JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS …/Studi...studi pembuatan struktur globular dari...

47
STUDI PEMBUATAN STRUKTUR GLOBULAR DARI PADUAN AL-SI (ALUMUNIUM-SILIKON) DENGAN METODE DTM (DIRECT THERMAL METHOD) SEBAGAI BAHAN BAKU PROSES SEMISOLID FORMING SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat Untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Oleh : DIDIK SETYAWAN NIM. I1406502 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Transcript of JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS …/Studi...studi pembuatan struktur globular dari...

Page 1: JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS …/Studi...studi pembuatan struktur globular dari paduan al-si (alumunium-silikon) dengan metode dtm (direct thermal method) sebagai

STUDI PEMBUATAN STRUKTUR GLOBULAR DARI PADUAN AL-SI

(ALUMUNIUM-SILIKON) DENGAN METODE DTM (DIRECT THERMAL

METHOD) SEBAGAI BAHAN BAKU PROSES SEMISOLID FORMING

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat Untuk memperoleh gelar

Sarjana Teknik

Oleh :

DIDIK SETYAWAN NIM. I1406502

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2010

Page 2: JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS …/Studi...studi pembuatan struktur globular dari paduan al-si (alumunium-silikon) dengan metode dtm (direct thermal method) sebagai

HALAMAN PENGESAHAN

STUDI PEMBUATAN STRUKTUR GLOBULAR DARI PADUAN AL-SI

(ALUMUNIUM-SILIKON) DENGAN METODE DTM (DIRECT THERMAL

METHOD) SEBAGAI BAHAN BAKU PROSES SEMISOLID FORMING.

Disusun oleh

Didik Setyawan NIM. I 1406502

Dosen Pembimbing I

Eko Surojo, ST, MT NIP. 19690411 200003 1 006

Dosen Pembimbing II

Bambang Kusharjanta, ST, MT NIP. 19691116 199702 1 001

Telah dipertahankan di hadapan Tim Dosen Penguji pada hari Rabu tanggal

20 Januari 2010.

1. Joko Triyono, ST, MT

NIP.19690625 199702 1 001 ………………………

2. Didik Djoko Susilo, ST, MT NIP.19720313 199702 1 001 ………………………

3. Wahyu Purwo Raharjo, ST, MT NIP.19720229 200012 1 001 ………………………

Mengetahui,

Ketua Jurusan Teknik Mesin

Dody Ariawan, ST, MT NIP. 19730804 199903 1 003

Koordinator Tugas Akhir

Syamsul Hadi, ST, MT NIP. 19710615 199802 1 002

Page 3: JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS …/Studi...studi pembuatan struktur globular dari paduan al-si (alumunium-silikon) dengan metode dtm (direct thermal method) sebagai

MOTTO

Hidup adalah perjuangan

Kesempatan baik hanya datang dalam satu kali

...................................................................................................................................

Karya ini kupersembahkan kepada:

Ø Allah SWT yang telah limpahkan rahmat dan hidyahNya

Ø Bapak dan Alm. Ibuku tercinta

Ø Adikku yang sangat aku sayangi

Ø Untuk eny,, terima kasih untuk semuanya

Ø Keluarga Besar Teknik Mesin UNS

Page 4: JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS …/Studi...studi pembuatan struktur globular dari paduan al-si (alumunium-silikon) dengan metode dtm (direct thermal method) sebagai

Terima Kasih

Bapak , terima kasih atas doa – doanya yang takkan sanggup terbalaskan Alm. Ibuku tercinta, terimakasih untuk kasih sayangnya. Terima kasih untuk kerja keras dan doanya sehingga aku menjadi seperti sekarang ini. Untuk adikku bowo dan adik iparku anik yang tersayang terima kasih untuk semangat dan dorongan dalam menyelesaikan studiku, Untuk eny,, makasih support yang telah kamu berikan. Pak Eko surojo, Pak Bambang terimakasih atas bimbingan dan nasehatnya serta mengenalkan kami dengan dunia komposit yang InsyaAllah kami yakin sangat bermanfaat Anak-anak mesin semua yang kenalku dan kukenal ; Maruto (Lab Material), Arifin (Lab. Produksi), Hengky, Edwin, Fendi, Gunawan, Anjar, Amir, Agus J, Dian, Sony SS, Prian, Anis, Hery, Bayu, Dhani, Visca, Nur, Danang, Mul, Joko dan lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu

Page 5: JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS …/Studi...studi pembuatan struktur globular dari paduan al-si (alumunium-silikon) dengan metode dtm (direct thermal method) sebagai

STUDI PEMBUATAN STRUKTUR GLOBULAR DARI PADUAN AL-SI

(ALUMUNIUM-SILIKON) DENGAN METODE DTM (DIRECT THERMAL

METHOD) SEBAGAI BAHAN BAKU PROSES SEMISOLID FORMING.

Didik Setyawan I.1406502

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh suhu penuangan

dan pengaruh diameter pipa pada pembuatan struktur globular dengan menggunakan metode DTM (Direct Thermal Method). Metode DTM dilakukan dengan cara mencairkan logam dan menuangkannya diatas temperatur liquidus dengan perbedaan superheat yang rendah ke dalam cetakan logam berbentuk silinder.

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah paduan Al-Si (Alumunium-Silikon) hypoeutectic dari velg bekas yang memiliki temperatur liquidus 625 oC. Suhu penuangan pada penelitian ini adalah 629˚C, 664˚C, 703˚C sedangkan cetakan pipa yang digunakan berdiameter 22 mm, 30 mm, 38 mm dengan tinggi cetakan masing-masing 2 x d. Parameter yang diamati dan diukur didalam penelitian ini adalah faktor bentuk struktur a primer.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu penuangan berpengaruh terhadap faktor bentuk kebulatan. Semakin rendah suhu penuangan maka faktor bentuknya akan semakin meningkat. Suhu penuangan 629 oC menghasilkan faktor bentuk kebulatan α primer yang paling baik sebesar 0,598. Faktor bentuk paling baik sebesar 0,598 diperoleh dengan menggunakan cetakan pipa berdiameter 38 mm dengan laju pendinginan 0,40 oC/s. Kata kunci: globular, DTM (Direct Thermal Method), Al-Si (Alumunium-Silikon)

Page 6: JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS …/Studi...studi pembuatan struktur globular dari paduan al-si (alumunium-silikon) dengan metode dtm (direct thermal method) sebagai

STUDY OF MAKING GLOBULAR STRUCTURE FROM AL-SI ALLOY

BY DIRECT THERMAL METHODE AS RAW MATERIAL FOR

SEMISOLID FORMING PROCESS.

Didik Setyawan I.1406502

ABSTRACT

The aim of this research is to study effect of pouring temperature and pipe

diameter in the globular structure making using DTM (Direct Thermal Method). It was done by melting Al-Si alloy and then pouring it on liquidus temperature with different low superheat to the cylinder mould.

Row material used is Al-Si hypoeutectic alloy from used velg with liquidus temperature 625 ˚C. The pouring process is done at 629, 664 and 703 ˚C. The diameter of the pipe are 22, 30 and 38 mm. The height of the pipe is twice of its diameter. The parameter to observe and measure in this research is shape factor of α primer.

This result shows that the lower pouring temperature effect in the shape factor. In this research, the lower pouring temperature applied, the shape factor happened is 0,598. The shape factor of 0,598 happened in the diameter of 38 mm and the cooling rate of 0,40 ˚C/s Keywords: globular, DTM (Direct Thermal Method), Al-Si (Alumunium-Silikon)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat, hidayah dan

bimbingan-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Studi

Pembuatan Struktur Globular Dari Paduan Al-Si (Alumunium-Silikon)

Dengan Metode DTM (Direct Thermal Method) Sebagai Bahan Baku Proses

Semisolid Forming”. Adapun tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi

sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana teknik di Teknik Mesin

Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyampaikan terima kasih yang sangat mendalam kepada semua

pihak yang telah berpartisipasi dalam penelitian dan penulisan skripsi ini,

khususnya kepada:

Page 7: JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS …/Studi...studi pembuatan struktur globular dari paduan al-si (alumunium-silikon) dengan metode dtm (direct thermal method) sebagai

1. Bapak Eko Surojo, ST, MT selaku pembimbing I dan Bapak Bambang

Kusharjanta, ST, MT selaku pembimbing II yang dengan sabar dan penuh

pengertian telah memberikan banyak bantuan dalam penelitian dan

penulisan skripsi ini.

2. Bapak Dody Ariawan, ST, MT selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin Fakultas

Teknik UNS.

3. Bapak Ir. Mukahar, MSCE. selaku Dekan Fakultas Teknik UNS.

4. Bapak Budi Kristiawan, ST, MT selaku pembimbing akademik.

5. Dosen-dosen Teknik Mesin FT UNS yang telah membuka wacana keilmuan

penulis.

6. Bapak Lilik di Lab. Material D3 UGM yang telah membantu penulis dalam

pengujian spesimen.

7. Bapak dan Alm. Ibuku serta Adikku tersayang yang selalu mendukungku.

8. Hengky, dan the sigit yang melakukan penelitian bersama-sama dengan

penulis.

9. Pak Amir dan Ibu Nurul yang selalu tersenyum dan menyediakan kos buat

saya..

10. Teman-teman Teknik Mesin UNS semua angkatan (Aziz, Anjar, Amir, Agus

J, Dian, Sony SS, Edwin, Prian, Anis, Hery, Bayu, Hengky, Dhani, Visca,

Nur, Wahyudi, Mul, Joko, Danang, Maruto dan lainnya yang tidak dapat

disebutkan satu persatu).

Penulis menyadari, bahwa dalam skripsi ini masih terdapat banyak

kekurangan. Oleh karena itu, bila ada saran, koreksi dan kritik demi

kesempurnaan skripsi ini, akan penulis terima dengan ikhlas dan dengan ucapan

terima kasih.

Dengan segala keterbatasan yang ada, penulis berharap skripsi ini dapat

digunakan sebagaimana mestinya.

Surakarta, 16 November 2009

Penulis

Page 8: JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS …/Studi...studi pembuatan struktur globular dari paduan al-si (alumunium-silikon) dengan metode dtm (direct thermal method) sebagai

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ...................................................................................................... v

ABSTRACT .................................................................................................... vi

KATA PENGANTAR .................................................................................... vii

DAFTAR ISI ................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ........................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiv

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................... 1

1.2 Perumusan Masalah ...................................................................... 2

1.3 Batasan Masalah ........................................................................... 2

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................... 2

1.5 Sistematika Penulisan ................................................................... 3

BAB II. LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka ......................................................................... 4

2.2 Alumunium dan Paduan .............................................................. 5

2.2.1 Karakteristik Alumunium.................................................... 5

2.2.2 Struktur Dendrit dan Struktur Globular............................... 5

2.2.3 Diagram Fasa Paduan Al-Si (Alumunium-Silikon)............ 6

2.3 Pembekuan Logam ...................................................................... 7

2.4 Pembentukan Struktur Globular ................................................. 8

2.4.1 Metode Batch Rheocaster ................................................. 8

2.4.2 Metode Continuous Rheocaster ....................................... 9

2.4.3 Metode Vigorous Electromagnetic …………………….. 10

2.4.4 SIMA (Strain-Induced Melt Activation)……………….. . 10

2.4.5 DTM (Direct Thermal Method) ……………………….. . 10

2.5 Proses Semisolid Forming ........................................................... 11

Page 9: JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS …/Studi...studi pembuatan struktur globular dari paduan al-si (alumunium-silikon) dengan metode dtm (direct thermal method) sebagai

2.5.1 Thixocasting dan Rheocasting .......................................... 11

2.5.2 Thixoforging ..................................................................... 12

2.5.3 Contoh Hasil Proses Semisolid Forming .......................... 13

2.6 Perhitungan Faktor Bentuk Globular .......................................... 14

2.7 Temperatur Solidus dan Liquidus ................................................ 14

BAB III. METODE PENELITIAN

3.1 Diagram Alir Penelitian ................................................................ 15

3.2 Bahan Penelitian ........................................................................... 15

3.3 Peralatan Penelitian ...................................................................... 17

3.3.1 Cetakan Pipa ..................................................................... 17

3.3.2 Cetakan untuk mencari Tl dan Ts ..................................... 17

3.3.3 Data Akuisisi ..................................................................... 18

3.3.4 Termokopel ....................................................................... 18

3.3.5 Konektor ........................................................................... 18

3.3.6 Tungku Pemanas Listrik ................................................... 18

3.3.7 Ladel ................................................................................. 19

3.3.8 Tang/ Penjepit ................................................................... 19

3.3.9 Sarung Tangan .................................................................. 20

3.3.10 Autosol ............................................................................ 20

3.3.11 Mesin Amplas ................................................................. 20

3.3.12 Mikroskop ....................................................................... 20

3.4 Langkah Penelitian ....................................................................... 21

BAB IV. DATA DAN ANALISA

4.1 Bahan yang diuji ........................................................................... 22

4.2 Pengaruh Suhu Penuangan Terhadap Faktor Bentuk ................... 24

4.3 Pengaruh Diameter Pipa Terhadap Faktor Bentuk ....................... 29

4.4 Ukuran butir ................................................................................. 30

BAB V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan ................................................................................... 32

5.2 Saran ............................................................................................. 32

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 33

Page 10: JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS …/Studi...studi pembuatan struktur globular dari paduan al-si (alumunium-silikon) dengan metode dtm (direct thermal method) sebagai

LAMPIRAN ................................................................................................... 34

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 4.1 Komposisi kimia Alumunium – Silikon ....................................... 22

Tabel 4.2 Faktor bentuk dari percobaan ......................................................... 28

Tabel 4.3 Laju pendinginan ............................................................................ 30

Tabel 4.4 Ukuran butir ................................................................................... 30

Page 11: JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS …/Studi...studi pembuatan struktur globular dari paduan al-si (alumunium-silikon) dengan metode dtm (direct thermal method) sebagai

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1. Perbedaan struktur dendrit dan globular ................................... 6

Gambar 2.2. Diagram fasa paduan Al-Si ........................................................ 6

Gambar 2.3. Struktur hasil proses pengecoran ............................................... 8

Gambar 2.4. Bath rheocaster ........................................................................... 8

Gambar 2.5. Continuous rheocaster ................................................................ 9

Gambar 2.6. Vigorous electromagnetic .......................................................... 10

Gambar 2.7. Proses thixocasting ..................................................................... 11

Gambar 2.8. Proses rheocasting ...................................................................... 12

Gambar 2.9. Proses thixoforging .................................................................... 12

Gambar 2.10. Semisolid tempa paduan alumunium velg mobil ..................... 13

Gambar 2.11. Slinder master sistem pengereman dengan proses semisolid forging

dari paduan alumunium ........................................................... 13

Gambar 2.12. Konektor kelistrikan multi konduktor dengan proses semisolid

forging dari paduan alumunium .............................................. 14

Gambar 3.1. Diagram alir penelitian.......... ..................................................... 15

Gambar 3.2. Velg yang digunakan untuk bahan baku .................................... 16

Gambar 3.3. Bahan velg sebelum dimasukkan ke ladel ................................. 16

Gambar 3.4. Cetakan pipa ............................................................................... 17

Gambar 3.5. Cetakan untuk mencari TL dan TS.......... .................................... 17

Gambar 3.6. Data akuisisi ............................................................................... 18

Gambar 3.7. Tungku pemanas listrik dengan pemanasan maksimum 1200oC 19

Gambar 3.8. Tungku pemanas listrik dengan pemanasan maksimum 900oC 19

Gambar 3.9. Ladel ........................................................................................... 19

Gambar 3.10. Mesin amplas ........................................................................... 20

Gambar 3.11. Mikroskop ................................................................................ 21

Gambar 4.1. Cawan untuk mengukur temperatur solidus dan liquidus.......... 23

Gambar 4.2. Cawan setelah dituang logam cair ............................................. 23

Gambar 4.3. Temperatur solidus dan liquidus ................................................ 24

Page 12: JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS …/Studi...studi pembuatan struktur globular dari paduan al-si (alumunium-silikon) dengan metode dtm (direct thermal method) sebagai

Gambar 4.4. Spesimen sebelum dipotong ....................................................... 24

Gambar 4.5 Spesimen yang diuji.......... ......................................................... 25

Gambar 4.6. Hasil foto struktur mikro ............................................................ 25

Gambar 4.7. Struktur mikro pengecoran logam .............................................. 26

Gambar 4.8. Struktur mikro pengecoran logam .............................................. 26

Gambar 4.9. Hasil foto mikro untuk bagian pinggir ....................................... 27

Gambar 4.10. Leher dendrit yang putus .......................................................... 27

Gambar 4.11. Grafik hubungan antara suhu penuangan terhadap faktor

bentuk..................................................................................... 28

Gambar 4.12. Grafik hubungan antara diameter pipa terhadap faktor

bentuk..................................................................................... 29

Gambar 4.13. Grafik ukuran butir ................................................................... 31

Page 13: JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS …/Studi...studi pembuatan struktur globular dari paduan al-si (alumunium-silikon) dengan metode dtm (direct thermal method) sebagai

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran A Langkah perhitungan menggunakan sofware Image-Pro ........ 34

Lampiran B Nilai faktor bentuk ................................................................. 36

Lampiran C Nilai ukuran butir .................................................................... 37

Lampiran D Suhu penuangan ...................................................................... 38

Lampiran E Laju pendinginan ..................................................................... 39

Lampiran F Komposisi kimia paduan Alumunium-Silikon ....................... 40

Page 14: JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS …/Studi...studi pembuatan struktur globular dari paduan al-si (alumunium-silikon) dengan metode dtm (direct thermal method) sebagai

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebutuhan akan aneka bentuk logam diprediksi akan terus meningkat

untuk setiap tahunnya, misalnya untuk pembuatan komponen-komponen otomotif

dan peralatan-peralatan rumah tangga. Untuk pembuatan komponen-komponen

otomotif sekarang ini banyak menggunakan bahan alumunium karena beberapa

kelebihan yang dimiliki, antara lain lunak, tahan korosi, memiliki mampu bentuk

yang baik, ringan serta memiliki titik lebur yang rendah. Sifat alumunium yang

ringan ini untuk dunia otomotif sangat menguntungkan karena dapat menghemat

kebutuhan akan bahan bakar.

Untuk memenuhi aneka bentuk logam yang diprediksi akan terus

meningkat tersebut maka teknik pengolahan logam juga mengalami

perkembangan yang sangat pesat, terutama dengan cara atau metode yang dipakai.

Sekarang ini telah dikembangkan pengolahan logam dengan metode baru yaitu

dengan menggunakan penggabungan antara proses pengecoran dan proses

pembentukan. Salah satu caranya adalah dengan proses semisolid forming. Proses

semisolid forming, disebut juga proses semiliquid forming, semisolid casting atau

semiliquid casting adalah proses pengerjaan logam yang dilakukan dalam kondisi

campuran fasa cair dan padat (semisolid atau semiliquid). Proses semisolid

forming memerlukan bahan baku paduan logam yang berstruktur mikro globular

(non-dendritik). Proses semisolid forming memiliki kelebihan dibandingkan

dengan pengecoran konvensional dan pembentukan konvensional. Pada proses

pengecoran konvensional, proses semisolid forming memiliki kelebihan karena

cacat porositas relatif rendah sehingga keuletan dan kekuatannya relatif tinggi.

Jika dibandingkan dengan pembentukan konvensional, proses semisolid forming

memiliki kelebihan karena dapat membentuk produk logam yang relatif komplek

dengan gaya pembentukan yang relatif kecil.

Ada beberapa metode untuk membentuk struktur globular antara lain yaitu

rheocasting, SIMA (strain-induced melt activation) dan DTM (Direct Thermal

Page 15: JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS …/Studi...studi pembuatan struktur globular dari paduan al-si (alumunium-silikon) dengan metode dtm (direct thermal method) sebagai

Method). Proses DTM (Direct Thermal Method) dilakukan dengan cara

mencairkan logam dan menuangkannya diatas temperatur liquidus dengan

perbedaan superheat yang rendah ke dalam cetakan logam berbentuk silinder.

Ada beberapa parameter yang mempengaruhi untuk proses DTM antara lain

diameter pipa (silinder) dan suhu penuangan.

1.2 Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini yaitu ” Bagaimana pengaruh

diameter pipa dan suhu penuangan logam untuk pembentukan struktur

globular dengan metode DTM ? ”

1.3 Batasan Masalah

Untuk mendapatkan arah penelitian yang baik, maka penelitian ini

ditentukan batasan-batasan masalah sebagai berikut:

a. Pembentukan struktur globular pada penelitian ini menggunakan metode

DTM.

b. Penelitian ini menggunakan 2 parameter yaitu diameter pipa dan suhu

penuangan.

c. Paduan Al-Si dicairkan diatas temperatur liquidus (625 0C) dengan

perbedaan ∆T superheat yang rendah, yaitu 629 0C, 664 0C, 703 0C.

d. Pencairan paduan Al-Si menggunakan tungku pemanas listrik.

1.4 Tujuan Dan Manfaat

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menentukan (a) pengaruh

diameter pipa (b) suhu penuangan logam untuk pembentukan struktur globular

dengan metode DTM. Sedangkan penelitian yang diperoleh, diharapkan dapat

memberikan manfaat sebagai berikut:

a. Bertambahnya pengetahuan tentang proses semisolid forming.

b. Bertambahnya pengetahuan tentang cara menghasilkan bahan baku

berstruktur globular dari paduan Al-Si.

c. Mendapatkan parameter proses DTM yang tepat untuk mendapatkan

struktur globular pada paduan Al-Si.

Page 16: JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS …/Studi...studi pembuatan struktur globular dari paduan al-si (alumunium-silikon) dengan metode dtm (direct thermal method) sebagai

1.5 Sistematika Penulisan

Agar penelitian dapat mencapai tujuan dan terarah dengan baik, maka

disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut:

a. Bab I Pendahuluan, berisi tentang latar belakang masalah,

perumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan manfaat

penelitian, dan sistematika penulisan laporan penelitian.

b. Bab II Landasan Teori, berisi tentang tinjauan pustaka dari

penelitian yang telah dilakukan sebelumnya yang memiliki

hubungan dengan tema penelitian dan dasar-dasar teori

yang mendukung penelitian yang dilakukan.

c. Bab III Metode Penelitian, berisi tentang alat dan bahan yang

digunakan dalam melaksanakan penelitian, diagram alir

penelitian serta langkah penelitian yang dilakukan.

d. Bab IV Data dan Analisa, berisi tentang data-data yang diperoleh

setelah dilakukan pengujian terhadap spesimen antara lain

komposisi kimia, temperatur solidus dan liquidus, struktur

mikro dan analisa terhadap data-data hasil penelitian yang

telah dilakukan.

e. Bab V Kesimpulan, berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian

dan pembahasan yang telah dilakukan dan saran-saran.

Page 17: JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS …/Studi...studi pembuatan struktur globular dari paduan al-si (alumunium-silikon) dengan metode dtm (direct thermal method) sebagai

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka

D.J Browne dkk (2003) melakukan penelitian untuk pembentukan struktur

globular dengan menggunakan metode DTM (Direct Thermal Method). Parameter

yang digunakan pada penelitian ini dengan suhu penuangan 660˚C dan 700˚C,

cetakan menggunakan bahan tembaga dengan ketebalan dinding mendekati 1 mm,

dengan diameter masing-masing 22, 28 dan 35 mm. Faktor bentuk globular untuk

cetakan berdiameter 28 mm dengan suhu penuangan 700˚C, adalah 0,42

sedangkan untuk cetakan berdiameter 28 mm dengan suhu penuangan 660˚C

adalah 0,45.

Winterbottom (2000) menjelaskan proses semisolid forming memiliki

kelebihan dibandingkan dengan proses pengecoran konvensional dan

pembentukan konvensional. Proses semisolid forming jika dibandingkan dengan

proses pengecoran konvensional memiliki kelebihan, antara lain cacat porositas

relatif rendah sehingga keuletan dan kekuatannya relatif tinggi. Proses semisolid

forming jika dibandingkan dengan proses pembentukan konvensional memiliki

kelebihan, antara lain bentuk produk dapat dibuat relatif komplek dan gaya

pembentukannya relatif kecil.

Flemings (1991) menjelaskan bahan baku yang digunakan untuk proses

semisolid forming mempunyai struktur globular (non-dendritik). Bahan baku

berstruktur globular tesebut dapat dihasilkan dengan proses

magnetohydrodinamic. Proses magnetohydrodinamic (MHD) adalah proses

pengecoran logam yang dilakukan dengan cara memberikan pengadukan secara

elektromagnetik pada logam yang sedang mengalami proses pembekuan. Metode

lain yang digunakan untuk mendapatkan logam berstruktur globular adalah

dengan proses SIMA yaitu dengan cara mendeformasi plastis logam berstruktur

dendritik pada temperatur kamar dan kemudian memanaskannya diatas temperatur

solidus.

Page 18: JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS …/Studi...studi pembuatan struktur globular dari paduan al-si (alumunium-silikon) dengan metode dtm (direct thermal method) sebagai

2.2 Alumunium dan Paduan

2.2.1 Karakteristik alumunium

Penggunaan alumunium sebagai logam setiap tahunnya adalah

pada urutan yang kedua setelah besi dan baja, serta yang tertinggi diantara

logam nonferro. Produksi alumunium tahunan di dunia mencapai 15 juta

ton per tahun pada tahun 1981.

Selain diproduksi dalam jumlah yang besar, alumunium juga

mempunyai keunggulan antara lain:

a. Ringan

b. Mempunyai tahan korosi yang baik

c. Hantaran listrik yang baik

Sebagai tambahan terhadap kekuatan mekaniknya yang sangat

meningkat dengan penambahan Cu, Mg, Mn, Zn dan Ni secara satu

persatu atau bersama-sama memberikan juga sifat- sifat yang baik antara

lain:

a. Ketahanan korosi

b. Ketahanan aus

c. Koefisien pemuaian rendah

Material ini dipergunakan di dalam bidang yang luas bukan saja

untuk peralatan rumah tangga tetapi juga untuk keperluan material

pesawat terbang, mobil, kapal laut, konstruksi dsb. (Surdia, 2000).

2.2.2 Struktur dendrit dan struktur globular

Secara umum ciri pengecoran logam dapat menghasilkan struktur

dendrit. Perbedaan struktur dendrit dan globular dapat dilihat pada

gambar 2.1.

Gambar 2.1(a) menggambarkan struktur mikro yang berbentuk

dendrit, sedangkan Gambar 2.1(b) menggambarkan struktur globular

sebagai bahan baku proses semisolid forming. (ASM Handbook Vol 15,

1988).

Page 19: JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS …/Studi...studi pembuatan struktur globular dari paduan al-si (alumunium-silikon) dengan metode dtm (direct thermal method) sebagai

(a) (b)

Gambar 2.1 Perbedaan struktur dendrit dan globular.

2.2.3 Diagram fasa paduan Al-Si (Alumunium-Silikon)

Gambar 2.2 menunjukkan diagram fasa dari sistem ini. Diagram

fasa di atas mempunyai titik eutektik pada suhu 577˚C, 11,7%Si, larutan

padat terjadi pada sisi Al. Karena batas kelarutan padat sangat kecil maka

pengerasan penuaan sukar diharapkan. (Surdia, 2000).

Gambar 2.2. Diagram fasa paduan Al-Si. (Surdia, 2000)

Page 20: JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS …/Studi...studi pembuatan struktur globular dari paduan al-si (alumunium-silikon) dengan metode dtm (direct thermal method) sebagai

2.3 Pembekuan Logam

Pembekuan coran dimulai dari bagian logam yang bersentuhan

dengan cetakan, kemudian setelah membeku akan muncul inti kristal.

Bagian dalam dari coran mendingin lebih lambat daripada bagian luar,

sehingga kristal–kristal tumbuh dari inti asal mengarah ke bagian dalam

coran dan butir–butir kristal tersebut berbentuk panjang–panjang seperti

kolom yang disebut struktur kolom. Struktur ini muncul dengan jelas

apabila gradien temperatur yang besar terjadi pada permukaan coran

besar, umpamanya pada pengecoran dengan cetakan logam. Sebaliknya

pengecoran dengan cetakan pasir menyebabkan gradien yang kecil dan

membentuk struktur kolom yang tidak jelas. Bagian tengah coran

mempunyai gradien temperatur kecil sehingga merupakan susunan dari

butir butir kristal segi banyak dengan orientasi yang sembarang.

Apabila permukaan beku diperhatikan, setelah logam yang belum

membeku dituang keluar dari cetakan pada waktu pendinginan, maka

terdapat dua kasus bahwa permukaan itu bisa halus atau kasar. Permukaan

halus adalah kasus dari logam yang mempunyai daerah beku (yaitu

perbedaan temperatur antara mulainya dan berakhirnya membeku) yang

sempit, dan permukaan kasar adalah kasus dari logam yang mempunyai

daerah beku lebar.

Disamping cetakan logam menyebabkan permukaan halus dan

cetakan pasir menyebabkan permukaan kasar. Dalam kasus daerah beku

yang lebar, kristal–kristal dendrit tumbuh dari inti inti dan akhirnya

pembekuan berakhir pada keadaan bahwa dendrit-dendrit tersebut saling

bertemu. (Surdia, 2000).

Page 21: JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS …/Studi...studi pembuatan struktur globular dari paduan al-si (alumunium-silikon) dengan metode dtm (direct thermal method) sebagai

(a) (b) (c)

Gambar 2.3. Struktur hasil proses pengecoran (a) struktur dendrit kolumnar (b) struktur dendrit ekiaksial (c) struktur non-dendritik ekiaksial. (Kalpakjian, 1995)

2.4 Pembentukan Struktur Globular

Proses semisolid forming membutuhkan bahan baku logam yang

mempunyai bentuk struktur globular atau non-dendritik. Berikut ini

beberapa metode yang dipakai untuk mendapatkan struktur globular,

antara lain : metode batch rheocaster, metode continuous rheocaster,

metode electromagnetic stirring, metode SIMA (strain-induced melt

activation) dan metode DTM (direct thermal method)

2.4.1 Metode batch rheocaster

Gambar 2.4. Batch rheocaster. (Flemings, 1991)

Pada dasarnya prinsip pembuatan struktur globular dibuat dengan

cara mengaduk logam cair yang sedang membeku. Metode ini telah

digunakan sejak dulu untuk pembuatan logam dan komposit.

Page 22: JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS …/Studi...studi pembuatan struktur globular dari paduan al-si (alumunium-silikon) dengan metode dtm (direct thermal method) sebagai

2.4.2 Metode continuous rheocaster

Sluri itu sendiri dibuat dengan jalan memutar logam cair yang

sedang membeku sehingga terjadi geseran yang mengakibatkan agitasi

terhadap terjadinya butir-butir dendrit. Butir-butir dendrit terpotong

potong sehingga terjadi butir bulat yang menyerupai bola (spheroid). Hasil

akhir setelah pembekuan, struktur mikro logam coran terdiri dari butir

butir kristal primer non-dendrit berbentuk bulat dikelilingi fasa eutektik.

Gambar 2.5. Continuous rheocaster. (Surdia, 2000)

Ketidakhadiran dendrit pada struktur mikro logam coran

memberikan sifat sifat coran terutama sifat mekanik yang lebih baik,

apalagi dengan penghalusan butir. Disamping keuntungan tersebut, logam

coran menjadi lebih pejal, boleh dikatakan dapat bebas dari rongga udara

dan rongga penyusutan. Logam kental setengah padat ini mengandung

udara dan gas yang sudah sangat berkurang, karena rendahnya temperatur

lagipula cipratan logam dalam cetakan pada saat pengecoran cetak tidak

akan terjadi, sehingga udara yang terkurung boleh dikatakan tidak ada.

(Surdia, 2000)

Page 23: JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS …/Studi...studi pembuatan struktur globular dari paduan al-si (alumunium-silikon) dengan metode dtm (direct thermal method) sebagai

2.4.3 Metode vigorous electromagnetic

Gambar 2.6. Vigorous electromagnetic. (Flemings, 1991)

Pada dasarnya prinsip pembuatan struktur globular ini dibuat

dengan cara mengaduk logam cair yang sedang membeku tetapi dengan

menggunakan gelombang elektromagnetik.

2.4.4 SIMA (Strain-Induced Melt Activation)

Pada prinsipnya pembuatan struktur globular untuk proses SIMA

adalah dengan cara mendeformasi plastis logam yang berstruktur dendritik

pada temperatur kamar dan kemudian memanaskannya diatas temperatur

solidus.

2.4.5 DTM ( Direct Thermal Method)

DTM (Direct Thermal Method) pertama kali ditemukan di universitas

collage Dublín pada 1997. DTM (Direct Thermal Method) lebih lanjut

dikembangkan pada tahun 1998-1999. Keuntungan metode ini dibandingkan

dengan metode lain adalah biaya yang dibutuhkan untuk proses pembentukan

struktur globular lebih rendah. DTM (Direct Thermal Method) dilakukan dengan

Page 24: JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS …/Studi...studi pembuatan struktur globular dari paduan al-si (alumunium-silikon) dengan metode dtm (direct thermal method) sebagai

cara mencairkan logam dan menuangkannya diatas temperatur liquidus dengan

perbedaan superheat yang rendah ke dalam cetakan logam berbentuk silinder.

2.5 Proses Semisolid Forming

Seperti yang dijelaskan di atas proses semisolid forming, disebut juga

proses semiliquid forming, semisolid casting atau semiliquid casting adalah

proses pengerjaan logam yang dilakukan dalam kondisi campuran fasa cair dan

padat (semisolid atau semiliquid) yang memerlukan bahan baku paduan logam

yang berstruktur mikro globular (non-dendritik)

2.5.1 Thixocasting dan rheocasting

Ada 2 teknologi pengecoran yang telah dikembangkan untuk

menghasilkan komponen logam semisolid (SSM) yaitu thixocasting dan

rheocasting. Di dalam proses thixocasting, billet padat dengan struktur yang halus

sebagian dicairkan kembali menjadi kondisi semisolid. Billet kemudian ditaruh di

dalam mesin cetak dan ditekan ke dalam cetakan (Gambar 2.7). Rheocasting

meliputi pengadukan logam selama proses pendinginan untuk menghasilkan

kondisi semisolid, kemudian dimasukkan kedalam cetakan (Gambar 2.8).

Gambar 2.7. Proses thixocasting. (Basner, 2000)

Page 25: JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS …/Studi...studi pembuatan struktur globular dari paduan al-si (alumunium-silikon) dengan metode dtm (direct thermal method) sebagai

Gambar 2.8. Proses rheocasting. (Basner, 2000)

2.5.2 Thixoforging

Thixoforging adalah proses semisolid forming yang hampir sama dengan

proses thixocasting tetapi gaya penekanannya menggunakan gaya gravitasi.

Gambar 2.9 adalah skema proses thixoforging.

Gambar 2.9. Proses Thixoforging (a) Logam dipanaskan

menjadi semisolid (b) Logam semisolid dimasukkan kedalam cetakan (c) Proses forging mengunakan gaya gravitasi (d) Finishing. (Flemings, 1991)

Page 26: JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS …/Studi...studi pembuatan struktur globular dari paduan al-si (alumunium-silikon) dengan metode dtm (direct thermal method) sebagai

2.5.3 Contoh hasil proses semisolid forming dari paduan alumunium

Proses semisolid forming semakin banyak digunakan karena kelebihan-

kelebihan yang dimiliki, salah satunya adalah bentuk produk dapat dibuat sangat

komplek. Berikut ini adalah beberapa contoh hasil proses semisolid forming.

Gambar 2.10. Semisolid tempa paduan alumunium velg mobil.

( ASM Handbook Vol 15, 1998)

Gambar 2.11. Silinder master sistem pengereman dengan proses semisolid forging dari paduan

alumunium. (ASM Handbook Vol 15, 1998)

Page 27: JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS …/Studi...studi pembuatan struktur globular dari paduan al-si (alumunium-silikon) dengan metode dtm (direct thermal method) sebagai

Gambar 2.12. Konektor kelistrikan multi konduktor dengan proses semisolid forging dari paduan

alumunium. ( ASM Handbook Vol 15, 1998)

2.6 Perhitungan faktor bentuk globular

Seperti yang dijelaskan di atas proses semisolid forming memerlukan

bahan baku paduan logam yang berstruktur mikro globular (non-dendritik). Untuk

menentukan faktor bentuk dari struktur globular dapat dicari dengan

menggunakan rumus sebagai berikut :

Faktor bentuk = 2

4P

Ap

dimana A adalah luas area globular.

P adalah keliling globular.

Factor bentuk yang didapatkan dari perhitungan berinterval 0 sampaidengan 1.

Jika hasil yang didapatkan semakin mendekati 1, maka faktor bentuk globular

tersebut adalah semakin mendekati bulat. (Khosravani dkk, 2008)

2.7 Temperatur Solidus dan Liquidus.

Temperatur Solidus adalah temperatur dimana logam mulai mencair

sebagian dan pada temperatur ini fase butir berupa fase solid. Temperatur

Liquidus adalah temperatur dimana logam sudah mencair seluruhnya dan pada

fase ini baru mulai terjadi pengintian butir.

Page 28: JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS …/Studi...studi pembuatan struktur globular dari paduan al-si (alumunium-silikon) dengan metode dtm (direct thermal method) sebagai

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Diagram Alir Penelitian

Secara lebih terperinci, diagram alir penelitian yang akan dilakukan

ditunjukkan pada Gambar 3.1:

Gambar 3.1. Diagram alir penelitian.

3.2 Bahan Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Material Jurusan Teknik Mesin

Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta. Bahan yang digunakan

dalam penelitian ini adalah paduan Alumunium-Silikon yang berasal dari velg

mobil yang sudah tidak terpakai.

Mulai

Selesai

Penyiapan velg bekas

Pemotongan velg

Uji komposisi

Quenching setelah suhu 580 0C

Pengamatan Struktur mikro

Analisa dan kesimpulan

Pencairan velg bekas, kemudian dituang dengan suhu penuangan 629,

664 dan 703 0C

Pembuatan cetakan pipa dengan ketebalan 1 mm dengan diameter dalam cetakan 22, 30 dan 38 mm

Page 29: JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS …/Studi...studi pembuatan struktur globular dari paduan al-si (alumunium-silikon) dengan metode dtm (direct thermal method) sebagai

Gambar 3.2. Velg yang digunakan untuk bahan baku.

Velg mobil tersebut dipotong menjadi potongan kecil-kecil sehingga

memudahkan untuk dimasukkan ke dalam ladel.

Gambar 3.3. Bahan velg sebelum dimasukkan ke ladel.

Potongan velg tersebut dilebur menggunakan tungku listrik diatas

temperatur liquidus (625 0C). Temperatur liquidus (TL) dan temperatur solidus

(TS) diperoleh dengan cara membuat kurva pendinginan.

Velg mobil yang telah cair tersebut kemudian dimasukkan ke dalam

cetakan pipa. Suhu penuangan untuk penelitian ini adalah 629, 664 dan 703 0C.

Page 30: JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS …/Studi...studi pembuatan struktur globular dari paduan al-si (alumunium-silikon) dengan metode dtm (direct thermal method) sebagai

3.3 Peralatan Penelitian

Peralatan yang digunakan untuk penelitian ini adalah sebagai berikut:

3.3.1 Cetakan pipa

Cetakan pipa didapatkan dari pipa bekas dengan ukuran diameter dalam

22, 30 dan 38 mm, serta masing-masing dengan ketebalan dinding pipa 1 mm

dengan tinggi cetakan pipa adalah 2 x d. Cetakan pipa tersebut berfungsi

sebagai cetakan paduan Al-Si cair, yang kemudian akan diamati struktur

mikronya.

Gambar 3.4. Cetakan pipa

Agar pada saat dilakukan penuangan, logam cair tidak mengalir ke bawah

maka pada bagian bawah ditutup menggunakan plat, yang dilas menggunakan

las asetelen.

3.3.2 Cetakan untuk mencari TL dan TS.

Gambar 3.5. Cetakan untuk mencari TL dan TS.

Gambar 3.5 adalah cetakan yang digunakan untuk mencari temperatur

solidus dan liquidus. Di dalam cetakan tersebut sudah terdapat termokopel yang

akan dihubungkan dengan data akuisisi.

Page 31: JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS …/Studi...studi pembuatan struktur globular dari paduan al-si (alumunium-silikon) dengan metode dtm (direct thermal method) sebagai

3.3.3 Data akuisisi

Data akuisisi berfungsi untuk membaca temperatur terhadap waktu paduan

Al-Si cair di dalam cetakan, serta untuk mencari temperatur solidus dan

liquidus. Data akuisisi tersebut kemudian terhubung dengan komputer.

Gambar 3.6. Data akuisisi.

Setelah logam dituangkan maka hasil dari data akuisisi tersebut dapat

dilihat melalui Microsoft Excel berupa tabel, yang kemudian dapat diolah

dalam bentuk grafik.

3.3.4 Termokopel

Termokopel berfungsi untuk mungukur temperatur logam cair yang

dituang dicetakan pipa. Penelitian ini menggunakan termokopel dengan tipe K

dengan suhu maksimal pengukuran 740 ˚C.

3.3.5 Konektor

Konektor berfungsi sebagai penghubung antara termokopel dengan kabel

sebelum terhubung dengan data akuisisi.

3.3.6 Tungku pemanas listrik

Tungku yang digunakan dalam penelitian ini adalah tungku pemanas

listrik dengan pemanasan sampai 1200 0C. Tungku tersebut berfungsi untuk

mencairkan paduan Al-Si sebelum dituang ke dalam cetakan pipa. Tungku

pemanas listrik tersebut berada di Laboratorium Material Jurusan Teknik Mesin

Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Page 32: JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS …/Studi...studi pembuatan struktur globular dari paduan al-si (alumunium-silikon) dengan metode dtm (direct thermal method) sebagai

Gambar 3.7. Tungku pemanas listrik dengan pemanasan maksimum 1200 0C

Gambar 3.8. Tungku pemanas listrik dengan pemanasan maksimum 900 0C

3.3.7 Ladel

Ladel tersebut berfungsi sebagai tempat pencairan paduan Al-Si di dalam

tungku pemanas listrik, serta untuk mempermudah penuangan logam cair ke

dalam cetakan pipa.

Gambar 3.9. Ladel

3.3.8 Tang / Penjepit

Tang / penjepit berfungsi untuk mengambil ladel dari tungku pemanas

listrik.

Page 33: JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS …/Studi...studi pembuatan struktur globular dari paduan al-si (alumunium-silikon) dengan metode dtm (direct thermal method) sebagai

3.3.9 Sarung tangan

Sarung tangan berfungsi untuk melindungi tangan dari logam cair serta

untuk melindungi dari panas pada saat mengambil ladel dari tungku pemanas

listrik.

3.3.10 Autosol

Autosol berfungsi untuk mengkilapkan spesimen agar pada saat diamati di

mikroskop, struktur mikronya dapat terlihat lebih jelas.

3.3.11 Mesin amplas

Mesin amplas berfungsi untuk mengamplas permukaan spesimen uji agar

lebih halus sebelum di autosol. Mesin amplas tersebut merupakan milik

Laboratorium Material Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

Gambar 3.10. Mesin amplas.

Untuk pengamplasan spesimen uji, terlebih dahulu menggunakan amplas

berukuran 800 kemudian dilanjutkan dengan amplas yang berukuran 1000.

3.3.12 Mikroskop

Mikroskop berfungsi untuk mengamati struktur mikro pada spesimen uji.

Page 34: JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS …/Studi...studi pembuatan struktur globular dari paduan al-si (alumunium-silikon) dengan metode dtm (direct thermal method) sebagai

Gambar 3.11. Mikroskop.

Untuk foto mikro pada penelitian ini dilakukan di laboratorium material

D3 Teknik Mesin Universitas Gajah Mada. Perbesaran yang digunakan adalah

100x dengan menggunakan mikroskop Olympus PME 3. Untuk setiap foto

mikro spesimennya terdapat 10 strip, dimana untuk setiap stripnya ada 10

mikron.

3.4 Langkah Penelitian

Langkah kerja dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pemotongan velg mobil bekas menggunakan blender/las potong

menjadi potongan potongan kecil sehingga akan memudahkan

menempatkan ke dalam ladel sebelum dimasukkan kedalam tungku

pemanas listrik.

2. Melebur velg mobil bekas dengan temperatur diatas temperatur

liquidus (625˚C), sesuai parameter yang diinginkan.

3. Memasukkan logam cair kedalam cetakan pipa dan setelah suhu 580˚C

dilakukan quenching.

4. Memotong cetakan pipa, kemudian membuat sampel uji. Kemudian

sampel uji diamplas dan di autosol sehingga akan mengkilap.

5. Mengamati sampel uji menggunakan mikroskop.

6. Pengambilan data

7. Pembahasan

8. Penarikan kesimpulan

9. Selesai

Page 35: JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS …/Studi...studi pembuatan struktur globular dari paduan al-si (alumunium-silikon) dengan metode dtm (direct thermal method) sebagai

BAB IV

DATA DAN ANALISA

4.1 Bahan yang diuji

Uji komposisi bahan baku paduan Alumunium-Silikon dari velg bekas

tersebut dilakukan di Laboratorium Logam Politeknik Manufaktur Ceper Klaten.

Sebelum dilakukan pengujian velg yang masih utuh tersebut dipotong kecil-kecil

untuk dibuat sample pengujian. Setelah dilakukan pengujian diperoleh kandungan

komposisi kimia yaitu Tabel 4.1. Paduan Alumunium cor yang dihasilkan

menunjukkan jenis paduan Al–Si hypoeutectic.

Tabel 4.1. Komposisi kimia Alumunium-Silikon

Unsur Wt ( % )

Al 92,62

Si 6,138

Mg 0,385

Fe 0,109

Cu 0,0044

Mn 0,012

Cr 0,0012

Ni 0,010

Zn 0,00

Sn 0,0097

Ti 0,142

Pb 0,014

Be 0,000

Ca 0,0060

Sr 0,0000

V 0,0151

Zr 0,00

Temperatur solidus dan liquidus didapatkan dengan cara menuang

alumunium cair ke cawan yang dipasang termokopel. Termokopel dari cawan

Page 36: JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS …/Studi...studi pembuatan struktur globular dari paduan al-si (alumunium-silikon) dengan metode dtm (direct thermal method) sebagai

tersebut kemudian dihubungkan ke data akuisisi yang terhubung ke komputer.

Cawan tersebut ditaruh didalam cetakan pasir, yang bertujuan agar pada saat

logam cair dituang ke dalam cawan tidak tumpah. Paduan Al-Si mula-mula

dipanaskan hingga suhu 800 ˚C.

Gambar 4.1 Cawan untuk mengukur temperatur

solidus dan liquidus

Setelah mencapai suhu 800 ˚C, logam cair dituang ke dalam cawan, pada

saat dituang ke dalam cawan suhu sudah mengalami penurunan menjadi suhu

714˚C, kemudian paduan Al-Si tersebut dibiarkan membeku di dalam cawan,

hingga diperoleh grafik temperatur terhadap waktu seperti yang ditunjukkan pada

Gambar 4.3.

Gambar 4.2 Cawan setelah dituang logam cair

Page 37: JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS …/Studi...studi pembuatan struktur globular dari paduan al-si (alumunium-silikon) dengan metode dtm (direct thermal method) sebagai

Dari percobaan ini didapatkan gambar temperatur solidus dan liquidus

yang dapat dilihat pada Gambar 4.3

Temperatur (C)

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

200

220

240

260

280

300

320

340

360

380

400

420

440

460

480

500

520

540

560

580

600

620

640

660

680

700

720

740

760

0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 1100 1200 1300 1400 1500 1600 1700 1800 1900

Gambar 4.3. Temperatur solidus dan liquidus

Dari Gambar 4.3 dapat dilihat bahwa temperatur liquidus untuk paduan

Al-Si adalah 625 ˚C sedang untuk temperatur solidusnya adalah 570 ˚C.

4.2 Pengaruh suhu penuangan terhadap faktor bentuk

Gambar 4.4 adalah spesimen cetakan pipa setelah dilakukan pengecoran

paduan Al-Si dengan metode DTM (Direct Thermal Method)

Gambar 4.4. Spesimen sebelum dipotong

temperatur liquidus 625˚0C

temperatur solidus 570˚0C

Page 38: JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS …/Studi...studi pembuatan struktur globular dari paduan al-si (alumunium-silikon) dengan metode dtm (direct thermal method) sebagai

Sedangkan Gambar 4.5 adalah daerah pengambilan foto mikro, dimana

untuk setiap spesimennya diambil 3 daerah yaitu daerah pinggir (1), daerah tengah

(2) dan daerah bawah (3).

Gambar 4.5. Spesimen yang diuji.

Gambar 4.6 menunjukkan hasil foto struktur mikro untuk suhu

penuangan 700˚C dengan diameter cetakan 38 mm. Struktur mikro Gambar 4.6

untuk daerah pinggir (a), daerah tengah (a) dan daerah bawah (c) tidak ada

perbedaan yang berarti, sebagian masih berbentuk dendrit dan sebagian berbentuk

globular.

(a) Daerah pinggir (b) Daerah tengah (c) Daerah bawah

Gambar 4.6. Hasil foto struktur mikro.

Gambar 4.7 disajikan bentuk struktur mikro, pengecoran Al-Si

menggunakan cetakan logam dengan diameter dalam 36 mm, tinggi cetakan 35

mm dan tebal dinding cetakan 2 mm dengan suhu penuangan 800˚C. Struktur

mikro pada Gambar 4.7 berfasa α primer dan Al-Si eutectik dan terlihat struktur

yang berbentuk dendrit lebih mendominasi.

2 1

3

Page 39: JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS …/Studi...studi pembuatan struktur globular dari paduan al-si (alumunium-silikon) dengan metode dtm (direct thermal method) sebagai

Gambar 4.7. Struktur mikro pengecoran logam

Gambar 4.8 disajikan struktur mikro, pengecoran Al-Si menggunakan

cetakan logam dengan diameter dalam 50 mm, tinggi cetakan 90 mm dan tebal

dinding cetakan 1 mm dengan suhu penuangan 720˚C.

Gambar 4.8. Struktur mikro pengecoran logam

Dari penelitian ini akan dilihat foto struktur mikro untuk pengambilan data

faktor bentuk. Pada gambar 4.9 akan disajikan hasil foto mikro untuk variasi suhu

penuangan 629, 664 dan 703˚C dan diameter dalam cetakan 22, 30 dan 38 mm.

100 µm

αprimer

Al-Si Eutectik

Page 40: JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS …/Studi...studi pembuatan struktur globular dari paduan al-si (alumunium-silikon) dengan metode dtm (direct thermal method) sebagai

Pada gambar 4.9 disajikan hasil foto mikro untuk spesimen uji pada

daerah pinggir.

Diameter cetakan

22 mm

Diameter cetakan

30 mm

Diameter cetakan

38 mm

Suhu

penuanga

n 629 ˚C

Suhu

penuanga

n 664 ˚C

Suhu

penuanga

n 703 ˚C

Gambar 4.9. Hasil foto mikro untuk bagian pinggir.

Dari Gambar 4.9 terlihat bahwa struktur globular pada hasil penelitian ini

mempunyai fasa α-primer dan Al-Si eutectic, juga terlihat bahwa tidak ada

perbedaan bentuk struktur mikro yang berarti untuk variasi suhu penuangan dan

variasi diameter cetakan. Pada Gambar 4.7 pengecoran dengan menggunakan

cetakan yang lebih tebal terlihat bahwa struktur dendrit lebih banyak jika

dibandingkan dengan Gambar 4.9.

Gambar 4.10. Leher dendrit yang putus. (Thanabumrungkul, 2006)

100 µm 100 µm 100 µm

100 µm 100 µm 100 µm

100 µm 100 µm 100 µm

Page 41: JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS …/Studi...studi pembuatan struktur globular dari paduan al-si (alumunium-silikon) dengan metode dtm (direct thermal method) sebagai

Adapun terbentuknya struktur globular seperti yang terlihat pada Gambar

4.9 karena adanya panas yang berlebih di dalam cetakan. Dinding yang tipis pada

cetakan menyebabkan panas dari logam cair yang terserap oleh cetakan hanya

sedikit. Di dalam cetakan terjadi konveksi panas yang menyebabkan leher-leher

dari struktur dendrit terputus dan kemudian tumbuh menjadi butir baru yang

berbentuk globular seperti ditunjukkan pada Gambar 4.10. (Easterling, 1992),

(Thanabumrungkul, 2006)

Dari penelitian ini didapatkan hasil faktor bentuk seperti yang disajikan

pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Faktor bentuk dari percobaan

Diameter cetakan

22 mm

Diameter cetakan

30 mm

Diameter cetakan

38 mm

Suhu penuangan 629˚C 0,582 0,572 0,598

Suhu penuangan 664˚C 0,578 0,543 0,587

Suhu penuangan 703˚C 0,570 0,538 0,575

Gambar 4.11 adalah grafik hubungan antara suhu penuangan terhadap

faktor bentuk.

0.582 0.5720.598

0.5780.543

0.5870.5700.538

0.575

0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

0.7

diameter 22 diameter 30 diameter 38

fakt

or

ben

tuk

suhu penuangan 629 suhu penuangan 664 suhu penuangan 703

Gambar 4.11. Grafik hubungan antara suhu penuangan terhadap faktor bentuk.

Page 42: JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS …/Studi...studi pembuatan struktur globular dari paduan al-si (alumunium-silikon) dengan metode dtm (direct thermal method) sebagai

Untuk pengaruh suhu penuangan dapat dilihat dari Gambar 4.11

cenderung bahwa semakin rendah suhu penuangan untuk besar diameter yang

sama maka faktor bentuknya akan semakin besar. Untuk proses semisolid forming

faktor bentuk yang disarankan minimal 0,4. (Browne, 2001)

Suhu penuangan yang rendah, dengan laju pendinginan yang relatif lambat

akan memperbanyak struktur globular (Chiarmette, 2005) karena suhu penuangan

yang rendah penyebabkan kristal yang tumbuh dan berkembang akan semakin

banyak serta penuangan yang relatif tinggi akan menyebabkan kristal menjadi

kecil dan hilang karena mencair kembali. Semakin rendah suhu penuangan yaitu

pada suhu 629˚C, faktor bentuknya akan semakin baik (Gambar 4.11) karena pada

suhu penuangan yang rendah yaitu 629˚C lebih mendekati temperatur liquidus,

sehingga pengintian sudah dapat terjadi pada saat alumunium cair dituang ke

dalam cetakan. Pada kondisi ini terdapat banyak kristal baru karena adanya

pencairan kembali leher kristal dan pematahan leher kristal. Pada kondisi ini

kristal dapat tumbuh secara serentak di daerah liquid karena adanya perbedaan

pendinginan. Kristal tersebut menyebar secara seragam dengan jarak yang sangat

pendek, dan membesar bersamaan sehingga akan mendesak pertumbuhan struktur

dendrit. (Zhu, 2001)

4.3 Pengaruh diameter pipa terhadap faktor bentuk

Gambar 4.12. adalah grafik hubungan antara diameter pipa terhadap nilai

kebulatan.

0.582 0.578 0.5700.5720.543 0.538

0.598 0.587 0.575

0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

0.7

suhu penuangan 629 suhu penuangan 664 suhu penuangan 703

fakt

or

ben

tuk

diameter 22 diameter 30 diameter 38

Gambar 4.12. Grafik hubungan antara diameter pipa terhadap faktor bentuk.

Page 43: JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS …/Studi...studi pembuatan struktur globular dari paduan al-si (alumunium-silikon) dengan metode dtm (direct thermal method) sebagai

Untuk pengaruh diameter pipa sangat bergantung pada laju pendinginan

untuk nilai faktor bentuknya. Dari Gambar 4.12 terlihat bahwa pada diameter 38

mm mempunyai faktor bentuk 0,598 untuk laju pendinginan yang lambat yaitu

0,40 oC/s, hal ini disebabkan karena adanya pengaruh lingkungan yang juga ikut

mempengaruhi laju pendinginan seperti yang terlihat pada Tabel 4.3

Tabel 4.3. Laju pendinginan.

Diameter

cetakan

22 mm

Diameter

cetakan

30 mm

Diameter

cetakan

38 mm

Suhu penuangan 629˚C 0,64 oC/s 0,92 oC/s 0,40 oC/s

Suhu penuangan 664˚C 0,77 oC/s 1,22 oC/s 0,59 oC/s

Suhu penuangan 703˚C 1,16 oC/s 1,35 oC/s 0,81 oC/s

Semakin rendah laju pendinginan maka akan semakin besar pula faktor

bentuknya (Zhu, 2001), laju pendinginan yang lambat tersebut menyebabkan

panas yang ada didalam cetakan relatif tetap tinggi sehingga akan terbentuk

struktur globular karena putusnya leher dendrit.

4.4 Ukuran butir

Tabel 4.4 adalah hasil ukuran butir yang didapatkan dari pengukuran.

Tabel 4.4. Ukuran butir

Diameter

cetakan

22 mm

Diameter

cetakan

30 mm

Diameter

cetakan

38 mm

Suhu penuangan 629˚C 73 µm 73 µm 80 µm

Suhu penuangan 664˚C 74 µm 82 µm 81 µm

Suhu penuangan 703˚C 66 µm 81 µm 82 µm

Page 44: JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS …/Studi...studi pembuatan struktur globular dari paduan al-si (alumunium-silikon) dengan metode dtm (direct thermal method) sebagai

73 74

66

73

82 8180 81 82

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

suhu penuangan 629 suhu penuangan 664 suhu penuangan 703

rata

rat

a d

iam

eter

diameter 22 diameter 30 diameter 38

Gambar 4.13. Grafik ukuran butir.

Untuk ukuran butir dapat dikatakan tidak ada perbedaan yang cukup

berarti, walaupun pada suhu penuangan 703 oC untuk diameter 22 mm ada

perbedaan yang cukup mencolok. Dari Gambar 4.13 terlihat bahwa ukuran butir

untuk diameter 22 mm pada suhu penuangan 629 oC adalah 73 µm, pada suhu

penuangan 664 oC mengalami kenaikan menjadi 74 µm dan pada suhu penuangan

703 oC turun menjadi 66 µm. Untuk diameter 30 mm pada suhu penuangan 629 oC adalah 73 µm pada suhu penuangan 664 oC mengalami kenaikan menjadi 82

µm dan pada suhu penuangan 703 oC turun menjadi 81 µm. Untuk diameter 38

mm pada suhu penuangan 629 oC adalah 80 µm, pada suhu penuangan 664 oC

mengalami kenaikan menjadi 81 µm dan pada suhu penuangan 703 oC naik

menjadi 82 µm.

Page 45: JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS …/Studi...studi pembuatan struktur globular dari paduan al-si (alumunium-silikon) dengan metode dtm (direct thermal method) sebagai

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan analisa data yang telah dilakukan dapat diambil

beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Suhu penuangan berpengaruh terhadap faktor bentuk kebulatan.

Semakin rendah suhu penuangan maka faktor bentuknya akan semakin

meningkat. Suhu penuangan 629 oC menghasilkan faktor bentuk

kebulatan α primer yang paling baik sebesar 0,598.

2. Hasil penelitian ini didapatkan faktor bentuk kebulatan α primer yang

paling baik sebesar 0,598 diperoleh dengan menggunakan cetakan pipa

berdiameter 38 mm dengan laju pendinginan 0,40 oC/s.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan penulis menyarankan

beberapa hal sebagai berikut:

1. Dalam melakukan penuangan logam ke dalam cetakan hendaknya juga

memperhatikan keselamatan kerja, termasuk sarung tangan, wearpack

dan sepatu.

2. Untuk cetakan hendaknya juga tidak ditaruh diatas logam, tetapi

digantung.

3. Dalam melakukan praktek juga harus memperhatikan suhu

lingkungan.

4. Dalam melakukan penuangan logam cair harus memperhatikan benar

mengenai suhu yang terbaca pada data akuisisi.

Page 46: JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS …/Studi...studi pembuatan struktur globular dari paduan al-si (alumunium-silikon) dengan metode dtm (direct thermal method) sebagai

DAFTAR PUSTAKA

ASM Handbook., 1988, Vol 15: casting.

Basner, Tim., 2000, Rheocasting of Semisolid A357 Alumunium.

Browne, D. J., 2003, International Journal Of Cast Metals Research, Vol. 16

No 4.

Chiarmetta., 2005, Microstructure Evaluation Of An NRC-Processed Automotive

Component.

Easterling, K.E., 1992, Phase Transformation In Metal And Alloys, Second

Edition.

Flemings, M.C., 1991, Behavior Of Metal Alloys In The Semisolid State,

Metallurgical Transactions A, Vol. 22A, p.957-981.

Kalpakjian., 1995, Manufacturing Engneering And Technology, Third Edition.

Khosravani A dkk., 2008, Microstructur Evolution of AZ91 Alloy Containing 3%

Ca Prepared by Cooling Slope.

Siswosuwarno., 1985. Teknik Pembentukan Logam, Jilid 1, Jurusan Mesin,

Fakultas Teknologi Industri , ITB

Surdia., 2000, Pengetahuan Teknik Bahan, Cetakan 5, PT Pradnya Paramita :

Jakarta.

Surdia., 2000, Teknik Pengecoran Logam, Cetakan 8, PT Pradnya Paramita :

Jakarta.

Thanabumrungkul, dkk., 2006, Development Of A Novel Semi-Solid Processing

Metal Technique For Alumunium Casting Application.

Winterbottom, W, L., 2000, Semi-Solid Forming Applications : High Volume

Automotive Product, Metallurgical Science And Technology, Vol. 18

No 2, p. 5-10.

Zhu, M,F dkk., 2001, Modeling Globular and Dendritic Strukture Evolution in

Solidification of an Al-7mass%Si Alloy.

Page 47: JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS …/Studi...studi pembuatan struktur globular dari paduan al-si (alumunium-silikon) dengan metode dtm (direct thermal method) sebagai