KADERISASI_MUHAMMADIYAH
-
Upload
setia-cthm -
Category
Documents
-
view
41 -
download
2
description
Transcript of KADERISASI_MUHAMMADIYAH
KADERISASI MUHAMMADIYAH
Muhammadiyah merupakan salah satu organisasi kemasyarakatan yang amal
usahanya termasuk paling besar di Indonesia, bahkan di dunia. Agar tetap bisa
berjalan dengan baik maka sudah menjadi konsekuensi logis jika Muhammadiyah
harus bisa mengelola amal usahanya itu dengan proposional dan profesional. Untuk
mengelola itu, setidaknya Muhammadiyah harus punya suatu sistem yang dapat
menjalankannya dengan baik. Allah SWT berfirman dalam Qur’an Surat An-Nisa
ayat 9 yang artinya:
”Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir
terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa
kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” (Q.S An-
Nisa : 9)
A. Definisi Pengkaderan
Kader adalah istilah yang biasa digunakan dalam organisasi yang mempunyai
arti orang yang bisa diharapkan bisa memegang peranan penting dalam suatu
organisasi atau instansi pemerintah.
Pengkaderan merupakan proses atau pencarian kader yang secara struktural
akan dimasukkan kedalam tubuh organisasi tersebut.
B. Proses Pendidikan Kader
Proses kaderisasi dalam keluarga Muhammadiyah menjadi penting artinya,
tidak saja untuk transformasi nilai-nilai Islam dan Muhammadiyah tetapi juga untuk
melangsungkan kepemimpinan dan reorganisasi dalam Muhammadiyah. Sangat
disayangkan bilamana ada tokoh atau pimpinan Muhammadiyah tetapi kemudian
anak-anaknya tidak aktif di Muhammadiyah, jangankan menjadi pimpinan, menjadi
anggota saja tidak.
1. Pengkaderan dimulai dari rumah
Keluarga Muhammadiyah sebagaimana yang dipandukan dalam Pedoman
Hidup Islami warga Muhammadiyah berkedudukan pertama, sebagai tiang utama
kehidupan umat dan bangsa sebagai tempat sosialisasi nilai-nilai yang paling
intensif dan menentukan, karenanya menjadi kewajiban setiap anggota
Muhammadiyah untuk mewujudkan kehidupan keluarga yang sakinah,
mawaddah warrahmah yang dikenal dengan keluarga sakinah. Kemudian yang
kedua adalah agar keluarga-keluarga dilingkungan Muhammadiyah dituntut
Kaderisasi Muhammadiyah
untuk benar-benar dapat mewujudkan Keluarga Sakinah yang terkait dengan
pembentukan Gerakan Jama'ah dan da'wah Jamaah menuju terwujudnya
Masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Keluarga Muhammadiyah berfungsi antara lain dalam mensosialisasikan
nilai-nilai ajaran Islam juga melaksanakan fungsi kaderisasi sehingga anak-anak
tumbuh menjadi generasi muslim Muhammadiyah yang dapat menjadi
pelangsung dan penyempurna gerakan da'wah di kemudian hari, dan keluarga
dilingkungan Muhammadiyah dituntut keteladanan dalam mempraktikkan
kehidupan yang Islami yakni tertanamnya kebaikan dan bergaul dengan saling
menyayangi dan mengasihi, menghormati hak anak, saling menghargai dan
menghormati antar anggota keluarga, memberikan pendidikan akhlak yang mulia
secara paripurna, menjauhkan segenap anggota keluarga dari bencana siksa
neraka, membiasakan bermusyawarah dalam menyelesaikan urusan , berbuat adil
dan memelihara persamaan hak dan kewajiban serta menyantuni anggota
keluarga yang tidak mampu.
2. Mengarahkan anak menjadi kader
Dalam realitas keseharian warga Muhammadiyah banyak juga yang justru
aktivitas anak-anaknya tidak terkontrol dengan baik. Jangankan mendekatkan diri
dengan aktivitas dakwah seperti Muhammadiyah bahkan ada juga yang terlibat
dengan pergaulan yang jauh dari nilai-nilai Islam.
Bagi seorang kader Muhammadiyah yang telah mengalami proses
pendidikan dan pengemblengan dalam keluarganya sedemikian rupa sehingga
kemudian dia betul-betul mengenal Muhammadiyah, beraktivitas dalam ortom
Muhammadiyah akan menjadi mudah. Dengan demikianlah dia nanti bisa
menggantikan posisi orangtuanya yang juga adalah tokoh Muhammadiyah. Maka
mulailah kader tersebut menapaki aktivitasnya di Ikatan Pelajar Muhammadiyah,
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, Pemuda Muhammadiyah, Nasyiatul
"Aisyiyah dan seterusnya menjadi kader andalan di persyarikatan
Muhammadiyah. Dalam realitasnya tentu saja hal ini tidaklah mudah, ini
memerlukan upaya yang terus menerus dari keluarga-keluarga Muhammadiyah
dan juga pengontrolan dan evaluasi terus menerus.
C. Kebijakan Muhammadiyah dalam Pengkaderan
Kebijakan yang dibuat oleh Muhammadiyah untuk melaksanakan kegiatan
pengkaderan adalah sebagai berikut :
1. Internalisasi Islam berkemajuan secara intensif, obyektif, mungkin juga
komparatif, dialogis.
Kaderisasi Muhammadiyah
2. Menafsirkan dan kontekstualisasi Ideologi.
3. Muhammadiyah (Paham Agama, MKCH, Kepribadian) dalam bahasa yang
populis.
4. Kaderisasi melalui berbagai jalur profesi, keluarga, amal usaha (pendidikan, RS,
Panti), dan kegiatan.
5. Memperbanyak komunitas-komunitas kultural dan fungsional
D. Hambatan Dalam Pengkaderan
Perlu dipahami bahwa pekerjaan untuk membentuk kader-kader yang militan
ini tidaklah semudah membalik telapak tangan. Banyak sekali hambatan yang
dialami oleh Muhammadiyah, baik itu dari sisi internal maupun eksternalnya. Contoh
kecil yang selama ini dapat kita lihat dan kita rasakan dari sisi internal adalah
perebutan kader antara ortom yang satu dengan ortom yang lainnya.
Sebut saja antara kalangan ‘pelajar’ dengan kalangan ‘mahasiswa’. Meskipun
sebenarnya sama-sama sebagai ortom Muhammadiyah yang notabene harus bisa
sinergis dalam segala hal tetapi karena masing-masing mempertahankan ego-nya dan
merasa dipihak yang paling benar maka friksi yang cukup tajam antara kedua ortom
tersebut tidak bisa dihindari.
Selain itu, permasalahan internal juga dapat dilihat dari kader sekolah-
sekolah Muhammadiyah. Setelah mereka lama dididik sampai menjadi ahli dalam
organisasi, kemudian lulus sekolah dan masuk ke Perguruan Tinggi justru banyak
diantara kadernya yang menyebrang ke lain organisasi dan meninggalkan
Muhammadiyah begitu saja. Bisa jadi karena Muhammadiyah tidak bisa memberikan
sesuatu yang berarti bagi mereka, tapi bisa juga karena mereka yang tidak punya
komitmen dan loyalitas pada organisasi. Apapun alasannya, rasanya kurang sesuai
dengan etika.
Hal seperti ini seharusnya menjadi koreksi bagi Muhammadiyah agar
melakukan peninjauan kembali terhadap berbagai aturan yang selama ini diterapkan
dalam ortom, karena tidak menutup kemungkinan terjadinya masalah ini justru
karena memang ada aturan yang tidak jelas, kurang tegas, dan multitafsir.
E. Solusi Mengatasi Hambatan Dalam Pengkaderan
Unuk mengatasi permaslahan yang telah disebutkan diatas maka, mulai
sekarang semua ortom Muhammadiyah harus disinergiskan dan dikelolah dengan
sebaik-baiknya agar sesuai dengan visi dan misi Muhammadiyah. Jangan sampai
ortom berjalan sendiri-sendiri tanpa ada koordinasi dan tujuan yang pasti.
Kaderisasi Muhammadiyah
Kita juga tidak dapat memungkiri bahwa di organisasi manapun pasti banyak
kader yang punya kepentingan-kepentingan politik yang penuh dengan intrik, begitu
juga di Muhammadiyah. Tetapi dengan adanya sistem perkaderan yang baik di
Muhammadiyah, rasanya hal-hal yang seperti itu bisa diminimalisir, bahkan
direduksi. Yang terpenting, semoga dilema pengkaderan ideal yang ada di
Muhammadiyah sudah cukup sampai disini dan tidak akan terulang lagi di masa-
masa yang akan datang.
Kaderisasi Muhammadiyah