah orang yang memberikan ilmu
pengetahuan kepada anak didik. Guru dalam pandangan masyarakat adalah orang yang
melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu, tidak mesti lembaga pendidikan
formal, tetapi bias juga di masjid, di surau/musla, di rumah, dan sebagainya.
Guru adalah semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab terhadap
pendidikan murid-murid, baik secara individual ataupun klasikal, baik di sekolah maupun
di luar sekolah. Guru merupakan komponen penting dalam kegiatan belajr-mengajar.
Guru memiliki banyak tugas baik yang terikat oleh dinas maupun di luar dinas dalam
bentuk pengabdian. Yakni ada tiga jenis tugas guru yaitu:
a) tugas dalam bidang profesi meliputi mendidik, mengajar, dan melatih
b) tugas kemanusiaan dimana guru dituntut untuk dapat menjadikan dirinya sebagai
orang tua kedua. Dan mampu menarik simpati sehingga menjadi idola para
siswanya.
c) tugas kemasyarakatan
Guru dalam mendidik anak didik bertugas untuk menyerahkan kebudayaan kepada
anak didik berupa kepandaian, kecakapan, dan pengalaman-pengalaman.
a) Membentuk kepribadian anak yang harmonis, sesuai cita-cita dan dasar Negara
kita pancasila.
b) Menyiapkan anak menjadi warga Negara yang baik sesuai Undang-undang
pendidikan
c) Sebagai perantara dalam belajar
KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH
DI KOTA MALANG
BAPPEDA KOTA MALANG 58
d) Sebagai pembimbing
e) Sebagai penghubung antara sekolah dan masyarakat
f) Sebagai penegak disiplin
g) Sebagai administrator dan manajer
h) Pekerjaan guru sebagai suatu prpfesi
i) Sebagai perencana kurikulum
j) Sebagai pemimpin
k) Sebagai sponsor dalam kegiatan anak
Strandar sarana prasarana ruang pipinan atau kepala sekolah menurutPeraturan
Mentri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007:
a) Ruang guru berfungsi sebagai tempat guru bekerja dan istirahat serta menerima
tamu, baik peserta didik maupun tamu lainya.
b) Rasio minimal luas ruang guru adalah 4 m²/pendidik dan luas minimum adalah 56
m².
c) Ruang guru mudah dicapai dari halaman sekolah/madrasah ataupun dari luar
lingkungan sekolah/madrasah, serta dekat dengan ruang pimpinan.
Ruang guru sebagaimana menurut Permendiknas No. 27 tahun 2007 sebagaimana
telah dikemukakan merupakan ruang yang dilengkapi sarana dan prasarana sebagaimana
dalam tabel berikut :
Tabel 5.5 Strandar sarana prasarana ruang guru
No Jenis Rasio Deskripsi
1 Perabot
1.1 Kursi kerja 1 buah/guru ditambah 1
buah/ wakil kepala
sekolah/madrasah
Kuat, stabil, dan aman. Ukuran
memadai untuk duduk dengan
nyaman
1.2 Meja kerja 1 buah/guru Kuat, stabil, dan aman. model meja
setengah biro.ukuran memeadai
untuk menulis, membaca,
memeriksa pekerjaan dan
memberikan konsultasi.
1.3 Lemari 1 buah/guru atau 1 buah
yang digunakan
bersama oleh semua
guru
Kuat, stabil, dan aman. Ukuran
memadai untuk menyimpan
perlengkapan guru untuk persiapan
dan pelaksanaan pembelajaran.
Tertutup dan dapat terkunci.
KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH
DI KOTA MALANG
BAPPEDA KOTA MALANG 59
1.4 Kursi tamu 1 set/ruang Kuat, stabil, dan aman.
1.5 Papan
statistik
1 buah/ruang Kuat, stabil, aman. Berupa papan
tulis berukuran minimum 1 m²
1.6 Papan
pengumuman
1 buah/sekolah Kuat, stabil dan aman. Berupa
papan tulis minimal berukuran 1 m²
2 Perlengkapan
lain
2.1 Tempat
sampah
1 buah/ruang
2.2 Tempat cuci
tangan
1 buah/ruang
2.3 Jam dinding 1 buah/ruang
Adapun luas ruang guru yang dimiliki sekolah sekolah dikota malang secara
representatif telah memenuhi syarat sebagaimana Permendiknas No. 27 Tahun 2007
dimaksud. Dengan demikian berdasarkan luas ruang guru yang disyaratkan, ruang guru
pada sekolah sekolah di Kota Malang mampu mendukung pelayanan fungsi sekolah
dengan baik.
8) Tempat ibadah yang dimiliki sekolah
Tempat beribadah merupakan salah satu fasilitas yang penting bagi mendukung
terciptanya suasana kodusif pendidikan karakter bagi civitas sekolah baik guru, siswa
maupun karyawan sekolah adapun fungsi dari tempat ibadah ini diantaranya:
a. Tempat beribadah berfungsi sebagai tempat warga sekolah/madrasah melakukan
ibadah yang diwajibkan oleh agama masing-masing pada waktu sekolah.
b. Banyak tempat beribadah sesuai dengan kebutuhan tiap SD/MI, dengan
luas minimum 12 m².
c. Tempat beribadah dilengkapi sarana sebagaimana perlengkapan untuk tempat
ibadah.
Tabel 5.6 Jenis, Rasio, dan Deskripsi SaranaTempat Beribadah
No Jenis Rasio Diskripsi
I Perabot
1.1 Lemari/rak 1 buah/tempat Ukuran memadai
KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH
DI KOTA MALANG
BAPPEDA KOTA MALANG 60
ibadah untuk menyimpan
perlengkapan
ibadah
2 Perlengkapan lain
2.1 Perlengkapan Ibadah Disesuaiakn
kebutuhan
2.2 Jam dinding 1 buah per tempat
ibadah
Tempat ibadah yang tersedia pada sekolah-sekolah di Kota Malang telah
memenuhi syarat sebagaimana ketentuan Permendiknas No.27 Tahun 2007 sehingga
fasilitas tempat ibadah pada sekolah-sekolah telah dapat mendukung proses belajar dan
internalisasi nilai-nilai agama dalam praktek ibadah.
9) Ruang UKS yang dimiliki sekolah
Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) ditentukan oleh dua faktor yang saling
berhubungan yakni pendidikan dan kesehatan. Kesehatan merupakan prasyarat utama agar
upaya pendidikan berhasil, sebaliknya pendidikan yang diperoleh akan sangat mendukung
tercapainya peningkatan status kesehatan seseorang. Usaha Kesehatan Sekolah disingkat
UKS adalah suatu usaha yang dilakukan sekolah untuk menolong murid dan juga warga
sekolah yang sakit di kawasan lingkungan sekolah. UKS biasanya dilakukan di ruang
kesehatan suatu sekolah. Dalam pengertian lain, UKS adalah usaha untuk membina dan
mengembangkan kebiasaan dan perilaku hidup sehat pada peserta didik usia sekolah yang
dilakukan secara menyeluruh (komprehensif) dan terpadu (integrative). Untuk optimalisasi
program UKS perlu ditingkatkan peran serta peserta didik sebagai subjek dan bukan hanya
objek.
Dengan UKS ini diharapkan mampu menanamkan sikap dan perilaku hidup sehat
pada dirinya sendiri dan mampu menolong orang lain. Dari pengertian ini maka UKS
dikenal pula dengan child to child programme. Program dari anak, oleh anak, dan untuk
anak untuk menciptakan anak yang berkualitas.
Hidup sehat seperti yang didefinisikan oleh badan kesehatan perserikatan bangsa-
bangsa (PBB) World Health Organization (WHO) adalah keadaan sejahtera dari badan,
jiwa, dan sosial yang memungkinkan orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi.
Sedangkan kesehatan jiwa adalah keadaan yang memungkinkan perkembangan fisik,
mental, intelektual, emosional, dan sosial yang optimal dari seseorang. Dalam Undang -
Undang Nomor 23 Tahun 1992 pasal 45 tentang Kesehatan ditegaskan bahwa ”Kesehatan
Sekolah” diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat peserta didik
KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH
DI KOTA MALANG
BAPPEDA KOTA MALANG 61
dalam lingkungan hidup sehat sehingga peserta didik dapat belajar, tumbuh dan
berkembang secara harmonis dan optimal sehingga diharapkan dapat menjadikan sumber
daya manusia yang berkualitas.
Upaya Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dilakukan lewat Tri Program UKS, yakni
pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan dan pembinaan lingkungan sekolah sehat.
Pendidikan dan kesehatan merupakan dua sisi mata uang. Keduanya tak terpisahkan,
merupakan bagian dari Indikator pembangunan Manusia (IPM) atau secara internasional
disebut Human Development Index (HDI). Indikator ini memperlihatkan sebaik apa mutu
sumber daya manusia di suatu Negara. Bahkan secara hukum kesempatan untuk
memperoleh pendidikan dan kesehatan adalah hak anak dan wajib dipenuhi oleh
masyarakat dan Negara. Jumlah peserta didik yang mencapai 60 juta menjadikan sekolah
sebagai kekuatan kunci untukmemenuhi hak dan kebutuhan generasi muda Indonesia. UKS
mempunyai daya ungkit yang tinggi untuk menumbuhkan kesadaran hidup sehat dan
meningkatkan derajat kesehatan peserta didik. UKS dapat dimanfaatkan menjadi
perpanjangan tangan bagi program kesehatan Ibu dan Anak (KIA), gizi, pengendalian
penyakit dan penyehatan lingkungan, pengobatan, promosi kesehatan dan berbagai upaya
kesehatan lain).
Secara umum UKS bertujuan meningkatkan mutu pendidikan dan prestasi belajar
peserta didik dengan meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat serta derajat kesehatan
peserta didik. Selain itu juga menciptakan lingkungan yang sehat, sehingga memungkinkan
pertumbuhan dan perkembangan yang harmonis dan optimal dalam rangka pembentukan
manusia Indonesia berkualitas. Sedangkan secara khusus tujuan UKS adalah menciptakan
lingkungan kehidupan sekolah yang sehat, meningkatkan pengetahuan, mengubah sikap
dan membentuk perilaku masyarakat sekolah yang sehat dan mandiri. Di samping itu juga
meningkatkan peran serta peserta didik dalam usaha peningkatan kesehatan di sekolah dan
rumah tangga serta lingkungan masyarakat, meningkatkan keteramplan hidup sehat agar
mampu melindungi diri dari pengaruh buruk lingkungan
Untuk belajar dengan efektif peserta didik sebagai sasaran UKS memerlukan
kesehatan yang baik. Kesehatan menunjukkan keadaan yang sejahtera dari badan, jiwa, dan
sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Kesehatan bagi peserta didik merupakan sangat menentukan keberhasilan belajarnya di
sekolah, karena dengan kesehatan itu peserta didik dapat mengikuti pembelajaran secara
terus menerus. Kalau peserta didik tidak sehat bagaimana bisa belajar dengan baik. Oleh
karena itu kita mencermati konsep yang dikemukakan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB), bahwa salah satu indikator kualitas sumber daya manusia itu adalah kesehatan,
bukan hanya pendidikan. Ada tiga kualitas sumber daya manusia, yaitu pendidikan yang
KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH
DI KOTA MALANG
BAPPEDA KOTA MALANG 62
berkaitan dengan berapa lama mengikuti pendidikan, kesehatan yang berkaitan sumber
daya manusianya, dan ekonomi yang berkaitan dengan daya beli. Untuk tingkat ekonomi
Indonesia masih berada pada urutan atau ranking yang sangat rendah yaitu 108 pada tahun
2008, dibandingkan dengan negara-negara tetangga. Kemajuan ekonomi suatu bangsa
biasanya berkorelasi dengan tingkat kesehatan masyarakatnya. Semakin maju
perekonomiannya, maka bangsa itu semakin baik pula tingkat kesehatannya. Oleh karena
itu, jika tingkat ekonomi masih berada di urutan yang rendah, maka tingkat kesehatan
masyarakat pada umumnya belum sesuai dengan harapan. Begitu pula dengan sumber daya
manusianya yang diharapkan berkualitas masih memerlukan proses dan usaha yang lebih
keras lagi.
Upaya mengembangkan “Sekolah Sehat” (Health Promoting School/HPS) melalui
program UKS perlu disosialisasikan dan dilakukan dengan baik. Melalui pelayanan
kesehatan (Yankes) yang didukung secara mantap dan memadai oleh sektor terkait lainnya,
seperti partisipasi masyarakat, dunia usaha, dan media massa. Sekolah sebagai tempat
berlangsungnya proses pembelajaran harus menjadi HPS, yaitu sekolah yang dapat
meningkatkan derajat kesehatan warga sekolahnya. Upaya ini dilakukan karena sekolah
memiliki lingkungan kehidupan yang mencerminkan hidup sehat. Selain itu,
mengupayakan pelayanan kesehatan yang optimal, sehingga terjamin berlangsungnya
proses pembelajaran dengan baik dan terciptanya kondisi yang mendukung tercapainya
kemampuan peserta didik untuk beperilaku hidup sehat. Semua upaya ini akan tercapai bila
sekolah dan lingkungan dibina dan dikembangkan. Pembinaan lingkungan sekolah sehat
dilakukan melalui pemeliharaan sarana fisik dan lingkungan sekolah, melakukan
pengadaan sarana sekolah yang mendukung terciptanya lingkungan yang bersih dan sehat,
melakukan kerja sama dengan masyarakat sekitar sekolah yang mengandung lingkungan
besih dan sehat, dan melakukan penataan halaman, pekarangan, apotik hidup dan pasar
sekolah yang aman.
Upaya lain yang dilakukan dalam pembinaan lingkungan sekolah sehat dan promosi
gaya hidup sehat adalah melalui pendekatan life skills education atau pendidikan
kecakapan hidup. Setiap individu akan mengalami kehidupan yang sehat fisik dan
mentalnya apabila dapat menuntaskan tugas-tugas perkembangan sesuai dengan usianya.
Implikasi tugas perkembangan ini terhadap pendidikan adalah bahwa dalam
penyelenggaraan pendidikan perlu disusun struktur kurikulum yang muatannya dapat
memfasilitasi perkembangan kesehatan sebagai suatu kecakapan hidup (life skills).
Kecakapan hidup adalah kecakapan yang diperlukan untuk hidup. Yang meliputi
pengetahuan, mental, fisik, sosial, dan lingkungan untuk mengembangkan dirinya secara
menyeluruh untuk bertahan hidup dalam berbagai keadaan dengan berhasil, produktif,
KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH
DI KOTA MALANG
BAPPEDA KOTA MALANG 63
bahagia, dan bermartabat. WHO atau (World Health Organization) mendefinisikan
kecakapan hidup sebagai keterampilan atau kemampuan untuk dapat beradaptasi dan
berperilaku positif, yang memungkinkan seseorang mampu menghadapi berbagai tuntutan
dan tantangan dalam kehidupan secara lebih efektif. Selain itu, dapat membantu seseorang
menarik keputusan yang tepat, berkomunikasi secara efektif, dan membangun keterampilan
mengelola diri sendiri yang dapat membantu mereka mencapai hidup yang sehat dan
produktif. Sedangkan UNICEF memberikan definisi tentang kecakapan hidup yang
merujuk pada kecakapan psiko-sosial dan interpersonal yang dapat membantu orang untuk
mengambil keputusan yang tepat, berkomunikasi secara efektif, memecahkan masalah,
mengatur diri sendiri, dan mengembangkan sikap hidup sehat dan produktif.
Pendidikan kecakapan hidup didasarkan atas konsep bahwa peserta didik perlu
learning to be (belajar untuk menjadi), learning to learn (belajar untuk belajar) atau
learning to know (belajar untuk mengetahui), learning to live with others (belajar untuk
hidup bersama), dan learning to do (belajar untuk melakukan). Berdasarkan konsep ini,
kecakapan hidup terbagi atas empat kategori yaitu kecakapan hidup (personal learning
tobe), kecakapan hidup sosial (learning live with others), kecakapan hidup akademik
(learning to learn/ learning to know), dan kecakapan hidup vokasional (learning to do).
Kecakapan personal (personal skill), meliputi kecakapan dalam memahami diri (self
awareness skill) dan kecakapan berfikir (thinking skill). Bagi peserta didik mempraktekkan
kecakapan personal penting untuk membangun rasa percaya diri, mengembangkan akhlak
yang mulia, mengembangkan potensi, dan menanamkan kasih sayang dan rasa hormat
kepada orang lain. Kecakapan sosial (social skill), meliputi kecakapan berkomunikasi
(communication skill) dan kecakapan bekerja sama (collaboration skill). Mempraktekkan
kecakapan sosial penting untuk membantu peserta didik mengembangkan hubungan yang
positif, secara konstruktif mengelola emosi dan meningkatkan partisipasi dalam kegiatan
yang menguntungkan masyarakat. Kecakapan akademik (academic skill) atau kecakapan
intelektual. Mempraktekkan kecakapan akademik penting untuk membantu peserta didik
memperoleh kecakapan ilmiah, teknologi dan analitis yang diperlukan untuk mencapai
keberhasilan dalam lembaga pendidikan formal dan tempat kerja. Kecakapan vokasional
(vocational skill) atau kemampuan kejuruan terbagi atas kecakapan vokasional dasar (basic
vocational skill) dan kecakapan vokasional khusus (occupational skill). Mempraktekkan
kecakapan vokasional penting untuk membekali peserta didik dengan kecakapan teknis dan
sikap yang dituntut oleh perusahaan atau lembaga yang menyediakan lapangan kerja.
Keempat jenis kecakapan hidup itu menghasilkan individu yang memiliki kesehatan
jasmani dan rohani, lahir atau bathin yang diperlukan untuk bertahan dalam lingkungan apa
pun. Peserta didik memiliki kemampuan untuk memanfaatan semua sumber daya secara
KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH
DI KOTA MALANG
BAPPEDA KOTA MALANG 64
optimal, sehingga akan meningkatkan kualitas pendidikan dan kualitas hidupnya.
Kecakapan hidup yang diperoleh oleh peserta didik melalui proses belajar bukan terjadi
begitu saja, dapat dipraktekkan oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-harinya dengan
diberi contohnya oleh guru, orang tua dan anggota masyakarat. Kecakapan hidup
membantu peserta didik secara positif dan adaptif mengatasi situasi dan tuntutan hidup
sehari-hari. Untuk itu sekolah mengembangan kecakapan hidup peserta didik antara lain
menciptakan lingkungan sekolah yang sehat, bekerja sama dengan masyarakat
menyediakan berbagai keperluan sekolah menciptakan dan meningkatkan kesehatan
peserta didiknya, baik fisik maupun non fisik.
Sehingga keberadaan Ruang UKS sebagai prasarana untuk mendukung bagi upaya
peningkatan kesehatan sekolah sangat penting bagi sekolah, adapun ruang UKS memiliki
fungsi yang mendukung kesehatan siswa diantaranya :
a. Ruang UKS berfungsi sebagai tempat untuk penanganan dini peserta didik yang
mengalami gangguan kesehatan di sekolah/madrasah
b. Ruang UKS dapat dimanfaatkan sebagai ruang konseling.
c. Luas minimum ruang UKS 12 m².
d. Ruang UKS dilengkapi sarana sebagaimana ruang UKS yang seharusnya sebagai
berikut :
Tabel 5.7 Sarana dan prasarana ruang UKS
No Jenis Rasio Diskripsi
1 Perabot
1.1 Tempat tidur 1 set/ruang Kuat, stabil, dan aman.
1.2 Lemari 1 buah/ruang Kuat, stabil, danaman.
Dapat dikunci.
1.3 Meja 1 buah/ruang Kuat, stabil, dan aman.
1.4 Kursi 2 buah/ruang Kuat, stabil, dan aman.
2 Perlengkapan
Lain
2.1 Catatankesehatan
pesertadidik
1 set/ruang
2.2 Perlengkapan P3K 1 set/ruang Tidak kadaluarsa.
2.3 Tandu 1 buah/ruang
2.4 Selimut 1 buah/ruang
2.5 Tensimeter 1 buah/ruang
2.6 Termometer badan 1 buah/ruang
KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH
DI KOTA MALANG
BAPPEDA KOTA MALANG 65
2.7 Timbangan badan 1 buah/ruang
2.8 Pengukurtinggi
badan
1 buah/ruang
2.9 Tempat sampah 1 buah/ruang
2.10 Tempat cuci tangan 1 buah/ruang
2.11 Jam dinding 1 buah/ruang
Adapun Luas ruang UKS yang dimiliki sekolah-sekolah di Kota Malang
representasi telah memenuhi persyaratan luas ruangan menurut Permendiknas No.27
Tahun 2007. Sehingga ruang UKS pada sekolah di Malang dapat meningkatkan
performansi sekolah, dalam upaya penciptaan sekolah sehat.
10) Jamban yang dimiliki Sekolah
Perilaku Hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah semua perilaku kesehatan yang
dilakukan atas kesadaran semua anggota keluarga dan masyarakat, sehingga keluarga dan
masyarakat itu dapat menolong dirinya sendiri dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan
kesehatan di masyarakat..
Kondisi sehat dapat dicapai dengan mengubah perilaku dari yang tidak sehat menjadi
perilaku sehat dan menciptakan lingkungan sehat di rumah tangga. Oleh karena itu
kesehatan perlu dijaga, dipelihara dan ditingkatkan oleh setiap anggota rumah tangga serta
diperjuangkan oleh semua pihak secara keseluruhan (totalitas).
Manfaat rumah tangga dan masyarakat ber-PHBS antara lain (i) Seluruh anggota
keluarga dan masyarakat menjadi sehat; (ii) anak akan tumbuh cerdas dalam lingkungan
yang sehat; (iii) masyarakat akan mampu mewujudkan lingkungan yang sehat; (iv) mampu
mencegah dan menanggulangi penyakit dan masalah kesehatan; (v) biaya untuk kesehatan
(penyakit) dapat dimanfaatkan untuk keperluan lain.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di rumah tangga adalah upaya untuk
memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan
perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan di masyarakat. PHBS di
rumah tangga dilakukan untuk mencapai Rumah Tangga ber-PHBS yang melakukan 10
kegiatan PHBS yaitu (1) Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan; (2) Memberi ASI
eksklusif;(3) Menimbang balita setiap bulan; (4) Menggunakan air bersih; (5) Mencuci
tangan dengan air bersih dan sabun; (6) Menggunakan jamban sehat; (7) Memberantas
jentik di rumah sekali seminggu; (8) Makan buah dan sayur setiap hari; (9) Melakuka
aktivitas fisik setiap hari; dan (10) Tidak merokok di dalam rumah.
PHBS di lingkungan sekolah adalah sekumpulan perilaku yang dipraktekkan oleh
peserta didik, guru dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil
KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH
DI KOTA MALANG
BAPPEDA KOTA MALANG 66
pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan
kesehatannya serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat. Ada beberapa
indikator yang dipakai sebagai ukuran untuk menilai PHBS di sekolah yaitu : (1) Mencuci
tangan dengan air mengalir dan memakai sabun; (2) Mengkonsumsi jajanan sehat
disekolah; (3) Menggunakan jamban yang bersih dan sehat; (4) Olahraga yang teratur dan
terukur; (5) Memberantas jentik nyamuk; (6) Tidak merokok di sekolah; (7) Menimbang
berat bada dan mengukur tinggi badan setiap 6 bulan; dan (8) Membuang sampah pada
tempatnya.
Secara umum Perilaku Hidup Bersih dan Sehat untuk tatanan rumah tangga dan
sekolah yang terkait dengan Sanitasi antara lain :
a. Stop Buang Air Besar Sembarangan (STOP BABS);
Perilaku buang air besar sembarangan oleh sebagian masyarakat Indonesia
sampai saat ini banyak dilakukan, seperti BABS di sungai, kebun, sawah, kolam
dan tempat-tempat terbuka lainnya, dengan berbagai alasan, misalnya anggapan
bahwa membangun jamban itu mahal, lebih praktis di sungai, maupun karena
kebiasaan turun temurun. Berbagai kebiasaan dan alasan tersebut harus diubah
dan diluruskan karena akibat dari kebiasaan yang tidak mendukung pola hidup
bersih dan sehat akan menambah dan memperbesar masalah kesehatan. Tinja atau
kotoran manusia (mulai dari bayi, anak-anak bahkan orang dewasa) merupakan
media tempat berkembangnya bibit penyalit menular (kuman/bakteri, virus dan
cacing), apabila dibuang di sembarangan tempat maka bibit penyakit akan
tersebar luas ke lingkungan dan akhirnya akan masuk ke dalam tubuh manusia
dan berisiko menimbulkan penyakit dan bahkan mewabah ke masyarakat luas.
Untuk itu tinja harus dikelola, dibuang dengan baik dan benar, kedalam suatu
wadah yang disebut jamban keluarga, baik jamban dalam bentuk yang paling
sederhana maupun yang mahal, dengan prinsip utama bahwa jamban adalah
tempat yang mampu menjaga dan mencegah tinja tidak mencemari air terutama
air untuk sumber air minum dan tidak mencemari tanah, dan digunakan oleh
semua anggota keluarga.
Stop BABSembarangan, bermanfaat menjaga lingkungan menjadi bersih, sehat,
nyaman dan tidak berbau; tidak mencemari sumber air yang dapat dijadikan
sebagai air baku air minum atau air untuk kegiatan sehari-hari lainnya seperti
mandi, cuci, dll; dan tidak mengundang serangga dan binatang yang dapat
menyebarluaskan bibit penyakit, sehingga dapat mencegah penyakit menular.
Oleh karenanya peran masyarakat sangat penting untuk memajukan dan
KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH
DI KOTA MALANG
BAPPEDA KOTA MALANG 67
meningkatkan derajat kesehatan melalui promosi perilaku stop buang air besar
sembarangan dengan senantiasa memberikan penyuluhan pentingnya perilaku
buang air besar yang benar dan sehat maupun mengadakan kegiatan pemicuan
dan pendampingan bagi masyarakat untuk menghentikan kebiasaan buang air
besar sembarangan.
b. Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS);
Perilaku cuci tangan pakai sabun merupakan sasaran penting dalam promosi
kesehatan. Dari aspek kesehatan masyarakat, khususnya pola penyebaran
penyakit menular cukup banyak penyakit yang dapat dicegah melalui kebiasaan
atau perilaku higienes dengan cuci tangan pakai sabun seperti diare, thypus,
cacing, dan berbagai macam flu. Perilaku cuci tangan pakai sabun ternyata bukan
merupakan perilaku yang biasa dilakukan sehari-hari oleh masyarakat pada
umumnya, padahal mencuci tangan pakai sabun dapat mencegah penyakit yang
dapat menyebabkan ratusan ribu anak meninggal setiap tahunnya namun tidak
membutuhkan biaya yang mahal jika dibanding dengan hasil yang diperoleh.
Perilaku cuci tangan yang benar yaitu pakai sabun dan menggunakan air bersih
yang mengalir akan dapat menurunkan kejadian diare sampai 45%. Mencuci
tangan pakai sabun harus dilakukan pada saat-saat waktu kritis yaitu sebelum
makan, sebelum menyiapkan makanan, setelah buang air besar dan setelah
memegang unggas/hewan, dan pada saat-saat yang lain seperti sebelum menyusui
bayi, setelah batuk/bersin dan membersihkan hidung, setelah membersihkan
sampah dan setelah bermain di tanah atau lantai (terutama bagi anak-anak).
c. Pengamanan Air Minum Rumah Tangga;
Air merupakan kebutuhan vital masyarakat yang dipergunakan sehari-hari untuk
minum, mandi, cuci dan keperluan lainnya. Air banyak dijumpai di alam dan
merupakan benda sosial yang melimpah ruah seperti di laut, sungai, danau dll.
Namun air yang bersih dan sehat merupakan benda ekonomi yang semakin susah
diperoleh masyarakat. Air merupakan unsur yang penting dalam aspek kesehatan
masyarakat, karena air dapat menjadi media kehidupan bagi bibit penyakit seperti
penyakit diare dan demam berdarah, cholera, disentri, thypus dan berbagai
penyakit kulit, oleh sebab itu air harus dipelihara dan dicegah dari pencemaran.
Air bersih dan air minum harus memenuhi syarat kesehatan baik syarat fisik,
biologi maupun kimiawi. Secara fisik air harus memenuhi syarat; tidak berwarna,
bening/jernih; tidak keruh, bebas dari lumpur, sampah, busa, dll; tidak berasa
(tidak asin, tidak asam, tidak payau); tidak berbau (tidak bau amis, anyir, busuk
KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH
DI KOTA MALANG
BAPPEDA KOTA MALANG 68
dan tidak bau belerang), dll.
Berbagai sumber air bersih harus dilindungi dan dijaga dari berbagai bahan
pencemar, baik cemaran fisik, biologi maupun kimiawi, misalnya sumber mata
air, sumur gali, sumur pompa, kran-kran umum. Meskipun air terlihat bersih
namun air tersebut belum tentu bebas dari kuman penyakit, untuk itu air harus
direbus dulu sampai mendidih, karena kuman akan mati pada suhu 100 derajat
celcius pada saat air mendidih.
d. Pengelolaan Sampah Sekolah;
Sampah adalah limbah yang bersifat padat, terdiri dari bahan yang biasa
membusuk (organik) dan tidak membusuk (anorganik) yang dianggap sudah tidak
berguna lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan dan
masyarakat. Namun demikian anggapan bahwa sampah itu tidak berguna kini
mulai memudar, karena ternyata kini sampah justru mempunyai nilai ekonomis
yang cukup tinggi sehingga ”sampah” biasa menjadi barang rebutan, untuk diolah
atau digunakan kembali, dan kemudian dijual sebagai bahan komoditas yang
sangat menggiurkan.
Sampah harus dikelola dengan baik dan benar, karena bila tidak akan dapat
menjadi tempat perindukan vektor bibit penyakit. Sampah akan menarik
binatang-binatang yang dikenal dalam aspek kesehatan dapat menyebarluaskan
penyakit seperti lalat, kecoa, tikus dan anjing. Penyakit-penyakit yang berkaitan
erat dengan sampah yang tidak dikelola dengan benar antara lain: demam
berdarah, disentri, thypus dll.
Sampah digolongkan menjadi 2 jenis yaitu sampah basah (organik) dan sampah
kering (non organik). Sampah basah biasanya akan mudah mengalami
pembusukan, seperti misal sisa makanan, sisa sayuran, buah-buahan, daun, dll.
Sampah kering relatif sukar dan bahkan tidak dapat membusuk, seperti misal
kayu, sisa kertas, botol sisa plastik, sisa-sisa bangunan (pecahan batu, batu bata),
seng, logam, kaca, dll.
Namun dengan berkembangnya dunia usaha dan juga ilmu pengetahuan, kini
sampah dapat dikelola dengan lebih menguntungkan, yaitu yang dikenal dengan
istilah pendekatan 3R (reduce, reuce dan recycle).
Reduce adalah upaya pengelolaan sampah dengan cara mengurangi volume
sampah itu sendiri. Cara ini sifatnya lebih menarik kependekatan pencegahan.
KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH
DI KOTA MALANG
BAPPEDA KOTA MALANG 69
Misal kalau beli sayuran pilihlah sayuran yang sesedikit mungkin dibuang, kalau
ambil makanan jangan berlebihan sehingga mengurangi makanan yang menjadi
sampah. Reuce yaitu suatu cara menggunakan kembali sampah yang ada, untuk
keperluan yang sama atau fungsinya yang sama. Misal botol sirop digunakan
kembali untuk botol sirop atau untuk botol kecap. Recycle atau daur ulang adalah
pemanfaatan limbah melalui pengolahan fisik atau kimia, untuk menghasilkan
produk yang sama atau produk yang lain. Misal sampah organik diolah menjadi
kompos, besi bekas diolah menjadi barang-barang seni dari besi dll.
e. Pengelolaan Air Limbah .
Limbah cair rumah tangga merupakan limbah yang berbentuk cair yang
merupakan timbulan dari kegiatan rumah tangga. Limbah cair ini dapat berasal
dari kamar mandi, peturasan, cucian barang/bahan dari dapur. Dari pengertian ini
limbah cair ini tidak termasuk limbah cair yang berasal dari wc/jamban keluarga.
Limbah cair dari kegiatan rumah tangga volumenya relatif sedikit dibanding
dengan luas lahan yang ada di desa tersebut. Namun demikian limbah cair
tersebut tetap harus dikelola dengan baik dan benar karena jika dibuang
sembarangan akan membuat lingkungan kotor, berbau, dan mengurangi estetika
dan kebersihan lingkungan, dapat menjadi tempat perindukan vektor bibit
penyakit, serta akan menjadi tempat bagi binatang-binatang yang dapat
menyebarluaskan penyakit, seperti lalat, kecoa, tikus.
Adapun Fungsi jamban sekolah dapat membantu dalam rangka meningkatkan
performansi sekolah dan mendukung proses belajar siswa, dimana suasana lingkungan
sekolah sehat akan mendorong prestasi siswa, guru dan karyawan serta anggota sekolah
lainnya. Fungsi jamban atau WC ini diantaranya :
a. Jamban berfungsi sebagai tempat buang air besar dan/atau kecil.
b. Minimum terdapat 1 unit jamban untuk setiap 60 peserta didik pria, 1 unit jamban
untuk setiap 50 peserta didik wanita, dan 1 unit jamban untuk guru. Jumlah
minimum jamban setiap sekolah/madrasah 3 unit.
c. Luas minimum 1 unit jamban 2 m².
d. Jamban harus berdinding, beratap, dapat dikunci, dan mudah dibersihkan.
e. Tersedia air bersih di setiap unit jamban.
Tabel 5.8 Perlengkapan lain jamban
No Jenis Rasio Deskripsi
KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH
DI KOTA MALANG
BAPPEDA KOTA MALANG 70
1 Perlengkapan
Lain
1.1 Kloset jongkok 1 buah/ruang Saluran berbentuk leher angsa.
1.2 Tempat air 1 buah/ruang Volume minimum 200liter.
Berisi air bersih.
1.3 Gayung 1 buah/ruang
1.4 Gantungan
pakaian
1 buah/ruang
1.5 Tempat sampah 1 buah/ruang
Adapaun Fasilitas luas jamban/WC yang dimiliki sekolah sekolah di Kota
Malang telah sesuai dengan ketentuan Permendiknas No. 24 Tahun 2007. Dengan
demikian luas jamban yang dimiliki sekolah telam mampu mendukung keberadaan sekolah
serta mendorong pelayanan sekoleh untuk meningkatkan performansi sekolah
5.2.Analisis SWOT terhadap prasarana sekolah
Matrik SWOT berkaitan dengan peluang, Ancaman, Kekuatan dan Kelemahan Prasarana
yang mampu disediakan sekolah di kota malang dalap disusun sebagai berikut :
Tabel 5.9 Analisis SWOT
Keterangan peluang Ancaman kekuatan Kelemahan
Kebijakan pemerintah tentang arah
pengembangan sekolah 1)
Kebijakan pemerintah yang
berkaitan dengan pendanaan 2)
Perkembangan penduduk kota
malang 3) 4)
Pertumbuhan pendapatan 5)
Perkembangan teknologi 6)
Luas lahan yang dimiliki sekolah 7)
Luas Lantai Bangunan yang dimiliki
sekolah 8)
Luas Ruang Kelas 9)
Luas Perpustakaanyang 10)
Kepemilikan Ruang Lab 11)
Ruang pimpinan sekolah 12)
Ruang guru 13)
KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH
DI KOTA MALANG
BAPPEDA KOTA MALANG 71
Tempat ibadah 14)
Ruang UKS 15)
Jamban 16)
Keterangan :
No. Item Penjelasan
1) Kebijakan pemerintah tentang arah pendidikan di kota malang merupakan
peluang bagi sekolah
2) Perda no.3 tahun 2007 dengan alokasi minimal 10% dari APBD merupakan
peluang bagi sekolah
3) Pertumbuhan penduduk kota malang merupakan peluang mengembangkan
sekolah
4) Pertumbuhan penduduk kota malang merupakan tantangan penyediaan
fasiltas baru bagi sekolah
5) Pertumbuhan pendapatan masyarakat meupakan peluang bagi sekolah untuk
mengembangkan sekolah
6) Perkembangan Teknologi Merupakan ancaman bagi sekolah untuk
menyediakan perangkat sesuai tuntutan
7) Luas lahan sekolah merupakan kelemahan bagi sekolah di malang, dimana
ratio luas lahan rendah
8) Luas Lantai Bangunan merupakan kelemahan sekolah-sekolah di kota
malang dimana ratio masih rendah
9) Luas Ruang Kelas sekolah-sekolah di kota malang telah sesuai dengan
permendiknas no 24 tahun 2007
10) Luas Perpustakaanyang sekolah-sekolah di kota malang telah sesuai dengan
permendiknas no 24 tahun 2007
11) Kepemilikan Ruang Lab sekolah sekolah di kota malang merupakan
kelemahan karena belum sesuai permendiknas no. 24 tahun 2007
12) Ruang pimpinan sekolah-sekolah di kota malang telah sesuai dengan
permendiknas no 24 tahun 2007
13) Ruang guru sekolah-sekolah di kota malang telah sesuai dengan
permendiknas no 24 tahun 2007
14) Tempat ibadah sekolah-sekolah di kota malang telah sesuai dengan
permendiknas no 24 tahun 2007
15) Ruang UKS sekolah-sekolah di kota malang telah sesuai dengan
KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH
DI KOTA MALANG
BAPPEDA KOTA MALANG 72
permendiknas no 24 tahun 2007
16) Jamban sekolah-sekolah di kota malang telah sesuai dengan permendiknas
no 24 tahun 2007
5.3.Rekomendasi atas hasil analisis :
Berdasarkan Hasil Analisis dapat dikemukakan beberapa kebijakan yang dapat dilakukan
pemerintah kota Malang yang berkaitan dengan prasarana sekolah di kota malang terutama
untuk mendukung performansi Sekolah Dasar di Kota Malang, diantaranya :
1) Diharapkan Adanya kebijakan prioritas penambahan fasilitas laboratorium bagi Sekolah
Dasar, mengingat masih rendahnya ratio kecukupan luas lahan laboratorium dibandingkan
ketentuan Permendiknas No. 24 Tahun 2007.
2) Diharapkan Adanya kebijakan penambahan luas lahan bagi Sekolah dasar, yang memerlukan
suasana kondusif bagi anak usia (7-15) sebagai bagian dari wajib belajar 6 tahun. Mengingat
luas lahan Sekolah Dasar masih dibawah ratio permendiknas, disamping itu lahan yang luas
bagi pendidikan dasar mendukung terciptanya suasana akademik yang kondusif dengan
lingkungan yang asri, sehat dan bersih.
3) Perkembangan Teknologi yang semakin cepat menuntut sekolah untuk dapat mengikuti
perkembangan teknologi dalam proses pembelajarngan. Mengingat masih kurangnya
fasilitas sekolah yang dapat mendukung terpenuhinya kebutuhan teknologi sesuai
perkembangan, hendaknya pemerintah daerah memeperhatikan dan mengalokasikan dana
bagi peningkatan fasilitas teknologi informasi yang dimiliki sekolah dasar di kota malang.
KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH
DI KOTA MALANG
BAPPEDA KOTA MALANG 73
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
6.1.Simpulan
Kajian ini bertujuan menyusun Dokumen Kajian Kebutuhan Prasarana Sekolah Di Kota
Malang. Berdasarkan hasil analisis dapat diambil simpulan sebagi berikut:
1. Rasio luas lahan terhadap jumlah peserta didik, yaitu 79,2% SDN tidak memenuhi standar
Permendiknas RI Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Standar Sarana dan Prasarana Untuk
Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), dan hanya 20,8% SDN yang memenuhi
standar permendiknas.
2. Rasio luas lantai terhadap jumlah peserta didik, yaitu 16,7% SDN tidak memenuhi standar
Permendiknas RI Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Standar Sarana dan Prasarana Untuk
Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), dan hanya 83,3% SDN yang memenuhi
standar permendiknas.
3. Luas Lantai Terhadap Jumalh Peserta Didik, yaitu 79,2% SDN tidak memenuhi standar
Permendiknas RI Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Standar Sarana dan Prasarana Untuk
Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), dan hanya 20,8% SDN yang memenuhi
standar permendiknas. Sedangkan ruang seharusnya dimiliki SDN sampel, yaitu 83,3% SDN
tidak memenuhi standar Permendiknas RI Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Standar Sarana
dan Prasarana Untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), dan hanya 16.7% SDN
yang memenuhi standar permendiknas.
4. Rasio Luas Perpustakaan SDN sampel, yaitu 83.3% SDN memenuhi standar Permendiknas
RI Nomor 24 Tahun 2007 terkait luas perpustakaan minimal, dan hanya 8,3% SDN yang
tidak memenuhi standar permendiknas. Sedangkan 2 SDN tidak mengisi (2 SDN).
5. 6 SDN (25%) yang memiliki ruang laboratorium IPA, sedangkan 75% lainnya tidak
menjawab pertanyaan. Sebagimana Permendiknas RI Nomor 24 Tahun 2007 point 3.a ruang
laboratorium IPA tidak harus berdiri sendiri, akan tetapi dapat memanfaatkan ruang kelas
yang ada. Selain itu, hanya 2 SDN (8,3%) yang memiliki peralatan pendidikan sebagimana
Permendiknas Nomor 24 Tahun 2007 secara lengkap.
6. 8 SDN (33,3%) yang mengisi pertanyaan tentang ruang pimpinan (Kepala Sekolah), sedang
66,7% lainnya tidak menjawab pertanyaan. Dari 33,3% responden yang menjawab ruang
pimpinan, secara keseluruhan ruang pimpinan telah sesuai dengan standar Permendiknas RI
Nomor 24 Tahun 2007.
7. 1 SDN (4,2%) yang tidak memenuhi standar tentang ruang Guru, sedangkan 91,7% lainnya
telah memenuhi standar Permendiknas RI Nomor 24 Tahun 2007 point D.5. sarana yang
tersedia di ruang guru telah memadai dan dapat dikatakan memenuhi standar.
KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH
DI KOTA MALANG
BAPPEDA KOTA MALANG 74
8. Sejumlah 20 SDN (83,3%) telah memiliki temapt beribadah dan telah memenuhi standar
tentang tempat beribadah, sedangkan 16,7% lainnya tidak menjawab pertanyaan (missing
values).
9. Sejumlah 14 SDN (58,3%) telah memiliki UKS dan telah memenuhi standar tentang ruang
UKS, sedang 29,2% tidak memenuhi standar ruang UKS sebagimana Permendiknas RI
Nomor 24 Tahun 2007. Sedang sarana yang tersedia di ruang UKS bervariasi pada tiap
sampel, yang sebagian besar tidak sesuai dengan standar sarana ruang UKS yang ditetapkan
Permendiknas RI Nomor 24 Tahun 2007.
10. Sejumlah 21 SDN (87,5%) telah memiliki jamban dan telah memenuhi standar tentang ruang
UKS, sedangkan 8,3% tidak memenuhi standar ruang UKS sebagaimana Permendiknas RI
Nomor 24 Tahun 2007.
6.2.Saran (Rekomendasi)
Berdasarkan simpulan yang telah diuraikan pada bagian sebelumnya , dapat diajukan saran
(rekomendasi) sebagai berikut :
1. Berdasrakan Rasio luas lahan terhadap jumlah peserta didik, perlu dilakukan penambahan
prasarana luas lahan agar memenuhi standar Permendiknas RI Nomor 24 Tahun 2007.
2. Berdasarkan Rasio luas lantai terhadp jumlah peserta didik, perlu dilakukan penambahan
saran terhadap 16,7% SDN tidak memenuhi standar Permendiknas RI Nomor 24 Tahun
2007.
3. Berdasarkan rasio Luas Lantai Terhadap Jumlah Peserta Didik, perlu dialkukan penambahan
prasarana (luas banguan).
4. Perlu dilakukan penambahan Luas Perpustakaan SDN, karena hanya 83,3% SDN memenuhi
standar Permendiknas RI Nomor 24 Tahun 2007.
5. Perlu dialkukan penambahan peralatan (Sarana laboratorium IPA) agar sesuai dengan
Permendiknas Nomor 24 Tahun 2007.
6. Perlu penambahan baik sarana maupun prasarana ruang UKS, karena masih terdapat 29,2%
SDN yang tidak memenuhi standar ruang UKS sebagaimana Permendiknas RI Nomor 24
Tahun 2007.
KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH
DI KOTA MALANG
BAPPEDA KOTA MALANG 75
DAFTAR PUSTAKA
Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo.2002. Metodologi Penelitian Bisnis untuk akuntansi &
manajemen, BPFE. Yogyakarta
Sigit, Suhardi. Pengantar Metode Penlitian sosial-bisnis-manajemen.BPFE Yogyakarta. 2001
Rangkuti F. Riset Pemasaran. Cetakan 7. Penerbit Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, April
2005.
Krippendorff K, Analisis isi; Pengantar teori dan Metodelogi, PT Rajagrafindo Persada, Jakarta.
1993.
Bungin B. Anlisis Data Penlitian Kualitatif; Pemahaman filosofis dan metodologis kearah
penguasaan model aplikasi, PT Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2003.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomaor 18 Tahun 2002 Tentang Sistem Nasional
Penlitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 nomor 78
Undng-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 164, Tamabahn Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Tahun 2004 Nomor 125 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437) sebagaimana telah
diubah beberapa kali terakhir dengan Undang – Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang
Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional Tahun 2005 – 2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4725);
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2009 Tentang Badan Hukum Pendidikan
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4965;
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional
Pendidikan;
Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 3 Tahun 2009 Tentang Sistem Penyelenggaraan
Pendidikan.
KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH
DI KOTA MALANG
BAPPEDA KOTA MALANG 76
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .................................................................................................................................. 1
1.2. Maksud dan Tujuan ........................................................................................................................... 2
1.3. Dasar Hukum .................................................................................................................................... 3
BAB II RUANG LINGKUP STUDI DAN KAJIAN TEORI
2.1. Profil Pendidikan Kota Malang ......................................................................................................... 4
2.2. Lingkup Wilayah Kajian (Lingkup Fisik/territorial) ......................................................................... 7
2.3. Landasan Teoritis .............................................................................................................................. 9
BAB III METODOLOGI PENDEKATAN STUDI DAN TEHNIK ANALISA
3.1. Pendekatan ...................................................................................................................................... 13
3.2. Metode Pengumpulan Data .............................................................................................................. 13
3.3. Sumber Data .................................................................................................................................... 14
3.3.1 Populasi Dan Sampel ............................................................................................................. 14
3.4. Jenis dan Sumber Data .................................................................................................................... 17
3.5 . Desain Konsep Penelitian ................................................................................................................ 18
3.6. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan ........................................................................................................ 19
3.7. Struktur Organisasi Pelaksana, Komposisi dan Penggunaan Tenaga Ahli ..................................... 20
KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH
DI KOTA MALANG
BAPPEDA KOTA MALANG 77
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1. Hasil Penelitian ............................................................................................................................... 21
4.1.1 Sampel Penelitian .................................................................................................................. 21
4.1.2. Daftar Sampel ....................................................................................................................... 21
4.2. Rasio Luas Lahan - Jumlah Peserta Didik ...................................................................................... 24
4.3. Rasio Luas Lantai Bangunan terhadap Peserta Didik ..................................................................... 29
4.4. Rasio Luas Ruang Kelas – Jumlah Peserta Didik ........................................................................... 31
4.5. Rasio Luas Perpustakaan ................................................................................................................ 36
4.6. Laboratorium IPA ........................................................................................................................... 37
4.7. Ruangan Pimpinan .......................................................................................................................... 39
4.8. Ruang Guru ..................................................................................................................................... 42
4.9. Tempat Beribadah ........................................................................................................................... 44
4.10. Ruang UKS ................................................................................................................................... 46
4.11. Jamban .......................................................................................................................................... 47
BAB V PEMBAHASAN
5.1.Analisis Lingkungan Eksternal dan Internal Prasarana Sekolah
di Kota Malang ............................................................................................................................... 50
5.1.1 Aspek lingkungan eksternal sekolah ..................................................................................... 50
5.1.2 Aspek Lingkungan Internal Sekolah ..................................................................................... 54
5.2. Analisis SWOT terhadap prasarana sekolah .................................................................................. 85
5.3. Rekomendasi atas hasil analisis ...................................................................................................... 87
KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH
DI KOTA MALANG
BAPPEDA KOTA MALANG 78
BAB VI PENUTUP DAN SARAN
6.1. Simpulan ......................................................................................................................................... 89
6.2. Saran................................................................................................................................................ 90
DAFTAR PUSTAKA
KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH
DI KOTA MALANG
BAPPEDA KOTA MALANG 79
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat ALLAH SWT, karena atas perkenanNYA laporan Akhir tentang
KajianKebutuhan Prasarana Sekolah DiKotaMalang dapat diselesaikan.
Tujuan dari pembuatan Laporan Akhir ini adalah untuk memberikan gambaran
mengenai pelaksanaan kegiatan serta sebagai bentuk pertanggungjawaban peneliti serta Tim
Pelaksana kepada pihak-pihak terkait dalam pelaksanaan kegiatan, bahwa penelitian kami
tentang KajianKebutuhan Prasarana Sekolah diKotaMalang telah dilaksanakan.
Pelaksanaan Penelitian tentang Kegiatan KajianKebutuhan Prasarana Sekolah
diKotaMalang diuraikan secara jelas pada laporan Akhir ini, diantaranya : latar belakang,
maksud dan tujuan, dasar hukum, profil pendidikan kota malang, Lingkup Wilayah Kajian,
Landasan Teoritis, Pendekatan, Metode Pengumpulan Data, Sumber Data, Jenis dan Sumber
Data, Desain Konsep Penelitian, Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan, Struktur Organisasi Pelaksana,
Komposisi dan Penggunaan Tenaga Ahli, Hasil Penelitian, Rasio Luas Lahan - Jumlah Peserta
Didik, Rasio Luas Lantai Bangunan terhadap Peserta Didik, Rasio Luas Ruang Kelas – Jumlah
Peserta Didik, Rasio Luas Perpustakaan, Laboratorium IPA, Ruangan Pimpinan, Ruang Guru,
Tempat Beribadah, Ruang UKS, Jamban, Analisis Lingkungan Eksternal dan Internal
Prasarana Sekolah di Kota Malang, Analisis SWOT terhadap prasarana sekolah, Rekomendasi
atas hasil analisis, Simpulan dan Saran
Laporan Akhir ini semoga dapat menjadi bahan evaluasi dan tolak ukur
dalamKebutuhan Prasarana Sekolah diKotaMalang, serta nantinya dapat memberikan hasil dan
output sebagai bahan perbaikan untuk kedepannya.
Malang, 2016
TIM PELAKSANA BAPPEDA KOTA
MALANG