KA ANDALKELAPA SAWIT

23
KA ANDAL KELAPA SAWIT 1.1 Latar Belakang 1. Perkembangan perkebunan di Indonesia saat ini cukup pesat seiring dengan majunya perkembangan teknologi. Kelapa sawit merupakan salah satu usaha perkebunan yang propeknya cukup besar baik dari segi manfaat khususnya di Indonesia. Sebagai negara agraris, peluang ini pasti tidak akan menjadi sebuah kesempatan angin lalu bagi para pengusaha. Dengan melihat prospek ini, tentu saja para pengusaha tidak akan tinggal diam. Tumbuhnya perindustrian perkebunan kelapa sawit ini tentu saja menimbulkan dampka baik dari segi lingkungan, sosial dan juga budaya. Salah satu kebijaksaan yang diambil pemerintah dalam hal ini adalah dengan membuat peraturan yang bertujuan untuk mencegah terjadinya dampka yang merugikan. Pembuatan ka andal ini mengacu pada Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, kegiatan perkebunan kelapa sawit berkaitan erat dengan keagrarian atau penggunaan lahan yang relatif luas sehingga sangat relevan dimuat peraturan ini), Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja (undang-undang ini relevan dipakai sebagai acuan karena dalam kegiatan proyek ini banyak aktivitas/kegiatan yang berpotensi terjadinya kecelakaan di tempat kerja), Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian, kegiatan perkebunan kelapa sawit yang akan dilakukan dilengkapi dengan unit pengolahannya yang merupakan bidang perindustrian, sehingga sangat relevan dimuat peraturan ini dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, kegiatan perkebunan kelapa sawit dan unit pengolahannya akan melakukan perubahan penutupan lahan dari vegetasi alamiah menjadi vegetasi sejenis, sehingga perlu mengacu kepada undang-undang ini

description

latar-belakang

Transcript of KA ANDALKELAPA SAWIT

KA ANDAL KELAPA SAWIT1.1 Latar Belakang 1. Perkembangan perkebunan di Indonesia saat ini cukup pesat seiring dengan majunya perkembangan teknologi. Kelapa sawit merupakan salah satu usaha perkebunan yang propeknya cukup besar baik dari segi manfaat khususnya di Indonesia. Sebagai negara agraris, peluang ini pasti tidak akan menjadi sebuah kesempatan angin lalu bagi para pengusaha. Dengan melihat prospek ini, tentu saja para pengusaha tidak akan tinggal diam. Tumbuhnya perindustrian perkebunan kelapa sawit ini tentu saja menimbulkan dampka baik dari segi lingkungan, sosial dan juga budaya. Salah satu kebijaksaan yang diambil pemerintah dalam hal ini adalah dengan membuat peraturan yang bertujuan untuk mencegah terjadinya dampka yang merugikan. Pembuatan ka andal ini mengacu pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, kegiatan perkebunan kelapa sawit berkaitan erat dengan keagrarian atau penggunaan lahan yang relatif luas sehingga sangat relevan dimuat peraturan ini), Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja (undang-undang ini relevan dipakai sebagai acuan karena dalam kegiatan proyek ini banyak aktivitas/kegiatan yang berpotensi terjadinya kecelakaan di tempat kerja), Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian, kegiatan perkebunan kelapa sawit yang akan dilakukan dilengkapi dengan unit pengolahannya yang merupakan bidang perindustrian, sehingga sangat relevan dimuat peraturan ini dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, kegiatan perkebunan kelapa sawit dan unit pengolahannya akan melakukan perubahan penutupan lahan dari vegetasi alamiah menjadi vegetasi sejenis, sehingga perlu mengacu kepada undang-undang ini

PERATURANLandasan hukum bagi pelaksanaan Studi AMDAL Kelapa Sawit di Kalimantan Selatan adalah sebgai berikut :Undang-Undang Republik Indonesia :2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (kegiatan perkebunan kelapa sawit perusahaan, berkaitan erat dengan keagrarian atau penggunaan lahan yang relatif luas sehingga sangat relevan dimuat peraturan ini); 3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja (undang-undang ini relevan dipakai sebagai acuan karena dalam kegiatan proyek ini banyak aktivitas/kegiatan yang berpotensi terjadinya kecelakaan di tempat kerja);4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian (kegiatan perkebunan kelapa sawit yang akan dilakukan dilengkapi dengan unit pengolahannya yang merupakan bidang perindustrian, sehingga sangat relevan dimuat peraturan ini);5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (kegiatan perkebunan kelapa sawit dan unit pengolahannya akan melakukan perubahan penutupan lahan dari vegetasi alamiah menjadi vegetasi sejenis, sehingga perlu mengacu kepada undang-undang ini);6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja (aspek sosial tenaga kerja perlu dilindungi antara lain dengan mengacu kepada undang-undang ini);7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya (undang-undang ini menjadi relevan jika di tapak proyek dan sekitarnya terdapat situs bersejarah dan benda cagar budaya yang perlu dilindungi);8. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman (Aspek penting dari undang-undang ini adalah diantaranya pembukaan lahan dilakukan tanpa pembakaran sehingga undang-undang ini relevan untuk dilihat);9. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (di dalam tapak proyek terdapat kegiatan mobilisasi peralatan dan material serta pengangkutan kelapa sawit, sehingga undang-undang ini sangat relevan);10. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan (relevansinya dengan rencana kegiatan adalah upaya proteksi/perlindungan terhadap tanaman yang akan diusahakan harus benar-benar sehat);11. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (dalam proyek ini aspek kesehatan perlu mendapat perhatian selayaknya, tidak hanya kesehatan tenaga kerja juga kesehatan masyarakat sekitar, sehingga undang-undang ini perlu pula diacu);12. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1994 tentang Pengesahan Konvensi Internasional Mengenai Keanekaragaman Hayati (karena menggunakan sumberdaya lahan, tentu proyek ini berkaitan dengan aspek keanekaragaman hayati, sehingga undang-undang ini perlu pula diacu);13. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (setiap kegiatan yang menyebabkan pajak dan retribusi tentunya undang-undang ini relevan untuk dijadikan acuan);14. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (sesuai dengan kegiatan dokumen yang akan dibuat, tentu undang-undang ini sangat relevan dengan rencana proyek);15. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan ditetapkan menjadi Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004;16. Undang-Undang Nomor 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (di proyek ini terdapat kegiatan pembangunan fisik baik berupa pabrik, mess, gudang dan dll sehingga Undang-Undang wajib dipakai sebagai acuan);17. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (proyek ini sedikit banyak akan menyerap tenaga kerja sehingga perlu mengacu kepada undang-undang ini);18. Undang-Undang Nomor 2 tahun 2004 tentang Penyelesaian Hubungan Industrial (dalam kegiatan proyek ini banyak melibatkan tenaga kerja sehingga Undang-Undang ini relevan untuk dipakai sebagai acuan apabila dikemudian hari terdapat perselisihan antara pengusaha dan tenaga kerja);19. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (aspek penting dalam kegiatan perkebunan dan pengolahan kelapa sawit adalah penggunaan sumber daya air sehingga undang-undang ini menjadi hal yang penting sebagai dasar operasional);20. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan (proyek ini merupakan kegiatan sektor perkebunan sehingga relevan sekali untuk dipelajari terutama menyangkut aspek kebijakan dan landasan operasional);21. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (undang-undang ini relevan karena di dalam tapak proyek dan sekitarnya terdapat badan / sumber daya air);22. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (di dalam pelaksanaan proyek tentunya sangat berkaitan dengan pemerintah daerah setempat, sehingga undang-undang ini menjadi relevan sebagai salah satu acuan);23. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan daerah (pemrakarsa proyek ini perusahaan swasta nasional yang investasinya melibatkan hirarki pemerintah pusat dan daerah, sehingga undang-undang ini menjadi relevan untuk dijadikan sebagai salah satu acuan);24. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (di dalam proyek ini terdapat kegiatan mobilisasi peralatan dan material serta pengangkutan hasil-hasil kelapa sawit, sehingga undang-undang ini sangat relevan);25. Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal (kegiatan proyek ini merupakan penanaman modal sehingga Undang-Undang ini perlu dipakai sebagai acuan);26. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (kegiatan proyek ini sangat terkait dengan aspek tata ruang dan pemanfaatannya);27. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas (badan usaha yang mengelola kegiatan proyek ini berbentuk Perseroan Terbatas yang memiliki hak dan kewajiban sehingga Undang-Undang ini relevan dipakai sebagai acuan);

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia :1. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1973 tentang Pengawasan Atas Peredaran, Penyimpanan dan Penggunaan pestisida (di dalam kegiatan proyek ini terutama pada perkebunan, terjadi penggunaan pestisida/hibrisida sehingga peraturan relevan dipakai sebagai acuan dalam pelaksanaan);

2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1982 tentang Tata Pengaturan Air (proyek ini dalam kegiatannya menggunakan sumber daya air, sehingga sangat terkait dengan peraturan ini);3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 1986 tentang Kewenangan Pengturan, Pembinaan dan Pengembangan Industri (kegiatan ini salah satunya adalah pengolahan minyak kelapa sawit yang merupakan kegiatan bidang perindustrian, sehingga sangat relevan peraturan ini untuk diacu);4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1990 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintahan dalam Bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan kepada Dati I dan Dati II (Lembaran Negara Tahun 1990 No. 26 Tambahan Lembaran Negara No. 3410) (di dalam proyek ini terdapat kegiatan mobilisasi peralatan dan material serta pengangkutan hasil-hasil kelapa sawit, sehingga peraturan ini sangat relevan);5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1991 tentang Rawa (proyek ini dalam kegiatannya berada dalam kawasan rawa, sehingga sangat terkait dengan peraturan ini);6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai (proyek ini dalam kegiatannya menggunakan sumber daya air/sungai, sehingga sangat terkait dengan peraturan ini);7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1993 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan sebagai pelaksanaan dari UU No. 14 Tahun 1992 (di dalam proyek ini terdapat kegiatan mobilisasi peralatan dan material serta pengangkutan hasil-hasil kelapa sawit, sehingga peraturan ini sangat relevan);8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan Raya (dalam proyek ini terdapat kegiatan mobilisasi peralatan dan material serta pengangkutan kelapa sawit, sehingga peraturan ini sangat relevan);9. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1995 tentang Perlindungan tanaman (peraturan ini relevan sekali dengan kegiatan proyek yang merupakan perkebunan);10. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1995 tentang Izin Usaha Industri (salah satu kegiatan proyek ini adalah pengolahan kelapa sawit yang merupakan kegiatan disektor industri, sehingga peraturan ini penting untuk diacu);11. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1999 yang disempurnakan dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 85 tahun 1999 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (peraturan ini menjadi relevan jika dalam proyek ini dipergunakan B3 seperti BBM, oli, dll);12. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (jelas peraturan ini sangat relevan dengan proyek ini yang memang tergolong wajib AMDAL);13. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara (dalam proyek ini terdapat potensi dampak penurunan kualitas udara antara lain dari kegiatan mobilisasi peralatan dan material, pengangkutan hasil-hasil kelapa sawit, sehingga peraturan ini menjadi relevan untuk diacu);14. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952) (di dalam proyek ini tentu sangat berkaitan dengan pemerintah daerah sebagai daerah otonom, sehingga peraturan ini perlu untuk diacu);15. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor Nomor 150 Tahun 2000 tentang Pengendalian Kerusakan Tanah (kegiatan perkebunan dan pengolahan kelapa sawit berhubungan penggunaan dan pengolahan tanah, sehingga peraturan ini perlu diacu);16. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2001 tentang Pengendalian Kerusakan dan atau Pencemaran Lingkungan Hidup yang Berkaitan dengan kebakaran Hutan dan atau lahan (di dalam pelaksanaan proyek terdapat kegiatan pembukaan lahan sehingga peraturan ini relevan dipakai sebagai acuan);17. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2001 tentang Pupuk Budidaya Tanaman (kegiatan dalam proyek ini ddalah budidaya tanaman perkebunan yang menggunakan pupuk, sehingga PP ini relevan sebagai acuan);18. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor Nomor 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (peraturan ini menjadi relevan karena dalam proyek ini dipergunakan B3 seperti BBM, oli, dll untuk operasional mesin-mesin);19. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air (salah satu potensi dampak dari proyek ini adalah penurunan kualitas air, sehingga peraturan ini relevan untuk diacu);20. Peraturan Pemerintah Nomor 34 tahun 2002 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, Pemamfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan (peraturan ini menjadi relevan apabila pada di dalam tapak proyek dan sekitarnya terdapat kawasan hutan);21. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah (kegiatan proyek ini sangat terkait dengan aspek tata ruang, termasuk mengenai penatagunaan tanah);22. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (dalam proyek ini banyak kegiatan melaksanakan pembangunan fisik berupa bangunan pabrik, mess, gudang dll sehingga peraturan ini wajib dipakai sebagai acuan);23. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan. (dalam kegiatan terdapat mobilisasi angkutan materil atau peralatan yang memakai sarana jalan sehingga peraturan ini relevan dipakai sebagai acuan);24. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah kabupaten/Kota;

Keputusan Presiden Republik Indonesia :1. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1980 tentang Wajib Lapor Lowongan Pekerjaan dan Wajib Lapor Perusahaan (kegiatan ini memerlukan tenaga kerja yang relatif banyak sehingga peraturan ini relevan untuk diacu);2. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung (kegiatan proyek ini sangat terkait dengan aspek tata ruang, termasuk kawasan lindung terutama sempadan-sempadan sungai bagian hulu);3. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 117 Tahun 1999 tentang Perubahan Kedua atas KEPRES Nomor 97 Tahun 1993 tentang Tata Cara Penanaman Modal (kegiatan ini merupakan salah satu kegiatan penanaman modal dalam bidang perkebunan dan industri sehingga peraturan ini relevan untuk diacu);4. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang Penyelenggaraan Penanaman Modal Asing dan Penanaman Modal Dalam Negeri melalui Sistem Satu Atap (kegiatan ini merupakan salah satu kegiatan penanaman modal dalam negeri, sehingga peraturan ini relevan diacu);5. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2006 tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum (proyek ini terkait dengan proses pengadaan dan pembebasan lahan, sehingga Perpres ini relevan untuk dijadikan acuan);6. Peraturan Presiden Nomor : 76 Tahun 2007 tentang Kriteria dan Persyaratan Penyusunan Bidang Usaha yang tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka (Proyek ini merupakan suatu usaha terbuka dan tertutup, sehingga Perpres ini relevan untuk dijadikan acuan);7. Peraturan Presiden Nomor : 111 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor : 77 tahun 2007 tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan persyaratan di Bidang Penanaman (Proyek ini merupakan suatu usaha terbuka dan tertutup, sehingga Perpres ini relevan untuk dijadikan acuan)

Peraturan Menteri Negara Agraria / Kepala Badan Pertanahan Nasional:1. Peraturan Menteri Negara Agraria / Kepala BPN Nomor 2 Tahun 1993 tentang Tata Cara Memperoleh Izin Lokasi dan Hak Atas Tanah Bagi Perusahaan Dalam Rangka Penanaman Modal (Peraturan ini perlu diacu, karena terkait dengan keperluan penggunaan atas luasan tanah tertentu dalam kegiatan perkebunan dan pengolahan kelapa sawit ini);2. Peraturan Menteri Negara Agraria / Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 2 Tahun 1999 tentang Izin Lokasi (Untuk beroperasi terkait dengan penggunaan lahan tentu perlu diacu peraturan ini dalam memperoleh izin lokasi);3. Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala BPN Nomor 3 Tahun 1999 tentang Pemberian dan Pelepasan Hak Atas Tanah jo. Peraturan Menteri Negara Agraria/ Kepala BPN Nomor 9 Tahun 1999 (Untuk beroperasi terkait dengan penggunaan lahan tentu perlu diacu peraturan ini dalam memperoleh pelepasan hak atas tanah dari penguasaan/kepemilikan sebelumnya);

Keputusan / Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia:1. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor KEP-02/MENKLH/I/1988 tentang Pedoman Penetapan Baku Mutu Lingkungan (baku mutu lingkungan diperiukan sebagai standard untuk mengetahui apakah telah terjadi penurunan kualitas lingkungan atau tidak);2. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor KEP13/MENLH/1995 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak (Baku mutu ini perlu diacu pada kegiatan yong menggunakan mesin tidak bergerak penghasil emisi seperti generator set, dll);3. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP-51/MENLH/10/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri (Dalam operasionalnya kegialan perkebunan dan pengolahan kelapa sawit akai mengeluarkan limbah cai, sehingga sangat relevan untuk mengacu baku limbah cair bagi industri ini);4. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor KEP48/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan (Dalam kegiatan perkebunan ini terdapat kegiatan yang menyebabkan peningkatan kebisingan seperti pengangkutan, operasional genset, pabrik dan operasional alat berat lainnya sehingga relevan peraturan ini untuk diacu);5. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 1997 tentang Indeks Standar Pencemaran Udara (Dalam kegiatan perkebunan ini ada kegiatan yang menyebabkon penurunan kualitas udara, sehingga perlu peraturan ini diacu uniuk menentukan tercemar atau tidaknya udara);6. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 02 Tahun 2000 tentang Panduan Penilaian Dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (KepmennegLH ini diperiukan sebagai acuan dalam menilai dan bahan untuk meningkatkan kualitas dokumen AMDAL yang sedang disusun);7. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 05 Tahun 2000 tentang Pedoman Penyusunan Amdal Kegiatan Pembangunan di Lahan Basah (Karena lokasi perkebunan ini di lahan basah, maka sangat relevan peraturan ini untuk diacu);8. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 29 Tahun 2003 tentang Syarat dan Tata Cara Perijinan Pemanfaatan Air Limbah Industri Sawit Pada Tanah di Perkebunan Kelapa Sawit (Dalam kegiatan ini ada rencana perusahaan untuk melakukan kegiatan aplikasi lahan dari limbah industri sawit yang nantinya dikeluarkan, sehingga sangat relevan Kepmenneg LH ini untuk dijadikan acuan);9. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2003 tentang Metode Analisa Kualitas Air Permukaan dan Pengambilan Contoh Air Permukaan (Adanya potensi dampak penurunan kualitas air dari proyek ini, maka Kepmenneg LH ini relevan untuk diacu terutama untuk sampling dan analisis parameter kualitas air);10. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 110 Tahun 2003 tentang Pedoman Penetapan Daya Tampung Beban Pencemem Air Pada Sumber Air (Adanya potensi dampak penurunan kualitas air dari proyek ini, maka Kepmenneg LH ini relevan uniuk diacu);11. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 45 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan Pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) (RKL dan RPL merupakan dokumen yang tak terpisahkan dari dokumen AMDAL lainnya, yaitu KA-ANDAL, ANDAL dan Ringkasan Eksekutif. Memantau pelaksanaan RKI dan RPL maka KepmennegLH ini perlu diacu);12. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 08 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (Permenneg LH ini menggantikan Kepka Bapedal No 09/2000, dengan demikian, proses dan penyusunan dokumen AMDAL ini mengacu kepada Permenneg LH ini);13. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2006 Lampiran I. tentang Jenis Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi Dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (Permenneg LH ini diperiukan sebagai acuan tmtuk menetapkan / memastikan apakah proyek ini wajib AMDAL atau tidak);

Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan1. Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor 12/Kpts-II/1987 tentang Jenis Satwa yang Dilindungi oleh Undang Undang (Kegiatan perkebunan kelapa sawit tentunya akan menimbulkan berbagai dampak, termasuk gangguan terhadap satwa sehingga relevan Kepmen ini diacu untuk mengetahui ada tidaknya satwa yang dilindungi UU);2. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 260/Kpts-II/1995 tentang Petunjuk Tentang Pencegahan Kebakaran (Lokasi proyek berada pada daerah rawa dan sangat rentan terjadi kebakaran pada musim kemarau panjang, sehingga sangat relevan Kepmenhut ini di jadikan bahan acuan dalam rangka pencegahan kebakaran lahan);3. Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor 107/Kpts-II/1999 jo nomor 645/ Kpts-II/1999 tentang Perijinan Usaha Perkebunan (Sebelum mulai membangun dan operasional kegiatan perkebunan ini, terlebih dahulu mengurus perijinannya sehingga relevan Kepmenhutbun ini untuk dijadikm acuannya);4. Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan dan Menteri Koperasi PKM Nomor 234/Kpb-IV/1999 dan Nomor 01/SKB/M/IV/1999 tentang Pemberdayaan Koperasi Dalam Usaha Kehutanan dan Perkebunan (dalam upaya pemberdayaan masyarakat sekitar proyek, perusahaan memerlukan mitra kerja dari masyarakat yang jelas payung hukumnya seperti koperasi, sehingga Kemenhutbun ini relevan untuk dijadikan acuan);5. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 453/Kpts-II/1999 tentang Kawasan dan Perairan di Propinsi Kalimantan Selatan (seluruh tapak proyek berada pada kawasan dan perairan di Provinsi Kalimantan Selatan, sehingga Kepmenhut ini perlu diacu karena merupakan salah satu alat tapis dalam kesesuaian pemanfaatan kawasan dan perairan);

Keputusan Menteri Pertanian1. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 421/1970, 327/1972, 66/1973, 35/1975, 90/1977, 537/1977, 327/1978, 742/1978, 247/1979, 757/1979, 576/1980, 716/1980, 12/1987 tentang Jenis Satwa Yang Dilindungi oleh Undang Undang (Kepmen ini perlu diacu untuk mengetahui ada tidaknya jenis satwa di tapak proyek yang dilindungi UU);2. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 66/Kpts/Um/1979 tentang Kriteria Satwa yang Dilindungi Menurut Ordonansi Perlindungan Binatang Liar yang Dilindungi (Kepmen ini perlu diacu untuk mengetahui ada tidaknya satwa di tapak proyek yang dilindungi);3. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 07 Tahun 2007 tentang Syarat dan Tata Cara Pendaftaran Pestisida (di dalam pelaksanaan proyek, terjadi penggunaan pestisida/herbisida, sehingga peraturan ini menjadi relevan);4. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 08 Tahun 2007 tentang Syarat dan Tata Cara Pendaftaran Pupuk (di dalam pelaksanaan proyek, terjadi penggunaan pupuk, sehingga peraturan ini menjadi relevan);5. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 26/Permentan/OT.140/2/2007 tentang Pedoman Perizinan Usaha Perkebunan (Permentan ini sangat relevan dengan proyek yang dilaksanakan);

Peraturan dan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum: 1. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 45 Tahun 1990 tentang Pengendalian Mutu Air pada Sumber Air (PermenPU ini relevan dengan kondisi tapak proyek yang merupakan lahan basah yang dialiri oleh berbagai sungai sebagai sumber air);2. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 48 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Atas Air dan atau Sumber Air pada Wilayah Sungai (PermenPU ini relevan dengan kondisi tapak proyek yang merupakan lahan basah yang dialiri oleh berbagai sungai sebagai sumber air);3. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 49 Tahun 1990 tentang Tata Cara dan Persyaratan Izin Penggunaan Air dan atau Sumber Air (PermenPU ini relevan dengan kondisi tapak proyek yang merupakan lahan basah yang dialiri oleh berbagai sungai sebagai sumber air);4. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 63/PRT/1993 tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah Manfaat Sungai dan Daerah Penguasaan Sungai (proyek ini dalam kegiatannya menggunakan sumber daya air yang terdapat di dalam tapak proyek dan sekitarnya, sehingga sangat terkait dengan peraturan ini);5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 64 Tahun 1993 tentang Reklamasi Rawa (Wilayah studi merupakan lahan basah (ekosistem rawa), sehingga Permen-PU ini sangat relevan untuk diacu);6. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 441 /KPTS/ 1998 tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung (Keputusan ini sangat relevan untuk dipedomani dalam rangka pembangunan gedung di lokasi proyek);7. Keputusan Menteri Kimpraswil No. 260/KPTS/M/2004 Tentang Pengesahan Rancangan 38 Rancangan SNI dan 64 Pedoman Teknis Bidang Konstruksi dan Bangunan (dilampirkan dengan RSNI T-14-2004);8. Keputusan Menteri PU No. 29/PRT/M/2006 Tentang Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung (peraturan ini relevan untuk kegiatan pembangunan infrastruktur);9. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 06/PRT/M/2007 Tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (peraturan ini relevan untuk kegiatan pembangunan infrastruktur);Keputusan/Peraturan Menteri Kesehatan :1. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 173/MENKES/PERIVIII/77 tentang Pengendalian Pencemaran Air untuk Penggunaan yang Berhubungan dengan Kesehatan Masyarakat (dalam kegiatan ini ada potensi untuk menyebabkan penurunan kualitas air sehingga relevan Kepmen ini untuk diacu);2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 528/Menkes/PER/XII/1982 tentang Kualitas Air Tanah yang Berhubungan dengan Kesehatan (dalam kegiatan ini ada potensi uniuk menyebabkan penurunan kualitas air tanah sehingga relevan peraturan ini untuk diacu);3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 716/Menkes/PER/1987 tentang Kebisingan yang berhubungan dengan Kesehatan Manusia (dalam operasionalnya kegiatan perkebunan dan pengolahan kelapa sawit ini, terdapat potensi peningkatan kebisingan sehingga relevan peraturan ini untuk diacu);4. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 718/Menkes/PER/XI/1987 tentang Kebisingan yang Berhubungan dengan Kesehatan (dalam kegiatan ini ada potensi untuk menyebabkan peningkatan kebisingan yang dapat menurunkan kesehatan masyarakat sehingga relevan Kepmen ini untuk diacu);5. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 416 Tahun 1990 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air (dalam kegiatan ini ada potensi untuk menyebabkan penurunan kualitas air sehingga relevan Kepmen ini untuk diacu terutama dalam pembuatan dokumen RPL khususnya komponen kualitas air dan kesehatan masyarakat);6. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 876/Menkes/SK/VII/2001 tentang Pedoman Teknis ADKL (dalam kegiatan ini ada potensi untuk menyebabkan penurunan kualitas kesehatan lingkungan sekitar sehingga relevan Kepmen ini uniuk diacu);

Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan :1. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor 056 Tahun 1994 tentang Pedoman Mengenai Ukuran Dampak Penting (Kepka ini merupakan acuan kriteria dalam penentuan dampak penting dalam studi AMDAL);2. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor 01 Tahun 1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah B3 (Proyek ini ada menggunakan B3 seperti BBM, oli, dll sehingga relevan Kepka ini diacu);3. Keputusan Kepala Bapedal Nomor 255 Tahun 1996 tentang Tata Cara dan Persyaratan Penyimpanan dan Pengumpulan Minyak Pelumas Bekas (Kepka ini merupakan salah satu acuan/kriteria dalam pengelolaan minyak pelumas bekas);4. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor KEP-299/11/1996 tentang Pedoman Teknis Aspek Sosial Dalam Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Kepka ini merupakm acuan/kriteria dalam analisis aspek sosial dalam studi AMDAL ini);5. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor KEP-124/12/1997 tentang Panduan Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat Dalam Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Kepka ini merupakm acuan/ kriteria dalam analisis aspek kesehatan masyarakat dalam studi AMDAL ini);6. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor 08 Tahun 2000 tentang Keterlibatan Masyarakat dan Keterbukaan Informasi Dalam Proses Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (Kepka ini merupakan acuan/ kriteria dalam keterlibatan masyarakat dan keterbukaan informasi dalam studi AMDAL ini);

Keputusan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal:1. Keputusan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 57/SK/2004 Tahun 2004 tentang Pedoman dan Tata Cara Permohonan Penanaman Modalnya yang didirikan dalam Rangka Penanaman Modal Asing dan Penanaman Modal Dalam Negeri (Pemrakarsa kegiatan ini merupakan Perusahaan Swasta Nasional yang investasinya dengan Penanaman Modal Dalam Negeri sehingga relevan Kepka ini untuk diacu);2. Keputusan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor : 61/SK/2005 tentang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal (kegiatan ini merupakan Perusahaan Swasta Nasional yang investasinya dengan Penanaman Modal Dalam Negeri sehingga relevan Kepka ini untuk diacu);3. Keputusan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal tentang Perubahan ketiga atas Keputusan Kepala BKPM Nomor : 76/SK/2004 tentang Penerbitan Izin Usaha/Izin Usaha tetap bagi perusahaan yang didirikan dalam rangka Penanaman Modal Asing dan Penanaman Modal Dalam Negeri yang telah beroperasi/berproduksi

Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan :1. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Nomor 5 Tahun 1994 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (Perda ini merupakan landasan pengelolaan lingkungan hidup di Provinsi Kalimantan Selatan sehingga sangat relevan dengan kegialan Studi AMDAL ini);2. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Nomor 9 Tahun 2000 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan Selatan (Dalam penapisan maupun penelaahan tata ruang tentu tidak lepas dari RTRWP Kalsel sesuai dengan arahan Permenneg LH No. 08 Tahun 2006);3. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Nomor 2 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air (dalam kegiatan perkebunan ini, ada potensi teriadinya penurunan kualitas air sehingga relevan dalam pengelolaannya mengacu terhadap Perda ini);4. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Nomor 15 tahun 2006 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2006 2010 (peraturan ini relevan untuk telaahan kebijakan strategik wilayah provinsi Kalsel);5. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Nomor 3 Tahun 2008 tentang Pengaturan Penggunaan Jalan Umum dan Jalan Khusus Untuk Angkutan Tambang dan Hasil Perusahaan Perkebunan (peraturan ini relevan untuk mobilisasi kendaraan perusahaan terkait dengan penggunaan jalan umum);

Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan :1. Peraturan Gubemur Kalimantan Selatan Nomor 05 Tahun 2007 tentang Peruntukan dan Baku Mutu Air Sungai (kegiatan perkebunan ini, ada potensi terjadinya penurunan kualitas air sehingga relevan dalam penggolongan, baku mutu dan peruntukkan pada hasil analisanya mengacu terhadap Pergub ini);2. Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan Nomor 04 Tahun 2007 tentang Baku Mutu Limbah Cair (BMLC) Bagi Kegiatan Industri, Hotel, Restoran, Rumah Sakit, Domestik dan Pertambangan (kegiatan perkebunan ini, akan menghasilkan limbah dalam proses pelaksanaan pengolahannya sehingga relevan pada hasil analisanya mengacu terhadap Pergub ini);

Peraturan Daerah Kabupaten Banjar1. Peraturan Daerah Kabupaten Banjar Nomor 3 Tahun 2003 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banjar (peraturan ini relevan untuk telaahan kebijakan strategik wilayah Kabupaten Banjar);