KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman...

120
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA TRIWULAN II TAHUN 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Peter Jacobs : Kepala Perwakilan /Direktur A. Yusnang : Deputi Kepala Perwakilan /Deputi Direktur Ignatius Adhi N. : Kepala Tim Ekonomi dan Keuangan /Asisten Direktur Lukman Hakim : Kepala Tim Sistem Pembayaran dan MI /Asisten Direktur Neldy Syafrizal : Analis Ekonomi /Manajer Curie Rantung : Analis /Manajer Jeanny Jeans Legoh : Analis /Manajer Wahyu Sihati : Analis /Manajer Ayub Pelita Hati : Kepala Unit Distribusi Uang Noula T. Sondakh : Kepala Unit Layanan Nasabah dan Penyelenggara Kliring Heru Prasetyo : Kasir Senior /Manajer Nanang Surachmat : Kepala Unit Sumber Daya Connie T. Tumewu : Sekretaris /Manajer Ali Albaar : Kepala Unit Sekretariat, Protokol dan Pengamanan Donny Pratama : Analis Ekonomi/Asisten Manajer Rivo Mandey : Analis /Asisten Manajer Iona H. Rombot : Analis /Asisten Manajer Hendro B. Sirait : Analis/Asisten Manajer Adhi Nugroho : Pengawas Sistem Pembayaran /Asisten Manajer Softcopy buku ini dapat di-download di website Bank Indonesia dengan alamat : http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/sulut/

Transcript of KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman...

Page 1: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI SULAWESI UTARA

TRIWULAN II TAHUN 2015

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara

Peter Jacobs : Kepala Perwakilan /Direktur

A. Yusnang : Deputi Kepala Perwakilan /Deputi Direktur

Ignatius Adhi N. : Kepala Tim Ekonomi dan Keuangan /Asisten Direktur

Lukman Hakim : Kepala Tim Sistem Pembayaran dan MI /Asisten Direktur

Neldy Syafrizal : Analis Ekonomi /Manajer

Curie Rantung : Analis /Manajer

Jeanny Jeans Legoh : Analis /Manajer

Wahyu Sihati : Analis /Manajer

Ayub Pelita Hati : Kepala Unit Distribusi Uang

Noula T. Sondakh : Kepala Unit Layanan Nasabah dan Penyelenggara Kliring

Heru Prasetyo : Kasir Senior /Manajer

Nanang Surachmat : Kepala Unit Sumber Daya

Connie T. Tumewu : Sekretaris /Manajer

Ali Albaar : Kepala Unit Sekretariat, Protokol dan Pengamanan

Donny Pratama : Analis Ekonomi/Asisten Manajer

Rivo Mandey : Analis /Asisten Manajer

Iona H. Rombot : Analis /Asisten Manajer

Hendro B. Sirait : Analis/Asisten Manajer

Adhi Nugroho : Pengawas Sistem Pembayaran /Asisten Manajer

Softcopy buku ini dapat di-download di website Bank Indonesia dengan alamat :

http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/sulut/

Page 2: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 3: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA

TRIWULAN II TAHUN 2015

iii

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah melimpahkan

Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi

Sulawesi Utara Triwulan II 2015 dapat selesai disusun dan dipublikasikan kepada stakeholders

Bank Indonesia. Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Utara diterbitkan

secara periodik setiap triwulan sebagai wujud peranan Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang

perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta prospeknya. Kami berharap informasi yang

kami sajikan ini dapat menjadi salah satu referensi atau acuan dalam proses diskusi atau proses

pengambilan kebijakan berbagai pihak terkait.

Dalam proses penyusunan kajian ini, kami menggunakan data yang diperoleh dari

berbagai pihak, yakni instansi di lingkungan Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara, Badan Pusat

Statistik, pelaku usaha, laporan perbankan serta data hasil analisis intern Bank Indonesia dan

sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak

tersebut, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan semoga hubungan yang

telah terjalin erat selama ini dapat ditingkatkan di masa yang akan datang.

Kami juga menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penyusunan kajian ini

ataupun terdapat penyajian data yang kurang tepat, oleh karena itu kami senantiasa

mengharapkan kritikan dan masukan membangun demi penyempurnaan di masa yang akan

datang.

Akhirnya besar harapan kami mudah-mudahan laporan triwulanan ini dapat bermanfaat

bagi semua kalangan dalam memahami perekonomian Sulawesi Utara. Terima Kasih.

Manado, Agustus 2015

KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA

PROVINSI SULAWESI UTARA

Peter Jacobs

Direktur

Page 4: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 5: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA

TRIWULAN II TAHUN 2015

v

Daftar Isi

KATA PENGANTAR halaman i

DAFTAR ISI halaman v

INDIKATOR EKONOMI DAN PERBANKAN PROVINSI SULAWESI UTARA halaman vi

RINGKASAN EKSEKUTIF halaman 1

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO halaman 11

Sisi Permintaan halaman 12

Sisi Penawaran halaman 18

Box I.Pariwisata di Sulawesi Utara

BAB II PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH halaman 35

Pendapatan Daerah halaman 36

Dana Transfer Halaman 37

Belanja Daerah Provinsi Sulut halaman 37

BAB III PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH halaman 44

Inflasi Tahunan (yoy) halaman 44

Inflasi Triwulanan (qtq)

Inflasi Bulanan (mtm)

halaman 45

halaman 46

BAB IV STABILITAS SISTEM KEUANGAN halaman 56

Kondisi Sektor Rumah Tangga halaman 56

Dana Pihak Ketiga Dan Kredit Perseorangan Di Perbankan halaman 57

Kinerja Sektor Korporasi halaman 61

Eksposur Perbankan Pada Sektor Korporasi halaman 62

Asesmen Sektor Perbankan halaman 62

BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68

Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69

Perkembangan Alat Pembayaran Non Tunai

Box II .Akselerasi Transaksi Non Tunai di Sulawesi Utara

halaman 74

BAB VI PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH

DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

halaman 91

Perkembangan Ketenagakerjaan Sulawesi Utara halaman 91

Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat halaman 95

BAB VII PROSPEK PEREKONOMIAN halaman 103

Prospek Ekonomi Makro halaman 103

Prakiraan Inflasi

Prospek Perbankan

halaman 107

halaman 110

Daftar Istilah dan Singkatan halaman 115

Page 6: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

vi

INDIKATOR

I. MAKRO NASIONAL TW I TW II TW III TW IV TW I TW II

A PDB Nasional (yoy) 5,21 5,12 4,92 5,01 4,71 4,67

B Inflasi Nasional (yoy) 7,32 6,70 4,53 8,36 6,38 7,26

II. MAKRO REGIONAL TW I TW II TW III TW IV TW I TW II

A 1. Laju Inflasi (ytd) % 1,15 1,97 2,55 9,68 (0,40) 2,14

2. Laju Inflasi (yoy) % 5,67 6,27 4,00 9,67 7,99 8,73

3. Laju Inflasi (mtm) % 0,31 0,67 (0,03) 3,83 0,50 0,49

4. Inflasi Bahan Makanan (mtm) % 1,30 1,43 (1,25) 9,31 0,59 1,21

4. Inflasi Makanan Jadi (mtm) % 0,12 0,05 0,13 0,70 0,07 0,07

5. Inflasi Perumahan (mtm) % 0,15 0,14 0,68 1,42 0,44 0,05

6. Inflasi Sandang (mtm) % (0,19) 0,96 (0,18) 1,16 (0,12) 0,36

7. Inflasi Kesehatan (mtm) % 0,08 0,12 0,21 0,38 0,27 0,17

8. Inflasi Pendidikan (mtm) % 0,07 0,33 0,11 0,71 0,31 0,27

9. Inflasi Transportasi (mtm) % (0,20) 1,47 0,15 7,22 1,28 0,94

B PDRB Penggunaan *** 6,72 6,25 6,19 6,12 6,42 6,27

- Konsumsi Rumah Tangga 6,89 6,96 6,37 6,47 6,16 6,04

- Konsumsi Lembaga Nonprofit Rumah Tangga 11,48 1,93 1,06 2,50 (11,86) (1,55)

- Konsumsi Pemerintah 10,52 5,62 6,74 10,20 7,19 8,32

- Pembentukan Modal Tetap Bruto (3,50) 0,89 2,27 6,50 4,68 6,14

- Perubahan Persediaan (28,12) (8,03) 66,18 31,38 (77,76) (81,84)

- Ekspor Luar Negeri 30,82 75,11 32,99 2,09 (2,49) (14,13)

- Impor Luar Negeri 83,83 (16,30) (22,42) 18,37 (0,42) (35,21)

- Net Ekspor Antardaerah 1,19 69,88 31,18 5,76 (5,78) (8,13)

C PDRB Sektoral *** 6,72 6,25 6,19 6,12 6,42 6,27

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 1,92 2,77 5,16 3,75 4,90 4,83

Pertambangan dan Penggalian 4,78 6,87 6,77 9,10 12,10 7,61

Industri Pengolahan 4,14 3,28 3,18 3,15 4,00 3,01

Pengadaan Listrik dan Gas 2,40 3,50 3,16 30,21 40,03 9,36

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 0,21 2,12 4,04 6,47 8,21 8,36

Konstruksi 7,40 7,67 3,72 5,15 5,86 6,79

Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 11,77 10,05 7,90 7,56 6,88 5,79

Transportasi dan Pergudangan 11,29 9,86 9,98 10,52 8,79 8,52

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 9,19 12,43 11,93 9,94 5,68 7,20

Informasi dan Komunikasi 9,33 8,31 9,75 9,64 8,38 9,53

Jasa Keuangan dan Asuransi 1,84 (1,13) 1,73 8,78 5,71 2,35

Real Estate 9,08 9,18 8,51 8,56 7,98 7,56

Jasa Perusahaan 9,19 8,41 7,31 7,82 8,21 8,33

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 9,51 7,03 9,58 9,52 8,90 9,52

Jasa Pendidikan 4,47 7,04 3,70 0,97 2,19 5,60

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 10,98 8,32 7,17 0,19 4,52 9,39

Jasa lainnya 8,39 4,84 2,05 3,52 6,24 7,49

II. MONETER TW I TW II TW III TW IV TW I TW II

BI Rate (%) 7,50 7,50 7,50 7,75 7,50 7,50

Kurs (Rp/USD - posisi akhir) 11.427 11.893 11.899 12.447 13.084 13.313

III. PERDAGANGAN LUAR NEGERI TW I TW II TW III TW IV TW I TW II*

1. Ekspor (ribu USD) 290.623 351.209 295.563 245.558 274.885 290.886

2. Impor (ribu USD) 46.377 22.612 12.977 27.864 17.027 10.714

IV. PERBANKAN** TW I TW II TW III TW IV TW I TW II

A. Jumlah Bank 45 45 45 46 46 46

1. Bank Umum 24 24 24 24 24 24

1.1. Bank Pemerintah 6 6 6 6 6 6

1.2. Bank Swasta 18 18 18 18 18 18

2. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) 17 17 17 18 18 18

3. Bank Syariah 4 4 4 4 4 4

B. Jaringan Kantor (Termasuk Unit) 324 324 330 347 347 350

1. Bank Umum 272 272 278 292 292 295

1.1. Konvensional 258 258 262 276 276 279

1.2. Syariah 16 16 16 16 16 16

2. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) 52 52 52 55 55 55

2.1. Konvensional 52 52 52 55 55 55

2.2. Syariah - - - - - -

C. Total Asset (Rp miliar) 30.547 32.749 34.255 34.491 35.839 37.037

1. Bank Umum 29.085 31.305 32.824 32.992 34.381 35.566

2. BPR 906 899 926 985 973 977

3. Bank Syariah 556 546 505 515 485 494

Keterangan :

* Angka sementara

** Berdasarkan lokasi bank pelapor

***Menggunakan tahun dasar 2010

2014

INDIKATOR EKONOMI DAN PERBANKAN

PROVINSI SULAWESI UTARA

2015

Page 7: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

vii

INDIKATOR

IV. PERBANKAN (berdasarkan bank pelapor) TW I TW II TW III TW IV TW I TW II

D. Indikator Kinerja Bank Umum Konvensional

1. Dana Pihak Ketiga (DPK) (Rp miliar) 17.600 19.176 19.627 19.596 20.368 20.905

1.1. Giro 3.298 3.807 3.702 3.272 3.855 4.281

1.2. Deposito 5.954 7.009 7.228 6.576 7.752 7.975

1.3. Tabungan 8.348 8.359 8.697 9.748 8.762 8.649

2. Kredit (Rp miliar) 23.022 24.027 24.606 26.018 26.398 27.490

2.1. Berdasarkan Jenis Penggunaan

- Modal Kerja 6.543 6.923 6.974 7.378 7.309 7.538

- Investasi 2.520 2.692 2.710 2.888 3.022 3.743

- Konsumsi 13.959 14.412 14.922 15.752 16.067 16.209

2.2. Berdasarkan Sektor Ekonomi

- Pertanian 463 482 465 484 485 506

- Pertambangan 44 50 49 57 38 733

- Industri 610 670 652 723 769 798

- Listrik, Gas & Air 4 4 4 5 5 6

- Konstruksi 616 707 775 743 732 839

- Perdagangan 6.021 6.305 6.317 6.561 6.636 6.687

- Angkutan 219 234 236 275 313 335

- Jasa Dunia Usaha 686 731 693 784 658 655

- Jasa Sosial 399 433 493 614 688 723

- Lainnya 13.959 14.412 14.921 15.772 16.076 16.209

2.3. Kredit untuk Debitur UMKM 6.560 6.871 6.741 7.190 7.472 7.446

2.4. Loan to Deposit Ratio (LDR) % 130,81 125,30 125,37 132,77 129,61 131,50

2.5. Non Performing Loan (NPL)

- Nominal (Rp miliar) 676 809 897 788 894 988

- Rasio (%) 2,94 3,37 3,65 3,03 3,39 3,60

V. SISTEM PEMBAYARAN TW I TW II TW III TW IV TW I TW II

1. Kas (Rp miliar)

- Inflow 2.422 1.129 2.185 1.045 2.303 1.077

- Outflow 869 1.298 2.352 2.611 670 1.391

2. Kliring

- Volume Kliring (Lembar) 82.527 93.703 123.665 99.232 90.235 91.718

- Nominal Kliring (Rp Miliar) 2.446 2.593 2.536 2.842 2.668 2.345

- Rata2 Volume Kliring/hari (Lembar) 1.375 1.487 1.974 1.566 1.477 1.558

- Rata2 Nominal Kliring/hari (Rp Miliar) 41 41 41 45 44 40

- Rata2 Lembar Tolakan Kliring/hari (%) 2,15 1,97 1,70 1,75 2,10 2,37

- Rata2 Nominal Tolakan Kliring/hari (%) 2,19 2,33 2,52 2,17 1,87 2,59

Keterangan :

* Angka sementara

** Berdasarkan lokasi bank pelapor

***Menggunakan tahun dasar 2010

2014

PROVINSI SULAWESI UTARA

2015

INDIKATOR EKONOMI DAN PERBANKAN

Page 8: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 9: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

RINGKASAN

EKSEKUTIF

Page 10: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

RINGKASAN EKSEKUTIF

x

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 11: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

RINGKASAN EKSEKUTIF

1

RINGKASAN EKSEKUTIF

Perkembangan Makro Ekonomi Regional

Memasuki triwulan II tahun 2015, perkembangan perekonomian Sulut

menunjukkan sedikit perlambatan kendati masih memiliki tingkat

pertumbuhan di atas nasional. Kondisi tersebut sejalan dengan

perkembangan perekonomian di level nasional yang memang tengah

melambat. Pada triwulan laporan, perekonomian Sulut tercatat

tumbuh sebesar 6,27% (yoy), atau melambat dibandingkan triwulan

sebelumnya yang tumbuh 6,41% (yoy). Namun, tingkat pertumbuhan

tersebut sedikit lebih baik jika dibandingkan dengan periode yang

sama tahun sebelumnya dimana perekonomian Sulut tumbuh sebesar

6,25% (yoy). Perekonomian Sulut juga tercatat masih mampu tumbuh

di atas tingkat pertumbuhan ekonomi nasional yang sebesar 4,67%

(yoy).

Secara sektoral, melambatnya perekonomian Sulut di triwulan laporan

dipengaruhi oleh deselerasi yang terjadi pada dua sektor utama Sulut

yaitu sektor perdagangan dan sektor industri pengolahan. Sementara

itu, pertumbuhan impresif dari sektor pertanian yang dipengaruhi

panen raya tanaman bahan makanan dan tanaman perkebunan di

sebagian wilayah, serta terakselerasinya sektor konstruksi menjadi

penopang pertumbuhan ekonomi Sulut sekaligus menahan pelemahan

lebih lanjut. Sejalan dengan perkembangan di sisi sektoral,

perlambatan pertumbuhan ekonomi Sulut dipengaruhi oleh

melambatnya konsumsi rumah tangga dan kinerja ekspor

internasional. Sementara itu, peningkatan kinerja investasi dan

konsumsi pemerintah yang ditopang oleh cukup baiknya serapan

anggaran khususnya APBD menjadi penopang pertumbuhan ekonomi

Sulut di triwulan laporan.

Perkembangan Inflasi Daerah

Tekanan inflasi Provinsi Sulawesi Utara meningkat di triwulan II 2015

dibandingkan triwulan sebelumnya. Inflasi Provinsi Sulawesi Utara

yang diwakili oleh Kota Manado tercatat sebesar 0.49% (mtm) atau

secara tahunan sebesar 8,73% (yoy) di akhir triwulan II 2015.

Memasuki triwulan II tahun 2015,

perkembangan perekonomian

Sulut menunjukkan sedikit

perlambatan kendati masih

memiliki tingkat pertumbuhan di

atas nasional. Kondisi tersebut

sejalan dengan perkembangan

perekonomian di level nasional

yang memang tengah melambat.

Pada triwulan laporan,

perekonomian Sulut tercatat

tumbuh sebesar 6,27% (yoy), atau

melambat dibandingkan triwulan

sebelumnya yang tumbuh 6,41%

(yoy)...

Mengawali tahun 2015, laju inflasi

tahunan Provinsi Sulawesi Utara pada

triwulan I yang diwakili oleh kota

Manado mengalami perlambatan..

Page 12: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

RINGKASAN EKSEKUTIF

2

Tekanan inflasi secara tahunan bersumber dari menguatnya tekanan

inflasi kelompok volatile foods dan kelompok barang yang harganya

diatur pemerintah (administered price). Sementara kelompok inti

(core inflation) cenderung stabil.

Stabilitas Sistem Keuangan

Stabilitas sistem keuangan di Sulawesi Utara pada triwulan laporan

masih relatif baik. Faktor-faktor yang cenderung dapat mempengaruhi

stabilitas sitem keuangan di Sulawesi Utara tidak memberikan dampak

negatif pada perbankan di Sulawesi Utara. Faktor-faktor itu antara

lain perlambatan pertumbuhan ekonomi, peningkatan risiko kredit,

turunnya ekspor akibat harga komoditas turun, daya beli RT menurun,

realisasi anggaran Pemerintah yang lamban, dan pelemahan nilai

tukar rupiah.

Ketahanan sektor Rumah Tangga, ketahanan sektor korporasi dan

juga kondisi serta kinerja perbankan di Sulawesi Utara masih dalam

level yang baik sehingga tidak rentan untuk mengalami shock pada

sistem keuangannya.

Perkembangan Keuangan Daerah (APBD)

Alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

Provinsi Sulawesi Utara pada triwulan II 2015 sebesar Rp2,64

triliun meningkat 10.76% dari periode yang sama tahun

sebelumnya. Realisasi pendapatan fiskal cukup baik mengingat

telah tercapai sebesar 52,6% atau senilai Rp1.345 Miliar dari

total target Rp2,56 triliun. Sementara itu realisasi belanja

mencapai 36,8% atau senilai Rp971 Miliar dari total target

belanja.

Dukungan fiskal dari pemerintah pusat untuk pengembangan

ekonomi daerah terlihat dari transfer dana yang diberikan

kepada Provinsi dan 15 (lima belas) Kabupaten/Kota di Wilayah

Sulawesi Utara. Sampai dengan triwulan II 2015 alokasi dana

pusat ke daerah sebesar Rp158,67 triliun (Provinsi dan 15

Alokasi Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah (APBD) Provinsi

Sulawesi Utara pada triwulan II 2015

sebesar Rp2,64 triliun meningkat

10.76% dari periode yang sama

tahun sebelumnya. Realisasi

pendapatan fiskal cukup baik

mengingat telah tercapai sebesar

52,6% atau senilai Rp1.345 Miliar

dari total target Rp2,56 triliun....

Stabilitas sistem keuangan di Sulawesi

Utara pada triwulan laporan masih

relatif baik. Faktor-faktor yang

cenderung dapat mempengaruhi

stabilitas sitem keuangan di Sulawesi

Utara tidak memberikan dampak

negatif pada perbankan di Sulawesi

Utara...

Page 13: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

RINGKASAN EKSEKUTIF

3

Kab/Kota) sebesar 43,05%. Peningkatan alokasi tersebut di

tujukan untuk mendorong percepatan pembangun daerah

selaras dengan program pembangunan pemerintah pusat.

Perkembangan Sistem Pembayaran

Dari sisi sistem pembayaran tunai, meningkatnya aktivitas ekonomi

masyarakat terutama jelang Hari Besar Keagamaan memicu

peningkatan kebutuhan uang kartal sepanjang triwulan II 2015.

Aktivitas setoran-bayaran uang tunai pada periode laporan

menunjukkan posisi net outflow sebesar Rp 314 miliar, meningkat

sebesar 84,61 (yoy) dibandingkan dengan periode yang sama tahun

sebelumnya. Kondisi net outflow juga terjadi pada Layanan Jasa Kas

Titipan, yaitu sebesar Rp 129 miliar, menurun sebesar 30,63% (yoy).

Dari sisi sistem pembayaran non-tunai, kebijakan penetapan nilai

nominal per transaksi di atas Rp 100 juta pada BI-RTGS melalui Surat

Edaran No.16/18/DPSP tanggal 28 November 2014 yang berlaku sejak

15 Desember 2014, memiliki pengaruh terhadap perkembangan

sistem pembayaran non-tunai di Sulawesi Utara. Aktivitas kliring debet

melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) tercatat tumbuh

positif. Nilai dan volume transaksi kliring debet tumbuh sebesar 7,25%

(yoy) dan 16,20% (yoy). Hal yang sebaliknya terjadi pada

perkembangan transaksi Bank Indonesia Real Time Gross Settlement

(BI-RTGS). Nilai dan volume transaksi mengalami penurunan, secara

berturut-turut sebesar 13,31% (yoy) dan 55,90% (yoy). Sejalan

dengan kebijakan tersebut, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi

Sulawesi Utara terus mendorong peningkatan transaksi non tunai di

melalui penandatanganan Nota Kesepahaman dalam rangka

mendukung Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) dengan Pemerintah

Provinsi Sulawesi Utara, Pemerintah Kota Manado, dan Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sulawesi Utara.

Dari sisi pengawasan terhadap penyelenggaraan Jasa Sistem

Pembayaran, aktivitas Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing Bukan

Bank terpantau meningkat sepanjang triwulan II 2015. Total

pembelian dan penjualan Uang Kertas Asing sepanjang periode

Sejalan dengan siklusnya, kebutuhan

uang kartal meningkat sepanjang

triwulan II 2015. Di sisi lain,

kebijakan penetapan nilai nominal

per transaksi di atas Rp 100 juta

pada BI-RTGS berpangaruh terhadap

meningkatnya aktivitas pembayaran

non tunai melalui kliring. Dalam

rangka mendorong masyarakat

Sulawesi Utara untuk bertransaksi

secara non tunaI, Bank Indonesia

dan Pemerintah Daerah

berkomitmen untuk mendukung

Gerakan Nasional Non Tunai di

Sulawesi Utara...

Page 14: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

RINGKASAN EKSEKUTIF

4

tersebut secara berturut-turut sebesar Rp 3,30 miliar (meningkat

16,95%, yoy) dan Rp 3,38 miliar (meningkat sebesar 16,78, yoy).

Perkembangan Ketenagakerjaan& Kesejahteraan Masyarakat

Kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Utara tercatat mengalami

perlambatan seiring dengan perlambatan pertumbuhan perekonomian

Sulawesi Utara. Hal ini tercermin dari jumlah tenaga kerja regional

yang tumbuh moderat yang diikuti dengan peningkatan tingkat

pengangguran. Jumlah tenaga kerja Sulawesi Utara tercatat hanya

tumbuh 0,23% (yoy) diikuti oleh Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja

(TPAK) yang terkoreksi ke angka 0,15%. Disisi lain, baik secara

tahunan maupun dibanding periode sebelumnya, tingkat

pengangguran menunjukkan peningkatan. Kelesuan dunia usaha

dimana penjualan mengalami penurunan akibat daya beli masyarakat

yang juga menurun berdampak pada pengurangan jumlah tenaga

kerja dan kebijakan untuk tidak akan melakukan penambahan tenaga

kerja yang masa kontraknya habis dan/atau pensiun pada mayoritas

perusahaan di Sulawesi Utara.

Sementara penurunan kesejahteraan masyarakat Sulawesi Utara

terindikasi dari berbagai indikator tingkat kesejahteraan masyarakat.

Kesejahteraan di sektor pertanian yang merupakan sektor utama

pendorong perekonomian Sulawsi Utara menunjukkan pelemahan

yang tercermin dari NTP dan NTUP. Kendati demikian, optimisme

peningkatan kesejahteraan masyarakat secara umum masih terjaga

diatas titik optimis, namun persepsi atas nilai tukar yang terus

melemah dan ketidaksiapan atas pemberlakukan MEA pada akhir

tahun membuat ekspektasi penghasilan kedepan tercatat mengalami

penurunan.

Outlook Pertumbuhan Ekonomi

Perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan III 2015 diperkirakan

tumbuh pada kisaran 6,26% - 6,66% (yoy), atau mengalami akselerasi

dibandingkan pertumbuhan ekonomi di triwulan II 2015 . Sumber

pertumbuhan diperkirakan masih berasal dari sektor utama

perekonomian Sulut yaitu sektor pertanian, sektor perdagangan dan

Kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi

Utara tercatat mengalami

perlambatan seiring dengan

perlambatan pertumbuhan

perekonomian Sulawesi Utara. Hal ini

tercermin dari jumlah tenaga kerja

regional yang tumbuh moderat yang

diikuti dengan peningkatan tingkat

pengangguran. Jumlah tenaga kerja

Sulawesi Utara tercatat hanya tumbuh

0,23% (yoy) diikuti oleh Tingkat

Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)

yang terkoreksi ke angka 0,15%....

Perekonomian Sulawesi Utara

pada triwulan III 2015 diperkirakan

tumbuh pada kisaran 6,26% -

6,66% (yoy), atau mengalami

akselerasi dibandingkan

pertumbuhan ekonomi di triwulan

II 2015 . Sumber pertumbuhan

diperkirakan masih berasal dari

sektor utama perekonomian Sulut

yaitu sektor pertanian, sektor

perdagangan dan sektor

konstruksi .....

Page 15: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

RINGKASAN EKSEKUTIF

5

sektor konstruksi serta beberapa sektor lain yang memiliki potensi

peningkatan pertumbuhan di triwulan mendatang seperti sektor

akomodasi, sektor transportasi serta sektor informasi dan komunikasi.

Sesuai pola historis, sektor pertanian diperkirakan akan mencapai

puncak pertumbuhannya pada periode triwulan III 2015 seiring panen

raya pada tanaman perkebunan rakyat seperti cengkih, pala dan

kelapa. Kondisi tersebut juga didukung prebaikan di sektor perikanan

pasca relaksasi peraturan transhipment kendati masih dibayangi risiko

cuaca yang kurang kondusif. Sementara itu, sektor perdagangan

diperkirakan tumbuh lebih baik di triwulan mendatang dengan

dorongan belanja masyarakat menyambut hari raya Idul Fitri dan hari

pengucapan. Di sisi lain, realisasi belanja modal pemerintah

diperkirakan mampu mendorong perkembangan sektor konstruksi ke

arah yang lebih tinggi. Sesuai siklusnya, belanja modal pemerintah

diperkirakan mulai mengalami peningkatan di paruh ke dua setiap

tahunnya. Kondisi ini juga didukung oleh fakta bahwa realisasi belanja

modal pemerintah khususnya APBN yang disalurkan di Sulut (instansi

vertikal) cenderung masih rendah di kisaran 20% sampai dengan

semester I 2015 sehingga optimalisasi penyerapan anggaran tersebut

akan terjadi di semester II 2015. Selanjutnya, beberapa sektor lain

seperti sektor akomodasi, sektor transportasi dan sektor informasi

akan turut terdorong seiring tingginya aktifitas perdagangan,

maraknya penyelenggaraan MICE, persiapan pilkada dan peningkatan

mobilitas masyarakat menyambut hari raya keagamaan. Dengan

memperhatikan perkembangan terkini, maka pertumbuhan ekonomi

keseluruan tahun 2015 diperkirakan berada pada interval 6,27% -

6,67% (yoy) atau lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya.

Outlook Inflasi

Cukup tingginya tekanan inflasi di triwulan II 2015 diperkirakan masih

akan berlanjut di triwulan III 2015. Pada triwulan III 2015 inflasi

diperkirakan berada pada kisaran 9,04±1% (yoy). Namun, pada akhir

tahun 2015 inflasi diperkirakan mampu mendekati sasarannya dan

berada di kisaran 4,4±1% (yoy). Kondisi tersebut dipengaruhi based

point effect tingginya inflasi di Desember 2014.

Cukup tingginya tekanan inflasi di

triwulan II 2015 diperkirakan

masih akan berlanjut di triwulan III

2015. Pada triwulan III 2015 inflasi

diperkirakan berada pada kisaran

9,04±1% (yoy). Namun, pada

akhir tahun 2015 inflasi

diperkirakan mampu mendekati

sasarannya dan berada di kisaran

4,4±1% (yoy). Kondisi tersebut

dipengaruhi based point effect

tingginya inflasi di Desember

2014...

Page 16: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

RINGKASAN EKSEKUTIF

6

Risiko inflasi diperkirakan berasal dari kelompok Administrated Prices

dan Volatile Food. Risiko yang berasal dari kelompok Administrated

Prices terutama terkait dengan tibanya hari raya keagamaan Idul Fitri

dan Pengucapan Syukur, adanya realisasi gaji ke-13 PNS, tibanya

musim liburan sekolah, dan dampak kenaikan tarif batas bawah

angkutan udara. Sementara dari kelompok volatile food tekanan

diperkirakan stabil karena adanya normalisasi harga dan permintaan

dan adanya panen di sebagian daerah pertanian sehubungan panen

beras. Namun, risiko peningkatan harga akibat fenomena El Nino yang

menyebabkan kekeringan masih patut diwaspadai. Selanjutnya, inflasi

inti diperkirakan relatif terkendali meskipun dengan resiko yang

moderat dengan adanya tekanan yang bersumber dari kenaikan

harga emas perhiasan, bahan bangunan dan pengaruh volatilitas nilai

tukar.

Outlook Perbankan

Secara umum kinerja bank umum masih menunjukkan pertumbuhan

positif sampai dengan triwulan laporan. Kredit pada triwulan

berikutnya diperkirakan tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan

laporan. Perkiraan tersebut didukung oleh hasil Survei Perbankan

triwulan laporan yang menunjukkan optimisme persepsi perbankan

bahwa kredit akan meningkat pada triwulan yang akan datang.

Optimisme peningkatan permintaan kredit didukung oleh perkiraan

meningkatnya prospek usaha nasabah dan dukungan permodalan

bank yang cukup.

Secara umum kinerja bank umum

masih menunjukkan pertumbuhan

positif sampai dengan triwulan

laporan. Kredit pada triwulan

berikutnya diperkirakan tumbuh

lebih tinggi dibandingkan triwulan

laporan...

Page 17: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

RINGKASAN EKSEKUTIF

7

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 18: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 19: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

PERKEMBANGAN

EKONOMI MAKRO BAB I

Page 20: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 21: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

11

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

Memasuki triwulan II tahun 2015, perkembangan perekonomian Sulut menunjukkan sedikit

perlambatan kendati masih memiliki tingkat pertumbuhan di atas nasional. Kondisi tersebut

sejalan dengan perkembangan perekonomian di level nasional yang memang tengah

melambat. Pada triwulan laporan, perekonomian Sulut tercatat tumbuh sebesar 6,27% (yoy),

atau melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 6,41% (yoy). Namun, tingkat

pertumbuhan tersebut sedikit lebih baik jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun

sebelumnya dimana perekonomian Sulut tumbuh sebesar 6,25% (yoy). Perekonomian Sulut

juga tercatat masih mampu tumbuh di atas tingkat pertumbuhan ekonomi nasional yang

sebesar 4,67% (yoy).

Secara sektoral, melambatnya perekonomian Sulut di triwulan laporan dipengaruhi oleh

deselerasi yang terjadi pada dua sektor utama Sulut yaitu sektor perdagangan dan sektor

industri pengolahan. Sementara itu, pertumbuhan impresif dari sektor pertanian yang

dipengaruhi panen raya tanaman bahan makanan dan tanaman perkebunan di sebagian

wilayah, serta terakselerasinya sektor konstruksi menjadi penopang pertumbuhan ekonomi

Sulut sekaligus menahan pelemahan lebih lanjut. Sejalan dengan perkembangan di sisi sektoral,

perlambatan pertumbuhan ekonomi Sulut dipengaruhi oleh melambatnya konsumsi rumah

tangga dan kinerja ekspor internasional. Sementara itu, peningkatan kinerja investasi dan

konsumsi pemerintah yang ditopang oleh cukup baiknya serapan anggaran khususnya APBD

menjadi penopang pertumbuhan ekonomi Sulut di triwulan laporan.

Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi (TD 2010)

Provinsi Sulawesi Utara (% yoy)

Sumber: BPS, diolah

5.61 5.58 5.14 5.03 4.92 5.01 5.02 4.72 4.67

6.53 6.386.72

6.25 6.19 6.12 6.31 6.41 6.27

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

IV Total I II III IV Total I II

2013 2014 2015

Nasional (%) Sulawesi Utara (%)

Page 22: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

12

Sumber: BPS, diolah

1.1 SISI PERMINTAAN

Secara keseluruhan, kegiatan konsumsi masih menjadi penopang pertumbuhan ekonomi Sulut

pada triwulan laporan. Perkembangan kegiatan konsumsi yang memiliki tingkat pertumbuhan

lebih baik dibanding triwulan sebelumnya didorong oleh akselerasi konsumsi pemerintah di

tengah konsumsi rumah tangga yang mengalami sedikit perlambatan. Di sisi lain, kegiatan

ekspor internasional yang juga merupakan salah saktu faktor penyebab perlambatan

pertumbuhan ekonomi tercatat mengalami kontraksi yang lebih dalam dibanding triwulan

sebelumnya. Kondisi ini tidak terlepas dari belum adanya hasil positif yang signifikan terkait

penerapan kebijakan moratorium dan transhipment. Namun demikian, kontraksi pertumbuhan

yang juga terjadi pada impor internasional maupun net impor antar daerah berhasil menjadi

penahan pelemahan lebih lanjut di komponen neraca perdagangan bersih Sulut.

Tabel 1.1.

Pertumbuhan Provinsi Sulawesi Utara Menurut Penggunaan (% yoy)

1.1.1 Konsumsi

Kegiatan konsumsi pada triwulan II 2015 mencatat pertumbuhan sebesar 6,36% (yoy) dengan

kontribusi sebesar 4,27% terhadap laju pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan konsumsi pada

periode laporan tersebut lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat tumbuh

sebesar 5,77% (yoy).

Pertumbuhan konsumsi ditopang oleh terakselerasinya konsumsi pemerintah di tengah

konsumsi LNPRT yang masih terkontraksi dan konsumsi rumah tangga yang mengalami sedikit

perlambatan dibanding triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan, konsumsi pemerintah

tercatat tumbuh sebesar 8,32% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang

sebesar 7,19% (yoy). Akselerasi pada konsumsi pemerintah tidak terlepas dari dukungan fiskal

yang lebih baik di 2015 serta realisasi belanja APBD yang lebih baik dibandingkan triwulan lalu

maupun tahun sebelumnya. Sampai dengan tengah tahun 2015, realisasi belanja APBD provinsi

Q1 Sumb. Q2 Sumb. Q3 Sumb. Q4 Sumb. Q1 Sumb. Q2 Sumb.

Konsumsi 7.93 5.50 6.45 4.32 6.30 4.21 7.32 4.83 5.77 4.05 6.36 4.27

Konsumsi Rumah Tangga 6.89 3.45 6.96 3.34 6.37 3.05 6.47 3.02 6.16 3.09 6.04 2.92

Konsumsi LNPRT 11.48 0.28 1.93 0.04 1.06 0.02 2.50 0.05 -11.86 -0.30 -1.55 -0.03

Konsumsi Pemerintah 10.52 1.77 5.62 0.94 6.74 1.14 10.20 1.76 7.19 1.25 8.32 1.38

Investasi -3.58 -1.41 0.86 0.32 2.36 0.87 6.51 2.37 4.49 1.60 5.88 2.10

PMTB -3.50 -1.38 0.89 0.33 2.27 0.83 6.50 2.36 4.68 1.67 6.14 2.19

Perubahan Inventori -28.12 -0.04 -8.03 -0.01 66.18 0.03 31.38 0.01 -77.76 -0.07 -81.84 -0.09

Neraca Perdagangan Bersih -29.72 2.63 -34.55 1.61 -31.20 1.11 46.96 -1.07 -13.06 0.76 3.28 -0.09

Ekspor 30.82 5.10 75.11 10.27 32.99 4.83 2.09 0.31 -2.49 -0.51 -14.13 -3.18

Impor 83.83 2.20 -16.30 -0.78 -22.42 -0.82 18.37 0.58 -0.42 -0.02 -35.21 -1.33

Net Ekspor Antar Daerah 1.19 -0.27 69.88 -9.45 31.18 -4.53 5.76 -0.80 -5.78 1.25 -8.13 1.76

PDRB 6.72 6.72 6.25 6.25 6.19 6.19 6.12 6.12 6.41 6.41 6.27 6.27

Jenis Penggunaan2014 2015

Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara

Page 23: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

13

tercatat sebesar 34,77% atau meningkat sebesar 20,47% dibanding posisi triwulan sebelumnya

dimana realisasi APBD tercatat sebesar 14,3%. Realisasi belanja tersebut juga lebih baik

dibandingkan periode tahun sebelumnya yang sebesar 27,28%.

Di sisi lain, kondisi pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang cenderung melambat tercermin

dari persepsi masyarakat terhadap kondisi ekonomi pada triwulan laporan yang menunjukkan

penurunan dibandingkan triwulan lalu maupun periode yang sama tahun sebelumnya. Angka

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada triwulan laporan tercatat sebesar 114,83 mengalami

penurunan jika dibandingkan dengan periode triwulan lalu dimana IKK tercatat sebesar 137,11

maupun tahun sebelumnya yang sebesar 150,44. Penurunan tingkat keyakinan konsumen

disebabkan beberapa faktor seperti tingkat harga yang tinggi dan pelemahan kurs Rupiah.

Kedua hal tersebut menjadi dasar presepsi rumah tangga atas penurunan kondisi

perekonomian.

Grafik 1.2.

Serapan APBN Provinsi 5 Tahun Terakhir

Grafik 1.3.

Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini

Sumber: Biro Ekonomi, Pemprov, Sulut Sumber: Survei Konsumen (SK) KPw BI Prov. Sulut

Selanjutnya, kinerja konsumsi yang cenderung melambat juga dapat dilihat dari perkembangan

penjualan ritel beberapa kelompok usaha di kota Manado. Berdasarkan hasil Survei Penjualan

Eceran (SPE) yang dilakukan oleh KPw BI Prov. Sulawesi Utara, terlihat adanya indikasi

perlambatan pertumbuhan penjualan yang tercermin dari perlambatan pertumbuhan Indeks Riil

Penjualan (IRP) dari 7,93% (yoy) pada triwulan I 2015 menjadi 5,59% pada triwulan II 2015.

Secara angka indeks, IRP juga mengalami penurunan dari 258,75 di triwulan lalu menjadi

254,13 pada triwulan laporan. Berdasarkan hasil liaison, para pelaku usaha juga

mengkonfirmasi turunnya tingkat konsumsi masyarakat yang tercermin dari menurunnya

tingkat penjualan. Lickert Scale penjualan domestik berdasarkan hasil liaison, tercatat

mengalami penurunan dari 0,57 pada triwulan lalu menjadi -2.29 pada triwulan laporan.

Kondisi melambatnya konsumsi rumah tangga juga dipengaruhi oleh pembayaran gaji ke-13

PNS dan pembayaran THR yang mayoritas diberikan pada bulan Juli 2015 sehingga peningkatan

belanja masyarakat terfokus pada bulan tersebut.

38.77%35.27%

31.91%

35.43%

27.28%

34.77%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

Juni 2010 Juni 2011 Juni 2012 Juni 2013 Juni 2014 Juni 2015

Serapan Belanja APBN Prov. Sulut

Page 24: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

14

Grafik 1.4.

Indeks Penjualan Eceran & Lickert Scake Liaison

Grafik 1.5.

Perkembangan Kredit Konsumsi

Sumber: Survei Penjualan Eceran (SPE) & Liaison KPw BI Prov. Sulut Sumber: LBU, Lokasi Proyek

Di sisi lain, sejalan dengan melambatnya konsumsi rumah tangga, dukungan perbankan

terhadap kegiatan konsumsi juga tengah mengalami penurunan. Hal ini tercermin dari tingkat

penyaluran kredit konsumsi oleh perbankan di Sulawesi Utara yang tumbuh 13,07% (yoy) pada

triwulan laporan atau melambat jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh

15,2% (yoy). Namun demikian, kredit konsumsi tercatat masih memiliki pangsa terbesar dalam

penyaluran kredit perbankan di Sulut dengan share sebesar 58% dari total kredit. Adapun total

penyaluran kredit konsumsi pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp.17,7 Triliun.

1.1.2 Investasi

Kegiatan investasi yang tercermin dari angka PMTB dan perubahan inventori pada triwulan II

2015 tercatat tumbuh 5,88% (yoy) dengan kontribusi sebesar 2,10% terhadap laju

pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada

periode sebelumnya yang tercatat 4,49% (yoy). Laju impresif pertumbuhan investasi menjadi

salah satu pendorong utama pertumbuhan ekonomi Sulut pada triwulan laporan. Tingginya

pertumbuhan investasi pada triwulan laporan selain didorong oleh masih berjalannya proyek

yang bersifat multiyears, juga didorong oleh berbagai program pemerintah pusat maupun

daerah yang mulai diinisiasi pada awal tahun 2015. Serapan belanja modal pada APBD yang

relatif lebih baik juga menjadi salah satu fakotr pendukung akselerasi pertumbuhan investasi

pada triwulan laporan.

7.93

5.59

0.57

-2.29-2.5

-2

-1.5

-1

-0.5

0

0.5

1

1.5

-5

0

5

10

15

20

25

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2014 2015

Pertumbuhan Indeks Riil Penjualan

Likert Scale Penjualan Domestik (sb.kanan)

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

40%

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

20

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014 2015

YoYRp. Triliun

Kredit Konsumsi gKredit Konsumsi

Page 25: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

15

Grafik 1.6.

Perkembangan Penjualan Semen

Grafik 1.7.

Perkembangan Kredit Investasi Bank Umum

Sumber : Asosiasi Semen Indonesia Sumber : LBU, Lokasi Proyek

Jenis proyek multiyears yang masih berjalan baik oleh pemerintah maupun swasta pada

triwulan laporan adalah pembangunan jalan tol Manado-Bitung, perbakikan jalan-jembatan di

beberapa daerah, pembangunan infrastruktur pendukung transportasi (bandara dan

pelabuhan), pembangunan pusat perbelanjaan, pembangunan beberapa hotel baru di Kota

Manado serta masih maraknya proyek pembangunan hunian vertikal maupun horizontal. Lebih

lanjut lagi, realisasi APBD dan APBN juga mengindikasikan sudah dimulainya beberapa proyek

strategis dengan pencapaian realisasi anggaran di atas 50% sampai dengan triwulan II 2015

untuk proyek pembangunan waduk (Lolak dan Kuwil) serta proyek pembangunan pelabuhan

perikanan. Indikator pertumbuhan investasi juga tercermin dari realisasi penjualan semen yang

menunjukkan angka penjualan maupun tingkat pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan

triwulan sebelumnya. Sampai dengan triwulan laporan realisai penjualan semen tercatat sebesar

163 ribu ton atau meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 158 ribu ton.

Sejalan dengan pertumbuhan sektor investasi, perkembangan kredit investasi yang disalurkan

oleh bank umum di Sulawesi Utara juga menunjukkan peningkatan pertumbuhan dari 12.7%

(yoy) pada triwulan lalu menjadi 18,65% (yoy) pada triwulan laporan. Dilihat dari nilainya,

jumlah penyaluran kredit investasi pada triwulan II 2015 tercatat sebesar Rp. 4,04 Triliun.

1.1.3 Ekspor Impor

Kinerja perdagangan internasional pada triwulan laporan menjadi salah satu faktor penahan

laju pertumbuhan ekonomi Sulut. Hal ini tercermin dari terkontraksinya pertumbuhan ekspor

dan impor Sulut pada triwulan laporan. Ekspor tercatat mengalami kontraksi lebih dalam

sebesar 14,13% dimana pada triwulan sebelumnya tercatat terkontraksi 2,49% (yoy). Di sisi

lain, impor juga tercatat melanjutkan pelemahannya setelah mencetak pertumbuhan negatif

35,21% (yoy), setelah pada triwulan sebelumnya tercatat tumbuh negatif 0,42% (yoy).

-40

-20

0

20

40

60

80

100

0

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2012 2013 2014 2015

Volume Semen (ton) gSemen (%) - sb. kanan

Page 26: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

16

Sementara itu, perdagangan antar daerah pada triwulan laporan masih mencatatkan kondisi

net impor.

Pada triwulan laporan kinerja ekspor komoditas Sulut mencatatkan pertumbuhan negatif

17.18% (yoy) dengan nilai ekspor sebesar 291,04 juta USD. Melemahnya kinerja ekspor pada

triwulan laporan masih dipengaruhi oleh menurunya ekspor produk ikan dan olahannya sebagai

dampak belum adanya hasil positif yang signifikan terkait penerapan kebijakan moratorium dan

transhipment. Berdasarkan hasil liaison, pelaku usaha ekspor ikan menyatakan kinerja ekspor

produk tersebut masih menghadapi masalah seiring kondisi pasokan bahan baku yang terbatas.

Tabel 1.2.

Perkembangan Ekspor Sulawesi Utara (Juta USD)

Sampai dengan pertengahan tahun 2015, dilihat berdasarkan pangsa komoditi utama ekspor

Sulawesi Utara, komoditi yang menjadi unggulan ekspor masih berasal dari produk olahan

lemak dan minyak nabati dengan komposisi sebesar 65%, diikuti oleh produk

perhiasan/permata (14%), sementara ikan dan ikan olahan tecatat hanya memiliki pangsa 4%

dan 5% seiring menurunnya volume ekspor. Sementara itu, berdasarkan negara tujuan, ekspor

Sulawesi Utara sampai dengan triwulan II 2015 didominasi oleh Belanda (27%), Amerika Serikat

(21%) dan Singapura (14%). Perlambatan ekspor juga tidak terlepas dari kondisi harga

internasional komoditas ekspor utama Sulut yaitu minyak kelapa dan minyak kelapa sawit yang

terpantau masih rendah pada triwulan laporan.

Grafik 1.7.

Pangsa Komoditi Utama Ekspor Sulawesi Utara

Grafik 1.8.

Harga Komoditas International

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah

Sumber : World Bank Commodity Price Data

Kinerja ekspor luar negeri yang mengalami kontraksi dan situasi perekonomian yang tengah

melambat diikuti oleh melemahnya arus perdagangan antar daerah. Ekspor antar daerah Sulut

yang tercermin dari kegiatan muat barang melalui pelabuhan Bitung tercatat mengalami

pertumbuhan negatif atau terkontraksi lebih dalam dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

Total Ekspor (Juta USD) 183.00 166.90 211.87 229.91 285.53 351.43 296.02 242.70 274.10 291.04 -17.18%

Uraian2013 2014

Growth (yoy)2015

Lemak&Minyak65%

Ikan4%

Daging&Ikan Olah5%

Ampas4%

Perhiasan14%

Lainnya8%

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

1600

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6

2013 2014 2015

USD/Metric Ton

CPO Price CNO Price

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara,

diolah

Page 27: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

17

triwulan II 2015, volume barang asal Sulawesi Utara yang dikirim (muat) ke pasar domestik

tercatat hanya sebanyak 64 ribu ton atau tumbuh negatif 64,44% (yoy).

Grafik 1.9.

Negara Tujuan Ekspor Sulawesi Utara

Grafik 1.10.

Perkembangan Kegiatan Muat di Pelabuhan Bitung

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah Sumber : PT Pelindo IV, Bitung

Sejalan dengan kondisi ekspor luar negeri yang terkontraksi, aktivitas impor juga mengalami

pertumbuhan negatif pada triwulan laporan. Pada triwulan II 2015, nilai impor tercatat hanya

sebesar 12,04 juta USD atau mengalami kontraksi cukup dalam mencapai 63,29% (yoy).

Terkontraksinya impor Sulut yang mayoritas merupakan barang modal menggambarkan

melemahnya kegiatan investasi non bangunan khususnya bagi perusahaan industri berorientasi

ekspor yang tengah mengalami kendala bahan baku.

Berdasarkan komoditinya, impor besi dan baja merupakan komoditi impor terbesar dengan

pangsa 22% dari total nilai impor, disusul oleh komoditas mesin-mesin (18%), benda besi baja

(14%), bahan bakar mineral (13%), dan kapal laut (7%). Komoditas impor tersebut digunakan

untuk mendukung kinerja ekspor terutama oleh perusahaan di sektor industri pengolahan.

Berdasarkan negara asal barangnya, barang impor sampai dengan Juni 2015 lebih dominan

didatangkan dari negara Tiongkok (26%), Australia (20%), Taiwan (19%), dan Singapura

(14%).

Belanda27%

Tiongkok10%

Amerika Serikat

21%

Korea Selatan

8%

Singapura14%

Lainnya20%

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

Total Impor (Juta USD) 10.00 46.20 30.53 23.50 42.59 32.80 17.48 29.19 18.79 12.04 -63.29%

Uraian2013 2014

Growth (yoy)2015

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi

Utara, diolah

Tabel 1.3.

Impor Sulawesi Utara (Juta USD)

Page 28: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

18

Grafik 1.11.

Pangsa Komoditi Utama Impor Sulawesi Utara

Grafik 1.12.

Negara Asal Impor Sulawesi Utara

Sumber : BPS Prov. Sulawesi Utara, diolah Sumber : BPS Prov. Sulawesi Utara, diolah

Di sisi lain, aktivitas impor antar daerah juga

menunjukkan penurunan. Pada triwulan laporan, total

barang yang masuk ke Sulut tecatat sebesar 493 ribu

ton atau tumbuh negatif 20,83% (yoy), lebih rendah

dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat

tumbuh negatif 18,95% (yoy). Melemahnya kegiatan

bongkar pelabuhan tersebut mengkonfirmasi kondisi

net impor antar daerah pada PDRB yang mengalami

pelemahan tingkat pertumbuhan pada triwulan

laporan.

1.2 SISI PENAWARAN

Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi pada triwulan II 2015 ditopang oleh akselerasi pada

sektor pertanian dan sektor konstruksi di tengah perlambatan yang terjadi pada sektor

perdagangan dan sektor industri pengolahan. Akselerasi pada sektor pertanian dipengaruhi

peningkatan produksi seiring panen raya tanaman bahan makanan (tabama) dan panen

tanaman perkebunan tahunan di beberapa daerah. Sementara itu, akselerasi pada sektor

konstruksi ditopang oleh kelanjutan proyek bangunan pemerintah maupun swasta.

Di sisil lain, perlambatan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan sangat dipengaruhi oleh

deselerasi yang terjadi pada sektor perdagangan dan sektor industri pengolahan.

Melambantnya pertumbuhan sektor perdagangan dipengaruhi oleh berbagai faktor dan relatif

sejalan dengan pelemahan yang terjadi pada konsumsi rumah tangga pada sisi penggunaan.

Hal tersebut tidak terlepas dari daya beli masyarakat yang cenderung melemah akibat tingkat

Mesin-mesin18%

Kapal Laut7%

Bahan Bakar Mineral

13%

Benda Besi Baja14%

Besi dan Baja22%

Lainnya26%

Tiongkok26%

Australia20%

Singapura

14%

Filipina 7%

Taiwan19%

Lainnya14%

Grafik 1.13.

Perkembangan Kegiatan Bongkar Pelabuhan

Sumber : PT Pelindo IV, Bitung

-30

-25

-20

-15

-10

-5

0

5

10

15

0

100

200

300

400

500

600

700

800

900

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2012 2013 2014 2015

Bongkar (Ribu ton) - left axis gBongkar (% yoy) - right axis

Page 29: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

19

harga yang tinggi serta penurunan harga komoditas utama perekebunan rakyat seperti cengkih

dan pala. Selain itu, pembayaran gaji ke-13 PNS dan Tunjangan Hari Raya (THR) yang mayoritas

direalisasikan pada bulan Juli 2015 menyebabkan belanja rumah tangga terfokus pada triwulan

III 2015. Tren peningkatan jumlah angka pengangguran terbuka (TPT) sejak tahun lalu serta

pengaruh regulasi seperti pajak progresif kendaraan bermotor juga turut memberi pengaruh

terhadap laju sektor perdagangan. Selanjutnya, pada sektor industri pengolahan, perlambatan

diperkirakan dipengaruhi oleh ketersediaan bahan baku terutama untuk komoditas perikanan

seiring kondisi cuaca yang kurang mendukung serta oleh belum adanya hasil positif yang

signifikan terkait penerapan kebijakan moratorium dan transhipment.

Secara keseluruhan, sumbangan terbesar pada pertumbuhan ekonomi Sulut periode triwulan II

2015 bersumber dari sektor pertanian yang tumbuh 4,83% (yoy) dengan sumbangan sebesar

1,05%. Sektor lain yang memberikan kontribusi cukup besar pada pertumbuhan ekonomi Sulut

adalah sektor konstruksi dan sektor transportasi dengan sumbangan masing-masing sebesar

0,86% dan 0,71%. Sementara itu, kendati melambat, sektor perdagangan masih memberikan

kontribusi cukup besar pada perekonomian Sulut dengan sumbangan sebesar 0,74%.

Tabel 1.4.

Laju Pertumbuhan Sulawesi Utara Menurut Lapangan Usaha (%)

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah

Q1 Sumb. Q2 Sumb. Q3 Sumb. Q4 Sumb. Q1 Sumb. Q2 Sumb.

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 1.92 0.42 2.77 0.62 5.16 1.14 3.75 0.82 4.00 0.83 4.83 1.05

Pertambangan dan Penggal ian 4.78 0.23 6.87 0.33 6.77 0.33 9.10 0.44 12.10 0.58 7.61 0.37

Industri Pengolahan 4.14 0.46 3.28 0.37 3.18 0.35 3.15 0.34 4.00 0.44 3.01 0.33

Pengadaan Lis trik, Gas dan Produks i Es 2.40 0.00 3.50 0.00 3.16 0.00 30.21 0.03 38.87 0.04 9.36 0.01

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 0.21 0.00 2.12 0.00 4.04 0.01 6.47 0.01 8.21 0.01 8.36 0.01

Konstruks i 7.40 0.93 7.67 0.95 3.72 0.48 5.15 0.67 5.92 0.75 6.79 0.86

Perdagangan Besar dan Eceran; Reparas i Mobi l dan Sepeda Motor 11.77 1.45 10.05 1.24 7.90 0.99 7.56 0.96 7.38 0.96 5.79 0.74

Transportas i dan Pergudangan 11.29 0.93 9.86 0.80 9.98 0.81 10.52 0.85 9.18 0.78 8.52 0.71

Penyediaan Akomodas i dan Makan Minum 9.19 0.20 12.43 0.25 11.93 0.24 9.94 0.20 5.68 0.12 7.20 0.15

Informas i dan Komunikas i 9.33 0.41 8.31 0.36 9.75 0.42 9.64 0.41 8.50 0.38 9.53 0.42

Jasa Keuangan dan Asurans i 1.84 0.08 -1.13 -0.04 1.73 0.06 8.78 0.31 5.71 0.22 2.35 0.09

Real Estate 9.08 0.33 9.18 0.33 8.51 0.30 8.56 0.30 7.98 0.29 7.56 0.28

Jasa Perusahaan 9.19 0.01 8.41 0.01 7.31 0.01 7.82 0.01 8.21 0.01 8.33 0.01

Adminis tras i Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sos ia l Wajib 9.51 0.62 7.03 0.47 9.58 0.66 9.52 0.68 8.90 0.59 9.52 0.64

Jasa Pendidikan 4.47 0.12 7.04 0.18 3.70 0.10 0.97 0.02 2.69 0.07 5.60 0.14

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sos ia l 10.98 0.41 8.32 0.31 7.17 0.26 0.19 0.01 5.98 0.23 9.39 0.35

Jasa la innya 8.39 0.13 4.84 0.08 2.05 0.03 3.52 0.06 6.24 0.10 7.49 0.12

PDRB 6.72 6.72 6.25 6.25 6.19 6.19 6.12 6.12 6.41 6.41 6.27 6.27

2014Lapangan Usaha

2015

Page 30: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

20

Sumber : Survei Penjualan Eceran, KPw BI Prov.Sulut

1.2.1. Sektor Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

Kendati tumbuh melambat, Sektor

Perdagangan Besar dan Eceran: Reparasi Mobil

dan Sepeda Motor masih menjadi salah satu

penopang perekonomian Sulawesi Utara pada

triwulan laporan yang ditunjukkan dengan

kontribusi terhadap pertumbuhan sebesar

0,74%. Pada triwulan II 2015, sektor

Perdagangan Besar dan Eceran tumbuh 5,79%

(yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan I

2015 yang tercatat tumbuh sebesar 7,38%

(yoy) maupun periode yang sama tahun

sebelumnya dimana sektor ini mampu tumbuh mencapai 10,05% (yoy). Dilihat dari pangsanya

terhadap total perekonomian Sulut, Sektor Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan

Sepeda Motor menempati posisi kedua di bawah sektor pertanian dengan pangsa mencapai

12,7% dari total perekonomian Sulut pada triwulan laporan.

Perlambatan pertumbuhan sektor perdagangan dipengaruhi oleh daya beli masyarakat yang

cenderung melemah akibat tingkat harga yang tinggi serta penurunan harga komoditas utama

perekebunan rakyat seperti cengkih dan pala. Selain itu, pembayaran gaji ke-13 PNS dan

Tunjangan Hari Raya (THR) yang mayoritas direalisasikan pada bulan Juli 2015 menyebabkan

belanja rumah tangga terfokus pada triwulan III 2015. Tren peningkatan jumlah angka

pengangguran terbuka (TPT) sejak tahun lalu serta pengaruh regulasi seperti pajak progresif

kendaraan bermotor juga turut memberi pengaruh terhadap laju sektor perdagangan.

Melambatnya kinerja sektor PHR tercermin dari hasil Survei Penjualan Eceran (SPE) KPw BI

Provinsi Sulawesi Utara yang menunjukkan adanya penurunan angka Indeks Riil Penjualan

Eceran dari 258,75 pada triwulan I 2015 menjadi 254,13 pada triwulan II 2015. Penurunan

terutama didorong oleh turunnya indeks penjualan riil di kelompok barang makanan dan

tembakau serta kelompok kerajinan, seni dan mainan terutama pada awal triwulan laporan.

Kelompok lain yang mengalami penurunan indeks adalah kelompok pakaian dan

perlengkapannya.

Seiring dengan melemahnya perdagangan, data penjualan kendaraan di Sulawesi Utara juga

menunjukkan perkembangan serupa. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari pelaku usaha,

penjualan kendaraan di Sulut pada triwulan laporan kembali mengalami kontraksi cukup dalam

sebesar negatif 41,77% (yoy). Berdasarkan hasil liaison, pelaku usaha menyatakan bahwa

kondisi penurunan penjualan sampai triwulan II 2015 sudah berada di luar ekspektasi. Namun

Grafik 1.14.

Indeks Penjualan Eceran

0

50

100

150

200

250

300

350

400

0

100

200

300

400

500

600

700

800

900

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun Jul

Agu

stSe

pO

ktN

op Des Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun Jul

Agu

stSe

pO

ktN

op Des Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun

2013 2014 2015

Makanan & tembakau Pakaian & perlengkapannya Indeks Riil Penjualan (s.b. Kanan)

Page 31: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

21

demikian, pelaku usaha masih cukup optimis bahwa tingkat penjualan akan kembali

terdongkrak pada paruh ke dua tahun 2015.

Grafik 1.15.

Perkembangan Kredit Sektor Perdagangan

Grafik 1.16.

Penjualan Kendaraan

Sumber : LBU, Lokasi Proyek Sumber : Pelaku Usaha

Sejalan dengan perkembangan sektor perdagangan, dukungan perbankan terhadap sektor

tersebut juga relatif menurun. Hal ini tercermin dari pertumbuhan kredit kepada sektor

perdagangan yang melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan, kredit

yang disalurkan pada sektor perdagangan mencapai Rp.6,7 Triliun, tumbuh 12,44% (yoy).

Angka pertumbuhan tersebut lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya dimana kredit

perdagangan tumbuh sebesar 14,32% (yoy).

1.2.2. Konstruksi

Pada triwulan laporan, sektor konstruksi kembali menjadi salah satu pendorong utama

pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara. Sektor konstruksi tercatat mengalami akselerasi pada

triwulan II 2015 dengan pertumbuhan sebesar 6,79% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan

sebelumnya yang tercatat sebesar 5,92% (yoy). Sumbangan sektor Konstruksi pada laju

pertumbuhan ekonomi Sulut secara keseluruhan pada triwulan laporan mencapai 0,86% atau

meningkat dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat sebesar 0,75%.

Memasuki pertengahan tahun 2015, bebrapa proyek baru milik pemerintah tercatat mulai

berjalan. Hal ini tercermin dari realisasi anggaran yang diperuntukan bagi proyek strategis

sampai dengan Juni 2015. Kondisi tersebut didukung oleh masih berlangsungya proyek bersifat

multiyears baik oleh swasta maupun pemerintah menjadi pendorong utama perkembangan

sektor konstruksi. Di sisi pemerintah, beberapa proyek strategis bahkan telah mencapai

penyerapan anggaran di atas 50% yaitu proyek pembangunan waduk Lolak dan Kuwil serta

proyek pembangunan pelabuhan perikanan. Namun demikian, masih terdapat beberapa proyek

yang masih belum berjalan seperti proyek perpanjangan jaringan (listrik pedesaan) dan proyek

pembangunan pasar rakyat. Sementara itu, proyek investasi bangunan pihak swasta seperti

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara,

diolah

Page 32: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

22

pembangunan pusat perbelanjaan, hotel, hunian vertikal dan kompleks perumahan terpantau

masih marak dan terus berlangsung tanpa mengalami hambatan berarti.

Tabel 1.4.

Perkembangan Realisasi Anggaran Proyek Strategis 2015

Sumber : DJPBN Sulawesi Utara

Tingginya pertumbuhan sektor konstruksi juga tidak terlepas dari derasnya dukungan pihak

perbankan. Hal ini tercermin dari pertumbuhan kredit konstruksi yang terus menanjak sejak

peruh kedua tahun 2014. Kredit konstruksi di Sulut pada triwulan laporan tercatat sebesar

Rp.1,05 Triliun atau mengalami pertumbuhan signifikan sebesar 35,87% (yoy) lebih tinggi

dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 31,86% (yoy). Di sisi lain, tingginya

pertumbuhan sektor konstruksi juga tercermin dari hasil Survei Penjualan Eceran KPw BI Sulut

dimana indeks penjualan bahan konstruksi mengalami peningkatan dari 250,06 pada Maret

2015 menjadi 274,17 pada posisi Juni 2015. Perkembangan sektor konstruksi yang semakin

baik, diperkirakan dapat menjadi motor pertumbuhan ekonomi Sulut di sepanjang tahun 2015.

Perkembangan pembangunan terutama untuk jenis proyek infrastruktur transportasi,

diharapkan dapat memberi multiplier effect pada perkembangan sektor lain yang terkait seperti

sektor perdagangan dan sektor transportasi di masa mendatang.

No Proyek Strategis Pagu (Rp.) Realisasi Juni (Rp.)

1 Pelebaran Jalan (Pelabaran jalan di Manado dan sekitarnya, Kotamobagu dan sekitarnya,

serta di Kabupaten Sangihe Talaud dan sekitarnya 699,630,344,000 106,820,105,547

2 Pembangunan Jalan Bebas Hambatan (Jalan tol Manado-Bitung) 635,095,000,000 11,746,053,100

3 Penggantian Jembatan (Pembangunan dan pelebaran berbagai jembatan di Sulawesi

Utara) 246,845,293,000 36,231,882,840

4 Pembangunan Fasilitas pelabuhan (Lanjutan pembangunan fasilitas pelabuhan laut

bitung) 245,685,948,000 8,433,950,161

5 'Rekonstruksi/Peningkatan Struktur Jalan 222,750,000,000 35,657,125,800

6 Waduk yang dibangun (Pembangunan bendungan Lolak dan Bendungan Kuwil) 179,384,905,000 104,598,266,860

7 Landas Pacu (Runway) (Bandar Udara Naha Tahuna dan Bandar Udara Miangas) 163,742,560,000 -

8 Pembangunan Jembatan Baru (antara lain rekonstruksi/rehabilitasi Jembatan

Tambulinas) 154,572,000,000 17,050,051,800

9 Sarana/prasarana pengaman pantai yang dibangun (di beberapa wilayah di Sulawesi

Utara) 118,521,200,000 20,282,605,900

10 Sarana/prasarana pengendalian banjir yang dibangun (di beberapa wilayah di Sulawesi

Utara) 111,685,662,000 16,131,958,500

11 Pembangunan Jalan Baru 81,301,000,000 6,650,071,200

12 SPAM Perkotaan (di berbagai wilayah di Sulawesi Utara) 66,806,800,000 4,387,687,600

13 Panjang Jaringan Distribusi (listrik pedesaan) sepanjang 204,9 KMS 66,710,842,000 0

14 Pasar Rakyat (Type A/B) (pembangunan beberapa pasar rakyat di beberapa wilayah di

Sulawesi Utara) 59,309,243,000 0

15 Jumlah pengembangan dan pembangunan pelabuhan perikanan UPT Pusat (lokasi) pada

Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung 46,098,818,000 29,908,939,000

Page 33: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

23

Grafik 1.17.

Perkembangan Kredit Konstruksi

Grafik 1.18.

Indeks Penjualan Bahan Konstruksi

Sumber : LBU, Lokasi Proyek Sumber : Survei Penjualan Eceran (SPE)

1.2.3. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan

Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan merupakan sektor dengan pangsa terbesar pada

struktur perekonomian Sulawesi Utara. Porsi sektor ini mencapai 21,42% terhadap nilai

perekonomian Sulut di triwulan laporan. Sektor ini juga sekaligus menjadi motor utama

pertumbuhan ekonomi Sulut dengan sumbangan tertinggi dibandingkan sektor lainnya yaitu

mencapai 1,05% pada triwulan laporan, meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang

tercatat sebesar 0,83%.

Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan pada triwulan II 2015 tumbuh 4,83% (yoy),

meningkat jika dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan I 2015 yang tercatat sebesar

4% (yoy). Tingginya pertumbuhan sektor pertanian didorong oleh pertumbuhan yang signifikan

pada subsektor tanaman perkebunan dan akselerasi pada subsektor tanaman bahan makanan.

Di sisi lain, subsektor perikanan tercatat masih mengalami kontraksi dipengaruhi penetapan

regulasi moratorium dan transhipment oleh Kementrian Kelautan dan Perikanan.

Akselerasi pada subsektor tanaman bahan makanan (tabama) didorong oleh peningkatan

produksi seiring panen raya beras yang terjadi pada periode April Mei 2015 di sentra

penghasil beras Sulut di wilayah Bolaang Mongondow dan sekitarnya. Kondisi ini juga ditandai

dengan menurunnya harga beras pada periode tersebut. Subsektor tabama mencatatkan

tingkat pertumbuhan sebesar 1,48% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya mengalami

kontraksi 4,87% (yoy). Sementara itu, pada triwulan laporan, subsektor tanaman perkebunan

juga mencatatkan pertumbuhan cukup tinggi mencapai 16,68% (yoy) didukung panen raya

komoditas cengkih dan pala di beberapa daerah terutama daerah kepulauan.

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

40%

0

0.2

0.4

0.6

0.8

1

1.2

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014 2015

YoYRp. Triliun

Kredit Konstruksi gKredit Konstruksi

-20

-10

0

10

20

30

40

0

50

100

150

200

250

Jan

Ma

r

Me

i

Jul

Sep

No

p

Jan

Ma

r

Me

i

Jul

Sep

No

p

Jan

Ma

r

Me

i

2013 2014 2015

Bahan Konstruksi g Bahan Konstruksi (%) - right axis

Page 34: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

24

Grafik 1.19.

Perkembangan Produksi Ikan

Grafik 1.20.

Perkembangan Kredit Sektor Pertanian

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Prov, Sulut

Sumber : LBU, Lokasi Proyek

Di sisi lain, kontraksi pada subsektor perikanan tercermin dari pertumbuhan produksi ikan

tangkap yang masih mengalami tingkat pertumbuhan negatif kendati cenderung membaik

dibandingkan triwulan sebelumnya. Berdasarkan data dari Dinas Kelautan dan Perikanan Prov.

Sulut, jumlah produksi ikan tangkap tercatat mengalami pertumbuhan negatif 1,6% (yoy) pada

triwulan laporan atau mengalami perbaikan dibandingkan triwulan sebelumnya dimana

pertumbuhan terkontraksi sebesar 3,7% (yoy). Di sisi lain, dukungan perbankan terhadap

perkembangan sektor pertanian terus menunjukkan perbaikan. Hal ini tercermin dari tingkat

pertumbuhan kredit yang lebih baik dibandingkan triwulan lalu kendati masih mengalami

kontraksi. Pembiayaan perbankan terhadap sektor pertanian tercatat sebesar Rp.308 Miliar

pada triwulan laporan atau mencatatkan pertumbuhan negatif 2,15% (yoy). Kondisi ini relatif

lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya dimana tingkat pertumbuhan kredit pertanian

mencatatkan angka negatif 3,22% (yoy).

1.2.4. Sektor lainnya

A. Sektor Indsutri Pengolahan

Sektor Industri Pengolahan merupakan sektor dengan pangsa cukup besar pada perekonomian

Sulut pada posisi setelah sektor Pertanian, sektor Perdagangan Besar dan Eceran dan sektor

Konstruksi dengan pangsa sebesar 10,55% terhadap total perekonomian Sulut di triwulan

laporan. Sektor industri pengolahan menunjukkan kinerja yang kurang menggembirakan pada

triwulan laporan dipengaruhi permasalahan yang menerpa subsektor industri pengolahan ikan

serta industri berskala kecil dan menengah di berbagai subsektor. Pada triwulan laporan sektori

industri pengolahan tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 3,01% (yoy) atau melambat

dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 4% (yoy). Adapun kontribusi sektor

industri pengolahan terhadap laju pertumbuhan ekonomi Sulut pada triwulan laporan adalah

sebesar 0,33%.

-60

-40

-20

0

20

40

60

80

100

0

20,000

40,000

60,000

80,000

100,000

120,000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2012 2013 2014 2015

Ikan Tangkap (ton) gIkan Tangkap - sb. kanan (%)

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014 2015

YoYRp. Triliun

Kredit Pertanian gKredit Pertanian

Page 35: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

25

Melambatnya pertumbuhan sektor industri pengolahan terkait erat dengan perkembangan

harga khususnya pada komoditas kelapa sawit dan turunannya. Berdasarkan hasil liaison

kepada pelaku usaha, kondisi harga kelapa sawit dan turunannya cenderung melemah pada

triwulan laporan. Hal tersebut menyebabkan perusahaan menahan tingkat produksinya.

Sementara itu, permasalahan bahan baku pada sektor industri pengolahan ikan juga masih

mengemuka dipicu oleh cuaca buruk yang terjadi di penghujung triwulan laporan. Di sisi lain,

lesunya perekonomian yang berpengaruh pada tingkat perdagangan serta pelemahan kurs

Rupiah diperkirakan menjadi penyebab turunnya kinerja industri berskala kecil dan menengah di

berbagai subsektor.

Penurunan produksi pada industri pengolahan minyak nabati tercermin dari nilai ekspor produk

tersebut yang pada triwulan II 2015 mengalami tingkat pertumbuhan negatif 19,3% (yoy) atau

lebih rendah dibandingkan triwulan lalu yang tercatat sebesar negatif 11,23% (yoy). Sejalan

dengan melambatnya pertumbuhan sektor industri pengolahan, dukungan pihak perbankan

terhadap sektor tersebut dirasa masih belum optimal. Penyaluran kredit terhadap sektor industri

pengolahan pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp.1,07 Triliun dengan tingkat

pertumbuhan yang terkontraksi 22,15% (yoy).

Grafik 1.22.

Perkembangan Kredit Industri Pengolahan

Grafik 1.23.

Perkembangan Ekspor Minyak Nabati

Sumber : LBU, Lokasi Proyek

Sumber : Bea Cukai, diolah

B. Sektor Transportasi dan Pergudangan

Pada triwulan laporan, sektor transportasi dan pergudangan mencatatkan tingkat pertumbuhan

yang cukup tinggi kendati melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Sektor transportasi

dan pergudangan tercatat tumbuh sebesar 8,52% (yoy) melambat dibandingkan triwulan lalu

yang tumbuh sebesar 9,18% (yoy). Kontribusi sektor transportasi dan pergudangan terhadap

laju pertumbuhan ekonomi Sulut tercatat sebesar 0,71% (yoy). Perlambatan pada sektor

transportasi dan pergudangan relatif sejalan dengan melambatnya sektor perdagangan yang

menjadi motor kegiatan transportasi maupun pergudangan.

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

0

0.2

0.4

0.6

0.8

1

1.2

1.4

1.6

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014 2015

YoYRp. Triliun

Kredit Industri gKredit Industri

157.2

196.4

151.8

97.2

134.9 127.9119.9

149.6

200.0

239.5

193.3

135.4

177.6193.3

-0.6

-0.4

-0.2

0

0.2

0.4

0.6

0.8

1

0

50

100

150

200

250

300

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014 2015

Ekspor Minyak Nabati (Juta USD) gEkspor Minyak Nabati (%)

Page 36: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

26

Tabel 1.5.

Perkembangan Lalu Lintas Penumpang dan Kargo di Bandara Sam Ratulangi

Grafik 1.24.

Perkembangan Kredit Sektor Transportasi

Grafik 1.25.

Perkembangan Ekspor Emas Sulut

Sumber : Bea Cukai, diolah

Melambatnya pertumbuhan sektor transportasi dan pergudangan pada triwulan II 2015

tercermin dari data arus kargo datang dan berangkat di bandara Sam Ratulangi. Jumlah kargo

yang masuk ke Sulawesi Utara pada triwulan II 2015 tercatat sebanyak 2.197 ton atau

mengalami tingkat pertumbuhan negatif 3,79% (yoy). Penurunan juga tercermin dari jumlah

kargo berangkat dari bandara Sam Ratulangi yang tercatat mengalami pertumbuhan negatif

12,51% (yoy) pada triwulan laporan. Namun demikian, jumlah penumpang datang maupun

berangkat dari bandara Sam Ratulangi tercatat masih mengalami pertumbuhan kendati pada

level yang terbatas. Peningkatan arus penumpang dipengaruhi oleh pembukaan rute baru oleh

maskapai dan persiapan menjelang hari raya Idul Fitri yang jatuh di bulan Juli 2015

Sejalan dengan pertumbuhan sektor transportasi

dan pergudangan yang mengalami perlambatan,

dukungan kredit perbankan terhadap sektor ini juga

menunjukkan adanya perlambatan pertumbuhan.

Kredit sektor transportasi pada triwulan II 2015

tercatat tumbuh 25,52% (yoy), melambat

dibandingkan triwulan I 2015 yang tumbuh 26,79%

(yoy). Secara nominal, jumlah kredit yang disalurkan

pada sektor transportasi di triwulan II 2015 tercatat

mencapai Rp.418 Miliar.

C. Sektor Pertambangan dan Penggalian

Setelah sempat mengalami pertumbuhan yang cukup

tinggi pada triwulan I 2015, sektor pertambangan

dan penggalian tercatat tumbuh melambat pada

triwulan laporan. Sektor ini mengalami pertumbuhan

sebesar 7,61% (yoy) pada triwulan laporan atau

mengalami perlambatan dibanding triwulan

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

Penumpang Datang (orang) 162,888 276,516 392,437 290,689 216,336 236,018 261,756 273,686 218,078 244,715 3.68%

Penumpang Berangkat (orang) 262,609 278,629 390,053 277,150 228,609 239,743 257,766 257,305 231,366 246,111 2.66%

Kargo Datang (kg) 1,754,492 1,845,718 1,770,487 2,440,699 2,208,863 2,284,495 2,081,959 2,722,161 1,850,804 2,197,998 -3.79%

Kargo Berangkat (kg) 1,005,130 1,075,263 932,232 935,385 877,551 782,141 669,406 786,022 783,384 684,294 -12.51%

2015

Kargo

Penumpang

Jenis

PengangkutanKeterangan

2014Growth

(YoY)

2013

Sumber: PT. Angkasa Pura II, Sulawesi Utara

Sumber : LBU, Lokasi Proyek

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

0

0.2

0.4

0.6

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014 2015

YoYRp. Triliun

Kredit Transportasi gKredit Transportasi

-100

-50

0

50

100

150

200

250

300

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014 2015

Ekspor Emas (Juta USD) gEkspor Emas - sb.kanan (%)

Page 37: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

27

Grafik 1.26.

Perkembangan NTB Bank Umum

Sumber : KPw BI Prov. Sulut

sebelumnya yang tumbuh 12,1 % (yoy). Adapun kontribusi sektor ini terhadap total

pertumbuhan ekonomi adalah sebesar 0,37%.

Melambatnya pertumbuhan sektor pertambangan dan penggalian tidak terlepas dari

perkembangan produksi pertambangan emas yang merupakan usaha pertambangan utama di

Sulawesi Utara. Berdasarkan hasil liaison kepada pelaku usaha, produksi emas pada triwulan

laporan memang sedikit menurun yang disebabkan oleh kendala cuaca dan perkembangan

harga emas yang cenderung melemah di bawah ekspektasi peaku usaha. Penurunan produksi

emas juga tercermin dari nilai ekspor emas Sulut yang mengalami perlambatan pada triwulan

laporan. Ekspor emas tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 35,44% (yoy) atau melambat

dibanding triwulan sebelumnya yang mampu mencatatkan angka pertumbuhan sebesar

175,13% (yoy).

D. Sektor Jasa Keuangan dan Asuransi

Kinerja sektor Jasa Keuangan dan Asuransi pada

triwulan II 2015 tumbuh 2,35% (yoy) dengan

sumbangan 0,09%, melambat dibandingkan periode

sebelumnya yang tercatat tumbuh 5,71% (yoy)

dengan sumbangan sebesar 0,22% terhadap laju

total perekonomian Sulut. Namun demikian, kinerja

sektor jasa keuangan dan asuransi pada triwulan

laporan relatif lebih baik jika dibandingkan dengan

periode yang sama tahun sebelumnya dimana sektor

ini mengalami kontraksi sebesar 1,13% (yoy).

Kinerja sektor ini terutama dipengaruhi oleh kinerja sektor perbankan yang memegang peranan

penting dalam perkembangan sektor Jasa Keuangan. Sesuai dengan pola historisnya, kinerja

perbankan cenderung belum optimal di paruh pertama setiap tahunnya. Melambatnya kinerja

perbankan tercermin dari Nilai Tambah Bruto (NTB) bank umum di Sulut yang tercatat

mengalami pertumbuhan negatif 1,16% (yoy) atau lebih rendah dibandingkan perode

sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar 0,6% (yoy). Penurunan kinerja perbankan sendiri

dipengaruhi oleh kondisi perekonomian secara keseluruhan yang tengah melambat. Akibatnya,

perbankan menjadi lebih selektif dalam melakukan penyaluran kredit karena faktor risiko yang

dinilai semakin meningkat.Hal tersebut tentunya memberikan pengaruh kepada produktifitas

perbankan secara keseluruhan. Sementara itu, indikator pertumbuhan sektor Jasa Keuangan

dan Asuransi lainnya yaitu perkembangan jumlah perbankan yang beroperasi di Sulawesi Utara

mulai menunjukkan adanya peningkatan meskipun tidak signifikan. Jumlah kantor bank umum

tercatat mengalami peningkatan dari 282 di triwulan lalu menjadi 285 pada triwulan laporan.

(10.00)

(5.00)

-

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

420,000

430,000

440,000

450,000

460,000

470,000

480,000

490,000

I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015

NTB Bank Umum Sulut (Rp.Juta)

gNTB Bank Umum Sulut - sb.kanan (%yoy)

Page 38: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

28

Kondisi ini diharapkan memberi pengaruh positif pada perkembangan sektor jasa keuangan di

triwulan mendatang.

E. Sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

Sektor penyediaan akomodasi dan makan minum pada triwulan laporan tercatat tumbuh

sebesar 7,2% (yoy) atau mengalami akselerasi jika dibandingkan triwulan sebelumnya dimana

pertumbuhan tercatat sebesar 5,68% (yoy). Secara kontribusi, sektor penyediaan akomodasi

dan makan minum memberi sumbangan sebesar 0,15% terhadap laju pertumbuhan ekonomi

Sulut pada triwulan laporan.

Sektor penyediaan akomodasi dan makan minum memiliki kaitan yang erat dengan

perkembangan bisnis perhotelan serta sektor pariwisata di Sulawesi Utara. Relaksasi kebijakan

pemerintah mengenai pelaksanaan rapat di hotel bagi PNS memberi pengaruh positif pada

bisnis perhotelan di triwulan laporan. Kondisi tersebut tercermin dari tingkat penghunian kamar

(TPK) hotel berbintang yang mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya.

Secara rata-rata TPK hotel berbintang tercatat sebesar 56,15% atau mengalami peningkatan

dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 42,9%. Di sisi lain, setelah tumbuh sangat tinggi

di triwulan lalu, kunjungan wisman ke Sulawesi Utara tercatat mengalami penurunan. Jumlah

wisman yang berkunjung ke Sulut selama triwulan laporan tercatat sebanyak 3.062 orang atau

jauh lebih rendah dibanding triwulan lalu yang tercatat sebanyak 6.791 orang. Kondisi TPK

yang meningkat di tengah menurunnya kunjungan wisman menggambarkan ketergantungan

yang tinggi bisnis perhotelan terhadap belanja dari sektor domestik terutama pemerintahan.

Grafik 1.27.

Perkembangan Kunjungan Wisman

Grafik 1.28.

Perkembangan Tingkat Penghunian Kamar

Sumber : BPS Sumber : BPS

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

Jumlah Bank Umum*) 26 27 27 27 28 28 28 28 28 28

Jumlah Kantor Bank Umum 264 268 271 272 272 272 278 282 282 285

Jumlah BPR 17 17 17 17 17 17 17 18 18 18

Jumlah kantor BPR 49 51 50 51 52 52 52 55 55 55

Ket: *) Konvensional dan Syariah

201520142013

Data Bank

(60)

(40)

(20)

-

20

40

60

80

-

2,000

4,000

6,000

8,000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2012 2013 2014 2015

Wisman (org) - left axis

gWisman (% yoy) - right axis

Sumber : OJK, diolah

Tabel 1.6.

Perkembangan Jumlah Bank dan Kantor Bank Umum dan BPR di Sulawesi Utara

Page 39: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

29

F. Sektor Real Estate

Pada triwulan laporan, sektor real estate tercatat tumbuh sebesar 7,56% (yoy) atau mengalami

perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 7,98% (yoy). Secara kontribusi,

sumbangan sektor real estate terhadap laju pertumbuhan ekonomi Sulut pada triwulan laporan

adalah sebesar 0,28% atau sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang

sebesar 0,29%.

Grafik 1.29.

Perkembangan IHPR Kota Manado

Grafik 1.30.

Perkembangan Kredit Real Estate

Sumber : Survei Harga Properti Residensial (SHPR) Sumber : LBU, Lokasi Proyek

Perlambatan pada sektor real estate terkonfirmasi dari perkembangan Indeks Harga Properti

Residensial (IHPR) di Kota Manado yang mengalami perlambatan pertumbuhan dari 13,67%

pada triwulan lalu menjadi 6,23% pada triwulan laporan. Kondisi ini mencerminkan turunnya

tingkat permintaan terhadap properti residensial di pasar primer yang berpengaruh pada

tingkat harga seiring melemahnya situasi perekonomian secara keseluruhan. Berdasarkan

penelusuran kepada pelaku usaha, kebijakan LTV yang diterapkan beberapa waktu lalu masih

menjadi salah satu faktor penghambat penjualan rumah terutama untuk tipe rumah menengah

dan besar. Namun demikian, dukungan perbankan terhadap sektor ini terpantau kembali

mengalami perbaikan di triwulan laporan walaupun masih mencatatkan pertumbuhan negatif

2,59% (yoy). Kondisi tersebut lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya dimana kredit

sektor real estate mengalami kontraksi sebesar 16,44% (yoy).

0

0.05

0.1

0.15

0.2

0.25

0

50

100

150

200

250

300

I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015

IHPR Kota Manado gIHPR Kota Manado - sb.kanan

-40%

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

0

0.2

0.4

0.6

0.8

1

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014 2015

YoYRp. Triliun

Kredit Real Estate gKredit Real Estate

Page 40: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

Box I

Pariwisata Sulawesi Utara

Harapan mencipatakan industri

pariwisata sebagai industri pendorong

perekonomian di Provinsi Sulawesi Utara,

dapat dikatakan relevan. Hal tersebut

merujuk pada potensi pariwisata yang

cukup besar, baik daya tarik alam,

kekayaan budaya, maupun hasil cipta

masyarakat yang unik dan beragam.

Selain taman bawah laut Bunaken, dan

Danau Tondano, juga terdapat

underwater volcano Mahangetang,

taman laut di kabupaten kepaulaun,

seperti Pulau Sitaro dan Sangihe, serta

pantai manawan yang menghadap

perairan laut Maluku. Selain kekayaan alam, budaya dan beragam kreasi masyarakat

seperti pesta adat Tulude, Manee hingga Tomohon International Flower Festival juga

turut menopang daya tarik pariwisata Sulawesi Utara.

Meskipun daya tarik cukup beragam, namun jumlah kunjungan wisatawan, khususnya

wisatawan mancanegara masih dapat dikatakan minimal, apabila dibandingkan dengan

kunjungan wisatawan di daerah pariwisata Utama seperti Bali, Jogjakarta dan Jakarta.

Dari data lima tahun terakhir, rata-rata tahunan kunjungan wisatawan manca negara

kurang dari 20.000 jiwa setiap tahunnya. Namun pada 2008 dan 2009, kunjungan

wisatawan sempat mencapai masing-masing 156.726 dan 158.076 orang. Kunjungan

yang sangat tinggi ini ditengarai didorong oleh penyelenggaraan event berskala

internasional yaitu Coco-tech Meeting pada 2008 dan World Ocean Conference (WOC)

serta Coral Triangle Initiative (CTI) Summit pada 2009.

Kondisi ini mengindikasikan bahwa industry pariwisata dapat didorong oleh pariwisata

jenis Meetings, Incentives, Conferencing, and Exhibitions (MICE). Selain itu, industri

pariwisata Sulawesi Utara juga dianggap masih perlu didukung infrastruktur yang

memadai. Khususnya infrastruktur yang mampu mempermudah akses wisatawan ke

daerah tujuan wisata tersebut, hal tersebut perlu diperhatikan mengingat letak

geografis destinasi wisata yang relatif berjauhan. Kemudahan akses ini diharapkan

mampu mempercepat jarak tempuh dan menekan biaya perjalanan. Selain itu,

infrastruktur pendukung lain yang dianggap mampu menambah kenyamanan dan

kepuasan wisatawan seperti sanitary, akomodasi, serta pusat-pusat informasi dan

pengaduan juga dianggap perlu untuk ditingkatkan.

Page 41: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 42: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 43: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

PERKEMBANGAN

KEUANGAN DAERAH BAB II

Page 44: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 45: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

35

PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

Alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Sulawesi Utara pada

triwulan II 2015 sebesar Rp2,64 triliun meningkat 10.76% dari periode yang sama tahun

sebelumnya. Realisasi pendapatan fiskal cukup baik mengingat telah tercapai sebesar 52,6%

atau senilai Rp1.345 Miliar dari total target Rp2,56 triliun. Sementara itu realisasi belanja

mencapai 36,8% atau senilai Rp971 Miliar dari total target belanja.

Dukungan fiskal dari pemerintah pusat untuk pengembangan ekonomi daerah terlihat dari

transfer dana yang diberikan kepada Provinsi dan 15 (lima belas) Kabupaten/Kota di Wilayah

Sulawesi Utara. Sampai dengan triwulan II 2015 alokasi dana pusat ke daerah sebesar Rp158,67

triliun (Provinsi dan 15 Kab/Kota) sebesar 43,05%. Peningkatan alokasi tersebut di tujukan

untuk mendorong percepatan pembangun daerah selaras dengan program pembangunan

pemerintah pusat.

2.1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

Dalam rangka melaksanakan pelayanan publik di daerah, instrumen utama yang digunakan

dalam kebijakan fiskal adalah melalui APBD. Pelaksanaan APBD dimaksud diharapkan dapat

menjadi salah satu mesin pendorong pertumbuhan ekonomi. Selain itu, APBD juga sebagai

salah satu penentu tercapainya target dan sasaran makro ekonomi daerah yang diarahkan

untuk mengatasi berbagai kendala dan permasalahan pokok dalam mewujudkan agenda

masyarakat yang sejahtera dan mandiri. Periode triwulan II 2015 nilai APBD Provinsi Sulawesi

Utara meningkat jika dibandingkan dengan nilai APBD tahun Sebelumnya.

Tabel 2.1

Kinerja APBD Provinsi Sulawesi Utara s.d 30 Juni 2015

Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Barang Milik Daerah (BPKBMD) Sulawesi Utara, diolah

Nominal % Nominal %

I Pendapatan 2,329 1,012 43.4 2,557 1,345 52.6

Pendapatan Asli Daerah 944.6 361.1 38.2 1028.5 493.0 47.9

Dana Perimbangan 1384.2 515.7 37.3 1191.7 683.4 57.3

Lain-lain PAD yang Sah 0.5 134.7 0.0 337.0 168.1 49.9

II Belanja 2,453 670 27.3 2,641 971 36.8

Belanja Operasi 1570.6 522.9 33.3 1623.0 591.6 36.5

Belanja Modal 509.8 70.8 13.9 651.0 220.8 33.9

Belanja Tidak Terduga 10.0 1.6 15.9 5.0 0.0 0.0

Transfer (Ke Kab/Kota/Desa) 362.3 74.5 20.6 362.3 158.7 43.8

III Pembiayaan 123 249 0.0 84 291 345.2

Penerimaan Daerah 148.3 249.4 168.2 109.2 290.7 266.2

- SILPA 148.3 249.4 168.2 109.3 0.0 0.0

Pengeluaran Daerah 25 0 0 25 0 0

- Penyertaan Modal (Investasi) Pemda 25 0 0 25 0 0

APBD 2015

(Rp Miliar)

Realisasi APBD

Tw. II-2015No UraianAPBD 2014

(Rp Miliar)

Realisasi APBD

Tw. II-2014

Page 46: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

36

Realisasai APBD, baik komponen pendapatan maupun belanja sampai dengan triwulan II 2015

tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi pada periode yang sama tahun lalu. Dari sisi

pendapatan, realisasi tercatat 52,63%, lebih tinggi dibanding realisasi pada tahun sebelumnya

43,41%. Disisi belanja, realisasi tercatat mencapai 36,8% lebih tinggi dibandingkan periode

yang sama tahun lalu sebesar 27,3%. Berdasarkan perhitungan rasio belanja terlihat bahwa

sebagian besar dana direalisasikan untuk belanja rutin, rata rata rasio belanja rutin lebih besar

dibandingkan dengan belanja pembangunan yaitu sebesar 36,5,4% atau senilai Rp591,6

Miliar, sedangkan untuk rasio aktivitas belanja modal/pembangunan tercatat 33,9% atau

sebesar Rp220,8 Miliar

Perkembangan surplus/defisit APBD Provinsi Sulawesi Utara realisasi sampai dengan triwulan II

2015 tercatat surplus senilai Rp373,4 Miliar dengan rasio surplus/defisit terhadap agregat

pendapatan 27,7%.

2.1.1. Pendapatan Daerah

Pendapatan Asli Daerah dan Transfer Dana ke daerah sampai dengan triwulan II 2015 realisasi

pendapatan pemerintah Provinsi Sulawesi Utara tercatat 52,6% dari total target, lebih tinggi

dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang tercatat 43,4%.

Tabel 2.2

Kinerja Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Utara s.d 30 Juni 2015

Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Barang Milik Daerah (BPKBMD) Sulawesi Utara, diolah

Secara komposisi realisasi PAD triwulan II 2015 yang memiliki kontribusi tertinggi yaitu pajak

daerah sebesar Rp384 miliar dari target, pencapaian ini lebih tinggi dari periode yang sama

tahun lalu.

Untuk realisasi transfer dana triwulan II 2015 tercatat dana perimbangan mencapai Rp.683

miliar atau 57,3% dari target, pencapaian ini lebih tinggi dibandingkan dengan periode tahun

sebelumnya sebesar Rp.515,7 miliar atau 46,9%. Realisasi penyaluran tertinggi dari dana

Nominal % Nominal %

PENDAPATAN 2,329 1,012 43.4 2,557 1,345 52.6

Pendapatan Asli Daerah 945 361 38.2 1,028 493 47.9

- Pajak Daerah 821 325 39.6 911 384 42.1

- Retribusi Daerah 38 6 16.8 40 19 47.9

- Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah 40 0 0.0 30 33 110.0

- Lain-lain 46 30 65.3 48 57 119.8

Dana Perimbangan 1,110 516 46.5 1,192 683 57.3

- Dana Bagi Hasil Pajak 93 19 20.2 79 36 45.8

- Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) 7 4 60.6 19 9 44.8

- Dana Alokasi Umum 950 475 50.0 1,027 599 58.3

- Dana Alokasi Khusus 60 18 30.0 67 40 59.4

Transfer Pemerintah Pusat-Lainnya 275 135 49.0 337 168 49.9

Realisasi APBD

Tw. II-2015UraianAPBD 2014

(Rp Miliar)

Realisasi APBD

Tw. II-2014APBD 2015

(Rp Miliar)

Page 47: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

37

perimbangan yaitu dana alokasi khusus yang mencapai 59,4%. Sementara itu realisasi dana

penyesuaian & otonomi khusus tercatat Rp168% miliar atau 49,9%, lebih tinggi dibanding

tahun lalu yang belum memiliki realisasi.

2.1.2. Dana Transfer

Porsi Dana Perimbangan terhadap keseluruhan dana transfer relatif lebih besar dibandingkan

porsi Dana Penyesuaian & Otonomi Khusus. Porsi Dana Perimbangan sebesar Rp9,04 triliun atau

mencapai 85.96% dari total Dana transfer/pendapatan transfer, sementara itu Dana

Penyesuaian & Otonomi Khusus tercatat sebesar Rp1,48 triliun atau 14,04%. Komponen Dana

Perimbangan terutama berasal dari Dana Alokasi Umum (DAU) dengan nilai sebesar Rp7,65

triliun atau 85%, diikuti oleh Dana Alokasi Khusus (DAK) sebesar Rp973 miliar atau 11%,

sementara porsi terkecil adalah Dana Bagi Hasil (DBH) senilai Rp411 miliar atau 4% dari total

dana perimbangan.

Tabel 2.3

Perkembangan Transfer Dana Pusat ke Prov/Kab/Kota di Wilayah Sulawesi Utara

*) Data update per Juni 2015

Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Barang Milik Daerah (BPKBMD) Sulawesi Utara, diolah

2.1.3. Belanja Daerah Provinsi Sulut

Sampai dengan triwulan II 2015 realisasi belanja operasi mencapai 36,4% dari target, lebih

tinggi dari pencapaian tahun sebelumnya sebesar 27,3%. Sedangkan untuk belanja modal

tercatat telah terealisasi 34.1% atau senilai Rp.222 miliar, lebih tinggi dibandingkan tahun

sebelumnya yang mencapai 13,9% atau senilai Rp.71 miliar. Peningkatan realisasi belanja

modal yang tinggi tersebut dipicu oleh realisasi belanja jalan, irigasi, dan jaringan yang pada

periode yang sama tahun 2014 belum terdapat realisasi. Sejalan dengan kondisi ini

mengindikasikan adanya upaya percepatan belanja modal untuk mengoptimalkan fungsi fiskal

bagi kesejahteraan.

Dana Perimbangan 4.376 5.283 5.462 5.998 6.993 7.941 8.138 9.038

Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak 274 336 331 325 356 378 340 411

Dana Alokasi Umum (DAU) 3.428 4.059 4.431 4.964 5.947 6.725 6.917 7.653

Dana Alokasi Khusus (DAK) 674 887 700 709 689 838 881 973

Dana Penyesuaian & Otonomi Khusus 280 394 221 1.153 434 703 1.092 1.477

TOTAL 4.656 5.676 5.683 7.150 7.427 8.644 9.231 10.514

201520142011 2012 2013Dana 2008 2009 2010

Page 48: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

38

Tabel 2.4

Kinerja Belanja Daerah (Operasi-Modal) Provinsi Sulawesi Utara s.d 30 Juni 2015

Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Barang Milik Daerah (BPKBMD) Sulawesi Utara, diolah

Nominal % Nominal %

BELANJA 2,453 670 27.3 2,642 972 36.8

Belanja Operasi 1,571 523 33.3 1,623 591 36.4

- Belanja Pegawai 591 231 39.1 573 239 41.7

- Belanja Barang 570 143 25.1 497 144 29.0

- Belanja Hibah 317 144 45.5 520 208 39.9

- Belanja Bantuan Sosial 20 4 21.5 2 0 0.0

- Belanja Bantuan Keuangan 72 0 0.0 31 0 0.0

Belanja Modal 510 71 13.9 651 222 34.1

- Belanja Tanah 98 14 13.9 33 7 19.8

- Belanja Peralatan dan Mesin 76 10 13.9 75 26 34.7

- Belanja Bangunan dan Gedung 150 21 13.9 152 24 15.8

- Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 184 25 13.9 389 163 41.9

- Belanja Aset Tetap Lainnya 3 0 13.9 3 3 86.3

Belanja Tak Terduga 10 2 15.9 5 0 0.0

Transfer (Bagi Hasil ke Kab/Kota/Desa) 362 75 20.6 362 159 43.8

UraianAPBD 2014

(Rp Miliar)

Realisasi APBD

Tw. II-2014APBD 2015

(Rp Miliar)

Realisasi APBD

Tw. II-2015

Page 49: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

Halaman ini sengaja dikosongkan Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 50: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 51: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

PERKEMBANGAN EKONOMI MA

PERKEMBANGAN

INFLASI DAERAH BAB III

Page 52: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

43

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 53: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

44

Grafik 3.1

Laju Inflasi Kota Manado, KTI dan Nasional (yoy)

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

Tekanan inflasi Provinsi Sulawesi Utara meningkat di triwulan II 2015 dibandingkan triwulan

sebelumnya. Inflasi Provinsi Sulawesi Utara yang diwakili oleh Kota Manado tercatat sebesar

0.49% (mtm) atau secara tahunan sebesar 8,73% (yoy) di akhir triwulan II 2015. Tekanan

inflasi secara tahunan bersumber dari menguatnya tekanan inflasi kelompok volatile foods dan

kelompok barang yang harganya diatur pemerintah (administered price). Sementara kelompok

inti (core inflation) cenderung stabil.

3.1 PERKEMBANGAN INFLASI

3.1.1 INFLASI TAHUNAN (yoy)

Tekanan inflasi tahunan Kota Manado tercatat

meningkat pada triwulan II 2015 dibandingkan

triwulan sebelumnya. Angka inflasi bergerak dari

7,99% (yoy) di triwulan I 2015 menjadi 8,73%

(yoy) pada triwulan laporan. Tekanan inflasi Kota

Manado terutama bersumber dari inflasi volatile

food terutama komoditas tomat sayur dan aneka

cabai yang harganya melambung akibat

terbatasnya produksi oleh faktor cuaca. Selain

dari kelompok volatile food, tekanan juga berasal dari inflasi administrated price yang

disumbang oleh komoditas angkutan udara. Jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

kelompok Transpor, Komunikasi & Jasa, Keuangan tercatat memberikan tekanan inflasi terbesar

di triwulan II 2015. Inflasi pada kelompok ini didorong oleh kenaikan tarif angkutan udara

seiring naiknya permintaan selama musim liburan.

Sementara itu, kelompok Bahan Makanan turut memberikan tekanan inflasi meskipun turun

dibanding triwulan sebelumnya disebabkan kenaikan harga beberapa komoditas seperti tomat

sayur dan aneka cabai. Kelompok lain yang juga tercatat turut mendorong naiknya inflasi di

triwulan ini adalah kelompok Perumahan, Air, Listrk, Gas & Bahan Bakar yang dengan adanya

penyesuaian pada tarif listrik.

Empat kelompok barang dan jasa lainnya (Makanan Jadi, Sandang, Kesehatan, Pendidikan)

tercatat mengalami inflasi dalam level moderat. (Tabel 3.1)

8.73%

7.41%

6.27%

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2010 2011 2012 2013 2014 2015

Manado (yoy) KTI (yoy) Nasional (yoy)

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah

Page 54: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

45

Dilihat dari komoditasnya, cabai rawit merupakan komoditas yang mengalami inflasi tahunan

terbesar dengan mencapai 139,15% (yoy) dengan sumbangan sebesar 0,66% terhadap inflasi

tahunan. Melambungnya harga cabai rawit tak lepas dari turunnya pasokan dari produksi di

Minahasa. Di sisi lain, harga tomat sayur yang kembali normal di triwulan laporan berperan

menahan laju inflasi dengan sumbangan -0,17% terhadap inflasi tahunan (Tabel 3.2).

Tabel 3.2.

Komoditas Penyumbang Inflasi Tahunan Kota Manado (%)

Grafik 2.2

Inflasi & Sumbangan per Kelompok Juni 2015

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah

3.1.2 INFLASI TRIWULANAN (qtq)

Inflasi triwulanan Kota Manado menguat di triwulan II 2015. Inflasi pada triwulan laporan

tercatat sebesar 1,51% (qtq), atau lebih tinggi dibanding triwulan II 20145 yang mengalami

deflasi 0,40% (qtq). Tekanan inflasi pada triwulanan ini disebabkan oleh tekanan inflasi

kelompok Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan serta Kelompok Sandang dan Kelompok

Kesehatan.

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

1 Bahan Makanan -5.19 3.01 8.63 11.51 16.54 7.60 12.92 13.33 3.89 9.45 2.79 11.52 11.38 10.99

2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 2.95 3.36 3.89 3.71 2.97 3.06 2.24 2.67 2.61 2.27 3.42 4.57 5.10 5.27

3 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 4.73 5.70 5.64 5.29 3.27 2.48 4.13 4.73 7.90 7.76 6.83 10.95 8.41 8.13

4 Sandang 5.68 4.52 1.29 2.57 1.19 -0.20 0.55 -0.04 2.67 3.76 2.31 2.52 2.18 2.35

5 Kesehatan 4.48 2.52 2.08 1.61 0.95 2.03 2.82 2.96 2.48 2.84 3.31 4.16 4.65 4.58

6 Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 9.22 9.41 8.46 8.59 8.56 8.47 0.70 1.15 1.66 2.26 2.32 4.16 2.49 2.19

7 Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan -0.35 0.17 0.81 0.85 1.45 8.46 18.02 17.92 11.71 7.37 2.73 2.43 11.11 16.74

0.95 3.73 5.23 6.04 6.83 4.95 7.73 8.12 5.67 6.27 4.00 9.67 7.99 8.73

2015No Kelompok

Umum

2012 2013 2014

KOMODITAS Inflasi Andil (%)

CABAI RAWIT 139,15 0,66

JAHE 77,58 0,03

EKOR KUNING 64,77 0,11

KUNYIT 56,94 0,01

ANGKUTAN DALAM KOTA 53,07 1,91

CAKALANG/SISIK 45,69 0,50

KOREK API GAS 40,48 0,01

CABAI MERAH 39.00 0,03

DAUN PAKU/PAKIS 37,96 0,03

BUNCIS 36,93 0,01

KOMODITAS Deflasi Andil (%)

JAGUNG MANIS -39.25 -0,03

KEMBANG KOL -36.25 -0,01

NANAS -27.52 -0,01

KENDARAAN CARTER/RENTAL -27.01 -0,11

KENTANG -15.47 -0,01

KANGKUNG -13.87 -0,06

TOMAT SAYUR -10.11 -0,17

DAUN SINGKONG -8.73 -0,01

TAUGE/KECAMBAH -8.71 -0,01

AYAM HIDUP -8.31 -0,01

10.99

5.27

8.13

2.35

4.58

2.19

16.74

2.39

0.88

2.38

0.14

0.19

0.15

2.60

0 5 10 15 20

Bahan Makanan

Makanan jadi

Perumahan

Sandang

Kesehatan

Pendidikan

Transportasi

Andil Inflasi (yoy) Juni 2015

Tabel 3.1.

Inflasi Tahunan Kota Manado Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%)

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah

Page 55: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

46

Grafik 3.3

Laju Inflasi Kota Manado, KTI dan Nasional (mtm)

Sumber: BPS Prov.Sulawesi Utara, diolah

Inflasi pada kelompok Transpor terutama disumbang oleh inflasi yang terjadi pada komoditas

Bensin, Angkutan Dalam Kota dan Angkutan Udara sebagai dampak kenaikan BBM yang terjadi

pada awal triwulan.

Sementara inflasi pada kelompok Sandang terjadi seiring liburan sekolah dan masuknya tahun

ajaran baru. Selain kelompok-kelompok tersebut, inflasi pada kelompok lainnya memberi

sumbangan yang relatif terbatas terhadap inflasi triwulanan, yaitu berkisar 0,4-0,9%.

3.1.3 INFLASI BULANAN (mtm)

Laju inflasi bulanan Kota Manado selama

triwulan II 2015 menunjukkan peningkatan di

tengah triwulan namun kembali melandai di

akhir triwulan. Pada bulan April 2015 inflasi

Kota Manado tercatat sebesar 0,06% (mtm)

disebabkan oleh tekanan dari kelompok

administrated prices. Inflasi kembali terjadi di

bulan Mei dengan kenaikan IHK yang cukup

tinggi mencapai 0,95% (mtm) terjadi seiring

naiknya harga tomat sayur dan aneka cabai

rawit. Tekanan inflasi melandai di bulan Juni

2015 yang mencatat inflasi sebesar 0,49% (mtm) disebabkan oleh masih bertahannya harga

tomat sayur, kenaikan tariff transportasi udara dan tariff listrik, meskipun harga cabai rawit

mulai turun namun belum mampu menahan laju inflasi.

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

1 Bahan Makanan 6.45 -5.21 6.70 5.27 -2.19 1.28 -0.51 13.15 -2.31 0.92

2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 0.78 0.59 0.42 0.85 1.21 0.26 1.41 1.62 1.73 0.42

3 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 1.30 0.54 1.96 0.85 4.22 0.31 1.43 4.64 1.83 0.05

4 Sandang -0.84 -1.33 2.55 -0.37 0.97 0.90 -0.03 0.65 0.64 1.07

5 Kesehatan 0.32 1.12 1.24 0.25 0.56 1.23 1.28 1.03 1.03 1.17

6 Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 0.13 0.06 0.45 0.51 0.31 0.66 0.38 1.07 0.37 0.36

7 Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan -0.22 7.52 9.66 0.24 0.82 1.69 -0.37 15.10 -4.72 6.84

Umum 2.34 -0.51 4.09 2.01 1.15 0.82 0.56 6.95 -0.40 1.51

No2013 2014 2015

Kelompok

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah

Tabel 3.3

Inflasi Triwulanan Kota Manado Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%)

0.49%0.54%

0.42%

-3%

-2%

-1%

0%

1%

2%

3%

4%

5%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2013 2014 2015

mtm Manado mtm KTI mtm Nasional

Page 56: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

47

Grafik 3.4

Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado April 2015

Menurut Kelompok Barang & Jasa

Grafik 3.5.

Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado April 2015

Menurut Kelompok Barang & Jasa

APRIL2015

Pada bulan April 2015 Kota Manado tercatat

mengalami inflasi sebesar 0,06% (mtm) dengan

laju inflasi tahunan yang meningkat menjadi

sebesar 7,73% (yoy).

Inflasi Kota Manado bersumber dari kelompok

Transportasi yang tercatat mengalami inflasi

sebesar 6,43% (mtm) dengan andil sebesar

1,02%. Empat kelompok mengalami inflasi

dengan sumbangan yang terbatas (0,01-0,03%),

antara lain kelompok Pendidikan, kelompok

Kesehatan, kelompok Sandang, dan kelompok

Makanan Jadi. Sementara itu kelompok Bahan Makanan dan kelompok Perumahan masing-

masing mengalami deflasi sebesar 4.29% (mtm) dan 0,17% (mtm) dengan sumbangan masing-

masing terhadap inflasi bulan April sebesar -0,96% dan -0,05%. Komoditas utama yang

memicu inflasi yaitu angkutan dalam kota, bensin, dan daging babi sedangkan komoditas

utama yang mengalami penurunan harga yaitu bayam, daging ayam ras dan wortel.

Tekanan inflasi bulan April bersumber dari kelompok Transportasi sebagai dampak dari

kenaikan harga BBM yang berlaku pada awal bulan. Namun tekanan tersebut diredam oleh

turunnya indeks pada kelompok bahan makanan, yang tercatat deflasi pada bulan ini.

Penurunan pada kelompok bahan makanan disebabkan oleh telah berakhirnya gangguan cuaca

yang mengakibatkan terjadinya peningkatan suplai komoditas sayuran di pasar.

MEI 2015

Pada bulan Mei 2015 tekanan inflasi Kota Manado

kembali meningkat, dengan kenaikan indeks sebesar

0,95% (mtm), atau secara tahunan sebesar 8,92%

(yoy).

Setelah mengalami deflasi pada awal triwulan,

kelompok Bahan Makanan beralih menjadi

kelompok yang menyumbang inflasi terbesar di

bulan ini. Kelompok Bahan Makanan mengalami

inflasi sebesar 4,18% (mtm), dengan andil sebesar

0,89%. Komoditas tomat sayur, aneka cabai dan

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah

-4.29

0.13

-0.17

0.01

0.47

0.07

6.43

-0.96

0.02

-0.05

0.00

0.02

0.01

1.02

-5 0 5 10

Bahan Makanan

Makanan jadi

Perumahan

Sandang

Kesehatan

Pendidikan

Transportasi

Andil Inflasi (mtm)Apr 2015

4.18

0.22

0.17

0.70

0.52

0.01

-0.55

0.89

0.04

0.05

0.04

0.02

0.00

-0.09

-2 0 2 4 6

Bahan Makanan

Makanan jadi

Perumahan

Sandang

Kesehatan

Pendidikan

Transportasi

Andil Inflasi (mtm) Mei 2015

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah

Page 57: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

48

Sumber: BPS SulawesiUtara , diolah.

bawang yang pada bulan sebelumnya tercatat deflasi, di bulan ini mengalami kenaikan harga

yang cukup signifikan. Kenaikan harga tersebut disebabkan karena pasokan yang terbatas dari

daerah supply sementara permintaan konsumen tetap, sehingga menyebabkan harga

terdongkrak naik.

Di sisi lain, deflasi yang terjadi pada kelompok Transportasi tidak mampu menahan inflasi yang

juga terjadi pada seluruh kelompok lainnya yang memberikan sumbangan inflasi meskipun

relatif terbatas.

JUNI 2015

Tekanan inflasi Kota Manado sedikit mereda

setelah mengalami inflasi yang cukup tinggi pada

pertengan triwulan II 2015 setelah mengalami

deflasi di pertengahan triwulan. Realisasi inflasi

bulan Juni 2015 mencapai 0,497% (mtm), dengan

inflasi tahunan yang turut meningkat ke angka

8,73% (yoy).

Kelompok Bahan Makanan menjadi penyumbang

utama inflasi bulan Juni dengan inflasi sebesar

1,21% (mtm) dan sumbangan 0,27%, yang

terutama bersumber dari sub kelompok bumbu-

bumbuan dan sayur-sayuran, disusul kelompok Transportasi yang mengalami inflasi 094%

(mtm) dengan sumbangan 0,15% terhadap inflasi bulanan. Sementara itu kelima kelompok

lainnya tercatat mengalami inflasi dengan sumbangan relatif minim.

Inflasi bulan Juni terutama didorong oleh tren kenaikan harga tomat sayur yang terus berlanjut,

dipengaruhi oleh berkurangnya produksi di sentra produksi tomat di Minahasa. Komoditas

angkutan udara juga tercatat menjadi salah satu komoditas penyumbang terbesar, seiring

dengan kenaikan tariff angkutan udara selama musim liburan. Di sisi lain, inflasi yang terjadi

pada komoditas- komoditas tersebut, relatif tertahan dengan koreksi yang terjadi pada

komoditas cabai rawit dan beras. Inflasi secara umum juga bersumber dari kenaikan harga

sandang seiring liburan sekolah dan kenaikan kelas, serta kenaikan tarif listrik rumah tangga

kelompok tertentu, meski sumbangan keduanya relatif terbatas.

3.2 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INFLASI

Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, tekanan inflasi secara tahunan bersumber

dari menguatnya tekanan inflasi kelompok bahan makanan yang harganya bergejolak (volatile

Grafik 3.6.

Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado Juni 2015

Menurut Kelompok Barang dan Jasa

1.21

0.07

0.05

0.36

0.17

0.27

0.94

0.27

0.01

0.01

0.02

0.01

0.02

0.15

0 1 1 2

Bahan Makanan

Makanan jadi

Perumahan

Sandang

Kesehatan

Pendidikan

Transportasi

Andil Inflasi (mtm) Jun 2015

Page 58: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

49

foods) akibat gangguan produksi dan kelompok barang yang harganya diatur pemerintah

(administered price). Sementara kelompok inti (core inflation) cenderung stabil.

3.2.1 INFLASI INTI

Tekanan inflasi inti (core inflation) relatif terjaga sepanjang triwulan II 2015. Inflasi inti pada

akhir triwulan II 2015 tercatat sebesar 3,12% (yoy) dengan sumbangan 1,84% terhadap inflasi

umum, atau cenderung stabil dari angka triwulan I 2015 yang sebesar 3,02% (yoy).

Grafik 3.7.

Sumbangan Inflasi Tahunan Berdasarkan Faktor Penyebabnya

Grafik 3.8

Pergerakan Inflasi Bulanan Berdasarkan Faktor Penyebabnya

Sumber: BPS Sulawesi Utara, diolah. Sumber: BPS Sulawesi Utara, diolah.

Terjaganya inflasi inti pada triwulan laporan sejalan dengan perlambatan ekonomi domestik,

dan ekspektasi inflasi yang relatif terkendali, meskipun terdapat tekanan dari faktor eksternal

yang meningkat seiring depresiasi nilai tukar rupiah yang disertai peningkatan harga emas

domestik Berdasarkan hasil Survei Konsumen, ekspektasi harga untuk 3 bulan kedepan

menunjukkan penurunan sejalan dengan koreksi harga pasa perayaan Idul Fitri, meskpun dari

sisi pedagang ekspektasi harga untuk 3 bulan mengalami kenaikan tercermin dari hasil Survei

Pedagang Eceran.

Grafik 3.9.

Ekspektasi Inflasi Konsumen

Grafik 3.10

Ekspektasi Inflasi Pedagang

Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Prov.Sulut. Sumber: Survei Penjualn Eceran Bank Indonesia Prov.Sulut.

-2.00

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5

2012 2013 2014 2015

CORE ADMINISTERED VOLATILE INFLASI (YOY)

-8.00

-6.00

-4.00

-2.00

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5

2012 2013 2014 2015

INFLASI (MTM) CORE ADMINISTERED VOLATILE

0

2

4

6

8

10

12

-

50

100

150

200

250

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5

2012 2013 2014 2015

Inflasi IHK (yoy) -Sb Kanan

Indeks Ekspektasi harga konsumen 3 bulan y.a.d.

Indeks ekspektasi harga konsumen 6 bulan y.a.d.

0

2

4

6

8

10

12

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

200

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5

2012 2013 2014 2015

Inflasi IHK (yoy) -Sb Kanan

Indeks Ekspektasi harga pedagang 3 bulan y.a.d.

Indeks ekspektasi harga pedagang 6 bulan y.a.d.

Page 59: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

50

Sementara itu, berdasarkan hasil survey Liaison yang dilakukan selama triwulan II 2015, tekanan

permintaan yang melemah direspon perusahaan dengan menurunkan kapasitas terpakainya.

Pada triwulan laporan, rata-rata kapasitas terpakai seluruh contact berada pada level

64,13%, lebih rendah dibandingkan 91,25% pada triwulan sebelumnya.

3.2.2 Volatile foods

Tekanan inflasi volatile foods mereda pada triwulan II 2015. Pada bulan Juni 2015 inflasi

kelompok ini tercatat sebesar 11,01% (yoy) dengan sumbangan 2,34% terhadap inflasi umum,

atau turun tipis dibandingkan akhir triwulan I 2015 yang sebesar 11,77% (yoy) dengan

sumbangan 3,64% (yoy) terhadap inflasi umum.

Meningkatnya tekanan inflasi volatile foods didorong oleh supply shock komoditas tomat sayur

selama 2 (dua) bulan terakhir triwulan laporan akibat berkurangnya pasokan dari sentra

produksi lokal di Minahasa. Terganggunya produksi berdampak pada melambungnya harga

tomat sayur di pasaran hingga mencapai dua kali lipat harga normal. Sementara itu di sisi lain,

tekanan inflasi volatile foods tertahan oleh koreksi harga cabai rawit dan beras di bulan Mei-

Juni 2015 setelah sempat melonjak dari triwulan I hingga awal triwulan II 2015.

Grafik 3.11.

P di Kota Manado

Grafik 3.12.

Perkembangan Harga Beras di Kota Manado

Sumber : Survei Pemantauan Harga (SPH) KPw BI Prov. Sulut Sumber : Survei Pemantauan Harga (SPH) KPw BI Prov. Sulut

Hasil Survei Pemantauan Harga KPw BI Provinsi Sulawesi Utara turut menunjukkan tren

(Grafik 2.10 & Grafik 2.11).

Pergerakan harga beberapa komoditas penyumbang inflasi Manado juga terpantau secara

harian melalui Pusat Informasi Harga Bahan Pokok Strategis (PIHBS) Sulawesi Utara, yang

berfungsi sebagai peringatan dini bagi Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) di Provinsi Sulut

(Grafik 2.12).

0

20,000

40,000

60,000

80,000

100,000

120,000

140,000

160,000

180,000

200,000

I IV III II V III II I IV II I IV II I IV III II I IV III II V III II I IV II V III II I IV II I IV III II V III II V

MaretApr Mei Juni Juli Agt SeptOkt NovDec Jan FebMarApr Mei Jun Jul Agt Sep OktNov Des Jan FebMarAprilMei Juni

Bawang Merah Cabai Rawit Merah Tomat Sayur (sb. Kanan) Bawang Putih

-

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

14,000

16,000

I IV III II I IV III I IV III II V III II V III II I IV III II I IV III I IV III II V III I IV III II V III II I IV III I IV III

Jan FebMaretApr Mei JuniJuli Agt SeptOkt NovDecJan FebMarApr Mei Jun Jul Agt Sep OktNov Des Jan FebMarAprilMei Juni

Sultan Superwin Rojolele Membramo

Page 60: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

51

Grafik 3.13

Data Pergerakan Harga PIHBS Sulut (komoditas terpilih)

Sumber : Pusat Informasi Harga Bahan Pokok Strategis (PIHBS) Sulawesi Utara

3.2.3. Administered Price

Tekanan inflasi administered pricese menguat di triwulan laporan sebagai dampak kenaikan

BBM di pertengahan triwulan. Penyesuaian harga BBM berimbas pada kenaikan tariff angkutan

dalam kota, angkutan udara dan tariff kendaraan carter/sewa. Inflasi administered prices pada

triwulan II 2015 tercatat sebesar 23,06% (yoy) dengan sumbangan 4,55% terhadap inflasi

umum, atau naik dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 18,58% (yoy) dengan

sumbangan 3,64%.

0

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

70,000

1-Ja

n

5-Ja

n

9-Ja

n

13-J

an

17-J

an

21-J

an

25-J

an

31-J

an

4-Fe

b

8-Fe

b

12-F

eb

16-F

eb

20-F

eb

24-F

eb

28-F

eb

4-M

ar

8-M

ar

12-M

ar

16-M

ar

20-M

ar

24-M

ar

28-M

ar

1-A

pr

5-A

pr

9-A

pr

13-A

pr

17-A

pr

8-M

ay

14-M

ay

6-Ju

n

10-J

un

14-J

un

18-J

un

22-J

un

26-J

un

30-J

un

2015

Bawang Merah Tomat Sayur Rica/Cabe Rawit Beras Superwin Telur Ayam

Page 61: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

52

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 62: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 63: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

54

STABILITAS SISTEM

KEUANGAN BAB IV

Page 64: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

STABILITAS SISTEM KEUANGAN

55

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 65: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

STABILITAS SISTEM KEUANGAN

56

STABILITAS SISTEM KEUANGAN

Stabilitas sistem keuangan di Sulawesi Utara pada triwulan laporan masih relatif baik. Faktor-

faktor yang cenderung dapat mempengaruhi stabilitas sitem keuangan di Sulawesi Utara tidak

memberikan dampak negatif pada perbankan di Sulawesi Utara. Faktor-faktor itu antara lain

perlambatan pertumbuhan ekonomi, peningkatan risiko kredit, turunnya ekspor akibat harga

komoditas turun, daya beli RT menurun, realisasi anggaran Pemerintah yang lamban, dan

pelemahan nilai tukar rupiah.

Ketahanan sektor Rumah Tangga, ketahanan sektor korporasi dan juga kondisi serta kinerja

perbankan di Sulawesi Utara masih dalam level yang baik sehingga tidak rentan untuk

mengalami shock pada sistem keuangannya.

4.1. KONDISI SEKTOR RUMAH TANGGA

Pada triwulan laporan, tingkat konsumsi RT mengalami penurunan. Menurunnya tingkat

konsumsi diindikasikan oleh Indeks Penjualan Riil yang tumbuh melambat pada triwulan laporan

sebesar 5,92% (yoy), dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 7,93% (yoy). Penurunan

penjualan riil terjadi pada sebagian besar kelompok, kecuali kelompok kerajinan, seni dan

mainan, serta kelompok peralatan tulis. Faktor penyebab penurunan penjualan berasarkan hasil

Survei Penjualan Eceran yaitu penghematan RT yang disebabkan oleh kenaikan harga barang-

barang akibat kebijakan kenaikan harga BBM.

Tingkat keyakinan konsumen pada triwulan laporan kembali tumbuh negatif sebesar -23,67%

(yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar -2,72% (yoy). Menurunnya

tingkat keyakinan konsumen disebabkan oleh turunnya persepsi RT terhadap kondisi ekonomi

saat ini dan juga terhadap ekspektasi akan 6 (enam) bulan mendatang. Berdasarkan hasil Survei

Konsumen, faktor penyebab penurunan adalah kurangnya ketersediaan lapangan kerja sebagai

imbas efisiensi pelaku bisnis dalam investasi maupun penggunaan tenaga kerja. Perilaku pelaku

bisnis tersebut merupakan dampak dari kenaikan harga BBM dan peraturan/ketentuan

pemerintah lainnya ditengah kondisi perekonomian yang lesu. Di sisi lain, penghasilan RT juga

mengalami penurunan sebagaimana hasil Survei Konsumen. Selain sejalan dengan perlambatan

ekonomi, sebagian pelaku usaha mengalami penurunan kapasitas produksi yang berdampak

pada penurunan penghasilan pekerja/RT. Persepsi kurangnya lapangan kerja dan penurunan

penghasilan juga terindikasi dari likert scale liaison penggunaan tenaga kerja dan nilai Saldo

Bersih Tertimbang (SBT) jumlah tenaga kerja yang menurun pada triwulan laporan. Beberapa

penyedia lapangan kerja melakukan pembatasan bahkan pengurangan tenaga kerja di tengah

kondisi bisnis yang lesu dan kenaikan UMP pada awal tahun. Kurangnya lapangan pekerjaan

Page 66: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

STABILITAS SISTEM KEUANGAN

57

Grafik 4.1.

Perkembangan LDR Perseorangan

Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut

dan menurunnya penghasilan RT menyebabkan pembelian barang tahan lama RT juga menurun

atau RT melakukan penghematan dalam berkonsumsi.

Ekspektasi konsumen juga mengalami penurunan yang disebabkan oleh persepsi RT atas nilai

tukar Rupiah yang terus melemah, persepsi ketidaksiapan Sulawesi Utara menyambut

pemberlakuan MEA pada akhir tahun 2015, dan juga kondisi bisnis yang masih belum

membaik. Kondisi-kondisi tersebut menyebabkan RT memiliki ekspektasi rendah atas ekonomi

kedepannya. Meskipun demikian, tingkat ekspektasi konsumen yang lebih besar dari angka 100

menunjukkan masih adanya optimisme masyarakat, antara lain yaitu realisasi proyek-proyek

Pemerintah yang cenderung mendorong peningkatan jumlah lapangan kerja.

4.2. DANA PIHAK KETIGA DAN KREDIT PERSEORANGAN DI PERBANKAN

Dalam perekonomian Sulawesi Utara

pada triwulan laporan, secara umum RT

berperan sebagai defisit unit (net

borrowing) yaitu secara agregat jumlah

kredit lebih besar dibandingkan

simpanan. Kredit perseorangan di

perbankan Sulawesi Utara mencapai

Rp23,55 Trilyun, sementara itu DPK

perseorangan di perbankan Sulawesi

Utara tercatat sebesar Rp14,88 Trilyun.

Dengan demikian, perseorangan

memiliki net borrowing di perbankan Sulawesi Utara sebesar Rp8,67 Trilyun atau tingkat LDR

perseorangan sebesar 158,25%. Tingkat LDR tersebut menunjukkan tren peningkatan sampai

dengan triwulan laporan.

Secara nasional, RT berperan sebagai surplus unit (net saving) yaitu secara agregat jumlah

simpanan lebih besar dibandingkan kredit. Kredit perseorangan mencapai Rp1.718 Trilyun,

sementara itu DPK di perbankan nasional tercatat sebesar Rp2.332 Trilyun. Dengan demikian,

perseorangan di nasional memiliki net saving sebesar Rp614 Trilyun atau dengan level LDR

perseorangan sebesar 73,66%.

Tingginya tingkat LDR perseorangan pada perbankan di Sulawesi Utara menunjukkan bahwa RT

di Sulawesi Utara masih memilih perbankan sebagai sumber dana utamanya. Selain itu, kondisi

tersebut juga mencerminkan bahwa akses mendapatkan kredit dan penyaluran kredit di

111.10%

118.33%

125.89%128.01%

135.49%

139.89% 140.83%143.31% 143.54%

140.79% 140.19%

144.39%

155.46%158.25%

80%

90%

100%

110%

120%

130%

140%

150%

160%

170%

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014 2015

LDR Perseorangan

Page 67: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

STABILITAS SISTEM KEUANGAN

58

Grafik 4.2.

Perkembangan DPK Perseorangan

Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut

Sulawesi Utara tidak memiliki kendala berarti. Namun di sisi lain, tren peningkatan LDR

perseorangan mengindikasikan bahwa RT mengalami penurunan pendapatan yang biasanya

digunakan untuk simpanan/DPK.

DPK perbankan dari sektor perseorangan masih dominan di Sulawesi Utara. Pada triwulan

laporan, pangsa DPK perseorangan mencapai 70,53%, sementara itu pangsa DPK bukan

perseorangan sebesar 29,47%. Dibandingkan dengan nasional, pangsa DPK perseorangan

perbankan di Sulawesi Utara relatif lebih tinggi dibandingkan 54% pangsa DPK perseorangan

secara nasional.

Pangsa DPK perseorangan pada perbankan di Sulawesi Utara menurun dibandingkan triwulan

sebelumnya yang tercatat sebesar 72,30%. DPK perseorangan tumbuh negatif pada triwulan

laporan sebesar -1,08% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 3,48%

(yoy). Menurunnya DPK perseorangan disebabkan oleh pengurangan simpanan atau penarikan

simpanan oleh RT untuk memenuhi kebutuhan perayaan Idul Fitri, liburan, tahun ajaran baru

penurunan DPK perseorangan memiliki tren sejalan dengan perlambatan pertumbuhan total

DPK.

Di sisi suku bunga, tren penurunan

pertumbuhan DPK perseorangan

juga sejalan dengan tren penurunan

suku bunga DPK perseorangan. Pada

triwulan laporan, suku bunga DPK

perseorangan menurun menjadi

4,1% dari 4,3% pada triwulan

sebelumnya.

Preferensi masyarakat dalam

menabung pada perbankan di

Sulawesi Utara didominasi oleh tabungan. Pada triwulan laporan, mayoritas DPK perseorangan

berupa tabungan dengan porsi sebesar 56,07%, diikuti dalam bentuk deposito (38,80%) dan

sisanya berupa giro (5,13%). Di sisi lain, DPK perseorangan dalam bentuk deposito pada

triwulan laporan mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar -7,14% (yoy) dibandingkan

triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh 8,23% (yoy). Hal tersebut sejalan dengan

penurunan suku bunga deposito perseorangan pada triwulan laporan menjadi 7,56% dari

7,97% pada triwulan sebelumnya. Penurunan suku bunga dana mahal berpotensi mengurangi

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

4

4.5

5

-5%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014 2015

Suku Bunga DPK Perseorangan (sb.kanan)

g Total DPK

g DPK Perseorangan

Page 68: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

STABILITAS SISTEM KEUANGAN

59

risiko suku bunga pada perbankan dan juga berpotensi meningkatkan profitabilitas perbankan

di Sulawesi Utara.

Berdasarkan jangka waktu DPK perseorangan, DPK dengan jangka waktu kurang dari 6 (enam)

bulan cenderung mengalami penurunan pertumbuhan pada triwulan laporan. Kondisi ini

sejalan dengan perlambatan perekonomian saat ini. Perseorangan bersikap wait & see dalam

mengambil keputusan bisnis sepanjang tahun 2015 sehingga mendorong perseorangan

melakukan penyimpanan dana dalam bentuk simpanan jangka panjang atau minimal diatas 6

bulan.

Berdasarkan nilai, DPK dengan nilai simpanan dibawah Rp100 Juta cenderung meningkat

dibandingkan DPK dengan nilai diatas Rp100 Juta. Kondisi bisnis yang lesu yang menyebabkan

menurunnya daya beli RT berakibat pada simpanan RT yang cenderung tidak bernominal besar.

DPK perseorangan dengan nilai dibawah Rp100 Juta tumbuh meningkat sebesar 6,59% (yoy)

dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0,27% (yoy). Sementara itu, DPK

perseorangan dengan nilai diatas Rp100 Juta tumbuh negatif sebesar -4,10% (yoy)

dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 4,92% (yoy).

Secara spasial, DPK perseorangan masih didominasi oleh Kota Manado dengan pangsa sebesar

75,15% sebagaimana merupakan pusat aktivitas bisnis dan perekonomian di Sulawesi Utara. Di

sisi kelompok bank, pangsa DPK perseorangan masih didominasi oleh kelompok bank

persero/BUMN sebesar 50,34%, kemudian diikuti kelompok bank swasta, asing & campuran

(39,44%) dan BPD (10,22%). Pada triwulan laporan, perlambatan terbesar pertumbuhan DPK

perseorangan terjadi pada kelompok bank persero/BUMN yang tumbuh 4,40%, dibandingkan

triwulan sebelumnya sebesar 12,76%.

Berdasarkan kegiatan bank, DPK perseorangan bank konvensional tumbuh negatif sebesar -

1,20% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh positif sebesar 3,47% (yoy).

Sementara itu, bank syariah mengalami peningkatan pertumbuhan sebesar 9,54% (yoy)

dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 4,04% (yoy). Kondisi tersebut menunjukkan bahwa

potensi bisnis atau penghimpunan dana bank syariah mulai tumbuh lebih baik di Sulawesi

Utara.

Berdasarkan valutanya, DPK perseorangan Rupiah masih mendominasi pangsa DPK dengan

porsi 95%. Namun, pada triwulan laporan DPK perseorangan Rupiah mengalami penurunan

pertumbuhan sebesar -1,81% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya 3,07% (yoy). Sementara

itu, DPK perseorangan valas mengalami peningkatan pertumbuhan sebesar 13,93% (yoy)

Page 69: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

STABILITAS SISTEM KEUANGAN

60

Grafik 4.3.

Perkembangan Kredit Perseorangan

Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut

Grafik 4.4.

Perkembangan Kredit Berdasarkan Penggunaanya

Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut

dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 11,13% (yoy). Meningkatnya simpanan dalam

bentuk valas juga menjadi salah satu faktor meredam risiko nilai tukar.

Mayoritas kredit perbankan di Sulawesi Utara diberikan kepada perseorangan dengan pangsa

sebesar 84,22% dari total kredit pada triwulan laporan. Dibandingkan dengan nasional,

penyaluran kredit perbankan di Sulawesi Utara kepada perseorangan lebih tinggi dibandingkan

nasional yang hanya 44,50% dari total kredit. Pangsa kredit perseorangan Sulawesi Utara

tersebut mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 86,72%.

Kredit perbankan di Sulawesi Utara

kepada perseorangan tumbuh

melambat sebesar 11,18% (yoy)

dibandingkan triwulan sebelumnya yang

tumbuh 12,07% (yoy). Sebaliknya, total

kredit perbankan di Sulawesi Utara

mengalami peningkatan pertumbuhan

sebesar 13,89% (yoy) dibandingkan

triwulan sebelumnya sebesar 12,12%

(yoy). Meningkatnya total kredit

didorong oleh peningkatan kredit ke

sektor bukan perseorangan atau sektor produktif yang tumbuh signifikan sebesar 17,05% (yoy)

dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 9,98% (yoy). Stagnannya suku bunga

kredit ditengah penurunan suku bunga simpanan berpotensi mengurangi risiko suku bunga

serta meningkatkan profitabilitas bagi

perbankan.

Mayoritas kredit perseorangan digunakan

untuk konsumsi (69,26%) dan sisanya untuk

keperluan produktif yaitu untuk modal kerja

(22,77%) dan investasi (7,97%). Di sisi

pertumbuhan, kredit modal kerja dan kredit

konsumsi mengalami perlambatan,

sementara itu kredit investasi mengalami

peningkatan.

12.8

13

13.2

13.4

13.6

13.8

14

14.2

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014 2015

g Kredit g Kredit Perseorangan Suku Bunga

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014 2015

g KMK g KI g KK

Page 70: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

STABILITAS SISTEM KEUANGAN

61

Kredit yang disalurkan untuk sektor RT pada triwulan laporan mencapai Rp16,48 Trilyun atau

memiliki pangsa pasar 58,94% dari total kredit. Dari sisi penggunaan, kredit kepada RT

terutama digunakan untuk keperluan Multiguna (38,41%), kredit RT lainnya (37,83%), dan

Kredit Pemilikan Rumah (22,23%), kemudian diikuti Kredit Kendaraan Bermotor (1,30%) dan

Kredit Perlengkapan (0,23%).

Sementara dari sisi pertumbuhan, kredit ke sektor RT pada triwulan laporan tumbuh melambat

sebesar 12,19% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar

13,48% (yoy). Melambatnya pertumbuhan kredit RT disebabkan oleh pertumbuhan Kredit

Pemilikan Rumah yang cenderung melambat pada triwulan laporan dibandingkan triwulan

sebelumnya yang tumbuh 5,44% (yoy). Hal tersebut sejalan dengan kebijakan Loan to Value

(LTV) tahun 2013 yang menyebabkan pertumbuhan KPR cenderung melambat. Kebijakan LTV

yang baru pada pertengahan tahun 2015 belum memberikan pengaruh pada triwulan laporan.

Dilihat dari indikator risiko kredit, sektor RT mengalami penurunan kualitas kredit. Hal ini

terlihat dari tren peningkatan rasio NPL sektor RT sampai dengan triwulan laporan menjadi

sebesar 2,75% dibandingkan rata-rata rasio NPL sepanjang 1 (satu) tahun terakhir yang berada

pada level 2,69%. Rasio NPL sektor RT pada triwulan laporan juga meningkat dibandingkan

triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 2,41%. Meskipun masih terjaga 5%, namun perlu

dicermati tren peningkatan NPL ke depan akibat lambatnya pemulihan perekonomian global,

turunnya harga komoditas dunia, perlambatan ekonomi domestik dan Sulawesi Utara,

penghapusan subsidi BBM dan lambatnya realisasi anggaran Pemerintah Daerah yang dapat

mempengaruhi kemampuan membayar sektor RT atas semua kewajibannya, terutama kepada

perbankan.

4.3. KINERJA SEKTOR KORPORASI

Selama triwulan laporan, kegiatan usaha korporasi mengalami penurunan. Hasil Survei Kegiatan

Dunia Usaha (SKDU) mengindikasikan kegiatan usaha pada triuwlan laporan tumbuh melambat

dibandingkan triwulan sebleumnya. Hal ini tercermin dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT) sebesar

-13,41%, lebih rendah dari SBT triwulan sebelumnya sebesar 7,15%. Perlambatan kegiatan

usaha terutama terjadi pada subsektor perkebunan tahunan yang sejalan dengan perlambatan

pertumbuhan ekonomi subsektor tersebut pada triwulan laporan sebesar 16,86% (yoy)

dibandingkan 17,18% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Selain subsektor tersebut, penurunan

kegiatan usaha yang tercermin dari nilai SBT juga terjadi di sektor industri pengolahan, PHR dan

jasa-jasa.

Page 71: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

STABILITAS SISTEM KEUANGAN

62

4.4. EKSPOSUR PERBANKAN PADA SEKTOR KORPORASI

Kredit produktif perbankan di Sulawesi Utara pada triwulan laporan tercatat sebesar

Rp11,5 Trilyun atau meningkat sebesar 16,95% (yoy) dibandingkan triwulan

sebelumnya yang tercatat sebesar 9,89% (yoy). Peningkatan terjadi pada 5 (lima) sektor

produktif, sedangkan 4 (empat) sektor produktif lainnya mengalami perlambatan atau

penurunan pertumbuhan. Sektor produktif yang mengalami peningkatan penyaluran

kredit merupakan sektor utama Sulawesi Utara yaitu sektor pertanian, pertambangan,

LGA, konstruksi, dan perbaikan pertumbuhan jasa dunia usaha. Porsi kredit perbankan

yang disalurkan kepada sektor produktif sekitar 40,26% dari total kredit perbankan,

meningkat dibandingkan 38,31% pada triwulan yang sama tahun sebelumnya.

Meningkatnya pertumbuhan kredit di sektor korporasi tidak diimbangi oleh kualitas

kredit. Kualitas kredit sektor korporasi pada triwulan laporan mengalami penurunan

dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal tersebut tercermin dari rasio NPL yang tercatat

sebesar 3,96%, meningkat dibandingkan 3,55% pada triwulan sebelumnya.

4.5. ASESMEN SEKTOR PERBANKAN

Sepanjang triwulan laporan, intermediasi perbankan tumbuh meningkat dibandingkan

triwulan sebelumnya. Pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dibandingkan dengan

pertumbuhan DPK menyebabkan Loan to Deposit Ratio (LDR) meningkat menjadi 131%

pada triwulan laporan dari 128,12% pada triwulan sebelumnya. Berdasarkan kelompok

bank, peningkatan LDR terjadi pada ketiga kelompok bank yaitu Bank Persero (BUMN),

Bank Swasta, dan BPR, namun pada Bank Pemerintah Daerah LDR mengalami

penurunan.

Pertumbuhan DPK industri perbankan pada triwulan laporan melambat menjadi 9,11% (yoy)

dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 14,30% (yoy). Perlambatan tersebut sejalan dengan

melambatnya pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara pada triwulan laporan dibandingkan

triwulan sebelumnya.

Dari sisi kelompok bank, perlambatan pertumbuhan DPK terjadi pada kelompok bank persero,

bank swasta, dan BPD, sedangkan BPR mengalami pertumbuhan DPK. Perlambatan terbesar

terjadi pada kelompok bank persero yang tumbuh melambat sebesar 8,46% (yoy) pada

triwulan laporan dibandingkan 18,31% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Di sisi lain, BPR

tumbuh sebesar 13,80% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 11,97% (yoy).

Page 72: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

STABILITAS SISTEM KEUANGAN

63

Di sisi pangsa, kelompok bank persero masih mendominasi DPK dengan pangsa 43,75% diikuti

oleh bank swasta (29,13%), BPD (23,57%) dan BPR (3,55%).

Dari sisi spasial, perlambatan maupun penurunan pertumbuhan DPK terjadi hampir di seluruh

kabupaten/kota di Sulawesi Utara, kecuali di Kabupaten Minahasa Utara dan Kabupaten

Bolaang Mongondow Timur yang mengalami peningkatan pertumbuhan DPK. Di sisi pangsa,

Kota Manado masih mendominasi DPK dengan pangsa 69,33%, diikuti oleh Kota Bitung

(7,32%), Kab. Minahasa (5,29%) dan Kab. Kepulauan Sangihe (4,57%). Hal ini sejalan dengan

konsentrasi kegiatan ekonomi dan bisnis yang terpusat di Kota Manado.

Dari sisi kepemilikan DPK, perlambatan pertumbuhan DPK terjadi pada sektor pemerintah dan

sektor swasta. DPK sektor pemerintah tumbuh melambat sebesar 58,81% (yoy) dibandingkan

triwulan sebelumnya yang tercatat 79,15% (yoy), sedangkan sektor swasta tumbuh melambat

0,50% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 5,25% (yoy). Penurunan tertinggi

terjadi pada sektor swasta khususnya perseorangan yang terkontraksi sebesar -1,08% (yoy)

dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 3,48% (yoy). Menurunnya pertumbuhan DPK

perseorangan menyebabkan total DPK mengalami penurunan karena DPK perseorangan masih

mendominasi pangsa DPK sebesar 70,53%. Faktor penyebab penurunan yaitu perayaan hari

yang memicu penarikan dana oleh perseorangan.

Dari sisi jenis valuta, DPK Rupiah masih mendominasi dengan pangsa 95%. Perlambatan

pertumbuhan DPK terjadi pada DPK Rupiah yang tumbuh 8,83% (yoy) dibandingkan triwulan

sebelumnya sebesar 14,65% (yoy), sedangkan DPK valuta asing tumbuh meningkat sebesar

11,10% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 9,92% (yoy).

Berdasarkan jenis simpanan, perlambatan pertumbuhan DPK pada triwulan laporan terjadi pada

giro dan deposito. Giro tumbuh melambat sebesar 12,41% (yoy) dibandingkan triwulan

sebelumnya sebesar 16,50% (yoy), dan deposito tumbuh melambat sebesar 13,66% (yoy)

dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 28,93% (yoy). Sebaliknya, tabungan mengalami

peningkatan pertumbuhan sebesar 3,47% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar

3,27% (yoy).

Dari sisi pangsa, struktur DPK masih didominasi oleh tabungan (41,63%), kemudian diikuti oleh

deposito (38,03%) dan giro (20,35%).

Page 73: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 74: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

PERKEMBANGAN

SISTEM PEMBAYARAN BAB V

Page 75: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

67

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 76: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

68

PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran nasional merupakan salah satu tugas

Bank Indonesia yang diamanatkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun

1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan perubahan terakhir yaitu

Undang-undang Republik Indonesia No.6 tahun 2009. Sebagai representasi Bank Indonesia di

daerah, fungsi mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran baik tunai, nontunai,

maupun pengawasan terhadap penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran di Provinsi Sulawesi

Utara dan Provinsi Gorontalo dijalankan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi

Sulawesi Utara.

Dari sisi sistem pembayaran tunai, meningkatnya aktivitas ekonomi masyarakat terutama jelang

Hari Besar Keagamaan memicu peningkatan kebutuhan uang kartal sepanjang triwulan II 2015.

Aktivitas setoran-bayaran uang tunai pada periode laporan menunjukkan posisi net outflow

sebesar Rp 314 miliar, meningkat sebesar 84,61 (yoy) dibandingkan dengan periode yang sama

tahun sebelumnya. Kondisi net outflow juga terjadi pada Layanan Jasa Kas Titipan, yaitu sebesar

Rp 129 miliar, menurun sebesar 30,63% (yoy). Dalam upaya menjaga ketersediaan Uang Layak

Edar bagi masyarakat Sulawesi Utara dan Gorontalo, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi

Sulawesi Utara meningkatkan Layanan Kas Keliling. Sepanjang periode laporan, Layanan Kas

Keliling diselenggarakan sebanyak 31 kali dengan modal kerja sebesar Rp 14,72 miliar dan

tingkat penyerapan sebesar 80,14%. Sejalan dengan hal tersebut, Kantor Perwakilan Bank

Indonesia Provinsi Sulawesi Utara bersama dengan seluruh Bank Umum di Sulawesi Utara

menyepakati upaya peningkatan layanan penukaran uang lusuh dan pecahan kecil bagi

masyarakat melalui Kantor Bank Umum sejak tanggal 4 Mei 2015. Melalui upaya ini,

masyarakat Sulawesi Utara dapat menikmati layanan penukaran uang lusuh dan pecahan kecil

di Kantor Bank terdekat.

Dari sisi sistem pembayaran non-tunai, kebijakan penetapan nilai nominal per transaksi di atas

Rp 100 juta pada BI-RTGS melalui Surat Edaran No.16/18/DPSP tanggal 28 November 2014

yang berlaku sejak 15 Desember 2014, memiliki pengaruh terhadap perkembangan sistem

pembayaran non-tunai di Sulawesi Utara. Aktivitas kliring debet melalui Sistem Kliring Nasional

Bank Indonesia (SKNBI) tercatat tumbuh positif. Nilai dan volume transaksi kliring debet tumbuh

sebesar 7,25% (yoy) dan 16,20% (yoy). Hal yang sebaliknya terjadi pada perkembangan

transaksi Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS). Nilai dan volume transaksi

mengalami penurunan, secara berturut-turut sebesar 13,31% (yoy) dan 55,90% (yoy). Kondisi

ini sesuai dengan tujuan ditetapkannya kebijakan, yaitu dalam rangka meningkatkan efisiensi

sistem pembayaran serta mendorong penggunaan SKNBI oleh masyarakat untuk transaksi yang

bersifat retail value. Sejalan dengan kebijakan tersebut, Bank Indonesia terus melakukan upaya

Page 77: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

69

-4

-3

-2

-1

0

1

2

3

I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015

Rp Triliun

Sumber : KPwBI Prov. Sulut

Inflow Outflow Netflow

0

5

10

15

20

25

30

35

40

0

1

2

3

I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015

%Rp Triliun

Sumber : KPwBI Prov. Sulut

Inflow UTLE Rasio UTLE terhadap Inflow

penyempurnaan terhadap sistem pembayaran non-tunai melalui implementasi SKNBI Generasi II

sejak 5 Juni 2015, serta mendorong peningkatan transaksi non-tunai di Sulawesi Utara melalui

penandatanganan Nota Kesepahaman dalam rangka mendukung Gerakan Nasional Non Tunai

(GNNT) antara Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara dengan Pemerintah

Provinsi Sulawesi Utara, Pemerintah Kota Manado, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Provinsi Sulawesi Utara pada tanggal 23 Juni 2015.

Dari sisi pengawasan terhadap penyelenggaraan Jasa Sistem Pembayaran, aktivitas Kegiatan

Usaha Penukaran Valuta Asing Bukan Bank terpantau meningkat sepanjang triwulan II 2015.

Total pembelian dan penjualan Uang Kertas Asing sepanjang periode tersebut secara berturut-

turut sebesar Rp 3,30 miliar (meningkat 16,95%, yoy) dan Rp 3,38 miliar (meningkat sebesar

16,78, yoy).

5.1. Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai

5.1.1. Perkembangan Aliran Uang Kartal (Inflow/Outflow)

Sejalan dengan siklus selama dua tahun terakhir, aktivitas perkembangan aliran Uang Kartal

sepanjang triwulan II 2015 diwarnai dengan meningkatnya aktivitas outflow. Pada periode

tersebut, posisi aliran Uang Kartal berada pada net-outflow sebesar Rp 313,83 miliar

(meningkat sebesar 84,61%, yoy), yang terdiri dari inflow sebesar Rp 1,08 triliun dan outflow

sebesar Rp 1,39 triliun. Kondisi tersebut terutama dipengaruhi oleh meningkatnya kebutuhan

Uang Kartal di masyarakat seiring dengan mulai berjalannya aktivitas ekonomi masyarakat dan

transaksi keuangan daerah pada periode tersebut.

Grafik 5.1 Perkembangan Aliran Uang Kartal Grafik 5.2 Perkembangan Rasio UTLE Terhadap Inflow

Sepanjang triwulan II 2015, rasio Uang Tidak Layak Edar (UTLE) terhadap inflow yang

menggambarkan tingkat kelusuhan Uang Kartal yang masuk ke khazanah Kantor Perwakilan

Page 78: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

70

0

5.000

10.000

15.000

20.000

25.000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

2014 2015

Sumber : KPwBI Prov. Sulut

Rp Juta

Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara berada pada level 18,14%. Jumlah tersebut mengalami

peningkatan dibandingkan dengan semester sebelumnya (10,85%, qtq) maupun dibandingkan

dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya (17,27%, yoy).

Untuk menjamin ketersediaan uang layak edar di masyarakat Bank Indonesia menerapkan

kebijakan clean money policy. Dalam rangka penerapan strategi clean money policy, Kantor

Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara melaksanakan kegiatan pemusnahan Uang

Tidak Layak Edar (UTLE). Proses pemusnahan tersebut dilakukan dengan prosedur dan

pengawasan yang ketat terhadap tingkat kelusuhan uang yang dapat dimusnahkan.

5.1.2. Perkembangan Layanan Penukaran Uang dan Penggantian Uang Rusak

Dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat Sulawesi Utara terhadap kebutuhan

Uang Layak Edar, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara dan Bank Umum di

wilayah Sulawesi Utara menyepakati bahwa seluruh kantor Bank Umum di wilayah Sulawesi

Utara memberikan pelayanan penukaran Uang lusuh dan pecahan kecil bagi masyarakat

Sulawesi Utara sejak tanggal 4 Mei 2015. Dengan adanya kesepakatan ini, maka masyarakat

dapat menikmati layanan penukaran Uang lusuh dan pecahan kecil di kantor Bank Umum

terdekat di wilayah Sulawesi Utara. Sementara itu, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi

Sulawesi Utara tetap memberikan layanan penukaran Uang pecahan kecil melalui kegiatan Kas

Keliling dan Jasa Kas Titipan. Layanan penggantian Uang rusak tetap dapat dinikmati oleh

masyarakat melalui loket Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara.

Dengan adanya kesepakatan tersebut, jumlah penukaran Uang dan penggantian Uang rusak

kepada masyarakat melalui loket Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara

sepanjang triwulan II 2015 terpantau mengalami penurunan. Total nilai layanan tersebut

tercatat sebesar Rp 5,79 miliar, menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (60,10%,

qtq) maupun periode yang sama di tahun sebelumnya (84,64%, yoy).

Grafik 5.3 Perkembangan Layanan Penukaran Uang dan Penggantian Uang Rusak

Page 79: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

71

-1.500

-1.000

-500

0

500

1.000

1.500

I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015

Rp Miliar

Sumber : KPwBI Prov. Sulut

Inflow Outflow Netflow

-1.000

-500

0

500

1.000

1.500

I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015

Rp Miliar

Sumber : KPwBI Prov. Sulut

Inflow Outflow Netflow

5.1.3. Perkembangan Layanan Jasa Kas Titipan

Dalam rangka penyediaan kebutuhan uang kartal kepada masyarakat, Kantor Perwakilan Bank

Indonesia Provinsi Sulawesi Utara menyelenggarakan pelayanan Jasa Kas Titipan. Jasa Kas

Titipan bertujuan untuk melayani kebutuhan uang beredar masyarakat, terutama di daerah-

daerah yang relatif jauh dari Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara. Jasa Kas

Titipan diselenggarakan melalui kerjasama dengan bank umum di wilayah Kabupaten

Kepulauan Sangihe, Kota Kotamobagu dan diluar wilayah Sulawesi Utara yaitu Provinsi

Gorontalo.

Sejalan dengan siklus net outflow yang terjadi sepanjang triwulan II 2015, kondisi yang sama

juga mewarnai perkembangan aliran Uang Kartal pada layanan Jasa Kas Titipan. Secara total,

posisi net outflow dari seluruh layanan Jasa Kas Titipan adalah Rp 129 miliar yang terdiri dari

inflow sebesar Rp 440 miliar dan outflow sebesar Rp 569 miliar. Dibandingkan dengan periode

yang sama tahun sebelumnya, posisi net outflow mengalami penurunan sebesar 30,63% (yoy).

Grafik 5.4 Perkembangan Aliran Uang Kartal

Pada Seluruh Layanan Jasa Kas Titipan

Grafik 5.5 Perkembangan Aliran Uang Kartal

Pada Layanan Jasa Kas Titipan Provinsi Gorontalo

Kondisi aliran uang kartal pada layanan Jasa Kas Titipan di Provinsi Gorontalo sepanjang

triwulan II 2015 tercatat berada pada posisi net outflow sebesar Rp 12 miliar, dengan inflow

sebesar Rp 324 miliar dan outflow sebesar Rp 336 miliar. Dibandingkan dengan periode yang

sama pada tahun sebelumnya, posisi net inflow mengalami penurunan sebesar 84,46% (yoy).

Kondisi yang sama ditunjukkan pada Layanan Jasa Kas Titipan di Kabupaten Kepulauan

Sangihe. Sepanjang triwulan II 2015, perkembangan aliran uang kartal tercatat berada pada

posisi net outflow sebesar Rp 21 miliar, yang terdiri dari inflow sebesar Rp 93 miliar dan outflow

sebesar Rp 114 miliar. Dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya, posisi

net inflow mengalami penurunan sebesar 30,82% (yoy).

Page 80: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

72

-300

-200

-100

0

100

200

I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015

Rp Miliar

Sumber : KPwBI Prov. Sulut

Inflow Outflow Netflow

-200

-100

0

100

200

I II III IV I II

2014 2015

Rp Miliar

Sumber : KPwBI Prov. Sulut

Inflow Outflow Netflow

Grafik 5.6 Perkembangan Aliran Uang Kartal

Pada Layanan Jasa Kas Titipan Kab. Kep. Sangihe

Grafik 5.7 Perkembangan Aliran Uang Kartal

Pada Layanan Jasa Kas Titipan Kota Kotamobagu

Sementara itu, perkembangan aliran uang kartal sepanjang triwulan II 2015 pada layanan Jasa

Kas Titipan Kotamobagu yang beroperasi sejak bulan November tahun 2013, tercatat berada

pada posisi net outflow sebesar Rp 96 miliar. Jumlah tersebut terdiri dari inflow sebesar Rp 23

miliar dan outflow sebesar Rp 120 miliar. Dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun

sebelumnya, posisi net outflow mengalami peningkatan sebesar 21,91% (yoy).

5.1.4. Perkembangan Layanan Kas Keliling

Sejalan dengan kesepakatan layanan penukaran Uang lusuh dan pecahan kecil bagi masyarakat

oleh Bank Umum sejak tanggal 4 Mei 2015, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi

Utara berkomitmen untuk tetap memberikan layanan penukaran Uang lusuh dan pecahan kecil

melalui kegiatan layanan Kas Keliling khususnya di pusat bisnis maupun remote area.

Penyelenggaraan layanan Kas Keliling sepanjang triwulan II 2015 tercatat mengalami

peningkatan yang jauh signifikan dibandingkan dengan periode sebelumnya.

Modal kerja Layanan Kas Keliling sepanjang periode tersebut tercatat sebesar Rp 14,72 Miliar

atau meningkat 146,48% (qtq) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, dan 211,76%

(yoy). Peningkatan modal kerja tersebut juga diikuti dengan peningkatan jumlah frekuensi

kegiatan, yaitu sebanyak 31 kali atau meningkat 210% (qtq) dan 520% (yoy). Tingkat

penyerapan modal kerja Layanan Kas Keliling sepanjang triwulan II 2015 berada di level

80,14%.

Page 81: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

73

0

20

40

60

80

100

0

2.000

4.000

6.000

8.000

10.000

12.000

14.000

16.000

I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015

%Rp Juta

Sumber : KPw BI Prov. Sulut

Modal Kerja % Penyerapan

1

5

3

12

5

9

3

10

31

0

5

10

15

20

25

30

35

I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015

Sumber : KPw BI Prov. Sulut

77%

3%

7%

7%

3%

3%

23%

Sumber : KPw BI Prov. Sulut

Kota Manado Kepuluan Nusa Utara (Sitaro, Talaud, Sangihe)

Bolaang Mongondow Raya Provinsi Gorontalo

Kab. Minahasa Kota Tomohon

Grafik 5.8 Jumlah Modal Kerja

dan Tingkat Penyerapan Layanan Kas Keliling

Grafik 5.9 Jumlah Frekuensi Kegiatan Layanan Kas

Keliling

Berdasarkan wilayah penyelenggaraannya, sepanjang triwulan II 2015 sebanyak 24 kegiatan

Layanan Kas Keliling (77%) diselenggarakan di dalam Kota Manado dan 7 kegiatan (23%)

diselenggarakan di luar Kota Manado. Penyelenggaraan Layanan Kas Kelliling di Luar Kota

Manado meliputi daerah Kabupaten Minahasa sebanyak 1 kegiatan, Kepulauan Nusa Utara

(Kabupaten Kepuluan Talaud, Sangihe, dan Sitaro) sebanyak 1 kegiatan, Bolaang Mongondow

Raya (Kabupaten Bolaang Mongondow, Bolaang Mongondow Timur, Bolaang Mongondow

Selatan, dan Bolaang Mongondow Utara) sebanyak 2 kegiatan, Kota Tomohon sebanyak 1

kegiatan, dan Provinsi Gorontalo sebanyak 2 kegiatan.

Grafik 5.10 Layanan Kas Keliling Berdasarkan Wilayah Penyelenggaraan Periode Triwulan II-2015

Page 82: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

74

I II III IV I II III IV I II

Rp 100.000,- 29 30 24 51 140 118 203 187 67 56

Rp 50.000,- 37 34 10 15 9 6 12 24 12 11

Rp 20.000,- 3 0 0 0 0 0 4 2 0 0

Rp 10.000,- 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0

Rp 5.000,- 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0

Rp 1.000,- 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Total 69 64 34 67 149 124 219 214 79 67

Pecahan2013 2014 2015

5.1.5. Perkembangan Temuan Uang Palsu

Bank Indonesia sebagai satu-satunya lembaga yang berwenang mengeluarkan, mengedarkan,

dan menarik uang untuk menjaga ketersediaan Uang Layak Edar di masyarakat juga berperan

aktif dalam upaya pemberantasan uang palsu. Hal ini dilakukan dengan melakukan sosialisasi

keaslian Rupiah dengan tag line 3D (dilihat, diraba, dan diterawang). Melalui upaya sosialisasi

ini diharapkan masyarakat dapat mengenali Rupiah asli dan diharapkan dapat mengurangi

jumlah uang palsu yang beredar. Di sisi lain, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi

Utara juga terus meningkatkan kerjasama dengan pihak kepolisian, salah satunya melalui

penandatanganan Pokok-Pokok Kesepahaman Dalam Rangka Mendukung Pelaksanaan Tugas

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara dengan Kepolisian Daerah Sulawesi

Utara pada tanggal 23 Juni 2015. Salah satu cakupan materi kesepahaman tersebut adalah

mengenai koordinasi Tata Cara Pelaksanaan Penanganan Dugaan Pelanggaran Kewajiban

Penggunaan Uang Rupiah di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan Dugaan

Tindak Pidana terhadap Uang Rupiah.

Tabel 5.1 Jumlah Temuan Uang Palsu per Pecahan

di Wilayah Kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara

Sumber : KPw BI Prov. Sulut

Berdasarkan pecahannya, sepanjang triwulan II 2015 terdapat 67 temuan Uang Palsu yang

terdiri dari 56 lembar pecahan Rp 100 ribu dan 11 lembar pecahan Rp 50 ribu. Dengan

demikian, sepanjang semester I 2015, total temuan Uang Palsu telah mencapai 146 lembar

yang terdiri dari 123 lembar pecahan Rp 100 ribu dan 23 lembar pecahan Rp 50 ribu.

5.2. Perkembangan Sistem Pembayaran Non-Tunai

Perkembangan kebutuhan masyarakat mengenai transaksi pembayaran secara non-tunai

menuntut Bank Indonesia untuk melakukan berbagai upaya penyempurnaan. Upaya

penyempurnaan ini salah satunya diwujudkan melalui implementasi SKNBI Generasi II sejak 5

Juni 2015. Di sisi lain, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara juga terus

lembar

Page 83: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

75

No.Nama Wilayah

KliringJenis KPWD Koordinator

Jumlah Peserta

Kliring

1. Manado Bank Indonesia KPw BI Provinsi Sulawesi Utara 28

2. Bitung Non Bank Indonesia PT. Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk KC

Bitung

12

3. Sangihe Non Bank Indonesia PT. Bank Mandiri (Persero), Tbk KC Tahuna 5

4. Kotamobagu Non Bank Indonesia PT. Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk KC

Kotamobagu

8

5. Gorontalo Non Bank Indonesia PT. Bank Mandiri (Persero), Tbk KC Gorontalo 16

mendorong upaya peningkatan transaksi non-tunai di Sulawesi Utara melalui penandatanganan

Nota Kesepahaman dalam rangka mendukung Gerakan Nasional Non Tunai antara Kantor

Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara dengan Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara,

Pemerintah Kota Manado, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sulawesi Utara pada

tanggal 23 Juni 2015.

5.2.1. Perkembangan Kliring

5.2.1.1. Perkembangan Kliring di Provinsi Sulawesi Utara

Sejalan dengan penetapan kebijakan nilai nominal per transaksi di atas Rp 100 juta pada BI-

RTGS, transaksi kliring secara umum menunjukan perkembangan positif pada tahun 2015.

Implementasi Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) Generasi II pada tanggal 5 Juni

2015 secara umum dapat dilaksanakan dengan baik oleh seluruh peserta kliring di wilayah kerja

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara. Dalam pelaksanaan tugas terkait

kliring, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara menjalankan fungsi sebagai

Kantor Penyelenggara Pertukaran Warkat Debet (KPWD) wilayah Manado dan melaksanakan

supervisi dan monitoring terhadap 4 (empat) wilayah kliring lainnya sebagaimana ditampilkan

dalam tabel berikut.

Tabel 5.2 Daftar Wilayah Kliring KPw BI Provinsi Sulawesi Utara

Sumber : KPw BI Prov. Sulut

Sepanjang triwulan II 2015, nilai dan volume transaksi layanan kliring warkat debet tercatat

sebesar Rp 2.781,06 miliar dan 108,88 ribu lembar warkat. Dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya, nilai transaksi kliring mengalami penurunan sebesar 11,28% (qtq). Sebaliknya,

volume transaksi terpantau meningkat sebesar 1,40% (qtq). Dibandingkan dengan periode

yang sama pada tahun sebelumnya, ativitas kliring terpantau mengalami pertumbuhan baik dari

sisi nilai maupun volume, yaitu sebesar 7,25% (yoy) dan 16,20% (yoy). Tingkat nilai dan volume

tolakan sepanjang periode tersebut adalah 2,81% dan 2,57%.

Page 84: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

76

0

20

40

60

80

100

120

140

0

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

3.500

I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015

Ribu LembarRp Miliar

Sumber : KPw BI Prov. Sulut

Nilai Volume (Sisi Kanan)

0

1

2

3

4

I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015

%

Sumber : KPw BI Prov. Sulut

Persentase Volume Tolakan Persentase Nilai Tolakan

0

5.000

10.000

15.000

20.000

25.000

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

500

I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015

TransaksiRp Miliar

Sumber : www.bi.go.id

Nominal Volume (Sisi Kanan)

Grafik 5.11 Perkembangan Transaksi

Layanan Kliring Warkat Debet

Grafik 5.12 Perkembangan Tingkat Tolakan

Layanan Kliring Warkat Debet

Pada periode yang sama, aktivitas transaksi layanan kliring transfer dana (sebelumnya dikenal

dengan istilah layanan kliring kredit) tercatat sebesar Rp 287,70 miliar yang terdiri dari 12.001

transaksi. Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, aktivitas kliring transfer dana terpantau

mengalami penurunan baik dari sisi nilai (22,03%, qtq) maupun volume (23,66%, qtq).

Dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, aktivitas layanan kliring transfer

dana juga terpantau mengalami penurunan baik dari sisi nilai maupun volume, yaitu sebesar

3,74% (yoy) dan 2,55% (yoy).

Grafik 5.13 Perkembangan Transaksi Layanan Kliring Transfer Dana

Page 85: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

77

0

20.000

40.000

60.000

80.000

100.000

120.000

0

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015

LembarRp Miliar

Sumber : KPw BI Prov. Sulut

Volume (Sisi Kanan) Nilai

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

0

5.000

10.000

15.000

20.000

25.000

I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015

TransaksiRp Miliar

Sumber : www.bi.go.id

Volume (Sisi Kanan) Nominal

5.2.1.2. Perkembangan Kliring di Wilayah Kliring Manado

Sepanjang triwulan II 2015, nilai dan volume transaksi layanan kliring warkat debet di wilayah

kliring Manado tercatat sebesar Rp 2.150,43 miliar yang terdiri dari 85.078 lembar warkat.

Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, nilai transaksi kliring mengalami penurunan

sebesar 11,44% (qtq). Sebaliknya, volume transaksi terpantau meningkat sebesar 2,47% (qtq).

Dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya, ativitas kliring terpantau

mengalami pertumbuhan baik dari sisi nilai maupun volume, yaitu sebesar 12,85% (yoy) dan

22,91% (yoy).

Grafik 5.14 Perkembangan Transaksi

Layanan Kliring Warkat Debet di Wilayah Kliring Manado

Grafik 5.15 Perkembangan Transaksi

Layanan Kliring Transfer Dana di Wilayah Kliring Manado

Pada periode yang sama, aktivitas transaksi layanan kliring transfer dana tercatat sebesar Rp

275,55 miliar yang terdiri dari 11.404 transaksi. Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

aktivitas kliring transfer dana terpantau mengalami penurunan baik dari sisi nilai (19,99%, qtq)

maupun volume (22,55%, qtq). Dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya,

aktivitas layanan kliring transfer dana juga terpantau mengalami penurunan baik dari sisi nilai

maupun volume, yaitu sebesar 3,38% (yoy) dan 3,57% (yoy).

5.2.1.3. Perkembangan Kliring di Wilayah Kliring Gorontalo

Sepanjang triwulan II 2015, nilai dan volume transaksi layanan kliring warkat debet di wilayah

kliring Gorontalo tercatat sebesar Rp 436,52 miliar yang terdiri dari 17.169 lembar warkat.

Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, nilai transaksi kliring mengalami penurunan

sebesar 6,36% (qtq). Sebaliknya, volume transaksi terpantau meningkat tipis sebesar 0,10%

(qtq). Dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya, ativitas kliring

Page 86: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

78

0

5.000

10.000

15.000

20.000

25.000

0

100

200

300

400

500

600

I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015

LembarRp Miliar

Sumber : KPw BI Prov. Sulut

Volume (Sisi Kanan) Nilai

0

5

10

15

20

25

30

35

0

200

400

600

800

1.000

1.200

1.400

1.600

I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015

TransaksiRp Miliar

Sumber : www.bi.go.id

Volume (Sisi Kanan) Nominal

terpantau mengalami penurunan baik dari sisi nilai maupun volume, yaitu sebesar 6,04% (yoy)

dan 0,88% (yoy).

Grafik 5.16 Perkembangan Transaksi

Layanan Kliring Warkat Debet di Wilayah Kliring Gorontalo

Grafik 5.17 Perkembangan Transaksi

Layanan Kliring Transfer Dana di Wilayah Kliring Gorontalo

Sementara itu, aktivitas transaksi layanan kliring transfer dana tercatat sebesar Rp 25,29 miliar

yang terdiri dari 787 transaksi. Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, aktivitas kliring

transfer dana terpantau mengalami pertumbuhan baik dari sisi nilai (27,02%, qtq) maupun

volume (63,96%, qtq). Dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, aktivitas

layanan kliring transfer dana juga terpantau mengalami pertumbuhan baik dari sisi nilai

maupun volume, yaitu sebesar 18,28% (yoy) dan 266,05% (yoy).

5.2.1.4. Perkembangan Kliring di Wilayah Kliring Bitung

Sepanjang triwulan II 2015, nilai dan volume transaksi layanan kliring warkat debet di wilayah

kliring Bitung tercatat sebesar Rp 113,51 miliar yang terdiri dari 4.089 lembar warkat.

Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, nilai transaksi kliring mengalami penurunan

sebesar 31,54% (qtq) dan volume transaksi mengalami penurunan sebesar 16,65% (qtq).

Dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya, ativitas kliring juga

terpantau mengalami penurunan baik dari sisi nilai maupun volume, yaitu sebesar 5,83% (yoy)

dan 9,01% (yoy).

Sementara itu, aktivitas transaksi layanan kliring transfer dana tercatat sebesar Rp 3,20 miliar

yang terdiri dari 44 transaksi. Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, aktivitas kliring

transfer dana terpantau mengalami penurunan baik dari sisi nilai (37,19%, qtq) maupun

volume (52,17%, qtq). Dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, aktivitas

layanan kliring transfer dana juga terpantau mengalami penurunan baik dari sisi nilai maupun

volume, yaitu sebesar 37,55% (yoy) dan 39,73% (yoy).

Page 87: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

79

-

1.000

2.000

3.000

4.000

5.000

6.000

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015

LembarRp Miliar

Sumber : KPw BI Prov. Sulut

Volume (Sisi Kanan) Nilai

0

1

2

3

4

5

6

0

20

40

60

80

100

120

140

160

I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015

TransaksiRp Miliar

Sumber : www.bi.go.id

Volume (Sisi Kanan) Nominal

0

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015

LembarRp Miliar

Sumber : KPw BI Prov. Sulut

Volume (Sisi Kanan) Nilai

0

5

10

15

20

25

0

100

200

300

400

500

600

700

800

900

1.000

I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015

TransaksiRp Miliar

Sumber : www.bi.go.id

Volume (Sisi Kanan) Nominal

Grafik 5.18 Perkembangan Transaksi

Layanan Kliring Warkat Debet di Wilayah Kliring Bitung

Grafik 5.19 Perkembangan Transaksi

Layanan Kliring Transfer Dana di Wilayah Kliring Bitung

5.2.1.5. Perkembangan Kliring di Wilayah Kliring Kotamobagu

Sepanjang triwulan II 2015, nilai dan volume transaksi layanan kliring warkat debet di wilayah

kliring Kotamobagu tercatat sebesar Rp 71,23 miliar yang terdiri dari 2.364 lembar warkat.

Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, nilai transaksi kliring mengalami pertumbuhan

sebesar 23,68% (qtq) dan volume transaksi terpantau tumbuh sebesar 14,87% (qtq).

Sebaliknya, dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya, ativitas kliring

terpantau mengalami penurunan baik dari sisi nilai maupun volume, yaitu sebesar 10,62% (yoy)

dan 2,60% (yoy).

Grafik 5.20 Perkembangan Transaksi

Layanan Kliring Warkat Debet di Wilayah Kliring Kotamobagu

Grafik 5.21 Perkembangan Transaksi

Layanan Kliring Transfer Dana di Wilayah Kliring Kotamobagu

Page 88: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

80

0

50

100

150

200

250

300

0

5

10

15

20

25

I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015

LembarRp Miliar

Sumber : KPw BI Prov. Sulut

Volume (Sisi Kanan) Nilai

Sementara itu, aktivitas transaksi layanan kliring transfer dana tercatat sebesar Rp 8,95 miliar

yang terdiri dari 553 transaksi. Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, aktivitas kliring

transfer dana terpantau mengalami penurunan baik dari sisi nilai (54,07%, qtq) maupun

volume (38,76%, qtq). Sebaliknya, dibandingkan dengan periode yang sama tahun

sebelumnya, aktivitas layanan kliring transfer dana juga terpantau mengalami pertumbuhan

baik dari sisi nilai maupun volume, yaitu sebesar 4,54% (yoy) dan 32,93% (yoy).

5.2.1.6. Perkembangan Kliring di Wilayah Kliring Sangihe

Sepanjang triwulan II 2015, nilai dan volume transaksi layanan kliring warkat debet di wilayah

kliring Sangihe tercatat sebesar Rp 9,37 miliar yang terdiri dari 187 lembar warkat.

Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, nilai transaksi kliring mengalami penurunan

sebesar 43,43% (qtq) dan volume transaksi terpantau tumbuh sebesar 23,05% (qtq).

Sebaliknya, dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya, ativitas kliring

juga terpantau mengalami penurunan baik dari sisi nilai maupun volume, yaitu sebesar 58,81%

(yoy) dan 23,36% (yoy).

Grafik 5.22 Perkembangan Transaksi

Layanan Kliring Warkat Debet di Wilayah Kliring Sangihe

5.2.2. Perkembangan BI-RTGS

Secara umum, volume transaksi BI-RTGS pada tahun 2015 terpantau menurun dibandingkan

dengan tahun 2014 dan 2013. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh kebijakan penetapan nilai

nominal per transaksi di atas Rp 100 juta pada BI-RTGS melalui Surat Edaran No.16/18/DPSP

tanggal 28 November 2014 yang berlaku sejak 15 Desember 2014. Sejalan dengan tujuan

penetapan kebijakan tersebut, yaitu dalam rangka meningkatkan efisiensi sitem pembayaran

serta mendorong penggunaan SKNBI untuk transaksi yang bersifat retail value, pada periode

yang sama transaksi kliring menunjukan perkembangan yang positif.

Page 89: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

81

0

1.000

2.000

3.000

4.000

5.000

6.000

7.000

8.000

0

1

2

3

4

I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015

TransaksiRp Triliun

Sumber : www.bi.go.id

Volume (Sisi Kanan) Nilai

0

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

3.500

4.000

0

1

2

I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015

TransaksiRp Triliun

Sumber : www.bi.go.id

Volume (Sisi Kanan) Nilai

0

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

3.500

4.000

0

1

2

I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015

TransaksiRp Triliun

Sumber : www.bi.go.id

Volume (Sisi Kanan) Nilai

0

50

100

150

200

250

300

350

400

0

1

I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015

TransaksiRp Triliun

Sumber : www.bi.go.id

Volume (Sisi Kanan) Nilai

Grafik 5.23 Perkembangan Total Transaksi BI-RTGS Grafik 5.24 Perkembangan Transaksi

Outgoing Transfer BI-RTGS

Sepanjang triwulan II 2015 total transaksi BI-RTGS (incoming transfer, outgoing transfer, dan

internal transfer) sebesar Rp 2,85 triliun yang terdiri atas 2.981 transaksi. Dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya, nilai transaksi tercatat mengalami penurunan sebesar 2,85% (qtq),

sedangkan volume transaksi terpantau tumbuh sebesar 3,99% (qtq). Dibandingkan dengan

periode yang sama pada tahun sebelumnya, baik nilai maupun volume transaksi mengalami

penurunan, secara berturut-turut sebesar 13,31% (yoy) dan 55,90% (yoy).

Dilihat berdasarkan tujuannya, sepanjang triwulan II 2015 total transaksi outgoing transfer

tercatat sebesar Rp 1,16 triliun dan terdiri dari 1.688 transaksi. Dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya, nilai dan volume transaksi terpantau mengalami penurunan sebesar 7,12% (qtq)

dan 4,95% (qtq). Sementara itu, dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun

sebelumnya, nilai dan volume transaksi juga terpantau mengalami penurunan, yaitu sebesar

11,52% (yoy) dan 54,17% (yoy).

Grafik 5.25 Perkembangan Transaksi

Incoming Transfer BI-RTGS

Grafik 5.26 Perkembangan Transaksi

Internal Transfer BI-RTGS

Page 90: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

82

Transaksi BI-RTGS dari daerah di luar Sulawesi Utara ke daerah Sulawesi Utara (incoming

transfer) sepanjang triwulan II-2015 tercatat sebesar Rp 1,41 triliun dan terdiri dari 1.154

transaksi. Berbeda dengan outgoing transfer, aktivitas incoming transfer mengalami

peningkatan baik dari sisi nilai (0,69%, qtq) maupun volume (20,59%, qtq) dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya. Namun demikian, dibandingkan dengan periode yang sama

tahun sebelumnya, aktivitas incoming transfer menunjukan penurunan baik dari sisi nilai

(15,67%, yoy) maupun volume (58,79%, yoy).

Sepanjang triwulan II 2015, nilai dan volume transaksi internal transfer (dari dan ke daerah

Sulawesi Utara) tercatat sebesar Rp 0,29 triliun dan 139 transaksi. Dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya, nilai transaksi mengalami penurunan sebesar 22,88% (qtq), sedangkan

volume transaksi tercatat meningkat sebesar 3,73% (qtq). Dibandingkan dengan periode yang

sama pada tahun sebelumnya, nilai dan volume transaksi terpantau mengalami penurunan,

yaitu sebesar 8,17% (yoy) dan 49,82% (yoy).

5.3. Perkembangan Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing Bukan Bank (KUPVA BB)

Penyelenggaraan kegiatan usaha penukaran valuta asing berfungsi sebagai penunjang sektor

keuangan dan memiliki peran strategis dalam mendukung pencapaian stabilitas nilai Rupiah.

Dalam rangka menciptakan tata kelola yang baik dan mencegah dimanfaatkannya kegiatan

usaha penukaran valuta asing sebagai sarana pencucian uang dan pendanaan terorisme, serta

memberikan kepastian dan perlindungan bagi masyarakat, Bank Indonesia memiliki

kewenangan dalam melakukan supervisi terhadap Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing

Bukan Bank (KUPVA BB).

Sampai dengan triwulan II 2015, terdapat tiga Penyelenggara KUPVA BB berizin yang berkantor

pusat di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara, dengan data

sebagaimana ditampilkan dalam tabel berikut.

Tabel 5.3 Daftar Penyelenggara KUPVA BB yang Berkantor Pusat di Wilayah Kerja KPw BI Provinsi Sulawesi Utara

Sumber : KPw BI Prov. Sulut

No. Nama KUPVA BB Nomor Izin Usaha Alamat

1. PT Manado Inter Mc 5/1/KEP.PBI.MO/2003 tanggal 6

Juni 2003

Jl. Wolter Monginsidi No. 62,

Manado

2. PT Napele Indah 6/1/KEP.PBI/2004 tanggal 9

Februari 2004

Jl. Bailang II No.133 Bailang -

Molas, Manado

3. PT Sentralindo Valutama 9/1/KEP.GBI/KBI.MO/2007 tanggal

16 Januari 2007

Jl. Sisingamangaraja No. 12,

Manado

Page 91: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

83

0

200

400

600

800

1.000

1.200

1.400

1.600

0

200

400

600

800

1.000

1.200

1.400

1.600

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

2014 2015

Sumber : Laporan Kegiatan Usaha KUPVA BB

Rp Juta Pembelian UKA Penjualan UKA (RHS)

Secara umum aktivitas penyelenggara KUPVA BB yang berkantor pusat di wilayah kerja Kantor

Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara terpantau meningkat sepanjang triwulan II

2015. Hal tersebut tercermin dari peningkatan aktivitas pembelian dan penjualan Uang Kertas

Asing (UKA). Total pembelian UKA sepanjang periode tersebut adalah sebesar Rp 3,30 miliar,

meningkat sebesar 34,91% (qtq) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, dan 16,95% (yoy)

dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Di sisi lain, total pembelian UKA

tercatat sebesar Rp 3,38 miliar, atau meningkat sebesar 35,25% (qtq) dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya, dan 16,78% (yoy) dibandingkan dengan periode yang sama tahun

sebelumnya.

Grafik 5.27 Perkembangan Kegiatan Jual Beli Uang Kertas Asing

Dalam rangka menjaga tata kelola yang baik dan mencegah dimanfaatkannya kegiatan usaha

penukaran valuta asing sebagai sarana pencucian uang dan pendanaan terorisme, Kantor

Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara juga terus melakukan berbagai upaya salah

satunya melalui penandatanganan Pokok-Pokok Kesepahaman Dalam Rangka Mendukung

Pelaksanaan Tugas Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara dengan Kepolisian

Daerah Sulawesi Utara pada tanggal 23 Juni 2015. Salah satu cakupan materi kesepahaman

tersebut adalah mengenai koordinasi Tata Cara Pelaksanaan Penanganan Dugaan Tindak

Pidana di Bidang Sistem Pembayaran dan Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing (KUPVA).

Page 92: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

Box II

Akselerasi Transaksi Non Tunai di Sulawesi Utara

Sarana pembayaran tunai masih menjadi top of

mind dan perilaku bagi masyarakat Indonesia

dalam bertransaksi. Hal tersebut terbukti dari hasil

survei Bank Indonesia (2013) yang

menggambarkan bahwa lebih dari 95% transaksi

pembayaran yang digunakan di merchants masih

menggunakan sarana pembayaran tunai. Survei

McKinsey (2013) mengatakan bahwa sebanyak

99,40% transaksi pembayaran di Indonesia masih

menggunakan Uang kartal, tertinggi

dibandingkan dengan beberapa negara di ASEAN

lainnya seperti Thailand (97,20%), Malaysia

(92,30%), dan Singapura (55,50%). Padahal, bertransaksi dengan menggunakan Uang kartal memiliki

beberapa kelemahan, diantaranya adalah biaya pengelolaan uang yang mahal, kurang aman, tidak

terekam dan tercatat, mendorong perilaku konsumtif, bahkan dapat menjadi sarana korupsi dan sarana

pencucian uang dan pendanaan terorisme.

Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) yang dicanangkan oleh Bank Indonesia bersama dengan Pemerintah

Pusat dan Daerah pada 14 Agustus 2014 mencoba menjawab tantangan tersebut. GNNT memiliki tujuan

untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap penggunaan instrumen non tunai serta mendorong

terciptanya sistem keuangan yang inklusif. Upaya akselerasi penggunaan instrumen non tunai bagi

masyarakat di tingkat daerah salah satunya dapat diwujudkan melalui implementasi elektronifikasi

transaksi keuangan Pemerintah Daerah. Dengan kapasitasnya sebagai perumus kebijakan bagi

masyarakat di daerah, tentunya upaya ini dapat mendorong kesadaran dan perilaku masyarakat dalam

melakukan transaksi secara non tunai.

Sebagai langkah awal dalam rangka akselerasi transaksi non tunai di Sulawesi Utara, Kantor Perwakilan

Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara melaksanakan penandatanganan Nota Kesepahaman mengenai

Program Elektronifikasi dan Keuangan Inklusif dengan Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara, Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah Sulawesi Utara, dan Pemerintah Kota Manado pada 23 Juni 2015. Hal ini

sejalan dengan kebijakan Pemerintah melalui Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia

No.32/PMK.05/2014 tentang Sistem Penerimaan Negara Secara Elektronik. Kebijakan tersebut ditempuh

dalam rangka meningkatkan kualitas penatausahaan dan pertanggungjawaban penerimaan negara,

dengan menerapkan Sistem Penerimaan Negara secara elektronik yang memanfaatkan teknologi

informasi. Penyempurnaan ini dilakukan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam hal

pembayaran dan penerimaan negara, serta mewujudkan tata kelola yang baik (good governance).

Selanjutnya, upaya tersebut perlu didukung oleh perumusan strategi yang tepat untuk mengubah sistem

transaksi tunai menjadi non tunai. Beberapa hal yang dapat dilakukan adalah : (1) meningkatkan adopsi

terhadap kebiasaan non tunai dengan dukungan teknologi dan inovasi; (2) regulasi yang mengakomodasi

inovasi dan pembayaran elektronik; dan (3) membangun ekosistem dan infrastruktur yang handal,

terpercaya, dan interoperable.

Komposisi Pembayaran Yang Digunakan di Merchants

95,50%

2,50%

1,60%

0,30%

0,10%

4,50%

Sumber : Bank Indonesia, Survey of Payment Behavioral Pattern in Indonesia (2013)

Tunai Kartu Debit Kartu Kredit Uang Elektronik Voucher

95,50%

2,50%

1,60%

0,30%

0,10%

4,50%

Sumber : Bank Indonesia, Survey of Payment Behavioral Pattern in Indonesia (2013)

Tunai Kartu Debit Kartu Kredit Uang Elektronik Voucher

Page 93: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 94: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

PERKEMBANGAN

KETENAGAKERJAAN

DAERAH DAN

KESEJAHTERAAN

MASYARAKAT

BAB VI

Page 95: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 96: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

91

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH

DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

Kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Utara tercatat mengalami perlambatan seiring dengan

perlambatan pertumbuhan perekonomian Sulawesi Utara. Hal ini tercermin dari jumlah tenaga

kerja regional yang tumbuh moderat yang diikuti dengan peningkatan tingkat pengangguran.

Jumlah tenaga kerja Sulawesi Utara tercatat hanya tumbuh 0,23% (yoy) diikuti oleh Tingkat

Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) yang terkoreksi ke angka 0,15%. Disisi lain, baik secara

tahunan maupun dibanding periode sebelumnya, tingkat pengangguran menunjukkan

peningkatan. Kondisi makroekonomi dan kondisi bisnis yang cenderung melemah membuat

pelaku bisnis cenderung pesimis dalam memandang kondisi perusahaannya dari beberapa

aspek seperti penjualan domestik, penjualan LN, investasi, termasuk tenaga kerja.

Sementara penurunan kesejahteraan masyarakat Sulawesi Utara terindikasi dari berbagai

indikator tingkat kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan di sektor pertanian yang merupakan

sektor utama pendorong perekonomian Sulawsi Utara menunjukkan pelemahan yang tercermin

dari NTP dan NTUP. Kendati demikian, optimisme peningkatan kesejahteraan masyarakat secara

umum masih terjaga diatas titik optimis, namun persepsi atas nilai tukar yang terus melemah

dan ketidaksiapan atas pemberlakukan MEA pada akhir tahun membuat ekspektasi penghasilan

kedepan tercatat mengalami penurunan.

6.1. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH

Kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Utara tercatat mengalami perlambatan sejalan dengan

melambatnya pertumbuhan perekonomian Sulawesi Utara. Perlambatan tersebut tercermin dari

peningkatan jumlah tenaga kerja yang tidak signifikan diikuti dengan peningkatan tingkat

pengangguran. Data bulan Februari 2015 mencatat pertumbuhan angkatan kerja sebesar

1,78% (yoy) dengan peningkatan tipis Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) sebesar 0,15%

(yoy). Sejalan dengan kedua hal tersebut, jumlah tenaga kerja juga mengalami peningkatan

moderat yaitu sebesar 0,23% (yoy) menjadi sebanyak 1.078 ribu jiwa. Disisi lain, tingkat

pengangguran menunjukkan peningkatan baik secara tahunan tahunan yaitu sebesar 19,7%

maupun dibanding periode sebelumnya sebesar 15,29%.

Page 97: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

92

Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara

Tabel 6.1.

Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan di Sulawesi Utara

Angka indeks ketersediaan lapangan kerja yang diperoleh dari Survei Konsumen (SK) pada

triwulan laporan menunjukkan optimisme terhadap ketersediaan lapangan kerja meskipun

secara tahunan pertumbuhannya mengalami perlambatan sebesar 18,05%. Nilai rata-rata

indeks ketersediaan lapangan kerja pada triwulan II 2015 hanya tercatat sebesar 134,17

tumbuh di bawah nilai rata-rata triwulan I 2014 sebesar 190,83.

Kondisi makroekonomi dan kondisi bisnis yang cenderung melemah membuat pelaku bisnis

cenderung pesimis dalam memandang kondisi perusahaannya dari beberapa aspek seperti

penjualan domestik, penjualan LN, investasi, dan tenaga kerja. Berdasarkan liaison yang

dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara ke sejumlah

perusahaan di Sulawesi Utara, mayoritas perusahaan menyatakan telah melakukan

pengurangan jumlah tenaga kerja. Hal tersebut dapat dilihat dari likert scale jumlah tenaga

kerja pada triwulan laporan sebesar -0,29, menurun dibandingkan 0,13 pada triwulan

sebelumnya. Penurunan tersebut sejalan dengan kenaikan biaya tenaga kerja yang tercermin

dari likert scale biaya tenaga kerja.

Grafik 6.1.

Likert Scale Ketenagakerjaan

Grafik 6.2.

Perkembangan Indeks Ketersediaan Lapangan Kerj a

Sumber: Survei Konsumen Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi

Sulawesi Utara

Sumber: Survei Konsumen Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi

Sulawesi Utara

2015

Feb Ags Feb Ags Feb Ags Feb

Angkatan Kerja (ribu jiwa) 1.115 1.038 1.089 1.015 1.159 1.061 1.180 1,78%

Bekerja 1.022 957 1.011 947 1.075 981 1.078 0,23%

Pengangguran 93 81 78 68 84 80 103 21,85%

TPAK (%) 66,82 61,94 64,63 59,76 66,14 59,99 66 0,15%

TPT (%) 8,32 7,78 7,19 6,67 7,26 7,54 8,69 19,73%

Growth

(yoy)Jumlah Bekerja

201420132012

50,00

70,00

90,00

110,00

130,00

150,00

170,00

190,00

Jan

Mar

May Ju

l

Sep

No

v

Jan

Mar

May Ju

l

Sep

No

v

Jan

Mar

May Ju

l

Sep

No

v

Jan

Mar

Mei

Juli

2012 2013 2014 2015

Ketersediaan Lap. Kerja Ekspektasi Ketersediaan Lap. Kerja

Titik Optimis

Grafik 13. Likert Scale

Page 98: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

93

Disisi lain, kondisi pengangguran di Sulawesi Utara menunjukkan peningkatan di tengah

kondisi pengangguran nasional yang cenderung mengalami perbaikan. Data bulan Februari

2015 menunjukkan angka pengangguran mengalami peningkatan hingga 19,73% (yoy),

dimana Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) tercatat sebesar 8,69%. Menurunnya jumlah

serapan tenaga kerja di sektor industri (29,97% yoy) utamanya industri perikanan menjadi salah

satu faktor penyebab peningkatan angka pengangguran di Sulawesi Utara. Peningkatan biaya

operasional utamanya bongkar muat yang dipengaruhi faktro kebijakan pada sektor industri

perikanan menjadi penyebab menurunnya penyerapan serapan tenaga kerja pada sektor

tersebut.

Penyerapan tenaga kerja di Sulawesi Utara masih didominasi oleh sektor pertanian sebesar

32%. Hal ini sejalan dengan struktur perekonomian utama Sulut yang memang didominasi oleh

sektor pertanian. Jika dikaitkan dengan peningkatan laju pertumbuhan penduduk Sulawesi

Utara yang terus bergerak naik yang berdampak pada peningkatan kebutuhan pangan,

dominasi sektor pertanian baik dalam penyediaan lapangan kerja maupun sektor utama

pendorong perekonomian Sulut merupakan suatu potensi dalam mendukung pemenuhan

kebutuhan pangan utama daerah.

Di sisi lain, penyerapan tenaga kerja pada sektor perdagangan (termasuk hotel dan restoran)

masih cukup baik kendati mengalami perlambatan. Sementara sektor jasa (termasuk jasa

pemerintahan) masih merupakan sektor terbesar ketiga dengan pangsa 17% dan 25% tenaga

kerja lainnya terbagi ke sektor pertambangan, listrik, angkutan, konstruksi, keuangan dan

sektor lainnya.

Tabel 6.2.

Jumlah Penduduk yang Bekerja di Sulawesi Utara Menurut Lapangan Usaha (ribu jiwa)

Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara

2015

Feb Ags Feb Ags Feb Ags Feb

Pertanian 347 322 328 333 343 321 372 8,50%

Industri 74 59 68 52 73 71 51 -29,97%

Perdagangan 213 193 209 191 224 196 249 11,04%

Jasa 169 186 202 185 209 180 190 -9,05%

Lainnya 219 217 229 205 226 212 283 25,06%

Jumlah 1.062 977 1.036 965 1.075 981 1.145 6,49%

Sektor Pekerjaan (ribu jiwa)Growth

(yoy)

2012 2013 2014

Page 99: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

94

Grafik 6.3.

Share Penduduk Yang Bekerja di Sulut Menurut Lapangan Usaha

Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara

Berdasarkan status pekerjaannya, dari seluruh penduduk yang bekerja di Sulawesi Utara,

sebanyak 34% berprofesi sebagai buruh/karyawan dan 29% penduduk berwiraswasta

sementara 11% merupakan pekerja bebas. Pada Februari 2015 pekerja informal di Sulawesi

Utara masih lebih banyak dibanding pekerja formal, dengan komposisi 61,6% berbanding

38,4%. Porsi jumlah pekerja informal yang mendominasi perlu menjadi perhatian bersama,

mengingat pekerja sektor informal lebih rentan untuk terkonversi menjadi kelompok

pengangguran mengingat kerentanannya terhadap shocks apabila terjadi gejolak ekonomi.

Tabel 6.3.

Penduduk Yang Bekerja di Sulawesi Utara Menurut Status Pekerjaan

Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara

Belum banyaknya peluang lapangan kerja di sektor formal menjadi salah satu penyebab

meningkatnya pangsa pengangguran terdidik. Tingkat pengangguran tenaga kerja

berpendidikan universitas mengalami kenaikan dari 7,61% Februari 2013 menjadi 9,64% pada

Februari 2014. Meningkatnya pengangguran terdidik ini mengindikasikan fenomena

pemborosan intelektual dimana peningkatan lulusan terdidik universitas tidak dapat diimbangi

dengan peningkatan peluang lapangan kerja formal. Hal tersebut mengakibatkan perekrutan

tenaga kerja terdidik untuk pekerjaan yang sebenarnya tidak membutuhkan spesifikasi

pendidikan tinggi yang seharusnya diperuntukkan untuk angkatan kerja yang tidak mengenyam

Pertanian32%

Industri4%

Perdagangan 22%

Jasa17%

Lainnya25%

2015

Feb Ags Feb Ags Feb Ags Feb

Berusaha Sendiri 280 261 279 270 280 272 312 11,34% 28,94%

Berusaha Dibantu Buruh Tidak

Tetap - Buruh Tidak Dibayar127 92 115 70 117 83 106 -9,10% 9,86%

Berusaha Dibantu Buruh Tetap-

Buruh Dibayar39 39 52 35 43 34 48 10,49% 4,42%

Buruh/Karyawan 349 380 370 383 382 380 369 -3,44% 34,22%

Pekerja Bebas Pertanian 48 52 43 74 43 85 98,12% 7,93%

Pekerja Bebas Non Pertanian 57 54 59 46 88 39 -55,62% 3,62%

Pekerja Bebas 105 106 103 121 131 132 124 -4,99% 11,55%

Pekerja Tak Dibayar 121 99 117 87 122 79 119 -2,86% 11,02%

Jumlah 1.127 977 1.036 965 1.075 981 1.078 0,23% 100,00%

2012 2013 2014 Growth

(yoy)ShareStatus Pekerjaan (ribu jiwa)

Page 100: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

95

Sumber: Survei Konsumen Kantor

Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut

pendidikan tinggi. Dengan demikian fenomena ini akan menyebabkan peluang angkatan kerja

yang tidak mengenyam pendidikan tinggi untuk mendapatkan pekerjaan menjadi lebih kecil

dan menjadi salah satu faktor meningkatnya tingkat pengangguran. Sementara itu, tingkat

pengangguran tertinggi masih didominasi oleh tenaga kerja berpendidikan Sekolah Menengah

Kejuruan (SMK), Diploma I/II/III, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) dengan persentase masing-

masing sebesar 17,23%, 12,28% dan 12,63%.

Tabel 6.4.

Tingkat Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan Tertinggi

Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara

6.2 PERKEMBANGAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

Kesejahteraan masyarakat di Sulawesi Utara pada triwulan laporan yang tercermin dari berbagai

indikator tingkat kesejahteraan masyarakat tercatat mengalami penurunan. Sebagai salah satu

sektor penyerap tenaga kerja terbesar, kesejahteraan di sektor pertanian tercatat mengalami

kontraksi yang terus berlanjut sejak triwulan IV 2014 jika dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya. Hal tersebut terlihat dari rata-rata Nilai Tukar Petani (NTP) dan Nilai Tukar Usaha

Pertanian (NTUP) yang mengalami penurunan pada triwulan laporan. Meski mengalami

perlambatan, Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) sebagai salah satu indikator lain yang

digunakan untuk mengukur kesejahteraan petani yang hanya memperhitungkan komponen

pengeluaran di usaha petanian tercatat masih surplus dan cukup menguntungkan (indeks NTUP

di atas 100). Dengan dikeluarkannya konsumsi rumah tangga dari komponen indeks harga

yang dibayar petani (IB), NTUP dapat lebih mencerminkan kemampuan produksi petani, karena

yang dibandingkan hanya produksi dengan biaya produksinya. Indeks NTUP pada triwulan

laporan tercatat sebesar 104,64.

2015

Februari Agustus Februari Agustus Februari

SD ke bawah 4,75 3,34 4,75 3,54 4,52

Sekolah Menengah Pertama 4,8 6,24 6,54 5,55 5,71

Sekolah Menengah Atas 13,57 9,21 10,72 10,65 12,28

Sekolah Menengah Kejuruan 10,12 15,34 9,19 14,07 17,23

Diploma I/II/III 2,92 5,22 10,56 6,29 12,63

Universitas 8,54 5,87 7,61 11,35 9,64

2013 2014Tingkat Pendidikan

(Persen)

Page 101: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

96

Tabel 6.5.

Komponen Indeks Dibayar Petani (IB)

Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah menggunakan tahun dasar 2012

Menggunakan tahun dasar yang baru (2012), rata-rata Nilai Tukar Petani (NTP) Sulawesi Utara

selama triwulan II 2015 tercatat sebesar 97,52 menurun dibandingkan triwulan sebelumnya

yang sebesar 98,01. Jika dilihat secara tahunan, pada triwulan laporan NTP juga tercatat

mengalami pelemahan (-2,33%yoy) jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (-1,02%)

Pelemahan NTP utamanya didorong oleh kenaikan biaya hidup petani yang peningkatannya

tidak sebesar dengan peningkatan pendapatan pertanian. Indeks yang Diterima Petani (IT) yang

mencerminkan pendapatan usaha petani tercatat hanya tumbuh sebesar 2,85% (yoy)

dibandingkan dengan Indeks yang Dibayar Petani (IB) yang merupakan indikator pengeluaran

usaha petani mengalami peningkatan mencapai 5,31%.

Kenaikan IB didorong oleh naiknya pengeluaran baik dari sisi konsumsi rumah tangga maupun

input produksi yang masing-masing mengalami kenaikan sebesar 6,02% (yoy) dan 3,12% (yoy).

Pengeluaran dari konsumsi rumah tangga utamanya didorong oleh pengeluaran bahan

makanan yang sejalan dengan gejolak inflasi Kota Manado pada akhir triwulan laporan.

Dilihat dari subsektornya, petani pada subsektor tanaman hortikultura dan perikanan

merupakan yang paling sejahtera, hal ini terlihat dari angka NTP yang lebih besar dibandingkan

dengan subsektor lainnya. Sementara indeks NTP subsektor peternakan terus tumbuh tipis di

atas threshold minimum sejahtera, dengan angka 100,71 pada akhir triwulan laporan.

Dengan menggunakan ukuran yang sama, petani di subsektor tanaman pangan dan

perkebunan masih berada di bawah batas sejahtera. NTP pada subsektor tanaman pangan terus

terperosok kebawah yang terlihat dari berlanjutnya pertumbuhan negatif pada triwulan

sebelumnya (-1,02% yoy) hingga triwulan ini (-3,68%). Fenomena El Nino yang terjadi

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

Indeks Diterima Petani 102,19 103,52 105,90 106,27 109,12 111,16 111,83 113,67 114,82 114,34 2,85% -0,42%

Indeks Dibayar Petani 102,73 103,50 107,30 108,43 110,20 111,33 112,07 115,04 117,15 117,25 5,31% 0,09%

Konsumsi Rumah Tangga 103,09 104,28 108,67 109,97 112,06 113,42 114,27 117,59 120,16 120,25 6,02% 0,08%

Bahan Makanan 104,43 105,93 111,84 112,70 114,94 117,14 118,63 123,23 126,92 126,83 8,27% -0,07%

Makanan Jadi 103,64 103,98 105,09 106,16 107,46 108,49 108,80 110,70 112,31 112,64 3,83% 0,29%

Perumahan 101,66 102,11 104,17 107,01 110,30 111,20 111,78 113,59 115,87 116,16 4,46% 0,25%

Sandang 101,93 102,09 102,54 103,40 104,94 105,28 105,69 107,41 109,44 109,29 3,81% -0,14%

Kesehatan 101,86 102,11 103,79 104,71 104,42 105,39 105,68 106,77 109,49 110,02 4,39% 0,48%

Pendidikan, Rekreasi & Olah Raga 100,55 100,66 100,96 101,44 102,47 102,94 103,49 104,36 105,59 105,50 2,49% -0,09%

Transportasi dan Komunikasi 100,58 100,67 113,98 116,86 120,94 121,13 121,13 126,56 126,99 127,24 5,04% 0,19%

BPPBM 100,59 100,70 102,30 103,46 105,44 105,96 106,47 108,30 109,14 109,27 3,12% 0,11%

Bibit 99,88 100,07 100,13 102,39 106,70 106,80 107,04 108,31 109,05 108,83 1,90% -0,20%

Obat-obatan & Pupuk 100,35 100,55 101,10 101,91 103,79 104,30 104,85 105,92 106,52 106,40 2,01% -0,11%

Sewa Lahan, Pajak & Lainnya 100,53 100,74 100,97 102,09 104,60 104,81 105,23 105,88 107,01 107,17 2,25% 0,15%

Transportasi 100,75 100,94 107,38 110,44 116,39 116,98 117,13 126,73 125,23 125,42 7,21% 0,15%

Penambahan Barang Modal 101,07 101,05 101,45 102,37 104,31 104,89 105,24 106,01 106,44 106,55 1,58% 0,10%

Upah Buruh Tani 100,42 100,52 101,87 103,14 104,71 105,50 106,26 107,31 109,29 109,74 4,02% 0,41%

Nilai Tukar Petani (indeks) 99,47 100,02 98,69 98,00 99,02 99,85 99,78 98,83 98,01 97,52 -2,33% -0,51%

Nilai Tukar Usaha Pertanian (indeks) 103,49 104,91 105,04 104,97 105,20 104,65 -0,25% -0,53%

qtq

Rincian

Growth (%)

2013 yoy2014 2015

Page 102: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

97

beberapa bulan terakhir diindikasi menjadi salah satu penyebab merosotnya NTP pada

subsektor tanaman pangan. Ketersediaan air yang minim menjadi salah satu faktor

berkurangnya kualitas maupun kuantitas produksi sawah di wilayah lumbung sawah utama

Sulawesi Utara yakni Kab. Bolaang Mongondow dan sekitarnya. Disisi lain, kesejahteraan Petani

pada subsektor perkebunan perlu menjadi perhatian khusus mengingat komoditas unggulan

Sulawesi Utara umumnya berasal dari sektor perkebunan diantaranya kelapa, cengkeh dan pala.

Grafik 6.5.

Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP)

Grafik 6.6.

Nilai Tukar Petani Berdasarkan Subsektor

Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara, tahun dasar 2012

Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara

Melaui pendekatan dari hasil Survei Konsumen (SK) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi

Sulawesi Utara, tingkat kesejahteraan masyarakat secara umum yang tercermin dari

penghasilan masih berada diatas titik optimis meski mengalami kontraksi sebesar 16,1% dari

triwulan sebelumnya. Indeks penghasilan terkoreksi pada awal triwulan II 2015, seiring

perlambatan dunia usaha dan ketidakpastian kondisi bisnis yang sejalan dengan perlambatan

perekonomian Sulawesi Utara. Kondisi tersebut turut memengaruhi ekspektasi penghasilan ke

depan yang juga tercatat mengalami penurunan berdasarkan oleh persepsi atas nilai tukar yang

terus melemah dan ketidaksiapan atas pemberlakukan MEA pada akhir tahun.

80

85

90

95

100

105

110

115

120

125

96

97

98

99

100

101

102

103

104

Jan

Mar

Mei

Ju

l

Sep

No

v

Jan

Mar

Mei

Ju

l

Sep

No

v

Jan

Mar

Mei

Ju

l

Sep

No

v

Jan

Mar

Mei

2012 2013 2014 2015

Nilai Tukar Petani (indeks) batas minimum sejahtera

Indeks Dibayar Petani (sk. kanan) Indeks Diterima Petani (sk. kanan) 96,17 94,69102,78

88,10

100,71

105,74

0,00

20,00

40,00

60,00

80,00

100,00

120,00

NTP Pangan Holtikultura Perkebunan Peternakan Perikanan

Batas Minimum Sejahtera

Grafik 6.7.

Perkembangan Indeks Penghasilan Saat ini & Ekspektasi Penghasilan

Sumber: Survei Konsumen (SK) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara

Page 103: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

98

Data terakhir pada bulan September 2014 menunjukkan tingkat kemiskinan Provinsi Sulawesi

Utara secara umum masih berada di bawah angka nasional. Hasil Survei Sosial Ekonomi

Nasional (SUSENAS) menunjukkan jumlah penduduk miskin Sulut sampai dengan September

2014 mencapai 197,56 ribu jiwa (8,26% dari total penduduk). Jumlah tersebut berkurang dari

Maret 2014 yang berjumlah 208,23 ribu jiwa (8,75% dari total penduduk) atau turun 0,49

persen jika dibandingkan Maret 2014.

Grafik 6.8.

Persebaran Penduduk Miskin Provinsi Sulut

Grafik 6.9.

Perkembangan Tingkat Kemiskinan Nasional dan Prov. Sulut

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara

0

2

4

6

8

10

12

14

16

Juli 06Mar 07Mar 08Mar 09Mar 10Mar 11Mar 12Sep 12Mar 13Sep 13Mar 14Sep-14

(%)

Kota Desa

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

Juli 06 Mar

07

Mar

08

Mar

09

Mar

10

Mar

11

Mar

12

Sep

12

Mar

13

Sep

13

Mar

14

Sep-

14

Sulut Nasional

%

Page 104: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 105: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 106: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

PROSPEK PEREKONOMIAN

101

PROSPEK

PEREKONOMIAN BAB VII

Page 107: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

102

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 108: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

PROSPEK PEREKONOMIAN

103

PROSPEK PEREKONOMIAN

7.1. Prospek Ekonomi Makro

Perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan III 2015 diperkirakan tumbuh pada kisaran 6,26% -

6,66% (yoy), atau mengalami akselerasi dibandingkan pertumbuhan ekonomi di triwulan II

2015 . Sumber pertumbuhan diperkirakan masih berasal dari sektor utama perekonomian Sulut

yaitu sektor pertanian, sektor perdagangan dan sektor konstruksi serta beberapa sektor lain

yang memiliki potensi peningkatan pertumbuhan di triwulan mendatang seperti sektor

akomodasi, sektor transportasi serta sektor informasi dan komunikasi. Sesuai pola historis,

sektor pertanian diperkirakan akan mencapai puncak pertumbuhannya pada periode triwulan III

2015 seiring panen raya pada tanaman perkebunan rakyat seperti cengkih, pala dan kelapa.

Kondisi tersebut juga didukung prebaikan di sektor perikanan pasca relaksasi peraturan

transhipment kendati masih dibayangi risiko cuaca yang kurang kondusif. Sementara itu, sektor

perdagangan diperkirakan tumbuh lebih baik di triwulan mendatang dengan dorongan belanja

masyarakat menyambut hari raya Idul Fitri dan hari pengucapan. Di sisi lain, realisasi belanja

modal pemerintah diperkirakan mampu mendorong perkembangan sektor konstruksi ke arah

yang lebih tinggi. Sesuai siklusnya, belanja modal pemerintah diperkirakan mulai mengalami

peningkatan di paruh ke dua setiap tahunnya. Kondisi ini juga didukung oleh fakta bahwa

realisasi belanja modal pemerintah khususnya APBN yang disalurkan di Sulut (instansi vertikal)

cenderung masih rendah di kisaran 20% sampai dengan semester I 2015 sehingga optimalisasi

penyerapan anggaran tersebut akan terjadi di semester II 2015. Selanjutnya, beberapa sektor

lain seperti sektor akomodasi, sektor transportasi dan sektor informasi akan turut terdorong

seiring tingginya aktifitas perdagangan, maraknya penyelenggaraan MICE, persiapan pilkada

dan peningkatan mobilitas masyarakat menyambut hari raya keagamaan.

Di sisi lain, secara penggunaan, sumber pertumbuhan masih akan berasal dari kegiatan

konsumsi dan investasi. Hal tersebut sejalan dengan perkembangan pada sektor perdagangan

dan sektor konstruksi. Sementara itu, kegiatan ekspor-impor diperkirakan akan mengalami

perbaikan kendati pada level terbatas.

Secara keseluruhan tahun 2015, perekonomian Sulawesi Utara diproyeksikan mampu tumbuh

lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya. Kondisi ini didukung akselerasi pertumbuhan

ekonomi pada paruh ke dua tahun laporan, seiring realisasi proyek strategis pemerintah.

Dengan memperhatikan perkembangan terkini, pertumbuhan ekonomi Sulut di tahun 2015

diperkirakan berada pada interval 6,27% - 6,67% (yoy).

Page 109: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

PROSPEK PEREKONOMIAN

104

Sektor Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

Sektor Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor diperkirakan masih

akan menjadi salah satu sumber pertumbuhan utama dengan tingkat pertumbuhan yang

terakselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya. Peningkatan instensitas perdagangan tersebut

didorong oleh peningkatan penghasilan masyarakat dengan masuknya musim panen beberapa

tanaman perkebunan rakyat (cengkih, pala dan kelapa), pembayaran gaji ke-13 PNS dan

pembagian tunjangan hari raya pada bulan Juli 2015. Selain itu, momen hari besar keagamaan

yaitu Idul Fitri dan hari pengucapan menjadi pemicu meningkatnya aktifitas konsumsi yang

didukung oleh peningkatan di sisi penghasilan.

Indikator peningkatan aktivitas ekonomi di sektor Perdagangan Besar dan Eceran tercermin dari

hasil Survei Penjualan Eceran (SPE) yang dilakukan oleh KPw BI Sulut yang menunjukkan adanya

peningkatan angka Indeks Penjualan Eceran yaitu sebesar 286,61 pada Juli 2015 atau lebih

tinggi dibandingkan posisi Juni 2015 yang tercatat sebesar 274,17.

Grafik 7.1.

Indeks Penjualan Eceran

Grafik 7.2.

Penjualan Kendaraan

Sumber : Survei Penjualan Eceran (SPE) KPw BI Sulut Sumber : Pelaku Usaha, diolah

Perkiraan akselerasi sektor perdagangan juga tercermin dari optimisme pelaku usaha di bidang

perdagangan besar terkait peningkatan penjualan kendaraan di triwulan mendatang.

Optimisme didorong oleh tren penjualan kendaraan yang cenderung meningkat pasca panen

raya komoditas perkebunan. Faktor lain yang mendukung adalah kegiatan pra pilkada yang

juga diperkirakan berpengaruh positif terhadap tingkat penjualan kendaraan. Namun demikian,

pertumbuhan dan volume penjualan kendaraan tersebut diperkirakan masih lebih rendah

dibanding tahun sebelumnya.

0

50

100

150

200

250

300

350

400

0

100

200

300

400

500

600

700

800

900

Jan

Ma

r

Me

i

Jul

Sep

No

p

Jan

Ma

r

Me

i

Jul

Sep

No

p

Jan

Ma

r

Me

i

Jul*

2013 2014 2015

Makanan & tembakau Pakaian & perlengkapannya Indeks Riil Penjualan (s.b. Kanan)

-50.00%

-40.00%

-30.00%

-20.00%

-10.00%

0.00%

10.00%

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2012 2013 2014 2015

Total Sales (Unit) - left axis gSales (% yoy) - right axis

Page 110: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

PROSPEK PEREKONOMIAN

105

Sektor Konstruksi

Dengan melihat perkembangan terkini, sektor konstruksi diperkirakan akan tumbuh lebih tinggi

di triwulan mendatang. Hal ini didorong oleh masih berjalannya proyek multiyears pemerintah

dan swasta serta dimulainya proyek-proyek baru tahun 2015. Sektor konstruksi juga didukung

besarnya anggaran infrastruktur yang mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya

baik untuk tingkat APBD Provinsi, APBD Kab/Kota maupun APBN.

Sesuai siklusnya, belanja modal pemerintah diperkirakan mulai mengalami peningkatan di

paruh ke dua setiap tahunnya. Kondisi ini juga didukung oleh fakta bahwa realisasi belanja

modal pemerintah khususnya APBN yang disalurkan di Sulut (instansi vertikal) cenderung masih

rendah di kisaran 20% sampai dengan semester I 2015 sehingga optimalisasi penyerapan

anggaran tersebut akan terjadi di semester II 2015

Berdasarkan data terkini, beberapa proyek strategis pemerintah terpantau mulai mengalami

perkembangan hingga periode awal Agustus 2015. Kendati demikian, masih terdapat beberapa

proyek yang perkembangannya cenderung lambat seperti proyek pembangunan Jalan Tol

Manado-Bitung yang hingga awal Agustus realisasi anggarannya baru mencapai 2%.

Tabel 7.1.

Perkembangan Realisasi Anggaran Proyek Strategis 2015

Sumber : DJPBN Sulawesi Utara

Pertumbuhan sektor Konstruksi juga akan disumbang oleh lanjutan aktivitas pembangunan fisik

maupun non fisik oleh pihak swasta dalam bentuk pembangunan kawasan bisnis (mall dan

hotel) dan permukiman di kota Manado dan sekitarnya.

No Proyek Strategis Pagu (Rp.) Realisasi Juni (Rp.)

Persentase

Realisasi

Juni

Realisasi sd. 7

Agustus (Rp.)

Persentase

Realisasi sd. 7

Agustus

1 Pelebaran Jalan (Pelabaran jalan di Manado dan sekitarnya, Kotamobagu

dan sekitarnya, serta di Kabupaten Sangihe Talaud dan sekitarnya 699,630,344,000 106,820,105,547 15% 190,771,296,601 27%

2 Pembangunan Jalan Bebas Hambatan (Jalan tol Manado-Bitung) 635,095,000,000 11,746,053,100 2% 11,746,053,100 2%

3 Penggantian Jembatan (Pembangunan dan pelebaran berbagai jembatan

di Sulawesi Utara) 246,845,293,000 36,231,882,840 15% 72,296,641,552 29%

4 Pembangunan Fasilitas pelabuhan (Lanjutan pembangunan fasilitas

pelabuhan laut bitung) 245,685,948,000 8,433,950,161 3% 25,403,989,580 10%

5 'Rekonstruksi/Peningkatan Struktur Jalan 222,750,000,000 35,657,125,800 16% 48,579,258,350 22%

6 Waduk yang dibangun (Pembangunan bendungan Lolak dan Bendungan

Kuwil) 179,384,905,000 104,598,266,860 58% 105,085,358,060 59%

7 Landas Pacu (Runway) (Bandar Udara Naha Tahuna dan Bandar Udara

Miangas) 163,742,560,000 - 0% 16,662,956,800 10%

8 Pembangunan Jembatan Baru (antara lain rekonstruksi/rehabilitasi

Jembatan Tambulinas) 154,572,000,000 17,050,051,800 11% 44,196,840,200 29%

9 Sarana/prasarana pengaman pantai yang dibangun (di beberapa wilayah

di Sulawesi Utara) 118,521,200,000 20,282,605,900 17% 23,368,301,945 20%

10 Sarana/prasarana pengendalian banjir yang dibangun (di beberapa

wilayah di Sulawesi Utara) 111,685,662,000 16,131,958,500 14% 20,778,061,174 19%

11 Pembangunan Jalan Baru 81,301,000,000 6,650,071,200 8% 15,266,940,000 19%

12 SPAM Perkotaan (di berbagai wilayah di Sulawesi Utara) 66,806,800,000 4,387,687,600 7% 6,415,803,600 10%

13 Panjang Jaringan Distribusi (listrik pedesaan) sepanjang 204,9 KMS 66,710,842,000 0 0% 2,733,402,900 4%

14 Pasar Rakyat (Type A/B) (pembangunan beberapa pasar rakyat di

beberapa wilayah di Sulawesi Utara) 59,309,243,000 0 0% - 0%

15 Jumlah pengembangan dan pembangunan pelabuhan perikanan UPT

Pusat (lokasi) pada Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung 46,098,818,000 29,908,939,000 65% 29,994,662,000 65%

Page 111: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

PROSPEK PEREKONOMIAN

106

Grafik 7.3.

Proyeksi Produksi Perikanan

Sumber : DKP Prov. Sulut

Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan

Kinerja sektor Pertanian, Kehutanan dan

Perikanan pada triwulan III 2015 diperkirakan

masih akan melanjutkan perkembangan

positifnya. Pendorong utama peningkatan

pertumbuhan sektor pertanian diperkirakan

datang dari subsektor tanaman perkebunan

seiring masuknya masa panen raya tanaman

perkebunan utama Sulut seperti cengkih, pala

dan kelapa serta perbaikan yang terjadi pada

sektor perikanan seiring relaksasi pada

regulasi transhipment oleh pemerintah. Namun

demikian, risiko cuaca masih mengemuka pada triwulan mendatang dipengaruhi badai siklon

yang menerpa Filipina dan serta pengaruh fenomena El Nino.

Indikasi peningkatan kinerja pada subsektor perikanan tercermin dari perkiraan hasil produksi

ikan tangkap yang meningkat pada triwulan III 2015. Jumlah produksi ikan tangkap pada

triwulan III 2015 diperkirakan mampu mencapai 87 ribu ton dengan angka pertumbuhan

sebesar 13,6% (yoy) atau lebih baik dibandingkan triwulan laporan yang tercatat mengalami

kontraksi 1,6% (yoy).

Sektor Akomodasi, Makan Minum , Sektor Transportasi dan Sektor Informasi

Peningkatan aktivitas perekonomian, perdagangan dan mobilitas masyarakat menyambut hari

raya keagamaan diperkirakan mampu mendorong sektor transportasi dan sektor akomodasi ke

arah yang lebih baik. Selain itu, aktifitas pra pilkada serta kegiatan MICE yang cukup marak di

triwulan III 2015 seperti kegiatan Tomohon International Flower Festival, Festival Bunaken dan

Rangkaian Acara Ulang Tahun Prov.Sulut diyakini mampu membawa pengaruh positif pada

kedua sektor tersebut. Sementara itu, perkembangan sektor informasi dan telekomunikasi juga

didukung pengembangan jaringan 4G LTE di Sulut serta pengoprasian jaringan broadband

kabel optik.

Dilihat berdasarkan Penggunaan, perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan III 2015

diperkirakan masih akan didorong oleh aktivitas konsumsi dan investasi. Pertumbuhan konsumsi

diperkirakan akan didorong terutama oleh aktifitas konsumsi pemerintah dengan optimalisasi

serapan anggaran di paruh ke dua tahun 2015. Sementara itu, konsumsi rumah tangga juga

diperkirakan dapat tumbuh lebih tinggi didorong peningkatan konsumsi menyambut hari raya

Idul Fitri dan hari raya pengucapan.

Indikator pertumbuhan konsumsi juga tercermin dari hasil Survei Konsumen (SK) KPw Bank

Indonesia Prov. Sulawesi Utara yang menunjukkan masih optimisnya masyarakat dengan nilai

-60

-40

-20

0

20

40

60

80

100

0

20,000

40,000

60,000

80,000

100,000

120,000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2012 2013 2014 2015

Ikan Tangkap (ton) gIkan Tangkap - sb. kanan (%)

Page 112: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

PROSPEK PEREKONOMIAN

107

indeks yang masih berada di atas 100 pada bulan Juli 2015. Namun demikian, kondisi IKK yang

menurun dibanding periode sebelumnya menunjukan peningkatan level konsumsi masyarakat

masih akan terbatas seiring tingkat harga yang masih cenderung tinggi.

Grafik 7.4.

Indeks Keyakinan Konsumen

Grafik 7.5.

Perkembangan Harga Komoditas CPO & CNO

Sumber : Survei Konsumen KPw BI Prov.Sulut

Sumber : World Bank Comodity Prices

Di sisi lain, pertumbuhan investasi memasuki pertengahan tahun diperkirakan kembali

mengalami akselerasi sejalan dengan pertumbuhan positif sektor konstruksi. Selain itu,

dimulainya proyek-proyek baru tahun 2015 pada triwulan III 2015 turut menjadi faktor positif

pertumbuhan sektor ini. Sementara itu, kegiatan perdagangan internasional khususnya ekspor

pada triwulan III 2015 diperkirakan dapat tumbuh lebih baik seiring peningkatan produksi pada

industri pengolahan minyak nabati khususnya pada produk kelapa dan turunannya.

Peningkatan produksi didukung oleh cukup lancarnya pasokan bahan baku kelapa yang juga

diperkirakan mengalami peningkatan produksi pada triwulan mendatang serta tingkat

permintaan luar negeri yang meningkat. Namun demikian, pergerakan harga internasional

komoditas minyak nabati (CPO dan CNO) yang masih dalam tren menurun menjadi risiko

tersendiri dalam perbaikan pertumbuhan ekspor. Pada triwulan mendatang, kondisi net impor

antar daerah juga diperkirakan masih akan terjadi sehingga menjadi faktor penahan kontribusi

neraca perdagangan bersih pada laju perekonomian secara keseluruhan. Terdongkraknya impor

antar daerah di triwulan mendatang selaras dengan peningkatan kebutuhan barang konsumsi

masyarakat jelang hari besar keagamaan yang mayoritas masih didatangkan dari luar daerah

Sulut.

60

80

100

120

140

160

180

200

JanFebM

arA

prM

ayJuneJulA

ugSepO

ctN

ovD

ecJanFebM

arA

prM

ayJunJulA

ugSepO

ctN

ovD

ecJanFebM

arA

prM

eiJuniJuli

2013 2014 2015

Indeks Keyakinan KonsumenKondisi Ekonomi Saat IniEkspektasi Konsumen

Page 113: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

PROSPEK PEREKONOMIAN

108

7.2. Prakiraan Inflasi

Cukup tingginya tekanan inflasi di triwulan II 2015 diperkirakan masih akan berlanjut di

triwulan III 2015. Pada triwulan III 2015 inflasi diperkirakan berada pada kisaran 9,04±1% (yoy).

Namun, pada akhir tahun 2015 inflasi diperkirakan mampu mendekati sasarannya dan berada

di kisaran 4,4±1% (yoy). Kondisi tersebut dipengaruhi based point effect tingginya inflasi di

Desember 2014.

Pada triwulan III 2015, risiko inflasi diperkirakan berasal dari kelompok Administrated Prices dan

Volatile Food. Risiko yang berasal dari kelompok Administrated Prices terutama terkait dengan

tibanya hari raya keagamaan Idul Fitri dan Pengucapan Syukur yang menyebabkan naiknya

harga angkutan, adanya realisasi gaji ke-13 PNS, tibanya musim liburan sekolah, dan dampak

kenaikan tarif batas bawah angkutan udara. Sementara dari kelompok volatile food tekanan

diperkirakan stabil karena adanya normalisasi harga dan permintaan pasca hari raya serta

adanya panen di sebagian daerah pertanian sehubungan panen beras. Namun, risiko

peningkatan harga akibat fenomena El Nino yang menyebabkan kekeringan masih patut

diwaspadai. Selanjutnya, inflasi inti diperkirakan relatif terkendali meskipun dengan resiko yang

moderat dengan adanya tekanan yang bersumber dari kenaikan harga emas perhiasan, bahan

bangunan dan pengaruh volatilitas nilai tukar.

1. Volatile Food

Tekanan Inflasi volatile foods diperkirakan

stabil akibat adanya normalisasi harga dan

pemintaan bahan pangan selama triwulan

III seiring dengan adanya panen beras di

sebagian daerah pertanian juga karena

pasokan yang memadai. Gejolak inflasi

volatile foods diperkirakan bersumber dari

lonjakan harga cabai rawit di pasaran

akibat pasokan yang kurang dari sentra

produksi . Berdasarkan pemantauan harga

beberapa komoditas melalui Pusat

Informasi Harga Bahan Pokok Strategis

(PIHBS) Sulawesi Utara serta hasil Survei Pemantauan Harga (SPH), terlihat lonjakan harga

cabai rawit (rica) dan bawang merah yang cukup tajam di bulan Juni 2015 (Grafik 7.14).

Sementara itu harga beras diperkirakan terjaga stabil bahkan dapat terkoreksi seiring

berlangsungnya panen raya padi di triwulan II 2015.

Grafik 7.14

Perkembangan Harga Pokok Strategis

Sumber : PIHBS Sulut

0

10000

20000

30000

40000

50000

60000

70000Minyak Goreng Curah Rp./Kg Beras Superwin Rp./Kg

Telur Ayam Rp./Kg Rica/Cabe Rawit Rp./Kg

Bawang Merah Rp./Kg Gula Pasir Curah Rp./Kg

Tepung Curah Kompas Rp./Kg Bawang Putih Rp./Kg

Ikan Cakalang Rp./ekor Ikan Deho Rp./ekor

Page 114: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

PROSPEK PEREKONOMIAN

109

2. Administrated Prices

Resiko inflasi dari kelompok ini diperkirakan terjadi seiring dengan tibanya hari raya

keagamaan Idul Fitri dan Pengucapan Syukur, adanya realisasi gaji ke-13 PNS yang

diperkirakan akan memicu terjadinya peningkatan konsumsi masyarakat, dan tibanya musim

liburan sekolah yang akan memicu peningkatan permintaan terhadap transportasi darat,

laut, dan udara.

3. Core Inflation

Inflasi inti pada triwulan III 2015

diperkirakan terjaga pada level

moderat. Dari sisi eksternal, tekanan

inflasi diperkirakan menguat seiring

pergerakan nilai tukar yang

diperkirakan masih berfluktuasi dan

harga emas/perhiasan cenderung

menguat. Selain itu risiko tekanan

eksternal juga bersumber dari tekanan

harga komoditas global yang

meningkat. Dari sisi domestik diperkirakan akan terjadi normalisasi harga dan permintaan,

sebagaimana tercermin dari hasil Survei Penjualan Eceran (SPE) KPw BI Prov. Sulawesi Utara,

terjadi kenaikan angka perkiraan indeks penjualan eceran pada triwulan III 2015 yang

mengindikasikan penurunan konsumsi masyarakat. Tingkat ekspektasi inflasi masyarakat

Sulut naik di triwulan III 2015, tercermin dari hasil Survei Konsumen periode Juli 2015 yang

menunjukkan turunnya indeks ekspektasi konsumen terhadap harga (Grafik 7.15). Dari sisi

pedagang, ekspektasi terhadap tingkat harga jangka pendek pada triwulan III 2015

menunjukkan peningkatan (grafik 7.16), yang disebabkan persepsi pedagang terhadap

musim liburan sekolah, pengucapan syukur dan perayaan idul fitri.

Dalam rangka pengendalian inflasi di daerah Bank Indonesia terus berkoordinasi dengan Pemda

melalui forum TPID yang membahas mengenai perkembangan inflasi, faktor-faktor pemicu

inflasi dan upaya/langkah-langkah yang akan dilakukan untuk mengendalikan laju inflasi

khususnya inflasi supply side.

60

80

100

120

140

160

180

200

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

11

12

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

11

12

1 2 3 4 5 6

2013 2014 2015

Indeks Keyakinan Konsumen Kondisi Ekonomi Saat Ini Ekspektasi Konsumen

Grafik 7.15

Perkembangan Indeks Ekspektasi Konsumen

Terhadap Barang dan Jasa di Kota Manado

Sumber : Suvei Konsumen KPwBI Sulut

Page 115: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

PROSPEK PEREKONOMIAN

110

Beberapa upaya yang telah dilakukan TPID sepanjang triwulan laporan antara lain sebagai

berikut.

1. Mengadakan rapat koordinasi di kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Utara pada April

2015 dengan beberapa hasil rapat yaitu : Peningkatan Gerakan Rumah Pangan Lestari,

dan implementasi teknologi pada pertanian dalam rangka peningkatan produksi

pertanian, pengawasan di lapangan oleh Dinas Terkait terhadap angkutan dalam kota,

pemantauan harga-harga setiap hari di pasar tradisional dan modern, dan optimalisasi

penggunaan PIHPS.

2. Mengadakan Rakorwil di Bali dan Rakornas di Jakarta pada Mei 2015 dalam rangka

meningkatkan peran dan komitmen daerah serta memperkuat kebijakan pusat-daerah

khususnya dalam mendukung terciptanya stabilitas harga di daerah dan upaya

pencapaian sasaaran inflasi Nasional.

3. Mengadakan Rakor TPID pada Juni 2015 dalam rangka Stabilisasi Pangan dan Inflasi

Menjelang Ramadhan dan Idul Fitri 2015, melakukan sidak pasar pada 17 Juni 2015 di

pasar karombasan dan pasar bersehati untuk pengawasan ketersediaan pasokan, dan

pemantauan keterjangkauan harga serta untuk menginspeksi keberadaan produk-

produk bahan makanan yang telah kadaluwarsa.

Page 116: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

PROSPEK PEREKONOMIAN

111

7.3. PROSPEK PERBANKAN

Secara umum kinerja bank umum masih menunjukkan pertumbuhan positif sampai dengan

triwulan laporan. Kredit pada triwulan berikutnya diperkirakan tumbuh lebih tinggi

dibandingkan triwulan laporan. Perkiraan tersebut didukung oleh hasil Survei Perbankan

triwulan laporan yang menunjukkan optimisme persepsi perbankan bahwa kredit akan

meningkat pada triwulan yang akan datang. Optimisme peningkatan permintaan kredit

didukung oleh perkiraan meningkatnya prospek usaha nasabah dan dukungan permodalan

bank yang cukup. Proyek-proyek pembangunan infrastruktur pada semester II 2015 dan

kecenderungan membaiknya perekonomian dunia juga menjadi faktor pendukung

pertumbuhan kredit tetap tumbuh stabil. Survei Perbankan juga menunjukkan penggunaan

kredit pada triwulan yang akan datang dominan pada Kredit Modal Kerja diikuti oleh Kredit

Konsumsi dengan sektor PHR masih diproyeksikan akan banyak menyerap kredit dari

perbankan. Sementara NPL, diperkirakan akan mengalami sedikit penurunan pada triwulan

yang akan datang. Prospek usaha yang membaik dan didukung oleh kebijakan internal dalam

pemilihan debitur yang lebih selektif diperkirakan menjadi penopang dalam penurunan NPL

triwulan yang akan datang.

Grafik 7.11.

Jenis Penggunaan Kredit Triwulan YAD

Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut

Grafik 7.12.

Sektor-Sektor Penyaluran Kredit YAD

Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut

Page 117: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

PROSPEK PEREKONOMIAN

112

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 118: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

PROSPEK PEREKONOMIAN

113

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 119: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

115

DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN

PDRB Produk Domestik Regional Bruto. Pendapatan suatu daerah yang mencerminkan

hasil kegiatan ekonomi yang ada di suatu wilayah tertentu

mtm month to month. Perbandingan antara satu bulan dan bulan sebelumnya.

qtq quarter to quarter. Perbandingan antara data satu triwulan dengan triwulan

sebelumnya.

yoy year on year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya.

Indeks Keyakinan

Konsumen (IKK)

Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi

saat ini dan ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang, dengan skala

1-100

Indeks Harga

Konsumen (IHK)

Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan

jasa yang dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu.

Indeks Kondisi

Ekonomi

Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen

terhadap kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1-100

Indeks Ekspektasi

Konsumen

Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen

terhadap ekspektasi kondisi ekonomi 6 bulan mendatang, dengan skala 1-100

Pendapatan Asli

Daerah (PAD)

Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas ekonomi suatu daerah seperti hasil

pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil

pengelolaan kekayaan daerah.

Dana

Perimbangan

Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung

pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian

otonomi.

Indeks

Pembangunan

Manusia (IPM)

Ukuran kualitas pembangunan manusia yang diukur melalui pencapaian rata-rata

3 (tiga) hal kualitas hidup yaitu : pendidikan, kesehatan dan daya beli.

Inflasi Kecenderungan kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan bersifat

persisten. Perubahan (laju) inflasi umumnya diukur dengan melihat perubahan

harga pada sejumlah barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat, seperti

tercermin pada perkembangan indeks harga konsumen (IHK). Berdasarkan faktor

penyebabnya, inflasi dapat dipengaruhi baik dari penawaran maupun dari

permintaan.

Volatile Foods Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan

harganya sangat bergejolak karena faktor-faktor tertentu.

Administered

Price

Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan

harganya diatur pemerintah.

M1 Disebut sebagai narrow money (uang beredar dalam arti sempit), terdiri dari

uang kartal dan uang giral

Page 120: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran

116

M2 Disebut broad money atau uang beredar dalam arti luas, merupakan indikator

tingkat likuiditas perekonomian, terdiri dari uang kartal, uang giral dan uang

kuasi (tabungan dan deposito baik dalam mata uang rupiah maupun asing).

Mo Disebut uang primer (base money) merupakan kewajiban otoritas moneter (di

dalam neraca bank sentral), terdiri dari uang kartal pada bank umum dan

masyarakat ditambah dengan saldo giro bank umum dan masyarakat dibank

sentral.

Uang Kartal Uang kertas dan uang logam yang berlaku, tidak termasuk uang kas pada kas

negara (KPKN) dan bank umum.

Uang Giral Terdiri dari rekening giro masyarakat dibank, kiriman uang, simpanan berjangka

dan tabungan yang sudah jatuh tempo yang seluruhnya merupakan simpanann

penduduk dalam rupiah pada sistem moneter.

NIM Singkatan dari Net Interest Margin adalah selisih antara penerimaan bunga yang

diperoleh oleh bank dengan biaya bunga yang harus dibayar.

NPLs Singkatan dari Non Performing Loans disebut juga kredit bermasalah, dengan

kolektibiltas kurang lancar (3), diragukan(4) dan macet (5) menurut ketentuan BI.

Restrukturisasi

kredit

Upaya yang dilakukan bank dalam kegiatan usaha perkreditan agar debitur

dapat memenuhi kewajibannya yang dilakukan antara lain dengan melalui :

restrukturisasi, re-scheduling atau konversi kepemilikan.

UMKM Singkatan dari Sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang mempunyai skala

pinjaman antara Rp50 juta s/d Rp5 miliar.

UYD

Singkatan dari uang yang diedarkan, adalah uang kartalyang berada

dimasyarakat ditambah dengan uang yang berada di kas bank.

Inflow Uang kartal yang masuk ke BI, melalui kegiatan setoran yang dilakukan oleh

bank umum.

Outflow Uang kartal yang keluar dari BI melaui proses penarikan uang tunai bank umum

dari giro di BI atau pembayaran tunai melalui BI.

Netflow Selisih antara outflow dan inflow.

PTTB Pemberian tanda tidak berharga, adalah bagian dari kegiatan untuk menarik

uang yang sudah tidak layak edar, sehingga uang yang disediakan oleh BI

tersebut dapat berada dalam kondisi layak dan segar (fit for circulation) untuk

bertransaksi.