Jurnal Volume 4 Nomor 1

download Jurnal Volume 4 Nomor 1

of 73

Transcript of Jurnal Volume 4 Nomor 1

  • 8/13/2019 Jurnal Volume 4 Nomor 1

    1/73

    JURNAL

    KONSTRUKSIAVOLUME 4 NOMER 1 DESEMBER 2012

    ISSN 2086 - 7352

    PENGARUH TERJADINYA FIRST CRACK TERHADAP LAJU

    PENINGKATAN MOMEN NEGATIF TUMPUAN

    PADA BALOK BETONAbdul Rokhman

    ANALISIS PENGGUNAAN ADMIXTURE BERBAHAN DASAR

    NAPHTHALENE TERHADAP PENGGUNAAN PASIR PUTIH DAN

    PASIR HITAM DITINJAU DARI SETTING TIMEIwan Mulyadin / Nadia

    ANALISIS PENGARUH PENGGUNAAN AGREGAT HALUS

    DARI MATERIAL LETUSAN GUNUNG MERAPI YOGYAKARTA

    PADA PERMEABILITAS BETON MUTU TINGGI

    Haryo Koco Buwono

    ANALISIS PERTUKARAN WAKTU DAN BIAYA DENGAN METODE

    TIME COST TRADE OFF (TCTO) PADA PROYEK PEMBANGUNAN

    GEDUNG DI JAKARTABagus Budi / Trijeti

    ANALISIS PEMINDAHAN LOKASI PELABUHAN SINGKAWANG

    AKIBAT RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN

    Aripurnomo Kartohardjono / Haryo Koco Buwono

    KAJIAN KAPASITAS SERAP BIOPORI DENGAN VARIASI

    KEDALAMAN DAN PERILAKU RESAPANNYAUmar Abdul Aziz

    ANALISIS PEMAMPATAN SEKUNDER PADA TANAH GAMBUT

    JAMBI DENGAN METODA GIBSON-LOTanjung Rahayu

    TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

    Volume 4 Nomor 1 Halaman 1 69 Desember 2012

  • 8/13/2019 Jurnal Volume 4 Nomor 1

    2/73

    Jurnal Konstruksia | Volume 4 Nomor 1 | Desember 2012 ISSN 2086-7352

    JURNAL

    KONSTRUKSIAREDAKSI

    Penanggung Jawab : Ir. Aripurnomo Kartohardjono, DMS, Dipl.TRE.

    Pemimpin Redaksi : Ir. Haryo Koco Buwono, MT.

    Dewan Redaksi : Prof. Ir. Sofia W. Alisjahbana, MSc., PHD.

    DR. Ir. Rusmadi Suyuti, ME.

    DR. Ir. Saihul Anwar, M.Eng.

    DR. Ir. Sarwono Hardjomuljadi

    Staf Redaksi : Ir. Nadia, MT.

    Ir. Trijeti, MT.

    Ir. Iskandar Zulkarnaen

    Seksi Umum : Ir. Saifullah

    Imam Susandi

    Disain Kreatif : Ir. Haryo Koco Buwono, MT.

    Administrator Web : Riyadi, ST

    Terbit : Per Semester ( Dua Kali Setahun )

    Alamat Redaksi : Jurnal Konstruksia Jurusan Teknik Sipil

    Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta.

    Jl. Cempaka Putih Tengah 27 Jakarta Pusat.10510

    Ilustrasi cover diambil dari:http://upload.wikimedia.org/wikipedia/en/4/42/Xbloc-Concrete-Block.gif

  • 8/13/2019 Jurnal Volume 4 Nomor 1

    3/73

    Jurnal Konstruksia | Volume 4 Nomor 1 | Desember 2012 ISSN 2086-7352

    JURNAL

    KONSTRUKSIAV o l u m e 4 N o m o r 1 D e s e m b e r 2 0 1 2

    Diterbitkan oleh: Teknik Sipil Fakultas Teknik

    Universitas Muhammadiyah Jakarta

  • 8/13/2019 Jurnal Volume 4 Nomor 1

    4/73

    Jurnal Konstruksia | Volume 4 Nomor 1 | Desember 2012 ISSN 2086-7352

    JURNAL

    KONSTRUKSIAV o l u m e 4 N o m o r 1 D e s e m b e r 2 0 1 2

    PENGANTAR

    Assalamu'alaikumwarahmatullah wabarakatuh.

    Dengan mengucap syukur Alhamdulillah, JURNAL KONSTRUKSIA volume 4

    Nomor 1 dapat terbit pada Bulan Desember 2012 ini. Jurnal KONSTRUKSIA mencoba

    memberikan wawasan ilmiah dan menjunjung pengetahuan tanpa keberpihakkan,

    independen dan mencerahkan.

    Saya selaku alumni Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Angkatan

    1979 sangat mengapresiasi atas terbitnya Jurnal ini dimana hingga saat ini telah terbit

    sebanyak 6 kali. Jurnal ini telah berusia 3 tahun, usia ini relatif muda untuk sebuah

    jurnal ilmiah terutama dalam mengembangkan dirinya dan mencari bentuk ideal untuk

    sebuah Jurnal, namun keberanian Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah

    Jakarta dalam mengupayakan Jurnal ini patut diapresiasi.

    Kami selaku alumni juga berharap pasca 6 kali terbitnya Jurnal Konstruksia ini

    diharapkan dapat dilanjutkan untuk proses akreditasi Jurnal. Hal tersebut berkaitan

    dengan eligibleitas Jurnal dimata Peneliti dan Insan pendidikan lainnya, serta praktisi

    yang berkecimpung di dunia konstruksi. Terlebih lagi, Jurnal ini dapat mendukung

    penilaian / angka Akreditasi Jurusan.

    Setelah Kami baca isi dari jurnal Konstruksia volume 4 nomor 1 ini, cukupmenarik karena berisi antara lain : Pengaruh Terjadinya First Crack Terhadap Laju

    Peningkatan Momen Negatif Tumpuan Pada Balok Beton yang ditulis dari Dosen SST

    PLN, ANALISIS PEMINDAHAN LOKASI PELABUHAN SINGKAWANG AKIBAT RENCANA

    PENGEMBANGAN KAWASANdari guru Kami Bapak Aripurnomo dan Haryo serta masih

    banyak yang lain yang cukup menarik berisi pengetahuan era masa kini.

  • 8/13/2019 Jurnal Volume 4 Nomor 1

    5/73

    Jurnal Konstruksia | Volume 4 Nomor 1 | Desember 2012 ISSN 2086-7352

    Pada Edisi ini, saya juga bersyukur atas kontribusi yang telah diberikan oleh

    rekan-rekan alumni yang tulus ikhlas membantu dengan pikiran dan materiil semoga

    apa yang kita kerjakan bersama senantiasa mendapat Rahmat dari Allah SWT..

    Wassalamualaikum warahmatullah wabarakatuh

    Jakarta, Desember 2012

    Anggota

    Dewan Perwakilan DaerahRepublik Indonesia

    Ir. H. Iskandar Muda Baharuddin Lopa

  • 8/13/2019 Jurnal Volume 4 Nomor 1

    6/73

    Jurnal Konstruksia | Volume 4 Nomor 1 | Desember 2012 ISSN 2086-7352

    JURNAL

    KONSTRUKSIAV o l u m e 4 N o m o r 1 D e s e m b e r 2 0 1 2

    DAFTAR ISI

    Redaksi

    Pengantar Redaksi

    Daftar Isi

    PENGARUH TERJADINYA FIRST CRACKTERHADAP LAJU PENINGKATAN

    MOMEN NEGATIF TUMPUAN PADA BALOK BETON ... 1 7

    ANALISIS PENGGUNAANADMIXTUREBERBAHAN DASAR NAPHTHALENE

    TERHADAP PENGGUNAAN PASIR PUTIH DAN PASIR HITAM DITINJAU

    DARI SETTING TIME 8 16

    ANALISIS PENGARUH PENGGUNAAN AGREGAT HALUS DARI MATERIAL

    LETUSAN GUNUNG MERAPI YOGYAKARTA PADA PERMEABILITAS

    BETON MUTU TINGGI .. 17 25

    ANALISIS PERTUKARAN WAKTU DAN BIAYA DENGAN METODE TIME COST

    TRADE OFF(TCTO) PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG DI JAKARTA ...... 27 35

    ANALISIS PEMINDAHAN LOKASI PELABUHAN SINGKAWANG AKIBAT

    RENCANAPENGEMBANGAN KAWASAN . 37 48

    KAJIAN KAPASITAS SERAP BIOPORI DENGAN VARIASI KEDALAMAN

    DAN PERILAKU RESAPANNYA 49 54

    ANALISIS PEMAMPATAN SEKUNDER PADA TANAH GAMBUT JAMBI

    DENGAN METODA GIBSON-LO 55 68

    Halaman Advertising

  • 8/13/2019 Jurnal Volume 4 Nomor 1

    7/73

    Pengaruh Terjadinya First Crack Terhadap Laju Peningkatan Momen (Abdul Rokhman)

    1 | K o n s t r u k s i a

    PENGARUH TERJADINYA FIRST CRACK TERHADAP LAJU PENINGKATAN MOMEN

    NEGATIF TUMPUAN PADA BALOK BETON

    Abdul Rokhman

    Jurusan Teknik Sipil, Sekolah Tinggi Teknik PLN

    email : [email protected]

    ABSTRAK: Struktur balok beton bertulang relatif memiliki nilai kekakuan struktur yang lebih tinggi bila

    dibandingkan dengan jenis struktur balok dari material yang lain. Dengan nilai kekakuan yang tinggi ini

    menyebabkan defleksi struktur balok akibat beban yang bekerja mempunyai nilai yang relatif kecil. Apabila pada

    suatu struktur balok beton dilakukan pembebanan yang terus meningkat maka pada suatu saat modulus of rupture

    beton akan terlampaui sehingga berakibat terjadinya retak awal (first crack) pada beton. Penelitian yang telah

    dilakukan dengan menggunakan tiga buah model balok beton bertulang dengan dimensi balok 150 mm x 200 mm

    dengan panjang balok tengah 2250 mm. Agar terjadi nilai first crack yang berbeda dilakukan perbedaan variasi

    penulangan balok yang digunakan yaitu dengan membedakan sambungan lewatan ( lap splice) pada tulangan tarik

    tengah bentang yang masing masing bernilai 1,0 ld (500 mm), 0,5 ld (250 mm), dan balok referensi dengan

    menggunakan tulangan tanpa sambungan. Pengujian yang dilakukan dengan menggunakan beban statis terpusat

    pada tengah bentang dengan memberikan kekangan pada kedua ujung tumpuannya sehingga akan didapatkan

    selain momen positif lapangan juga momen negatif tumpuan. Hasil penelitian dari ketiga model balok menunjukkan

    bahwa momen negatif tumpuan baru akan terjadi atau mempunyai peningkatan nilai yang cukup signifikan jika

    pada balok telah terjadi retak awal (first crack). Dengan terjadinya retak awal tersebut berakibat pada

    penambahan nilai momen negatif akan lebih besar dibandingkan dengan penambahan momen positif lapangan

    dalam hal ini telah terjadi redistribusi momen dari lapangan ke tumpuan.

    Kata Kunci: Sambungan lewatan, First crack, Momen negatif tumpuan, Redistribusi momen

    ABSTRACT:Reinforced concrete beam structure have higer stiffness than structure of beam from other material. The

    high of stiffness cause the deflection of structure concrete beam as effect of external load has small deflection. If the

    reinforced concrete beam conducted increasing loading hence at one time of modulus of rupture concrete will beskipp over so that cause early first crack on concrete. This research use three models of beam reinforced concrete

    with the beam dimension is 150 mm x 200 mm longly at the middle beam 2250 mm. Variation of bar reinforced used

    relate to the splice length at mid span of beam with values 1,0 ld ( 500 mm), 0,5 ld ( 250 mm), and beam reference by

    using bar reinforced without splices. This experiment conducted with using static load centrally at mid span by giving

    constraints at the support of the beam. The result of experiment from third model of beam indicated that the negative

    moment at the support will be happened or have the significant value after first crack happened at the concrete. With

    the first crack of concrete cause add the negative moment at support will be more than the positif moment at span.

    .In this case have been happened the moment redistribution.

    Keywords : Lap splices, First crack, Moment of support, Moment redistribution

    PENDAHULUAN

    Keretakan (cracks) pada struktur beton dapat

    disebabkan oleh dua hal yaitu retak akibat

    beban luar yang mengakibatkan terjadinya

    lentur atau geser atau kombinasi keduanya

    pada elemen beton dan yang kedua retak

    sebagai akibat dari proses pengeringan beton

    yang tidak seragam atau yang sering disebut

    retak susut (shrinkage crack). Struktur beton

    bertulang relatif memiliki kekakuan struktur

    yang lebih tinggi dibandingkan dengan jenis

    struktur yang lain misalnya baja atau kayu.

    Dengan nilai kekakuan yang tinggi ini

    menyebabkan defleksi struktur pada beton

    bertulang akibat beban yang bekerja

    mempunyai nilai yang relatif kecil. Pada

    struktur beton, nilai kuat tarik beton hanya

    sekitar 10% dari kuat tekannya sehingga

    apabila beban luar dinaikkan sampai melebihi

    batas nilai tegangan tarik beton (modulus of

    rupture), maka beton pada daerah sisi tarik

    akan mulai terlihat terjadi retak awal (firstcrack). Dengan adanya first crack ini berakibat

  • 8/13/2019 Jurnal Volume 4 Nomor 1

    8/73

    Jurnal Konstruksia Volume 4 Nomer 1 Desember 2012

    2 | K o n s t r u k s i a

    pada nilai kekakuan beton yang semakin

    menurun seiring dengan bertambahnya defleksi

    struktur.

    Pada struktur balok dengan tumpuan berupa

    jepit, pembesaran momen negatif tumpuan

    akibat beban yang bekerja tidak berbanding

    lurus dengan pembesaran momen positif

    lapangan. Hal tersebut dikarenakan sebelum

    terjadi first crack, rotasi pada sisi tumpuan

    terkekang oleh adanya jepit sehingga

    mengurangi besaran nilai momen negatif.

    Dengan adanya perbedaan nilai momen

    tumpuan dan lapangan ini akan menimbulkan

    terjadinya redistribusi momen pada balok

    beton.

    TINJAUAN PUSTAKA

    Retak Beton

    Carino N.J. (1995) membagi fase keretakan

    balok beton menjadi tiga macam yaitu fase

    belum retak (uncracked), fase retak pada

    kondisi elastik (cracked with elastic range), dan

    yang terakhir fase retak pada kondisi ultimit.

    Kondisi uncracked terjadi pada saat tegangan

    akibat beban masih berada di bawah tegangan

    tarik ijin (modulus of rupture) di mana pada fase

    ini beton belum mengalami keretakan.

    Redistribusi Momen

    Bondy (2003) menyatakan redistribusi momen

    adalah suatu keadaan yang menggambarkan

    perilaku batang beton bertulang statis tak tentu

    setelah terjadinya kelelehan pertama pada

    suatu tampang batang. Jika beban yang

    dikenakan pada batang dinaikan secarabertahap, respon awal yang terjadi mulai dari

    elastik, dan jika beban dinaikan akan terjadi

    respon rotasi inelastic pada tampang yang

    mengalami leleh tetapi tidak merubah besarnya

    momen pada titik tersebut. Bersamaan dengan

    kejadian tersebut pada tampang yang lain akan

    mengalami kelelehan awal dan menaikkan

    momen pada tampang tersebut. Pada saat

    itulah terjadi redistribusi momen dari suatu

    titik tampang ke titik tampang yang lain yangmasih dalam kondisi elastik.

    Gambar 1. Perilaku balok beton bertulang saatmenerima beban lentur (Carino N.J. 1995)

    Purwono dkk (2007) menyatakan redistribusi

    momen tergantung dari daktilitas yang cukup di

    daerah sendi plastis. Daerah sendi plastis ini

    terbentuk di titik momen maksimum dan

    mengakibatkan pergeseran pada diagram

    momen elastis.

    Mafizul (2002) meneliti secara numerik dengan

    menggunakan program komputer untuk

    menganalisis balok dua bentang dan pelat satu

    arah. Dari hasil analisisnya menyatakan bahwa

    redistribusi momen tidak hanya tergantung

    dari parameter garis netral (ku), tetapi juga

    dipengaruhi oleh rasio parameter garis netral

    antara daerah tumpuan dan lapangan (ku-/ku+),

    ultimate steel strain (su) dan kuat tekan beton

    (fc). Nilai ku-/ku+ yang semakin kecil maka

    momen yang dapat diredistribusikan akan

    semakin besar. Semakin tinggi nilai kuat tekan

    beton akan menurunkan nilai redistribusi

    momen.

    Dalam penelitiannya Cagney dan Wong (2004)

    menyatakan bahwa semakin besar nilai rasio

    antara panjang bentang dan tinggi balok (L/d)

    maka besar redistribusi momen yang terjadi

    akan berkurang. Penambahan tulangan pada

    daerah lapangan tidak hanya meningkatkan

    kapasitas momen tetapi juga menaikkankekakuan lenturnya.

  • 8/13/2019 Jurnal Volume 4 Nomor 1

    9/73

    Pengaruh Terjadinya First Crack Terhadap Laju Peningkatan Momen (Abdul Rokhman)

    3 | K o n s t r u k s i a

    Maghsoudi dan Bengar (2009) meneliti tentang

    pengaruh penggunaan CFRP (Carbon Fiber

    Reinforced Polymer) pada balok menerus RHSC

    (Reinforced High Strength Concrete) terhadap

    perilaku redistribusi momen dan daktilitas

    yang terjadi. Hasil penelitian menunjukkan

    bahwa semakin tinggi jumlah lapisan CFRP

    akan menurunkan tingkat redistribusi momen

    secara signifikan. Maghsoudi dan Bengar

    (2009), menyatakan bahwa rasio redistribusi

    momen () dihitung dengan rumus :

    (1)

    Nilai Me merupakan nilai failure moment yangdihitung berdasarkan analisis elastis sedang ME

    adalah nilai momen hasil eksperimen.

    Diagram hubungan beban dan momen (P-M)

    dapat digunakan untuk mengilustrasikan

    konsep redistribusi momen seperti yang

    terlihat pada gambar 2.2.

    Gambar 2 Redistribusi momen pada balok

    menerus

    LANDASAN TEORI

    Analisis Plastis Balok Beton Bertulang

    Analisis plastis untuk penampang beton

    bertulang dapat digunakan untuk menentukansudut kelengkungan (curvature) dan momen

    penampang pada kondisi first crack, leleh dan

    ultimitnya seperti terlihat dalam gambar 3.

    Gambar 3. Distribusi tegangan pada tampangbeton bertulang

    Gambar 3.a menggambarkan kondisi saat retak

    pertama. Diasumsikan garis netral terletak

    pada titik berat penampang beton, dan

    tegangan tarik beton terluar telah mencapai

    tegangan tarik maksimum beton (fcr), sehingga

    didapatkan momen dan kelengkungan pada

    retak pertama.

    (2)

    atau (3)

    Jika kuat tarik beton (fct) dari hasil uji tarik

    belah silinder diketahui, maka besarnya

    modulus runtuh beton dapat dihitung dengan

    persamaan (SNI 03-2847-2002) :

    . MPa .. (4)

    Kelengkungan pada kondisi first crack (

    dihitung dengan menggunakan persamaan :

    (5)

    (6)

    (7)

    ... (8)

    METODOLOGI PENELITIAN

    Bahan Penelitian

    1. Baja Tulangan yang digunakan terdiri daribaja ulir berdiameter 10 mm untuk

    penulangan lentur balok dan baja tulangan

    polos berdiameter 8 mm untuk penulangan

    gesernya.

    2. Beton menggunakan mix design (rancangcampur) sendiri dengan mutu beton yang

    ditargetkan memiliki nilai kuat tekan

    minimal 25 MPa, nilai slump sekitar 102

    cm.

    Pelaksanaan Penelitian

    1. Persiapan : Tahap ini meliputi pengadaanbahan dan persiapan peralatan yang akan

    digunakan untuk pembuatan benda uji.

    2. Pengujian Agregat : Pengujian agregatmeliputi kadar air, berat jenis, berat satuan

    dan gradasi pada agregat halus (pasir) dan

    agregat kasar (split).

  • 8/13/2019 Jurnal Volume 4 Nomor 1

    10/73

    Jurnal Konstruksia Volume 4 Nomer 1 Desember 2012

    4 | K o n s t r u k s i a

    3. Pengujian Tarik Baja : Pengujian tarik bajadilakukan untuk mengetahui secara pasti

    kuat tarik baja yang akan dipakai sebagai

    tulangan.

    4. Perakitan Benda Ujipenelitian ini dibuat tiga buah benda uji

    berupa struktur balok. Balok pertama adalah

    balok referensi (tulangan utuh tanpa

    penyambungan), balok kedua dengan

    panjang lewatan 0,50 ld(250 mm) dan balok

    ketiga dengan panjang lewatan tulangan 1,0

    ld(500 mm).

    Setting-updan Instrumentasi Pengujian

    Gambar 4. Setting uppengujian

    Selama proses pembebanan dilakukan seluruh

    data direkam. Setiap ada kenaikaan sebesar 0,1

    mm sampai dengan 0,2 mm pada blok tumpuan,

    maka dilakukan setting tumpuan dengan cara

    mengembalikan blok tumpuan ke titik awal

    dengan cara melakukan jacking pada blok

    tumpuan tersebut.

    Tabel 1. Spesifikasi Model

    HASIL PENELITIAN

    Bahan Susun Beton

    a. Agregat Halus (pasir)Berat jenis pasir pada kondisi jenuh kering

    muka (SSD) dan nilai serapan air berturut-turut 2,81 gr/cm3 dan 4,99 %. Pada analisis

    gradasi menunjukkan bahwa pasir termasuk

    ke dalam zona II (agak kasar) dengan nilai

    modulus halus butir (mhb) pasir sebesar

    2,60. Batas nilai berat jenis untuk agregat

    normal yaitu antara 2,5 sampai 2,7.

    b. Agregat KasarHasil pemeriksaan terhadap kerikil dari batu

    pecah (split) asal Kulon Progo menunjukkan

    berat jenis kerikil pada kondisi jenuh kering

    muka (SSD) dan nilai serapan air berturut-

    turut 2,62 gr/cm3dan 3,49 %, modulus halus

    butir (mhb) 6,92. Berat satuan kerikil

    dengan pemadatan dan tanpa pemadatan

    masing-masing 1,392 gr/cm3 dan 1,275

    gr/cm3.

    c. Mix designbetonTabel 2. Berat bahan susun beton

    Volume

    Beton

    Faktor

    air

    semen

    Semen

    kg)

    Pasir

    (kg)

    Kerikil

    (kg)

    Air

    (kg)

    1 m3 0,53 387 713 1070 205

    0,6 m3 0,53 232,2 427,8 642 123

    0,1 m3 0,53 38,7 71,3 107 20,5

    Pengujian Beton

    Dari pengujian memberikan hasil berat volume

    beton rata-rata sebesar 23,49 KN/m3. Menurut

    SNI 03-2847-2002 Pasal 3.14, maka beton

    tersebut termasuk dalam klasifikasi beton

    normal yaitu mempunyai berat satuan antara

    22 KN/m3 sampai dengan 25 KN/m3. Kuat

    tekan rata-rata yang dihasilkan sebesar 29,01

    N/mm2

    . Dari pengujian kuat tarik belahdidapatkan nilai rata-rata sebesar 2,58 N/mm2.

    Modulus Elastisitas beton diambil sesuai rumus

    dalam SNI 03-2847-2002 Pasal 10.5.1 yaitu

    sebesar Ec = atau sebesar 25314,638

    N/mm2.

    Hasil Pengujian Balok

    Hubungan beban defleksi

    Dari Gambar 5 terlihat bahwa pada saat awal

    pembebanan dari ketiga balok menunjukkan

    grafik yang linier sampai pada batas

  • 8/13/2019 Jurnal Volume 4 Nomor 1

    11/73

    Pengaruh Terjadinya First Crack Terhadap Laju Peningkatan Momen (Abdul Rokhman)

    5 | K o n s t r u k s i a

    kemampuan menahan retak. Setelah terjadi

    retak pertama (first crack), grafik baru akan

    mengalami perubahan gradient yang

    menandakan bahwa pada balok mulai terjadi

    peningkatan defleksi yuang sinifikan dengan

    disertai peningkatan nilai momen negatif

    tumpuan.

    Gambar 5. Grafik hubungan beban defleksi

    tengah bentang

    Pada gambar 6. diperlihatkan pada saat beban

    yield defleksi pada model B-25 dan B-50

    mempunyai nilai yang relatif sama yaitu 12,47mm dan 12,68 mm sedang untuk model B-0

    mempunyai nilai yang lebih kecil yaitu 7.75

    mm. Hal ini disebabkan dengan adanya slip

    tulangan berakibat memperbesar nilai defleksi

    balok dan dalam pengujian ditunjukkan dengan

    adanya lebar retak yang cukup besar.

    Gambar 6. Perbandingan defleksi saat kondisi

    first crack, yield, ultimate

    Redistribusi momen

    Hubungan momen beban untuk ketiga model

    balok disajikan pada Gambar 7.

    Gambar 7. Grafik hubungan momen beban

    P1Balok B-0, B-25 dan B-50

    Pada saat awal pembebanan semua model

    balok menunjukkan momen lapangan lebih

    dahulu terjadi, sampai pada beban saat first

    crack terjadi baru akan timbul momen negatif

    tumpuan. Pada ketiga model balokmenunjukkan bahwa momen negatif pada

    daerah tumpuan (ujung balok) baru terjadi jika

    telah tercapai beban yang mengakibatkan

    terjadinya first crack pada daerah tengah

    bentang. Hal tersebut terjadi karena pada saat

    beton belum mengalami retak (first crack)

    maka pada balok masih memiliki nilai kekakuan

    yang sangat tinggi, sehingga defleksi yang

    terjadi pada balok di daerah tengah bentang

    relatif sangat kecil berakibat pergerakanvertikal pada sisi luar blok tumpuan juga sangat

    kecil.

    Kenaikan pembesaran momen negatif tumpuan

    lebih besar dari pada kenaikan momen potitif

    lapangan. Hal ini ditunjukkan dalam gambar 7

    dengan kemiringan garis (gradien) pada

    momen tumpuan yang lebih besar dari momen

    lapangan. Pada akhir pembebanan, besarnya

    momen lapangan lebih besar dibanding momenpada tumpuan, hal ini dikarenakan pada

  • 8/13/2019 Jurnal Volume 4 Nomor 1

    12/73

    Jurnal Konstruksia Volume 4 Nomer 1 Desember 2012

    6 | K o n s t r u k s i a

    pengujian ini tipe pengekangan tumpuan yang

    terjadi tidak sepenuhnya menghasilkan

    kekangan berupa jepit sempurna.

    Gambar 8. Perbandingan momen pada kondisi

    tumpuan jepit penuh, dan hasil pengujian

    Ujung balok kiri tengah bentang Ujung balok kananGambar 9. Retak pada beberapa bagian model

    Balok B-0

    Retak ujung balok kiri Retak lapangan Retak ujung kanan

    Gambar 10. Retak pada beberapa bagian model

    balok B-25

    Retak ujung balok kiri Retak lapangan Retak ujung kanan

    Gambar 11. Retak pada beberapa bagian model

    Balok B-50.

    KESIMPULAN

    1. Balok dengan tulangan utuh (model balok B-0) memberikan nilai defleksi saat ultimit

    yang paling minimum yaitu sebesar 25,65

    mm, bila dibandingkan dengan model balok

    B-25 dan B-50 yaitu masing-masing sebesar

    30,88 mm dan 33,95 mm.

    2. Adanya sambungan tulangan pada tengahbentang berakibat adanya konsentrasi retak

    di sekitar ujung sambungan tulangan

    tersebut.

    3. Momen negatif akibat beban eksternal padadaerah tumpuan balok baru terjadi jika pada

    balok telah terjadi first crack di daerah

    tengah bentang.

    4. Laju kenaikan momen negatif tumpuan lebihbesar dari kenaikan momen lapangan hal ini

    disebabkan pada balok telah terjadi

    redistribusi momen dari momen lapangan

    ke momen tumpuan.

  • 8/13/2019 Jurnal Volume 4 Nomor 1

    13/73

    Pengaruh Terjadinya First Crack Terhadap Laju Peningkatan Momen (Abdul Rokhman)

    7 | K o n s t r u k s i a

    DAFTAR PUSTAKA

    Bondy, K.B., 2003, Momen Redistribution :

    Principal and Practice Using ACI 318-02,

    PTI Journal.

    Cagney BR. and Wong, KW., 2004, The Effect of

    Detailing Steel in the Compression

    Regions of Internal Supports on the

    Ductility of Reinforced Concrete Beams,

    Electronic Journal of Structural

    Engineering (EJSE), 4, 45 - 54.

    Carmo dan Lopes, 2005, Ductility and Linear

    Analysis with Moment Redistribution in

    Reinforced High-Strength Concrete

    Beams, Can. J. Civ. Eng. 32: 194203

    Carino N.J., and Clifton J.R., 1995, Prediction ofCracking in Reinforced Concrete

    Structure, Building and Fire Research,

    National Institute of Standars and

    Technologi Gaithensberg.

    Mafizul .M., 2002, Moment Redistribution in

    Concrete Beams and One-Way Slabs

    Using 500 MPa Steel, Thesis Curtin

    University of Technology.

    Maghsoudi. A, Bengar A., 2009, Moment

    redistribution and ductility of RHSCcontinuous beams strengthened with

    CFRP, Turkish Journal Eng. and

    Environment Science, 33 (2009) 45

    59.

    Purwono, R. dkk, 2007, Tata Cara Perhitungan

    Struktur Beton untuk Bangunan Gedung

    (SNI 03-2847-2002) Dilengkapi

    Penjelasan (S-2002) , itspress.

  • 8/13/2019 Jurnal Volume 4 Nomor 1

    14/73

    Analisis Penggunaan Admixture Berbahan Dasar Naphtalene (Iwan Mulyadin - Nadia)

    9 | K o n s t r u k s i a

    ANALISIS PENGGUNAAN ADMIXTURE BERBAHAN DASAR NAPHTHALENE

    TERHADAP PENGGUNAAN PASIR PUTIH DAN PASIR HITAM DITINJAU DARI

    SETTING TIME

    Oleh :

    Iwan MulyadinJurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Jakarta

    NadiaDosen Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Jakarta

    Email: [email protected]

    ABSTRAK: Dalam industri beton pracetak kecepatan waktu yang dibutuhkan untuk mengangkat sebuah produk

    sangat berpengaruh terhadap ketepatan penyelesaian suatu proyek. Kecepatan produk mencapai kuat tekan angkat

    sangat dipengaruhi oleh kualitas campuran dan kualitas material yang digunakan. Pasir merupakan salah satu

    material yang digunakan dalam penyusunan material beton tentunya memiliki peran sangat penting dalam

    menghasilkan kualitas beton yang diharapkan. Perbedaan karakter pasir akan menghasilkan karakter beton yang

    berbeda pula termasuk dalam mencapai kuat tekan angkat. Sedangkan Napthalene adalah bahan admixture yangumumnya mampu mempercepat pengerasan beton tergantung dari jenis pasir dan kandungan organiknya. Hasil

    yang dicapai dalam campuran beton ini adalah waktu yang dibutuhkan untuk mencapai kuat tekan angkat pada

    beton yang menggunakan Pasir Putih lebih lama 4 jam dari beton yang menggunakan Pasir Hitam.

    Kata Kunci : Napthalene, Pasir putih (Pasir Silica), Pasir Hitam (Pasir Vulkanic), Setting Time.

    ABSTRACT:In the precast concrete industry speed the time it takes to raise a significant influence on the accuracy of

    product completion of a project. Speed lift the product reaches the compressive strength is strongly influenced by the

    quality of the mix and quality of material used. Sand is one of the materials used in the preparation of the concrete

    material must have a significant role in generating the expected quality of the concrete. The difference in the

    character of the sand will produce different characters including concrete compressive strength in achieving lift.

    While Napthalene Admixture is a material that is generally able to speed up concrete hardening depends on the type

    of sand and organic content. The results achieved in the concrete mix is the time required to achieve lift the

    compressive strength of concrete using White Sands longer 4 hours of concrete using the Vulcanic Sand.

    Keywords : Napthalene, Silica Sand, Vulkanic Sand, Setting Time

    LATAR BELAKANG

    Dewasa ini industri konstruksi beton

    precast/pracetak sudah banyak menjadi pilihan

    para designer. Pada beton precast mempunyai

    karakter yang sedikit berbeda dengan beton

    cast in situ /ready mix, salah satunya adalah

    pada beton pracetak harus memperhitungkan

    waktu setting guna kebutuhan finishing dan

    pengangkatan (striping) dari produk beton

    pracetak tersebut.

    Pasir sebagai salah satu material dalam

    pembuatan beton, tentunya sangat

    berpengaruh terhadap kualitas beton yang

    dihasilkan. Dipasaran dikenal 2 jenis pasir yangbiasa digunakan didalam campuran beton yaitu

    Pasir Putih (pasir silica) dan Pasir Hitam (pasir

    vulkanic). Kedua jenis pasir ini tentunya

    memiliki karakteristik yang berbeda baik

    secara kimia maupun secara fisik sehingga

    mempengaruhi terhadap karakteristik beton

    yang dihasilkan

    IDENTIFIKASI MASALAH

    Adapun karakteristik pasir yang dapat

    mempengaruhi kualitas dari beton diantaranya

    adalah:

    1. Kandungan silica mempengaruhi kuat

    tekan dan kuat tarik beton.

    2. Kadar Organik mempengaruhi setting time

    beton.

  • 8/13/2019 Jurnal Volume 4 Nomor 1

    15/73

    Jurnal Konstruksia Volume 4 Nomer 1 Desember 2012

    10 | K o n s t r u k s i a

    3. Kadar Lumpur mempengaruhi kuat tekan

    dan susut beton.

    4. Gradasi atau kadar kehalusan

    mempengaruhi kebutuhan jumlah semen

    yang digunakan dan susut beton.

    5. Penyerapan mempengaruhi kebutuhan

    jumlah air pengaduk dan slump lost.

    6. Kekerasan mempengaruhi kuat tekan.

    BATASAN MASALAH

    Agar penelitian ini lebih terarah maka

    diperlukan batasan-batasan, yaitu sebagai

    berikut :

    1. Mix design menggunakan metode ACI

    Modifikasi.2. Target Kuat tekan beton adalah Fc 33 Mpa

    atau setara dengan K-400 Kg/cm2.

    3. Semen yang digunakan adalah Ordinary

    Portland Cement(OPC) type I merek Tiga

    Roda sebanyak 400 Kg per m3beton segar.

    4. Water Ratio (W/C) yang digunakan adalah

    42%.

    5. Pasir Putih yang digunakan adalah pasir

    yang berasal dari tulang bawang, lampung

    dengan ukuran maksimal 4 mm.6. Pasir Hitam yang digunakan adalah pasir

    yang berasal dari Merapi, jawa tengah

    dengan ukuran maksimal 4 mm.

    7. Kerikil yang digunakan berasal dari

    Sidamanik, Jawa Barat dengan ukuran

    maksimal adalah 20 mm.

    8. Air yang digunakan adalah Air tanah yang

    berasal dari pondok ungu bekasi dengan

    sumur bor.

    9. Admixture yang digunakan dalam

    campuran adalah jenis larutan sulphonated

    naphthalene formaldehyde condensates

    type High Range water Reducer

    Superplasticizers dengan nama produk

    Conplast SP 430 produksi Fosroc dengan

    dosis 1 liter per 100 kg berat semen yang

    digunakan.

    10. Pengujian setting time dilakukan dengan

    cara melakukan uji kuat tekan pada usia

    beton masih muda yaitu pada usia 16 jam,

    18 jam, 20 jam dan 24 jam.

    11. Sebagai kontrol pada mix composition

    maka dilakukan pengujian kuat tekan pada

    usia beton sudah mencapai 7 hari.

    12. Pada setiap pengujian di buat 4 sampel

    sehingga total dibuat 40 sampel kubus 15 x

    15 x 15 Cm.

    PERUMUSAN MASALAH

    Pada industri beton pracetak ketepatan

    pemilihan material pasir dan admixturesangat

    dibutuhkan karena selain kuat tekan di 28 hari,

    lama waktu setting juga harus di

    pertimbangkan, guna pengangkatan produk

    betonprecast.

    Pada beberapa kasus penambahan admixture

    khususnya yang berbahan dasar naphthalene

    tidak selamanya dapat mempercepat

    pengerasan, yang kemungkinan disebabkan

    dari kandungan kadar organik pada pasir.

    MAKSUD DAN TUJUAN

    Maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah:

    1. Untuk mengetahui efektifitas material yang

    digunakan ditinjau dari waktu

    pengangkatan produk beton pracetak.2. Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh

    admixture jenis High Range water Reducer

    Superplasticizers berbahan dasar

    naphthalene terhadap Pasir Putih dan

    Pasir Hitam sebagai campuran beton

    ditinjau dari kuat workability dan setting

    time.

    3. Sebagai bahan referensi bagi engineer

    beton dalam menentukan material yang

    akan digunakan untuk campuran beton.

    LANDASAN TEORI

    Umum

    Beton merupakan batuan yang dihasilkan dari

    campuran agregat kasar, agregat halus dengan

    semen sebagai bahan pengikat yang merupakan

    hasil reaksi hidrasi dengan air dengan atau

    tanpa bahan tambah.

    Di dunia konstruksi dikenal beberapa jenis

    beton yang dibedakan berdasarkan:

  • 8/13/2019 Jurnal Volume 4 Nomor 1

    16/73

    Analisis Penggunaan Admixture Berbahan Dasar Naphtalene (Iwan Mulyadin - Nadia)

    11 | K o n s t r u k s i a

    1. Berat Jenis(8)

    a. Beton Ringan

    b. Beton Normal

    c. Beton Berat

    2. Berdasarkan kelas(12)

    a. Beton Kelas I

    b. Beton kelas II

    c. Beton kelas III

    3. Berdasarkan sifat plastis.

    a. Beton normal

    b. Beton Self Compacting Concrete(SCC)

    4. Berdasarkan pembuatannya.

    a. Beton cast in situ

    b. Beton precast/pracetak

    SIFAT-SIFAT BETONSifat-sifat beton perlu diketahui untuk

    mendapat kualitas beton seperti yang

    diharapkan. Adapun sifat-sifat beton yang perlu

    diketahui adalah sebagai berikut:

    1. Workability adalah merupakan sifat betonpada kondisi plastis, yang pengukurannya

    berdasarkan tingkat kemudahan pada saat

    dikerjakan.

    2. Bleeding adalah pengeluaran air dariadukan beton yang disebabkan olehpelepasan air dari pasta semen.

    3. Segregasi adalah kecenderungan

    pemisahan bahan-bahan pembentuk beton.

    4. Kuat tekan adalah kemampuan beton

    menerima gaya tekan per satuan luas.

    5. Kuat tarik yaitu berkisar 10% - 15% dari

    kuat tekannya.

    6. Keawetan (Durability) merupakan lamanya

    waktu suatu struktur yang menggunakan

    material beton untuk dapat melayani atau

    menahan beban yang bekerja pada

    struktur tersebut dalam waktu yang telah

    direncanakan.

    7. Penyusutan adalah penurunan volume

    elemen beton ketika kehilangan

    kelembaban karena proses penguapan

    pada saat pengeringan yang kemungkinan

    besar dapat menyebabkan retak pada

    beton.

    8. Rangkak (Creep) perubahan bentuk pada

    suatu konstruksi karena beban yang

    berkelanjutan.(8).

    KELEBIHAN BETON(10):

    1. Beton memiliki nilai ekonomis.

    2. Beton memiliki kuat tekan yang baik.

    3. Beton memiliki keawetan yang cukup

    tinggi.

    4. Beton dapat di bentuk sesuai dengan

    keinginan perencana.

    5. Beton segar memungkinkan untuk

    dipompakan sehingga dapat ditempatkan

    pada tempat yang sulit.

    6. Beton tahan terhadap aus dan terhadap

    kebakaran.

    KEKURANGAN BETON(10):

    1. Beton memiliki kuat tarik yang rendahsehingga penggunaannya pada struktur

    harus dibantu dengan menggunakan

    material baja pada daerah yang mengalami

    kuat tarik.

    2. Beton mengalami muai susut karena

    perubahan suhu sehingga perlu dibuatkan

    Expansion Jointuntuk mencegah terjadinya

    retakan.

    3. Untuk mendapatkan beton sempurna

    harus dilakukan dengan pengerjaan yangteliti dan pengawasan yang ketat.

    4. Beton bersifat getas (tidak daktail)

    sehingga harus dihitung dan diteliti secara

    seksama agar setelah dikompositkan

    dengan baja tulangan menjadi bersifat

    daktail, terutama pada struktur tahan

    gempa.

    MATERIAL

    1. Semen Portland

    Semen adalah suatu zat pengikat yang

    dihasilkan dari proses pembakaran kapur.

    Semen terbagi kedalam 2 jenis, yaitu

    semen hidrolis dan semen non hidrolis.

    Semen Portland termasuk kedalam jenis

    semen hidraulis. ASTM C 150

    mendefinisikan semen portland sebagai

    "semen hidrolik yang dihasilkan oleh

    penghancuran klinker dasarnya terdiri dari

    kalsium silikat hidrolik, biasanya

    mengandung satu atau lebih bentuk

    kalsium sulfat sebagai tambahan tanah".

  • 8/13/2019 Jurnal Volume 4 Nomor 1

    17/73

    Jurnal Konstruksia Volume 4 Nomer 1 Desember 2012

    12 | K o n s t r u k s i a

    2. Air

    Dalam suatu campuran beton, air

    digunakan sebagai bahan untuk membuat

    reakasi hidrasi dengan semen sehingga

    campuran tersebut dapat mengikat semua

    komponen yang ada dalam campuran yang

    direncanakan. Pada umumnya air tawar

    yang dapat diminum dapat pula dijadikan

    campuran beton.

    3. Agregat

    Bahan penyusun beton yang paling banyak

    adalah agregat yaitu sekitar 75%. Oleh

    karena itu sifat agregat memiliki pengaruh

    besar terhadap sifat-sifat beton yang

    dihasilkan(8). Agregat adalah material

    butiran yang bersifat keras dan kaku.Agregat penyusun beton dibagi kedalam

    dua jenis yaitu agreggat halus (pasir) dan

    agreggat kasar (Split)

    Fungsi Agregat dalam beton adalah :

    1. Menghasilkan beton yang murah

    2. Menghemat penggunaan bahan

    perekat

    3. Mengurangi susut pada beton

    sehingga membuat volume beton lebih

    stabil.4. Meningkatkan kekuatan

    5. Mengendalikan kemudahan dikerjakan

    6. Dengan gradasi yang baik akan

    menjadikan beton padat.

    Sifat-sifat agregat yang paling penting

    adalah(8):

    1. Gradasi atau ukuran butiran agregat

    2. Bentuk permukaan agregat

    3. Porositas, serta reaktivitas dengan

    semen.

    4. Bersih yaitu agregat bebas dari kotoran

    seperti garam, tanah liat, kotoran, atau

    benda asing.

    4. AdmixtureAdmixture adalah bahan tambah beton

    yang ditambahkan pada saat beton itu

    masing dalam proses pencampuran.

    Penambahan bahan tambah beton

    bertujuan untuk merubah sifat-sifat beton

    baik itu sifat beton segar tapi juga beton

    keras, sehingga mencapai tujuan

    pencampuran beton baik dari sisi ekonomi

    maupun dari sisi struktur yang diantaranya

    adalah meningkatkan kemampuan kita

    untuk mengontrol waktu kerja,

    kemampuan kerja, kekuatan, dan

    ketahanan dari beton semen portland(11).

    Admixture dibagi kedalam 2 golongan

    yaitu:

    a. Mineral Admixture(11)

    Material cementitious

    Material pozzolanic

    Material pozzolanic dan cementitious

    Material inert

    b. ChemicalAdmixture

    Air-Entraining (AEA)

    Water-Reducing High Range water Reducer

    Superplasticizers(HRWR)

    Permeability Reducing

    ASTM membagi Admixture kedalam

    beberapa golongan yaitu(5):

    1. Type A, mengurangi air (Water Reducer

    )

    2. Type B, memperlambat pengikatan

    (Retarder )3. Type C, mempercepat pengikatan (

    Accelerator )

    4. Type D, mengurangi air dan

    memperlambat pengikatan (A+B)

    5. Type E, mengurangi air dam

    mempercepat pengikatan (A+C)

    6. Type F, mengurangi air pencampur

    untuk menghasilkan beton dengan

    konsistensi tertentu (Superplasticizer)

    7. Type G, mengurangi air pencampur

    untuk menghasilkan beton dengan

    konsistensi tertentu dan memperlambat

    pengikatan beton.

    BETON PRACETAK

    Beton pracetak adalah beton siap pakai yang

    biasanya di produksi secara

    pabrikasi/manufacturing. Adapun langkah-

    langkah membuat/memproduksi beton

    pracetak secara garis besar adalah:

    1. Pembersihan meja dan cetakan/mould

    2. Pemasangan Cetakan

  • 8/13/2019 Jurnal Volume 4 Nomor 1

    18/73

    Analisis Penggunaan Admixture Berbahan Dasar Naphtalene (Iwan Mulyadin - Nadia)

    13 | K o n s t r u k s i a

    3. Oiling/Aplikasi Minyak Mould

    4. Setting pembesian dan Aksesoris

    5. Pengecoran

    6. Finishing Beton

    7. Bongkar Cetakan/Demolding

    8. Pengangkatan dan Penyetokan

    PENCAMPURAN BETON

    Dalam merancang campuran beton diperlukan

    2 (dua) kelompok data, yaitu(1):

    1. Kelompok Data Pengguna dan Sifat Beton,

    data ini biasanya didapat dari perencana

    yang membuat bangunan atau struktur

    beton tersebut.

    2. Kelompok Data Mengenai Bahan.

    Secara umum dalam menyusun bahan

    campuran beton dikenal 2 metode, yaitu(1):

    1. Cara yang disusun oleh ACI 211.1-91

    (Standard Practice for Selecting Proportions

    for Normal, Heavyweight, and Mass

    Concrete)

    2. Cara yang disusun berdasarkan metode

    Inggris (British Method Departement of the

    Environment Revised in 1988 (DoE) / SK

    SNI T 15 1990-03.

    HASIL PENGUJIAN

    Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan

    terhadap agregat yang akan digunakan dan

    dengan menggunakan metode pencampuran

    ACI 211.1-91, maka diperoleh komposisi

    campuran (material dalam kondisi SSD) sebagai

    berikut :

    Berdasarkan hasil pengujian pada sampel yang

    telah dibuat, maka diperoleh data sebagai

    berikut:

    1. Pasir Putih

    2. Pasir Hitam

    ANALISIS DATA

    PASIR PUTIH

    Interval Keyakinan

  • 8/13/2019 Jurnal Volume 4 Nomor 1

    19/73

    Jurnal Konstruksia Volume 4 Nomer 1 Desember 2012

    14 | K o n s t r u k s i a

    Nilai Sampel

    Regresi Linier

    PASIR HITAM

    Interval Keyakinan

    Nilai Sampel

    Regresi Linier

    Uji hipotesis

    a. WorkabilityHipotesa awal adalah Pasir Putih

    menghasilkan campuran dengan workability

    lebih bagus dari Pasir Hitam. Dari hasil

    pengukuran slump pada saat trial mix

    diperoleh:

    - Slump untuk Pasir Putih adalah 14 Cm.

    - Slump untuk Pasir Hitam adalah 13 Cm

    Maka terjadi selisih tinggi slump 1 cm,dimana campuran yang menggunakan Pasir

    Putih menghasilkan workability lebih baik 1

    cm daripada campurang yang menggunakan

    Pasir Hitam.

    b. Waktu Setting

    Hipotesa awal adalah Pasir Putih

    menghasilkan waktu setting yang lebih lama

    dibandingkan dengan Pasir Hitam. Kuat

    Tekan yang dibutuhkan untuk

    Pengangkatan(13)

    Kuat Tekan Angkat = 40 % Kuat Tekan Rencana

    Kuat Tekan Angkat = 40% x 400 Kg/Cm2

    Kuat Tekan Angkat = 160,00 Kg/Cm2

    Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai

    kuat tekan angkat, Dari grafik regresi linear

    diperoleh:

    - Campuran yang menggunakan Pasir Putih

    untuk mendapatkan kuat tekan 160kg/Cm2membutuhkan waktu 50 jam.

  • 8/13/2019 Jurnal Volume 4 Nomor 1

    20/73

    Analisis Penggunaan Admixture Berbahan Dasar Naphtalene (Iwan Mulyadin - Nadia)

    15 | K o n s t r u k s i a

    - Campuran yang menggunakan Pasir

    Hitam untuk mendapatkan kuat tekan

    160 kg/Cm2membutuhkan waktu 46 jam

    Maka terjadi selisih waktu angkat 4 jam

    dimana campuran yang menggunakan PasirHitam dapat di angkat lebih cepat 4 jam dari

    campuran yang menggunakan Pasir Putih.

    c. Kuat Tekan

    Hipotesa awal adalah Kuat Tekan Pasir Putih

    menghasilkan kuat tekan umur 28 hari lebih

    baik dibandingkan dengan Pasir Hitam.

    Dari hasil pengujian kuat tekan pada usia 7

    hari diperoleh kuat tekan untuk masing-

    masing campuran adalah:

    - Campuran yang menggunakan Pasir Putih

    adalah 378,53 Kg/Cm2.

    - Campuran yang menggunakan Pasir

    Hitam adalah 375,567 Kg/Cm2.

    Berdasarkan peraturan PBI 71 tabel 4.1.4

    tentang kuat tekan beton, bahwa kuat tekan

    beton pada usia 7 hari adalah 65% dari kuat

    tekan umur 28 hari, maka diperoleh:

    - Kuat tekan pada umur 28 hari untukcampuran yang menggunakan Pasir Putih

    adalah Kg/Cm2.

    - Kuat tekan pada umur 28 hari untuk

    campuran yang menggunakan Pasir

    Hitam adalah

    Kg/Cm2.

    Terdapat selisih kuat tekan, dimana

    campuran yang menggunakan Pasir Putih

    menghasilkan kuat tekan lebih tinggi 4,555

    Kg/Cm2.

    KESIMPULAN

    Setting Time Produksi Beton Pracetak

    Pada industri beton pracetak untuk mencapai

    kuat tekan minimum pengangkatan produk

    penggunaan Pasir Hitam membutuhkan waktu

    lebih cepat 4 jam dibandingkan dengan

    penggunaan Pasir Putih, sehingga produkdengan campuran beton yang menggunakan

    Pasir Hitam bisa diangkat lebih cepat 4 jam dari

    pada produk dengan campuran yang

    menggunakan Pasir Putih.

    Workability

    Selisih workability yang dihasilkan oleh kedua

    campuran dengan pengujian slump adalah 1

    Cm, dimana Pasir Putih menghasilkan

    workabilitylebih baik dari pada Pasir Hitam.

    Kuat Tekan Beton

    Campuran beton yang menggunakan Pasir

    Putih menghasilkan kuat tekan 28 hari lebih

    tinggi 4,555 Kg/Cm2dari pada campuran yang

    menggunakan Pasir Putih, dimana kuat tekan

    yang dihasilkan oleh kedua campuran adalah:

    1. Pasir Putih Kg/Cm2.

    2. Pasir Hitam Kg/Cm2.

    DAFTAR PUSTAKA

    (1) A. Subagdja, Ir. MT, Rancangan

    Campuran Beton Normal Metode ACI

    dan DoE Revised,Agustus 2004

    (2) ACI 212-3R-4, Chemical Admixture For

    Concrete, 2004

    (3) ACI 363R-92, State of the Art Report on

    High Strength Concrete, 1997

    (4) ASTM C 150-02a, Standart Specification

    For Portland Cement, 2002

    (5) ASTM C 33-03, Standart Specification

    For Concrete Aggregat, 2003

    (6) ASTM C 494/C494M-99a, Standart

    Specification For Chemical AdmixturesFor Concrete,1999

    (7) Digilib.its.ac.id/public/ITS-

    Undergraduate-10030-Paper.pdf

    (8) Edward G. Nawy,Concrete Construction

    Engineering Handbook, 2nd ed., Ch. 12.

    Longman, United Kingdom, 2008.

    (9) http://en.wikipedia.org/wiki/Naphthal

    ene

    (10) http://rumahdangriya.blogspot.com/2

    http://en.wikipedia.org/wiki/Naphthalenehttp://en.wikipedia.org/wiki/Naphthalenehttp://rumahdangriya.blogspot.com/2011/07/bagaimana-cara-membuat-beton-iii-sifat.htmlhttp://rumahdangriya.blogspot.com/2011/07/bagaimana-cara-membuat-beton-iii-sifat.htmlhttp://en.wikipedia.org/wiki/Naphthalenehttp://en.wikipedia.org/wiki/Naphthalene
  • 8/13/2019 Jurnal Volume 4 Nomor 1

    21/73

    Jurnal Konstruksia Volume 4 Nomer 1 Desember 2012

    16 | K o n s t r u k s i a

    011/07/bagaimana-cara-membuat-

    beton-iii-sifat.html

    (11) http://sasonov.wordpress.com/2008/0

    2/02/teknologi-additive-dan-

    admixture/(12) PBI 71, Peraturan Beton Bertulang

    Indonsia, Departement Pekerjaan

    Umum, 1971

    (13) SK-SNI 03-1990-03, Tata Cara

    Pembuatan Rencana Campuran Beton

    Normal , Yayasan LPMB, Bandung, 1990

    (14) Supranto, J, Statistik. Teori dan Aplikasi.

    Jilid 2 Ed. 5, Erlangga Jakarta 1988

    http://rumahdangriya.blogspot.com/2011/07/bagaimana-cara-membuat-beton-iii-sifat.htmlhttp://rumahdangriya.blogspot.com/2011/07/bagaimana-cara-membuat-beton-iii-sifat.htmlhttp://sasonov.wordpress.com/2008/02/02/teknologi-additive-dan-admixture/http://sasonov.wordpress.com/2008/02/02/teknologi-additive-dan-admixture/http://sasonov.wordpress.com/2008/02/02/teknologi-additive-dan-admixture/http://sasonov.wordpress.com/2008/02/02/teknologi-additive-dan-admixture/http://sasonov.wordpress.com/2008/02/02/teknologi-additive-dan-admixture/http://sasonov.wordpress.com/2008/02/02/teknologi-additive-dan-admixture/http://rumahdangriya.blogspot.com/2011/07/bagaimana-cara-membuat-beton-iii-sifat.htmlhttp://rumahdangriya.blogspot.com/2011/07/bagaimana-cara-membuat-beton-iii-sifat.html
  • 8/13/2019 Jurnal Volume 4 Nomor 1

    22/73

    Analisis Pengaruh Penggunaan Agregat Halus Dari Material Letusan (Haryo Koco Buwono)

    19 | K o n s t r u k s i a

    ANALISIS PENGARUH PENGGUNAAN AGREGAT HALUS DARI MATERIAL

    LETUSAN GUNUNG MERAPI YOGYAKARTA PADA PERMEABILITAS BETON

    oleh :

    Haryo Koco Buwono

    Dosen Tetap Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadyah Jakartaemail: [email protected]

    ABSTRAK:Beton adalah bahan bangunan yang terdiri dari komposisi pasir, kerikil atau batu pecah yang disatukan

    dengan bahan pengeras berupa pasta cair (semen dan air). Dengan proporsi yang tepat campuran tersebut menjadi

    bentuk plastis, akibat campuran terjadi panas hidrasi semen dan air, beton menjadi keras seperti batu. Pemanfaatan

    material Gunung Merapi pasca letusan yang mengakibatkan pendangkalan pada Sungai Krasak, Jogjakarta.

    Material Halus atau sering disebut agregat halus adalah bagian dari pembentuk beton. Sudah selayaknya bila dalam

    pemanfaatannya bisa membantu mengurangi dampak pendangkalan sungai yang bisa mengurangi pula dampak

    banjir disekitar sungai. Permeabilitas adalah rongga pori yang terjadi akibat panas hidrasi dalam beton, sehingga

    air yang tidak memproses dengan semen, berakibat bleeding ke permukaan beton atau terperangkap dalam beton.

    Banyaknya rongga udara dalam beton semakin melemahkan kekuatan beton. Permeabilitas banyak dipengaruhioleh Pasta semen (tekstur kehalusan butir), water per cement ratio, dan derajat hidrasi. Permeabilitas gel adalah

    1/1000 dari jumlah pasta. Gel pores tidak mengkontribusi permeabilitas beton, tetapi capillary cavaties sangat

    berpengaruh. Hasil Analisa Agregat Halus Material letusan Gunung Merapi ini didapatkan: Modulus Halus Butir

    3,034, Gradasi Golongan II, berat Jenis SSD 2,71, Kadar Lumpur 0,5 dan absorbsi 2,60. Dari hasil ini dengan

    kombinasi w/c dan s/c pada mix desain didapatkan: penggunaan Agregat Halus dari Material Letusan Gunung

    Merapi dapat mengurangi absorbsi pada air yang digunakan sehingga permeabilitas dapat membantu

    meningkatkan kinerja beton. Makin tinggi faktor air semen dalam adukan, makin tinggi koefisien permeabilitasnya.

    Kata Kunci:Beton, agregat halus, permeabilitas, absorbsi, material letusan merapi

    ABSTRACT: Concrete is a construction material that consists of the composition of sand, gravel or crushed

    stone held together with a paste of liquid hardener materials (cement and water). With the right proportions to

    form the plastic mixture, this occurs due to heat of hydration of cement and water, the concrete becomes hard

    as stone. Utilization of material post-eruption of Mount Merapi, which resulted in siltation in the river of Krasak,

    Jogjakarta. Fine material is often called the fine aggregate is part of forming concrete. It is appropriate when its use

    can help reduce the impact of siltation of the river which could also reduce the impact of flooding around the river.

    Permeability is the pore cavities that occur due to heat of hydration in concrete, so water does not process the

    cement, resulting in bleeding into the concrete surface or trapped in the concrete. The number of air voids in concrete

    increasingly weaken the strength of concrete. Permeability is much influenced by the cement paste (the texture

    fineness of grain), water per cement ratio, and degree of hydration. Permeability of the gel is 1 / 1000 of the amount

    of pasta. Gel pores do notcontribute to the permeability of concrete, but the capillary cavaties are very influential.

    Results Analysis of Fine Aggregate Materials eruption of Mount Merapi is obtained: 3.034 Modulus of Fine Grain,

    Gradation of Class II, Type SSD weight of 2.71, 0.5 and absorption levels Mud 2.60. From these results with the

    combination of w/c and s/c in the mix design obtained: the use of Fine Aggregate Materials eruption of Mount

    Merapi may reduce the absorption of the water used so that the permeability can help improve the performance of

    concrete. The higher the water factor in the cement slurry, the higher the coefficient of permeability.

    Keyword:Concrete, agregate, concrete strength, SiO2

    LATAR BELAKANG

    Beton adalah bahan bangunan yang terdiri darikomposisi pasir, kerikil atau batu pecah yang

    disatukan dengan bahan pengeras berupa pasta

    cair (semen dan air). Dengan proporsi yang

    tepat campuran tersebut menjadi bentuk

    plastis, akibat campuran terjadi panas hidrasi

  • 8/13/2019 Jurnal Volume 4 Nomor 1

    23/73

    Jurnal Konstruksia Volume 4 Nomer 1 November 2012

    20 | K o n s t r u k s i a

    semen dan air, beton menjadi keras seperti

    batu[1].

    Beton mempunyai 3 katagori utama yaitu beton

    konvensional (normal), beton ringan, dan beton

    mutu tinggi. Beton Mutu Tinggi adalah beton

    normal yang ditambahkan bahan aditif untuk

    meningkatkan mutu beton. Di Indonesia, bahan

    aditif yang sering digunakan adalah silicafume

    danfly ash.

    Prinsip dari penambahan bahan aditif adalah

    bertambahnya kandungan silica (s/c) dalam

    volume beton akan meningkatkan kuat tekan

    beton (fc). Sedangkan hubungan beton

    terhadap w/c (faktor air semen) adalah

    semakin bertambahnya w/c dalam volume

    beton, kuat tekan beton semakin menurun[1].

    Sebagaimana Sifat beton adalah:

    1. Sifat mudah dikerjakan berarti harusmenambahkan banyak air dalam volume

    beton (suatu komposisi),

    2. Sifat meningkatkan mutu beton berartiharus mengurangi komposisi air dalam

    volume beton,

    Pemanfaatan material Gunung Merapi pasca

    letusan yang mengakibatkan pendangkalan

    pada Sungai Krasak, Jogjakarta. Material Halus

    atau sering disebut agregat halus adalah bagian

    dari pembentuk beton. Sudah selayaknya bila

    dalam pemanfaatannya bisa membantu

    mengurangi dampak pendangkalan sungai yang

    bisa mengurangi pula dampak banjir disekitar

    sungai.

    BETON

    Beton adalah secara luas merupakan material

    bangunan dalam ketekniksipilan, karena beton

    sangat kuat dan cukup keras untuk

    pembangunan struktur yang baik terutama

    gedung[6]. Beton terbagi menjadi 3 yaitu:

    a. Beton Biasa (Normal) yang mempunyaikekuatan antara 2000 sampai 6000 psi (13

    sampai 40 MPa)[6][7].

    b. Beton Berkinerja Tinggi mempunyaikekuatan antara lain di atas 6000 psi (40

    MPa)[7] disebut beton bermutu tinggi

    (CEB/FIP 60 MPa), 80 MPa disebut beton

    bermutu sangat tinggi, dan 120 MPa beton

    bermutu ultra tinggi[8].

    Beton Berkinerja Tinggi sebagai bahan yang

    tahan korosi dan bagan kimia, maka digunakan

    pada struktur bangunan tinggi, beton prategang

    dan bangunan lepas pantai. Beton ini pada

    akhirnya rendah perawatan korelasinya rendah

    biaya bangunan.[4]

    Beton sangat terpengaruh oleh bahan dasarnya

    yaitu Semen, Agregat Kasar, Agregat Halus dan

    Air. Dua dekade terakhir, telah dikembangkan

    jenis bahan tambah (admixtures dan additives)

    untuk meningkatkan kinerja beton untuk

    semakin lebih mudah dikerjakan, lebih cepat

    dan atau lebih tinggi mutunya[9].

    Faktor-faktor yang mempengaruhi beton

    bermutu baik: [9][10][11][12]

    1. Karaskteristik semen dan jumlahnya,2. w/c(water per cement) rasio,3. Kualitas agregat dan interaksinya dengan

    pasta semen,

    4. Tambahan bahan kimia yang digunakan,5. Tambahan material yang digunakan,6. Pemilihan prosedur dan waktu

    pencampuran bahan susun beton,

    7. Quality control.Disamping kuat tekan, beton dapat

    diperhatikan permasalahan tentang

    workability, durability, pumpability dan

    permeabilitas[3]. Dalam penelitian ini yang

    diulas adalah kuat tekan dan permeabilitasnya.

    PERMEABILITAS BETON

    Pengertian permeabilitas adalah kemudahan

    dalam melewatkan gas atau cairan di dalam

    beton[13]. Permeabilitas digunakan untuk

    pengecekan beton pada struktur air (misalnya

    bendung, DAM, Dermaga, dan lain-lain), dimana

    beton selalu dalam kondisi terendam air.

  • 8/13/2019 Jurnal Volume 4 Nomor 1

    24/73

    Analisis Pengaruh Penggunaan Agregat Halus Dari Material Letusan (Haryo Koco Buwono)

    21 | K o n s t r u k s i a

    Permeabilitas tidak dapat dilepaskan dari panas

    hidrasi yang terjadi saat terjadinya beton

    (pengerasan pasta semen berakibat gel pores

    dancapillary cavities[14].

    Gambar 1. Hubungan antara koefisien

    permeabilitas dengan kapilar porositas dari

    pasta semen[13].

    Gambar 2. Hubungan antara permeabilitas dan

    water per cement ratio dari semen pasta

    mature[13].

    Gambar 3. Pengurangan permeabilitas dari

    pasta semen dengan progress dari hidrasi

    dengan water per cement ratio= 0,7[13]

    Permeabilitas adalah rongga pori yang terjadi

    akibat panas hidrasi dalam beton, sehingga air

    yang tidak memproses dengan semen,

    berakibat bleeding ke permukaan beton atau

    terperangkap dalam beton. Banyaknya rongga

    udara dalam beton semakin melemahkan

    kekuatan beton [15][16].

    Permeabilitas banyak dipengaruhi oleh Pasta

    semen (tekstur kehalusan butir), water per

    cement ratio, dan derajat hidrasi. Permeabilitas

    gel adalah 1/1000 dari jumlah pasta. Gel pores

    tidak mengkontribusi permeabilitas beton,

    tetapi capillary cavaties sangat berpengaruh.

    Rumus permeabilitas (hukum Darcy) adalah

    sebagai berikut ini.[14][17]

    )1.2.....(..........................................

    L

    Ahk

    dt

    dQ =

    dengan,

    dQ = Debit air yang dikumpulkan

    (m3/detik)

    dt = waktu yang dikumpulkan untuk

    berkumpulnya air (detik)

    k = koefisien permeabilitas (m/detik)

    h = tinggi air (m)

    A = luas penampang melintang benda uji

    (m2)

    L = tebal benda uji sejajar arah aliran (m)

  • 8/13/2019 Jurnal Volume 4 Nomor 1

    25/73

    Jurnal Konstruksia Volume 4 Nomer 1 November 2012

    22 | K o n s t r u k s i a

    Dalam mendapatkan harga permeabilitas

    diperlukan pada umur curring diatas 28 hari,

    tetapi jika menggunakan sample berupa

    silinder 7 hari dapat dilaksanakan[18]. Rumus

    tersebut untuk mendapatkan koefisien yang

    terjadi akibat penelitian permeabilitas. Sebagai

    gambaran adalah berupa table perkembangan

    umur terhadap koefisien permeabilitas pada

    w/c= 0.7 sebagai berikut ini.

    Tabel 1. Koefisien permeabilitas terhadap umur

    beton, w/c= 0,7[14]

    Umur dalam hariKoefisien permeabilitas, K

    (m/detik)

    Fresh

    5

    6

    8

    13

    24

    Ultimate

    2 x 10-4

    4 x 10-10

    1 x 10-10

    4 x 10-11

    5 x 10-12

    1 x 10-12

    6 x 10-13

    Sumber: Concrete Technology, M.S. Shetty, table

    9.1, page: 344

    Permeabilitas dipengaruhi oleh pemadatan

    beton, porositas beton yang diakibatkan oleh

    adanya rongga udara, kapilaritas, viskositas dan

    tekanan dari cairan yang tertahan. Derajad

    permeabilitas diukur dari kemampuan cairan

    atau air untuk melewati beton dengan

    perbedaan tekanan hidrolik antara permukaan

    yang berlawanan pada elemen beton [12]

    Permeabilitas yang tinggi pada mortar atau

    beton mempunyai alasan-alasan sebagai

    berikut ini.[12]

    a) formasi dari micro-crack tergantung padalong-term dryingshrinkage,

    b) Ikatan permukaan antara agregat danpasta semen terhadap ketidaksamaan

    thermal stress,

    c) Retakan secara keseluruhan berakhir padastructural stresses,

    d) Tergantung pada volume change yangmenyebabkan dalam beton dihitung dari

    alasan variasi minor.

    e) Eksistensi udara terperangkap tergantungpada cara pemadatannya.

    Gambar 4. skema penggambaran dari material

    beton: (a) permeabilitas tinggi pipa kapiler

    besar menghubungkan antar pori. (b)

    permeabilitas rendah pipa kapiler kecil

    menghubungkan antar pori.[14]

    Tabel 2. Harga tipical dari permeabilitas beton

    yang digunakan pada bendungan[14]

    Kadar semen

    (kg/m3)

    w/crasio Permeabilitas

    (10-12) m/detik

    156

    151

    138

    223

    0.69

    0.74

    0.75

    0.46

    8

    24

    35

    28

    Sumber: Concrete Technology, MS Shetty, Table

    9.3, page 346

  • 8/13/2019 Jurnal Volume 4 Nomor 1

    26/73

    Analisis Pengaruh Penggunaan Agregat Halus Dari Material Letusan (Haryo Koco Buwono)

    23 | K o n s t r u k s i a

    Pori beton dapat dikatagorikan sebagai berikut[12]

    1. Small Air Voids, pori terperangkap denganukuran 0,003 0,004 in (0,07 0,10 mm),

    2. Large Air Voids, pori yang terperangkapdalam beton dengan diameter kurang lebih

    0,5 in (12,7 mm)

    3. Capillary voids, yaitu celah berbentuk pipakapiler Semakin besar w/c semakin besar

    kapilaritas. Hal tersebut disebabkan

    kandungan semen yang diikat oleh air

    sedikit, sisa air yang tidak terikat masih

    ada karena tidak bereaksi maka bleeding.

    Ukuran kapiler w/c rendah berkisar 3 5

    micron meter.

    4. Gel pores, yaitu pori yang terjadi pada gelyang terdapat pada beton yang sudah

    mengeras. Gelmerupakan hasil dari proses

    hidrasi semen. Hidrasi semen ke dalam

    yang tidak sempurna menyebabkan Gel

    Pores. Ukuran antara 5 20Anstrom.

    5. Aggregate pores, yaitu agregat pembentukbeton yang porus, menyebabkan beton

    berpori.

    Dalam beton yang menggunakan pozzolanic

    material (misal: Silicafume) dapat mereduksi

    permeabilitas dengan optimal. Hal ini

    tergantung pada konversi dari kalsium

    hidroksida[14].

    METODE PENGUJIAN PERMEABILITAS

    Pengujian permeabilitas dilakukan di Balai

    Penelitian Bahan Bangunan Teknik (B4T)

    Bandung. Tujuan dari pengujian ini adalah

    mengetahui daya rembes beton umur 56 hari

    terhadap tekanan air.

    Langkah-langkah yang dilakukan dalam

    pengujian ini adalah sebagai berikut ini[11].

    1. Benda uji berupa balok dengan ukuran20x20x12 cm2, dikeluarkan dari tempat

    curringsetelah umur 56 hari.

    2. Kasarkan permukaan sampelmenggunakan alat bentuk lingkaran pada

    bagian tengah dengan diameter 10 cm,

    yang kemudian dilapisi dengan vaseline,

    untuk melindungi beton yang telah kasar.

    3. Letakkan benda uji pada alat ujipermeabilitas dengan permukaan yang

    kasar menempel pada tabung yang akan

    diisi air bertekanan.

    4. Operasikan alat uji permeabilitas dengantekanan awal 1 bar, ditahan selama 24 jam

    dan catat jumlah air yang turun dari tabung

    ukur.

    5. Naikkan tegangan pada tabung menjadi 3bar, dan ditahan selama 24 jam dan catat

    jumlah air yang turun.

    6. Tambahkan tekanan hingga mencapai 7bar, kemudian di tahan selama 48 jam.

    Catat jumlah air yang keluar, yang

    merupakan jumlah air komulatif.

    7. Angkat benda uji setelah melewatipengujian 96 jam dan potong dengan alat

    potong beton.

    8. Ukur penetrasi yang terjadi padapenampang benda uji tanpa

    memperhatikan luas tampang

    permeabilitas yang terjadi.

    PEMERIKSAAN AGREGAT HALUS

    Agregat halus yang digunakan adalah Pasir Kali

    Krasak, Kulon Progo, Yogyakarta, dari akibat

    material letusan Merapi. Pengujian agregat

    halus dilaksanakan di Laboratorium Bahan

    Jurusan Teknik Sipil Universitas

    Muhammadiyah Jakarta, dengan hasil sebagai

    berikut ini.

    Tabel 3. Analisa Agregat Halus

    Analisa Agregat Halus Satuan Hasil Syarat

    Modulus Halus Butir

    Gradasi Pasir

    Berat Jenis Solid

    Berat Jenis SSD

    Kadar Lumpur pasir

    Absorbsi

    -

    -

    g/mL

    g/mL

    %

    %

    3.034

    Gol. II

    2.70

    2.71

    0.5

    2.60

    1.5 - 3.8

    Gol I II

    -

    -

    -

    -

    Sumber: Penelitian Lab. Bahan Jurusan Sipil UMJ

    (lampiran)

  • 8/13/2019 Jurnal Volume 4 Nomor 1

    27/73

    Jurnal Konstruksia Volume 4 Nomer 1 November 2012

    24 | K o n s t r u k s i a

    HASIL PENGUJIAN PERMEABILITAS

    Pengujian Permeabilitas dan belah beton

    dilaksanakan di laboratorium B4T Bandung.

    Hasil Permeabilitas beton sebagai berikut ini.

    Tabel 4. Hasil Permeabilitas beton

    w/c s/c

    Sample 1 Sample 2

    Perembesan (ml) Penetrasi

    (cm)

    Perembesan (ml) Penetrasi

    (cm)1 3 7 1 3 7

    0.3 15

    10

    5

    0

    5

    10

    12

    12

    7

    14

    22

    25

    10

    19

    26

    30

    1.0

    1.0

    2.0

    3.7

    5

    8

    14

    14

    10

    13

    23

    30

    18

    23

    28

    40

    1.5

    2.0

    3.0

    3.2

    0.4 15

    10

    5

    0

    12

    14

    14

    13

    16

    20

    23

    21

    24

    54

    46

    78

    2.0

    5.5

    5.8

    9.8

    14

    13

    13

    14

    18

    21

    20

    25

    28

    40

    64

    85

    2.6

    4.0

    7.0

    10

    0.5 15

    10

    5

    0

    12

    38

    10

    15

    18

    51

    22

    65

    50

    73

    36

    130

    6.0

    Tembus

    3.9

    tembus

    13

    36

    5

    12

    22

    49

    24

    50

    74

    83

    38

    120

    7.3

    Tembus

    4.0

    Tembus

    0.6 15

    10

    5

    0

    10

    4

    9

    17

    16

    9

    20

    28

    85

    44

    89

    95

    11.3

    4.7

    11.2

    11.8

    10

    7

    14

    19

    17

    14

    28

    24

    78

    70

    72

    90

    9.2

    8.1

    10.0

    11.5

    Sumber: Data hasil penelitian di B4T Bandung

    Dari hasil di atas terdapat kejanggalan hasil

    penetrasi dimana ada data yang gagal (tembus)

    dan bentukan data cukup variatif.

    Berdasarkan Formulasi Darcy untuk mencari

    koefisien permeabilitas (k) yaitu[14][46],

    k = [dl/dh] Q/(A.t)

    dimana:

    k = koefisien Permeabilitas, cm/det

    Q = Total air permeable, cm3

    A = luas penampang benda uji, cm2

    dh = P/(.g), dengan P = 7 bar, = 1

    gr/cm3, g = 980.665 cm/det2, cmdl = penetrasi, cm

    t = waktu yang diperlukan dalam

    mencapai penetrasi, det

    didapatkan harga k sebagai berikut ini

    Tabel 5. harga k2 masing-masing sample

    w/c s/c k (10-09)

    cm/s (1)

    k (10-09)

    cm/s (2)

    0.3 15

    10

    5

    0

    9.19643

    17.4732

    47.8214

    102.080

    24.8304

    42.3036

    77.2500

    117.714

  • 8/13/2019 Jurnal Volume 4 Nomor 1

    28/73

    Jurnal Konstruksia Volume 4 Nomer 1 November 2012

    6 | K o n s t r u k s i a

    0.4 15

    10

    5

    0

    44.1429

    273.134

    245.361

    702.975

    66.9500

    147.143

    412.000

    781.696

    0.5 15

    10

    5

    0

    275.893

    805.607

    129.118

    1434.64

    496.791

    915.964

    139.786

    1324.29

    0.6 15

    10

    5

    0

    883.317

    190.182

    916.700

    1030.92

    659.936

    521.437

    662.143

    951.830

    0

    0.0000002

    0.0000004

    0.0000006

    0.0000008

    0.000001

    0.0000012

    0.0000014

    0.0000016

    -1 1 3 5 7 9 11 13 15

    w/c = 0.3 w/c = 0.4 w/c = 0.5 w/c = 0.6

    L inea r ( w/c = 0.5) L inea r ( w/c = 0.4) L inea r ( w/c = 0.3) L inea r ( w/c = 0.6)

    Gambar 5. Grafik Hasil Koefisien Permeabilitas

    KESIMPULAN

    Hasil yang dapat disimpulkan adalah dari

    koefisien permeabilitas dibandingkan dengan

    s/c dan w/c, yang diuraikan sebagai berikut ini.

    a. Penggunaan Agregat Halus dari MaterialLetusan Gunung Merapi dapat mengurangi

    absorbsi pada air yang digunakan sehingga

    permeabilitas dapat membantu

    meningkatkan kinerja beton .

    b. Makin tinggi faktor air semen dalamadukan, makin tinggi koefisien

    permeabilitasnya.

    DAFTAR PUSTAKA

    [1] R.S. Varshney BSc. BE (hons)(civil)

    ME,Ph.D Concrete Technology,1982

    [2] Francois de Larrard, A Method forProportioning High-Strength Concrete

    Mixtures, Cement, Concrete andAgregates, CCAGDP, Vol. 12 No. 2, pp.47-

    52, Summer 1990

    [3] FX. Supartono, DR. Ir., DesignConsiderations For Concrete Mixes,

    Bahan Kuliah, 1998

    [4] M.J. Shannag, High Strength Concrete

    Containing Natural Pozzolan and Silica

    Fume, Jordan University of Science andTechnology, June 2000

    [5] Departemen Pekerjaan Umum, MetodePengujian Kuat Tekan Beton SKSNI T-

    15-1990-03, Penerbit Yayasan LPMB,Bandung, 1991

    [6] Gary R. Mass, Guide for Selecting

    Proportions for High-Strength Concrete

    with Portland Cement and Fly Ash, ACI

    211.4B, Title no 90-M31, May-June 1993

    [7] F.X. Supartono, DR. Ir., Beton Berkinerja

    Tinggi, Seminar HAKI, Jakarta Agustus1998

    [8] F. Papworth, Production and Use ofMicrosilica, Pennsylvania, March 1990

    [9] FX. Supartono, DR. Ir., Rancang CampurBeton Mutu Tinggi Berdasarkan

    Formulasi Feret yang Diidentifikasikanpada Kondisi Lokal, Jurnal Teknologi

    No.1, Tahun X, pp. 52-58, Maret 1996

    [10] FX. Supartono, DR. Ir., Korelasi Model

    Eksponensial untuk Rangkak Beton

    dengan Formulasi Empiris CEB-FIP,

    Jurnal Teknologi No. 4, Tahun X,

    Desember 1996

    [11] FX. Supartono Haifani Eka Y., Effect of

    Silica Content in Silicafume on ThePerformance on High Strength

    Concrete, International Seminar High

    Performance Concrete & Underwater

    concreting, March 2001.

    [12] Edward G. Nawy, Fundamentals of High

    Strength Performance Concrete,Longman, 1996.

    [13] M.S. Shetty, Concrete Technology Teory and practice, S. Chand, 2001.

  • 8/13/2019 Jurnal Volume 4 Nomor 1

    29/73

    Analisis Pertukaran Waktu dan Biaya Dengan Metode Time Cost Trade Off (Bagus Budi -Trijeti)

    27 | K o n s t r u k s i a

    ANALISIS PERTUKARAN WAKTU DAN BIAYA DENGAN METODE TIME COST TRADE OFF

    (TCTO) PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG DI JAKARTA

    Oleh :Bagus Budi Setiawan

    Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah JakartaTrijeti

    Dosen Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Jakarta

    Email: [email protected]

    ABSTRAK: Dalam pelaksanaan pembangunan proyek perlu perencanaan yang baik sehingga pelaksanaan

    pembangunan dapat berjalan sesuai dengan jadwal. Keterlambatan pekerjaan proyek dapat diantisipasi dengan

    melakukan percepatan pelaksanaan dengan mempertimbangkan faktor biaya. Salah satu metode yang dapat

    digunakan disebut juga dengan istilah Time Cost Trade Off[1]atau pertukaran waktu dan biaya. Metode ini dapat

    dilakukan dengan metode pelaksanaan kerja dengan menambah group kerja, menambah peralatan, dan menambah

    jam kerja atau lembur.

    Kata Kunci : Proyek, waktu, Biaya

    ABSTRACT:In the implementation of development projects need good planning so that the implementation can be

    run in accordance with the construction schedule. Delays in project work can be anticipated with the acceleration of

    the implementation by considering the cost factor. One method that can be used is also called Time Cost Trade Off or

    the exchange time and cost. This method can be carried out by the method of execution of work by increasing the

    working group, add equipment, and increase working hours or overtime.

    Keywords : Project, Time, Cost

    PENDAHULUAN

    Perkembangan pusat dunia jasa konstruksi

    telah ditandai dengan adanya pembangunan

    gedung-gedung dan fasilitas lainnya yang

    semakin besar dan kompleks. Hal ini

    merupakan peluang bisnis sekalipun tantangan

    bagi masyarakat dunia usaha khususnya usaha

    jasa konstruksi. Dalam pembangunan proyek

    konstruksi berbagai hal dapat terjadi yang

    dapat menyebabkan bertambahnya waktupelaksanaan dan membengkaknya biaya

    pelaksanaan. Penyebab keterlambatan dalam

    proyek ini diakibatkan oleh pengaruh cuaca,

    kurangnya kebutuhan pekerja, suplai material

    yang kurang / terganggu dan peralatan yang

    digunakan kurang mencukupi, dan pengaruh

    dari pihak owner sendiri (keterlambatan supply

    material besi).

    LANDASAN TEORI

    Ciri pokok proyek adalah : Memiliki tujuan

    yang khusus berupa hasil kerja akhir ; Jumlah

    biaya, susunan jadwal serta kriteria mutu

    dalam proses mencapai tujuan sudah

    ditentukan ; Bersifat sementara, artinya apabila

    proyek selesai maka sesuatu yang berhubungan

    proyek tersebut ikut selesai ;Non rutin, tidak

    berulang-ulang, jenis dan intensitas kegiatan

    berubah sepanjang proyek berlangsung.

    Didalam proses pencapaian tujuan telah

    ditentukan sasaran yaitu besarnya biaya

    (anggaran) yang dialokasikan, jadwal kegiatan

    serta mutu yang harus dipenuhi.

    Anggaran Jadwal

    Mutu

    Gambar 1. Tiga sasaran proyek

  • 8/13/2019 Jurnal Volume 4 Nomor 1

    30/73

    Jurnal Konstruksia Volume 4 Nomer 1 Desember 2012

    28 | K o n s t r u k s i a

    Ketiga batasan tersebut bersifat tarik menarik,

    artinya ketiga sasaran tersebut tidak dapat

    dipisahkan satu sama lainnya, karena ketiga

    sasaran tersebut saling mempengaruhi. Dari

    segi teknis, ukuran keberhasilan proyek diukur

    sejauh mana ketiga sasaran tersebut dapat

    dipenuhi.

    Penyusunan urutan aktifitas adalah penentuan

    urutan aktifitas kerja yang akan dilaksanakan

    pada proyek dilapangan. Urutan aktivitas ini

    diperlukan untuk menggambarkan hubungan

    antara aktifitas yang akan dikerjakan

    dilapangan.

    Yang perlu diperhatikan dalam menyusun

    aktifitas : Predecessor yaitu aktifitas sebelum

    atau yang mendahului aktifitas yang

    bersangkutan ; Sucessor / Followersyaitu semua

    aktifitas sesudah atau yang terjadi setelah

    aktifitas yang bersangkutan ; Concurrent yaitu

    aktifitas-aktifitas yang dapat terjadi atau

    berlangsung bersamaan dengan aktifitas

    bersangkutan.

    Gambar 2. Hubungan antar aktifitas proyek

    dapat dinyatakan dengan finish to start, start to

    start, finish to finish

    Lag adalah jumlah waktu diantara mulai atau

    selesainya aktifitas A dan mulai atau selesainya

    aktifitas B, yang dapat bernilai positif atau

    negative.

    Durasi aktifitas adalah lamanya waktu dari

    permulaan sampai penyelesaian suatu aktifitas,

    sementara durasi proyek adalah lamanya waktu

    dari permulaan sampai penyelesaian suatu

    proyek secara keseluruhan.

    Estimasi durasi dari waktu yang diperlukan

    untuk menyelesaikan tiap-tiap aktifitas, yang

    telah diidentifikasikan pada tahap awal, adalah

    fungsi dari volume pekerjaan yang harus

    diselsaikan dengan produktivitas kerja tiap

    satuan waktu.

    Metode Precedence diagram merupakan

    penyempurnaan dari CPM (Critical Path

    Methode) karena pada prinsipnya CPM hanyamenggunakan satu jenis hubungan aktifitas

    yaitu akhir-awal dimana kegiatan dapat dimulai

    bila kegiatan yang dahulu telah selesai.

    Kegiatan dalam Precedence Diagram Method

    (PDM) digambarkan oleh sebuah lambang segi

    empat karena letak kegiatan ada di bagian node

    sehingga sering disebut juga Activity On Node

    (AON). Kelebihan Presedence Diagram Method

    dibandingkan dengan Arrow Diagram adalah :

    ES (earliest start) ; EF (earliest finish) ; LS(latest ellowable start) ; LF (latest allowable

    finish; D (duration).

    Tujuan utama dari program mempersingkat

    waktu adalah memperpendek jadwal

    penyelesaian kegiatan atau proyek dengan

    kenaikan biaya yang paling optimal / minimal.

    Untuk menganilasa lebih lanjut hubungan

    antara waktu dan biaya kegiatan dipakai

    definisi berikut :

    Kurun Waktu Normal adalah kurun waktuyang diperlukan untuk melakukan kegiatan

    sampai selesai, dengan cara yang efisien

    tetapi di luar pertimbangan adanya kerja

    lembur dan usaha usaha khusus lainnya,

    seperti menyewa peralatan yang lebih

    canggih.

    Biaya Normal adalah biaya langsung yangdiperlukan untuk menyelesaiakan kegiatan

    dengan kurun waktu normal.

  • 8/13/2019 Jurnal Volume 4 Nomor 1

    31/73

    Analisis Pertukaran Waktu dan Biaya Dengan Metode Time Cost Trade Off (Bagus Budi -Trijeti)

    29 | K o n s t r u k s i a

    Kurun Waktu dipersingkat (Crash Duration)adalah waktu tersingkat untuk

    menyelesaikan suatu kegiatan yang secara

    teknis masih mungkin. Disini dianggap

    sumber daya bahan merupakan hambatan.

    Biaya untuk waktu dipersingkat (Crash Cost)adalah jumlah biaya langsung untuk

    menyelesaikan pekerjaan dengan kurun

    waktu tersingkat.

    Biaya untukWaktu

    dipersingkat

    B (Titik Dipe rsingka t)B (titik dipersingkat)

    Waktu

    Waktudipersingkat

    A (Titik Norma l)

    WaktuNormal

    Biaya

    BiayaNormal

    Gambar 3. Hubungan Waktu Biaya Normal

    dan Biaya Dipersingkat

    Dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

    Dengan kata lain pengertian dari Cost Slope

    (slope biaya) adalah pertambahan biaya

    langsung untuk mempercepat suatu aktivitas

    persatuan waktu.

    Konsep cost slope bisa digunakan untuk

    menentukan waktu paling efisien untukmenyelesaikan proyek, dihubungkan dengan

    biayanya. Langkah langkah untuk melakukan

    minimasi biaya (pada umur paling efisien) bisa

    ditentukan setelah jaringan kerja, perkiraan

    waktu didapat. Langkah langkah tersebut

    adalah :

    Biaya langsung (direct cost) : Menentukanongkos normal (Cn), ongkos crash (Cc),

    waktu normal (Tn), dan waktu crash (Tc) ;

    Menentukan ongkos minimal untukpengurangan umur proyek dengan satu unit

    waktu (hari/minggu). Ini dilakukan untuk

    kegiatan kegiatan yang berada dalam

    lintasan kritis dengan perwaktu minimal ;

    Lakukan proses yang sama untuk

    mengurangi umur proyek untuk unit waktu

    yang kedua ; Ulangi proses sampai proyek

    benar benar menghasilkan selisih waktu

    normal dan waktu crash untuk pekerjaan

    yang kritis (berada dalam lintasan kritis)

    Biaya tidak langsung (indirect cost) :Tentukan ongkos tidak langsung proyek

    untuk waktu normal dan waktu crash dan

    untuk waktu antara keduanya.

    Ongkos total (total cost) : Tambahkanongkos tidak langsung ke ongkos langsung

    untuk mencari ongkos total pada beberapawaktu yang ada ; Tentukan pada umur

    berapa biaya proyek minimal.

    Kompresi hanya dilakukan pada aktifitas-

    aktifitas yang berada pada lintasan kritis.

    langkah-langkah kompresi pada suatu

    pekerjaan : Menyusun jaringan kerja proyek,

    mencari lintasan kritis dan menghitung cost

    slope setiap aktifitas; Melakukan kompresi

    pada setiap aktifitas yang berada pada lintasankritis dan mempunyai nilai cost slope terendah;

    Menyusun kembali jaringan kerja; Mengulangi

    langkah kedua dengan berhenti jika terjadi

    penambahan lintasan kritis dan bila terdapat

    lebih dari satu lintasan kritis maka dilakukan

    kompresi semua pada semua aktifitas

    pekerjaan dan perhitungan cost slope

    dijumlahkan; Langkah keempat dihentikan

    apabila terdapat lintasan kritis dimana

    aktifitas-aktifitasnya telah jenuh seluruhnya(tidak mungkin dikompres lagi sehingga akan

    didapat biaya yang optimum.

    PEMBAHASAN

    Data bangunan : Jumlah lantai Apartemen

    Tower C 26 lantai ; Luas Bangunan Lantai 8 27

    (19 lantai) 27.225 ,10 m2 ; Lantai 28 32 (5

    Lantai) 5.992,25m2 ; Lantai 33 (1 lantai) 672,01

    m2 ; Lantai Ruang Mesin 267,28 m2 ; Total Luas

    Bangunan 34.156,64 m2

    Aktifitas Proyek

  • 8/13/2019 Jurnal Volume 4 Nomor 1

    32/73

    Jurnal Konstruksia Volume 4 Nomer 1 Desember 2012

    30 | K o n s t r u k s i a

    Pekerjaan Struktur Lantai 8 : Kolom(Bekisting, Pembesian, Pengecoran) ;

    Shearwall (Bekisting, Pembesian,

    Pengecoran) ; Balok,kolom separator,balok

    intermediate (Bekisting, Pembesian,

    Pengecoran) ; Tangga (Bekisting, Pembesian,

    Pengecoran)

    Pekerjaan Struktur Lantai 8A : Pelat & Balok(Bekisting, Pembesian, Pengecoran) ; Kolom

    (Bekisting, Pembesian, Pengecoran) ;

    Shearwall (Bekisting, Pembesian,

    Pengecoran) ; Balok,kolom separator,balok

    intermediate (Bekisting, Pembesian,

    Pengecoran) ; Tangga (Bekisting, Pembesian,

    Pengecoran)

    Pekerjaan Struktur Lantai R.Mesin : Pelat&Balok (Bekisting, Pembesian, Pengecoran) ;

    Kolom (Bekisting, Pembesian, Pengecoran) ;

    Shearwall (Bekisting, Pembesian,

    Pengecoran) ; Balok,kolom separator,balok

    intermediate (Bekisting, Pembesian,

    Pengecoran)

    Pekerjaan Struktur Lantai Atap : Pelat &balok (Bekisting, Pembesian, Pengecoran)

    Penentuan Network Diagram

    Berikut contoh daftar hubungan antar aktifitas

    dan durasi untuk lantai 8 :

    Setelah waktu pelaksanaan dan hubungan antar

    aktifitas diperoleh langkah berikutnya yaitu

    membuat jaringan kerja dengan menggunakan

    Microsoft Project sehingga durasi proyek danaktifitas kritis dapat diketahui. Dalam

    perhitungan durasi proyek dipakai asumsi

    sebagai berikut :

    Jam kerja normal yang dipakai adalah 8

    jam/hari ; Dalam 1 minggu dipakai 7 hari kerja.

    Perhitungan Biaya Proyek

    Untuk biaya dari keseluruhan pelaksanaan

    pembangunan proyek Apartemen Tower C

    Season City sebesar Rp.78.382.000.000. Tetapi

    tinjauan hanya sampai pada pekerjaan struktur

    utama saja terdiri dari bahan dan tenaga kerja

    maka didapat biaya total Rp.18.080.739.494.

    Penentuan Normal Cost : Normal Cost adalah

    biaya langsung yang diperlukan untuk

    penyelesaian proyek dalam kondisi waktu

    normal. Biaya ini terdiri dari biaya

    Material,Tenaga, dan Alat. Perhitungan Biaya

    Bahan : Biaya Pengecoran Beton Kolom Lantai

    8; Bahan Beton = Vol.pekerjaan x Harga satuan

    Bahan = 66.63 x 550.000 = Rp. 36.646.500.

    Biaya Upah pengecoran dengan TC : Upah Beton

    = Vol.pekerjaan x Harga satuan upah = 66.63

    x 24.000 = Rp. 1.591.200. Jadi total biaya

    normal untuk pengecoran (upah+bahan)

    adalah biaya bahan beton ditambah biaya upah

    cor beton 36.646.500 + 1.591.200 =

    Rp.38.237.700

    Time Crash dan Alternatif Percepatan

    Perhitungan durasi crash dilakukan padapekerjaan yang berada dalam lintasan kritis

    berdasarkan dari output Network Diagram

    dari program Microsoft Project. Pekerjan-

    pekerjaan yang berada pada lintasan kritis

    tersebut akan dilakukan percepatan dengan

    alternatif: Penambahan jam kerja 3 jam

    (kerja lembur) : Waktu kerja lembur di

    asumsikan rata-rata baik proyek berjalan

    normal atau lambat adalah 3 jam per hari;

    Upah pekerja untuk setiap 7 jam lembur

    pertama sebesar 2 kali upah sejam atau

    200% dari harga upah pekerja saat normal ;

    Harga peralatan tidak mengalami perubahan

    ;Produktifitas kerja pada saat jam kerja

    lembur diperhitungkan 75 % dari

  • 8/13/2019 Jurnal Volume 4 Nomor 1

    33/73

    Analisis Pertukaran Waktu dan Biaya Dengan Metode Time Cost Trade Off (Bagus Budi -Trijeti)

    31 | K o n s t r u k s i a

    produktifitas kerja pada saat normal untuk 3

    jam pertama dan 50% untuk jam berikutnya

    (informasi dari proyek); Jam kerja normal 8

    jam/hari, dengan 1 minggu kerja sebanyak 5

    hari dan 8 jam kerja hari sabtu dan minggu.

    Penambahan pekerja pada Group Kerja :Penambahan group tenaga kerja dipakai

    25% dari total group tenaga kerja yang

    sudah ada ; Penambahan Group kerja hanya

    pada pekerjaan Pembesian dan bekisting

    saja karena lebih efektif. Untuk pekerjaan

    pengecoran kurang efektif bila dilakukan

    penambahan tenga kerja / group kerja

    dikarenakan pekerjakan pengecoran

    dilakukan dengan menggunakan bantuanTower crane. Berikut pembagian group

    pekerja pada masing-masing pekerjaan data

    diambil dari informasi proyek.

    Jam kerja normal 8 jam/hari, dengan 1minggu kerja sebanyak 5 hari dan 8 jam

    kerja hari sabtu dan minggu ; Harga untuk

    penambahan tenaga kerja sama dengan

    harga normal ; Untuk kapasitas dan harga

    peralatan berat tidak mengalami perubahan

    karena diasumsikan peralatan yang dipakai

    merupakan peralatan bantu yang dipakai

    masing-masing pekerja; Penambahan group

    tenaga kerja hanya pada aktifitas pekerjaan

    yang berada pada lintasan kritis saja.

    Penambahan Kapasitas Alat : Penambahan

    alat Concrete Pump / Long Boom ;Harga

    untuk penambahan alat diambil dari harga

    normal yaitu didapat dari data kontrkator

    lapangan (termasuk harga sewa perbulan,

    harga BBM, harga mob demob peralatan) ;

    Harga satuan alat diasumsikan dihitung

    harian ;Penambahan kapasitas alat hanya

    pada aktifitas pekerjaan yang berada pada

    lintasan kritis saja ; Jumlah tenaga kerja

    tetap tidak ada penambahan ;Jam kerja

    sesuai jam kerja normal yaitu 8 jam/hari ;

    Penambahan kapasitas alat hanya pada

    pekerjaan pengecoran balok dan plat lantai

    saja; Penggunaan alat diasumsikan normal

    tanpa ada kendala mesin mati / rusak. Jadi

    dalam perhitungan tidak diperhitungkan

    faktor resiko dari mesin sendiri.

    Dari data kegiatan normal yang sudah diolah

    menggunakan Microsoft Project didapat

    kegiatan-kegiatan yang berada pada jalur

    lintasan kritis adalah sebagai berikut :Pekerjaan Persiapan pada Pekerjaan Lantai 8 :

    Pekerjaan pembesian shear wall ; Pekerjaan

    bekisting shear wall ; Pekerjaan pengecoran

    shear wall dan Pekerjaan Lantai 8A : Pekerjaan

    Bekisting Plat ; Pekerjaan Pembesian Plat ;

    Pekerjaan Pengecoran Plat ; Pekerjaan

    Pembesian shear wall ; Pekerjaan bekisting

    shear wall ; Pekerjaan pengecoran shear wall.

    Untuk pekerjaan lantai 9 lantai R.Mesin

    urutan aktifitas pada lintasan kritis samadengan pekerjaan pada setiap tahap urutan

    diatas : Pekerjaan Lantai Atap ; Pekerjaan

    Bekisting Plat ; Pekerjaan Pembesian Plat;

    Pekerjaan Pengecoran Plat

    Contoh Perhitungan durasi dan biaya akibat

    crashing :

    Pembesian Shearwall lantai 8 : a. VolumeBesi Beton = 24538.44 ; b.Biaya (upah +

    bahan)= 840 ; c.Normal Duration = 4 ;Normal Cost = 20,612,287.82

    Crash Duration : e. Produktivitas harian(a/c) = 6134.609 ; f. produktifitas tiap

    jam (e/8)= 766 ; g. Produktifitas harian

    setelah crash (8 x f) + (3 x f x 75%) =

    7851.5 ; h.Jadi Crash Time a/g = 3

    Analisa Time Cost Trade Off (TCTO)

    Penambahan jam kerja Lembur : Contoh

    perhitungan Crash Cost dan Cost Slope untuk

    alternatif 1 penambahan jam kerja lembur

  • 8/13/2019 Jurnal Volume 4 Nomor 1

    34/73

    Jurnal Konstruksia Volume 4 Nomer 1 Desember 2012

    32 | K o n s t r u k s i a

    dilakukan berdasarkan asumsi asumsi diatas

    pada pekerjaan pembesian shearwall.

    Normal Cost : a. Volume =24.538,44 kg ; b.Upah pekerja = Rp.840 ; c. Biaya Alat =

    Rp.0 ; d. Durasi Normal = 4 ; e. Normal cost(a x (b+c))) = 20.612.287,82

    Crash Duration : f. Produktifitas harian (a/d)= 6134.609 ; g. Produktifitas per jam

    (f/8jam) = 766.83 ; h. Produktifitas harian

    setelah = 7859.97 ; Crash

    (8xg)+(3xgx0.75) ; i. Crash duration (a/h) =

    3

    Crash Cost : j. Upah normal /jam (g xb.upah) = 644.133 ; k. Biaya lembur /jam

    (2xa) = 1.288.267.99 ; l. Crast cost /hari(8xa)+(3xbx0.75) = 8.051.674.93 ; m. Crash

    cosh total (i x l) = 24.155.024.79 ; n. Cost

    slope( m-e)/(d-i) = 3.542.736.97

    Penambahan Grup Kerja : Contoh perhitungan

    Crash Cost dan Cost Slope untuk alternatif 2

    penambahan group kerja dilakukan

    berdasarkan asumsi asumsi diatas pada

    pekerjaan pembesian shearwall.

    Normal Cost : a. Volume =24.538,44 kg ;b. Upah pekerja = Rp.840 ; c. Biaya Alat =

    Rp.00 ; d. Durasi Normal = 4 ; e. Normal cost

    (a x (b+c))) = 20.612.287,82 ; f. Jumlah

    orang/group = 2 group( 6 orang)

    Crash Duration : g. Produktifitas harian (a/d)= 6134.609 ; h. Penambahan pekerja kerja

    25% dari group = 0,5 group (asumsi 2

    orang) ; i. Produktifitas penambahan

    kapasitas (g+(g/f) = 9201.95 ; ; j. Crash

    duration (a/i) = 2.6 ~ 3

    Crash Cost : k. Upah setelah penambahan/hari (i x b.upah) = 7.729.607.93 ; l. Total

    C