Jurnal Tipoid 2010

download Jurnal Tipoid 2010

of 17

Transcript of Jurnal Tipoid 2010

  • 8/10/2019 Jurnal Tipoid 2010

    1/17

    HUBUNGAN TINGKAT DEMAM DENGAN HASIL PEMERIKSAAN

    HEMATOLOGI PADA PENDERITA DEMAM TIFOID

    Syamsul Arifin1Edi Hartoyo2 Dwi Srihandayani3

    1. Lecturer of Histology Departement Medical Faculty Lambung Mangkurat University2. Lecturer of Pediatric Departement Medical Faculty Lambung Mangkurat University

    3. Student of Medical Faculty Lambung Mangkurat University

    BSTRACT

    Typhoid fever is a systemic infection caused by the bacterium Salmonella typhi. The

    bacterium can produce endotoxins affecting hematological examination results and stimulate

    fever in patients with typhoid fever. This study aims to determine the correlation between

    fever and hematological examination results in patients with typhoid fever. This study was a

    retrospective descriptive analytical approach. The samples were from medical record of thepatiens with typhoid fever during Januari December 2009 which is 135 medical record. The

    medical record that suitable to inclusi criteria were 31. The result from this studi were

    subfebris typhoid fever patiens 68%, normal hemoglobin rate 77%, normal leukocyte count

    65%, and normal thrombocyte count 71%. The analysis done with chi square and fisher.

    Analysis results are the rate of fever with hemoglobin p = 1.000, the rate of fever with

    leukocyte concentration p = 1.000 and the rate of fever with thrombocyte concentration p =

    0.677. From the test we could conclude that there is no relationship between fever with

    hematological examination results in patients with typhoid fever.

    Key words: typhoid fever, fever, hemoglobin, leukocyte, thrombocyte.

    ABSTRAK

    Demam tifoid merupakan suatu infeksi sistemik yang disebabkan oleh bakteri

    Salmonella typhi. Bakteri ini dapat menghasilkan endotoksin yang mempengaruhi hasil

    pemeriksaan hematologis dan merangsang demam pada penderita demam tifoid. Penelitian ini

    bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat demam dengan hasil pemeriksaan hematologi

    pada penderita demam tifoid. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan

    pendekatan retrospektif. Data penelitian berasal dari rekam medis penderita demam tifoid

    yang dirawat di ruang rawat inap SMF kesehatan anak periode Januari Desember 2009 yangberjumlah 135. Data yang memenuhi kriteria inklusi penelitian sebanyak 31. Pada penelitian

    didapatkan penderita demam tifoid subfebris 68%, kadar hemoglobin normal 77%, kadar

    leukosit normal 65%, dan kadar trombosit normal 71%. Analisa dilakukan dengan uji chi

    squaredan fisher. Hasil analisa tingkat demam dengan kadar hemoglobin p = 1.000, tingkat

    demam dengan kadar leukosit p = 1.000 dan tingkat demam dengan kadar trombosit p =

    0.677. Berdasarkan hasil uji tersebut disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan tingkat

    demam dengan hasil pemeriksaan hematologi pada penderita demam tifoid.

    Kata-kata kunci :demam tifoid, demam, hemoglobin, leukosit, trombosit.

  • 8/10/2019 Jurnal Tipoid 2010

    2/17

    PENDAHULUAN

    Demam tifoid merupakan salah satu penyebab kematian utama di dunia dengan angka

    kematian sebesar 12,6 juta kasus dan diperkirakan terjadi 600.000 kematian tiap tahunnya.

    Hampir 80% dari kasus tersebut terjadi di Asia (Abro, dkk., 2009). Kejadian demam tifoid di

    Indonesia sekitar 1100 kasus per 100.000 penduduk per tahunnya dengan angka kematian 3,1-

    10,4% (Nasrudin, dkk.,2007). Menurut Departemen Kesehatan RI penyakit ini menduduki

    urutan kedua sebagai penyebab kematian pada kelompok umur 5-14 tahun di daerah

    perkotaan. Prevalensi penyakit ini di Kalimantan Selatan masih cukup tinggi yaitu sebesar

    1,95% (Balitbangkes.2008).

    Demam tifoid biasanya menyerang anak-anak dan dewasa muda dengan kisaran umur

    5-34 tahun (Simanjuntak. dkk., 2007). Angka kesakitan demam tifoid tertinggi terjadi pada

    umur 5-19 tahun dengan manifestasi klinis ringan (Hadinegoro, 1999 ; Musnelina dkk.,2004).

    Bakteri penyebab demam tifoid adalah Salmonella enterica serotipe typhi yang

    merupakan basil gram negatif. Penularan bakteri ini terjadi secara fecal oralmelalui makanan

    yang terkontaminasi dan mengalami masa inkubasi dalam tubuh penderita selama 7-14 hari

    (Musnelina dkk.,2004; Abro, dkk., 2009; Parry, dkk., 2002). Selama masa inkubasi tersebut

    mungkin akan ditemukan gejala prodormal yaitu perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri

    kepala, pusing dan tidak bersemangat. Kemudian menyusul gejala klinis seperti demam,

    gangguan pencernaan, dan gangguan kesadaran (FK UI, 2005).

    Salmonella typhi (S. typhi) mempunyai beberapa macam antigen yaitu antigen O

    (somatik, terdiri dari zat kompleks lipopolisakarida yang biasa disebut endotoksin), antigen H

    (flagella), antigen Vi dan Outer Membrane Proteins (FK UI, 2005; Nasrudin, dkk.,2007).

    Endotoksin dalam sirkulasi diduga menyebabkan demam dan gejala toksik pada demam tifoid

    yang lama. Kehadiran endotoksin dapat merangsang produksi sitokin. Produksi sitokin inilah

    yang dapat menyebabkan gejala-gejala sistemik. Gejala tersebut antara lain demam, muntah,

  • 8/10/2019 Jurnal Tipoid 2010

    3/17

  • 8/10/2019 Jurnal Tipoid 2010

    4/17

    METODA

    Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan pendekatan retrospektif.

    Populasi pada penelitian ini adalah pasien demam tifoid yang dirawat di Bagian Anak

    RSUD Ulin Banjarmasin periode Januari sampai Desember 2009. Adapun sampel pada

    penelitian ini diperoleh dengan teknik consecutive samplingdengan jumlah sampel minimal

    30 (Gabriel, 2000), yaitu pasien demam tifoid yang dirawat di Bagian Anak RSUD Ulin

    Banjarmasin periode Januari sampai Desember 2009 yang memenuhi kriteria inklusi sebagai

    berikut:

    1. Pasien dengan diagnosis keluar demam tifoid tanpa komplikasi dan penyakit penyerta.

    2. Pasien yang diperiksa suhu tubuhnya secara periodik.

    3. Pasien dengan hasil pemeriksaan hematologi (kadar hemoglobin, leukosit, dan trombosit).

    Hasil pemeriksaan hematologi yang digunakan adalah hasil hematologi pertama kali yang

    dilakukan dalam minggu pertama setelah pasien masuk rumah sakit.

    4. Pasien dengan terapi kloramfenikol.

    5. Pasien febris minimal 5 hari sebelum masuk rumah sakit.

    Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah rekam medik pasien yang memuat

    data pemeriksaan suhu tubuh dan hasil hematologi (kadar hemoglobin, kadar leukosit, dan

    kadar trombosit).

    Adapun variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

    1. Variabel bebas yaitu tingkat demam

    2. Variabel terikat yaitu prestasi hasil pemeriksaan hematologi (kadar hemoglobin,

    kadar leukosit, dan kadar trombosit).

  • 8/10/2019 Jurnal Tipoid 2010

    5/17

    Definisi Operasional dari variabel-variabel tersebut adalah :

    1. Demam (febris) suatu keadaan dimana terjadi kenaikan suhu diatas batas normal (Yaramis,

    dkk., 2001 ). Suhu tubuh normal pada anak bervariasi antara 36,50C-37,40C. Tingkat

    demam diklasifikasikan menjadi subfebris dan febris. Subferis jika suhu tubuh berkisar

    37,5 0C-38,20C dan febris jika suhu tubuh 38,30C (18).

    2. Pemeriksaan hematologi adalah pemeriksaan mengenai jaringan pembentuk darah.

    Pemeriksaan hematologi antara lain:

    a. Kadar hemoglobin adalah banyaknya hemoglobin dalam 1 dL darah. Kadar hemoglobin

    diklasifikasikan menjadi normal dan abnormal.

    Normal jika memenuhi kriteria sebagai berikut (Soldin, dkk., 2009).:

    Laki-laki Perempuan

    a) Newborn : 14,7 18,6 g/dL 12,7 18,3 g/dL

    b) 6 bulan 2 tahun : 10,3 12,4 g/dL 10,4 12,4 g/dL

    c) 2 6 tahun : 10,5 12,7 g/dL 10,7 12,7 g/dL

    d) 6 12 tahun : 11,0 13,3 g/dL 10,9 13,3 g/dL

    e) 12 18 tahun : 11,5 14,8 g/dL 11,2 13,6 g/dL

    Kategori abnormal jika kurang atau lebih dari standard rangenormal.

    b. Kadar leukosit adalah jumlah leukosit yang dapat diketahui melalui pemeriksaan darah

    lengkap. Kadar leukosit diklasifikasikan menjadi normal dan abnormal.

    Normal jika memenuhi kriteria sebagai berikut (Soldin, dkk., 2009):

    Laki-laki Perempuan

    a) Newborn : 6,6 13,3 x 103/L 8,0 14,3 x 10

    3/L

    b) 6 bulan 2 tahun : 6,2 14,5 x 10 /L 6,4 15,0 x 10 /L

    c) 2 6 tahun : 5,3 11,5 x 10 /L 5,3 11,5 x 10 /L

    d) 6 12 tahun : 4,4 10,5 x 103/L 4,7 10,3 x 10

    3/L

    e) 12 18 tahun : 4,5 10,0 x 10 /L 4,8 10,1 x 10 /L

  • 8/10/2019 Jurnal Tipoid 2010

    6/17

    Kategori abnormal jika kurang atau lebih dari standard rangenormal.

    c. Kadar trombosit adalah jumlah trombosit yang dapat diketahui melalui pemeriksaan

    darah lengkap. Kadar trombosit normal 150.000-400.000/L (Sacher, dkk.,2004).

    Kategori abnormal jika kurang atau lebih dari standard rangenormal.

    Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan rekam medik pasien demam

    tifoid di bagian Anak RSUD Ulin Banjarmasin pada periode Januari Desember tahun 2009.

    Hasil pengukuran suhu tubuh, kadar hemoglobin, kadar leukosit, dan kadar trombosit didata

    dari rekam medik yang telah dikumpulkan. Semua data kemudian diklasifikasikan dan

    dideskripsikan ke dalam tabel.

    Setelah data dikumpulkan dan disajikan dalam bentuk tabel kemudian dilakukan

    penilaian secara analitik dengan uji statistik chi square test dengan nilai P < 0,05. Uji

    statistik chi square test dilakukan dengan cara komputerisasi menggunakan aplikasi

    SPSS.

    Penelitian ini dilakukan di bagian anak dan bagian rekam medik RSUD Ulin

    Banjarmasin pada bulan Februari sampai Maret 2010.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui adanya hubungan tingkat demam dengan

    hasil pemeriksaan hematologi pada penderita demam tifoid. Hasil pemeriksaan hematologi

    yang diteliti adalah kadar hemoglobin, kadar leukosit dan kadar trombosit.

    Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Ulin Banjarmasin dengan

    mencatat data yang terdapat di rekam medik penderita demam tifoid pada tahun 2009 yang

    sesuai dengan kriteria inklusi. Rekam medik pasien demam tifoid sebanyak 135. Sedangkan

    rekam medik yang memenuhi kriteria inklusi berjumlah 31 sampel penelitian.

  • 8/10/2019 Jurnal Tipoid 2010

    7/17

    Data distribusi kadar hemoglobin penderita demam tifoid dapat dilihat pada gambar 1:

    Gambar 1. Distribusi kadar hemoglobin pada penderita demam tifoid di SMF/ bagian Ilmu

    Kesehatan Anak RSUD Ulin Banjarmasin tahun 2009.

    Pada pemeriksaan kadar hemoglobin ditemukan 24 orang penderita (81%) demam tifoid

    dengan kadar hemoglobin normal dan 7 orang penderita (19%) demam tifoid dengan kadar

    hemoglobin abnormal, dimana pasien anemia sebanyak 3 orang dan pasien polisitemia 4

    orang. Dari data tersebut diketahui bahwa kadar hemoglobin normal lebih banyak daripada

    yang abnormal. Kejadian kadar hemoglobin abnormal memang jarang dijumpai. Menurut

    Hosuglu penderita demam tifoid yang kadar hemoglobinnya abnormal hanya berkisar 17%

    (Hosoglu, dkk., 2004).

    Data distribusi kadar leukosit penderita demam tifoid berdasarkan hasil penelitian

    disajikan pada gambar 2:

    Gambar 2. Distribusi kadar leukosit pada penderita demam tifoid di SMF/ bagian Ilmu

    Kesehatan Anak RSUD Ulin Banjarmasin tahun 2009.

    Pada pemeriksaan leukosit ditemukan 20 penderita (65%) demam tifoid dengan kadar

    leukosit normal dan 11 penderita (35%) demam tifoid dengan kadar leukosit abnomal, dimana

    pasien leukopenia sebanyak 3 orang dan leukositosis 8 orang. Dari data tersebut diketahui

  • 8/10/2019 Jurnal Tipoid 2010

    8/17

    bahwa penderita demam tifoid dengan kadar leukosit normal lebih banyak daripada penderita

    demam tifoid dengan kadar leukosit abnormal. Abro et al (2009) telah melaporkan bahwa

    pada penderita demam tifoid hanya 14,6% penderita saja yang kadar leukositnya abnormal.

    Data distribusi kadar trombosit penderita demam tifoid disajikan pada gambar 3:

    Gambar 3 . Distribusi kadar trombosit pada penderita demam tifoid di SMF/ bagian Ilmu

    Kesehatan Anak RSUD Ulin Banjarmasin tahun 2009.

    Pada pemeriksaan trombosit ditemukan 22 penderita demam tifoid (71%) dengan kadar

    trombosit normal dan 9 penderita (29%) demam tifoid dengan kadar trombosit abnomal,

    dimana pasien trombositopenia sebanyak 5 orang dan trombositosis 4 orang. Dari data

    tersebut diketahui bahwa penderita demam tifoid dengan kadar trombosit normal lebih banyak

    daripada penderita demam tifoid dengan kadar trombosit abnormal. Abro et al(2009) telah

    melaporkan bahwa hanya 30% penderita demam tifoid saja yang kadar trombositnya

    abnormal.

    Analisis deskriftif univariat hasil hematologi pada penderita demam tifoid yang

    memiliki responden disajikan pada tabel 1:

    Tabel 1. Analisis deskriptif univariat hasil pemeriksaan hematologi pada penderita demam

    tifoid di SMF / bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUD Ulin Banjarmasin Tahun 2009.

    Hemoglobin Leukosit Trombosit Jumlah Persen (%)

    Tinggi Tinggi Tinggi 1 3,2

    Normal Tinggi Tinggi 3 9.7

    Tinggi Tinggi Normal 1 3,2

    Normal Tinggi Normal 2 6,5

    Rendah Tinggi Rendah 1 3,2

  • 8/10/2019 Jurnal Tipoid 2010

    9/17

    Normal Normal Tinggi 1 3,2

    Tinggi Normal Normal 2 6,5

    Normal Normal Normal 15 48,5

    Rendah Normal Normal 1 3,2

    Normal Normal Rendah 1 3,2

    Normal Rendah Normal 1 3,2

    Normal Rendah Rendah 1 3,2

    Rendah Rendah Rendah 1 3,2

    Jumlah 31 100

    Dari tabel 1 terlihat bahwa secara deskriptif 48,5% hasil pemeriksaan hematologi pada

    penderita demam tifoid adalah normal. Hal ini diperkirakan karena jumlah endotoksin yang

    ada di dalam tubuh penderita masih sedikit atau belum mencapai batas toksik sehingga efek

    dari endotoksin tersebut tidak terlihat. Endotoksin akan sangat berefek negatif jika jumlahnya

    cukup banyak yaitu 100 g.

    Dari hasil penelitian didapatkan data tingkat demam penderita demam tifoid seperti

    tersaji pada gambar 4:

    Gambar 4. Distribusi tingkat demam pada penderita demam tifoid di SMF/ bagian IlmuKesehatan Anak RSUD Ulin Banjarmasin tahun 2009.

    Dari 51 rekam medis tersebut didapatkan penderita subfebris sebanyak 21 orang (68%)

    dan penderita febris sebanyak 10 orang (32%). Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa

    lebih banyak tingkat demam subfebris daripada febris. Hal ini diperkirakan karena pemberian

    antipiretik sebelum pemeriksaan.

  • 8/10/2019 Jurnal Tipoid 2010

    10/17

  • 8/10/2019 Jurnal Tipoid 2010

    11/17

    Dari tabel 2 terlihat bahwa 32,3% hasil pemeriksaan hematologi pada penderita demam

    tifoid dengan tingkat demam subfebris adalah normal. Dari hasil tersebut bisa diasumsikan

    bahwa secara deskriptif terdapat hubungan tingkat demam dengan hasil hematologi, dimana

    hasil hematologi pada pasien subfebris umumnya normal. Oleh sebab itu perlu dilakukan uji

    statistik lebih lanjut.

    Hubungan tingkat demam dengan kadar hemoglobin pada penderita demam tifoid

    disajikan pada tabel 3:

    Tabel 3. Hubungan tingkat demam dengan kadar hemoglobin pada penderita demam tifoid

    di SMF / bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUD Ulin Banjarmasin Tahun 2009

    Tingkat

    Demam

    Kadar HemoglobinJumlah

    Normal Abnormal

    Subfebris 16 5 21

    Febris 8 2 10

    Jumlah 24 7 31

    Tabel 3 di atas menunjukkan 16 penderita demam tifoid subfebris dengan kadar

    hemoglobin normal, 5 penderita demam tifoid subfebris dengan kadar hemoglobin abnormal,

    8 penderita demam tifoid febris dengan kadar hemoglobin normal, dan 2 penderita demam

    tifoid febris dengan kadar hemoglobin abnormal. Data ini kemudian dianalisis dengan uji chi

    square. Berdasarkan ujichi squarediketahui bahwa terdapat nilaiexpected countyang kurang

    dari 5 sebanyak 50%. Dengan demikian data tersebut tidak dapat diuji dengan uji chi-square.

    Oleh sebab itu, maka digunakan uji fisheruntuk menganalisis data tersebut. Berdasarkan hasil

    uji fisher didapatkan bahwa nilai p = 1,000 (p > 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa tidak

    terdapat hubungan tingkat demam dengan kadar hemoglobin pada penderita demam tifoid.

    Hubungan tingkat demam dengan kadar leukosit pada penderita demam tifoid dapat

    dilihat pada tabel 4:

  • 8/10/2019 Jurnal Tipoid 2010

    12/17

    Tabel 4. Hubungan tingkat demam dengan kadar leukosit pada penderita demam tifoid di

    SMF / bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUD Ulin Banjarmasin Tahun 2009

    Tingkat

    Demam

    Kadar LeukositJumlah

    Normal Abnormal

    Subfebris 14 7 20Febris 6 4 10

    Jumlah 20 11 31

    Tabel 4 di atas menunjukkan 14 penderita demam tifoid subfebris dengan kadar leukosit

    normal, 7 penderita demam tifoid subfebris dengan kadar leukosit abnormal, 6 penderita

    demam tifoid febris dengan kadar leukosit normal, dan 4 penderita demam tifoid febris

    dengan kadar leukosit abnormal. Data ini kemudian dianalisis dengan uji chi square.

    Berdasarkan uji chi square diketahui bahwa terdapat nilai expected countyang kurang dari 5

    sebanyak 25%. Dengan demikian data tersebut tidak dapat diuji dengan uji chi-square. Oleh

    sebab itu, maka digunakan uji fisheruntuk menganalisis data tersebut. Berdasarkan hasil uji

    fisherdidapatkan bahwa nilai p = 1,000 (p > 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat

    hubungan tingkat demam dengan kadar leukosit pada penderita demam tifoid.

    Hubungan tingkat demam dengan kadar trombosit pada penderita demam tifoid tersaji

    pada tabel 5:

    Tabel 5. Hubungan tingkat demam dengan kadar trombosit pada penderita demam tifoid di

    SMF / bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUD Ulin Banjarmasin Tahun 2009

    Tingkat

    Demam

    Kadar TrombositJumlah

    Normal Abnormal

    Subfebris 14 7 21

    Febris 8 2 10

    Jumlah 22 9 31

    Tabel 5 di atas menunjukkan 14 penderita demam tifoid subfebris dengan kadar

    trombosit normal, 7 penderita demam tifoid subfebris dengan kadar trombosit abnormal, 8

    penderita demam tifoid febris dengan kadar trombosit normal, dan 2 penderita demam tifoid

    febris dengan kadar trombosit abnormal. Data ini kemudian dianalisis dengan uji chi square.

  • 8/10/2019 Jurnal Tipoid 2010

    13/17

    Berdasarkan uji chi square diketahui bahwa terdapat nilai expected countyang kurang dari 5

    sebanyak 25%. Dengan demikian data tersebut tidak dapat diuji dengan uji chi-square. Oleh

    sebab itu, maka digunakan uji fisheruntuk menganalisis data tersebut. Berdasarkan hasil uji

    fisherdidapatkan bahwa nilai p = 0,677 (p > 0,05).Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat

    hubungan tingkat demam dengan kadar trombosit pada penderita demam tifoid.

    Hasil uji yang didapat pada penelitian ini tidak sesuai dengan hipotesis peneliti yaitu

    terdapat hubungan tingkat demam dengan kadar hemoglobin, kadar leukosit dan kadar

    trombosit pada penderita demam tifoid di SMF/Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUD Ulin

    Banjarmasin Tahun 2009. Ketidaksesuaian ini dapat dipengaruhi oleh pengaturan suhu tubuh

    yang setiap individu yang berbeda-beda. Pengaturan suhu tubuh tersebut dipengaruhi oleh

    beberapa faktor antara lain (Port dan Bowne, 2007; El Radhi, dkk., 2009; Arthur G, 1997):

    1. Dehidrasi

    Pada dehidrasi terjadi vasokontriksi dan pengurangan produksi keringat sehingga

    mengurangi proses pengeluaran panas. Hal ini mengakibatkan suhu tubuh meningkat.

    2. Kecepatan metabolisme basal (BMR)

    Kecepatan metabolisme basal tiap individu berbeda-beda. Hal ini memberi dampak

    jumlah panas yang diproduksi tubuh menjadi berbeda pula.

    3. Gangguan organ

    Kerusakan organ seperti trauma atau keganasan pada hipotalamus, dapat menyebabkan

    mekanisme regulasi suhu tubuh mengalami gangguan. Kelainan kulit berupa jumlah

    kelenjar keringat yang sedikit juga dapat menyebabkan mekanisme pengaturan suhu

    tubuh terganggu.

    4. Rangsangan simpatis

    Pada situasi penuh stress, bagian simpatis dari saraf otonom terstimulasi. Neuron-neuron

    postganglionik melepaskan norephinephrin (NE) dan juga merangsang pelepasan hormon

  • 8/10/2019 Jurnal Tipoid 2010

    14/17

    ephinephrine dan norephinephrine oleh medulla adrenal sehingga meningkatkan

    metabolisme rate dari sel tubuh. Hal ini dapat mempengaruhi produksi panas tubuh.

    5. Hormon

    Hormon testosteron dan tiroid dapat meningkatkan kecepatan metabolisme basal

    sehingga dapat menyebabkan peningkatan produksi panas tubuh.

    6. Lingkungan

    Lingkungan dapat mempengaruhi suhu tubuh manusia. Suhu tubuh dapat mengalami

    pertukaran dengan lingkungan, artinya panas tubuh dapat hilang atau berkurang akibat

    lingkungan yang lebih dingin, begitu juga sebaliknya. Perpindahan suhu antara manusia

    dan lingkungan terjadi sebagian besar melalui kulit.

    Selain penjelasan tersebut di atas, tidak sesuainya hasil penelitian ini dengan hipotesis

    peneliti diperkirakan karena tidak diketahuinya jumlah endotoksin yang ada di dalam tubuh

    penderita demam tifoid. Variasi jumlah endotoksin di dalam tubuh penderita demam tifoid ini

    menyebabkan hasil tingkat demam dan hematologi yang bervariasi. Selain itu sistem imun

    penderita juga mempengaruhi hasil, di mana jika sistem imun penderita cukup baik maka

    kemampuan tubuh untuk melawan invasi bakteri pun bisa lebih cepat dan baik sehingga hasil

    pemeriksaan suhu tubuh dan hematologinya pun baik. Sistem imun tersebut juga dipengaruhi

    beberapa faktor antara lain umur, lingkungan tempat tinggal dengan polusi industri, dan

    paparan terus menerus terhadap bahan kimia seperti formaldehyde, benzol, aseton, dan lain-

    lain (Eringiene, dkk., 2006).

    Walaupun hasil penelitian ini menunjukkan hubungan yang tidak bermakna namun

    penelitian ini sendiri memiliki makna bahwa jika penderita demam tifoid suhu tubuh tidak

    terlalu tinggi belum tentu hasil pemeriksaan hematologinya normal saja. Masih perlu

    diwaspadainya penurunan ataupun peningkatan hasil hematologi pada penderita demam tifoid

  • 8/10/2019 Jurnal Tipoid 2010

    15/17

    PENUTUP

    A. Simpulan

    Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik simpulan bahwa:

    1. Tidak terdapat hubungan tingkat demam dengan kadar hemoglobin pada penderita

    demam tifoid di SMF/Bagian ilmu kesehatan anak RSUD Ulin Banjarmasin tahun 2009.

    2. Tidak terdapat hubungan tingkat demam dengan kadar leukosit pada penderita demam

    tifoid di SMF/Bagian ilmu kesehatan anak RSUD Ulin Banjarmasin tahun 2009.

    3. Tidak terdapat hubungan tingkat demam dengan kadar trombosit pada penderita demam

    tifoid di SMF/Bagian ilmu kesehatan anak RSUD Ulin Banjarmasin tahun 2009.

    B. Saran

    Beberapa saran yang dapat peneliti sampaikan, yaitu:

    1. Perlu diperhatikannya faktor-faktor lain yang mempengaruhi demam seperti dehidrasi,

    Basal Metabolik Rate, gangguan organ, rangsangan simpatis, hormon, dan lingkungan.

    2. Perlu dilakukan pemeriksaan hematologi awal dan akhir sehingga proses perjalanan

    penyakit dapat diketahui.

    DAFTAR PUSTAKA

    Arthur C. Guyton, John E. Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Jakarta: EGC, 1997.

    Abro AH, Abdou AMS, Gangwani JL, Younis NJ, Hussaini HS. Hematological and

    biochemical changes in typhoid fever. Pak J Med Sci 2009; 25(2): 166-171.

    Al-Sagair OA, El-Daly ES, Mousa AA. Influence of bacterial endotoxin on bone marrow and

    blood components. Medical Journal of Islamic World Academy of Sciences 2009; 17(1):

    23-26.

    Bhutta ZA. Current concept in the diagnosis and treatment of typhoid fever. BMJ 2006; 333:

    78-82.

  • 8/10/2019 Jurnal Tipoid 2010

    16/17

  • 8/10/2019 Jurnal Tipoid 2010

    17/17