Kaidah Dasar Bioetik

28
MAKALAH BHP “Kaidah Dasar Bioetik Non Maleficience” Tutorial C2 Dosen Pembimbing : dr.Maria S Thadeus Dina Farhana 111 0211 039 Oditrio Irawan 111 0211 061 Mutiara Sundasari 111 0211 063 Ayu Madinah 111 0211 088 Ita Masitoh Ardi 111 0211 092 Arry Tri Anugrah R 111 0211 116 Agy Faqih Dharmanegara 111 0211 161 Oktaviano Satria Perdna 101 0211 171 Hanna Husna 111 0211 187 Theofili S.P Manurung 111 0211 142 Anna Zhafharina 111 0211 013 0

Transcript of Kaidah Dasar Bioetik

MAKALAH BHP

“Kaidah Dasar Bioetik Non Maleficience”

Tutorial C2

Dosen Pembimbing : dr.Maria S Thadeus

Dina Farhana 111 0211 039

Oditrio Irawan 111 0211 061

Mutiara Sundasari 111 0211 063

Ayu Madinah 111 0211 088

Ita Masitoh Ardi 111 0211 092

Arry Tri Anugrah R 111 0211 116

Agy Faqih Dharmanegara 111 0211 161

Oktaviano Satria Perdna 101 0211 171

Hanna Husna 111 0211 187

Theofili S.P Manurung 111 0211 142

Anna Zhafharina 111 0211 013

Qania Chusuma 111 0211 188

0

DAFTAR ISI

Daftar isi …………………………………………………………….………………………. 1

Kata pengantar …………………………………………………………………….………… 2

1. Pendahuluan

1.1 Latar belakang…………………………………………………………………… 3

1.2 Tujuan……………………………………………………………………………. 4

2. Isi Bioetika Kedokteran

2.1 Definisi Bioetika………………………………………………………………… 5

2.2 Teori kaidah dasar bioetika……………………………………………………… 6

2.3 Norma dalam etika kedokteran…………………………………………………. 10

2.4 Pemecahan kasus dilema etik…………………………………………………… 12

2.5 Prinsip Legal dan Etik…………………………………………………………… 14

2.6 Non malefisiense………………………………………………………………… 15

3. Lampiran…………………………………………………………………………… 17

4. Penutup

4.1 Kesimpulan………………………………………………………………………. 19

4.2 Saran……………………………………………………………………………… 19

Daftar pustaka ……………………………………………………..………………………… 20

1

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas karunia-Nya hingga kami

dapat menhyelesaikan penulisan makalah ini.Rasa syukur ini juga kami panjatkan seiring dengan

selesainya pembahasan tentang ini.

Makalah ini bertujuan untuk membantu memahami tentang kaidah dasar bioetik.

Makalah ini menyediakan sejumlah pengalaman belajar yang berfungsi untuk memahami konsep

dan proses sains.Pengalaman belajar dapat diperoleh melalui keterampilan proses yang meliputi

keterampilan mengamati,mengajukan hipotesis,menggunakan alat dan bahan secara baik dan

benar dengan selalu mempertimbangkan referensi yang kami dapatkan dari beberapa literatur.

Kami sangat mengharapkan kritik dan saran untuk makalah ini.Semoga buku ini dapat

bermanfaat bagi kita semua.

Jakarta, Desember 2011

penulis

2

1. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Pendidikan etika memang merupakan salah satu masalah utama etika kedokteran. Untuk

fakultas kedokteran, pendidikan etika saat ini masuk dalam kurikulum berbasis kompetensi.

Salah satu metode pembelajarannya adalah menggunakan kaidah dasar bioetika yang merupakan

pendekatan perkembangan kognitif yang meningkatkan daya pemikiran kritis dan logis

mahasiswa.

Etika kedokteran berfokus terutama dengan masalah yang muncul dalam praktik

pengobatan. Dalam etika kedokteran isu-isu yang mengemuka terutama menyangkut tujuan

pengobatan, refleksi kritis terhadap suatu tindakan dan mengembangkan otonomi dalam

pengambilan keputusan dalam lingkup pasien, dokter dan pihak lain yang terkait dalam sistem

praktik kedokteran.

Fondasi etika kedokteran dibangun oleh 3 hal pokok yaitu: moralitas eksternal, etika

internal dan moralitas internal. Moralitas eksternal merupakan teori-teori etika yang diterapkan

dalam dunia kedokteran. Sedangkan etika internal adalah kode etik profesi yang dibuat dan

ditetapkan oleh dokter dan untuk dokter sebagai bentuk pertanggungjawaban profesi pada

masyarakat. Yang membuat dinamis adalah moralitas internal. Moralitas internal adalah

merupakan fenomena umum yang terjadi dalam hubungan dokter pasien. Dalam konteks ini amat

tergantung dengan fakta empirik yang ada pada pasien secara individual.

Menurut Pellegrino, meskipun ketiga aspek tersebut tumbuh dan berkembangsecara

bebas satu sama lain, empat principle based of bioethics atau kini populer dengan kaidah dasar

bioetika dari Beuchamps and Childress merupakan salah satu contoh teori yang dapat

menyatukan antara moralitas eksternal dan fakta empirik klinik (moralitas internal). Etika

kedokteran sebagai profesi luhur, bersama dengan etika lingkungan hidup dan ilmu pengetahuan

telah memberi andil terhadap kaidah dasar ini dengan menyumbangkan 4 kaidah dasar bioetika

yakni: sikap berbuat baik (beneficence), tidak merugikan orang lain (non maleficence), berlaku

adil (justice) dan menghormati otonomi pasien (autonomy).

Sebuah penelitian di Jakarta7 menunjukkan bahwa kaidah dasar bioetika merupakan

metode yang baik bagi mahasiswa baru fakultas kedokteran untuk melatih cara berpikir logik

3

mahasiswa dalam rangka pembenaran moral dan etika. Pemahaman awal kaidah dasar bioetika

akan menimbulkan kesadaran moral, yang dengan latihan dan paparan terhadap kasus-kasus

kedokteran yang sebelumnya dan berkembang di masa mendatang diharapkan akan membekali

kemampuan reflektif-analitik dokter, termasuk mahasiswa kedokteran, yang dengan mekanisme

pendidikan dalam rangka saling mengingatkan terus menerus dan mencegah penyimpangan antar

anggota profesi pada akhirnya akan menumbuhkan tangung jawab etis sesuai dengan moralitas

profesi kedokteran.

Meskipun materi kaidah dasar bioetika telah diajarkan di beberapa fakultas kedokteran,

namun belum pernah ada sebuah instrumen yang dipublikasikan untuk mengukur tingkat

pengetahuan kaidah dasar bioetika. Penelitian ini bertujuan untuk membuat sebuah instrumen

yang reliabel dan valid untuk mengukur tingkat pengetahuan mahasiswa tentang kaidah dasar

bioetika. Instrumen yang akan digunakan, sebelumnya akan dianalisis dengan analisis butir uji

untuk memenuhi kriteria pertanyaan yang baik.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah terpenuhinya tugas BHP yang

diberikan untuk membahas tentang kaidah-kaidah dasar bioetik dan pada makalah ini khususnya

akan dibahas teori bioetik non maleficience.

4

2. ISI

Bioetika Kedokteran

2.1 Definisi Bioetika

Bioetika menurut F. Abel adalah studi interdisipliner tentang problem yang

ditimbulkan oleh perkembangan di bidang biologi dan ilmu kedokteran, pada skala

mikro maupun makro, termasuk dampaknya terhadap masyarakat luas serta sistem

nilainya pada masa kini dan masa mendatang. Bioetika dapat diartikan sebagai

pandangan yang lebih luas dari etika kedokteran karena begitu saling mempengaruhi

antara manusia dan lingkungan hidup. Bioetika merupakan ”genus”, sedangkan etika

kedokteran merupakan ”spesies”. Kedua hal tersebut saling berkaitan dalam

applikasinya sehari-hari dalam kasus-kasus medis.

Pembagian teori etika

Ditinjau dari segi inti :

1. Etika kebijaksanaan :

a. Dasar agama/kepercayaan : moralitas agama non-samawi.

b. Dasar filsafat : etika kebahagian (Yunani).

2. Etika kewajiban :

a. Dasar agama : moralitas agama samawi (etika teonom)

b. Dasar filsafat : Immanuel Kant (etika otonom).

Ditinjau dari segi metodologisnya :

1. Etika Substantif

Dasarnya etika kebijaksanaan atau etika kewajiban.

2. Etika Prosedural :

a. Dasar Keadilan : contoh John Rawls

b. Dasar Komunikasional : contoh Juergen Habermas

Ditinjau dari segi subyek pelaksananya :

1. Etika maksim (prinsip subyektif bertindak, sikap dasar hati nurani ketika

bersikap-tindak-perilaku-konkrit).

Misalnya etika kebijaksanaan. Bisa dilihat konteksnya, keterarahan pada maksim

5

tertentu yang merangkai dalam satu jalinan makna (seperti tanggungjawab), dapat

memperlihatkan watak seseorang dan dapat membedakan antara legalitas dan

moralitas.

2. Etika norma-norma

Dasarnya ialah peraturan-peraturan (hukum) sehingga tak bisa membedakan legalitas

- moralitas.

Dalam menghadapi masalah-masalah yang berhubungan dengan pasien baik yang

tergolong sederhana atau mudah, dokter akan mengahadapi berbagai masalah etika.

Dalam memecahkan masalah tersebut dokter dituntut untuk dapat melakukan suatu

tindakan pengambilan keputusan yang tepat. Dampak-dampak yang ditimbulkan

dalam mengambil sebuah tindakan tertentu dapat memberi hasil yang positif maupun

negatif. Keputusan yang diambil oleh seorang dokter pada dasarnya dibagi menjadi

dua, yakni

a. keputusan medis yang dipengaruhi oleh indikasi medik dan pengetahuan biomedik

b. keputusan etis yang dipengaruhi oleh info medik, keputusan pasien, kualitas hidup,

dan fitur kontekstual.

Dalam pengambilan keputusan, dokter tidak boleh hanya memperhatikan hal medis

saja, tetapi juga harus melihat segi etisnya, sebab dalam kedokteran pasien tidak

hanya sebagai objek tetapi juga sebagai subjek. Hal inilah yang sering kali membuat

dokter sulit untuk mengambil keputusan sebab pengambilan keputusan etis bukanlah

hal yang mudah.

2.2 Teori kaidah dasar bioetika

Dalam dunia kedokteran, terdapat berbagai macam prinsip yang digunakan dalam

pengambilan keputusan. Namun, yang digunakan sebagai dasar dalam pengambilan

keputusan terdiri dari empat prinsip yang biasa disebut sebagai Kaidah Dasar Bioetik

(KDB). Terdapat empat prinsip utama di dalam Kaidah Dasar Bioetik, yaitu

beneficence, non-maleficence, autonomy, dan justice.

6

a. Beneficence

Beneficence atau tindakan berbuat baik mengacu pada tindakan yang dilakukan

demi kebaikan pasien. Beneficence bersifat sangat umum dalam dunia

kedokteran. Artinya bahwa hampir setiap saat prinsip ini diterapkan dalam

mengambil keputusan.

Adapun prinsip-prinsip dari beneficence adalah sebagai berikut:

1. General beneficence :

• melindungi & mempertahankan hak yang lain

• mencegah terjadi kerugian pada yang lain,

• menghilangkan kondisi penyebab kerugian pada yang lain,

2. Specific beneficence :

• menolong orang cacat,

• menyelamatkan orang dari bahaya.

3. Mengutamakan kepentingan pasien (altrualisme).

4. Memandang pasien/keluarga/sesuatu tak hanya sejauh menguntungkan

dokter/rumah sakit/pihak lain tetapi juga sebagai saudara yang patut ditolong.

5. Maksimalisasi akibat baik yang dapat diterima pasien.

6. Menjamin nilai pokok : “apa saja yang ada, pantas (elok) kita bersikap baik

terhadapnya” (apalagi ada yg hidup)

Beneficence biasanya diterapkan dalam kasus yang simpel dan umum. Kondisi

pasien sadar dan tidak begitu parah. Pengobatan yang diberikan wajar tidak

berlebihan ataupun dikurang-kurangi. Intinya, dokter mengutamakan kepentingan

7

pasien dan bertindak demi kebaikan pasien.

b. Non-maleficence / Primum non nocere

Prinsip dasar non-maleficence adalah primum non nocere, yang artinya pertama-

tama jangan menyakiti. Prinsip ini melarang dokter berbuat jahat atau membuat

derita pasien, serta mewajibkan dokter untuk meminimalisasi akibat buruk.

Kewajiban dokter untuk menganut non-maleficence berdasarkan hal-hal berikut :

1. pasien dalam keadaan amat berbahaya atau berisiko kehilangan sesuatu yang

penting

2. dokter sanggup mencegah bahaya atau kehilangan tersebut

3. tindakan dokter terbukti efektif

4. manfaat bagi pasien lebih besar daripada kerugian dokter

Dalam kaidah non-maleficence, dikenal juga prinsip double effect, yakni bahwa

tindakan yang merugikan tidak selalu dianggap tindakan yang buruk. Tindakan ini

boleh dilakukan jika bertujuan memperoleh akibat baik, dan tidak ada cara lain

yang lebih tepat.

Prinsip double effect:

tindakan tersebut secara intrinsik tidak salah, setidaknya netral

niatnya memperoleh akibat baik tidak boleh dari akibat buruk

akibat buruk bukan tujuan untuk mencapai pokok tujuan

pertimbangan yang layak: tidak ada cara lain yang lebih tepat

c. Justice

Justice atau keadilan berarti menangani kasus yang sama dengan cara yang sama.

Prinsip justice selengkapnya adalah sebagai berikut:

• Treat similar cases in a similar way = justice within morality. Hal ini

mengindikasikan kesamaan rindakan pada kasus yang sama.

• Memberi perlakuan sama untuk setiap orang (keadilan sebagai fairness) yakni :

a. Memberi sumbangan relatif sama terhadap kebahagiaan diukur dari kebutuhan

8

mereka (kesamaan sumbangan sesuai kebutuhan pasien yang memerlukan

/membahagiakannya)

b. Menuntut pengorbanan relatif sama, diukur dengan kemampuan mereka

(kesamaan beban sesuai dengan kemampuan pasien).

Tujuan : Menjamin nilai tak berhingga setiap pasien sebagai mahluk berakal

budi (bermartabat), khususnya : yang-hak dan yang-baik

Jenis keadilan :

a. Komparatif (perbandingan antar kebutuhan penerima)

b. Distributif (membagi sumber) : kebajikan membagikan sumber-sumber

kenikmatan dan beban bersama, dengan cara rata/merata, sesuai keselarasan sifat

dan tingkat perbedaan jasmani-rohani; secara material kepada :

• Setiap orang andil yang sama

• Setiap orang sesuai dengan kebutuhannya

• Setiap orang sesuai upayanya.

• Setiap orang sesuai kontribusinya

• Setiap orang sesuai jasanya

• Setiap orang sesuai bursa pasar bebas

c. Sosial : kebajikan melaksanakan dan memberikan kemakmuran dan

kesejahteraan bersama :

• Utilitarian : memaksimalkan kemanfaatan publik dengan strategi menekankan

efisiensi social dan memaksimalkan nikmat/keuntungan bagi pasien.

• Libertarian : menekankan hak kemerdekaan social – ekonomi (mementingkan

prosedur adil > hasil substantif/materiil).

• Komunitarian : mementingkan tradisi komunitas tertentu

• Egalitarian : kesamaan akses terhadap nikmat dalam hidup yang dianggap

bernilai oleh setiap individu rasional (sering menerapkan criteria material

kebutuhan dan kesamaan).

d. Hukum (umum) :

• Tukar menukar : kebajikan memberikan / mengembalikan hak-hak kepada yang

berhak.

• pembagian sesuai dengan hukum (pengaturan untuk kedamaian hidup bersama)

9

mencapai kesejahteraan umum.

d. Autonomy

Menurut pandangan Kant, otonomi kehendak otonomi moral yakni kebebasan

bertindak, memutuskan (memilih) dan menentukan diri sendiri sesuai dengan

kesadaran terbaik bagi dirinya yang ditentukan sendiri tanpa hambatan, paksaan

atau campur-tangan pihak luar (heteronomi), suatu motivasi dari dalam berdasar

prinsip rasional atau self-legislation dari manusia. Kaidah ikutannya ialah Tell the

truth, hormatilah hak privasi liyan, lindungi informasi konfidensial, mintalah

consent untuk intervensi diri pasien; bila ditanya, bantulah membuat keputusan

penting. Autonomy erat terkait dengan doktrin informed-consent, kompetensi

(termasuk untuk kepentingan peradilan), penggunaan teknologi baru, dampak

yang dimaksudkan (intended) atau dampak tak laik-bayang (foreseen effects),

letting die.

Ciri khusus autonomy, yaitu:

kesukarelaan serta tanpa paksaan atau manipulasi

memahami perspektif pasien

menolong ia bermusyawarah

mencoba mempersuasi pasien

negosiasi rencana terapi timbal balik

terpaut dalam diskusi dengan pasien

mempersilahkan pasien memutuskan

2.3 Norma dalam etika kedokteran

Norma dalam etika kedokteran (EK) :

• Merupakan norma moral yang hirarkinya lebih tinggi dari norma hukum dan norma

sopan santun (pergaulan)

• Fakta fundamental hidup bersusila :

Etika mewajibkan dokter secara mutlak, namun sekaligus tidak memaksa. Jadi dokter

10

tetap bebas,. Bisa menaati atau masa bodoh. Bila melanggar : insan kamil (kesadaran

moral = suara hati)nya akan menegur sehingga timbul rasa bersalah, menyesal, tidak

tenang.

Sifat EK :

1. Etika khusus (tidak sepenuhnya sama dengan etika umum)

2. Etika sosial (kewajiban terhadap manusia lain / pasien).

3. Etika individual (kewajiban terhadap diri sendiri = selfimposed, zelfoplegging)

4. Etika normatif (mengacu ke deontologis, kewajiban ke arah norma-norma yang

seringkali mendasar dan mengandung 4 sisi kewajiban = gesinnung yakni diri sendiri,

umum, teman sejawat dan pasien/klien & masyarakat khusus lainnya)

5. Etika profesi (biasa):

• bagian etika sosial tentang kewajiban & tanggungjawab profesi

• bagian etika khusus yang mempertanyakan nilai-nilai, norma-norma/kewajiban-

kewajiban dan keutamaan-keutamaan moral

• Sebagian isinya dilindungi hukum, misal hak kebebasan untuk menyimpan rahasia

pasien/rahasia jabatan (verschoningsrecht)

• Hanya bisa dirumuskan berdasarkan pengetahuan & pengalaman profesi

kedokteran.

• Untuk menjawab masalah yang dihadapi (bukan etika apriori); karena telah berabad-

abad, yang-baik & yang-buruk tadi dituangkan dalam kode etik (sebagai kumpulan

norma atau moralitas profesi)

• Isi : 2 norma pokok :

• sikap bertanggungjawab atas hasil pekerjaan dan dampak praktek profesi bagi orang

lain;

• bersikap adil dan menghormati Hak Asasi Manusia (HAM).

6. Etika profesi luhur/mulia :

Isi : 2 norma etika profesi biasa ditambah dengan :

• Bebas pamrih (kepentingan pribadi dokter < kepentingan pasien) = altruisme. • Ada

idealisme : tekad untuk mempertahankan cita-cita luhur/etos profesi = l’esprit de

corpse pour officium nobile 7. Ruang lingkup kesadaran etis : prihatin terhadap krisis

11

moral akibat pengaruh teknologisasi dan komersialisasi dunia kedokteran. Bioetika

kedokteran merupakan salah satu etika khusus dan etika sosial dalam kedokteran

yang memenuhi kaidah praksiologik (praktis) dan filsafat moral (normatif) yang

berfungsi sebagai pedoman (das sollen) maupun sikap kritis reflektif (das sein), yang

bersumber pada 4 kaidah dasar moral beserta kaidah turunannya. Kaidah dasar moral

bersama dengan teori etika dan sistematika etika yang memuat nilai-nilai dasar etika

merupakan landasan etika profesi luhur kedokteran. Pemahaman awal kaidah dasar

moral akan menimbulkan kesadaran moral, yang dengan latihan dan paparan terhadap

kasus-kasus kedokteran yang sebelumnya dan berkembang di masa mendatang

diharapkan akan membekali kemampuan reflektif-analitik dokter, termasuk

mahasiswa kedokteran, yang dengan mekanisme pendidikan dalam rangka saling

mengingatkan terus menerus dan mencegah penyimpangan (amar ma’ruf – nahi

mungkar) antar anggota profesi pada akhirnya akan menumbuhkan tangungjawab etis

sesuai dengan moralitas profesi kedokteran. Tanggungjawab etis yang merupakan

suara hati seorang dokter akan mempertahankan perilaku etis seluruh anggota profesi

agar korps dokter ke depan tetap merupakan profesi mulia dengan setiap anggotanya

masing-masing memiliki kesucian hati nurani.

2.4 Pemecahan kasus dilema etik

1. Mengembangkan data dasar :

a. Orang yang terlibat : Klien, keluarga klien, dokter, dan perawat

b.Tindakan yang diusulkan : tidak menuruti keinginan klien untuk memberikan

penambahan dosis morphin.

c.Maksud dari tindakan tersebut : agar tidak membahayakan diri klien

d.Konsekuensi tindakan yang diusulkan, bila tidak diberikan penambahan dosis

morphin, klien dan keluarganya menyalahkan perawat dan apabila keluarga klien

kecewa terhadap pelayanan di bangsal mereka bisa menuntut ke rumah sakit.

2. Mengidentifikasi konflik akibat situasi tersebut :

Penderitaan klien dengan kanker payudara yang sudah mengalami metastase

mengeluh nyeri yang tidak berkurang dengan dosis morphin yang telah ditetapkan.

Klien meminta penambahan dosis pemberian morphin untuk mengurangi keluhan

12

nyerinya. Keluarga mendukung keinginan klien agar terbebas dari keluhan nyeri.

Konflik yang terjadi adalah :

a.Penambahan dosis pemberian morphin dapat mempercepat kematian klien.

b.Tidak memenuhi keinginan klien terkait dengan pelanggaran hak klien.

3.Tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang direncanakan dan

konsekuensi tindakan tersebut

a. Tidak menuruti keinginan pasien tentang penambahan dosis obat pengurang nyeri.

Konsekuensi :

1)Tidak mempercepat kematian klien

2)Keluhan nyeri pada klien akan tetap berlangsung

3)Pelanggaran terhadap hak pasien untuk menentukan nasibnya sendiri

4)Keluarga dan pasien cemas dengan situasi tersebut

b. Tidak menuruti keinginan klien, dan perawat membantu untuk manajemen nyeri.

Konsekuensi :

1)Tidak mempercepat kematian pasien

2)Klien dibawa pada kondisi untuk beradaptasi pada nyerinya (meningkatkan ambang

nyeri)

3)Keinginan klien untuk menentukan nasibnya sendiri tidak terpenuhi

c. Menuruti keinginan klien untuk menambah dosis morphin namun tidak sering dan

apabila diperlukan. Artinya penambahan diberikan kadang-kadang pada saat tertentu

misalnya pada malam hari agar klien bisa tidur cukup.

Konsekuensi :

1) Risiko mempercepat kematian klien sedikit dapat dikurangi

2) Klien pada saat tertentu bisa merasakan terbebas dari nyeri sehingga ia dapat

cukup beristirahat.

3) Hak klien sebagian dapat terpenuhi.

4) Kecemasan pada klien dan keluarganya dapat sedikit dikurangi.

4. Menentukan siapa pengambil keputusan yang tepat :

Pada kasus di atas dokter adalah pihak yang membuat keputusan, karena dokterlah

yang secara legal dapat memberikan ijin penambahan dosis morphin. Namun hal ini

13

perlu didiskusikan dengan klien dan keluarganya mengenai efek samping yang dapat

ditimbulkan dari penambahan dosis tersebut. Perawat membantu klien dan keluarga

klien dalam membuat keputusan bagi dirinya. Perawat selalu mendampingi pasien

dan terlibat langsung dalam asuhan keperawatan yang dapat mengobservasi mengenai

respon nyeri, kontrol emosi dan mekanisme koping klien, mengajarkan manajemen

nyeri, sistem dukungan dari keluarga, dan lain-lain.

5. Mendefinisikan kewajiban perawat

a.Memfasilitasi klien dalam manajemen nyeri

b.Membantu proses adaptasi klien terhadap nyeri / meningkatkan ambang nyeri

c.Mengoptimalkan sistem dukungan

d.Membantu klien untuk menemukan mekanisme koping yang adaptif terhadap

masalah yang sedang dihadapi

e.Membantu klien untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai

dengan keyakinannya

6. Membuat keputusan

Dalam kasus di atas terdapat dua tindakan yang memiliki risiko dan konsekuensi

masing-masing terhadap klien. Perawat dan dokter perlu mempertimbangkan

pendekatan yang paling menguntungkan / paling tepat untuk klien. Namun upaya

alternatif tindakan lain perlu dilakukan terlebih dahulu misalnya manajemen nyeri

(relaksasi, pengalihan perhatian, atau meditasi) dan kemudian dievaluasi

efektifitasnya. Apabila terbukti efektif diteruskan namun apabila alternatif tindakan

tidak efektif maka keputusan yang sudah ditetapkan antara petugas kesehatan dan

klien/ keluarganya akan dilaksanakan.

2.5 Prinsip Legal dan Etik

1. Euthanasia (Yunani : kematian yang baik) dapat diklasifikasikan menjadi aktif atau

pasif. Euthanasia aktif merupakan tindakan yang disengaja untuk menyebabkan

kematian seseorang. Euthanasia pasif merupakan tindakan mengurangi ketetapan

dosis pengobatan, penghilangan pengobatan sama sekali atau tindakan pendukung

kehidupan lainnya yang dapat mempercepat kematian seseorang. Batas kedua

tindakan tersebut kabur bahkan seringkali merupakan yang tidak relevan.

14

2. Menurut teori mengenai tindakan yang mengakibatkan dua efek yang berbeda,

diperbolehkan untuk menaikkan derajat/dosis pengobatan untuk mengurangi

penderitaan nyeri klien sekalipun hal tersebut memiliki efek sekunder untuk

mempercepat kematiannya.

3. Prinsip kemanfaatan (beneficence) dan tidak merugikan orang lain (non maleficence)

dapat dipertimbangkan dalam kasus ini. Mengurangi rasa nyeri klien merupakan

tindakan yang bermanfaat, namun peningkatan dosis yang mempercepat kematian

klien dapat dipandang sebagai tindakan yang berbahaya. Tidak melakukan tindakan

adekuat untuk mengurangi rasa nyeri yang dapat membahayakan klien, dan tidak

mempercepat kematian klien merupakan tindakan yang tepat (doing good).

2.6 NON MAL EFISIENSE

Prinsip dasar non-maleficence adalah primum non nocere, yang artinya pertama-tama

jangan menyakiti. Prinsip ini melarang dokter berbuat jahat atau membuat derita pasien,

serta mewajibkan dokter untuk meminimalisasi akibat buruk.

Kewajiban dokter untuk menganut non-maleficence berdasarkan hal-hal berikut :

1. pasien dalam keadaan amat berbahaya atau berisiko kehilangan sesuatu yang penting

2. dokter sanggup mencegah bahaya atau kehilangan tersebut

3. tindakan dokter terbukti efektif

4. manfaat bagi pasien lebih besar daripada kerugian dokter

Dalam kaidah non-maleficence, dikenal juga prinsip double effect, yakni bahwa tindakan

yang merugikan tidak selalu dianggap tindakan yang buruk. Tindakan ini boleh dilakukan

jika bertujuan memperoleh akibat baik, dan tidak ada cara lain yang lebih tepat.

Prinsip double effect:

- tindakan tersebut secara intrinsik tidak salah, setidaknya netral

- niatnya memperoleh akibat baik tidak boleh dari akibat buruk

- akibat buruk bukan tujuan untuk mencapai pokok tujuan

- pertimbangan yang layak: tidak ada cara lain yang lebih tepat

15

Non-malficence adalah suatu prinsip yang mana seorang dokter tidak melakukan

perbuatan yang memperburuk pasien dan memilih pengobatan yang paling kecil

resikonya bagi pasien sendiri. Pernyataan kuno Fist, do no harm, tetap berlaku dan harus

diikuti.

Berikut adalah ciri-ciri Non-Maleficence :

1.      Menolong pasien emergensi

2.      Mengobati pasien yang luka

3.      Tidak membunuh pasien

4.      dokter sanggup mencegah bahaya atau kehilangan tersebut

5.      manfaat bagi pasien lebih besar daripada kerugian dokter

6.      tindakan dokter terbukti efektif

7.      Tidak memandang pasien sebagai objek

8.      Melindungi pasien dari serangan

9.      Manfaat pasien lebih banyak daripada kerugian dokter

10.  Tidak membahayakan pasien karena kelalaian

Dalam kaidah non-maleficence, dikenal juga prinsip double effect, yakni bahwa tindakan

yang merugikan tidak selalu dianggap tindakan yang buruk. Tindakan ini boleh dilakukan

jika bertujuan memperoleh akibat baik, dan tidak ada cara lain yang lebih tepat.

16

3. Lampiran

Artikel tentang non maleficience

17

Gambaran tentang non maleficcience

18

4. Penutup

4.1 Kesimpulan

Dalam dunia kedokteran, terdapat berbagai macam prinsip yang digunakan dalam

pengambilan keputusan. Namun, yang digunakan sebagai dasar dalam pengambilan

keputusan terdiri dari empat prinsip yang biasa disebut sebagai Kaidah Dasar Bioetik

(KDB). Terdapat empat prinsip utama di dalam Kaidah Dasar Bioetik, yaitu

beneficence, non-maleficence, autonomy, dan justice.

Non-malficence adalah suatu prinsip yang mana seorang dokter tidak melakukan

perbuatan yang memperburuk pasien dan memilih pengobatan yang paling kecil

resikonya bagi pasien sendiri. Pernyataan kuno Fist, do no harm, tetap berlaku dan

harus diikuti.

4.2 Saran

Sesuai dengan peribahasa Tak ada gading yang tak retak maka kami selaku

manusia biasa tentunya tidak akan sempurna mengerjakan makalh ini maka dari itu,

kami mohon saran dan kritiknya agar dalam membuat makalah biasa labih baik dalam

kurun waktu kedepan.

19

DAFTAR PUSTAKA

http://medical-center-health.blogspot.com/2011/04/bioetika-kedokteran.html http://worldmeister.wordpress.com/category/medical-center

http://veniwulandari.blogspot.com/2008/12/bioetika-kedokteran.html

http://en.wikipedia.org/wiki/Medical_ethics

20