KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97...

136
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI website : www.bi.go.id KAJIAN EKONOMI DAN 2017 KEUANGAN REGIONAL

Transcript of KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97...

Page 1: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

MEI

website : www.bi.go.id

KAJIAN EKONOMI DAN

2017

KEUANGAN REGIONAL

Page 2: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

VISI BANK INDONESIA :

kredibel dan terbaik di regional

melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian

inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

MISI BANK INDONESIA :

1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi

kebijakan moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi

yang berkualitas;

2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien

serta mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk

mendukung alokasi sumber pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi

pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian nasional;

3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang

berkontribusi terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan

stabilitas sistem keuangan dengan memperhatikan aspek perluasan

akses dan kepentingan nasional;

4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia

yang menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta

melaksanakan tata kelola (governance) yang berkualitas dalam rangka

NILAI-NILAI STRATEGIS ORGANISASI BANK INDONESIA :

-nilai yang menjadi dasar Bank Indonesia, manajemen, dan pegawai

untuk bertindak dan atau berperilaku, yang terdiri atas Trust and Integrity,

Professionalism, Excellence, Public Interest, dan Coordination and Teamwork

Page 3: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Kata Pengantar

iii

BUKU Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Riau ini merupakan

kajian triwulanan yang berisi analisis perkembangan ekonomi dan perbankan di

Provinsi Riau. Terbitan kali ini memberikan gambaran perkembangan ekonomi dan

perbankan di Provinsi Riau pada triwulan I-2017 dengan penekanan pada kondisi

ekonomi makro regional antara lain, Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Daerah,

Asesmen Inflasi Daerah, Asesmen Keuangan Pemerintah, Asesmen Stabilitas

Keuangan Daerah dan Pengembangan Ekonomi, Asesmen Penyelenggaraan Sistem

Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah, Asesmen Ketenagakerjaan dan

Kesejahteraan, serta Prospek Perekonomian tahun 2017 berdasarkan indikator

terkini. Analisis dilakukan berdasarkan data bulanan bank umum, data ekspor-

impor yang diolah oleh Kantor Pusat Bank Indonesia, hasil survei Kantor Perwakilan

Bank Indonesia Provinsi Riau, data PDRB dan Inflasi yang diterbitkan Badan Pusat

Statistik (BPS) Provinsi Riau, serta data pendukung yang diperoleh dari Organisasi

Perangkat Daerah (OPD) Provinsi Riau dan instansi/lembaga lainnya, termasuk

informasi anekdotal terkait.

Tujuan dari penyusunan buku KEKR ini adalah untuk memberikan informasi kepada

stakeholders tentang perkembangan ekonomi dan perbankan di Provinsi Riau,

dengan harapan kajian tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu sumber

referensi bagi para pemangku kebijakan, akademisi, masyarakat, dan pihak-pihak

lain dalam pengambilan keputusan.

Pekanbaru, Mei 2017

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Riau

Siti Astiyah Direktur

KATA PENGANTARR

Page 4: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Kata Pengantar

iv

duduk di rumah memegang amanah

duduk di tanah memegang petuah

duduk di kampung menjadi payung

duduk di banjar bertunjuk ajar

duduk di ladang tenggang menenggang

duduk di negeri tahukan diri

duduk di dusun ia penyantun

duduk beramai elok perangai

apa tanda Melayu bertuah,

tahu berguru pada yang sudah

tahu berbuat pada yang ada

tahu memandang jauh ke muka

apa tanda Melayu terbilang,

dada lapang pandangan panjang

Page 5: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Daftar Isi

v

HALAMAN

Kata Pengantar ..................................................................................................... iii

Daftar Isi ............................................................................................................... v

Daftar Tabel .......................................................................................................... viii

Daftar Grafik ......................................................................................................... ix

Daftar Gambar....................................................................................................... xiii

Tabel Indikator Ekonomi Terpilih............................................................................ xiv

RINGKASAN EKSEKUTIF ........................................................................................ 1

BAB 1. ASESMEN PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

1.

2.

Kondisi Umum........................................................................

PDRB Sisi Penggunaan............................................................

10

12

2.1 Konsumsi ..................................................................... 13

2.2 Investasi (PMTB)............................................................. 15

2.3 Ekspor dan Impor ......................................................... 17

2.3.1. Ekspor ................................................................

2.3.2. Impor .................................................................

17

20

3. PDRB Sektoral ........................................................................ 21

3.1 Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan.................. 23

3.2 Sektor Pertambangan dan Penggalian .......................... 25

3.3 Sektor Industri Pengolahan ........................................... 27

3.4 Sektor Perdagangan, Besar dan Eceran, dan

Reparasi Mobil dan Sepeda Motor.................................

28

3.5 Sektor Konstruksi.......................................................... 29

Boks 1. Kemandirian Ekonomi Pesantren

DAFTAR ISI

Page 6: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Daftar Isi

vi

BAB 2. ASESMEN INFLASI DAERAH

1. Kondisi Umum............................................................................. 31

2.

Perkembangan Inflasi Provinsi Riau...............................................

2.1. Inflasi Kota............................................................................

2.1.1. Inflasi Kota Pekanbaru.................................................

2.1.2. Inflasi Kota Dumai.......................................................

2.1.3. Inflasi Kota Tembilahan...............................................

2.2. Disagregasi Inflasi (yoy).........................................................

2.2.1. Inflasi Inti (Core)..........................................................

2.2.2. Inflasi Volatile Foods....................................................

2.2.3. Inflasi Administered Price............................................

2.3. Program Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID)...................

32

38

38

39

40

42

43

44

45

46

BAB 3.

BAB 4.

ASESMEN KEUANGAN PEMERINTAH

1. Kondisi Umum..............................................................................

1. 2. Realisasi APBD Provinsi Riau Tahun 2016.......................................

2. 2.1 Realisasi Pendapatan..........................................................

3. 2.2 Realisasi Belanja.................................................................

4.

5. ASESMEN STABILITAS KEUANGAN DAN PENGEMBANGAN UMKM

48

50

51

52

1. Perkembangan Sistem Keuangan Riau.......................................... 56

1.1. Ketahanan Sektor Korporasi.. ................................... 57

1.2. Ketahanan Sektor Rumah Tangga. ................................... 59

2. Kondisi Umum Perbankan Riau.................................................... 61

2.1. Perkembangan Bank Umum.............................................. 64

2.2. Perkembangan Perbankan Syariah.................................... 67

2.3. Perkembangan Kinerja Bank Perkreditan Rakyat................ 69

2.4. Perkembangan Kredit UMKM........................................... 71

BAB 5.

ASESMEN PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH

1. Kondisi Umum Sistem Pembayaran Tunai dan Non Tunai.............

73

Boks 2. Ekspektasi Jelang Ramadhan

Boks 3. Pengembangan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Riau

Page 7: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Daftar Isi

vii

2. Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai................................ 74

2.1. Aliran Uang Masuk dan Keluar (Inflow - Outflow)............ 74

2.2. Penyediaan Uang Kartal Layak Edar..................................

2.3. Uang Rupiah Tidak Asli....................................................

3. Perkembangan Transaksi Pembayaran Non Tunai.........................

3.1. Transaksi Kliring..............................................................

3.2. Layanan Keuangan Digital (LKD).....................................

77

78

79

79

80

BAB 6 ASESMEN KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN DAERAH

1. Kondisi Umum........................................................................... 84

2.

3.

Ketenagakerjaan........................................................................

Kesejahteraan Daerah................................................................

3.1. Penduduk Miskin Riau.......................................................

3.2. Garis Kemiskinan Riau.......................................................

3.3. Indeks Kedalaman ..............

3.4. Nilai Tukar Petani..............................................................

85

89

89

90

91

92

BAB 7

PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH

1. Prospek Makro Regional.......................................................... 94

2. Perkiraan Inflasi....................................................................... 100

3. Rekomendasi........................................................................... 102

Boks 4. Proteksi Perdagangan Kelapa Sawit

Daftar Istilah

xvi

Page 8: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Tabel

viii

HALAMAN

Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Riau Sisi Penggunaan (yoy).............................. 12

Tabel 1.2. Realisasi Belanja Pemerintah Daerah Provinsi Riau................................ 15

Tabel 1.3. Realisasi Investasi PMA dan PMDN Per Sektor Provinsi Riau.................. 16

Tabel 1.4. Perkembangan Volume Ekspor Non Migas Riau (Ribu Ton).................. 17

Tabel 1.5. Pertumbuhan Ekonomi Riau Sisi Sektoral Dengan Migas (yoy,%)......... 22

Tabel 3.1. Ringkasan Realisasi APBD Provinsi Riau................................................ 55

Tabel 4.1. Kredit Lokasi Bank Menurut Sektor Ekonomi....................................... 58

Tabel 4.2. Pangsa Kredit UMKM Pulau Sumatera................................................. 71

Tabel 6.1. Tingkat Pengangguran Terbuka Pulau Sumatera.................................. 85

Tabel 6.2. Penduduk Usia 15 tahun keatas yang bekerja...................................... 86

Tabel 6.3. Garis Kemiskinan Provinsi Riau Tahun 2016......................................... 90

Tabel 7.1. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Aktual..................................... 95

Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global............................................................. 97

Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual Riau........................................................ 100

DAFTAR TABEL

Page 9: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Grafik

ix

HALAMAN

Grafik 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Riau dan Nasional Secara Tahunan............. 11

Grafik 1.2 Perkembangan Indeks Survei Ekspektasi Konsumen Riau................ 13

Grafik 1.3 UMP Riau....................................................................................... 14

Grafik 1.4 LS Permintaan................................................................................ 14

Grafik 1.5 Kredit Kendaraan Bermotor............................................................ 14

Grafik 1.6 Kredit Konsumsi............................................................................. 14

Grafik 1.7 Likert Scale Investasi....................................................................... 15

Grafik 1.8 Perkembangan Nilai Realisasi PMDN di Provinsi Riau....................... 16

Grafik 1.9 Perkembangan Nilai Realisasi PMA di Provinsi Riau......................... 16

Grafik 1.10 Perkembangan Volume Ekspor CPO dan Turunan Riau................. 18

Grafik 1.11 Perkembangan Volume Ekspor Pulp Riau...................................... 18

Grafik 1.12 Perkembangan Volume Ekspor Batubara Riau............................... 18

Grafik 1.13 Perkembangan Voume Ekspor Karet Olahan Riau......................... 18

Grafik 1.14 Perkembangan Volume Ekspor Non Migas Riau Tujuan................ 19

Grafik 1.15 Konsumsi CPO Dunia................................................................... 19

Grafik 1.16 Ending Stocks CPO Dunia............................................................. 19

Grafik 1.17 Impor Non Migas......................................................................... 20

Grafik 1.18 Impor Barang Modal.................................................................... 20

Grafik 1.19 Impor Barang Intermedier............................................................. 20

Grafik 1.20 Impor Barang Konsumsi............................................................... 20

Grafik 1.21 Nilai Tukar Rupiah Terhadap......................................................... 21

Grafik 1.22 Perkembangan Pertumbuhan Subsektor Pertanian........................ 23

Grafik 1.23 Likert Scale Pertanian................................................................... 23

Grafik 1.24 Perkembangan Harga Karet.......................................................... 24

Grafik 1.25 Perkembangan Harga Sawit......................................................... 24

Grafik 1.26 Nilai Tukar Petani......................................................................... 24

Grafik 1.27 Inflasi Pedesaan............................................................................ 24

Grafik 1.28 Pertumbuhan Sektor Pertambangan dan Penggalian.................... 25

DAFTAR GRAFIK

Page 10: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Grafik

x

Grafik 1.29 Perkembangan Lifting Minyak Bumi Provinsi Riau......................... 25

Grafik 1.30 Perkembangan Kegiatan Usaha Pertambangan ......................... 25

Grafik 1.31 Harga Batubara............................................................................ 26

Grafik 1.32 Perkemban ......................... 26

Grafik 1.33 Pertumbuhan Industri Pengolahan................................................ 27

Grafik 1.34 Likert Scale Industri Pengolahan................................................... 27

Grafik 1.35 Produksi CPO Dunia..................................................................... 27

Grafik 1.36 Pertumbuhan Sektor Perdagangan Berdasarkan Subsektor........... 28

Grafik 1.37 Perkiraan Pengeluaran Konsumen................................................ 28

Grafik 1.38 Likert Scale Perdagangan.............................................................. 29

Grafik 1.39 Indeks Barang Tahan Lama........................................................... 29

Grafik 1.40 Kredit Konstruksi.......................................................................... 30

Grafik 1.41 Konsumsi Semen.......................................................................... 30

Grafik 2.1 Inflasi dan Sumbangan Kelompok Barang dan Jasa (yoy)................. 34

Grafik 2.2 Perkembangan Inflasi Nasional, Riau dan Sumatera (yoy)................ 35

Grafik 2.3 Perkembangan Inflasi Ketiga Kota di Riau (yoy)............................... 35

Grafik 2.4 Inflasi dan Kontribusi Kelompok Barang dan Jasa (yoy)................... 35

Grafik 2.5 Perkembangan Inflasi Riau Nasional secara Triwulanan (qtq)........... 36

Grafik 2.6 Historis Inflasi selama Tw I 2017 di Provinsi Riau (qtq)..................... 36

Grafik 2.7 Inflasi dan Kontribusi Berdasarkan Kelompok Barang dan Jasa........ 37

Grafik 2.8 Perkembangan Inflasi Kota Pekanbaru dan Rata-rata Historis.......... 39

Grafik 2.9 Andil Berdasarkan Kelompok Barang dan Jasa di Pekanbaru........... 39

Grafik 2.10 Perkembangan Inflasi Dumai......................................................... 40

Grafik 2.11 Andil Berdasarkan Kelompok Barang dan Jasa di Dumai............... 40

Grafik 2.12 Perkembangan Inflasi Tembilahan................................................ 41

Grafik 2.13 Andil Berdasarkan Kelompok Barang dan Jasa di Tembilahan...... 41

Grafik 2.14 Inflasi IHK dan Disagregasi Inflasi (mtm).......................................... 42

Grafik 2.15 Inflasi IHK dan Disagregasi Inflasi (yoy).......................................... 42

Grafik 2.16 Perkembangan Inflasi Inti (core) di Riau (yoy)................................ 43

Grafik 2.17 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Terhadap USD......................... 43

Grafik 2.18 Perkembangan Harga Emas Dunia................................................ 43

Grafik 2.19 Perkembangan Inflasi Tradables Goods dan Non Tradable............ 43

Grafik 2.20 Perkembangan Inflasi Volatile Food di Riau (yoy)........................... 44

Grafik 2.21 Perkembangan Harga Komoditas Bumbu-bumbuan Pekanbaru..... 44

Page 11: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Grafik

xi

Grafik 2.22 Perkembangan Harga Komoditas Beras di Pekanbaru................... 44

Grafik 2.23 Perkembangan Harga Daging dan Telur....................................... 44

Grafik 2.24 Perkembangan Inflasi Administered Price (yoy)............................. 46

Grafik 3.1 Perkembangan Anggaran APBD di Provinsi Riau 2015-2017........... 49

Grafik 3.2 ........................................................ 50

Grafik 3.3 Realisasi Pendapatan Provinsi Riau.................................................. 51

Grafik 3.4 Realisasi Pos Belanja Tidak Langsung Provinsi Riau.......................... 52

Grafik 3.5 Realisasi Pos Belanja Langsung Provinsi Riau................................... 53

Grafik 3.6 Perkembangan Pengeluaran Daerah Provinsi Riau........................... 54

Grafik 4.1 Growth Subsektor Pertanian dan Perdagangan............................... 58

Grafik 4.2 Pangsa Subsektor Pertanian dan Perdagangan................................ 58

Grafik 4.3 Hasil Survei Konsumen Bank Indonesia........................................... 59

Grafik 4.4 Perkembangan Kredit Perumahan.................................................. 59

Grafik 4.5 Perkembangan Kredit Kendaraan Bermotor.................................... 60

Grafik 4.6 Pertumbuhan Kredit Multiguna...................................................... 60

Grafik 4.7 Perkembangan Kredit Durable Goods............................................. 61

Grafik 4.8 Hasil Survei Konsumen Bank Indonesia........................................... 62

Grafik 4.9 Perkembangan Aset Perbankan Riau.............................................. 62

Grafik 4.10 Perkembangan DPK Provinsi Riau................................................. 63

Grafik 4.11 Perkembangan Kredit Perbankan Riau.......................................... 63

Grafik 4.12 Perke ................................... 68

Grafik 4.13 Perkembangan Aset Perbankan Syariah........................................ 68

Grafik 4.14 DPK Perbankan Syariah Menurut Jenis Simpanan.......................... 69

Grafik 4.15 Pertumbuhan Pembiayaan Perbankan Syariah............................... 69

Grafik 4.16 Perkembangan Aset BPR/S............................................................ 69

Grafik 4.17 Perkembangan DPK BPR/S............................................................ 70

Grafik 4.18 Perkembangan Kredit BPR/S......................................................... 70

Grafik 4.19 Perkembangan NPL BPR/S............................................................. 71

Grafik 4.20 Perkembangan dan Pertumbuhan Kredit UMKM.......................... 71

Grafik 4.21 Pangsa Kredit UMKM Pulau Sumatera.......................................... 72

Grafik 4.22 Perkembangan NPL Kredit UMKM................................................ 72

Grafik 5.1 Perkembangan Inflow dan Outflow................................................ 74

Grafik 5.2 Perkembangan Inflow dan Outflow................................................ 74

Grafik 5.3 Pergerakan Pertumbuhan Konsumsi (qtq) dan Outflow (qtq).......... 76

Page 12: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Grafik

xii

Grafik 5.4 Perkembangan UTLE yang di musnahkan....................................... 78

Grafik 5.5 Perkembangan Peredaran Uang Rupiah Tidak Asli.......................... 79

Grafik 5.6 Perkembangan Nilai Transaksi Kliring.............................................. 80

Grafik 5.7 Perkembangan Volume Transaksi Kliring........................................ 80

Grafik 5.8 Jumlah Agen LKD Spasial............................................................... 82

Grafik 6.1 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Agustus 2016................ 85

Grafik 6.2 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Agustus 2016....................... 85

Grafik 6.3 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja............................... 86

Grafik 6.4 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja............................... 87

Grafik 6.5 Jumlah Jam Kerja Per Minggu Agustus 2016.................................. 88

Grafik 6.6 Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan........................................... 88

Grafik 6.7 Tingkat Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan...................... 88

Grafik 6.8 Perkembangan Penduduk Miskin Riau............................................ 89

Grafik 6.9 Sebaran Penduduk Miskin Riau....................................................... 89

Grafik 6.10 Perkembangan Indeks Kedalaman Kemiskinan Riau...................... 91

Grafik 6.11 Perkembangan Indeks Keparahan Kemiskinan Riau...................... 91

Grafik 6.12 Perkembangan Nilai Tukar Petani................................................. 92

Grafik 7.1 Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen.................................. 96

Grafik 7.2 Perkembangan Indeks Ekspektasi Konsumen.................................. 96

Grafik 7.3 Tracking Inflasi SPH dan BPS........................................................... 101

Grafik 7.4 Perkiraan Harga Mendatang........................................................... 101

Page 13: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Gambar

xiii

HALAMAN

Gambar 2.1. Inflasi Riau, Sumatera dan Nasional Tw I 2017 dibandingkan

dengan Historisnya (yoy)............................................................

32

Gambar 2.2. Framework Program TPID 2017.................................................. 47

DAFTAR GAMBAR

Page 14: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Tabel Indikator

xiv

2017

I II III IV I II III IV IIndeks Harga Konsumen*) :

- Provinsi Riau 118,39 120,73 121,55 123,08 123,63 123,04 123,53 128,05 129,85

- Kota Pekanbaru 117,98 120,31 121,04 122,80 123,16 122,29 125,12 127,95 129,53

- Kota Dumai 118,50 120,83 122,16 122,75 124,23 124,48 125,91 127,63 130,85

- Kota Tembilahan 122,58 124,94 125,77 126,62 127,48 128,23 129,02 129,89 131,26

Laju Inflasi Tahunan (yoy, %) :

- Provinsi Riau 6,17 7,39 5,70 2,65 4,42 1,92 3,27 4,04 5,02

- Kota Pekanbaru 6,16 7,53 5,70 2,71 4,39 1,65 3,37 4,19 5,17

- Kota Dumai 6,50 7,29 6,21 2,63 4,84 3,02 3,07 3,98 5,33

- Kota Tembilahan 5,63 6,23 4,71 2,06 4,00 2,63 2,58 2,58 2,97

Pertumbuhan PDRB (yoy %, dengan migas) (0,03) (2,06) (1,36) 4,39 2,74 2,75 1,26 2,22 2,82

Nilai Ekspor Non Migas (Juta USD) 2.596,67 3.009,73 2.558,21 2.670,62 2.220,90 2.633,10 2.825,90 3.542,48 3.675,30

Volume Ekspor Non Migas (ribu Ton) 4.348,07 5.124,70 4.697,83 5.378,75 4.183,82 4.311,28 4.667,19 5.726,23 5.466,24

Nilai Impor Non Migas (Juta USD) 304,74 280,97 303,32 195,42 265,06 308,58 269,62 230,97 211,25

Volume Impor Non Migas (ribu Ton) 723,88 531,30 482,82 390,43 670,27 657,14 635,96 607,88 614,64

2017

I II III IV I II III IV IBank Umum

Total Aset (dalam Rp Juta) 90.534.888 98.451.429 95.323.470 81.686.208 84.514.141 87.150.773 87.903.910 88.418.334 97.413.710

DPK (dalam Rp Juta) 66.525.297 70.420.859 69.189.487 62.050.178 62.588.183 65.616.219 66.367.322 66.694.915 72.224.755

- Giro 15.108.109 15.301.001 14.785.606 9.874.611 11.909.735 11.691.981 11.296.303 10.170.171 12.952.275

- Tabungan 27.139.376 27.688.804 28.427.087 31.117.804 28.694.078 30.903.236 31.178.733 34.332.524 33.449.661

- Deposito 24.277.812 27.431.054 25.976.795 21.057.764 21.984.370 23.021.002 23.892.287 22.192.220 25.822.819

Kredit (dalam Rp Juta) 52.401.716 54.012.485 54.946.577 56.538.247 56.252.232 58.325.238 58.407.053 58.391.877 57.877.680

- Modal Kerja 16.078.784 16.801.235 16.801.524 17.653.632 17.488.673 18.650.406 18.611.309 18.292.928 17.889.152

- Investasi 16.716.814 17.125.784 17.428.770 17.480.648 17.203.391 17.571.645 17.133.957 16.796.593 16.377.748

- Konsumsi 19.606.118 20.085.465 20.716.283 21.403.968 21.560.168 22.103.187 22.661.787 23.302.356 23.610.780

- LDR (%) 78,77 76,70 79,41 91,12 89,88 88,89 88,01 87,55 80,14

- NPL (%) 3,64 4,16 4,34 3,71 4,07 3,98 3,91 3,44 3,53

Kredit UMKM (dalam Rp Juta) 19.809.940 20.212.276 19.894.360 19.884.668 19.905.368 20.633.645 20.495.810 20.384.469 20.172.660

- Mikro 5.461.112 5.531.045 5.465.328 5.645.990 5.835.773 6.105.089 6.081.458 6.201.696 6.191.162

- Kecil 7.439.193 7.775.301 7.771.320 7.687.958 7.791.884 8.063.526 8.000.244 7.987.938 7.819.176

- Menengah 6.909.635 6.905.929 6.657.713 6.550.721 6.277.711 6.465.029 6.414.108 6.194.835 6.162.322

NPL UMKM (%) 6,20 6,71 7,41 6,76 7,65 7,69 7,29 6,26 6,54

BPR

Total Aset (dalam Rp Juta) 1.189.489 1.185.757 1.186.762 1.228.315 1.246.785 1.252.252 1.289.943 1.330.013 1.359.583

DPK (dalam Rp Juta) 847.560 857.250 881.188 877.171 895.393 911.325 947.369 983.399 1.008.430

- Tabungan 364.632 349.230 353.742 348.011 347.972 337.076 359.182 363.207 375.372

- Deposito 482.929 508.020 527.447 529.160 547.421 574.250 588.187 620.193 633.058

Kredit (dalam Rp Juta) - berdasarkan lokasi proyek 864.307 911.096 916.504 907.081 916.870 957.829 953.911 957.239 947.477

Rasio NPL (%) 14,45 13,84 14,39 12,92 14,08 13,76 14,07 13,21 14,40

LDR (%) 101,98 106,28 104,01 103,41 102,40 105,10 100,69 97,34 93,96

20162015

B. PERBANKAN

INDIKATOR

A. INFLASI DAN PDRB

INDIKATOR20162015

TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH

Page 15: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Tabel Indikator

xv

C. SISTEM PEMBAYARAN

2017

I II III IV I II III IV I

(111.261) 2.575.811 1.801.608 3.405.622 (264.922) 5.668.369 175.963 3.999.341 365.956

1.798.608 1.405.848 2.414.612 1.224.352 2.253.374 1.293.835 3.014.802 1.521.300 2.708.511

1.687.347 3.981.659 4.216.220 4.629.974 1.988.452 6.962.203 3.190.765 5.520.641 3.074.467

Pemusnahan Uang (Jutaan lembar/keping) 185.727 303.590 171.823 313.207 799.259 614.941 955.228 766.843 1.561.072

Nominal Transaksi RTGS (Rp miliar) *) 89.640 109.603 88.477 68.937 - - - - -

Volume Transaksi RTGS (lembar) *) 31.363 32.636 30.853 13.564 - - - - -

Rata-rata Harian Nominal Transaksi RTGS (Rp miliar) 1.446 1.797 1.404 1.094 - - - - -

Rata-rata Harian Volume Transaksi RTGS (lembar) 506 535 490 215 - - - - -

Nominal Transaksi Kliring (Rp miliar) 7.881 5.163 8.684 7.366 6.890 6.560 6.374 6.607 6.149

Volume Transaksi Kliring (lembar) 254.005 135.164 237.984 206.110 209.067 194.424 191.425 201.373 190.181

Rata-rata Harian Nominal Transaksi Kliring (Rp miliar) 127 85 138 117 113 104 106 105 99

Rata-rata Harian Volume Transaksi Kliring (lembar) 62 61 63 63 61 63 60 63 62

2015 2016

Inflow (dalam Rp Juta)

Outflow (dalam Rp Juta)

Posisi Kas Gabungan (dalam Rp Juta)

INDIKATOR

TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH

Page 16: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Ringkasan Eksekutif

1

GAMBARAN UMUM

Perekonomian Riau pada triwulan I 2017 tumbuh sebesar 2,82% (yoy), mengalami

peningkatan jika dibandingkan triwulan IV 2016 yang sebesar 2,22% (yoy).

Demikian juga dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang menunjukkan

peningkatan dari 4,94% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 5,01% (yoy)

pada triwulan laporan. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Sumatera pada

triwulan I 2017 mengalami perlambatan dari 4,49% (yoy) pada triwulan IV 2016

menjadi 4,05% (yoy). Namun demikian, angka pertumbuhan ekonomi tersebut

Perekonomian Riau pada triwulan I-2017 tercatat sebesar 2,82% (yoy), meningkat jika dibandingkan triwulan IV-2016 yang sebesar

2,22% (yoy).

RINGKASAN EKSEKUTIF

Page 17: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Ringkasan Eksekutif

2

menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Riau masih lebih rendah dibandingkan

Nasional dan Sumatera.

I. ASSESMEN PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

Peningkatan dari sisi penggunaan terutama bersumber dari kenaikan

konsumsi, investasi, dan perbaikan ekspor. Disisi lain, meningkatnya

pertumbuhan ekonomi Riau juga disumbang oleh kenaikan sektor utama

seperti pertanian, industri pengolahan, dan perdagangan besar eceran.

Namun demikian, pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi tertahan oleh

menurunnya kinerja sektor konstruksi seiring dengan menurunnya

konsumsi semen, impor barang modal, dan menurunnya pertumbuhan

kredit konstruksi. Hal ini juga dipengaruhi oleh realisasi keuangan fisik

Pemerintahan Kabupaten yang masih rendah akibat minimnya ketersediaan

anggaran sehingga OPD belom bisa melaksanakan kegiatan dengan

maksimal.

Memasuki triwulan II 2017, indikasi perbaikan perekonomian masih cukup

kuat. Kinerja perekonomian Riau pada triwulan mendatang diperkirakan

masih ditopang oleh permintaan domestik yang kuat. Perekonomian Riau

pada triwulan II 2017 diperkirakan berada pada kisaran 2,40 3,40% (yoy),

lebih tinggi dibandingkan capaian triwulan I 2017. Peningkatan ini

utamanya didorong oleh peningkatan konsumsi rumah tangga, konsumsi

pemerintah, dan investasi. Sedangkan dari sisi penawaran, sumber

pertumbuhan ekonomi didorong oleh kinerja sektor konstruksi, dan

perdagangan besar eceran ke depan. Meskipun demikian, masih terdapat

beberapa faktor risiko yang mewarnai perekonomian Riau ke depan yang

perlu diantisipasi lebih lanjut. Kondisi ini terindikasi dari menurunnya harga

komoditas perkebunan global seperti CPO dan Karet pada awal triwulan II

2017 sehingga berpengaruh terhadap perlambatan kinerja sektor

perkebunan dan industri pengolahan yang juga berimbas terhadap

melambatnya net ekspor.

Meningkatnya pertumbuhan ekonomi Riau triwulan I-2017 bersumber dari meningkatnya konsumsi, investasi, dan perbaikan net ekspor. Sedangkan dari sisi penawaran, pertumbuhan didorong sektor pertanian, industri pengolahan, dan

perdagangan

Perkembangan berbagai indikator ekonomi terkini mengindikasikan membaiknya kinerja ekonomi Riau

triwulan II-2017.

Page 18: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Ringkasan Eksekutif

3

II. ASSESMEN INFLASI DAERAH

Inflasi Riau pada triwulan I 2017 tercatat 5,02% (yoy), lebih tinggi

dibandingkan triwulan IV 2016 yang sebesar 4,04% (yoy), dan lebih tinggi

dibandingkan triwulan I 2016 yang sebesar 4,42% (yoy). Kondisi ini sejalan

dengan perkembangan inflasi nasional yang menunjukkan peningkatan

dari 3,02% (yoy) pada triwulan IV 2016 menjadi 3,61% (yoy) pada triwulan

I 2017, meskipun realisasi inflasi nasional tersebut lebih rendah

dibandingkan inflasi triwulan I 2015 yang sebesar 4,45% (yoy).

Secara tahunan, meningkatnya tekanan inflasi Riau bersumber dari

komponen administered price dan inflasi core. Peningkatan tekanan inflasi

administered price secara tahunan didorong oleh kenaikan tarif listrik

sebagai dampak lanjutan adanya kebijakan pemerintah dalam memberikan

subsidi tepat sasaran. Kebijakan tersebut membedakan golongan tariff

listrik dengan daya 900VA menjadi rumah tangga mampu dan rumah

tangga miskin, dimana golongan tariff listrik R-1/900 VA khusus rumah

tangga mampu terkena pemberlakuan kenaikan bertahap setiap 2 bulan

yaitu 1 Januari 2017, 1 Maret 2017, 1 Mei 2017 dan 1 Juli 2017.

Inflasi tahunan tertinggi terjadi di Kota Dumai mencapai 5,33% (yoy),

diikuti oleh Kota Pekanbaru dan Kota Tembilahan masing-masing 5,17%

dan 2,97% (yoy). Tekanan inflasi di ketiga kota tersebut menunjukkan

peningkatan bila dibandingkan dengan triwulan IV 2016 yang masing-

masing tercatat 3,98%, 4,19%, dan 2,58% (yoy). Tingkat inflasi antar

ketiga kota (terutama Tembilahan dengan Pekanbaru dan Dumai)

mencerminkan disparitas inflasi yang relatif mengecil.

Tekanan inflasi Riau pada triwulan II 2017 diperkirakan meningkat pada

kisaran 7,0+0,5% (yoy) dengan tendensi bias ke atas dari sasaran inflasi

nasional. Meningkatnya tekanan inflasi diperkirakan terutama berasal dari

inflasi kelompok volatile food karena meningkatnya harga barang seiring

dengan meningkatnya permintaan masyarakat menjelang ramadhan dan

Idul Fitri. Selain itu, dampak lanjutan reformasi subsidi energi diperkirakan

Secara tahunan, meningkatnya tekanan inflasi terutama bersumber dari komponen administered price dan inflasi

core.

Inflasi Provinsi Riau pada triwulan I-2017 tercatat sebesar 5,02% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan IV-2016 sebesar 4,04%

(yoy).

Inflasi tahunan tertinggi terjadi di Kota Dumai, diikuti Pekanbaru dan Tembilahan.

Inflasi Riau pada triwulan II-2017 diperkirakan meningkat dengan tendensi bias ke atas dari sasaran

inflasi nasional.

Page 19: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Ringkasan Eksekutif

4

masih akan terus berlanjut pasca dicabutnya subsidi listrik tahap III per 1

Mei Tahun 2017.

III. ASSESMEN KEUANGAN PEMERINTAH

Perkembangan realisasi APBD Provinsi Riau hingga triwulan I 2017 secara

umum tercatat lebih baik apabila dibandingkan dengan periode yang sama

pada tahun 2016. Hingga Maret 2017, pendapatan daerah Provinsi Riau

tercatat terealisasi sebesar Rp1,78 triliun atau secara prosentase mencapai

20,11% dari total yang dianggarkan. Realisasi pendapatan ini lebih baik

apabila dibandingkan dengan realisasi yang tercapai pada periode yang

sama di tahun 2016 yang mencapai Rp1,46 triliun atau secara prosentase

19,25% dari total yang dianggarkan.

Dari sisi belanja daerah, selama triwulan I 2017 angka realisasi belanja

tercatat sebesar Rp562,35 miliar atau secara persentase mencapai 5,11%

dari total yang dianggarkan sebesar Rp11,008 triliun. Realisasi tersebut

lebih baik apabila dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2016

yang terealisasi sebesar Rp504,49 miliar atau secara persentase 4,60% dari

total Rp10,972 triliun yang dianggarkan. Peningkatan berasal dari

komponen belanja tidak langsung dan belanja langsung.

IV. ASSESMEN STABILITAS KEUANGAN DAERAH DAN

PENGEMBANGAN EKONOMI

Tekanan stabilitas keuangan Riau pada triwulan I 2017 cukup terjaga

seiring dengan membaiknya kinerja ekonomi. Pertumbuhan aset dan DPK

perbankan Riau pada triwulan pelaporan meningkat menjadi masing-

masing sebesar 15,26%(yoy) dan 15,40% (yoy), dari sebesar masing-

masing 8,24% (yoy) dan 7,49% (yoy) di triwulan sebelumnya. Sementara

itu, sesuai pola musiman kredit yang biasanya melambat di awal tahun,

pertumbuhan kredit perbankan Riau juga melambat menjadi sebesar

2,89% (yoy), dibandingkan triwulan IV 2016 yang tercatat 3,28% (yoy).

Seiring dengan melambatnya penyaluran kredit, risiko kredit perbankan

sedikit naik dari 3,44% menjadi 3,53% di triwulan I 2017 terutama karena

Tekanan stabilitas keuangan di Provinsi Riau pada pada triwulan I 2017 cukup terjaga seiring dengan membaiknya kinerja ekonomi.

Realisasi APBD Provinsi Riau hingga Triwulan I-2017 secara umum tercatat

lebih baik.

Realisasi belanja APBD per 30 Maret 2017 tercatat 5,11% lebih tinggi dibandingkan periode yang sama 2016 sebesar

4,60%.

Page 20: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Ringkasan Eksekutif

5

dipengaruhi oleh base effect, namun secara umum masih dalam batas

wajar atau threshold non-performing loan (NPL) .

Indikator utama kinerja perbankan di Riau pada triwulan I 2017

menunjukkan kinerja yang meningkat dibandingkan triwulan

sebelumnya. Total aset bank umum di Riau pada triwulan I 2017

tercatat sebesar Rp97,41 triliun. Total aset perbankan Riau tercatat

mengalami pertumbuhan sebesar 15,26% (yoy) pada triwulan

laporan, atau meningkat dibandingkan triwulan lalu yang tumbuh

sebesar 8,24% (yoy).

Sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan aset, pertumbuhan

DPK perbankan Riau pada triwulan I 2017 juga mengalami

peningkatan. Pada triwulan I 2017, DPK tumbuh sebesar 15,40%

(yoy), atau meningkat dibandingkan triwulan IV 2016 yang tumbuh

sebesar 7,49% (yoy). Posisi DPK pada triwulan laporan tercatat

sebesar Rp72,22 triliun. Komposisi DPK Riau relatif tidak berubah

dalam kurun waktu lima tahun terakhir, dengan porsi utama

berupa tabungan (46,31%), diikuti oleh deposito (35,75%) dan

giro (17,93%).

Seiring meningkatnya pertumbuhan aset dan DPK, penyaluran

kredit tetap tumbuh positif meskipun mengalami perlambatan

karena faktor musiman. Pada triwulan I 2017, kredit perbankan

Riau tumbuh 2,89% (yoy), melambat dibandingkan triwulan

sebelumnya yang tercatat sebesar 3,28% (yoy). Total kredit

perbankan Riau pada triwulan I 2017 tercatat sebesar Rp57,88

triliun, sedikit lebih rendah dari outstanding kredit triwulan IV 2016

yang tercatat sebesar Rp58,39 triliun.

Dipengaruhi oleh menurunnya outstanding kredit, kualitas kredit

perbankan Riau sedikit meningkat pada triwulan laporan. Pada

triwulan I 2017, Non-Performing Loan (NPL) berada pada level

3,53%, atau naik tipis dibandingkan NPL Riau pada triwulan lalu

yang tercatat sebesar 3,44%.

Indikator utama kinerja perbankan di Provinsi Riau pada triwulan I-2017 menunjukkan kinerja yang

meningkat.

Pada triwulan I-2017 DPK tumbuh sebesar 15,40% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan IV-2016 yang sebesar 7,49%

(yoy).

Pada triwulan I-2017 kredit perbankan Riau tumbuh 2,89% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar

3,28% (yoy).

Kualitas kredit pada triwulan laporan

sedikit meningkat.

Page 21: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Ringkasan Eksekutif

6

Loan to deposit ratio (LDR) perbankan Riau pada triwulan I

2017 mengalami penurunan. LDR pada triwulan laporan tercatat

sebesar 80,14%, sedikit lebih rendah dari triwulan IV 2016 yang

tercatat sebesar 87,69%. Penurunan LDR ini disebabkan oleh laju

pertumbuhan penyaluran pembiayaan yang lebih rendah

dibandingkan penghimpunan DPK yang dilakukan oleh bank.

V. ASSESMEN PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN

PENGELOLAAN UANG RUPIAH

Perkembangan transaksi pembayaran tunai di Provinsi Riau pada triwulan I

2017 tercatat mengalami net outflow, hal ini sedikit berbeda dengan

kondisi yang terjadi pada triwulan yang sama pada tahun sebelumnya.

Apabila dibandingkan dengan triwulan I 2016, transaksi pembayaran tunai

di Provinsi Riau mencatat pertumbuhan outflow hingga 238%. Secara

umum pada triwulan I 2017 terjadi peningkatan inflow sebesar Rp455

miliar atau meningkat hingga 78,04% (qtq) jika dibandingkan dengan

triwulan IV 2016, sementara outflow tercatat mengalami penurunan

sebanyak Rp1,08 triliun atau turun hingga 44,31% (qtq) yang utamanya

didorong oleh seasonal factor akibat masih rendahnya konsumsi

pemerintah dan masyarakat di awal tahun anggaran. Apabila dibandingkan

dengan posisi triwulan I 2016, arus uang masuk (inflow) meningkat sebesar

20.20% (yoy) sejalan dengan arus uang keluar (outflow) yang juga

meningkat drastis sebesar 54.62% (yoy). Sementara itu, transaksi non tunai

melalui kliring mengalami penurunan baik dari sisi nominal maupun

volume. Dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya,

transaksi kliring dari sisi nominal dan volume mengalami kontraksi secara

berturut-turut sebesar 10,75% dan 9,03%.

Untuk meningkatkan kualitas uang beredar di masyarakat, KPw BI Provinsi

Riau melakukan kerjasama dengan 48 Bank Umum di Provinsi Riau untuk

melayani masyarakat dalam hal penukaran uang lusuh. Selain itu Kantor

Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Riau juga rutin melakukan kegiatan kas

keliling wholesale untuk perbankan dan kas keliling retail untuk melayani

masyarakat umum di Provinsi Riau. Upaya lain yang dilakukan oleh Kantor

Perkembangan transaksi pembayaran tunai di Provinsi Riau pada triwulan I-2017 mengalami net

outflow.

Secara berkala Bank Indonesia melakukan layanan penukaran uang lusuh, kas keliling, dan membuka kas titipan.

Seiring dengan menurunnya kredi dan tumbuh meningkatnya DPK, rasio LDR mengalami penurunan.

Page 22: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Ringkasan Eksekutif

7

Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Riau adalah membuka kas titipan

perbankan untuk mendukung penyebaran uang layak edar agar dapat

didistribusikan sampai ke pelosok daerah. Kas titipan yang sudah

beroperasi normal berada di Kota Dumai dengan plafon sebesar Rp100

miliar sejak Triwulan IV-2016 yang sebelumnya hanya sebesar Rp50 miliar.

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Riau juga telah membuka kas

titipan baru yang mulai beroperasi pada Triwulan IV-2016 di Kota Rengat

(Rokan Hulu) dengan plafon sebesar Rp100 miliar.

VI. ASSESMEN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

Perkembangan ketenagakerjaan dan kesejahteraan di Provinsi Riau pada

Februari 2017 menunjukkan perkembangan yang terus membaik. Sejumlah

indikator memperlihatkan terjadinya peningkatan kualitas ketenagakerjaan,

antara lain menurunnya angka Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Riau

dari 5,94% pada Februari 2016 menjadi 5,76% pada Februari 2017.

Sementara perkembangan kesejahteraan di Provinsi Riau juga membaik

terlihat dari penurunan persentase jumlah penduduk miskin dibanding

jumlah penduduk di Riau yakni dari 8,82% pada September 2015 menjadi

7,67% pada September 2016 dan peningkatan Nilai Tukar Petani dari

102,23 pada triwulan IV 2016 menjadi 103,50 pada triwulan I 2017.

VII. PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH

Perkembangan ekonomi Riau pada triwulan III 2017 secara umum

diperkirakan tumbuh meningkat, berada pada kisaran 2,5+0,5%(yoy)

dengan tendensi ke arah batas atas. Sumber pertumbuhan dari sisi

penggunaan diperkirakan berasal dari konsumsi rumah tangga, dan net

ekspor yang tumbuh positif dan meningkat jika dibandingkan triwulan I

2017. Sementara itu, secara sektoral peningkatan kinerja diperkirakan

berasal dari sektor pertanian, industri pengolahan dan perdagangan besar

dan eceran. Di sisi lain pertumbuhan ekonomi Riau tertahan oleh

melambatnya konsumsi pemerintah, dan investasi. Disisi lain, melambatnya

investasi mempengaruhi kinerja sektor konstruksi, serta masih berlanjutnya

Perkembangan ekonomi Riau pada triwulan II-2017 secara umum diperkirakan tumbuh meningkat, berada pada kisaran 2,5+0,5%(yoy) dengan tendensi ke

arah batas atas.

Perkembangan ketenagakerjaan dan kesejahteraan daerah periode Februari 2017 terindikasi

membaik.

Page 23: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Ringkasan Eksekutif

8

kontraksi sektor pertambangan dan penggalian diperkirakan menahan laju

pertumbuhan ekonomi Riau.

Secara keseluruhan tahun 2017, pertumbuhan ekonomi Riau diperkirakan

akan mencapai 2,5-3,5% (yoy), lebih tinggi jika dibandingkan tahun 2016

yang sebesar 2,23% (yoy). Laju pertumbuhan tertinggi dari sisi

penggunaan diperkirakan bersumber dari net ekspor, konsumsi

pemerintah, investasi, dan konsumsi rumah tangga. Sementara dari sisi

sektoral, sektor pertanian, industri pengolahan, konstruksi, dan

perdagangan yang menjadi sektor unggulan Riau juga mengalami

peningkatan. Namun peningkatan yang lebih tinggi tertahan oleh sektor

pertambangan dan penggalian yang diperkirakan mengalami kontraksi

yang lebih dalam dibandingkan tahun lalu.

Inflasi Provinsi triwulan III 2017 diperkirakan berada pada kisaran 6,0+0,5%

(yoy) dengan tendensi ke arah batas atas. Tingkat inflasi triwulan III 2017

diperkirakan lebih tinggi jika dibandingkan triwulan yang sama tahun

2016. Secara keseluruhan tahun 2017, tingkat inflasi diperkirakan berkisar

antara 4,0-5,0% (yoy) dengan tendensi ke arah batas atas, lebih tinggi

dibandingkan capaian tahun 2016 yang sebesar 4,04% (yoy). Peningkatan

tersebut disebabkan oleh peningkatan harga terutama bahan makanan

yang cukup tinggi pada awal tahun 2017, penyesuaian tarif listrik dan

penyesuaian harga BBM.

Faktor pendorong inflasi Riau pada tahun 2017 diperkirakan terutama

berasal dari inflasi kelompok administered price seiring dengan dampak

lanjutan penyesuaian tarif listrik yang sudah memasuki tahap III sejak 1 Mei

2017, serta adanya rencana kenaikan harga BBM non subsidi turut menjadi

faktor yang memberikan tekanan terhadap laju inflasi kelompok

administered price. Selain itu, meningkatnya tekanan inflasi volatile food

bersumber dari kenaikan harga bahan makanan akibat keterbatasan

pasokan seiring dengan kemungkinan terjadinya la nina yang menguat

sehingga mengganggu pasokan dari beberapa sentra produksi yang

banyak memasok kebutuhan ke wilayah Riau.

Secara keseluruhan tahun 2017, pertumbuhan ekonomi Riau diperkirakan

meningkat

Faktor pendorong inflasi Riau pada tahun 2017 diperkirakan terutama berasal dari inflasi administered price

dan volatile food

Inflasi Provinsi Riau triwulan III-2017 diperkirakan berada pada kisaran 6,0+0,5% (yoy) dengan tendensi ke

arah batas atas.

Page 24: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Kondisi Ekonomi Makro Regional

10

1. KONDISI UMUM

Perekonomian Riau pada triwulan I 2017 tumbuh sebesar 2,82% (yoy), mengalami

peningkatan jika dibandingkan triwulan IV 2016 yang sebesar 2,22% (yoy). Kondisi

tersebut searah dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang meningkat dari 4,94%

(yoy) pada triwulan IV 2016 menjadi 5,01% (yoy) pada triwulan I 2017. Sementara

itu, pertumbuhan ekonomi Sumatera pada triwulan I 2017 mengalami perlambatan

dari 4,49% (yoy) pada triwulan IV 2016 menjadi 4,05% (yoy). Namun demikian,

angka pertumbuhan tersebut menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Riau

masih lebih rendah dibandingkan Nasional dan Sumatera (Grafik 1.1). Apabila dilihat

dari pertumbuhan ekonomi tanpa migas Riau triwulan I 2017 tercatat sebesar 4,86%

(yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,37% (yoy).

Bab 1 ASESMEN PERTUMBUHAN

EKONOMI DAERAH

Page 25: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Kondisi Ekonomi Makro Regional

11

Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Riau dan Nasional Secara Tahunan (yoy,%)

Sumber: BPS

Peningkatan dari sisi penggunaan terutama bersumber dari kenaikan konsumsi,

investasi, dan perbaikan ekspor, sementara dari sisi sektoral faktor utama pendorong

pertumbuhan berasal dari sektor pertanian, industri pengolahan, dan perdagangan

besar eceran. Namun demikian, pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi tertahan

oleh menurunnya kinerja sektor konstruksi seiring dengan menurunnya konsumsi

semen, impor barang modal, dan menurunnya pertumbuhan kredit konstruksi. Hal

ini dipengaruhi oleh realisasi keuangan fisik Pemerintahan Kabupaten yang masih

rendah akibat minimnya ketersediaan anggaran sehingga Organisasi Perangkat

Daerah (OPD) belum bisa melaksanakan kegiatan dengan optimal.

Memasuki triwulan II 2017, indikasi perbaikan perekonomian masih cukup kuat.

Kinerja perekonomian Riau pada triwulan mendatang diperkirakan masih ditopang

oleh permintaan domestik yang kuat. Perekonomian Riau pada triwulan II 2017

diperkirakan berada pada kisaran 2,40 3,40% (yoy), lebih tinggi dibandingkan

capaian triwulan I 2017. Peningkatan ini utamanya didorong oleh peningkatan

konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, dan investasi. Sedangkan dari sisi

penawaran, sumber pertumbuhan ekonomi didorong oleh kinerja sektor konstruksi,

dan perdagangan besar eceran ke depan. Meskipun demikian, masih terdapat

beberapa faktor risiko yang mewarnai perekonomian Riau ke depan yang perlu

diantisipasi lebih lanjut. Kondisi ini terindikasi dari menurunnya harga komoditas

perkebunan global seperti CPO dan Karet pada awal triwulan II 2017 sehingga

diperkirakan berpengaruh terhadap perlambatan kinerja sektor perkebunan dan

industri pengolahan yang juga berimbas terhadap melambatnya net ekspor Riau.

5,14 4,96 4,97 5,04

4,73 4,66 4,74

5,04 4,79 4,79

5,02 4,94 5,01 5,03

4,55 4,52

4,20

3,53

2,99 3,14

4,46

4,19

4,47

4,03

4,49

4,05 4,07

2,83 2,60

1,41

(0,03)

(2,06)

(1,36)

4,39

2,74 2,75

1,26

2,22

2,82

I II III IV I II III IV I II III IV I

2014 2015 2016 2017

Nasional

Sumatera

Riau

Page 26: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Kondisi Ekonomi Makro Regional

12

2. PDRB SISI PENGGUNAAN

Perekonomian Riau pada triwulan I 2017 mengalami peningkatan dari 2,22% (yoy)

pada triwulan lalu menjadi 2,82% (yoy). Sumber pertumbuhan ekonomi Riau pada

triwulan I 2017 didorong oleh peningkatan dari sisi domestik maupun global.

Peningkatan terutama bersumber dari kenaikan konsumsi, investasi, dan perbaikan

ekspor (Tabel 1.1). Konsumsi pemerintah pada triwulan I 2017 mengalami

peningkatan seiring dengan lebih tingginya realisasi belanja pemerintah daerah

triwulan I 2017 dibandingkan periode yang sama tahun 2016. Sementara itu

kenaikan konsumsi swasta dipengaruhi oleh pelaksanaan Pilkada di beberapa

Kabupaten di Provinsi Riau pada triwulan I 2017 seperti di Kampar dan Pekanbaru.

Meningkatnya pertumbuhan konsumsi juga didorong oleh kenaikan konsumsi

rumah tangga yang terkompensasi dari kenaikan ekspor terutama ekspor CPO

sebagai salah satu komoditas unggulan di Provinsi Riau. Kenaikan ekspor tersebut

juga dipengaruhi oleh kenaikan harga komoditas global seiring dengan membaiknya

kondisi negara mitra dagang seperti India dan Tiongkok yang cukup kuat.

Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Riau Sisi Penggunaan (yoy)

Perekonomian Riau pada triwulan II 2017 diperkirakan berada pada kisaran 2,40

3,40% (yoy), lebih tinggi dibandingkan capaian triwulan I 2017. Kinerja

perekonomian Riau pada triwulan mendatang diperkirakan masih ditopang oleh

permintaan domestik yang kuat. Peningkatan ini utamanya didorong oleh

peningkatan konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, dan investasi.

Momentum Ramadhan dan perayaan hari besar keagamaan diperkirakan

mendorong peningkatan permintaan masyarakat sehingga mendorong

I II III IV I I II III IV I

1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 6,42 5,76 5,08 4,32 5,38 4,85 2,30 2,05 1,79 1,50 1,90 1,79

2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 2,89 3,14 2,77 1,82 2,65 6,76 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,03

3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (1,69) 6,88 (4,50) 4,07 1,34 6,96 (0,05) 0,26 (0,15) 0,17 0,05 0,23

4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 2,96 3,32 3,57 4,48 3,60 6,26 0,94 1,07 1,16 1,48 1,17 2,08

5. Ekspor Luar Negeri (4,60) (13,09) (5,42) (34,34) (15,35) 1,38 (1,18) (3,33) (1,44) (8,00) (3,88) 0,40

6. Impor Luar Negeri (3,97) 14,64 11,61 27,43 11,99 -13,76 (0,16) 0,60 0,45 1,19 0,49 0,15

7. Net Ekspor (1,43) (1,85) (4,32) (2,69) (2,61) (2,44) (0,38) (0,48) (1,15) (0,70) (0,69) (0,61)

PDRB 2,74 2,75 1,26 2,22 2,23 2,82 2,74 2,75 1,26 2,22 2,23 2,82

Komponen Pengeluaran

Growth (% yoy) Kontribusi Pertumbuhan (% yoy)

2016 2016

2017 2016 2016

2017

Sumber : BPS

Page 27: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Kondisi Ekonomi Makro Regional

13

pertumbuhan konsumsi rumah tangga. Selain itu, berbagai upaya yang dilakukan

pemerintah daerah untuk percepatan realisasi APBD juga diperkirakan dapat

mendorong kenaikan konsumsi pemerintah, sekaligus mendorong peningkatan

investasi meskipun masih terbatas.

2.1. Konsumsi

Konsumsi rumah tangga

Provinsi Riau pada triwulan I

2017 tercatat sebesar

4,85%(yoy), meningkat jika

dibandingkan triwulan IV

2016 yang tercatat sebesar

4,32% (yoy). Meningkatnya

konsumsi rumah tangga

tercermin dari meningkatnya

Indeks Keyakinan Konsumen

(IKK) dan Indeks Keyakinan Ekonomi (IKE) bulan April yang masing-masing tercatat

sebesar 88,92 dan 83,08. Meskipun berada pada level pesimis (dibawah batas 100)

namun angka tersebut masih lebih tinggi dibandingkan level indeks pada periode

sebelumnya yang sebesar 84,92 dan 78,92 (Grafik 1.2).

Peningkatan konsumsi rumah tangga terkompensasi dari kenaikan ekspor CPO,

dimana sebagian besar masyarakat di Provinsi Riau bekerja di sektor perkebunan

kelapa sawit sehingga kondisi tersebut meningkatkan penghasilan dan mendorong

daya beli masyarakat. Selain itu, adanya kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP) Riau

pada awal tahun 2017 (Grafik 1.3) semakin meningkatkan kinerja konsumsi rumah

tangga yang tercermin dari meningkatnya likert scale permintaan domestik

sebagaimana Grafik 1.4 dibawah ini.

Grafik 1.2. Perkembangan Indeks Survei Ekspektasi Konsumen Riau

Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia

70

80

90

100

110

120

130

140

150

160

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Apr

2012 2013 2014 2015 2016 2017

IKK

IKE

IEK

Garis 100

Page 28: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Kondisi Ekonomi Makro Regional

14

Grafik 1.3 UMP Riau Grafik 1.4 LS Permintaan

Sumber: SK Gubernur Riau No.1058/XI/2016 Sumber: Liaison Bank Indonesia

Berdasarkan hasil Survei Ekspektasi Konsumen (SEK) yang dilakukan oleh Bank

Indonesia, keyakinan konsumen terhadap kondisi ke depan cukup baik. Hal ini

tercermin dari Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) April yang mengalami peningkatan

dari 90,92 menjadi 94,75. Keyakinan tersebut juga diiringi dengan kenaikan Indeks

Konsumsi Barang Tahan Lama yang pada bulan April mencapai 103,75 lebih tinggi

dibandingkan periode sebelumnya yang sebesar 90,50. Meningkatnya ekspektasi

konsumen terhadap kondisi saat ini juga terindikasi dari kredit kendaraan bermotor

(Grafik 1.4) dan kredit durable goods yang tumbuh meningkat (Grafik 1.5).

Sementara itu, konsumsi LNPRT pada triwulan laporan tercatat tumbuh 6,76% (yoy),

lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan IV 2016 yang sebesar 1,82% (yoy).

Meningkatnya pertumbuhan konsumsi LNPRT ini didorong oleh penyelenggaraan

PILKADA di Kabupaten Kampar dan Pekanbaru. Selain itu, pertumbuhan konsumsi

1.1

40

.00

0

1.2

87

.00

0

1.5

20

.00

0

1.7

20

.00

0

1.9

10

.00

0

2.1

29

.65

0

2.3

05

.34

6

-

5,00

10,00

15,00

20,00

25,00

-

500.000

1.000.000

1.500.000

2.000.000

2.500.000

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

gro

wth

(%

yo

y)

Rp

UMK (Rp)

Growth (% yoy)

-1,50

-1,00

-0,50

0,00

0,50

1,00

1,50

-3,00

-2,50

-2,00

-1,50

-1,00

-0,50

0,00

0,50

1,00

1,50

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2013 2014 2015 2016 2017

Penjualan Ekspor

Penjualan Domestik

Grafik 1.4. Kredit Kendaraan Bermotor

Sumber: LBU Bank Indonesia

Grafik 1.5. Kredit Konsumsi

Sumber: LBU Bank Indonesia

-40

-20

0

20

40

60

80

100

-

100

200

300

400

500

600

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015 2016 2017

% y

oy

Rp

Mil

iar

Kredit Kendaraan Bermotor Growth (% yoy)

0

5

10

15

20

25

30

-

5.000

10.000

15.000

20.000

25.000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015 2016 2017

% y

oy

Rp

Mil

iar

Kredit Konsumsi Growth (% yoy)

Page 29: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Kondisi Ekonomi Makro Regional

15

pemerintah tercatat mencapai 6,96% (yoy), mengalami peningkatan dibandingkan

triwulan sebelumnya yang sebesar 4,07% (yoy). Apabila dilihat dari realisasi belanja

pemerintah sebagaimana Tabel 1.2, pada triwulan I 2017 realisasi belanja mencapai

Rp562,35 miliar atau 5,11% (yoy) dari total yang dianggarkan sebesar Rp11,008

triliun, lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun 2016 yang sebesar

4,60% (yoy) dari total anggaran Rp10,972 triliun. Peningkatan utamanya terjadi

pada realisasi belanja barang dan jasa, serta belanja pegawai sehingga produktivitas

dan multiplier efek terhadap pembangunan ekonomi relatif rendah.

Tabel 1.2. Realisasi Belanja Pemerintah Daerah Provinsi Riau

Pada triwulan II 2017, konsumsi secara umum tumbuh meningkat. Meningkatnya

pertumbuhan konsumsi rumah tangga dilatarbelakangi oleh potensi peningkatan

permintaan menjelang Ramadhan dan perayaan hari besar keagamaan. Di sisi lain,

berbagai upaya yang dilakukan pemerintah daerah untuk percepatan realisasi APBD

juga diperkirakan dapat mendorong kenaikan konsumsi pemerintah pada Semester

I tahun 2017.

2.2. Investasi (PMTB)

Perkembangan investasi (PMTB)

di Riau pada triwulan I 2017

tercatat tumbuh sebesar 6,26%

(yoy), meningkat jika

dibandingkan triwulan IV 2016

yang tercatat sebesar 4,48%

(yoy). Perkembangan indikator

terkini menunjukkan adanya

Jumlah

Anggaran

(triliun)

Realisasi

(triliun)

%

Realisasi

Jumlah

Anggaran

(triliun)

Realisasi

(triliun)

%

Realisasi

Jumlah

Anggaran

(triliun)

Realisasi

(triliun)

%

Realisasi

Pendapatan Daerah 7,407 6,911 93,3 7,233 6,736 93,13 8,859 1,781 20,11

Belanja Daerah 11,388 7,761 68,15 10,365 8,625 83,22 11,008 0,562 5,11

Pembiayaan Daerah 3,981 3,982 100,01 3,132 3,132 100,01 2,149 1,343 62,5

Surplus/(Defisit) -3,981 -0,850 21,35 -3,132 -1,889 60,33 -2,149 -1,219 56,74

Uraian

2015 2016 Tw I 2017 (Posisi 30 Maret)

Grafik 1.6. Likert Scale Investasi

Sumber: Liaison Bank Indonesia

-0,50

0,00

0,50

1,00

1,50

2,00

-0,20

0,00

0,20

0,40

0,60

0,80

1,00

1,20

1,40

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2013 2014 2015 2016 2017

Perkiraan Investasi

Investasi

Sumber : BPKAD Provinsi Riau

Page 30: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Kondisi Ekonomi Makro Regional

16

kenaikan realisasi investasi baik Penanaman Modal Asing (PMA) maupun Penanaman

Modal Dalam Negeri (PMDN) sebagaimana grafik dibawah.

Pada Tabel 1.3 dibawah terlihat bahwa meningkatnya kinerja investasi PMDN

bersumber dari ketiga sektor yaitu primer, sekunder, dan tersier. Sementara itu,

kenaikan tertinggi nilai investasi PMA bersumber dari sektor sekunder sedangkan

nilai investasi total sektor primer dan tersier mengalami penurunan.

Tabel 1.3. Realisasi Investasi PMA dan PMDN Per Sektor Provinsi Riau

Tw IV-2016 Tw I 2017 Tw IV-2016 Tw I 2017

Tanaman Pangan dan Perkebunan 37.604 106 146.021 207.801

Peternakan 15 8 -

Kehutanan 328 10

Pertambangan 37.946 123

Total 72.985 16.496 146.021 207.801

Industri Makanan 280 131.898 545.350

Industri Kayu 284 399

Industri Kertas, Barang dari kertas dan Percetakan - 83.731 440.330

Industri Kimia Dasar, Barang Kimia dan Farmasi 4.353 93.636 204.335 526.335

Industri Karet, Barang dari karet dan Plastik 2.163 - - 520

Industri Mineral Non Logam - -

Industri Logam Dasar, Barang Logam, Mesin dan Elektronik 1.318 2.486 28.147 2.110

Industri Alat Angkutan dan Transportasi Lainnya

Industri Lainnya 239 154 4.500

Total 81.341 113.451 448.110 1.519.146

Listrik, Gas dan Air - 5 2.100 932.815

Konstruksi - 493 17.535

Perdagangan dan Reparasi 831 301 5.877 19.860

Hotel dan Restoran 225

Transportasi, Gudang dan Telekomunikasi 3.282 6 25.485 31.500

Perumahan, Kawasan Industri dan Perkantoran 555 219 63.833 257.874

Jasa Lainnya - 58 14.925

Total 4.668 590 97.788 1.274.734

123.955 114.164 691.920 3.001.680 Total

SektorPMDN (Rp. Juta)PMA (US$. Ribu)

PRIMER

SEKUNDER

TERSIER

Grafik 1.7. Perkembangan Nilai Realisasi PMDN di Provinsi Riau

Grafik 1.8. Perkembangan Nilai Realisasi PMA di Provinsi Riau

Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal

-200

-100

0

100

200

300

400

500

600

-

500.000

1.000.000

1.500.000

2.000.000

2.500.000

3.000.000

3.500.000

4.000.000

4.500.000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2013 2014 2015 2016 2017

growh (% yoy)Rp RibuRealisasi PMDN growth (yoy)

-500

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

-

100.000

200.000

300.000

400.000

500.000

600.000

700.000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2013 2014 2015 2016 2017

% yoyUSD RibuRealisasi PMA growth (yoy)

Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal

Page 31: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Kondisi Ekonomi Makro Regional

17

Kenaikan nilai investasi PMDN tertinggi dari sektor primer bersumber dari tanaman

pangan dan perkebunan. Sedangkan pada sektor sekunder, kenaikan nilai investasi

tertinggi bersumber dari industri makanan, industri kertas, dan industri kimia. Jika

dilihat dari realisasi belanja pemerintah triwulan I 2017, realisasi belanja modal relatif

rendah sehingga peningkatan nilai investasi konstruksi di sektor tersier relatif kecil.

Kenaikan nilai investasi tertinggi sektor tersier utamanya berasal dari investasi listrik

dan perumahan. Di sisi lain, kenaikan tertinggi nilai investasi sektor sekunder PMA

bersumber dari industri kimia dasar, industri logam, industri tekstil, dan industri kayu.

Sejalan dengan percepatan realisasi APBD dalam rangka pembangunan infrastruktur

yang lebih baik, kinerja investasi pada triwulan II 2017 juga diperkirakan tumbuh

meningkat. Beberapa proyek strategis yang masih terus berlanjut diantaranya, jalan

tol trans Sumatera yang melewati Pekanbaru-Dumai seluar 131.475 Km, serta

pembangunan jalur kereta api di 4 titik yakni Rantau Prapat-Dumai (249 Km), Duri-

Pekanbaru (90 Km), Pekanbaru-Muaro (164 Km), Pekanbaru-Jambi (350 Km). Selain

itu, upaya maintenance yang dilakukan oleh sejumlah perusahaan dapat menjaga

tingkat pertumbuhan investasi di Provinsi Riau.

2.3 Ekspor dan Impor

2.3.1. Ekspor

Pertumbuhan net ekspor Provinsi Riau pada triwulan I 2017 (Tabel 1.4) tercatat

kontraksi sebesar 2,44% (yoy), membaik jika dibandingkan kontraksi pada triwulan

IV 2016 yang sebesar 2,69% (yoy).

Tabel 1.4. Perkembangan Volume Ekspor Non Migas Riau (ribu ton)

Sumber : Cognos Bank Indonesia, diolah

I II III IV I 2016 I-17 2016 I-17Makanan dan Hewan Bernyawa 385,3 343,4 363,7 515,4 1.607,7 443,8 8,51 8,12 (7,24) 15,18 Tembakau dan Minuman 7,5 8,3 4,6 5,2 25,5 6,8 0,14 0,12 (8,53) (9,20) Barang Mentah 685,8 774,1 792,9 894,3 3.147,1 838,4 16,66 15,34 7,76 22,26 Bahan Bakar Mineral dan Pelumas 40,1 23,2 - - 63,2 - 0,33 - (46,89) (100,00) Minyak dan Lemak Nabati 2.455,3 2.562,9 2.861,6 3.731,3 11.611,1 3.597,3 61,47 65,81 (7,58) 46,51 Bahan Kimia 172,3 169,4 179,7 140,4 661,8 75,3 3,50 1,38 22,13 (56,29) Barang Manufaktur 437,4 429,9 464,7 439,6 1.771,5 503,2 9,38 9,21 7,80 15,04 Mesin dan Peralatan 0,3 0,2 - 0,0 0,5 1,5 0,00 0,03 0,00 0,00 Hasil Olahan Manufaktur - - - 0,0 0,0 - 0,00 - (96,79) - Koin, bukan mata uang - - - - - - - - - -

4.183,8 4.311,3 4.667,2 5.726,2 18.888,5 5.466,2 100,00 100,00 (3,38) 30,65

yoy (%)201720162016

Pangsa (%)

Total

Jenis

Page 32: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Kondisi Ekonomi Makro Regional

18

Membaiknya net ekspor pada triwulan laporan, terutama disumbang oleh kenaikan

ekspor luar negeri dari kontraksi 34,34% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi

tumbuh positif 1,38% (yoy). Peningkatan ekspor ini juga diikuti oleh menurunnya

impor sehingga mendorong kinerja net ekspor.

Berdasarkan hasil liaison Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Riau,

meningkatnya ekspor terutama bersumber dari hasil pengolahan kelapa sawit,

khususnya CPO seiring dengan meningkatnya permintaan CPO dunia pada awal

tahun 2017 (Grafik 1.9).

Grafik 1.9. Perkembangan Volume Ekspor CPO dan Turunan Riau

Grafik 1.10. Perkembangan Volume Ekspor Pulp Riau

Sumber : Cognos Bank Indonesia, diolah

Grafik 1.11. Perkembangan Volume Ekspor Batubara Riau

Sumber : Cognos Bank Indonesia, diolah

Grafik 1.12 Perkembangan Volume Ekspor Karet Olahan Riau

Sumber : Cognos Bank Indonesia, diolah Sumber : Cognos Bank Indonesia, diolah

Berdasarkan negara tujuan ekspornya, meningkatnya ekspor terutama berasal dari

India yaitu dari 863 ribu ton pada triwulan IV 2016 menjadi 926 ribu ton pada

triwulan laporan (Grafik 1.13). Meningkatnya pertumbuhan ekonomi India ditopang

oleh aktivitas konsumsi yang turut mendorong meningkatnya permintaan terhadap

CPO. Dengan meningkatnya permintaan dan harga, ekspor CPO luar negeri secara

langsung mengalami peningkatan.

(40,00)

(20,00)

-

20,00

40,00

60,00

80,00

0

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

3.500

4.000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2013 2014 2015 2016 2017

%y

oy

rib

u t

on

Volume growth

(20,00)

(10,00)

-

10,00

20,00

30,00

40,00

-

100,00

200,00

300,00

400,00

500,00

600,00

700,00

800,00

900,00

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2013 2014 2015 2016 2017

%y

oy

rib

u t

on

Volume growth

(120,00)

(100,00)

(80,00)

(60,00)

(40,00)

(20,00)

-

20,00

40,00

60,00

-

100,00

200,00

300,00

400,00

500,00

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2013 2014 2015 2016 2017

%yo

y

rib

u t

on

Volume growth

-100

-50

0

50

100

150

200

250

-

0,50

1,00

1,50

2,00

2,50

3,00

3,50

4,00

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2013 2014 2015 2016 2017

%y

oy

rib

u t

on

Volume growth

Page 33: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Kondisi Ekonomi Makro Regional

19

Grafik 1.13 Perkembangan Volume Ekspor Non Migas Riau Menurut Wilayah Tujuan

Sumber : Cognos Bank Indonesia, diolah

Total konsumsi CPO dunia hingga Maret 2017 tercatat sebanyak 188.905 ribu MT,

meningkat dibandingkan triwulan IV 2016 yang tercatat sebanyak 187.022 ribu MT

sebagaimana Grafik 1.14. Kondisi ini juga dipicu oleh kenaikan harga komoditas

global sejalan dengan membaiknya kondisi perekonomian negara mitra dagang.

Namun demikian, harga CPO masih dibayangi oleh peningkatan produksi kedelai

sebagai subsitusi CPO dimana dengan stok berlimpah harga kedelai menjadi semakin

rendah (Grafik 1.15). Penurunan harga CPO juga diakibatkan penurunan permintaan

dari Amerika Serikat, negara-negara Uni Eropa akibat resolusi sawit terhadap

Indonesia. Selain itu , adanya peraturan terkait restorasi gambut diperkirakan

memperlambat pertumbuhan ekspor pada triwulan II 2017.

Grafik 1.14 Konsumsi CPO Dunia Grafik 1.15 Ending Stocks CPO Dunia

Sumber : USDA Sumber : USDA

786 762 1.078 1.034 678 759 766 1.024 965 780 869 942 681 891 971 1.188

773 797 849 1.154 1.093

511 481

787 675 835 818 635

920 598

538 651 990

510 798 644

720

524 677 822 863 926 783 733

842 922 851 662 814

920

691 651 548

518

580

637 606 787

622 550 576

719 604 734 563

600 901 644 585 658

609

573 432

589

759

592

570 587

756

501 545 584

764 730

1.343 1.257

1.433 1.457

1.830 1.657 1.558

1.667

1.617 1.717

1.892

1.988

1.985

2.228

1.890

1.928

1.763 1.741 1.837

2.226 2.113

-

1.000

2.000

3.000

4.000

5.000

6.000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015 2016 2017

rib

u t

on

Cina India ASEAN MEE Lainnya

-

10.000

20.000

30.000

40.000

50.000

60.000

70.000

Th

ou

san

ds

Me

tric

To

n

Other Colombia Egypt Bangladesh United States

Nigeria Thailand Pakistan Malaysia Europa Union

China India Indonesia

-

1.000

2.000

3.000

4.000

5.000

6.000

7.000

8.000

9.000

20

10

20

11

20

12

20

13

20

14

De

c-1

5

Jan

-16

Fe

b-1

6

Ma

r-2

01

6

Ap

ril-

20

16

Ma

y 2

01

6

Jun

-20

16

Jul-

20

16

Au

g-2

01

6

Se

p-2

01

6

Ok

t-2

01

6

No

v-2

01

6

De

s-1

6

Jan

-17

Fe

b-1

7

Ma

r-1

7

Other China Europa Union India Indonesia Malaysia

Page 34: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Kondisi Ekonomi Makro Regional

20

2.3.2. Impor

Perkembangan impor barang dan jasa Provinsi Riau pada triwulan I 2017 tercatat

kontraksi 46,26% (yoy), lebih dalam dibandingkan kontraksi triwulan IV 2016 yang

sebesar 2,54% (yoy). Lebih dalamnya kontraksi pada triwulan laporan disebabkan

oleh menurunnya impor luar negeri maupun antar daerah masing-masing dari

27,43% (yoy) dan kontraksi 14,91% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 3,76%

(yoy) dan kontraksi 81,99% (yoy). Penurunan impor tertinggi bersumber dari impor

barang modal dari 50,15 ribu ton pada triwulan IV 2016 turun 9,50% menjadi 7,26

ribu ton pada triwulan I 2017. Penurunan ini sejalan dengan belum optimalnya

belanja modal APBD dan menurunnya kinerja sektor konstruksi. Berdasarkan

informasi yang diperoleh dari pemerintah daerah, belum optimalnya serapan

anggaran untuk kegiatan produktif tersebut juga disebabkan oleh belum selesainya

permasalahan RTRW yang menghambat sejumlah pembangunan infrastruktur yang

memerlukan izin lahan.

Grafik 1.16. Impor Non Migas Grafik 1.17. Impor Barang Modal

Grafik 1.18. Impor Barang Intermedier Grafik 1.19. Impor Barang Konsumsi

-100

0

100

200

300

400

500

600

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015 2016 2017

% yoyRibu Ton Impor Non Migas growth

(200)

(100)

-

100

200

300

400

500

600

700

800

-

20

40

60

80

100

120

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015 2016 2017

% yoyRibu Ton Barang Modal growth

(100)

-

100

200

300

400

500

600

700

-

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015 2016 2017

% yoyRibu Ton Barang Intermedier growth

(200)

(100)

-

100

200

300

400

500

600

-

5

10

15

20

25

30

35

40

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015 2016 2017

% yoyRibu Ton Barang Konsumsi growth

Sumber : Cognos Bank Indonesia, diolah

Page 35: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Kondisi Ekonomi Makro Regional

21

Impor barang dan jasa Provinsi Riau pada triwulan II 2017 diperkirakan membaik jika

dibandingkan triwulan I 2017. Perbaikan impor terutama bersumber dari kenaikan

impor luar negeri. Hal ini juga dipengaruhi oleh momentum meningkatnya

permintaan menjelang Ramadhan dan perayaan hari besar keagamaan. Selain itu,

meningkatnya impor diperkirakan sejalan dengan meningkatnya realisasi anggaran

produktif pemerintah terkait belanja modal. Disamping itu, relatif terjaganya

volatilitas rupiah turut mendorong peningkatan impor. Rata-rata nilai tukar rupiah

terhadap USD pada bulan April 2017 tercatat sebesar Rp13.307/USD menguat

dibandingkan triwulan I 2017 yang sebesar Rp13.348/USD. Namun masih belum

optimalnya kapasitas utilisasi perusahaan di tengah ketidakpastian ekonomi global

berpotensi menahan laju impor.

Grafik 1.20 Nilai Tukar Rupiah terhadap USD

3. PDRB SEKTORAL

Kinerja sektor utama perekonomian Provinsi Riau pada triwulan I 2017 secara umum

menunjukkan peningkatan. Meningkatnya pertumbuhan dari sisi penawaran

terutama bersumber dari empat sektor utama yaitu pertanian, industri pengolahan,

dan perdagangan besar eceran. Meningkatnya sektor pertanian terutama bersumber

dari kenaikan pertumbuhan subsektor kehutanan dan penebangan kayu. Kondisi

tersebut juga diikuti oleh kenaikan pertumbuhan industri pengolahan kertas dan

barang dari kertas yang pada triwulan laporan tumbuh positif dari triwulan

sebelumnya yang tercatat kontraksi. Selain itu, industri makanan dan minuman juga

turut mengalami peningkatan sejalan dengan kenaikan sektor perdagangan besar

eceran sejalan dengan membaiknya daya beli masyarakat. Terlepas dari hal tersebut,

-10

-5

0

5

10

15

12.400

12.600

12.800

13.000

13.200

13.400

13.600

13.800

14.000

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr

2016 2017

% y

oy

Ku

rs T

en

gah

Rp Thd USD Growth (% yoy)

Sumber : Bank Indonesia

Page 36: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Kondisi Ekonomi Makro Regional

22

sektor pertambangan dan penggalian menunjukkan perbaikan kontraksi terutama

subsektor pertambangan migas dan batubara yang tercermin dari peningkatan lifting

minyak dan kenaikan harga komoditas tambang.

Tabel 1.5. Pertumbuhan Ekonomi Riau Sisi Sektoral Dengan Migas (yoy,%)

Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah

Kinerja perekonomian Riau pada triwulan mendatang diperkirakan masih ditopang

oleh permintaan domestik yang kuat. Perekonomian Riau pada triwulan II 2017

diperkirakan berada pada kisaran 2,40 3,40% (yoy), lebih tinggi dibandingkan

capaian triwulan I 2017. Peningkatan tersebut turut mendorong kinerja sektor

konstruksi karena terealisasinya sejumlah proyek strategis pemerintah. Disamping

itu, momentum Ramadhan dan perayaan Idul Fitri mendorong mendorong kinerja

sektor perdagangan besar eceran ke depan. Sementara itu, lifting migas diperkirakan

masih terkontraksi dan belum menunjukkan perbaikan yang signifikan. Meskipun

demikian, masih terdapat beberapa faktor risiko yang mewarnai perekonomian Riau

ke depan yang perlu diantisipasi lebih lanjut. Kondisi ini terindikasi dari menurunnya

harga komoditas perkebunan global seperti CPO dan Karet pada awal triwulan II-

2017 sehingga berpengaruh terhadap perlambatan kinerja sektor perkebunan dan

industri pengolahan yang juga berimbas terhadap melambatnya ekspor.

I II III IV I I II III IV I

1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 3,66 4,63 3,06 4,55 3,98 5,37 0,84 1,07 0,71 1,08 0,92 1,27

2 Pertambangan dan Penggalian -1,53 -3,19 -5,26 -6,81 -4,22 -6,72 -0,44 -0,91 -1,45 -1,82 -1,18 -1,82

3 Industri Pengolahan 5,13 4,15 3,20 5,94 4,61 7,30 1,24 1,01 0,80 1,49 1,13 1,82

4 Pengadaan Listrik, Gas 15,90 15,64 14,79 8,28 13,52 5,45 0,01 0,01 0,01 0,00 0,01 0,00

5 Pengadaan Air 2,00 -1,15 -0,79 -1,70 -0,45 5,14 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

6 Konstruksi 3,84 4,87 5,25 5,63 4,92 3,15 0,31 0,40 0,44 0,49 0,41 0,26

7 Perdagangan Besar, Eceran, Rep. Mobil Motor 4,93 6,60 3,61 4,46 4,88 5,99 0,46 0,62 0,34 0,42 0,46 0,57

8 Transportasi dan Pergudangan 4,52 4,46 2,46 1,02 3,06 4,08 0,04 0,04 0,02 0,01 0,03 0,03

9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 5,47 6,10 1,67 -0,12 3,17 3,30 0,03 0,03 0,01 0,00 0,02 0,02

10 Informasi dan Komunikasi 4,21 5,19 6,26 4,12 4,95 2,79 0,03 0,03 0,04 0,03 0,03 0,02

11 Jasa Keuangan 1,83 8,47 5,96 6,53 5,65 0,26 0,02 0,08 0,05 0,06 0,05 0,00

12 Real Estate 1,91 0,51 1,12 2,52 1,52 3,37 0,02 0,00 0,01 0,02 0,01 0,03

13 Jasa Perusahaan 0,19 1,34 1,64 7,11 2,64 9,56 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

14 Adm Pemerintahan, Pertahanan & Jam. Sos. -3,53 3,31 -2,69 1,58 -0,30 6,97 -0,05 0,05 -0,04 0,03 0,00 0,10

15 Jasa Pendidikan 0,63 2,64 0,98 -1,34 0,68 3,67 0,00 0,01 0,01 -0,01 0,00 0,02

16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0,17 1,03 0,93 0,13 0,56 5,76 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,01

17 Jasa lainnya 5,65 6,27 6,02 7,39 6,35 6,12 0,03 0,03 0,03 0,04 0,03 0,03

2,74 2,75 1,26 2,22 2,23 2,82 2,74 2,75 1,26 2,22 2,23 2,82

Sektor

PDRB

2016 2017

Growth (% yoy)

2016

Kontribusi Pertumbuhan (% yoy)

2016 2016

2017

Page 37: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Kondisi Ekonomi Makro Regional

23

3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

Sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan Provinsi Riau pada triwulan I 2017

tercatat tumbuh sebesar 5,37% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan

pertumbuhan triwulan IV 2016 yang sebesar 4,55% (yoy). Peningkatan tersebut

utamanya bersumber dari subsektor kehutanan dan penebangan kayu (Grafik 1.21)

yang tercatat sebesar 9,77% (yoy), tumbuh meningkat dibandingkan pertumbuhan

triwulan sebelumnya yang sebesar 2,04% (yoy).

Grafik 1.21. Perkembangan Pertumbuhan Subsektor Pertanian

Sumber: BPS Provinsi Riau

Grafik 1.22. Likert Scale Pertanian

Sumber : Liaison Bank Indonesia

Meningkatnya kinerja sektor pertanian, kehutanan dan perikanan pada triwulan

laporan juga terindikasi dari hasil liaison triwulan I 2017 yang menyatakan bahwa

perbaikan produksi kelapa sawit pasca musim trek awal tahun 2016 dan dampak

kabut asap 2015 baru dirasakan mulai semester kedua di tahun 2016 hingga awal

tahun 2017. Selain itu, peningkatan produksi didorong oleh permintaan dalam

negeri dan ekspor (Grafik 1.22). Kondisi ini tercermin dari peningkatan konsumsi

CPO domestik Indonesia pada triwulan I 2017 yang mencapai 9,6 juta MT/bulan,

meningkat dibandingkan triwulan I 2016 yang sebesar 8,6 juta MT/bulan. Disamping

itu, ekspor CPO pada triwulan I 2017 juga meningkat dari rata-rata 24,5 juta

MT/bulan pada triwulan I 2016 menjadi 25,7 juta MT/bulan. Meningkatnya

permintaan ekspor tidak terlepas dari faktor perbaikan ekonomi global yang

berimbas pada perbaikan harga komoditas internasional.

-10

-5

0

5

10

15

I II III IV I II III IV I II III IV I

2014 2015 2016 2017

% yoyKehutanan dan Penebangan Kayu

Pertanian, Peternakan, Perburuan dan Jasa Pertanian

Perikanan

-1,50

-1,00

-0,50

0,00

0,50

1,00

1,50

-3,00

-2,50

-2,00

-1,50

-1,00

-0,50

0,00

0,50

1,00

1,50

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2013 2014 2015 2016 2017

Penjualan Ekspor

Penjualan Domestik

Page 38: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Kondisi Ekonomi Makro Regional

24

Grafik 1.23. Perkembangan Harga Karet

Sumber: Bloomberg

Grafik 1.24. Perkembangan Harga Sawit

Sumber : Bloomberg

Meningkatnya kinerja sektor pertanian juga diikuti oleh peningkatan Nilai Tukar

Petani (NTP) Provinsi Riau pada triwulan I 2017 tercatat sebesar 103,5 atau lebih

tinggi jika dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 102,23 (Grafik 1.25). Hal

ini mengindikasikan bahwa nilai yang diterima petani lebih besar dibandingkan biaya

yang dikeluarkan. Selain itu, tekanan inflasi pedesaan juga mengalami penurunan

sehingga menyebabkan daya beli petani masih relatif baik (Grafik 1.26).

Grafik 1.25. Nilai Tukar Petani

Sumber : LBU Bank Indonesia

Grafik 1.26. Inflasi Pedesaaan

Sumber : LBU Bank Indonesia

Perkembangan indikator terkini mengindikasikan perlambatan kinerja sektor

pertanian pada triwulan berjalan. Hal ini terlihat dari melambatnya harga komoditas

unggulan sejak awal April 2017 akibat oversupply minyak nabati dunia yang

menimbulkan preferensi negara mitra dagang untuk mulai menggunakan kedelai

dibandingkan dengan kelapa sawit karena selisih harga yang rendah. Kondisi ini juga

diwarnai oleh ketidakpastian global dan isu geopolitik seperti resolusi sawit Uni Eropa

dan restorasi gambut yang berdampak terhadap fluktuasi harga dan

ketenagakerjaan perusahaan kelapa sawit. Perlambatan tersebut juga diikuti oleh

1,30

1,50

1,70

1,90

2,10

2,30

2,50

2,70

13.000

15.000

17.000

19.000

21.000

23.000

25.000

27.000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2013 2014 2015 2016 2017

Bokar

Karet Dunia

Rp/Kg $/MT

-

200

400

600

800

1.000

1.200

1.400

1.000

1.100

1.200

1.300

1.400

1.500

1.600

1.700

1.800

1.900

2.000

I II II IV

I II II IV

I II II IV

I II II IV

I II II IV

I II II IV

I II III

IV

I

Ap

r

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

TBS CPO

Rp/Kg $/MT

86

88

90

92

94

96

98

100

102

104

106

100

105

110

115

120

125

130

135

I II III IV I II III IV I Apr

2015 2016 2017

Indeks Diterima Petani

Indeks Dibayar Petani

Nilai Tukar Petani

(20)

(15)

(10)

(5)

-

5

86

88

90

92

94

96

98

100

102

104

106

I II III IV I II III IV I Apr

2015 2016 2017Nilai Tukar Petani g Total Inflasi Pedesaan

Page 39: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Kondisi Ekonomi Makro Regional

25

menurunnya nilai tukar petani dari 103,5 pada triwulan I 2017 menjadi 103,1 bulan

April 2017.

3.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian

Kinerja sektor pertambangan Riau pada triwulan I 2017 masih mengalami kontraksi

sebesar 6,72% (yoy), sedikit membaik

dibandingkan triwulan IV 2016 yang

sebesar 6,81% (yoy). Subsektor

pertambangan minyak dan gas bumi

juga mengalami perbaikan namun

masih terkontraksi. Perbaikan tersebut

tercatat dari kontraksi 7,49% (yoy)

pada triwulan IV 2016 menjadi

kontraksi 6,53% (yoy). Kondisi ini juga

tercermin dari peningkatan lifting

minyak bumi (Grafik 1.28) yang juga

disertai dengan kenaikan harga minyak

dunia (Grafik 1.27).

Grafik 1.28. Perkembangan Lifting Minyak Bumi Provinsi Riau

Sumber: Kementerian ESDM

Grafik 1.29. Perkembangan Kegiatan Usaha Pertambangan di Provinsi Riau

Sumber: Sumber : Bloomberg

Selain itu, perbaikan kontraksi sektor pertambangan juga didorong oleh subsektor

pertambangan batubara dan lignit yang pada triwulan I 2017 tumbuh positif sebesar

0,85% (yoy) dari yang sebelumnya kontraksi sebesar 3,96% (yoy) pada triwulan IV

2016 (Grafik 1.27). Meningkatnya pertumbuhan pertambangan batubara dipicu oleh

meningkatnya harga batubara dunia (Grafik 1.30) sehingga mendorong pelaku

usaha memanfaatkan momentum tersebut dengan meningkatkan volume produksi.

(16,00)

(14,00)

(12,00)

(10,00)

(8,00)

(6,00)

(4,00)

(2,00)

-

2,00

4,00

-

50,00

100,00

150,00

200,00

250,00

300,00

350,00

400,00

450,00

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I*

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

yo

y,%

rib

u b

are

l/h

ari

Lifting growth

0

20

40

60

80

100

120

140

I III I III I III I III I III I III I III I

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

US

D/b

bl

Minyak WTI

Minyak Minas

Sumber: BPS Provinsi Riau

Grafik 1.27. Pertumbuhan Sektor Pertambangan dan Penggalian

-80

-60

-40

-20

0

20

40

I II III IV I II III IV I II III IV I

2014 2015 2016 2017

% yoy Pertambangan Batubara dan Lignit Pertambangan Minyak dan Gas Bumi

Pertambangan Bijih Logam Pertambangan dan Penggalian Lainnya

Page 40: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Kondisi Ekonomi Makro Regional

26

Grafik 1.30. Perkembangan Harga Batubara

Grafik 1.31. Perkembangan Kegiatan Usaha Pertambangan di Provinsi Riau

Sumber: Bloomberg

Sumber: SKDU Bank Indonesia

Contact liaison pada triwulan laporan menginformasikan lifting minyak bumi secara

total di Provinsi Riau pada triwulan I 2017 mencapai 232,01 juta barel/hari, menurun

3,37% (yoy) dibandingkan triwulan I 2016 yang mencapai 240,1 juta barel/hari.

Sementara itu, total produksi gas di Provinsi Riau pada triwulan I 2017 mencapai

33,06 ribu MMBTU/hari, meningkat 9,59% (yoy) dibandingkan periode yang sama

pada tahun sebelumnya yang mencapai 30,17 ribu MMBTU/hari. Semakin

menipisnya cadangan minyak bumi (natural declining), rendahnya harga minyak

dunia, dan mahalnya teknologi yang dibutuhkan untuk meningkatkan lifting, serta

kendala waktu perizinan yang akan habis semakin menekan kinerja subsektor

pertambangan dan penggalian migas. Sejak pertengahan tahun 2016, harga minya

dunia mulai beranjak naik namun berdasarkan hasil liaison perbaikan harga tersebut

belum memberikan insentif bagi produsen minyak dan gas bumi.

Kinerja lifting minyak bumi di Riau pada triwulan II 2017 diperkirakan akan semakin

menurun akibat penurunan produktivitas sumur minyak yang sudah tua (natural

declining) dan keterbatasan untuk melakukan eksplorasi baru akibat terkendala izin

AMDAL yang mengharuskan adanya izin pembebasan lahan ditengah persoalan

RTRW yang belum selesai. Selain itu, pertumbuhan sektor pertambangan juga

disertai dengan risiko kembali menurunnya harga karena kenaikan harga selama ini

lebih dipengaruhi oleh oversupply di Amerika Serikat.

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

-

10

20

30

40

50

60

70

80

90

I III I III I III I III I III I III I III I

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

%

US

DCoal Growth

-80

-60

-40

-20

0

20

40

60

I II III IV I II III IV I II III IV Tw-I Tw-II Tw-IIITw-IV Tw-I

2013 2014 2015 2016 2017

SBT

Page 41: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Kondisi Ekonomi Makro Regional

27

3.3. Sektor Industri Pengolahan

Sejalan dengan meningkatnya

kinerja sektor pertanian, kinerja

sektor industri pengolahan juga

tercatat meningkat (Grafik 1.32).

Pada triwulan I 2017 sektor

industri pengolahan tumbuh

sebesar 7,30% (yoy), lebih tinggi

jika dibandingkan triwulan IV

2016 yang sebesar 5,94% (yoy).

Peningkatan ini utamanya dipengaruhi oleh peningkatan produksi perkebunan sawit

pasca musim trek dan dampak kabut asap tahun 2015 yang perbaikan produksinya

baru dirasakan akhir tahun 2016 hingga awal tahun 2017. Selain itu, peningkatan

produksi juga didukung oleh kenaikan harga komoditas dan ekspor (Grafik 1.33).

Pada triwulan I 2017 ekspor CPO tercatat meningkat dari rata-rata 24,5 juta

MT/bulan pada triwulan I 2016 menjadi 25,7 juta MT/bulan.

Grafik 1.33 Likert Scale Industri Pengolahan

Sumber : Liaison Bank Indonesia

Grafik 1.34. Produksi CPO Dunia

Sumber: USDA

Kinerja industri pengolahan pada triwulan berjalan diperkirakan meningkat sejalan

dengan kebijakan 15% biodiesel kelapa sawit dalam BBN semakin digencarkan

sehingga meningkatkan penyerapan domestik. Selain itu, peningkatan penjualan

domestik di subsektor industri pengolahan CPO menjadi Biodiesel terjadi akibat

meningkatnya permintaan dari Pemerintah untuk mensuplai Pertamina.

-1,50

-1,00

-0,50

0,00

0,50

1,00

1,50

-3,00

-2,50

-2,00

-1,50

-1,00

-0,50

0,00

0,50

1,00

1,50

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2013 2014 2015 2016 2017

Penjualan Ekspor

Penjualan Domestik

-

10.000

20.000

30.000

40.000

50.000

60.000

70.000

2010

2011

2012

2013

2014

Dec

-15

Jan-

16

Feb-

16

Mar

-201

6

April

-201

6

May

201

6

Jun-

2016

Jul-2

016

Aug-

2016

Sep-

2016

Okt

-201

6

Nov

-201

6

Des

-16

Jan-

17

Feb-

17

Mar

-17

Other Nigeria Colombia Thailand Malaysia Indonesia

Grafik 1.32. Pertumbuhan Industri Pengolahan

Sumber: BPS Prov. Riau (diolah)

-5

0

5

10

15

20

I II III IV I II III IV I II III IV I

2014 2015 2016 2017

% yoy Industri Makanan dan Minuman

Industri Kertas dan Barang dari Kertas,Percetakan dan Reproduksi Media RekamanIndustri Batubara dan Pengilangan Migas

Page 42: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Kondisi Ekonomi Makro Regional

28

Adapun faktor yang berpotensi menahan laju pertumbuhan sektor ini antara lain:

ketidakpastian ekonomi global yang dapat berimbas terhadap fluktuasi harga

komoditas unggulan yang sejak awal April 2017 mengalami penurunan akibat

oversupply minyak nabati dunia. selain itu adanya isu politik restorasi gambut dan

resolusi Uni Eropa juga turut mempengaruhi perkiraan Bank Indonesia terhadap

kondisi pertumbuhan industri pengolahan triwulan II 2017 yang relatif melambat

dibandingkan triwulan I 2017.

3.4. Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan

Sepeda Motor

Kinerja sektor perdagangan besar dan eceran, dan reparasi mobil dan sepeda motor

pada triwulan I 2017 tercatat meningkat dari 4,46% (yoy) pada triwulan IV 2016

menjadi 5,99% (yoy) pada triwulan laporan. Meningkatnya pertumbuhan sektor ini

didorong oleh peningkatan kinerja perdagangan besar dan eceran yang pada

triwulan I 2017 tumbuh sebesar 7,45% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan

sebelumnya yang sebesar 4,17% (yoy) sebagaimana Grafik 1.35. Kondisi ini sejalan

dengan pengeluaran rumah tangga (Grafik 1.36) yang secara umum menunjukkan

peningkatan. Meningkatnya kinerja sektor perdagangan didorong oleh

meningkatnya daya beli masyarakat seiring dengan meningkatnya penghasilan

sebagai dampak dari membaiknya harga komoditas unggulan di Provinsi Riau.

Grafik 1.35. Pertumbuhan Sektor Perdagangan berdasarkan subsektor

Sumber: BPS Provinsi Riau

Grafik 1.36 Perkiraan Pengeluaran Konsumen

Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia

Meningkatnya kinerja perdagangan diperkirakan akan terus berlanjut hingga

triwulan II 2017 seiring dengan meningkatnya permintaan menjelang Ramadhan dan

Idul Fitri. Hal tersebut terindikasi dari peningkatan kinerja sektor perdagangan besar

-6

-4

-2

0

2

4

6

8

10

I II III IV I II III IV I II III IV I

2014 2015 2016 2017

% yoy Perdagangan Mobil, Sepeda Motor dan Reparasinya

Perdagangan Besar dan Eceran

140

145

150

155

160

165

170

175

180

185

190

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Apr

2013 2014 2015 2016 2017

Perkiraan Harga 3 Bulan Mendatang

Perkiraan Harga 6 Bulan Mendatang

Perkiraan Harga 12 Bulan Mendatang

Page 43: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Kondisi Ekonomi Makro Regional

29

dan eceran juga berdasarkan Indeks Konsumsi Barang Tahan Lama (Grafik 1.38)

bulan April yang berada pada level optimis 103,75 lebih tinggi dibandingkan capaian

triwulan I 2017 yang berada pada level pesimis 90,50. Peningkatan konsumsi barang

tahan lama ini juga didorong oleh apresiasi nilai tukar rupiah yang menyebabkan

harga sparepart, suku cadang dan aksesoris lebih murah dan terjangkau sehingga

mendorong kinerja sektor perdagangan ke depan. Ke depan kinerja sektor

perdagangan juga terus didorong dengan relatif terjaganya tingkat inflasi sehingga

diharapkan dapat mendorong daya beli masyarakat.

Grafik.1.37. Likert Scale Perdagangan Grafik.1.38. Indeks Barang Tahan Lama

3.5. Sektor Konstruksi

Kinerja sektor konstruksi pada triwulan I 2017 tercatat sebesar 3,15% (yoy),

melambat dibandingkan triwulan IV 2016 yang sebesar 5,63% (yoy). Hal ini juga

terkonfirmasi dari kredit konstruksi (Grafik 1.39) dan konsumsi semen (Grafik 1.40)

pada triwulan I 2017. Melambatnya kinerja sektor konstruksi tercermin dari

menurunnya realisasi penyaluran dan pertumbuhan kredit konstruksi berdasarkan

lokasi bank di Provinsi Riau yang pada triwulan laporan tercatat menurun dari

kontraksi 2,01% (yoy) pada triwulan IV 2016 menjadi kontraksi 6,38% (yoy)

sebagaimana ditunjukkan pada Grafik 1.39. Selain itu, volume realisasi konsumsi

semen yang pada triwulan laporan tumbuh positif sebesar 4,93% (yoy), lebih rendah

jika dibandingkan triwulan IV 2016 yang tumbuh sebesar 5,45% (yoy). Dilihat dari

volumenya, konsumsi semen pada triwulan I 2017 sebanyak 392,28 ribu ton,

menurun jika dibandingkan capaian triwulan IV 2016 yang sebesar 576,20 ribu ton.

(Grafik 1.40). Melambatnya kinerja sektor konstruksi dipengaruhi oleh belum

optimalnya serapan anggaran APBD untuk kegiatan produktif sebagai dampak

-1,50

-1,00

-0,50

0,00

0,50

1,00

1,50

-3,00

-2,50

-2,00

-1,50

-1,00

-0,50

0,00

0,50

1,00

1,50

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2013 2014 2015 2016 2017

Penjualan Ekspor

Penjualan Domestik

99

,00

94

,50

98

,40

10

0,0

0

10

0,0

0

10

4,0

0

11

8,5

0

10

5,0

0

10

8,7

3

90

,33

77

,00

99

,00

81

,20

10

5,7

4

10

4,7

5

10

7,2

5

90

,50

10

3,7

5

0

20

40

60

80

100

120

140

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Apr

2013 2014 2015 2016 2017

Sumber: Liaison Bank Indonesia Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia

Page 44: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Kondisi Ekonomi Makro Regional

30

terkendalanya pembangunan infrastruktur terkait dengan pembebasan lahan karena

masalah RTRW yang belum selesai.

Memasuki triwulan II 2017, kinerja sektor konstruksi diperkirakan terus meningkat.

Kondisi ini sejalan dengan pola belanja pemerintah dan realisasi investasi yang

kecenderungannya mulai meningkat pada triwulan kedua. Masih tumbuh positifnya

kinerja sektor ini dapat menimbulkan optimisme bagi pelaku usaha terhadap

membaiknya daya beli masyarakat ke depan. Sebaliknya, apabila pelaku swasta

khawatir dalam merealisasikan investasinya terkait dengan kepatuhan wajib pajak,

terutama untuk penjualan rumah premium yang tercermin dari undisbursed loan

konstruksi dapat menghambat pertumbuhan sektor konstruksi. Demikian juga

dengan belum disahkannya RTRW masih menjadi faktor penghambat dalam

pengembangan sektor tersebut.

Grafik.1.39. Kredit Konstruksi

Sumber: LBU Bank Indonesia

Grafik.1.40. Konsumsi Semen

Sumber: Asosiasi Semen Indonesia

-20

0

20

40

60

80

100

-

500

1.000

1.500

2.000

2.500

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015 2016 2017

% y

oy

Rp

Mil

iar

Kredit Konstruksi Growth (% yoy)

-80

-60

-40

-20

0

20

40

60

0

100

200

300

400

500

600

700

I II III

IV

I II III

IV

I II III

IV

I II III

IV

I II III

IV

I II III

IV

I II III

IV

I

Ap

r

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

%

Rib

u T

on

Konsumsi Semen g-yoy

Page 45: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

Islam merupakan agama mayoritas yang dianut oleh penduduk Provinsi Riau, yaitu

mencapai 89,86% beragama Islam (BPS, Sensus 2013). Dalam kehidupan sehari-hari

budaya Islam juga dipegang oleh masyarakat Riau pada umumnya. Pada bidang

pendidikan, Pesantren merupakan lembaga pendidikan keagamaan yang telah berdiri

sejak lama. Saat ini terdapat 183 pesantren dengan 33 ribu santri yang terdaftar di

seluruh Riau. Seiring dengan perkembangan zaman, pesantren sekarang diharapkan

tidak hanya menjalankan fungsi tradisional, yaitu untuk pengajaran ilmu-ilmu Islam,

pemeliharaan tradisi Islam, dan regenerasi ulama, tetapi juga menjadi pusat

pemberdayaan ekonomi masyarakat dan sekitarnya.

Tidak tepat bila kita membandingkan kondisi Pesantren di Riau dengan Pesantren di Jawa

yang telah berkembang, namun beberapa pesantren telah melakukan usaha

pemberdayaan ekonomi dengan berbagai pola, antara lain : usaha ekonomi yang berpusat

pada figur kyai sebagai orang yang paling bertanggung jawab mengembangkan pesantren,

dan usaha ekonomi untuk santri dengan memberi ketrampilan dan kemampuan bagi santri

agar kelak ketrampilan itu dapat dimanfaatkan selepas lulus dari pesantren.

Sebagai langkah awal pengembangan kemandirian ekonomi pesantren, Forum Komunikasi

Pondok Pesantren (FKPP) Riau melakukan identifikasi awal potensi usaha yang dmiliki

masing-masing pesantren, untuk mendapatkan informasi bagaimana model bisnis yang

sesuai dan sektor ekonomi yang paling tepat dikembangkan oleh pesantren. Selanjutnya

KPw BI Provinsi Riau menyelenggarakan pelatihan kewirausahaan dan pertanian organik

pada tanggal 16 s/d 21 Mei 2017 berlokasi di Ponpes AL Amin Dumai yang diikuti oleh 5

pesantren dari berbagai daerah di Riau.

Sebagai informasi awal, sektor ekonomi yang bisa berpotensi dikembangkan oleh

pesantren adalah sektor pertanian dan perikanan, industri pengolahan (makanan jadi), dan

sektor perdagangan.

Boks

KEMANDIRIAN EKONOMI PESANTREN

Page 46: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Perkembangan Inflasi Daerah

31

1. KONDISI UMUM

Sejalan dengan perkiraan Bank Indonesia, inflasi Provinsi Riau pada triwulan I

2017 mengalami peningkatan. Meningkatnya tekanan inflasi terutama bersumber

dari peningkatan inflasi administered price akibat penyesuaian tarif listrik,

peningkatan biaya perpanjangan STNK, serta kenaikan tarif cukai rokok. Selain itu,

peningkatan juga terjadi pada inflasi inti akibat kenaikan tarif pulsa ponsel untuk

menutup biaya investasi penambahan BTS operator jasa telekomunikasi, serta

meningkatnya daya beli masyarakat akibat kenaikan Upah Minimum Regional.

Namun demikian tekanan inflasi yang lebih tinggi pada kedua kelompok tersebut

tertahan oleh penurunan inflasi volatile food, karena membaiknya pasokan

komoditas beras dan bumbu-bumbuan (cabai merah dan bawang merah) dari sentra

penghasil terutama Sumatera Barat dan Sumatera Utara. Relatif terkendalinya laju

ASESMEN

INFLASI DAERAH

Bab 2

Page 47: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Perkembangan Inflasi Daerah

32

inflasi di Provinsi Riau juga tidak terlepas dari peningkatan koordinasi aktif Bank

Indonesia, Pemerintah Daerah, dan instansi terkait lainnya akan terus dilakukan dan

difokuskan pada upaya menjamin ketersediaan pasokan dan kelancaran distribusi

untuk meminimalisir tekanan inflasi yang lebih tinggi, terutama pada saat terjadi

banjir Sumbar dan Riau di triwulan I 2017.

2. PERKEMBANGAN INFLASI PROVINSI RIAU

Inflasi Riau pada triwulan I-2017 tercatat 5,02% (yoy), lebih tinggi dibandingkan

triwulan IV-2016 yang sebesar 4,04% (yoy), dan lebih tinggi dibandingkan triwulan

I 2016 yang sebesar 4,42% (yoy). Kondisi ini sejalan dengan perkembangan inflasi

nasional yang menunjukkan peningkatan dari 3,02% (yoy) pada triwulan IV-2016

menjadi 3,61% (yoy) pada triwulan I-2017, meskipun realisasi inflasi nasional

tersebut lebih rendah dibandingkan inflasi triwulan I-2015 yang sebesar 4,45% (yoy).

Jika dilihat realisasi inflasi provinsi di Sumatera pada triwulan I 2017, inflasi terendah

terjadi di Provinsi Jambi sebesar 2,85% (yoy), sementara tertinggi terjadi di Provinsi

Bangka Belitung 6,40% (yoy) .

Gambar 2.1. Inflasi Riau, Sumatera dan Nasional Tw I 2017 dibandingkan dengan Historisnya (yoy)

Inflasi se-Sumatera Tahun 2016

Inflasi 3 Tahun Terakhir

Sumber : BPS, diolah

Sumbar

3,82

Aceh

3,45

Sumut

3,91

Riau5,02%

Babel

6,40

Bengkulu

6,01

Lampung

3,67

Kepri

3,08

Sumsel

3,71

Jambi

2,85

Sumatera 3,91%Nasional 3,61%

7,32

6,38

4,45

3,61

7,75

6,17

4,425,02

7,23

6,12 5,71

4,75

0

2

4

6

8

10

I I I I

2014 2015 2016 2017

% yoyNasional Riau Sumatera

Page 48: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Perkembangan Inflasi Daerah

33

Secara tahunan, meningkatnya tekanan inflasi Riau bersumber dari komponen

administered price dan inflasi core. Peningkatan tekanan inflasi administered price

secara tahunan didorong oleh kenaikan tarif listrik sebagai dampak lanjutan adanya

kebijakan pemerintah dalam memberikan subsidi tepat sasaran. Kebijakan tersebut

membedakan golongan tariff listrik dengan daya 900VA menjadi rumah tangga

mampu dan rumah tangga miskin, dimana golongan tariff listrik R-1/900 VA khusus

rumah tangga mampu terkena pemberlakuan kenaikan bertahap setiap 2 bulan yaitu

1 Januari 2017, 1 Maret 2017, 1 Mei 2017 dan 1 Juli 2017.

Selain kenaikan tarif listrik, peningkatan inflasi administered prices di triwulan I 2017

juga bersumber dari kenaikan biaya perpanjangan STNK, Rokok Kretek Filter, Bensin,

dan Rokok Putih yang terjadi di bulan Januari 2017. Kenaikan biaya perpanjangan

STNK mengacu pada PP No.60 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Penerimaan

Negara Bukan Pajak (PNBP), menggantikan ketentuan PP No.50 Tahun 2010 dan

berlaku sejak 6 Januari 2017. Kenaikan harga rokok disebabkan oleh kenaikan tarif

cukai rokok tahun 2017 mulai 10,54% s/d 13% sehingga kenaikan harga jual eceran

(HJE) rata-rata menjadi sebesar 12,26%. Sementara itu, komoditas bensin juga

mengalami inflasi akibat kenaikan harga bensin non subdisi seperti Pertamax,

Pertalite, Pertamina Dex, dan Dexlite masing-masing sebesar Rp300/liter sejak

tanggal 5 Januari 2017 seiring dengan kenaikan harga minyak dunia.

Dari kelompok inflasi inti peningkatan disebabkan oleh meningkatnya tarif pulsa

ponsel, sewa rumah, ditambah kenaikan harga mobil terutama terjadi pada Januari

2017. Meningkatnya tarif pulsa ponsel terpantau sejak September 2016 disebabkan

operator jasa telekomunikasi bermaksud untuk menutup biaya investasi setelah

terjadi kompetisi harga pada periode sebelumnya. Selain itu, perubahan tarif pulsa

juga dilakukan untuk mengantisipasi lonjakan permintaan pada momentum tertentu

seperti tahun baru dan hari kebesaran agama sehingga untuk memenuhi kenaikan

permintaan tersebut perusahaan harus melakukan ekspansi dengan penambahan

infrastruktur Base Transceiver Station (BTS) yang berdampak pada penambahan biaya

operasional. Sementara itu peningkatan harga sewa rumah mengikuti pola musiman

kenaikan harga pada awal tahun, serta akibat adanya kenaikan tarif listrik.

Sedangkan kenaikan harga mobil dipengaruhi oleh faktor kenaikan upah minimum

dan kebijakan terkait bea balik nama.

Page 49: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Perkembangan Inflasi Daerah

34

Di sisi lain, kelompok volatile food justru mengalami penurunan, yang didorong oleh

penurunan tekanan harga beras, harga bumbu-bumbuan (cabai merah dan bawang

merah), dan sejumlah sayuran akibat membaiknya kondisi pasokan dari Sumatera

Barat dan Sumatera Utara. Faktor yang menahan penurunan harga beras adalah

meningkatnya harga komoditas ikan segar terutama ikan nila dan ikan serai akibat

keterbatasan pasokan baik lokal maupun dari luar wilayah Riau.

Grafik 2.1. Inflasi dan Sumbangan/Kontribusi Kelompok Barang dan Jasa (yoy)

Bila dilihat dari kota yang disurvei di Provinsi Riau, inflasi tahunan tertinggi terjadi di

Kota Dumai mencapai 5,33% (yoy), diikuti oleh Kota Pekanbaru dan Kota

Tembilahan masing-masing 5,17% dan 2,97% (yoy). Tekanan inflasi di ketiga kota

tersebut menunjukkan peningkatan bila dibandingkan dengan triwulan IV-2016

yang masing-masing tercatat 3,98%, 4,19%, dan 2,58% (yoy). Tingkat inflasi antar

ketiga kota (terutama Tembilahan dengan Pekanbaru dan Dumai) mencerminkan

disparitas inflasi yang relatif mengecil.

Peningkatan upah minimum regional (UMPRiau meningkat Riau 8,2%)

Peningkatan tarif pulsa ponsel akibatoperator jasa telekomunikasi bermaksudmenutup biaya investasi penambahan BTS

Perbaikan harga komoditas meningkatkandaya beli masyarakat

Ekspektasi ke depan diperkirakanmeningkat

Penurunan harga beras, bawang merah, dantomat sayur secara tahunan akibat kondisipasokan yang relatif baik

Harga cabai merah mulai menurun padatriwulan I akibat membaiknya pasokan dariSumbar dan Sumut

Peningkatan harga ikan segar terutama ikannila dan ikan serai, karena gangguanpasokan baik dari dalam maupun luar Riau

Penyesuaian tarif listrik secara bertahap(pencabutan subsidi tarif listrik 900 VA padapelanggan mampu)

Peningkatan biaya perpanjangan STNK danbea balik nama

Kenaikan tarif cukai rokok Penyesuaian harga BBM non subsidi seperti

Pertamax, Pertalite, Pertamina Dex, Dexlite

INFLASI RIAU

INFLASI CORE

2.65

4.42

1.92

3.274.04

5.02

IV I II III IV I

2016 2017

3.23 2.982.60 2.50

3.19

3.79

IV I II III IV I

2016 2017

3.99

9.22

2.59

8.839.76

7.40

IV I II III IV I

2016 2017

VOLATILE FOOD

0.31

3.46

-0.26 0.020.42

6.23

IV I II III IV I

2016 2017

ADMINISTERED PRICE

Page 50: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Perkembangan Inflasi Daerah

35

Grafik 2.2. Perkembangan Inflasi Nasional,

Riau, Sumatera (yoy)

Grafik 2.3. Perkembangan Inflasi Ketiga Kota

di Riau (yoy)

Sumber : BPS, diolah Sumber : BPS, diolah

Jika dilihat berdasarkan kelompok barang dan jasa yang disurvei di Provinsi Riau,

sumber peningkatan tekanan inflasi secara tahunan pada triwulan I 2017 terutama

berasal dari peningkatan yang cukup signifikan pada kelompok bahan makanan,

kelompok makanan jadi, dan kelompok perumahan yang masing-masing

memberikan kontribusi sebesar 1,90%, 1,48%, dan 1,01% pada triwulan I-2017.

Kontribusi inflasi pada kelompok bahan makanan mengalami penurunan

dibandingkan triwulan lalu yang sebesar 2,56% (yoy), sebaliknya pada kelompok

makanan jadi dan kelompok perumahan mengalami kenaikan dari triwulan lalu yang

sebesar 1,32% dan 0,24% (yoy). Kenaikan kontribusi cukup tinggi juga terjadi pada

kelompok transportasi dan komunikasi dimana pada triwulan IV 2016 memberikan

kontribusi -0,15%, pada triwulan I 2017 menunjukkan peningkatan kontribusi yang

cukup tinggi 0,41% (yoy).

Grafik 2.4. Inflasi dan Kontribusi Berdasarkan Kelompok Barang dan Jasa Tw I 2017 di Riau (yoy)

0

2

4

6

8

10

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3

2015 2016 2017

% yoy Nasional Riau Sumatera

0

2

4

6

8

10

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3

2015 2016 2017

% yoy Pekanbaru Dumai Tembilahan

Page 51: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Perkembangan Inflasi Daerah

36

Sementara itu, perkembangan inflasi Riau secara triwulanan tercatat sebesar 1,41%

(qtq), mengalami penurunan dibandingkan realisasi inflasi triwulanan di triwulan IV

2016 yang sebesar 2,01% (qtq). Namun demikian, realisasi inflasi Riau pada triwulan

I 2017 tercatat lebih tinggi jika dibandingkan dengan rata-rata historisnya dalam

kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir yang sebesar 0,63% (qtq).

Grafik 2.5. Perkembangan Inflasi Riau Nasional secara Triwulanan (qtq)

Sumber : BPS, diolah

Tekanan inflasi Riau secara triwulanan didorong oleh kenaikan harga kelompok

perumahan dan kelompok transportasi dan komunikasi. Berdasarkan komoditasnya,

peningkatan tekanan inflasi pada kelompok perumahan terjadi pada subkelompok

bahan bakar, penerangan dan air akibat penyesuaian tarif listrik dan sub kelompok

biaya tempat tinggal akibat meningkatnya biaya sewa rumah. Sementara itu

peningkatan pada kelompok transportasi komunikasi berasal dari meningkatnya sub

kelompok transportasi dan sub kelompok sarana dan penunjang transpor akibat

meningkatnya harga BBM non subsidi dan harga mobil.

Grafik 2.6. Historis Inflasi selama Tw I 2017 di Provinsi Riau (qtq)

Sumber : BPS, diolah

-2

-1

0

1

2

3

I II III IV I II III IV I

2015 2016 2017

(% qtq) Riau Nasional Sumatera

-2

-1

0

1

2

3

I II III IV I II III IV I

2015 2016 2017

(% qtq) Pekanbaru Dumai Tembilahan

0.98

0.63 0.630.47

0.880.56

1.191.41

1.23

2.52

1.05

0.36

-0.5

0.5

1.5

2.5

3.5

Nasional Riau Pekanbaru Dumai Tembilahan Sumatera

% (qtq) Historis 2012-2016 Tw I-2017

Page 52: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Perkembangan Inflasi Daerah

37

Jika dilihat berdasarkan kelompok barang dan jasa yang disurvei, Inflasi tertinggi

berasal dari kelompok perumahan, kelompok transportasi dan komunikasi, dan

kelompok makanan jadi dengan tingkat inflasi masing-masing sebesar 3,41%,

2,41%, dan 1,40% (qtq), atau masing-masing memberikan andil inflasi sebesar

0,74%, 0,37% dan 0,29%. Sementara itu, realisasi inflasi triwulanan terendah

terjadi pada kelompok bahan makanan dan kelompok pendidikan rekreasi olahraga

dengan tingkat inflasi sebesar -0,68% dan 0,24% (qtq).

Grafik 2.7. Inflasi dan Kontribusi Berdasarkan Kelompok Barang dan Jasa Tw I 2017 di Riau (qtq)

Sumber : BPS, diolah

Ke depan, tekanan inflasi Riau pada triwulan II-2017 diperkirakan meningkat dengan

tendensi bias ke atas dari sasaran inflasi nasional. Meningkatnya tekanan inflasi

diperkirakan terutama berasal dari inflasi kelompok volatile food karena

meningkatnya harga barang seiring dengan meningkatnya permintaan masyarakat

menjelang ramadhan dan Idul Fitri. Selain itu, dampak lanjutan reformasi subsidi

energi diperkirakan masih akan terus berlanjut pasca dicabutnya subsidi listrik tahap

III per 1 Mei Tahun 2017. Disisi lain, tekanan inflasi inti juga diperkirakan sedikit

meningkat akibat sejalan dengan berlanjutnya realisasi belanja pemerintah pada

triwulan berjalan sehingga meningkatkan harga dari sisi permintaan. Secara spasial,

inflasi tertinggi diperkirakan berasal dari Pekanbaru, diikuti Dumai dan Tembilahan.

Adapun beberapa faktor yang berpotensi membawa inflasi melewati batas atas

kisaran proyeksi antara lain penyesuaian tarif listrik secara bertahap, kenaikan

permintaan bahan makanan menjelang Ramadhan dan hari raya Idul Fitri, perbaikan

-1,0

-0,5

0,0

0,5

1,0

1,5

2,0

-3

-2

-1

0

1

2

3

4

5

6

BhnMakanan

MakananJadi

Perumahan Sandang Kesehatan Pendidikan,Rekreasi

TransportKomunikasi

% Kontribusi% (qtq) Inf.qtq Tw IV 2016 Inf.qtq Tw I 2017

Page 53: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Perkembangan Inflasi Daerah

38

harga komoditas dan UMR yang meningkatkan daya beli, potensi penyesuaian harga

BBM dan terbatasnya BBM premium, kenaikan cukai rokok sebesar 10,54-13,00%

per tahun, dan kenaikan biaya operasional pelaku usaha. Sedangkan beberapa faktor

yang berpotensi membawa inflasi melewati batas bawah kisaran proyeksi antara lain

menguatnya nilai tukar rupiah terhadap USD sehingga menekan imported inflation,

program peningkatan populasi sapi, terjaganya ekspektasi inflasi masyarakat,

kelanjutan realisasi infrastruktur pangan & distribusi, program ketahanan pangan

pemerintah pusat dengan mendorong perluasan lahan pertanian, kebijakan impor

pangan, dan monitoring harga yang semakin intensif.

2.1. Inflasi Kota

2.1.1. Inflasi Kota Pekanbaru

Pada triwulan I-2017, Kota Pekanbaru mengalami inflasi sebesar 5,17% (yoy), lebih

tinggi jika dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,19% (yoy).

Meningkatnya tekanan inflasi di Kota Pekanbaru terutama bersumber dari kelompok

administered price yang tercatat mengalami inflasi 5,63% (yoy), lebih tinggi

dibandingkan triwulan sebelumnya yang deflasi sebesar 0,30% (yoy). Tingginya

inflasi kelompok administered price disebabkan oleh meningkatnya tarif listrik akibat

pencabutan subsidi pelanggan 900 VA mampu secara bertahap, kenaikan biaya

perpanjangan STNK dan kenaikan harga rokok kretek filter akibat kenaikan tarif

cukai rokok.

Selain itu, sumber tekanan inflasi juga bersumber dari kelompok inti yang tercatat

4,12% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan IV-2016 yang sebesar 3,50% (yoy).

Meningkatnya laju inflasi inti disebabkan oleh kenaikan tarif pulsa ponsel akibat

kebijakan operator jasa telekomunikasi yang menaikkan tarif untuk menutup biaya

investasi penambahan BTS pada akhir tahun 2016. Di sisi lain, inflasi volatile food

mengalami penurunan dari 10,46% (yoy) pada triwulan IV 2016 menjadi 7,49%

(yoy) pada triwulan I 2017. Penurunan inflasi volatile food bersumber dari

menurunnya harga komoditas beras dan bumbu-bumbuan (cabai merah dan

bawang merah), serta beberapa jenis sayuran (tomat sayur, kol, kentang) akibat

membaiknya pasokan terutama dari Sumatera Barat dan Sumatera Utara. Penurunan

lebih dalam tekanan inflasi volatile food tertahan oleh peningkatan harga ikan segar

Page 54: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Perkembangan Inflasi Daerah

39

terutama ikan mujair, ikan serai, dan ikan nila karena gangguan produksi di beberapa

daerah penghasil di Riau maupun dari luar Riau terutama Sumatera Barat.

Dilihat berdasarkan kelompok barang jasa, inflasi di Pekanbaru pada triwulan I 2017

bersumber dari semua kelompok. Tekanan inflasi tertinggi berasal dari kelompok

bahan makanan dan makanan jadi yang masing-masing memberikan andil sebesar

1,78% dan 1,56%, dengan tingkat inflasi sebesar 7,58% dan 7,67% (yoy). Laju

inflasi kelompok bahan makanan tersebut tercatat lebih rendah dibandingkan

triwulan IV-2016 yang tercatat 10,34%(yoy), sementara laju inflasi kelompok

makanan jadi tercatat lebih tinggi dibandingkan triwulan IV 2016 yang sebesar

6,56% (yoy).

Grafik 2.8 Perkembangan Inflasi Pekanbaru dan Rata-rata Historis Tw I (2012-2016)

Sumber : BPS, diolah

Grafik 2.9. Andil Berdasarkan Kelompok Barang dan Jasa di Pekanbaru Tw I 2017

2.1.2. Inflasi Kota Dumai

Sejalan dengan perkembangan inflasi kota Pekanbaru, inflasi Kota Dumai juga

tercatat mengalami peningkatan, dari 3,98% di triwulan IV 2016 menjadi 5,33%

(yoy) pada triwulan I 2017. Meningkatnya tekanan inflasi di Kota Dumai terutama

bersumber dari kelompok administered price yang meningkat dari 2,93% di triwulan

IV 2016 menjadi 6,46% (yoy) di triwulan I 2017. Peningkatan juga disebabkan oleh

meningkatnya tarif listrik dan peningkatan biaya perpanjangan STNK sebagaimana

halnya terjadi di kota Pekanbaru. Kenaikan tekanan inflasi juga terjadi pada

kelompok core yang mengalami peningkatan inflasi dari 2,52% menjadi 3,62%

(yoy). Hal ini disebabkan oleh meningkatnya tarif pulsa ponsel dan biaya sewa rumah.

Sebaliknya, penurunan tekanan inflasi terjadi pada kelompok volatile food yang

turun dari 8,24% di triwulan IV 2016 menjadi 8,06% (yoy) di triwulan I 2017, hal

-1

0

1

2

3

4

5

-2

0

2

4

6

8

10

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2013 2014 2015 2016 2017

% (qtq)% (yoy) Inflasi Triwulanan Inflasi Tahunan avg yoy 5th

7.58 7.67

4.55

2.32 2.252.65 2.85

1.781.56

0.95

0.13 0.11 0.210.49

-1.0

0.0

1.0

2.0

3.0

4.0

5.0

-2

0

2

4

6

8

10

BahanMakanan

MakananJadi

Perumahan Sandang Kesehatan Pendidikan,Rekreasi

Transport &Kom

% kontribusiInflasi (% yoy) Inf.yoy Tw I 2017 Kont.yoy Tw I 2017

Page 55: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Perkembangan Inflasi Daerah

40

tersebut seiring dengan penurunan harga komoditas bumbu-bumbuan seperti cabai

merah, cabai rawit, dan cabai hijau, beberapa komoditas daging segar (daging ayam

ras, daging sapi, dan telur ayam ras), serta beberapa jenis sayuran seperti bayam,

buncis, kangkung. Penurunan harga komoditas tersebut juga didorong oleh

melimpahnya pasokan dari daerah sentra produksi di Sumatera Utara dan Sumatera

Barat. Penurunan tekanan kelompok volatile food tertahan oleh meningkatnya harga

komoditas ikan segar terutama ikan kembung, ikan serai, ikan nila, ikan tongkol, dan

udang basah karena keterbatasan pasokan.

Apabila dilihat per kelompok komoditas, kelompok bahan makanan dan makanan

jadi memiliki kontribusi terbesar terhadap inflasi Kota Dumai pada triwulan I-2017

masing-masing sebesar 2,16% dan 1,38%, dengan tingkat inflasi 8,26% dan 6,57%

(yoy). Kontribusi tersebut sedikit menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang

sebesar 2,17% dan 1,41% dengan tingkat inflasi 8,36% dan 6,65% (yoy).

Peningkatan andil inflasi tahunan cukup tinggi terjadi pada kelompok perumahan

yang meningkat dari 0,39% menjadi 1,06% akibat kenaikan tarif listrik dan biaya

sewa rumah, serta peningkatan pada kelompok transportasi dan komunikasi yang

meningkat dari andil -0,11% menjadi 0,47% akibat meningkatnya biaya

perpanjangan STNK ditambah peningkatan harga bensin non subsidi.

2.1.3. Inflasi Kota Tembilahan

Searah dengan kedua kota perhitungan inflasi lainnya, tekanan inflasi Kota

Tembilahan pada triwulan laporan tercatat meningkat dari 2,58% di triwulan IV

2016 menjadi sebesar 2,97% (yoy) di triwulan I 2017. Tekanan inflasi bersumber dari

kelompok administered price yang tercatat meningkat dari 0,87% menjadi 6,78%

(yoy). Peningkatan tekanan kelompok administered price tersebut bersumber dari

Grafik 2.10. Perkembangan Inflasi Kota Dumai

Sumber : BPS, diolah

Grafik 2.11. Andil Berdasarkan Kelompok Barang dan Jasa di Kota Dumai Tw I-2017

-1

0

1

2

3

4

5

-2

0

2

4

6

8

10

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2013 2014 2015 2016 2017

% (qtq)% (yoy) Inflasi Triwulanan Inflasi Tahunan avg yoy 5th

8.26

6.57

5.16

2.653.30

0.422.90

-1.0

0.0

1.0

2.0

3.0

4.0

5.0

6.0

-2

0

2

4

6

8

10

12

BahanMakanan

MakananJadi

Perumahan Sandang Kesehatan Pendidikan,Rekreasi

Transport &Kom

% kontribusiInflasi (% yoy) Inf.yoy Tw I 2017 Kont.yoy Tw I 2017

Page 56: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Perkembangan Inflasi Daerah

41

meningkatnya tarif listrik dan biaya perpanjangan STNK sebagaimana terjadi di

Pekanbaru dan Dumai.

Di sisi lain penurunan tekanan inflasi terjadi pada kelompok volatile food yang

menurun dari 6,24% menjadi 3,85% (yoy), dan kelompok inflasi core yang menurun

dari 1,36% menjadi 1,27% (yoy). Penurunan inflasi volatile food bersumber dari

menurunnya harga bumbu-bumbuan antara lain cabai merah, cabai rawit, bawang

merah, dan bawang putih akibat ketersediaan stock dari daerah pemasok.

Penurunan inflasi volatile food lebih rendah tertahan oleh meningkatnya harga beras

dan beberapa komoditas ikan segar (udang basah, ikan kembung dan mujair) akibat

gangguan pasokan. Sementara itu penurunan inflasi core, bersumber dari penurunan

harga emas perhiasan dan beberapa produk elektronik seperti lemari es, televisi

berwarna, kipas angin.

Berdasarkan kelompok barang dan jasa, kelompok perumahan memiliki kontribusi

terbesar di Kota Tembilahan yaitu 1,18% dengan tingkat inflasi 4,69% (yoy).

Kontribusi tersebut meningkat dibandingkan triwulan IV 2016 yang sebesar 0,10%

dengan tingkat inflasi 0,41% (yoy). Kelompok penyumbang inflasi terbesar kedua

adalah kelompok bahan makanan dengan kontribusi 1,07% dan tingkat inflasi

3,78% (yoy), mengalami penurunan jika dibandingkan triwulan sebelumnya yang

memberikan kontribusi 1,74% dengan tingkat inflasi 6,04% (yoy). Kelompok

pendidikan, rekreasi dan olahraga serta kelompok transportasi dan komunikasi

menjadi kelompok dengan kontribusi terendah terhadap inflasi Kota Tembilahan,

yaitu sebesar 0,03% dan 0,07%, atau tercatat inflasi sebesar 0,51 dan 0,72%(yoy).

Grafik 2.12. Perkembangan Inflasi Kota Tembilahan

Sumber : BPS, diolah

Grafik 2.13. Andil Berdasarkan Kelompok Barang dan Jasa di Kota Tembilahan Tw I-2017

-1

-1

0

1

1

2

2

3

3

4

4

-2

0

2

4

6

8

10

12

14

I II III IV I II III IV I II III IV I

2014 2015 2016 2017

% (qtq)% (yoy) Inflasi Triwulanan Inflasi Tahunan avg yoy 2th

3.78

1.65

4.69

2.523.33

0.51

0.72

-1.0

0.0

1.0

2.0

3.0

4.0

-2

0

2

4

6

8

BahanMakanan

MakananJadi

Perumahan Sandang Kesehatan Pendidikan,Rekreasi

Transport &Kom

% kontribusiInflasi (% yoy) Inf.yoy Tw I 2017 Kont.yoy Tw I 2017

Page 57: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Perkembangan Inflasi Daerah

42

2.2. Disagregasi Inflasi1 (yoy)

Meningkatnya inflasi Riau pada triwulan I 2017 didorong oleh tekanan inflasi

terutama berasal dari kelompok administered price. Kenaikan inflasi administered

price tersebut utamanya disebabkan oleh kenaikan tarif listrik akibat pencabutan

subsidi pelanggan listrik 900 VA mampu secara bertahap dan peningkatan biaya

perpanjangan STNK. Peningkatan tekanan juga tejadi pada kelompok inflasi inti yang

disebabkan meningkatnya tarif pulsa ponsel pada bulan Januari 2017 dan

peningkatan biaya sewa rumah yang juga terjadi pada bulan Januari 2017 terutama

di Pekanbaru dan Dumai. Sebaliknya penurunan tekanan terjadi pada kelompok

volatile food akibat menurunnya harga bumbu-bumbuan terutama cabai merah,

cabai rawit, dan bawang merah dikarenakan terjaganya kondisi pasokan pada

triwulan I 2017.

Grafik 2.14. Inflasi IHK dan Disagregasi Inflasi (mtm)

Grafik 2.15. Inflasi IHK dan Disagregasi Inflasi (yoy)

Sumber : BPS, diolah

1 Disagregasi dilakukan dengan pendekatan subkelompok

-4

-2

0

2

4

6

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3

2013 2014 2016 2017

(% yoy)CPI Core Volatile Food Administered

-5

0

5

10

15

20

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3

2013 2014 2016 2017

(% yoy)CPI Core Volatile Food Administered

Page 58: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Perkembangan Inflasi Daerah

43

2.2.1. Inflasi Inti (Core)

Laju inflasi core pada triwulan I-2017 tercatat sebesar 3,79% (yoy), lebih tinggi

dibandingkan triwulan IV-2016 yang mencapai 3,19% (yoy). Meningkatnya tekanan

inflasi core bersumber dari peningkatan tarif pulsa ponsel yang dilakukan oleh

operator jasa telekomunikasi untuk menutup biaya investasi penambahan BTS, serta

peningkatan biaya sewa rumah yang selain pola seasonal awal tahun juga

disebabkan oleh peningkatan tarif listrik akibat pencabutan subsidi kepada

pelanggan 900 VA secara bertahap. Faktor yang menahan peningkatan laju inflasi

core lebih tinggi adalah penurunan harga komoditas gula pasir dan akibat

menurunnya harga komoditas emas dan CPO di pasar internasional. Selain itu relatif

terjaganya pasokan komoditas core secara umum, relatif stabilnya nilai tukar rupiah,

terkendalinya ekspektasi masyarakat, dan cenderung moderatnya tekanan

permintaan secara umum juga menahan laju peningkatan inflasi core di triwulan I

2017.

Grafik 2.16. Perkembangan Inflasi Inti (core) di Riau (yoy)

Sumber : BPS, diolah

Grafik 2.17. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Terhadap USD

Sumber : Bank Indonesia

Grafik 2.18. Perkembangan Harga Emas Dunia

Sumber : Bloomberg, diolah

Grafik 2.19. Perkembangan Inflasi Tradables Goods dan Non Tradable Goods (yoy)

Sumber : BPS, diolah

0

2

4

6

8

10

I II III IV I II III IV I II III IV I

2014 2015 2016 2017

% (yoy) RIAU Pekanbaru Dumai Tembilahan

6,000

8,000

10,000

12,000

14,000

20

Ma

y 2

01

3

1 J

uly

20

13

16

Au

gu

st 2

01

3

26

Se

pte

mb

er…

11

No

ve

mb

er…

20

De

ce

mb

er…

6 F

eb

rua

ry 2

01

4

19

Ma

rch

20

14

5 M

ay

20

14

18

Ju

ne

20

14

6 A

ug

ust

20

14

16

Se

pte

mb

er…

27

Octo

be

r 2

01

4

5 D

ece

mb

er

20

14

20

Ja

nu

ary

20

15

3 M

arc

h 2

01

5

14

Ap

ril 2

01

5

27

Ma

y 2

01

5

8 J

uly

20

15

25

Ag

ust

20

15

6 O

kt

20

15

16

No

p 2

01

5

30

De

s 2

01

5

9-F

eb

-17

23

-Ma

r-1

7

-30

-20

-10

0

10

20

30

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

1600

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112

2014 2015 2016

g (% yoy)$/OZ Harga Emas growth (yoy)

0

2

4

6

8

10

12

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3

2013 2014 2015 2016 2017

% (yoy)Tradeable Non Tradeable

Page 59: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Perkembangan Inflasi Daerah

44

Jika dilihat berdasarkan kota yang disurvei, inflasi core terendah pada triwulan I-2017

terjadi di Kota Tembilahan sebesar 1,27% (yoy), sementara inflasi core tertinggi

terjadi di Pekanbaru dan Dumai masing-masing sebesar 4,12%dan 3,62% (yoy).

2.2.2. Inflasi Volatile Food

Perkembangan harga kelompok volatile food pada periode triwulan I 2017 tercatat

sebesar 7,40% (yoy), menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar

9,76% (yoy). Menurunnya tekanan inflasi volatile food terutama didorong oleh

penurunan harga beras dan subkelompok bumbu-bumbuan (cabai merah dan

bawang merah), dan sebagian jenis sayuran (tomat sayur, bayam, kol).

Jika dilihat dari ketiga kota perhitungan inflasi di Riau, inflasi volatile food tertinggi

pada triwulan I-2017 terjadi di Kota Dumai sebesar 8,06% (yoy), diikuti oleh

Pekanbaru dan Tembilahan masing-masing sebesar 7,49% dan 3,85% (yoy). Inflasi

volatile food di ketiga kota tersebut tercatat menurun bila dibandingkan triwulan IV-

2016 yang masing-masing tercatat 8,24%, 10,46%, dan 6,24% (yoy).

Grafik 2.20. Perkembangan Inflasi Volatile Food di Riau (yoy)

Sumber : BPS, diolah

Grafik 2.22. Perkembangan Harga Komoditas Beras di Kota Pekanbaru

Grafik 2.21. Perkembangan Harga Komoditas Bumbu-bumbuan di Pekanbaru

Sumber : Survei Pemantantauan Harga BI

Grafik 2.23. Perkembangan Harga Daging dan

Telur di Kota Pekanbaru

-4

0

4

8

12

16

20

24

28

I II III IV I II III IV I II III IV I

2014 2015 2016 2017

% (yoy) RIAU Pekanbaru Dumai Tembilahan

Page 60: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Perkembangan Inflasi Daerah

45

Berdasarkan hasil Survei Pemantauan Harga (SPH) Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Riau, harga cabai merah mulai mengalami peningkatan mulai September

sampai dengan November 2016 pada kisaran harga Rp.60.000-93.000/Kg. Kenaikan

harga tersebut dipicu oleh kenaikan harga dari daerah pemasok seperti Sumatera

Utara dan Sumatera Barat akibat curah hujan tinggi yang menyebabkan gagal panen

di sentra produksi sehingga supply cabai di pasar menjadi terbatas. Pada triwulan I

2017 harga cabai merah mulai turun dan berada pada kisaran Rp.35.000/Kg.

2.2.3. Inflasi Administered Prices

Pada triwulan I-2017 kelompok administered prices mengalami inflasi sebesar 6,23%

(yoy), meningkat tinggi dibandingkan triwulan IV-2016 yang mengalami inflasi

sebesar 0,42% (yoy). Peningkatan tekanan inflasi administered price secara tahunan

didorong oleh kenaikan tarif listrik sebagai dampak lanjutan adanya kebijakan

pemerintah dalam memberikan subsidi tepat sasaran. Kebijakan tersebut

membedakan golongan tariff listrik dengan daya 900VA menjadi rumah tangga

mampu dan rumah tangga miskin, dimana golongan tariff listrik R-1/900 VA khusus

rumah tangga mampu terkena pemberlakuan kenaikan bertahap setiap 2 bulan yaitu

1 Januari 2017, 1 Maret 2017, 1 Mei 2017 dan 1 Juli 2017. Diperkirakan di provinsi

Riau terdapat sekitar 400 ribu rumah yang terkena pencabutan subsidi secara

bertahap. Sebagai ilustrasi seberapa besar peningkatan tarif listrik, saat mendapatkan

subsidi golongan 900 VA hanya membayar Rp585 setiap konsumsi listrik per kWh,

sementara itu dengan dicabutnya subsidi maka tagihan listrik menjadi Rp1.450 per

kWh (mekanisme pencabutan subsidi dilakukan secara bertahap). Dampak

pencabutan subsidi/peningkatan tarif listrik tahap I yang sudah dilakukan pada pada

1 Januari 2017 untuk pelanggan pra bayar sudah berdampak pada peningkatan

inflasi tarif listrik di bulan Januari, sementara untuk pelanggan pasca bayar baru

terjadi pada peningkatan tarif listrik bulan Februari 2017.

Selain kenaikan tarif listrik, peningkatan inflasi administered prices di triwulan I 2017

juga bersumber dari kenaikan biaya perpanjangan STNK, Rokok Kretek Filter, Bensin,

dan Rokok Putih yang terjadi di bulan Januari 2017. Kenaikan biaya perpanjangan

STNK mengacu pada PP No.60 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Penerimaan

Negara Bukan Pajak (PNBP), menggantikan ketentuan PP No.50 Tahun 2010 dan

berlaku sejak 6 Januari 2017. Sedangkan, kenaikan harga rokok disebabkan oleh

Page 61: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Perkembangan Inflasi Daerah

46

kenaikan tarif cukai rokok tahun 2017 mulai 10,54% s/d 13% sehingga kenaikan

harga jual eceran (HJE) rata-rata menjadi sebesar 12,26%. Selain itu, komoditas

bensin juga mengalami inflasi akibat kenaikan harga bensin non subdisi seperti

Pertamax, Pertalite, Pertamina Dex, dan Dexlite masing-masing sebesar Rp300/liter

sejak tanggal 5 Januari 2017 seiring dengan kenaikan harga minyak dunia.

Jika dilihat per kota perhitungan inflasi di Provinsi Riau, tekanan inflasi administered

price tertinggi terjadi di Kota Tembilahan dengan tingkat inflasi sebesar 6,78% dikuti

Kota Dumai sebesar 6,46% (yoy), dan Kota Pekanbaru sebesar 5,63% (yoy).

Grafik 2.24. Perkembangan Inflasi Administered Price (yoy)

Sumber : BPS, diolah

2.3 Program Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Riau

Pada periode laporan diselenggarakan pertemuan TPID di Kota Pekanbaru pada

tanggal 16 Maret 2017 dan TPID Kota Dumai tanggal 22 Maret 2017, pokok

pembahasan dalam pertemuan dimaksud yaitu (i) review implementasi program

pengendalian inflasi yang telah dilakukan oleh TPID Kota Pekanbaru dan Kota Dumai,

(ii) identifikasi dampak bencana banjir terhadap volatilitas harga di Kota Pekanbaru

dan Kota Dumai dan (iii) penyusunan roadmap pengendalian inflasi sebagai rencana

tindak lanjut yang perlu menjadi perhatian TPID dalam upaya pengendalian inflasi.

Adapun respon kebijakan TPID Kota Pekanbaru yaitu (i) memberikan bantuan cabai

seluas 30 ha yang tersebar di Kec. Rumbai Pesisir, Kec. Rumbai dan Kec. Payung

Sekaki, (ii) memberikan bantuan bawang merah melalui dana APBN seluas 15 ha

yang tersebar di Kec. Tenayan Raya, Kec. Marpoyan Damai dan Kec. Tampan, (iii)

menyalurkan benih cabai merah yang berasal dari anggaran Dinas Pertanian Kota

-4

0

4

8

12

16

20

24

28

I II III IV I II III IV I II III IV I

2014 2015 2016 2017

% (yoy) RIAU Pekanbaru Dumai Tembilahan

Page 62: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Perkembangan Inflasi Daerah

47

Pekanbaru dan bekerjasama dengan instansi terkait dan (iv) mendorong gerakan Ayo

Menanam Cabai yang merupakan serangkaian dari program Rumah Pangan Lestari

dimana disetiap kecamatan di Kota Pekanbaru akan terdapat minimal 1 kelompok

yang akan menanam cabai merah dan cabai keriting. Sementara, respon dari TPID

Kota Dumai yaitu (i) mengembangkan kawasan pertanian di Sungai Sembilan dengan

luas ±570 ha yang berasal dari dana APBN dan APBD, (ii) mengalokasikan dana

provinsi untuk kegiatan pasar murah serta berupaya bersinergi dengan pihak swasta

dan (iii) melakukan pembersihan saluran air untuk mengantisipasi terjadinya banjir

akibat curah hujan yang tinggi. Pengendalian inflasi selama tahun 2017 ke depan,

tetap akan dilakukan implementasi framework secara konsisten dan akan dimonitor

dan dievaluasi secara intensif.

Gambar 2.2. Framework Program Pengendalian Inflasi Tahun 2017

Page 63: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

Dalam hitungan beberapa hari lagi kita akan memasuki bulan suci Ramadhan yang akan

disambut penuh suka cita oleh sebagian besar penduduk Indonesia yang beragama Islam.

Bulan yang penuh berkah dan ampunan bagi mereka yang mampu memaknainya secara

sahih. Namun, seakan kontras dengan nilai dan kebesaran bulan Ramadhan yang selalu

dinantikan kedatangannya, karena pada saat itu pula masyarakat harus menanggung

beban ekonomi akibat kenaikan harga barang kebutuhan pokok setiap Ramadhan tiba.

Peristiwa ini melanda secara merata hampir di semua penjuru wilayah Indonesia. Apa

yang sebenarnya terjadi dan bagaimana seharusnya masyarakat menyikapi?

Seolah menjadi hal yang lumrah ketika bulan Ramadhan menjelang harga sebagian bahan

pangan pokok masyarakat mulai merangkak naik. Mulai dari beras, daging sapi, daging

ayam, tak terkecuali jenis bumbu-bumbuan seperti bawang merah, bawang putih dan

cabe yang juga turut naik. Bahkan beberapa hari jelang Idul Fitri harga komoditas

panganpun menapaki puncaknya. Meski kemudian diikuti dengan penurunan harga

secara perlahan seiring berlalunya perayaan Idul Fitri, namun penurunannya tidak bisa

mengembalikan harga pada posisi semula. Kondisi ini terjadi setiap jelang Ramadhan dan

Idul Fitri setiap tahunnya. Masyarakatpun menjadi terbiasa dengan siklus tahunan ini

meskipun seharusnya hal ini dapat dihindari asalkan semua pihak bisa dan mau menahan

diri.

Dalam ilmu ekonomi dikenal adanya teori permintaan (demand) dan penawaran (supply).

Teori ini menyatakan bahwa harga suatu produk dibentuk oleh keseimbangan antara

tingkat produksi pada harga tertentu (penawaran) dan tingkat keinginan dari mereka

yang memiliki kekuatan membeli pada harga tertentu (permintaan). Oleh karenanya,

harga yang berlaku adalah harga keseimbangan yaitu harga yang terbentuk pada titik

antara penawaran dan permintaan. Sederhananya, dalam setiap transaksi perdagangan

harga suatu produk selalu dipengaruhi oleh aspek permintaan pembeli dan penawaran

pedagang. Ketika permintaan tinggi sementara penawarannya rendah maka hampir

dipastikan harga akan naik dan sebaliknya. Fenomena inilah yang terjadi dalam siklus

tahunan yang dialami masyarakat Indonesia pada umumnya setiap menghadapi bulan

Ramadhan dan Idul Fitri.

Boks

MENJAGA EKSPEKTASI JELANG RAMADHAN

Page 64: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

Faktor Permintaan

Sebagai negara yang mayoritas berpenduduk muslim, momentum Ramadhan dan Idul

Fitri di Indonesia menjadi salah satu perayaan keagamaan yang disambut gegap gempita

oleh masyarakat. Tidak seperti di negara lain yang mayoritas penduduknya beragama

Islam, penyambutan terhadap datangnya bulan Ramadhan dan perayaan Idul Fitri di

Indonesia seakan menyatu ke dalam budaya dan kearifan lokal Indonesia. Bermacam

budaya dan adat istiadat menyertai perjalanan umat Islam menjalani ibadah di bulan

Ramadhan hingga Idul Fitri tiba.

Untuk menggambarkan hal tersebut, beberapa indikator sederhana misalnya, kebiasaan

masyarakat Indonesia pada bulan Ramadhan yang umumnya melakukan kebiasaan buka

puasa dan sahur bersama keluarga di rumah. Indikator lain, tidak dapat dipungkiri bahwa

masyarakat muslim di Indonesia masih menganut budaya atau kepercayaan bahwa

sebagai bentuk ekspresi suka cita menyambut Idul Fitri, masyarakat terutama usia anak-

anak dan remaja lebih bangga jika memakai busana baru di hari lebaran. Bahkan lebih

jauh, lebaran Idul Fitri oleh sebagian masyarakat masih dimaknai atau diidentikkan

dengan sesuatu yang serba baru, dari mulai gadget baru, kendaraan baru, hingga rumah

baru. Tidak terkait langsung dengan ibadah selama bulan Ramadhan, namun bertujuan

untuk mendukung penampilan di hari lebaran.

Page 65: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

Dalam konteks ini telah terjadi perubahan perilaku rumah tangga yang cenderung lebih

konsumtif dari sebelumnya. Betapa tidak, untuk urusan dapur ibu rumah tangga harus

membelanjakan lebih uangnya untuk menyiapkan masakan untuk berbuka puasa dan

sahur seluruh anggota keluarga. Sementara untuk urusan selain dapur, kepala keluarga

harus rela menyisihkan sebagian tambahan penghasilannya untuk kebutuhan konsumsi

ekstra keluarga dari mulai borong pakaian, mengganti gadget baru bahkan kebutuhan

non-primer lainnya yang bersifat jangka panjang. Dari sudut pandang teori penawaran

dan permintaan yang telah dijelaskan di atas maka pada periode jelang Ramadhan dan

Idul Fitri faktor permintaan mengalami peningkatan yang berpotensi memicu kenaikan

harga bahan pokok.

Faktor Penawaran

Sedangkan dari sisi penawaran, pasokan kebutuhan bahan pokok memiliki fleksibilitas

yang cukup baik, karena pada prinsipnya Indonesia adalah negara produsen untuk bahan

pokok tersebut. Meskipun untuk momen jelang Ramadhan dan Idul Fitri kebutuhan

bahan pokok tertentu seperti daging sapi masih disokong oleh impor dari luar negeri.

Namun demikian bukan tanpa kendala karena faktor distribusi masih menjadi tantangan

utama dalam menjaga rantai supply yang terjamin keandalannya. Karakter wilayah

Indonesia berupa kepulauan dan infrastruktur pendukung yang belum memadai menjadi

komponen biaya tersendiri bagi produsen. Akibatnya untuk menutupi biaya-biaya

tersebut, pihak produsen memasukkan dalam komponen harga bahan pokok yang pada

akhirnya harus ditanggung oleh konsumen.

Masih dari sisi penawaran, momen jelang Ramadhan pun tak luput dimanfaatkan oleh

pihak tertentu untuk melancarkan aksi ambil untung yang berlebihan. Pasokan bahan

pokok yang sebenarnya cukup untuk memenuhi kebutuhan konsumen selama bulan

Ramadhan ditahan/ditimbun dengan tujuan menciptakan kelangkaan bahan pokok di

pasar. Setelah terjadi kelangkaan, oknum memanfaatkan situasi untuk menaikkan harga

bahan pokok di pasar. Dari sudut pandang ekonomi sekilas tidak ada yang salah dengan

aksi ambil untung ini sepanjang masih dalam batas wajar. Namun apabila kondisi ini

dibiarkan dapat merugikan masyarakat secara luas dan tidak sehat bagi roda

perekonomian negara.

Page 66: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

Faktor Ekspektasi Konsumen

Di luar faktor penawaran dan permintaan, faktor ekspektasi konsumen juga turut

mempengaruhi pembentukan harga. Ekspektasi terbentuk dan dipengaruhi oleh perilaku

konsumen dan pelaku ekonomi dalam memprediksi pergerakan harga komoditas,

termasuk barang kebutuhan pokok. Meski faktor ekspektasi konsumen cenderung lebih

sulit dikelola karena masing-masing punya asumsi yang berbeda, namun ekspektasi dapat

penawaran dan permintaan. Hal ini dapat dirasakan secara jelas saat bulan Ramadhan

dan Idul Fitri tiba, meskipun pasokan barang secara umum diperkirakan mencukupi untuk

memenuhi permintaan, namun harga barang tetap naik bahkan kenaikannya melampaui

harga kesimbangan yang telah memperhitungkan faktor penawaran dan permintaan. Hal

serupa terjadi pula pada saat penentuan upah minimum yang biasanya diikuti dengan

kenaikan harga barang dan jasa dengan level yang lebih tinggi dari kenaikan upah

minimum itu sendiri.

Lantas bagaimana hubungan antara ekspektasi dengan pembentukan harga barang dan

How do Inflation Expectations Impact

Consumer Behaviou (Commission of The European

Communities) di tahun 2016, meneliti secara empiris hubungan antara ekpekstasi

masyarakat terhadap inflasi -yang merupakan representasi dari harga barang dan jasa-

dengan pengeluaran konsumsi individu. Studi tersebut mengambil sampel sebanyak

41.060 konsumen yang tersebar di 28 negara yang tergabung dalam Uni Eropa. Dari studi

tersebut diperoleh kesimpulan yaitu, pertama, terdapat korelasi yang positif antara

ekspektasi konsumen dengan tingkat pengeluaran konsumsi masyarakat. Kedua, ketika

masyarakat berekspektasi harga barang dan jasa akan naik (terjadi inflasi) maka mereka

akan melakukan konsumsi lebih besar, ketimbang menyimpan uang mereka untuk tujuan

investasi. Kesimpulan kedua, lebih menggambarkan kondisi yang dialami konsumen di

Indonesia jelang Ramadhan dan Idul Fitri.

Semua Pihak Harus Bijak

Menyikapi fenomena kenaikan harga kebutuhan pokok jelang Ramadhan hendaknya

semua pihak harus bersikap bijak. Ramadhan harus dimaknai sebagai momen untuk

memperbanyak amal ibadah, menebar kebaikan dan memupuk kepedulian kepada

sesama. Oleh karenanya, guna menciptakan kondisi Ramadhan yang nyaman konsumen

Page 67: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

harus pandai mengelola ekspektasi dan tidak mengubah pola konsumsi secara drastis.

Pola konsumsi yang berlebih hendaknya dihindari, termasuk dalam urusan konsumsi

kebutuhan bahan pokok selama Ramadhan. Dalam hal ini, peran pemerintah sangat

dibutuhkan untuk mengelola ekspektasi masyarakat agar selalu terjaga dan positif.

Pemerintah harus mampu meyakinkan masyarakat bahwa pasokan kebutuhan bahan

pokok cukup, sehingga tidak terjadi kelangkaan. Sedangkan dari sisi pelaku bisnis,

momen Ramadhan sebaiknya tidak dimanfaatkan sebagai kesempatan ambil untung

-masing.

Jika Anda adalah konsumen maka jadilah konsumen yang bijak. Jika Anda adalah pelaku

bisnis maka jadikan kewajaran sebagai tolok ukur dalam keputusan pengambilan

keuntungan.

Page 68: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Keuangan Pemerintah

50

1. Kondisi Umum

Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) merupakan tolak ukur penting

keberhasilan suatu daerah dalam meningkatkan potensi perekonomian daerah.

APBD menunjukkan alokasi belanja untuk melaksanakan program/kegiatan dan

sumber-sumber pendapatan, serta pembiayaan yang digunakan untuk mendanai

program/kegiatan dimaksud, dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi

daerah, pemerataan pendapatan, serta pembangunan di berbagai sektor.

Pencapaian tujuan tersebut diharapkan dapat dilakukan melalui peningkatan

potensi penerimaan Ppajak dan Rretribusi daerah ditambah dengan Ddana

ASESMEN KEUANGAN

PEMERINTAHA

AH

Bab 3

Page 69: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Keuangan Pemerintah

51

Ttransfer dari Ppemerintah PPusat yang digunakan untuk mendanai

penyelenggaraan layanan publik dalam jumlah yang mencukupi juga berkualitas.

Selama tiga tahun terakhir, rencana APBD Provinsi Riau mengalami perbaikan.

Apabila dibandingkan dengan tahun 2016 dan tahun 2015 dan 2016, rencana

belanja APBD Provinsi Riau meningkat cukup signifikan. Sementara itu begitu pula

dengan rencana pendapatan APBD 2017 meningkat cukup signifikan jika

dibandingkan tahun 2016, meskipun namun apabila dibandingkan dengan tahun

2015 , rencana pendapatan APBD 2017 masih lebih rendah. hHal tersebutini

dikarenakan turunnya Ppendapatan Aasli Ddaerah (PAD) akibat rendahnya

penerimaan pajak dan pendapatan yang bersumber dari migas akibat gejolak harga

komoditas dunia serta menurunnya produksi minyak (natural declining).

Grafik 3.1. Perkembangan anggaran APBD Provinsi Riau 2015-2017

Sumber: BPKAD

Pada tahun 2017, rencana APBD murni Provinsi Riau mengalami

peningkatan dibandingkan tahun 2016. Dari sisi pendapatan, direncanakan Provinsi

Riau mampu memperoleh pendapatan daerah sebesar Rp8,85 triliuntriliun, . Nilai

tersebut meningkat sebesar 22,47% dibandingkan rencana pendapatan tahun

2016. Hal tersebut juga diikuti oleh peningkatan rencana dari sisi belanja daerah.

Untuk tahun 2017, belanja pemerintah Provinsi Riau untuk tahun 2017 meningkat

sebesar 6,2% dibandingkan tahun 2016 atau tercatat sebesar Rp11 triliuntriliun.

Adapun selisih defisit anggaran untuk tahun 2017 sebesar Rp2,149 triliuntriliun

akan dibiayai menggunakan SILPA tahun 2016. Rencana APBD murni Provinsi Riau

7,407

11,388

7,233

10,365

8,859

11,008

Pendapatan

Daerah

Belanja

Daerah

Pendapatan

Daerah

Belanja

Daerah

Pendapatan

Daerah

Belanja

Daerah

2015 2016 2017

Trili

un

Page 70: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Keuangan Pemerintah

52

secara umum untuk tahun 2017 dapat dikatakan sedikit lebih baik dibandingkan

tahun 2016 dan hingga saat ini masih dalam tahap konsolidasi rasionalisasi seluruh

Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di SKPD-SKPD yang dibawahi oleh Pemerintah

Provinsi Riau.

2. Realisasi APBD Provinsi Riau Tahun 2016

Perkembangan realisasi APBD Provinsi Riau hingga triwulan I 2017 secara umum

tercatat lebih baik apabila dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun

2016. Hingga Sampai dengan Maret 2017, realisasi pendapatan daerah Provinsi

Riau tercatat terealisasi sebesar Rp1,78 triliuntriliun atau secara perrosentase

mencapai 20,11% dari total yang dianggarkan. Realisasi pendapatan ini lebih baik

apabila dibandingkan dengan realisasi yang tercapai pada periode yang sama di

tahun 2016 yang mencapai Rp1,46 triliuntriliun atau secara perrosentase 19,25%

dari total yang dianggarkan. Begitu pula dengan realisasi belanja daerah provinsi

Riau mengalami peningkatan dibandingkan periode yang sama di tahun

sebelumnya. Untuk Pada triwulan I 2017, belanja daerah Provinsi Riau mampu

terealisasi sebesar Rp562,35 miliarmiliar atau secara perrosentase mencapai 5,11 %

dari total yang dianggarkan, lebih dibandingkan triwulan I 2016 yang secara

perrosentase hanya sebesar 4,6%..

Grafik 3.2. Realisasi APBD Provinsi Riau Tahun 2015-Triwulan I 2017

93.395.87

68.15

84.19

19.25 20.11

4.6 5.11

0

20

40

60

80

100

120

0

2

4

6

8

10

12

2015 2016 2015 2016 Tw I-16 Tw I-17 Tw I-16 Tw I-17

Pendapatan Daerah Belanja Daerah Pendapatan Daerah Belanja Daerah

%Triliun Anggaran Realisasi % Realisasi

Formatted: Indent: First line: 0 cm

Page 71: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Keuangan Pemerintah

53

Sumber : BPKAD

Apabila ditelaah lebih dalam, meningkatnya realisasi pendapatan Provinsi Riuau

pada triwulan I 2017 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya

dikarenakan adanya peningkatan realisasi Ddana Pperimbangan yang utamanya

bersumber dari Ddana BBagi HHasil (DBH) pPajak yang terealisasi sebesar Rp

321,39 miliarmiliar atau secara perrosentase 30,29%, DBHana Bagi Hasil sSumber

dDaya yang terealisasi sebesar Rp323,10 miliarmiliar atau secara perrosentase

34,43% serta Dana Alokasi Umum (DAU) yang terealisasi sebesar Rp455,88

miliarmiliar atau secara perrosentase 31,78% dari total yang dianggarkan.

Sedangkan Sementara itu kinerja PADendapatan Asli Daerah Provinsi Riau pada

periode laporan mengalami penurunan dibandingkan periode yang sama di tahun

sebelumnya. Hingga triwulan I 2017, PAD hanya dapat terealisasi sebesar Rp356

miliarmiliar atau secara perrosentase sebesar 9,54% dari total yang dianggarkan.

Hal ini jauh menurun dibandingkan periode yang sama di tahuntriwulan I tahun

2016 yang tercatat terealisasi sebesar Rp552 miliarmiliar atau secara perrosentase

sebesar 15,80% dari total yang dianggarkan. Penurunan terjadi pada pos

pendapatan pajak daerah yang hanya terealisasi sebesar Rp314 miliarmiliar atau

secara perrosentase sebesar 10,49%, jauh lebih rendah dibandingkan periode

yang sama di tahun 2016 yang tercatat sebesar Rp424 miliarmiliar atau secara

perrosentase sebesar 15,35% dari total yang dianggarkan. Penurunan juga terjadi

pada pos pendapatan lain PAD yang sah yang hanya terealisasi sebesar Rp39

miliarmiliar atau secara perrosentase hanya sebesar 7,74%, jauh menurun

dibandingkan periode yang sama di tahun 2016 yang terealisasi sebesar Rp86

miliarmiliar atau secara perrosentase sebesar 17,33% dari total yang dianggarkan .

93,3 95,87

68,15

84,19

19,25 20,11

4,6 5,11

0

20

40

60

80

100

120

0

2

4

6

8

10

12

2015 2016 2015 2016 Mar-16 Mar-17 Mar-16 Mar-17

Pendapatan Daerah Belanja Daerah Pendapatan Daerah Belanja Daerah

%

Tril

iun

Anggaran Realisasi % Realisasi

Page 72: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Keuangan Pemerintah

54

Grafik 3.3. Realisasi Pendapatan Provinsi Riau triwulan I-2017

Sumber : BPKAD

Dari sisi belanja daerah, selama triwulan I 2017 angka realisasi belanja tercatat

sebesar Rp562,35 miliarmiliar atau secara prosentasepersentase mencapai 5,11 %

dari total yang dianggarkan sebesar Rp11,008 triliuntriliun. Realisasi tersebut lebih

baik apabila dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2016 yang

terealisasi sebesar Rp504,49 miliarmiliar atau secara prosentasepersentase 4,60%

dari total Rp10,972 triliuntriliun yang dianggarkan. Peningkatan berasal dari

komponen Bbelanja Ttidak Llangsung dan Bbelanja Llangsung.

0.552

0.908

0.000

1.460

0.356

1.425

0.001

1.782

0.000

0.400

0.800

1.200

1.600

2.000

Pendapatan AsliDaerah

Dana Transfer-Perimbangan

Lain-Lain PendapatanDaerah yang Sah

Pendapatan

Rp. Miliar Tw I-16 Tw I-17

0%

20%

40%

60%

80%

100%

Maret 2016

Maret 2017

0,552

0,356

0,908

1,425

0,0000,001

Pendapatan Asli Daerah

Dana Transfer-Perimbangan

Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah

Mar-16 Mar-17

15.80% 9.54%

22.24% 27.83%

0.00% 23.42%

Page 73: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Keuangan Pemerintah

55

Belanja Ttidak Llangsung pemerintah Provinsi Riau pada triwulan I 2017 terealisasi

sebesar Rp13,78 miliarmiliar atau meningkat 3,14%(yoy) dibandingkan periode

yang sama di tahun 2016. Namun demikian peningkatan Bbelanja Tidak Llangsung

masih didominasi oleh Bbelanja Ppegawai yang meningkat sebesar Rp110,16

miliarmiliar atau meningkat hingga 98,65%(yoy) dari total realisasi pada periode

yang sama di tahun 2016. Peningkatan juga terjadi padadi pos Bbelanja Bbagi

Hhasil kepada Prov/Kab/Kota yang terealisasi sebesar Rp6,46 miliarmiliar atau

sebesar 0,47% dari total yang dianggarkan. Sedangkan pada pos Bbelanja Hhibah

mengalami penurunan sebesar Rp102,83 miliarmiliar atau turun 34,48% (yoy)

dibandingkan periode yang sama pada tahun 2016.

Grafik 3.4. Realisasi Pos Belanja Tidak Langsung Provinsi Riau

Sumber : BPKAD

111.7

0.0 0.0

298.3

0.0 0.0 0.0 0.0

221.8

0.0 0.0

195.5

0.0 6.5 0.0 0.00

50

100

150

200

250

300

350

Belanja Pegawai Belanja Bunga Belanja Subsidi Belanja Hibah Belanja BantuanSosial

Belanja Bagi Hasilkepada

Provinsi/Kab/Kota

Belanja BantuanKeuangan

Belanja TidakTerduga

Rp Miliar Realisasi Tw I-16 Realisasi Tw I-17

111,7

0,0 0,0

298,3

0,0 0,0 0,0 0,0

221,8

0,0 0,0

195,5

0,0 6,5 0,0 0,0

Belanja Pegawai Belanja Bunga Belanja Subsidi Belanja Hibah Belanja BantuanSosial

Belanja Bagi Hasilkepada

Provinsi/Kab/Kota

Belanja BantuanKeuangan

Belanja TidakTerduga

Miliar rupiah

Realisasi s.d 30 Maret 2016 Realisasi s.d 31 Maret 2017

Formatted: Centered, Line spacing: Multiple 1,15 li

Page 74: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Keuangan Pemerintah

56

Sejalan dengan peningkatan realisasi belanja, pada triwulan I 2017, pos Bbelanja

Llangsung juga mengalami peningkatan dibandingkan periode yang sama di tahun

2016. Hingga triwulan I 2017, Bbelanja Llangsung terealisasi sebesar Rp138,60

miliarmiliar atau secara prosentasepersentase mencapai 2,51% dari total yang

dianggarkan. Nilai ini meningkat sebesar Rp44,07 miliarmiliar atau meningkat

hingga 47% (yoy) dibandingkan periode yang sama di tahun 2016.

Sejalan dengan peningkatan pada pos belanja tidak langsung, pPeningkatan pada

pos Bbelanja Llangsung juga berasal dari peningkatan Bbelanja Ppegawai yang

terealisasi sebesar Rp43,45 miliarmiliar atau secara prosentasepersentase mencapai

10,05% dari total yang dianggarkan. Nilai tersebut jauh meningkat apabila

dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2016 yang hanya tercatat

sebesar Rp17,52 miliarmiliar atau meningkat hingga 148% (yoy). Peningkatan juga

terjadi pada pos Bbelanja Bbarang&J dan jasa yang terealisasi sebesar Rp92,81

miliarmiliar atau secara prosentasepersentase mencapai 3,74%. Nilai realisasi

tersebut meningkat hingga 24%(yoy) apabila dibandingkan dengan periode yang

sama di tahun 2016 yang hanya terealisasi sebesar Rp74,89 miliarmiliar atau

hanya mencapai 2,76% dari total yang dianggarkan. Namun Di sisi lain

peningkatan yang berarti tidak terjadi pada pos Bbelanja Mmodal tidak mengalami

peningkatan signifikan, dimana padaselama tTriwulan I 2017 Bbelanja Mmodal

APBD Provinsi Riau hanya terealisasi sebesar Rp2,33 miliarmiliar atau secara

prosentasepersentase hanya mencapai 0,09% dari total yang dianggarkan. Namun

demikian, realisasi tersebut, hanya meningkat 10% (yoy) dibandingkan periode

yang sama di tahun 2016 yang terealisasi sebesar Rp2,11 miliarmiliar atau secara

prosentasepersentase mencapai 0,08% dari total yang dianggarkan.

Grafik 3.5. Realisasi Pos Belanja Langsung Provinsi Riau

Page 75: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Keuangan Pemerintah

57

Sumber : BPKAD

Berdasarkan rincian pos realisasi APBD Provinsi Riau hingga triwulan I 2017,

dapat disimpulkan telah terjadi perbaikan realisasi dibandingkan periode yang sama

di tahun sebelumnya, namun realisasi yang lebih tinggi tersebut perlu di

waspadaikualitas realisasi APBD perlu mendapatkan perhatian. Hal ini disebabkan

peningkatan terjadi bukan pada pos-pos yang mampu memberikan multiplier efek

berkelanjutan bagi pembangunan perekonomian terutama pada pos belanja.

Realisasi pos belanja APBD Provinsi Riau hingga triwulan I 2017 didominasi oleh

Bbelanja Ppegawai yang produktivitas serta multiplier efek terhadap pembangunan

ekonomi tergolong rendah. Sedangkan realisasi Bbelanja Mmodal masih cenderung

sedikit bahkan hampir sama apabila dibandingkan dengan realisasi pada periode

yang sama di tahun sebelumnya.

Kondisi tersebut perlu diwaspadai karena sebaiknya pengeluaran belanja

pemerintah semakin diarahkan untuk pembelanjaan yang bersifat produktif seperti

belanja modal bukan untuk pengeluaran yang bersifat administratif dan habis pakai

seperti belanja pegawai, perjalanan dinas dan belanja perlengkapan habis pakai.

Hal ini diharapkan dan diharapkan agar pengeluaran belanja pemerintah yang

semakin besar dan diarahkan pada pos produktif dapat sehingga mendorong

pembangunan ekonomi dan akan memberikan dampak langsung pada

peningkatan konsumsi masyarakat.

Masih rendahnya daya dorong Bbelanja Mmodal pemerintah Provinsi Riau

terhadap perkembangan konsumsi masyarakat Provinsi Riau dapat terlihat pada

grafik 3.6 dibawah. Terlihat bahwa peningkatan realisasi belanja pemerintah

Provinsi Riau tidak sejalan dengan peningkatan konsumsi masyarakat yang tercatat

dalam PDRB. Hal ini dikarenakan pengeluaran pemerintah dalam APBD lebih

17,5

74,9

2,1

43,5

92,8

2,3

0,0

20,0

40,0

60,0

80,0

100,0

Belanja Pegawai Belanja Barang dan Jasa Belanja Modal

Rp. Miliar Realisasi s.d 30 Maret 2016 Realisasi s.d 31 Maret 2017

Formatted: English (United States)

Formatted: Indent: First line: 0 cm, Space Before: 0 pt,After: 0 pt

Formatted: Space Before: 0 pt, After: 0 pt

Page 76: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Keuangan Pemerintah

58

banyak terserap untuk Bbelanja Ppegawai baik dalam Bbelanja Llangsung maupun

Ttidak Llangsung, . Bbukan terserap dalam belanja yang bersifat produktif seperti

bBelanja Mmodal yang dapat memberikan efek keberlanjutan lebih besar terhadap

perekonomian yang pada akhirnya mendorong konsumsi rumah tangga secara

signifikan.

Grafik 3.6. Perkembangan Pengeluaran Konsumsi Masyarakat, Pengeluaran Pemerintah

dan Belanja Pemerintah Daerah Provinsi Riau

Sumber : BPS dan BPKAD (diolah)

Secara keseluruhan, kondisi realisasi APBD Provinsi Riau hingga Triwulan I 2017

lebih baik disbanding periode yang sama ditahun sebelumnya. Dari sisi belanja,

realisasi belanja pemerintah Provinsi Riau kedepan masih perlu mendapat perhatian

terutama terkait belanja yang bersifat administratif seperti belanja pegawai. Untuk

Adapun demi semakin meningkatkan kinerja realisasi APBD ke depan, Ppemerintah

daerah Provinsi Riau semakin memperkuat pemantauan pelaksanaan

program/kegiatan yang telah direncanakan di awal agar berjalan dan terealisasi

sesuai timeline sehingga penyerapan dan realisasi anggaran diharapkan dapat

tercapai lebih dengan baik dari periode tahun-tahun sebelumnya. Untuk itu perlu

diberlakukannya reward dan punishment bagi OPDSKPD-SKPD yang tidak dapat

merealisasikan anggaran sesuai dengan programapa yang telah direncanakan

dalam RAB.

55.575

57.359

58.702 58.924

60.299

61.903

62.846 64.087

1.412

3.240

7.761

504

2.578

4.244

8.625

562

5.349 5.878

7.389

5.267

6.327

5.962

7.552

5.727

-

1.000

2.000

3.000

4.000

5.000

6.000

7.000

8.000

9.000

10.000

-

10.000

20.000

30.000

40.000

50.000

60.000

70.000

80.000

90.000

100.000

Tw II- 2015 Tw III-2015 Tw IV-2015 Tw I-2016 Tw II-2016 Tw III-2016 Tw IV-2016 Tw I-2017

Miliar rupiahMiliar rupiah

Pengeluaran Konsumsi Masyarakat (RT+LNPRT)-LHSBelanja Daerah-RHSPengeluaran Konsumsi Pemerintah

Formatted: Indonesian

Formatted: Left

Page 77: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Keuangan Pemerintah

59

Tabel 3.1. Ringkasan Realisasi APBD Provinsi Riau Tahun 2016 dan Maret 2017

Formatted: Indonesian

Formatted: Justified, Space Before: 12 pt, Line spacing: 1,5lines, Tab stops: Not at 10,05 cm

Page 78: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Keuangan Pemerintah

60

Uraian Jumlah Anggaran Realisasi s.d 31 Maret 2017 % (Maret 17) Realisasi s.d 30 Maret 2016 % (Maret 16)

PENDAPATAN DAERAH

Pendapatan Asli Daerah 3,735,800,000,000.00 356,306,962,258.01 9.54 552,092,775,441.41 15.80

Pendapatan Pajak Daerah 3,000,000,000,000.00 314,618,335,656.80 10.49 424,448,079,139.65 15.35

Pendapatan Retribusi Daerah 14,000,000,000.00 2,677,525,799.00 19.13 39,986,191,762.00 363.51

Pendapatan hasil Pengelolaan Kekayaan 218,000,000,000.00 - - 833,388,605.27 0.38

Lain-lain PAD yang Sah 503,800,000,000.00 39,011,100,802.21 7.74 86,825,115,934.49 17.33

Pendapatan Dana Perimbangan 5,120,242,595,981.00 1,424,778,080,684.00 27.83 908,365,773,269.00 22.24

Pendapatan Dana Bagi Hasil Pajak 1,060,950,200,947.00 321,399,265,019.00 30.29 219,826,745,707.00 11.61

Pendapatan Dana Bagi Hasil Sumber Daya

Alam

938,495,645,034.00 323,109,545,665.00 34.43 204,954,619,562.00 10.83

Pendapatan Dana Alokasi Umum 1,434,458,151,000.00 455,889,504,000.00 31.78 184,436,139,000.00 25.03

Pendapatan Dana Alokasi Khusus 1,686,338,599,000.00 324,379,766,000.00 19.24 299,148,269,000.00 20.57

Lain-lain Pendapatan yang Sah 3,125,000,000.00 732,000,000.00 23.42 - -

Hibah 3,125,000,000.00 732,000,000.00 - - -

Dana Darurat - - - - -

Dana Bagi Hasil Pajak dari provinsi dan - - - - -

Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus - - - - -

Bantuan Keuangan dari Provinsi dan

Pemda lainnya

- - - - -

Lain-lain pendapatan yang Sah - - - - -

Jumlah Pendapatan 8,859,167,595,981.00 1,781,817,042,942.01 20.11 1,460,458,548,710.41 19.25

BELANJA DAERAH

Belanja Tidak Langsung 5,488,381,710,605.40 423,753,677,397.79 7.72 409,964,578,405.00 7.61

Belanja Pegawai 2,311,534,133,882.33 221,830,813,746.00 9.60 111,667,878,405.00 9.29

Belanja Bunga - - - - -

Belanja Subsidi - - - - -

Belanja Hibah 1,099,543,199,500.00 195,457,000,000.00 17.78 298,296,700,000.00 23.07

Belanja Bantuan Sosial 10,000,000,000.00 - - - 0.00

Belanja Bagi Hasil kepada 1,390,025,920,891.01 6,465,863,651.79 0.47 - 0.00

Belanja Bantuan Keuangan 565,920,131,761.52 - - - 0.00

Belanja Tidak Terduga 111,358,324,570.54 - - - 0.00

Belanja Langsung 5,519,918,330,673.60 138,603,246,462.00 2.51 94,531,058,990.56 1.69

Belanja Pegawai 432,512,911,540.00 43,458,513,650.00 10.05 17,528,941,006.00 5.16

Belanja Barang dan Jasa 2,480,762,254,016.60 92,811,198,297.00 3.74 74,890,057,284.56 2.76

Belanja Modal 2,606,643,165,117.00 2,333,534,515.00 0.09 2,112,060,700.00 0.08

Jumlah Belanja 11,008,300,041,279.00 562,356,923,859.79 5.11 504,495,637,395.56 4.60

Surplus/ (Defisit) (2,149,132,445,298.00) 1,219,460,119,082.22 (56.74) 955,962,911,314.85 (28.26)

PEMBIAYAAN DAERAH

Penerimaan Pembiayaan Daerah 2,149,132,445,298.00 1,343,194,800,537.31 62.50 3,133,468,479,014.79 92.55

Silpa Tahun Anggaran Sebelumnya 2,149,132,445,298.00 1,343,194,800,537.31 62.50 3,133,468,408,514.79 92.55

Pencairan Dana Cadangan - - - - -

Hasil Penjualan kakayaan Daerah yang - - - - -

Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman - - - 70,500.00 -

Penerimaan Piutang Daerah - - - - -

Jumlah Penerimaan Pembiayaan 2,149,132,445,298.00 1,343,194,800,537.31 62.50 3,133,468,479,014.79 92.55

Pengeluaran Pembiayaan Daerah - - - - -

Pembentukan Dana Cadangan - - - - -

Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah

Daerah

- - - - -

Pembayaran Pokok Utang - - - - -

Pemberian Pinjaman Daerah - - - - -

Jumlah Pengeluaran Pembiayaan - - - - -

Pembiayaan Neto 2,149,132,445,298.00 1,343,194,800,537.31 62.50 3,133,468,479,014.79 92.55

SILPA TAHUN BERKENAN - 2,562,654,919,619.53 - 4,089,431,390,329.64 -

Page 79: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Keuangan Pemerintah

61

Sumber : BPKAD Provinsi Riau

Uraian Jumlah A nggaranR ealisasi s .d 31 M aret

2017

%

(M aret

17)

R ealisasi s .d 30 M aret

2016

% (M aret

16)

PENDAPATAN DAERAH

Pendapatan Asli Daerah 3,735,800,000,000.00 356,306,962,258.01 9.54 552,092,775,441.41 15.80

Pendapatan Pajak Daerah 3,000,000,000,000.00 314,618,335,656.80 10.49 424,448,079,139.65 15.35

Pendapatan Retribusi Daerah 14,000,000,000.00 2,677,525,799.00 19.13 39,986,191,762.00 363.51

Pendapatan hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang

Dipisahkan

218,000,000,000.00 - - 833,388,605.27 0.38

Lain-lain PAD yang Sah 503,800,000,000.00 39,011,100,802.21 7.74 86,825,115,934.49 17.33

Pendapatan Dana Perimbangan 5,120,242,595,981.00 1,424,778,080,684.00 27.83 908,365,773,269.00 22.24

Pendapatan Dana Bagi Hasil Pajak 1,060,950,200,947.00 321,399,265,019.00 30.29 219,826,745,707.00 11.61

Pendapatan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam 938,495,645,034.00 323,109,545,665.00 34.43 204,954,619,562.00 10.83

Pendapatan Dana Alokasi Umum 1,434,458,151,000.00 455,889,504,000.00 31.78 184,436,139,000.00 25.03

Pendapatan Dana Alokasi Khusus 1,686,338,599,000.00 324,379,766,000.00 19.24 299,148,269,000.00 20.57

Lain-lain Pendapatan yang Sah 3,125,000,000.00 732,000,000.00 23.42 - -

Hibah 3,125,000,000.00 732,000,000.00 - - -

Dana Darurat - - - - -

Dana Bagi Hasil Pajak dari provinsi dan Pemda Lainnya - - - - -

Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus - - - - -

Bantuan Keuangan dari Provinsi dan Pemda lainnya - - - - -

Lain-lain pendapatan yang Sah - - - - -

Jumlah Pendapatan 8,859,167,595,981.00 1,781,817,042,942.01 20.11 1,460,458,548,710.41 19.25

BELANJA DAERAH

Belanja Tidak Langsung 5,488,381,710,605.40 423,753,677,397.79 7.72 409,964,578,405.00 7.61

Belanja Pegawai 2,311,534,133,882.33 221,830,813,746.00 9.60 111,667,878,405.00 9.29

Belanja Bunga - - - - -

Belanja Subsidi - - - - -

Belanja Hibah 1,099,543,199,500.00 195,457,000,000.00 17.78 298,296,700,000.00 23.07

Belanja Bantuan Sosial 10,000,000,000.00 - - - 0.00

Belanja Bagi Hasil kepada Provinsi/Kab/Kota 1,390,025,920,891.01 6,465,863,651.79 0.47 - 0.00

Belanja Bantuan Keuangan 565,920,131,761.52 - - - 0.00

Belanja Tidak Terduga 111,358,324,570.54 - - - 0.00

Belanja Langsung 5,519,918,330,673.60 138,603,246,462.00 2.51 94,531,058,990.56 1.69

Belanja Pegawai 432,512,911,540.00 43,458,513,650.00 10.05 17,528,941,006.00 5.16

Belanja Barang dan Jasa 2,480,762,254,016.60 92,811,198,297.00 3.74 74,890,057,284.56 2.76

Belanja Modal 2,606,643,165,117.00 2,333,534,515.00 0.09 2,112,060,700.00 0.08

Jumlah Belanja 11,008,300,041,279.00 562,356,923,859.79 5.11 504,495,637,395.56 4.60

Surplus/ (Defisit) (2,149,132,445,298.00) 1,219,460,119,082.22 (56.74) 955,962,911,314.85 (28.26)

PEMBIAYAAN DAERAH

Penerimaan Pembiayaan Daerah 2,149,132,445,298.00 1,343,194,800,537.31 62.50 3,133,468,479,014.79 92.55

Silpa Tahun Anggaran Sebelumnya 2,149,132,445,298.00 1,343,194,800,537.31 62.50 3,133,468,408,514.79 92.55

Pencairan Dana Cadangan - - - - -

Hasil Penjualan kakayaan Daerah yang Dipisahkan - - - - -

Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman - - - 70,500.00 -

Penerimaan Piutang Daerah - - - - -

Jumlah Penerimaan Pembiayaan 2,149,132,445,298.00 1,343,194,800,537.31 62.50 3,133,468,479,014.79 92.55

Pengeluaran Pembiayaan Daerah - - - - -

Pembentukan Dana Cadangan - - - - -

Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah - - - - -

Pembayaran Pokok Utang - - - - -

Pemberian Pinjaman Daerah - - - - -

Jumlah Pengeluaran Pembiayaan - - - - -

Pembiayaan Neto 2,149,132,445,298.00 1,343,194,800,537.31 62.50 3,133,468,479,014.79 92.55

SILPA TAHUN BERKENAN - 2,562,654,919,619.53 - 4,089,431,390,329.64 -

Page 80: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Riau

58

Kondisi Stabilitas Sistem Keuangan Riau

Tekanan terhadap stabilitas sistem keuangan daerah Riau pada triwulan I 2017

cukup terjaga seiring dengan membaiknya kinerja perekonomian.

Kerentanan sektor korporasi Riau pada triwulan I 2017 secara umum

terjaga, sementara kerentanan sektor rumah tangga relatif menurun

dibandingkan triwulan sebelumnya.

Kinerja perbankan Riau pada triwulan I 2017 secara umum membaik

dibandingkan triwulan sebelumnya

Bab 4 STABILITAS KEUANGAN DAERAH,

PENGEMBANGAN AKSES

KEUANGAN dan

UMKM

Page 81: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Riau

59

1. Perkembangan Sistem Keuangan Riau

Tekanan stabilitas keuangan Riau pada triwulan I 2017 cukup terjaga seiring

dengan membaiknya kinerja perekonomian. Pertumbuhan aset dan DPK perbankan

Riau pada triwulan pelaporan meningkat menjadi masing-masing sebesar

15,26%(yoy) dan 15,40% (yoy), dari sebesar masing-masing 8,24% (yoy) dan

7,49% (yoy) di triwulan sebelumnya. Sementara itu, sesuai pola musiman kredit

yang biasanya melambat di awal tahun, pertumbuhan kredit perbankan Riau juga

melambat menjadi sebesar 2,89% (yoy), dibandingkan triwulan IV 2016 yang

tercatat 3,28% (yoy). Seiring dengan melambatnya penyaluran kredit, risiko kredit

perbankan sedikit naik dari 3,44% menjadi 3,53% di triwulan I 2017 terutama

karena dipengaruhi oleh turunnya outstanding kredit, namun secara umum masih

dalam batas wajar atau threshold non-performing loan (NPL) .

1.1. Ketahanan Sektor Korporasi

Penyerapan kredit di Provinsi Riau pada triwulan I 2017 masih didominasi oleh

sektor pertanian dan perdagangan yang memiliki pangsa masing-masing 21,81%

dan 21,59%, dengan nilai kredit masing-masing sebesar Rp12,62 triliun dan

Rp12,49 triliun. Tingginya penyerapan kredit pada dua sektor itu tidak terlepas dari

dominasi kedua sektor tersebut dalam mendorong pertumbuhan ekonomi Provinsi

Riau. Penyaluran kredit kepada sektor pertanian masih didominasi oleh subsektor

perkebunan kelapa sawit dengan pangsa 93,13% dari total kredit sektor pertanian

atau sebesar Rp11,76 triliun. Sementara itu, subsektor perdagangan didominasi

oleh subsektor perdagangan eceran makanan, minuman dan tembakau dengan

pangsa 17,69% dari total kredit sektor perdagangan atau sebesar Rp2,21 triliun.

Pada triwulan I 2017, penyaluran kredit kepada sektor pertanian tumbuh sebesar

0,66% (yoy), melambat dibandingkan triwulan IV 2016 yang tumbuh sebesar

1.93% (yoy). Hal serupa juga terjadi pada penyaluran kredit di sektor perdagangan,

yang tumbuh melambat dari sebesar 3,89% (yoy) di triwulan IV 2016, menjadi

sebesar 2,57% (yoy) di triwulan I 2017.

Page 82: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Riau

60

Tabel 4.1. Kredit Lokasi Bank Menurut Sektor Ekonomi di Provinsi Riau (RpTriliun)

Sumber : Bank Indonesia

Menurunnya penyaluran kredit sektor pertanian terutama didorong oleh

penurunan subsektor perkebunan kelapa sawit yang pada triwulan I 2017 tumbuh

sebesar 1,48% (yoy), melambat dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh

sebesar 3,15% (yoy). Penurunan penyaluran kredit ke perkebunan kelapa sawit

disebabkan oleh pengaruh trend penurunan harga CPO dan peningkatan

permintaan sawit yang cukup stagnan di triwulan I 2017. Sementara itu

menurunnya penyaluran kredit sektor perdagangan terutama didorong oleh

menurunnya penyaluran kredit pada sub sektor perdagangan eceran makanan,

minuman dan tembakau, dimana pada triwulan I 2017 mengalami kontraksi

sebesar 8,68% (yoy), lebih dalam dibanding triwulan IV 2016 yang juga mengalami

kontraksi sebesar 1,98% (yoy).

Grafik 4.1. Growth Subsektor Pertanian dan Perdagangan

Sumber : Bank Indonesia

Grafik 4.2. Pangsa Subsektor Pertanian dan Perdagangan

Sumber : Bank Indonesia

Secara sektoral, NPL sektor pertanian relatif stabil pada triwulan I 2017 berada

pada level 3,20%, hampir sama dengan di triwulan IV 2016 yang sebesar 3,21%,

dengan penyumbang penurunan terbesar pada perkebunan kelapa sawit.

2017

I II III IV I II III IV I

Pertanian 11.45 11.87 12.14 12.62 12.54 13.43 13.29 12.87 12.62 21.81 0.66

Pertambangan 0.39 0.50 0.42 0.45 0.36 0.40 0.38 0.33 0.25 0.44 (29.90)

Perindustrian 2.14 2.26 2.28 2.31 2.43 2.52 2.38 2.49 2.48 4.29 2.10

Listrik, gas dan air 0.11 0.10 0.11 0.22 0.21 0.20 0.19 0.17 0.17 0.29 (19.92)

Konstruksi 1.76 1.88 2.14 1.90 1.73 1.85 2.01 1.86 1.62 2.81 (6.38)

Perdagangan, restoran dan hotel 11.20 11.47 11.48 12.04 12.18 12.76 12.62 12.51 12.49 21.59 2.57

Pengangkutan, pergudangan 1.62 1.57 1.55 1.51 1.46 1.38 1.33 1.27 1.12 1.93 (23.57)

Jasa 4.08 4.24 4.08 4.05 3.76 3.64 3.51 3.57 3.50 6.04 (6.89)

Rumah Tangga dan Lainnya 19.65 20.11 20.74 21.43 21.58 22.15 22.68 23.32 23.62 40.81 9.46

Total 52.40 54.01 54.95 56.54 56.25 58.33 58.41 58.39 57.88 100.00 2.89

Pangsa (yoy)RpTriliun2015 2016

Page 83: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Riau

61

Sementara NPL di sektor perdagangan pada triwulan I 2017 berada pada level

5,48%, sedikit meningkat jika dibandingkan triwulan IV 2016 yang sebesar 5,15%.

Namun demikian level tersebut berada di atas treshold yang ditetapkan oleh Bank

Indonesia yaitu 5%, sehingga penyaluran kredit secara ekspansif di sektor

perdagangan diharapkan harus dengan tetap mempertimbangkan prinsip kehati-

hatian.

1.2. Kerentanan Sektor Rumah Tangga

Pertumbuhan kredit konsumsi di Provinsi Riau pada triwulan I 2017 meningkat jika

dibandingkan dengan triwulan IV 2016, dimana pada triwulan ini kredit konsumsi

tercatat tumbuh sebesar 9,51% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang

tumbuh 8,87% (yoy).

Grafik 4.4. Perkembangan Kredit Perumahan

Sumber : Bank Indonesia

Grafik 4.5. Perkembangan Kredit Kendaraan Bermotor

Sumber : Bank Indonesia

Meningkatnya pertumbuhan kredit konsumsi tercermin dari penyaluran kredit ke

sektor perumahan dan kendaraan bermotor. Pada triwulan laporan, kredit

perumahan tercatat sebesar Rp7,98 triliun atau tumbuh sebesar 3,56% (yoy), lebih

tingg dibandingkan dengan triwulan IV 2016 yang tercatat Rp7,85 triliun atau

tumbuh 2,33% (yoy). Naiknya penyaluran kredit di sektor perumahan selain

ditopang oleh kredit rumah tangga kepemilikan rumah tipe 22 s.d 70 yang tumbuh

relatif stabil di kisaran 22% (yoy) (dengan pangsa 63,20%), juga bersumber dari

kredit rumah tangga kepemilikan rumah flat tipe di atas 70 yang pada triwulan I

2017 tercatat tumbuh sebesar 28,57% (yoy), setelah mengalami kontraksi di

triwulan sebelumnya sebesar 43,42% (yoy).

Page 84: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Riau

62

Kredit kendaraan bermotor pada triwulan I 2017 tercatat sebesar Rp323,06 miliar,

masih mengalami kontraksi namun lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya

yakni dari kontraksi 20,67% menjadi kontraksi 13,47% (yoy). Peningkatan kredit

kerndaraan bermotor ini ditopang oleh meningkatnya kredit kendaraan roda dua

yang tumbuh signifikan dari Rp8,21 miliar menjadi Rp23,55 (pangsa 7,29% dari

total kredit kendaraan bermotor). Selain itu, peningkatan juga terjadi pada kredit

kendaraan roda empat (pangsa 91,11%), meskipun masih mengalami kontraksi

namun lebih kecil dari kontraksi triwulan sebelumnya, yaitu 15,78% (yoy) menjadi

11,29% (yoy).

Sementara itu, kredit konsumsi lainnya yaitu kredit multi guna dan kredit durable

goods tumbuh cukup stabil, dengan angka pertumbuhan tahunan yang masih

Penyaluran kredit untuk kepemilikan durable goods tumbuh positif sebesar 93,76%

(yoy) pada triwulan I 2017, dengan nilai yang meningkat dari Rp89,83 miliar di

triwulan IV 2016 menjadi Rp107,74 miliar di triwulan I 2017. Kredit multiguna juga

mengalami peningkatan tipis dari sisi nilai, dengan outstanding sebesar Rp13,78

miliar atau tumbuh sebesar 8,48% (yoy), tumbuh sedikit lebih rendah disbanding

triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 9,06%.

Grafik 4.6. Perkembangan Kredit Multiguna

Sumber : Bank Indonesia

Grafik 4.7. Perkembangan Kredit Durable Goods

Sumber : Bank Indonesia

Konsumsi rumah tangga yang meningkat ini sejalan dengan hasil survei penjualan

eceran di bulan Maret 2017, dimana terjadi peningkatan Indeks Penjualan Riil (IPR)

Maret 2017 yang berada pada posisi optimis sebesar 111,73, lebih tinggi dari

Desember 2016 yang berada pada posisi 102,23. Selain itu Ini sejalan dengan

hasil survei konsumen yang dilakukan Bank Indonesia, dimana Indeks Kondisi

Ekonomi (IKE) dan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) berada pada level pesimis (di

bawah batas 100). Pada triwulan laporan, Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)

Page 85: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Riau

63

tercatat sebesar 103,83%, juga lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya

yang sebesar 124,67%. Namun demikian masyarakat memandang bahwa pada

triwulan mendatang kinerja perekonomian akan terakselerasi, hal ini terlihat dari

yang mengalami peningkatan dari 104,42 pada triwulan III 2016 menjadi 124,7 di

triwulan IV 2016.

Grafik 4.8. Indeks Riil Penjualan Eceran

Sumber : Bank Indonesia

2. Kondisi Umum Perbankan Riau

Indikator utama kinerja perbankan di Riau pada triwulan I 2017

menunjukkan kinerja yang meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya.

Pertumbuhan aset perbankan Riau pada triwulan I 2017 meningkat dibandingkan

triwulan IV 2016 sejalan dengan membaiknya kinerja perekonomian Riau. Total

aset perbankan Riau tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 15,26% (yoy) pada

triwulan laporan, atau meningkat dibandingkan triwulan lalu yang tumbuh sebesar

8,24% (yoy). Total aset bank umum di Riau pada triwulan I 2017 tercatat sebesar

Rp97,41 triliun.

Jika dilihat per kelompok Bank, penyumbang utama kenaikan aset adalah bank

BUMN (pangsa 72,80%) yang tumbuh 18,89% (yoy) pada triwulan laporan, lebih

besar dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 10,30% (yoy). Berdasarkan

jenis kegiatan bank, yang menyumbangkan kenaikan adalah bank konvensional

(pangsa 93,91%) yang mengalami kenaikan pertumbuhan tahunan dari triwulan

sebelumnya, meskipun bank syariah juga mengalami pertumbuhan asset yang

91,63

102,59

111,73

102,51

70

80

90

100

110

120

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4*)

2016 2017

Indeks Total

Page 86: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Riau

64

positif dari 12,19% (yoy) menjadi 20,79% (yoy) di triwulan laporan. Bank

konvensional tumbuh sebesar 14,92% (yoy) pada triwulan laporan, lebih tinggi dari

triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar 7,97% (yoy).

Grafik 4.9. Perkembangan Aset Perbankan Riau

Sumber : Bank Indonesia

Sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan aset, pertumbuhan DPK

perbankan Riau pada triwulan I 2017 juga mengalami peningkatan. Pada

triwulan I 2017, DPK tumbuh sebesar 15,40% (yoy), atau meningkat dibandingkan

triwulan IV 2016 yang tumbuh sebesar 7,49% (yoy). Posisi DPK pada triwulan

laporan tercatat sebesar Rp72,22 triliun. Komposisi DPK Riau relatif tidak berubah

dalam kurun waktu lima tahun terakhir, dengan porsi utama berupa tabungan

(46,31%), diikuti oleh deposito (35,75%) dan giro (17,93%).

Grafik 4.10. Perkembangan DPK Perbankan Riau

Sumber : Bank Indonesia

15,26

-20

0

20

40

0

50

100

150

I II III IV I II III IV I

2015 2016 2017

Persen (%)

Rp Triliun Aset Riau g (yoy)

7,49

15,40

-10-50510152025

0

20

40

60

80

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2013 2014 2015 2016 2017

(%)(Rp, T)Giro Tabungan

Deposito g DPK (yoy) -skala kanan

Page 87: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Riau

65

Seiring meningkatnya pertumbuhan aset dan DPK, penyaluran kredit tetap

tumbuh positif meskipun mengalami perlambatan karena faktor musiman.

Pada triwulan I 2017, kredit perbankan Riau tumbuh 2,89% (yoy), melambat

dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 3,28% (yoy). Total kredit

perbankan Riau pada triwulan I 2017 tercatat sebesar Rp57,88 triliun, sedikit lebih

rendah dari outstanding kredit triwulan IV 2016 yang tercatat sebesar Rp58,39

triliun.

Grafik 4.11. Perkembangan Kredit Perbankan Riau

Sumber : Bank Indonesia

Turut dipengaruhi oleh faktor musiman perlambatan kredit di awal tahun, kualitas

kredit perbankan Riau sedikit meningkat pada triwulan laporan. Pada triwulan I

2017, Non-Performing Loan (NPL) berada pada level 3,53%, atau naik tipis

dibandingkan NPL Riau pada triwulan lalu yang tercatat sebesar 3,44%.

Grafik 4.12. Perkembangan Risiko Kredit Perbankan Riau

Sumber : Bank Indonesia

2,89 0

5

10

15

20

0

20

40

60

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2013 2014 2015 2016 2017

(%)(Rp,T)Bank PemerintahBank Swastag Kredit (yoy) -skala kanan

3,53

0,0

2,0

4,0

6,0

-0,5

0,5

1,5

2,5

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2013 2014 2015 2016 2017

(%)(%)

Kurang lancar Diragukan

Page 88: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Riau

66

Loan to deposit ratio (LDR) perbankan Riau pada triwulan I 2017 mengalami

penurunan. LDR pada triwulan laporan tercatat sebesar 80,14%, sedikit lebih

rendah dari triwulan IV 2016 yang tercatat sebesar 87,69%. Penurunan LDR ini

dipengaruhi oleh faktor musiman awal tahun, dimana laju pertumbuhan

penyaluran kredit lebih rendah dibandingkan penghimpunan DPK yang diperoleh

bank.

4.2.1 Perkembangan Bank Umum

4.2.1.1. Perkembangan Penghimpunan DPK

Peningkatan pertumbuhan DPK pada triwulan I 2017 didorong oleh

kenaikan pertumbuhan seluruh jenis DPK. Pertumbuhan deposito perbankan

Riau pada triwulan I 2017 tercatat sebesar 17,46% (yoy) atau naik signifikan

dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 5,39% (yoy).

Pertumbuhan deposito Riau tersebut terutama didorong oleh kenaikan

pertumbuhan deposito swasta menjadi sebesar 80,07% (yoy) dibanding triwulan IV

2016 yang tercatat sebesar 27,71% (yoy). Peningkatan deposito milik pemerintah

juga turut menyumbang kenaikan tersebut, dengan pangsa 17,43% dari

keseluruhan deposito di Riau. Pangsa deposito terhadap keseluruhan DPK pada

triwulan I 2017 tercatat sebesar 35,75%.

Pertumbuhan tabungan pada triwulan laporan tercatat sebesar 16,57% (yoy) atau

naik dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 10,33% (yoy).

Peningkatan tersebut terutama didorong oleh tabungan penduduk perseorangan

yang tumbuh sebesar 16,64% (yoy), naik dari 10,54% (yoy) pada triwulan IV 2016.

Peningkatan tabungan penduduk perseorangan tersebut memberikan dampak

yang besar kepada pertumbuhan tabungan sejalan dengan pangsanya yang besar,

yakni 95,99% dari keseluruhan tabungan di Riau. Pangsa tabungan terhadap total

DPK Riau pada triwulan I 2017 tercatat sebesar 46,31%.

Selain itu, komponen giro juga tercatat mengalami peningkatan pertumbuhan

pada triwulan I 2017 menjadi sebesar 8,75% (yoy) dibandingkan triwulan lalu yang

tercatat sebesar 2,99% (yoy). Peningkatan pertumbuhan tersebut terutama

didorong oleh peningkatan pertumbuhan giro pemerintah meskipun masih negatif

sebesar 11,78% (yoy) pada triwulan laporan, meningkat dibandingkan triwulan lalu

Page 89: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Riau

67

yang tercatat tumbuh -21,81% (yoy). Giro swasta juga mengalami peningkatan

pertumbuhan menjadi 30,01% (yoy), lebih tinggi dari triwulan IV 2016 yang

tercatat sebesar 9,34%. Sementara pangsa giro terhadap keseluruhan DPK tercatat

sebesar 17,93%.

Berdasarkan kepemilikan, peningkatan pertumbuhan DPK pada triwulan I 2017

terutama didorong oleh golongan pemerintah. DPK sektor pemerintah mengalami

perbaikan level kontraksi pada triwulan I 2017 sebesar -0,51% (yoy), atau tidak

sedalam triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar -28,80% (yoy). DPK nasabah

sektor swasta tumbuh sebesar 40,84% (yoy), atau naik signifikan dari triwulan

sebelumnya yang tercatat sebesar 14,25% (yoy). DPK perseorangan, yang memiliki

pangsa terbesar yaitu 71,97% dari keseluruhan DPK, juga tetap tumbuh meningkat

menjadi sebesar 14,36% (yoy), naik dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar

11,03% (yoy).

4.2.1.2. Penyaluran Kredit

Pertumbuhan kredit perbankan Riau sedikit melambat pada triwulan I 2017.

Kredit perbankan pada triwulan I 2017 tercatat mengalami pertumbuhan sebesar

2,89% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar

3,28% (yoy), akibat pengaruh pola musiman dimana penyaluran kredit cenderung

melambat di awal tahun.

Ditinjau berdasarkan sektor ekonomi, penyaluran kredit perbankan Riau pada

triwulan laporan masih didominasi oleh sektor Pertanian dengan pangsa 21,81%

dari total kredit. Sektor utama daerah lainnya, yaitu Industri Perdagangan, juga

memiliki pangsa kredit signifikan sebesar 21,59%, disusul oleh sektor Jasa sebesar

6,04%.

Apabila ditinjau berdasarkan penggunaannya, penyaluran kredit perbankan Riau

pada triwulan laporan masih didominasi oleh kredit konsumsi dengan pangsa

40,79%. Sementara itu, kredit modal kerja dan investasi menempati urutan kedua

dan ketiga dengan pangsa masing-masing sebesar 30,91% dan 28,30% dari total

kredit.

Page 90: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Riau

68

Berdasarkan sektor ekonominya, perlambatan penyaluran kredit Riau di triwulan IV

2016 terjadi hampir pada seluruh sektor, dengan perlambatan terbesar di sektor

pertanian dan perdagangan besar dan eceran. Laju pertumbuhan kredit sektor

pertanian melambat menjadi sebesar 0,66% (yoy) pada triwulan IV 2016, setelah

sebelumnya tumbuh 1,93% (yoy). Laju pertumbuhan kredit untuk sektor industri

perdagangan juga melambat menjadi 2,57% (yoy) pada triwulan laporan, dari

3,89% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Selain sektor perindustrian, seluruh sektor

lainnya mengalami kontraksi atau pertumbuhan negatif, dengan penurunan

terbesar pada sektor pertambangan serta pengangkutan dan pergudangan. Sektor

pertambangan tumbuh -29,90% (yoy) pada triwulan I 2017, lebih dalam

dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar -26,28% (yoy).

Sementara sektor pengangkutan dan pergudangan tumbuh -23,57% (yoy) pada

triwulan laporan, lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar

15,97% (yoy).

4.2.1.3. Perkembangan Suku Bunga Bank Umum

Suku bunga simpanan di bank umum secara umum mengalami

perkembangan yang bervariasi pada triwulan I 2017. Suku bunga simpanan

dalam bentuk deposito sedikit meningkat di triwulan laporan menjadi 6,91% dari

6,80% pada triwulan sebelumnya. Peningkatan suku bunga deposito ini terjadi

pada hampir seluruh tenor, kecuali untuk tenor panjang lebih dari 24 bulan. Suku

bunga giro juga mengalami peningkatan menjadi 2,65% pada triwulan laporan,

lebih tinggi dibandingkan triwulan lalu yang sebesar 2,33%. Berbeda dengan

deposito dan giro, suku bunga tabungan justru sedikit menurun, dari 1,53%

menjadi 1,50%.

Berdasarkan jenis penggunaannya, suku bunga pinjaman pada triwulan I 2017

secara umum mengalami penurunan dibandingkan triwulan IV 2016. Suku bunga

kredit modal kerja pada triwulan laporan tercatat sebesar 12,26%; atau menurun

dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 12,46%. Suku bunga kredit

investasi pada triwulan laporan tercatat sebesar 11,76% atau menurun

dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 11,92%. Sejalan dengan

kredit modal kerja dan kredit investasi, suku bunga kredit konsumsi pada triwulan

Page 91: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Riau

69

laporan juga mengalami penurunan menjadi 12,44%, menurun dibandingkan

triwulan sebelumnya yang sebesar 12,49%.

Berdasarkan sektor ekonominya, penurunan suku bunga perbankan Riau pada

triwulan I 2017 terjadi pada hampir seluruh sektor. Suku bunga kredit sektor

perdagangan besar dan eceran pada triwulan I 2017 mengalami penurunan

dibandingkan triwulan IV 2016, yakni dari 11,50% menjadi sebesar 11,29%. Suku

bunga kredit sektor industri pertanian juga mengalami penurunan pada triwulan

laporan dari 11,86% di triwulan lalu menjadi 11,48%. Suku bunga kredit sektor

lainnya juga juga mengalami penurunan, kecuali sektor listrik gas dan air yang

mengalami peningkatan suku bunga dari 10,20% menjadi 10,35%.

4.2.1.4. Kualitas Penyaluran Kredit/Pembiayaan Bank Umum

Kualitas kredit Riau pada triwulan I 2017 sedikit menurun dibandingkan

triwulan sebelumnya. Non Performing Loan (NPL) sebagai indikator kualitas

kredit yang disalurkan perbankan pada periode ini tercatat sebesar 3,53% atau

naik tipis dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 3,44%. Diiringi

oleh pola musiman penyaluran kredit yang cenderung melambat di awal tahun,

risiko kredit perbankan ini terkesan meningkat cukup tinggi secara rasio, namun

secara nominal peningkatan NPL cukup wajar, yaitu naik 2% dari nominal triwulan

sebelumnya. Secara umum, rasio NPL ini masih berada dalam batas wajar rasio

non-performing loan (NPL).

Berdasarkan sektor ekonominya, penurunan kualitas kredit perbankan Riau pada

triwulan I 2017 terutama didorong oleh sektor perdagangan, restoran dan hotel

yang merupakan sektor dominan. NPL sektor ini pada triwulan laporan tercatat

sebesar 5,48%; atau naik dari triwulan lalu yang sebesar 5,15%. NPL sektor

konstruksi juga mengalami penurunan dari 6,28% pada triwulan IV 2016 menjadi

8,04% pada triwulan I 2017.

4.2.2 Perkembangan Perbankan Syariah

Industri perbankan syariah pada triwulan I 2017 di Riau menunjukkan

pertumbuhan yang meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya.

Page 92: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Riau

70

Pertumbuhan aset perbankan syariah di triwulan I 2017 meningkat dari 12,30%

(yoy) pada triwulan IV 2016 menjadi 20,91% (yoy).

Grafik 4.13. Perkembangan Aset Perbankan

Syariah

Grafik 4.14. DPK Perbankan Syariah Menurut Jenis Simpanan

Sumber : Bank Indonesia Sumber : Bank Indonesia

Sejalan dengan pertumbuhan aset, laju pertumbuhan DPK perbankan syariah Riau

juga mengalami peningkatan pada triwulan I 2017. DPK perbankan syariah Riau

mencatatkan pertumbuhan sebesar 15,80% (yoy); atau meningkat dibandingkan

triwulan sebelumnya yang tercatat 12,34% (yoy). Tabungan masih mendominasi

struktur DPK perbankan Syariah dengan pangsa 53,04%, disusul oleh Deposito dan

Giro dengan pangsa masing-masing sebesar 37,06% dan 9,89%.

Sementara itu, pada triwulan I 2017 pembiayaan perbankan syariah Riau tumbuh

sebesar 23,19% (yoy); meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar

22,98% (yoy). Pembiayaan jenis Konsumsi dengan pangsa terbesar (51,59%)

memiliki laju pertumbuhan yang meningkat di triwulan I 2017, yaitu dari 22,81%

(yoy) pada triwulan IV 2016 menjadi sebesar 25,43% (yoy). Selain itu, pembiayaan

Modal Kerja (pangsa 17,20%) juga turut menyumbang pertumbuhan pembiayaan

perbankan syariah Riau dengan laju sebesar 4,90% (yoy), lebih tinggi dibandingkan

pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 2,67% (yoy).

Sebaliknya, pembiayaan Investasi (pangsa 31,20%) mengalami perlambatan

pertumbuhan dari sebesar 37,69% (yoy) pada triwulan IV 2016 menjadi 31,99%

(yoy). Namun demikian kualitas pembiayaan syariah yang tercermin dari Non

Performing Financing (NPF) sedikit menurun. Indikator NPF menunjukkan kenaikan

dari 4,18% di triwulan IV 2016 menjadi 4,29% di triwulan laporan.

Page 93: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Riau

71

Sejalan dengan laju pertumbuhan pembiayaan yang lebih tinggi dibandingkan

dengan peningkatan DPK, angka Financing to Deposit Ratio (FDR) perbankan

syariah Riau pada triwulan I 2017 mengalami peningkatan ke level 101,92% dari

100,24% di triwulan IV 2016.

Grafik 4.15. Pertumbuhan Pembiayaan Perbankan Syariah

Berdasarkan Jenis Penggunaan

Sumber : Bank Indonesia

4.2.3 Perkembangan Kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Aset BPR di Provinsi Riau pada triwulan I 2017 tumbuh positif. Pertumbuhan

aset BPR pada triwulan laporan tercatat sebesar 10,27% (yoy), lebih tinggi

dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 8,28% (yoy).

Sejalan dengan pergerakan tumbuh aset BPR di Riau, pertumbuhan DPK BPR Riau

pada triwulan I 2017 mengalami peningkatan. Pertumbuhan DPK BPR pada

triwulan laporan tercatat sebesar 13,40% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan

sebelumnya yang tumbuh sebesar 12,11% (yoy). Peningkatan pertumbuhan

tersebut didorong terutama oleh komponen deposito (pangsa 63,23%) yang naik

sebesar 17,28% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 17,20% (yoy).

Selain itu, komponen tabungan (pangsa 36,77%) juga tumbuh lebih tinggi pada

triwulan laporan, sebesar 7,29% (yoy) dari 4,37% (yoy) pada triwulan yang lalu.

Page 94: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Riau

72

Grafik 4.16. Perkembangan Aset BPR/S Grafik 4.17. Perkembangan DPK BPR/S

Sumber : Bank Indonesia Sumber : Bank Indonesia

Di sisi penyaluran kredit, pertumbuhan kredit BPR Riau pada triwulan I 2016

tumbuh positif namun melambat, seiring pola musiman kredit. Pertumbuhan kredit

BPR Riau pada triwulan laporan tercatat sebesar 3,86% (yoy), lebih tinggi

dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 5,53% (yoy). Perlambatan

pertumbuhan tersebut disumbang oleh seluruh jenis penggunaan kredit. Kredit

modal kerja konsumsi BPR Riau tumbuh sebesar 2,56% (yoy) pada triwulan

laporan, lebih rendah dari sebesar 4,01% (yoy) pada triwulan lalu. Kredit investasi

BPR Riau mengalami kontraksi sebesar 1,70% (yoy) pada triwulan laporan, yang

pada triwulan sebelumnya tumbuh positif sebesar 0,10% (yoy). Sementara itu,

kredit konsumsi pada triwulan laporan tumbuh melambat dari 10,36% (yoy) di

triwulan lalu menjadi sebesar 8,33% (yoy).

Bila ditinjau berdasarkan sektor ekonominya, perlambatan pertumbuhan kredit BPR

Riau pada triwulan laporan terutama disumbang oleh kredit sektor pertanian,

sebagai kredit sektoral dengan pangsa terbesar, yang mengalami kontraksi sebesar

-0,38% (yoy), dari tumbuh positif 1,94% (yoy) pada triwulan lalu.

Page 95: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Riau

73

Grafik 4.18. Perkembangan Kredit BPR/S

Sumber : BPS Provinsi Riau, diolah.

Grafik 4.19. Perkembangan NPL BPR/S

Sumber : BPS Provinsi Riau, diolah.

NPL BPR Riau pada triwulan I 2017 sedikit meningkat dibandingkan triwulan

sebelumnya. Pada triwulan laporan NPL BPR Riau tercatat sebesar 14,97%; lebih

tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 13,21%. Sementara itu,

indikator Loan to Deposit Ratio (LDR) BPR Riau pada triwulan laporan turun dari

sebelumnya 97,34% pada triwulan IV 2016 menjadi 93,79% pada triwulan

laporan. Penurunan rasio disebabkan oleh DPK yang tumbuh lebih tinggi

dibandingkan Kredit.

4.2.4 Perkembangan Kredit Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM)

Peran perbankan dalam membiayai kegiatan UMKM di Riau pada triwulan I

2017 sedikit menurun dibandingkan triwulan IV 2016. Kredit UMKM Provinsi

Riau tercatat tumbuh sebesar 1,34% (yoy) di triwulan laporan, atau melambat

dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 2,51% (yoy). Riau

merupakan provinsi dengan pangsa penyaluran kredit UMKM terbesar ketiga di

regional Sumatera yaitu sebesar 11,50%, setelah Sumatera Utara dan Sumatera

Selatan dengan pangsa masing-masing sebesar 34,4% dan 14,0%.

Page 96: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Riau

74

Grafik 4.20 Perkembangan dan Pertumbuhan

Kredit UMKM

Tabel 4.21. Pangsa Kredit UMKM Pulau Sumatera

Sumber : Bank Indonesia Sumber : Bank Indonesia

Berdasarkan kategori debitur, kredit UMKM perbankan Riau disalurkan berimbang,

dengan yang terbesar ke usaha Kecil dengan porsi 38,76% dari total kredit yang

diberikan kepada UMKM. Sementara itu, kredit yang disalurkan ke usaha Mikro

dan usaha Menengah memiliki pangsa masing-masing sebesar 30,69% dan

30,55%. Kredit yang disalurkan ke usaha Mikro pada triwulan I 2017 melambat

sebesar 6,09% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 9,84% (yoy).

Hampir sejalan dengan kredit ke 0,35% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya

yang tumbuh 3,90% (yoy). Sementara itu, laju kredit yang disalurkan ke usaha

Menengah pada triwulan laporan menunjukkan kondisi yang positif, dengan

pertumbuhan di triwulan I 2017 sebesar negatif 1,84% (yoy), meningkat dari

triwulan IV 2016 yang tercatat sebesar negatif 5,43% (yoy).

Berdasarkan lapangan usahanya, perlambatan kredit UMKM Riau pada triwulan I

2017 terutama didorong oleh kinerja sektor perdagangan. Kredit UMKM sektor

perdagangan tercatat tumbuh sebesar 2,88% (yoy) pada triwulan laporan, atau

melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 5,87%.

Pertumbuhan kredit UMKM sektor konstruksi juga mengalami perlambatan pada

triwulan laporan menjadi sebesar 14,15% (yoy) atau melambat dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 27,31% (yoy). Selain itu, pertumbuhan

kredit UMKM sektor listrik, gas dan air tercatat negatif sebesar 65,04% (yoy) atau

Kredit

UMKM

(Rp, triliun)

Aceh 9.66 5.5%

Sumatera Utara 60.19 34.4%

Sumatera Barat 14.83 8.5%

Riau 20.17 11.5%

Jambi 11.03 6.3%

Sumatera Selatan 24.52 14.0%

Bengkulu 5.78 3.3%

Lampung 17.04 9.7%

Kep. Bangka Belitung 4.09 2.3%

Kep. Riau 7.83 4.5%

Total Sumatera 175.14 100.0%

1,018

17.2%

Pangsa Kredit

UMKM Pulau Sumatera

Pangsa P. Sumatera terhadap Nasional

Kredit UMKM Nasional (Rp, triliun)

Page 97: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Riau

75

turun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang masih tumbuh positif

sebesar 75,41% (yoy).

Risiko kredit UMKM pada triwulan I 2017 sedikit meningkat dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya. Non Performing Loan (NPL) kredit UMKM di Riau pada

triwulan laporan tercatat sebesar 6,54%, lebih tinggi dari triwulan sebelumnya

sebesar 6,26%. Angka ini lebih tinggi dibandingkan NPL kredit UMKM nasional

triwulan IV 2016 yang tercatat sebesar 4,12%, dan NPL Provinsi-Provinsi lainnya di

Pulau Sumatera yang tercatat sebesar 5,20%.

Grafik 4.22. Perkembangan Kredit UMKM

Berdasarkan Segmen

Grafik 4.23. Perkembangan NPL Kredit UMKM

Sumber : Bank Indonesia Sumber : Bank Indonesia

Bila ditinjau berdasarkan pangsanya, porsi kredit UMKM perbankan di Riau

terhadap total kredit yang diberikan pada triwulan I 2017 sedikit menurun menjadi

34,85%, dari sebelumnya sebesar 34,91%. Penyaluran kredit UMKM di Riau

mayoritas ditujukan kepada sektor perdagangan (46,18%), diikuti sektor industri

pertanian (32,76%), dan sektor jasa (9,30%).

Page 98: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

Riau pada HUT Provinsi Riau ke 58 dengan menggunakan tagline Riau the Homeland of

Melayu. Promosi pariwisata di Provinsi Riau dilatarbelakangi oleh karakteristik Provinsi

Riau yang kuat dengan aspek kebudayaan Melayu dan Islamnya, merupakan asal

kerajaan Melayu tua (yang tertua adalah kerajaan Muara Takus, muncul pada abad ke 4,

terletak di garis khatulistiwa dan tepat di tengah Pulau Sumatera). Riau dikelilingi oleh

empat 4 sungai besar: Sungai Siak, Kampar, Indragiri dan Batang kuantan. Keempat

sungai ini mempunyai sejarah peradaban dan kebudayaan tersendiri.

Riau memiliki sejumlah objek atau event wisata dengan karakter unik baik di domestik

maupun mancanegara. Untuk tahun 2016-2017, beberapa yang dipromosikan antara

lain:

1. Bono: di Pelalawan (Sungai Kampar) dan Rokan Hilir (Sungai Rokan), ombak yang

bisa digunakan untuk surfing.

2. Bakar Tongkang: di Bagansiapiapi, setiap tanggal 16 bulan 5 penanggalan Imlek,

merupakan upacara tradisional masyarakat keturunan Tionghoa, dihadiri oleh

masayarakat domestik dan mancanegara karena memiliki nilai sejarah yang unik.

3. Pacu Jalur: di Kuantan Singingi, setiap peringatan hari kemerdekaan RI, diikuti 40-

60 orang pendayung yang berpacu Jalur sekitar 15-30 meter dengan lebar 1,5

meter.

Riau termasuk dalam Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun

2010 2025 (PP No. 50 Tahun 2011): Kawasan Pengembangan Pariwisata Nasional

(KPPN) dan Destinasi Pariwisata Nasional (DPN): DPN Pekanbaru Rupat , KPPN Muara

Takus Kampar, KPPN Pekanbaru Kota, KPPN Rupat Bengkalis, KPPN Pulau Jemur

Rokan Hilir, KPPN Siak Inderapura.

Kerjasama yang saat ini dilakukan antara lain:

1. Kerjasama memajukan Pariwisata antara Indonesia - Thailand Malaysia - Srilanka -

China. Menjajaki konsorsium flight utk kseimbangan kunjungan wisatawan untuk 6

Boks Pengembangan Pariwisata dan Ekonomi

Kreatif Riau

Page 99: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

kota: Pekanbaru, Colombo, Penang, Phuket, Bangkok, Wuhan. Target 2017: 1 juta

wisatawan (jumlah wisatawan 2016: 66 ribu; 2015: 47 ribu).

2. Kerjasama dengan Garuda Indonesia untuk mempromosikan pariwisata Riau di bulan

April 2017.

3. CSR dari sejumlah BUMN (BRI, Telkom dsb.) untuk membantu mempromosikan

objek-objek wisata potensial.

Selain itu, dalam mendukung program pengembangan kemitraan pariwisata, sedang

dilakukan pengembangan usaha masyarakat di bidang kuliner, dengan mengedepankan

menu makanan dari komoditas sagu (saat ini sudah terdapat 369 menu makanan sagu

dan sudah mendapatkan rekor MURI, lebih tinggi dari Papua yang memiliki 309 menu).

Kopi Liberika (dari lahan gambut Meranti) juga dipromosikan, yang sudah dinyatakan

sebagai hasil pertanian terbaik oleh Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual Nasional RI

(sudah memiliki sertifikat Indikator Geografis). Disisi lain, untuk mendukung program

pengembangan ekonomi kreatif berbasis seni budaya, saat ini sedang dilakukan

pengembangan seni pertunjukan masyarakat tradisional (salah satunya adalah Zapin Api).

Adapun kendala utama pengembangan industri pariwisata (untuk memenuhi aspek

attractive, accessibility dan amenities sebagai syarat wajib destinasi wisata) adalah:

1.

dilakukan program peningkatan partisipasi masyarakat di bidang pariwisata dalam

bentuk kegiatan dan lomba, seperti Lomba Sapta Pesona, Lomba Sadar Wisata, dan

Pengembangan Homestay di kawasan-kawasan wisata setiap kabupaten/kota.

2. Investasi infrastruktur. Masih terbatasnya akses transportasi menuju daerah wisata,

relatif buruknya jalan dalam kondisi baik sehingga memperlambat waktu tempuh,

dan belum tersedianya fasilitas penginapan yang memadai.

3. Usaha ekonomi kreatif di Provinsi Riau cukup berpotensi terutama di kalangan

mahasiswa, (desain grafis, animasi dsb, dengan client yang berasal dari domestik dan

mancanegara (Eropa)). Untuk pengembangan ekonomi kreatif, yang menjadi

kendala adalah tidak teradministrasikannya pelaku usaha, sehingga fokus saat ini

lebih dititikberatkan pada pendataan dan mengumpulkan pelaku usaha tersebut

dalam suatu perkumpulan.

Page 100: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Asesmen Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah

87

1. Kondisi Umum Sistem Pembayaran Tunai dan Non Tunai

Perkembangan transaksi pembayaran tunai di Provinsi Riau pada triwulan I 2017

tercatat mengalami net outflow, hal ini sedikit berbeda dengan kondisi yang terjadi

pada triwulan yang sama pada tahun sebelumnya. Apabila dibandingkan dengan

triwulan I 2016, transaksi pembayaran tunai di Provinsi Riau mencatat

pertumbuhan outflow hingga 238%. Secara umum pada triwulan I 2017 terjadi

peningkatan inflow sebesar Rp455 miliarMiliarmiliar atau meningkat hingga

78,04% (qtq) jika dibandingkan dengan triwulan IV 2016, sementara outflow

tercatat mengalami penurunan sebanyak Rp1,08 triliuntTriliun atau turun hingga

Bab 5 ASESMEN PENYELENGGARAAN

SISTEM PEMBAYARAN DAN

PENGELOLAAN UANG

RUPIAH

Page 101: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Asesmen Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah

88

44,31% (qtq) yang utamanya didorong oleh seasonal factor akibat masih

rendahnya konsumsi pemerintah dan masyarakat di awal tahun anggaran. Apabila

dibandingkan dengan posisi triwulan I pada tahun 2016, arus uang masuk (inflow)

meningkat sebesar 20,.20% (yoy), sejalan dengan arus uang keluar (outflow) yang

juga meningkat drastis sebesar 54,.62% (yoy). Sementara itu, transaksi non tunai

melalui kliring mengalami penurunan baik dari sisi nominal maupun volume.

Dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, transaksi kliring dari

sisi nominal dan volume mengalami kontraksi secara berturut-turut sebesar

10,,75% dan 9,03% (yoy).

2. Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai

2.1. Aliran Uang Masuk dan Keluar (Inflow Outflow)

Perkembangan peredaran

uang kartal di Provinsi Riau

dapat terlihat dari

pergerakan arus uang

masuk (inflow) dan arus

uang keluar (outflow).

Sesuai dengan pola

seasonalnya, penarikan

uang kartal (outflow)

menurun signifikan

(outflow) dari Rp5,52

triliunTtriliun pada tTriwulan

IV 2016 menjadi Rp3,.07 triliunTtriliun pada triwulan I 2017, atau menurun

dibanding Triwulan sebelumnya sebesar 44,31% (qtq). Kondisi ini tersebut disertai

dengan peningkatan jumlah setoran tunai (inflow) pada tTriwulan I 2017

dibandingkan dengan tTriwulan sebelumnya yaitu Rp1,52 triliunTtriliun menjadi

Rp2,709 triliunTtriliun atau meningkat 78,04% (qtq).

Penurunan jumlah penarikan uang kartal (outflow) pada tTriwulan I 2017 utamanya

didorong oleh seasonal factor akibat masih rendahnya pengeluaran konsumsi

pemerintah pada awal tahun anggaran serta masih rendahnya konsumsi

masyarakat di awal tahun dibandingkan tTriwulan sebelumnya yang cukup tinggi

akibat perayaan Nnatal dan Tpergantian tahun Baru. Penurunan jumlah outflow ini

Grafik 5.1. Perkembangan Inflow dan Outflow di Provinsi Riau

Sumber : Bank Indonesia

-265 366

(7.000)

(5.000)

(3.000)

(1.000)

1.000

3.000

5.000

I II III IV I II III IV I II III IV I

2014 2015 2016 2017

Rp Miliar Inflow Outflow Net Cashflow

Commented [HS1]: axis kanan satuannya apa ya? dan siapa yang menggunakan axis kanan??

Commented [HS2]: kalau di word koma, koma aja ya jangan

diganti titik

Page 102: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Asesmen Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah

89

juga diikuti oleh peningkatan jumlah setoran tunai (inflow) pada tTriwulan I 2017

dikarenakan masih rendahnya konsumsi pemerintah dan kebutuhan masyarakat di

awal tahun anggaran. Hal ini menyebabkan, secara umum pada tTriwulan I 2017,

perkembangan transaksi tunai di Provinsi Riau hanya mencatat net cash outflow

sebesar Rp366 miliarMiliarmiliar.

Grafik 5.2. Perkembangan Inflow dan Outflow Triwulan IV-2016

Sumber : Bank Indonesia

Apabila dilihat dari sisi permintaan, kebutuhan uang oleh masyarakat tercermin dari

pergerakan aliran uang outflow. Sesuai dengan polanya, permintaan uang sangat

dipengaruhi oleh pengeluaran konsumsi entitas ekonomi seperti pemerintah dan

rumah tangga termasuk organisasi masyarakat (LNPRT). Hal tersebut dapat terlihat

pada grafik 5.3, yang menggambarkan pertumbuhan permintaan uang yang

direpresentasikan oleh aliran outflow secara historis selama tiga tahun terakhir

yang pergerakannya searah dengan pertumbuhan pengeluaran entitas ekonomi

pada umumnya.

Untuk ttahun Triwulan I tahun 2017 terjadi penurunan pertumbuhan aliran outflow

secara tajam dibandingkan tTriwulan IV sebelumnya hingga yang mencapai

Rp1,086 triliuntTriliun atau turun hingga 44,31% (qtq). Hal tersebut dipengaruhi

oleh turunnya pengeluaran entitas ekonomi antara lain menurunnya tingkat

pengeluaran konsumsi pemerintah pada tTriwulan I 2017 dikarenakan

terlambatnya penetapan APBD sehingga pada awal tahun anggaran masih minim

rencana belanja pemerintah yang terealisasi. Berdasarkan data BPKAD Provinsi Riau

2.709

(3.074)

366

(4.000)

(3.000)

(2.000)

(1.000)

-

1.000

2.000

3.000

Rp. Miliar Inflow Outflow Net Cashflow

Commented [HS3]: net cash outflow atau net outflow

Page 103: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Asesmen Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah

90

hingga triwulan I 2017 realisasi belanja pemerintah masih relatif rendah yaitu hanya

mencapai 5,11% dari total yang dianggarkan. Adapun dari total realisasi belanja

daerah tersebut 47% nya adalah realisasi belanja untuk pegawai baik belanja

langsung maupun tidak langsung yang lebih bersifat administratif. Dari sisi

masyarakat terjadi penurunan permintaan uang tunai dibandingkan tTriwulan IV

2016 yang tinggi akibat perayaan hari raya Nnatal dan Tahun Baru, persiapan

menjelang akhir tahun dan libur sekolah.

Grafik 5.3. Pergerakan Pertumbuhan Konsumsi (qtq) dan Outflow (qtq) di Provinsi Riau

-2

-1,5

-1

-0,5

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

-100

-50

0

50

100

150

200

250

300

I II III IV I II III IV I II III IV I

2014 2015 2016 2017

% Kons RT% Outflow Outflow Pengeluaran Konsumsi RumahTangga

-6-5-4-3-2-10123456

-300

-200

-100

0

100

200

300

I II III IV I II III IV I II III IV I

2014 2015 2016 2017

% Kons LNPRT% Outflow Outflow Pengeluaran Konsumsi LNPRT

Commented [HS4]: judul grafik dibedakan 3 ya

Page 104: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Asesmen Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah

91

Sumber : Bank Indonesia

Berdasarkan Grafik 5.3 dapat terlihat bahwa selain tingkat pengeluaran konsumsi

rumah tangga, tingkat pengeluaran pemerintah juga memiliki pengaruh yang

sangat signifikan terhadap permintaan uang tunai dengan proporsi yang dominan

dibandingkan tingkat pengeluaran masyarakat pada umumnya.

2.2. Penyediaan Uang Kartal Layak Edar

Dalam melaksanakan fungsi dan wewenang mengeluarkan dan mengedarkan uang

Rupiah di wilayah Indonesia, Bank Indonesia senantiasa berupaya untuk memenuhi

kebutuhan uang kartal masyarakat dalam nominal yang cukup, jenis pecahan yang

sesuai serta tepat waktu dan layak edar (fit for circulation), maka secara berkala

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Riau melakukan pelayanan baik secara

langsung maupun tidak langsung melalui perbankan. Pelayanan secara langsung

dilakukan dalam bentuk kas keliling dan program/gerakan peduli uang lusuh.

Untuk meningkatkan kualitas uang beredar di masyarakat, KPw BI Provinsi Riau

melakukan kerjasama dengan 48 Bank Umum di Provinsi Riau untuk melayani

masyarakat dalam hal penukaran uang lusuh. Selain itu Kantor Perwakilan Bank

Indonesia Provinsi Riau juga rutin melakukan kegiatan kas keliling wholesale untuk

perbankan dan kas keliling retail untuk melayani masyarakat umum di Provinsi Riau.

Upaya lain yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Riau

secara tidak langsung untuk memenuhi uuang llayak bereedar di Provinsi Riau

adalah dengan membuka kas titipan di perbankan. Kas titipan diharapkan dapat

membantu Bank Indonesia untuk mendukung penyebaran uang layak edar agar

-35

-25

-15

-5

5

15

25

35

-350

-250

-150

-50

50

150

250

350

I II III IV I II III IV I II III IV I

2014 2015 2016 2017

% Kons Pmrt% Outflow Outflow Pengeluaran Konsumsi Pemerintah

Commented [HS5]: maksudnya dengan proporsi yang dominan????

Page 105: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Asesmen Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah

92

dapat didistribusikan sampai ke pelosok pelosok daerah. Kas titipan yang sudah

beroperasi normal berada di Kota Dumai dengan plafon sebesar Rp100

miliarMiliarmiliar sejak tTriwulan IV 2016 yang sebelumnya hanya sebesar Rp50

miliarMiliarmiliar. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Riau juga telah

membuka kas titipan baru yang mulai beroperasi pada tTriwulan IV 2016 di kKota

Rengat (Rokan Hulu) dengan plafon sebesar Rp100 miliarMiliarmiliar.

Terkait dengan upaya menjaga kualitas uang yang beredar, Kantor Perwakilan Bank

Indonesia Provinsi Riau secara rutin melakukan kegiatan pemusnahan Uang Tidak

Layak Edar (UTLE) yang diterima dari setoran bank maupun penukaran uang dari

masyarakat. Adapun untuk jumlah UTLE yang dimusnahkan oleh Kantor Perwakilan

Bank Indonesia Provinsi Riau pada triwulan I 2017 tercatat sebesar Rp1,56

triliuntTriliun, meningkat 103,57% (qtq), dengan rasio UTLE terhadap inflow

sebesar 57,64%. Meningkatnya pemusnahan UTLE secara signifikan pada triwulan I

2017 tersebut sejalan dengan peningkatan jumlah inflow pada tTriwulan laporan

hingga 78,04%(qtq) dibanding tTriwulan sebelumnya.

Grafik 5.4. Perkembangan UTLE yang Dimusnahkan

Sumber : Bank Indonesia

2.3. Uang Rupiah Tidak Asli

Bank Indonesia terus berupaya untuk mengantisipasi penggunaan dan peredaran

uang Rupiah palsu salah satunya selain melakukan koordinasi yang intensif dan

-50

0

50

100

150

200

250

300

350

(500)

-

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

3.500

I II III IV I II III IV I II III IV I

2014 2015 2016 2017

(%)Rp MiliarUTLE (miliar) Inflow (miliar)Rasio UTLE/Inflow (%) g - yoy UTLE (%)

Page 106: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Asesmen Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah

93

rutin dengan berbagai pihak (termasuk kepolisian), Bank Indonesia juga berupaya

untuk meningkatkan tingkat keamanan uang Rupiah melalui peresmian uang

Rupiah tahun emisi 2016 dengan feature pengaman yang lebih canggih

dibandingkan sebelumnya di bulan Desember 2016.

Dalam upaya meningkatkan kesadaran masyarakat dalam mengidentifikasi keaslian

uang rupiah, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Riau juga secara rutin

melakukan sosialisasi mengenai ciri-ciri keaslian uang rupiah kepada masyarakat di

beberapa daerah termasuk kalangan perbankan melalui prinsip 3D (Dilihat, Diraba,

Diterawang). Hingga bulan Maret 2017, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi

Riau telah melakukan sosialisasi CIKUR sebanyak 6 kali melalui kunjungan industri

yang dilakukan oleh sekolah-sekolah maupun event khusus seperti Expo di

beberapa daerah dan kegiatan Car Free Day.

Jumlah uang rupiah tidak asli yang ditemukan oleh Kantor Perwakilan Bank

Indonesia Provinsi Riau pada Triwulan I-2017 tercatat hanya sebanyak 55 lembar,

menurun siginifikan apabila dibandingkan dengan tTriwulan IV-2016 yang tercatat

sebanyak 171 lembar. Uang rupiah tidak asli yang dikonfirmasi oleh Kantor

Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Riau tersebut terdiri dari 32 lembar menyerupai

pecahan Rp100 ribu dan 23 lembar menyerupai pecahan Rp50 ribu. Penemuan

tersebut berdasarkan permintaan klarifikasi perbankan dan masyarakat serta

setoran bank-bank ke Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Riau.

Grafik 5.5. Perkembangan Peredaran Uang Rupiah Tidak Asli di Provinsi Riau

Sumber : Bank Indonesia

3. PERKEMBANGAN TRANSAKSI PEMBAYARAN NON TUNAI

-85.09

31.06

134,13

-100

0

100

200

300

400

500

-100

0

100

200

300

400

500

I II III IV I II III IV I II III IV I

2014 2015 2016 2017

(% yoy)LembarLembar Uang Palsu Growth Lembar Uang Palsu

Page 107: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Asesmen Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah

94

3.1. Transaksi Kliring

Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk melihat aktivitas ekonomi di

suatu daerah selain melalui peredaran uang tunai juga dapat melalui transaksi non

tunai yang tercatat di daerah tersebut. Bank Indonesia memiliki SKNBI (Sistem

Kliring Nasional Bank Indonesia) sebagai sarana transfer dana non tunai secara ritel

baik yang dilakukan oleh Bank Indonesia maupun penyelenggara kliring lokal yang

ditunjuk oleh Bank Indonesia.

Berdasarkan pencatatan yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Riau, pada triwulan I 2017 transaksi non tunai dengan menggunakan

sistem kliring di Provinsi Riau secara umum men urun, baik dari segi nominal

transaksi maupun jumlah warkat yang digunakan. Nilai transaksi kliring pada

tTriwulan I 2017 tercatat sebesar Rp6,149 triliuntriliun dengan volume transaksi

mencapai 190.181 lembar, menurun jika dibandingkan tTriwulan IV 2016 yang

nilainya tercatat sebesar Rp6,607 triliuntriliun dengan volume transaksi 201.373

lembar. Penurunan transaksi kliring pada periode laporan dikarenakan menurunnya

transaksi terkait seasonal factor dimana tTriwulan I anggaran masih dalam tahap

droping dari pemerintah Provinsi kepada masing-masing Organisasi Perangkat

Daerah (OPD)SKPD-SKPD daerah dan pada awal tahun anggaran proyek pekerjaan

masih dalam tahap pemilihan tender.

Grafik 5.6. Perkembangan Nilai Transaksi Kliring di Provinsi Riau

Sumber : Bank Indonesia

Grafik 5.7. Perkembangan Volume Transaksi Kliring di Provinsi Riau

S Sumber : Bank Indonesia

Terjadinya penurunan transaksi pembayaran dengan kliring baik dari segi nominal

transaksi maupun jumlah warkat yang digunakan, diikuti pula dengan penurunan

-30

-25

-20

-15

-10

-5

0

5

10

(3.000)

(1.500)

-

1.500

3.000

4.500

6.000

7.500

9.000

I II III IV I II III IV I II III IV I

2014 2015 2016 2017

(%)-yoyRp. Miliar Nominal Kliring (lhs)

-25

-15

-5

5

15

25

(25.000) (5.000) 15.000 35.000 55.000 75.000 95.000

115.000 135.000 155.000 175.000 195.000 215.000 235.000 255.000 275.000

I II III IV I II III IV I II III IV I

2014 2015 2016 2017

(%-yoy)WarkatWarkat Kliring (lhs)

Page 108: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Asesmen Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah

95

nilai rata-rata transaksi per warkat dibandingkan tTriwulan sebelumnya yaitu dari

Rp32,81 juta menjadi 32,33 juta per warkat atau menurun 1,45% (qtq).

3.2. Layanan Keuangan Digital (LKD)

Dalam upaya melaksanakan fungsi dan tugasnya sebagai penyelenggara sistem

pembayaran, Bank Indonesia berupaya untuk selalu mengembangkan alat

pembayaran yang semakin dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat baik

secara tunai maupun non tunai. Sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan

layanan keuangan terutama non tunai, Bank Indonesia mendukung

penyelenggaraan LKD (Layanan Keuangan Digital) yang berpotensi besar dalam

menjangkau seluruh pelosok Indonesia.

Definisi LKD sebagaimana tertuang dalam Peraturan Bank Indonesia 16/8/PBI/2014

tentang Uang Elektronik (Electronic Money) adalah kegiatan layanan jasa sistem

pembayaran dan keuangan yang dilakukan melalui kerjasama dengan pihak ketiga

serta menggunakan sarana dan perangkat teknologi berbasis mobile/web dalam

rangka keuangan inklusif. LKD akan memberikan kesempatan kepada masyarakat

yang tidak terjangkau oleh layanan resmi perbankan seperti kantor cabang bank

atau ATM (unbanked) untuk mendapatkan layanan keuangan yang efisien, aman

dan cepat.

Fasilitas LKD memberikan manfaat baik bagi konsumen maupun penyedia layanan.

Bagi konsumen, fasilitas LKD memungkinkan transaksi keuangan dilakukan dengan

efisien, aman dan cepat. Dengan memanfaatkan teknologi, transaksi keuangan

dapat dilakukan dengan biaya transaksi serta risiko kehilangan uang yang lebih

rendah. Sedangkan bagi penyelenggara/penyedia layanan, LKD memberikan

peluang untuk dapat mengakses pasar yang baru serta memperkenalkan layanan

baru untuk transaksi bernilai kecil dengan frekuensi tinggi. Selain itu, layanan

tersebut juga dapat mendorong pengembangan pelayanan, khususnya pada

produk inti. Dengan demikian bagi penyedia layanan selain dapat menjadi sumber

pendapatan baru, kegiatan ini juga memberi peluang untuk cross selling antar

penyedia layanan. Sedangkan bagi masyarakat, fasilitas LKD dapat membantu

masyarakat serta pengusaha mikro kecil, yang paling rentan dengan transfer tunai

sebagai salah satu alat pembayaran non-tunai serta menghindari .

Penyelenggaraan LKD dapat dilakukan bank dengan agen LKD badan hukum

maupun agen LKD individu. Khusus untuk implementasi LKD menggunakan agen

Page 109: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Asesmen Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah

96

LKD individu, hingga saat ini di Provinsi Riau telah terdapat 3 (tiga) bank yang

memberikan layanan LKD kepada masyarakat berbasis uang elektronik antara lain

Bank Rakyat Indonesia, Bank Mandiri, dan Bank Nasional Indonesia dan hingga

Maret 2017 jumlah agen LKD di Provinsi Riau adalah sebanyak 4284 agen.

Saat ini LKD di Provinsi Riau sudah tersebar hampir di seluruh kabupaten/kota yang

ada meskipun secara umum rasio penyebarannya masih terpusat di daerah

kabupaten/kota dengan tingkat pangsa PDRB yang tinggi seperti Kota Pekanbaru,

Kampar, Bengkalis dan Siak dengan total rasio sebesar 63,64%. Adapun daerah

dengan jumlah agen terbanyak berada di Kota Pekanbaru sebanyak 1.179 agen,

sedangkan daerah dengan jumlah agen terendah berada di Kabupaten Kuantan

Singingi yaitu sebanyak 124 agen (pangsa 3,78%).

Di tahun 2017,

sebagai salah satu

upaya penggalakan keuangan inklusif dan pengembangan LKD, Bank Indonesia

melalui salah satu program strategisnya akan melakukan monitoring penyaluran

bantuan sosial (bansos) non tunai dan optimalisasi pemanfaatan LKD, melakukan

perluasan pelaksanaan program edukasi keuangan dalam rangka elektronifikasi

dan keuangan inklusif kepada masyarakat termasuk penyaluran bansos, melakukan

perluasan program elektronifikasi transaksi penerimaan dan pembayaran

pemerintah di daerah serta melakukan implementasi penerapan LKD di Pondok

Pesantren. Upaya menggalakkan LKD yang selaras dengan program pemerintah

sangat penting untuk dilakukan. Dengan bersinergi serta memfasilitasi program

pemerintah seperti Bantuan Pangan Non Tunai, Program Keluarga Harapan (PKH)

Grafik 5.8. Jumlah Agen LKD Spasial Provinsi Riau

Sumber: LBBU Bank Indonesia, diolah

Grafik 5.8. Jumlah Agen LKD Spasial Provinsi Riau

Sumber: LBBU Bank Indonesia, diolah

3,78%

35,93%

Kab. Kampar

Kab. Bengkalis

Kab. Indragiri Hulu

Kab. Indragiri Hilir

Kab. Rokan Hulu

Kab. Rokan Hilir

Kab. Pelalawan

Kab. Siak

Kab. Kuantan Singingi

Kab. Kepulauan Meranti

Kota Pekanbaru

Kota Dumai

Kab./Kota Lainnya di Riau

3,78%

35,93%

Kab. Kampar

Kab. Bengkalis

Kab. Indragiri Hulu

Kab. Indragiri Hilir

Kab. Rokan Hulu

Kab. Rokan Hilir

Kab. Pelalawan

Kab. Siak

Kab. Kuantan Singingi

Kab. Kepulauan Meranti

Kota Pekanbaru

Kota Dumai

Kab./Kota Lainnya di Riau

Formatted Table

Formatted: Font: 10,5 pt

Formatted Table

Formatted: Font: 10,5 pt

Page 110: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Asesmen Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah

97

dan bantuan sosial lainnya dalam bentuk non tunai akan menjadi salah satu

pendorong kuat agar keuangan inklusif semakin bisa menyentuh rakyat yang

selama ini tidak terjamah fasilitas perbankan.

Untuk Provinsi Riau, tepatnya Kota Pekanbaru masuk menjadi salah satu kota dari

44 kota pilot project pelaksanaan bantuan sosial (bansos) non tunai melalui

Program Keluarga Harapan (PKH) dan Bantuan Pangan Non Tunai (yang dahulu

dikenal dengan rastra/raskin). Penyaluran Bansos non tunai melibatkan berbagai

instansi antara lain Kementerian Sosial, Bank Himbara (BNI, BRI, Mandiri dan BTN),

Bulog, dan Bank Indonesia. Instrumen penyaluran bantuan sosial non tunai yang

dilakukan berbentuk kartu combo yang memiliki fungsi Basic Saving Account dan

E-Wallet. Basic Saving Account berfungsi untuk kegiatan transaksi seperti

menabung/menyimpan uang dengan maksimum Rp. 10 juta serta transaksi dana

tarik setor dan transfer tanpa biaya. Sedangkan E-wallet berfungsi untuk

menampung berbagai jenis bantuan sosial yang tersedia hingga 20 kantong. Untuk

wilayah Pekanbaru saat ini kartu COMBO yang telah didistribusikan sebanyak 7.146

kartu dari total jumlah Keluarga Penerima Manfaat sebesar 20.467 Keluarga

Penerima Manfaat (KPM).

Page 111: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Asesmen Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

85

1. KONDISI UMUM

Kondisi ketenagakerjaan dan kesejahteraan di Provinsi Riau pada Februari 2017

menunjukkan perkembangan yang terus membaik. Sejumlah indikator

memperlihatkan terjadinya peningkatan kualitas ketenagakerjaan, antara lain

menurunnya angka Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Riau dari 5,94% pada

Februari 2016 menjadi 5,76% pada Februari 2017. Sementara perkembangan

kesejahteraan di Provinsi Riau juga membaik terlihat dari penurunan persentase

jumlah penduduk miskin dibanding jumlah penduduk di Riau yakni dari 8,82%

pada September 2015 menjadi 7,67% pada September 2016 dan peningkatan

Nilai Tukar Petani dari 102,23 pada triwulan IV 2016 menjadi 103,50 pada triwulan

I 2017.

Bab 6

ASESMEN

KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN DAERAH

Page 112: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Asesmen Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

86

2. KETENAGAKERJAAN

Grafik 6.1. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Agustus - 2016

Sumber : BPS - diolah

Grafik 6.2. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Agustus - 2016

Sumber : BPS - diolah

Kondisi ketenagakerjaan Provinsi Riau pada periode Februari 2017 menunjukkan

bahwa 3,13 juta (atau 68,42%) dari 4,57 juta jiwa penduduk Riau dengan usia 15

tahun ke atas merupakan angkatan kerja. Angka Tingkat Pengangguran Terbuka

(TPT) mengalami penurunan dari periode Februari 2016 yang tercatat sebesar

5,94% menjadi 5,76%. Trend penurunan TPT Riau searah dengan pergerakan TPT

secara nasional yang tercatat 5,50% pada Februari 2016 menjadi 5,33% di

Februari 2017, sehingga mengindikasikan terjadinya peningkatan ketenagakerjaan

secara nasional. Hal ini juga searah dengan arah perbaikan perekonomian Riau

sampai dengan triwulan I tahun 2017 dibandingkan tahun 2016. Di tingkat

regional, Riau merupakan provinsi dengan angka TPT tertinggi kelima di Sumatera,

dengan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) yang cukup rendah dibandingkan

provinsi-provinsi lainnya.

Tabel 6.1 Tingkat Pengangguran Terbuka Pulau Sumatera (%)

Sumber: BPS. - diolah

Provinsi Aceh Sumut Sumbar Riau Jambi Sumsel Bengkulu Lampung Babel Kepri

Agt 2014 9,02 6,23 6,50 6,56 5,08 4,96 3,47 4,79 5,14 6,69

Feb 2015 7,73 6,39 5,99 6,72 2,73 5,03 3,21 3,44 3,35 9,05

Agt 2015 9,93 6,71 6,89 7,83 4,34 6,07 4,91 5,14 6,29 6,20

Feb 2016 8,13 6,49 5,81 5,94 4,66 3,94 3,84 4,54 6,17 9,03

Agt 2016 7,57 5,84 5,09 7,43 4,00 4,31 3,30 4,62 2,60 7,69

Feb 2017 7,39 6,41 5,80 5,76 3,67 3,80 2,81 4,43 4,46 6,44

Page 113: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Asesmen Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

87

Tabel 6.2 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama

Sumber: BPS Provinsi Riau

Berdasarkan sektor ekonomi, penyerapan tenaga kerja di Riau masih didominasi

oleh sektor pertanian yaitu mencapai 40,56% dari total tenaga kerja, diikuti oleh

sektor perdagangan rumah makan dan jasa akomodasi serta sektor jasa

kemasyarakatan, sosial dan perorangan dengan share penyerapan tenaga kerja

masing-masing mencapai 21,02% dan 20,28%. Penyerapan tenaga kerja pada

sektor pertanian tercatat menurun dibandingkan periode yang sama pada tahun

sebelumnya yaitu dari 41,44% menjadi 40,56%. Seiring dengan penurunan

penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian, penyerapan tenaga kerja pada

sektor perdagangan rumah makan dan jasa akomodasi juga menurun, yaitu dari

22,04% menjadi 21,02%. Sementara sektor jasa kemasyarakatan, sosial dan

perorangan meningkat dari 18,26% menjadi 20,28%.

Grafik 6.3 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama

2016 2017

Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan 41,44 40,56

Pertambangan dan Penggalian 1,91 0,80

Industri 6,06 5,68

Listrik, Gas dan Air Minum 0,32 0,37

Konstruksi 5,39 4,49

Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi 22,04 21,02

Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi 2,14 4,65

Lembaga Keuangan, Real Estate, Usaha Persewaan dan Jasa Perusahaan 2,44 2,14

Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan 18,26 20,28

Total 100 100

Lapangan Pekerjaan UtamaFebruari

Page 114: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Asesmen Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

88

Sebagian besar penduduk bekerja di Provinsi Riau memiliki status pekerjaan sebagai

buruh/karyawan/pegawai dengan pangsa sebesar 41,36%. Angka ini sedikit

meningkat dibandingkan Februari 2016 yang tercatat sebesar 41,20%. Naiknya

porsi penduduk yang bekerja sebagai buruh/karyawan/pegawai diperkirakan sejalan

denga membaiknya perekonomian Riau, dimana lay-off karyawan bekurang dan

pencari kerja terutama lulusan-lulusan sekolah atau pendidikan tinggi telah terserap

oleh lapangan pekerjaan. Sebagai dampaknya dari keadaan tersebut, penduduk

yang bekerja dengan berusaha sendiri mengalami penurunan dari 21,01% pada

Februari 2016 menjadi 19,50% pada Februari 2017.

Grafik 6.4 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama

Dilihat dari jumlah jam kerja per hari, mayoritas tenaga kerja di Riau menghabiskan

waktu jam kerjanya selama 0*1 dan lebih dari 35 jam seminggu (atau pekerja

waktu penuh), yaitu sebanyak 62,87%. Pekerja dengan waktu lebih dari 35 jam

seminggu merupakan pekerja penuh, sementara pekerja dengan waktu kurang dari

35 jam seminggu merupakan pekerja tidak penuh. Dengan demikian, mayoritas

angkatan kerja yang bekerja di Riau pada Februari 2017 merupakan pegawai

dengan waktu kerja penuh. Hal ini sesuai dengan jumlah status pekerja terbesar di

Riau yang berprofesi sebagai buruh/karyawan/pegawai. Pekerja tidak penuh di Riau

didominasi oleh pekerja yang berprofesi sebagai wirausaha, pekerja keluarga dan

buruh bebas.

1 Termasuk penduduk yang sementara tidak bekerja.

Page 115: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Asesmen Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

89

Grafik 6.5. Jumlah Jam Kerja per Minggu Agustus - 2016

Sumber : BPS Provinsi Riau, diolah.

Grafik 6.6. Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

Sumber : BPS Provinsi Riau, diolah.

Grafik 6.7 Tingkat Pengangguran Terbuka Menurut Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan

Sumber : BPS Provinsi Riau, diolah.

Tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan oleh tenaga kerja di Riau mayoritas

merupakan tamatan SMP ke bawah, dengan prosentase sebesar 56,71%. Kondisi

ini tidak jauh berbeda dengan tahun sebelumnya yang mencapai 55,24%dari total

angkatan kerja yang bekerja. Pekerja dengan tingkat pendidikan Diploma dan

Universitas hanya mencapai 11,86%, sementara pekerja yang menamatkan tingkat

pendidikan SMA dan SMK mencapai 31,43%. Dengan demikian, dapat

disimpulkan bahwa tingkat pendidikan tenaga kerja di Riau masih tergolong

rendah.

Page 116: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Asesmen Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

90

Berdasarkan tingkat pendidikan yang ditamatkan, Tingkat Pengangguran Terbuka

(TPT) terbesar berada pada kelompok penduduk dengan tingkat pendidikan SMA

dan SMK yaitu mencapai 17,22%. Sementara TPT kelompok penduduk dengan

tingkat pendidikan perguruan tinggi mengalami penurunan dari 21,59% pada

Februari 2016 menjadi 14,84% pada Februari 2017. Kondisi ini menunjukkan

adanya perbaikan kondisi ketenagakerjaan bahwa lapangan kerja yang tersedia di

Provinsi Riau semakin optimal dalam menyerap tenaga kerja dengan tingkat

pendidikan yang lebih tinggi.

3. KESEJAHTERAAN DAERAH

3.1 Penduduk Miskin Riau

Jumlah penduduk miskin di Riau pada bulan September 2016 sebesar 501,59 ribu

atau 7,67% dari jumlah penduduk Riau. Jumlah ini menurun sebanyak 61,33 ribu

jiwa jika dibandingkan dengan penduduk miskin pada September 2015 yang

berjumlah 562,92 ribu atau 8,82% dari jumlah penduduk Riau.

Grafik 6.8. Perkembangan Penduduk Miskin Riau

Sumber : BPS Provinsi Riau, diolah.

Grafik 6.9. Sebaran Penduduk Miskin Riau

Sumber : BPS Provinsi Riau, diolah.

Jumlah penduduk miskin di Riau baik yang tinggal di daerah pedesaan maupun

perkotaan pada September 2016 mengalami penurunan. Di daerah pedesaan

jumlah penduduk miskinnya mencapai 337,47 ribu penduduk, turun sebesar 50,66

ribu penduduk atau sekitar 13,05% (yoy) jika dibandingkan dengan September

2015 yang sebanyak 388,13 ribu penduduk. Sementara itu, jumlah penduduk

miskin di Riau yang tinggal di daerah perkotaan September 2016 sebesar 164,12

Page 117: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Asesmen Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

91

ribu jiwa, juga turun sebesar 10,67 ribu jiwa atau sebesar 6,10%(yoy) jika

dibandingkan dengan September 2015 yang sebesar 174,79 ribu jiwa.

3.2 Garis Kemiskinan Riau

Besar kecilnya jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh GK, karena

penduduk miskin adalah penduduk yang memiki rata-rata pengeluaran per kapita

per bulan di bawah GK. Semakin tinggi GK, semakin banyak penduduk yang

tergolong sebagai penduduk miskin.

Tabel 6.3 Garis Kemiskinan Provinsi Riau Tahun 2016

Sumber : BPS Provinsi Riau

Garis Kemiskinan (GK) Riau di tahun 2016 mencapai angka Rp437.259 per

kapita/bulan, atau meningkat 4,82% (yoy) dari tahun 2015 yang tercatat

Rp417.164 per kapita/bulan. Dengan memperhatikan komponen Garis Kemiskinan

yang terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non

Makanan (GKNM), terlihat bahwa komoditas makanan memiliki peranan yang jauh

lebih besar dibandingkan komoditas bukan makanan (perumahan, sandang,

pendidikan, dan kesehatan). Peranan GKM terhadap GK pada September 2016

mencapai 73,59%, sementara peranan GKNM terhadap GK adalah 26,41%.

Peningkatan GK di daerah perdesaan pada tahun 2016 mencapai 4,12% (yoy)

sementara peningkatan GK di daerah perkotaan pada tahun 2016 mencapai

5,30% (yoy). Kondisi tersebut menggambarkan bahwa GK di daerah perkotaan

mengalami peningkatan yang lebih besar dibandingkan perdesaan sehingga

Makanan Bukan Makanan Total

Sep-15 288.596 128.812 417.408

Sep-16 301.570 137.972 439.542

Sep-15 318.195 98.585 416.780

Sep-16 333.174 100.786 433.960

Sep-15 306.835 110.329 417.164

Sep-16 321.762 115.497 437.259

Perkotaan

DaerahGaris Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln)

Kota + Desa

Perdesaan

Page 118: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Asesmen Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

92

mengakibatkan jumlah peningkatan penduduk miskin di Riau relatif lebih cepat

bertambah.

3.3 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Keparahan Kemiskinan

(P2) Riau

Indeks kedalaman kemiskinan (P1) pada tahun 2016 menunjukkan adanya trend

penurunan. Indeks kedalaman kemiskinan turun dari 1,453 pada September 2015

menjadi 1,355 pada September 2016. Penurunan indeks ini mengindikasikan

bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung mendekati garis

kemiskinan.

Grafik 6.10. Perkembangan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Riau

Sumber : BPS Provinsi Riau, diolah.

Grafik 6.11. Perkembangan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Riau

Sumber : BPS Provinsi Riau, diolah.

Apabila dilihat secara terpisah, tingkat kedalaman kemiskinan di daerah perkotaan

mengalami peningkatan yaitu dari 0,834 pada September 2015 menjadi 1,330

pada September 2016, berbanding terbalik dengan tingkat kedalaman kemiskinan

di daerah perdesaan yang mengalami penurunan yaitu dari 1,847 pada September

2015 menjadi 1,370 pada September 2016. Hal ini mengindikasikan bahwa rata-

rata pengeluaran penduduk miskin di daerah perkotaan semakin menjauh dari garis

kemiskinan sementara rata-rata pengeluaran penduduk miskin di daerah perdesaan

semakin mendekati garis kemiskinan.

Kondisi yang sama juga terjadi pada Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Riau yang

menunjukkan tren penurunan, yaitu tercatat turun dari 0,446 pada September

2015 menjadi 0,399 pada September 2016. Penurunan indeks ini mengindikasikan

bahwa ketimpangan pengeluaran penduduk miskin mengalami penurunan. Jika

dibandingkan antara daerah perdesaan dan perkotaan tercatat bahwa Indeks

Page 119: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Asesmen Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

93

Keparahan Kemiskinan (P2) di daerah perdesaan mengalami penurunan dari 0,599

pada September 2015 menjadi 0,364 pada September 2016, sedangkan di daerah

perkotaan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) mengalami peningkatan dari 0,206

pada September 2015 menjadi 0,454 pada September 2016, hal ini

mengindikasikan terjadi penurunan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin di

daerah perdesaan sementara di daerah perkotaan terjadi kenaikan ketimpangan

pengeluaran penduduk miskin.

3.4 Nilai Tukar Petani

Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan I-2017 meningkat dibandingkan dengan

triwulan IV-2016 yakni dari 102,23 menjadi 103,50. Kenaikan NTP pada triwulan I-

2017 disebabkan oleh kenaikan indeks harga yang diterima petani sebesar 1,70%,

lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan indeks harga yang dibayar petani

sebesar 0,46%. Nilai NTP di atas 100 secara umum memberikan gambaran bahwa

kegiatan pertanian di Provinsi Riau mulai membaik dan memberikan nilai tambah

dalam peningkatan taraf hidup petani, tercermin dari besarnya pendapatan yang

diperoleh petani dibanding biaya yang dikeluarkan oleh petani.

Grafik 6.12. Perkembangan Nilai Tukar Petani

Sumber : BPS Provinsi Riau, diolah.

Page 120: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Asesmen Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

94

Jika dilihat per subsektor, peningkatan NTP disumbang oleh kenaikan indeks pada

subsektor tanaman perkebunan rakyat dan perikanan, sementara subsektor lainnya

yaitu tanaman pangan, hortikultura dan peternakan menjadi subsektor penyusun

NTP yang mengalami penurunan indeks. Berdasarkan Nilai Tukar Usaha Rumah

Tangga Pertanian (NTUP), yang lebih mencerminkan kemampuan produksi petani

karena hanya membandingkan produksi dengan biaya produksi, NTUP tertinggi

masih dicatatkan oleh subsektor perikanan sebesar 121,24. Sementara NTUP

terendah dicatatkan oleh subsektor hortikultura sebesar 106,22.

Page 121: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Prospek Perekonomian Daerah

94

1. PROSPEK MAKROREGIONAL

Perkembangan ekonomi Riau pada triwulan III 2017 secara umum diperkirakan

tumbuh meningkat, berada pada kisaran 2,5+0,5%(yoy) dengan tendensi ke arah

batas atas. Sumber pertumbuhan dari sisi penggunaan diperkirakan berasal dari

konsumsi rumah tangga, swasta dan net ekspor yang tumbuh positif dan meningkat

jika dibandingkan perkiraan triwulan II 2017. Sementara itu, secara sektoral

peningkatan kinerja diperkirakan berasal dari sektor pertanian, industri pengolahan

dan perdagangan besar dan eceran. Di sisi lain pertumbuhan ekonomi Riau tertahan

oleh melambatnya konsumsi pemerintah, dan investasi. Disisi lain, melambatnya

investasi mempengaruhi kinerja sektor konstruksi, serta masih berlanjutnya kontraksi

PROSPEK PEREKONOMIAN

DAERAH

Bab 7

Page 122: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Prospek Perekonomian Daerah

95

sektor pertambangan dan penggalian diperkirakan menahan laju pertumbuhan

ekonomi Riau.

Secara keseluruhan tahun 2017, pertumbuhan ekonomi Riau diperkirakan akan

mencapai 2,5-3,5% (yoy), lebih tinggi jika dibandingkan tahun 2016 yang sebesar

2,23% (yoy). Laju pertumbuhan tertinggi dari sisi penggunaan diperkirakan

bersumber dari net ekspor, konsumsi pemerintah, investasi, dan konsumsi rumah

tangga. Sementara dari sisi sektoral, sektor pertanian, industri pengolahan,

konstruksi, dan perdagangan yang menjadi sektor unggulan Riau juga mengalami

peningkatan. Namun peningkatan yang lebih tinggi tertahan oleh sektor

pertambangan dan penggalian yang diperkirakan mengalami kontraksi yang lebih

dalam dibandingkan tahun lalu. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi 2017

didukung oleh membaiknya ekonomi Amerika Serikat dan negara emerging, serta

diikuti peningkatan harga komoditas yang disertai dengan stabilnya permintaan baik

domestik maupun luar negeri. Kondisi tersebut mendorong iklim investasi yang

membaik dan kinerja ekspor yang tetap positif khususnya pada sektor pertanian dan

industri pengolahan. Hal ini pada akhirnya mendorong daya beli masyarakat yang

disertai pula dengan meningkatnya realisasi anggaran pemerintah pada akhir tahun

sehingga mendorong konsumsi tumbuh lebih tinggi dan memberikan kontribusi

terhadap pertumbuhan sektor konstruksi dan perdagangan.

Tabel 7.1. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Riau Aktual dan Prakiraan Pertumbuhan Ekonomi Riau Tahun 2017 (% yoy)

P Proyeksi Bank Indonesia

Indikasi perbaikan perekonomian masih cukup kuat. Berdasarkan perkembangan

indikator terkini, ekspor CPO menunjukkan peningkatan, realisasi APBD lebih tinggi

dibandingkan 2016, meningkatnya realisasi investasi PMA dan PMDN, meningkatnya

kredit konsumsi, indeks keyakinan dan ekspektasi konsumen, kenaikan harga karet

dunia dan domestik, meningkatnya permintaan domestik dan ekspor, peningkatan

penyaluran kredit perdagangan, dan SBT bangunan.

I II III IV I II III I

PDRB 2,71 -0,03 -2,06 -1,36 4,39 0,22 2,74 2,75 1,26 2,22 2,23 2,82 2,40-3,40 2,60-3,60 2,5-3,5

2014 20152015

Komponen2016 2017

Page 123: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Prospek Perekonomian Daerah

96

Grafik 7.1. Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen

Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia

Grafik 7.2. Perkembangan Indeks Ekspektasi Konsumen

Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia

Sementara itu, konsumsi pemerintah juga diperkirakan akan meningkat jika

dibandingkan triwulan berjalan. Hal tersebut didorong oleh lebih tingginya anggaran

APBD Provinsi Riau Tahun 2017. APBD 2017 disahkan pada bulan November 2016,

lebih cepat dibandingkan APBD tahun sebelumnya yang biasanya baru disahkan

pada bulan Desember. Percepatan pengesahan APBD tersebut diharapkan

mendorong percepatan realisasi anggaran. Peningkatan belanja pemerintah tersebut

juga diikuti oleh peningkatan investasi seiring dengan berlanjutnya proyek strategis

yang prosesnya terus dipercepat. Adapun beberapa proyek strategis yang masih

terus berlanjut antara lain adalah pembangunan jalan tol trans sumatera yang

melewati Pekanbaru-Dumai seluar 131.475 Km, pembangunan jalur kereta api di 4

titik yakni Rantau Prapat-Dumai (249 Km), Duri-Pekanbaru (90 Km), Pekanbaru-

Muaro (164 Km), Pekanbaru-Jambi (350 Km), serta adanya program peningkatan

dan pembangunan jalan dan jembatan yang terus dilakukan dalam rangka

peningkatan kualitas jalan dalam rangka mendukung kelancaran distribusi barang

dan jasa.

Dari sisi eksternal, kinerja ekspor pada triwulan II 2017 diperkirakan tumbuh positif

sejalan dengan mulai pulihnya kondisi perekonomian global yang berdampak

terhadap peningkatan permintaan negara mitra dagang dan harga komoditas

internasional. Jika dilihat secara lebih rinci, ekspor barang dan jasa Riau triwulan ke

depan didominasi oleh ekspor luar negeri yang memiliki pangsa mencapai 88,29%.

Melihat outlook ekonomi global ke depan, pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat

semakin solid yang didukung oleh konsumsi dan investasi yang membaik. Demikian

juga dengan perekonomian Eropa yang berpotensi membaik ditopang perbaikan

70

80

90

100

110

120

130

140

150

160

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Apr

2012 2013 2014 2015 2016 2017

IKK

IKE

IEK

Garis 100

40

50

60

70

80

90

100

110

120

130

140

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Apr

2013 2014 2015 2016 2017

Indeks Kegiatan Usaha Indeks Penghasilan Konsumen

Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Garis 100

Page 124: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Prospek Perekonomian Daerah

97

konsumsi dan ekspor, serta pertumbuhan ekonomi Tiongkok yang diperkirakan tetap

kuat karena didukung oleh konsumsi dan investasi infrastruktur.

Tabel 7.2 Outlook Perekonomian Global

Sumber: Recent Economic Development Bank Indonesia, April 2017

Dari sisi penawaran, peningkatan kinerja sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan

pada triwulan II 2017 diperkirakan relatif stabil. Faktor pendorong meningkatnya

pertumbuhan diperkirakan berasal dari subsektor perkebunan sawit. Kurang

optimalnya produksi sawit pada tahun 2016 disebabkan oleh musim trek yang

berlangsung sejak Januari-Agustus tahun 2016, sehingga pada semester II-2016

sampai dengan awal tahun 2017 produksi berpotensi meningkat, disamping mulai

berproduksinya tanaman yang direplanting. Dengan demikian, meningkatnya

produksi dan meningkatnya harga TBS lokal yang juga dipengaruhi oleh perbaikan

harga komoditas internasional mendorong laju pertumbuhan sektor pertanian,

kehutanan, dan perikanan ini.

Sejalan dengan peningkatan kinerja sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan

Riau, kinerja sektor industri pengolahan juga diperkirakan meningkat. Membaiknya

perekonomian negara mitra dagang dan meningkatnya harga komoditas

perkebunan mendorong capaian pertumbuhan sektor ini, terutama subsektor

industri pengolahan CPO dan produk turunannya termasuk biodiesel, serta industri

pengolahan pulp and paper. Meningkatnya pertumbuhan sektor industri pengolahan

juga dipengaruhi oleh mandatori campuran biodiesel ke dalam bahan bakar nabati.

Page 125: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Prospek Perekonomian Daerah

98

Hal tersebut dikonfirmasi oleh contact liaison yang menyatakan terjadi peningkatan

yang siginifikan terhadap permintaan biodiesel dalam negeri sejak tahun 2016.

Dengan demikian, peningkatan permintaan sektor industri pengolahan tidak hanya

bersumber dari luar negeri tetapi juga domestik.

Di sisi lain, sektor pertambangan dan penggalian migas masih cenderung

melanjutkan tren menurun. Secara natural, produksi turun 8-12% jika tidak

melakukan investasi apapun. Contact liaison Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Riau, menginformasikan bahwa cadangan minyak bumi masih cukup

banyak, namun mahalnya teknologi yang dibutuhkan untuk kegiatan lifting minyak

bumi melalui secondary recovery belum mampu memenuhi nilai keekonomisannya.

Turunnya lifting migas menjadi faktor penahan pertumbuhan ekonomi Riau seiring

dengan proporsinya yang besar terhadap perekonomian Riau, yang pada tahun 2016

mencapai 27,93%.

Selanjutnya, perkembangan sektor konstruksi diperkirakan menunjukkan

peningkatan yang cukup baik. Hal ini didorong oleh peningkatan APBD pemerintah

yang digunakan untuk melanjutkan sejumlah proyek infrastruktur strategis.

Pertumbuhan sektor konstruksi ini juga tercermin dari meningkatnya konsumsi

semen di Riau. Hingga akhir tahun 2017, pertumbuhan sektor ini diperkirakan masih

terus berlanjut. Adapun faktor yang dapat menghambat perkembangan sektor ini

antara lain perkembangan aktivitas swasta yang sampai dengan triwulan berjalan

diperkirakan masih berjalan relatif lambat yang terindikasi dari lambatnya

pertumbuhan kredit investasi. Hal ini juga dipengaruhi oleh kondisi investor yang

masih wait and see terhadap perkembangan ekonomi Riau ke depan.

Sektor perdagangan besar dan eceran juga diperkirakan meningkat hingga akhir

tahun 2017. Peningkatan tersebut juga dipengaruhi oleh kondisi daya beli

masyarakat yang menunjukkan perbaikan. Secara umum, meningkatnya kinerja

sektor ini didorong oleh perbaikan harga komoditas yang terus berlanjut, kenaikan

Upah Minimum Provinsi Riau, apresiasi nilai tukar rupiah, relatif terjaganya tingkat

inflasi.

Dengan demikian, faktor pendorong meningkatnya pertumbuhan secara umum

diperkirakan berasal dari perbaikan kondisi ekonomi negara mitra dagang yang

Page 126: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Prospek Perekonomian Daerah

99

memberikan dampak positif terhadap meningkatnya harga komoditas, permintaan

ekspor dan penyerapan domestik, volume produksi seiring dengan berakhirnya

musim trek dan mulai berproduksinya tanaman yang telah direplanting, lebih

tingginya APBD 2017 dibandingkan tahun lalu, percepatan realisasi anggaran

pemerintah daerah dan terus berlanjutnya pembangunan proyek infrastruktur

strategis, serta membaiknya kondisi perekonomian yang mendorong ekspektasi

investor yang lebih baik terhadap kondisi ekonomi ke depan.

Meskipun demikian, kondisi perekonomian ke depan dibayangi beberapa risiko

eksternal dan domestik. Dari pasar keuangan global, risiko antara lain bersumber dari

wacana penurunan besaran neraca bank sentral Amerika Serikat dan dampaknya

terhadap pasar keuangan global, kelanjutan kenaikan suku bunga di Amerika

Serikat, resolusi sawit Uni Eropa, restorasi gambut dan perkembangan terkini

geopolitik lainnya. Dari sisi domestik, risiko terkait dengan penyesuaian administered

prices terhadap inflasi dan berlanjutnya konsolidasi korporasi dan perbankan

sehingga menyebabkan stimulus perekonomian menjadi kurang optimal.

Terdapat risiko yang berpotensi membawa pertumbuhan ekonomi Riau menyentuh

batas bawah proyeksi (downside risks). Kondisi ini utamanya terkait dengan kondisi

sumur minyak yang tidak produktif (natural declining), tidak optimalnya penggunaan

teknologi injeksi untuk optimalisasi produksi, serta eksplorasi sumur baru yang

terkendala proses perizinan sehingga diperkirakan berpotensi mengakibatkan

kontraksi yang lebih dalam pada sektor pertambangan migas. Selain itu, potensi

pemulihan kinerja sektor pertanian masih cukup rendah, terutama terhadap

subsektor perkebunan kelapa sawit sehubungan dengan dampak el nino dan la nina

yang berpotensi menyebabkan kebakaran hutan dan lahan, serta kondisi banjir

sehingga produksi pertanian relatif terganggu. Musim kemarau secara signifikan

diprediksi pada bulan Mei hingga September 2017. Prediksi curah hujan Riau pada

bulan Januari-Juni 2017 didominasi kriteria menengah (150-200mm/bulan) dan

mulai berkurang pada bulan Mei Juni 2017.

Page 127: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Prospek Perekonomian Daerah

100

2. PERKIRAAN INFLASI

Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual Riau dan Prakiraan Inflasi Riau Triwulan II-2017 dan Tahun 2017

Inflasi Provinsi Riau triwulan III 2017 diperkirakan berada pada kisaran 6,0+0,5%

(yoy) dengan tendensi ke arah batas atas. Tingkat inflasi triwulan III 2017

diperkirakan lebih tinggi jika dibandingkan triwulan yang sama tahun 2016. Secara

keseluruhan tahun 2017, tingkat inflasi diperkirakan berkisar antara 4,0-5,0% (yoy)

dengan tendensi ke arah batas atas, lebih tinggi dibandingkan capaian tahun 2016

yang sebesar 4,04% (yoy). Peningkatan tersebut disebabkan oleh peningkatan harga

terutama bahan makanan yang cukup tinggi pada awal tahun 2017, penyesuaian

tarif listrik dan penyesuaian harga BBM.

Faktor pendorong inflasi Riau pada tahun 2017 diperkirakan terutama berasal dari

inflasi kelompok administered price seiring dengan dampak lanjutan penyesuaian

tarif listrik yang sudah memasuki tahap III sejak 1 Mei 2017, serta adanya rencana

kenaikan harga BBM non subsidi turut menjadi faktor yang memberikan tekanan

terhadap laju inflasi kelompok administered price. Selain itu, meningkatnya tekanan

inflasi volatile food bersumber dari kenaikan harga bahan makanan akibat

keterbatasan pasokan seiring dengan kemungkinan terjadinya la nina yang menguat

sehingga mengganggu pasokan dari beberapa sentra produksi yang banyak

memasok kebutuhan ke wilayah Riau. Beberapa komoditas seperti aneka cabai,

beras, bawang merah, daging ayam ras, dan daging sapi diperkirakan akan

meningkat karena keterbatasan pasokan. Selain itu tekanan inflasi volatile food juga

didorong oleh meningkatnya permintaan masyarakat periode perayaan Hari Besar

Keagamaan pada triwulan III 2017. Sementara itu, meskipun relatif stabil tekanan

inflasi inti diperkirakan sedikit meningkat akibat mulai membaiknya daya beli

masyarakat karena meningkatnya penghasilan seiring dengan perbaikan harga

komoditas global dan berlanjutnya realisasi belanja pemerintah sehingga akan

meningkatkan sisi permintaan.

I II III IV I II III IV I

INFLASI 6,17 7,40 5,70 2,65 4,42 1,92 3,27 4,04 5,03 6,50-7,50 5,50-6,50 4,0-5,0

Keterangan2015 20172016

Page 128: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Prospek Perekonomian Daerah

101

Grafik 7.3. Tracking Inflasi SPH dan BPS Grafik 7.4. Perkiraan Harga Mendatang

Sumber: SPH Bank Indonesia dan Rilis Inflasi BPS Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia

Beberapa faktor yang berpotensi membawa inflasi melewati batas atas kisaran

proyeksi antara lain menguatnya kemungkinan terjadinya la nina yang berpotensi

menganggu produksi daerah sentra pertanian, kenaikan permintaan pada

momentum liburan sekolah dan hari besar keagamaan, penyesuaian tarif listrik,

kenaikan harga BBM non subsidi, kenaikan cukai rokok tahunan, kenaikan harga

pakan ternak, dan sebagainya. Sementara itu, faktor yang berpotensi membawa

inflasi ke batas bawah yaitu perkembangan harga minyak dunia yang masih belum

membaik sehingga meminimalisir tekanan inflasi dari kelompok administered prices,

apresiasi nilai rupiah, melimpahnya pasokan pada saat musim panen yang terjadi

bersamaan di beberapa daerah sentra produksi, kebijakan pemerintah yang semakin

baik di bidang ketahanan pangan, kebijakan impor, penurunan tingkat suku bunga,

dan sebagainya. Pada tingkat regional, koordinasi aktif forum Tim Pengendalian

Inflasi Daerah terus ditingkatkan baik di tingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota,

dengan beberapa fokus pembahasan antara lain implementasi roadmap TPID Provinsi

dan menyusun roadmap TPID di tingkat Kota/Kabupaten, serta sosialisasi dan

membuat rencana tindak lanjut arahan Presiden dalam Rakornas VII TPID antara lain:

1. Mengintensifkan koordinasi dan mengoptimalkan program/kegiatan

pengendalian inflasi di tingkat Kota/Kabupaten, disertai dengan evaluasi

secara berkala.

2. Merumuskan dukungan program intervensi dalam rangka stabilisasi harga

atau program pengendalian harga lain yang diperlukan dengan alokasi APBD

yang memadai

(1,40)

(0,90)

(0,40)

0,10

0,60

1,10

1,60

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5

2016 2017

%mtm

Rilis Inflasi BPS Tracking Inflasi SPH

140

145

150

155

160

165

170

175

180

185

190

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Apr

2013 2014 2015 2016 2017

Perkiraan Harga 3 Bulan Mendatang

Perkiraan Harga 6 Bulan Mendatang

Perkiraan Harga 12 Bulan Mendatang

Page 129: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Prospek Perekonomian Daerah

102

3. Melakukan monitoring kewajaran harga dan stok pangan di pasaran dan

gudang-gudang distributor besar secara berkala dengan berkoordinasi

dengan aparat penegak hukum

4. Monitoring kondisi dan pengembangan infrastruktur distribusi pangan

daerah, melakukan respon perbaikan secara cepat, serta koordinasi intensif

dengan Pemerintah Pusat jika terjadi kendala

5. Mengidentifikasi faktor-faktor yang memicu disparitas harga seperti biaya

transportasi, biaya dan kondisi bongkar muat, kondisi penyimpanan barang,

serta faktor-faktor lainnya.

3. REKOMENDASI

Sehubungan dengan upaya pengendalian inflasi, dan upaya peningkatan

pertumbuhan ekonomi, maka diusulkan hal-hal sebagai berikut:

1. Jangka pendek

a. Meningkatnya tantangan inflasi terutama dari kelompok administered

price perlu diantisipasi dengan pengendlian inflasi kelompok volatile

food yang lebih baik. Beberapa upaya pengendalian inflasi yang perlu

menjadi perhatian adalah (i) Monitoring pencapaian Roadmap

Pengendalian Inflasi Provinsi Riau yang telah disusun pada tahun 2016;

(ii) Pembentukan BUMD Pangan sebagai lembaga penyangga cadangan

pangan daerah serta modal dasar penyusunan rencana kerjasama antara

daerah; (iii) Percepatan realisasi APBD dan proyek pembangunan

infrastruktur pangan antara lain pasar induk, jalan tol, pengembangan

pelabuhan serta perbaikan kualitas jalan untuk kelancaran distribusi

pangan; (iv) Pelaksanaan rapat koordinasi yang di dalamnya kondisi

pasokan dan kebutuhan pangan, monitoring perkembangan harga

pangan utama memanfaatkan aplikasi Pusat Informasi Harga Pangan

Strategis secara harian, melakukan pengawasan dan inspekasi ke pasar

dan gudang distributor, publikasi secara masif upaya pengendalian

inflasi dalam rangka pengelolaan ekspektasi masyarakat dan

menghimbau untuk antisipasi upaya aksi borong, penimbunan dan

profit taking berlebihan, penyelenggaraan bazaar murah dengan

Page 130: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Prospek Perekonomian Daerah

103

melibatkan pihak swasta dalam pelaksanaanya, mengkomunikasikan

rencana program ke tingkat Kabupaten/Kota untuk dapat ditindaklanjuti

di daerah; (v) Memperkaya data basis pangan regional (kebutuhan,

kemampuan pasokan domestik, pasokan dari luar dan daerah pemasok

pangan); dan (iv) Monitoring finalisasi penyusunan Roadmap

Pengendalian Inflasi Kabupaten/Kota sesuai hasil Capacity Building TPID

tanggal 18-20 April 2017.

b. Mendorong berbagai kegiatan Meeting, Incentive, Convention, and

Exchibition (MICE) dalam rangka penguatan permintaan domestik

melalui aktivitas konsumsi seperti berbagai event pariwisata/budaya

berskala nasional dan internasional, melalui media pemasaran yang

massive dan terpusat, serta penciptaan budaya masyarakat sadar wisata.

c. Membangun persepsi positif terhadap iklim investasi melalui publikasi

perkembangan kemajuan pembangunan infrastruktur melalui media

komunikasi yang lebih luas dan terintegrasi, dengan kredibilitas

informasi yang lebih tinggi (Regional Investor Relation Unit/RIRU). Hal ini

juga disertai dengan informasi terkait kebijakan-kebijakan di daerah

yang memberikan insentif khusus bagi para investor di Provinsi Riau.

2. Jangka Menengah Panjang

a. Percepatan proyek pembangunan infrastruktur, terutama jalan, listrik

dan pelabuhan. Pada dasarnya, pembangunan infrastruktur yang

memadai akan memberikan dampak positif terhadap peningkatan nilai

tambah perekonomian. Selain dapat meningkatkan kualitas kehidupan

masyarakat, kondisi infrastruktur yang baik juga akan mendorong

pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan penyerapan tenaga kerja. Hal

ini sejalan dengan simulai kebijakan yang dilakukan oleh Kantor

Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Riau dengan menggunakan model

CGE-INDOTERM bahwa untuk melakukan akselerasi pertumbuhan

ekonomi di Provinsi Riau, percepatan pembangunan infrastruktur jalan,

listrik dan pelabuhan menjadi salah satu fokus pembangunan

pemerintah daerah.

Page 131: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Prospek Perekonomian Daerah

104

b. Perlunya penyusunan roadmap pengembangan kemaritiman di Provinsi

Riau mengingat potensi perikanan dan kelautan yang cukup besar. Hal

ini tercermin dari total produksi perikanan yang terus meningkat setiap

tahunnya. Namun fokus pengembangan terhadap sektor kemaritiman di

Riau relatif minim. Sampai dengan saat ini, masih belum terdapat industri

pakan ikan sehingga biaya pengembangan perikanan di Riau menjadi

lebih mahal. Selain itu, pemerintah daerah Provinsi Riau perlu untuk

memperketat pengawasan kapal yang beroperasi di wilayah perairan

Riau terutama di daerah perbatasan yang rawan tindakan dan

perdagangan ikan ilegal, mendata kembali seluruh kapal penangkap

ikan, optimalisasi alokasi bantuan anggaran untuk nelayan, peningkatan

kualitas pelabuhan perikanan, dan mengaktifkan kembali galangan

kapal.

c. Diperlukan optimalisasi pengembangan potensi wisata bahari Riau,

antara lain melalui percepatan perbaikan infrastruktur, peningkatan

fasilitas pendukung dan kondisi akomodasi agar lebih memadai,

penguatan Sumber Daya Manusia (SDM) di sektor Pariwisata dan Jasa

Pendukung.

Page 132: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

Provinsi Riau juga terkenal memiliki luas areal perkebunan kelapa sawit terluas di

Indonesia tahun 2015 mencapai 2,4 juta hektar atau hampir 25% dari luas areal

nasional yang mencapai sekitar 11,3 juta hektar. Luas areal perkebunan tersebut

mampu mendorong Riau menjadi daerah produsen terbesar nasional dengan

produksi tahun 2015 mencapai 7,84 juta ton. Berdasarkan data cognos Bank

Indonesia, volume ekspor CPO Riau triwulan I-2017 mencapai 3.366,77 ribu ton

atau 61,59% dari total ekspor Riau yang sebesar 5.466,24 ribu ton. Sebanyak

24,78% CPO tersebut di ekspor ke India, 22,44% ke Eropa, dan 14,55% ke

Tiongkok. Hal ini menunjukkan bahwa India, Eropa, dan Tiongkok merupakan

negara importir utama CPO Provinsi Riau.

Grafik Negara Tujuan Utama Ekspor Riau Grafik Negara Tujuan Ekspor CPO Riau

Namun demikian, pada awal bulan April lalu, Parlemen Uni Eropa mengeluarkan

resolusi sawit yang tertuang dalam Report On Palm Oil and Deforestation of

Rainforest. Dalam laporan tersebut, Parlemen Uni Eropa menganggap

pengembangan industri sawit di Indonesia tidak memperhatikan lingkungan

sehingga merusak hutan. Sentimen negatif ini turut mempengaruhi harga CPO

dan TBS pada awal triwulan II-2017 masing-masing turun dari USD 708/MT dan

Rp1.903/Kg pada triwulan IV-2016 menjadi USD 631/MT dan Rp1.593/Kg. Namun

kondisi ini diperkirakan terjadi dalam jangka pendek sebagai bentuk proteksi

dagang minyak nabati di Pasar Eropa karena CPO merupakan minyak yang paling

kompetitif seiring dengan harganya yang relatif murah dan ketersediaan yang

relatif stabil sepanjang tahun.

18,90 20,07 22,74 20,73 14,01 16,93 17,28 19,92 21,72 18,95 19,11 18,13 13,29 17,39 20,66 22,08 18,48 18,49 18,18 20,15 20,00

12,30 12,67

16,60 13,53

17,26 18,26 14,34

17,90 13,45 13,07 14,31 19,06

9,95 15,58

13,71 13,39 12,53 15,71 17,60 15,08 16,94

18,83 19,31

17,76

18,47 17,59

14,77 18,36

17,90 15,55

15,81 12,04 9,97

11,32

12,43 12,90 14,64

14,87 12,76 12,35 12,56 11,05

17,65 14,84 12,66 18,06

13,30 13,06 14,85 11,85

12,89 10,49 12,94

14,60

11,55 11,11

12,50 14,05

11,97 12,65 12,51 13,35 13,35

32,31 33,11 30,24 29,21 37,83 36,99 35,16 32,43

36,39 41,68 41,60 38,25

38,73 43,48 40,23 35,84

42,14 40,39 39,36 38,87 38,66

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015 2016 2017

Lainnya

MEE

ASEAN

India

Cina

India24,78%

Eropa22,44%Tiongkok

14,55%

ASEAN13,61%

Pakistan 7,90%

Afrika11,14%

Boks

Proteksi Perdagangan Kelapa Sawit

Page 133: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Istilah

xvi

Aktiva Produktif

Adalah penanaman atau penempatan yang dilakukan oleh bank dengan

tujuan menghasilkan penghasilan/pendapatan bagi bank, seperti penyaluran

kredit, penempatan pada antar bank, penanaman pada Sertifikat Bank

Indonesia (SBI), dan surat-surat berharga lainnya.

Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR)

Adalah pembobotan terhadap aktiva yang dimiliki oleh bank berdasarkan

risiko dari masing-masing aktiva. Semakin kecil risiko suatu aktiva, semakin

kecil bobot risikonya. Misalnya kredit yang diberikan kepada pemerintah

mempunyai bobot yang lebih rendah dibandingkan dengan kredit yang

diberikan kepada perorangan.

Kualitas Kredit

Adalah penggolongan kredit berdasarkan prospek usaha, kinerja debitur dan

kelancaran pembayaran bunga dan pokok. Kredit digolongkan menjadi 5

kualitas yaitu Lancar, Dalam Perhatian Khusus (DPK), Kurang Lancar,

Diragukan dan Macet.

Capital Adequacy Ratio (CAR)

Adalah rasio antara modal (modal inti dan modal pelengkap) terhadap Aktiva

Tertimbang Menurut Resiko (ATMR).

Dana Pihak Ketiga (DPK)

Adalah dana yang diterima perbankan dari masyarakat, yang berupa giro,

tabungan atau deposito.

DAFTAR ISTILAH

Page 134: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Istilah

xvii

Financing to Deposit Ratio (FDR)

Adalah rasio antara pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah terhadap

dana yang diterima. Konsep ini sama dengan konsep LDR pada bank umum

konvensional.

Inflasi

Kenaikan harga barang secara umum dan terus menerus (persistent).

Inflasi Administered Price

Inflasi yang terjadi pergerakan harga barang-barang yang termasuk dalam

kelompok barang yang harganya diatur oleh pemerintah (misalnya bahan

bakar).

Inflasi Inti

Inflasi yang terjadi karena adanya gap penawaran aggregat and permintaan

agregrat dalam perekonomian, serta kenaikan harga barang impor dan

ekspektasi masyarakat.

Inflasi Volatile Food

Inflasi yang terjadi karena pergerakan harga barang-barang yang termasuk

dalam kelompok barang yang harganya bergerak sangat volatile (misalnya

beras).

Kliring

Adalah pertukaran warkat atau Data Keuangan Elektronik (DKE) antar peserta

kliring baik atas nama peserta maupun atas nama nasabah peserta yang

perhitungannya diselesaikan pada waktu tertentu.

Kliring Debet

Adalah kegiatan kliring untuk transfer debet antar bank yang disertai dengan

penyampaian fisik warkat debet seperti cek, bilyet giro, nota debet kepada

penyelenggaran kliring lokal (unit kerja di Bank Indonesia atau bank yang

memperoleh persetujuan Bank Indonesia sebagai penyelenggara kliring lokal)

Page 135: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Istilah

xviii

dan hasil perhitungan akhir kliring debet dikirim ke Sistem Sentral Kliring (unit

kerja yang menangani SKNBI di KP Bank Indonesia) untuk diperhitungkan

secara nasional.

Kliring Kredit

Adalah kegiatan kliring untuk transfer kredit antar bank yang dikirim langsung

oleh bank peserta ke Sistem Sentral Kliring di KP Bank Indonesia tanpa

menyampaikan fisik warkat (paperless).

Loan to Deposit Ratio (LDR)

Adalah rasio antara jumlah kredit yang disalurkan terhadap dana yang

diterima (giro, tabungan dan deposito).

Net Interest Income (NII)

Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga.

Non Core Deposit (NCD)

Adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap pergerakan suku bunga.

Dalam laporan ini, NCD diasumsikan terdiri dari 30% giro, 30% tabungan dan

10% deposito berjangka waktu 1-3 bulan.

Non Performing Loans/Financing (NLPs/Ls)

Adalah kredit/pembiayaan yang termasuk dalam kualitas Kurang Lancar,

Diragukan dan Macet

Penyisihan Pengghapusan Aktiva Produktif (PPAP)

Adalah suatu pencadangan untuk mengantisipasi kerugian yang mungkin

timbul dari tidak tertagihnya kredit yang diberikan oleh bank. Besaran PPAP

ditentukan dari kualitas kredit. Semakin buruk kualitas kredit, semakin besar

PPAP yang dibentuk. Misalnya, PPAP untuk kredit yang tergolong Kurang

Lancar adalah 15% dari jumlah kredit Kurang Lancar (setelah dikurangi

agunan), sedangkan untuk kredit Macet, PPAP yang harus dibentuk adalah

100% dari total kredit macet (setelah dikurangi agunan).

Page 136: KAJIAN EKONOMI DAN Pertumbuhan Ekonomi Aktual..... 95 Tabel 7.2. Outlook Perekonomian Global..... 97 Tabel 7.3. Perkembangan Inflasi Aktual DAFTAR TABE L KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Istilah

xix

Rasio Non Performing Loans/Financing (NPLs/Fs)

Adalah rasio kredit/pembiayaan yang tergolong NPLs/Fs terhadap total

kredit/pembiayaan. Rasio ini juga sering disebut rasio NPLs/Fs gross. Semakin

rendah rasio NPLs/Fs, semakin baik kondisi bank ysb.

Rasio Non Performing Loans (NPLs) Net

Adalah rasio kredit yang tergolong NPLs, setelah dikurangi pembentukan

Penyisihan Pengghapusan Aktiva Produktif (PPAP), terhadap total kredit

Sistem Bank Indonesia Real Time Settlement (BI RTGS)

Adalah proses penyelesaian akhir transaksi pembayaran yang dilakukan

seketika (real time) dengan mendebet maupun mengkredit rekening peserta

pada saat bersamaan sesuai perintah pembayaran dan penerimaan

pembayaran.

Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKN-BI)

Adalah sistem kliring Bank Indonesia yang meliputi kliring debet dan kliring

kredit yang penyelesaian akhirnya dilakukan secara nasional.

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)

Adalah persentase jumlah angkatan kerja terhadap penduduk usia kerja.

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)

Adalah persentase jumlah pengangguran terhadap jumlah angkatan kerja.