Kajian pemanfaatan ruang dalam kaitannya dengan resiko ... · Kw Ind = Kawasan Industri Rmh =...

37
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian ini mengkaji aspek fisik dan aspek sosial. Pengkajian aspek Gsik dilihat dari kondisi terkini penggunaan lahan serta kondisi fisik lainnya di Kabupaten Bandung. Selanjutnya dari aspek fisik tersebut dilakukan pengolahan peta untuk memperoleh peta resiko banjir. Pengkajian aspek sosial diperoleh dari data primer berupa persepsi masyarakat terhadap penyebab terjadinya banjir, peuataan ruang, maupun upaya konservasi. Realisasi Pemanfaatan Ruang Berdasarkan hasil up daling peta penggunaan lahan 2002 dari BPN Kabupaten Bandung melalui verifikasi lapang, jenis penggunaan ataupun tutupan lahan di Kabupaten Bandung dapat diklasifikasikan atas hutan, industri, kebun campwan, ladang, perkebunan PTP, permukiman, situ/kolam/waduk, dan tanah kosonglsemak (Gambar 17). Pengklasifikasian ini didasarkan dari klasifikasi penggunaanlpenutupan lahan yang terdapat dalam RTRW Kabupaten Bandung (Pemkab Bandung 2001). . j-. , Ebb. P",x.**l LEGENDA ,B,W .., >b . S , . , ".I ,.6*, I' r~n~aroronoan~r ,,,I> r, Gambar 17 Penggunadpenutupan lahan Kabupaten Bandung (hasil verifikasi)

Transcript of Kajian pemanfaatan ruang dalam kaitannya dengan resiko ... · Kw Ind = Kawasan Industri Rmh =...

Page 1: Kajian pemanfaatan ruang dalam kaitannya dengan resiko ... · Kw Ind = Kawasan Industri Rmh = Perumahan/Permukiman ... ketidaksesuaian pemanfaatan ruang terjadi di setiap jenis peruntukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian ini mengkaji aspek fisik dan aspek sosial. Pengkajian aspek

Gsik dilihat dari kondisi terkini penggunaan lahan serta kondisi fisik lainnya di

Kabupaten Bandung. Selanjutnya dari aspek fisik tersebut dilakukan pengolahan peta

untuk memperoleh peta resiko banjir. Pengkajian aspek sosial diperoleh dari data

primer berupa persepsi masyarakat terhadap penyebab terjadinya banjir, peuataan

ruang, maupun upaya konservasi.

Realisasi Pemanfaatan Ruang

Berdasarkan hasil up daling peta penggunaan lahan 2002 dari BPN Kabupaten

Bandung melalui verifikasi lapang, jenis penggunaan ataupun tutupan lahan di

Kabupaten Bandung dapat diklasifikasikan atas hutan, industri, kebun campwan,

ladang, perkebunan PTP, permukiman, situ/kolam/waduk, dan tanah kosonglsemak

(Gambar 17). Pengklasifikasian ini didasarkan dari klasifikasi penggunaanlpenutupan

lahan yang terdapat dalam RTRW Kabupaten Bandung (Pemkab Bandung 2001).

.. j-. , Ebb. P",x.**l

LEGENDA

,B,W ..,

>b.S,., ".I

,.6*, I'

r ~ n ~ a r o r o n o a n ~ r ,,,I> r,

Gambar 17 Penggunadpenutupan lahan Kabupaten Bandung (hasil verifikasi)

Page 2: Kajian pemanfaatan ruang dalam kaitannya dengan resiko ... · Kw Ind = Kawasan Industri Rmh = Perumahan/Permukiman ... ketidaksesuaian pemanfaatan ruang terjadi di setiap jenis peruntukan

Keterangan :

[I7! peruntukan d a l m RTRW

1 : Hutan Lindung 8 : PerdaganganIJasa 2 : Hutan Produksi 9 : Perikanan 3 : Hutan Rakyat 10 : Perkebunan PTP 4 : Kawasan Indushi 11 : PerumahanIPermukiman 5 : Kehun 12 : Sawah Irigasi 6 : Ladang 13 : Sawah Tadah hujan 7 : PemerintahIFasum 14 : SitdDanauIWaduk Gambar 18 Grafik kesesuaian dan ketidaksesuaian terhadap RTRW.

H. H. H. Kw Kbn Ldg PmrIFas is ikan PTP Rmh Sw Sw SituIDa Lin Prd Ryt Ind um IRi Tdh nau

Hj n

Keterangan : H. Lin = Hutan Lindung Js = JasaIPerdagangan H. Prd = Hutan Produksi Ikan = Perikanan H. Ryt = Hutan Rakyat PTP = Perkebunan PTP Kw Ind = Kawasan Industri Rmh = Perumahan/Permukiman Kbn = Kebun Sw Iri= Sawah irigasi Ldg = Ladang Sw Tdh hjn = Sawah tadah hujan PmrIFasum = PemerintahadFasilitas umum SitulDanau = SituIDanaulWaduk

Gambar 19 Persentase luas penyimpangan masing-masing peruntukai lahan.

Page 3: Kajian pemanfaatan ruang dalam kaitannya dengan resiko ... · Kw Ind = Kawasan Industri Rmh = Perumahan/Permukiman ... ketidaksesuaian pemanfaatan ruang terjadi di setiap jenis peruntukan

Berdasarkan Gambar 18 dan 19, ketidaksesuaian pemanfaatan ruang terjadi di

setiap jenis peruntukan pemanfaatan ruang, dan hampir semua mempunyai persentase

penyimpangan lebih dari SO%, kecuali perdagangan dan jasa yang 48.5%. Hal ini

menunjukkan ada yang tidak benar dengan penerapan rencana pemanfaatan ruang

yang telah dibuat dalam kurun waktu 5 tahun dari tahun 2001 sampai 2006 sekarang.

Peninjauan kembali terhadap RTRW dapat dilakukan untuk mengevaluasi tata ruang

sehingga dapat dilakukan revisi yang dapat mengakomodir kebutuhan d m

kepentingan daerah. Jangka waktu 5 (lima) tahun adalah waktu minimal untuk

meninjau ulang RTRW, agar pemerintah dapat mengadakan perbaikan dalam

penyusunan tata ruang sesuai Keputusan Menteri Kirnpraswil No. 327/KPTS/Mf2002

tentang Pedoman Peninjauan Kembali Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten.

Berdasarkan hasil analisis tumpang tindih yang telah dilakukan, maka

diketahui secara global daerah yang tidak sesuai dengan rencana pemanfaatan ruang

berlaku, lebih luas dibandingkan dengan daerah yang mengikuti RTRW, yaitu 225

474.4 ha atau sekitar 73% dari luas Kabupaten Bandung, dan dapat dilihat pada

Gambar 20. Tampak bahwa daerah dengan warna merah yang menunjukkan daerah

dengan penggunaan lahan tidak sesuai dengan rencana pemanfaatan ruang dalam

RTRW, mendominasi wilayah Kabupaten Bandung.

MWHTERll*OAP RTRW (Cbb.O Y*IUPATLNBANDUW

L ~ O S I I U I

[ ~ - - Z ~ W .>.a. x.

Gambar 20 Peta kontrol penggunaan lahan terhadap RTRW (global)

Page 4: Kajian pemanfaatan ruang dalam kaitannya dengan resiko ... · Kw Ind = Kawasan Industri Rmh = Perumahan/Permukiman ... ketidaksesuaian pemanfaatan ruang terjadi di setiap jenis peruntukan

Daerah Bahaya Banjir

Daerah bahaya banjir adalah daerah dengan kondisi fisik alamiall yang jika

mengalami peristiwa alam seperti hujan, memiliki kemungkinan mengalami banjir,

dan dapat berulang dalam jangka waktu tertentu. Melalui data masukan berupa peta-

peta genangan banjir sebanyak 15 buah dari Balai PSDA Wilayah Citarum dengan

verifikasi (Gambar 21), maka dihasilkan peta bahaya banjir Kabupaten Bandung

berdasarkan jumlah kejadian banjir yang dialami oleh suatu daerah.

Analisis dilaksanakan melalui tumpang tindih 15 peta genangan banjir

tersebut, sehingga diperoleh peta bahaya banjir dengan 4 kelas bahaya berdasarkan

junllah kejadian banjir yang menimpa suatu daerah, dalam ha1 ini lebih menekankan

analisis pada daerah genangan di Kabupaten Bandung, karena terkait dengan data

pendukung yang ada. Teknis pembuatan peta bahaya banjir ini dapat dilihat pada Bab

Metodologi Penelitian. Adapun sebaran daerah bahaya banjir dapat dilihat pada

Gambar 22.

Berdasarkan sketsa genangan yang ada pada Gambar 21 tampak bahwa

genangan banjir yang terjadi sebagian besar berada dalam wilayah administratif

Kabupaten Bandung. Genangan di luar wilayah Kabupaten Bandung tampak pada

banjir yang terjadi tahun 1995, 1998, 1999, 2000, 2004, 2005 dan 2006. Selain itu,

pada peristiwa banjir tahun 2005 dan 2006, daerah-daerah yang pada tahun-tahun

sebelumnya tidak pemah banjir menjadi tergenang dengan lokasi genangan yang

terpencar-pencar, baik di Kabupaten maupun Kota Bandung. Genangan di Kabupaten

Bandung cenderung ke arah selatan dari lokasi banjir pada tahun-tahun sebelumnya,

sedangkan di Kota Bandung tampak daerah-daerah genangan baru.

Secara potensial luas daerah bahaya banjir cenderung bertambah, meskipuu

genangan banjir pada dua tahun terakhir berkurang luasannya. Hal ini dapat

diperkirakan dengan melihat timbulnya daerah-daerah genangan baru, sehingga

daerah yang sudah lama tidak mengalami banjir berpotensi akan terulang jika

masalah banjir ini tidak ditangani dengan baik.

Page 5: Kajian pemanfaatan ruang dalam kaitannya dengan resiko ... · Kw Ind = Kawasan Industri Rmh = Perumahan/Permukiman ... ketidaksesuaian pemanfaatan ruang terjadi di setiap jenis peruntukan

Gambar 21 Daerah genangan di Bandung dan sekitiunya pada perstiwa banjir tahun 1986-2006 (verifikasi)

Page 6: Kajian pemanfaatan ruang dalam kaitannya dengan resiko ... · Kw Ind = Kawasan Industri Rmh = Perumahan/Permukiman ... ketidaksesuaian pemanfaatan ruang terjadi di setiap jenis peruntukan

Gainbar 22 Peta bahaya banjir berdasarkan kejadian banjir.

PETA BAHAYA BANJlR KABUPATEN BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT

(Brrdarwkw ICrjadian Bwjir)

-9. 5 O 3 K m

FGZ!!!!

LEGENDA:

LUAS PERSEX Kelnr Ifalm~a Ilanjir MA) T A S E W )

= T ~ K AAHAYA 293 848.5 95.6

=RENDAH 83388 2.7

SEDAN G 2 767.2 0.9

~ T ~ C C I 2416.5 0.8

,i:\";/" Bataskabupatcn

S q s i

R j,

k

k C

101'1B<" IO"Jlro1~ L,?~.e9*,,

.. ....,- I .

1- \... i i.

Kah 'l:rwak+tta i I- -.,. )---

>&

C i Kat. t.Ciajw

/J

fj

5 -./I\ \ \

i / ,P' L--

'I < K,t. G w t 'VLY7V - .- -

,i' -, L b.,'\- <' /-- Su11bcr:

Prra p a n g a n hanjr tahihlm 1 9 ~ 6 . ' ~ 9 9 2 . 1994 ,. ,i 1995,1996,13?7, 199E. 1599,2103, 2011, 2002,

2003.2001.2305. 2001. d r n ~ m y L. > IIasil a ~ i a i r ~ ., ..I

.X' i

fp

-! x cj

m'191P' 101'31<01' I>?,&<%@,,

Page 7: Kajian pemanfaatan ruang dalam kaitannya dengan resiko ... · Kw Ind = Kawasan Industri Rmh = Perumahan/Permukiman ... ketidaksesuaian pemanfaatan ruang terjadi di setiap jenis peruntukan

Berdasarkan jumlah kejadian banjir dari hasil operasi turnpang tindih pada 15

peta, daerah yang tidak pemah mengalami banjir merupakan daerah terluas di

Kabupaten Bandung, yang pada Gambar 22 tampak berwarna krem. Sedangkan

daerah yang pemah mengalami banjir berada di tengall Kabupaten Bandung dengan

berbagai macam tingkat bahaya. Adapun hasil analisis wilayah bahaya banjir

berdasarkan jumlah kejadian banjir dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Luas daerah bahaya banjir (berdasarkan kejadian banjir)

No Kecamatan Luas Wilayah (Ha) pada kelas bahaya banjir tidak bahaya rendah sedang tinggi

1 Arjasari 6 366.3 131.5 - - 2 Baleendah 1731.8 1 863.8 492.2 94.4 3 Banjaran 4 187.9 104.4 4 Batujajar 8 368.4 - - - 5 Bojongsoang 448.4 882.4 676.7 726.1 6 Cangkuang 2 359.7 101.1 7 Cicalengka 3 554.8 11.6 8 Cihampelas 4 662.7 - - - 9 Cikalongwetan 11 207.8 - - - 10 Cikancung 4 025.7 27.7 - - 11 Cilengkrang 2 987.6 3.1 - - 12 Cileunyi 2 228.3 802.7 126.6 - 13 Cililin 8 154.5 - - - 14 Cimaung 5 395.6 104.2 - - 15 Cimenyan 5 287.1 - - - 16 Ciparay 4 017.0 265.8 334.8 - 17 Cipatat 12 549.7 - - - 18 Cipeundeuy 10 124.7 - - - 19 Cipongkor 7 614.7 - - - 20 Cisarua 5 536.4 - - - 21 Ciwidey 4 984.0 - - - 22 Dayeuhkolot 898.6 191.5 7.5 5.1 23 Gununghalu 6 079.6 - - - 24 Ibun 5 456.6 - - 25 Katapang 1 900.3 216.0 - - 26 Kertasari 15 207.4 - - 27 Lembang 9 826.6 - - - 28 Majalaya 2 048.3 467.7 - 20.0 - -

Page 8: Kajian pemanfaatan ruang dalam kaitannya dengan resiko ... · Kw Ind = Kawasan Industri Rmh = Perumahan/Permukiman ... ketidaksesuaian pemanfaatan ruang terjadi di setiap jenis peruntukan

Luas daerah bahaya banjir (berdasarkan kejadian banjir) (lanjutan)

No Kecamatan Luas Wilayah (Ha) pada kelas bahaya banjir tidak bahaya rendah sedang tinggi

29 Margaasih 1713.6 83.0 - - -

30 Margahayu 31 Nagreg 32 Ngamprah 33 Pacet 34 Padalarang 35 Pameungpeuk 36 Pangalengan 37 Parongpong 38 Paseh 39 Pasirjambu 40 Rancabali 41 Rancaekek 42 Rongga 43 Sindangkerta 44 Solokanjeruk 45 Soreang 6 631.2 73.4 - 32.6

Total (Ha) 293 848.5 8 338.8 2 767.2 2 416.5 Persentase (%) 95.6 2.7 0.9 0.8

Sumber : Hasil analisis

Berdasarkan Tabel 6, daerah-daerah bahaya banjir dengan kategori rendah

sampai tinggi tersebar di 21 kecamalan yaitu Arjasari, Baleendah, Banjaran,

Bojongsoang, Cangkuang, Cicalengka, Cikancung, Cilengkrang, Cileunyi, Cimaung,

Ciparay, Dayeuhkolot, Katapang, Majalaya, Margaasih, Margahayu, Pameungpeuk,

Paseh, Rancaekek, Solokanjeruk, dan Soreang. Daerah-daerah tersebut ternlasuk

daerah-daerah aliran Sungai Cikapundung, Citarik, Cirasea, Cisangkuy, dan Ciwidey,

seperti dapat dilihat pada Gambar 23. Sebaran daerah bahaya tinggi tampak luas pada

Sub DAS Citarik dan Sub DAS Cikapundung. Pada lokasi tersebut aliran Sungai

Citarik dan anak-anak sungainya bertemu dengan aliran Sungai Cikapundung dan

Cirasea dengan muara Sungai Citarum, dapat diiengerti jika hujan deras daerah

tersebut dan sekitamya lebih sering mengalami banjir.

Page 9: Kajian pemanfaatan ruang dalam kaitannya dengan resiko ... · Kw Ind = Kawasan Industri Rmh = Perumahan/Permukiman ... ketidaksesuaian pemanfaatan ruang terjadi di setiap jenis peruntukan

Tampak pula fenomena yang unik pada 2 kecamatan yaitu di Kecamatan

Bojongsoang yang berada di sub DAS Cikapundung dan sebagian Citarik, dan

Rancaekek pada sub DAS Citarik, dimana pada 2 kecamatan tersebut daerah yang

tidak pemah mengalami banjir (kelas tidak berbahaya) dalam kurun waktu 20 tahun

(1986-2006) mempunyai luas yang lebih rendah dibandingkan dengan luas daerah

yang pemah mengalami banjir. Di Kecamatan Bojongsoang hanya 448.4 bektar

wilayah yang bebas banjir, sedangkan di Kecamatan Rancaekek hanya 1 194.9

hektar. Dengan kata lain, sekitar 83% dari luas wilayah Kecamatan Bojongsoang dan

73% wilayah Kecamatan Rancaekek pemah mengalami banjir. Kondisi ini

dimungkinkan terjadi karena Kecamatan Bojongsoang dan Rancaekek mempunyai

morfologi dataran yang dilalui aliran sungai dan jika dikaitkan dengan sejarah, daerah

tersebut dahulu merupakan rawa (ranca = rawa; bojongsoang=rancaekek=rawa

bebeklangsa) yang selalu tergenang air kemudian menjadi sawah, sehingga dapat

dimengerti apabila tanah di daerah tersebut mempunyai sifat kedap air. Bila hujan

deras terjadi dengan intensitas tinggi, tanah menjadi jenuh air dan saluran-saluran

tidak mampu menampung air maka banjir pun melanda dataran sekitar sungai dan

tertampung di cekungan-cekungan. Daerah bahaya tinggi yang termasuk juga pada

sub DAS Cikapundung adalah sebagian Kecamatan Margahayu dan Dayeuhkolot.

Selain itu, daerah bahaya tinggi berada di Kecamatan Paseh yang termasuk sub DAS

Cirasea dengan luas 355.0 ha, Kecamatan Baleendah seluas 94.4 ha yang termasuk

sub DAS Cisangkuy dan Cirasea, Kecamatan Pameungpeuk seluas 6.1 ha yang

termasuk sub DAS Cisangkuy, dan Kecamatan Soreang seluas 32.6 ha yang termasuk

sub DAS Ciwidey. Adanya daerah bahaya tinggi pada setiap sub DAS penyuplai

banjir menunjukkan bahwa 5 sub DAS tersebut berada dalam kondisi bunik, karena

tidak mampu mengalirkan air dalam salurannya maupun meresapkan ke dalam tanah,

sehingga daerah bahaya tinggi tersebut mengalami fiekuensi banjir yang cukup sering

Page 10: Kajian pemanfaatan ruang dalam kaitannya dengan resiko ... · Kw Ind = Kawasan Industri Rmh = Perumahan/Permukiman ... ketidaksesuaian pemanfaatan ruang terjadi di setiap jenis peruntukan

Gambar 23 Sub DAS yang meliputi daerah bahaya banjir.

Wilayah Resiko Banjir

Resiko diartikan sebagai jumlah kehidupan yang hilang, kerusakan properti

atau terhambatnya aktivitas ekonomi karena adanya bahaya dari suatu fenomena

alami atau buatan. Adapun properti yang dimaksud adalah infiastruktur, fasilitas

sosial dan umum, serta penggunaan lahan pada daerah tertentu yang jika mengalami

suatu fenomena bahayalkerawanan seperti banjir, akan mengalami kerugian.Wilayah

beresiko terhadap banjir adalah wilayah yang selain mempunyai potensi bahaya

banjir berdasarkan kondisi fisik alarniah, juga pada wilayah tersebut terdapat jiwa

manusia dan properti yang bernilai ekonomi tinggi, sehingga bila mengalami banjir

akan mengalami kerusakan dan kerugian jiwa dan harta benda (bencana).

Untuk mengetahui tingkat resiko banjir di Kabupaten Bandung maka

dilakukan operasi tumpang tindih pada peta bahaya banjir dengan peta penggunaan

lahan, peta infiastruktur, dan peta fasilitas sosial dan umum (fasos fasum). Sebaran

wilayah resiko banjir dapat dilihat pada Gambar 24.

Page 11: Kajian pemanfaatan ruang dalam kaitannya dengan resiko ... · Kw Ind = Kawasan Industri Rmh = Perumahan/Permukiman ... ketidaksesuaian pemanfaatan ruang terjadi di setiap jenis peruntukan

PET-A RESIKO B-AN..JIR K.&EiUP.ATEN B.ANI)ITN(:: PROT'INSI .J-A\\-A B-$RAT

5 0 5 K ,

L P G E N I I A ,

0 TIDAKBERESIKO 293 8485 9 5 6 REMKO RENDAH 9 3 9 1 3 R E ~ K O ~ D A N G 3 9 7 1 6 RESIKO IINGGI 139.5

/V Batas-Bntns I<nbt~])tuta

Pch gexmgan (rol.iQkd),Psta jaliagrn jnhn Peh p=nggla=na hhan (rcrtakA), Peh fasol fpnrm

Asdl m&L

Gambar 24 Peta resiko banjir Kabupaten Bandung.

Page 12: Kajian pemanfaatan ruang dalam kaitannya dengan resiko ... · Kw Ind = Kawasan Industri Rmh = Perumahan/Permukiman ... ketidaksesuaian pemanfaatan ruang terjadi di setiap jenis peruntukan

Secara teknis, pemetaan daerah resiko banjir dilakukan dengan menggunakan

Sistem Informasi Geografis dengan menggunakan konsep logika berbasis

pengetahuan yang diterjemahkan kedalarn nilai elemen-elemen resiko (kerugian)

yang diakibatkan oleh banjir. Nilai elemen tersebut terkait dengan nilai kerugian

akibat banjir, dalam ha1 ini diwakili oleh properti.

Pada Gambar 24 tarnpak bahwa daerah dengan resiko banjir tinggi terletak

pada daerab bahaya banjir di sebagian Kecamatan Baleendah, Bojongsoang,

Dayeuhkolot, Ciparay, Solokanjemk, dan Rancaekek. Kondisi ini terjadi karena di

daerah-daerah tersebut selain termasuk dalam wilayah bahaya banjir tinggi juga

mempunyai nilai propeiii yang tinggi. Penggunaan lahan sangat berpengaruh dalam

penentuan nilai resiko karena skor penggunaan lahan mendominasi dalam

perh'itungan total skor properti. Adapun luasan penggunaan lahan pada tiap tingkat

resiko banjir dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Penggunaan lahan pada berbagai tingkat resiko banjir

T.nas Pada Ke las Res iko Baniir (Ha) Jumlah

(Ha)

Hutan Industri Kebun Campuran Ladang Perkebunan PTP Perrnukiman Sawah Situ/Kolam/Waduk Tanah kosonglsemak - 11.2 22.3 8 772.4 9 005.9 Jumlah (Ha) 159.5 3 971.6 9 391.3 293 848.5 307 371.0

Sumber : Hasil analisis

Sebagian besar penggunaan lahan di daerah dengan kelas resiko banjir tinggi

adalah permukiman, dan terdapat pula industri, sawah, dan ladang dengan luasan

kecil. Adapun daerah terluas pada daerah berpotensi banjir ini merupakan daerah

dengan resiko rendah. Rendahnya resiko dapat dikarenakan daerah tersebut berada

Page 13: Kajian pemanfaatan ruang dalam kaitannya dengan resiko ... · Kw Ind = Kawasan Industri Rmh = Perumahan/Permukiman ... ketidaksesuaian pemanfaatan ruang terjadi di setiap jenis peruntukan

pada daerah bahaya banjir rendah, atau meskipun berada pada daerah bahaya banjir

tinggi, properti di daerah tersebut tidak termasuk kategori bernilai tinggi.

Daerah tidak beresiko banjir adalah juga daerah yang kondisinya tidak bahaya

banjir, dimana lokasinya tersebar pada hampir seluruh kecarnatan yang berbatasan

dengan kabupaten-kabupaten lain di sebelah barat, timur, utara dan selatan Kabupaten

Bandung. Kondisi ini dapat dimengerti karena daerah-daerah tersebut sebagian besar

berada di daerah tinggi yang justru sebagai tempat sumber-sumber air, dimana air

tersebut kemudian mengalir secara alami ke tempat yang lebih rendali. Adapun

properti yang terdapat di daerah tersebut tidak ternlasuk bemilai tinggi seperti

jaringan jalan yang umumnya merupakan jalan lokal. Lebih jelas dapat dilihat

sebaran daerah beresiko banjir dengan properti yang ada pada Gambar 25. Pada

gambar tersebut tampak bahwa daerah-daerah beresiko sedang dan tinggi adalah

daerah yang dilalui oleh jalan raya, dengan adanya fasilitas sosial dan fasilitas umum

yang lokasinya dekat dengan jalan raya, selain itu penggunaan lahan adalah

permukiman dan industri, ataupun sawah yang terletak di sisi jalan raya sehingga

daerah tersebut cukup beresiko jika terlanda banjir.

Adapun daerah-daerah dengan resiko rendah adalah daerah dengan komponen

properti bemilai rendah seperti lokasi permukiman yang jauh dari jalan raya,dan

hanya dilalui oleh jalan lokal, ataupun kurangnya fasilitas sosial dan umum, sehingga

tingkat resiko pada daerah-daerah tersebut rendah. Sedangkan daerah yang tidak

beresiko banjir tidak termasuk daerah bahaya banjir, dan tampak bahwa hanya sedikit

memiliki fasos fasum, dan hanya dilalui oleh jalan lokal dimana penggunaan

lahamya pun bervariasi

Page 14: Kajian pemanfaatan ruang dalam kaitannya dengan resiko ... · Kw Ind = Kawasan Industri Rmh = Perumahan/Permukiman ... ketidaksesuaian pemanfaatan ruang terjadi di setiap jenis peruntukan

Gambar 25 Jaringan jalan dan fasos fasum di daerah beresiko banjir

Page 15: Kajian pemanfaatan ruang dalam kaitannya dengan resiko ... · Kw Ind = Kawasan Industri Rmh = Perumahan/Permukiman ... ketidaksesuaian pemanfaatan ruang terjadi di setiap jenis peruntukan

Adapun sebaran wilayah dengan berbagai tingkat resiko dapat dilihat pada

Tabel 8.

Tabel 8 Luas daerah resiko banjir pada wilayah kecamatan Luas Wilayah (Ha) pada kelas resiko banjir

No Kecamatan tidak beresiko rendah sedang tinggi

1 Aqasari 6 366.3 131.5 - - 2 Baleendah 1731.8 1 996.6 439.3 14.4 3 Banjaran 4 187.9 104.4 - - 4 Batujajar 8 368.4 - - - 5 Bojongsoang 448.4 1 565.4 676.7 43.1 6 Cangkuang 2 359.7 100.6 0.5 - 7 Cicalengka 3 554.8 9.6 2.0 - 8 Cihampelas 4 662.7 - - - 9 Cikalongwetan 11 207.8 - - - 10 Cikancung 4 025.7 27.7 - - 1 1 Cilengkrang 2 987.6 3.1 - - 12 Cileunyi 2 228.3 817.3 112.0 - 13 Cililin 8 154.5 - - - 14 Cimaung 5 395.6 104.2 - - 15 Cimenyan 5 287.1 - - - 16 Ciparay 4 017.0 296.7 303.91 - 17 Cipatat 12 549.7 - - - 18 Cipeundeuy 10 124.7 - - - 19 Cipongkor 7 614.7 - - - 20 Cisarua 5 536.4 - - - 21 Ciwidey 4 984.0 - - - 22 Dayeuhkolot 898.6 196.783 7.4 - 23 Gununghalu 16 079.6 - - - 24 Ibun 5 456.6 - - -

25 Katapang 1900.3 204.1 11.9 -

26 Kertasari 15 207.4 - - -

27 Lembang 9 826.6 - - -

28 Majalaya 2 048.3 456.0 27.3 4.4 29 Margaasih 1713.6 83.0 - - 30 Margahayu 977.1 58.2 17.0 2.1 31 Nagreg 4 859.0 - - -

32 Ngamprah 3 608.6 - - -

Page 16: Kajian pemanfaatan ruang dalam kaitannya dengan resiko ... · Kw Ind = Kawasan Industri Rmh = Perumahan/Permukiman ... ketidaksesuaian pemanfaatan ruang terjadi di setiap jenis peruntukan

Luas Wilayah (Ha) pada kelas resiko banjir No Kecamatan tidak

beresiko rendah sedang tinggi 33 Pacet 9 194.0 - - - 34 Padalarang 5 157.7 - - - 35 Pameungpeuk 1 092.4 367.6 2.3 - 36 Pangalengan 19 542.4 - - - 37 Parongpong 4 339.4 - - - 33 Paseh 5 155.5 511.1 158.4 - 39 Pasirjambu 23 949.4 - - - 40 Rancabali 14 700.0 - - - 41 Rancaekek 1 194.9 1 780.0 1498.8 56.2 42 Rongga 11 312.0 - - - 43 Sindangkerta 12 034.8 - - - 44 Solokanjemk 1 176.1 483.1 702.5 39.3 45 Soreang 6 631.2 94.3 11.7 -

Total (Ha) 293 848.5 9 391.3 3 971.6 159.5 Persentase (%) 95.6 3.1 1.3 0.1

Daerah dengan wilayah resiko tinggi yang terluas adalah Kecarnatan

Rancaekek (56.2 hektar). Kondisi ini dapat dimaklumi karena Rancaekek adalah

kecamatan yang berbatasan dengan Kabupaten Surnedang, sehingga nlempakan

daerah dengan lokasi aksesibilitas strategis berupa jalan arteri yang juga merupakan

jalur antar kota menuju timur pulau Jawa. Selain itu, indushi-industri banyak tersebar

di Kecamatan Rancaekek. Pembahan penggunaan lahan memang pesat tejadi di

daerah ini yang dahulu masih me~pakan sawah irigasi. Perumahan dan permukiman

pun tumbuh dengan subur. Fasilitas sosial dan umum berupa pasar dan sekolah yang

terdapat di Kecamatan Rancaekek selalu ramai oleh penduduk, termasuk pula stasiun

kereta api Rancaekek yang berada dalam sebuah komplek perumahan. Apabila banjir

menerjang Rancaekek, maka resiko yang akan diterima pun tinggi.

Kaitan Penggunaan Lahan Aktual Terhadap Banjir

Daerah beresiko banjir dapat dikaitkan pula dengan penggunaan lahan pada

daerah, aliran sungai yang mempengaruhi bahaya banjir di Kabupaten Bandung

Page 17: Kajian pemanfaatan ruang dalam kaitannya dengan resiko ... · Kw Ind = Kawasan Industri Rmh = Perumahan/Permukiman ... ketidaksesuaian pemanfaatan ruang terjadi di setiap jenis peruntukan

seperti tehh &ai&an sebelumnya, yaitu Sub DAS Cikapundung, Cisawghy,

Cirasea, dan Citarik, yang dapat dilihat pada Gambar 26.

Gambar 26 Pengylnaan ld~an pada Sub DAS yang meliputi daerah beresiko banjir.

Page 18: Kajian pemanfaatan ruang dalam kaitannya dengan resiko ... · Kw Ind = Kawasan Industri Rmh = Perumahan/Permukiman ... ketidaksesuaian pemanfaatan ruang terjadi di setiap jenis peruntukan

Pada Gambar 26 tersebut, tampak bahwa daerah-daerah yang terkena banjir

sebagian besar terjadi di permukiman pada tiap sub DAS. Selain itu genangan juga

menimpa industri, sawah, ladang, sebagian kecil kebun campuran, dan semak. Hal ini

dapat ditinjau dari penggunaan lahan yang terletak pada hulu hiigga hilir sub DAS-

sub DAS tersebut.

Hutan masih mendominasi penggunaan lahan di Sub DAS Cirasea seluas 11

895.4 ha, yang diikuti oleh permukiman seluas 6 259.5 ha. Luas hutan di sub DAS ini

sekitar 35% dari luas sub DAS, sehingga masih memenuhi persyaratan luas hutan

pada DAS yang minimal hams 30% menurut UU No. 41 tahun 1999 tentang

Kehutanan. Daerah genangan berada pada permukiman, sawah, dan semak yang

tersebar di Kecamatan Majalaya, Solokanjeruk, dan Bojongsoang, yaitu daerah hilir

pertemuan dengan Sungai Cikapundung dan Citarik.

Pada sub DAS Cikapundung, tampak kebun campuran mendominasi

penggunaan lahan seluas 8 176.8 ha, yang diikuti oleh permukiman seluas 6 405.2 ha.

Luas butan adalah 4 483.2 atau sekitar 17% dari luas sub DAS tersebut, sehingga jauh

dari persyaratan minimal 30%. Kondisi di sub DAS Cikapundung ini belum termasuk

dengan penggunaan lahan di Kota Bandung dan Kota Cimahi. Seperti umumnya kota,

apalagi sebagai ibukota provinsi, maka jenis penggunaan lahan di Kota Bandung

hampir seluruhnya merupakan permukiman. Demikian pula dengan Cimahi yang baru

dikukuhkan menjadi kota pada tahun 2001, merupakan sebuah kota yang padat

dengan industri. Sehingga bisa digeneralisir bahwa dominasi penggunaan lahan di

sub DAS Cikapundung adalah permukiman. Kurangnya daerah resapan di sub DAS

Cikapundung turut berperan dalam banjir yang terjadi di bagian hilir sungai, dan ha1

ini berpengaiuh terhadap resiko yang dihadapi bagi properti di daerah bahaya banjir.

Banjir yang terjadi di Sub DAS Cikapundung sebenamya juga tejadi di Kota

Bandung, namun dalam penelitian ini hanya ditelaah di daerah Kabupaten Bandung,

berkaitan dengan data pendukung yang ada.

Pada Sub DAS Cisangkuy, penggunaan lahan didominasi oleh ladang seluas

12 322.1 ha, diikuti permukiman 5 519.1 ha. Sedangkan, luas hutan adalah 4 477.9

ha, atau 14% dari luas sub DAS. Bila perkebunan PTP diasurnsikan pula sebagai

Page 19: Kajian pemanfaatan ruang dalam kaitannya dengan resiko ... · Kw Ind = Kawasan Industri Rmh = Perumahan/Permukiman ... ketidaksesuaian pemanfaatan ruang terjadi di setiap jenis peruntukan

vegetasi permanen yang berfungsi meresapkan air dan menghambat laju aliran

permukaan setara dengan hutan, maka dengan luas 2 163.5 ha yang bila dijumlahkan

dengan luas hutan hanya mencapai 6 641.4 ha, atau sekitar 21% dari luas sub DAS.

Luasnya penggunaan lahan ladang dapat meningkatkan laju air larian melalui

aktivitas pengolahan tanah sehingga air membawa butiran tanah ke arah hilir yang

berkontribusi terhadap pendangkalan sungai. Adapun permitkiman dan industri yang

berada di bagian hilir sungai beresiko terhsdap banjir yang dapat mengakibatkan

kerugian.

Sub DAS Citarik didominasi oleh permukiman yang terletak berbatasan

dengan Kabupaten Sumedang yaitu di Kecamatan Rancaekek, dan di daerah ini pun

terdapat industri-industri yang termasuk wilayah Kabupaten Bandung maupun

Kabupaten Sumedang. Hutan seluas 6 453.8 ha sebagian besar terletak di Kecamatan

Nagrek, berbatasan dengan Kabupaten Garut dimana terdapat anak Sungai Citarik di

G. Mandalawangi. Persentase luasan hutan tidak bisa ditentukan di Sub DAS Citarik

ini, karena untuk perhitungan hams memperhatikan pula penggunaan lahan pada

daerah yang termasuk Kecamatan Sumedang dan Gamt. Pada Gambar 25 tampak

daerah bahaya yang cukup luas di Sub DAS Citarik, dimana beberapa lokasi

merupakan daerah beresiko tinggi. Hal ini dapat dipengaruhi oleh buruhya kondisi

daerah hulu Sungai Citarik yang berada di G. Kareurnbi di Kabupaten Sumedang,

maupun maraknya pembangunan permukiman dan industri di hilir sungai, yang

merupakan alih fungsi lahan besar-besaran dari penggunaan lahan sawah dalam 15

tahun terakhir. Industri-industri yang limbahnya langsung dibuang ke sungai tanpa

melalui pengolahan terlebih dahulu berkontribusi dalam pendangkalan sungai,

sehingga dapat mempengaruhi penurunan kapasitas pengaliran sungai.

Sedangkan penggunaan lahan di Sub DAS Ciwidey didominasi oleh kebun

campuran seluas 10 765.7 ha, kemudian hutan seluas G 527.5 ha atau 24% dari luas

sub DAS. Bila kondisi kebun campuran dan hutan masih cukup baik maka dapat

menghambat laju aIiran permukaan. Tampak bahwa daerah genangan di sub DAS

Ciwidey adalah yang paling sedikit dibanding dengan genangan pada sub DAS

laixu~ya, dan sebagian besar termasuk beresiko rendah. Hal ini perlu diwaspadai

Page 20: Kajian pemanfaatan ruang dalam kaitannya dengan resiko ... · Kw Ind = Kawasan Industri Rmh = Perumahan/Permukiman ... ketidaksesuaian pemanfaatan ruang terjadi di setiap jenis peruntukan

karena meskipun jarang terkena banjir tapi banjir dapat terjadi setiap saat di daerah

bahaya tersebut. Daerah resiko banjir tinggi pada sub DAS Ciwidey ini berada di

pemukiman di Kecarnatan Soreang, dimana kondisi ini diperoleh dari hasil

wawancara dengan responden yang menyatakan banjir selalu terjadi di daerah

tersebut tiap hujan mengguyur deras.

Bila ditinjau secara agregat, maka luas hutan pada sub DAS-sub DAS

penyuplai banjir adalah 33 837.8 ha atau sekitar 23% dari luas kelima sub DAS yang

termasuk wilayah Kabupaten Bandung. Hal ini dapat menjadi gambaran kondisi

hutan pada sub DAS stimulan banjir meskipun belum ditinjau dari hutan yang berada

di sub DAS Citarik yang termasuk Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Gamt,

karena sedikitnya daerah aliran sungai tersebut yang berada di kedua kabupaten.

Persentase luas hutan yang tidak mencapai persyaratan minimal dalam suatu DAS

menurut UU No. 41 tahun 1999 tersebut, dapat merupakan kendala dalam menangani

banjir. Selain itu, bila ditinjau sepintas jenis penggunaan lahan di Kota Bandung

pada sub DAS Cikapundung yang didorninasi permukiman, maka ha1 ini pun

mempakan faktor-faktor terjadinya banjir di Kabupaten Bandung, mengingat

topografi Kota Bandung yang lebih tinggi dibandingkan daerah bahaya banjir di

Kabupaten Bandung, sehingga air larian di Kota Bandung mengalir ke lokasi yang

lebih rendah, yaitu muara Sungai Cikapundung di sekitar Kecamatan Dayeuhkolot,

Kabupaten Bandung. Selain itu, tingginya perbedaan debit Sungai Citarum saat banjir

dibandingkan debit sungai rata-rata tahunan menunjukkan kondisi daerah aliran

sungai yang tidak mampu menahan laju aliran permukaan dari hulu ke hilir.

Kondisi ini mempakan salah satu faktor yang dapat mendorong peningkatan

resiko akibat banjir yang terjadi di hilir-hilir sungai tersebut. Selain itu, tampak hulu-

hulu DAS dengan penggunaan lahan hutan yang sedikit, bahkan terdapat pula

pem~ukiman. Bagian hulu sungai yang seharusnya menjadi daerah resapan menjadi

berkurang fungsinya karena semakin hilangnya hutan akibat kegiatan budidaya lain

seperti ladang, kebun campuran, bahkan permukiman. Maka, bila tejadi huja11, air

yang jatuh di kawasan ini akan inenjadi aliran permukaan, yang kemudian masuk ke

saluran-saluran/penampung air seperti sungai, kolam, danau, maupun cekungan-

Page 21: Kajian pemanfaatan ruang dalam kaitannya dengan resiko ... · Kw Ind = Kawasan Industri Rmh = Perumahan/Permukiman ... ketidaksesuaian pemanfaatan ruang terjadi di setiap jenis peruntukan

cekungan di permukaan tanah. Jika volume air tersebut melebih kapasitas

saluranlpenampung air, maka air akan meluap mencari saluran lain, sehingga terjadi

genangan pada daerah-daerah sekitar saluran atau sungai.

Genangan yang terjadi di Kabupaten Bandung sebenarnya tidak luput pula

dari kondisi saluran ataupun drainase perrnukiman. Saluran yang buruk akibat

sampah yang dibuang masyarakat dapat menghambat aliran air di salurah tersebut

dan meluap jika air yang masuk ke saluran tersebut melebihi kapasitas. Selain

sampah, kondisi bangunan drainase tersebut juga harus diperhatikan apakah masih

baik ataupun rusak. Untuk itu pengkajian dalarn masalah drainase sebaiknya

dilakukan tersendiri secara lebih mendalam.

Penggunaan lahan pada 5 Sub DAS tersebut dapat ditinjau pula dari rencana

pemanfaatan ruang yang telah ditetapkan melalui Perda RTRW untuk melihat

seberapa besar penyimpangan yang terjadi (Gambar 27).

Pada Gambar 27 tampak bahwa hampir seluruh penggunaan lahan pada

daerah aliran sungai tidak sesuai dengan alokasi pemanfaatan ruang (RTRW), yaitu

Page 22: Kajian pemanfaatan ruang dalam kaitannya dengan resiko ... · Kw Ind = Kawasan Industri Rmh = Perumahan/Permukiman ... ketidaksesuaian pemanfaatan ruang terjadi di setiap jenis peruntukan

sekitar 71% dari luas kelima Sub DAS yang berada di wilayah Kabupaten Bandung

tersebut. Namun, terdapat pula daerah yang sesuai dengan RTRW tapi merupakan

daerah beresiko banjir, maka jelas terlihat bahwa RTRW yang disusun tidak

memperhatikan daerah banjir. Penyimpangan pemanfaatan ruang dapat menjadi

stimulan banjir jika RTRW yang dibuat sudah benar-benar mempertirnbangkan

seluruh kondisi daerah yang dikaitkan dengan masalah banjir. Perhatian terhadap

aktivitas yang berIangsung pada daerah-daerah aliran sungai yang melalui wilayah

resiko banjir merupakan ha1 yang penting karena di Icabupaten Bandung sungai

merupakan penyuplai banjir yang utama, sehingga harus ditinjau secara komprehensif

dari hulu hingga hilir.

Melihat tingginya penyimpangan pemanfaatan ruang pada kelima sub DAS

penyuplai banjir yang tennasuk Kabupaten Bandung ini, maka peninjauan ulang

terhadap RTRW sebaiknya segera dilakukan secara menyelumh.

Persepsi Masyarakat

Masyarakat adalah salah satu unsur dalam wilayah pemerintahan dan sangat

diharapkan peran sertanya dalam kegiatan pembangunan. Masukan, baik berupa saran

atau pendapat merupakan bentuk partisipasi masyarakat dalam mendorong

tenvujudnya kualitas ruang yang lebih baik.

Peran serta masyarakat tersebut terkait dengan pengetahuan masyarakat

sehubungan dengan kebutuhan-kebutuhan di daerahnya, sehingga penataan ruang

yang dibuat dapat efektif terlaksana dan masyarakat bersama stakeholder lain secara

sadar saling menunjang dalam memajukan daerahnya.

Penataan ruang yang bemawasan lingkungan adalah suatu cara non strukturai

dalam upaya mengatasi bencana alam, tennasuk juga bencana banjir, sehingga

pelibatan masyarakat dalam proses perencanaan tata ruang sangat diperlukan. Pada

tahap ini, pengetahuan mengenai wilayahnya serta kepedulian dalanl mengelola

bencana penting dimiliki oleh penduduk sehingga partisipasi yang diharapkan dari

masyarakat dapat berjalan optimal.

Page 23: Kajian pemanfaatan ruang dalam kaitannya dengan resiko ... · Kw Ind = Kawasan Industri Rmh = Perumahan/Permukiman ... ketidaksesuaian pemanfaatan ruang terjadi di setiap jenis peruntukan

Pada penelitian ini, bersamaan dengan verifikasi lapang dilakukan wawancara

kepada masyarakat Kabupaten Bandung untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan

dan wawasan mereka mengenai banjir dan tata ruang secara u m m . Adapun hasil

yang ingin diperoleh adalah informasi mengenai frekuensi banjir, penyebab banjir,

pengetahuan konservasi, dan penataan mang secara umum. Pada era otonomi daerah,

kewenangan penanganan bencana menjadi tanggung jawab daerah, dan dengan

adanya paradigma pengurangan resiko atau mitigasi sebagai konsep, maka setiap

individu, masyarakat dapat ditingkatkan kemampuannya dalam menekan dan

mengelola resiko (Departemen PU 2005). Kebijakan penanganan banjir melalui

penataan mang adalah ha1 yang diupayakan oleh pemerintah pada tahun-tahun

terakhir ini.

Frekuensi Banjir

Pada tahap ini dilakukan analisis dari hasil wawancara mengenai frekuensi

banjir di daerah responden. Hal ini dimaksudkan untuk meagetahui seberapa sering

banjir melanda daerah responden ketika t m n hujan yang sangat deras. Hasil

wawancara dapat dilihat pada Gambar 28.

Berdasarkan pemetaan persepsi masyarakat pada Gambar 28, temyata banjir

selalu teljadi di Kecamatan Rancaekek, Majalaya, Solokanjeruk, Bojongsoang,

Baleendah, Banjaran, Margaasih, Soreang, dan Pameungpeuk. Pada lokasi-lokasi

tersebut, seluruh responden (100%) yang bertempat tinggal di daerah beresiko tinggi

menyatakan daerahnya selalu mengalami banjir, sedangkan di daerah resiko sedang

terdapat 77.7% responden dan 34.6% responden di daerah resiko rendah inenyatakan

daerahnya selalu banjir. Pada daerah dengan frekuensi banjir tinggi belum tentu

resiko banjir yang dihadapi tinggi pula, karena ha1 ini terkait dengan nilai properti

yang ada sehingga mempengaruhi tingkat resikonya. Selain itu responden yang

ditanya dapat mempunyai persepsi yang berbeda mengenai banjir yang terjadi di

daerahnya karena walaupun berada pada desa yang sama tapi lokasi dan tinggi

genangan banjir belum tentu sama.

Page 24: Kajian pemanfaatan ruang dalam kaitannya dengan resiko ... · Kw Ind = Kawasan Industri Rmh = Perumahan/Permukiman ... ketidaksesuaian pemanfaatan ruang terjadi di setiap jenis peruntukan

L E G E N D A : PETA FHEKUENSI BANJIR

FREKUOUSI BANJlR MENURUT MASYARAKAI' (Ilsril Wawsnmra)

m SELALU * IIDAK PEI1NAH m KADANG-KADANG

N Batas kabupaten Sumber : Kuesioner,Pc!a resiko banjir

Sungai Has11 analisis

Gambar 28 Frekuensi banjir menurut masyarakat

Page 25: Kajian pemanfaatan ruang dalam kaitannya dengan resiko ... · Kw Ind = Kawasan Industri Rmh = Perumahan/Permukiman ... ketidaksesuaian pemanfaatan ruang terjadi di setiap jenis peruntukan

Persepsi Penyebab Banjir

Persepsi masyarakat terl~adap penyebab banjir dalam penelitian ini didasarkan

oleh 2 faktor, yaitu faktor alam dan manusia. Penyebab alam dalam ha1 ini bahwa

banjir mempakan peristiwa alam dan wajar saja jika terjadi begitu saja. Faktor

manusia mempakan hasil aktivitas manusia seperti membuang sampah di sungai,

membangun mmah di bantaran sungai, tidak adanya penegakan hukum bagi

pelanggar aturan yang berkaitan dengan lingkungan, dan sebagainya yang

mengakibatkan kemsakan lingkungan. Sebaran persepsi masyarakat tentang

penyebab banjir ini dapat dilihat pada Gambar 29.

Berdasarkan hasil wawancara, temyata sebagian besar responden di tiap

tingkat resiko mempunyai persepsi bahwa banjir disebabkan oleh manusia. Mereka

berpendapat bahwa tindakan manusia yang selalu membuang sampah di sungai

maupun saluran lainnya mengakibatkan saluran tersumbat, aliran air terhambat

sehingga meluap. Hal itu terjadi karena selain kebiasaan juga karena keterpaksaan,

seperti tidak adanya lokasi pembuangan sampah yang dekat dengan permukiman.

Dilain pihak, tidak adanya aparat yang mengambil tindakan tegas akibat perbuatan

itu. Selain itu, masyarakat pun menyalahkan industri yang membuang limbahnya di

sungai tanpa pengolahan terlebih dahulu, sehingga mengakibatkan air sungai menjadi

hitam dan bau karena limbah.

Maka dari hasil wawancara tersebut disimpulkan bahwa sebenarnya menurut

sebagian besar masyarakat, stimulan banjir di Kabupaten Bandung adalah perilaku

manusia yang rnembuang sampah ke saluran air, dan ha1 ini terjadi dari daerah hulu

hingga hilir sungai. Kondisi ini tejadi karena faktor kebiasaan untuk mencari

kemudahan dalam melenyapkan sampah di sekitar lingkungan mereka, dan juga

karena tidak adanya sanksi. Masyarakat juga berpendapat bahwa penyebab banjir

akibat kondisi dan peristiwa alam juga bukan ha1 yang tidak mungkin, dapat dilihat

dari hasil wawancara bahwa masyarakat pun tnengetahui faktor-faktor alamiah yang

dapat menyebabkan banjir seperti curah hujan yang tinggi maupun luapan sungai.

Page 26: Kajian pemanfaatan ruang dalam kaitannya dengan resiko ... · Kw Ind = Kawasan Industri Rmh = Perumahan/Permukiman ... ketidaksesuaian pemanfaatan ruang terjadi di setiap jenis peruntukan

PETA PENYEBAB BANSIR PENYEBAD BANIlR hlENURLiT MASYARAKAT

(Ifasil Wawsneara)

I e MANUSIA I Tingkst Re~ iko PENYBBAB B A W I I Benennn Bsniir ALAS, MANUSIA Jnn.

N Batas kabupatcn

Sungai

Surnbor : Kuesioner,Peta resiko banjir Hasil analisis

Gambar 29 Distribusi persepsi penyebab banjir

Page 27: Kajian pemanfaatan ruang dalam kaitannya dengan resiko ... · Kw Ind = Kawasan Industri Rmh = Perumahan/Permukiman ... ketidaksesuaian pemanfaatan ruang terjadi di setiap jenis peruntukan

Pengetahuan Konservasi

Pada analisis pengetahuan konservasi, wawancara dilakukan untuk

mengetahui sejauh mana pengetahuan responden tentang konsewasi alam. Responden

diharapkan dapat menerangkan pentingnya konsewasi terutama bagi lingkungan, agar

te Gaga dari peningkatan aliran permukaan yang menimbulkan bahaya erosi sehingga

terjadi penumpukan sedimentasi yang dapat menurunkan kapasitas aliran sungai

sehingga mudah meluap dan akhimya banjir. Adapun d a i hasil wawancara dapat

dilihat distribusi persepsi masyarakat tersebut pada Gambar 30.

Garnbar 30 menunjukkan bahwa di daerah tidak beresiko, 53.3% responden

tidak mengetahui teknik-teknik konsewasi dan ha1 ini dapat mempengaruhi pola

hidup mereka terhadap lingkungan seperti penggunaan lahan yang tidak mengikuti

kaidah konsewasi, penebangan liar, dan sebagainya. Hal ini terjadi pada beberapa

responden yang berada di daerah pertanian, yang meskipun sudah dilakukan upaya

konservasi tanah seperti pembuatan teras, namun teras itu dibongkar lagi dengan

alasan bibit yang ditanam menjadi lebih sedikit, meskipun tidak berpengaruh

terhadap produksi. Selain itu, terdapat kecenderungan yang serupa di daerah resiko

rendah, sedang dan tinggi yaitu persentase responden yang tidak mengetahui

konservasi berkisar 40%.

Maka, dari hasil wawancara yang dilakukan secara acak tersebut

menunjukkan tingkat pengetahuan dan pemahaman masyarakat terhadap konservasi

masih sangat terbatas. M e n u t hasil wawancara yang telah dilakukan, mayoritas

responden berpendapat konservasi dilakukan cukup dengan menanan pohon-

pohonan atau penghijauan, sedangkan pengetahuan tentang teknik konsewasi lain

yang dapat mendukung dalam penanaman pohon tersebut agar efektif berfungsi

konservasi, seperti penggunaan lahan berbasis konservasi tanah, macam bangunan

konservasi seperti penggunaan bronjong, clzeck dam, dan sumw resapan tidak begitu

mereka pahami.

Page 28: Kajian pemanfaatan ruang dalam kaitannya dengan resiko ... · Kw Ind = Kawasan Industri Rmh = Perumahan/Permukiman ... ketidaksesuaian pemanfaatan ruang terjadi di setiap jenis peruntukan

e MENOETAHUI * TlDAK MENGETAIIUI

Q TIDAKPEDULI

RUlKORENDAl l 14(53.8%) 11(42.3%) 1(3.8%) 26

REIKOSEDANC x55.5%) 4(44.4%)

N Batas kabupaten Sumber : Kuesioner,Peta resiko banjir Hasil analisis

Garnbar 30 Distribusi pengetahuan konservasi masyarakat

Page 29: Kajian pemanfaatan ruang dalam kaitannya dengan resiko ... · Kw Ind = Kawasan Industri Rmh = Perumahan/Permukiman ... ketidaksesuaian pemanfaatan ruang terjadi di setiap jenis peruntukan

Pengetahuan Informasi Tata Ruang

Informasi tata ruang yang dimaksud adalah untuk mengetahui sejauh mana

penyebaran informasi atau sosialisasi mengenai rencana penataan ruang sampai ke

masyarakat. Hal ini untuk mengetahui apakah pemerintah setempat telah mengikuti

peraturan yang menyatakan bahwa masyarakat berhak untuk ikut berpartisipasi dalam

penataan ruang, mulai dari perencanaan, pemanfaatan, rlan pengendalian pemanfaatan

ruang.

Penyebaran informasi tata ruang yang sampai pada sasaran, yaitu turut

sertanya masyarakat dalam membahas tata ruang di wilayahnya adalah yang

diharapkan dari hasil wawancara ini. Adapun hasil wawancara melalui kuesioner

yang disebarkan dapat dilihat pada Gambar 31.

Gambar 31 menunjukkan bahwa sebagian besar responden di Kabupaten

Bandung tidak pemah mengetahui tentang adanya informasi rencana penataan ruang,

dengan persentase lebih dari 50%. Hal ini dimungkinkan karena penyebaran

infoimasi ataupun pengumuman mengenai akan diadakannya penataan ruang tidak

gencar dan kurang intensif, padahal partisipasi masyarakat sangat diharapkan dalam

perencanaan tata ruang tersebut. Adapun para responden yang mengetahui adanya

pengumuman mengenai penataan ruang biasanya adalah para profesional, dalam ha1

ini pengembang yang ikut berpartisipasi dalam kegiatan pembangunan. Selain itu

pelaksanaan penataan ruang kabupaten dalam tenggang waktu 10 tahun juga

merupakan salah satu faktor informasi penataan ruang kurang meninggalkan kesan di

masyarakat. Salah satu kesan yang dapat ditimbulkan oleh pemerintah bagi

masyarakat adalah terealisasinya rencana pemanfaatan ruang.

Page 30: Kajian pemanfaatan ruang dalam kaitannya dengan resiko ... · Kw Ind = Kawasan Industri Rmh = Perumahan/Permukiman ... ketidaksesuaian pemanfaatan ruang terjadi di setiap jenis peruntukan

107'1510"

Kab. Purwakarta

L E G E N D A : [p/71p) PEL4 PENGETAflUAN MASYARAKAT

NFORMASI PENATAAN RUANC TERHADAP INFORMAS1

I'ENA'rAAN RUANG (Hnsil Wawancsra)

/V Batas kabupaten

Sungai

Sumber : Kuesioner,Peta resiko banjir ITasil analisis

Gambar 3 1 Pengetahuan masyarakat tentang penyebaran informasi tata ruang

Page 31: Kajian pemanfaatan ruang dalam kaitannya dengan resiko ... · Kw Ind = Kawasan Industri Rmh = Perumahan/Permukiman ... ketidaksesuaian pemanfaatan ruang terjadi di setiap jenis peruntukan

Kesadaran partisipasi masyarakat

Partisipasi masyarakat dalam berbagai kegiatan pembangunan adalah ha1 yang

sangat diharapkan untuk mendorong tercapainya kemakmuran yang diharapkan

dalam suatu wilayah. Apalagi dalam era otonomi daerah, masyarakat sangat

berkepentingan dengan setiap kegiatan yang akan dilaksanakan pemerintah di

daerahnya. Salah satu peran serta masyarakat yang diharapkan adalah dalam kegiatan

penatsan ruang sesuai dengan PP 69/96 tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban,

Serta Bentuk dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat dalam Penataan Ruang.

Dari wawancara yang telah dilakukan diperoleh informasi mengenai

kemungkinan masyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan penataan ruang. Pada

daerah beresiko banjir tinggi, mayoritas masyarakat menyatakan keinginannya untuk

ikut dalam penataan mang supaya daerah mereka terbebas banjir Hasil dari

wawancara tersebut disajikan dalam Gambar 32.

Berdasarkan wawancara tersebut, tampak bahwa hampir seluruh responden

pada tiap daerah resiko banjir mempunyai keinginan untuk berpartisipasi dalam

kegiatan penataan ruang, dengan persentase pada daerali tidak beresiko adalah 99.30/0,

pada daerah resiko rendah loo%, daerah resiko sedang loo%, dan pada daerah resiko

tinggi 90.0%. Responden sangat antusias terhadap berbagai kegiatan yang

dilaksanakan pemsrintah apalagi yang menyangkut dengan kegiatan yang akan

diadakan di daerahnya, termasuk responden yang tinggal di daerah bahaya banjir.

Sebenamya responden di daerah bahaya banjir selalu menunggu tindakan pemerintah

untuk mengatasi masalah mereka dan pada dasamya mereka siap mengikuti langkah

terbaik yang diputuskan. Namun terdapat pula responden yang tidak peduli dengan

apapun kegiatan yang direncanakan pemerintah. Hal ini perlu mendapatkan perhatian

agar dapat ditumbuhkan kesadaran masyarakat untuk membangun daerahnya agar

dapat terhindar dari resiko yang dapat muncul sewaktu-waktu.

Masyarakat perlu mendapatkan penerangan tentang kegiatan penataan ruang

dan sosialisasi ini sebaiknya mencapai seluruh pelosok di daerah Kabupaten

Bandung, sehingga wawasan dan pemahaman masyarakat bertambah.

Page 32: Kajian pemanfaatan ruang dalam kaitannya dengan resiko ... · Kw Ind = Kawasan Industri Rmh = Perumahan/Permukiman ... ketidaksesuaian pemanfaatan ruang terjadi di setiap jenis peruntukan

L E G E N D A : [ ~ r - - - - 1-1 PETA KE'NGINAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM

KEINOINAN BERPARTISIPASI PENATAAN RUANG

I s MAU I (Hnsil Waxancam)

/,/ Batas kabupaten Sumber : Kuesioner,Peta resiko banjir

Sungai Hasil analisis

Gambar 32 Sebaran keinginan partisipasi masyarakat dalam penataan ruang

Page 33: Kajian pemanfaatan ruang dalam kaitannya dengan resiko ... · Kw Ind = Kawasan Industri Rmh = Perumahan/Permukiman ... ketidaksesuaian pemanfaatan ruang terjadi di setiap jenis peruntukan

Upaya Penataan Ruang Berdasarkan Aspek Resiko Banjir

Penataan ruang merupakan proses perencanaan, pemanfaatan, dan

pengendalian tata ruang, karena itu dalam kajian ini dibahas arahan penataan ruang

sebagai masukan dalam penentuan kebijakan pemerintah daerah Kabupaten Bandung

sebagai berikut :

Perencanaan Tata Ruang

Belum tersedianya peraturan dan perundangan mengenai penanganan

bencana banjir skala kabupaten sampai saat ini, menyebabkan penataan ruang yang

dilaksanakan tidak memperhatikan aspek kebencanaan, maka ha1 tersebut seyogyanya

segera ditetapkan dalam suatu perundangan sehingga mempunyai berkekuatan hukum

dan bersinergi dalam rangka penataan ruang, termasuk di Kabupaten Bandung.

Dengan demikian sifat dan resiko kebencanaan terutama banjir di Kabupaten

Bandung bisa dipertimbangkan sebagai aspek penting dalarn penataan ruang.

RTRW Kabupaten Bandung yang telah disusun tampaknya tidak

memperhatikan aspek resiko bencana dengan adanya daerah yang sesuai dengan

RTRW tapi termasuk dalam daerah beresiko banjir. Selain itu belum selaras ditinjau

dari penggunaan lahan aktual mengingat tingginya persentase ketidaksesuain,

khususnya pada daerah-daerah aliran sungai yang terdapat daerah bahaya banjir.

Kondisi ini hendaknya menjadi bahan pemikiran para pengambil kebijakan dalam

penataan ruang.

Peninjauan kembali terhadap RTRW yang sudah ada sebaiknya dilakukan

untuk mengevaluasi dan memperbaiki segala kekeliruan maupun kekurangan-

kekurangan yang telah dibuat, sehingga perbaikan terhadap RTRw tersebut dapat

dipertanggungjawabkan dan dilaksanakan dengan konsisten. Dalam ha1 ini, untuk

perbaikan RTRW Kabupaten Bandung, sebaiknya mempertimbangkan daerah-daerah

bahaya banjir. Alangkah baiknya jika untuk selanjutnya perencanaan pembangunan

industri, permukiman, termasuk fasos fasum berada di luar daerah bahaya banjir, dan

kemungkinan relokasi adalah ha1 yang hams dipikirkan dan menjadi pertimbangan

penanganan banjir, sehingga resiko di daerah bahaya banjir dapat dikurangi. Selain

Page 34: Kajian pemanfaatan ruang dalam kaitannya dengan resiko ... · Kw Ind = Kawasan Industri Rmh = Perumahan/Permukiman ... ketidaksesuaian pemanfaatan ruang terjadi di setiap jenis peruntukan

itu, untuk mengurangi resiko di daerah bahaya banjir, maka revisi RTRW agar

memperhatikan pula kondisi DAS stimulan banjir, yaitu Sub DAS Cirasea, Sub DAS

Ciwidey, Sub DAS Cikapundung, Sub DAS Citarik, dan Sub DAS Cisangkuy.

Koordinasi antar stakeholder dalam revisi RTRW ini selain yang berada di wilayah

Kabupaten Bandung, juga harus melibatkan para stakeholder yang berada di

Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Garut untuk membahas pengelolaan sub DAS

Citarik, serta Kota Bandung dan Cimahi dalam pembahasan Sub DAS Cikapundung.

Berdasarkan analisis persepsi, mayoritas masyarakat merasa tidak dilibatkan

dalam perencanaan tata ruang, karena mereka tidak mengetahui penyebaran informasi

tentang rencana penataan ruang di daerahnya. Padahal sebenamya, keingilian

masyarakat untuk berpartisipasi cukup tinggi, sehingga dalam kegiatan revisi RTRW,

ataupun penataan ruang selanjutnya, sosialisasi penataan ruang hams lebih

menjangkau masyarakat dengan mengikutsertakan mereka dalam penyusunan

rencana pemanfaatan ruang. Masyarakat yang berada di daerah-daerah bahaya banjir

maupun yang berada di daerah-daerah aliran sungai stimulan banjir hams

diikutsertakan dalam pembahasan yang menyangkut aspek resiko banjir, sehingga

dapat diperoleh masukan yang mengangkat masalah banjir dengan memperhatikan

pula kepentingan masyarakat maupun lingkungan.

Perbaikan terhadap RTRW ini diharapkan dapat menetapkan aturan baru yang

mempertimbangkan aspek resiko kebencanaan suatu kawasan bahaya banjir.

Pemanfaatan Ruang

Adanya perubahan fungsi lahan di daerah akumulasi air, terutama pada

berbagai daerah dataran rendah yang beresiko banjir secara alaini agar disikapi

dengan serius, terutama makin maraknya permukiman di bantaran sungai. Perubahan

fungsi lahan di Kabupaten Bandung mengakibatkan terjadinya pula penyimpangan

dari yang sudah direncanakan dalam RTRW. Upaya pengendalian secara fisik berupa

pengerukan saluran-saluran drainase termasuk sungai maupun pengaturan bangunan-

bangunan dengan meninggikannya di daerah banjir agar air tidak mudah masuk ke

dalam rumah tangga dapat dipertimbangkan untuk menghindari banjir untuk

Page 35: Kajian pemanfaatan ruang dalam kaitannya dengan resiko ... · Kw Ind = Kawasan Industri Rmh = Perumahan/Permukiman ... ketidaksesuaian pemanfaatan ruang terjadi di setiap jenis peruntukan

sementara. Namun untuk program jangka panjang agar dipertimbangkan

keberlanjutan pemanfaatan ruang yang optimal, yaitu dengan mempertimbangkan

berbagai aspek kehidupan dan berbagai aspek kepentingan daerah, sehingga banjir

tidak menimbulkan masalah lagi.

Berdasarkan kajian yang telah dilakukan, penataan ruang yang dapat

dilakukm untuk mengurangi resiko banjir adalah dengan lebih memfokuskan

perhatian pada kondisi daerah-daerah aliran sungai yang selama ini mempakan,

stimulan banjir di Kabupaten Bandung, yaitu Sungai Cikapundung, Ciwidey,

Cisangkuy, Cirasea, dan Citarik karena sungai-sungai tersebut bermuara di Sungai

Citamm pada daerah dataran. Keberadaan hutan dapat dipertahankan, dan dapat

diperluas lagi dengan melakukan reboisasi di bagian hulu-hulu sungai tersebut yang

dalam kondisi gundul. Aktivitas budidaya pertanian seperti kebun campuran maupun

ladang di daerah berlereng agar memperhatikan kaidah-kaidah konservasi tanah

seperti pembuatan teras, dan penanaman searah kontur, sehingga dapat mengurangi

laju aliran permukaan. Penataan kawasan permukiman juga agar dilakukan pada

daerah yang tidak termasuk daerah bahaya banjir, karena masih banyak daerah di

Kabupaten Bandung yang mempunyai potensi untuk dilakukan pembangunan

permukiman sehingga tidak terkonsentrasi di daerah bahaya banjir, nlisalnya di

daerah yang tidak dilalui oleh sungai-sungai tersebut di atas.

Adapun pemanfaatan ruang yang berada di luar wilayah administratif

Kabupaten Bandung tapi termasuk dalam daerah aliran sungai yang sama, yaitu Kota

Bandung dan Cimahi yang termasuk Sub DAS Cikapundung, serta Kabupaten

Sumedang yang termasuk Sub DAS Citarik, hams diupayakan bersama baik oleh

aparat maupun masyarakat karena masalah banjir ini juga dialami oleh daerah-daerah

tersebut. Pemanfaatan ruang di Kota Bandung kemungkinan hams menitikberatkan

pada drainase maupun pemanfaatan lahan sempit sebagai ruang terbuka hijau karena

sebagian besar lahan yang digunakan adalah permukiman

Berdasarkan hasil wawancara, harus diupayakan pengelolaan sampah,

mengingat persepsi masyarakat bahwa penyebab banjir adalah perilaku manusia yang

membuang sampah ke sungai dan saluran karena praktis. Pengelolaan sampah

Page 36: Kajian pemanfaatan ruang dalam kaitannya dengan resiko ... · Kw Ind = Kawasan Industri Rmh = Perumahan/Permukiman ... ketidaksesuaian pemanfaatan ruang terjadi di setiap jenis peruntukan

organik dapat menggunakan lahan-lahan di sekitar permukiman jarang penduduk

seperti pembuatan kompos. Bagaimanapun, lokasi untuk pengolahan sampah hams

ada dan jauh dari permukiman, karena itu perlu dipikirkan lokasi yang cocok untuk

pengolahan sampah.

Pengendalian Tata Ruang

Berdasarkan data primer melalui wawancara, menunjukkan masih rendahnya

pemahaman masyarakat dan aparat pemerintah tertentu dalam mensikapi kondisi

alam yang berada di kawasan rawan bencana karena kurangnya informasi dan

sosialisasi berbagai resiko kebencanaan. Masalah banjir di Kabupaten Bandung

mempakan masalah yang tidak ada hentinya sejak dulu, dan pengendalian tata mang

adalah salah satu cara non struktural untuk menanganinya. Namun, kondisi yang

terjadi tidak menunjukkan upaya ke arah pengendalian tata mang tersebut.

Persentase yang tinggi ketidaksesuaian penggunaan lahan dengan RTRW

mempakan salah satu indikasi kurang berfungsinya aparat penegakan hukum dalarn

tata mang. Bahkan, kondisi tersebut seolah-oleh dimanfaatkan oleh pihak-pihak

teitentu baik yang mengetahui RTRW maupun yang tidak. Ketidaktahuan masyarakat

mengenai konservasi juga mempakan ha1 yang perlu diperhatikan. Penyuluhan yang

intensif dengan tema konservasi dapat dilaksanakan oleh para petugas lapangan

terutama pada sub DAS-sub DAS stimulan banjir.

Pengendalian tata ruang ini juga h m s mengantisipasi kemungkinan arus

urbanisasi, sehingga penggunaan lahan permukiman tidak akan menimbulkan

masalah di kemudian hari, temtama banjir. Hal ini diantisipasi dengan melihat

kemungkinan-kemunglanan pembangunan yang lebih ke arah fisik, sipil teknis, dan

dapat dijadikan kajian lanjutan.

Meskipun demikian, pada dasarnya kemauan masyarakat cukup besar untuk

ikut membantu kegiatan pemerintah asal jelas-jelas manfaat bagi mereka. Karena itu

perlu adanya penyebarluasan informasi yang efektif dan tepat sasaran mengenai

penataan ruang dengan memperhatikan resiko banjir di Kabupaten Bandung.

Page 37: Kajian pemanfaatan ruang dalam kaitannya dengan resiko ... · Kw Ind = Kawasan Industri Rmh = Perumahan/Permukiman ... ketidaksesuaian pemanfaatan ruang terjadi di setiap jenis peruntukan

Alternatif kawasan permukiman di

0 luar daerah bahaya banjir, merupakan daerah landai

Pertanian lahan kering berbasis konservasi tanah

Gambar 33 Skema upaya penataan ruang Kabupaten Bandung memperhatikan aspek resiko banjir