Jurnal_DeviMutiana_AnalisisKinerjaKeuangan

15
  1 ANALISIS KINERJA KEUANGAN DENGAN COMMON SIZE DAN RASIO- RASIO KEUANGAN PADA PT SAPTA PRIMA ADIKARYA PALEMBANG Devi Mutiana Jurusan Akuntansi Politeknik PalComTech Palembang Abstrak Tujuan utama laporan keuangan adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan. Hal ini bermanfaat bagi sebagian besar kalangan  pengguna laporan dalam rangk a membuat keputusan- keputusan ekonomi s erta menunjukkan  pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Namun demikian bukan berarti dari laporan keuangan tersebut sudah dapat langsung dilakukan pengambilan keputusan, melainkan laporan keuangan hanya dapat menggambarkan hasil akhir dari suatu kegiatan-kegiatan yang terjadi dalam periode yang bersangkutan. Salah satu cara yang dapat dilakukan dalam pengambilan keputusan melalui laporan keuangan adalah dengan melakukan analisis terhadap laporan keuangan tersebut.  Dalam melakukan analisis terhadap laporan keuangan tersebut diperlukan beberapa tolak ukur. Analisis yang biasa dipakai adalah rasio atau indeks yang merupakan perbandingan di antara data-data keuangan. Analisis rasio keuangan merupakan alat utama yang dapat digunakan dalam melakukan analisis terhadap laporan keuangan. Melalui analisis rasio dapat dihasilkan pengukuran dalam bentuk rasio/relatif dan bukan dalam angka yang absolut.  Dengan demikian dapat mempermudah dalam melihat perubahan-perubahan yang terjadi, apakah menunjukkan arah yang tetap, meningkat atau bahkan menurun. .  Kata Kunci :Analisis, Kinerja keuangan dan Rasio-rasio keuangan. PENDAHULUAN Dalam melakukan analisis terhadap laporan keuangan tersebut diperlukan beberapa tolak ukur. Analisis yang biasa dipakai adalah rasio atau indeks yang merupakan  perbandingan di ant ara data-dat a keuang an. Analis is rasio keuangan merupakan al at utama yang dapat digunakan dalam melakukan analisis terhadap laporan keuangan. Melalui analisis rasio dapat dihasilkan pengukuran dalam bentuk rasio/relatif dan bukan dalam angka yang absolut. Dengan demikian dapat mempermudah dalam melihat perubahan-  perubahan yang terjadi, apakah menunjukkan arah yang tetap, meningkat atau bahkan menurun.Faktor-faktor yang paling utama untuk mendapatkan perhatian analisis adalah tingkat likuiditas, profitabilit as atau rentabilitas, solvabilitas dan aktivitas . Likuiditas dapat menunjukk an kemampuan suatu perusahaan unt uk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya pada saat ditagih. Profitabilitas dapat menunjukkan kemampuan  perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Solvabilitas dapat menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangann ya apabila perusahaan tersebut dilikuidasikan, baik kewajiban jangka pendek maupun kewajiban jangka panjang. Aktivitas dapat mengukur sejauh mana efektivitas perusahaan dalam menggunakan sumber dayanya. Dari faktor-faktor tersebut tingkat likuiditas adalah faktor utama yang diperhatikan untuk tujuan analisis jangka pendek karena merupakan tingkat kemampuan perusahaan dalam membayar hutangnya tepat pada waktunya. Perusahaan yang mampu memenuhi

description

akuntansi

Transcript of Jurnal_DeviMutiana_AnalisisKinerjaKeuangan

  • 1

    ANALISIS KINERJA KEUANGAN DENGAN COMMON SIZE DAN RASIO-

    RASIO KEUANGAN PADA PT SAPTA PRIMA ADIKARYA PALEMBANG

    Devi Mutiana

    Jurusan Akuntansi

    Politeknik PalComTech Palembang

    Abstrak

    Tujuan utama laporan keuangan adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan,

    kinerja dan arus kas perusahaan. Hal ini bermanfaat bagi sebagian besar kalangan

    pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan- keputusan ekonomi serta menunjukkan

    pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan

    kepada mereka. Namun demikian bukan berarti dari laporan keuangan tersebut sudah dapat

    langsung dilakukan pengambilan keputusan, melainkan laporan keuangan hanya dapat

    menggambarkan hasil akhir dari suatu kegiatan-kegiatan yang terjadi dalam periode yang

    bersangkutan. Salah satu cara yang dapat dilakukan dalam pengambilan keputusan melalui

    laporan keuangan adalah dengan melakukan analisis terhadap laporan keuangan tersebut.

    Dalam melakukan analisis terhadap laporan keuangan tersebut diperlukan beberapa tolak

    ukur. Analisis yang biasa dipakai adalah rasio atau indeks yang merupakan perbandingan di

    antara data-data keuangan. Analisis rasio keuangan merupakan alat utama yang dapat

    digunakan dalam melakukan analisis terhadap laporan keuangan. Melalui analisis rasio dapat

    dihasilkan pengukuran dalam bentuk rasio/relatif dan bukan dalam angka yang absolut.

    Dengan demikian dapat mempermudah dalam melihat perubahan-perubahan yang terjadi,

    apakah menunjukkan arah yang tetap, meningkat atau bahkan menurun.

    .Kata Kunci :Analisis, Kinerja keuangan dan Rasio-rasio keuangan.

    PENDAHULUAN

    Dalam melakukan analisis terhadap laporan keuangan tersebut diperlukan beberapa

    tolak ukur. Analisis yang biasa dipakai adalah rasio atau indeks yang merupakan

    perbandingan di antara data-data keuangan. Analisis rasio keuangan merupakan alat utama

    yang dapat digunakan dalam melakukan analisis terhadap laporan keuangan. Melalui

    analisis rasio dapat dihasilkan pengukuran dalam bentuk rasio/relatif dan bukan dalam

    angka yang absolut. Dengan demikian dapat mempermudah dalam melihat perubahan-

    perubahan yang terjadi, apakah menunjukkan arah yang tetap, meningkat atau bahkan

    menurun.Faktor-faktor yang paling utama untuk mendapatkan perhatian analisis adalah

    tingkat likuiditas, profitabilitas atau rentabilitas, solvabilitas dan aktivitas . Likuiditas

    dapat menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban

    keuangannya yang harus segera dipenuhi atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi

    kewajiban keuangannya pada saat ditagih. Profitabilitas dapat menunjukkan kemampuan

    perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Solvabilitas dapat

    menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya

    apabila perusahaan tersebut dilikuidasikan, baik kewajiban jangka pendek maupun

    kewajiban jangka panjang. Aktivitas dapat mengukur sejauh mana efektivitas perusahaan

    dalam menggunakan sumber dayanya.

    Dari faktor-faktor tersebut tingkat likuiditas adalah faktor utama yang diperhatikan

    untuk tujuan analisis jangka pendek karena merupakan tingkat kemampuan perusahaan

    dalam membayar hutangnya tepat pada waktunya. Perusahaan yang mampu memenuhi

  • 2

    kewajiban keuangannya tepat pada waktunya berarti perusahaan tersebut dalam keadaan

    likuid. Perusahaan dapat dikatakan mampu membayar kewajiban keuangannya tepat pada

    waktunya apabila perusahaan tersebut mempunyai alat pembayaran ataupun aktiva lancar

    yang lebih besar daripada hutang lancarnya atau hutang jangka pendek. Berdasarkan

    pengamatan yang telah penulis lakukan pada laporan keuangan PT. Sapta Prima

    Adikarya yang terdiri dari neraca dan laporan laba rugi selama tiga tahun berturut-turut

    yaitu 2006, 2007 dan 2008 yaitu terjadi penurunan kemampuan aktiva lancar dalam

    membiayai utang lancar perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari perbandingan antara aktiva

    lancar dan utang lancar perusahaan. Pada tahun 2006 aktiva dan utang lancar

    perusahaan menunjukkan Rp. 2.690.070.306 dan Rp. 1.846.075.160, tahun 2007

    menunjukkan Rp. 3.884.171.313 dan Rp. 2.937.307.740, tahun 2008

    menunjukkan Rp. 5.150.034.473 dan Rp. 4.176.040.000. Terlalu besarnya dana yang

    tertanam dalam piutang perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari perbandingan antara

    penjualan dan rata-rata piutang perusahaan. Pada tahun 2006 penjualan dan rata-rata

    piutang perusahaan menunjukkan Rp. 9.966.521.000 dan Rp. 1.837.234.473, tahun

    2007 menunjukkan Rp. 11.846.231.000 dan Rp. 2.646.815.300, tahun 2008 menunjukkan

    Rp. 13.739.142.200 dan Rp. 3.407.009.811.

    LANDASAN TEORI

    Analisa Laporan Keuangan

    Menurut Mamduh dan Halim (2007:69) dalam melakukan analisa terhadap

    perkembangan posisi keuangan perusahaan dapat dilakukan dengan membandingkan

    laporan keuangan perusahaan dari tahun ke tahun atau laporan keuangan komparatif.

    Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mempermudah dalam membaca data-data

    keuangan yang telah disajikan dalam laporan komparatif tersebut adalah dengan

    menggunakan analisis common size.

    Rasio Likuiditas

    Menurut Jusuf (2006:50), rasio likuiditas adalah rasio yang menunjukkan

    kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya termasuk

    bagian dari kewajiban jangka panjang yang telah berubah menjadi kewajiban jangka

    pendek). Pengertian rasio likuiditas menurut Munawir (2004:31) adalah rasio yang

    mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus

    segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya

    pada saat ditagih.

    Rasio Profitabilitas

    Menurut Agnes (2005:21), profitability ratio (rasio profitabilitas) adalah suatu rasio

    yang menunjukan kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan

    penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Menurut Munawir (2004:43), rentabilitas

    atau profitability adalah menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba

    selama periode tertentu. Pengertian profitabilitas (kemampuan mencapai laba) menurut

    Aliminsyah dan Padji (2003:206) adalah suatu kemahiran untuk memperoleh hasil

    dalam dunia usaha dengan perhitungan yang seksama.

    Rasio Solvabilitas

    Pengertian rasio solvabilitas menurut Riyanto (2001:224) adalah kemampuan

  • 3

    perusahaan untuk membayar semua utang-utangnya (baik jangka pendek maupun jangka

    panjang). Solvabilitas suatu perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan

    untuk memenuhi segala kewajiban finansialnya apabila perusahaan sekiranya saat ini

    dilikuidasikan.

    Rasio Aktivitas

    Rasio aktivitas atau sering disebut rasio efisiensi. Menurut Riyanto

    (2001:235) adalah mengukur sejauh mana efektivitas perusahaan dalam menggunakan

    sumber dayanya.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Analisis Masalah

    Sehubungan dengan permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan yang telah

    penulis rumuskan dalam perumusan masalah, maka penulis akan menganalisa

    permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan sesuai dengan teori-teori yang relevan seperti

    yang telah penulis kemukakan dalam Landasan Teori. Penganalisaan ini penulis lakukan

    dengan mengolah data yang penulis dapatkan dari perusahaan. Data tersebut adalah

    laporan keuangan yang berupa Neraca dan Laporan Laba Rugi perusahaan tahun

    2006, 2007 dan 2008.

    Agar permasalahan yang akan dianalisis tersebut dapat menghasilkan suatu

    pemecahan yang tepat, maka penulis akan membagi langkah-langkah analisis dalam

    pemecahan masalah tersebut, yaitu analisis laporan keuangan common size dan analisis

    rasio-rasio keuangan khususnya pada rasio-rasio keuangan. Analisis laporan keuangan

    common size antara lain terdiri dari analisis neraca common size untuk tahun 2006 dan

    2007, analisis laporan laba rugi common size untuk tahun 2006 dan 2007, analisis neraca

    common size untuk tahun 2007 dan 2008 dan analisis laporan laba rugi common size untuk

    tahun 2007 dan 2008. Analisis likuiditas antara lain terdiri dari current ratio, acid test

    ratio, cash ratio, rasio perputaran piutang, periode rata-rata pengumpulan piutang, rasio

    perputaran persediaan dan periode rata-rata persediaan tersimpan di gudang. Analisis

    profitabilitas antara lain terdiri dari return on investment (ROI), gross profit margin,

    operating income ratio, dan operating assets turnover. Analisis solvabilitas yaitu Total

    Debt to equity dan analisis aktivitas yaitu Fixed Assets Turnover.

    Pembahasaan

    Analisis common size disusun dengan jalan menghitung tiap-tiap rekening dalam

    laporan rugi-laba dan neraca menjadi proporsi dari total penjualan (untuk laporan rugi-laba)

    atau dari total aktiva (untuk neraca). Cara semacam ini memudahkan pembacaan data-data

    keuangan untuk beberapa periode (mencari trend-trend tertentu).

    1. Neraca Common Size untuk Tahun 2006 dan 2007 Di dalam menganalisis neraca dengan menggunakan analisis common size, total

    aktiva dinyatakan sebagai 100 persen. Kemudian, pos-pos yang ada dalam kelompok ini

    dinyatakan sebagai persentase terhadap total aktiva bersangkutan. Adapun neraca

    komparatif untuk tahun 2005 dan 2006 penulis sajikan pada tabel 1 dan neraca

    common size yang telah penulis hitung berdasarkan neraca komparatif tersebut penulis

    sajikan pada tabel 2.

  • PT SAPTA PRIPER 31 DESEMBER 2006 DAN

    4

    Tabel 1. IMA ADIKARYA NERACA KOMPARATIF

    PER 31 DESEMBER 2006 DAN 2007

    F

  • PT SAPTA PRPER 31 DESEMBER 2006 DAN

    Neraca common size untuk

    rekening neraca dengan total

    yang terdapat pada tabel 2,

    penurunan proporsi kas perusahaan sebesar 0.61%, penurunan proporsi kas bank sebesar

    0,41%, sebaliknya terjadi peningkatan pada

    peningkatan pada proporsi persediaan

    pos-pos aktiva lancar tersebut,

    sebesar 2.18%.

    Peningkatan pada proporsi aktiva lancar tersebut berpengaruh pada sisi aktiva tetap

    perusahaan, yaitu proporsi nilai buku aktiva tetap perusahaan

    2,18%. Hal ini disebabkan adanya penurunan pada proporsi t

    pada proporsi bangunan sebesar 1,08%,

    5

    Tabel 2. RIMA ADIKARYA NERACA COMMON SI

    PER 31 DESEMBER 2006 DAN 2007

    untuk 2006 dan 2007 dicari dengan jalan m

    aktiva. Dari neraca common size untuk tahun 2006 dan 2007

    yang terdapat pada tabel 2, maka dapat diketahui bahwa disisi aktiva lancar terjadi

    penurunan proporsi kas perusahaan sebesar 0.61%, penurunan proporsi kas bank sebesar

    di peningkatan pada proporsi piutang perusahaan se

    persediaan material sebesar 1,78%. Dari perubaha

    aktiva lancar tersebut, maka proporsi dari aktiva lancar mengalami peningkatan

    Peningkatan pada proporsi aktiva lancar tersebut berpengaruh pada sisi aktiva tetap

    perusahaan, yaitu proporsi nilai buku aktiva tetap perusahaan mengalami penurunan

    2,18%. Hal ini disebabkan adanya penurunan pada proporsi tanah sebesar 6,98%, penurunan

    pada proporsi bangunan sebesar 1,08%, peningkatan pada proporsi aku

    SIZE

    membagi tiap-tiap

    untuk tahun 2006 dan 2007

    aka dapat diketahui bahwa disisi aktiva lancar terjadi

    penurunan proporsi kas perusahaan sebesar 0.61%, penurunan proporsi kas bank sebesar

    an sebesar 1,43% dan

    perubahan proporsi dari

    engalami peningkatan

    Peningkatan pada proporsi aktiva lancar tersebut berpengaruh pada sisi aktiva tetap

    penurunan sebesar

    nah sebesar 6,98%, penurunan

    peningkatan pada proporsi akumulasi

  • 6

    penyusutan bangunan sebesar 0,13%, peningkatan pada proporsi peralatan kantor sebesar

    0,17%, peningkatan pada proporsi akumulasi penyusutan peralatan kantor sebesar 0,02%,

    peningkatan pada proporsi peralatan kerja sebesar 2,21%, peningkatan pada akumulasi

    penyusutan peralatan kerja sebesar 0,03%, peningkatan pada proporsi kendaraan dan alat

    berat sebesar 4,63% dan peningkatan pada proporsi akumulasi penyusutan kendaraan dan

    alat berat sebesar 0,94%, sehingga dari perubahan masing-masing pos tersebut proporsi

    aktiva tetap perusahaan mangalami penurunan sebesar 2,18%. Dari peningkatan dan

    penurunan proporsi pada tiap-tiap pos dalam total aktiva maka dapat disimpulkan bahwa

    modal kerja bruto perusahaan mengalami peningkatan sebesar 2,18%. Peningkatan ini

    disebabkan karena pada tahun 2007 perusahaan tidak sepenuhnya membelanjakan hasil

    operasinya atau laba perusahaan yang tertanam pada aktiva lancar perusahaan. Hal ini dapat

    dilihat pada perubahan proporsi piutang dan persediaan material perusahaan yang meningkat

    pada tahun 2007 bila dibandingkan dengan tahun 2006.

    Pada sisi kewajiban lancar terjadi peningkatan pada proporsi hutang usaha sebesar

    6,06%, penurunan pada proporsi hutang bank sebesar 1,18% dan penurunan pada proporsi

    hutang lain-lain sebesar 0,50%, sehingga dari perubahan-perubahan proporsi pos-pos

    tersebut, proporsi kewajiban lancar perusahaan mengalami peningkatan sebesar

    4,38%. Pada sisi kewajiban jangka panjang perusahaan, proporsi hutang bank mengalami

    penurunan sebesar 2,73%. Dari peningkatan proporsi pada kewajiban lancar dan penurunan

    pada proporsi kewajiban jangka panjang menyebabkan peningkatan pada proporsi jumlah

    kewajiban perusahaan yaitu sebesar 1,66%. Selanjutnya pada sisi equitas perusahaan,

    proporsi modal mengalami penurunan sebesar 5,31%, proporsi laba rugi tahun-tahun lalu

    mengalami peningkatan sebesar 11,54% dan proporsi laba rugi tahun berjalan mengalami

    penurunan sebesar 7,89%. Sehingga dari peningkatan dan penurunan yang telah terjadi pada

    pos-pos tersebut menyebabkan penurunan pada proporsi equitas perusahaan sebesar

    1,66%. Dari peningkatan dan penurunan yang telah terjadi pada tiap-tiap pos dalam

    kewajiban perusahaan, maka dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2007 terjadi peningkatan

    pendanaan kreditor terhadap total harta perusahaan sebesar 1,66%. Hal ini disebabkan

    pada tahun 2007 37,14% dari total harta yang dimiliki oleh perusahaan merupakan

    pendanaan dari kreditor dan 62,86% dari harta tersebut merupakan pendanaan perusahaan

    sendiri.

    Angka tersebut mengalami penurunan bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

    Pada tahun 2006 yaitu 35,48% dari total harta merupakan pendanaan dari kreditor dan

    64,52% sisanya merupakan pendanaan perusahaan sendiri. Sedangkan dari peningkatan dan

    penurunan yang terjadi pada sisi equitas perusahaan dapat disimpulkan bahwa kemampuan

    perusahaan dalam memaksimalkan penggunaan aktiva menurun. Hal ini dapat dilihat dari

    adanya penurunan proporsi laba rugi tahun berjalan sebesar 7,89%.

    Dari perbandingan neraca common size perusahaan untuk tahun 2006 dan 2007, maka

    dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2007 tingkat likuiditas perusahaan menurun. Hal

    ini disebabkan karena peningkatan pada proporsi aktiva lancar perusahaan tidak sebanding

    dengan peningkatan pada proporsi kewajiban lancarnya, yaitu dari 39,06 : 26,81 (1,46:1)

    pada tahun 2006 menjadi 41,24 : 31,19 (1,32:1).

    Peningkatan pada proporsi kewajiban mengindikasikan bahwa semakin besarnya

    pendanaan dari kreditor yang menyebabkan semakin besarnya beban bunga yang dikeluarkan

    sehingga dapat terjadi penundaan pembayaran hutang. Oleh karena itu sebaiknya perusahaan

    lebih mengontrol biaya- biaya yang akan dikeluarkan dan membuat anggaran yang baik untuk

    biaya-biaya tersebut sehingga apabila perusahaan akan melakukan peminjaman dana maka

    dana tersebut tidak akan berlebihan. Selain itu peningkatan pada proporsi piutang dan

    persediaan material perusahaan dapat mengindikasikan bahwa semakin lamanya atau kurang

    efektifnya pengkonversian piutang dan persediaan tersebut menjadi kas sehingga apabila

  • 7

    terjadi penagihan terhadap hutang-hutang perusahaan, maka perusahaan akan mengalami

    kesulitan pembayaran karena kurangnya ketersediaan kas yang dimilikinya. Penurunan tingkat

    likuiditas perusahaan juga disebabkan oleh penurunan pada proporsi laba tahun berjalan

    perusahaan sebesar 7,89%. Penurunan tersebut bisa disebabkan oleh dua hal, faktor yang

    pertama adanya kelebihan investasi pada aktiva perusahaan yang berarti

    ketidakmampuan perusahaan dalam memaksimalkan penjualannya. Hal ini dikarenakan

    pada saat perusahaan melakukan investasi tersebut baik dengan cara tunai maupun kredit,

    maka pada saat itu tingkat likuiditas perusahaan akan menurun. Dengan melakukan

    investasi tersebut perusahaan berharap dapat meningkatkan likuiditasnya dengan cara

    menutupi penurunan likuiditasnya dengan meningkatkan proporsi penjualannya pada tahun-

    tahun berikutnya melalui investasi tersebut. Tetapi pada kenyataannya proporsi laba yang

    dihasilkan perusahaan semakin menurun sehingga perusahaan mengalami kekurangan dana

    dalam upaya untuk menutupi pembiayaan investasi tersebut. Kedua adalah apabila

    perusahaan telah dapat meningkatkan penjualannya, maka faktor yang dapat menyebabkan

    penurunan likuiditasnya adalah ketidakmampuan perusahaan dalam mengontrol efisiensi

    penggunaan dana/biaya yang telah dikeluarkan oleh perusahaan untuk menghasilkan

    penjualan tersebut. Hal ini dikarenakan setelah perusahaan dapat meningkatkan proporsi

    penjualannya, perusahaan tidak dapat mengontrol penggunaan biaya yang dikeluarkan

    sehingga proporsi laba yang diperoleh perusahaan semakin mengecil. Untuk mengetahui hal

    tersebut maka penulis akan melanjutkan analisis ini dengan melakukan analisis common size

    terhadap laporan laba rugi perusahaan.

    2. Laporan Laba Rugi Common Size untuk tahun 2006 dan 2007 Di dalam menganalisis laporan laba rugi dengan menggunakan analisis common size,

    total penjualan dinyatakan sebagai 100 persen. Kemudian, pos-pos yang ada dalam

    kelompok ini dinyatakan sebagai persentase terhadap total penjualan bersangkutan. Adapun

    laporan laba rugi komparatif untuk tahun 2006 dan 2007 penulis sajikan pada tabel 3 dan

    laporan laba rugi common size yang telah penulis hitung berdasarkan laporan laba rugi

    komparatif tersebut penulis sajikan pada tabel 4.

  • 8

    Tabel 3. PT SAPTA PRIMA ADIKARYA LAPORAN LABA RUGI KOMPARATIF

    PER 31 DESEMBER 2006 DAN 2007

    2006 2007 Pendapatan

    Pendapatan Proyek

    Beban Pokok :

    Gaji tenaga kerja lapangan

    Beban Pemakaian Material

    Beban Operasional Kendaraan

    Beban Operasional peralatan

    Laba (Rugi) Kotor

    Beban Usaha :

    Beban Administrasi & Umum :

    Gaji Direksi

    Gaji Karyawan kantor

    Beban Administrasi Kantor

    Beban Asuransi

    Beban Listrik dan telepon

    Beban Perjalanan Dinas

    Beban Penyusutan Kendaraan

    Beban Penyusutan Peralatan

    Beban Penyusutan Gedung

    Laba (Rugi) Usaha

    Pendapatan Lain-lain

    Pendapatan Sewa

    Pendapatan Bunga

    Beban Lain-lain

    Beban Bunga

    Beban Lain-lain

    Laba (Rugi) Sebelum Pajak

    Beban Pajak

    Rp 9.966.521.000

    Rp 1.264.154.000

    Rp 2.491.654.000

    Rp 1.341.155.000

    Rp 1.548.341.000

    Rp 11.846.231.000

    Rp 1.764.185.000

    Rp 3.252.815.000

    Rp 1.546.315.800

    Rp 1.845.378.000 Rp 6.645.304.000 Rp 8.408.693.800 Rp 3.321.217.000 Rp 424.000.000

    Rp 580.000.000

    Rp 1.480.000

    Rp 165.754.000

    Rp 54.623.000

    Rp 62.876.000

    Rp 129.465.000

    Rp 186.456.000

    Rp 22.590.000

    Rp 3.437.537.200 Rp 455.000.000

    Rp 615.000.000

    Rp 2.150.000

    Rp 165.754.000

    Rp 75.642.000

    Rp 98.145.000

    Rp 134.400.000

    Rp 296.300.000

    Rp 22.590.000 Rp 1.627.244.000 Rp 1.864.981.000 Rp 1.693.973.000

    Rp 587.000.000

    Rp 149.561.000

    Rp 1.572.556.200

    Rp 648.000.000

    Rp 116.758.000 Rp 736.561.000 Rp 764.758.000

    Rp 134.000.000

    Rp 287.000.000

    Rp 148.000.000

    Rp 396.000.000 Rp 421.000.000 Rp 544.000.000 Rp 2.009.534.000

    Rp 386.152.000 Rp 1.793.314.200

    Rp 315.876.000

    Laba (Rugi) Setelah Pajak Rp 1.623.382.000 Rp 1.477.438.200

  • 9

    Tabel 4. PT SAPTA PRIMA ADIKARYA LAPORAN LABA COMMON SIZE

    PER 31 DESEMBER 2006 DAN 2007

    2006 2007 Naik / (turun) Pendapatan

    Pendapatan Proyek

    Beban Pokok :

    Gaji tenaga kerja lapangan

    Beban Pemakaian Material

    Beban Operasional Kendaraan

    Beban Operasional peralatan

    Laba (Rugi) Kotor

    Beban Usaha :

    Beban Administrasi & Umum :

    Gaji Direksi

    Gaji Karyawan kantor

    Beban Administrasi Kantor

    Beban Asuransi

    Beban Listrik dan telepon

    Beban Perjalanan Dinas

    Beban Penyusutan Kendaraan

    Beban Penyusutan Peralatan

    Beban Penyusutan Gedung

    Laba (Rugi) Usaha

    Pendapatan Lain-lain

    Pendapatan Sewa

    Pendapatan Bunga

    Beban Lain-lain

    Beban Bunga

    Beban Lain-lain

    Laba (Rugi) Sebelum Pajak

    Beban Pajak

    Laba (Rugi) Setelah Pajak

    100,00

    12,68

    25,00

    13,46

    15,54

    100,00

    14,89

    27,46

    13,05

    15,58

    0,00

    2,21

    2,46

    (0,40)

    0,04 66,68 70,98 4,31 33,32

    4,25

    5,82

    0,01

    1,66

    0,55

    0,63

    1,30

    1,87

    0,23

    29,02

    3,84

    5,19

    0,02

    1,40

    0,64

    0,83

    1,13

    2,50

    0,19

    (4,31)

    (0,41)

    (0,63)

    0,00

    (0,26)

    0,09

    0,20

    (0,16)

    0,63

    (0,04) 16,33 15,74 (0,58) 17,00

    5,89

    1,50

    13,27

    5,47

    0,99

    (3,72)

    (0,42)

    (0,52) 7,39 6,46 (0,93)

    1,34

    2,88

    1,25

    3,34

    (0,10)

    0,46 4,22 4,59 0,37

    20,16

    3,87

    15,14

    2,67

    (5,02)

    (1,21)

    16,29 12,47 (3,82)

    Laporan laba rugi common size untuk 2006 dan 2007 dicari dengan jalan membagi tiap-

    tiap rekening yang ada pada laporan laba rugi dengan total penjualan. Dari laporan laba rugi

    common size untuk tahun 2006 dan 2007 yang terdapat pada tabel 4, maka dapat diketahui

    bahwa terdapat peningkatan pada proporsi beban pokok penjualan perusahaan sebesar 4,31%

    sehingga peningkatan tersebut menyebabkan penurunan pada proporsi laba kotor perusahaan

  • 10

    sebesar 4,31%. Penurunan proporsi laba kotor perusahaan dikarenakan oleh adanya peningkatan

    proporsi pada pos gaji tenaga kerja lapangan sebesar 2,21%, peningkatan pada proporsi beban

    pemakaian material sebesar 2,46%, peningkatan beban operasional perusahaan sebesar 0,04 %

    dan terjadinya penurunan pada proporsi beban operasional kendaraan sebesar 0,40%.

    Kemudian terdapat penurunan pada proporsi beban usaha perusahaan sebesar 0,58%. Hal ini

    dikarenakan penurunan pada proporsi gaji direksi sebesar 0,41%, penurunan pada proporsi gaji

    karyawan kantor sebesar 0,63%, peningkatan pada proporsi beban administrasi kantor sebesar

    0,01%, penurunan pada proporsi beban asuransi sebesar 0,26%, peningkatan pada proporsi

    beban listrik dan telepon sebesar 0,09%, peningkatan pada proporsi beban perjalanan dinas

    sebesar 0,20%, penurunan pada proporsi beban penyusutan kendaraan sebesar 0,16%,

    peningkatan pada proporsi beban penyusutan peralatan sebesar 0,63%, dan penurunan

    pada proporsi beban penyusutan gedung sebesar 0,04%. Dari peningkatan pada proporsi beban

    pokok penjualan sebesar 4,31% dan penurunan pada proporsi beban usaha sebesar 0,58% maka

    menyebabkan penurunan pada proporsi laba usaha perusahaan sebesar 3,72%. Selanjutnya

    terdapat penurunan pada proporsi pendapatan sewa sebesar 0,42%, penurunan pada proporsi

    pendapatan bunga sebesar 0,52%, penurunan pada beban bunga sebesar 0,10%, peningkatan

    pada beban lain-lain sebesar 0,46% dan penurunan beban pajak sebesar 1,21% sehingga

    penurunan dan peningkatan yang telah terjadi pada setiap pos laba rugi perusahaan

    menyebabkan penurunan pada proporsi laba setelah pajak perusahaan sebesar 3,82%. Dari

    perbandingan laba rugi common size perusahaan untuk tahun 2006 dan 2007, maka dapat

    disimpulkan bahwa penurunan tingkat likuiditas perusahaan pada tahun 2007 disebabkan oleh

    peningkatan pada proporsi beban operasional perusahaan sebesar 3,72% (4,31%-0,58%),

    penurunan pada proporsi pendapatan lain-lain perusahaan sebesar 0,93%, peningakatan pada

    proporsi beban lain-lain perusahaan sebesar 0,37% serta penurunan pada proporsi beban pajak

    perusahaan sebesar 1,21%. Dari penurunan dan peningkatan pada masing-masing pos-pos

    tersebut, maka dapat dikatakan bahwa kemampuan perusahaan dalam mengefisiensikan

    penggunaan biaya yang telah dikeluarkan mengalami penurunan sehingga menyebabkan

    penurunan pada proporsi laba setelah pajak perusahaan yang dihasilkan, sehingga dengan

    adanya penurunan tersebut menyebabkan semakin kecilnya arus kas yang diterima perusahaan

    dari laba operasinya. Hal ini berpengaruh pada tingkat likuiditas perusahaan, yang menyebabkan

    tingkat likuiditas perusahaan menurun pada tahun 2007. Oleh karena itu, sebaiknya

    perusahaan lebih mengontrol efisiensi biaya-biaya yang akan dikeluarkan dan menyeleksi

    proyek-proyek yang biayanya lebih kecil.

    3. Neraca Common Size untuk tahun 2007 dan 2008 Pada analisis common size untuk tahun 2007 dan 2008, total aktiva juga dinyatakan

    sebagai 100 persen. Kemudian, pos-pos yang ada dalam kelompok ini dinyatakan sebagai

    persentase terhadap total aktiva bersangkutan. Adapun neraca komparatif untuk tahun 2007 dan

    2008 penulis sajikan pada tabel 5 dan neraca common size yang telah penulis hitung berdasarkan

    neraca komparatif tersebut penulis sajikan pada tabel 6.

  • 11

    Tabel 5. PT SAPTA PRIMA ADIKARYA NERACA KOMPRATIF

    PER 31 DESEMBER 2007 DAN 2008

    2007 2008 AKTIVA LANCAR

    Kas

    Bank

    Piutang

    Persediaan Material

    Jumlah Aktiva Lancar

    AKTIVA TETAP

    Tanah

    Bangunan

    Akumulasi Penyusutan Bangunan

    Peralatan Kantor

    Akumulasi Penyusutan Peralatan kantor

    Peralatan Kerja

    Akumulasi Penyusutan Peralatan Kerja

    Kendaraan dan Alat Berat

    Akumulasi Penyusutan Kendaraan dan Alat Berat

    Nilai Buku Aktiva Tetap

    Rp 129.876.540

    Rp 786.245.000

    Rp 2.646.815.300

    Rp 321.234.473

    Rp 196.700.500

    Rp 903.089.689

    Rp 3.807.009.811

    Rp 643.234.473 Rp 3.884.171.313 Rp 5.550.034.473

    Rp 1.789.450.000

    Rp 578.760.000

    Rp 50.046.000

    Rp 148.256.000

    Rp 27.648.000

    Rp 1.390.902.000

    Rp 134.894.000

    Rp 2.098.330.627

    Rp 259.042.000

    Rp 2.001.220.000

    Rp 675.400.000

    Rp 79.816.000

    Rp 187.500.000

    Rp 35.879.000

    Rp 1.770.170.000

    Rp 158.643.000

    Rp 3.599.265.527

    Rp 411.842.000 Rp 5.534.068.627 Rp 7.547.375.527

    JUMLAH AKTIVA Rp 9.418.239.940 Rp 13.097.410.000

    KEWAJIBAN LANCAR

    Hutang Usaha

    Hutang Bank

    Hutang Lain-lain

    Jumlah Kewajiban Lancar

    KEWAJIBAN JANGKA PANJANG

    Hutang Bank

    Jumlah Kewajiban

    EKUITAS

    Modal

    Laba (Rugi) Ditahan

    Laba (Rugi) Tahun-tahun lalu

    Laba (Rugi) Tahun Berjalan

    Laba (Rugi) Ditahan

    Jumlah Equitas

    Rp 2.464.000.000

    Rp 346.500.000

    Rp 126.807.740

    Rp 3.688.640.000

    Rp 798.400.000

    Rp 289.000.000 Rp 2.937.307.740 Rp 4.776.040.000

    Rp 560.500.000

    Rp 800.889.800

    Rp 3.497.807.740 Rp 5.576.929.800

    Rp 1.360.000.000

    Rp 3.082.994.000

    Rp 1.477.438.200

    Rp 4.560.432.200

    Rp 1.360.000.000

    Rp 4.420.432.200

    Rp 1.740.048.000

    Rp 6.160.480.200 Rp 5.920.432.200 Rp 7.520.480.200

    JUMLAH KEWAJIBAN & EKUITAS Rp 9.418.239.940 Rp 13.097.410.000

  • 12

    Tabel 6. PT SAPTA PRIMA ADIKARYA NERACA CO,,ON SIZE

    PER 31 DESEMBER 2007 DAN 2008

    2007 2008 Naik / (turun) AKTIVA LANCAR

    Kas

    Bank

    Piutang

    Persediaan Material

    Jumlah Aktiva Lancar

    AKTIVA TETAP

    Tanah

    Bangunan

    Akumulasi Penyusutan Bangunan

    Peralatan Kantor

    Akumulasi Penyusutan Peralatan kantor

    Peralatan Kerja

    Akumulasi Penyusutan Peralatan Kerja

    Kendaraan dan Alat Berat

    Akumulasi Penyusutan Kendaraan dan Alat Berat

    Nilai Buku Aktiva Tetap

    1,38

    8,35

    28,10

    3,41

    1,50

    6,90

    29,07

    4,91

    0,12

    (1,45)

    0,96

    1,50 41,24 42,38 1,13

    19,00

    6,15

    -0,53

    1,57

    -0,29

    14,77

    -1,43

    22,28

    -2,75

    15,28

    5,16

    -0,61

    1,43

    -0,27

    13,52

    -1,21

    27,48

    -3,14

    (3,72)

    (0,99)

    (0,08)

    (0,14)

    0,02

    (1,25)

    0,22

    5,20

    (0,39) 58,76 57,62 (1,13)

    JUMLAH AKTIVA 100,00 100,00 (0,00)

    KEWAJIBAN LANCAR

    Hutang Usaha

    Hutang Bank

    Hutang Lain-lain

    Jumlah Kewajiban Lancar

    KEWAJIBAN JANGKA PANJANG

    Hutang Bank

    Jumlah Kewajiban

    EKUITAS

    Modal

    Laba (Rugi) Ditahan

    Laba (Rugi) Tahun-tahun lalu

    Laba (Rugi) Tahun Berjalan

    Laba (Rugi) Ditahan

    Jumlah Equitas

    26,16

    3,68

    1,35

    28,16

    6,10

    2,21

    2,00

    2,42

    0,86 31,19 36,47 5,28

    5,95

    6,11

    0,16 37,14 42,58 5,44

    14,44

    32,73

    15,69

    10,38

    33,75

    13,29

    (4,06)

    1,02

    (2,40) 48,42 47,04 (1,39) 62,86 57,42 (5,44)

    JUMLAH KEWAJIBAN & EKUITAS 100,00 100,00 (0,00)

    Dari neraca common size untuk 2007 dan 2008 yang terdapat pada tabel 6, maka dapat

    diketahui bahwa disisi aktiva lancar terjadi peningkatan proporsi kas perusahaan sebesar 0.12%,

    peningkatan pada proporsi piutang perusahaan sebesar 0,96% dan peningkatan pada proporsi

  • 13

    persediaan material sebesar 1,50%. Sebaliknya terjadi penurunan proporsi kas bank sebesar

    1,45%. Dari perubahan proporsi dari pos-pos aktiva lancar tersebut, maka proporsi dari aktiva

    lancar mengalami peningkatan sebesar 1,13%. Peningkatan pada proporsi aktiva lancar

    tersebut juga berpengaruh pada sisi aktiva tetap perusahaan, yaitu proporsi nilai buku

    aktiva tetap perusahaan mengalami penurunan sebesar 1,13%. Hal ini disebabkan adanya

    penurunan pada proporsi tanah sebesar 3,72%, penurunan pada proporsi bangunan sebesar

    0,99%, peningkatan pada proporsi akumulasi penyusutan bangunan sebesar 0,08%,

    penurunan pada proporsi peralatan kantor sebesar 0,14 %, penurunan pada proporsi akumulasi

    penyusutan peralatan kantor sebesar 0,02%, penurunan pada proporsi peralatan kerja

    sebesar 1,25%, penurunan pada akumulasi penyusutan peralatan kerja sebesar 0,22%,

    peningkatan pada proporsi kendaraan dan alat berat sebesar 5,20% dan peningkatan pada

    proporsi akumulasi penyusutan kendaraan dan alat berat sebesar 0,39%. Sehingga dari

    perubahan masing-masing pos tersebut, proporsi aktiva tetap perusahaan mengalami penurunan

    sebesar 1.13%. Dari peningkatan dan penurunan proporsi pada tiap-tiap pos dalam total aktiva

    maka dapat disimpulkan bahwa modal kerja bruto atau aktiva lancar perusahaan pada tahun

    2008 mengalami peningkatan sebesar 1,13% yaitu, untuk tahun 2007 sebesar 41,24% dan tahun

    2008 sebesar 42,38%. Hal ini dapat mengindikasikan bahwa setiap tahun selalu terjadi

    penambahan hutang yang cukup besar atau sebagian dari hasil operasi perusahaan selalu

    tertahan dan perusahaan tidak bisa membelanjakan hasil operasi tersebut.Hasil operasi

    perusahaan yang tertahan bisa disebabkan karena kesulitan perusahaan dalam mempercepat

    waktu pencairan kas dari aktiva lancarnya, yang dapat dilihat pada peningkatan proporsi piutang

    dan persediaan material perusahaan yang selalu meningkat dari tahun ketahun.

    Pada sisi kewajiban lancar terjadi peningkatan pada proporsi hutang usaha sebesar

    2,00%, peningkatan pada proporsi hutang bank sebesar 2,42% dan peningkatan pada proporsi

    hutang lain-lain sebesar 0,86 %, sehingga dari peningkatan-peningkatan yang terjadi pada

    proporsi pos-pos tersebut, proporsi kewajiban lancar perusahaan mengalami peningkatan

    sebesar 5,28%. Pada sisi kewajiban jangka panjang perusahaan, proporsi hutang bank juga

    mengalami peningkatan sebesar 0,16%. Dari peningkatan yang terjadi pada proporsi

    kewajiban lancar dan proporsi kewajiban jangka panjang, maka menyebabkan peningkatan

    pada proporsi jumlah kewajiban perusahaan yaitu sebesar 5,44%.

    Selanjutnya pada sisi equitas perusahaan, proporsi modal mengalami penurunan sebesar

    4,06%, proporsi laba rugi tahun-tahun lalu mengalami peningkatan sebesar 1,02% dan

    proporsi laba rugi tahun berjalan mengalami penurunan sebesar 2,40%. Sehingga dari

    peningkatan dan penurunan yang telah terjadi pada pos-pos tersebut menyebabkan penurunan

    pada proporsi equitas perusahaan sebesar 5,44%. Dari peningkatan dan penurunan yang telah

    terjadi pada tiap-tiap pos dalam kewajiban perusahaan, maka dapat disimpulkan bahwa pada

    tahun 2008 juga terjadi peningkatan pendanaan kreditor terhadap total harta perusahaan

    sebesar 5,44%, yaitu pada tahun 2007 sebesar 37,14% dari total harta merupakan

    pendanaan dari kreditor dan 62,86% sisanya merupakan pendanaan perusahaan sendiri dan

    pada tahun 2008 mengalami peningkatan, 42,58% dari total harta merupakan

    pendanaan dari kreditor dan 57,42% sisanya merupakan pendanaan perusahaan sendiri.

    Selanjutnya dari peningkatan dan penurunan yang terjadi pada sisi equitas perusahaan, maka

    dapat diketahui bahwa perolehan laba tahun berjalan perusahaan mengalami penurunan, yaitu

    sebesar 2,40%. Bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, maka pada tahun 2008

    proporsi laba tahun berjalan mempunyai persentase paling kecil.

    Hal ini dapat mengindikasikan bahwa setiap tahun perusahaan selalu mengalami

  • 14

    penurunan kemampuan dalam upaya memaksimalkan penggunaan aktivanya. Dari

    perbandingan neraca common size perusahaan untuk tahun 2007 dan 2008, maka dapat

    disimpulkan bahwa pada tahun 2008 tingkat likuiditas perusahaan juga menurun. Apabila

    dibandingkan dengan tahun 2007, maka pada tahun 2008 tingkat likuiditas perusahaan

    menunjukkan angka yang lebih rendah. Pada tahun 2007 yaitu 41,24% dari aktiva perusahaan

    dapat menjamin 31,19% hutang lancarnya atau Rp. 1,32 (41,24% : 31,19%) dari aktiva lancar

    dapat menjamin setiap Rp. 1 hutang lancar dan pada tahun 2008 yaitu 42,38% dari aktiva

    perusahaan dapat menjamin 36,47% hutang lancarnya atau Rp. 1,16 (42,38% : 36,47%) dari

    aktiva lancar dapat menjamin setiap Rp. 1 hutang lancar. Hal ini disebabkan karena peningkatan

    pada proporsi aktiva lancar perusahaan tidak sebesar peningkatan pada proporsi kewajiban

    lancarnya. Selain itu peningkatan pada proporsi piutang dan persediaan material perusahaan

    dapat mengindikasikan bahwa semakin lamanya pengkonversian piutang dan persediaan tersebut

    menjadi kas sehingga apabila terjadi penagihan terhadap hutang-hutang perusahaan, maka

    perusahaan akan mengalami kesulitan pembayaran karena kurangnya ketersediaan kas yang

    dimilikinya. Sama halnya dengan tahun 2007, penurunan tingkat likuiditas perusahaan tahun

    2008 juga disebabkan oleh penurunan pada proporsi laba tahun berjalan perusahaan sebesar

    2,40%. Penurunan tersebut bisa disebabkan oleh dua hal, yaitu adanya kelebihan investasi pada

    aktiva perusahaan yang berarti ketidakmampuan perusahaan dalam memaksimalkan

    penjualannya dan ketidakmampuan perusahaan dalam mengontrol efisiensi penggunaan

    dana/biaya yang telah dikeluarkan oleh perusahaan untuk menghasilkan penjualan

    tersebut.Untuk mengetahui hal tersebut maka penulis akan melanjutkan analisis ini dengan

    melakukan analisis common size terhadap laporan laba rugi perusahaan untuk tahun 2007 dan

    2008.

    PENUTUP

    Berdasarkan hasil pembahasan yang telah penulis kemukakan. Adapun kesimpulan

    tersebut sebagai berikut :

    Adanya penurunan kemampuan aktiva lancar dalam membiayai utang lancar perusahaan.

    Hal ini dapat dilihat dari perbandingan antara aktiva lancar dan utang lancar perusahaan. Pada

    tahun 2006 aktiva dan utang lancar perusahaan menunjukkan Rp. 2.690.070.306 dan

    Rp. 1.846.075.160, tahun 2007 menunjukkan Rp. 3.884.171.313 dan Rp. 2.937.307.740,

    tahun 2008 menunjukkan Rp. 5.150.034.473 dan Rp.4.176.040.000 menyebabkan penurunan

    current ratio, acid test ratio dan cash ratio perusahaan setiap tahun yang mencerminkan semakin

    meningkatnya hutang perusahaan sehingga mengakibatkan likuiditas jangka pendek perusahaan

    menurun.

    Terlalu besarnya dana yang tertanam dalam piutang perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari

    perbandingan antara penjualan dan rata-rata piutang perusahaan. Pada tahun 2006 penjualan dan

    rata-rata piutang perusahaan menunjukkan Rp. 9.966.521.000 dan Rp. 1.837.234.473, tahun

    2007 menunjukkan Rp. 11.846.231.000 dan Rp. 2.646.815.300, tahun 2008 menunjukkan Rp

    13.739.142.200 dan Rp. 3.407.009.811 menyebabkan penurunan perputaran piutang dan

    semakin lamanya periode penagihan piutang setiap tahun sehingga mengakibatkan semakin

    besarnya resiko piutang tersebut tidak tertagih dan semakin lamanya pengkonversian piutang

    tersebut menjadi uang kas.

    Adanya kelebihan investasi atas aktiva perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari

  • 15

    perbandingan antara penjualan dan total aktiva perusahaan. Pada tahun 2006 penjualan dan

    total aktiva perusahaan menunjukkan Rp. 9.966.521.000 dan Rp. 6.886.615.160, tahun

    2007 Rp. 11.846.231.000 dan Rp. 9.278.239.940, tahun 2008 menunjukkan Rp 13.739.142.200

    dan Rp. 12.697.410.000 dan dapat dilihat penurunan operating assets turnover setiap tahun

    yang mengindikasikan bahwa terlalu besarnya jumlah aktiva yang digunakan untuk

    menghasilkan penjualan sehingga biaya untuk menghasilkan penjualan tersebut menjadi

    semakin besar.

    Belum baiknya perusahaan dalam mengontrol efisiensi pengeluaran biaya-biaya

    yang dikeluarkan yang dapat dilihat dari penurunan Return On Investment (ROI), Gross Profit

    Margin dan Operating Income Ratio perusahaan sehingga mengakibatkan proporsi laba usaha

    setelah pajak perusahaan semakin menurun setiap tahun

    DAFTAR PUSTAKA

    Hutapea, Agnes. 2007. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta : Zenith Publisher.

    Jusuf, Permana. ddk, 2006. Prinsip-Prinsip Akuntansi. Jakarta : Salemba Empat.

    Muhamad, Aliminsyah Ddk, 2003. Pengantar Akuntansi. Edisi Ketujuh. Jilid 1. Jakarta :

    Erlangga.

    Munajab, Mamduh Dkk, 2007, Akutansi Keuangan . Edisi Revisi. Jakarta : Harvarindo.

    Munawir. 2004, Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Jakarta : Salemba Empat.

    Riyanto, Ahmad, 2001. Akuntansi Intemediate. Jakarta : Ghalia Indonesia.