KAJIAN EKONOMI REGIONAL · 2013-10-12 · Analisis dilakukan berdasarkan data ... Pekanbaru, 8...

91
KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN II KAJIAN EKONOMI REGIONAL 2012

Transcript of KAJIAN EKONOMI REGIONAL · 2013-10-12 · Analisis dilakukan berdasarkan data ... Pekanbaru, 8...

Page 1: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · 2013-10-12 · Analisis dilakukan berdasarkan data ... Pekanbaru, 8 Agustus 2012 BANK INDONESIA PEKANBARU ttd ... Tingginya curah hujan mengakibatkan produksi

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

TRIWULAN II

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

2012

Page 2: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · 2013-10-12 · Analisis dilakukan berdasarkan data ... Pekanbaru, 8 Agustus 2012 BANK INDONESIA PEKANBARU ttd ... Tingginya curah hujan mengakibatkan produksi

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

VISI BANK INDONESIA :

nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai

strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi

MISI BANK INDONESIA :

pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas

sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang

NILAI-NILAI STRATEGIS ORGANISASI BANK INDONESIA :

-nilai yang menjadi dasar Bank Indonesia, manajemen, dan

pegawai untuk bertindak dan atau berperilaku, yang terdiri atas

Kompetensi, Integritas, Transparansi, Akuntabilitas, dan

Page 3: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · 2013-10-12 · Analisis dilakukan berdasarkan data ... Pekanbaru, 8 Agustus 2012 BANK INDONESIA PEKANBARU ttd ... Tingginya curah hujan mengakibatkan produksi

GE KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Kata Pengantar

iii

BUKU Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Riau ini merupakan terbitan rutin

triwulanan yang berisi analisis perkembangan ekonomi dan perbankan di Provinsi

Riau. Terbitan kali ini memberikan gambaran perkembangan ekonomi dan

perbankan di Provinsi Riau pada triwulan II-2012 dengan penekanan kajian pada

kondisi ekonomi makro regional (PDRB dan Keuangan Daerah), Inflasi, Moneter

dan Perbankan, Sistem Pembayaran, Kesejahteraan dan Prakiraan Perkembangan

Ekonomi Daerah pada triwulan III-2012. Analisis dilakukan berdasarkan data

laporan bulanan bank umum dan BPR, data ekspor-impor yang diolah oleh Kantor

Pusat Bank Indonesia, data PDRB dan inflasi yang diterbitkan Badan Pusat Statistik

(BPS) Provinsi Riau, serta data dari instansi/lembaga terkait lainnya.

Tujuan dari penyusunan buku KER ini adalah untuk memberikan informasi kepada

stakeholders tentang perkembangan ekonomi dan perbankan di Provinsi Riau,

dengan harapan kajian tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu sumber

referensi bagi para pemangku kebijakan, akademisi, masyarakat, dan pihak-pihak

lain yang membutuhkan.

Kami menyadari masih banyak hal yang harus dilakukan untuk menyempurnakan

buku ini. Oleh karena itu kritik, saran, dukungan penyediaan data dan informasi

sangat diharapkan.

Pekanbaru, 8 Agustus 2012

BANK INDONESIA PEKANBARU

ttd

Hari Utomo Pemimpin

KATA PENGANTAR

Page 4: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · 2013-10-12 · Analisis dilakukan berdasarkan data ... Pekanbaru, 8 Agustus 2012 BANK INDONESIA PEKANBARU ttd ... Tingginya curah hujan mengakibatkan produksi

GE KAJIAN EKONOMI REGIONAL

xi

Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II

Indeks Harga Konsumen :

- Kota Pekanbaru 124,57 127,44 129,35 130,20 131,64

- Kota Dumai 129,24 132,55 133,98 133,20 134,91

Laju Inflasi Tahunan (yoy, %) :

- Kota Pekanbaru 5,61 6,10 5,09 4,20 5,67

- Kota Dumai 5,42 5,78 3,10 2,75 4,38

PDRB - harga konstan (Rp juta)

- Pertanian 4.276.631 4.429.704 4.432.205 4.288.270 4.367.957

- Pertambangan & Penggalian 11.853.094 11.953.407 12.264.091 12.129.017 11.897.470

- Industri Pengolahan 2.888.736 3.044.214 3.110.746 2.965.843 3.017.927

- Listrik, gas dan Air Besih 57.505 59.567 58.434 58.578 59.486

- Bangunan 968.361 1.012.891 1.062.482 1.028.031 1.113.092

- Perdagangan, Hotel, dan restoran 2.417.986 2.553.129 2.622.699 2.614.065 2.727.816

- Pengangkutan dan Komunikasi 815.252 857.051 879.473 884.446 899.875

- Keuangan, Persewaan, dan Jasa 368.153 385.894 407.477 399.972 423.438

- Jasa 1.354.947 1.435.874 1.467.774 1.458.485 1.484.430

Pertumbuhan PDRB (yoy %, dengan migas) 3,44 3,93 4,63 5,02 3,96

Pertumbuhan PDRB (yoy %, tanpa migas) 7,54 7,64 7,40 7,36 7,50

INDIKATOR

(dalam Rp juta) Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II

Bank Umum

Total Aset 58.275.407 59.370.445 59.752.476 66.463.817 68.837.287

DPK 42.396.619 43.980.255 44.920.105 48.480.274 50.314.329

- Giro 11.252.402 11.567.327 10.837.130 13.012.413 14.452.073

- Tabungan 19.361.097 20.142.350 22.342.860 21.588.604 22.216.431

- Deposito 11.783.121 12.270.578 11.740.115 13.879.258 13.645.825

Kredit - berdasarkan lokasi proyek 47.521.153 50.011.231 51.090.943 51.475.647 54.197.279

LDR - Lokasi Proyek (%) 112,09 113,71 113,74 106,18 107,72

Kredit 32.170.427 33.623.173 36.082.932 37.414.869 40.303.169

- Modal Kerja 11.445.668 11.939.534 12.729.875 12.804.704 14.246.546

- Investasi 8.838.182 9.199.610 10.207.813 10.676.704 11.298.412

- Konsumsi 11.886.578 12.484.028 13.145.244 13.933.462 14.758.211

- LDR (%) 75,88 76,45 80,33 77,18 80,10

- NPL (%) 2,16% 2,39% 1,95% 2,22% 2,35%

Kredit UMKM

- Mikro 2.687.024 2.901.705 3.112.386 3.313.470 3.545.514

- Kecil 5.445.174 4.921.351 5.448.902 5.640.244 5.935.445

- Menengah 3.676.323 4.440.529 4.868.783 4.955.899 5.364.799

NPL MKM (%) 3,03% 3,13% 2,40% 3,06% 3,16%

BPR

Total Aset 824.011 848.125 920.404 972.275 977.523

DPK 609.595 624.634 642.785 685.220 679.522

Kredit - berdasarkan lokasi proyek 581.244 601.015 617.548 655.469 673.534

Rasio NPL 7,95% 8,75% 8,22% 10,51% 10,71%

LDR 95,35% 96,22% 96,07% 91,04% 99,12%

*) SBH 2007

2011

B. PERBANKAN

2012

2012

A. INFLASI DAN PDRB

INDIKATOR

2011

TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH

Page 5: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · 2013-10-12 · Analisis dilakukan berdasarkan data ... Pekanbaru, 8 Agustus 2012 BANK INDONESIA PEKANBARU ttd ... Tingginya curah hujan mengakibatkan produksi

GE KAJIAN EKONOMI REGIONAL

xii

Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II

C. SISTEM PEMBAYARAN

Posisi Kas Gabungan (Rp juta) 2.564.466 2.500.522 1.075.807 488.445 2.419.614

Inflow (Rp juta) 457.389 1.270.188 1.002.685 1.084.657 828.061

Outflow (Rp juta) 3.021.855 3.770.710 2.078.492 1.573.102 3.247.675

Pemusnahan Uang (Jutaan lembar/keping) 406.483 390.321 306.454 476.657 318.844

Nominal Transaksi RTGS (Rp miliar) 62.234 65.315 76.774 53.909 79.527

Volume Transaksi RTGS (lembar) 55.387 55.387 27.151 62.391 58.345

Rata-rata Harian Nominal Transaksi RTGS (Rp miliar) 1.020 1.071 1.200 856 1.262

Rata-rata Harian Volume Transaksi RTGS (lembar) 908 908 424 990 926

Nominal Tolakan Cek/BG Kosong 131.245 131.245 146.297 138.024 161.134

Volume Tolakan Cek/BG Kosong 4.946 4.946 5.615 5.042 5.680

Rata-rata Harian Nominal Cek/BG Kosong 2.152 2.152 2.286 2.191 2.558

Rata-rata Harian Cek/BG Kosong 81 81 88 80 90

2011INDIKATOR

2012

TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH

Page 6: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · 2013-10-12 · Analisis dilakukan berdasarkan data ... Pekanbaru, 8 Agustus 2012 BANK INDONESIA PEKANBARU ttd ... Tingginya curah hujan mengakibatkan produksi

GE KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Ringkasan Eksekutif

1

I. GAMBARAN UMUM

Kondisi ekonomi Riau pada triwulan laporan mencatat perlambatan sejalan dengan

melemahnya kinerja sektor strategis setelah pada triwulan sebelumnya mengalami

akselerasi cukup tajam. Hal ini utamanya dipengaruhi oleh ketidakpastian

pemulihan ekonomi zona Eropa yang telah mengakibatkan harga komoditas global

menurun. Selain itu, tingginya curah hujan di Provinsi Riau selama triwulan laporan

telah mengakibatkan kinerja sektor pertanian dan pertambangan migas relatif

terganggu.

RINGKASAN EKSEKUTIF

Perekonomian Riau tumbuh melambat sejalan dengan melemahnya kinerja sektor strategis

Page 7: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · 2013-10-12 · Analisis dilakukan berdasarkan data ... Pekanbaru, 8 Agustus 2012 BANK INDONESIA PEKANBARU ttd ... Tingginya curah hujan mengakibatkan produksi

GE KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Ringkasan Eksekutif

2

II. ASSESMEN MAKROEKONOMI REGIONAL

Pertumbuhan ekonomi Riau menunjukkan perkembangan yang kurang

menggembirakan dimana tumbuh melambat setelah pada dua triwulan

sebelumnya mengalami akselerasi. Terbatasnya produksi di sektor migas

diindikasikan menjadi faktor penyebab utama melambatnya pertumbuhan

Riau dalam triwulan laporan.

Dengan memasukkan unsur migas, secara tahunan (year-on-year/yoy),

pertumbuhan ekonomi Riau tercatat sebesar 3,96% dan berada dibawah

pertumbuhan ekonomi nasional. Sementara itu, dengan mengeluarkan

unsur migas, pertumbuhan ekonomi Riau tumbuh meningkat dari 7,36%

pada triwulan I-2012 menjadi 7,50% dan berada diatas pertumbuhan

ekonomi non migas nasional yang mencapai sebesar 6,90%.

Dari sisi penggunaan, permintaan domestik masih menjadi penopang

utama pertumbuhan khususnya konsumsi dengan andil sebesar 2,84%

atau turun dibandingkan dengan triwulan I-2012 yang mencapai 2,88%.

Di sisi lain, ekspor dan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) non migas

memberikan andil sebesar 6,88% terhadap pertumbuhan triwulan laporan

atau lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2012 yang tercatat sebesar

2,99% sejalan dengan percepatan pembangunan infrastruktur PON.

Sementara itu, dari sisi sektoral, pada sektor tradables, motor penggerak

perekonomian Riau utamanya berasal dari sektor industri pengolahan non

migas dengan andil sebesar 0,97% (yoy). Sementara, pada sektor non

tradables, sektor perdagangan masih tetap menjadi roda penggerak utama

perekonomian dengan andil sebesar 2,42% (yoy) sejalan dengan

meningkatnya berbagai aktivitas kegiatan dunia usaha selama triwulan

laporan.

Kinerja sektor primer Riau terutama sektor perkebunan pada triwulan

laporan mengalami perlambatan yang disebabkan oleh faktor tingginya

curah hujan. Dari hasil penelusuran informasi kepada pelaku usaha

diketahui bahwa salah satu sentra produksi perkebunan mengalami

Pertumbuhan ekonomi Riau pada triwulan II-2012 melambat. Sementara, dengan mengeluarkan unsurmigas , pertumbuhan ekonomi berada di atas nasional dan menunjukkan peningkatan

Tingginya curah hujan mengakibatkan produksi di salah satu sentra produksi tanaman perkebunan kelapa sawit menurun hingga 70%

Page 8: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · 2013-10-12 · Analisis dilakukan berdasarkan data ... Pekanbaru, 8 Agustus 2012 BANK INDONESIA PEKANBARU ttd ... Tingginya curah hujan mengakibatkan produksi

GE KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Ringkasan Eksekutif

3

dampak cukup parah adalah Kab. Rokan Hulu yang tercatat memiliki luas

lahan tanaman kelapa sawit terbesar di Provinsi Riau. Terjadinya banjir

besar pada bulan Mei 2012 telah mengakibatkan produksi tanaman kelapa

sawit turun hingga 70% dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya.

III. ASSESMEN INFLASI

Sejalan dengan perkiraan sebelumnya, dinamika perkembangan harga di

Provinsi Riau pada triwulan II-2012 secara umum menunjukkan

peningkatan, namun meningkat lebih tinggi dari perkiraan semula. Hal

tersebut utamanya terjadi pada kelompok volatile food, seiring dengan

adanya gangguan cuaca.

Inflasi Riau pada triwulan II-2012 mencapai 5,44% (yoy), mengalami

peningkatan dibandingkan dengan inflasi pada triwulan sebelumnya yang

tercatat sebesar 3,94%. Inflasi tahunan Riau pada triwulan laporan juga

tercatat lebih tinggi jika dibandingkan dengan rata-rata inflasi triwulan II

dalam kurun waktu 3 (tiga) tahun terakhir. Selain itu, inflasi Riau juga

mencatat angka yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan inflasi wilayah

Sumatera dan Nasional yang masing-masing tercatat sebesar 4,99% (yoy)

dan 4,53% (yoy). Hal ini utamanya bersumber dari melonjaknya harga

komoditas pangan, khususnya cabe merah keriting dan beras.

Berdasarkan kota yang disurvey di Provinsi Riau secara triwulanan, inflasi

tertinggi terjadi di Kota Dumai yaitu mencapai 1,28%. Sementara itu, Kota

Pekanbaru tercatan mengalami inflasi sebesar 1,10%. Inflasi pada kedua

kota tersebut tercatat mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya.

Berdasarkan disagregasi inflasi, kelompok Volatile Foods (VF) tercatat

mengalami inflasi. Peranan kelompok ini juga mengalami peningkatan

dibandingkan triwulan sebelumnya. Inflasi kelompok core tercatat

mengalami penurunan, namun peranannya masih tetap mendominasi.

Tekanan inflasi Riau pada triwulan laporan menunjukkan peningkatan dan berada diatas perkiraan sebelumnya

Page 9: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · 2013-10-12 · Analisis dilakukan berdasarkan data ... Pekanbaru, 8 Agustus 2012 BANK INDONESIA PEKANBARU ttd ... Tingginya curah hujan mengakibatkan produksi

GE KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Ringkasan Eksekutif

4

IV. ASSESMEN KEUANGAN

Perbankan

Kegiatan usaha perbankan di Provinsi Riau pada triwulan II-2012 secara

umum menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Perkembangan

indikator utama perbankan terus menunjukkan peningkatan seperti jaringan

kantor, aset, Dana Pihak Ketiga (DPK) dan kredit. Di sisi risiko, rasio kredit

bermasalah yang dialami perbankan pada triwulan laporan relatif terjaga

meskipun mengalami kenaikan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

Total aset perbankan Riau pada triwulan laporan mencapai Rp69,84 triliun

atau naik sebesar 3,56% (qtq). Kenaikan aset perbankan tersebut utamanya

berasal dari meningkatnya jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) yang berhasil

dihimpun yakni dari Rp49,16 triliun menjadi Rp51,01 triliun atau

naik 3,75% (qtq). Sejalan dengan meningkatnya penghimpunan DPK, jumlah

kredit yang disalurkan oleh perbankan Riau juga menunjukkan kenaikan,

yakni dari Rp38,07 triliun menjadi Rp40,99 triliun atau naik 7,68% (qtq).

Lebih tingginya kenaikan kredit dibandingkan DPK pada triwulan II-2012

telah mendorong Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan Riau meningkat,

yakni dari 77,43% menjadi 80,37%. Tingkat kredit bermasalah (NPL gross)

perbankan di Riau pada triwulan laporan tercatat sebesar 2,49%, atau relatif

lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar

2,36%. Meskipun meningkat, tingkat NPL yang tercatat pada triwulan

laporan masih berada di bawah batas yang ditetapkan oleh Bank Indonesia

yakni sebesar 5%.

Sementara, berdasarkan lokasi proyek, jumlah kredit yang disalurkan oleh

perbankan mencapai Rp54,19 triliun atau meningkat 5,29% dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya. Dengan kondisi tersebut, LDR perbankan Riau

berdasarkan lokasi proyek tercatat lebih tinggi yaitu sebesar 106,28%.

Jumlah jaringan kantor bank umum di Riau pada triwulan laporan

mengalami kenaikan sebanyak 10 kantor sehingga menjad 634 kantor.

Total aset perbankan Riau pada triwulan II-2012 mencapai Rp69,81 triliun atau naik 3,53% (qtq).

Pada triwulan laporan, jaringan kantor bank di Riau meningkat 10 kantor sehingga totalnya menjadi 634 kantor. Peningkatan utamanya terjadi pada kantor cabangdan kantor cabang

pembantu

Page 10: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · 2013-10-12 · Analisis dilakukan berdasarkan data ... Pekanbaru, 8 Agustus 2012 BANK INDONESIA PEKANBARU ttd ... Tingginya curah hujan mengakibatkan produksi

GE KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Ringkasan Eksekutif

5

Penambahan jaringan kantor tersebut terjadi pada jumlah kantor cabang

(1 unit), kantor cabang pembantu (6 unit) dan lainnya (3 unit).

Keuangan Daerah

Realisasi penyerapan anggaran pendapatan Pemerintah Provinsi Riau

sampai dengan semester pertama tahun 2012 mencapai Rp2,36 triliun atau

mencapai 42,92% dari target yang ditentukan. Prosentase realisasi

pendapatan pada semester I-2012 lebih rendah dibandingkan dengan

semester yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 47,83%. Di

sisi lain, realisasi anggaran belanja pemerintah provinsi Riau sampai dengan

periode yang sama tercatat sebesar Rp1,40 triliun atau sekitar 22,01% dari

rencana anggaran belanja tahun 2012. Realisasi anggaran belanja pada

semester I-2012 ini relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan realisasi

anggaran pada triwulan yang sama tahun sebelumnya yakni sebesar

28,25%%.

V. PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH

Perekonomian Riau pada triwulan III-2012 diperkirakan akan relatif lebih

baik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Hal ini diindikasikan tidak

terlepas dari menguatnya keyakinan konsumen terkait faktor pelaksanaan

PON ke-18 yang secara umum diperkirakan akan memberikan stimulus bagi

perekonomian Riau. Secara tahunan, dengan memasukkan unsur migas,

pertumbuhan ekonomi Riau pada triwulan I-2012 diperkirakan tumbuh

relatif stabil pada kisaran 4,0%-4,50% (yoy). Sementara itu, dengan

mengeluarkan unsur migas pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan

tumbuh pada kisaran 7,5%-7,9% (yoy).

Dari sisi penggunaan, permintaan domestik diperkirakan masih akan

menjadi penopang utama terutama PMTB non migas. Kondisi ini

bersumber dari masih berlangsungnya percepatan pembangunan

infrastruktur menjelang pelaksanaan PON pada bulan September

mendatang.

Secara umum, hingga semester I-2012, prosentase realisasi pendapatan dann belanja daerah mencatat angka yang lebih rendah jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya

Perekonomian Riau pada triwulan III-2012 diproyeksikan tumbuh meningkat

Page 11: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · 2013-10-12 · Analisis dilakukan berdasarkan data ... Pekanbaru, 8 Agustus 2012 BANK INDONESIA PEKANBARU ttd ... Tingginya curah hujan mengakibatkan produksi

GE KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Ringkasan Eksekutif

6

Sementara, dari sisi sektoral, beberapa sektor yang diperkirakan akan

menjadi motor penggerak perekonomian pada triwulan mendatang

utamanya berasal dari sektor tersier yakni sektor bangunan, perdagangan,

dan jasa. Hal ini sejalan pelaksanaan PON ke-18 yang jatuh pada triwulan

III-2012 sehingga akan mendorong meningkatnya aktivitas perekonomian

baik yang berasal dari perdagangan domestik maupun perdagangan

internasional (ekspor dan impor).

Namun demikian, terdapat beberapa hal yang berpotensi membawa

pertumbuhan ekonomi Riau menyentuh batas bawah proyeksi (downside

risks) diantaranya terkait dengan ketidakpastian pemulihan ekonomi zona

Eropa yang diperkirakan masih akan memberikan tekanan terhadap

pergerakan harga komoditas energi global. Adanya prediksi curah hujan

yang relatif tinggi terkait Badai El-Nino di wilayah Asia diperkirakan juga

akan mengakibatkan kinerja sektor pertanian dan pertambangan relatif

terganggu..

Di sisi harga, inflasi Kota Pekanbaru pada triwulan mendatang

diproyeksikan berada pada kisaran 4,3% - 4,7% (yoy). Sedangkan secara

triwulanan, inflasi diperkirakan berkisar 1,0% - 1,4% (qtq). Kondisi ini

diperkirakan tidak terlepas dari potensi penguatan sisi permintaan (demand

pull inflation) terkait dengan pelaksanaan PON yang jatuh pada triwulan

laporan serta adanya pengaruh baseline effect.

Beberapa faktor lain yang diperkirakan akan mempengaruhi tekanan inflasi

pada triwulan mendatang antara lain (i) menguatnya permintaan domestik

sejalan dengan masih berlangsungnya percepatan pembangunan

infrastruktur pendukung PON, (ii) perkiraan tingginya curah hujan dalam

triwulan mendatang yang diindikasikan akan memberikan pengaruh cukup

signifikan terhadap sisi penawaran (cost push inflation), dan (iii) rencana

pemberlakuan pengaturan tata niaga impor hortikultura dan rencana

kenaikan LPG pada bulan September 2012 yang dapat memberikan

tekanan terhadap harga secara umum.

Tekanan inflasi triwulan III-2012 diperkirakan relatif terkendali yakni berkisar 4,30%-

4,70% (yoy)

Sumber pertumbuhan ekonomi pada triwulan mendatang diperkirakan berasal dari sektor tersier

Page 12: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · 2013-10-12 · Analisis dilakukan berdasarkan data ... Pekanbaru, 8 Agustus 2012 BANK INDONESIA PEKANBARU ttd ... Tingginya curah hujan mengakibatkan produksi

GE KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Kondisi Ekonomi Makro Regional

7

1. KONDISI UMUM

Pertumbuhan ekonomi Riau menunjukkan perkembangan yang kurang

menggembirakan, tumbuh melambat setelah pada dua triwulan sebelumnya

mengalami akselerasi pertumbuhan. Terbatasnya produksi di sektor migas dan

melemahnya daya beli masyarakat diindikasikan menjadi faktor penyebab utama

melambatnya pertumbuhan Riau dalam triwulan laporan. Dengan memasukkan

unsur migas, secara tahunan (year-on-year/yoy), pertumbuhan ekonomi Riau

tercatat sebesar 3,9% melambat dibandingkan triwulan I-2012 dan berada

dibawah pertumbuhan ekonomi nasional. Namun demikian, dengan mengeluarkan

unsur migas, pertumbuhan ekonomi Riau tumbuh meningkat dari 7,3% pada

Bab 1 KONDISI EKONOMI

MAKRO REGIONAL

Page 13: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · 2013-10-12 · Analisis dilakukan berdasarkan data ... Pekanbaru, 8 Agustus 2012 BANK INDONESIA PEKANBARU ttd ... Tingginya curah hujan mengakibatkan produksi

GE KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Kondisi Ekonomi Makro Regional

8

triwulan I-2012 menjadi 7,5% dan berada diatas pertumbuhan ekonomi non migas

nasional yang mencapai sebesar 6,9%. Pertumbuhan ekonomi non migas Riau

tumbuh lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya.

Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Riau dan Nasional (yoy,%)

Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah

2. PDRB SISI PENGGUNAAN

Pertumbuhan ekonomi Riau secara umum menunjukkan perlambatan akibat

menurunnya kinerja ekspor migas. Sementara itu, dengan mengeluarkan unsur

migas menunjukkan hal yang menggembirakan sebagaimana terlihat dari

pertumbuhan positif yang terjadi pada seluruh komponen. Secara umum,

permintaan domestik khususnya konsumsi masih menjadi penopang utama

pertumbuhan dengan andil sebesar 2,84% namun menurun dibandingkan dengan

andil pada triwulan I-2012 yang mencapai 2,88%. Di sisi lain, ekspor dan

Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB)1 memberikan andil sebesar 6,88%

terhadap pertumbuhan triwulan laporan atau lebih tinggi dibandingkan triwulan I-

2012 yang tercatat sebesar 2,99%. Sementara itu, jika memasukkan unsur migas,

kedua peran tersebut relatif menurun yakni dari 6,98% menjadi 3,92% sejalan

dengan melambatnya kinerja sektor migas dalam triwulan laporan. Konsumsi

sebagai motor penggerak utama mulai menurun dari 6,16% pada triwulan I-2012

menjadi 5,90% pada triwulan II-2012.

PPembentukan Modal Tetap Bruto merupakan salah cermin perkembangan investasi di Provinsi Riau

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2009 2010 2011 2012

Riau 5,1 2,1 1,6 3,0 2,9 3,7 4,7 5,2 4,0 3,4 3,9 4,6 5,0 3,9

Nasional 4,5 4,0 4,1 5,4 5,6 6,1 5,8 6,9 6,5 6,5 6,5 6,5 6,3 6,4

Riau (Tanpa Migas) 6,6 6,5 5,7 7,3 6,0 6,7 7,9 7,8 7,5 7,5 7,6 7,4 7,3 7,5

Nasional (Tanpa Migas) 4,9 4,4 4,5 5,8 6,2 6,5 6,2 7,4 6,9 7,0 6,9 6,9 6,7 6,9

-

1,00

2,00

3,00

4,00

5,00

6,00

7,00

8,00

9,00

yoy

(%)

Page 14: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · 2013-10-12 · Analisis dilakukan berdasarkan data ... Pekanbaru, 8 Agustus 2012 BANK INDONESIA PEKANBARU ttd ... Tingginya curah hujan mengakibatkan produksi

GE KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Kondisi Ekonomi Makro Regional

9

Pertumbuhan tertinggi pada triwulan laporan terjadi pada komponen impor yakni

sebesar 8,70% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Hal

tersebut utamanya didorong oleh meningkatnya impor barang modal seperti

pupuk, pasir dan bebatuan sejalan dengan tingginya kebutuhan pada industri non

migas dan pesatnya pembangunan infrastruktur menjelang akan digelarnya PON

ke-18 pada bulan September mendatang. Kondisi tersebut juga secara simultan

memberikan pengaruh terhadap PMTB tanpa migas Riau yang pada triwulan

laporan mengalami akselerasi dengan tumbuh sebesar 11,73% (yoy).

Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Riau Sisi Penggunaan (yoy)

Tabel 1.2. Pertumbuhan Ekonomi Riau Sisi Penggunaan Tanpa Migas (yoy)

2.1. Konsumsi

Dalam triwulan II-2012, pertumbuhan konsumsi Riau tercatat tumbuh melambat

menjadi 6,65% (yoy). Peningkatan ini utamanya bersumber dari melambatnya

konsumsi rumah tangga Riau yakni dari 7,45% pada triwulan I-2012 menjadi

7,11% pada triwulan laporan. Kondisi ini diindikasikan tidak terlepas dari pengaruh

menurunnya harga CPO internasional yang berimbas pada harga TBS lokal

sehingga secara implisit mempengaruhi daya beli masyarakat Riau secara umum.

Selama triwulan laporan, harga rata-rata TBS lokal yang ditentukan berdasarkan

mekanisme kesepakatan antara Pemda dengan pelaku usaha mencapai Rp1.317/Kg

atau turun 18,88% dibandingkan dengan triwulan I-2012.

I II III IV I II III IV I II I-2012 II-2012

Konsumsi 7,22 7,21 7,53 7,30 6,90 6,31 5,68 5,83 7,25 6,65 2,88 2,84

8,91 8,98 8,27 7,58 7,74 8,79 8,85 8,12 6,27 5,98 1,79 1,71

Ekspor 2,93 3,10 3,79 5,18 -0,16 0,77 1,17 4,71 5,91 2,28 5,19 2,21

Impor 14,57 6,84 5,35 8,84 2,94 5,48 3,46 8,16 7,27 8,70 2,23 8,70

2,90 3,77 4,76 5,22 4,04 3,44 3,93 4,63 5,02 3,96 7,63 3,96Sumber : BPS Provinsi RiauKet : (p) prakiraan BI, ***) Data Sangat Sementara, **) data sementara

Andil

Pembentukan Modal Tetap Bruto

Total

Komponen 2011*** 2012***2010**

I II III IV I II III IV I II I-2012 II-2012

Konsumsi 7,22 7,21 7,53 7,30 6,90 6,31 5,68 5,83 7,25 6,65 2,88 2,84

18,91 15,02 12,22 11,24 8,28 10,38 8,85 10,22 10,44 11,73 3,01 3,18

Ekspor Non Migas 7,66 2,01 3,46 3,29 6,28 10,88 12,02 6,20 -0,04 6,24 -0,02 3,70

Impor Non Migas 15,65 6,09 5,06 7,73 2,60 6,17 4,35 9,65 4,51 8,75 2,66 4,97

6,01 6,75 7,95 7,84 7,51 7,54 7,64 7,40 7,36 7,50 7,36 7,50

Sumber : BPS Provinsi RiauKet : (p) prakiraan BI, ***) Data Sangat Sementara, **) data sementara

Andil

Pembentukan Modal Tetap Bruto

Komponen 2011*** 2012***

Total Tanpa Migas

2010**

Page 15: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · 2013-10-12 · Analisis dilakukan berdasarkan data ... Pekanbaru, 8 Agustus 2012 BANK INDONESIA PEKANBARU ttd ... Tingginya curah hujan mengakibatkan produksi

GE KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Kondisi Ekonomi Makro Regional

10

Berdasarkan survei yang dilakukan Bank Indonesia (survei konsumen), tingkat

optimisme masyarakat terhadap perekonomian Riau juga cenderung melemah

sebagaimana terlihat dari menurunnya Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Riau pada

triwulan laporan2. IKK3 Riau pada triwulan laporan mencapai 128,10 atau lebih

rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 126,90. Hal ini

disebabkan adanya penurunan pendapatan masyarakat saat ini sebagai dampak

dari menurunnya harga jual TBS lokal pada triwulan laporan.

Tabel 1.3. Pertumbuhan Konsumsi Riau Tahun 2010-2012

Keterangan : **) Angka Sementara, ***) Angka Sangat Sementara

Sumber : BPS Provinsi Riau, diolah

Grafik 1.2. Pergerakan Indeks Keyakinan Konsumen Riau

Grafik 1.3. Perkembangan Trend Harga CPO Lokal dan Dunia

Sumber : Survei Konsumen BI Sumber : Disbun Riau dan Bloomberg

Sejalan dengan kondisi diatas, penyaluran kredit konsumsi yang merupakan

cerminan konsumsi yang dibiayai dari dana perbankan juga menunjukkan

pertumbuhan yang melambat4 yakni dari 20,34% (yoy) menjadi 17,49% (yoy).

Beberapa indikator lain yang menunjukkan penguatan konsumsi diantaranya

adalah pertumbuhan indikator tingkat penjualan kendaraan bermotor yang pada

2 Data BPS Riau menunjukkan bahwa sekitar 60% penduduk di Riau bekerja di sektor perkebunan 3 Hasil Survei Konsumen Bank Indonesia Pekanbaru triwulan I-2012 4 Note : catatan dari Ibu Christin sebaiknya dibobot dengan IHK Riau bukan IHK Pekanbaru

I II III IV I II III IV I II

Konsumsi 7.22 7.21 7.53 7.30 6.90 6.31 5.68 5.83 7.25 6.65

- MigasRumah Tangga 7.52 8.06 8.51 9.08 7.85 6.93 6.39 5.65 7.45 7.11

- MigasSwasta Nirlaba -4.95 -5.20 0.65 4.55 8.16 6.30 6.15 5.23 6.75 4.21

- MigasPemerintah 5.96 2.55 1.82 -2.52 0.56 2.23 0.94 6.95 5.85 3.60

7.22 7.21 7.53 7.30 6.90 6.31 5.68 5.83 7.25 6.65

2010**

Total

2011*** 2012***Komponen

50

70

90

110

130

150

170

II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Indeks Keyakinan Konsumen

Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini

Indeks Ekspektasi Konsumen

Baseline

-

200

400

600

800

1.000

1.200

1.400

1.000

1.100

1.200

1.300

1.400

1.500

1.600

1.700

1.800

1.900

Jan-1

0Fe

b-1

0M

ar-

10

Apr-

10

May-

10

Jun-1

0Ju

l-10

Aug-1

0Sep-1

0O

ct-1

0N

ov-

10

Dec-

10

Jan-1

1Fe

b-1

1M

ar-

11

Apr-

11

May-

11

Jun-1

1Ju

l-11

Aug-1

1Sep-1

1O

ct-1

1N

ov-

11

Dec-

11

Jan-1

2Fe

b-1

2M

ar-

12

Apr-

12

May-

12

Jun-1

2

USD

/MT

Rp

/Kg

TBS Domestik (kiri) CPO Dunia (kanan)

Page 16: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · 2013-10-12 · Analisis dilakukan berdasarkan data ... Pekanbaru, 8 Agustus 2012 BANK INDONESIA PEKANBARU ttd ... Tingginya curah hujan mengakibatkan produksi

GE KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Kondisi Ekonomi Makro Regional

11

triwulan laporan mengalami pertumbuhan negatif sebesar 2,81%. Sementara itu,

konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) di Riau juga mencatat penurunan menjadi

344 ribu KL atau secara tahunan mengalami kontraksi sebesar 0,15% (yoy), setelah

pada triwulan sebelumnya juga mengalami kontraksi sebesar 18,67%

Grafik 1.4. Perkembangan Kredit Konsumsi di Riau

Grafik 1.5. Perkembangan Indikator Penjualan Kendaraan Bermotor di Riau

Sumber : Dispenda Provinsi Riau

Grafik 1.6. Perkembangan Konsumsi BBM di Riau

Sumber : PT. Pertamina Wilayah Riau

2.2. Investasi

Kinerja investasi di Riau sebagaimana dicerminkan dari PMTB Riau pada triwulan

laporan tercatat tumbuh melambat dari 6,27% (yoy) pada triwulan I-2012 menjadi

5,98% (yoy). Sementara itu, dengan mengeluarkan unsur migas, PMTB Riau

tercatat tumbuh lebih tinggi yakni sebesar 11,73% atau mengalami akselerasi

dibandingkan pertumbuhan pada dua triwulan sebelumnya. Terakselerasinya

20,34

17,49

-

5,00

10,00

15,00

20,00

25,00

-

2,00

4,00

6,00

8,00

10,00

12,00

14,00

16,00

I II III IV I II III IV I II

2010 2011 2012

%

Rp

tri

liu

n

K. Konsumsi (kiri) yoy (kanan)

(20,00)

-

20,00

40,00

60,00

80,00

100,00

120,00

140,00

-

20.000

40.000

60.000

80.000

100.000

120.000

I II III IV I II III IV I II

2010 2011 2012

%un

it

Penjualan Kendaraan yoy (kanan)

-40

-30

-20

-10

0

10

20

30

-

100

200

300

400

500

600

700

I II III IV I II III IV I II

2010 2011 2012

%

rib

u K

L

BBM yoy (kanan)

Page 17: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · 2013-10-12 · Analisis dilakukan berdasarkan data ... Pekanbaru, 8 Agustus 2012 BANK INDONESIA PEKANBARU ttd ... Tingginya curah hujan mengakibatkan produksi

GE KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Kondisi Ekonomi Makro Regional

12

pertumbuhan PMTB non migas pada triwulan laporan diperkirakan tidak terlepas

dari faktor pembangunan infrastruktur PON ke-18 seperti jalan layang, stadion,

kantor, apartemen, pusat perbelanjaan, tempat penginapan dan bandara udara

SSK II.

Kondisi tersebut tercermin dari relatif tingginya konsumsi semen Riau yang pada

triwulan II-2012 tercatat sebesar 361,46 ribu ton atau tumbuh sebesar 15,68%.

Meskipun mengalami pertumbuhan yang relatif melambat dibandingkan dengan

triwulan I-2012 namun tingkat konsumsi semen Riau pada triwulan laporan masih

relatif lebih tinggi bila dibandingkan dengan rata-rata konsumsi semen tahun 2011

yang tercatat sebesar mencapai 300 ribu ton. Selain itu, perkembangan indikator

penjualan truk juga masih tinggi dimana pada triwulan laporan tercatat tumbuh

sebesar 49,93% atau lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan I-

2012 yang tercatat sebesar 13,34% (yoy).

Grafik 1.7. Perkembangan Penjualan Semen di Riau

Grafik1.8. Perkembangan Kredit Investasi di Riau

Sumber : Asosiasi Semen Indonesia

Grafik 1.9. Perkembangan Penjualan Kendaraan Jenis Truk

Grafik 1.10. Perkembangan Penanaman Modal Asing (PMA) Provinsi Riau

Sumber : Dispenda Provinsi Riau Sumber : BKPM

-20,00

-10,00

0,00

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

-

50

100

150

200

250

300

350

400

450

I II III IV I II III IV I II

2010 2011 2012

%

rib

u T

on

Konsumsi Semen (kiri) g.yoy (kanan)

-

5,00

10,00

15,00

20,00

25,00

30,00

-

2,00

4,00

6,00

8,00

10,00

12,00

I II III IV I II III IV I II

2010 2011 2012

%

Rp

tri

liu

n

K. Investasi yoy (kanan)

-

20,00

40,00

60,00

80,00

100,00

120,00

140,00

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

4000

4500

5000

I II III IV I II III IV I II

2010 2011 2012

%un

it

Truck yoy (kanan)

139,16 289,01

-

500

1.000

1.500

2.000

2.500

2008 2009 2010 2011 I-2012 II-2012

USD

rib

u

Page 18: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · 2013-10-12 · Analisis dilakukan berdasarkan data ... Pekanbaru, 8 Agustus 2012 BANK INDONESIA PEKANBARU ttd ... Tingginya curah hujan mengakibatkan produksi

GE KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Kondisi Ekonomi Makro Regional

13

Sejalan dengan bertumbuhnya

investasi, jumlah investasi yang

dibiayai melalui kredit juga masih

tumbuh tinggi yakni sebesar 20,97%

dengan tingkat realisasi sebesar

Rp11,30 triliun. Sebagian besar kredit

investasi yang disalurkan perbankan

Riau utamanya diserap sektor

konstruksi yang diperkirakan sejalan

dengan tingginya kebutuhan dana

investasi dalam rangka PON ke-18

yang akan berlangsung di Riau pada tahun ini.

Sementara itu, pesatnya pembangunan investasi di Riau juga dapat dilihat dari

Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) yang

masuk ke Provinsi Riau. Dalam triwulan laporan jumlah PMA yang masuk tercatat

sebesar USD289,01 ribu atau meningkat 10,7,68% dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya. Sedangkan jumlah PMDN yang masuk ke Provinsi Riau pada triwulan

laporan mencapai Rp3.507 triliun meningkat signifikan sebesar 896,38%

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

2.3. Ekspor Impor

Kinerja perdagangan eksternal Riau pada triwulan laporan mencatat

perkembangan yang kurang menggembirakan dimana total ekspor tumbuh

melambat dari 5,91% (yoy) pada triwulan I-2012 menjadi 2,28% (yoy).

Perlambatan ekspor utamanya disebabkan oleh tidak optimalnya produksi migas

pada triwulan laporan sehingga mengakibatkan ekspor migas menurun. Di sisi lain,

impor mencatat kenaikan pertumbuhan yakni dari 7,27% (yoy) pada triwulan I-

2012 menjadi 8,70% (yoy) pada triwulan laporan yang utamanya bersumber dari

meningkatnya impor barang modal.

Grafik 1.11. Perkembangan Penanaman Modal Asing Dalam Negeri (PMDN) Provinsi

Riau

Sumber : BKPM

352

3.507

-

1.000

2.000

3.000

4.000

5.000

6.000

7.000

8.000

2008 2009 2010 2011 I-2012 II-2012

Rp

milia

r

Page 19: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · 2013-10-12 · Analisis dilakukan berdasarkan data ... Pekanbaru, 8 Agustus 2012 BANK INDONESIA PEKANBARU ttd ... Tingginya curah hujan mengakibatkan produksi

GE KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Kondisi Ekonomi Makro Regional

14

Grafik 1.12. Perkembangan Volume Ekspor CPO Riau

Grafik 1.13. Perkembangan Ekspor Pulp and Paper Riau

Grafik 1.14. Perkembangan Volume Ekspor Batubara Riau

Grafik 1.15. Perkembangan Volume Ekspor Karet Olahan Riau

Sementara itu, dengan mengeluarkan unsur migas, ekspor menunjukkan

peningkatan cukup signifikan bila dibandingkan triwulan sebelumnya.

Pertumbuhan ekspor non migas Riau pada triwulan II-2012 tumbuh meningkat

dipicu oleh meningkatnya ekspor komoditas pulp and paper ke negara mitra

dagang utama. Dalam triwulan laporan, volume ekspor komoditas pulp and paper

mencapai 562,31 ribu ton atau tumbuh sebesar 11,18% (yoy).

Di sisi lain, kenaikan yang berarti juga terjadi pada komponen impor non migas

yang tercatat tumbuh meningkat dari 4,51% (yoy) menjadi 8,75% (yoy). Kondisi ini

didorong oleh meningkatnya impor barang mentah terutama pupuk kimia dan

pasir. Hal ini diindikasikan tidak terlepas dari faktor pembangunan infrastruktur dan

(100,0)

(50,0)

-

50,0

100,0

150,0

200,0

0

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

%

USD

juta

Vol (kiri) yoy (kanan)

(100,0)

(50,0)

-

50,0

100,0

150,0

200,0

-

100,0

200,0

300,0

400,0

500,0

600,0

700,0

800,0

I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II

2006 2007 2008 2009 2010 20112012

%

USD

ju

ta

Vol (kiri) yoy (kanan)

(200,0)

(100,0)

-

100,0

200,0

300,0

400,0

500,0

600,0

700,0

-

200,0

400,0

600,0

800,0

1.000,0

1.200,0

1.400,0

1.600,0

I II IIIIVI IIIIIIV I IIIIIIV I IIIIIIV I IIIIIIV I IIIIIIV I II

2006 2007 2008 2009 2010 20112012

%

USD

ju

ta

Vol (kiri) yoy (kanan)

(500,0)

-

500,0

1.000,0

1.500,0

2.000,0

2.500,0

-

1,0

2,0

3,0

4,0

5,0

6,0

7,0

8,0

9,0

10,0

I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II

2006 2007 2008 2009 2010 20112012

%

USD

ju

ta

Vol (kiri) yoy (kanan)

Page 20: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · 2013-10-12 · Analisis dilakukan berdasarkan data ... Pekanbaru, 8 Agustus 2012 BANK INDONESIA PEKANBARU ttd ... Tingginya curah hujan mengakibatkan produksi

GE KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Kondisi Ekonomi Makro Regional

15

meningkatnya kebutuhan industri pengolahan non migas (CPO, pulp and paper

dan karet olahan) untuk meningkatkan produktivitas outputnya.

3. PDRB SEKTORAL

Kinerja ekonomi sektoral Riau pada triwulan laporan secara umum menunjukkan

hal yang menggembirakan dimana seluruh sektor mengalami pertumbuhan positif.

Pada sektor tradables, motor penggerak perekonomian Riau utamanya berasal dari

sektor industri pengolahan non migas dengan andil sebesar 0,97% (yoy).

Sementara, pada sektor non tradables, sektor perdagangan masih tetap menjadi

roda penggerak utama perekonomian dengan andil sebesar 2,42% (yoy) sejalan

dengan meningkatnya berbagai aktivitas kegiatan dunia usaha selama triwulan

laporan. Relatif tingginya pertumbuhan pada sektor perdagangan diindikasikan

tidak terlepas dari momentum PON ke-18 yang memberikan magnet tersendiri bagi

para pelaku usaha dalam membuka usahanya di Riau.

Pertumbuhan tertinggi secara sektoral terjadi pada sektor keuangan dan sektor

bangunan yakni masing-masing sebesar 15,02% dan 14,96% (yoy), lebih tinggi

jika dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan I-2012 yang masing-masing

tercatat sebesar 10,78% dan 12,38% (yoy).

Tabel 1.4. Pertumbuhan Ekonomi Riau Sisi Sektoral (yoy)

Keterangan : **) Angka Sementara, ***) Angka Sangat Sementara Sumber : BPS Provinsi Riau, diolah

I II III IV I II III IV I II Tw I Tw II

Pertanian 2,90 3,03 4,73 4,86 4,55 3,94 3,58 2,41 2,88 2,14 0,48 0,36Pertambangan 0,08 -1,98 -1,39 2,66 0,89 -0,37 0,27 1,97 2,65 0,43 1,29 0,21 - Non Migas 9,60 9,64 11,06 8,66 12,89 13,94 13,65 12,62 7,62 6,94 0,16 0,14Ind. Pengolahan 4,94 5,86 7,78 7,92 7,42 7,42 7,66 5,19 4,97 4,63 0,56 0,53 - Non Migas 6,18 7,24 8,78 8,73 8,91 9,09 8,74 5,88 4,95 5,47 0,88 0,97Listrik, Gas & Air 3,71 4,89 8,78 4,62 5,46 7,56 9,21 6,73 5,47 3,45 0,01 0,01Bangunan 9,02 9,34 9,02 7,77 9,99 12,38 13,25 14,04 12,38 14,96 0,46 0,57Perdagangan 7,97 9,52 10,36 12,22 9,10 9,13 9,61 12,38 12,89 12,82 1,20 1,22Pengangkutan 7,80 9,30 11,22 8,97 8,91 9,02 9,59 11,12 11,30 10,38 0,36 0,33Keuangan 8,82 10,15 10,07 9,03 9,58 9,37 9,46 10,22 10,78 15,02 0,16 0,22Jasa-jasa 7,89 8,75 9,15 7,89 8,04 8,07 8,82 8,92 9,15 9,56 0,49 0,51

2,90 3,77 4,76 5,22 4,04 3,44 3,93 4,63 5,02 3,96 5,02 3,966,01 6,75 7,95 7,84 7,51 7,54 7,64 7,40 7,36 7,50 7,36 7,50

Sumber : BPS Provinsi RiauKet : (p) prakiraan BI, ***) Data Sangat Sementara, **) data sementara

Komponen Sektoral2011*** 2012***

Total (Tanpa Migas)

2010**

Total

Andil

Page 21: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · 2013-10-12 · Analisis dilakukan berdasarkan data ... Pekanbaru, 8 Agustus 2012 BANK INDONESIA PEKANBARU ttd ... Tingginya curah hujan mengakibatkan produksi

GE KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Kondisi Ekonomi Makro Regional

16

3.1. Sektor Pertanian

Pertumbuhan sektor pertanian Riau pada triwulan II-2012 tercatat tumbuh

melambat sebesar 2,14% (yoy). Melambatnya pertumbuhan sektor pertanian

disebabkan oleh tingginya curah hujan selama periode lapoan sehingga

mengakibatkan banjir dan mengganggu produksi tanaman perkebunan secara

umum. Berdasarkan hasil penelusuran informasi, diketahui bahwa salah satu

wilayah yang menerima dampak cukup parah adalah di Kab. Rokan Hulu dimana

sekitar produksi tanaman perkebunan menurun 70% dibandingkan dengan bulan-

bulan sebelumnya.

Grafik1.16. Perkembangan Curah Hujan di Provinsi Riau

Grafik 1.17. Perkembangan NTP Tanaman Perkebunan Riau

Sumber : USDA Sumber : BPS Provinsi Riau

Sebagaimana diketahui, Kab. Rokan Hulu dengan luas lahan tanaman perkebunan

kelapa sawit terbesar dengan kontribusi produksi sebesar 15,72 terhadap total

produksi TBS Riau. Disamping itu, menurunnya trend harga CPO dunia berimbas

kepada penurunan harga TBS lokal sehingga mengakibatkan penerimaan petani

relatif turun. Lebih lanjut, berdasarkan hasil ARAM I diketahui bahwa produksi

tanaman pangan terutama padi cenderung lebih rendah dibandingkan dengan

tahun sebelumnya. Kondisi ini utamanya disebabkan oleh menurunnya luas lahan

panen dari 1.831 ha menjadi 1.709 ha atau turun 6,66%.

Tabel 1.5. Pertumbuhan Ekonomi Riau Sisi Sektoral (yoy

-6

-4

-2

0

2

4

6

8

10

12

96

98

100

102

104

106

108

I II III IV I II III IV I II

2010 2011 2012

%

ind

ek

s

NTP (kiri) yoy (kanan)

Page 22: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · 2013-10-12 · Analisis dilakukan berdasarkan data ... Pekanbaru, 8 Agustus 2012 BANK INDONESIA PEKANBARU ttd ... Tingginya curah hujan mengakibatkan produksi

GE KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Kondisi Ekonomi Makro Regional

17

3.2. Pertambangan dan Penggalian

Sektor pertambangan Riau pada triwulan laporan tercatat tumbuh melambat dari

2,65% (yoy) pada triwulan I-2012 menjadi 0,43% (yoy) pada triwulan II-2012.

Kondisi ini diindikasikan tidak terlepas dari faktor usia sumur minyak yang sudah

relatif tua serta minimnya penggunaan teknologi modern dalam penggalian sumur

minyak tua juga menjadi salah satu hal yang mengakibatkan rendahnya kinerja

sektor pertambangan migas di Riau secara umum.

Grafik 1.18. Perkembangan Volume Lifting Minyak Bumi Provinsi Riau

Sumber : Departmen ESDM

Disamping itu, relatif tingginya curah hujan yang terjadi pada bulan laporan juga

telah mengakibatkan proses ekstraksi minyak relatif terganggu. Berdasarkan data

yang dihimpun dari 9 Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) yang beroperasi di

2010 2012

ATAP ATAP ARAM I Absolut % Absolut %

a Luas Panen

- Januari - April 1,279 1,844 515 565 44 (1,329) (72.07)

- Mei - Agustus 2,449 1,831 1,709 (618) (25) (122) (6.66)

- September - Desember 1,524 2,750 2,417 1,384 91 (333) (12.11)

- Januari - Desember 5,252 6,425 4,641 1,331 25 (1,784) (27.77)

b Produkstivitas (ku/ha)

- Januari - April 10.84 10.84 11.13 0.18 1.69 0.29 2.68

- Mei - Agustus 11.28 11.28 11.40 0.01 0.11 0.12 1.06

- September - Desember 11.04 11.04 11.33 0.14 1.30 0.29 2.63

- Januari - Desember 11.10 11.05 11.33 0.07 0.59 0.28 2.53

c Produksi (ton)

- Januari - April 1,386 1,999 573 646 47 (1,426) (71.34)

- Mei - Agustus 2,762 2,065 1,948 (695) (25) (117) (5.67)

- September - Desember 1,682 3,036 2,738 1,569 93 (298) (9.82)

- Januari - Desember 5,830 7,100 5,259 1,520 26 (1,841) (25.93)

Periode Perkembangan

2010-2011 2011-2012Keterangan 2011

300,00

320,00

340,00

360,00

380,00

400,00

420,00

440,00

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2007 2008 2009 2010 2011 2012

rib

u b

are

l/h

ari

Page 23: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · 2013-10-12 · Analisis dilakukan berdasarkan data ... Pekanbaru, 8 Agustus 2012 BANK INDONESIA PEKANBARU ttd ... Tingginya curah hujan mengakibatkan produksi

GE KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Kondisi Ekonomi Makro Regional

18

Riau, volume lifting minyak pada triwulan II-2012 mencapai 377,24 ribu barel/hari

atau tumbuh 4,71% (yoy).

Sementara itu, dengan mengeluarkan unsur migas, laju pertumbuhan sektor

pertambangan mencatat angka yang lebih tinggi yaitu sebesar 6,94% (yoy) namun

relatif melambat jika dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan I-2012 yang

tercatat sebesar 7,62% (yoy). Berdasarkan hasil survei liasson kepada pelaku usaha,

diketahui bahwa kondisi ini utamanya disebabkan oleh terbatasnya produksi

batubara sejalan dengan faktor lokasi tambang yang sudah cukup dalam serta

relatif tingginya curah hujan yang mengakibatkan produksi tidak optimal.

3.3. Industri Pengolahan

Dalam triwulan laporan, sektor industri pengolahan Riau mencatat perlambatan

pertumbuhan yakni dari 4,97% (yoy) menjadi 4,63% (yoy). Kondisi ini bersumber

dari terbatasnya produksi industri migas yang pada triwulan laporan

pertumbuhannya tercatat melambat cukup tajam dari 5,04% pada triwulan

sebelumnya menjadi 0,87% (yoy). Sementara itu, dengan mengeluarkan unsur

migas, pertumbuhan sektor industri pengolahan mencatat peningkatan sejalan

dengan relatif stabilnya permintaan dan tidak ditemukannya selisih antara

penjualan dengan produksi.

Peningkatan yang terjadi pada sektor industri dalam triwulan laporan diperkirakan

dipengaruhi oleh meningkatnya produksi pada industri pengolahan strategis

terutama pulp and paper. Berdasarkan hasil survei liasson kepada pelaku usaha,

diketahui bahwa masih terdapat kenaikan produksi sekitar 80% (yoy) yang di

dorong oleh masih tingginya kebutuhan di pasar domestik. Disamping itu,

berdasarkan informasi dari contact liason di sektor industri karet olahan, diketahui

bahwa permintaan karet dunia saat ini masih relatif stabil dan juga beberapa

perusahaan penghasil karet telah menjalin kontrak penjualan baru dengan pabrik

ban berskala internasional dengan volume kontrak sekitar 400 ton/bulan.

3.4. Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)

Sektor PHR Riau pada triwulan laporan tumbuh relatif stabil yaitu sebesar 12,82%

(yoy). Kondisi ini terkonfirmasi dari relatif stabilnya tingkat hunian hotel (hotel

berbintang 3,4,5) di Kota pekanbaru yakni dari 48,96% pada triwulan I-2012

Page 24: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · 2013-10-12 · Analisis dilakukan berdasarkan data ... Pekanbaru, 8 Agustus 2012 BANK INDONESIA PEKANBARU ttd ... Tingginya curah hujan mengakibatkan produksi

GE KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Kondisi Ekonomi Makro Regional

19

menjadi 53,54% pada triwulan laporan. Sementara, tingkat penjualan kendaraan

bermotor di Riau masih tumbuh positif meskipun relatif melambat dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya. Kondisi ini sejalan dengan adanya menurunnya

pendapatan masyarakat dan keyakinan terhadap ekonomi Riau dalam beberapa

bulan kedepan.

Grafik.1.19. Perkembangan Tingkat Hunian Hotel Bintang 3,4,5 Riau

Grafik.1.20. Perkembangan Penjualan Kendaraan di Riau

Sumber : Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia Sumber : Dispenda Provinsi Riau

3.5. Pengangkutan dan Komunikasi

Secara umum perkembangan sektor pengangkutan dalam triwulan laporan

menunjukkan perlambatan. Pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi di

Riau mencapai 10,38% (yoy), melambat jika dibandingkan dengan pertumbuhan

triwulan I-2012 (11,30%) namun masih lebih tinggi jika dibandingkan dengan

pertumbuhan pada periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai

9,02% (yoy).

Salah satu indikator yang mendukung kondisi tersebut adalah relatif tingginya arus

kedatangan dan keberangkatan penumpang dan pesawat di Bandara Sultan Syarif

Kasim (SSK) II. Pada triwulan laporan, arus kedatangan penumpang di Bandara SSK

II mencapai 331.684 jiwa, meningkat 10,30% (yoy) dan lebih tinggi dibandingkan

dengan kenaikan triwulan I-2012 yang mencapai 8,91% (yoy). Di sisi lain, jumlah

penumpang yang berangkat dari Bandara SSK II juga relatif tinggi yakni mencapai

333.841 jiwa atau naik 9,94% (yoy).

46,72%

54,41%

48,12%

56,06%

45,91%

51,33%

44,35%

52,42%

48,96%

53,54%

40,00%

42,00%

44,00%

46,00%

48,00%

50,00%

52,00%

54,00%

56,00%

58,00%

I II III IV I II III IV I II

2010 2011 2012

(20,00)

-

20,00

40,00

60,00

80,00

100,00

120,00

140,00

160,00

0

10000

20000

30000

40000

50000

60000

70000

80000

90000

100000

I II III IV I II III IV I II

2010 2011 2012

%un

it

Mobil dan Motor yoy (kanan)

Page 25: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · 2013-10-12 · Analisis dilakukan berdasarkan data ... Pekanbaru, 8 Agustus 2012 BANK INDONESIA PEKANBARU ttd ... Tingginya curah hujan mengakibatkan produksi

GE KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Kondisi Ekonomi Makro Regional

20

Grafik 1.21. Arus Kedatangan dan Keberangkatan Penumpang di Bandara

SSK II

Grafik 1.22 Arus Kedatangan dan Keberangkatan Pesawat di Bandara

SSK II

Sumber : PT. Angkasa Pura II

2000

2200

2400

2600

2800

3000

3200

3400

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2009 2010 2011 2012

datang berangkat

200000

220000

240000

260000

280000

300000

320000

340000

360000

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2009 2010 2011 2012

datang berangkat

Page 26: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · 2013-10-12 · Analisis dilakukan berdasarkan data ... Pekanbaru, 8 Agustus 2012 BANK INDONESIA PEKANBARU ttd ... Tingginya curah hujan mengakibatkan produksi

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Perkembangan Inflasi Daerah

31

1. KONDISI UMUM

Sejalan dengan perkiraan sebelumnya, dinamika perkembangan harga di

Provinsi Riau1 pada triwulan II-2012 secara umum menunjukkan peningkatan,

namun meningkat lebih tinggi dari perkiraan semula. Peningkatan tersebut

utamanya terjadi pada kelompok volatile food, seiring dengan adanya

gangguan cuaca. Di sisi lain meskipun nilai rupiah terdepresiasi, namun inflasi

core (inti) masih menunjukkan trend menurun. Kondisi ini terjadi karena

pengaruh penurunan harga global yang terus berlanjut dan adanya upaya

stabilisasi nilai tukar rupiah.

1 Perhitungan inflasi Riau diwakili oleh Kota Pekanbaru dan Kota Dumai dengan bobot masing-masing kota sebesar 82% dan 18%

Bab 2

PERKEMBANGAN

INFLASI DAERAH

Page 27: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · 2013-10-12 · Analisis dilakukan berdasarkan data ... Pekanbaru, 8 Agustus 2012 BANK INDONESIA PEKANBARU ttd ... Tingginya curah hujan mengakibatkan produksi

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Perkembangan Inflasi Daerah

32

2. INFLASI TRIWULANAN (QTQ)

Inflasi Riau pada triwulan II-2012 (qtq) mencapai 1,13%, mengalami

peningkatan dibandingkan dengan inflasi pada triwulan sebelumnya (0,43%)

maupun inflasi pada triwulan yang sama tahun sebelumnya (-0,31%). Namun

demikian, inflasi Riau pada triwulan laporan tercatat lebih rendah bila

dibandingkan dengan inflasi Wilayah Sumatera (1,29%) dan inflasi nasional

(1,96%). Kondisi ini menunjukkan bahwa rata-rata peningkatan harga yang

terjadi di Provinsi Riau selama triwulan laporan relatif lebih terjaga bila

dibandingkan dengan peningkatan harga pada kota-kota di wilayah Sumatera

dan kota-kota di Indonesia lainnya.

Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Triwulanan (qtq)Riau, Sumatera dan Nasional

Sumber : BPS, diolah

Berdasarkan kota yang disurvey di Provinsi Riau, inflasi tertinggi terjadi di Kota

Dumai yaitu mencapai 1,28%, tercatat mengalami peningkatan yang berarti

bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (-0,58%) maupun triwulan

yang sama tahun sebelumnya (-0,31%). Sementara itu, Kota Pekanbaru

tercatat mengalami inflasi sebesar 1,10%, juga mengalami peningkatan bila

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (0,66%) maupun triwulan yang

sama tahun sebelumnya (-0,30%).

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2009 2010 2011 2012

P.baru 0,48 -0,54 1,70 0,30 0,79 1,72 1,83 2,48 1,51 -0,30 2,30 1,50 0,66 1,10

Dumai -0,74 -0,77 3,52 -1,14 0,26 2,60 2,21 3,71 -0,25 -0,31 2,56 1,08 -0,58 1,28

Nasional 0,36 -0,15 2,07 0,49 0,99 1,41 2,79 1,59 2,25 2,23 2,88 1,76 2,33 1,96

Riau 0,25 -0,58 2,04 0,03 0,69 1,89 1,90 2,71 1,18 -0,31 2,35 1,43 0,43 1,13

Sumatera -0,49 2,80 0,16 0,91 1,97 2,12 2,62 0,58 0,09 2,74 0,55 0,35 1,29

-2,00

-1,00

0,00

1,00

2,00

3,00

4,00

Page 28: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · 2013-10-12 · Analisis dilakukan berdasarkan data ... Pekanbaru, 8 Agustus 2012 BANK INDONESIA PEKANBARU ttd ... Tingginya curah hujan mengakibatkan produksi

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Perkembangan Inflasi Daerah

33

Tabel 2.1 Komoditas yang Memberikan Andil Inflasi Selama Triwulan II-2012 di Pekanbaru

Sumber : BPS, diolah

Berdasarkan komoditasnya, maka kenaikan harga cabe merah dan bawang

merah telah memberikan andil yang besar terhadap meningkatnya inflasi

selama triwulan II-2012. Kondisi ini diperkirakan tidak terlepas dari gangguan

produksi akibat musim penghujan yang mengakibatkan terhambatnya

pasokan dari sentra produksi utama seperti Sumatera Barat dan Sumatera

Utara.

Di sisi lain komoditas beras secara berturut-turut pada triwulan II-2012 terus

menunjukkan penurunan harga. Kondisi ini terjadi sejalan dengan terjaganya

pasokan beras di Riau terutama beras Bulog sejak awal triwulan laporan yang

mencapai 15 ribu ton dan tersebar diseluruh gudang-gudang beras di Riau.

Beras-beras tersebut sebagian merupakan beras impor yang berasal dari India,

Vietnam dan Thailand. Selain itu, sejalan dengan rekomendasi dari TPID Riau,

Bulog juga telah melakukan penyaluran raskin dari alokasi April pada bulan

Maret.

Tabel 2.2 Komoditas yang Memberikan Andil Inflasi Selama Triwulan II-2012 di Dumai

Sumber : BPS, diolah

Perubahan

Harga Komoditas Inflasi (%) Andil (%) Komoditas Inflasi (%) Andil (%) Komoditas Inflasi (%) Andil (%)

1 Cabe Merah 13,86 0,13 Bawang Merah 8,41 0,05 Cabe Merah 36,63 0,44

2 Kontrak Rumah 1,31 0,03 Rokok Kretek Filter 1,02 0,03 Tarif Rumah Sakit 23,15 0,23

3 Rokok Kretek Filter 1,02 0,03 Keramik 11,63 0,03 Bawang Merah 18,65 0,13

4 Pisang 7,59 0,03 Mobil 0,80 0,02 Rekreasi 22,61 0,08

5 Teri 5,11 0,03 Surat Kabar Harian 6,71 0,02 Gula Pasir 7,69 0,07

1 Beras -1,44 -0,08 Beras -1,22 -0,06 Beras -1,17 -0,06

2 Serai -5,39 -0,05 Cabe Merah -3,30 -0,03 Minyak Goreng -3,89 -0,05

3 Daging Ayam Ras -3,48 -0,04 Emas Perhiasan -0,90 -0,02 Kentang -7,16 -0,02

4 Bawang Merah -5,71 -0,03 Telur Ayam Ras -2,26 -0,02 Serai -2,70 -0,02

5 Emas Perhiasan -1,19 -0,03 Serai -1,52 -0,01 Teri -2,41 -0,01

DEFLASI

INFLASI

April (0,021%) Mei (0,09%) Juni (0,80%)No.

Perubahan

Harga Komoditas Inflasi (%) Andil (%) Komoditas Inflasi (%) Andil (%) Komoditas Inflasi (%) Andil (%)

1 Bayam 25,05 0,36 Bayam 34,20 0,65 Cabe Merah 42,13 0,42

2 Sewa Rumah 1,57 0,09 Sewa Rumah 1,55 0,09 Jengkol 40,84 0,08

3 Cabe Merah 9,96 0,08 Serai 5,27 0,05 Bawang Putih 51,81 0,07

4 Rokok Kretek Filter 1,53 0,06 Bawang Merah 16,41 0,05 Celana Pannjng 7,25 0,04

5 Mobil 1,07 0,03 Kangkung 36,56 0,05 Buku Tulis Bergaris 15,83 0,04

1 Teri -9,89 -0,07 Teri -9,08 -0,06 Beras -0,82 -0,04

2 Serai -6,80 -0,06 Cabe Merah -7,45 -0,05 Daging yam ras -1,80 -0,03

3 Telur Ayam Ras -5,30 -0,05 Beras -0,28 -0,01 Tongkol -3,40 -0,03

4 Tongkol -6,03 -0,05 Emas Perhiasan -0,47 -0,01 Cabe Rawit -8,50 -0,01

5 Perhiasan -1,08 -0,02 Tomat Buah -2,22 -0,01 Kentang -2,50 -0,01

INFLASI

DEFLASI

No.April (0,33%) Mei (0,75%) Juni (0,19%)

Page 29: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · 2013-10-12 · Analisis dilakukan berdasarkan data ... Pekanbaru, 8 Agustus 2012 BANK INDONESIA PEKANBARU ttd ... Tingginya curah hujan mengakibatkan produksi

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Perkembangan Inflasi Daerah

34

2.1. Inflasi Menurut Kelompok Barang dan Jasa

Jika dilihat berdasarkan kelompok barang dan jasa, maka terjadi inflasi pada

semua kelompok barang dan jasa yang disurvey, kecuali kelompok sandang

yang tercatat mengalami deflasi sebesar 0,20%. Inflasi tertinggi terjadi pada

kelompok kesehatan diikuti oleh kelompok bahan makanan. Namun,

kelompok bahan makanan tercatat memberikan kontribusi tertinggi dalam

pembentukan inflasi Riau, diikuti oleh kelompok makanan jadi.

Tabel 2.3. Perkembangan Inflasi Kelompok Barang dan Jasa secara Triwulanan (qtq)

Sumber : BPS, diolah

2.1.1. Kelompok Bahan Makanan

Pada triwulan laporan kelompok bahan makanan tercatat mengalami inflasi

sebesar 1,95%, mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya yang tercatat mengalami deflasi 0,02%. Inflasi tertinggi terjadi di

Kota Dumai yaitu mencapai 2,74% sementara Kota Pekanbaru sebesar

1,77%. Inflasi pada kedua kota dimaksud juga tercatat mengalami

peningkatan yang berarti bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang

tercatat mengalami deflasi.

Kelompok bahan makanan juga tercatat memberikan kontribusi tertinggi

dalam pembentukan inflasi Riau yaitu mencapai 0,53% pada triwulan II-2012.

Berdasarkan komoditasnya, kenaikan harga cabe merah dan bawang merah

selama triwulan laporan memberikan andil yang besar terhadap meningkatnya

inflasi kelompok bahan makanan. Kondisi ini diperkirakan karena adanya

gangguan produksi akibat musim penghujan yang mengakibatkan

terhambatnya pasokan dari sentra produksi utama seperti Sumatera Barat dan

Sumatera Utara. Sementara untuk komoditas bawang merah, sebagian besar

Page 30: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · 2013-10-12 · Analisis dilakukan berdasarkan data ... Pekanbaru, 8 Agustus 2012 BANK INDONESIA PEKANBARU ttd ... Tingginya curah hujan mengakibatkan produksi

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Perkembangan Inflasi Daerah

35

pasokannya berasal dari Jawab Barat, yang pada triwulan laporan mengalami

gangguan cuaca yaitu relatif tingginya curah hujan sehingga mengakibatkan

proses panen mengalami kendala.

Grafik 2.2. Perkembangan Harga Cabe Merah dan Bawang Merah di Kota Pekanbaru

Sumber : Dinas Perindag Provinsi Riau, diolah

Di sisi lain, menurunnya harga komoditas beras dan minyak goreng cukup

memberikan andil yang berarti untuk meredam kenaikan inflasi kelompok

bahan makanan selama triwulan laporan. Kecukupan stok beras Bulog dan

alokasi raskin April pada bulan Maret (rekomendasi TPID Riau) telah

memberikan faktor psikologis untuk mencegah kenaikan harga beras,

meskipun harga beras dunia menunjukkan peningkatan. Selain itu, stok yang

masih tercukupi karena adanya siklus panen di sentra produksi utama

beberapa bulan sebelumnya turut memberikan pengaruh terhadap relatif

rendahnya tingkat harga beras pada triwulan laporan. Sementara itu, adanya

tren penurunan harga CPO telah mendorong harga minyak goreng pada

tingkat yang lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya.

Grafik 2.3. Perkembangan Harga Beras Dunia dan Beras di Kota Pekanbaru

Sumber : Bloomberg dan Dinas Perindag Provinsi Riau, diolah

-

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

14,000

16,000

18,000

20,000

-

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

70,000

Mg

I

Mg

II

Mg

III

Mg

IV

Mg

I

Mg

II

Mg

III

Mg

I

Mg

II

Mg

III

Mg

IV

Mg

I

Mg

II

Mg

III

Mg

IV

Mg

I

Mg

II

Mg

III

Mg

IV

Mg

I

Mg

II

Mg

III

Mg

IV

Jan-12 Feb-12 Mar-12 Apr-12 May-12 Jun-12

Cabe Merah Bawang Merah (RHS)

4.000

5.000

6.000

7.000

8.000

9.000

10.000

11.000

12.000

Mg I

Mg II

Mg III

Mg IV

Mg I

Mg II

Mg III

Mg I

Mg II

Mg III

Mg IV

Mg I

Mg II

Mg III

Mg IV

Mg I

Mg II

Mg III

Mg IV

Mg I

Mg II

Mg III

Mg IV

Jan-12 Feb-12 Mar-12 Apr-12 Mei-12 Jun-12

Mundam (MDAS) Belida Sokan Harga Rata-Rata

300,00

350,00

400,00

450,00

500,00

550,00

600,00

1 2 3 4 5 6 7 8 91

01

11

2 1 2 3 4 5 6 7 8 91

01

11

2 1 2 3 4 56

*)

2010 2011 2012

Harga Beras Dunia (USD/Mt)

Page 31: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · 2013-10-12 · Analisis dilakukan berdasarkan data ... Pekanbaru, 8 Agustus 2012 BANK INDONESIA PEKANBARU ttd ... Tingginya curah hujan mengakibatkan produksi

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Perkembangan Inflasi Daerah

36

Grafik 2.4. Perkembangan Harga CPO Dunia dan Minyak Goreng di Kota Pekanbaru

Sumber : Bloomberg dan Dinas Perindag Provinsi Riau, diolah

2.1.2. Kelompok Makanan Jadi

Kelompok makanan jadi pada triwulan II-2012 tercatat mengalami inflasi

sebesar 1,06%, mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 2,34%. Kenaikan harga

komoditas rokok kretek filter, gula pasir dan rokok putih merupakan faktor

pendorong terjadinya inflasi pada kelompok ini di triwulan II-2012. Kenaikan

harga rokok didorong oleh adanya kebijakan pemerintah untuk menaikkan

tarif cukai rokok dari 12,5% menjadi 15%. Sementara itu, informasi anekdotal

menunjukkan bahwa peningkatan harga gula pasir didorong oleh gagalnya

panen tebu di Jawa Tengah.

Grafik 2.5. Perkembangan Harga Gula Pasir di Kota Pekanbaru

Sumber : Dinas Perindag Provinsi Riau, diolah

5.000

7.000

9.000

11.000

13.000

15.000

17.000

Mg I

Mg II

Mg III

Mg IV

Mg I

Mg II

Mg III

Mg I

Mg II

Mg III

Mg IV

Mg I

Mg II

Mg III

Mg IV

Mg I

Mg II

Mg III

Mg IV

Mg I

Mg II

Mg III

Mg IV

Jan-12 Feb-12 Mar-12 Apr-12 Mei-12 Jun-12

Curah (tanpa merek) Migor bermerk Harga Rata-Rata

500,00

600,00

700,00

800,00

900,00

1.000,00

1.100,00

1.200,00

1.300,00

1 2 3 4 5 6 7 8 91

01

11

2 1 2 3 4 5 6 7 8 91

01

11

2 1 2 3 4 56

*)

2010 2011 2012

Harga CPO Dunia, USD/Metric

6.000

7.000

8.000

9.000

10.000

11.000

12.000

13.000

14.000

Mg I

Mg II

Mg III

Mg IV

Mg I

Mg II

Mg III

Mg I

Mg II

Mg III

Mg IV

Mg I

Mg II

Mg III

Mg IV

Mg I

Mg II

Mg III

Mg IV

Mg I

Mg II

Mg III

Mg IV

Jan-12 Feb-12 Mar-12 Apr-12 Mei-12 Jun-12

Harga Dalam Negeri (SHS) Harga Eks Luar Negeri

Harga Rata-Rata

Page 32: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · 2013-10-12 · Analisis dilakukan berdasarkan data ... Pekanbaru, 8 Agustus 2012 BANK INDONESIA PEKANBARU ttd ... Tingginya curah hujan mengakibatkan produksi

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Perkembangan Inflasi Daerah

37

2.1.3. Kelompok Perumahan

Pada triwulan laporan, inflasi kelompok perumahan mengalami penurunan

yaitu dari 0,93% pada triwulan I-2012 menjadi 0,72% pada triwulan laporan.

Berdasarkan subkelompoknya, maka inflasi tertinggi berasal dari subkelompok

biaya tempat tinggal yang tercatat sebesar 1,08%, diikuti oleh subkelompok

penyelenggaraan rumah tangga yaitu sebesar 0,91%. Di sisi lain, subkelompok

bahan bakar, penerangan dan air mengalami deflasi sebesar 0,01% yang

berasal dari penurunan harga pertamax. Deflasi pada subkelompok ini telah

mendorong terjadinya penurunan pada kelompok perumahan.

Dilihat dari kontribusinya, pada triwulan laporan subkelompok biaya tempat

tinggal juga memberikan andil tertinggi dalam mendorong terjadinya inflasi

kelompok perumahan diikuti oleh subkelompok penyelenggaraan rumah

tangga. Berdasarkan komoditasnya, maka andil tertinggi dalam mendorong

inflasi kelompok perumahan berasal dari kenaikan kontrak rumah, keramik

dan semen.

Grafik 2.6. Perkembangan Inflasi Kelompok Perumahan

Sumber : Dinas Perindag Provinsi Riau, diolah

2.1.4. Inflasi Kelompok Sandang

Kelompok sandang merupakan satu-satunya kelompok barang/jasa yang

mengalami deflasi pada triwulan laporan yaitu sebesar 0,20% setelah

mengalami inflasi sebesar 1,49% pada triwulan sebelumnya. Masih

berlanjutnya penurunan harga emas dunia telah mendorong menurunnya

harga jual emas perhiasan di Riau pada triwulan laporan. Menurunnya harga

0,13

(0,00)- 0,02

Biaya Tempat Tinggal Bahan Bakar, Penerangan dan Air

Perlengkapan Rumahtangga Penyelenggaraan Rumahtangga

Page 33: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · 2013-10-12 · Analisis dilakukan berdasarkan data ... Pekanbaru, 8 Agustus 2012 BANK INDONESIA PEKANBARU ttd ... Tingginya curah hujan mengakibatkan produksi

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Perkembangan Inflasi Daerah

38

emas dunia diperkirakan merupakan dampak dari adanya penukaran emas ke

minyak dari Iran oleh China sebagai negara pemilik cadangan emas terbesar di

dunia. Namun demikian, pada akhir triwulan laporan, harga emas dunia sudah

mulai menunjukkan peningkatan.

Grafik 2.7. Perkembangan Harga Emas Dunia

Sumber : Bloomberg, diolah

2.1.5. Inflasi kelompok Kesehatan

Pada triwulan laporan, kelompok kesehatan mengalami inflasi yang berarti

yaitu dari 0,56% pada triwulan I-2012 menjadi 3,69% pada triwulan laporan.

Satu-satunya yang menyebabkan kenaikan inflasi pada kelompok ini adalah

adanya peningkatan tarif rumah sakit pada akhir triwulan laporan yaitu pada

bulan Juni. Pada tahun 2011 yang lalu tarif rumah sakit juga menunjukkan

peningkatan. Sementara itu harga dari barang dan jasa lainnya dari kelompok

kesehatan tercatat relatif stabil.

2.1.6. Inflasi Kelompok Pendidikan

Kelompok pendidikan pada triwulan laporan tercatat mengalami inflasi

sebesar 1,33%, dan mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya yang tercatat sebesar 0,24%. Berdasarkan kelompok barang dan

jasa, maka kenaikan biaya rekreasi, harga surat kabar harian dan harga buku

tulir bergaris menjadi faktor pendorong kenaikan inflasi kelompok pendidikan

pada triwulan laporan. Peningkatan ini tidak terlepas dari faktor musiman

masa liburan sekolah yang memicu tingginya kegiatan rekreasi di Kota

Pekanbaru dan adanya persiapan memasuki tahun ajaran baru sehingga sudah

mulai mendorong peningkatan harga beberapa peralatan sekolah.

800,00

1.000,00

1.200,00

1.400,00

1.600,00

1.800,00

2.000,00

1 2 3 4 5 6 7 8 91

01

11

2 1 2 3 4 5 6 7 8 91

01

11

2 1 2 3 4 56

*)

2010 2011 2012

Harga Emas Dunia (USD/OZ)

Page 34: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · 2013-10-12 · Analisis dilakukan berdasarkan data ... Pekanbaru, 8 Agustus 2012 BANK INDONESIA PEKANBARU ttd ... Tingginya curah hujan mengakibatkan produksi

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Perkembangan Inflasi Daerah

39

2.1.7. Inflasi kelompok Transportasi

Inflasi kelompopk transportasi pada triwulan laporan relatif stabil yaitu sebesar

0,23%. Hampir semua subkelompok mengalami inflasi kecuali subkelompok

komunikasi dan pengiriman yang tercatat mengalami deflasi sebesar 0,02%.

Berdasarkan komoditasnya, maka peningkatan harga hanya terjadi pada

mobil, sepeda motor, service, dan pelumas/oli, selain komoditas tersebut

harga-harga pada kelompok transportasi tercatat stabil.

3. INFLASI TAHUNAN (YOY)

Pada triwulan laporan, inflasi tahunan (yoy)2 Riau mencapai 5,44%, meningkat

dibandingkan dengan inflasi pada triwulan I-2012 yang tercatat sebesar

3,94%. Inflasi pada triwulan laporan juga tercatat lebih tinggi jika

dibandingkan dengan rata-rata inflasi triwulan II dalam kurun waktu 3 (tiga)

tahun terakhir. Peningkatan harga komoditas pangan terutama cabe merah

dan beras menjadi faktor pendorong meningkatnya laju inflasi pada triwulan

laporan. Inflasi pada Provinsi Riau tercatat lebih tinggi bila dibandingkan

dengan inflasi wilayah Sumatera yang tercatat sebesar 4,99% maupun inflasi

nasional yang tercatat sebesar 4,53%.

Grafik 2.8. Perkembangan Inflasi Riau, Sumatera dan Nasional secara Tahunan (yoy)

Sumber : BPS, diolah

2 yoy (year on year) atau inflasi tahunan merupakan perbanndingan Indeks Harga Konsumen (IHK) pada

bulan laporan dengan IHK di bulan yang sama tahun sebelumnya

3,94

5,444,60

Inflasi Tw I-12 (yoy)

Inflasi Tw II-12 (yoy)

Rata-rata tw II-12 selama 2009-2011 (yoy)

3,974,53 4,75

3,754,99 4,82

Sumatera

Riau

Nasional

Page 35: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · 2013-10-12 · Analisis dilakukan berdasarkan data ... Pekanbaru, 8 Agustus 2012 BANK INDONESIA PEKANBARU ttd ... Tingginya curah hujan mengakibatkan produksi

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Perkembangan Inflasi Daerah

40

Berdasarkan kota yang disurvey, maka inflasi tertinggi terjadi di Kota

Pekanbaru yaitu sebesar 5,67%, mengalami peningkatan dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 4,20%, maupun triwulan

yang sama tahun sebelumnya sebesar 5,61%. Sementara itu, inflasi Kota

Dumai mencapai 4,38%, juga mengalami peningkatan dibandingkan triwulan

sebelumnya yang tercatat sebesar 2,75%. Namun, lebih rendah dibandingkan

dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 5,42%.

Grafik 2.9 Perkembangan Pekanbaru dan Dumai secara Tahunan (yoy)

Sumber : BPS, diolah

Peningkatan harga di Kota Pekanbaru berasal dari kenaikan harga cabe merah,

rokok kretek filter, dan beras. Namun, penurunan harga mujair, serai, kelapa,

daging ayam ras dan bawang putih merupakan komoditas yang meredam

inflasi berada pada tingkat yang lebih tinggi. Sementara, kenaikan harga di

Kota Dumai didorong oleh adanya peningkatan harga bayam, beras, dan sewa

rumah. Beberapa komoditas yang meredam tingkat inflasi Dumai berada pada

tingkat yang lebih tinggi antara lain teri, udang basah, bawang merah, telepon

selular dan bawang putih.

Tabel 2.4. Komoditas yang Memberikan Andil Inflasi Selama Triwulan II-2012 (yoy)

Sumber : BPS, diolah

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2009 2010 2011 2012

Dumai 10,16 2,74 3,22 0,80 1,81 5,27 3,94 9,05 8,49 5,42 5,78 3,10 2,75 4,38

Riau 7,67 3,50 2,39 1,73 2,18 4,71 4,57 7,37 7,90 5,57 6,04 4,72 3,94 5,44

P.baru 6,99 3,68 2,20 1,94 2,26 4,58 4,72 7,00 7,76 5,61 6,10 5,09 4,20 5,67

0,00

2,00

4,00

6,00

8,00

10,00

12,00

Perubahan

Harga Komoditas Inflasi (%) Andil (%) Komoditas Inflasi (%) Andil (%)

1 Cabe Merah 155,06 1,85 Bayam 38,53 0,60

2 Rokok Kretek Filter 13,61 0,45 Beras 9,28 0,48

3 Beras 7,05 0,37 Sewa Rumah 7,36 0,42

4 Kontrak Rumah 11,84 0,31 Emas Perhiasan 19,78 0,36

5 Emas Perhiasan 10,60 0,23 Nasi 8,70 0,26

1 Mujair -15,96 -0,09 Teri -24,25 -0,16

2 Serai -5,61 -0,05 Udang Basah -15,80 -0,11

3 Kelapa -9,65 -0,04 Bawang Merah -17,49 -0,06

4 Daging Ayam Ras -2,01 -0,02 Telepon Selular -5,23 -0,05

5 Bawang Putih -7,00 -0,02 Bawang Putih -21,43 -0,03

Dumai Tw II-2012 (4,38%)No.

Pekanbaru Tw II-2012 (5,67%)

INFLASI

DEFLASI

Page 36: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · 2013-10-12 · Analisis dilakukan berdasarkan data ... Pekanbaru, 8 Agustus 2012 BANK INDONESIA PEKANBARU ttd ... Tingginya curah hujan mengakibatkan produksi

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Perkembangan Inflasi Daerah

41

3.1. Inflasi Kelompok Barang dan Jasa

Berdasarkan kelompok barang dan jasa, pada triwulan laporan terjadi inflasi

pada semua kelompok barang dan jasa yang disurvey. Kelompok pendidikan

tercatat mengalami inflasi tertinggi yaitu mencapai 8,25%, mengalami

peningkatan bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (6,90%) maupun

triwulan yang sama tahun sebelumnya (5,93%). Namun, Jika dilihat dari

kontribusinya, inflasi pada kelompok bahan makanan memberikan andil

tertinggi dalam pembentukan inflasi Riau pada triwulan II-2012.

Tabel 2.5. Perkembangan Inflasi kelompok Barang dan Jasa Triwulan II-2012 (yoy)

Sumber : BPS, diolah

3.1.1. Inflasi Kelompok Bahan Makanan

Pada triwulan laporan, kelompok bahan makanan mengalami inflasi sebesar

7,49% meningkat cukup berarti dibandingkan dengan triwulan sebelumnya

(1,28%). Berdasarkan kota yang disurvey maka inflasi tertinggi terjadi di Kota

Pekanbaru yaitu mencapai 8,01% diikuti inflasi Kota Dumai yaitu sebesar

5,19%. Peningkatan harga pada subkelompok bumbu-bumbuan tercatat

memberikan andil tertinggi dalam pembentukan inflasi kelompok bahan

makanan yang berasal dari kenaikan harga cabe merah dalam kurun waktu 1

(satu) tahun terakhir. Selanjutnya diikuti oleh peningkatan pada subkelompok

padi-padian, umbi dan hasilnya yang berasal dari peningkatan harga beras,

yang didorong oleh peningkatan harga beras dunia.

Pbr Dumai Riau Pbr Dumai Riau Pbr Dumai Riau Pbr Dumai Riau Pbr Dumai Riau

Bahan Makanan 7.07 3.22 6.33 1.82 -1.09 1.28 0.47 -0.31 0.34 8.01 5.19 7.49 2.07 1.47 2.03

Makanan Jadi 5.99 10.10 6.72 7.12 5.01 6.72 1.47 1.06 1.40 7.00 5.50 6.73 1.45 1.15 1.40

Perumahan 4.24 8.11 4.92 3.22 4.49 3.45 0.70 0.90 0.72 3.59 3.33 3.53 0.77 0.66 0.74

Sandang 7.57 7.88 7.62 7.69 10.84 8.22 0.58 0.77 0.61 5.45 8.91 6.03 0.40 0.62 0.44

Kesehatan 8.78 2.41 7.65 7.17 2.81 6.40 0.30 0.09 0.25 5.39 2.46 4.90 0.24 0.08 0.19

Pendidikan 6.69 2.44 5.93 7.05 6.14 6.90 0.42 0.28 0.37 8.40 7.53 8.25 0.50 0.34 0.44

Transportasi 2.48 1.05 2.20 2.23 0.48 1.89 0.32 0.08 0.28 2.03 0.57 1.74 0.29 0.09 0.25

UMUM 5.61 5.42 5.57 4.20 2.75 3.94 4.20 2.75 3.94 5.67 4.38 5.44 5.67 4.38 5.44

Kontribusi Inflasi KontribusiKelompok

II-12I-12

Inflasi

II-11

Inflasi

Page 37: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · 2013-10-12 · Analisis dilakukan berdasarkan data ... Pekanbaru, 8 Agustus 2012 BANK INDONESIA PEKANBARU ttd ... Tingginya curah hujan mengakibatkan produksi

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Perkembangan Inflasi Daerah

42

Grafik 2.10. Perkembangan Inflasi subkelompok Bahan Makanan Triwulan II-2012 (yoy)

Sumber : BPS, diolah

3.1.2. Inflasi Kelompok Makanan Jadi

Kelompok makanan jadi pada triwulan II-2012 tercatat mengalami inflasi

sebesar 6,73%, relatif stabil dibandingkan dengan triwulan sebelumnya

maupun triwulan yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 6,72%.

Subkelompok tembakau dan minuman berakohol tercatat mengalami inflasi

tertinggi yang juga memberikan sumbangan tertinggi dalam pembentukan

inflasi kelompok makanan jadi pada triwulan laporan. Peningkatan

subkelompok ini didorong oleh meningkatnya tarif cukai rokok pada tahun

2012.

Grafik 2.11. Perkembangan Inflasi subkelompok Bahan Makanan Triwulan II-2012 (yoy)

Sumber : BPS, diolah

-0,20

0,00

0,20

0,40

0,60

0,80

1,00

1,20

-5,00

0,00

5,00

10,00

15,00

20,00

25,00

30,00

35,00

40,00

Inflasi

Kontribusi (RHS)

0,54

0,22

0,68Makanan Jadi

Minuman yang Tidak Beralkohol

Tembakau dan Minuman Beralkohol

4,72

6,41

11,60

Inflasi Kontribusi

Page 38: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · 2013-10-12 · Analisis dilakukan berdasarkan data ... Pekanbaru, 8 Agustus 2012 BANK INDONESIA PEKANBARU ttd ... Tingginya curah hujan mengakibatkan produksi

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Perkembangan Inflasi Daerah

43

3.1.3. Inflasi Kelompok Perumahan

Selanjutnya, kelompok perumahan pada triwulan laporan tercatat mengalami

inflasi sebesar 3,53%, sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan

saebelumnya (3,45%). Namun, masih lebih rendah bila dibandingkan dengan

triwulan yang sama pada tahun sebelumnya yang mencapai 4,92%. Dilihat

dari subkelompoknya, maka inflasi tertinggi terjadi pada subkelompok biaya

tempat tinggal (5,19%) diikuti oleh subkelompok penyelenggaraan rumah

tangga (3,58%). Kondisi ini juga sejalan dengan kontribusinya dalam

pembentukan inflasi dimana subkelompok biaya tempat tinggal dan

subkelompok penyelenggraan rumah tangga juga memberikan sumbangn

tertinggi. Meningkatnya biaya kontrak rumah dan sewa rumah menjadi faktor

pendorong terjadinya inflasi selama triwulan laporan.

3.1.4. Inflasi Kelompok Sandang

Inflasi yang terjadi pada kelompok sandang pada triwulan laporan tercatat

sebesar 6,03% mengalami penurunan bila dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya (8,22%), maupun triwulan yang sama tahun sebelumnya

(7,62%). Kondisi ini didorong oleh lebih tingginya peningkatan harga emas

dunia pada tahun 2011 yang lalu daripada tahun 2012.

Grafik 2.12. Perkembangan Pertumbuhan Harga Emas Dunia (yoy)

Sumber : Bloomberg, diolah

0,00

5,00

10,00

15,00

20,00

25,00

30,00

35,00

40,00

45,00

50,00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6*)

2010 2011 2012

yoy

Page 39: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · 2013-10-12 · Analisis dilakukan berdasarkan data ... Pekanbaru, 8 Agustus 2012 BANK INDONESIA PEKANBARU ttd ... Tingginya curah hujan mengakibatkan produksi

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Perkembangan Inflasi Daerah

44

3.1.5. Inflasi Kelompok Kesehatan

Inflasi kelompok kesehatan pada triwulan laporan juga tercatat sebesar 4,90%

lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (6,40%), maupun

triwulan yang sama tahun sebelumnya (7,65%). Subkelompok jasa kesehatan

tercatat memberikan inflasi tertinggi dan kontribusi tertinggi terhadap inflasi

kelompok kesehatan. Peningkatan tarif rumah sakit merupakan faktor yang

paling mendominasi inflasi pada triwulan laporan. Namun, peningkatan pada

tarif rumah sakit pada tahun 2011 yang lalu lebih tinggi dibandingkan dengan

peningkatan pada tahun 2012.

3.1.6. Inflasi kelompok Pendidikan

Kelompok pendidikan pada triwulan laporan tercatat mengalami inflasi

tertinggi dibandingkan dengan kelompok barang dan jasa lainnya yaitu

mencapai 8,25%. Namun, mengalami penurunan dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya (6,90%) maupun triwulan yang sama tahun sebelumnya

(5,93%). Inflasi tertinggi terjadi pada subkelompok rekreasi (13,91%), namun

kontribusi tertinggi berasal dari peningkatan pada subkelompok pendidikan.

Berdasarkan komoditasnya, maka kontribusi tertinggi berasal dari peningkatan

biaya rekreasi, biaya sekolah mulai dari Sekolah Dasar sampai dengan SLTA.

Kondisi ini sejalan dengan memasuki musim Tahun Ajaran Baru dan libur

sekolah.

3.1.7. Inflasi kelompok Transportasi

Inflasi kelompok barang dan jasa terendah pada triwulan laporan terjadi pada

kelompok transportasi yang tercatat sebesar 1,74%. Inflasi pada kelompok ini

juga tercatat mengalami penurunan bila dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya (1,89%) maupun triwulan yang sama tahun sebelumnya (2,20%).

Subkelompok sarana dan penunjang transpor tercatat mengalami inflasi

tertinggi (6,36%), namun demikian kontribusi tertinggi berasal dari

subkelompok transpor. Berdasarkan komoditasnya, maka inflasi pada triwulan

laporan berasal dari peningkatan biaya angkutan udara, angkutan antar kota,

mobil dan sepeda motor. Di sisi lain, penurunan harga terjadi pada harga

Page 40: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · 2013-10-12 · Analisis dilakukan berdasarkan data ... Pekanbaru, 8 Agustus 2012 BANK INDONESIA PEKANBARU ttd ... Tingginya curah hujan mengakibatkan produksi

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Perkembangan Inflasi Daerah

45

telepon selular, seiring dengan semakin beragam dan menjamurnya jenis-jenis

telepon selular yang diproduksi.

4. DISAGREGASI INFLASI

Berdasarkan disagregasi inflasi, secara tahunan (yoy) inflasi tertinggi terjadi

pada kelompok volatile food (VF) yaitu mencapai 7,53%, meningkat bila

dibandingkan triwulan sebelumnya maupun triwulan yang sama tahun

sebelumnya. Peningkatan inflasi kelompok ini berasal dari kenaikan harga cabe

merah dan beras. Secara triwulanan (qtq), kelompok volatile food juga tercatat

mengalami inflasi tertinggi yaitu sebesar 1,65%, yang berasal dari

peningkatan harga cabe merah dan bawang merah. Peranan kelompok VF

juga menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

sejalan dengan kenaikan harga pangan domestik.

Grafik 2.13. Perkembangan Disagregasi Inflasi secara Tahunan (yoy)

Sumber : BPS, diolah

Selanjutnya, sejalan dengan menurunnya tingkat ekspektasi pada akhir

triwulan laporan, maka secara tahunan inflasi kelompok core (inti) juga

mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan maupun triwulan yang

sama tahun sebelumnya sebelumnya yaitu menjadi menjadi sebesar 4,99%.

Menurunnya tingkat inflasi core pada triwulan laporan disebabkan relatif

menurunnya pertumbuhan harga emas dunia dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya maupun triwulan yang sama tahun sebelumnya. Bahkan jika

dilihat secara triwulanan, harga emas dunia tercatat mengalami pertumbuhan

negatif. Hal ini juga menjadi faktor pendorong relatif menurunnya inflasi

kelompok core dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yaitu dari 1,33%

menjadi 0,95%. Secara tahunan, peranan kelompok core masih mendominasi.

-5,00

0,00

5,00

10,00

15,00

20,00

25,00

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2008 2009 2010 2011 2012

Core VF AP

-2,00

0,00

2,00

4,00

6,00

8,00

10,00

12,00

14,00

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2008 2009 2010 2011 2012

AP VF Core

Page 41: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · 2013-10-12 · Analisis dilakukan berdasarkan data ... Pekanbaru, 8 Agustus 2012 BANK INDONESIA PEKANBARU ttd ... Tingginya curah hujan mengakibatkan produksi

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Perkembangan Inflasi Daerah

46

Namun jika dilihat secara triwulanan dominasi kelompok ini telah

menunjukkan penurunan yang berarti.

Grafik 2.14. Pertumbuhan Harga Emas Dunia secara Tahunan (yoy) dan Triwulanan (qtq)

Sumber : Bloomberg, diolah

Inflasi kelompok administered price (AP) pada triwulan laporan (yoy) juga

tercatat mengalami penurunan bila dibandingkan triwulan sebelumnya

maupun triwulan yang sama tahun sebelumnya yaitu dari 2,74% menjadi

masing-masing sebesar 3,72% dan 4,62%. Selanjutnya, secara triwulanan

perkembangan inflasi kelompok AP juga masih terus menunjukkan trend

penurunan yang sudah dimulai sejak triwulan III-2011 yang lalu. Relatif

rendahnya inflasi kelompok AP didorong oleh minimnya kebijakan pemerintah

yang berdampak pada peningkatan harga. Inflasi yang terjadi pada kelompok

AP utamanya berasal dari peningkatan harga rokok yang didorong oleh

kenaikan cukai rokok. Secara tahunan, peranan kelompok AP masih

cenderung stabil, namun jika dilihat secara triwulanan, peranan kelompok AP

cenderung menurun, bahkan memberikan sumbangan negatif pada triwulan

laporan.

Grafik 2.15. Perkembangan Disagregasi Inflasi Secara Triwulanan (qtq)

Sumber : BPS, diolah

0,00

5,00

10,00

15,00

20,00

25,00

30,00

35,00

40,00

45,00

50,00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6*)

2010 2011 2012

yoy

-10,00

-5,00

0,00

5,00

10,00

15,00

20,00

2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2009 2010 2011 2012

qtq

-6,00

-4,00

-2,00

0,00

2,00

4,00

6,00

8,00

10,00

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2008 2009 2010 2011 2012

%

Core VF AP

-1,50

-1,00

-0,50

0,00

0,50

1,00

1,50

2,00

2,50

3,00

3,50

4,00

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2008 2009 2010 2011 2012

AP VF Core

Page 42: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · 2013-10-12 · Analisis dilakukan berdasarkan data ... Pekanbaru, 8 Agustus 2012 BANK INDONESIA PEKANBARU ttd ... Tingginya curah hujan mengakibatkan produksi

PENINGKATAN POPULASI DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT RIAU SEBAGAI

PELUANG EKSPANSI PERBANKAN DI RIAU

Perekonomian selalu dikaitkan dengan perubahan terhadap kesejahteraan

masyarakat. Menggeliatnya ekonomi suatu negara atau provinsi merupakan signal dari

akan semakin membaiknya kesejahteraan masyarakat. Masyakarat yang secara ekonomi

membaik maka akan memiliki daya beli atau purchasing power untuk memenuhi

kebutuhan, termasuk makan-minum, pendidikan, kesehatan, hiburan dan lain

sebagainya. Pemenuhan kebutuhan tersebut mencerminkan semakin membaiknya

tingkat kesejahteraan seseorang dan masyarakat. Oleh karenanya, pembangunan

ekonomi (economic development) sangatlah penting terutama dalam rangka

meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Tabel 1. Pertumbuhan PDB Nasional, PDRB Sumatera dan Provinsi Riau

Sumber : BPS Nasional dan Provinsi Riau ** (data sementara), ***(data sangatsementara)

Dalam kerangka pertumbuhan ekonomi, Indonesia dipengaruhi oleh kinerja

ekonomi dari seluruh daerah di Indonesia. Membaiknyaekonomidaerahpadasaatinitelah

menyebabkan ekonomi Indonesia tumbuh pada kisaran 4,5-6,5% (dengan migas).

Relatif tingginya pertumbuhan ekonomi nasional atau produk domestik bruto (PDB)

tidak terlepas dari sumbangan ekonomi Sumatera dan khususnya provinsi Riau. Apabila

ekonomi Indonesia tidak memperhitungkan sektor minyak dan gas (migas) maka

pertumbuhan provinsi Riau yang relatif tinggi, yaitu dalam kisaran 6,5% sd. 8,66%

NO PROVINSITahun (yoy,%)

2005 2006 2007 2008** 2009** 2010*** 2011***

1 PROVINSI RIAU

- DENGAN MIGAS 5,41 5,15 3,41 5,65 2,97 4,17 5,01

- TANPA MIGAS 8,54 8,66 8,25 8,06 6,56 7,16 7,63

2 SUMATERA

- DENGAN MIGAS 3,57 5,26 4,96 4,98 3,50 5,49 6,00

- TANPA MIGAS 5,77 7,00 6,96 5,95 4,39 5,51 5,71

3 INDONESIA

- DENGAN MIGAS 5,69 5,50 6,28 6,06 4,50 6,10 6,50

- TANPA MIGAS 6,57 6,11 6,87 6,52 4,90 6,60 6,90

Boks 1

Page 43: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · 2013-10-12 · Analisis dilakukan berdasarkan data ... Pekanbaru, 8 Agustus 2012 BANK INDONESIA PEKANBARU ttd ... Tingginya curah hujan mengakibatkan produksi

turut memberikan kontribusi atas tingginya pertumbuhan PDB nasional dalam kisaran

4,5% s.d 6,5% (lihat tabel 1). Kuatnya pertumbuhan ekonomi provinsi Riau telah

mendorong provinsi Riau menjadi kekuatan nomor lima dalam ekonomi nasional (lihat

tabel 2).

Tabel 2. Persentase PDRB Terhadap PDB (hargaberlaku)

Sumber : BPS Nasional (diolah)

Pembahasan terkait dengan economic development di provinsi Riau adalah

bagaimana pesatnya pertumbuhan ekonomi provinsi Riau berdampak terhadap

kesejahteraan masyarakat.Apakah yang dimaksud dengan economic development?.

Dalam pandangan ekonomi tradisional, “development” is meant the capacity of a

national economy to generate and sustain an annual increase in its gross national

product at significant rates (Tri Widodo, 2012). Atau dengan kata lain “Gross National

Product (GNP) per capita or Gross Domestic Product (GDP) per capita. For example,

World Bank (2009) defines:Low income countries: <935; Middle income countries: 936-

11,455; and High income countries: 11,456. Meanwhile, ssocial indicators gains in

literacy, schooling, health conditions and services and provision of housing, etc.”

Analisis economic development akan sangat berguna bagi kalangan usaha termasuk

jasa perbankan untuk dapat menangkap peluang melakukan aktifitas usahanya di

provinsi Riau terutama meningkatkan peranan perbankan dalam financial inclusion bagi

masyarakat yang selama ini belum memanfaatkan jasa pelayanan perbankan

Secara singkat dapat jabarkan bahwa sebagai salah satu daerah yang

ekonominya sedang berkembang, provinsi Riau memiliki karakteristik sangat unik.

Keunikan ekonomi provinsi Riau adalah kontribusi utama ekonomi berasal dari tiga

sektor, yaitu sektor pertanian/perkebunan, sektor pertambangan, dan sektor industri.

Ketiga sektor tersebut telah memberikan kontribusi sekitar 70%. Adapun salah satu

sektor yang memberikan kontribusi besar tehadap ekonomi provinsi Riau adalah aktifitas

No Wilayah 2007 2008 2009 2010 2011

1 DKI Jakarta 16,0 15,8 16,3 16,3 16,1

2 Jawa Timur 15,1 14,5 14,8 14,7 14,5

3 Jawa Barat 14,9 14,8 14,8 14,6 14,6

4 Jawa Tengah 8,8 8,6 8,6 8,4 8,4

5 Riau 5,9 6,5 6,4 6,5 6,1

6 Kalimantan Timur 6,3 7,4 6,1 6,1 5,7

7 Sumatera Utara 5,1 5,0 5,1 5,2 4,6

8 Banten 3,0 3,3 3,3 3,2 3,2

9 Sumatera Selatan 3,1 3,1 3,0 3,0 3,0

10 Sulawesi Selatan 2,0 2,0 2,2 2,2 2,2

Wilayah lain 19,7 19,0 19,6 19,8 19,8

Total 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0

Page 44: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · 2013-10-12 · Analisis dilakukan berdasarkan data ... Pekanbaru, 8 Agustus 2012 BANK INDONESIA PEKANBARU ttd ... Tingginya curah hujan mengakibatkan produksi

ekonomi pada sektor pertanian/perkebunan, khususnya perkebunan sawit, kelapa dan

karet.

Luas perkebunan di provinsi Riau mencapai 3,2 juta hektar (lihat tabel 3). Areal

perkebunan terluas adalah kebun kelapa sawit, diikuti oleh kelapa dan karet. Besarnya

luas perkebunan di Riau telah menyebabkan penyerapan tenaga kerja sangat besar.

Bahkan tenaga kerja yang bekerja di sektor pertanian/perkebunan mencapai 44,8%

(tabel 4) dari total tenaga kerja se provinsi Riau atau sebanyak 1,75 juta orang.

Sedemikian besar kemampuan daya serap subsektor perkebunan terhadap tenaga kerja

sehingga perkebunan merupakan buffer bagi tersedianya lapangan pekerjaan di provinsi

Riau.

Tabel 3. Luas Areal Perkebunan di Provinsi Riau

Sumber : Dinas perkebunan Provinsi Riau (2012)

Tabel 4. Persentase Tenaga Kerja per Sektoral di Provinsi Riau

Sumber : BPS Provinsi Riau (diolah)

Meningkatnya areal perkebunan yang mampu menyerap tenaga kerja dalam

jumlah besar merupakan konsekuensi dari tingginya permintaan atas produk

perkebunan. Permintaan dalam negeri dan ekspor untuk komoditas hasil kelapa sawit,

kelapa, dan karet dalam beberapa tahun terakhir sangat besar. Besarnya permintaan

No KomoditiLuas Tanaman (Ha)

2006 2007 2008 2009 2010 2011

1 Kelapa sawit 1.530.141 1.612.382 1.673.551 1.925.342 2.103.176 2.176.864

2 Kelapa 551.612,78 552.021,69 553.656,50 527.598 525.398 n.a

3 Karet 514.469,72 532.900,79 528.654,89 516.474 499.490 n.a

4 Sagu 72.468,50 62.342,93 69.916,93 79.057 81.841 n.a

5 Kakao 5.586,18 5.777,55 6.419,71 7.016 6.688 n.a

6 Kopi 10.816,43 10.192,46 7.977,72 5.065 4.325 n.a

7 Gambir 5.112 4.901 5.702 4.903 5.012 n.a

Total 2.690.207 2.780.518 2.845.879 3.065.455 3.225.930 n.a

Feb-07 Feb-08 Feb-09 Feb-10 Feb-11 Feb-12

(%) (%) (%) (%) (%) (%)

Pertanian (kanan) 51,50 46,70 46,70 48,82 43,65 44,80

Pertambangan 2,80 2,90 2,90 2,21 1,16 1,11

Industri 4,00 5,40 5,40 6,47 6,14 5,99

Listrik, Gas & Air 0,40 0,20 0,20 0,22 0,21 0,26

Bangunan 6,20 5,90 5,90 5,14 4,03 3,87

Perdagangan 15,80 17,20 17,20 17,48 21,21 21,51

Angkutan & Perdagangan 7,20 5,90 5,90 5,82 4,41 3,98

Keuangan & Jasa Perusahaan 1,00 1,40 1,40 0,85 2,42 2,69

Jasa Kemasyarakatan 11,10 14,30 14,30 12,99 16,77 15,80

100 100 100 100 100 100

3.344.238 3.575.840 3.599.336 3.682.863 3.794.782 3.920.662

Lapangan Pekerjaan

Utama

Total

Penduduk 15+ (Jiwa)

Page 45: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · 2013-10-12 · Analisis dilakukan berdasarkan data ... Pekanbaru, 8 Agustus 2012 BANK INDONESIA PEKANBARU ttd ... Tingginya curah hujan mengakibatkan produksi

tersebut telah mengakibatkan harga jual dari ketiga komoditas tersebut meningkat.

Implikasinya adalah terhadap peningkatan kesejahteraan petani berupa kenaikan

pendapatan, sebagaimana yang ditunjukkan oleh naiknya nilai tukar petani1 (grafik 3).

Grafik 2. Nilai Tukar petani di Provinsi Riau

Meningkatnya pendapatan petani telah mendorong pada peningkatan

kesejahteraan masyarakat di provinsi Riau. Salah satu indikatornya adalah turunnya

angka Gini Ratio2, yang mencerminkan bahwa kue ekonomi di provinsi Riau juga telah

dinikmati oleh masyarakat berpendapatan menengah dan rendah, atau dapat

dinyatakan bahwa distribusi pendapatan masyarakat di Riau semakin menyempit. Angka

gini ratio di provinsi Riau pada tahun terakhir menunjukkan angka 0,306 (2008), lebioh

rendah dari tahun sebelumnya yang mencapai 0,322 (2007)

Di sisi lain, membaiknya kesejahteraan dari sisi ekonomi juga diikuti dengan

kesejahteraan secara menyeluruh. Hal ini ditunjukkan oleh angka Indeks Pembangunan

Manusia provinsi Riau yang terus meningkat (Lihat tabel 5)

Tabel 5. Indeks Pembangunan Manusia

Sumber : BPS nasional

1 Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan salah satu ukuran pendapatan petani yang dihitung dari selisih antara indeks yang diterima oleh petani dikurangi dibayar oleh petani (untuk kegiatan operasional bertani dan konsumsi sehari-hari) 2Gini ratio adalah ukuran disparitas kue ekonomi yang dapat dinikmati oleh masyarakat berpendapatan tinggi, menengah, dan bawah. Semakin kecil (mendekati nol) maka disparitas antara kelompok pendapatan tinggi dan pendapatan rendah menyempit dan sebaliknya.

86

88

90

92

94

96

98

100

102

104

106

108

4 6 8 1012 2 4 6 8 1012 2 4 6 8 1012 2 4 6 8 1012 2 4

2008 2009 2010 2011 2012

NTP

IPM Ranking IPM Ranking IPM Ranking

31. DKI Jakarta 77,03 1 77,36 1 77,60 1

71. Sulawesi Utara 75,16 2 75,68 2 76,09 2

14. Riau 75,09 3 75,60 3 76,07 3

34. Yogyakarta 74,88 4 75,23 4 75,77 4

64. Kalimantan Timur 74,52 5 75,11 5 75,56 5

20. Kepulauan Riau 74,18 6 74,54 6 75,07 6

62. Kalimantan Tengah 73,88 7 74,36 7 74,64 7

12. Sumatera Utara 73,29 8 73,80 8 74,19 8

13. Sumatera Barat 72,96 9 73,44 9 73,78 9

16. Sumatera Selatan 72,05 12 72,61 10 72,95 10

Indonesia 71,17 71,76 72,27

Provinsi

2008 2009 2010

Page 46: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · 2013-10-12 · Analisis dilakukan berdasarkan data ... Pekanbaru, 8 Agustus 2012 BANK INDONESIA PEKANBARU ttd ... Tingginya curah hujan mengakibatkan produksi

Meningkatnya kesejahteraan masyarakat di provinsi Riau, terutama pada

masyarakat petani merupakan peluang bagi berkembangkan aktifitas ekonomi.

Perbankan merupakan salah satu sektor yang secara alamiah dikatakan sebagai “follows

the economic activity” juga telah menerima manfaat dari semakin besarnya kegiatan

ekonomi di provinsi Riau. Pesatnya aktifitas perbakan di Riau tercermin dari jaringan

kantor bank terus meningkat, penghimpunan dana dan penyaluran kredit yang besar.

Sementara kualitas kredit relatif masih baik. Indikator-indiaktor perkembangan

perbankan di provinsi Riau dapat ditemui dalam analisis Perkembangan Perbankan.

Page 47: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · 2013-10-12 · Analisis dilakukan berdasarkan data ... Pekanbaru, 8 Agustus 2012 BANK INDONESIA PEKANBARU ttd ... Tingginya curah hujan mengakibatkan produksi

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah

27

1. Kondisi Umum

Kegiatan usaha perbankan di Provinsi Riau pada triwulan II-2012 secara umum

menunjukkan perkembangan yang menggembirakan seiring dengan

bertumbuhnya perekonomian Riau. Perkembangan indikator utama perbankan

terus menunjukkan peningkatan seperti jaringan kantor, aset, Dana Pihak Ketiga

(DPK) dan kredit. Di sisi risiko, rasio kredit bermasalah yang dialami perbankan

pada triwulan laporan relatif terjaga meskipun mengalami kenaikan

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

Bab 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN

DAN SISTEM PEMBAYARAN

DAERAH

Page 48: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · 2013-10-12 · Analisis dilakukan berdasarkan data ... Pekanbaru, 8 Agustus 2012 BANK INDONESIA PEKANBARU ttd ... Tingginya curah hujan mengakibatkan produksi

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah

28

2. Perkembangan Perbankan Riau

Perkembangan kondisi perbankan di Provinsi Riau pada triwulan laporan

menunjukkan peningkatan. Total aset perbankan Riau pada triwulan laporan

mencapai Rp69,84 triliun atau naik sebesar 3,56% (qtq). Kenaikan aset

perbankan tersebut utamanya berasal dari meningkatnya jumlah Dana Pihak

Ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun yakni dari Rp49,16 triliun menjadi

Rp51,01 triliun atau naik 3,75% (qtq).Sejalan dengan meningkatnya

penghimpunan DPK, jumlah kredit yang disalurkan oleh perbankan Riau juga

menunjukkan kenaikan, yakni dari Rp38,07 triliun menjadi Rp40,99 triliun atau

naik 7,68% (qtq).

Lebih tingginya kenaikan kredit dibandingkan DPK pada triwulan II-2012 telah

mendorong Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan Riau meningkat, yakni dari

77,43% menjadi 80,37%. Tingkat kredit bermasalah (NPL gross) perbankan di

Riau pada triwulan laporan tercatat sebesar 2,49%, atau relatif lebih tinggi

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 2,36%.

Meskipun meningkat, tingkat NPL yang tercatat pada triwulan laporan masih

berada di bawah batas yang ditetapkan oleh Bank Indonesia yakni sebesar 5%.

Sementara, berdasarkan lokasi proyek, jumlah kredit yang disalurkan oleh

perbankan mencapai Rp54,19 triliun atau meningkat 5,29% dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya. Dengan kondisi tersebut, LDR perbankan Riau

berdasarkan lokasi proyek tercatat lebih tinggi yaitu sebesar 106,28%.

Tabel 3.1. Perkembangan Indikator Perbankan Riau (dalam Rp Juta)

\

I II yoy qtq

Jumlah Bank 75 77 78

- Bank Umum 44 44 45

- BPR 31 33 33

- Jaringan Kantor 619 624 634

Aset 60.672.880 67.436.092 69.835.127 18,17 3,56

Kredit 36.700.480 38.070.338 40.992.444 25,23 7,68

Kredit Lokasi Proyek 51.090.943 51.475.647 54.197.279 14,05 5,29

Dana Pihak Ketiga 45.562.890 49.165.494 51.007.244 18,60 3,75

LDR 80,55% 77,43% 80,37%

LDR (lokasi proyek) 112,13% 104,70% 106,25%

NPL 2,05% 2,36% 2,49%

20122011

Pertumbuhan

Tw II-2012 (%)Indikator

Page 49: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · 2013-10-12 · Analisis dilakukan berdasarkan data ... Pekanbaru, 8 Agustus 2012 BANK INDONESIA PEKANBARU ttd ... Tingginya curah hujan mengakibatkan produksi

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah

29

3. Perkembangan Bank Umum

3.1. Perkembangan Jaringan Kantor

Jumlah jaringan kantor bank

umum di Riau pada triwulan

laporan mengalami kenaikan

sebanyak 10 kantor, sehingga

menjad 634 kantor. Penambahan

jaringan kantor tersebut terjadi

pada jumlah kantor cabang (1

unit), kantor cabang pembantu

(6 unit) dan lainnya (3 unit).

Sementara itu, pada tingkat

kabupaten/Kota, penyebaran

jaringan kantor bank umum masih

terpusat di Kota Pekanbaru

dengan jumlah mencapai 236 jaringan diikuti oleh Kabupaten Indragiri Hilir

dan Kampar. Namun, perbankan juga sudah mulai melihat potensi ekonomi

pada kabupaten/kota lain di Provinsi Riau sebagaimana tercermin dari

banyaknya jumlah kantor bank di wilayah lain.

Tabel 3.3. Perkembangan Jaringan Kantor Bank Umum Menurut Kab./Kota di Riau

Triwulan II-2012

KP Kanwil KC KCP KK Lainnya Total1 Pekanbaru 1 1 49 117 25 43 236 2 Bengkalis - - 8 21 2 10 41 3 Dumai - - 2 36 3 3 44 4 Indragiri Hulu - - 2 30 4 8 44 5 Indragiri Hilir - - 5 40 4 10 59 6 Kampar - - 2 29 4 5 40 7 Kuantan Singingi - - 2 20 3 2 27 8 Pelalawan - - 2 22 2 2 28 9 Rokan Hulu - - 4 27 5 5 41

10 Rokan Hilir - - 4 21 2 4 31 11 Siak - - 2 22 3 3 30 12 Meranti - - 3 7 1 2 13

1 1 85 392 58 97 634

Jumlah Kantor Bank Umum di Kabupaten/Kota

Total

No. Kab./Kota

Tw I-12 Tw II-12

1. Jumlah Bank 44 45

- Pemerintah 6 6

- Swasta 29 29

- Asing 0 0

- Syariah 5 5

- Unit Usaha Syariah 4 5

2. Kantor Pusat 1 1

3. Kantor Cabang 84 85

- Pemerintah 43 43

- Swasta 41 42

- Asing 0 0

4. Kantor Cab.Pembantu 386 392

5. Kantor Kas 58 58

6. Lainnya *) 95 98

Jumlah 624 634

*) Kantor Wilayah, Payment point , Kantor Fungsional,

Kantor Layanan Syariah, Gerai, Kas Mobil

KeteranganPeriode

Tabel 3.2. Perkembangan Jaringan Kantor Bank

Umum di Riau Triwulan II-2012

Page 50: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · 2013-10-12 · Analisis dilakukan berdasarkan data ... Pekanbaru, 8 Agustus 2012 BANK INDONESIA PEKANBARU ttd ... Tingginya curah hujan mengakibatkan produksi

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah

30

3.2. Perkembangan Aset

Aset bank umum di Riau pada triwulan II-2012 tercatat sebesar Rp68,83 triliun

atau meningkat sebesar 3,53% dibandingkan dengan triwulan I-2012. Secara

tahunan, pertumbuhan aset bank umum Riau juga tetap menunjukkan

perkembangan yang positif dimana tumbuh sebesar 18,13%, meskipun

tumbuh lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang

mencapai 22,07%.

Grafik 3.1. Perkembangan Aset Bank Umum

Grafik 3.2. Pangsa Aset Bank Umum Menurut Kelompok Bank

Berdasarkan kelompoknya, komposisi aset bank umum di Riau tidak

mengalami perubahan yang signifikan dibandingkan periode-periode

sebelumnya. Aset bank milik pemerintah masih memiliki pangsa terbesar

dengan angka mencapai Rp49,60 triliun atau sekitar 70% terhadap total aset

bank umum di Riau.

3.3. Kredit

3.3.1. Perkembangan Penyaluran Kredit

Pada triwulan II-2012, kredit yang disalurkan bank umum di Riau mencapai

Rp40,30 triliun, atau meningkat sebesar 7,72% (qtq). Secara tahunan,

pertumbuhan kredit tercatat sebesar 25,28% atau lebih tinggi dibandingkan

dengan triwulan I-2012 yang tercatat sebesar 24,28%. Menurut jenis

kelompok bank, komposisi penyaluran kredit bank umum di Riau masih

didominasi oleh kelompok bank milik pemerintah dengan nilai mencapai

-

5,00

10,00

15,00

20,00

25,00

30,00

-

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

60,00

70,00

80,00

II III IV I II III IV I II III IV I II

2009 2010 2011 2012

yo

y, %

Rp

tri

liun

Aset (kiri) Pertumbuhan (kanan)

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

II III IV I II III IV I II III IV I II

2009 2010 2011 2012

Pemerintah Swasta

Page 51: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · 2013-10-12 · Analisis dilakukan berdasarkan data ... Pekanbaru, 8 Agustus 2012 BANK INDONESIA PEKANBARU ttd ... Tingginya curah hujan mengakibatkan produksi

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah

31

Rp25,79 triliun, sedangkan pada kelompok bank milik swasta nilainya

mencapai Rp14,51 triliun. Sementara itu, dari sisi jenis valuta, lebih dari 90%

kredit yang disalurkan oleh bank umum di Riau utamanya berupa mata uang

Rupiah dengan nilai nominal sebesar Rp38,73 triliun (Tabel 3.4).

Tabel 3.4. Posisi Kredit Bank Umum Di Provinsi Riau (dalam Rp juta)

3.3.2. Konsentrasi Kredit

Menurut jenis penggunaan, penyaluran kredit produktif yang terdiri dari Kredit

Modal Kerja (KMK) dan Kredit Investasi (KI) masih tetap mendominasi dengan

pangsa mencapai 63,38% dari total kredit yang disalurkan dan mengalami

pertumbuhan tahunan yang meningkat yakni dari 23,62% menjadi 25,94%.

Secara spesifik, penyaluran Kredit Modal Kerja (KMK) pada triwulan I-2012

tercatat sebesar Rp14,24 triliun atau secara tahunan tumbuh sebesar 24,47%.

Sementara itu, KI yang disalurkan bank umum di Riau pada triwulan II-2012

mencapai Rp11,29 triliun atau mengalami pertumbuhan sebesar 27,84% (yoy).

Hal tersebut diperkirakan tidak terlepas dari pesatnya pembangunan berbagai

infrastruktur pendukung PON ke-18 yang akan dilaksanakan pada bulan

September 2012 serta masih prospektifnya perekonomian Riau sehingga

mampu mendorong peningkatan investasi yang dibiayai dari kredit.Di sisi lain,

penyaluran kredit konsumsi (KK) oleh bank umum pada triwulan laporan

mencapai Rp14,76 triliun. Secara tahunan, KK mencatat pertumbuhan sebesar

24,16% (yoy) atau lebih rendah dibandingkan dengan triwulan I-2012 yang

tercatat sebesar 24,28%.

II III IV I II

A. Kelompok Bank 1. Bank Pemerintah 20,855,994 21,700,994 23,295,168 24,077,457 25,791,245 2. Bank Swasta 11,314,434 11,922,179 12,787,764 13,337,413 14,511,924

B. V a l u t a 1. Rupiah 31,034,189 32,370,192 34,748,115 35,966,424 38,734,053 2. Valas 1,136,238 1,252,981 1,334,816 1,448,445 1,569,115

T o t a l 32,170,427 33,623,173 36,082,931 37,414,869 40,303,168

Keterangan2011 2012

Page 52: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · 2013-10-12 · Analisis dilakukan berdasarkan data ... Pekanbaru, 8 Agustus 2012 BANK INDONESIA PEKANBARU ttd ... Tingginya curah hujan mengakibatkan produksi

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah

32

Grafik 3.3. Perkembangan Kredit Menurut Jenis Penggunaan

Grafik 3.4. Pertumbuhan (yoy,%) Kredit Menurut Jenis Penggunaan

Berdasarkan sektor usaha yang dibiayai, konsentrasi penyaluran kredit bank

umum di Riau utamanya masih ditujukan pada sektor perdagangan, hotel dan

restoran dengan nilai kredit mencapai Rp8,79 triliun atau porsinya sekitar

21,81% terhadap total kredit pada triwulan II-2012. Kredit yang disalurkan

sebagian besar tertuju pada sub sektor perdagangan eceran keliling dan

perdagangan yang didominasi makanan, minuman dan tembakau dengan nilai

masing-masing sebesar Rp1,25 triliun dan Rp1,13 triliun. sebesar 5,70% (yoy).

Sementara, pertumbuhan kredit perdagangan yang didominasi makanan,

minuman dan tembakau ini mencatat pertumbuhan yang lebih tinggi yakni

sebesar 30,80% (yoy). Kondisi ini sejalan dengan pertumbuhan ekonomi sektor

perdagangan yang relatif baik. Sektor ekonomi lain yang tercatat menyerap

kredit cukup besar adalah sektor pertanian, dimana sebagian besar kredit

diserap oleh sub sektor kelapa sawit seiring dengan peran kelapa sawit sebagai

komoditas primadona di Provinsi Riau.

35,3%

28,0%

36,6%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

I II III IV I II III IV I II

2010 2011 2012

Modal Kerja Investasi Konsumsi

-

5

10

15

20

25

30

35

40

II III IV I II III IV I II III IV I II

2009 2010 2011 2012

yoy,

%

Pertumb. MK Pertumb. Inv

Pertumb. Kons Total

Page 53: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · 2013-10-12 · Analisis dilakukan berdasarkan data ... Pekanbaru, 8 Agustus 2012 BANK INDONESIA PEKANBARU ttd ... Tingginya curah hujan mengakibatkan produksi

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah

33

Tabel 3.5. Kredit Menurut Sektor Ekonomi di Provinsi Riau (Rp juta)

Pada triwulan laporan, kredit yang disalurkan ke sektor transportasi,

pergudangan dan komunikasi mengalami pertumbuhan tertinggi yakni sebesar

49,10% dengan nilai nominal mencapai Rp1,36 triliun. Relatif tingginya

pertumbuhan pada kredit ke sektor tersebut utamanya didorong oleh

peningkatan penyaluran kredit ke sub sektor angkutan jalan untuk barang

yang tercatat meningkat sebesar 63,64% (yoy) pada triwulan laporan. Hal ini

diindikasikan tidak terlepas dari tingginya frekuensi aktivitas perdagangan

lintas batas antar provinsi seperti halnya kebutuhan bahan pangan pokok serta

bahan bangunan mengingat kondisi Riau yang memiliki ketergantungan cukup

besar dari wilayah lain.

Tabel 3.6. Distribusi Penyaluran Kredit Lokasi Proyek Per Dati II di Provinsi Riau (Rp juta)

Menurut daerah tingkat II, kredit lokasi proyek yang diserap di Provinsi Riau

sebagian besar masih terkonsentrasi di Kota Pekanbaru dengan nilai mencapai

Rp22,61 triliun, diikuti oleh Kota Dumai dan Kabupaten Indragiri Hulu yang

masing-masing tercatat sebesar Rp5,16 triliun dan Rp3,74 triliun. Kabupaten

Indragiri Hilir dan Dumai tercatat menyerap jumlah kredit paling kecil.

I II III IV I II

1 Pertanian 5,129,220 5,200,799 5,207,971 6,662,578 6,936,742 7,548,586

2 Pertambangan 176,001 236,673 344,126 355,058 244,627 251,149

3 Perindustrian 1,573,092 1,623,518 1,654,884 1,763,623 1,758,769 1,870,186

4 Listrik, Gas dan Air 62,997 70,069 77,061 103,376 107,313 103,605

5 Konstruksi 953,155 984,813 1,076,537 983,619 895,840 977,907

6 Perdag., Resto. & Hotel 6,207,599 6,600,950 6,924,963 7,798,914 7,935,746 8,792,084

7 Pengangkutan, Pergud. 703,845 913,131 1,110,787 1,109,161 1,191,996 1,361,472

8 Jasa-jasa 2,612,464 2,807,117 2,863,246 3,065,079 3,070,879 3,366,105

9 Lain-lain 12,687,496 13,733,357 14,363,596 14,241,524 15,272,958 16,032,076

30,105,869 32,170,427 33,623,173 36,082,932 37,414,869 40,303,169

No. Sektor Ekonomi2011

Jumlah

2012

I II III IV I II

1 Pekanbaru 18,611,610 19,892,910 21,041,768 21,666,041 22,011,832 22,618,110

2 Bengkalis 3,065,804 3,185,970 3,447,018 3,395,686 3,219,482 3,274,797

3 Dumai 6,464,333 6,811,808 6,681,126 4,719,193 4,734,703 5,159,444

4 Indragiri Hilir 1,822,435 1,885,997 2,114,061 2,258,084 2,180,437 2,267,220

5 Indragiri Hulu 3,046,743 3,170,940 3,432,272 3,606,247 3,576,043 3,740,232

6 Lainnya 12,646,388 12,573,528 13,294,986 15,445,692 15,753,150 17,137,476

45,657,313 47,521,153 50,011,231 51,090,943 51,475,647 54,197,279

No Kab./Kota2011 2012

Jumlah

Page 54: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · 2013-10-12 · Analisis dilakukan berdasarkan data ... Pekanbaru, 8 Agustus 2012 BANK INDONESIA PEKANBARU ttd ... Tingginya curah hujan mengakibatkan produksi

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah

34

3.3.3. Penyaluran Kredit UMKM

Pada triwulan laporan, penyaluran kredit kepada Usaha Mikro Kecil Menengah

(UMKM) oleh bank umum di Riau mencapai Rp14,85 triliun atau pangsanya

sebesar 36,84% dari total kredit bank umum di Riau. Kredit kepada sektor

UMKM di Provinsi Riau sebagian besar diserap oleh skala usaha kecil dengan

nilai kredit sebesar Rp5,94 triliun, diikuti oleh skala menengah dan mikro

masing-masing sebesar Rp5,36 triliun dan Rp3,55 triliun.

Menurut jenis penggunaan, seluruh penyaluran kredit kepada sektor UMKM

digunakan untuk kegiatan produktif (kredit modal kerja dan investasi). Hal ini

memberikan indikasi positif bagi pengembangan beberapa sektor ekonomi

yang banyak dilakukan oleh UMKM seperti perdagangan dan pertanian.

Tabel 3.7. Perkembangan Kredit UMKM (KUMKM) di Provinsi Riau (Rp juta)

Ket : Kriteria KUMKM mengikuti UU No.20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

Secara sektoral, kredit UMKM yang disalurkan oleh bank umum di Riau

utamanya diserap ke sektor perdagangan dan pertanian (Tabel 3.8). Pada

sektor perdagangan, penyaluran kredit UMKM utamanya diserap oleh sub

sektor perdagangan eceran keliling dan perdagangan yang didominasi oleh

makanan, minuman dan tembakau masing-masing sebesar Rp1,17 triliun dan

Rp.851,48 miliar. Sedangkan pada sektor pertanian, kredit UMKM sebagian

besar (83,4%) digunakan untuk sub sektor kelapa sawit seiring dengan

tingginya prospek sektor ini.

I II III IV I II

Mikro 2,495,251 2,687,024 2,901,705 3,112,386 3,313,470 3,545,514

Kecil 5,088,232 5,445,174 4,921,351 5,448,902 5,640,244 5,935,445

Menengah 3,287,614 3,676,323 4,440,529 4,868,783 4,955,899 5,364,799

Total Kredit UMKM 10,871,097 11,808,522 12,263,585 13,430,070 13,909,612 14,845,758NPL UMKM 3.14% 3.03% 2.98% 2.40% 3.06% 3.16%

Total Kredit 30,105,869 32,170,427 33,623,173 36,082,932 37,414,869 40,303,169

(% terhadap Total Kredit) 36.11% 36.71% 36.47% 37.22% 37.18% 36.84%

2012Skala Usaha

2011

Page 55: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · 2013-10-12 · Analisis dilakukan berdasarkan data ... Pekanbaru, 8 Agustus 2012 BANK INDONESIA PEKANBARU ttd ... Tingginya curah hujan mengakibatkan produksi

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah

35

Tabel 3.8. Sebaran Kredit UMKM menurut Sektor Ekonomi (Rp juta)

3.3.4. Kelonggaran Tarik

Jumlah kredit yang belum dicairkan (undisbursed loan) pada triwulan laporan

tercatat sebesar Rp3,39 triliun atau sekitar 8,41% dari total kredit bank umum

di Provinsi Riau. Jumlah kredit yang belum dicairkan tersebut mengalami

penurunan sebesar 12,89% (Rp500 miliar) dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya. Jumlah kredit yang belum dicairkan tersebut sebagian besar

terdapat pada kelompok bank milik swasta yakni sebesar Rp1,95 triliun atau

turun 3,11% (qtq). Sementara itu, jumlah kredit yang belum dicairkan pada

kelompok bank milik pemerintah tercatat juga mengalami penurunan yakni

dari Rp1,88 triliun menjadi Rp1,44 triliun atau turun 23,34% (qtq).

Menurut jenis penggunaan, kredit yang belum dicairkan pada triwulan laporan

sebagian besar merupakan kredit modal kerja dengan nilai mencapai

Rp2,69 triliun diikuti oleh kredit investasi yakni sebesar Rp842,38 miliar.

Sementara itu, Jika dilihat menurut sektor ekonomi, jumlah kredit yang belum

dicairkan terbesar utamanya terdapat pada sektor perdagangan, hotel dan

restoran yaitu sebesar Rp1,35 triliun diikuti oleh sektor pertanian dan real

estate masing-masing sebesar Rp483,27miliar dan Rp406,75 miliar. Penurunan

jumlah kredit yang belum dicairkan pada triwulan laporan diperkirakan tidak

terlepas dari tingkat keyakinan pelaku usaha terhadap kondisi ekonomi Riau

selama tahun 2012.

% % % % % Jumlah %

1 Pertanian 23.5% 22.2% 21.2% 26.5% 26.6% 3,962,481 26.7%

2 Pertambangan 0.3% 0.3% 0.2% 0.3% 0.3% 80,070 0.5%

3 Perindustrian 2.7% 3.0% 2.9% 3.1% 3.0% 455,196 3.1%

4 Listrik, Gas dan Air 0.0% 0.0% 0.0% 0.1% 0.0% 6,618 0.0%

5 Konstruksi 3.5% 3.6% 3.7% 3.5% 3.3% 528,375 3.6%

6 Perdag., Resto. & Hotel 43.4% 42.2% 42.9% 44.9% 43.8% 6,593,722 44.4%

7 Pengangkutan, Pergud. 3.1% 3.8% 4.2% 3.8% 3.7% 540,282 3.6%

8 Jasa-jasa 9.4% 9.3% 9.4% 9.7% 9.6% 1,405,148 9.5%

9 Lain-lain 14.1% 15.6% 15.3% 8.2% 9.6% 1,273,865 8.6%

100% 100% 100% 100% 100% 14,845,758 100%Jumlah

No. Sektor EkonomiTw II-11Tw I-11 Tw II-12Tw III-11 Tw IV-11 Tw I-12

Page 56: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · 2013-10-12 · Analisis dilakukan berdasarkan data ... Pekanbaru, 8 Agustus 2012 BANK INDONESIA PEKANBARU ttd ... Tingginya curah hujan mengakibatkan produksi

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah

36

Grafik 3.5. Jumlah Kredit yang Belum Dicairkan Bank Umum di Riau

3.3.5. Risiko Kredit

Risiko kredit bermasalah (Non Performing Loans/NPL1) yang terdapat di bank

umum di Riau masih relatif terjaga. Pada triwulan laporan, NPL bank umum di

Riau tercatat sebesar 2,35% sedikit meningkat dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya yang mencapai 2,22% namun masih berada dibawah batas

kewajaran yang ditetapkan Bank Indonesia yakni sebesar 5%.

Grafik 3.6. Perkembangan NPL Gross di Provinsi Riau

1 NPL Gross

0,00

0,50

1,00

1,50

2,00

2,50

3,00

3,50

4,00

Tw II 11 Tw III 11 Tw IV 11 Tw I 12 Tw II 12

Pemerintah 1,50 1,57 1,83 1,88 1,44

Swasta 1,97 2,19 2,00 2,01 1,95

Total 3,47 3,77 3,83 3,89 3,39

Rp T

riliu

n

2,20 2,16 2,39

1,95

2,22 2,35

-

0,50

1,00

1,50

2,00

2,50

3,00

0

100

200

300

400

500

600

700

Tw I 11 Tw II 11 Tw III 11 Tw IV 11 Tw I 12 Tw II 12

%Rp miliar

Kurang Lancar Diragukan Macet NPLs (kanan)

Page 57: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · 2013-10-12 · Analisis dilakukan berdasarkan data ... Pekanbaru, 8 Agustus 2012 BANK INDONESIA PEKANBARU ttd ... Tingginya curah hujan mengakibatkan produksi

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah

37

Dalam triwulan laporan, sektor konstruksi masih mengalami NPL tertinggi

dibandingkan sektor-sektor lainnya yaitu sebesar 8,95%, namun demikian,

pangsa penyaluran kredit ke sektor ini relatif kecil, sehingga belum

memberikan dampak yang signifikan terhadap NPL secara umum. Oleh karena

itu, perlu menjadi perhatian ke depan. Selanjutnya, diikuti oleh NPL sektor jasa

sosial masyarakat dan sektor perdagangan yakni masing-masing sebesar

4,05% dan 3,87%.

Tabel 3.9. NPLs Per Sektor Ekonomi Di Provinsi Riau

Berdasarkan Kabupaten/Kota, dari 5 kota yang menyerap kredit terbesar risiko

kredit bermasalah tertinggi terdapat di Kabupaten Bengkalis, yaitu sebesar

3,52% sedangkan NPL terendah terdapat di Kabupaten Indragiri Hulu yaitu

sebesar 1,01%. Relatif tingginya risiko kredit bermasalah di Kabupaten

Bengkalis utamanya berasal dari sektor konstruksi yang diperkirakan sejalan

dengan pesatnya pembangunan infrastruktur.

Tabel 3.10. NPL Berdasarkan Kota/Kabupaten di Provinsi Riau

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II

1 Pertanian 1.17% 1.27% 1.37% 1.11% 1.50% 1.42%

2 Pertambangan 0.67% 0.46% 0.24% 0.15% 0.45% 0.58%

3 Perindustrian 1.64% 1.46% 1.41% 1.24% 1.33% 1.31%

4 Listrik 0.20% 0.28% 0.13% 0.18% 0.09% 0.58%

5 Konstruksi 6.13% 6.80% 6.34% 6.82% 6.78% 8.95%

6 Perdagangan 4.17% 3.84% 4.68% 3.80% 4.11% 3.87%

7 Pengangkutan 1.78% 0.77% 0.57% 0.39% 0.17% 0.42%

8 Jasa Dunia Usaha 0.99% 1.26% 1.53% 1.07% 1.35% 1.50%

9 Jasa Sosial Masy. 1.32% 1.71% 1.93% 1.39% 4.51% 4.05%

10 Lain-lain 1.71% 1.73% 1.82% 1.42% 1.60% 1.92%

2.20% 2.16% 2.39% 1.95% 2.22% 2.35%

2011

Total

No. Sektor Ekonomi2012

I II III IV I II1 Pekanbaru 2.36% 2.31% 2.57% 2.10% 2.34% 2.39%

2 Dumai 1.58% 1.39% 1.60% 1.58% 2.18% 2.41%

3 Bengkalis 1.51% 1.81% 2.13% 1.89% 2.91% 3.52%

4 Indragiri Hulu 1.16% 1.32% 1.44% 1.09% 1.11% 1.01%

5 Indragiri Hilir 1.85% 1.34% 1.56% 1.29% 1.76% 2.32%

6 Lainnya 2.28% 2.29% 2.36% 1.78% 1.98% 2.28%

2011No. Kab./Kota

2012

Page 58: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · 2013-10-12 · Analisis dilakukan berdasarkan data ... Pekanbaru, 8 Agustus 2012 BANK INDONESIA PEKANBARU ttd ... Tingginya curah hujan mengakibatkan produksi

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah

38

3.4. Kondisi Likuiditas

3.4.1. Dana Pihak Ketiga

Penghimpunan DPK oleh bank umum di Riau pada triwulan laporan

mengalami kenaikan sebesar Rp1,83 triliun menjadi Rp50,31triliun atau naik

3,78% (qtq). Kenaikan ini utamanya bersumber dari jumlah tabungan dan

deposito 6-12 bulan yang mengalami kenaikan masing-masing sebesar

Rp628 miliar dan Rp203 miliar. Sementara itu, jumlah penghimpunan dana

dalam bentuk giro juga menunjukkan kenaikan sebesar Rp1,44 triliun

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

Tabel 3.11. Perkembangan DPK di Provinsi Riau (Rp miliar)

Berdasarkan kepemilikannya, kenaikan DPK bank umum di Riau utamanya

didorong oleh kenaikan dana milik Pemerintah Daerah serta dana milik

perorangan. Pada triwulan laporan, komposisi dana milik Pemerintah Daerah di

bank umum mencapai Rp12,38 triliun atau meningkat 1,84% dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya, sedangkan komposisi dana milik perorangan

yang memiliki pangsa terbesar mengalami kenaikan sebesar 1,18% (qtq)

menjadi Rp30,64 triliun.

I II III IV I II

1 Giro 10,461 11,252 11,567 10,837 13,012 14,452

2 Tabungan 18,359 19,361 20,142 22,343 21,589 22,216

3 Deposito 11,239 11,783 12,271 11,740 13,879 13,646

a. s.d 3 bln 9,162 9,579 10,137 9,446 11,566 11,160

b. > 3-6 bln 1,236 1,252 1,227 1,238 1,304 1,507

c. > 6-12 bln 585 698 652 818 788 812

d. > 12 bln 256 255 255 238 221 167

40,059 42,397 43,980 44,920 48,480 50,314

20122011

Total DPK

No Komponen DPK

Page 59: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · 2013-10-12 · Analisis dilakukan berdasarkan data ... Pekanbaru, 8 Agustus 2012 BANK INDONESIA PEKANBARU ttd ... Tingginya curah hujan mengakibatkan produksi

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah

39

Tabel 3.12. Perkembangan DPK di Provinsi Riau Menurut Kepemilikan (Rp juta)

Penghimpunan DPK menurut Kabupaten/Kota dalam triwulan laporan relatif

tidak mengalami perubahan signifikan dibandingkan dengan triwulan-triwulan

sebelumnya. Kota Pekanbaru masih memberikan kontribusi terbesar dengan

jumlah DPK yang dihimpun mencapai Rp29,86 triliun atau sekitar 59,35%

terhadap total DPK bank umum, diikuti oleh Kabupaten Bengkalis dan Kota

Dumai masing-masing sebesar 9,69% dan 7,56% (Tabel 3.14).

Tabel 3.13. Penghimpunan DPK Berdasarkan Kota/Kabupaten di Provinsi Riau

I II III IV I II

8,470,216 10,124,673 10,614,233 7,354,226 12,437,605 13,368,237

1 Pemerintah Pusat 190,677 212,392 230,183 209,282 221,268 204,086

2 Pemerintah Daerah 5,924,026 9,181,928 9,694,791 6,484,913 11,488,233 12,378,411

3 Badan/ Lembaga Pemerintah 83,443 85,508 99,833 80,958 191,992 128,338

4 Badan Usaha Milik Negara 545,511 489,415 515,325 485,786 492,845 596,105

5 Badan Usaha Milik Daerah 1,726,559 155,370 74,101 93,287 43,267 61,297

5,580,482 5,006,127 5,055,840 6,354,088 5,976,678 6,307,174

6 Perusahaan Asuransi 43,561 56,414 57,926 74,236 81,437 103,593

7 Perusahaan Swasta 5,056,826 4,338,702 4,362,892 5,565,121 5,255,431 5,540,719

8 Yayasan dan Badan Sosial 328,060 447,239 499,537 564,985 485,323 529,553

9 Koperasi 134,762 144,689 124,545 134,565 140,598 124,062

10 Lainnya 17,274 19,083 10,940 15,181 13,890 9,246

26,008,014 27,265,819 28,310,181 31,211,791 30,065,991 30,638,917

40,058,712 42,396,619 43,980,255 44,920,105 48,480,274 50,314,329

2011

Jumlah

Sektor Swasta

Sektor Pemerintah

Perorangan

2012No Kepemilikan

% % % % % Rp Juta %

1 Pekanbaru 63.27 61.64 59.86 61.77 59.65 29,860,131 59.35

2 Bengkalis 10.01 10.83 11.17 10.52 9.80 4,875,790 9.69

3 Dumai 7.93 7.51 7.67 8.07 7.55 3,802,907 7.56

4 Indragiri Hilir 3.60 3.63 3.55 3.76 3.77 2,013,106 4.00

5 Indragiri Hulu 4.04 4.30 4.28 4.31 3.86 1,990,529 3.96

6 Lainnya 11.15 12.09 13.47 11.57 15.38 7,771,865 15.45

100 100 100 100 100 50,314,328 100

Tw II-11

Jumlah

No. Kab./KotaTw I-11 Tw II-12Tw III-11 Tw IV-11 Tw I-12

Page 60: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · 2013-10-12 · Analisis dilakukan berdasarkan data ... Pekanbaru, 8 Agustus 2012 BANK INDONESIA PEKANBARU ttd ... Tingginya curah hujan mengakibatkan produksi

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah

40

3.4.2. Perkembangan Loan to Deposit Ratio (LDR)

Posisi LDR bank umum di Riau pada triwulan II-2012 tercatat sebesar 80,10%

atau meningkat dibandingkan dengan periode sebelumnya yang mencapai

77,18%. Kondisi ini didorong oleh lebih tingginya laju pertumbuhan kredit

(7,72% (qtq)) dibandingkan dengan laju pertumbuhan DPK (3,78% (qtq)).

Sementara itu, dengan memperhitungkan kredit berdasarkan lokasi proyek2,

LDR perbankan Riau dalam triwulan laporan mencapai angka yang lebih tinggi

yakni sebesar 107,72%, mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya yang mencapai 108,53% namun masih lebih tinggi dibandingkan

dengan LDR nasional3 yang tercatat 81,97%.

Grafik 3.7. Perkembangan LDR Di Provinsi Riau

Ket : LDR 1 = LDR berdasarkan kredit lokasi proyek

2data posisi Februari 2012 3 data posisi Februari 2012

0,00%

20,00%

40,00%

60,00%

80,00%

100,00%

120,00%

Tw I-11 Tw II-11 Tw III-11 Tw IV-11 Tw I-12 Tw II-12

LDR 75,15% 75,88% 76,45% 80,33% 77,18% 80,10%

LDR1 113,98% 112,09% 113,71% 113,74% 108,53% 107,72%

Nasional 77,18% 80,01% 81,70% 79,00% 80,61% 81,97%

Page 61: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · 2013-10-12 · Analisis dilakukan berdasarkan data ... Pekanbaru, 8 Agustus 2012 BANK INDONESIA PEKANBARU ttd ... Tingginya curah hujan mengakibatkan produksi

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah

41

3.5. Profitabilitas

3.5.1. Spread Bunga

Pergerakan suku bunga rata-rata tertimbang bank umum di Riau pada

triwulan II-2012 menunjukkan penurunan baik pada suku bunga dana yang

tercermin dari deposito 3 bulan maupun suku bunga pinjaman. Suku bunga

pinjaman tertimbang bank umum pada triwulan laporan tercatat menurun

sebesar 16 bps menjadi 12,43%. Sementara itu, suku bunga dana tertimbang

mencatat penurunan sebesar 66 bps menjadi 5,54%. Kondisi ini mendorong

naiknya margin yang diterima bank umum sebesar 50 bps hingga menjadi

6,89%. Meskipun margin yang diterima oleh bank umum pada triwulan

laporan relatif meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya, namun masih

relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun

sebelumnya yang tercatat sebesar 7,20%.

Grafik 3.8. Perkembangan Suku Bunga Rata-rata Tertimbang Kredit dan Deposito 3 bulan

Dalam upaya meningkatkan good governance dan mendorong persaingan

yang sehat dalam industri perbankan, Bank Indonesia secara resmi telah

mengeluarkan kebijakan pemberlakuan transparansi Suku Bunga Dasar Kredit4.

Kebijakan ini bertujuan untuk menciptakan disiplin pasar yang lebih baik

4 Sebagaimana diatur dalam SE Ekstern No.13/5/DPNP tanggal 08 Februari 2011 tentang Transparansi Informasi Suku Bunga Dasar Kredit

2,00

4,00

6,00

8,00

10,00

12,00

14,00

16,00

18,00

20,00

%

MarginKreditDeposito 3 bulanBI rate

Page 62: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · 2013-10-12 · Analisis dilakukan berdasarkan data ... Pekanbaru, 8 Agustus 2012 BANK INDONESIA PEKANBARU ttd ... Tingginya curah hujan mengakibatkan produksi

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah

42

melalui terbentuknya informasi yang simetris baik di tingkat pelaku usaha

maupun perbankan.

3.5.2. Pendapatan dan Beban Bunga

Jumlah pendapatan bunga yang diperoleh bank umum di Provinsi Riau pada

triwulan laporan mencapai Rp1,53 triliun atau meningkat Rp135,29 miliar

(9,63%) dibandingkan dengan triwulan I-2012. Peningkatan pendapatan

bunga sebagian besar bersumber didorong oleh pendapatan bunga kredit

yang tercatat meningkat sebesar Rp117,99 miliar menjadi Rp1,36 triliun sejalan

dengan bertumbuhnya penyaluran kredit di Riau pada triwulan laporan.

Grafik 3.9. Komposisi Pendapatan Bunga

Di sisi lain, beban bunga yang ditanggung oleh bank umum di Riau pada

triwulan laporan juga mengalami kenaikan yakni dari Rp505,73 miliar menjadi

Rp526,18 miliar atau naik 4,04%. Kondisi disebabkan oleh adanya kenaikan

yang relatif tinggi pada tingkat bunga deposito 6 bulan terutama pada bulan

April dan Mei yang tercatat mengalami kenaikan berturut-turut dari 6,36%

(Maret 2012) menjadi 6,57% (bulan April) dan 6,74% (bulan Mei). Kemudian,

kenaikan beban bunga juga tidak lepas dari peningkatan beban bunga pihak

ketiga bukan bank yang tercatat mengalami kenaikan dari Rp101,94 miliar

menjadi Rp212,22 miliar.

Tw II-11 Tw III-11 Tw IV-11 Tw I-12 Tw II-12

Lainnya 103.331 110.297 140.351 89.815 84.848

Antar Bank 40.561 43.497 34.926 21.331 43.242

Kredit 1.115.177 1.223.160 1.257.669 1.243.295 1.361.280

SBI dan surat berharga 42.674 50.359 55.070 40.550 39.914

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

Page 63: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · 2013-10-12 · Analisis dilakukan berdasarkan data ... Pekanbaru, 8 Agustus 2012 BANK INDONESIA PEKANBARU ttd ... Tingginya curah hujan mengakibatkan produksi

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah

43

Grafik 3.10. Komposisi Beban Bunga

Pada triwulan laporan nilai pendapatan bunga bersih (net interest income)

bank umum di Riau mengalami kenaikan dibandingkan dengan

triwulan I-2012 yakni dari Rp889,26 miliar menjadi Rp1,00 triliun atau naik

Rp113,84 miliar.

3.5.3. Perkembangan Laba Rugi

Kondisi laba bank umum Provinsi Riau dalam triwulan laporan mengalami

peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Kondisi ini bersumber

dari meningkatnya pendapatan operasional khususnya pendapatan bunga.

Pendapatan operasional bank umum di Riau pada triwulan laporan tercatat

sebesar Rp1,95 triliun, naik Rp175,84 miliar (9,72%) dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya. Di sisi lain, beban operasional yang ditanggung

mencapai Rp1,30 triliun, atau naik sebesar Rp76,29 (6,18%) dibandingkan

triwulan sebelumnya.

Lebih tingginya kenaikan pendapatan operasional dibandingkan dengan beban

operasional triwulan laporan mendorong rasio BOPO bank umum di Riau

menurun yakni dari 68,15% menjadi 65,96%. Dengan kondisi tersebut, laba

bank umum di Riau pada triwulan laporan mencapai Rp676,06 miliar atau

lebih tinggi dibandingkan dengan periode sebelumnya yang mencapai

Rp578,64 miliar. Sementara dengan memperhitungkan transfer dan pajak,

maka jumlah perolehan laba bersih bank umum Riau mencatat angka yang

lebih tinggi yakni sebesar Rp677,05 miliar.

Tw II-11 Tw III-11 Tw IV-11 Tw I-12 Tw II-12

Lainnya 110.305 114.083 125.602 101.939 110.288

Antar Bank 16.623 23.254 11.794 7.039 6.131

Tabungan 128.970 133.592 129.016 124.369 110.321

Deposito 193.294 211.719 222.595 206.026 220.200

Giro 63.197 68.200 69.173 66.355 79.244

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

Page 64: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · 2013-10-12 · Analisis dilakukan berdasarkan data ... Pekanbaru, 8 Agustus 2012 BANK INDONESIA PEKANBARU ttd ... Tingginya curah hujan mengakibatkan produksi

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah

44

Grafik 3.11. Perkembangan Laba Rugi

4. Perbankan Syariah

Kinerja perbankan syariah pada triwulan laporan menunjukkan perkembangan

yang lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya. Aset perbankan syariah Riau

pada triwulan II-2012 mencapai Rp3,91 triliun atau meningkat sebesar

13,13% secara triwulanan. Peningkatan aset perbankan syariah utamanya

didorong oleh meningkatnya penghimpunan dana yaitu dari Rp2,74 triliun

menjadi Rp2,86 triliun atau naik 4,55% (qtq). Dengan demikian, pangsa aset

Perbankan syariah terhadap total perbankan di Provinsi Riau saat ini telah

mencapai 6,46% dan diperkirakan akan mengalami peningkatan sejalan dengan

tingginya animo perbankan nasional untuk dalam melakukan penetrasi ke

provinsi Riau terutama di bidang perbankan syariah.

Sementara itu, selama triwulan II-2012, pembiayaan yang disalurkan oleh

Perbankan syariah di Riau pada triwulan laporan mencapai Rp2,58 triliun atau

meningkat sebesar 8,57% (qtq). Lebih tingginya kenaikan pembiayaan

dibandingkan dengan kenaikan DPK mengakibatkan FDR Perbankan syariah di

Riau relatif meningkat yaitu dari 86,51% pada triwulan I-2012 menjadi 89,83%.

Di sisi lain, risiko pembiayaan bermasalah yang dialami berada pada tingkat

relatif terjaga yakni sebesar 2,95% (Tabel 3.14).

77,51

64,45

77,29

65,2668,15 65,96

0,00

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

60,00

70,00

80,00

90,00

-

100.000

200.000

300.000

400.000

500.000

600.000

700.000

800.000

Tw I 11 Tw II 11 Tw III 11 Tw IV 11 Tw I 12 Tw II 12

%

Rp

ju

ta

L/R (sblm transfer & pajak) L/R (net) Rasio BOPO

Page 65: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · 2013-10-12 · Analisis dilakukan berdasarkan data ... Pekanbaru, 8 Agustus 2012 BANK INDONESIA PEKANBARU ttd ... Tingginya curah hujan mengakibatkan produksi

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah

45

Tabel 3.14. Indikator Kinerja Utama Perbankan Syariah di Provinsi Riau (Rp juta)

Sebagian pembiayaan yang disalurkan oleh bank umum di Provinsi Riau

utamanya diserap dalam bentuk pembiayaan konsumsi yang mencapai 45,53%

terhadap total pembiayaan, diikuti pembiayaan modal kerja dan investasi

masing-masing sebesar 28,54% dan 25,93%. Pembiayaan konsumsi tercatat

meningkat sebesar 11,05% (qtq), sedangkan pembiayaan investasi dan modal

kerja masing-masing meningkat sebesar 7,10% (qtq) dan 6,25% (qtq).

Sementara itu, secara sektoral, pembiayaan perbankan syariah utamanya

ditujukan ke sektor lain-lain serta jasa dunia usaha dengan pangsa masing-

masing mencapai 45,49% dan 21,61%. Pembiayaan sektor lain yang juga relatif

besar salurkan ke sektor pertanian khususnya sub sektor perkebunan kelapa

sawit.

5. Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR/S)

Secara umum kegiatan usaha BPR/S dalam triwulan laporan menunjukkan

perkembangan yang relatif membaik dibandingkan triwulan sebelumnya.

Kondisi ini terlihat dari meningkatnya aset BPR/S, DPK dan kredit yang

disalurkan. Aset BPR/S Riau per Juni 2012 mencapai Rp997,84 miliar atau

meningkat 2,63% dibandingkan dengan triwulan I-2012. Peningkatan ini

didorong oleh meningkatnya penyaluran kredit dimana pada triwulan laporan

mengalami kenaikan sebesar 5,16%.

I II III IV I II

1 Jumlah Bank 11 11 11 11 11 11

2 Aset 2,456,607 2,733,467 3,012,003 3,256,336 3,457,740 3,911,778

3 DPK 1,747,795 2,003,249 2,153,377 2,341,312 2,743,362 2,868,268

- Giro 229,345 318,899 331,289 328,209 416,494 445,583

- Tabungan 911,458 985,013 1,065,587 1,175,950 1,420,873 1,491,500

- Deposito 606,992 699,337 756,501 837,153 905,995 931,185

4 Pembiayaan 1,775,067 1,959,222 2,207,900 2,290,267 2,373,195 2,576,518

5 NPF 2.64% 3.04% 3.04% 2.58% 2.91% 2.95%

6 FDR 101.56% 97.80% 102.53% 97.82% 86.51% 89.83%

2012No. Keterangan

2011

Page 66: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · 2013-10-12 · Analisis dilakukan berdasarkan data ... Pekanbaru, 8 Agustus 2012 BANK INDONESIA PEKANBARU ttd ... Tingginya curah hujan mengakibatkan produksi

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah

46

Tabel 3.15. Indikator Kinerja Utama BPR/S di Provinsi Riau (dalam Rp juta)

Sementara itu di sisi risiko, terjadi kenaikan risiko kredit bermasalah yakni dari

10,51% menjadi 10,88%. Hal ini utamanya disebabkan oleh belum optimalnya

kinerja debitur BPR mengingat sebagian besar segmen kreditnya berada pada

sektor informal. Tingkat NPLs ini sepatutnya menjadi perhatian bagi BPR/S di

Riau karena dapat mengakibatkan tingkat Kualitas Aktiva Produktif (KAP)

memburuk yang pada akhirnya berpotensi menurunkan tingkat kesehatan

bank dan mengganggu fungsi intermediasi bank.

6. Perkembangan Penyaluran KUR

Kredit Usaha Rakyat yang disalurkan oleh 6 (enam) bank pelaksanaan KUR di

Riau hingga triwulan II-2012 telah mencapai Rp2,57 triliun, naik 14,05% (qtq)

atau berada pada urutan ke-7 di tingkat nasional dan ke-2 di Sumatera.

Penyaluran KUR yang di Riau mencakup sekitar 3,23% dari total penyaluran

KUR secara nasional yang tercatat sebesar Rp73,15 triliun. Adapun jumlah

debitur penerima KUR di Provinsi Riau s.d triwulan II-2012 tercatat sebesar

110.260 jiwa. Dengan demikian, rata-rata KUR yang disalurkan meningkat

4,67% dibandingkan dengan posisi triwulan I-2012 menjadi Rp23,30 juta/jiwa.

Tabel 3.16. Perkembangan Penyaluran KUR di Riau

Sumber: Kantor Menko Perekonomian

I II III IV I II

1. Jumlah BPR/S 30 30 31 33 34 34

2. Asset 809.851 844.510 868.416 920.404 972.275 997.840

3. DPK 592.750 609.595 624.634 642.785 685.220 692.916

- Tabungan 284.186 299.335 296.773 302.472 317.379 316.892

- Deposito 308.564 322.723 327.861 340.313 367.841 376.024

4. Kredit 539.622 581.244 601.015 617.548 655.469 689.275

5. LDR 91,04% 95,35% 96,22% 96,07% 95,66% 99,47%

6. NPLs 8,46% 7,95% 8,75% 8,22% 10,51% 10,88%

Keterangan2011 2012

IV I II yoy qtq

Kredit Usaha Rakyat 1,963,716 2,255,137 2,569,548 90.28 13.94

- Jumlah Debitur 94,246 101,284 110,260 52.20 8.86

- Rata-rata (Rp juta/jiwa) 20.84 22.27 23.30 25.02 4.67

Indikator2011 Pertumbuhan Tw II-2012 (%)2012

Page 67: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · 2013-10-12 · Analisis dilakukan berdasarkan data ... Pekanbaru, 8 Agustus 2012 BANK INDONESIA PEKANBARU ttd ... Tingginya curah hujan mengakibatkan produksi

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah

47

7. Perkembangan Transaksi Pembayaran

7.1. Kondisi Umum

Perkembangan transaksi pembayaran di Provinsi Riau pada triwulan laporan

menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, baik

transaksi tunai maupun non tunai. Peningkatan transaksi pembayaran

diperkirakan terkait dengan pembayaran berbagai proyek terkait pelaksanaan

PON XVIII pada bulan September mendatang, pembangunan gedung-gedung

kantor, apartemen dan pusat perbelanjaan. Secara umum, perkembangan

transaksi tunai di Riau masih terus menunjukkan net outflow, meningkat

dibandingkan triwulan sebelumnya. Di sisi lain, transaksi non tunai Riau masih

didominasi oleh transaksi yang terjadi di Kota Pekanbaru dan Kota Dumai. Hal

ini sejalan dengan perkembangan kedua kota tersebut sebagai pusat bisnis di

Riau.

7.2. Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai

7.2.1. Aliran Uang Masuk dan Keluar (Inflow Outflow)

Perkembangan peredaran uang kartal di Provinsi Riau dapat dilihat dari

pergerakan arus uang masuk (inflow) dan arus uang keluar (outflow)5. Pada

triwulan laporan, terjadi peningkatan pada sisi outflow yaitu dari Rp1,57 triliun

menjadi Rp3,24 triliun atau meningkat sebesar 106,45% dibandingkan

triwulan sebelumnya, juga meningkat sebesar 7,47% dibandingkan triwulan

yang sama tahun sebelumnya. Peningkatan jumlah outflow pada triwulan

laporan merupakan kondisi musiman dalam rangka persiapan hari besar

keagamaan yaitu Ramadhan dan Lebaran.

Sementara itu, jumlah inflow ke Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi

Riau pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp828 miliar atau menurun

sebesar 23,64% dibandingkan triwulan sebelumnya. Namun mengalami

peningkatan yang signifikan jika dibandingkan dengan triwulan yang sama

tahun sebelumnya yaitu mencapai 81,04%. Berdasarkan perkembangan

tersebut di atas, maka pada triwulan laporan transaksi pembayaran tunai di

5 Inflow-Outflow adalah uang tunai yang diterima dan dikeluarkan melalui KPw. Bank Indonesia Provinsi Riau

Page 68: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · 2013-10-12 · Analisis dilakukan berdasarkan data ... Pekanbaru, 8 Agustus 2012 BANK INDONESIA PEKANBARU ttd ... Tingginya curah hujan mengakibatkan produksi

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah

48

Provinsi Riau masih menunjukkan net outflow dengan peningkatan yang

signifikan mencapai 395,11% dibandingkan triwulan sebelumnya sehingga

nilainya mencapai Rp2,4 triliun. Namun, mengalami penurunan sebesar 5,65%

dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya.

Grafik 3.12. Perkembangan Inflow dan Outflow

7.2.2. Penyediaan Uang Kartal Layak Edar

Dalam upaya pemenuhan jumlah nominal uang kartal menurut jenis pecahan

dan dalam kondisi layak edar (Clean Money Policy) bagi masyarakat, Kantor

Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Riau secara berkala melakukan kegiatan

pemusnahan uang tidak layak edar (UTLE) yang diterima dari setoran bank

maupun penukaran uang dari masyarakat dan mengganti dengan uang yang

layak edar (fit for circulation). Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) yang

menandakan pemusnahan uang tidak layak edar (UTLE) dalam triwulan

laporan mencapai 319 miliar, mengalami penurunan dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya maupun triwulan yang sama tahun sebelumnya yaitu

masing-masing sebesar 33,11% dan 21,56%.

Penurunan Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) disebabkan oleh kondisi

fisik uang yang diterima oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Riau

dari bank maupun dari masyarakat masih banyak dalam bentuk uang layak

edar. Kondisi tersebut mencerminkan masyarakat Riau semakin memahami

cara-cara memperlakukan uang dengan baik dan benar. Hal ini sejalan dengan

semakin intensifnya sosialisasi tentang cara memperlakukan uang dengan baik

Page 69: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · 2013-10-12 · Analisis dilakukan berdasarkan data ... Pekanbaru, 8 Agustus 2012 BANK INDONESIA PEKANBARU ttd ... Tingginya curah hujan mengakibatkan produksi

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah

49

yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Riau kepada

masyarakat. Sosialisasi ini dilakukan guna memperpanjang usia manfaat fisik

uang dengan memperkenalkan prinsip 3D (Didapat, Disimpan, Disayang).

Grafik 3.13. Perkembangan Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB)

di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Riau (Rp miliar)

7.2.3. Uang Rupiah Tidak Asli

Jumlah dan nilai nominal uang rupiah tidak asli yang ditemukan di Kantor

Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Riau pada triwulan laporan tercatat

mengalami kenaikan bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

triwulan II-2012, jumlah uang rupiah tidak asli yang ditemukan mencapai 89

lembar dengan nilai nominal sebesar Rp6,48 juta. Sementara pada triwulan

sebelumnya tercatat sebanyak 84 lembar dengan nominal tercatat sebesar

Rp5,43 juta.

Uang rupiah tidak asli yang dikonfirmasi oleh Kantor Perwakilan Bank

Indonesia Provinsi Riau dalam triwulan laporan terdiri dari pecahan Rp100.000

sebanyak 42 lembar, Rp50.000 sebanyak 45 lembar, Rp20.000 sebanyak 1

lembar dan Rp10.000 sebanyak 1 lembar. Penemuan uang rupiah tidak asli

tersebut berdasarkan permintaan klarifikasi dari perbankan dan masyarakat

serta setoran bank-bank ke Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Riau.

Page 70: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · 2013-10-12 · Analisis dilakukan berdasarkan data ... Pekanbaru, 8 Agustus 2012 BANK INDONESIA PEKANBARU ttd ... Tingginya curah hujan mengakibatkan produksi

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah

50

Grafik 3.14. Perkembangan Peredaran Uang Rupiah Tidak Asli di Provinsi Riau

Dalam upaya meningkatkan awareness masyarakat dalam mengidentifikasi

keaslian uang rupiah, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Riau secara

rutin melakukan sosialisasi mengenai ciri-ciri keaslian uang rupiah kepada

masyarakat termasuk kalangan perbankan melalui penerapan prinsip 3D

(Dilihat, Diraba, Diterawang). Dengan adanya sosialisasi ciri keaslian uang

rupiah, masyarakat diharapkan terhindar dari penyebaran uang rupiah tidak

asli.

7.3. PERKEMBANGAN TRANSAKSI PEMBAYARAN NON TUNAI

7.3.1. Transaksi Kliring

Transaksi pembayaran non tunai melalui kliring dalam triwulan laporan

mengalami peningkatan baik dari sisi nominal maupun jumlah warkat yang

digunakan bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya maupun triwulan

yang sama tahun sebelumnya. Transaksi nominal kliring pada triwulan II-2012

tercatat sebesar Rp7,66 triliun, atau meningkat sebesar 5,15% dan jumlah

warkat yang digunakan mencapai 297.206 lembar atau meningkat sebesar

3,86% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Selanjutnya, jumlah warkat

dan nominal transaksi non tunai melalui kliring mengalami peningkatan

sebesar 1,53% dan 8,24% jika dibandingkan dengan triwulan yang sama

tahun sebelumnya.

Page 71: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · 2013-10-12 · Analisis dilakukan berdasarkan data ... Pekanbaru, 8 Agustus 2012 BANK INDONESIA PEKANBARU ttd ... Tingginya curah hujan mengakibatkan produksi

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah

51

Grafik 3.15. Perkembangan Transaksi Kliring di Provinsi Riau

Meningkatnya jumlah warkat maupun nominal transaksi non tunai tersebut

menunjukkan semakin tingginya nilai nominal transaksi kliring yang terjadi.

Kondisi ini tidak terlepas dari pesatnya perkembangan ekonomi Riau, antara

lain berasal dari pembayaran proyek-proyek pembangunan berbagai sarana

pendukung PON 2012.

7.3.2. Real Time Gross Settlement (RTGS)

Transaksi non tunai melalui Bank Indonesia Real Time Gross Settlement

(BI-RTGS) pada triwulan II-2012 di Provinsi Riau secara umum mengalami

peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya baik dari sisi nominal

maupun jumlah warkat (volume) yang digunakan. Dari sisi nominal, nilai

transaksi BI-RTGS di Provinsi Riau pada triwulan laporan mencapai Rp79,52

triliun atau meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya maupun

triwulan yang sama tahun sebelumnya yaitu masing-masing sebesar 68,13%

dan 27,79%. Dari sisi volume, jumlah warkat transaksi BI-RTGS di Provinsi Riau

pada triwulan laporan mencapai 58.345 warkat atau meningkat dibandingkan

triwulan sebelumnya dan triwulan yang sama tahun sebelumnya yaitu masing-

masing sebesar 8,14% dan 5,34%.

Secara umum, transaksi RTGS baik nilai maupun volume di dominasi oleh

Pekanbaru dan Dumai, hal ini sejalan dengan perkembangan kedua kota

tersebut sebagai pusat bisnis di Riau. Peningkatan transaksi RTGS yang

Page 72: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · 2013-10-12 · Analisis dilakukan berdasarkan data ... Pekanbaru, 8 Agustus 2012 BANK INDONESIA PEKANBARU ttd ... Tingginya curah hujan mengakibatkan produksi

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah

52

signifikan pada kota Pekanbaru diperkirakan berasal dari pembayaran proyek-

proyek dalam rangka pembangunan berbagai infrastruktur PON menjelang

pelaksanaan PON pada bulan September 2012 yang akan dating,

pembangunan gedung kantor, pusat perbelanjaan, apartemen dan lain-lain.

Tabel 3.17. Perkembangan Nilai Transaksi BI-RTGS di Provinsi Riau Triwulan I-2012

(dalam Rp miliar)

*) angka koreksi

Tabel 3.18. Perkembangan Volume Warkat BI-RTGS di Riau Triwulan I-2012

*) angka koreksi

FROM*) TO*) FROM -

TO*)

Kumulatif

Nilai *) FROM TO FROM - TO

Kumulatif

Nilai

BENGKALIS 294 730 142 881 269 718 138 850

DUMAI 1.998 1.559 305 3.252 2.006 1.787 301 3.492

INDRAGIRI HULU 0 17 0 17 2 5 - 6

INDRAGIRI HILIR 1 4 - 5 3 0 - 3

KAMPAR 14 345 0 359 14 393 0 407

KUANTAN SINGINGI - 1 - 1 - 0 - 0

PEKANBARU 25.874 22.543 6.157 42.259 46.151 46.276 18.226 74.201

PELALAWAN 1 9 - 10 1 11 0 12

ROKAN HILIR - 3 - 3 - 3 - 3

ROKAN HULU 39 2 - 40 29 2 - 31 SIAK 93 382 4 471 115 411 5 522

RIAU 28.313 25.595 6.610 47.299 48.590 49.606 18.670 79.527

Jumlah nominal

Kabupaten/Kota

I-2012 II-2012

FROM*) TO*) FROM -

TO*)

Kumulatif

Volume *) FROM TO FROM-TO

Kumulatif

Volume

BENGKALIS 1.010 471 121 1.360 880 406 89 1.197

DUMAI 3.087 2.638 667 5.058 3.285 2.964 749 5.500

INDRAGIRI HULU 66 23 1 88 143 16 - 159

INDRAGIRI HILIR 74 5 - 79 102 9 - 111

KAMPAR 458 144 9 593 530 143 2 671

KUANTAN SINGINGI - 5 - 5 - 1 - 1

PEKANBARU 21.095 31.500 7.619 44.976 25.575 31.732 8.642 48.665

PELALAWAN 14 52 - 66 25 61 2 84

ROKAN HILIR - 18 - 18 - 12 - 12

ROKAN HULU 872 59 - 931 1.048 48 - 1.096 SIAK 475 325 23 777 549 325 25 849

RIAU 27.151 35.240 8.440 53.951 32.137 35.717 9.509 58.345

Jumlah nominal

Kabupaten/Kota

I-2012 II-2012

Page 73: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · 2013-10-12 · Analisis dilakukan berdasarkan data ... Pekanbaru, 8 Agustus 2012 BANK INDONESIA PEKANBARU ttd ... Tingginya curah hujan mengakibatkan produksi

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Kondisi Keuangan Daerah

51

1. Kondisi Umum

Realisasi penyerapan anggaran pendapatan Pemerintah Provinsi Riau sampai

dengan semester pertama tahun 2012 mencapai Rp2,36 triliun atau terealisasi

sebesar 42,92% dari rencana. Di sisi lain, realisasi anggaran belanja

pemerintah provinsi Riau sampai dengan periode yang sama tercatat sebesar

Rp1,40 triliun atau sekitar 22,01% dari rencana anggaran belanja tahun

2012. Secara umum, baik realisasi pendapatan maupun belanja daerah

Bab 4 KONDISI KEUANGAN

DAERAH

Page 74: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · 2013-10-12 · Analisis dilakukan berdasarkan data ... Pekanbaru, 8 Agustus 2012 BANK INDONESIA PEKANBARU ttd ... Tingginya curah hujan mengakibatkan produksi

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Kondisi Keuangan Daerah

52

Provinsi Riau relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan realisasi pada

periode yang sama tahun sebelumnya.

2. Realisasi APBD

Realisasi pendapatan Provinsi Riau sampai dengan semester I-2012 tercatat

sebesar Rp2,36 triliun atau mencapai 42,92% dari target yang ditentukan

sebesar Rp5,49 triliun. Sementara itu, jumlah anggaran belanja yang telah

direalisasikan sampai dengan semester I-2012 telah mencapai Rp1,40 triliun

atau mencakup sekitar 22,01% terhadap alokasi anggaran belanja

tahun 2012 yang mencapai Rp6,37 triliun. Realisasi anggaran belanja pada

semester I-2012 ini relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan realisasi

anggaran pada triwulan yang sama tahun sebelumnya yang mencapai

28,25%.

Tabel 4.1. Ringkasan Realisasi APBD Provinsi Riau Semester I-2012 (Rp miliar)

Sumber : Biro Perekonomian Provinsi Riau

Jumlah realisasi pendapatan yang lebih besar dibandingkan dengan belanja

mendorong anggaran Provinsi Riau pada semester I-2012 tercatat mengalami

surplus sebesar Rp954,04 miliar. Sementara itu, pembiayaan netto Provinsi

Riau pada semester I-2012 mencapai Rp1,26 triliun. Dengan demikian, maka

sampai dengan semester I-2012 Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA)

Provinsi Riau berada pada level yang positif yakni sebesar Rp2,21 triliun.

Alokasi

Anggaran

Nilai

Realisasi

Realisasi

Triwulan II, %

(1) (2) (2) / (1)

Pendapatan 5.487,78 2.355,56 42,92 47,83

Belanja 6.366,66 1.401,52 22,01 28,25

Surplus / Defisit (878,88) 954,04 - -

Pembiayaan 0 0 0

- Penerimaan Daerah 953,88 1.329,23 139,35 142,15

- Pengeluaran Daerah 75,00 74,00 98,67 57,14

Pembiayaan Netto 878,88 1.255,23 142,82 173,08

SILPA - 2.209,27 - -

Realisasi

Semester

I-2011, %

Uraian

2012

Page 75: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · 2013-10-12 · Analisis dilakukan berdasarkan data ... Pekanbaru, 8 Agustus 2012 BANK INDONESIA PEKANBARU ttd ... Tingginya curah hujan mengakibatkan produksi

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Kondisi Keuangan Daerah

53

2.1. Realisasi Pendapatan

Porsi realisasi anggaran pendapatan Provinsi Riau sampai dengan

semester I-2012 sebagian besar berasal dari pendapatan transfer yakni sebesar

Rp1,22 triilun, diikuti oleh pendapatan asli daerah dan lain-lain pendapatan

yang sah masing-masing sebesar Rp987,47 miliar dan Rp152,78 miliar.

Realisasi pendapatan asli daerah dan pendapatan transfer Provinsi Riau pada

semester I-2012 tercatat relatif lebih rendah jika dibandingkan periode yang

sama tahun sebelumnya (Tabel 4.2).

Tabel 4.2. Realisasi Pendapatan Provinsi Riau Semester I-2012 (Rp miliar)

Sumber : Biro Perekonomian Provinsi Riau

Sebagian besar (84,85%) dari realisasi pendapatan asli daerah berasal dari

pendapatan pajak daerah yang mencapai mencapai Rp837,89 miliar atau

sekitar 55,75% dari target yang ditentukan. Sementara, dari pendapatan

transfer, sebagian besar realisasinya berasal dari dana bagi hasil bukan pajak

(sumber daya alam) yaitu sebesar Rp716,71 miliar atau sekitar 36,06% dari

target yang ditentukan.

2.2. Realisasi Belanja

Realisasi anggaran belanja Provinsi Riau sampai dengan semester I-2012

tercatat sebesar Rp1,401 triliun atau sekitar 22,01% dari rencana anggaran

belanja tahun 2012. Realisasi anggaran belanja pada semester I-2012 ini

relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan realisasi anggaran pada triwulan

yang sama tahun sebelumnya yakni sebesar 28,25%%.

Realisasi anggaran belanja operasi pada triwulan laporan telah mencapai

Rp1,02 triliun atau mencapai sekitar 24,29% dari rencana anggaran tahun

2012. Realisasi anggaran belanja tersebut sebagian besar diserap dalam

Alokasi

Anggaran

Nilai

Realisasi

Realisasi

Triwulan II, %

(1) (2) (2) / (1)

Pendapatan Asli Daerah 1.824,50 987,47 54,12 62,31

Pendapatan Transfer 3.663,27 1.215,31 33,18 41,33

Lain-Lain Pendapatan Yang Sah - 152,78 - -

Pendapatan 5.487,78 2.355,56 42,92 47,83

Realisasi

Semester

I-2011, %

Uraian

2012

Page 76: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · 2013-10-12 · Analisis dilakukan berdasarkan data ... Pekanbaru, 8 Agustus 2012 BANK INDONESIA PEKANBARU ttd ... Tingginya curah hujan mengakibatkan produksi

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Kondisi Keuangan Daerah

54

bentuk belanja pegawai dan belanja hibah yaitu masing-masing sebesar

Rp413,04 miliar dan Rp370,84 miliar. Sementara itu, pada komponen belanja

modal, realisasi tersebut utamanya diserap dalam bentuk belanja jalan, irigasi

dan jaringan dengan realisasi sebesar Rp276,61 miliar pada semester I-2012.

Tabel 4.3. Realisasi Pendapatan Provinsi Riau Semester I-2012 (Rp miliar)

Sumber : Biro Perekonomian Provinsi Riau

Alokasi

Anggaran

Nilai

Realisasi

Realisasi

Triwulan II, %

(1) (2) (2) / (1)

Belanja Operasi 4.213,05 1.023,32 24,29 30,52

Belanja Modal 1.549,48 330,16 21,31 32,28

Belanja Tidak Terduga 10,78 0,00 0,00 -

Transfer 593,34 48,04 8,10 9,06

Belanja 6.366,66 1.401,52 22,01 28,25

Realisasi

Semester

I-2011, %

Uraian

2012

Page 77: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · 2013-10-12 · Analisis dilakukan berdasarkan data ... Pekanbaru, 8 Agustus 2012 BANK INDONESIA PEKANBARU ttd ... Tingginya curah hujan mengakibatkan produksi

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Kesejahteraan Daerah

68

1. KONDISI UMUM

Perkembangan tingkat kesejahteraan masyarakat di Provinsi Riau pada

tahun 2012 menunjukkan perkembangan yang menggembirakan

sebagaimana terlihat dari menurunnya tingkat kemiskinan dan jumlah

penduduk miskin. Kondisi ini mencerminkan bahwa tingkat kesejahteraan

penduduk di Riau telah mengalami peningkatan yang diperkirakan tidak

terlepas dari pesatnya pertumbuhan ekonomi Riau yang telah membuka

lapangan pekerjaan baru baik di sektor formal maupun informal. Meskipun

demikian, meningkatnya indeks kedalaman kemiskinan dan indeks keparahan

kemiskinan di kota perlu mendapat perhatian.

Bab 5

KESEJAHTERAAN DAERAH

MONETER, PERBANKAN

Page 78: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · 2013-10-12 · Analisis dilakukan berdasarkan data ... Pekanbaru, 8 Agustus 2012 BANK INDONESIA PEKANBARU ttd ... Tingginya curah hujan mengakibatkan produksi

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Kesejahteraan Daerah

69

2. KEMISKINAN

2.1 Penduduk Miskin Riau

Persentase penduduk miskin di Riau dalam kurun waktu 12 (dua belas) tahun

terakhir menunjukkan kecenderungan yang menurun. Pada tahun 20121,

jumlah persentase penduduk miskin di Riau mencapai 483 ribu jiwa atau

sekitar 8,22% dari jumlah penduduk Riau ini menunjukkan perkembangan

yang menggembirakan meskipun jumlah penduduk Riau terus menunjukkan

peningkatan.

Grafik 6.1. Perkembangan Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin

Sumber : BPS Provinsi Riau, diolah

Sebaran penduduk miskin di Riau selama beberapa tahun terakhir tidak

mengalami perubahan signifikan. Penduduk miskin di Provinsi Riau sebagian

besar masih berada di daerah pedesaan, dimana pada tahun 2012 jumlahnya

mencapai 335 ribu jiwa. Jumlah penduduk miskin di daerah pedesaan ini

menurun dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat sebesar 340 ribu

jiwa. Jika dilihat dari prosentasenya, tingkat penduduk miskin di daerah

pedesaan pada tahun 2012 mencapai 9,36% atau lebih rendah jika

dibandingkan tahun 2011 yang mencapai 9,83%.

Sementara itu, jumlah penduduk miskin Riau di daerah perkotaan mencatat

angka yang lebih rendah namun mengalami kenaikan sebesar 6 ribu jiwa

1 per Maret

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Jumlah (kiri) 491 635 661 659 600 565 575 567 528 500 482 483

% (kanan) 10,26 15,39 14,97 14,67 12,51 11,85 11,2 10,63 9,48 8,65 8,47 8,22

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

-

100

200

300

400

500

600

700

%jiw

a

Page 79: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · 2013-10-12 · Analisis dilakukan berdasarkan data ... Pekanbaru, 8 Agustus 2012 BANK INDONESIA PEKANBARU ttd ... Tingginya curah hujan mengakibatkan produksi

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Kesejahteraan Daerah

70

dibandingkan tahun 2011 sehingga menjadi 148 ribu jiwa pada tahun 2012.

Kenaikkan jumlah penduduk miskin telah mendorong peningkatan prosentase

penduduk miskin di daerah perkotaan sehingga mencapai 6,43% pada tahun

2012 atau lebih tinggi dibandingkan tahun 2011 yang tercatat sebesar 6,37%

Grafik 6.2. Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin

Sumber : BPS Provinsi Riau, diolah

2.2 Garis Kemiskinan Riau

Garis Kemiskinan (GK) Riau selama 6 tahun terakhir terus menunjukkan

kecenderungan yang meningkat. Pada tahun 2012, Garis Kemiskinan Riau

mengalami peningkatan sebesar 6,48% menjadi Rp300.791,- perkapita/bulan.

Jika dilihat berdasarkan wilayahnya, maka GK di kota lebih tinggi dari GK di

desa. Pada tahun 2012, GK di Kota telah mencapai Rp326.725,-

perkapita/bulan meningkat 6,60% dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Sementara, GK di desa tercatat sebesar Rp284.089,- perkapita/bulan,

meningkat 6,40% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Peningkatan GK

Riau pada tahun 2012 secara umum meningkat lebih rendah dibandingkan

dengan peningkatan GK Riau tahun 2011 yang lalu, baik di desa maupun di

kota.

Page 80: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · 2013-10-12 · Analisis dilakukan berdasarkan data ... Pekanbaru, 8 Agustus 2012 BANK INDONESIA PEKANBARU ttd ... Tingginya curah hujan mengakibatkan produksi

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Kesejahteraan Daerah

71

Meningkatnya GK Riau pada tahun 2012 utamanya didorong oleh

meningkatnya GK makanan yaitu menjadi sebesar Rp220.546 (5,83%).

Sementara GK bukan makanan meningkat menjadi Rp80.245 (8,30%).

Namun demikian, meskipun setiap tahunnya GK terus menunjukkan kenaikan,

namun tingkat kemiskinan Riau masih terus menunjukkan penurunan baik di

kota maupun desa. Kondisi ini menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan di

Riau relatif meningkat. Hal ini diperkirakan tidak terlepas dari kestabilan

perekonomian Riau yang telah membuka lapangan kerja baru baik pada

sektor formal maupun informal.

Grafik 6.3. Perkembangan Garis Kemiskinan (GK) Riau

Sumber : BPS Provinsi Riau, diolah

2.3 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Keparahan

Kemiskinan (P2) Riau

Indeks Kedalamaman Kemiskinan (P1) Riau pada tahun 2012 telah

menunjukkan penurunan dibandingkan dengan tahun 2011 yang lalu, yaitu

dari 1,21% menjadi 1,17%. Dilihat dari wilayahnya, penurunan utamanya

terjadi pada Indeks Kedalaman di desa. Indeks Kedalaman Kemiskinan di desa

menurun sebesar 0,17% yaitu dari 1,49% menjadi 1,32% pada tahun 2012,

sementara itu Indeks Kedalaman Kemiskinan di kota justru meningkat sebesar

0,15% menjadi 0,92%. Hal ini berarti rata-rata pengeluaran penduduk miskin

di daerah perkotaan semakin menjauh dari garis kemiskinan, sebaliknya rata-

2007 2008 2009 2010 2011 2012

GK Kota 233.73 247.92 265.70 276.62 306.50 326.72

GK Desa 194.09 210.51 227.00 235.25 267.00 284.08

GK Riau 214.03 229.37 246.48 256.11 282.47 300.79

-

50.000

100.000

150.000

200.000

250.000

300.000

350.000

Page 81: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · 2013-10-12 · Analisis dilakukan berdasarkan data ... Pekanbaru, 8 Agustus 2012 BANK INDONESIA PEKANBARU ttd ... Tingginya curah hujan mengakibatkan produksi

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Kesejahteraan Daerah

72

rata pengeluaran penduduk miskin di daerah pedesaan semakin mendekat ke

garis kemiskinan.

Di sisi lain, Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Riau pada tahun 2012 juga

menunjukkan penurunan yaitu dari 0,29% menjadi 0,28%. Indeks Keparahan

Kemiskinan di desa mengalami penurunan tertinggi yaitu sebesar 0,06%

menjadi 0,37% pada tahun 2012. Sementara, Indeks Keparahan kemiskinan

di kota justru menunjukkan kenaikan yakni dari 0,16% pada tahun 2011

menjadi 0,24%. Menurunnya Indeks Keparahan Kemiskinan di daerah

pedesaan mengindikasikan bahwa bahwa ketimpangan pengeluaran

penduduk miskin di desa lebih rendah daripada pengeluaran penduduk miskin

di kota.

Grafik 6.4. Perkembangan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Riau

Grafik 6.5. Perkembangan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Riau

Sumber : BPS Provinsi Riau, diolah Sumber : BPS Provinsi Riau, diolah

Secara umum, dapat dilihat bahwa tingkat kedalaman dan keparahan

kemiskinan di desa terus mengalami penurunan. Sementara, pada tahun 2012

tren penurunan tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan di kota tidak

lagi berlanjut. Kondisi ini perlu mendapat perhatian agar tidak berlanjut di

tahun 2013 yang akan datang.

0

0,5

1

1,5

2

2,5

2007 2008 2009 2010 2011 2012

%

Kota

Desa

Riau

0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

0,6

0,7

0,8

2007 2008 2009 2010 2011 2012

%

Kota

Desa

Riau

Page 82: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · 2013-10-12 · Analisis dilakukan berdasarkan data ... Pekanbaru, 8 Agustus 2012 BANK INDONESIA PEKANBARU ttd ... Tingginya curah hujan mengakibatkan produksi

RISALAH PERTEMUAN TPID : LANGKAH ANTISIPATIF

PENGENDALIAN INFLASI MENJELANG PEKAN OLAHRAGA NASIONAL (PON) KE-XVIII

Perhelatan Pekan Olahraga Nasional1 yang dalam tidak lama lagi akan dilaksanakan

di Provinsi Riau tentunya diharapkan menjadi momentum berharga dan bermanfaat

sebagai stimulus perekonomian baik dalam jangka pendek maupun juga jangka

panjang. Salah satu manfaat yang diharapkan, terutama dalam jangka pendek, adalah

meningkatnya pertumbuhan ekonomi melalui pembangunan infrastruktur yang kelak

juga diharapkan dapat menjadi salah satu pusat pembangunan ekonomi antar wilayah

(interregional linkage). Namun demikian, perlu disadari bahwa harapan terhadap

meningkatnya pertumbuhan ekonomi umumnya akan disertai dengan risiko tekanan

inflasi yang justru berpotensi menggerus daya beli masyarakat miskin.

Jika kita perhatikan beberapa provinsi yang pernah menyelenggarakan PON dalam

dua periode terakhir terutama Kota Palembang2 terlihat bahwa inflasi yang terjadi pada

pelaksanaan saat PON mengalami kenaikan cukup signifikan yakni dari 0,24% (mtm)

menjadi 0,51% (mtm). Sementara, secara tahunan, tingkat inflasi yang terjadi juga

cenderung meningkat yakni dari 7,73% (yoy) menjadi 8,16% (yoy). Pada akhir tahun,

tingkat inflasi yang terjadi justru semakin hingga mencapai 8,94%. Sementara, pada

tahun 2003, pola pergerakan inflasi tahunan dan bulanan menunjukkan arah yang

berkebalikan.

Grafik 1. Perkembangan Inflasi Kota

Palembang (mtm) Tahun 2003-2004

0,51

(1,00)

(0,50)

-

0,50

1,00

1,50

2,00

2,50

3,00

jan feb mar apr may jun jul aug sep oct nov dec

2003 2004

Sumber : BPS

Grafik 2. Perkembangan Inflasi Kota Palembang

(yoy) Tahun 2003-2004

8,16

-

2,00

4,00

6,00

8,00

10,00

12,00

jan feb mar apr may jun jul aug sep oct nov dec

2003 2004

1 Pesta olahraga nasional yang diadakan setiap empat tahun sekali dan diikuti oleh seluruh provinsi yang ada di Indonesia 2 PON di Kota Palembang dilaksanakan pada tanggal 2-14 September 2004

Boks 2

PON PON

Page 83: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · 2013-10-12 · Analisis dilakukan berdasarkan data ... Pekanbaru, 8 Agustus 2012 BANK INDONESIA PEKANBARU ttd ... Tingginya curah hujan mengakibatkan produksi

Meskipun perlu dilakukan pengujian ekonometrik lebih lanjut, namun dari gambaran

sederhana ini dapat kita petik sebuah implikasi atas pentingnya pengendalian inflasi

terutama menjelang dengan pelaksanaan PON yang akan dilaksanakan di Provinsi Riau

Terlebih Provinsi Riau bukanlah merupakan provinsi yang bersifat surplus produksi

pangan.Hampir sebagian besar kebutuhan pokok masyarakat (kepokmas) dipasok dari

daerah lain yang juga rentan terhadap praktek spekulasi.

Oleh karena itu beberapa langkah antisipatif yang dapat dilakukan dalam jangka

pendek untuk mencegah kenaikan inflasi yang cukup tinggi diantaranya :

1) Pemerintah daerah dan dinas/instansi terkait sebaiknya dapat menggalang

kerjasama dan koordinasi dengan institusi yang akan mengadakan kegiatan

pasar murah dan pembagian kebutuhan pokok masyarkat (kepokmas);

2) Pemerintah daerah bersama dinas/instansi terkait kiranya dapat mendorong

aksi monitoring lapangan dan operasi penjualan kebutuhan pokok

masyarakat (kepokmas) murah yang terkoordinasi dalam periode Agustus

dan menjelang akhir tahun, termasuk percepatan penyaluran raskin;

3) Pemerintah daerah bersama dinas/instansi terkait agar dapat melakukan

pertemuaan koordinasi dengan para pelaku usaha untuk mendorong

stabilisasi harga khususnya harga kebutuhan pokok masyarakat (kepokmas);

4) Pemerintah daerah bersama dinas/instansi sebaiknya dapat melakukan

pengawasan ketat terhadap praktek pungutan liar di jalan raya.

Page 84: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · 2013-10-12 · Analisis dilakukan berdasarkan data ... Pekanbaru, 8 Agustus 2012 BANK INDONESIA PEKANBARU ttd ... Tingginya curah hujan mengakibatkan produksi

GE KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Prospek Perekonomian Daerah

57

1. PROSPEK MAKROREGIONAL

Kondisi ekonomi Riau pada triwulan III-2012 diperkirakan akan relatif lebih baik

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Hal ini diindikasikan tidak terlepas dari

menguatnya keyakinan konsumen terkait faktor pelaksanaan PON ke-18 yang

secara umum diperkirakan akan memberikan stimulus bagi perekonomian Riau,

khususnya yang bersumber dari konsumen. Secara tahunan, dengan memasukkan

unsur migas, pertumbuhan ekonomi Riau pada triwulan II-2012 diperkirakan

tumbuh relatif stabil pada kisaran 4,0%-4,50% (yoy). Sementara itu, dengan

PROSPEK PEREKONOMIAN

DAERAH

Bab 6

Page 85: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · 2013-10-12 · Analisis dilakukan berdasarkan data ... Pekanbaru, 8 Agustus 2012 BANK INDONESIA PEKANBARU ttd ... Tingginya curah hujan mengakibatkan produksi

GE KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Prospek Perekonomian Daerah

58

mengeluarkan unsur migas pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan tumbuh pada

kisaran 7,5%-7,9% (yoy).

Tabel 6.1. Prakiraan Pertumbuhan Ekonomi Triwulan II-2012

Sumber : BPS Provinsi Riau Keterangan :***) Angka Sangat Sementara, p) Perkiraan Bank Indonesia

Dari sisi penggunaan, permintaan domestik diperkirakan masih akan menjadi

penopang utama terutama PMTB non migas. Kondisi ini bersumber dari masih

berlangsungnya percepatan pembangunan infrastruktur menjelang pelaksanaan

PON pada bulan September mendatang. Di sisi lain, pelaksanaan PON ke-18 yang

akan berlangsung pada triwulan mendatang tentunya diperkirakan juga secara

tidak langsung memberikan optimisme tersendiri bagi konsumen mengingat

momentum tersebut akan memberikan stimulus yang cukup signfikan bagi

peningkatan konsumsi.

Grafik 6.1. Perkembangan Keyakinan Konsumen

Grafik 6.2. Perkembangan Konsumsi Negara Konsumen CPO Terbesar

Sumber : USDA

Dari sisi sektoral, beberapa sektor yang diperkirakan akan menjadi motor

penggerak perekonomian pada triwulan mendatang diantaranya adalah sektor

tersier terutama sektor bangunan, perdagangan, dan jasa sejalan dengan

pelaksanaan PON ke-18 yang jatuh pada triwulan laporan. Sementara itu, sektor

lain yang diperkirakan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi triwulan

mendatang adalah sektor industri pengolahan non migas. Berdasarkan informasi

II III IV I II III IV I II IIIp)

Total 3,77 4,76 5,22 4,04 3,44 3,93 4,63 5,02 3,96 4,0 - 4,5

Tanpa Migas 6,75 7,95 7,84 7,51 7,54 7,64 7,40 7,36 7,50 7,5 -7,9

2012***Pertumbuhan

2011***2010***

50

70

90

110

130

150

170

II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Indeks Keyakinan Konsumen

Indeks Ekspektasi Konsumen

Baseline

-

10.000

20.000

30.000

40.000

50.000

60.000

3.000

4.000

5.000

6.000

7.000

8.000

9.000

Jan

-08

Fe

b-0

8M

ar-

08

Ap

r-0

8M

ay

-08

Jun

-08

Jul-

08

Au

g-0

8S

ep

-08

Oc

t-0

8N

ov

-08

De

c-0

8Ja

n-0

9F

eb

-09

Ma

r-0

9A

pr-

09

Ma

y-0

9Ju

n-0

9Ju

l-0

9A

ug

-09

Se

p-0

9O

ct-

09

No

v-0

9D

ec

-09

Jan

-10

Fe

b-1

0M

ar-

10

Ap

r-1

0M

ay

-10

Jun

-10

Jul-

10

Au

g-1

0S

ep

-10

Oc

t-1

0N

ov

-10

De

c-1

0Ja

n-1

1F

eb

-11

Ma

r-1

1A

pr-

11

Ma

y-1

1Ju

n-1

1Ju

l-1

1A

ug

-11

Se

p-1

1O

ct-

11

No

v-1

1D

ec

-11

Jan

-12

Fe

b-1

2M

ar-

12

Ap

r-1

2M

ay

-12

Jun

-12

India China EU-27 Indonesia Total (kanan)

Page 86: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · 2013-10-12 · Analisis dilakukan berdasarkan data ... Pekanbaru, 8 Agustus 2012 BANK INDONESIA PEKANBARU ttd ... Tingginya curah hujan mengakibatkan produksi

GE KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Prospek Perekonomian Daerah

59

dari contact liason, diketahui bahwa meskipun saat ini pasar ekspor relatif lesu

dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, namun kapasitas terpakai kedua industri

tersebut masih relatif stabil bahkan berpotensi meningkat. Hal ini dikarenakan daya

serap industri domestik terhadap output yang dihasilkan oleh kedua industri

tersebut masih relatif baik.

Namun demikian, terdapat beberapa hal yang berpotensi membawa pertumbuhan

ekonomi Riau menyentuh batas bawah proyeksi (downside risks) diantaranya

terkait dengan ketidakpastian pemulihan ekonomi zona Eropa yang diperkirakan

masih akan memberikan tekanan terhadap pergerakan harga komoditas energi

global. Adanya prediksi curah hujan yang relatif tinggi terkait Badai El-Nino di

wilayah Asia diperkirakan juga akan mengakibatkan kinerja sektor pertanian dan

pertambangan relatif terganggu. Sebagaimana diketahui, curah hujan yang relatif

tinggi dalam triwulan II-2012 telah mengakibatkan gangguan produksi tanaman

perkebunan kelapa sawit (terutama di Kab. Rokan Hulu) dan tidak optimalnya

proses penambangan dan penggalian.

2. PERKIRAAN INFLASI

Perkembangan inflasi Kota Pekanbaru pada triwulan mendatang diproyeksikan

berada pada kisaran 4,3% - 4,7% (yoy). Sedangkan secara triwulanan, inflasi

diperkirakan berkisar 1,0% - 1,4% (qtq). Kondisi ini diperkirakan tidak terlepas dari

potensi penguatan sisi permintaan (demand pull inflation) terkait dengan

pelaksanaan PON yang jatuh pada triwulan laporan. Disamping itu, adanya

penyesuaian tarif angkut oleh Organda Riau sebesar 15%pada bulan Juli 2012 juga

diperkirakan akan mempengaruhi biaya distribusi bahan pangan secara umum.

Tabel 6.2. Perkembangan Inflasi Aktual dan Prakiraan Inflasi Triwulan II-2012

Sumber : BPS Provinsi Riau, Keterangan : p) Proyeksi Bank Indonesia

Terdapat beberapa faktor lain yang diperkirakan akan membawa tekanan inflasi

menyentuh batas atas prakiraan antara lain (i) menguatnya permintaan domestik

sejalan dengan masih berlangsungnya percepatan pembangunan infrastruktur

II III IV I II III IV I II IIIp)

yoy,% 4,58 4,72 7,00 7,76 5,61 6,10 5,09 4,20 5,68 4,3 - 4,7

qtq,% 1,72 1,83 2,48 1,51 -0,30 2,30 1,50 0,66 1,11 1,0 -1,4

2012***Inflasi

2011***2010***

Page 87: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · 2013-10-12 · Analisis dilakukan berdasarkan data ... Pekanbaru, 8 Agustus 2012 BANK INDONESIA PEKANBARU ttd ... Tingginya curah hujan mengakibatkan produksi

GE KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Prospek Perekonomian Daerah

60

pendukung PON, (ii) perkiraan tingginya curah hujan dalam triwulan mendatang

diindikasikan akan memberikan pengaruh cukup signifikan terhadap sisi penawaran

(cost push inflation) baik yang berasal dari hambatan pasokan maupun distribusi.

(iii) rencana pemberlakuan pengaturan tata niaga impor hortikultura dan rencana

kenaikan LPG pada bulan September 2012 yang dapat memberikan tekanan terhadap

harga secara umum.

Page 88: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · 2013-10-12 · Analisis dilakukan berdasarkan data ... Pekanbaru, 8 Agustus 2012 BANK INDONESIA PEKANBARU ttd ... Tingginya curah hujan mengakibatkan produksi

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Daftar Istilah

xv

Aktiva Produktif

Adalah penanaman atau penempatan yang dilakukan oleh bank dengan tujuan

menghasilkan penghasilan/pendapatan bagi bank, seperti penyaluran kredit,

penempatan pada antar bank, penanaman pada Sertifikat Bank Indonesia (SBI), dan

surat-surat berharga lainnya.

Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR)

Adalah pembobotan terhadap aktiva yang dimiliki oleh bank berdasarkan risiko dari

masing-masing aktiva. Semakin kecil risiko suatu aktiva, semakin kecil bobot

risikonya. Misalnya kredit yang diberikan kepada pemerintah mempunyai bobot

yang lebih rendah dibandingkan dengan kredit yang diberikan kepada perorangan.

Kualitas Kredit

Adalah penggolongan kredit berdasarkan prospek usaha, kinerja debitur dan

kelancaran pembayaran bunga dan pokok. Kredit digolongkan menjadi 5 kualitas

yaitu Lancar, Dalam Perhatian Khusus (DPK), Kurang Lancar, Diragukan dan Macet.

Capital Adequacy Ratio (CAR)

Adalah rasio antara modal (modal inti dan modal pelengkap) terhadap Aktiva

Tertimbang Menurut Resiko (ATMR).

Dana Pihak Ketiga (DPK)

Adalah dana yang diterima perbankan dari masyarakat, yang berupa giro,

tabungan atau deposito.

DAFTAR ISTILAH

Page 89: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · 2013-10-12 · Analisis dilakukan berdasarkan data ... Pekanbaru, 8 Agustus 2012 BANK INDONESIA PEKANBARU ttd ... Tingginya curah hujan mengakibatkan produksi

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Daftar Istilah

xvi

Financing to Deposit Ratio (FDR)

Adalah rasio antara pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah terhadap dana

yang diterima. Konsep ini sama dengan konsep LDR pada bank umum

konvensional.

Inflasi

Kenaikan harga barang secara umum dan terus menerus (persistent).

Inflasi Administered Price

Inflasi yang terjadi pergerakan harga barang-barang yang termasuk dalam

kelompok barang yang harganya diatur oleh pemerintah (misalnya bahan bakar).

Inflasi Inti

Inflasi yang terjadi karena adanya gap penawaran aggregat and permintaan

agregrat dalam perekonomian, serta kenaikan harga barang impor dan ekspektasi

masyarakat.

Inflasi Volatile Food

Inflasi yang terjadi karena pergerakan harga barang-barang yang termasuk dalam

kelompok barang yang harganya bergerak sangat volatile (misalnya beras).

Kliring

Adalah pertukaran warkat atau Data Keuangan Elektronik (DKE) antar peserta

kliring baik atas nama peserta maupun atas nama nasabah peserta yang

perhitungannya diselesaikan pada waktu tertentu.

Kliring Debet

Adalah kegiatan kliring untuk transfer debet antar bank yang disertai dengan

penyampaian fisik warkat debet seperti cek, bilyet giro, nota debet kepada

penyelenggaran kliring lokal (unit kerja di Bank Indonesia atau bank yang

memperoleh persetujuan Bank Indonesia sebagai penyelenggara kliring lokal) dan

hasil perhitungan akhir kliring debet dikirim ke Sistem Sentral Kliring (unit kerja

yang menangani SKNBI di KP Bank Indonesia) untuk diperhitungkan secara

nasional.

Page 90: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · 2013-10-12 · Analisis dilakukan berdasarkan data ... Pekanbaru, 8 Agustus 2012 BANK INDONESIA PEKANBARU ttd ... Tingginya curah hujan mengakibatkan produksi

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Daftar Istilah

xvii

Kliring Kredit

Adalah kegiatan kliring untuk transfer kredit antar bank yang dikirim langsung oleh

bank peserta ke Sistem Sentral Kliring di KP Bank Indonesia tanpa menyampaikan

fisik warkat (paperless).

Loan to Deposit Ratio (LDR)

Adalah rasio antara jumlah kredit yang disalurkan terhadap dana yang diterima

(giro, tabungan dan deposito).

Net Interest Income (NII)

Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga.

Non Core Deposit (NCD)

Adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap pergerakan suku bunga. Dalam

laporan ini, NCD diasumsikan terdiri dari 30% giro, 30% tabungan dan 10%

deposito berjangka waktu 1-3 bulan.

Non Performing Loans/Financing (NLPs/Ls)

Adalah kredit/pembiayaan yang termasuk dalam kualitas Kurang Lancar, Diragukan

dan Macet

Penyisihan Pengghapusan Aktiva Produktif (PPAP)

Adalah suatu pencadangan untuk mengantisipasi kerugian yang mungkin timbul

dari tidak tertagihnya kredit yang diberikan oleh bank. Besaran PPAP ditentukan

dari kualitas kredit. Semakin buruk kualitas kredit, semakin besar PPAP yang

dibentuk. Misalnya, PPAP untuk kredit yang tergolong Kurang Lancar adalah 15%

dari jumlah kredit Kurang Lancar (setelah dikurangi agunan), sedangkan untuk

kredit Macet, PPAP yang harus dibentuk adalah 100% dari total kredit macet

(setelah dikurangi agunan).

Rasio Non Performing Loans/Financing (NPLs/Fs)

Adalah rasio kredit/pembiayaan yang tergolong NPLs/Fs terhadap total

kredit/pembiayaan. Rasio ini juga sering disebut rasio NPLs/Fs gross. Semakin

rendah rasio NPLs/Fs, semakin baik kondisi bank ysb.

Page 91: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · 2013-10-12 · Analisis dilakukan berdasarkan data ... Pekanbaru, 8 Agustus 2012 BANK INDONESIA PEKANBARU ttd ... Tingginya curah hujan mengakibatkan produksi

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Daftar Istilah

xviii

Rasio Non Performing Loans (NPLs) Net

Adalah rasio kredit yang tergolong NPLs, setelah dikurangi pembentukan

Penyisihan Pengghapusan Aktiva Produktif (PPAP), terhadap total kredit

Sistem Bank Indonesia Real Time Settlement (BI RTGS)

Adalah proses penyelesaian akhir transaksi pembayaran yang dilakukan seketika

(real time) dengan mendebet maupun mengkredit rekening peserta pada saat

bersamaan sesuai perintah pembayaran dan penerimaan pembayaran.

Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKN-BI)

Adalah sistem kliring Bank Indonesia yang meliputi kliring debet dan kliring kredit

yang penyelesaian akhirnya dilakukan secara nasional.