Kajian Dampak Pengembangan Pariwisata Terhadap Kondisi ... · Konsep pelestarian adalah...
Transcript of Kajian Dampak Pengembangan Pariwisata Terhadap Kondisi ... · Konsep pelestarian adalah...
TINJAUAN PUSTAKA
Wilayah Pesisir
Batas Wilayah Pesisir
Lawrence (1998), mendefinisikan wilayah pesisir adalah wilayah peralihan
antara darat dengan laut yang rnencakup perairan pantai, daerah pasang surut
(pantai di antara batas pasang surut dan pasang naik). dan tanah daratan
dirnana habitat dan jenis binatangnya beradaptasi secara khusus terhadap
keadaan lingkungan yang unik. Selanjutnya dijelaskan, perairan pantai dimaksud
ialah semua rnassa air yang berdekatan dengan garis pantai yang mengandung
air laut dalam kadar atau persentase yang masih dapat diukur.
Namun demikian, definisi wilayah pesisir yang digunakan di Indonesia
adalah menurut Soegiarto dalam Dahuri, e ta / . (1 996), yaitu daerah pertemuan
antara darat dan laut; ke arah darat wilayah pesisir rneliputi bagian daratan, baik
kering maupun terendarn air, yang rnasih dipengaruhi sifat-sifat laut seperti
pasang surut, angin laut, dan perernbesan air asin; sedangkan ke arah laut
wilayah pesisir mencakup bagian laut yang rnasih dipengaruhi oleh proses-
proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar,
maupun yang disebabkan olefi kegiatan rnanusia di darat seperti penggundulan
hutan dan pencemaran.
Berdasarkan batas tersebut beberapa ekosistern wilayah pesisir yang
khas seperti estuaria. delta, goba (lagoon), terumbu karang (coral reef),
mangrove, hutan rawa, dan bukit pasir (sand dune) tercakup dalarn wilayah
tersebut. Penentuan wilayah pesisir seringkali ditekankan untuk rnaksud hulturn
dan administratif. Akibatnya proses lingkungan yang menjalin komponen daratan
dan lautan terabaikan
Surnberdaya Wilayah Pesisir
Sumberdaya dikenal dua rnacam yaitu sumberdaya hayati dan
sumberdaya non hayati. Sumberdaya tersebut apabila dimanfaatkan ada yang
dapat pulih dan ada yang tidak dapat pulih. Surnberdaya dapat pulih seperti
ekosistern mangrove. padang lamun, terumbu karang, budidaya perikanan.
pertanian dan sebagainya, dan sumberdaya tidak dapat pulih seperti
pernanfaatan rninyak lepas pantai, batubara, pengambilan mineral dan jasa
lingkungan.
Di dalarn surnberdaya dapat pulih hidup dan berkembang beraneka
ragarn biota laut, sehingga dengan keanekaragaman sumberdaya diperoleh
potensi jasa-jasa lingkungan yang dapat dirnanfaatkan untuk pengembangan
pariwisata. Keanekaragaman hayati (biologicaldiversify atau biodiversity) adalah
istilah yang digunakan untuk rnenerangkan keanekaragaman ekosistem dan
berbagai bentuk variabilitas hewan, tanaman, serta jasad renik.
Keanekaragarnan hayati rnencakup keanekaragaman ekosistern (habitat), jenis
(spesies), dan genetik (varietas).
Fungsi dan Manfaat Wilayah Pesisir
Menurut Dahuri (1995), pada dasarnya wilayah pesisir secara
keseluruhan memiliki berbagai fungsi dan rnanfaat bagi rnanusia. Fungsi dan
rnanfaat tersebut seperii:
1. Penyedia sumbedaya alam hayati, seperti surnber pangan (protein) dan
sebagai obat-obatan untuk kesehatan.
2. Penyedia surnberdaya alam non hayafi, yakni dapat menyediakan iapangan
pekerjaan seperti kegiatan industri, pertambangan dan sebagainya.
3. Penyedia energi, dengan menggunakan gelombang pasang surut dapat
membangkitkan tenaga listrik.
4. Sawna transportasi, untuk membangun pelabuhan atau dermaga sebagai
bongkar muat barang.
5. Rekreasi dan pariwisata, yakni didukung oleh pasir putih, terumbu karang
dan sebagainya.
6. Pengaiuriklim dan lingkungan hidup, laut berperan mengatur suhu udara dan
iklim laut, menyerap COz, menjaga lingkungan laut agar sirkulasi air dunia
terjamin sehingga daerah tropis air laut tidak terlalu panas dan sebaliknya
daerah subtropis.
7. Penampung limbah, bentuk apapun limbah yang dibuang ke sungai tempat
terakhirnya adalah muara sungai di laut.
8. Sumber plasma nutfah, yakni tempat hidupnya beraneka ragarn biota dan
plasma nutfah sehingga rnerupakan bagian kepentingan manusia.
9. Pemukiman, yaitu menyediakan tempat tinggal bagi masyarakat yang
mempunyai kegiatan di pesisir.
10. Kawasan industn', yakni digunakan untuk pembangunan industri sehingga
memudahkan kegiatan ekspor impor barang.
11. Pertahanan dan keamanan, wilayah pesisir mengelilingi pulau sehingga
merupakan wilayah pengaman dan pendukung kekuatan hankam.
Kegiatan dan Ancaman Terhadap Wilayah Pesisir
Untuk rneningkatkan kesejahteraan masyarakat berbagai kebijakan
dikeluarkan pemerintah untuk kegiatari pembangunan. Kadangkala kegiatan
pembangunan yang dilaksanakan di wilayah pesisir dapat mewsak ekosistern,
untuk itu perlu mengetahui ciri atau pola kegiatan yang dilaksanakan agar tidak
mengancam sistem ekosistem.
Kegiatan sektor pembangunan yang dilakukan di wilayah pesisir, pada
umumnya antara lain:
1. Perikanan (penangkapan dan budidaya). Nelayan pesisir biasanya
beroperasi pada jarak 1.5 mil laut dari pantai. Usaha budidaya di pesisir
seperti tarnbak udang, bandeng atau campuran, rurnput laut, tiram, ikan dan
keramba. Perikanan tangkap dikelompokkan dalam tiga bagian yaitu
perikanan lepas pantai (offshore fisheries), perikanan pantai (coastal
fisheries) dan perikanan darat (inland fisheries).
2. Pariwisata (pariwisata pantai dan bahan;). Pariwisata ini mernanfaatkan
terumbu karang, pantai pasir putih. Bila suatu wilayah dibangun untuk
pariwisata maka fasilitas pendukung lainnya akan berkembang seperti hotel
dan dermaga.
3. Kehufanan (pemanfaatan dan konservasi). Hutan berperan sebagai penutup
permukaan tanah, melindungi proses erosi dan stabilisasi aliran air
permukaan, rnengendalikan kualitas air permukaan, habitat satwa liar,
pemijahan, mencegah sedirnentasi, mencegah naiknya suhu permukaan air.
dan sebagainya. Umurnnya pernanfaatan hutan pesisir untuk keperluan
rumah tangga (kayu bakar, makanan, serat dan obat-obatan) dan komersial
(arang dan kayu jadi).
4. Pemukiman, yakni penduduk yang langsung hidupnya tergantung pada
sumberdaya pesisir seperti nelayan, dan penduduk yang tidak langsung
tergantung dengan sumberdaya pesisir seperti pedagang, narnun semuanya
tinggal di wilayah pesisir.
5. Perfambangan fpengeboran minyak lepas pantai, penambangan batubara di
pesisir, dan penggalian mineral). Eksploitasi ini membutuhkan lahan sedikit
narnun menjadi sumber pencemaran. Kegiatan penambangan di wilayah
pesisir rneliputi (1) kegiatan di bawah dasar laut (subsurface deposits) seperti
tambang minyak dan gas bumi, (2) kegiatan di dasar laut (surface deposits)
seperti tambang pasir, batuan (gravel), kulit kerang (shells) dan batuan
karang, (3) kegiatan dalam badan air (aqueous deposits) seperti ekstraksi
garam.
6. Perhubungan (pelabuhan, jernbatan). Perkapalan dan pelabuhan rnerupakan
ha1 penting untuk rnendorong pembangunan ekonomi, rnengurangi biaya
perdagangan dan meningkatkan ekspor.
7. Indusfri (pariwisata, perikanan, rumah fangga, dan sebagainya). Daerah
pesisir umumnya merupakan tempat baik untuk pengembangan industri yang
tergantung pada transportasi taut. lndustri berat antara lain pupuk, petro
kimia, baja, semen. kayu lapis, kertas, pengolahan minyak sawit dan
pembangunan kapal. lndustri ini berhubungan dengan limbah beracun yang
tidak dapat terurai secara biologis.
Limbah kota besar dan limbah pelabuhan industri rne~pakan fimbah
kelas tinggi, sedangkan limbah masyarakat pesisir merupakan limbah tambahan.
Limbah organik dan lirnbah industri beracun menghabiskan oksigen, tentu
berdampak pada lingkungan pesisir dan berbahaya bagi kesehatan manusia.
Pencemaran yang berasal dari darat rnenyebabkan lebih dari tiga perempat
pencemaran di laut. Sisanya berasal dari perkapalan dan pertambangan Iepas
pantai.
Pengelolaan Wilayah Pesisir
Kelestarian sumberdaya pesisir merupakan kepentingan bersama mahluk
hidup. Pemanfaatan secara berlebihan akan menimbulkan kerusakan dan harus
segera dihentikan apabila tidak dapat ditanggulangi berdasarkan pertimbangan
limbah dan ketersediaan teknologi. Segi ekologis kawasan ini merupakan
keberlangsungan kehidupan biota darat, pantai dan laut. Dari segi kehidupan
manusia, kawasan ini merupakan kawasan vital tempat interaksi berbagai
kegiatan sosial ekonorni rnasyarakat. Secara fisik wilayah pesisir sebagai
penyangga stabilitas ekosistem daratan. Kerusakan kawasan ini berdarnpak
terhadap wilayah pesisir secara luas seperti degradasi sumberdaya dan kualitas
lingkungan hidup secara global.
Konsep pelestarian adalah perneliharaan dan pernanfaatan surnberdaya
secara bijaksana. Hakekatnya konsep ini rnernpunyai dua pengertian, pertama,
kebutuhan untuk merencanakan pengelolaan sumberdaya yang didasarkan pada
inventarisasi yang akurat; kedua, kebutuhan untuk rnelakukan tindakan
perlindungan untuk menjamin agar surnberdaya tidak habis. Pelestarian kadang
dianggap perlindungan yang menutup pemanfaatan sumberdaya seolah anti
pembangunan. Apabila kawasan yang dilindungi dirancang dan dikelola secara
tepat, akan memberi keuntungan yang lestari.
Penetapan pengelolaan kawasan yang dilindungi rnerupakan cara
terpenting untuk menjarnin surnberdaya dilestarikan. Pengelolaan kawasan
pesisir untuk pariwisata dapat rnemanfaatkan kawasan yang dilindungi, untuk itu
pariwisata dan kelestarian rnerupakan kegiatan saling menunjang dan dapat
dipadukan guna pembangunan berkelanjutan (Mardani. 1995). Dalarn
pengembangan kegiatan di wilayah pesisir perlu adanya kawasan yang dilindungi
dan dikelola dengan baik. Pengelolaan tersebut meliputi:
1. Dalarn perencanaan pengembangan wilayah pesisir, perlu ditetapkan contoh
ekosistem alam asli untuk dijadikan kawasan pelestarian. Kawasan ini
dilarang untuk kegiatan pernanfaatan kecuali penelitian dan pendidikan.
2. Untuk rnelindungi kawasan pelestarian, perlu ditetapkan kawasan penyangga
sekeliling kawasan. Kawasan ini terbuka untuk penelitian, pendidikan dan
pariwisata namun dalarn pengawasan ketat.
3. Bagian perairan dan daratan pesisir yang vital sebagai lokasi berpijah,
bertelur, dan ternpat hewan-hewan air dan burung perlu perlindungan ketat
4. Keanekaragarnan jenis dalarn perairan dipertahankan dan introduksi jenis
eksotik dilakukan bila sudah ada penelitian atau jika jenis-jenis asli sudah
punah.
5. Saluran-saluran air, jalan-jalan. industri pertambangan. dan usaha-usaha lain
yang rnerusak keaslian alarn, tidak dibangun rnelintasi/di dalam wilayah
pesisir yang diperuntukkan sebagai kawasan pelestarian.
6. lntroduksi jenis eksotik ke pulau yang rnernpunyai flora dan fauna yang
endernik hendaknya dicegah.
7. Pulau yang rnernpunyai flora dan fauna khas namun rawan terhadap kegiatan
manusia perlu perlindungan.
8. Pulau yang belum dihuni dan dirusak rnanusia hendaknya dipertirnbangkan
untuk kawasan pelestarian baik sebagai cagar alarn rnaupun sebagai tarnan
nasional.
9. Hutan rawa payau tempat menari rnakan dan bertelur berbagai jenis ikan,
udang dan hewan akuatik lain yang bernilai ekonornis, dan berperan penting
dalarn pengaturan pergerakan air tawar dan air asin perlu dipertahankan.
10. Karena rnodifikasi akan rnempengaruhi nilai intrinsik ekosistern alarn. rnaka
perlu disisihkan sebagian sebagai daerah pelestarian, untuk
mernpertahankan sumber genetika yang ada.
Pariwisata
Pengembangan Pariwisata
Menurut Undang-Undang Nornor 9 tahun 1990 tentang Pariwisata.
pariwisata dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang berhubufigan dengan
wisata terrnasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha
yang berkaitan di bidang tersebut. Sedangkan usaha pariwisata adalah kegiatan
yang bertujuan menyelenggarakan jasa pariwisata atau menyediakan atau
mengusahakan obyek dan daya tarik wisata, usaha sarana wisata. dan keglatan
lain yang terkait dengan pariwisata.
Pengertian wisata bahari (marine fourism) adalah meliputi berbagai
aktivitas wisata yang menyangkut kelautan. Aktivitas wisata bahari tersebut dl
antaranya adalah santai di pantailmenikmati lingkungan alam sekitar, berenang,
tour keliling (boat four, cruising/extended boat tour), surfing, diving, water ski dan
sailing.
Beberapa atraksi wisata bahari yang sekaligus merupakan potensi laut
sebagai medium wisata adalah tarnan faut (terumbu karang yang subur dan biota
laut), formasi karang buatan (artificial reefs). kerangka kapal tenggelarn. obyek
purbakala, ikan-ikan buruan dan pantai yang indah. Pendayagunaan laut
sebagai medium wisata memerlukan persyaratan tertentu, antara lain:
1. Keadaan musimlcuaca yang cukup baik sepanjang tahun.
2. Lingkungan laut yang bersih, bebas pencernaran.
3. Keadaan pantai yang bersih dan alami, yang disertai pengaturan-pengaturan
tertentu akan bangunan dan rnacarn kegiatan.
4. Keadaan dasar laut yang masih alarni, misalnya taman laut (terumbu karang)
yang rnerupakan habitat dari berbagai fauna dan flora.
5. Gelombang dan arus yang relatif tidak terlalu besar serta aksesibilitas yang
tinggi.
Kawasan pantai rnerupakan titik fokus pengembangan rekreasi dan
pariwisata dan rnenjadi sumber pendapatan utama bagi negara. Selanjutnya
dikemukakan bahwa. dalarn fungsinya sebagai medium wisata, ekosistem pantai
mempunyai suatu kapasitas tertentu dalarn melangsungkan fungsi secara
berkelanjutan yang disebut sebagai carrying capacity, baik berdasarkan aspek
sosial rnaupun lingkungannya. Besarnya nilai tersebut tergantung pada adanya
pengembangan wisata yang terkontrol, perencanaan yang telah diformulasikan,
taman-taman laut dan daerah preservasi yang dibuat, dan peraturan perundang-
undangan yang ditulis, diimplernentasikan dan ditegakkan oleh pernerintah.
Menurut Mardani (1995), selama dua dekade perkernbangan pariwisata di
wilayah Asia-Pasifik, khususnya perkernbangan pariwisata pesisir dan wisata
bahari rnenunjukkan pertumbuhan yang cukup pesat. Hal ini mengakibatkan
pula semakin banyaknya rnasyarakat yang terlibat dalam kegiatan pariwisata ini.
Peningkatan fasilitas dan aksesibilitas di sekitar kawasan pariwisata ikut pula
mernpercepat pertumbuhan di wilayah pesisir.
Suwantoro (1997). rnengidentifikasi empat kelornpok, faktor yang
rnempengaruhi penentuan pilihan daerah tujuan wisata, seperti:
1. Fasilitas: akomodasi, atraksi, jalan, tanda-tanda penunjuk arah.
2. Nilai estetis: pemandangan (panorama), iklim, santailterpencil, cuaca.
3. Waktuhiaya: jarak dari ternpat asal (rumah), waktu dan biaya perjalanan,
harga-hargdtarif-tarif pelayanan.
4. Kualitas hidup (quality of life): keramahtarnahan pefiduduk, bebas dari
pencemaran, penampilan perkotaan.
Pernbangunan pariwisata mempunyai peranan penting dan strategis
dalam pernbangunan nasional, utarnanya sebagai penghasil devisa,
rneningkatkan kesernpatan kerja, meningkatkan penghasilan dan taraf hidup
serta rnenstirnulasi sektor-sektor lainnya (Hatrni, 1993). Pariwisata, terutarna
wisata alam termasuk wisata bahari, diketahui rnerupakan alternatif yang lebih
baik untuk pengembangan ekonorni rnasyarakat lokal dan wilayah yang tidak
merusak kekayaan alam, tetapi sebaliknya memberikan apresiasi terhadap nilai-
nilai dari alam dan kehidupan tradisional yang sering memberikan surnbangan
kepada kearifan manusia. Hal ini terlihat secara nyata pada berbagai tempat
wisata alam yang telah dikembangkan terutama di Afrika dan Asia, termasuk
beberapa tempat di Indonesia. Selain nilai unik dan indahnya serta banyak yang
dapat dikombinasikan dengan nilai-nilai kultural yang melekat pada sumberdaya
alam. Sedangkan keberadaan dari sumberdaya alam ini relatif tidak banyak
terganggu, sehingga kelestarian sumberdaya alam ini relatif dapat terjamin.
Mengingat bahwa sejak dahulu wilayah pesisir telah menjadi pusat-pusat
kegiatan ekonomi, pemukiman, dan perikanan, maka dengan berkembangnya
pariwisata akan membawa konsekuensi pada perubahan dan peningkatan beban
lingkungan di wilayah pesisir.
Pengembangan pariwisata berpengaruh positif pada perluasan peluang
usaha dan kerja. Peluang usaha/kerja tersebut lahir karena adanya permintaan
wisatawan. Dengan demikian, kedatangan wisatawan ke suatu daerah akan
membuka peluang bagi masyarakat tersebut untuk menjadi pengusaha hotel.
wisma, restoran, homestay, warung, angkutan, dagang asongan. sarana
olahraga. jasa. dan lain-lain. Peluang usaha tersebut akan memberikan
kesempatan kepada masyarakat pesisir untuk bekerja dan sekaligus dapat
menambah pendapatan untuk menunjang kehidupan ~ m a h tangganya
(Suwantoro, 1997).
Selanjutnya dikemukakan bahwa peningkatan fasilitas dan aksesibilitas di
sekitar pariwisata ikut pula mempercepat perturnbuhan di wilayah pesisir.
Dengan rneningkatnya wisatawan di wilayah pesisir mendorong pembangunan
dan percepatan tumbuhnya konstruksi di wilayah pesisir dan tumbuhnya
berbagai fasilitas untuk memenuhi kebutuhan wisatawan.
Ada beberapa manfaat pembangunan pariwisata, yaitu:
1. Bidang ekonomi: (a) dapat meningkatkan kesempatan kerja dan berusaha,
baik secara langsung maupun tidak langsung; (b) meningkatkan devisa,
mempunyai peluang besar untuk mendapatkan devisa dan dapat mendukung
kelanjutan pembangunan di sektor lain; (c) meningkatkan dan memeratakan
pendapatan rakyat. dengan belanja wisatawan akan rneningkatkan
pendapatan dan pemerataan pada rnasyarakat seternpat baik secara
langsung rnaupun tidak langsung; (d) meningkatkan penjualan barang-barang
lokal keluar; (e) menunjang pembangunan daerah. karena kunjungan
wisatawan cenderung tidak terpusat di kota melainkan di pesisir, dengan
demikian amat berperan dalarn rnenunjang pernbangunan daerah.
2. Bidang sosial budaya, dengan keanekaragaman sosial budaya merupakan
modal dasar dari pengembangan pariwisata. Oleh karena itu harus rnarnpu
melestarikan dan mengembangkan budaya yang ada.
3. Bidang lingkungan hidup, karena pemanfaatan potensi sumberdaya alam
untuk pariwisata pada dasamya adalah lingkungan yang menarik, maka
pengembangan wisata alam dan lingkungan senantiasa rnenghindari dampak
kerusakan lingkungan hidup, rnelalui perencanaan yang teratur dan terarah.
Agar tidak terjadi pengusiran pada pihak-pihak ekonomi lemah yang telah
menempati wilayah tersebut, rnaka diperlukan pengaturan dan tata ruang yang
pasti, serta mernperhatikan kelestarian fungsi ekosistem pantai tersebut. Untuk
ha1 tersebut diperlukan suatu perencanaan dan koordinasi dengan pihak-pihak
yang terkait agar dapat mengakornodasikan sernua kepentingan. Konsep-
konsep yang akan rnendasari setiap perencanaan yang rnerupakan strategi
pembangunan pariwisata hendaknya rnerupakan hasil konsultasi dan pemikiran
yang matang. Hasil dari konsep-konsep dan strategi tersebut perlu
dimasyarakatkan untuk memperoleh masukan dari sernua pihak sebelum
diputuskan sebagai suatu strategi pernbangunan (Mardani, 1995; Yamiati, 1997).
Pengelolaan Wilayah Pesisir untuk Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan
Berbicara mengenai pengelolaan wilayah pesisir khususnya untuk
pariwisata tidak terlepas dari pemanfaatan sumberdaya alarn untuk
pembangunan. Dimana pemanfaatan sumberdaya alarn untuk pernbangunan
haruslah rnemperhatikan: (1) tidak merusak tata lingkungan hidup manus~a, (2)
diLaksanakan dengan kebijaksanaan yang rnenyeluruh, dan (3) rnemperhitungkan
generasi yang akan datang (Reksohadiprodjo dan Brojonegoro, 1992).
Dalam pengelolaan wi[ayah pesisir untuk pariwisata bahari, kegiatan
pernbangunannya akan tetap berkelanjutan jika rnemenuhi tiga persyaratan daya
dukung lingkungan yang ada. Pertarna, bahwa kegiatan pariwisata harus
ditempatkan pada lokasi yang secara biofisik (ekologis) sesuai persyaratan yang
dibutuhkan untuk kegiatan ini. Selain itu penempatan kegiatan pariwisata bahari
sedapat mungkin dihindari dari lokasi-lokasi yang sudah ~ntensif/padat tingkat
industrialisasinya. Kedua, jumlah lirnbah dari kegiatan pariwisata itu sendiri dan
kegiatan lain yang dibuang ke dalarn lingkungan pesisir/laut hendaknya tidak
melebihi kapasitas asimilasi - kemampuan sistem lingkungan untuk menerima
lirnbah tanpa terjadi indikasi pencemaran lingkungan atau bahaya kesehatan
manusia. Ketiga, bahwa tingkat pemanfaatan sumberdaya alam yang dapat
pulih (renewable resources) hendaknya tidak melebihi kemampuan pulih
surnberdaya tersebut dalam kurun waktu tertentu (Dahuri, 1993).
Pengembangan pariwisata bahari yang bewawasan lingkungan akan
memberikan jaminan terhadap kelestarian dan keindahan lingkungan, terutama
yang terkait dengan jenis-jenis biota dan ekosistem utarna. Untuk mencapai
pembangunan pariwisata bahari yang optimal dan berkelanjutan menurut Gunn
(1993), apabila mampu mencapai ernpat aspek yaitu:
1. Mernpertahankan kelestarian dan keindahan lingkungan (alarn).
2. Meningkatkan kesejahteraan rnasyarakat di sekitar kawasan tersebut.
3. Menjamin kepuasan pengunjung.
4. Meningkatkan keterpaduan dan unity pembangunan masyarakat di sekitar
kawasan dan zona pengembangannya.
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka diperlukan perencanaan terpadu
dalam pengembangan pariwisata bahari. Oleh karena itu, upaya untuk
merninimalisasi dampak negatif yang timbul baik dari kegiatan pengembangan
pariwisata maupun dari aktivitas wisata perlu dilakukan. Dalarn ha1 ini yang
dimaksud dengan pengembangan pariwisata adalah seluruh kegiatan yang
dilakukan dalam membangun prasarana dan sarana pariwisata bahari. Setiap
dampak aktivitas yang akan mengancarn keberlanjutan sumberdaya alam yang
ada semaksimal mungkin haws diatasi.
Agar usaha pariwisata dapat berkelanjutan, beberapa kornponen
pendukung pariwisata baik langsung maupun tidak langsung harus dijaga,
seperti:
1. Mernelihara proses ekologi dan sistern penyangga kehidupan flora dan fauna
di sekitarnya.
2. Keanekaragaman genesis flora dan fauna di wilayah pesisir.
3. Daya dukung wilayah pesisir.
4. Keseimbangan kesempatan berusaha pariwisata dan rekreasi bagi
pengusaha kecil, menengah dan pengusaha besar.
5. Kelestarian dan keseimbangan budaya masyarakat lokal dari budaya luar.
6. Keseimbangan pemanfaatan dan menghindari konflik pernanfaatan antara
berbagai pemanfaatan seperti pertanian, perikanan, peternakan, dan
pertambangan.
7. Sistem pengembangan rekreasi dan pariwisata yang harmonis, tidak
menutup wilayah menjadi terisolir bagi masyarakat sekitar atau bagi
pengunjung lainnya.
Untuk terlaksananya kornponen tersebut di atas dibutuhkan dukungan
institusi seperti (1) peraturan dan produk hukum seria sangsi bagi yang
rnelanggar peraturan tersebut, (2) adanya lembaga yang jelas dalam pembagian
ruang lingkup tugas dan wewenang di wilayah pesisir dan laut, (3) adanya
lembaga yang mengkoordinasikan, mengawasi dan memonitor berbagai kegiatan
ekonomi dan non ekonomi di wilayah tersebut.
Pengelolaan secara terpadu di kawasan pesisir dilakukan dengan
penilaian, menentukan tujuan dan sasaran pernanfaatan, kemudian
rnerencanakan kegiatan pembangunan. Pengelolaan tersebut mencakup:
1. Keterpaduan wilayah/ekologis
2. Keterpaduan sektor
3. Keterpaduan disiplin ilmu
4. Keterpaduan stakeholder
Dalam pengembangan konsep terpadu diharapkan semua kegiatan di
wilayah pesisir dapat berkelanjutan. Berkelanjutan (sustainability) rnerupakan
suatu konsep nilai yang meliputi tanggung jawab generasi saat ini terhadap
generasi akan datang tanpa harus mengorbankan peluang generasi sekarang
untuk turnbuh dan berkembang.
Lawrence (1998) menyebutkan, pengelolaan wilayah pesisir secara
berkelanjutan tergantung pada perhatian kepada masalah pengelolaan dan
perencanaan yaitu:
1. Pengakuan terhadap pentingnya aspek ekonomis dan sosial dari wilayah
pesisir
2. Kemampuan mengambil keputusan untuk merencanakan dan mengelola
pemanfaatan wilayah pesisir secara berkelanjutan
3. lntegrasi pengelolaan pernanfaatan wilayah pesisir yang beragam ke dalam
struktur sosial, budaya, hukum dan administratif dari wilayah pesisir
4. Pemeliharaan keutuhan fungsional dari wilayah pesisir serta ekosistem-
ekosistem komponennya
Selanjutnya dikatakan, pemanfaatan atau pembangunan wilayah pesisir
secara berkelanjutan dihadapkan pada hambatan dan tantangan. Hambatan
tersebut meliputi (1) kesadaran masyarakat yang masih rendah, (2) keterbatasan
jumlah orang terlatih dalarn perencanaan dan pengelolaan, (3) diperlukan modal
besar untuk rnengembangkan pemahaman nilai strategis wiIayah pesisir.
Sedangkan tantangan meliputi (I) laju pertumbuhan penduduk, (2) kemiskinan,
(3) peningkatan permukaan laut, (4) pengelolaan sumberdaya yang tidak baik,
dan (5) pemanfaatan sumberdaya yang berlebihan.
Dahuri, eta/. (1996) menyatakan, garis besar konsep pembangunan
berkelanjutan merniliki empat dirnensi:
1. Dimensi ekoiogis. yaitu bagaimana mengelola kegiatan pembangunan di
suatu wilayah pesisir agar total dampaknya tidak melebihi kapasitas
fungsionalnya.
2. Dimensi sosial ekonomi, yakni pola dan laju pembangunan harus dikeLola
sedemikian rupa, sehingga total permintaan (demand) terhadap sumberdaya
alarn dan jasa lingkungan tidak melampaui kernampuan suplai (daya
dukung).
3. Dimensi sosial politik, yaitu pada umurnnya permasalahan lingkungan bersifat
eksternalitas, untuk itu pernbangunan berkelanjutan hanya dapat
dilaksanakan dalarn sistem dan suasana politik yang demokratis dan
transparan.
4. Dimensi hukum dan kelembagaan, yakni pernbangunan berkelanjutan
mensyaratkan pengendalian diri dari setiap warga untuk tidak rnerusak
lingkungan.
Pendekatan pengembangan pariwisata berkelanjutan, rnenghendaki
ketaatan pada azas-azas perencanaan sebagai berikut:
1. Prinsip pengembangan pariwisata yang berpijak pada aspek pelestarian dan
berorientasi ke depan.
2. Penekanan pada nilai manfaat yang besar bagi rnasyarakat lokal.
3. Prinsip pengelolaan aset surnberdaya yang tidak merusak tapi lestari.
4. Kesesuaian antara kegiatan pengernbangan pariwisata dengan skala, kondisi
dan karakter kawasan yang akan dikernbangkan.
5. Keselarasan yang sinergis antara kebutuhan wisatawan, lingkungan hidup
dan rnasyarakat lokal dengan bermuara pada apresiasi warisan budaya.
lingkungan hidup dan jati diri bangsa dan agama.
6. Antisipasi dan monitoring terhadap perubahan yang terjadi akibat program
pariwisata, dan berorientasi pada potensi lokal dan kemarnpuan masyarakat
sekitar.