Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber...

104
Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah Triwulan IV 2012 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah V (Jateng-DIY) Jl. Imam Bardjo SH No.4 Semarang, Telp. (024) 8310246, Fax. (024) 8417791 http://www.bi.go.id

Transcript of Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber...

Page 1: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut,

Kajian Ekonomi Regional

Jawa Tengah

Triwulan IV 2012

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah V (Jateng-DIY) Jl. Imam Bardjo SH No.4 Semarang, Telp. (024) 8310246, Fax. (024) 8417791

http://www.bi.go.id

Page 2: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut,
Page 3: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan IV Tahun 2012

Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah dipublikasikan secara

triwulanan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah V, untuk menganalisis

perkembangan ekonomi Jawa Tengah secara komprehensif. Isi kajian dalam buku

ini mencakup perkembangan ekonomi makro, inflasi, moneter, perbankan, sistem

pembayaran, keuangan daerah, dan prospek ekonomi Jawa Tengah. Penerbitan

buku ini bertujuan untuk: (1) melaporkan kondisi perkembangan ekonomi dan

keuangan di Jawa Tengah kepada Kantor Pusat Bank Indonesia sebagai masukan

pengambilan kebijakan, dan (2) menyampaikan informasi kepada external

stakeholders di daerah mengenai perkembangan ekonomi dan keuangan terkini.

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah V (Jateng-DIY)

Joni Swastanto Kepala Kantor Perwakilan

Dewi Setyowati Deputi Kepala Kantor Perwakilan Grup Ekonomi

Moneter

Ahmad Soekro Tratmono Deputi Kepala Kantor Perwakilan Grup Pengawasan

Perbankan

Benny Siswanto Deputi Kepala Kantor Perwakilan Grup Sistem

Pembayaran dan Manajemen Intern

Putra Nusantara S. Kepala Divisi Kajian Ekonomi

Untung Nugroho Kepala Divisi Pengawasan Bank

Hizbullah Kepala Divisi Pengawasan Bank

Eko Purwanto Kepala Divisi Sistem Pembayaran

Imam Mustiantoko Kepala Divisi Manajemen Intern

Softcopy buku ini dapat di-download dari website Bank Indonesia

dengan alamat http://www.bi.go.id

Page 4: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut,

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 5: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan IV 2012 i

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah melimpahkan

Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah

Triwulan IV 2012 dapat selesai disusun dan dipublikasikan kepada stakeholders Bank Indonesia.

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah diterbitkan secara periodik setiap triwulan

sebagai perwujudan peranan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah V dalam memberikan

informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Jawa Tengah terkini serta

prospeknya. Kami berharap informasi yang kami sajikan ini dapat menjadi salah satu referensi

atau acuan dalam proses diskusi atau peroses pengambilan kebijakan berbagai pihak terkait.

Dalam proses penyusunan Kajian Ekonomi Regional ini, kami menggunakan data yang

diperoleh dari berbagai pihak, yakni instansi di lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah,

Badan Pusat Statistik, pelaku usaha dan akademisi, laporan dari perbankan serta data hasil

analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per

satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-

sebesarnya dan semoga hubungan yang telah terjalin erat selama ini dapat ditingkatkan di masa

yang akan datang.

Kami juga menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penyusunan kajian ini

ataupun terdapat penyajian data yang kurang tepat, oleh karena itu kami senantiasa

mengharapkan kritikan dan masukan membangun demi penyempurnaan di masa yang akan

datang.

Akhirnya, besar harapan kami mudah-mudahan laporan triwulanan ini dapat bermanfaat

bagi semua kalangan dalam memahami perekonomian Jawa Tengah. Terima kasih.

Semarang, Februari 2013

KEPALA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH V

Ttd

Joni Swastanto

Direktur Eksekutif

Page 6: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan IV 2012 ii

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 7: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan IV 2012 iii

Daftar Isi

Kata Pengantar .................................................................................................................... i

Daftar Isi ............................................................................................................................. iii

Ringkasan Eksekutif ............................................................................................................ v

Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro .................................................................................. 1

1.1. Analisis PDRB Sisi Permintaan ..................................................................................... 2

1.1.1. Konsumsi ......................................................................................................... 3

1.1.2. Investasi ........................................................................................................... 6

1.1.3. Ekspor dan Impor ............................................................................................. 8

1.2. Analisis PDRB Sisi Penawaran .................................................................................... 10

1.2.1. Sektor Pertanian ............................................................................................. 11

1.2.2. Sektor Industri Pengolahan ............................................................................. 12

1.2.3. Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR) .............................................. 13

1.2.4. Sektor Jasa-Jasa ............................................................................................. 15

1.2.5. Sektor-sektor Lainnya ..................................................................................... 15

Boks Survei Investasi 2012...............................................................................................18

Bab 2 Perkembangan Inflasi ............................................................................................... 21

2.1. Inflasi Berdasarkan Kelompok .................................................................................... 23

2.2. Disagregasi Inflasi ....................................................................................................... 30

2.3. Inflasi Empat Kota di Jawa Tengah ............................................................................. 34

2.4. Inflasi Kota-Kota di Jawa ........................................................................................... 35

Boks Perkembangan Indeks Harga Konsumen (IHK) Jateng Menjelang Diberlakukannya Survei

Biaya Hidup (SBH) 2012............................................................................................ 37

Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran ................................................... 39

3.1. Bank Umum ............................................................................................................... 40

3.1.1. Fungsi Intermediasi dan Perkembangan Jaringan Kantor Bank Umum .............. 40

3.1.2. Perkembangan Dana Pihak Ketiga .................................................................. 42

3.1.3. Penyaluran Kredit ........................................................................................... 44

3.1.3.1. Perkembangan Kredit secara Umum ..................................................... 44

3.1.3.2. Perkembangan kredit UMKM ............................................................... 46

3.1.3.3. Resiko Kredit ....................................................................................... 48

3.2. Kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR) ......................................................................... 49

3.3. Kinerja Perbankan Syariah .......................................................................................... 52

3.4. Perkembangan Sistem Pembayaran ............................................................................. 54

3.4.1. Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai .................................................... 55

3.4.1.1. Aliran Uang Kartal Masuk/Keluar (Inflow/Outflow) ................................ 55

Page 8: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan IV 2012 iv

3.4.1.2. Penyediaan Uang Kartal Layak Edar / Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB)

Uang Kartal ...................................................................................................... 56

3.4.1.3. Uang Palsu .......................................................................................... 56

3.4.2. Transaksi Keuangan secara Non Tunai ............................................................. 56

3.4.2.1. Transaksi Kliring .................................................................................. 57

3.4.2.2.Transaksi RTGS ..................................................................................... 57

Boks Jumlah Rekening Nasabah Bank ............................................................................... 60

Bab 4 Keuangan Daerah .................................................................................................... 63

4.1. Realisasi Pendapatan Daerah ...................................................................................... 63

4.2. Realisasi Belanja Daerah.............................................................................................. 65

Bab 5 Kesejahteraan Masyarakat ....................................................................................... 69

5.1. Ketenagakerjaan ........................................................................................................ 69

5.2. Nilai Tukar Petani ....................................................................................................... 70

5.3. Tingkat Kemiskinan .................................................................................................... 72

Bab 6 Prospek Perekonomian ............................................................................................. 75

6.1. Pertumbuhan Ekonomi ............................................................................................. 76

6.2. Inflasi ...................................................................................................................... 79

Boks Dampak Kenaikan Tarif Tenaga Listrik (TTL) Terhadap Inflasi ...................................... 86

Daftar Istilah ..................................................................................................................... 89

Lampiran Indikator Ekonomi Jawa Tengah ......................................................................... 91

Page 9: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan IV 2012 v

Ringkasan Eksekutif Pertumbuhan Ekonomi Jawa Tengah pada triwulan IV 2012 tercatat cukup tinggi, yaitu

sebesar 6,3% (yoy), meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 6,0%

(yoy). Secara triwulanan, perekonomian mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar -3,3%

dibandingkan triwulan III 2012. Dengan perkembangan tersebut, secara keseluruhan tahun

2012, pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah terakselerasi cukup signifikan yaitu mencapai 6,3%

(yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi tahun sebelumnya (6,0%) dan pertumbuhan

ekonomi nasional yang sebesar 6,2%(yoy).

Dari sisi penggunaan, pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV 2012 utamanya didorong

oleh kegiatan investasi meski dari kontribusi terhadap pertumbuhan konsumsi rumah tangga

masih dominan. Sementara itu, ditengah belum pulihnya krisis Eropa kegiatan ekspor masih

berjalan dengan cukup baik. Dari sisi sektoral, tiga sektor utama ekonomi Jawa Tengah masih

menjadi penyumbang pertumbuhan ekonomi di triwulan IV 2012. Dilihat dari kontribusi

terhadap pertumbuhan, sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR) menjadi penyumbang

utama pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah, diikuti oleh sektor Pertanian, dan sektor Industri

Pengolahan.

Perkembangan harga barang dan jasa secara umum (inflasi) di Jawa Tengah pada

triwulan IV 2012 relatif terkendali, sehingga secara tahunan menurun dibanding triwulan

sebelumnya, dari 4,50% pada triwulan sebelumnya menjadi 4,24%, dan berada pada kisaran

sasaran inflasi nasional (4,5% ± 1%). Kondisi tersebut dipengaruhi oleh terjaganya pasokan,

khususnya beras, dan ekspektasi inflasi yang relatif stabil. Dengan kondisi tersebut, dampak

faktor musiman akhir tahun (Idul Adha, Natal, dan Tahun Baru) pada triwulan IV 2012 lebih

rendah dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.

Menurut kelompok barang dan jasa, secara tahunan maupun triwulanan, penurunan

inflasi terutama terjadi pada kelompok Bahan Makanan dan kelompok Makanan Jadi. Inflasi

tahunan kelompok Bahan Makanan turun dari 7,15% pada triwulan sebelumnya menjadi

5,60%, meski level inflasi tersebut menjadi salah satu yang tertinggi setelah kelompok Makanan

Jadi. Relatif rendahnya inflasi kelompok Bahan Makanan antara lain didukung oleh kestabilan

harga beras. Hal tersebut juga tercermin dari disagregasi inflasi IHK, dimana penurunan inflasi

tahunan pada triwulan IV 2012 terjadi terutama pada kelompok volatile foods, dari 7,15% (yoy)

menjadi 5,35%(yoy). Sementara tekanan inflasi yang lebih bersifat fundamental yang tercermin

pada perkembangan inflasi kelompok inti relatif stabil dan masih berada pada level yang rendah.

Inflasi inti pada triwulan laporan mencapai 4,03% naik dari 3,96% (yoy) pada triwulan III 2012.

Sementara itu, fungsi intermediasi Perbankan di Jawa Tengah berjalan positif dengan

kualitas kredit yang membaik, tercermin dari peningkatan Loan to Deposit Ratio (LDR). Kondisi

tersebut didukung oleh pertumbuhan kredit perbankan yang pada triwulan laporan mencapai

23,5% (yoy). Pembiayaan kepada sektor usaha mikro kecil dan menengah juga masih berjalan

dengan baik. Demikian juga dengan perbankan syariah yang masih tumbuh cukup baik, meski

melambat dibanding triwulan sebelumnya.

Sementara itu, indikasi meningkatnya kegiatan ekonomi di Jawa Tengah terlihat pada

kebutuhan masyarakat dan dunia usaha terhadap transaksi melalui Real Time Gross Settlement

Page 10: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan IV 2012 vi

(RTGS) yang cenderung meningkat, sementara transaksi melalui kliring mengalami penurunan.

Di sisi pembayaran tunai, kebutuhan masyarakat akan uang layak edar juga secara umum dapat

dipenuhi dengan baik.

Pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah pada triwulan I 2013 diperkirkan masih akan cukup

tinggi. Dari sisi sektoral, pertumbuhan ekonomi akan didorong oleh pertumbuhan sektor non-

tradable, seperti sektor PHR, sektor bangunan, serta sektor jasa-jasa. Sementara itu, sektor

pertanian juga diperkirakan tumbuh cukup tinggi seiring dengan datangnya panen raya

komoditas padi. Dari sisi penggunaan, kegiatan konsumsi masih akan tumbuh cukup tinggi

seiring dengan masih tingginya permintaan domestik yang salah satunya didorong oleh

kenaikan Upah Minimun Kota/Kabupaten. Selain itu, dan investasi juga masih akan tumbuh

cukup tinggi, dengan indikasi impor bahan modal serta pertumbuhan kredit investasi yang

cukup tinggi. Dengan perkembangan tersebut, untuk triwulan I 2013, pertumbuhan ekonomi

diperkirakan akan tumbuh pada kisaran 6,0%-6,4%.

Perkembangan harga di triwulan I 2013 akan dipengaruhi oleh kondisi pasokan bahan

pangan. Sesuai pola musimannya, pasokan bahan pangan, khususnya beras diperkirakan

meningkat sejalan dengan masuknya musim panen, meski baru akan berlangsung pada

pertengahan Februari 2013. Stabiltas harga beras juga akan dipengaruhi oleh kuatnya stok

beras Bulog. Kondisi tersebut akan memberikan dampak yang positif terhadap terjaganya

ekspektasi inflasi. Berdasarkan hasil liasion yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank

Indonesia Wilayah V dapat diketahui bahwa secara umum harga jual pada 2013 diekspektasikan

masih relatif stabil. Namun, ketidakpastian cuaca dengan curah hujan yang lebih tinggi

meningkatkan risiko inflasi khususnya yang terkait dengan komoditas hortikultura. Tekanan

inflasi pada triwulan laporan diperkirakan juga dipengaruhi oleh kenaikan tarif tenaga listrik

(TTL) khususnya terhadap penyesuaian harga produk di sektor industri dan PHR, serta dampak

kenaikan UMP.

Meningkatnya tekanan inflasi di triwulan I 2013 diindikasikan pada inflasi Januari 2013

yang cukup tinggi. Pada awal triwulan I 2013, inflasi Jawa Tengah di Januari 2013 tercatat

sebesar 1,09% (mtm) atau 4,93% (yoy), lebih tinggi dibandingkan posisi akhir triwulan IV 2012.

Inflasi tersebut terutama dipicu oleh tingginya inflasi bahan makanan, khususnya bumbu-

bumbuan, yang mencapai 2,10% (mtm) atau 7,69% (yoy) yang terutama disebabkan oleh

kondisi cuaca yang kurang baik.

Faktor risiko inflasi yang berpotensi memberikan tekanan cukup besar di triwulan I 2013

diperkirakan terkait dengan kenaikan Tarif Tenaga Listrik (TTL), kenaikan Upah Minimum

Kabupaten/Kota (UMK), dan pelarangan impor beberapa produk hortikultura. Selain itu, kondisi

cuaca juga perlu diwaspadai karena berpengaruh terhadap produksi komoditas. Dengan

perkembangan tersebut, inflasi IHK pada triwulan I 2013 diperkirakan akan berada pada kisaran

4,8%-5,3% (yoy), meningkat dari triwulan sebelumnya (4,24% yoy).

Page 11: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan IV 2012 1

Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro

Pertumbuhan Ekonomi Jawa Tengah pada triwulan IV 2012 tercatat cukup tinggi, yaitu

sebesar 6,3% (yoy), meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 6,0%

(yoy). Secara triwulanan, perekonomian mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar -3,3%

dibandingkan triwulan III 2012. Dengan perkembangan tersebut, secara keseluruhan tahun

2012, pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah terakselerasi cukup signifikan yaitu mencapai 6,3%

(yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi tahun sebelumnya (6,0%) dan pertumbuhan

ekonomi nasional yang sebesar 6,2%(yoy).

Dari sisi penggunaan, pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV 2012 utamanya didorong

oleh kegiatan investasi meski dari kontribusi terhadap pertumbuhan konsumsi rumah tangga

masih dominan. Sementara itu, ditengah belum pulihnya krisis Eropa kegiatan ekspor masih

berjalan dengan cukup baik. Dari sisi sektoral, tiga sektor utama ekonomi Jawa Tengah masih

menjadi penyumbang pertumbuhan ekonomi di triwulan IV 2012. Dilihat dari kontribusi

terhadap pertumbuhan, sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR) menjadi penyumbang

utama pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah, diikuti oleh sektor Pertanian, dan sektor Industri

Pengolahan.

Ekonomi Jawa Tengah pada Triwulan IV 2012 mengalami peningkatan. Pada

triwulan laporan, pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah mencapai 6,3% (yoy), meningkat

dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,0% (yoy)1. Pertumbuhan ekonomi Jawa

Tengah tersebut masih berada diatas angka pertumbuhan ekonomi nasional yang mencatat

angka pertumbuhan sebesar 6,1% (yoy). Pertumbuhan ekonomi triwulan laporan ditopang oleh

Sektor Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan, Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan,

Kehutanan dan Perikanan, serta Sektor Listrik, Gas dan Air yang mencatatkan pertumbuhan

tertinggi. Di sisi penggunaan, kegiatan konsumsi rumah tangga dan ekspor tumbuh signifikan

sehingga menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi.

Sumber: BPS Jateng, diolah

Grafik 1.1 PDRB Jateng ADHK 2000 dan

Laju Pertumbuhan Tahunan

Sumber: BPS Jateng, diolah

Grafik 1.2 PDRB Jateng ADHK 2000 dan

Laju Pertumbuhan Triwulanan

1 BPS melakukan revisi terhadap pertumbuhan ekonomi terkait dengan masuknya data survei industri sehingga pertumbuhan

ekonomi pada triwulan I s.d. III yang semula masing-masing sebesar 6,1% (yoy), 6,3% (yoy) dan 6,5% (yoy) direvisi masing-masing

menjadi 6,5% (yoy), 6,6% (yoy) dan 6,0% (yoy).

5.4

6.15.8 5.6

6.6 6.5 6.66.0

6.3

0.0

1.0

2.0

3.0

4.0

5.0

6.0

7.0

40

42

44

46

48

50

52

54

56

IV I II III IV I II III IV

2010 2011 2012

% yoyTriliun Rp

Nominal PDRB

Growth (% yoy)

-4.5

7.0

1.32.1

-3.6

6.9

1.3 1.5

-3.3

-6.0

-4.0

-2.0

0.0

2.0

4.0

6.0

8.0

40

42

44

46

48

50

52

54

56

IV I II III IV I II III IV

2010 2011 2012

% qtqTriliun Rp

Nominal PDRBGrowth (% qtq)

Page 12: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan IV 2012 2

Secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah tahun 2012 tumbuh sebesar

6,3% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi tahun 2011 yang tercatat sebesar

6,0% (yoy). Nilai PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) Atas Dasar Harga Konstan (ADHK)

Tahun 2000 tercatat sebesar Rp210,8 triliun, sementara itu nilai PDRB Atas Dasar Harga Berlaku

(ADHB) mencapai Rp556,5 triliun. Sumber pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah pada tahun

2012 berasal dari sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran

(PHR), yang masing-masing memberikan kontribusi sebesar 1,8%. Meningkatnya perekonomian

khususnya di sektor industri dapat terkonfirmasi dari peningkatan geliat bisnis dan investasi dari

pelaku usaha di Jawa Tengah. Hal ini terlihat dari angka yang dirilis oleh BPS mengenai produksi

industri manufaktur besar dan sedang yang tumbuh sebesar 7,8% (yoy). Pertumbuhan tersebut

terutama berasal dari kelompok industri andalan Jawa Tengah diantaranya Kelompok Industri

Furniture, Kelompok Industri Makanan dan Minuman, serta Kelompok Industri Logam Dasar

yang masing-masing tumbuh sebesar 21,2% (yoy), 16,7% (yoy) dan 15,1% (yoy).

Secara triwulanan, kontraksi pada triwulan laporan lebih rendah dibandingkan

tahun sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah secara triwulanan mengalami

kontraksi sebesar -3,3% (qtq). Pertumbuhan ekonomi yang negatif terjadi pada triwulan IV

karena adanya faktor seasonal (musiman), dimana produksi hasil pertanian khususnya padi

mengalami penurunan di akhir tahun yang memasuki musim tanam. Walaupun demikian,

kinerja tersebut lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya yang mengalami kontraksi

pertumbuhan sebesar -3,6% (qtq). Hal ini juga terkait dengan peningkatan produksi pertanian

pada tahun 2012, khususnya untuk Padi dan Jagung. Berdasarkan ARAM II 2012, Padi dan

Jagung mengalami pertumbuhan sebesar 8,59% (yoy) dan 7,86% (yoy).

1.1. Analisis PDRB Sisi Permintaan

Dari sisi penggunaan, konsumsi rumah tangga sebagai kontributor utama

pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV 2012 dengan sumbangan pertumbuhan sebesar

3,2%. Pada triwulan laporan, konsumsi rumah tangga mampu tumbuh 5,0% (yoy). Faktor

musiman akhir tahun masih dapat mendorong pertumbuhan konsumsi rumah tangga meski

dengan laju pertumbuhan yang lebih rendah dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.

Dilihat dari struktur PDRB Jawa Tengah, konsumsi rumah tangga masih memeberikan peran

yang sangat penting, yaitu membentuk 64% dari komponen PDRB.

Namun, pertumbuhan tertinggi terjadi pada kegiatan investasi. Pertumbuhan investasi

tersebut menjadi sangat penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi khususnya dalam

mendukung kegiatan konsumsi rumah tangga yang menjadi sumber utama pertumbuhan

ekonomi Jawa Tengah. Pada triwulan IV 2012, investasi tumbuh 11,0% (yoy), terkait dengan

pembangunan infrastruktur dasar maupun investasi bangunan. Ke depan, pembangunan

infrastruktur tersebut diharapkan dapat memberikan multiplier effect terhadap pertumbuhan

ekonomi yang lebih tinggi. Pertumbuhan yang cukup tinggi juga terjadi pada ekspor (8,3% yoy)

yang mengindikasikan adalah pemulihan kegiatan ekspor sejalan dengan belum pulihnya krisis

Eropa.

Untuk keseluruhan tahun, permintaan domestik masih menjadi penyumbang utama

pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah. Konsumsi, khususnya konsumsi rumah tangga dan

investasi masing-masing memberikan sumbangan sebesar 3,2% dan 1,6%. Sementara itu, dari

permintaan eksternal mencatat sumbangan yang positif. Sumber pertumbuhan dari ekspor

Page 13: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan IV 2012 3

sebesar 4,8% lebih tinggi dibandingkan impor yang sebesar 4,1%. Dilihat dari

pertumbuhannya, laju pertumbuhan ekonomi secara tahunan didorong oleh Ekspor, PMTB serta

Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba dengan pertumbuhan masing-masing sebesar 9,5% (yoy),

8,4% (yoy) serta 6,2% (yoy)

Tabel 1.1. Pertumbuhan PDRB Jawa Tengah Menurut Jenis Penggunaan (%, yoy)

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah (data PDRB berdasarkan harga konstan tahun 2000)

Keterangan : *) Angka sangat sementara, Terdapat revisi angka PDRB Jateng secara triwulanan dari tahun 2010 - 2012

1.1.1. Konsumsi

Konsumsi rumah tangga pada triwulan IV 2012 tumbuh cukup kuat sebesar 5,0%

(yoy), meningkat bila dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,5% (yoy). Secara

umum, pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang masih cukup kuat tersebut antara lain

dipengaruhi oleh terjaganya daya beli masyarakat sejalan dengan rendahnya tingkat inflasi.

Kondisi tersebut tercermin pada tingkat keyakinan konsumen terhadap kondisi perekonomian di

Jawa Tengah yang masih berada pada level yang optimis. Dengan perkembangan tersebut,

secara triwulanan, kegiatan konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar 1,0% (qtq) pada triwulan

ini.

Sumber: Survei Konsumen, KPw BI Wil. V

Grafik 1.3 Indeks Keyakinan Konsumen di

Jawa Tengah

Sumber: Survei Konsumen, KPw BI Wil. V

Grafik 1.4 Komponen Indeks Kondisi

Ekonomi Saat ini di Jawa Tengah

Masih kuatnya level konsumsi rumah tangga tersebut terutama tercermin pada

tetap optimisme konsumen terhadap kondisi penghasilan dan ketepatan membeli barang

tahan lama. Dari hasil dari Survei Konsumen (SK) yang diselenggarakan oleh Kantor Perwakilan

Bank Indonesia Wilayah V terlihat bahwa optimisme konsumen terhadap kedua komponen

tersebut masih tinggi (Grafik 1.4). Survei tersebut menunjukkan bahwa Indeks Keyakinan

Total TotalIII IV 2011 I II III IV* 2012*

Konsumsi Rumah Tangga 7,1 5,7 6,6 5,8 4,7 4,5 5,0 5,0Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba 6,9 13,5 2,9 9,5 7,9 6,0 1,7 6,2Konsumsi Pemerintah 10,9 10,2 7,9 15,2 6,6 0,1 -0,4 4,7PMTB 8,4 5,2 7,6 6,8 6,2 9,3 11,0 8,4Ekspor 6,7 21,1 7,9 18,5 2,3 10,2 8,3 9,5Impor 17,8 23,4 9,7 20,5 4,8 2,8 7,9 8,5

PDRB 5,6 6,6 6,0 6,5 6,6 6,0 6,3 6,3

Komponen Penggunaan 20122011

0

20

40

60

80

100

120

140

160

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112

2010 2011 2012

(Indeks)

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)

Ekspektasi Konsumen (IEK)

Optimis

Pesimis

0

20

40

60

80

100

120

140

160

1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112

2009 2010 2011 2012

(Indeks)

Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) Penghasilan saat ini

Ketersediaan lapangan kerja Ketepatan waktu pembelian barang tahan lama

Optimis

Pesimis

Page 14: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan IV 2012 4

Konsumen (IKK) di Jawa Tengah masih pada level optimis2. Rata-rata IKK pada Triwulan IV 2012

adalah sebesar 122,27, meningkat apabila dibandingkan dengan indeks pada triwulan

sebelumnya yang tercatat 120,00. Dari hasil survei tersebut didapatkan bahwa indeks ketepatan

pembelian durable goods (barang tahan lama) yang tercatat sebesar 114,80 dan indeks

penghasilan saat ini yang tercatat sebesar 129,27 menunjukkan adanya peningkatan

dibandingkan dengan periode sebelumnya.

Selain itu, Indeks Tendensi Konsumen3 (ITK) juga masih terjaga dalam level optimis

yaitu 107,70. Hal ini mengindikasikan bahwa kondisi ekonomi konsumen triwulan laporan

mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya meskipun dengan level yang lebih

rendah. Peningkatan kondisi ekonomi konsumen didorong oleh peningkatan Indeks pengaruh

inflasi terhadap konsumsi (120,19), Indeks pendapatan rumah tangga saat ini (104,31) dan

Indeks tingkat konsumsi beberapa komoditi (100,18) (Grafik 1.5).

Sumber: BPS Jawa Tengah

Grafik 1.5 Indeks Tendensi Konsumen di

Jawa Tengah

Sumber: PLN Distribusi Jateng&DIY

Grafik 1.6 Penjualan Listrik Segmen Rumah

Tangga

Indikasi masih tingginya konsumsi rumah tangga juga terlihat dari penjualan listrik

PLN segmen Rumah Tangga (Grafik 1.6.). Pada triwulan IV 2012, penjualan listrik PLN untuk

segmen rumah tangga di Jawa Tengah adalah sebesar 2.337 Juta KwH atau tumbuh 4,4%

(yoy). Kondisi ini menunjukkan adanya indikasi kebutuhan konsumsi energi masyarakat yang

masih cukup tinggi. Dapat ditambahkan bahwa sesuai siklusnya, penjualan listrik PLN segmen

rumah tangga mengalami puncaknya pada Triwulan IV pada setiap tahunnya. Namun demikian,

pertumbuhan tersebut masih lebih rendah bila dibandingkan dengan pertumbuhan pada

triwulan sebelumnya yang sebesar 11,7% (yoy). Secara keseluruhan tahun, penjualan listrik PLN

segmen rumah tangga tercatat sebesar 9.014 juta KwH atau tumbuh sebesar 8,2% (yoy)

dibandingkan tahun sebelumnya.

Konsumsi rumah tangga juga didukung kredit konsumsi perbankan. Selanjutnya,

sejalan dengan cukup tingginya pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan laporan,

kredit konsumsi perbankan di Jawa Tengah juga mengalami pertumbuhan sebesar 22,5% (yoy)

dengan nominal tercatat sebesar Rp55,9 triliun. Pertumbuhan kredit konsumsi tersebut lebih

2 Dikatakan optimis jika angka indeks berada di atas 100 dan pesimis jika di bawah 100

3 Hasil Survei Tendensi Konsumen BPS Jawa Tengah. ITK merupakan indeks komposit persepsi rumah tangga mengenai kondisi

ekonomi konsumen dan perilaku konsumen terhadap situasi perekonomian pada triwulan berjalan dan perkiraan pada triwulan

mendatang

110,9 107,4 105,9 109,5 111,3 107,7

0,0

40,0

80,0

120,0

III IV I II III IV

2011 2012

Indeks Tendensi Konsumen

Pendapatan RT Kini

Pengaruh Inflasi Terhadap Konsumsi Makanan

Tingkat Konsumsi Komoditi Makanan

6,8

8,5 8,78,2

11,7

4,4

0

2

4

6

8

10

12

14

1.900

1.950

2.000

2.050

2.100

2.150

2.200

2.250

2.300

2.350

2.400

III IV I II III IV

2011 2012

% yoyJuta KwH

Rumah Tangga g_yoy (%,RHS)

Page 15: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan IV 2012 5

tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 18,3% (yoy) (Grafik 1.7). Hal

ini diperkirakan terkait dengan relatif rendahnya suku bunga serta berbagai kemudahan yang

ditawarkan perbankan dalam menggunakan kredit konsumsi.

Secara kumulatif, di tahun 2012 pertumbuhan konsumsi rumah tangga melambat

dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu dari 6,6% (yoy) menjadi 5,0% (yoy). Kondisi

tersebut diperkirakan terkait dengan tingkat inflasi yang lebih tinggi di tahun 2012 dan dampak

dari kebijakan kenaikan bahan bakar minyak (BBM) yang meski tidak jadi dinaikan namun

memberikan dampak pada konsumsi masyarakat sejalan dengan meningkatnya ekspektasi

inflasi. Hal yang mengkonfirmasi perlambatan pada konsumsi secara tahunan, lebih banyak

ditunjukkan oleh IKK, Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja serta Indeks Penghasilan Saat Ini yang

masing-masing sebesar 127,39, 138,67 dan 110,47. Nilai tersebut tercatat lebih rendah

daripada periode yang sama tahun sebelumnya.

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 1.7 Perkembangan Kredit Konsumsi

di Jawa Tengah

Sumber : Bank Indonesia

Grafik 1.8 Posisi Giro Pemerintah di

Perbankan Jawa Tengah

Konsumsi pemerintah mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar -0,4% (yoy) pada

triwulan laporan. Kondisi tersebut diperkirakan terkait dengan realisasi kegiatan konsumsi

Pemerintah pada tahun 2012 diperkirakan banyak dilakukan lebih awal yang menunjukkan

perbaikan dalam realisasi anggarannya. Hal ini tercermin pada pertumbuhan konsumsi

Pemerintah pada triwulan-triwulan sebelumnya di tahun 2012 yang secara tahunan mencatat

pertumbuhan yang positif. Secara triwulanan, konsumsi Pemerintah tumbuh 11,4% (qtq).

Kontraksi pertumbuhan di triwulan laporan diduga karena ada beberapa proyek pemerintah

yang belum dapat terealisasi pada akhir tahun anggaran 2012. Hal tersebut terkait dengan

permasalahan dalam hal pengadaan barang dan jasa, proses lelang, proses pembebasan lahan

serta masalah administratif lainnya (lihat bab keuangan daerah).

Konsumsi Pemerintah yang relatif rendah tersebut juga tercermin pada simpanan giro

milik pemerintah yang ada di perbankan yang relatif masih tinggi dibanding periode yang

sama tahun sebelumnya. Pada triwulan laporan, rekening giro milik Pemerintah mengalami

kontraksi pertumbuhan sebesar -43,6% (qtq). Namun, jumlah rekening giro tersebut masih lebih

tinggi dibandingkan dengan triwulan IV 2011, yang mengindikasikan lebih rendahnya kegiatan

konsumsi Pemerintah pada triwulan IV 2012 (Grafik 1.9.).

Rp45,7Rp55,9 T

18,0%

22,5%

0,0%

5,0%

10,0%

15,0%

20,0%

25,0%

0

10

20

30

40

50

60

IV I II III IV

2011 2012

G (% yoy)Triliun Rp

Kredit Konsumsi

G % (yoy) - rhs

Rp3,9 TRp5,1 T

21,4% 32,2%

-37,7% -43,6% -60%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

140%

-

1,0

2,0

3,0

4,0

5,0

6,0

7,0

8,0

9,0

10,0

IV I II III IV

2011 2012

Growth (%)Triliun Rp

Giro Pemerintah % yoy - rhs % qtq - rhs

Page 16: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan IV 2012 6

Secara kumulatif di tahun 2012, konsumsi pemerintah masih mampu tumbuh

sebesar 4,7% (yoy), pertumbuhan konsumsi pemerintah di tahun 2012 tercatat lebih rendah

dibandingkan tahun 2011 yang tumbuh sebesar 7,9% (yoy). Hal ini diduga karena proyek-

proyek pemerintah yang terkait dengan pembangunan infrastruktur yang bersifat multiyears,

telah banyak dilakukan sejak tahun 2011, sehingga tahun 2012 tinggal proses penyelesainnya.

1.1.2. Investasi

Kondisi ekonomi yang terus membaik di Jawa Tengah didorong oleh kegiatan

investasi. Investasi yang tercermin dari pembentukan modal tetap bruto (PMTB) tumbuh cukup

tinggi sebesar 11,0% (yoy). Pertumbuhan investasi tersebut lebih tinggi bila dibandingkan

dengan angka pertumbuhan pada triwulan IV 2011 dan triwulan III 2012 yang masing-masing

mencapai 5,2% (yoy) dan 9,3% (yoy).

Kegiatan investasi di Jawa Tengah diperkirakan terkait dengan pelaksanaan

beberapa proyek infrastruktur. Peningkatan investasi dalam bentuk pembangunan

infrastruktur dan konstruksi diindikasikan dengan meningkatnya pertumbuhan konsumsi semen

di Jawa Tengah. Pada triwulan laporan, konsumsi semen di Jawa Tengah mencapai 1,7 juta ton

atau meningkat sebesar 14,5% (yoy), sedikit lebih rendah dibandingkan pertumbuhan di

Triwulan III 2012 yang tercatat sebesar 20,7% (yoy). Dari Central Java Bussiness Forum (CJIBF)

tahun 2012, tercatat 69 kepeminatan di sektor properti, manufaktur, infrastruktur,

pertambangan dan energi, pertanian dan pariwisata dengan perkiraan nilai investasi sebesar Rp

22,5 triliun yang berlokasi di 24 Kabupaten/Kota di Jawa Tengah.

Selama tahun 2012, dukungan kegiatan ekonomi terhadap pertumbuhan ekonomi

lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya. Kegiatan investasi pada tahun 2012 tumbuh

sebesar 8,4% (yoy), meningkat dibandingkan pertumbuhan tahun 2011 yang sebesar 7,6%

(yoy). Hal ini erat kaitannya dengan implementasi Program Masterplan Percepatan Pertumbuhan

Ekonomi Indonesia (MP3EI) di wilayah Jawa Tengah, antara lain pembangunan double track dan

fasilitas penunjang prasarana lintas Pekalongan Semarang; pembangunan double track

Semarang Bojonegoro Surabaya; pembangunan jalur ganda kereta api Cirebon Brebes;

modernisasi pelabuhan Tanjung Emas; pengembangan Bandara Internasional Ahmad Yani

periode 2011 2013; pembangunan bendungan Jati Barang; normalisasi Banjir Kanal; serta

pembangunan PLTU Jawa Tengah.

Sumber: Asosiasi Semen Indonesia

Grafik 1.9 Penjualan Semen di Jawa

Tengah

Sumber: PT. PLN (Persero) Distribusi Wil. Jateng&DIY

Grafik 1.10 Konsumsi Listrik PLN Segmen

Industri di Jawa Tengah

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

0

200

400

600

800

1.000

1.200

1.400

1.600

1.800

2.000

I II III IV I II III IV

2011 2012

% yoyJuta TonRealisasi - rhs g_yoy (%)

2,5

10,9

9,2

6,5 6,7

15,8

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

1.200

1.250

1.300

1.350

1.400

1.450

1.500

1.550

1.600

1.650

III IV I II III IV

2011 2012

% yoyJuta KwH

Industri g_yoy (%,RHS)

Page 17: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan IV 2012 7

Pertumbuhan konsumsi listrik PLN untuk sektor industri dan bisnis juga terus

menunjukkan peningkatan, yang mengkonfirmasi masih berputarnya kegiatan investasi di

Jawa Tengah. Pada triwulan laporan, konsumsi listrik segmen industri dan segmen bisnis

melonjak cukup tinggi sehingga masing-masing tumbuh sebesar 15,8% (yoy) dan 10,9% (yoy).

Pertumbuhan tersebut tercatat lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya dan triwulan yang

sama tahun sebelumnya. Kondisi tersebut mengindikasikan terus terjadinya ekspansi oleh

kalangan dunia usaha di Jawa Tengah. (Grafik 1.10 dan 1.11). Sementara itu, Indeks Penjualan

Eceran4 di triwulan laporan untuk kelompok Perumahan dan Bahan Bakar (bahan konstruksi,

bahan bakar, perlengkapan RT (mebel, alat elektronik dan non elektronik) juga mengalami

peningkatan dari triwulan sebelumnya yaitu dari 14,19 menjadi 39,03 (Grafik 1.12).

Sumber: Asosiasi Semen Indonesia

Grafik 1.11 Konsumsi Listrik PLN Segmen

Bisnis di Jawa Tengah

Sumber: Survei Penjualan Eceran, Bank Indonesia

Grafik 1.12 Indeks Penjualan Eceran

Kelompok Perumahan dan Bahan Bakar

Dari sisi pembiayaan, indikasi cukup tingginya kegiatan investasi diindikasikan oleh

tren meningkatnya kredit investasi perbankan. Kredit investasi yang disalurkan oleh

perbankan di Jawa tengah mengalami peningkatan baik nominal maupun pertumbuhannya.

Kredit investasi pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp19,1 triliun dengan pertumbuhan yang

mencapai 46,1% (yoy), seperti terlihat pada grafik 1.13.

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 1.13 Kredit Investasi di Jawa Tengah

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 1.14 Perkembangan Impor Non

Migas Barang Modal Jawa Tengah

4 Hasil Survei Penjualan Eceran Triwulan IV 2012 Kantor Perwakilan BI Wilayah V (Jateng&DIY)

-1,5

9,1

11,3 11,110,5 10,9

-4

-2

0

2

4

6

8

10

12

400

420

440

460

480

500

520

540

560

III IV I II III IV

2011 2012

% yoyJuta KwH

Bisnis g_yoy (%,RHS)

59,63

14,19

39,03

-200%-100%0%100%200%300%400%500%600%700%

0

10

20

30

40

50

60

70

I II III IV I II III IV

2011 2011

% yoyIndeks

Indeks Riil Penjualan Eceran Kelompok Perumahan dan Bahan BakarG % yoy

54 52

46

-10

0

10

20

30

40

50

60

-

5

10

15

20

25

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2011 2012

% (yoy)Triliun Rp

Kredit Investasi Growth (yoy %) 0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

0.0

100.0

200.0

300.0

400.0

500.0

600.0

700.0

IV I II III IV*

2011 2012

% yoyJuta USDBarang Modal - Juta USD

% (yoy)

Page 18: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan IV 2012 8

Peningkatan kegiatan investasi juga terlihat dari impor non migas Jawa Tengah

untuk barang-barang modal5 (Capital Goods) yang meningkat cukup signifikan. Data Impor

barang modal (s.d. November 2012) tumbuh sangat signifikan yaitu sebesar 97,4% (yoy)

dengan nilai sebesar 622,9 Juta USD. Pertumbuhan tersebut meningkat jika dibandingkan

dengan dengan triwulan III 2012 maupun triwulan yang sama tahun sebelumnya yang masing-

masing tumbuh sebesar 27,6% (yoy) dan 18,1% (yoy) (Grafik 1.14.).

1.1.3. Ekspor dan Impor

Ditengah belum pulihnya krisis Eropa, perdagangan eksternal (ekspor dan impor)6

di Jawa Tengah pada triwulan IV 2012 masih tumbuh cukup baik. Perkembangan ekspor

pada PDRB Jawa Tengah pada triwulan laporan tumbuh 8,3% (yoy), melambat jika

dibandingkan dengan triwulan III 2012 maupun triwulan IV 2011 yang masing-masing tumbuh

sebesar 10,2% (yoy) dan 21,1% (yoy). Hal ini diduga akibat dampak krisis Eropa yang belum

pulih disamping pelemahan harga beberapa komoditas utama ekspor Jawa Tengah di pasar

internasional. Namun, perbaikan ekspor sudah terlihat sejalan dengan upaya pengalihan pasar

ke negara-negara non tradisional. Sejalan dengan ekspor, impor juga mengalami penurunan

pertumbuhan yang cukup tinggi dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu dari 23,4% (yoy)

menjadi 7,9% (yoy). Namun demikian, impor mengalami kenaikan pertumbuhan dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh 2,8% (yoy). Secara neto, ekspor tahunan Jawa

Tengah tumbuh cukup mengesankan, yaitu mencapai 23,0% (yoy). Selain dipengaruhi oleh

tingginya perdagangan antar daerah, cukup tingginya ekspor netto juga terkait pertumbuhan

negatif ekspor neto pada triwulan IV 2011.

Data ekspor BPS menunjukkan adanya perbaikan kinerja ekspor Jawa Tengah.

Berdasarkan data BPS (periode November 2012), ekspor non migas Jawa Tengah mencapai

USD390,8 juta atau naik sebesar 3,5% (yoy). Namun demikian, secara kumulatif Jawa Tengah

mengalami kontraksi ekspor sebesar -1,0% (ctc) dengan nilai ekspor sebesar USD4.210,4 juta.

Negara tujuan utama ekspor Jawa Tengah adalah Amerika, Jepang dan Cina. Tekstil dan barang

tekstil, Kayu dan barang dari kayu, serta bermacam barang hasil pabrik merupakan tiga

kelompok komoditas utama yang mempunyai nilai ekspor tertinggi. Selanjutnya, BPS merilis

angka sementara nilai ekspor non migas Jawa Tengah untuk bulan Desember 2012 mencapai

USD440,8 juta.

Sementara itu, impor masih tumbuh meski relatif rendah. Nilai impor Jawa Tengah

pada bulan November 2012 mencapai USD1.434,1 juta atau mengalami kenaikan sebesar 8,4%

(yoy). Impor kumulatif Januari - November 2012 mencapai USD12.857,2 juta atau naik sebesar

6,7% (ctc) dibandingkan tahun 2011. Negara pemasok barang impor terbesar ke Jawa Tengah

adalah Arab Saudi, Cina dan Singapura. Produk mineral, mesin dan pesawat mekanik serta

5 Barang-barang impor berdasarkan klasifikasi BEC dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu:

1. Barang modal (Capital) adalah barang-barang yang digunakan untuk keperluan investasi

2. Bahan baku (Raw Material) adalah barang-barang mentah atau setengah jadi yang akan diproses kembali oleh sektor industri

3. Konsumsi (Consumption) adalah kategori barang-barang jadi yang digunakan langsung untuk konsumsi baik habis pakai

maupun tidak.

BEC merupakan pengklasifikasian kode barang dengan 3 digit angka, yang dikelompokkan berdasarkan kegunaan utama barang

berdasarkan daya angkut komoditi tersebut.

6 Pengertian ekspor dan impor dalam konteks PDRB adalah mencakup perdagangan barang dan jasa antar negara

dan antar provinsi

Page 19: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan IV 2012 9

tekstil dan barang tekstil merupakan kelompok komoditas yang mempunyai nilai impor

tertinggi. Senada dengan ekspor diatas, BPS juga merilis angka sementara nilai impor migas dan

non migas Jawa Tengah untuk bulan Desember 2012 masing-masing mencapai USD575,1 juta

dan USD598,0 juta.

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 1.15 Perkembangan Ekspor Impor

Non Migas di Jawa Tengah

Sumber: Terminal Peti Kemas, Semarang

Grafik 1.16 Perkembangan Volume

Bongkar Muat Peti Kemas

Data ekspor impor ke luar negeri yang diolah Bank Indonesia7 mengkonfirmasi

kinerja sektor eksternal yang masih cukup baik. Kinerja ekspor non migas Jawa Tengah

sampai dengan triwulan IV 2012 (Data November 2012) tumbuh sebesar 9,7% (yoy), mengalami

perlambatan dari triwulan sebelumnya yang sebesar 10,7% (yoy). Sementara itu, impor non

migas menunjukkan adanya pertumbuhan yang meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya

yaitu dari 6,2% (yoy) menjadi sebesar 8,6% (yoy) sejalan dengan pertumbuhan impor dalam

PDRB Jawa Tengah. (Grafik 1.15)

Selanjutnya, sejalan dengan pertumbuhan nilai ekspor yang menurun, volume arus

bongkar muat peti kemas untuk kegiatan ekspor impor ke luar negeri di terminal peti

kemas Semarang juga mengkonfirmasikan adanya penurunan pertumbuhan. Volume peti

kemas pada triwulan IV 2012 untuk ekspor mencapai 63 ribu twenty feet equivalent units

(TEUS) atau tumbuh sebesar 4,5% (yoy). Pertumbuhan tersebut lebih rendah dibandingkan

triwulan sebelumnya dan triwulan IV 2011 yang tumbuh 9,5% (yoy) dan 13,1% (yoy). Demikian

halnya dengan impor, sejalan dengan nilai pertumbuhan impor yang meningkat, terjadi

peningkatan pula pertumbuhan volume arus bongkar muat peti kemas yaitu dari 2,6% (yoy)

pada triwulan III 2012 menjadi 6,6% (yoy) pada triwulan laporan (Grafik 1.16).

Sementara itu, perdagangan antar daerah yang juga menjadi komponen dalam

penghitungan ekspor impor dalam PDRB ini diperkirakan mengalami peningkatan. Hal ini

karena adanya beberapa perbaikan infrastruktur yang dapat meminimalisir gangguan distribusi

seperti perbaikan jalan dan jembatan ditengarai semakin memperlancar perdagangan antar

daerah.

Secara keseluruhan, ekspor Jawa Tengah pada tahun 2012 tumbuh 9,5%, sementara

impor tumbuh 8,5%.

7 Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter (DSM) Bank Indonesia

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

1600

IV* I II III IV*

2011 2012

% yoyJuta USD

Ekspor Impor pert. Yoy ekspor rhs pert. Yoy impor - rhs

0.0%

5.0%

10.0%

15.0%

20.0%

25.0%

2025303540455055606570

IV I II III IV

2011 2012

% yoyRibu TEUS Ekspor Impor

g_yoy ekspor - rhs g_yoy impor - rhs

Page 20: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan IV 2012 10

1.2. Analisis PDRB Sisi Penawaran

Dilihat dari sisi sektoral, sektor Pertanian--yang merupakan salah satu sektor utama

ekonomi Jawa Tengah--menjadi salah satu pendorong utama pertumbuhan ekonomi di

triwulan IV 2012. Pada triwulan laporan, pertumbuhan yang cukup tinggi terutama dialami

oleh Sektor Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan, Sektor Pertanian, serta Sektor Listrik,

Gas dan Air Bersih. Dalam pada itu, Sektor Pertanian tumbuh signifikan, jauh meningkat

dibanding triwulan sebelumnya. Kondisi ini menunjukkan bahwa musim penghujan yang

diindikasikan dapat menyebabkan banjir dan kerusakan tanaman pangan tidak memberikan

dampak yang signifikan terhadap Sektor Pertanian secara keseluruhan. Perlu dicatat bahwa dari

tiga sektor utama, hanya Sektor Industri Pengolahan yang tumbuh relatif rendah, jauh lebih

lambat dibanding tiga triwulan sebelumnya.

Tabel 1.2. Pertumbuhan PDRB Jawa Tengah Menurut Lapangan Usaha (%, yoy)

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah (data PDRB berdasarkan harga konstan tahun 2000)

Keterangan : *) angka sangat sementara) , terdapat revisi angka PDRB Jateng pada tahun 2010 - 2012

Tiga sektor utama memberikan sumbangan 4,3% dari 6,3% pertumbuhan ekonomi

di triwulan IV 2012. Dari sisi sumbangan terhadap pertumbuhan, sektor industri pengolahan,

sektor PHR dan sektor pertanian--tiga sektor utama ekonomi Jawa Tengah--memberikan

sumbangan pertumbuhan yang terbesar terhadap PDRB Jawa Tengah periode triwulan ini.

Sektor lain yang memberikan sumbangan yang cukup besar adalah sektor jasa-jasa, yang pada

tahun 2012 memiliki peran sekitar 10,7% terhadap pembentukan PDRB Jawa Tengah.

Sumber : BPS Prov. Jateng

Grafik 1.17 Sumber Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Prov. Jawa Tengah Triwulan IV 2012

I II III IV I II III IV*

PERTANIAN 2.1 0.8 -0.7 3.6 1.3 1.5 1.8 3.9 9.3 3.7

PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 2.0 5.1 1.6 11.3 4.9 8.7 7.7 8.7 4.5 7.4

INDUSTRI PENGOLAHAN 7.1 6.3 6.0 7.0 6.6 7.1 5.8 5.6 3.5 5.5

LISTRIK,GAS DAN AIR BERSIH 7.0 5.8 4.8 6.3 6.0 6.2 5.2 5.5 8.5 6.4

BANGUNAN 5.6 6.5 7.8 6.9 6.7 7.0 7.6 7.9 5.4 7.0

PERDAGANGAN,HOTEL & RESTORAN 7.6 7.8 8.0 7.6 7.7 8.1 9.4 7.8 7.7 8.2

PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 8.7 11.0 6.5 8.3 8.6 8.6 8.2 7.2 7.6 7.9

KEUANGAN, PERSEWAAN & Js. Pers 4.8 7.6 6.4 7.6 6.6 7.8 9.7 10.4 9.5 9.4

JASA-JASA 8.2 6.8 9.8 5.5 7.5 9.4 9.3 3.4 7.4 7.3

PDRB 6.1 5.8 5.6 6.6 6.0 6.5 6.6 6.0 6.3 6.3

LAPANGAN USAHA 20112012

2012*2011

1.3

0.1

1.2

0.1

0.3

1.8

0.4

0.4

0.8

PERTANIAN

PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN

INDUSTRI PENGOLAHAN

LISTRIK,GAS DAN AIR BERSIH

BANGUNAN

PERDAGANGAN,HOTEL & RESTORAN

PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI

KEUANGAN, PERSEWAAN & JS. PERSH.

JASA-JASA

Page 21: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan IV 2012 11

Untuk keseluruhan tahun 2012, peningkatan pertumbuhan ekonomi terutama

terjadi pada Sektor Keuangan. Pada tahun 2012, Sektor Keuangan tumbuh 9,4%, meningkat

dibandingkan 6,6% pada tahun sebelumnya. Hal ini diperkirakan terkait dengan semakin

berkembanganya kegiatan pembiayaan dari sektor keuangan baik dari perbankan maupun

lembaga keuangan lainnya. Maraknya kegiatan konsumsi dan investasi di Jawa Tengah

membutuhkan pembiayaan dari sektor keuangan. Selain itu, sektor yang tumbuh tinggi adalah

Sektor Pertambangan dan Sektor Pertanian. Dari tiga sektor ekonomi, hanya Sektor Industri

Pengolahan yang tumbuh melambat di tahun 2012. Hal ini diperkirakan terkait dengan kegiatan

ekspor yang banyak dihasilkan oleh industri di Jawa Tengah seperti tekstil dan furniture.

1.2.1. Sektor Pertanian

Sektor pertanian pada triwulan IV 2012 mengalami pertumbuhan yang

mengesankan sebesar 9,3% (yoy), setelah pada triwulan III 2012 hanya mampu tumbuh

sebesar 3,9% (yoy). Pertumbuhan ini menunjukkan bahwa panen gadu tanaman bahan

makanan, khususnya padi, lebih besar dibanding triwulan yang sama tahun sebelumnya. Cuaca

yang cukup baik--walaupun dibayangi musim penghujan yang cukup intens--mendukung cukup

primanya performa sektor pertanian secara keseluruhan. Produktivitas yang meningkat dan

intensifikasi pertanian baik on farm maupun off farm yang digalakkan Pemprov Jawa Tengah

terbukti cukup sukses untuk meningkatkan produksi pertanian.

Secara kumulatif, pada tahun 2012 Sektor Pertanian mampu tumbuh cukup

signifikan, yaitu sebesar 3,7% (yoy), yang memberikan andil sebesar 0,7% terhadap

pertumbuhan ekonomi tahun 2012. Walaupun dibayangi dengan penurunan harga komoditas

pertanian di pasar internasional, namun produktivitas yang tinggi dan kondisi cuaca yang cukup

baik membuat produksi pertanian relatif lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya.

Indikasi meningkatnya kinerja sektor pertanian, terlihat pada produksi padi yang

tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Dari grafik 1.18.

terlihat bahwa produksi padi triwulan ini mengalami peningkatan dibandingkan dengan

produksi triwulan IV 2011 yaitu tumbuh 2,2% (yoy) atau mencapai produksi 894 ribu ton.

Sementara itu, pada tahun sebelumnya, produksi padi pada triwulan IV 2011 hanya tercatat

sebesar 875 ribu ton.

Sumber : Dinpertan TPH Prov. Jateng

Grafik 1.18 Perkembangan Produksi Padi di

Jawa Tengah

Sumber : Dinpertan TPH Prov. Jateng

Grafik 1.19 Perkembangan Luas Penen di

Jawa Tengah

-21.6%

2.2%

-60%-50%-40%-30%-20%-10%0%10%20%30%40%50%

-

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

3.50

4.00

4.50

I II III IV I II III IV

2011 2012

% yoyJuta Ton

Produksi G yoy

-

50

100

150

200

250

300

350

400

-50

0

50

100

150

200

250

300

350

De

s

Jan

Fe

b

Ma

r

Ap

r

Me

i

Jun

Jul

Ag

s

Se

p

Ok

t

No

v

De

s

Jan

Fe

b

Ma

r

Ap

r

Ma

y

Jun

Jul

Ag

t

Se

pt

Ok

t

No

v

De

s

2010 2011 2012

Ribu Ha%

Luas Panen (ha)-RHS

g Luas Panen (%, yoy)

Page 22: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan IV 2012 12

Peningkatan produksi padi terkait dengan meningkatnya produktivitas. Hal ini juga

terkonfirmasi dari data produksi padi di Jawa Tengah berdasarkan Angka Ramalan II (ARAM II)

yang diperkirakan meningkat karena kenaikan luas panen dan produktivitas. Untuk keseluruhan

tahun 2012, produksi padi--yang menjadi penyumbang utama PDRB sektor Pertanian--di

Provinsi Jawa Tengah diperkirakan mencapai 10,19 juta ton, meningkat sebesar 8,59% (yoy)

dibandingkan dengan produksi padi tahun sebelumnya yang sebesar 9,3 juta ton. Sementara

itu, untuk komoditas lainnya juga mengalami peningkatan produksi, kecuali untuk ubi kayu dan

kacang hijau.

Tabel 1.3. Perkembangan/Realisasi Produksi Padi dan Palawija

Sumber : Dinpertan TPH Prov. Jawa Tengah

Keterangan : *) ARAM II 2012

1.2.2. Sektor Industri Pengolahan

Sektor industri pengolahan tumbuh melambat terkait dengan menurunnya

permintaan eksternal. Pada triwulan IV 2012 sektor ini tumbuh 3,5% (yoy), yang merupakan

pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan yang terendah di tahun 2012. Dengan demikian,

pertumbuhan tersebut menunjukkan penurunan dibandingkan triwulan III 2012 dan triwulan

yang sama tahun sebelumnya yang mencatatkan pertumbuhan sebesar 5,6% (yoy) dan 7,0%

(yoy). Penurunan pertumbuhan sektor industri pengolahan juga dikonfirmasi dari sisi

penggunaan yaitu permintaan domestik yang melemah (konsumsi lembaga swasta nirlaba dan

konsumsi pemerintah).

Kegiatan sektor industri yang menurun juga tercermin pada data impor bahan

baku8 (raw material) yang mengalami kontraksi pertumbuhan. Pada triwulan laporan, impor

bahan baku mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar -66,4% (yoy). Kontraksi tersebut lebih

dalam dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar -1,7% (yoy) (Grafik 1.20).

Namun demikian, walaupun sektor industri pengolahan mengalami penurunan pertumbuhan,

namun sektor ini merupakan salah satu penyumbang terbesar pertumbuhan di Jawa Tengah

pada triwulan laporan, dengan sumbangan pertumbuhan sebesar 1,2%. Selain itu, kredit sektor

industri juga mengalami penurunan pertumbuhan, dari 26,3% (yoy) pada triwulan III 2012

menjadi 25,5% (yoy) pada triwulan laporan (Grafik 1.21).

8 Lihat catatan kaki No. 2.

G yoy (%)

2009 2010 2011 2012 * 2012

1. Padi 9,600,416 10,110,830 9,391,959 10,199,015 8.59

2. Jagung 3,057,845 3,058,710 2,772,575 2,990,600 7.86

3. Kedelai 175,156 187,992 112,273 134,346 19.66

4. Kac. Tanah 162,430 161,222 122,306 141,098 15.36

5. Kac. Hijau 104,352 77,803 116,518 106,796 (8.34)

6. Ubi Kayu 3,676,809 3,876,242 3,501,458 3,336,491 (4.71)

7. Ubi Jalar 147,083 137,723 157,972 170,136 7.70

No. KomoditasProduksi (Ton)

Page 23: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan IV 2012 13

Sumber: DSM, Bank Indonesia

Grafik 1.20 Impor Non Migas Bahan baku

Jawa Tengah

Sumber : Bank Indonesia

Grafik 1.21 Perkembangan Kredit Sektor

Industri

Namun demikian, hasil liaison yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank

Indonesia Wilayah V menunjukkan bahwa kegiatan perusahaan contact liaison masih

cukup bergairah. Pada triwulan IV-2012, hasil kegiatan Liaison Kantor Perwakilan Bank

Indonesia Wilayah V secara umum masih menunjukkan peningkatan kegiatan usaha

dibandingkan periode triwulan IV-2011, terutama kontribusi dari pasar domestik, sementara

pasar ekspor sedikit mengalami peningkatan khususnya untuk sektor unggulan. Peningkatan

kegiatan usaha sebagian besar contact liaison ditunjukkan oleh beberapa indikator seperti

peningkatan penjualan, peningkatan kapasitas utilisasi, peningkatan harga jual, yang diikuti

dengan peningkatan investasi.

1.2.3. Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR)

Pada triwulan IV 2012 sektor PHR tumbuh cukup signifikan sebesar 7,7% (yoy),

cukup stabil dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan III 2012 yang tercatat

sebesar 7,8% (yoy). Pertumbuhan sektor PHR pada triwulan laporan diperkirakan banyak

didukung oleh Peningkatan penyelenggaraan MICE (Meeting, Incentive, Convention, and

Exhibition) yang diselenggarakan di perhotelan, dan hari libur panjang (long weekend)

mendorong peningkatan kunjungan keluarga. Dari hasil liaison triwulan IV 2012 yang dilakukan

oleh KPw BI Wilayah V, berbagai renovasi untuk meningkatkan kenyamanan customer yang

dilakukan oleh pihak hotel berdampak positif terhadap peningkatan occupancy rate.

Selanjutnya, dari sisi perdagangan, pencapaian rating menjadi investment grade, pertumbuhan

perekonomian di Indonesia yang masih meningkat, dan kondisi politik yang relatif stabil

mendorong kepercayaan buyer untuk tetap meningkatkan pesanannya dari Indonesia khususnya

Jawa Tengah. Sementara beberapa komoditi non unggulan Jawa Tengah juga masih mengalami

peningkatan penjualan, yang didorong oleh peningkatan permintaan, inovasi produk, dan

perluasan pasar.

Pada triwulan laporan, kinerja sektor PHR khususnya subsektor perdagangan

terindikasi sangat baik. Hal tersebut dikonfirmasi dari hasil Survei Perdagangan Eceran (SPE)

yang dilakukan Kantor Perwakilan Bank Indonesia wilayah V pada triwulan IV 2012 (Grafik

1.22). Indeks Perdagangan Eceran hasil Survei Perdagangan Eceran (SPE) yang dilakukan di

beberapa pusat perbelanjaan menunjukkan bahwa perkembangan indeks perdagangan eceran

-66.4%

-80%-70%-60%-50%-40%-30%-20%-10%0%10%20%30%

0

100

200

300

400

500

600

700

800

900

1000

IV I II III IV*

2011 2012

% yoyJuta USD Bahan Baku - Juta USD

% (yoy)

24.9%

25.5%

0.0%

5.0%

10.0%

15.0%

20.0%

25.0%

30.0%

35.0%

0

5

10

15

20

25

30

35

IV I II III IV

2011 2012

G (% yoy)Triliun Rp

Kredit Sektor Industri

G % (yoy) - rhs

Page 24: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan IV 2012 14

pada Desember 2012 menunjukkan angka indeks 138,34 atau meningkat dibandingkan dengan

indeks bulan Desember 2011 yang sebesar 107,01.

Sumber: Survei Penjualan Eceran, KPw BI Wil. V

Grafik 1.22. Indeks Penjualan Eceran Riil

Sumber: BPS

Grafik 1.23.Tingkat Penghunian Kamar

Hotel Jawa Tengah

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 1.24.Kredit Sektor PHR

Kegiatan akhir tahun terlihat pada peningkatan Tingkat Penghunian Kamar (TPK)

yang memberikan indikasi pertumbuhan sektor PHR pada triwulan laporan. Secara rata-rata,

TPK hotel di Jawa Tengah selama triwulan IV 2012 tercatat sebesar 50,8% lebih tinggi

dibandingkan TPK triwulan III 2012 yang tercatat sebesar 46,6%. Berdasarkan kelasnya, tingkat

hunian hotel berbintang selalu lebih tinggi dibandingkan hotel non bintang (Grafik 1.23.). Pada

periode-periode tertentu (peak season), berdasarkan hasil liaison tingkat hunian hotel cukup

tinggi, yaitu dapat mendekati 90%. Peningkatan pertumbuhan kredit PHR juga menjadi

salah satu indikasi meningkatnya kinerja sektor PHR. Sampai dengan triwulan IV 2012, kredit

sektor PHR telah mencapai Rp47,9 triliun atau tumbuh sebesar 33,5% (yoy) (Grafik 1.24).

Sementara untuk kunjungan wisatawan menunjukkan penurunan. Hal yang

mengkonfirmasi sedikit menurunnya pertumbuhan sektor PHR pada triwulan laporan adalah

turunnya jumlah kunjungan wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Jawa Tengah. Dari

rilis BPS tentang Perkembangan Pariwisata di Jawa Tengah, secara kumulatif di tahun 2012,

jumlah wisman yang berkunjung ke Jawa Tengah mencapai 21.621 orang atau mengalami

penurunan sebesar 9,31% (yoy). Jumlah wisatawan terbanyak berasal dari Singapura dan

Malaysia serta Perancis.

96.51

107.01

123.98

123.59

138.34

-5

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

60

80

100

120

140

160

12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2011 2012

(%)Indeks Indeks Riil Penjualan Eceran

Perubahan Tahunan (% y-o-y)

49.9 48.3 51.8 46.6 50.8 0

10

20

30

40

50

60

70

80

IV I II III IV

2011 2012

Tk. hunian (%)

Total Bintang 1 Bintang 2Bintang 3 Bintang 4 Bintang 5

19,8%

33,5%

0,0%

5,0%

10,0%

15,0%

20,0%

25,0%

30,0%

35,0%

40,0%

0

10

20

30

40

50

60

IV I II III IV

2011 2012

G (% yoy)Triliun Rp

Kredit Sektor PHR G % (yoy) - rhs

Page 25: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan IV 2012 15

1.2.4. Sektor Jasa-Jasa

Sektor jasa-jasa pada triwulan ini tumbuh sangat tinggi, yaitu sebesar 7,4% (yoy),

jauh lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada triwulan III 2012 yang sebesar 3,4%

(yoy). Salah satu indikator pertumbuhan sektor ini dapat dilihat dari perkembangan kredit sektor

jasa-jasa oleh perbankan di Jawa Tengah. Dari grafik 1.25 di bawah penyaluran kredit jasa

tumbuh sebesar 13,9% (yoy) dengan nominal mencapai Rp3,3 triliun, melambat dibanding

triwulan sebelumnya. Masih tingginya kinerja sektor jasa didorong oleh meningkatnya kinerja

sektor-sektor lainnya yang kemudian membutuhkan dukungan dari sektor jasa.

Sumber: DSM, Bank Indonesia

Grafik 1.25. Kredit Sektor Jasa di Jawa

Tengah

Sumber :DSM, Bank Indonesia

Grafik 1.26. Kredit Sekor Bangunan di

Jawa Tengah

1.2.5. Sektor-sektor Lainnya

Pada triwulan IV 2012, sektor Bangunan mengalami pertumbuhan sebesar 5,4%

(yoy), menurun bila dibandingkan angka pertumbuhan triwulan III 2012 yang sebesar

7,9% (yoy). Perkembangan bangunan/konstruksi pada triwulan ini sangat dipengaruhi oleh

pelaksanaan proyek infrastruktur pemerintah maupun swasta yang sudah berjalan pada triwulan

sebelumnya, khususnya perbaikan jalan raya utama dan jembatan yang rusak karena pengaruh

musim hujan maupun beban berat kendaraan. Diantaranya adalah perbaikan ruas jalan Pantura

Timur, Pantura Barat dan sebagainya. Selain itu, pembangunan berbagai gedung perkantoran

serta pembangunan/perluasan pabrik oleh pihak swasta juga turut menyumbang pertumbuhan

sektor ini.

Kinerja sektor bangunan tersebut dapat dilihat pada pertumbuhan konsumsi

semen (Grafik 1.9). Pada triwulan ini konsumsi semen sedikit menurun dibanding pertumbuhan

pada triwulan sebelumnya. Konsumsi semen pada triwulan laporan tercatat tumbuh sebesar

14,5% (yoy) atau mengalami penurunan dibandingkan triwulan III 2012 yang tumbuh sebesar

20,7% (yoy). Konsumsi semen itu sendiri dapat digunakan sebagai cerminan dari kinerja sektor

ini mengingat peran semen yang cukup sentral sebagai bahan baku dalam setiap pengerjaan

konstruksi bangunan maupun infrastruktur. Selain itu, dari sisi pembiayaan, kredit sektor

konstruksi juga melonjak tajam. Selain itu, penyaluran kredit sektor bangunan sampai dengan

triwulan laporan mencapai Rp3,2 triliun. Kredit sektor bangunan juga menunjukkan penurunan

Rp3,3 T

14%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

2,60

2,70

2,80

2,90

3,00

3,10

3,20

3,30

3,40

IV I II III IV

2011 2012

G (% yoy)Triliun Rp

Sektor Jasa-jasa

G % (yoy) - rhs

Rp3,2 T

42%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

0,0

0,5

1,0

1,5

2,0

2,5

3,0

3,5

4,0

IV I II III IV

2011 2012

G (% yoy)Triliun Rp

Sektor Bangunan

G % (yoy) - rhs

Page 26: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan IV 2012 16

pertumbuhan dari 57,6% (yoy) pada triwulan III 2012 menjadi 42,2% (yoy) pada triwulan

laporan (Grafik 1.23).

Sementara sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan pada triwulan IV

2012 tumbuh sangat mengesankan yaitu sebesar 9,5% (yoy). Namun, pertumbuhan

tersebut mengalami penurunan bila dibandingkan dengan angka pertumbuhan pada triwulan

sebelumnya yang tercatat sebesar 10,4% (yoy). Pada subsektor perbankan, pertumbuhan kredit

pada triwulan IV 2012 tercatat sebesar 23,5% (yoy), meningkat dari pertumbuhan triwulan III

2012 yang tercatat sebesar 21,6% (yoy). Pertumbuhan kredit yang positif pada triwulan ini

banyak dipengaruhi peningkatan aktivitas ekonomi pada awal tahun ini yang mengalami

peningkatan. (lihat Bab III Perkembangan Perbankan)

Tabel 1.4 Perkembangan Kegiatan Bank (Rp Triliun)

Sumber : LBU dan LBPR, Bank Indonesia

* Keterangan: Kredit menurut lokasi bank

Kinerja sub sektor perbankan secara umum masih tumbuh cukup baik dan stabil.

Beberapa indikator kinerja perbankan, seperti dana pihak ketiga, outstanding kredit, LDR (loan

to deposit ratio) serta kualitas kredit yang tercermin dari rasio NPL (non performing loans) masih

relatif cukup baik (Tabel 1.4).

Sektor pengangkutan dan komunikasi pada triwulan IV 2012 tumbuh signifikan

sebesar 7,6% (yoy), meningkat dibandingkan pertumbuhan triwulan III 2012 yang sebesar

7,2% (yoy). Peningkatan pertumbuhan sektor ini terutama didorong oleh aktivitas

pengangkutan dan komunikasi yang dilakukan masyarakat yang terus meningkat. Di subsektor

pengangkutan, pembukaan rute baru penerbangan dari dan ke Semarang memberikan dampak

pada perkembangan di subsektor ini. Di subsektor komunikasi, aktivitas masyarakat khususnya

melalui telekomunikasi seluler maupun akses internet meningkat sangat pesat. Namun, hasil

Survei Penjualan Eceran (SPE) yang dilakukan Kantor Perwakilan BI Wilayah V khususnya

kelompok transportasi dan Komunikasi cenderung turun (Grafik 1.24.). Indeks penjualan riil

kelompok transportasi dan komunikasi ini menunjukkan pertumbuhan yang negatif pada akhir

triwulan ini.

yoy qtq

Asset 179,5 187,6 197,4 208,3 210,8 17,4% 1,2%

DPK 133,7 138,7 144,4 151,4 155,8 16,5% 3,0%

Kredit 131,4 134,7 145,5 151,7 162,3 23,5% 7,0%

LDR - Perbankan (%) 98,3 97,1 100,8 100,2 104,2

NPL -Perbankan (%) 2,5 2,7 2,6 2,6 2,2

IV-12Growth

I N D I K A T O R IV-11 I-12 II-12 III-12

Page 27: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan IV 2012 17

Sumber: DSM, Bank Indonesia

Grafik 1.27. Indeks Penjualan Riil Kel.

Transportasi dan Komunikasi

Sumber :DSM, Bank Indonesia

Grafik 1.28. Penjualan Listrik PLN Jawa

Tengah

Sektor listrik, gas dan air (LGA) mengalami pertumbuhan sebesar 8,5% (yoy) ,

meningkat dibandingkan pertumbuhan triwulan III 2012 yang tercatat sebesar 5,5% (yoy).

Pada sub sektor listrik, pola pertumbuhan tahunannya masih tercatat positif dan sejalan dengan

pergerakan pergerakan pertumbuhan sektor ini dimana pertumbuhan penjualan listrik pada

triwulan ini tumbuh sebesar 8,9% (yoy). Sementara itu sub sektor air bersih diperkirakan

tumbuh stabil. Indikasi perkembangan sektor ini diantaranya terlihat pada penjualan listrik oleh

PLN (total konsumsi listrik Jawa Tengah).

Sektor pertambangan dan penggalian tumbuh sebesar 4,5% (yoy), mengalami

penurunan dibanding pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 8,7%

(yoy). Pertumbuhan di sektor ini terutama didorong oleh meningkatnya produksi sub sektor

penggalian pasir dan batu yang sangat dominan porsinya. Peningkatan subsektor penggalian

pasir ini salah satunya masih disebabkan oleh maraknya aktivitas penggalian pasir untuk

mendukung aktifitas pembangunan yang sedang tumbuh pesat di Jawa Tengah.

4,75

(47,41)

(100)

(80)

(60)

(40)

(20)

0

20

I II III IV I II III IV I II III IV

2010 2011 2011

Indeks (%)

4,2

8,79,0

6,8

9,38,9

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

3.000

3.200

3.400

3.600

3.800

4.000

4.200

4.400

4.600

4.800

5.000

III IV I II III IV

2011 2012

% yoyJuta KwH

Total Penjualan Listrik

g_yoy (%,RHS)

Page 28: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan IV 2012 18

BOKS

SURVEI INVESTASI 2012

Pertumbuhan ekonomi Jateng tahun 2011 tercatat sebesar 6%. Pencapaian yang cukup

baik, karena meningkat dibandingkan dengan tahun 2010 maupun 2009. Meskipun demikian,

pertumbuhan tersebut masih berada di bawah level nasional yang melaju pada angka 6,5%.

Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Jateng tahun 2012 tercatat sebesar 6,3% dan melaju di

atas angka nasional.

Salah satu faktor pendorong utama pertumbuhan sampai saat ini adalah konsumsi. Hal ini

tidak lain karena porsi konsumsi yang masih sangat besar dalam struktur perekonomian. Selain

mengandalkan konsumsi sebagai kontributor pertumbuhan ekonomi, sudah seharusnya Jateng

memiliki solusi strategis jangka menengah dan panjang dalam upaya menggerakkan

perekonomian melalui peningkatan investasi. Investasi adalah permasalahan keamanan dan

kenyamanan modal. Investor tidak melulu mencari return tertinggi, namun akan berupaya

mengamankan ivnestasinya dalam jangka panjang. Investasi juga mengenai masalah

kemudahan berusaha. Penanaman modal tidak boleh dijadikan obyek jangka pendek untuk

meningkatkan PAD misalnya, namun harus dikembangkan jangka yang lebih panjang guna

memperkuat struktur perekonomian.

Peningkatan investasi dimulai dari penciptaan iklim yang kondusif, bantuan pelayanan

data dan informasi, perizinan hingga teknis pelaksanaan investasi. Guna mengetahui sejauh

mana permasalahan dan solusi peningkatan investasi, maka dilaksanakan sebuah Survei Investasi

yang merupakan kerja sama Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah V, Badan Penanaman

Modal (BPMD) Jateng, Badan Perencanaan dan Pembagunan Daerah (BAPPEDA) Jateng,

Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ) , dan Budi Santoso Foundation.

Survei ini bertujuan untuk membangun sebuah dialog dengan para investor yang ada maupun

yang potensial, mengali lebih dalam alasan mengapa investasi di Jateng masih relatif rendah

serta menyediakan landasan informasi untuk peningkatan layanan promosi investasi daerah dan

akhirnya dapat menarik lebih banyak investasi di Jateng

Survei dilakukan terhadap 237 investor PMA/PMDN yang berlokasi di 35 kabupaten / kota

di Jateng. Beberapa temuan menarik dari survei tersebut antara lain adalah: pertama, alasan

utama melakukan investasi di jateng adalah faktor kedekatan memperoleh bahan baku dan

kedekatan menjangkau pasar. Kedua, alasan investor memilih lokasi di kabupaten / kota dalah

letak gegrafisnya yang dipandang startegis, baik untuk kegiatan produksi, distribusi maupun

sumber tenaga kerja. Ketiga, faktor utama yang dianggap masih menghambat kegiatan

investasi adalah permasalahan regulasi yang terkait dengan pajak dan retribusi daerah.

Keempat, secara umum para responden menganggap pemerintah telah memberikan dukungan

dalam kegiatan investasi.

Berdasarkan berbagai temuan-temuan survei, secara umum investor di Jateng mengakui,

bahwa iklim investasi selama tiga tahun terakhir sudah sesuai harapan. Meskipun demikian,

masih terdapat area-area yang memerlukan perbaikan segera, seperti permasalahan

infrastuktur, ketenagakerjaan, regulasi dan pungutan tidak resmi.

Page 29: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan IV 2012 19

Tabel: Ranking Kab/ Kota dalam Survei Investasi 2012

Sumber; Survei Investasi 2012

Berdasarkan berbagai indikator survei maupun data statistik berupa penyaluran kredit

investasi dan alokasi anggaran daerah untuk investasi, maka terpilih 5 (lima) kabupaten kota

yang secara umum memberikan layanan investasi terbaik di Jateng. Secara berurutan, skor

terbaik dicapai oleh Kabupaten Wonosobo, Kota Pekalongan, Kabupaten Purworejo, Kabupaten

Brebes, dan Kabupaten Kudus.

Selanjutnya, sebagai tindak lanjut dari survei ini, maka akan dilakukan capacity building

bagi kabupaten/kota di Jateng untuk terus meningkatkan layanan investasi di segala lini.

Catatan penting lainnya adalah, perlu satu kesadaran kolektif pemangku kepentingan untuk

terus mempertahankan dan meningkatkan branding Jateng sebagai tempat yang tepat untuk

berinvestasi.

Page 30: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan IV 2012 20

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 31: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan IV 2012 21

Bab 2 Perkembangan Inflasi

Perkembangan harga barang dan jasa secara umum (inflasi) di Jawa Tengah pada triwulan IV

2012 relatif terkendali, sehingga secara tahunan menurun dibanding triwulan sebelumnya.

Kondisi tersebut dipengaruhi oleh terjaganya pasokan, khususnya beras, dan ekspektasi inflasi

yang relatif stabil. Dengan kondisi tersebut, dampak faktor musiman akhir tahun (Idul Adha,

Natal, dan Tahun Baru) pada triwulan IV 2012 lebih rendah dibanding periode yang sama tahun

sebelumnya. Secara triwulanan, inflasi pada triwulan laporan tercatat 0,51%, menurun dari

triwulan III 2012 (1,64%, qtq) dan lebih rendah dibanding triwulan yang sama tahun

sebelumnya (0,76%, qtq). Dengan perkembangan tersebut, secara tahunan inflasi IHK di Jawa

Tengah menurun dari 4,50% pada triwulan sebelumnya menjadi 4,24%, dan berada pada

kisaran sasaran inflasi nasional (4,5% ± 1%).

Menurut kelompok barang dan jasa, secara tahunan maupun triwulanan, penurunan inflasi

terutama terjadi pada kelompok Bahan Makanan dan kelompok Makanan Jadi. Inflasi tahunan

kelompok Bahan Makanan turun dari 7,15% pada triwulan sebelumnya menjadi 5,60%, meski

level inflasi tersebut menjadi salah satu yang tertinggi setelah kelompok Makanan Jadi. Relatif

rendahnya inflasi kelompok Bahan Makanan antara lain didukung oleh kestabilan harga beras

yang pada triwulan IV 2012 meningkat 2,62% (qtq). Namun, harga bumbu-bumbuan masih

menunjukkan fluktuasi harga yang cukup tinggi. Secara tahunan, inflasi tertinggi pada triwulan

IV 2012 terjadi pada kelompok Makanan Jadi, yaitu 5,84% (yoy), sedikit menurun dibanding

triwulan sebelumnya (5,92%). Sementara itu, kenaikan inflasi tahunan terutama terjadi pada

kelompok Sandang.

Dari disagregasi inflasi IHK, penurunan inflasi tahunan pada triwulan IV 2012 terjadi terutama

pada kelompok volatile foods, dari 7,15% (yoy) menjadi 5,35%(yoy). Sementara tekanan inflasi

yang lebih bersifat fundamental yang tercermin pada perkembangan inflasi kelompok inti relatif

stabil dan masih berada pada level yang rendah. Inflasi inti pada triwulan laporan mencapai

4,03% naik dari 3,96% (yoy) pada triwulan III 2012.

Secara umum, perkembangan inflasi Jawa Tengah pada triwulan IV 2012

mengkonfirmasi tren penurunan paska penundaan kenaikan harga BBM. Kondisi tersebut

terlihat dari tren penurunan inflasi tahunan Jawa Tengah yang pada triwulan IV 2012 mencapai

4,24% (yoy), menurun dari triwulan III 2012 yang sebesar 4,49% (yoy) dan triwulan II 2012

yang mencapai 4,59% (yoy). Meskipun demikian, inflasi Jawa Tengah pada tahun 2012 masih

lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 2,68% (yoy).

Inflasi Jawa Tengah pada triwulan IV 2012 tersebut relatif rendah, yang tercermin

pada inflasi kuartalan. Secara kuartalan (qtq), meskipun terdapat beberapa even musiman

seperti Idul Adha, Natal, dan Tahun Baru, inflasi pada triwulan ini hanya mencapai 0,51% (qtq).

Inflasi tersebut lebih rendah dibanding triwulan yang sama tahun sebelumnya dan menurun dari

triwulan III 2012, yang masing-masing mencapai 0,76% dan 1,64% (qtq). Kondisi tersebut

menunjukkan bahwa pengaruh musiman akhir tahun yang terjadi pada triwulan ini masih lebih

rendah dibanding tahun sebelumnya dan faktor faktor musiman yang terjadi pada triwulan

sebelumnya yang terdapat puasa dan lebaran (Grafik 2.1.).

Page 32: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan IV 2012 22

Berdasarkan kelompok barang, penurunan inflasi tersebut terutama disumbang

oleh penurunan inflasi kelompok Bahan Makanan. Secara tahunan, inflasi kelompok Bahan

Makanan pada triwulan IV 2012 mencapai 5,60%, turun dari 7,15% pada triwulan sebelumnya.

Penurunan inflasi pada kelompok tersebut juga menjadi yang terbesar jika dibandingkan

kelompok lainnya. Penurunan inflasi tersebut terutama disebabkan oleh relatif terjaganya

pasokan. Dengan kondisi tersebut, kenaikan harga bahan pangan, terutama beras, relatif

terkendali, lebih rendah dibanding kenaikan harga yang terjadi pada triwulan yang sama tahun

sebelumnya. Kondisi tersebut tercermin pada subkelompok Padi-padian yang pada triwulan IV

2012 secara tahunan tercatat mengalami inflasi yang lebih rendah dibanding triwulan

sebelumnya. Perkembangan ini cukup menggembirakan dimana pada triwulan IV pasokan

bahan pangan, terutama beras, relatif terbatas sejalan dengan masuknya musim tanam

Berdasarkan disagregasi inflasi9, penurunan inflasi secara tahunan terutama

disebabkan oleh faktor non-fundamental, terutama pada kelompok volatile food (VF).

Sementara inflasi inti relatif stabil. Penurunan inflasi tahunan kelompok VF yang terjadi pada

triwulan ini sejalan dengan kondisi yang terjadi pada kelompok Bahan Makanan yang sebagaian

besar membentuk kelompok VF. Kondisi pasokan yang positif menyebabkan menyebabkan

tekanan inflasi pada kelompok ini mencapai 5,35% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan

sebelumnya yang sebesar 7,15% (yoy). Sementara itu, tekanan inflasi secara fundamental yang

tercermin pada inflasi inti cenderung stabil yang terutama disebabkan adanya sedikit penurunan

tekanan inflasi pada komoditas yang termasuk dalam kelompok Makanan Jadi. Faktor yang

memengaruhi stabilitas inflasi inti, yaitu ekspektasi inflasi relatif terjaga. Sedangkan inflasi pada

kelompok Administered Price mengalami sedikit kenaikan yang terutama disebabkan adanya

kenaikan tarif angkutan udara mengingat pada triwulan ini juga bertepatan dengan liburan

akhir tahun yang cukup panjang.

Dari empat kota yang disurvei BPS, hanya Kota Purwokerto yang mengalami

kenaikan inflasi, sementara Kota Surakarta mengalami inflasi yang terendah diantara kota

lainnya. Dibandingkan triwulan sebelumnya, inflasi di Kota Semarang, Surakarta dan Tegal pada

triwulan IV 2012 mengalami penurunan masing-masing menjadi 4,85% (yoy), 2,87% (yoy) dan

3,09% (yoy). Sementara inflasi di Kota Purwokerto mengalami kenaikan menjadi 4,73% (yoy).

Kondisi tersebut membuat inflasi Jawa Tengah10

di 2012 berada dalam kisaran sasaran inflasi

nasional yang ditetapkan (4,5% +1%, yoy) dan memberikan kontribusi yang positif terhadap

rendahnya pencapaian inflasi nasional pada 2012 (4,30%, yoy).

9 Disagregasi inflasi merupakan re-grouping komoditas/sub-kelompok dalam keranjang IHK untuk melihat

apakah tekanan inflasi disebabkan oleh faktor-faktor yang bersifat fundamental atau faktor-faktor non-

fundamental. Dalam disagregasi ini, keranjang IHK dikelompok menjadi tiga kelompok, yaitu volatile

foods (komoditas yang harganya bergejolak) dan administered prices (kelompok yang harganya

ditetapkan oleh Pemerintah) yang lebih disebabkan faktor-faktor yang bersifat sementara (non-

fundamental) dalam memengaruhi inflasi. Sementara inflasi yang bersifat fundamental tercermin pada

perkembangan inflasi inti.

10 Mengacu pada Survei Biaya Hidup (SBH) tahun dasar 2007 yang dirilis oleh BPS, bobot inflasi Jawa

Tengah terhadap inflasi nasional adalah sebesar 5,84%.

Page 33: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan IV 2012 23

Sumber: BPS, diolah

Grafik 2.1 Inflasi Jawa Tengah Dibandingkan Nasional (%)

2.1. Inflasi Berdasarkan Kelompok

Berdasarkan kelompok barang dan jasa, inflasi triwulanan pada triwulan IV 2012

mengalami penurunan dibanding triwulan sebelumnya. Secara triwulanan, inflasi pada

triwulan laporan tercatat mencapai 0,51% (qtq), menurun dari triwulan sebelumnya yang

mencapai 1,64% (qtq). Penurunan inflasi tersebut terjadi pada mayoritas kelompok komoditas,

hanya kelompok komoditas Perumahan yang mengalami kenaikan laju inflasi triwulanan. Di sisi

lain, kelompok komoditas Pendidikan mengalami inflasi terendah dibandingkan kelompok

lainnya pada triwulan ini. Sementara itu, perkembangan harga emas yang cenderung stabil di

akhir tahun 2012, membuat inflasi di kelompok Sandang lebih rendah. Namun demikian secara

umum, berlalunya faktor musiman Puasa dan Lebaran serta kondisi pasokan komoditas yang

cukup terjaga, terutama untuk bahan makanan, menyebabkan penurunan laju inflasi pada

triwulan ini (Tabel 2.1).

Dampak dari faktor musiman yang terjadi di triwulan ini lebih rendah dibandingkan

tahun sebelumnya. Secara triwulanan, rendahnya pengaruh faktor musiman tersebut terlihat

pada laju inflasi kelompok Bahan Makanan dan kelompok Makanan Jadi yang menurun

dibanding periode yang sama pada tahun sebelumnya. Kondisi tersebut sejalan dengan kondisi

pasokan bahan pangan tahun 2012 yang lebih baik dibandingkan tahun 2011 (lihat bab I) serta

didukung stok beras Bulog yang memadai.

4,49

4,244,31

4,30

1,64

0,51

1,68

0,77

-1

0

1

2

3

4

5

6

7

8

I II III IV I II III IV I II III IV

2010 2011 2012

%

Jateng (yoy) Nas (yoy)

Jateng Nas (qtq)

Page 34: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan IV 2012 24

Tabel 2.1 Inflasi Jawa Tengah Berdasarkan Kelompok Barang dan Jasa

KELOMPOK (%, qtq) I-11 II-11 III-11 IV-11 I-12 II-12 III-12 IV-12

UMUM / TOTAL 0,15 0,03 1,72 0.76 0.90 1,13 1.64 0.51

BAHAN MAKANAN -2,38 -1,5 2,96 2.16 1.48 1,37 1.95 0.68 MAKANAN JADI 0,84 0,46 1,40 0.39 1.21 1,92 2.27 0.32 PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BHN BAKAR 1,35 0,60 0,60 0.60 0.54 1,24 0.56 0.72 SANDANG 1,60 1,31 3,52 -0.08 0.19 -0,23 2.58 0.49 KESEHATAN 0,58 0,93 0,49 0.37 0.56 0,51 0.54 0.48 PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAHRAGA 0,40 0,02 3,69 0.40 0.21 0,13 3.05 0.15 TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN 0,46 0,37 0,74 -0.12 0.88 0,53 1.34 0.28

KELOMPOK (%, yoy) I-11 II-11 III-11 IV-11 I-12 II-12 III-12 IV-12

UMUM / TOTAL 6,08 4,72 3,56 2.68 3.45 4,58 4.50 4.24

BAHAN MAKANAN 13,20 6,36 3,62 1.13 5.14 8,20 7.15 5.60

MAKANAN JADI 4,96 5,22 4,14 3.14 3.52 5,02 5.92 5.84

PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BHN BAKAR 3,92 4,14 3,09 3.18 2.35 3,00 2.96 3.09

SANDANG 6,58 6,49 9,20 6.48 5.01 3,41 2.46 3.04

KESEHATAN 1,85 2,58 2,67 2.39 2.37 1,95 2.00 2.11

PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAHRAGA 2,57 2,47 4,07 4.54 4.35 4,47 3.82 3.56

TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN 3,06 3,39 1,18 1.45 1.88 2,04 2.65 3.06

Sumber : BPS, diolah

Pada kelompok Bahan Makanan, secara triwulanan inflasi terjadi terutama pada

subkelompok Padi-padian, Telur dan Bumbu. Inflasi pada subkelompok tersebut masing-

masing sebesar 2,35%, 3,59% dan 10,88% (qtq) lebih tinggi dibandingkan triwulan

sebelumnya yang sebesar 1,08%, -1,42% dan -16,37% (qtq). Sementara subkelompok Lemak

Minyak dan Sayuran mengalami deflasi yang cukup dalam. Tercatat deflasi yang terjadi pada

masing-masing subkelompok tersebut mencapai -9,91% dan -5,56% (qtq) (Tabel 2.3.).

Berdasarkan kondisi yang terjadi tersebut, maka secara tahunan, inflasi kelompok Bahan

Makanan mencapai 5,60% (yoy), lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar

7,15% (yoy).

Inflasi yang terjadi pada subkelompok Padi-padian di triwulan ini sesuai dengan

pola historisnya mengalami peningkatan sejalan dengan masuknya musim tanam. Kinerja

sektor pertanian pada triwulan IV 2012, khususnya padi, menunjukkan penurunan, tercermin

dari penurunan realisasi produksi pertanian seiring masuknya musim tanam (lihat bab I).

Tercatat inflasi beras pada triwulan ini mencapai 2,62% (qtq) sehingga memicu inflasi

subkelompok Padi-padian mencapai 2,35%(qtq). Namun, inflasi tersebut masih lebih rendah

dibanding triwulan yang sama tahun sebelumnya, yang didukung oleh stok beras Bulog yang

cukup baik.

Kenaikan harga beras tersebut terlihat pada harga gabah di tingkat

petani/produsen yang juga mengalami kenaikan. Harga Gabah Kering Giling (GKG) secara

rata-rata naik sebesar 9,85% (mtm) dari Rp4.459,-/kg menjadi Rp4.899,-/kg. Demikian juga

dengan harga gabah kualitas rendah yang mengalami kenaikan sebesar 9,57% (mtm) dari

Rp3.788,-/kg menjadi Rp4.150,-/kg. Sementara harga Gabah Kering Panen (GKP) naik 7,65%

(mtm) dari Rp4.459,-/kg menjadi Rp4.800,-/kg (Tabel 2.2.).

Page 35: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan IV 2012 25

Tabel 2.2 Harga Beras di Tingkat Petani dan Penggilingan Desember 2012

Kualitas Harga Petani (Rp/kg) Harga Penggilingan(Rp/kg)

Terendah Tertinggi HPP Terendah Tertinggi HPP

GKG 4.400

(Demak)

5.050

(Pemalang)

- 4.330

(Demak)

5.130

(Pemalang)

4.150

GKP 3.500

(Semarang)

4.770

(Brebes)

3.300 3.550

(Semarang)

4.800

(Brebes)

3.350

Kualitas rendah 3.800

(Grobogan)

4.500

(Boyolali)

- 3.850

(Grobogan)

4.500

(Boyolali)

-

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah

Stok beras Bulog yang memadai dan kelancaran penyaluran raskin mendukung

stabilitas harga beras. Berdasarkan informasi Bulog Divre IV Jawa Tengah dalam rapat rutin

TPPH Provinsi Jawa Tengah. Realisasi penyerapan beras oleh Bulog mencapai 780 ribu ton atau

115% dari prognosa 2012, setara dengan 12,5% dari total produksi pertanian atau 25% dari

surplus beras di Jawa Tengah. Kelancaran penyaluran raskin juga menjadi pendukung stabilitas

harga beras. Distribusi raskin di tahun 2012 mencapai 99,99%, hanya terdapat 3 desa di

Temanggung yang menolak menerima Raskin karena merasa tidak layak menerima beras Raskin.

Kondisi tersebut menyebabkan inflasi tahunan subkelompok Padi-padian jauh lebih

rendah dibanding tahun sebelumnya. Pada triwulan IV 2012, inflasi subkelompok Padi-padian

mencapai 3,50% (yoy), menurun dari triwulan sebelumnya dan lebih rendah dibanding periode

yang sama tahun 2011, yang masing-masing mencapai 5,00% dan 11,63% (yoy). Dapat

ditambahkan bahwa dengan realisasi inflasi tahunan tersebut, subkelompok Padi-padian

menjadi salah satu subkelompok yang mengalami penurunan tekanan inflasi dibandingkan

tahun 2011, ditengah kenaikan tekanan inflasi tahunan yang terjadi pada mayoritas

subkelompok lainnya.

Sementara itu, inflasi yang terjadi pada subkelompok Bumbu-bumbuan masih

fluktuatif. Inflasi pada subkelompok ini terutama dipicu oleh kenaikan harga Bawang Merah

dan Bawang Putih. Inflasi di kedua komoditas tersebut masing-masing tercatat mencapai

61,33% dan 10,99% (qtq). Berdasarkan berbagai informasi, kenaikan harga bawang di akhir

tahun 2012 ini disebabkan oleh kondisi cuaca yang kurang baik dengan curah hujan yang

cukup tinggi, sehingga mempengaruhi kualitas produk.

Di sisi lain, subkelompok Lemak dan Minyak mengalami deflasi yang cukup dalam

mencapai -9,91% (qtq). Deflasi tersebut terutama disebabkan oleh penurunan harga komoditas

Minyak Goreng yang mencapai -12,82% (qtq). Berdasarkan berbagai informasi, penurunan

harga Minyak Goreng pada triwulan ini disebabkan oleh pasokan yang cukup banyak dan harga

komoditas CPO di pasar global yang cukup stabil

Page 36: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan IV 2012 26

Tabel 2.3 Inflasi Jawa Tengah Berdasarkan Sub Kelompok Bahan Makanan

Komoditas (%, qtq)

2011 2012

I II III IV I II III IV

BAHAN MAKANAN -2,38 -1,50 2,96 2,16 1,48 1.37 1.95 0,68

Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya -3,22 1,45 9,50 3,83 0,96 -0.90 1.08 2,35

Daging dan Hasil-hasilnya -2,43 -1,52 5,04 1,23 -0,22 2.90 4.59 -0,25

Ikan Segar 2,54 -2,04 8,50 -3,37 0,85 1.19 8.24 -0,49

Ikan Diawetkan 2,02 0,86 1,70 -0,81 4,04 1.02 3.09 0,53

Telur, Susu dan Hasil-hasilnya 3,08 1,61 -1,28 2,00 1,29 1.57 -1.42 3,59

Sayur-sayuran -5,93 1,68 4,74 0,18 6,38 -4.20 8.65 -5,56

Kacang - kacangan 2,28 0,10 0,68 -0,22 2,81 0.95 13.35 -0,19

Buah - buahan 0,88 2,22 4,11 -3,34 2,13 2.08 6.46 0,46

Bumbu - bumbuan -11,67 -17,72 -19,74 20,97 -8,57 20.65 -16.37 10,88

Lemak dan Minyak -0,72 -2,98 3,24 -2,98 11,43 -4.82 0.54 -9,91

Bahan Makanan Lainnya -0,14 3,83 3,70 0,07 -0,20 2.13 -0.75 -1,26

Komoditi (%, yoy)

2011 2012

I II III IV I II III IV

BAHAN MAKANAN 13,20 6,36 3,62 1,13 5,14 8.20 7.15 5.60

Padi-padian, Umbi-umbian & Hasilnya 11,09 14,07 13,37 11,63 16,45 13.75 5.00 3,50

Daging dan Hasil-hasilnya 4,91 1,49 -6,19 2,17 4,48 9.17 8.70 7,12

Ikan Segar 8,72 6,55 6,80 5,32 3,58 6.99 6.73 9,90

Ikan Diawetkan 10,10 4,75 5,37 3,80 5,85 6.02 7.47 8,92

Telur, Susu dan Hasil-hasilnya 7,98 7,64 2,99 5,46 3,63 3.59 3.44 5,07

Sayur-sayuran 15,76 1,19 7,04 0,36 13,49 6.93 10.93 4,57

Kacang kacangan 5,46 5,43 3,67 2,86 3,40 4.27 17.39 17,43

Buah buahan 6,50 6,96 6,39 3,77 5,06 4.92 7.15 11,51

Bumbu bumbuan 60,34 -8,19 -18,82 -29,43 -26,95 7.11 5.00 2,28

Lemak dan Minyak 14,97 13,37 5,84 -3,52 8,29 6.23 8.70 -3,94

Bahan Makanan Lainnya 5,00 7,91 7,65 7,60 7,53 5.77 6.73 -0,12

Sumber : BPS, diolah

Dari hasil Survei Pemantauan Harga (SPH)11

, kenaikan harga yang terjadi di tingkat

pemasok menjadi penyebab kenaikan harga komoditas Bahan Makanan. Hasil SPH untuk

wilayah Semarang dan sekitarnya yang dilakukan oleh KPwBI Wilayah V (Jateng-DIY)

mengkonfirmasi adanya kecenderungan kenaikan harga komoditas bahan makanan. Bahkan

untuk daging sapi, terlihat kenaikan harga yang cukup signifikan (Grafik 2.2). Berdasarkan

informasi dinas terkait yang disampaikan melalui Tim Pemantauan dan Pengendalian Harga

(TPPH) Provinsi Jawa Tengah, diketahui bahwa kenaikan harga daging sapi tersebut disebabkan

oleh berkurangnya pasokan di lapangan yang diperkirakan akibat adanya aliran daging dari

Jawa Tengah ke daerah lain mengingat pasokan daging sapi di Jawa Tengah menjelang Idhul

Adha dan di akhir 2012 (Desember 2012) cukup besar mencapai 9.799 ton, dapat untuk

memenuhi kebutuhan yang diperkirakan sebesar 7.321 ton (Tabel 2.4).

11

Merupakan survei rutin bulanan yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Wilayah V

(Jateng-DIY)

Page 37: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan IV 2012 27

Tabel 2.4 Ketersediaan Daging Menjelang Idul Adha

No. Uraian

September Oktober (Idul Adha)

Kebutuhan Ketersediaan Kebutuhan Ketersediaan

1. Daging Sapi (ton) 6,730 9,613 13,460 19,226

* setara dengan (ekor) 34,513 49,297 69,026 98,595

2. Daging Kambing/Domba (ton) 1,419 1,693 4,258 5,080

* setara dengan (ekor) 94,639 112,901 283,918 338,704

3. Daging Ayam (ton) 10,303 10,510 10,303 10,510

* setara dengan (ekor) 10,303,582 10,510,286 10,303,582 10,510,286

4. Telur Ayam Ras(ton) 18,189 18,639 18,189 18,639

Sumber : Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Jawa Tengah, diolah

Sumber: SPH KBI Semarang

Grafik 2. 2 Perkembangan Harga Beberapa Komoditas Bahan Makanan Hasil Survei Pemantauan

Harga (SPH) KPwBI Wilayah V

Pada kelompok Makanan Jadi, seluruh subkelompok mengalami penurunan inflasi

dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan ini, inflasi tertinggi terjadi pada

subkelompok Tembakau dan Minuman Beralkohol sebesar 0,91% (qtq). Kenaikan tersebut

7.000

8.000

9.000

10.000

11.000

12.000

13.000

14.000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2011 2012

Rp/kg

Beras Gula Pasir Minyak Goreng (Rp/liter)

-

5.000

10.000

15.000

20.000

25.000

30.000

35.000

40.000

45.000

50.000

55.000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2011 2012

Rp/kg

Cabai Merah Cabai Rawit Bawang Merah Bawang Putih

3.000

5.000

7.000

9.000

11.000

13.000

15.000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2011 2012

Rp/kg

Tomat Sayur

Wortel

Kentang

Kacang Panjang

68.000

70.000

72.000

74.000

76.000

78.000

80.000

82.000

84.000

86.000

88.000

90.000

92.000

3.000

8.000

13.000

18.000

23.000

28.000

33.000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2011 2012

Daging Sapi (Rp/kg)

Rp/kg

Daging Ayam Ras Telur Ayam Ras Daging Sapi (RHS)

20.000

21.000

22.000

23.000

24.000

25.000

26.000

27.000

28.000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2011 2012

Rp/kg

Bandeng Kembung Mas Tongkol

Ikan

Bumbu-Bumbuan

Sayur-sayuran Daging & Telur

Page 38: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan IV 2012 28

terutama disebabkan oleh kenaikan harga rokok kretek yang mencapai 1,54% (qtq). Sementara

subkelompok Minuman Non-Alkohol mengalami deflasi sebesar -0,26% (qtq). Melihat

perkembangan tersebut, maka tekanan inflasi kelompok Makanan Jadi di Jawa Tengah pada

triwulan IV 2012 mencapai 5,84% (yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan III 2012 yang

mencapai 5,92% (yoy) (Tabel 2.5.).

Penurunan laju inflasi pada subkelompok Minuman Non-alkohol, terutama

dipengaruhi oleh penurunan harga gula pasir yang sebesar -0,62% (qtq). Kondisi pasokan

gula pada triwulan IV 2012 cukup terjaga meskipun masa giling tebu telah berakhir pada awal

triwulan (oktober 2012). Berdasarkan informasi Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah melalui

rapat rutin TPPH Provinsi Jawa Tengah dapat diketahui bahwa angka sementara produksi Gula

Kristal Putih (GKP) hingga bulan Oktober 2012 mencapai 312.207,45 ton12

atau mencapai

91,02% dari target produksi selama musim giling 2012 dan diperkirakan masih dapat

mencukupi kebutuhan konsumsi masyarakat untuk 6 bulan ke depan. Selain itu, rendemen yang

dihasilkan mengalami peningkatan dari target rendemen yang ditetapkan, yaitu target sebesar

7% terealisasi sebesar 7,23% (Tabel 2.6.).

Tabel 2.5 Inflasi Jawa Tengah Berdasarkan Sub Kelompok Makanan Jadi

Komoditas (%, qtq) 2011 2012

I II III IV I II III IV

Makanan Jadi, Minuman, Rokok &

Tembakau 0,84 0,46 1,40 0,39 1,21 1.92 2.27 0,32

Makanan Jadi 0,89 0,50 0,87 0,24 0,97 0.71 2.24 0,32

Minuman yang Tidak Beralkohol 0,40 -2,07 1,25 0,25 1,88 4.87 2.87 -0,26

Tembakau dan Minuman Beralkohol 1,14 2,62 3,51 1,00 1,41 3.57 1.57 0,91

Komoditi (%, yoy)

2011 2012

I II III IV I II III IV

Makanan Jadi, Minuman, Rokok &

Tembakau 4,96 5,22 4,14 3,14 3,52 5.02 5.92 5,84

Makanan Jadi 5,14 4,96 3,03 2,53 2,61 2.83 4.22 4,30

Minuman yang Tidak Beralkohol 1,23 1,59 1,16 -0,20 1,27 8.45 10.18 9,62

Tembakau dan Minuman Beralkohol 8,26 9,68 11,10 8,51 8,80 9.80 7.75 7,65

Sumber : BPS, diolah

12

Selain produksi Gula Kristal Putih (GKP) dari PG dimaksud, juga terdapat produksi gula tumbu rakyat (gula merah),

dengan luas area sementara sebesar 5.870 Ha dan tebu - ditanam di Jawa Tengah namun digiling di PG

luar Jawa Tengah), data sementara seluas 1000 Ha. Dengan asumsi produktivitas tebu 65 ton/Ha dan rendemen 7%

maka GKP gula tumbu sebesar 26.708,5 ton

Jawa Te - 312.207,45 ton (angka sementara).

Page 39: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan IV 2012 29

Tabel 2.6 Perkiraan Hasil Produksi Giling Tebu Jawa Tengah 2012

Sumber: Dinas Perkebunan Jawa Tengah

Pada kelompok Sandang, tekanan inflasi pada triwulan IV 2012 menujukkan

penurunan dibanding triwulan sebelumnya. Penurunan inflasi terdalam terutama terjadi pada

subkelompok Barang Pribadi dan Sandang Lainnya. Pada triwulan ini, inflasi subkelompok

tersebut hanya sebesar 0,31% (qtq), menurun dari inflasi triwulan sebelumnya yang mencapai

6,18% (qtq). Berdasarkan Survei Pemantauan Harga (SPH), harga emas pada triwulan IV 2012

secara rata-rata meningkat dibanding triwulan sebelumnya. Sementara itu, harga emas di pasar

internasional menunjukkan tren penurunan hingga akhir tahun. Kondisi tersebut diperkirakan

dipengaruhi oleh ekspektasi masyarakat terhadap nilai emas (Grafik.2.3). Pada triwulan IV

2012, inflasi komoditas emas tercatat mencapai 0,56% (qtq).

Sumber: worldbank dan SPH KBI Semarang

Grafik 2.3 Perkembangan Harga Emas

1.350

1.400

1.450

1.500

1.550

1.600

1.650

1.700

1.750

1.800

340

360

380

400

420

440

460

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2011 2012

Lokal Internasional (RHS)

USD/troy onceRp.ribu/gr

Luas Areal

(ha)Prod. Tebu (ton)

Prodiv.

Tebu

(ton/ha)

Produksi

Kristal (ton)

Prodiv.

Kristal

(ton/ha)

Rend.

(%)

L. Areal

(ha)

Prod. Tebu

(ton)

Prodiv

Tebu

(ton/ha)

Prod.Kristal

(ton)

Prodiv.

Kristal

(ton/ha)

Rend.

(%)

I. PTPN IX

1 Jati Barang Brebes 3.508,00 3.426,00 270.220,20 78,87 16.413,32 4,79 7,45 3.555,00 196.771,50 55,35 13.291,90 3,74 6,75

2 Pangka Tegal 3.060,00 3.367,00 252.516,00 75,00 18.022,00 5,35 8,10 3.289,00 217.250,80 66,05 15.322,30 4,66 7,05

3 Sumberharjo Pemalang 5.480,00 3.620,00 265.003,00 73,21 18.643,00 5,15 8,08 2.971,00 213.821,70 71,97 15.812,20 5,32 7,40

4 Sragi Pekalongan 7.575,00 4.376,79 302.281,00 69,06 21.380,00 4,88 7,07 4.683,00 314.839,10 67,23 22.276,20 4,76 7,08

5 Rendeng Kudus 5.200,00 5.901,00 398.284,00 67,49 32.019,00 5,43 6,50 4.282,28 272.445,60 63,62 19.495,10 4,55 7,16

6 Mojo Sragen 7.610,00 5.282,00 384.835,00 72,86 28.957,00 5,48 7,15 4.898,20 311.858,40 63,67 22.577,10 4,61 7,24

7 Tasikmadu Karanganyar 6.840,00 6.236,00 519.081,00 83,24 29.739,00 4,77 7,20 5.582,00 363.258,90 65,08 26.977,20 4,83 7,43

8 Gondang Baru Klaten 3.010,00 2.620,00 205.097,00 78,28 14.376,00 5,49 6,92 2.050,40 133.297,00 65,01 8.935,40 4,36 6,70

42.283,00 34.828,79 2.597.317,20 74,57 179.549,32 5,16

II. PT. IGN

9 Cepiring Kendal 3.540,00 3.441,00 258.946,00 75,25 23.778,80 6,91 6,84 1.110,48 72.180,99 65,0 5.116,46 4,61 7,09

III. PT. RNI II

10 Tersana Baru Cirebon 1.780,00 1.577,00 110.706,30 70,20 7.427,34 4,71 7,84 1.946,284 136.045,24 69,9 10.067,348 5,173 7,40

IV. PT. Madu baru

11 Madukismo DIY 2.580,00 3.109,91 257.243,68 82,72 17.811,07 5,73 7,00 3.812,020 328.596,12 86,2 23.823,219 6,250 7,25

V. PT. Kebon Agung

12 Trangkil Pati 8.030,00 12.738,30 985.616,80 77,37 70.000,50 5,50 7,23 13.205,44 910.101,50 68,9 66.551,90 5,040 7,31

VI. PT. Laju Perdana Indah

13 Pakis Baru Pati 6.765,00 9.305,00 690.170,02 74,17 44.433,00 4,78 7,40 6.375,27 417.636,47 65,5 30.702,620 4,816 7,35

64.978,00 65.000,00 4.900.000,00 75,38 343.000,03 5,28 7,00 57.760,38 3.888.103,32 67,31 280.948,95 4,86 7,23

Realisasi s.d akhir giling (*)

TOTAL PG

No PG Kab/Lokasi SE GUB

Taksasi

Page 40: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan IV 2012 30

Sementara itu, subkelompok Sandang Anak-anak mengalami inflasi yang tertinggi

diantara subkelompok lainnya di triwulan ini. Meskipun demikian, inflasi tersebut lebih

rendah jika dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya. Inflasi pada subkelompok ini tercatat

mencapai 0,87% (qtq) yang terutama disebabkan oleh kenaikan harga komoditas kaos oblong

anak yang mencapai 12,70% (qtq). Dengan perkembangan tersebut, tekanan inflasi tahunan

kelompok Sandang mencapai 3,04% (yoy) (Tabel 2.7.).

Tabel 2.7 INFLASI JAWA TENGAH BERDASARKAN SUB KELOMPOK SANDANG

Komoditas (%, qtq) 2011 2012

I II III IV I II III IV

SANDANG 1,60 1,31 3,52 -0,08 0,19 -0.23 2.58 0,49

Sandang Laki-laki 1,05 0,95 0,82 0,64 0,26 0.03 0.73 0,54

Sandang Wanita 0,40 0,42 0,50 0,26 0,29 0.11 1.09 0,40

Sandang Anak-anak -0,02 0,82 0,34 0,24 0,19 0.10 2.13 0,87

Barang Pribadi dan Sandang Lain 3,88 3,13 11,80 -0,77 -0,02 -0.98 6.18 0,31

Komoditi (%, yoy)

2011 2012

I II III IV I II III IV

SANDANG 6,58 6,49 9,20 6,48 5,01 3.41 2.46 3,04

Sandang Laki-laki 3,92 4,64 4,17 3,50 2,69 1.76 1.67 1,58

Sandang Wanita 2,30 2,34 1,73 1,60 1,49 1.17 1.76 1,91

Sandang Anak-anak 2,39 2,63 1,86 1,38 1,60 0.87 2.67 3,33

Barang Pribadi dan Sandang Lain 18,33 16,24 29,67 18,86 14,39 9.83 4.31 5,44

Sumber : BPS, diolah

2.2. Disagregasi Inflasi

Sesuai dengan pola historis triwulanan, dibanding triwulan sebelumnya ketiga

kelompok disagregasi inflasi mengalami penurunan inflasi pada triwulan ini. Kondisi

tersebut terutama terlihat dari penurunan inflasi yang cukup dalam pada kelompok VF dan

inflasi inti, demikian juga dengan inflasi Administered Price yang juga mengalami penurunan

meski tidak sedalam kedua kelompok lainnya. Pada triwulan IV 2012, inflasi VF mengalami

penurunan dari 1,77% (qtq) pada triwulan III 2012 menjadi 0,63% (qtq), sedangkan inflasi inti

turun menjadi 0,45% dari 1,66% (qtq) di triwulan sebelumnya. Sementara itu, inflasi kelompok

Administered Prices sebesar 0,48%, lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang mencapai

1,23% (qtq).

Terjaganya pasokan menjadi kunci penting penurunan inflasi triwulanan tersebut.

Relatif terjaganya pasokan bahan pangan, khususnya beras, dapat merespon kenaikan

permintaan terkait faktor musiman akhir tahun sehingga mendorong penurunan inflasi

triwulanan pada kelompok volatile foods. Kondisi tersebut serta tidak adanya kebijakan

administered prices yang bersifat strategis menyebabkan terjaganya ekspektasi inflasi. Dengan

perkembangan tersebut serta minimalnya imported inflation mendorong rendahnya inflasi inti.

Secara tahunan, penurunan inflasi terjadi pada kelompok VF, sementara inflasi inti

relatif stabil. Pada kelompok VF, inflasi tahunan menunjukkan penurunan dari triwulan III 2012

meski masih lebih tinggi jika dibandingkan triwulan IV 2011. Inflasi kelompok VF pada triwulan

IV 2012 menurun dari 7,15% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 5,35% (yoy).

Perkembangan inflasi VF tersebut juga tercermin pada perkembangan inflasi komoditas

Pangan (foods), dimana secara triwulanan mengalami penurunan dari 1,99% (qtq) menjadi

Page 41: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan IV 2012 31

0,50% (qtq) pada triwulan ini sehingga secara tahunan inflasi kelompok komoditas pangan

mencapai 6,78% (yoy)13

(Grafik 2.4 dan 2.5.).

Sumber : BPS, diolah

Grafik 2. 4 Disagregasi Inflasi Jawa Tengah

Sumber : BPS, diolah

Grafik 2.5 Inflasi Komoditas Pangan & Non Pangan Jawa Tengah

Secara fundamental, inflasi inti pada triwulan ini mengalami penurunan dibanding

triwulan III 2012. Inflasi inti pada triwulan IV 2012 tercatat mencapai 0,45% (qtq), turun dari

triwulan sebelumnya yang sebesar 1,66% (qtq). Rendahnya inflasi inti antara lain didukung oleh

minimalnya tekanan imported inflation. Selain itu, ekspektasi yang relatif terjaga dan nilai tukar

yang cukup stabil juga memberikan pengaruh positif terhadap stabilitas inflasi inti, meskipun

masih terdapat beberapa komoditas dalam kelompok ini yang mengalami kenaikan yang cukup

signifikan.

Dari sisi komoditas, inflasi triwulanan pada kelompok ini dipicu oleh kenaikan

harga pada kelompok Makanan Jadi, Perumahan dan Sandang. Inflasi yang terjadi pada

kelompok tersebut di triwulan ini masing-masing mencapai 0,32%, 0,72% dan 0,49% (qtq).

Secara lebih mendalam, subkelompok Makanan Jadi mengalami inflasi yang cukup tinggi,

mencapai 0,32% (qtq). Inflasi triwulanan pada subkelompok Makanan Jadi tersebut disebabkan

oleh kenaikan harga beberapa komoditas makanan, seperti Gado-gado (2,74%), Sate (1,91%)

dan Soto (1,94%) seiring dengan kenaikan harga bahan baku pembuatnya. Sementara, inflasi

13

Lebih rendah dari tekanan inflasi tahunan pada triwulan II 2012 yang mencapai 6,89% (yoy). Hal tersebut

dikarenakan adanya pengaruh base effect deflasi pada triwulan II 2011 yang membuat inflasi tahunan pada

triwulan II 2012 melonjak tinggi.

-3

-2

-1

0

1

2

3

4

5

6

I II III IV I II III IV

2011 2012

% (qtq)

Core

VF

Adm Price

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

I II III IV I II III IV

2011 2012

% (yoy)

Core

VF

Adm Price

-3

-2

-1

0

1

2

3

4

I II III IV I II III IV

2011 2012

% (qtq)

Food

Non Food

2

3

4

5

6

7

8

9

10

I II III IV I II III IV

2011 2012

% (yoy)Food

Non Food

Page 42: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan IV 2012 32

pada kelompok Perumahan terutama dipicu oleh kenaikan inflasi subkelompok Biaya Tempat

Tinggal yang mencapai 1,10% (qtq). Berdasarkan komoditasnya, terjadi kenaikan harga pasir di

akhir 2012 yang mencapai 3,80% (qtq). Informasi dari dinas terkait dalam rapat TPPH

menyatakan bahwa kenaikan harga pasir tersebut disebabkan oleh percepatan proyek

pembangunan seiring masuknya musim penghujan. Selain itu, pengaruh curah hujan juga

berdampak pada sulitnya proses pengambilan karena harus menggunakan alat keruk manual.

Sedangkan untuk kelompok Sandang, inflasi yang terjadi dipicu oleh inflasi subkelompok Baju

Anak yang mencapai 0,87% (qtq).

Dengan perkembangan tersebut, inflasi inti pada triwulan ini relatif stabil , yaitu

tercatat sebesar 4,03% (yoy), dibanding 3,96% (yoy) pada triwulan III 2012. Level inflasi inti

tersebut relatif masih rendah dan masih berada dalam kisaran sasaran inflasi nasional sebesar

4,5% ± 1%. Stabilitas inflasi inti tersebut dipengaruhi oleh ekspektasi inflasi yang terjaga dan

minimalnya tekanan dari faktor eksternal. Tekanan inflasi dari depresiasi nilai tukar diperkirakan

dapat diredam oleh penurunan harga komoditas internasional.

Selama tahun 2012, nilai tukar rupiah mengalami depresiasi walaupun

volatilitasnya dapat dijaga pada tingkat yang relatif rendah. Tekanan depresiasi rupiah

selama tahun 2012 tersebut terutama disebabkan oleh ketidakpastian ekonomi global dan

melebarnya defisit transaksi berjalan. Secara rata-rata, rupiah terdepresiasi sebesar 6,3% (yoy)

ke Rp9.358 per dolar AS dari Rp8.768 per dolar AS pada tahun sebelumnya. Namun demikian,

pada triwulan IV 2012, nilai tukar rupiah kembali bergerak stabil seiring peningkatan arus masuk

modal asing, baik dalam bentuk arus masuk modal portofolio maupun investasi langsung

(Grafik 2.6).

Sumber: BI, diolah

Grafik 2. 6 Perkembangan Nilai Tukar

Sementara itu, harga komoditas internasional pada triwulan ini berada cenderung

mengalami penurunan meskipun untuk beberapa komoditas masih berada di level yang cukup

tinggi sehingga dapat mengurangi tekanan inflasi terkait melemahnya nilai tukar Rupiah. Selain

kondisi pasokan bahan pangan yang cukup terjaga, tren penurunan harga bahan pangan dan

relatif stabilnya harga energi di pasar global membuat dampak imported inflation pada triwulan

ini relatif minimal. (Grafik 2.7 dan 2.8).

Page 43: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan IV 2012 33

Khusus untuk komoditas emas perhiasan menjadi penyumbang utama inflasi inti

pada triwulan IV 2012. Meski menunjukkan perkembangan yang relatif stabil selama triwulan

IV 2012, secara rata-rata, harga emas perhiasan lebih tinggi dibanding triwulan III 2012.

Berbeda dengan perkembangan harga emas di dalam negeri, harga emas di pasar internasional

cenderung turun.

Sumber: worldbank

Grafik 2. 7 Perkembangan Indeks Harga Komoditas Dunia

Sumber: worldbank

Grafik 2. 8 Perkembangan Indeks Harga Energi Dunia

Sementara itu, ekspektasi masyarakat terhadap inflasi relatif terjaga, sehingga

memberikan dampak yang relatif kecil terhadap inflasi. Meskipun demikian, ekspektasi inflasi

masih berada pada level yang tinggi, yang merupakan respon atas rencana penerapan beberapa

kebijakan pemerintah, seperti kenaikan tarif dasar listrik (TDL) dan upah minimum

kabupaten/kota (UMK). Hal tersebut terlihat dari hasil hasil Survei Konsumen (SK) dan Survei

Pedagang Eceran (SPE) yang dilakukan oleh Bank Indonesia, dimana terlihat terjadi kenaikan

ekspektasi di awal tahun yang cukup signifikan seiring rencana kenaikan harga BBM, namun

paska penundaan, ekspektasi inflasi selama triwulan IV 2012 baik dari sisi konsumen maupun

dari sisi pedagang relatif terkendali. (Grafik 2.9).

180

190

200

210

220

230

240

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2011 2012

Indeks Pertanian Indeks Bahan Pangan

0

30

60

90

120

150

180

210

240

250

300

350

400

450

500

550

600

650

700

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2011 2012

Gula (cents/kg)$/mt

Indeks Bahan Pangan Harga BerasHarga Kedelai Harga GandumHarga Gula (cents/kg-Axis Kanan)

0

50

100

150

200

250

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2011 2012

Indeks Energi Crude oil, average ($/bbl) Natural Gas Index, average

Page 44: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan IV 2012 34

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 2. 9 Ekspektasi Inflasi Survei Konsumen dan Survei Penjualan Eceran

Sementara itu, sejalan dengan perkembangan kedua kelompok inflasi tersebut,

inflasi kelompok administered prices juga cenderung mengalami penurunan. Secara

triwulanan, laju inflasi kelompok administered price tercatat mencapai 0,48% (qtq) lebih tinggi

dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 1,23% (qtq). Salah satu faktor yang memicu

kenaikan inflasi kelompok administered price pada triwulan ini adalah inflasi di subkelompok

Transportasi yang mencapai 0,61% (qtq). Inflasi tersebut terjadi akibat kenaikan tarif angkutan

udara seiring peningkatan permintaan dalam menghadapi liburan akhir tahun yang lebih

panjang dibanding tahun sebelumnya. Tercatat, kenaikan tarif angkutan udara mencapai

14,62% (qtq). Kondisi tersebut menyebabkan tekanan inflasi tahunan pada kelompok

administered price pada triwulan ini mencapai 3,50% (yoy) sedikit lebih tinggi dari triwulan

sebelumnya yang sebesar 3,24% (yoy).

2.3. Inflasi Empat Kota di Jawa Tengah

Pada triwulan IV 2012, dari empat kota yang disurvei terlihat disparitas inflasi yang

cukup lebar. Dari empat kota di Jawa Tengah yang disurvei oleh BPS, hanya kota Surakarta

yang mengalami kenaikan inflasi secara triwulanan di periode ini, menjadi 0,82% (qtq) dari

0,43% (qtq) di triwulan sebelumnya. Sumber inflasi di kota ini terutama berasal dari kenaikan

harga komoditas bahan makanan dan makanan jadi, seiring panen yang belum terjadi dan

tingginya curah hujan yang berdampak pada penurunan kualitas dan umur komoditas.

Meskipun demikian, kota Purwokerto mengalami inflasi yang tertinggi dibandingkan kota yang

lainnya, mencapai 0,90% (qtq). Sementara inflasi di kota Semarang mencapai 0,46%, bahkan

kota Tegal mengalami deflasi sebesar -0,07% (qtq). Meskipun kota Surakarta mengalami

kenaikan inflasi triwulanan tertinggi, namun secara tahunan, inflasi di kota ini masih menjadi

yang terendah diantara kota lainnya, sebesar 2,87% (yoy). Sedangkan inflasi tahunan tertinggi

dialami oleh kota Semarang, mencapai 4,85%, sementara kota Purwokerto dan Tegal masing-

masing mencapai 4,73% (yoy) dan 3,09% (yoy) (Grafik 2.10 dan Grafik 2.11).

Berdasarkan komoditas penyumbang inflasi, komoditas beras menjadi komoditas

yang memberikan sumbangan inflasi cukup besar dalam membentuk inflasi di 4 kota

tersebut. Pada bulan Desember 2012, sumbangan inflasi beras terbesar dalam inflasi terjadi di

kota Surakarta mencapai 0,2713% (mtm). Sedangkan sumbangan inflasi beras terendah terjadi

di kota Tegal mencapai 0,0836% (mtm). Sementara untuk kota Semarang dan Purwokerto

mencapai 0,12% (mtm) dan 0,2002% (mtm). Kondisi tersebut perlu mendapat perhatian lebih

130

140

150

160

170

180

190

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2011 2012

SK-3 bln YAD

SPE-3 bln YAD

120

130

140

150

160

170

180

190

200

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2011 2012

SK-6 bln YAD

SPE-6 bln YAD

Page 45: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan IV 2012 35

mengingat Jawa Tengah merupakan salah satu lumbung beras Nasional (Grafik 2.12 dan

2.13).

Sumber: BPS (diolah)

Grafik 2.10 Inflasi Tahunan Empat Kota Di Jawa Tengah

(%, yoy)

Grafik 2.11 Inflasi Tahunan Empat Kota di Jawa

Tengah Menurut Kel. Komoditas (%, yoy)

Sumber: BPS (diolah)

Grafik 2.12 Inflasi Triwulanan Empat Kota di Jawa

Tengah (%, qtq)

Grafik 2.13 Inflasi Triwulanan Empat Kota di

Jawa Tengah Menurut Kel. Komoditas (%, qtq)

2.4. Inflasi Kota-Kota di Jawa

Secara umum, laju inflasi tahunan

kota-kota di Jawa pada triwulan IV 2012

lebih rendah dibanding triwulan III 2012,

namun mayoritas berada di atas inflasi

Nasional (4,30%, yoy). Dari 23 kota inflasi

di Jawa, terdapat 12 kota yang memiliki

inflasi di atas inflasi Nasional. Lima kota

dengan inflasi tertinggi adalah Probolinggo

(5,88%), Sumenep (5,05%), Semarang

(4,85%), Purwokerto (4,73%) dan Kediri

(4,63%). Sementara DKI Jakarta relatif lebih

terkendali dengan tingkat inflasi sebesar

4,52% (yoy).

Tingginya laju inflasi pada

sebagian besar kota di Jawa, mengindikasikan bahwa proses pengendalian harga komoditas

kota-kota di Jawa perlu dioptimalkan dalam upaya mengendalikan tekanan inflasi, khususnya di

0

1

2

3

4

5

6

7

8

I II III IV I II III IV I II III IV

2010 2011 2012

%, yoy Jateng Purwokerto

Surakarta Semarang

Tegal

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Bahan Makanan

Makanan Jadi

Perumahan Sandang Kesehatan Pendidikan Transpor

% (yoy) Jateng

Purwokerto

Surakarta

Semarang

Tegal

-1

0

1

2

3

4

I II III IV I II III IV I II III IV

2010 2011 2012

% (qtq)Jateng

Purwokerto

Surakarta

Semarang

Tegal

-1

0

1

2

Bahan Makanan

Makanan Jadi Perumahan Sandang Kesehatan Pendidikan Transpor

% (qtq)

Jateng Purwokerto Surakarta Semarang Tegal

Grafik 2.14 Inflasi Kota-kota di Jawa

Triwulan IV 2012

0 1 2 3 4 5 6 7

Jakarta

Tasikmalaya

Bandung

Cirebon

Purwokerto

Surakarta

Semarang

Tegal

Yogyakarta

Jember

Kediri

Malang

Surabaya

Serang

Bogor

Sukabumi

Bekasi

Depok

Sumenep

Probolinggo

Madiun

Tangerang

Cilegon

III 2012

IV 2012

Nasionaltw IV 2012 (4,30%)

Page 46: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan IV 2012 36

Jawa Tengah, mengingat 2 kota di Jawa Tengah termasuk dalam lima kota tertinggi inflasinya

(Grafik 2.14).

Sementara itu, terdapat dua dari

enam provinsi di Jawa mengalami

penurunan laju inflasi dibandingkan

triwulan sebelumnya. Dua provinsi yang

mengalami kenaikan laju inflasi adalah

Jakarta dan DIY, masing-masing mencapai

4,52% (yoy) dan 4,31% (yoy), lebih rendah

dari inflasi nasional (Grafik 2.15).

Pergerakan inflasi, khususnya Jawa Tengah

cenderung lebih rendah jika dibandingkan

dengan provinsi tetangga dan Nasional,

bahkan menjadi kedua yang terendah

setelah Jawa Barat. Meskipun demikian,

koordinasi dalam pengendalian inflasi antar daerah perlu lebih ditingkatkan mengingat gap

harga yang tercermin dari tingkat inflasi antar daerah yang masih cukup lebar.

Grafik 2.15 Inflasi Provinsi di Jawa

Triwulan IV 2012 (%, yoy)

3,97

4,59

4,83

4,5

3,91

4,51

4,31

4,52

4,36

3,84

4,24

4,31

4,5

4,3

0 1 2 3 4 5

Jakarta

Banten

Jabar

Jateng

DIY

Jatim

Nasional

IV 2012

III 2012

Page 47: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan IV 2012 37

BOKS

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK) JATENG

MENJELANG DIBERLAKUKANNYA SURVEI BIAYA HIDUP (SBH) 2012

Badan Pusat Statistik (BPS) berencana untuk segera menerapkan SBH 2012

menggantikan SBH 2007. Jika ditelaah lebih lanjut, sampai dengan Desember 2012 terdapat

beberapa komoditas yang saat ini memiliki IHK diatas 200 atau telah meningkat lebih dari dua

kali lipat dibandingkan awal penerapan SBH 2007 (indeks tahun 2007 = 100). Hal ini

mengindikasikan bahwa komoditas tersebut telah mengalami peningkatan harga yang sangat

tinggi dibandingkan dengan dengan tahun 2007 lalu.

Sumber: BPS, diolah

Grafik Perkembangan IHK Komoditas dan Sub Kelompok

Komoditas yang saat ini memiliki IHK tertinggi adalah bawang merah yaitu sebesar

259,06 diikuti emas perhiasan 258,82, angkutan udara 256,04, buncis 246,46, dan batu bata

208,06. Apabila dilihat per sub kelompoknya, maka sub kelompok barang pribadi dan sandang

lainnya adalah yang mengalami peningkatan IHK tertinggi sehingga pada Desember 2012

mencapai 200,45. Pada kategori sub kelompok, peningkatan tertinggi selanjutnya adalah sub

kelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya sehingga mencapai 163,50, diikuti sub

kelompok daging-dagingan dan hasilnya sehingga mencapai 162,68, sub kelompok tembakau

dan minuman beralkohol sehingga mencapai 160,30 dan sub kelompok kacang-kacangan

sehingga mencapai 158,54.

Sementara, pada kategori kelompok, hanya ada 3 (tiga) kelompok yang memiliki IHK

di atas IHK umum (132,13). Peningkatan IHK tertinggi adalah pada kelompok bahan makanan,

yaitu mencapai 152,93, selanjutnya kelompok makanan jadi sebesar 140,38 dan kelompok

sandang sebesar 133,97.

Komoditas Sub kelompok

Page 48: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan IV 2012 38

Sumber: BPS, diolah

Grafik Perkembangan IHK Kelompok Bahan Makanan, Makanan Jadi dan Sandang

Dengan mencermati perkembangan IHK di atas, terlihat bahwa IHK kelompok bahan

makanan, makanan jadi dan sandang telah melampaui IHK umum. Hal ini harus menjadi

perhatian ke depan, mengingat ketiga kelompok tersebut masih berpotensi besar memberikan

tekanan inflasi dan memiliki kecenderungan di atas angka inflasi umum. Strategi pengendalian

melalui TPID juga harus lebih fokus pada upaya stabilisasi harga komoditas-komoditas yang

berasal dari 3 kelompok tersebut. Disamping itu, pengendalian harga terhadap kelompok

barang dan jasa lainnya juga perlu dilanjutkan sehingga stabilitas harganya dapat memberikan

manfaat bagi kesejahteraan masyarakat.

Page 49: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan IV 2012 39

Bab 3 Perkembangan Perbankan dan

Sistem Pembayaran Fungsi intermediasi Perbankan di Jawa Tengah--yang tercermin pada angka Loan to

Deposit Ratio (LDR)--semakin berjalan dengan baik dengan kualitas kredit yang membaik.

Meningkatnya LDR tersebut terutama didorong oleh pertumbuhan kredit yang lebih tinggi

dibanding pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK). Kredit perbankan pada triwulan IV 2012

mampu tumbuh 23,5%, yang terutama terjadi pada kredit investasi yang menjadi salah satu

sumber pembiayaan pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah. Pembiayaan kepada sektor usaha

mikro kecil dan menengah juga masih berjalan dengan baik. Sementara itu, perbankan syariah

juga masih tumbuh cukup baik, meski melambat dibanding triwulan sebelumnya.

Sementara itu, indikasi meningkatnya kegiatan ekonomi di Jawa Tengah terlihat pada

kebutuhan masyarakat dan dunia usaha terhadap transaksi melalui Real Time Gross Settlement

(RTGS) yang cenderung meningkat, sementara transaksi melalui kliring mengalami penurunan.

Di sisi pembayaran tunai, kebutuhan masyarakat akan uang layak edar juga secara umum dapat

dipenuhi dengan baik.

Tabel 3.1. Perkembangan Indikator Perbankan (Bank Umum & BPR) di Provinsi Jawa

Tengah (dalam Triliun Rp)

Sumber: DSM, Bank Indonesia

Untuk triwulan IV 2012, dukungan industri perbankan (BU dan BPR) di Jawa

Tengah terhadap pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah masih cukup baik. Hal ini dilihat dari

pertumbuhan beberapa indikator utama kinerja perbankan di Jawa Tengah menunjukkan

peningkatan cukup tinggi. Secara tahunan, total aset, dana pihak ketiga (DPK), dan kredit

masing-masing dapat tumbuh 17,4% (yoy), 16,5% (yoy), dan 23,5% (yoy). Pertumbuhan

tahunan tersebut juga menunjukkan pertumbuhan selama tahun 2012. Dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya, pertumbuhan aset dan DPK lebih lambat, sementara pertumbuhan kredit

yoy qtq

Asset - Total 179,5 187,6 197,4 208,3 210,8 17,4% 1,2%

a. Total Asset - Bank Umum 166,6 174,5 183,9 194,2 195,8 17,5% 0,9%

b. Total Asset - BPR 12,9 13,0 13,4 14,1 14,9 16,2% 5,8%

DPK - Total 133,7 138,7 144,4 151,4 155,8 16,5% 3,0%

a. DPK - Bank Umum 124,7 129,5 135,0 141,5 145,3 16,5% 2,7%

b. DPK - BPR 9,1 9,2 9,4 9,9 10,6 16,9% 7,2%

Kredit - Total 131,4 134,7 145,5 151,7 162,3 23,5% 7,0%

a. Kredit - Bank Umum 121,6 124,5 134,6 140,5 151,0 24,1% 7,5%

b. Kredit - BPR 9,8 10,3 10,9 11,2 11,3 15,7% 1,0%

LDR - Perbankan (%) 98,3 97,1 100,8 100,2 104,2

a. LDR - Bank Umum (%) 97,5 96,1 99,7 99,3 103,9

b. LDR - BPR (%) 108,1 111,7 116,8 113,6 107,0

NPL -Perbankan (%) 2,5 2,7 2,6 2,6 2,2

a. NPL - Bank Umum (%) 2,1 2,3 2,3 2,2 1,9

b. NPL - BPR (%) 6,9 7,3 7,1 6,9 6,1

I N D I K A T O R IV-11 I-12 II-12

Growth

III-12 IV-12

Page 50: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan IV 2012 40

lebih tinggi. Dapat diinformasikan bahwa pertumbuhan tahunan ketiga indikator tersebut pada

triwulan III 2012 masing-masing 22,5%, 19,5%, dan 21,6%. Dengan kondisi tersebut, loan to

deposit ratio (LDR) pada triwulan IV 2012 meningkat cukup signifikan pada triwulan laporan.

Sementara itu, kualitas kredit masih dapat dijaga di bawah level indikatif, bahkan membaik atau

menurun cukup signifikan dibanding triwulan sebelumnya.

Kredit yang secara konsisten mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi

dibandingkan pertumbuhan DPK membuat LDR stabil di kisaran yang tinggi. Kegiatan

intermediasi perbankan yang tercermin dari Loan to Deposit Ratio (LDR) mengalami peningkatan

dari 100,2% pada Triwulan III 2012 menjadi 104,2% pada triwulan laporan. Dari sisi kredit,

komponen ini mengalami pertumbuhan sebesar 23,5% (yoy) sehingga secara nominal mencapai

Rp162,3 triliun. (yoy). Sementara itu, DPK tumbuh lebih lambat dibanding pertumbuhan kredit

dan pertumbuhan DPK pada triwulan sebelumnya. Pada triwulan IV 2012, DPK tumbuh 16,5%

(yoy), melambat dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya (19,5% yoy). Namun,

secara nominal pertambahan DPK pada triwulan laporan masih lebih besar dibanding triwulan III

2012. Sehingga nominal DPK yang dapat dihimpun sampai dengan tahun 2012 mencapai

Rp155,8 triliun.

Pertumbuhan kredit terutama terjadi pada kredit investasi dan di Bank Umum. Pada

triwulan IV 2012, pertumbuhan kredit terutama terjadi pada jenis kredit investasi, sementara

pertumbuhan kredit modal kerja juga masih cukup baik dan merupakan porsi terbesar.

Berdasarkan jenis bank, pertumbuhan penyaluran kredit perbankan Jawa Tengah didorong oleh

peningkatan pertumbuhan penyaluran kredit Bank Umum yang cukup tinggi yang mencapai

24,1% (yoy), sementara pertumbuhan penyaluran kredit BPR mencapai 15,7%

Meningkatnya keyakinan konsumen mendorong tetap tingginya pertumbuhan

kredit dan penghimpunan dana perbankan. Masih cukup tingginya penyaluran kredit dan

penghimpunan DPK sejalan dengan membaiknya ekspektasi masyarakat terhadap kondisi

ekonomi di Jawa Tengah. Hal ini tercermin dari hasil Survei Konsumen (SK) di Jawa Tengah

bulan Desember 2012 yang menunjukkan bahwa Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) cukup

tinggi yakni mencapai 128,80, meningkat jika dibandingkan dengan Triwulan III 2012 yang

sebesar 121,47.

3.1. Bank Umum

3.1.1. Fungsi Intermediasi dan Perkembangan Jaringan Kantor Bank Umum

Kinerja intermediasi bank umum di Jawa Tengah yang diukur dengan LDR terus

meningkat dari waktu ke waktu dan mencapai angka tertinggi dalam 4 tahun terakhir . LDR

Bank Umum pada triwulan laporan mencapai 103,9%, meningkat bila dibandingkan triwulan

sebelumnya yang sebesar 99,3%. Kecenderungan peningkatan LDR didorong oleh

pertumbuhan kredit bank umum yang lebih tinggi dibanding pertumbuhan DPK. Kredit yang

disalurkan oleh bank umum di Jawa Tengah mengalami pertumbuhan sebesar 24,1% (yoy),

meningkat jika dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 22,0% (yoy).

Penghimpunan DPK juga tumbuh cukup tinggi sebesar 16,5% (yoy), namun tercatat mengalami

penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya (19,5% yoy).

Page 51: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan IV 2012 41

Kualitas kredit tetap terjaga dengan baik. Kondisi tersebut tercermin pada penurunan

Non Performing Loans (NPLs) menjadi 1,9%, berada jauh dibawah target indikatif yang

ditetapkan Bank Indonesia sebesar 5%.

Tabel 3.2. Perkembangan Beberapa Indikator Bank Umum di Prov. Jawa Tengah

Sumber: DSM, Bank Indonesia

Upaya untuk meningkatkan financial inclusion tercermin pada meningkatnya

jumlah kantor bank untuk melayani kebutuhan masyarakat. Perbankan didorong untuk

mewujudkan financial inclusion melalui peningkatan jangkauan perbankan hingga ke daerah

pelosok dan kegiatan edukasi terhadap masyarakat tentang keuangan, sehingga tercipta literasi

keuangan. Hal ini terkonfirmasi dari jumlah kantor Bank Umum menunjukkan peningkatan.

Penambahan jumlah kantor Bank Umum khususnya dalam bentuk kantor cabang pembantu dan

kantor kas, terutama dilakukan oleh kelompok Bank Pemerintah (Tabel 3.3). Perluasan jaringan

kantor Bank Umum tersebut dipicu oleh semakin berkembangnya ekonomi di Jawa Tengah dan

tingginya persaingan yang menuntut perbankan berlomba menarik nasabah.

Tabel 3.3. Perkembangan Jumlah Bank dan Jaringan Kantor Bank Umum

*) Data Sementara, posisi November 2012

Sumber: SEKDA, Bank Indonesia

Aset Nominal Triliun Rp 166,6 174,5 183,9 194,2 195,8

Growth yoy 20,3% 20,0% 21,3% 23,0% 17,5%

DPK Nominal Triliun Rp 124,7 129,5 135,0 141,5 145,3

Growth yoy 18,1% 18,2% 17,3% 19,7% 16,5%

Kredit Nominal Triliun Rp 121,6 124,5 134,6 140,5 151,0

Growth yoy 22,0% 18,2% 21,0% 22,0% 24,1%

LDR (%) 97,5 96,1 99,7 99,3 103,9

NPL (%) 2,10 2,3 2,3 2,2 1,9

IV-12III-12IV-11 I-12 II-11Uraian Unit

III IV I II III IV*

Bank Konvensional      

Jumlah Bank Umum 51 51 51 51 51 51

Jumlah Bank (kantor pusat) 2 2 2 2 2 2

3.333 3.331 3.381 3.500 3.615 3.626

Bank Pemerintah 2.208 2.149 2.149 2.159 2.174 2.181

Kantor Pusat 0 0 0 0 0 0

Kantor Cabang 79 79 79 79 79 79

Kantor Cabang Pembantu 1)

1.953 1.866 1.853 1.857 1.875 1.879

Kantor Kas 176 204 217 223 220 223

Bank Pemerintah Daerah 240 247 248 250 252 254

Kantor Pusat 1 1 1 1 1 1

Kantor Cabang 38 39 40 40 41 41

Kantor Cabang Pembantu 94 94 93 93 93 94

Kantor Kas 107 113 114 116 117 118

Bank Swasta Nasional 863 913 964 1.070 1.168 1.170

Kantor Pusat 1 1 1 1 1 1

Kantor Cabang 159 165 166 168 171 171

Kantor Cabang Pembantu 583 612 682 774 855 857

Kantor Kas 120 135 115 127 141 141

Bank Asing dan Bank Campuran 22 22 20 21 21 21

Kantor Pusat 0 0 0 0 0 0

Kantor Cabang 16 16 16 16 16 16

Kantor Cabang Pembantu 4 4 4 4 4 4

Kantor Kas 2 2 0 1 1 1

Jumlah Kantor Bank Umum Menurut

Status Kepemilikan

2011KETERANGAN

2012

Page 52: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan IV 2012 42

3.1.2. Perkembangan Dana Pihak Ketiga

Masyarakat masih mempercayakan dananya untuk disimpan dan dikelola oleh

perbankan. Hal tersebut tercermin dari penghimpunan DPK bank umum di Jawa Tengah yang

masih dapat tumbuh sebesar 16,5% (yoy) pada tahun 2012. Namun demikian, pertumbuhan

tersebut tercatat lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya dan

pertumbuhan pada tahun 2011 yang masing-masing dapat tumbuh sebesar 19,7% (yoy) dan

18,1% (yoy). Relatif rendahnya pertumbuhan DPK pada tahun 2012 diduga berkorelasi dengan

penurunan suku bunga simpanan yang menyebabkan semakin rendahnya imbal hasil (return)

dari simpanan di perbankan.

Berdasarkan jenis simpanan, secara tahunan selain deposito, jenis simpanan lainnya

masih tumbuh cukup tinggi. Perbankan di Jawa Tengah berhasil menghimpun DPK, khususnya

dalam bentuk giro dan tabungan, yang masing-masing sebesar 25,9% (yoy) dan 22,0% (yoy).

Sementara deposito hanya tumbuh 3,9% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya juga tumbuh

relatif rendah (10% yoy). Khusus untuk simpanan deposito, secara tahunan, pertumbuhannya

merupakan yang terendah selama 2 tahun terakhir. Hal tersebut yang menyebabkan

pertumbuhan DPK Jawa Tengah relatif rendah pada tahun ini.

Dengan pertumbuhan giro dan tabungan yang tidak meningkat signifikan,

diindikasikan adanya pengalihan dari deposito--yang tumbuh relatif rendah--ke aset

lainnya. Sejalan dengan rendahnya tingkat suku bunga perbankan, diperkirakan deposan

cenderung mengalihkan ke bentuk investasi lainnya atau kegiatan sektor riil. Sebagaimana

diketahui bahwa dalam menggali dana masyarakat, perbankan juga berkompetisi secara

langsung dengan produk-produk investasi yang ada di pasar keuangan seperti obligasi,

reksadana campuran, reksadana saham, ataupun investasi di saham yang mempunyai imbal

hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan simpanan di perbankan. Hal ini dapat dilihat dari

peningkatan pertumbuhan indeks harga saham gabungan (IHSG) yang tumbuh sebesar 17,3%

(yoy) sehingga mencapai 4.312 di akhir tahun 2012. Dengan meningkatnya IHSG dari waktu ke

waktu, meningkatkan kepercayaan masyarakat untuk menginvestasikan dananya di pasar

keuangan. Peningkatan volume transaksi perdagangan saham yang mencapai 4.986 miliar

lembar atau tumbuh sebesar 36,6% (yoy) (Grafik 3.2). Pertumbuhan tersebut jauh lebih tinggi

dibandingkan dengan pertumbuhan deposito jenis simpanan yang memiliki imbal hasil terbesar

di perbankan- yang hanya mampu tumbuh sebesar 3,9% (yoy).

Sementara itu, berdasarkan pangsanya jenis simpanan Tabungan masih memiliki

proporsi tertinggi dan semakin meningkat yaitu sebesar 54,7% dari keseluruhan DPK, diikuti

oleh deposito yang sebesar 30,0% dan giro yang sebesar 15,3% (Grafik 3.3). Proporsi terbesar

DPK berupa tabungan, akan berdampak pada beberapa hal, yaitu disatu sisi akan menurunkan

cost of fund bank, namun sisi yang lain akan menurunkan kemampuan bank untuk membiayai

kredit yang berjangka waktu lebih panjang (seperti kredit investasi).

Page 53: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan IV 2012 43

Sumber : DSM, Bank Indonesia

Grafik 3.1. Pertumbuhan DPK Bank Umum

di Jawa Tengah

Sumber : Bursa Efek Indonesia

Grafik 3.2. IHSG dan Volume Transaksi

Perdagangan Saham

Sumber : DSM, Bank Indonesia

Grafik 3.3. Porsi Komponen DPK Bank Umum per Jenis Simpanan

Berdasarkan golongan pemilik di Jawa Tengah, DPK milik golongan perseorangan

masih memiliki proporsi tertinggi dalam keseluruhan penghimpunan DPK. Besarnya

kepemilikan DPK perseorangan mencapai 78,2% dari total DPK, diikuti oleh DPK milik bukan

lembaga keuangan dan Pemda yang masing-masing memiliki porsi sebesar 11,3% dan 4,7%

(Grafik3.4). Sesuai dengan siklusnya, porsi DPK milik Pemda menurun secara signifikan pada

triwulan laporan. Hal ini sejalan dengan realisasi proyek-proyek yang biasanya dilakukan pada

akhir tahun.

Suku bunga simpanan mengalami penurunan dari waktu ke waktu. Suku bunga

simpanan mengalami penurunan untuk semua jenis simpanan. Hal ini juga diduga menjadi

sebab relatif rendahnya pertumbuhan DPK pada tahun 2012. Bila dibandingkan dengan posisi

yang sama tahun sebelumnya, suku bunga simpanan mengalami penurunan dalam kisaran 30

bps 81 bps. Penurunan tertinggi terjadi pada suku bunga jenis simpanan deposito yang turun

81 bps, mengkonfirmasi lambatnya pertumbuhan deposito sebagaimana analisis sebelumnya.

Sementara itu, suku bunga tabungan dan giro juga mengalami penurunan masing-masing

sebesar 59 bps dan 30 bps. (Grafik 3.5).

18%22% 22%

27% 26%

23% 22% 26% 24% 22%

12% 11%

4%

10%

4%

110

115

120

125

130

135

140

145

150

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

IV I II III IV

2011 2012

Triliun RpPert. % yoy

Pert. Giro Pert. Tabungan Pert. Deposito DPK - axis kanan

-

1.000

2.000

3.000

4.000

5.000

6.000

3.200

3.400

3.600

3.800

4.000

4.200

4.400

IV I II III IV

2011 2012

Vol. Transaksi (Miliar Lembar)

IHSG

Volume (Miliar Lembar) -rhs

IHSG

15,7% 14,2% 16,1% 16,6% 16,7% 15,3%

49,2% 52,2% 48,9% 50,2% 51,0% 54,7%

35,1% 33,6% 34,9% 33,2% 32,4% 30,0%

0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%

100%

III IV I II III IV

2011 2012

Share (%)

Giro Tabungan Deposito

Page 54: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan IV 2012 44

Sumber : DSM, Bank Indonesia

Grafik 3.4. Komposisi Kepemilikan DPK

Bank Umum di Jawa Tengah

Sumber : DSM, Bank Indonesia

Grafik 3. 5 Perkembangan Suku Bunga DPK

3.1.3. Penyaluran Kredit

3.1.3.1. Perkembangan Kredit secara Umum

Penyaluran kredit bank umum di Jawa Tengah pada tahun 2012 mencapai

Rp150,98 triliun, tumbuh sebesar 24,1% (yoy). Walaupun belum dapat memenuhi target

penyaluran kredit nasional tahun 2012 yaitu 25%, pertumbuhan kredit yang cukup tinggi

tersebut menunjukkan dukungan pembiayaan dari sektor perbankan terhadap pertumbuhan

ekonomi di Jawa Tengah masih cukup baik. Namun, untuk wilayah Jawa Tengah pertumbuhan

kredit tersebut juga lebih rendah dari target yang ditetapkan. Hal ini terkonfirmasi dari Survei

Kredit Perbankan (SKP) triwulan IV-2012 yang dilakukan oleh KPw BI Wilayah V dimana secara

keseluruhan bank umum di wilayah Jawa Tengah menunjukkan adanya peningkatan dalam

penyaluran kredit tetapi masih di bawah target yang telah ditetapkan. Beberapa faktor yang

menyebabkan pencapaian di bawah target adalah kurangnya pemasaran/promosi, serta proses

pengajuan dan pencairan kredit/pembiayaan.

Berdasarkan jenis penggunaannya, kredit investasi mencatatkan pertumbuhan yang

tertinggi sepanjang tahun 2012 yaitu 46,1% (yoy) menjadi Rp19,1 triliun. Sementara jenis

kredit lainnya, yaitu kredit modal kerja dan kredit konsumsi juga masih tumbuh tinggi, masing-

masing sebesar 20,3% (yoy) dan 23,4% (yoy). Secara nominal, sebagian besar penyaluran kredit

di Jawa Tengah disalurkan untuk jenis kredit modal kerja yang mencapai Rp80,7 triliun (Grafik

3.6). Dilihat dari pangsanya, penyaluran kredit modal kerja di Jawa Tengah mencapai 55,5%,

disusul oleh kredit konsumsi sebesar 33,9% dan kredit investasi sebesar 12,6%. Berdasarkan

SKP Triwulan IV 2012 terkonfirmasi bahwa perbankan masih memfokuskan penyaluran

kreditnya untuk jenis kredit modal kerja. Tingginya pertumbuhan kredit investasi diperkirakan

antara lain pada sektor konstruksi yang terkait dengan implementasi Masterplan Perluasan dan

Percepatan Ekonomi Indonesia (MP3EI) sebagai faktor pendorong realisasi kredit terkait dengan

besarnya kebutuhan pendanaan untuk sektor infrastruktur berskala menengah dan besar.

Penyaluran kredit tersebut mayoritas disalurkan oleh bank persero dan bank swasta

nasional porsi masing-masing sebesar 44% dan 42% dari keseluruhan kredit yang disalurkan di

Jawa Tengah. Peran Bank Pembangunan Daerah (BPD) dalam penyaluran kredit perlu terus

3,8% 9,1% 9,3%9,81% 4,73%2,7%

2,4% 2,5% 2,31%2,34%

11,2%10,3% 10,6% 10,09%

11,33%

78,7% 74,1% 73,8% 74,11% 78,21%

3,6% 4,2% 3,7% 3,7% 3,4%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

IV I II III IV

2011 2012

Share

Pemda BUMN atau Pemerintah CampuranBukan Lembaga Keuangan PerseoranganLainnya

2,54 2,97 2,66 2,69 2,24

2,402,05 1,89 1,8 1,81

6,305,85

5,59 5,51 5,49

0

1

2

3

4

5

6

7

IV I II III IV

2011 2012

Suku Bunga (%)

Giro Tabungan Deposito

Page 55: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan IV 2012 45

ditingkatkan. Komposisi penyaluran kredit oleh BPD terlihat ada peningkatan meski tidak

signifikan (Grafik 3.7).

Sumber : DSM, Bank Indonesia

Grafik 3. 6. Perkembangan Kredit

Berdasarkan Jenis Penggunaan

Sumber : DSM, Bank Indonesia

Grafik 3.7. Komposisi Bank Penyalur

Kredit di Jawa Tengah

Sumber : DSM, Bank Indonesia

Grafik 3. 8. Perkembangan Porsi Kredit Berdasarkan Sektoral

Pada triwulan IV 2012, 82% porsi penyaluran kredit di Jawa Tengah masih

didominasi oleh tiga sektor utama yaitu sektor penerima kredit bukan lapangan usaha lain-lain

(sektor konsumtif), sektor perdagangan besar dan eceran, serta sektor industri pengolahan

(Grafik 3.8). Secara sektoral, pertumbuhan kredit terbesar terjadi pada sektor pertanian yang

tumbuh sebesar 85,5% (yoy) diikuti sektor listrik, gas dan air yang tumbuh sebesar 68,2% (yoy).

Kredit sektor pertanian yang tumbuh mengesankan diduga karena masuknya musim tanam

pada triwulan laporan, sehingga para petani membutuhkan modal untuk mulai berusahatani.

Sumbangan pertumbuhan terbesar masih ditujukan kepada sektor PHR dan sektor industri

pengolahan yang masing-masing memiliki pangsa sebesar 29,1% dan 19,2%, dengan nominal

mencapai Rp44,0 triliun dan Rp29,0 triliun. Dari SKP Triwulan IV 2012 dapat diketahui bahwa

81

19

51

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

-10 20 30 40 50 60 70 80 90

IV I II III IV

2011 2012

% yoyTriliun Rp

Modal Kerja Investasi KonsumsiPert. KMK Pert. KI Pert. KK

46% 45% 45% 44% 44%

42% 43% 43% 43% 42%

1% 1% 1% 2% 1%

11% 11% 11% 12% 12%

0%

10%

20%30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

IV I II III IV

2011 2012

Share

Bank Persero Bank Swasta NasionalBank Asing & Campuran Bank Pemerintah Daerah

2,66%

0,26%

0,28%

19,24%

0,12%

2,03%

29,14%

1,32%

1,89%

1,61%

3,28%

0,00%

0,17%

0,33%

1,30%

0,04%

0,00%

2,46%

33,86%

0% 10% 20% 30% 40%

Pertanian...

Perikanan

Tambang&Galian

Industri …

Listrik, Gas Dan Air

Konstruksi

Perdagangan

Peny. Akom&Trans

Trans, Gud&Kom

Perantara …

Real Estate...

Adm. …

Js. Pnddkn

Js. Kes&Sos

Js. Masy, Sosbud..

Js. Org RT

Bdn Intl

Keg. Blm jls

Kred. Bkn lap ush

Page 56: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan IV 2012 46

penyaluran kredit perbankan pada beberapa periode terakhir terutama tertuju sektor-sektor

utama, diantaranya sektor perdagangan, restoran dan hotel (PHR) dan sektor industri

pengolahan.

Suku bunga kredit pada triwulan laporan mengalami penurunan sejalan dengan

penurunan suku bunga simpanan. Apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, suku

bunga kredit tertimbang mengalami penurunan sebesar 85 bps. Penurunan tertinggi terjadi

untuk suku bunga kredit konsumsi yaitu mencapai 110 bps (Grafik 3.9). Sementara itu, suku

bunga kredit modal kerja dan kredit investasi juga mengalami penurunan masing-masing

sebesar 75 bps dan 72 bps. Dari hasil SKP triwulan IV 2012 diketahui bahwa penurunan suku

bunga kredit terutama terkait dengan persaingan antar bank dalam menarik nasabah, kondisi

pasar yang cukup baik dan BI Rate yang cukup stabil. Penurunan suku bunga tersebut juga

mengkonfirmasi pertumbuhan penyaluran kredit yang cukup tinggi di Jawa Tengah di tahun

2012. Perbankan diharapkan terus meningkatkan efisiensinya sehingga dapat menekan suku

bunga kreditnya, terutama untuk kredit modal kerja dan kredit investasi sebagai stimulus

pertumbuhan ekonomi yang sehat.

Namun, nett interest margin (NIM) masih cukup tinggi. NIM atau selisih antara bunga

yang harus dibayar dan pendapatan bunga yang diterima perbankan di Jawa Tengah masih

cukup tinggi. Dari hasil SKP triwulan IV 2012 diketahui bahwa kisaran NIM perbankan secara

mayoritas berada pada level 6%.

Sumber : DSM, Bank Indonesia

Grafik 3. 9 Perkembangan Suku Bunga Kredit

3.1.3.2. Perkembangan kredit UMKM

Pertumbuhan kredit Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Jawa Tengah

meningkat dibanding triwulan sebelumnya. Kredit UMKM pada Triwulan IV 2012 mengalami

pertumbuhan sebesar 17,8% (yoy) sehingga menjadi Rp52,6 triliun. Pertumbuhan ini meningkat

jika dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya (14,7% yoy), namun masih lebih

rendah dibanding triwulan yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 23,8% (yoy). Dari hasil

SKP triwulan IV 2012 diketahui bahwa menurunnya pertumbuhan kredit/pembiayaan UMKM

adalah karena hasil evaluasi perbankan terhadap pengajuan proposal kredit/pembiayaan UMKM

dari calon debitur yaitu dari total pengajuan kredit/pembiayaan hanya sekitar 60% yang

13,3 13,2 13,0 12,9 12,5

13,6 13,5 13,5 13,2 12,9

14,7 14,6 14,514,1

13,613,8 13,7

13,513,3

12,9

11

12

12

13

13

14

14

15

15

IV I II III IV

2011 2012

Suku Bunga (%)

KMK KI KK Tertimbang

Realisasi kredit/pembiayaan

UMKM Bank Umum pada

triwulan II-2012 mengalami

peningkatan tetapi masih

rendah dari target yang

telah ditetapkan

Page 57: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan IV 2012 47

disetujui mendapatkan kredit/pembiayaan. Adapun beberapa kendala terhadap persetujuan

kredit/pembiayaan adalah terkait faktor kelayakan usaha dan agunan serta rekam jejak calon

debitur. Pertumbuhan kredit UMKM cukup memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan

kredit perbankan, mengingat kontribusinya mencapai 34,8% dari total kredit bank umum di

Jawa Tengah (Grafik 3.11). Dari jumlah tersebut, sebesar Rp44,6 triliun atau 84,9% dari kredit

UMKM merupakan kredit modal kerja, sisanya sebesar Rp7,9 triliun atau 15,1% merupakan

kredit investasi (Grafik 3.12).

Sumber : DSM, Bank Indonesia

Grafik 3. 10 Perkembangan Kredit UMKM

dan Total Kredit

Sumber : DSM, Bank Indonesia

Grafik 3. 11 Proporsi Kredit UMKM

Menurut Jenis Penggunaan

Sumber : DSM, Bank Indonesia

Grafik 3. 12 Lima Sektor Ekonomi

Dominan Kredit UMKM Triwulan III 2012

Sumber : DSM, Bank Indonesia

Grafik 3. 13 Pertumbuhan Kredit UMKM

Berdasarkan Skala Usaha

Berdasarkan sektornya, pembiayaan UMKM juga terkait dengan tiga sektor

ekonomi utama Jawa Tengah. Sejalan dengan penyaluran kredit secara umum, penyaluran

kredit UMKM di Jawa Tengah didominasi oleh 3 (tiga) sektor utama yaitu Sektor Perdagangan

Besar dan Eceran, Sektor Kegiatan yang Belum Jelas Batasnya dan Sektor Industri Pengolahan

dengan porsi sebesar 76,5% dari total kredit UMKM yang disalurkan. Porsi terbesar disalurkan

pada sektor perdagangan besar dan eceran tercatat sebesar Rp30,7 triliun atau 58,6% dari total

kredit UMKM. Sementara itu kredit UMKM untuk sektor kegiatan yang belum jelas batasnya

dan sektor industri pengolahan masing-masing sebesar Rp3,4 triliun (7,1%) dan Rp6,1 triliun

122 124 135 140

151

45 46 50 49 53

-

20

40

60

80

100

120

140

160

IV I II III IV

2011 2012

Triliun Rp Tot. Kredit UMKM

84,9%

15,1%

KMK KI

Pertanian; 6,5%

Industri Pengolahan;

10,8%

Perdagangan; 58,6%

Real Estate; 2,9%

Keg. Lain; 7,1%

23,79% 19,11% 22,3% 14,7% 17,8%0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

40%

IV I II III IV

2011 2012

Pertumbuhan (% yoy)

Kredit UMKM - Mikro - Kecil - Menengah

Page 58: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan IV 2012 48

(10,8%). Untuk kredit di Sektor Pertanian juga mempunyai porsi yang cukup besar yaitu 6,5%

dengan nominal mencapai Rp3,4 triliun(Grafik 3.13).

Penyaluran Kredit Skala Menengah14

mendominasi penyaluran kredit UMKM di

Jawa Tengah pada tahun 2012 dengan nominal sebesar Rp20,2 triliun. Pada triwulan IV

2012, pangsa kredit untuk skala menengah mendominasi pemberian kredit kepada UMKM di

Jawa Tengah dengan pangsa 38,4% dari total penyaluran kredit UMKM. Sedangkan kredit skala

usaha mikro (usaha mikro: aset maksimal Rp50 juta, omzet maksimal Rp300 juta) dan kredit

skala kecil (usaha kecil: Aset > Rp50 juta Rp500 juta, omzet > Rp300 juta Rp2,5 miliar)

masing-masing sebesar Rp14,2triliun (27,1%) dan Rp18,1 triliun (34,5%). Secara tahunan,

kredit menengah mencapai pertumbuhan yang tertinggi diantara jenis kredit lainnya yaitu

sebesar 23,0% (yoy). Sementara itu, kredit mikro dan kredit kecil masing-masing mengalami

pertumbuhan yaitu sebesar 14,4% (yoy) dan 15,1% (yoy) (Grafik3.14).

3.1.3.3. Resiko Kredit

Resiko kredit bank umum di Jawa Tengah stabil serta tetap terjaga pada level yang

rendah, dan mencapai level terendah dalam 3 tahun terakhir. Pada Triwulan IV 2012 ini

risiko kredit bank umum yang salah satunya diukur dari rasio Non Performing Loans (NPLs) ada

pada level 1,9%, menurun bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 2,2%

(Grafik 3.15). Sejalan dengan penurunan NPL kredit secara umum, NPL kredit UMKM juga

tercatat mengalami penurunan dari triwulan sebelumnya yakni dari 3,9% menjadi sebesar 3,4%

(Grafik 3.16). NPL bank umum di Jawa Tengah masih berada pada level aman di bawah 5%

sesuai target indikatif Bank Indonesia. Para pelaku perbankan berusaha menerapkan manajemen

resiko salah satunya dengan menurunkan NPL. Beberapa langkah yang diambil adalah

monitoring lebih intensif oleh perbankan. Sementara dari sisi debitur, dengan adanya kondisi

ekonomi yang cukup stabil di tahun 2012, usaha debitur pun mengalami kemajuan yang

berdampak pada angsuran kredit yang lancar dan tepat waktu.

Sumber : DSM, Bank Indonesia

Grafik 3. 14 Rasio NPL Terhadap Total

Kredit

Sumber : DSM, Bank Indonesia

Grafik 3. 15 NPL Kredit Berdasarkan Jenis

Penggunaan

14

Usaha menengah : Aset > Rp500 juta Rp10 miliar, omzet > Rp2,5 miliar Rp50 miliar

115 122 124 135 140

2,61%

2,10%2,33% 2,28% 2,23%

0,0%

0,5%

1,0%

1,5%

2,0%

2,5%

3,0%

-

20

40

60

80

100

120

140

160

III IV I II III

2011 2012

NPL (%)Triliun Rp

Jml Kredit NPL - skala kiri NPL - skala kiri

2,92%

2,50%

1,35%

0,0%

0,5%

1,0%

1,5%

2,0%

2,5%

3,0%

3,5%

4,0%

I II III IV I

2011 2012

NPL (%)

Modal Kerja Investasi Konsumsi

Page 59: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan IV 2012 49

Sumber : DSM, Bank Indonesia

Grafik 3. 16 NPL Kredit Berdasarkan Sektor

Ekonomi Utama

Sumber : DSM, Bank Indonesia

Grafik 3. 17 Perkembangan NPL Kredit

UMKM

3.2. Kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Pada tahun 2012, sejalan dengan kinerja Bank Umum, kinerja BPR konvensional di

Jawa Tengah juga masih cukup baik, sedikit meningkat dibanding triwulan sebelumnya.

Pada triwulan IV 2012, aset BPR konvensional mampu tumbuh sebesar 16,2% (yoy) atau

mencapai Rp14,9 triliun, sedikit meningkat dibanding triwulan sebelumnya (15,9% yoy).

Sementara DPK yang berhasil dihimpun BPR tumbuh stabil dan kredit yang disalurkan

mengalami pertumbuhan yang melambat dibanding triwulan sebelumnya. Pada triwulan IV

2013, DPK tumbuh 16,9% (yoy), sementara pertumbuhan kredit melambat menjadi 15,7%

(yoy).

Jenis simpanan deposito masih menjadi bentuk simpanan yang diminati terkait suku

bunga yang masih menarik. Secara keseluruhan, DPK BPR konvensional mencapai nominal

Rp10,5 triliun dan mengalami pertumbuhan yang cukup stabil dari 17,0% (yoy) pada triwulan

sebelumnya menjadi 16,9% (yoy) pada triwulan laporan. Dana pihak ketiga (DPK) BPR

konvensional di Jawa Tengah masih didominasi oleh jenis simpanan deposito. Porsi deposito

mencapai 56,2% dari keseluruhan DPK dengan nominal sebesar Rp5,9 triliun. Sementara itu,

jenis simpanan tabungan mempunyai porsi sebesar 43,8% dengan nominal mencapai Rp4,6

triliun. Suku bunga simpanan BPR yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan Bank Umum

masih menjadi salah satu daya tarik masyarakat untuk menyimpan dananya di BPR. Hal ini dapat

dilihat dari komposisi dana simpanan masyarakat di BPR yang sebagian besar menyimpan dana

dalam bentuk high cost deposit yaitu deposito.

Namun, dilihat dari pertumbuhan jenis simpanan dalam bentuk deposito cenderung

menurun. Jenis simpanan tabungan mencatatkan pertumbuhan yang cukup baik yaitu sebesar

22,6% (yoy) atau 11,4% (qtq). Sementara itu, untuk jenis simpanan deposito mencatatkan

pertumbuhan relatif rendah yaitu sebesar 12,9% (yoy) dan secara triwulanan tumbuh sebesar

4,0%(qtq), setelah pada triwulan sebelumnya hanya tumbuh 14,2% (yoy). Adapun tingkat

bunga simpanan wajar sampai dengan Triwulan IV 2012 yang dijamin oleh Lembaga Penjamin

Simpanan (LPS) untuk simpanan di BPR adalah 8,00%, jauh lebih tinggi dari Bank Umum yang

hanya 5,50% untuk simpanan Rupiah.

0,5%

1,0%

1,5%

2,0%

2,5%

3,0%

3,5%

4,0%

IV I II III IV

2011 2012

NPL (%) Industri Pengolahan

Perdagangan Besar Dan Eceran

Penerima Kredit Bukan Lapangan Usaha3,14%

3,64% 3,70% 3,90%

3,34%

2,10%2,33% 2,28% 2,23%

1,91%

0,0%0,5%1,0%1,5%2,0%2,5%3,0%3,5%4,0%4,5%

IV I II III IV

2011 2012

NPL (%)

NPL Kredit UMKM NPL Kredit Umum

Page 60: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan IV 2012 50

Sumber : DSM, Bank Indonesia

Grafik 3. 18. Pertumbuhan Aset BPR

Konvensional

Sumber : DSM, Bank Indonesia

Grafik 3. 19. Perkembangan DPK, Jenis

Simpanan Tabungan dan Deposito

Sumber : DSM, Bank Indonesia

Grafik 3. 20. Pertumbuhan Tabungan dan Deposito BPR Konvensional

Pembiayaan BPR konvensional mencapai Rp11,3 triliun dengan pertumbuhan sebesar

15,7% (yoy) atau cukup stabil bila dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 15,0%

(yoy). Berdasarkan jenis penggunaan, pertumbuhan penyaluran kredit tertinggi dicapai oleh

kredit modal kerja (KMK) yang mencapai 19,3% (yoy), diikuti oleh kredit konsumsi (KK)

tumbuh sebesar 13,7% (yoy). Sementara kredit investasi (KI) mengalami kontraksi pertumbuhan

yaitu -3,3% (yoy). Senada dengan triwulan sebelumnya, kontraksi KI ditengarai karena BPR

konvensional terkait banyaknya pelunasan jenis kredit investasi sementara BPR tidak banyak

menyalurkan kredit investasi pada Triwulan IV 2012. Selain itu, berdasarkan pangsa penyaluran,

kredit modal kerja masih mendominasi dengan penyaluran kredit dengan porsi sebesar 53,1%

kemudian diikuti oleh kredit konsumsi sebesar 42,8% dan kredit investasi sebesar 4,1%.

11,5

12,0

12,5

13,0

13,5

14,0

14,5

15,0

15,5

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

14%

16%

18%

20%

IV I II III IV

2011 2012

Triliun RpGrowth (% yoy)

Aset - skala kanan g yoy (%) g qtq (%)

-2%

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

III IV I II III

2011 2012

Growth (% qtq)Growth (% yoy)

g Tab (% qtq) - skala kanan g Depo (% qtq) - skala kanan

g Tab (% yoy) g Depo (% yoy)

0%

5%

10%

15%

20%

25%

-

2

4

6

8

10

12

IV I II III IV

2011 2012

Growth (%)Triliun Rp

Tabungan Deposito Total DPK

g DPK yoy (%) g DPK qtq (%)

Page 61: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan IV 2012 51

Sumber : LBPR, Bank Indonesia

Grafik 3. 21 Perkembangan Kredit BPR

Konvensional

Sumber : LBPR, Bank Indonesia

Grafik 3. 22 Perkembangan Kredit Jenis

Penggunaan

Sumber : LBPR, Bank Indonesia

Grafik 3. 23 Pertumbuhan Kredit Sektoral

Sumber : LBPR, Bank Indonesia

Grafik 3. 24 Pangsa Penyaluran Kredit per

Sektor

Berdasarkan sektor ekonomi, pertumbuhan tertinggi pada tahun 2012 dicapai oleh

sektor perikanan yang tumbuh sebesar 60,9% (yoy), sektor perantara keuangan yang tumbuh

sebesar 57,2% (yoy) serta sektor konstruksi yang tumbuh sebesar 49,6% (yoy) (Grafik 3.24).

Sementara itu, porsi terbesar kredit produktif BPR konvensional di Jawa Tengah disalurkan pada

sektor perdagangan besar dan kecil dengan pangsa sebesar 34,4%, sektor pertanian,

perburuan dan kehutanan dengan pangsa sebesar 8,0% serta sektor jasa kemasyarakatan,

sosial budaya, hiburan dan perorangan lainnya dengan pangsa sebesar 3,0% (Grafik 3.25).

Loan to Deposit Ratio (LDR) BPR Konvensional mencapai 107,0%. Walaupun level LDR

tersebut merupakan yang terendah dalam 3 tahun terakhir, namun BPR masih dapat

menjalankan fungsi intermediasi dengan baik, yang antara lain ditunjukkan oleh LDR yang dapat

dijaga diatas 100%. Selain itu, performa kredit memperlihatkan kualitas yang membaik,

yang ditunjukkan oleh penurunan rasio Non Performing Loans (NPL) menjadi 6,1%.

9,0

9,5

10,0

10,5

11,0

11,5

0%2%4%6%8%

10%12%14%16%18%20%

IV I II III IV

2011 2012

Triliun RpG (% yoy)

Kredit - Skala Kanan g yoy (%) g qtq (%)

0%

1%

2%

3%

4%

5%

6%

7%

8%

-15%

-10%

-5%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

IV I II III IV

2011 2012

Growth (% qtq)Growth (% yoy)

g KMK yoy (%) g KI yoy (%) g KK yoy (%)

g KMK qtq (%) - skala kiri g KI qtq (%) - skala kiri g KK qtq (%) - skala kiri

-60%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

Pe

rta

nia

n, P

erb

uru

an

da

n …

Pe

rik

an

an

Pe

rta

mb

an

ga

n d

an

Ind

ustr

i Pe

ng

ola

ha

n

Lis

trik

, G

as d

an

Air

Ko

nstr

uk

si

Pe

rda

ga

ng

an

Be

sa

r d

an

Pe

ny

ed

iaa

n A

ko

mo

da

si …

Tra

nsp

ort

asi,

Pe

rgu

da

ng

an

Pe

ran

tara

Ke

ua

ng

an

Re

al E

sta

te

Ad

m. P

em

eri

nta

h, …

Jasa

Pe

nd

idik

an

Jasa

Ke

se

ha

tan

da

n …

Jasa

Ke

ma

sy

., S

osb

ud

, …

Jasa

Pe

rora

ng

an

ya

ng

Ke

g. U

sa

ha

yg

blm

jls

bts

ny

a

Bk

n L

ap

. U

sa

ha

-R

mh

Bk

n L

ap

. U

sa

ha

-La

inn

ya

Growth (yoy)

8,0%

0,3%

0,1%

1,3%

0,1%

1,4%

34,4%

0,5%

1,5%

0,1%

0,4%

0,2%

0,3%

0,1%

3,0%

1,6%

4,0%

6,2%

36,6%

0% 10% 20% 30% 40%

Pertanian...

Perikanan

Pertambangan dan Penggalian

Industri Pengolahan

Listrik, Gas dan Air

Konstruksi

Perdagangan Besar dan Eceran

Peny. Akom dan Mamin

Trans, Gud, dan Kom

Perantara Keuangan

Real Estate

Adm. Pemerintahan...

Js Pendidikan

Js. Ksht dan Keg. Sos

Js Kemasy, Sosbud...

Js. Org dan RT

Keg blm jelas

Bkn Lap Ush-RT

Bkn Lap Ush - Lainnya

Page 62: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan IV 2012 52

Sumber : LBPR, Bank Indonesia

Grafik 3. 25 Rasio NPL dan LDR BPR Konvensional

Dari sisi jumlah kantor, pada tahun 2012 terdapat penambahan jumlah kantor BPR

dibanding tahun sebelumnya. Pada triwulan laporan, terdapat satu kantor BPR baru di wilayah

Jawa Tengah. Sementara jumlah bank BPR mengalami penurunan karena terdapat BPR yang

merger.

Tabel 3. 4. Bank dan Jaringan Kantor BPR Konvensional di Jawa Tengah

Sumber: SEKDA (Posisi November 2012), Bank Indonesia

3.3. Kinerja Perbankan Syariah

Secara keseluruhan tahun 2012, potensi perbankan syariah di Jawa Tengah masih

cukup besar yang tercermin pada pertumbuhannya yang cukup tinggi. Pertumbuhan aset,

DPK, dan pembiayaan masih cukup menggembirakan meski melambat dibandingkan triwulan

sebelumnya maupun dibandingkan dengan tahun 2011.

Pada Triwulan IV 2012, aset perbankan syariah tumbuh sebesar 35,5% (yoy)

menjadi Rp10,7 triliun. Pertumbuhan ini sedikit melambat bila dibandingkan triwulan III 2012

maupun triwulan yang sama tahun sebelumnya yang masing-masing tumbuh sebesar 41,0%

dan 50,7 (yoy). Secara triwulanan, aset tumbuh sebesar 13,7% (qtq), meningkat dibandingkan

pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 10,9% (qtq) (Grafik 3.27).

108,1% 111,7% 116,8% 113,6% 107,0%

6,9%

7,3%7,1%

6,9%

6,1%

102%

104%

106%

108%

110%

112%

114%

116%

118%

5,4%5,6%5,8%6,0%6,2%6,4%6,6%6,8%7,0%7,2%7,4%

IV I II III IV

2011 2012

% LDR% NPL

LDR - skala kanan NPL

III IV I II III IV*

Bank Perkreditan Rakyat      

- Jumlah Bank 263 263 263 263 263 260

- Jumlah Kantor 721 723 728 729 729 730

2011KETERANGAN

2012

Page 63: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan IV 2012 53

Sumber : LBU dan LBPRS, Bank Indonesia

Grafik 3. 26 Perkembangan Aset BPRS Jawa Tengah

Sementara pembiayaan perbankan syariah pada periode laporan secara total

tumbuh sebesar 27,6% (yoy) menjadi Rp8,3 triliun, didorong oleh pertumbuhan pembiayaan

pada Bank Umum Syariah (BUS) yang mencapai 27,2% (yoy) menjadi Rp8,0 triliun dan

pembiayaan pada Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) yang tumbuh sebesar 37,0% (yoy)

menjadi Rp323 miliar (Grafik 3.28).

Di sisi penghimpunan dana, DPK perbankan syariah secara total tumbuh mencapai

22,8% (yoy) menjadi Rp6,3 triliun, hal ini didorong oleh tingginya penghimpunan DPK di BUS

yang tumbuh sebesar 21,8% (yoy) menjadi Rp6,0 triliun dan penghimpunan DPK di BPRS yang

tumbuh sebesar 47,7% (yoy) menjadi Rp298 miliar (Grafik 3.27). Penghimpunan DPK

perbankan syariah pada tahun 2012 tumbuh melambat cukup signifikan dibandingkan triwulan

sebelumnya maupun tahun 2011. Hal ini ditengarai karena adanya penurunan nisbah bagi hasil

simpanan pada perbankan syariah, sejalan dengan penurunan BI rate dan suku bunga simpanan

di perbankan kovensional.

Sumber: LBUS dan LBPRS, Bank Indonesia

Grafik 3. 27. Perkembangan Pembiayaan

Perbankan Syariah di Jawa Tengah

Sumber: LBUS dan LBPRS, Bank Indonesia

Grafik 3. 28. Perkembangan DPK

Perbankan Syariah di Jawa Tengah

0

2

4

6

8

10

12

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

IV I II III IV

2011 2012

Triliun Rpg (%)

Aset - skala kanan g aset (yoy) g aset (qtq)

8,35

27,2%

37,0%

27,6%

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

IV I II III IV

2011 2012

Pembiayaan (Triliun Rp)

g rowth (%)

Nominal Pembiayaan - skala kanan g BUS (yoy)

g BPRS (yoy) g Perbankan Syariah

21,8%

47,7%

22,8%

6,39

0

1

2

3

4

5

6

7

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

IV I II III IV

2011 2012

DPK (Triliun Rp)Growth (%)

g BUS (yoy) g BPRS (yoy)

g Perbankan Syariah (yoy) Nominal DPK - skala kanan

Page 64: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan IV 2012 54

Sumber: LBUS dan LBPRS, Bank Indonesia

Grafik 3. 29. Perkembangan NPF dan FDR Perbankan Syariah di Jawa Tengah

Dengan perkembangan tersebut, Financing to Deposit Ratio (FDR) mengalami

peningkatan dari 122,3% pada Triwulan III 2012 menjadi 130,6% pada triwulan laporan.

Sejalan dengan hal tersebut, performa kualitas pembiayaan juga mengalami peningkatan, yang

ditunjukkan oleh menurunnya rasio pembiayaan non lancar (Non Performing Financing, NPF)

dari 3,12% pada Triwulan III 2012 menjadi 2,74% pada triwulan laporan (Grafik 3.30). Fungsi

intermediasi perbankan syariah yang cukup tinggi ini didukung oleh banyaknya jaringan kantor

perbankan syariah yang telah dibuka di Jawa Tengah. Pada periode laporan, terdapat sebanyak

8 bank umum syariah, 48 unit usaha syariah serta 23 BPR syariah.

Tabel 3.5 Bank dan Jaringan Kantor Perbankan Syariah di Jawa Tengah

Sumber: SEKDA (Posisi November 2012), Bank Indonesia

3.4. Perkembangan Sistem Pembayaran

Perkembangan Sistem Pembayaran pada triwulan IV 2012 di wilayah Jawa Tengah

berjalan dengan lancar. Kegiatan sistem pembayaran, baik tunai dan non tunai, dapat

dilaksanakan dan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dengan baik. Di sistem pembayaran

tunai, kebutuhan masyarakat untuk uang layar edar dapat dilakukan dengan baik dengan

jumlah uang yang dimusnahkan mengalami peningkatan. Peredaran uang palsu juga dapat

dikendalikan dengan baik.

Sesuai polanya, pada triwulan IV 2012 terjadi net inflow. Transaksi uang tunai antara

perbankan di Jawa Tengah dengan Bank Indonesia yang tercermin dari transaksi inflow maupun

outflow mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan III 2012. Transaksi pada sistem

pembayaran non tunai ditunjukkan oleh transaksi RTGS dan kliring. Pada transaksi kliring

0,0%

0,5%

1,0%

1,5%

2,0%

2,5%

3,0%

3,5%

110%

115%

120%

125%

130%

135%

140%

IV I II III IV

2011 2012

LDR %FDR %

FDR NPF Gross - skala kiri

III IV I II III IV*

Bank Syariah        

Bank Umum        

- Jumlah Bank 6 7 7 7 8 8

- Jumlah Kantor 113 134 139 147 152 155

Unit Usaha Syariah 35 36 45 47 49 48

- Jumlah Kantor 35 36 45 47 49 48

- Jumlah Bank 19 23 23 23 23 23

- Jumlah Kantor 19 23 23 23 23 23

Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Syariah

2011 2012KETERANGAN

Page 65: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan IV 2012 55

dibandingkan periode sebelumnya mengalami penurunan. Sedangkan transaksi RTGS

menunjukkan adanya peningkatan dibandingkan dengan triwulan III 2012.

Di pembayaran non tunai, transaksi RTGS mengalami peningkatan. Kondisi tersebut

menggambarkan preferensi masyarakat terhadap kebutuhan kecepatan pengiriman uang yang

dapat menjadi indikasi meningkatnya kegiatan ekonomi. Sementara transaksi melalui kliring

mengalami penurunan.

3.4.1. Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai

3.4.1.1. Aliran Uang Kartal Masuk/Keluar (Inflow/Outflow)

Perkembangan aliran uang kartal pada triwulan IV 2012 di wilayah Jawa Tengah

mengalami net inflow. Pada triwulan laporan, aliran uang masuk (inflow) tercatat lebih besar

daripada aliran uang keluar (outflow) sehingga secara keseluruhan mengalami net inflow

sebesar Rp2,26 triliun. Jumlah tersebut mengalami penurunan dibanding dengan posisi yang

sama pada tahun lalu (yoy) dan triwulan sebelumnya (qtq), yaitu masing-masing sebesar sebesar

45,2% dan 56,4%. Dilihat dari data historis, aliran uang di wilayah Jawa Tengah secara umum

selalu terjadi net inflow.

Sumber: KPwBI Wilayah V, diolah

Grafik 3. 30 Perkembangan Inflow dan Outflow Uang Kartal di Jawa Tengah

Jumlah outflow menurun dibanding triwulan sebelumnya meski masih lebih tinggi

dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Jumlah outflow pada triwulan ini tercatat

sebesar Rp8,24 triliun, mengalami kenaikan sebesar 75,5% (yoy) bila dibandingkan dengan

outflow pada triwulan IV 2011. Apabila dibanding triwulan sebelumnya jumlah outflow

mengalami penurunan sebesar -10,24% (qtq). Penurunan tersebut terjadi karena outflow sudah

mulai stabil setelah terjadi peningkatan di triwulan III 2012 karena faktor musiman Lebaran.

Jumlah inflow triwulan IV 2012 mencapai Rp10,50 triliun maka secara total mengalami net

inflow.

0

2

4

6

8

10

12

14

16

IV I II III IV I II III IV

2010 2011 2012

Triliun Rp

Net Inflow Outflow

Page 66: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan IV 2012 56

Tabel 3.6 Perkembangan Inflow dan Outflow Uang Kartal di Jawa Tengah

Trilyun Rp

2010 2011 2012 Pertumbuhan

I II III IV I II III IV I II III IV YoY QtQ

Inflow 5,5 4,6 9,1 6,2 7,2 6,5 12,6 8,8 10,5 7,9 14,4 10,5 19,1% -26,9%

Outflow 0,4 1,8 6,7 2,4 1,1 4,3 10,0 4,7 3,7 7,4 9,2 8,2 75,5% -10,2%

Net 5,2 2,7 2,4 3,9 6,1 2,3 2,7 4,1 6,8 0,6 5,2 2,3 -45,2% -56,4%

Sumber: KPwBI Wilayah V, diolah

3.4.1.2. Penyediaan Uang Kartal Layak Edar / Pemberian Tanda Tidak Berharga

(PTTB) Uang Kartal

Jumlah uang tidak layak edar di Jawa Tengah yang dimusnahkan pada triwulan IV

2012 mengalami kenaikan. Secara berkala Bank Indonesia melaksanakan pemusnahan

terhadap uang yang sudah tidak layak edar (UTLE) melalui kegiatan yang diberi nama Pemberian

Tanda Tidak Berharga (PTTB). Hal ini untuk menjamin ketersediaan uang yang layak edar di

masyarakat. Pada triwulan IV 2012 jumlah PTTB di Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI)

Wilayah V, KPwBI Solo, KPwBI Purwokerto dan KPwBI Tegal tercatat sebesar Rp1.342,16 miliar,

mengalami kenaikan sebesar 236,26% (qtq) dibandingkan jumlah PTTB pada triwulan III 2012

dengan porsi terbesar berupa pecahan Rp10.000 sebesar 29,43%.

3.4.1.3. Uang Palsu

Pada triwulan IV 2012, jumlah uang palsu yang ditemukan dan dilaporkan ke

KPwBI Wilayah V sebanyak 3.783 lembar. Jumlah uang palsu yang ditemukan masih relatif

kecil walaupun meningkat apabila dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 2.105

lembar. Secara umum, jumlah uang palsu yang ditemukan sangat kecil prosentasenya

dibandingkan total jumlah uang yang beredar. Nominal pecahan uang palsu yang paling banyak

ditemukan adalah pecahan Rp100.000,00 dan pecahan Rp50.000,00 dengan porsi masing-

masing sebesar 75,50% dan 11,55% dari seluruh jumlah uang palsu yang ditemukan.

Sebagai upaya menanggulangi uang palsu, Bank Indonesia terus melakukan

sosialisasi ciri-ciri keaslian uang dan security features uang yang dicetak. Untuk

meningkatkan pemahaman akan ciri-ciri keaslian uang dan cara memperlakukan uang rupiah,

Bank Indonesia senantiasa melakukan sosialisasi kepada berbagai lapisan masyarakat. Hal

tersebut diharapkan dapat membantu untuk menurunkan tingkat peredaran uang palsu. Selain

itu, Bank Indonesia juga berupaya meningkatkan security features uang yang dicetak.

3.4.2. Transaksi Keuangan secara Non Tunai

Pada triwulan IV 2012, nilai transaksi RTGS di Jawa Tengah menunjukkan

peningkatan. Dalam transaksi non tunai, Bank Indonesia selalu berusaha menjaga kelancaran

sistem pembayaran yang efektif melalui penyelenggaraan kliring dan Bank Indonesia Real Time

Gross Settlement (BI-RTGS). Perkembangan transaksi sistem pembayaran non tunai tercermin

dari aktivitas Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) dan BI-Real Time Gross Settlement

(RTGS) melalui perbankan yang tercatat di Bank Indonesia. Pada triwulan IV 2012, nilai transaksi

RTGS di Jawa Tengah menunjukkan peningkatan dibandingkan triwulan III 2012 maupun

Page 67: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan IV 2012 57

periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara itu, transaksi kliring cenderung mengalami

penurunan. Penurunan transaksi kiring ditengah meningkatnya transaksi RTGS dimungkinkan

sebagai bentuk pergeseran preferensi masyarakat ataupun dunia usaha dalam kegiatan transaksi

pembayarannya, khususnya jika dikaitkan dengan kemudahan dan kecepatan transaksi sistem

RTGS yang relatif lebih baik dibandingkan sistem Kliring.

3.4.2.1. Transaksi Kliring

Perputaran transaksi melalui kliring di wilayah Jawa Tengah pada triwulan IV 2012

mengalami penurunan baik secara nominal maupun volume sedangkan rata-rata

perputaran kliring per hari mengalami kenaikan baik secara nominal dan volume. Nilai

transaksi kliring di Jawa Tengah pada triwulan IV 2012 mengalami penurunan sebesar 29,04%

(qtq) apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, dengan volume transaksi turun

sebesar 27,79% (qtq) apabila dibandingkan dengan triwulan III 2012. Namun, nilai dan volume

transaksi kliring secara tahunan mengalami kenaikan apabila dibandingkan dengan triwulan IV

2011, masing-masing sebesar 18,76% (yoy) dan 27,07% (yoy).

Dilihat dari rata-rata perputaran kliring per hari, transaksi kliring cenderung meningkat.

Nilai transaksi meningkat sebesar 3,09% (qtq) dan volume meningkat sebesar 5,39% (qtq). Bila

dibandingkan dengan tahun sebelumnya peningkatan nilai transaksi sebesar 21,48% (yoy) dan

volume transaksi sebesar 30,15% (yoy).

Tabel 3.7 Perkembangan Transaksi Kliring Lokal di Jawa Tengah

Sumber: SEKDA KPwBI Wilayah V, diolah

*) Posisi Data November 2011

3.4.2.2.Transaksi RTGS

Nilai transaksi BI-RTGS pada triwulan IV 2012 mengalami kenaikan secara volume

dan nilai. Rata-rata nilai transaksi RTGS per bulan pada triwulan IV 2012 naik sebesar 8,95%

(qtq) dari rata-rata per bulan pada triwulan III 2012, dan volume transaksi naik sebesar 5,57%

(qtq). Apabila dibandingkan dengan triwulan IV tahun sebelumnya, terjadi kenaikan rata-rata

nilai transaksi sebesar 23,69% (yoy) dengan volume transaksi naik sebesar 315,99% (yoy).

Peningkatan transaksi RTGS ini menjadi salah satu indikasi meningkatnya kegiatan

ekonomi di Jawa Tengah, mengingat transaksi melalui BI RTGS paling banyak dimanfaatkan

oleh dunia usaha maupun masyarakat yang sedang melakukan transaksi ekonomi dalam skala

besar (diatas Rp. 100 juta). Hal ini juga searah dengan indikasi pertumbuhan ekonomi di Jawa

Tengah yang terus berlangsung di triwulan IV 2012, mengingat pada umumnya laju perputaran

uang berbanding lurus dengan pertumbuhan ekonomi.

IV IV I II III IV*) YoY QtQ

- Transaksi (lembar) 510.516 761.233 934.265 924.782 897.636 648.716 27,07% -27,73%

- 18,66 28,13 30,09 29,89 31,24 22,16 18,76% -29,04%

- 11.871 11.894 14.830 14.679 14.660 15.450 30,15% 5,39%

- 0,43 0,44 0,48 0,47 0,51 0,53 21,48% 3,09%Nominal (Rp triliun)

2012

Nominal (Rp triliun)

Rata-rata Perputaran Kliring /Hari

Transaksi (lembar)

Perputaran Kliring

Keterangan2011 Pertumbuhan

Page 68: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan IV 2012 58

Penggunaan RTGS masih mendominasi pembayaran non-tunai dan cenderung

meningkat selama 2012. Transaksi RTGS nilai nominalnya mencapai lebih dari 89% dari total

nilai transaksi non-tunai. Hal tersebut terjadi karena RTGS mampu melayani transaksi keuangan

bernilai besar dan bersifat mendesak antara lain seperti transaksi di Pasar Uang Antar Bank

(PUAB), transaksi di bursa saham, transaksi pemerintah, transaksi valuta asing (valas). Dilihat

perkembangannya selama tahun 2012, baik dari nilai maupun jumlah transaksinya, penggunaan

RTGS cenderung mengalami peningkatan.

Sumber : www.bi.go.id

Grafik 3. 31 Perkembangan Transaksi RTGS Jawa Tengah

Pembayaran pajak yang tercatat pada sistem RTGS cenderung meningkat. Salah satu

penggunaan RTGS yang mendukung perekonomian khususnya sektor fiskal adalah pembayaran

pajak yang dilakukan masyarakat melalui sistem RTGS. Mekanisme pembayaran dimaksud

adalah dengan menggandeng bank-bank persepsi sebagai perpanjangan tangan pemerintah

dalam menarik pajak. Selanjutnya, oleh bank persepsi uang pajak tersebut akan masuk dan

tercatat ke kas Negara melalui sistem RTGS. Pada tahun 2012, total penerimaan pajak yang

melalui sistem RTGS di Jawa Tengah adalah sebesar Rp45,5 triliun atau mengalami kenaikan

sebesar 8,0% (yoy) dibandingkan tahun 2011. Rata-rata penerimaan pajak per bulan yang

melewati sistem perbankan di Jawa Tengah adalah sebesar Rp3,7 triliun atau mengalami

peningkatan dibandingkan tahun 2011 yang sebesar Rp3,5 triliun.

0

50

100

150

200

0

50

100

150

200

250

IV I II III IV I II III IV

2010 2011 2012

RibuRp Trilyun

Nilai Volume - axis kanan

Page 69: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan IV 2012 59

Sumber: KPwBI Wilayah V, diolah

Grafik 3. 32 Perkembangan Transaksi Pajak melalui RTGS di Jawa Tengah

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

14%

16%

9,0

9,5

10,0

10,5

11,0

11,5

12,0

12,5

I II III IV I II III IV

2011 2012

% yoyTriliun Rp

Pajak (Triliun Rp)

Growth (yoy) -rhs

Page 70: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan IV 2012 60

BOKS

JUMLAH REKENING NASABAH BANK

DPK yang berhasil dihimpun oleh perbankan di Jawa Tengah pada tahun 2012 tercatat

sebesar Rp156.142 miliar atau mengalami peningkatan sebesar 16,58% dibandingkan tahun

sebelumnya. Simpanan dalam bentuk tabungan masih dominan, diikuti dengan deposito dan

giro.

Sejalan dengan jumlah simpanan yang sebagian besar dalam bentuk tabungan, jumlah

rekening juga sebagain besar dalam bentuk tabungan. Pada tahun 2012, tercatat terdapat

12.853.263 rekening tabungan dari jumlah total rekening DPK sebanyak 13.226.382 rekening.

Meskipun demikian, jika dilihat berdasarkan pertumbuhannya, maka jumlah rekening giro

memiliki tingkat pertumbuhan tertinggi mencapai 27,98%, dari 113.175 rekening menjadi

144.839 rekening. Sementara jumlah rekening deposito hanya mengalami pertumbuhan sebesar

14,21% saja.

Tabel: Jumlah Rekening DPK

Sumber: LBU Bank Indonesia

Rendahnya pertumbuhan jumlah rekening deposito maupun jumlah nominal deposito

yang dihimpun, ditengarai disebabkan oleh tingkat suku bunga deposito yang dirasakan

semakin rendah, sehingga deposito tidak lagi diminati masyarakat dalam menanamkan dananya

atau sebagai instrumen investasi utama.

Jika dilihat dari nilainya, sebagian besar nasabah perbankan masih memiliki rekening

dengan nilai rata-rata dibawah Rp100 juta, yaitu mencapai 13.053.188 rekening. Nasabah

pemilik rekening dengan nilai diatas Rp100 juta s.d. Rp 1 miliar tercatat sebesar 158.759,

sedangkan rekening dengan nilai diatas Rp 1 miliar s.d. Rp 10 milar sebanyak 13.885 rekening

dan hanya ada 550 rekening yang bernilai di atas Rp 10 miliar.

Sumber : LBU , Bank Indonesia

Grafik Jumlah Rekening DPK per Nilai Nominal

Page 71: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan IV 2012 61

Sementara itu, jika dilihat dari sisi penyaluran kredit, pada tahun 2012 jumlah nominal

kredit yang disalurkan tercatat sebesar Rp162.634 miliar. Penyaluran kredit tersebut, terbagi

dalam 2.743.942 rekening, yang sebagian besar adalah rekening dengan nilai di bawah Rp10

juta, yaitu sebanyak1.252.799 rekening. Selanjutnya, diikuti dengan nilai kredit antara diatas Rp

10 juta s.d. Rp 50 juta sebanyak 976.067 rekening.

Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, jumlah rekening kredit hanya mengalami

peningkatan sebesar 4,31%, jauh di bawah peningkatan nilai kredit yang mencapai 23,53%.

Hal ini dapat diartikan juga bahwa rata-rata penerimaan kredit per nasabah juga mengalami

peningkatan. Jika pada tahun 2011 rata-rata penerimaan kredit per nasabah sebesar Rp 50,04

juta maka pada tahun 2012 menjadi Rp59,27 juta.

Page 72: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan IV 2012 62

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 73: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan IV 2012 63

Bab 4 Keuangan Daerah

Sejalan dengan pola historisnya, kinerja keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah meningkat

signifikan pada triwulan IV 2012 dibanding triwulan sebelumnya. Realisasi pendapatan maupun

belanja daerah lebih baik dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Pada triwulan IV

2012, realisasi pendapatan daerah mencapai 102,24% dari total APBD Perubahan, sementara

realisasi belanja daerah mencapai 96,77% dari total APBD Perubahan. Realisasi tersebut

menyebabkan kondisi keuangan daerah Provinsi Jawa Tengah berada dalam posisi surplus,

sehingga Kenaikan surplus pada triwulan ini mendorong kenaikan realisasi belanja daerah,

sehingga dapat memberikan ruang fiskal (fiscal space) yang lebih besar kepada pemerintah

daerah dalam mengalokasikan APBD untuk membiayai kegiatan yang menjadi prioritas daerah.

4.1. Realisasi Pendapatan Daerah

Realisasi pendapatan pemerintah Provinsi Jawa Tengah pada triwulan IV 2012

mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Secara kumulatif, realisasi pendapatan daerah

Provinsi Jawa Tengah pada triwulan IV 2012 mencapai Rp11,69 triliun, tertinggi dalam dua

tahun terakhir. Peningkatan tersebut terutama didorong oleh kenaikan transfer dari pemerintah

pusat yang mencapai Rp5,065 triliun dengan pos transfer terutama di Dana Otonomi Khusus

yang mencapai Rp2,69 triliun. Dana Otonomi Khusus tersebut merupakan dana yang diterima

oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah yang terutama digunakan untuk pembangunan

infrastruktur pendukung pelaksanaan program pemerintah pusat.

Realisasi pendapatan secara triwulan menunjukkan pola yang serupa dengan tahun

sebelumnya. Pola realisasi pendapatan, baik dalam bentuk dana perimbangan maupun

pendapatan asli daerah, menunjukkan pola yang masih sama dengan tahun sebelumnya.

Realisasi kedua jenis pendapatan tersebut, termasuk lain-lain pendapatan yang sah, cenderung

merata untuk setiap triwulanannya.

Namun demikian, tingkat kemandirian daerah secara umum masih cukup baik

tercermin dari dominasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam total pendapatan daerah yang

mencapai 56,69%. Sementara pendapatan lain yang sah mencapai 23,49% dan bantuan dana

pemerintah pusat yang terkumpul dalam komponen dana perimbangan mencapai 19,83%

(Grafik 4.1.).

Page 74: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan IV 2012 64

Sumber : Biro Keuangan, Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Tengah

Grafik 4.1 Pangsa dan Realisasi Pendapatan Daerah Jawa Tengah

Secara nominal, realisasi total Pendapatan sampai dengan triwulan IV 2012 lebih

tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Realisasi total Pendapatan pada

triwulan IV 2012 tercatat sebesar Rp 11,69 triliun atau 102,64% dari target penerimaan pada

APBD Perubahan (APBD-P) tahun 2012. Rasio tersebut meningkat 54,93% dibandingkan

realisasi pada triwulan sebelumnya, namun realisasi pendapatan tersebut sedikit lebih rendah

jika dibandingkan triwulan IV 2011 yang mencapai 106,61%. Perlu diperhatikan juga bahwa

target pendapatan pada 2012 yang sebesar Rp 11,42 triliun jauh lebih besar dari pada target

2011 yang sebesar Rp 7,08 triliun (Grafik 4.2). Dapat ditambahkan bahwa untuk tahun 2012,

komponen Lain-lain Pendapatan yang Sah, yang merupakan salah satu bentuk dana transfer

dari pemerintah pusat, mengalami kenaikan yang cukup tinggi dibandingkan tahun sebelumnya

seiring kenaikan penyaluran Dana Otonomi Khusus.

Berdasarkan komponennya, realisasi Pendapatan tersebut sebagian besar disumbang

oleh Pendapatan Asli Daerah (PAD) terutama komponen Pajak Daerah yang hingga triwulan IV

2012 mencapai Rp 5,59 triliun atau 106,02% dari target 2012. Sementara itu, komponen

retribusi daerah pada triwulan IV 2012 mencapai Rp 68,25 miliar atau 100,23% dari target

2012 yang terutama masih disumbang oleh penerimaan pajak kendaraan bermotor (lihat bab

1).

Sumber : Biro Keuangan, Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Tengah

Grafik 4.2 Realisasi Pendapatan Asli Daerah Provinsi Jawa Tengah

PENDAPATAN

ASLI DAERAH56,69%DANA

PERIMBANGAN19,83%

LAIN-LAIN

PENDAPATAN YANG SAH

23,49%

-

2.000

4.000

6.000

8.000

10.000

12.000

14.000

I II III IV I II III IV

2011 2012

Rp Miliar

LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH

DANA PERIMBANGAN

PENDAPATAN ASLI DAERAH

-

1

2

3

4

5

6

7

I II III IV I II III IV

2011 2012

Rp. Triliun

- Lain-Lain PAD Yang Sah - Hasil Pengelolaan Yg Dipisahkan

- Retribusi Daerah - Pajak Daerah

Page 75: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan IV 2012 65

Realisasi Dana Perimbangan sedikit di atas target yang pada triwulan IV 2012

mencapai Rp 2,32 triliun atau 103,27% dari target 2012 (Grafik 4.3). Secara nilai, realisasi Dana

Perimbangan di 2012 terutama ditopang oleh Dana Alokasi Umum (DAU) yang menunjukkan

realisasi terbesar, mencapai Rp 1,52 triliun. Namun demikian, nilai komponen dana

perimbangan ini merupakan yang terkecil jika dibandingkan dengan komponen pendapatan

lainnya, berupa PAD dan lain-lain pendapatan yang sah.

Sumber : Biro Keuangan, Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Tengah

Grafik 4. 3 Realisasi Dana Perimbangan

Tabel 4.1 Realisasi Pendapatan Daerah APBD Provinsi Jawa Tengah Triwulan IV 2012

(Rp Miliar)

Sumber : Biro Keuangan, Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Tengah

4.2. Realisasi Belanja Daerah

Realisasi belanja daerah pada triwulan IV 2012 mengalami kenaikan yang signifikan

dibanding triwulan sebelumnya, dengan pola yang sama dengan tahun sebelumnya.

Realisasi penyerapan belanja daerah pada triwulan IV 2012 mencapai Rp. 11,45 triliun atau

96,77% dari target 2012. Meskipun secara nilai lebih besar, namun realisasi belanja tersebut

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

I II III IV I II III IV

2011 2012

- Dana Alokasi Dana Khusus- Dana Alokasi Umum- Dana Bagi Hsl Pjk/Bukan Pjk

APBD-P APBD-P

2011 2012 I-11 II-11 III-11 IV-11 I-12 II-12 III-12 IV-12 I-12 II-12 III-12 IV-12

PENDAPATAN

1 PENDAPATAN ASLI DAERAH 5.158,66 6.289,09 1.158,14 2.610,98 4.104,09 5.564,26 1.303,21 3.236,17 4.944,66 6.628,78 20,72% 51,46% 78,62% 105,40%

- Pajak Daerah 4.263,00 5.273,19 1.013,18 2.068,58 3.351,98 4.599,05 1.259,84 2.543,48 4.128,77 5.590,60 23,89% 48,23% 78,30% 106,02%

- Retribusi Daerah 60,63 68,09 11,33 26,15 40,47 64,16 13,27 29,08 45,98 68,25 19,49% 42,71% 67,53% 100,23%

- Hasil Pengelolaan

Kekay. Daerah Yg Dipisahkan 212,16 238,16 0,10 194,56 211,98 211,98 3,97 222,30 238,23 238,23 1,67% 93,34% 100,03% 100,03%

- Lain-Lain PAD Yang Sah 622,88 709,66 133,53 321,69 499,66 689,07 26,14 441,30 531,67 731,70 3,68% 62,19% 74,92% 103,11%

2 DANA PERIMBANGAN 1.889,20 2.245,49 481,87 934,58 1.481,34 1.950,19 658,12 1.199,56 1.780,29 2.318,85 29,31% 53,42% 79,28% 103,27%

- Dana Bagi Hsl Pjk/Bukan Pjk 561,23 677,96 56,48 174,60 379,02 622,22 137,30 299,52 478,24 751,33 20,25% 44,18% 70,54% 110,82%

- Dana Alokasi Umum 1.276,18 1.516,89 425,39 744,44 1.063,48 1.276,18 505,63 884,85 1.264,08 1.516,89 33,33% 58,33% 83,33% 100,00%

- Dana Alokasi Dana Khusus 51,79 50,63 15,54 38,84 51,79 15,19 15,19 37,97 50,63 30,00% 30,00% 75,00% 100,00%

3 LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH 32,05 2.903,30 0,05 0,55 29,07 33,25 701,72 1.386,18 2.065,23 2.746,37 24,17% 47,74% 71,13% 94,59%

-Hibah 52,50 11,39 20,99 27,34 35,12 21,70% 39,98% 52,08% 66,90%

-Dana Peny. dan Otonomi Khusus 1,74 2.834,43 1,31 1,74 673,96 1.348,81 2.021,51 2.694,20 23,78% 47,59% 71,32% 95,05%

-Dana Insentif Daerah 27,209938 16,371911 27,209938 27,209938 16,371911 16,371911 16,371911 16,371911 100,00% 100,00% 100,00% 100,00%

-Pendapatan Lainnya 3,10 0,05 0,55 0,55 4,30 0,01 0,01 0,67

7.079,92 11.437,88 1.640,07 3.546,11 5.614,50 7.547,69 2.663,06 5.821,91 8.790,18 11.694,00 23,28% 50,90% 76,85% 102,24%

%Realisasi

JUMLAH PENDAPATAN

NO URAIANREALISASI

Page 76: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan IV 2012 66

lebih rendah dibandingkan realisasi belanja di triwulan yang sama tahun sebelumnya yang

mencapai 96,90% dari target 2011. Angka realisasi belanja pemerintah tersebut terutama masih

didorong oleh belanja Tidak Langsung (belanja rutin) pemerintah yang pada triwulan ini secara

nilai mencapai Rp 8,54 triliun (Grafik 4.4).

Grafik 4. 4 Realisasi Belanja Daerah

Realisasi Belanja Langsung diperkirakan terkait pembiayaan berbagai proyek

pemerintah, menunjukkan perkembangan yang positif tercermin dari tingkat penyerapan

belanja yang mencapai 98,64% meningkat cukup tinggi dibandingkan realisasi pada triwulan IV

2011 yang mencapai 94,59% dari total target 2011. Sesuai polanya, peningkatan realisasi

belanja non-rutin tersebut seiring dengan meningkatnya pelaksanaan proyek-proyek Pemerintah

di akhir tahun anggaran terutama yang terkait dengan MP3EI (Grafik 4.4). Ke depan, untuk

lebih mendorong pertumbuhan ekonomi lebih tinggi diperlukan optimalisasi belanja modal

daerah khususnya dalam mendorong akselerasi pembangunan infrastruktur (lihat Boks).

Belanja hibah merupakan komponen yang dominan dalam belanja tidak langsung.

Berdasarkan porsinya, dari Rp 11,45 triliun realisasi belanja daerah provinsi Jawa Tengah pada

triwulan IV 2012, porsi belanja langsung hanya sebesar 25,40% atau senilai dengan Rp2,91

triliun. Sedangkan porsi belanja rutin masih sangat besar, mencapai 74,60% (Grafik 4.4).

Secara lebih mendalam, dapat diketahui bahwa tingginya realisasi belanja rutin pada triwulan ini

lebih didorong oleh penyaluran hibah dengan nilai realisasi Rp 3,12 triliun. Berdasarkan

informasi anekdotal yang diperoleh, dana hibah tersebut merupakan penambahan dana

Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dari Kementerian Keuangan RI yang diperuntukan bagi

lembaga pendidikan di seluruh kabupaten/kota di Jawa Tengah. Sementara itu, realisasi belanja

pegawai yang bersifat tidak langsung, yang utamanya adalah gaji masih berada pada level yang

tinggi mencapai 95,90%.

-

2

4

6

8

10

12

I II III IV I II III IV

2011 2012

Rp. Triliun

Belanja Langsung

Belanja Tidak Langsung (rutin)

Page 77: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan IV 2012 67

Sumber : Biro Keuangan, Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Tengah

Grafik 4. 5 Pangsa dan Realisasi Belanja Jawa Tengah

Realisasi belanja non-rutin pada triwulan IV 2012 didorong oleh realisasi pada

komponen belanja barang dan jasa yang secara nominal mencapai Rp 1,98 triliun atau

mencapai 101,58% dari target APBD 2012, lebih tinggi dibandingkan realisasi pada triwulan

yang sama pada 2011 yang mencapai 95,97% (Grafik 4.5).

Berdasarkan kondisi realisasi pendapatan yang lebih besar dari belanja tersebut,

maka Provinsi Jawa Tengah berada dalam kondisi surplus di triwulan ini yang mencapai Rp

247,77 miliar, cenderung menurun dibanding triwulan sebelumnya seiring peningkatan realisasi

belanja di akhir tahun anggaran. Kondisi surplus tersebut dapat memberikan ruang fiskal (fiscal

space) yang lebih besar kepada pemerintah daerah dalam mengalokasikan APBD untuk

membiayai kegiatan yang menjadi prioritas daerah, mengingat kebutuhan dasar daerah untuk

belanja pegawai/gaji telah terpenuhi dan masih tersisa dana yang dapat digunakan untuk

pembangunan di daerah. Efektifitas dan efisiensi penggunaan anggaran di daerah juga

mendukung terciptanya ruang fiskal tersebut. Pemerintah daerah diharapkan dapat

memanfaatkan ruang fiskal yang dimiliki untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi misalnya

dalam penyediaan infrastruktur dasar yang menjadi modal penting dan dapat memberikan

multiplier effect yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah.

Sumber : Biro Keuangan, Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Tengah

Grafik 4. 6 Realisasi Belanja Non-Rutin

0%

20%

40%

60%

80%

100%

I II III IV I II III IV

2011 2012

Belanja non-rutin

Belanja rutin

0% 20% 40% 60% 80% 100%

- Belanja Pegawai

- Belanja Hibah

- Blnj Bant.Keuang. kpd Kab/Kota

- Belanja Tidak Terduga

- Belanja Bantuan Sosial

- Belanja Bagi Hasil Kpd Kab/Kota

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

I II III IV I II III IV

2011 2012

- Belanja Pegawai

- Belanja Barang dan Jasa

- Belanja Modal

Page 78: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan IV 2012 68

Tabel 4. 2 Realisasi Belanja Daerah APBD Pemerintah Provinsi Triwulan IV 2012 (Rp Miliar)

I-11 II-11 III-11 IV-11 I-12 II-12 III-12 IV-12 I-12 II-12 III-12 IV-12

BELANJA

BELANJA TIDAK LANGSUNG 244,20 1.443,46 2.718,03 5.296,20 1.261,74 3.133,32 5.742,37 8.539,39 14,21% 35,28% 64,65% 96,15%

- Belanja Pegawai 225,28 512,39 861,35 1.177,69 269,22 626,66 910,90 1.241,61 20,79% 48,40% 70,35% 95,90%

- Belanja Hibah 5,92 53,81 69,92 104,35 682,81 1.436,25 2.260,35 3.123,27 20,27% 42,63% 67,10% 92,71%

- Belanja Bantuan Sosial 7,34 102,04 185,09 384,07 0,00 1,32 5,01 7,55 - 17,04% 64,64% 97,38%

- Belanja Bagi Hasil Kpd Kab/Kota 0,00 365,70 750,85 1.694,23 0,00 794,59 1.712,03 2.253,34 - 35,26% 75,98% 100,00%

- Blnj Ban.Keu. kpd Kab/Kota/Desa 5,67 408,25 849,56 1.932,80 309,56 270,59 849,87 1.908,20 15,99% 13,98% 43,90% 98,57%

- Belanja Tidak Terduga 0,00 1,26 1,26 3,07 0,15 3,92 4,20 5,42 0,73% 18,53% 19,87% 25,64%

BELANJA LANGSUNG 186,24 717,50 1.370,59 2.480,28 277,90 1.068,95 1.866,63 2.906,85 9,43% 36,27% 63,34% 98,64%

- Belanja Pegawai 22,18 68,01 123,99 204,03 51,73 151,79 233,07 318,04 15,28% 44,83% 68,84% 93,93%

- Belanja Barang dan Jasa 160,49 577,03 1.038,08 1.812,15 196,17 772,19 1.293,99 1.977,53 10,08% 39,67% 66,47% 101,58%

- Belanja Modal 3,57 72,46 208,52 464,09 30,00 144,96 339,56 611,27 4,53% 21,91% 51,32% 92,38%

JUMLAH BELANJA 430,44 2.160,96 4.088,62 7.776,48 1.539,65 4.202,28 7.608,99 11.446,23

SURPLUS/DEFISIT 1.209,63 1.385,15 1.525,87 (228,79) 1.123,41 1.619,64 1.181,18 247,77 13,02% 35,53% 64,33% 96,77%

%RealisasiURAIAN

REALISASI

Page 79: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan IV 2012 69

Bab 5 Kesejahteraan Masyarakat

Kesejahteraan masyarakat di Jawa Tengah pada triwulan IV 2012 menunjukkan kondisi

yang cukup baik. Hal tersebut terutama terlihat pada peningkatan Nilai Tukar Petani (NTP) dan

angka kemiskinan yang mengalami penurunan meskipun realisasi penyerapan tenaga kerja

mengalami penurunan.

5.1. Ketenagakerjaan

Perkembangan ketenagakerjaan di Jawa Tengah pada triwulan IV 2012 secara umum

mengalami penurunan sejalan dengan kondisi kegiatan usaha (lihat bab I). Hal tersebut

tercermin dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan Kantor Perwakilan Bank

Indonesia Wilayah V, dimana Saldo Bersih Tertimbang (SBT)15

realisasi penggunaan tenaga kerja

pada triwulan IV 2012 mengalami penurunan sebesar 5,02 poin dibanding dengan triwulan III

2012. Penurunan penyerapan tenaga kerja ini sejalan dengan menurunnya realisasi kegiatan

dunia usaha di Jawa Tengah dari 25,72% pada triwulan III 2012 menjadi 19,41% pada triwulan

IV 2012 (Grafik 5.1). Penurunan tersebut yang terjadi tersebut terutama disebabkan oleh

berlalunya faktor musiman Puasa dan Lebaran di triwulan III 2012.

Sumber : SKDU KBI Semarang Grafik 5.1 Penggunaan Tenaga Kerja dan Realisasi Kegiatan Dunia Usaha di Jawa Tengah

Secara sektoral, berlalunya faktor musiman Puasa dan Lebaran nampaknya

memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap penurunan penyerapan tenaga kerja,

khususnya di sektor Industri Pengolahan dan sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran

(PHR). Penurunan penyerapan tenaga kerja tertinggi terjadi pada sektor Industri Pengolahan,

dari 1,02% pada triwulan III 2012 menjadi -1,28% pada triwulan IV 2012. Sedangkan realisasi

penggunaan tenaga kerja di sektor PHR pada triwulan ini mencapai -1,14%, turun dari triwulan

sebelumnya yang mencapai 0,42%. Sementara itu, penggunaan tenaga kerja pada sektor

15

SBT merupakan salah satu metode yang digunakan dalam SKDU dengan memperhitungkan selisih antara jumlah

SBT mencerminkan perkembangan usaha di saat ini dan di masa mendatang dari tiap sektor.

Page 80: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan IV 2012 70

pertanian masih menunjukkan adanya penurunan namun tidak sedalam triwulan

sebelumnya, dengan pencapaian sebesar -0,45% pada triwulan IV 2012, lebih tinggi dari

triwulan III 2012 yang mencapai -0,83%. Kondisi tersebut sejalan dengan masa tunggu panen

yang diperkirakan baru akan berlangsung pada triwulan I 2013.

Sumber : SKDU KBI Semarang

Sumber : SKDU KBI Semarang

Grafik 5.2 Realisasi Kegiatan Dunia Usaha

Sektor Utama Jawa Tengah

Grafik 5.3 Realisasi Penggunaan Tenaga

Kerja Sektor Utama Jawa Tengah

5.2. Nilai Tukar Petani

Tingkat kemampuan atau daya beli petani di Jawa Tengah pada triwulan IV 2012

mengalami peningkatan. Penghitungan daya beli petani yang diukur dari nilai tukar petani

(NPT) menunjukkan kenaikan indeks secara triwulanan sebesar 0,75% (qtq) jika dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya. Naiknya indeks NTP tersebut disebabkan karena perubahan indeks

harga produk pertanian yang diterima petani lebih tinggi dibanding kenaikan indeks harga

barang dan jasa yang dibayar petani. Namun demikian, apabila dibandingkan triwulan IV 2011,

NTP Jawa Tengah mengalami penurunan sebesar -0,23% (yoy).

Pada triwulan IV 2012, secara umum Indeks yang diterima petani mengalami

kenaikanan sebesar 1,54% (qtq) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, yaitu dari 147,07

menjadi 149,33. Indeks yang diterima petani mengalami peningkatan pada hampir seluruh

subsektor, seiring kenaikan harga komoditas bahan pangan yang terjadi pada triwulan ini (lihat

bab II). Peningkatan indeks tertinggi terjadi pada sektor tanaman pangan yang mencapai 2,24%

(qtq). Sementara itu, indeks yang mengalami penurunan adalah kelompok komoditas perikanan,

mencapai -0,20% (qtq). Kondisi tersebut menyebabkan indeks yang diterima petani secara

tahunan mengalami kenaikan sebesar 5,28% (yoy).

Di sisi lain, indeks yang dibayar petani juga mengalami kenaikan sebesar 0,78%

(qtq). Kenaikan tersebut terutama terjadi pada kelompok Biaya Produksi dan Pemanbahan

Barang Modal (BPPBM) yang mencapai 0,84% (qtq), sementara biaya konsumsi rumah tangga

mengalami kenaikan sebesar 0,77% (qtq). Subkelompok yang mengalami kenaikan terbesar

adalah penambahan barang modal dan upah buruh tani, yang masing-masing meningkat

sebesar 1,21% dan 0,92% (qtq). Kenaikan tersebut, khususnya untuk upah buruh diperkirakan

juga dipengaruhi oleh ekspektasi terhadap kenaikan UMK yang akan berlaku pada 2013.

Melihat perkembangan beberapa hal tersebut, indeks yang dibayar petani secara tahunan di

triwulan ini naik sebesar 5,54% (yoy) (Tabel 5.2).

Page 81: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan IV 2012 71

Tabel 5.1 Perkembangan NTP di Jawa Tengah

Sumber : BPS, diolah

Pencapaian NTP Jawa Tengah pada triwulan IV 2012 (106,37) lebih tinggi daripada

NTP Nasional yang sebesar 105,87. Apabila dilihat dari tiap provinsi di pulau Jawa, NTP di

seluruh provinsi pada triwulan ini mengalami kenaikan dibanding triwulan sebelumnya. Provinsi

DIY yang memiliki NTP terbesar yang mencapai 117,59, disusul oleh Banten dan Jawa Barat

yang masing-masing mencapai 117,07 dan 111,55. Sedangkan NTP terendah dialami oleh Jawa

Timur yang mencapai 103,28 (Grafik 5.3).

Sumber: BPS, diolah

Grafik 5. 4 NTP Jawa Tengah dan Nasional Serta Lima Provinsi di Jawa

I II III IV I II III IV qtq yoy

102,84 104,76 105,89 106,62 104,51 104,54 105,57 106,37 0,76 -0,23

133,08 135,95 139,39 141,84 141,31 143,03 147,07 149,33 1,54 5,28

1 Padi Palawija/Tanaman Pangan 128,44 134,36 138,97 141,83 140,39 141,96 146,97 150,26 2,24 5,94

2 Hortikultura 132,18 129,32 131,06 133,24 133,81 137,68 139,48 140,25 0,55 5,26

3 Perkebunan Rakyat 153,32 154,74 156,31 160,44 159,23 157,84 161,62 161,68 0,04 0,77

4 Peternakan 140,56 138,63 140,38 141,86 143,97 145,57 148,33 150,50 1,46 6,09

5 Perikanan 142,39 143,72 146,38 145,73 146,44 147,04 151,10 150,80 -0,20 3,48

129,04 129,78 131,64 133,03 135,21 136,81 139,31 140,40 0,78 5,54

1 Konsumsi Rumah Tangga (KRT) 131,14 131,30 133,44 134,96 137,26 139,04 141,99 143,09 0,77 6,02

a. Bahan Makanan 134,46 133,34 136,10 137,73 139,90 141,47 145,39 145,90 0,35 5,93

b. Makanan Jadi 132,14 132,64 134,28 135,98 139,09 143,00 145,11 145,52 0,28 7,02

c. Perumahan 135,09 138,12 140,07 142,41 145,22 146,51 148,55 149,76 0,81 5,16

d. Sandang 125,12 126,35 128,72 129,44 131,51 132,13 135,45 136,11 0,49 5,15

e. Kesehatan 121,86 123,07 124,14 124,96 126,74 127,54 128,84 129,49 0,50 3,63

f. Pendidikan, Rekreasi & Olah raga 122,75 123,64 124,66 125,05 126,38 127,29 129,55 130,33 0,60 4,22

g. Transportasi dan Komunikasi 113,49 113,77 114,38 114,84 115,88 116,32 117,67 118,52 0,72 3,20

2Biaya Produksi dan Penambahan

Barang Modal (BPPBM)123,99 124,99 125,98 127,09 128,97 131,12 131,28 132,38 0,84 4,16

a. Bibit 120,96 122,26 124,05 126,00 128,24 129,72 137,79 132,54 -3,81 5,19

b. Obat-obatan & Pupuk 125,42 126,35 126,75 127,65 129,82 130,70 131,46 131,84 0,29 3,28

c. Sewa Lahan, Pajak & Lainnya 136,18 137,53 138,33 139,85 142,20 143,70 144,94 145,43 0,34 3,99

d. Transportasi 120,98 121,51 122,34 122,93 123,65 124,62 125,84 126,94 0,87 3,26

f. Penambahan Barang Modal 127,95 128,64 129,73 130,70 132,19 133,57 134,94 136,57 1,21 4,49

g. Upah Buruh Tani 119,70 120,56 121,58 122,68 124,29 125,41 126,83 128,00 0,92 4,34

2012 Growth (%)

B Indeks yang Diterima Petani (It)

C Indeks yang Dibayar Petani (Ib)

A Nilai Tukar Petani

Kelompok/subkelompok2011

Page 82: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan IV 2012 72

5.3. Tingkat Kemiskinan

Kesejahteraan masyarakat Jawa Tengah pada tahun 2012 semakin membaik

apabila dilihat dari Jumlah penduduk miskin16

yang menurun dibandingkan dengan tahun

sebelumnya. Persentase jumlah penduduk miskin Jawa Tengah di tahun 2012 mencapai

14,98% dari total jumlah penduduk, turun -7,47% (yoy) dibandingkan tahun 2011.

Peningkatan kesejahteraan penduduk Jawa Tengah juga dicerminkan dari kenaikan garis

kemiskinan yang pada semester II 2012 sebesar Rp. 233.769 per kapita per bulan, meningkat

dibanding semester I 2012 yang sebesar Rp. 223.327. Sementara itu, kondisi kemiskinan

penduduk, yang tercermin dari Indeks kedalaman kemiskinan dan indeks keparahan,

mengalami penurunan pada 2012. Indeks kedalaman pada 2012 mencapai 2,39 lebih kecil

dibanding 2011 yang sebesar 2,58. Hal tersebut mengindikasikan bahwa rata-rata pendapatan

penduduk Jawa Tengah pada 2012 semakin mendekati garis kemiskinan.

Berdasarkan lokasinya, jumlah penduduk miskin di wilayah pedesaan masih lebih

besar dibandingkan di wilayah perkotaan. Jumlah penduduk miskin pada semester II 2012 di

daerah pedesaan mencapai 2,92 juta orang, lebih besar dibandingkan jumlah penduduk miskin

di perkotaan yang sebanyak 1,95 juta orang. Penduduk di wilayah pedesaan memiliki indeks

kedalaman yang lebih besar dibandingkan penduduk perkotaan, masing-masing mencapai

2,665 dan 2,059, namun angka tersebut mengalami penurunan dari tahun 2011. Hal

tersebut menunjukkan bahwa kenaikan NTP, kenaikan UMK dan inflasi Jawa Tengah tahun

2012 yang terjaga dengan baik memberikan pengaruh positif terhadap kesejahteraan

masyarakat, baik di pedesaan maupun di perkotaan.

Kondisi penurunan indeks tersebut juga dialami indeks keparahan pada 2012,

dimana pada 2011, indeks keparahan sebesar 0,66 kemudian menjadi 0,57 pada 2012. Wilayah

perkotaan memiliki indeks keparahan yang lebih rendah dibandingkan pedesaan yang masing-

masing mencapai 0,49 dan 0,73. Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa di daerah perkotaan

ketimpangan pendapatan antar penduduk lebih rendah dibandingkan daerah perdesaan.

Tabel 5.2 Kemiskinan Jawa Tengah

Sumber: BPS, diolah

Dibandingkan provinsi lain di Jawa, jumlah penduduk miskin Jawa Tengah pada

2012 merupakan yang terbesar kedua setelah jawa timur. Hal tersebut disebabkan oleh

jumlah desa yang cukup banyak di Jawa Tengah, berkisar 7.800 desa. Demikian juga halnya

dengan Jawa Timur dengan jumlah desa berkisar 7.600 desa.

16

Penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan

Page 83: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan IV 2012 73

Grafik 5. 5 Jumlah Penduduk Miskin Tiap Provinsi di Jawa (ribu orang)

Page 84: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan IV 2012 74

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 85: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan IV 2012 75

Bab 6

Prospek Perekonomian

Pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah pada triwulan I 2013 diperkirkan masih akan cukup tinggi.

Dari sisi sektoral, pertumbuhan ekonomi akan didorong oleh pertumbuhan sektor non-tradable,

seperti sektor PHR, sektor bangunan, serta sektor jasa-jasa. Sementara itu, sektor pertanian juga

diperkirakan tumbuh cukup tinggi seiring dengan datangnya panen raya komoditas padi. Dari

sisi penggunaan, kegiatan konsumsi masih akan tumbuh cukup tinggi seiring dengan masih

tingginya permintaan domestik yang salah satunya didorong oleh kenaikan Upah Minimun

Kota/Kabupaten. Selain itu, dan investasi juga masih akan tumbuh cukup tinggi, dengan indikasi

impor bahan modal serta pertumbuhan kredit investasi yang cukup tinggi. Dengan

perkembangan tersebut, untuk triwulan I 2013, pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan

tumbuh pada kisaran 6,0%-6,4%.

Perkembangan harga di triwulan I 2013 akan dipengaruhi oleh kondisi pasokan bahan pangan.

Sesuai pola musimannya, pasokan bahan pangan, khususnya beras diperkirakan meningkat

sejalan dengan masuknya musim panen, meski baru akan berlangsung pada pertengahan

Februari 2013. Stabiltas harga beras juga akan dipengaruhi oleh kuatnya stok beras Bulog.

Kondisi tersebut akan memberikan dampak yang positif terhadap terjaganya ekspektasi inflasi.

Berdasarkan hasil liasion yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah V dapat

diketahui bahwa secara umum harga jual pada 2013 diekspektasikan masih relatif stabil.

Namun, ketidakpastian cuaca dengan curah hujan yang lebih tinggi meningkatkan risiko inflasi

khususnya yang terkait dengan komoditas hortikultura. Tekanan inflasi pada triwulan laporan

diperkirakan juga dipengaruhi oleh kenaikan tarif tenaga listrik (TTL) khususnya terhadap

penyesuaian harga produk di sektor industri dan PHR, serta dampak kenaikan UMP.

Meningkatnya tekanan inflasi di triwulan I 2013 diindikasikan pada inflasi Januari 2013 yang

cukup tinggi. Pada awal triwulan I 2013, inflasi Jawa Tengah di Januari 2013 tercatat sebesar

1,09% (mtm) atau 4,93% (yoy), lebih tinggi dibandingkan posisi akhir triwulan IV 2012. Inflasi

tersebut terutama dipicu oleh tingginya inflasi bahan makanan, khususnya bumbu-bumbuan,

yang mencapai 2,10% (mtm) atau 7,69% (yoy) yang terutama disebabkan oleh kondisi cuaca

yang kurang baik.

Faktor risiko inflasi yang berpotensi memberikan tekanan cukup besar di triwulan I 2013

diperkirakan terkait dengan kenaikan Tarif Tenaga Listrik (TTL), kenaikan Upah Minimum

Kabupaten/Kota (UMK), dan pelarangan impor beberapa produk hortikultura. Selain itu, kondisi

cuaca juga perlu diwaspadai karena berpengaruh terhadap produksi komoditas. Dengan

perkembangan tersebut, inflasi IHK pada triwulan I 2013 diperkirakan akan berada pada kisaran

3,8%-4,3% (yoy), meningkat dari triwulan sebelumnya (4,24% yoy).

Page 86: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan IV 2012 76

6.1. Pertumbuhan Ekonomi

Prospek pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah pada triwulan I 2013 diperkirakan

masih cukup kuat, khususnya dukungan dari permintaan domestik. Kondisi tersebut

didukung oleh terjaganya daya beli masyarakat sejalan dengan adanya kenaikan upah dan

tingkat inflasi yang relatif masih terkendali. Kondisi iklim usaha yang kondusif juga akan menjadi

faktor pendorong kegiatan investasi. Dari permintaan eksternal, kegiatan ekspor masih dapat

tumbuh dengan baik. Salah satu faktor risiko yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi

lebih tinggi (up side risks) adalah pelaksanaan Pilkada pemilihan Gubernur dan dan Kepala

Daerah Kab/Kota. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah diperkirakan akan

tumbuh dalam kisaran 6,0% - 6,4% (yoy).

Sumber : BPS dan Bank Indonesia, diolah

Angka triwulan I 2013 merupakan angka proyeksi KPw BI Wil. V

Grafik 6.1. Perkiraan Pertumbuhan Perekonomian Jawa Tengah

Dari sisi penggunaan, konsumsi rumah tangga dan investasi akan menjadi pendorong

utama pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah masih akan ditopang oleh

konsumsi masyarakat yang diperkirakan tumbuh sebesar 5,3%-5,8% (yoy), seiring dengan

ekspektasi terhadap perekonomian ke depan yang cenderung membaik/meningkat. Sesuai

dengan hasil Survei Konsumen KPw BI Wilayah V (Grafik 6.1), masyarakat cenderung masih

optimis terhadap ketersediaan lapangan pekerjaan, ekspektasi penghasilan, dan kondisi

perekonomian secara umum. Investasi juga diperkirakan tumbuh meningkat sebesar 10,5%-

11% (yoy), yang antara lain diindikasikan dengan peningkatan impor barang modal pada akhir

tahun 2012. (Grafik 6.2). Selain itu, dari hasil liaison diketahui bahwa beberapa perusahaan

akan melakukan investasi pada 2013, dan sebagian merupakan investasi lanjutan di 2012

sebagai langkah antisipasi terhadap ekspektasi peningkatan penjualan.

6,1

6,5

6,0 - 6,4

5,0

5,2

5,4

5,6

5,8

6,0

6,2

6,4

6,6

6,8

44

46

48

50

52

54

56

I II III IV I II III IV Ip

2011 2012 2013

% yoyTriliun Rp

Nominal PDRB

Growth (% yoy)

Page 87: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan IV 2012 77

Sumber: Survei Konsumen, Bank Indonesia

Grafik 6.2 Ekspektasi Konsumen

Sumber: DSM, Bank Indonesia

Grafik 6.3 Perkembangan Impor Non Migas Barang

Modal Jawa Tengah

Selanjutnya, optimisme eksportir mengindikasikan kinerja ekspor Jawa Tengah yang

masih cukup baik. Hasil liaison KPw BI Wilayah V para contact liaison untuk pasar ekspor

maupun pasar domestik masih optimis terhadap peningkatan kegiatan usaha pada 2013.

Namun, kondisi ekonomi global yang belum pulih diperkirakan masih akan memengaruhi ekspor

Jawa Tengah. Beberapa produk utama ekspor Jawa Tengah seperti tekstil dan produk tekstil

(TPT) dan furniture masih akan menghadapi periode yang cukup berat. Kondisi tersebut

diperkirakan menyebabkan ekspor pada triwulan I 2013 sedikit melambat dibandingkan

triwulan sebelumnya.

Namun, berbagai upaya dilakukan oleh para pengusaha untuk mendorong ekspor.

Khusus untuk industri furniture, pelaku usaha di Jawa Tengah optimis penjualan ekspor di 2013

akan membaik, minimal stabil dibandingkan penjualan tahun sebelumnya. Demikian pula untuk

prospek pasar dalam negeri di 2013 diekspektasikan meningkat, yang didorong oleh

peningkatan proyek pemerintah, peningkatan usaha pemasaran, pembukaan kantor

cabang/outlet; dan peningkatan daya beli masyarakat domestik. Khusus untuk pelaku usaha

mebel/furniture di Jawa Tengah, optimisme terhadap pasar domestik didorong oleh beberapa

hal sebagai berikut: (1) pengalihan pasar ekspor dari Amerika dan Eropa akibat lesunya

permintaan sebagai dampak krisis, (2) Semakin bergairahnya permintaan pasar lokal khususnya

di wilayah Indonesia Bagian Tengah dan Indonesia Bagian Timur terkait peningkatan taraf hidup

dan daya beli masyarakat di wilayah tersebut serta (3) Perkembangan ekonomi di luar Jawa

seperti pembangunan resort, hotel dan apartemen di Bali dan berkembangnya industri

pertambangan.

Sementara itu, sesuai polanya konsumsi pemerintah pada triwulan I 2013

diperkirakan tumbuh relatif rendah, dalam kisaran 3,5% - 4,0% (yoy). Pertumbuhan ini

menurun jika dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan IV 2012. Pada awal tahun anggaran,

diperkirakan pemerintah belum banyak merealisasikan anggarannya.

40

60

80

100

120

140

160

180

IV I II III IV I II III IV

2010 2011 2012

Indeks (%)

Ekspektasi Kondisi EkonomiEkspektasi PenghasilanEkspektasi Ketersediaan Lapangan Kerja

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

0.0

100.0

200.0

300.0

400.0

500.0

600.0

700.0

IV I II III IV*

2011 2012

% yoyJuta USDBarang Modal - Juta USD

% (yoy)

Page 88: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan IV 2012 78

Tabel 6.1. Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Jawa Tengah Triwulan I 2013

Menurut Penggunaan (%, yoy)

Sumber: BPS dan Bank Indonesia, diolah

Ket: * Angka sementara; p Angka pertumbuhan triwulan I 2013 merupakan angka proyeksi KPw BI Wil. V

Dari sisi sektoral, kinerja sektor industri pengolahan diperkirakan melambat dan

tumbuh pada kisaran 5,3%-5,8% (yoy) akan mempengaruhi kondisi perekonomian di triwulan I

2013. Pada awal tahun, sektor Industri pada umumnya akan mengurangi kegiatannya. Selain

itu, permasalahan kenaikan upah yang masih tertunda diperkirakan akan menurunkan kinerja

sektor ini. Hal ini terkait dengan kenaikan Upah Minimum Kota/Kabupaten (UMK) dan kenaikan

Tarif Dasar Listrik (TDL) yang terjadi di awal tahun dapat mengurangi kinerja produksi sektor

industri pengolahan Jawa Tengah. Disamping itu, perlambatan ekspor yang terjadi diperkirakan

juga akan berdampak pada utilisasi produksi. Hal ini juga terkonfirmasi dari penurunan Indeks

Ekspektasi Kegiatan Dunia Usaha dari 18,16% pada triwulan IV 2012 turun menjadi 10,60%

pada triwulan I 2013.

Sumber: SKDU, Bank Indonesia

Grafik 6.4 Ekspektasi dalam Survei Kegiatan Dunia Usaha

Sektor PHR masih akan tumbuh cukup tinggi sejalan dengan program Visit Jateng

dan terus didorongnya kegiatan MICE. Sektor PHR diperkirakan akan tumbuh 8,6%-9,0%

(yoy), seiring dengan masih besarnya konsumsi domestik. Hal ini didukung dengan masih

optimisnya ekspektasi masyarakat terhadap kondisi perekonomian ke depan serta masih kuatnya

keyakinan konsumen sebagaimana hasil survei konsumen yang telah dilakukan oleh Bank

2013

I II III IV I II III IV* IP

Konsumsi Rumah Tangga 6,5 7,1 7,1 5,7 6,6 5,8 4,7 4,5 5,0 5,0 5,3 - 5,8Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba (4,1) (3,8) 6,9 13,5 2,9 9,5 7,9 6,0 1,7 6,2 4,8 - 5,3Konsumsi Pemerintah 1,8 7,5 10,9 10,2 7,9 15,2 6,6 0,1 (0,4) 4,7 3,5 - 4,0PMTB 6,9 10,1 8,4 5,2 7,6 6,8 6,2 9,3 11,0 8,4 10,5 - 11,00Ekspor (4,8) 10,2 6,7 21,1 7,9 18,5 2,3 10,2 8,3 9,5 6,8 - 7,3Impor (7,0) 6,8 17,8 23,4 9,7 20,5 4,8 2,8 7,9 8,5 8,6 - 9,1

PDRB 6,1 5,8 5,6 6,6 6,0 6,5 6,6 6,0 6,3 6,3 6,1 - 6,5

2011 2012*Komponen Penggunaan2011 2012

-20

-10

0

10

20

30

40

I II III IV I II III IV I*

2011 2012 2013

Indeks (%)

Ekspektasi Kegiatan Dunia Usaha Perkembangan Harga Jual

Perkembangan Tenaga Kerja

Page 89: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan IV 2012 79

Indonesia. Selain itu, adanya Program Visit Jateng 2013 juga menjadi salah satu pendorong

peningkatan kinerja sektor PHR.

Selanjutnya, dukungan dari sektor pertanian diperkirakan masih cukup baik dan akan

tumbuh pada kisaran 3,2% - 3,6% (yoy). Produksi padi diperkirakan masih akan baik sejalan

dengan masih cukup tingginya perkiraan luas panen dan produktifitas sehingga diperkirakan

akan lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Kondisi tersebut dapat

mendorong pertumbuhan tahunan sektor pertanian yang lebih besar. Selain itu, pada triwulan I

2013 akan berlangsung panen raya bagi komoditas padi, sehingga diperkirakan pertumbuhan

sektor pertanian akan cukup tinggi.

Sejalan dengan perkiraan pertumbuhan sektor PHR, sektor keuangaan dan jasa

diperkirakan akan tumbuh cukup tinggi. Sektor lain yang diperkirakan tetap tumbuh cukup

tinggi pada triwulan I 2013 adalah sektor bangunan dan sektor keuangan, persewaan dan jasa

perusahaan

Tabel 6.2. Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Jawa Tengah Triwulan I 2013 Menurut

Lapangan Usaha (%, yoy)

Sumber: BPS dan Bank Indonesia, diolah

Ket: * Angka sementara; p Angka pertumbuhan triwulan I 2013 merupakan angka proyeksi KPw BI Wil. V

6.2. Inflasi

Pada triwulan I 2013, tekanan inflasi diperkirakan meningkat. Beberapa faktor yang

akan memberikan tekanan inflasi antara lain terkait dengan kenaikan Tarif Tenaga Listrik (TTL),

kenaikan Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK), dan pelarangan impor beberapa produk

hortikultura. Kenaikan TTL yang direncanakan akan dilakukan secara bertahap, untuk triwulan I

2013 dampaknya akan tercatat di bulan Februari 2013. Namun, dampak kenaikan tersebut

diperkirakan tidak signifikan karena sebagian besar pelanggan listrik merupakan kelompok

pengguna dibawah 900 KVA yang tidak dinaikan tarifnya (lihat Boks Dampak Kenaikan TTL

Terhadap Inflasi). Selain itu, ketidakpastian cuaca dengan kecenderungan curah hujan yang

lebih tinggi diperkirakan akan mengganggu produksi dan pasokan komoditas bahan pangan,

khususnya hortikultura. Namun, siklus musim panen yang diperkirakan akan mulai terjadi pada

akhir triwulan diharapkan dapat meredam tekanan inflasi yang terjadi di triwulan I 2013.

Pada awal triwulan I 2013 (Januari 2013), inflasi IHK secara tahunan tercatat

mengalami kenaikan yang cukup signifikan dibanding triwulan IV 2012. Berdasarkan berita

resmi statistik (BRS) BPS, secara bulanan laju inflasi Jawa Tengah pada bulan Januari 2013

mencapai 1,09% (mtm), jauh meningkat dari inflasi bulan Desember 2013 yang sebesar 0,41%

2013

I II III IV I II III IV* IP

PERTANIAN 2,1 0,8 -0,7 3,6 1,3 1,5 1,8 3,9 9,3 3,7 3,2 - 3,6PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 2,0 5,1 1,6 11,3 4,9 8,7 7,7 8,7 4,5 7,4 5,3 - 5,8INDUSTRI PENGOLAHAN 7,1 6,3 6,0 7,0 6,6 7,1 5,8 5,6 3,5 5,5 5,3 - 5,8LISTRIK,GAS DAN AIR BERSIH 7,0 5,8 4,8 6,3 6,0 6,2 5,2 5,5 8,5 6,4 8,7 - 9,2BANGUNAN 5,6 6,5 7,8 6,9 6,7 7,0 7,6 7,9 5,4 7,0 6,1 -6,5PERDAGANGAN,HOTEL & RESTORAN 7,6 7,8 8,0 7,6 7,7 8,1 9,4 7,8 7,7 8,2 8,6 - 9,0PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 8,7 11,0 6,5 8,3 8,6 8,6 8,2 7,2 7,6 7,9 5,8 - 6,3KEUANGAN, PERSEWAAN & JS. PERSH 4,8 7,6 6,4 7,6 6,6 7,8 9,7 10,4 9,5 9,4 10,1 - 10,6JASA-JASA 8,2 6,8 9,8 5,5 7,5 9,4 9,3 3,4 7,4 7,3 5,8 - 6,3

PDRB 6,1 5,8 5,6 6,6 6,0 6,5 6,6 6,0 6,3 6,3 6,0 - 6,4

2012*LAPANGAN USAHA2011

20112012

Page 90: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan IV 2012 80

(mtm). Secara tahunan, laju perubahan IHK Jawa Tengah tercatat mengalami inflasi sebesar

4,92% (yoy), lebih tinggi dibandingkan bulan Desember 2012 sebesar 4,24% (yoy). Laju inflasi

tahunan Jawa Tengah tersebut juga lebih tinggi dibanding laju inflasi Nasional yang sebesar

4,57% (yoy) (Grafik 6.5).

Inflasi komoditas pangan menjadi penyebab utama tingginya tingkat inflasi pada

bulan Januari 2013 sesuai dengan pola musimannya yang belum memasuki masa panen

sehingga kondisi pasokan bahan pangan relatif terbatas. Inflasi bulanan komoditas pangan

menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam dua tahun terakhir. Tercatat inflasi pangan di

Jawa Tengah pada bulan Januari 2013 mencapai 2,10% (mtm), tertinggi setelah Desember

2010 yang mencapai 2,19% (mtm).

Sementara inflasi komoditas non pangan di awal triwulan I 2013 masih terkendali ,

mencapai 0,24% (mtm). Inflasi pada komoditas non pangan tersebut terutama tercermin dari

inflasi kelompok Perumahan yang mencapai 0,39% (mtm). Apabila dilihat lebih mendalam,

subkelompok Biaya Tempat Tinggal mengalami inflasi yang tertinggi dalam kelompok

Perumahan, mencapai 0,66% (mtm) yang dipicu salah satunya oleh kenaikan harga pasir yang

mencapai 0,65% (mtm).

Sumber: BPS, diolah

Grafik 6.5 . Inflasi Umum dan Inflasi Triwulanan Kelompok Komoditas Jawa Tengah

Pada Januari 2013, dari sisi volatile foods, tekanan inflasi diperkirakan terkait

kondisi pasokan komoditas bahan pangan yang belum optimal. Untuk komoditas padi,

puncak panen diperkirakan baru akan terjadi pada pertengahan Februari hingga April 2013.

Kenaikan harga beras diperkirakan juga didorong oleh terlambatnya penyaluran raskin sehingga

meningkatkan permintaan beras di pasar. Namun, stok beras Bulog yang cukup kuat

diperkirakan menahan kenaikan harga beras. Sementara itu, ketidakpastian cuaca dengan

kemungkinan curah hujan yang lebih tinggi diperkirakan akan berpengaruh terhadap kualitas

dan kuantitas produk pertanian, khususnya bumbu-bumbuan yang tercermin dari laju inflasi

komoditas tersebut yang 13,02% (mtm). Kenaikan harga yang cukup tinggi juga terjadi pada

komoditas daging, khususnya daging ayam ras dan telur, yang masing-masing mengalami inflasi

sebesar 4,44% dan 4,57% (mtm). Berdasarkan berbagai anekdotal informasi, kenaikan daging

ayam ras tersebut diperkirakan disebabkan oleh pengalihan konsumsi masyarakat seiring harga

daging sapi yang masih berada di level yang tinggi, sehingga mendorong kenaikan permintaan

-0.5

-0.3

-0.1

0.1

0.3

0.5

0.7

0.9

1.1

1.3

0

1

2

3

4

5

6

7

8

1 2 3 4 5 6 7 8 9

10

11

12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

10

11

12 1

2011 2012 2013

% (mtm)% (yoy)

Jateng (mtm)-RHS Nas (mtm)-RHS

Jateng (yoy) Nas (yoy) 0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Bahan Makanan

Makanan Jadi

Perumahan Sandang Kesehatan Pendidikan Transpor

% (yoy) Jateng

Purwokerto

Surakarta

Semarang

Tegal

Page 91: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan IV 2012 81

masyarakat. Selain itu, karakteristik ternak yang rentan terhadap cuaca juga menjadi salah satu

faktor yang memicu kenaikan harga, dimana untuk mengantisipasi cuaca buruk, peternak

memberikan tambahan suplemen vitamin sehingga biaya produksi meningkat. Hasil Survei

Pemantauan Harga (SPH) yang dilakukan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah V juga

mengkonfirmasi kondisi tersebut.

Sumber : SPH Kota Semarang, diolah

Grafik 6. 6 Perkembangan Harga Daging &

Telur

Sumber : SPH Kota Semarang, diolah

Grafik 6. 7 Perkembangan Harga Komoditas

Bumbu

Kenaikan harga beras juga terjadi di tingkat produsen. Kondisi tersebut tercermin

dari harga padi-padian di tingkat produsen, terutama GKP yang mengalami kenaikan harga

sebesar 5,90% (mtm) dari Rp. 4.297/kg menjadi Rp. 4.550/kg. Sementara harga GKG secara

rata-rata turun sebesar 0,82% (mtm) dari Rp4.899,-/kg menjadi Rp4.859,-/kg. Sedangkan harga

gabah kualitas rendah relatif stabil dikisaran Rp4.150,-/kg (tabel 6.3). Hasil Survei Pemantauan

Harga (SPH) yang dilakukan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah V juga mengkonfirmasi

adanya sedikit kenaikan harga beras tersebut. Kondisi tersebut memicu tingginya inflasi volatile

foods di awal triwulan I 2013 (Januari 2013) yang mencapai 3,49% (mtm) atau 7,41% (yoy).

Sumber : SPH Kota Semarang, diolah

Grafik 6.8 Perkembangan Harga Komoditas Beras

68.000 70.000 72.000 74.000 76.000 78.000 80.000 82.000 84.000 86.000 88.000 90.000 92.000 94.000 96.000

3.000

8.000

13.000

18.000

23.000

28.000

33.000

12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1

2011 2012 2013

Daging Sapi (Rp/kg)

Rp/kg

Daging Ayam Ras Telur Ayam Ras Daging Sapi (RHS)

-

5.000

10.000

15.000

20.000

25.000

30.000

35.000

40.000

45.000

12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1

2011 2012 2013

Rp/kg

Cabai Merah Cabai Rawit Bawang Merah Bawang Putih

9.500

9.700

9.900

10.100

10.300

10.500

10.700

10.900

12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1

2011 2012 2013

Rp/kg

Page 92: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan IV 2012 82

Tabel 6.3 Harga Produsen Padi Jawa Tengah Januari 2013

Kualitas Harga Petani (Rp/kg) Harga Penggilingan(Rp/kg)

Terendah Tertinggi HPP Terendah Tertinggi HPP

GKG 4.400

(Blora)

5.100

(Pemalang)

- 4.450

(Blora)

5.190

(Pemalang)

4.150

GKP 3.700

(Semarang)

5.100

(Purworejo)

3.300 3.800

(Semarang)

5.150

(Purworejo)

3.350

Kualitas rendah 4.000

(Boyolali)

4.300

(Boyolali)

- 4.025

(Boyolali)

4.100

(Boyolali)

-

Sumber : BPS

Sementara itu, tekanan inflasi dari faktor-faktor yang bersifat fundamental

diperkirakan masih terkendali. Ekspektasi inflasi diperkirakan masih akan terjaga sejalan

dengan pasokan bahan pangan yang mulai membaik sejalan dengan mulai masuknya puncak

panen. Kenaikan TTL diperkirakan tidak akan banyak memengaruhi ekspektasi inflasi. Dalam

pada itu, permintaan barang dan jasa secara umum masih dapat direspon sisi penawaran. Risiko

tekanan inflasi inti diperkirakan bersumber dari sektor eksternal terkait dengan risiko kenaikan

harga komoditas dan tekanan nilai tukar Rupiah. Dengan perkembangan tersebut, inflasi

tahunan kelompok inflasi inti diperkirakan relatif stabil.

Pada Januari 2013, perkembangan inflasi sedikit meningkat. Berdasarkan data BPS,

laju inflasi bulanan kelompok inflasi inti tercatat sebesar 0,40% (mtm) atau 4,78% (yoy).

Kelompok komoditas inflasi inti yang memberikan kontribusi terbesar terhadap laju inflasi Jawa

Tengah pada awal triwulan I 2013 adalah subkelompok Makanan Jadi, mencatat angka inflasi

sebesar 0,74% (mtm). Inflasi tersebut sejalan dengan kenaikan harga komoditas bahan pangan

yang menjadi bahan baku dalam subkelompok Makanan Jadi.

Inflasi kelompok inti diwarnai oleh perkembangan harga gula dan emas perhiasan.

Komoditas Gula Pasir di bulan ini berdasarkan data BPS mengalami deflasi sebesar -0,21%

(mtm). Terjaganya pasokan menjadi salah satu faktor yang dapat meredam kenaikan harga

komoditas ini. Sementara itu, berdasarkan hasil SPH kota Semarang yang dilakukan KPwBI Wil.

V, terlihat bahwa harga komoditas gula pasir justru mengalami sedikit peningkatan.

Page 93: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan IV 2012 83

Grafik 6.9 Grafik Perkembangan Harga Gula Pasir

Ditengah tren penurunan harga emas internasional, harga emas domestik justru

mengalami peningkatan, meski masih relatif kecil. Perkembangan harga emas perhiasan

pada bulan laporan, mengalami sedikit kenaikan sebesar 0,52% (mtm) meskipun

perkembangan harga emas di pasar global yang menunjukkan penurunan. Selain itu, rencana

The Fed untuk menambah dana stimulus berpotensi untuk meningkatkan risiko tekanan harga

emas. Kondisi tersebut diperkirakan dipengaruhi oleh ekspektasi masyarakat terhadap nilai emas

ke depan. Meskipun demikian, hasil SPH menangkap bahwa harga emas masih cenderung

stabil. (Grafik 6.10).

Sumber: IMF dan SKDU, diolah

Grafik 6. 10 Harga Emas

Ekspektasi inflasi masyarakat pada awal triwulan I 2013 diperkirakan relatif masih

terjaga (Grafik 6.11.). Berdasarkan Survei Konsumen, ekspektasi harga di bulan Januari 2012

mengalami penurunan, terutama ekspektasi harga 3 bulan yang akan datang. Hal tersebut

sejalan dengan siklus puncak panen yang diperkirakan akan terjadi pada bulan Maret April.

Terkait dengan hal tersebut, diperlukan upaya yang maksimal dari Tim Pemantauan dan

Pengendalian Harga (TPPH) Provinsi Jawa Tengah untuk menjaga ekspektasi masyarakat.

Sementara itu, berdasarkan kelompok barang, indikasi kenaikan harga ke depan terutama

terjadi pada kelompok komoditas Perumahan.

10.500

11.000

11.500

12.000

12.500

13.000

13.500

14.000

12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1

2011 2012 2013

Rp/kg Gula Pasir

1.350

1.400

1.450

1.500

1.550

1.600

1.650

1.700

1.750

1.800

340

360

380

400

420

440

460

12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1

2011 2012 2013

Lokal Internasional (RHS)

USD/troy onceRp.ribu/gr

Page 94: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan IV 2012 84

Berdasarkan hasil liasion yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Wilayah V dapat diketahui bahwa secara umum harga jual pada 2013 diekspektasikan

masih relatif stabil, meskipun tedapat beberapa kontak liaison yang berencana menaikkan

harga jual namun masih dalam kisaran normal (rata-rata 10%) menyesuaikan kenaikan biaya

produksi seperti biaya bahan baku, biaya energi terkait dengan rencana kenaikan TTL, kenaikan

UMK dan biaya lainnya seperti perijinan. Mayoritas kontak liaison melihat bahwa kenaikan

harga jual dipandang bukan merupakan kebijakan yang efektif ditengah persaingan industri

yang semakin ketat. Terkait dengan kenaikan UMK, upaya yang dilakukan pelaku usaha untuk

meminimalkan dampak kenaikan UMK lebih kepada efisiensi di segala bidang,

mekanisasi/otomatisasi proses produksi, dan meningkatkan produktivitas karyawan.

Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia

Grafik 6. 11 Ekspektasi Inflasi Umum dan Ekspektasi Inflasi Sektoral

Pada kelompok administered prices, tekanan inflasi diperkirakan akan meningkat

sejalan dengan penerapan kebijakan kenaikan TTL. Sebagaimana telah diputuskan oleh

Pemerintah, kenaikan TTL sebesar 15% di tahun 2013 akan dilakukan secara bertahap. Pada

awal triwulan misalnya, TTL untuk pelanggan diatas 900 VA akan dinaikan sekitar 4% dan baru

akan tercatat pada inflasi Februari 2013. Meskipun kenaikan TTL diberlakukan hanya untuk

pelanggan berdaya listrik diatas 900 VA17

, perlu dicermati dampak kenaikan TTL terhadap harga

jual produk industri dan PHR, mengingat mayoritas pelanggan pada tingkatan daya listrik

tersebut adalah kalangan industri dan PHR. Selain itu, laju inflasi kelompok ini hingga akhir

tahun juga terkait dengan kenaikan harga rokok terkait kenaikan cukai rokok serta

kemungkinan penyesuaian/kenaikan harga BBM (subsidi dan non-subsidi) mengingat harga

minyak dunia masih berpotensi untuk mengalami kenaikan. (Grafik 6.12).

Pada Januari 2013, inflasi kelompok administered price relatif minimal. Sejalan

dengan tidak adanya kebijakan yang bersifat strategis, inflasi pada kelompok ini tercatat sebesar

0,17% (mtm), relatif stabil dibandingkan inflasi pada Desember 2012 sebesar 0,17% (mtm).

Inflasi tersebut bersumber dari kenaikan harga rokok. Dengan perkembangan tersebut maka

secara tahunan tekanan inflasi pada kelompok administered price sebesar 3,93% (yoy) sedikit

menurun dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 3,94% (yoy).

17

Terkait dengan kenaikan TTL, PT. PLN (Persero) dalam rapat Tim Pemantauan dan Pengendalian Harga

Jawa Tengah menjelaskan bahwa kenaikan TTL sebesar 15% dilakukan secara bertahap setiap triwulan.

Kenaikan TTL tersebut hanya dikenakan kepada pelanggan diatas 900 VA dengan bobot yang relatif

kecil, yaitu 0,42% dari total pelanggan.

150

155

160

165

170

175

180

185

190

195

12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1

2012 2013

SK-3 bln YAD

SK-6 bln YAD 120

130

140

150

160

170

180

190

12

1 2 3 4 5 6 7 8 9

10 11 12

1

2011 2012 2013

Bahan Makanan Makanan Jadi Perumahan

Sandang Kesehatan Transpor

Pendidikan

Page 95: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan IV 2012 85

Sumber: IMF , diolah

Grafik 6. 12Harga Minyak Dunia

Berdasarkan perkembangan tersebut dan hasil berbagai survei, inflasi Jawa Tengah

triwulan I 2013 diperkirakan akan berada dalam kisaran 4,8%-5,3% (yoy).

0

50

100

150

200

250

20

40

60

80

100

120

140

160

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2011 2012

Indeks Harga Energi (USD)

Harga Minyak (USD/barel)

Indeks Harga Energi WTI Minas

Page 96: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan IV 2012 86

BOKS

DAMPAK KENAIKAN TARIF TENAGA LISTRIK (TTL) TERHADAP INFLASI

Sebagaimana telah diputuskan pemerintah, mulai tahun 2013, tarif tenaga listrik (TTL)

akan mengalami kenaikan secara bertahap. Kenaikan tersebut akan diberlakukan dalam 4

(empat) tahap yaitu: 1 Januari 2013 s.d. 31 Maret 2013, 1 April 2013 s.d. 30 Juni 2013, 1 Juli

2013 s.d. 30 September 2013, dan 1 Oktober 2013 s.d. 31 Desember 2013. Keputusan yang

diambil tersebut dengan memperhatikan bahwa subsidi listrik tahun 2013 adalah sebesar

Rp78,63 triliun, tidak membebani rakyat kecil (pelanggan 450 VA dan 900 VA tidak mengalami

kenaikan), serta kenaikan total adalah sebesar 15%.

Kenaikan TTL tidak terlepas dari upaya efisiensi dan perbaikan layanan bagi PLN. Selama

ini selisih antara Biaya Penyediaan Produksi (BPP) dengan harga jual per Kwh masih cukup tinggi.

Sumber: PLN Jateng DIY

Grafik BPP dan Harga Jual Unit Energi Listrik (Rp/Kwh) di Jawa Tengah dan DIY

Berdasarkan kesepakatan yang dicapai oleh pemerintah dan DPR, maka:

a. Konsumen daya 450 VA dan 900 VA yang tidak mengalami kenaikan TTL adalah kelompok

yang tidak mampu dan sebagian merupakan konsumen yang baru saja menikmati listrik

sehingga tidak bijak jika harus dinaikan.

b. Empat golongan pelanggan yang tidak lagi menerima subsidi pada akhir tahun 2013 :

Pelangan Rumah Tangga Besar (R3 daya 6.600 VA keatas)

Pelanggan Bisnis Menengah (B2 daya 6.600 VA s/d 200 kVA)

Pelanggan Bisnis Besar (B3 di atas 200 kVA)

Pelanggan kantor Pemerintah sedang (P1 6.600 VA s/d 200 kVA

Peningkatan TTL sebesar 15% otomatis hanya akan menyasar pelanggan kelompok

rumah tangga besar dan pelanggan bisnis, sehingga pelanggan kelompok daya 450 VA dan 900

VA yang populasinya mencapai lebih dari 90%, tidak akan terkena dampaknya secara langsung.

Sementara itu, bagi kalangan bisnis, kenaikan secara bertahap juga dipandang lebih baik,

Page 97: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan IV 2012 87

karena tidak akan merubah struktur biaya secara drastis yang akan berdampak pada kenaikan

biaya produksi dan harga jual kepada konsumen.

Pengurangan subsidi listrik yang berdampak pada kenaikan TTL, diharapkan dapat

meningkatkan rasio elektrifikasi melalui penyambbungan baru pelanggan rumah tangga,

penguatan jaringan dan gardu distribusi, penguatan listrik pedesaan dan pembangkit listrikk

ringan, serta program listrik murah dan hemat. Upaya peningkatan rasio elektrifikasi ini, akan

dilakukan secara konsisten agar pada tahun 2020 rasio elektrifikasi di Jawa Tengah dapat

mendekati 100%. Dalam rangka meningkatkan ratio elektrifikasi, secara nasional PLN akan

menyambung pelanggan baru sekitar 3,2 juta pada tahun 2013.

Dengan memeprtimbangkan skenario kenaikan tarif tenaga listrik tahun 2013,

diperkirakan tidak akan memberikan dampak yang signifikan terhadap inflasi dan untuk

triwulan I 2013 dampaknya baru akan tercatat pada inflasi Februari 2013. Dengan asumsi

kenaikan TTL setiap triwulannya sebesar 4% dan dengan bobot pelanggan yang menggunakan

listrik diatas 900 VA adalah 10%, maka dampak terhadap inflasi diperkirakan sebesar 0,4%

(0,04 x 10%).

Page 98: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan IV 2012 88

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 99: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan IV 2012 89

Daftar Istilah

Administered price

Harga barang/jasa yang diatur oleh pemerintah, misalnya harga bahan bakar minyak dan tarif

dasar listrik,

Base Effect

Efek kenaikan/penurunan nilai pertumbuhan yang cukup tinggi sebagai akibat dari nilai level

variabel yang dijadikan dasar perhitungan/perbandingan mempunyai nilai yang cukup

rendah/tinggi,

BEC

Merupakan pengklasifikasian kode barang dengan 3 digit angka, yang dikelompokkan

berdasarkan kegunaan utama barang berdasarkan daya angkut komoditi tersebut,

Barang Modal (Capital)

Barang-barang yang digunakan untuk keperluan investasi,

Bahan baku (Raw Material)

Barang-barang mentah atau setengah jadi yang akan diproses kembali oleh sektor industri

BI Rate

Suku bunga referensi kebijakan moneter dan ditetapkan dalam Rapat Dewan Gubernur setiap

bulannya,

BI-RTGS

Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement, yang merupakan suatu penyelesaian kewajiban

bayar-membayar (settlement) yang dilakukan secara on-line atau seketika untuk setiap instruksi

transfer dana,

Dana Pihak Ketiga (DPK)

Adalah simpanan pihak ketiga bukan bank yang terdiri dari giro, tabungan dan simpanan

berjangka,

Ekspor dan Impor

Dalam konteks PDRB adalah mencakup perdagangan barang dan jasa antar negara dan antar

provinsi

Financing to Deposit Ratio (FDR) atau Loan to Deposit Ratio (LDR)

Rasio pembiayaan atau kredit terhadap dana pihak ketiga yang diterima oleh bank, baik dalam

rupiah dan valas, Terminologi FDR untuk bank syariah, sedangkan LDR untuk bank

konvensional,

Fit for Circulation

Merupakan kebijakan untuk menyediakan uang layak edar,

Inflasi IHK

Kenaikan harga barang dan jasa dalam satu periode, yang diukur dengan perubahan indeks

harga konsumen (IHK), yang mencerminkan perubahan harga barang dan jasa yang dikonsumsi

oleh masyarakat luas,

Inflasi inti

Inflasi IHK setelah mengeluarkan komponen volatile foods dan administered prices,

Inflow

Adalah uang yang diedarkan aliran masuk uang kartal ke Bank Indonesia,

Kredit

adalah penyediaan uang atau tagihan yang sejenis, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan

pinjam-meminjam antara Bank dengan pihak lain yang mewajibkan peminjam untuk melunasi

hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga, termasuk :

Page 100: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan IV 2012 90

(1) pembelian surat berharga nasabah yang dilengkapi dengan note purchase agreement

(NPA),

(2) pengambilan tagihan dalam rangka kegiatan anjak piutang,

Konsumsi (Consumption)

Kategori barang-barang jadi yang digunakan langsung untuk konsumsi baik habis pakai

maupun tidak,

Kontraksi Pertumbuhan

Kondisi dimana pertumbuhan output/PDRB benilai negatif

Net Inflow

Uang yang diedarkan inflow lebih besar dari outflow,

Non Performing Financing (NPF) atau Non Performing Loan (NPL)

Rasio pembiayaan atau kredit macet terhadap total penyaluran pembiayaan atau kredit oleh

bank, baik dalam rupiah dan valas, Terminologi NPF dan pembiayaan untuk bank syariah,

sedangkan NPL dan kredit untuk bank konvensional, Kriteria NPF atau NPL adalah : (1) Kurang

lancar, (2) Diragukan, dan (3) Macet,

Outflow

Adalah aliran keluar uang kartal dari Bank Indonesia,

Saldo Bersih Tertimbang (SBT)

Merupakan salah satu metode yang digunakan dalam SKDU dengan memperhitungkan selisih

anta

kemudian dikalikan bobot tiap sektor, SBT mencerminkan perkembangan usaha di saat ini dan

di masa mendatang dari tiap sektor,

Page 101: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan IV 2012 91

LAMPIRAN Indikator Ekonomi Jawa Tengah

1 Pertumbuhan PDRB (yoy, %) 5,9 6,0 6,2 6,4 6,1 6,3 6,5 6,3Sektorala. Pertanian 1,6 2,2 3,9 3,7 -2,0 0,3 8,0 9,3b. Pertambangan & Penggalian 2,0 8,0 7,1 11,3 8,7 7,7 8,7 4,5c. Industri Pengolahan 7,2 6,1 6,0 7,2 8,1 6,5 5,2 3,5d. Listrik, Gas & Air Bersih 4,9 4,1 3,1 5,1 7,6 6,2 7,1 8,5e. Konstruksi 5,6 6,5 6,3 6,9 8,0 7,9 9,3 5,4f. Perdagangan, Hotel & Restoran 7,0 7,2 7,1 6,5 7,5 8,8 6,7 7,7g. Pengangkutan & Komunikasi 8,7 11,0 6,5 8,3 8,6 8,1 7,0 7,6h. Keu., Persewaan & Jasa Persh. 4,8 7,6 6,4 7,6 8,6 9,8 11,4 9,5i. Jasa-Jasa 8,2 6,8 9,8 5,5 9,4 9,3 3,5 7,4Sisi Penggunaana. Konsumsi Rumah Tangga 6,5 7,5 7,9 5,7 5,8 4,7 4,5 5,0b. Konsumsi LNP -4,1 -3,8 6,9 13,5 9,5 7,9 6,0 1,7c. Konsumsi Pemerintah 11,9 10,3 6,9 3,2 4,3 7,1 2,4 (0,4)d. Investasi (PMTB) 6,4 10,1 9,8 5,2 8,1 8,5 11,0 11,0e. Ekspor -7,1 9,2 7,8 19,1 17,0 0,9 8,7 8,3f. Impor -6,4 13,9 21,3 26,9 19,1 4,3 5,9 7,9

2 Inflasi (yoy, %) 6,1 4,72 3,56 2,7 3,5 4,6 4,50 4,93a. Bahan Makanan 13,2 6,36 3,62 1,1 5,1 7,0 7,15 7,69b. Makanan Jadi 5,0 5,22 4,14 3,1 3,5 5,9 5,92 6,13c. Perumahan 3,9 4,14 3,09 3,2 2,4 3,2 2,96 3,27d. Sandang 6,6 6,49 9,20 6,5 5,0 3,6 2,46 3,93e. Kesehatan 1,8 2,58 2,67 2,4 2,4 2,0 2,00 2,23f. Pendidikan 2,6 2,47 4,07 4,5 4,4 4,2 3,82 3,64g. Transpor 3,1 3,39 1,18 1,4 1,9 2,3 2,65 3,16

1. Total Asset - Total 155.952 163.273 170.002 179.466 187.555 197.377 208.278 210.774 1,20% 17,45%a. Total Asset - Bank Umum 144.430 151.661 157.822 166.614 174.510 183.943 194.162 195.836 0,86% 17,54%b. Total Asset - BPR 11.522 11.748 12.180 12.851 13.045 13.434 14.116 14.938 5,82% 16,24%

2. DPK - Total 117.054 123.089 126.693 133.739 138.709 144.368 151.362 155.842 2,96% 16,53%a. DPK - Bank Umum 109.183 115.085 118.245 124.687 129.494 134.997 141.489 145.257 2,66% 16,50%b. DPK - BPR 7.871 8.004 8.448 9.052 9.215 9.371 9.874 10.585 7,21% 16,94%

3. Deposito - Total 45.247 47.780 46.509 47.145 50.675 50.263 51.491 49.454 -3,96% 4,90%a. Deposito - Bank Umum 40.554 42.991 41.508 41.875 45.248 44.846 45.777 43.506 -4,96% 3,89%b. Deposito - BPR 4.693 4.789 5.002 5.270 5.427 5.416 5.714 5.948 4,09% 12,86%

4. Giro - Total 17.036 18.303 18.550 17.691 20.899 22.392 23.600 22.275 -5,62% 25,91%5. Tabungan - Total 54.771 57.006 61.634 68.903 67.136 71.713 76.271 84.114 10,28% 22,08%

a. Tabungan - Bank Umum 51.593 53.791 58.188 65.121 63.348 67.758 72.111 79.476 10,21% 22,04%b. Tabungan - BPR 3.178 3.216 3.446 3.782 3.788 3.955 4.160 4.638 11,49% 22,62%

6. Kredit - Total 112.791 120.560 124.790 131.416 134.747 145.503 151.714 162.311 6,98% 23,51%a. Kredit - Bank Umum 104.017 111.210 115.204 121.628 124.451 134.554 140.497 150.982 7,46% 24,13%b. Kredit - BPR 8.774 9.350 9.586 9.788 10.296 10.949 11.218 11.329 0,99% 15,74%

No. I N D I K A T O R IV-12 qtq (%)I-11 II-11 III-11 yoy (%)

I. Ekonomi Makro

II. Kinerja Perbankan (Rp. Miliar)

IV-11 I-12 III-12 II-12

Page 102: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan IV 2012 92

7. Kredit Menurut Jenis Penggunaana. Kredit BU & BPR - Total 112.791 120.560 124.790 131.416 134.747 145.503 151.714 162.311 6,98% 23,51% - Kredit Modal Kerja 61.204 65.943 68.895 72.182 72.076 81.332 81.823 86.785 6,06% 20,23% - Kredit Investasi 11.062 12.075 11.945 13.547 15.871 16.265 17.886 19.550 9,31% 44,32% - Kredit Konsumsi 40.525 42.541 43.950 45.688 46.800 47.905 52.006 55.976 7,63% 22,52%

b. Persentase thd Total Kredit (%) - Kredit Modal Kerja 54,26 54,70 55,21 54,93 53,49 55,90 53,93 53,47 - Kredit Investasi 9,81 10,02 9,57 10,31 11,78 11,18 11,79 12,04 - Kredit Konsumsi 35,93 35,29 35,22 34,77 34,73 32,92 34,28 34,49 c. Kredit Bank Umum 104.017 111.210 115.204 121.628 124.451 134.554 140.497 150.982 7,46% 24,13% - Kredit Modal Kerja 56.802 61.163 63.944 67.140 66.761 75.627 75.895 80.773 6,43% 20,30% - Kredit Investasi 10.602 11.584 11.484 13.064 15.374 15.817 17.428 19.084 9,50% 46,08% - Kredit Konsumsi 36.613 38.463 39.776 41.424 42.316 43.110 47.174 51.126 8,38% 23,42%d. Kredit BPR 8.774 9.350 9.586 9.788 10.296 10.949 11.218 11.329 0,99% 15,74% - Kredit Modal Kerja 4.402 4.780 4.951 5.041 5.315 5.706 5.928 6.012 1,42% 19,26% - Kredit Investasi 460 491 461 483 497 447 458 467 1,89% -3,34% - Kredit Konsumsi 3.912 4.079 4.174 4.264 4.484 4.795 4.832 4.850 0,37% 13,73%

8. Kredit Menurut Sektor Ekonomia. Kredit BU & BPR - Total 114.084 120.560 124.790 131.416 134.747 145.503 151.714 162.311 6,98% 23,51%1. Pertanian, Perburuan Dan Kehutanan 2.100 2.233 2.344 3.040 3.013 4.883 4.742 4.931 3,99% 62,23%2. Perikanan 643 470 204 267 269 355 369 430 16,42% 61,17%3. Pertambangan Dan Penggalian 166 512 194 267 299 416 414 430 3,94% 61,27%4. Industri Pengolahan 18.377 18.713 20.808 23.263 23.767 24.841 26.276 29.190 11,09% 25,48%5. Listrik, Gas Dan Air 178 183 92 112 127 183 178 186 4,34% 66,16%6. Konstruksi 1.716 1.978 2.242 2.262 2.353 2.970 3.535 3.217 -8,99% 42,18%7. Perdagangan Besar Dan Eceran 31.316 32.906 33.662 35.884 36.755 44.529 45.335 47.900 5,66% 33,48%8. Penyediaan Akomodasi Dan Penyediaan Makan Minum 874 1.083 1.175 1.356 1.551 1.711 1.889 2.058 8,95% 51,79%9. Transportasi, Pergudangan Dan Komunikasi 1.381 1.623 1.674 2.064 2.257 2.407 2.563 3.028 18,16% 46,71%10. Perantara Keuangan 1.342 2.029 1.680 1.690 1.735 2.331 2.281 2.442 7,03% 44,49%11. Real Estate, Usaha Persewaan, Dan Jasa Perusahaan 3.383 3.335 3.750 3.744 3.947 4.466 4.673 4.999 6,97% 33,50%12. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan Dan Jaminan Sosial Wajib 70 33 33 33 40 49 24 23 -4,38% -30,71%13. Jasa Pendidikan 237 244 244 253 271 277 276 283 2,33% 11,77%14. Jasa Kesehatan Dan Kegiatan Sosial 355 420 442 464 473 491 496 516 3,99% 11,12%15. Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya, Hiburan Dan Perorangan Lainnya1.702 1.761 1.762 2.032 1.940 2.261 2.186 2.300 5,20% 13,15%16. Jasa Perorangan Yang Melayani Rumah Tangga 96 116 138 176 196 216 239 236 -1,63% 33,66%17. Badan Internasional Dan Badan Ekstra Internasional Lainnya 377 580 601 615 559 419 443 454 2,67% -26,10%18. Kegiatan Yang Belum Jelas Batasannya 9.911 10.778 10.626 8.953 9.088 5.521 4.511 4.415 -2,15% -50,69%19. Penerima Kredit Bukan Lapangan Usaha 39.857 41.564 43.119 44.941 46.109 47.177 51.284 55.275 7,78% 23,00%

b. Kredit Bank Umum 105.310 111.210 115.204 121.628 124.451 134.554 140.497 150.982 7,46% 24,13%1. Pertanian, Perburuan Dan Kehutanan 1.341 1.421 1.512 2.167 2.105 3.949 3.803 4.019 5,68% 85,48%2. Perikanan 626 455 188 247 247 332 345 398 15,40% 61,19%3. Pertambangan Dan Penggalian 160 505 188 261 293 409 406 422 3,99% 61,70%4. Industri Pengolahan 18.253 18.566 20.673 23.127 23.625 24.695 26.120 29.047 11,21% 25,60%5. Listrik, Gas Dan Air 173 179 87 106 121 170 171 178 4,06% 68,20%6. Konstruksi 1.654 1.906 2.152 2.159 2.245 2.837 3.383 3.062 -9,50% 41,82%7. Perdagangan Besar Dan Eceran 28.520 30.032 30.628 32.793 33.417 40.900 41.558 44.003 5,88% 34,18%8. Penyediaan Akomodasi Dan Penyediaan Makan Minum 774 994 1.092 1.266 1.448 1.643 1.825 1.998 9,51% 57,81%9. Transportasi, Pergudangan Dan Komunikasi 1.260 1.496 1.544 1.937 2.117 2.260 2.406 2.861 18,94% 47,72%10. Perantara Keuangan 1.336 2.023 1.672 1.680 1.726 2.321 2.270 2.427 6,89% 44,42%11. Real Estate, Usaha Persewaan, Dan Jasa Perusahaan 3.345 3.298 3.713 3.691 3.895 4.410 4.621 4.955 7,23% 34,26%12. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan Dan Jaminan Sosial Wajib 1 2 1 4 7 26 5 5 6,18% 19,49%13. Jasa Pendidikan 210 212 207 225 241 246 244 254 4,19% 12,87%14. Jasa Kesehatan Dan Kegiatan Sosial 335 402 423 444 452 473 479 500 4,25% 12,55%15. Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya, Hiburan Dan Perorangan Lainnya1.318 1.356 1.404 1.697 1.612 1.931 1.842 1.956 6,22% 15,27%16. Jasa Perorangan Yang Melayani Rumah Tangga 26 21 25 38 40 50 55 57 3,42% 50,08%17. Badan Internasional Dan Badan Ekstra Internasional Lainnya 7 80 123 157 150 0 0 0 12,16% -99,86%18. Kegiatan Yang Belum Jelas Batasannya 9.086 9.800 9.795 8.206 8.396 4.792 3.790 3.714 -2,00% -54,74%19. Penerima Kredit Bukan Lapangan Usaha 36.882 38.463 39.776 41.424 42.316 43.110 47.174 51.126 8,38% 23,42%

c. Kredit BPR 8.774 9.350 9.586 9.788 10.296 10.949 11.218 11.329 0,99% 15,74%1. Pertanian, Perburuan Dan Kehutanan 759 812 831 873 909 933 939 912 -2,88% 4,50%2. Perikanan 17 15 16 20 21 23 24 31 31,06% 60,89%3. Pertambangan Dan Penggalian 6 7 6 6 6 7 8 8 1,70% 42,46%4. Industri Pengolahan 124 147 135 136 142 146 156 143 -8,02% 5,56%5. Listrik, Gas Dan Air 5 4 6 6 6 13 7 8 11,28% 29,50%6. Konstruksi 62 72 91 103 108 133 151 155 2,34% 49,64%7. Perdagangan Besar Dan Eceran 2.796 2.874 3.034 3.091 3.338 3.629 3.777 3.897 3,17% 26,04%8. Penyediaan Akomodasi Dan Penyediaan Makan Minum 100 89 83 90 103 68 64 60 -6,89% -33,25%9. Transportasi, Pergudangan Dan Komunikasi 121 127 131 127 140 148 158 167 6,26% 31,35%10. Perantara Keuangan 6 6 8 10 10 10 11 15 35,22% 57,20%11. Real Estate, Usaha Persewaan, Dan Jasa Perusahaan 38 37 37 54 52 56 52 44 -15,74% -18,46%12. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan Dan Jaminan Sosial Wajib 69 31 32 29 33 23 19 18 -7,08% -38,29%13. Jasa Pendidikan 27 32 36 28 30 31 33 29 -11,59% 2,97%14. Jasa Kesehatan Dan Kegiatan Sosial 20 18 19 20 21 19 17 16 -3,53% -20,39%15. Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya, Hiburan Dan Perorangan Lainnya384 405 357 336 328 330 344 344 -0,24% 2,43%16. Jasa Perorangan Yang Melayani Rumah Tangga 70 95 113 138 155 166 184 178 -3,16% 29,11%17. Badan Internasional Dan Badan Ekstra Internasional Lainnya 370 500 477 458 409 418 442 454 2,67% -0,90%18. Kegiatan Yang Belum Jelas Batasannya 825 978 831 747 691 728 722 701 -2,91% -6,24%19. Penerima Kredit Bukan Lapangan Usaha 2.975 3.101 3.343 3.517 3.792 4.067 4.110 4.149 0,95% 17,98%

IV-11 I-12No. I N D I K A T O R I-11 II-11 III-11 II-12 II-11 IV-12 qtq (%) yoy (%)

Page 103: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan IV 2012 93

9. LDR - Perbankan (%) 97,19 97,94 98,50 98,26 97,1 100,8 100,2 104,2 a. LDR - Bank Umum (%) 96,16 96,63 97,43 97,55 96,1 99,7 99,3 103,9 b. LDR - BPR (%) 111,47 116,81 113,48 114,48 111,7 116,8 113,6 107,0

10. NPL -Perbankan (%) 3,05 3,17 3,02 2,45 2,7 2,6 2,6 2,2 a. NPL - Bank Umum (%) 2,64 2,76 2,61 2,10 2,3 2,3 2,2 1,9 b. NPL - BPR (%) 8,06 8,03 7,93 6,90 7,3 7,1 6,9 6,1

11. Perbankan Syariah

A. Total Perbankan Syariah (BU Syariah & BPR Syariah)

a. Aset 5.530 5.931 6.730 7.959 8.050 8.555 9.487 10.783 13,66% 35,47%

b. DPK 3.294 3.569 4.092 5.205 5.292 5.153 6.040 6.390 5,81% 22,77%

c. Pembiayaan 4.592 4.690 5.544 6.543 6.609 7.095 7.387 8.348 13,01% 27,60%

d. FDR (%) 139,41 131,43 135,48 125,70 124,89 137,67 122,31 130,64

e. NPF (%) 2,82 4,56 4,01 2,54 3,17 3,25 3,12 2,74

B. Bank Umum Syariah & Unit Usaha Syariah

a. Aset 5.481 5.670 6.441 7.642 7.739 8.189 9.089 10.338 13,74% 35,28%

b. DPK 3.217 3.407 3.913 5.003 5.083 4.896 5.774 6.092 5,50% 21,76%

c. Pembiayaan 4.578 4.485 5.321 6.307 6.370 6.808 7.084 8.026 13,29% 27,25%

d. FDR (%) 131,29 124,27 135,97 126,06 125,31 139,06 122,69 131,74%

e. NPF (%) 2,85 4,47 3,89 2,41 3,00 3,09 2,95 2,61%

C. BPR Syariah

a. Aset 243 261 289 318 312 366 397 444 11,82% 39,94%

b. DPK 154 161 178 202 208 258 265 298 12,39% 47,72%

c. Pembiayaan 181 205 223 236 239 287 303 323 6,53% 36,98%

d. FDR (%) 117,61 127,17 124,90 116,63 114,78 111,33 114,11 108,15%

e. NPF (%) 6,81 6,47 6,92 6,06 7,54 7,08 7,16 6,01%12 Sistem Pembayaran

Transaksi RTGS (Rp. Triliun) 151,70 133,09 156,91 155,24 57,19 184,44 176,24 192,02 8,95% 23,69%

Rata-rata transaksi harian (Nominal) 50,57 44,36 52,30 51,75 47,96 61,48 58,75 64,01 8,95% 23,69%

Rata-rata transaksi harian (Volume) 47.160 48.154 14.527 14.033 42.030 40.064 55.297 58.375 5,57% 315,99%

Transaksi Kliring (Rp. Triliun) 27,05 24,50 24,12 28,13 30,09 29,89 31,24 22,16 -29,04% -21,22%

Rata-rata transaksi harian (Nominal) 0,41 0,38 0,39 0,44 0,48 0,47 0,51 0,53 3,09% 19,97%Rata-rata transaksi harian (Volume) 11.388 11.005 10389 11894 14830 14.679 14.660 15.450 5,39% 29,90%

No. I N D I K A T O R yoy (%)I-11 II-11 III-11 IV-11 I-12 II-12 II-11 IV-12 qtq (%)

Page 104: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan IV 2012 94

Data indikator selengkapnya dapat diunduh melalui website Bank Indonesia dengan

alamat : http://www.bi.go.id/web/id/KAJIAN EKONOMI

REGIONAL/Ekonomi_Regional/