KAJIAN KELAYAKAN BADAN LAYANAN UMUM DAN … · 20 z Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 15,...

7
20 z Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 15, No. 1 Maret 2012 KAJIAN KELAYAKAN BADAN LAYANAN UMUM DAN ALTERNATIF BENTUK PENYELENGGARAAN JAMSOSKES SUMATERA SELATAN SEMESTA SESUAI UNDANG-UNDANG SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL THE FEASIBILITY STUDY OF PUBLIC SERVICE ENTERPRISE AND ALTERNATIVE FORMS FOR ADMINISTERING THE UNIVERSAL SOUTH SUMATERA SOCIAL HEALTH INSURANCE ACCORDING TO THE NATIONAL SOCIAL SECURITY SYSTEM LAW Ekowati Retnaningsih 1 , Misnaniarti 2 , Asmaripa Ainy 2 1 Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Sumatera Selatan 2 Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sriwijaya, Palembang JURNAL MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN VOLUME 15 No. 01 Maret z 2012 Halaman 20 - 26 Artikel Penelitian ABSTRACT Background: Social Health Insurance Program (Jamsoskes) of South Sumatera is a system of health insurance for the entire population of South Sumatera, who does not have health insurance. The operational fund is shared between the prov- ince and district. To determine the feasibility of the Public Ser- vice Enterprise and other alternatives in the implementation of Jamsoskes program. Methods: The study was a qualitative method. The unit of analysis is Jamsoskes program. Data were obtained through in-depth interviews and focus group discussion using the guidelines, and analyzed by content analysis and analysis for policy. Results: Based on the legal aspects, the implementation of Jamsoskes in the form of Public Service Enterprise is not con- trary to the laws and regulations. In addition, based on the results of judicial review by the Supreme Constitution in 2005, the National Social Security System Act does not face the opportunity for local government to establish and develop re- gional provider of social security within the framework of na- tional social security system. Based on some aspects, there are 3 alternatives for Jamsoskes Provider Agency in accord- ing to the National Social Security System Law: 1) Maintaining the management system of Jamsoskes by Health Department, 2) Determining an existing of a non-profit operating bodies, 3) Administering into the Public Service Enterprise (BLU / BLUD) Conclusion: Implementation of Jamsoskes in the form of Pub- lic Service Enterprise is not contrary to the National Social Security System Law. Recommendation for the South Sumatera provincial government in order to consider the Public Service Bodies as an Operating Bodies of Jamsoskes in the future under the legal both national and regional level. Keywords: public service bodies, health insurance, adminis- tering bodies, laws, legal aspects, not for profit. ABSTRAK Latar Belakang: Program Jaminan Sosial Kesehatan (Jamsoskes) Sumatera Selatan Semesta merupakan sistem jaminan kesehatan yang meng-cover seluruh penduduk Sumatera Selatan yang belum mempunyai jaminan kesehatan. Dana penyelenggaraan berasal dari sharing provinsi dan kabupaten/kota. Untuk mengelola pembiayaan Jamsoskes, agar lebih efektif dan efisien dirasakan perlu pengembangan dalam penyelenggarannya. Penelitian ini untuk mengetahui kelayakan Badan Layanan Umum (BLU) dan alternatif lain dalam penyelenggaraan Jamsoskes ini. Metode: Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Unit analisis adalah program Jamsoskes Sumatera Selatan Semesta. Data diperoleh melalui wawancara mendalam dan Focus Group Discussion (FGD) dengan menggunakan pedoman. Analisis dilakukan dengan pendekatan content analysis dan analysis for policy. Hasil: Berdasarkan aspek legal diketahui bahwa penye- lenggaraan Jamsoskes dalam bentuk BLU tidak bertentangan dengan UU dan peraturan yang ada, dengan memperhatikan beberapa aspek pengembangan. Selain itu berdasarkan hasil uji materi oleh Mahkamah Konstitusi tahun 2005 diputuskan bahwa UU SJSN tidak menutup peluang bagi Pemerintah Daerah untuk membentuk dan mengembangkan badan penyelenggara jaminan sosial tingkat daerah dalam kerangka sistem jaminan sosial nasional. Ada tiga alternatif Badan Penyelenggara Jamsoskes yang sesuai dengan UU SJSN antara lain: 1) tetap seperti pengelolaan sekarang oleh Dinas Kesehatan, 2) menunjuk Bapel yang telah ada yang bersifat nirlaba, 3) dikelola menjadi BLU/BLUD. Kesimpulan: Penyelenggaraan Jamsoskes dalam bentuk BLU tidak bertentangan dengan UU SJSN. Rekomendasi bagi Pemerintahan Provinsi Sumatera Selatan agar dapat memper- timbangkan bentuk BLU sebagai Badan Penyelenggara Jamsoskes di masa mendatang dengan tetap memperhatikan payung hukum baik tingkat nasional maupun tingkat daerah. Kata Kunci: Badan Layanan Umum, jaminan kesehatan, badan penyelenggara, undang- undang, aspek legal, nirlaba. PENGANTAR Dalam Undang-Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional (UU SJSN) No. 40/2004 disebutkan bahwa jaminan pemeliharaan kesehatan penduduk fakir miskin dan orang tidak mampu menjadi tanggung jawab pemerintah. Melalui adanya UU ini memberi- kan landasan hukum tentang kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indo- nesia dalam memenuhi kebutuhan dasar hidupnya secara layak. 1 Selain itu, dalam UU No. 32/2004 tentang Oto- nomi Daerah mengamanatkan bahwa Pemerintah

Transcript of KAJIAN KELAYAKAN BADAN LAYANAN UMUM DAN … · 20 z Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 15,...

Page 1: KAJIAN KELAYAKAN BADAN LAYANAN UMUM DAN … · 20 z Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 15, ... jaminan kesehatan yang meng-cover seluruh penduduk Sumatera Selatan yang belum

20 Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 15, No. 1 Maret 2012

Ekowati Retnaningsih, dkk.: Kajian Kelayakan Badan Layanan Umum dan Alternatif

KAJIAN KELAYAKAN BADAN LAYANAN UMUM DAN ALTERNATIF BENTUKPENYELENGGARAAN JAMSOSKES SUMATERA SELATAN SEMESTA SESUAI

UNDANG-UNDANG SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL

THE FEASIBILITY STUDY OF PUBLIC SERVICE ENTERPRISE AND ALTERNATIVE FORMS FORADMINISTERING THE UNIVERSAL SOUTH SUMATERA SOCIAL HEALTH INSURANCE

ACCORDING TO THE NATIONAL SOCIAL SECURITY SYSTEM LAW

Ekowati Retnaningsih1, Misnaniarti2, Asmaripa Ainy2

1Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Sumatera Selatan2Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sriwijaya, Palembang

JURNAL MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATANVOLUME 15 No. 01 Maret 2012 Halaman 20 - 26

Artikel Penelitian

ABSTRACTBackground: Social Health Insurance Program (Jamsoskes)of South Sumatera is a system of health insurance for theentire population of South Sumatera, who does not have healthinsurance. The operational fund is shared between the prov-ince and district. To determine the feasibility of the Public Ser-vice Enterprise and other alternatives in the implementation ofJamsoskes program.Methods: The study was a qualitative method. The unit ofanalysis is Jamsoskes program. Data were obtained throughin-depth interviews and focus group discussion using theguidelines, and analyzed by content analysis and analysis forpolicy.Results: Based on the legal aspects, the implementation ofJamsoskes in the form of Public Service Enterprise is not con-trary to the laws and regulations. In addition, based on theresults of judicial review by the Supreme Constitution in 2005,the National Social Security System Act does not face theopportunity for local government to establish and develop re-gional provider of social security within the framework of na-tional social security system. Based on some aspects, thereare 3 alternatives for Jamsoskes Provider Agency in accord-ing to the National Social Security System Law: 1) Maintainingthe management system of Jamsoskes by Health Department,2) Determining an existing of a non-profit operating bodies, 3)Administering into the Public Service Enterprise (BLU / BLUD)Conclusion: Implementation of Jamsoskes in the form of Pub-lic Service Enterprise is not contrary to the National SocialSecurity System Law. Recommendation for the South Sumateraprovincial government in order to consider the Public ServiceBodies as an Operating Bodies of Jamsoskes in the futureunder the legal both national and regional level.

Keywords: public service bodies, health insurance, adminis-tering bodies, laws, legal aspects, not for profit.

ABSTRAKLatar Belakang: Program Jaminan Sosial Kesehatan(Jamsoskes) Sumatera Selatan Semesta merupakan sistemjaminan kesehatan yang meng-cover seluruh pendudukSumatera Selatan yang belum mempunyai jaminan kesehatan.Dana penyelenggaraan berasal dari sharing provinsi dankabupaten/kota. Untuk mengelola pembiayaan Jamsoskes, agarlebih efektif dan efisien dirasakan perlu pengembangan dalampenyelenggarannya. Penelitian ini untuk mengetahui kelayakan

Badan Layanan Umum (BLU) dan alternatif lain dalampenyelenggaraan Jamsoskes ini.Metode: Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Unitanalisis adalah program Jamsoskes Sumatera Selatan Semesta.Data diperoleh melalui wawancara mendalam dan Focus GroupDiscussion (FGD) dengan menggunakan pedoman. Analisisdilakukan dengan pendekatan content analysis dan analysisfor policy.Hasil: Berdasarkan aspek legal diketahui bahwa penye-lenggaraan Jamsoskes dalam bentuk BLU tidak bertentangandengan UU dan peraturan yang ada, dengan memperhatikanbeberapa aspek pengembangan. Selain itu berdasarkan hasiluji materi oleh Mahkamah Konstitusi tahun 2005 diputuskanbahwa UU SJSN tidak menutup peluang bagi Pemerintah Daerahuntuk membentuk dan mengembangkan badan penyelenggarajaminan sosial tingkat daerah dalam kerangka sistem jaminansosial nasional. Ada tiga alternatif Badan PenyelenggaraJamsoskes yang sesuai dengan UU SJSN antara lain: 1) tetapseperti pengelolaan sekarang oleh Dinas Kesehatan, 2)menunjuk Bapel yang telah ada yang bersifat nirlaba, 3) dikelolamenjadi BLU/BLUD.Kesimpulan: Penyelenggaraan Jamsoskes dalam bentuk BLUtidak bertentangan dengan UU SJSN. Rekomendasi bagiPemerintahan Provinsi Sumatera Selatan agar dapat memper-timbangkan bentuk BLU sebagai Badan PenyelenggaraJamsoskes di masa mendatang dengan tetap memperhatikanpayung hukum baik tingkat nasional maupun tingkat daerah.

Kata Kunci: Badan Layanan Umum, jaminan kesehatan, badanpenyelenggara, undang- undang, aspek legal, nirlaba.

PENGANTARDalam Undang-Undang Sistem Jaminan Sosial

Nasional (UU SJSN) No. 40/2004 disebutkan bahwajaminan pemeliharaan kesehatan penduduk fakirmiskin dan orang tidak mampu menjadi tanggungjawab pemerintah. Melalui adanya UU ini memberi-kan landasan hukum tentang kepastian perlindungandan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indo-nesia dalam memenuhi kebutuhan dasar hidupnyasecara layak.1

Selain itu, dalam UU No. 32/2004 tentang Oto-nomi Daerah mengamanatkan bahwa Pemerintah

Page 2: KAJIAN KELAYAKAN BADAN LAYANAN UMUM DAN … · 20 z Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 15, ... jaminan kesehatan yang meng-cover seluruh penduduk Sumatera Selatan yang belum

Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 15, No. 1 Maret 2012 21

Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan

Daerah (Pemerintahan Daerah) mempunyai kewajib-an untuk meningkatkan derajat kesehatan masya-rakat sebagai salah satu tugas desentralisasi.2

Pelaksanaan otonomi daerah terhadap penyeleng-garaan urusan berdasarkan Peraturan Pemerintah(PP) No. 38/2007 disebutkan bahwa salah satuurusan wajib pemerintah daerah adalah urusankesehatan.3

Untuk menjalankan amanat UU No. 40/2004 danUU No. 32/2004, menuju tercapainya universal cov-erage pelayanan kesehatan maka pemerintah pro-vinsi dan kabupaten/kota di Sumatera Selatan telahmeluncurkan Program Jaminan Sosial Kesehatan(Jamsoskes) pada tanggal 22 januari 2009. ProgramJamsoskes merupakan salah satu bentuk sistemjaminan kesehatan dan merupakan salah satu pro-gram pembangunan kesehatan di Sumatera Selatanyaitu pengobatan gratis bagi penduduk SumateraSelatan.

Program Jamsoskes di Sumatera Selatanmeng-cover seluruh penduduk Sumatera Selatanyang belum mempunyai jaminan kesehatan di 15kabupaten/kota.4 Dana penyelenggaraan programtersebut berasal dari sharing dana APBD provinsidan APBD kabupaten/kota. Pengelolaan danadilakukan oleh Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabu-paten, seperti pada program Jamkesmas dari danaAPBN.

Untuk mengelola pembiayaan program Jamsos-kes, agar lebih efektif dan efisien dirasakan perlupengembangan dalam penyelenggarannya. Selainitu, adanya rencana Kementrian Kesehatan untukmewujudkan universal coverage pada tahun 2014sesuai dengan amanat UU No. 40/2004, sehinggadiperlukan kajian untuk mengetahui kelayakanBadan Layanan Umum (BLU) dan alternatif lain dalampenyelenggaraan Jamsoskes ini.

Kebijakan kesehatan di tingkat nasional mau-pun daerah dapat dianalisis dengan tool analisiskebijakan kesehatan dengan memperhatikan aspek-aspek efisiensi, kualitas/efektifitas, ekuitas dansustainabilitas program kesehatan.5 Beberapa teoritentang analisis kebijakan6,7,8,9,10 tentunya dengantujuan yang positif antara lain untuk memperbaikikebijakan dengan cara menciptakan, menilai secarakritis, dan mengkomunikasikan pengetahuan yangrelevan dengan kebijakan.11

BAHAN DAN CARA PENELITIANPenelitian ini dilakukan pada tahun 2010 dengan

pendekatan kualitatif dengan unit analisis adalahprogram Jamsoskes Sumatera Selatan Semesta.

Sumber informasi berasal dari key informant yangdiambil dengan menggunakan teknik snowball.12

Pengambilan data primer dilakukan dengan carawawancara mendalam dan Focus Group Discusion(FGD) yang diambil di beberapa instansi kesehatandi Provinsi Sumatera Selatan (Dinas KesehatanProvinsi, Dinas Kesehatan Kota Palembang, RumahSakit, Puskesmas) maupun instansi lain sepertiBappeda, Biro Keuangan Pemrov Sumatera Selatan,PT Askes, Kementrian Keuangan, Dewan JaminanSosial Nasional.

Instrumen pengambilan data yang digunakanberupa alat perekam, pedoman wawancara menda-lam, dan pedoman FGD yang berisi daftar pertanyaantentang informasi yang digali berupa: aspek pasardan pemasaran, aspek teknis jasa pemeliharaan ke-sehatan, aspek organisasi dan manajemen (regulasi,struktur organisasi, tupoksi, ketenagaan, dan lain-lain), aspek ekonomi dan keuangan, aspek kelem-bagaan, aspek kepesertaan, aspek pembiayaan,paket pemeliharaan kesehatan dan informasi lainyang terkait. Kemudian data dianalisis secara con-tent analysis dengan pendekatan analysis for policy.13

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANKelayakan bentuk BLU sebagai pengelolaJamsoskes dilihat dari aspek legal

Ada beberapa wacana yang dapat dikembang-kan untuk perubahan bentuk Jamsoskes sebagaiantisipasi pengembangan Jaminan Kesehatan diPemerintah pusat. Salah satu alternatif antara laindalam bentuk Badan Layanan Umum (BLU), berikutkajian dalam aspek legal kelayakan bentuk BLUtersebut.

Berdasarkan UU No. 1/200414 dan PeraturanPemerintah Republik Indonesia No. 23/200515 dike-tahui bahwa BLU merupakan instansi sebagai ba-gian dari organisasi pemerintah, yang menekankankepada aspek memberikan pelayanan kepada ma-syarakat berupa barang atau jasa yang dijual,sehingga tujuan akhirnya adalah memberikan pela-yanan. Dari peraturan ini diketahui bahwa konsepBLU itu adalah menyediakan jasa, dan jika dikaitkandengan Program Jamsoskes Sumatera Selatan Se-mesta tidak hanya mengelola dana yang bersumberdari APBD tapi juga terdapat pelayanan jasa berupapelayanan kepesertaan, pelayanan pengajuan klaim,dan pelayanan pembiayaan, sehingga berdasarkandua peraturan kebijakan di atas, ditinjau dari aspeklegal bentuk BLU dalam penyelenggaraanJamsoskes bisa sesuai.

Ada pendapat dari informan bahwa BLU bukanmerupakan badan hukum sehingga tidak bisa

Page 3: KAJIAN KELAYAKAN BADAN LAYANAN UMUM DAN … · 20 z Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 15, ... jaminan kesehatan yang meng-cover seluruh penduduk Sumatera Selatan yang belum

22 Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 15, No. 1 Maret 2012

Ekowati Retnaningsih, dkk.: Kajian Kelayakan Badan Layanan Umum dan Alternatif

dijadikan badan penyelenggara sistem jaminansosial. Tetapi jika dilihat pada Pasal 3 PP No. 23/2005 diketahui bahwa BLU memiliki badan hukumyang tidak terpisahkan dari instansi induk,15

sehingga status badan hukum dari lembaga BLUJamsoskes nanti adalah badan hukum publik yangtidak terpisah dari pemerintah daerah atau lembagaDinas Kesehatan sebagai instansi induk. Walaupunbeberapa sumber berpendapat bahwa konsep BLUberada di antara konsep public dan private dari suatuorganisasi. Atau bisa dikatakan juga sebagai badanpublik yang semi otonom.

Penetapan atau pembentukan jaminan sosialdi daerah seperti Jamsoskes dapat ditetapkanberdasarkan Peraturan Daerah (Perda), hal iniberdasarkan Keputusan Mahkamah Konstitusi No.7/2005 halaman 268 bahwa:16

“Padahal, sebagaimana telah diuraikan dalampertimbangan di atas, Pemerintahan Daerahjustru diwajibkan untuk mengembangkansistem jaminan sosial. Oleh karena itu, Pasal5 ayat (1) UU SJSN harus ditafsirkan bahwaketentuan tersebut adalah dimaksudkanuntuk pembentukan badan penyelenggaratingkat nasional yang berada di pusat,sedangkan untuk pembentukan badanpenyelenggara jaminan sosial tingkat daerahdapat dibentuk dengan peraturan daerahdengan memenuhi ketentuan tentang sistemjaminan sosial nasional sebagaimana diaturdalam UU SJSN”

Berdasarkan landasan ini, penyelenggaraanJamsoskes Sumatera Selatan Semesta sudah me-menuhi aspek legal sesuai dengan Peraturan DaerahProvinsi Sumatera Selatan No. 2/2009 tentang Pe-nyelenggaraan Jaminan Sosial Kesehatan SumateraSelatan Semesta (Jamsoskes Sumatera SelatanSemesta).17

Terlepas dari apapun bentuk Jamsoskes men-jadi BLU ataupun bentuk lainnya, pengembanganjangkauan pelayanan di Jamkesmas menuntutpenyesuaian pada Jamsoskes. Pemerintah Daerahdiharapkan mempertahankan dan menyempurnakanprogram Jamsoskes ini karena urusan kesehatanmenjadi salah satu kewenangan daerah sesuai de-ngan UU No. 32/2004. Amandemen UUD tahun 2002yang memerintahkan jaminan sosial untuk seluruhrakyat, dan UU No. 40/2004 tentang penyelengga-raan SJSN, memerintahkan agar sistem jaminansosial yang dikembangkan mencakup seluruh rakyatdan bertujuan untuk meningkatkan keberdayaanmasyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuaidengan martabat kemanusiaan, serta pasal 20 UUKesehatan No.36/2009 yang menyatakan bahwapemerintah bertanggung jawab atas pelaksanaan

jaminan kesehatan masyarakat melalui sistemjaminan sosial nasional bagi upaya kesehatan per-orangan. Semua UU tersebut tidak bersifat kontra-diktif melainkan bersifat komplementer karena perludipahami bahwa UU No. 32/2004 mengatur urusanpemerintahan sedangkan UU No. 40/2004 mengaturpenyelenggaraan jaminan sosial tingkat nasional olehBadan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yangmerupakan korporat bukan pemerintahan.

Adanya pendapat bahwa dengan dikeluarkannyaUU SJSN maka bapel-bapel JPKM, ataupun perusa-haan asuransi lainnya tidak bisa lagi beroperasi un-tuk melayani dan menjamin kebutuhan dasar medis.Mereka boleh beroperasi untuk menjual produkasuransi kesehatan suplemen atau tambahan yangtidak dijamin oleh SJSN.18 Oleh karena itu, Peme-rintahan Daerah dapat membentuk BPJS di daerahyang bersifat komplementer dan atau suplementer.Interpretasinya adalah bahwa Pemerintahan ProvinsiSumatera Selatan dapat tetap menyelenggarakanjaminan kesehatan sebagaimana JamsoskesSumatera Selatan Semesta ini dengan menambahbenefit pelayanan antara lain untuk jenis pelayananyang tidak dicakup dalam pelayanan Jamkesmas,misalnya penambahan biaya untuk kelas II padapelayanan rawat inap, menanggung biaya akomodasipenunggu pasien ataupun jenis pelayanan suple-menter lainnya.

Akan tetapi berdasarkan hasil uji materi terhadapPasal 5 UU No. 40/2004, Putusan Mahkamah Kons-titusi (MK) RI16 No. 7/2005 halaman 268, menga-bulkan permohonan pengujian terhadap pasal terse-but karena ketentuan dalam Pasal 5 tersebut (ayat2, 3 ,4) tampaknya menutup peluang PemerintahanDaerah untuk ikut mengembangkan suatu subsis-tem jaminan sosial, sehingga atas pertimbanganhukumnya MK berpendapat bahwa kewenanganuntuk menyelenggarakan sistem jaminan sosial na-sional bukan hanya menjadi kewenangan pemerintahpusat, tetapi dapat juga menjadi kewenanganPemerintahan Daerah, sehingga adanya keputusanMK ini berarti bahwa UU SJSN tidak menutup pe-luang bagi Pemerintahan Daerah untuk membentukdan mengembangkan badan penyelenggara jaminansosial tingkat daerah dalam kerangka sistem jaminansosial nasional. Masih berdasarkan pertimbanganMK di atas bahwa:

“…Pasal 5 ayat (1) UU SJSN harus ditafsirkanbahwa ketentuan tersebut adalah dimaksud-kan untuk pembentukan badan penyeleng-gara tingkat nasional yang berada di pusat,sedangkan untuk pembentukan badanpenyelenggara jaminan sosial tingkat daerahdapat dibentuk dengan peraturan daerah

Page 4: KAJIAN KELAYAKAN BADAN LAYANAN UMUM DAN … · 20 z Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 15, ... jaminan kesehatan yang meng-cover seluruh penduduk Sumatera Selatan yang belum

Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 15, No. 1 Maret 2012 23

Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan

dengan memenuhi ketentuan tentang sistemjaminan sosial nasional sebagaimana diaturdalam UU SJSN.”

Oleh karena itu, jika pada Program JamsoskesSumatera Selatan Semesta hanya ditetapkandengan Perda, maka hal tersebut tidak bertentangandengan UU SJSN sebab secara hukum, Perdamempunyai kewenangan untuk pelaksanaankebijakan di daerah. Hal ini juga diperkuat denganinformasi dari pakar di Dewan Jaminan SosialNasional berikut :

“....Nah...peluang daerah itu ada di keputusanMK halaman 113 “....bukan hanya kewenanganpusat....” karena itu UU SJSN tidak boleh menu-tup peluang daerah tapi sebagai bagian dae-rah sistem itu juga dan bisa dibentuk denganPerda saja, berarti BUMD bisa. Tetapi BUMDitu profit...mungkin sebaiknya BLUD karenadia tidak ada pembagian deviden... (informanno.8)”

Menurut informan lain, pembentukan BPJS didaerah bukan merupakan suatu keharusan, kata“dapat” pada kalimat di atas bukan merupakan suatuperintah tetapi membolehkan dalam kerangka SJSN.

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bah-wa daerah yang akan mengembangkan sistem ja-minan kesehatan terlebih dahulu harus memerlukanpayung peraturan/perundangan tentang pemben-tukan dan status Bapel jaminan tersebut, misalnyadengan Perda. Untuk jangka panjang, PemerintahDaerah harus menunggu dulu payung kebijakan ditingkat nasional dengan disahkannya UU tentangBPJS, jangan sampai program yang sudah dibuatmenjadi dibatalkan karena keluarnya UU BPJS yangterbit belakangan. Tetapi jika dalam kondisi yangmendesak dan perangkat hukum SJSN belum jugadisyahkan, maka status BLU maupun BLUD dapatjuga dipertimbangkan sebagai penyelenggaraJamsoskes sebagai alternatif UPTD yang dibentukdengan Perda atau SK Gubernur atau PeraturanGubernur. Namun agar sesuai dengan persyaratanpembentukan BLU pada PP No.23/200515 danpersyaratan pembentukan BLUD sesuai PermendagriNo. 61/200719, prosesnya harus melalui studi kela-yakan, penyusunan rencana kerja dan rencana stra-tegis. Persyaratan-persyaratan tersebut penting dila-kukan untuk menjamin bahwa Bapel yang akan di-bentuk memang layak termasuk dari aspek finansial.

Alternatif badan penyelenggara JamsoskesSumatera Selatan yang sesuai dengan UU SJSN

Perlu tidaknya perubahan lembaga pengelolaJamsoskes Sumatera Selatan Semesta ini berdasar-

kan hasil penelitian didapatkan informasi yang cukupberagam. Menurut informan no. 5 tidak perlu dilaku-kan perubahan status lembaga karena bentuk yangsekarang dengan Bapel yang melekat di Dinkessudah tepat karena mempunyai 4 (empat) keuntung-an, antara lain: 1) dapat efisiensi dana, 2) tidakmengeluarkan dana untuk management fee, 3) dapatmengawasi secara langsung fasilitas pelayanankesehatan dalam memberikan pelayanannya, dan4) dapat mengevaluasi secara langsung. Sebagai-mana kutipan hasil wawancara berikut ini:

”....karena adanya program Jamsoskes ini,Provinsi Sumatera Selatan menjadi satu-satunya provinsi yang sudah melaksanakanuniversal coverage, sehingga program kitaini harus tetap dilanjutkan..... dalam pelak-sanaan Jamsoskes itu dengan tim pengelolaada empat keuntungan yang kita dapatkan...yang pertama kita bisa efisiensi dana artinyadana yang kita sediakan untuk seluruhmasyarakat yang belum terkover... jika kitamenggunakan Bapel kita bayarkan seluruhpremi ini kepada bapel itu sehingga setiaptahun kita harus menyediakan sebesarkapitasi itu.....”

Beberapa informan lain berpendapat bahwabentuk lembaga pengelola Jamsoskes dapat diubahsesuai dengan kebijakan Pemerintah Daerah,sehingga pada prinsipnya informan menyetujui setiapkebijakan yang diambil oelh gubernur sebagai kepalapemerintahan tingkat tinggi di daerah provinsi.

Berdasarkan pendapat informan-informan diatas, perubahan bentuk lembaga pengelola Jam-soskes tergantung kebijakan yang akan diambil olehPemerintah Daerah, dimana dengan adanya Per-aturan Gubernur itu sendiri sudah dianggap sebagailandasan hukum dalam penyelengaraannya di tingkatdaerah. Selain itu juga perubahan bentuk lembagapengelola Jamsoskes diperlukan untuk lebih me-nguatkan fungsi pemerintah sebagai regulator yaituaspek pengawasan dan monitoring, sedangkanaspek operasional bias diserahkan ke Bapel-Bapelyang memang berkompeten di bidang tersebut.

Berdasarkan pengalaman di beberapa daerahseperti di Balikpapan pada awal tahun 2008 adarencana menyelesaikan masalah kelembagaanJamkesda ini dengan membentuk sebuah BLU.Rancangan Perda untuk BLU tersebut sudah disiap-kan, status BLU tersebut dianggap lebih cocokkarena BLU boleh mengelola keuangan, BLU adalahbadan nirlaba, dan boleh menggunakan langsungpenerimaannya.20,21 Namun sesuai dengan PP No.23/2005, pada dasarnya BLU mengatur kewenanganpengelolaan anggaran yang bersumber dari peme-

Page 5: KAJIAN KELAYAKAN BADAN LAYANAN UMUM DAN … · 20 z Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 15, ... jaminan kesehatan yang meng-cover seluruh penduduk Sumatera Selatan yang belum

24 Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 15, No. 1 Maret 2012

Ekowati Retnaningsih, dkk.: Kajian Kelayakan Badan Layanan Umum dan Alternatif

rintah dan penerimaan fungsional lembaga bersang-kutan, misal rumah sakit.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwapihak Dinkes Provinsi tidak merasa terbebani denganpengelolaan Jamsoskes yang melekat di intansi/lembaga pemerintah daerah tersebut. Hal ini jugadapat dilihat dari observasi proses pembayaran klaimJamsoskes yang cukup lancar, sekitar lebih kurangsatu minggu bisa diselesaikan. Selama ini yangmenjadi keterlambatan pembayaran klaim adalahpihak rumah sakit atau Puskesmas sering menum-puk pengajuan klaim, sehingga proses pembayaran-nya (pencairan klaim) juga agak lama.

Berdasarkan kajian pada hasil penelitian danmasukan dari beberapa pakar bidang jaminan kese-hatan serta dari tinjauan dari penyelenggaraan pro-gram Jamsoskes dapat disusun alternatif Bapel Jam-soskes tersebut yang sesuai dengan UU SJSN. Adatiga alternatif bentuk penyelenggaraan Jamsoskesyang disusun sebagai rekomendasi bagi Pemerin-tahan Daerah Sumatera Selatan, antara lain adalah:

Alternatif 1. Bentuk penyelenggaraan oleh TimPengelola di Dinkes seperti saat ini.

Sebagai rekomendasi jangka pendek, denganbeberapa pertimbangan antara lain sambil menunggukeluar payung hukum BPJS tingkat nasional sertadengan alasan lain adanya beberapa keuntungandalam penyelenggaraan Jamsoskes sekarang, yaitu:1) Adanya efisiensi dana karena dana pengelolaanyang disediakan untuk meng-cover masyarakat pe-serta Jamsoskes hanya akan dikeluarkan untuk yangdigunakan saja, 2) Adanya efektivitas pelayanan,Dinkes Provinsi Sumatera Selatan bisa langsungmelakukan intervensi jika terjadi kendala dalampelayanan di fasilitas pelayanan kesehatan danmemudahkan koordinasi.

Pengelolaan Jamsoskes oleh unit kerja atauSatuan Kerja Pemerintah Daerah seperti di dinaskesehatan ini juga mempunyai risiko karena Satgasmaupun UPTD tidak mempunyai kewenangan untukmengumpulkan dan mengelola dana seperti misal-nya membayarkan klaim ke Puskesmas atau rumahsakit. Untuk itu, jika pada tahun 2011, pengelolaankeuangan Jamsoskes akan diserahkan ke BiroKeuangan Pemerintah Daerah maka hal tersebutmerupakan salah satu upaya antisipasi agar tidakmenyalahi peraturan perundangan yang berlaku (PPNo. 41/2007). Keuntungannya antara lain danapenyelenggaraan program Jamsoskes tetap ada dikas negara jika ada sisa dana untuk penyelenggara-an program tersebut.

Alternatif 2: Menunjuk Bapel yang telah ada untukmengelola penyelenggaraan Jamsoskes.

Sebagai rekomendasi jangka menengah, dalamhal ini Pemerintahan Provinsi dapat bekerja samadengan Bapel Nasional (PT Askes dan atau Jamsos-tek) yang memiliki kewenangan hukum dan lebihsesuai dengan UU SJSN. Penyelenggaraan Jamkesdi beberapa daerah dengan menunjuk Bapel tersen-diri seperti PT Askes, bukan merupakan hal yangbaru karena di beberapa kabupaten/kota juga telahmelakukan hal tersebut dengan menunjuk PT Askessebagai Bapel Jamkesda. Hal ini seperti hasil peneli-tian Gani, dkk20,21 bahwa kabupaten/kota yang me-nunjuk Bapel PT Askes antara lain di KabupatenToba Samosir sejak tahun 2006, Kabupaten Tabanansejak tahun 2004, Kabupaten Gianyar sejak tahun2003, maupun di Kabupaten Musi Banyuasin sampaipada tahun 2008.

Walaupun merupakan BUMN, tetapi PT Askestidak bersifat nirlaba sesuai dengan persetujuanPemegang Saham bahwa PT. Askes tidak lagimenyetorkan dividen kepada negara sejak tahunbuku 2007 dan diatur pada perubahan AnggaranDasar PT Askes terakhir dengan Akte Notaris NMDipo Nusantara Pua Upa, SH Nomor 37, tanggal 19Agustus 2008 dengan mencantumkan bahwa danayang dihimpun dimanfaatkan bagi sebesarnya kepen-tingan peserta, sehingga dasar penunjukkan Bapeldi luar dinas di pemerintahan antara lain untukmemperkuat fungsi Pemerintah Daerah sebagai regu-lator, serta untuk melaksanakan aspek pengawasandan monitoring secara independent terhadap programyang diselenggarakan khususnya di daerah. JikaPemerintahan Provinsi Sumatera Selatan tidak inginmenujuk Bapel di PT Askes tersebut maka dapatmembentuk Bapel sendiri yang berbentuk BadanLayanan Umum Daerah (BLUD) sebagaimana yangdibahas pada alternatif ketiga berikut.

Alternatif 3: Bentuk Badan Layanan Umum daerah(BLUD) yang bersifat nirlaba.

Sebagai rekomendasi jangka panjang, BLUDJamsoskes ini dapat dibentuk oleh PemerintahanProvinsi Sumatera Selatan sebelum maupun setelahUU BPJS di tingkat nasional disahkan. Alasannyaadalah karena penyelenggaraan Jamsoskes merupa-kan salah satu wewenang pemerintah daerah dalammenyelenggarakan urusan pemerintahan di bidangkesehatan sebagaimana yang diatur dalam UU No.34/2004. Sehingga daerah yang juga menyelenggara-kan jaminan kesehatan tidak bertentangan denganUU SJSN, demikian pula UU SJSN tidak menutuppeluang bagi Pemerintah Daerah untuk membentuk

Page 6: KAJIAN KELAYAKAN BADAN LAYANAN UMUM DAN … · 20 z Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 15, ... jaminan kesehatan yang meng-cover seluruh penduduk Sumatera Selatan yang belum

Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 15, No. 1 Maret 2012 25

Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan

dan mengembangkan Badan Penyelenggara jaminankesehatan di tingkat daerah (Keputusan MK No. 7/2005 halaman 268).

Namun sebagaimana yang sudah dibahas padaaspek legal di atas, maka status BLUD Jamsoskesagar sesuai dengan persyaratan pembentukan BLUpada PP No.23/ 2005 dan persyaratan pembentukanBLUD sesuai Permendagri No. 61/2007, prosesnyaharus melalui studi kelayakan, penyusunan rencanakerja dan rencana strategis. Persyaratan-persyarat-an tersebut penting dilakukan untuk menjamin bahwaBapel yang akan dibentuk memang layak termasukdari aspek finansial.

Pada pelaksanaan studi kelayakan menjadiBLUD ini, menurut Permendagri No. 61/2007 harusmelalui serangkaian persyaratan yang harus dipe-nuhi oleh satgas atau UPTD tersebut. Tim penilaipelaksanaan studi kelayakan status BLUD tersebutditetapkan oleh kepala daerah, dalam hal Jamsoskesini maka studi kelayakan dapat ditetapkan olehgubernur. Kepala daerah atau gubernur membentuktim penilai untuk meneliti dan menilai usulanpenerapan, peningkatan, penurunan, dan pencabutanstatus PPK-BLUD.

Hasil penilaian oleh tim penilai tersebut kemu-dian disampaikan kepada kepala daerah sebagaibahan pertimbangan penetapan penerapan, pening-katan, penurunan, dan pencabutan status PPK-BLUD. Keputusan ini lalu disampaikan kepadapimpinan DPRD. Penetapan status BLUD penuhdiberikan apabila seluruh persyaratan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 4, telah dipenuhi dan dinilaimemuaskan yaitu: persyaratan substantif, teknis,dan administratif.

Ketiga alternatif bentuk penyelenggaraanJamsoskes tersebut mempunyai beberapa perbeda-an yang dapat dilihat dari beberapa aspek, antaralain aspek kelembagaan, kepesertaan, pembiayaan,paket pelayanan dan aspek lainnya, sehingga dalampenyelenggaraannya nanti, diharapkan norma,standar dan prosedur Bapel Jamsoskes ini tidakbertentangan dengan peraturan perundang-undanganyang ada di Indonesia.

KESIMPULAN DAN SARANBerdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan

bahwa bentuk Badan Layanan Umum (BLU) maupunBadan Layanan Umum Daerah (BLUD) dapat diper-timbangkan sebagai Badan Penyelenggara Jamsos-kes di masa mendatang, dengan memperhatikanbahwa UU No.40/2004 tidak menutup peluang bagiPemerintah Daerah untuk membentuk dan menye-lenggarakan sistem jaminan sosial nasional, sertabentuk BLU/BLUD sebagai pengelola Jamsoskes

tidak bertentangan dengan UU SJSN tersebut karenastatus badan hukum BLU/BLUD tidak terpisah darilembaga/pemerintah daerah sebagai instansi induk.

Beberapa alternatif Bapel Jamsoskes SumateraSelatan yang sesuai dengan UU SJSN yang dilihatdari beberapa aspek antara lain : a) tetap sepertisekarang dengan Dinas Kesehatan sebagaipengelola, b) menunjuk Bapel yang telah ada yangbersifat nirlaba, c) dikelola menjadi Badan LayananUmum Daerah.

Bagi Pemerintah Daerah Provinsi SumateraSelatan diharapkan mencari bentuk legitimasi badanpengelola program Jamsoskes Sumatera SelatanSemesta. Status BLUD dapat menjadi pilihan dengandisertai produk hukum berupa Peraturan Gubernurmaupun Perda setelah payung hukum berupa UUBPJS disyahkan. Serta dapat membentuk suatujaringan kerjasama misalnya berupa forum komuni-kasi bersama antar Jamkesda, sehingga melaluiforum tersebut dapat saling tukar menukar informasidan tukar pengalaman dalam pelaksanaan jaminankesehatan bagi masyarakat.

KEPUSTAKAAN1. Undang-Undang Nomor 40 tahun 2004 tentang

Sistem Jaminan Sosial Nasional. Jakarta.2004.2. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah. Jakarta. 2004.3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No-

mor 38 tahun 2007 tentang Pembagian UrusanPemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah-an Daerah Provinsi, dan Pemerintahan DaerahKabupaten/Kota. Jakarta. 2007.

4. Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan. Peratur-an Gubernur Sumatera selatan No. 23 Tahun2009 tentang Pedoman Penyelenggaraan Ja-minan Sosial Kesehatan Sumatera Selatan Se-mesta (Jamsoskes Sumatera Selatan Semes-ta). Palembang. 2009.

5. Adisasmito W. Sistem kesehatan. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta. 2008.

6. Barker C. The health care policy process. SagePublication. London. 1996.

7. Nagel, Stuart, ed. Policy theory and policy evalu-ation: concepts, knowledge, causes, andnorms. Greenwood. New York. 1990.

8. Parsons, Wayne. Public policy: pengantar teoridan praktik analisis kebijakan. Prenada Media.Jakarta. 2005.

9. Walt G. Health policy: an introduction to pro-cess and power. Witwatersrand UniversityPress. Johannesburg. 1994.

10. Trisnantoro L. Analisis kebijakan menuju uni-versal coverage 2014: sejarah kebijakan jaminan

Page 7: KAJIAN KELAYAKAN BADAN LAYANAN UMUM DAN … · 20 z Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 15, ... jaminan kesehatan yang meng-cover seluruh penduduk Sumatera Selatan yang belum

26 Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 15, No. 1 Maret 2012

Ekowati Retnaningsih, dkk.: Kajian Kelayakan Badan Layanan Umum dan Alternatif

kesehatan, ideologi dan aktor penyusun kebi-jakan, serta peran perguruan tinggi. Makalah.Disampaikan pada Forum Nasional KebijakanPembiayaan Kesehatan di Indonesia. Jakarta.Tanggal 2 Juni 2010.

11. Dunn, William N. Pengantar analisis kebijakanpublic. Edisi kedua. Gadjah Mada UniversityPress. Yogyakarta. 2003.

12. Kresno S, Nurlaela E, Wuryaningsih E, AriawanI. Aplikasi penelitian kualitatif dalam peman-tauan dan evaluasi program kesehatan. FakultasKesehatan Masyarakat Universitas Indonesiabekerja sama dengan Pusat Data KesehatanDepartemen Kesehatan RI. Depok. 1999.

13. Buse, Kent. Mays, Nicolas. Walt, Gill. Makinghealth policy. London School of Hygiene andTropical Medicine. Open University Press. Lon-don. 2005.

14. Undang-undang Nomor 1 tahun 2004 tentangPerbendaharaan Negara. Jakarta.2004.

15. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan KeuanganBadan Layanan Umum. Jakarta. 2005.

16. Mahkamah Konstitusi RI. Keputusan MahkamahKonstitusi Republik Indonesia tertanggal 13

Agustus 2005 tentang Uji Materi UU SJSN.Jakarta.2005.

17. Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan. Peratur-an Daerah Provinsi Sumatera Selatan No. 2Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan JaminanSosial Kesehatan Sumatera Selatan Semesta(Jamsoskes Sumatera Selatan Semesta).Palembang. 2009.

18. Thabrany H. Pendanaan kesehatan dan alternatifmobilisasi dana kesehatan di Indonesia. PT RajaGrafindo Persada, Jakarta. 2005.

19. Kementerian Dalam Negeri. 2007. PermendagriNo. 61 Tahun 2007 tentang Pedoman TeknisPengelolaan Keuangan Badan Layanan UmumDaerah. Jakarta.

20. Gani, Ascobat, dkk. Laporan kajian sistem pem-biayaan kesehatan di beberapa kabupaten dankota 2008. Pusat Kajian Ekonomi Kesehatandan Analisis Kebijakan. Fakultas KesehatanMasyarakat Universitas Indonesia. Depok. 2008.

21. Gani, A. et all. Good practice of local healthfinancing schemes in indonesia; its contribu-tion toward universal coverage of health insur-ance. Centre for health Economics and PolicyAnalysis, University of Indonesia. Depok. 2009.