JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU …

70
i PENGARUH KUALITAS AUDIT, KONDISI KEUANGAN PERUSAHAAN, DAN AUDITOR INTERNAL TERHADAP OPINI AUDIT GOING CONCERN (Studi Empiris Pada Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi Oleh: Ginanjar Satria Febriandito NIM :104082002722 Di Bawah Bimbingan Pembimbing I Pembimbing II Dr. Yahya Hamja, MM. Drs. Abdul Hamid Cebba, Ak, MBA. JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H/2008 M

Transcript of JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU …

i

PENGARUH KUALITAS AUDIT, KONDISI KEUANGAN PERUSAHAAN,

DAN AUDITOR INTERNAL TERHADAP OPINI AUDIT

GOING CONCERN

(Studi Empiris Pada Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)

Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial

Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

Ginanjar Satria Febriandito

NIM :104082002722

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Yahya Hamja, MM. Drs. Abdul Hamid Cebba, Ak, MBA.

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1429 H/2008 M

ii

Hari ini Jum’at Tanggal 31 Bulan Oktober Tahun Dua Ribu Delapan telah

dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Ginanjar Satria Febriandito NIM:

104082002722 dengan judul Skripsi “PENGARUH KUALITAS AUDIT,

KONDISI KEUANGAN PERUSAHAAN, DAN AUDITOR INTERNAL TERHADAP OPINI AUDIT GOING CONCERN (Studi Empiris Pada Perbankan

yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia).” Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai

salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 31 Oktober 2008

Tim Penguji Ujian Komprehensif

Amilin, SE., Ak., M.Si. Drs. Abdul Hamid Cebba, Ak., MBA. Ketua Sekretaris

Abbas Ghozali, PhD.

Penguji Ahli

iii

Hari ini Selasa Tanggal 30 Bulan Desember Tahun Dua Ribu Delapan telah

dilakukan Ujian Skripsi atas nama Ginanjar Satria Febriandito NIM:

104082002722 dengan judul Skripsi “PENGARUH KUALITAS AUDIT,

KONDISI KEUANGAN PERUSAHAAN, DAN AUDITOR INTERNAL TERHADAP OPINI GOING CONCERN (Studi Empiris Pada Perbankan yang

Terdaftar di Bursa Efek Indonesia).” Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai

salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 30 Desember 2008

Tim Penguji Ujian Skripsi

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Yahya Hamja, MM. Drs. Abdul Hamid Cebba, Ak., MBA.

Penguji Ahli

Yessi Fitri, SE., Ak., M.Si.

iv

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pada dasarnya riset ini bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh

kualitas audit, kondisi keuangan perusahaan, dan auditor internal terhadap

penerimaan opini audit going concern pada perbankan yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia (BEI) antara tahun 2002 sampai dengan tahun 2006.

Setelah terjadinya krisis ekonomi yang melanda Indonesia banyak

perusahaan mengalami kerugian besar-besaran (collapsed), diakibatkan

depresiasi mata uang dalam negeri terhadap kurs dolar pada saat itu.

Depresiasi mata uang tersebut menyebabkan tingkat likuiditas perusahaan

menurun. Krisis tersebut juga berdampak pada sektor perbankan yang

mengalami kredit macet akibat banyak perusahaan (debitur) yang tidak

dapat membayar utangnya. Perbankan pada saat itu mengalami negative

spread dimana kewajiban bank membayar bunga nasabah lebih besar

dibandingkan dengan pendapatan yang dihasilkan dari bunga pinjaman.

Kejadian tersebut telah memberi dampak yang buruk terhadap kepercayaan

nasabah maupun investor bank untuk menginvestasikan dananya.

Standar Akuntansi Keuangan (1994) sebagaimana kita sadari bersama,

pemeliharaan kesehatan bank merupakan tanggung jawab semua pihak yang

terkait, baik pemilik dan pengelola bank, maupun masyarakat pengguna jasa

bank dan pengawas bank. Salah satu sarana penunjang yang diperlukan

v

adalah standar akuntansi yang memungkinkan terlaksananya sistem

informasi manajemen dengan baik. Standar Khusus Akuntansi Perbankan

Indonesia (SKAPI) disusun dengan maksud agar laporan keuangan bank

dapat disajikan secara lebih informatif dan wajar sehingga pelbagai pihak

yang berkepentingan dapat memperoleh gambaran yang lebih akurat

mengenai keadaan keuangan dan usaha bank.

Manajemen dalam suatu perusahaan menginginkan agar laporan

keuangannya diaudit oleh auditor yang berkualitas agar dapat dipercaya oleh

para pengguna laporan keuangan yang akan menunjukkan kredibilitas

perusahaan. Kinerja auditor dapat menghasilkan suatu pernyataan atas

laporan keuangan berupa opini audit. Opini tersebut antara lain, yaitu wajar

tanpa pengecualian (unqualified opinion), wajar tanpa pengecualian dengan

paragraf penjelasan (unqualified opinion with explanatory paragraph), wajar

dengan pengecualian (qualified opinion), pendapat tidak wajar (adverse),

dan menolak memberikan pendapat (disclaimer).

Menurut Alvin A. Arens dkk. (2004:71) pernyataan wajar tanpa

pengecualian (unqualified opinion) mempunyai arti bahwa laporan keuangan

bebas dari salah saji yang material. Namun, apabila laporan audit bentuk

wajar dengan pengecualian (qualified), tidak wajar (adverse), atau tidak

memberikan pendapat (disclaimer) diterbitkan pada saat auditor merasa

tidak memperoleh kepuasan dalam pelaksanaan auditnya, atau menemukan

bahwa laporan keuangan tidak disajikan secara wajar, atau merasa tidak

independen sehingga auditor wajib untuk memberikan informasi tambahan.

vi

Menurut Alvin A. Arens dkk. (2004:71) penyebab utama

ditambahkannya suatu paragraf penjelasan atau modifikasi kalimat pada

laporan audit bentuk baku antara lain:

1. Tidak adanya konsitensi dalam penerapan prinsip akuntansi yang

berlaku.

2. Ketidakpastian atas kelangsungan hidup perusahaan (going concern).

3. Auditor menyetujui terjadinya penyimpangan dari prinsip akuntansi

yang berlaku umum.

4. Penekanan atas suatu masalah.

5. Laporan yang melibatkan auditor lainnya.

Standar Akuntansi Keuangan (2002) independensi auditor dalam

memberikan opini atas laporan keuangan yang diauditnya harus

mempertimbangkan going concern (kelangsungan usaha) auditee. Going

concern merupakan asumsi dasar dalam penyusunan laporan keuangan,

suatu perusahaan diasumsikan tidak bermaksud atau berkeinginan

melikuidasi atau mengurangi secara material skala usahanya.

Menurut Agrianti Komalasari A. (2004) seorang auditor ketika

memeriksa kondisi keuangan suatu perusahaan dalam audit tahunan, auditor

harus menyediakan laporan audit untuk digabungkan dengan laporan

keuangan perusahaan. Salah satu dari hal-hal penting yang harus diputuskan

adalah apakah perusahaan dapat mempertahankan hidupnya (going

concern). Audit report dengan modifikasi mengenai going concern,

mengindikasikan bahwa dalam penilaian auditor terdapat resiko perusahaan

vii

tidak dapat bertahan dalam bisnis. Di lain pihak, perusahaan yang “sehat”

memperoleh opini “standard” atau “unqualified”. Dari sudut pandang

auditor, keputusan tersebut melibatkan beberapa tahap analisis. Auditor

harus mempertimbangkan hasil dari operasi, kondisi ekonomi yang

mempengaruhi perusahaan, kemampuan pembayaran hutang, dan kebutuhan

likuiditas di masa yang akan datang.

Penelitian-penelitian tentang opini audit going concern yang dilakukan

di Indonesia antara lain dilakukan oleh Hani dkk. (2003) yang memberikan

bukti bahwa rasio profitabilitas dan rasio likuiditas berhubungan negatif

terhadap penerbitan opini audit going concern. Dalam penelitian yang

dilakukan Eko Budi Setyarno dkk. (2006) yang menggunakan 4 variabel

penelitian, yaitu 2 variabel keuangan (kondisi keuangan perusahaan dan

pertumbuhan penjualan) serta 2 variabel non keuangan (kualitas audit dan

opini audit tahun sebelumnya) terhadap perusahaan manufaktur dengan

menggunakan regresi logistik memberikan bukti empiris bahwa variabel

kondisi keuangan perusahaan dan opini audit tahun sebelumnya berpengaruh

signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Untuk variabel

kualitas audit yang diproksikan dengan besaran Kantor Akuntan Publik

(KAP) dan pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh secara signifikan

terhadap opini audit going concern.

Dalam penelitian yang dilakukan Puji Rahayu (2007) tentang

penerimaan opini audit going concern perbankan yang diukur berdasarkan

informasi keuangan (quick ratio, banking ratio, return on assets dan capital

viii

adequacy ratio) dan non keuangan (afiliasi, opini audit tahun sebelumnya,

dan reputasi auditor) menunjukkan bahwa informasi keuangan dan afiliasi

tidak berpengaruh signifikan dalam penerimaan opini audit going concern

namun informasi non keuangan menunjukkan dua variabel (opini audit

tahun sebelumnya dan reputasi auditor) yang mempunyai pengaruh

signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern perbankan.

Pada penelitian ini, penulis berusaha untuk menganalisis beberapa

faktor yang mempengaruhi penerimaan opini audit going concern terhadap

perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) antara tahun 2002

sampai dengan tahun 2006. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian

sebelumnya adalah sebagai berikut:

1. Sampel yang digunakan adalah perbankan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia tahun 2002-2006.

2. Penggunaan variabel kualitas audit, kondisi keuangan perusahaan

(Altman Z-Score), dan auditor internal. Penggunaan variabel tersebut

untuk mengetahui besaran pengaruhnya terhadap penerimaan opini

audit going concern bank.

3. Untuk menganalisis pengaruh antara variabel dependen dengan

variabel independen maka pengujian dilakukan dengan menggunakan

regresi logistik dengan bantuan program SPSS versi 13.

ix

Dengan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk mengadakan

penelitian dengan judul “Pengaruh Kualitas Audit, Kondisi Keuangan

Perusahaan, dan Auditor Internal terhadap Opini Audit Going Concern”

(Studi Empiris pada Perbankan di Bursa Efek Indonesia).

B. Perumusan Masalah

Perbankan merupakan lembaga yang tugas utamanya sebagai perantara

(financial intermediary) untuk menyalurkan penawaran dan permintaan

kredit pada waktu yang ditentukan, serta mengatur tentang mekanisme lalu

lintas pembayaran. Dimana sangat rentan terhadap berbagai tingkat

kesalahan prosedur maupun tingkat efektifitas pengendalian internal

perbankan. Timbul perdebatan dan pembahasan yang panjang mengenai

opini yang harus dikeluarkan oleh akuntan atas laporan keuangan

perusahaan yang ada di Indonesia. Hal tersebut mengingat salah satu

postulat dasar akuntansi yakni going concern yang harus diperhatikan, sebab

tidak mungkin akuntan dapat memberikan opini yang baik kepada

perusahaan yang diragukan kelangsungan hidupnya (Manggala, 2002).

Berdasarkan atas masalah diatas penulis merumuskan masalah sebagai

berikut:

1. Apakah kualitas audit berpengaruh terhadap penerimaan opini audit

going concern?

2. Apakah kondisi keuangan perusahaan berpengaruh terhadap penerimaan

opini audit going concern?

x

3. Apakah auditor internal dalam suatu perusahaan berpengaruh terhadap

penerimaan opini audit going concern?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan dari dilakukan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk menemukan bukti empiris pengaruh kualitas audit terhadap

penerimaan opini audit going concern.

2. Untuk menemukan bukti empiris pengaruh kondisi keuangan perusahaan

terhadap penerimaan opini audit going concern.

3. Untuk menemukan bukti empiris pengaruh auditor internal terhadap

penerimaan opini audit going concern.

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Perbankan

Sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan dalam

membuat laporan keuangan. Mendayagunakan temuan model prediksi

kepailitan sebagai early warning system bagi manajemen bank.

2. Masyarakat

Sebagai bahan referensi atau untuk menambah pengetahuan dalam

bidang moneter perbankan. Model prediksi kepailitan bank umum yang

dibangun dari faktor modal dan risiko keuangan dapat menjadi acuan

pelengkap bagi deposan, investor, kreditor, dan masyarakat luas dalam

xi

mengevaluasi bank-bank umum yang beroperasi guna melindungi

kepentingannya.

3. Pemerintah

Sebagai alat dalam melaksanakan fungsi pengawasan bank, diharapkan

dengan menerapkannya dapat diketahui kemungkinan kepailitan bank

sedini mungkin sebelum bank tersebut dinyatakan legal bankruptcy.

4. Penulis

Selain untuk memperoleh gelar sarjana ekonomi, dan juga sebagai bahan

implementasi pengetahuan yang didapat selama di bangku kuliah serta

untuk dapat menambah pengetahuan perbankan.

xii

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kualitas Audit

Kualitas audit pada dasarnya adalah kemampuan auditor dalam

memeriksa laporan keuangan yang tidak wajar secara material yang

mempengaruhi dalam pemberian opini audit. Dalam Standar Profesional

Akuntan Publik (SPAP) terdapat standar yang menjadi pedoman auditor

dalam pelaksanakan tugasnya, yaitu standar umum, standar pekerjaan

lapangan, dan standar pelaporan. Standar umum menekankan pada

pentingnya kualitas diri yang harus dimiliki auditor, yaitu auditor harus

memiliki keahlian dan pengalaman, independensi dalam sikap mental, serta

profesionalisme yang tinggi. Standar pekerjaan lapangan menekankan pada

pengumpulan bukti audit serta aktivitas lain selama pelaksanaan audit.

Standar pelaporan menghendaki bahwa laporan auditor menyatakan apakah

laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan prinsip–prinsip akuntansi.

Dalam pelaksanaan tugasnya sebagai penyedia jasa audit, auditor tidak

terlepas dari memerlukan kepercayaan terhadap kualitas jasa yang diberikan

pada pengguna. Penting bagi pemakai laporan keuangan untuk memandang

Kantor Akuntan Publik (KAP) sebagai pihak yang independen dan

kompeten, karena akan mempengaruhi berharga atau tidaknya jasa yang

telah diberikan oleh KAP kepada pemakai. Jika pemakai merasa KAP

memberikan jasa yang berguna dan berharga, maka nilai audit atau kualitas

xiii

audit juga meningkat, sehingga KAP dituntut untuk bertindak dengan

profesionalisme tinggi. Auditor dapat secara profesional dan

bertanggungjawab dalam pemberian opini yang akan memberikan informasi

terhadap keputusan yang akan diambil selanjutnya oleh para investor.

Penelitian-penelitian sebelumnya yang dilakukan Mayangsari (2003)

menggunakan reputasi auditor dalam membedakan kualitas auditor

berdasarkan perbedaan big five dan non big five dan ada juga yang

menggunakan spesialisasi industri auditor untuk memberi nilai bagi kualitas

audit. Teoh (1993) dalam Susiana dan Herawaty (2007) berargumen bahwa

kualitas audit berhubungan positif dengan kualitas earnings, yang diukur

dengan Earnings Response Coefficient (ERC). Penelitian kali ini menilai

kualitas auditor berdasarkan pengelompokkan auditor big four dengan non

big four, dikarenakan salah satu KAP big five yaitu Arthur Andersen telah

dinyatakan collapsed.

Barnes dan Huan (1993) dalam Komalasari (2004) menyatakan bahwa

perusahaan gagal yang tidak menjelaskan going concern pada opini auditnya

menunjukkan bahwa auditor tersebut lebih mementingkan aspek komersial

hal ini berdampak buruk pada citra auditor dan hilangnya kepercayaan

investor terhadap perusahaan auditan.

Menurut De Angelo (1981) dalam M. Nizarul Alim dkk. (2007)

mendefinisikan kualitas audit sebagai probabilitas dimana seorang auditor

menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran dalam sistem

akuntansi kliennya. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa KAP yang

xiv

besar akan berusaha untuk menyajikan kualitas audit yang lebih besar

dibandingkan dengan KAP yang kecil.

Mutchler dkk. (1997) dalam Eko Budi Setyarno dkk. (2006)

menemukan bukti univariat bahwa auditor big 6 lebih cenderung

menerbitkan opini audit going concern pada perusahaan yang mengalami

financial distress dibandingkan auditor non big 6. Auditor skala besar dapat

menyediakan kualitas audit yang lebih baik dibanding auditor skala kecil,

termasuk dalam mengungkapkan masalah going concern. Semakin besar

skala auditor, akan semakin besar kemungkinan auditor untuk menerbitkan

opini audit going concern.

Li Dang dkk. (2004) O’Keefe (1994) dalam Praptitorini dan Januarti

(2007) berpendapat bahwa auditor industry specialization berhubungan

positif dengan kualitas audit diukur dengan penilaian kepatuhan auditor

terhadap General Accepted Accounting Standard (GAAS). Auditor yang

memiliki banyak klien dalam industri yang sama akan memiliki pemahaman

yang lebih dalam tentang risiko audit khusus yang mewakili industri

tersebut, akan tetapi membutuhkan pengembangan keahlian lebih daripada

auditor pada umumnya. Tambahan keahlian ini akan menghasilkan return

positif dalam fee audit.

Dalam penelitian yang dilakukan Eko Budi Setyarno dkk. (2006) yang

menggunakan 4 variabel penelitian, yaitu 2 variabel keuangan (kondisi

keuangan perusahaan dan pertumbuhan penjualan) serta 2 variabel non

keuangan (kualitas audit dan opini audit tahun sebelumnya) menunjukkan

xv

bahwa kualitas audit yang diproksikan dengan besaran Kantor Akuntan

Publik (KAP) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap opini audit going

concern.

B. Auditor Internal

1. Pengertian

Suatu sistem merupakan subjek dari kesalahan-kesalahan,

kecurangan-kecurangan, dan penyelewengan-penyelewengan umum

lainnya. Maka untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan dan ingin

membentuk suatu sistem yang baik maka sebaiknya dibentuk suatu

sistem pengendalian internal yang baik. Apabila sistem tersebut

dilengkapi dengan suatu pengendalian yang berguna untuk mencegah

atau menjaga hal-hal negatif tersebut. Untuk itu sebelum mengemukakan

dan membahas tentang sistem pengendalian intern. Disini akan

dijelaskan beberapa definisi mengenai sistem pengendalian intern yang

dikemukakan oleh beberapa ahli:

Menurut Widjajanto (2001:18) dalam Agus Setiawan (2007)

pengendalian intern adalah suatu sistem pengendalian yang meliputi

struktur organisasi beserta semua metode dan ukuran yang diterapkan

dalam perusahaan dengan tujuan untuk: (1) mengamankan aktiva

perusahaan, (2) mengecek kecermatan dan ketelitian data akuntansi, (3)

meningkatkan efisiensi, dan (4) mendorong agar kebijakan manajemen

dipatuhi oleh segenap jajaran organisasi.

xvi

Menurut Guy, Alderman, Winters (2002:226) pada SAS No.55

mendefinisikan pengendalian intern sebagai suatu proses yang dihasilkan

oleh dewan direksi entitas, manajemen, dan personil lainnya. Yang

dirancang untuk memberikan kepastian layaknya dalam pencapaian

tujuan kategori-kategori berikut: (1) keandalan (reabilitas) laporan

keuangan, (2) ketaatan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku, dan

(3) efektivitas dan efisiensi operasi.

Menurut Lawrence B. Sawyer dkk. (2004:10) auditor internal adalah

sebuah penilaian yang sistematis dan objektif yang dilakukan auditor

internal terhadap operasi dan kontrol yang berbeda-beda dalam

organisasi untuk menentukan apakah (1) informasi keuangan dan operasi

telah akurat dan dapat diandalkan; (2) risiko yang dihadapi perusahaan

telah diidentifikasi dan diminimalisasi; (3) peraturan eksternal serta

kebijakan dan prosedur internal yang bisa diterima telah diikuti; (4)

kriteria operasi yang memuaskan telah dipenuhi; (5) sumber daya telah

digunakan secara efisien dan ekonomis; (6) dan tujuan organisasi telah

dicapai secara efektif – semua dilakukan dengan tujuan untuk

dikonsultasikan dengan manajemen dan membantu anggota organisasi

dalam menjalankan tanggungjawabnya secara efektif.

IAI (1994) dalam Hiro Tugiman (2002) auditor internal wajib

memahami dengan baik proses manajemen yang dilaksanakan dalam

organisasinya, agar dapat membantu para manajer yang bersangkutan

dalam rangka pertanggungjawaban mereka. Hal ini mengingat bahwa

xvii

ruang lingkup pekerjaan dari audit internal meliputi menguji dan menilai

kecukupan efektivitas sistem pengendalian internal organisasi. Menurut

Hiro Tugiman (1999) dalam melaksanakan tugasnya, auditor internal

harus dapat berperan dengan sebaik mungkin melaksanakan tugas

utamanya, yaitu melakukan penilaian dan evaluasi terhadap sistem

dalam rangka pencapaian tujuan perusahaan.

2. Unsur-unsur sistem pengendalian intern

Menurut Committee of Supporting Organizations of The Treadway

Commission (COSO) unsur pengendalian intern terdiri dari lima, yaitu:

a. Lingkungan pengendalian (control environment)

Komponen ini meliputi sikap manajemen di semua tingkatan

terhadap operasi secara umum dan konsep kontrol secara khusus. Hal

ini mencakup: etika, kompetensi, serta integritas dan kepentingan

terhadap kesejahteraan organisasi. Juga tercakup struktur organisasi

serta kebijakan dan filosofi manajemen.

b. Penilaian risiko (risk assesment)

Komponen ini telah menjadi bagian dari aktivitas audit internal

yang terus berkembang. Penentuan risiko mencakup semua aspek

organisasi dan penentuan kekuatan organisasi melalui evaluasi risiko.

COSO juga menambahkan pertimbangan tujuan di semua bidang

operasi untuk memastikan bahwa semua bagian organisasi bekerja

secara harmonis.

xviii

c. Aktivitas pengendalian (control activities)

Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang

dikembangkan oleh manajemen untuk mengantisipasi risiko yang

dapat menghalangi entitas mencapai tujuannya. Aktivitas

pengendalian memiliki berbagai tujuan dan diaplikasikan pada

berbagai tingkat organisasional atau fungsional dalam sebuah entitas.

d. Pemrosesan informasi dan komunikasi

Komponen ini merupakan bagian penting dari proses manajemen.

Manajemen tidak dapat berfungsi tanpa informasi. Komunikasi

informasi tentang operasi kontrol internal memberikan substansi

yang dapat digunakan manajemen untuk mengevaluasi efektivitas

kontrol dan untuk mengelola operasinya.

e. Pemantauan (monitoring)

Pemantauan adalah proses penilaian kualitas kinerja

pengandalian internal dari waktu ke waktu. Pemantauan dapat

dilakukan melalui aktivitas terus-menerus atau evaluasi terpisah.

Prosedur pemantauan yang terus-menerus dilakukan terhadap

aktivitas rutin yang normal terjadi, dalam sebuah entitas serta

mencakup aktivitas manajemen dan pengawasan yang biasa.

xix

3. Tujuan Sistem Pengendalian Internal

Menurut Halim (2001:191) dalam Agus Setiawan (2007) tujuan

sistem pengendalian intern adalah sebagai berikut:

a. Menjaga kekayaan dan catatan perusahaan

Harta kekayaan perusahaan merupakan sarana untuk keberhasilan

perusahaan atau hilang dari usaha penyalahgunaan dan usaha

pencarian. Hal ini dapat terjadi pada harta berwujud seperti tagihan,

dokumen-dokumen penting seperti surat kontrak dan pembukuan

seperti buku besar dan jurnal.

b. Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi

Manajemen hendaknya memiliki informasi-informasi yang tepat

dan dapat dipertanggungjawabkan dalam melaksanakan kegiatannya

dalam pengambilan keputusan penting.

c. Mendorong efisiensi dan operasional usaha

Pengendalian didalam suatu perusahaan merupakan untuk

mencegah pekerjaan yang tidak perlu. Pemborosan dalam setiap segi

usaha, dan menguji setiap penggunaan sumber daya yang tidak

efisien.

d. Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen

Setiap pengendalian intern diharapkan dapat memberikan

jaminan yang layak agar peraturan dan prosedur ditaati untuk

mencapai tujuan perusahaan.

xx

Menurut SAS 55 meminta auditor untuk memperoleh sebuah

pemahaman akan pengendalian internal untuk setiap audit. Dalam

memperoleh suatu pemahaman dari suatu pengendalian internal adalah

untuk mencari tahu tentang masing-masing dari kelima komponen

pengendalian internal. Dari memperoleh pemahaman tersebut, auditor

perlu mempertimbangkan dua aspek:

a. Perencanaan berbagai kendali di dalam masing-masing komponen.

b. Apakah mereka telah ditempatkan dalam operasional.

4. Menilai Resiko Pengendalian

Empat penilaian yang spesifik yang harus dibuat untuk tiba di

penilaian awal:

a. Menilai apakah laporan keuangan bisa diaudit.

Dua faktor utama yang menentukan auditabilitas.

1) Integritas manajemen.

2) Ketercukupan arsip akuntansi.

Jika manajemen kekurangan integritas, manajemen bisa

menyediakan representasi yang salah, yang menyebabkan auditor

bersandar pada bukti yang tidak dapat dipercaya. Ketika auditor

menyimpulkan bahwa entitas itu tidak bisa diaudit, keadaannya

didiskusikan dengan klien (pada umumnya ditingkatan tertinggi) dan

auditor bisa mundur dari penugasan itu atau mengeluarkan suatu

formulir pengingkaran dari laporan audit.

xxi

b. Menentukan risiko kendali yang telah dinilai didukung oleh

pemahaman yang diperoleh.

Ada tiga pertimbangan penting tentang penilaian awal:

1) Auditor tidak perlu membuat penilaian awal dengan cara yang

formal dan terperinci.

2) Dalam beberapa keadaan dimana informasi penting yang

mendukung transaksi hanya tersedia dalam format elektronik,

mungkin perlu bagi auditor untuk menilai resiko kendali yang

dibawah maksimum dan melaksanakan pengujian yang lebih luas

atas pengendalian itu.

3) Walaupun auditor percaya resiko pengendaliannya rendah, resiko

pengendalian yang dinilai itu hingga tingkat tersebut didukung

oleh bukti yang diperolehnya.

c. Menilai apakah mungkin bahwa resiko kendali yang dinilai lebih

rendah bisa didukung.

d. Menentukan resiko pengendalian yang sesuai telah dinilai.

Jurnal IIA (1999) dalam Hiro Tugiman (2002) pengendalian internal

(internal control) dirancang untuk memberikan jaminan yang pantas

berkaitan dengan pencapaian tujuan perusahaan dengan kriteria antara

lain: (1) efektifitas dan efisiensi dari operasi perusahaan; (2) reliabilitas

laporan keuangan; (3) dipatuhinya semua ketentuan perundang-

undangan yang berlaku.

xxii

Menurut penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Hiro Tugiman

(2002) berpendapat bahwa pengendalian internal yang efektif, jasa

auditor internal yang berkualitas, serta manajer puncak, manajer

produksi, dan manajer keuangan akan berpengaruh secara nyata terhadap

kinerja perusahaan.

C. Kondisi Keuangan Perusahaan

Kondisi keuangan perusahaan menggambarkan tingkat kesehatan

perusahaan sesungguhnya. Mc Keown dkk (1991) menemukan bahwa

auditor hampir tidak pernah memberikan opini audit going concern pada

perusahaan yang tidak mengalami kesulitan keuangan. Studi sebelumnya

oleh Mutchler di tahun 1984, 1985, dan 1986 dalam Puji Rahayu (2007)

menemukan ukuran variabel keuangan yang diusulkan oleh SAS 34 adalah

faktor penting dalam penggambaran kesimpulan auditor pendapat going-

concern. Kebangkrutan perusahaan lebih mungkin untuk menerima suatu

pernyataan bersyarat (qualified opinion) akuntan dalam segala jenis di tahun

yang dengan seketika kebangkrutan terjadi.

Menurut Adnan dan Kurniasih (2000) kebangkrutan juga dikenal sebagai

suatu kegagalan usaha, kegagalan ini tidak harus berasal dari kejatuhan dan

pembubaran suatu perusahaan. Kebangkrutan akan cepat terjadi pada

perusahaan yang berada di negara yang sedang mengalami kesulitan

ekonomi, karena kesulitan ekonomi akan memicu semakin cepatnya

kebangkrutan perusahaan. Perusahaan yang belum bangkrut pun akan

xxiii

mengalami kesulitan dalam pemenuhan dana untuk kegiatan operasional

perusahaan akibat adanya krisis ekonomi tersebut. Namun demikian, proses

kebangkrutan perusahaan tidak semata-mata disebabkan oleh faktor

ekonomi saja tetapi bisa juga disebabkan oleh faktor lain yang sifatnya non–

ekonomi.

Secara garis besar faktor-faktor penyebab kebangkrutan terbagi tiga,

yaitu:

1. Faktor umum

a. Sektor ekonomi

Faktor-faktor penyebab kebangkrutan di sektor ekonomi adalah

gejala inflasi dan deflasi dalam harga dan suku bunga serta kebijakan

keuangan.

b. Sektor sosial

Faktor sosial sangat berpengaruh terhadap kebangkrutan

cenderung pada perubahan gaya hidup masyarakat yang

mempengaruhi permintaan terhadap produk dan jasa ataupun cara

perusahaan berhubungan dengan karyawan.

c. Sektor pemerintah.

Kebijakan pemerintah terhadap pencabutan subsidi pada

perusahaan dan industri, pengenaan tarif ekspor dan impor barang

berubah, kebijakan undang-undang perbankan.

xxiv

2. Faktor eksternal perusahaan

a. Sektor pelanggan

Perusahaan harus bisa mengidentifikasikan nasabah dari sifatnya,

karena berguna untuk menghindari kehilangan konsumen atau

nasabah juga sebuah peluang untuk menciptakan nasabah baru.

b. Sektor kreditor

Perusahaan dan kreditor harus tetap bekerjasama dengan baik

karena kekuatan kreditor untuk memberikan pinjaman dan

menetapkan jangka waktu pengembalian hutang piutangnya sehingga

dapat menjaga likuiditasnya.

3. Faktor internal perusahaan

Faktor-faktor yang menyebabkan kebangkrutan secara internal adalah:

a. Terlalu besarnya kredit yang diberikan kepada nasabah atau debitur

sampai akhirnya pembayaran nasabah tidak dapat dibayar.

b. Manajemen yang tidak efisien.

c. Penyalahgunaan wewenang dan kecurangan-kecurangan.

Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Edward I.

Altman (1968) dalam Adnan dan Taufiq (2001) yang menggunakan multiple

discriminant analysis. Dari kurang lebih 22 rasio keuangan, yang

berdasarkan data dari suatu periode sebelum bangkrut diuji, dan Altman

memilih 5 dari rasio-rasio tersebut, yaitu working capital/total assets

(likuiditas), retained earning/total assets (profitabilitas), earning before

xxv

interest and tax/total assets (profitabilitas), market value of equity/book

value of debt (struktur keuangan), serta sales/total assets (tingkat perputaran

modal).

Menurut Edward I. Altman (1982) pada industri perbankan formula Z-

Score yang digunakan adalah sebagai berikut:

Z = 0,717 Z1 + 0,847 Z2 + 3,107 Z3 + 0,420 Z4 + 0,998 Z5

Z1 = working capital/total assets

Z2 = retained earnings/total assets

Z3 = earning before interest and taxes/total assets

Z4 = market value of equity/book value of debt

Z5 = sales/total assets

Dengan formula Z-Score tersebut daerah ambang batasnya adalah 2,90

dan 1,23 artinya perusahaan yang mempunyai Z-Score diatas 2,90

diklasifikasikan sebagai perusahaan yang sehat, sedangkan perusahaan yang

mempunyai Z-Score dibawah 1,23 diklasifikasikan sebagai perusahaan

berpotensi bangrut. Selanjutnya nilai diantara 1,23 dan 2,90 disebut grey

area (berpotensi sehat/bangkrut).

D. Opini Going Concern

Asumsi dasar yang mendasari pelaporan keuangan adalah bahwa

entitas memiliki kemampuan untuk mempertahankan kelangsungan

hidupnya (going concern). Standar audit (SA Seksi 341) menyatakan bahwa

auditor bertanggungjawab untuk mengevaluasi apakah terdapat kesangsian

xxvi

besar terhadap kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan

hidupnya dalam periode waktu pantas, tidak lebih dari satu tahun sejak

tanggal laporan keuangan yang sedang diaudit. SAS 59 (AU 341) dalam

Alvin A. Arens dkk. (2004) membahas masalah mengenai pertimbangan

auditor atas kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan

hidupnya. Keberadaan salah satu atau lebih dari faktor-faktor berikut ini

dapat menimbulkan ketidakpastian atas kemampuan perusahaan untuk

mempertahankan kelangsungan hidupnya:

1. Terjadinya kerugian operasional atau kekurangan modal kerja yang

signifikan.

2. Ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jatuh

temponya.

3. Kehilangan pelanggan-pelanggan utama, terjadi bencana yang tak

dijamin oleh asuransi seperti gempa bumi atau banjir, atau suatu masalah

ketenagakerjaan yang tidak umum.

4. Pengadilan, perundang-undangan, atau hal-hal lainnya yang serupa yang

dapat mengancam kemampuan operasional perusahaan.

Messier dkk. (2005:323) jika terdapat kesangsian besar mengenai

kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya, auditor

harus mempertimbangkan kemungkinan dampaknya terhadap pelaporan

keuangan dan pengungkapan terkait. Lebih lanjut, laporan audit harus

mencakup paragraf penjelasan. Auditor juga bisa tidak memberikan

pendapat. Jika pengungkapan entitas berkaitan dengan kemampuannya

xxvii

dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya tidak mencukupi, maka

terdapat penyimpangan terhadap GAAP, sehingga akan mengakibatkan

dikeluarkannya pendapat wajar dengan pengecualian atau pendapat tidak

wajar.

Belkaoui (2006:271) dalil kelangsungan usaha (going concern

postulat) atau dalil kontinuitas, menganggap bahwa entitas bisnis akan

melanjutkan operasinya cukup lama untuk merealisasikan proyek,

komitmen, dan aktivitasnya yang berkelanjutan. Dalil ini mengasumsikan

bahwa entitas tersebut tidak diharapkan akan dilikuidasi di masa depan atau

bahwa entitas tersebut akan berlanjut sampai periode yang tidak dapat

ditentukan. Dengan demikian laporan keuangan menyediakan suatu

pandangan mengenai situasi keuangan dari perusahaan tersebut dan

hanyalah merupakan sebagian dari serangkaian laporan kontinu.

Menurut PSA No. 30 going concern dipakai sebagai asumsi dalam

pelaporan keuangan sepanjang tidak terbukti adanya informasi yang

menunjukkan hal berlawanan (contrary information). Biasanya informasi

yang secara signifikan dianggap berlawanan dengan asumsi kelangsungan

hidup satuan usaha adalah berhubungan dengan ketidakmampuan satuan

usaha dalam memenuhi kewajiban pada saat jatuh tempo tanpa melakukan

penjualan sebagian besar aktiva kepada pihak luar melalui bisnis biasa,

restrukturisasi utang, perbaikan operasi yang dipaksakan dari luar dan

kegiatan serupa yang lain.

xxviii

Menurut Chen dan Church (1992) dalam Eko Budi Setyarno dkk.

(2007), Chen dan Church melakukan penelitian tentang pengaruh

pemeringkatan obligasi yang gagal bayar (default) dengan penerimaan opini

audit going concern pada perusahaan penerbit obligasi tersebut. Chen dan

Church menyatakan bahwa perusahaan yang bermasalah setidaknya

memenuhi salah satu dari kriteria berikut:

1. Ekuitas yang negatif.

2. Arus kas yang negatif.

3. Laba operasi yang negatif.

4. Modal kerja yang negatif.

5. Laba bersih yang negatif atau

6. Laba yang ditahan negatif.

Hasil penelitian Chen dan Church memberikan bukti empiris bahwa

adanya suatu asosiasi yang kuat antara pemeringkatan obligasi yang gagal

bayar dengan penerimaan opini audit going concern oleh perusahaan

penerbit obligasi tersebut. Penelitian mereka juga membuktikan bahwa

rasio-rasio keuangan merupakan indikator yang penting untuk memprediksi

penerimaan opini audit going concern.

Menurut Leonard dkk. (1998) dalam penelitian Hani dkk. (2003)

ketika auditor memeriksa kondisi keuangan suatu perusahaan dalam audit

tahunan, auditor harus menyediakan laporan audit untuk digabungkan

dengan laporan keuangan perusahaan. Salah satu dari hal-hal penting yang

harus diputuskan adalah apakah perusahaan dapat mempertahankan

xxix

kelangsungan hidupnya (going concern). Dari sudut pandang auditor,

keputusan tersebut melibatkan beberapa tahap analisis. Auditor harus dapat

mempertimbangkan hasil dari operasi, kondisi ekonomi yang mempengaruhi

perusahaan, kemampuan pembayaran utang, dan kebutuhan likuiditas di

masa yang akan datang.

E. Penelitian Terdahulu

Beaver (1966) dalam Adnan dan Taufiq (2001) membuktikan

bahwa secara empiris rasio keuangan dapat digunakan sebagai alat

prediksi kegagalan perusahaan, meskipun tidak semua rasio dapat

memprediksi dengan sama baiknya dan tidak dapat memprediksi dengan

tingkat keberhasilan yang sama. Beaver menggunakan univariate analysis.

Beaver mempertemukan sampel perusahaan yang gagal dan menemukan

ternyata rasio keuangan perusahaan yang tidak gagal berbeda dengan yang

gagal. Pada perusahaan yang gagal cash flow to total debt lebih rendah,

cadangan aktiva lancar untuk melunasi kewajibannya lebih kecil dan

hutangnya lebih besar dibandingkan perusahaan yang tidak gagal.

Altman (1968) dalam Adnan dan Taufiq (2001) menguji manfaat

rasio keuangan dalam memprediksi kebangkrutan. Penelitiannya

menggunakan sampel sebanyak 66 perusahaan yang terdiri dari 33

perusahaan bangkrut dan 33 perusahaan tidak bangkrut. Altman

menggunakan multivariate discriminant analysis dalam menguji manfaat

lima rasio keuangan dalam memprediksi kebangkrutan. Hasil analisa

xxx

menunjukkan bahwa rasio keuangan (profitability, liquidity, dan solvency)

bermanfaat dalam memprediksi kebangkrutan dengan tingkat keakuratan

95% setahun sebelum perusahaan bangkrut. Tingkat keakuratan tersebut

turun menjadi 72% untuk periode dua tahun sebelum bangkrut, 48% untuk

periode tiga tahun sebelum bangkrut, 29% untuk periode empat tahun

sebelum bangkrut dan 36% untuk periode lima tahun sebelum bangkrut.

Selain itu penelitian yang berhubungan dengan prediksi

kebangkrutan juga dilakukan oleh Muhammad Akhyar Adnan dan Eha

kurniasih “Analisa Tingkat Kesehatan Perusahaan untuk Memprediksi

Potensi Kebangkrutan dengan Pendekatan Altman”. Adnan dan Kurniasih

(2000) melakukan penelitian dengan menggunakan pendekatan Altman

untuk menganalisis tingkat kesehatan perusahaan untuk memprediksi

potensi kebangkrutan perusahaan. Sampel yang digunakan dibagi dalam

dua kelompok, yaitu kelompok perusahaan perbankan dan non perbankan.

Penelitian ini mencoba membuktikan secara empiris salah satu model yang

dibangun oleh Edward I. Altman (1986). Altman mengusulkan metode

yang kemudian disebut Z–Score untuk memprediksi kebangkrutan sebuah

entitas. Teori ini mengatakan bahwa potensi kebangkrutan dan tingkat

kesehatan keuangan yang dimiliki suatu perusahaan tersebut dinyatakan

bangkrut dan bisa diketahui sebelum perusahaan tersebut dinyatakan

bangkrut dan bisa diketahui dengan menganalisa tingkat kesehatan

keuangan perusahaan.

xxxi

Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Akhyar Adnan dan

Muhammad Imam Taufiq yang berjudul “Analisa Ketepatan Prediksi

Metode Altman Terhadap Terjadinya Likuidasi Pada Lembaga

Perbankan”. Adnan dan Taufiq mencoba mengangkat kasus likuidasi

perbankan yang terjadi di Indonesia untuk dianalisis dengan menggunakan

metode Altman. Dari hasil analisa terhadap dua kelompok sampel

penelitian, yaitu 25 sampel bank terlikuidasi dan 25 sampel bank yang

tidak terlikuidasi terlihat bahwa nilai Z–Score bank–bank terlikuidasi

sangat jauh berbeda bila dibandingkan dengan Z–Score dari bank–bank

yang tidak terlikuidasi.

Supardi dan Sri Mastuti dengan judul penelitian “Validitas

Penggunaan Z–Score Altman Untuk Menilai Kebangkrutan Pada

Perusahaan Perbankan Go Public di Bursa Efek Jakarta”. Pada penelitian

ini menggunakan sampel 13 bank yang terlikuidasi dan 7 bank yang tidak

terlikuidasi, masing–masing sampel merupakan perusahaan perbankan

yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Periode penelitian adalah tahun

1993–1997. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai Z–Score dari bank

yang tidak terlikuidasi mempunyai potensi bangkrut.

Berdasarkan penelitian diatas terlihat bahwa metode Z–Score

Altman dapat memprediksi kondisi keuangan perbankan yang berkaitan

dengan kelangsungan hidup perusahaan pada periode berjalan maupun

pada masa yang akan datang.

xxxii

F. Kerangka Pemikiran

G. Hipotesis

Berdasarkan uraian dalam latar belakang, identifikasi masalah dan tinjauan

pustaka, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H1: Kualitas audit berpengaruh positif terhadap kemungkinan penerimaan

opini audit going concern.

H2 : Kondisi keuangan perusahaan berpengaruh negatif terhadap

kemungkinan penerimaan opini audit going concern.

H3 : Auditor internal berpengaruh negatif terhadap kemungkinan penerimaan

opini audit going concern.

Kualitas Audit

Kondisi Keuangan

Perusahaan

Auditor Internal

Opini Going

Concern

xxxiii

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Dalam penelitian ini rancangan penelitian yang berjudul “Pengaruh

Kualitas Audit, Kondisi Keuangan Perusahaan, dan Auditor Internal terhadap

Opini Audit Going Concern (Studi Empiris terhadap Perbankan di Bursa Efek

Indonesia)” adalah penelitian kepustakaan dengan menggunakan analisis

regresi logistik terhadap laporan keuangan perbankan yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia.

B. Obyek Penelitian

Populasi penelitian ini adalah perbankan yang ada di Indonesia. Obyek

penelitian ini adalah perbankan yang sudah go publik dan listing di Bursa Efek

Indonesia (BEI) selama periode tahun 2002-2006.

C. Metode Penentuan Sampel

Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah studi empiris.

Penelitian diarahkan ke laporan keuangan perbankan. Indriantoro dan Supomo

(2002:131) dengan menggunakan metode sampel bertujuan (purposive

sampling) berdasarkan pertimbangan yang merupakan tipe pemilihan sampel

secara tidak acak yang informasinya diperoleh dengan pertimbangan tertentu.

xxxiv

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah auditee perbankan

yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sektor perbankan dipilih untuk

menghindari adanya industrial effect yaitu risiko industri yang berbeda antara

suatu sektor industri yang satu dengan yang lain. Sampel dalam penelitian ini

diperoleh dengan metode purposive sampling, dengan kriteria sebagai berikut:

1. Bank sudah terdaftar di BEI sebelum 1 Januari 2002.

2. Bank tidak keluar (delisting) dari BEI selama periode penelitian (2002-

2006).

3. Bank menerbitkan laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor

independen dari tahun 2002-2006.

D. Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data laporan keuangan

perbankan, yaitu dengan penelusuran secara manual dan komputer. Teknik

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dengan pengumpulan

data sekunder dan melakukan observasi di Bursa Efek Indonesia.

E. Batasan Operasional Variabel

Dalam penelitian ini dilakukan hanya sebatas pada bank umum yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang telah mengeluarkan laporan keuangan

yang sudah diaudit dikarenakan apabila terdapat perusahaan finansial lainnya

dapat menyebabkan kerancuan data.

xxxv

F. Metode Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif dalam penelitian ini pada dasarnya merupakan

proses transformasi data penelitian dalam bentuk tabulasi sehingga mudah

dipahami dan diinterpretasikan. Indriantoro dan Supomo (2002) ukuran

yang digunakan dalam deskripsi antara lain maksimum, minimum, mean,

dan standar deviasi.

2. Variabel Penelitian dan Pengukurannya

Variabel penelitian dan pengkurannya dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

a. Variabel dependen

Opini audit going concern

Menurut Standar Profesional Akuntan Publik (2001) opini audit

going concern merupakan opini audit modifikasi yang dalam

pertimbangan auditor terdapat ketidakmampuan atau ketidakpastian

signifikan atas kelangsungan hidup perusahaan dalam menjalankan

operasinya. Termasuk dalam opini audit going concern ini adalah opini

going concern unqualified/qualified dan going concern disclaimer

opinion. Opini audit going concern diberi kode 1, sedangkan opini

audit non going concern diberi kode 0.

xxxvi

b. Variabel independen

1) Kualitas audit

Dalam penelitian ini kualitas audit menggunakan skala auditor.

Variabel ini diukur dengan menggunakan variabel dummy. 1 untuk

auditor yang tergabung dalam skala 4 besar (Big 4) dan 0 untuk auditor

yang bukan skala 4 besar.

2) Auditor internal

Dalam penelitian ini auditor internal menggunakan variabel dummy

pada suatu perusahaan. Apabila perusahaan terdapat auditor internal

maka diberi kode 1, sedangkan apabila perusahaan tidak terdapat

auditor internal maka diberi kode 0.

3) Kondisi keuangan perusahaan

Dalam mengukur kondisi keuangan perusahaan ini mengacu pada

Altman (1984) diprediksikan dengan tolak ukur skor Z (Z–Score),

yaitu skor yang dihitung dari standar kali rasio–rasio keuangan terpilih.

Z–Score ini dapat digunakan sebagai indikator tingkat kesehatan atau

potensi kebangkrutan perusahaan. Rasio keuangan yang dipergunakan

dalam perhitungan Z–Score, yaitu:

(a) Rasio likuiditas

Working capital to total assets ratio: Perbandingan antara

modal kerja (bersih) dan total aktiva.

xxxvii

(b) Rasio profitabilitas

� Retained earning to total assets ratio: perbandingan antara

saldo laba dan total aktiva.

� Earning before interest and tax to total assets ratio:

perbandingan antara laba sebelum biaya bunga dan pajak

dengan total aktiva.

(c) Rasio aktivitas

� Market value of equity to book value of debt ratio:

perbandingan antara nilai pasar ekuitas dan nilai buku

utang.

� Sales to total assets ratio: perbandingan antara penjualan

dan total aktiva.

Revised Altman Model (1993) yang dikembangkan sebelumnya

mengalami revisi yang tujuannya adalah agar model prediksinya tidak

hanya digunakan pada perusahaan manufaktur tetapi juga dapat

digunakan untuk perusahaan selain manufaktur. Model Revisi Altman

adalah sebagai berikut:

Z’ = 0,717 Z1 + 0,874 Z2 + 3,107 Z3 + 0,420 Z4 + 0,998 Z5

Z1 = working capital/total asset

Z2 = retained earnings/total asset

Z3 = earnings before interest and taxes/total asset

Z4 = market value of equity/book value of debt

Z5 = sales/total asset

xxxviii

Dengan formula Z-Score tersebut dapat diketahui daerah ambang

batas perusahaan yang sehat dengan nilai diatas 2,90, sedangkan

ambang batas perusahaan yang berpotensi bangkrut dengan nilai

dibawah 1,23. Selanjutnya skor antara 1,23 dan 2,90 disebut grey area

(daerah abu-abu) yang dapat berpotensi bangkrut ataupun menjadi

perusahaan yang sehat.

Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya

masalah pada aktivitas perusahaan yang akan berpengaruh pada rasio-

rasio tersebut diatas adalah pangsa pasar produk kunci menurun,

berpindahnya penguasaan pangsa pasar pada pesaing, modal kerja

menurun drastis, perputaran persediaan menurun, kepercayaan

konsumen berkurang, dan beberapa indikator lainnya.

3. Pengujian Hipotesis

Kriteria penerimaan atau penolakan hipotesis dengan logistic

regression adalah sebagai berikut.

a. Jika hasil signifikasinya < 0,05 maka Ha diterima.

b. Jika hasil signifikasinya > 0,05 maka Ha ditolak.

Analisis yang digunakan dalam penggunaan logistic regression sebagai

pengujian terhadap hipotesis, yaitu:

a. Model fit test.

Menurut Imam Ghozali (2005:219) adanya pengurangan nilai

antara -2LL awal (initial -2LL function) dengan nilai -2LL pada

langkah berikutnya menunjukkan bahwa model yang dihipotesiskan fit

xxxix

dengan data. Log Likelihood pada regresi logistik mirip dengan

pengertian "Sum of Square Error" pada model regresi, sehingga

penurunan -2LogL pada block number = 1 dibandingkan block number

= 0 mengartikan bahwa model fit dengan data dan menunjukkan model

regresi semakin baik. Uji Nagelkerke’s R2 untuk memastikan bahwa

nilai yang bervariasi dari 0 (nol) sampai 1 (satu) dapat

diinterpretasikan seperti nilai R square pada multiple regression. Nilai

Nagelkerke’s R2 yang semakin tinggi menunjukkan bahwa variabilitas

variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabilitas variabel

independen begitu pula sebaliknya.

b. Menilai kelayakan model regresi

Menurut Imam Ghozali (2005:219) menilai kelayakan model

regresi menggunakan Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test

menguji hipotesis nol bahwa data empiris cocok atau sesuai dengan

model. Jika nilai Statistik Hosmer and Lemeshow Goodness of fit lebih

besar dari 0,05 maka hipotesis nol tidak dapat ditolak dan berarti

model mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan

model dapat diterima karena cocok dengan data observasinya.

c. Estimasi parameter dan interpretasinya.

Estimasi parameter dilihat melalui koefisien regresi. Koefisien

regresi dari tiap variabel-variabel yang diuji menunjukkan bentuk

hubungan antar variabel. Pengujian hipotesis dilakukan dengan cara

xl

membandingkan antara nilai probabilitas (sig) dengan tingkat

signifikasi (α).

Menurut Imam Ghozali (2005) pengujian hipotesis dilakukan

dengan menggunakan regresi logistik (logistic regression), yang

variabel bebasnya merupakan kombinasi antara metric dan non-metric

(nominal). Teknik analisis ini tidak memerlukan lagi uji normalitas dan

uji asumsi klasik pada variabel bebasnya. Gujarati (2003) dalam Eko

Budi Setyarno dkk. (2006) menyatakan bahwa regresi logistik

mengabaikan heteroscedasitiy, artinya variabel dependen tidak

memerlukan homoscedacity untuk masing-masing variabel

independennya.

Model regresi logistik yang digunakan untuk menguji hipotesis

sebagai berikut :

Variabel opini audit yang diproksikan variabel

dummy (kategori 1 untuk opini going concern

dan 0 untuk opini non going concern).

Ln GC =

1-GC

Ln GC =

1-GC

a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + ε

a =

Konstanta.

X1 =

Kualitas auditor yang diproksikan variabel dummy (1 untuk auditor skala besar dan 0

untuk yang bukan skala besar).

X2 =

Kondisi keuangan perusahaan yang

diproksikan dengan menggunakan model prediksi Altman Z-Score.

xli

X3 =

Auditor internal yang diproksikan dengan variabel dummy (1 untuk yang terdapat auditor

internal dan 0 untuk yang tidak terdapat auditor internal).

ε =

Kesalahan residual

xlii

BAB IV

PENEMUAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Objek Penelitian

Perbankan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah bank yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2002-2006. Bank–bank

tersebut telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebelum 1 Januari 2002 dan

selama periode penelitian tersebut tidak keluar dari Bursa Efek Indonesia atau

mengalami delisting.

Bank–bank yang menjadi objek penelitian adalah sebagai berikut:

No. Nama Bank Kode

1. Bank Buana Indonesia Tbk BBIA

2. Bank Central Asia Tbk BBCA

3. Bank Danamon Indonesia Tbk BDMN

4. Bank International Indonesia Tbk BNII

5. Bank Lippo Tbk LPBN

6. Bank Mayapada Tbk MAYA

7. Bank Mega Tbk MEGA

8. Bank Negara Indonesia Tbk BBNI

9. Bank Niaga Tbk BNGA

10. Bank Nusantara Parahyangan Tbk BBNP

11. Bank Permata Tbk BNLI

12. Bank Swadesi Tbk BSWD

13. Bank Victoria International Tbk BVIC

xliii

B. Analisa dan Pembahasan

1. Analisis rasio keuangan perbankan yang go public.

Sebagai bahan pertimbangan dalam pengukuran kondisi keuangan

perbankan dengan pendekatan Altman, sebaiknya penulis mencoba

terlebih dahulu untuk menganalisis rasio keuangan. Analisis rasio

keuangan yang akan digunakan adalah analisis rasio keuangan yang

terdapat dalam Altman Z–Score. Beberapa rasio keuangan yang akan

digunakan adalah sebagai berikut:

a. Rasio likuiditas: working capital to total assets.

Merupakan rasio untuk mengukur perbandingan modal kerja

(aktiva lancar–kewajiban lancar) dengan total aktiva. Rasio ini

mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka

pendeknya. Yang termasuk dalam aktiva lancar perusahaan perbankan

terdiri dari kas, penempatan pada bank lain, wesel dan surat berharga,

tagihan akseptasi, tagihan derivatif dan piutang/pinjaman kepada debitur.

Sedangkan kewajiban lancar perbankan terdiri dari kewajiban segera,

simpanan, simpanan dari bank lain, kewajiban derivatif dan aksepatasi,

serta hutang pajak.

b. Rasio profitabilitas: retained earning to total assets dan earning before

interest and taxes to total assets.

1) Rasio retained earning/total assets mengukur kemampuan laba

kumulatif dari perusahaan. Rasio ini juga mencerminkan umur

xliv

perusahaan, karena semakin lama perusahaan beroperasi

memungkinkan untuk memperlancar akumulasi laba ditahan.

2) Rasio earning before interest and taxes/total assets mengukur

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva yang

digunakan.

c. Rasio aktivitas: rasio market value of equity to book value of debt dan

sales to total assets.

1) Rasio market value of equity/book value of debt rasio ini

menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban-

kewajiban dari nilai pasar modal sendiri (saham biasa). Nilai pasar

modal sendiri diperoleh dengan mengalikan jumlah lembar saham

biasa yang beredar dengan harga pasar per lembar saham

biasa/market capital. Nilai buku hutang diperoleh dengan

menjumlahkan kewajiban lancar dengan kewajiban jangka panjang.

2) Rasio sales/total assets rasio ini menunjukkan efektivitas

penggunaan seluruh harta perusahaan dalam rangka menghasilkan

penjualan. Sales atau pendapatan perusahaan perbankan terdiri dari

pendapatan bunga, pendapatan provisi, dan komisi serta

pendapatan jasa lainnya.

2. Perhitungan Altman Z-Score

xlv

Tabel 4.1

Perhitungan Altman Z-Score

1. Bank Buana Tbk

Tahun Z1 Z2 Z3 Z4 Z5 Z-Score

2002 0.05175 0.01687 0.0836 0.07218 0.14013 0.36454

2003 0.06557 0.01432 0.0692 0.09016 0.11481 0.35407

2004 0.08156 0.02379 0.07842 0.1184 0.09672 0.39889

2005 0.09237 0.02007 0.09558 0.16469 0.11202 0.48473

2006 0.13499 0.0344 0.10824 0.19749 0.1367 0.61182

2. Bank Central Asia Tbk

Tahun Z1 Z2 Z3 Z4 Z5 Z-Score

2002 -0.2441 0.03639 0.09006 0.05907 0.12913 0.07059

2003 -0.1491 0.03826 0.0732 0.07029 0.10195 0.13458

2004 -0.1719 0.04081 0.09433 0.11258 0.08851 0.16429

2005 -0.1485 0.05157 0.106 0.1297 0.10232 0.24113

2006 -0.1414 0.05536 0.10661 0.168 0.10938 0.29797

3. Bank Danamon Tbk

Tahun Z1 Z2 Z3 Z4 Z5 Z-Score

2002 -0.1385 0.01918 0.06552 0.0845 0.15879 0.18945

2003 -0.1731 0.03967 0.09274 0.09009 0.14377 0.19318

2004 -0.0703 0.04828 0.17847 0.17543 0.12999 0.46186

2005 -0.026 0.06186 0.13739 0.16461 0.14523 0.48312

2006 -0.051 0.05362 0.07962 0.19172 0.15978 0.43376

4. Bank International Indonesia Tbk

Tahun Z1 Z2 Z3 Z4 Z5 Z-Score

2002 -0.3701 -0.3765 0.01127 0.02977 0.10165 -0.604

2003 -0.2885 -0.3865 0.02416 0.06967 0.11728 -0.4638

2004 -0.1536 0.01929 0.07021 0.11535 0.11295 0.16421

2005 -0.07 0.02233 0.05807 0.07016 0.11072 0.19127

2006 0.00354 0.02656 0.0435 0.10128 0.13573 0.31061

5. Bank Lippo Tbk

xlvi

Tahun Z1 Z2 Z3 Z4 Z5 Z-Score

2002 -0.2003 -0.314 -0.0303 0.0185 0.11243 -0.4137

2003 -0.1951 -0.312 -0.0426 0.02932 0.09114 -0.4292

2004 -0.1931 -0.271 0.10099 0.04465 0.08264 -0.2358

2005 -0.1871 -0.2548 0.05574 0.09092 0.09178 -0.2035

2006 -0.0286 -0.2028 0.05399 0.08736 0.04928 -0.0407

6. Bank Mayapada Tbk

Tahun Z1 Z2 Z3 Z4 Z5 Z-Score

2002 -0.0952 -0.0328 0.01293 0.03603 0.12048 0.04138

2003 -0.077 -0.0301 0.02989 0.03528 0.14428 0.1024

2004 -0.0824 0.00582 0.06093 0.04786 0.1069 0.13913

2005 -0.0189 0.00926 0.02346 0.02277 0.10307 0.13966

2006 -0.0066 0.01619 0.04442 0.08529 0.13332 0.27258

7. Bank Mega Tbk

Tahun Z1 Z2 Z3 Z4 Z5 Z-Score

2002 0.03255 0.0137 0.0645 0.03371 0.16496 0.30942

2003 0.03646 0.02408 0.08536 0.03493 0.11987 0.3007

2004 0.03234 0.02753 0.07722 0.04367 0.0948 0.27556

2005 0.01549 0.00616 0.03263 0.05098 0.09393 0.19919

2006 0.0319 0.00914 0.02227 0.04888 0.10167 0.21386

8. Bank Negara Indonesia Tbk

Tahun Z1 Z2 Z3 Z4 Z5 Z-Score

2002 -0.1775 -0.3852 0.0621 0.07763 0.12894 -0.294

2003 -0.1469 0.0027 0.02293 0.05911 0.11633 0.0542

2004 -0.0955 0.01946 0.07147 0.07484 0.10796 0.17822

2005 -0.1066 0.01084 0.04742 0.05202 0.10082 0.10445

2006 -0.1022 0.0137 0.05208 0.0668 0.10486 0.13522

9. Bank Niaga Tbk

Tahun Z1 Z2 Z3 Z4 Z5 Z-Score

2002 -0.1086 -0.3325 0.01053 0.05332 0.1374 -0.2398

2003 -0.0835 0.00833 0.05841 0.05232 0.11927 0.15484

2004 -0.0199 0.02132 0.07607 0.05286 0.09914 0.22945

2005 0.07337 0.0203 0.05577 0.05317 0.09789 0.3005

2006 0.07563 0.02702 0.0622 0.11125 0.12693 0.40303

10. Bank Nusantara Parahyangan Tbk

xlvii

Tahun Z1 Z2 Z3 Z4 Z5 Z-Score

2002 0.04064 0.0185 0.05195 0.02889 0.12635 0.26633

2003 0.03832 0.02079 0.05015 0.02551 0.09065 0.22542

2004 0.0543 0.0237 0.05374 0.02116 0.08523 0.23813

2005 0.05005 0.02485 0.04436 0.01722 0.08552 0.222

2006 0.08002 0.02869 0.04035 0.03 0.10999 0.28905

11. Bank Permata Tbk

Tahun Z1 Z2 Z3 Z4 Z5 Z-Score

2002 0.05369 -0.1817 -0.094 0.075 0.08527 -0.0617

2003 0.03231 -0.1591 0.05805 0.08852 0.12114 0.14092

2004 0.04236 -0.1289 0.0688 0.08222 0.10345 0.16796

2005 0.0276 -0.1105 0.03621 0.07209 0.1079 0.13334

2006 0.05153 -0.0946 0.03737 0.08232 0.13562 0.21228

12. Bank Swadesi Tbk

Tahun Z1 Z2 Z3 Z4 Z5 Z-Score

2002 0.10039 0.04332 0.10241 0.0885 0.14215 0.47677

2003 0.09207 0.04379 0.06704 0.08291 0.12083 0.40664

2004 0.07348 0.04076 0.06071 0.0711 0.08964 0.33568

2005 0.06208 0.04412 0.0577 0.06653 0.09847 0.3289

2006 0.07572 0.04569 0.03754 0.10537 0.12235 0.38668

13. Bank Victoria Internasional Tbk

Tahun Z1 Z2 Z3 Z4 Z5 Z-Score

2002 0.05744 0.0067 0.01762 0.00693 0.15479 0.24348

2003 0.07056 0.00965 0.01823 0.01417 0.12194 0.23455

2004 0.07857 0.01835 0.04483 0.02324 0.12645 0.29144

2005 0.04238 0.02549 0.04056 0.02203 0.10961 0.24008

2006 0.06312 0.02737 0.04136 0.02906 0.10209 0.26299

xlviii

3. Prediksi kebangkrutan

Tabel 4.2

Prediksi Kebangkrutan Tahun 2002

Nama Bank

Z-Score 2002 Hasil Analisis

1. Bank Buana Indonesia Tbk 0.36454 Prediksi bangkrut

2. Bank Central Asia Tbk 0.07059 Prediksi bangkrut

3. Bank Danamon Indonesia Tbk 0.18945 Prediksi bangkrut

4. Bank International Indonesia Tbk -0.604 Prediksi bangkrut

5. Bank Lippo Tbk -0.4137 Prediksi bangkrut

6. Bank Mayapada Tbk 0.04138 Prediksi bangkrut

7. Bank Mega Tbk 0.30942 Prediksi bangkrut

8. Bank Negara Indonesia Tbk -0.294 Prediksi bangkrut

9. Bank Niaga Tbk -0.2398 Prediksi bangkrut

10. Bank Nusantara Parahyangan Tbk 0.26633 Prediksi bangkrut

11. Bank Permata Tbk -0.0617 Prediksi bangkrut

12. Bank Swadesi Tbk 0.47677 Prediksi bangkrut

13. Bank Victoria International Tbk 0.24348 Prediksi bangkrut

Minimum -0,604

Maximum 0,4768

Mean 0,026

Sumber: Data diolah

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa setiap bank mempunyai

potensi bangkrut dikarenakan nilai Altman Z-Score berada dibawah 1,23.

Nilai minimum didapat oleh Bank International Indonesia Tbk dengan

nilai -0,604 yang mengindikasikan bahwa bank tersebut memiliki kesulitan

keuangan yang tinggi sehingga dikhawatirkan akan terancam bangkrut

apabila tidak mengeluarkan kebijakan dalam menyelamatkan kondisi

keuangannya. Nilai maksimum diperoleh oleh Bank Swadesi dengan nilai

0,47677 kondisi tersebut juga berada dibawah 1,23 sehingga terdapat

kemungkinan terancam bangkrut apabila perusahaan tidak berusaha untuk

xlix

memperbaiki kinerja keuangannya. Nilai rata-rata kondisi keuangan

perbankan adalah 0,026 sehingga potensi terancam bangkrut masih tinggi

pada tahun 2002.

Tabel 4.3

Prediksi Kebangkrutan Tahun 2003

Nama Bank

Z-Score 2003 Hasil Analisis

1. Bank Buana Indonesia Tbk 0.35407 Prediksi bangkrut

2. Bank Central Asia Tbk 0.13458 Prediksi bangkrut

3. Bank Danamon Indonesia Tbk 0.19318 Prediksi bangkrut

4. Bank International Indonesia Tbk -0.4638 Prediksi bangkrut

5. Bank Lippo Tbk -0.4292 Prediksi bangkrut

6. Bank Mayapada Tbk 0.1024 Prediksi bangkrut

7. Bank Mega Tbk 0.3007 Prediksi bangkrut

8. Bank Negara Indonesia Tbk 0.0542 Prediksi bangkrut

9. Bank Niaga Tbk 0.15484 Prediksi bangkrut

10. Bank Nusantara Parahyangan Tbk 0.22542 Prediksi bangkrut

11. Bank Permata Tbk 0.14092 Prediksi bangkrut

12. Bank Swadesi Tbk 0.40664 Prediksi bangkrut

13. Bank Victoria International Tbk 0.23455 Prediksi bangkrut

Minimum -0,4638

Maximum 0,4066

Mean 0,1083

Sumber: Data diolah

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa setiap bank masih mempunyai

potensi bangkrut dikarenakan nilai Altman Z-Score dibawah 1,23. Nilai

minimum didapat oleh Bank International Indonesia Tbk dengan nilai -

0,4638 yang mengindikasikan bahwa bank tersebut memiliki kesulitan

keuangan yang tinggi sehingga dikhawatirkan akan terancam bangkrut.

Akan tetapi bank tersebut terlihat berusaha memperbaiki kinerja

keuangannya dibandingkan tahun sebelumnya. Nilai maksimum diperoleh

l

oleh Bank Swadesi dengan nilai 0,4066 kondisi tersebut juga berada

dibawah 1,23 sehingga kemungkinan dapat terancam bangkrut apabila

perusahaan tidak berusaha untuk memperbaiki kinerja keuangannya. Nilai

rata-rata kondisi keuangan perbankan adalah 0,1083 sehingga potensi

terancam kebangkrutan masih tinggi pada tahun 2003. Namun, terlihat

pada tahun 2003 perbankan berusaha untuk memperbaiki kinerja

keuangannya dibandingkan tahun sebelumnya.

Tabel 4.4

Prediksi Kebangkrutan Tahun 2004

Nama Bank

Z-Score

2004 Hasil Analisis

1. Bank Buana Indonesia Tbk 0.39889 Prediksi bangkrut

2. Bank Central Asia Tbk 0.16429 Prediksi bangkrut

3. Bank Danamon Indonesia Tbk 0.46186 Prediksi bangkrut

4. Bank International Indonesia Tbk 0.16421 Prediksi bangkrut

5. Bank Lippo Tbk -0.2358 Prediksi bangkrut

6. Bank Mayapada Tbk 0.13913 Prediksi bangkrut

7. Bank Mega Tbk 0.27556 Prediksi bangkrut

8. Bank Negara Indonesia Tbk 0.17822 Prediksi bangkrut

9. Bank Niaga Tbk 0.22945 Prediksi bangkrut

10. Bank Nusantara Parahyangan Tbk 0.23813 Prediksi bangkrut

11. Bank Permata Tbk 0.16796 Prediksi bangkrut

12. Bank Swadesi Tbk 0.33568 Prediksi bangkrut

13. Bank Victoria International Tbk 0.29144 Prediksi bangkrut

Minimum -0,2358

Maximum 0,4619

Mean 0,216

Sumber: Data diolah

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa setiap bank mempunyai

potensi bangkrut dikarenakan nilai Altman Z-Score berada dibawah 1,23.

Nilai minimum didapat oleh Bank Lippo Tbk dengan nilai -0,2358 yang

li

mengindikasikan bahwa bank tersebut memiliki kesulitan keuangan yang

tinggi sehingga dikhawatirkan akan terancam bangkrut apabila tidak

mengeluarkan kebijakan dalam menyelamatkan kondisi keuangannya.

Nilai maksimum diperoleh oleh Bank Danamon dengan nilai 0,4619

kondisi tersebut juga berada dibawah 1,23 sehingga kemungkinan dapat

terancam bangkrut apabila perusahaan tidak berusaha untuk memperbaiki

kinerja keuangannya. Nilai rata-rata kondisi keuangan perbankan adalah

0,216 sehingga potensi terancam kebangkrutan masih tinggi pada tahun

2004. Namun, pada tahun 2004 terlihat kinerja keuangan perbankan

meningkat sehingga potensi kebangkrutan dapat diminimalisir.

Tabel 4.5

Prediksi Kebangkrutan Tahun 2005

Nama Bank

Z-Score

2005 Hasil Analisis

1. Bank Buana Indonesia Tbk 0.48473 Prediksi bangkrut

2. Bank Central Asia Tbk 0.24113 Prediksi bangkrut

3. Bank Danamon Indonesia Tbk 0.48312 Prediksi bangkrut

4. Bank International Indonesia Tbk 0.19127 Prediksi bangkrut

5. Bank Lippo Tbk -0.2035 Prediksi bangkrut

6. Bank Mayapada Tbk 0.13966 Prediksi bangkrut

7. Bank Mega Tbk 0.19919 Prediksi bangkrut

8. Bank Negara Indonesia Tbk 0.10445 Prediksi bangkrut

9. Bank Niaga Tbk 0.3005 Prediksi bangkrut

10. Bank Nusantara Parahyangan Tbk 0.222 Prediksi bangkrut

11. Bank Permata Tbk 0.13334 Prediksi bangkrut

12. Bank Swadesi Tbk 0.3289 Prediksi bangkrut

13. Bank Victoria International Tbk 0.24008 Prediksi bangkrut

Minimum -0,2035

Maximum 0,4847

Mean 0,2203

Sumber: Data diolah

lii

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa setiap bank mempunyai

potensi bangkrut dikarenakan nilai Altman Z-Score berada dibawah 1,23.

Nilai minimum masih didapat oleh Bank Lippo Tbk dengan nilai -0,2035

yang mengindikasikan bahwa bank tersebut memiliki kesulitan keuangan

yang tinggi sehingga dikhawatirkan akan terancam bangkrut apabila tidak

mengeluarkan kebijakan dalam menyelamatkan kondisi keuangannya.

Nilai maksimum diperoleh oleh Bank Buana Indonesia Tbk dengan nilai

0,4847 kondisi tersebut juga berada dibawah 1,23 sehingga kemungkinan

dapat terancam bangkrut apabila perusahaan tidak berusaha untuk

memperbaiki kinerja keuangannya. Nilai rata-rata kondisi keuangan

perbankan adalah 0,2203 sehingga potensi terancam kebangkrutan masih

tinggi pada tahun 2005. Namun, dari tabel diatas menunjukkan pada tahun

2005 perbankan akan terus meningkatkan kinerja keuangannya.

Tabel 4.6

Prediksi Kebangkrutan Tahun 2006

Nama Bank

Z-Score 2006 Hasil Analisis

1. Bank Buana Indonesia Tbk 0.61182 Prediksi bangkrut

2. Bank Central Asia Tbk 0.29797 Prediksi bangkrut

3. Bank Danamon Indonesia Tbk 0.43376 Prediksi bangkrut

4. Bank International Indonesia Tbk 0.31061 Prediksi bangkrut

5. Bank Lippo Tbk -0.2035 Prediksi bangkrut

6. Bank Mayapada Tbk 0.27258 Prediksi bangkrut

7. Bank Mega Tbk 0.21386 Prediksi bangkrut

8. Bank Negara Indonesia Tbk 0.13522 Prediksi bangkrut

9. Bank Niaga Tbk 0.40303 Prediksi bangkrut

10. Bank Nusantara Parahyangan Tbk 0.28905 Prediksi bangkrut

11. Bank Permata Tbk 0.21228 Prediksi bangkrut

12. Bank Swadesi Tbk 0.38668 Prediksi bangkrut

13. Bank Victoria International Tbk 0.26299 Prediksi bangkrut

liii

Minimum -0,2035

Maximum 0,61182

Mean 0,2789

Sumber: Data diolah

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa setiap bank mempunyai

potensi bangkrut. Nilai minimum masih didapat oleh Bank Lippo Tbk

dengan nilai -0,2035 yang berada dibawah 1,23 mengindikasikan bahwa

bank tersebut memiliki kesulitan keuangan yang tinggi sehingga

dikhawatirkan akan terancam bangkrut apabila tidak mengeluarkan

kebijakan dalam menyelamatkan kondisi keuangannya. Nilai maksimum

diperoleh oleh Bank Buana Indonesia Tbk dengan nilai 0,61182 kondisi

tersebut juga berada dibawah 1,23 sehingga kemungkinan dapat terancam

bangkrut apabila perusahaan tidak berusaha untuk memperbaiki

keuangannya. Nilai rata-rata kondisi keuangan perbankan adalah 0,2789

sehingga potensi terancam kebangkrutan masih tinggi pada tahun 2006.

Namun, berdasarkan tabel diatas terlihat pada tahun 2006 perbankan akan

terus memperbaiki kinerja keuangannya dari tahun-tahun sebelumnya.

4) Statistik deskriptif

Tabel 4.7

Statistik Deskriptif

N Minimum Maximum Mean

Std.

Deviation

Going concern

opinion 65 0.00 1.00 .5077 .50383

Kualitas audit 65 0.00 1.00 .7385 .44289

Kondisi keuangan

perusahaan 65 -0.6040 0.6118 .172620 .2408976

Auditor internal 65 1.00 1.00 1.0000 .00000

Valid N (listwise) 65

liv

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa variabel going concern

mempunyai nilai minimum 0 dan nilai maksimum 1 dengan rata-rata

sebesar 0,5077 serta standar deviasi sebesar 0,50383. Pada variabel

kualitas audit mempunyai nilai minimum 0 dan nilai maksimum 1 dengan

rata-rata sebesar 0,7385 serta standar deviasi sebesar 0,44289. Pada

variabel kondisi keuangan perusahaan mempunyai nilai minimum -0,6040

dan nilai maksimum 0,6118 dengan rata-rata sebesar 0,172620 serta

standar deviasi 0,2408976. Pada variabel internal audit mempunyai nilai

minimum 1 dan nilai maksimum 1 sehingga rata-rata yang didapat

mempunyai nilai 1 dengan standar deviasi sebesar 0.

5) Hasil uji hipotesis

a. Menilai model fit

Hipotesis untuk menilai model fit adalah:

Ho : Model yang dihipotesakan tidak fit dengan data.

Ha : Model yang dihipotesakan fit dengan data.

Dari hipotesis diatas jelas bahwa kita tidak akan menolak hipotesa

nol agar model fit dengan data. Statistik yang digunakan berdasarkan

pada fungsi likelihood. Likelihood L dari model adalah probabilitas

bahwa model yang dihipotesakan menggambarkan data input.

Tabel 4.8

Perbandingan antara -2LL awal dengan -2LL akhir

-2LL Awal 90.094

-2LL Akhir 74.832

lv

Berdasarkan tabel diatas yang menunjukkan perbandingan antara -

2LL awal dengan -2LL akhir. Dengan nilai pada (Block Number = 0) -

2LL awal adalah 90,094, sedangkan nilai pada (Block Number = 1) -2LL

akhir adalah 74,832. Sehingga terjadi penurunan sebesar 15,262.

Penurunan Likelihood ini menunjukkan model regresi yang lebih baik

atau model fit dengan data.

Tabel 4.9

Omnibus Test of Model Coefficients

Berdasarkan tabel diatas terlihat nilai chi-square sebesar 15,262

dengan derajat kebebasan = 4. Tingkat signifikasi sebesar 0,000 yang

berada jauh dibawah 0,05 artinya menerima Ha sehingga hasil uji ini

secara keseluruhan signifikan berpengaruh terhadap variabel dependen.

Tabel 4.10

Koefisien Determinasi

Model Summary

74.832a .209 .279

Step

1

-2 Log

likelihood

Cox & Snell

R Square

Nagelkerke

R Square

Estimation terminated at iteration number 5 because

parameter estimates changed by less than .001.

a.

15.262 1 .000

15.262 1 .000

15.262 1 .000

Step

Block

Model

Step 1

Chi-square df Sig.

lvi

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat nilai Nagelkerke R Square

sebesar 0,279 yang berarti variabilitas variabel dependen yang dapat

dijelaskan oleh variabilitas variabel independen sebesar 27,9%,

sedangkan sisanya sebesar 72,1% dijelaskan oleh variabel-variabel lain

diluar penelitian.

b. Menguji kelayakan model regresi

Menilai kelayakan model regresi menggunakan Hosmer dan

Lemeshow’s Goodness of Fit Test menguji hipotesis nol bahwa data

empiris cocok atau sesuai dengan model. Jika nilai statistik Hosmer and

Lemeshow’s Goodness of Fit Test lebih besar dari 0,05 maka hipotesis

nol tidak dapat ditolak dan berarti model mampu memprediksi nilai

observasinya atau dapat dikatakan model dapat diterima karena cocok

dengan data observasinya (Ghozali, 2005:211).

Tabel 4.11

Hosmer and Lemeshow Test

Berdasarkan tabel Hosmer and Lameshow’s Goodness of Fit Test

menguji hipotesis nol bahwa data empiris cocok atau sesuai dengan

model (tidak ada perbedaan antara model dengan data sehingga model

dapat dikatakan fit). Tabel diatas menunjukkan bahwa besarnya nilai

statistik Hosmer dan Lemeshow Goodness of fit sebesar 1.855 dengan

1.855 7 .967

Step

1

Chi-square df Sig.

lvii

probabilitas signifikansi sebesar 0.967 yang nilainya jauh diatas 0.05.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model dapat diterima.

Matrik kalsifikasi akan menunjukkan kekuatan prediksi dari model

regresi untuk memprediksi kemungkinan penerimaan opini audit going

concern pada auditee.

Tabel 4.12

Matrik Klasifikasi

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan kekuatan prediksi dari model

regresi untuk memprediksi kemungkinan penerimaan opini audit non

going concern pada auditee adalah sebesar 71,9 persen. Hal ini berarti

bahwa dengan model regresi yang diajukan akan ada 23 auditee yang

diprediksi menerima opini audit non going concern dari total 32 auditee

yang menerima opini audit non going concern. Sedangkan auditee yang

akan menerima opini audit going concern adalah sebesar 63,6 persen.

Hal ini berarti bahwa dengan model regresi yang diajukan akan ada 21

auditee yang diprediksi menerima opini audit going concern daro total

33 auditee yang akan menerima opini audit going concern.

23 9 71.9

12 21 63.6

67.7

Observed .00

1.00

Going concern opinion

Overall Percentage

Step 1

.00 1.00

Going concern opinion Percentage

Correct

Predicted

The cut value is .500a.

lviii

c. Estimasi Parameter dan Interpretasinya

Estimasi paramater dilihat melalui koefisien regresi. Koefisien

regresi dari tiap variabel-variabel yang diuji menunjukkan bentuk

hubungan antar variabel. Pengujian hipotesis dilakukan dengan cara

membandingkan antara nilai probabilitas (sig) dengan tingkat signifikasi

(α).

Tabel 4.13

Hasil Uji Koefisien Regresi Logistik

Variables in the Equation

-5.688 1.939 8.606 1 .003 .003 .000 .151

1.155 .512 5.097 1 .024 3.173

X2

Constant

Step

1a

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper

95.0% C.I.for EXP(B)

Variable(s) entered on step 1: X2.a.

Variables not in the Equation

2.854 1 .091

2.854 1 .091

X1Variables

Overall Statistics

Step 1

Score df Sig.

Berdasarkan tabel 4.15 menunjukkan hasil pengujian dengan regresi

logistik pada tingkat signifikasi 5 persen. Dari pengujian persamaan

regresi logistik diatas maka diperoleh variabel kualitas audit (X1)

menunjukkan signifikasi sebesar 0,091 lebih besar dari 0,05 (5 persen).

Artinya dapat disimpulkan bahwa Ho berhasil didukung, dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa kualitas audit tidak berpengaruh

terhadap penerimaan opini audit going concern. Hasil penelitian ini tidak

konsisten dengan penelitian Mutchler dkk. (1997) yang menemukan

bukti univariate bahwa auditor skala besar lebih cenderung

lix

mengeluarkan opini audit going concern pada perusahaan yang

mengalami kesulitan keuangan. Namun penelitian ini sejalan dengan

yang dilakukan Setyarno dkk. (2006) dengan menggunakan regresi

logistik memberi kesimpulan bahwa kualitas audit tidak berpengaruh

signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Kondisi

keuangan perusahaan (X2) menunjukkan signifikasi 0,003. Artinya dapat

disimpulkan bahwa menolak Ho dimana variabel kondisi keuangan

perusahaan mempunyai pengaruh terhadap penerimaan opini audit going

concern. Hasil ini sejalan dengan penemuan Setyarno (2006) bahwa

perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan cenderung menerima

opini audit going concern. Hasil uji regresi logistik terhadap variabel

internal auditor tidak dapat menunjukkan adanya pengaruh terhadap

penerimaan opini audit going concern, dikarenakan setiap bank memiliki

divisi SKAI (Satuan Kerja Audit Intern). Menurut penelitian yang

dilakukan sebelumnya oleh Tugiman (2002) berpendapat bahwa

pengendalian internal yang efektif, jasa auditor internal yang berkualitas,

serta manajer puncak, manajer produksi, dan manajer keuangan akan

berpengaruh secara nyata terhadap kinerja perusahaan.

lx

BAB V

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan mulai dari statistik

deskriptif, uji model fit test, menilai kelayakan model regresi, dan estimasi

parameter maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Kualitas audit tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini

audit going concern. Hal ini terlihat pada nilai signifikasi sebesar

0,091 yang berada diatas 0,05 sehingga menolak Ha.

2. Kondisi keuangan perusahaan dan opini audit going concern memiliki

hubungan negatif dengan tingkat signifikasi sebesar 0,003 yang berada

jauh dibawah 0,05 sehingga menerima Ha. Artinya perusahaan yang

mengalami kesulitan keuangan diprediksikan menerima opini audit

going concern.

3. Hasil uji regresi logistik terhadap variabel internal auditor tidak dapat

menunjukkan adanya pengaruh terhadap penerimaan opini audit going

concern, dikarenakan setiap bank memiliki divisi SKAI (Satuan Kerja

Audit Intern).

lxi

B. Implikasi

Penelitian ini menghasilkan bahwa kualitas audit tidak berpengaruh

signifikan, kondisi keuangan perusahaan mempunyai pengaruh yang

signifikan, namun variabel auditor internal tidak dapat diketahui besarnya

pengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Oleh karena itu,

pihak perbankan ada baiknya memperhatikan kondisi dan kinerja

keuangan demi kelangsungan hidup perusahaan.

C. Keterbatasan

Keterbatasan pada penelitian ini adalah:

1. Variabel-variabel pada penelitian ini mengacu pada penelitian

sebelumnya yang menggunakan data informasi keuangan dan non

keuangan. Sehingga data yang dihasilkan dari peneltian ini kurang

memuaskan, yaitu variabel independen yang mempengaruhi variabel

dependen hanya 27,9% sedangkan 72,1% dipengaruhi oleh variabel

lain diluar penelitian.

2. Jumlah sampel yang digunakan relatif sedikit, yaitu hanya 13 bank

yang dijadikan sampel dikarenakan tidak semua bank lengkap data

keuangannya yang terdapat di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2002-

2006.

3. Penelitian ini hanya mengambil rentang waktu lima tahun dan pada

saat kondisi normal, sehingga belum terlihat kecenderungan auditor

dalam mengeluarkan opini audit going concern dalam jangka panjang.

lxii

D. Rekomendasi

Supaya didapat hasil yang lebih signifikan maka pada penelitian

selanjutnya diharapkan:

1. Menggunakan lebih banyak variabel independen mengenai informasi

keuangan maupun informasi non keuangan, seperti kebijakan

pemerintah, inflasi, kurs valas, tingkat bunga Bank Indonesia dan lain

sebagainya.

2. Memperluas sampel penelitian yang sehingga data yang dihasilkan

lebih baik, seperti bank syariah.

3. Rentang waktu yang digunakan lebih panjang, ada baiknya

menggunakan data pada saat terjadinya kondisi krisis keuangan agar

dapat diketahui perbedaannya dengan kondisi normal.

lxiii

DAFTAR PUSTAKA

Adnan, Muhammad A. dan Kurniasih, Eha. “Analisis Tingkat Kesehatan

Perusahaan untuk Memprediksi Potensi Kebangkrutan dengan

Pendekatan Altman (Kasus Pada Sepuluh Perusahaan di Indonesia)”,

Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia Vol. 4 No. 2, Des 2000, Yogyakarta: FE UII, 2000.

Adnan, Muhammad A dan Taufiq, Muhammad I. “Analisa Ketepatan Prediksi

Metode Altman Terhadap Terjadinya Likuiditas Pada Lembaga

Perbankan”, Jurnal Ekonomi dan Auditing Volume 5 No. 2 Desember,

Yogyakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia, 2001.

Alim, M. Nizarul dkk. “Pengaruh Kompetensi dan Independensi terhadap

Kualitas Audit dengan Etika Auditor sebagai Variabel Moderasi”, SNA X,

2007.

Altman, Edward I. “Corporate Financial Distress: A Complete Guide to

Predicting, Avoiding, and Dealing with Bankruptcy”, Wiley Interscience,

1982.

Arens, Alvin A. dkk. “Auditing dan Pelayanan Verifikasi:Pendekatan Terpadu”,

Jakarta:Index, 2004.

Balkaoui, Ahmad Riahi. ” Accounting Theory”, Jakarta: Salemba Empat, 2006.

Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”, Badan

Penerbit Universitas Diponegoro, 2005.

Tugiman, Hiro. “Pengaruh Peran Auditor Internal, serta Faktor-faktor

Pendukungnya terhadap Peningkatan Pengendalian Internal dan Kinerja

Perusahaan”, Disertasi Doktor pada Universitas Padjadjaran Bandung,

2000.

Ikatan Akuntan Indonesia. “Standar Akuntansi Keuangan”, Jakarta: Salemba

Empat, 1994.

Ikatan Akuntan Indonesia. “Standar Profesional Akuntan Publik”, Jakarta: Salemba Empat, 2001.

lxiv

Indriantoro, Nur dan Supomo, Bambang. “Metodologi Penelitian Bisnis untuk

Akuntansi dan Manajemen”, Edisi Pertama, Yogyakarta:BPFE, 2002

Komalasari, Agrianti. “Analisis Pengaruh Kualitas Auditor dan Proxi Going

Concern terhadap Opini Auditor”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol.

9/no. 2/1-15, 2004.

Listya, R. “Analisis Pengaruh going concern dan Kualitas Auditor terhadap

Pemberian Opini Audit pada Perbankan”, Skripsi STIE Trisakti, 2006.

Manggala, Budi. “Hubungan Opini Auditor dengan Going Concern Perusahaan”,

Jurnal Akuntansi, tahun VI/01/Mei, 2002.

Messier, Glover, Prawitt. “Auditing & Assurance Services”, Jakarta: Salemba

Empat, 2005.

Praptitorini, Mirna Dyah dan Januarti, Indira. “Analisis Pengaruh Kualitas Audit,

Debt Default dan Opinion Shopping terhadap Penerimaan Opini Going

Concern”, SNA X,2007.

Rahayu, Puji. “Assessing Going Concern Opinion: a Study Based on Financial

and non-Financial Informations”, SNA X, 2007.

Sawyer, Lawrence B. dkk. “Internal Auditing”, Jakarta: Salemba Empat.

Setiawan, Agus. Jurusan Akuntansi UIN Jakarta, “Pengaruh Sistem Pengendalian

Intern dan Pengeluaran Persediaan terhadap Audit Operasional pada PT.

Pertamina”, Skripsi. 2007.

Setyarno, Eko Budi dkk. “Pengaruh Kualitas Audit, Kondisi Keuangan Perusahaan,

Opini Audit Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Opini

Audit Going Concern”, Simposium Nasional Akuntansi IX, Padang, 2006.

Susiana, dan Herawaty, Arleen. “Analisis Pengaruh Independensi, Mekanisme

Corporate Governance, dan Kualitas Audit Terhadap Integritas Laporan

Keuangan”, Simposium Nasional Akuntansi X, Makasar, 2007.

lxv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Diri Pribadi

Nama Lengkap : Ginanjar Satria Febriandito

Jenis Kelamin : Laki-laki Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 28 Februari 1986

lxvi

Status : Belum Menikah

Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Islam Alamat : Pinang Griya Permai Blok M12 kav 1248

Pinang – Tangerang.

15145. Telepon/Handphone : (021) 730 – 9640 / 0815 – 8456 - 7263

Pendidikan Formal

• SD Budi Luhur, Ciledug [1992-1998]

• SLTP Budi Luhur, Ciledug [1998-2001] • SMAN 2, Tangerang [2001-2004]

• UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta

Pengalaman Organisasi

• Koor. jurnalistik Rohis SMAN 2 Tangerang [2002 – 2003]. • Badan Eksekutif Mahasiswa FEIS Divisi Pemberdayaan Ekonomi [2005 –

2006].

Latar Belakang Keluarga

Ayah : Tanto Widyatmono.

Tempat & Tgl. Lahir : Magelang, 4 Mei 1955. Alamat : Pinang Griya Permai Blok M12 kav 1248

Pinang – Tangerang. 15145.

Telepon : (021) 730 – 9640.

Ibu : Dwi Hastuti.

Tempat & Tgl. Lahir : Magelang, 24 Oktober 1961.

Alamat : Pinang Griya Permai Blok M12 kav 1248 Pinang – Tangerang.

15145.

Telepon : (021) 730 - 9640 Anak Ke dari : 1 dari 3 bersaudara

lxvii

THE INFLUENCES OF AUDIT QUALITY, FINANCIAL CONDITION, AND

INTERNAL AUDITOR TOWARD GOING CONCERN AUDIT OPINION

(Empirical Evidence of Indonesian Banking Firms listed on Indonesian Stock

Exchange)

By:

Ginanjar Satria Febriandito

Abstract

The purpose of this research was to examine influences of audit quality,

financial condition, and internal auditor toward going concern audit opinion. The

statistic method have been used in this research was logistic regression with SPSS

V.13. The samples in this research have been obtained with judgement sampling

method. Based on the method, the number of the samples have been obtained were

13 banks which listed on Indonesian Stock Exchange since 2002-2006.

The results of this research show were: (1) audit quality didn’t influenced

going concern audit opinion; (2) financial condition influenced going concern

audit opinion; (3) internal auditor can not show the result toward going concern

opinion because every bank have auditor internal division.

Keywords: audit quality, financial condition, internal auditor, banks, and going

concern.

lxviii

PENGARUH KUALITAS AUDIT, KONDISI KEUANGAN PERUSAHAAN,

DAN AUDITOR INTERNAL TERHADAP OPINI AUDIT GOING

CONCERN

(Studi Empiris Pada Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)

Oleh:

Ginanjar Satria Febriandito

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh kualitas audit, kondisi

keuangan perusahaan, dan auditor internal terhadap penerimaan opini audit going

concern. Metode statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi

logistik dengan bantuan SPSS Versi 13. Sampel dalam penelitian ini diperoleh

dengan metode judgement sampling. Berdasarkan metode yang telah dilakukan

maka banyaknya sampel dalam penelitian ini berjumlah 13 perbankan yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak 2002-2006.

Hasil dari uji analisis data adalah: (1) kualitas audit tidak berpengaruh

terhadap opini audit going concern; (2); kondisi keuangan perusahaan

berpengaruh terhadap opini audit going concern; (3) auditor internal tidak dapat

menunjukkan pengaruh terhadap opini going concern dikarenakan setiap bank

memiliki divisi auditor internal.

Kata kunci: kualitas audit, kondisi keuangan perusahaan, auditor internal, bank,

dan going concern.

lxix

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji, puja serta syukur penulis panjatkan kehadirat Illahi Robbi Allah SWT

yang telah mencurahkan segala nikmat yang tiada hentinya hingga detik ini

sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Salawat serta salam

penulis panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW, semoga kita semua mendapat

safa’atnya nanti di hari akhir.

Skripsi ini berjudul “Pengaruh Kualitas Audit, Kondisi Keuangan Perusahaan,

dan Auditor Internal Terhadap Opini Audit Going Concern”. Skripsi ini disusun

sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi (SE) di Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi

penulis khususnya dan bagi para pembaca umumnya.

Selama penyusunan skripsi ini, telah banyak sekali pihak yang telah

membantu sehingga penyusunan skripsi ini akhirnya bisa selesai. Pada

kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang

telah membantu dalam penyusunan skripsi ini baik moril maupun materil. Penulis

ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kedua orang tua tercinta atas doa dan dorongan semangatnya, atas kesabaran

dan dorongan baik moril maupun materil, serta kepada kedua adikku untuk

dukungan dan motivasinya.

2. Bapak Drs. Muhammad Faisal Badroen, MBA. selaku Dekan Fakultas

Ekonomi dan Ilmu Sosial.

3. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS. selaku Pudek Bidang Akademik.

4. Ibu Dr. Zurinal Z. selaku Pudek Bidang Administrasi Umum.

5. Bapak Drs. Suhenda Wiranata, ME. selaku Pudek Bidang Kemahasiswaan.

6. Bapak Drs. Abdul Hamid Cebba, Ak., MBA. selaku Ketua Jurusan Akuntansi.

7. Bapak Amilin, SE., Ak., M.Si. selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi.

8. Bapak Dr. Yahya Hamja, MM. Selaku pembimbing I, terima kasih atas ilmu,

nasihat, dan bimbingannya selama ini.

lxx

9. Bapak Drs. Abdul Hamid Cebba Ak., MBA. selaku pembimbing II, terima

kasih atas ilmu, nasihat, dan bimbingannya selama ini.

10. Ibu Yessi Fitri, SE, Ak., M.Si. selaku penguji ahli yang telah memberi

masukan dan ilmu yang bermanfaat.

11. Segenap jajaran akademik FEIS dan staf pengajar.

12. Teman-teman angkatan 2004, khususnya kelas D Chandra, Raditullah,

Muchlis, Ahmad, Bagus, Junaedi, Ikhsan, Hendriyana, Nina, Rina, Nurma,

Lina, Erna, dan alm. Andri (semoga segala amal dan ibadahnya diterima Allah

swt), serta semua sahabat-sahabatku yang telah memberikan bantuan dan

semangat. Untuk semua orang yang telah membantuku, tapi tidak tersebut

namanya, terima kasih.

Akhirnya semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan

pembaca pada umumnya serta bagi perkembangan ilmu pengetahuan di masa

yang akan datang.

Hormat saya,

Ginanjar Satria Febriandito