JURNAL YANG MEMBAHAS TENTANG KATAK SAWAH

6
Protobiont 2014 Vol 3 (2) : 81 - 86 81 Karakteristik Populasi Katak Sawah (Fejervarya cancrivora) Di Persawahan Sungai Raya Kalimantan Barat Deki saputra 1 , Tri Rima Setyawati 1 , Ari Hepi Yanti 1 1 Program Studi Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura, Jl. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi, Pontianak, email korespondensi: [email protected] Abstract Paddy frogs ( F. cancrivora ) is one the member of the Class Amphibia Order Anura which is important ecologically and economically. This study aims to investigate the characteristics of paddy frog populations (F. cancrivora) which include density, sex ratio, fecundity and gonad maturity level (GML) . The study was conducted from August to September 2013 in the paddy field of Sugai Raya, Kubu Raya Regency in West Kalimantan province. The sampling method was plot method with the size of 20x20 m in wich the samples was directly captured with bare hand. The density of F. cancrivora in paddy fields of Sungai Raya in Kubu Raya regency is 1.01 individuals/m 2 . The sex ratio of male and female F. cancrivora is 1 : 1.8. Female F. cancrivora can produce 4,808-18,260 eggs in one spawning. F. cancrivora with the body of 5.5 cm in length has entered phase IV of gonad maturity level. The temperature around the site ranged from 24 0 to 26 0 C and humidity was 65 %. These are good conditions for the development and reproduction of F. cancrivora. Key words : Fejervarya cancrivora, Anura, Amphibia, reproduction, population PENDAHULUAN Fejervarya cancrivora di Kalimantan Barat banyak diperjualbelikan. Sebagian besar hewan tersebut didatangkan dari daerah Kubu Raya. Kubu Raya memiliki kondisi lingkungan dataran rendah berawa yang mendukung kehidupan F. cancrivora. Selain itu, di Kubu Raya juga banyak ditemukan ekosistem buatan seperti kebun, sawah, dan saluran air, habitat tersebut merupakan habitat yang disukai oleh F. cancrivora (Iskandar, 1998). Permintaan F. cancrivora dari waktu ke waktu semakin meningkat. Untuk memenuhi permintaan tersebut masih mengandalkan hasil dari penangkapan di alam. Penangkapan di alam umumnya tidak terkendali, karena jumlah tangkapan menjadi prioritas bagi pemburu, tanpa melihat ukuran standar penangkapan. Kondisi lingkungan yang terus mengalami kerusakan menyebabkan hilangnya habitat alami F. cancrivora. Hal tersebut menyebabkan populasi F cancrivora akan berkurang (Setiawan, 2000). Aspek ekologis yang menjadi perhatian dalam upaya pengembangan pelestarian populasi F.cancrivora adalah pengetahuan mengenai karakteristik populasinya yang meliputi kepadatan, nisbah kelamin dan tingkat kematangan gonad. Penelitian mengenai karakteristik populasi pada F. cancrivora di Kalimantan Barat belum pernah dilakukan. Penelitian ini penting dilakukan sebagai upaya dalam pengelolaan populasi katak tersebut. BAHAN DAN METODE Waktu dan Lokasi Penelitian Pengambilan sampel dilakukan pada minggu ketiga bulan Agustus dan September 2013. Pengambilan sampel dilakukan di persawahan sepanjang Jalan Ahmad Yani 2 Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya. Pengukuran panjang tubuh, bobot tubuh, bobot gonad dan perhitungan fekunditas dilakukan di Laboratorium Zoologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Tanjungpura Pontianak.

description

jurnal katak sawah (Fejervarya cancrivora)

Transcript of JURNAL YANG MEMBAHAS TENTANG KATAK SAWAH

  • Protobiont

    2014

    Vol 3 (2) : 81 - 86

    81

    Karakteristik Populasi Katak Sawah (Fejervarya cancrivora) Di Persawahan Sungai Raya Kalimantan Barat

    Deki saputra1, Tri Rima Setyawati

    1, Ari Hepi Yanti

    1

    1Program Studi Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura,

    Jl. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi, Pontianak,

    email korespondensi: [email protected]

    Abstract

    Paddy frogs ( F. cancrivora ) is one the member of the Class Amphibia Order Anura which is important

    ecologically and economically. This study aims to investigate the characteristics of paddy frog populations

    (F. cancrivora) which include density, sex ratio, fecundity and gonad maturity level (GML) . The study was

    conducted from August to September 2013 in the paddy field of Sugai Raya, Kubu Raya Regency in West

    Kalimantan province. The sampling method was plot method with the size of 20x20 m in wich the samples

    was directly captured with bare hand. The density of F. cancrivora in paddy fields of Sungai Raya in Kubu

    Raya regency is 1.01 individuals/m2. The sex ratio of male and female F. cancrivora is 1 : 1.8. Female F.

    cancrivora can produce 4,808-18,260 eggs in one spawning. F. cancrivora with the body of 5.5 cm in

    length has entered phase IV of gonad maturity level. The temperature around the site ranged from 240 to

    260C and humidity was 65 %. These are good conditions for the development and reproduction of

    F. cancrivora.

    Key words : Fejervarya cancrivora, Anura, Amphibia, reproduction, population

    PENDAHULUAN

    Fejervarya cancrivora di Kalimantan Barat

    banyak diperjualbelikan. Sebagian besar hewan

    tersebut didatangkan dari daerah Kubu Raya.

    Kubu Raya memiliki kondisi lingkungan dataran

    rendah berawa yang mendukung kehidupan F.

    cancrivora. Selain itu, di Kubu Raya juga banyak

    ditemukan ekosistem buatan seperti kebun, sawah,

    dan saluran air, habitat tersebut merupakan habitat

    yang disukai oleh F. cancrivora (Iskandar, 1998).

    Permintaan F. cancrivora dari waktu ke waktu

    semakin meningkat. Untuk memenuhi permintaan

    tersebut masih mengandalkan hasil dari

    penangkapan di alam. Penangkapan di alam

    umumnya tidak terkendali, karena jumlah

    tangkapan menjadi prioritas bagi pemburu, tanpa

    melihat ukuran standar penangkapan. Kondisi

    lingkungan yang terus mengalami kerusakan

    menyebabkan hilangnya habitat alami

    F. cancrivora. Hal tersebut menyebabkan populasi

    F cancrivora akan berkurang (Setiawan, 2000).

    Aspek ekologis yang menjadi perhatian dalam

    upaya pengembangan pelestarian populasi

    F.cancrivora adalah pengetahuan mengenai

    karakteristik populasinya yang meliputi

    kepadatan, nisbah kelamin dan tingkat

    kematangan gonad. Penelitian mengenai

    karakteristik populasi pada F. cancrivora di

    Kalimantan Barat belum pernah dilakukan.

    Penelitian ini penting dilakukan sebagai upaya

    dalam pengelolaan populasi katak tersebut.

    BAHAN DAN METODE

    Waktu dan Lokasi Penelitian

    Pengambilan sampel dilakukan pada minggu

    ketiga bulan Agustus dan September 2013.

    Pengambilan sampel dilakukan di persawahan

    sepanjang Jalan Ahmad Yani 2 Kecamatan Sungai

    Raya Kabupaten Kubu Raya. Pengukuran panjang

    tubuh, bobot tubuh, bobot gonad dan perhitungan

    fekunditas dilakukan di Laboratorium Zoologi

    Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

    Universitas Tanjungpura Pontianak.

  • Protobiont

    2014

    Vol 3 (2) : 81 - 86

    82

    Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian

    Peralatan Penelitian

    Alat yang digunakan dalam penelitian di lapangan

    adalah termometer, higrometer, tali rafia, jaring,

    kantong spesimen, GPS dan senter. Alat yang

    digunakan untuk pengukuran kematangan gonad

    di laboratorium adalah satu set alat bedah, botol

    sampel, kaca pembesar (lup), timbangan digital,

    kapas, kalkulator, kamera, mistar, caliper dan

    gelas ukur. Bahan yang digunakan adalah garam

    fisiologis, formalin 4%, alkohol 70% dan

    kloroform.

    Metode Penelitian

    Metode pengambilan sampel menggunakan

    metode plot ukuran 20x20 m. Titik koordinat

    pengambilan sempel dilakukan dengan

    mengunakan GPS, pada emam lokasi berbeda di

    sepanjang persawahan Jalan A.Yani 2 Kecamatan

    Sungai Raya Kubu Raya (Gambar 1).

    Pengambilan Sampel Katak

    Pengambilan sampel dilakukan pada malam hari

    mulai pukul 20.00-02.00 WIB,. Sampel ditangkap

    menggunakan tangan (secara manual), sampel

    yang tertangkap dikumpulkan dalam satu kantong

    spesimen, kemudian sampel yang terkumpul

    dihitung jumlahnya, setelah itu dipilih sampel

    yang diduga telah matang gonad.

    Pengamatan Sampel

    Pengamatan gonad dilakukan di Laboratorium

    Zoologi FMIPA Jurusan Biologi UNTAN. Sampel

    dipilih sebanyak 20 ekor anakkan dan 20 ekor

    dewasa yang terdiri dari 11 individu jantan dan 9

    individu betina. Sampel dibius dengan

    menggunakan kloroform. Panjang tubuh diukur

    dari mulut sampai kloaka dengan mistar dan bobot

    tubuh ditimbang dengan timbangan digital,

    dibedah dan diamati gonadnya. Gonad dipisah

    kemudian dimasukan dalam garam fisiologis,

    ditimbang, diberi formalin 4% untuk fiksasi dan

    diawetkan dengan alkohol 70% dalam botol film.

    Pengamatan ovari katak mengacu kepada

    deskripsi tingkat kematangan gonad ( Tabel. 1).

  • Protobiont

    2014

    Vol 3 (2) : 81 - 86

    83

    Tabel 1. Tahap Perkembangan Tingkat Kematangan Gonad Berdasarkan Metode Nikolsky

    (Nikolsky, 1969 dalam Kurniadi, 2001)

    TKG Jantan Betina

    I

    Individu muda

    Gonad kecil, seperti

    benang berwarna bening.

    Gonad kecil, seperti benang

    berwara bening tetapi lebih

    panjang dari jantan.

    II

    Produksi seksual belum

    berkembang

    Gonad berwarna putih susu

    dan terlihat lebih besar dari

    TKG I.

    Gonad berukuran lebih besar dari

    TKG 1 berwarna putih

    kekuningan.

    III

    Produk seksual mulai

    berkembang

    Testis berubah dari transparan

    menjadi warna merah muda

    Telur tampak kecil dan sudah

    dapat dilihat oleh mata

    IV

    Produk seksual mulai

    masak

    Testis mulai berada pada

    kondisi maksimum

    Telur mulai tampak jelas dan

    ukurannya semakin besar

    V

    Memijah, berat cenderung

    cepat menurun

    Testis berada pada kodisi

    maksimum

    Telur hampir mengisi 75% dari

    volum tubuh

    VI Produk seksual telah di

    keluarkan

    Testis hanya berisi sisa

    sperma

    Ovari hanya berisi sisa telur

    VII Fase istirahat Gonad kembali pada ukuran

    TKG I

    Gonad kembali pada ukuran TKG

    I

    Pengukuran Suhu Udara

    Suhu udara diukur dengan termometer yang

    digantung selama 15 menit pada ketinggian 1

    meter dari permukaan tanah di lokasi pengambilan

    sampel, lalu dibaca skala temperaturnya.

    Pengukuran Kelembaban Udara

    Kelembaban udara diukur dengan higrometer yang

    digantung pada tali dengan jarak 1 meter dari

    permukaan tanah, selama 15 menit lalu dibaca

    nilai kelembabannya.

    Analisis Kepadatan Populasi

    Kepadatan populasi :

    Keterangan:

    Di= kepadatan jenis ke i ni= jumlah individu ke i

    A = luas area (Krebs, 1989 )

    Perhitungan Fekunditas

    Fekunditas dapat dihitung sebagai berikut :

    Rumus :

    Keterangan:

    F = fekunditas (butir)

    G = bobot gonad (g)

    V = Volum pengenceran (ml)

    Q = Bobot telur contoh (g)

    X = jumlah telur tiap ml

    (Yustina dan Anertis, 2002)

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Hasil

    Fejervarya cancrivora yang ditemukan pada bulan

    Agustus sebanyak 223 individu dan pada bulan

    September sebanyak 180 individu. Total

    F. cancrivora yang diperoleh selama pengambilan

    periode Agustus dan September 2013 sebanyak

    403 individu yang terdiri dari 258 individu jantan

    dan 145 individu betina, dengan kepadatan sebesar

    1,01 individu/m2 (Tabel 2).

    Tabel 2. Jumlah Individu dan Kepadatan F.

    cancrivora di Persawahan Kecamatan

    Sungai Raya Pada Bulan Agustus dan

    September 2013

    Total Fejervarya cancrivora yang ditemukan di

    persawahan Sungai Raya selama penelitian ini

    sebanyak 403 individu, yang terdiri dari individu

    anakan sebanyak 134 dan individu dewasa

    sebanyak 269, dengan kisaran panjang tubuh,

    bobot tubuh dan bobot gonad terlihat pada Tabel

    3.

  • Protobiont

    2014

    Vol 3 (2) : 81 - 86

    84

    Tabel 3. Kisaran Panjang Tubuh, Bobot Tubuh dan

    Bobot Gonad F. cancrivora di Persawahan

    Kecamatan Sungai Raya

    Perkembangan dan kematangan gonad dicirikan

    oleh penampakan gonad yang meliputi warna,

    struktur permukaan, dan volume gonad. Dari hasil

    pengamatan terhadap 11 individu jantan dan 9

    individu betina dewasa, diketahui tingkat

    kematangan gonad (TKG) berada pada tahap IV

    dan V (Gambar 3).

    Gambar 3. Gonad F. cancrivora Jantan dan

    Betina Pada Fase TKG IV dan V

    (a. Gonad jantan, b. Gonad Betina)

    Hubungan bobot tubuh dan bobot gonad

    menunjukan bahwa bobot tubuh dan bobot gonad

    berkembang secara bersamaan (Gambar 4).

    Jumlah telur F. cancrivora betina berkisar antara

    5.220-18.260 butir. Jumlah telur yang dihasilkan

    berkaitan dengan besarnya bobot tubuhnya dan

    bobot gonad (Gambar 4 dan 5).

    Gambar 4. Hubungan Bobot Gonad dan Bobot

    Tubuh F. cancrivora Betina (n=9) di

    Area Persawahan Kecamatan Raya

    Gambar 5. Hubungan Bobot Tubuh dan Jumlah

    Telur F. cancrivora Betina (n= 9) yang

    Ditemukan di Area Persawahan

    Kecamatan Sungai Raya

    Gambar 6. Hubungan Bobot Gonad dan Jumlah

    Telur F. cancrivora Betina (n= 9) yang

    Ditemukan di Area Persawahan

    Kecamatan Sungai Raya

    Hasil pengukuran suhu dan kelembaban pada

    enam lokasi di Persawahan Sungai Raya Bulan

    Agustus-September 2013 ditunjukkan pada

    Tabel 4.

    Tabel 4. Kondisi Suhu dan Kelembaban di Persawahan

    Kecamatan Sungai Raya Pada Bulan

    Agustus dan September 2013

    Pembahasan

    Fejervarya cancrivora yang tertangkap pada bulan

    Agustus dan September 2013 sebanyak 403

    individu dengan kepadatan 1,01 individu/m2.

    Menurut Zug (1993), kelimpahan katak dapat

    berubah sesuai dengan kondisi lingkungan.

    Iskandar (1998), menjelaskan bahwa beberapa

    spesies ordo Anura dikhawatirkan akan punah

    karena manusia banyak memperjualbelikan dan

    juga mengkonsumsinya. Menurut informasi warga

    setempat, area persawahan di Kecamatan Sungai

    Raya merupakan salah satu wilayah perburuan

  • Protobiont

    2014

    Vol 3 (2) : 81 - 86

    85

    F. cancrivora maka dikhawatirkan populasi

    F. cancrivora di area tersebut akan berkurang.

    Jumlah F. cancrivora yang tertangkap berbeda

    pada setiap lokasi penelitian. F. cancrivora yang

    diperoleh pada lokasi 3 dan 6 lebih banyak

    dibandingkan dengan lokasi lainnya. Pada lokasi 3

    diperoleh F. cancrivora sebanyak 114 individu

    dan di lokasi 6 sebanyak 134 individu. Hal ini

    terjadi karena pada habitat lokasi 3 dan 6

    merupakan area persawahan yang berada jauh dari

    jalan raya, dekat dengan pemukiman penduduk,

    sisi sawah terdapat parit dengan genangan air,

    terdapat tanaman padi yang baru ditanam, rumput-

    rumputan, dan pohon sagu seta tanaman lainnya.

    Kondisi lingkungan tersebut dimanfaatkan

    F. cancrivora sebagai tempat berlindung, mencari

    makanan dan bereproduksi. Lokasi lainnya

    merupakan persawahan yang berada dekat dengan

    jalan raya, disamping itu adanya aktivitas

    penduduk dapat berpengaruh bagi keberadaan

    F. cancrivora. Aktivitas penduduk yang ada di

    area persawahan dapat menimbulkan kebisingan

    yang membuat kondisi stres bagi katak.

    F. cancrivora pada saat bereproduksi akan

    mencari tempat yang nyaman dan tenang. Menurut

    Inger (1996), penyebaran F. cancrivora mencakup

    daerah persawahan, rawa, kolam, selokan, tempat-

    tempat berair di hutan, dataran rendah di pesisir

    pantai, sungai-sungai dan lembah yang luas.

    Hasil penelitian menunjukan bahwa panjang tubuh

    F. cancrivora yang ditemukan pada area

    persawahan Kecamatan Sungai Raya bervariasi

    baik pada fase dewasa maupun anakan. Panjang

    tubuh dari 20 individu anakan F. cancrivora

    berkisar antara 3,34,7 cm, pajang tubuh individu jantan dewasa (n=11) berkisar antara 5,5-9 cm dan

    individu betina dewasa (n=9) berkisar antara 6,5-

    10 cm. Menurut Sugiri (1999), F. cancrivora

    betina berukuran lebih besar dari yang jantan.

    Panjang tubuh spesies betina dari mulut sampai

    kloaka dapat mencapai 12 cm, sedangkan panjang

    spesies jantan kurang dari 12 cm. Bobot tubuh dari

    20 individu anakan F. cancrivora berkisar 2,64-

    6,53 gram, 11 individu jantan dewasa 47,12-51,78

    gram dan 9 individu betina dewasa 48,97-117,8

    gram (Tabel 3). Menurut Sugiri (1999), bobot

    tubuh F. cancrivora dewasa bisa mencapai

    100-200 gram. Suhu lingkungan di area

    persawahan Kecamatan Sungai Raya berkisar

    antara 24-260C. Kondisi tersebut sesuai untuk

    pertumbuhan F. cancrivora (Susanto, 1999).

    Faktor makanan dan lingkungan berpengaruh

    terhadap pertumbuhan F. cancrivora. Lingkungan

    yang masih alami menyediakan makanan yang

    berlimpah dan suhu yang sejuk sesuai untuk

    habitat F. cancrivora yang berdarah dingin

    (Setiawan 2000).

    Selama penelitian diperoleh F. cancrivora

    sebanyak 403 individu dengan F. cancrivora

    yang terbagi atas jantan sebanyak 258 (64,02%)

    individu dan betina sebanyak 145 (35,98%)

    individu. Perbandingan antara F. cancrivora

    betina : jantan yang ditemukan adalah 1:1,8. Hasil

    tersebut menunjukkan bahwa perbandingan antara

    F. cancrivora jantan dan betina tidak ideal. Tidak

    idealnya rasio kelamin jantan dengan betina

    diduga karena adanya perbedaan laju mortalitas,

    laju pertumbuhan, pola tingkah laku pemijahan

    dan kebiasaan bergerombol. Berdasarkan hasil

    penelitian Nikolsky (1969) dalam Kurniadi

    (2001), F. cancrivora jantan pada awal pemijahan

    dan masa pertumbuhan lebih dominan

    dibandingkan jumlah F. cancrivora betina.

    Menurut Bal-Rau (1984) dalam Kurniadi (2001),

    untuk setiap bulannya nisbah kelamin bervariasi,

    perbandingan 1:1 adalah kondisi yang ideal bagi

    seluruh populasi. Kurniadi (2001) menyatakan

    pada kondisi 1:1 nisbah kelamin F.cancrivora

    dikatakan ideal atau seimbang.

    Fekunditas adalah jumlah telur masak sebelum

    dikeluarkan pada waktu hewan memijah (Effendi,

    1992). Jumlah telur yang dihasilkan bervariasi

    untuk setiap jenis individu. Hal ini dikarenakan

    adanya perbedaan pengaruh lingkungan, fisik dan

    jenis individu. Menurut Sugiri (1993),

    F. cancrivora betina dapat menghasilkan telur

    sekitar 8.000-20.000. Hasil perhitungan terhadap

    9 individu betina didapatkan jumlah telur bekisar

    antara 4.808-18.260 butir. Jumlah telur yang

    dihasilkan oleh F. cancrivora pada penelitian ini

    lebih banyak dari hasil penelitian Setiawan (2000),

    yang berkisar antara 1.7237.428 butir telur, diduga karena perbedaan ukuran gonad dan

    ukutan tubuh. Ukuran tubuh, bobot tubuh dan

    bobot gonad juga mempengaruhi jumlah telur

    yang dihasilkan. Hubungan bobot tubuh dan bobot

    gonad menunjukan bahwa bobot tubuh dan bobot

    gonad tumbuh secara bersamaan artinya memiliki

    hubungan yang sangat kuat. Apabila bobot gonad

    bertambah maka berpengaruh juga pada bobot

    tubuh. Jumlah telur yang dihasilkan oleh

    F. cancrivora berkaitan dengan besarnya bobot

    gonad dan bobot tubuh. Semakin besar ukuran

    katak semakin banyak jumlah telur yang

    dihasilkan (Rugh, 1951).

  • Protobiont

    2014

    Vol 3 (2) : 81 - 86

    86

    Pada penelitian ini F. cancrivora berada pada

    TKG tahap IV-V, hasil perhitungan jumlah telur

    pada TKG tahap IV bekisar antara 4808-6740

    butir dan pada tahap V berkisar antara 7850-18260

    butir sedangkan pada penelitian Setiawan (2000)

    yang dilakukan pada minggu ketiga bulan juli

    sampai minggu ketiga bulan september diperoleh

    TKG F. cancrivora berada pada tahap I-IV

    dengan jumlah telur bekisar antara 1723-7428

    butir. Menurut Nikolsky (1969), TKG pada tahap

    I-II terlihat telur belum tampak jelas, TKG pada

    tahap III-VI sebagian telur sudah tanpak jelas dan

    sebagian belum tampak karena masih pada tahap

    perkembangan, TKG pada tahap V semua telur

    sudah berkembang sempurna dan siap untuk

    dikeluarkan.

    Tingkat kematangan gonad (TKG) dapat

    digunakan sebagai penduga status reproduksi,

    ukuran dan umur pada saat pertama kali matang

    gonad, proporsi jumlah stok yang secara

    reproduktif matang dan pemahaman tentang siklus

    reproduksi bagi suatu populasi atau spesies

    (Nelson, 1983). Berdasarkan pengamatan dari 20

    individu yang diperoleh, diketahui bahwa pada

    bulan Agustus dan September, F. cancrivora yang

    berukuran antara 5,5-10 cm berada pada masa

    masak gonad. Hal ini dapat dilihat dari komposisi

    TKG yang berada pada kisaran IV dan V. Menurut

    Rugh (1951), F.cancrivora mulai masak gonad

    pada ukuran panjang total 5,5-7 cm. Pada

    penelitian Setiawan (2000), TKG F. cancrivora

    yang diperoleh pada bulan Juli sampai September

    berada pada tahap IIV. Hasil penelitian Kurniadi (2001), TKG F. cancrivora pada bulan Mei

    sampai Juni berada pada tahap II-IV. Genus Rana

    mengalami masa pemijahan pada musim peralihan

    yaitu antara bulan Juli sampai Agustus. Pada

    musim peralihan antara musim kemarau dengan

    musim penghujan merupakan fase waktu

    pemijahan karena pada musim ini makanan

    tersedia cukup banyak.

    Suhu pada lokasi peneltian berada pada kisaran

    yang baik untuk perkembangan dan reproduksi F.

    cancrivora yaitu berkisar antara 24-25OC dengan

    kelembaban 65%. Menurut Lutterschmidt dan

    Hutchison (1997), suhu yang bisa ditoleransi oleh

    F. cancrivora berkisar antara 0,76-42,1OC. Katak

    termasuk hewan berdarah dingin sehingga suhu

    tubuhnya mampu mengikuti suhu lingkungan.

    Menurut Susanto (1998), suhu optimum untuk

    pertumbuhan F. cancrivora berkisar antara26-

    33OC. Menurut Priyono (2001), ordo Anura masih

    dapat ditemukan pada lingkungan dengan

    kelembaban berkisar antara 71-92%. Kelembaban

    untuk lingkungan F. cancrivora dapat bekisar

    antara 60-65%.

    UCAPAN TERIMA KASIH

    Penulis mengucapkan terima kasih kepada Septi

    Diniarti, Krismanto, Yudi, Bobi dan Sri Rahayu

    yang telah membantu dalam penelitian ini.

    DAFTAR PUSTAKA

    Inger, RF, 1996, Comentary on Proposed Classification

    of The Family Ranidae, Herpetologica Vol.

    52, no. 2, hal. 241-246

    Iskandar, DT, 1998, Seri Panduan Lapangan Amfibi

    Jawa dan Bali, Puslitbang Biologi

    LIPI,Bogor

    Kurniadi, E, 2001, Beberapa Aspek Reproduksi Kodok

    Sawah (Rana cancrivora) di Kabupaten

    Bogor Jawa Barat, skripsi, Program Studi

    Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas

    Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB, Bogor

    Lutterschmidt, WI, and Hutchison, VH , 1997, The

    Critical Thermal Maximum: History and

    Critique, Canadian Journal of Zoology vol.

    75, hal. 1553-1560

    Munigar, H, 1981, Perdagangan Paha Kodok di

    Indonesia, Badan Pengembangan Ekspor

    Nasional Departemen Prdagagan dan

    Koperasi

    Nelson, JS, 1983, Fishes Of The world, John Willey

    and Sons, New York

    Nikolsky, GV, 1969, Theory of Fish Population

    Dynamics As The Biological Background

    For Rational Exploitition and Management

    of Fishery Resources Oliver and Boyd Ltd,

    Edinburgh

    Priyono, A, 2001, Keanekaragaman Jenis Amfibi (Ordo

    Anura) di Kebun Raya Bogor, Skrpsi,

    Fakultas Kehutanan, IPB, Bogor

    Rugh, R, 1951, The Frog, Reproduction and

    Development, The Mc, Graw-Hill Book

    Company inc, New York

    Setiawan, H, 2000, Telaah Beberapa Aspek Reproduksi

    dan Pertumbuhan Kodok Sawah (Rana

    cancrivora) di Dusun Pande, Kabupaten

    Tabanan, Bali, Skripsi, IPB, Bogor

    Susanto, H, 1999, Budidaya Kodok Unggul, Penebar

    Swadaya Jakarta

    Sutiawijaya, NM, 1989, Beberapa Aspek Biologi

    Kodok Sawah (Rana cancrivora) di

    Kabupaten Buleleng Bali, Skripsi, IPB,

    Bogor

    Zug, G,R, (1993), Introductory Biology of Amphibians

    and Reptiles, Herpetology Academic Press,

    Inc., California, USA