Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Perkembangan Nilai Tukar Petani ... Tabel...

108
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku Triwulan II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

Transcript of Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku · Perkembangan Nilai Tukar Petani ... Tabel...

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku

Triwulan II 2015

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

Visi Bank Indonesia

Menjadi lembaga Bank Sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-

nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Misi Bank Indonesia

1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter

untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas.

2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta mampu

bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung alokasi sumber

pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas

perekonomian nasional.

3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien dan lancar yang berkontribusi

terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan dengan

memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan nasional.

4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang menjunjung

tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata kelola (governance)

yang berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan Undang-Undang.

Kami sangat mengharapkan komentar, saran dan kritik demi perbaikan buku ini

Alamat Redaksi :

Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan

Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Maluku

Jl. Raya Pattimura No. 7

AMBON, 97124

Telp : 0911-352762-63 ext. 8350

Fax : 0911-356517

e-mail : [email protected]

[email protected]

[email protected]

[email protected]

[email protected]

Homepage : www.bi.go.id

Jelajahi Seram, Pantai Sawai

KATA PENGANTAR

Periode Triwulan II-2015 ditandai dengan pencapaian yang cukup baik bagi Provinsi Maluku. Di tengah

perlambatan ekonomi global maupun nasional, pada Triwulan II-2015 perekonomian Provinsi Maluku mampu

tumbuh 5,80% (yoy), lebih cepat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya (4,06%), maupun

pertumbuhan ekonomi nasional (4,67%). Pencapaian yang cukup baik juga terjadi di sisi perkembangan harga,

ditandai dengan laju inflasi pada akhir Triwulan II-2015 sebesar 8,85% (yoy), lebih rendah dibandingkan kondisi

akhir triwulan sebelumnya sebesar 9,07%, terutama didukung oleh meredanya tekanan harga ikan segar pada

akhir triwulan. Namun demikian, laju inflasi tersebut masih merupakan yang tertinggi secara nasional, sehingga

memerlukan perhatian dan upaya pengendalian yang lebih intensif dari seluruh pemangku kepentingan. Di sisi

lain, kinerja perbankan di Provinsi Maluku menunjukkan perlambatan, kecuali pada penyaluran kredit. Ke depan,

kami optimis perekonomian Maluku mampu menjaga akselerasi pertumbuhan, khususnya didukung oleh

perbaikan kinerja sektor pertanian dan realisasi belanja pemerintah.

Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Maluku ini disusun secara rutin triwulanan sebagai

salah satu perwujudan pencapaian sasaran strategis Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku yaitu

pengoptimalan hasil kajian dan penyediaan informasi ekonomi di wilayah kerja. Penyusunan buku ini bertujuan

untuk memberikan masukan mengenai perkembangan moneter, perbankan dan sistem pembayaran regional di

Provinsi Maluku yang diharapkan dapat berguna untuk perumusan kebijakan di kantor pusat dan pihak terkait

(stakeholders) di daerah.

Penyusunan buku ini tidak terlepas dari kerjasama yang baik dengan Pemerintah Provinsi Maluku, Badan Pusat

Statistik Provinsi Maluku, perbankan, responden survei, civitas akademika dan berbagai pihak terutama

masyarakat di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku. Dalam rangka meningkatkan

kualitas buku ini, saran dan masukan dari berbagai pihak sangat diharapkan sehingga dapat memberikan

manfaat yang lebih besar bagi kita semua khususnya masyarakat Maluku.

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan buku ini

dan semoga Tuhan memberikan berkah-Nya kepada kita semua dalam mengupayakan kinerja yang lebih baik.

Ambon, Agustus 2015

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

Wuryanto Kepala Perwakilan

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN I 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................................

DAFTAR ISI .............................................................................................................................................

DAFTAR TABEL .......................................................................................................................................

DAFTAR GRAFIK .....................................................................................................................................

TABEL INDIKATOR EKONOMI PROVINSI MALUKU ...................................................................................

RINGKASAN UMUM ...............................................................................................................................

1. PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI MALUKU...................................................................................

1.1. Perkembangan Makro Ekonomi Provinsi Maluku.................................................................

1.2. Perkembangan PDRB Sisi Permintaan...................................................................................

1.2.1. Konsumsi.............................................................................................................

1.2.1.1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga..............................................................

1.2.1.2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT

1.2.1.3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah

1.2.2. Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTDB)

1.2.3. Ekspor dan Impor.................................................................................................

1.2.3.1. Ekspor dan Impor Luar Negeri..........................................................................

1.2.3.2. Net Ekspor Antar Daerah.................................................................................

1.3. Perkembangan PDRB Sisi Penawaran...................................................................................

1.3.1. Pertanian, Kehutanan, Perikanan........................................................................

1.3.2. Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

1.3.3. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

1.3.4. Konstruksi............................................................................................................

1.3.5. Industri Pengolahan.............................................................................................

2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH......................................................................................................

2.1. Perkembangan Inflasi Provinsi Maluku..................................................................................

2.2. Perkembangan Inflasi Kota-kota di Maluku..........................................................................

2.2.1. Inflasi Kota Ambon..............................................................................................

2.2.2. Inflasi Kota Tual...................................................................................................

2.3. Analisis Disagregasi Inflasi Provinsi Maluku...........................................................................

2.3.1. Komponen Volatile Food......................................................................................

2.3.2. Komponen Core Inflation.....................................................................................

2.3.3. Komponen Administered Price.............................................................................

2.4. Realisasi Inflasi Triwulan II - 2015 dibanding Pola Historis.....................................................

2.5. Kegiatan Pengendalian Inflasi di Provinsi Maluku..................................................................

ii

iii

v

vi

x

xi

1

7

10

10

10

10

12

12

14

17

17

20

21

22

26

28

29

31

39

39

41

41

43

44

45

47

48

49

51

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN I 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

iv

3. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN................................................................

3.1. Perkembangan Perbankan Secara Umum.............................................................................

3.2. Perkembangan Bank Umum.................................................................................................

3.2.1. Perkembangan Aset Bank Umum.........................................................................

3.2.2. Perkembangan Dana Pihak Ketiga (DPK) .............................................................

3.2.3. Perkembangan Kredit..........................................................................................

3.2.3.1. Perkembangan Kredit Korporasi .

3.2.3.2. Perkembangan Kredit Rumah Tangga

3.2.3.3. Suku Bunga Kredit .

3.2.4. Risiko Bank Umum Maluku..................................................................................

3.2.4.1. Risiko Likuiditas....................................................................................

3.2.4.2. Risiko Kredit.........................................................................................

3.2.4.3. Risiko Pasar..........................................................................................

3.3. Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) .....................................................................

3.3.1. Aset dan DPK BPR................................................................................................

3.3.2. Penyaluran Kredit BPR..........................................................................................

3.3.3. Risiko Likuiditas dan Risiko Kredit BPR..................................................................

3.4. Perkembangan Akses Keuangan dan UMKM.......................................................................

3.4.1. Inklusivitas Akses Keuangan Maluku....................................................................

3.4.2. Pembiayaan UMKM di Maluku.............................................................................

3.5. Perkembangan Sistem Pembayaran Provinsi Maluku...........................................................

3.5.1. Perkembangan Sistem Pembayaran Tunai dan Kegiatan Perkasan

3.5.2. Perkembangan Sistem Pembayaran Non Tunai.................................................

3.5.2.1. Perkembangan Transkasi BI-

3.5.2.2. Perkembangan Transaksi Kliring

4. PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH..............................................................................................

4.1. Realisasi APBN Provinsi Maluku............................................................................................

4.2. Realisasi APBD Provinsi Maluku............................................................................................

5. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN DAERAH..............................................

5.1. Perkembangan Ketenagakerjaan dan Pengangguran............................................................

5.2. Tingkat Kemiskinan..............................................................................................................

5.3. Perkembangan Nilai Tukar Petani.........................................................................................

6. PROSPEK PEREKONOMIAN PROVINSI MALUKU....................................................................................

6.1. Pertumbuhan Ekonomi........................................................................................................

6.2. Inflasi...................................................................................................................................

6.3. Stabilitas Sektor Keuangan...................................................................................................

54

54

55

55

55

57

58

59

60

61

61

61

61

62

62

63

63

64

64

66

67

67

68

69

69

69

69

70

77

77

79

84

84

86

88

91

91

92

94

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN I-2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

v

DAFTAR TABEL

Tabel 1-1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Maluku Sisi Permintaan ADHK tahun 2010 .......... ...10

Tabel 1-2 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Maluku Sisi Penawaran ADHK tahun

Tabel 2-1 Series Inflasi Provinsi di Balinustra-Sulampua (dalam % yoy) ........................................................... ...43

Tabel 2-2

Tabel 2-3 Perkembangan Inflasi Kota Ambon, Kota Tual, Provinsi Maluku dan Nasional............................................................52

Tabal 2-4 Kegiatan TPID triwulan II -

Tabel 3-1 Perkembangan Indikator Perbankan Maluku ........................................................................ . ............59

Tabel 3-2 Aset Bank Umum Maluku ........................................................................... ........................ ..............59

Tabel 3-3 Perkembangan DPK Bank Umum Maluku ....................................................................... ... ...............60

Tabel 3-4 Perkembangan Kredit Bank Umum Maluku ..............................................................................................60

Tabel 3-5 Perkembangan Kredit Rumah Tangga di Provinsi Maluku.......................................... ...... ...................65

Tabel 3-6 NPL Kredit Bank Umum Berdasar Jenis Penggunaan ........................................................ ..................69

Tabel 3-7 Rasio Rekening DPK terhadap jumlah penduduk dan luas wilayah ............................... ... ..................70

Tabel 3-8 Rasio Rekening Kredit terhadap jumlah penduduk dan luas wilayah........................ ........ .................71

Tabel 3-9 Kredit UMKM Bank Umum berdasarkan Kabupaten/Kota ....................................................................72

Tabel 3-10 Rekapitulasi Kegiatan Perkasan KPw BI Prov. Maluku ...............................................................................7

Tabel 3-11 Kegiatan Kas Keliling Triwulan II-

Tabel 4-1 Realisasi belanja APBD Provinsi Maluku Triwulan II - 2015, dalam Rp.Juta .................. ...... .....................

Tabel 4-2 Realisasi dan Anggaran Dana Desa Provinsi Maluku (dalam ri

Tabel 5-1 Perkembangan kondisi penduduk usia kerja dan angkatan kerja di Provinsi Maluku .... ......................85

Tabel 5-2 Sebaran penduduk usia kerja yang bekerja menurut lapangan pekerjan utama ............ .....................85

Tabel 5-3 Kedalaman dan Keparahan kemiskinan Provinsi Maluku ............................................... ....................87

Tabel 5-4 Nilai tukar petani per subsektor (%) .......................................................................... ........................88

10

21

39

40

41

51

54

55

56

58

59

61

65

65

67

67

69

79

80

85

85

88

89

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN I-2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

vi

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1-1 Struktur Perekonomian (PDRB Nominal) Provinsi Maluku Triwulanan,2014-2015.......................

Grafik 1-2 Struktur Perekonomian (PDRB Nominal) Provinsi Maluku Triwulan II 2015................... .......................7

Grafik 1-3 Struktur Perekonomian Provinsi Maluku......................................... .................. ....................................

Grafik 1-4 Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi Triwulan II 2015 antar-Provinsi...................................................8

Grafik 1-5 Perkembangan PDRB Riil Provinsi Maluku ...........................................................................................9

Grafik 1-6 Kapasitas Perekonomian Provinsi Maluku ............................................................................................ 9

Grafik 1-7 Konsumsi Rumah Tangga Provinsi Maluku ........................................................................................ 11

Grafik 1-8 Indeks Keyakinan Konsumen Provinsi Maluku ................................................................................... 11

Grafik 1-9 Konsumsi Listrik Rumah Tangga di Provinsi Maluku .......................................................................... 11

Grafik 1-10 Kredit Konsumsi di Bank Umum Provinsi Maluku ............................................................................ 11

Grafik 1-11 Konsumsi LNPRT Provinsi Maluku .................................................................................................... 12

Grafik 1-12 Konsumsi Listrik Sosial di Provinsi Maluku ....................................................................................... 12

Grafik 1-13 Konsumsi Pemerintah (Riil) Provinsi Maluku .................................................................................... 13

Grafik 1-14 Giro Pemerintah Daerah ................................................................................................................. 13

Grafik 1-15 Belanja Barang dan Jasa dalam APBD Provinsi Maluku .................................................................... 14

Grafik 1-16 Belanja Barang dalam APBN Provinsi Maluku .................................................................................. 14

Grafik 1-17 Belanja APBD (tidak termasuk Belanja Modal) Provinsi Maluku ........................................................ 14

Grafik 1-18 Belanja APBN (tidak termasuk Belanja Modal) Provinsi Maluku ...................................................... 144

Grafik 1-19 Konsumsi Listrik Gedung Pemerintahan di Provinsi Maluku ............................................................. 14

Grafik 1-20 Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) Provinsi Maluku .............................................................. 15

Grafik 1-21 Impor Barang Modal Provinsi Maluku .............................................................................................. 15

Grafik 1-22 Penanaman Modal Dalam Negeri di Provinsi Maluku ................................ ......................................16

Grafik 1-23 Penanaman Modal Asing di Provinsi Maluku ...................................................................................16

Grafik 1-24 Belanja Modal Dalam APBD Provinsi Maluku ...................................................................................17

Grafik 1-25 Belanja Modal Dalam APBN Provinsi Maluku ...................................................................................17

Grafik 1-26 Kredit Investasi di Provinsi Maluku ............................................... ........... ...........................................

Grafik 1-27 Kegiatan Investasi di Provonsi Maluku .................................................................................................

Grafik 1-28 Ekspor (Rill) Provinsi Maluku ...........................................................................................................18

Grafik 1-29 Impor (Rill) Provinsi Maluku ...................................................................................................... ......18

Grafik 1-30 Neraca Perdagangan Rill Provinsi Maluku ........................................................................................19

Grafik 1-31 Neraca Perdagangan Non-migas Provinsi Maluku ................................................................ ...........19

Grafik 1-32 (Nilai) Ekspor Non-migas Provinsi Maluku ........................................................................ ...............19

Grafik 1-33 (Volume) Ekspor Non-migas Provinsi Maluku ..................................................................................19

Grafik 1-34 (Nilai) Impor Non-migas Provinsi Maluku .........................................................................................20

Grafik 1-35 (Volume) Impor Non-migas Provinsi Maluku ......................................................... ..........................20

7

7

8

8

9

9

11

11

11

11

12

12

13

13

13

13

14

14

14

15

15

15

15

16

16

16

16

17

17

17

17

18

18

18

18

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN I-2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

vii

Grafik 1-36 (Nilai) Ekspor Non-migas Provinsi Maluku Triwulan II 2015 Menurut Negara Tujuan..................................20

Grafik 1-37 Ekspor Non-migas Provinsi Maluku menurut Pelabuhan/Bandara Muat ...........................................21

Grafik 1-38 PDRB Net Ekpor antar Daerah Provinsi Maluku ........................................... ....................................22

Grafik 1-39 Kapasitas Produksi Sektor Pertanian Provinsi Maluku ......................................................................25

Grafik 1-40 PDRB Kategori Pertanian, Kehutanan, Perikanan .............................................................................25

Grafik 1-41 Produksi Karet di PTPN Amahai, Maluku Tengah .............................. ..............................................25

Grafik 1-42 Produksi Kopra di PTPN XIV Amahai, Maluku Tengah .....................................................................25

Grafik 1-43 Ekspor Biji Pala, Bunga dan Kapulaga Provinsi Maluku ....................................................................26

Grafik 1-44 Harga Ekspor Biji Pala, Bunga dan Kapulaga Provinsi Maluku .... .....................................................26

Grafik 1-45 Produksi Ikan di Pelabuhan Kota Ambon ........................................................................................26

Grafik 1-46 Nilai Tukar Petani (SBH 2012=100) .................................................................................................26

Grafik 1-47 Ekspor Hasil Laut Provinsi Maluku ...................................................................................................27

Grafik 1-48 Harga Ekspor Hasil Laut Provinsi Maluku .........................................................................................27

Grafik 1-49 Kegiatan Usaha Sektor Perikanan ...................................................................................................28

Grafik 1-50 Luas Panen dan Produksi Padi Maluku ........................................................................... .... ............28

Grafik 1-51 Kredit Sektor Pertanian di Provinsi Maluku................................................................................

Grafik 1-52 PDRB Perdagangan dan Reparasi Provinsi Maluku ...........................................................................28

Grafik 1-53 Kegiatan Usaha Sektor Perdagangan di Provinsi Maluku .................................................................28

Grafik 1-54 Total Perdagangan (Ekspor-Impor) non-migas Maluku ....................................................................29

Grafik 1-55 Impor Barang Konsumsi di Provinsi Maluku ............................................................ ........................29

Grafik 1-56 Arus Peti Kemas di Pelabuhan Yos Sudarso, Kota Ambon ...............................................................30

Grafik 1-57 Arus bongkar muat di Pelabuhan Yos Sudarso, Kota Ambon ..........................................................30

Grafik 1-58 Kredit Sektor Perdagangan Besar dan Eceran di Bank Umum Provinsi Maluku .................................30

Grafik 1-59 PDRB Kategori Administrasi, Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib ................... ......31

Grafik 1-60 Belanja Pegawai dan Bantuan Sosial APBN Provinsi Maluku .............................................................31

Grafik 1-61 Belanja Barang dan Jasa APBD Provinsi Maluku ..................................................... ............ ............31

Grafik 1-62 Kredit Kategori Administrasi, Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan sosial Wajib Maluku ...... ......32

Grafik 1-63 PDRB Sektor Konstruksi Provinsi Maluku .........................................................................................32

Grafik 1-64 Realisasi Pengadaan semen Provinsi Maluku ...................................................................................32

Grafik 1-65 Perubahan Inventori Provinsi Maluku ..............................................................................................33

Grafik 1-66 Kegiatan Usaha Sektor Konstruksi Provinsi Maluku .........................................................................33

Grafik 1-67 Kredit Sektor bangunan di Bank Umum Provinsi Maluku ............................................. ...................33

Grafik 1-68 PDRB Sektor Industri Pengelolaan Provinsi Maluku ..........................................................................32

Grafik 1-69 Kegiatan Usaha Kategori Industri Pengolahan di Provinsi Maluku ....................................................35

Grafik 1-70 Kapasitas Produksi Terpakai Kategori Industri Pengolahan di Provinsi Maluku ..................................35

Grafik 1-71 Ekspor Komoditas Industri Provinsi Maluku .....................................................................................36

Grafik 1-72 Konsumsi Listrik kelompok Industri Provinsi Maluku ........................................................................36

Grafik 1-73 Kredit Sektor Industri Pengolahan di Provinsi Maluku ......................................................................36

Grafik 2-1 Perbandingan Inflasi Maluku dan Nasional ........................................................................................43

Grafik 2-2Andil Kelompok Komoditas Penyumbang Inflasi Maluku triwulan II-2015............................................43

19

19

20

22

22

23

23

23

23

24

24

24

24

25

25

25

26

26

26

26

27

27

27

28

28

28

29

29

29

30

30

30

31

31

31

31

32

32

39

39

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN I-2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

viii

Grafik 2-3Inflasi dan Andil Disagregasi bulanan (mtm) Kota Ambon ......................... ........................................46

Grafik 2-4Inflasi dan Andil Disagregasi bulanan (mtm) Kota Tual ............................ ..........................................46

Grafik 2-5Andil Disagregasi Inflasi Maluku Triwulan II - 2015 ............................................................................48

Grafik 2-6Andil Komoditas Volatile Food Provinsi Maluku Triwulan II - 2015 ....... ..............................................48

Grafik 2-7Perkembangan Pendaratan Ikan PPN Ambon ...................................... ..............................................49

Grafik 2-8Curah Hujan Maluku April 2015 .................................................. .... .................................................49

Grafik 2-9Curah Hujan Maluku Mei 2015 .............................................. ...... ....................................................49

Grafik 2-10Curah Hujan Maluku Juni 2015 ............................................ ... .......................................................49

Grafik 2-11Andil Inflasi Tahunan Komponen Inflasi Inti Provinsi Maluku............................................... ......... ....50

Grafik 2-12Harga Emas Internasional ........................................................................................ ................. ......51

Grafik 2-13Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar AS (BI Middle Rate

Grafik 2-14Perkembangan Harga Minyak Dunia ................................................................. .................... .........52

Grafik 2-15Event Analysis Inflasi Provinsi Maluku ............................................................ ..................... ............53

Grafik 2-16Tren Inflasi Kalender (ytd) Provinsi Maluku........................................................................ . .............54

Grafik 2-17Tren Inflasi Bulanan (mtm) Provinsi M

Grafik 3-1Perkembangan Komponen DPK Maluku ............................................................................. ..............61

Grafik 3-2Suku Bunga Dana Bank Umum di Provinsi Maluku menurut bentuk Simpanan ................. ................61

Grafik 3-3Pertumbuhan Kredit Maluku berdasarkan Jenis Penggunaan ............................................. ...............62

Grafik 3-4Perkembangan Komponen Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) Kota Ambon.................... ........... ...62

Grafik 3-5Perkembangan Kredit Korporasi Sektor Utama ...................................................... ...........................63

Grafik 3-6Perkembangan NPL Kredit Korporasi Sektor Utama ............................................ ..............................63

Grafik 3-7Perkembangan Penggunaan Pendapatan Rumah Tangga Kota Ambon..................................................................64

Grafik 3-8Perkembangan NPL Kredit Rumah tangga ................................................................................. ...... .64

Grafik 3-9Suku Bunga Kredit Bank Umum di Provinsi Maluku menurut Jenis Penggunaan ..........................

Grafik 3-10Perkembangan LDR Provinsi Maluku ........................................................................................

Grafik 3-11Perkembangan BI Rate dan Spread Suku Bunga.......................................................................

Grafik 3-12Aset dan DPK BPR di Provinsi Maluku .................................................................................... ..... ....66

Grafik 3-13Dana Pihak Ketiga BPR di Provinsi Maluku ............................................................................... .......66

Grafik 3-14Perkembangan Kredit BPR Menurut Jenis Penggunaan Provinsi Maluku............................ ... ............67

Grafik3-15Perkembangan Kredit BPR Menurut Jenis Penggunaan...............................................................................70

Grafik 3-16Non Performing Loan BPR di Provinsi Maluku...................................................... ......... ...................70

Grafik 3-17Kredit UMKM Bank Umum di Provinsi Maluku .............. ............................................ ......................71

Grafik 3-18NPL Kredit UMKM Bank Umum di Provinsi Maluku...................................................................

Grafik 3-19Perputaran Uang Kartal KPw BI Provinsi Maluku ....................................................... ......................72

Grafik 3-20Pertumbuhan Uang Kartal KPw BI Prov. Maluku........................................................................

Grafik 3-21Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) .....................................................................................73

Grafik 3-22Perkembangan Nominal BI RTGS Maluku ........................................................... .............................74

Grafik 3-23Perkembangan Volume BI RTGS Maluku ............................................................... ..........................74

Grafik 3-24Perputaran Kliring di Provinsi Maluku ................................................................... ..........................75

43

43

45

45

45

46

46

46

48

48

48

49

49

50

50

55

56

56

57

58

58

60

60

61

61

62

62

62

62

63

63

66

66

68

68

69

70

70

70

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN I-2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

ix

Grafik 4-1Proporsi Realisasi belanja APBN 2015 Provinsi Maluku s/d Triwulan II - 2015................................

Grafik 4-2Realisasi belanja APBN Provinsi Maluku s/d Triwulan II - 2015, dalam persen (%) .......................

Grafik 4-3Proposi Realisasi pendapatan APBN 2015 di Provinsi Maluku s/d Triwulan II - 2015 .....................

Grafik 4-4Perkembangan Realisasi pendapatan dan belanja APBD 2015 Maluku Tw II 2015 ........................... ..78

Grafik 4-5Proposi Realisasi dana perimbangan APBD 2015 Provinsi Maluku s/d Triwulan II - 2015 .............

Grafik 4-6Proposi Realisasi belanja tidak langsung APBD 2015 Provinsi Maluku s/d Triwulan II - 2015 .........

Grafik 4-7Proposi Realisasi belanja langsung APBD 2015 Provinsi Maluku s/d Triwulan II - 2015 ................

Grafik 5-1Tenaga Kerja Menurut Wilayah Tempat Tinggal ...................................................................................86

Grafik 5-2Ekspektasi ketersediaan lapangan kerja ................................................................................... .........86

Grafik 5-3Perkembangan Usaha dan penggunaan tenaga kerja ....... .................................................................86

Grafik 5-4Perkembangan dan Perkiraan penggunaan tenaga kerja ... ...............................................................86

Grafik 5-5Tingkat Kemiskinan Provinsi Maluku ...................................... ...........................................................87

Grafik 5-6 Persentase penduduk miskin tertinggi di Indonesia ....... ....................................................................87

Grafik 5-7Indeks Gini Ratio .................................................................................................. ............................87

Grafik 5-8Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) ..................................................... ...................................88

Grafik 5-9Indeks Ekspektasi Konsumen ....................................................................... .....................................88

Grafik 5-10Nilai Tukar Petani (%) ............................................................................... ......................................89

Grafik 5-11Nilai Tukar Petani per Sub sektor (%) ........................................................... ...................................89

Grafik 6-1Indeks Ekspektasi Konsumen ............................................................................ ................................91

Grafik 6-2Indeks Kegiatan Dunia Usaha......................................................................................................

Grafik 6-3Perkiraan curah hujan pada Triwulan II - 2015 ...................................................................................93

Grafik 6-4Pergerakan harga minyak dunia .............................................................................. .........................93

Grafik 6-5Pergerakan harga emas dunia ..................................................................................... .....................93

Grafik 6-6Ekspektasi harga jual ...................................................................................................... ..................94

Grafik 6-7Indeks ekspektasi harga konsumen .................................................................................... ...............94

78

78

81

81

82

82

82

86

86

87

87

88

88

88

89

89

90

90

92

92

94

95

95

95

95

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN I-2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

x

DAFTAR SUPLEMEN

BOKS 1. Analisa Daya Saing Daerah Dengan Metode Location Quotient

BOKS 2. Membangun Kedaulatan Energi di Provinsi Maluku

BOKS 3. Mendorong Keuangan Inklusif Melalui Layanan Keuangan Digital

33

56

71

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN I 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

xi

TABEL INDIKATOR EKONOMI PROVINSI MALUKU

A. PDRB Atas Dasar Harga Konstan Tahun Dasar 2010

B. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Tahun Dasar 2010

I II III IV I IIProduk Domestik Regional Bruto ADHK TD 2010 (Rp Miliar) 5,737.38 5,811.29 5,948.61 6,087.78 23,585.06 5,970.09 6,148.62

Berdasarkan Kategori

- Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1,444.36 1,458.74 1,467.59 1,484.86 5,855.56 1,479.83 1,490.24- Pertambangan & Penggalian 173.78 202.76 214.31 210.91 801.75 196.20 192.85- Industri Pengolahan 313.72 314.96 326.46 330.92 1,286.06 324.41 328.50- Pengadaan Listrik, Gas 5.70 5.83 6.14 6.92 24.58 9.25 5.06- Pengadaan Air, Pengolahan Sampah dan Daur Ulang 29.15 29.46 29.87 30.35 118.82 28.52 29.84- Konstruksi 393.28 401.33 410.23 417.52 1,622.35 402.57 414.00- Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 819.38 808.68 837.13 868.91 3,334.09 849.61 882.00- Transportasi dan Pergudangan 312.97 315.34 328.13 339.66 1,296.09 324.54 339.66- Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 102.72 104.88 106.64 109.27 423.52 106.46 112.60- Informasi dan Komunikasi 220.57 221.40 225.41 232.60 899.97 237.60 248.69- Jasa Keuangan 207.87 213.34 215.85 238.03 875.09 240.39 217.55- Real Estate 20.82 21.00 21.33 21.53 84.69 21.58 21.76- Jasa Perusahaan 61.26 61.89 63.11 63.90 250.16 64.24 64.66- Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 1,094.64 1,104.39 1,144.26 1,171.55 4,514.84 1,132.54 1,217.22- Jasa Pendidikan 309.24 318.77 320.55 323.97 1,272.53 321.58 343.79- Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 127.19 127.43 130.43 132.30 517.35 129.09 134.89- Jasa lainnya 100.73 101.10 101.19 104.59 407.61 101.70 105.32Berdasarkan Permintaan

- Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 3,604.02 3,798.98 4,093.13 4,249.09 15,745.22 4,205.05 4,260.70- Pengeluaran Konsumsi LNPRT 142.78 134.17 132.60 136.57 546.13 134.75 138.83- Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 1,986.66 2,322.17 2,507.64 2,954.53 9,771.00 2,507.41 2,627.89- Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTDB) 1,964.11 1,856.09 1,939.20 2,008.07 7,767.47 1,889.13 1,928.62- Perubahan Inventori 71.31 83.08 65.35 19.29 239.03 30.20 31.06- Ekspor Luar Negeri 440.68 603.76 606.87 550.31 2,201.62 524.78 539.92- Impor Luar Negeri 584.04 601.10 609.90 623.44 2,418.48 629.58 647.71- Net Ekspor Antar Daerah (1,888.14) (2,385.86) (2,786.28) (3,206.63) (10,266.91) (2,691.65) (2,730.68)

2014 2015TOTALIndikator

I II III IV I IIProduk Domestik Regional Bruto ADHB TD 2010 (Rp Miliar) 7,576.93 7,789.04 8,074.76 8,292.62 31,733.34 5,970.09 6,148.62

Berdasarkan Kategori

- Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1,929.85 1,977.47 1,996.50 2,038.36 7,942.18 2,048.15 2,076.57- Pertambangan & Penggalian 297.72 337.47 343.35 271.09 1,249.63 206.03 224.10- Industri Pengolahan 394.52 399.19 418.39 431.68 1,643.78 434.36 445.49- Pengadaan Listrik, Gas 4.83 4.97 4.73 5.54 20.07 9.43 5.12- Pengadaan Air, Pengolahan Sampah dan Daur Ulang 33.94 34.57 35.13 35.87 139.51 34.47 37.47- Konstruksi 550.72 572.61 602.34 626.44 2,352.11 608.75 628.02- Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 960.41 965.26 1,016.24 1,074.54 4,016.45 1,065.70 1,116.82- Transportasi dan Pergudangan 396.48 410.14 435.27 461.08 1,702.98 445.29 474.35- Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 135.43 139.19 142.69 147.39 564.70 145.54 154.73- Informasi dan Komunikasi 216.34 220.93 229.46 238.30 905.03 247.60 263.05- Jasa Keuangan 262.98 272.69 279.49 313.03 1,128.19 320.82 293.56- Real Estate 25.79 26.04 27.16 27.77 106.76 27.92 28.34- Jasa Perusahaan 77.58 80.61 82.85 85.35 326.39 87.15 88.38- Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 1,572.24 1,609.84 1,712.14 1,763.75 6,657.98 1,711.19 1,851.85- Jasa Pendidikan 420.37 436.02 441.75 453.87 1,752.01 452.66 488.21- Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 165.05 167.72 172.19 177.71 682.66 176.70 185.49- Jasa lainnya 132.68 134.31 135.09 140.84 542.92 140.18 146.09Berdasarkan Permintaan

- Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 4,675.89 5,149.36 5,356.94 5,811.76 20,993.95 5,795.78 5,962.44- Pengeluaran Konsumsi LNPRT 166.38 164.63 168.61 175.26 674.87 173.21 179.77- Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 2,373.06 2,861.45 3,436.60 4,011.48 12,682.59 3,660.43 3,857.56- Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTDB) 2,236.21 2,148.33 2,245.04 2,317.28 8,946.86 2,210.93 2,316.72- Perubahan Inventori 82.56 104.72 89.16 25.29 301.73 40.18 41.94- Ekspor Luar Negeri 655.59 924.40 931.14 834.14 3,345.26 829.46 863.78- Impor Luar Negeri 1,102.47 1,139.38 1,207.36 1,236.80 4,686.00 1,252.80 1,292.41- Net Ekspor Antar Daerah (1,510.30) (2,424.46) (2,945.36) (3,645.79) (10,525.91) (3,295.26) (3,422.16)

Indikator2014 2015

TOTAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN I 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

xii

TABEL INDIKATOR EKONOMI PROVINSI MALUKU

C. Ekspor, Impor, Inflasi, Perbankan dan Sistem Pembayaran

I II III IV I II III IV I II III IV I IIEkspor

- Nilai Ekspor Non Migas (USD juta) 66.29 25.60 27.52 32.69 24.64 38.96 30.36 31.39 29.51 26.61 30.76 27.74 11.10 5.36 - Volume Ekspor Non Migas (ribu ton) 426.25 43.98 44.48 52.86 37.93 55.13 46.07 52.32 82.74 39.62 43.76 35.89 13.99 3.73

Impor

- Nilai Impor Non Migas (USD juta) 3.85 0.18 0.22 5.52 0.21 0.87 3.69 0.95 3.40 2.54 1.17 0.21 5.94 - - Volume Impor Non Migas (ribu ton) 6.08 0.08 0.08 1.31 0.04 0.29 1.10 0.13 7.22 5.54 0.64 0.08 6.27 -

Indeks Harga Konsumen

- Kota Ambon 137.57 142.05 142.03 140.74 141.12 144.46 156.03 153.14 110.20 111.85 111.86 115.04 119.50 120.87- Kota Tual - - - - - - - - 112.53 113.36 117.57 125.34 130.83 133.57- Provinsi Maluku 137.57 142.05 142.03 140.74 141.12 144.46 156.03 153.14 110.36 111.95 112.31 115.86 120.40 121.88

Laju Inflasi Tahunan (%, yoy)

- Kota Ambon 8.65 6.25 7.07 6.73 2.58 1.70 9.86 8.81 9.12 9.14 2.27 6.81 8.44 8.06- Kota Tual - - - - - - - - 7.00 5.68 8.85 11.48 16.26 17.83- Provinsi Maluku 8.65 6.25 7.07 6.73 2.58 1.70 9.86 8.81 8.97 8.86 2.78 7.19 9.07 8.85

Perbankan

Aset Perbankan (Rp Triliun) 12.58 13.21 13.41 12.69 13.29 13.78 14.18 13.33 14.13 15.21 16.13 14.09 16.85 16.75 - Bank Pemerintah 9.20 9.84 9.89 8.71 9.46 9.99 10.35 9.19 10.18 11.02 11.70 9.42 12.33 12.04 - Bank Swasta 2.73 2.63 2.92 3.24 3.12 3.01 2.98 3.14 3.04 3.22 3.41 3.49 3.36 3.52 - BPR 0.65 0.74 0.61 0.75 0.72 0.79 0.85 1.00 0.92 0.98 1.02 1.17 1.16 1.19

Dana Pihak Ketiga (Rp Triliun) 7.27 7.72 7.90 8.49 8.50 8.56 8.99 9.59 9.50 10.19 10.73 10.74 11.10 11.80 - Giro 1.66 1.67 1.58 1.61 1.77 1.73 1.95 1.72 2.07 2.38 2.26 1.90 2.44 2.93 - Tabungan 3.32 3.68 3.81 4.68 4.25 4.28 4.46 5.25 4.60 4.62 5.04 5.58 4.78 4.86 - Deposito 2.28 2.38 2.50 2.19 2.48 2.55 2.58 2.63 2.84 3.19 3.43 3.25 3.88 4.01

Kredit (Rp Triliun)-Berdasarkan Jenis Penggunaan 5.94 6.25 6.51 6.84 7.09 7.63 8.06 8.35 8.40 8.64 8.86 9.05 9.16 9.58 - Modal Kerja 1.71 1.87 1.83 1.76 1.78 2.00 2.12 2.21 2.13 2.28 2.34 2.35 2.39 2.92 - Investasi 0.94 0.97 0.97 1.02 1.05 1.16 1.25 1.27 1.25 1.16 1.20 1.19 1.15 0.86 - Konsumsi 3.30 3.41 3.71 4.06 4.26 4.48 4.69 4.86 5.00 5.18 5.32 5.50 5.62 5.80

Kredit UMKM (Rp Triliun) 1.78 1.95 1.94 1.83 1.80 1.96 1.92 2.04 2.07 2.10 2.14 2.22 2.23 2.39 - Modal Kerja 1.32 1.41 1.36 1.26 1.23 1.29 1.25 1.34 1.34 1.44 1.52 1.60 1.62 1.78 - Investasi 0.44 0.52 0.55 0.54 0.53 0.62 0.62 0.65 0.68 0.66 0.62 0.63 0.62 0.61 - Konsumsi 0.02 0.03 0.03 0.03 0.04 0.05 0.05 0.05 0.05 - - - - -

Loan to Deposit Ratio*(%) 72.67 74.98 74.26 72.07 74.05 78.88 78.49 76.15 77.87 75.10 73.02 74.67 73.16 72.48 NPL Gros (%) 7.54 3.15 3.41 2.60 2.64 2.51 2.64 2.18 3.34 3.44 3.14 2.73 2.48 1.94

Sistem Pembayaran

Transaksi RTGS

- Rata-rata Harian Nominal Transaksi (Rp miliar) 93.39 123.52 127.70 174.84 122.19 126.11 134.14 160.94 99.07 125.55 168.39 167.16 187.65 99.40 - Rata-rata Harian Volume Transaksi (dalam ribuan) 0.14 0.19 0.19 0.21 0.18 0.16 0.15 0.20 0.14 0.16 0.21 0.18 0.09 0.09

Transaksi Kliring

- Rata-rata Harian Nominal Transaksi (Rp miliar) 15.59 19.72 19.14 25.14 16.33 16.10 17.85 24.02 21.84 20.27 18.51 22.33 21.68 16.49 - Rata-rata Harian Volume Transaksi (dalam ribuan lembar) 0.75 1.21 1.04 1.40 0.62 0.60 0.64 0.74 0.60 0.59 0.61 0.61 0.59 0.40

2015201420132012Indikator

BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

1

RINGKASAN UMUM

PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL

Pada Triwulan II 2015, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Maluku Atas Dasar Harga Konstan

(ADHK) tahun 2010 mencapai Rp6,14 triliun atau tumbuh sebesar 5,80% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan

pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 4,67% (y.o.y) maupun triwulan sebelumnya sebesar 4,06% (yoy).

Pertumbuhan ekonomi Provinsi Maluku pada triwulan laporan searah dan mendekati prakiraan (baseline)

optimis sebesar 5.72% (yoy). Meningkatnya laju perekonomian Maluku seiring dengan menguatnya konsumsi

rumah tangga, konsumsi pemerintah dan pertumbuhan investasi. Meski masih kuat, konsumsi rumah tangga

sedikit melambat dipengaruhi oleh daya beli masyarakat yang cenderung menurun. Sementara itu, reorganisasi

beberapa kementerian/lembaga dalam rangka penyesuaian nomenklatur menyebabkan konsumsi pemerintah

masih tumbuh terbatas. Sedangkan, pertumbuhan investasi tumbuh meningkat sejalan dengan implementasi

proyek pemerintah maupun swasta.

Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi Maluku ditopang oleh kinerja konsumsi rumah tangga, konsumsi

pemerintah dan Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTDB), masing-masing dengan andil sebesar

7.95% (yoy), 5.26% (yoy) dan 1.25% (yoy). Sedangkan, komponen penarik ke bawah pertumbuhan ekonomi

Maluku berasal net ekspor antar daerah (net-impor) yang tumbuh melambat menjadi sebesar 14.45% (yoy).

Dari sisi lapangan usaha, akselerasi pada perekonomian Maluku di triwulan II 2015 disumbangkan oleh 3

kategori utama di Provinsi Maluku, yaitu Administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib;

Perdagangan besar dan eceran, dan reparasi mobil dan sepeda motor; serta Pertanian, kehutanan dan perikanan

dengan andil masing-masing sebesar 1.94% (yoy), 1.26% (yoy) dan 0.54% (yoy). Sedangkan, pertumbuhan

tinggi pada triwulan II-2015 dicapai oleh kategori Informasi dan Komunikasi; Administrasi pemerintahan,

pertahanan dan jaminan sosial wajib; serta Perdagangan besar dan eceran, dan reparasi mobil dan sepeda

motor yang tumbuh masing-masing sebesar 12.33% (yoy), 10.22% (yoy) dan 9.07% (yoy).

PERKEMBANGAN INFLASI

Realisasi inflasi Provinsi Maluku pada triwulan II-2105 mengalami perlambatan pada laju tahunannya

dibandingkan triwulan sebelumnya. Inflasi tahunan tercatat sebesar 8.85% (yoy), searah dan berada

dalam rentang yang diperkirakan sebelumnya yaitu sebesar 8,00-9,00% (yoy), atau menurun

dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 9,07% (yoy). Melambatnya inflasi Maluku didorong oleh

deflasi pada akhir triwulan laporan seiring dengan melimpahnya pasokan ikan segar sebagai dampak

positif dari moratorium KKP serta menurunnya tarif angkutan udara akibat menurunnnya permintaan.

Dari sisi permintaan, perkembangan inflasi Maluku dipengaruhi oleh peningkatan konsumsi

masyarakat seiring dengan adanya penyelenggaraan kegiatan berskala besar, seperti Rakernas Apeksi

BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

2

dan Indonesia City Expo serta adanya hari besar keagamaan seperti Ramadhan, Idul Fitri dan perayaan

Sidi.

Dari sisi penawaran, perkembangan inflasi Maluku dipengaruhi oleh pelemahan nilai tukar rupiah,

meningkatnya harga minyak dunia, serta kenaikan harga BBM bersubsidi yang memberikan

passthrough-effect pada komponen inti seperti harga bahan bangunan maupun administered prices

yaitu tarif angkutan udara.

PERKEMBANGAN STABILITAS SISTEM KEUANGAN

Perkembangan perbankan di Provinsi Maluku triwulan II-2015 menunjukkan tren perlambatan kinerja

dibanding triwulan sebelumnya, sebagaimana tercermin dari perlambatan pertumbuhan aset,

perlambatan penghimpunan dana, lambannya pertumbuhan kredit, dan berkurangnya loan-to-

deposit ratio (LDR). Aset tumbuh 10,15% (yoy), melambat dibanding triwulan lalu yang mencapai

19,27% (yoy). Penghimpunan dana juga terpantau melambat, yaitu sebesar 15,85% (yoy) dibanding

triwulan lalu yang mencapai 16,76% (yoy). Pertumbuhan kredit tercatat mengalami peningkatan,

yaitu 11,19% (yoy) dibanding triwulan lalu yang hanya mencapai 9,16% (yoy), namun pertumbuhan

ini masih tergolong lamban jika dibandingkan dengan pertumbuhan penghimpunan dana. Sebagai

akibatnya, tingkat intermediasi perbankan di Provinsi Maluku, sebagaimana tercermin dari LDR yang

turun dari 73,16% pada triwulan I-2015 menjadi 72,48% pada triwulan laporan. Tingkat intermediasi

ini masih perlu ditingkatkan hingga mencapai level optimal Bank Indonesia, yaitu 78-92%.

NPL di Provinsi Maluku tercatat menurun, namun hal ini disebabkan oleh penghapus bukuan kredit

bermasalah, bukan penurunan risiko kredit. NPL perbankan Provinsi Maluku pada triwulan laporan

tercatat sebesar 1,94%, turun dibanding triwulan lalu yang tercatat sebesar 2,48%. Hal ini seiring

dengan penghapusbukuan kredit bermasalah di sektor korporasi sebesar Rp52 miliar, yang

menurunkan NPL kredit korporasi dari 4,91% menjadi 3,46%. Sementara itu, kredit sektor rumah

tangga yang merupakan komponen utama kredit Provinsi Maluku mencatatkan NPL yang stabil

dibanding triwulan lalu, yaitu sebesar 1,02%.

Perkembangan sistem pembayaran juga menunjukkan tren pertumbuhan negatif. Arus uang kartal

yang diproses melalui Kantor Perwakilan Bank Indonesia menunjukkan tren negatif, yaitu kontraksi

sebesar 13,19% (yoy) untuk arus cash inflow dan kontraksi 1,42% (yoy) untuk arus cash outflow.

Sementara itu, transaksi non tunai, yaitu real-time gross settlement system (RTGS) dan kliring, juga

menunjukkan tren negatif. Transaksi RTGS terkontraksi 44,68% (yoy) dari sisi volume dan 18,19%

BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

3

(yoy) dari sisi nominal. Transaksi melalui kliring juga mengalami tren kontraksi, yaitu 30,4% (yoy)

secara volume dan 15,91% (yoy) secara nominal.

OUTLOOK MAKRO EKONOMI REGIONAL

Pertumbuhan ekonomi Maluku pada triwulan III 2015 diprakirakan tumbuh positif dan dalam tren

yang meningkat. Perekonomian Maluku pada triwulan mendatang diprakirakan tumbuh dalam

rentang 6,30-7,30% (y.o.y). Meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi Maluku seiring dengan

kondusifnya cuaca dan gelombang laut di wilayah Maluku serta dampak positif dari penerapan

kebijakan moratorium oleh KKP telah dirasakan hasilnya oleh pelaku usaha sehingga diperkirakan

mendorong kinerja sektor usaha perikanan. Selain itu, masuknya masa panen tanaman perkebunan,

seperti cengkih, pala dan kopra diperkirakan juga turut meningkatkan kinerja sektor usaha pertanian.

Namun, terdapat sejumlah risiko yang dapat menahan pertumbuhan ekonomi Maluku, diantaranya

adalah dampak fenomena el-Nino di daerah pemasok, ketidakpastian ketersediaan infrastruktur

transportasi maupun energi, serta menurunnya kondisi ekonomi global dan nasional yang berdampak

pada permintaan ekspor daerah.

Pertumbuhan ekonomi Maluku triwulan mendatang masih didorong oleh dominasi andil dari

konsumsi rumah tangga namun diperkirakan dalam tren yang melambat. Meskipun mengalami

perlambatan, konsumsi rumah tangga diperkirakan masih menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi

Maluku seiring dengan adanya penyelenggaraan event berskala besar, seperti Darwin-Ambon Yacht

Race, HUT Kota Ambon, Perayaan Pesta Teluk serta Puncak Acara Kegiatan Mangente Ambon 2015.

Sementara itu, konsumsi dan investasi pemerintah diprakirakan meningkat dan ikut memacu

pertumbuhan ekonomi Maluku pada triwulan mendatang seiring dengan keberlanjutan

pembangunan proyek-proyek pemerintah maupun swasta yang sebagian besar ditargetkan selesai

pada akhir tahun ini.

Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi Maluku di triwulan mendatang akan dipacu oleh kategori

pertanian, kategori industri pengolahan, kategori administrasi pemerintahan dan kategori konstruksi.

Kinerja kategori pertanian diperkirakan tumbuh tinggi seiring dengan faktor cuaca yang kondusif

untuk sektor perikanan dan perkebunan. Kategori industri pengolahan meningkat sejalan dengan

meningkatnya ketersediaan bahan baku pengolahan dan permintaan ekspor terhadap produk ikan

olahan. Kategori administrasi pemerintahan diperkirakan meningkat mengikuti pola musiman dari

penyerapan anggaran menjelang akhir tahun. Kategori konstruksi cenderung meningkat seiring

dengan berlanjutnya pembangunan proyek-proyek pemerintahan dan swasta serta pembayaran tahap

II untuk alokasi dana desa.

BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

4

OUTLOOK INFLASI

Laju inflasi pada Triwulan III 2015 diprakirakan berada pada rentang 8,20%-9,20% (yoy). Secara

umum, tekanan inflasi Maluku pada triwulan mendatang diperkirakan mereda. Beberapa faktor yang

menjadi downside-risk inflasi di triwulan mendatang adalah dampak positif dari kebijakan yang

dikeluarkan oleh KKP telah dirasakan oleh nelayan tradisional. Hasil tangkapan nelayan cenderung

meningkat sejak awal periode triwulan III yang menyebabkan melimpahnya pasokan ikan segar

sehingga mendorong terjadinya penurunan harga di pasar. Selain itu, dengan telah terbentuknya

seluruh TPID di tingkat kota/kabupaten diharapkan dapat tercipta sinergi program kerjasama antar

daerah dan mampu berkoordinasi untuk menjaga kestabilan pasokan bahan makanan.

Risiko inflasi di pertengahan tahun disebabkan beberapa faktor, baik internal maupun eksternal.

Risiko internal antara lain datang dari faktor cuaca yang tidak menentu di wilayah Maluku. Selain itu,

masuknya periode panen bawang merah dan cabai merah pada sentra produksi di Jawa mampu

meredam tekanan inflasi pada kelompok bumbu-bumbuan. Namun, adanya beberapa kegiatan

berskala besar seperti HUT Kota Ambon, Festival Darwin-Ambon Yacht Race, Pesta Teluk dan Puncak

Mangente Ambon diperkirakan mendorong tingginya konsumsi masyarakat. Sementara itu, fenomena

el-Nino yang berdampak pada kekeringan di daerah pemasok berpotensi meningkatkan laju inflasi

volatile food.

Berdasarkan data historisnya, komoditas pemicu inflasi periode triwulan III berasal dari kelompok

makanan jadi, sandang, kelompok perumahan dan tempat tinggal serta beberapa komponen

administered prices seperti tarif dasar listrik dan tarif angkutan udara. Pergerakan nilai tukar

berdampak pada imported inflation bahan bangunan di tengah meningkatnya permintaan dalam

rangka penyelesaian proyek yang ditargetkan selesai pada akhir tahun sehingga berpotensi

meningkatkan laju inflasi inti. Selain itu, meningkatnya harga kelompok sandang dan perlengkapan

perumahan dinilai merupakan dampak lanjutan kenaikan tarif dasar listrik. Di sisi lain, harga minyak

dan emas global tercatat mengalami tren penurunan sehingga diharapkan mampu menahan kenaikan

harga emas perhiasan dan tarif angkutan udara yang lebih tinggi.

OUTLOOK STABILITAS SISTEM KEUANGAN

Kebijakan Bank Indonesia masih diarahkan untuk menjangkar inflasi nasional menuju ke sasaran

4,001,00% (y.o.y) pada tahun 2015 & 2016, mendorong defisit transaksi berjalan ke tingkat yang

lebih sehat dalam kisaran 2,5-3% dari PDB. Demikian juga arah kebijakan Bank Indonesia yang

memutuskan untuk mempertahankan suku bunga kebijakan (BI Rate) pada tingkat 7,50%, dengan

BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

5

suku bunga Lending Facility tetap pada level 8,00% dan suku bunga Deposit Facility tetap pada level

5,50%.

Terkait dengan isu kestabilan nilai rupiah, Bank Indonesia telah dan akan terus berada di pasar untuk

melakukan stabilisasi nilai rupiah. Bank Indonesia menilai bahwa pelemahan nilai rupiah telah terlalu

dalam dan di bawah nilai fundamentalnya. Hal ini merupakan akibat dari langkah pemerintah

Tiongkok dalam mendepresiasi nilai yuan untuk mendorong ekspor Tiongkok, yang berimbas pada

pelemahan nilai tukar negara-negara mitra dagangnya. Bank Indonesia telah dan akan terus berada di

pasar untuk melakukan stabilisasi rupiah, serta berkoordinasi dengan pemerintah dan otoritas lainnya.

Kinerja perbankan Provinsi Maluku diperkirakan meningkat. Penghimpunan dana diperkirakan akan

mengalami akselerasi seiring dengan naiknya belanja pemerintah yang meningkatkan pendapatan

swasta dan rumah tangga. Sementara itu, pelonggaran aturan makroprudensial, antara lain melalui

relaksasi aturan loan-to-value ratio (LTV) dan revisi aturan giro wajib minimum, diperkirakan dapat

mendorong pertumbuhan kredit dan mengoptimalkan level intermediasi perbankan di Provinsi

Maluku.

BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

7

BAB I. PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL

1.1 Perkembangan Makro Ekonomi Provinsi Maluku

Pada Triwulan II 2015, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Maluku Atas Dasar Harga Konstan

(ADHK) tahun 2010 mencapai Rp6,14 triliun atau tumbuh sebesar 5,80% (y.o.y), hampir mendekati prakiraan

(baseline) optimis sebesar 5.72% (yoy). Pertumbuhan ekonomi Provinsi Maluku pada triwulan laporan lebih

tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 4,67% (y.o.y) maupun triwulan sebelumnya

sebesar 4,06% (yoy). Sementara itu, PDRB Provinsi Maluku Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) mencatatkan

nominal Rp8,50 triliun pada triwulan laporan.

Grafik 1-1Struktur Perekonomian (PDRB Nominal) Provinsi Maluku Triwulanan, 2014-2015

Grafik 1-2Struktur Perekonomian (PDRB Nominal) Provinsi Maluku, Triwulan II 2015

Sumber: BPS Provinsi Maluku; diolah Sumber: BPS Provinsi Maluku; diolah

Menurut sektor usahanya, perekonomian Provinsi Maluku didominasi oleh sektor tersier atau

berorientasi jasa, yang meliputi kategori Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor;

Transportasi dan Pergudangan; Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum; Informasi dan Komunikasi; Jasa

Keuangan dan Asuransi; Real Estate; Jasa Perusahaan; Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan

Sosial Wajib; Jasa Pendidikan; Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial; dan Jasa Lainnya. Sektor tersier memiliki

pangsa 60% dari total PDRB Nominal Maluku Triwulan II 2015 tumbuh (riil) sebesar 8,53% (yoy), meningkat

dibanding triwulan sebelumnya sebesar 4.49% (yoy). Sementara itu, sektor primer dengan pangsa 27% tumbuh

(riil) sebesar 1.29% (yoy), melambat dibanding triwulan sebelumnya sebesar 3.57% (yoy). Sedangkan sektor

sekunder dengan pangsa 13% tercatat tumbuh 3,43% (yoy), meningkat dibanding triwulan sebelumnya sebesar

3.08% (yoy).

Sektor tersier memberikan andil/kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi tertinggi di tengah

menurunnya andil sektor primer seiring dengan menurunnya pangsa sektor primer. Menurunnya kontribusi

sektor primer ditengarai sebagai implikasi dari menurunnya kinerja sektor perikanan paska pemberlakuan

berbagai kebijakan di sektor perikanan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) sehingga berdampak

pada ditutupnya beberapa perusahaan perikanan. Hal ini berimplikasi pada menurunnya jumlah tenaga kerja

-

1,000,000.00

2,000,000.00

3,000,000.00

4,000,000.00

5,000,000.00

6,000,000.00

7,000,000.00

8,000,000.00

9,000,000.00

I II III IV I II

2014 2015

Rp Juta primer sekunder tersier

primer27%

sekunder13%

tersier60%

BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

8

sektor perikanan sehingga pada gilirannya akan mengurangi produktivitas di sektor tersebut. Risiko lain yang

dihadapi oleh sektor pertanian adalah menurunnya beberapa harga komoditas perkebunan, seperti cengkih, biji

pala bundar, fuli pala, kopra dan coklat seiring dengan menurunnya permintaan dari daerah tujuan ekspor,

seperti Jawa Timur sebagai pasar utama sekaligus pelabuhan ekspor komoditas asal Maluku.

Grafik 1-3 Struktur Perekonomian Provinsi Maluku

Sumber: BPS Provinsi Maluku, diolah

Berdasarkan kelompok kategorinya, perekonomian Maluku masih ditopang oleh kategori utama,

yaitu pertanian, kehutanan dan perikanan dengan kecenderungan yang menurun. Pada triwulan

laporan, kategori pertanian, kehutanan dan perikanan masih mendominasi dengan pangsa sebesar 24.41%,

menurun dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 25.09%, maupun triwulan yang sama tahun sebelumnya

sebesar 25.39%. Menurunnya pangsa kategori pertanian, kehutanan dan perikanan dalam beberapa waktu

terakhir dinilai akibat adanya beberapa kendala dalam mendorong produktivitas, antara lain berkurangnya

jumlah SDM seiring dengan menurunnya kesejahteraan petani dan nelayan, kualitas makanan lokal seperti beras

dan sagu kurang diminati masyarakat, serta penanganan paska panen yang buruk. Sementara itu, kategori

lainnya yaitu administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib tercatat memiliki pangsa terbesar

kedua mencapai 21.77%, diikuti oleh kategori perdagangan besar dan eceran, dan reparasi mobil dan sepeda

motor dengan pangsa mencapai 13.13%.

Grafik 1-4Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi Triwulan II 2015 antar-Provinsi di Wilayah Sulampua Balinusra

Sumber: BPS; diolah

0

20

40

60

80

100

I II III IV I II

2014 2015

25.47 25.39 24.73 24.58 25.09 24.41

12.68 12.39 12.59 12.96 13.06 13.13

20.75 20.67 21.20 21.27 20.97 21.77

21.61 22.02 21.69 21.10 20.86 20.69

%

lainnya

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

Industri Pengolahan

Transportasi dan Pergudangan

Konstruksi

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan danJaminan Sosial Wajib

Perdagangan Besar dan Eceran, dan ReparasiMobil dan Sepeda Motor

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

Sulampua-Balinusra:9.0%

Sulsel:7.6%

Sulbar:8.4%

Sultra:7.4%

Sulteng:15.7%

Gorontalo:6.4%

Sulut:6.3% Malut:6.5%

Maluku:5.8%

Pabar:7.4%

Papua:12.8%

Bali:6.0%

NTB:16.51% NTT:5.0%

Pertumbuhan yoy meningkat

dibanding triwulan sebelumnya

Pertumbuhan yoy melambat dibanding

triwulan sebelumnya

BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

9

Mencermati pertumbuhan ekonomi di Kawasan Timur Indonesia (KTI), Maluku merupakan salah satu provinsi

yang mencatatkan pertumbuhan relatif rendah. Maluku pada triwulan laporan tumbuh 5.8% (yoy), paling

rendah dibandingkan provinsi lain di KTI, namun sedikit lebih tinggi dari Provinsi NTT yang tumbuh 5.0% (yoy).

Wilayah KTI sendiri mengalami pertumbuhan sebesar 9.0% (yoy), meningkat dibanding triwulan sebelumnya

sebesar 6.8% (yoy). Meningkatnya pertumbuhan agregat wilayah KTI seiring dengan penguatan kinerja kategori

tambang, khususnya produksi tembaga dan emas seiring dengan perpanjangan izin ekspor di wilayah Papua.

Lebih lanjut, diantara 13 provinsi di wilayah KTI, hanya 3 provinsi yang mencetak pertumbuhan ekonomi di atas

pertumbuhan wilayah KTI, yaitu Sulawesi Tengah, NTB dan Papua dengan pertumbuhan masing-masing sebesar

15,7% (yoy), 16.51% (yoy) dan 12,8% (yoy).

Grafik 1-5Perkembangan PDRB Riil Provinsi Maluku Grafik 1-6Kapasitas Perekonomian Provinsi Maluku*

Sumber: BPS Provinsi Maluku; diolah * Survei Kegiatan Dunia Usaha

Selanjutnya, pertumbuhan ekonomi Maluku mengalami akselerasi pada triwulan II-2015 searah dengan hasil

Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang menunjukkan peningkatan kapasitas produksi terpakai pada triwulan

laporan. Menurut hasil SKDU oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Maluku, kapasitas produksi terpakai

mencapai 70.50%, meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 60.04%. Dengan kapasitas produksi

normal yang sebesar 70.33%, maka rasio pemakaian kapasitas (capacity utilization) sebesar 1.00, meningkat

dibandingkan rasio triwulan sebelumnya sebesar 0.96. Meningkatnya kapasitas produksi perekonomian Maluku

seiring dengan faktor upside risks, antara lain: masuknya masa panen tanaman padi yang telah dimulai lebih

awal di beberapa sentra produksi padi, maraknya penyelenggaraan kegiatan berskala besar, seperti perayaan

Sidi, Rakernas Apeksi dan Indonesia City Expo, serta perayaan hari besar keagamaan seperti Hari Raya Paskah,

masuknya periode Bulan Ramadhan dan persiapan Hari Raya Lebaran yang bertepatan dengan liburan sekolah

tahun ajaran baru.

(3.00)

(2.00)

(1.00)

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

5,500.00

5,600.00

5,700.00

5,800.00

5,900.00

6,000.00

6,100.00

6,200.00

IV I II III IV I II

2013 2014 2015

%Rp miliarPDRB Maluku (riil)Maluku-qtq (sk.kanan)Maluku-yoy (sk.kanan)Nasional-yoy (sk.kanan)

0.00

0.20

0.40

0.60

0.80

1.00

1.20

0

10

20

30

40

50

60

70

80

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014 2015

% (Persen)Rasio Utilisasi - sumbu kanan Kapasitas Produksi Terpakai

Kapasitas Produksi Normal

BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

10

1.2. Perkembangan PDRB Sisi Permintaan

Tabel 1-1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Maluku Sisi Permintaan Atas Dasar Harga Konstan tahun 2010

Sumber: BPS Provinsi Maluku; diolah, *Angka sementara BPS ** Angka sangat sementara BPS

Pada triwulan II-2015, pertumbuhan ekonomi Provinsi Maluku menurut sisi permintaan masih ditopang oleh

kinerja baik konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah dan Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto

(PMTDB), masing-masing dengan andil/kontribusi sebesar 7.95% (yoy), 5.26% (yoy) dan 1.25% (yoy).

Komponen penarik ke atas pertumbuhan ekonomi Maluku mencatatkan pertumbuhan yang tinggi, bahkan

komponen konsumsi RT dan PMTDB mengalami pertumbuhan angka ganda (double-digit), yaitu sebesar

12.15% (yoy) dan 13.17% (yoy). Sedangkan, komponen penarik ke bawah pertumbuhan ekonomi Maluku,

yaitu net ekspor antar daerah (net-impor) tumbuh sebesar 14.45% (yoy).

1.2.1. Konsumsi

1.2.1.1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga

Pengeluaran konsumsi rumah tangga pada Triwulan II 2015 menunjukkan kecenderungan yang

melambat. Konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar 12.15% (yoy), melambat dibandingkan triwulan

sebelumnya sebesar 16.68% (yoy). Melambatnya laju pertumbuhan konsumsi rumah tangga seiring dengan

Komponen

IV Total I* II**Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 69.80 66.76 70.44 69.30

Pengeluaran Konsumsi LNPRT 2.24 2.32 2.26 2.26

Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 48.53 41.43 42.00 42.74

Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTDB) 32.99 32.93 31.64 31.37

Perubahan Inventori 0.32 1.01 0.51 0.51

Ekspor Luar Negeri 9.04 9.33 8.79 8.78

Dikurangi Impor Luar Negeri 10.24 10.25 10.55 10.53

Net Ekspor Antar Daerah (52.67) (43.53) (45.09) (44.41)

PDRB 100.00 100.00 100.00 100.00

Komponen

IV Total I* II**Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 8.92 7.81 16.68 12.15

Pengeluaran Konsumsi LNPRT 3.90 5.33 (5.62) 3.47

Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 28.62 6.11 26.21 13.17

Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTDB) 3.49 11.47 (3.82) 3.91

Perubahan Inventori 2.93 13.01 (57.64) (62.61)

Ekspor Luar Negeri 5.98 (52.70) 19.08 (10.57)

Dikurangi Impor Luar Negeri 7.82 (0.94) 7.80 7.75

Net Ekspor Antar Daerah 34.44 (11.64) 42.56 14.45

PDRB 4.11 6.70 4.06 5.80

Komponen

IV Total I* II**Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 5.92 5.16 10.48 7.95

Pengeluaran Konsumsi LNPRT 0.09 0.12 (0.14) 0.08

Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 11.18 2.55 9.08 5.26

Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTDB) 1.15 3.62 (1.31) 1.25

Perubahan Inventori 0.01 0.12 (0.72) (0.90)

Ekspor Luar Negeri 0.53 (11.10) 1.47 (1.10)

Dikurangi Impor Luar Negeri 0.77 (0.10) 0.79 0.80

Net Ekspor Antar Daerah (13.96) 6.12 (14.00) (5.93)

PDRB 4.11 6.70 4.06 5.80

2015*

20152014

Pert

umbu

han

(yoy

)2014 2015

Pang

sa (%

)

2014

Andi

l (yo

y)

BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

11

menurunnya tingkat penghasilan dan ketersediaan lapangan pekerjaan sebagai implikasi dari ditutupnya

beberapa perusahaan perikanan paska pemberlakuan berbagai kebijakan di sektor perikanan oleh Kementerian

Kelautan dan Perikanan (KKP) serta kenaikan harga BBM bersubsidi pada akhir Maret lalu yang berdampak pada

kenaikan harga barang dan/atau jasa. Namun demikian, laju pertumbuhan konsumsi rumah tangga Maluku

pada triwulan laporan masih tergolong tinggi seiring dengan adanya sumbangan dari perayaan Bulan Ramadhan

dan persiapan Hari Raya Lebaran yang bertepatan dengan musim liburan sekolah tahun ajaran baru, serta -

adanya penyelenggaraan event khusus, seperti: perayaan Sidi, Rakernas Apeksi dan Indonesia City Expo.

Grafik 1-7 Konsumsi Rumah Tangga Provinsi Maluku Grafik 1-8 Indeks Keyakinan Konsumen Provinsi Maluku*

Sumber: BPS Provinsi Maluku;diolah

*Survei Konsumen Bank Indonesia

Melambatnya laju pertumbuhan konsumsi rumah tangga sejalan dengan menurunnya optimisme masyarakat

untuk melakukan kegiatan konsumsi yang tercermin pada Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) di dalam Survei

Konsumen. Pada triwulan laporan, optimisme masyarakat melakukan konsumsi turun dari 116.83 pada triwulan

I-2015 menjadi 114.97 pada triwulan II-2015. Meskipun menurun, tingkat optimisme konsumen Maluku masih

tinggi (angka IKK di atas 100). Menurunnya tingkat keyakinan konsumen Maluku disebabkan meningkatnya

harga barang dan/atau jasa konsumsi rumah tangga sebagai dampak dari kenaikan harga BBM bersubsidi, serta

menurunnya tingkat penghasilan dan ketersediaan lapangan pekerjaan secara umum. Selanjutnya,

meningkatnya laju inflasi dan menurunnya tingkat penghasilan pada gilirannya akan menahan keputusan

masyarakat untuk melakukan kegiatan konsumsi.

Grafik 1-9Konsumsi Listrik Rumah Tangga di Provinsi Maluku Grafik 1-10Kredit Konsumsi di Bank Umum Provinsi Maluku*

Sumber: PT. PLN Wilayah Maluku dan Maluku Utara * Menurut Lokasi Proyek

(10.00)

(5.00)

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

3200.00

3400.00

3600.00

3800.00

4000.00

4200.00

4400.00

IV I II III IV I II

2013 2014 2015

(%)Rp MiliarKonsumsi RT g.qtq (sk.kanan)

g.yoy (sk.kanan)

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2011 2012 2013 2014 2015

Indeks

IKK IKE IEK threshold (optimis)

(5)

0

5

10

15

20

25

30

35

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014 2015

% (Persen)Per MWh Litrik Rumah Tangga g-y.o.y - sumbu kanan

0

5

10

15

20

25

30

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

4000

4500

5000

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014 2015

% (persen)Rp Milyar

Kredit Konsumsi g-y.o.y - sumbu kanan

BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

12

Meskipun mengalami perlambatan, laju pertumbuhan konsumsi rumah tangga masih tergolong tinggi,

didukung dengan peningkatan konsumsi listrik kelompok rumah tangga dan terjaganya laju pembiayaan

perbankan untuk konsumsi. Konsumsi listrik rumah tangga Maluku pada triwulan laporan mencapai 81.46

MWh atau tumbuh 18.22% (yoy), meningkat dibanding triwulan sebelumnya sebesar 4.65% (yoy). Sedangkan,

baki debet pembiayaan konsumsi Maluku mencapai Rp4.76 triliun atau tumbuh 10.15% (yoy), relatif terjaga

dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 10.31% (yoy). Kredit konsumsi di Maluku masih tertahan seiring

dengan menurunnya persediaan lapangan pekerjaan dan konsumsi barang tahan lama sebagai implikasi dari

ditutupnya beberapa perusahaan paska kebijakan Kementerian Kelautan dan Perikanan, serta menurunnya daya

beli masyarakat di tengah kondisi ekonomi nasional yang masih tertahan dan tren pelemahan nilai tukar rupiah

yang masih berlanjut.

1.2.1.2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT

Pengeluaran konsumsi yang bertujuan tidak mencari keuntungan menunjukkan tren yang meningkat.

Pengeluaran konsumsi Lembaga Non Profit Rumah Tangga (LNPRT) pada triwulan laporan mencatatkan

pertumbuhan sebesar 3.47% (yoy), meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang terkontraksi 5.62% (yoy).

Peningkatan pertumbuhan konsumsi LNPRT didorong oleh tingginya kegiatan sosial yang dilakukan dalam

rangka perayaan memasuki bulan Ramadhan, persiapan menjelang Hari Raya Lebaran serta perayaan SIDI.

Grafik 1-11Konsumsi LNPRT Provinsi Maluku Grafik 1-12Konsumsi Listrik Sosial di Provinsi Maluku

Sumber: BPS Provinsi Maluku; diolah Sumber: PT. PLN Wilayah Maluku dan Maluku Utara

Meningkatnya laju pertumbuhan konsumsi listrik sosial di Maluku mengkonfirmasi tren peningkatan

pada pertumbuhan konsumsi LNPRT di Maluku. Konsumsi listrik sosiasl di Maluku mencapai 5.48 MWh

atau tumbuh 19.54% (yoy), meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 8.61% (yoy).

1.2.1.3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah

Meskipun melambat, laju pertumbuhan konsumsi pemerintah masih tergolong tinggi dan menjadi

salah satu pendorong utama pertumbuhan ekonomi Provinsi Maluku. Pertumbuhan konsumsi

pemerintah pada triwulan laporan tercatat tumbuh 13.17% (yoy), melambat dibanding triwulan sebelumnya

sebesar 26.21% (yoy). Melambatnya laju pertumbuhan konsumsi pemerintah seiring dengan adanya perubahan

penyesuaian nomenklatur yang menyebabkan beberapa program belum dapat direalisasikan. Selain itu,

beberapa program juga masih dalam tahap lelang sehingga turut mempengaruhi perlambatan penyerapan

anggaran. Meskipun melambat, laju pertumbuhan konsumsi pemerintah masih tergolong tinggi, bahkan

(8.00)

(6.00)

(4.00)

(2.00)

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

124.00

126.00

128.00

130.00

132.00

134.00

136.00

138.00

140.00

142.00

144.00

IV I II III IV I II

2013 2014 2015

(%)Rp MiliarKonsumsi Nirlaba g.qtq (sk.kanan)g.yoy (sk.kanan)

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

0

1

2

3

4

5

6

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014 2015

% (Persen)Per MWh Listrik Sosial g-y.o.y - sumbu kanan

BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

13

mencapai pertumbuhan angka ganda (double-digit). Pertumbuhan konsumsi pemerintah yang tergolong tinggi

sejalan dengan melambatnya laju pertumbuhan giro Pemerintah Daerah yang disimpan di bank, dimana pada

triwulan II 2015 giro Pemda mencapai Rp1.557,06 miliar atau tumbuh 22.16% (yoy), melambat dibandingkan

triwulan sebelumnya yang tumbuh 38.18% (yoy). Melambatnya laju pertumbuhan giro Pemda mengindikasikan

bahwa Pemda telah menarik giro di bank untuk mendanai program-program kerjanya.

Grafik 1-13Konsumsi Pemerintah (Riil) Provinsi Maluku Grafik 1-14Giro Pemerintah Daerah

Sumber: BPS Provinsi Maluku; diolah Sumber: Bank Indonesia

Perlambatan pada laju pertumbuhan konsumsi pemerintah sejalan dengan melambatnya realisasi anggaran

dalam APBD dan APBN Provinsi Maluku. Realisasi belanja Pemda yang berasal dari APBD, baik dalam bentuk

belanja langsung (tidak termasuk belanja modal) maupun belanja tidak langsung mencapai Rp306.75 miliar atau

tumbuh 13.61% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 38.59% (yoy). Sementara itu,

realisasi belanja barang yang berasal dari APBN mencapai Rp357.26 miliar atau terkontraksi 40.86% (yoy), lebih

dalam dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi 16.32% (yoy). Namun, laju pertumbuhan konsumsi

pemerintah masih tergolong tinggi seiring dengan meningkatnya belanja barang dan jasa dalam APBD dan

belanja APBN (tidak termasuk belanja modal) yang mengalami pertumbuhan masing-masing sebesar 19.40%

(yoy) dan -7.32% (yoy), atau meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang terkontraksi 15.77% (yoy) dan -

15.01% (yoy).

Grafik 1-15Belanja Barang dan Jasa dalam APBD Provinsi Maluku Grafik 1-16Belanja Barang dalam APBN Provinsi Maluku

Sumber: Badan Pendapatan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Maluku; diolah Sumber:Kanwil Ditjen Perbendaharaan Negara Provinsi Maluku; diolah

(20.00)

(15.00)

(10.00)

(5.00)

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

35.00

0.00

500.00

1000.00

1500.00

2000.00

2500.00

3000.00

3500.00

IV I II III IV I II

2013 2014 2015

(%)Rp MiliarKonsumsi Pemerintah g.qtq (sk.kanan)

g.yoy (sk.kanan)

40

20

0

20

40

60

80

100

120

140

160

0.00

200.00

400.00

600.00

800.00

1000.00

1200.00

1400.00

1600.00

1800.00

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014 2015

% (Persen)Rp Milyar Giro Pemda di Bank g-y.o.y - sumbu kanan

(80)

(60)

(40)

(20)

0

20

40

60

80

100

0

50000

100000

150000

200000

250000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014 2015

% (Persen)Rp Juta Belanja Barang dan Jasa g-y.o.y - sumbu kanan

(60)

(40)

(20)

0

20

40

60

80

100

0

100000

200000

300000

400000

500000

600000

700000

800000

IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014 2015

% (Persen)Rp Juta Belanja Barang g-y.o.y - sumbu kanan

BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

14

Grafik 1-17Belanja APBD (tidak termasuk Belanja Modal)

Provinsi Maluku

Grafik 1-18Belanja APBN (tidak termasuk Belanja Modal) Provinsi Maluku

Sumber: Badan Pendapatan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Maluku; diolah

Sumber: Kanwil Ditjen Perbendaharaan Negara Prov. Maluku; diolah

Tingginya laju pertumbuhan konsumsi pemerintah pada triwulan laporan dikonfirmasi dengan meningkatnya

laju pertumbuhan konsumsi listrik gedung pemerintahan di Provinsi Maluku. Pada triwulan laporan, konsumsi

listrik gedung pemerintahan mencapai 10.19 MWh atau tumbuh 43.25% (yoy), meningkat dibandingkan

triwulan sebelumnya yang terkontraksi 19.57% (yoy).

Grafik 1-19Konsumsi Listrik Gedung Pemerintahan di Provinsi Maluku

Sumber: PT. PLN Wilayah Maluku dan Maluku Utara

1.2.2. Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTDB)

Investasi atau Pembentukan Modal Tetap Domestik Domestik Bruto (PMTDB) Maluku mencatatkan

pertumbuhan dengan laju yang meningkat seiring dengan meningkatnya pertumbuhan investasi

langsung dari luar negeri. PMTDB Maluku pada triwulan II-2015 tumbuh 3.91% (yoy), meningkat

dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi 3.82% (yoy). Sejalan dengan pertumbuhan

PMTDB, investasi netto (bersih) Maluku pada triwulan laporan tumbuh 1.06% (yoy), meningkat dibandingkan

triwulan sebelumnya yang terkontraksi 5.70% (yoy). Meningkatnya pertumbuhan investasi netto Maluku seiring

dengan meningkatnya laju pertumbuhan investasi langsung dari luar negeri atau Penanaman Modal Asing

(PMA) di Maluku. PMA di Maluku pada triwulan laporan mencapai USD5.87 juta dengan jumlah proyek

mencapai 18, atau terkontraksi 22.61% (yoy), namun meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya dimana

tidak ada realisasi investasi PMA di Maluku. Di sisi lain, investasi dari dalam negeri atau Penanaman Modal

Dalam Negeri (PMDN) pada triwulan laporan masih tercatat nihil sejak triwulan I-2015.

(40)

(20)

0

20

40

60

80

100

0

50000

100000

150000

200000

250000

300000

350000

400000

450000

500000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014 2015

% (Persen)Rp Juta Belanja Tidak Langsung

Belanja Langsung (tidak termasuk Belanja Modal)

g Total-y.o.y - sumbu kanan

(20)

(10)

0

10

20

30

40

50

0

200000

400000

600000

800000

1000000

1200000

1400000

1600000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014 2015

% (Persen)Rp Juta Belanja APBN (tidak termasuk Belanja Modal)

g-y.o.y - sumbu kanan

(60)

(40)

(20)

0

20

40

60

80

0

2

4

6

8

10

12

14

16

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014 2015

% (Persen)Per MWh Listrik Kantor Pemerintah g-y.o.y - sumbu kanan

BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

15

Grafik 1-20Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) Provinsi Maluku

Grafik 1-21Impor Barang Modal Provinsi Maluku*

Sumber: BPS Provinsi Maluku; diolah *Barang Modal kecuali perlengkapan transportasi

Meskipun meningkat, laju pertumbuhan investasi di Maluku, khususnya investasi bersih, tergolong

rendah seiring dengan terkontraksinya impor barang modal Maluku. Pada triwulan laporan, tidak ada

satupun impor barang yang dilakukan oleh Provinsi Maluku. Hal ini dinilai akibat masih rendahnya daya beli

masyarakat serta perilaku menunggu (wait and see) oleh para investor swasta di tengah kondisi perekonomian

nasional yang masih tertahan.

Grafik 1-22Penanaman Modal Dalam Negeri di Provinsi Maluku

Grafik 1-23Penanaman Modal Asing di Provinsi Maluku

Sumber: BKPM; diolah Sumber: BKPM; diolah

Lebih lanjut, melambatnya belanja modal oleh Pemerintah Daerah pada triwulan II 2015 yang

bersumber dari APBD turut menyebabkan pertumbuhan investasi Maluku masih tergolong rendah.

Nilai belanja modal yang bersumber dari APBD mencapai Rp117.11 miliar atau tumbuh 39.15% (yoy), jauh

melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh hingga 404.30% (yoy). Melambatnya penyerapan

belanja dari APBD, khususnya untuk belanja modal seiring dengan terhambatnya penerbitan petunjuk teknis

(juknis) dari pemerintah pusat, terutama untuk proyek yang dananya bersumber dari Dana Alokasi Khusus

(DAK), di samping beberapa program yang masih dalam tahap lelang yang juga turut menyebabkan realisasi

belanja tergolong rendah.

Di sisi lain, nilai belanja modal yang bersumber dari APBN tercatat mengalami peningkatan sehingga dapat

mendorong kinerja investasi Maluku pada triwulan laporan. Nilai belanja modal yang bersumber dari APBN,

lebih besar daripada nilai belanja modal yang bersumber dari APBD, sehingga memberikan pengaruh lebih besar

terhadap kinerja investasi pada perekonomian Maluku. Belanja modal APBN yang terserap selama periode

(8.00)

(6.00)

(4.00)

(2.00)

0.00

2.00

4.00

6.00

1750.00

1800.00

1850.00

1900.00

1950.00

2000.00

2050.00

IV I II III IV I II

2013 2014 2015

(%)Rp Miliar

PMTB Investasi netto

g.Investasi bersih (qtq) sumbu kanan g.PMTB (qtq)

g.PMTB (yoy)

(500)

0

500

1000

1500

2000

0

1

2

3

4

5

6

7

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014 2015

% (Persen)USD Juta Capital Goods Intermediate Goods g Total-y.o.y - sumbu kanan

(120.00)

(100.00)

(80.00)

(60.00)

(40.00)

(20.00)

0.00

20.00

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

70.00

I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015

%Rp Miliar Realisasi PMDN g.yoy (skala kanan)

-500

0

500

1000

1500

2000

2500

0

5000

10000

15000

20000

25000

30000

35000

40000

45000

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014 2015

%USD ribu

Realisasi PMA g-y.o.y - sumbu kanan

BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

16

laporan mencapai Rp594.79 miliar atau terkontraksi 1.53% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya

yang terkontraksi 21.80% (yoy). Meningkatnya belanja modal APBN seiring dengan keberlanjutan

pembangunan proyek multi-years Pemerintah, seperti Jembatan Merah Putih, infrastruktur jalan dan jembatan

pendukung Trans Maluku.

Grafik 1-24Belanja Modal dalam APBD Provinsi Maluku Grafik 1-25Belanja Modal dalam APBN Provinsi Maluku

Sumber: Badan Pendapatan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Maluku; diolah

Sumber: Kanwil Ditjen Perbendaharaan Negara Prov. Maluku; diolah

Investasi dalam negeri, impor barang modal dan belanja modal APBD seluruhnya berada dalam tren

yang melambat menunjukkan bahwa dunia usaha Maluku cenderung menahan investasi dan masih

bersikap wait and see pada triwulan II-2015. Hal ini dikonfirmasi dengan menurunnya persediaan inventori

pada triwulan II-2015 sebesar Rp31.06 miliar atau terkontraksi 62.61% (yoy), lebih dalam dibandingkan triwulan

sebelumnya yang terkontraksi 57.64% (yoy). Pergerakan persediaan inventori yang menurun memperlihatkan

keputusan dunia usaha masih menyimpan persediaan stok dalam bentuk barang modal sebagai implikasi dari

perilaku menunggu (wait and see). Keputusan dunia usaha Maluku menahan investasinya sejalan dengan

menurunnya indeks kegiatan usaha dari Survei Kegiatan Dunia Usaha yang dilakukan oleh KPw BI Prov. Maluku,

yaitu dari -3.92% pada triwulan I-2015 turun lebih dalam menjadi -6.27% pada triwulan II-2015. Lebih lanjut,

terkontraksinya laju pertumbuhan kredit perbankan untuk jenis penggunaan investasi di Maluku

mengkonfirmasi tertahannya keputusan investasi dari dunia usaha. Baki debet pembiayaan investasi yang

disalurkan oleh bank umum nasional kepada proyek berlokasi di Maluku mencapai Rp860.25 miliar atau

terkontraksi 25.94% (yoy), lebih dalam dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontrasi 7.99% (yoy).

Grafik 1-26Kredit Investasi di Provinsi Maluku* Grafik 1-27Kegiatan Investasi di Provinsi Maluku*

* Menurut Lokasi Proyek *Survei Kegiatan Dunia Usaha

(100)

0

100

200

300

400

500

0

20000

40000

60000

80000

100000

120000

140000

160000

180000

200000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014 2015

% (Persen)Rp Juta Belanja Modal g-y.o.y - sumbu kanan

(40)

(20)

0

20

40

60

80

100

120

0

200000

400000

600000

800000

1000000

1200000

1400000

1600000

1800000

2000000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014 2015

% (Persen)Rp Juta Belanja Modal g-y.o.y - sumbu kanan

(50.00)

0.00

50.00

100.00

150.00

200.00

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014 2015

% (persen)Rp Milyar

Kredit Investasi g-y.o.y - sumbu kanan

(10.00)

(5.00)

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

I II III IV I II III

2014 2015

%Realisasi Investasi Ekspektasi investasi

BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

17

1.2.3. Ekspor dan Impor

1.2.3.1. Ekspor dan Impor Luar Negeri

Neraca perdagangan eksternal Maluku mencatatkan defisit yang meningkat pada triwulan laporan.

Defisit neraca perdagangan eksternal Maluku mencapai Rp107.79 miliar, meningkat dibandingkan triwulan

sebelumnya yang mengalami defisit Rp105.80 miliar. Meningkatnya defisit neraca perdagangan Maluku

didorong oleh menurunnya pertumbuhan ekspor Maluku di tengah pertumbuhan impor Maluku yang masih

tumbuh terbatas. Ekspor Maluku pada triwulan laporan mencapai Rp539.92 milar atau terkontraksi 10.57%

(yoy), menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 19.08% (yoy). Menurunnya laju pertumbuhan

ekspor Maluku sejalan dengan lemahnya kinerja sektor perikanan Maluku paska pemberlakuan berbagai

kebijakan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan yang berdampak negatif pada jangka pendek, mengingat

85% ekspor Maluku merupakan komoditas hasil laut. Di sisi lain, impor Maluku pada triwulan laporan tercatat

sebesar Rp647.71 miliar atau tumbuh 7.75% (yoy), relatif stabil dibandingkan triwulan sebelumnya yang

tumbuh 7.80% (yoy).

Grafik 1-28Ekspor (Riil) Provinsi Maluku Grafik 1-29Impor (Riil) Provinsi Maluku

Sumber: BPS Provinsi Maluku; diolah Sumber: BPS Provinsi Maluku; diolah

Grafik 1-30Neraca Perdagangan (Riil) Provinsi Maluku Grafik 1-31Neraca Perdagangan Non-Migas Provinsi Maluku

Sumber: BPS Provinsi Maluku; diolah Sumber: Bank Indonesia

Seiring dengan neraca perdagangan luar negeri Maluku yang mencatatkan peningkatan defisit,

neraca perdagangan non-migas Maluku mengalami surplus dalam tren yang meningkat. Neraca

perdagangan nonmigas Maluku pada triwulan II-2015 mencatatkan surplus sebesar USD5.36 juta atau

terkontraksi 77.69% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencatatkan surplus USD5.16

juta atau terkontraksi 80.20% (yoy). Surplus yang meningkat pada neraca perdagangan nonmigas seiring

dengan penurunan yang terjadi pada nilai ekspor non migas di tengah nihilnya impor nonmigas yang dilakukan

(20.00)

(10.00)

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

0.00

100.00

200.00

300.00

400.00

500.00

600.00

700.00

IV I II III IV I II

2013 2014 2015

(%)Rp MiliarEkspor Luar negeri g.ekspor.qtq (sk.kanan)g.ekspor.yoy (sk.kanan)

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

8.00

9.00

540.00

560.00

580.00

600.00

620.00

640.00

660.00

IV I II III IV I II

2013 2014 2015

(%)Rp MiliarImpor Luar negeri g.Impor.qtq (sk.kanan)

g.impor.yoy (sk.kanan)

(200.00)

(100.00)

0.00

100.00

200.00

300.00

400.00

500.00

600.00

700.00

IV I II III IV I II

2013 2014 2015

Rp Miliar Ekspor Luar negeri (riil) Impor Luar negeri (riil)

neraca perdagangan (riil)

(300)

(200)

(100)

0

100

200

300

400

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014 2015

% (Persen)USD Juta Ekspor Nonmigas

Impor Nonmigas

Neraca Perdagangan Nonmigas

g Neraca Perdagangan Nonmigas-y.o.y -sumbu kanan

BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

18

oleh Provinsi Maluku. Nilai ekspor nonmigas Maluku pada triwulan laporan mencapai USD5.36 juta atau

terkontraksi 77.69% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi 80.20% (yoy). Di

sisi lain, tidak ada impor barang non-migas yang dilakukan oleh Provinsi Maluku pada triwulan laporan yang

ditengarai akibat penurunan daya beli masyarakat serta tren depresiasi nilai rupiah yang menyebabkan harga

barang impor lebih tinggi.

Grafik 1-32 (NIlai) Ekspor Non-Migas Provinsi Maluku Grafik 1-33 (Volume) Ekspor Non-Migas Provinsi Maluku

Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia

Menurut struktur SITC 1-digit, ekspor nonmigas Maluku pada triwulan laporan masih didominasi oleh

kelompok Makanan dan Hewani (SITC-0) dengan mencatatkan kinerja yang melambat. Pertumbuhan

ekspor Kelompok Makanan dan Hewani (SITC-0) sebagai kelompok komoditas unggulan Maluku (pangsa

58.26%) mengalami kontraksi 86,81% (yoy), lebih dalam dibandingkan kontraksi triwulan sebelumnya sebesar

65.48% (y.o.y). Memburuknya kinerja ekspor kelompok makanan dan hewani sebagai implikasi dari kebijakan

peraturan Kementerian Kelautan dan Perikanan yang berdampak pada ditutupnya beberapa perusahaan

perikanan di Maluku, mengingat hasil laut merupakan ekspor utama komoditas Maluku. Sementara itu,

pertumbuhan ekspor kelompok barang industri/olahan (SITC-6) juga mengalami kinerja yang menurun dan

tercatat mengalami kontraksi 42.90% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh

18.07% (yoy). Melambatnya kinerja ekspor kelompok barang industri/olahan sejalan dengan menurunnya

kinerja sektor perikanan yang berdampak pada menurunnya bahan baku yaitu ikan segar, dimana ekspor

kelompok barang industri/olahan Maluku sebagian besar merupakan ikan olahan.

Grafik 1-34 (NIlai) Impor Non-Migas Provinsi Maluku Grafik 1-35 (Volume) Impor Non-Migas Provinsi Maluku

Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia

Pada triwulan II-2015, impor nonmigas Maluku tercatat nihil seiring dengan penurunan daya beli masyarakat di

tengah tren depresiasi nilai rupiah yang menyebabkan harga barang impor menjadi lebih mahal. Impor

100

0

100

200

300

400

0

20

40

60

80

100

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014 2015

% (Persen)USD Juta 9 - COMMODITIES &TRANSACTION NES4 - ANIMAL & VEGETABLE OILS&FATS3 - MINERAL FUELS,LUBRICANTS ETC1 - BEVERAGES AND TOBACCO7 - MACHINERY & TRANSPORT EQP8 - MISC. MANUFACTURED ARTICLES6 - MANUFACTURED GOODS5 - CHEMICAL2 - CRUDE MATERIALS, INEDIBLE0 - FOOD AND LIVE ANIMALSg Nilai SITC-y.o.y - sumbu kanan

500

0

500

1000

1500

2000

2500

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014 2015

% (Persen)Ribu Ton 7 - MACHINERY & TRANSPORT EQP

8 - MISC. MANUFACTURED ARTICLES

6 - MANUFACTURED GOODS

5 - CHEMICAL

2 - CRUDE MATERIALS, INEDIBLE

0 - FOOD AND LIVE ANIMALS

g Volume SITC-y.o.y - sumbu kanan

500

0

500

1000

1500

2000

0

1

2

3

4

5

6

7

8

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014 2015

% (Persen)USD Juta 7 - MACHINERY & TRANSPORT EQP8 - MISC. MANUFACTURED ARTICLES6 - MANUFACTURED GOODS5 - CHEMICAL2 - CRUDE MATERIALS, INEDIBLE0 - FOOD AND LIVE ANIMALS

5000

0

5000

10000

15000

20000

0

5

10

15

20

25

30

35

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014 2015

% (Persen)Ribu Ton 7 - MACHINERY & TRANSPORT EQP

8 - MISC. MANUFACTUREDARTICLES6 - MANUFACTURED GOODS

5 - CHEMICAL

2 - CRUDE MATERIALS, INEDIBLE

0 - FOOD AND LIVE ANIMALS

BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

19

nonmigas Maluku yang biasanya didominasi oleh mesin dan alat angkutan berat, pada triwulan laporan tercatat

tidak ada impor barang nonmigas yang dilakukan oleh Provinsi Maluku sehingga menyebabkan pertumbuhan

impor nonmigas Maluku tercatat kontraksi 100% (yoy), menurun signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya

yang tumbuh 74.73% (yoy). Tidak adanya impor nonmigas yang dilakukan oleh Provinsi Maluku ditengarai

akibat daya beli masyarakat yang masih rendah sebagai implikasi dari sentimen negatif perlambatan

perekonomian nasional. Di samping itu, tren depresasi nilai rupiah yang masih berlanjut turut memberikan andil

terhadap penurunan kinerja impor Maluku. Tren depresiasi nilai rupiah menyebabkan harga barang impor

menjadi lebih mahal.

Grafik 1-36 (NIlai) Ekspor Non-Migas Provinsi Maluku Triwulan II 2015 Menurut Negara Tujuan

Sumber: Bank Indonesia

Menurut negara tujuannya, ekspor nonmigas Maluku sebagian besar dikirim ke Hongkong, Amerika dan

Vietnam dengan tren yang melambat. Ekspor Maluku ke Hongkong mencapai USD1.82 juta atau tumbuh

1.24% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya ang mengalami kontraksi 13.54% (yoy). Sementara

itu, ekspor Maluku ke Amerika USD1.29% (yoy) atau terkontraksi 22.57% (yoy), turun lebih dalam

dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi 1.35% (yoy). Sedangkan, ekpor Maluku ke Vietnam

sebesar USD1.10 juta atau terkontraksi 46.73% (yoy), lebih dalam dibandingkan triwulan sebelumnya yang

terkontraksi 55.54% (yoy). Demikian halnya dengan ekspor ke Tiongkok maupun ke negara lainnya yang juga

mengalami kontraksi pada triwulan II-2015.

Grafik 1-37 Ekspor Non-MIgas Provinsi Maluku Menurut Pelabuhan/Bandara Muat

Sumber: Bank Indonesia

C. HONGKONG34%

AMERICA24%

VIETNAM21%

Tiongkok15%

NETHERLANDS3%

India2%

Pakistan1%

Japan0%

Other3%

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014 2015

USD Juta KPBC Soekarno Hatta KPBC Tanjung Perak

KPBC Ambon KPBC Ternate

KB Galela/Tobelo KPBC Tual

KP Dabo KP Benjina/P.Kei

BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

20

Pelambatan pada ekspor juga terkonfirmasi dari kontraksi pengiriman barang ke luar negeri melalui Pelabuhan

Tanjung Perak, Pelabuhan Ambon maupun Pelabuhan Tual. Ekspor non-migas Maluku yang diberangkatkan

melalui Pelabuhan Tanjung Perak mencapai USD2.75 juta dengan pangsa sebesar 53.23% tercatat mengalami

kontraksi 28.79% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh hingga 109.24% (yoy).

Sementara itu, ekspor nonmigas Maluku yang diberangkatkan melalui Pelabuhan Ambon mencapai USD0.19

juta dengan pangsa 3.79% tercatat mengalami kontraksi 95.94% (yoy), lebih dalam dibandingkan triwulan

sebelumnya yang terkontraksi 69.52% (yoy). Sedangkan, untuk ekspor nonmigas yang diberangkatkan melalui

Pelabuhan Tual tercatat sebesar USD0.94 juta dengan pangsa sebesar 18,26% mengalami kontraksi 79,63%

(yoy), lebih dalam dibanding triwulan sebelumnya yang terkontraksi 70.71% (yoy).

1.2.3.2. Net Ekspor Antar Daerah

Sejalan dengan perlambatan pada komponen perdagangan eksternal, komponen perdagangan

internal Maluku masih mencatatkan kondisi net impor antar daerah (impor lebih besar daripada

ekspor) dengan laju pertumbuhan yang melambat. Pertumbuhan net impor Maluku pada triwulan laporan

sebesar 14.45% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 42.56% (yoy). Komponen

perdagangan internal Maluku masih mencatatkan kondisi net impor yang berarti ekspor keluar daerah Maluku

lebih kecil dibandingkan impor dari luar daerah. Hal ini disebabkan hampir seluruh bahan pangan Maluku

disuplai dari luar daerah sehingga menyebabkan ketergantungan Maluku terhadap luar daerah cukup tinggi.

Meskipun terdapat beberapa event berskala besar maupun masuknya periode Ramadhan dan Idul Fitri pada

triwulan laporan, laju pertumbuhan net impor antar daerah mengalami kecenderungan melambat. Hal ini

mengindikasikan bahwa penurunan daya beli masyarakat masih berlanjut sehingga mengurangi permintaan

barang dari luar daerah sejalan dengan menurunnya tren pada komponen perdagangan eksternal. Kondisi ini

terkonfirmasi pada menurunnya laju pertumbuhan aktivitas perdagangan di Pelabuhan Yos Sudarso Ambon.

Arus barang yang melewati Pelabuhan Yos Sudarso Ambon mencapai 162.05 ribu ton atau terkontraksi 15.42%

(yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 174.01% (yoy). Demikian halnya pada arus

peti kemas yang tercatat melambat pada triwulan laporan dengan jumlah mencapai 16.311 peti kemas atau

terkontraksi 10.17% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 125.63% (yoy).

Grafik 1-38 PDRB Net Ekspor Antar Daerah Provinsi Maluku

Sumber: BPS Provinsi Maluku; diolah

(50.00)

(40.00)

(30.00)

(20.00)

(10.00)

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

(3500.00)

(3000.00)

(2500.00)

(2000.00)

(1500.00)

(1000.00)

(500.00)

0.00

IV I II III IV I II

2013 2014 2015

%Rp Miliarnet ekspor g.qtq (sk.kanan)

g.yoy (sk.kanan)

BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

21

1.3. Perkembangan PDRB Sisi Penawaran

Akselerasi pada perekonomian Maluku di triwulan II 2015 disumbangkan oleh 3 kategori utama di Provinsi

Maluku, yaitu Administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib; Perdagangan besar dan eceran,

dan reparasi mobil dan sepeda motor; dan Pertanian, kehutanan dan perikanan dengan andil masing-masing

sebesar 1.94% (yoy), 1.26% (yoy) dan 0.54% (yoy). Sedangkan, pertumbuhan tinggi pada triwulan II-2015

dicapai oleh kategori Informasi dan Komunikasi; Administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial

wajib; dan Perdagangan besar dan eceran, dan reparasi mobil dan sepeda motor yang tumbuh masing-masing

sebesar 12.33% (yoy), 10.22% (yoy) dan 9.07% (yoy).

Tabel 1-2Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Maluku Sisi Penawaran Atas Dasar Harga Konstan tahun 2010

Sumber: BPS Provinsi Maluku; diolah *Angka sementara BPS **Angka sangat sementara BPS

Komponen

IV Total I* II**Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 2.77 6.45 2.46 2.16

Pertambangan dan Penggalian 20.92 10.29 12.91 (4.88)

Industri Pengolahan 4.04 8.42 3.41 4.30

Pengadaan Listrik, Gas 44.05 31.11 62.37 (13.27)

Pengadaan Air, Pengolahan Sampah dan Daur Ulang 5.40 5.84 (2.15) 1.30

Konstruksi 3.18 7.31 2.36 3.16

Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda

Motor2.67 5.89 3.69 9.07

Transportasi dan Pergudangan 7.19 8.77 3.70 7.71

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 2.80 4.68 3.63 7.36

Informasi dan Komunikasi 5.53 7.62 7.72 12.33

Jasa Keuangan 16.57 7.61 15.64 1.97

Real Estate 3.24 7.10 3.62 3.60

Jasa Perusahaan 4.39 4.83 4.86 4.48

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 0.79 5.35 3.46 10.22

Jasa Pendidikan 7.27 9.52 3.99 7.85

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 2.76 2.63 1.49 5.85

Jasa lainnya 0.89 5.50 0.96 4.18

PDRB 4.11 6.70 4.06 5.80

Komponen

IV Total I* II**Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 0.69 1.60 0.62 0.54

Pertambangan dan Penggalian 0.62 0.37 0.39 (0.17)

Industri Pengolahan 0.22 0.45 0.19 0.23

Pengadaan Listrik, Gas 0.04 0.03 0.06 (0.01)

Pengadaan Air, Pengolahan Sampah dan Daur Ulang 0.03 0.03 (0.01) 0.01

Konstruksi 0.22 0.50 0.16 0.22

Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda

Motor0.39 0.82 0.53 1.26

Transportasi dan Pergudangan 0.39 0.47 0.20 0.42

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 0.05 0.09 0.07 0.13

Informasi dan Komunikasi 0.21 0.29 0.30 0.47

Jasa Keuangan 0.58 0.28 0.57 0.07

Real Estate 0.01 0.03 0.01 0.01

Jasa Perusahaan 0.05 0.05 0.05 0.05

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 0.16 1.04 0.66 1.94

Jasa Pendidikan 0.38 0.50 0.21 0.43

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0.06 0.06 0.03 0.13

Jasa lainnya 0.02 0.10 0.02 0.07

PDRB 4.11 6.70 4.06 5.80

Andi

l (yo

y)

2014

2014

Pert

umbu

han

(yoy

)

2015*

2015*

BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

22

1.3.1. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan

Kategori Pertanian, kehutanan dan perikanan Maluku pada triwulan II 2015 mengalami laju

pertumbuhan yang melambat. Kategori Pertanian, kehutanan dan perikanan tumbuh sebesar 2.16% (y.o.y),

melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 2.46 (y.o.y). Melambatnya kinerja kategori

pertanian, kehutanan dan perikanan seiring dengan belum pulihnya subsektor perikanan Maluku sebagai

subsektor dominan dalam kategori pertanian, kehutanan dan perikanan sehubungan dengan ditutupnya

beberapa perusahaan perikanan sebagai implikasi dari penerapan berbagai kebijakan oleh Pemerintah Pusat

yang berdampak negatif untuk jangka pendek.

Grafik 1-39 Kapasitas Produksi Sektor Pertanian Provinsi Maluku* Grafik 1-40PDRB Kategori Pertanian, Kehutanan dan Perikanan

*Survei Kegiatan Dunia Usaha Sumber: BPS Provinsi Maluku; diolah

Namun demikian, adanya penen raya padi dan beberapa komoditas bumbu-bumbuan yang

berlangsung di beberapa sentra produksi mampu menahan perlambatan kinerja kategori pertanian,

kehutanan dan perikanan lebih dalam. Masuknya periode panen raya pada triwulan laporan terkonfirmasi

dengan meningkatnya kapasitas produksi terpakai sektor pertanian di Maluku. Menurut hasil Survei Kegiatan

Dunia Usaha Bank Indonesia, kapasitas produksi terpakai pada kategori pertanian mencapai 67,50% dari

kapasitas produksi normalnya sebesar 75,00%. Dengan demikian, rasio pemakaian kapasitas untuk kegiatan

produksi pada kategori pertanian Maluku sebesar 0,90, meningkat dibandingkan rasio triwulan sebelumnya

sebesar 0,86.

Grafik 1-41Produksi Karet di PTPN Amahai, Maluku Tengah Grafik 1-42Produksi Kopra di PTPN XIV Amahai, Maluku Tengah

Sumber: PTPN XIV Amahai, Maluku Tengah; diolah Sumber: PTPN XIV Amahai, Maluku Tengah; diolah

Kinerja subsektor perkebunan Maluku menunjukkan kinerja yang meningkat seiring dengan

masuknya puncak masa panen tanaman perkebunan di Maluku. Komoditas karet produksi PTPN XIV

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014 2015

% (Persen)

Kapasitas Produksi Terpakai Kapasitas Produksi Normal

(0.50)

0.00

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

1420.00

1430.00

1440.00

1450.00

1460.00

1470.00

1480.00

1490.00

1500.00

IV I II III IV I II

2013 2014 2015

Persen (%)Rp Miliar

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan g.qtq (sb. Kanan)

g.yoy (sb. Kanan)

(40)

(30)

(20)

(10)

0

10

20

30

40

50

0

50

100

150

200

250

300

350

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014 2015

% (Persen)Ton Produksi Karet g-y.o.y - sumbu kanan

(100)

(80)

(60)

(40)

(20)

0

20

40

60

0

50

100

150

200

250

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014 2015

% (Persen)Ton Produksi Kopra g-y.o.y - sumbu kanan

BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

23

Awaya di Amahai, Maluku Tengah, mencapai 231.407 ton atau tumbuh 13.25% (yoy), meningkat

dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi 31.18% (yoy). Sedangkan, produksi komoditas kopra PTPN

XIV Awaya di Amahai, Maluku Tengah, mencapai 16,60 ton atau terkontraksi 67,12% (y.o.y), meningkat

dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi 68.11% (y.o.y). Membaiknya produksi karet di Amahai

seiring dengan faktor cuaca yang panas dan mendukung untuk penyadapan getah karet sehingga penyadapan

dapat dilakukan secara optimal pada bulan April dan Mei. Sementara itu, eskpor hasil bumi Maluku berupa biji

pala & bunganya serta kapulaga tercatat mengalami perlambatan pada triwulan laporan di tengah

meningkatnya harga komoditas perkebunan. Ekspor biji pala & bunganya serta kapulaga di triwulan laporan

mencapai USD0,17 juta atau terkontraksi 74.22% (yoy), jauh menurun dibanding triwulan sebelumnya yang

tumbuh 122.13% (yoy). Di sisi lain, laju pertumbuhan harga ekspor komoditas biji pala pada triwulan laporan

tertimbang sebesar USD16,11 per kilogram atau tumbuh 7,41% (y.o.y), meningkat dibandingkan pertumbuhan

harga ekspor pada triwulan I 2015 yang terkontraksi 14,48% (y.o.y). Perlambatan ekspor hasil bumi Maluku di

tengah meningkatnya harga ekspor komoditas hasil bumi mengindikasikan terjadinya penurunan permintaan

dari negara tujuan ekspor, yaitu Tiongkok sejalan dengan perlambatan ekonomi di negara tersebut.

Grafik 1-43Ekspor Biji Pala & Bunganya dan Kapulaga Provinsi Maluku

Grafik 1-44Harga Ekspor Biji Pala & Bunganya dan Kapulaga Provinsi Maluku*

Sumber: Cognos, Bank Indonesia * Metode Tertimbang

Sub sektor perikanan masih mendominasi kategori pertanian, kehutanan dan perikanan di Maluku

dengan kinerja yang menurun pada triwulan laporan. Selama periode triwulan II-2015, kinerja sektor

perikanan masih belum pulih seiring dengan dampak negatif dari pemberlakuan kebijakan dari pemerintah

pusat yang menyebabkan ditutupnya beberapa perusahaan perikanan. Hal ini kemudian dikonfirmasi lebih lanjut

dengan menurunnya produksi ikan tangkap di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Ambon. Produksi ikan di

PPN Ambon mencapai 0.18 ribu ton atau terkontraksi 98.87% (yoy), lebih dalam dibandingkan triwulan

sebelumnya yang terkontraksi 61.61% (yoy). Menurunnya NTP pada sektor perikanan juga mengindikasikan

penurunan produktivitas di sektor perikanan. NTP perikanan pada triwulan laporan tercatat sebesar 105.76,

menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 107.75.

100

50

0

50

100

150

200

0

0.2

0.4

0.6

0.8

1

1.2

1.4

1.6

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014 2015

% (Persen)USD Juta Biji Pala & Bunganya dan Kapulaga g-y.o.y - sumbu kanan

(100)

(50)

0

50

100

150

200

0

5

10

15

20

25

30

35

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014 2015

% (Persen)USD/kg Harga Ekspor Biji Pala & Bunganya dan Kapulaga

g-y.o.y - sumbu kanan

BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

24

Grafik 1-45Produksi ikan di Pelabuhan Kota Ambon Grafik 1-46Nilai Tukar Petani (SBH 2012=100)*

Sumber: PPN Kota Ambon; diolah Sumber: BPS Provinsi Maluku; diolah * Metode Tertimbang Rata-Rata 3 Bulan

Nilai ekspor hasil laut Maluku juga menunjukkan kinerja yang menurun di triwulan laporan seiring

dengan berkurangnya hasil tangkapan laut di tengah meningkatnya harga komoditas ekspor. Ekspor

udang segar/beku Maluku mencapai nilai USD0,007 juta atau terkontraksi 99.62% (y.o.y), lebih dalam

dibandingkan kontraksi pada triwulan sebelumnya sebesar 55.89% (y.o.y). Sedangkan, nilai ekspor ikan dan

lain-lain mencapai USD1.51 juta atau mengalami kontraksi sebesar 92.22% (y.o.y), lebih dalam dibandingkan

triwulan sebelumnya yang juga mengalami kontraksi sebesar72.72% (y.o.y). Menurunnya kinerja ekspor hasil

laut Maluku di tengah meningkatnya harga komoditas ekspor sejalan dengan penurunan kinerja sektor

perikanan Maluku yang berdampak pada berkurangnya pasokan, di samping juga menurunnya permintaan dari

negara tujuan ekspor.

Grafik 1-47Ekspor Hasil Laut Provinsi Maluku Grafik 1-48Harga Ekspor Hasil Laut Maluku*

Sumber: Bank Indonesia * Metode Tertimbang

Kinerja subsektor tanaman bahan makanan (tabama) terindikasi meningkat pada triwulan II-2015

seiring dengan pola panen yang diulai lebih awal yang telah sampai puncak produksinya pada bulan

April. Kinerja subsektor tabama searah dengan Angka Ramalan (ARAM) I 2015. BPS Provinsi Maluku merilis

ARAM 1 2015 dengan luas panen mencapai 21.52 ribu Ha dengan produksi padi mencapai 109.47 ribu ton.

Luas panen pada tahun 2015 tercatat mengalami kontraksi 0.45% (yoy), meningkat dibandingkan tahun

sebelumnya yang terkontraksi 11.38% (yoy). Sedangkan, produksi padi tumbuh 6.54% (yoy), meningkat

dibandingkan tahun sebelumnya yang tumbuh 0.91% (yoy). Meningkatnya kinerja subsektor tabama juga

dikonfirmasi oleh meningkatnya NTP tanaman bahan makanan, dari 96.68 pada triwulan I-2015 menjadi 97.38

(120.00)

(100.00)

(80.00)

(60.00)

(40.00)

(20.00)

0.00

20.00

40.00

0

5

10

15

20

25

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014 2015

%ribu ton

Produksi Ikan di PPN Ambon g-y.o.y - sumbu kanan

99.4

99.6

99.8

100

100.2

100.4

100.6

100.8

101

101.2

0

20

40

60

80

100

120

I II III IV I II

2014 2015

NTP Tabama NTP Hortikultura NTP Tanaman Perkebunan

NTP Peternakan NTP Perikanan NTP Gabungan

(200)

(100)

0

100

200

300

400

500

0

5

10

15

20

25

30

35

40

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014 2015

% (Persen)USD Juta Ikan dan Lain-Lain

Udang Segar/Beku

g Udang Segar/Beku-y.o.y - sumbukanang Ikan dan Lain-Lain-y.o.y - sumbukanan

150

100

50

0

50

100

150

200

250

300

0

2

4

6

8

10

12

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014 2015

% (Persen)USD/kg-USD/10kg

Harga Udang Segar/Beku (USD/kg)

Harga Ikan dan Lain-Lain (USD/10kg)

g Harga Udang Segar/beku-y.o.y - sumbu kanan

g Harga Ikan dan Lain-Lain-y.o.y - sumbu kanan

BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

25

pada triwulan laporan. Maluku Tengah, Seram Bagian Barat dan Buru tetap menjadi sentra produksi tanaman

padi utama di Maluku.

Grafik 1-49Kegiatan Usaha Sektor Pertanian* Grafik 1-50Luas Panen dan Produksi Padi Maluku

* Survei kegiatan dunia usaha Sumber: BPS Provinsi Maluku; diolah

Lebih lanjut, perlambatan yang terjadi pada laju pertumbuhan kategori pertanian, kehutanan dan

perikanan terkonfirmasi dengan menurunnya pembiayaan perbankan yang disalurkan kepada

kategori ini. Baki debet bank umum yang disalurkan kepada kategori pertanian, kehutanan dan perikanan

Maluku sampai dengan triwulan II 2015 mencapai Rp516,67 miliar atau tumbuh 18.86% (y.o.y), melambat

dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 20.54% (y.o.y). Subsektor perikanan masih memiliki andil

dominan terhadap pertumbuhan kredit sektor pertanian sebesar 16,26% seiring dengan pangsanya sebesar

90,16% dari total baki debet sektor pertanian, kehutanan dan perikanan. Sedangkan subsektor pertanian,

perkebunan, perternakan dan kehutanan memberikan andil 2.59%.

Grafik 1-51Kredit Sektor Pertanian di Provinsi Maluku*

*Menurut Lokasi Proyek

(80.00)

(60.00)

(40.00)

(20.00)

0.00

20.00

40.00

60.00

80.00

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013 2014 2015

%Realisasi Kegiatan Usaha Ekspektasi Kegiatan Usaha

100

50

0

50

100

150

200

0

20000

40000

60000

80000

100000

120000

% (Persen)Ton Luas Panen Padi

Produksi Padi ( ton GKG)

g Luas Panen-y.o.y - sumbu kanan

g Produksi-y.o.y - sumbu kanan

(50)

0

50

100

150

200

250

300

0

100

200

300

400

500

600

700

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014 2015

% (Persen)Rp Miliar Pertanian, Perkebunan, Peternakan &KehutananPerikanan

BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

26

1.3.2 Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

Grafik 1-52PDRB Perdagangan dan Reparasi Provinsi Maluku Grafik 1-53Kegiatan Usaha Sektor Perdagangan di Prov. Maluku*

Sumber: BPS Provinsi Maluku, diolah * Survei Kegiatan Dunia Usaha

Pertumbuhan kategori perdagangan di Maluku mengalami akselerasi pada triwulan laporan.

Pertumbuhan kategori perdagangan pada triwulan II-2015 mencapai 9.07% (yoy), meningkat dibandingkan

triwulan sebelumnya yang tumbuh 3.69% (yoy). Meningkatnya kategori perdagangan di Maluku dikonfirmasi

dengan realisasi kegiatan dunia usaha yang menunjukkan perbaikan, meskipun masih dalam tren kontraksi.

Hasil SKDU menunjukkan bahwa realisasi kegiatan dunia usaha mencapai -0.48%, lebih baik dibandingkan

triwulan lalu yang mengalami kontraksi lebih dalam sebesar -1.81%. Meningkatnya kategori perdagangan di

triwulan laporan sebagai dampak dari pola konsumsi masyarakat yang cukup tinggi pada bulan Ramadhan, Hari

Raya Lebaran, musim liburan sekolah dan perayaan SIDI.

Grafik 1-54Total Perdagangan (Eks-Im) Non-migas Maluku Grafik 1-55Impor Barang Konsumsi di Provinsi Maluku*

Sumber: Bank Indonesia * Termasuk Barang Konsumsi Tahan Lama, Semi Tahan Lama maupun Tidak Tahan Lama

Meningkatnya laju pertumbuhan kategori perdagangan Maluku ditengarai akibat tingginya aktivitas

jual beli di dalam daerah, sedangkan aktivitas perdagangan dengan luar negeri (eksternal) maupun

antar daerah (internal) terpantau menurun. Penurunan aktivitas perdagangan luar negeri tercermin dari

menurunnya total perdagangan nonmigas Maluku pada triwulan laporan yang mencapai USD5.36 juta atau

terkontraksi 81.58% (yoy), lebih dalam dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi 48.19% (yoy).

Menurunnya aktivitas perdagangan nonmigas Maluku didorong oleh penurunan pada kinerja ekspor maupun

impor akibat menurunnya permintaan dari daerah tujuan ekspor, di samping meningkatnya harga barang impor

akibat depresiasi nilai rupiah.

Lebih lanjut, tren melambatnya laju pertumbuhan aktivitas perdagangan eksternal maupun internal ditunjukkan

oleh penurunan aktivitas bongkar muat di Pelabuhan Yos Sudarso Ambon. Jumlah arus bongkar muat barang di

(4.00)

(2.00)

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

760.00

780.00

800.00

820.00

840.00

860.00

880.00

900.00

IV I II III IV I II

2013 2014 2015

Persen (%)Rp Miliar perdagangan dan reparasi g.qtq-sb.kanan

g.yoy-sb.kanan

(20.00)

(10.00)

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013 2014 2015

%Realisasi Kegiatan Usaha Ekspektasi Kegiatan Usaha

(100)

(50)

0

50

100

150

200

250

300

350

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014 2015

% (Persen)USD Juta Total Perdagangan (Eks-Im) Non-Migas

g-y.o.y - sumbu kanan

(150)

(100)

(50)

0

50

100

150

200

250

300

350

0

0.01

0.02

0.03

0.04

0.05

0.06

0.07

0.08

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014 2015

% (Persen)USD Juta Barang Konsumsi Tahan Lama

Barang Konsumsi Semi Tahan Lama

Barang Konsumsi Tidak Tahan Lama

g Total-y.o.y - sumbu kanan

BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

27

Pelabuhan Yos Sudarso, Kota Ambon pada triwulan laporan mencapai 187.61 ribu ton atau terkontraksi

15.42% (yoy), melambat signifikan dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 174.01% (yoy). Sementara itu,

jumlah peti kemas yang diperdagangkan di Pelabuhan Yos Sudarso, Kota Ambon, mencapai 16.311 peti kemas

atau terkontraaksi 10.17 (yoy), jauh melambat dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 125.63% (yoy).

Penurunan aktivitas perdagangan ini searah dengan menurunnya optimisme konsumen yang tercermin pada

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) maupun Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) yang disebabkan oleh menurunnya

ketersediaan lapangan kerja dan tingkat penghasilan.

Grafik 1-56Arus Peti Kemas di Pelabuhan Yos Sudarso, Kota Ambon

Grafik 1-57Arus Barang di Pelabuhan Yos Sudarso, Kota Ambon

Sumber: Pelindo IV, Cabang Ambon

Sumber: Pelindo IV, Cabang Ambon

Dari sisi penawaran, kegiatan perdagangan Maluku didorong oleh tingginya baki debet pembiayaan perbankan

kepada kategori perdagangan. Posisi pada akhir triwulan laporan, baki debet bank umum yang disalurkan

kepada dunia usaha perdagangan mencapai Rp 1,90 triliun atau tumbuh 15.68% (yoy), meningkat dibanding

triwulan sebelumnya yang tumbuh 10.83% (yoy).

Grafik 1-58Kredit Sektor Perdagangan Besar dan Eceran di Bank Umum Provinsi Maluku*

* Menurut Lokasi Proyek

20

0

20

40

60

80

100

120

140

0

5000

10000

15000

20000

25000

30000

35000

40000

45000

50000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014 2015

% (Persen)Peti Kemas Bongkar Muat g Total-y.o.y - sumbu kanan

100

50

0

50

100

150

200

0

50000

100000

150000

200000

250000

300000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014 2015

% (Persen)Ton Bongkar Muat g Total-y.o.y

0

10

20

30

40

50

60

0

500

1000

1500

2000

2500

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014 2015

%Rp Miliar Perdagangan Besar & Eceran g.yoy (sb.kanan)

BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

28

1.3.3 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

Pada triwulan laporan, kategori administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib

mencatatkan laju pertumbuhan yang meningkat. Pertumbuhan kategori administrasi pemerintahan

triwulan II-2015 sebesar 10.22% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 3.46% (yoy).

Meningkatnya laju pertumbuhan administrasi pemerintahan seiring dengan pembayaran Tunjangan Hari Raya

(THR) dan gaji ke-13 PNS/TNI/POLRI, belanja pengadaan barang sekali pakai, pemeliharaan gedung dan mesin

kantor serta penyelenggaraan kegiatan sosial dalam rangka Bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri.

Meningkatnya laju pertumbuhan kategori administrasi pemerintah dipacu oleh meningkatnya kinerja

penyerapan barang dan jasa yang berasal dari APBD Provinsi Maluku. Pada triwulan II-2015, belanja

barang dan jasa dari APBD Provinsi Maluku mencapai Rp146.72 miliar atau tumbuh 19.40% (yoy), meningkat

dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi 15.77% (yoy). Meningkatnya kinerja belanja barang dan

jasa dari APBD Provinsi Maluku seiring dengan meningkatnya pembelian dan pengadaan barang dalam rangka

pelaksanaan program kegiatan pemerintahan daerah, pembelian barang peralatan kantor, akomodasi dan lain-

lain yang bersifat rutin.

Grafik 1-60Belanja Pegawai dan Bantuan Sosial APBN Provinsi Maluku

Grafik 1-61 Belanja Barang dan Jasa APBD Provinsi Maluku

Sumber: Kanwil Ditjen Perbendaharaan Negara Provinsi Maluku; diolah

Sumber: Badan Pendapatan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Maluku; diolah

Meningkatnya pertumbuhan kategori administrasi pemerintahan sejalan dengan dukungan pembiayaan dari

dunia perbankan yang tumbuh moderat. Baki debet pembiayaan bank umum kepada kategori ini sampai

(200)

(100)

0

100

200

300

400

500

0

100000

200000

300000

400000

500000

600000

700000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014 2015

% (Persen)Rp Juta Belanja Pegawai

Belanja Bantuan Sosial

g Belanja Pegawai-y.o.y - sumbu kanan

g Belanja Bantuan Sosial-y.o.y - sumbu kanan

(80)

(60)

(40)

(20)

0

20

40

60

80

100

0

50000

100000

150000

200000

250000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014 2015

% (Persen)Rp Juta Belanja Barang dan Jasa g-y.o.y - sumbu kanan

Grafik 1-59PDRB Kategori Administrasi Pemerintah, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

Sumber: BPS

(8.00)(6.00)(4.00)(2.00)0.002.004.006.008.0010.0012.00

1020.001040.001060.001080.001100.001120.001140.001160.001180.001200.001220.001240.00

IV I II III IV I II

2013 2014 2015

%Rp Miliar

Administrasi Pemerintah, Pertahanan dan Jaminan Sosial wajib

g.qtq (sb.kanan)

g.yoy (sb.kanan)

BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

29

dengan akhir triwulan II 2015 mencapai Rp244.79 juta atau mengalami kontraksi sebesar 44,84% (y.o.y), relatif

stabil dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi 44.78% (y.o.y). Hal ini mengindikasikan bahwa

dalam merealisasikan anggarannya, pemerintah daerah masih menggunakan alokasi dananya sendiri, bukan

berasal dari dukungan pembiayaan perbankan.

1.3.4. Konstruksi

Kategori konstruksi pada triwulan II-2015 mengalami pertumbuhan dengan laju yang meningkat,

sejalan dengan meningkatnya kinerja PMTDB (investasi) di sisi permintaan. Pertumbuhan kategori

konstruksi pada triwulan laporan sebesar 3.16% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar

2.36% (yoy). Meskipun mengalami peningkatan, laju pertumbuhan kategori konstruksi masih tergolong rendah

seiring dengan melambatnya investasi bangunan yang tercermin dari menurunnya realisasi pengadaan semen di

Maluku pada periode laporan. Pengadaan semen di Maluku yang tercatat pada Asosiasi Semen Indonesia (ASI)

pada triwulan II-2105 mencapai 78.93 ribu ton atau terkontraksi 8.67% (yoy), melambat dibandingkan triwulan

sebelumnya yang tumbuh 4.43% (yoy). Meskipun harga bahan bangunan seperti semen telah turun,namun

penjualannya masih tergolong rendah. Hal ini seiring dengan rendahnya belanja modal pemerintah serta

perilaku pelaku usaha yang masih bersikap menunggu (wait and see). Selain itu, faktor musim penghujan yang

terjadi selama periode triwulan laporan juga turut menghambat penyelesaian pembangunan pemerintah

maupun swasta.

Grafik 1-63PDRB Sektor Konstruksi Provinsi Maluku

Grafik 1-64Realisasi Pengadaan Semen Provinsi Maluku

Sumber: BPS Provinsi Maluku; diolah Sumber: Asosiasi Semen Indonesia; diolah

(4.00)

(3.00)

(2.00)

(1.00)

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

380.00

385.00

390.00

395.00

400.00

405.00

410.00

415.00

420.00

IV I II III IV I II

2013 2014 2015

Persen (%)Rp Miliar Konstruksi g.qtq (sb.kanan) g.yoy (sb.kanan)

40

30

20

10

0

10

20

30

40

50

60

70

0

20000

40000

60000

80000

100000

120000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014 2015

% (Persen)Ton Pengadaan Semen g-y.o.y - sumbu kanan

Grafik 1-62Kredit kategori Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib Provinsi Maluku*

* Menurut Lokasi Proyek

(200.00)

(100.00)

0.00

100.00

200.00

300.00

400.00

500.00

600.00

0.00

2000.00

4000.00

6000.00

8000.00

10000.00

12000.00

14000.00

16000.00

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014 2015

%Rp juta Administrasi Pemerintahan, Pertahanan & Jaminan Sosial Wajib

g.y-o-y

BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

30

Grafik 1-65Perubahan Inventori Provinsi Maluku

Grafik 1-66Kegiatan Usaha Sektor Konstruksi Provinsi Maluku*

Sumber: BPS Provinsi Maluku; diolah *Survei Kegiatan Dunia Usaha

Laju pertumbuhan investasi bangunan Maluku yang masih tumbuh terbatas, secara lebih lanjut,

disebabkan oleh keputusan dunia usaha untuk menunda pengadaan barang modal dan cenderung

menggunakan stok yang masih ada. Komponen perubahan inventori pada triwulan laporan tercatat

mengalami kontraksi 62.61% (yoy), lebih dalam dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi 57.64%

(yoy). Menurunnya laju pertumbuhan perubahan inventori menunjukkan berkurangnya stok persediaan barang

modal dan tidak ditambah oleh dunia usaha sehingga menunjukkan keputusan dunia usaha untuk menahan

investasinya pada triwulan laporan.

Meningkatnya dukungan pembiayaan perbankan pada triwulan laporan mengindikasikan kinerja kateogir

konstruksi akan tumbuh meningkat pada periode mendatang seiring dengan penyelesaian pembangunan

proyek infrastruktur. Baki debet pembiayaan perbankan Indonesia kepada kategori konstruksi di Maluku

mencapai Rp477.02 miliar atau tumbuh 9.13% (yoy), meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang

terkontraksi 14.14% (yoy). Meningkatnya pertumbuhan pembiayaan perbankan mengindikasikan kinerja

kategori konstruksi akan tumbuh di periode mendatang seiring dengan pengerjaan pembangunan proyek

pembangunan pemerintah maupun swasta.

Grafik 1-67Kredit Sektor Bangunan di Bank Umum Provinsi Maluku*

* Kredit Bank Umum Menurut Lokasi Proyek

(100.00)

(50.00)

0.00

50.00

100.00

150.00

200.00

250.00

300.00

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

70.00

80.00

90.00

IV I II III IV I II

2013 2014 2015

Persen (%)Rp MiliarPerubahan inventori g.qtq (sb.kanan)

g.yoy (sk.kanan)

(40)

(20)

0

20

40

60

80

100

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013 2014 2015

% (Persen)

(30)

(20)

(10)

0

10

20

30

40

50

60

0

100

200

300

400

500

600

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014 2015

% (persen)Rp Miliar

Bangunan

g Total-y.o.y - sumbu kanan

BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

31

1.3.5 Industri Pengolahan

Kinerja kategori industri pengolahan mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya

permintaan masyarakat dalam rangka hari besar keagamaan. Kategori industri pengolahan tercatat

mengalami pertumbuhan sebesar 4.30% (yoy), meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 3.41%

(yoy). Meningkatnya laju pertumbuhan kategori industri pengolahan Maluku seiring dengan meningkatnya

kapasitas produksi terpakai dunia usaha industri pengolahan Maluku berdasarkan Survei Kegiatan Dunia Usaha

(SKDU) Bank Indonesia Provinsi Maluku yang mencapai 85.00% dari kapasitas produksi normalnya 85.00%,

meningkat dibanding triwulan sebelumnya dimana kapasitas produksi terpakainya mencapai 62.30% dari

kapasitas produksi normalnya 60.00%. Meningkatnya kinerja kategori industri pengolahan seiring dengan

tingginya permintaan masyarakat terhadap makanan dan minuman olahan maupun sandang dalam rangka

menyambut bulan Ramadhan maupun Hari Raya Lebaran.

Grafik 1-69Kegiatan Usaha Kategori Industri Pengolahan di Prov. Maluku*

Grafik 1-70Kapasitas Produksi Terpakai Kategori Industri Pengolahan di Prov. Maluku*

* Survei Kegiatan Dunia Usaha * Survei Kegiatan Dunia Usaha

Laju pertumbuhan industri pengolahan Maluku sejalan dengan meningkatnya produksi industri

berorientasi ekspor seiring dengan meningkatnya permintaan di tengah tren depresiasi nilai rupiah.

Ekspor komoditas industri Maluku pada triwulan laporan mencapai nilai USD2.25 juta atau terkontraksi 19.57%

(y.o.y), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi 31.01% (y.o.y). Meningkatnya nilai

ekspor komoditas industri Maluku seiring dengan meningkatnya permintaan dari negara tujuan ekspor yang

tercermin dari kenaikan laju pertumbuhan pada bobot ekspor Maluku yang mencapai 1.57 ribu ton atau

tumbuh 341.95% (yoy), meningkat signifikan dibanding triwulan sebelumnnya yang terkontraksi 29.81 (yoy).

(40)

(20)

0

20

40

60

80

100

120

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013 2014 2015

% (Persen)

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014 2015

% (Persen)

Kapasitas Produksi Terpakai Kapasitas Produksi Normal

Grafik 1-68PDRB Sektor Industri Pengolahan Provinsi Maluku

Sumber: BPS Provinsi Maluku; diolah

(3.00)

(2.00)

(1.00)

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

305.00

310.00

315.00

320.00

325.00

330.00

335.00

IV I II III IV I II

2013 2014 2015

Persen (%)Rp Miliar Industri pengolahan g.qtq (sb.kanan)

g.yoy (sb.kanan)

BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

32

Tren depresiasi nilai rupiah yang masih berlanjut juga memberikan dampak positif terhadap kinerja ekspor

produk industri olahan yang menyebabkan harga barang komoditas ekspor cenderung lebih murah.

Grafik 1-71Ekspor Komoditas Industri Provinsi Maluku Grafik 1-72Konsumsi Listrik Kelompok Industri Provinsi Maluku

Sumber: Bank Indonesia Sumber: PT. PLN Wilayah Maluku dan Maluku Utara; diolah

Lebih lanjut, peningkatan pada laju pertumbuhan kategori industri pengolahan terkonfirmasi positif

dari meningkatnya konsumsi listrik kelompok industri Provinsi Maluku. Pada triwulan II 2015, kelompok

industri Maluku mengonsumsi listrik sebesar 2,30 MWh atau tumbuh 21.09% (y.o.y), meningkat dibandingkan

triwulan sebelumnya yang terkontraksi 2.22% (y.o.y). Namun, baki debet bank umum yang disalurkan kepada

dunia usaha industri pengolahan Maluku tercatat mengalami penurunan dan tercatat sebesar Rp61,39 miliar

atau terkontraksi 0.46% (y.o.y), menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 90.07% (y.o.y).

2000

1000

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

7000

8000

9000

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2010 2011 2012 2013 2014 2015

% (Persen)USD Juta -Juta Ton

Nilai Ekspor Komoditas IndustriVolume Ekspor Komoditas Industrig Nilai-y.o.y - sumbu kanang Volume-y.o.y - sumbu kanan

(50)

0

50

100

150

200

250

300

350

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014 2015

% (Persen)Per MWh Listrik Industri g-y.o.y - sumbu kanan

Grafik 1-73Kredit Sektor Industri Pengolahan di Provinsi Maluku*

* Kredit Bank Umum Menurut Lokasi Proyek

40

20

0

20

40

60

80

100

120

0

20

40

60

80

100

120

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014 2015

% (Persen)Rp Miliar Industri Pengolahan

g-y.o.y - sumbu kanan

BOKS 1 ANALISA DAYA SAING DAERAH DENGAN METODE LOCATION QUOTIENT (LQ)

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

33

BOKS 1 Analisa Daya Saing Daerah Dengan Metode Location Quotient (LQ)

Secara spasial, data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per Kabupaten/ Kota tahun 2013 menunjukkan

adanya kesenjangan yang besar terkait daya saing masing-masing Kota/ Kabupaten. Hal ini tercermin dari perekonomian

Provinsi Maluku yang sebagian besar disumbang oleh dua Dati II saja, yaitu Kota Ambon (44,7%) dan Kab. Maluku

Tengah (14,5%), sementara sembilan Dati II lainnya memiliki sumbangan relatif kecil yaitu antara 2,8%-7,0%.

Kesenjangan tersebut tidak terlepas dari beragamnya nilai tambah dari sektor ekonomi unggulan yang mendorong

perekonomian masing-masing daerah.

Grafik Boks 1.1. Pangsa Perekonomian Maluku Berdasarkan PDRB Tahun 2013 (Tahun Dasar 2000)

Tabel Boks 1.1 Pangsa PDRB Per Sektoral Kabupaten/ Kota di Provinsi Maluku Tahun 2013

N

o

Lapangan Usaha Ambon Malten

g

SBB SBT Bur

u

Bursel Maltr

a

MTB Aru Tual MBD

1 Pertanian 15.9 26.2 31.7 41.4 43.0 4.0 35.3 50.9 52.4 32.9 36.9

2 Pertambangan

dan Penggalian

0.2 0.6 0.9 8.7 1.1 0.6 0.4 1.0 0.9 0.4 0.8

3 Industri

Pengolahan

2.3 11.3 18.0 6.8 7.2 0.8 0.2 0.5 0.3 0.2 0.6

4 Listrik, Gas & Air

Bersih (LGA)

0.6 0.5 0.3 0.2 0.4 0.2 0.7 0.4 0.2 0.6 0.4

5 Konstruksi 1.2 3.3 1.3 2.0 5.1 0.9 1.8 2.6 1.6 1.8 4.1

6 Perdagangan,

Hotel dan Rest.

28.0 31.5 27.6 28.8 21.3 17.7 34.1 25.9 33.2 41.0 39.5

7 Pengangkutan

dan Komunikasi

17.7 6.0 7.2 3.4 3.6 2.8 3.9 1.6 1.3 2.3 1.6

8 Keuangan, Sewa

& Jasa Perusahaan

5.5 3.2 1.7 1.6 2.5 1.0 2.4 3.9 1.6 2.7 3.3

9 Jasa-Jasa 28.6 17.4 11.4 7.2 15.8 12.1 21.0 13.3 8.5 18.2 12.7

Total 100.0 100.0 100 100 100 100.0 100.0 100.0 100.0

100.

0 100.0

Ambon 44.7%

Maluku Tengah 14.5%

SBB 7.0%

MTB 6.3%

Maltra 5.1%

Kep. Aru 4.6%

MBD 4.3%

Buru 4.0%

Tual 3.5%

SBT 3.3%

Buru Selatan 2.8%

BOKS 1 ANALISA DAYA SAING DAERAH DENGAN METODE LOCATION QUOTIENT (LQ)

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

34

𝐿𝑄 =𝑣𝑖 𝑣𝑡⁄

𝑉𝑖 𝑉𝑡⁄

Salah satu metode yang dapat digunakan untuk menganalisis sektor unggulan dari masing-masing Kabupaten/

Kota terhadap Prov. Maluku adalah metode Location Quotient (LQ). Analisis Location Quotient (LQ) dapat digunakan

untuk menentukan kapasitas perekonomian daerah dan derajat self-sufficiency suatu sektor ekonomi. Rumus LQ yaitu:

dimana vi adalah nilai tambah dari sektor ekonomi di suatu daerah

vt adalah nilai tambah total daerah tersebut

Vi adalah nilai tambah dari sektor ekonomi sejenis secara regional/nasional

Vt adalah nilai tambah regional/nasional

Untuk data nilai tambah digunakan nilai nominal Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sektoral Atas Dasar Harga

Berlaku (ADHB) per Kabupaten/Kota tahun 2013 dengan tahun dasar 2000.

Jika nilai LQ lebih dari 1 berarti sektor ekonomi tersebut mampu melayani pasar di daerah itu sendiri maupun di

luar daerah yang bersangkutan. Sektor ekonomi seperti ini dinamakan sektor basis. Sedangkan jika nilai LQ kurang dari 1

berarti sektor ekonomi tersebut hanya melayani pasar di daerah tersebut. Sektor ekonomi seperti ini dinamakan sektor

non basis atau industri lokal.

Adapun hasil analisis LQ untuk masing-masing Kota/Kabupaten se-Provinsi Maluku adalah sebagai berikut:

Tabel Boks 1.2 Nilai Location Quotient Kabupaten/ Kota di Provinsi Maluku Tahun 2013

N

o

Lapangan Usaha Ambo

n

Malten

g

SBB SBT Buru Burs

el

Maltr

a

MT

B

Aru Tua

l

MB

D

1 Pertanian 0.65 1.08 1.30 1.70 1.77 2.63 1.45 2.1

0

2.1

6

1.3

5

1.52

2 Pertambangan dan

Penggalian

0.22 0.79 1.29 12.0

5

1.56 0.76 0.56 1.3

5

1.2

6

0.6

1

1.11

3 Industri Pengolahan 0.42 2.06 3.29 1.25 1.31 0.15 0.04 0.1

0

0.0

5

0.0

4

0.12

4 Listrik, Gas & Air

Bersih

1.12 0.99 0.64 0.32 0.76 0.38 1.40 0.6

7

0.4

1

1.0

6

0.84

5 Konstruksi 0.66 1.78 0.71 1.07 2.78 0.49 0.99 1.3

9

0.8

7

0.9

5

2.23

6 Perdagangan, Hotel

dan Restoran

0.99 1.11 0.97 1.02 0.75 0.62 1.20 0.9

1

1.1

7

1.4

5

1.40

7 Pengangkutan dan

Komunikasi

1.47 0.50 0.59 0.28 0.30 0.24 0.33 0.1

3

0.1

1

0.1

9

0.13

BOKS 1 ANALISA DAYA SAING DAERAH DENGAN METODE LOCATION QUOTIENT (LQ)

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

35

8 Keuangan, Sewa &

Jasa Perusahaan

1.34 0.78 0.41 0.38 0.61 0.25 0.59 0.9

5

0.3

9

0.6

4

0.81

9 Jasa-Jasa 1.27 0.77 0.50 0.32 0.70 0.53 0.93 0.5

9

0.3

7

0.8

1

0.56

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten/Kota (diolah)

Berdasarkan hasil analisis LQ, sektor basis untuk masing-masing daerah adalah sebagai berikut:

1. Kota Ambon: (i) Pengangkutan dan Komunikasi; (ii) Keuangan, Sewa & Jasa Perusahaan; (iii) Jasa-Jasa, (iv) Listrik,

Gas & Air Bersih (LGA)

2. Kab. Maluku Tengah: (i) Industri Pengolahan; (ii) Konstruksi; (iii) PHR; (iv) Pertanian

3. Kab. Seram Bagian Barat: (i) Industri Pengolahan; (ii) Pertanian; (iii) Pertambangan dan Penggalian

4. Kab. Seram Bagian Timur: (i) Pertambangan & penggalian; (ii) Pertanian; (iii) Industri Pengolahan; (iv) Konstruksi; (v)

PHR

5. Kab. Buru: (i) Konstruksi; (ii) Pertanian; (iii) Pertambangan & penggalian; (iv) Industri Pengolahan

6. Kab. Buru Selatan: (i) Pertanian

7. Kab. Maluku Tenggara: (i) Pertanian, (ii) LGA; (iii) PHR

8. Kab. Maluku Tenggara Barat: (i) Pertanian, (ii) Konstruksi, (iii) Pertambangan & Penggalian

9. Kab. Kepulauan Aru: (i) Pertanian; (ii) Pertambangan & penggalian; (iii) PHR

10. Kota Tual: (i) PHR; (ii) Pertanian; (iii) LGA

11. Kab. Maluku Barat Daya: (i) Konstruksi; (ii) Pertanian; (iii) PHR; (iv) Pertambangan & penggalian

Berdasarkan informasi sektor unggulan di atas, dapat dilihat adanya kesamaan sektor unggulan dari daerah selain

Kota Ambon yaitu mengandalkan sektor primer yang meliputi sektor Pertanian dan Pertambangan. Hal ini berbeda

dengan Kota Ambon yang mengandalkan sektor tersier seperti Pengangkutan dan Komunikasi; Keuangan, Sewa & Jasa

Perusahaan; dan Jasa-Jasa. Hal ini mengimplikasikan bahwa diperlukan upaya transformasi struktural dari Kabupaten/

Kota selain Ambon untuk mengejar ketertinggalan melalui penciptaan nilai tambah yang lebih besar dari bahan baku

dalam bentuk mentah. Upaya tersebut antara lain berupa hilirisasi industry atau pembangunan industry untuk mengolah

bahan baku mentah seperti hasil perikanan, pertanian, perkebunan dan pertambangan.

BOKS 2 MEMBANGUN KEDAULATAN ENERGI DI PROVINSI MALUKU

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

36

BOKS 2 Membangun Kedaulatan Energi di Provinsi Maluku

Ketersediaan energi, terutama listrik, merupakan salah satu prasyarat pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Tanpa

akses energi listrik, banyak kebutuhan rumah tangga yang tidak dapat dipenuhi.Tanpa energi listrik, sulit bagi bisnis

untuk beroperasi dan memproduksi barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat. Energi listrik yang terjangkau dan

murah merupakan prasyarat utama bagi pengembangan investasi bisnis yang menguntungkan bagi para pengusaha.

Kondisi Pasokan Energi Saat Ini

Hingga saat ini, energi listrik Provinsi Maluku masih terbatas. Hal ini terlihat dari beberapa indikator, antara lain

rasio elektrifikasi, defisit energi listrik, banyaknya daerah yang belum teraliri listrik, dan defisit biaya produksi. Hingga

akhir tahun 2014, rasio elektrifikasi Provinsi Maluku masih mencapai 82,22%, di bawah rata-rata Indonesia yang sudah

mencapai 84,4%. Saat ini, Provinsi Maluku memiliki daya mampu (kapasitas produksi efektif) sebesar 85 Mega Watt

(MW), sedangkan beban puncak Provinsi Maluku mencapai 91 MW, menunjukkan adanya defisit listrik sebesar 5,6 MW

atau 6,15% dari beban puncak. Defisit juga tercermin dari banyaknya desa yang belum teraliri listrik, yaitu sebanyak 474

desa atau 41,76% dari seluruh desa di Provinsi Maluku. Dari sisi beban produksi, rata-rata biaya memasok listrik ke

Provinsi Maluku cukup mahal, yaitu Rp 3.064,00 per KWh. Dengan rata-rata harga jual yang rendah, yaitu Rp 692,00 per

KWh, Provinsi Maluku mengalami defisit (kerugian) dalam produksi listrik setiap KWh sebesar Rp 2.372,00, yang

merupakan kerugian kedua tertinggi di wilayah Sulampua-Balinustra.

Grafik 0. Biaya Produksi, Harga Jual, dan Defisit Tenaga Listrik di Kawasan Timur Indonesia

Grafik 2. Porsi Konsumsi Listrik Provinsi Maluku Triwulan II-2015

Sumber: RUTPL PT PLN (Persero) 2015-2019 * PT PLN (Persero) Wilayah Maluku dan Maluku Utara

Tingginya tingkat defisit biaya listrik disebabkan masih tingginya porsi konsumen rumah tangga dalam

konsumsi energi listrik di Provinsi Maluku dan tingginya pemakaian listrik berbasis energi diesel. Konsumsi

listrik oleh rumah tangga mencapai 63% dari seluruh energi listrik yang dikonsumsi di Provinsi Maluku, dimana sebagian

besar merupakan pelanggan bersubsidi. Kebutuhan listrik pelanggan bisnis belum terlayani secara optimal, mengingat

masih terbatasnya pasokan yang ada. Saat ini, listrik untuk bisnis belum dapat dilayani pada peak hours (17.00 22.00),

sehingga para pengusaha harus mengandalkan genset sendiri untuk memasok listrik. Di sisi lain, bentuk provinsi yang

BOKS 2 MEMBANGUN KEDAULATAN ENERGI DI PROVINSI MALUKU

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

37

berupa kepulauan mempersulit pembangunan pembangkit listrik skala besar dan terkoneksi, sehingga Provinsi Maluku

terpaksa bergantung pada Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD), yang memiliki biaya operasional tinggi, yaitu

mencapai Rp 3.800,00 per KWh. Saat ini, 90% dari produksi listrik di Provinsi Maluku dipasok dari PLTD.

Adapun permasalahan umum pemenuhan pasokan listrik di Provinsi Maluku antara lain:

1. Sulitnya akses pembebasan lahan untuk membangun pembangkit listrik. Pembebasan lahan seringkali

terhambat terkait dengan masalah adat dan historis kepemilikan tanah.

2. Keterbatasan luas lahan. Luas lahan minimum yang dibutuhkan untuk membangun pembangkit listrik

seringkali tidak terpenuhi pada daerah yang belum teraliri listrik.

3. Masalah geografis Provinsi Maluku yang berbentuk kepulauan. Bentuk geografis kepulauan membuat

jaringan listrik Provinsi Maluku terisolasi satu sama lain.

4. Tingginya ketergantungan pada PLTD yang merupakan high-cost energi. Mahalnya biaya operasi PLTD

menghambat ekspansi kelistrikan, seiring dengan tingginya tingkat pengembalian yang dibutuhkan investor.

5. Tingginya biaya yang dibutuhkan untuk pembangunan listrik. Dibutuhkan anggaran sebesar 2,5 4 miliar

rupiah untuk dapat melistriki satu desa dengan populasi 500 1.000 pelanggan.

6. Infrastruktur akses transportasi yang terbatas. Banyaknya lokasi di Provinsi Maluku yang sulit terjangkau

mendorong tingginya biaya distribusi BBM untuk listrik, yang mencapai 40% dari seluruh 40% dari harga bahan

bakar diesel.

Rencana Pembangunan Infrastruktur Kelistrikan Provinsi Maluku

Tabel 0. Target Elektrifikasi dan Pembangunan Infrastruktur PLN Provinsi Maluku 2014 - 2019

Sumber: RUTPL PT PLN (Persero) 2015-2019

Target Dinas ESDM sesuai dengan arahan rencana strategis tahun 2015-2019 adalah 100% rasio elektrifikasi,

dengan proyek pembangunan diarahkan pada PLTD, serta minimal 1 PLTS per tahun. Terkait dengan larangan

pembangunan PLTD, Dinas ESDM sudah memastikan adanya pengecualian dari kementerian terkait untuk pembangunan

kelistrikan di Provinsi Maluku, khususnya untuk pulau-pulau terdepan. Pembangunan sumber listrik dan jaringan listrik di

Provinsi Maluku direncanakan sesuai dengan konsep gugus Pulau.

Prioritas Dinas ESDM, pada tahun 2015 adalah pembangunan jaringan listrik pada gugus pulau V ( Kab.

Maluku Tengah yang berada di Pulau Seram) dan gugus pulau VI (Kabupaten Maluku Tengah di Kepulauan

Banda dan Kec. Teon Nila Serua) dengan target elektrifikasi 100%. Pembangunan pada 2015 akan menggunakan

anggaran APBN, sedangkan pembangunan untuk tahun 2016 akan ditargetkan pada gugus pulau XI (Kab. Maluku Barat

Daya: Kec.PP.Babar, Kec.Babar Timur, dan Kec. Mdona Hiera) serta gugus pulau XII (Kab. Maluku Barat Daya: Kec. PP

Uraian 2014 2015 2016 2017 2018 2019

Rasio Elektrif ikasi PLN (%) 72.26 79.39 83.6 85.76 87.91 89.06

Rasio Elektrif ikasi PLN dan Non PLN (%) 81.99 88.95 93.00 95.00 97.00 98.00

Pembangunan Infrastruktur (Rp Miliar)

Pembangkit 207 728 1,271 1,276 662

Transmisi 111 11 365 356 -

Gardu Induk 16 15 238 15 -

BOKS 2 MEMBANGUN KEDAULATAN ENERGI DI PROVINSI MALUKU

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

38

Terselatan, Kec. Damer, Kec. Wetar, Kec. Leti, Kec. Moa Lakor) menggunakan APBD.

Hingga 2019, PLN Wilayah Maluku dan Maluku Utara berencana membangun infrastruktur kelistrikan dengan

prioritas utama di Pulau Ambon, Seram, dan Buru. Terdapat 13 proyek pembangkit listrik dengan total kapasitas

259 MW, berikut rincian proyek PLN untuk 2014-2019:

Tabel 2. Rencana Pembangunan Pembangkit Listrik Provinsi Maluku

Sumber: RUTPL PT PLN (Persero) 2015-2019

PLN dan Dinas ESDM Provinsi Maluku juga mengupayakan pembangunan pembangkit listrik dengan sumber

energi terbarukan. Sumber energi primer yang tersedia di Maluku untuk pembangkit listrik terbatas pada sumber-

sumber-sumber hydro yang berada di Pulau Seram dan Pulau Buru serta geothermal di Pulau Ambon dan Pulau Haruku.

Saat ini PLN baru memanfaatkan sumber geothermal di Pulau Ambon yang sedang dilakukan pengeboran untuk rencana

PLTP Tulehu 2x10 MW.

Sementara itu, Dinas ESDM menargetkan pembangunan 1 PLTS di tiap desa, terutama desa terpencil dengan

luas lahan yang cukup (min. 22 Ha). Dinas ESDM juga telah memberikan izin pengembangan pembangkit listrik

tenaga angin di Pulau Ambon, yang akan dikembangkan oleh Hamilton Utilities Corporation. Di Pulau Buru, Kementerian

ESDM, PLN, dan Kementerian Pertanian memanfaatkan lahan seluas 100 Ha untuk dijadikan percontohan budidaya

tanaman kemiri sunan untuk menjadi bahan baku bio-solar.

No. Proyek Kab./Kota Jenis Asumsi

Pengembang

Kapasitas COD Status Proyek

1 Mobile PP (Ambon) Kota Ambon PLTMG PLN 70 2016 Rencana

2 Waai (FTP 1) Maluku Tengah (Pulau Ambon) PLTU PLN 2x15 2017 Konstruksi

3 Langgur Maluku Tenggara PLTMG PLN 20 2017 Rencana

4 Namlea Buru PLTMG PLN 10 2017 Rencana

5 Saumlaki Maluku Tenggara Barat PLTMG PLN 10 2017 Rencana

6 Dobo Kepulauan Aru PLTMG PLN 10 2017 Rencana

7 Seram Peaker Pulau Seram PLTMG PLN 20 2018 Rencana

8 Ambon Peaker Kota Ambon PLTMG PLN 30 2018 Rencana

9 Sapalew a Maluku Tengah PLTM Sw asta 2x4 2018 Rencana

10 Wai Tina Buru Selatan PLTM Sw asta 2x6 2018/2019 Rencana

11 Nua (Masohi) Maluku Tengah (Pulau Seram) PLTM PLN 2x4,4 2018/2019 Rencana

12 Tulehu Maluku Tengah (Pulau Ambon) PLTP PLN 2x10 2018/2019 Rencana

13 PLTM tersebar di Maluku PLTM PLN 10 2019/2020 Rencana

BAB II PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

39

BAB II. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

2.1 Perkembangan Inflasi Provinsi Maluku

Tabel 2-2 Series Inflasi Provinsi di Sulampua-Balinusra (dalam % yoy)

Sumber: BPS Provinsi Maluku; diolah

Inflasi Provinsi Maluku pada Triwulan II 2015 mengalami perlambatan pada laju tahunannya

dibandingkan triwulan sebelumnya. Inflasi tahunan tercatat sebesar 8,85% (yoy), searah dan berada dalam

rentang yang diperkirakan sebelumnya yaitu sebesar 8,00-9,00% (yoy), atau menurun dibanding triwulan

sebelumnya yang tercatat sebesar 9,07% (yoy). Melambatnya inflasi Maluku didorong oleh deflasi pada akhir

triwulan laporan seiring dengan melimpahnya pasokan ikan segar sebagai dampak positif dari moratorium

Kementerian Kelautan dan Perikanan serta menurunnya tarif angkutan udara akibat menurunnya permintaan.

Meskipun melambat, laju inflasi Maluku masih yang tertinggi di antara provinsi lain di Kawasan

Timur Indonesia (KTI). Laju inflasi Maluku yang sebesar 8.85% (yoy), tercatat lebih tinggi dibandingkan

dengan laju inflasi Kawasan Timur Indonesia (KTI) sebesar 7.43% (yoy), maupun laju inflasi nasional sebesar

7.26% (yoy). Sebagai perbandingan, wilayah Sulampua mengalami laju inflasi sebesar 7,90% (yoy), lebih tinggi

dibandingkan laju inflasi wilayah Balinusra sebesar 6,55% (yoy).

Grafik 2-3 Perbandingan Inflasi Maluku dan Nasional Grafik 2-4 Andil Kelompok Komoditas Penyumbang Inflasi Maluku triwulan II-2015

Sumber: BPS Provinsi Maluku; diolah Sumber: BPS Provinsi Maluku; diolah

I II III IV I II III IV I II III IV I II

Balinustra 5.75 5.82 5.19 4.59 6.16 5.43 8.06 8.28 6.62 6.78 4.57 7.99 6.13 6.55

Bali 4.52 4.32 4.37 4.71 6.47 5.47 7.91 7.35 6.09 6.41 4.53 8.43 6.42 6.97

NTB 8.84 8.51 6.36 4.00 5.18 5.47 8.13 9.51 7.03 6.76 4.91 7.22 5.98 6.04

NTT 3.60 5.02 5.21 5.33 7.11 5.26 8.29 8.41 7.78 8.10 4.13 7.76 5.39 6.01

Sulampua 3.70 4.15 4.78 4.98 5.06 4.29 7.59 7.02 6.64 6.68 3.84 8.48 7.21 7.90

Sulawesi Utara 0.95 3.73 5.23 6.04 6.83 4.95 7.73 8.12 5.67 6.26 4.00 9.67 7.99 8.73

Gorontalo 5.91 5.95 5.40 5.31 5.18 3.59 3.40 5.84 5.10 5.82 3.59 6.14 5.28 6.09

Sulawesi Tengah 2.50 4.99 6.78 5.87 5.97 3.89 7.29 7.57 8.42 10.37 5.46 8.84 5.28 6.00

Sulawesi Tenggara 5.10 4.65 2.03 5.25 3.02 3.76 7.30 5.92 5.60 4.84 1.83 8.45 7.80 7.35

Sulawesi Barat 3.81 3.24 3.71 3.28 4.19 4.30 5.86 5.91 6.24 6.65 4.46 7.89 6.68 7.59

Sulawesi Selatan 4.06 3.84 4.48 4.41 4.61 4.37 7.23 6.21 5.88 5.92 3.73 8.61 7.13 8.06

Maluku 8.65 6.25 7.07 6.73 2.58 1.70 9.86 8.81 8.94 8.86 2.79 7.19 9.07 8.85

Maluku Utara 4.54 4.30 3.87 3.29 3.97 2.93 9.66 9.78 8.80 9.75 5.40 9.35 7.92 8.22

Papua 1.94 1.80 2.94 4.52 5.89 6.07 8.58 8.27 9.57 7.40 4.51 9.11 6.84 8.20

Papua Barat 2.07 4.11 5.52 5.07 7.62 5.79 9.70 7.25 5.77 5.27 5.33 6.56 7.00 8.24

KTI 4.33 4.66 4.90 4.86 5.40 4.64 7.73 7.41 6.63 6.71 4.09 8.31 6.83 7.43

Nasional 3.97 4.53 4.31 4.30 5.90 5.90 8.40 8.38 7.32 6.7 4.53 8.36 6.38 7.26

2012 2013 2014Provinsi 2015

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

-4.00

-2.00

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014 2015

% yoy% qtq

Maluku (qtq) Nasional (qtq) Maluku (yoy) Nasional (yoy)

1.19

0.15 0.180.08 0.02 0.08

0.35

2.56

0.57

1.57

0.490.30

0.52

2.77

0.00

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

Bahan makanan Makanan jadi Perumahan Sandang Kesehatan Pendidikan Transport

Andilqtq

Andilyoy

BAB II PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

40

Tabel 2-2 Perkembangan Inflasi Tahunan Provinsi Maluku per Kelompok Komoditas (dalam % yoy)

Sumber: BPS Provinsi Maluku; diolah

Inflasi terjadi pada seluruh kelompok komoditas, terutama kelompok bahan makanan dan kelompok

transport. Kelompok transportasi dengan inflasi sebesar 12.86% (yoy) dan kelompok bahan makanan dengan

inflasi sebesar 10.42% (yoy) menjadi 2 kelompok yang mendorong tingginya laju inflasi tahunan Provinsi

Maluku dengan andil masing-masing sebesar 2.77% dan 2.56%. Tingginya laju inflasi kelompok transport

seiring dengan kenaikan harga BBM bersubsidi pada tanggal 28 Maret lalu yang berdampak pada kenaikan tarif

angkutan dalam kota. Selain itu, meningkatnya tarif angkutan udara mengikuti harga minyak dunia yang mulai

mengalami rebound di tengah meningkatnya permintaan seiring dengan masuknya periode high-season pada

triwulan laporan akibat masuknya masa liburan sekolah yang bertepatan dengan perayaan Hari Raya Lebaran

juga turut menyebabkan tingginya laju inflasi pada kelompok transportasi. Di sisi lain, tingginya curah hujan

yang terjadi di wilayah Maluku seiring dengan bertiupnya angin musim timur menyebabkan terbatasnya stok

ikan segar dan bumbu-bumbuan sehingga berdampak pada tingginya laju inflasi kelompok bahan makanan.

Dari sisi permintaan, perkembangan inflasi Provinsi Maluku dipengaruhi oleh peningkatan konsumsi

masyarakat seiring dengan adanya penyelenggaraan kegiatan berskala besar, hari besar keagamaan

dan masuknya periode Bulan Ramadhan dan Hari Raya Lebaran. Tingginya konsumsi masyarakat pada

periode laporan terjadi seiring dengan adanya penyelenggaraan kegiatan berskala besar seperti perayaan Sidi,

Rakernas Apeksi dan Indonesia City Expo pada awal periode laporan menyebabkan meningkatnya permintaan

terhadap kelompok bahan makanan maupun makanan jadi. Selain itu, adanya periode long-weekend saat

Wafat Isa-Almasih dan Hari Raya Paskah, mendorong permintaan masyarakat lebih tinggi terhadap makanan

dan transportasi. Lebih lanjut, karakteristik pola musiman seperti masuknya musim penghujan, bulan Ramadhan

dan persiapan Hari Raya Lebaran juga turut meningkatkan permintaan terhadap komoditas sayur-sayuran, ikan

segar, bumbu-bumbuan, bahan sembako serta kelompok sandang sehingga berdampak pada tingginya laju

inflasi Maluku.

Dari sisi penawaran, perkembangan inflasi Provinsi Maluku dipengaruhi oleh faktor eksternal

maupun internal. Dari faktor eksternal, laju inflasi Maluku dipengaruhi oleh pelemahan nilai tukar rupiah

selama triwulan II 2015, meningkatnya harga minyak dunia, serta kenaikan harga BBM bersubsidi memberikan

passthrough-effect pada komponen core inflation seperti harga bahan bangunan maupun administered prices

yaitu tarif angkutan dalam kota dan tarif angkutan udara. Sedangkan dari faktor internal, laju inflasi Maluku

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II

Bahan makanan 18.42 14.72 (1.98) 2.23 11.84 10.42

Makanan jadi, minuman, rokok & tembakau 3.00 2.68 12.17 2.39 3.85 5.62

Perumahan, air, listrik, gas & bahan bakar 4.45 5.83 16.69 7.06 7.34 6.05

Sandang 0.93 2.72 13.94 3.44 5.48 6.32

Kesehatan 3.54 2.69 14.22 6.87 6.81 7.29

Pendidikan, rekreasi & olahraga 6.60 8.52 18.50 3.85 10.35 8.93

Transport, komunikasi & jasa keuangan 14.09 14.74 18.64 18.23 11.76 12.86

TOTAL 8.94 8.86 2.78 7.19 9.07 8.85

Kelompok Komoditas20152014

BAB II PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

41

antara lain dipengaruhi oleh masuknya periode panen padi pada awal periode laporan di beberapa sentra

produksi yang menyebabkan terkoreksinya harga beras di Maluku, menurunnya pasokan ikan segar akibat

berbagai pengetatan aturan penangkapan ikan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), faktor cuaca

buruk yang terjadi di wilayah Maluku sehingga menghambat pasokan untuk komoditas sayur-sayuran, bumbu-

bumbuan, daging dan telur ayam ras.

2.2 Perkembangan Inflasi Kota-Kota di Maluku

Tabel 2-3 Perkembangan Inflasi Kota Ambon, Kota Tual, Provinsi Maluku, dan Nasional

Sumber: BPS Provinsi Maluku; diolah

2.2.1 Inflasi Kota Ambon

Perkembangan inflasi Kota Ambon menunjukkan perbaikan kinerja pada triwulan laporan. Inflasi Kota

Ambon pada triwulan laporan mencapai 8,06% (yoy), menurun dibanding triwulan sebelumnya sebesar 8,44%

(yoy), namun masih berada di laju inflasi nasional sebesar 7.26% (yoy). Pencapaian inflasi bulanan tertinggi pada

triwulan laporan terjadi pada bulan Mei yang mencapai 1.06% (mtm), sedangkan inflasi bulanan terendah

terjadi pada bulan Juni dimana terjadi deflasi sebesar 0.25% (mtm). Secara umum, penurunan laju inflasi Kota

Ambon pada triwulan laporan dipengaruhi oleh membaiknya kinerja pada kelompok volatile foods (VF) seiring

dengan deflasi yang terjadi pada bahan makanan akibat melimpahnya pasokan ikan segar pada akhir triwulan

laporan. Sementara itu, tekanan inflasi pada kelompok administered prices (AP) juga mereda seiring dengan

menurunnya harga pada kelompok transpor, yaitu tarif angkutan udara akibat menurunnya permintaan pada

bulan Juni. Di sisi lain, laju inflasi kelompok inti tercatat tumbuh moderat sejalan dengan perekonomian

domestik.

Realisasi inflasi pada April 2015 mencapai 0,33% (mtm) atau 7,81% (yoy), lebih tinggi dibandingkan

rata-rata historisnya pada 2010-2014 sebesar 0,30% (mtm) maupun inflasi nasional sebesar 0,36%

(mtm). Inflasi di bulan April didorong oleh kenaikan pada kelompok administered prices (AP) yang dipicu oleh

kenaikan harga BBM bersubsidi pada akhir bulan Maret seiring dengan harga minyak dunia yang mulai

mengalami rebound. Sebagai dampak dari kenaikan harga tersebut, komoditas bensin, solar dan angkutan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

Ambon

Inflasi mtm (%) 0.81 0.85 0.64 0.92 0.40 0.18 0.14 0.12 (0.26) 0.15 0.82 1.85 2.37 1.03 0.44 0.33 1.06 (0.25)

Inflasi ytd (%) 0.81 1.66 2.31 3.25 3.66 3.84 3.99 4.12 3.85 4.01 4.86 6.81 2.37 3.42 3.88 4.22 5.33 5.07

Inflasi yoy (%) 6.14 8.84 9.12 9.86 8.54 9.14 5.86 2.15 2.27 5.67 6.27 6.81 8.47 8.66 8.44 7.81 8.53 8.06

Tual

Inflasi mtm (%) 1.10 1.46 (2.43) 0.15 0.52 0.06 2.84 1.76 (0.89) 2.18 2.86 1.43 0.99 3.20 0.15 1.31 1.59 (0.80)

Inflasi ytd (%) 1.10 2.58 0.09 0.24 0.76 0.83 3.69 5.51 4.57 6.85 9.91 11.48 0.99 4.22 4.38 5.74 7.43 6.57

Inflasi yoy (%) 9.53 12.05 7.00 8.40 7.61 5.68 4.63 7.19 8.85 10.16 13.61 11.48 11.36 13.27 16.26 17.60 18.85 17.83

Maluku

Inflasi mtm (%) 0.83 0.90 0.38 0.85 0.41 0.17 0.36 0.26 (0.31) 0.32 0.99 1.81 2.25 1.21 0.41 0.42 1.11 (0.30)

Inflasi ytd (%) 0.83 1.74 2.13 3.00 3.42 3.59 3.97 4.24 3.91 4.25 5.28 7.19 2.25 3.49 3.92 4.36 5.51 5.20

Inflasi yoy (%) 6.41 9.10 8.94 9.74 8.46 8.86 5.76 2.55 2.78 6.03 6.86 7.19 8.71 9.04 9.07 8.60 9.36 8.85

Nasional

Inflasi mtm (%) 1.07 0.26 0.08 (0.02) 0.16 0.43 0.93 0.47 0.27 0.47 1.50 2.46 (0.24) (0.36) 0.17 0.36 0.50 0.54

Inflasi ytd (%) 1.07 1.33 1.41 1.39 1.56 1.99 2.94 3.42 3.71 4.83 6.23 8.36 (0.24) (0.61) (0.44) (0.08) 0.43 0.96

Inflasi yoy (%) 8.22 7.75 7.32 7.25 7.32 6.70 4.53 3.99 4.53 4.19 5.65 8.36 6.96 6.29 6.38 6.79 7.16 7.26

Kota2014 2015

BAB II PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

42

udara mengalami kenaikan sebesar 6,27% (mtm), 6,73% (mtm) dan 3,00% (mtm). Sementara itu, tekanan

inflasi kelompok volatile foods mulai mereda yang tercatat mengalami deflasi 0.04% (mtm) seiring dengan

masuknya periode panen padi di beberapa sentra produksi sehingga mengkoreksi harga beras di Kota Ambon.

Selain itu, meredanya tekanan inflasi VF juga bersumber dari deflasinya kelompok ikan segar secara umum,

terutama ikan layang (andil -0,035%), ikan cakalang (andil -0,17%) dan ikan kembung (andil -0,028%).

Komoditas ayam telur ayam ras juga turut menarik inflasi ke bawah komponen VF seiring dengan meningkatnya

pasokan dari Pulau Jawa. Sementara itu, sejumlah kelompok bumbu-bumbuan dan sayuran segar masih menjadi

pendorong inflasi VF terutama cabai rawit (andil 0,050%), kangkung (andil 0,042%), bawang merah (andil

0,041%) dan sawi hijau (andil 0,022%) seiring dengan berkurangnya pasokan akibat gagal panen di Pulau Jawa

yang mengalami banjir. Di sisi lain, tekanan inflasi kelompok inti relatif terjaga sejalan dengan indikasi

pelemahan ekonomi domestik dan ekspektasi inflasi yang terkendali. Komoditas penarik inflasi ke atas pada

bulan April yaitu angkutan udara, bensin, ikan tongkol, ikan selar dan cabai rawit. Sedangkan, komoditas

penarik inflasi ke bawah adalah ikan layang, daun singkong, telur ayam ras, seng dan tomat buah.

Realisasi inflasi pada Mei 2015 mencapai 1,06% (mtm) atau 8,53% (yoy), lebih tinggi dibandingkan

bulan sebelumnya sebesar 0,33% (mtm) atau 7,81% (yoy). Pendorong inflasi pada bulan Mei bersumber

dari kenaikan harga pada kelompok volatile foods (VF), khususnya pada komoditas ikan segar seiring dengan

terbatasnya suplai akibat moratorium KKP dan faktor cuaca buruk yang terjadi di wilayah Maluku. Sementara

itu, kelompok bumbu-bumbuan juga ikut mendorong terjadinya inflasi yang bersumber dari bawang putih dan

cabai rawit yang mengalami inflasi sebesar 8,11% (mtm) dan 15,89% (mtm) akibat menurunnya suplai dari

Jawa Timur dan Surabaya seiring dengan gangguan cuaca di daerah tersebut. Kenaikan harga juga terjadi pada

daging dan telur ayam ras yang mencapai inflasi bulanan sebesar 5,82% (mtm) dan 2,39% (mtm) seiring

dengan kenaikan harga pakan di tengah meningkatnya permintaan menjelang bulan Ramadhan. Selain itu,

tekanan inflasi juga datang dari komponen administered prices, terutama tarif angkutan udara seiring dengan

masuknya periode high-season. Sedangkan, laju inflasi komponen inti berada pada level yang terjaga seiring

dengan perekonomian domestik yang moderat. Komoditas penarik inflasi ke atas pada Mei yaitu angkutan

udara, ikan selar, ikan layang, ikan tongkol dan daun melinjo. Sedangkan, komoditas penarik inflasi ke bawah

antara lain ikan cakalang, cakalang asap, kangkung, bayam dan tuna.

Pada bulan Juni, tekanan inflasi Kota Ambon mereda ditunjukkan dengan terjadinya deflasi 0.25%

(mtm) atau 8.06% (yoy) yang mendorong inflasi pada triwulan laporan lebih rendah dibandingkan

triwulan sebelumnya sebesar 8,44% (yoy). Meredanya tekanan inflasi pada bulan Juni didorong oleh deflasi

pada kelompok VF seiring dengan melimpahnya pasokan ikan segar hasil tangkapan nelayan tradisional sebagai

dampak positif dari moratorium KKP. Selain itu, deflasi juga terjadi pada komoditas daging ayam ras seiring

dengan stok yang mencukupi untuk Kota Ambon dan sekitarnya dalam rangka memenuhi kebutuhan bulan

Ramadhan. Namun, kelompok bumbu-bumbuan masih menjadi pemicu utama penarik inflasi ke atas untuk

kelompok VF seperti bawang merah dan cabai merah akibat melonjaknya harga di daerah pemasok. Beberapa

sayuran juga masih mengalami inflasi tinggi diantaranya kangkung, daun melinjo dan daun singkong seiring

dengan berkurangnya pasokan dari petani lokal akibat cuaca buruk yang terjadi di wilayah Maluku. Sementara

BAB II PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

43

itu, tekanan pada kelompok AP juga mereda yang ditunjukkan dengan menurunnya harga pada kelompok

transpor,terutama tarif angkutan udara akibat menurunnya permintaan pada bulan Juni. Di sisi lain, laju inflasi

kelompok inti tercatat meningkat seiring dengan meningkatnya harga pada bahan bangunan seperti kayu

balokan, batu bata dan besi beton akibat meningkatnya permintaan masyarakat untuk merenovasi tempat

tinggal menjelang Lebaran serta passthrough-effect dari pelemahan nilai tukar rupiah. Beberapa harga pada

kelompok sandang dan minuman juga meningkat seiring dengan menguatnya konsumsi masyarakat menjelang

Bulan Ramadhan dan Hari Raya Lebaran.

Grafik 2-5 Inflasi dan Andil Disagregasi Bulanan (mtm) Kota Ambon Grafik 2-6 Inflasi dan Andil Disagregasi Bulanan (mtm) Kota Tual

Sumber: BPS Provinsi Maluku; diolah Sumber: BPS Provinsi Maluku; diolah

2.2.2 Inflasi Kota Tual

Terjadi perbedaan arah perkembangan inflasi tahunan antara Kota Ambon dengan Kota Tual.

Pencapaian inflasi Kota Tual pada triwulan laporan mencapai 17,83% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan

sebelumnya sebesar 16,26% (yoy). Pendorong inflasi tahunan pada triwulan laporan berasal dari komponen VF

yang memberikan andil 10,70%, diikuti komponen inti dengan andil 3,77% dan komponen AP dengan andil

3,36%. Lebih besarnya porsi ikan segar dalam nilai konsumsi Kota Tual daripada Kota Ambon sehingga pada

gilirannya menyumbang andil inflasi VF yang lebih tinggi.

Inflasi Kota Tual pada bulan April mencapai 1,31% (mtm) atau 17,60% (yoy), lebih tinggi

dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 0,15% (mtm) atau 16,26% (yoy). Sama seperti Kota Ambon,

inflasi Kota Tual pada April terutama didorong oleh komponen AP sebagai dampak dari kenaikan harga BBM

bersubsidi pada akhir Maret yang menyebabkan naiknya harga pada tarif angkutan dalam kota (andil 0,727%),

angkutan antar kota (andil 0,216%) dan bensin (andil 0,083%). Di sisi lain, kenaikan laju inflasi Kota Tual juga

berasal dari meningkatnya harga pada ikan mumar di tengah tren deflasi pada komoditas ikan segar di Maluku

seiring dengan larangan penangkapan ikan di Laut Banda yang merupakan sumber ikan pelagis besar seperti

tuna dan cakalang. Selain itu, beras juga masih menjadi pemicu utama inflasi di Kota Tual pada bulan April

meskipun beberapa sentra produksi beras di Pulau Jawa dan beberapa kabupaten di Maluku telah masuk masa

panen. Hal ini disebabkan terkendalanya distribusi beras ke Kota Tual akibat cuaca buruk yang terjadi di wilayah

perairan Maluku. Selain itu, kelompok sayuran seperti bayam dan sawi hijau juga turut memberikan andil dalam

tingginya inflasi Kota Tual. Suplai sayuran di Kota Tual terus berkurang akibat menurunnya minat penanaman

sayuran segar dibanding tanaman hortikultura yang memberikan tingkat keuntungan lebih tinggi. Komoditas

-1.00

-0.50

0.00

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

3.50

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

2014 2015

Persen (%)C VF AP IHK

-3

-2

-1

0

1

2

3

4

5

6

12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

2013 2014 2015

Persen (%) C VF AP IHK

BAB II PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

44

penarik ke atas inflasi Kota Tual pada April antara lain ikan mumar, angkutan dalam kota, roti manis, bayam dan

beras. Sedangkan, komoditas penarik ke bawah inflasi antara lain ikan teri, daun singkong, ikan cakalang,

cumi-cumi dan kakap putih.

Tekanan inflasi Tual pada bulan Mei meningkat, yaitu mencapai 1,59% (mtm) atau 18,85% (yoy).

Kenaikan laju inflasi Tual didorong oleh kenaikan pada laju inflasi kelompok VF yang cukup signifikan, yaitu dari

0,14% (mtm) pada April menjadi 3,43% (mtm) pada Mei akibat kenaikan harga pada kelompok ikan segar

seperti ikan ekor kuning, ikan kembung dan ikan selar akibat pelarangan penangkapan ikan menggunakan

pukat serta pelarangan penangkapan ikan di Laut Banda. Selain itu, daging dan telur ayam ras juga tercatat

mengalami kenaikan inflasi cukup tinggi sejalan dengan kenaikan di tingkat nasional maupun Kota Ambon.

Namun, tingginya laju inflasi Tual pada Mei tertahan oleh koreksi harga beras yang mencatatkan deflasi 0,26%

(mtm) didorong oleh terjaganya pasokan paska panen raya bulan sebelumnya. Di sisi lain, laju inflasi kelompok

inti di Kota Tual relatif terjaga dan diikuti dengan menurunnya laju inflasi kelompok AP seiring dengan

menurunnya harga pada komoditas tembakau dan bahan bakar rumah tangga. Komoditas penarik inflasi ke

atas Tual pada Mei antara lain ikan ekor kuning, ikan kembung, daun singkong, kangkung dan ikan selar.

Sedangkan, faktor penarik ke bawah inflasi berasal dari bayam, ikan teri, bawang merah, bahan bakar rumah

tangga dan sawi hijau.

Pada bulan Juni 2015, tekanan inflasi mereda yang ditunjukkan dengan terjadinya deflasi 0,80%

(mtm) atau 17,83% (yoy), namun masih tergolong tinggi. Sebagaimana terlihat dari inflasi tahunan yang

mencapai puncaknya pada level 18,85% di bulan Mei, pada bulan Juni tekanan inflasi mereda seiring dengan

deflasi yang terjadi pada kelompok bahan makanan bergejolak, terutama kelompok ikan segar akibat

melimpahnya pasokan ikan segar di pasar. Dampak positif dari moratorium yang dikeluarkan oleh KKP pada

November 2014 mulai dirasakan oleh nelayan tradisional pada pertengahan tahun 2015 akibat melimpahnya

persediaan ikan segar di laut. Sementara itu, inflasi kelompok inti tercatat meningkat didorong oleh kenaikan

harga pada kelompok sandang dalam rangka menyambut Ramadhan dan Lebaran. Komoditas yang menjadi

pemicu utama inflasi Tual antara lain ikan cakalang, baronang, daun singkong, ketela pohon dan baju anak

setelan. Sedangkan, komoditas penyumbang deflasi Tual antara lain ikan ekor kuning, ikan selar, kangkung,

bayam dan beras.

2.3 Analisis Disagregasi Inflasi Provinsi Maluku

Baik laju inflasi tahunan maupun triwulanan Provinsi Maluku pada triwulan laporan didorong oleh

kelompok administered prices (AP). Menurut disagregasinya, peningkatan laju inflasi tahunan terjadi pada

kelompok AP seiring dengan naiknya biaya transportasi seperti tarif angkutan dalam kota, angkutan antar kota

sebagai passthrough-effect kenaikan harga BBM bersubsidi pada akhir Maret lalu. Selain itu, tingginya tarif

angkutan udara pada akhir periode laporan akibat meningkatnya permintaan menjelang Hari Raya Lebaran serta

bertepatan dengan masa liburan sekolah turut menambah tekanan inflasi pada kelompok AP. Sedangkan, laju

inflasi pada kelompok inti maupun VF tercatat mengalami penurunan seiring dengan melimpahnya bahan

makanan pada akhir periode laporan serta terjaganya ekspektasi inflasi.

BAB II PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

45

Grafik 2-7 Andil Disagregasi Inflasi Maluku Triwulan II 2015 Grafik 2-8 Andil Komoditas Volatile Food Provinsi Maluku Tw II-2015

Sumber: BPS Provinsi Maluku; diolah Sumber: BPS Provinsi Maluku; diolah

2.3.1 Komponen Volatile Food

Komponen volatile food (VF) pada Triwulan II 2015 mengalami perbaikan kinerja yang tercermin dari

menurunnya laju inflasi tahunan VF. Laju inflasi VF Maluku pada triwulan laporan tercatat sebesar 5.54%

(yoy) atau -0.68% (qtq), menurun dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5.82% (yoy) atau 14.35% (qtq).

Melimpahnya pasokan bahan makanan seperti ikan segar pada akhir periode laporan seiring dengan

meningkatnya hasil tangkapan nelayan mendorong inflasi tahunan Maluku ke level yang lebih rendah dibanding

triwulan sebelumnya. Hal ini ditunjukkan dengan laju inflasi untuk kelompok ikan segar tercatat menurun dari

26.20% (yoy) pada triwulan I 2015 menjadi 22.96% (yoy) pada triwulan laporan. Meskipun menurun, laju inflasi

tahunan untuk ikan segar masih tergolong tinggi disebabkan belum pulihnya kinerja sektor perikanan

sehubungan dengan pengetatan peraturan oleh KKP sehingga berdampak pada sebagian besar perusahaan

perikanan tidak dapat beroperasi. Hal ini terlihat dari menurunnya hasil pendaratan ikan di PPN Ambon yang

tercatat mengalami kontraksi 98.88% (yoy) pada triwulan laporan, lebih dalam dibanding triwulan sebelumnya

yang terkontraksi 61.62% (yoy).

Grafik 2-9 Perkembangan Pendaratan Ikan PPN Ambon

Sumber: Pelabuhan Perikanan Nusantara Kota Ambon; diolah

Kelompok sayur-sayuran dan bumbu-bumbuan masih menjadi penyumbang utama laju inflasi

tahunan di Maluku. Kelompok sayuran segar pada triwulan laporan tercatat mengalami inflasi sebesar 2.28%

0.36

-0.16

1.03

2.92

2.61

3.32

-0.500.000.501.001.502.002.503.003.50

C

VFAP

Q2 2015 Andil qtq Q2 2015 Andil yoy

-1.00

-0.50

0.00

0.50

1.00

1.50

2.00

Padi, & umbi

Daging dan Hasilnya

Ikan Segar

Telur, Susu dan Hasil-hasilnya

Sayur-sayuran

Kacang - kacangan

Buah - buahan

Bumbu - bumbuan

Lemak dan Minyak

Lainnya

Andil qtq Andil yoy

(120.00)

(100.00)

(80.00)

(60.00)

(40.00)

(20.00)

0.00

20.00

40.00

0

5

10

15

20

25

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014 2015

%ribu ton

Produksi Ikan di PPN Ambon g-y.o.y - sumbu kanan

BAB II PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

46

(yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 0.83% (yoy). Kenaikan harga pada kelompok

sayuran segar, seperti kangkung, bayam, daun melinjo dan daun singkong yang terjadi di Kota Ambon maupun

Kota Tual yang merupakan dampak dari pola seasonal memasuki bulan Ramadhan dan Hari Raya Lebaran yang

juga bertepatan dengan masa liburan sekolah. Selain itu, meningkatnya harga sayuran juga disebabkan hujan

yang terus menerus turun selama periode laporan sehingga menyebabkan berkurangnya pasokan dari petani

lokal akibat mengalami gagal panen. Di sisi lain, kelompok bumbu-bumbuan juga tercatat mengalami inflasi

tinggi, yaitu sebesar 25.25% (yoy), meningkat dibanding triwulan sebelumnya sebesar 14.57% (yoy). Tingginya

harga pada kelompok bumbu-bumbuan terutama cabai rawit dan cabai merah terjadi seiring dengan cuaca

buruk dan serangan hama yang terjadi di daerah pemasok seperti di Jawa Timur pada awal periode laporan.

Pada akhir periode laporan, terjadi penurunan harga akibat lancarnya pasokan dan digelarnya pasar murah oleh

pemerintah provinsi maupun kota, namun secara rata-rata tingkat harga komoditas cabai merah dan cabai

rawit di Maluku cukup tinggi. Kondisi serupa juga terjadi pada komoditas bawang merah dan bawang putih

yang merupakan komoditas pelengkap cabai merah.

Tekanan inflasi pada kelompok daging dan hasil-hasilnya serta kelompok telur, susu dan hasil-

hasilnya mereda seiring dengan terjaganya stok selama bulan Ramadhan dan Hari Raya Lebaran.

Kelompok komoditas daging dan hasil-hasilnya serta kelompok telur, susu dan hasil-hasilnya masing-masing

tercatat mengalami inflasi sebesar 5.86% (yoy) dan 1.38% (yoy), menurun dibanding triwulan sebelumnya

sebesar 7.13% (yoy) dan 6.90% (yoy). Meningkatnya permintaan terhadap daging maupun telur ayam

menjelang bulan Ramadhan mampu diimbangi dengan pemenuhan stok yang terjaga untuk wilayah Kota

Ambon dan sekitarnya. Para distributor daging maupun telur ayam telah melakukan pengiriman dari Surabaya

dalam jumlah yang cukup untuk menanggulangi berkurangnya suplai seperti pada waktu-waktu sebelumnya.

Selain itu, diselenggarakannya pasar murah oleh pemerintah daerah juga mampu menstabilkan harga bahan

kebutuhan pokok sehingga mampu meredam laju inflasi yang lebih tinggi. Hal ini terlihat dari komoditas daging

ayam ras yang mampu menarik ke bawah inflasi pada bulan April dan Juni serta telur ayam ras pada bulan April.

Grafik 2-10 Curah Hujan Maluku April 2015

Grafik 2-11 Curah Hujan Maluku Mei 2015

Grafik 2-12 Curah Hujan Maluku Juni 2015

Sumber: BMKG Sumber: BMKG Sumber: BMKG

Berdasarkan Survei Pemantauan Harga (SPH) yang dilakukan oleh KPw BI Prov. Maluku, sebagian

besar komoditas volatile food menunjukkan penurunan harga dari bulan ke bulan. Pada awal triwulan

BAB II PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

47

laporan, cabai rawit dan bawang merah menunjukkan peningkatan yang signifikan dan tercatat mengalami

inflasi sebesar 66.43% (mtm) dan 17.77% (mtm) pada bulan April. Namun, pada bulan-bulan selanjutnya

tekanan inflasi mulai mereda seiring dengan kembalinya harga-harga komoditas tersebut ke harga normal, yang

ditunjukkan dengan menurunnya laju inflasi bulanan pada Mei dan Juni. Kondisi serupa juga dialami oleh ikan

segan segar serta sayur-sayuran yang menjadi sample SPH di Kota Ambon. Komoditas tersebut mengalami

penurunan harga sejalan dengan hasil survei yang dilakukan oleh BPS Provinsi Maluku.

2.3.2 Komponen Core Inflation

Komponen inflasi inti Maluku mengalami penurunan seiring dengan perekonomian daerah yang

moderat serta ekspektasi inflasi Maluku yang relatif terkendali. Inflasi inti Maluku pada triwulan laporan

tercatat sebesar 5.54% (yoy), menurun dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5.82% (yoy). Menurunnya

laju inflasi inti Maluku seiring dengan penurunan biaya pada kelompok tempat tinggal akibat perekonomian

daerah yang masih lesu sehingga mengurangi minat masyarakat untuk membeli barang kebutuhan tahan lama.

Kelompok biaya tempat tinggal tercatat mengalami inflasi 5.73% (yoy), menurun dibanding triwulan

sebelumnya sebesar 7.53% (yoy). Selain itu, menurunnya biaya tempat tinggal juga didorong oleh menurunnya

biaya bahan bangunan seperti besi beton, kayu lapis, semen dan seng.

Grafik 2-13 Andil Inflasi Tahunan Komponen Inflasi Inti Provinsi Maluku

Sumber: BPS Provinsi Maluku; diolah

Di sisi lain, biaya kelompok sandang dan pendidikan mengalami peningkatan disebabkan faktor

seasonal dan laju imported inflation. Meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap komoditas sandang

pada perayaan hari besar keagamaan yang juga bertepatan dengan berakhirnya tahun ajaran dan masa liburan

sekolah menjadi faktor upside risk inflasi komoditas inti yang terjadi secara seasonal. Selain itu, beberapa

sandang seperti sepatu, pakaian wanita, celana panjang dan lain sebagainya yang memiliki content impor yang

cukup tinggi juga mengalami kenaikan harga seiring dengan pelemahan yang terjadi pada nilai tukar rupiah.

-0.05 -0.04 -0.07

0.26 0.27 0.290.15 0.28

0.450.21

0.610.52

1.30

1.54 1.220.26

0.430.49

0.04

0.02 0.00

2.18

3.122.92

-0.50

0.00

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

3.50

IV I II

2014 2015

% yoy Komunikasi SaranaTranspor dan JasaKeuangan

Sandang

Biaya Tempat Tinggal,Perlengkapan &Penyelenggaraan RT

Pendidikan, Rekreasi, &Olah Raga

Makanan Jadi &MinumanTidak Beralkohol

Kesehatan

Bahan Makanan (olahan)

Core Inflation

BAB II PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

48

Sementara itu, kenaikan harga pada kelompok pendidikan disebabkan meningkatnya harga pada

perlengkapan/peralatan pendidikan seperti buku pelajaran, buku tulis, alat tulis serta laptop/notebook.

Tingginya kebutuhan uang tunai dalam rangka hari besar keagamaan direspon dengan aksi jual

emasperhiasan pada level yang stabil. Meningkatnya kebutuhan uang tunai di masyarakat menjelang Hari

Raya Lebaran dan perkembangan harga emas dunia yang cukup stabil mampu menjaga kestabilan harga emas

perhiasan. Bahkan, di Kota Ambon harga emas perhiasan tercatat mengalami deflasi bulanan sepanjang periode

triwulan laporan. Hal ini juga menandakan bahwa daya beli masyarakat Maluku masih belum pulih sejalan

dengan perekonomian nasional yang tumbuh moderat serta menurunnya konsumsi barang tahan lama

masyarakat Maluku yang dinilai akibat dampak moratorium KKP pada meningkatnya tingkat pengangguran.

Grafik 2-12 Harga Emas Internasional Grafik 2-13 Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar AS (BI Middle Rate)

Sumber: Bloomberg Sumber: Bank Indonesia

2.3.3 Komponen Administered Prices

Komoponen administered prices merupakan pendorong utama laju inflasi tahunan Provinsi Maluku

pada triwulan laporan. Laju inflasi AP pada triwulan laporan tercatat sebesar 15.25% (yoy), meningkat

dibanding triwulan sebelumnya sebesar 14.10% (yoy). Pemberlakuan kebijakan fixed subsidy yang

mengakibatkan kenaikan harga BBM pada akhir Maret sehingga berdampak pada kenaikan harga bensin dan

solar sebesar 6,27% (mtm) dan 6,73% (mtm) pada bulan April di Kota Ambon. Selain itu, komoditas bahan

bakar rumah tangga juga ikut mengalami kenaikan inflasi sebesar 0,07% (mtm) pada bulan April seiring dengan

kebijakan Pertamina untuk menaikkan harga LPG 12 kg sebesar Rp8 ribu pada awal bulan.

Lebih lanjut, kenaikan signifikan pada tarif angkutan udara ikut menambah tingginya laju inflasi

kelompok AP. Permintaan terhadap angkutan udara sehubungan dengan dimulainya peak season menjelang

Hari Raya Lebaran yang juga bertepatan dengan masa liburan sekolah di tengah meningkatnya harga minyak

dunia menyebabkan laju inflasi kelompok transport mencapai 17.71% (yoy) pada triwulan laporan, meningkat

dibanding triwulan sebelumnya sebesar 16.25% (yoy). Menurut Dinas Perhubungan Provinsi Maluku, tarif

angkutan udara dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah jumlah permintaan, harga avtur (minyak)

dunia dan nilai tukar rupiah terhadap dollar.

(30.00)

(20.00)

(10.00)

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

1600

1800

2000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014 2015

%$/OZemas g.yoy

6,000.00

7,000.00

8,000.00

9,000.00

10,000.00

11,000.00

12,000.00

13,000.00

14,000.00

2-J

an

-13

21

-Ja

n-1

3

8-F

eb

-13

27

-Fe

b-1

3

19

-Ma

r-1

3

8-A

pr-

13

25

-Ap

r-1

3

15

-Ma

y-1

3

3-J

un

-13

21

-Ju

n-1

3

10

-Ju

l-1

3

29

-Ju

l-1

3

21

-Au

g-1

3

9-S

ep

-13

26

-Se

p-1

3

17

-Oct-

13

6-N

ov-1

3

25

-No

v-1

3

12

-De

c-1

3

3-J

an

-14

23

-Ja

n-1

4

12

-Fe

b-1

4

3-M

ar-

14

20

-Ma

r-1

4

10

-Ap

r-1

4

30

-Ap

r-1

4

21

-Ma

y-1

4

11

-Ju

n-1

4

30

-Ju

n-1

4

18

-Ju

l-1

4

12

-Au

g-1

4

29

-Au

g-1

4

17

-Se

p-1

4

6-O

ct-

14

23

-Oct-

14

11

-No

v-1

4

28

-No

v-1

4

17

-De

c-1

4

8-J

an

-15

27

-Ja

n-1

5

13

-Fe

b-1

5

5-M

ar-

15

24

-Ma

r-1

5

13

-Ap

r-1

5

30

-Ap

r-1

5

21

Me

i 2

01

5

10

-Ju

n-1

5

29

-Ju

n-1

5

22

-Ju

l-1

5

BI Middle Rate

BAB II PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

49

Grafik 2-14 Perkembangan Harga Minyak Dunia

Sumber: Bloomberg

Beberapa komoditas lain yang mengalami inflasi tinggi pada Triwulan II 2015, antara lain tarif listrik

dan rokok kretek. Tarif listrik Kota Ambon mengalami inflasi sebesar 20.31% (yoy) dan rokok kretek filter

sebesar 8.67% (yoy) sebagai dampak kenaikan cukai rokok dan TDL untuk kelompok industri pada awal Mei

lalu.

2.4 Realisasi Inflasi Triwulan II 2015 dibanding Pola Historis

Grafik 2-15 Event Analysis Inflasi Provinsi Maluku

Sumber: BPS Provinsi Maluku; diolah

Secara historis, tingginya laju inflasi Provinsi Maluku disebabkan faktor cuaca, tingginya

ketergantungan terhadap daerah lain dan adanya shock kebijakan dari pemerintah. Tekanan inflasi

Maluku pada periode laporan tercatat mengalami kenaikan cukup tinggi pada bulan Mei yang mencapai 1.11%

(mtm) atau 9.36% (yoy). Hampir sama dengan waktu sebelumnya, tingginya inflasi Mei seiring dengan tingginya

harga komoditas bahan makanan, terutama ikan segar akibat faktor cuaca buruk di wilayah Maluku.

Berdasarkan polanya, puncak musim angin barat terjadi pada bulan Januari hingga Februari dan musim angin

timur terjadi bulan Juni hingga Juli sehingga pada waktu-waktu tersebut pasokan ikan segar untuk konsumsi

masyarakat berkurang seiring dengan tidak melautnya sebagian besar nelayan tradisional. Selain itu, laju inflasi

(60.00)

(50.00)

(40.00)

(30.00)

(20.00)

(10.00)

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

0

20

40

60

80

100

120

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014 2015

%USD/barrel minyak wti g.yoy

Badai siklon tropis

kenaikan harga BBM bersubsidi

1. dampak kenaikan BBM bersubsidi2. Puncak musim hujan3. Ramadhan & idul Fitri

kenaikan TDL & depresiasi rupiah

Kenaikan Fuel Surcharge

1. Ramadhan dan Idul Fitri2. Kenaikan TDL rumahh tangga

Kebikakan fixed subsidy &

moratorium

Dampak moratorium,fixed subsidy,

dan depresiasi rupiiah

Puncak musim hujan, Kenaikan TDL,

Peak season angkutan udara

(5.00)

(4.00)

(3.00)

(2.00)

(1.00)

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

2013 2014 2015

% mtm% yoy

Maluku (yoy) Maluku (mtm, rhs)

BAB II PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

50

Maluku juga dipengaruhi oleh karakteristik pola musiman pada triwulan II yang bertepatan dengan periode

bulan Ramadhan, masa liburan sekolah, kenaikan TDL industri serta masuknya periode peak season yang

mendorong tingginya tarif angkutan udara.

Rendahnya tingkat kemandirian pangan menjadikan Provinsi Maluku rentan terhadap shock, baik

yang bersumber dari sisi permintaan maupun penawaran. Sebagian besar komoditas Maluku seperti beras

dan bumbu-bumbuan didatangkan dari daerah lain, seperti Pulau Jawa (melalui Surabaya) dan Sulawesi (melalui

Makassar dan Manado). Hal ini menyebabkan apabila terjadi cuaca buruk dan gelombang tinggi di perairan

Maluku ataupun berkurangnya pasokan dari daerah asal berpengaruh pada harga yang ditawarkan oleh

pedagang. Terlebih lagi, apabila terdapat shock yang bersumber dari sisi permintaan seperti adanya perayaan

kegiatan berskala besar serta faktor musiman Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) mendorong laju inflasi

yang lebih tinggi.

Realisasi inflasi hingga Triwulan II 2015 lebih tinggi dari pola historis Provinsi Maluku seiring dengan

tingginya laju inflasi sejak awal tahun akibat minimnya stok ikan. Inflasi kalender Maluku pada triwulan

laporan mencapai 5.20% (ytd), lebih tinggi dari rata-rata inflasi kalender selama 5 tahun terakhir sebesar 4.27%

(ytd). Tingginya laju inflasi kalender Maluku terjadi sejak awal tahun dimana pada bulan Januari hingga Maret,

harga ikan segar melambung tinggi dan terus berlanjut hingga bulan Mei. Lebih lanjut, pada bulan-bulan

dimana nelayan tidak dapat melaut, pedagang pasar membeli pasokan ikan dari perusahaan perikanan terdekat,

yang masih dapat melaut karena kapasitas kapal yang lebih besar. Perusahaan perikanan berfungsi sebagai

penahan laju inflasi pada bulan-bulan tersebut. Pada awal tahun hingga triwulan laporan, banyak perusahaan

perikanan tidak dapat berproduksi, terutama karena kapal yang mereka gunakan adalah kapal eks asing yang

terkena dampak moratorium izin tangkap dari KKP. Selain itu, larangan penggunaan pukat hela (trawls) dan

pukat tarik (seine nets) juga mempengaruhi kinerja sebagian perusahaan perikanan yang selama ini

menggantungkan hasil tangkap mereka pada alat tersebut. Dengan hilangnya pasokan dari perusahaan

perikanan dan tidak dapat melautnya para nelayan tradisional, pasar tradisional Provinsi Maluku kehilangan

supply ikan segar di tengah meningkatnya daya beli masyarakat menjelang Lebaran.

Grafik 2-16 Tren Inflasi kalender (ytd) Provinsi Maluku Grafik 2-17 Tren Inflasi Bulanan (mtm) Provinsi Maluku

Sumber: BPS Provinsi Maluku, diolah Sumber: BPS Provinsi Maluku; diolah

(4.00)

(2.00)

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

14.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

% ytd

2011 2012 2013 2014 2015

(5.00)

(4.00)

(3.00)

(2.00)

(1.00)

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

% mtm 2012 2013 2014 2015

BAB II PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

51

2.5 Kegiatan Pengendalian Inflasi di Provinsi Maluku

Sebagai wujud komitmen daerah dalam pengendalian inflasi, sampai dengan triwulan laporan telah

terbentuk seluruh TPID di tingkat kabupaten/kota sehingga saat ini terdapat 1 TPID tingkat provinsi

dan 11 TPID tingkat kota/kabupaten. Beberapa TPID yang baru terbentuk selama periode laporan

diantaranya adalah TPID Kab. Buru Selatan yang terbentuk melaui SK No. 80 tahun 2015 tanggal 11 Mei 2015,

TPID Kab. Maluku Tengah dengan SK No. 500-570 tahun 2015 tanggal 6 Mei 2015, TPID Kab. Maluku

Tenggara dengan SK No. 267 tahun 2015 tanggal 5 Mei 2015 dan TPID Kab. Seram Bagian Timur No. 109.a

tahun 2015 tanggal 4 Mei 2015.

Selama Triwulan II 2015, Tim Pengendali Inflasi Daerah di Provinsi Maluku melakukan 4 kali high-level

meeting maupun rapat teknis dan 1 kali rakor TPID Sulampua-Balinusra. Rapat high-level pertama

diadakan pada bulan Mei untuk membahas tingginya laju inflasi Maluku pada tahun 2015 serta upaya-upaya

pengendalian inflasi ke depan. Rapat high-level selanjutnya diadakan pada akhir Mei untuk membahas

penentuan lokasi dan jadwal pasar penyeimbang serta persiapan menjelang bulan Ramadhan. Sementara itu,

rapat teknis yang diadakan TPID Provinsi Maluku berlangsung pada bulan Juni untuk membahas sinergi program

antar tim TPID serta meningkatkan kerja sama antar daerah. Kemudian, pada tanggal 14 Juni berhasil

sayuran sebagai pemicu utama inflasi Maluku oleh para pedagang APPS Provinsi Maluku.

Sebagai langkah awal deteksi dini atas potensi risiko inflasi pada masing-masing kabupaten/kota,

TPID Provinsi Maluku memutakhirkan metode pemantauan harga melalui sistem Pusat Informasi

Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional, yang dapat dilihat secara online melalui situs

http://www.hargapangan.id/statistik-nasional/tahunan. Melalui situs tersebut, stakeholders dapat memantau

perkembangan harga pangan strategis di setiap daerah di Indonesia. Sampai dengan triwulan laporan, harga

pangan Provinsi Maluku yang telah terpantau rutin adalah harga untuk Kota Ambon. Ke depan diharapkan

seluruh TPID Kab./Kota di Maluku dapat mengunggah harga pangan harian untuk masing-masing

kota/kabupaten.

Tabel 2-4 Kegiatan TPID triwulan II-2015

No. Waktu Kegiatan Agenda/Rekomendasi

1. 15 Mei 2015 Rapat TPID Provinsi Maluku 1. Bappeda sedang menyiapkan kajian rantai pasok dari aspek produksi,

distribusi pertanian dan perikanan yang melibatkan pihak Universitas

Pattimura

2. Perlu dicari solusi dari kebijakan moratorium KKP agar sektor perikanan

tetap dapat tumbuh

3. Perum Bulog telah menyiapkan beras sebanyak 10 ribu ton

2. 17 Mei 2015 Rakor TPID Sulampua-

Balinusra di Denpasar

1. Percepatan pembangunan proyek infrastruktur pertanian, jalan,

kemaritiman, energi dan konektivitas

2. Pemberian perlakuan khusus dari Pempus dalam bentuk insentif APBD

BAB II PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

52

dan subsidi

3. Peningkatan perdagangan antar daerah di KTI

4. Peningkatan peran Bulig dalam menjaga stok beras dan komoditas

strategis lainnya

3. 26 Mei 2015 Rapat TPID Prov. Maluku 1. Disperindag Provinsi dan Disperindag kota akan berkoordinasi terkait

dengan penentuan jadwal dan lokasi pelaksanaan pasar penyeimbang

2. Bulog memastikan ketersediaan yang dimiliki cukup untuk 3 hingga 4

bulan ke depan

3. Pertamina akan melakukan pengawasan dan memastikan ketersediaan

stok BBM

4. 8 Juni 2015 Rakor Tim Teknis TPID 1. Membahas sinergi program pengendalian inflasi antar TPID, baik untuk

jangka pendek maupun jangka panjang

2. Meningkatkan kerjasama perdagangan antar daerah dalam memenuhi

surplus defisit komoditas

3. Menindaklanjuti arahan Menteri Dalam Negeri dengan menjaga

ketersediaan pasokan, mempercepat distribusi barang, pembentukan pos

pengaduan masyarakat dan menjaga kestabilan bahan pokok dan BBM

4. Mendorong pembentukan APPS di tingkat kabupaten/kota

5. Mengadakan pasar penyeimbang secara rutin setiap hari Minggu pagi

yang bertajuk “Pasar Minggu”

6. Hasil rapat TPID kota/kabupaten agar disampaikan kepada Sekretariat

TPID Maluku dan Bank Indonesia

5. 14 Juni 2015 Pelaksanaan Pasar Minggu

perdana

1. Pasar Minggu (Pasmi) ini khusus menjual komoditas sayuran dari para

pedagang anggota APPS Prov. Maluku

2. Pasmi ini akan dilaksanakan rutin setiap hari Minggu pagi saat car free

day berlangsung

3. Harga komoditas yang dijual lebih rendah dari harga di pasar lain karena

adanya pemotongan rantai distribusi

6. 26 Juni 2015 Rapat TPID Kab. Buru 1. Meningkatkan infrastruktur berupa jalan transportasi ruas jalan Namrole-

Namlea untuk memperlancar pasokan

2. Mendorong Pihak Balai Jalan Nasional Prov. Maluku untuk segera

melakukan langkah-langkah perbaikan mengingat status ruas jalan

tersebut adalah ruas jalan Nasional

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

53

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

54

BAB III. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

3.1. Perkembangan Perbankan Secara Umum

Tabel 3-1 Perkembangan Indikator Perbankan Maluku

Sumber: Laporan Bank Umum (LBU) dan Laporan Berkala BPR (LBBPR), Bank Indonesia

Indikator kinerja perbankan di Provinsi Maluku pada triwulan II 2015 menunjukkan perlambatan,

kecuali pada penyaluran kredit. Pertumbuhan aset perbankan pada triwulan II-2015 mencapai 10,15% (yoy),

melambat dibanding triwulan lalu yang mencapai 19,27% (yoy). Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) juga

menunjukkan perlambatan, dari 16,76% (yoy) pada triwulan I-2015 menjadi 15,85% (yoy) pada triwulan

laporan. Sementara itu, kinerja penyaluran kredit menunjukkan peningkatan, tercermin dari pertumbuhan kredit

lokasi proyek pada triwulan II-2015 yang mencapai 11,19% (yoy) atau meningkat dibanding triwulan

sebelumnya yang hanya sebesar 9,16% (yoy). Berdasarkan lokasi bank, penyaluran kredit juga mengalami

peningkatan, yaitu dari 9,7% (yoy) pada triwulan I-2015 menjadi 11, 81% (yoy) pada triwulan laporan.

Seiring dengan masih lambannya pertumbuhan kredit dibanding pertumbuhan DPK, tingkat

intermediasi perbankan tercatat masih dalam tren penurunan. Loan-to-Deposit Ratio (LDR) perbankan

Provinsi Maluku pada triwulan II-2015 turun menjadi 72,48% dibanding triwulan sebelumnya yang mencapai

73,16%. Hal ini menunjukkan semakin rendahnya tingkat intermediasi perbankan dan masih tingginya tingkat

likuiditas di Provinsi Maluku.

Tingkat NPL di Provinsi Maluku tercatat masih dalam rentang aman dan mengalami penurunan,

namun hal ini akibat penghapusbukuan kredit bermasalah, bukan akibat penurunan risiko kredit.

Tingkat NPL di Provinsi Maluku pada triwulan II-2015 tercatat sebesar 1,94% atau turun dibanding triwulan I-

2015 yang mencapai 2,48%. Tingkat NPL ini masih berada pada batas aman yang ditetapkan Bank Indonesia,

yaitu di bawah 5%. Penurunan NPL ini terkait dengan penghapusbukuan kredit bermasalah pada industri

makanan sebesar Rp 41, 4 miliar.

I II III IV I II III IV I II

1. Aset 13.29 13.78 14.18 13.33 14.13 15.21 16.13 14.09 16.85 16.75

Grow th (% yoy) 5.63 4.34 5.72 5.06 6.31 10.34 13.74 5.65 19.27 10.15

2. DPK 8.50 8.56 8.99 9.59 9.50 10.19 10.73 10.74 11.10 11.80

Grow th (% yoy) 16.96 10.83 13.82 13.01 11.81 18.98 19.41 11.96 16.76 15.85

3. Kredit Lokasi Proyek (Rp Triliun) 7.09 7.63 8.06 8.33 8.39 8.62 8.85 9.04 9.16 9.58

Grow th (% yoy) 19.36 22.15 23.90 21.74 18.37 12.87 9.81 8.46 9.16 11.19

4. Kredit Lokasi Bank (Rp Triliun) 6.29 6.75 7.05 7.30 7.40 7.65 7.84 8.02 8.12 8.55

Grow th (% yoy) 19.19 16.59 20.30 19.40 17.59 13.28 11.10 9.78 9.70 11.81

5. NPL Lokasi Proyek (Rp Triliun) 0.18 0.18 0.19 0.17 0.26 0.27 0.24 0.20 0.23 0.19

% NPL 2.58 2.42 2.38 2.02 3.08 3.11 2.75 2.25 2.48 1.94

6. LDR (%) 74.05 78.88 78.49 76.15 77.87 75.10 73.02 74.67 73.16 72.48

Indikator Perbankan Maluku2013 2014 2015

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

55

3.2. Perkembangan Bank Umum

3.2.1. Perkembangan Aset Bank Umum

Tabel 3-2 Aset Bank Umum Maluku

Sumber: LBU (Bank Indonesia)

Aset bank umum Maluku pada triwulan II-2015 mengalami perlambatan dibandingkan triwulan

sebelumnya. Aset bank umum di Maluku secara keseluruhan mencapai Rp15,56 triliun atau tumbuh 9,34%

(yoy), melambat dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 18,77% (yoy). Aset Bank Swasta tercatat

tumbuh melambat dari 10,65% (yoy) pada triwulan I-2015 menjadi 9,56% (yoy) pada triwulan laporan,

sedangkan Bank Persero tumbuh meningkat dari 21,19% (yoy) pada triwulan I-2015 menjadi 9,28% (yoy) pada

triwulan laporan. Perlambatan pertumbuhan aset ini tak lepas dari perlambatan pertumbuhan DPK dan masih

lambannya pertumbuhan kredit pada triwulan II-2015.

3.2.2. Perkembangan Dana Pihak Ketiga (DPK)

Pertumbuhan DPK di Provinsi Maluku pada triwulan laporan melambat dibanding triwulan

sebelumnya. Pertumbuhan penghimpunan dana bank umum di Provinsi Maluku mencatatkan pertumbuhan

sebesar 15,84% (yoy), melambat dibanding triwulan lalu yang mencapai 16,75% (yoy).

Grafik 3-1 Perkembangan Komponen DPK Maluku

Sumber: LBU (Bank Indonesia)

Komponen pendorong utama pertumbuhan DPK selama setahun terakhir, yaitu deposito, mengalami

perlambatan seiring dengan penurunan suku bunga deposito. Komponen deposito pada triwulan II-2015

mengalami pertumbuhan sebesar 26,91% (yoy), meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang mencapai

38,11% (yoy). Hal ini seiring dengan perlambatan penghimpunan deposito perseorangan, yang hanya tumbuh

sebesar 32,87% (yoy) pada triwulan II-2015, dibanding triwulan I-2015 yang tumbuh sebesar 41,85% (yoy).

Penurunan suku bunga deposito dari 8,13% menjadi 7,65% menjadi disinsentif bagi masyarakat untuk

menginvestasikan dananya dalam bentuk deposito.

Komponen giro dan tabungan mulai tumbuh meningkat. Komponen giro pada triwulan II-2015 tercatat

tumbuh sebesar 22,76% (yoy), meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh sebesar 17,88%

(yoy). Komponen tabungan juga mengalami peningkatan pertumbuhan, yaitu 4,96% (yoy) pada triwulan II-

I II III IV I II I II III IV I II

Aset Bank Pemerintah 10,177 11,017 11,697 9,420 12,333 12,039 7.61 10.28 12.98 2.49 21.19 9.28

Aset Bank Sw asta 3,037 3,215 3,408 3,493 3,360 3,523 (2.63) 6.97 14.48 11.18 10.65 9.56

Total 13,213 14,232 15,105 12,913 15,693 15,561 5.07 9.51 13.32 4.70 18.77 9.34

2014 2015

Nominal (Rp miliar)Aset Bank Umum

Berdasarkan Kepemilikan

Growth (% yoy)

2014 2015

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

56

2015, dibanding 3,84% (yoy) pada triwulan I-2015. Hal ini sejalan dengan meningkatnya pendapatan usaha dan

rumah tangga sebagai dampak dari peningkatan belanja pemerintah.

Tabel 3-3 Perkembangan DPK Bank Umum Maluku

Sumber: LBU (Bank Indonesia)

Secara spasial, pertumbuhan tertinggi terjadi pada Kabupaten Maluku Tenggara Barat dan Maluku

Barat Daya, sedangkan pertumbuhan terendah berada pada Kab. Buru dan Buru Selatan. Pertumbuhan

DPK di Maluku Tenggara Barat dan Maluku Barat Daya mencapai 305,65% (yoy) seiring dengan penyaluran

dana desa yang mencapai Rp 56,1 miliar, sedangkan dana pihak ketiga di Kab. Buru dan Buru Selatan

mengalami kontraksi sebesar 56,66% (yoy).

Suku bunga simpanan Provinsi Maluku tercatat mengalami penurunan, yang merupakan lagged-

effect dari penurunan BI rate. Suku bunga simpanan (DPK agregat) pada akhir triwulan II-2015 tercatat

sebesar 3,88%, menurun dibanding triwulan sebelumnya yang berada pada tingkat 4,07%. Penurunan suku

bunga didorong oleh komponen deposito, yang turun dari 8,13% pada triwulan I-2015 menjadi 7,65% pada

triwulan laporan. Sebagaimana pola historisnya, suku bunga deposito di Provinsi Maluku sangat sensitif pada

perubahan BI rate. Penurunan pada triwulan II-2015 ini tak lepas dari penurunan BI rate sebesar 25 basis poin

pada bulan Februari 2015. Di sisi lain, suku bunga tabungan dan giro justru meningkat. Suku bunga tabungan

pada triwulan II-2015 mencapai 1,91%, meningkat dibanding triwulan lalu yang hanya sebesar 1,89%. Suku

bunga giro juga meningkat dari 1,92% pada triwulan I-2015 menjadi 1,93% pada triwulan laporan.

Grafik 3-2 Suku Bunga Dana Bank Umum di Provinsi Maluku Menurut Bentuk Simpanan

Grafik 3-3 Pertumbuhan Kredit Maluku Berdasar Jenis Penggunaan

Sumber: LBU (Bank Indonesia) Sumber: LBU (Bank Indonesia)

I II III IV I II I II III IV I II

Maluku Tengah 756.83 868.45 851.92 1,024.91 905.23 1,489.49 21.17 37.45 33.80 38.14 19.61 71.51

Maluku Tenggara 1,524.99 1,666.12 1,160.60 1,105.86 1,279.57 1,388.83 128.30 153.53 162.20 -12.77 -16.09 -16.64

Maluku Tenggara Barat dan Maluku Barat Daya 280.99 303.67 1,009.41 911.95 1,077.71 1,231.82 -52.28 -49.82 26.46 195.50 283.54 305.65

Buru & Buru Selatan 468.12 523.60 528.44 240.86 540.93 226.94 -4.81 0.26 11.30 -40.06 15.55 -56.66

Seram Bagian Barat 94.01 93.80 102.80 115.28 101.74 100.05 -28.29 -37.52 -35.55 12.89 8.22 6.66

Seram Bagian Timur 205.94 247.73 251.71 202.21 275.52 328.71 16.31 58.37 30.17 32.61 33.78 32.69

Kepulauan Aru 71.28 73.47 75.44 93.62 82.03 81.49 -75.26 -74.20 -75.88 18.75 15.08 10.91

Kota Ambon 5,837.37 6,140.62 6,512.25 6,703.29 6,522.90 6,640.44 9.91 15.29 19.06 7.84 11.74 8.14

Kota Tual 5.62 5.93 8.14 9.81 8.52 7.16 37.55 52.06 -96.91 37.92 51.52 20.70

PROVINSI MALUKU 9,245.15 9,923.39 10,500.72 10,407.79 10,794.15 11,494.92 11.60 19.02 19.99 12.19 16.75 15.84

2014Kabupaten/Kota 2014 2015

g-DPK (% yoy)

2015

DPK

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

57

3.2.3. Perkembangan Kredit

Pertumbuhan kredit pada triwulan II-2015 masih dalam tren meningkat. Baki debet pembiayaan bank

umum yang disalurkan pada proyek yang berlokasi di Maluku mencapai Rp8,53 triliun atau tumbuh sebesar

9,99% (yoy), meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 7,76% (yoy).

Peningkatan pertumbuhan kredit Maluku ditopang oleh kredit modal kerja (KMK). Kredit modal kerja

tumbuh sebesar 28,00% (yoy) pada triwulan laporan, meningkat dari 12,01% (yoy) pada triwulan I-2015. Hal ini

seiring dengan mulai tumbuhnya minat investor untuk menjajaki kembali usaha perikanan di kabupaten Maluku

Tenggara, sebagaimana tercermin dari peningkatan kredit modal kerja sektor perikanan sebesar 229% (yoy)

yang terutama disumbang dari kabupaten tersebut. Selain itu, peningkatan kredit modal kerja juga disumbang

oleh KMK sektor perdagangan besar dan eceran yang tumbuh 57,29% (yoy), seiring dengan meningkatnya

kebutuhan persediaan barang dagang memasuki bulan puasa dan menjelang hari raya idul fitri.

Grafik 3-4 Perkembangan Komponen Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) Kota Ambon

Sumber: Survei Konsumen (Bank Indonesia)

Kredit konsumsi yang merupakan komponen utama dalam kredit berlokasi proyek di Provinsi Maluku

mengalami sedikit perlambatan, sedangkan kredit investasi mengalami kontraksi. Pada triwulan II-

2015, kredit konsumsi tumbuh 10,15% (yoy), sedikit melambat dibanding triwulan sebelumnya yang mencapai

10,31% (yoy). Hal ini seiring dengan rendahnya optimisme konsumen, terutama dalam pembelian barang-

barang tahan lama, sebagaimana tercermin dari indeks ketepatan waktu pembelian barang tahan lama

konsumen Kota Ambon yang menunjukkan tren pesimisme selama bulan April Mei 2015.

Di sisi lain, kredit investasi pada triwulan II-2015 masih berada pada tren kontraksi atau pertumbuhan

negatif, yaitu sebesar 25,94% (yoy), lebih dalam dari kontraksi pada triwulan sebelumnya yang hanya sebesar

7,99% (yoy). Hal ini seiring dengan masih tingginya tingkat ketidakpastian usaha di Provinsi Maluku di tengah

berlakunya moratorium izin tangkap kapal eks asing dan lesunya konsumen.

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

58

Tabel 3-4 Perkembangan Kredit Bank Umum Maluku

Sumber: LBU (Bank Indonesia)

Secara spasial, peningkatan kredit bank umum di hampir seluruh Provinsi Maluku kecuali 4 kab./kota.

Menurut lokasi penyaluran kredit, sebagian besar pembiayaan masih terpusat di Kota Ambon (49,82%), diikuti

berturut-turut oleh Maluku Tenggara (16,84%), dan Maluku Tengah (13,4%). Untuk triwulan II-2015,

pertumbuhan kredit terpantau meningkat pada Kota Ambon, Maluku Tenggara Barat, Maluku Barat Daya, Buru,

Buru Selatan, Seram Bagian Barat, dan Seram Bagian Timur. Sementara itu, Maluku Tengah, Maluku Tenggara,

dan Kep. Aru mencatatkan perlambatan, sedangkan Kota Tual mengalami pertumbuhan kredit yang negatif.

3.2.3.1 Perkembangan Kredit Korporasi

Kredit korporasi sektor utama di Maluku pada triwulan II-2015 mengalami peningkatan

pertumbuhan. Secara keseluruhan kredit korporasi di Maluku pada triwulan laporan mencapai Rp 3,77 triliun,

atau tumbuh 10,54% (yoy), meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 4,87% (yoy).

Pertumbuhan ini ditopang oleh kredit sektor perdagangan besar dan eceran yang mengalami peningkatan

pertumbuhan dari 10,84% (yoy) pada triwulan I-2015 menjadi 15,69 % (yoy) pada triwulan laporan, serta mulai

tumbuh kembalinya kredit sektor konstruksi sebesar 9,14% (yoy) pada triwulan laporan, setelah mengalami

kontraksi pada triwulan lalu sebesar 14,14% (yoy). Sementara itu, kredit sektor pertanian, kehutanan, dan

perikanan yang tercatat tumbuh melambat, yaitu sebesar 18,86% (yoy) pada triwulan laporan, dibanding

20,55% (yoy) pada triwulan I-2015. Hal ini seiring dengan terkontraksinya kredit investasi sebesar 79% (yoy) di

tengah bertambahnya kredit modal kerja sebesar 194,71% (yoy). Ini merupakan cerminan dari perubahan

komitmen investor perikanan untuk mengarahkan dananya pada program investasi jangka pendek, seiring

dengan masih tingginya tingkat ketidakpastian usaha jangka panjang dari sektor tersebut.

Grafik 3-5Perkembangan Kredit Korporasi Sektor Utama Grafik 3-6 Perkembangan NPL Kredit Korporasi Sektor Utama

Sumber: LBU (Bank Indonesia) Sumber: LBU (Bank Indonesia)

I II III IV I II I II III IV I II

Maluku Tengah 1,031.08 1,069.93 1,069.21 1,100.01 1,103.99 1,143.73 19.69 15.37 12.58 8.54 7.07 6.90

Maluku Tenggara 1,250.23 1,305.72 1,316.23 1,355.10 1,393.53 1,436.99 28.20 21.49 8.23 3.49 11.46 10.05

Maluku Tenggara Barat dan Maluku Barat Daya 434.55 466.45 492.24 509.80 530.34 583.97 20.44 22.46 21.77 18.71 22.04 25.20

Buru & Buru Selatan 309.09 318.84 331.59 348.55 355.29 381.20 28.23 16.45 11.26 13.43 14.95 19.56

Seram Bagian Barat 186.08 185.37 203.04 213.12 216.75 229.61 10.85 0.08 4.88 13.56 16.48 23.87

Seram Bagian Timur 140.15 143.73 149.70 157.07 158.18 169.31 16.48 9.89 8.51 13.94 12.87 17.80

Kepulauan Aru 220.29 224.07 286.80 297.32 299.93 290.99 20.79 19.16 27.87 30.03 36.16 29.86

Kota Ambon 3,973.20 3,996.90 4,059.59 4,070.22 4,068.95 4,251.23 12.44 5.83 4.36 3.65 2.41 6.36

Kota Tual 34.85 47.10 46.39 40.29 41.00 45.73 -7.34 35.13 47.25 19.11 17.63 -2.91

PROVINSI MALUKU 7,579.52 7,758.11 7,954.79 8,091.48 8,167.97 8,532.77 16.96 11.27 8.30 6.83 7.76 9.99

2015

g-Kredit Lokasi Proyek (% yoy)

2014Kabupaten/Kota 2014 2015

Kredit Lokasi Proyek

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

59

NPL kredit korporasi mengalami penurunan, seiring dengan penghapusbukuan kredit bermasalah

pada sektor industri pengolahan makanan dan penurunan NPL pada sektor konstruksi. NPL kredit

korporasi pada triwulan laporan mencapai 3,46%, menurun dibanding triwulan sebelumnya yang mencapai

4,91%. Namun demikian, penurunan ini bukan merupakan cerminan dari penurunan risiko kredit di Provinsi

Maluku, melainkan penghapusbukuan kredit bermasalah sebesar Rp 41 miliar pada sektor industri pengolahan

makanan dan Rp 9 miliar pada sektor konstruksi. NPL sektor konstruksi saat ini masih berada pada tingkat

6,62%, belum berada di bawah batas aman 5% Bank Indonesia. Sementara itu, NPL pada sektor pertanian dan

perikanan serta sektor perdagangan besar dan eceran mengalami kenaikan, masing-masing menjadi 1,41% dan

3,37% di triwulan laporan, dibanding 1,38% dan 3,12% pada triwulan sebelumnya. Hal ini terkait dengan

masih lesunya konsumen dan tingginya ketidakpastian usaha di bidang perikanan.

3.2.3.2 Perkembangan Kredit Rumah Tangga

Tabel 3-5 Perkembangan Kredit Rumah Tangga di Provinsi Maluku

Sumber: LBU (Bank Indonesia)

Kredit rumah tangga secara keseluruhan mengalami perlambatan pertumbuhan pada triwulan II-

2015, dimana hampir seluruh komponennya mengalami pertumbuhan negatif kecuali kredit

multiguna. Kredit rumah tangga tercatat tumbuh melambat dari 10,31% (yoy) pada triwulan I-2015 menjadi

10,15% (yoy) pada triwulan laporan. Pertumbuhan ini didorong oleh kredit multiguna, yang merupakan kredit

dengan proporsi terbesar (52,98%) dari total kredit rumah tangga. Kredit multiguna tercatat mengalami

peningkatan pertumbuhan dari 64,49% (yoy) menjadi 71,19% (yoy), seiring dengan meningkatnya pendapatan

dari pegawai negeri sipil. Di sisi lain, permintaan kredit dari konsumen non pegawai mengalami penurunan,

tercermin dari terjadinya pertumbuhan negatif pada kredit rumah tangga non-multiguna. Kredit Pemilikan

Rumah (KPR) mengalami kontraksi sebesar 2,03% (yoy), lebih dalam dari triwulan lalu yang hanya terkontraksi

0,23% (yoy). Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) terkontraksi 0,39% (yoy), setelah pada triwulan lalu tumbuh

positif 5,22% (yoy). Kredit Rumah Tangga lainnya dan Kredit Bukan Lapangan Usaha lainnya juga tercatat

terkontraksi cukup dalam, masing-masing sebesar 29,83% (yoy) dan 26,92% (yoy).

I II III IV I II I II III IV I II

KPR 483 504 485 485 482 493 126.99 28.15 12.58 13.21 -0.28 -2.03

KKB 137 145 139 138 144 144 19.30 14.36 8.82 4.47 5.22 -0.39

Kredit Multiguna 1,482 1,473 1,452 2,386 2,437 2,522 -22.56 -7.63 -6.21 57.94 64.49 71.19

Kredit RT Lainnya 200 235 233 181 172 165 15.44 21.20 15.63 -10.64 -13.89 -29.83

Kredit Bukan Lapangan Usaha Lainnya 1,895 1,965 2,111 1,368 1,394 1,436 53.07 30.09 26.58 -25.18 -26.43 -26.92

Total Kredit RT 4,197 4,321 4,420 4,559 4,630 4,760 14.91 13.17 11.17 11.12 10.31 10.15

2014 2015 2014 2015

Nominal (Rp miliar) Growth (% yoy)Jenis Kredit Rumah Tangga

Bank Umum

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

60

Grafik 3-7 Perkembangan Penggunaan Pendapatan Rumah Tangga Kota Ambon

Grafik 3-8 Perkembangan NPL Kredit Rumah Tangga

Sumber: LBU (Bank Indonesia) Sumber: LBU (Bank Indonesia)

Kondisi keuangan konsumen Kota Ambon menunjukkan peningkatan average-prospensity-to-

consume ratio, diikuti dengan pengurangan debt-to-income ratio dan saving-to-income ratio.

Average-prospensity-to-consume ratio, atau rasio konsumsi terhadap total pendapatan bulanan, terlihat

meningkat pada akhir triwulan II-2015 menjadi 62,04% dibanding triwulan lalu 56,7% seiring dengan tingginya

tingkat inflasi selama tahun 2015. Meningkatnya porsi konsumsi ini kemudian mengurangi porsi pendapatan

untuk tabungan, serta mengurangi demand konsumen untuk menambah utang. Hal ini tercermin dari

penurunan saving-to-income ratio dan debt-to-income ratio, masing-masing dari 35,81% menjadi 30,59% dan

7,49% menjadi 7,36%.

NPL kredit rumah tangga secara keseluruhan stabil dan masih berada pada tingkat yang aman. NPL

kredit rumah tangga tercatat stabil sebesar 1,02% pada triwulan laporan, sama seperti triwulan lalu. Hal ini

seiring dengan penurunan NPL kredit multiguna dan kredit rumah tangga lainnya, yaitu masing-masing dari 1%

dan 1,82% pada triwulan I-2015 menjadi 0,95% dan 1,15% pada triwulan laporan. Sementara itu, NPL kredit

KPR, KKB, dan Kredit Bukan Lapangan Usaha Lainnya meningkat. NPL KPR meningkat dari 1,38% menjadi

1,49%, sementara NPL KKB meningkat dari 0,3% menjadi 0,5%. NPL Kredit rumah tangga lainnya tercatat

3.2.3.3. Suku Bunga Kredit

Suku bunga kredit masih berada pada level yang stabil, dari 13,87% pada triwulan I-2015 menjadi

13,88% pada triwulan laporan. Meskipun secara keseluruhan suku bunga kredit masih berada pada level

yang stabil, namun suku bunga kredit modal kerja tercatat mengalami penurunan sedangkan suku bunga kredit

investasi dan kredit konsumsi mengalami peningkatan. Suku bunga kredit modal kerja turun dari 13,40% pada

triwulan I-2015 menjadi 12,52 % pada triwulan laporan. Di sisi lain, suku bunga kredit konsumsi yang semula

pada triwulan I-2015 tercatat sebesar 14,32% meningkat menjadi 14,43% pada triwulan laporan. Sebagai

dampak dari tingginya ketidakpastian dunia usaha, perbankan meningkatkan suku bunga investasi dari 13,05%

pada triwulan I-2015 menjadi 15,40% pada triwulan laporan.

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

61

Grafik 3-9 Suku Bunga Kredit Bank Umum di Provinsi Maluku Menurut Jenis Penggunaan

Grafik 3-10 Perkembangan LDR Provinsi Maluku

Sumber: LBU (Bank Indonesia) Sumber: LBU (Bank Indonesia)

3.2.4. Risiko Bank Umum Maluku

3.2.4.1. Risiko Likuiditas

LDR perbankan Maluku mengalami penurunan seiring dengan pertumbuhan kredit yang lebih lambat

dari pertumbuhan DPK, dengan risiko likuiditas yang masih rendah. Loan-to-Deposit Ratio (LDR) bank

umum di Maluku pada triwulan II-2015 adalah sebesar 65,31%, lebih rendah dari triwulan I-2015 yang tercatat

sebesar 66,03%. Level LDR tersebut masih dapat dioptimalkan untuk mencapai level yang ditetapkan oleh Bank

Indonesia yaitu pada 78-92%.

3.2.4.2. Risiko Kredit

Tabel 3-6 NPL Kredit Bank Umum Maluku Berdasar Jenis Penggunaan

Sumber: LBU (Bank Indonesia)

NPL kredit bank umum di Maluku menurun dan dalam batas aman.. Secara keseluruhan, NPL kredit bank

umum yang berlokasi proyek di Maluku pada triwulan I-2015 berada pada tingkat 2,1%, di bawah batas aman

5%. NPL tersebut lebih rendah dari tingkat NPL pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 2,72%, yang

didorong oleh penurunan NPL kredit modal kerja dari 5,82% pada triwulan I-2015 menjadi 3,17% pada

triwulan laporan. Risiko kredit konsumsi pada triwulan laporan tercatat stabil sebesar 1,02%, sama seperti

triwulan sebelumnya. Di sisi lain, NPL kredit investasi meningkat, dari 3,12% pada triwulan I-2015 menjadi

4,45% pada triwulan laporan. Peningkatan NPL pada kredit investasi ini tersebut perlu diwaspadai karena

tingkat NPL tersebut hampir melewati ambang batas aman BI.

3.2.4.3. Risiko Pasar

Risiko pasar bank umum Maluku relatif menurun, tercermin dari meningkatnya spread suku bunga

seiring dengan penurunan cost of funds. Spread suku bunga pada triwulan II-2015 tercatat mulai

meningkat, yaitu dari 9.8% (yoy) pada triwulan I-2015 menjadi 10% pada triwulan II-2015. Hal ini seiring

dengan penurunan BI rate yang turut menurunkan tingkat suku bunga DPK, terutama dari suku bunga deposito.

Suku bunga DPK pada triwulan laporan tercatat sebesar 3.88%, turun dari triwulan I-2015 yang mencapai

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

NPL KMK 4.06 3.88 3.83 4.997 6.61 6.49 7.02 3.82 4.25 4.02 3.83 3.34 7.35 7.29 6.30 5.47 5.82 3.17

NPL K. Investasi 1.89 1.45 1.66 1.09 31.47 2.14 2.84 3.41 3.38 2.96 3.25 2.90 2.97 3.11 3.04 2.62 3.12 4.45

NPL K. Konsumsi 1.03 1.08 1.33 1.13 1.26 1.37 1.59 1.75 1.84 1.70 1.62 1.30 1.42 1.39 1.26 0.86 1.02 1.02

NPL Kredit Maluku 2.11 2.05 2.21 2.35 7.98 3.14 3.44 2.60 2.75 2.58 2.53 2.16 3.35 3.38 3.01 2.46 2.72 2.10

2013 2014 201520122011

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

62

4.07%. Sementara itu, suku bunga kredit tercatat sedikit meningkat dari 13.87% pada triwulan I-2015 menjadi

13.88% Pada triwulan II-2015 akibat naiknya risiko di kredit investasi.

Grafik 3-11 Perkembangan BI Rate dan Spread Suku Bunga

Sumber: LBU (Bank Indonesia)

3.3. Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

3.3.1. Aset dan DPK BPR

Pertumbuhan aset Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Provinsi Maluku melambat seiring dengan

perlambatan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK). Aset BPR di Maluku pada triwulan II-2015 adalah

sebesar Rp. 1,19 triliun atau tumbuh 21,85% (yoy), meningkat dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar

26,52% (yoy).

Grafik 3-12. Aset dan DPK BPR di Provinsi Maluku Grafik 3-13. Dana Pihak Ketiga BPR di Provinsi Maluku

Sumber: LBBPR (Bank Indonesia) Sumber: LBBPR (Bank Indonesia)

Pertumbuhan DPK BPR di Provinsi Maluku melambat seiring dengan melambatnya pertumbuhan

deposito. Pertumbuhan DPK pada triwulan II-2015 mencapai 16,43% (yoy), melambat dibanding triwulan I-

2015 yang mencapai 17,09% (yoy). Perlambatan ini didorong oleh perlambatan pertumbuhan deposito yang

hanya mencapai 12,37% (yoy) pada triwulan laporan, dibanding 19,33% (yoy) pada triwulan I-2015. Hal ini

seiring dengan penurunan insentif bagi konsumen perseorangan untuk berinvestasi dalam deposito, seiring

dengan penurunan suku bunga. Di sisi lain, komponen tabungan terlihat mengalami peningkatan pertumbuhan

dari 9,73% (yoy) pada triwulan I-2015 menjadi 29,5% (yoy) pada triwulan laporan.

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

63

3.3.2. Penyaluran Kredit BPR

Kredit yang disalurkan oleh BPR di Provinsi Maluku masih dalam tren melambat dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya. Kredit BPR pada triwulan II-2015 tumbuh sebesar 22,09% (yoy), sedikit

melambat dibanding sebelumnya yang mencapai 22,21% (yoy). Hal ini disebabkan oleh melambatnya

komponen utama dalam kredit BPR, yaitu kredit konsumsi, yang melambat dari 22,47% pada triwulan I-2015

menjadi 22,07% pada triwulan laporan. Sementara itu, BPR Provinsi Maluku mencoba kembali meningkatkan

portofolio di dunia usaha, sebagaimana terlihat dari meningkatnya pertumbuhan kredit modal kerja dan kredit

investasi. Kredit modal kerja kembali mengalami pertumbuhan sebesar 3,73% (yoy) pada triwulan laporan,

setelah mengalami kontraksi 39,82% (yoy) pada triwulan I-2015. Kredit investasi bahkan meningkat tajam, yaitu

sebesar 202,84% (yoy), dibanding triwulan sebelumnya yang mencapai 62,46% (yoy).

Grafik 3-14. Perkembangan Kredit BPR Menurut Jenis Penggunaan

Sumber: LBBPR (Bank Indonesia)

3.3.3. Risiko Likuiditas dan Risiko Kredit BPR

Grafik 3-15. Perkembangan Kredit BPR Menurut Jenis Penggunaan

Grafik 3-16. Non Performing Loan BPR di Provinsi Maluku

Sumber: LBBPR (Bank Indonesia) Sumber: LBBPR (Bank Indonesia)

LDR BPR di Provinsi Maluku terus mengalami tren peningkatan. LDR BPR pada triwulan II-2015 tercatat

sebesar 341,81%, meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang hanya 327,47%. Seiring dengan

pertumbuhan DPK yang jauh lebih kecil dibanding pertumbuhan kredit, ketergantungan BPR Provinsi Maluku

terhadap dana pasiva antar bank semakin tinggi. Hingga akhir triwulan II-2015, dana pasiva antar bank pada

BPR di Provinsi Maluku tercatat sebesar 71,12%, meningkat dibanding triiwulan sebelumnya yang hanya

mencapai 70,08%.

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

64

Risiko kredit BPR di Provinsi Maluku meningkat namun masih dalam level aman. Non Performing Loan

(NPL) yang disalurkan BPR di Provinsi Maluku adalah sebesar Rp. 6,39 milyar atau 0,61%, meningkat tipis

dibanding triwulan sebelumnya yang berada pada tingkat 0,54%. Tingkat NPL tersebut masih dalam batas

aman yang ditetapkan Bank Indonesia, yaitu di bawah 5%. Tingkat NPL di triwulan II-2015 yang rendah ini

ditopang oleh tingginya porsi kredit konsumsi, yang mencapai 99,63%.

3.4. Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM

3.4.1. Inklusivitas Akses Keuangan Maluku

Gambar 3-1. Peta Jaringan Bank Provinsi Maluku

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Maluku Januari 2015

Akses perbankan di Maluku belum optimal sehubungan dengan sebaran kantor bank, baik Bank

Umum (BU) maupun Bank Perkreditan Rakyat (BPR), yang tidak merata di seluruh daerah Maluku.

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan pada bulan Januari 2015, jaringan kantor di Provinsi Maluku mencapai

150 kantor yang tersebut di seluruh daerah Maluku. Jumlah kantor bank terbanyak berada di Kota Ambon

mencapai 57 kantor bank, terdiri dari 55 kantor Bank Umum (BU) dan 2 kantor Bank Perkreditan Rakyat (BPR).

Selanjutnya, diikuti oleh Maluku Tengah sebanyak 21 BU dan 1 BPR, dan Maluku Tenggara sebanyak 9 BU dan 1

BPR. Sedangkan, Kabupaten Buru Selatan merupakan kabupaten yang paling sedikit jaringan kantor karena

hanya mempunyai5 BU. Dengan mencermati kondisi geografis Maluku yang merupakan daerah kepulauan yang

tersebut, perlu ada penambahan jumlah jaringan kantor bank di daerah-daerah terluar dengan tujuan untuk

meningkatkan akses keuangan dan literasi keuangan. Penambahan jumlah jaringan kantor bank harus

memperhatikan luas wilayah, jumlah penduduk dan tingkat perekonomian daerah yang bersangkutan.

AmbonATM : 170 unitCDM : 12 unitKC : 21 unitKCP : 19 unitKK : 15 unitKP : 2 unit

Seram Bagian BaratATM : 4 unit KCP : 6 unitKC : 2 unit KK : 1 unit

Seram Bagian TimurATM : 3 unit KCP : 3 unitKC : 1 unit KK : 1 unit

BuruATM : 10 unitKC : 2 unitKCP : 7 unitKK : 2 unit

MaltengATM : 28 unitKC : 4 unitKCP : 15 unitKK : 3 unit

Kep AruATM : 6 unitKC : 1 unitKCP : 5 unitKK : 3 unit

Kota TualATM : 7 unitKC : 1 unitKCP : 6 unitKK : 2 unit

Maluku Tenggara BaratATM : 7 unit KCP : 3 unitKC : 3 unit KK : 3 unit

Maluku Barat DayaATM : 3 unitKCP : 4 unitKK : 1 unit

Maluku TenggaraATM : 6 unitKC : 2 unitKCP : 3 unitKK : 4 unitKP : 1 unit

Buru SelatanATM : 1 unitKC : 1 unitKCP : 2 unitKK : 1 unit

LegendaATM : Anjungan Tunai MandiriCDM : Cash Deposit MachineKC : Kantor CabangKCP : Kantor Cabang PembantuKK : Kantor KasKP : Kantor Pusat

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

65

Tabel 3-7. Rasio Rekening DPK terhadap Jumlah Penduduk dan Luas Wilayah

Sumber: Bank Indonesia

Indikator keuangan inklusif Provinsi Maluku menunjukkan adanya sedikit peningkatan akses

keuangan masyarakat terhadap perbankan. Rasio jumlah rekening DPK terhadap jumlah penduduk Provinsi

Maluku mencapai 54,87, menurun tipis dibandingkan triwulan sebelumnya (54,82). Rasio tersebut menunjukkan

bahwa setiap 100 jiwa penduduk Provinsi Maluku, 54-55 jiwa diantaranya memiliki akses untuk menyimpan

dana di perbankan. Sementara, rasio jumlah rekening DPK terhadap luas wilayah Provinsi Maluku mencapai

16,50, menurun tipis dibandingkan triwulan sebelumnya (16,48). Rasio tersebut menunjukkan bahwa terdapat

16 rekening DPK setiap 100 km luas wilayah Provinsi Maluku. Provinsi Maluku mempunyai tantangan dalam

meningkatkan inklusivitas keuangan karena wilayah geografis yang berupa kepulauan dan tersebarnya aktivitas

ekonomi penduduk di pulau-pulau terpencil. Rasio jumlah rekening DPK terhadap jumlah penduduk tertinggi

dimiliki oleh Kota Ambon yang merupakan Ibukota Provinsi Maluku, yaitu 115,78. Di lain sisi, rasio terendah

dimiliki oleh Kabupaten Maluku Barat Daya, yaitu 1,47. Rasio jumlah rekening DPK terhadap luas wilayah

tertinggi dimiliki oleh Kota Ambon, yaitu 1.165,88 rekening/km2. Di lain sisi, rasio terendah masih dimiliki oleh

Kabupaten Maluku Barat Daya, yaitu 0,23 rekening/km2.

Tabel 3-8. Rasio Rekening Kredit terhadap Jumlah Penduduk dan Luas Wilayah

Sumber: Bank Indonesia

Aksesibilitas terhadap pembiayaan perbankan di Provinsi Maluku menurun. Rasio jumlah rekening kredit

terhadap jumlah penduduk Provinsi Maluku mencapai 8,14 pada triwulan I-2015, turun dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya. Penurunan ini terjadi seiring dengan turunnya demand atas kredit di triwulan II-2015

akibat penurunan optimisme konsumen. Rasio tersebut menunjukkan bahwa dari 100 penduduk Provinsi

Maluku, sebanyak 8 penduduk memiliki akses terhadap pembiayaan bank umum. Rasio rekening kredit

Rasio Rekening DPK

I II III IV I II I II III IV I II

Maluku Tengah 39.54 39.59 41.25 49.66 40.25 48.27 12.52 12.54 13.06 15.72 12.74 15.29

Maluku Tenggara Barat 34.97 35.35 67.33 69.73 67.91 68.84 3.64 3.68 7.00 7.25 7.06 7.16

Maluku Tenggara 136.67 134.15 106.45 111.67 106.09 107.52 39.55 38.82 30.81 32.32 30.70 31.12

Kab. Buru 46.66 47.45 49.99 28.74 50.13 27.98 10.26 10.43 10.99 6.32 11.02 6.15

Seram Bagian Barat 16.32 16.42 17.31 18.61 17.24 17.98 6.78 6.82 7.19 7.73 7.16 7.47

Seram Bagian Timur 23.00 23.39 24.29 24.95 24.37 24.92 6.11 6.21 6.45 6.62 6.47 6.61

Kep. Aru 11.42 11.39 11.89 12.73 12.76 13.31 1.62 1.61 1.68 1.80 1.81 1.88

Kota Ambon 113.29 108.28 111.55 115.70 115.07 115.78 1,140.74 1,090.28 1,123.29 1,165.04 1,158.68 1,165.88

Kota Tual 2.89 3.00 3.14 3.28 3.36 3.54 7.27 7.56 7.90 8.27 8.46 8.90

Buru Selatan 0.78 0.99 1.18 1.40 1.56 1.80 0.12 0.15 0.18 0.21 0.24 0.27

Maluku Barat Daya - - - 0.33 1.04 1.47 - - - 0.05 0.16 0.23

Total 53.30 52.11 54.09 56.11 54.82 54.87 16.02 15.67 16.26 16.87 16.48 16.50

2015

Terhadap Jumlah Penduduk Terhadap Luas Wilayah

Kabupaten/Kota2014 2014 2015

Rasio Rekening Kredit

I II III IV I II I II III IV I II

Maluku Tengah 7.60 7.64 7.71 7.62 8.07 7.70 2.41 2.42 2.44 2.41 2.56 2.44

Maluku Tenggara Barat 7.68 7.74 7.84 7.99 9.54 9.87 0.80 0.80 0.81 0.83 0.99 1.03

Maluku Tenggara 13.11 12.98 13.03 12.97 15.55 15.28 3.79 3.76 3.77 3.75 4.50 4.42

Kab. Buru 5.34 5.38 5.49 5.49 7.14 7.32 1.17 1.18 1.208 1.207 1.57 1.61

Seram Bagian Barat 2.23 2.13 2.40 2.60 4.09 4.30 0.93 0.89 1.00 1.08 1.70 1.79

Seram Bagian Timur 3.05 3.06 3.10 3.18 3.20 3.18 0.81 0.81 0.82 0.84 0.85 0.84

Kep. Aru 3.28 3.25 3.36 3.55 3.73 3.93 0.46 0.46 0.48 0.50 0.53 0.56

Kota Ambon 12.91 12.69 12.80 12.99 14.19 14.17 129.99 127.76 128.91 130.78 142.87 142.69

Kota Tual 0.74 1.01 1.12 1.10 1.15 1.41 1.86 2.55 2.81 2.78 2.89 3.56

Buru Selatan 0.01 0.0035 0.0035 0.0017 1.20 1.41 0.00 0.00 0.001 0.0003 0.18 0.21

Maluku Barat Daya 0.01 0.02 0.02 0.21 0.23 0.21 0.00 0.00 0.003 0.03 0.04 0.03

Total 7.06 7.01 7.11 7.19 8.16 8.14 2.12 2.11 2.14 2.16 2.45 2.45

Kabupaten/Kota2014 20142015

Terhadap Jumlah Penduduk

2015

Terhadap Luas Wilayah

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

66

terhadap jumlah penduduk tercatat tertinggi di Kabupaten Maluku Tenggara yang mencapai 15,28. Sedangkan

rasio tersebut tercatat terendah di Kabupaten Maluku Barat Daya yang mencapai 0,21.

Rasio rekening kredit terhadap luas wilayah Provinsi Maluku mencapai 2,45 rekening/km2 pada triwulan I-2015,

stabil dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Rasio tersebut menunjukkan bahwa terdapat akses

pembiayaan 2 rekening setiap 1 km2luas wilayah.Rasio rekening kredit terhadap luas wilayah tercatat tertinggi di

Kota Ambon yang mencapai 142,69 rekening/km2.Sedangkan ratio tersebut tercatat terendah di Kabupaten

Maluku Barat Daya yang mencapai 0,03 rekening/km2.

3.4.2. Pembiayaan UMKM di Maluku

Grafik 3-17. Kredit UMKM Bank Umum di Provinsi Maluku Grafik 3-18. NPL Kredit UMKM Bank Umum di Provinsi Maluku

* hanya Bank Umum Sumber: LBU (Bank Indonesia)

* hanya Bank Umum Sumber: LBU (Bank Indonesia)

Akses pembiayaan bank umum terhadap UMKM tumbuh meningkat, begitupun porsi kredit UMKM

terhadap total kredit. Baki debet pembiayaan bank umum terhadap UMKM Provinsi Maluku pada triwulan I-

2015 mencapai Rp. 2,39 triliun, atau tumbuh 14,12% (yoy). Pertumbuhan tersebut meningkat dibandingkan

triwulan sebelumnya yang tumbuh 8,06% (yoy). Porsi kredit UMKM terhadap total kredit yang disalurkan bank

umum juga meningkat tipis dari 27,33% pada triwulan I-2015 menjadi 28,06% pada triwulan II-2015.

Kredit Modal Kerja (KMK) dalam tren tumbuh meningkat namun Kredit investasi dalam tren

terkontraksi. Penyaluran kredit bank umum didominasi oleh penyaluran Kredit Modal Kerja. Pada triwulan II-

2015, KMK mencapai Rp. 1,78 triliun atau tumbuh 23,72% (yoy), meningkat dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya yang tumbuh 20,60% (yoy). Sementara itu, Kredit Investasi pada triwulan II-2015 mencapai Rp.

0,614 triliun atau terkontraksi -6,84% (yoy), lebih rendah bila dibandingkan dengan kontraksi triwulan

sebelumnya yang mencapai -9,23% (yoy).

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

67

Tabel 3-9. Kredit UMKM Bank Umum berdasarkan Kabupaten/Kota

* hanya Bank Umum Sumber: LBU (Bank Indonesia)

Bila dilihat berdasarkan kabupaten/kota, pada triwulan II-2015 penyaluran kredit UMKM terbesar disalurkan di

Kota Ambon dengan pangsa 57,02%, sedangkan terendah adalah Kabupaten Maluku Barat Daya.

Pertumbuhan penyaluran Kredit UMKM dialami oleh hampir semua kabupaten/kota kecuali Kabupaten Buru

Selatan dan Maluku Barat Daya yang mengalami kontraksi.

Risiko kredit UMKM di Provinsi Maluku meningkat dan perlu diwaspadai. Non-Performing Loan (NPL)

Kredit UMKM di Provinsi Maluku mencapai Rp. 106,2 milyar atau dengan rasio NPL sebesar 4,43%, meningkat

dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 4,27%. Rasio NPL UMKM Provinsi Maluku tercatat lebih tinggi

daripada rasio NPL total kredit bank umum yang disalurkan kepada proyek yang berlokasi di Provinsi Maluku

(2,1%). Rasio NPL ini juga perlu diwaspadai karena sudah mendekati ambang batas aman Bank Indonesia, yaitu

5%.

3.5. Perkembangan Sistem Pembayaran di Provinsi Maluku

Indikator sistem pembayaran Provinsi Maluku, baik tunai maupun non tunai, mengalami kontraksi

pertumbuhan tahunan pada triwulan II-2015. Pertumbuhan uang kartal mencatatkan kontraksi 13,19%

(yoy) pada arus inflow dan 1,42% (yoy) pada arus outfow. Transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS) juga

mengalami kontraksi 18,19% (yoy) secara nominal dan 44,68% (yoy) secara volume. Sejalan dengan hal

tersebut, transaksi kliring juga menunjukkan tren pertumbuhan negatif, yaitu 15.91% (yoy) secara nominal

dan 30,4% (yoy).

3.5.1. Perkembangan Sistem Pembayaran Tunai dan Kegiatan Perkasan

Tabel 3-10 Rekapitulasi Kegiatan Perkasan KPw BI Prov. Maluku

Sumber: Bank Indonesia, diolah

I II III IV I II III IV I II III IV I II

Maluku Tengah 202 239 205 210 223 238 248 269 266 282 287 300 299 323

Maluku Tenggara 196 208 192 209 210 228 247 276 268 272 273 277 278 286

Maluku Tenggara Barat 50 51 49 50 47 48 53 62 70 78 78 90 91 102

Kab Buru 53 66 75 81 82 99 107 120 116 122 131 137 137 153

Seram Bagian Barat 16.78 34.16 33.39 39.41 36.97 37.81 33.82 32.08 39.70 43.81 54.76 61.77 62.72 70.72

Seram Bagian Timur 5.34 8.78 12.16 13.45 8.56 9.22 7.94 14.39 12.38 13.58 14.13 14.76 14.48 16.48

Kepulauan Aru 6.22 7.06 6.73 7.66 8.81 9.08 16.92 22.64 41.95 44.09 48.70 58.47 56.73 42.73

Kota Ambon 1,218 1,312 1,330 1,183 1,152 1,265 1,177 1,215 1,224 1,208 1,218 1,255 1,262 1,365

Kota Tual 28.79 28.64 33.01 33.17 25.59 25.84 25.41 27.37 28.05 34.51 33.35 31.00 31.61 35.07

Buru Selatan - - - - 0.31 0.18 0.16 0.15 0.14 0.03 0.02 - - 0.05593

Maluku Barat Daya - - - - - - 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.004 0.002 0.001

Total Maluku 1,777 1,954 1,936 1,827 1,795 1,960 1,916 2,039 2,066 2,098 2,137 2,224 2,233 2,394

2014 2015Kredit UMKM per Wilayah

(Rp Miliar)

2012 2013

Kegiatan

(Rp Miliar) I II III IV I II III IV I II

Inflow 661.62 201.03 408.99 117.36 721.01 329.36 521.72 208.90 884.14 285.93 Outflow (188.94) (521.46) (818.11) (1,204.89) (161.06) (595.06) (764.67) (1,340.19) (195.84) (586.59) Net Inflow (Outflow) 472.68 (320.43) (409.11) (1,087.53) 559.95 (265.70) (242.95) (1,131.29) 688.30 (300.66) Penukaran Melalui Kas Keliling 4.36 5.82 3.51 7.79 6.78 5.73 9.48 12.85 10.02 10.48Remise (Pengiriman Uang) 219 186 407 1167 0 524 107 877 66 172Inflow/Hari 10.69 3.05 6.97 1.95 12.02 4.99 8.90 3.48 14.74 4.33Outflow/Hari 3.28 7.90 13.27 20.48 2.68 9.02 12.11 22.91 3.26 8.89Setoran/Hari 10.48 2.82 6.68 1.61 11.76 5.30 8.06 3.00 14.37 4.84Penarikan/Hari 3.08 7.67 12.98 20.14 2.43 9.82 13.07 22.43 2.90 9.77Penukaran/Hari 0.17 0.17 0.29 0.26 0.18 0.23 0.39 0.33 0.25 0.02

2013 2014 2015

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

68

Sesuai dengan pola siklikal tahunannya, perputaran kas di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku

pada triwulan II-2015 membukukan net outflow, yaitu sebesar Rp 300.66 miliar, atau mencatatkan jumlah uang

tunai yang keluar yang lebih besar dibanding jumlah uang tunai yang masuk dari KPw BI Provinsi Maluku. Hal ini

sesuai dengan pola tahunannya, yaitu akibat meningkatnya realisasi belanja pemerintah, serta meningkatnya

kebutuhan uang masyarakat seiring dengan pergantian tahun dasar pendidikan, kebutuhan terkait dengan

Bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri (termasuk penyaluran tunjangan hari raya pegawai negeri sipil, TNI, dan

POLRI).

Grafik 3-19 Perputaran Uang Kartal KPw BI Prov. Maluku Grafik 3-20 Pertumbuhan Uang Kartal KPw BI Prov. Maluku

Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah Pertumbuhan uang kartal tahunan di KPw BI Provinsi Maluku tercatat mengalami kontraksi.

Pertumbuhan uang masuk (inflow) di KPw BI Provinsi Maluku pada triwulan laporan mencatatkan kontraksi

sebesar 13,19% (yoy), menurun tajam dibanding triwulan lalu yang tumbuh positif sebesar 22,63% (yoy).

Pertumbuhan uang yang keluar untuk diedarkan (outflow) juga tercatat mengalami kontraksi pada triwulan

laporan, yaitu sebesar 1,42% (yoy), dibanding triwulan I-2015 yang tumbuh positif 21,59% (yoy). Hal ini terkait

dengan perlambatan kinerja perbankan, yang tercermin dari melambatnya pertumbuhan DPK dan rendahnya

pertumbuhan kredit pada triwulan II-2015.

3.5.1.1. Perkembangan Pemusnahan Uang

Salah satu kegiatan pengelolaan uang Rupiah yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Maluku adalah menjaga kualitas uang kartal yang beredar dalam kondisi layak edar, melalui

kegiatan pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (UTLE).

Pada triwulan II-2015, pemusnahan UTLE yang dilakukan selama triwulan laporan mencapai Rp

117 miliar atau sebanyak 40,95% dari jumlah uang masuk ke Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Maluku. Sesuai dengan pola siklikalnya, jumlah rasio UTLE terhadap total inflow di triwulan II-

2015 cenderung meningkat. Hal ini sejalan dengan penurunan kelebihan uang di perbankan pada bulan -

bulan non-hari raya, serta kebijakan KPw BI Provinsi Maluku yang memprioritaskan penerimaan UTLE

untuk menjaga kelayakan uang beredar di Provinsi Maluku. Namun demikian, rasio ini tercatat lebih besar

dibanding triwulan yang sama di tahun 2014, yang hanya mencapai 32,13%.

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

69

Grafik 3-21 Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (UTLE)

Sumber: Bank Indonesia, diolah

3.5.1.2. Perkembangan Uang Palsu

Sepanjang triwulan laporan, ditemukan 5 lembar uang palsu dengan senilai Rp 350.000,00 di

Provinsi Maluku. Temuan ini terdiri dari 2 lembar dengan nominal Rp 100.000,00 dan 3 lembar dengan

nominal. Jumlah temuan uang palsu pada triwulan ini lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang

sebesar Rp 650.000. Dalam rangka membantu mengurangi peredaran uang palsu di masyarakat, KPw BI

Provinsi Maluku meningkatkan intensitas kegiatan sosialisasi mengenai ciri -ciri keaslian uang rupiah agar

masyarakat menjadi paham serta cepat tanggap terhadap ciri-ciri uang palsu yang diedarkan oknum yang

tidak bertanggungjawab. Pada triwulan II-2015, KPw BI Provinsi Maluku telah melakukan 2 kali

sosialisasi keaslian uang rupiah, yaitu di Mako (Kab. Buru) dan Masohi (Kab. Maluku Tengah), dengan

total sosialisasi sebanyak 4 kali selama tahun 2015.

3.5.1.3. Kegiatan Kas Keliling Bank Indonesia dan Kegiatan Lainnya

Kegiatan kas keliling pada triwulan II-2015 tercatat sebanyak 31 kali, mengalami kenaikan

frekuensi dibanding triwulan sebelumnya yang sebanyak 21 kali. Kegiatan kas keliling ini

merupakan upaya Bank Indonesia untuk senantiasa menyediakan uang layak edar di masyarakat

khususnya di pulau-pulau di luar Ambon, mengingat kondisi geografis Provinsi Maluku yang terdiri dari

kepulauan dan di dominasi oleh wilayah perairan menjadi tantangan tersendiri bagi Bank Indonesia. Selain

menerapkan clean money policy (kebijakan untuk menyediakan uang layak edar), kegiatan kas keliling

juga bertujuan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat yang memerlukan pecahan kecil tanpa

harus datang ke Kantor Perwakilan BI.

Tabel 3-11 Kegiatan Kas Keliling Triwulan II-2015

Tujuan Frekuensi

Ambon 25 kali

Kisar 1 kali

Tepa 1 kali

Saparua 1 kali

Banda 1 kali

Masohi 1 kali

Tual 1 kali

total 31 kali

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

70

3.5.2. Perkembangan Sistem Pembayaran Non-Tunai

3.5.2.1. Perkembangan Transaksi BI-RTGS

Perkembangan nominal transaksi melalui Real Time Gross Settlement (RTGS) pada triwulan II-2015 mencatatkan

kondisi net outgoing sebesar Rp1,27 triliun. Dengan kata lain, pada triwulan laporan jumlah dana yang keluar

dari Maluku melalui RTGS lebih besar dibanding jumlah dana yang masuk ke Maluku. Posisi net outgoing

Provinsi Maluku pada triwulan II-2015 keluar dari pola siklikalnya. Pola siklikal tahunan RTGS Provinsi Maluku

mencatatkan posisi net outgoing terendah pada triwulan I-2015, yang semakin membersar hingga akhir tahun.

Pada triwulan II-2015, tercatat terjadi penurunan posisi net outgoing sebesar 72,1% (qtq). Hal ini terkait dengan

terjadinya posisi net outgoing yang cukup tinggi, sebesar Rp 4,5 miliar pada triwulan I-2015.

Grafik 3-22 Perkembangan Nominal BI-RTGS Maluku Grafik 3-23 Perkembangan Volume BI-RTGS Maluku

Sumber: Bank Indonesia (diolah) Sumber: Bank Indonesia (diolah)

Secara tahunan, total transaksi RTGS menunjukkan kontraksi, baik dari nominal maupun dari volume

transaksi. Total transaksi nominal RTGS pada triwulan laporan mencapai Rp 6,1 triliun, atau terkontraksi

18,19% (yoy), turun tajam dibanding triwulan I-2015 yang tumbuh positif sebesar 89,41% (yoy). Dari sisi

volume, transaksi RTGS juga mengalami pertumbuhan negatif, yaitu sebesar 44,68% (yoy), lebih dalam

dibanding kontraksi triwulan lalu yang hanya sebesar 36,47% (yoy). Hal ini mengindikasikan penurunan aktivitas

ekonomi non-tunai di Provinsi Maluku pada triwulan II-2015, serta transfer dana keluar daerah di luar pola

siklikal yang cukup besar pada triwulan sebelumnya.

3.5.2.2 Perkembangan Transaksi Kliring

Grafik 3-24 Perputaran Kliring di Provinsi Maluku

Sumber: Bank Indonesia, (diolah)

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

71

Pada triwulan II-2015, perputaran kliring di Provinsi Maluku tercatat mengalami kontraksi. Transaksi

kliring di Provinsi Maluku pada triwulan laporan mencapai Rp1,02 triliun, yang berasal dari 24,65 ribu lembar

warkat . Secara nominal perputaran kliring di Provinsi Maluku terkontraksi 15.91% (yoy), lebih tajam dibanding

triwulan sebelumnya yang juga mengalami kontraksi 0,74% (yoy). Sementara itu, secara volume, perputaran

kliring secara triwulanan juga menunjukkan tren kontraksi 30,4% (yoy), menurun dibanding triwulan

sebelumnya yang juga tumbuh negatif 2,63% (yoy). Sama dengan RTGS, hal ini juga mengindikasikan

penurunan aktivitas ekonomi yang menggunakan instrumen non-tunai di Provinsi Maluku. Hal ini juga tercermin

dari rata-rata nominal harian perputaran kliring yang hanya mencapai Rp16.49 miliar per hari, menurun

dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar Rp21.68 miliar maupun dibanding triwulan yang sama tahun

sebelumnya yang mencapai Rp20,27 miliar.

BOKS 3 MENDORONG KEUANGAN INKLUSIF MELALUI LAYANAN KEUANGAN DIGITAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

72

BOKS 3 - Mendorong Keuangan Inklusif Melalui Layanan Keuangan Digital (LKD)

Perbankan dan Lembaga Keuangan akan menopang aktivitas ekonomi dengan cara

memudahkan masyarakat untuk menjangkau sumber modal dan pada akhirnya sektor

produktif dapat lebih berkembang. Semakin tinggi tingkat inklusifitas keuangan atau

tingkat akses layanan keuangan, maka semakin mudah masyakarakat untuk mengakses

layanan keuangan dan semakin tinggi aktivitas ekonomi di wilayah tersebut.

Lalu seberapa tinggi tingkat keuangan inklusif di negara kita, Indonesia?

Menurut Global Financial Inclusion (Global Findex) yang disusun World Bank pada tahun 2015, 35,9%

penduduk dewasa (di atas 15 tahun) telah mempunyai rekening di lembaga keuangan, 25,9% penduduk

dewasa yang mempunyai kartu debit, 26,6% penduduk dewasa yang menggunakan fasilitas tabungan di

lembaga keuangan (2014), dan 13,1% penduduk dewasa yang menggunakan fasilitas kredit di lembaga

keuangan (2014).

Sebagai perbandingan, kita coba bandingkan dengan Negara Malaysia, dimana 80,7%penduduk dewasa (di

atas 15 tahun) telah mempunyai rekening di lembaga keuangan, 41,2% penduduk dewasa yang

mempunyai kartu debit, 33,8% penduduk dewasa yang menggunakan fasilitas tabungan di lembaga

keuangan (2014), dan 19,5% penduduk dewasa yang menggunakan fasilitas kredit di lembaga keuangan

(2014). Bila dibandingkan, Negara Indonesia memiliki tingkat keuangan inklusif yang lebih rendah.

Pentingnya keuangan

inklusif telah disadari oleh

Pemerintahdengan

membentuk Strategi

Nasional Keuangan Inklusif

(SNKI)

Strategi Nasional Keuangan Inklusif (SNKI) merupakan strategi nasional yang disusun bersama antara Bank

Indonesia, Kantor wakil presiden (Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan TNP2K) dan

Kementrian Keuangan untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi melalui pengurangan kemiskinan,

pemerataan pendapatan dan stabilitas sistem keuangan di Indonesia melalui penciptaan sistem keuangan

yang dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat. SNKI mempunyai 6 pilar untuk mencapai tujuan

tersebut. Layanan Keuangan Digital (LKD) merupakan salah satu inisiatif produk untuk mendukung pilar ke

empat - Kebijakan/Peraturan yang Mendukung.

Layanan Keuangan Digital atau LKD merupakan layanan keuangan dari perbankan menggunakan sarana

dan perangkat teknologi berbasis mobile atau web. Dalam implementasinya, perbankan akan melibatkan

Gambar 1. Strategi Nasional Keuangan Inklusif

BOKS 3 MENDORONG KEUANGAN INKLUSIF MELALUI LAYANAN KEUANGAN DIGITAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

73

pihak ketiga untuk menjadi Agen LKD yang bertugas sebagai representative bank di suatu wilayah yang

menggantikan peran kantor bank dalam melayani nasabah.

Layanan yang dapat diberikan oleh Agen LKD meliputi:

1. Fasilitator registrasi pemegang 2. Pengisian ulang (top-up) 3. Pembayaran atas tagihan yang bersifat rutin

atau berkala seperti listrik, air, telepon, angsuran kredit atau pembiayaan,premi asuransi, dan/atau tagihan lainnya

4. Tarik tunai 5. Penyaluran program bantuan pemerintah

kepada masyarakat seperti bantuan sosial kepada masyarakat sangat miskin, bantuan pembiayaan pendidikan, dan bantuan pembiayaan kesehatan, dan

6. Fasilitas lain berdasarkan persetujuan Bank Indonesia

Negara Indonesia merupakan negara dengan karakteristik kepulauan sehingga dalam pengembangan

ekonomi sering terbentur dengan masalah pembangunan infrastruktur, termasuk infrastruktur perbankan.

Hal ini tercermin juga pada Provinsi Maluku. Provinsi Maluku dengan karakteristik kepulauan memiliki

kesulitan dalam pembangunan infrastruktur untuk meningkatkan aktivitas ekonomi di luar Kota Ambon

yang saat ini masih menjadi pusat perekonomian.Bila tidak ada perkembangan infrastruktur di suatu

wilayah, maka tidak akan menarik investor untuk mengembangkan bisnis di wilayah tersebut. Pada

akhirnya, aktivitas ekonomi di wilayah tersebut rendah dan tidak dapat mengoptimalkan potensinya. Hal

tersebut secara otomatis menyebabkan berkurangnya minat perbankan untuk membuka kantor cabang

atau ATM di luar Kota Ambon karena pertimbangan bisnis.Perbankan membutuhkan biaya investasi dan

operasional yang tinggi ketika membuka kantor cabang ataupun ATM.

Diharapkan LKD menjadi solusi bagi keuangan inklusif karena perbankan tidak memerlukan biaya investasi

dan operasional yang tinggi untuk dapat menyediakan layanan keuangan bagi masyarakat. Perbankan

dapat bekerjasama dengan Agen LKD untuk menggantikan peran bank dalam memberikan layanan

keuangan di suatu daerah.

LKD solusi pendorong keuangan inklusif,

khususnya daerah terpencil

Gambar 1. Proses Bisnis Agen LKD

BOKS 3 MENDORONG KEUANGAN INKLUSIF MELALUI LAYANAN KEUANGAN DIGITAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

74

Jika berbicara mengenai Provinsi Maluku, seberapa tinggi tingkat keuangan inklusifnya?

% Pemilik Akun Tabungan Bank di Provinsi Maluku Cukup Tinggi, namun tidak merata

Sumber : Bank Indonesia

Jumlah akun tabungan bank merupakan salah satu indikator untuk menilai tingkat keuangan inklusif suatu

wilayah. Bila dilihat dari akun tabungan di bank, sudah 47,6% penduduk Provinsi Maluku memiliki akun

tabungan. Angka ini lebih besar dari presentase akun tabungan bank terahadap jumlah penduduk secara

nasional, yaitu 26,6%. Namun bila dilihat secara detil, terdapat disparitas persebaran akun tabungan di

Provinsi Maluku. 51,6% pemilik akun tabungan di perbankan berada di Kota Ambon.

Hal ini makin menjelaskan bahwa aktivitas ekonomi masih terpusat di Kota Ambon yang pada akhirnya

berpengaruh terhadap tingkat keuangan inklusif yang rendah di wilayah selain Kota Ambon. Hanya Kota

Ambon dan Kabupaten Maluku Tenggara yang memiliki jumlah akun tabungan bank melebihi jumlah

penduduk di kabupaten/kotanya, atau dapat diasumsikan tiap orang di kabupaten/kota tersebut

mempunyai paling tidak 1 rekening tabungan di bank.

Gambar 2. % Akun Tabungan Terhadap Jumlah Penduduk Kabupaten/Kota 2013

Gambar 3. % Akun Tabungan Terhadap Total Akun Tabungan 2013

Sumber : Bank Indonesia Sumber : Bank Indonesia

Di dalam implementasi Layanan Keuangan Digital (LKD) perlu ditetapkan prioritas karena terbatasnya

sumber daya. LKD lebih cocok diimplementasikan di wilayah yang tingkat keuangan inklusifnya masih

rendah. Untuk menentukan prioritas kabupaten/kota implementasi LKD, Kantor Perwakilan Bank Indonesia

(KPwBI) Provinsi Maluku membandingkan Indeks Keuangan Inklusif (IKI) kabupaten/kota. IKI dibentuk dari 2

33%

115%

19%28%

14%23%

11%

105%

3%

Malteng Maltra MTB Buru SBB SBT Aru Ambon Tual

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

Malteng, 15.4%Maltra, 14.7%

MTB, 4.4%

Buru, 6.4%

SBB, 3.0%

SBT, 3.0%

Aru, 1.3%

Ambon, 51.6%

Tual, 0.2%

Gambar 3. Presentase Pemilik Akun Tabungan Bank

di Provinsi Maluku

BOKS 3 MENDORONG KEUANGAN INKLUSIF MELALUI LAYANAN KEUANGAN DIGITAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

75

(dua) dimensi, yaitu Dimensi Akses dan Dimensi Penggunaan.

Dimensi Akses merupakan dimensi yang digunakan untuk mengukur kemampuan penggunaan jasa

keuangan formal, sehingga dapat dilihat terjadinya potensi hambatan untuk membuka dan

mempergunakan rekening bank, seperti biaya atau keterjangkauan fisik layanan jasa keuangan (kantor

bank, ATM, dll.).Sedangkan Dimensi Penggunaan adalah dimensi yang digunakan untuk mengukur

kemampuan penggunaan aktual produk dan jasa keuangan, antara lain terkait keteraturan, frekuensi dan

lama penggunaan.

Dimensi Akses dibentuk dari beberapa indikator, yaitu:

1. Jumlah kantor Bank Umum (BU) per 100.000 penduduk dewasa

2. Jumlah ATM per 100.000 penduduk dewasa

3. Jumlah kantor Bank Umum (BU) per 1.000 km2

4. Jumlah ATM per 1.000 km2

5. Jumlah BPR per 100.000 penduduk dewasa

6. Jumlah BPR per 1.000 km2

7. Jumlah Koperasi aktif per 100.000 penduduk dewasa

8. Jumlah Koperasi aktif per 1.000 km2

Sedangkan Dimensi Penggunaan dibentuk dari beberapa faktor sebagai berikut:

1. Jumlah rekening Dana Pihak Ketiga (Dana Pihak Ketiga Deposito , Giro, Tabungan) per 1.000

penduduk dewasa

2. Jumlah rekening Kredit per 1.000 penduduk dewasa

3. Jumlah nominal Dana Pihak Ketiga (Dana Pihak Ketiga Deposito , Giro, Tabungan) per Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar Harga BerlakU

4. Jumlah nominal Kredit per Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar Harga Berlaku

Tabel 3. Indeks Keuangan Inklusif (IKI) Provinsi Maluku 2015

Keuangan Inklusifnya, Kota Ambon tertinggi,

Kabupaten Seram Bagian Timur(SBT) terendah

BOKS 3 MENDORONG KEUANGAN INKLUSIF MELALUI LAYANAN KEUANGAN DIGITAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

76

Indeks Keuangan Inklusif (IKI) pada tabel di atas merupakan indeks yang bertujuan untuk membandingkan

tingkat keuangan inklusif antar kabupaten/kota di Provinsi Maluku. Indeks tersebut tidak bertujuan untuk

membandingkan dengan IKI kabupaten/kota di Provinsi Maluku dengan kabupaten/kota di luar Provinsi

Maluku karena perbedaan tolok ukur yang digunakan.

Bila dilihat dari Indeks Dimensi Akses, Kota Ambon mempunyai akses keuangan yang tinggi sedangkan

Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT) memiliki akses keuangan paling rendah.Jumlah lembaga keuangan

yang berlokasi di Kabupaten SBT tidak sepadan dengan jumlah penduduk maupun luas wilayahnya.

Sebaliknya, Kota Ambon dengan jumlah penduduk 23% dari total Provinsi Maluku dan luas wilayah yang

relatif kecil memiliki jumlah lembaga keuangan terbanyak se-Provinsi Maluku.

Bila dilihat dari Indeks Dimensi Penggunaan, Kabupaten Maluku Tenggara mempunyai tingkat penggunaan

layanan keuangan tertinggi di Provinsi Maluku, di lain sisi Kota Tual menjadi yang terendah. Hal ini

menunjukkan bahwa presentase jumlah akun baik tabungan (DPK) maupun kredit di Kota Tual sangat kecil

dibandingkan dengan jumlah penduduknya. Selain itu, nominal DPK maupun Kredit sangat kecil

presentasenya dibandingkan dengan jumlah PDRB di Kota Tual.

Namun demikian, dalam menentukan prioritas implementasi LKD, dibutuhkan 2 (dua) dimensi lain sebagai

tambahan pertimbangan, yaitu Dimensi Aktivitas Ekonomi dan Dimensi Infrastruktur.Pendapatan Domestik

Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) dan Pendapatan Per Kapita menjadi indikator yang

dilihat dalam melihat perkembangan ekonomi daerah.

Semakin tinggi PDRB-ADHB dan semakin tinggi Pendapatan per Kapita di suatu wilayah, maka semakin

tinggi potensi implementasi LKD di wilayah tersebut.

Sedangkan infrastruktur yang perlu dipertimbangkan dalam memetakan wilayah LKD adalah Infrastruktur

Telekomunikasi karena media dari Layanan Keuangan Digital (LKD) adalah berbasis mobile atau web.

Indikator yang digunakan sebagai pertimbangan dari sisi Infrastruktur Telekomunikasi adalah luasnya jumlah

provider atau penyedia layanan telekomunikasi, jangkauan layanan (coverage) telekomunikasi, dan jumlah

pengguna telepon genggam.

Semakin banyak jumlah provider, semakin luas jangkauan layanan telekomunikasi, dan semakin banyak

jumlah pengguna telepon genggam di suatu daerah, maka potensi implementasi LKD di wilayah tersebut

akan semakin besar.

BOKS 3 MENDORONG KEUANGAN INKLUSIF MELALUI LAYANAN KEUANGAN DIGITAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

77

Tabel 4. Pemilihan 3 Kabupaten/Kota Implementasi LKD 2015

Sumber : BPS Provinsi Maluku, Kantor OJK Provinsi Maluku, dan Perusahaan Telekomunikasi; diolah

Dalam memilih 3 kabupaten/kota yang paling potensi untuk implementasi LKD, tidak dapat dilihat hanya

dari tingkat keuangan inklusif, aktivitas ekonomi, dan infrastruktur telekomunikasi secara terpisah. Bila

dilihat dari seluruh dimensi di atas, maka ada 3 daerah yang paling berpotensi untuk implementasi LKD,

yaitu Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB), Kabupaten Maluku Tengah (Malteng), dan Gabungan

Kabupaten Buru dan Buru Selatan.

Ketiga daerah tersebut mempunyai karakteristik yang hampir sama, yaitu memiliki tingkat keuangan inklusif

yang medium namun hampir pada batas rendah, memiliki kontribusi PDRB yang relatif tinggi, pendapatan

per kapita yang tergolong medium, coverage telekomunikasi yang tinggi, dan jumlah pengguna telepon

genggam yang tergolong tinggi dibandingkan dengan daerah lain di Provinsi Maluku.

Ketiga daerah tersebut juga memiliki sektor pendorong ekonomi yang sama, yaitu Sektor Perdagangan dan

Sektor Pertanian, Peternakan, dan Perikanan. Ketiganya memiliki kontribusi yang besar kepada PDRB

Provinsi Maluku. Kabupaten-kabupaten tersebut sama-sama memiliki wilayah yag luas, sehingga sulit bagi

perbankan untuk melayani seluruh wilayahnya. Diharapkan LKD dapat menjadi solusi dari perbankan untuk

menangkap potensi dengan memberikan layanan keuangan dan sistem pembayaran dalam area yang luas

tanpa membutuhkan investasi yang tinggi.

Kabupaten / Kota IKI

Jumlah

PDRB ADHB

(2013)

Pendapatan

Per Kapita

(2013)

Jumlah

Provider

(2015)

% Coverage

Telekomunikasi

(2015)

Jumlah Pengguna

Telepon Genggam

(2015)

Kabupaten Seram Bagian Timur 0.26534 434,427 4.1 2 90.00% 45

Kab. Maluku Tenggara Barat dan

Kab. Maluku Barat Daya0.29022 1,404,809 7.8 2 83.48% 105

Kabupaten Seram Bagian Barat 0.33173 921,498 5.5 2 100.00% 119

Kab. Maluku Tengah 0.35777 1,909,831 5.2 2 100.00% 204

Kab Buru dan

Kab. Buru Selatan0.40844 891,945 5.0 2 90.91% 171

Kabupaten Kepulauan Aru 0.46698 600,793 6.8 2 90.00% 49

Kota Tual 0.56834 455,685 7.1 2 90.00% 49

Kab. Maluku Tenggara 0.72736 670,466 6.8 1 85.00% 47

Kota Ambon 0.85708 5,888,824 15.5 3 100.00% 556

PROVINSI MALUKU 13,178,276 8.1 90.99% 1,345

BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

78

BAB IV. PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

4.1 Realisasi APBN Provinsi Maluku

Perkembangan kinerja realisasi pos belanja secara total hingga triwulan II-2015 mencapai Rp 2,09 triliun atau

20,81% dari PAGU tahun 2015 sebesar Rp 10,05 triliun. Realisasi belanja total tersebut lebih rendah

dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 31,31%, maupun rata-rata realisasi belanja total

triwulan II dalam 4 tahun terakhir sebesar 31,75%. Realisasi pos belanja total yang belum optimal hingga

triwulan II-2015 menyebabkan masyarakat belum merasakan manfaat atau dampak yang signifikan dari realisasi

anggaran belanja tersebut.

Sementara itu, kinerja realisasi pos belanja modal APBN Provinsi Maluku juga masih cenderung rendah. Realisasi

belanja modal APBN Provinsi Maluku hingga triwulan II-2015 mencapai Rp 720,79 miliar, atau 14,79% dari

PAGU yang telah ditetapkan. Realisasi ini lebih rendah dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun

sebelumnya sebesar 25,57% atau mencapai Rp 765,18 miliar, maupun rata-rata realisasi belanja modal triwulan

II selama 4 tahun terakhir sebesar 24,63%. Lebih lanjut, proporsi belanja modal dalam struktur belanja APBN

Provinsi Maluku mencapai 35%. Proporsi ini merupakan yang terbesar setelah belanja pegawai yang mencapai

38%.

Beberapa faktor yang mendorong perlambatan kinerja realisasi belanja ini adalah adanya perubahan

nomenklatur dari sisi organisasi sehingga menyebabkan beberapa program belum dapat direalisasikan karena

belum ada pejabat yang mengelola keuangan maupun yang memutuskan. Selain itu, beberapa program yang

masih dalam tahap lelang pekerjaan juga turut mempengaruhi perlambatan penyerapan anggaran belanja APBN

Provinsi Maluku. Faktor lain yang menyebabkan realisasi belanja masih rendah adalah adanya perubahan APBN

(APBN-P 2015) yang baru disahkan pada bulan Februari, menyebabkan adanya kenaikan plafon anggaran untuk

belanja sehingga persentase realisasinya menjadi lebih rendah.

Grafik 4.1 Proporsi Realisasi Belanja APBN 2015 Provinsi Maluku sampai dengan Triwulan II-2015

Grafik 4.2 Realisasi Belanja APBN 2015 Provinsi Maluku sampai dengan Triwulan II-2015, dalam persen (%)

Sumber: Kanwil Ditjen Perbendaharaan Prov. Maluku; diolah Sumber: Kanwil Ditjen Perbendaharaan Prov. Maluku; diolah

Belanja Pegawai; 38,39%

Belanja Barang; 25,08%

Belanja Modal; 34,57%

Belanja Bantuan Sosial; 2,34%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

Tw II Tw II Tw II Tw II Tw II

2011 2012 2013 2014 2015

Belanja Pegawai Belanja BarangBelanja Modal Belanja Bantuan SosialBelanja Lain-Lainnya Total Belanja

BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

79

Sumber : Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan Provinsi Maluku,diolah

Di sisi lain, kinerja belanja total yang telah direalisasikan di triwulan II-2015 mencapai Rp 1,46 triliun atau

mengalami kontraksi 5,71% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi

16,17% (yoy). Sedangkan, kinerja belanja modal yang telah direalisasikan di triwulan II-2015 mencapai Rp

594,77 miliar atau mengalami kontraksi 1,54% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang

terkontraksi 21,80% (yoy). Meningkatnya kinerja belanja total maupun belanja modal seiring dengan adanya

peningkatan penyerapan untuk pembiayaan-pembiayaan program, seperti infrastruktur, bantuan sosial, dan

lain-lain yang belum direalisasikan pada triwulan pertama.

Tabel 4.1 Realisasi Belanja dari APBN Provinsi Maluku Triwulan II-2015, dalam Rp juta

Lebih lanjut, perkembangan realisasi belanja untuk dana desa di Provinsi Maluku relatif lancar. Pembayaran

untuk tahap I yaitu sebesar 40% dari anggaran alokasi dana desa telah dilakukan ke seluruh kota maupun

kabupaten melalui rekening Pemda tingkat II. Pembayaran tahap I telah dilakukan pada bulan April-Juni 2015,

berbeda-beda tergantung kesiapan dari masing-masing kota/kabupaten dan persyaratan yang telah ditentukan,

yaitu Perda tentang APBD dan Peraturan Bupati/Walikota tentang Penetapan Besaran Dana Desa yang

bersumber dari APBN 2015. Sedangkan, pembayaran tahap II yaitu sebesar 40% dijadwalkan akan dilakukan

pada minggu ke-2 bulan Agustus 2015 dan tahap III sebesar 20% akan dijadwalkan pada minggu ke-2 bulan

Oktober 2015. Selanjutnya, dana dari kabupaten/kota akan ditransfer ke masing-masing desa 7 hari kerja

setelah diterima oleh kas daerah, dengan persyaratan telah dilakukan penyampaian APBD desa dan laporan

penggunaan dana desa di tahap sebelumnya.

Sebagai informasi, pemerintah telah mengalokasikan anggaran untuk alokasi dana desa (ADD) senilai Rp334

miliar guna dibagikan kepada 1.135 desa yang tersebar pada sembilan kabupaten dan dua kota di Provinsi

Maluku tahun ini. Kewenangan terhadap distribusi per desa itu akan diserahkan kepada pemerintah kabupaten

dan kota untuk melakukan review terhadap kondisi masing-masing desa, sehingga fungsi alokasinya nanti

dibagikan dan didistribusi berdasakan peraturan bupati dan walikota. Pedoman distribusi tersebut adalah PP No.

43 tahun 2014 yang menetapkan kriteria terhadap jumlah dan alokasi yang didapatkan setiap desa. Kriteria itu

diantaranya mencakup indikator jumlah penduduk, luasan wilayah, tingkat kesulitan akses, daerah terluar, dan

tingkat kemiskinan penduduk.

No Jenis Belanja DIPA DIPA Revisi %

Perubahan

Realisasi s/d

Tw II-2015

Pengembalian

s/d Tw II-2015

% Realisasi

s/d Tw II-

2015

Sisa Anggaran

1 Belanja Pegawai 2.269.329,88 2.343.457,30 3,27 800.389,64 - 34,15 1.543.067,65

2 Belanja Barang 2.550.834,85 2.626.671,41 2,97 522.909,70 - 19,91 2.103.761,71

3 Belanja Modal 3.320.079,21 4.874.948,18 46,83 720.791,36 - 14,79 4.154.156,83

4 Belanja Bantuan Sosial 261.223,55 211.273,02 (19,12) 48.608,89 - 23,01 162.664,13

5 Belanja Lain-Lain - - - - - - -

6 Jumlah 8.401.467,49 10.056.349,91 19,70 2.092.699,58 - 20,81 7.963.650,33

BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

80

Tabel 4.2 Realisasi dan Anggaran Dana Desa Provinsi Maluku

(dalam ribuan rupiah)

*Pencairan dari DJPB kepada kas Pemerintah Kabupaten/Kota

Beberapa kendala yang ditemui terkait penyaluran dana desa adalah adanya ketimpangan dan kekhawatiran

penggunaan yang tidak tepat sasaran. Selain itu, beberapa desa di Kabupaten Seram Bagian Barat juga

terancam tidak dapat menerima Alokasi Dana Desa (ADD) karena 56 desa dari 93 desa di kabupaten tersebut

Surat Keputusan (SK) pengangkatan raja atau pejabat semantara sudah habis masa berlakunya. Padahal, salah

satu syarat untuk desa dapat menerima ADD berdasarkan UU No.6 Tahun 2014 tentang desa adalah masa

jabatan raja dan BPD harus masih aktif yang dibuktikan dengan SK pengangkatan yang belum berakhir masa

jabatannya.

4.2 Realisasi APBD Provinsi Maluku

Selama empat tahun terakhir (2011-2014), penyerapan anggaran Provinsi Maluku triwulan II rata-rata berada

pada tingkat yang cukup rendah, yaitu 34,08%. Rendahnya penyerapan anggaran di setiap tahunnya

disebabkan oleh lamanya birokrasi yang dibutuhkan untuk pencairan anggaran, terutama dalam legalisasi

Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA). Setelah proses persetujuan anggaran secara agregat oleh DPRD

Provinsi pada tanggal 31 Desember tahun sebelumnya, dibutuhkan waktu sekitar 2-4 bulan untuk menyusun

dan melegalisasi DPA masing-masing satuan kerja di Pemerintah Provinsi. Khusus untuk belanja modal, realisasi

juga terhambat oleh lamanya penerbitan petunjuk teknis (juknis) dari pemerintah pusat, terutama untuk proyek

yang dananya bersumber dari Dana Alokasi Khusus (DAK).

Untuk triwulan II-2015, penyerapan anggaran Provinsi Maluku lebih rendah dari rata-rata, yaitu 33,81%.

Rendahnya serapan anggaran pada triwulan II-2015 disebabkan oleh lambannya legalisasi DPA, yang baru

selesai pada bulan April 2015. Hal ini menyebabkan rendahnya realisasi anggaran pada triwulan I-2015, yang

hanya mencapai 15,6%, capaian terendah selama 2011-2015. Realisasi ini hanya mencakup realisasi belanja

pegawai, hibah, dan bagi hasil pada Kabupaten/Kota/Desa.Namun demikian, secara nominal, realisasi APBD

tumbuh cukup tinggi pada tahun 2015, yaitu 45,1% (yoy) pada triwulan I-2015 dan 19,68% (yoy) pada

triwulan II-2015. Kenaikan nominal inilah yang turut mendorong pertumbuhan konsumsi Provinsi Maluku, baik

konsumsi pemerintah (35,32% yoy) dan konsumsi masyarakat (16,68% yoy) di tengah turunnya keyakinan

konsumen.

Realisasi pendapatan daerah menunjukkan penurunan dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya.

Pada triwulan II 2015, realisasi pendapatan daerah Provinsi Maluku tercatat sebesar Rp1.029,09 miliar atau

sebesar 44,80%, dengan pagu Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) sebesar Rp2.297,2 miliar.

No. Kabupaten/KotaAnggaran

Dana Desa

Penyaluran

Tahap I

Realisasi

(%)

1 Kab. Maluku Tengah 52.081.977 20.832.791 40

2 Kab. Seram Bagian Timur 51.627.535 20.651.014 40

3 Kab. Maluku Tenggara 50.503.068 20.201.227 40

4 Kab. Maluku Barat Daya 32.889.690 13.155.876 40

5 Kab. Kepulauan Aru 32.643.375 13.057.350 40

6 Kab. Seram Bagian Barat 26.556.640 10.622.656 40

7 Kab. Maluku Tenggara Barat 23.319.917 9.327.967 40

8 Kab. Buru 23.297.582 9.319.033 40

9 Kab. Buru Selatan 22.543.856 9.017.542 40

10 Kota Ambon 9.641.534 3.856.614 40

11 Kota Tual 8.899.343 3.559.737 40

Provinsi Maluku 334.004.517 133.601.807 40

BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

81

Realisasi pendapatan daerah triwulan II 2015 lebih rendah dibanding realisasi periode yang sama tahun

sebelumnya yang memiliki realisasi sebesar 52,51%. Lambatnya realisasi pendapatan pada triwulan laporan

akibat tidak terealisasinya pendapatan dividen dari BPD Maluku yang mencapai Rp 65 miliar dan melemahnya

sumber PAD utama, yaitu pajak kendaraan bermotor. Sementara itu, tingkat realisasi pendapatan tersebut

tertolong oleh masih tingginya ketergantungan Provinsi Maluku pada Dana Perimbangan dari pusat, yang

mencapai 60,97%, dibanding pendapatan asli daerah yang hanya mencapai 26,27%.

Persentase Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Provinsi Maluku menurun signifikan dibandingkan periode

yang sama tahun sebelumnya. Pendapatan Asli Daerah (PAD) sampai dengan triwulan laporan mencapai realisasi

sebesar Rp124,76 miliar atau 20,67%, menurun dibandingkan realisasi triwulan yang sama tahun sebelumnya

sebesar 45,99%. Menurut komponen penyusun PAD, realisasi pendapatan asli daerah diperoleh dari

pendapatan pajak daerah sebesar Rp96,65 miliar atau dengan realisasi sebesar 23,74%, menurun dibandingkan

realisasi triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 37,41%; hasil retribusi daerah Rp66,4 miliar dengan

realisasi 26,90%, jauh di bawah realisasi tahun sebelumnya sebesar 60,25%; pos lain-lain PAD yang sah sebesar

Rp10,24 miliar (16,84%), jauh lebih rendah daripada realisasi pada triwulan II-2014 sebesar 168,42%,

sementara itu hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan belum ada realisasi.

Grafik 4.3 Proporsi Realisasi Pendapatan APBD 2015 Provinsi Maluku sampai dengan Triwulan II-2015

Grafik 4.4 Perkembangan Realisasi Pendapatan dan Belanja APBD 2015 Provinsi Maluku sampai dengan Triwulan II-2015

Sumber: Badan Pendapatan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Maluku; diolah

Sumber: Badan Pendapatan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Maluku; diolah

Dana Perimbangan mencatat angka realisasi di triwulan II 2015 sedikit lebih rendah dibanding realisasi di

triwulan yang sama tahun sebelumnya. Realisasi Dana Perimbangan mencapai nilai Rp757,96 miliar atau telah

terealisasi sebesar 54,12% dari pagu sebesar Rp1.400,5 miliar, lebih rendah daripada realisasi triwulan yang

sama tahun sebelumnya sebesar 55,04%. Menurut komponen penyusun Dana Perimbangan, subpos Dana

Alokasi Umum (DAU) menunjukkan realisasi pendapatan sebesar Rp687,03 miliar atau 58,33%, relatif sama

dengan periode yang sama dengan tahun sebelumnya. Selanjutnya, subpos Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak

mencatatkan realisasi sebesar Rp38,85 miliar atau 28,55%. Sementara itu, subpos Dana Alokasi Khusus (DAK)

terealisasi sebesar Rp32,07 miliar atau 37,03% hingga akhir triwulan II 2015.

Realisasi Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan yang sama tahun

sebelumnya. Pos Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah mencatatkan realisasi pendapatan sebesar Rp146,36

miliar atau 49,91% dari pagu yang ditetapkan, sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan yang sama tahun

sebelumnya sebesar 51,94%. Menurut komponen penyusun pos Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah,

Pendapatan Asli Daerah

12%

Dana Perimbangan

74%

Lain-lain Pendapatan Daerah yang

Sah14%

0

10

20

30

40

50

60

Tw II Tw II Tw II Tw II Tw II

2011 2012 2013 2014 2015

% (persen)

Pendapatan Asli Daerah Dana Perimbangan

Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah Belanja Tidak Langsung

Belanja Langsung Pendapatan

Belanja

BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

82

Sumber: Badan Pendapatan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Maluku; diolah

realisasi pendapatan dari hibah mencapai Rp93 juta atau 43,42%, jauh meningkat dibandingkan periode yang

sama tahun sebelumnya sebesar 1,14%, sedangkan dana penyesuaian dan otonomi khusus sebesar Rp146,27

miliar atau 49,92%, lebih rendah daripada realisasi triwulan II 2014 sebesar 52,01%.

Pos Belanja Tidak Langsung membukukan persentase realisasi yang lebih besar daripada pos Belanja Langsung,

di mana pos belanja tidak langsung mencapai penyerapan sebesar Rp471,76 miliar atau 45,08%, meningkat

dibandingkan realisasi periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 37,59%, sedangkan pos belanja langsung

mencetak angka penyerapan sebesar Rp315,13 miliar atau 24,6%, sedikit lebih rendah daripada realisasi

triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 26,14%.

Grafik 4.5 Proporsi Realisasi Dana Perimbangan APBD 2015

Provinsi Maluku sampai dengan Triwulan II-2015

Grafik 4.6 Proporsi Realisasi Belanja Tidak Langsung APBD 2015

Provinsi Maluku sampai dengan Triwulan II-2015

Persentase realisasi Pos Bantuan Sosial masih menempati urutan teratas di antara subpos-subpos dari Belanja

Tidak Langsung. Realisasi Belanja Bantuan Sosial sebesar Rp5,48 miliar atau 91,38% dari pagu yang ditetapkan.

Posisi kedua ditempati Belanja Bagi Hasil kepada Provinsi/Kabupaten/Kota yang terealisasi sebesar Rp98,29 miliar

atau 64,17%. Ketiga, Belanja Bunga sebesar Rp473 juta (54,14%), diikuti Belanja Hibah sebesar Rp159,32 miliar

(43,91%). Selanjutnya, di urutan kelima yakni Belanja Pegawai sebesar Rp109,46 miliar atau 22,11%, dan

terakhir Belanja Bantuan Keuangan kepada Prov/Kab/Kota, Pemdes & Parpol sebesar Rp471 juta (2,2%).

Anggaran Belanja Tidak Langsung terserap lebih cepat karena pos ini sebagian besar mencakup belanja rutin

Pemda, seperti gaji pegawai dan tunjangan-tunjangan yang termasuk dalam subpos belanja pegawai.

Grafik 4.7 Proporsi Realisasi Belanja Langsung APBD 2015 Provinsi

Maluku sampai dengan Triwulan II-2015

Sumber: Badan Pendapatan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Maluku; diolah

Bagi Hasil Pajak dan

Bukan Pajak 5,13%

Dana Alokasi Umum (DAU)

90,64%

Dana Alokasi Khusus

(DAK) 4,23%

Belanja Pegawai; 44,03%

Belanja Bunga; 0,10%

Belanja Hibah; 33,77%

Belanja Bantuan Sosial; 1,16%

Belanja Bagi Hasil kpd

Prov/Kab/Kota, Pemdes ; 20,84%

Belanja Bantuan Keuangan kpd

Prov/Kab/Kota, Pemdes & parpol;

0,10%

Belanja Pegawai; 0,53%

Belanja Barang dan Jasa; 57,84%

Belanja Modal; 41,63%

Sumber: Badan Pendapatan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Maluku; diolah

BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

83

Persentase realisasi terbesar di dalam pos Belanja Langsung terjadi pada subpos Belanja Barang dan Jasa. Belanja

Barang dan Jasa tercatat sebesar Rp182,27 miliar atau 25,01% dari pagu ditetapkan. Lalu diikuti oleh Belanja

Modal sebesar Rp131,19 juta atau 24,07% dan Belaja Pegawai sebesar Rp1,66 miliar atau 22,56%. Hingga

akhir Semester I - 2015, realisasi belanja langsung pada triwulan laporan dinilai masih relatif lamban.

Secara umum APBD Provinsi Maluku Pada triwulan II 2015 dilaporkan mengalami surplus. Hal ini ditunjukkan

dengan realisasi pendapatan sebesar Rp1.029,09 miliar lebih besar daripada penyerapan anggaran belanja

sebesar Rp786,89 triliun. Dengan demikian, APBD Provinsi Maluku triwulan II 2015 menbukukan surplus

anggaran sebesar Rp307,07 miliar.

Grafik 4.8 Realisasi Pendapatan dan Belanja dari APBD Provinsi Maluku Triwulan II 2015 (Rp juta)

Sumber: Badan Pendapatan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Maluku; diolah

PENDAPATAN 2.297.206 1.029.096 44,80

1 Pendapatan Asli Daerah 603.458 124.764 20,67

1 Pendapatan Pajak Daerah 407.189 96.655 23,74

2 Hasil Retribusi Daerah 66.407 17.860 26,90

3 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 69.002 0 0,00

4 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 60.860 10.249 16,84

2 Dana Perimbangan 1.400.505 757.967 54,12

1 Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak 136.108 38.857 28,55

2 Dana Alokasi Umum (DAU) 1.177.775 687.035 58,33

3 Dana Alokasi Khusus (DAK) 86.622 32.074 37,03

3 Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah 293.243 146.364 49,91

1 Pendapatan Hibah 215 93 43,42

2 Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 293.028 146.271 49,92

BELANJA 2.327.742 786.895 33,81

1 Belanja Tidak Langsung 1.046.547 471.765 45,08

1 Belanja Pegawai 494.977 207.725 41,97

2 Belanja Bunga 874 473 54,14

3 Belanja Subsidi 0 0 100,00

4 Belanja Hibah 362.840 159.320 43,91

5 Belanja Bantuan Sosial 6.000 5.483 91,38

6 Belanja Bagi Hasil kpd Prov/Kab/Kota, Pemdes 153.175 98.292 64,17

7 Belanja Bantuan Keuangan kpd Prov/Kab/Kota, Pemdes & parpol 21.411 471 2,20

8 Belanja Tidak Terduga 7.270 0 0,00

2 Belanja Langsung 1.281.194 315.130 24,60

1 Belanja Pegawai 7.358 1.660 22,56

2 Belanja Barang dan Jasa 728.785 182.278 25,01

3 Belanja Modal 545.051 131.192 24,07

SURPLUS / (DEFISIT) (30.536) 242.201

PEMBIAYAAN

1 Penerimaan Pembiayaan Daerah 66.240 66.240 100,00

1 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Daerah Tahun Sebelumnya 66.240 66.240 100,00

0

2 Pengeluaran Pembiayaan Daerah 7.736 1.368 17,68

1 Pembentukan Dana Cadangan 5.000 0,00

2 Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah 0 0 1,00

3 Pembayaran Pokok Utang 2.736 1.368 50,00

4 Pembentukan Dana Bergulir Pemda 0 0 1,00

PEMBIAYAAN NETTO 58.504 64.872 110,88

SISA LEBIH/KURANG PEMBIAAYAAN 27.968 307.073

% Realisasi Tw II-2015Uraian PAGU APBD 2015 Realisasi Tw II -2015

BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

84

BAB V PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN DAERAH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

85

BAB V. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN

KESEJAHTERAAN DAERAH

5.1. Perkembangan Ketenagakerjaan dan Pengangguran

Data ketenagakerjaan pada bulan Februari 2015 menunjukkan bahwa Tingkat Pengangguran Terbuka mencapai

6,72%, atau mengalami peningkatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yaitu 6,59%. Jumlah

penduduk usia produktif tercatat meningkat sebesar 1,13% dari semester sebelumnya menjadi 1,116 juta jiwa.

Sementara Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) mengalami penurunan dari 66,84% pada bulan Februari

2014 menjadi 63,71% pada Februari 2015. Melemahnya penyerapan tenaga kerja tersebut disinyalir merupakan

imbas dari melambatnya pertumbuhan ekonomi Provinsi Maluku khususnya pada sektor pertanian dan

perdagangan sebagai sektor penyerap tenaga kerja terbesar, dan penerapan berbagai kebijakan pengetatan di

sektor perikanan oleh pemerintah.

Tabel 5-1Perkembangan Kondisi Penduduk Usia Kerja dan Angkatan Kerja di Provinsi Maluku

Ketenagakerjaan 2012 2013 2014 2015

Feb Ags Feb Ags Feb Ags Feb

Penduduk Usia 15+ (Orang) 1,022,967 1,035,915 1,070,153 1,079,849 1,089,204 1,103,643 1,116,072

Angkatan Kerja (Orang) 685,134 659,953 723,107 668,721 728,078 672,304 711,056

Bekerja (Org) 636,423 610,362 673,138 602,429 680,075 601,651 663,261

Pengangguran (Org) 48,711 49,591 49,969 66,292 48,003 70,653 47,795

Bukan Angkatan Kerja (Org) 337,833 375,962 347,046 411,128 361,126 431,339 405,016

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%) 66.98% 63.71% 67.57% 61.92% 66.84% 60.92% 63.71%

Tingkat Pengangguran Terbuka (%) 7.11% 7.51% 6.91% 9.91% 6.59% 10.51% 6.72%

Sumber: BPS Maluku

Kondisi sebaran tenaga kerja di Provinsi Maluku mayoritas masih terpusat pada tiga sektor ekonomi andalan

Maluku, antara lain sektor Pertanian, sektor Jasa Kemasyarakatan, Sosial & Perorangan dan sektor Perdagangan,

Rumah Makan dan Jasa Akomodasi, dengan pangsa masing-masing sebesar 40,86%, 19,60% dan 18,74%.

Tabel 5-2 Sebaran Penduduk Usia Kerja yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama

Sektor 2012 2013 2014 2015

Feb Ags Feb Ags Feb Ags Feb Pertanian 52.25% 48.99% 49.14% 48.26% 50.55% 48.09% 40.86%

Pertambangan&

Penggalian

1.61% 1.74% 0.78% 1.61% 1.05% 1.61% 1.12%

Industri Pengolahan 4.74% 6.12% 5.72% 3.35% 5.34% 3.37% 3.76%

BAB V PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN DAERAH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

86

Listrik, Gas, Air Minum 0.23% 0.25% 0.35% 0.44% 0.16% 0.24% 0.34%

Konstruksi 4.09% 4.41% 3.76% 4.62% 3.88% 3.57% 5.28%

Perdagangan, Rumah

Makan & Jasa

Akomodasi

13.03% 15.36% 16.19% 14.03% 13.09% 13.36% 18.74%

Transportasi,

Pergudangan &

Komunikasi

4.47% 4.82% 5.42% 6.23% 5.86% 7.80% 8.38%

Keuangan, Persewaan &

Jasa Perusahaan

1.04% 1.12% 0.60% 1.40% 0.79% 1.53% 1.92%

Jasa Kemasyarakatan,

Sosial & Perorangan

18.54% 17.19% 18.04% 20.07% 19.27% 20.43% 19.60%

Total 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00%

Sumber: BPS Maluku

Peningkatan terbesar pangsa jumlah tenaga kerja terjadi pada kelompok Perdagangan, Rumah Makan & Jasa

Akomodasi dan kelompok Konstruksi, masing-masing sebesar 5,38% dan 1,71%. Di sisi lain, tenaga kerja pada

sektor Pertanian menurun 7,24%. Penurunan tenaga kerja yang terjadi pada sektor pertanian disinyalir antara

lain akibat penerapan kebijakan pengetatan di sektor perikanan oleh pemerintah, yang menyebabkan terjadinya

PHK oleh perusahaan perikanan.

Grafik 5-1 Tenaga Kerja Menurut Wilayah Tempat Tinggal Grafik 5-2 Ekspektasi Ketersediaan Lapangan Kerja

Sumber: BPS Provinsi Maluku; diolah

Menilik perkembangan angkatan kerja menurut wilayah tempat tinggal, penurunan jumlah angkatan kerja yang

cukup tinggi terjadi di wilayah pedesaan, dimana sebagian besar aktifitas perekonomiannya bergerak di sektor

pertanian, perkebunan, dan perikanan. Pada periode Agustus 2014, angkatan kerja di wilayah desa menurun

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

20

100,000

200,000

300,000

400,000

500,000

600,000

700,000

800,000

Februari Agustus Februari Agustus Februari Agustus Februari Agustus

2011 2012 2013 2014

% Pengangguran

Angkatan Kerja

Angkatan Kerja Kota Angkatan Kerja Desa

Pengangguran Kota (%) Pengangguran Desa (%)

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015

% Indeks Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) Ketersediaan Lapangan KerjaIndeks Ekspektasi Konsumen (IEK) Ekspektasi Ketersediaan Lapangan Kerja

BAB V PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN DAERAH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

87

sebesar 10,86%, sementara tingkat pengangguran mengalami peningkatan sebesar 3,83% ke angka 9,32%

dari total jumlah penduduk usia produktif di wilayah desa di Provinsi Maluku.

Grafik 5-3 Perkembangan Usaha dan Penggunaan Tenaga Kerja Grafik 5-4Perkembangan dan Perkiraan Penggunaan Tenaga Kerja

Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha, BI Maluku

Berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU), penggunaan tenaga kerja pada periode triwulan II-2015

mengalami penurunan, setelah meningkat pada triwulan sebelumnya. Penurunan ini dipengaruhi oleh masih

rendahnya pertumbuhan ekonomi seiring belum optimalnya realisasi anggaran pemerintah pusat maupun

daerah, melemahnya permintaan ekspor dan menurunnya harga jual komoditas ekspor. Hal ini dikonfirmasi oleh

melemahnya ekspektasi penggunaan tenaga kerja oleh pelaku usaha pada triwulan III-2015, seiring kondisi

makroekonomi, khususnya pertumbuhan ekonomi dan nilai Rupiah, yang cenderung melemah.

5.2. Tingkat Kemiskinan

Berdasarkan data BPS Pusat per September 2014, jumlah penduduk miskin Provinsi Maluku menurun

2,88% dari periode Maret 2014. Jumlah penduduk miskin di Provinsi Maluku pada September 2014 mencapai

307.020 jiwa atau mengalami penurunan dibanding periode Maret 2014 sebesar 316.110 jiwa. Searah dengan

penurunan tersebut, persentase penduduk miskin terhadap jumlah penduduk, pada September 2014 menurun

menjadi 18,44% dari periode sebelumnya yaitu Maret 2014 yang mencapai 19,13%. Menurunnya jumlah

penduduk miskin merupakan imbas dari meningkatnya kondisi ekonomi Maluku pada tahun 2014. Jumlah

penduduk miskin di kota per September 2014 menurun 2.250 orang atau 4,52% menjadi 47.580 orang

dibandingkan dengan periode Maret 2014. Sedangkan jumlah penduduk miskin di desa per September 2014

menurun 6.840 orang atau 2,57% menjadi 259.440 orang dibandingkan dengan periode Maret 2014.

-20

-10

0

10

(50)

-

50

Q 1 Q2

Q3

Q4

Q 1 Q2

Q3

Q4

Q 1 Q2

2013 2014 2015

% Tenaga Kerja % Keg. Usaha

Kegiatan Usaha

(20)

-

20

40

Q 1 Q 2 Q 3 Q 4 Q 1 Q 2 Q 3 Q 4 Q 1 Q 2 Q 3

2013 2014 2015

% SBT Penggunaan Tenaga Kerja

BAB V PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN DAERAH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

88

Grafik 5-5Tingkat Kemiskinan Provinsi Maluku Grafik 5-6Sepuluh Provinsi dengan persentase penduduk miskin tertinggi di Indonesia (Per September 2014)

Sumber: BPS Provinsi Maluku; diolah Sumber: BPS Pusat; diolah

Provinsi Maluku merupakan Provinsi dengan persentase penduduk miskin terbesar ketiga di wilayah Sulampua

(Sulawesi, Maluku dan Papua) setelah Papua dan Papua Barat. Perlu dicermati bahwa jumlah penduduk miskin

Maluku ternyata masih lebih tinggi dibanding Provinsi Papua Barat, meskipun secara persentase terhadap total

jumlah penduduk lebih kecil.

Tabel 5-3Kedalaman & Keparahan Kemiskinan Provinsi Maluku Grafik 5-7 Indeks Gini Ratio

Sumber: BPS Provinsi Maluku; diolah Sumber: BPS Pusat; diolah

Mencermati Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) yang mengalami peningkatan 3,80 pada Maret 2014 menjadi

4,11 pada September 2014, mengindikasikan adanya perlambatan pertumbuhan kemampuan penduduk miskin

untuk memenuhi kebutuhan. Meningkatnya Indeks Kedalaman Kemiskinan terjadi baik di kota maupun di desa.

Hal ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin jauh (lebih rendah)

dari Garis Kemiskinan.

Selain itu, hal yang perlu diwaspadai adalah meningkatnya Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) yang merupakan

ukuran ketimpangan/ disparitas pengeluaran penduduk miskin. Indeks keparahan kemiskinan tercatat

meningkat dari 1,11 pada Maret 2014 menjadi 1,37 pada September 2014, atau merupakan yang tertinggi

dalam tiga tahun terakhir. Peningkatan Indeks Keparahan Kemiskinan terjadi khususnya di desa, yang

meningkat dari 1,49 pada semester sebelumnya menjadi 2,08 pada September 2014.

Memasuki triwulan III-2015 diperkirakan tingkat kemiskinan Maluku akan meningkat. Berdasarkan hasil

Survei Konsumen yang dilakukan Bank Indonesia Maluku hingga Juli 2015, Indeks Ekspektasi Konsumen (IKK)

cenderung melemah. Di samping itu, optimisme konsumen terhadap peningkatan penghasilan, kesempatan

0

5

10

15

20

25

30

35

0

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

300,000

350,000

400,000

Mar Sept Mar Sept Mar Sept

2012 2013 2014

% Penduduk MiskinJumlah Penduduk

Miskin

Jumlah Penduduk Miskin Kota Jumlah Penduduk Miskin Desa

Persentase Penduduk Miskin Kota Persentase Penduduk Miskin Desa

Persentase Penduduk Miskin Kota+Desa

14.21

14.55

16.98

17.05

17.09

17.41

18.44

19.60

26.26

27.80

Lampung

DI Yogyakarta

Aceh

NTB

Bengkulu

Gorontalo

Maluku

NTT

Papua Barat

Papua

Persentase penduduk miskin

Mar Sept Mar Sept Mar Sept

Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)

Kota 1.74 1.61 1.49 1.13 1.53 1.14

Desa 6.24 6.03 5.30 5.00 5.22 5.99

Kota+Desa 4.56 4.38 3.88 3.52 3.80 4.11

Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)

Kota 0.42 0.46 0.41 0.24 0.52 0.26

Desa 1.91 1.81 1.61 1.36 1.49 2.08

Kota+Desa 1.36 1.31 1.16 0.93 1.11 1.37

Indikator2012 2013 2014

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

2009 2010 2011 2012 2013

PDRB Per KapitaIndeks Gini Ratio

Maluku Nasional PDRB Per Kapita

0,410,37

BAB V PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN DAERAH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

89

kerja, dan kegiatan usaha pada triwulan III-2015 cenderung menurun, antara lain dipengaruhi oleh perlambatan

perekonomian nasional dan belum optimalnya realisasi APBD. Berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha

(SKDU), ekspektasi terhadap kegiatan usaha menunjukan trend melemah pada Triwulan III-2015 (SBT 1,59),

melemah dibandingkan SBT ekspektasi kegiatan usaha pada triwulan sebelumnya sebesar 19,05. Adapun

realisasi SBT triwulan sebelumnya tercatat negatif 14,60.

Grafik 5-8. Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Grafik 5-9. Indeks Ekspektasi Konsumen (Survei Konsumen)

Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha, BI Maluku Sumber: Survei Konsumen, BI Maluku

5.3. Perkembangan Nilai Tukar Petani

Tabel 5-3 Nilai Tukar Petani Per Subsektor (%)

SEKTOR 2013 2014 2015

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II

NTP Tanaman Pangan 88,93 88,73 85,71 95,28 93.86 93.90 93.52 95.39 98.28 97.81

NTP Hortikultura 114,88 114,81 116,74 108,29 108.33 108.12 109.75 111.26 110.19 110.34

NTP Tanaman

Perkebunan Rakyat 103,47 104,51 102,59 96,55 96.93 96.85 95.81 95.39 92.64 91.80

NTP Peternakan 84,88 85,10 84,19 103,85 103.36 103.53 104.19 102.74 106.00 103.72

NTP Perikanan 126,13 125,36 128,83 105,52 105.63 106.90 107.28 105.97 107.36 105.90

NTP 105,64 105,64 105,44 100,57 100.29 100.39 100.43 100.88 100.65 100.20

SBH 2012 = 100

Sumber: BPS Provinsi Maluku; diolah

Tingkat kesejahteraan petani pada triwulan II-2015 mengalami penurunan dibandingkan periode

sebelumnya. Pergerakan NTP dari triwulan I-2015 ke triwulan II-2015 mengalami penurunan dari level 100,65

ke level 100,20. Penurunan NTP pada triwulan laporan ini disebabkan oleh perubahan indeks harga yang

diterima petani (It) yang meningkat sebesar 0,86% menjadi 120,28, sementara untuk indeks harga yang dibayar

petani (Ib) tercatat hanya mengalami peningkatan sebesar 0,42% dibandingkan posisi triwulan sebelumnya

menjadi 120,53.

(40)

(20)

0

20

40

60

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013 2014 2015

% (Persen) Realisasi Kegiatan Usaha

Ekspektasi Kegiatan Usaha

BAB V PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN DAERAH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

90

Grafik 5-10 NIlai Tukar Petani (%) Grafik 5-11 Nilai Tukar Petani per Sub Sektor (%)

Sumber: BPS Provinsi Maluku; diolah Sumber: BPS Provinsi Maluku; diolah

Pelemahan NTP yang terjadi pada sub sektor peternakan, perikanan, tanaman perkebunan rakyat dan tanaman

pangan mendorong penurunan NTP secara keseluruhan. Pada triwulan laporan, sub sektor peternakan

mengalami penurunan NTP terbesar yaitu 2,15% dibanding triwulan sebelumnya. Penurunan NTP tersebut

bersumber dari kenaikan Indeks Dibayar Petani sebesar 8,76% yang lebih besar dibandingkan kenaikan harga

jual seperti tercermin pada Indeks yang Diterima Petani sebesar 6,42% dibanding triwulan sebelumnya. Kondisi

serupa terjadi pada sub sektor tanaman perkebunan rakyat dengan NTP yang menurun sebesar 0,91%

dibanding triwulan sebelumnya, disebabkan oleh kenaikan Indeks Diterima Petani yang hanya sebesar 0,06%

tidak mampu mengimbangi kenaikan biaya produksi yang tercermin dari peningkatan Indeks Dibayar Petani

sebesar 0,97%. Demikian pula halnya yang terjadi pada sub sektor tanaman pangan, dimana NTP-nya menurun

0,48% secara triwulanan, bersumber dari peningkatan Indeks Diterima Petani sebesar 0,17% yang masih lebih

rendah dibandingkan kenaikan Indeks Dibayar Petani sebesar 0,65%. Adapun sub sektor perikanan yang juga

mengalami penurunan NTP, yaitu sebesar 1,36%, lebih dipengaruhi oleh menurunnya Indeks Diterima Nelayan

sebesar 0,49%, sementara di sisi lain Indeks Dibayar Nelayan justru meningkat sebesar 0,88%.

Penurunan NTP pada sub sektor peternakan diperkirakan disebabkan oleh tingginya kenaikan biaya faktor

produksi seperti pakan ternak. Penurunan NTP sub sektor tanaman perkebunan rakyat antara lain dipengaruhi

oleh menurunnya harga komoditas, khususnya pada jenis rempah-rempah seperti cengkeh dan pala, yang

disebabkan oleh tingginya stok pedagang besar di Surabaya. Adapun penurunan NTP sub sektor tanaman

pangan kemungkinan lebih dipengaruhi oleh kenaikan biaya faktor produksi seperti pupuk. Sementara

penurunan NTP pada sub sektor perikanan disinyalir disebabkan oleh kondisi cuaca yang kurang kondusif

berupa musim angin timur sehingga menghambat aktivitas melaut para nelayan.

Sub sektor hortikultura tercatat menjadi satu-satunya sub sektor yang mengalami pertumbuhan NTP.

Sub sektor hortikultura tercatat mengalami peningkatan NTP tipis sebesar 0,14%, didorong oleh

meningkatnya Indeks Diterima Petani sebesar 1,07%, yang lebih tinggi dibandingkan kenaikan Indeks Dibayar

Petani sebesar 0,93%. Hal ini didukung oleh adanya perbaikan harga jual untuk tiga jenis komoditasnya yaitu

sayur-sayuran, buah-buahan dan tanaman obat.

BAB V PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN DAERAH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

91

BAB VI PROSPEK PEREKONOMIAN PROVINSI MALUKU

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

92

BAB VI. PROSPEK PEREKONOMIAN PROVINSI MALUKU

6.1. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi Maluku pada triwulan III 2015 diprakirakan tumbuh positif dan dalam tren

yang meningkat. Perekonomian Maluku pada triwulan mendatang diprakirakan tumbuh dalam rentang 6,30-

7,30% (y.o.y). Meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi Maluku seiring dengan kondusifnya cuaca dan

gelombang laut di wilayah Maluku serta dampak positif dari penerapan kebijakan moratorium oleh KKP telah

dirasakan hasilnya oleh pelaku usaha sehingga diperkirakan mendorong kinerja sektor usaha perikanan. Selain

itu, masuknya masa panen tanaman perkebunan, seperti cengkih, pala dan kopra diperkirakan juga turut

meningkatkan kinerja sektor usaha pertanian. Namun, terdapat sejumlah risiko yang dapat menahan

pertumbuhan ekonomi Maluku, diantaranya adalah dampak fenomena el-Nino di daerah pemasok,

ketidakpastian ketersediaan infrastruktur transportasi maupun energi, serta menurunnya kondisi ekonomi global

dan nasional yang berdampak pada permintaan ekspor daerah.

Pertumbuhan ekonomi Maluku triwulan mendatang masih didorong oleh dominasi andil dari

konsumsi rumah tangga namun diperkirakan dalam tren yang melambat. IEK terhadap triwulan III dan

IV masing-masing sebesar 128.83 dan 124.55, menurun dibandingkan IEK triwulan II-2015 sebesar 130.26.

Menurunnya IEK terhadap dua triwulan mendatang seiring dengan penurunan tingkat pendapatan dan

ketersediaan lapangan pekerjaan secara umum. Selain itu, sentimen negatif dari kondisi ekonomi nasional yang

masih tertahan juga berdampak terhadap menurunnya daya beli masyarakat. Kebijakan Uang Ketat (tight

money policy) untuk mencapai target inflasi nasional 2015 sebesar 4 + 1% menyebabkan masyarakat rumah

tangga akan menahan konsumsi dan mengalihkan pendapatannya ke tabungan yang memberikan imbal hasil

lebih tinggi daripada melakukan konsumsi, dimana suku bunga dana (agregat) di perbankan Maluku mencapai

13.88%. Tekanan terhadap depresiasi nilai rupiah, kebijakan normalisasi The Fed, kenaikan TDL kelompok

industri pada 1 Mei lalu perlu diantisipasi terhadap dampak imported inflation yang bertransmisi pada kenaikan

harga barang dan/atau jasa kelompok inti. Di samping itu, kebijakan penyesuaian tarif dasar listrik secara

bertahap serta harga BBM diperkirakan akan kembali terjadi pada triwulan mendatang.

Grafik 6-1 Indeks Ekspektasi Konsumen*

Grafik 6-2 Indeks Kegiatan Dunia Usaha*

*Survei Konsumen *Survei Kegiatan Dunia Usaha

Konsumsi dan investasi pemerintah diprakirakan meningkat dan ikut memacu pertumbuhan ekonomi

Maluku pada triwulan mendatang seiring dengan keberlanjutan pembangunan proyek-proyek

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2011 2012 2013 2014 2015

Indeks

IKK IKE IEK threshold (optimis)

(40.00)

(30.00)

(20.00)

(10.00)

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2010 2011 2012 2013 2014 2015

Realisasi Kegiatan Usaha Ekspektasi Keg. Usaha (t-1)

BAB VI PROSPEK PEREKONOMIAN PROVINSI MALUKU

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

93

pemerintah maupun swasta yang sebagian besar ditargetkan selesai pada akhir tahun ini. Belanja

modal serta belanja barang dan jasa diestimasikan meningkat di triwulan mendatang sebagai konsekuensi dan

upaya penyelesaian proyek-proyek pemerintah maupun swasta. Selain itu, pembayaran tahap II untuk alokasi

dana desa yang dijadwalkan akan dilakukan pada bulan Agustus maupun September 2015 diperkirakan juga

turut memacu pembangunan maupun investasi di tingkat kota/kabupaten. Risiko yang dapat menghambat

kinerja investasi Pemerintah maupun swasta adalah permasalahan teknis, seperti: permasalahan lahan,

pergerakan harga barang modal di tengah tren depresiasi nilai tukar rupiah, kenaikan harga bahan baku dan

faktor cuaca yang tidak menentu di wilayah Maluku.

Kinerja ekspor diperkirakan meningkat seiring dengan meningkatnya ketersediaan bahan baku

berupa hasil laut dan hasil bumi Maluku di tengah nilai tukar rupiah yang masih dalam tren

depresiasi. Deflator ekspor yang cenderung menurun harga barang ekspor cenderung murah mendorong

meningkatnya permintaan eksternal terhadap komoditas unggulan Maluku. Meningkatnya laju pertumbuhan

ekspor Maluku pada triwulan mendatang diperkirakan berasal dari meningkatnya kinerja ekspor hasil laut,

seperti udang segar/beku dan ikan segar, serta ekspor hasil bumi, seperti biji pala dan bunganya, serta kapulaga.

Ekspor produk olahan, seperti ikan olahan, juga terindikasi meningkat seiring dengan meningkatnya

ketersediaan bahan baku ikan segar. Di sisi lain, kinerja impor diperkirakan tumbuh terbatas seiring dengan

harga impor cenderung mahal. Deflator impor yang cenderung meningkat harga barang impor cenderung

mahal mendorong dunia usaha untuk menahan keputusannya melakukan pengadaan barang impor, yang

sebagian besar berupa barang modal dan alat-alat berat. Neraca perdagangan eksternal Maluku diperkirakan

masih dalam kondisi defisit namun dalam tren yang membaik dibandingkan triwulan sebelumnya.

Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi Maluku di triwulan mendatang akan dipacu oleh

kategori pertanian, kategori industri pengolahan, kategori administrasi pemerintahan dan kategori

konstruksi. Kinerja kategori pertanian diperkirakan tumbuh tinggi seiring dengan faktor cuaca yang kondusif

untuk sektor perikanan dan perkebunan. Kategori industri pengolahan meningkat sejalan dengan meningkatnya

ketersediaan bahan baku pengolahan dan permintaan ekspor terhadap produk ikan olahan. Kategori

administrasi pemerintahan diperkirakan meningkat mengikuti pola musiman dari penyerapan anggaran

menjelang akhir tahun. Kategori konstruksi cenderung meningkat seiring dengan berlanjutnya pembangunan

proyek-proyek pemerintahan dan swasta serta pembayaran tahap II untuk alokasi dana desa.

6.2. Inflasi

Laju inflasi pada Triwulan III 2015 diprakirakan berada pada rentang 8,20%-9,20% (yoy). Secara umum,

tekanan inflasi Maluku memasuki triwulan mendatang diperkirakan mereda. Beberapa faktor yang menjadi

downside-risk inflasi di triwulan mendatang adalah dampak positif dari kebijakan yang dikeluarkan oleh KKP

telah dirasakan oleh nelayan tradisional. Hasil tangkapan nelayan cenderung meningkat sejak awal periode

triwulan III yang menyebabkan melimpahnya pasokan ikan segar sehingga mendorong terjadinya penurunan

harga di pasar. Selain itu, dengan telah terbentuknya seluruh TPID di tingkat kota/kabupaten diharapkan dapat

tercipta sinergi program kerjasama antar daerah dan mampu berkoordinasi untuk menjaga kestabilan pasokan

bahan makanan.

BAB VI PROSPEK PEREKONOMIAN PROVINSI MALUKU

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

94

Risiko inflasi di pertengahan tahun disebabkan beberapa faktor, baik internal maupun eksternal. Risiko internal

antara lain datang dari faktor cuaca yang tidak menetu di wilayah Maluku. Berdasarkan prakiraan BMKG, curah

hujan di wilayah Maluku pada triwulan mendatang berada dalam kondisi curah hujan rendah hingga menengah

sehingga dapat mendukung aktivitas nelayan maupun petani. Selain itu, masuknya periode panen bawang

merah dan cabai merah pada sentra produksi di Jawa mampu meredam tekanan inflasi pada kelompok bumbu-

bumbuan. Namun, adanya beberapa kegiatan berskala besar seperti HUT Kota Ambon, Festival Darwin-Ambon

Yacht Race, Pesta Teluk dan Puncak Mangente Ambon diperkirakan mendorong tingginya konsumsi masyarakat

serta potensi el-Nino yang berdampak pada kekeringan di daerah pemasok berpotensi meningkatkan laju inflasi

volatile food.

Grafik 6-3Perkiraan Curah Hujan pada Triwulan III 2015 Oktober November

Sumber : BMKG

Potensi risiko yang dapat memicu tekanan inflasi ke depan diperkirakan berasal dari komponen inti maupun

administered prices (AP). Berdasarkan data historisnya, komoditas pemicu inflasi periode triwulan III berasal dari

kelompok makanan jadi, sandang, kelompok perumahan dan tempat tinggal serta beberapa komponen AP

seperti tarif dasar listrik dan tarif angkutan udara. Pergerakan nilai tukar berdampak pada imported inflation

bahan bangunan di tengah meningkatnya permintaan dalam rangka mengejar proyek yang ditargetkan selesai

pada akhir tahun sehingga berpotensi meningkatkan laju inflasi inti. Selain itu, meningkatnya harga kelompok

sandang dan perlengkapan perumahan dinilai merupakan dampak lanjutan kenaikan tarif dasar listrik. Di sisi

lain, harga minyak dan emas global tercatat mengalami tren penurunan sehingga diharapkan mampu menahan

kenaikan harga emas perhiasan dan tarif angkutan udara yang lebih tinggi.

BAB VI PROSPEK PEREKONOMIAN PROVINSI MALUKU

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

95

Grafik 6-4 Pergerakan harga minyak dunia

Grafik 6-5 Pergerakan harga emas dunia

Sumber: Bloomberg Sumber: Bloomberg

Berdasarkan hasil Survei Konsumen Bank Indonesia, ekspektasi inflasi masyarakat Kota Ambon mengalami

penurunan hingga triwulan III 2015. Penurunan ekspektasi harga berasal dari menurunnya perkiraan harga pada

makanan jadi, perumahan dan transportasi seiring dengan berakhirnya periode Ramadhan dan Idul Fitri

sehingga diperkirakan harga kembali normal. Di sisi lain, berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha Bank

Indonesia, ekspektasi harga jual dari sisi pengusaha cenderung tetap pada triwulan III 2015 sebagai respon

untuk mempertahankan daya beli konsumen di tengah perkiraan moderasi laju inflasi.

Grafik 6-6 Ekspektasi Harga Jual*

Grafik 6-7 Indeks ekspektasi harga konsumen*

*Survei Kegiatan Dunia Usaha Bank Indonesia *Survei Konsumen Bank Indonesia

6.3. Stabilitas Sektor Keuangan

Kebijakan Bank Indonesia masih diarahkan untuk mengarahkan inflasi nasional menuju ke sasaran 4,001,00%

(y.o.y) pada tahun 2015 & 2016, mendorong defisit transaksi berjalan ke tingkat yang lebih sehat dalam kisaran

2,5-3% dari PDB. Demikian juga arah kebijakan Bank Indonesia yang memutuskan untuk mempertahankan

suku bunga kebijakan (BI Rate) pada tingkat 7,50%, dengan suku bunga Lending Facility tetap pada level

8,00% dan suku bunga Deposit Facility tetap pada level 5,50%. Bank Indonesia akan terus mewaspadai risiko

eksternal dan domestik serta secara konsisten memperkuat bauran kebijakan moneter dan makroprudensial,

termasuk memperkuat langkah-langkah stabilisasi nilai tukar rupiah, guna menjaga stabilitas makroekonomi dan

sistem keuangan.

Terkait dengan isu kestabilan nilai rupiah, Bank Indonesia telah dan akan terus berada di pasar untuk melakukan

stabilisasi nilai rupiah. Sebagaimana statement Gubernur Bank Indonesia pada tanggal 12 Agustus 2015, Bank

Indonesia melihat bahwa pelemahan rupiah akhir-akhir ini telah terlalu dalam (overshoot) dan telah berada jauh

(60.00)

(50.00)

(40.00)

(30.00)

(20.00)

(10.00)

0.00

10.00

20.00

30.00

0

20

40

60

80

100

120

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7

2013 2014 2015

%USD/barrel Harga Minyak WTI g.yoy

(30.00)

(25.00)

(20.00)

(15.00)

(10.00)

(5.00)

0.00

5.00

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

1600

1800

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7

2013 2014 2015

%$/OZ Harga Emas g.yoy

-

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

35.00

40.00

Q 1 Q 2 Q 3 Q 4 Q 1 Q 2 Q 3 Q 4 Q 1 Q 2 Q 3 Q 4 Q1 Q2 Q3 Q4

2012 2013 2014 2015

Harga Jual Ekspektasi Harga Jual

0

20

40

60

80

100

120

140

0

50

100

150

200

250

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112

2013 2014 2015

IHK ambon (skala kanan) Indeks ekspektasi harga 3 bulan yad

Indeks ekspektasi harga 6 bulan yad

BAB VI PROSPEK PEREKONOMIAN PROVINSI MALUKU

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

96

di bawah nilai fundamentalnya (undervalued). Hal ini terkait dengan langkah Pemerintah Tiongkok yang

mendepresiasi nilai mata uang yuan untuk mempertahankan kinerja ekspornya yang turun sebesar 8,3% (yoy).

Kebijakan ini berpengaruh pada negara mitra dagang Tiongkok yang ekspornya mengandalkan sumber daya

alam, termasuk Indonesia. Mata uang ringgit melemah sebesar 13,3% (ytd), Korean Won melemah 7,9% (ytd),

Thailand Baht melemah 7,4% (ytd), Yen Jepang sebesar 4,8% (ytd), Euro sebesar 8,9% (ytd), dan Brazilian Real

sebesar 29,5% (ytd), sementara rupiah terdepresiasi sebesar 9,8% (ytd). Bank Indonesia telah dan akan terus

berada di pasar untuk melakukan stabilisasi nilai rupiah, serta berkoordinasi dengan pemerintah dan otoritas

lainnya.

Mencermati potensi ke depan, kinerja perbankan Provinsi Maluku diperkirakan meningkat. Seiring

dengan meningkatnya realisasi belanja pemerintah pada semester II-2015, diperkirakan penghimpunan DPK dan

kredit di Provinsi Maluku dapat kembali tumbuh dalam tren yang meningkat. Pertumbuhan DPK akan lebih

didorong oleh komponen giro swasta dan tabungan masyarakat sebagai dampak dari peningkatan realisasi

belanja pegawai dan belanja modal pemerintah, baik yang dibiayai melalui APBD maupun APBN. Pertumbuhan

kredit, baik untuk rumah tangga maupun korporasi, juga diperkirakan akan terus mengalami kenaikan, seiring

dengan diberlakukannya pelonggaran kebijakan makroprudensial, yaitu peraturan giro wajib minimum (GWM)

LFR (loan to funding ratio) dan UMKM, serta pelonggaran peraturan LTV.

Revisi aturan GWM memberikan insentif tambahan untuk percepatan penyaluran kredit. Terbitnya PBI

no.17/11/PBI/2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 15/15/PBI/2013 tentang Giro

Wajib Minimum Bank Umum Dalam Rupiah Dan valuta Asing Bagi Bank Umum Konvensional memasukkan

komponen surat-surat berharga yang diterbitkan bank sebagai komponen penyebut, bersama dengan dana

pihak ketiga (DPK), dalam penghitungan GWM (mengubah definisi LDR menjadi LFR), untuk memberikan ruang

tambahan bagi perbankan untuk menyalurkan kredit. Selain itu, LFR perbankan diperbolehkan untuk mencapai

94% (dibanding aturan sebelumnya yang maksimal hanya 92%) jika perbankan dapat memenuhi rasio kredit

UMKM yang ditetapkan dalam PBI no. 14/22/PBI/2012, untuk mendorong penyaluran kredit perbankan pada

UMKM. Rincian tentang peraturan tersebut dapat ditemukan pada website Bank Indonesia

(http://www.bi.go.id/id/peraturan/ssk/Pages/pbi_171115.aspx).

Untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi yang ditopang oleh konsumsi rumah tangga,

Bank Indonesia juga melonggarkan ketentuan LTV. Pada tanggal 18 Juni 2015, Bank Indonesia

menerbitkan PBI no. 17/10/PBI/2015 tentang Rasio Loan to Value atau Rasio Financing to Value untuk Kredit

atau Pembiayaan Properti dan Uang Muka untuk Kredit atau Pembiayaan Kendaraan Bermotor. Peraturan ini

melonggarkan persyaratan rasio LTV dan FTV pada perbankan yang memiliki rasio NPL terhadap total

pembiayaan kurang dari 5%, rasio NPL pembiayaan properti terhadap total pembiayaan properti kurang dari

5%, dan rasio NPL pembiayaan kendaraan bermotor terhadap total pembiayaan kendaraan bermotor kurang

dari 5%. Pelonggaran dilakukan untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi nasional yang ditopang

oleh konsumsi rumah tangga, dengan memperbesar rasio LTV bagi rumah tangga yang akan mengajukan kredit

pemilikan rumah ataupun kredit kendaraan bermotor. Rincian tentang peraturan tersebut dapat ditemukan

pada website Bank Indonesia (http://www.bi.go.id/id/peraturan/ssk/Pages/pbi_171015.aspx).