JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... ·...
Transcript of JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... ·...
“ANALISIS PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR), NON
PERFORMING LOAN (NPL), INFLASI DAN LOAN TO DEPOSIT RATIO
(LDR), TERHADAP RETURN ON ASSET (ROA)”
(PADA BANK PERSERO PERIODE 2009 -2014)
Disusun oleh:
Mukhammad Luthfi
NIM 108081000003
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015M/1436H
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
(Curriculum Vitae)
Data Pribadi
Nama lengkap : Mukhammad Luthfi
Panggilan : Luthfi
Tempat&tanggal lahir : Jakarta, 7 April 1990
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Jl.Gudang air Gg.H Siin 2 Rt 006/002 No.33A
Kel.Rambutan-Ciracas, Dki Jakarta
Prov. Banten Kode Pos 13438
HP : 085695474085/081212754853
Status : Single
Email : [email protected]
Pendidikan Formal
2008 – 2015 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta
2005 – 2008 : SMA T Darul Amal Sukabumi
2002 – 2005 : SMP T Darul Amal Sukabumi
1996 – 2002 : SD Negeri 04 Kampung Rambutan
1995 – 1996 : TK alkafi Jakarta Timur
Pendidikan Informal
Seminar-seminar
Language English Center (LEC)
Sekolah Sepak Bola (SSB) Cirendeu
Pengalaman Organisasi
1. Koordinator Departemen Seni dan Budaya BEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta periode 2010/2011.
2. Koordinator Ta’aruf Divisi Perlengkapan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta periode 2010/2011
vi
Pengalaman Bekerja
Magang sebagai SPB disebuah Perusahaan PT Djarum selama 3 Bulan
(event Grand Opening) bertempat di Tangerang.
Magang/KKN Sebagai Crew disebuah Perusahaan PT Kynia selama 1
Bulan bertempat di Bintaro jakarta Selatan.
Keahlian
Komputer : Microsoft Office (Word, Excel, Power Point)
Olahraga : Sepak Bola, Futsal, Badminton, Renang
vii
ABSTRACT
This research is performed on order to test the influence of the variable
Third Party Funds (TPF), Loan to Deposit Ratio (LDR), Non Performing Loan
(NPL),Capital Adequacy Ratio (CAR), a n d Infalasi , toward Return On Asset
(ROA). Methodology research as the sample used purposive sampling, The
sample used in this study is the PT Bank PerseroTbk. from 2009 to 2014. Data
analysis with multi liniear regression of ordinary least square and hypotheses
test used t-statistic and F- statistic at level of significance 5%, a clasic
assumption examination which consist of data normality test,
multicolinearity test, heteroskedasticity test and autocorrelation test is also
being done to test the hypotheses. During research period show as variabel and data research was normal
distributed. Based on test, multicolinearity test, heterosskedasticity test and
autocorrelation test classic assumption deviation has no founded, this
indicate that the available data has fulfill the condition to use multi linear
regression model. This result of research show that variable Inflation, did not
influence ROA. Variable CAR and LDR positif influence toward ROA, Variable
NPL negative influence toward ROA. Prediction capability from these four
variable toward ROA is 75,% where the balance 25% is affected to other factor
which was not to be entered to research model. Key Words : Return On Asset (ROA), Capital adequacy Ratio (CAR), Non
Performing Loan (NPL), Inflasi dan Loan to Deposit Ratio (LDR)
viii
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh Capital Adequacy ratio
(CAR) Loan to Deposit Ratio (LDR), NON Performing loan (NPL),Inflasi dan
terhadap Return On Asset (ROA)
Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Sampel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah PT. Bank Persero Tbk. periode 2009-
2015. Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda dengan
persamaan kuadrat terkecil dan uji hipotesis menggunakan t-statistik untuk
menguji koefisien regresi parsial serta F-statistik untuk menguji keberartian
pengaruh secara bersama-sama dengan tingkat signifikansi 5%. Selain itu juga
dilakukan uji asumsi klasik yang meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas, uji
heteroskedastisitas dan uji autokorelasi. Selama periode pengamatan menunjukkan bahwa data penelitian
berdistribusi normal. Berdasarkan uji normalitas, uji multikolinearitas, uji
heteroskedastisitas dan uji autokorelasi tidak ditemukan variabel yang
menyimpang dari asumsi klasik. Hal ini menunjukkan data yang tersedia telah
memenuhi syarat menggunakan model persamaan regresi linier berganda. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa variabel Inflasi tidak menunjukkan pengaruh
terhadap ROA. Variabel CAR, LDR, berpengaruh positif terhadap ROA,
sedangkan variabel NPL berpengaruh negatif terhadap ROA. Kemampuan dari
keempat variabel tersebut terhadap ROA dalam penelitian ini sebesar 75%,
sedangkan sisanya 25% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukkan ke
dalam model penelitian. Kata Kunci: Return On Asset (ROA), Capital Adequacy ratio, Non
Performing Loan (NPL), Inflasi dan Loan Deposit Ratio (LDR).
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh
Capital Adequacy Ratio, Loan Deposit Ratio (LDR), Non Performing Loan (NPL),
Inflasi tehadap Return On Asset (ROA) (PT. Bank Persero, Tbk 2009-2014). Adapun
skripsi ini diajukan guna memenuhi syarat untuk meraih gelar Sarjana.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusun skripsi ini sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan
tepat waktu. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan skripsi ini.
Semoga skripsi ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat
untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Hal ini disebabkan karena terbatasnya kemampuan pengetahuan yang
penulis miliki. Untuk itu, kiranya pembaca dapat memaklumi atas kelemahan dan
kekurangan yang ditemui dalam skripsi ini.
Penulis juga menyadari bahwa sejak awal penyusunan hingga
terselesaikannya skripsi ini banyak pihak yang telah membantu dan memberi
dukungan baik moril dan materil. Untuk itu, tak lupa pada kesempatan ini, secara
khusus, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Kedua Orang Tua Penulis, Ayahanda tercinta Syaefuloh Nasir dan Ibunda
tercinta Muhaimillah, yang senantiasa memberi banyak bantuan baik moril dan
materil hingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Semoga Allah SWT
x
memberikan kesehatan dan kebahagiaan serta kemuliaan kepada mereka dan
semoga penulis dapat membahagiakan keduanya. Aamiin.
2. Bapak Dr. M. Arief Mufraini LC., MA selaku dosen pembimbing I dan Bapak
Adhitya Ginanjar, SE., M.Si selaku dosen pembimbing II, yang telah
meluangkan waktunya dengan penuh kesabaran untuk memberikan bimbingan
dan pengarahan dalam menyelesaikan skripsi.
3. Bapak Dr. M. Arief Mufraini LC., MA selaku Dekan FEB, Ibu Leis Suzanawaty,
SE,M.Si selaku Wadek I FEB, Ibu Yulianti, SE., M.Si selaku Wadek II FEB, dan
Bapak Herni Ali HT, SE., MM selaku Wadek III FEB, yang telah memberikan
jalan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Ibu Muniaty Aisyah, Dr., Ir., MM selaku Ketua Jurusan Manajemen, Ibu Titi
Dewi Warninda, SE, M.Si, selaku Sekertaris Jurusan Manajemen dan Bapak.ali
rahma,SE.,M.EC selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis, terima kasih
atas kesempatan yang telah diberikan kepada penulis untuk berkarya.
5. Segenap dosen pengajar yang telah mengajarkan ilmu, semoga amal baktinya
dijadikan amalan sholeh. Aamiin.
6. Staf tata usaha dan akademik FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya
Ibu Siska, Pak Ismet, Ibu Umi, Pak Alfred, Pak Sopyan, Pak Ali yang telah
membantu penulis dalam mengurus kebutuhan administrasi dan lain-lain.
7. Keluarga besar penulis yang senantiasa menanti kelulusan, terimakasih atas doa,
semangat dan motivasi yang selalu diberikan. Sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik.
8. Sahabat penulis yang selalu memberikan semangat dan motivasi kepada penulis,
serta selalu ada dalam keadaan susah dan senang. Semoga persahabatan kita
xi
tidak akan pernah ada akhir. Aamiin.
9. Kepada semua pihak yang terlibat dalam penulisan skripsi ini, semoga
mendapatkan sebaik-baiknya balasan dari Allah SWT.
Atas segala kontribusinya, penulis mendoakan semoga mendapat balasan
dari Allah SWT dengan sebaik-baiknya balasan.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dari skripsi ini, akan tetapi
semoga dapat memberi manfaat bagi para pembaca.
Jakarta, 10 Mei 2015
Mukhammad Luthfi
xii
DAFTAR ISI
COVER
COVER DALAM
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .......................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ............................ ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ............................................. iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ..................... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... v
ABSTRACT ..................................................................................................... vii
ABSTRAK ...................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR .................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvii
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang Penelitian ........................................................... 1
B. Perumusan Masalah .................................................................... 8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................... 9
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 12
A. Landasan Teori ........................................................................... 12
1. Pengertian Bank ...................................................................... 12
2. Tugas dan Fungsi Bank ..........................................................
xiii
3. Laporan Keuangan .................................................................. 13
4. Analisis Rasio Keuangan ........................................................ 16
5. Pengertian Profitabikitas Perbankan ....................................... 17
6. CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR) ................................... 18
7. NON PERFORMING LOAN (NPL)………………………... 20
8. INFLASI . ............................................................................... 24
9. LOAN TO DEPOSIT RATIO (LDR) ....................................... 36
B. Keterkaitan antara Variabel bebas dan Variabel Terikat............... 37
C. Penelitian Terdahulu ..................................................................... 40
D. Kerangka Berpikir ......................................................................... 48
E. Hipotesis ........................................................................................ 50
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 52
A. Ruang Lingkup Penelitian............................................................. 52
B. Metode Penentuan Sampel ............................................................ 52
C. Metode Pengumpulan Data ........................................................... 53
D. Metode Analisis Data .................................................................... 54
E. Operasional Variabel .................................................................... 65
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ................................................. 69
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ................................. 69
1. Sejarah Perkembangan Perbankan di Indonesia ...................... 69
2. Bank Persero di Indonesia ......................................................... 70
B. Hasil Analisis dan Pembahasan .................................................... 78
1. Analisis Deskriptif .................................................................... 78
2. Pengujian Asumsi Klasik .......................................................... 8
xiv
a. Uji Normalitas……………….………………………… 80
b. Uji Multikolinieritas………………………..…………. 83
c. Uji Heteroskedesitas……………………………..……. 84
d. Uji Autokolerasi……………………………………..… 87
3. Pengujian Hipotesis ................................................................... 91
a. Uji F……….………………………………………..…. 91
b. Uji t……….………………………………………….. 93
4. Koefisien Determinasi (R Square)…………………………..… 99
BAB V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ................................................ 102
A. Kesimpulan ................................................................................... 102
B. Implikasi ........................................................................................ 102
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 104
LAMPIRAN .................................................................................................... 107
xv
DAFTAR TABEL
No Keterangan Halaman
1.1 Rata-rata Nilai Variabel per tahun ..................................................... 4
2.1 Hasil Penelitian Terdahulu .................................................................. 43
4.1 Hasil Statistik Deskriptif ...................................................................... 78
4.2 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov ........................................................... 83
4.3 Hasil Uji Multikolinieritas ................................................................... 84
4.4 Hasil Uji Heterokedastisitas ................................................................. 86
4.5 Hasil Uji Durbin Watson ...................................................................... 87
4.6 Pengobatan Uji Durbin Watson .......................................................... 88
4.7 Pengobatan Uji Durbin Watson .......................................................... 89
4.8 Pengobatan Uji Durbin Watson .......................................................... 90
4.9 Pengobatan Uji Durbin Watson .......................................................... 90
4.10 Pengobatan Uji Durbin Watson .......................................................... 91
4.11 Hasil Uji F .............................................................................................. 92
4.12 Hasil Uji t ............................................................................................... 93
4.13 Hasil Uji adjusted R square (R2
adj) ...................................................... 100
xvi
DAFTAR GAMBAR
No Keterangan Halaman
2.1 Kerangka pemikiran ............................................................................. 49
3.1 Posisi angka Durbin Watson ................................................................ 60
4.1 Hasil uji normalitas dengan histogram ............................................... 81
4.2 Hasil uji normalitas dengan grafik P-Plot .......................................... 82
4.3 Hasil uji heteroskedastisitas dengan scatterplot ................................. 85
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
No Keterangan Halaman
1. Data-data variabel penelitian dari tahun 2009-2014 ........................... 107
2. Deskriptif Statistik .................................................................................. 111
3. Model Regresi, Anova, dan Koefisien ................................................... 112
4. Hasil Uji Normalitas Data ...................................................................... 113
5. Hasil Uji Multikolinearitas dan Autokorelasi ...................................... 114
6. Hasil Uji Heteroskedastisitas ................................................................. 116
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Keberadaan sektor perbankan sebagai subsistem dalam perekonomian
suatu negara memiliki peranan cukup penting, bahkan dalam kehidupan
masyarakat modern sehari-hari sebagian besar melibatkan jasa dari sektor
perbankan. Hal tersebut dikarenakan sektor perbankan mengemban fungsi utama
sebagai perantara keuangan antara unit-unit ekonomi yang surplus dana, dengan
unit-unit ekonomi yang kekurangan dana. Melalui sebuah bank dapat dihimpun
dana dari masyarakat dalam berbagai bentuk simpanan selanjutnya dari dana yang
telah terhimpun tersebut, oleh bank disalurkan kembali dalam bentuk pemberian
kredit kepada sektor bisnis atau pihak lain yang membutuhkan. Semakin
berkembang kehidupan masyarakat dan transaksi-transaksi perekonomian suatu
negara, maka akan membutuhkan pula peningkatan peran sektor perbankan
melalui pengembangan produk-produk jasanya. (Hempel, 1994 dalam Bachruddin,
2006).
Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan,
perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup
kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan
usahanya. Sedangkan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
2
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat
dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan
taraf hidup rakyat banyak. Dari pengertian tersebut dapat dijelaskan bahwa bank
adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, dan aktivitasnya pasti
berhubungan dengan masalah keuangan.
Krisis moneter yang berkepanjangan selama beberapa tahun ini telah berubah
menjadi krisis ekonomi, yakni terpuruknya kegiatan ekonomi karena semakin
banyaknya perusahaan yang tutup, perbankan yang dilikuidasi dan meningkatnya
jumlah tenaga kerja yang menganggur, mengingatkan bahwa betapa besar
dampak ekonomi yang akan ditimbulkan apabila terjadi kegagalan usaha
perbankan.
Untuk itu perlu dilakukan serangkaian analisis yang sedemikian rupa sehingga
kemungkinan kesulitan keuangan dan bahkan kegagalan usaha perbankan dapat
dideteksi sedini mungkin. Rendahnya kualitas perbankan antara lain tercermin
dari lemahnya kondisi internal sektor perbankan, lemahnya manajemen bank,
moral Sumber Daya Manusia (SDM), serta belum efektifnya pengawasan yang
dilakukan oleh Bank Indonesia (BI). Kuantitas bank yang banyak menciptakan
persaingan yang semakin ketat dan kinerja bank yang menjadi rendah karena
ketidakmampuan bersaing di pasar, sehingga banyak bank yang sebenarnya
kurang sehat atau bahkan tidak sehat secara financial. Secara sederhana dapat
3
dikatakan bahwa bank yang sehat adalah bank yang dapat menjalankan fungsi-
fungsinya dengan baik.
Dengan menjalankan fungsi-fungsi tersebut diharapkan dapat memberikan
pelayanan yang baik kepada masyarakat serta bermanfaat bagi perekonomian
secara keseluruhan.Sehat tidaknya suatu perusahaan atau perbankan, dapat dilihat
dari kinerja keuangan terutama kinerja profitabilitasnya dalam suatu perusahaan
perbankan tersebut.Tingkat kinerja keuangan bank dapat dinilai dari beberapa
indikator. Salah satu sumber utama indikatornya adalah laporan keuangan bank
yang bersangkutan. Laporan keuangan yang dihasilkan bank diharapkan dapat
memberikan informasi tentang kinerja keuangan dan pertanggungjawaban
manajemen bank kepada seluruh stakeholder bank (Achmad dan Kusuno, 2003).
Penilaian terhadap kinerja suatu bank pada dasarnya dapat dilakukan dengan
menganalisis laporan keuangan bank yang bersangkutan. Dari laporan keuangan
tersebut dapat diperoleh adanya suatu informasi tentang posisi keuangan, aliran
kas, dan informasi lain yang berkaitan dengan kinerja bank yang bersangkutan.
Berdasarkan laporan itu akan dapat dihitung sejumlah rasio keuangan yang lazim
dijadikan sebagai dasar penilaian tingkat kinerja bank. Informasi mengenai
kondisi suatu bank dapat digunakan oleh pihak-pihak yang terkait, baik dari pihak
bank sendiri, pihak luar bank (seperti kreditur, investor, dan nasabah), dan Bank
Indonesia selaku otoritas pengawasan bank.
4
Salah ukuran untuk melihat kinerja keuangan perbankan adalah melalui
Return On Asset (ROA). Menurut Surat Edaran BI No. 3/30DPNP tanggal 14
Desember 2001, rasio ROA dapat diukur dengan perbandingan antara laba
sebelum pajak terhadap total aset (total aktiva). Semakin besar ROA akan
menunjukkan kinerja keuangan yang semakin baik, karena tingkat kembalian
(return) semakin besar.
Jika pihak bank dapat menjaga kinerjanya dengan baik, terutama tingkat
profitabilitas yang tinggi serta dapat memenuhi ketentuan prudentialbanking
dengan baik, maka kemungkinan nilai saham dari bank yang bersangkutan di pasar
sekunder Jika pihak bank dapat menjaga kinerjanya dengan baik, terutama tingkat
profitabilitas yang tinggi serta dapat memenuhi ketentuan prudentialbanking
dengan baik, maka kemungkinan nilai saham dari bank yang bersangkutan di pasar
sekunder.
Berikut ini adalah rata-rata nilai perbandingan variabel penelitian per tahun
yang mencakup ROA, CAR, NPL,INFLASI dan LDR periode 2009-2014 yang
diambil dari data publikasi Bank Indonesia.
Tabel 1.1
Rata-rata Nilai Variabel per tahun (%)
Variabel 2009 2010 2011 2012 2013 2014
ROA 2,72 3,08 3,6 3,8 3,87 3,69
CAR 13,81 15,36 15,03 14,57 15,97 17,44
NPL 3,46 2,8 2,55 2,21 3,844 4,79
INFLASI -0,33 0,92 0,57 0,54 0,6983 0,53
LDR 62,15 71,88 74,16 75,57 79,87 87,78
5
Tabel 1.1 diatas menujukan bahwa ROA pada tahun 2009-2010 mengalami
peningkatan sebesar 0,36% dari 2,72% menjadi 3,08%. Sedangkan, pada tahun
2010-2011 ROA mengalami peningkatan sebesar 0,52% dari 3,08% menjadi 3,6%.
Kemudian pada tahun 2011-2012 ROA kembali mengalami peningkatan sebesar
0,2% dari 3,6% menjadi 3,8% dan pada tahun 2012-2013 ROA juga mengalami
peningkatan sebesar 0,07% dari 3,8% menjadi 3,87%.sedangkan ROA pada tahun
2013-2014 mengalami peningkatan sebesar 0,07% dari 3,87% menjadi 3,69% Hal
ini menunjukan bahwa tingkat profitabilitas yang diperoleh Bank Persero
cenderung meningkat dari tahun ke tahun hanya di tahun 2009-2014 ROA
mengalami peningkatan.
Tabel 1.1 diatas menunjukan bahwa CAR pada tahun 2009-2010terjadi
penurunan sebesar 1,55% dari 13,81% menjadi 15,36%. Kemudian pada tahun
2010-2011 CAR juga kembali mengalami penurunan namun tidak sebesar tahun
sebelumnya yakni sebesar 0,33% dari 15,36% menjadi 15,03%. Tetapi pada tahun
2011-2012 CAR mengalami peningkatan sebesar 0,46% dari 15,03% menjadi
14,57%. Kemudian pada tahun 2012-2013 CAR kembali mengalami peningkatan
sebesar 1,4% dari 14,57% menjadi 15,97% tetapi pada tahun 2013-2014 CAR
mengalami peningkatan sebesar 1,47 dari 15,97 menjadi 17,44 Hal ini menunjukan
bahwa variabel CAR mengalami perubahan secara fluktuatif setiap tahunnya.
Namun tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ROA karena ROA Bank
Persero cenderung naik setiap tahunnya.
6
Pada tabel 1.1 di atasNPL pada tahun 2009-2010 mengalami penurunan
sebesar 0,66% dari 3,46% menjadi 2,8%. NPL pada tahun 2010-2011 mengalami
peningkatan sebesar 0,25% dari 2,8% menjadi 2,55%. Pada tahun 2011-2012 NPL
kembali meningkat sebesar 0,34% dari 2,55% menjadi 2,21%. pada tahun 2012-
2013 sebesar 1,634 dari 2,21% menjadi 3,844.pada tahun 2013-2014 sebesar
0,946% dari 3,844 menjadi 4,79 Dari data di atas dapat dilihat perubahan nilai
NPL yang cenderung meningkat setiap tahunnya, hanya pada tahun 2010-2011
saja NPL mengalami penurunan. Namun ROA mengalami peningkatan dari tahun
2009-2013.
Selain dari pengaruh rasio-rasio dalam bank itu sendiri, ada kemungkinan
profitabilitas perbankan dapat dipengaruhi oleh kondisi dari luar rasio keuangan
bank itu sendiri seperti Inflasi.
Pada tabel 1.1 di atas inflasi pada tahun 2009-2010 mengalami penurunan
sebesar 0,59% dari 0,33% menjadi 0,92%. inflasi pada tahun 2010-2011
mengalami peningkatan sebesar 0,35% dari 0,92% menjadi 0,57%. Pada tahun
2011-2012 inflasi kembali meningkat sebesar 0,03% dari 0,57% menjadi 0,54%.
Dari data di atas dapat dilihat perubahan nilai inflasi yang cenderung meningkat
setiap tahunnya, hanya pada tahun 2012-2013 saja inflasi mengalami penurunan
sebesar 0,3383% dari 0,54% menjadi 0,6983%.pada tahun 2013-2014 sebesar
0,1783 dari o,6983 menjadi 0,52.
7
Setelah itu hal salah satu peristiwa moneter yang sangat penting dan yang
dijumpai di hampir suatu negara di dunia adalah inflasi. Inflasi adalah
kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara umum dan terus menerus.
(Boediono:2001:161). Jika laju inflasitinggi tidak terkendali maka dapat
mengganggu upaya perbankan dalam pengerahan dana masyarakat, karena tingkat
inflasi yang tinggi menyebabkan tingkat suku bunga riil menjadi menurun. Fakta
demikian akan mengurangi hasrat masyarakat untuk menabung sehingga
pertumbuhan dana perbankan yang bersumber dari masyarakat akan menurun.
Begitu juga dengan penyaluran dana dapat menurun sehinnga mengurangi
pendapatan perbankan yang berdamapak pada profitabilitas bank itu sendiri. Dapat
ditambahkan, laju inflasi yang sangat tinggi (hyperinflation) akan menimbulkan
ketidakpastian dalam berusaha sehingga akan menggangu kegiatan operasional
perbankan seperti pembuatan anggaran belanja dan perencanaan kredit yang akan
mempengaruhi keadaan keuangan bank-bank(Aulia Pohan, 2008:54).
Pada tabel 1.1 di atas LDR pada tahun 2009-2010 mengalami peningkatan
sebesar 9,38% dari 62,15% menjadi 71,88%. LDR pada tahun 2010-2011
jugamengalami peningkatan sebesar 2,28% dari 71,88% menjadi 74,16%. Pada
tahun 2011-2012 LDR masih mengalami peningkatan sebesar 1,41% dari 74,16%
menjadi 75,57%.Pada tahun 2012-2013 LDR kembali meningkat sebesar 4,3%
dari 75,57% menjadi 79,87%.pada tahun 2013-2014 sebesar 7,91% dari 79,87%
menjadi 87,78% Dilihat dari rasio LDR yang terus meningkat dari tahun ke tahun
8
namun masih berkisar pada angka 62,15%- 79,87% pada periode tahun 2009-
2014. Data di atas menggambarkan bahwa LDR bank persero masih dibawah
harapan Bank Indonesia, dimana seharusnya angka loan to deposit ratio (LDR)
berada di sekitar 85%-110%.
Disamping itu, Penelitian ini juga memberikan manfaat yang paling
dominan terhadap Bank Persero, diharapkan dengan hasil yang didapat dari
penenelitian ini manajemen Bank Persero mampu menjalankan fungsinya
sebagai intermediasi dan mampu mengevaluasi hasil operasi perusahaan dalam
mengambil keputusan sehubungan dengan intermediasi bank.
Berdasarkan fenomena yang terjadi maka Penulis termotivasi untuk
melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh CapitalAdequacyRatio
(CAR), NonPerformingLoan (NPL), Inflasi, Loan to Deposit Ratio (LDR)
terhadap Return On Assets (ROA) Bank Persero Periode 2009 – 2014.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas menengenai pengaruh
CapitalAdequacyRatio (CAR), NonPerformingLoan (NPL), Inflasi, Loan to
Deposit Ratio (LDR) terhadap Return On Assets (ROA) padaBank Persero maka
dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. a. Apakah terdapat pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) secara parsial
terhadap Return On Assets (ROA) pada Bank Persero?
9
b. Apakah terdapat pengaruh Non Performing Loan (NPL) secara parsial
terhadap Return On Assets (ROA) pada Bank Persero?
c. Apakah terdapat pengaruh Inflasi secara parsial terhadap Return On Assets
(ROA) pada Bank Persero?
d. Apakah tedapat pengaruh Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap Return On
Assets (ROA) pada Bank Persero?
2. Bagaimana pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), NonPerformingLoan
(NPL), Inflasi, Loan to Deposit Ratio (LDR) secara simultan terhadap
Return On Assets (ROA) pada Bank Persero?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada permasalahan diatas maka tujuan dari penelitian ini
adalah sebagai berikut:
a. Untuk Menganalisis pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non
Performing Loan (NPL), Inflasi dan Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap
Return On Assets (ROA) Bank Persero.
b. Untuk Menganalisis variabel Independent Capital Adequacy Ratio (CAR),
Non Performing Loan (NPL), Inflasi dan Loan to Deposit Ratio (LDR)
terhadap Return On Assets (ROA) yang paling dominan mempengaruhi
Return On Assets (ROA) pada Bank Persero.
10
2.Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Bagi Penulis
Penelitian ini memberikan pengetahuan dan pemahaman bagi penulis
tentang bagaimana pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non
Performing Loan (NPL), Inflasi dan Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap
Return On Assets (ROA) pada Bank Persero.
b. Bagi Akademisi
Dengan penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan referensi
bagi peneliti sendiri maupun bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk
meneliti tentang pengaruh CapitalA dequacy Ratio (CAR), Non Performing
Loan (NPL), Inflasi dan Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap Return On
Assets (ROA).
c. Bagi Perbankan
Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran yang bermanfaat
bagi manajemen perbankan sebagai bahan acuan dalam menjalankan
fungsinya sebagai intermediasi dan membantu mengevaluasi hasil
operasi perusahaan dalam mengambil keputusan sehubungan dengan
intermediasi bank.
11
d. Bagi Peneliti Selanjutnya
Sebagai bahan dasar ataupun acuan penelitian sejenis yang diharapkan dapat
berguna bagi pengembangan penelitian selanjutnya dalam bidang
perbankan dimasa yang akan datang.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pengertian Bank
Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan usahanya adalah
menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut
ke masyarakat serta memberikan jasa-jasa bank lainnya.(Kasmir, 2003:11).
Dari pengertian diatas, dapat dijelaskan secara lebih luas lagi bahwa bank
merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, artinya aktivitas
perbankan selalu berkaitan dalam bidang keuangan, sehingga berbicara
mengenai bank tidak lepas dari masalah keuangan.
Bank adalah lembaga keuangan yang menerima dana dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya dalam bentuk kredit. (Frederic S. Mishkin,
2008:9).
Pengertian menurut UU. 7 Tahun 1992, tentang perbankan sebagaimana
telah diubah dengan UU NO. 10 Tahun 1998 adalah:
a. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk
kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya, dalam rangka meningkatkan taraf
hidup masyarakat banyak.
13
b. Bank umum adalah bank yang dapat memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran (Pasal 1 Undang-Undang Nomor 7/1992 tentang Perbankan).
c. Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang menerima simpanan hanya
dalam bentuk deposito berjangka, tabungan dan atau bentuk lain yang
dipersamakan dengan hal itu (Pasal 1 Undang-Undang Nomor 7/1992
tentang Perbankan).
2. Tugas dan Fungsi Bank
Pada dasarnya tugas pokok bank menurut UU No.19 tahun 1998 adalah
membantu pemerintah dalam hal mengatur, menjaga, dan memelihara stabilitas
nilai rupiah, mendorong kelancaran produksi dan pembangunan serta memperluas
kesempatan kerja guna peningkatan taraf hidup rakyat banyak. Sedangkan fungsi
bank pada umumnya (Siamat, 2005:276) :
a. Menyediakan mekanisme dan alat pembayaran yang lebih efisien dalam
kegiatan ekonomi.
b. Menciptakan uang.
c. Menghimpun dana dan menyalurkannya kepada masyarakat.
d. Menawarkan jasa-jasa keuangan lain.
3. Laporan keuangan
Laporan Keuangan adalah informasi keuangan yang disajikan dan
disiapkan oleh manajemen dari suatu perusahaan kepada pihak internal dan
eksternal yang berisi seluruh kegiatan bisnis dari satu kesatuan usaha yang
14
merupakan salah satu alat pertanggungjawaban dan komunikasi manajemen
kepada pihak-pihak yang membutuhkannya. Laporan keuangan merupakan
ikhtisar mengenai keadaan keuangan suatu perusahaan pada suatu periode tertentu.
Dalam rangka peningkatan transparansi kondisi keuangan, berdasarkan
Peraturan Bank Indonesia Nomor 3/22/PBI/2001 tanggal 13 Desember 2001, bank
wajib menyusun danmenyajikan laporan keuangan dalam bentuk dan cakupan
yang tediri dari (Siamat, 2005) :
a. Laporan Tahunan dan Laporan keuangan Tahunan
Laporan Tahunan adalah laporan lengkap mengenai kinerja suatu bank
dalam kurun waktu satu tahun. Laporan Keuangan Tahunan adalah Laporan
keuangan akhir tahun bank yang disusun berdasarkan standar akuntansi
keuangan yang berlaku dan wajib diaudit oleh Akuntan public. Laporan
Keuangan Tahunan adalah:
1) Neraca, menggambarkan posisi keuangan dari sati kesatuan usaha yang
merupakan keseimbangan antara aktiva, utang, dan modal pada suatu
tanggal tertentu.
2) Laporan laba rugi merupakan ikhtisar dari seluruh pendapatan dan beban
dari satu kesatuan usaha untuk satu periode tertentu.
3) Laporan perubahan equitas adalah laporan perubahan modal dari satu
kesatuan usaha selama satu periode tertentu yang meliputi laba
komprehensif, investasi dan distribusi dari dan kepada pemilik.
15
4) laporan arus kas berisi rincian seluruh penerimaan dan pengeluaran kas
baik yang berasal dari aktivitas operasional, investasi, dan pendanaan dari
satu kesatuan usaha selama satu periode tertentu.
b. Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan
Laporan ini adalah laporan keuangan yang disusun berdasarkan standar
akuntansi keuangan yang berlaku dan dipublikasikan setiaptriwulan.
c. Laporan Keuangan Publikasi Bulanan
Laporan ini adalah laporan keuangan yang disusun berdasarkan laporan
bulanan bank umum yang disampaikan kepada Bank Indonesia dan
dipublikasikan setiap bulan.
d. Laporan Keuangan Konsolidasi
Bank yang merupakan bagian dari suatu kelompok usaha dan atau
memiliki anak perusahan, wajib menyusun laporan keuangan konsolodasi
berdasarkan pernyataan standar akuntansi keuangan yang berlaku serta
menyampaikan laporan sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia.
Tujuan laporan keuangan, menurut “Kerangka Dasar Penyusunan dan
Penyajian Laporan Keuangan” (IAI,2002), adalah sebagai berikut:
1) Laporan keuangan menyajikan informasi tentang posisi keuangan (aktiva,
utang, dan modal pemilik) pada suatu saat tertentu.
2) Laporan keuangan menyajikan informasi kinerja (prestasi) perusahaan.
16
3) Laporan keuangan menyajikan informasi tentang perubahan posisi
keuangan perusahaan.
4) Laporan keuangan mengungkapkan informasi keuangan yang penting dan
relevan dengan kebutuhan para pengguna laporan keuangan.
4. Analisis Rasio Keuangan
Analisis rasio keuangan adalah metode analisis untuk mengetahui
hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara individu
ataupun secara kombinasi dari kedua laporan tersebut (Munawir, 2002:64). Rasio
keuangan menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan antara suatu jumlah
tertentu dengan jumlah yang lain dalam laporan keuangan, dan dengan
menggunakan alat analisa berupa rasio ini akan dapat menjelaskan atau memberi
gambaran kepada penganalisa tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi
keuangan suatu perusahaan terutama apabila angka rasio tersebut dibandingkan
dengan angka rasio pembanding yang digunakan sebagai standar
(Munawir,1990:64).
Dengan menggunakan analisa rasio dimungkinkan untuk dapat
menentukan tingkat kinerja suatu bank dan kesehatannya dengan menggunakan
perhitungan rasio likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas suatu bank. Perhitungan
rasio untuk menilai posisi kinerja suatu bank, akan memberikan gambaran yang
jelas tentang baik dan buruknya operasional suatu bank, yang dilihat dari posisi
keuangannya dalam neraca dan laba rugi.
17
5. Pengertian Profitabilitas Perbankan
Menurut Slamet Riyadi (2006:32), Profitabilitas adalah perbandingan laba
(setelah pajak) dengan modal (Modal inti) atau laba (sebelum pajak) dengan total
assets yang dimiliki bank pada periode tertentu. Agar perhitungan rasio mendekati
pada kondisi yang sebenarnya (real), maka posisi modal atau assets dihitung
secara rata-rata selama periode tersebut. Profitabilitas adalah ukuran spesifik dari
performance sebuah bank, dimana ia merupakan tujuan dari manajemen
perusahaan dengan memaksimalkan nilai dari para pemegang saham, optimalisasi
dari berbagai tingkat return, dan meminimalisir risiko yang ada (Hasan, 2003:16).
Tujuan analisis profitabilitas sebuah bank adalah untuk mengukur tingkat efisiensi
usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan (Kuncoro,
2002:36). Kinerja keuangan perusahaan dari sisi manajemen, mengharapkan laba
bersih sebelum pajak (earning before tax) yang tinggi karena semakin tinggi laba
perusahaan semakin flexible perusahaan dalam menjalankan aktivitas operasional
perusahaan, sehingga EBT perusahaan akan meningkat bila kinerja keuangan
perusahaan meningkat. Analisis rasio profitabilitas ini menggunakan ROA.
Return on Asset merupakan rasio antara laba sebelum pajak terhadap total
asset.Semakin besar Return on Asset menunjukkan kinerja keuangan yangsemakin
baik, karena tingkat kembalian (return) semakin besar. Apabila Return on Asset
meningkat, berarti profitabilitas perusahaan meningkat,sehingga dampak akhirnya
18
adalah peningkatan profitabilitas yang dinikmati oleh pemegang saham (Husnan,
1998). Perhitungan ROA terdiri dari :
a. Menghitung Earning Before Tax (EBT) laba perusahaan (bank) sebelum
dikurangi pajak.
b. Menghitung keseluruhan aktiva yang dimiliki oleh bank yang terdiri dari
aktiva lancar dan aktiva tetap. Secara matematis ROA dapat dirumuskan
sebagai berikut:
6. Capital Adequacy Ratio (CAR)
Rasio CAR digunakan untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki
bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan resiko,
misalnya kredit yang diberikan. Semakin tinggi CAR maka semakin kuat
kemampuan bank tersebut untuk menanggung risiko dari setiap kredit atau aktiva
produktif yang berisiko. Jika nilai CAR tinggi (Menurut ketentuan Bank
Indonesia, Capital Adequacy Ratio (CAR) mempunyai nilai minimal sebesar 8%)
berarti bahwa bank tersebut mampu membiayai operasi bank, dan keadaan yang
menguntungkan tersebut dapat memberikan kontribusi yang cukup besar bagi
profitabilitas bank (ROA) yang bersangkutan (Dendawijaya, 2003).
19
Modal bank terdiri dari dua komponen yaitu modal inti dan modal
pelengkap.Modal inti adalah modal yang berasal dari para pemilik bank, yang
terdiri dari modal yang disetor oleh para pemegang saham, cadangan dan laba
ditahan. Sedangkan modal pelengkap terdiri dari cadangan revaluasi aktiva tetap,
penyisihan penghapusan aktiva produktif, modal pinjaman, dan pinjaman
subordinasi. Kebutuhan modal minimum bank dihitung berdasarkan ATMR
(Aktiva Tertimbang Menurut Risiko) yang merupakan penjumlahan ATMR aktiva
neraca dan ATMR aktiva administratif.
ATMR aktiva neraca diperoleh dengan cara mengalikan nilai nominal
aktiva yang bersangkutan dengan bobot risiko masing-masing aktiva. ATMR
aktiva administratif diperoleh dengan cara mengalikan nilai nominal rekening
administratif yang bersangkutan dengan risiko. Semakin tinggi CAR maka
semakin baik kondisi sebuah bank (Tarmidzi Achmad, 2003). Jika nilai CAR
tinggi berarti bank tersebut mampu membiayai operasi bank, keadaan yang
menguntungkan bank tersebut akan memberikan kontribusi yang cukup besar bagi
profitabilitas (Mudrajad Kuncoro dan Suhardjono , 2002).Besarnya nilai CAR
suatu bank dapat dihitung dengan rumus :
20
7. Non Performing Loan (NPL)
Kredit macet merupakan bagian dari pengelolaan kredit bank, karena kredit
bermasalah itu sendiri merupakan risiko yang dihadapi bisnis perbankan. Menurut
Mudrajat Kuncoro (2002:462) “Non Performing Loan (NPL) atau kredit macet
adalah suatu keadaan dimana nasabah tidak sanggup membayar sebagian atau
seluruh kewajibannya kepada bank seperti yang diperjanjikannya”. Sedangkan
menurut Dendawijaya (2005) “kredit macet yaitu pengembalian pokok pinjaman
dan pembayaran bunganya telah mengalami penundaan lebih dari satu tahun sejak
jatuh tempo menurut jadwal yang diperjanjikannya”. Dari kedua pendapat diatas
dapat disimpulkan bahwa kredit macet adalah kredit yang sejak jatuh tempo tidak
dapat dilunasi oleh debitur sebagaimana mestinya sesuai dengan perjanjian.
Pengertian jatuh tempo tersebut sesuai dengan tingkat kolektibitas bank yang
bersangkutan.
Peningkatan Non Performing Loan (NPL) yang terjadi berpengaruh
terhadap menurunnya likuiditas bagi sektor perbankan, karena tidak ada dana yang
masuk baik berupa pembayaran pokok maupun bunga pinjaman dari kredit-kredit
yang macet, sehingga bila hal ini dibiarkan maka akan berpengaruh terhadap
hilangnya pendapatan dari sektor kredit dan bank kehilangan kepercayaan dari
masyarakat masyarakat karena tidak mampu mengelola dana nasabah dengan
aman. Bank Indonesia menetapkan kriteria rasio NPL gross kurang dari 5%. Rasio
21
NPL sesuai dengan SE No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 dapat dihitung dengan
rumus :
Kredit yang diberikan oleh bank mengandung risiko, sehingga dengan
demikian dalam pelaksanaannya bank harus memperhatikan asas-asas perkreditan
yang sehat. Untuk mengurangi risiko tersebut, jaminan pemberian kredit dalam
arti keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi
hutangnya sesuai dengan yang diperjanjikan merupakan faktor yang sangat
penting yang harus diperhatikan oleh bank.
Tingkat kesehatan bank merupakan hal terpenting yang harus diusahakan
oleh manjemen bank. Pengelola bank diharuskan memantau keadaan kualitas
aktiva produktif yang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
kesehatannya.
Penilaian terhadap kualitas aktiva produktif didasarkan pada
tingkat kolektibilitas kreditnya. Maksud dari kolektabilitas kredit yaitu gambaran
dari keadaan pembayaran utang pokok serta angsuran dan bunga pinjaman serta
tingkat kemungkinan diterimanya kembali dana yang ditanamkan dalam surat
berharga atau penanaman lainnya. Penggolongan kolektibilitas aktiva produktif
sampai sejauh ini hanya terbatas pada kredit yang diberikan. Ukuran utamanya
22
adalah ketepatan pembayaran kembali pokok dan bunga serta kemampuan debitur
baik ditinjau dari usaha maupun nilai agunan kredit yang bersangkutan
(Syahyunan, 2002).
Berdasarkan surat keputusan direksi bank Indonesia No. 30/267/KEP/DIR,
Tanggal 27 Februari 1998 tentang kualitas produktif dan pembentukan cadangan,
ditetapkan 5 Golongan kolektibilitas kredit yaitu : Lancar, Dalam Perhatian
khusus, Kurang Lancar, Diragukan dan Macet dengan kriteria sebagai berikut :
1) Lancar (Pass)
a. Kredit dengan angsuran pokok, dimana tidak terdapat tunggakan angsuran
pokok, tunggakan bunga atau cerukan karana penarikan kredit.
b. Kredit dengan angsuran untuk KPR
1. Tidak terdapat tunggakan angsuran pokok
2. Terdapat tunggakan angsuran pokok tetapi melampaui satu bulan
c. Kredit tanpa angsuran atau kredit rekening koran, dimana kredit belum jatuh
tempo, dan tidak terdapat tunggakan bunga.
2) Dalam perhatian khusus (Special Mention)
a. Terdapat tunggakan angsuran pokok, dan belum melampaui 3 bulan, baik
kredit yang ditetapkan masa angsurannya bulanan.
23
b. Terdapat tunggakan bunga belum melampaui 3 bulan, bagi kredit yang masa
angsurannya bulanan.
c. Terdapat cerukan karena penarikan, tetapi jangka waktunya belum
melampaui 15 hari kerja.
d. Terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi debitur .
e. Dokumen pinjaman lemah.
3) Kurang lancar (Sub standar)
a. Kredit dengan angsuran di luar KPR, terdapat tunggakan pokok yang :
1. Melampaui 1 bulan dan belum melampaui 2 bulan bagi kredit masa
angsurannya kurang 1 bulan.
2. Melampaui 3 bulan dan belum melampaui 6 bulan bagi kredit yang
masa angsurannya ditetapkan bulanan, dua bulanan, dan tiga bulanan.
3. Terdapat cerukan akibat penarikan yang jangka waktunya telah
melampaui 15 hari kerja tetapi belum melampaui 30 hari kerja.
b. Kredit dengan angsuran untuk KPR terdapat tunggakan angsuran pokok yang
telah melampaui 4 bulan tetapi belum melampaui 6 bulan.
c. Kredit tanpa angsuran, terdapat tunggakan bunga yang melampaui 4 bulan
belum melampaui 6 bulan.
24
4) Diragukan (Doubt Ful)
5) Macet (Loss)
8. Inflasi
a. Pengertian inflasi
Menurut Case and Fair(2007:63) inflasi adalah peningkatan tingkat
harga secara keseluruhan. Terjadi ketika banyak harga meningkat secara
serentak. Inflasi diukur dengan menghitung peningkatan harga rata-rata
sejumlah besar barang selama beberapa periode waktu.
Sedangkan menurut Nopirin (2000:174) Inflasi adalah proses kenaikan
harga-harga umum barang-barang secara terus menerus. Ini tidak berarti bahwa
harga-harga berbagai macam barang itu dengan persentase yang sama. kenaikan
yang terjadi hanya sekali saja (meskipun dengan persentase yang cukup besar)
bukanlah merupakan inflasi.
Menurut Nopirin (2000:174) Kenaikan harga ini diukur dengan
menggunakan indeks harga. Beberapa indeks harga yang sering digunkan
utntuk mengukur inflasi antara lain:
1.) Indeks biaya hidup (consumer price index)
Indeks biaya hidup mengukur biaya/pengeluaran untuk membeli
sejumlah barang dan jasa yang dibeli oleh rumah tangga untuk keperluan
hidup.an keseluruhan. Besarnya persentasse ini dapat berubah dari tahun
ketahun.oleh
25
Angka penimbang biasaanya didasarkan atas besarnya persentase
pengeluaran untuk barang tertentu terhadap pengeluaran keseluruuhan.
Besarnya persentasse ini dapat berubah dari tahun ketahun. Oleh karena itu
perlu direvisi apabila ternyata terdapat perubahan. Laju inflasi dapat
dihitung dengan cara menghitung persentase kenaikan/penurunan indeks
harga ini tahun ketahun (atau dari bulan kebulan).
2.) Indeks harga perdagangan besar ( wholesale price index)
Inedeks perdagangan besar menitikberatkan pada sejumlah barang
pada tingkat perdagangan besar. Ini berarti harga bahan mentah, bahan
baku atau setengah jadi massuk dalam perhitungan indeks harga. Biasanya
perubahan indeks harga dan sejalan/searah dengan indeks biaya hidup
3.) GNP deflator
GNP deflator adalah sejenis indeks yang lain. Berbeda dengan dua
indeks diatas, dalam cakupan barangnya. GNP deflator mencakup jumlah
barang dan jasa yang masuk dalam perhitungan GNP, jai lebih banyak
jumlahnya bila dibandingkan dengan dua indeks diatas. GNP deflator
diperoleh dengan membagi GNP nominal (atas dasar harga berlaku)
dengan GNP riil (atas dasar harga konstan).
26
b. Jenis inflasi
Menurut Nopirin (2000:176) jenis inflasi dapat dibedakan berdasarkan :
1. Inflasi menurut sifatnya
Menurut sifatnya inflasi dapat digolongkan menjadi 3 kategori yaitu:
a. Inflasi merayap (creeping inflation)
Biasanya creeping inflationditandai dengan laju inflasi yang rendah
(kurang dari 10%. Kenaikan harga berjalan secra lambat, dengan
persentse yang kecil serta dalam jangka yang relatif lama.
b. Inflasi menengah (galloping inflation)
Galloping inflationditandai dengan kenaikan harga yang cukup
besar (biasanya double digit atau bahkan triple digit) dan kdangkala
berjalan dalam waktu yang relatif pendek serta mempunyai siat
akselerasi. Artinya, harga-harga minggu/bulan ini lebih inggi dari
minggu/bulan lalu dan seterusnya. Efeknya terhadap perekonomian lebih
besar dari pada inflasi yang merayap (galloping inflation)
c. Inflasi tinggi (hyper inflation)
Merupakan inflasi yang paling parah akibatnya. Harga-harga naik
sampai 5 atau 6 kali. Masyarakat tidak lagi berkeinginan untuk
menyimpan uang. Nilai uang merosot dengan tajam sehingga ingin
ditukarkan dengan barang. Perputaran uang makin cepat, harga naik secra
akselerasi. Biasanya keadaan ini timbul apabila pemerntah mengalami
27
defisit anggaran belanja (misalkan ditimbulkan karenaa adanya perang)
yang dibelanjai/ditutup dengan mencetak uang.
2. Inflasi menurut sebabnya
Sebelum kebijaksanaan untuk mengatasi inflasi diambil, perlu telebih
dahulu diketahui faktro-faktor yang menyebabkan inflasi.
Menurut teori kuantitas sebab utama timbulnya inflasi adalah
kelebihan permintaan yang disebabkan karena penambahan jumlah uang
beredar.
a. Demand-pull inflation
Inflasi ini bermula dari adanya kenaikan permintaan total
(agregate demand), sedangkan produksi telah berada pada keadaan
kesempatan kerja penuh atau hampir mendekati kesempatan kerja penuh.
Dalam keaadaan hampir mendekati kesempatan kerja penuh, kenaikan
permintaan total disamping menaikan harga dapat juga menaikan hasil
produksi (output). Apabila kesempatan kerja penuh (full-
employment)telah tercapai; penambahan permintaan selanjutnya hanyalah
akan menaikan harga saja (sering disebut dengan inflasi murni). Apabila
kenaikan permintaan ini menyebabkan keseimbangan GNP berada di
atas/melebihi GNP pada kesemptan kerja penuh maka akan terdapat
aanya „inflationary gap”. Infltionary gap inilah yang dapat menimbulkan
inflasi.
28
b. Cost-push Inflation
Berbeda dengan demand full inflation, Cost-push
Inflationbiasanya ditanai dengan kenaikan harga serta turunnya produksi.
Jadi, inflasi yang dibarengi dengan resesi. Keadaan ini timbul biasanya
dimulai dengan adanya penurunan alam penawaaran total (agregate
supply)sebab akibat kenaikan biaya produksi.
Kenaikan biaya produkdapat timbul karena beberapa faktor
diantarnya :
a) Perjuangan serikat buruh yang berhasil untuk menunut kenaikan upah.
b) Suatu industri yang sifatnya monopolistis, manajer dapat
menggunakan kekuasaanya di pasar untuk menentukan harga (yang
lebih tinggi).
c) Kenaikan harga bahan baku industri. Salah satu contoh yang tak asing
lagi adalah krisis minyak yang terjadi pada tahun 1972-1973 yang
mengakibatkan terjadinya kenaikan harga minak. Biaya produksi naik,
akibatnya timbul stagflasi, akni inflasi yang disertai dengan stagnasi.
c. Faktor-faktor penyebab inflasi
Masalah kenaikan harga-harga yang berlaku di berbagai negara
diakibatkan oleh bnyak faktor. Dinegara-negar inustri pada umumnya inflasi
bersumber dari salah satu atau gabungan dari dua masalh berikut : ( Sadono
Sukirno, 2011:14)
29
a. Tingkat pengeluaran agregat yang melebihi kemampuan perusahaan-
perusahaan untuk menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa.
Keiningan untuk mendapatkan barang yan mereka butuhkan akan
mendorong para konsumen meminta barang barang itu pada harga yang
lebih tinggi. Sebaliknya, para pengusaaha akan mencoba menahan
barangnya dan hanya menjual kepada pembeli-pembeli yang bersedia
membayar paa harga yang lebih tinggi, kedua-dua kecenrungan ini akan
meyebabkan kenaikan harga-harga.
b. Pekerja-pekerja diberbagai kegiatan ekonomi menuntut kenaikan upah.
Apabila para pengusaaha mulai menghadapi kesukaran dalam
mencari tambahan pekerja untuk menambah produksinya, pekerja-pekerja
yang ada akan terdorong untuk menuntut kenaikan upah. Apabila tuntutan
kenaikan upah berlaku secara meluas, akan terjadi kenaikan biaya produksi
dari berbagi barang dan jasa yang dihasilkan dalam perekonomian. Kenaikan
biayan produksi tersbut akan mendorong perusahaan-perusahaan menaikkan
harga-harga barang mereka.
Disamping itu inflasi dapat pula berlaku sebagai akibat dari
kenaikan harga-harga barang yang diimpor, penambahan penawaaan uang
yang berlebihan tanpa iikuti oleh pertambahan produksi dan penawaran
barang, dan kekacauan politik dan ekonomi sebagai akibat pemerintahan
yang kurang bertanggung jawab.
30
d. Efek inflasi
Menurut Nopirin (2000:181-183) Inflasi dapat mempengaruhi
distribusi pendapaan, alokasi faktor produksi serta produk nasional. Efek
terhadap distribusi pendapatan disebut dengan: equity effect, sedangkan efek
terhadap alokasi faktor produksi, dan produk nasional masing-masing disebut
dengan efficiency dan output effects.
1. Efek tehadap pendapatan (equity effect)
Efek terhadap pendapatan sifatnya tidak merata, ada yang dirugikan
ada pula yang diuntungkandengan adanya inflasi.
Seorang yang memperoleh pendapatan tetap akan dirugikan oleh
adanya inflasi. Misalnya seorang yang memperoleh pendapatan tetap
Rp500.000,00 pertahun sedang laju inflasi sebesar 10%, akan menderita
kerugian penurunan pendapatan riil sebesar laju inflasi tersebut, yakni
Rp50.000,00.
Demikian juga orang yang menumpuk kekayaan dalam bentuk uang
kas akan menderita kerugian adanya inflasi. Contoh lain, yang dirugikan
karena adanya inflasi adalah barang/pihak yang memberikan pinjaman
uang dengan bunga lebih rendah dari laju inflassi. Misalnya, dia memberi
pinjaman Rp10.000,00 dengan bunga pertahun. Apabila laju inflasi sebesar
15% per tahun, maka sebenarnya nilai riil pinjamannya akan menjai lebih
31
rendah. Dengan demikain inflasi dapat menyebabkan terjadinya perubahan
dalam pola pembagian pendapatan dan kekayaan masyarakat.
2. Efek terhadap efisiensi (Efficiency Effect)
Inflasi dapat pula mengubah pola alokasi faktor-faktor produksi.
Perubahn ini dapat terjai melalui berbagai macam barang yang kemudain
dapat mendorong terjainya perubahan dalam produksi beberapa barang
tertentu. Deengan adanya inflasi permintaan akan barang tertentu
mengalami kenaikan yang lebih besar dari barang lain, yang kemudian
mendorong kenaikan produksi barang tersebut. Kenaikan produksi barang
ini pada gilirannya akan mengubah pada alokasi faktor produksi yang
sudah ada.ahli ekonomi berpendapat bahwa inflasi dapat mengakibatkan
alokasi faktor produksi menjadi tidak efisien.
3. Efek terhadap Output (Output Effects)
Inflasi mungkin dapat menyebabkan terjadinya kenaikan produksi.
Alasannya alam keadaan inflassi biasaanya kenaikan haga barang
mendahului kenaikan upah sehingga keuntungan pengusaha naik. Kenaikan
keuntungan ini akan mendorong kenaikan produksi. Namun apabila laju
inflasi ini cukup tingggi (hyper inflation)dapat mempunyai akibat
sebaliknya, yakni penurunan output.dalam keadaan inflasi yang tinggi, nilai
uang riil turun dengan drastis masyarakat cenderung tidak menyukai uang
kas, transaksi mengarah ke barter, yang biasanya diikuti dengan turunnya
32
produksi barang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada
hubungan langsung anatara inflassi dengan output. Inflassi bisa dibarengi
dengan kenaikan output, tetapi bisa juga dibarengi dengan penurunan
output.
e. Indikator Inflasi
Menurut Mandala Manurung dan Prathama Rahardja (2004:164) ada
beberapa indikator ekonomi makro yang digunakan untuk mengetahui inflasi
selama satu periode tertentu yaitu:
a. Indeks Harga Konsumen (IHK)
Indeks Harga Konsumen (IHK) adalah angka indeks yang
menunjukan tingkat harga barang dan jasa harus dibeli konsumen dalam
suatu periode tertentu. Angka IHK diperoleh dengan menghitung harga-
harga barang dan jasautama yang dikonsumsi masyarakat dalam satu
periode tertentu. Masing-masing harga barang dan jasa tersebut diberi
bobot (weighted)berdasarkan tingkat keutamaanya. Barang dan jasa yang
dianggap paling penting diberi bobot paling besar.
Di Indonesia, perhitungan IHK dilakukan dengan memperhitungkan
sekitar beberapa ratus komoditas pokok. Untuk lebih mencerminkan
keadaan yang sebenarnya, perhitungan IHK dilakukan dengan melihat
perkembangan regional, yaitu dengan mempertimbangkan tingkat inflasi
kota-kota besar, terutama ibukota propinsi di Indonesia.
33
Inflasi =
x 100%
b. Indeks Harga Perdagangan Besar (Wholesale Price Index)
Jika inflasi melihat dari sisi konsumen, maka Indeks Harga
Perdagangan Besar (IHPB) melihat inflasi dari sisi produsen. Oleh karena
itu IHPB sering juga disebut sebagai indeks harga produsen (producer
price index). IHPB menunjukan tingkat harga yang diterima produsen
berbagai tingkat produksi. Prinsip menghitung inflasi berdasarkan data
IHPB adalah sama dengan cara berdasarkan IHK
Inflasi =
x 100%
c. Indeks Harga Implisist (GDP Deflator)
Walaupun sangat bermanfaat, IHK dan IHPB memberikan gambaran
laju inflasi yang terbatas. Sebab jika dilihat dari metode perhitungannya,
kedua indikator tersebut hanya melengkapi beberapa puluh kota saja.
Sama halnya dengan dua indikator sebelumnya, perhitungan inflasi
berdasarkan IHI dilakukan dengan menghitung perubahan angka indeks.
Inflasi =
x 100%
f. Cara mengatasi inflasi
Ada beberapa cara untuk mengatasi inflasi yaitu : Nopirin (2000:184)
1) Kebijaksnaaan moneter
34
Sasaran kebijaksnaan moneter dicapai melalui pengaturan jumlah
uang beredar (M). salah satu komponen jumlah uang adalah uang giral
(demand deposit). Uang giral dapat terjadi melalui dua cara, pertama
apabila seseorang memasukan uang kas ke bank dalam bentuk giro.
Kedua, apabila seseorang memperoleh pinjaman dari bank tidak diterima
kas tetapi dalam bentuk giro. Deposito yang timbul dengan cara kedua
sifatnya lebih inflatordaripada cara pertama. Sebab cara pertama hanyalah
pengalihan bentuk saja dari uang kas ke uang giral.
Bank sentral dapat mengatur uang giral ini melalui penetapan
cadangan minimu. Untuk menkan laju inflassi cadangan minimum ini
dinaikan sehingga jumlah uang menjadi lebih kecil. Disamping cara ini,
bank sentral dapat menggunakan apa yang disebut denga tingkat diskonto
(discount rate). discount rate adalah tingkat diskonto untuk pinjaman
yang diberikan oleh bank sentral pada bank umum. Pinjaman ini biasanya
berujud tambahnya cadangan bank umum yang ada pada bank central.
discount rateini bagi bank umum merupakan biaya untuk pinjaman yang
diberikan oleh bank sentral. Apabila tingkat diskonto dinaikan oleh bank
sentral maka gairah bank umum untuk meminjam makin kecil sehingga
caangan yang ada pada bank sentral juga mengecil. Akibatnya,
kemampuan bank umum memberikan pinjaman pada masyarkat makin
kecil sehingga jumlah uang berdar turun dan inflasi dapat dicegah.
35
Instrumen lain yang dapat dipakai untuk mencegah inflasi adalah
politik pasar terbuka (jual/beli surat berharga). Dengan cara menjual surat
berharga bank sentral dapat menekan perkembnagn jumlah uang beredar
sehingga laju inflasi dapat lebih mudah.
2) Kebijaksanaan fiskal
Kebijakan fiskal ,enyangkut pengaturan tentang pengeluaran
pemerinah serta perpajakan yang secra langsung dapat mempengaruhi
harga. Inflasi dapat icegah melalui penurunan permintaan total.
Kebijaksanaan fiskal yang berupa pengurangan pengeluaran pemerintah
serta kenaikan pajak akan dapat mengurangi permintaan total, sehingga
inflasi dapat ditekan.
3) Kebijaksanaan yang berkaitan dengan output
Kenaikan output dapat memperkecil laju inflasi. Kenaikan jumlah
outputini dapat dicapai misalnya dengan kebijaksanaan penurunan bea
masuksehinnga impor barang cenerung meningkat. Bertambahnya jumlah
barang di dalam negeri cenderung menurunkan harga.
4) Kebijaksnaan Penentuan Harga dan Indexing
Ini dilakukan dengan penentuan ceiling harga, serta mendasarkan
paa indeks harga tertentu untuk gaji ataupun upah (dengan demikian
gaji/upah secara riil tetap). Kalau indeks harga naik, maka gaji/upah juga
dinaikan
36
9. Loan to Deposit Ratio ( LDR )
LDR adalah rasio antar seluruh jumlah kredit yang diberikan terhadap
dana pihak ketiga. Besarnya jumlah kredit yang disalurkan akan menentukan
keuntungan bank. Jika bank tidak mampu menyalurkan kredit sementara dana
yang terhimpun banyak maka akan menyebabkan bank tersebut rugi (Kasmir,
2004).Dendawijaya(2003) dalam bukunya Manajemen Perbankan mendefinisikan
Loan to DepositRatio (LDR) adalah rasio antara seluruh jumlah kredit yang
diberikan bankdengan dana yang diterima oleh bank. Likuiditas bagi suatu bank
berarti bahwa bank tersebut memiliki sumber dana yang cukup tersedia untuk
memenuhi semua kewajibannya (Siamat, 2005).
Loan to Deposit Ratio (LDR) dijadikan variabel independen
yangmempengaruhi ROA didasarkan didasarkan hubungannya dengan tingkat
risiko bank yang bermuara pada profitabilitas bank (ROA). Rasio LDR digunakan
untukmengukur kemampuan bank tersebut apakah mampu membayar hutang-
hutangnya dan membayar kembali kepada deposannya, serta dapat memenuhi
permintaan kredit yang diajukan. Menurut peraturan Bank Indonesia, besarnya
LDR adalah 110%. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut (Kasmir, 2004) :
37
B. Keterkaitan antar Variabel Bebasdengan Variabel Terikat
1. Pengaruh CAR Terhadap ROA
Modal Bank harus dapat digunakan untuk menjaga kemungkinan
timbulnya risiko kerugian sebagai akibat pergerakan aktiva bank sebagai financial
intermediary, sedangkan pergerakan pasiva ke arah aktiva akan menimbulkan
berbagai resiko, dan peningkatan peranan aktiva bank sebagai penghasil
keuntungan harus dijaga. Besarnya modal suatu bank akan mempengaruhi tingkat
kepercayaan masyarakat terhadap kinerja bank (Sinungan, 2000). CAR merupakan
indikator terhadap kemampuan bank untuk menutupi penurunan aktivanya sebagai
akibat dari kerugian-kerugian bank yang disebabkan oleh aktiva yang berisiko
dengan kecukupan modal yang dimilikinya (Dendawijaya, 2003).
Semakin tinggi CAR maka semakin kuat kemampuan bank tersebut untuk
menanggung risiko dari setiap kredit atau aktiva produktif yang berisiko. Atau
dengan kata lain, maka semakin tinggi kecukupan modalnya untuk menanggung
risiko kredit macetnya, sehingga kinerja bank semakin baik, dan dapat
meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap bank yang bersangkutan yang
berujung pada meningkatnya laba (ROA). Dengan demikian dapat dirumuskan
bahwa CAR berpengaruh positif signifikan terhadap ROA. Hal tersebut sesuai
dengan hasil penelitian dari Restiyana (2010) dan Diana Puspitasari (2009) yang
menyatakan bahwa rasio CAR memilikipengaruh positifdansignifikan terhadap
ROA.
38
2. Pengaruh NPL Terhadap ROA
Non Performing Loan (NPL) merupakan rasio yang dipergunakan untuk
mengukur kemampuan bank dalam meng-cover risiko kegagalan pengembalian
kredit oleh debitur (Darmawan, 2004). NPL mencerminkan risiko kredit, semakin
tinggi tingkat NPL maka semakin besar pula risiko kredit yang ditanggung oleh
pihak bank (Ali,2004). Akibat tingginya NPL perbankan harus menyediakan
pencadangan yang lebih besar sehingga pada akhirnya modal bank ikut terkikis.
Padahal besaran modal sangat mempengaruhi besarnya ekspansi kredit. Besarnya
NPL menjadi salah satu penyebab sulitnya perbankan dalam menyalurkan kredit
(Sentausa, 2009).
3. Pengaruh Inflasi Terhadap ROA
Jika laju inflasi tinggi tidak terkendali maka dapat mengganggu upaya
perbankan dalam pengerahan dana masyarakat, karena tingkat inflasi yang tinggi
menyebabkan tingkat suku bunga riil menjadi menurun. Dapat ditambahkan, laju
inflasi yang sangat tinggi (hyperinflation) akan menimbulkan ketidakpastian
dalam berusaha sehingga akan menggangu kegiatan operasional perbankan seperti
pembuatan anggaran belanja dan perencanaan kredit yang akan mempengaruhi
keadaan keuangan bank-bank (Aulia Pohan, 2008:54).
39
4. Pengaruh LDR Terhadap ROA
LDR merupakan ukuran likuiditas yang mengukur besarnya dana yang
ditempatkan dalam bentuk kredit yang berasal dari dana yang dikumpulkan oleh
bank (terutama masyarakat). Apabila hasil pengukuran jauh berada diatas target
dan limitnya, berarti tidak tertutup kemungkinan bank akan mengalami kesulitan
likuiditas yang pada gilirannya akan menimbulkan tekanan pada pendapatan bank
(Kuncoro dan Suhardjono, 2002). Semakin tinggi rasio LDR, memberikan indikasi
semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Dengan
adanya likuiditas yang rendah, maka akan menghasilkan tingkat profitabilitas yang
tinggi. Hal ini disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai
kredit menjadi semakin besar (Ahmad Faisol, 2007). Hal ini sesuai dengan
penelitian Restiyana (2010) dan Diana Puspitasari (2009) bahwa LDR memiliki
pengaruh signifikan positif terhadap profitabilitas.
40
C. Penelitian Terdahulu
Adapun penelitian terdahulu yang relevan dan menjadi landasan dalam
penelitian ini antara lain:
Budi Ponco (2008) Melakukan penelitian dengan judul Analisis CAR, NPL,
BOPO, NIM, dan LDR terhadap ROA periode 2004 – 2007 . Variabel yang digunakan
adalah CAR, NPL, BOPO, NIM, LDR, dan ROA. Dalam penelitiannya tersebut
variabel CAR, NIM, dan LDR memiliki pengaruh yang positif dan signifikanterhadap
ROA. NPL memiliki pengaruh yang negatif dan tidak signifikan terhadap ROA.
Variabel BOPO mempunyai pengaruh yang negatif dan signifikan.
Neni Supriyanti melakukan penelitian dengan judul Analisis pengaruh Inflasi
dan Suku Bunga BI terhadap Kinerja Keuangan PT. Bank Mandiri Tbk berdasarkan
Rasio Keuangan (periode 2003-2007). Variabel yang digunakan adalah inflasi,
sukubunga BI, ROA, ROE dan NIM. Dalam penelitiannya tersebut variabel inflasi dan
suku bunga BI memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap ROA.
Nesrine Ayadi and Younes Boujelbene (2012) melakukan penelitian dengan
judul The Determinants of the Profitability ofthe Tunisian Deposit Banks (study kasus
pada : twelve commercial banks in Tunisia period 1995 to 2005). Variabel yang
digunakan adalah LOAN, LIQ, EQAS, SIZE, CONC, ASSGDP, MACPASS,
MACGDP, GDPGGR, Inflasi dan ROA. Dalam penelitian tersebut variabel EQAS,
SIZE dan MACGDP memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap ROA.
Sedangkan ASSGDP dan MACPASS memiliki pengaruh negative dan signifikan
41
terhadap ROA. Kemudian BLOAN dan CONC memiliki pengaruh positif dan tidak
signifikan terhadap ROA.Sedangkan GDPGGR dan Inflasi memiliki pengaruh negative
dan tidak sinifikan terhadap ROA.
Restiyana melakukan penelitian dengan judul Analisis pengaruh CAR, NPL,
BOPO, LDR dan NIM terhadap Profitabilitas Perbankan (study kasus pada : Bank
Umum di Indonesia periode 2006-2010). Variabel yang digunakan adalah CAR, NPL,
BOPO, LDR, NIM dan ROA. Dalam penelitian tersebut varibel CAR, LDR dan NIM
memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap ROA. Sedangkan variabel NPL dan
BOPO memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA.
Diana Puspitasari (2009) melakukan penelitian dengan judul Analisis pengaruh
CAR, NPL, PDN, NIM, BOPO, LDR dan Suku Bunga SBI terhadap ROA (studi kasus
pada : Bank Devisa periode 2003-2007). Variabel yang digunakan adalah CAR, NPL,
PDN, NIM, BOPO, LDR, Suku Bunga SBI dan ROA. Dalam penelitian tersebut
variabel PDN memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap ROA.
Sedangkan Suku Bunga SBI tidak menunjukkan pengaruh positif dan tidak signifikan
terhadap ROA. Variabel CAR, NIM, dan LDR memiliki pengaruh positif dan
signifikan terhadap ROA, sedangkan variabel NPL dan BOPO berpengaruh negative
dan signifkan terhadap ROA.
Maharani Ika Lestari (2007) melakukan penelitian dengan judul Kinerja Bank
Devisa dan Bank Non Devisa dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya (studi kasus
pada : Bank Devisa dan Bank Non Devisa periode 2002-2006). Variabel yang
digunakan adalah inflasi, nilai tukar (kurs) Rupiah terhadap US Dollar, suku bunga
SBI, ROA, ROE dan LDR. Dalam penelitian tersebut variabel inflasi, nilai tukar (kurs)
42
Rupiah terhadap US Dollar dan suku bunga SBI tidak berpengaruh signifikan terhadap
rasio ROA,ROE dan LDR.
43
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
N
NO
Penulis Judul
Data dan
Variabel
Model
Analisis
Kesimpulan
1. Adiyah Randy
(2014)
Pengaruh CAR,
NPL, LDR, NIM
dan BOPO
terhadap
profitabilitas
perbankan (studi
kasus pada bank
umum yang
listed di bursa
efek Indonesia
tahun 2014)
Capital
Aduquancy
Ratio
(CAR)
(X1), Non
Performing
Loan (NPL)
(X2), Loan
to Deposit
Ratio
(LDR)
(X3), Net
Interest
Margin
(NIM) (X4),
dan BOPO
(X5)
Regresi
Linear
Berganda
Bahwah Variabel CAR dan
LDR berpengaruh positif
tetapi tidak signifikan
terhadap ROA serta
variabel NPL memiliki
pengaruh negatif tidak
signifikan terhadap
ROA,sementara variabel
BOPO berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap
ROA dan NIM memiliki
pengaruh positif dan
signifikan terhadap ROA
.Kemampuan prediksi dari
kelima variabel independen
terhadap ROA.
44
tehadap
Return on
Asset
(ROA) (Y1)
2. Nasrine Ayadi
and Younes
Boujelbene
(2012)
The
Determinants of
the Profitability
of the Tunisian
Deposit Banks
BLOAN
(X1), LIQ
(X2), EQAS
(X3), SIZE
(X4),
CONC
(X5),
ASSGDP
(X6),
MACPASS
(X7),
MACGDP
(X8),
GDPGGR
(X9), Inflasi
(X10) dan
ROA (Y).
variabel EQAS, SIZE dan
MACGDP memiliki
pengaruh positif dan
signifikan terhadap ROA.
Sedangkan ASSGDP dan
MACPASS memiliki
pengaruh negative dan
signifikan terhadap ROA.
Kemudian BLOAN dan
CONC memiliki pengaruh
positif dan tidak signifikan
terhadap ROA. Sedangkan
GDPGGR dan Inflasi
memiliki pengaruh negative
dan tidak sinifikan terhadap
ROA.
45
3. Restiyana
(2011)
Analisis
pengaruh CAR,
NPL, BOPO,
LDR dan NIM
terhadap
Profitabilitas
Perbankan
CAR (X1),
NPL (X2),
BOPO
(X3), LDR
(X4), NIM
(X5) dan
ROA (Y).
Regresi
Linear
Berganda
varibel CAR, LDR dan NIM
memiliki pengaruh positif
dan signifikan terhadap
ROA. Sedangkan variabel
NPL dan BOPO memiliki
pengaruh negative dan
signifikan terhadap ROA.
4. Diana
Puspitasari
(2009)
Analisis
pengaruh CAR,
NPL, PDN,
NIM, BOPO,
LDR dan Suku
Bunga SBI
terhadap ROA
CAR (X1),
NPL (X2),
PDN (X3),
NIM (X4) ,
BOPO
(X5), LDR
(X6), Suku
Bunga SBI
(X7) dan
ROA (Y).
Ordinary
Least
Square
variabel PDN memiliki
pengaruh negative dan tidak
signifikan terhadap ROA.
Sedangkan Suku Bunga SBI
tidak menunjukkan
pengaruh positif dan tidak
signifikan terhadap ROA.
Variabel CAR, NIM, dan
LDR memiliki pengaruh
positif dan signifikan
terhadap ROA, sedangkan
variabel NPL dan BOPO
berpengaruh negative dan
46
signifkan terhadap ROA.
5. Budi Ponco
(2008)
Analisis CAR,
NPL, BOPO,
NIM, dan LDR
terhadap ROA
CAR (X1),
NPL (X2),
BOPO(X3),
NIM (X4),
LDR (X5),
danROA(Y)
.
Regresi
Linear
Berganda
variabel CAR, NIM, dan
LDR memiliki pengaruh
yang positif dan signifikan
terhadap ROA. NPL
memiliki pengaruh yang
negatif dan tidak signifikan
terhadap ROA. Variabel
BOPO mempunyai
pengaruh yang negatif dan
signifikan.
6. Neni
Supriyanti
(2008)
Analisis
pengaruh Inflasi
dan Suku Bunga
BI terhadap
Kinerja
Keuangan PT.
Bank Mandiri
Inflasi (X1),
suku bunga
BI(X2),
ROA(Y1),
ROE(Y2)
dan
NIM(Y3).
Regresi
Linear
Berganda
variabel inflasi dan suku
bunga BI memiliki
pengaruh negatif dan tidak
signifikan terhadap ROA.
47
Tbk
berdasarkan
Rasio Keuangan
7. Maharani Ika
Lestari (2007)
Kinerja Bank
Devisa dan Bank
Non Devisa dan
Faktor-faktor
yang
Mempengaruhin
ya
Inflasi
(X1), nilai
tukar (kurs)
Rupiah
terhadap US
Dollar (X2),
suku bunga
SBI (X3),
ROA(Y1),
ROE(Y2)
dan
LDR(Y3)
Uji Beda
Dua Rata-
rata
danRegresi
Linear
Berganda.
variabel inflasi, nilai tukar
(kurs) Rupiah terhadap US
Dollar dan suku bunga SBI
tidak berpengaruh signifikan
terhadap rasio ROA,ROE
dan LDR
Sumber: Berbagai penelitian terdahulu
48
D. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran merupakan sintesa dari serangkaian teori yang tertuang
dalam tinjauan pustaka, yang pada dasarnya merupakan gambaran sistematis dari
kinerja teori dalam memberikan solusi atau alternatif solusi dari serangkaian masalah
yang ditetapkan. Kerangka pemikiran dapat disajikan dalam bentuk bagan, deskripsi
kualitatif, dan atau gabungan keduanya (Abdul Hamid, 2010:15).
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
49
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Bank Indonesia
Laporan Keuangan Publikasi Bank
PERSERO
Independen :
X1 : CAR
X2 : NPL
X3 : LDR
X4 : Inflasi
Kesimpulan dan Impliksasi
1. Uji Hipotesis:
a. Uji F
b. Uji t
2. Adjusted R Square
(R2
adj)
Uji Asumsi Klasik:
a. Normalitas
b. Multikolinearitas
c. Heteroskedastisitas
d. Autokorelasi
e. Autok orelasi
Uji Regresi Berganda
Dependen :
Y : ROA
50
E. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan dugaan sementara atas suatu hubungan, sebab akibat dari
kinerja variabel yang perlu dibuktikan kebenarannya. Hipotesis dapat dibedakan dalam
hipotesis deskriptif, hipotesisargumentatif, hipotesis kerja, dan hipotesis statistik atau
hipotesis nol. Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah hipotesis statistik
atau hipotesis nol yang bertujuan untuk memeriksa ketidakbenaran sebuah dalil atau
teori yang selanjutnya akan ditolak melalui bukti-bukti yang sah (Abdul Hamid,
2010:16). Adapun alasan dalam menggunakan hipotesis ini karena penelitian ini
merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakan alat-alat statistik, karakteristik ini
sama dengan yang dimiliki hipotesis statistik yang juga menggunakan alat-alat analisis
dalam membuktikan dugaan objek-objek yang diteliti.
Berdasarkan teori dan kerangka pemikiran tersebut, maka hipotesis di bawah ini
pada dasarnya merupakan jawaban sementara terhadap suatu masalah yang harus
dibuktikan kebenarannya, adapun hipotesis yang dirumuskan dalam penulisan ini
adalah sebagai berikut:
1. Ha1 : Terdapat pengaruh antara capital adequacy ratio (CAR) secara parsial
terhadap return on asset (ROA).
Ha2 : Terdapat pengaruh antara non performing loan (NPL) secara parsial terhadap
return on asset (ROA).
Ha3 :Terdapat pengaruh antara inflasi secara parsial terhadap return on asset
(ROA).
51
Ha4 :Terdapat pengaruh antara loan to deposit ratio (LDR) secara parsial terhadap
return on asset (ROA).
2.Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Inflasi, Loan to
Deposit Ratio (LDR) secara simultan berpengaruh terhadap Return on Asset (ROA).
52
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini terfokus pada capital adequacy ratio (CAR),
non performing loan (NPL), inflasi dan loan to deposite ratio(LDR), terhadap
return on assets (ROA) dan terdaftar di Bank Indonesia (BI). Periode yang diteliti
dari tahun 2009 sampai tahun 2014. Data yang diambil merupakan data bulanan.
Sedangkan jenis data yang penulis gunakan pada penelitian ini adalah data
sekunder runtun waktu (time series).
B. Metode Penentuan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009:115).
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut (Sugiyono, 2009:116). Sedangkan Objek dalam penelitian ini adalah
Bank Umum Milik Pemerintah atau Bank Persero.
Adapun teknik atau metode pengambilan sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sampel berdasarkan kemudahan (Convenience Sampling).
Convenience Sampling berarti unit sampel yang ditarik mudah dihubungi, tidak
menyusahkan, mudah untuk mengukur, dan bersifat kooperatif (Abdul Hamid,
53
2010:18).Metode ini dipilih karena peneliti mengambil data yang mudah dan
cepat didapat yaitu publikasi Bank Indonesia dalam website-nya.
C. Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam pengumpulan informasi dan data pada
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk data yang
sudah jadi, sudah dikumpulkan dan diolah Oleh pihak lain, biasanya sudah
dalam bentuk publikasi (Muhamad, 2008:102). Peneliti menggunakan data
sekunder berupa data runtun waktu (time series) dengan skala bulanan
(monthly) yang diambil dari rasio keuangan bank persero yang terdiri dari rasio
ROA, CAR,dan LDR pada website www.bi.go.id. Disamping itu diperoleh data
bulanan historis Inflasi dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada website
www.bps.co.id. dengan rentang waktu Januari 2009 sampai Desember 2014.
2. Studi kepustakaan (Library Research)
Untuk dapat memperoleh landasan dan konsep yang kuat agar dapat
memecahkan permasalahan, maka penulis melakukan studi kepustakaan yaitu
dengan mengumpulkan jurnal, buku, artikel, dan sumber-sumber lain yang
berhubungan dengan penelitian ini.
54
3. Pengamatan Langsung (Field Research)
Pengumpulan data dan keterangan seperti laporan keuangan dan data
lain yang berhubungan dengan penelitian ini. Diperoleh dari Bank Indonesia.
Pencarian data dilakukan dengan membuka website resmi Bank Indonesia
www.bi.go.id yang mempublikasikan laporan keuangan dan penelitian
pendukung yang diperlukan untuk penelitian ini, serta website resmi Badan
Pusat Statistik (BPS) www.bps.co.id.
D. Metode Analisis Data
Penelitian ini menganalisis bagaimana pengaruh antara capital adequacy
ratio (CAR), non performing loan (NPL), inflasi dan loan to deposite ratio
(LDR), terhadap return on assets (ROA). Penelitian ini menggunakan metode
analisis regresi linier berganda dengan menggunakan program komputer
(software) SPSS versi 19.0 dan Microsoft Excel 2010. Berikut adalah metode
yang digunakan dalam menganalisis data pada penelitian ini:
1. Statistik Deskriptif
Penggunaan statistik deskriptif variabel penelitian dimaksudkan untuk
memberikan penjelasan yang memudahkan peneliti dalam
menginterpretasikan hasil analisis data dan pembahasannya. Statistik
deskriptif berhubungan dengan pengumpulan dan peringkasan data serta
penyajiannya yang biasanya disajikan dalam bentuk tabulasi baik secara
grafik dan atau numerik. Statistik deskriptif memberikan gambaran suatu data
55
yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, nilai maksimum dan
minimum (Ghozali, 2011:19).
2. Pengujian Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik merupakan dasar dari teknis analisis regresi. Dalam
penggunaan regresi linear rentan dengan beberapa permasalahan yang sering
timbul, sehingga akan menyebabkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan
menjadi kurang akurat. Oleh karena itu dilakukan pengujian sebagai berikut:
a. Uji Normalitas
Uji ini dilakukan untuk melihat apakah variabel bebas dan variabel
terikat mempunyai distribusi normal. Menurut Singgih (2012:230), tujuan
dari pengujian ini adalah untuk mengetahui apakah dalam sebuah model
regresi, error yang dihasilkan mempunyai distribusi normal atau tidak.
Maksud data distribusi normal adalah data akan mengikuti arah garis
diagonal dan menyebar disekitar garis diagonal. Dasar pengambilan
keputusan dalam uji normalitas adalah (Singgih, 2012:233):
a. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal, maka model memenuhi asumsi normalitas.
b. Jika data menyebar dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah
garis diagonal, maka model tidak memenuhi asumsi normalitas.
56
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan uji normalitas dengan
analisis grafik. Adapun dasar pengambilan keputusan dalam uji ini adalah
sebagai berikut:
1) Histogram
Jika histogram standardized regression residual membentuk
kurva seperti lonceng maka nilai residual tersebut dinyatakan normal.
2) Normal Probability Plot (Normal P-P Plot)
Menurut Ghazali (2005:161), metode yang lebih handal adalah
dengan melihat Normal Probability Plot yang membandingkan
distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan
membentuk satu garis lurus diagonal, dan ploting data residual akan
dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data residual
normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan
mengikuti garis diagonalnya.
3) Metode Kolmogorov-Smirnov
Uji normalitas menggunakan uji statistik non parametrik
Kolmogorov-Smirnov merupakan uji normalitas menggunakan fungsi
distribusi kumulatif.Nilai residual terstandarisasi berdistribusi normal
jika K hitung < K tabel atau nilai Sig. > alpha (Suliyanto, 2011:75).
57
b. Multikolinearitas
Yaitu munculnya peluang diantara beberapa variabel bebas untuk
saling berkorelasi, pada praktiknya multikolinieritas tidak dapat dihindari.
Menurut Santoso (2012:234), tujuan uji multikolinearitas adalah menguji
apakah pada sebuah model regresi ditemukan adanya korelasi antar-
variabel independen. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat
problem Multikolinearitas (Multiko).
Imam Ghozali (2011) mengukur multikolinieritas dapat dilihat dari
nilai Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF).Tolerance mengukur
variabilitas variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah
sama dengan nilai VIF tinggi karena VIF = 1/tolerance. Nilai cut off yang
umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinieritas adalah nilai
tolerance< 0.10 atau sama dengan VIF > 10. Hipotesis yang digunakan
dalam pengujian multikolinieritas adalah:
a) H0: VIF > 10, terdapat multikolinieritas
b) Ha: VIF < 10, tidak terdapat multikolinieritas
c. Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas yaitu kondisi dimana semua residual atau error
mempunyai varian yang tidak konstan atau berubah-ubah menurut
Nachrowi dan Usman (2006:109). Untuk mengetahui apakah suatu data
bersifat heteroskedastisitas atau tidak, maka perlu pengujian.Dalam
58
penelitian ini, peneliti menggunakan uji heteroskedastisitas dengan analisis
grafik. Adapun dasar pengambilan keputusan dalam uji ini adalah sebagai
berikut:
1) Metode Grafik dengan Scatterplot
Pengujian heteroskedastisitas untuk penelitian ini menggunakan
grafik scatterplot. Dasar pengambilan keputusan dalam uji
heteroskedastisitas (Singgih, 2012:240):
a) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk suatu
pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian
menyempit), maka telah terjadi Heteroskedastisitas.
b) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di
bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi Heteroskedastisitas.
Salah satu kelemahan pengujian secara grafis adalah tidak jarang kita
ragu terhadap pola yang ditunjukkan grafik.Oleh karena itu, untuk
memperkuat penulis melakukan pengujian heteroskedastisitas dengan
metode metodeGlejser untuk mendukung bahwa dalam model regresi ini
tidak terdapat gejala heteroskedastisitas.
2) Metode Glejser
Uji heteroskedastisitas dengan metode Glejser dilakukan dengan
meregresikan semua variabel bebas terhadap nilai mutlak residualnya.Jika
tedilakukan dengan meregresikan semua variabel bebas terhadap nilai
59
mutlak residualnya.Jika terdapat pengaruh variabel bebas yang signifikan
terhadap nilai mutlak residualnya maka dalam model terdapat masalah
heteroskedastisitas.
Gejala heteroskedastisitas ditujukan oleh koefisien regresi dari
masing-masing variabel bebas terhadap nilai absolute residualnya.Jika
nilai probabilitas lebih besar dari nilai alpha (Sig. > α), maka dapat
disimpulkan model tidak mengandung gejala heteroskedastisitas atau
dikatakan tidak terjadi heteroskedastisitas apabila t hitung < t tabel. (
Suliyanto, 2011:102)
d.Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi
linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pengganggu pada periode t-1. Uji autokorelasi bertujuan untuk
mengetahui apakah ada korelasi antara anggota serangkaian data observasi
yang diuraikan menurut waktu (time-series) atau ruang (cross section).
Salah satu penyebab munculnya masalah autokorelasi adalah adanya
kelembaman (inertia) artinya kemungkinan besar akan mengandung saling
ketergantungan (interdependence) pada data observasi periode sebelumnya
dan periode sekarang (Suliyanto, 2011:125).
60
Untuk mendeteksi autokorelasi dapat dilakukan uji statistik Durbin–
Watson (DW test) (Ghozali,2005:95). DurbinWatson test dilakukan dengan
membuat hipotesis:
Ho: tidak ada autokorelasi (r =0)
Ha: ada auto korelasi (r≠0)
Untuk mengambil keputusan ada tidaknya otokorelasi, ada
pertimbangan yang harus dipatuhi, antara lain:
a. Bila nilai DW terletak diantara batas atas (du) dan (4-du), maka
koefisien autokorelasi = 0, berarti tidak ada autokorelasi.
b. Bila nilai DW lebih rendah daripada batas bawah (dl) maka koefisien
autokorelasi > 0, berarti ada autokorelasi positif.
c. Bila nilai DW lebih besar dari (4-dl) maka koefisisen autokorelasi <
0, berarti terjadia utokorelasi negatif.
d. Bila nilai DW terletak antara (du) dan (dl) atau DW terletak antara (4-
du) dan (4-dl), maka hasilnya tidak dapat disimpulkan.
Posisiangka Durbin-Watson dapat diperjelas pada gambar 3.1
Positive
autocorelation
No
Decision
No-auto
corelation
Nodecision Negative
Autocorrelation
0 dl du 4-du 2 4-dl 4
61
3. Pengujian Hipotesis
Dari perhitungan dengan SPSS 19 akan diperoleh keterangan atau hasil
mengenai Uji F, koefisien determinan (R2) dan Uji T untuk menjawab
perumusan masalah penelitian. Berikut ini keterangan yang berkenaan
dengan hal tersebut yaitu sebagai berikut :
1) Uji F (Uji Simultan)
Uji-F Menurut Nachrowi & Hardius (2006:17) Uji-F digunakan
untuk menguji koefisien bersama-sama, sehingga nilai dari koefisien
regresi tersebut dapat diketahui secara bersama. Menurut Suliyanto
(2011:55), Uji F hitung digunakan untuk menguji pengaruh secara
simultan variabel bebas terhadap variabel terikatnya atau untuk menguji
ketepatan model (goodness of fit). Jika variabel bebas memiliki
pengaruh secara simultan terhadap variabel terikat maka model
persamaan regresi masuk dalam kriteria cocok atau fit. Sebaliknya, jika
tidak terdapat pengaruh secara simultan maka masuk dalam kategori
tidak cocok atau not fit.
Adapun cara pengujian dalam uji F ini, yaitu dengan
menggunakan suatu tabel yang disebut dengan Tabel ANOVA (Analysis
of Variance) dengan melihat nilai signifikasi (Sig< 0,05 atau 5 %). Jika
nilai signifikasi > 0.05 maka H1 ditolak, sebaliknya jika nilai signifikasi
< 0.05 maka H1 diterima.
62
Selain itu, dapat juga dilihat dari nilai F hitung dan F tabel. Jika
Fhitung> Ftabel maka variabel bebas secara simultan berpengaruh
terhadap variabel terikatnya di mana Ftabel dengan derajat bebas, df: α,
(K-1), (n-K). n = jumlah pengamatan, k = jumlah variabel (Suliyanto,
2011:62).
2) Uji t
Menurut Nachrowi & Hardius (2006 : 18) setelah melakukan uji
koefisien regresi secara keseluruhan, maka langkah selanjutnya adalah
menghitung koefisien regresi secara individu, dengan menggunakan
suatu uji yang dikenal dengan sebutan Uji-t. Menurut Santoso
(2012:225) Uji t digunakan untuk menguji signifikasi konstanta dan
setiap variabel independen. Menurut Suliyanto (2011:55), nilai t hitung
digunakan untuk menguji pengaruh secara parsial (per variabel)
terhadap terikatnya. Apakah variabel tersebut memiliki pengaruh yang
berarti terhadap variabel terikatnya atau tidak. Uji t digunakan untuk
mengetahui ada tidaknya pengaruh masing-masing variabel independen
secara individual (parsial) terhadap variabel dependen yang diuji pada
tingkat signifikasi 0.05 maka variabel independen berpengaruh terhadap
variabel dependen (Ghozali, 2011).
63
4. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien Determinasi (R2) bertujuan untuk mengetahui seberapa
besar kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen. Nilai
R square berada diantara 0 – 1, semakin dekat nilai R square dengan 1 maka
garis regresi yang digambarkan menjelaskan 100% variasi dalam Y.
Sebaliknya, jika nilai R square sama dengan 0 atau mendekatinya maka garis
regresi tidak menjelaskan variasi dalam Y.
Menurut Suliyanto (2011:55), koefisien determinasi merupakan
besarnya kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Semakin
tinggi koefisien determinasi, semakin tinggi kemampuan variabel bebas
dalam menjelaskan variasi perubahan pada variabel terikatnya. Koefisien
determinasi memiliki kelemahan, yaitu bias terhadap jumlah variabel bebas
yang dimasukkan dalam model regresi di mana setiap penambahan satu
variabel bebas dan jumlah pengamatan dalam model akan meningkatkan
nilai R2 meskipun variabel yang dimasukkan tersebut tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikatnya. Untuk mengurangi
kelemahan tersebut maka digunakan koefisien determinasi yang telah
disesuaikan, Adjusted R Square (R2
adj).
Koefisien determinasi yang telah disesuaikan(R2
adj) berarti bahwa
koefisien tersebut telah dikoreksi dengan memasukkan jumlah variabel dan
ukuran sampel yang digunakan. Dengan menggunakan koefisien determinasi
64
yang disesuaikan maka nilai koefisien determinasi yang disesuaikan itu
dapat naik atau turun oleh adanya penambahan variabel baru dalam model.
5. Analisis Regresi Berganda
Analisis regresi digunakan untuk mengetahui hubungan antara suatu
variabel dependen dengan variabel independen. Tujuan regresi berganda adalah
memprediksi besar variabel tergantung (dependent variable) menggunakan data
dari dua atau lebih variabel bebas (independent variable) yang sudah diketahui
besarnya. Bila hanya ada satu variabel dependen dan satu independen, disebut
analisis regresi sederhana. Sedangkan apabila terdapat beberapa variabel
independen, analisisnya disebut dengan analisis regresi berganda (Winarno,
2009:41).
Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda karena
menggunakan empat variabel bebas yaitu capital adequacy ratio (CAR), non
performing loan (NPL), inflasi dan loan to deposite ratio(LDR)serta satu
variabel terikat yaitu return on assets(ROA). maka persamaan regresinya
adalah sebagai berikut:
YReturn On assets= β0 + β1CARt + β2NPLt + β₃Inflasit +β₄LDR t + e
Keterangan:
Y = Return On Assets
β0 = Intercept
β1NPLt = Tingkat Capital Adequacy Ratio
65
β2CARt = Tingkat Non Performing Loan
β3ROAt = Tingkat Inflasi
β₄SBIt = Tingkat Loan to Deposite Ratio
e = Tingkat kesalahan atau gangguan
E. Operasional Variabel Penelitian
Operasional variabel merupakan definisi dari serangkaian variabel yang
digunakan dalam penulisan (Abdul Hamid, 2010:20). Pengertian operasional
variabel adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat yang dapat diamati (di
observasi) dari definisi operasional tersebut dapat ditentukan alat pengambilan
data yang cocok dipergunakan. Definisi dari variabel-variabel dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Variabel Dependen (Variabel Terikat)
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel
independen. Dalam penelitian ini variabel dependennya adalah :
Return On Asset (Y)
Variabel dependent dalam penelitian ini adalah Return on Asset
(ROA) yang merupakan rasio antara laba sebelum pajak terhadap total asset.
Semakin besar Return on Asset menunjukkan kinerja keuangan yangsemakin
baik, karena tingkat kembalian (return) semakin besar. Apabila Return on
Asset meningkat, berarti profitabilitas perusahaan meningkat,sehingga
66
dampak akhirnya adalah peningkatan profitabilitas yang dinikmati oleh
pemegang saham (Husnan, 1998). Data diperoleh dari Statistik Perbankan
Indonesia (SPI) pada laporan kegiatan kinerja Bank Persero periode januari
2009 sampai desember 2014 yang dipublikasi oleh Bank Indonesia. Data
dalam bentuk satuan persen (%).
2. Variabel Independen (Variabel Bebas)
Variabel independen adalah variabel yang secara bebas berpengaruh
terhadap variabel dependen, dalam penelitian ini variabel independen terdiri
dari 4 variabel yaitu:
1) Capital Adequacy Ratio (CAR)
Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan variabel bebas pertama
(X1) dalam penelitian ini. CAR digunakan untuk mengukur kecukupan
modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau
menghasilkan resiko, misalnya kredit yang diberikan. Semakin tinggi CAR
maka semakin kuat kemampuan bank tersebut untuk menanggung risiko
dari setiap kredit atau aktiva produktif yang berisiko. Jika nilai CAR tinggi
(Menurut ketentuan Bank Indonesia, Capital Adequacy Ratio (CAR)
mempunyai nilai minimal sebesar 8%) berarti bahwa bank tersebut mampu
membiayai operasi bank, dan keadaan yang menguntungkan tersebut dapat
memberikan kontribusi yang cukup besar bagi profitabilitas bank (ROA)
yang bersangkutan (Dendawijaya, 2003). Data diperoleh dari Statistik
67
Perbankan Indonesia (SPI) pada laporan kegiatan kinerja Bank Persero
periode januari 2009 sampai desember 2014 yang dipublikasi oleh Bank
Indonesia. Data dalam bentuk satuan persen (%).
2) Non Performing loan (NPL)
Non Performing Loan (NPL) merupakan variabel bebas kedua (X2)
rasio yang dipergunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam meng-
cover risiko kegagalan pengembalian kredit oleh debitur (Darmawan,
2004). NPL mencerminkan risiko kredit, semakin tinggi tingkat NPL maka
semakin besar pula risiko kredit yang ditanggung oleh pihak bank (Ali,
2004). Akibat tingginya NPL perbankan harus menyediakan pencadangan
yang lebih besar sehingga pada akhirnya modal bank ikut terkikis.Padahal
besaran modal sangat mempengaruhi besarnya ekspansi kredit.Besarnya
NPL menjadi salah satu penyebab sulitnya perbankan dalam menyalurkan
kredit (Sentausa, 2009).
3) Inflasi
Inflasi merupakan variabel bebas ketiga (X3) dalam penelitian ini.
Menurut Case and Fair (2007:63) inflasi adalah peningkatan tingkat harga
secara keseluruhan. Terjadi ketika banyak harga meningkat secara
serentak.Inflasi diukur dengan menghitung peningkatan harga rata-rata
sejumlah besar barang selama beberapa periode waktu. Data yag diperoleh
dari Badan Pusat Statitik (BPS), periode Januari 2009 sampai dengan
Desember 2014 berupa persentase (%).
68
4) Loan to Deposit Ratio (LDR)
Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan variabel bebas keempat
(X4) dalam penelitian ini dimana LDR adalah rasio antar seluruh jumlah
kredit yang diberikan terhadap dana pihak ketiga. Besarnya jumlah kredit
yang disalurkan akan menentukan keuntungan bank. Jika bank tidak
mampu menyalurkan kredit sementara dana yang terhimpun banyak maka
akan menyebabkan bank tersebut rugi (Kasmir, 2004). Menurut peraturan
Bank Indonesia, besarnya LDR adalah antara 85% - 110%. Data diperoleh
dari Statistik Perbankan Indonesia (SPI) pada laporan kegiatan kinerja
Bank Persero periode januari 2009 sampai desember 2014 yang dipublikasi
oleh Bank Indonesia. Data dalam bentuk satuan persen (%).
69
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Perkembangan Perbankan di Indonesia
Kondisi dunia perbankan di Indonesia telah mengalami banyak
perubahan dari waktu ke waktu. Perubahan ini selain disebabkan oleh
perkembangan internal dunia perbankan, juga tidak terlepas dari pengaruh
perkembangan di luar dunia perbankan, seperti sektor riil dalam perekonomian,
politik, hukum dan sosial. Perkembangan faktor-faktor internal dan eksternal
perbankan tersebut menyebabkan kondisi perkembangan perbankan di
Indonesia secara umum dapat dikelompokkan dalam empat periode. Masing-
masing periode mempunyai ciri-ciri khusus yang tidak dapat disamakan dengan
periode lainnya. Serangkaian paket-paket deregulasi di sektor riil dan moneter
yang di mulai sejak tahun 1980-an serta terjadinya krisis ekonomi di Indonesia
sejak akhir tahun 1990-an adalah dua peristiwa utama yang telah menyebabkan
empat periode kondisi perbankan di Indonesia sampai dengan saat ini
(Triandaru, 2009:73).
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 telah menyederhanakan sistem
perbankan dengan menghilangkan perbedaaan fungsi-fungsi operasional bank
secara struktural sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun
70
1967 yang telah membedakan fungsi bank umum, bank pembangunan, bank
tabungan, bank koperasi dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR), termasuk fungsi-
fungsi bank-bank pemerintah yang masing-masing didirikan dengan undang-
undang. Dengan dikeluarkannya UU No. 7 Tahun 1992, sistem perbankan
hanya mengenal dua jenis bank, yaitu Bank Umum dan BPR. Kedua jenis bank
tersebut berdasarkan undang-undang dapat melakukan perbankan konvensional
(conventional banking) dan perbankan syariah (syariah complaint bank)
(Dahlan Siamat, 2005:34).
1. Bank Persero di Indonesia
Bank persero atau yang lebih sering dikenal dengan Bank BUMN
adalah bank umum yang secara mayoritas sahamnya dimiliki oleh pemerintah.
Pada awalnya Bank Persero didirikan dengan Undang-undang tersendiri dimana
pembagian tugas untuk masing-masing bank berbeda-beda. Namun dalam
kegiatan operasionalnya Bank Persero tetap tunduk pada Undang-undang
tentang perbankan.
Bank Persero yang sebelumnya berjumlah 7 bank diperkecil jumlahnya
menjadi hanya 4 bank. Langkah ini dilakukan sebagai akibat dari restrukturisasi
yang dilakukan oleh pemerintah di awal dekade 2000-an sebagai dampak
terjadinya krisis perbankan. Kebijakan pemerintah terhadap Bank Persero
dilakukan dengan menggabungkanBank Bumi Daya, Bank Pembangunan
Indonesia, Bank Dagang Negara dan Bank Ekspor Impor Indonesia yang
71
dilebur menjadi Bank Mandiri. Sementara Bank Tabungan Negara, Bank
Negara Indonesia 46 dan Bank Rakyat Indonesia tetap terus beroperasi seperti
sebelumnya. Bank Ekspor Impor Indonesia berubah menjadi Bank Ekspor
Indonesia yang kemudian tidak lagi beroperasi sebagai bank dan berubah fungsi
menjadi lembaga pembiayaan ekspor.
Komposisi kepemilikan Bank Persero juga ikut mengalami perubahan,
dimana saham Bank Persero tidak lagi sepenuhnya dimiliki oleh pemerintah.
Beberapa Bank Persero telah menjadi bank publik melalui penjualan sebagian
sahamnya melalui pasar modal antara lain: Bank BNI, Bank Mandiri, dan Bank
BRI.
Berikut ini adalah profil singkat dari 4 Bank Persero di Indonesia, yaitu:
a. Bank Mandiri
Bank Mandiri didirikan pada 2 oktober 1998, sebagai bagian dari
program restrukturisasi perbankan yang dilaksanakan oleh pemerintah
Indonesia. Pada bulan Juli 1999, empat bank pemerintah yaitu: Bank Bumi
Daya, Bank Dagang Negara, Bank Ekspor Impor Indonesia dan Bank
Pembangunan Indonesia yang dilebur menjadi Bank Mandiri. Masing-
masing dari keempat legacybanks memainkan peran yang tidak terpisahkan
dalam pembangunan perekonomian Indonesia. Sampai dengan hari ini,
Bank Mandiri meneruskan tradisi selama lebih dari 140 tahun memberikan
kontribusi dalam dunia perbankan dan perekonomian Indonesia.
72
Setelah merger, Bank Mandiri melaksanakan proses konsolidasi
secara menyeluruh. Pada saat itu bank Mandiri menutup 194 kantor cabang
yang paling berdekatan dan rasionalisasi jumlah karyawan dari jumlah
gabungan 26.600 karyawan menjadi 17.620 karyawan.
Semenjak didirikan kinerja Bank Mandiri terus meningkat, hal ini
dapat terlihat dari laba yang terus meningkat dari Rp 1,18 Triliun di tahun
2000 hingga mencapai Rp 5,3 triliun di tahun 2004. Selain itu, Bank
Mandiri juga mencatat prestasi penting dengan melakukan penawaran
saham perdana pada 14 juli 2003 sebsar 20% atau ekuivalen dengan 4
Miliar lembar saham.
Proses transformasi yang telah dijalankan oleh Bank Mandiri
sejak tahun 2005-2010 secara konsisten berhasil meningkatkan kinerja
bank Mandiri, tercermin dari peningkatan berbagai parameter finansial.
Kredit bermasalah turun signifikan, tercermin dari rasio NPL net
konsolidasi yang turun dari sebesar 15,43% di tahun 2005 menjadi 0,62%
di tahun 2010. Selain itu laba bersih Bank Mandiri yang juga tumbuh
sangat signifikan dari Rp 0,6 triliun di tahun 2005 menjadi Rp 9,2 Triliun
di tahun 2010.
Bank Mandiri juga berhasil mencatat sejarah dalam peningkatan
kualitas layanan. Selama empat tahun berturut-turut pada tahun 2007,
2008, 2009 dan 2010, Bank Mandiri berhasil menempati posisi sebagai
73
service leader perbankan nasional berdasarkan survey Marketing
Research Indonesia (MRI) dengan menempati urutan pertama pelayanan
prima. Selain itu, Bank Mandiri juga mendapat apresiasi dari berbagai
pihak dalam hal penerapan Good Corporate Governance.
Salah satu upaya untuk mewujudkan visi transformasi lanjutan,
Bank Mandiri melakukan penawaran umum terbatas (right issue) pada
awal tahun 2011 dalam rangka meningkatkan struktur permodalan. Pada
kuartal III tahun 2011 permodalan Bank Mandiri telah mencapai Rp 59,7
Triliun sehingga menjadi bank pertama di Indonesia yang meraih predikat
sebagai Bank Internasional sesuai dengan criteria Arsitektur Perbankan
Indonesia. Pada periode ini, mandiri dapat menegaskan diri sebagai
lembaga keuangan di Indonesia dengan asset terbesar mencapai Rp 501,9
Triliun, penyalur kredit terbesar mencapai Rp 297,5 Triliun, serta
penghimpun dana masyarakat terbesar mencapai Rp 376,4 Triliun.
Kualitas kredit Bank Mandiri juga dapat terjaga dengan baik yaitu
sebesar 2,56% untuk NPL gross dan 0, 66% untuk NPL netto. Bank
Mandiri pada kuartal III tahun 2011 memperkerjakan 27.305 karyawan
dengan 1.526 kantor cabang yang tersebar di seluruh Indonesia dan 7
kantor cabang/perwakilan/anak perusahaan di luar negeri.
74
b. Bank Rakyat Indonesia
Bank Rakyat Indonesia adalah salah satu bank milik pemerintah
yang tergolong besar di Indonesia. Pada awalnya Bank Rakyat Indonesia
didirikan di Purwokerto, Jawa tengah oleh Raden Bei Aria Wirjaatmadja
dengan nama De Poerwokertosche Hulp En Spaarbank Der Inlandssche
Hoofden yang artinya adalah Bank Bantuan dan Simpanan Milki Kaum
Priyayi purwokerto. Suatu lemabaga keuangan yang melayani orang-orang
kebangsaan Indonesia (Pribumi). Lembaga tersebut berdiri tanggal 16
desember 1895 yang kemudian dijadikan sebagai hari kelahiran BRI.
Berdasarkan Undang-Undang No.14 tahun 1967 tentang Undang-
Undang Pokok Perbankan dan Undang-Undang No.13 tahun 1968 tentang
Undang-Undang Bank Sentral, yang intinya mengembalikan fungsi Bank
Indonesia sebagai Bank Sentral dan Bank Negara Indonesia Unit II bidang
Rular dan Ekspor Impor dipisahkan masing-masing menjadi dua Bank
yaitu Bank Rakyat Indonesia dan Bank Ekspor Impor Indonesia.
Selanjutnya berdasarkan Undang-Undang No.21 tahun 1968 menetapkan
kembali tugas-tugas pokok BRI sebagai bank umum.
Sejak 1 Agustus 1992 berdasrkan Undang-Undang Perbankan No.7
tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah RI No.21 tahun 1992 status BRI
berubah menjadi perseroan terbatas. Kepemilkian BRI saat itu masih 100%
di tangan Pemerintah Republik Indonesia. Pada tahun 2003, pemerintah
75
Indonesia memeutuskan untuk menjual 30% saham bank ini, sehingga
menjadi perusahaan public dengan nama resmi PT. Bank Rakyat Indonesia
(Persero) Tbk. Yang masih digunakan sampai saat ini.
Sejak didirikan tahun 1895 sampai sekarng ini Bank Rakyat
Indonesia tetap konsisten memfokuskan pada pelayanan kepada
masyarakat kecil, diantaranya dengan memberikan fasilitas kredit kepada
golongan pengusaha kecil. Hal ini antara lain tercermin pada
perkembangan penyaluran kredit usaha kecil (KUK) pada tahun 1994
sebesar Rp 6.419,8 Milyar yang meningkat menjadi Rp 8.231,1 Milyar
pada tahun 1995 dan pada tahun 1999 sampai dengan bulan September
sebesar Rp 20.466 Milyar. Seiring dengan perkembangan dunia perbankan
yang semakin pesat maka sampai saat ini Bank Rakyat Indonesia
mempunyai unit kerja yang berjumlah 4.447 buah, yang terdiri dari 1
kantor pusat BRI, 12 kantor wilayah, 12 kantor Inspeksi/SPI, 170 kantor
cabang (dalam negeri), 145 Kantor Cabang pembantu, 1 Kantor Cabang
Khusus, 1 NewYork Agency, 1 Caymand Island Agency, 1 kantor
perwakilan hongkong, 40 Kantor Kas Bayar, 6 kantor Mobil Bank, 193
P.Point, 3.705 BRI unit dan 357 pos pelayanan desa.
c. Bank Negara Indonesia
Berdiri sejak 1946, BNI yang dahulu dikenal sebagai Bank Negara
Indonesia merupakan bank pertama yang didirikan dan dimilki oleh
76
pemerintah Indonesia. Bank Negara Indonesia mulai mengedarkan alat
pembayaran resmi pertama yang dikeluarkan pemerintah Indonesia, yakni
ORI atau Oeang Republik Indonesia. Pada malam menjelang tanggal 30
Oktober 1946, hanya beberapa bulan sejak pembentukannya. Hingga kini,
tanggal tersebut diperingati sebagai Hari Keuangan Nasional, sementara
hari pendiriannya yang jatuh pada tanggal 5 juli ditetapkan sebagai Hari
Bank Nasional.
Menyusul penunjukan De Javsche Bank yang merupakan warisan
dari pemerintah Belanda sebagi Bank Sentral pada tahun 1949. Pemerintah
membatasi peranan bank Negara Indonesia sebagai bank sirkulasi atau
bank sentral. Bank Negara Indonesia lalu ditetapkan sebagai bank
pembangunan dan kemudian diberikan hak untuk bertindak sebagai bank
devisa dengan akses langsung untuk transaksi luar negeri.
Sehubungan dengan penambahan modal pada tahun 1955 status
BNI diubah menjadi bank komersial milik pemerintah. Perubahan ini
melandasi pelayanan yang lebih baik dan tuas bagi sektor usaha nasional.
Sejalan dengan keputusan penggunaan tahun pendirian sebagai bagian dari
identitass perusahaan, nama Bank Negara Indonesia 1946 resmi digunakan
mulai akhir tahun 1968. Perubahan ini menjadikan Bank Negara Indonesia
lebih dikenal sebagai BNI 46.
77
Status hukum dan nama BNI berubah menjadi PT Bank Negara
Indonesia (Persero), sementara keputusan untuk menjadi perusahaan publik
diwujudkan melalui penawaran saham perdana di pasar modal pada tahun
1996. Kemampuan BNI untuk beradaptasi terhadap perubahan dan
kemajuan lingkungan sosial budaya serta teknologi dicerminkan melalui
penyempurnaan identitas perusahaan yang berkelanjutan dari masa ke
masa. Hal ini juga menegaskan dedikasi dan komitmen BNI terhadap
perbaikan kualitas kinerja secara terus menerus.
d. Bank Tabungan Negara
Pada tahun 1897 dengan pendirian perseroan yang didirikan dengan
nama “Postspaar Bank”. Pada masa pendudukan jepang di Indonesia
kegiatan bank ini dibekukan dan digantikan dengan Tyokin Kyoku. Setelah
proklamasi kemerdekaan Indonesia, bank ini diambil alih oleh pemerintah
Indonesia dan diubah menjadi kantor tabungan pos. Lalu pada tahun 1950
namanya diubah menjadi Bank Tabungan Pos (Undang-Undang darurat
tahun 1950). Pada tahun 1963 nama Bank Tabungan Pos diubah menjadi
Bank Tabungan Negara atau BTN sesuai dengan Perpu No.4 tahun 1963
dan Undang-Undang No.4 tahun 1964.
Pada tahun 1968 BTN menjadi bank milik Negara sesuai degan
Undang-Undang No.20 tahun 1968. Tahun 1989 Bank BTN beroperasi
sebagai bank umum dan mulai menerbitkan obligasi. Tahun 1992 status
78
hukum Bank Tabungan Negara menjadi perusahaan perseroan dan 2 tahun
setelahnya Bank Tabungan Negara mendapat izin sebagai bank devisa.
B. Hasil Analisis dan Pembahasan
1. Analisis Deskriptif
Statistik Deskriptif memberikan gambaran suatu data yang dapat dilihat
dari nilai rata-rata (mean), ukuran penyebaran data dari rata-ratanya (standar
deviasi), nilai maksimum dan minimum. Berikut adalah hasil statistik deskriptif
penelitian yang dapat dilihat pada tabel 4.1:
Tabel 4.1
Hasil Statistik Deskriptif Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
ROA 72 .0257 .0423 .034025 .0042878
CAR 72 .1277 .1861 .158497 .0148067
NPL 72 .0221 .0584 .036571 .0087360
INFLASI 72 .0241 .0917 .055106 .0179227
LDR 72 .6955 .8984 .808854 .0562446
Valid N (listwise) 72
Sumber: Data diolah
Dari tabel 4.1 di atas, dapat dilihat nilai N=72 merupakan banyaknya
data sampel (data bulanan selama 6 tahun). Dari tabel tersebut menunjukkan
bahwa variabel terikat (dependent) return on asset memiliki nilai minimum
0,0257 pada bulan September 2009 maksimumnya 0,0423pada bulan Februari
2012. Nilai rata-rata (mean) return on assetsebesar 0,034025 dan ukuran
penyebaran data dari rata-ratanya (standar deviasi) sebesar 0,0042878.
79
Variabel bebas capital adequacy ratiomemiliki nilai minimum 0,1277
pada bulan November tahun 2009 sedangkan untuk nilai maksimumnya sebesar
0,1861 pada bulan Januari 2013. Nilai rata-rata (mean) capital adequacy ratio
sebesar 0,158497 dan ukuran penyebaran data dari rata-ratanya (standar
deviasi) sebesar 0,0148067.
Variabel bebas Non performing loanmemiliki nilai minimum 0,0221
pada bulan Desember tahun2012 sedangkan untuk nilai maksimumnya sebesar
0,0584 pada bulan Sebtember 2014. Nilai rata-rata (mean) non performing
loansebesar 0,036571dan ukuran penyebaran data dari rata-ratanya (standar
deviasi) sebesar 0,0087360.
Variabel bebas Inflasi memiliki nilai minimum 0,0241 pada bulan
Januari 2010 sedangkan untuk nilai maksimumnya sebesar 0,0917 pada bulan
Agustus 2012. Nilai rata-rata (mean) Inflasi sebesar 0,055106 dan ukuran
penyebaran data dari rata-ratanya (standar deviasi) sebesar 0,0170227.
Variabel bebas Loan to deposit ratio memiliki nilai minimum 0,6955
pada bulan Desember 2009 sedangkan untuk nilai maksimumnya sebesar
0,8984 pada bulan Januari 2014. Nilai rata-rata (mean)Loan to deposit
ratiosebesar 0,808854 dan ukuran penyebaran data dari rata-ratanya(standar
deviasi) sebesar 0,0562446.
80
2. Pengujian Asumsi Klasik
Suatu model dinyatakan baik untuk alat prediksi apabila mempunyai
sifat-sifat best linear estimator (BLUE).Disamping itu, suatu model dikatakan
cukup baik dan dipakai untuk memprediksi apabila sudah lolos dari serangkaian
ekonometrik yang melandasinya.
Uji asumsi klasik dilakukan untuk mengetahui kondisi data yang ada
agar dapat menentukan model analisis yang paling tepat digunakan. Uji asumsi
klasik dilakukan untuk mengetahui kondisi data yang ada agar dapat
menentukan model analisis yang paling tepat digunakan. Uji asumsi klasik
dalam penelitian ini terdiri dari Uji normal P Plot untuk menguji normalitas data
secara statistik, Uji Multikolinearitas dengan menggunakan korelasi parsial, Uji
Autokorelasi dengan menggunakan Durbin Watson statistik, serta Uji
heteroskedastisitas dengan melihat hasil olah data berupa Scatterplot.
Dalam penelitian ini, data-data yang telah diperoleh adalah untuk
mengetahui sejauh mana pengaruh variabel-variabel capital adequacy ratio, non
performing loan, loan to deposit ratio dan inflasi terhadap return on asset.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah variabel bebas dan
variabel terikat mempunyai distribusi normal. Maksud data distribusi normal
adalah data akan mengikuti arah garis diagonal dan menyebar disekitar garis
diagonal.Uji normalitas dimaksudkan untuk menguji apakah nilai residual
81
yang telah distandarisasi pada model regresi berdistribusi normal atau
tidak.Nilai residual dikatakan berdistribusi normal jika nilai residual
terstandarisasi tersebut sebagian besar mendekati nilai rata-ratanya. Dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan uji normalitas dengan analisis grafik
dan uji Kolmogorov-Smirnov.
Berikut adalah hasil dari uji ini:
c. Analisa Grafik Histogram
Gambar 4.1
Sumber: Data diolah
Berdasarkan gambar diatas histogramRegression Residual
membentuk kurva seperti lonceng maka nilai residual tersebut
dinyatakan normal atau data berdistribusi normal.
82
2.Analisa Grafik dengan Normal Probability Plot (Normal P-P Plot)
Gambar 4.2
Grafik P-P Plot
Sumber: Data diolah
Berdasarkan grafik diatas, titik-titik mengikuti atau merapat ke
garis diagonal maka data dalam penelitian ini normal atau
berdistribusi normal.
83
3). Uji Kolmogorov-Smirnov
Tabel 4.2
Uji Kolmogorov-Smirnov
Sumber: Data diolah
Berdasarkan tabel 4.2 di atas, maka dapat disimpulkan data dalam
penelitian ini berdistribusi normal dilihat dari nilai Sig. > α atau 0,910> 0,05.
b. Uji Multikolinearitas
Yaitu munculnya peluang diantara beberapa variabel bebas untuk
saling berkorelasi, pada praktiknya multikolinearitas tidak dapat
dihindari.Mengukur multikolinearitas dapat dilihat dari nilai Korelasi
Partial.Ujiini dilakukan dengan membandingkan antara koefisien
determinasi ( ) keseluruhan dengan nilai koefisen korelasi parsial semua
variabel bebasnya.Jika nilai koefisien determinasi lebih besar dari nilai
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Standardized
Residual
N 72
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation .97142265
Most Extreme
Differences
Absolute .066
Positive .051
Negative -.066
Kolmogorov-Smirnov Z .562
Asymp. Sig. (2-tailed) .910
a. Test distribution is Normal.
84
koefisien korelasi semua variabel bebasnya maka model tersebut tidak
mengandung gejala multikolinier.
Berikut adalah hasil dari uji Multikolinearitas pada tabel 4.3:
Tabel 4.3
Uji Multikolinieritas dengan Nilai Tolerance dan VIF (Variance
Inflation Factor)
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
CAR .584 1.712
NPL .926 1.080
INFLASI .761 1.315
LDR .624 1.604
a. Dependent Variable: ROA
Sumber : Hasil output SPSS
Berdasarkan tabel 4.3 diatas, nilai Tolerance variabel bebas CAR =
0,584, NPL = 0,926, Inflasi = 0,761 dan LDR =0,624. Sedangkan nilai VIF
variable CAR =1,712, NPL = 1,080, Inflasi =1,315 dan LDR =1,604.
Dapat disimpulkan bahwa model regresi dinyatakan tidak terjadi
multikolinearitas karena nilai tolerance > 0,10 dan nilai VIF < 10.
c. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas yaitu kondisi dimana semua residual atau error
mempunyai varian yang tidak konstan atau berubah-ubah. Untuk mengetahui
apakah suatu data bersifat heteroskedastisitas atau tidak, maka perlu
85
pengujian. Pengujian heteroskedastisitas pada penelitian ini menggunakan
metode analisis grafik Scatterplot danmetode Park. Berikut adalah hasil dari
metode yang dilakukan:
1. Metode Analisis Grafik Scatterplot
Berikut adalah tampilan scatterplot pada gambar 4.3 di bawah ini:
Gambar 4.3
Sumber: Data diolah
Berdasarkan tampilan Scatterplot pada gambar 4.3 di atas
maka dapat disimpulkan bahwa plot menyebar secara acak diatas
maupun dibawah angka nol pada sumbu Regression Studentized
Residual. Oleh karena itu pada model regresi yang dibentuk
dinyatakan tidak terjadi gejala heteroskedastisitas.
86
2. Metode Glejser
Uji Glejser jika dilihat berdasarkan hasil SPSS, maka yang kita lihat
adalah hasil sig.dari ouputt jika sig. > 5%, berarti H0 tidak dapat
ditolak berarti tidak terjadi heteroskedastisitas atau
homoskedastisitas. Dari hasil pengolahan data, informasi yang
dipeoleh dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.4
Uji Heteroskedastisitas Metode Glejser
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardize
d
Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -.002 .002 -1.050 .297
CAR .046 .013 .495 3.476 .114
NPL -.024 .018 -.156 -.1379 .173
INFLASI -.021 .010 -.272 -2.184 .221
LDR -.002 .003 -.065 -.473 .638
a. Dependent Variable: ABRESID
Berdasarkan tabel 4.4 diatas dari empat variabel independent
(CAR,NPL,INFLASI,LDR) diperoleh hasil nilai Sig. > 5%. Karena
nilai Sig. > 5% maka dapat dikatakan bahwa tidak terdapat
heteroskedastisitas dan hasil uji dapat dilanjutkan.
87
d. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah ada korelasi
antara anggota serangkaian data observasi yang diuraikan menurut waktu
(time-series) atau ruang (cross section). Salah satu penyebab munculnya
masalah otokorelasi adalah adanya kelembaman (inertia) artinya
kemungkinan besar akan mengandung saling ketergantungan
(interdependence) pada data observasi periode sebelumnya dan periode
sekarang.
Salah satu ukuran dalam menentukan ada tidaknya masalah
otokorelasi adalah dengan uji Durbin-Watson (DW). Berikut adalah hasil uji
Autokorelasi dengan metode Durbin Watson (DW) pada tabel 4.5 di bawah
ini:
Tabel 4.5
Uji Durbin Watson (DW)
Model Summaryb
Model Durbin-Watson
1 .890
a. Predictors: (Constant), CAR, LDR, NPL,NPL, Inflasi
b. Dependent Variable: ROA
Sumber : Data diolah
Berdasarkan pada tabel 4.5 diatas nilai Durbin-Watson (DW) sebesar
0,890. Jika dibandingkan dengan tabel Durbin-Watson dengan jumlah
observasi (n)=72 dan jumlah variabel independen 4 (k=4) diperoleh nilai
tabel dl (lower)=1,502 dan du (upper)=1,736. Oleh karena itu nilai
88
DW=0,890 berada dibawah dl=1,502, maka dapat disimpulkan terjadi
autokorelasi positif.
Oleh karena adanya autokorelasi maka nilai standar error dan nilai t-
statistik tidak dapat dipercaya sehingga diperlukan pengobatan. Pengobatan
autokorelasi tergantung dari nilai ρ yang dapat diestimasi dengan beberapa
cara seperti di bawah ini:
1. Nilai ρ diestimasi dengan Durbin-Watson d
2. Nilai ρ diestimasi dengan Theil-Nagar d
(
)
(
)
3. The Cohrane-Orcutt two-step Procedures
Tabel 4.6
Pengobatan Uji Durbin Watson (DW)
S
u
m
Sumber : Hasil Output SPSS
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .001 .021 .068 .946
Ut_1 .538 .103 .531 5.211 .000
a. Dependent Variable: Unstandardized Residual
89
Berdasarkan hasil output SPSS diperoleh nilai ρ pada iterasi pertama
sebesar 0,538 (yaitu koefisien variabel Ut_1).
Tabel 4.7
Pengobatan Uji Durbin Watson (DW)
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -2.723 .286 -9.506 .000
pLnCAR_1 .474 .106 .346 4.482 .000
pLnNPL_1 -.234 .034 -.444 -6.910 .000
pLnINFLASI_1 -.006 .008 -.048 -.770 .444
pLnLDR_1 1.197 .147 .633 8.133 .000
a. Dependent Variable: pLnROA_1
Sumber : Hasil output SPSS
Berdasarkan hasil output SPSS memberikan nilai β*2 sebesar 0,474,
nilai β*3 sebesar -0,234, nilai β*4 sebesar -0,006 dan nilai β*5 sebesar 1,197
, sedangkan nilai β*1=β1(1-ρ)=(0.001)*(1-0,538)=0,00046
90
Tabel 4.8
Pengobatan Uji Durbin Watson (DW)
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .041 .026 1.617 .110
LagUt .938 .040 .943 23.602 .000
a. Dependent Variable: Ut
Sumber : Hasil output SPSS
Berdasarkan hasil output SPSS diperoleh nilai ρ = 0,938 pada iterasi
kedua. Berdasarkan pada perhitungan di atas diperoleh nilai ρ menurut
berbagai metode seperti terlihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.9
Pengobatan Uji Durbin Watson (DW)
Metode Nilai ρ
Durbin-Watson d 0,555
Theil-Nagar d 0,55981
Cochrane-Orcutt Step 1 0,538
Cochrane-Orcutt Step 2 0,938
Sumber: Hasil output SPSS
Ketiga metode ternyata menghasilkan nilai ρ yang hampir sama. Untuk
itu penulis memilih metode Cohrane-Orcutt Step 2 untuk mentranformasikan
persamaan regresi.
91
Tabel 4.10
Pengobatan Uji Durbin Watson (DW)
Model Summaryb
Model Durbin-Watson
1 2.001
a. Predictors: (Constant), lnLDR@, lnCAR@, lnINFLASI@, lnNPL@
b. Dependent Variable: lnROA@
Sumber : Hasil outpus SPSS
Membandingkan hasil regresi persamaan asli sebelum ada
transformasi dan hasil regresi setelah transformasi ternyata dapat
dibandingkan . Pada persamaan asli nilai Durbin-Watson sebesar 0,890 dan
terjadi autokorelasi positif, sedngkan pada tabel 4.10 menunjukkkan bahwa
nilai Durbin-Watson sebesar 2,001 dengan nilai n=72 dan k=4 maka
diperoleh:
Nilai dl=1,502 dan 4-dl=2,498
Nilai du=1,736 dan 4-du=2,264
Hasil perhitungan pada tabel 4.10 menunjukkan bahwa nilai DW-test
beada pada daerah antara du dan 4-du, 1,736< 2,001< 2,264 maka dapat
disimpulkan bahwa pada model regresi tidak terdapat gejala autokorelasi baik
secara positif maupun negatif.
3. Pengujian Hipotesis
a. Uji F
Uji Fhitungdigunakan untuk menguji pengaruh secara simultan variabel
bebas terhadap variabel terikatnya atau untuk menguji ketepatan model
92
(goodness of fit). Jika variabel bebas memiliki pengaruh secara simultan
(bersama-sama) terhadap variabel terikat maka model persamaan regresi
masuk dalam kriteria cocok atau fit. Sebaliknya, jika tidak terdapat pengaruh
secara simultan maka masuk dalam kategori tidak cocok atau not fit.
Adapun cara pengujian dalam uji F ini,yaitu dengan menggunakan
suatu tabel yang disebut dengan Tabel ANOVA (Analysis of Variance)
dengan melihat nilai signifikasi (Sig< 0,05 atau 5 %). Jika nilai signifikasi >
0.05 maka H1 ditolak, sebaliknya jika nilai signifikasi < 0.05 maka H1
diterima. Berikut adalah tabel ANOVA pada tabel 4.6 di bawah ini:
Tabel 4.11
Hasil Uji F
ANOVAb
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression .001 4 .000 54.172 .000a
Residual .000 67 .000
Total .001 71
a. Predictors: (Constant), INFLASI, CAR, NPL,NPL, LDR
b. Dependent Variable: ROA
Sumber: Data diolah
Berdasarkan tabel 4.6 di atas nilai Fhitung diperoleh 54,172 dengan
tingkat signifikansi 0,000, karena tingkat signifikasi lebih kecil dari 0,05
maka H0 ditolak atau H1diterima. Dapat disimpulkan bahwa capital
adequacy ratio,loan to deposit ratio, non performing loan dan inflasi
berpengaruh simultan terhadap return on asset.
93
b. Uji t
Setelah melakukan uji koefisien regresi secara keseluruhan, maka
langkah selanjutnya adalah menghitung koefisien regresi secara individu
atau uji t. Uji t digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh masing-
masing variabel independen secara individual (parsial) terhadap variabel
dependen yang diuji pada tingkat signifikasi 0.05 maka variabel independen
berpengaruh terhadap variabel dependen.
Berikut adalah hasil pengujian hipotesis dengan uji t pada tabel 4.7 di
bawah ini:
Tabel 4.12
Hasil Uji t
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -.012 .004 -3.192 .002
CAR .101 .022 .350 4.509 .000
NPL -.193 .030 -.393 -6.379 .000
INFLASI -.007 .016 -.030 -.422 .660
LDR .047 .006 .612 8.135 .000
a. Dependent Variable: ROA
.
94
Berdasarkan tabel 4.7 di atas, maka diperoleh model persamaan
regresi sebagai berikut:
Dimana :
Y = Return on asset (dalam persentase)
X1 = Capital adequacy ratio (dalam persentase)
X2 = Non Performing Loan (dalam persentase)
X3 = Inflasi (dalam persentase)
X4 = Loan to deposit ratio (dalam persentase)
Adapun interpretasi penulisan terhadap hasil penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1) Berdasarkan pada persamaan regresi di atas,apabila X1, X2, X3, X4
bernilai 0,maka niali Y adalah -0,012 maksudnya dalah jika bank
PERSERO (sampel yang di ambil) tidak melalukan opersional
perbankan selama tahun penelitian dapat dikatakan bahwa dalam
periode 2009-2014 jumlah Return On Asset berjumlah sebesar 0,012%
2) Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) dengan Return on Asset
(ROA)
Berdasarkan pada persamaan regresi di atas, CAR (X1) =0,101
maksudnya adalah jika setiap kenaikan 1% CAR (X1) akan
Y = -0.012 + 0.101 CAR - 0.193 NPL-0.007 INLASI + 0.047 LDR
95
menyebabkan meningkatkan nilai ROA (Y) sebesar 0,101%
berdasarkan nilai nilai t hitung dan t tabel dapat simpulkan bahwa
capital adequacy ratio berpengaruh signifikan terhadap return on
asset.
CAR adalah untuk mengukur kecukupan modal yang di miliki
bank untuk menunjang aktifitas aktiva yang mengandung atau
menghasilkan resiko, misalnya kredit yang diberikan. semakin tinggi
CAR maka semakin kuat kemampuan bank tersebut untuk
menanggung resiko dari setiap kredit atau aktifa produktif yang
beresiko .jika nilai CAR tinggi (Menurut ketentuan Bank Indonesia,
Captal Adequacy Ratio (CAR) mempunyai nilai minimal sebesar 8%
berarti bahwa bank tersebut mampu membiayai operasi bank dan
keadaan yang menguntungkan tersebut dapat memberikan kontribusi
yang cukup besar bagi profitabilitas bank (ROA) yang bersangkutan
(Dendawijaya, 2003).
Hasil temuan ini mendukung hasil penelitian dari
Werdaningtyas (2002), Desfian (2003), dan Mahardian (2008) yang
menunjukkan bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh
positif signifikan terhadap Return On Asset (ROA).
96
3) Pengaruh Non Performing Loan (NPL) dengan Return On Asset
(ROA)
Berdasarkan pada persamaan regresi di atas, NPL (X3)= -0,193
maksudnya adalah jika setiap kenaikan 1% NPL (X3) akan
menyebabkan turunnya nilai ROA (Y) sebesar 0,193%. Berdasarkan
nilai signifikansi dan nilai t hitung dan t tabel diatas dapat disimpulkan
bahwa NPL berpengaruh signifikan terhadap ROA.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin besar Non
Performing Loan (NPL) maka Return On Asset (ROA) yang diperoleh
akan semakin kecil. Peningkatan Non Performing Loan (NPL) akan
mempengaruhi profitabilitas bank, karena semakin tinggi Non
Performing Loan (NPL) maka akan semakin buruk kualitas kredit
bank yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar,
dan oleh karena itu bank harus menanggung kerugian dalam kegiatan
operasionalnya sehingga berpengaruh terhadap penurunan laba (ROA)
yang diperoleh bank. Non Performing Loan (NPL) yang rendah
mengindikasikan kinerja keuangan bank semakin baik.
97
Hasil temuan ini mendukung hasil penelitian dari Mawardi
(2005) yang menunjukkan bahwa Non Performing Loan (NPL)
berpengaruh negatif signifikan terhadap Return On Asset (ROA).
4) Pengaruh Loan Deposit Ratio (LDR) dengan Return On Asset
(ROA)
Berdasarkan pada persamaan regresi di atas, LDR (X2) = 0,047
maksudnya adalah jika setiap kenaikan 1% LDR (X2) akan
menyebabkan meningkatnya nilai ROA (Y) sebesar 0,047%.
Berdasarkan nilai signifikansi dan nilai t hitung dan t tabel diatas dapat
disimpulkan bahwa loan deposit ratio berpengaruh signifikan terhadap
return on asset.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jika kemampuan
bank dalam menyalurkan kredit terhadap dana pihak ketiga yang
terkumpul adalah tinggi, maka semakin tinggi pula kredit yang
diberikan pihak bank dan juga akan meningkatkan laba bank yang
bersangkutan, dengan kata lain kenaikan Loan to Deposit Ratio (LDR)
akan meningkatkan Return On Asset (ROA), sehingga kinerja
keuangan bank akan semakin baik (dengan asumsi bank tersebut
mampu menyalurkan kredit dengan efektif sehingga jumlah
kreditmacetnya akan kecil). Penelitian yang dilakukan oleh Restiyana
98
(2011) dan Suroso (2010) yang menunjukkan bahwa LDR
berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA.
1) Uji t terhadap variabel capital adequacy ratio
Hasil perhitungan yang didapat pada tabel 4.7 variabel capital adequacy
ratio secara statistik menunjukkan hasil yang signifikan pada nilai lebih
kecil dari α (0,000 < 0,05). Sedangkan nilai t hitung X1 = 4,509 dan t
tabelsebesar 1,671 (df (n – k) 72 – 4 = 68, α = 0,05), sehingga t hitung > t
tabel (4,509 > 1,671). Maka Ho ditolak atau menerima H1 sehingga dapat
disimpulkan bahwa variabel capital adequacy ratio berpengaruh
signifikan terhadap return on asset.
2) Uji t terhadap variabel non performing loan
Hasil perhitungan yang didapat pada tabel 4.7 variabel non performing
loan secara statistik menunjukkan hasil yang signifikan pada nilai lebih
kecil dari α (0,000 < 0,05). Sedangkan nilai -t hitung X2 = -6,379 dan- t
tabel sebesar -1,671 (df (n – k) 72 – 4 = 68, α = 0,05), sehingga -t hitung
< -t tabel (-6,379 < -1,671). Maka Ho ditolak atau menerima H1 sehingga
dapat disimpulkan bahwa variabel non performing loan berpengaruh
signifikan terhadap return on asset.
3) Uji t terhadap variabel inflasi
Hasil perhitungan yang didapat pada tabel 4.7 variabel inflasi secara
statistik menunjukkan hasil yang signifikan pada nilai lebih besar dari α
99
(0,660 > 0,05). Sedangkan nilai -t hitung X3 = -0,422 dan -t tabel sebesar
-1,671 (df (n – k) 72 – 4 = 68, α = 0,05), sehingga -t hitung > -t tabel ( -
0,422 > -1,671). Maka Ho diterima atau menolak H1 sehingga dapat
disimpulkan bahwa variabel inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap
return on asset.
4) Uji t terhadap variabel loan deposit ratio
Hasil perhitungan yang didapat pada tabel 4.7 variabel loan deposit ratio
secara statistik menunjukkan hasil yang signifikan pada nilai lebih kecil
dari α (0,000 < 0,05). Sedangkan nilai t hitung X1 = 8,135 dan t tabel
sebesar 1,671 (df (n – k) 72 – 4 = 68, α = 0,05), sehingga t hitung > t
tabel (8,135 > 1,671). Maka Ho ditolak atau menerima H1 sehingga dapat
disimpulkan bahwa variabel loan deposit ratio berpengaruh signifikan
terhadap return on asset.
c. Uji Adjusted R Square (R2
adj)
Koefisien determinasi atau R square (R2) merupakan besarnya
kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Semakin tinggi
koefisien determinasi, semakin tinggi kemampuan variabel bebas dalam
menjelaskan variasi perubahan pada variabel terikatnya.Koefisien
determinasi memiliki kelemahan, yaitu bias terhadap jumlah variabel bebas
yang dimasukkan dalam model regresi di mana setiap penambahan satu
variabel bebas dan jumlah pengamatan dalam model akan meningkatkan
100
nilai R2 meskipun variabel yang dimasukkan tersebut tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikatnya. Untuk mengurangi
kelemahan tersebut maka digunakan koefisien determinasi yang telah
disesuaikan, Adjusted R Square (R2
adj).
Koefisien determinasi yang telah disesuaikan berarti bahwa koefisien
tersebut telah dikoreksi dengan memasukkan jumlah variabel dan ukuran
sampel yang digunakan. Dengan menggunakan koefisien determinasi yang
disesuaikan maka nilai koefisien determinasi yang disesuaikan itu dapat naik
atau turun oleh adanya penambahan variabel baru dalam model.
Selengkapnya mengenai hasil uji Adj R2 dapat dilihat pada tabel 4.8 di
bawah ini:
Tabel 4.13
Uji Adjusted R Square (R2adj)
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate
1 .874a .764 .750 .0021451
a. Predictors: (Constant), CAR, LDR, NPL, INFLASI
b. Dependent Variable: ROA
Sumber: Data diolah
Besarnya angka Adjusted R Square adalah 0,750 atau sebesar 75%.
Dapat disimpulkan bahwa pengaruhcapital adequacy ratio, loan to deposit
ratio, non performing loan, dan inflasiterhadap return on asset adalah 75%,
sedangkan sisanya sebesar 25% (100% - 75%) dipengaruhi oleh variabel-
101
variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam penelitian ini seperti dana
pihak ketiga, kredit, non performing financing, PDB, tingkat pengangguran,
kurs dan lainnya. Adapun angka koefisien korelasi (R) menunjukkan nilai
sebesar 0,874 atau sebesar 87,4% yang menandakan bahwa hubungan antara
variabel bebas dan variabel terikat adalah kuat karena memiliki nilai lebih
dari 0,5 (R > 0,5) atau 0,874 > 0,5.
102
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pengaruh capital
adequacy ratio, non performing loan, inflasi dan loan to deposit ratio terhadap
return on asset menggunakan data time series oleh PT. Bank Persero pada tahun
2009-2014. Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi linear berganda,
dari pembahasan yang telah diuraikan di atas berdasarkan data yang penulis
peroleh dari penelitian sebagaimana yang telah dibahas dalam skripsi ini maka,
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Berdasarkan analisis regresi berganda ditemukan bahwa variabel capital
adequacy ratio (CAR), loan to deposit ratio (LDR) berpengaruh positif
terhadap return on assets (ROA), sedangkan non performing loan (NPL)
berpengaruh negatif terhadap return on assets (ROA), dan Inflasi tidak
berpengaruh terhadap return on assets (ROA).
B. IMPLIKASI
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka terdapat beberapa
implikasi yang perlu memperoleh penekanan. Hasil penelitian ini merupakan
informasi yang perlu dipertimbangkan oleh bank umum, akademis dan nasabah.
Peneliti menyarankan untuk diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
103
1. Bagi Perbankan
Dengan adanya temuan bahwa capital adequacy ratio, non performing
loan dan loan to deposit ratio berpengaruh terhadap return on assets,
sedangkan inflasi tidak berpengaruh terhadap return on assets dengan tingkat
kontribusi yang berbeda-beda. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk
evaluasi perkembangan sistem perbankan konvensional khususnya Bank
Persero serta sebagai bahan awal kajian dalam menentukan metode
kebijakanmoneter. Penelitian ini diharapkan menjadi informasi yang akan
menambah wawasan dan pengetahuan bagi nasabah bank. Sehingga dapat
dijadikan pedoman sebagai pengambilan keputusan dalam berinvestasi yang
dapat memberikan tingkat keuntungan yang sesuai dengan harapan investor
2. Bagi Akademisi
Penelitian ini akan menambah kepustakaan di bidang manajemen
perbankan dan dapat dijadikan sebagai bahan bacaan untuk menambah
wawasan pengetahuan, khususnya tentang return on asset. Untuk penelitian
selanjutnya sebaiknya memperbanyak jumlah variabel dari faktor internal
maupun eksternal bank, misalnya: dana pihak ketiga, kredit, non performing
financing, PDB, tingkat pengangguran, kurs dan lainnya. Selain itu juga bisa
dengan menambah instrumen profitabilitas seperti return on equity.
104
DAFTAR PUSTAKA
Ghozali, imam. ”Aplikasi Analisis Multivariate dengan program IBM SPSS 19”.5
edition badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. 2011
Hamid, Abdul. ”buku Pedoman penulisan Skripsi”. FEB UIN Jakarta, Jakarta, 2010
Hasibuan, Drs.H.Malayu S.P.,2007, Dasar-Dasar Perbangkan, PT Bumi Akasara,
Jakarta.
Hermawan Darmawi. “Pasar Finansial dan Lembaga-Lembaga Finansial”. PT. Bumi
Aksara, Jakarta, 2006.
Kasmir.”Dasar-Dasar Perbankan”.1 edition . Cet 2. PT Raja Grafindo Persada.
Jakarta. 2003
Kasmir. 2008.” Bank &Lembaga Keuangan Lainnya”.Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada.
Kuncoro, Mudrajad,”Manajemen Perbankan “.Yogyakarta.”, BPFE, 2002.
Lukman, Dendawijaya.”manajemen bank “. Ghalia Indonesia, Bogor, 2005
Malayu, Hasibuan . “Dasar- Dasar Perbankan “ .Bumi Aksara. Jakarta. 2008
Mankiw, Gregory. “Teori Makro Ekonomi “. 5 edition. Erlangga. Jakarta. 2003
Martono , “Bank dan Lembaga Keuangan Bank”. Ekonisia, 2010
Mishkin, Frederic. “The Economics of Money, Banking and Financial Markets”,
Eighth Edition , Colombia university. 2007.
Mishkin, Frederic.’Ekonomi Uang, Perbankan dan Pasar keuangan”.8
edition,salemba Empat,jakarta, 2008
Nachrowi, dan hardius Usman. “Pendekatan Populer dan praktis Ekonometrika untuk
analisis ekonomi dan keuangan “.Fakultas ekonomi Universitas indonesia .
Jakarta. 2006
105
Prayudi, Arditya.”Pengaruh Capital Adequecy Ratio (CAR) , Non Performing Loan
(NPL), BOPO, Return on Asset (ROA), dan Net Interest Margin (NIM)
terhadap Loan to Deposit Ratio (LDR)”. 2010
Puspopranoto, Sawaldjo.”keuangan perbangkan dan Pasar Keuangan :Konsep ,teori
,dan Realita “. Pustaka LP3ES Indonesia .Jakarta. 2004.
Riyadi, Selamet. ”Banking Assets and liability Management”. 3 edition ,lembaga
Penerbit FEUI , Jakarta , 2006.
Santoso, singgih. “Aplikasi SPSS pada statistik Parametrik“, Elex media
Komputindo. Jakarta. 2012.
Siamat, dahlan .” Manajemen lembaga Keuangan :kebijakan moneter dan Perbankan
“.5 edition .Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia .Jakarta .2005.
Sudarmanto, Gunawan ,” Analisis Regresi Linier Ganda dengan SPSS “ .graha Ilmu
.Yogyakarta. 2005.
Suliyanto,” Ekonometrika Terapan :Teori & Aplikasi dengan SPSS “. Andi ,
yogyakarta. 2011.
Akbar, Masithah dan Ida Mentayani. “Faktor – Faktor yang Mempengaruhi
Intermediasi Studi pada Bank Umum Swasta Kalimantan Selatan”. Jurnal,
Manajemen dan Akuntansi Vol. 11 No. 2. 2010.
Almilia, Luciana Spica dan Winny Herdiningtyas, 2005, Analisis Rasio CAMEL
Terhadap Prediksi Kondisi Bermasalah Pada Lembaga Perbankan
Perioda 2000-2002, Jurnal Akuntansi dan Keuangan,Vol.7,No.2.
Dendawijaya, Lukman. 2005. “Manajemen Perbankan”. Jakarta: PenerbitGhalia
Indonesia.
Dwi Astuti, Febri.“Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Suku Bunga Deposito
Pada Bank-Bank Umum Pemerintah di Indonesia”, Skripsi IPB, Bogor,
2006.
Ferdian, Ilham Reza. 2008.” SBI, Instrumen Moneter atau Instrumen Investasi”.
Republika.Senin 21 Juli 2008.
Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19”. 5th
edition, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2011.
106
Sunyanto, Danang .”Praktik SPSS untuk kasus “.Nuha Medika ,Yogyakarta ,2011.
Undang-Undang RI nomor 7 Tahun 1992.
Undang-Undang Perbangkan no.10 tahun 1998.
Veithal rivai dan Andria permata Veithal .”Credit management handbook :teori
,konsep ,,prosedur dan aplikasi panduan prktis mahasiswa ,bankir,, dan
nasabah .”.Ed1-2,PT Raja Gafindo Persada ,Jakarta ,2007.
www.bi.go.id
107
Lampiran 1 : Data-data Variabel Penelitian dari Tahun 2009-2014
DATA BANK PERSERO
Tahun Bulan ROA CAR NPL INFLASI LDR
2009
1 2.89 15.7 4.3 -0.0700 71.45
2 2.92 15.62 4.53 0.2100 73.06
3 2.74 15.53 4.97 0.2200 73.4
4 2.63 14.85 5.03 -0.3100 73.68
5 2.6 14.57 5.13 0.0400 74.5
6 2.68 14.21 4.66 0.1100 74.79
7 2.64 13.81 4.81 0.4500 75.64
8 2.64 13.51 4.8 0.5600 75.64
9 2.57 13.27 4.36 1.0500 74.64
10 2.67 13.11 4.49 0.1900 79.95
11 2.63 12.77 4.28 -0.0300 73.68
12 2.72 13.81 3.46 -0.3300 69.55
2010
1 2.9 15.67 3.19 0.8400 70.08
2 2.77 15.62 3.26 0.3000 73.38
3 3.05 15.1 3.07 -0.1400 73.75
4 2.95 14.46 3.14 0.1500 74.97
5 2.87 14.17 3.36 0.2900 76.53
6 2.96 14.19 3.01 0.9700 75.63
7 3.03 13.8 3.01 1.5700 77.63
8 3 13.45 3.09 0.7600 79.18
9 3.02 14.04 2.97 0.4400 78.23
108
10 3.06 14.27 3.16 0.0600 77.99
11 3.13 14.89 3.71 0.6000 77.89
12 3.08 15.36 2.8 0.9200 71.54
2011
1 3.32 16.33 3.2 0.8900 74.3
2 3.67 17.93 3.28 0.1300 77.88
3 3.82 17.47 3.14 -0.3200 77.67
4 3.76 17.56 3.21 -0.3100 79.83
5 3.59 16.96 3.52 0.1200 80.47
6 3.8 16.43 3.3 0.5500 81.79
7 3.56 17.16 3.37 0.6700 81.83
8 3.56 16.87 3.39 0.9300 84.19
9 3.72 15.6 3.18 0.2700 83.18
10 3.67 16.54 3.21 -0.1200 80.95
11 3.6 15.33 2.99 0.3400 81.51
12 3.6 15.03 2.55 0.5700 74.75
2012
1 3.76 16.21 2.96 0.7600 76.58
2 4.23 16.46 2.85 0.0500 79.9
3 3.67 16.07 2.73 0.0700 81.16
4 3.59 15.37 2.79 0.2100 82.48
5 3.58 15.6 2.74 0.0700 80.91
6 3.67 14.82 2.61 0.6200 81.51
7 3.64 14.53 2.66 0.7000 82.18
8 3.64 14.66 2.63 0.9500 82.88
9 3.71 14.85 2.48 0.0100 83.84
109
10 3.74 14.46 2.69 0.1600 83.72
11 3.82 14.62 2.42 0.0700 82.71
12 3.8 14.59 2.21 0.5400 79.84
2013
1 3.49 18.61 2.966 0.0000 81.84
2 3.4 18.47 2.824 0.0000 84.21
3 3.74 18.25 2.929 0.0000 85.54
4 3.63 17.24 2.975 0.0000 84.73
5 3.62 17.51 3.175 0.0000 85.9
6 3.7 16.61 4.05 0.0000 86.99
7 3.69 16.41 4 0.0000 88.06
8 3.68 16.35 4.088 0.0000 87.48
9 3.71 16.17 4.143 0.0000 88.72
10 3.74 16.4 4.193 0.0000 88.07
11 3.74 16.7 3.913 0.0000 89.29
12 3.87 15.91 3.844 0.0000 86.7
2014
1 3.54 18.6 4.21 0.685 89.84
2 3.43 17.98 4.255 0.6458 89.64
3 3.82 17.84 4.37 0.61 89.64
4 3.81 17.27 4.359 0.6041 88.98
5 3.67 16.91 4.708 0.61 88.53
6 3.74 16.81 5.09 0.5583 88.46
7 3.67 16.9 4.771 0.3775 88.75
8 3.67 17.58 5.832 0.3325 87.73
9 3.74 17.31 5.84 0.3775 86.45
110
10 3.71 17.48 4.737 0.4025 85.97
11 3.75 17.56 4.946 0.5191 85.66
12 3.75 17.08 4.375 0.6966 83.73
Sumber: Laporan Keuangan Publikasi Bank Indonesia
111
Lampiran 2 : Tabel Deskriptif Statistik
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
ROA 72 .0257 .0423 .034025 .0042878
CAR 72 .1277 .1861 .158497 .0148067
NPL 72 .0221 .0584 .036571 .0087360
INFLASI 72 .0241 .0917 .055106 .0179227
LDR 72 .6955 .8984 .808854 .0562446
Valid N (listwise) 72
112
Lampiran 3: Tabel Model Regresi, Anova dan Koefisien
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the
Estimate
1 .874a .764 .750 .0021451
a. Predictors: (Constant), CAR, LDR, NPL, INFLASI
b. Dependent Variable: ROA
ANOVAb
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression .001 4 .000 54.172 .000a
Residual .000 67 .000
Total .001 71
a. Predictors: (Constant), INFLASI, CAR, NPL,NPL, LDR
b. Dependent Variable: ROA
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -.012 .004 -3.192 .002
CAR .101 .022 .350 4.509 .000
LDR .047 .006 .612 8.135 .000
NPL -.193 .030 -.393 -6.379 .000
INFLASI -.007 .016 -.030 -.422 .660
a. Dependent Variable: ROA
113
Lampiran 4: Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Standardized Residual
N 72
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation .97142265
Most Extreme Differences
Absolute .066
Positive .051
Negative -.066
Kolmogorov-Smirnov Z .562
Asymp. Sig. (2-tailed) .910
a. Test distribution is Normal.
114
Lampiran 5: Uji Multikolinieritas dan Autokorelasi
Uji Tolerance dan VIF
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
CAR .584 1.712
NPL .926 1.080
INFLASI .761 1.315
LDR .624 1.604
a. Dependent Variable: ROA
Uji D-W
Model Summaryb
Model Durbin-Watson
1 .890
a. Predictors: (Constant), CAR, LDR, NPL,NPL, Inflasi b. Dependent Variable: ROA
Pengobatan Uji D-W
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .001 .021 .068 .946
Ut_1 .538 .103 .531 5.211 .000
a. Dependent Variable: Unstandardized Residual
115
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -2.723 .286 -9.506 .000
pLnCAR_1 .474 .106 .346 4.482 .000
pLnNPL_1 -.234 .034 -.444 -6.910 .000
pLnINFLASI_1 -.006 .008 -.048 -.770 .444
pLnLDR_1 1.197 .147 .633 8.133 .000
a. Dependent Variable: pLnROA_1
Coefficients
a
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .041 .026 1.617 .110
LagUt .938 .040 .943 23.602 .000
a. Dependent Variable: Ut
Metode Nilai ρ
Durbin-Watson d 0,555
Theil-Nagar d 0,55981
Cochrane-Orcutt Step 1 0,538
Cochrane-Orcutt Step 2 0,938
Model Summaryb
Model Durbin-Watson
1 2.001
a. Predictors: (Constant), ln LDR@, lnCAR@, lnINFLASI@, lnLDR@
b. Dependent Variable: lnROA@
116
Lampiran 6: Uji Heteroskedastisitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -.002 .002 -1.050 .297
CAR .046 .013 .495 3.476 .114
NPL -.024 .018 -.156 -.1379 .173
INFLASI -.021 .010 -.272 -2.184 .221
LDR -.002 .003 -.065 -.473 .638
a. Dependent Variable: ABRESID