jurnal_internasional2
-
Upload
meiry-dintia-arini -
Category
Documents
-
view
11 -
download
2
description
Transcript of jurnal_internasional2
-
Jurnal Kajian Lemhannas RI | Edisi 14 | Desember 201288
Peran Indonesia Dalam Mewujudkan ASEAN Socio-Cultural Community
guna Mendukung Ketahanan Nasional
LATAR BELAKANG
Kerja sama ASEAN memegang peran kunci dalam pelaksanaan kerja sama internasional Indonesia, karena merupakan lingkaran konsentris terdekat di kawasan dan menjadi pilar utama pelaksanaan politik luar negeri Indonesia. Selama lebih dari empat dasawarsa telah banyak capaian-capaian yang diraih dan sumbangsih yang diberikan ASEAN bagi negara-negara anggotanya. Salah satunya yang terpenting adalah terciptanya perdamaian dan stabilitas di kawasan sehingga pembangunan Indonesia dapat terus dilaksanakan dan pertumbuhan ekonomi negara-negara ASEAN juga terus mengalami peningkatan.
Di samping itu, rasa saling percaya di antara negara-negara anggota ASEAN dan juga antara ASEAN dengan negara-negara Mitra Wicara ASEAN terus tumbuh. ASEAN
Foto: http://tinyurl.com/cwbgqnl
Selama lebih dari empat dasawarsa telah banyak capaian-capaian
yang diraih dan sumbangsih yang diberikan ASEAN bagi negara-
negara anggotanya. Salah satunya yang terpenting adalah terciptanya
perdamaian dan stabilitas di kawasan sehingga pembangunan
Indonesia dapat terus dilaksanakan dan pertumbuhan ekonomi negara-
negara ASEAN juga terus mengalami peningkatan.
Internasional
-
Jurnal Kajian Lemhannas RI | Edisi 14 | Desember 2012 89
telah banyak mengalami perubahan dan perkembangan positif yang signifikan di mana kerja sama ASEAN sekarang ini tengah menuju pada tahapan baru yang lebih integratif dan berwawasan ke depan melalui pembentukan ASEAN Community pada tahun 2015, yaitu sebuah komunitas yang berpandangan maju, hidup dalam lingkungan yang damai, stabil dan makmur, dipersatukan oleh hubungan kemitraan yang dinamis dan masyarakat yang saling peduli.
Komunitas ASEAN dibentuk untuk lebih mempererat integrasi ASEAN dalam menghadapi perkembangan konstelasi politik internasional. ASEAN menyadari sepenuhnya keperluan untuk menyesuaikan cara pandang agar dapat lebih terbuka dalam menghadapi permasalahan-permasalahan internal dan eksternal, meningkatkan solidaritas, kohesivitas dan efektivitas kerja sama. ASEAN sudah tidak lagi hanya terfokus pada kerja sama ekonomi, namun juga harus didukung dengan kerja sama lainnya di bidang politik keamanan dan sosial budaya. Untuk itulah maka pembentukan Komunitas ASEAN 2015 dilandasi oleh tiga pilar, yaitu ASEAN Political Security Community (APSC), ASEAN Economic Community (AEC) dan ASEAN Socio-Cultural Community (ASCC).
Banyak tantangan yang harus dihadapi ASEAN seiring dengan perkembangan pesat di bidang politik, keamanan, ekonomi, sosial budaya, teknologi dan bidang-bidang lainnya yang terjadi di luar kawasan. Karena itu ASEAN menyadari pentingnya upaya untuk lebih melibatkan masyarakat sehingga tumbuh rasa memiliki yang kuat terhadap ASEAN. ASEAN harus memfokuskan dirinya untuk dapat meningkatkan jalinan kerja sama sehingga dapat memberikan manfaat langsung bagi masyarakat dengan menjadi organisasi yang bertumpu dan menjadi milik seluruh masyarakat ASEAN.
Secara khusus dalam roadmap ASEAN, pilar ASCC berupaya mewujudkan to promote a people-oriented ASEAN in which all sectors or society are encouraged to participate in, and benefit from, the process of ASEAN integration and community
building, sehingga diharapkan terdapat peningkatan interaksi antar rakyat negara-negara anggota ASEAN melalui berbagai kerja sama dalam bidang sosial budaya, sehingga akan membawa ASEAN lebih dekat dengan masyarakatnya.
Dengan demikian, kemajuan ASEAN bukan lagi hanya didominasi oleh kalangan pejabat pemerintah dan diplomat. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Sekretaris Jenderal ASEAN Surin Pitsuwan: sejak awal telah disadari bahwa ASEAN tidak boleh hanya melibatkan pemerintah jika ingin ASEAN sukses dan tumbuh menjadi perhimpunan regional yang maju dan langgeng. ASEAN juga harus melibatkan kalangan bisnis, swasta, media massa, lembaga nonpemerintah dan tentunya rakyat negara-negara anggota ASEAN1.
Terdapat enam program pada ASEAN Socio-Cultural Community Blueprint (ASCCB), yaitu:
a. Human Development
b. Social Welfare and Protection
c. Social Justice and Rights
d. Ensuring Environmental Sustainability
1) Surin Pitsuwan (Sekretaris Jenderal ASEAN), 8 Agustus 2009, ASEAN Jangan Hanya Libatkan Pemerintah, Kalangan Swasta dan Media Perlu Dilibatkan, Bangkok, Kompas Minggu, 9 Agustus 2009.
ASEAN telah banyak mengalami perubahan dan perkembangan
positif yang signifikan di mana kerja sama ASEAN sekarang ini tengah menuju pada tahapan baru yang lebih integratif dan berwawasan ke depan melalui pembentukan ASEAN Community pada tahun
2015, yaitu sebuah komunitas yang berpandangan maju, hidup dalam
lingkungan yang damai, stabil dan makmur, dipersatukan oleh
hubungan kemitraan yang dinamis dan masyarakat yang saling peduli.
Internasional
-
Jurnal Kajian Lemhannas RI | Edisi 14 | Desember 201290
e. Building the ASEAN Identity
f. Narrowing the Development Gap
Kesemuanya mempunyai indikator dengan parameter yang terukur dan progresnya meningkat dari tahun ke tahun. Potensi keberhasilannya pun sangat besar karena mempunyai modal dasar sumber daya manusia berkualitas dan beretos kerja tinggi. Sementara itu, lingkungan strategis yang kondusif, baik global maupun regional, akan semakin mendorong terwujudnya ASCC.
Sehubungan dengan itu, Indonesia perlu melakukan pendalaman materi secara komprehensif terhadap ASCCB, khususnya pada upaya building the ASEAN identity dan peran Indonesia di kawasan regional dalam kerangka ASCC guna mendukung kepentingan nasional.
PERMASALAHAN
a. ASEAN Community dengan tiga pilarnya, yaitu APSC, AEC dan ASCC, akan terimplementasi penuh pada tahun 2015 di semua negara anggota ASEAN, sehingga diperlukan kesiapan
yang matang. Walaupun sesungguhnya ASEAN Community merupakan harapan dan keinginan negara-negara di Asia Tenggara, khususnya ASEAN yang dibangun berdasarkan prinsip-prinsip dan tujuan ASEAN sesuai dengan Deklarasi Bangkok 1967 serta code of conduct hubungan antar anggotanya yang tercantum dalam Traktat Kerja Sama dan Persahabatan tahun 1976.
b. Khusus terkait dengan ASCC, sampai sejauh ini action plan tentang bagaimana penyatuan ataupun pemaknaan dari Building the ASEAN Identity belum ada. Untuk itu perlu adanya semacam evaluasi terhadap action plan ASCC tersebut, yang selanjutnya dapat disusun suatu upaya pembangunan terhadap penyatuan ataupun pemaknaan dari Building the ASEAN Identity tersebut melalui upaya ASEAN sense of belonging.
c. ASCC memiliki 6 capaian, yaitu Human Development, Social Welfare and Protection, Social Justice and Rights, Ensuring Environment Sustainability, Building the ASEAN Identity and Narrowing the Development Gap. Khusus
Foto: http://tinyurl.com/ccem9w8
Internasional
-
Jurnal Kajian Lemhannas RI | Edisi 14 | Desember 2012 91
capaian Building the ASEAN Identity sangat sulit diwujudkan, karena tidak ada pengukuran yang jelas terhadap hal tersebut. ASEAN memiliki budaya, etnik maupun ras yang kompleks dengan tingkat kesejahteraan yang berbeda.
d. Perkembangan terkini sebagaimana dalam East ASEAN Summit, bahwa USA dan Rusia sudah masuk dalam ranah ASEAN. Hal tersebut harus dipahami dan diantisipasi sebab bukan tidak mungkin mereka akan tetap ingin menjadi driving force di ASEAN.
e. Terkait dengan ASEAN Community, perlu dipahami bahwa unity berbeda dengan community, walaupun pada akhirnya juga akan menuju ke unity, namun itu memerlukan proses yang panjang. Pada pilar ASCC ini, yang juga perlu menjadi perhatian adalah kondisi eksternal dari ASEAN, yaitu kehadiran negara-negara besar seperti China, Rusia, dan USA yang kesemuanya memiliki keinginan untuk mendominasi dan memimpin. Bahkan USA sangat mengkhawatirkan dominasi pengaruh China terhadap ASEAN, sehingga USA memiliki kepentingan untuk selalu dapat hadir di lingkup ASEAN.
DAYA SAING INDONESIA DALAM MENGHADAPI ASEAN SOCIO-CULTURAL COMMUNITY
Untuk menghadapi ASCC pemerintah perlu memperhatikan berbagai hal antara
lain kondisi sosial budaya masyarakat Indonesia dan indeks kualitas sumber daya manusia sebagai pendukung pembangunan nasional. Secara umum dari sudut sosial budaya, masyarakat Indonesia sebagian besar masih berbudaya agraris yang lebih cenderung memegang kuat aturan tradisional dan sulit menerima hal baru walaupun hal itu bagus dan berguna.
Pada aktualisasinya, masyarakat yang berbudaya agraris cenderung memegang teguh fenomena ikatan kesukuan (primordialisme) dan mengikuti mindset orang yang dituakan (tokoh masyarakat, pemimpin kharismatik, tokoh adat, maupun tokoh agama dan pemimpin-pemimpin
nonformal). Berbagai mindset tersebut harus dapat digeser sehingga masyarakat mampu memahami hadirnya berbagai perubahan yang akan terjadi, seperti akan hadirnya ASCC yang harus disikapi dengan terbuka dan penuh daya saing.
Adapun dari sudut indeks kualitas sumber daya manusia sebagai pendukung pembangunan nasional dalam rangka menghadapi ASCC, hasil penelitian
menunjukkan data dan fakta yang beragam. Badan Perencanaan Nasional mengidentifikasi bahwa pada tahun 2012 peringkat daya saing dunia dalam urutan 10 teratas tetap didominasi oleh negara-negara Eropa, dan Indonesia menempati posisi ke-46, turun dua tingkat dari tahun 2010. Penurunan ini disebabkan oleh naiknya peringkat daya saing Italia, Lithuania dan Portugal, serta turunnya peringkat Siprus. Sepuluh negara yang memiliki daya saing tertinggi dunia adalah sebagai berikut:
Banyak tantangan yang harus dihadapi ASEAN seiring dengan perkembangan pesat di bidang
politik, keamanan, ekonomi, sosial budaya, teknologi dan bidang-bidang lainnya yang terjadi di luar kawasan.
Karena itu ASEAN menyadari pentingnya upaya untuk lebih
melibatkan masyarakat sehingga tumbuh rasa memiliki yang kuat
terhadap ASEAN.
Internasional
-
Jurnal Kajian Lemhannas RI | Edisi 14 | Desember 201292
Sepuluh Negara Berdaya Saing Tertinggi Tahun 2011
Sumber: World Economic Forum (2011)
Di antara negara-negara ASEAN, ternyata kinerja daya saing Indonesia lebih buruk daripada Thailand, kendati Thailand mengalami gejolak politik cukup lama. Hal itu sebagaimana tergambar pada tabel di bawah ini:
Peringkat Daya Saing Beberapa Negara ASEAN Tahun 2011
Peringkat Daya Saing Beberapa Negara Lain Tahun 2011
Sumber: World Economic Forum (2011)
World Economic Forum dalam The Global Competitiveness Report 20112012 juga mengungkap kondisi riil berbagai faktor yang memengaruhi lambannya pembangunan di Indonesia. Hal tersebut secara rinci diilustrasikan di bawah ini2:
Sumber: World Economic Forum, 2011
Berdasarkan hasil penelitian World Economic Forum sebagaimana gambar di atas, terlihat bahwa permasalahan korupsi dan sistem yang birokratis menduduki peringkat tertinggi sebagai faktor yang memengaruhi lambannya perkembangan bisnis dan pembangunan nasional.
Menteri Riset dan Teknologi pada saat meresmikan laboratorium di Universitas Hasanuddin (Makassar, 11 Mei 2012) mengemukakan bahwa indeks daya saing global (Global Competitiveness Index) Indonesia di beberapa pilar menunjukkan ranking yang menggembirakan seperti kondisi ekonomi makro, aspek kesehatan dan pendidikan dasar yang semakin membaik. Apabila dicermati, pilar kesiapan teknologi (technology readiness) dan inovasi merupakan pilar dengan nilai terendah (nilai kesiapan teknologi 3,33; sedangkan inovasi 3,59) dibandingkan dengan sepuluh pilar lainnya.
Hal ini mengindikasikan bahwa perkembangan sumber daya Iptek (S&T Resource Advantage) belum memberikan sumbangan yang signifikan bagi pembentukan keunggulan posisi (positional advantage) Indonesia dalam meningkatkan daya saing. Artinya bahwa struktur ekonomi Indonesia saat ini masih terfokus pada pertanian dan industri yang mengekstraksi dan mengumpulkan hasil alam. Industri yang berorientasi pada peningkatan nilai tambah
2) World Economic Forum, 2012, The Global Competitiveness Report 20112012, Geneva, Switzerland
Internasional
-
Jurnal Kajian Lemhannas RI | Edisi 14 | Desember 2012 93
produk, proses produksi dan distribusi di dalam negeri masih terbatas3.
Selain permasalahan tersebut di atas, dalam menghadapi ASEAN Community khususnya pada pilar ASCC, pemerintah juga perlu memperhatikan kondisi masyarakat Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik tahun 2010-2011, jumlah penduduk Indonesia adalah 237.641.326 jiwa dan dari jumlah tersebut yang masih dalam kondisi miskin sebanyak 3.001.893 jiwa dan pengangguran intelektual masih cukup tinggi. Hal tersebut merupakan permasalahan tersendiri yang harus segera diantisipasi oleh pemerintah. Kondisi penduduk dan sumber daya manusia tersebut sebagaimana tergambar di bawah ini:
Kondisi Penduduk dan SDM Indonesia
Sumber: BPS, 2012
KESIMPULAN
ASEAN Community dibentuk dengan tujuan untuk lebih mempererat integrasi ASEAN dalam menghadapi perkembangan konstelasi internasional, baik dalam bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya maupun pertahanan dan keamanan. Ketika menjadi ketua KTT ASEAN di Bali tahun 2003, Indonesia telah mensponsori keseimbangan kerja sama ASEAN yang dikemas dalam Charter of the ASEAN dengan program tercapainya ASEAN Community (One Vision, One Identity and One Community) yang menjamin terimplementasinya pilar APSC, AEC dan ASCC.
Keketuaan Indonesia pada ASEAN tahun 2011 telah menghasilkan beberapa capaian
penting dalam mewujudkan pilar ASCC, yaitu ditandatanganinya Agreement of the Establishment of ASEAN Coordinating Centre for Humanitarian Assistance on Disaster Management; disetujuinya pembentukan ASEAN Ministerial Meeting on Women (AMMW) sebagai upaya ASEAN untuk meningkatkan kerja sama pemajuan dan perlindungan terhadap hak-hak perempuan, khususnya di bidang pemberdayaan dan pengarusutamaan gender dalam berbagai kebijakan di tingkat regional; diselenggarakannya ASEAN Fair, yaitu disepakatinya rekomendasi untuk pengesahan the Enhancement of the Role and Participation of Persons with Disabilities in the ASEAN Community as well as the Proclamation of the ASEAN Decade for Persons with Disabilities 2011-2020.
Negara-negara anggota ASEAN menyadari pentingnya ASEAN Community dan selalu berupaya untuk mewujudkannya melalui pelibatan masyarakat negara anggota ASEAN, dengan harapan akan terjadi peningkatan interaksi dengan masyarakat di negara-negara anggota ASEAN, sehingga tumbuh rasa kekitaan yang kuat terhadap ASEAN. Bahkan pada pilar ASCCB memuat tema inti (core element) yang terdiri dari Human Development, Social Welfare and Protection, Social Justice and Right, Ensuring Environmental Sustainability, Building ASEAN Identity, dan Narrowing the Development Gap.
Namun demikian secara empiris, untuk mewujudkan ASCC, khususnya pada capaian core Building the ASEAN Identity dirasakan sulit diimplementasikan, karena latar belakang negara-negara anggota ASEAN
3) Sambutan Menteri Riset dan Teknologi pada saat meresmikan laboratorium di Universitas Hasanuddin (Makassar, 11 Mei 2012)
Untuk menghadapi ASCC pemerintah perlu memperhatikan berbagai hal antara lain kondisi sosial budaya masyarakat Indonesia dan indeks
kualitas sumber daya manusia sebagai pendukung pembangunan
nasional.
Internasional
-
Jurnal Kajian Lemhannas RI | Edisi 14 | Desember 201294
memiliki budaya, etnik maupun ras yang kompleks dengan tingkat kesejahteraan yang berbeda. Tetapi rasa optimisme harus selalu ada di masing-masing negara anggota ASEAN bahwa suatu saat ASCC bisa terwujud.
Selain itu, negara-negara anggota ASEAN juga tetap lebih memprioritaskan national interest masing-masing. Adapun secara internal dalam menghadapi ASCC, Indonesia masih menghadapi berbagai hambatan, seperti pemahaman program-program ASEAN yang masih bersifat elitis (belum terdiseminasi penuh sampai ke pemerintah daerah dan masyarakat); masih adanya ego sektoral kelembagaan; belum adanya grand design, pemetaan existing condition, capaian dan penjabaran operasional dari ASCCB oleh 16 kementerian yang terlibat dan pemerintahan daerah.
REKOMENDASI
Guna meningkatkan peran Indonesia dalam mewujudkan ASCC dalam rangka mendukung ketahanan nasional, terdapat beberapa langkah kebijakan strategis, baik secara internal maupun eksternal yang dapat diambil oleh pemerintah, sebagai berikut:
a. Kebijakan internal
1) Menyusun grand design kebijakan nasional Indonesia dalam menyikapi ASCC yang dikelola secara terpadu di bawah koordinasi menteri koordinator (menko) yang berkewajiban menyusun kerangka identifikasi dan perumusan kebutuhan program di masing-masing
unit (kementerian/lembaga).
2) Mendorong kementerian koordinator yang membidangi pelaksanaan implementasi ASCC untuk memetakan, merumuskan, menganalisis dan menetapkan
ketercapaian program di tiap-tiap kementerian/lembaga terkait dalam rangka menghadapi implementasi ASCC.
3) Menyusun rencana detail operasional/langkah Indonesia menuju ASCC, melalui upaya: mewujudkan keterpaduan, keterkaitan dan keseimbangan perkembangan dan keserasian antarsektor, mewujudkan kepastian hukum sebagai pedoman operasional/aksi antarsektor, memberikan kemudahan alokasi penganggaran antarsektor dan menetapkan arahan pengembangan peran/posisi Indonesia dalam ASCC.
4) Mendorong terbentuknya lembaga/badan/sekretariat yang khusus
ASEAN Community dibentuk dengan tujuan untuk lebih mempererat
integrasi ASEAN dalam menghadapi perkembangan konstelasi
internasional, baik dalam bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya maupun pertahanan dan keamanan. Ketika menjadi ketua KTT ASEAN di Bali tahun 2003, Indonesia telah mensponsori
keseimbangan kerja sama ASEAN yang dikemas dalam Charter of the ASEAN dengan program tercapainya ASEAN Community (One Vision, One Identity and One Community) yang menjamin terimplementasinya pilar
APSC, AEC dan ASCC.
Foto: http://tinyurl.com/c6e8hos
Internasional
-
Jurnal Kajian Lemhannas RI | Edisi 14 | Desember 2012 95
membidangi permasalahan ASEAN.
5) Mendorong kementerian sebagai first conceptor, pemerintahan provinsi sebagai second conceptor dan pemerintahan kabupaten/kota sebagai leading sector secara terprogram dan sinergis dalam menyikapi pelaksanaan ASCC.
6) Pemerintah Pusat dan Daerah perlu mendiseminasikan berbagai program ASCC dan memberikan ruang bagi semua stakeholder (dunia usaha, akademisi, LSM, legislatif dan masyarakat umum), agar memahami dan terbentuk rasa memiliki terhadap ASEAN.
7) Melakukan pembenahan sistem pendidikan nasional melalui peningkatan pemerataan akses pendidikan dan pengembangan kurikulum pendidikan yang mencakup aspek nilai-nilai ke-Indonesia-an serta program-program ASEAN, sehingga Indonesia dapat menjadi leading sector ASEAN dengan wilayahnya yang terluas di ASEAN, berpopulasi terbesar dan terdidik serta tetap terjaga budaya dan nilai-nilai lokalnya.
8) Mengembangkan ASEAN Studies Center di berbagai perguruan tinggi sebagai upaya untuk mendekatkan berbagai konsepsi ASEAN sampai ke tingkat akar rumput (grassroot level) dan melindungi hak kekayaan intelektual (intellectual property right) terhadap kelestarian budaya Indonesia.
9) Membangun basis data information system tentang ASEAN Community, khususnya ASCC yang tersinergi dengan sistem e-government di pemerintahan daerah, sebagai upaya menumbuhkan iklim people-to-people contact antarmasyarakat ASEAN sampai ke tataran akar rumput (grassroot level).
10) Memperkuat basis kemandirian, baik industri maupun teknologi di dalam negeri guna memperkokoh ketahanan
masyarakat dan ketahanan nasional melalui berbagai program yang prorakyat dan pembangunan basis-basis cadangan pendukung kemandirian industri.
11) Meningkatkan rasa cinta tanah air pada seluruh elemen masyarakat, di antaranya melalui kebijakan peningkatan rating tayangan media (televisi dan media cetak) yang bernuansa Ke-Indonesia-an.
12) Meningkatkan kesetaraan ekonomi dan pranata sosial budaya dengan negara-negara ASEAN, seperti menetapkan standar upah minimum regional (UMR) bagi buruh sesuai dengan standar di ASEAN.
b. Kebijakan eksternal
1) Melakukan penguatan diplomasi multijalur dengan melibatkan segenap komponen bangsa (pemerintah, profesional, private sector, civil society, komunitas ilmiah/aktivis) sebagai upaya menciptakan daya saing regional.
2) Intensifikasi kerja sama di bidang sumber daya manusia (SDM), khususnya wanita dan pemuda serta pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotik/obat-obat terlarang.
3) Menyusun formulasi program-program pendidikan dan pemberdayaan
Negara-negara anggota ASEAN menyadari pentingnya ASEAN
Community dan selalu berupaya untuk mewujudkannya melalui pelibatan masyarakat negara
anggota ASEAN, dengan harapan akan terjadi peningkatan interaksi
dengan masyarakat di negara-negara anggota ASEAN, sehingga tumbuh rasa kekitaan yang kuat terhadap
ASEAN.
Internasional
-
Jurnal Kajian Lemhannas RI | Edisi 14 | Desember 201296
masyarakat antarnegara ASEAN dengan melibatkan unsur pemerintah dan stakeholder di negara-negara anggota ASEAN.
4) Menyusun formulasi tentang:
a) Capaian teknis dari roadmap ASCC, khususnya pada elemen Building the ASEAN Identity secara jelas dan tegas sehingga muncul program-program terkait yang harus dipersiapkan oleh negara-negara anggota ASEAN.
b) Aturan yang mengikat semua negara anggota ASEAN untuk
berkomitmen dan melaksanakan program-program ASEAN yang telah disepakati serta menyelesaikan berbagai permasalahan yang terjadi antarnegara anggota ASEAN, melalui media yang telah tersedia di lingkup ASEAN.
c) Ketahanan regional, melalui perwujudan kesetaraan di bidang hukum, hak asasi manusia (HAM), pengembangan lingkungan hidup yang berkelanjutan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat ASEAN.[Maret 2012]
Foto: http://tinyurl.com/cf9v6gk
Internasional