Kajian Alternatif Pola Penghidupan Bagi Masyarakat Lokal

47
Kajian Alternatif Pola Penghidupan Bagi Masyarakat Lokal Dr. Dodik Ridho Nurrochmat (IPB); Dr. Meti Ekayani (IPB); Nana Haryanti, M.Sc (BPTKP DAS Solo); Rubayi Al Hasan, S.Sos (Balai Penelitian Teknologi HHBK Mataram) ; Eny Widya Astuti, S.TP (IPB); Dyah Puspitaloka, S.E. (IPB) AFoCo Regional Project Component 2 Bogor, 14 April 2015

Transcript of Kajian Alternatif Pola Penghidupan Bagi Masyarakat Lokal

Page 1: Kajian Alternatif Pola Penghidupan Bagi Masyarakat Lokal

Kajian Alternatif Pola Penghidupan

Bagi Masyarakat Lokal

Dr. Dodik Ridho Nurrochmat (IPB); Dr. Meti Ekayani (IPB); Nana Haryanti, M.Sc (BPTKP DAS Solo); Rubayi Al Hasan, S.Sos (Balai Penelitian Teknologi HHBK Mataram) ; Eny Widya Astuti, S.TP (IPB); Dyah Puspitaloka, S.E. (IPB)

AFoCo Regional Project Component 2

Bogor, 14 April 2015

Page 2: Kajian Alternatif Pola Penghidupan Bagi Masyarakat Lokal

Latar Belakang

Perubahan Iklim

Masyarakat Pedesaan Rentan

Strategi Adaptasi di Sektor Mata Pencaharian

Page 3: Kajian Alternatif Pola Penghidupan Bagi Masyarakat Lokal

Tujuan dan Ruang Lingkup

Tujuan

• Evaluasi pola penghidupan alternatif dengan cara:

• Identifikasi jenis-jenis pola penghidupan alternatif dan dampak keberhasilan

• Analisis manfaat ekonomi dari masing-masing jenis pola penghidupan dan evaluasi pola penghidupan alternatif yang bermanfaat

• Sintesis kebijakan pemungkin (enabling policy)

Ruang Lingkup

• Evaluasi kemungkinan dampak perubahan iklim

• Rekomendasi alternatif pola penghidupan dan kebijkan pemungkin (enabling policy)

Page 4: Kajian Alternatif Pola Penghidupan Bagi Masyarakat Lokal

Metodologi

Waktu dan Tempat

Pengumpulan data: sekunder (studi literatur) dan primer

(kunjungan lapang), dengan mempertimbangkan:

(1) Keragaman lokasi (Jawa, luar Jawa), obyek (HP, HK, HL, APL)

& sistem pengelolaan hutan (HKm, HTR, Hutan Rakyat, dsb.)

(2) Keterbatasan waktu dan dana

No Kegiatan Nov Des Jan

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Presentasi

2 Studi Literatur

3 Kunjungan lapangan

4 Pembahasan dan Penyusunan

Laporan

Page 5: Kajian Alternatif Pola Penghidupan Bagi Masyarakat Lokal

Metodologi

Data Sekunder

No Judul Lembaga Keterngan

1 UU 41/1999 jo. UU 19/2004 tentang Kehutanan Pemerintah -

2 UU 6/2014 tentang Desa Pemerintah -

3 PP 6/2007 jo. PP 3/2008 tentang Tata Hutan Pemerintah -

4 PP 44/2004 tentang Perencanaan Kehutanan Pemerintah -

5 Peraturan-Peraturan terkait Hutan Rakyat (HR) Kemenhut Terkait dg sektor lain

6 Peraturan-Peraturan terkait Hutan Tanaman Rakyat (HTR)

Kemenhut Terkait dg sektor lain

7 Peraturan-Peraturan terkait Hutan Kemasyarakatan (HKm)

Kemenhut Terkait dg sektor lain

8 Peraturan-Peraturan terkait Hutan Desa (HD) Kemenhut Terkait dg sektor lain

Kebijakan terkait Pengelolaan Hutan Bersama dan Berbasis Masyarakat

Page 6: Kajian Alternatif Pola Penghidupan Bagi Masyarakat Lokal

Metodologi

Data Sekunder

No Judul Penulis Tahun

Publikasi

1 Efektivitas kelembagaan lokal dalam pengelolaan sumberdaya hutan pada masyarakat Rumahkay di Seram Bagian Barat, Maluku

Ohorella et al. 2011

2 Analisis perbandingan beberapa skema pinjaman untuk pembangunan hutan tanaman berbasis masyarakat Indonesia

Nugroho 2011

3 Pembangunan kelembagaan pinjaman dana bergulir hutan rakyat Nugroho 2010

4 Konflik tanpa henti: pemukiman dalam kawasan TN Halimun Salak

Prabowo et al. 2010

5 Kontribusi aktivitas wisata alam di TN Way Kambas terhadap perekonomian setempat

Rakatama 2008

6 Pengaturan hak-hak penguasaan atas hutan penelitian Martin 2008

7 Potensi pengembangan hutan kemasyarakatan di hutan produksi Way Terusan, Lampung Tengah

Elvida YS dan Prahasto

2008

8 Merealisasikan Pembayaran Jasa Lingkungan: Pembelajaran dari Berbagai daerah

Nurfatriani 2008

9 Evaluasi kebijakan pelaksanaan sistem agroforestrydi Indonesia Alviya dan Suryandari

2006

10 Masalah kelembagaan dan arah kebijakan rehabilitasi hutan dan lahan

Kartodiharjo 2006

Daftar judul artikel jurnal ilmiah yang direview

Page 7: Kajian Alternatif Pola Penghidupan Bagi Masyarakat Lokal

Metodologi

Data Sekunder

No Judul Penulis Tahun

Publikasi 1 Analisis Perubahan Tutupan Hutan di Kabupaten Rokan Hilir dan Siak

Provinsi Riau: Peningkatan Peran Pemerintah, Kebijakan, dan Kelembagaan dalam Pengurangan Emisi dari Degradasi Hutan dan Deforestasi

Wijaya dan Khalil 2012

2 Pedoman untuk Mempelajari Berbagai Dampak Proyek REDD+ bagi Mata Pencarian

Jagger et al. 2011

3 Deforestation and Forest Degradation in Lombok Island, Indonesia: Causes and Consequences

Fakultas Kehutanan IPB

2011

4 Technical Report: Review Infrastructure Framework and Mechanism Related to SFM as Important Option in Reducing Emission from Deforestation and Forest Degradation

Nurrochmat DR 2011

5 Kajian Dampak Sosial: Pengelolaan Hutan di KPH Banyuwangi Utara, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur

Perhutani KPH Banyuwangi Utara

2008

6 Profil Sosial Ekonomi Budaya Masyarakat di Kawasan Hutan Pusrenhut 2005 7 Pembaharuan Tata-Pemerintahan Lingkungan Menciptakan Ruang

Kemitraan Negara-Masyarakat Sipil-Swasta Dharmawan et al. 2005

8 Co-Management of Protected Areas: the Case of Community Agreements on Conservation in the Lore Lindu National Park, Central Sulawesi, Indonesia

Mappatoba dan Birner

2004

9 Potensi Hutan Rakyat (Tanaman Perkebunan dan Hortikultura) Indonesia 2003

Pusrenhut 2003

10 Forests for Poverty Reduction: Opportunities with Clean Development Mechanism, Environmental Services and Biodiversity

FAO Regional Office Asia Pacific

2003

Daftar judul laporan yang direview

Page 8: Kajian Alternatif Pola Penghidupan Bagi Masyarakat Lokal

Metodologi

Data Sekunder

No Judul Penulis Tahun

Publikasi

1 Land Rehabilitation in Extreme Zone: Learning From A/R CDM in East Lombok

Siregar dan Ridwan

2014

2 Hutan Tanaman Pangan; Realitas, Konsep dan Pengembangan Puspitojati et al. 2013

3 Jalan Terjal Reforma Agraria di Sektor Kehutanan Hakim dan Wibowo

2013

4 Hutan Rakyat: Sumbangsih Masyarakat Pedesaan untuk Hutan Tanaman

Puspitojati et al. 2012

5 Managing the Last Frontier of Indonesian Forest in Papua* Marwa et al. 2010

6 Ekonomi Politik Kehutanan: Mengurai Mitos dan Fakta Pengelolaan Hutan

Nurrochmat et al. 2005

7 Pemasaran Produk-Produk Agroforestry Sundawati et al. 2005

8 Kehutanan Multipihak: Langkah Menuju Perubahan Yuliani et al. 2004

9 Mosaik Sosiologis Kehutanan: Masyarakat Lokal, Politik dan Kelestarian Sumberdaya

Sardjono 2003

10 Resiliensi Kehutanan Darusman et al. 2003

Daftar judul buku yang direview

Page 9: Kajian Alternatif Pola Penghidupan Bagi Masyarakat Lokal

Metodologi

Data Primer

Lokasi dan Pelaksanaan Kunjungan Lapang

Lokasi Tanggal Pelaksanaan Tim Ahli

Kab. Kutai Kartanegara

Prov. Kalimantan Timur

12-14 Desember 2014 Ketua Tim:

Dr. Dodik Ridho Nurrochmat (IPB)

Asisten:

Juwaid Purwanto, SP (LSM BIOMA, Kaltim)

Kab. Wonogiri

Prov. Jawa Tengah

21-23 Desember 2014 Ketua Tim:

Dr. Dodik Ridho Nurrochmat (IPB)

Asisten:

Dr. Meti Ekayani (IPB)

Nana Haryanti, M.Sc (BPTKP DAS Solo)

Dyah Puspitaloka, S.E. (IPB)

Kab. Lombok Tengah

Prov. Nusa Tenggara Barat

31 Desember 2014 – 4

Januari 2015

Ketua Tim:

Dr. Dodik Ridho Nurrochmat (IPB)

Asisten:

Dr. Meti Ekayani (IPB)

Rubayi Al-Hasan, M.Si (BPK Prov. NTB)

Eny Widiya Astuti, S.TP (IPB)

Page 10: Kajian Alternatif Pola Penghidupan Bagi Masyarakat Lokal

Metodologi

Metode Pengumpulan Data Primer

Observasi Lapang

Focus Group

Discussion

Key Person

Interview

Page 11: Kajian Alternatif Pola Penghidupan Bagi Masyarakat Lokal

Metodologi

Pendekatan Analisis Pertanyaan Kunci

• Perubahan apa yang terjadi pada pola penghidupan masyarakat di dalam dan sekitar hutan serta lingkungan mereka?

• Apakah aset atau modal masyarakat di dalam dan sekitar hutan yang paling penting dalam mendukung pola penghidupan dan pengelolaan hutan lestari?

• Bagaimana masyarakat di dalam dan sekitar hutan beradaptasi terhadap dampak perubahan iklim?

• Kebijakan pemungkin (enabling policy) apa yang diperlukan untuk mendukung keberhasilan program pengelolaan hutan bersama/berbasis masyarakat?

Batasan Kajian

• On-Forest

• Pengelolaan Hutan

• Off-Forest

• Pengolahan

• Tata Niaga

• Kelembagaan

• Mengacu pada:

• Analisis berbasis literatur

• Analisis berbasis empiris

• Rekomendasi & sintesis kebijakan pemungkin (enabling policy)

Page 12: Kajian Alternatif Pola Penghidupan Bagi Masyarakat Lokal

Hasil dan Pembahasan

Kebijakan Pengembangan Masyarakat di Dalam dan Sekitar Hutan

Hutan Kemasyarakatan (HKm)

Hutan Desa (HD)

Hutan Tanaman Rakyat (HTR)

Pengelolaan Hutan Pola Kemitraan

Hutan Rakyat (HR)

Page 13: Kajian Alternatif Pola Penghidupan Bagi Masyarakat Lokal

Hasil dan Pembahasan

Matriks Silang Opsi Strategi Pengelolaan Sumberdaya Alam Berdasarkan

Tipologi Sumberdaya Alam, Sosial dan Otoritas[1]

[1] Sumber: Dephut (2007)

Page 14: Kajian Alternatif Pola Penghidupan Bagi Masyarakat Lokal

Hasil dan Pembahasan

Sumber: Birner & Wittmer(2000); Nurrochmat (2005), dimodifikasi

Pengaruh modal sosial dalam biaya pengelolaan sumberdaya alam

C2

C3

C1

C

E 2

E 1

E

O

GC3 GC GC1

Governance Costs

GC Pure State Management GC3Co-Management

GC1’ Co-Management with social capital GC2’’ Co-Management with perverse social capital

Social capital

GC2

Perverse Social capital

Care intensity A B C

Page 15: Kajian Alternatif Pola Penghidupan Bagi Masyarakat Lokal

Hasil dan Pembahasan

Sumber: Birner & Witmer (2000a); Nurrochmat (2005a) dimodifikasi

Opsi kelembagaan pengelolaan hutan berdasarkan

kapasitas negara dan modal sosial

Community Based Management

Collaborative Management

Private State Management

Kapasitas Negara

Lemah Kuat

Ku

at

Lem

ahM

od

al

So

sia

l

Page 16: Kajian Alternatif Pola Penghidupan Bagi Masyarakat Lokal

Kab. Kutai Kartanegara

Prov. Kalimantan Timur

Page 17: Kajian Alternatif Pola Penghidupan Bagi Masyarakat Lokal

Tiga jenis tanaman pokok yang biasa ditanam

masyarakat sekitar hutan:

Komoditas Potensi Kendala

Karet Unggul –

berpotensi

menjadi HTR atau

Hutan Desa

• Sudah ada pemasaran ke Kalimantan

Selatan – masyarakat sudah terbiasa

menanam dengan pola tumpang sari

• Bisa disadap di umur 5 tahun

• Volume getah mencapai 2x dari karet alam

• Pekerjaan penyadapan karet tidak terlalu

berat

• Potensi penyadapan: 15 kg/ hari (asumsi

pohon 400-500 pohon/ha)

• Dapat ditumpangsarikan dengan tanaman

pertanian sampai umur tiga tahun

• Dapat ditumpangsarikan dengan tanaman

kayu gaharu

Harga tidak stabil

Page 18: Kajian Alternatif Pola Penghidupan Bagi Masyarakat Lokal

Komoditas Potensi Kendala

Kelapa Sawit –

tanaman

pembanding

• Sudah menguasai teknik

• Sudah memberikan hasil secara

ekonomi

• Dapat ditumpangsarikan dengan

tanaman pertanian sampai dua

tahun

• Harga TBS sawit cenderung

menurun

• Lokasi pabrik pengolahan

jauh, jika TBS terlambat

sampai pabrik maka

kualitasnya menurun

• Pupuk kimia bersubsidi

susah didapat

• Pupuk organik belum bisa

mensubstitusi pupuk kimia,

karena jumlahnya tidak

memadai.

Page 19: Kajian Alternatif Pola Penghidupan Bagi Masyarakat Lokal

Komoditas Potensi Kendala

Buah Naga • Keuntungan finansial lebih besar daripada

sawit

• Mudah dibudidayakan di tanah marginal,

tumbuh dengan baik di lahan bekas tambang

• Hanya memerlukan sedikit pupuk

• Jarang terkena hama/ penyakit

• Dapat ditumpangsarikan sepanjang daur

dengan berbagai tanaman pertanian.

Harga fluktuatif

Gaharu • Tanaman pagar

• Sistem bagi hasil 60% : 40%

Tingkat keberhasilan

inokulasi dan pasar belum

jelas

Jati • Lahan yang tersedia cukup luas. Tidak tumbuh optimal

(kemungkinan lahan kurang

sesuai).

Lada, cabe, nanas,

pisang

• Lahan sesuai, pasar tersedia, harga baik Tidak tahan naungan

Page 20: Kajian Alternatif Pola Penghidupan Bagi Masyarakat Lokal

Usulan/Kebutuhan Masyarakat:

Mesin pencacah untuk pupuk organik & papan ternak dalam skala besar.

Budidaya tanaman non-konvensional yang tidak memerlukan lahan besar

(misalnya: jamur merang)

Pabrik pengolahan di dekat lokasi (sawit, karet)

Pelatihan pengolahan (misal: pengolahan buah naga)

Kegiatan reklamasi tambang hendaknya melibatkan masyarakat lokal

Sistem tumpangsari kayu dengan tanaman budidaya sepanjang daur yang

memiliki nilai ekonomi tinggi (misal: kopi)

Apabila pemerintah ingin memperkenalkan komoditas baru, baiknya

disiapkan juga pasarnya (inisiasi kerjasama pemasaran) – jahe, buah naga.

Page 21: Kajian Alternatif Pola Penghidupan Bagi Masyarakat Lokal

Dokumentasi Kegiatan

Penanaman lahan bekas tambang (KP) di lahan masyarakat dengan buah naga

Kebun jati rakyat tanaman tahun 1999 di Kab. Kutai Kartanegara

Page 22: Kajian Alternatif Pola Penghidupan Bagi Masyarakat Lokal

Kebun karet rakyat di Kab. Kutai Kartanegara

Page 23: Kajian Alternatif Pola Penghidupan Bagi Masyarakat Lokal

Potensi buah naga di lahan marginal dan

lahan terdegradasi

Page 24: Kajian Alternatif Pola Penghidupan Bagi Masyarakat Lokal

Kab. Wonogiri

Prov. Jawa Tengah

Page 25: Kajian Alternatif Pola Penghidupan Bagi Masyarakat Lokal

Manfaat dari hutan rakyat

Manfaat ekonomi (kayu)

Manfaat lingkungan (non-

kayu)

Hasil kayu membantu pemenuhan

kebutuhan mendesak

• Lebih penting daripada manfaat

kayu

• Kemudahan mendapatkan air

• Iklim yang lebih sejuk

Page 26: Kajian Alternatif Pola Penghidupan Bagi Masyarakat Lokal

Produk utama yang dapat memberikan manfaat ekonomi:

Komoditas Potensi Kendala

Kayu

(sertifikasi LEI, penyiapan

sertifikasi FSC)

Prioritas tanaman kayu:

1) Jati

Merupakan tanaman utama

2) Sengon

- Menguntungkan lebih cepat

panen

- Tidak bisa ditanam di seluruh

daerah di Wonogiri

3) Mahoni

Pertimbangan dalam

menentukan prioritas:

kondisi/ kesesuaian lahan, bukan

harga jual

Kesesuaian lahan

Tanaman bawah tegakan

(Empon-empon)

Dapat tumbuh terus sepanjang

daur

Empon-empon bernilai ekonomi

tinggi – masa panen lama.

Tanaman bawah tegakan

(Tanaman pertanian: padi,

jagung)

Nilai ekonomi tinggi Hanya pada saat belum tertutup

naungan

Page 27: Kajian Alternatif Pola Penghidupan Bagi Masyarakat Lokal

Kendala dalam mengembangkan hutan rakyat

Kendala Keterangan

Modal • Perlu adanya kredit tunda tebang

• Kendala kredit tunda tebang: (kelembagaan, avalis)

• Inventarisasi aset pohon sulit dilakukan

• Tata waktu singkat dan info yang tidak memadai

• Isian form rumit dan kompleks

• Skema pemberian kredit langsung ke petani merupakan skema yang

sulit untuk dikontrol (tidak bankable)

• Meskipun kredit tunda tebang ada, tebang butuh tetap berjalan

Page 28: Kajian Alternatif Pola Penghidupan Bagi Masyarakat Lokal

Kendala Keterangan

Pasar • Harga bakul lebih rendah dari harga pasar, namun harga bakul tidak

terpaut jauh satu sama lain karena ada asosiasi pedagang

• Rendahnya harga beli karena bakul harus menanggung ongkos tenaga

kerja dan transportasi

SDM • Kurangnya SDM generasi muda

• Solusi: menciptakan lapangan kerja di desa

Biofisik Lahan marginal

Teknis Minim kegiatan pemeliharaan (pemangkasan, penjarangan) – perlu kajian

apakah diperlukan kegiatan pemeliharaan intensif.

Page 29: Kajian Alternatif Pola Penghidupan Bagi Masyarakat Lokal

Dokumentasi Kegiatan

Peserta Diskusi Mengisi Kartu Kendali. Penggunaan Kartu Kendali Merupakan Salah Satu Metode Pengambilan Data dalam Proses Focus Group

Discussion.

Tim Ahli/ Fasilitator Menyusun Kartu-kartu Kendali yang Telah

Diisi oleh Peserta Diskusi.

Gambar 6. Salah Satu Hasil Focus Group Discussion dengan Metode Kartu Kendali. Kartu-kartu yang Diisi oleh Peserta Diskusi Kemudian Disusun dan Dikelompokkan oleh Tim Ahli/ Fasilitator.

Page 30: Kajian Alternatif Pola Penghidupan Bagi Masyarakat Lokal

Tipe-Tipe Hutan Rakyat di Wonogiri &

daerah lain di Pulau Jawa HR tumbuh pada lahan-lahan milik yang luasannya relatif kecil

(<1 ha): pekarangan, tegalan, sawah, kebun

30

HR tipe pekarangan

HR tipe tegalan

HR tipe kebun

HR tipe pematang sawah

Sumber: PSP3 IPB (2012)

Page 31: Kajian Alternatif Pola Penghidupan Bagi Masyarakat Lokal

Kab. Lombok Tengah

Prov. Nusa Tenggara Barat

Page 32: Kajian Alternatif Pola Penghidupan Bagi Masyarakat Lokal

Manfaat terpenting dari hutan:

Ekologi Ekonomi

• Sirkulasi air

• Mencegah banjir, tanah

longsor

• Iklim (temperatur undara

terjaga dan tidak panas lagi)

• Sumber mata air

• Meningkatkan tiingkat

kesejahteraan/ekonomi

masyarakat

• Meningkatkan tingkat

Pendidikan masyarakat

(mampu membiayai

pendidikan ke jenjang lebih

tinggi)

Page 33: Kajian Alternatif Pola Penghidupan Bagi Masyarakat Lokal

Komoditas Potensi Kendala

Kayu Menerapkan jarak tanam dan

penjarangan (di kebun/Hutan

Rakyat)

• Sistem penjualan: borongan

• Sistem penebangan: tebang

habis. Dengan umur tebang

sengon: 7-10 tahun dan

mahoni: 15 tahun

• Luas kepemilikan lahan

sempit (0,5-1ha)

•Sumber penghasilan dari hutan:

Page 34: Kajian Alternatif Pola Penghidupan Bagi Masyarakat Lokal

Komoditas Potensi Kendala

Kopi Potensi penanaman kopi

arabika (saat ini

masyarakat menanam

kopi robusta – rasa

dianggap lebih enak)

• Kondisi saat ini: kopi sudah

hampir habis, dijual untuk

omprongan tembakau

• Hama: monyet

• Pengelolaan lahan produksi

kopi yang diambil alih oleh

Pemda untuk diserahkan hak

kelolanya kepada masyarakat

tidak dibarengi dengan

peraturan yang jelas

Page 35: Kajian Alternatif Pola Penghidupan Bagi Masyarakat Lokal

Komoditas Potensi Kendala

Aren • Penghasilan dari aren

cukup besar dibandingkan

pisang

• Harga jual gula aren

sangat bagus Rp 45.000/

kg

• Potensi panen aren: 20-30

L/ pohon, 1 penyadap

dapat memanen 8 pohon/

hari

• Pengolahan gula aren:

Gula cakep dan semut

• Tidak semua orang bisa

memanen aren

• Adanya mitos dalam

pemanenan aren

• Penjualan tuak aren lebih

menguntungkan

dibandingkan dengan

dengan gula aren

Page 36: Kajian Alternatif Pola Penghidupan Bagi Masyarakat Lokal

Komoditas Potensi Kendala

Kakao Banyak terdapat di HKm

dan HR

Banyak hama/ penyakit, sehingga

umur 6-7 tahun sudah ditebang

Pisang Site sesuai, pasar sangat

baik (1,6 M/bln)

Tidak tahan naungan

Durian Dapat menutupi

penurunan hasil pisang

Keuntungan rendah karena

penjualan dengan sistem borongan

dan belum ada pengolahan durian

lebih lanjut; terlalu banyak

masyarakat yang menanam durian

Nangka Site sesuai Hanya untuk konsumsi pribadi

Manggis Site sesuai, pasar

potensial untuk

dikembangkan

Belum memperoleh dukungan

instansi terkait

Page 37: Kajian Alternatif Pola Penghidupan Bagi Masyarakat Lokal

Komoditas Potensi Kendala

Air terjun di

Aik Berik

Wisata alam Manajemen wisata yang

masih perlu ditingkatkan

(kebersihan, kenyamanan,

dsb.)

Danau di Aik

Bual

Wisata alam

(pemancingan)

Belum dikembangkan

Segara Anak Wisata alam (trekking) Wisata minat khusus

Page 38: Kajian Alternatif Pola Penghidupan Bagi Masyarakat Lokal

Kendala pengembangan HKm:

Distrust terhadap lembaga-lembaga tertentu

Kelembagaan pemasaran

Infrastruktur fisik (jalan di lokasi HKm)

Peningkatan pengawasan keamanan

Page 39: Kajian Alternatif Pola Penghidupan Bagi Masyarakat Lokal

Dokumentasi Kegiatan

Tim ahli/fasilitator menyusun kartu kendali yang sudah diisi oleh peserta diskusi

Salah satu pintu/jalur trekking ke Danau Segara

Anak dan Gunung Rinjani Kelembagaan masyarakat pengelola ekowisata

Page 40: Kajian Alternatif Pola Penghidupan Bagi Masyarakat Lokal

Kesimpulan

Alokasi lahan untuk pemanfaatan hutan skala kecil berdasarkan data RKTN

sangat kecil, hanya sekitar 4% dari total luas kawasan hutan sehingga

pembangunan PHBM, terutama kegiatan pengelolaan hutan BERSAMA

masyarakat (CFM) adalah sebuah keharusan melengkapi kegiatan pengelolaan

hutan BERBASIS MASYARAKAT (CBFM).

Faktor penyebab utama yang mengubah pola penghidupan masyarakat:

faktor ekonomi (harga komoditas, akses pasar)

terbatasnya luas kepemilikan lahan dan kondisi lahan (migrasi ke sektor

non-lahan – menjadi buruh dsb.)

fragmentasi lahan hutan (dari perladangan berpindah menjadi menetap)

Pengelolaan hutan berbasis/bersama masyarakat

Di Jawa: CBFM (hutan rakyat); CFM (PHBM Perhutani) - relatif baik pada

kondisi negara kuat dan modal sosial kuat.

Di luar Jawa: kondisi lahan hutan yang semakin terfragmentasi –perubahan

pola dari perladanngan berpindah menjadi menetap, menanam sesuai

dengan kebiasaan, harga komoditas dan akses pasar.

Page 41: Kajian Alternatif Pola Penghidupan Bagi Masyarakat Lokal

Kesimpulan

Lokasi Faktor Pendorong Keberhasilan Komoditas

Kabupaten

Wonogiri

• Harga kayu tinggi

• Kemudahan pemasaran kayu

• Kondisi lahan berbatu

Jati (dapat

tumbuh di lahan

marjinal),

sebagian mahoni

& sengon

Kabupaten

Lombok

Tengah

tingginya permintaan terhadap beberapa tanaman tumpang

sari terutama pisang (sebagian besar ditanam di dalam

kawasan hutan)

Pisang, pohon

buah-buahan

Kabupaten

Kutai

Kartanegara

• masyarakat banyak bereksperimen melakukan

tumpang sari berbagai jenis pohon dan tanaman

berdasarkan aspek kondisi tempat tumbuh maupun

harga komoditas.

• lahan-lahan terdegradasi berat seperti lahan bekas

tambang saat ini telah dapat ditanami oleh masyarakat

dengan jenis tanaman yang memiliki nilai ekonomi

tinggi adaptif terhadap kondisi iklim ekstrem, misalnya

buah naga.

• dibangunnya infrastruktur jalan yang baik sehingga

mempermudah

Karet, buah naga,

lada, sawit

Page 42: Kajian Alternatif Pola Penghidupan Bagi Masyarakat Lokal

Kesimpulan

Kombinasi insentif ekonomi dan kondisi lahan juga menjadi faktor penting

terjadinya perubahan pola penghidupan masyarakat.

Pelibatan atau partisipasi masyarakat dalam pengelolaan hutan adalah suatu

keharusan, namun “partisipasi” yang kurang tepat bahkan tidak sesuai dapat

mengurangi efektivitas capaian program kehutanan dan berpotensi memicu

konflik dalam pengelolaan hutan.

Ada tiga persoalan umum yang dihadapi oleh masyarakat di dalam dan

sekitar hutan untuk memperoleh kesejahteraan yang lebih baik, yaitu:

Masalah Solusi

keterbatasan kapasitas sumberdaya

manusia

program-program pelatihan, studi

banding, dan pendampingan

keterbatasan akses pasar Infrastruktur

Ketidaksinkronan kebijakan baik antara

pusat dan daerah, maupun kebijakan

antar sektor

hanya dapat diatasi jika diketemukan

sumber masalah, dapat mengatasi

sumber masalah, dan dikeluarkannya

kebijakan pemungkin.

Page 43: Kajian Alternatif Pola Penghidupan Bagi Masyarakat Lokal

Kesimpulan perangkap arus utama (mainstream) pemikiran rimbawan yang

mendikotomikan secara “sangat kaku” jenis-jenis tanaman kehutanan

yang “diakui” sebagai tanaman hutan dan bukan tanaman hutan.

Keberhasilan pengelolaan hutan berbasis/bersama masyarakat tidak

hanya ditentukan oleh ketersediaan peraturan teknis tetapi juga

memerlukan adanya kebijakan pemungkin (enabling policy).

Rekonstruksi tenurial dan tata kelola hutan harus dimulai dari

meluruskan kekeliruan pola pikir yang rancu antara “kawasan hutan”

dengan status hutan (hutan negara, hutan hak, dan hutan adat) dan

fungsi hutan (konservasi, lindung, produksi)

Konsep penguasaan dan pengurusan hutan termasuk dalam “ruang

kuasa” kehutanan, sedangkan pengelolaan dan pemanfaatan hutan

termasuk dalam “ruang kelola” kehutanan.

Rumitnya tata usaha hasil hutan merupakan disinsentif bagi

pengembangan usaha pemanfaatan hutan, termasuk pengelolaan hutan

berbasis/bersama masyarakat.

Page 44: Kajian Alternatif Pola Penghidupan Bagi Masyarakat Lokal

Rekomendasi Kebijakan (1)

Strategi komunikasi dan pelibatan masyarakat lebih diutamakan pendekatan kasus-kasus yang langsung

berhubungan dengan keseharian masyarakat

Pemilihan jenis-jenis tanaman dalam program pengelolaan hutan berbasis/bersama masyarakat harus terlebih dahulu melihat kesesuaian sosial-budaya dan

nilai ekonominya, baru memilih jenis atau varietas yang paling sesuai secara ekologi dan bukan sebaliknya.

Fungsi kawasan hutan harus dipertahankan sehingga perubahan status kawasan tidak harus diikuti dengan

perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan (perubahan RTRW).

Page 45: Kajian Alternatif Pola Penghidupan Bagi Masyarakat Lokal

Rekomendasi Kebijakan (2)

Mengintegrasikan pengelolaan hutan berbasis/bersama masyarakat serta Hutan Desa (di areal hutan hak) dalam

Rencana Pengelolaan KPH.

Pertimbangkan kemungkinan memberikan Izin Usaha Pemanfaatan Hutan (IUPH) secara terpadu dan mengakui produksi HHBK non-konvensional dalam kawasan hutan (kopi, coklat, cengkeh, kelapa, dan hasil hutan bukan kayu

lainnya) secara resmi sebagai hasil hutan.

Page 46: Kajian Alternatif Pola Penghidupan Bagi Masyarakat Lokal

Rekomendasi Kebijakan (3)

Hindari pola penanaman pepohonan yang terpisah jauh dengan tanaman pengisinya karena hanya sebagian kecil yang dapat

diklaim sebagai “hutan” (Kemen LHK, FAO).

Pembangunan infrastruktur untuk mempermudah akses pasar, pengelolaan, dan

pengawasan

Prioritas CBFM dan CFM pada kawasan hutan yang tdk dibebani hak dan yang tidak aktif

dikelola oleh pemegang hak kepada masyarakat

Page 47: Kajian Alternatif Pola Penghidupan Bagi Masyarakat Lokal

Terima Kasih