KAJIAN MENGENAI PRASYARAT PEMBENTUKAN · PDF fileDirektorat Kredit, BPR dan UMKM 2009 i KATA...

64
KAJIAN MENGENAI PRASYARAT PEMBENTUKAN CREDIT RATING SYSTEM UNTUK UMKM DI INDONESIA Persiapan Bank Indonesia Dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015

Transcript of KAJIAN MENGENAI PRASYARAT PEMBENTUKAN · PDF fileDirektorat Kredit, BPR dan UMKM 2009 i KATA...

Page 1: KAJIAN MENGENAI PRASYARAT PEMBENTUKAN · PDF fileDirektorat Kredit, BPR dan UMKM 2009 i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat

KAJIAN MENGENAIPRASYARAT PEMBENTUKANCREDIT RATING SYSTEMUNTUK UMKM DI INDONESIAPersiapan Bank Indonesia Dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015

Page 2: KAJIAN MENGENAI PRASYARAT PEMBENTUKAN · PDF fileDirektorat Kredit, BPR dan UMKM 2009 i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat

Direktorat Kredit, BPR dan UMKM 2009 A

KAJIAN MENGENAIPRASYARAT PEMBENTUKANCREDIT RATING SYSTEMUNTUK UMKM DI INDONESIASebagai bagian dari PK Inisiatif 2009:Persiapan Bank Indonesia Dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 Terkait Dengan Tugas Bank Indonesia

Direktorat Kredit, BPR dan UMKM 2009 A

Sebagai bagian dari PK Inisiatif 2009:Persiapan Bank Indonesia Dalam Menghadapi Masyarakat EkonomiASEAN 2015 Terkait Dengan Tugas Bank Indonesia

KAJIAN MENGENAIPRASYARAT PEMBENTUKANCREDIT RATING SYSTEMUNTUK UMKM DI INDONESIAPersiapan Bank Indonesia Dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015

Page 3: KAJIAN MENGENAI PRASYARAT PEMBENTUKAN · PDF fileDirektorat Kredit, BPR dan UMKM 2009 i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat
Page 4: KAJIAN MENGENAI PRASYARAT PEMBENTUKAN · PDF fileDirektorat Kredit, BPR dan UMKM 2009 i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat

Direktorat Kredit, BPR dan UMKM 2009 i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan

rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan “Kajian Mengenai Prasyarat

Pembentukan Credit Rating System Untuk UMKM di Indonesia” tepat pada waktunya.

Sebagaimana diketahui bahwa pengembangan UMKM masih menghadapi kendala

dalam mengakses pembiayaan dari perbankan. Salah satu kendala perbankan dalam

menyalurkan kredit ke UMKM adalah keterbatasan informasi perbankan mengenai

UMKM yang potensial dan kelayakan (eligibility) UMKM tsb. Dalam rangka meningkatkan

penyaluran kreditnya, bank tidak selalu dapat memperoleh informasi keuangan yang

memadai dan dapat dipercaya dari UMKM yang belum pernah berhubungan dengan bank

mengingat keterbatasan/ketiadaan catatan keuangan UMKM tersebut. Hal ini antara

lain juga disebabkan oleh keunikan dari UMKM, yang umumnya tidak memiliki informasi

yang terorganisir mengenai industri, pangsa pasar, dinamika kompetisi dan jejak rekam

manajemen.

Untuk mengatasi keterbatasan informasi perbankan mengenai kelayakan dan kondisi

keuangan yang dimiliki UMKM tersebut, diperlukan sistem atau lembaga pendukung bagi

pemberian kredit UMKM oleh perbankan. Salah satu sistem pendukung yang belum ada

di Indonesia adalah credit rating system bagi UMKM yang dilakukan oleh suatu lembaga

pemeringkat.

Terkait dengan hal tersebut dan dalam rangka persiapan Masyarakat Ekonomi ASEAN

2015, maka Bank Indonesia melakukan Kajian Mengenai Prasyarat Pembentukan Credit

Rating System Untuk UMKM di Indonesia. Dengan adanya hasil kajian ini diharapkan akan

diperoleh rekomendasi mengenai prasyarat pembentukan credit rating system untuk UMKM

di Indonesia yang akan disampaikan kepada stakeholders terkait untuk dapat ditindaklanjuti

dalam bentuk implementasi pembentukan sistem dan lembaga rating UMKM di Indonesia.

Kegiatan ini merupakan bagian dari Program Kerja Inisiatif Bank Indonesia Tahun 2009

”Persiapan BI Dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 terkait dengan Tugas

BI”.

Kami menyadari bahwa kajian ini tidak akan terlaksana dengan baik tanpa bantuan

dan kerjasama dari semua pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini tak lupa kami

menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada:

a) Kementerian Koperasi dan UKM yang telah meluangkan waktu untuk melakukan

sharing informasi dan bertindak sebagai narasumber.

Page 5: KAJIAN MENGENAI PRASYARAT PEMBENTUKAN · PDF fileDirektorat Kredit, BPR dan UMKM 2009 i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat

Kajian Mengenai Prasyarat Pembentukan Credit Rating System untuk UMKM di Indonesiaii

b) Perbankan dan lembaga rating yang telah bersedia memberikan data yang diperlukan

dan bertindak sebagai narasumber.

c) GTZ Profi yang telah memfasilitasi terselenggaranya kegiatan learning and sharing ke

lembaga rating di India dan menyediakan narasumber dalam kegiatan seminar credit

rating system.

Akhirnya besar harapan kami, semoga hasil kajian ini dapat bermanfaat dan dapat

dijadikan salah satu bahan rujukan dalam pengembangan UMKM di Indonesia.

Jakarta, Oktober 2009

Direktorat Kredit, BPR dan UMKM

Ratna E. Amiaty

Direktur

Page 6: KAJIAN MENGENAI PRASYARAT PEMBENTUKAN · PDF fileDirektorat Kredit, BPR dan UMKM 2009 i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat

Direktorat Kredit, BPR dan UMKM 2009 iii

DAFTAR ISI

Hal

JUDUL ………..........................…………………………...……………………… ........... i

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………… ............. ii

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………….. ............. iii

DAFTAR GAMBAR….........................................………………....................... ............ v

DAFTAR TABEL …………………………………………………......................... ............ vi

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ..................................................................................... 1

1.1.1. Peran UMKM dalam Perekonomian dan Permasalahan yang

Dihadapi .................................................................................... 1

1.1.2. Sistem Pemeringkat Kredit UMKM di Indonesia dan

Berbagai Negara ......................................................................... 2

1.1.3. Sistem Pemeringkat Kredit UMKM dalam Kerangka APBSD ....... 2

1.2. Tujuan …………………………………………………………. ................. 5

1.3. Manfaat ……………………………………………………….. ................. 5

1.4. Ruang Lingkup Kajian ………………………………………… ................ 6

1.5. Metodologi ……………………………………………………. ................. 7

1.5.1. Pengumpulan Data dan Informasi ............................................... 7

1.5.2. Alat Analisis ................................................................................ 8

BAB II SISTEM PEMERINGKATAN KREDIT

2.1. Pengertian Credit Rating (Pemeringkatan Kredit) ................. ................. 9

2.2. Pemeringkatan Kredit dan Basel II …….……........................ ................. 11

2.3. Sistem Pemeringkatan Kredit untuk UMKM ......................... ................ 14

2.4. Pemeringkatan Kredit (Credit Rating), Credit Scoring

dan Credit Bureau …………………………….............................. .......... 15

2.5. Manfaat Sistem Pemeringkatan Kredit Bagi UMKM dan Bank .............. 19

2.6. Sistem Pemeringkatan Kredit UMKM di Berbagai Negara … ................. 20

Page 7: KAJIAN MENGENAI PRASYARAT PEMBENTUKAN · PDF fileDirektorat Kredit, BPR dan UMKM 2009 i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat

Kajian Mengenai Prasyarat Pembentukan Credit Rating System untuk UMKM di Indonesiaiv

BAB III SISTEM PEMERINGKATAN KREDIT UNTUK UMKM DI INDIA

3.1. Latar Belakang .………………………………....................... ................. 23

3.2. Pendirian Credit Rating System untuk UMKM (SMERA) ........ ................ 25

3.3. Aspek operasional Sistem Pemeringkatan Kredit untuk UMKM ............ 28

3.3.1. UMKM yang Diperingkat ............................................................ 28

3.3.2. Kelembagaan ............................................................................. 28

3.3.3. Prosedur Pemeringkatan ............................................................. 29

3.3.4. Data/Parameter dan Teknologi .................................................... 31

3.3.5. Output/Hasil Pemeringkatan ....................................................... 32

3.3.6. Skema Peringkat Khusus Bersubsidi Pemerintah

(Performance & Credit Rating Scheme) ....................................... 35

3.4. Prasyarat Pembentukan Sistem Pemeringkatan Kredit UMKM ...... ........ 37

BAB IV ANALISIS PRASYARAT PEMBENTUKAN SISTEM PEMERINGKATAN KREDIT

UNTUK UMKM DI INDONESIA

4.1 Keterlibatan dan Dukungan Perbankan ……........................ ................. 39

4.2. Dukungan Technology Partner ………………….......…......... ................ 41

4.3. Dukungan Pemerintah …..................................................... ................ 42

4.4. Dukungan Bank Sentral ....................................................... ................ 44

4.5. UMKM………………………………………………………….. ................ 45

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ...........................................................

5.1 Kesimpulan …………………………………………………… .................. 47

5.2 Rekomendasi ………………………….................................. ................. 51

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………...................... ............ 53

DAFTAR WEBSITE ………………………………………………...................... .............. 54

Page 8: KAJIAN MENGENAI PRASYARAT PEMBENTUKAN · PDF fileDirektorat Kredit, BPR dan UMKM 2009 i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat

Direktorat Kredit, BPR dan UMKM 2009 v

DAFTAR GAMBAR

Gambar Hal

1.1 ASEAN Economic Community Blue Print ............................................. ............... 3

1.2 ASEAN Policy Blue Print for SME Development (APBSD)....................... ............... 4

2.1 Rating/Scoring Technique ...................................................................... ............. 16

3.1 Struktur organisasi Operation Department SMERA………………….. ................... 29

3.2 Proses Pemeringkatan oleh SMERA………………………………………………. ... 30

3.3 Parameter Peringkat UMKM oleh SMERA………………………………… ............. 31

4.1 Analisis Prasyarat Pembentukan Sistem Pemeringkatan Kredit UMKM:

Keterlibatan dan Dukungan Perbankan .............................................................. 40

4.2 Analisis Prasyarat Pembentukan Sistem Pemeringkatan Kredit UMKM:

Dukungan Technology Partner ........................................................................... 42

4.3 Analisis Prasyarat Pembentukan Sistem Pemeringkatan Kredit UMKM:

Dukungan Pemerintah ....................................................................................... 44

4.4 Analisis Prasyarat Pembentukan Sistem Pemeringkatan Kredit UMKM:

Dukungan Bank Sentral ..................................................................................... 45

4.5 Analisis Prasyarat Pembentukan Sistem Pemeringkatan Kredit UMKM :

UMKM .............................................................................................................. 46

5.1 Stakeholders Terkait dan Peran dalam Pembentukan Sistem Pemeringkatan

Kredit UMKM .................................................................................................... 49

5.2 Roadmap Pembentukan Sistem Pemeringkatan Kredit untuk UMKM

di Indonesia ....................................................................................................... 52

Page 9: KAJIAN MENGENAI PRASYARAT PEMBENTUKAN · PDF fileDirektorat Kredit, BPR dan UMKM 2009 i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat

Kajian Mengenai Prasyarat Pembentukan Credit Rating System untuk UMKM di Indonesiavi

DAFTAR TABEL

Tabel Hal

1.1 Lembaga yang Dikunjungi dalam Sharing & Learning Visit Credit Rating

System for SME di India .................................................................................... 7

2.1 Simbol Peringkat untuk Hutang Jangka Panjang dan Jangka Pendek …... .......... 10

2.2 Rasio Keuangan untuk Memperkirakan Risiko Default Kredit UMKM. ................ 15

2.3 Beberapa Simbol Peringkat Kredit UMKM ......................................... ................ 15

3.1 Klasifi kasi UMKM di India ……………………………………………… ................. 23

3.2 Kinerja UMK di India …………………………………………………… ................. 24

3.3 Pemegang Saham SMERA ……………………………………………… ................ 26

3.4 Indikator Pemeringkatan UMKM oleh SMERA………………………… ................ 33

3.5 Distribusi UMKM yang Diperingkat SMERA Berdasarkan Industrinya……. .......... 34

3.6 Biaya Pemeringkatan untuk Skema Peringkat SMERA Non Subsidi ………… ...... 35

3.7 Skala Peringkat: Performance & Credit Rating Scheme…………………. ............. 36

3.8 Subsidi Biaya Pemeringkatan dengan Performance & Credit Rating Scheme…. ... 37

Page 10: KAJIAN MENGENAI PRASYARAT PEMBENTUKAN · PDF fileDirektorat Kredit, BPR dan UMKM 2009 i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat

Direktorat Kredit, BPR dan UMKM 2009

PENDAHULUAN

1

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

1.1.1. Peran UMKM dalam Perekonomian dan Permasalahan yang Dihadapi

UMKM mempunyai peran penting dalam perekonomian di Indonesia. Setidaknya

ada tiga indikator yang menunjukkan hal tersebut. Pertama, jumlah industrinya

banyak dan ada dalam setiap sektor ekonomi. Data Badan Pusat Statistik tahun 2008

mencatat, jumlah UMKM mencapai 51,26 juta unit (99,99%) dari total unit usaha

di Indonesia. Kedua, mempunyai kemampuan besar dalam menyerap tenaga kerja.

Pada tahun 2008, UMKM menyediakan lapangan kerja untuk 90,89 juta tenaga kerja

(menyerap 97,04% dari total angkatan kerja yang bekerja). Setiap rupiah investasi di

UMKM ternyata dapat menciptakan lebih banyak tenaga kerja dibandingkan dengan

investasi yang sama di usaha besar. Ketiga, memberikan kontribusi yang besar

terhadap pendapatan nasional. UMKM bahkan menyumbang 58,33% dari total

Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.

Namun demikian pengembangan UMKM masih menghadapi kendala dalam

mengakses pembiayaan dari perbankan. Dari hasil survey “Penelitian Profi l UMKM di

Indonesia” yang dilakukan Bank Indonesia pada tahun 2005 antara lain teridentifi kasi

bahwa salah satu kendala perbankan dalam menyalurkan kredit ke UMKM adalah

keterbatasan informasi perbankan mengenai UMKM yang potensial dan kelayakan

(eligibility) UMKM tsb. Dalam rangka meningkatkan penyaluran kreditnya, bank tidak

selalu dapat memperoleh informasi keuangan yang memadai dan dapat dipercaya

dari UMKM yang belum pernah berhubungan dengan bank mengingat keterbatasan/

ketiadaan catatan keuangan UMKM tersebut. Hal ini antara lain juga disebabkan

oleh keunikan dari UMKM, yang umumnya tidak memiliki informasi yang terorganisir

mengenai industri, pangsa pasar, dinamika kompetisi dan jejak rekam manajemen.

Kondisi yang berbeda terjadi pada UMKM yang telah mendapat kredit dari

bank. Dengan adanya Biro Informasi Kredit yang mengelola Sistem Informasi Debitur

(SID), maka perbankan yang akan menyalurkan kredit kepada UMKM dapat melihat

sejarah perjalanan pembiayaan kepada UMKM, termasuk informasi mengenai aspek

legalitas dan formalitas UMKM, sehingga bank dapat meminimalisir risiko default.

Page 11: KAJIAN MENGENAI PRASYARAT PEMBENTUKAN · PDF fileDirektorat Kredit, BPR dan UMKM 2009 i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat

Kajian Mengenai Prasyarat Pembentukan Credit Rating System untuk UMKM di Indonesia2

1.1.2. Sistem Pemeringkat Kredit UMKM di Indonesia dan Berbagai Negara

Untuk mengatasi keterbatasan informasi perbankan mengenai kelayakan dan

kondisi keuangan yang dimiliki UMKM, diperlukan sistem atau lembaga pendukung

bagi pemberian kredit UMKM oleh perbankan. Salah satu sistem pendukung yang

belum ada di Indonesia adalah credit rating system (Sistem Pemeringkatan Kredit)

bagi UMKM yang dilakukan oleh suatu lembaga pemeringkat. Lembaga pemeringkat

yang ada saat ini, yakni Pefi ndo dan Fitch Rating Indonesia hanya memeringkat

usaha-usaha besar, dan belum melakukan pemeringkatan terhadap UMKM. Praktek

pemeringkatan UMKM dalam arti luas telah dilaksanakan oleh beberapa BUMN untuk

keperluan internal antara lain dalam rangka penyaluran dana Program Kemitraan

dan Bina Lingkungan (PKBL). Namun demikian pemeringkatan tidak dilakukan dalam

suatu metode yang sistematis.

Dengan adanya lembaga pemeringkat UMKM, maka UMKM yang

membutuhkan kredit namun belum pernah terhubung dengan bank akan dinilai

oleh lembaga pemeringkat UMKM, selanjutnya berdasarkan peringkat tersebut bank

dapat menentukan disetujui atau tidaknya permohonan kredit dan persyaratannya.

Disamping itu, dengan adanya lembaga pemeringkat, penilaian/pemeringkatan

terhadap UMKM diharapkan menjadi lebih spesifi k dan akurat untuk masing-masing

UMKM, dengan mempertimbangkan baik kelayakan kredit maupun agunan/jaminan

yang dimiliki UMKM.

Manfaat pemberian peringkat kepada UMKM dengan demikian berlaku baik

untuk UMKM maupun bank. Bagi UMKM, pemberian peringkat akan meningkatkan

creditworthiness, mendorong pelaksanaan good governance oleh UMKM dan

memberikan kesempatan untuk mendapatkan tingkat suku bunga pinjaman yang lebih

baik serta mempercepat proses pemberian kredit karena rating reports menyediakan

sebagian besar informasi yang dibutuhkan bank serta meningkatkan kredibilitas

UMKM tersebut terhadap mitra usahanya seperti technology provider, supplier dan

customers. Bagi perbankan, pemberian peringkat pada UMKM akan membantu bank

dalam menentukan jumlah dan persyaratan pembiayaan pada UMKM dan sebagai

early warning system.

1.1.3. Sistem Pemeringkat Kredit UMKM dalam Kerangka APBSD

Piagam ASEAN (ASEAN Charter) dan ASEAN Economic Community (AEC)

Blueprint telah ditandatangani pada 13th ASEAN Summit 2007. Sehubungan dengan

hal tersebut maka negara anggota ASEAN akan mengadapi era baru liberalisasi,

Page 12: KAJIAN MENGENAI PRASYARAT PEMBENTUKAN · PDF fileDirektorat Kredit, BPR dan UMKM 2009 i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat

Direktorat Kredit, BPR dan UMKM 2009

PENDAHULUAN

3

termasuk liberalisasi pasar keuangan, yang dicanangkan sebagai salah satu goal

dalam Asean Economic Community (AEC) pada tahun 2015. Dengan AEC 2015

maka diharapkan ASEAN akan memiliki 4 karakteristik utama yaitu sebagai (i) pasar

tunggal dan kesatuan basis produksi; (ii) kawasan ekonomi yang berdaya saing; (iii)

pertumbuhan ekonomi yang merata; dan (iv) meningkatnya kemampuan untuk

berintegrasi dengan perekonomian global. Gambar 1.1.

Gambar 1.1. ASEAN Economic Community Blue Print

Upaya mencapai “pertumbuhan ekonomi yang merata”, salah satunya

dilaksanakan melalui pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM),

yang pelaksanaannya mengacu pada ASEAN Policy Blue Print for SME Development

(APBSD) 2004-2014. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan

UMKM, sebagaimana dicantumkan dalam APBSD adalah perlunya akses UMKM

kepada informasi, pasar, pengembangan SDM, keuangan dan teknologi.

Sumber: Asean Economic Community Blueprint, 2007

Key Characteristics

Core Elements

Actions

Single market & production base

Free flow of goods Competition Policy

Free flow of Services

Consumer Protection

Free flow of Investments

Intellectual property Rights

Free flow of Skilled Labor

Infrastructure Development

Competitive economic Region

Equitable Economic Development

ASEAN Policy Blueprint for SME

Development 2004-2014

Initiative for ASEAN Integration

Integration into the Global Economy

Enhanced Participation in global supply

networks

Coherent Approach towards External Economic

Relations

SME Development

ASEAN Economic Community (AEC) Blueprint

Declared in November, 2007

Page 13: KAJIAN MENGENAI PRASYARAT PEMBENTUKAN · PDF fileDirektorat Kredit, BPR dan UMKM 2009 i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat

Kajian Mengenai Prasyarat Pembentukan Credit Rating System untuk UMKM di Indonesia4

Gambar 1.2. ASEAN Policy Blue Print for SME Development (APBSD)

Sumber : ASEAN Policy Blueprint for SME Development,

Dalam APBSD, pengembangan UMKM dilaksanakan melalui 5 program yaitu (i)

Program pengembangan kewirausahaan; (ii) Peningkatan kemampuan pemasaran; (iii)

Akses kepada keuangan; (iv) Akses kepada teknologi; dan (v) Menciptakan kebijakan

yang kondusif. Khusus yang terkait dengan program akses kepada keuangan, aktivitas

yang dianjurkan dalam rangka memperbaiki akses UMKM kepada keuangan (Gambar

1.2.) adalah :

1. Capacity building untuk memperbaiki akses UMKM kepada keuangan,

melalui peningkatan kapasitas penyusunan laporan dan informasi keuangan

secara tepat oleh UMKM.

2. Capacity building lembaga keuangan untuk meningkatkan pembiayaan

UMKM, melalui peningkatan kapasitas credit rating system untuk UMKM

dalam sektor keuangan, dan pendirian serta pemeliharaan sistem informasi

kredit dengan fokus pada UMKM.

Area of Focus

Suggested Activities

Capacity building for improved SME access to

financing

Financial Institutional capacity building for

improved SME financing

Access to Financing

Human Resource Development &

Capacity Building

Enhancing SME Marketing

Capabilities

Access to Technology

Creating Conducive Policy

Environment

Widening and deepening SME access to credit

Regionalization & sub regionalization of financial

schemes & alternative financial sources & external

investor base

ASEAN Policy Blueprint for SME Development (APBSD)

2004-2014

Regional & sub regional capacity building in credit

rating system for SME within financial sector.

Regional & sub regional capacity building in the establishment &

maintenance of credit information reference &

referral system, with focus on the special needs of SMEs

Capacity building for the above area

Development of system package for self-reliant

maintenance & disclosure of standard accounting and

financial information for financing purposes

Development of system package for self-reliant

preparation of business plans for financing purposes

Page 14: KAJIAN MENGENAI PRASYARAT PEMBENTUKAN · PDF fileDirektorat Kredit, BPR dan UMKM 2009 i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat

Direktorat Kredit, BPR dan UMKM 2009

PENDAHULUAN

5

3. Memperluas dan memperdalam akses UMKM kepada keuangan, melalui

skema-skema keuangan dan sumber keuangan alternatif (skema penjaminan

kredit, seed and venture capital, pembiayaan persediaan, sewa guna usaha,

dll), dan sumber keuangan eksternal yang berasal dari investor luar.

Sehubungan dengan hal-hal tersebut di atas, dipandang perlu adanya

pendirian lembaga pemeringkat kredit untuk UMKM di Indonesia, sebagai salah satu

infrastruktur untuk mendorong akses keuangan UMKM. Sebagai tahap awal, perlu

dilakukan kajian mengenai prasyarat pembentukan lembaga pemeringkat kredit

UMKM. Berkaitan dengan hal tersebut, pada tahun 2009, Direktorat Kredit, BPR dan

UMKM Bank Indonesia melaksanakan “Kajian mengenai prasyarat pembentukan

credit rating system untuk UMKM di Indonesia”.

Dalam pelaksanaan kajian ini, Bank Indonesia juga mendapatkan dukungan dari

GTZ Profi . Selanjutnya, mengingat bahwa sistem dan lembaga pemeringkat UMKM

ini sangat terkait dengan wewenang dan kepentingan para pemangku kepentingan

pengembangan UMKM di Indonesia, diantaranya kantor Kementerian Negara Koperasi

dan UKM, kantor Kementerian Negara BUMN, dan Departemen Keuangan, dari

program kerja ini diharapkan dapat dihasilkan rekomendasi kepada instansi-instansi

tersebut untuk implementasi dari kajian dimaksud dan untuk diajukan sebagai inisiatif

Indonesia dalam rangka pelaksanaan APBSD tersebut di atas.

1.2. Tujuan

1) Mengkaji prasyarat pembentukan credit rating system (sistem pemeringkatan

kredit) untuk UMKM di Indonesia.

2) Memberikan rekomendasi kepada instansi terkait berdasarkan hasil kajian dalam

rangka implementasi sistem pemeringkatan kredit untuk UMKM di Indonesia.

1.3. Manfaat

1) Memberi masukan kepada pemangku kepentingan mengenai prasyarat yang

diperlukan dalam rangka pembentukan sistem pemeringkatan kredit untuk UMKM

di Indonesia.

Page 15: KAJIAN MENGENAI PRASYARAT PEMBENTUKAN · PDF fileDirektorat Kredit, BPR dan UMKM 2009 i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat

Kajian Mengenai Prasyarat Pembentukan Credit Rating System untuk UMKM di Indonesia6

2) Meningkatkan kesadaran pemangku kepentingan mengenai pentingnya

pembentukan sistem pemeringkatan kredit untuk UMKM dalam rangka

meningkatkan akses UMKM kepada perbankan nasional dan di negara-negara

ASEAN.

1.4. Ruang Lingkup Kajian

1) Yang dimaksud dengan UMKM pada kajian ini adalah UMKM sesuai defi nisi dalam

UU No. 20 tahun 2008 tentang UMKM. UMKM yang dimaksudkan meliputi baik

yang belum pernah mendapat kredit maupun yang sudah pernah memperoleh

kredit.

2) Kajian ini merupakan kajian awal (preliminary study) mengenai berbagai aspek

yang terkait dalam rangka persiapan pembentukan sistem pemeringkatan kredit

untuk UMKM.

3) Credit rating (pemeringkatan kredit) yang dimaksudkan dalam kajian ini adalah

pemeringkatan kredit oleh lembaga pemeringkat kredit yang diberikan kepada

UMKM yang bermaksud mengajukan kredit kepada lembaga keuangan.

4) Sistem pemeringkatan kredit dalam kajian ini meliputi aspek-aspek sbb:

i. Aspek kelembagaan, meliputi aspek-aspek yang terkait dengan pendirian

Lembaga Pemeringkat dan lembaga pengawas, termasuk peran pemerintah/

lembaga otoritas moneter dan lembaga keuangan. Aspek-aspek tersebut

meliputi legalitas, kepemilikan, cakupan pelayanan dan aspek operasional

lembaga termasuk pembiayaan dan biaya pemeringkatan.

ii. Aspek UMKM, meliputi kriteria UMKM yang dapat dilakukan pemeringkatan

baik dari segi formalitas, skala usaha, sektor ekonomi, tujuan melakukan

pemeringkatan, dll.

iii. Metodologi pemeringkatan, meliputi aspek operasional pemberian peringkat

oleh lembaga pemeringkat, terdiri dari proses, model, jenis dan skala

pemeringkatan. Selain itu juga dibahas mengenai kaitan peringkat kredit

dengan persyaratan kredit dari perbankan.

5) Mengingat lingkup kajian adalah prasyarat maka kajian ini akan menitikberatkan

pada hal-hal yang merupakan syarat yg harus dipenuhi (prerequisite) sebelum

dilakukan pendirian Sistem Pemeringkatan Kredit untuk UMKM di Indonesia.

Berdasarkan hal tersebut, maka kajian akan memfokuskan pada aspek kelembagaan,

aspek metodologi rating dan aspek UMKM.

Page 16: KAJIAN MENGENAI PRASYARAT PEMBENTUKAN · PDF fileDirektorat Kredit, BPR dan UMKM 2009 i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat

Direktorat Kredit, BPR dan UMKM 2009

PENDAHULUAN

7

1.5. Metodologi

1.5.1.Pengumpulan Data dan Informasi

a. Studi literatur.

Studi literatur dilaksanakan melalui berbagai sumber dari hasil penelitian

sebelumnya, buku literatur sampai dengan materi yang diperoleh melalui jaringan

internet mengenai implementasi Sistem Pemeringkatan Kredit di berbagai negara

dan literatur terkait dengan Sistem Pemeringkatan Kredit. Selain itu juga dilakukan

penggalian informasi dari Negara-negara ASEAN mengenai implementasi Sistem

Pemeringkatan Kredit melalui forum pertemuan anggota ASEAN.

b. Sharing & learning visit ke negara yang telah menerapkan sistem pemeringkatan

kredit untuk UMKM. Kegiatan ini dilaksanakan di India, dengan pertimbangan

India merupakan salah satu pionir dalam implementasi jasa pemeringkatan UMKM

sebagai bagian yang terpisah dari kegiatan mainstream rating. Selain itu, India juga

telah menciptakan skema pemeringkatan khusus untuk UMKM dengan subsidi

dari Pemerintah maupun tanpa subsidi, yang dirasa cukup relevan dengan kondisi

Indonesia.

Adapun lembaga yang dikunjungi di India adalah sebagaimana Tabel 1.1.

Tabel 1.1. Lembaga yang Dikunjungi dalam Sharing & Learning Visit Credit Rating System

for SME di India

No Lembaga

NEW DELHI

1 GTZ India

2 Bank of India

3 Ministry of Micro, Small and Medium Enterprises (MSME)

4 The National Small Industries Corporation (NSIC)

5 Small Industries Development Bank of India (SIDBI)

6 GTZ-NABARD

MUMBAI

7 Small Industries Development Bank of India (SIDBI)

8 SME Rating Agency (SMERA)

9 Bank of Baroda

10 Reserve Bank of India (RBI)

11 Dun & Bradstreet, India

12 CARE Ratings

13 Rated Unit

Page 17: KAJIAN MENGENAI PRASYARAT PEMBENTUKAN · PDF fileDirektorat Kredit, BPR dan UMKM 2009 i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat

Kajian Mengenai Prasyarat Pembentukan Credit Rating System untuk UMKM di Indonesia8

c. Focus Group Discussion

Kegiatan dilaksanakan dengan departemen terkait, lembaga pemeringkat yang ada

di Indonesia dan beberapa BUMN selaku pembina UMKM. Diskusi juga dilakukan

dengan perbankan.

d. Seminar dengan mengundang tenaga ahli di bidang credit rating dan credit

scoring.

1.5.2. Alat Analisis

a. Analisis deskriptif

Bertujuan menggambarkan sifat sesuatu yang tengah berlangsung pada saat kajian

dilaksanakan. Analisis ini digunakan untuk mengetahui bagaimana implementasi

Sistem Pemeringkatan Kredit di negara yang menjadi acuan kajian, dan menjelaskan

kondisi yang ada di Indonesia

b. End-Means Analysis

End-Means Analysis digunakan untuk tujuan menemukan alat baru (new means)

untuk mencapai tujuan akhir yang telah ditentukan. Dalam kajian ini End-Means

Analysis digunakan untuk menganalisis prasyarat yang diperlukan untuk dipenuhi

dalam mencapai tujuan pembentukan Sistem Pemeringkatan Kredit untuk UMKM

di Indonesia yang memenuhi kebutuhan UMKM dan perbankan di Indonesia

sebagai tujuan akhir.

Page 18: KAJIAN MENGENAI PRASYARAT PEMBENTUKAN · PDF fileDirektorat Kredit, BPR dan UMKM 2009 i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat

Direktorat Kredit, BPR dan UMKM 2009

SISTEM PEMERINGKATAN KREDIT

9

BAB IISISTEM PEMERINGKATAN KREDIT

2.1. Pengertian Credit Rating (Pemeringkatan Kredit)

Pada umumnya, defi nisi pemeringkatan kredit mengacu pada penilaian mengenai

tingkat kelayakan kredit (creditworthiness) suatu entitas atau transaksi. Defi nisi peringkat

kredit meliputi baik kemampuan (capacity) maupun kemauan (willingness) untuk membayar

kewajiban-kewajibannya. Peringkat kredit dikeluarkan oleh Lembaga Pemeringkat Kredit

(Credit Rating Agency). Berikut beberapa defi nisi peringkat kredit dari beberapa Lembaga

Pemeringkat Kredit global:

A current opinion of the creditworthiness of an obligor with respect to a

specifi c fi nancial obligation, a specifi c class of fi nancial obligations, or a specifi c fi nancial

program (including ratings on medium-term note programs and commercial paper programs).

(Standard & Poor’s - Issuer credit rating defi nition)

An opinion on the relative ability of an entity to meet fi nancial commitments, such as

interest, preferred dividends, repayment of principal, insurance claims

or counterparty obligations

(Fitch Rating)

A credit rating is an assessment of the creditworthiness of a corporation or security, based

on the issuer’s quality of assets, its existing liabilities, its borrowing and repayment

history and its overall business performance.

(Bo Becker & Todd Milbourn, 2009)

Walaupun defi nisi peringkat kredit mengacu pada creditworthiness, setiap Lembaga

Pemeringkat Kredit memiliki indikator yang berbeda. Standard & Poor’s menggunakan

probability of default sebagai indikator utama creditworthiness, sedangkan Moody’s dan

Fitch menggunakan expected loss yang dipengaruhi oleh dua unsur yaitu Probability of

Default (PD) dan Expected Recovery Rate (RE) (Marwan Elkhoury, 2008). Selain itu, Lembaga

Pemeringkat Kredit juga memiliki perbedaan dalam metodologi pemeringkatan yang

mengakibatkan perbandingan antar peringkat menjadi tidak mudah dilakukan.

Peringkat kredit secara umum dilakukan terhadap instrumen hutang yang dikeluarkan

oleh perusahaan, lembaga keuangan, badan usaha milik negara, maupun pemerintah dalam

Page 19: KAJIAN MENGENAI PRASYARAT PEMBENTUKAN · PDF fileDirektorat Kredit, BPR dan UMKM 2009 i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat

Kajian Mengenai Prasyarat Pembentukan Credit Rating System untuk UMKM di Indonesia10

rangka perolehan dana di pasar modal atau pasar uang baik di tingkat nasional maupun

internasional (issue rating). Peringkat kredit juga digunakan oleh investor sebagai salah satu

pertimbangan dalam menentukan keputusan investasinya. Selain itu juga dikenal adanya

enterprise rating atau issuer rating yang tergolong pada peringkat suatu perusahaan yang

belum atau tidak mengeluarkan instrumen hutang.

Peringkat kredit ini dinyatakan dalam simbol-simbol yang terstandarisir (lihat Tabel

2.1). Simbol-simbol ini menunjukkan tingkatan relatif dalam peringkat kredit. Dalam

konteks probability of default, Tingginya peringkat kredit menggambarkan ekspektasi

bahwa lembaga yang diberi peringkat akan memiliki tingkat gagal bayar yang lebih rendah

dibandingkan dengan yang memiliki peringkat lebih rendah (Marwan Elkhoury, 2008). Dan

demikian sebaliknya.

Interpretation Moody’s S&P Fitch

Investment grade rating

Highest credit quality Aaa AAA AAA

High credit quality Aa1

Aa2

Aa3

Prime-1

AA+

AA

AA-

A1+

AA+

AA

AA-

F1

Strong payment capacity A1

A2

A3

Prime-2

A+

A

A

A1

A+

A

A

Adequate payment capacity

Last rating in investment-

grade

Baa1

Baa2

Baa3

Prime -3

BBB+

BBB

BBB-

A2

A3

BBB+

BBB

BBB-

F2

F3

Speculative-grade rating

Speculative

credit risk developing,

due to economic changes

Ba1

Ba2

Ba3

BB+

BB

BB-

B BB+

BB

BB-

B

Highly speculative,

Credit risk present,

With limited margin safety

B1

B2

B3

Not

prime

B+

B

B-

B+

B

B-

High default risk,

Capacity depending on

sustained,

Favourable conditions

Caa1

Caa2

Caa3

CCC+

CCC

CCC-

CC

C CC+

CCC

CCC-

CC

C

Default,

Although prospect of partial

recovery

Ca, C C, D D C, D D

Sumber: Marwan Elkhoury. Credit rating agencies and their potential impact on developing countries, United Nations Conference on Trade and Development Discussion Papers No. 186 Januari 2008.

Tabel 2.1. Simbol Peringkat untuk Hutang Jangka Panjang dan Jangka Pendek

Page 20: KAJIAN MENGENAI PRASYARAT PEMBENTUKAN · PDF fileDirektorat Kredit, BPR dan UMKM 2009 i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat

Direktorat Kredit, BPR dan UMKM 2009

SISTEM PEMERINGKATAN KREDIT

11

Sehubungan dengan defi nisi tersebut, maka peringkat kredit hanya merupakan

gambaran mengenai risiko kredit. Risiko lain di luar risiko kredit, misalnya risiko pasar,

risiko manajemen, tidak dapat direpresentasikan oleh peringkat kredit ini. Peringkat kredit

juga bukan merupakan rekomendasi untuk berinvestasi karena peringkat kredit tidak

mempertimbangkan semua aspek yang diperlukan dalam keputusan berinvestasi, seperti

kewajaran harga surat berharga, capital gains, dll.

Lembaga Pemeringkat Kredit memainkan peranan penting dalam pasar keuangan

karena lembaga ini dapat mengurangi masalah asymmetric information antara pemberi

pinjaman dan investor di satu sisi dengan penerima pinjaman di sisi lainnya mengenai

creditworthiness-nya. Walaupun terdapat suatu masa dimana lembaga pemeringkat banyak

dikritik dalam kasus kebangkrutan beberapa perusahaan besar di dunia, seperti kasus Enron

di AS, dan bankrutnya beberapa investment banks di AS pada krisis global 2007.

2.2. Pemeringkatan Kredit dan Basel II

Sebagai lembaga yang menjalankan fungsi intermediasi atas dana yang diterima

dari nasabah maka perlu ada pengaturan perbankan untuk menjaga kepercayaan nasabah

terhadap aktivitas perbankan. Salah satu pengaturan yang diperlukan adalah mengenai

permodalan bank yang berfungsi sebagai penyangga terhadap kemungkinan terjadinya

kerugian. Terkait dengan hal tersebut pada tahun 1988, Bank for International Settlement

(BIS) mengeluarkan suatu konsep kerangka permodalan yang lebih dikenal dengan the

1988 Accord (Basel I). Sistem ini dibuat sebagai penerapan kerangka pengukuran bagi risiko

kredit, dengan mensyaratkan standar modal minimum adalah 8%. Komite Basel merancang

Basel I sebagai standar yang sederhana, mensyaratkan bank-bank untuk memisahkan

eksposurnya kedalam kelas yang lebih luas, yang menggambarkan kesamaan tipe debitur

tanpa memperhatikan perbedaan yang potensial pada kemampuan pembayaran kredit.

Dengan semakin kompleksnya kegiatan usaha perbankan, maka pada Juni 2004,

Basel Committee on Banking Supervision mempublikasikan New Capital Accord atau yang

lebih dikenal dengan Basel II. Dalam Basel II, penghitungan modal bank (Minimum Capital

Requirement) hanyalah salah satu pilar dalam standard prudential banking (pilar 1). Dua

pilar lainnya adalah supervisory review process (pilar 2) dan market discipline (pilar 3).

Penghitungan kebutuhan modal dalam Basel II berdasarkan pada profi l risiko bank, yang

mencakup risiko kredit, risiko pasar dan risiko operasional.

Dalam penghitungan risiko kredit, pendekatan yang digunakan dapat dikelompokkan

menjadi pendekatan standar berlaku untuk seluruh bank (standardized approach) dan

pendekatan yang dikembangkan secara internal bank (internal rating-based approach)

Page 21: KAJIAN MENGENAI PRASYARAT PEMBENTUKAN · PDF fileDirektorat Kredit, BPR dan UMKM 2009 i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat

Kajian Mengenai Prasyarat Pembentukan Credit Rating System untuk UMKM di Indonesia12

dengan persetujuan otoritas perbankan. Pada standardized approach, bobot risiko

didasarkan pada penilaian oleh lembaga pemeringkat kredit eksternal, sedangkan pada

pendekatan internal, bank menggunakan model yang dikembangkan secara internal sesuai

dengan karakteristik kegiatan usaha dan profi l risiko individual bank.

Dengan standardized approach, penghitungan modal akan mempertimbangkan

pemeringkatan kredit dari borrower yang diberikan oleh Lembaga Pemeringkat Kredit yang

memenuhi kriteria Basel II. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa penghitungan modal

bank salah satunya akan didasarkan pada penilaian Lembaga Pemeringkat Kredit yang

diakui oleh otoritas perbankan.

Terdapat beberapa argumen mengapa menggunakan lembaga pemeringkat yakni:

1) Pesatnya perkembangan keuangan global dan nasional

2) Lembaga pemeringkat membantu terciptanya transparansi pasar keuangan dan

mendorong investasi yang efi sien

Dalam penerapan manajemen risiko, Bank Indonesia telah menerbitkan Surat Edaran

No. 10/19/DPNP tanggal 30 April 2008 perihal Lembaga Pemeringkat dan Peringkat yang

Diakui Bank Indonesia. Proses pengakuan lembaga pemeringkat menggunakan beberapa

parameter untuk mengukur kriteria independensi, obyektivitas, transparansi, pengungkapan

publik, sumber daya dan kredibilitas dari lembaga pemeringkat, sebagai berikut:

1. Independensi, digunakan untuk menilai tingkat independensi atau kebebasan lembaga

pemeringkat dari segala bentuk kepentingan, seperti kepentingan ekonomi, sosial dan

politik, baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap hasil pemeringkatan

yang diterbitkan. Parameter yang digunakan adalah:

a. Independensi kedudukan dan kondisi lembaga pemeringkat

b. Independensi kegiatan usaha

c. Independensi prosedur pemeringkatan

d. Independensi kontrak perjanjian pemeringkatan

e. Independensi kegiatan operasional

2. Obyektivitas, digunakan untuk menilai tingkat obyektivitas dan efektivitas proses

pemeringkatan serta metodologi yang digunakan dan dikembangkan, kewajaran

dan konsistensi kriteria pemeringkatan, dalam setiap proses penilaian dan penetapan

peringkat dari suatu perusahaan (borrower) atau suatu penerbitan surat berharga

(issuance). Parameter yang digunakan adalah:

a. Obyektivitas prosedur pemeringkatan

b. Obyektivitas metodologi pemeringkatan

c. Obyektifi tas proses pemeringkatan

d. Obyektifi tas hasil pemeringkatan

e. Obyektifi tas standar pemeringkatan

Page 22: KAJIAN MENGENAI PRASYARAT PEMBENTUKAN · PDF fileDirektorat Kredit, BPR dan UMKM 2009 i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat

Direktorat Kredit, BPR dan UMKM 2009

SISTEM PEMERINGKATAN KREDIT

13

3. Akses oleh publik (transparansi), digunakan untuk menilai keterbukaan lembaga

pemeringkat kepada publik atas seluruh informasi yang terkait dengan hasil

pemeringkatan, termasuk asumsi dan latar belakang penerbitan hasil pemeringkatan.

Parameter yang digunakan adalah:

a. Transparansi proses pemeringkatan

b. Transparansi hasil pemeringkatan

c. Transparansi hasil pemantauan peringkat

d. Transparansi faktor-faktor yang mempengaruhi pemeringkatan

e. Transparansi proses, kriteria dan metodologi pemeringkatan

f. Transparansi mekanisme proses pemeringkatan

4. Pengungkapan publik (disclosures), digunakan untuk menilai pengungkapan segala

sesuatu mengenai lembaga pemeringkat yang memungkinkan publik maupun otoritas

yang berwenang melakukan penilaian terhadap independensi, obyektivitas, kapabilitas

dan operasional lembaga pemeringkat, serta pemenuhan terhadap ketentuan yang

berlaku. Parameter yang digunakan:

a. Kemudahan akses

b. Pengungkapan benturan kepentingan

c. Pengungkapan perubahan internal

d. Pengungkapan informasi yang terkait dengan metodologi pemeringkatan

5. Sumber daya (resources), digunakan untuk menilai kemampuan lembaga pemeringkat

dalam mengelola usaha penyediaan jasa pemeringkatan, baik dari aspek sumber

daya manusia (human resources) maupun aspek sumber daya keuangan (financial

resources) yang memungkinkan lembaga pemeringkat beroperasi secara independen

dan professional. Parameter yang digunakan:

a. Sumber daya manusia

b. Kinerja keuangan

6. Kredibilitas, digunakan untuk menilai pengakuan dan akseptibiltas oleh pasar terhadap

keberadaan lembaga pemeringkat sebagai penyedia jasa pemeringkatan yang dapat

diandalkan. Parameter yang digunakan:

a. Izin otoritas yang berwenang

b. Kebijakan penyebaran informasi

c. Track record

Namun demikian Basel II juga memberikan pengecualian untuk beberapa jenis

portofolio, yang mana bobot risiko tidak berdasarkan hasil peringkat. Misalnya portofolio

ritel (75%), dll. Apakah UMKM masuk dalam kategori ritel atau tidak sepenuhnya diserahkan

pada masing-masing Negara. Menurut Basel II, defi nisi UMKM mengacu pada kriteria omset

(sales) sebesar kurang dari USD 65 juta.

Page 23: KAJIAN MENGENAI PRASYARAT PEMBENTUKAN · PDF fileDirektorat Kredit, BPR dan UMKM 2009 i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat

Kajian Mengenai Prasyarat Pembentukan Credit Rating System untuk UMKM di Indonesia14

2.3. Sistem Pemeringkatan Kredit untuk UMKM

UMKM mempunyai karakteristik yang berbeda dengan karakteristik usaha besar. Salah

satu karakteristik yang paling penting terkait dengan keuangan UMKM adalah terdapatnya

informational opacity (Rikkers dan Thibeault, 2007). UMKM tidak memiliki kontrak yang

dipublikasikan secara umum atau dilaporkan secara luas dalam surat kabar. Kontrak-kontrak

dengan suppliers dan pelanggan pada umumnya hanya menjadi konsumsi perusahaan itu

sendiri. UMKM juga tidak mengeluarkan surat berharga yang diperdagangkan di bursa.

Data keuangan seringkali hanya tersedia secara discrete, pada banyak UMKM

umumnya hanya tersedia dalam data tahunan. Dari segi kualitas data keuangan UMKM

tidaklah sebaik usaha besar. Banyak UMKM malah tidak memiliki laporan keuangan yang

diaudit. Sebagai akibatnya UMKM sering tidak dapat menunjukkan kualitasnya (Berger dan

Udell, 1998, dalam Rikkers dan Thibeault, 2007). Data-data mengenai UMKM seringkali

tidak kredibel dan kurang dapat diandalkan, sehingga akan merupakan tantangan tersediri

untuk menggali informasi yang diperlukan dalam rangka alokasi kredit (Crouchy, Galai dan

Mark, 2001 dalam Rikkers dan Thibeault, 2007).

Dengan karakteristik tersebut di atas, penyaluran kredit kepada UMKM menghadapi

problem asymmetric information antara calon debitur dan bank/lembaga keuangan, dimana

salah satu pihak (dalam hal ini calon debitur UMKM) mempunyai informasi yang lebih

banyak, misalnya dalam hal pengetahuan mengenai risiko usaha, dibandingkan dengan

pihak lainnya (dalam hal ini bank dan lembaga keuangan). Problem ini dapat mengarah

pada timbulnya moral hazard dan adverse selection. Lebih jauh lagi, dapat mengakibatkan

terjadinya credit rationing.

Mengingat karakteristik UMKM yang berbeda dengan usaha besar maka

pemeringkatan kredit untuk UMKM akan memerlukan sistem yang berbeda dibandingkan

dengan pemeringkatan kredit untuk usaha besar. Pemberian peringkat kepada UMKM

merupakan evaluasi secara menyeluruh terhadap perusahaan, oleh karena itu prosesnya

mencakup interaksi bukan hanya dengan perusahaan, namun juga dengan bank yang

memberikan pinjaman, pemasok, pelanggan dan stakeholders lain.

Studi yang dilakukan Edward I. Altman dan Gabriele Sabato (2005) mengenai Model

pemeringkatan kredit untuk UKM di Amerika Serikat menyatakan hal yang sama. Dalam

studinya Altman dan Sabato berpendapat bahwa pembiayaan kepada UMKM memiliki

dampak positif terhadap keuntungan bank. Namun demikian pembiayaan kepada UMKM

memiliki risiko yang lebih besar dibandingkan dengan pembiayaan kepada usaha besar.

Oleh karena itu, bank perlu membangun model risiko kredit khusus untuk UMKM untuk

meminimalisir kerugian.

Page 24: KAJIAN MENGENAI PRASYARAT PEMBENTUKAN · PDF fileDirektorat Kredit, BPR dan UMKM 2009 i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat

Direktorat Kredit, BPR dan UMKM 2009

SISTEM PEMERINGKATAN KREDIT

15

Berdasarkan pertimbangan ini Altman dan Sabato membangun modeling credit

risk for SMEs di Amerika Serikat. Lima rasio keuangan yang dianggap paling tepat dalam

memperkirakan risiko default UMKM yaitu:

Tabel 2.2. Rasio Keuangan untuk Memperkirakan Risiko Default Kredit UMKM

No Rasio Kategori rasio

1 Short term debt/equity book value Leverage

2 Cash/Total Assets Liquidity

3 Ebitda/Total Assets Profitability

4 Retained Earnings/Total Assets Profitability

5 Ebitda/Interest Expenses Coverage

Altman dan Sabato menegaskan bahwa bank seharusnya tidak hanya menerapkan

prosedur yang berbeda untuk UMKM, namun juga menggunakan instrumen lain seperti

sistem pemeringkatan dan sistem scoring, khususnya yang ditujukan untuk UMKM.

Pemeringkatan terhadap creditworthiness UMKM juga disajikan dalam bentuk skala

sebagaimana pemeringkatan kredit pada umumnya. Beberapa contoh skala tersebut adalah

sebagai berikut:

Tabel 2.3. Beberapa Simbol Peringkat Kredit UMKM

SMERA Rating - India Japan SME Rating

1 : Highest

2 : High

3 : Above average

4 : Average

5 : Below Average

6 : Indequate

7 : Low

8 : Lowest

aaa: Very strong capacity

aa: Strong capacity

a: Moderately strong capacity

bbb: Adequate capacity

bb: Weak capacity

ccc: Non payment

2.4. Pemeringkatan Kredit (Credit Rating), Credit Scoring dan Credit Bureau

Credit scoring dapat didefi nisikan sebagai penilaian terhadap kemampuan seseorang

atau sekelompok orang dalam membayar kewajibannya. Sedangkan pemeringkatan kredit

(credit rating) didefi nisikan sebagai instrumen untuk menilai risiko kredit suatu perusahaan

Page 25: KAJIAN MENGENAI PRASYARAT PEMBENTUKAN · PDF fileDirektorat Kredit, BPR dan UMKM 2009 i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat

Kajian Mengenai Prasyarat Pembentukan Credit Rating System untuk UMKM di Indonesia16

Individual Entrepreneur

Small and Medium Enterprise

Large Enterprise

yang dikelompokkan dalam kelas peringkat yang berbeda-beda. Aplikasi teknik scoring

dilaksanakan dalam penilaian creditworthiness orang perorang atau dengan kata lain

kepada UMKM yang berorientasi pada si pengusaha (entrepreneur). Sedangkan teknik

rating dapat diaplikasikan pada UMKM jika berorientasi pada perusahaan (enterprise) (Ernst

Greilich, 2009). Kedua teknik ini dapat digunakan oleh lembaga keuangan dalam penilaian

kredit secara internal.

Credit Scoring dan Credit Rating merupakan bagian dari konsep Intelligent Credit

Decision Model. Penggunaan teknik scoring/rating dalam pengambilan keputusan kredit

diperlukan agar keputusan kredit dapat dilaksanakan secara obyektif karena dilaksanakan

berdasarkan sistematika tertentu yang telah baku. Selain itu, dengan teknik ini maka kreditur

dapat secara efektif mengatur volume kredit maupun risiko yang akan diambil sebagai

akibat dari keputusan kredit dimaksud. Pada pengambilan keputusan kredit tanpa teknik

scoring/rating, maka keputusan kredit akan diambil berdasarkan petunjuk (guidelines) dan

pengetahuan yang dimiliki oleh petugas/pejabat kredit, sehingga kurang dapat menjamin

obyektifi tas keputusan kredit yang diambil.

Penilaian creditworhiness UMKM dapat dilaksanakan dengan teknik scoring maupun

rating. Jika UMKM dimaksud berorientasi pada si pengusaha (entrepreneur-oriented), maka

aplikasi teknik scoring akan lebih tepat dilaksanakan dibandingkan dengan teknik rating.

Namun apabila UMKM berorientasi kepada perusahaan (enterprise-oriented), maka teknik

rating dapat dilaksanakan. Lihat Gambar 2.1.

Gambar 2.1. Rating/Scoring Technique

Sumber: Ernst Greilich, keynote lecture on Credit Rating Model for SME: Concept, Experience and Recommendation for Implementation in Indonesia, Seminar on Prerequisite for Implementation of Credit Rating System for SME in Indonesia, Jakarta, 19 Agustus 2009

Scoring-Technique

Scoring-Technique(Orientation at Entrepreneur)

Rating-Technique(Orientation at Enterprise)

Rating-Technique

Page 26: KAJIAN MENGENAI PRASYARAT PEMBENTUKAN · PDF fileDirektorat Kredit, BPR dan UMKM 2009 i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat

Direktorat Kredit, BPR dan UMKM 2009

SISTEM PEMERINGKATAN KREDIT

17

Sebuah survey yang dilaksanakan di Amerika Serikat oleh Charles D Cowan dan Adrian

M. Cowan untuk US Small Business Administration’s Offi ce of Advocacy (A Survey Based

Assessment of Financial Institution Use of Credit Scoring for Small Business Lending, 2006)

menunjukkan bahwa terdapat indikasi peningkatan porsi pinjaman usaha mikro dan kecil

dibandingkan dengan total kredit seiring dengan penerapan credit scoring oleh lembaga

keuangan. Implementasi credit scoring oleh perbankan pada umumnya berdasarkan pada

tiga jenis score yaitu owner score, business score atau penggunaan keduanya. Survei

tersebut juga menemukan bahwa bank menggunakan credit scoring untuk menentukan

pricing berdasarkan risiko (risk-based pricing) dan memanfaatkannya dalam memberikan

pembiayaan kepada usaha kecil yang memiliki kualitas lebih rendah. Hal ini dikarenakan

credit scoring memungkinkan bank untuk mengenakan risk adjusted premium untuk jenis

pinjaman yang berisiko. Kemampuan ini membuka peluang bisnis yang menguntungkan

bagi bank dan kesempatan bagi usaha kecil untuk mendapatkan pembiayaan.

Pada teknik pemeringkatan kredit, terdapat dua komponen yang diperhitungkan

(Ernst Greilich, 2009) yaitu :

1) Hard fact component, terdiri dari unsur dalam neraca, dengan bobot antara 50%-

60%. Beberapa komponen neraca yang sering digunakan dalam pemeringkatan kredit

adalah rasio keuangan seperti ROA (Return on Assets), ROE (Return on Equity), current

ratio, debt ratio, dll.

2) Soft fact component, terdiri dari kriteria yang menggambarkan posisi perusahaan secara

internal maupun industri, dengan bobot antara 40%-50%. Beberapa komponen yang

dapat digunakan adalah posisi pasar, kualitas manajemen, dll.

Penggunaan teknik scoring/rating diyakini memberikan beberapa keuntungan bagi

kreditur antara lain sebagai berikut (Ernst Greilich, 2009 dan Credit & Management System,

Inc, 1999):

a. Jika memanfaatkan sistem software terotomasi, credit scoring akan mempercepat

proses evaluasi calon debitur, sehingga persetujuan kredit juga dapat berjalan lebih

cepat (speed).

b. Karena credit scoring menganalisis debitur menggunakan parameter yang sama,

maka proses evaluasi calon debitur dilakukan secara konsisten. Human error dapat

diminimalisir (consistency and accuracy).

c. Credit scoring dapat mengurangi kerugian akibat kegagalan bayar oleh debitur.

Persetujuan kepada debitur baru akan mempertimbangkan semua faktor yang diperlukan

dan selanjutnya diberi skor. Debitur risiko tinggi akan dikecualikan dan direview oleh

analis kredit. Dengan credit scoring, lembaga keuangan dapat mengidentifi kasi debitur

existing yang memerlukan penanganan lebih dan bank dapat mengambil langkah

Page 27: KAJIAN MENGENAI PRASYARAT PEMBENTUKAN · PDF fileDirektorat Kredit, BPR dan UMKM 2009 i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat

Kajian Mengenai Prasyarat Pembentukan Credit Rating System untuk UMKM di Indonesia18

hukum yang diperlukan untuk mencegah kerugian lebih lanjut dan membantu upaya

menurunkan NPL.

d. Penurunan biaya personil, khususnya pada lembaga keuangan yang memiliki banyak

debitur dimungkinkan dengan penggunaan credit scoring yang dikombinasikan dengan

sistem software terotomasi karena lebih sedikit personil yang dibutuhkan dalam proses

kredit.

e. Credit scoring memungkinkan pimpinan lembaga keuangan untuk merancang strategi

yang berbeda untuk debitur yang memiliki risiko rendah, menengah maupun tinggi.

Dengan demikian, bank dapat memastikan adanya keuntungan yang diperoleh dalam

membiayai UMKM

f. Credit scoring dapat dijadikan sebagai alat pengambilan keputusan dan perencanaan.

Misalnya, pejabat kredit dapat menyiapkan laporan yang menggambarkan kualitas

piutang lembaga keuangan secara tepat, termasuk laporan mengenai debitur dengan

risiko lebih tinggi. Dengan mengetahui risiko ini maka kreditur memiliki keleluasaan

dalam mengatur sendiri volume dan risiko yang diambil dalam pembiayaan pada

debiturnya termasuk UMKM.

g. Credit scoring dapat membantu lembaga keuangan dalam pengambilan keputusan

melalui penelusuran evaluasi data dan pengambilan keputusan. Evaluasi portofolio

juga dilaksanakan secara reguler dan tepat waktu. Dengan demikian, pengambilan

keputusan oleh pejabat kredit lebih dapat diandalkan dan mendukung laporan

keuangan.

h. Secara mekanisme kerja, pemanfaatan teknik scoring/rating dapat mempermudah

kerja petugas kredit.

i. Teknik scoring/rating dapat digunakan sebagai instrumen pemasaran produk-produk

kreditur kepada UMKM.

Credit scoring didasarkan pada asumsi bahwa pengalaman masa lalu dapat digunakan

sebagai pedoman untuk memprediksi creditworthiness. Terdapat dua jenis model credit

scoring yaitu (Credit & Management System, Inc., 1999):

a. Judgemental scoring model

Pada model ini, komponen yang akan dievaluasi baik komponen keuangan maupun

non keuangan diberi skor dan dibobot untuk menghasilkan skor total. Penentuan

komponen dan bagaimana scoring dan bobot komponen tersebut ditentukan, pada

umumnya berdasarkan pengalaman pejabat kredit.

b. Statistical scoring model

Pada dasarnya model ini tidak jauh berbeda dengan judgemental scoring model, hanya

saja pemilihan komponen scoring dilakukan berdasarkan metode statistik.

Page 28: KAJIAN MENGENAI PRASYARAT PEMBENTUKAN · PDF fileDirektorat Kredit, BPR dan UMKM 2009 i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat

Direktorat Kredit, BPR dan UMKM 2009

SISTEM PEMERINGKATAN KREDIT

19

Selain penggunaan credit scoring, kreditur juga dapat memanfaatkan informasi dari

lembaga lain seperti lembaga penyedia data kredit (Credit Bureau). Selaku pusat informasi

kredit, Credit Bureau telah menghimpun, mengolah, mengelola dan mendistribusikan

informasi mengenai antara bank dengan debitur UMKM melalui sistem informasi. Dengan

adanya Credit Bureau, maka bank atau lembaga keuangan dapat mengakses informasi

mengenai debitur yang telah mendapatkan pembiayaan. Informasi ini dapat digunakan

sebagai pendukung percepatan proses analisa dan pengambilan keputusan penyediaan dana.

Informasi ini juga dapat dimanfaatkan dalam menentukan profi l risiko kredit debitur.

Namun bagaimana dengan UMKM yang belum pernah akses kepada pembiayaan

perbankan, yang dengan demikian belum tercatat dalam Sistem Informasi Debitur (SID).

Dalam kaitan dengan inilah, lembaga-lembaga pendukung seperti Lembaga Pemeringkat

Kredit dapat berperan menjembatani gap informasi antara bank dengan UMKM, melalui

penilaian terhadap creditworthiness UMKM, yang dapat digunakan oleh perbankan sebagai

salah satu informasi dalam proses kredit.

Berkaitan dengan implementasi penilaian kredit yang dilakukan secara internal oleh

lembaga keuangan (perbankan), maka informasi dari Lembaga Pemeringkat Kredit dapat

menjadi salah satu komponen yang dinilai oleh kreditur. Penggunaan peringkat kredit dari

Lembaga Pemeringkat Kredit akan mengurangi biaya-biaya yang dapat timbul dalam rangka

penggalian data calon debitur. Hal ini memungkinkan lembaga keuangan untuk melakukan

efi siensi usahanya.

2.5. Manfaat Sistem Pemeringkatan Kredit bagi UMKM dan Bank

Pemeringkatan kredit UMKM memberikan manfaat baik bagi UMKM maupun bagi

perbankan. Manfaat bagi UMKM bukan hanya dalam bentuk perolehan pembiayaan dari

perbankan atau lembaga keuangan, namun juga dalam bentuk motivasi untuk melaksanakan

good governance perusahaan secara lebih baik, karena perusahaan berkepentingan untuk

mempertahankan peringkat yang baik. Selanjutnya mengingat peringkat kredit UMKM

memberikan gambaran (snapshot) mengenai kekuatan dan kelemahan UMKM, maka

peringkat kredit dapat pula digunakan sebagai alat bagi perusahaan untuk melakukan

evaluasi dan langkah perbaikan ke depan.

Manfaat bagi UMKM terkait dengan pembiayaan (Kausal Samphat, 2008):

a. Peringkat kredit meningkatkan kemauan bank dan lembaga keuangan dalam

meningkatkan pinjaman kepada UMKM yang memiliki peringkat kredit yang baik.

Page 29: KAJIAN MENGENAI PRASYARAT PEMBENTUKAN · PDF fileDirektorat Kredit, BPR dan UMKM 2009 i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat

Kajian Mengenai Prasyarat Pembentukan Credit Rating System untuk UMKM di Indonesia20

b. Peringkat kredit dapat mempersingkat proses kredit.

c. Peringkat kredit memungkinkan UMKM yang memiliki peringkat baik untuk

mendapatkan persyaratan kredit yang lebih menguntungkan (misalnya suku bunga

atau biaya transaksi yang lebih rendah)

d. Peringkat kredit mengurangi problem asymmetric information antara calon debitur dan

bank/lembaga keuangan

e. Peringkat kredit dapat menyederhanakan persyaratan kredit (misalnya jaminan).

Manfaat bagi bank terkait pembiayaan UMKM (Kausal Samphat, 2008):

a. Peringkat kredit meningkatkan persetujuan kredit UMKM oleh perbankan.

b. Peringkat kredit menjamin perlakuan yang sama dan obyektif kepada calon debitur.

c. Peringkat kredit memungkinkan efi siensi operasional perbankan karena analis

perbankan dapat fokus pada rekening-rekening yang bermasalah.

d. Peringkat kredit memungkinkan proses kredit berlangsung lebih cepat.

e. Peringkat kredit mengurangi kredit bermasalah dan eksposur pada kredit bermasalah.

Dari sisi modeling, Altman dan Sabato dalam kajiannya (2005) menemukan bahwa

penggunaan model risiko kredit khusus untuk UMKM memiliki keakuratan prediksi tingkat

gagal bayar yang lebih baik dibandingkan dengan model untuk korporasi (Z-Score Model).

Penerapan model risiko kredit khusus untuk UKM oleh bank yang menggunakan pendekatan

Advanced Internal Rating Based (A-IRB) juga berdampak pada lebih rendahnya besaran

persyaratan modal bank (sekitar 0,5%) dibandingkan jika bank menggunakan model untuk

korporasi (Z-Score Model).

2.6. Sistem Pemeringkatan Kredit UMKM di berbagai negara

Pemeringkatan kredit untuk UMKM sebagai bagian yang terpisah dari pemeringkatan

kredit untuk usaha besar telah dilaksanakan pada tahun 2005 di Jepang dan India. Beberapa

negara lain yang telah mengimplementasikan jasa pemeringkatan kredit untuk UMKM

antara lain Vietnam, Malaysia, Pakistan, Singapura, Cina, dll.

Di India, SME Rating Agency of India Ltd. (SMERA) yang didirikan pada 5 September

2005, merupakan Lembaga Pemeringkat Kredit pertama di India yang khusus memberikan

peringkat kepada UMKM. SMERA didirikan melalui Program SME Financing and Development

Project yang dilaksanakan oleh SIDBI, yang didukung dana dari Department for International

Development (DFID), UK dan GTZ, German untuk komponen Technical Assistance. Program

ini merupakan kerjasama antara Departemen Keuangan, India dengan World Bank dan

lembaga-lembaga internasional yaitu IBRD, KfW, DFID (UK) dan GTZ (Jerman). Lembaga ini

Page 30: KAJIAN MENGENAI PRASYARAT PEMBENTUKAN · PDF fileDirektorat Kredit, BPR dan UMKM 2009 i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat

Direktorat Kredit, BPR dan UMKM 2009

SISTEM PEMERINGKATAN KREDIT

21

dimiliki oleh Small Industries Development Bank of India (SIDBI), Dun & Bradstreet (D&B)

India, Credit Information Bureau (India) Ltd (CIBIL) dan beberapa bank besar di India.

Di Jepang, Standard & Poor’s bersama dengan The Risk Data Bank of Japan (RDB),

yaitu suatu konsorsium data base yang beranggotakan 50 bank, juga memberikan jasa

peringkat kredit UKM di Jepang dalam skala nasional mulai tahun 2005. Tujuannya

adalah menyediakan benchmark mengenai standar creditworthiness di sektor UKM. Jasa

pemeringkatan kredit UKM ini disebut dengan Japan SME Rating. Untuk memperoleh jasa

ini, UKM di Jepang dapat mendaftarkan diri di perbankan yang menjadi partner Standard &

Poor’s di seluruh negeri sebagai mediator.

Di Pakistan, JCR - VIS Credit Rating Co Ltd. Didirikan oleh Japan Credit Rating Agency

Ltd dan Vital Information Services (PVT) Ltd (VIS), dan mulai beroperasi pada tahun 2007.

Lembaga ini merupakan lembaga di Pakistan yang pertama kali memberikan pemeringkatan

kredit kepada UMKM.

Di negara anggota ASEAN, beberapa negara telah mengimplementasikan Sistem

Pemeringkatan Kredit untuk UKM antara lain Vietnam dan Malaysia. Di Vietnam, pada

tahun 2006 Gubernur Bank Sentral Vietnam, State Bank of Vietnam (SBV) memberikan

wewenang kepada Credit Information Centre (CIC) yang berada di bawah koordinasi SBV

untuk mengimplementasikan analisis kredit dan pemeringkatan kredit terhadap perusahaan

di semua sektor, termasuk BUMN, Perseroan Terbatas, perusahaan swasta. CIC saat ini

sedang mempersiapkan pendirian Vietnam Credit Rating Company yang akan melaksanakan

analisa kredit dan memberikan jasa pemeringkatan kredit kepada perusahaan, menganalisa

dan memberikan peringkat surat berharga perusahaan dan menyediakan informasi kredit

untuk para pengguna.

Di Malaysia, SME Credit Bureau merupakan lembaga pemerintah yang didirikan

pada 3 Juni 2008 sebagai pusat data UMKM dan mengeluarkan jasa pemeringkatan kredit

yang independen bagi UMKM selain jasa credit reports. Tujuan SME Credit Bureau adalah

menyediakan informasi kredit yang lengkap dan dipercaya, sehingga dapat mendorong

akses UMKM kepada keuangan. Lembaga ini juga menyediakan fasilitas untuk membangun

dan meningkatkan creditworthiness UMKM, memberi kesempatan untuk perluasan bisnis

dan tukar menukar informasi dengan UMKM lainnya. Anggota SME Credit Bureau terdiri

dari lembaga keuangan, lembaga pemberi kredit dan UMKM dengan penjualan sampai

dengan RM 25 juta (kurang lebih setara Rp70 milyar, jika MYR 1 = IDR 2.800). Beberapa

lembaga yang berperan dalam pembentukan lembaga ini antara lain Bank Negara Malaysia

selaku Bank Sentral yang memberikan fasilitasi, Credit Guarantee Corporation Malaysia

yang berperan dalam penciptaan skema, dan Suruhanjaya Syarikat Malaysia yang berperan

dalam menyediakan informasi daftar perusahaan, termasuk laporan keuangan. Biaya

keanggotaan diberikan gratis tahun pertama dalam rangka mendorong lebih banyak

Page 31: KAJIAN MENGENAI PRASYARAT PEMBENTUKAN · PDF fileDirektorat Kredit, BPR dan UMKM 2009 i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat

Kajian Mengenai Prasyarat Pembentukan Credit Rating System untuk UMKM di Indonesia22

UMKM yang menjadi anggota SME Credit Bureau. Biaya ini berasal dari Credit Guarantee

Corporation Malaysia.

Masing-masing negara tersebut memiliki kriteria UMKM sendiri yang dapat diperingkat.

Di India, peringkat kredit diberikan kepada berbagai sektor termasuk manufaktur, jasa,

perdagangan, namun tidak termasuk Non Bank Financial Companies (NBFCs). Di Vietnam,

pemeringkatan kredit diberikan kepada semua sektor termasuk BUMN, perseroan terbatas,

joint-stock companies, perusahaan swasta, perusahaan asing & partnership, baik yang

listed di bursa maupun unlisted. Di Jepang, pemeringkatan kredit diberikan kepada unlisted

companies dengan penjualan tahunan JPY 1 milyar – JPY 10 milyar. Sedangkan di Pakistan,

pemeringkatan kredit diberikan kepada UMKM dengan kriteria aset, tenaga kerja atau

penjualan tahunan, yang mengacu pada ketentuan State Bank of Pakistan mengenai

Prudential Regulation for SME.

Model pemeringkatan kredit yang digunakan pada umumnya tetap mengacu pada

standar internasional dan diakui oleh lembaga otoritas di masing-masing negara maupun

lembaga internasional. Mengingat karakteristik UMKM yang berbeda dengan usaha yang

lebih besar, pada umumnya model yang digunakan untuk UMKM juga telah dilakukan

penyesuaian.

Page 32: KAJIAN MENGENAI PRASYARAT PEMBENTUKAN · PDF fileDirektorat Kredit, BPR dan UMKM 2009 i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat

Direktorat Kredit, BPR dan UMKM 2009

SISTEM PEMERINGKATAN KREDIT UNTUK UMKM DI INDIA

23

BAB III SISTEM PEMERINGKATAN KREDIT UNTUK UMKM DI INDIA

3.1. Latar Belakang

Perekonomian India pada tahun 2007/2008, di tengah terjadinya krisis global, masih

tumbuh sebesar 9%. Sumber pertumbuhan ekonomi India berasal dari sektor pertanian

yang tumbuh 4,5% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar 3,8%.

Selain itu juga didorong oleh sektor perindustrian, khususnya industri manufaktur yang

tumbuh sebesar 8,8% lebih rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya, dan sektor

jasa-jasa yang tumbuh sebesar 10,7% lebh rendah dibandingkan tahun sebelumnya sebesar

11,2%.

Sektor UMKM di India merupakan sektor yang terintegrasi dalam sektor manufaktur.

Sesuai dengan UU mengenai Pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (MSME

Development Act) tahun 2006, UMKM di India didefi nisikan berdasarkan jumlah investasi

pabrik dan mesin (plant and machinery) atau peralatan usaha yang dibedakan ke dalam dua

sektor yaitu sektor industri dan sektor jasa-jasa. Lihat Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Klasifi kasi UMKM di India

Klasifikasi Usaha

Jumlah investasi*

Sektor manufaktur(plant & machinery)

Sektor jasa-jasa(equipment)

Mikro s.d. USD 50.000 s.d. USD 20.000

Kecil USD 50.000 – USD 1 jt USD 20.000 – USD 0,4 jt

Menengah USD 1 jt – USD 2 jt USD 0,4 jt – USD 1 jt

Sumber : SIDBI *) USD 1 = INR 50

Khusus untuk sektor Usaha Mikro dan Kecil (UMK) di India meliputi lebih dari 13 juta

yang terdaftar dan 18 juta UMK yang tidak terdaftar (sektor informal). Sektor ini memainkan

peran yang penting dalam perekonomian, khususnya di sektor industri, dimana sektor UMK

menyumbang 39% dari output sektor industri dan 31% dari ekspor nasional. Sektor UMK

menyerap 32,22 juta tenaga kerja yang tersebar di 13,36 juta unit usaha. Selama tahun

2007/2008, sektor UMK tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan sektor

industri dan PDB. Lihat Tabel 3.2.

Page 33: KAJIAN MENGENAI PRASYARAT PEMBENTUKAN · PDF fileDirektorat Kredit, BPR dan UMKM 2009 i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat

Kajian Mengenai Prasyarat Pembentukan Credit Rating System untuk UMKM di Indonesia24

Tabel 3.2. Kinerja UMK di India

Tahun Jml unitPertumbuhan

Produksi(%)

Pertumbuhan sektor industri

Pertumbuhan PDB (%)

Share thd

ekspor(%)

Penyerapan tenaga kerja

2005/06 12,34 jt 12,3 8 9 32,9 29,98 jt

2006/07 12,84 jt 12,6 10,6 9,6 31,2 31,25 jt

2007/08 13,36 jt 13 8,1 9 NA 32,22 jt

Sumber : SIDBI annual report, 2008, diolah

Dalam cakupan yang lebih besar, yaitu sektor UMKM juga menunjukkan kinerja

serupa. Sektor UMKM mencakup 95% dari total sektor industri, menyumbang kepada

ekspor nasional sebanyak 38%, produksi sektor industri sebanyak 40%, serta menyerap

tenaga kerja sebanyak 42 juta pekerja. Sumbangan UMKM di India terhadap GDP sekitar

17% pada tahun 2009, yang diharapkan akan tumbuh menjadi 22% menjelang tahun

2012. Pertumbuhan sektor industri kecil tercatat sebesar 12,32%.

Namun demikian, kredit kepada UMKM masih terbatas. Kredit dari bank kepada sektor

UMK, yang merupakan bagian yang dominan dalam kredit kepada sektor non-farm, hanya

sebesar 10,9% dan 13,4% dari Adjusted Net Banking Credit (ANBC) bank pemerintah dan

bank swasta (Data Per Maret 2008). Beberapa penyebab terbatasnya aliran kredit kepada

UMKM di India menurut SMERA adalah:

a. Risk averseness, sektor UMKM berkonotasi dengan risiko sehingga bank enggan

membiayai UMKM.

b. Information asymmetry, yaitu informasi yang tidak sama antara UMKM dengan bank.

Kalaupun informasi tersebut ada, kurang dapat diandalkan karena berbagai permasalahan

manajerial UMKM yang terbatas.

c. Alternate avenue, dimana bank memiliki alternatif pembiayaan lain yang menguntungkan

misalnya pembiayaan infrastuktur.

d. Lack of credit appraisal, risk management and monitoring tools, yakni kurangnya

kemampuan bank dalam analisis kredit, manajemen risiko dan alat-alat monitoring kredit

UMKM.

e. Contract enforcement difficulty.

Perbankan di India masih konservatif dalam melakukan pembiayaan kepada UMKM,

dalam arti enggan melakukan pembiayaan jika tidak ada jaminan fi sik. Ditambah lagi adanya

pandangan bahwa petugas bank akan bertanggung jawab atas kinerja kredit nasabah yang

memburuk. Hal ini dapat menjadi faktor penghambat aliran kredit kepada UMKM, terutama

jika perbankan tidak mengetahui kredibilitas UMKM yang mengajukan kredit. Padahal

Page 34: KAJIAN MENGENAI PRASYARAT PEMBENTUKAN · PDF fileDirektorat Kredit, BPR dan UMKM 2009 i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat

Direktorat Kredit, BPR dan UMKM 2009

SISTEM PEMERINGKATAN KREDIT UNTUK UMKM DI INDIA

25

UMKM mempunyai kebutuhan agar dapat memperoleh kredit secara cepat, dengan jumlah

yang tepat, bunga yang wajar dan persyaratan jaminan yang lebih ringan.

Untuk mendorong dan memberikan comfort level perbankan dalam melakukan

pembiayaan kepada UMKM maka pemerintah India berinisiatif membentuk lembaga

pemeringkat kredit khusus untuk UMKM. Adanya opini dari pihak ketiga yang independen

mengenai creditworthiness UMKM, diharapkan dapat mendorong perbankan tidak ragu-

ragu dalam membiayai UMKM. Inisiatif ini merupakan bagian dari berbagai program

pemerintah India dalam pengembangan UMKM lainnya misalnya program penjaminan

kredit, penetapan porsi kredit perbankan kepada sektor prioritas, termasuk UMKM, dll.

Lembaga pemeringkat kredit khusus untuk UMKM dianggap akan memberikan

dorongan kepada perbankan dalam menyalurkan kredit kepada UMKM. Selain itu juga,

dengan adanya lembaga tersebut akan memberikan beberapa keuntungan antara lain berupa

pendekatan yang lebih khusus kepada UMKM dan pemahaman yang lebih baik mengenai

karakteristik UMKM. Dengan pemahaman yang lebih baik maka diharapkan lembaga

ini akan dapat menyusun model pemeringkatan kredit yang sesuai dengan karakteristik

UMKM, yang memang tidak sama dengan karakteristik usaha yang lebih besar.

3.2. Pendirian Credit Rating System untuk UMKM (SMERA)

Pendirian Small and Medium Enterprise Rating Agency (SMERA) merupakan inisiatif

Pemerintah India dalam rangka meningkatkan kredit kepada UMKM. Pendirian SMERA

melibatkan berbagai pihak baik donor, regulator maupun perbankan. Inisiasi pendirian

SMERA dilakukan pada 2002-2003 melalui SME Financial Development Project (SMEFDP)

dan mendapatkan dukungan dari beberapa lembaga internasional yaitu World Bank, DFID

UK, dan GTZ, Jerman. Selain SMERA, melalui project ini, Pemerintah India juga mendirikan

credit information bureau yaitu Credit Information Bureau of India Limited (CIBIL).

Sebagai implementing agency dalam pendirian SMERA adalah Small Industries

Development Bank of India (SIDBI). SIDBI adalah lembaga keuangan milik Pemerintah yang

mempunyai tugas melakukan pengembangan UMKM, sehingga SIDBI sebagai lembaga

merupakan lembaga yang paling kredibel dalam pengembangan UMKM di India dan

memahami permasalahan dan karakteristik UMKM. Selain itu, pendirian SMERA juga

melibatkan Dun & Bradstreet (D&B) yang telah berpengalaman selama 165 tahun secara

lintas negara di bidang business information. D&B mulai beroperasi di India pada tahun

1995. D&B memiliki kemampuan dan pengalaman dalam teknologi, jasa pemeringkatan dan

memiliki commercial database berbagai sektor usaha. Data ini, baik data keuangan maupun

data non keuangan, sangat berharga dalam penyusunan model pemeringkatan kredit yang

Page 35: KAJIAN MENGENAI PRASYARAT PEMBENTUKAN · PDF fileDirektorat Kredit, BPR dan UMKM 2009 i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat

Kajian Mengenai Prasyarat Pembentukan Credit Rating System untuk UMKM di Indonesia26

dapat diandalkan dan sesuai dengan kebutuhan perbankan. Selain dari D&B, database juga

didapatkan dari SIDBI dan perbankan. Selain itu D&B juga menyediakan technology platform

yang digunakan dalam penyusunan model pemeringkatan kredit SMERA.

Lebih jauh lagi, Pemerintah India juga melakukan komunikasi dan koordinasi dengan

perbankan selaku stakeholders utama SMERA. Hal ini dimaksudkan untuk menjamin

penerimaan perbankan terhadap hasil pemeringkatan kredit oleh SMERA. Bahkan beberapa

perbankan juga menjadi pemilik saham SMERA. Perbankan menghendaki ketepatan

parameter pemeringkatan kredit, oleh karena itu lembaga yang kredibel menjadi persyaratan

utama agar diterima oleh perbankan karena lembaga tersebut akan senantiasa menerapkan

standar yang baik dalam melaksanakan tugasnya.

Pendirian SMERA sendiri secara resmi dilakukan pada September 2005. SMERA

merupakan satu-satunya lembaga pemeringkat kredit di India yang khusus menyediakan

jasa pemeringkatan kredit untuk UMKM. Saham SMERA dimiliki oleh SIDBI (yang merupakan

lembaga keuangan milik Pemerintah), Dun & Bradsteet dan 11 bank baik bank pemerintah,

bank swasta nasional maupun bank asing. Lihat Tabel 3.3.

Tabel 3.3. Pemegang Saham SMERA

Shareholders Shareholders

1 Small Industries Development Bank of India (SIDBI)

8 Oriental Bank of Commerce

2 Dun & Bradstreet Information Services India Private Limited (D&B)

9 Punjab National bank

3 State Bank of India 10 Standar Chartered Bank

4 Bank of Baroda 11 Union Bank of India

5 Bank of India 12 Canara Bank

6 Citicorp Finance India Ltd. 13 Indian Bank

7 ICICI Bank

www.smera.in

Di India beberapa lembaga pemeringkat kredit yang sudah ada sebelumnya antara

lain CRISIL, Dun & Bradstreet, CARE, dll. Namun belum ada lembaga pemeringkat kredit

yang khusus melayani UMKM. Adanya lembaga pemeringkat kredit khusus UMKM memberi

beberapa keuntungan antara lain:

a. Lembaga pemeringkat melakukan penilaian risiko dan penilaian creditworthiness

UMKM.

b. Memiliki data base yang memadai mengenai UMKM.

c. Memiliki pendekatan yang fokus kepada UMKM.

Page 36: KAJIAN MENGENAI PRASYARAT PEMBENTUKAN · PDF fileDirektorat Kredit, BPR dan UMKM 2009 i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat

Direktorat Kredit, BPR dan UMKM 2009

SISTEM PEMERINGKATAN KREDIT UNTUK UMKM DI INDIA

27

Keuntungan-keuntungan ini bersumber dari pertimbangan bahwa UMKM memiliki

karakteristik sendiri yang berbeda dengan usaha yang lebih besar. Sehingga memerlukan

metodologi yang berbeda pula.

Upaya mempromosikan SMERA sebagai lembaga baru setelah pendiriannya menjadi

tidak kalah penting karena harus dilakukan banyak sosialisasi dan edukasi kepada stakeholders

dalam rangka meningkatkan awareness dan meyakinkan stakeholders mengenai manfaat

pemeringkatan kredit UMKM baik untuk UMKM sendiri maupun perbankan dalam

membantu meningkatkan akses UMKM kepada pembiayaan. Upaya ini membutuhkan

waktu (+2 – 2,5 tahun) dan membutuhkan dana yang tidak sedikit. Untuk kegiatan ini,

SMERA mendapatkan bantuan dari World Bank. Selain itu, model pemeringkatan SMERA

juga harus mendapatkan validasi dari perbankan. Sehingga model pemeringkatan kredit

dan parameter yang dikeluarkan harus cukup akurat dalam mengukur tingkat gagal bayar

debitur UMKM, dan sesuai dengan kebutuhan perbankan. Oleh karena itu SMERA melakukan

kerjasama dengan perbankan dalam pengujian model pemeringkatan kreditnya.

Peringkat kredit dari lembaga pemeringkat kredit eksternal bagi perbankan dapat

menjadi faktor pelengkap karena perbankan India telah menerapkan internal rating kepada

calon debiturnya. Peringkat kredit yang baik dari lembaga independen bagi bank akan

memberikan beberapa keuntungan sebagai berikut:

a. Memberi tambahan kenyamanan (comfort) dan keyakinan (confidence) perbankan dalam

memberikan kredit kepada UMKM.

b. Merupakan pelengkap dan pendukung (supplements and supports) dalam memutuskan

permohonan kredit.

c. Hasil peringkat merupakan penilaian yang independen dan obyektif dari lembaga

eksternal.

d. Proses pemeringkatan sesuai dengan norma-norma dalam ketentuan Basel II.

Bagi UMKM, pemeringkatan kredit dari lembaga independen akan memberikan beberapa

keuntungan sbb.:

a. Memberikan masukan bagi UMKM mengenai keunggulan dan kelemahannya.

b. Memberi kesempatan bagi UMKM yang memiliki peringkat baik untuk mendapatkan

syarat-syarat kredit yang menguntungkan baginya, misalnya beberapa bank bersedia

memberikan keringanan bunga antara 0,5% s.d. 1,5%.

c. UMKM yang diperingkat memperoleh D&B D-U-N-S Number yang telah dikenal secara

internasional sebagai angka identitas suatu perusahaan

Manfaat pemeringkatan kredit bagi UMKM dinyatakan secara jelas oleh salah satu

pengusaha yang dikunjungi dalam program ini dan mendapatkan peringkat dari SMERA

(SMI Coated Products Pvt. Ltd.). Manfaat tersebut antara lain dengan peringkat kredit

dari SMERA secara otomatis UMKM juga mendapatkan yang memudahkan UMKM dalam

Page 37: KAJIAN MENGENAI PRASYARAT PEMBENTUKAN · PDF fileDirektorat Kredit, BPR dan UMKM 2009 i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat

Kajian Mengenai Prasyarat Pembentukan Credit Rating System untuk UMKM di Indonesia28

melakukan ekspor. Selain itu UMKM juga mendapatkan suku bunga yang lebih rendah

(0,5%) dari krediturnya. Peringkat kredit juga dimanfaatkan oleh UMKM untuk melakukan

perbaikan-perbaikan yang diperlukan dalam rangka meningkatkan kinerja perusahaan.

Sementara itu Bank of Baroda sebagai pengguna hasil pemeringkatan kredit

UMKM menyatakan bahwa peringkat kepada UMKM dari lembaga independen memberi

tambahan keyakinan bank dalam pembiayaan kepada UMKM dan dapat membantu bank

mempertahankan kualitas kredit yang disalurkan. Bank of Baroda telah memiliki internal

rating sendiri, namun tetap memberi pengakuan pada peringkat kredit yang dikeluarkan

oleh SMERA karena menganggap bahwa peringkat oleh SMERA memiliki parameter yang

tepat. Lebih jauh, Bank of Baroda bersedia memberikan keringanan bunga bagi UMKM

yang memiliki peringkat baik. Hal yang serupa juga dinyatakan oleh Bank of India.

3.3. Aspek Operasional Sistem Pemeringkatan Kredit untuk UMKM

3.3.1. UMKM yang Diperingkat

UMKM yang diperingkat adalah UMKM yang berasal dari sektor manufaktur,

jasa maupun perdagangan. Pada umumnya UMKM tersebut merupakan UMKM yang

sudah pernah berhubungan dengan bank, namun dengan peringkat kredit UMKM

tersebut dapat memperoleh keuntungan berupa penurunan bunga dari bank apabila

peringkatnya baik. Selain itu, pemeringkatan juga tidak dilakukan terhadap UMKM

yang merupakan usaha baru. Hal ini disebabkan oleh karena pemeringkatan kredit

memerlukan database pada periode sebelumnya (historical data).

3.3.2. Kelembagaan

Lembaga pemeringkat khusus UMKM di India didirikan dengan fasilitasi

pemerintah (melalui SIDBI) bersama dengan D&B, sebuah perusahaan penyedia

informasi bisnis global, dan perbankan di India. Beberapa lembaga pemeringkat lain

yang merupakan lembaga yang terafi liasi dengan lembaga pemeringkat global seperti

Credit Rating Information Services of India Limited (CRISIL) yang terafi liasi dengan

Standard & Poor’s, atau merupakan lembaga pemeringkat lokal seperti Credit Analysis

& Research Limited (CARE) juga melakukan Pemeringkatan kepada UMKM.

Page 38: KAJIAN MENGENAI PRASYARAT PEMBENTUKAN · PDF fileDirektorat Kredit, BPR dan UMKM 2009 i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat

Direktorat Kredit, BPR dan UMKM 2009

SISTEM PEMERINGKATAN KREDIT UNTUK UMKM DI INDIA

29

Namun satu-satunya lembaga yang secara khusus melakukan pemeringkatan

untuk UMKM saat ini adalah SMERA. Sebagai lembaga yang relatif baru, SMERA

melakukan kerjasama dengan 26 Bank/Asosiasi melalui penandatanganan

Memorandum of Understanding (MOU). MOU ini merupakan salah satu cara agar bank

menerima hasil pemeringkatan SMERA sebagai pelengkap dalam proses pengambilan

keputusan kredit kepada UMKM, dan memberikan insentif kepada UMKM yang

memiliki peringkat baik. Namun demikian bank yang tidak memiliki MOU dengan

SMERA juga mempertimbangkan peringkat oleh SMERA dalam analisis kreditnya.

SMERA memiliki kantor-kantor cabang di beberapa kota utama di India seperti

Mumbai, Chennai, Coimbatore, Bangalore, Delhi, Ahmedabad, Kolkata. Jumlah

pegawai kurang lebih 80 orang belum termasuk 50 orang koresponden di berbagai

daerah yang melakukan site verification. Bidang keahlian para analis SMERA meliputi

bidang keahlian perbankan, ekonomi dan industri. Struktur organisasi Operation

Departement SMERA lihat Gambar 3.1.

Gambar 3.1. Struktur Organisasi Operation Department SMERA

Sumber: SMERA

3.3.3. Prosedur Pemeringkatan

Prosedur pemeringkatan pada dasarnya terdiri dari beberapa langkah sbb.:

1. Permohonan dari UMKM

Permohonan wajib menggunakan format yang telah ditentukan dengan

melampirkan dokumen yang disyaratkan, disampaikan kepada lembaga

pemeringkat melalui kantor terdekat atau secara online melalui website.

Through the Ranks

Senior Business Analysts Industry Research Analysts

Rating Administration

Economic AnalystsBusiness Analysts

Professional al

Quality Manager

QC II Team

QC I Team

Junior Executives

Head Operations

Manager

Page 39: KAJIAN MENGENAI PRASYARAT PEMBENTUKAN · PDF fileDirektorat Kredit, BPR dan UMKM 2009 i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat

Kajian Mengenai Prasyarat Pembentukan Credit Rating System untuk UMKM di Indonesia30

Permohonan pemeringkatan dapat berasal dari rekomendasi bank atau

merupakan kehendak UMKM sendiri. Bank juga dapat melakukan permohonan

pemeringkatan untuk UMKM tertentu.

2. Kunjungan/wawancara dengan manajemen UMKM

Wawancara dengan manajemen dilakukan melalui tim analis lembaga

pemeringkat atau untuk SMERA dapat dilakukan melalui koresponden SMERA di

lokasi terdekat dengan UMKM tersebut. Penggunaan koresponden oleh SMERA

dimaksudkan untuk menekan biaya.

3. Analisis informasi dari UMKM oleh tim analis

Tim Analis berasal dari berbagai keahlian yaitu industri, perbankan dan ekonomi,

dan dapat merupakan pegawai organik atau melibatkan tenaga ahli dari luar.

4. Pemberian peringkat UMKM.

Peringkat UMKM ditetapkan dan dikirimkan kepada UMKM setelah UMKM

memberikan persetujuan atau verifi kasi informasi atas hasil analisis tersebut. Jika

pemeringkatan diajukan oleh bank maka peringkat tidak akan dipublikasikan

dan laporan akan disampaikan kepada bank, sedangkan kepada UMKM yang

dinilai akan dikirimkan sertifi kat hasil pemeringkatan saja.

Contoh proses pemeringkatan di SMERA lihat Gambar 3.2.

Gambar 3.2. Proses pemeringkatan oleh SMERA

Sumber: SMERA

Entity Rating

Rating Request SMERA Correspondents

Questionnaire

Request forInterview and

site visit

ROC Information

Third Party Data-e.g. Litigation Information

Conducts Site Visit and Interviews Management

IndustryAssessment

and Cluster Data

Entity

External Data

Documentation, Audited results and Certified Projection

Site VisitAssessment

Report

Documents Obtained

Rating Model

Rating Analyst

Rating Committee Final Rating &Dissemination

SMERA Database

Page 40: KAJIAN MENGENAI PRASYARAT PEMBENTUKAN · PDF fileDirektorat Kredit, BPR dan UMKM 2009 i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat

Direktorat Kredit, BPR dan UMKM 2009

SISTEM PEMERINGKATAN KREDIT UNTUK UMKM DI INDIA

31

Proses pemeringkatan pada umumnya berlangsung antara 4-6 minggu.

Peringkat pada umumnya valid selama 1 tahun, sepanjang tidak terjadi perubahan

kondisi UMKM secara drastis. Peringkat dimaksud tidak secara otomatis diperbaharui

oleh lembaga pemeringkat (one-time exercise) dan UMKM harus mengajukan

pembaharuan hasil kepada lembaga pemeringkat.

3.3.4. Data/Parameter dan Teknologi

Parameter pemeringkatan oleh SMERA meliputi 2 indikator yakni :

1. Indikator Skala Usaha (Size Indicator) – pemeringkatan dilakukan berdasarkan

skala dan segmen industri yang sama.

2. Indikator Penilaian Komposit (Composite Appraisal/Condition Indicator) –

penilaian komposit berdasarkan parameter keuangan dan non keuangan.

Pemeringkatan UMKM dilakukan berdasarkan pada skala usaha sehingga

tiap UMKM akan dievaluasi diantara UMKM yang memiliki skala usaha sama (peer

evaluation), untuk memastikan agar perusahaan skala yang lebih kecil tidak akan

dirugikan.

Parameter aspek keuangan dan aspek non keuangan lihat Gambar 3.3.

Gambar 3.3. Parameter Peringkat UMKM oleh SMERA

Sumber: SMERA

Penilaian terhadap aspek keuangan meliputi beberapa rasio sbb.:

1. Solvency ratio : current ratio, quick ratio, A/C payable days, collection period

(days)

2. Liquidity ratio : sales to assets, sales to net working capital

3. Profitability ratio : Interest coverage ratio, debt-equity ratio, fixed assets to

networth

4. Activity ratio : operating profit ratio, net profit margin ratio, return on networth,

return on capital employed

Rating Factor Scheme

Financial

Marketing Network

Industry and Macro-Economic Assessment

Legal Issues

Management Quality

Location Advantage

Current Ratioe.g. Debt-Equity RONW AssetTurn over

ActivityRatios

Profi tabillityRatios

LiquidityRatios

SolvencyRatios

Non-Financial

Page 41: KAJIAN MENGENAI PRASYARAT PEMBENTUKAN · PDF fileDirektorat Kredit, BPR dan UMKM 2009 i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat

Kajian Mengenai Prasyarat Pembentukan Credit Rating System untuk UMKM di Indonesia32

Sedangkan aspek non keuangan meliputi antara lain beberapa rasio sbb. :

1. Kualitas manajemen

Kualitas manajemen menjadi penting dalam penilaian rating UMKM karena tidak

seperti usaha besar, kinerja UMKM seringkali tergantung pada kompetensi si

pengelola, termasuk melihat bagaimana hubungan UMKM dengan pemasok dan

pelanggan.

2. Location advantage

3. Jaringan pemasaran

4. Legal issues

5. Penilaian terhadap kinerja industri dan kondisi makro ekonomi

Selain itu, lembaga pemeringkat juga akan mempertimbangkan informasi dari

kreditur bank mengenai UMKM yang bersangkutan.

Parameter-parameter tersebut diolah dengan model pemeringkatan yang

technology platform-nya disediakan oleh D&B. Model pemeringkatan untuk UMKM

memiliki karakteristik yang lebih sederhana dibandingkan dengan model untuk usaha

yang lebih besar. Hal ini disebabkan karena tidak terlalu banyak informasi dan data

yang tersedia di level UMKM.

Penyusunan model perlu mempertimbangkan kebutuhan, harapan dan

hambatan perbankan dalam penyaluran kredit UMKM dan bagaimana perbankan

melihat kebutuhan akan peranan lembaga pemeringkat independen dalam

pemeringkatan UMKM. Oleh karenanya sangat penting untuk membangun model

pemeringkatan yang tepat dan terus melakukan perbaikan model dari waktu ke

waktu. Dalam membangun model juga perlu terlebih dahulu dipastikan defi nisi UMKM

karena seringkali perbankan mempunyai defi nisi yang berbeda dengan Pemerintah.

3.3.5. Output/Hasil Pemeringkatan

Hasil pemeringkatan UMKM yang dikeluarkan oleh SMERA yaitu SME Rating,

mengacu pada SMERA, merupakan uraian mengenai beberapa hal sebagai berikut:

1. Fitur UMKM pada aspek keuangan dan non keuangan

2. Analisis mengenai faktor kekuatan dan kelemahan UMKM

3. Gambaran secara industri

4. Komentar mengenai hasil kunjungan ke lokasi UMKM

Peringkat dinyatakan dalam simbol-simbol tertentu dengan angka yang

menunjukkan penilaian komposit dari aspek keuangan dan non keuangan.

Selanjutnya mengingat pemeringkatan dilakukan dengan peer evaluation, maka hasil

Page 42: KAJIAN MENGENAI PRASYARAT PEMBENTUKAN · PDF fileDirektorat Kredit, BPR dan UMKM 2009 i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat

Direktorat Kredit, BPR dan UMKM 2009

SISTEM PEMERINGKATAN KREDIT UNTUK UMKM DI INDIA

33

pemeringkatan akan dinyatakan dalam simbol yang menandakan (1) Indikator skala

usaha dan (2) Indikator penilaian komposit. Lihat Tabel 3.4.

Tabel 3.4 Indikator Pemeringkatan UMKM oleh SMERA

Indikator Skala Usaha’(berdasarkan omset)*

Indikator Penilaian Komposit

A : USD 4 juta ke atas 1 : Tertinggi

B : USD 1 juta – USD 4 juta 2 : Tinggi

C : USD 20.000 – USD 1 juta 3 : Diatas rata-rata

D : < USD 20.000 4 : Rata-rata

5 : Dibawah rata-rata

6 : Tidak memadai (Indequate)

7 : Rendah

8 : Terendah

*) USD 1 = INR 50

Sumber: www.smera.in

Dengan demikian peringkat yang dinyatakan dengan simbol “SMERA D1”

mempunyai arti UMKM dengan omset kurang dari USD 20.000, diberikan peringkat

tertinggi untuk indikator kompositnya.

Simbol ini merupakan hasil pemeringkatan dengan “SME Rating” yang

tidak mendapatkan subsidi dari Pemerintah. Selain “SME Rating” ini, SMERA juga

menerapkan skema rating dengan subsidi pemerintah yang ditujukan untuk Small

Scale Industry (SSI) unit. Lihat sub bab mengenai “Skema peringkat khusus bersubsidi

Pemerintah (Performance & Credit Rating Scheme)”.

Sampai dengan saat ini, SMERA telah melakukan pemeringkatan terhadap

4.000 UMKM, dimana sekitar 25% dari klien SMERA menerima persyaratan kredit

yang lebih menguntungan dari krediturnya. Distribusi UMKM yang telah diperingkat

lihat Tabel 3.5.

Page 43: KAJIAN MENGENAI PRASYARAT PEMBENTUKAN · PDF fileDirektorat Kredit, BPR dan UMKM 2009 i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat

Kajian Mengenai Prasyarat Pembentukan Credit Rating System untuk UMKM di Indonesia34

Tabel 3.5. Distribusi UMKM yang Diperingkat SMERA Berdasarkan Industrinya

INDUSTRI %

Auto Ancillary 6,8

Chemical 3,5

Electrical & Engineering goods 20,3

Food and Agro 3,8

IT & ITES 3,1

Manufacturing - Sundry 13,7

Mechanical 3,6

Metals & Metal Products 6,1

Others 13,9

Paper and packaging 3,5

Pharmaceutical 4,5

Plastic 6,9

Rubber 1,7

Textile 8,7

TOTAL 100

Sumber: SMERA

Jenis-jenis jasa pemeringkatan yang ditawarkan oleh SMERA adalah :

1. SME Ratings

2. NSIC-SMERA-D&B Ratings

3. New Enterprise Ratings, untuk usaha yang baru berjalan 1 tahun.

4. Greenfield Ratings untuk usaha baru, dan Brownfield Ratings untuk ekspansi usaha

yang dilakukan oleh perusahaan yang telah ada sebelumnya.

5. Microfinance Institutions Ratings, untuk lembaga keuangan mikro

6. Portfolio Risk Analysis

7. Educational Institute Ratings.

Biaya pemeringkatan untuk skema rating non subsidi (SME Ratings) lihat Tabel 3.6.

Page 44: KAJIAN MENGENAI PRASYARAT PEMBENTUKAN · PDF fileDirektorat Kredit, BPR dan UMKM 2009 i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat

Direktorat Kredit, BPR dan UMKM 2009

SISTEM PEMERINGKATAN KREDIT UNTUK UMKM DI INDIA

35

Tabel 3.6. Biaya Pemeringkatan untuk Skema Peringkat SMERA Non Subsidi

Kategori

(Omset)*Biaya Pajak Total Biaya

< USD 100.000 USD 600 USD 61,8 USD 661,8

USD 100.000 – USD 400.000 USD 720 USD 74,16 USD 794,16

>USD 400.000 USD 960 USD 98,88 USD 1.058,88

3.3.6. Skema Peringkat Khusus Bersubsidi Pemerintah (Performance & Credit

Rating Scheme)

Biaya pemeringkatan bagi UMKM dapat menjadi kendala. Oleh karenanya

Pemerintah India merumuskan skema bersubsidi khusus untuk UMKM khususnya

industri skala kecil yaitu ”Performance & Credit Rating Scheme for Small Industries”.

Skema ini tidak hanya menilai creditworthiness, namun juga melakukan penilaian

terhadap kinerja UMKM. Penilaian terhadap aspek financial strength dilakukan dalam

3 skala (1 s.d. 3) sedangkan penilaian terhadap performance capability diukur dalam

5 kategori (1 s.d. 5). Parameter mencakup parameter risiko operasional, keuangan,

usaha dan risiko manajemen. Skala pemeringkatan dengan skema ini terdiri dari 15

skala dan merupakan simbol posisi relatif UMKM satu dengan UMKM lainnya. Matriks

skala peringkat lihat Tabel 3.7.

Tabel 3.7. Skala Peringkat : Performance & Credit Rating Scheme

*) USD 1 = INR 50Sumber: SMERA

Financial strength

High Moderate Low

Perf

orm

ance

ca

pab

ility

Highest SE 1A SE 1B SE 1C

High SE 2A SE 2B SE 2C

Moderate SE 3A SE 3B SE 3C

Weak SE 4A SE 4B SE 4C

Poor SE 5A SE 5B SE 5C

Skema ini dijalankan melalui satu lembaga milik Pemerintah yaitu National Small-

Scale Industry Company (NSIC). Skema ini dilaksanakan melalui beberapa lembaga

pemeringkat kredit yaitu CARE, CRISIL, Dun & Bradstreet, FITCH, ICRA, ONICRA dan

SMERA. Dengan demikian, UMKM dapat bebas menentukan lembaga yang diinginkan,

Sumber: www.smera.in

Page 45: KAJIAN MENGENAI PRASYARAT PEMBENTUKAN · PDF fileDirektorat Kredit, BPR dan UMKM 2009 i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat

Kajian Mengenai Prasyarat Pembentukan Credit Rating System untuk UMKM di Indonesia36

namun tetap dapat memperoleh subsidi pemerintah. Peringkat yang dikeluarkan oleh

tiap lembaga pemeringkat harus menyatakan kata NSIC. Sehingga peringkat yang

dikeluarkan oleh misalnya ICRA, disebut dengan “NSIC-ICRA Performance and Credit

Rating”.

Biaya pemeringkatan oleh masing-masing lembaga pemeringkat dapat

berbeda-beda karena memang setiap lembaga memiliki struktur biaya yang berbeda-

beda. Dengan demikian besarnya biaya yang dikenakan kepada UMKM dapat

berbeda-beda untuk setiap lembaga pemeringkat. Adapun besarnya subsidi oleh

pemerintah ditetapkan sebesar 75% dari biaya dengan penetapan maksimal sebesar

jumlah nominal tertentu. Lihat Tabel 3.8.

Tabel 3.8. Subsidi Biaya Pemeringkatan dengan Performance & Credit Rating Scheme

Omset* Biaya yang dapat direimburse kepada Pemerintah

s.d. USD 100.000 75% dari biaya rating, dgn jumlah maksimum USD 500

>USD 100.000 –USD 400.000 75% dari biaya rating, dgn jumlah maksimum USD 600

>USD 400.000 75% dari biaya rating, dgn jumlah maksimum USD 800

Subsidi pemerintah diberikan melalui NSIC setelah pendaftaran laporan

pemeringkatan kepada NSIC oleh masing-masing lembaga. Jumlah biaya yang menjadi

beban UMKM dibayarkan pada saat pendaftaran kepada lembaga pemeringkat. Dalam

hal pemeringkatan tidak dapat dilaksanakan karena tidak lengkapnya informasi dari

UMKM maka 50% dari biaya tersebut akan dikembalikan.

Dalam hal UMKM mengajukan pembaharuan peringkat, maka Pemerintah

India mengajurkan agar biaya pemeringkatan yang dikenakan berkisar sekitar 25% dari

biaya pemeringkatan di lembaga tersebut. Dengan demikian beban yang ditanggung

UMKM akan kurang lebih sama dengan biaya skema pemeringkatan bersubsidi. Hal

yang mendasari argumen ini adalah karena lembaga pemeringkat telah memiliki data

dasar mengenai UMKM tersebut, sehingga pencarian data/informasi tidak dimulai

dari nol, dan dengan demikian biaya yang dikeluarkan akan lebih kecil.

*) I USD = INR 50 Sumber: NSIC

Page 46: KAJIAN MENGENAI PRASYARAT PEMBENTUKAN · PDF fileDirektorat Kredit, BPR dan UMKM 2009 i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat

Direktorat Kredit, BPR dan UMKM 2009

SISTEM PEMERINGKATAN KREDIT UNTUK UMKM DI INDIA

37

3.4. Prasyarat Pembentukan Sistem Pemeringkatan Kredit UMKM

Implementasi Sistem Pemeringkatan Kredit UMKM di Negara India menekankan

bahwa pendirian sistem pemeringkatan kredit untuk UMKM harus dapat diterima oleh

pasar. Untuk itu, pembentukan sistem pemeringkatan kredit untuk UMKM membutuhkan

berbagai prasyarat sebagai berikut :

1. Keterlibatan dan dukungan perbankan.

Dukungan perbankan sangat diperlukan mengingat peran perbankan merupakan

pengguna utama dalam rangka meningkatkan akses UMKM kepada kredit. Dalam hal

ini, perbankan dapat berperan sebagai stakeholders maupun shareholders lembaga

pemeringkat. Selain itu, dukungan perbankan dalam bentuk keringanan dalam persyaratan

kredit (seperti pengenaan suku bunga yang lebih rendah) akan dapat menjadi insentif bagi

UMKM untuk memanfaatkan jasa pemeringkatan. Mengingat peran penting perbankan,

maka harus dilakukan identifi kasi kebutuhan, harapan dan hambatan perbankan dalam

penyaluran kredit UMKM, dan bagaimana perbankan melihat kebutuhan akan peranan

lembaga pemeringkat independen dalam pemeringkatan UMKM.

2. Dukungan teknologi dari lembaga yang reliable, yaitu adanya mitra yang menguasai

teknologi pemeringkatan dan memahami karakteristik UMKM (technology partner).

Aspek teknologi sangat penting dalam pembentukan model yang baik. Terkait dengan

hal tersebut, data base mengenai UMKM yang meliputi aspek keuangan maupun

non keuangan di berbagai sektor juga sangat penting untuk diketahui dalam rangka

mengidentifi kasi parameter yang tepat untuk digunakan dalam model. Ketepatan

parameter pemeringkatan akan menentukan kehandalan model dalam memprediksi

creditworthiness UMKM yang dinilai. Oleh karenanya sangat penting untuk memiliki mitra

yang menguasai teknologi pemeringkatan dan data yang diperlukan dalam membangun

model pemeringkatan yang tepat. Model ini perlu terus dievaluasi dari waktu ke waktu.

Dalam membangun model juga perlu terlebih dahulu dipastikan defi nisi UMKM karena

seringkali perbankan mempunyai defi nisi yang berbeda dengan Pemerintah.

3. Dukungan pemerintah dalam bentuk pemberian subsidi.

Mengingat faktor biaya dapat menjadi kendala bagi UMKM, maka diperlukan dukungan

pemerintah berupa penyediaan skema khusus bersubsidi untuk UMKM. Dalam hal

ini, Pemerintah terlebih dahulu harus memiliki pemahaman dan keyakinan mengenai

manfaat pemeringkatan kredit dalam membantu UMKM mengakses pembiayaan.

Page 47: KAJIAN MENGENAI PRASYARAT PEMBENTUKAN · PDF fileDirektorat Kredit, BPR dan UMKM 2009 i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat

Kajian Mengenai Prasyarat Pembentukan Credit Rating System untuk UMKM di Indonesia38

4. Dukungan dari Bank Sentral sebagai otoritas perbankan.

Sebagai otoritas yang mengatur sektor perbankan, dukungan Bank Sentral diberikan

melalui penerbitan master circular kepada perbankan untuk mempertimbangkan

peringkat UMKM oleh lembaga pemeringkat dengan skema khusus. Himbauan ini

merupakan guideline bagi perbankan dalam rangka penyaluran kredit kepada UMKM

dan merupakan prasyarat penting agar model pemeringkatan dapat diterima oleh

perbankan.

5. Kegiatan edukasi secara luas kepada stakeholders.

Kegiatan edukasi kepada stakeholders secara luas diantaranya terhadap asosiasi

pengusaha UMKM, perbankan, dan instansi pemerintah terkait, perlu dilakukan

sejak awal pembentukan Credit Rating System melalui kegiatan seminar, workshop,

pertemuan-pertemuan dengan stakeholders. Kegiatan edukasi terutama ditekankan

pada aspek manfaat pemeringkatan bagi UMKM dan bank dalam meningkatkan akses

kepada pembiayaan. Keberhasilan kegiatan edukasi pada akhirnya akan mendorong

UMKM untuk memanfaatkan jasa pemeringkatan dan penerimaan perbankan dan

stakeholders lain mengenai konsep peringkat kredit UMKM. Di awal pembentukan sistem

pemeringkatan kredit sangat penting dilakukan kemitraan dengan sebanyak mungkin

stakeholders.

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, dianalisis prasyarat pembentukan Sistem

Pemeringkatan Kredit UMKM di Indonesia dengan berbasis pada kondisi yang diharapkan

dan kondisi yang ada di Indonesia, untuk melihat apakah ada gap antara kedua kondisi

tersebut. Selanjutnya dilakukan identifi kasi upaya-upaya/strategi yang perlu dilaksanakan

agar kondisi yang diharapkan dapat tercapai.

Page 48: KAJIAN MENGENAI PRASYARAT PEMBENTUKAN · PDF fileDirektorat Kredit, BPR dan UMKM 2009 i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat

Direktorat Kredit, BPR dan UMKM 2009

ANALISIS PRASYARAT PEMBENTUKAN SISTEM PEMERINGKATAN KREDIT UNTUK UMKM DI INDONESIA

39

BAB IVANALISIS PRASYARAT PEMBENTUKAN SISTEM PEMERINGKATAN

KREDIT UNTUK UMKM DI INDONESIA

Analisis prasyarat pembentukan Sistem Pemeringkatan Kredit UMKM di Indonesia

dilakukan berdasarkan pada prognosa bahwa pendirian lembaga baru yang memberikan

rating khusus untuk UMKM harus dapat diterima oleh pasar. Dengan tujuan akhir (end)

terbentuknya Sistem Pemeringkatan Kredit UMKM di Indonesia yang dapat diterima oleh

pasar tersebut, maka strategi yang dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan

berdasarkan analisis terhadap kondisi saat ini dan strategi (means) yang dapat dilakukan agar

tujuan akhir dapat tercapai. Analisis dilakukan pada masing-masing prasyarat sebagaimana

telah disebutkan pada Bab 3.4.

4.1. Keterlibatan dan Dukungan Perbankan

Saat ini kewajiban bagi bank untuk menerapkan manajemen risiko diatur dalam PBI No.

5/8/PBI/2003 tanggal 19 Mei 2003 sebagaimana telah diubah PBI No. 8/4/PBI/2006 tanggal

31 Januari 2006 dan PBI No. 11/15/PBI/2009 tanggal 1 Juli 2009. Salah satu risiko yang harus

di-cover dalam manajemen risiko adalah risiko kredit, dimana dalam risiko ini mencakup

risiko yang bersumber dari aktivitas fungsional bank seperti perkreditan (penyediaan dana),

tresuri dan investasi dan pembiayaan perdagangan. Implementasi manajemen risiko oleh

bank wajib disesuaikan dengan tujuan, kebijakan usaha, ukuran dan kompleksitas usaha

serta kemampuan bank. Pendekatan yang dapat digunakan dalam mengukur risiko dapat

menggunakan pendekatan standar (standardized approach) sebagaimana direkomendasikan

oleh Basle Committee on Banking Supervision maupun dengan metode pengukuran yang

lebih advanced (internal model). Bank dapat menggunakan sistem dan metodologi statistic/

probabilistic untuk mengukur risiko, misalnya dengan credit scoring tools. Saat ini beberapa

bank umum telah memiliki internal scoring technique. Parameter risiko yang digunakan oleh

bank-bank tersebut disesuaikan dengan kebutuhan dan penilaian masing-masing bank.

Selain itu, saat ini di Indonesia juga terdapat infrastruktur pendukung yang dimiliki

oleh Bank Sentral maupun Pemerintah yang dapat membantu mengurangi asymmetric

information maupun menjembatani akses UMKM kepada keuangan. Lembaga tersebut

antara lain Credit Bureau dan lembaga penjaminan kredit.

Page 49: KAJIAN MENGENAI PRASYARAT PEMBENTUKAN · PDF fileDirektorat Kredit, BPR dan UMKM 2009 i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat

Kajian Mengenai Prasyarat Pembentukan Credit Rating System untuk UMKM di Indonesia40

Gambar 4.1. Analisis Prasyarat Pembentukan Sistem Pemeringkatan Kredit UMKM : Keterlibatan dan Dukungan Perbankan

Terkait dengan tujuan akhir terbentuknya Sistem Pemeringkatan Kredit UMKM,

perbankan sebagai stakeholders utama dari Sistem Pemeringkatan Kredit UMKM diharapkan

bersedia untuk menggunakan peringkat kredit UMKM yang dihasilkan oleh lembaga

pemeringkat eksternal dan merasa confident dengan parameter yang digunakan. Penilaian

risiko kredit secara lebih baik diharapkan dapat mendorong perbankan memberikan

keputusan kredit tidak semata-mata berdasarkan pada aspek agunan, karena asymmetric

information telah direduksi melalui credit rating. Dengan demikian UMKM yang creditworthy

namun tidak memiliki agunan dapat memperoleh kredit.

Sebagaimana di India, lembaga ini idealnya dimiliki secara bersama oleh beberapa

bank sebagai stakeholders utama, agar perbankan mendukung keberadaan lembaga ini dan

memanfaatkan jasa pemeringkatan yang diberikan. Selain itu, sustainability dan kemandirian

lembaga pemeringkat diharapkan dapat terjaga dalam jangka panjang sehingga lembaga

ini perlu menjaga profi tabilitas dan efi siensi usahanya. Oleh karena itu bentuk badan usaha

perlu dikaji agar dapat mendukung tujuan tersebut. Bank Pemerintah diharapkan menjadi

Kondisi saat ini• Terdapat ketentuan

manajemen risiko• Perbankan menggunakan

pendekatan & parameter yg berbeda

Strategi• Peningkatan awareness

dan penyamaan persepsi melalui kegiatan edukasi

Kondisi yang diinginkan• Perbankan memanfaatkan

lembaga pemeringkat kredit eksternal dalam menilai creditworthiness UMKM

Kondisi saat ini• Parameter perbankan

untuk creditworhiness UMKM berbeda-beda

Strategi• Diskusi dan evaluasi

bersama

Kondisi yang diinginkan• Perbankan confident

dg parameter lembaga pemeringkat

Kondisi saat ini• Persetujuan kredit lebih

mengutamakan agunan

Strategi• Reduksi asymmetric

information melalui pemeringkatan kredit

Kondisi yang diinginkan• Agunan hanya pelengkap

Kondisi saat ini• Infrastruktur pendukung

sektor keuangan dimiliki Pemerintah/Bank Sentral, misalnya Credit Bureau, Lembaga Penjamin Kredit, dll

Strategi• Lembaga pemeringkat

dimiliki perbankan, khususnya Bank pemerintah

• Perlu adanya ketentuan pendukung

Kondisi yang diinginkan• Sustainability &

kemandirian lembaga pemeringkat

• Dukungan perbankan thd keberadaan lembaga pemeringkat

Page 50: KAJIAN MENGENAI PRASYARAT PEMBENTUKAN · PDF fileDirektorat Kredit, BPR dan UMKM 2009 i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat

Direktorat Kredit, BPR dan UMKM 2009

ANALISIS PRASYARAT PEMBENTUKAN SISTEM PEMERINGKATAN KREDIT UNTUK UMKM DI INDONESIA

41

leading sector mengingat perannya sebagai perusahaan publik. Dukungan Pemerintah

dapat pula diberikan terutama pada awal pembentukan lembaga pemeringkat.

Sehubungan dengan hal-hal tersebut di atas, beberapa strategi yang perlu dilaksanakan

adalah:

1. Program edukasi kepada perbankan dalam rangka penyamaan persepsi mengenai

peranan lembaga pemeringkat eksternal dalam menjembatani akses UMKM kepada

keuangan sebagai pelengkap proses manajemen risiko oleh internal perbankan.

2. Mendorong perbankan pemerintah untuk menjadi shareholders lembaga pemeringkat.

Sehubungan dengan hal tersebut perlu diidentifi kasi perlu tidaknya ketentuan yang

terkait dengan kepemilikan bank pemerintah pada lembaga ini.

3. Dalam rangka mencapai kesepakatan mengenai parameter yang digunakan dalam

model pemeringkatan maka perlu dilakukan diskusi bersama antara perbankan, lembaga

pemeringkat dan Bank Sentral. Parameter tersebut kemudian perlu dievaluasi secara

terus menerus.

4.2. Dukungan Technology Partner

Penyusunan metode pemeringkatan memerlukan technology platform tertentu.

Oleh karena itu peran partner yang menguasai technology platform (vendor) tersebut

menjadi penting dalam menyusun metode pemeringkatan yang baik. Metode tersebut

harus sesuai untuk menilai creditworthiness UMKM dengan kaidah yang berlaku secara

internasional agar dapat pula dijadikan sebagai acuan bagi implementasi di level ASEAN.

Metode pemeringkatan ini diharapkan dapat dimanfaatkan secara optimal oleh perbankan

domestik dalam mendukung analisis kredit kepada UMKM, dan dapat menjadi benchmark

bagi perbankan domestik dalam penilaian creditworthiness UMKM

Saat ini beberapa potensi untuk terciptanya metode pemeringkatan yang baik telah

ada meliputi adanya sumber data base UMKM seperti Credit Bureau, perbankan, BPS, dll.

Selain itu, adanya lembaga pemeringkat di Indonesia juga bermanfaat untuk kemitraan di

masa depan, walaupun saat ini diketahui lembaga tersebut belum melakukan pemeringkatan

kepada UMKM.

Beberapa strategi yang perlu dilaksanakan adalah sebagai berikut:

1. Vendor yang dipilih diharapkan yang memahami karakteristik UMKM dan berpengalaman

dalam menyusun metode pemeringkatan UMKM. Oleh karena itu, terlebih dahulu perlu

pendefi nisan UMKM yang dapat diberikan peringkat secara jelas.

2. Penguasaan metode pemeringkatan oleh lembaga pemeringkat untuk mengurangi

Page 51: KAJIAN MENGENAI PRASYARAT PEMBENTUKAN · PDF fileDirektorat Kredit, BPR dan UMKM 2009 i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat

Kajian Mengenai Prasyarat Pembentukan Credit Rating System untuk UMKM di Indonesia42

ketergantungan kepada vendor. Metode pemeringkatan juga perlu terus dilakukan

evaluasi dan perbaikan untuk menjaga keakuratan pengukuran creditworthiness.

3. Perlu pendekatan dan kerja sama dengan berbagai pihak untuk secara bersama-sama

memanfaatkan database yang ada dalam penyusunan model pemeringkatan untuk

kepentingan UMKM Indonesia.

4. Perlu diatur mengenai aspek kerahasiaan data yang ada (anonymity). Hal ini dilakukan

untuk melindungi kerahasiaan data individual dan menghindari penyalahgunaan data.

5. Karena pemeringkatan kredit memiliki peran penting dalam sistem keuangan, maka

kualitas pemeringkatan harus dijaga, antara lain dengan menjaga reputasi lembaga

pemeringkat. Terkait dengan hal tersebut, persaingan yang terlalu tajam (severe

competition) dalam industri pemeringkatan kiranya perlu dicegah agar tidak terjadi

penurunan kualitas peringkat yang dihasilkan oleh lembaga pemeringkat (Bo Becker and

Todd Milbourn, 2009)

Gambar 4.2. Analisis Prasyarat Pembentukan Sistem Pemeringkatan Kredit UMKM : Dukungan technology partner

4.3. Dukungan Pemerintah

Keberpihakan pemerintah kepada UMKM antara lain tercermin dengan diterbitkannya

UU No. 20 tahun 2008 tanggal 4 Juli 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.

Berdasarkan UU tersebut, pemberdayaan UMKM mencakup 2 hal pokok yaitu :

1. Penumbuhan iklim usaha yang mendukung pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan

Menengah; dan

2. Pengembangan dan pembinaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

Kondisi saat ini• Terdapat beberapa

metode pemeringkatan• Rating belum dilakukan

kpd UMKM

Kondisi saat ini• Sumber data base terbatas pada Sistem

Informasi Debitur (SID)

Strategi• Vendor yg

berpengalaman • Penguasaan metode

rating • Defi nisi UMKM secara

jelas

Strategi• Pendekatan &

kesepakatan dg berbagai pihak

• Pengaturan kerahasiaan data (anonymity)

Kondisi yang diinginkan• Metode pemeringkatan

sesuai UMKM• Memakai kaidah

internasional• Metode rating menjadi

benchmark pemeringkatan penilaian creditworthiness UMKM di Indonesia

• Menjadi acuan ASEAN

Kondisi yang diinginkan• Metode pemeringkatan

sesuai UMKM• Metode pemeringkatan

bermanfaat bagi bank domestik

Page 52: KAJIAN MENGENAI PRASYARAT PEMBENTUKAN · PDF fileDirektorat Kredit, BPR dan UMKM 2009 i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat

Direktorat Kredit, BPR dan UMKM 2009

ANALISIS PRASYARAT PEMBENTUKAN SISTEM PEMERINGKATAN KREDIT UNTUK UMKM DI INDONESIA

43

Dalam rangka penumbuhan iklim usaha, pemerintah menetapkan peraturan

perundangan-undangan dan kebijakan yang meliputi beberapa aspek berikut:

1. Pendanaan;

2. Sarana dan prasarana;

3. Informasi usaha;

4. Kemitraan;

5. Perizinan usaha;

6. Kesempatan berusaha;

7. Promosi dagang; dan

8. Dukungan kelembagaan

Sedangkan pengembangan dan pembinaan UMKM, dilakukan melalui fasilitasi

pengembangan usaha dalam bidang sebagai berikut:

1. Produksi dan pengolahan;

2. Pemasaran;

3. Sumber daya manusia; dan

4. Desain dan teknologi

Pada aspek pendanaan, kebijakan Pemerintah ditujukan antara lain untuk memfasilitasi

UMKM untuk dapat mengakses kredit pembiayaan, sedangkan pada aspek sarana dan

prasarana ditujukan antara lain untuk memberikan keringanan tarif prasarana tertentu bagi

usaha mikro dan kecil.

Salah satu kebijakan yang telah diberikan dalam rangka meningkatkan akses UMKM

kepada pembiayaan adalah kebijakan pemberian subsidi baik subsidi bunga sebagaimana

diterapkan pada skema Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKPE). Selain itu juga terdapat

subsidi imbal jasa penjaminan/premi asuransi sebagaimana diterapkan pada Skim Pelayanan

Pembiayaan Petani (SP3) dan Kredit Usaha Rakyat (KUR).

Terkait dengan konsep pemeringkatan kredit, subsidi pemerintah menjadi relevan

mengingat keterbatasan keuangan UMKM. Sebagaimana praktek di negara lain,

tanpa subsidi maka UMKM akan sulit menjangkau biaya pemeringkatan oleh lembaga

pemeringkat. Padahal peringkat kredit UMKM dapat membuka peluang UMKM kepada

pembiayaan perbankan, disamping bermanfaat sebagai evaluasi kinerja UMKM itu sendiri.

Selanjutnya mengingat kemampuan UMKM akan sangat bervariasi berdasarkan skala

usahanya, kebijakan Pemerintah perlu mempertimbangkan skala UMKM yang mendapat

subsidi, besarnya subsidi, jangka waktu dan persyaratan lainnya yang disesuaikan dengan

kemampuan keuangan pemerintah. Mengingat pembentukan sistem pemeringkatan kredit

terkait dengan banyak stakeholders maka Pemerintah perlu mengambil peran fasilitasi

pembentukan/koordinasi antar lembaga tersebut. Pemerintah dapat pula memberikan

Page 53: KAJIAN MENGENAI PRASYARAT PEMBENTUKAN · PDF fileDirektorat Kredit, BPR dan UMKM 2009 i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat

Kajian Mengenai Prasyarat Pembentukan Credit Rating System untuk UMKM di Indonesia44

dukungan pada lembaga pemerintah di awal pembentukannya agar lembaga tersebut

dapat beroperasi.

Oleh karena itu, beberapa strategi yang dapat dilaksanakan adalah penyaluran subsidi

Pemerintah melalui dana pada beberapa lembaga misalnya Lembaga Pengelola Dana Bergulir

(LPDB), anggaran masing-masing departemen, maupun dana Program Kemitraan dan Bina

Lingkungan (PKBL) BUMN. Untuk mengkoordinasikan skema pemeringkatan kredit kepada

UMKM perlu ditunjuk suatu lembaga sebagai coordinating agency, yang akan melakukan

fungsi penatausahaan, penatalaksanaan, koordinasi, monitoring dan evaluasi, bekerjasama

dengan lembaga pemeringkat yang menjadi pelaksana skema tersebut. Last but not least,

Pemerintah dapat mengeluarkan ketentuan yang terkait, misalnya mengatur agar lembaga

keuangan yang menyalurkan dana pinjaman diprioritaskan kepada UMKM yang telah

memiliki peringkat

Gambar 4.3. Analisis Prasyarat Pembentukan Sistem Pemeringkatan Kredit UMKM :

Dukungan Pemerintah

4.4. Dukungan Bank Sentral

Sebagaimana telah diuraikan pada sub bab 4.2.1. sejalan dengan ketentuan

Basel Committee on Banking Supervision, Bank Indonesia mewajibkan perbankan untuk

menerapkan manajemen risiko. Dengan telah dipublikasikannya New Capital Accord (Basel

II), Bank Indonesia juga akan mengadopsi ketentuan dimaksud dan diberlakukan pada

perbankan di Indonesia. Sesuai Basel II dimaksud, untuk perhitungan risiko kredit dalam

Kondisi saat ini• Program subsidi

Pemerintah (subsidi bunga dan subsidi tarif premi penjaminan)

• Terdapat UU UMKM• Program Departemen/

BUMN untuk UMKM• Belum ada ketentuan

yang mendukung pemeringkatan UMKM

Strategi• Menugaskan lembaga

milik Pemerintah sebagai coordinating agency skema bersubsidi

• Ketentuan terkait

Kondisi yang diinginkan• Pemerintah memberikan

subsidi biaya pemeringkatan dengan skema tertentu

• Fasilitasi pembentukan lembaga pemeringkat

• Dukungan kepada lembaga pemeringkat di awal pembentukan

• Enforcement bagi lembaga penyalur dana untuk memanfaatkan hasil pemeringkatan

Page 54: KAJIAN MENGENAI PRASYARAT PEMBENTUKAN · PDF fileDirektorat Kredit, BPR dan UMKM 2009 i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat

Direktorat Kredit, BPR dan UMKM 2009

ANALISIS PRASYARAT PEMBENTUKAN SISTEM PEMERINGKATAN KREDIT UNTUK UMKM DI INDONESIA

45

rangka penghitungan minimum capital requirements, perbankan dapat menggunakan

2 pendekatan yaitu standardized approach dan internal rating-based approach. Pada

standardized approach, bobot risiko akan ditetapkan berdasarkan peringkat yang dikeluarkan

oleh lembaga pemeringkat yang diakui otoritas pengawas. Sedangkan internal rating-based

approach menggunakan model internal hanya dapat dilakukan dengan persetujuan otoritas

pengawas.

Saat ini kebijakan Bank Indonesia terkait pembiayaan kepada UMKM dalam kerangka

Basel II saat ini masih dalam proses perumusan, mengingat adopsi Basel II masih memberikan

ruang bagi otoritas perbankan untuk memberlakukan diskresi. Namun demikian dukungan

yang diharapkan dari Bank Sentral selaku otoritas pengawas bank antara lain adalah

memberikan insentif bagi perbankan yang memanfaatkan lembaga pemeringkat dalam

pembiayaan UMKM atau melakukan evaluasi terhadap metode pemeringkatan yang

dilakukan agar sesuai dengan ketentuan manajemen risiko. Dukungan ini kiranya dapat

diwujudkan dalam bentuk ketentuan.

Gambar 4.4. Analisis Prasyarat Pembentukan Sistem Pemeringkatan Kredit UMKM: Dukungan

Bank Sentral

4.5. UMKM

Jumlah UMKM di Indonesia yang sangat banyak masih disertai berbagai kelemahan.

Terkait dengan peringkat kredit, maka salah satu hambatan UMKM adalah masih

terbatasnya kemampuan UMKM dalam menyediakan data, baik data keuangan maupun

non keuangan. Padahal data ini sangat dibutuhkan oleh lembaga pemeringkat dalam

menilai creditworthiness. Transaksi usaha pada umumnya tidak tercatat dengan baik.

Pada beberapa kasus, UMKM enggan membuka data keuangan karena khawatir akan

ada konsekuensi pajak. Selain itu, bagi UMKM konsep peringkat kredit masih relatif baru

sehingga belum mengetahui manfaatnya dalam membantu mengakses pembiayaan.

Kondisi saat ini• Ketentuan manajemen

risiko• Terdapat ketentuan

yang mengatur lembaga pemeringkat surat berharga

Strategi• Penerbitan ketentuan

terkait khusus untuk menghitung risiko kredit bagi UMKM

Kondisi yang diinginkan• Insentif bagi perbankan • Rekomendasi lembaga

pemeringkat kredit

Page 55: KAJIAN MENGENAI PRASYARAT PEMBENTUKAN · PDF fileDirektorat Kredit, BPR dan UMKM 2009 i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat

Kajian Mengenai Prasyarat Pembentukan Credit Rating System untuk UMKM di Indonesia46

Gambar 4.5.Analisis Prasyarat Pembentukan Sistem Pemeringkatan Kredit UMKM : UMKM

Mengingat target pasar untuk lembaga pemeringkat merupakan faktor penting bagi

keberlangsungan usaha lembaga tersebut, maka kondisi yang dapat mendorong tumbuhnya

industri pemeringkatan adalah kemauan UMKM untuk diperingkat, transparansi UMKM

mengenai data keuangan dan non keuangan usahanya, serta manfaat yang dapat diterima

oleh UMKM yang mendapatkan peringkat kredit.

Untuk itu, perlu dilakukan kegiatan edukasi dan sosialisasi secara intensif kepada

UMKM melalui asosiasi-asosiasi usaha maupun departemen teknis mengenai manfaat

peringkat kredit dan mendorong terciptanya skema pemeringkatan yang memberikan

manfaat tambahan bagi UMKM. Selanjutnya mengingat beragamnya karakteristik UMKM

di Indonesia baik dari segi sektor, besaran asset atau omset, maka perlu didefi nisikan

terlebih dahulu UMKM yang dapat diberikan peringkat. Hal ini perlu juga disepakati antara

Pemerintah/otoritas dengan perbankan. Diferensiasi skema pemeringkatan UMKM dengan

penciptaan produk pemeringkatan yang tidak hanya memberikan penilaian terhadap

creditworthiness tapi juga terhadap kinerja UMKM, juga dapat dipertimbangkan sebagai

salah satu cara untuk meningkatkan kinerja UMKM. Sehingga hasil pemeringkatan juga

dapat menjadi masukan bagi UMKM dalam pengembangan usahanya.

Kondisi saat ini• Gap UMKM dengan

perbankan• Konsep peringkat kredit

masih relatif baru bagi UMKM

Kondisi saat ini• UMKM terbatas dlm

menyediakan data• UMKM belum berani

untuk disclosure data• Kemampuan pencatatan

rendah

Kondisi saat ini• Kemampuan monitoring/

follow up hasil evaluasi masih terbatas

Strategi• Sosialisasi dan edukasi • Diferensiasi skema

pemeringkatan• Manfaat tambahan

(Financial identity)

Strategi• Sosialisasi dan edukasi • Pembinaan kepada

UMKM • Defi nisi UMKM

Strategi• Sosialisasi dan edukasi

Kondisi yang diinginkan• UMKM bersedia untuk

diperingkat • UMKM mendapat

manfaat : kredit dg persyaratan lebih baik dan manfaat tambahan lain.

Kondisi yang diinginkan• Transparansi kondisi

UMKM (data keuangan dan non keuangan)

Kondisi yang diinginkan• Kinerja UMKM meningkat

Page 56: KAJIAN MENGENAI PRASYARAT PEMBENTUKAN · PDF fileDirektorat Kredit, BPR dan UMKM 2009 i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat

Direktorat Kredit, BPR dan UMKM 2009

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

47

BAB VKESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1. Kesimpulan

1. Walaupun UMKM mempunyai peran penting dalam perekonomian, namun UMKM

masih menghadapi kendala dalam mengakses pembiayaan dari perbankan, salah

satu penyebabnya adalah keterbatasan informasi perbankan mengenai UMKM yang

potensial dan kelayakan (eligibility) UMKM tsb. Hal ini disebabkan karena bank tidak

selalu dapat memperoleh informasi keuangan yang memadai dan dapat dipercaya

dari UMKM yang belum pernah berhubungan dengan bank mengingat keterbatasan/

ketiadaan catatan keuangan UMKM tersebut. Sehingga terdapat gap informasi antara

perbankan dengan UMKM (asymmetric information).

2. Pemeringkatan kredit dapat menjadi salah satu solusi untuk mengatasi asymmetric

information problem antara perbankan dan UMKM.

3. Pembiayaan kepada UMKM memiliki dampak positif bagi bank. Namun demikian

pembiayaan kepada UMKM memiliki risiko yang lebih besar dibandingkan dengan

pembiayaan kepada usaha besar. Selain itu, UMKM memiliki karakteristik yang

berbeda dengan usaha besar. Oleh karena itu, bank perlu membangun model untuk

mengukur risiko kredit khusus untuk UMKM yang berbeda dengan model untuk

perusahaan besar. Selain itu, instrumen lain seperti pemeringkatan dan scoring untuk

UMKM juga diperlukan oleh perbankan untuk meminimalisir risiko.

4. Pemeringkatan kredit UMKM dapat diberikan oleh lembaga independen.

5. Di beberapa negara, misalnya di India telah terdapat lembaga pemeringkatan khusus

untuk UMKM. Skema pemeringkatan untuk UMKM di India terdapat 2 jenis yaitu yang

skema bersubsidi dan yang tidak bersubsidi. Dalam hal ini Pemerintah India memiliki

kebijakan mendorong pertumbuhan sektor UMKM antara lain melalui pemberian

subsidi biaya pemeringkatan kredit. Di Negara ASEAN, jasa pemeringkatan kredit

untuk UMKM diberikan dengan sistem keanggotaan dan disediakan oleh SME Credit

Bureau.

6. Pemeringkatan kredit memberi bagi UMKM maupun perbankan. Karena dapat

mendorong terjadinya proses intermediasi perbankan kepada UMKM secara lebih

obyektif dan efi sien, cepat dan membantu mengurangi kredit bermasalah. Khusus

bagi UMKM, peringkat kredit dapat meningkatkan posisi tawar yang lebih baik di

Page 57: KAJIAN MENGENAI PRASYARAT PEMBENTUKAN · PDF fileDirektorat Kredit, BPR dan UMKM 2009 i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat

Kajian Mengenai Prasyarat Pembentukan Credit Rating System untuk UMKM di Indonesia48

hadapan bank dan dengan demikian dapat memperoleh persyaratan kredit yang

lebih menguntungkan. Bagi bank, pemeringkatan kredit dapat menjadi bagian dari

proses manajemen risiko, khususnya terkait risiko kredit.

7. Pembentukan sistem pemeringkatan kredit di India memerlukan waktu yang cukup

lama dan memerlukan koordinasi yang intensif antar berbagai pemangku kepentingan.

Namun dengan koordinasi yang baik antara pemerintah, Bank Sentral, perbankan,

lembaga keuangan dan asosiasi, maka pembentukan sistem tersebut dapat berjalan

dengan baik.

8. Salah satu faktor yang penting dalam pemeringkatan kredit UMKM adalah masalah

biaya. Di beberapa negara yang telah menerapkan sistem pemeringkatan kredit,

Pemerintah memberikan subsidi biaya pemeringkatan untuk UMKM yang memenuhi

syarat.

9. Sebagaimana di India, pembentukan sistem pemeringkatan kredit di Indonesia

memerlukan koordinasi antara berbagai pihak baik pemerintah, Bank Sentral,

perbankan, lembaga pemeringkat, UMKM dan asosiasi sebagai perwakilan dunia

usaha.

10. Peran masing-masing lembaga tersebut berbeda-beda. Pada level makro, pemerintah

dan Bank Sentral serta legislator diharapkan dapat menciptakan iklim yang kondusif

bagi terwujudnya sistem pemeringkatan kredit di Indonesia. Pada level di bawahnya,

beberapa infrastruktur keuangan yang ada diharapkan dapat pula memberikan

kontribusi sesuai dengan tugas dan kewenangannya. Pada level mikro, lembaga

keuangan seperti perbankan diharapkan dapat memberikan masukan, memanfaatkan

dan terlibat aktif dalam sistem pemeringkatan kredit. UMKM diharapkan terus

meningkatkan kinerjanya agar dapat bersaing dengan UMKM lainnya dan lebih luas

lagi agar dapat meningkatkan daya saingnya di level yang lebih luas yaitu kawasan

ASEAN dan mengambil keuntungan dari diberlakukannya Masyarakat Ekonomi

ASEAN 2015.

Page 58: KAJIAN MENGENAI PRASYARAT PEMBENTUKAN · PDF fileDirektorat Kredit, BPR dan UMKM 2009 i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat

Direktorat Kredit, BPR dan UMKM 2009

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

49

Level mikro: pemanfaatan sistem pemeringkatan kredit dalam pemberian kredit UMKM

Level makro: penciptaan iklim, yg kondusif melalui kebijakan, pengaturan dan pengawasan

Level meso : peran aktif lembaga infrastruktur keuangan dalam mewujudkan sistem pemeringkatan kredit yang credible

Level mikro: peningkatan kapabilitas dan daya saing

Gambar 5.1. Stakeholders Terkait dan Peran dalam Pembentukan Sistem

Pemeringkatan Kredit UMKM

11. Beberapa faktor yang menjadi prasyarat keberhasilan pembentukan sistem

pemeringkatan kredit di Indonesia adalah :

a. Keterlibatan dan dukungan perbankan.

Perbankan diharapkan dapat mengadopsi pengambilan keputusan kredit dengan

sistem pemeringkatan kredit yang dapat mereduksi information asymmetry yang

menjadi salah satu hambatan dalam pembiayaan perbankan kepada UMKM.

Dengan demikian maka pembiayaan kepada UMKM dapat lebih diperluas dan

pengambilan keputusan dapat dilakukan secara lebih cepat.

Sustainability dan kemandirian lembaga pemeringkat diharapkan dapat terjaga

dalam jangka panjang sehingga lembaga ini perlu menjaga profi tabilitas dan

efi siensi usahanya. Oleh karena itu bentuk badan usaha perlu dikaji agar dapat

mendukung tujuan tersebut. Namun demikian perbankan, terutama Bank

Pemerintah diharapkan menjadi leading sector mengingat perannya sebagai

perusahaan publik.

Untuk mencapai tujuan tersebut, perlu dilakukan program edukasi dan penyamaan

persepsi kepada perbankan dan koordinasi dalam rangka mencapai kesepakatan

terkait dengan parameter, skema pemeringkatan dan peran dalam kepemilikan

lembaga rating.

Kebi

jakan, Regulasi, Pengawasan

Pemerintah, Bank Indonesia, Le

gislat

or

Infrastru

ktur Keuangan

Credit Rating, Credit Bureaus, T

ec

h Pa

rtne

r

Bank, LKBB

Lembaga KeuanganUMKM

Page 59: KAJIAN MENGENAI PRASYARAT PEMBENTUKAN · PDF fileDirektorat Kredit, BPR dan UMKM 2009 i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat

Kajian Mengenai Prasyarat Pembentukan Credit Rating System untuk UMKM di Indonesia50

b. Dukungan technology partner

Penyusunan metode pemeringkatan memerlukan technology platform tertentu.

Oleh karena itu peran mitra (partner) yang menguasai technology platform (vendor)

tersebut menjadi penting dalam menyusun metode pemeringkatan yang baik yang

sesuai untuk UMKM, memakai kaidah yang diakui secara internasional agar dapat

dijadikan acuan bagi implementasi di level ASEAN, bermanfaat bagi bank domestik

dalam mempercepat proses pengambilan keputusan kredit serta memberikan nilai

tambah bagi UMKM.

Untuk mencapai tujuan tersebut, perlu pemahaman mengenai karakteristik UMKM,

adanya penetapan defi nisi UMKM yang jelas, pendekatan dan kesepakatan dengan

sumber data base yang diperlukan dalam penyusunan model pemeringkatan,

penetapan aturan kerahasiaan data, serta diferensiasi skema pemeringkatan

kredit yang dapat memberikan nilai tambah bagi UMKM. Selain itu, dalam rangka

menjaga kualitas hasil pemeringkatan, maka persaingan yang terlalu tajam dalam

industry pemeringkatan perlu dihindari.

c. Dukungan pemerintah

Peran pemerintah menjadi sangat penting dalam mendukung terlaksananya

pembentukan sistem pemeringkatan kredit untuk UMKM. Peran yang dapat

diambil pemerintah adalah penyediaan dana subsidi biaya pemeringkatan

mengingat keterbatasan keuangan UMKM. Mengingat kemampuan UMKM

akan sangat bervariasi berdasarkan skala usahanya, kebijakan subsidi Pemerintah

perlu mempertimbangkan skala UMKM yang mendapat subsidi, besarnya subsidi,

jangka waktu dan persyaratan lainnya yang disesuaikan dengan kemampuan

keuangan pemerintah. Mengingat pembentukan sistem pemeringkatan kredit

terkait dengan banyak stakeholders maka Pemerintah dapat pula mengambil peran

fasilitasi pembentukan/koordinasi antar lembaga tersebut. Pemerintah dapat pula

memberikan dukungan pada lembaga pemerintah di awal pembentukannya agar

lembaga tersebut dapat segera beroperasi.

Penyaluran subsidi Pemerintah dapat dilakukan melalui dana pada beberapa

lembaga misalnya Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB), anggaran masing-

masing departemen, maupun dana Program Kemitraan dan Bina Lingkungan

(PKBL) BUMN. Untuk mengkoordinasikan skema pemeringkatan kredit kepada

UMKM perlu ditunjuk suatu lembaga sebagai coordinating agency, yang akan

melakukan fungsi penatausahaan, penatalaksanaan, koordinasi, monitoring dan

evaluasi, bekerjasama dengan lembaga pemeringkat yang menjadi pelaksana

skema tersebut. Last but not least, Pemerintah perlu mengeluarkan ketentuan yang

Page 60: KAJIAN MENGENAI PRASYARAT PEMBENTUKAN · PDF fileDirektorat Kredit, BPR dan UMKM 2009 i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat

Direktorat Kredit, BPR dan UMKM 2009

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

51

terkait dan enforcement bagi lembaga penyalur dana UMKM untuk memanfaatkan

hasil pemeringkatan UMKM.

d. Dukungan dari Bank Sentral.

Beberapa dukungan yang diharapkan dari Bank Sentral selaku otoritas pengawas

bank adalah memberikan insentif bagi perbankan yang memanfaatkan lembaga

pemeringkat dalam pembiayaan UMKM atau melakukan evaluasi terhadap metode

pemeringkatan yang dilakukan agar sesuai dengan ketentuan manajemen risiko.

Dukungan ini kiranya dapat diwujudkan dalam bentuk ketentuan, khususnya

terkait risiko kredit bagi UMKM.

e. UMKM.

UMKM sebagai target pemeringkatan harus memiliki kemauan dan kebutuhan

untuk diperingkat. Di sisi lain, UMKM perlu didorong untuk lebih transparan

terutama pada aspek keuangan dan non keuangan usahanya. Dengan adanya

pemeringkatan, UMKM juga harus mendapatkan manfaat baik dalam perolehan

pembiayaan maupun peningkatan kinerja usahanya.

Untuk itu, perlu dilakukan kegiatan edukasi dan sosialisasi secara intensif kepada

UMKM melalui asosiasi-asosiasi usaha maupun departemen teknis mengenai

manfaat peringkat kredit dan mendorong terciptanya skema pemeringkatan yang

memberikan manfaat tambahan bagi UMKM. Selanjutnya mengingat beragamnya

karakteristik UMKM di Indonesia baik dari segi sektor, besaran aset atau omset,

maka perlu didefi nisikan terlebih dahulu UMKM yang dapat diberikan peringkat. Hal

ini perlu juga disepakati antara Pemerintah/otoritas dengan perbankan. Mengingat

masih banyaknya keterbatasan UMKM Indonesia, maka upaya pembinaan perlu

terus dilakukan utamanya dalam rangka mendorong good governance.

5.2. Rekomendasi

1. Perlu segera dipertimbangkan untuk mendirikan sistem pemeringkatan kredit (Credit

Rating System) untuk UMKM yang meliputi aspek-aspek:

a. Lembaga pemeringkat UMKM

- Lembaga dapat merupakan badan pemerintah atau swasta dengan dukungan

pemerintah.

- Lembaga dapat merupakan bagian dari Biro Informasi Kredit.

- Lembaga harus didukung oleh partner yang menguasai teknologi pemeringkatan

yang reliable.

Page 61: KAJIAN MENGENAI PRASYARAT PEMBENTUKAN · PDF fileDirektorat Kredit, BPR dan UMKM 2009 i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat

Kajian Mengenai Prasyarat Pembentukan Credit Rating System untuk UMKM di Indonesia52

b. Skema pemeringkatan dengan pola subsidi

- Perlu dipertimbangkan skema pemeringkatan dengan subsidi biaya

c. Mewujudkan infrastruktur pendukung

2. Perlu dilakukan sosialisasi dalam rangka peningkatan awareness dan penyamaan

persepsi baik kepada perbankan, UMKM maupun pemangku kepentingan lainnya

mengenai perlunya sistem pemeringkatan kredit untuk UMKM. Upaya ini perlu

dilaksanakan bekerja sama dengan lembaga internasional dengan melibatkan

berbagai asosiasi/instansi.

3. Perlu dilakukan peningkatan kapasitas UMKM khususnya terkait manajemen keuangan

dan laporan keuangan dan mendorong praktek good governance UMKM agar lebih

berdaya saing pada level yang lebih luas, utamanya di level ASEAN.

4. Perlu peningkatan awareness kepada perbankan mengenai manfaat sistem

pemeringkatan kredit dalam rangka memperluas customer base. Selain itu, dengan

adanya implementasi scoring tools oleh beberapa bank, maka diharapkan akan

terdapat alignment dengan metode sistem pemeringkatan kredit oleh lembaga

pemeringkat eksternal.

5. Perlu adanya peran masing-masing stakeholders baik pada level makro, meso

maupun mikro dalam mewujudkan terbentuknya credit rating system untuk UMKM

di Indonesia.

6. Kajian ini diusulkan ditindaklanjuti dengan studi lanjutan dalam kerangka roadmap

sebagai berikut:

Gambar 5.2. Roadmap Pembentukan Sistem Pemeringkatan Kredit untuk UMKM di Indonesia

2009 2010 2011 2012 2013 2014- Kajian

Prasyarat Pembentukan Credit Rating System (CRS) untuk UMKM di Indonesia

- Isu-isu penting terkait prasyarat pembentukan CRS

Studi Kelayakan mengenai CRS untuk UMKM di Indonesia

Uji coba metodologi rating untuk UMKM

Pengajuan proposal dan komunikasi di level ASEAN

Program kampanye dan edukasi

Implementasi

Page 62: KAJIAN MENGENAI PRASYARAT PEMBENTUKAN · PDF fileDirektorat Kredit, BPR dan UMKM 2009 i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat

Direktorat Kredit, BPR dan UMKM 2009 53

Altman, Edward I. dan Gabriele Sabato, 2005, Modelling credit risk for SMEs: evidence

from the US market, Social Science Research Network (SSRN), Working paper, 26

Desember 2005, http://papers.ssrn.com

ASEAN Economic Community Blueprint

ASEAN Policy Blueprint for SME Development (APBSD) 2004-2014.

Becker, Bo, dan Todd Milbourn, 2009, Reputation and competition: evidence from the

credit rating industry, Harvard Business School Working Paper 09-051, 22 Juli 2009,

http://hbswk.hbs.edu

Cowan, Charles D. dan Adrian M. Cowan, 2006, A survey based assessment of fi nancial

institution use of credit scoring for small business lending, www.sba.gov/advo/

research

Credit & Management System, Inc.,1999, Rules based credit scoring methodology, http://

www.crfonline.org

Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan, Bank Indonesia, 2006, Implementasi

Basel II di Indonesia, September 2006.

Elkhoury, Marwan, 2008, Credit rating agencies and their potential impact on developing

countries, United Nations Conference on Trade and Development Discussion Papers

No. 186, Januari 2008, http://www.unctad.org

Greilich, Ernst, 2009, Credit Rating Model for SME: Concept, Experience and

Recommendation for Implementation in Indonesia, Seminar on Prerequisite for

Implementation of Credit Rating System for SME in Indonesia, Jakarta, 19 Agustus

2009

Krahnen, Jan Pieter dan Martin Weber, 2001, Generally accepted rating principles: A

Primer, Journal of Banking and Finance 25 (2001) 3-23, http://www.elsevier.com

Rhyne, Elisabeth, 2009, Microfinance for Bankers and Investors: Understanding the

opportunities and challenges of the market at the bottom of the pyramid, McGraw

Hill.

Rikkers, Frieda dan Andre E. Thibeault, 2007, The optimal rating philosophy for the rating

of SMEs, Social Science Research Network (SSRN), 27 Februari 2007, http://ssrn.com/

abstact=966322.

DAFTAR PUSTAKA

Page 63: KAJIAN MENGENAI PRASYARAT PEMBENTUKAN · PDF fileDirektorat Kredit, BPR dan UMKM 2009 i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat

Kajian Mengenai Prasyarat Pembentukan Credit Rating System untuk UMKM di Indonesia54

Samphat, Kausal, 2008, Enhancing the credibility of MSMEs – Performance & Credit

Rating Sheme, Third Tri-Nation Summit for Small Business Development, 19

November 2008, http://www.nsic.co.in

Standard & Poor’s RatingsDirect, June 3, 2009

Surat Edaran Bank Indonesia No. 10/19/DPNP tanggal 30 April 2008 perihal Lembaga

Pemeringkat dan Peringkat yang Diakui Bank Indonesia.

http://www.sidbi.com

http://www.smera.in

http://www.nsic.co.in

http://www.jcrvis.com.pk

http://www.standardandpoors.com

http://www.smecreditbureau.com.my

DAFTAR WEBSITE

Page 64: KAJIAN MENGENAI PRASYARAT PEMBENTUKAN · PDF fileDirektorat Kredit, BPR dan UMKM 2009 i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat