ANALISIS KERENTANAN YANG MEMPENGARUHI PENGHIDUPAN ...
Transcript of ANALISIS KERENTANAN YANG MEMPENGARUHI PENGHIDUPAN ...
JIAGANIS, Vol. 3, No. 1, Maret 2018: 72-88 ISSN 2503-3298
72
ANALISIS KERENTANAN YANG MEMPENGARUHI PENGHIDUPAN
BERKELANJUTAN MASYARAKAT KELURAHAN PEMATANG REBA
TAHUN 2018
SURYA AKBAR
Program Studi Ilmu Administrasi Negara STIA Indragiri
Jl. Azki Aris, Rengat. Kode Pos 29318. Telp. (0769) 22458
Abstrak :
Penelitian ini merupakan penjelasan tentang pentingnya perhatian pemerintah dan
masyarakat umum tentang keberadaan kelompok rentan dalam upaya mereka menciptakan
kemandirian untuk memperoleh penghidupan berkelanjutan yang layak. Analisis terhadap
kelompok rentan dalam suatu wilayah diperlukan untuk mengetahui jenis kerentanan serta
mengidentifikasi kelompok-kelompok masyarakat yang termasuk dalam kategori
kelompok rentan. Dalam hal ini, pemerintah memiliki peran besar untuk memberikan
fasilitas serta akses yang cukup kepada mereka yang termasuk dalam kategori kelompok
rentan. Penelitian ini bertempat di wilayah Kelurahan Pematang Reba Kecamatan Rengat
Barat yang merupakan wilayah di sekitaran perkantoran Kabupaten Indragiri Hulu.
Perlunya penelitian ini adalah untuk melihat jenis kerentangan serta kelompok rentan yang
ada di lingkungan Kelurahan Pematang Reba, kenyataannya meskipun berada di wilayah
yang strategis dan berada diantara pusat perkantoran tidak memberikan jaminan bahwa
tidak adanya kelompok rentan di wilayah tersebut, justru lingkungan yang modern bisa
saja memiliki permasalahan yang kompoleks yang muncul di tengah masyarakatnya.
Kata Kunci : Kerentanan, Penghidupan Berkelanjutan, Kelompok Rentan dan Jenis
Kerentanan
Abstract :
This research is an explanation of the importance of the attention of the government and
the general public about the existence of vulnerable groups in their efforts to create self-
sufficiency for decent sustainable livelihoods. Analysis of vulnerable groups in an area is
needed to determine the type of vulnerability and identify community groups that fall into
the category of vulnerable groups. In this case, the government has a large role to provide
adequate facilities and access to those who fall into the category of vulnerable groups.
This research is located in the area of Pematang Reba Village, West Rengat District,
which is an area around the offices of Indragiri Hulu Regency. This research is located in
the area of Pematang Reba Village, West Rengat District, which is an area around the
offices of Indragiri Hulu Regency. The need for this research is to look at the types of
vulnerability and vulnerable groups that exist in the Pematang Reba Kelurahan, the fact is
that even though it is located in a strategic area and located between office centers, it does
not guarantee that there are no vulnerable groups in the region, even a modern
environment may have complex problems that arise in the midst of society
Keywoord : Vulnerability, Sustainable Livelihoods, Vulnerable Groups and Vulnerabilities
JIAGANIS, Vol. 3, No. 1, Maret 2018: 72-88 ISSN 2503-3298
73
I. PENDAHULUAN
I.a. Latar Belakang
Kerentanan berasal dari bahasa
rentan, rentan yang dimaksud disini
bukanlah kajian atau pembahasan
mengenai kondisi geografis suatu wilayah,
namun kata rentan juga dapat digunakan
terhadap kondisi yang tidak ideal bagi
seorang individu terhadap lingkungannya
berada. Pembahasan dalam penelitian ini
mengangkat permasalahan tentang analisis
kerentanan yang ada di lingkungan
masyarakat yang berpengaruh pada
penghidupan berkelanjutan masyarakat
tersebut.
Menurut KBBI (Kamus Besar
Bahasa Indonesia) rentan adalah sesuatu
yang mudah terancam atau sesuatu yang
sangat sensitif, rawan dan peka terhadap
sesuatu. Selain itu istilah rentan juga
mengarah kepada istilah tidak stabil dan
mudah mengalami perubahan. Seperti yang
telah diuraikan di atas mengenai substansi
penelitian yang mengkaji tentang
masyarakat yang rentan, maka dapat
diuraikan golongan masyarakat yang
termasuk ke dalam kelompok rentan, yakni
wanita, anak-anak, orang tua, orang yang
memiliki cacat fisik atau cacat mental,
kaum minoritas dan lain sebagainya.
Kelompok rentan yang disebutkan
di atas adalah segolongan orang yang
rawan untuk mengalami intimidasi bahkan
penindasan dari kelompok atau individu
lainnya.
Selain itu, menurut Allison (2001),
didefinisikan sebagai tingkat resiko
paparan dari bencana yang dapat menjadi
ancaman bagi mata pencaharian sehingga
akan berpengaruh terhadap penghasilan
seseorang. Sementara itu, menurut Obrist
(2007), faktor kerentanan masyarakat
antara lain kontrol seperti ekonomi, politik
atau teknologi, variabilitas iklim atau
bencana seperti banjir, dan konflik atau
epidemik. Faktor ini disebut sebagai
konteks bagi kerentanan masyarakat.
Menurut Pasal 8 UU Republik
Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 tentang
Hak Azasi Manusia (HAM), disebutkan
bahwa :
“Perlindungan, pemajuan,
penegakan dan pemenuhan Hak
Asasi Manusia merupakan
tanggung jawab pemerintah
disamping juga masyarakat”.
Pemerintah telah mengeluarkan
berbagai peraturan perundang-undangan
dan meratifikasi berbagai konvensi,
seperti konvensi hak anak, konvensi
penghapusan segala bentuk diskriminasi
terhadap perempuan dan lain-lain, tetapi
belum didukung dengan komitmen
bersama yang kuat untuk menerapkan
instrumen-instrumen tersebut.
Berdasarkan keadaan tersebut,
maka perlu dikembangkan suatu
mekanisme pelaksanaan hukum yang
efektif untuk melindungi hak-hak warga
masyarakat, terutama hak-hak kelompok
rentan.
Selanjutnya, pengertian Kelompok
Rentan tidak dirumuskan secara eksplisit
dalam peraturan perundang-undangan,
seperti tercantum dalam Pasal 5 ayat (3)
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999
tantang HAM yang menyatakan bahwa :
“Setiap orang yang termasuk
kelompok masyarakat yang
rentan berhak memperoleh
perlakuan dan perlindungan
lebih berkenaan dengan
kekhususannya”.
Dalam Penjelasan pasal tersebut
disebutkan bahwa yang dimaksud dengan
kelompok masyarakat yang rentan, antara
lain, adalah orang lanjut usia, anak-anak,
fakir miskin, wanita hamil dan penyandang
cacat.
Sedangkan menurut Human Rights
Reference 3 disebutkan, bahwa yang
tergolong ke dalam Kelompok Rentan
adalah :
JIAGANIS, Vol. 3, No. 1, Maret 2018: 72-88 ISSN 2503-3298
74
a. Refugees
b. Internally Displaced Persons
(IDPs)
c. National Minorities
d. Migrant Workers
e. Indigenous Peoples
f. Children, and
g. Women
Fakta menunjukkan bahwa saat ini
Indonesia memiliki banyak peraturan
perundang-undangan yang mengatur
tentang Kelompok Rentan, tetapi tingkat
implementasinya sangat beragam. Sebagian
undang-undang sangat lemah
pelaksanaannya, sehingga keberadaannya
tidak memberi manfaat bagi masyarakat.
Disamping itu, terdapat peraturan
perundang-undangan yang belum
sepenuhnya mengakomodasi berbagai hal
yang berhubungan dengan kebutuhan bagi
perlindungan kelompok rentan. Keberadaan
masyarakat kelompok rentan yang
merupakan mayoritas di negeri ini
memerlukan tindakan aktif untuk
melindungi hak-hak dan kepentingan-
kepentingan mereka melalui penegakan
hukum dan tindakan legislasi lainnya. Hak
asasi orang-orang yang diposisikan sebagai
masyarakat kelompok rentan belum
terpenuhi secara maksimal, sehingga
membawa konsekuensi bagi kehidupan diri
dan keluarganya, serta secara tidak
langsung juga mempunyai dampak bagi
masyarakat.
Pembahasan lebih lanjut mengarah
kepada istilah penghidupan berkelanjutan
(Sustainable Livelihood) masyarakat.
Peneliti melihat bahwa ada keterkaitan
antara kerentanan dengan penghidupan
berkelnajutan ini maka pentingnya
penelitian ini untuk dapat melihat
bagaimanakah kelompok rentan yang ada di
lingkungan masyarakat tertentu dalam
upaya mereka untuk memperoleh hak-hak
yang telah dijamain negara dalam rangka
memperoleh penghidupan berkelanjutan
yang layak dan selaras.
Sustainable Livelihood adalah
pendekatan yang dibangun untuk tujuan
memandirikan dan menciptakan kehidupan
yang layak dalam suatu masyarakat.
Livelihood menurut Chambers & Conway
(1992) meliputi kemampuan, aktivitas dan
asset yang dibutuhkan untuk hidup. British
Department for International Development
(DFID) mendefenisikan Sustainable
Livelihood sebagai kemampuan untuk
mengatasi atau bahkan pulih dari tekanan
dan mampu mempertahankan dan
meningkatkan kemampuan dan asetnya baik
pada saat ini maupun yang akan datang
tanpa harus mengurangi atau bahkan
merusak ketersediaan sumberdaya alam
yang ada saat ini (DFID, 2000).
Dalam membangun cara pandang
terhadap pengidupan berkelanjutan di suatu
wilayah, menurut British Department for
International Development (DFID) kita
harus mampu menganalisa faktor atau
elemen antara lain :
1. Analisis Konteks Kerentanan
Konteks kerentanan membingkai
lingkungan eksternal di mana orang-orang
hidup. Konteks kerentanan ini berasal dari
tren kritis, guncangan dan musim, dimana
orang menurut pendekatan ini, sebagai
dampak dari trend kritis tersebut
menyebabkan orang yang hidup di wilayah
tertentu pada akhirnya memiliki
keterbatasan atau tidak memiliki kendali
terhadap kehidupan mereka dan ini
memiliki dampak yang besar terhadap
kesejahteraan masyarakat wilayah tersebut.
Disamping trend factor pemicu
kerentanan lainnya adalah goncangan
(shock), dimana masyarakat sering tidak
memiliki kapasitas yang cukup untuk
merespon goncangan ini secara efektif dan
faktor lainnya adalah musim dimana
pengaruh musim akan berpengaruh
terhadap ketahanan suatu masyarakat.
2. Livelihood Assets
Dalam mewujudkan penghidupan
berkelanjutan, harus memahami kekuatan
JIAGANIS, Vol. 3, No. 1, Maret 2018: 72-88 ISSN 2503-3298
75
yang dimiliki oleh masyarakat di wilayah
tertentu. Kekuatan ini dalam pandangan
penghidupan berkelanjutan disebut asset.
Sehingga dipandang penting untuk
menganalisa bagaimana caranya
memanfaatkan asset ini guna mencapai
tujuan penghidupan berkelanjutan.
Terdapat 5 (lima) aset dasar yang harus
diperhatikan diantaranya human capital,
social capital, natural capital, physical
capital and financial capital.
3. Kebijakan, Lembaga dan Proses
(Policies, Institutions and Processes )
Kebijakan, Lembaga dan Proses
memiliki dampak langsung untuk dapat
menentukan akses penguasaan dan
pemanfaatan asset dan mempengaruhi
proses pengambilan keputusan.
4. Livelihood Strategies
Livelihood strategies adalah
jangkauan dan kombinasi aktifitas dimana
masyarakat di wilayah tertentu dapat
membuat cara-cara tertentu untuk
mencapai tujuan penghidupan
berkelanjutan mereka. Strategi ini
merupakan proses yang dinamis (tidak
kaku) dimana masyarakat melakukan
aktifitas untuk merumuskan kebutuhan
mereka. Strategi penghidupan
berkelanjutan terkait dengan asset pada
point 2 dan policies, institutions and
processes pada point 3 diatas.
5. Livelihood Outcomes
Capaian penghidupan berkelanjutan
adalah adalah hasil dari strategi yang
dijalankan seperti meningkatnya
pendapatan, meningkatnya kesejahteraan,
berkurangnya kerencatanan, ketanahan
pangan dan jaminan keberlangsungan
ketersediaan sumberdaya alam. Dimana
menurut Obrist et al.2007, untuk
terwujudnya penghidupan berkelanjutan
masyarakat harus memiliki beberapa hal
antara lain:
a. Mampu mengelola modal
kemanusiaan atau human capital
yang meliputi pendidikan,
pengetahuan, keterampilan, dan
kesehatan.
b. Mampu mengelola modal sosial atau
social capital (jaringan sosial dan
afiliasi).
c. Mampu mengelola sumberdaya
alam atau natural capital (tanah, air,
peternakan dan lain sebagainya).
d. Mampu mengelola sumberdaya fisik
atau physical capital yang meliputi
infrastruktur, peralatan dan sarana
transportasi).
e. Mampu mengelola sumber daya
keuangan atau financial capital
yakni keuangan atau biaya sacara
tunai maupun kredit.
JIAGANIS, Vol. 3, No. 1, Maret 2018: 72-88 ISSN 2503-3298
76
Gambar 1. Sustainable Livelihood Framework
Sumber : British Department for International Development (DFID, 2000
Berdasarkan pemaparan di atas
tentang makna kerentanan dan penghidupan
berkelanjutan maka pembahasan
selanjutnya mengkerucut pada
permasalahan kelompok rentan yang ada di
Kelurahan Pematang Reba dalam usaha
mereka untuk memandirikan diri serta
mencipatakan kehidupan yang layak
berdasarkan kerangka penghidupan
berkelanjutan yang telah dikemukakan
sebelumnya.
Kelurahan Pematang Reba
merupakan salah satu wilayah yang masuk
dalam kawasan Kecamatan Rengat Barat
dengan luas wilayah mencapai 4.537 Hektar
dengan koordinat bujur 102.42231 dan
koordinat lintang -0.485926, memiliki
ketinggian 23 M di atas permukaan laut.
Kelurahan pematang Reba terdiri dari 2
(dua) lingkungan, 9 RW dan 42 RT.
Orbitrasi jarak ke ibukota
kecamatan 0,8 Km sedangkan ke ibukota
kabupaten 0,6 Km. Kelurahan pematang
reba memiliki 1.538 KK sebanyak 30 %
diantaranya adalah KK miskin. Kepadatan
penduduk kelurahan pematang reba 150
(jiwa/Km2).
Untuk melihat kerentanan yang ada di lingkungan kelurahan pematang reba ini peniliti
berusaha untuk menghimpun data secara
menyuluruh serta menganalisa data-data yang diperoleh tersebut. Jenis kerentanan yang paling
umum itu bisa dilihat dari aspek tingkat
pendidikan, jenis kelamin, kondisi masyarakat yang memiliki kekurangan cacat fisik maupun
mental serta kelompok masyarakat yang dilihat
dari profesi serta pendapatan mereka dalam
sebulan maupun perkapita dalam setahun.
Penelitian ini berusaha untuk
mendeskripsikan secara komprehensif dan
mendalam mengenai kondisi masyarakat Kelurahan Pematang R eba pada umumnya dan
JIAGANIS, Vol. 3, No. 1, Maret 2018: 72-88 ISSN 2503-3298
77
menganilisis tentang kerentanan dari golongan
masyarakat yang ada pada khususnya.
II. METODE PENELITIAN
Metode penelitian pada umumnya
digunakan untuk mempermudah peneliti
dalam mengumpulkan informasi atau data
serta proses investigasi dari data yang
diperoleh. Metode penelitian memberikan
gambaran rancangan penelitian yang
meliputi antara lain : prosedur dan
langkah-langkah yang harus ditempuh,
waktu penelitian, sumber data, dan dengan
langkah apa data-data tersebut diperoleh
dan selanjutnya diolah dan dianalisis.
Metode penelitian menurut
Sugiyono (2014 : 2) adalah cara ilmiah
yang ditempuh seorang peneliti untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan
kegunaan tertentu. Untuk itu, penentuan
metode penelitian dalam suatu penelitian
ilmiah dirasakan sangatlah penting agar
suatu karya ilmiah yang dihasilkan lebih
terarah dan berkualitas.
Adapun metode penelitian yang
peneliti gunakan dalam penelitian ini
adalah metode penelitian kualitatif.
Menurut Sugiyono (2011), metode
penelitian kualitatif adalah metode
penelitian yang berlandaskan pada filsafat
post positivisme, digunakan untuk meneliti
pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai
lawannya eksperimen) dimana peneliti
adalah sebagai instrumen kunci.
Alasan peneliti menggunakan
metode penelitian kualitatif adalah untuk
memberikan gambaran dan informasi yang
jelas dan mendalam terhadap suatu
fenomena dan permasalahan yang peneliti
angkat dalam tulisan ini, seperti yang
dijelaskan oleh Kriyantono (2006) bahwa
tujuan penelitian kualitatif adalah untuk
menjelaskan suatu fenomena dengan
sedalam-dalamnya dengan cara
pengumpulan data yang sedalam-dalamnya
pula, yang menunjukkan pentingnya
kedalaman dan detail suatu data yang
diteliti.
II.a. Tekhnik Pengumpulan Data
Dalam membuat suatu penelitian
maka seorang peneliti harus menentukan
instrumen yang bisa digunakan dalam
pengumpulan informasi atau data yang
dibutuhkankan, hal ini perlu dilakukan agar
pekerjaan meneliti lebih terarah dan
terukur dalam menghasilkan penelitian
yang berkualitas.
Menurut Suharsimi Arikunto (2010
: 265) instrumen pengumpulan data adalah
alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh
peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan
data agar kegiatan tersebut menjadi
sistematis dan dipermudah olehnya.
Adapun tekhnik pengumpulan data
yang peneliti gunakan adalah sebagai
berikut :
1. Observasi langsung ke tempat
penelitian untuk memahami
lingkungan tempat penelitian
dibuat.
2. Wawancara
Peneliti langsung melakukan
wawancara secara mendalam
dengan beberapa aktor yang sudah
ditentukan.
3. Tiangulasi
Tekhnik triangulasi juga peneliti
gunakan dalam penelitian ini untuk
menggabungkan semua tekhnik
pengumpulan data sekaligus
menguji kredibilitas data yang
peneliti peroleh di lapangan.
4. Dokumen
Peneliti juga memperoleh data dari
tekhnik pengumpulan data
dokumen melalui dokumen-
dokumen yang ada di tempat
penelitian seperti dokumentasi,
profil desa dan lainnya.
Untuk data penelitian ini peneliti
mengklasifikasikan data berdasarkan dua
kelompok data, yakni :
1. Data Primer
Merupakan bentuk data yang
peneliti peroleh langsung dari
JIAGANIS, Vol. 3, No. 1, Maret 2018: 72-88 ISSN 2503-3298
78
tempat penelitian seperti data
wawancara dan dokumentasi.
2. Data Sekunder
Merupakan data pendukung seperti
arsip dan dokumen-dokumen
pendukung seperti profil desa yang
memuat gambaran umum wilayah
penelitian, struktur organisasi
pemerintahan desa dan lainnya.
III. PEMBAHASAN
III.a. Gambaran Umum Wilayah Kecamatan
Rengat Barat
Secara umum keadaan topografi
Kecamatan rengat Barat adalah berupa
Daerah Aliran Sungai (DAS) dan dataran
dengan ketinggian rata–rata dari
permukaan laut sekitar 27 meter. Desa
Tanah Datar merupakan desa dengan
wilayah tertinggi dari permukaan laut
yang mencapai 52 meter, diikuti oleh
Desa Tani Makmur dan Sungai Baung
yang memiliki ketinggian mencapai 48
meter.
Seluruh desa/kelurahan di
wilayah Rengat Barat dapat ditempuh
dengan kendaraan roda dua dan roda
empat dengan jarak des a/kelurahan
terjauh 16,4 km dari pus at kabupaten dan
17,1 km dari pusat kecamatan, yaitu Desa
Alang Kepayang. Batas -batas Kecamatan
Rengat Barat :
- Utara : Kabupaten Pelalawan
- Selatan : Kecamatan Seberida
- Timur : Kecamatan Rengat
- Barat : Kecamatan Lirik
a. Pemerintahan
Di bidang pemerintahan,
Kecamatan Rengat Barat terdiri dari 1
kelurahan dan 17 desa dengan status
hukum desa dan kelurahan definitif.
Kecamatan Rengat Barat memiliki 61
dusun/lingkungan , 107 RW, dan 270
RT. Kelurahan Pematang Reba sebagai
ibukota Kecamatan memiliki jumlah RT
terbanyak mencapai 42 RT.
Hal ini tidaklah mengherankan
mengingat jumlah penduduk di kelurahan
ini dari tahun ke tahun terus meningkat.
Sebaliknya, Desa Barangan memiliki
jumlah unit administratif paling sedikit,
yakni hanya terdiri dari 2 dusun, 2 RW, dan
4 RT.
Jika dibandingkan dengan tahun
2014 lalu, ada penambahan jumlah RW
dari 104 RW menjadi 107 RW, dan
penambahan jumlah RT yang cukup
signifikan dari 259 menjadi 270 RT.
b. Penduduk dan Perumahan
Penduduk Kecamatan Rengat
Barat pada umumnya dihuni oleh suku
Melayu, Jawa, Sunda dan suku pendatang
dari daerah lain. Jumlah penduduk
Kecamatan Rengat Barat pada tahun
2015 adalah 44.621 jiwa terdiri dari
22.960 laki-laki dan 21.661 perempuan,
dengan jumlah rumah tangga sebanyak
10.430 rumah tangga, sehingga rata- rata
jumlah jiwa dalam rumah tangga adalah 4
jiwa.
Dilihat dari rasio jenis kelamin
(sex ratio) terlihat bahwa s ecara
keseluruhan rasio jenis kelamin
penduduk Kecamatan Rengat Barat
adalah 106. Artinya, dari 100 penduduk
perempuan terdapat 106 penduduk laki-
laki. Ada 3 desa dengan rasio jenis
kelamin di bawah 100, atau dengan kata
lain jumlah penduduk laki-lakinya lebih
sedikit dari jumlah penduduk perempuan,
yaitu Desa Danau Baru, Rantau Bakung,
dan Danau Tiga.
Dilihat dari jumlah penduduk,
dari 18 desa/kelurahan yang ada,
kelurahan Kampung Pematang Reba
memiliki jumlah penduduk paling banyak
diikuti oleh Desa Talang Jerinjing.
Sementara Desa Barangan memiliki
jumlah penduduk yang paling kecil
dibandingkan dengan desa/kelurahan yang
lainnya.
JIAGANIS, Vol. 3, No. 1, Maret 2018: 72-88 ISSN 2503-3298
79
c. Pendidikan dan Kesehatan
Di sektor pendidikan, Kecamatan
Rengat Barat memiliki 17 unit TK
sederajat, 34 unit SD sederajat, 9 unit
SMP sederajat, 4 unit SMA sederajat, dan
2 unit SMK. Salah satu faktor penting
yang menunjang kualitas dan efis iens i
pendidikan adalah rasio siswa guru dan
murid. Berdasarkan data yang diperoleh
dari UPT Dinas Pendidikan Kecamatan
Rengat Barat, diketahui bahwa ras io
guru dan murid untuk tingkat Sekolah
Dasar (SD) dan Madras ah Ibtidaiyah
(MI) yaitu 1:12 dan 1:11, sedangka tingkat
Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan
Madrasah Tsanawiyah (MTs ) adalah
1:12 dan 1:15. Sementara itu, tingkat
Sekolah Menengah Atas (SMA),
Madrasah Aliyah (MA), dan Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) masing -mas
ing 1:10, 1:8, dan 1:9.
Pada sektor kesehatan, di
Kecamatan Rengat Barat terdapat 1 unit
rumah sakit, 1 unit puskesmas dan 13 unit
puskesmas pembantu (pustu). Sementara
itu, wabah penyakit yang paling banyak
diderita oleh masyarakat Kecamatan
Rengat Barat pada tahun 2015 adalah
penyakit saluran pernafasan (ISPA).
Berdasarkan data dari UPT Puskesmas
Pekan Heran, tercatat pada tahun ini ada
sebanyak 2.610 penederita ISPA.
d. Sosial Budaya
Di Kecamatan Rengat Barat
toleransi hidup beragama berjalan dengan
sangat baik indikator tersebut dapat
dilihat dari banyaknya pembangunan
sarana peribadatan di Kecamatan Rengat
Barat, tercatat terdapat 57 masjid, 82
surau/langgar dan 7 gereja. Ini merupakan
bukti bahwa kepedulian masyarakat
terhadap kehidupan beragama sangat
kuat, selain dari itu pembangunan
sarana ibadah terutama masjid dan
surau/langgar merupakan hasil swadaya
mas yarakat.
Meskipun adanya keberagaman
agama dengan mayoritas beragama
Islam namun tidak mengurangi nilai-
nilai toleransi antar umat beragama.
Demikian juga dengan pemeluk agama
lain yang secara jumlah merupakan
minoritas tapi tidak ada perlakukan
diskriminatif terhadap pemeluk agama
minoritas.
Sementara itu, data yang
dikumpulkan dari tiap desa/kelurahan di
Kecamatan Rengat Barat menunjukkan
bahwa masalah penyandang cacat harus
menjadi perhatian pemerintah setempat.
Tercatat ada sebanyak 120 penyandang
cacat di kecamatan ini pada tahun 2015,
dengan rincian 13 orang tuna netra (buta),
22 orang tuna rungu (tuli), 30 orang tuna
wicara (bisu), 14 orang tunadaksa (cacat
tubuh), dan 41 orang tuna grahita (cacat
mental).
III.b. Deskripsi Jenis-Jenis Kerentanan
dan Kelompok Rentan di Kelurahan
Pematang Reba
Kelurahan Pematang Reba adalah
salah satu kelurahan yang berada di wilayah
administratif Kecamatan Rengat Barat dan
kelurahan yang berada ditengah-tengah
Aktifitas perkantoran Pemerintah Daerah
Kabupaten Indragiri Hulu. Sebagian besar
penduduk di wilayah ini, seperti yang telah
digambarkan sebelumnya berprofesi
sebagai PNS dan Petani. Sedangkan akses
terhadap fasilitas kesehatan, pendidikan,
infrastruktur di Kelurahan ini sangat baik
dikarenakan posisi Kelurahan ini yang
berada dipusat aktifitas pemerintahan.
Seperti yang telah dijelaskan pada
pembahasan sebelumnya bahwa perempuan
mereka salah satu subyek yang termasuk
dalam kelompok rentan, karena
kenyataannya adalah perempuan
digambarkan sebagai sosok yang lemah dan
rawan terintimidasi oleh kelompok lainnya
terutama adalam para pria. Dapat dilihat
melalui tabel berikut jumlah penduduk
berdasarkan jenis kelamin di kelurahan
pematang reba, yakni :
JIAGANIS, Vol. 3, No. 1, Maret 2018: 72-88 ISSN 2503-3298
80
Tabel 1. Jumlah Penduduk Berdasarkan
Jenis Kelamin
No. Nama
Wilayah
L P JML JML
KK
1. Pematang
Reba
3.316 3.519 6.835 1.538
Sumber : Data Olahan Prodeskel
Kelurahan Pematang Reba 2017
Dari sisi kacamata kerentanan,
karena sebagian besar petani diwilayah ini
adalah petani sawit, maka kerentanan yang
akan muncul adalah kerentanan harga
akibat ketergantungan dengan pasar
internasional.
Tabel 2. Pengelompokan Penduduk
Berdasarkan Mata Pencaharian
No. Profesi Laki-
laki Perempuan Jumlah
(1) (2) (3) (4) (5)
1. Pengusaha 12 10 22
2. TNI 70 4 74
3. Dokter
Swasta
3 5 8
4. Wiraswasta 38 16 54
5. Pedagang
Keliling
1 2 3
6. Tukang
Sumur
6 0 6
7. PNS 500 300 800
8. Tukang
Listrik
12 1 13
9. Petani 710 105 815
10. Ibu Rumah
Tangga
0 78 78
11. Tukang
Jahit
5 3 8
12. Jasa
Pengobatan
Alternatif
1 1 2
13. POLRI 50 0 50
14. Pembantu
Rumah 0 60 60
Tangga
15. Peternak 70 30 100
16. Ahli
Pengobatan
Alternatif
2 2 4
17. Dosen
Swasta
5 2 7
Total 1.696 674 2.370
Sumber : Data Olahan Prodeskel Kelurahan
Pematang Reba 2017
Disamping itu kerentanan yang
muncul disebabkan oleh rendahnya
pendidikan penduduk dimana berdasarkan
tabel berikut ini :
Tabel 3. Penduduk Berdasarkan
Tingkat Pendidikan
Kelurahan Pematang Reba
No. Wilayah Jenjang
Pendidikan
Jumlah
(Org)
1. Pematang
Reba
1. S2 27
2. S1/D4 190
3. Diploma 557
4. SLTA/
Sederajat
447
5. SLTP/
Sederajat
1.500
6. SD 2.080
JUMLAH 4.801
Sumber : Data Olahan Mandiri Prodeskel
Kelurahan Pematang Reba Tahun 2017
Bentuk grafik dari tabel penduduk
berdasarkan tingkat pendidikan di
kelurahan pematang reba ini dapat dilihat
dari grafik berikut ini :
JIAGANIS, Vol. 3, No. 1, Maret 2018: 72-88 ISSN 2503-3298
81
Grafik 1. Persentase Penduduk Rentan
Berasal dari Tingkat Pendidikan di Kel.
Pematang Reba
Dari grafik diatas dapat dilihat
bahwa persentase penduduk rentan
berdasarkan tingkat pendidikan di
Kelurahan Pemarang Reba sebanyak 75%,
ini dipertegas berdasarkan penjelasan tabel
masih tingginya angka pendidikan
masyarakat pada tamatan SD dan SLTP
tentunya ini akan sangat berpengaruh pada
pembangunan sumber daya manusia di
suatu wilayah terutama kelurahan pematang
reba.
Tabel 4. Penduduk Berdasarkan Tingkat
Kesejahteraan
No. Jenis KK Jumlah KK
1. Prasejahtera (kk) 180
2. Sejahtera 1 (kk) 311
3. Sejahtera 2 (kk) 600
4. Sejahtera 3 (kk) 477
5. Sejahtera 3+ (kk) 0
Sumber : Data olahan wawancara dan
data Prodeskel Kel. Pematang Reba Th
2017
Grafik 2. Persentase Penduduk Rentan
Berasal dari Tingkat Kesejahteraan di
Kel. Pematang Reba
Jenis kerentanan masyarakat
kelurahan pematang reba berdasarkan
tingkat kesejahteraan ini diperoleh dari data
primer yakni wawancara mendalam
bersama lurah kelurahan pematang reba
yang didampingi oleh perangkat kelurahan
serta didukung oleh data sekunder dokumen
yang telah diunggah melalui situs prodeskel
pada tahun 2017.
Tabel 5. Penduduk Berdasarkan
Perumahan Kelurahan Pematang Reba
No. Deskripsi
Rumah Kategori Jumlah Jml
Keseluruhan
1. Dinding
Rumah
Kayu 426 1.506
Tembok 1.080
2. Lantai
Rumah
Kayu 65
Keramik 210
Semen 910 1.185
Sumber : Data Olahan Prodeskel Kelurahan Pematang Reba 2017
32%
68%
RENTAN TIDAK RENTAN
Sumber : Data olahan Prodeskel Kelurahan
Pematang Reba Tahun 2017
75%
25%
RENTAN TIDAK RENTAN
Sumber : Data olahan Prodeskel Kelurahan
Pematang Reba Tahun 2017
JIAGANIS, Vol. 3, No. 1, Maret 2018: 72-88 ISSN 2503-3298
82
Tabel 6. Penduduk Berdasarkan Atap
Perumahan Kelurahan Pematang Reba
No.
Jenis Atap
JML
1. Daun 410
2. Asbes 110
3. Genteng 210
4. Beton 35
5. Seng 200
Jumlah 1.465
Sumber : Data Olahan Prodeskel Kelurahan
Pematang Reba 2017
Berdasarkan bentuk rumah dari
penjelasan tabel di atas maka bentuk
perumahan masyarakat yang menempati
wilayah kelurahan pematang reba masih
beragam, hal ini disebabkan karena
memang sebagian besar masyarakat yang
ada masih mempertahan kebiasaan dahulu
dalam membuat rumah dari material kayu
atau papan, namun tidak sedikit juga
masyarakat yang sudah memiliki rumah
dengan material semen.
Keadaan sanitasi dasar masyarakat
di kelurahan Pematang Reba berdasarkan
data yang dihimpun dari UPT Puskesmas
Pekan Heran Kecamatan Rengat Barat
Tahun 2017, dari 1.515 KK dan 6.206
penduduk 1.506 KK punya jamban, 9 KK
tidak punya jamban, dengan kategori 1.504
jamban sehat dan 2 tidak sehat. Data
selanjutnya adalah untuk jumlah Ibu hamil
hingga Triwulan II Tahun 2017 di
Kelurahan Pematang Reba berjumlah 292
orang.
Sebanyak 1.011 KK memiliki TPS
(Tempat Pembuangan Sampah) 404 KK
tidak memiliki TPS dengan kategori 1.011
KK TPS sehat dan 0 tidak sehat,
selanjutnya 1.491 KK memiliki pengelolaan
air limbah sendiri dan 23 KK tidak
memiliki pengelolaan air limbah rumah
tangga.
Dapat diambil kesimpulan bahwa
jenis kerentanan dan kelompok rentan yang
ada di wilayah Kelurahan Pematang Reba
diuraikan melalui tabel berikut ini :
Tabel 7. Jenis-jenis Kerentanan dan
Kelompok Rentan
di Kelurahan Pematang Reba
No Jenis
Kerentanan
Pemicu
Kerentanan
Kelompok
Rentan
1 Kerentanan
Pendidikan
Pendidikan
yang rendah
(SD dan
SMP)
Masyarakat
berpendidikan
SD dan SMP
2 Kerentanan
akibat
rendahnya
tingkat
kesejahteraan
Minimnya
kemampuan
ekonomi
masyarakat
Masyarakat
dengan tingkat
kesejahteraan
rendah
Sumber : Data Olahan Mandiri Jenis-
jenis Kerentanan dan Kelompok Rentan
di Kelurahan Pematang Reba Th 2017
III.c Analisis Aktor Kelurahan Pematang
Reba
Analisa aktor (Stakeholder) dapat
dipahami sebagai suatu usaha yang
dilakukan untuk mengidentifikasi
keberadaan masing-masing aktor dari
berbagai kalangan dan kelompok
masyarakat dalam memberikan pengaruh
terhadap aktifitas Comdev (Community
Development) dan proses pengambilan
suatu kebijakan di lingkungan suatu
masyarakat.
Berdasarkan data yang dihimpun
dari aspek pemetaan aktor serta jaringan
hubungan antar aktor di Kelurahan
Pematang Reba dapat diambil suatu
kesimpulan tentang analisa aktornya
sebagai berikut :
JIAGANIS, Vol. 3, No. 1, Maret 2018: 72-88 ISSN 2503-3298
83
Tabel 8. Analisis Aktor Kelurahan Pematang Reba
No.
Nama :
Individu,
Kelompok/
Organisasi
Nama Aktor Posisi Sosial Peranan Sosial Kekuatan
Aktor
Kepemimpinan
(Dalam kaitan
dengan
program
Comdev/
Community
Development)
1. Kelurahan Wawan
Kusnadi, SE
Lurah Pematang
Reba
Berpengaruh
pada lingkungan
kelurahan
Sangat
berpengaruh
Baik
2. Kelurahan Mirhalim, SE Sekretaris Lurah Berpengaruh
pada lingkungan
kelurahan
Sangat
berpengaruh
Baik
3. Kelurahan Sudirman Kepala
Lingkungan Sei.
Rambutan
Berpengaruh
pada lingkungan
kelurahan
Sangat
berpengaruh
Baik
4. Kelurahan Rosmainur
Juanda, S.Sos
Kepala
Lingkungan Sei.
Durian
Berpengaruh
pada lingkungan
kelurahan
Sangat
berpengaruh
Baik
5. Karang
Taruna
Hendrawanto Ketua Karang
Taruna
Berpengaruh
pada lingkungan
organisasi
kepemudaan
Sangat
berpengaruh
Baik
6. PKK Alparita Ketua PKK Kel. Pematang Reba
Berpengaruh pada organisasi
PKK
Sangat berpengaruh
Baik
7. Tokoh
Masyarakat
Zulfana Rianto Pengurus Sosial
kemasyarakatan
Berpengaruh
pada organisasi
Sosial
kemasyarakatan
Sangat
berpengaruh
Baik
8. Tokoh
Masyarakat
Rausni Vanson Pengurus Sosial
kemasyarakatan
Berpengaruh
pada organisasi
Sosial
kemasyarakatan
Sangat
berpengaruh
Baik
9. Tokoh
Masyarakat
Encik
Syafrizal
Pengurus Sosial
kemasyarakatan
Berpengaruh
pada organisasi
Sosial
kemasyarakatan
Sangat
berpengaruh
Baik
10. Tokoh
Pemuda
Sudirman Organisasi
Pemuda
Berpengaruh
pada organisasi
Pemuda
Sangat
berpengaruh
Baik
11. Tokoh
Pemuda
Jasman Organisasi
Pemuda
Berpengaruh
pada organisasi
Pemuda
Sangat
berpengaruh
Baik
12. Tokoh
Pemuda
Ruslan Organisasi
Pemuda
Berpengaruh
pada organisasi
Pemuda
Sangat
berpengaruh
Baik
13. Tokoh
Pemuda
Nasrun Organisasi
Pemuda
Berpengaruh
pada organisasi Pemuda
Sangat
berpengaruh
Baik
14. Tokoh Agama
Ahmad inde Tokoh agama Berpengaruh pada Organisasi
Keagamaan
Masyarakat
Sangat berpengaruh
Baik
15. Tokoh
Agama
H. Zulkifli
Gani
Tokoh agama Berpengaruh
pada Organisasi
Keagamaan
Sangat
berpengaruh
Baik
JIAGANIS, Vol. 3, No. 1, Maret 2018: 72-88 ISSN 2503-3298
84
Masyarakat
16. Tokoh
Agama
Rozali Syah Tokoh agama Berpengaruh
pada Organisasi
Keagamaan
Masyarakat
Sangat
berpengaruh
Baik
17. Tokoh
Agama
M. Nasir Tokoh agama Berpengaruh
pada Organisasi
Keagamaan
Masyarakat
Sangat
berpengaruh
Baik
18. Tokoh
Agama
ABD. Sani Tokoh agama Berpengaruh
pada Organisasi Keagamaan
Masyarakat
Sangat
berpengaruh
Baik
19. Tokoh
Agama
Sabardin Tokoh agama Berpengaruh
pada Organisasi
Keagamaan
Masyarakat
Sangat
berpengaruh
Baik
20. Tokoh
Agama
H. Lasmi
Ismail
Tokoh agama Berpengaruh
pada Organisasi
Keagamaan
Masyarakat
Sangat
berpengaruh
Baik
21. Kelurahan Jurnalis Ketua LPM Berpengaruh
pada lingkungan
kelurahan
Sangat
berpengaruh
Baik
22. Paguyuban
Minang
Jefri Ketua IKMR
(Ikatan Keluarga
Minang Riau)
Kel. Pematang
Reba
Berpengaruh
pada lingkungan
organisasi IKMR
Sangat
berpengaruh
Baik
23. Paguyuban
Jawa
H. Sairi Ketua PKJ
(Persatuan
Keluarga Jawa) Kel. Pematang
Reba
Berpengaruh
pada lingkungan
organisasi PKJ
Sangat
berpengaruh
Baik
24. Kelompok
Pengajian
Masyarakat
- - Berpengaruh
pada lingkungan
kelompok
pengajian
Sangat
berpengaruh
Baik
Sumber : Data wawancara perangkat Kelurahan Pematang Reba Th. 2017
Pentingnya proses analisis aktor
dalam penelitian ini adalah untuk melihat
dan mengenal serta memahami aktor-aktor
utama dalam struktur kelurahan pematang
reba yang akan merumuskan serta
menetapkan suatu kebijakan. Namun, selain
itu analisis aktor juga diperlukan untuk
melihat apakah ada aktor lainnya dari luar
struktur utama kelurahan pematang reba
yang memiliki pengaruh untuk turut
mengarahkan dan mempengaruhi kebijakan
oleh perangkat kelurahan serta memahami
sejauh mana pengaruh aktor ini nantinya.
Analisis aktor juga diperlukan untuk
membuat klasifikasi aktor baik yang terlihat
maupun tidak terlihat (hiden actor) yang
ada di wilayah kelurahan pematang reba.
Adanya aktor yang memiliki pengaruh dan
kepentingan dilingkungan masyarakat ini
hampir identik dengan kelompok elite
dalam lingkungan politik. Oleh karena itu,
Perlunya analisis pihak-pihak
berkepentingan (stakeholders) untuk :
- Mengenali pihak-pihak terkait
secara langsung maupun tidak
langsung yang mempengaruhi
pengelolaan sumberdaya ekonomi
setempat.
- Menggolongkan pihak-pihak utama
terkait (formal dan informal)
berdasarkan kepentingan mereka,
JIAGANIS, Vol. 3, No. 1, Maret 2018: 72-88 ISSN 2503-3298
85
kondisi ekonomi, kiat-kiat dan
dinamika kegiatan mereka saat ini.
- Mengikuti dinamika regulasi/aturan
main diantara pihak-pihak terkait
dalam rangka pemanfaatan
sumberdaya ekonomi lokal.
- Menganalisa perbedaan interpretasi
masing-masing pihak terkait
mengenai pemanfaatan sumberdaya
ekonomi lokal.
- Menganalisis jaringan sosial
diantara para stakeholders dalam
memanfaatan sumberdaya yang ada.
Seperti yang digambarkan pada
tabel diatas maka ada beberapa kelompok
dan organisasi yang memiliki pengaruh
dalam kehidupan sosial masyarakat
Kelurahan Pematang Reba, berdasarkan
data tabel diatas kita tahu bahwa beberapa
individu memiliki pengaruh untuk dapat
memobilisasi anggota masyarakat, hanya
saja dalam proses penghimpunan data
diawal, ada beberapa pihak narasumber
sengaja tidak memberikan nama dan
contact dengan maksud tertentu.
Oleh karena itu, hal ini kembali
diluruskan untuk menjaga keaslian uraian
data dan pemahaman yang kami buat tanpa
menghilangkan pemahaman tentang
keberadaan individu-individu yang
memiliki pengaruh kuat dilingkungan
masyarakat Kelurahan Pematang Reba ini.
III.c.1. Penjelasan Hubungan Antar
Aktor Kelurahan Pematang Reba :
Untuk melihat pola hubungan antar
aktor khususnya di kelurahan pematang
reba dapat dijelaskan melalui beberapa
kategori aktor yakni aktor inti dalam
kelurahan, aktor pendukung dari kelompok
dan anggota masyarakat serta keberadaan
Community Development (Comdev)
Perusahaan. Berikut ini adalah uraian pola
hubungan antar aktor di Kelurahan
Pematang Reba :
1. Aktor inti : Lurah Pematang Reba,
Sekretaris Lurah, Ketua LPM, Ketua
Karang Taruna, Ketua PKK, Ketua
Koperasi, Babinkantibmas, Babinsa,
Kepala Lingkungan Sei. Durian dan
Sei. Rambutan, Ketua RW dan Ketua
RT.
Masing-masing aktor inti Kelurahan
ini memiliki hubungan secara
langsung dengan Lurah dalam
struktur Organisasi Kelurahan,
berdasarkan hasil penelitian dan
pendataan aktor hubungan antar aktor
cenderung baik dengan tingkat
kepentingan dan pengaruh yang baik
sesuai tugas pokok dan fungsi
masing-masing aktor.
2. Aktor pendukung dari anggota
masyarakat dan kelompok-kelompok
yang ada dimasyarakat : Tokoh
Masyarakat, Tokoh Agama, Tokoh
Pemuda, Kelompok Pengajian
Masyarakat, IKMR (Ikatan Keluarga
Minang Riau), PKJ (Persatuan
Keluarga Jawa).
Masing-masing aktor memiliki pola
hubungan baik secara langsung
maupun tidak langsung dengan
Pemerintahan Desa dan aktor
pendukung lainnya. Dalam hal ini
hubungan antar aktor cenderung baik.
3. Anggota Partai Politik di lingkungan
Kelurahan Pematang Reba memiliki
hubungan secara langsung dengan
kelompok pengusaha dan kelurahan
ukui serta pola hubungan yang tidak
secara langsung dengan kelompok
masyarakat lainnya. Pola hubungan
yang terjadi ini cenderung baik
4. Keberadaan Perusahaan dengan
program Community Development
pada prakteknya terjadi pola
hubungan secara langsung dengan
Kelurahan dan hubungan yang tidak
secara langsung dengan masyarakat
seperti yang telah dijelaskan melalui
gambar Pemetaan Jaringan Sosial
Antar Aktor Kelurahan Pematang
Reba.
Pada kenyataannya melalui pola
hubungan tersebut terdapat konflik
terselebung antara Perusahaan melalui
program Comdev dengan masyarakat
marjinal dan kelompok masyarakat
JIAGANIS, Vol. 3, No. 1, Maret 2018: 72-88 ISSN 2503-3298
86
lainnya karena banyaknya aspirasi
dan permintaan dari kelompok-
kelompok tersebut yang belum
terealisasi oleh Comdev Perusahaan.
Kesimpulan dari hasil pemetaan
aktor dan pola hubungan antar aktor di
Kelurahan Pematang Reba ini secara garis
besar terjadi suatu pola hubungan yang
cukup baik antar aktor yang terjadi dalam
hubungan dan interaksi masing-masing
aktor.
III.d. Identifikasi Forum-Forum Yang
Menjadi Sarana Yang Digunakan
Masyarakat Dalam Membahas
Kepentingan Umum/ Publik
Identifikasi forum yang digunakan
masyarakat Kelurahan Pematang Reba
dalam membahas kepentingan umum dapat
dilihat dari penjelasan tabel berikut ini :
Tabel 9. Identifikasi forum masyarakat Kelurahan Pematang Reba
No. Nama
Forum Keanggotaan
Tempat
Pelaksanaan
Frekuensi
pertemuan
atau Jadwal
Aktifitas (apa yang
dilakukan dan
dibahas dalam forum
tersebut)
1. Forum
masyarakat Kelurahan
Pematang
Reba.
- Lurah
- Ka. Lingkungan
- Ketua RW
dan RT - Organisasi
keagamaan.
- Organisasi masyarakat.
- Organisasi
pemuda.
- komponen masyarakat.
Aula Kntor
Lurah.
Ketika
diperlukan saja.
Penjelasan
permasalahan yang akan diangkat ke forum
serta diskusi.
2. Forum RW
& RT masyarakat
Kelurahan
Pematang
Reba.
- Ketua RW &
RT - Anggota
masyarakat
berdasarkan
agama.
- Mesjid/
rumah ibadah.
Tidak
terjadwal rutin ketika
diperlukan
saja.
Penjelasan pokok
bahasan serta diskusi.
3. Forum
pemuda
Kelurahan Pematang
Reba.
- Seluruh
anggota
organisasi pemuda.
- Kantor
Karang
Taruna Kel.
Pematang
Reba.
Tidak
terjadwal
rutin, diadakan ketika
diperlukan
saja.
Penjelasan pokok
bahasan serta diskusi.
4. Forum Kelompok
Pengajian
RW.
- Anggota Pengajian
masing-
masing RW.
- Rumah Ibadah/
Mesjid.
Diadakan Seminggu
sekali setiap
hari jumat.
Yasinan dan diskusi permasalahan.
5. Forum Arisan RT.
- Anggota Arisan RT.
- Rumah Warga.
Diadakan sebulan sekali
Pengajian dan diskusi permasalahan yang ada.
Sumber : Data Olahan Wawancara Kelurahan Pematang Reba Tahun 2017
Selain melalui forum-forum yang
diadakan oleh masyarakat Kelurahan
Pematang Reba dalam membahas suatu
permasalaham umum ini, maka ada pula
JIAGANIS, Vol. 3, No. 1, Maret 2018: 72-88 ISSN 2503-3298
87
sarana lainnya bagi masyarakat untuk
memberikan aspirasi yakni melalui
kegiatan gotong royong yang digagas
secara bersama-sama. Melalui kegiatan
gotong disekitar lingkungan Kelurahan
Pematang Reba ini, memberikan
kesempatan bagi masyarakat untuk saling
bertemu dan berkumpul bersama serta
memanfaatkan waktu kebersamaan tersebut
untuk sedikit membahas persoalan-
persoalan disekitar lingkungan mereka.
IV. KESIMPULAN
Perlu adanya hubungan yang
harmonis dan selaras antar elemen untuk
memberikan kenyamanan kepada
kelompok rentan yang ada di lingkungan
masyarakat serta memberikan ruang dan
akses yang cukup bagi mereka untuk turut
menciptakan kemandirian dan penghidupan
berkelanjutan yang layak.
Dalam hal ini hendaknya kebijakan
yang dibuat oleh Kelurahan Pematang
Reba seharusnya mampu memberikan
akses dan jaminan bagi para kelompok
rentan ini dalam upaya untuk
mempertahankan hak mereka dalam
kehidupan sesuai dengan apa yang
diamanatkan dalam UUD 1945 sebagai
landasan konstitusional Nekara Kesatuan
Republik Indonesia.
Sejauh ini akses terhadap
infrastruktur di kelurahan pematang reba
ini relative sangat baik. Hal ini dikarenakan
keberadaan Kelurahan ini sendiri yang
memang strategis. Terdapat Komplek
Perkantoran Pemerintah Kabupaten
Indragiri Hulu diwilayah ini, terdapat juga
Rumah Sakit Umum dan Fasilitas Sekolah
Tingkat Atas baik SMA dan SMK. Akses
terhadap teknologi komunikasi juga sangat
baik karena daerah ini merupakan aktifitas
perkantoran.
Namun demikian Kelurahan ini
masih memiliki banyak penduduk yang
berpendidikan rendah. Fakta ini tentunya
menjadi tantangan tersendiri agar
penduduk berpendidikan rendah tersebut
memiliki ketahanan terhadap potensi
kerentanan yang muncul dimasa yang akan
datang.
Permasalahan lainnya yang
dihadapi adalah kelurahan Pematang Reba
berada dipusat pemerintahan Kabupaten
Indragiri Hulu ini, masih memiliki
beberapa KK (Kepala Keluarga) yang
tingkat kesejahteraannya relative rendah
hal ini dapat disebabkan oleh berbagai
faktor. Pada kenyataannya, kelompok
masyarakat yang tingkat kesejahteraannya
berada pada tingkat kurang mampu dan
miskin ini dapat digolongkan sebagai
kelompok rentan yang memerlukan
perhatian khusus terutama dari pemerintah
dan warga masyarakat lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Buku dan Jurnal
Arikunto, Suharsimi. 2010.
Prosedur Penelitian Suatu pendekatan
Praktek. Jakarta : Rineka Cipta
British Department for
International Development (DFID). 2001.
Sustainable Livelihoods Guidance Sheets.
Eldis Document Store
Chambers, R. & G.R., Conway.
1992. Sustainable Livelihood : Practical
Concept for the 21 St Century. Institute of
Development Studies (Discussion Paper,
296 At The University of Sussex). England
Dokumen Social Mapping Program
Pengembangan Masyarakat PT. Pertamina
Hulu Energi Lirik. 2017. Lembaga
Penelitian dan Pengabdian kepada
Masyarakat (LPPM) STIA Indragiri
Faisal, Sanapiah. 1990. Penelitian
Kualitatif (dasar-dasar dan aplikasi).
Malang : Ya3 Malang
Hamidi. 2010. Metode Penelitian
Kualitatif. Malang: UMM Press.
Kecamatan Rengat Barat Dalam
Angka Tahun 2017 (Badan Pusat Statistik)
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung :
Afabeta
_________ 2014. Metode Penelitian
Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta
JIAGANIS, Vol. 3, No. 1, Maret 2018: 72-88 ISSN 2503-3298
88
Undang-Undang Republik Indonesia
No. 39 Tahun 1999 Tentang Hak azasi
Manusia (HAM)
Undang-Undang Dasar Republik
Indonesia Tahun 1945
Willem van Genugten J.M. 1994.
Human Rights Reference, (The Hague:
Netherlands ministry of foreign Affairs
Data Wawancara
Wawan Kusnadi, SE (Lurah
Pematang Reba) 2017. Wawancara
“Kunjungan Kerja Dosen STIA Indragiri”
Di Kantor Lurah Pematang Reba,
Kecamatan Rengat Barat Kabupaten
Indragiri Hulu
Sudirman (Ka. Lingkungan Sei.
Rambutan) 2017. Wawancara “Kunjungan
Kerja Dosen STIA Indragiri” Di Kantor
Lurah Pematang Reba, Kecamatan Rengat
Barat Kabupaten Indragiri Hulu
Zulfana Rianto (Tokoh Masyarakat)
2017. Wawancara “Kunjungan Kerja
Dosen STIA Indragiri” Di Kantor Lurah
Pematang Reba, Kecamatan Rengat Barat
Kabupaten Indragiri Hulu
Achmad Inde (Tokoh Agama dan
Ketua RW. 03) 2017. Wawancara
“Kunjungan Kerja Dosen STIA Indragiri”
Di Kantor Lurah Pematang Reba,
Kecamatan Rengat Barat Kabupaten
Indragiri Hulu
Yusman, S.Pd (Tokoh Pemuda)
2017. Wawancara “Kunjungan Kerja
Dosen STIA Indragiri” Di Kantor Lurah
Pematang Reba, Kecamatan Rengat Barat
Kabupaten Indragiri Hulu
Drs. Rausni Vanson, M. Hum
(Tokoh Masyarakat) 2017. Wawancara
“Kunjungan Kerja Dosen STIA Indragiri”
Di Kantor Lurah Pematang Reba,
Kecamatan Rengat Barat Kabupaten
Indragiri Hulu
Wawan Kusnadi, SE (Lurah
Pematang Reba) 2017. Wawancara
“Kunjungan Kerja Dosen STIA Indragiri”
Di Kantor Lurah Pematang Reba,
Kecamatan Rengat Barat Kabupaten
Indragiri Hulu
Yan Kamidin (Tokoh Pemuda)
2017. Wawancara “Kunjungan Kerja
Dosen STIA Indragiri” Di Kantor Lurah
Pematang Reba, Kecamatan Rengat Barat
Kabupaten Indragiri Hulu
Mirhalim, SE (Sekretaris Lurah
Pematang Reba) 2017. Wawancara
“Kunjungan Kerja Dosen STIA Indragiri”
Di Kantor Lurah Pematang Reba,
Kecamatan Rengat Barat Kabupaten
Indragiri Hulu
Hendrawanto (Ketua Karang
Taruna Kelurahan Pematang Reba) 2017.
Wawancara “Kunjungan Kerja Dosen
STIA Indragiri” Di Kantor Lurah
Pematang Reba, Kecamatan Rengat Barat
Kabupaten Indragiri Hulu
Data Olahan
Data Olahan Mandiri Profil Desa dan
Kelurahan (Prodeskel) Tahun 2017
Kelurahan Pematang Reba
Peraturan Perundang Undangan
UU Dasar Republik Indonesia Tahun 1945
UU Republik Indonesia No 39
Tahun 1999 tantang Hak Azasi Manusia
(HAM)