JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN...

97
EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN FIQIH MAWARIS DI JURUSAN PAI FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Dosen Pembimbing: Dr. H. Sapiudin Shidiq, M.Ag. Oleh S O L E H U D I N NIM: 109011000255 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015

Transcript of JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN...

Page 1: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29168/3... · One of the important roles in seeing the successful of

EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN FIQIH MAWARIS

DI JURUSAN PAI FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Dosen Pembimbing:

Dr. H. Sapiudin Shidiq, M.Ag.

Oleh

S O L E H U D I N

NIM: 109011000255

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2015

Page 2: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29168/3... · One of the important roles in seeing the successful of
Page 3: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29168/3... · One of the important roles in seeing the successful of
Page 4: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29168/3... · One of the important roles in seeing the successful of
Page 5: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29168/3... · One of the important roles in seeing the successful of

ABSTRAK

Solehudin 109011000255

Efektivitas Metode Diskusi dalam Pembelajaran Fiqih Mawaris di Jurusan

Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Metode merupakan salah satu komponen pendidikan yang sangat penting

dan besar peranannya dalam menentukan keberhasilan suatu pendidikan. Oleh

karena itu seorang pendidik diharapkan dapat menentukan metode yang tepat

sehingga metode tersebut dapat berfungsi secara efektif dan efisien guna

mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

Salah satu tolok ukur untuk menilai keberhasilan mengajar adalah

menggunakan hasil yang dicapai peserta didik dalam belajar yang optimal.

Meskipun sampai saat ini alat yang dipergunakan untuk menilai atau mengukur

keberhasilan belajar belum diketahui tingkat keobjektifan, tingkat ketepatan, atau

pun tingkat keberhasilannya, namun keberhasilan belajar peserta didik yang

dicapai berdasarkan penilaian “sebagaimana adanya” memberikan petunjuk bagi

para pendidik untuk lebih meningkatkan hasil belajar siswanya.

Salah satu metode yang sering digunakan selain metode ceramah dan

tanya jawab adalah metode diskusi. Metode diskusi adalah metode mengajar

dengan cara menghadapkan siswa pada suatu permasalahan untuk dipecahkan

bersama-sama yang bertujuan untuk menambah pemahaman siswa terhadap

materi pembelajaran.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas penggunaan

metode diskusi pada pembelajaran Fiqih Mawaris di Jurusan Pendidikan Agama

Islam (PAI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan

bentuk metode deskriptif. Dan menggunakan instrument kuesioner sebagai

sumber data.

Dalam menganalisis data, maka dapat diambil kesimpulan bahwa tingkat

efektivitas metode diskusi pada pembelajaran Fiqih Mawaris di Jurusan

Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta ini hasilnya memuaskan. Ini dapat dilihat dari nilai rata-rata

responden pada mata kuliah ini yang mencapai 81,03.

Page 6: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29168/3... · One of the important roles in seeing the successful of

ABSTRACT

Method is one of the most important educational component and a major

role in determining the success of an education. Teacher is expected to use the

appropriate method so that the learning process can effectively and efficiently in

order to achieve the educational goals.

One of the important roles in seeing the successful of teaching is by using

the results of learner achievement in learning. Although until now the tools which

used to assess or measure the success of the study is unknown the level of

objectivity, accuracy, or level of success, but the success of learners who achieved

based assessment "as is" give evidence for teachers to improve the learning

outcomes of their students ,

One of the method which often used by teacherbeside the method of talk

and question-answer is the method of discussion. Discussion method is a method

of teaching by means exposes students to a problem to be solved together which

aims to increase students understanding towards learning material.

The purpose of this study was to determine the effectiveness of Discussion

method on learning FiqhMawaris in the Department of Islamic Education (PAI)

Tarbiyah and Teaching Faculty of UIN SyarifHidayatullah Jakarta. This study

used quantitative research approach with descriptive methods form. And use

questionnaire instrument as a data source.

In analyzing the data, it can be concluded that the level of discussion on

the effectiveness of teaching methods FiqhMawaris in the Department of Islamic

Education (PAI) Tarbiyah and Teaching Faculty of UIN SyarifHidayatullah

Jakarta's results are satisfactory. This can be seen from the average value of the

respondents on this subject, which reached 81.03.

Page 7: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29168/3... · One of the important roles in seeing the successful of

i

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabil ‘Alamiin. Itulah kata pertama yang penulis ucapkan

kepada Engkau Ya Rabb yang Maha Rahman dan Maha Rahim, karena atas izin-

Mu lah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat teriring salam semoga

tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, berserta keluarga, dan para

sahabatnya.

Di dalam penyusunan skripsi ini penulis sadari bahwa banyak sekali

bantuan, dukungan, maupun bimbingan yang penulis dapatkan dari berbagai

pihak. Tanpa bantuan, dukungan, serta bimbingan mereka maka penyusunan

skripsi ini tentu akan mengalami banyak sekali rintangan dan hambatan. Sehingga

sudah sepantasnya ucapan terima kasih keluar dari mulut penulis kepada mereka

semua, khususnya kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr H. Ahmad Thib Raya M.A., Dekan Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag., Ketua Jurusan PAI Fakultas

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

3. Ibu Marhamah Shaleh, Lc. M.A, Sekretaris Jurusan PAI Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan.

4. Bapak Dr. H. Sapiudin Shidiq, M.Ag., Dosen Pembimbing Skripsi

yang telah meluangkan waktu dan perhatiannya untuk memberikan

bimbingan, arahan, nasehat, dorongan dan motivasi kepada penulis.

5. Bapak Prof. Dr. Abudin Nata, M.A., Dosen Pembimbing Akademik

penulis, yang selalu membimbing dan mengarahkan penulis selama

masa perkuliahan hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan

proses pembelajaran dikampus tercinta.

6. Seluruh Dosen Pengajar yang telah mengajar dan memberikan ilmunya

kepada penulis selama proses perkuliahan berlangsung. Semoga Allah

SWT memberikan balasan dan pahala berlipat atas ilmu yang telah

diberikan dengan ikhlas.

Page 8: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29168/3... · One of the important roles in seeing the successful of

ii

7. Kepala Perpustakaan Umum UIN Jakarta dan Perpustakaan FITK yang

telah menyediakan berbagai referensi yang penulis butuhkan selama

penyusunan skripsi ini;

8. Kedua orang tua tercinta, ayahanda H. Saepuloh (Alm.) dan Ibunda

Unung yang telah mendidik, mendoakan, dan membesarkan penulis

dengan tulus penuh keikhlasan.

9. Kakak serta adik tercinta, Awan Mulyawan, Nani Nuraeni, Aceng

Solihin, Ceng Sodikin, Asep Abdul Rohman, dan Neng Nina Marlina.

10. Kawan-kawan PAI angkatan 2009 wa bil khusus kelas G, Ahmad

Fauzi, Ahmad Qosay, Alimudin, Edi Sutrisna Putra, Dicky Hermawan,

Faisal Mubarok, Fauzi Ayatullah, Hafas Baihaqi, Muhammad Irfan

Zidni, Rian Ariandi, Sadam Husen, Saifulludin, Salamatul Firdaus,

Sarya, Sidiq Anshori, Sihabudin, Zainal Muttaqin serta kawan-kawan

yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

11. Keluarga besar MAN 22 Jakarta, tempat dimana penulis bekerja.

12. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu

persatu akan tetapi banyak membantu untuk menyelesaikan skripsi ini.

Penulis sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, baik dari

tehnik penulisan maupun materi. Atas dasar inilah segala bentuk kritik dan saran

dari para pembaca sekalian sangat penulis harapkan. Terakhir, penulis berharap

semoga skripsi ini bisa menjadi bacaan yang bermanfaat untuk kita semua. Amin!

Jakarta, 21 Mei 2015

Penulis,

Solehudin

Page 9: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29168/3... · One of the important roles in seeing the successful of

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………….. i

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………. iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah …………………………………………… 1

B. Identifikasi Masalah ……………………………………………….. 6

C. Pembatasan Masalah ………………………………………………. 7

D. Perumusan Masalah ……………………………………………….. 7

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian …………………………………….. 7

BAB II KAJIAN TEORI

A. Metode Diskusi ……………………..….………………………....... 8

1. Pengertian Metode Diskusi ……………………………………… 8

2. Kelebihan dan Kekurangan Metode Diskusi …………………… 10

3. Jenis-jenis Diskusi ……………………………………………… 11

4. Langkah-langkah Pelaksaan Diskusi …………………………… 12

B. Proses Pembelajaran ………..……………………………................ 14

1. Pengertian Pembelajaran ……………………………………....... 14

2. Peran Pendidik dalam Diskusi …………………………………… 16

C. Mawaris …………………………………………………………........ 16

1. Pengertian Kewarisan Islam …………………………………...... 16

2. Dalil Kewarisan Islam………………………..………………….. 19

3. Faktor-faktror yang Menjadi Sebab Kewarisan ………………… 26

4. Faktor-faktor yang Menjadi Penghalang Kewarisan ………….... 28

5. Hak-hak yang Berkaitan dengan Harta Peninggalan Sebelum

Dibagikan Kepada Ahli Waris…………………………………… 29

6. Ahli Waris dalam Kewarisan Islam ……………………………… 31

7. Cara Pembagian Warisan ………………………………………… 38

BAB III METODE PENELITIAN

A. Variable Penelitian ………………………………………………….... 41

B. Populasi dan Sampel ……….……………………………………….... 41

C. Metode Penelitian ………...…………………………………………. 42

Page 10: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29168/3... · One of the important roles in seeing the successful of

D. Teknik Pengumpulan Data ………….. …………………………….... 42

E. Teknik Analisis Data …………………………………………………. 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Jurusan Agama Islam (Pai) Fakultas Ilmu

Tarbiyah Dan Keguruan Uin Syarif Hidayatullah Jakarta

………………………...........................................................................

1. Sejarah dan Perkembangan Prodi Studi …………………………

2. Visi, Misi, dan Tujuan ………………………………………......

3. Profil Lulusan dan Learning Outcomes …………………………

4. Dosen Jurusan Agama Islam …………………………………….

B. Deskripsi data ………………………………………………….........

C. Analisis Data …………………………………………………..........

D. Interpretasi Data …………………………………………….

46

46

52

54

55

56

66

71

BAB V PENUTUP

Kesimpulan …………………………………………………………….. 72

Saran ………………………………………………………………......... 73

Page 11: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29168/3... · One of the important roles in seeing the successful of

DAFTAR TABEL

Table 4.1. ………………………………………………………………………………. 46

Table 4.2 ……………………………………………………………………………….. 47

Table 4.3 ……………………………………………………………………………….. 47

Table 4.4 ……………………………………………………………………………….. 48

Table 4.5 ……………………………………………………………………………….. 48

Table 4.6 ……………………………………………………………………………….. 49

Table 4.7 ……………………………………………………………………………….. 49

Table 4.8 ……………………………………………………………………………….. 50

Table 4.9 ……………………………………………………………………………….. 50

Table 4.10 ………………………………………………………………………………. 51

Table 4.11 ……………………………………………………………………………….. 51

Table 4.12 ……………………………………………………………………………….. 52

Table 4.13 ……………………………………………………………………………….. 52

Table 4.14 ……………………………………………………………………………….. 53

Table 4.15 ……………………………………………………………………………….. 53

Table 4.16 ……………………………………………………………………………….. 54

Table 4.17 ……………………………………………………………………………….. 54

Table 4.18 ……………………………………………………………………………….. 55

Table 4.19 ……………………………………………………………………………….. 55

Table 4.20 ……………………………………………………………………………….. 56

Table 4.21 ……………………………………………………………………………….. 57

Table 4.22 ……………………………………………………………………………….. 58

Table 4.23 ……………………………………………………………………………….. 60

Page 12: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29168/3... · One of the important roles in seeing the successful of

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam Permendiknas No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Pendidikan

Nasional Bab IV Pasal 28 Ayat 3, pendidik sebagai agen pembelajaran harus

memiliki empat kompetensi inti, di antaranya adalah kompetensi paedagogik.

Selanjutnya dalam Permendiknas No. 16 Tahun 2007 Tentang Standar

Kualifikasi Akademik dan Kualifikasi Guru dijelaskan bahwa pendidik yang

memiliki kompetensi paedagogik adalah pendidik yang mampu mengusai

karakteristik peserta didik baik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural,

emosional, dan intelektual, menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip

pembelajaran yang mendidik (menerapakan berbagai macam pendekatan,

strategi, metode,dan teknik pembelajaran yang mendidik secara kreatif dalam

mata pelajaran yang di ampu), mengembangkan kurikulum yang terkait dengan

mata pelajaran yang ampu, menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik,

memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan

pembelajaran, memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk

mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki, berkomunikasi secara efektif,

empatik, dan santun dengan peserta didik, menyelenggarakan penilaian dan

evaluasi proses dan hasil belajar, memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi

untuk kepentingan pembelajaran, dan melakukan tindakan reflektif untuk

peningkatan kualitas pebelajaran.1

1LampiranPeraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16 Tahun 2004, tentang Standar

Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, h.16-17.

Page 13: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29168/3... · One of the important roles in seeing the successful of

2

Agar seorang pendidik dapat mengajar secara efektif, seorang pendidik

harus meningkatkan mutu mengajarnya. Sedangkan dalam meningkatkan kualitas

mengajar hendaknya pendidik mampu menggunakan metode pembelajaran yang

sesuai dengan materi pelajaran serta mampu menerapkannya dalam bentuk

intereksi belajar mengajar.

Dalam pandangan filosofi pendidikan, metode merupakan alat untuk

mencapai tujuan. Banyak terdapat macam metode yang dalam penggunaannya

perlu disesuaikan dengan karakteristik peserta didik, materi, kondisi lingkungan

dimana proses pembelajaran itu berlangsung, sarana dan prasarana, kemampuan

guru sendiri sebagai pengguna metode, dan kemampuan peserta didik yang

semuanya itu disesuaikan dengan tujuan pendidikan yang hendak dicapai.

Dalam proses pembelajaran, pendidik harus mengusai metode dan teknik

pembelajaran, memahami materi dan bahan ajar yang cocok dengan kebutuhan

belajar dan berprilaku membelajarkan peserta didik. Pendidik berperan untuk

memotivasi, mengarahkan, memfasilitasi dan membimbing peserta didik

melakukan kegiatan belajar. Sedangkan peserta didik berperan untuk

mempelajari kembali, memecahkan masalah guna meningkatkan taraf hidup

dengan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Mendidik di samping sebagai ilmu juga seni, seni mendidik dimaksud

adalah keahlian dalam meyampaikan pendidikan (metode pembelajaran). Tujuan

pokok dari pembelajaran adalah mengubah prilaku peserta didik berdasarkan

tujuan yang telah direncanakan dan disusun oleh pendidik sebelum proses

pembelajaran berlangsung.

Pendidik pada umumnya menggunakan metode yang monoton, sehingga

menyulitkan peserta didik menerima dan memahami pelajaran. Faktor itulah

salah satu penyebab ketidak berhasilan peserta didik mencapai tujuan

pembelajaran. Oleh karena itu, perlu adanya perbaikan dalam proses

pembelajaran guna meningkatakan kualitas pendidikan.

Page 14: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29168/3... · One of the important roles in seeing the successful of

3

Salah satu komponen yang menjadi sasaran peningkatan kualitas

pendidikan adalah proses pembelajaran.Upaya peningkatan pendidikan melalui

perbaikan pembelajaran, merupakan tantangan yang selalu dihadapi oleh setiap

orang yang berkecimpung dalam profesi pendidikan dan kependidikan. Banyak

upaya telah dilakukan, banyak pula keberhasilan telah dicapai, meskipun disadari

bahwa apa yang dicapai belum belum sepenuhnya memberi kepuasan sehingga

menuntut renungan, pemikiran, dan kerja keras untuk memecahkan masalah yang

dihadapi.

DalamUndang-Undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 diterangkan bahwa

“Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber

belajar pada suatu lingkungan belajar.”2Sedangkan menurut Abdul Majid,

“Pembelajaran merupakan interaksi yang dilakukan antara guru dan peserta didik

dalam suatu pengajaran untuk mewujudkan tujuan yang ditetapkan.”3 Dalam

pembelajaran diperlukan adanya rencana pembelajaran yang matang dan

terperinci, sehingga dapat memberikan peluang terjadinya keberhasilan pendidik

dari hasil belajar peserta didik yang semakin baik dan meningkat.

Menganalisis upaya meningkatkan proses pembelajaran, pada intinya

tertumpu pada suatu persoalan, yaitu bagaimana pendidik memberikan

pembelajaran yang memungkinkan bagi siswa terjadi proses belajar yang efektif

atau dapat mencapai hasil sesuai tujuan. Persoalan ini membawa implikasi

sebagai berikut:

1. Pendidik harus mempunyai pegangan asasi tentang mengajar dan dasar-dasar

teori belajar;

2. Pendidik harus dapat mengembangkan system pembelajaran;

3. Pendidik harus mampu melakukan proses pembelajaran yang efektif;

2Lampiran Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, h. 3.

3Abdul Majid, PerencanaanPembelajaran, Mengembangkan Standar Kompetensi Guru,

Bandung: PT. Rosdakarya, 2012, cet. IX, h. 135.

Page 15: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29168/3... · One of the important roles in seeing the successful of

4

4. Pendidik harus melakukan penilaian hasil belajar sebagai dasar umpan balik

bagi seluruh proses yang ditempuh.4

Salah satu tolok ukur untuk menilai keberhasilan mengajar adalah

menggunakan hasil yang dicapai peserta didik dalam belajar. Meskipun sampai

saat ini alat yang dipergunakan untuk menilai atau mengukur keberhasilan

belajar belum diketahui tingkat keobjektifan, tingkat ketepatan, atau pun tingkat

keterandalannya, namun keberhasilan belajar peserta didik yang dicapai

berdasarkan penilaian “sebagaimana adanya” memberikan petujuk bagi para

pendidik untuk lebih meningkatkan hasil belajar siswanya.

Upaya untuk meningkatkan keberhasilan peserta didik di antaranya dapat

dilakukan melalui upaya perbaikan proses pembelajaran. Dalam proses perbaikan

pembelajaran ini peranan pendidik sangat penting, yaitu menetapkan metode

pembelajaran yang tepat. Oleh karena itu sasaran proses pembelajaran adalah

peserta didik, maka dalam metode pembelajaran, fokus perhatian pendidik adalah

upaya membelajarkan peserta didik. Sesungguhnya mengajar hendaknya

dilakukan dengan metode pembelajaran atau cara yang efektif agar diperoleh

hasil lebih baik. Oleh karena itu, diperlukan kemampuan mengajar yang baik

pula dengan menguasai metode pembelajaran selain diperlukan juga sikap mental

untuk mau memperbaiki atau meningkatkan kemampuan belajar.

Pendidik seharusnya mampu menentukan metode pembelajaran yang

dipandang dapat membelajarkan siswa melalui proses pembelajaran yang

dilaksanakan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif dan hasil

belajarpun diharapkan dapat lebih ditingkatkan. Metode dapat ditentukan oleh

pendidik dengan memperhatikan tujuan dan materi pembelajaran. Pertimbangan

pokok dalam menentukan proses pembelajaran terletak pada keefektifan proses

pembelajaran. Tentu saja orientasi guru adalah peserta didik. Jadi, metode

4Sumati dan Asra, Metode Pembelajaran, (Bandung: CV Wahana Priama, 2008), cet. II, h.

xii.

Page 16: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29168/3... · One of the important roles in seeing the successful of

5

pembelajaran yang digunakan pada dasarnya hanya berfungsi sebagai bimbingan

agar peserta didik belajar.

Dalam proses pembelajaran di kelas tidak terkecuali Fiqih Mawaris harus

terus diupayakan peningkatan-peningkatan ke arah berkembangnya kemampuan

peserta didik baik yang berupa kemampuan kognitif, afektif, maupun

psikomotorik. Pembelajaran yang tradisional yang tidak memberikan kesempatan

kepada peserta didik untuk aktif dan kreatif seharus kombinasikan dengan

pendekatan-pendekatan dan metode-metode pembelajaran yang berpusat pada

siswa. Hal ini dilakukan utuk menjawab tantangan ilmu pengetahuan yang

berkembang semakin pesat.

Peran strategis Fiqih Mawaris adalah untuk menghindari hal-hal negatif

yang timbul dari harta peninggalan yang ditinggalkan si mayit. Harta

peninggalan seseorang yang meninggal dunia serigkali menimbulkan sengketa

dan pertengkaran dalam sebuah keluarga, yang dapat memutuskan tali

silaturahmi atau tali persaudaraan dalam keluarga. Putusnya tali persaudaraan

disebabkan masing-masing ahli waris ingin mendapatkan bagian yang lebih

banyak jika perlu mendapatkan seluruh harta waris sedangkan ahli waris lain

tidak perlu mendapatkan bagian. Bagaimana pengembangan pendidikan Fiqih

Mawaris menjadi pendidikan intelektual yang dirasakan manfaatnya oleh peserta

didik dan masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan peningkatan produktifitas,

pendidik, peserta didik dan kurikulum. Karena ketiga komponen ini merupakan

komponen utama untuk berlangsungnya pendidikan disekolah.

Namun fakta di lapangan, pembelajaran Fiqih Mawaris sering kali

terkendala minat para peserta didik untuk mempelajari ilmu tersebut. Hal ini

muncul, karena anggapan bahwa Fiqih Mawaris merupakan ilmu yang sulit untuk

dipelajari. Di samping itu, biasanya pendidik terlalu terpaku pada satu metode,

yaitu metode ceramah sehingga mengakibatkan pesertadidik bosan ketika proses

pembelajaran berlangsung, yang otomatis membuat perhatian para peserta didik

Page 17: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29168/3... · One of the important roles in seeing the successful of

6

kurang fokus. Oleh karena itu, diperlukan metode yang tepat agar proses

pembelajaran dapat berlangsung sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.

Salah satu metode yang kerap kali digunakan pendidik dalam proses

pembelajaran selain metode ceramah dan tanya jawab adalah metode diskusi.

Penggunaan metode diskusi secara tepat yang sesuai dengan prosedur

pelaksanaannya tentu akan memberi hasil yang baik kepada siswa.

Menurut Ghufran Ihsan, metode yang tepat untuk pembelajaran Fiqih

Mawaris di tingkat PerguruanTinggi adalah metode diskusi.5 Metode ini tepat

untuk menumbuhkan sikap kritis dan toleransi bagi siswa. Karena dengan metode

ini mahasiswa terbiasa mendegar pendapat orang lain, sekalipun pendapat itu

berbeda dengan pendapatnya. Dan juga untuk membiasakan mahasiswa berpikir

secara logis dan sistematis, serta melatih keberanian dan keterampilan mahasiswa

dalam berkomunikasi dan mengemukakan pendapat, sehingga dapat

meningkatkan aktivitas dan kecakapan mereka dalam belajar.

Berdasarkan hal di atas, maka penulis bermaksud untuk meneliti lebih

jauh mengenai masalah ini, dengan judul “EFEKTIVITAS METODE

DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN FIQIH MAWARIS DI JURUSAN

PAI FITK UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA ”.

B. Identifikasi Masalah

Sebelum penulis membatasi masalah di atas, kiranya dapat di identifikasi

beberapa masalah yang berkenaan dengan judul di atas sebagai berikut:

a. Fiqih Mawaris dianggap ilmu yang sulit untuk dipelajari.

b. Siswa kurang tertarik dengan metode ceramah.

5Hasil Wawancara dengan Ghufran Ihsan, Dosen Fakultas Tarbiyah UIN Jakarta, Tentang

Metode Yang Tepat untuk Pembelajaran Fiqih Mawaris di Perguruan Tinggi, di Kediaman Ghufran

Ihsan, Hari Senin Tanggal 8 September 2014 .

Page 18: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29168/3... · One of the important roles in seeing the successful of

7

C. Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya permasalahan dan terbatasnya kemampuan serta

waktu penulis, maka penulis membatasi masalah dalam penelitian ini pada:

Efektivitas penggunaan metode diskusi dalam pembelajaran Fiqih Mawaris.

D. Perumusan Masalah

Dari pembahasan masalah di atas, maka permasalahan yang akan dibahas

dalam penelitian ini dapat dirumuskan: Bagaimana efektivitas metode diskusi

dalam pembelajaran Fiqih Mawaris di Jurusan Pendidikan Agama Islam FITK

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini, di antaranya adalah:

a. Untuk mendeskripsikan data, fakta, dan teori tentang efektivitas metode

diskusi dalam pembelajaran Fiqih Mawaris di Jurusan Pendidikan Agama

Islam FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

b. Untuk menyumbang kajian ilmu pendidikan tentang pembelajaran Fiqih

Mawaris. Dengan demikian dapat memperkaya khazanah keperpustakaan

dalam penyelenggaraan pembelajaran Fiqih Mawaris.

2. Manfaat Penelitian

a. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumber informasi, referensi, dan

bahan perbandingan bagi peneliti lain dalam penulisan ilmiah terkait.

b. Menjadi dasar bagi pendidik dan sekolah untuk pembuatan regulasi dan

program perbaikan yang terkait dengan pembelajaran Fiqih Mawaris.

Page 19: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29168/3... · One of the important roles in seeing the successful of

8

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Metode Diskusi

1. Pengertian Metode Diskusi

Secara etimologi metode berasal dari bahasa Greek (Yunani)

“metodos” yang terdiri dari dua kosa kata, yaitu meta yang berarti melalui

atau melewati dan hodos yang berarti jalan atau cara. Jadi metode berarti

jalan yang dilalui.1 Sedangkan dalam pendidikan Islam metode dikenal

dengan disebutan manhaj, wasilah, kaifiyah, thariqah yang semuanya

merupakan sinonim yang mempunyai pengertian jalan atau cara yang

harus ditempuh.2 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, metode

mempunyai arti “cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu

pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki, cara kerja yang

bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai

tujuan yang telah ditetapkan.3 Sedangkan secara terminologi metode

adalah rencana menyeluruh yang berhubungan dengan penyajian mata

pelajaran secara teratur dan tidak bertentangan serta didasarkan pada suatu

approach.4

Menurut Runes, sebagaimana yang dikutip oleh Muhammad Noor

Syam, secara teknis menerangkan bahwa metode adalah:

1Armai Arief, Pengantar Ilmu Dan metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat pers,

2002), h. 41. 2Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran (Mengembangkan Standar Kompetensi

Pendidik), (Bandung: Pt. Remaja Rosda Karya, 2011), cet. XI, h. 136. 3Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat

Bahasa, 2005), cet. III, h. 740. 4Muljanto Sumarno, Pengajaran Bahasa Asing, (Jakarta: Bulan Bintang, 2000), cet. I, h.

12.

Page 20: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29168/3... · One of the important roles in seeing the successful of

9

1. Suatu prosedur yang dipakai untuk mencapai suatu tujuan.

2. Suatu prosedur teknik mengetahui yang dipakai dalam proses mencari

ilmu pengetahuan dari suatu materi tertentu.

3. Suatu ilmu yang merumuskan aturan-aturan dari suatu prosedur.5

Berdasarkan pendapat Runes tersebut, bila dikaitkan dengan proses

pendidikan, maka metode adalah suatu prosedur yang digunakan pendidik

dalam melaksanakan tugas-tugas kependidikan untuk mencapai tujuan

yang telah ditetapkan (dari segi pendidik). Sedangkan dari segi peserta

didik, metode adalah teknis yang digunakan peserta didik untuk menguasai

materi tertentu dalam proses mencari ilmu pengetahuan.

Dari beberapa pengertian di atas dapat dipahami bahwa metode

adalah seperangkat teknis dan suatu cara yang harus dimiliki dan

digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan pelajaran untuk mencapai

tujuan pendidikan yang diinginkan.

Sedangkan diskusi berasal dari bahasa Inggris yaitu Discution yang

mempunyai arti perundingan atau pembicaraan.6 Dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia, Diskusi adalah pertemuan ilmiah untuk bertukar pikiran

mengenai suatu masalah.7 Menurut istilah diskusi adalah suatu proses

berpikir bersama untuk memahami suatu masalah, menemukan sebab-

sebabnya, serta mencari pemecahannya. Sedangkan metode diskusi

menurut Killen yang dikutip oleh Wina Sanjaya dalam bukunya Strategi

Pembelajaran, metode diskusi adalah metode pembelajaran yang

meghadapkan siswa pada suatu permasalahan. Tujuan dari metode ini

adalah untuk memecacahkan suatu permasalahan, menjawab pertanyaan,

5Al-Rasyid dan Samsul Nizar, Filsafat Pendndikan Islam “Pendekatan Historis, Teoritis,

dan Praktis”, (Ciputat: PT. Ciputat Press, 2005), h. 65. 6Jhon M. Echol dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (PT Gramedia: Jakarta,

2005), cet. XXVI, h. 186. 7Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Balai

Pustaka Departemen Pendidikan dan Kebudayaan), cet. X, h. 238.

Page 21: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29168/3... · One of the important roles in seeing the successful of

10

menambah dan memahami pengetahuan siswa, serta membuat suatu

keputusan.8

Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa metode

diskusi adalah adalah suatu metode atau cara mempelajari materi pelajaran

dengan cara menghadapkan siswa pada suatu permasalahan untuk

dipecahkan bersama-sama yang bertujuan untuk menambah pemahanan

siswa terhadap materi pembelajaran.

Al-Qur’an telah mengisyaratkan pentingnya penggunaan metode

diskusi dalam proses pembelajaran terdapat pada surat an-Nahl ayat 125:

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran

yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya

Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari

jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat

petunjuk”. (QS. An-Nahl[16]: 125)

2. Kelebihan dan Kekurangan Metode Diskusi

Ada beberapa kelebihan metode diskusi, manakala diterapkan dalam

kegiatan belajar mengajar.

a. Metode diskusi dapat merangsang siswa untuk lebih kreatif

khususnya dalam memberikan gagasan atau ide-ide.

b. Dapat melatih siswa untuk membiasakan diri bertukar pikiran

dalam mengatasi setiap masalah.

c. Dapat melatih siswa untuk mengemukakan pendapat atau gagasan

secara verbal. Di samping itu, diskusi juga bisa melatih siswa untuk

menghargai pendapat orang lain.9

8Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Proses Pendidikan, (Bandung,

Kencana Prenada Media Group, 2012), cet. XII, h. 154. 9Ibid., h. 156.

Page 22: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29168/3... · One of the important roles in seeing the successful of

11

Selain beberapa kelebihan, diskusi juga memiliki beberapa kelemahan,

di antaranya:

a. Sering terjadi pembicaraan dalam diskusi dikuasai oleh 2 orang

atau 3 orang siswa yang memiliki keterampilan berbicara.

b. Kadang-kadang pembahasan dalam diskusi meluas, sehingga

kesimpulan kabur.

c. Memerlukan waktu yang panjang, yang kadang-kadang tidak sesuai

dengan keinginan.

d. Dalam diskusi sering terjadi perbedaan pendapat yang bersifat

emosional yang tidak terkontrol. Akibatnya, kadang-kadang ada

pihak yang merasa tersinggung, sehingga dapat mengganggu iklim

pembelajaran.10

3. Jenis-jenis Diskusi

Terdapat bermacam-macam jenis diskusi yang dapat digunakan dalam

proses pembelajaran, di antaranya lain;

a. Diskusi Kelas

Diskusi kelas atau juga disebut diskusi kelompok adalah proses

pemecahan masalah yang dilakukan oleh seluruh anggota kelas sebagai

peserta diskusi.

b. Diskusi Kelompok Kecil

Diskusi kelompok kecil dilakukan dengan cara membagi siswa dalam

kelompok-kelompok. Jumlah anggota kelompok antara 3-5 orang.

Pelaksanaannya dimulai dengan pendidik menyajikan permaslahan

secara umum, kemudian masalah tersebut dibagi-bagi kedalam

submasalah yang harus dipecahkan oleh setiap kelompok kecil. Selesai

diskusi dalam kelompok kecil, ketua kelompok menyajikan hasil

diskusi.

c. Diskusi Simposium

Simposium adalah metode mengajar dengan membahas suatu

persoalan dipandang dari berbagi sudut pandang berdasarkan keahlian.

Simposium dilakukan untuk memberikan wawasan yang luas kepada

siswa. Setelah penyaji memberikan pandangannya tentang masalah

10

Ibid.

Page 23: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29168/3... · One of the important roles in seeing the successful of

12

yang dibahas, maka simposium diakhiri dengan pembacaan

kesimpulan hasil kerja tim perumus yang telah ditentukan sebelunya.

d. Diskusi Panel

Diskusi panel adalah pembahasan suatu masalah yang dilakukan oleh

beberapa orang panelis yang biasanya terdiri dari 4-5 orang di depan

audiens.11

Diskusi panel berbeda dengan jenis diskusi lainya. Dalam

diskusi panel audiens tidak terlibat langsung, tetapi berperan hanya

sekedar peninjau para panelis yang sedang melaksanakan diskusi. Oleh

karena itu, agar diskusi panel efektif perlu digabungkan degan metode

lain, misalnya degan etode penugasan. Siswa ditugaskan merumuskan

hasil pembahasan dalam diskusi.

Jenis diskusi apapun yang digunakan, dalam proses pelaksanaannya,

pendidik harus mengatur kondisi agar: (1) setiap siswa dapat berbicara

mengeluarkan pendapatnya; (2) setiap siswa harus saling mendengar

pendapat orang lain; (3) setiap siswa harus memberikan respon; (4) setiap

siswa harus dapat mengumpulkan atau mencatat ide-ide yang dianggap

penting; dan (5) melalui diskusi siswa harus dapat mengembangkan

pengetahuannya serta memahami isu-isu yang dibicarakan dalam diskusi.

4. Langkah-langkah Pelaksanaan Diskusi

Menurut Wina Sanjaya, Agar penggunaan diskusi berhasil dengan

efektif, maka perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Langkah Persiapan

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam persiapan diskusi di antaranya:

1) Merumuskan tujuan yang akan dicapai, baik tujuan yang bersifat

umum maupun tujuan yang bersifat khusus. Tujuan yang ingin

dicapai mesti dipahami oleh setiap siswa sebagai peserta diskusi.

Tujuan yang jelas dapat dijadikan sebagai kontrol dalam

pelaksanaan.

11

Ibid., h. 157.

Page 24: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29168/3... · One of the important roles in seeing the successful of

13

2) Menentukan jenis diskusi yang dapat dilaksanakan sesuai dengan

tujuan yang ingin dicapai. Misalnya, apabila tujuan yang ingin

dicapai adalah penambahan wawasan siswa tentang suatu persoalan,

maka dapat digunakan diskusi panel; sedangkan jika yang

diutamakan adalah pengembangan kemampuan siswa dalam

mengembangkan gagasan, maka simposium dianggap sebagai

diskusi yang tepat.

3) Menetapkan masalah yang akan dibahas. Masalah dapat ditentukan

dari isi materi pembelajaran atau masalah-masalah yang aktual yang

terjadi dilingkungan masyarakat yang berhubungan dengan materi

pelajaran sesuai dengan bidang studi yang di ajarkan.

4) Mempersiapkan segala sesuatu yang berhubugan dengan teknis

pelaksanaan diskusi, misalnya kelas dengan segala fasilitasnya,

petugas-petugas diskusi seperti moderator, notulis, dan tim perumus,

manakal diperlukan.

b. Pelaksanaan Diskusi

Beberapa hal yang perlu diperhatiakan dalam melaksanakan

diskusi adalah:

1) Memeriksa segala persiapanyang dianggap dapat mempengaruhi

kelancaran diskusi.

2) Memberikan pengarahan sebelum dilaksanakan diskusi, misalnya

menyajikan tujuan yang ingin dicapai serta aturan-aturan diskusi

sesuai dengan jenis diskusi yang dilaksanakan.

3) Melaksanakan diskusi sesuai dengan aturan main yang telah

ditetapkan. Dalam pelaksanaan diskusi hendaklah memperhatikan

suasana atau iklim belajar yang menyenangkan, ialnya tidak tegang,

tidak saling menyudutkan, dan lain sebagainya.

4) Memberikan kesempatan yang sama kepada setiap peserta diskusi

untuk mengeluarkan gagasan dan ide-ide.

Page 25: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29168/3... · One of the important roles in seeing the successful of

14

5) Mengendalikan pembicaraan pada pokok persoalan yang sedang

dibahas. Hal ini sangat penting, sebab tanpa pengendalian biasanya

arah pembahasan menjadi melebar dan tidak fokus.

c. Menutup Diskusi

Akhir dari proses pembelajaran dengan menggunakan metode

diskusi hendaklah dilakukan hal-hal sebagai berikut:

1) Membuat pokok-pokok pembahasan sebagai kesimpulan sesuai

dengan hasil diskusi.

2) Me-review jalannya diskusi dengan meminta pendapat dari seluruh

peserta sebagai umpan balik untuk perbaikan selanjutnya.12

B. Proses Pembelajaran

1. Pegertian Pembelajaran

Sebelum kita bahas apa itu pembelajaran, sebaiknya dipahami

terlebih dahulu konsep belajar dan mengajar. Secara umum belajar dapat

diartikan sebagai proses perubahan prilaku, akibat interaksi individu

dengan lingkungan.13

Jadi perubahan prilaku adalah hasil belajar. Artinya,

seseorang dikatakan belajar, jika ia dapat melakukan sesuatu yang tidak

dapat dilakukan sebelumnya. Konsep belajar juga telah banyak

dikemukakan oleh para ahli. Menurut Gagne, Belajar adalah suatu proses

dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman.

Driscroll menjelaskan, Belajar yaitu perubahan terus-menerus dalam

kinerja atau potensi kerja manusia. Oemar Malik berpendapat, Belajar

adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman.

Sedangkan menurut Nana Syaodih, Belajar adalah segalaperubahan

tingkah laku baik yang berbentuk kognitif, afektif maupun psikomotor dan

terjadi melalui pengalaman.14

12

Ibid., h. 158-159. 13

Sumiati dan Asra, Metode Pembelajaran, (Bandung:CV Wacana Prima, 2008), cet. II,

h. 38. 14

Masitoh dan Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran, (Direktorat Jendral Pendidikan

Islam Departemen Agama), cet. I, h. 3.

Page 26: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29168/3... · One of the important roles in seeing the successful of

15

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Belajar

adalah suatu proses atau kegiatan yang dilakukan sehingga membuat suatu

perubahan perilaku yang berbentuk kognitif, afektif maupun psikomotor.

Kegiatan belajar erat kaitannya dengan kegiatan mengajar. Sebagai

pendidik kita perlu memahami secara cermat tentang konsep mengajar.

Pada dasarnya mengajar merupakan suatu usaha untuk menciptakan

kondisi atau sistem yang mendukung dan memungkinkan untuk

berlangsungnya proses belajar. Mengajar adalah proses membimbing

kegiatan belajar dan kegiatan mengajar akan bermakna bila terjadi

kegiatan belajar siswa. Menurut S. Nasution, Mengajar adalah

mengorganisir lingkungan dengan sebaik-baiknya dan menghubungkan

dengan siswa sehingga terjadi kegiatan belajar.15

Kegiatan belajar dan mengajar dikenal dengan istilah

pembelajaran. Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun

meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan

prosedur yang saling mempengaruhi untuk mempercepat tujuan

pembelajaran.16

Menurut Oemar Malik, Pembelajaran adalah sesuatu

kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material,

fasilitas, perlengkapan, prosedur yang saling mempengaruhi dalam

mencapai tujuan pembelajaran.

Muhammad Surya menjelaskan bahwa Pembelajaran adalah suatu

proses yang diakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan

perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman

individu sendiri dalam interaksi dengan lingkugannya. Berdasarkan UU

Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 Pembelajaran adalah suatu

proses interaksi peserta didik dan sumber belajar pada suatu lingkungan

belajar. Menurut Corey, pembelajaran adalah suatu proses dimana

15Ibid., h. 7.

16

Ibid.

Page 27: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29168/3... · One of the important roles in seeing the successful of

16

lingkungan secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta

dalam tingkah laku tertentu.17

Dari beberapa konsep pembelajaran sebagaimana dikemukakan di

atas, dapat dimaknai bahwa di dalam pembelajaran terdapat interaksi

antara peserta didik, melibatkan unsur-unsur yang saling mempengaruhi

untuk mencapai tujuan atau kompetensi yang diharapkan. Pembelajaan

menggambarkan kegiatan pendidik mengajar dan siswa sebagai

pembelajar dan unsur-unsur lain yang saling mempengaruhi.

2. Peran Pendidik dalam Diskusi

Peranan seorang pendidik dalam diskusi pada umumnya adalah

sebagai berikut:

a. Pengatur jalannya diskusi, yaitu:

1) . Menentukan materi atau masalah yang ingin didiskusikan.

2) . Menjaga ketertiban pembicaraan

3) . Memberi rangsangan kepada siswa untuk berpendapat.

4) . Memperjelas suatu pendapat yang dikemukakan.

b. Sebagai dinding penangkis, yaitu menerima dan menyebarkan

pertanyaan/pendapat kepada seluruh peserta.

c. Sebagai petunjuk jalan, yaitu memberikan pengarahan tentang tata

cara diskusi.18

C. Mawaris

1. Pengertian Kewarisan Islam

Ungkapan yang dipergunakan oleh al-Qur’an untuk menunjukan

adanya kewarisan islam dapat dilihat pada tiga jenis kalimat, yakni al-irtsi,

al-faraidh, dan al-tirkah.

a. Al-Irts

Al-Irts adalah bentuk mashdar dari kata waritsa, yaritsu, irtsan.

Bentuk masdhar-nya bukan hanya kata irtsan, melainkan termasuk juga

kata waritsan, turatsan, dan wiratsatan. Kata-kata itu berasal dari kata

17

Ibid., h. 8 18

Sumiati dan Asra, Metode Pembelajaran… h. 144.

Page 28: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29168/3... · One of the important roles in seeing the successful of

17

waritsa, yang berakar dari huruf-huruf waw, ra, dan tsa, yang bermakna

dasar pemindahan harta milik, atau perpindahan pusaka.19

Berangkat dari makna dasar ini, maka dari segi makna yang lebih

luas, kata al-irts mengandung arti perpindahan sesuatu dari seseorang

kepada seseorang, atau perpindahan dari satu kaum ke kaum yang

lainya, baik berupa harta ilmu, atau kemuliaan.

Tetapi dalam konsteks ilmu mawarits, al-irts mempunyai makna

harta warisan yang siap dibagikan kepada ahli waris sesudah diambil

untuk kepentingan pengurusan jenazah, pelunasan utang, serta

pelaksanaan wasiat.

b. Al-Faraidh

Kata al-Faraidh adalah bentuk jamak dari faridhah yang bermakna

mafrudhah yaitu sesuatu yang diwajibkan. Artinya saham-saham yang

telah ditentukan kadarnya. Dengan demikian penyebutan faraidh

didasarkan pada bagian yang diterima ahli waris.

Berdasarkan saham-saham yang sudah menjadi hukum pasti

tersebut, ternyata konsteks kata yang merujuk pada kepastian terdiri

dari dua kata. Pertama, dalam surat an-Nisaa’ ayat 7:

Menurut al-Maraghiy kata ضا dalam ayat ini mengandung makna يفر

bahwa saham yang telah ditentukan kadarnya itu, para ahli waris harus

mengambil sedikit atau banyak menurut saham yang telah ditetapkan

Allah swt. Kedua, dalam surat an-Nisaa’ ayat 11:

19Ali Parman, Kewarisan Dalam Al-Quran: Suatu Kajian Hukum Dengan Pendekatan Tafsir

Tematik, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada1995), h. 23.

Page 29: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29168/3... · One of the important roles in seeing the successful of

18

.

Menurut al-Maraghiy, kata ضح -mengandung makna bahwa saham فر

saham yang disebutkan itu disertai siapa-siapa ahli waris yang akan

memperoleh saham tersebut. Dan ini merupakan ketetapan yang harus

diimplementasikan.

Dari dua konsteks kata yang berbeda itu, maka dapat dinyatakan

bahwa surat an-Nisaa’ ayat 7 bersifat umum, baik saham-saham

maupun jumlah ahli waris belum disebutkan satu persatu. Adapun surat

an-Nisaa’ ayat 11 bersifat khusus karena baik saham maupun jumlah

ahli waris telah disebutkan secara terperinci.

c. Al-Tirkah

Al-Tirkah dalam bahasa arab adalah bentuk masdar dari kata

tunggal taraka. Dan tercatat 28 kali dalam al-Quran dalam berbagai

konsteks yaitu taraka 24 kali, tatruku 1 kali, dan tariku 3 kali. Sehingga

mengandung dua makna dasar, yakni membiarkan dan peninggalan

sebagaimana tercantum pada surat an-Nisaa’ ayat 7, 11, 12 dan 176.20

Keseluruhan kata taraka yang terdapat dalam surat an-Nisaa’

adalah bentuk madhi, rahasianya karena yang meninggal adalah seorang

pewaris. Untuk itu Abu Zahra mengatakan bahwa huruf ma pada kata

mimma taraka atau ma taraka yang terdapat dalam ayat tersebut

mengandung makna semua yang ditinggalkan oleh pewaris berupa harta

yang menjadi milik ahli waris, baik sedikit ataupun banyak.21

20Ibid., h. 30.

21

Ibid., h. 31.

Page 30: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29168/3... · One of the important roles in seeing the successful of

19

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tirkah adalah segala

sesuatu yang ditinggalkan ahli waris. Baik yang berupa harta maupun

hak. Dan tirkah itu bisa dibagikan kepada ahli warisnya setelah

dikurangi biaya pengurusan jenazah, pelunasan utang, dan wasiat.

Dari uraian di atas, dapat dikemukakan bahwa konsep kewarisan

Islam terdiri dari konsep al-irts, al-faraidh, dan al-tirkah mempunyai

unsur yang berbeda. Istilah al-irts mengacu pada sebab terjadinya

kewarisan dengan unsur utama adalah perkawinan, hubungan nasab,

dan hubungan wala. Istilah faraidh mengacu pada format saham yang

akan diterima ahli waris, yakni 1/2, 2/3, 1/4, 1/8, 1/3, dan 1/6. Adapun

istilah al-tirkah mengacu pada kewajiban pewaris yang harus dipenuhi

oleh ahli warisnya sebelum harta pusakanya dibagi habis kepada ahli

warisnya, berupa biaya pengurusan jenazah, pelunasan hutang, dan

pemenuhan wasiat.22

2. Dalil Kewarisan Islam

Dasar dan sumber dari hukum Islam sebagai hukum agama (Islam)

adalah nash atau teks yag terdapat dalam al-Quran dan sunnah Nabi. Ayat-

ayat al-Quran dan Sunnah Nabi secara langsung mengatur kewarisan

tersebut antra lain sebagai berikut.

a. Ayat-ayat al-Quran

1) QS. an-Nisaa’ Ayat 7:

“Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-

bapa dan kerabatnya, dan bagi orang wanita ada hak bagian

(pula) dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, baik

sedikit atau banyak menurut bahagian yang telah ditetapkan”.

(QS. an-Nisaa’[4]: 7).

22Ibid., h. 33.

Page 31: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29168/3... · One of the important roles in seeing the successful of

20

Ketentuan dalam ayat ini, merupakan landasan utama yang

menunjukan bahwa dalam Islam baik laki-laki maupun perempuan

sama-sama mempunyai hak waris, dan sekaligus merupakan

pengakuan Islam bahwa perempuan merupakan subjek hukum yang

mempunyai hak dan kewajiban. Tidak demikian halnya pada masa

jahiliyah, dimana wanita dipandang sebagai objek bagaikan benda

yang dapat diwariskan.23

2) QS. an-Nisaa’ Ayat 11:

“Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk)

anak-anakmu. Yaitu: bahagian seorang anak lelaki sama dengan

bagahian dua orang anak perempuan dan jika anak itu semuanya

perempuan lebih dari dua. Maka bagi mereka dua pertiga dari

harta yang ditinggalkan; jika anak perempuan itu seorang saja,

Maka ia memperoleh separo harta. dan untuk dua orang ibu-bapa,

bagi masing-masingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan,

jika yang meninggal itu mempunyai anak; jika orang yang

meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu-bapanya

(saja), Maka ibunya mendapat sepertiga; jika yang meninggal itu

mempunyai beberapa saudara, Maka ibunya mendapat seperenam.

(Pembagian-pembagian tersebut di atas) sesudah dipenuhi wasiat

yang ia buat atau (dan) sesudah dibayar hutangnya. (Tentang)

23Moh. Muhibbin dan Abdul Wahid, Hukum Kewarisan Islam Sebagai Pembaharuan Hukum

Positif di Indonesia (Jakarta: Sinar Grafika), cet. II, h. 12.

Page 32: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29168/3... · One of the important roles in seeing the successful of

21

orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di

antara mereka yang lebih dekat (banyak) manfaatnya bagimu. ini

adalah ketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah Maha

mengetahui lagi Maha Bijaksana”. (QS. an-Nisaa’[4]: 11)

Ayat ini merinci ketentuan tentang bagian masing-masing

ahli waris. Pertama: bagian anak laki-laki sama dengan bagian dua

orang anak perempuan. Kedua: jika yang meninggal hanya

memiliki anak perempuan, dan anak perempuan itu dua orang atau

lebih, maka mereka bersekutu dalam mendapatkan dua pertiga

(2/3). Ketiga: jika anak perempuan itu seorang diri saja tidak ada

anak lain baik anak laki-laki ataupun anak perempuan, maka ia

memperoleh setengah (1/2). Keempat: ibu dan bapak masing-

masing mendapatkan bagian seperenam (1/6) jika yang meninggal

mempunyai anak. Kelima: jika yang meninggal tidak mempunyai

anak, dan ia diwarisi ibu-bapaknya saja, maka ibunya mendapat

sepertiga (1/3) dan sisanya untuk bapaknya. Keenam: jika yang

meninggal itu mempunyai beberapa saudara yakni dua orang

saudara atau lebih, baik saudara sekandung, sebapak, seibu,

ataupun campuran baik laki-laki ataupun perempuan, dan yang

meninggal itu tidak mempunyai anak, maka ibunya, mendapatkan

seperenam (1/6), sedangkan sisanya untuk bapaknya, dan saudara-

saudara itu tidak mendapatkan sedikitpun warisan.24

3) QS. an-Nisaa’ Ayat 12:

24

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah (Pesan, Kesan dan Keserasian al-Quran),

(Ciputat: Lentera Hati, 2000), cet. I, h. 343.

Page 33: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29168/3... · One of the important roles in seeing the successful of

22

“Dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang

ditinggalkan oleh isteri-isterimu, jika mereka tidak mempunyai

anak. jika isteri-isterimu itu mempunyai anak, Maka kamu

mendapat seperempat dari harta yang ditinggalkannya sesudah

dipenuhi wasiat yang mereka buat atau (dan) seduah dibayar

hutangnya. Para isteri memperoleh seperempat harta yang kamu

tinggalkan jika kamu tidak mempunyai anak. jika kamu mempunyai

anak, Maka Para isteri memperoleh seperdelapan dari harta yang

kamu tinggalkan sesudah dipenuhi wasiat yang kamu buat atau

(dan) sesudah dibayar hutang-hutangmu. jika seseorang mati, baik

laki-laki maupun perempuan yang tidak meninggalkan ayah dan

tidak meninggalkan anak, tetapi mempunyai seorang saudara laki-

laki (seibu saja) atau seorang saudara perempuan (seibu saja),

Maka bagi masing-masing dari kedua jenis saudara itu seperenam

harta. tetapi jika saudara-saudara seibu itu lebih dari seorang,

Maka mereka bersekutu dalam yang sepertiga itu, sesudah

dipenuhi wasiat yang dibuat olehnya atau sesudah dibayar

hutangnya dengan tidak memberi mudharat (kepada ahli waris).

(Allah menetapkan yang demikian itu sebagai) syari'at yang benar-

benar dari Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha

Penyantun”. (QS. an-Nisaa’[4]: 12).

Ayat ini masih merupakan lanjutan dari rincian ketentuan

tentang bagian masing-masing ahli waris. Pertama: suami

mendapatkan setengah bagian (1/2) dari harta yang ditinggalkan

isterinya, jika isterinya tidak mempunyai anak. Kedua: suami

mendapatkan bagian seperempat (1/4) dari harta yang ditinggalkan

isterinya, jika isterinya mempunyai anak. Ketiga: isteri atau

beberapa isteri bersekutu dalam mendapatkan bagian seperempat

bagian (1/4) dari harta yang ditinggalkan suaminya, jika suaminya

tidak mmpunyai anak. Keempat: isteri atau beberapa isteri

Page 34: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29168/3... · One of the important roles in seeing the successful of

23

bersekutu dalam mendapatkan bagian seperdelapan bagian (1/8)

dari harta yang ditinggalkan suaminya, jika suaminya mmpunyai

anak. Kelima: jika seseorang meninggal tidak meninggalkan bapak

dan anak, tapi meninggalkan saudara laki-laki seibu atau saudari

perempuan seibu, masing-masing dari keduanya mendapatkan

seperenam bagian (1/6). Keenam: jika saudara-saudara seibu itu

lebih dari seorang, maka mereka bersekutu dalam mendapatkan

sepertiga bagian (1/3).25

4) QS. an-Nisaa’ Ayat 13:

“(Hukum-hukum tersebut) itu adalah ketentuan-ketentuan dari

Allah. Barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah

memasukkannya kedalam syurga yang mengalir di dalamnya sungai-

sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan Itulah kemenangan

yang besar”. (QS. an-Nisaa’[4}: 13).

5) QS. an-Nisaa’ Ayat 14:

“Dan Barangsiapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya dan

melanggar ketentuan-ketentuan-Nya, niscaya Allah memasukkannya

ke dalam api neraka sedang ia kekal di dalamnya; dan baginya siksa

yang menghinakan”. (QS. an-Nisaa’[4]: 14)

Kedua ayat di atas memberi dorongan, peringatan serta janji

dan ancaman dengan menegaskan bahwa bagian-bagian yang

ditetapkan di atas, itu adalah batas-batas Allah yakni ketentuan-

ketentuan-Nya yang tidak boleh dilanggar. Siapa taat kepada Allah

25

Ibid., h. 348-349.

Page 35: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29168/3... · One of the important roles in seeing the successful of

24

dan rasul-Nya dengan mengindahkan batas-batas itu, niscaya Allah

memasukkannya ke dalam surga. Dan siapa yang mendurhakai

Allah dan rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam api

neraka.26

6) QS. an-Nisaa’ Ayat 176:

.

“Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah:

"Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu): jika

seorang meninggal dunia, dan ia tidak mempunyai anak dan

mempunyai saudara perempuan, Maka bagi saudaranya yang

perempuan itu seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan

saudaranya yang laki-laki mempusakai (seluruh harta saudara

perempuan), jika ia tidak mempunyai anak; tetapi jika saudara

perempuan itu dua orang, Maka bagi keduanya dua pertiga dari

harta yang ditinggalkan oleh yang meninggal. dan jika mereka (ahli

waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki dan perempuan, Maka

bahagian seorang saudara laki-laki sebanyak bahagian dua orang

saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu,

supaya kamu tidak sesat. dan Allah Maha mengetahui segala

sesuatu”. (QS. an-Nisaa’[4]: 176)

Ayat ini merupakan petunjuk atau fatwa menyangkut

pertayaan tentang kalalah (seseorag yang meninggal dunia tidak

meninggalkan bapak dan tidak meninggalkan anak). Pertama: Jika

yang meninggal dunia mempunyai satu orang saudara perempuan

(sekandung atau sebapak), maka saudara perempuan itu

mendapatkan setengah bagian (1/2) dari harta yang

26

Ibid., h. 350.

Page 36: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29168/3... · One of the important roles in seeing the successful of

25

ditinggalkannya. Kedua: Jika yang meninggal dunia mempunyai

saudara laki-laki (sekandug atau sebapak), maka ia mewarisi

seluruh harta yang ditiggalkannya. Ketiga: Jika saudara perempuan

itu dua orang atau lebih, maka mereka bersekutu dalam

mendapatkan 2/3. Keempat: Jika yang meninggal dunia

mempunyai saudara laki-lai dan juga saudara perempuan

(sekandung atau sebapak), maka bagian laki-laki sama dengan

bagian dua orang saudara perempuan.27

b. Al-Hadits

1) Hadit Nabi dari Abdullah ibnu Abbas ra.:

ات أتو، ع ش، ع طا حنا ات ة، حد ى حنا إتراىى، حد حنا يسهى ت حد

ص سهى: عثاش، قال: قال رسل للا و ا هى للا عه أنحقا انفرائض تأىهيا، ف

نى رجم ل في . )راه انثخاري(ذكر تق28

“Berikanlah Faraidh (bagian yang ditentukan) itu kepada yang

berhak dan selebihnya kepada laki-laki dari keturunan laki-laki

yang terdekat”. (HR. Bukhari)

2) Hadits Nabi dari Usamah bin Zaid ra:

ات حنا أت عاصى، ع حد ، ع حس ت عه شياب، ع ات ج، ع جر

و صهى للا عه اننث ا: أ عني للا د رض ز أسايح ت ، ع ا عخ ر ت ع

سهى ال انكافر ان سهى انكافر سهى قال: ال رث ان (يسهى )راه .29

“Dari Usamah bin zaid ra. bahwa Nabi saw. Bersabda: seseoran

muslim tidak mewarisi orang kafir dan orang kafir tidak mewarisi

seorang muslim”. (HR. Muslim)

27

Ibid., h.655. 28

Al-Hafid ‘Abdul Azhim bin ‘Abdul Qowi Zakiyyudin al-Mundziri, Ringkasan Hadits

Shahih Bukhariy, Terj. dari Mukhtashar Shahih Bukhari oleh Imam al-Mundziri, (Jakarta: Pustaka

Amani), cet. II, h. 1035. 29

Al-Hafid ‘Abdul Azhim bin ‘Abdul Qowi Zakiyyudin al-Mundziri, Ringkasan Shahih

Muslim, Terj. Ringkasan Hadits Shahih Muslim oleh Imam al-Mundziri, (Jakarta: Pustaka Amani)

Cet. II, h. 545.

Page 37: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29168/3... · One of the important roles in seeing the successful of

26

3. Faktor-Faktor yang Menjadi Sebab Kewarisan

Sesorang tidak berhak mendapatkan warisan, kecuali karena salah

satu di antara sebab-sebab berikut:

a. Hubungan Pernikahan

Hubungan pernikahan adalah suami-istri saling mewarisi karena

mereka telah melakukan aqad pernikahan secara sah. Dengan demikian,

suami dapat menjadi ahli waris dari istrinya. Demikian pula sebaliknya,

istri dapat menjadi ahli waris dari suaminya.30

Dalam surat an-Nisaa’ ayat 12 disebutkan:

...

“Dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang ditinggalkan

oleh isteri-isterimu...”. (QS. an-Nisaa’[4]:12)

b. Hubungan Nasab

Sebab utama terjadinya kewarisan adalah pernikahan. Apabila

pernikahan telah berlangsug, maka resmilah ada suami-istri. Dari

pasangan ini, lahir pula keturunan yakni anak cucu.

Selanjutnya, dari pasangan suami-istri itu, masing-masing

mempunyai orang tua. Dan orang tua itu, masing-masing juga

mempunyai orang tua yang disebut kakek dan nenek. Demikian pula

suami-istri itu mempunyai saudara-saudara dan saudar-saudara tersebut,

masing-masing juga mempunyai keluarga sendiri. Lahirlah istilah

sepupu dan sebagainya. 31

Apabila dikelompokan hubungan nasab dapat dibagi kedalam tiga

kelompok, yaitu:

1) Keturunan (al-furu‟)

2) Leluhur (al-ushul)

30

Ali Parma, Kewarisan Dalam Al-Quran: Suatu Kajian Hukum Dengan Pendekatan

Tafsir Tematik, (Jakarta: PT. Raja Grafindo persada.1995), h. 62.

31

Ibid., h. 65.

Page 38: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29168/3... · One of the important roles in seeing the successful of

27

3) Ahli waris menyamping (al-hawasyi).32

c. Hubungan Memerdekakan (Wala)

Yang dimaksud dengan hubungan wala adalah seseorang menjadi

ahli waris karena ia telah memerdekakan budaknya. Jadi apabila

seseorang telah dimerdekakan tuannya, maka ketika ia wafat, ahli

warisnya adalah bekas tuannya itu.

Unsur-unsur terjadinya wala dalam kewarisan adalah masih

hidupnya bekas tuan, telah wafatnya budak setelah dimerdekakan, dan

ada harta yang ditinggalkan oleh bekas budak itu. 33

Jadi bekas tuan adalah ahli waris dari bekas budaknya dan dapat

berkedudukan sebagai ashabah apabila ia tidak mempunyai keturunan

dan kerabat-kerabat lainya. Dasar hukum wala dapat menjadi sebab

terjadinya kewarisan adalah berdasarkan firman Allah dalam surat an-

Nisaa’ ayat 33:

“Bagi tiap-tiap harta peninggalan dari harta yang ditinggalkan ibu

bapak dan karib kerabat, Kami jadikan pewaris-pewarisnya. Dan

(jika ada) orang-orang yang kamu telah bersumpah setia dengan

mereka, Maka berilah kepada mereka bahagiannya. Sesungguhnya

Allah menyaksikan segala sesuatu”. (QS. An-Nisaa’[4]:33)

Kata mawali dalam ayat tersebut adalah jamak dari kata wala yang

mengandung makna kekuasaan, seperti kekuasaan tuan kepada

hambanya.

32Komite Fakultas Syariah Univesitas Al-Azhar, Mesir, Hukum Waris, (Jakarta: Senayan Abadi

Publishing, 2004), h. 338.

33

Ali Parman, Op. cit., h. 68.

Page 39: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29168/3... · One of the important roles in seeing the successful of

28

4. Faktor-faktor yang Menjadi Penghalang Kewarisan

Penghalang waris mewarisi yaitu suatu tindakan atau hal-hal yang

menghilangkan atau menggugurkan hak seseorang sebagai hak ahli

waris atau sebagai pewaris menurut hukum syara‟.

Adapun penghalang hak waris mewarisi, yaitu:

a. Berbeda Agama/Kafir/Murtad

Berbeda agama berarti berbeda I‟tiqad atau keyakinan

menurut hukum syara’, seorang muslim tidak boleh saling

mewarisi dengan orang kafir atau murtad.34

Rasulullah saw.

bersabda:

، ع حس ت عه شياب، ع ات ج، ع جر ات حنا أت عاصى، ع حد

و صهى للا عه اننث ا: أ عني للا د رض ز أسايح ت ، ع ا عخ ر ت ع

سهى ا سهى قال: ال رث ان ال سهى. )راه نكافر يسهى(انكافر ان35

“Seorang muslim tidak mewarisi orang kafir dan orang kafir tidak

dapat mewarisi seorang muslim. (HR. Muslim)

b. Pembunuhan

Adapun pengertian pembunuhan adalah suatu perbuatan

dosa terbesar di bawah kufur, yakni menghilangkan nyawa

seseorang, baik sendiri maupun membunuh secara masal, dengan

alat yang dapat mematikan, baik yang berbentuk materi ataupun

berbentuk non materi.

Rasulullah saw. bersabda:

ت د ح , ع ي ر ى س ان ,ع للا د ث ع ت اق ح س إ , ع ج ه ان حدحنا ح ث ت ق ا ن ح د ح

)راه .ث ر ال م ات ق ان قال: ص و. ث ن ان ع ج ر ر ى ت أ , ع ح ر ان د ث ع

انتريسي(36

34

Budi Ali Hidayat, Memahami Dasar-Dasar Ilmu Fara‟id , (Bandung: Titian ilmu,

2009), h. 20. 35

Al-Hafid ‘Abdul Azhim bin ‘Abdul Qowi Zakiyyudin al-MunDziri, Ringkasan Shahih

Muslim, Terj. Ringkasan Hadits Shahih Bukhariy oleh Imam al-Mundziri, (Jakarta: Pustaka

Amani), cet. II, h. 545. 36

Muhammad Nashiruddin Al-Albani, Shahih Sunan Tirmidzi, Terj. Seleksi Hadits

Shahih dari Kitab Sunan Tirmidzi oleh Fachrurrazi, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2006), cet. I, h. 635.

Page 40: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29168/3... · One of the important roles in seeing the successful of

29

“seorang pembunuh tidak mewarisi (harta orang yang dibunuh)”.

(HR. Turmidzi)

c. Perbudakan

Perbudakan secara bahasa berarti penghambatan dan

sesuatu yag lemah. Sedangkan secara istilah, perbudakan memiliki

kelemahan yang bersifat hukum yang mengusai seseorang akibat

kekufuran.37

Perbudakan dianggap sebagai penghalang waris mewarisi

ditinjau dari dua sisi. Oleh karena itu, budak tidak dapat mewarisi

harta dari ahli warisnya dan juga tidak dapat mewariskan harta

kepada ahli warisnya. Sebab, budak itu hubungan nasab dengan

keluarganya dianggap telah putus, dan budak dianggap tidak cakap

untuk meneriam warisan. Apabila dipaksakan budak dapat

mewarisi pusaka orang yang meninggal, maka hartanya itu akan

berpindah tangan kepada tuannya karena kepemilikan budak atas

harta dianggap tidak sempurna. Sedangkan tuannya bukan

termasuk kerabat dari orang yang mewariskan.

5. Hak-hak yang Berkaitan dengan Harta Peninggalan

Sebelum Dibagikan Kepada Ahli Waris

Terdapat tiga hak yang berkaitan dengan harta peninggalan

sebelum dibagikan. Keempatnya ini tidak sama kedudukannya,

sebagainya ada yang lebih kuat dari yang lain sehingga hak itu

didahulukan atas hak yang lain untuk dikeluarkan dari harta peningglan

itu. 38

berikut hak-hak tersebut sesuai dengan urutanya:

1. Biaya Pengurusan Jenazah (Tajhiz)

Tajhiz, ialah biaya pengurusan jenazah yang diperlukan

oleh seorang yang meninggal sejak dari dia wafatnya sampai

kepada menguburnya, seperti belanja, memandikannya,

37

Komite Fakultas Syariah Univesitas Al-Azhar, Mesir, Hukum Waris... h.51. 38

Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, Jilid XIV, (Bandung: PT. Al-Ma’arif ), h. 239.

Page 41: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29168/3... · One of the important roles in seeing the successful of

30

mengkafaninya, menguburkannya, dan segala yang diperlukan

sampai diletakkannya ke tempat yang terakhir. Hak ini harus

diambil dari jumlah tirkah sebelum diambil hak-hak yang lain.

2. Pelunasan Utang (Wafa‟ al-Duyun)

Utang merupakan tanggungan yang haru dilunasi dalam

waktu tertentu (yang disepakati sebagai akibat dari imbalan yang

telah diterima orang yang berhutang). Apabila utang pada orang

lain belum dibayar, maka sudah seharusnya utang tersebut dilunasi

dari harta peningggalan, sebelum harta itu dibagikan kepada ahli

waris.39

Dasar hukum tentang wajibnya didahulukan pelunasan

utang si mayit, dijelaskan dalam firman Allah dalam surat An-

Nisaa’ ayat 11:

... ...

... (Pembagian-pembagian tersebut di atas) sesudah dipenuhi

wasiat yang ia buat atau (dan) sesudah dibayar hutangnya.... (An-

Nisaa’: 11).

3. Pelaksanaan Wasiat

Wasiat adalah tindakan seseorang menyerahkan hak

kebendaan kepada orang lain, yang berlaku apabila yang

menyerakannya itu meninggal dunia. Apabila seseorang meninggal

dunia, semasa hidupnya berwasiat atas sebagian harta kekayaannya

kepada sesuatu atau orang lain, wajib hukumnya dilaksanakan

sebelum harta peninggalannya dibagikan kepada ahli warisnya.40

Hal ini didasari oleh firman Allah dalam al-Quran surat An-

Nisaa’ ayat 11 sebagaimana tercamtum di atas.

39

Ahmad Rofiq, Fiqh Mawaris, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada), h. 42 40

Ibid., h. 43

Page 42: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29168/3... · One of the important roles in seeing the successful of

31

6. Ahli Waris dalam Kewarisan Islam

a. Dzawil Furudh

Dzawil furudh ialah kelompok orang yang menerima bagian

yang kadar bagiannya telah ditetapkan di dalam nash al-Qur’an

(Furudhul Muqoddaroh). Ulama faraidh telah menetapkan jumlah

furudhul muqoddaroh dalam nash al-Qur’an ada 6 macam yaitu; 1/2,

2/3, 1/4, 1/8, 1/3, dan1/6.

1) Dzawil furudh yang mendapatkan bagian 1/2

a) Suami

Suami mendapatkan bagian 1/2 dengan satu syarat.

yaitu, tidak ada far‟u mayit (anak laki-laki, cucu laki-laki

dari anak laki-laki, anak perempuan, dan cucu perempuan

dari anak lakil-laki).41

Jika ada far‟u mayit, maka suami

mendapatkan bagian 1/4

b) Satu Anak Perempuan

Satu anak perempuan mendapatkan bagian 1/2,

dengan dua syarat;

(1) Tidak ada muashib (anak laki-laki). Jika ada menjadi

ashobah bil ghoir

(2) Tidak ada mumatsil (anak perempuan lainnya). Jika

anak perempuan itu berjumlah dua orang atau lebih,

maka mereka bersama-sama mendapatkan bagian 2/3.42

c) Satu Cucu Perempuan dari Anak Laki-Laki

Satu cucu perempuan dari anak laki-laki mendapatkan

1/2 dengan 4 syarat, yaitu:

(1) Tidak ada anak laki-laki. Jika maka mahjubah.

(2) Tidak ada anak perempuan. Jika anak perempuannya

satu orang, ia mendapatkan bagian 1/6, dan jika anak

41

Ibid., h. 33. 42

Ibid.

Page 43: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29168/3... · One of the important roles in seeing the successful of

32

perempuanya dua atau lebih, maka ia mahjubah.

Kecuali ada cucu laki-laki yang membawanya

mendapatkan ashobah bil ghoir.

(3) Tidak ada muashib. Jika ada, ia terbawa mendapatkan

ashobah bil ghoir.

(4) Tidak ada mumatsil. Jika ada ia bersama-sama

mendapatkan bagian 2/3.43

d) Satu Saudari Perempuan Sekandung

Satu saudari perempuan sekandung mendapatkan

bagian 1/2 dengan 5 syarat, yaitu:

(1) Tidak ada anak laki-laki, cucu laki-laki dan bapak. Jika

ada mahjubah.

(2) Tidak kakek dari bapak

(3) Tidak ada anak perempuan, cucu perempuan dari anak

laki-laki atau kedua-duanya. Jika ada ia mendapatkan

ashobah bil ghoir.

(4) Tidak ada muashib.

(5) Tidak ada mumatsil.44

e) Satu saudari perempuan sebapak

Satu saudari perempuan seayah mendapatkan 1/2

dengan 8 syarat, yaitu:

(1) Tidak ada anak laki-laki, cucu laki-laki dan bapak. Jika

ada mahjubah.

(2) Tidak kakek dari bapak

(3) Tidak ada anak perempuan, cucu perempuan dari anak

laki-laki atau kedua-duanya. Jika ada ia mendapatkan

ashobah bil ghoir.

(4) Tidak ada saudara laki-laki sekandung. Jika ada

mahjubah.

43Ibid. 35.

44

Ibid.

Page 44: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29168/3... · One of the important roles in seeing the successful of

33

(5) Tidak ada saudari perempuan sekandung. Jika saudari

perempuan sekandung itu satu orang ia mendapatkan

1/6, dan apabila saudari perempuan sekandung itu dua

orang atau lebih, maka ia mahjubah.

(7) Tidak ada saudara perempuan sekandung yang telah

mendapatkan ashobah ma‟al ghoir. Jika ada ia

mahjubah. Kecuali ada saudara laki-laki sebapak yang

membawanya mendapatkan ashobah bil ghoir.

(8) Tidak ada muashib.

(9) Tidak ada mumatsil.45

2) Dzawil furudh yang mendapatkan bagian 2/3

Dzawil furudh yang mendapatkan bagian 2/3 ada 4,

yaitu;

a) Dua anak perempuan atau lebih.

b) Dua cucu perempuan dari anak laki-laki atau lebih.

c) Dua saudari perempuan sekandung atau lebih.

d) Dua saudari sebapak atau lebih.

Syarat-syaratnya hampir sama dengan syarat

mendapatkan 1/2, tapi dalam mendapatkan 2/3 ini baik anak

perempuan, cucu perempuan dari anak laki-laki, dst harus

bersama dengan mumatsil-nya.

3) Dzawil furudh yang mendapatkan bagian 1/4

a) Suami

Suami mendapatkan bagian 1/4 apabila si mayit

meninggalkan far‟u mayit.46

Jika tidak ada, far‟u mayit

maka suami mendapatkan bagian 1/2.

b) Istri

45Ibid., h. 36.

46

Ibid., h.39.

Page 45: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29168/3... · One of the important roles in seeing the successful of

34

Istri mendapatkan bagian 1/4 dengan satu syarat, yaitu si

mayit tidak meninggalkan far‟u mayit. Jika ada, maka istri

mendapatkan bagian 1/8.

4) Dzawil furudh yang mendapatkan bagian 1/8

Dzawil furudh yang mendapatkan bagian 1/8 hanya ada

satu, yaitu istri. Istri mendapatkan bagian 1/8 apabila si mayit

meninggalkan far‟u mayit.

5) Dzawil furudh yang mendapatkan bagian 1/3

a) Ibu

Ibu mendapatkan bagian 1/3 dengan dua syarat, yaitu:

(1) Tidak ada far‟u mayit. Jika ada, maka ibu hanya

mendapatkan bagian 1/6.

(2) Tidak ada „„„adad ikhwah. Jika ada, maka ibu hanya

mendapatkan bagian 1/6.

b) Dua Orang Saudara Seibu baik laki-laki, perempuan atau

campuran dari keduanya.

Dua orang saudara perempuan mendapatkan bagian 1/3

dengan 3 syarat, yaitu:

(1) Tidak ada far‟u mayit. Jika ada, maka mahjub.

(2) Tidak ada bapak. Jika ada, maka mahjub.

(3) Tidak ada kakek dari bapak. Jika ada, maka mahjub.47

6) Dzawil furudh yang mendapatkan bagian 1/6

a) Bapak

Syarat bapak mendapatkan bagian 1/6 yaitu jika si

mayit meninggalkan far‟u mayit. Apabila far‟u mayit-nya

laki-laki maka bapak hanya mendapatkan 1/6 saja,

sedangkan apabila far‟u mayit-nya perempuan, maka

bapak mendapatkan 1/6 sisa jika ada sisa harta. Apabila

tidak ada far‟u mayit, bapak mendapatkan bagian

ashobah.

47Ibid., h. 38.

Page 46: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29168/3... · One of the important roles in seeing the successful of

35

b) Kakek

Syarat kakek mendapatkan bagian 1/6 ada 2 yaitu:

(1) Adanya far‟u mayit. Jika tidak ada, maka kakek

mendapatkan bagian ashobah.

(2) Tidak ada bapak. Jika ada, maka mahjub.

c) Ibu

Syarat ibu mendapatkan bagian 1/6 ada 2, yaitu:

(1) Ada far,u mayit. Jika tidak ada, ibu mendpatkan 1/3.

(2) Ada „adad ikhwah. Jika tidak ada. Ibu mendapatkan

bagian 1/3.

d) Nenek

Syaratnya si mayit tidak meninggalkan ibu. Jika

ada, nenek mahjubah.

e) Saudara perempuan sebapak satu atau lebih

Satu saudari perempuan sebapak mendapatkan 1/6

dengan 6 syarat, yaitu:

(1) Tidak ada anak laki-laki, cucu laki-laki dan bapak.

Jika ada mahjubah.

(2) Tidak ada kakek dari bapak .

(3) Tidak ada anak perempuan atau cucu perempuan dari

anak laki-laki yang mendapatkan bagian 1/2. Jika

tidak ada, ia mendapatkan 1/2.

(4) Tidak ada saudara laki-laki sekandung. Jika ada

mahjubah.

(5) Harus bersama satu orang saudari perempuan

sekandung. Jika tidak ada, maka dia mendapatkan 1/2.

(6) Tidak ada saudara perempuan sekandung yang telah

mendapatkan ashobah ma‟al ghoir. Jika ada ia

mahjubah.48

48Ibid., h.45.

Page 47: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29168/3... · One of the important roles in seeing the successful of

36

f) Satu Orang Saudara Seibu

Syarat saudara seibu mendapatkan bagian 1/6 ada 4, yaitu:

(1) Tidak ada far‟u mayit. Jika ada, maka ia mahjub.

(2) Tidak ada bapak. Jika ada, maka ia mahjub.

(3) Tidak ada kakek dari bapak. Jika ada mahjub.

(4) Tidak ada saudara seibu lainnya. Jika ada mereka

mendapatkan bagian 1/3.

b. Dzawil Ashobah

Ashobah adalah laki-laki dari kerabat si mayait, dimana

dalam nisbatnya ke si mayit, tidak ada perempuan. Menurut al-

Jauhari dalam bukunya, ash-shobah, disebutkan bahwa ashobah-

nya laki-laki adalah bapaknya, anaknya, dan kerabatnya sebapak.

Dinamakan ashobah karena mereka mengelilinginya. Dalam istilah

ulama fiqih ashobah berarti ahli waris yang tidak mempunyai

bagian tertentu, baik besar maupun kecil, yang telah disepakati

oleh para ulama (seperti ash-habul furudhh) atau yang belum

disepakati oleh mereka (seperti dzawi al-arham).

Di dalam kitab ar-Rahbiyyah, ashobah adalah setiap orang

yang mendapatkan semua harta waris, yang terdiri dari kerabat dan

orang yang memerdekakan budak, atau yang mendapatkan sisa

setelah pembagian bagian tetap.49

Para fuqoha telah menyebutkan tiga macam kedudukan

ashobah, yaitu:

1) Ashobah Binafsi

Ahobah binafsi ialah tiap-tiap kerabat yang lelaki yang

tidak diselangi seorang wanita.50

Jumlah mereka adalah: Anak

laki-laki, cucu laki-laki dari anak laki-laki dan generasi

dibawahnya, bapak dan kakek serta generasi di atasnya,

saudara kandung, saudara sebapak, anak laki-laki saudara

49Alyasa Abu Bakar. Ahli Waris Sepertalian Darah, (Jakarta: Inis, 1998), h. 252.

50

Hasbi Ash-Siddieqy. Fiqhul Mawarits, (Jakarta: Bulan Bintang. 1973). h. 142.

Page 48: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29168/3... · One of the important roles in seeing the successful of

37

kandung, anak laki-laki saudara sebapak dan generasi

dibawahnya, paman kandung, paman sebapak, anak laki-laki

paman kandung, anak laki-laki paman sebapak.

2) Ashobah bil Ghairi

Ashobah bil ghairi ialah tiap wanita yang mempunyai

furudh tapi dalam mawarits menerima ushubah memerlukan

orang lain dan dia bersekutu dengannya untuk menerima

ushubah itu.51

Mereka adalah:

a) Satu anak perempuan atau lebih, yang ada bersama anak

laki-laki,

b) Satu cucu perempuan dari anak laki-laki atau lebih, yang

ada bersama cucu laki-laki dari anak laki-laki.

c) Satu orang perempuan kandung atau lebih yang ada

bersama saudara kandung.

d) Satu orang saudara perempuan sebapak atau lebih yang

ada bersama saudara laki-laki sebapak.

3) Ashobah Ma‟al Ghair

Ahobah ma‟al ghair ialah tiap wanita yang memerlukan

orang lain dalam menerima ushubah. Sedangkan orang lain itu

tidak bersekutu menerima ushubah tersebut.52

Mereka adalah:

a) Seorang saudara perempuan kadung atau lebih, yang ada

bersama anak perempuan atau cucu perempuan dari anak

laki-laki.

b) Seorang saudara perempuan sebapak atau lebih, yang ada

bersama anak perempuan atau cucu perempuan dari anak

laki-laki.

c. Dwawil Arham

Dzawil arham ialah keluarga yang tidak memiliki hak waris

menurut furudhh dan bukan termasuk ashobah.53

Dengan kata lain,

51Ibid., h. 147.

52

Ibid., h.153.

Page 49: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29168/3... · One of the important roles in seeing the successful of

38

mereka yang tidak termasuk ashabul furudhh dan tidak termasuk

ashabul ashobah.

Dzawil arham baru diakui keberadaannya jika si mayit

tidak memiliki ahli waris. Jika dzawil arham itu satu orang, dia

mewarisi seluruh harta warisan, sebagaimana yang diterima oelah

seorang yang berhak menerima ashobah.

7. Cara Pembagian Warisan

Jika kita ingin membagi harta warisan kepada orang-orang yang

berhak setelah lunas semua utang dan melaksanakan semua wasiat si

mayit, kita harus mengetahui siapa saja yang berhak mendapatkan warisan.

Salah satu metode yang digunakan untuk mempermudah

perhitungan pembagian warisan adalah metode ushul masail/asal masalah.

Metode asal masalah ialah suatu cara menyelesaikan pembagian warisan

dengan mencari dan menetapkan asal masalah KPT yakni Kelipatan

Persekutuan bilangan Terkecil.54

Misal angka dua puluh empat (24)

menjadi asal masalah dari ahli waris dengan bagian 1/8, 1/2, dan 1/6,

sebab angka 6 dapat dibagi dengan angka 8 yang merupakan penyebut dari

1/8, dapat dibagi angka 2 yang merupakan penyebut dari 1/2, dan dapat

dibagi 6 yang merupakan penyebut dari 1/6.

Adapun langkah-langkah dalam metode asal masalah ini adalah

sebagai berikut:

a. Menyeleksi orang-orang yang menjadi dzawil furudh, dzawil ashobah,

dan dzawil arham;

b. Menentukan siapa saja ahli waris yang terhijab/terhalang sehingga

tidak mendapatkan bagian;

c. Menentukan bagian masing-masing dzawil furudh;

d. Menentukan asal masalah dan proses perhitungan.

53Muhammad Thaha Abul Ela Khalifah, Hukum Waris: Pembagian Warisan Berdasarkan

Syariat Islam, (Solo: PT. Tiga Serangkai Pusaka Mandiri. 2007), h. 541. 54

Budi Ali Hidayat, Memahami Dasar... h.61.

Page 50: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29168/3... · One of the important roles in seeing the successful of

39

Contoh soal:

Seseorang meninggal dunia dengan meninggalkan ahli waris yang

terdiri atas suami, 1 orang anak perempuan, ibu, 1 cucu perempuan dari

anak perempuan, 1 saudara laki-laki sekandung, 1 paman yang

sekandung dengan bapak. Harta yang ditinggalkan si mayit sebesar Rp.

24.000. 000,-.

Langkah pertama: Menentukan dzawil furudh, dzawil ashobah, dan

dzawil arham.

Dzawil furudh terdiri dari: suami, 1 orang anak perempuan, dan ibu.

Dzawil ashobah terdiri dari: saudara sekandung dan paman yang

sekandung dengan bapak. Dan dzawil arham terdiri dari: cucu

perempuan dari anak perempuan.

Langkah kedua: Menentukan ahli waris yang ter-hijab/terhalang.

Cucu perempuan dari anak perempuan terhijab oleh Dzawil furudh dan

dzawil ashobah, dan paman yang sekandung dengan bapak terhijab oleh

saudara sekandung.

Langkah ketiga: Menentukan bagian dzawil furudh.

Suami mendapatkan bagian 1/4 karena si mayit meninggalkan anak, 1

anak perempuan mendapatkan bagian 1/2 karena tidak ada muashib dan

juga mumatsil, ibu mendapatkan bagian 1/6 karena si mayit

meninggalkan anak.

Langkah keempat: Menentukan asal masalah dan proses perhitungan.

Suami mendapatkan bagian 1/4, 1 anak perempuan mendapatkan 1/2,

dan ibu mendapatkan 1/6, dengan demikian asal masalahnya adalah 12,

sebab angka 12 merupakan angka terkecil yang dapat dibagi dengan

penyebut 4, 2, dan 6. Adapun perhitungannya adalah:

Suami = 1/4 x 12 = 3 (3/12)

1 anak perempuan = 1/2 x 12 = 6 (6/12)

Ibu = 1/6 x 12 = 2 (2/12)

Page 51: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29168/3... · One of the important roles in seeing the successful of

40

1 saudara sekandung selaku ashobah mendapatkan mendapatkan sisa 1

(1/12), sehingga jumlahnya menjadi genap yaitu 12 sesuai asal masalah,

yaitu 11 untuk Dzawil furudh dan 1 untuk dzawil ashobah.

Maka bagian masing masing adalah:

Suami = 3/12 x Rp. 24.000.000, = Rp. 6.000.000,-

1 anak perempuan = 6/12 x Rp. 24.000.000, = Rp. 12.000.000,-

Ibu = 2/12 x Rp. 24.000.000, = Rp. 4.000.000,-

1 saudara lk sekandung = 1/12 x Rp. 24.000.000, = Rp. 2.000.000,-

Jumlah = Rp. 24.000.000,-

Page 52: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29168/3... · One of the important roles in seeing the successful of

41

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Adapun tempat yang dijadikan tempat penelitian dalam penelitian

ini adalah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Waktu Penelitian

Adapun waktu dalam penelitian ini terhitung dari bulan September

2014 sampai 14 April 2015.

B. Variabel Penelitian

Kata “Variabel” berasal dari bahasa Inggris “Variable” yang berarti

“Ubahan” faktor tak tetap atau gejala yang dapat berubah.1

Dalam penelitian ini ada 2 variabel:

1. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi yaitu pelaksanaan

metode diskusi.

2. Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi yaitu tingkat

keberhasilan metode diskusi pada pembelajaran mata kuliah Fiqih

Mawaris di Jurusan PAI FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah kelompok besar individu yang mempunyai

karakteristik umum yang sama. Jadi, populasi adalah wilayah yang terdiri

1Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan,(Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada,

2010), cet. XXI, h. 36.

Page 53: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29168/3... · One of the important roles in seeing the successful of

42

subjek dan objek yag mempunyai karakteristik tertentu yang ditetapkan

peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya dan merupakan

keseluruhan objek penelitian.

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh mahasiswa

PAI Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Sampel

Yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah sebagian

mahasiswa PAI semester III angkatan 2013/2014 Kelas A dan B.

Mahasiswa PAI semester III angkatan 2013/2014 dipilih, karena pada

semester sebelumnya mahasiswa semester ini baru saja mendapatkan

mata kuliah Fiqih Mawaris.

D. Metode Penelitian

Adapun dalam penelitian ini penulis mengambil metode sebagai berikut:

1. Penelitaian Kepustakaan (Librari Research)

Penelitian kepustakaan adalah penelitian yang dilakukan dengan

cara membaca, mempelajari, dan meneliti berbagai buku, majalah, surat

kabar serta dokumen-dokumen yang berhubungan dengan masalah yang

akan penulis bahas, baik buku-buku yang penulis miliki maupun buku-

buku perpustakaan.

2. Penelitian Lapangan (Field Research)

Penelitian lapangan adalah penelitian yang dilakukan dengan

mengadakan penelitian langsung terhadap objek yang akan dituju untuk

memperoleh dan mengumpulkan data yang diperlukan.

E. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian

ini sebagai berikut:

1. Angket

Angket merupakan teknik penelitian yang banyak memiliki

kesamaan dengan teknik wawancara, kecuali dalam pelaksanaannya.

Page 54: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29168/3... · One of the important roles in seeing the successful of

43

Angket dilakukan secara tertulis, sedangkan wawancara dilakukan secara

lisan. Pada penelitian ini pegumpulan data yang dilakukan dengan cara

memberikan daftar pertanyaan dalam bentuk tertutup atau terstruktur yang

berkaitan dengan pelaksanaan dan tingkat keberhasilan metode diskusi

yang sebelumnya telah disusun peneliti dan kemudian responden diminta

untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut.

2. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi yang penulis pilih adalah nilai mata kuliah

Fiqih Mawaris mahasiswa PAIsemester II yang menggunakan metode

diskusi yang di dapat dari dokumentasi jurusan PAI FITK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

F. Teknik Analisis Data

Data yang penulis kumpulkan terdiri dari dua macam data, yaitu data

mengenai pelaksanaan metode diskusi yang diambil dari hasil angket yang

telah dijumlahkan skornya dan data mengenai keberhasilan yang diambil dari

nilai semester mata kuliah Fiqih Mawaris.

Untuk memberikan data tentang pelaksnaan metode diskusi yang diperoleh

melalui angket diberi skor sebagai berikut: Poin a skor 5, poin b skor 4, poin

c skor 3, dan d skor 1 (untuk pernyataan positif) dan sebaliknya untuk

pernyataan negatif. Bobot 5, 4, 3, 2 menunjukan urtutan tingkat karena

datanya berupa data ordinal. Pemberian skor berbobot 2, 3, 4 dan 5 tersebut

mempunyai arti tersendiri. Bobot 5 menyatakan angat efektif, bobot 4

menyatakan efektf, bobot 3 menyatakan kurang efektif, dan bobot 2

menyatakan tidak efektif.

Dalam menganalisis data mengenai pelaksanaan metode diskusi, penulis

mengecek dan memilih jawaban yang lengkap, kemudian memberi skor, dan

setelah itu dilanjutkan dengan mentabulasi data dalam daftar tabulasi

sehingga diketahuilah skor X dari tiap responden.

Analisa mengenai tingkat keberhasilan, penulis mencari nilai Fiqih

Mawaris mahasiswa PAI. Dari nilai-nalai tersebut diperoleh nilai Y dari tiap

Page 55: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29168/3... · One of the important roles in seeing the successful of

44

responden berdasarkan nilai-nilai tersebut. Setelah nilai X dan Y diketahui

dimasukan kedalam tabulasi sesuai dengan rumusan yang digunakan dan

selanjutnya akan diketahui tingkat korelasi pada kedua variabel tersebut.

Untuk menganalisis hubungan kedua variabel digunakan teknik analisis

korelasi product moment dengan rumus:

Keterangan:

rxy = Angka Indeks Korelasi “r” Product Moment.

N = Number Of Cases.

∑X2= Jumlah dari seluruh skor variabel X, setelah terlebih dahulu

dikuadratkan.

∑Y2 = Jumlah dari seluruh skor Y, setelah terlebih dahulu dikuadratkan.

(X-Y) = Selisih antara variabel X dengan skor variabel Y.

(X-Y)2 = Kuadrat dari selisih antara variabel X dan variabel Y.

(∑X)2= Jumlah dari seluruh skor variabel X, setelah terlebih dahulu

dikuadratkan.

(∑Y)2= Jumlah dari seluruh skor variabel Y, setelah terlebih dahulu

dikuadratkan.

2 = Bilangan konstan (tidak boleh diubah-ubah).2

Setelah menganalisis hubungan 2 variabe diatas, penulis memberikan

interpretasi terhadap angka indeks korelasi “r” product moment serta menark

kesimpulan dengan 2 cara:

1. Memberi interpretasi secara kasar/sederhana yaitu dengan mencocokan

hasil penelitian dengan angka indeks korelasi “r” product moment yang

dengan uraian seperti dibawah ini:

± 0,00 Tidak berkorelasi

± 0,01 s/d ± 0,20 Korelasi sangat rendah

± 0,21 s/d ± 0,40 Korelasi rendah

± 0,41 s/d ± 0,60 Korelasi agak rendah

± 0,61 s/d ± 0,80 Korelasi cukup

2Ibid., h. 217.

Page 56: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29168/3... · One of the important roles in seeing the successful of

45

± 0,81 s/d ± 0,99 Korelasi tinggi

± 1,00 Korelasi sangat tinggi

2. Memberi interpretasi dengan cara berkonsultasi pada tabel nilai “r”

product moment.

Untuk lebih memudahkan interpretasi terhadap angka indeks korelasi “r”

product momentdapat ditempuh dengan jalan berkonsultasi pada tabel “r”

poduct moent, prosedurnya sebagai berikut:

a. Merumuskan Hipotesis alternatif (Ha) dan. Hipotesis Nihil (Ho)

b. Menguji kebenaran hipotesis yang telah diajukan dengan jalan

membandingkan beberapa “r” yang diperoleh dalam proses perhitungan

atau “r” observasi (ro) dengan besarnya “r” yang tercantum dalam niali (rt)

baik pada taraf signifikansi 1% maupun pada taraf signifikansi 5% dengan

terlebih dahulu mencari derajat bebas (db) atau degrees of freedom-nya

(df) dengan rumus:

df = N – nr

df = Degrees of Freedom

N = Number of Cases

Nr = Banyaknya variabel yang dikorelasikan

Jika (ro) sama dengan atau lebih besar daripada (rt), maka hipotesis

alternatif (Ha) diterima atau terbukti kebenarannya, sebaliknya hipotesis

nihil (Ho) tidak dapat diterima. Ini berarti hipotesis nihil yang menyatakan

tidak ada korelasi antara variabel X dan Variabel Y itu salah.

Jika (ro) kurang dari (rt), maka hipotesis nihil (Ho) diterima. Ini

berarti bahwa hipotesis alternatif yang menyatakan adanya korelasi antara

variabel X dan variabel Y itu tidak terbukti kebenarannya.

Page 57: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29168/3... · One of the important roles in seeing the successful of

46

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Jurusan Pendidikan Agama Islam (Pai)

Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Uin Syarif Hidayatullah

Jakarta

1. Sejarah dan Perkembangan program Studi

Menurut catatan sejarah, berdirinya IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta

itu di dasarkan padagagasan dan hasrat umat Islam yang merupakan mayoritas

bangsa Indonesia untuk mencetak kader pemimpin Islam yang diperlukan

bagi perjuangan dan pembangunan bangsa Indonesia.

Gagasan tersebut sebenarnya sudah muncul sejak penjajahan Belanda,

yaitu ketika Dr. Satiman Wirjosandjojo berusaha mendirikan Pesantren Luhur

sebagai Lembaga Pendidikan Tinggi Agama.

Usaha itu tidak berhasil karena adanya hambatan dari pihak Belanda.

Selanjutnya pada tahun 1940 Persatuan Guru Agama Islam (PGAI) di Padang

mendirikan Sekolah Tinggi Agama Islam (STI). Namu STI ini hanya berjalan

hingga tahun 1942 karena pendudukan Jepang di Indonesia. Di zaman

pendudukan Jepang usaha mendirikan Perguruan Tinggi Islam terus

dilakukan, hingga akhirnya pemerintah Jepang menjanjikan kepada umat

Islam Indonesia untuk mendirikan Lembaga Pendidikan Tinggi Agama di

Jakarta yang diketuai oleh Muhammad Hatta dengan sekretarisnya

Muhammad Natsir.

Page 58: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29168/3... · One of the important roles in seeing the successful of

47

Selanjutnya, pada tanggal 8 Juli 1945 bertepatan dengan 27 Rajab

1364 H., yayasan tersebut mendirikan Sekolah Tinggi Islam (STI) yang

berkedudukan di Jakarta dan dipimpin oleh Abdul Kahar Mudzakkir.

Di antara tokoh-tokoh yang berjasa dalam usaha mendirikan

Perguruan Tinggi tersebut adalah Dr. Muhammad Hatta, K.H. A Kahar

Mudzakir, K.H. Mas Mansur, K.H. Fathurrahman Kafrawi (1901-1969), dan

K.H. Farid Ma’ruf.

Akibat kepindahan Pusat Pemerintahan RI dari Jakarta ke Yogyakarta

pada tahun 1946, STI pun ikut pindah dan berganti nama menjadi Universitas

Islam Indonesia (UII) dengan fakultas-fakultas baru, sehingga UII memiliki 4

Fakultas, yaitu 1) Fakultas Agama; 2) Fakultas Hukum; 3) Fakultas Ekonomi;

4) Fakultas Pendidikan.

a. Periode ADIA (Akademi Dinas Ilmu Agama)

Di atas telah disebutkan bahwa pada UII terdapat Fakultas Agama.

Fakultas Agama ini kemudian dinegerikan dan berdiri sendiri menjadi

Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN) berdasarkan Peraturan

Pemerintah Nomor 34 Tahun 1950 dengan tujuan memberikan pengajaran

studi Islam tingkat tinggi dan menjadi pusat pengembangan serta

pendalaman ilmu pengetahuan agama Islam.

Berdasarkan perkembangan tersebut di atas, maka hari jadi PTAIN

ditetapkan pada tanggal 26 September 1950. PTAIN dipimpin oleh K.H.

Muhammad Adnan sebagai ketua Fakultas yang pada tahun 1951 telah

memiliki mahasiswa sebanyak 67 orang. PTAIN ini mempunyai 3 jurusan,

yaitu Tarbiyah, Qadla dan Dakwah.

Mahasiswa yang lulus ujian bakaloreat dan dektoral masing-masing

mendapat gelar Bachelor of Art dan Doctorandus dalam Ilmu Agama

Islam, dan mereka berhak diangkat dalam jabatan negeri.

Setelah PTAIN berdiri di Yogyakarta, pada tanggal 1 Juni 1957

berdiri pula Akademi Dinas Ilmu Agama (ADIA) di jakarta, dengan

Page 59: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29168/3... · One of the important roles in seeing the successful of

48

tujuan mendidik dan mempersiapkan pegawai negeri guna mendapatkan

ijazah pendidikan akademi dan semi akademi sehingga ia dapat menjadi

ahli didik agama pada Sekolah Menengah Umum, Sekolah Kejuruan dan

Sekolah Agama.

Hari jadi ADIA pada tanggal 1 Juni 1957 tersebut selanjutnya

ditetapkan sebagai hari jadi atau Dies Natalis UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta. Hal tersebut didasarkan pada pertimbangan bahwa pada

hakikatnya UIN Syarif Hidayatullah Jakarta adalah kelanjutan dari ADIA.

Lama belajar di ADIA berlangsung selama 5 tahun, yang terdiri dari

tingkat semi akademi 3 tahun, dan tingkat akademi 2 tahun.

Di ADIA terdapat 3 Jurusan, yaitu Jurusan Pendidikan Agama,

Jurusan Bahasa Arab dan Jurusan Khusus Imam Tentara. Pimpinan ADIA

dipercayakan kepada Prof. Dr. H. Mahmud Yunus sebagai Dekan, dan

Prof. H. Bustami A. Gani sebagai Wakil Dekan.

Sesuai dengan fungsinya sebagai akademi dinas, mahasiswa yang

mengikuti kuliah pada akademi ini terbatas hanya pada mahasiswa tugas

belajar yang terdiri atas pegawai/guru agama dalam lingkungan

Departemen Agama yang berasal dari wakil-wakil daerah di seluruh

Indonesia setelah diseleksi.

b. Periode IAIN

Dalam perkembangannya selama 10 tahun, PTAIN mengalami

kemajuan pesat, baik dari segi jumlah mahasiswa, maupun dari segi

keluasan Ilmu Agama Islam yang dipelajari. Ratusan mahasiswa

berdatangan dari berbagai penjuru tanah air, bahkan juga dari Malaysia.

Demikian juga perkembangan dalam bidang studi Agama Islam, sehingga

semakin di rasakan perlunya terhadap penambahan mata kuliah lain yang

mencakup berbagai aspek kehidupan umat manusia dan perkembangan

agama Islam.

Page 60: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29168/3... · One of the important roles in seeing the successful of

49

Dalam perkembangan selanjutnya, terutama dalam rangka

peningkatan pendid-ikan tinggi Islam, timbulah ide untuk menggabungkan

PTAIN yang ada di Yogyakarta dengan ADIA yang ada di Jakarta dalam

bentuk universitas atau institut. Usaha tersebut akhirnya terlaksana dengan

keluarnya Peraturaan Presiden Republik Indonesia Nomor 11 tahun 1960,

pada tanggal 24 Agustus 1960 bertepatan dengan tanggal 2 Rabi’ul Aw-

wal 1380 Hijriah. Dengan demikian nama Institut Agama Islam Negeri

(IAIN) dapat dires-mikan oleh Menteri Agama dalam suatu upacara yang

bertempat di Gedung Kepatihan Yogyakarta.

PTAIN yang ada di Yogyakaarta berubah statusnya menjadi

Fakultas Ushu-luddin dan Fakultas Syari’ah. Sedangkan ADIA yang ada

di Jakarta di ubah menjadi Fakultas Tarbiyah dan Fakultas Adab. Jurusan

PAI merupakan salah satu jurusan yang ada pada Fakultas Tarbiyah saat

itu.

c. Periode IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Seiring dengan perkembangan IAIN yang demikian cepat yang di

tandai dengan adanya fakultas-fakultaas yang tersebar di seluruh

Indonesia, maka dipandang perlu untuk mengembangkan IAIN yang

berpusat di Yogyakarta menjadi institut yang masing-masing berdiri

sendiri. Berdasarkan Keputusan Menteri Agama RI Nomor 49 Tahun

1963, maka di putuskan adanya dua IAIN, masing-masing IAIN Sunan

Kalijaga di Yogyakarta, dan IAIN Syarif Hidaytullah di Jakarta.

Sehubungan dengan pengembangan tersebut, maka dilakukan

pembagian wilayah koordinasi sebagai berikut:

1) IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta mengkoordinasikan fakultas-

fakultas yang berada di wilayah Jawa Tengah, Jawa Timur,

Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Irian Jaya.

2) IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta mengkordinasikaan fakultas-fakultas

yang berada di wilayah Jakarta, Jawa Barat, dan Sumatera.

Page 61: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29168/3... · One of the important roles in seeing the successful of

50

Peresmiaan pembagian wilayah koordinasi tersebut dilaksanakan

pada tanggal 18 Maret 1963 dalam suatu upacara yang di hadiri oleh

Menteri Agama Republik Indonesia bertempat di Aula IAIN Syarif

Hidayatullah Jakarta dan di lakukan serah terima jabatan dari Rektor IAIN

Sunan Kalijaga Yogyakarta, Prof. R. H. A. Sunarjo, SH kepada Rektor

IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Drs. H. Sunardjo.

Pada saat dilakukan serah terima jabatan tersebut, IAIN Syarif

Hidayatullah Jakarta telah memiliki empat fakultas, yaitu Fakultas

Tarbiyah, Fakultas Adab dan Fakultas Ushuluddin di Jakarta dan Fakultas

Syari’ah di Serang. Di samping itu, IAIN Jakarta juga mengkoordinasikan

Fakultas Tarbiyah dan Fakultas Syari’ah di Banda Aceh dan Palembang.

Kemudian dalam masa dua tahun sampai tahun 1965, dibuka fakultas-

fakultas baru, yaitu Fakultas Tarbiyah di Serang, Cirebon Padang daan

Pekanbaru, serta Fakultas Syari’ah Jambi.

Selanjutnya, berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia

Nomor 11 tahun 1997 tentang Perubahan Status Fakultas Daerah menjadi

Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN), maka Fakultas Tarbiyah

Pontianak berdiri sendiri sebagai STAIN Pontianak.

Pada masa Kepemimpinan Prof. Dr. Harun Nasution (1973-1984),

IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta di kenal luas sebagai “Kampus

Pembaharu”. Hal ini disebabkan karena Harun Nasution banyak

mengadakan pembaharuan-pembaharuan dalam pemikiran Islam dengan

menekankan Islam Rasional. Untuk itu, Prof. Dr. Harun Nasution

mengadakan perubahan kurikulum IAIN yang salah satunya dengan

memasukkan mata kuliah filsafat dan menyelenggarakan Program

Pascasarjana (PPs). PPs IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta merupakan PPs

pertama di lingkungan IAIN di seluruh Indonesia. PPs ini mengawali

kuliah perdananya pada tanggal 1 September 1982. Sejak saat itu secara

Page 62: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29168/3... · One of the important roles in seeing the successful of

51

bertahap dosen-dosen PAI melanjutkan pendidikannya ke jenjang S2 dan

S3.

d. Periode IAIN With Wider Mandate

IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai salah satu IAIN tertua di

Indonesia yang bertempat di Ibukota Jakarta, menempati posisi yang unik

dan strategis. Ia tidak hanya menjadi “Jendela Islam di Indonesia”, tetapi

juga sebagai simbol bagi kemajuan pembangunan nasional, khususnya di

bidang pembangunan sosial-keagamaan.

Sebagai upaya untuk mengintegrasikan ilmu umum dan ilmu agama,

lembaga ini mulai mengembangkan diri dengan konsep IAIN dengan

mandat yang lebih luas (IAIN with Wider Mandate) menuju terbentuknya

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Langkah konversi

ini mulai diintensifkan pada masa kepemimpinan Prof. Dr. Azyumardi

Azra, M.A.

Langkah perubahan bentuk IAIN menjadi UIN mendapat

rekomendasi dengan ditandatanganinya Surat Keputusan Bersama (SKB)

antara Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 4/U/KB/2001 dan Menteri

Agama RI Nomor 500/2001 tanggal 21 Nopember 2001. Selanjutnya

melalui suratnya Nomor 088796/MPN/2001 tanggal 22 Nopember 2001.

Seiring dengan itu, rancangan Keputusan Presiden tentang

Perubahan Bentuk IAIN menjadi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta juga

telah mendapat rekomendasi dan pertimbangan Menteri Pendayaan

Aparatur Negara RI dan Dirjen Anggaran Departemen Keuangan RI

Nomor 02/M-PAN/1/2002 tanggal 9 Januari 2002 dan Nomor S-490/MK-

2/2002 tanggal 14 Februari 2002. Rekomendasi ini merupakan dasar bagi

keluarnya Keputusan Presiden Nomor 031 tanggal 20 Mei Tahun 2002

tentang Perubahan IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta menjadi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Page 63: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29168/3... · One of the important roles in seeing the successful of

52

e. Periode UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (Mulai 20 Mei 2002)

Dengan keluarnya Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor

031 tanggal 20 Mei 2002 IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta resmi berubah

menjadi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Peresmiannya dilakukan oleh

Wakil Presiden Republik Indonesia, Hamzah Haz pada tanggal 8 Juni

2002 bersamaan dengan upacara Dies Natalis ke 45 dan Lustrum ke 9

serta pemancangan tiang pertama pembangunan kampus UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta melalu dana Islamic Development Bank (IDB).

Sepanjang sejarahnya, tokoh-tokoh yang pernah memimpin PAI

Fakultas Tarbiyah/FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta adalah:

1) Prof. Dr. H. Muardi Chatib

2) Prof. Dr. H. Moh. Ardani

3) Drs. H. Muallimi, M.A.

4) Drs. H. Aziz Martunus, M.Sc.

5) Prof. Drs. H. Muzayyin Arifin, M.Ed.

6) Drs. H. Amir Abyan

7) Drs. H. Ali Hasan (1993 – 1997)

8) Dr. H. Abdurrahman Ghazali, M.A (1997 – 2001)

9) Dr. H. Abdul Fattah Wibisono, MA ( 2001 - 2010)

10) H. Bahrissalim, M.Ag. ( 2010 – 2014)

11) Dr.H. Abdul Majid Khon, M.Ag. (2014 -2018).1

2. Visi, Misi dan Tujuan

a. Visi

Menjadi center of excelence dalam bidang pendidikan, penelitian

dan pengembangan Pendidikan Agama Islam pada tahun 2021di tingkat

1http://pai.fitk.uinjkt.ac.id/index.php/profil/sejarah-fakultas.html, pada tanggal 19 Mater 2015

pukul 10.18

Page 64: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29168/3... · One of the important roles in seeing the successful of

53

nasional dan Asean dengan mengintegrasikan nilai keilmuan dan

keindonesiaan

b. Misi

Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mengemban misi :

1) Menyelenggarakan pendidikan akademik yang professional, inovatif

dan efektif dalam bidang Pendidikan Agama Islam

2) Melaksanakan penelitian yang inovatif dalam bidang pendidikan dan

keislaman

3) Mengembangkan keilmuan bidang Pendidikan Agama Islam secara

integratif melalui kegiatan akademik

4) Menyebarluaskan hasil kajian keilmuan bidang Pendidikan Agama

Islam.

c. Tujuan

Dalam rangka mengemban misi tersebut, Jurusan atau Program

Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta bertujuan :

1) Menghasilkan tenaga pendidik Pendidikan Agama Islam yang

profesional

2) Menghasilkan pemikir Pendidikan Agama Islam yang produktif dan

kompetitif

3) Menghasilkan karya akademik yang berstandar nasional dan

internasional

4) Memberikan kontribusi pemikiran pada pengembangan Pendidikan

Agama Islam

5) Menghasilkan karya penelitian yang menjadi referensi dalam bidang

pendidikan

Page 65: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29168/3... · One of the important roles in seeing the successful of

54

6) Menghasilkan kajian keilmuan yang memberikan pengaruh pada

wacana dan praktek Pendidikan Agama Islam.2

3. Profil Lulusan dan Learning Outcomes (LO)

Sesuai dengan tujuan di atas profil lulusan Program Studi Pendidikan

Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta dan sesuai dengan hasil workshop diktis kemenag RI bersama

Program Studi PAI secara nasional Agustus 2014 sebagai berikut:

a. Utama

Menjadi Pendidik Pendidikan Agama Islam di Sekolah dan

Madrasah tingkat dasar dan menengah, berkepribadian yang baik,

berpengetahuan luas dan mutakhir di bidang pendidikan agama serta

mampu menerapkan teori-teori pendidikan dan pembelajaran.

b. Tambahan

1) Peneliti Pendidikan Agama Islam

2) Konselor Pendidikan Agama Islam di sekolah dan Madrasah

3) Pustakawan di Sekolah dan madrasah

4) Pemimpin sosial-keagamaan di sekolah/madrasah dan masyarakat

5) Jurnalis Pendidikan Agama Islam

6) Programmer Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

7) Sosiolog Pendidikan Agama Islam

8) Intrepreneur Pendidikan Agama Islam

9) Trainer Pendidikan Agama Islam

10) Juru Dakwah Pendidikan Agama Islam 3

2http://pai.fitk.uinjkt.ac.id/index.php/profil/visi-a-misi.html, pada tanggal 19 Mater 2015

pukul 10.20 3http://pai.fitk.uinjkt.ac.id/index.php/profil/profil-fakultas.html, pada tanngal 19 Maret 2015

pukul 10.23

Page 66: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29168/3... · One of the important roles in seeing the successful of

55

4. Dosen Jurusan Agama Islam

1. A. Basuni, Drs MA.

2. A. Syafi’i Noor, Prof. Dr.

3. Abdul Ghofur, MA.

4. Abdul Haris, Drs.M.Ag.

5. Abdul Majid Khon, Dr. MA.

6. Achmad Ghalib, Drs..MA.

7. Akhmad Sodiq, Dr. MA.

8. Aminudin Yakub, Drs. MA.

9. Bahrissalim, MA.

10. Dimyati, Dr.MA

11. Elo al-Bugis, Dra. MA.

12. Ghufron Ihsan, Drs. MA.

13. Heny Narendrani Hidayati, M.Pd.

14. Irfan Mufid, MA.

15. Khalimi,.Dr. MA

16. M. Soleh Hasan, Lc. MA.

17. Manerah, Dra.

18. Marhamah Saleh, Lc. MA

19. Masan AF., Drs. M.Pd.

20. Moh. Dahlan, Dr. M.Hum.

21. Muhammad Zuhdi, M.Ed, Ph.D

22. Munzier Suparta, Dr. MA

23. Nuraini Ahmad, Dra. M.Hum

24. Nurdin Idris, Drs. MA.

25. Rusdi Jamil, Drs. MA.

26. Sapiudin Shidiq, Drs. MA.

27. Siti Khadijah, MA.

Page 67: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29168/3... · One of the important roles in seeing the successful of

56

29. Sururin, Dr. M.Ag.

30. Tanenji, MA.

31. Wahdi Sayuti, S.Ag

32. Yudhi Munadi, MA.

33. Zaimuddin, Dr. MA.4

B. Deskripsi Data Setelah penulis mengajukan angket kepada mahasiswa, maka penulis

mendapatkan data sebagai berikut:

Table 4.1

Proses perkuliahan Fiqih Mawaris di kelas menggunakan metode diskusi

Option F %

Selalu

Sering

Kadang-Kadang

Tidak Pernah

27

0

1

0

96,42

0

3,57

0

Jumlah 28 100

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa proses perkuliahan

Fiqih Mawaris di kelas selalu menggunakan metode diskusi. Hal ini terlihat

96,42% atau 27 orang yang menyatakan proses perkuliahan Fiqih Mawaris di

kelas selalu menggunakan metode diskusi.

Tabel 4.2

Sikap mahasiswa terhadap proses perkuliahan Fiqih Mawaris menggunakan

metode diskusi

Option F %

4 http://pai.fitk.uinjkt.ac.id/index.php/staf-dosen.html, pada tanggal 19 Mater 2015 pukul 13.07

Page 68: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29168/3... · One of the important roles in seeing the successful of

57

Sangat Menyenangkan

Menyenangkan

Kurang Menyenangkan

Tidak Menyenangkan

6

17

5

0

21,42

60,71

17,85

0

Jumlah 28 100

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa proses perkuliahan

Fiqih Mawaris dengan menggunakan metode diskusi menyenangkan. Hal ini

dapat dilihat 60,71% atau 17 orang menyatakan proses perkuliahan Fiqih

Mawaris dengan menggunakan metode diskusi menyenangkan.

Tabel 4.3

Kesiapan mahasiswa dalam menggunakan metode diskusi dalam proses

perkuliahan Fiqih Mawaris

Option F %

Sangat Siap

Siap

Kurang Siap

Tidak Siap

3

21

4

0

10,71

75

14,28

0

Jumlah 28 100

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa mahasiswa siap dalam

menggunakan metode diskusi dalam proses perkuliahan Fiqih Mawaris. Hal ini

dapat dilihat 75% atau 21 orang menyatakan siap dalam menggunakan metode

diskusi.

Tabel 4.4

Page 69: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29168/3... · One of the important roles in seeing the successful of

58

Proses perkuliahan Fiqih Mawaris yang menggunakan metode diskusi sudah

sesuai dengan tujuan perkuliahan, yaitu pemecahan masalah

Option F %

Sangat Sesuai

Sesuai

Kurang Sesuai

Tidak Sesuai

4

18

6

0

14,28

64,28

21,42

0

Jumlah 28 100

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa proses perkuliahan

Fiqih Mawaris yang menggunakan metode diskusi sesuai dengan tujuan, yaitu

pemecahan masalah. Hal ini terlihat 64,28% atau 18 orang menyatakan sesuai.

Tabel 4.5

Pelaksanaan diskusi pada perkuliahan Fiqih Mawaris berlangsung demokratis

Option F %

Sangat Demokratis

Demokratis

Kurang Demokratis

Tidak Demokratis

3

18

7

0

10,71

64,28

25

0

Jumlah 28 100

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa pelaksanaan diskusi

para proses perkuliahan Fiqih Mawaris berlangsung demokratis. Hal ini dapat

dilihat 64,28% atau 18 orang menyatakan pelaksanaannya berlangsung

demokratis.

Tabel 4.6

Page 70: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29168/3... · One of the important roles in seeing the successful of

59

Kesiapan dosen dalam menyajikan perkuliahan Fiqih Mawaris yang

menggunakan metode diskusi

Option F %

Sangat Siap

Siap

Kurang Siap

Tidak Siap

9

17

2

0

32,14

60,71

7,14

0

Jumlah 28 100

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa dosen siap dalam

menyajikan perkuliahan Fiqih Mawaris menggunakan metode diskusi. Hal ini

dapat dilhat 60,71% atau 17 orang menyatakan dosen siap dalam

menyajikannya.

Tabel 4.7

Perhatian dosen saat berlangsungnya diskusi

Option F %

Sangat Memperhatikan

Memperhatikan

Kurang Memperhatikan

Tidak Memperhatikan

6

17

5

0

21,42

60,71

17,85

0

Jumlah 28 100

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa dosen memperhatikan

berjalannya diskusi. Hal ini dapat dilihat 60,71% atau 17 orang yang

menyatakan dosen memperhatikan saat berlangsungnya diskusi.

Tabel 4.8

Page 71: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29168/3... · One of the important roles in seeing the successful of

60

Pelaksanaan diskusi pada perkuliahan Fiqih Mawaris di kelas berlangsung

hidup

Option F %

Sangat Hidup

Hidup

Kurang Hidup

Tidak Hidup

4

14

9

1

14,28

50

32,14

3,57

Jumlah 28 100

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa pelaksanaan diskusi

pada perkuliahan Fiqih Mawaris di kelas berlangsung hidup. Hal ini dapat

dilihat 50% atau 14 orang menyatakan bahwa pelaksanaan diskusi di kelas

berlangsung hidup.

Tabel 4.9

Sebelum diskusi dilaksanakan responden telah membaca buku tentang

masalah yang akan didiskusiskan

Option F %

Selalu

Sering

Kadang-Kadang

Tidak Pernah

1

5

21

1

3,57

17,85

75

3,57

Jumlah 28 100

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa sebelum pelaksanaan

diskusi mahasiswa kadang-kadang membaca buku tentang masalah yang akan

didiskusiskan. Hal ini terlihat 75% atau 21 orang menyatakan kadang-kadang

membaca buku sebelum dilaksanakannya diskusi.

Tabel 4.10

Page 72: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29168/3... · One of the important roles in seeing the successful of

61

Setelah dilaksanakan diskusi mahasiswa dapat berpikir kritis

Option F %

Sangat Kritis

Kritis

Kurang Kritis

Tidak Kritis

2

15

11

0

7,14

53,57

39,28

0

Jumlah 28 100

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa setelah pelaksanaan

diskusi di kelas mahasiswa mempunyai pikiran yang kritis. Hal ini dapat dilihat

dari 53,37% atau 15 orang menyatakan dapat berpikir kritis setelah

diadakannya diskusi.

Tabel 4.11

Keaktifan mahasiswa dalam diskusi

Option F %

Sangat Aktif

Aktif

Kurang Aktif

Tidak Aktif

1

7

19

1

3,57

25

67,85

3,57

Jumlah 28 100

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa mahasiswa di kelas

kurang aktif berdiskusi. Hal ini dapat lihat 67,85% atau 19 orang yang

menyatakan kurang aktif berdiskusi.

Tabel 4.12

Page 73: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29168/3... · One of the important roles in seeing the successful of

62

Mahasiswa mencatat hal-hal yang dianggap penting dari hasil diskusi

Option F %

Selalu

Sering

Kadang-Kadang

Tidak Pernah

8

6

13

1

28,57

21,42

46,42

3,57

Jumlah 28 100

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa mahasiswa kadang-

kadang mencatat hal-hal yang dianggap penting dari hasil diskusi. Hal ini dapat

dilihat 46,42% atau 13 orang menyatakan kadang-kadang mencatat hal-hal yang

dianggap penting dari hasil diskusi.

Tabel 4.13

Pengetahuan mahasiswa setelah pelaksanaan diskusi

Option F %

Sangat Mendalam

Mendalam

Kurang Mendalam

Tidak mendalam

0

17

9

1

0

60,71

32,14

3,57

Jumlah 28 100

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa pengetahuan

mahasiswa setelah pelaksanaan diskusi menjadi mendalam. Hal ini dapat dilihat

60,71% atau 17 orang menyatakan pengetahuannya menjadi mendalam setelah

pelaksanaan diskusi.

Tabel 4.14

Page 74: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29168/3... · One of the important roles in seeing the successful of

63

Dalam pelaksanaan diskusi mahasiswa mengemukakan pendapat

Option F %

Selalu

Sering

Kadang-Kadang

Tidak Pernah

1

2

19

6

3,57

7,14

67,85

21,42

Jumlah 28 100

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa dalam pelaksanaan

diskusi mahasiswa kadang-kadang mengemukakan pendapat. Hal ini dapat

dilihat 67,85% atau 19 orang menyatakan kadang-kadang mengemukakan

pendapat saat berjalannya diskusi.

Tabel 4.15

Metode diskusi membuat wawasan mahasiswa luas

Option F %

Sangat Luas

Luas

Kurang Luas

Tidak Luas

4

20

4

0

14,28

71,42

14,28

0

Jumlah 28 100

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa metode diskusi dapat

menjadikan wawasan mahasiswa menjadi luas. Hal ini dapat dilihat 71,42%

atau 20 orang yang menyatakan bahwa metode diskusi dapat menjadikan

wawasan menjadi luas.

Tabel 4.16

Page 75: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29168/3... · One of the important roles in seeing the successful of

64

Penilaian mahasiswa terhadap pelayanan dosen Fiqih Mawaris dalam diskusi

Option F %

Sangat Puas

Puas

Kurang Puas

Tidak Puas

3

20

4

1

10,71

71,42

14,28

3,57

Jumlah 28 100

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa mahasiswa puas

terhadap pelayanan dosen Fiqih Mawaris dalam diskusi. Hal ini dapat dilihat

71,42% atau 20 orang yang menyatakan puas terhadap pelayanan dosen Fiqih

Mawaris dalam diskusi.

Tabel 4.17

Penilaian mahasiswa terhadap kesiapan para penyaji dalam diskusi

Option F %

Sangat Puas

Puas

Kurang Puas

Tidak Puas

0

16

10

2

0

57,14

35,71

7,14

Jumlah 28 100

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa mahasiswa puas

dengan kesiapan para penyaji dalam menggunakan metode diskusi. Hal ini

dapat terlihat 57,14% atau 15 orang menyatakan puas dengan kesiapan para

penyaji dalam diskusi.

Tabel 4.18

Page 76: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29168/3... · One of the important roles in seeing the successful of

65

Pelaksanaan metode diskusi dengan jumlah mahasiswa yang banyak

Option F %

Sangat Sesuai

Sesuai

Kurang Sesuai

Tidak Sesuai

2

8

18

0

7,14

28,57

64,28

0

Jumlah 28 100

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa pelaksanaan metode

diskusi dengan jumlah mahasiswa yang banyak kurang sesuai. Hal ini dapat

dilihat 64,28% atau 18 orang yang menyatakan kurang sesuai jika metode

diskusi dilaksanakan dengan jumlah mahasiswa yang banyak.

Tabel 4.19

Penilaian mahasiswa terhadap hasil perkuliahan Fiqih mawaris yang

menggunakan metode diskusi

Option F %

Sangat Memuaskan

Memuaskan

Kurang Memuaskan

Tidak Memuaskan

3

19

5

1

10,71

57,14

17,85

3,57

Jumlah 28 100

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa perkuliahan dengan

menggunakan metode diskusi hasilnya memuaskan. Hal ini dapat dilihat

57,14% atau 19 orang yang menyatakan perkuliahan Fiqih Mawaris dengan

menggunakan metode diskusi hasilnya memuaskan.

Tabel 4.20

Page 77: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29168/3... · One of the important roles in seeing the successful of

66

Sikap mahasiswa jika metode diskusi dalam perkuliahan Fiqih Mawaris

ditiadakan

Option F %

Sangat Setuju

Setuju

Kurang Setuju

Tidak Setuju

0

4

10

14

0

14,28

35,71

50

Jumlah 28 100

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa mahasiswa tidak setuju

jika metode diskusi dalam perkuliahan Fiqih Mawaris ditiadakan. Hal ini dapat

dilihat dari 50% atau 14 orang menyatakan tidak setuju jika metode diskusi

dalam perkuliahan Fiqih Mawaris ditiadakan.

C. Analisis Data

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel metode

pelaksanaan metode diskusi atau sebagai variabel bebas (varabel X) dan tingkat

keberhasilan metode diskusi atau variabel terikat (variabel Y). Variabel

pelaksanaan metode diskusi penulis peroleh dari angket yang diajukan kepada

28 orang mahasiswa semester III dengan jumlah butir soal sebanyak 20 soal

dan setiap item diberi skor, yang nantinya skor ini dijumlahkan totalnya pada

masing-masing mahasiswa. Untuk memperoleh skor ini akan tampilkan dalam

tabel sebagai berikut:

Tabel 4.21

Nilai hasil angket pelaksanaan metode diskusi dalam perkuliahan Fiqih

Mawaris (variabel X)

Subjek Nilai

Page 78: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29168/3... · One of the important roles in seeing the successful of

67

1 76

2 71

3 84

4 66

5 76

6 71

7 80

8 83

9 71

10 79

11 75

12 80

13 77

14 98

15 76

16 84

17 81

18 79

19 76

20 72

21 65

22 72

23 56

24 79

25 70

26 69

27 84

Page 79: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29168/3... · One of the important roles in seeing the successful of

68

28 77

Jumlah 2127

Rata-rata 75,96

Sedangkan variabel tingkat keberhasilan metode diskusi penulis ambil

dari nilai mata kuliah Fiqih Mawaris. Untuk perolehan nilai mata kuliah Fiqih

Mawaris penulis tampilkan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 4.22

Nilai mata kuliah Fiqih Mawaris (variabel Y)

Subjek Nilai

1 75

2 81

3 80

4 80

5 93

6 90

7 87

8 79

9 72

10 75

11 71

12 78

13 75

14 80

15 88

16 75

17 78

Page 80: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29168/3... · One of the important roles in seeing the successful of

69

18 87

19 90

20 81

21 84

22 89

23 90

24 74

25 77

26 85

27 81

28 74

Jumlah 2269

Rata-rata 81,03

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui nilai tertinggi, nilai terendah,

dan nilai rata-rata mata kuliah Fiqih Mawaris. Nilai tertinggi yaitu 93, nilai

terendah yaitu 71, dan nilai rata-rata yaitu 81,03. Penulis akan membuat tabel

katagori untuk pelaksanaan metode diskusi sebagai berikut:

Tabel 4.23

Penjumlahan dengan menggunakan korelasi product moment

Subject X Y X2 Y2 (X-Y) (X-Y)2

1 76 75 5776 5625 1 1

2 71 81 5041 6561 -10 100

3 84 80 7056 6400 4 16

4 66 80 4356 6400 -14 196

5 76 93 5776 8649 -17 289

6 71 90 5041 8100 -19 361

7 80 87 6400 7569 -7 49

Page 81: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29168/3... · One of the important roles in seeing the successful of

70

8 83 79 6889 6241 4 16

9 71 72 5041 5184 -1 1

10 79 75 6241 5625 4 16

11 75 71 5625 5041 4 16

12 80 78 6400 6084 2 4

13 77 75 5929 5625 2 4

14 98 80 9604 6400 18 324

15 76 88 5776 7744 -12 144

16 84 75 7056 5625 9 81

17 81 78 6561 6084 3 9

18 79 87 6241 7569 -8 64

19 76 90 5776 8100 -14 196

20 72 81 5184 6561 -9 81

21 65 84 4225 7056 -19 361

22 72 89 5184 7921 -17 289

23 56 90 3136 8100 -34 1156

24 79 74 6241 5476 5 25

25 70 77 4900 5929 -7 49

26 69 85 4761 7225 -16 256

27 84 81 7056 6561 3 9

28 77 74 5929 5476 3 9

28 2127 2269 163201 184931 -142 4122

=N ∑X ∑Y ∑X2 ∑Y2

∑(X-

Y)2

Page 82: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29168/3... · One of the important roles in seeing the successful of

71

D. Interpretasi Data

Pengolahan data mengenai korelasi antara metode diskusi dengan tingkat

keberhasilan mahasiswa diperoleh “r” hitung sebesar – 0,272 . Jadi secara kasar

atau sederhana dapat ditarik kesimpulan bahwa angka – 0,272 menunjukan

bahwa tidak ada korelasi, setelah penulis mencocokan dengan standar angka

product moment pada bab III dengan kriteri 0 tidak ada korelasi.

Sedangkan setelah mendapat “r” hitung sebesar – 0,272, maka nilai “r”

hitung tersebut dikonsultasikan dengan “r” tabel product moment. Kemudian

interpretasi dengan menggunakan tabel nilai “r” : df = N-nr, yaitu 28-2 = 26.

Dengan memeriksa tabel nilai “r” product moment ternyata dengan df sebesar

26 pada taraf signifikansi 5% diperoleh “r” tabel = 0,374 dan pada taraf

signifikansi 1% “r” tabel sebesar 0,478. Karena “r” tabel lebih besar dari r hitung,

baik itu pada taraf signifikansi 5% (-0, 272<0,-374) maupun pada taraf

signifikansi 1% (-0,272<0,478), maka Hipotesis nihil diterima dan Hipotesis

Page 83: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29168/3... · One of the important roles in seeing the successful of

72

alternatif ditolak. Ini berarti tidak ada korelasi yang signifikan antara efektivitas

metode diskusi dengan hasil belajar mahasiswa Pendidikan Agama Islam

Fakultas Ilmu Tarbyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 84: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29168/3... · One of the important roles in seeing the successful of

72

72

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah menjelaskan bab demi bab sebelumnya, tentang efektivitas

metode diskusi dalam proses pembelajaran Fiqih Mawaris di Jurusan Pendidikan

Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, maka penulis menyimpulkan bahwa efektifitas metode dalam proses

pembelajaran Fiqih Mawaris di Jurusan Pendidikan Agama Islam termasuk

dalam kategori efektif. Hal ini dapat dilihat dari dua aspek, yaitu aspek proses

dan juga hasil.

1. Proses pebelajaran Fiqih Mawaris dengan menggunakan metode diskusi

berjalan efektif. Hal ini dapat dihat dari hasil anggket yang menunjukan

bahwa pembelajaran Fiqih Mawaris dengan menggunaan metode diskusi

berlangsung menyenangkan, kesiapan mahasiswa menggunakan metode

diskusi, kesesuaian dengan tujuan perkuliahan, yaitu pemecahan masalah,

diskusi berjalan demokratis, kesiapan dosen menyajikan perkuliahan dengan

metode diskusi, dosen memperhatikan jalannya diskusi agar diskusi berjalan

efektif, diskusi berlangsung hidup, setelah pelaksaan diskusi pemikiran

mahasiswa menjadi kritis, pemehaman mahasiswa tentang Fiqih Mawaris

setelah diskusi menjadi lebih mendalam, metode diskusi memperluas

pemahaman mahasiswa tentang Fiqih Mawaris, kepuasan mahasiswa terhadap

pelayanan dosen Fiqih mawaris yang menggunakan metode diskusi, kepuasan

mahsiswa terhadap kesiapan para penyaji diskusi, kepuasan mahasiswa

Page 85: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29168/3... · One of the important roles in seeing the successful of

73

73

terhadap hasil perkuliahan Fiqih Mawaris dengan menggunakan metode

diskusi, mahasiswa sangat tidak setuju jika metode diskusi dalam perkuliahan

Fiqih Mawaris ditiadakan.

2. Keberhasilan metode diskusi dalam pembelajaran Fiqih Mawaris di Jurusan

Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah Keguruan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta hasilnya memuaskan. Ini dapat dilihat dari nilai rata-rata

responden pada mata kuliah ini yang mencapai 81,03.

B. Saran

Berdasarkan angket yang telah diajukan kepada responden tentang efektivitas

metode diskusi dalam pembelajaran Fiqih Mawaris, ada beberapa catatan penting

yang harus diperhatikan agar pelaksanaan diskusi berjalan lebih efektif lagi:

1. Dosen hendaknya mewajibkan mahasiswa untuk membuat resume pada setiap

materi/pembahasan pada setiap pertemuan, agar mahasiswa lebih

memperhatikan jalannya diskusi dan mencatat hal-hal penting dari hasil

diskusi.

2. Dosen hendak menyarankan mahasiswa untuk mengkaji pustaka yang

berkaitan dengan materi/pembahasan sebelum diskusi dilaksanakan.

3. Pihak Universitas hendaknya membagi ke dalam kelompok dengan jumlah

yang lebih ideal berhubung jenis diskusi yang digunakan adalah diskusi kelas.

Karena semakin banyak jumlah mahasiswa di dalam kelas, semakin kurang

efektif jalannya diskusi.

4. Mengingat Fiqih Mawaris merupakan ilmu yang memiliki karakter khusus

bila dibandingkan dengan ilmu fiqih lainnya, alangkah baiknya bila mata

kuliah Fiqih Mawaris dipelajari satu semester penuh tampa digabung menjadi

Fiqih Munakahat yang disatukan menjadi Fiqih II. Dengan begitu, ilmu yang

didapat oleh mahasiswa akan lebih mendalam.

Page 86: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29168/3... · One of the important roles in seeing the successful of

74

74

Page 87: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29168/3... · One of the important roles in seeing the successful of

DAFTAR PUSTAKA

‘Abdul Azhim bin ‘Abdul Qowi Zakiyyudin al-Mundziri, Al-Hafid, Ringkasan

Hadits Shahih Bukhariy, Terj. dari Mukhtashar Shahih Bukhari

oleh Imam al-Mundziri, (Jakarta: Pustaka Amani), cet. II.

‘Abdul Azhim bin ‘Abdul Qowi Zakiyyudin al-MunDziri, Al-Hafid, Ringkasan

Shahih Muslim, Terj. Ringkasan Hadits Shahih Bukhariy oleh

Imam al-Mundziri, (Jakarta: Pustaka Amani), cet. II.

Abu Bakar, Alyasa, Ahli waris Sepertalian Darah, (Jakarta: Inis, 1998).

Ali Hidayat, Budi, Memahami Dasar-Dasar Ilmu Fara’id , (Bandung: Titian

ilmu, 2009).

Ali Hidayat, Budi, Memahami Dasar-Dasar Ilmu Fara’id , (Bandung: Titian

ilmu, 2009).

Al-Rasyid dan Samsul Nizar, Filsafat Pendndikan Islam “Pendekatan historis,

teoritis, dan Praktis”, (Ciputat: PT. Ciputat Press 2005).

Arief, Armai, Pengantar Ilmu Dan metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat

pers, 2002).

Ash-Siddieqy, Hasbi, Fiqhul Mawarits, (Jakarta: Bulan Bintang. 1973).

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:

Pusat Bahasa, 2005), cet. III.

http://pai.fitk.uinjkt.ac.id/index.php/profil/profil-fakultas.html.

http://pai.fitk.uinjkt.ac.id/index.php/profil/sejarah-fakultas.html.

http://pai.fitk.uinjkt.ac.id/index.php/profil/visi-a-misi.html.

http://pai.fitk.uinjkt.ac.id/index.php/staf-dosen.html.

Komite Fakultas Syariah Univesitas Al-Azhar, Mesir, Hukum Waris, (Jakarta:

Senayan Abadi Publishing, 2004).

Lampiran Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003,Tentang Sistem Pendidikan

Nasional.

LampiranPeraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16 Tahun 2004, tentang

Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.

M. Echol, Jhon dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (PT. Gramedia:

Jakarta, 2005), Cet. XXVI.

Majid, Abdul, Perencanaan Pembelajaran (Mengembangkan Standar Kompetensi

Guru), (Bandung: Pt. Remaja Rosda Karya, 2011), Cet. XI.

Majid, Abdul, PerencanaanPembelajaran, MengembangkanStandarKompetensi

Guru, (Bandung: PT. Rosdakarya, 2012), cet. IX.

Masitoh, Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran, (Direktorat Jendral Pendidikan

Islam Departemen Agama), cet. I.

Page 88: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29168/3... · One of the important roles in seeing the successful of

Muhibbin, Moh., Abdul Wahid, Hukum Kewarisan Islam Sebagai Pembaharuan

Hukum Positif di Indonesia (Jakarta: Sinar Grafika), cet. II.

Parman, Ali, Kewaisan Dalam Al-Quran: Suatu Kajian Hukum Dengan

Pendekatan Tafsir Tematik, (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada1995).

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

(Balai Pustaka Departemen Pendidikan dan Kebudayaan), cet.

X.

Rofiq, Ahmad, Fiqh Mawaris, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada).

Sabiq, Sayyid, Fiqih Sunnah, Jilid XIV, (Bandung: PT. Al-Ma’arif ).

Sanjaya,Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Proses Pendidikan, (Bandung,

Kencana Prenada Media Group, 2012), cet. XII.

Shihab, M. Quraish, Tafsir al-Misbah (Pesan, Kesan dan Keserasian al-Quran),

(Ciputat: Lentera Hati, 2000), cet. I.

Sudijono, Anas, PengantarStatistikPendidikan,(Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2010), cet. XXI.

Sumarno, Muljanto, Pengajaran Bahasa Asing, (Jakarta: Bulan Bintang, 2000),

cet. I.

Sumati dan Asra, Metode Pembelajaran, (Bandung: CV Wahana Priama, 2008),

cet. II.

Thaha Abul Ela Khalifah, Muhammad, Hukum Waris: Pembagian Warisan

Berdasarkan Syariat Islam, (Solo: PT. Tiga Serangkai Pusaka

Mandiri. 2007).

Page 89: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29168/3... · One of the important roles in seeing the successful of

KISI-KISI INSTRUMEN

EFEKTIVITAS METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN

FIQIH MAWARIS

No Indikator No. Item Jumlah

Butir

1.

2.

3.

Frekuensi peggunaan metode

diskusi

Efektivitas proses berjalannya

diskusi di kelas

Efektivitas hasil belajar dengan

menggunakan metode diskusi

1

2, 3, 5, 6, 7,

8, 9, 11,

12,14,16,

17,18

4, 10, 13,

15,19,20

1

13

6

Jumlah 20

Page 90: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29168/3... · One of the important roles in seeing the successful of

ANGKET

EFEKTIVITAS METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN FIQIH MAWARIS

DI JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FITK

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

A. Petunjuk Pengisian Angket

1. Pilihlah salah satu jawaban yang dapat mewakili diri anda. Dengan cara memberikan

tanda silang (X) pada salah satu jawaban a, b, c, atau d.

2. Jawaban harus sesuai dengan diri anda dan jangan terpengaruh oleh jawaban orang

lain.

B. Identitas Responden

1. Nama : …………………………….

2. NIM : …………………………….

3. Semester : …………………………….

4. Kelas : …………………………….

1. Proses pembelajaran Fiqih Mawaris dikelas anda menggunakan metode diskusi.

a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang

d. Tidak pernah

2. Proses pembelajaran Fiqih Mawaris menggunakan metode diskusi.

a. Sangat menyenangkan

b. Menyenangkan

c. Kurang menyenangkan

d. Tidak menyenangkan

3. Saya siap menggunakan metode diskusi pada pembelajaran mata kuliah fiqih mawaris.

a. Sangat siap

b. Siap

c. Kurang siap

d. Tidak siap

4. Pembelajaran mata kuliah Fiqih Mawaris yang menggunakan metode diskusi sudah

sesuai dengan tujuan pembelajaran, yaitu pemecahan masalah.

a. Sangat sesuai

b. Sesuai

c. Kurang sesuai

d. Tidak sesuai

5. Pelaksanaan diskusi pada pembelajaran mata kuliah Fiqih Mawaris berjalan demokratis.

a. Sangat demokratis

b. Demokratis

c. Kurang demokratis

d. Tidak demokratis

Page 91: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29168/3... · One of the important roles in seeing the successful of

6. Kesiapan dosen dalam menyajikan pembelajaran mata kuliah Fiqih Mawaris dengan

menggunakan metode diskusi.

a. Sangat siap

b. Siap

c. Kurang siap

d. Tidak siap

7. Dosen memperhatikan proses berjalannya diskusi.

a. Sangat memperhatikan

b. Memperhatikan

c. Kurang memperhatikan

d. Tidak memperhatikan

8. Pelaksanaan diskusi pada mata kuliah Fiqih Mawaris di kelas anda.

a. Sangat hidup

b. Hidup

c. Kurang hidup

d. Tidak hidup

9. Sebelum metode diskusi dilaksanakan saya telah membaca buku tentang masalah yang

akan di diskusikan.

a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang

d. Tidak pernah

10. Setelah menggunakan metode diskusi saya dapat berpikir kritis.

a. Sangat kritis

b. Kritis

c. Kurang kritis

d. Tidak kritis

11. Dalam pelaksanaan diskusi pada mata kuliah Fiqih Mawaris saya aktif berdiskusi.

a. Sangat aktif

b. Aktif

c. Kurang aktif

d. Tidak aktif

12. Saya mencatat hal-hal yang dianggap penting dari hasil diskusi.

a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang

d. Tidak pernah

13. Setelah pelaksanaan diskusi, pengetahuan saya tentang Fiqih Mawaris semakin

mendalam.

a. Sangat mendalam

b. Mendalam

c. Kurang mendalam

d. Tidak mendalam

14. Dalam pelaksanaan diskusi pada mata kuliah Fiqih Mawaris, saya mengemukakan

pendapat.

a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang

d. Tidak pernah

15. Metode diskusi membuat wawasan saya menjadi luas.

a. Sangat setuju

b. Setuju

c. Kurang setju

d. Tidak setuju

16. Saya puas dengan pelayanan dosen mata kuliah fiqih mawaris dalam diskusi.

a. Sangat puas c. Kurang puas

Page 92: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29168/3... · One of the important roles in seeing the successful of

b. Puas d. Tidak puas

17. Saya puas dengan kesiapan para penyaji dalam diskusi.

a. Sangat puas

b. Puas

c. Kurang puas

d. Tidak puas

18. Metode diskusi dilaksanakan dengan jumlah mahasiswa yang berjumlah banyak.

a. Sangat baik

b. Baik

c. Kurang baik

d. Tidak baik

19. Proses perkuliahan dengan menggunakan metode diskusi hasilnya memuaskan.

a. Sangat memuaskan

b. Memuaskan

c. Kurang memuaskan

d. Tidak memuaskan

20. Saya setuju jika metode diskusi pada mata kuliah fiqih mawaris ditiadakan.

a. Sangat setuju

b. Setuju

c. Kurang setuju

d. Tidak setuju

Page 93: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29168/3... · One of the important roles in seeing the successful of

UJI REFERENSI

Seluruh referensi yang digunakan dalam penulisan skripsi ini dengan judul “Efektivitas

Metode Diskusi dalam Pembelajaran Fiqih Mawaris di Jurusan PAI FITK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta” yang disusun oleh Solehudin NIM 109011000255 Jurusan Pendidikan

Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sudah

disetujui Kebenarannya oleh dosen pembimbing skripsi pada hari ini.

Referensi Bab I

No Referensi Paraf

1. Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16 Tahun 2004,

tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, h.16-17.

2. Lampiran Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003, Tentang Sistem

Pendidikan Nasional, h. 3

3. Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, Mengembangkan Standar

Kompetensi Guru, Bandung: PT. Rosdakarya, 2012. Cet. IX, h. 135.

4. Sumati dan Asra, Metode Pembelajaran, (Bandung: CV Wahana Priama,

2008), Cet. II, h. xii.

5. Ghufran Ihsan, Dosen Tarbiyah UIN Jakarta, Wawancara Pribadi,

tentang yang tepat untuk pembelajaran Fiqih Mawaris di Perguruan

Tinggi, September 2014.

Referensi Bab II

No Referensi Paraf

1. Armai Arief, Pengantar Ilmu Dan metodologi Pendidikan Islam,

(Jakarta: Ciputat pers, 2002), h. 41.

2. Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran (Mengembangkan Standar

Kompetensi Guru), (Bandung: Pt. Remaja Rosda Karya, 2011), Cet.

XI, h. 136.

3. Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

(Jakarta: Pusat Bahasa, 2005), Cet. III, h. 740.

4. Muljanto Sumarno, Pengajaran Bahasa Asing, (Jakarta: Bulan Bintang,

2000), Cet. I, h. 12.

5. Al-Rasyid dan Samsul Nizar, Filsafat Pendndikan Islam “Pendekatan

historis, teoritis, dan Praktis”, (Ciputat: PT. Ciputat Press 2005), h.

65.

Page 94: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29168/3... · One of the important roles in seeing the successful of

6. Jhon M. Echol dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (PT.

Gramedia: Jakarta, 2005), Cet. XXVI, h. 186.

7. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa

Indonesia, (Balai Pustaka Departemen Pendidikan dan Kebudayaan),

Cet. X, h. 238.

8. Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Proses Pendidikan,

(Bandung, Kencana Prenada Media Group, 2012), Cet. XII, h. 154.

9. Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Proses Pendidikan,

(Bandung, Kencana Prenada Media Group, 2012), Cet. XII, h. 156.

10. Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Proses Pendidikan,

(Bandung, Kencana Prenada Media Group, 2012), Cet. XII, h. 156.

11. Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Proses Pendidikan,

(Bandung, Kencana Prenada Media Group, 2012), Cet. XII, h. 157.

12. Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Proses Pendidikan,

(Bandung, Kencana Prenada Media Group, 2012), Cet. XII, h. 158-

159.

13. Sumiati dan Asra, Metode Pembelajaran, (Bandung:CV Wacana

Prima, 2008), Cet. II, h. 38.

14. Masitoh dan Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran, (Direktorat Jendral

Pendidikan Islam Departemen Agama), Cet. I, h. 3.

15. Masitoh dan Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran, (Direktorat Jendral

Pendidikan Islam Departemen Agama), Cet. I, h. 7.

16. Masitoh dan Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran, (Direktorat Jendral

Pendidikan Islam Departemen Agama), Cet. I, h. 7.

17. Masitoh dan Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran, (Direktorat Jendral

Pendidikan Islam Departemen Agama), Cet. I, h. 8.

18. Sumiati dan Asra, Metode Pembelajaran, (Bandung:CV Wacana

Prima, 2008), Cet. II, h. 144.

19. Ali Parman, Kewaisan Dalam Al-Quran: Suatu Kajian Hukum Dengan

Pendekatan Tafsir Tematik, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada1995),

h. 23.

02. Ali Parman, Kewaisan Dalam Al-Quran: Suatu Kajian Hukum Dengan

Pendekatan Tafsir Tematik, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada1995),

h. 30.

21. Ali Parman, Kewaisan Dalam Al-Quran: Suatu Kajian Hukum Dengan

Pendekatan Tafsir Tematik, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada1995),

h. 31.

22. Ali Parman, Kewaisan Dalam Al-Quran: Suatu Kajian Hukum Dengan

Pendekatan Tafsir Tematik, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada1995),

h. 33.

23. Moh. Muhibbin, Abdul Wahid, Hukum Kewarisan Islam Sebagai

Pembaharuan Hukum Positif di Indonesia (Jakarta: Sinar Grafika),

Cet. II, h. 12.

24. M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah (Pesan, Kesan dan Keserasian

al-Quran), (Ciputat: Lentera Hati, 2000), Cet. I, h. 343.

Page 95: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29168/3... · One of the important roles in seeing the successful of

25. M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah (Pesan, Kesan dan Keserasian

al-Quran), (Ciputat: Lentera Hati, 2000), Cet. I, h. 348-349.

26. M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah (Pesan, Kesan dan Keserasian

al-Quran), (Ciputat: Lentera Hati, 2000), Cet. I, h. 350.

27. M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah (Pesan, Kesan dan Keserasian

al-Quran), (Ciputat: Lentera Hati, 2000), Cet. I, h. 655.

28. Al-Hafid ‘Abdul Azhim bin ‘Abdul Qowi Zakiyyudin al-MunDziri,

Ringkasan Hadits Shahih Bukhariy, Terj. dari Mukhtashar Shahih

Bukhari oleh Imam al-Mundziri, (Jakarta: Pustaka Amani) Cet. II, h.

1035.

29. Al-Hafid ‘Abdul Azhim bin ‘Abdul Qowi Zakiyyudin al-MunDziri,

Ringkasan Shahih Muslim, Terj. Ringkasan Hadits Shahih Muslim oleh

Imam al-Mundziri, (Jakarta: Pustaka Amani) Cet. II, h. 545.

30. Ali Parma, Kewarisan Dalam Al-Quran: Suatu Kajian Hukum Dengan

Pendekatan Tafsir Tematik, (Jakarta: PT. Raja Grafindo persada.1995),

h. 62.

31. Ali Parma, Kewarisan Dalam Al-Quran: Suatu Kajian Hukum Dengan

Pendekatan Tafsir Tematik, (Jakarta: PT. Raja Grafindo persada.1995),

h. 65.

32. Komite Fakultas Syariah Univesitas Al-Azhar, Mesir, Hukum Waris,

(Jakarta: Senayan Abadi Publishing, 2004), h. 338.

33. Ali Parma, Kewarisan Dalam Al-Quran: Suatu Kajian Hukum Dengan

Pendekatan Tafsir Tematik, (Jakarta: PT. Raja Grafindo persada.1995),

h. 68.

34. Budi Ali Hidayat, Memahami Dasar-Dasar Ilmu Fara’id , (Bandung:

Titian ilmu, 2009). h. 20.

35. Al-Hafid ‘Abdul Azhim bin ‘Abdul Qowi Zakiyyudin al-MunDziri,

Ringkasan Shahih Muslim, Terj. Ringkasan Hadits Shahih Bukhariy

oleh Imam al-Mundziri, (Jakarta: Pustaka Amani) Cet. II, h. 545.

36. Ali Parma, Kewarisan Dalam Al-Quran: Suatu Kajian Hukum Dengan

Pendekatan Tafsir Tematik, (Jakarta: PT. Raja Grafindo persada.1995),

h.51.

37. Muhammad Nashiruddin Al-Albani, Shahih Sunan Tirmidzi, Terj.

Seleksi Hadits Shahih dari Kitab Sunan Tirmidzi oleh Fachrurrazi,

(Jakarta: Pustaka Azzam, 2006), Cet. I, h. 635.

38. Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, Jilid XIV, (Bandung: PT. Al-Ma’arif ), h.

239.

39. Ahmad Rofiq, Fiqh Mawaris, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada), h.

42.

40. Ahmad Rofiq, Fiqh Mawaris, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada), h.

43.

41. Ahmad Rofiq, Fiqh Mawaris, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada), h.

33.

42. Ahmad Rofiq, Fiqh Mawaris, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada), h.

33.

Page 96: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29168/3... · One of the important roles in seeing the successful of

43. Ahmad Rofiq, Fiqh Mawaris, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada), h.

35.

44. Ahmad Rofiq, Fiqh Mawaris, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada), h.

35.

45. Ahmad Rofiq, Fiqh Mawaris, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada), h.

36.

46. Ahmad Rofiq, Fiqh Mawaris, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada), h.

39.

47. Ahmad Rofiq, Fiqh Mawaris, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada), h.

38.

48. Ahmad Rofiq, Fiqh Mawaris, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada), h.

45.

49. Alyasa Abu Bakar. Ahli waris Sepertalian Darah, (Jakarta: Inis, 1998),

h. 252.

50. Hasbi Ash-Siddieqy. Fiqhul Mawarits, (Jakarta: Bulan Bintang. 1973).

h. 142.

51. Hasbi Ash-Siddieqy. Fiqhul Mawarits, (Jakarta: Bulan Bintang. 1973).

h. 147.

52. Hasbi Ash-Siddieqy. Fiqhul Mawarits, (Jakarta: Bulan Bintang. 1973).

h. 153.

53. Muhammad Thaha Abul Ela Khalifah, Hukum Waris: Pembagian

Warisan Berdasarkan Syariat Islam, (Solo: PT. Tiga Serangkai Pusaka

Mandiri. 2007), h. 541.

54. Budi Ali Hidayat, Memahami Dasar-Dasar Ilmu Fara’id , (Bandung:

Titian ilmu, 2009), h.61.

Referensi Bab III

No. Referensi Paraf

1. Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2010), Cet. XXI, h. 36.

2. Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2010), Cet. XXI, h. 217.

Referensi Bab IV

No. Referensi Paraf

1. http://pai.fitk.uinjkt.ac.id/index.php/profil/sejarah-fakultas.html,

pada tanggal 19 Mater 2015 pukul 10.18

2. http://pai.fitk.uinjkt.ac.id/index.php/profil/visi-a-misi.html, pada

tanggal 19 Mater 2015 pukul 10.20

3. http://pai.fitk.uinjkt.ac.id/index.php/profil/profil-fakultas.html, pada

Page 97: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29168/3... · One of the important roles in seeing the successful of

tanngal 19 Maret 2015 pukul 10.23

4. http://pai.fitk.uinjkt.ac.id/index.php/staf-dosen.html, pada tanggal 19

Mater 2015 pukul 13.07

Jakarta, 4 April 2015

Dosen Pembimbing,

Dr. H. Sapiudin Shidiq, M.Ag.

NIP. 196703382000031001