JURNAL YANG MEMBAHAS TENTANG KATAK SAWAH
description
Transcript of JURNAL YANG MEMBAHAS TENTANG KATAK SAWAH
-
Protobiont
2014
Vol 3 (2) : 81 - 86
81
Karakteristik Populasi Katak Sawah (Fejervarya cancrivora) Di Persawahan Sungai Raya Kalimantan Barat
Deki saputra1, Tri Rima Setyawati
1, Ari Hepi Yanti
1
1Program Studi Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura,
Jl. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi, Pontianak,
email korespondensi: [email protected]
Abstract
Paddy frogs ( F. cancrivora ) is one the member of the Class Amphibia Order Anura which is important
ecologically and economically. This study aims to investigate the characteristics of paddy frog populations
(F. cancrivora) which include density, sex ratio, fecundity and gonad maturity level (GML) . The study was
conducted from August to September 2013 in the paddy field of Sugai Raya, Kubu Raya Regency in West
Kalimantan province. The sampling method was plot method with the size of 20x20 m in wich the samples
was directly captured with bare hand. The density of F. cancrivora in paddy fields of Sungai Raya in Kubu
Raya regency is 1.01 individuals/m2. The sex ratio of male and female F. cancrivora is 1 : 1.8. Female F.
cancrivora can produce 4,808-18,260 eggs in one spawning. F. cancrivora with the body of 5.5 cm in
length has entered phase IV of gonad maturity level. The temperature around the site ranged from 240 to
260C and humidity was 65 %. These are good conditions for the development and reproduction of
F. cancrivora.
Key words : Fejervarya cancrivora, Anura, Amphibia, reproduction, population
PENDAHULUAN
Fejervarya cancrivora di Kalimantan Barat
banyak diperjualbelikan. Sebagian besar hewan
tersebut didatangkan dari daerah Kubu Raya.
Kubu Raya memiliki kondisi lingkungan dataran
rendah berawa yang mendukung kehidupan F.
cancrivora. Selain itu, di Kubu Raya juga banyak
ditemukan ekosistem buatan seperti kebun, sawah,
dan saluran air, habitat tersebut merupakan habitat
yang disukai oleh F. cancrivora (Iskandar, 1998).
Permintaan F. cancrivora dari waktu ke waktu
semakin meningkat. Untuk memenuhi permintaan
tersebut masih mengandalkan hasil dari
penangkapan di alam. Penangkapan di alam
umumnya tidak terkendali, karena jumlah
tangkapan menjadi prioritas bagi pemburu, tanpa
melihat ukuran standar penangkapan. Kondisi
lingkungan yang terus mengalami kerusakan
menyebabkan hilangnya habitat alami
F. cancrivora. Hal tersebut menyebabkan populasi
F cancrivora akan berkurang (Setiawan, 2000).
Aspek ekologis yang menjadi perhatian dalam
upaya pengembangan pelestarian populasi
F.cancrivora adalah pengetahuan mengenai
karakteristik populasinya yang meliputi
kepadatan, nisbah kelamin dan tingkat
kematangan gonad. Penelitian mengenai
karakteristik populasi pada F. cancrivora di
Kalimantan Barat belum pernah dilakukan.
Penelitian ini penting dilakukan sebagai upaya
dalam pengelolaan populasi katak tersebut.
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Lokasi Penelitian
Pengambilan sampel dilakukan pada minggu
ketiga bulan Agustus dan September 2013.
Pengambilan sampel dilakukan di persawahan
sepanjang Jalan Ahmad Yani 2 Kecamatan Sungai
Raya Kabupaten Kubu Raya. Pengukuran panjang
tubuh, bobot tubuh, bobot gonad dan perhitungan
fekunditas dilakukan di Laboratorium Zoologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Tanjungpura Pontianak.
-
Protobiont
2014
Vol 3 (2) : 81 - 86
82
Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian
Peralatan Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian di lapangan
adalah termometer, higrometer, tali rafia, jaring,
kantong spesimen, GPS dan senter. Alat yang
digunakan untuk pengukuran kematangan gonad
di laboratorium adalah satu set alat bedah, botol
sampel, kaca pembesar (lup), timbangan digital,
kapas, kalkulator, kamera, mistar, caliper dan
gelas ukur. Bahan yang digunakan adalah garam
fisiologis, formalin 4%, alkohol 70% dan
kloroform.
Metode Penelitian
Metode pengambilan sampel menggunakan
metode plot ukuran 20x20 m. Titik koordinat
pengambilan sempel dilakukan dengan
mengunakan GPS, pada emam lokasi berbeda di
sepanjang persawahan Jalan A.Yani 2 Kecamatan
Sungai Raya Kubu Raya (Gambar 1).
Pengambilan Sampel Katak
Pengambilan sampel dilakukan pada malam hari
mulai pukul 20.00-02.00 WIB,. Sampel ditangkap
menggunakan tangan (secara manual), sampel
yang tertangkap dikumpulkan dalam satu kantong
spesimen, kemudian sampel yang terkumpul
dihitung jumlahnya, setelah itu dipilih sampel
yang diduga telah matang gonad.
Pengamatan Sampel
Pengamatan gonad dilakukan di Laboratorium
Zoologi FMIPA Jurusan Biologi UNTAN. Sampel
dipilih sebanyak 20 ekor anakkan dan 20 ekor
dewasa yang terdiri dari 11 individu jantan dan 9
individu betina. Sampel dibius dengan
menggunakan kloroform. Panjang tubuh diukur
dari mulut sampai kloaka dengan mistar dan bobot
tubuh ditimbang dengan timbangan digital,
dibedah dan diamati gonadnya. Gonad dipisah
kemudian dimasukan dalam garam fisiologis,
ditimbang, diberi formalin 4% untuk fiksasi dan
diawetkan dengan alkohol 70% dalam botol film.
Pengamatan ovari katak mengacu kepada
deskripsi tingkat kematangan gonad ( Tabel. 1).
-
Protobiont
2014
Vol 3 (2) : 81 - 86
83
Tabel 1. Tahap Perkembangan Tingkat Kematangan Gonad Berdasarkan Metode Nikolsky
(Nikolsky, 1969 dalam Kurniadi, 2001)
TKG Jantan Betina
I
Individu muda
Gonad kecil, seperti
benang berwarna bening.
Gonad kecil, seperti benang
berwara bening tetapi lebih
panjang dari jantan.
II
Produksi seksual belum
berkembang
Gonad berwarna putih susu
dan terlihat lebih besar dari
TKG I.
Gonad berukuran lebih besar dari
TKG 1 berwarna putih
kekuningan.
III
Produk seksual mulai
berkembang
Testis berubah dari transparan
menjadi warna merah muda
Telur tampak kecil dan sudah
dapat dilihat oleh mata
IV
Produk seksual mulai
masak
Testis mulai berada pada
kondisi maksimum
Telur mulai tampak jelas dan
ukurannya semakin besar
V
Memijah, berat cenderung
cepat menurun
Testis berada pada kodisi
maksimum
Telur hampir mengisi 75% dari
volum tubuh
VI Produk seksual telah di
keluarkan
Testis hanya berisi sisa
sperma
Ovari hanya berisi sisa telur
VII Fase istirahat Gonad kembali pada ukuran
TKG I
Gonad kembali pada ukuran TKG
I
Pengukuran Suhu Udara
Suhu udara diukur dengan termometer yang
digantung selama 15 menit pada ketinggian 1
meter dari permukaan tanah di lokasi pengambilan
sampel, lalu dibaca skala temperaturnya.
Pengukuran Kelembaban Udara
Kelembaban udara diukur dengan higrometer yang
digantung pada tali dengan jarak 1 meter dari
permukaan tanah, selama 15 menit lalu dibaca
nilai kelembabannya.
Analisis Kepadatan Populasi
Kepadatan populasi :
Keterangan:
Di= kepadatan jenis ke i ni= jumlah individu ke i
A = luas area (Krebs, 1989 )
Perhitungan Fekunditas
Fekunditas dapat dihitung sebagai berikut :
Rumus :
Keterangan:
F = fekunditas (butir)
G = bobot gonad (g)
V = Volum pengenceran (ml)
Q = Bobot telur contoh (g)
X = jumlah telur tiap ml
(Yustina dan Anertis, 2002)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Fejervarya cancrivora yang ditemukan pada bulan
Agustus sebanyak 223 individu dan pada bulan
September sebanyak 180 individu. Total
F. cancrivora yang diperoleh selama pengambilan
periode Agustus dan September 2013 sebanyak
403 individu yang terdiri dari 258 individu jantan
dan 145 individu betina, dengan kepadatan sebesar
1,01 individu/m2 (Tabel 2).
Tabel 2. Jumlah Individu dan Kepadatan F.
cancrivora di Persawahan Kecamatan
Sungai Raya Pada Bulan Agustus dan
September 2013
Total Fejervarya cancrivora yang ditemukan di
persawahan Sungai Raya selama penelitian ini
sebanyak 403 individu, yang terdiri dari individu
anakan sebanyak 134 dan individu dewasa
sebanyak 269, dengan kisaran panjang tubuh,
bobot tubuh dan bobot gonad terlihat pada Tabel
3.
-
Protobiont
2014
Vol 3 (2) : 81 - 86
84
Tabel 3. Kisaran Panjang Tubuh, Bobot Tubuh dan
Bobot Gonad F. cancrivora di Persawahan
Kecamatan Sungai Raya
Perkembangan dan kematangan gonad dicirikan
oleh penampakan gonad yang meliputi warna,
struktur permukaan, dan volume gonad. Dari hasil
pengamatan terhadap 11 individu jantan dan 9
individu betina dewasa, diketahui tingkat
kematangan gonad (TKG) berada pada tahap IV
dan V (Gambar 3).
Gambar 3. Gonad F. cancrivora Jantan dan
Betina Pada Fase TKG IV dan V
(a. Gonad jantan, b. Gonad Betina)
Hubungan bobot tubuh dan bobot gonad
menunjukan bahwa bobot tubuh dan bobot gonad
berkembang secara bersamaan (Gambar 4).
Jumlah telur F. cancrivora betina berkisar antara
5.220-18.260 butir. Jumlah telur yang dihasilkan
berkaitan dengan besarnya bobot tubuhnya dan
bobot gonad (Gambar 4 dan 5).
Gambar 4. Hubungan Bobot Gonad dan Bobot
Tubuh F. cancrivora Betina (n=9) di
Area Persawahan Kecamatan Raya
Gambar 5. Hubungan Bobot Tubuh dan Jumlah
Telur F. cancrivora Betina (n= 9) yang
Ditemukan di Area Persawahan
Kecamatan Sungai Raya
Gambar 6. Hubungan Bobot Gonad dan Jumlah
Telur F. cancrivora Betina (n= 9) yang
Ditemukan di Area Persawahan
Kecamatan Sungai Raya
Hasil pengukuran suhu dan kelembaban pada
enam lokasi di Persawahan Sungai Raya Bulan
Agustus-September 2013 ditunjukkan pada
Tabel 4.
Tabel 4. Kondisi Suhu dan Kelembaban di Persawahan
Kecamatan Sungai Raya Pada Bulan
Agustus dan September 2013
Pembahasan
Fejervarya cancrivora yang tertangkap pada bulan
Agustus dan September 2013 sebanyak 403
individu dengan kepadatan 1,01 individu/m2.
Menurut Zug (1993), kelimpahan katak dapat
berubah sesuai dengan kondisi lingkungan.
Iskandar (1998), menjelaskan bahwa beberapa
spesies ordo Anura dikhawatirkan akan punah
karena manusia banyak memperjualbelikan dan
juga mengkonsumsinya. Menurut informasi warga
setempat, area persawahan di Kecamatan Sungai
Raya merupakan salah satu wilayah perburuan
-
Protobiont
2014
Vol 3 (2) : 81 - 86
85
F. cancrivora maka dikhawatirkan populasi
F. cancrivora di area tersebut akan berkurang.
Jumlah F. cancrivora yang tertangkap berbeda
pada setiap lokasi penelitian. F. cancrivora yang
diperoleh pada lokasi 3 dan 6 lebih banyak
dibandingkan dengan lokasi lainnya. Pada lokasi 3
diperoleh F. cancrivora sebanyak 114 individu
dan di lokasi 6 sebanyak 134 individu. Hal ini
terjadi karena pada habitat lokasi 3 dan 6
merupakan area persawahan yang berada jauh dari
jalan raya, dekat dengan pemukiman penduduk,
sisi sawah terdapat parit dengan genangan air,
terdapat tanaman padi yang baru ditanam, rumput-
rumputan, dan pohon sagu seta tanaman lainnya.
Kondisi lingkungan tersebut dimanfaatkan
F. cancrivora sebagai tempat berlindung, mencari
makanan dan bereproduksi. Lokasi lainnya
merupakan persawahan yang berada dekat dengan
jalan raya, disamping itu adanya aktivitas
penduduk dapat berpengaruh bagi keberadaan
F. cancrivora. Aktivitas penduduk yang ada di
area persawahan dapat menimbulkan kebisingan
yang membuat kondisi stres bagi katak.
F. cancrivora pada saat bereproduksi akan
mencari tempat yang nyaman dan tenang. Menurut
Inger (1996), penyebaran F. cancrivora mencakup
daerah persawahan, rawa, kolam, selokan, tempat-
tempat berair di hutan, dataran rendah di pesisir
pantai, sungai-sungai dan lembah yang luas.
Hasil penelitian menunjukan bahwa panjang tubuh
F. cancrivora yang ditemukan pada area
persawahan Kecamatan Sungai Raya bervariasi
baik pada fase dewasa maupun anakan. Panjang
tubuh dari 20 individu anakan F. cancrivora
berkisar antara 3,34,7 cm, pajang tubuh individu jantan dewasa (n=11) berkisar antara 5,5-9 cm dan
individu betina dewasa (n=9) berkisar antara 6,5-
10 cm. Menurut Sugiri (1999), F. cancrivora
betina berukuran lebih besar dari yang jantan.
Panjang tubuh spesies betina dari mulut sampai
kloaka dapat mencapai 12 cm, sedangkan panjang
spesies jantan kurang dari 12 cm. Bobot tubuh dari
20 individu anakan F. cancrivora berkisar 2,64-
6,53 gram, 11 individu jantan dewasa 47,12-51,78
gram dan 9 individu betina dewasa 48,97-117,8
gram (Tabel 3). Menurut Sugiri (1999), bobot
tubuh F. cancrivora dewasa bisa mencapai
100-200 gram. Suhu lingkungan di area
persawahan Kecamatan Sungai Raya berkisar
antara 24-260C. Kondisi tersebut sesuai untuk
pertumbuhan F. cancrivora (Susanto, 1999).
Faktor makanan dan lingkungan berpengaruh
terhadap pertumbuhan F. cancrivora. Lingkungan
yang masih alami menyediakan makanan yang
berlimpah dan suhu yang sejuk sesuai untuk
habitat F. cancrivora yang berdarah dingin
(Setiawan 2000).
Selama penelitian diperoleh F. cancrivora
sebanyak 403 individu dengan F. cancrivora
yang terbagi atas jantan sebanyak 258 (64,02%)
individu dan betina sebanyak 145 (35,98%)
individu. Perbandingan antara F. cancrivora
betina : jantan yang ditemukan adalah 1:1,8. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa perbandingan antara
F. cancrivora jantan dan betina tidak ideal. Tidak
idealnya rasio kelamin jantan dengan betina
diduga karena adanya perbedaan laju mortalitas,
laju pertumbuhan, pola tingkah laku pemijahan
dan kebiasaan bergerombol. Berdasarkan hasil
penelitian Nikolsky (1969) dalam Kurniadi
(2001), F. cancrivora jantan pada awal pemijahan
dan masa pertumbuhan lebih dominan
dibandingkan jumlah F. cancrivora betina.
Menurut Bal-Rau (1984) dalam Kurniadi (2001),
untuk setiap bulannya nisbah kelamin bervariasi,
perbandingan 1:1 adalah kondisi yang ideal bagi
seluruh populasi. Kurniadi (2001) menyatakan
pada kondisi 1:1 nisbah kelamin F.cancrivora
dikatakan ideal atau seimbang.
Fekunditas adalah jumlah telur masak sebelum
dikeluarkan pada waktu hewan memijah (Effendi,
1992). Jumlah telur yang dihasilkan bervariasi
untuk setiap jenis individu. Hal ini dikarenakan
adanya perbedaan pengaruh lingkungan, fisik dan
jenis individu. Menurut Sugiri (1993),
F. cancrivora betina dapat menghasilkan telur
sekitar 8.000-20.000. Hasil perhitungan terhadap
9 individu betina didapatkan jumlah telur bekisar
antara 4.808-18.260 butir. Jumlah telur yang
dihasilkan oleh F. cancrivora pada penelitian ini
lebih banyak dari hasil penelitian Setiawan (2000),
yang berkisar antara 1.7237.428 butir telur, diduga karena perbedaan ukuran gonad dan
ukutan tubuh. Ukuran tubuh, bobot tubuh dan
bobot gonad juga mempengaruhi jumlah telur
yang dihasilkan. Hubungan bobot tubuh dan bobot
gonad menunjukan bahwa bobot tubuh dan bobot
gonad tumbuh secara bersamaan artinya memiliki
hubungan yang sangat kuat. Apabila bobot gonad
bertambah maka berpengaruh juga pada bobot
tubuh. Jumlah telur yang dihasilkan oleh
F. cancrivora berkaitan dengan besarnya bobot
gonad dan bobot tubuh. Semakin besar ukuran
katak semakin banyak jumlah telur yang
dihasilkan (Rugh, 1951).
-
Protobiont
2014
Vol 3 (2) : 81 - 86
86
Pada penelitian ini F. cancrivora berada pada
TKG tahap IV-V, hasil perhitungan jumlah telur
pada TKG tahap IV bekisar antara 4808-6740
butir dan pada tahap V berkisar antara 7850-18260
butir sedangkan pada penelitian Setiawan (2000)
yang dilakukan pada minggu ketiga bulan juli
sampai minggu ketiga bulan september diperoleh
TKG F. cancrivora berada pada tahap I-IV
dengan jumlah telur bekisar antara 1723-7428
butir. Menurut Nikolsky (1969), TKG pada tahap
I-II terlihat telur belum tampak jelas, TKG pada
tahap III-VI sebagian telur sudah tanpak jelas dan
sebagian belum tampak karena masih pada tahap
perkembangan, TKG pada tahap V semua telur
sudah berkembang sempurna dan siap untuk
dikeluarkan.
Tingkat kematangan gonad (TKG) dapat
digunakan sebagai penduga status reproduksi,
ukuran dan umur pada saat pertama kali matang
gonad, proporsi jumlah stok yang secara
reproduktif matang dan pemahaman tentang siklus
reproduksi bagi suatu populasi atau spesies
(Nelson, 1983). Berdasarkan pengamatan dari 20
individu yang diperoleh, diketahui bahwa pada
bulan Agustus dan September, F. cancrivora yang
berukuran antara 5,5-10 cm berada pada masa
masak gonad. Hal ini dapat dilihat dari komposisi
TKG yang berada pada kisaran IV dan V. Menurut
Rugh (1951), F.cancrivora mulai masak gonad
pada ukuran panjang total 5,5-7 cm. Pada
penelitian Setiawan (2000), TKG F. cancrivora
yang diperoleh pada bulan Juli sampai September
berada pada tahap IIV. Hasil penelitian Kurniadi (2001), TKG F. cancrivora pada bulan Mei
sampai Juni berada pada tahap II-IV. Genus Rana
mengalami masa pemijahan pada musim peralihan
yaitu antara bulan Juli sampai Agustus. Pada
musim peralihan antara musim kemarau dengan
musim penghujan merupakan fase waktu
pemijahan karena pada musim ini makanan
tersedia cukup banyak.
Suhu pada lokasi peneltian berada pada kisaran
yang baik untuk perkembangan dan reproduksi F.
cancrivora yaitu berkisar antara 24-25OC dengan
kelembaban 65%. Menurut Lutterschmidt dan
Hutchison (1997), suhu yang bisa ditoleransi oleh
F. cancrivora berkisar antara 0,76-42,1OC. Katak
termasuk hewan berdarah dingin sehingga suhu
tubuhnya mampu mengikuti suhu lingkungan.
Menurut Susanto (1998), suhu optimum untuk
pertumbuhan F. cancrivora berkisar antara26-
33OC. Menurut Priyono (2001), ordo Anura masih
dapat ditemukan pada lingkungan dengan
kelembaban berkisar antara 71-92%. Kelembaban
untuk lingkungan F. cancrivora dapat bekisar
antara 60-65%.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Septi
Diniarti, Krismanto, Yudi, Bobi dan Sri Rahayu
yang telah membantu dalam penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Inger, RF, 1996, Comentary on Proposed Classification
of The Family Ranidae, Herpetologica Vol.
52, no. 2, hal. 241-246
Iskandar, DT, 1998, Seri Panduan Lapangan Amfibi
Jawa dan Bali, Puslitbang Biologi
LIPI,Bogor
Kurniadi, E, 2001, Beberapa Aspek Reproduksi Kodok
Sawah (Rana cancrivora) di Kabupaten
Bogor Jawa Barat, skripsi, Program Studi
Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB, Bogor
Lutterschmidt, WI, and Hutchison, VH , 1997, The
Critical Thermal Maximum: History and
Critique, Canadian Journal of Zoology vol.
75, hal. 1553-1560
Munigar, H, 1981, Perdagangan Paha Kodok di
Indonesia, Badan Pengembangan Ekspor
Nasional Departemen Prdagagan dan
Koperasi
Nelson, JS, 1983, Fishes Of The world, John Willey
and Sons, New York
Nikolsky, GV, 1969, Theory of Fish Population
Dynamics As The Biological Background
For Rational Exploitition and Management
of Fishery Resources Oliver and Boyd Ltd,
Edinburgh
Priyono, A, 2001, Keanekaragaman Jenis Amfibi (Ordo
Anura) di Kebun Raya Bogor, Skrpsi,
Fakultas Kehutanan, IPB, Bogor
Rugh, R, 1951, The Frog, Reproduction and
Development, The Mc, Graw-Hill Book
Company inc, New York
Setiawan, H, 2000, Telaah Beberapa Aspek Reproduksi
dan Pertumbuhan Kodok Sawah (Rana
cancrivora) di Dusun Pande, Kabupaten
Tabanan, Bali, Skripsi, IPB, Bogor
Susanto, H, 1999, Budidaya Kodok Unggul, Penebar
Swadaya Jakarta
Sutiawijaya, NM, 1989, Beberapa Aspek Biologi
Kodok Sawah (Rana cancrivora) di
Kabupaten Buleleng Bali, Skripsi, IPB,
Bogor
Zug, G,R, (1993), Introductory Biology of Amphibians
and Reptiles, Herpetology Academic Press,
Inc., California, USA