Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat · ekonomi Sulawesi Barat akan tumbuh...

55
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH I SULAWESI MALUKU PAPUA (SULAMPUA) Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat TRIWULAN II 2014

Transcript of Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat · ekonomi Sulawesi Barat akan tumbuh...

Page 1: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat · ekonomi Sulawesi Barat akan tumbuh menguat namun disertaikenaikan inflasi. Perekonomian Sulbar pada triwulan II 2014

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH I

SULAWESI MALUKU PAPUA (SULAMPUA)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional

Provinsi Sulawesi Barat

TRIWULAN II 2014

Page 2: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat · ekonomi Sulawesi Barat akan tumbuh menguat namun disertaikenaikan inflasi. Perekonomian Sulbar pada triwulan II 2014

Publikasi ini dan publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

www.bi.go.id/web/id/Publikasi/

Salinan publikasi ini dapat diperoleh dengan menghubungi:

Divisi Asesmen Ekonomi dan Keuangan

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah I

Sulawesi Maluku Papua (Sulampua)

Jl. Jenderal Sudirman No. 3

Makassar 90113, Indonesia

Telepon: 0411 – 3615188/3615189

Faksimili: 0411 – 3615170

Page 3: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat · ekonomi Sulawesi Barat akan tumbuh menguat namun disertaikenaikan inflasi. Perekonomian Sulbar pada triwulan II 2014

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan II 2014

Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan iii

KATA PENGANTAR

Kata Pengantar

Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) disusun dan disajikan setiap

triwulan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah I – Sulawesi Maluku Papua (Sulampua), mencakup aspek

pertumbuhan ekonomi, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan, sistem

pembayaran dan pengelolaan uang, ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat, serta prospek perekonomian ke

depan. Kajian ekonomi daerah disamping bertujuan untuk memberikan masukan bagi Kantor Pusat Bank Indonesia dalam

merumuskan kebijakan moneter maupun makroprudensial, juga diharapkan dapat menjadi salah satu referensi bagi para

stakeholders di daerah dalam membuat keputusan. Keberadaan Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) di daerah

diharapkan dapat semakin berperan sebagai strategic partner bagi stakeholders di wilayah kerjanya.

Pada triwulan II 2014, ekonomi Sulbar tumbuh diatas rata-ratanyayaitu mencapai 9,29% (yoy) atau mengalami

percepatan dibandingkan triwulan I 2014 yang tumbuh 7,46% (yoy), sementara perekonomian nasional dan beberapa

daerah lain justru mengalami perlambatan pertumbuhan. Sebagai penggerak pertumbuhan adalah sektor industri

pengolahan, sektor pertambangan-penggalian dan sektor perdagangan-hotel-restoran. Peningkatan kegiatan ekonomi,

kemudian secara positif berdampak pada kenaikan penyerapan tenaga kerja terutama pada sektor sekunder dan tersier.

Namun demikian, seiring keberhasilan tersebut, masih terdapat tantangan yang perlu mendapat perhatian yaitu

meningkatnya ketimpangan pendapatan sehingga tingkat kemiskinan masih belum secara optimal ditekan. Di sisi lain, laju

inflasi Sulbar triwulan II 2014, walaupun masih pada level yang tinggi sebagai dampak dari kebijakan harga pemerintah,

dan cenderung meningkat, namun masih di bawah angka nasional. Peran TPID Sulbar diharapkan dapat semakin

diperkuat dalam koordinasi maupun kelembagaan untuk menjaga dan mengendalikan harga melalui keseimbangan

antara pasokan dan permintaan serta distribusi bahan pangan.

Dalam penyusunan laporan, Bank Indonesia memanfaatkan data serta informasi dari berbagai institusi baik secara

langsung yaitu melalui survei dan liaison maupun dari data yang sudah tersedia. Sehubungan dengan pek hal tersebut,

pada kesempatan ini, kami sampaikan terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak yang telah berkontribusi baik

berupa pemikiran maupun penyediaan data/informasi secara kontinyu, tepat waktu, dan reliable. Saran serta masukan

dari para pengguna sangat kami harapkan untuk menghasilkan laporan yang lebih baik ke depan.

Makassar, Agustus 2014

Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Wilayah I - Sulampua

Suhaedi

Direktur Eksekutif

Page 4: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat · ekonomi Sulawesi Barat akan tumbuh menguat namun disertaikenaikan inflasi. Perekonomian Sulbar pada triwulan II 2014

iv Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan II 2014

Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan

VISI BANK INDONESIA

Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional

melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian

inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil.

MISI BANK INDONESIA

1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi

kebijakan moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang

berkualitas.

2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan

efisien serta mampu bertahan terhadap gejolak internal dan

eksternal untuk mendukung alokasi sumber pendanaan/pembiayaan

dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian

nasional.

3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang

berkontribusi terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan

stabilitas sistem keuangan dengan memperhatikan aspek perluasan

akses dan kepentingan nasional.

4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia

yang menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta

melaksanakan tata kelola (governance) yang berkualitas dalam

rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan UU.

NILAI-NILAI STRATEGIS

Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar Bank Indonesia, manajemen

dan pegawai untuk bertindak dan atau berperilaku, yang terdiri atas

Trust and Integrity – Professionalism – Excellence – Public Interest –

Coordination and Teamwork.

Page 5: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat · ekonomi Sulawesi Barat akan tumbuh menguat namun disertaikenaikan inflasi. Perekonomian Sulbar pada triwulan II 2014

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan II 2014

Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan v

DAFTAR ISI

Daftar Isi

KATA PENGANTAR III

DAFTAR ISI V

RINGKASAN EKSEKUTIF 1

TABEL INDIKATOR 5

1. PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH 9

1.1. PERTUMBUHAN EKONOMI 10

1.2. SISI PERMINTAAN 10

1.3. SISI PENAWARAN 13

2. KEUANGAN PEMERINTAH 19

2.1. STRUKTUR ANGGARAN 20

2.2. PERKEMBANGAN REALISASI ANGGARAN 20

3. INFLASI DAERAH 23

3.1. INFLASI KELOMPOK BARANG DAN JASA 24

3.2. DISAGREGASI INFLASI 27

4. SISTEM KEUANGAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 29

4.1. KONDISI UMUM PERBANKAN 30

4.2. STABILITAS SISTEM KEUANGAN 32

4.3. PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN 33

4.4. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN 34

5. KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN 35

5.1. TENAGA KERJA 36

5.2. PENDUDUK MISKIN 37

5.3. RASIO GINI 38

Page 6: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat · ekonomi Sulawesi Barat akan tumbuh menguat namun disertaikenaikan inflasi. Perekonomian Sulbar pada triwulan II 2014

DAFTAR ISI

vi Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan II 2014

Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan

5.4. NILAI TUKAR PETANI 38

6. PROSPEK PEREKONOMIAN 41

6.1. PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI 42

6.2. PROSPEK INFLASI 44

LAMPIRAN 466

Page 7: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat · ekonomi Sulawesi Barat akan tumbuh menguat namun disertaikenaikan inflasi. Perekonomian Sulbar pada triwulan II 2014

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan II 2014

Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan 1

RINGKASAN EKSEKUTIF

Ringkasan Eksekutif

Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan

Gambaran Umum

Perekonomian Sulawesi Barat

triwulan II 2014 tumbuh tinggi,

meski disertai inflasi tinggi..

Pada triwulan II 2014, perekonomian Sulawesi Barat (Sulbar) tumbuh sebesar 9,29%

(yoy), jauh di atas triwulan I 2014 (7,47%, yoy). Pertumbuhan ekonomi Sulbar tersebut

lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional triwulan II 2014 yang

melambat sebesar 5,12% (yoy). Pertumbuhan ekonomi terutama bersumber dari

pertumbuhan sektor industri pengolahan, pertambangan-penggalian dan perdagangan-

hotel-restoran (PHR), dan kuatnya investasi (PMTB). Tekanan inflasi tercatat

mengalami peningkatan di triwulan laporan menjadi 6,65% (yoy) dari 6,24% (yoy) di

triwulan I 2014. Meningkatnya inflasi terutama didorong oleh biaya pada kelompok

bahan makanan, makanan jadi, perumahan dan kesehatan yang meningkat

dibandingkan periode sebelumnya. Sektor perbankan masih melanjutkan trend

perlambatan sejak pertengahan tahun 2013, antara lain terkait dengan kebijakan

stabilisasi baik dari sisi moneter maupun makroprudensial. Perlambatan sektor

perbankan tersebut juga searah dengan indikator-indikator keuangan Sulbar yang

relatif melambat dari triwulan sebelumnya. Sebagai tantangan ke depan untuk

menjaga pertumbuhan ekonomi yang tinggi, diperlukan upaya untuk terus mendorong

peningkatan produktivitas sektor utama. Adapun beberapa faktor risiko tekanan inflasi

harus diwaspadai terutama terkait dengan ekspektasi atas dampak dari kebijakan

administered priceyang akan diberlakukan.

Pertumbuhan Ekonomi Daerah

Kenaikan investasi dan

eksporterkait kinerja sektor

industri pengolahan,

pertambangan-penggalian dan

PHR.

Perekonomian Sulbar pada triwulan II 2014 mengalami akselerasi pertumbuhan yang

tinggi karena kinerja sektor tersier dan primer yang pada akhirnya mendorong

kegiatan investasi (PMTB) dan neraca perdagangan Sulbar. Pertumbuhan ekonomi

Sulbar pada triwulan laporan tercatat sebesar 9,29% (yoy), lebih tinggi dari triwulan

sebelumnya yang tercatat sebesar 7,47% (yoy). Dari sisi permintaan, akselerasi

pertumbuhan dimotori oleh kinerja investasi (PMTB) serta ekspor. Dari sisi sektoral,

sektor industri pengolahan, pertambangan-penggalian dan PHR.

Keuangan Pemerintah

Realisasi pendapatan berhasil

mencapai diatas 50%, tapi

Realisasi persentase pendapatan relatif optimal karena telah mencapai lebih dari

50%, sebaliknya realisasi persentase belanja daerah meskipun meningkat

Page 8: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat · ekonomi Sulawesi Barat akan tumbuh menguat namun disertaikenaikan inflasi. Perekonomian Sulbar pada triwulan II 2014

RINGKASAN EKSEKUTIF

2 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan II 2014

Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan

belum diikuti realisasi belanja.. dibandingkan periode sebelumnya, namun masih relatif rendah. Dari sisi pendapatan,

target pendapatan daerah (50% dari angggaran pendapatan) telah terlampaui, dan

capaiannya lebih tinggi dari periode yang sama tahun 2013. Kenaikan berasal dari

komponen dana perimbangan serta komponen lain-lain pendapatan yang sah.

Sementara itu, realisasi persentase belanja daerah meskipun meningkat namun masih

relatif rendah yaitu sebesar 32%, sesuai pola musimannya. Meski demikian, secara

nominal, realisasi belanja triwulan II 2014 tersebut masih lebih tinggi jika dibandingkan

dengan tahun sebelumnya.

Inflasi Daerah

Inflasi Sulbar triwulan II 2014

sedikit diatas triwulan

sebelumnya..

Pada triwulan II 2014, inflasi Sulbar tercatat sebesar 6,65% (yoy), lebih tinggi dari

triwulan I 2014 (6,24%, yoy), seiring meningkatnya permintaan pada beberapa

kelompok barang/jasa yang dikonsumsi masyarakat. Naiknya inflasi didorong oleh

menguatnya tekanan inflasi kelompok bahann makanan, perumahan, dan kesehatan.

Meski demikian, inflasi tahunan Sulbar masih lebih rendah dari laju inflasi tahunan

nasional yang pada triwulan II 2014 tercatat sebesar 6,70% (yoy).

Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran

Kinerja sistem keuangan

melambat namun risiko kredit

masih terjaga baik...

Transaksi nontunai tumbuh

melambat...

Kinerja sistem keuangan Sulbar pada triwulan I 2014 tumbuh melambat

dibandingkan triwulan sebelumnya. Indikator utama perbankan memperlihatkan

melambatnya pertumbuhan aset, dana pihak ketiga, dan kredit. Perlambatan

pertumbuhan aset bank umum terjadi pada bank pemerintah maupun bank swasta

nasional. Sementara itu, kegiatan intermediasi yang tercermin dari LDR tercatat sangat

tinggi(142,17%). Perlambatan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) terjadi pada jenis

simpanan tabungan dan deposito, sedangkan giro meningkat. Perlambatan kredit juga

terjadi pada kredit investasi dan kredit modal kerja. Sedangkan kredit konsumsi

mengalami peningkatan. Secara sektoral, perlambatan penyaluran kredit dialami oleh

sektor utama (pertambangan, industri pengolahan, perdagangan, pengangkutan, dan

jasa sosial masyarakat). Disisi lain, kredit sektor pertanian mengalami peningkatan.

Risiko kredit perbankan masih tetap terjaga dengan baik, rasio NPLs bank umum masih

berada pada level aman (4,68%). Alokasi kredit, hampir seluruhnya kepada sektor

UMKM yaitu lebih dari 95% (jauh diatas ketentuan Bank Indonesia sebesar 20%),

sisanya kepada sektor korporasi.

Perkembangan sistem pembayaran cenderung mengikuti arah pertumbuhan

indikator perbankan yang mengalami perlambatan pada triwulan I 2014. Transaksi

nontunai menggunakan Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) tidak tumbuh setinggi

periode lalu. Perlambatan tersebut dinilai masih sesuai pola musimannya yaitu tahapan

pelaksanaan proyek-proyek sektor swasta dan maupun yang bersumber dari

pemerintah.

Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

Tingkat pengangguran dan

kesejahteraan mengalami

peningkatan.

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Sulawesi Barat sebesar 2,33% (Februari 2014)

atau lebih tinggi dari tahun sebelumnya 2,00% (Februari 2013). Secara struktur, belum

terjadi perubahan yang signifikan pada porsi tenaga kerja di sektor primer, sekunder,

maupun tersier. Adapun tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) Sulbar pada Februari

2014 tercatat sebesar 70,04%, mengalami penurunan dari Februari 2013 yang tercatat

Page 9: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat · ekonomi Sulawesi Barat akan tumbuh menguat namun disertaikenaikan inflasi. Perekonomian Sulbar pada triwulan II 2014

RINGKASAN EKSEKUTIF

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan II 2014

Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan 3

72,43%. Sementara itu, ketimpangan kesejahteraan di Provinsi Sulawesi Barat kembali

perlu mendapat perhatian setelah dua tahun terakhir menunjukkan pembaikan.

Prospek Perekonomian

Pada triwulan II 2014 diprediksi

ekonomi Sulawesi Barat akan

tumbuh menguat namun

disertaikenaikan inflasi.

Perekonomian Sulbar pada triwulan II 2014 dan untuk keseluruhan tahun 2014 ke

depan, masing-masing diperkirakan akan tumbuh pada kisaran 7,8% - 8,8% (yoy) dan

8,0% - 9,0% (yoy). Pertumbuhan ekonomi yang meningkat tersebut tidak terlepas dari

relatif menguatnya faktor-faktor pendukung pertumbuhan. Jika dibandingkan dengan

ekonomi nasional, angka pertumbuhan ekonomi Sulbar 2014 tetap lebih baik. Di sisi

permintaan, pertumbuhan ekonomi ditopang oleh permintaan domestik (lokal) yang

tetap kuat. Sementara itu, di sisi penawaran, sektor pertanian mengalami peningkatan

meski tidak seoptimal biasanya. Demikian pula untuk sektor industri yang diperkirakan

akan meningkatkan produksinya untuk merespons kenaikan permintaan. Di sisi lain,

laju inflasi triwulan II 2014 diprakirakan akan menghadapi tekanan, didorong kenaikan

permintaan dan penyesuaian tarif (administered prices).

Page 10: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat · ekonomi Sulawesi Barat akan tumbuh menguat namun disertaikenaikan inflasi. Perekonomian Sulbar pada triwulan II 2014

RINGKASAN EKSEKUTIF

4 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan II 2014

Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

Page 11: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat · ekonomi Sulawesi Barat akan tumbuh menguat namun disertaikenaikan inflasi. Perekonomian Sulbar pada triwulan II 2014

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan II 2014

Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan 5

PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAHTabel Indikator Ekonomi

A. INFLASI DAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB)

I II III IV I II III IV I II

MAKRO

Indeks Harga Konsumen

-Sulawesi Barat 134.57 134.98 137.56 138.24 140.21 140.78 145.61 146.41 108.92 110.28

-Sulawesi Selatan 132.89 133.44 135.69 136.14 139.01 139.26 145.51 144.60 109.16 109.71

-Sulawesi Utara 128.11 129.75 131.57 133.73 136.86 136.16 141.73 144.59 109.39 110.28

-Gorontalo 134.65 136.07 137.85 139.32 141.62 140.95 142.53 147.46 108.24 109.32

-Papua 126.38 127.28 129.07 132.71 133.82 135.00 140.14 143.68 113.54 112.66

-Papua Barat 144.28 149.65 152.64 152.79 155.28 158.31 167.44 163.87 108.41 109.26

-Maluku 137.57 142.05 142.03 140.74 141.12 144.46 156.03 153.14 110.38 111.97

-Sulawesi Tengah 135.20 137.53 141.14 142.34 143.27 142.88 151.42 153.12 111.45 113.64

-Sulawesi Tenggara 137.27 138.93 141.02 141.15 141.41 144.15 151.32 149.50 108.00 108.71

-Maluku Utara 133.20 134.73 135.68 136.87 138.49 138.68 148.77 150.25 112.16 114.28

Laju Inflasi Tahunan (%, yoy)

-Sulawesi Barat 3.81 3.24 3.71 3.28 4.19 4.30 5.85 5.91 6.24 6.65

-Sulawesi Selatan 4.06 3.84 4.48 4.41 4.61 4.36 7.24 6.21 5.88 5.92

-Sulawesi Utara 0.95 3.73 5.23 6.04 6.83 4.94 7.72 8.12 5.67 6.26

-Gorontalo 5.91 5.95 5.40 5.31 5.18 3.59 3.39 5.84 5.10 5.82

-Papua 1.94 1.80 2.94 4.52 5.89 6.07 8.58 8.27 9.57 7.40

-Papua Barat 2.07 4.11 5.52 5.07 7.62 5.79 9.70 7.25 5.77 5.27

-Maluku 8.65 6.25 7.07 6.73 2.58 1.70 9.86 8.81 8.95 8.87

-Sulawesi Tengah 2.50 4.99 6.78 5.87 5.97 3.89 7.28 7.57 8.42 10.37

-Sulawesi Tenggara 5.10 4.65 2.03 5.25 3.02 3.76 7.30 5.92 5.60 4.21

-Maluku Utara 4.54 4.30 3.87 3.29 3.97 2.93 9.65 9.78 8.80 9.75

PDRB Penawaran- Harga Konstan (Rp Miliar)

1. Pertanian 718 678 605 588 738 706 650 640 794 728

2. Pertambangan dan Penggalian 10 12 16 17 13 14 15 18 14 15

3. Industri Pengolahan 118 127 129 133 134 137 134 138 174 230

4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 7 7 8 8 7 9 9 9 9 9

5. Konstruksi/ Bangunan 48 56 70 91 52 62 78 100 57 65

6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 169 174 177 191 182 188 197 205 201 202

7. Angkutan dan Komunikasi 46 46 51 50 48 51 56 55 53 54

8. Keuangan, Persewaan, Jasa Perusahaan 84 91 93 95 92 99 102 106 97 105

9. Jasa-jasa 208 221 265 299 244 251 268 305 245 248

PDRB Permintaan- Harga Konstan (Rp Miliar)

1. Konsumsi 1238 1288 1336 1378 1321 1366 1414 1455 1391 1429

2. Investasi 203 192 141 157 213 205 156 181 262 251

3. Ekspor 240 240 259 269 268 270 274 289 305 329

4. Impor 272 307 323 335 292 324 333 349 314 350

Total PDRB (Rp Miliar) 1408 1414 1413 1470 1511 1517 1510 1575 1645 1657

Pertumbuhan PDRB (%, yoy) 15.56 8.94 4.03 8.16 7.30 7.29 6.85 7.20 8.85 9.29

Catatan:

*) Angka sementara untuk data PDRB; data IHK menggunakan tahun dasar 2007

**) Angka sangat sementara untuk data PDRB; data IHK menggunakan tahun dasar 2012

INDIKATOR2012* 2013* 2014**

Page 12: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat · ekonomi Sulawesi Barat akan tumbuh menguat namun disertaikenaikan inflasi. Perekonomian Sulbar pada triwulan II 2014

TABEL INDIKATOR EKONOMI

6 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan II 2014

Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan

B. PERBANKAN (KREDIT LOKASI BANK, DPK LOKASI KC/KCP) DAN TRANSAKSI RTGS)

I II III IV I II III IV I II

BANK UMUM

ASET (Rp Miliar) 3,089 3,399 3,578 3,706 3,860 4,122 4,440 4,291 4,417 4,552

DPK (Rp Miliar) 2,224 2,572 2,726 2,622 2,224 2,572 2,726 2,622 2,985 3,226

Giro 619 718 899 474 619 718 899 474 829 932

Tabungan 1,395 1,626 1,628 1,949 1,395 1,626 1,628 1,949 1,943 1,964

Deposito 210 228 199 199 210 228 199 199 213 330

Kredit (Rp Miliar) 2,889 3,095 3,237 3,364 3,452 3,625 3,751 3,870 3,966 4,118

Modal Kerja 1,136 1,427 1,208 1,214 1,246 1,270 1,295 1,334 1,359 1,448

Investasi 269 271 286 299 313 407 409 416 426 373

Konsumsi 1,483 1,397 1,744 1,851 1,893 1,948 2,046 2,120 2,181 2,297

LDR 129.89% 120.32% 118.78% 128.28% 155.23% 140.92% 137.61% 147.57% 132.87% 127.63%

Kredit (Rp Miliar) 2,889 3,095 3,237 3,364 3,452 3,625 3,751 3,870 3,966 4,118

Pertanian 134 147 167 168 169 196 205 217 229 224

Pertambangan 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

Industri pengolahan 28 39 38 38 41 33 33 36 37 43

Listrik, Gas dan Air 0 0 0 0 0 1 1 1 1 3

Konstruksi 45 47 52 16 37 44 48 46 48 41

Perdagangan 908 1,245 1,046 1,055 1,078 1,241 1,236 1,268 1,280 1,338

Pengangkutan 4 5 5 7 7 6 6 7 8 9

Jasa Dunia Usaha 39 39 39 69 40 64 64 59 55 58

Jasa Sosial Masyarakat 110 98 77 69 85 91 109 114 125 84

Lain-lain 1,618 1,472 1,810 1,940 1,993 1,948 2,046 2,120 2,181 2,314

Kredit Usaha Mikro (Rp Miliar) 479 463 501 489 486 536 533 545 580 645

Modal Kerja 384 378 411 394 407 429 442 455 474 543

Investasi 95 85 91 95 79 107 92 90 106 101

Kredit Usaha Kecil (Rp Miliar) 668 823 799 838 885 934 972 1,018 1,015 1,021

Modal Kerja 524 672 620 649 670 662 688 724 732 794

Investasi 144 151 179 189 216 272 284 294 283 227

Kredit Usaha Menengah (Rp Miliar) 74 198 67 76 80 108 127 118 127 140

Modal Kerja 60 185 61 67 68 84 97 89 93 101

Investasi 14 13 6 9 13 24 31 29 33 39

NPL Total (Gross %) 3.72% 3.74% 3.68% 2.55% 4.56% 4.46% 4.19% 3.81% 4.68% 4.59%

NPL UMKM (Gross %) 7.31% 6.67% 6.86% 4.04% 4.86% 5.34% 4.74% 3.94% 5.93% 8.79%

BANK UMUM SYARIAH

ASET (Rp Miliar) 174 204 202 210 222 239 249 264 260 230

DPK (Rp Miliar) 56.98 67.32 68.62 86.06 56.98 67.32 68.62 86.06 94.91 97.35

Giro 0.68 2.85 4.33 10.63 0.68 2.85 4.33 10.63 9.58 9.63

Tabungan 47.86 51.94 51.02 59.33 47.86 51.94 51.02 59.33 69.42 73.69

Deposito 8.44 12.53 13.27 16.10 8.44 12.53 13.27 16.10 15.91 14.03

Pembiayaan (Rp Miliar) 164.63 188.65 194.39 199.90 212.32 223.02 235.20 244.92 246.20 250.15

Modal Kerja 80.57 87.17 83.31 79.62 74.77 71.53 66.13 62.56 60.42 63.96

Investasi 11.51 14.45 20.20 25.12 35.91 43.28 53.82 63.29 68.84 9.58

Konsumsi 72.54 87.03 90.88 95.15 101.64 108.22 115.25 119.07 116.94 176.61

FDR Lokasi Bank 288.94% 280.23% 283.30% 232.27% 372.64% 331.28% 342.77% 284.59% 259.40% 256.97%

I II III IV I II III IV I II

TRANSAKSI RTGS

Ingoing (Rp Miliar) 712.04 835.7 956.15 918.78 894.45 973.12 1474.24 1454.4 1164.2 789.08

Outgoing (Rp Miliar) 400.56 532.89 562.18 883.58 292.41 387.58 497.27 740.60 406.16 558.63

INDIKATOR2012 2013 2014

INDIKATOR2012 2013 2014

Page 13: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat · ekonomi Sulawesi Barat akan tumbuh menguat namun disertaikenaikan inflasi. Perekonomian Sulbar pada triwulan II 2014

TABEL INDIKATOR EKONOMI

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan II 2014

Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan 7

C. GRAFIK INDIKATOR

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Pangsa Perekonomian (PDRB ADHB) Pertumbuhan Ekonomi (PDRB ADHK)

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Sumbangan Sektor Ekonomi bagi Pertumbuhan Ekonomi Sulbar Sumbangan Komponen Penggunaan bagi Pertumbuhan Ekonomi Sulbar

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Sumber: Laporan Bank, diolah

Inflasi dan BI Rate Perbankan Sulbar

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Pengangguran Terbuka Persentase Penduduk Miskin

0%

1%

2%

3%

4%

5%

6%

7%

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2010 2011 2012 2013 2014

Rasio PDRB Sulampua terhadap PDB Nasional

Rasio PDRB Sulbar terhadap PDB Nasional

4%

6%

8%

10%

12%

14%

16%

18%

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2010 2011 2012 2013 2014

Pertumbuhan Ekonomi Nasional (yoy)

Pertumbuhan Ekonomi Sulbar(yoy)

-3%

-1%

1%

3%

5%

7%

9%

11%

13%

15%

17%

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2010 2011 2012 2013 2014

Pertanian Pertambangan PHR

Industri Pengolahan Komunikasi dan Transportasi Lainnya

PDRB

-4%-2%0%2%4%6%8%

10%12%14%16%18%

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2010 2011 2012 2013 2014

Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi PemerintahInvestasi Perubahan StokNet Ekspor PDRB

0%

1%

2%

3%

4%

5%

6%

7%

8%

9%

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

Inflasi Nasional (yoy)

Inflasi Sulbar (yoy)

BI Rate

100%

110%

120%

130%

140%

150%

160%

170%

180%

190%

200%

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

4

4.5

5

I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014

(Rp Triliun)Aset

DPK Lokasi Bank Pelapor

Kredit Lokasi Bank

LDR - Skala Kanan

0%

1%

1%

2%

2%

3%

3%

4%

4%

5%

5%

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

2009 2010 2011 2012 2013 2014

(Ribu Orang)Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) - Skala Kanan

Jumlah Penduduk

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

14%

16%

18%

130

135

140

145

150

155

160

165

2009 2010 2011 2012 2013 2014

(Ribu Orang) % Penduduk Miskin - Skala KananJumlah Penduduk Miskin

Page 14: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat · ekonomi Sulawesi Barat akan tumbuh menguat namun disertaikenaikan inflasi. Perekonomian Sulbar pada triwulan II 2014

TABEL INDIKATOR EKONOMI

8 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan II 2014

Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan

1.

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

Page 15: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat · ekonomi Sulawesi Barat akan tumbuh menguat namun disertaikenaikan inflasi. Perekonomian Sulbar pada triwulan II 2014

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan II 2014

Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan 9

Bab 1 Pertumbuhan Ekonomi Daerah

Perekonomian Sulawesi Barat (Sulbar) pada triwulan II 2014 tumbuh 9,29%

(yoy), jauh lebih tinggi dari triwulan sebelumnya sebesar 7,46% (yoy). Dari

sisi permintaan, penguatan perekonomian Sulbar pada triwulan II 2014

terutama didorong oleh kenaikan komponen ekspor dan masih tingginya

tingkat investasi (PMTB).Pada sisi penawaran, penguatan perekonomian

terutama karena membaiknya kinerja sektor industri pengolahan, sektor

pertambangan-penggalian dan sektor perdagangan-hotel-restoran.

Page 16: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat · ekonomi Sulawesi Barat akan tumbuh menguat namun disertaikenaikan inflasi. Perekonomian Sulbar pada triwulan II 2014

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

10 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan II 2014

Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan

1.1. Pertumbuhan Ekonomi

Pada triwulan II-2014, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Barat (Sulbar) tumbuh 9,29% (yoy), jauh lebih tinggi

dibandingkan triwulan sebelumnya terutama karena keberhasilan komponen investasi (PMTB) dan ekspor.

Pertumbuhan ekonomi Sulbar pada triwulan II 2014 tercatat sebesar 9,29% (yoy), lebih tinggi dari triwulan I 2014 (7,46%;

yoy) - Grafik 1.1. Dari sisi sektoral, menguatnya pertumbuhan terutama didukung oleh membaiknya kinerja sektor industri

pengolahandan sektor pertambangan-penggalian.

Sumber: BPS Sumber: BPS

Grafik 1.1. Perkembangan PDRB Sulbar Grafik 1.2. Struktur Ekonomi Sulbar

1.2. Sisi Permintaan

Dari sisi permintaan, penguatan perekonomian Sulbar pada triwulan II 2014 terutama didorong oleh kenaikan

komponen ekspor dan investasi (PMTB). Pertumbuhan investasi (PMTB)tumbuh sangat tinggi dan mengalami

peningkatan pada periode laporan, sehubungan dengan kelanjutan beberapa proyek-proyek jangka panjang dan empat

mega proyek di Sulbar.Di samping itu, kinerja ekspor juga mengalami penguatan yang didukung oleh menguatnya kinerja

sektor industri pengolahan dan perdagangan-hotel-restaoran.

Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Menurut Komponen Pengeluaran

Sumber: Badan Pusat Statistik

*) Angka sementara **) Angka sangat sementara

Dorongan invetasi (pmtb) dan ekspor Sulbar menjadi motor pertumbuhan ekonomi Sulbar pada triwulan II 2014 yang

tumbuh meningkat. Selain konsumsi, sumbangan yang diberikan komponen investasi dan ekspor terhadap pertumbuhan

Sulbar tercatat masih mendominasi pertumbuhan triwulan laporan. Pada triwulan II 2014, sumbangan komponen

investasi dan ekspor masing-masing adalah sebesar 1,75% dan 3,88% (Tabel 1.1 dan Grafik 1.2).

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

14%

16%

18%

-

200

400

600

800

1,000

1,200

1,400

1,600

1,800

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2010 2011 2012 2013 2014Rp

Mily

ar

PDRB ADHK (LHS) y.o.y Sulbar (RHS) y.o.y Nasional (RHS)

9.29

5.12

47.11%

0.80%

11.05%0.53%

3.51%

12.78%

1.94%

5.56%

16.72% Pertanian

Pertambangan & Penggalian

Industri Pengolahan

Listrik,Gas & Air Bersih

Bangunan

Perdagangan, Hotel & Rest

Angkutan & Komunikasi

Keuangan, Persewaan & Jasa

Jasa - jasa

Keterangan (searah jarum jam):

I II III IV I II III IV I II

11.40 8.75 6.03 6.38 8.02 6.77 6.06 5.85 5.57 6.04 5.35 4.57

8.97 8.13 4.71 3.18 6.16 3.98 5.41 5.05 5.50 4.99 6.08 5.87

19.27 10.38 9.43 14.37 13.02 15.04 7.74 7.82 5.73 8.72 3.38 1.28

9.54 4.02 0.27 0.41 3.24 0.26 6.91 8.04 15.48 7.94 14.98 16.01

-40.08 -3.13 42.49 3.16 -1.04 -25.49 -17.97 -6.95 -8.07 -13.07 -8.15 -60.09

22.02 8.96 0.30 0.22 6.83 11.92 12.26 5.46 7.47 9.15 8.87 21.79

8.80 6.10 6.53 0.79 5.28 7.53 5.72 3.01 4.41 5.06 7.49 8.05

15.56 8.94 4.03 8.16 9.01 7.30 7.29 6.85 7.20 7.16 7.47 9.29

Pertumbuhan Komponen

Penggunaan (%; yoy)20132012

2013**2012* 2014**

Page 17: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat · ekonomi Sulawesi Barat akan tumbuh menguat namun disertaikenaikan inflasi. Perekonomian Sulbar pada triwulan II 2014

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan II 2014

Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan 11

Sumber: Badan Pusat Statistik

*) Angka sementara **) Angka sangat sementara

Grafik 1.3. Sumbangan Pertumbuhan Menurut Komponen Pengeluaran

1.2.1 Konsumsi

Kegiatan konsumsi pada triwulan II 2014 tumbuh melambat dibandingkan triwulan I 2014, disebabkan oleh

perlambatan konsumsi pemerintah dan rumah tangga. Konsumsi secara keseluruhan tercatat tumbuh sebesar 4,57%

(yoy) sedangkan pada triwulan sebelumnya tercatat tumbuh sebesar 5,35% (yoy). Dilihat dari pelakunya, tendensi

perlambatan terutama terjadi pada konsumsi pemerintah yang disebabkan oleh persentase penyerapan anggaran belanja

Provinsi Sulbar pada awal tahun 2014 relatif belum optimal.

Konsumsi rumah tangga masih tumbuh cukup kuat meski melambat karena faktor musiman Ramadhan dan kenaikan

daya beli masyarakat. Seperti biasanya konsumsi masyarakat menguat dalam menyambut bulan Ramadhan yang

didukung oleh menguatnya daya beli sehubungan dengan meningkatnya UMP pada tahun 2014 sebesar 20,17%

dibandingkan tahun sebelumnya atau sebesar Rp1.400.000 dan ekspektasi pencairan gaji ke-13, serta pembayaran THR

(Grafik 1.3).Komponen konsumsi rumah tangga mencatat pertumbuhan sebesar 5,87% (yoy) pada triwulan laporan. Pada

triwulan lalu, pertumbuhan komponen ini tercatat sebesar 6,08% (yoy).

Pada sisi lain, komponen konsumsi pemerintah tumbuh melambat pada triwulan II 2014 dibandingkan triwulan I 2014

seiring dengan masih belum optimalnya realisasi belanja daerah Provinsi Sulbar hingga pertengahan tahun 2014 yang

diperkirakan ditengarai oleh siklus pengelolaan anggaran Pemda yang penyerapan anggaran cenderung rendah di awal

tahun dan menumpuk di akhir tahun. Pada triwulan laporan, konsumsi pemerintah mencatat angka pertumbuhan

sebesar 1,28% (yoy), lebih rendah dari triwulan I 2014 (3,38%; yoy). Persentase total realisasi belanja pemerintah tercatat

baru sebesar 32,36% pada triwulan II 2014.

Sumber: BPS

Grafik 1.4. Perkembangan Upah Minimum Provinsi

1.2.2 Investasi

Pada triwulan II 2014, investasi dalam bentuk PMTB kembali tumbuh tinggi dan lebih tinggi dari capaian pada triwulan

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

14.00

16.00

18.00

I II III IV I II III IV I II

2012* 2013** 2014**

Impor EksporInvestasi (PMTB) KonsumsiPDRB

0

5

10

15

20

25

0.00

0.20

0.40

0.60

0.80

1.00

1.20

1.40

1.60

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

%, yoyRp Juta

UMP Provinsi Sulbar gUMP - Skala Kanan

Page 18: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat · ekonomi Sulawesi Barat akan tumbuh menguat namun disertaikenaikan inflasi. Perekonomian Sulbar pada triwulan II 2014

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

12 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan II 2014

Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan

Sebelumnya. Komponen PMTB Sulbar tercatat tumbuh hingga 16,01% (yoy) setelah pada triwulan I2014 bertumbuh

sebesar 14,98% (yoy). Hal ini masih didorong oleh kelanjutan proyek-proyek investasi jangka panjang dan mega proyek

(pembangunan jalan Mamuju Multy Mood Acces Road to Port Belang-Belang, PLTU, Rumah Sakit Sulbar, Depo Pertamina

dan jalan strategis nasional di Sulbar) di Sulbar tahun 2014. Pembangunan jalan MamujuMulty Mood Acces Road to Port

Belang-Belang dirancang sepanjang 102 kilometer dengan lebar jalan 30 meter (Rp800 miliar). Kemudian pembangunan

PLTU berkapasitas 2x25 megawatt di Mamuju oleh PT Rekayasa Industri dengan investasi sekitar USD100 juta (dana

berasal dari pinjaman bank lokal (70%) dan internal perusahaan 30%). Kemudian untuk pembangunan rumah sakit

bekerjasama dengan Pusat Investasi Pemerintah (PIP). Rumah sakit tersebut akan dibangun bertipe B dengan kualitas

pelayanan internasional. Meski demikian, kredit (berdasarkan lokasi proyek)yang disalurkan perbankanuntuk keperluan

investasi juga tetap tumbuh tinggi (6,27%; yoy) meski jauh melambat dari triwulan sebelumnya (Grafik 1.5).

Masih bergulirnya proyek investasi dalam rangka pembangunan kawasan industri di Sulbar juga menjadi penopang

pertumbuhan komponen PMTB. Berbagai proyek pembangunan serta investasi barang modal yang ditujukan untuk

memajukan kinerja sektor riil tersebut merupakan realisasi dari terpilihnya Sulbar sebagai daerah percepatan

pembangunan industri nasional yang antara lain ditujukan bagi subsektor pengolahan minyak kelapa sawit, minyak

goreng, kakao, serta rotan.

Sumber: Laporan Bank, diolah

Grafik 1.5. Penyaluran Kredit Investasi

1.2.3 Ekspor dan Impor

Neraca perdagangan Sulbar masih defisit pada triwulan II 2014 dan jauh lebih dalam karenakenaikan kegiatan impor

yang signifikan. Sumbangan Impor ke PDRB menguat dari 0,99% menjadi 2,16% pada triwulan laporan (Grafik 1.7).

Ekspor Sulbar pada triwulan II 2014 tercatat tumbuh sebesar 21,79% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya

(8,87%; yoy). Hal tersebut dinilai merupakan dorongan dari tingkat produksi sektor tradable, khususnya sektor pertanian

yang menghasilkan komoditas unggulan Sulbar seperti kakao, kopi, kelapa sawit, dan jagung yang tumbuh menguat pada

triwulan laporan. Adapun penguatan ekspor didorong oleh peningkatan produksi CPO yang menjadi produk olahan

unggulan dari Sulbar, seiring mulai meningkatnya kinerja pabrik CPO.Sementara itu, impor juga tumbuh sedikit menguat

dari 7,49% (yoy) di triwulan I 2014 menjadi 8,05% (yoy) pada triwulan II2014. Menguatnya permintaan masyarakat pada

triwulan laporan mendorong penguatan konsumsi dan impor karena sebagian besar barang yang dikonsumsi masyarakat

masih berasal dari luar daerah.

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

0

100

200

300

400

500

600

700

800

900

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

%, yoy

Rp

Mili

ar

Kredit Investasi gKredit Investasi - Skala Kanan

Page 19: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat · ekonomi Sulawesi Barat akan tumbuh menguat namun disertaikenaikan inflasi. Perekonomian Sulbar pada triwulan II 2014

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan II 2014

Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan 13

Sumber: BPS, diolah

Grafik 1.6. Perkembangan Net Ekspor

1.3. Sisi Penawaran

Pada sisi penawaran, perekonomian Sulbar tumbuh menguat di triwulan II 2014, terutama didukung oleh membaiknya

kinerja sektor industri pengolahan, sektor pertambangan-penggalian dan sektor perdagangan-hotel-restoran. Sektor

Ekonomi yang mencatat perlambatanpertumbuhan yaitu sektor pertanian, listrik-gas-air (LGA), bangunan, angkutan-

komunikasi, keuangan-persewaan-jasa perusahaan dan jasa-jasa.Namun demikian, sumbangan sektor pertanian masih

menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi Sulawesi Barat.Pergeseran struktur PDRB yang cukup signifikan

ditunjukkan oleh pertumbuhan sektor industri pengolahan yang sangat fantastis sehingga mampu menggeser porsi

sumbangan sektor PHR dalam PDRB yang biasanya terbesar.

Tabel 1.2. Pertumbuhan Ekonomi Menurut Sektor Ekonomi

Sumber: Badan Pusat Statistik *) Angka sementara **) Angka sangat sementara

-300

-250

-200

-150

-100

-50

0

-1500

-1000

-500

0

500

1000

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2P

2010 2011 2012 2013 2014

Impor Ekspor Net Ekspor - skala kanan

I II III IV I II III IV I II

1. Pertanian 22.95 8.05 -3.00 0.36 6.94 2.71 4.06 7.56 8.89 5.60 8.42 3.14

2. Pertambangan & Penggalian -9.84 1.41 22.99 29.98 11.77 24.62 13.96 -0.84 10.06 10.60 7.92 8.05

3. Industri Pengolahan 3.54 4.17 3.16 11.45 5.57 14.01 7.38 3.69 3.05 6.84 7.77 68.42

4. Listrik,Gas & Air Bersih 12.72 18.59 19.07 14.60 16.23 6.61 16.72 15.90 22.28 15.58 27.19 10.91

5. Bangunan 7.44 3.87 10.64 10.85 8.62 8.79 10.68 10.80 10.65 10.36 9.60 4.78

6. Perdagangan, Hotel & Restoran 5.78 5.53 4.89 12.91 7.31 7.99 8.17 11.48 7.68 8.82 6.43 7.10

7. Angkutan & Komunikasi 9.26 2.09 8.10 3.40 5.64 4.47 10.85 9.36 9.88 8.69 10.18 5.86

8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 0.73 8.61 6.68 8.81 6.25 9.68 8.68 10.47 11.59 10.13 8.60 6.15

9. Jasa - jasa 20.04 21.92 18.16 20.24 20.00 17.24 13.58 1.09 2.01 7.53 3.17 -0.92

15.56 8.94 4.03 8.16 9.01 7.30 7.29 6.85 7.20 7.16 7.47 9.29

Pertumbuhan Sektor Ekonomi

(%; yoy)

2012*2012

2013** 2014**2013

-4

-2

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

I II III IV I II III IV I II

2012* 2013** 2014**

Sektor lainnya PHR Industri Pertanian PDRB

Page 20: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat · ekonomi Sulawesi Barat akan tumbuh menguat namun disertaikenaikan inflasi. Perekonomian Sulbar pada triwulan II 2014

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

14 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan II 2014

Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan

Sumber: Badan Pusat Statistik

*) Angka sementara **) Angka sangat sementara

Grafik 1.7. Sumbangan Pertumbuhan Menurut Sektor Ekonomi

1.3.1 Sektor Pertanian

Pada triwulan II 2014, sektor pertanian tumbuh melambat, antara lain karena pergeseran musim panen dari Februari

ke bulan Maret atau April. Pada akhir tahun 2013 masih ditandai dengan tingginya curah hujan, pada saat para petani

menyelesaikan musim tanam sehingga harus melakukan penanaman ulang.Dampak lanjutannya adalah pada periode

triwulan II 2014, yang seharusnya sudah mengalami pada musim panen namun masih dalam periode musim tanam.Sektor

pertanian tercatat tumbuh sebesar 3,14% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh sebesar 8,42% (yoy). Hal ini

terkonfirmasi dari Indeks NTP yang lebih rendah dari periode yang sama tahun sebelumnya dan juga pertumbuhan NTP

pada triwulan II 2014 yang masih negatif. Meski demikian, sektor pertanian Sulbar diharapkan masih dapat tumbuh tinggi

sehubungan dengan upaya pemerintah Sulbar untuk meningkatkan produksi padi hingga mencapai 1 (satu) juta ton per

tahun dengan cara melakukan perluasan areal tanam padi dan peningkatan sarana pertanian (sarana irigasi, pemupukan

berimbang, dan pemanfaatan benih unggul bermutu).

Sumber: BPS

Grafik 1.8. Nilai Tukar Petani

1.3.2 Sektor Pertambangan dan Penggalian

Sektor pertambangan dan penggalian di Sulbar tumbuh cukup tinggi sebesar 8,05% (yoy), dan lebih tinggi pada

triwulan II 2014 setelah sebelumnya tumbuh 7,92% (yoy). Masih cukup tingginya kinerja sektor ini disebabkan karena

kegiatan subsektor penggalian yang melanjutkan eksplorasi dan pekerjaan di luar eksplorasi masih terus memberikan

kontribusi yang positif terhadap pertumbuhan Sulbar. Di Sulbar setidaknya masih terdapat tiga blok migas yang masih

pada tahap eksplorasi. Di sisi lain, tingginya pertumbuhan sektor ini juga tercermin dari indikator penyaluran kredit

perbankan untuk sektor pertambangan yang tumbuh tinggi (Grafik 1.9).

1.3.3 Sektor Industri Pengolahan

Sektor industri pengolahan pada triwulan II 2014 mencatat akselerasi pertumbuhan yang sangat signifikan

dibandingkan triwulan sebelumnya. Sektor industri pengolahan mencatat pertumbuhan sebesar 7,77% (yoy) di triwulan I

2014 dan kemudian tumbuh 68,42% (yoy) pada triwulan laporan. Peningkatan pertumbuhan ini dinilai merupakan

dampak dari peningkatan produksi beberapa subsektor industri pengolahan di Sulbar sehingga terjadi peningkatan kinerja

pada subsektor tersebut dibandingkan triwulan sebelumnya (Grafik 1.10). Penguatan ini terutama disebabkan oleh

meningkatnya kinerja pabrik olahan CPO menjadi palm olien dan palm stearn yang baru berproduksi pada awal tahun

2014, dan produksinya semakin meningkat setelah masa percobaan produksi pada awal triwulan I 2014.

-2.50%

-2.00%

-1.50%

-1.00%

-0.50%

0.00%

0.50%

1.00%

1.50%

100.5101

101.5102

102.5103

103.5104

104.5105

105.5

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2011 2012 2013 2014

NTP Gworth NTP (yoy)

Page 21: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat · ekonomi Sulawesi Barat akan tumbuh menguat namun disertaikenaikan inflasi. Perekonomian Sulbar pada triwulan II 2014

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan II 2014

Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan 15

Sumber: Laporan Bank, diolah Sumber: BPS

Grafik 1.9. Kredit Sektor Pertambangan Grafik 1.10. Pertumbuhan Produksi Industri

1.3.4 Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih (LGA).

Sektor LGA mencatat pertumbuhan yang masih tinggi pada triwulan II 2014 yaitu sebesar 10,91% (yoy), meskipun

melambat setelah sebelumnya tumbuh sebesar 27,19% (yoy). Tingginya pertumbuhan sektor LGA terkonfirmasi dari

tingginya pertumbuhan kredit perbankan yang disalurkan ke sektor LGA pada triwulan II 2014 (Grafik 1.11). Hal ini

dikarenakan jumlah gabungan pelanggan listrik di Sulsel, Sulbar, dan Sultra terus meningkat. Sebagai alternative

pembangkit listrik, Provinsi Sulawesi Barat terus menambah PLTM (Pembangkit Listrik Tenaga Mini-Hidro) sehingga

berpotensi sebagai provinsi PLTM di Indonesia. Sulbar saat ini telah memiliki sejumlah pembangkit PLTM, yaitu

diantaranya : PLTM Balla (2 x 0,35 MW), PLTM Kalukku (2 x 0,7 MW), PLTM Bona Hau (2 x 2 MW) dan PLTM Budong-

budong (2 x 1 MW) dan pada tahun 2013 hampir 67 % kebutuhan listrik di Mamuju dapat dipasok dengan energi air yang

lebih murah dibanding BBM.

1.3.5 Sektor Bangunan

Sektor bangunan tumbuh melambat pada triwulan II 2014. Sektor ini tercatat tumbuh sebesar 4,78% (yoy) pada triwulan

laporan. Pada triwulan sebelumnya, sektor ini tumbuh sebesar 9,60% (yoy). Pertumbuhan sektor bangunan terutama

didorong oleh proyek-proyek yang dibiayai pemerintah sejalan dengan realisasi anggaran pemerintah yang mulai

terakselerasi meski belum optimal.Realisasi pengadaan semen di Sulbar pada periode laporan juga masih cukup tinggi

meski pertumbuhannya menunjuka tren melambat (Grafik 1.12).Beberapa proyek yang masih dikerjakan secara

berkelanjutan adalah pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Tumbuan oleh Kalla Group, yang diringi dengan

pembangunan jalan ke lokasi PLTA Tumbuan di Desa Karama Kecamatan Kalumpang Kabupaten Mamuju.

Sumber: Laporan Bank, diolah Sumber: ASI, diolah

Grafik 1.11. Kredit Sektor LGA Grafik 1.12. Realisasi Pengadaan Semen

(30)

(25)

(20)

(15)

(10)

(5)

0

5

10

15

0

1

1

2

2

3

3

4

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

%, yoyR

p M

iliar

Pertambangan gKredit

(30)

(25)

(20)

(15)

(10)

(5)

0

5

10

15

20

I II III IV I II

2013 2014

%, qtq

IMK = Industri Mikro dan Kecil IBS = Industri Besar dan Sedang

IMK Minuman IMK Pakaian Jadi IBS Kayu

(50)0

50

100

150

200

250

300

350

400

0.0

0.5

1.0

1.5

2.0

2.5

3.0

3.5

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

%, yoy

Rp

Mili

ar

Listrik, Gas, dan Air gKredit

(20)

0

20

40

60

80

100

120

0

10

20

30

40

50

60

70

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

%; yoyRibu Ton

Realisasi Pengadaan Semen

gPengadaan Semen - Skala Kanan

Page 22: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat · ekonomi Sulawesi Barat akan tumbuh menguat namun disertaikenaikan inflasi. Perekonomian Sulbar pada triwulan II 2014

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

16 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan II 2014

Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan

1.3.6 Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran

Pada triwulan II-2014, sektor PHR tercatat mengalami peningkatan pertumbuhan. Sektor ini tumbuh sebesar 6,43%

(yoy) pada triwulan I 2014 dan kemudian meningkat menjadi 7,10% (yoy) pada triwulan laporan. Dari subsektor

perdagangan, peningkatan pertumbuhan dipengaruhi oleh komponen konsumsi yang secara keseluruhan mengalami

peningkatan. Sementara itu, subsektor pariwisata belum menunjukkan tendensi pertumbuhan yang optimal, khususnya

dari indikator rata-rata jumlah tamu per kamar hotel di Sulbar yang selama triwulan II 2014 masih cenderung menurun

meski pada level yang moderate dibandingkan periode sebelumnya (Grafik 1.13).

Sumber: Badan Pusat Statistik

Grafik 1.13. Rata-rata Tamu Per Kamar Hotel & Akomodasi Lainnya

1.3.7 Sektor Angkutan dan Komunikasi

Sektor angkutan dan komunikasi Sulbar tumbuh sebesar 5,86% (yoy) pada triwulan II 2014, lebih tinggi dari triwulan

sebelumnya (10,18%; yoy).Masih belum optimalnya pertumbuhan di sektor ini terutama disebabkan oleh belum

optimalnya kinerja pada subsektor transportasi laut (Grafik 1.15), dan juga sub sektor transportasi udara yang disinyalir

tertahan karena menunggu siklus mudik tahunan menyambut Hari Raya Idul Fitri. Meski demikian, dominasi peningkatan

subsektor perdagangan sebagai persiapan pasokan pada bulan Ramadhan dan Idul Fitri, yang dapat terlihat dari arus

perdagangan ekspor dan impor yang masih tumbuh tinggi.

Potensi transportasi kelautan di wilayah Sulbar sangat baik mengingat Sulbar memiliki luas lautan sekitar 20.000

kilometer persegi dan sedang terus melakukan peningkatan percepatan pembangunan dermaga untuk memperlancar

alur transportasi laut guna mendorong peningkatan ekonomi untuk kesejahteraan masyarakat di daerah ini.Terdapat lima

pelabuhan yang akan menjadi motor tonggak penggerak perekonomian Sulbar, yaitu pelabuhan Pasangkayu di Mamuju

Utara, pelabuhan Mamuju, pelabuhan Belang-Belang dan pelabuhan tanjung Selopa di Kabupaten Polman.

Sumber: BPS, diolah Sumber: BPS, diolah

Grafik 1.14. Jumlah Penumpang Pesawat Udara Grafik 1.15. Jumlah Penumpang Kapal Laut

(60)

(40)

(20)

0

20

40

60

80

0.00

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5

2012 2013 2014

%, yoyOrang per

Kamar

GPR Hotel GPR Akomodasi Lainnya

gGPR Hotel gGPR Akomodasi Lainnya

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

0

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

14,000

16,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

Berangkat Datang yoy-kananOrang

-40%

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

0

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

Berangkat Datang yoy-kanan

Page 23: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat · ekonomi Sulawesi Barat akan tumbuh menguat namun disertaikenaikan inflasi. Perekonomian Sulbar pada triwulan II 2014

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan II 2014

Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan 17

1.3.8 Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan

Sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan tercatat mengalami perlambatan pada triwulan II 2014. Sektor ini

masih tumbuh tinggi hingga 6,15% (yoy) meski sedikit melambat dari 8,60% (yoy) pada triwulan I 2014. Masih tingginya

pertumbuhan pada sektor keuangan tercermin dari masih tingginya kinerja subsektor jasa sosial masyarakat Sulbar pada

triwulan laporan (Grafik 1.16).

1.3.9 Sektor Jasa-jasa

Pada triwulan II2014, sektor jasa-jasa tumbuh negatif dari 3,17% (yoy) menjadi -0,92% (yoy).Penurunan pertumbuhan

ini salah satunya dipengaruhioleh menurunnya layanan sosial bagi masyarakat yang tercermin dari menurunnya

pertumbuhan kredit perbankan bagi sektor jasa sosial masyarakat di triwulan laporan (Grafik 1.17). Pertumbuhan yang

menurun ini menjadi indikasi meningkatnya kinerja jasa pendidikan, kesehatan, maupun jenis jasa lainnya bagi

masyarakat baik yang disediakan oleh pemerintah maupun pihak swasta.

Sumber: Laporan Bank, diolah Sumber: Perusahaan Properti

Grafik 1.16. Kredit Jasa Dunia Usaha Grafik 1.17. Kredit Jasa Sosial Masyarakat

(200)(100)0100200300400500600700800

0

20

40

60

80

100

120

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

%, yoy

Rp

Mili

ar

Jasa Dunia Usaha gKredit

(50)

0

50

100

150

200

250

300

350

400

0

50

100

150

200

250

300

350

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

%, yoy

Rp

Mili

ar

Jasa Sosial Masyarakat gKredit

Page 24: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat · ekonomi Sulawesi Barat akan tumbuh menguat namun disertaikenaikan inflasi. Perekonomian Sulbar pada triwulan II 2014

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

18 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan II 2014

Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

Page 25: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat · ekonomi Sulawesi Barat akan tumbuh menguat namun disertaikenaikan inflasi. Perekonomian Sulbar pada triwulan II 2014

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan II 2014

Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan 19

2. KEUANGAN PEMERINTAH

Bab 2 Keuangan Pemerintah

Realisasi pendapatan daerah mencatat kinerja yang relatif lebih baik pada

triwulan II-2014 dibandingkan triwulan yang sama tahun 2013. Realisasi

pos pendapatan pada triwulan II-2014 mencapai 52,89% sedangkan pada

triwulan II-2013 tercatat sebesar 52,33%. Persentase realisasi pendapatan

daerah yang lebih baik tersebut didukung oleh meningkatnya realisasi

pendapatan dari komponen dana perimbangan serta lain-lain pendapatan

yang sah. Sementara itu, meskipun secara nominal realisasi komponen PAD

tercatat mengalami peningkatan, secara persentase terhadap target dalam

APBD masih lebih rendah

Sementara dari sisi belanja, realisasi belanja daerah tercatat mengalami

kenaikan dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya, dengan

realisasi sebesar32,36% (realisasi triwulan II 2013 sebesar 24,31%).

Peningkatan ini didorong oleh lebih tingginya realisasi persentase

penyerapan anggaran belanja hibah dan belanja bagi hasil, serta belanja

barang dan jasa.Sementara itu, belanja pegawai tercatat mengalami

penurunan.

Page 26: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat · ekonomi Sulawesi Barat akan tumbuh menguat namun disertaikenaikan inflasi. Perekonomian Sulbar pada triwulan II 2014

BAB 2 KEUANGAN PEMERINTAH

20 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan II 2014

Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan

2.1. Struktur Anggaran

Anggaran pendapatan daerah 2014 secara nominal naik 12,47% (yoy) dibandingkan 2013. Pada triwulan II 2014

pendapatan Provinsi Sulbar dianggarkan sebesar Rp1,226 triliun, sedangkan pada triwulan II 2013 dianggarkan sebesar

Rp1,090 triliun. Peningkatan anggaran pendapatan daerah pada 2014 tersebut didorong oleh peningkatan pada pos

Pendapatan Asli Daerah yang antara lain didorong oleh komponen Pajak Daerah, pos Dana Perimbangan yang didorong

oleh Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus, dan pos Lain-lain Pendapatan yang Sah.

Komponen Pajak Daerah yang merupakan bagian dari pos pendapatan asli daerah mengalami peningkatan sebesar 45,9%

meningkat ke angka Rp176,605 milyar dari sebelumnya Rp120,32 milyar.Dana perimbangan pada anggaran triwulan II

2014 provinsi Sulawesi Barat tercatat Rp849,33 milyar atau meningkat sebesar 10,33% dari sebelumnya Rp769,83 milyar

pada triwulan II 2013. Meskipun terjadi penurunan pada pos Dana Bagi Hasil Pajak / bukan Pajak sebesar 39,62%, pos

Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus mengalami peningkatan anggaran masing masing sebesar 13,23% dan

7,59% (yoy). Pos Lain-lain Pendapatan yang Sah mengalami peningkatan sebesar 3,20%, didorong oleh komponen Dana

Penyesuaian dan Otonomi Khusus yang meningkat sebesar 3,36%.

Grafik 2.1. Proporsi Pendapatan APBD Grafik 2.2. Proporsi Belanja APBD

Anggaran belanja daerah2014, secara nominal naik 14,12% (yoy) dibandingkan 2013. Anggaran belanja daerah

mengalami peningkatan karena terdapat kenaikan pada komponen belanja langsung sebesar 13,9%. di dalam komponen

tersebut, pos belanja barang dan jasa mengalami kenaikan sebesar 12,8%, dan belanja modal sebesar 39,4%. namun,

pada komponen yang sama pos belanja pegawai ditiadakan dimana hal ini sesuai dengan kebijakan Pemda Sulbar untuk

menghapus honor pegawai. Peningkatan pada pos belanja barang dan jasa dan belanja modal menunjukkan bahwa

pemerintah provinsi memberi perhatian pada pembangunan infrastruktur di wilayah Sulawesi Barat.

2.2. Perkembangan Realisasi Anggaran

2.2.1 Pendapatan

Realisasi pendapatan daerah Provinsi Sulawesi Barat pada triwulan II-2014tercatat sebesar Rp648,49 miliar atau

mencapai 52,89% dari target pendapatan sebesar Rp1,22 triliun.Berdasarkan persentase pencapaian terhadap APBD,

realisasi pendapatan daerah pada triwulan laporan sedikit lebih tinggi dibandingkan realisasi pada triwulan yang sama

tahun 2013 yang mencapai 52,33% di APBD 2013. Peningkatan kinerja realisasi pendapatan daerah Provinsi Sulawesi

Baratterutama didorong oleh peningkatan realisasi pada komponen Dana Perimbangan dan Lain-Lain Pendapatan yang

Sah. Sementara itu, meskipun secara nominal realisasi PAD meningkat dibandingkan pencapaian pada triwulan II-2013,

yaitu dari Rp70,14 miliar menjadi menjadi Rp87,45 miliar, secara persentase terhadap targetnya dalam APBD, realisasi

tersebut masih lebih rendah, terutama karena realisasi penerimaan Pajak Daerah yang baru mencapai 43,75%, menurun

dari realisasi pada triwulan II-2013 sebesar 50,67%.

Rp26,2M Rp47,5M Rp109,0M Rp154,0M Rp155,8M Rp161,486

Rp483,9M Rp456,8MRp511,7M Rp663,0M Rp769,8M Rp849,335

Rp64,0M Rp82,2M Rp103,5M Rp134,9M Rp164,5M Rp215,353

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

2009 2010 2011 2012 2013 TW II 2014

PAD Dana Perimbangan Lain-lain Pendapatan yang Sah

Rp373,2MRp421,8M Rp535,7M

Rp820,5M Rp961,3M Rp1,028,048

Rp230,7MRp186,8M Rp240,3M

Rp148,5M Rp228,2M Rp277,192

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

2009 2010 2011 2012 2013 TW II 2014

Belanja Modal Belanja Operasional

Page 27: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat · ekonomi Sulawesi Barat akan tumbuh menguat namun disertaikenaikan inflasi. Perekonomian Sulbar pada triwulan II 2014

BAB 2 KEUANGAN PEMERINTAH

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan II 2014

Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan 21

Tabel 2.1. Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Triwulan II 2014

Keterangan: angka sementara (APBD Provinsi Sulawesi Barat Unaudited)

Sumber: Biro Keuangan Pemerintah Provinsi Sulbar

Realisasi dana perimbangan (DAU dan DAK) telah mencapai 481,48 miliar atau 56,69% dari target pendapatan sebesar

849,33 miliar. BesaranDAU triwulan II-2014 meningkat sebesar Rp52,91 miliar dari triwulan II-2013 sebesar Rp399,87

miliardan besaran DAK meningkat sebesar Rp1,07 miliar dari sebelumnya sebesar Rp14,10 miliar. Sementara itu,

komponen Lain-lain Pendapatan yang Sah juga mengalami peningkatan dengan pencapaian sebesar Rp79,55 miliar atau

49,26% dari APBD 2014. Penerimaan terbesar dari komponen ini berasal dari dana penyesuaian dan otonomi khusus,

yaitu dana yang dialokasikan untuk membantu daerah dalam melaksanakan kebijakan Pemerintah Pusat dan dana untuk

melaksanakan pembiayaan otonomi khusus.

2.2.2 Belanja

Persentase realisasi belanja daerah pada triwulan II-2014

lebih tinggi dibanding pencapaian pada triwulan II-2013.

Realisasi belanja daerah pada triwulan laporan adalah

sebesar Rp422,43 miliar atau 32,36% dari target

pengeluaran dalam APBD 2014, sementara realisasi belanja

pada triwulan II-2013 adalah sebesar Rp278,05 miliar atau

24,31% dari target dalam APBD 2013. Peningkatan

pengeluaran ini berasal baik dari penyerapan pada Belanja

Tidak Langsung maupun Belanja Langsung, dengan

persentase realisasi masing-masing sebesar 42,23% dan

25,65%.

Grafik 2.3. Rasio Realisasi Belanja APBD Terhadap PDRB ADHB

Sementara itu, baik secara nominal ataupun persentase terhadap pagu dalam APBD, realisasi Belanja Pegawai pada

triwulan II-2014 lebih rendah dibandingkan dengan realisasi pada triwulan II-2013. Realisasi pada triwulan II-2014 adalah

sebesar Rp66,42 miliar atau 30,98%, sedangkan realisasi pada triwulan II-2013 adalah sebesar Rp79,19 miliar atau

Anggaran Realisasi % Realisasi Anggaran Perubahan RealisasiBertambah /

Berkurang% Realisasi

1.1 PAD 163,935.07 70,143.64 42.79% 215,352.54 87,456.23 (127,896.31) 40.61%

1.1.1 Pajak daerah 120,322.49 60,968.20 50.67% 175,605.90 76,824.68 (98,781.22) 43.75%

1.1.2 Retribusi daerah 4,529.00 649.00 14.33% 3,029.00 1,493.19 (1,535.81) 49.30%

1.1.3 Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah 1,508.19 - 1,000.00 - (1,000.00) 0.00%

1.1.4 Lain-lain PAD yang sah 37,575.38 8,526.44 22.69% 35,717.64 9,138.36 (26,579.28) 25.59%

1.2 Dana Perimbangan 769,834.36 426,795.84 55.44% 849,334.74 481,483.21 (367,851.53) 56.69%

1.2.1 Dana bagi hasil pajak/bagi hasil bukan pajak 37,319.77 12,817.16 34.34% 22,534.91 13,515.94 (9,018.97) 59.98%

1.2.2 Dana alokasi umum 685,497.59 399,873.58 58.33% 776,214.12 452,791.56 (323,422.57) 58.33%

1.2.3 Dana alokasi khusus 47,017.00 14,105.10 30.00% 50,585.71 15,175.71 (35,410.00) 30.00%

1.3 Lain-lain Pendapatan yang Sah 156,476.21 73,553.98 47.01% 161,485.52 79,552.59 (81,932.93) 49.26%-

1 Total Pendapatan 1,090,245.64 570,493.46 52.33% 1,226,172.80 648,492.03 (577,680.77) 52.89%

2.1 Belanja Tidak Langsung 462,182.07 169,142.24 36.60% 528,902.83 223,340.78 (305,562.05) 42.23%

2.1.1 Belanja Pegawai 208,849.77 79,194.84 37.92% 214,403.34 66,425.59 (147,977.75) 30.98%

2.1.4 Belanja Hibah 169,484.60 72,767.91 42.93% 186,199.94 111,937.79 (74,262.15) 60.12%

2.1.5 Belanja Bantuan sosial 1,548.08 0.00% 12,437.06 5,339.76 (7,097.30) 42.93%

2.1.6 Belanja Bagi hasil kpd Prop/Kab/Kota dan Pemdes 47,633.14 17,179.49 36.07% 70,000.00 21,132.69 (48,867.31) 30.19%

2.1.7 Belanja Bantuan keuangan kpd Prop/Kab/Kota dan Pemdes 32,166.48 0.00% 43,362.48 18,504.95 (24,857.53) 42.68%

2.1.8 Belanja tidak terduga 2,500.00 0.00% 2,500.00 - (2,500.00) 0.00%

2.2 Belanja Langsung 681,600.83 108,914.89 15.98% 776,337.23 199,092.37 (577,244.86) 25.65%

2.2.1 Belanja Pegawai 40,275.04 11,351.68 28.19% - - - 0.00%

2.2.2 Belanja Barang dan jasa 442,443.24 77,388.75 17.49% 499,145.34 160,820.49 (338,324.85) 32.22%

2.2.3 Belanja Modal 198,882.55 20,174.46 10.14% 277,191.89 38,271.88 (238,920.01) 13.81%

2 Total Belanja 1,143,782.90 278,057.13 24.31% 1,305,240.05 422,433.15 (882,806.90) 32.36%

3 SURPLUS/ (DEFISIT) (79,067.25) 226,058.88 305,126.13 -285.91%

Triwulan II- 2014No. Uraian

Triwulan II- 2013

7.12%

27.59%

41.84%

99.84%

8.24%

33.75%43.83%

103.30%

7.92%

25.80%

48.04%

88.41%

7.78%

24.31%

45.63%

87.98%

13.00%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2010 2011 2012 2013 2014

Page 28: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat · ekonomi Sulawesi Barat akan tumbuh menguat namun disertaikenaikan inflasi. Perekonomian Sulbar pada triwulan II 2014

BAB 2 KEUANGAN PEMERINTAH

22 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan II 2014

Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan

37,92%.Kemudian, terkait dengan pengeluaran pada komponen Belanja Langsung, lebih dari separuhnya terserap untuk

pengeluaran barang dan jasa, yaitu sebesar Rp160,82 miliar. Secara total, karena nilai realisasi belanja masih lebih rendah

dibandingkan pendapatan, maka keuangan pemerintah daerah Sulawesi Barat tercatat surplus sebesar Rp226,05 miliar.

Page 29: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat · ekonomi Sulawesi Barat akan tumbuh menguat namun disertaikenaikan inflasi. Perekonomian Sulbar pada triwulan II 2014

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan II 2014

Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan 23

3. INFLASI DAERAH

Bab 3 Inflasi Daerah

Pada triwulan II 2014, inflasi Sulbar tercatat sebesar 6,65% (yoy), lebih

tinggi dari triwulan I 2014 (6,24%, yoy). Kenaikan inflasi didorong oleh

meningkatnya harga komoditas pada kelompok bahan makanan, seperti

daging, telur, susu, dan bumbu-bumbuan, serta berlanjutnya tekanan inflasi

kelompok makanan jadi, perumahan, dan kesehatan. Secara umum, tekanan

inflasi dimaksud didorong oleh semakin dekatnya waktu Ramadhan yang

berawal pada tanggal 29 Juni 2014, masa kampanye Pemilu Presiden,

persiapan Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) II 2014, dan persiapan bulan

Ramadhan. Sedangkan kenaikan harga yang khusus dipicu atas kebijakan

pemerintah antara lain adanya, peraturan pajak rokok daerah berdasarkan

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah, dan kenaikan Tarif Dasar Listrik untuk industri menengah go-public

dan industri besar.

Page 30: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat · ekonomi Sulawesi Barat akan tumbuh menguat namun disertaikenaikan inflasi. Perekonomian Sulbar pada triwulan II 2014

BAB 3 INFLASI DAERAH

24 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan II 2014

Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan

3.1. Inflasi Kelompok Barang dan Jasa1

Inflasi Provinsi Sulbar pada triwulan II-2014 tercatat sebesar 6,65% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan

sebelumnya yang mencapai 6,24% (yoy).Kenaikan inflasi didorong oleh meningkatnya harga komoditas pada kelompok

bahan makanan, seperti daging, telur, susu, dan bumbu-bumbuan. Hal ini dipicu karena semakin dekatnya waktu

Ramadhan yang jatuh pada tanggal 29 Juni 2014. Selain itu, tekanan inflasi juga disebabkan oleh inflasi pada kelompok

makanan jadi, perumahan dan kesehatan. Secara berurutan, inflasi tahunan tertinggi terjadi pada kelompok kesehatan

(15,41%, yoy), kelompok transport (9,62%, yoy), kelompok makanan jadi (8,02%, yoy), kelompok perumahan (6,51%, yoy),

kelompok bahan makanan (3,93%, yoy), kelompok sandang (3,61%, yoy), dan kelompok pendidikan (3,56%, yoy).Secara

keseluruhan, inflasi tahunan Sulbar sedikit lebih rendah dibandingkan denganinflasi tahunan nasional yang pada

triwulan II 2014 tercatat sebesar 6,70% (yoy) (Grafik 3.1).

Tabel 3.1. Inflasi Kelompok Barang dan Jasa

KETERANGAN 2011 2012 2013 2014

I II III IV I II III IV I II III IV I II

Bahan Makanan 14.18 12.77 8.02 2.05 -0.31 -1.47 1.46 3.34 8.52 6.54 6.78 5.65 1.09 3.93

Makanan Jadi 1.71 3.47 5.43 6.61 6.09 6.57 5.38 4.40 3.27 4.31 5.06 5.98 9.31 8.02

Perumahan 5.41 6.28 7.01 9.30 7.75 6.74 5.56 3.06 2.53 2.88 4.72 5.03 5.82 6.51

Sandang 3.07 2.64 10.61 7.98 9.02 8.05 3.68 5.18 3.65 3.54 2.97 0.85 2.79 3.61

Kesehatan 3.44 4.18 4.39 3.35 4.33 4.22 4.45 2.45 1.52 1.28 4.99 7.00 14.49 15.41

Pendidikan 6.35 7.22 10.97 4.12 3.34 2.46 5.06 6.21 6.88 7.01 4.17 4.25 3.38 3.56

Transport -0.03 0.20 -0.30 1.16 0.90 0.92 0.67 0.88 0.45 2.89 8.73 10.06 11.81 9.62

UMUM/TOTAL 5.92 6.18 6.05 4.91 3.81 3.24 3.70 3.28 4.19 4.30 5.86 5.91 6.24 6.65

Sumber: Badan Pusat Statistik

Mulai Januari 2014, metode perhitungan Indeks Harga Konsumen (IHK) yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)

berubah. Aspek yang mengalami perubahan antara lain adalah jumlah kabupaten/kota yang disurvei, jumlah komoditas

dalam keranjang perhitungan inflasi, serta tahun dasar nilai konsumsi (NK) yang digunakan. Meski demikian, jumlah

kabupaten/kota survei perhitungan inflasi di Sulbar masih tetap sama yaitu sebanyak 1 (satu) kota, yaitu Mamuju.

Sumber: Badan Pusat Statistik

Grafik 3.1. Perkembangan Inflasi Sulawesi Barat

3.1.1 Kelompok Bahan Makanan

Kelompok bahan makanan tercatat mengalami inflasi sebesar 3,93% (yoy). Laju inflasi tahunan tersebut lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 1,09%. Kelompok Bahan Makanan merupakan penyumbang kenaikan inflasi triwulan laporan terbesar terhadap inflasi Sulbar secara keseluruhan. Kenaikan inflasi kelompok bahan makanan didorong oleh semakin dekatnya waktu Ramadhan yang jatuh pada tanggal 29 Juni 2014.

Kenaikan inflasitersebut terjadi pada sub kelompok daging, ikan, telur, susu, dan bumbu-bumbuan. Kendati demikian,

harga kelompok bumbu-bumbuan secara tahunan masih mengalami penurunan (deflasi) sebesar -12.71% (Grafik 1.2).

1 Terdapat 7 (tujuh) kelompok barang dan jasa dalam perhitungan inflasi

Page 31: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat · ekonomi Sulawesi Barat akan tumbuh menguat namun disertaikenaikan inflasi. Perekonomian Sulbar pada triwulan II 2014

BAB 3 INFLASI DAERAH

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan II 2014

Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan 25

Tabel 3.2. Inflasi Kelompok Bahan Makanan

SUB KELOMPOK

y.o.y (%)

I-2014 II-2014

Padi-padian 4.74 4.55

Daging & Hasilnya -4.89 4.09

Ikan Segar 11.08 10.11

Ikan Diawetkan 7.03 7.03

Telur, Susu & Hslnya 5.56 7.87

Sayur-sayuran 2.81 0.59

Kacang-kacangan 9.92 6.34

Buah-buahan 5.88 6.61

Bumbu-bumbuan -30.81 -12.71

Lemak & Minyak -3.95 -1.20

Bahan Makan Lainnya 1.65 1.77

Inflasi Kelompok 1.09 3.93

Sumber: BPS

Grafik 3.2. Inflasi Kelompok Bahan Makanan

3.1.2 Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau

Kelompok Makanan Jadi – Minuman – Rokok -Tembakau tercatat mengalami inflasi sebesar 8,02% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 9,31% (yoy). Meskipun secara tahunan terjadi penurunan laju inflasi, secara triwulanan Kelompok Makanan Jadi-Minuman-Rokok-Tembakau masih mengalami kenaikan harga dengan inflasi sebesar 1.25% (qtq), dengan tingkat inflasi terbesar pada sub kelompok Tembakau dan Minuman Beralkohol, yaitu sebesar 1.99% (qtq). Kenaikan hargakelompok Tembakau dan Minuman Beralkohol disebabkan oleh dampak lanjutan dari penerapan peraturan pajak rokok daerah berdasarkan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang berlaku mulai Januari 2014. Di samping itu, masa kampanye pemilu Presiden dan semakin dekatnya waktu Ramadhan juga diperkirakan menjadi pemicu naiknya harga karena tingginya permintaan akan komoditas tersebut.

Tabel 3.3. Inflasi Kelompok Makanan Jadi

SUB KELOMPOK y.o.y (%) q.t.q (%)

I-2014 II-2014 II-2014

Makanan Jadi 9.59 8.78 0.99

Minuman Tdk Beralkohol 4.69 3.60 1.00

Tembakau & Min. Beralkohol 12.54 10.02 1.99

Inflasi Kelompok 9.31 8.02 1.25

Sumber: BPS

Grafik 3.3. Inflasi Kelompok Makanan Jadi

3.1.3 Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar

Kelompok Perumahan – Air – Listrik - Gas-Bahan Bakar pada triwulan I-2014 mencatat inflasi sebesar 6,51% (yoy), lebih tinggi dariperiode sebelumnya 5,82% (yoy). Inflasi kelompok perumahan pada triwulan laporan meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya, terutama karena adanya tekanan inflasi pada sub kelompok tempat tinggal. Meningkatnya inflasi pada sub kelompok perumahan disebabkan oleh kenaikan harga bahan bangunan, seperti semen dan batu bata. Kenaikan harga semen merupakan dampak dari kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) untuk sektor industri menengah go-public dan industri besar yang berlaku mulai 1 Mei 2014.

Tabel 3.4. Inflasi Kelompok Perumahan

Page 32: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat · ekonomi Sulawesi Barat akan tumbuh menguat namun disertaikenaikan inflasi. Perekonomian Sulbar pada triwulan II 2014

BAB 3 INFLASI DAERAH

26 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan II 2014

Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan

SUB KELOMPOK y.o.y (%)

I-2014 II-2014

Biaya Tempat Tinggal 4.92 6.70

Bhn Bkr, Penerangan & Air 9.02 6.84

Perlengkapan Rumah Tangga 6.49 5.52

Penyelenggaraan RT 4.10 5.34

Inflasi Kelompok 5.82 6.51

Sumber: BPS

Grafik 3.4. Inflasi Kelompok Perumahan

3.1.4 Kelompok Sandang

Kelompok Sandang pada periode laporan mencatat inflasi sebesar 3,61% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan

sebelumnya sebesar 2,79% (yoy). Meningkatnya laju inflasi kelompok ini terutama disebabkan oleh meningkatnya

permintaan terutama terkait dengan Pemilu Presiden. Masa kampanye pemilu berdampak pada meningkatnya

permintaan untuk komoditas sandang tersebut. Di samping itu, emas pada triwulan laporan masih befluktuasi dengan

harga cukup tinggi sejak Januari 2014.

Tabel 3.5. Inflasi Kelompok Sandang

SUB KELOMPOK y.o.y (%)

I-2014 II-2014

Sandang Laki-laki 2.15 1.89

Sandang Wanita 3.81 3.75

Sandang Anak-anak 2.70 3.72

Brg Pribadi & Sandang Lainnya 2.28 6.02

Inflasi Kelompok 2.79 3.61

Sumber: BPS

Grafik 3.5. Inflasi Kelompok Sandang

3.1.5 Kelompok Kesehatan

Kelompok Kesehatan pada triwulan laporan mencatat peningkatan inflasi tahunan dari sebesar 14,49% (yoy) menjadi

15,41% (yoy) pada triwulan laporan. Naiknya laju inflasi kelompok ini terutama karena kenaikan inflasi sub kelompokobat-

obatan dan sub kelompok jasa perawatan jasmani dan kosmetika.

Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap US dollar, berdampak pada kenaikan biaya produksi obat di dalam negeri karena

masih sangat tergantung dengan bahan baku dari luar negeri. Kenaikan harga obat ini membuat Rumah Sakit (RS)

menaikan tarif jasa layanannya, yang kemudian diperhitungkan kedalam biaya operasional RS.

Tabel 3.6. Inflasi Kelompok Kesehatan

SUB KELOMPOK y.o.y (%)

I-2014 II-2014

Jasa Kesehatan 31.06 31.06

Obat-obatan 7.21 8.56

Jasa Perawatan Jasmani 17.45 17.63

Perawatan Jasmani & Kosmetika 6.20 7.63

Inflasi Kelompok 14.49 15.41

Sumber: BPS

Grafik 3.6. Inflasi Kelompok Kesehatan

Page 33: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat · ekonomi Sulawesi Barat akan tumbuh menguat namun disertaikenaikan inflasi. Perekonomian Sulbar pada triwulan II 2014

BAB 3 INFLASI DAERAH

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan II 2014

Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan 27

3.1.6 Kelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga

Kelompok Pendidikan – Rekreasi - Olahraga mengalami sedikit kenaikan laju inflasi dibandingkan triwulan I-2014, yaitu

dari 3,38% (yoy) menjadi 3,56% (yoy). Kenaikan terutama pada subkelompok rekreasi dan sub kelompokolahraga.

Kenaikan inflasi pada sub kelompok rekreasi didorong oleh kenaikan harga bahan makanan, liburan sekolah, dan kegiatan

masyarakat menyambut bulan puasa Ramadhan. Sementara itu, kenaikan inflasi pada sub kelompok olahraga didorong

oleh adanya persiapan Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) II 2014 se-Sulawesi Barat dipusatkan di Kabupaten Polewali

Mandar (Polman), yang seyogyanya akan diselenggarakan pada 10 - 20 November 2014.

Tabel 3.7. Inflasi Kelompok Pendidikan

SUB KELOMPOK y.o.y (%)

I-2014 II-2014

Jasa Pendidikan 4.27 4.27

Kursus-kursus/Pelatihan 2.46 2.46

Perlengkapan/Peralatan Pendidikan 1.99 0.76

Rekreasi 2.59 3.87

Olahraga 4.47 6.11

Inflasi Kelompok 3.38 3.56

Sumber: BPS

Grafik 3.7. Inflasi Kelompok Pendidikan

3.1.7 Kelompok Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan

Kelompok Transportasi-Komunikasi-Jasa Keuangan tercatat mengalami inflasi sebesar 9,62% (yoy), lebih rendah

dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 11,81% (yoy). Kendati demikian, secara triwulanan kelompok Transportasi-

Komunikasi-Jasa Keuangantercatat mengalami inflasi sebesar 0.56% (qtq), inflasi ini terutama disebabkan oleh kelompok

transport yang mengalami inflasi sebesar 0.73% (qtq). Hal ini disebabkan oleh dampak lanjutan kenaikan tarif angkutan

udara pada triwulan I dan dampak kenaikan permintaan transportasi menjelang ramadhan dan idul fitri.

Tabel 3.8. Inflasi Kelompok Transpor

SUB KELOMPOK y.o.y (%) q.t.q (%)

I-2014 II-2014 II-2014

Transport 16.08 12.74 0.73

Komunikasi & Pengiriman 1.78 1.83 0.06

Sarana & Penunjang Transpor 4.57 4.70 0.40

Jasa Keuangan 0.00 0.00 0.00

Inflasi Kelompok 11.81 9.62 0.56

Sumber: BPS

Grafik 3.8. Inflasi Kelompok Transport

3.2. Disagregasi Inflasi2

Bila dilihat dari disagregasinya, peningkatan inflasi pada triwulan II-2014 didorong oleh kenaikan pada komponen

inflasi inti, volatile food dan administered. Pada triwulan II-2014 kelompok inflasi core meningkat dibandingkan triwulan

sebelumnya, terutama terjadi pada kelompok perumahan, sandang, kesehatan, dan transportasiakibat dampak kenaikan

tarif dasar listrik, tingginya permintaan karena masa kampanye pemilu, persiapan Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) II,

dan semakin dekatnya waktu Ramadhan. Sementara itu, inflasi volatile foodmeningkat terutama terjadi pada kelompok

2 Analisis disagregasi membagi inflasi menjadi inflasi inti (core inflation) dan inflasi noninti (volatile food dan administered price). Hal ini dilakukan untuk menghasilkan

indikator inflasi yang lebih menggambarkan pengaruh dari faktor yang bersifat fundamental.

Page 34: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat · ekonomi Sulawesi Barat akan tumbuh menguat namun disertaikenaikan inflasi. Perekonomian Sulbar pada triwulan II 2014

BAB 3 INFLASI DAERAH

28 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan II 2014

Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan

bahan makanan akibat semakin dekatnya waktu Ramadhan, dan kelompok administered meningkat dibandingkan

triwulan sebelumnya akibat kebijakan pemerintah terkait tarif dasar listrik, pajak rokok daerah, dan tambahan biaya

(surcharge) akibat kenaikan biaya avtur.

Page 35: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat · ekonomi Sulawesi Barat akan tumbuh menguat namun disertaikenaikan inflasi. Perekonomian Sulbar pada triwulan II 2014

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan II 2014

Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan 29

4. SISTEM KEUANGAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

Bab 4 Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran

Kinerja perbankan di Sulbar pada triwulan II 2014 memperlihatkan

perlambatan pertumbuhan dibandingkan triwulan I 2014.Kenaikan

pertumbuhan DPK tidak diikuti dari sisi asset dan kredit/pembiayaan yang

disalurkan. Sehingga kegiatan intermediasi menurun, yang tercermin pada

penurunan LDR menjadi 135,67%. Perlambatan pertumbuhan kredit terjadi

pada kredit sektor Utama, kredit UMKM dan korporasi. Meskipun demikian,

risiko kredit perbankan masih terjaga pada level yang aman dengan angka

Non Performing Loans (NPLs) yang secara total berada di bawah 5%.

Perlambatan kinerja perbankan juga tercermin pada kinerja sistem

pembayaran, salah satunya terefleksi dari transaksi RTGS.Walaupun volume

transaksi RTGS meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya seiring

masa puasa dan Lebaran, nominal transaksi RTGS justru mengalami

penurunan.

Page 36: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat · ekonomi Sulawesi Barat akan tumbuh menguat namun disertaikenaikan inflasi. Perekonomian Sulbar pada triwulan II 2014

BAB 4 SISTEM KEUANGAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

30 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan II 2014

Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan

4.1. Kondisi Umum Perbankan3

4.1.1 Perkembangan Kelembagaan

Dari sisi kelembagaan, pada triwulan II 2014, jumlah bank umum di Sulbar relatif tidak berubah dari triwulan

sebelumnya yaitu sebanyak 14 bank. Dari jumlah tersebut, 12 diantaranya merupakan bank konvensional sedangkan

sisanya merupakan bank syariah. Kemudian, jumlah BPR juga tercatat masih tetap sama seperti periode sebelumnya yaitu

sebanyak 3 (tiga) BPR. Sementara itu, jumlah jaringan kantor bank di Sulbar hingga periode laporan tercatat sebanyak 81

kantor (Tabel 4.1).

Tabel 4.1. Perkembangan Kelembagaan Bank Umum dan BPR

4.1.2 Aset Perbankan

Total aset bank umum Sulbar pada triwulan II 2014 tumbuh lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya. Aset

perbankan tercatat tumbuh sebesar 10,43% (yoy) atau menjadi Rp4,55 triliun, lebih rendah dibandingkan triwulan I 2014

yang tumbuh sebesar 14,44% (yoy) (Tabel 4.2). Melambatnya pertumbuhan aset perbankan disebabkan didorong oleh

perlambatan pertumbuhan aset bank pemerintah serta bank swasta nasional. Aset bank pemerintah tercatat tumbuh

melambat 9,76% (yoy) menjadi Rp4,07 triliun setelah sebelumnya tumbuh sebesar 12,98% (yoy). Aset bank swasta juga

tumbuh melambat dari 27,40% (yoy) pada triwulan I 2014 menjadi 16,44% (yoy) dengan total aset sebesar Rp0,49 triliun.

Tabel 4.2. Aset Bank Umum Menurut Kelompok Bank

4.1.3 Intermediasi Perbankan

Pada triwulan II 2014 penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) mengalami kenaikan pertumbuhan sedangkan kredit

mengalami perlambatan pertumbuhan. Kenaikan jenis simpanan deposito menjadi salah satu penyebab kenaikan kinerja

DPK dengan angka pertumbuhan tercatat sebesar 55,78% (yoy) di triwulan II 2014 setelah sebelumnya mengalami

kontraksi sebesar -2,21% (yoy). Selain itu, kenaikan DPK juga disebabkan karena jenis simpanan tabungan mengalami

kenaikan pertumbuhan sebesar 14,88% (yoy) setelah sebelumnya tumbuh sebesar 13,22% (yoy) pada triwulan I 2014. Di

sisi lain, simpanan jenis giro mengalami perlambatan di tengah kenaikan pertumbuhan simpanan jenis yang lain. Giro

tumbuh sebesar 1,75% (yoy) pada triwulan II 2014 setelah tumbuh sebesar 3,5% (yoy) pada triwulan sebelumnya (Tabel

4.3). Selanjutnya, DPK secara total tumbuh sebesar 13,47% (yoy) menjadi Rp3,04 triliun, atau tumbuh lebih tinggi dari

triwulan sebelumnya sebesar 9,10% (yoy).

3 Dimulai dengan publikasi pada triwulan I 2014, asesmen perkembangan indikator perbankan menggunakan data lokasi bank untuk kredit yang disalurkan serta

menggunakan data lokasi bank pelapor untuk DPK yang dihimpun

I II III IV I II III IV I II

Bank Umum (Konv. + Syariah) 12 12 12 12 13 13 13 14 14 14

Konvensional 10 10 10 10 11 11 11 12 12 12

Syariah 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

Jumlah Kantor* 70 74 74 75 76 76 76 81 81 81

BPR 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

*) Termasuk Kanwil, KP, KC, KCP, BRI Unit, KK, KF

RINCIAN2012 2013 2014

I II III IV I II I II III IV I II

Total Aset 24.94 21.27 24.07 15.79 14.44 10.43 3,860 4,122 4,440 4,291 4,417 4,552

Bank Pemerintah 24.97 21.27 23.11 13.74 12.98 9.76 3,471 3,704 3,980 3,796 3,922 4,065

Bank Swasta Nasional 24.62 21.28 33.05 34.43 27.40 16.44 389 418 460 495 495 487

Aset Menurut Kelompok Bank

Nominal (Rp Miliar)

2013 2013 20142014

Pertumbuhan (%, yoy)

Page 37: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat · ekonomi Sulawesi Barat akan tumbuh menguat namun disertaikenaikan inflasi. Perekonomian Sulbar pada triwulan II 2014

BAB 5 SISTEM KEUANGAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan II 2014

Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan 31

Dalam aspek penyaluran kredit, perlambatan berlanjut akibat koreksi pertumbuhan kredit investasi pada triwulan II

2014.Kredit investasi tercatat turun sebesar -8,21% (yoy) pada triwulan laporan setelah sebelumnya mencatat angka

pertumbuhan sebesar 36,14% pada triwulan I 2014. Kredit modal kerja dan konsumsi menahan perlambatan yang terjadi

karena berhasil tumbuh menguat pada triwulan II 2014 yaitu masing-masing menjadi 14,02% (yoy) dan 17,87%

(yoy).Adapun total kredit secara keseluruhan tumbuh sebesar 13,60% (yoy) menjadi Rp4,12 triliun setelah pada triwulan I

2014 tumbuh sebesar 14,87% (yoy). Dengan perkembangan yang demikian, LDR perbankan tercatat mengalami

penurunan dari 142,17% menjadi 135,67% pada triwulan laporan seiring perlambatan yang dialami kredit (Tabel 4.3).

Tabel 4.3. Penghimpunan Dana dan Penyaluran Kredit Bank Umum

Berdasarkan sektor ekonomi, perlambatan kredit antara lain disumbang oleh melambatnya kredit ke sektor

perdagangan yang termasuk sektor utama. Selain itu,Perlambatan juga disumbang oleh terkoreksinya jumlah kredit yang

disalurkan pada sektor pertambangan, konstruksi, jasa dunia usaha, dan jasa sosial masyarakat pada triwulan II 2014

(Tabel 4.4).Sementara itu, jumlah kredit yang meningkat dari sektor listrik, gas, dan air, industri pengolahan, dan

pengangkutan menahan perlambatan yang terjadi.Kinerja penyaluran kredit yang melambat masih diikuti kualitas kredit

yang terjaga.Hal ini tercermin dari rasio Non Performing Loans (NPLs) perbankan yang masih terjaga pada level aman (di

bawah 5%), yaitu sebesar 4,59%. Angka ini tercatat mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya

sebesar 4,68% (Tabel 4.3).

Tabel 4.4. Kredit Bank Umum Menurut Sektor Ekonomi

I II III IV I II I II III IV I II

DPK 23.56 11.03 10.57 13.07 9.10 13.47 2,557 2,675 2,836 2,751 2,789 3,035

a. Giro 30.57 27.56 11.22 1.27 3.50 1.75 794 899 987 467 822 914

b. Tabungan 22.42 4.22 10.22 16.16 13.22 14.88 1,580 1,580 1,672 2,108 1,789 1,815

c. Deposito 7.18 4.09 10.17 12.08 (2.21) 55.78 182 196 177 176 178 306

Kredit 19.51 17.12 15.85 15.04 14.87 13.60 3,452 3,625 3,751 3,870 3,966 4,118

a. Modal Kerja 9.68 (11.00) 7.21 9.95 9.06 14.02 1,246 1,270 1,295 1,334 1,359 1,448

b. Investasi 16.13 49.87 43.31 38.83 36.14 (8.21) 313 407 409 416 426 373

c. Konsumsi 27.65 39.47 17.34 14.53 15.17 17.87 1,893 1,948 2,046 2,120 2,181 2,297

LDR (%) 135.03 135.52 132.27 140.67 142.17 135.67

NPLs Gross (%) 4.56 4.46 4.19 3.81 4.68 4.59

Komponen 2013 2013

Pertumbuhan (%, yoy) Nominal (Rp Miliar)

2014 2014

I II III IV I II I II III IV I II

Kredit 19.51 17.12 15.85 15.04 14.87 13.60 3,452 3,625 3,751 3,870 3,966 4,118

Pertanian 26.74 33.20 23.15 29.29 35.09 14.21 169 196 205 217 229 224

Pertambangan 43.33 9.82 6.46 16.76 (11.16) (3.97) 2.2 2.0 2.0 2.2 2.0 1.9

Industri Pengolahan 44.82 (15.78) (14.59) (3.99) (9.36) 31.31 41 33 33 36 37 43

Listrik, Gas, Air 7.38 92.38 113.24 124.10 119.59 344.97 0.4 0.7 0.8 0.8 0.9 2.9

Konstruksi (19.63) (7.00) (8.19) 181.72 30.75 (5.36) 37 44 48 46 48 41

Perdagangan 18.79 (0.32) 18.26 20.23 18.75 7.88 1,078 1,241 1,236 1,268 1,280 1,338

Pengangkutan 88.22 7.58 14.50 (3.41) 6.38 59.94 7.1 5.6 6.2 7.0 7.5 9.0

Jasa Dunia Usaha 0.81 63.44 63.60 (14.93) 40.29 (8.86) 40 64 64 59 55 58

Jasa Sosial Masyarakat (23.36) (7.50) 40.29 66.13 47.64 (7.46) 85 91 109 114 125 84

Lain-lain 23.17 32.33 13.04 9.27 9.40 18.79 1,993 1,948 2,046 2,120 2,181 2,314

Komponen 2013 2013

Nominal (Rp Miliar)Pertumbuhan (%, yoy)

2014 2014

Page 38: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat · ekonomi Sulawesi Barat akan tumbuh menguat namun disertaikenaikan inflasi. Perekonomian Sulbar pada triwulan II 2014

BAB 4 SISTEM KEUANGAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

32 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan II 2014

Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan

4.2. Stabilitas Sistem Keuangan

4.2.1 Ketahanan Sektor Korporasi Daerah

Di triwulan II 2014, penyaluran kredit korporasi di Sulbar

didominasi oleh sektor perdagangan. Kredit korporasi

tercatat memiliki pangsa sangat rendah yaitu 0,85%

terhadap total kredit produktif. Hal tersebut

mengindikasikan perkembangan UMKM yang lebih

dominan dalam menggunakan jasa keuangan perbankan di

Sulbar. Dari kredit korporasi, kredit kepada sektor

perdagangan memiliki pangsa terbesar yaitu 72,5% atau

Rp11,09 miliar (kredit produktif non-UMKM). Pangsa

sektor perdagangan tersebut melebihi setengah dari total

kredit yang disalurkan pada triwulan II 2014. Sektor

perdagangan diikuti oleh sektor jasa lainnya dengan

pangsa sebesar 19,11% dan sektor jasa dunia usaha

sebesar 7,5% (Grafik 4.1).

Dari aspek pertumbuhan, penyaluran kredit kepada

sektor korporasi pada triwulan II 2014 mengalami

kontraksi yang lebih dalam dari triwulan sebelumnya. Hal

ini disebabkan oleh semakin besarnya kontraksi yang

terjadi pada penyaluran kredit korporasi di sektor jasa

dunia usaha dan sektor pertanian. Perbaikan kinerja justru

ditunjukkan oleh kredit korporasi kepada sektor

perdagangan yang kontraksinya menjadi lebih kecil pada

triwulan laporan. Meski demikian, hal tersebut tidak

berhasil membuat pertumbuhan kredit secara total

menjadi lebih baik dari triwulan I 2014 (Grafik 4.2). Kredit

korporasi terkontraksi sebesar -84,53% (yoy) di triwulan II

2014 setelah sebelumnya tercatat sebesar -40,84% (yoy).

Dari aspek kualitas, penyaluran kredit korporasi secara

keseluruhan mengalami peningkatan kinerja. Pada

triwulan laporan, kualitas penyaluran kredit yang diukur

dari rasio non-performing loans atau NPLs turun tajam

menjadi 7,42% dibanding triwulan sebelumnya yang

sebesar 79,35% (Grafik 4.3). Turunnya NPLs sektor

pertanian dan jasa dunia usaha menjadi pendorong

turunnya rasio NPLs secara keseluruhan. Meski memiliki

kualitas yang dapat dikatakan membaik, dampak

penyaluran kredit korporasi terhadap keseluruhan kredit

tidak signifikan mengingat pangsanya yang sangat kecil

dibandingkan kredit UMKM maupun kredit lain-lain

(konsumsi).

Grafik 4.1. Pangsa Kredit Menurut Sektor Korporasi

Grafik 4.2. Pertumbuhan Kredit Korporasi

Grafik 4.3. NPLs Kredit Korporasi

Pangsa Triwulan II 2014

Pertanian (0.9%)

Perdagangan (72.5%)

Jasa Dunia Usaha (7.5%)

Lainnya (19.1%)

(100)

(50)

0

50

100

150

200

250

I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014

%, yoy Pertanian Perdagangan

Total Jasa Dunia Usaha

0

20

40

60

80

100

0

20

40

60

80

100

I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014

%%

Total Jasa Dunia Usaha

Pertanian - Skala Kanan Perdagangan - Skala Kanan

Page 39: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat · ekonomi Sulawesi Barat akan tumbuh menguat namun disertaikenaikan inflasi. Perekonomian Sulbar pada triwulan II 2014

BAB 5 SISTEM KEUANGAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan II 2014

Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan 33

4.2.2 Ketahanan Sektor Rumah Tangga Daerah

Kredit rumah tangga untuk perlengkapan/peralatan

rumah tangga beserta kredit rumah tangga jenis lainnya

mengambil pangsa yang terbesar dalam struktur kredit

rumah tangga pada triwulan II 2014. Dari total kedit yang

disalurkan kepada rumah tangga sebesar Rp2,31 triliun,

kredit rumah tangga lainnya dimaksud memiliki pangsa

mencapai lebih dari 50%, disusul kredit multiguna, KPR,

dan terakhir kredit kendaraan bermotor (KKB) dengan

pangsa yang terkecil (Grafik 4.4).

Penyaluran kredit kepada sektor rumah tangga mencatat

kinerja yang meningkat di triwulan II 2014. Peningkatan

tersebut didorong oleh perkembangan penyaluran kredit

rumah tangga KPRdan lainnya yang tumbuh lebih tinggi

dari periode sebelumnya. KKB tercatat mengalami

perlambatan pertumbuhan namun karena pangsanya yang

tidak dominan pengaruhnya tidak signifikan terhadap total

kredit rumah tangga. Adapun kredit rumah tangga jenis

multiguna masih mengalami kontraksi walaupun tidak

sedalam periode sebelumnya. Secara keseluruhan, kredit

rumah tangga tumbuh lebih baik dari triwulan sebelumnya

yaitu dari 9,40% (yoy) menjadi 18,79% (yoy).

Secara total, kualitas kredit ke sektor rumah tangga tetap

terjaga pada tingkat yang aman di triwulan II 2014.

Seluruh jenis kredit rumah tangga memiliki angka NPLs di

bawah angka batas atas yang ditetapkan yaitu 5%. KPR

yang mencatat angka NPLs tertinggi, sebesar 3,89% juga

tetap memiliki rasio yang tergolong aman (Grafik 4.6).

Angka NPLs yang tercatat secara total adalah 1,94%. Pada

triwulan sebelumnya, NPLs tercatat sebesar 1,52%. Cukup

rendahnya NPLs didukung oleh kualitas kredit yang baik

pada jenis KKB, kredit multiguna, maupun kredit rumah

tangga lainnya.

Grafik 4.4. Pangsa Jenis Kredit Rumah Tangga

Grafik 4.5. Pertumbuhan Kredit Rumah Tangga

Grafik 4.6. NPLs Kredit Rumah Tangga

4.3. Pengembangan Akses Keuangan

Penyaluran kredit UMKM kembali mengalami perlambatan pertumbuhan pada triwulan II 2014. Melambatnya

pertumbuhan kredit di UMKM pada dasarnya dapat menjadi indikasi adanya potensi serta peluang untuk mengakselerasi

kembali pertumbuhan kredit UMKM (Grafik 4.7). Pangsa kredit UMKM terhadap total kredit produktif di Sulbar mencapai

43,85% atau sebesar Rp1,81 triliun. Dari nilai tersebut, sebesar80% merupakan kredit UMKM yang digunakan untuk

modal kerja sedangkan sisanya digunakan untuk investasi (Grafik 4.8). Angka NPLs kredit UMKM bergerak naik pada

triwulan II 2014 hingga mencapai 8,79% (Grafik 4.9). Angka tersebut telah berada di bawah batas aman yang ditetapkan

yaitu sebesar 5%. Meskipun NPLs untuk keseluruhan kredit perbankan Sulbar masih di bawah 5%, kualitas kredit UMKM

harus terus ditingkatkan melalui pendampingan dari para pemangku kepentingan.

Pangsa Triwulan II 2014

Kredit Pemilikan Rumah, KPR (12.4%)

Kredit Kendaraan Bermotor, KKB (0.5%)

Kredit Multiguna

(35.7%)

Kredit Rumah Tangga

Lainnya (51.3%)

(500)

0

500

1,000

1,500

2,000

(60)

(10)

40

90

140

190

240

290

340

390

I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014

%, yoy%, yoyTotal KPRLainnya KKB - Skala KananMultiguna - Skala Kanan

0

2

4

6

8

10

12

0.0

0.5

1.0

1.5

2.0

2.5

3.0

I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014

%%

Total KKB Lainnya Multiguna KPR - Skala Kanan

Page 40: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat · ekonomi Sulawesi Barat akan tumbuh menguat namun disertaikenaikan inflasi. Perekonomian Sulbar pada triwulan II 2014

BAB 4 SISTEM KEUANGAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

34 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan II 2014

Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan

Grafik 4.7. Pertumbuhan dan NPLs Kredit UMKM Grafik 4.8. Pangsa Kredit UMKM

4.4. Perkembangan Sistem Pembayaran

Transaksi nontunai melalui sarana RTGS ditandai dengan pertumbuhan yang melambat pada triwulan II 2014

dibandingkan triwulan sebelumnya. Secara total, nilai transaksi BI-RTGS Sulbar di triwulan II 2014 sebesar Rp1,38 triliun

atau turun-1,16%% (yoy), jauh lebih rendah jika dibandingkan triwulan I 2014 yang tumbuh sebesar 18,03% (yoy) (Tabel

4.5). Transaksi BI-RTGS pada periode laporan masih didominasi aliran dana yang masuk (to) ke perbankan Sulbar dengan

nilai Rp0,79 triliun, lebih tinggi dari aliran yang keluar (from) dari perbankan Sulbar yang tercatat sebesar Rp0,56 triliun

pada triwulan II 2014. Sementara itu, kegiatan RTGS antarbank di Sulbar tercatat mencapai Rp27,71 miliar. Walaupun

mengalami perlambatan dari sisi nilai, volume RTGS tercatat meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu sebesar

11,82%. Peningkatan volume terjadi seiring masa puasa dan hari raya Lebaran dan akan diprediksi meningkat sampai

dengan awal triwulan III 2014.

Tabel 4.5. Perkembangan Transaksi RTGS

0

5

10

15

20

25

30

35

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

10

I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014

%, yoy%

NPLs UMKM Pertumbuhan Kredit UMKM - Skala Kanan

Total Kredit UMKM, 44%Total Kredit

Non UMKM, 56%

Modal Kerja , 80%

Investasi, 20%

I II III IV I II (qtq) (yoy)

Nilai (Rp Miliar) 268.59 387.58 489.35 740.60 406.16 558.63 37.54% 44.13%

Volume 2,463 2,838 2,761 2,831 2,367 2,643 11.66% -6.87%

Nilai (Rp Miliar) 1,036.43 973.12 1,474.24 1,454.40 1,129.64 789.08 -30.15% -18.91%

Volume 742 905 1,287 1,893 848 929 9.55% 2.65%

Nilai (Rp Miliar) 14.75 30.92 42.92 105.88 21.87 27.71 26.70% -10.38%

Volume 59 117 195 644 58 88 51.72% -24.79%

Nilai (Rp Miliar) 1,319.77 1,391.62 2,006.51 2,300.88 1,557.67 1,375.42 -11.70% -1.16%

Volume 3,264 3,860 4,243 5,368 3,273 3,660 11.82% -5.18%

Pertumbuhan Tw II 2014

From

To

From-To

TOTAL

Keterangan2013 2014

Page 41: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat · ekonomi Sulawesi Barat akan tumbuh menguat namun disertaikenaikan inflasi. Perekonomian Sulbar pada triwulan II 2014

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan II 2014

Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan 35

5. KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

Bab 5 Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Sulawesi Barat sebesar 2,33%

(Februari 2014) atau lebih tinggi dari tahun sebelumnya 2,00% (Februari

2013). Secara struktur, belum terjadi perubahan yang signifikan pada porsi

tenaga kerja di sektor primer, sekunder, maupun tersier. Adapun tingkat

partisipasi angkatan kerja (TPAK) Sulbar pada Februari 2014 tercatat

sebesar 70,04%, mengalami penurunan dari Februari 2013 yang tercatat

72,43%. Sementara itu, ketimpangan kesejahteraan justru memburuk setelah

dua tahun terakhir menunjukkan pembaikan.

Page 42: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat · ekonomi Sulawesi Barat akan tumbuh menguat namun disertaikenaikan inflasi. Perekonomian Sulbar pada triwulan II 2014

BAB 5 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

36 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan II 2014

Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan

5.1. Tenaga Kerja

Jumlah penduduk yang bekerja di Sulawesi Barat pada Februari 2014 mengalami peningkatan. Per Februari 2014,

angkatan kerja Sulbar tercatat sebanyak 600,71 ribu orang, mengalami peningkatan sebesar 0,16% (yoy) dibandingkan

periode yang sama tahun 2013. Dari jumlah tersebut jumlah penduduk yang bekerja sejumlah 591,12 ribu orang,

meningkat 0,58% (yoy) dibandingkan kondisi tenaga kerja Februari 2013. Jumlah penduduk usia kerja, namun bukan

angkatan kerja pada Februari 2014 tercatat 243,27 ribu orang yang berarti jumlahnya meningkat sebesar 6,57%. Dengan

perkembangan tersebut, tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) Sulbar pada Februari 2014 tercatat sebesar 70,04%,

mengalami penurunan dari Februari 2013 yang tercatat 72,43%. Penurunan TPAK sebagai indikasi penyerapan tenaga

kerja yang sedikit melemah hingga periode Februari 2014. Penurunan penduduk yang bekerja, terutama terjadi pada

pekerja penuh dan setengah penganggur.

Sektor primer (pertanian) pada Februari 2014 menyerap lebih banyak tenaga kerja dibandingkan Februari 2013. Sektor

primer pada bulan Februari 2014 merupakan penyerap tenaga kerja terbesar yaitu sebanyak 354,40 ribu orang atau

sebesar 59,95% dari total jumlah penduduk yang bekerja. Hal ini dipengaruhi antara lain oleh kondisi Sulawesi Barat yang

merupakan kawasan agraris. Sementara persentase jumlah tenaga kerja di sektor tersier yang lebih padat modal

meningkat sebesar 11,10 ribu orang atau mencapai 15,60%. Terjadi penurunan tenaga kerja informal menjadi 411,35 ribu

orang (69,59%) lebih sedikit dibandingkan Februari 2013 yang sebesar 441,01 ribu orang (74,92%). Pekerja yang bekerja di

sektor informal pada umumnya merupakan pekerja yang berusaha sendiri dibantu buruh tidak tetap/tidak dibayar

(24,22%) atau pekerja tidak dibayar/pekerja keluarga (24,76%). Sementara pekerja yang bekerja di sektor formal sebesar

30,41%, relatif meningkat dibandingkan Februari 2013 (25,08%).

Sumber: BPS

Sumber: BPS

Grafik 5.1. Komposisi Pekerja per Sektor Ekonomi Grafik 5.2. Komposisi Pekerja per Sektor Formal - Informal

Tabel 5.1. Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Menurut Kegiatan Utama

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Sulawesi Barat merupakan yang terendah di Sulawesi. Angka TPT Sulbar tercatat

sebesar 1,60% pada Februari 2014. Dengan persentase tersebut, selama empat tahun berturut-turut, Sulbar selalu

menjadi provinsi dengan TPT yang paling rendah di Sulawesi. Tingkat pengangguran Sulbar juga lebih rendah

dibandingkan tingkat pengangguran nasional yang tercatat 5,70%.

57.5% 57.3% 58.8% 57.6% 59.9%

8.8% 9.2% 8.3% 9.0% 8.6%

33.7% 33.5% 32.9% 33.4% 31.4%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

Februari2012

Agustus2012

Februari2013

Agustus2013

Februari2014

Primer Sekunder Tersier

25.0% 25.3% 25.1% 26.8% 30.4%

75.0% 74.7% 74.9% 73.2% 69.6%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

2012Februari

2012Agustus

2013Februari

2013Agustus

2014Februari

Informal Formal

Page 43: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat · ekonomi Sulawesi Barat akan tumbuh menguat namun disertaikenaikan inflasi. Perekonomian Sulbar pada triwulan II 2014

BAB 5 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan II 2014

Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan 37

Tabel 5.2. Tingkat Pengangguran di Provinsi se-Sulawesi

Sumber: BPS, diolah Sumber: BPS, diolah

Grafik 5.3. Pengangguran di Sulbar

5.2. Penduduk Miskin4

Tingkat kemiskinan provinsi Sulawesi Barat pada Maret 2014tercatat mengalami peningkatan. Persentase penduduk

miskin Sulbar pada Maret 2014naik menjadi 12,3% dari total penduduk Sulbar, sedikit lebih tinggi dari posisi September

2013 yang sebesar 12,2%. Persentase penduduk miskin Sulbar lebih rendah daripada rata-rata Sulampua (16,03%), namun

lebih tinggi daripada Indonesia (11,25%).

13.613.9

13.613.2 13.0

12.3 12.2 12.3

8

9

10

11

12

13

14

15

16

2010 Mar-11 Sep-11 Mar-12 Sep-12 Mar-13 Sep-13 Mar-14%

% Kota % Desa % Kemiskinan Kota+ Desa

Sumber: BPS

Grafik 5.4. Persentase Penduduk Miskin di Sulawesi Barat

Persentase kemiskinan di daerah perkotaan menunjukkan peningkatan. Jumlah penduduk miskin di kota bertambah 2,1

ribu jiwa, atau mencatat persentase kemiskinan 9,16% dari sebelumnya sebesar 8,57%. Sementara itu, jumlah penduduk

miskin di desa bertambah sebesar 100 jiwa. Persentase penduduk miskin di desa turun menjadi 13,19% dari sebelumnya

13,31%. Dari sisi jumlah maupun persentase, tingkat kemiskinan di kota lebih kecil daripada di desa. Apabila ketimpangan

kesejahteraaan ini berlanjut, dikhawatirkan terjadi permasalahan seperti kenaikan tingkat urbanisasi dan masalah kota

lainnya. Untuk itu, secara dini, perlu disikapi dengan program pengembangan pedesaan.

Peningkatan UMP tahun 2014 lebih tinggi daripada peningkatan pada tahun sebelumnya. UMP Provinsi Sulawesi Barat

2014 ditetapkan sebesar Rp1,4 juta, meningkat 20,2% dibandingkan 2013. Peningkatan UMP Sulbar tercatat masih lebih

rendah dibandingkan rata-rata kenaikan KHL yang sebesar 24,2%%. Bahkan Sulbar mencatat peningkatan paling rendah

dibandingkan provinsi lainnya di Indonesia. Kenaikan tersebut ditengarai juga terkait ukuran ekonomi Sulbar yang tidak

terlalu besar dan masih ditopang oleh sektor informal.

4 BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari

sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran.Jadi, penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-

rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan.

2.70% 2.82%

2.07% 2.14%2.00%

2.33%

1.60%

0%

1%

2%

3%

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

Feb2011

Agt2011

Feb2012

Agt2012

Feb2013

Agt2013

Feb2014

Rib

u J

iwa

Jumlah Pengangguran Tingkat Pengangguran Terbuka (%)

Page 44: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat · ekonomi Sulawesi Barat akan tumbuh menguat namun disertaikenaikan inflasi. Perekonomian Sulbar pada triwulan II 2014

BAB 5 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

38 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan II 2014

Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan

Sumber: BPS

Grafik 5.5. Perkembangan UMP Provinsi Sulbar

5.3. Rasio Gini5

Gini ratio Provinsi Sulawesi Barat kembali memburuk setelah 2 tahun terakhir menunjukkan pembaikan. Nilai giniratio

Sulbar pada tahun 2013 meningkat menjadi 0,35 atau memburuk dibandingkan tahun 2012 yang tercatat sebesar 0,31.

Semakin besarnya indikator yang menunjukkan ketimpangan pendapatan penduduk tersebut yang kemungkinan besar

dipengaruhi oleh melemahnya indikator ketenagkerjaan dan NTP pada periode dimaksud. Namun demikian, giniratio

Sulbar masih lebih rendah daripada angka Nasional (0,41). Dibandingkan provinsi lain di Sulampua, nilai gini ratio Sulawesi

Barat relatif rendah. Angka gini rasio tertinggi masih tercatat di Gorontalo dan Papua dengan nilai yang sama dengan

tahun lalu yaitu 0,44. Angka berikutnya sebesar 0,43 tercatat untuk Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Papua

Barat. Sementara itu, nilai gini ratio terendah (0,32) terjadi di Maluku Utara yang sedikit menurun dibandingkan tahun

2012 (0,34).

Tabel 5.3. Nilai Gini Ratio

Provinsi 2010 2011 2012 2013

Gorontalo 0,43 0,46 0,44 0,44

Papua 0,41 0,42 0,44 0,44

Sulawesi Selatan 0,40 0,41 0,41 0,43

Sulawesi Tenggara 0,42 0,41 0,40 0,43

Papua Barat 0,38 0,40 0,43 0,43

Sulawesi Utara 0,37 0,39 0,43 0,42

Sulawesi Tengah 0,37 0,38 0,40 0,41

Maluku 0,33 0,41 0,38 0,37

Sulawesi Barat 0,36 0,34 0,31 0,35

Maluku Utara 0,34 0,33 0,34 0,32

Indonesia 0,38 0,41 0,41 0,41

Sumber: Booklet Indikator Kersejahteraan Rakyat, BPS, Agustus 2013

5.4. Nilai Tukar Petani6

Terjadi perubahan tahun dasar untuk perhitungan Nilai Tukar Petani (NTP). Sejak Januari 2014 dilakukan perubahan

tahun dasar dalam perhitungan NTP dari tahun dasar 2007 = 100 menjadi tahun dasar 2012 = 100. Perubahan tahun dasar

ini dilakukan untuk menyesuaikan perubahan/pergeseran pola produksi pertanian dan pola konsumsi rumah tangga

pertanian di pedesaan, serta perluasancakupan subsektor pertanian dan provinsidalam penghitungan NTP, agar

penghitungan indeks dapat dijaga ketepatannya.

5Angka koefisien gini adalah ukuran kemerataan pendapatan yang dihitung berdasarkan kelas pendapatan.Angka koefisien gini terletak antara 0 (nol) dan 1 (satu).Nol

mencerminkan kemerataan sempurna dan satu menggambarkan ketidakmeraaan sempurna. 6 NTP merupakan keseimbangan antara indeks harga yang diterima petani (It) dengan yang dibayar petani (Ib).

1,0

06

,00

0

1,1

27

,00

0 1

,16

5,0

00

1,4

00

,00

0

1,0

06

,00

0

1,1

27

,00

0

1,2

00

,00

0

1,4

90

,00

0

6.5%

12.0%

3.4%

20.2%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

-

200,000

400,000

600,000

800,000

1,000,000

1,200,000

1,400,000

1,600,000

2011 2012 2013 2014

UMP (Rp) KHL (Rp) % Kenaikan UMP - sisi kanan

Page 45: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat · ekonomi Sulawesi Barat akan tumbuh menguat namun disertaikenaikan inflasi. Perekonomian Sulbar pada triwulan II 2014

BAB 5 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan II 2014

Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan 39

Sumber: BPS

Grafik 5.6. Perkembangan NTP di Sulawesi Barat

Hal yang berbeda pada penghitungan NTP dengan tahun dasar 2012 (2012 = 100) dengan tahun dasar 2007adalah

perluasan pernghitungan pada subsektor perikanan, dimana dilakukan pemisahan antara Nilai Tukar Nelayan (NTN) dan

Nilai Tukar Pembudidaya Ikan (NTPI). Dampak dari perubahan tersebut adalah indeks yang dibayar petani dan indeks yang

diterima petani pada periode-periode di tahun 2014, tidak dapat diperbandingkan dengan periode pada tahun 2013.Nilai

Tukar Petani Sulbar pada triwulan II 2014 sebesar 103,27lebih tinggi daripadatriwulan I2014sebesar 102,35.NTP dibentuk

oleh indeks yang diterima petani (It) sebesar 112,49dan indeks yang dibayar petani (Ib) sebesar 108,92. NTP Sulbar yang

bernilai lebih besar dari 100 berarti penerimaan petani lebih besar dibandingkan pengeluaran. Hal ini menandakan bahwa

petani Sulbar memiliki daya beli karena penerimaannya, dan kenaikan NTP daripada triwulan sebelumnya

menggambarkan bahwa kemampuan daya beli tersebut meningkat.

Subsektor tanaman pangan cenderung menurun pada triwulan II 2014. Tanaman pangan pada triwulan II-2014

mengalami penurunan NTP menjadi 92,06, dimana pada triwulan I-2014 berada pada angka 94,70.Penurunan ini

menggambarkan bahwa terjadi penurunan penghasilan petani dari hasil menanam tanaman pangan. Di samping itu, NTP

tanaman pangan yang belum mencapai angka 100 mengindikasikan bahwa kesejahteraan petani pada subsektor tersebut

masih relatif rendah.

Tabel 5.4. Perkembangan NTP Sulbar

Sumber: BPS

-2.0%

-1.5%

-1.0%

-0.5%

0.0%

0.5%

1.0%

1.5%

90 95

100 105 110 115 120 125 130 135 140 145 150 155

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014indeks

IT IB NTP Sulbar g.NTP - sisi kanan

yoy

Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II y.o.y q.t.q y.o.y q.t.q

Tanaman Pangan 87.6 87.9 82.4 82.0 94.7 92.1 8.08% 15.50% 4.72% -2.79%

Hortikultura 87.8 88.9 88.7 91.1 102.2 100.7 16.42% 12.12% 13.31% -1.45%

Tanaman Perkebunan Rakyat 128.5 133.0 133.5 132.1 109.0 114.1 -15.14% -17.48% -14.21% 4.65%

Peternakan 113.0 112.8 113.4 115.5 101.2 101.2 -10.41% -12.34% -10.25% -0.02%

Perikanan 106.6 106.6 105.7 106.8 96.2 97.0 -9.76% -9.95% -9.01% 0.84%

NILAI TUKAR PETANI (NTP) 104.0 105.0 103.3 104.9 102.4 103.3 -0.02% -0.02% -1.69% 0.90%

a Indeks yang Diterima (It) 142.1 144.2 148.2 150.9 110.2 112.5 -22.48% -26.99% -22.00% 2.10%

b Indeks yang Dibayar (lb) 136.7 137.3 143.5 143.8 107.7 108.9 -21.25% -25.14% -20.68% 1.18%

KOMPONEN2013 2014 Tw II-14Tw I-14

Page 46: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat · ekonomi Sulawesi Barat akan tumbuh menguat namun disertaikenaikan inflasi. Perekonomian Sulbar pada triwulan II 2014

BAB 5 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

40 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan II 2014

Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

Page 47: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat · ekonomi Sulawesi Barat akan tumbuh menguat namun disertaikenaikan inflasi. Perekonomian Sulbar pada triwulan II 2014

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan II 2014

Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan 41

6. PROSPEK PEREKONOMIAN

Bab 6 Prospek Perekonomian

Perekonomian Sulbar pada triwulan III 2014 dan untuk keseluruhan tahun

2014, masing-masing diperkirakan akan tumbuh pada kisaran 12,5% -

14,5% (yoy) dan 10,0% - 12,0% (yoy). Jika dibandingkan dengan ekonomi

nasional, pertumbuhan ekonomi Sulbar 2014 tetap meningkat dan tumbuh

lebih tinggi.Di sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi ditopang oleh konsumsi

rumah tangga yang tetap kuat, disertai oleh peningkatan ekspor, terutama

hasil olahan industri.Di sisi penawaran, sektor pertanian dan sektor industri

pengolahan akan saling memperkuat, seiring dengan kenaikan kapasitas

industri pengolahan.

Laju inflasi triwulan III 2014 diprakirakan akanmelambat, didorong oleh

semua komponen inflasi. Respons dari Tim Pengendalian Inflasi Daerah

Provinsi Sulbar selama Ramadhan/Idul Fitri 1435 H mampu meredam

tekanan inflasi, sehingga inflasi Juli (bulan Ramadhan) 2014 lebih rendah

dari rata-rata inflasi bulan Ramadhan 3 tahun terakhir. Namun sampai

dengan akhir 2014, terdapat potensi kenaikan tarif energi dan harga emas.

Dengan demikian, inflasi sampai akhir 2014 masih berpotensi meningkat

dalam kisaran 5,0% - 6,0%, atau masih dalam cakupan target nasional.

Page 48: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat · ekonomi Sulawesi Barat akan tumbuh menguat namun disertaikenaikan inflasi. Perekonomian Sulbar pada triwulan II 2014

BAB 7 PROSPEK PEREKONOMIAN

42 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan II 2014

Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan

6.1. Prospek Pertumbuhan Ekonomi

Perekonomian Sulbar diprakirakan tumbuh 12,5%-14,5% pada TwIII-2014 dan pada 2014. Ekonomi Sulbar cenderung

bias ke atas pada tahun 2014, seiring konsistensi pertumbuhan dari sektor-sektor utama, seperti sektor Pertanian, sektor

Jasa-jasa, dan sektor Industri Pengolahan. Pertumbuhan Sulbar tahun 2014 kembali akan tumbuh tinggi, di atas dua digit,

setelah adanya perubahan struktural pada industri pengolahan. Mulai awal 2014 kinerja produksi CPO dan industri

olahan CPO menjadi palm olien dan palm stearin, meningkat hampir dua kali lipat dari normal, pada triwulan II tahun

2014, dan diperkirakan terus berlanjut untuk menjadi pendorong ekonomi Sulbar ke depan. Namun demikian, tetap

terdapat tantangan berupa kendala teknis pembangunan infrastruktur di Sulbar, seperti pembebasan lahan, proses

lelang, dan pemenuhan kebutuhan energi.

Grafik 6.1. Perkembangan PDRB Sulbar dan Proyeksinya

6.1.1 Prospek Sisi Permintaan

Dari sisi permintaan, konsumsi rumah tangga dan ekspor akan meningkat, sementara investasi cenderung melemah.

Konsumsi rumah tanggaterindikasi meningkat tercermin dari tingkat hunian hotel di Sulbar meningkat dibandingkan

tahun 2013. Hingga Juni 2014, tren tingkat hunian hotel terus meningkat mencapai 34,41% lebih tinggi dari triwulan

sebelumnya (31,77%), dan berdasarkan pola historisnya cenderung mencapai puncaknya di triwulan III-2014. Konsumsi

pemerintah diperkirakan mulai optimal memasuki semester kedua 2014, seiring perhatian legislatif yang terus

mendorong penyerapan belanja APBD maupun memaksimalkan penerimaan daerah. Sementara itu untuk kegiatan

investasi, beberapa kendala faktor teknis (pembebasan lahan) dan belum dimulainya proses pembangunan (proses lelang

dan tender) masih menjadi pengganjal realisasi investasi. Sementara kegiatan ekspor komoditi utama diperkirakan akan

meningkat, karena dorongan peningkatan produksi diiringi dengan naiknya permintaan negara mitra dagang. Terpantau

Purchasing Managers Index (PMI) dari negara Jepang, Tiongkok, dan Korea Selatan kembali rebound. Di sisi lain, harga

CPO cenderung stabil atau naik 2,0% (yoy) menjadi USD 864,1/mt.

Sumber: Bloomberg p) Proyeksi

Sumber: World Bank

Grafik 6.2. PMI Index Asia Grafik 6.3. Harga Internasional CPO

4

6

8

10

12

14

16

18

20

11

Q1

20

11

Q2

20

11

Q3

20

11

Q4

20

12

Q1

20

12

Q2

20

12

Q3

20

12

Q4

20

13

Q1

20

13

Q2

20

13

Q3

20

13

Q4

20

14

Q1

20

14

Q2

20

14

Q3

20

14

Q4

20

15

%, yoy

2013 : 7,2%

2014:8,0% - 9,0%

2011 : 10,3%

2012 : 9,0%

2015:8,0% - 9,0%

44,0

46,0

48,0

50,0

52,0

54,0

56,0

58,0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8

2013 2014

Indeks

Jepang Cina Korea Selatan

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

I II III IV I II III IV I II III IV I II Jul

2011 2012 2013 2014

yoyUSD/mt

CPO

g.CPO - sisi kanan

Page 49: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat · ekonomi Sulawesi Barat akan tumbuh menguat namun disertaikenaikan inflasi. Perekonomian Sulbar pada triwulan II 2014

BAB 7 PROSPEK PEREKONOMIAN

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan II 2014

Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan 43

Sumber: BPS

Grafik 6.4. Tingkat Hunian Kamar Hotel

6.1.2 Prospek Sisi Penawaran

Sektor Pertanian diproyeksikan tumbuh meningkat pada triwulan III-2014, seiring kebutuhan tanaman perkebunan

untuk memenuhi kapasitas industri pengolahan. Kebutuhan industri pengolahan minyak sawit akan mengolah sekitar

2.000 ton CPO per hari. Bahkan untuk produk palm olien meningkat dari 20 ribu ton pada triwulan I tahun 2014 menjadi

37 ribu ton pada triwulan II tahun 2014. Selain itu, hasil prognosa BPS, produksi tanaman padi diperkirakan turun -1,95%,

sementara jagung hanya akan meningkat tipis 2,92%. Sementara untuk kedelai meningkat cukup tinggi (116,17%), seiring

pola tanam komoditas pertanian padi kembali ke pola lama yang diselingi penanaman kedelai. Di sisi komoditas

perkebunan, harga komoditas coklat masih dalam tren meningkat, akibat terbatasnya pasokan (hama dan curah hujan

tinggi) dan produktivitas yang rendah7. Harga coklat hingga Juli 2014 meningkat 38,4% (yoy) menjadi sekitar USD3,13/kg.

Sumber: BPS, diolah

Grafik 6.5. Perkembangan Produksi Padi

Sumber: BPS, diolah

Grafik 6.6. Perkembangan Produksi Jagung

Sumber: BPS, diolah

Grafik 6.7. Perkembangan Produksi Kedelai

Sumber: BPS, diolah

Grafik 6.8. Harga Internasional Coklat

0

10

20

30

40

50

60

70

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6

2012 2013 2014

Hotel Berbintang

Akomodasi Lainnya

TPK (%)

0,0

2,0

4,0

6,0

8,0

10,0

12,0

14,0

16,0

18,0

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

500

2010 2011 2012 Asem2013

Prognosa2014

Padi

Produksi (ribu ton) g.produksi (%) - sisi kanan

-10,0

0,0

10,0

20,0

30,0

40,0

50,0

60,0

0

20

40

60

80

100

120

140

2010 2011 2012 Asem2013

Prognosa2014

Jagung

Produksi (ribu ton) g.produksi (%) - sisi kanan

-80,0

-60,0

-40,0

-20,0

0,0

20,0

40,0

60,0

80,0

100,0

0

1

1

2

2

3

3

4

2010 2011 2012 Asem2013

Prognosa2014

Kedelai

Produksi (ribu ton) g.produksi (%) - sisi kanan

-40%

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

3,5

4

I II III IV I II III IV I II III IV I II Jul

2011 2012 2013 2014

yoyUSD/kg

Harga Internasional Coklat g.Harga Internasional Coklat - sisi kanan

Page 50: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat · ekonomi Sulawesi Barat akan tumbuh menguat namun disertaikenaikan inflasi. Perekonomian Sulbar pada triwulan II 2014

BAB 7 PROSPEK PEREKONOMIAN

44 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan II 2014

Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan

Sektor Industri Pengolahan diperkirakan tumbuh meningkat pada triwulan III-2014. Kapasitas produksi industri

pengolahan CPO meningkat seiring beroperasinya pabrik pengolahan (refinery) di Sulawesi Barat. Menghadapi Ramadhan

dan Idul Fitri, industri besar di Sulbar akan meningkat untuk memproduksi beberapa barang kebutuhan pokok seperti

makanan. Hasil survei industri besar sedang (IBS) meningkat 18,42% (yoy) pada triwulan II-2014, dibandingkan triwulan I-

2014 (7,32%; yoy), dan diperkirakan akan meningkat hingga akhir 2014.

Sektor Jasa-jasa diprakirakan akan meningkatpada triwulan III-2014, seiring penyerapan belanja yang meningkat.

Realisasi belanja hingga semester I-2014 mencapai 32,36%, sementara realiasi pendapatan lebih dari separuh dari

anggaran atau mencapai 52,89%. Diperkirakan penyerapan anggaran APBD akan cenderung meningkat hingga akhir 2014,

seiring perhatian dari legislatif.

6.2. Prospek Inflasi

Pada triwulan III-2014, inflasi tahunan Sulbar diperkirakan akan melambat dalam kisaran proyeksi 4,3% - 5,3% (yoy).

Angka tersebut lebih rendah dari inflasi triwulan II-2014 yang tercatat sebesar 5,9% (yoy). Peran aktif Tim Pengendalian

Inflasi Daerah Sulawesi Barat mampu mengendalikan inflasi ketika Ramadhan/Idul Fitri 1435 H, sehingga inflasi Juli 2014

(0,84%; mtm) lebih rendah dari pola historisnya (grafik 6.11). Penyumbang perlambatan diprakirakan berasal dari semua

komponen inflasi yaitu inflasi volatile foods, inflasi inti, dan inflasi administered prices. Inflasi volzatile foods diperkirakan

melambat signifikan seiring dengan turunnya harga kelompok bahan makanan. Dan inflasi administered price juga

melambat seiring melambatnya harga subkelompok transportasi, subkelompok bahan bakar; dan beberapa subkelompok

makanan jadi. Sementara inflasi inti stabil, seiring stabilnya harga beberapa subkelompok perumahan, kelompok sandang,

kelompok kesehatan, dan kelompok pendidikan. Sehingga untuk keseluruhan tahun 2014, inflasi Sulbar diperkirakan 5,0%

– 6,0%, atau tetap dalam kisaran target nasional yang sebesar 4,5%±1%. Oleh karena itu hingga akhir 2014, optimalisasi

TPID Sulbar dalam memantau, mengendalikan dan mengarahkan ekspektasi masyarakat sangat penting.

Sumber: Bank Indoensia Sumber: Blommberg

Grafik 6.9. Fan Chart Inflasi Sulawesi Barat Grafik 6.10. Harga Internasional Emas

Grafik 6.11. Event Analysis Inflasi Bulanan

0

1

2

3

4

5

6

7

8

20

11

Q1

20

11

Q2

20

11

Q3

20

11

Q4

20

12

Q1

20

12

Q2

20

12

Q3

20

12

Q4

20

13

Q1

20

13

Q2

20

13

Q3

20

13

Q4

20

14

Q1

20

14

Q2

20

14

Q3

20

14

Q4

%, yoy

2012:3,28%

2013:5,91%

2011: 4,91%

2014:5,0% - 6,0%

Tw II-2014: 6,65%

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

1000

1100

1200

1300

1400

1500

1600

1700

1800

I II III IV I II III IV I II III IV I II Jul

2011 2012 2013 2014

yoyUSD/troy onz

Emas g.Emas - sisi kanan

-1,0

-0,5

0,0

0,5

1,0

1,5

2,0

2,5

3,0

Jan

Feb

Mar

Ap

rM

ei

Jun

Jul

Agu Se

pO

ktN

ov

De

sJa

nFe

bM

arA

pr

Me

iJu

nJu

lA

gu Sep

Okt

No

vD

es

Jan

Feb

Mar

Ap

rM

ei

Jun

Jul

2012 2013 2014

%, mtm

8-9 Agustus 2013

Idul Fitri 1434 H19-20 Agustus 2012

Idul Fitri 1433 H

28-29 Juli 2014 Idul Fitri 1435 H

Page 51: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat · ekonomi Sulawesi Barat akan tumbuh menguat namun disertaikenaikan inflasi. Perekonomian Sulbar pada triwulan II 2014

BAB 7 PROSPEK PEREKONOMIAN

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan II 2014

Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan 45

Inflasi administered prices diperkirakan melemah pada triwulan III-2014. Perkembanganharga subkelompok transportasi

dan subkelompok tembakau cenderung melemah sampai dengan Juli 2014. Namun demikian, masih terdapat potensi

kenaikan inflasi hingga pertengahan tahun 2014, berasal dari rencana kenaikan tarif listrik industri yang akan

direalisasikan pada Mei 20148. Hal ini mendorong subkelompok bahan bakar, penerangan, dan air cenderung meningkat

hingga Juli 2014.

Inflasi inti diperkirakan stabil pada triwulan III-2014. Permintaan masyarakat yang relatif kuat, diimbangi dengan

ketersediaan barang yang memadai. Sehingga pada Ramadhan/Idul Fitri 1435 yang berlangsung pada Juli 2014, inflasi

tahunan subkelompok makanan jadi cenderung melemah sebesar 8,44% lebih rendah dari triwulan II-2014 (8,78%).

Namun demikian, tren perbaikan harga emas masih terjadi. Harga emas terkoreksi menjadi US$ 1.292,8 per troy oz atau

tumbuh membaik -4,1% (yoy) dari triwulan II-2014 (-8,9%; yoy).

Tabel 6.1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Provinsi Sulawesi Selatan

8 Peningkatan tarif berkisar antara 40%-65% dan akan diterapkan secara bertahap setiap dua bulan dari Mei sampai November 2014.

I II III IV Total I II IIIP Totalp

Sisi Permintaan

Konsumsi 10,8 8,0 6,8 6,1 5,9 5,6 6,0 5,3 4,6 6,4 - 7,4 5,3 - 6,3 6,9 - 7,9

Konsumsi swasta 7,8 6,2 4,0 5,4 5,1 5,5 5,0 6,0 5,9 6,2 - 7,2 5,2 - 6,2 5,5 - 6,5

Konsumsi Pemerintah 19,9 13,0 15,0 7,7 7,8 5,7 8,7 3,4 1,3 9,1 - 10,1 9,1 - 10,1 10,4 - 11,4

Pembentukan Modal Tetap Bruto 2,2 3,2 0,3 6,9 8,0 15,5 7,9 15,0 16,0 12,3 - 13,3 12,3 - 13,3 10,1 - 11,1

Ekspor 27,3 6,8 11,9 12,3 5,5 7,5 9,2 13,7 21,8 24,0 - 29,0 20,0 - 25,0 11,5 - 12,5

Impor 21,6 5,3 7,5 5,7 3,0 4,4 5,1 7,5 8,1 5,2 - 6,2 5,2 - 6,2 7,6 - 8,6

Sisi Produksi

Sektor pertanian 7,9 6,9 2,7 4,1 7,6 8,9 5,6 7,6 3,1 8,1 - 9,1 6,2 - 7,2 6,1 - 7,1

Sektor pertambangan & penggalian 11,3 11,8 24,6 14,0 (0,8) 10,1 10,6 7,6 8,0 11,0 - 12,0 7,1 - 8,1 10,7 - 11,7

Industri pengolahan 15,3 5,6 14,0 7,4 3,7 3,1 6,8 29,7 68,4 60,0 - 70,0 60,0 - 70,0 12,0 - 16,0

Listrik, gas & air bersih 14,2 16,2 6,6 16,7 15,9 22,3 15,6 27,2 10,9 16,7 - 17,7 16,1 - 17,1 14,1 - 15,1

Bangunan 10,4 8,6 8,8 10,7 10,8 10,7 10,4 9,6 4,8 14,0 -15,0 7,7 - 8,7 8,9 - 9,9

Perdagangan, hotel & restoran 9,9 7,3 8,0 8,2 11,5 7,7 8,8 10,1 7,1 8,7 - 9,7 8,8 - 9,8 8,4 - 9,4

Pengangkutan & komunikasi 12,7 5,6 4,5 10,9 9,4 9,9 8,7 10,2 5,9 11,2 - 12,2 9,4 - 10,4 10,0 - 11,0

Keuangan, persewaan dan jasa perush. 3,4 6,3 9,7 8,7 10,5 11,6 10,1 6,1 6,1 7,7 - 8,7 6,8 - 7,8 7,2 - 8,2

Jasa-jasa 18,0 20,0 17,2 13,6 1,1 2,0 7,5 0,4 (0,9) 7,5 - 8,5 3,7 - 4,7 8,0 - 9,0

PDRB (%,yoy) 10,3 9,0 7,3 7,3 6,8 7,2 7,2 8,8 9,3 12,5 - 14,5 10,0 - 12,0 8,0 - 9,0

Inflasi IHK (%,yoy) 2,9 4,4 4,6 4,4 7,2 6,2 6,2 5,9 5,9 4,3 - 5,3 5,0 - 6,0 4,0 - 5,0

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolahp proyeksi Bank Indonesia

20142015

PPertumbuhan Ekonomi dan

Inflasi Provinsi Sulbar2011 2012

2013

Page 52: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat · ekonomi Sulawesi Barat akan tumbuh menguat namun disertaikenaikan inflasi. Perekonomian Sulbar pada triwulan II 2014

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan II 2014

Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan 46

LAMPIRAN

Lampiran

A. Daftar Istilah

Istilah Keterangan

Administered price Komponen inflasi berupa harga-harga barang dan jasa yang diatur pemerintah

Abenomics Mencakup serangkaian langkah-langkah kebijakan yang dirancang untuk mengatasi masalah ekonomi makro Jepang dari

resesi berkepanjangan di negara itu, isu-isu seperti kebijakan moneter, kebijakan fiskal, dan investasi swasta untuk

meningkatkan konsumsi dalam negeri sekaligus meningkatkan ekspor

Austerity program Program kebijakan ekonomi yang bertujuan mengurangi defisit atau belanja pemerintah

Bail out Injeksi dana talangan bagi pihak yang mengalami kesulitan dana/likuiditas

Balance sheet Neraca

Banking union Kerangka kerja perbankan yang terintegrasi dengan tujuan menjaga stabilitas perbankan

Barrel Satuan pengukur volume yang biasa digunakan dalam perdagangan minyak internasional

Basel III Standar regulasi global mengenai tingkat kesehatan bank yang didasarkan pada kecukupan modal bank, stress testing, dan

risiko likuiditas pasar; disepakati oleh ang gota Basel Committee on Banking Supervision dan akan diimplementasikan 2013-

2018

BI rate Suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia

Branchless banking Strategi pemberian pelayanan jasa keuangan perbankan tanpa bergantung pada keberadaan kantor cabang

Bullish Kecenderungan harga untuk meningkat

Clean money policy Kebijakan penggantian uang rusak dengan uang layak edar

Consensus forecast Prediksi masa depan yang dibuat dengan menggabungkan bersama beberapa perkiraan terpisah yang sering dibuat

menggunakan metodologi yang berbeda

Core-deposit Sumber dana andalan bank yang bersifat stabil sebagai basis pinjaman bank

Cost push inflation Inflasi yang disebabkan oleh kenaikan biaya

Cost of capital Biaya riil yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk memperoleh dana baik hutang, saham preferen, saham biasa,

maupun laba ditahan untuk mendanai suatu investasi perusahaan

Credit Limit Batas kredit

Credit rating Sebuah penaksiran kelayakan kredit dari individu atau korporasi

Crisis management

protocol

Prosedur manajemen krisis ini menetapkan protokol penggelaran tim manajemen dan mendefinisikan peran dan tanggung

jawab anggota tim itu

Debt ceiling Pagu hutang

Debt service ratio Rasio beban pembayaran utang terhadap penerimaan ekspor suatu Negara

Debt swap Serangkaian transaksi yang mempertukarkan pembayaran utang oleh dua entitas ekonomi

Deflasi Penurunan harga-harga barang dan jasa secara umum

Dependency ratio Rasio ketergantungan penduduk usia nonproduktif terhadap penduduk yang produktif

Deposit facility Fasilitas deposit untuk membuat deposito overnight dengan bank sentral

Deposit rate Tingkat suku bunga simpanan

Deposito Produk bank sejenis jasa tabungan yang memiliki jangka waktu penarikan, berdasarkan kesepakatan antara bank dengan

Page 53: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat · ekonomi Sulawesi Barat akan tumbuh menguat namun disertaikenaikan inflasi. Perekonomian Sulbar pada triwulan II 2014

LAMPIRAN

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan II 2014

Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan 47

Istilah Keterangan

nasabah

Depresiasi rupiah Penurunan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing

Devisa Semua barang yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran internasional

Disposable income Jumlah pendapatan pribadi individu memiliki setelah pajak dan biaya pemerintah, yang dapat dihabiskan pada kebutuhan,

atau non-penting, atau diselamatkan

Double-dip recession Peristiwa dimana resesi menimpa suatu negara setelah sempat membaik dari resesi sebelumnya dalam waktu yang pendek

Double taxation Pengenaan pajak oleh suatu yurisdiksi lebih dari satu kali

Down payment Pembayaran awal sebelum melunasi pembelian

Dropshot Pembayaran uang layak edar (ULE) setoran dari bank kepada bank yang sama (bank penyetor) atau kepada bank berbeda,

dimana terhadap setoran ULE dari bank tersebut, Bank Indonesia tidak melakukan perhitungan rinci dan penyortiran

Ekspansi fiskal Kebijakan peningkatan fiskal dengan cara menambah pengeluaran pemerintah

Emerging market Kelompok negara-negara dengan ekonomi yang berkembang pesat yang antara lain tercermin dari perkembangan pasar

keuangan dan industrialisasi

E-money Uang elektronik

Exchange rate pass

through

Persentase perubahan dalam mata uang lokal harga impor akibat perubahan satu persen dalam nilai tukar antara negara-

negara pengekspor dan pengimpor

External imbalance Keseimbangan eksternal terjadi ketika transaksi berjalan tidak terlalu positif atau negatif berlebihan

Fee based income Pendapatan bank yang berasal dari transaksi jasa-jasa bank selain dari selisih bunga

Financial sophistication Kecang gihan dalam pengelolaan keuangan financial exclusion pemberian layanan keuangan dengan biaya terjangkau

untuk bagian segmen yang kurang beruntung dan berpenghasilan rendah masyarakat

Fiscal space Ruang ekspansi kebijakan fiscal

Flight to quality Istilah yang digunakan untuk menyatakan fenomena di pasar keuangan, dimana investor menjual apa yang mereka anggap

sebagai investasi berisiko dan membeli investasi yang lebih aman

Fiscal sustainability Kemampuan pemerintah untuk menjaga kesinambungan belanja, pajak, dan kebijakan lainnya dalam jangka panjang tanpa

risiko gagal bayar

Giro Simpanan pada bank yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek atau surat perintah

pembayaran lain atau dengan pemindahbukuan

Good corporate

governance

Tata kelola yang baik

Growth-supporting

funding facility

Fasilitas pendanaan yang disediakan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi

Hedging Strategi untuk melindung nilai dengan membatasi risiko atau probabilitas kerugian yang dapat ditimbulkan

Holding company Perusahaan induk dari beberapa perusahaan

Idle money Uang yang tidak terpakai

Imported inflation Inflasi yang disebabkan kenaikan harga barang-barang impor

Indeks kedalaman

kemiskinan

Ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap batas miskin

Indeks keparahan

kemiskinan

Ukuran penyebaran pengeluaran diantara penduduk miskin

Industrial upgrading Peningkatan industri produk nonkomoditas

Inflasi Kenaikan harga-harga barang dan jasa secara umum

Inflasi inti

Komponen inflasi yang cenderung menetap atau persisten (persistent component) di dalam pergerakan inflasi dan

dipengaruhi oleh faktor fundamental, seperti interaksi permintaan-penawaran, nilai tukar, harga komoditas internasional,

inflasi mitra dagang dan ekspektasi Inflasi

Inter-bank lending Penempatan dana bank pada bank lain

Intercompany loans Pinjaman yang dilakukan oleh suatu departemen kepada departemen lain dalam satu struktur organisasi

Page 54: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat · ekonomi Sulawesi Barat akan tumbuh menguat namun disertaikenaikan inflasi. Perekonomian Sulbar pada triwulan II 2014

LAMPIRAN

48 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan II 2014

Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan

Istilah Keterangan

Intra-regional trade Perdagangan internasional negara-negara dalam satu kawasan

Investasi portofolio Investasi dalam bentuk surat-surat berharga yang diperdagangkan di pasar keuangan

Investment grade Peringkat layak investasi

Leading indicator Indikator penuntun yang menunjukkan arah variabel acuan ke depan

Lending facility Sebuah mekanisme yang digunakan saat bank sentral meminjamkan dana kepada dealerUtama

Less cash society Masyarakat yang terbiasa memakai alat pembayaran nontunai

Long-term financing Skema fasilitas pinjaman murah (bunga 1%) dari ECB bagi perbankan eropa dalam rangka mencegah keketatan likuiditas

operation Credit crunch dengan jangka waktu 3 tahun

M1 Uang dalam arti sempit (uang kartal dan giral)

M2 Uang dalam arti luas (uang kartal, giral, dan deposito)

Makroprudensial Pendekatan regulasi keuangan yang bertujuan memitigasi risiko sistem keuangan secara keseluruhan

Margin Selisih

Mikroprudensial Kehati-hatian yang terkait dengan pengelolaan lembaga keuangan secara individu agar tidak membahayakan kelangsungan

usahanya

Monetary union Penggunaan satu mata uang tunggal dalam satu kawasan

Monetisasi Proses konversi/perubahaan sesuatu (aset) menjadi uang

Moral hazard Kecenderungan untuk melakukan kecurangan

Mtm Month-to-month growth: perubahan atau pertumbuhan suatu besaran pada suatu bulan tertentu terhadap satu bulan

sebelumnya

Online banking Transaksi keuangan yang dilakukan dengan memanfaatkan koneksi internet

Operation twist Kebijakan The Fed pada akhir 2011, dimana The Fed mengambil inisiatif membeli surat berharga jangka panjang dan secara

simultan menjual yang jangka pendek untuk menurunkan tingkat suku bunga jangka panjang

Operasi Pasar Kegiatan transaksi di pasar uang yang dilakukan oleh Bank Indonesia dengan bank dan pihak lain dalam rangka

pengendalian moneter

Pagu hutang / debt

ceiling

Jumlah total utang pemerintah Amerika Serikat yang boleh diterbitkan dalam periode tertentu

Pasar obligasi Tempat diperdagangkannya obligasi

Pendapatan disposibel Bagian dari pendapatan yang siap untuk dibelanjakan

Price taker Pengambil harga

Primary reserves Cadangan utama, bisanya bersifat likuid (dapat diuangkan sewaktu-waktu)

Push factor Faktor pendorong

Quantitative easing Kebijakan dimana The Fed mencetak uang baru dan menyalurkannya pada bank untuk memberikan dukungan

pembiayaan/pendanaan usaha/bisnis dengan bunga terjangkau

Rasio gini Suatu ukuran yang biasa digunakan untuk memperlihatkan tingkat ketimpangan pendapatan

Second round effect Dampak lanjutan

Short-term liquidity Likuiditas jangka pendek

Sistem pembayaran Sistem yang berkaitan dengan pemindahan sejumlah nilai uang dari satu pihak ke pihak lain

Solvabilitas Kemampuan perusahaan untuk membayar segala kewajibannya

Sovereign debt crisis Krisis timbul akibat kegagalan pemerintah negara penerbit surat berharga untuk memenuhi kewajibannya (bunga dan

pokoknya)

Stimulus fiskal Kebijakan fiskal pemerintah yang ditujukan untuk mempengaruhi permintaan agregat (aggregate demand) yang

selanjutnya (diharapkan) akan berpangaruh pada aktivitas perekonomian dalam jangka pendek

Sukuk Suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan emiten kepada pemegang obligasi

syariah

Page 55: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat · ekonomi Sulawesi Barat akan tumbuh menguat namun disertaikenaikan inflasi. Perekonomian Sulbar pada triwulan II 2014

LAMPIRAN

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat | Triwulan II 2014

Sektor Industri Pengolahan, Pendorong Pertumbuhan 49

Istilah Keterangan

Tenor Masa pelunasan pinjaman, dinyatakan dalam hari, bulan atau tahun

Term of trade Perbandingan harga ekspor suatu negara terhadap impornya

Unbanked Orang-orang atau bisnis yang tidak memiliki akses terhadap layanan keuangan utama biasanya ditawarkan oleh bank-bank

ritel

Velositas uang Kecepatan perputaran uang yang beredar

Volatile food Inflasi yang dominan dipengaruhi oleh shocks (kejutan) dalam kelompok bahan makanan seperti panen, gangguan alam,

atau faktor perkembangan harga komoditas pangan domestik maupun perkembangan harga komoditas pangan

internasional

Yield Imbal hasil

Yoy Year-on-year growth: perubahan atau pertumbuhan suatu besaran pada suatu titik waktu tertentu (hari, minggu, bulan,

triwulan, semester) terhadap titik waktu yang sama satu tahun sebelumnya

Ytd Year-to-date growth: perubahan atau pertumbuhan suatu besaran pada suatu titilk waktu tertentu (hari, minggu, bulan,

triwulan, semester) terhadap titik waktu terakhir pada tahun sebelumnya (31 Desember)

Yuan Mata uang Tiongkok