Jurnal Teknika November 2014

17
JURNAL.POLIMDO.AC.ID 28 JURNAL TEKNIKA, Edisi 14, No. 2, November 2014: Pendahuluan Wilayah Minahasa Selatan dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Minahasa Selatan dan Kota Tomohon di Provinsi Sulawesi Utara oleh DPR RI. Namun kedua daerah pemekaran baru ini dir- esmikan pada tanggal 4 Agustus 2003 1 . Ibukota Kabupaten Minahasa Selatan adalah Amurang. Pemerintah Kabupaten dalam melaksanakan Pembangunan Kabupaten Mi- nahasa Selatan pada kurun waktu 2010-2015, dilakukan dengan memperhatikan be- berapa hal penting, diantaranya : pembangunan Kabupaten Minahasa Selatan untuk 5 (lima) tahun ke depan tekanannya diletakkan pada penguatan peningkatan masyarakat; Basis dari masyarakat yang terletak pada persatuan dan kerukunan antar umat beraga- ma, antar etnis maupun antar daerah, kesejahteraan yang berkualitas serta menjunjung 28 - 43 KAJIAN PEMBANGUNAN PUSAT PERBELANJAAN MODERN SEBAGAI PROGRAM REVITALISASI PUSAT KOTA AMURANG Pierre Holy Gosal (Dosen Fakultas Teknik - Universitas Sam Ratulangi) Abstract; Revitalization is an attempt to re-vitalize a region or a part of town that was once vital / life, but then suffered a setback / degradation. Scale revitalization consist of macro and micro levels. The process of revitalization of an area include improvement of physical aspects, economic and social as- pects. The problems are traced is, in the downtown area Amurang there is a building owned by the Government of the District that are not functioning. The building was originally a meeting building is old and not well maintained. The purpose of this activity is to produce an implementation of the revitali- zation of the building contained especially in the downtown area Amurang. The method used is a prag- matic design with attention to architectural trends in existing commercial buildings. Trends in the shape and style of architecture on commercial buildings in general are contemporary and changes so that this design should facilitate the event of a change. The results of this study is a concept of building revitali- zation in the form of mall though with a small site but with the use of a basement and two floors of space services effective enough to give the impression of a modern shopping so the people in Amurang do not need to come to Manado to look for a shopping mall. Keywords; revitalization, amurang, mall, building. Abstrak; Revitalisasi adalah upaya untuk memvitalkan kembali suatu kawasan atau bagian kota yang dulunya pernah vital/hidup, akan tetapi kemudian mengalami kemunduran/degradasi. Skala revitalisasi ada tingkatan makro dan mikro. Proses revitalisasi sebuah kawasan mencakup perbaikan aspek fisik, aspek ekonomi dan aspek sosial. Permasalahan yang ditelusuri adalah, didalam kawasan pusat kota Amurang terdapat sebuah bangunan milik Pemerintah Kabupaten yang tidak berfungsi. Bangunan ini awalnya adalah bangunan pertemuan yang sudah tua dan tidak terawat. Tujuan pelaksanaan kegiatan ini adalah untuk menghasilkan suatu pelaksanaan revitalisasi khusunya bangunan yang terdapat dalam ka- wasan pusat kota Amurang. Metode yang digunakan adalah desain pragmatis dengan memperhatikan tren arsitektur pada bagunan komersil yang ada. Tren bentuk dan gaya arsitektur pada bangunan komersil pada umunya adalah kontemporer dan berubah-berubah sehingga desain ini harus dapat mem- fasilitasi bila terjadi perubahan. Hasil kajian ini adalah sebuah konsep bangunan revitalisasi dalam ben- tuk mall meskipun dengan site kecil tetapi dengan penggunaan basement dan 2 lantai ruang jasa cukup efektif untuk memberikan kesan perbelanjaan modern sehingga masyarakat Kota Amurang tidak perlu datang ke Manado untuk mencari mall perbelanjaan. Kata-kata Kunci; revitalisasi, amurang, mall, bangunan.

Transcript of Jurnal Teknika November 2014

Page 1: Jurnal Teknika November 2014

JURNAL.P

OLIMDO.AC.ID

28 JURNAL TEKNIKA, Edisi 14, No. 2, November 2014:

Pendahuluan

Wilayah Minahasa Selatan dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun

2003 tentang Pembentukan Kabupaten Minahasa Selatan dan Kota Tomohon di

Provinsi Sulawesi Utara oleh DPR RI. Namun kedua daerah pemekaran baru ini dir-

esmikan pada tanggal 4 Agustus 20031. Ibukota Kabupaten Minahasa Selatan adalah

Amurang. Pemerintah Kabupaten dalam melaksanakan Pembangunan Kabupaten Mi-

nahasa Selatan pada kurun waktu 2010-2015, dilakukan dengan memperhatikan be-

berapa hal penting, diantaranya : pembangunan Kabupaten Minahasa Selatan untuk 5

(lima) tahun ke depan tekanannya diletakkan pada penguatan peningkatan masyarakat;

Basis dari masyarakat yang terletak pada persatuan dan kerukunan antar umat beraga-

ma, antar etnis maupun antar daerah, kesejahteraan yang berkualitas serta menjunjung

28 - 43

KAJIAN PEMBANGUNAN PUSAT PERBELANJAAN MODERN SEBAGAI PROGRAM REVITALISASI PUSAT KOTA AMURANG

Pierre Holy Gosal (Dosen Fakultas Teknik - Universitas Sam Ratulangi)

Abstract; Revitalization is an attempt to re-vitalize a region or a part of town that was once vital / life, but then suffered a setback / degradation. Scale revitalization consist of macro and micro levels. The process of revitalization of an area include improvement of physical aspects, economic and social as-pects. The problems are traced is, in the downtown area Amurang there is a building owned by the Government of the District that are not functioning. The building was originally a meeting building is old and not well maintained. The purpose of this activity is to produce an implementation of the revitali-zation of the building contained especially in the downtown area Amurang. The method used is a prag-matic design with attention to architectural trends in existing commercial buildings. Trends in the shape and style of architecture on commercial buildings in general are contemporary and changes so that this design should facilitate the event of a change. The results of this study is a concept of building revitali-zation in the form of mall though with a small site but with the use of a basement and two floors of space services effective enough to give the impression of a modern shopping so the people in Amurang do not need to come to Manado to look for a shopping mall. Keywords; revitalization, amurang, mall, building.

Abstrak; Revitalisasi adalah upaya untuk memvitalkan kembali suatu kawasan atau bagian kota yang dulunya pernah vital/hidup, akan tetapi kemudian mengalami kemunduran/degradasi. Skala revitalisasi ada tingkatan makro dan mikro. Proses revitalisasi sebuah kawasan mencakup perbaikan aspek fisik, aspek ekonomi dan aspek sosial. Permasalahan yang ditelusuri adalah, didalam kawasan pusat kota Amurang terdapat sebuah bangunan milik Pemerintah Kabupaten yang tidak berfungsi. Bangunan ini awalnya adalah bangunan pertemuan yang sudah tua dan tidak terawat. Tujuan pelaksanaan kegiatan ini adalah untuk menghasilkan suatu pelaksanaan revitalisasi khusunya bangunan yang terdapat dalam ka-wasan pusat kota Amurang. Metode yang digunakan adalah desain pragmatis dengan memperhatikan tren arsitektur pada bagunan komersil yang ada. Tren bentuk dan gaya arsitektur pada bangunan komersil pada umunya adalah kontemporer dan berubah-berubah sehingga desain ini harus dapat mem-fasilitasi bila terjadi perubahan. Hasil kajian ini adalah sebuah konsep bangunan revitalisasi dalam ben-tuk mall meskipun dengan site kecil tetapi dengan penggunaan basement dan 2 lantai ruang jasa cukup efektif untuk memberikan kesan perbelanjaan modern sehingga masyarakat Kota Amurang tidak perlu datang ke Manado untuk mencari mall perbelanjaan. Kata-kata Kunci; revitalisasi, amurang, mall, bangunan.

Page 2: Jurnal Teknika November 2014

JURNAL.P

OLIMDO.AC.ID

29

tinggi kesadaran masyarakat majemuk. Indikator masyarakat Minahasa Selatan yang

terletak pada tatanan kehidupan yang demokratis, berbudaya, religius, sehat dan cer-

das, serta memiliki komitmen untuk maju dan berkembang yang dilandasi dengan

iman dan takwa.

Revitalisasi adalah upaya untuk memvitalkan kembali suatu kawasan atau bagian kota

yang dulunya pernah vital/hidup, akan tetapi kemudian mengalami kemunduran/

degradasi. Skala revitalisasi ada tingkatan makro dan mikro. Proses revitalisasi sebuah

kawasan mencakup perbaikan aspek fisik, aspek ekonomi dan aspek sosial. Pendekatan

revitalisasi harus mampu mengenali dan memanfaatkan potensi lingkungan yaitu se-

jarah, makna, keunikan lokasi dan citra tempat. (Danisworo, 2002). Revitalisasi

sendiri bukan sesuatu yang hanya berorientasi pada penyelesaian keindahan fisik saja,

tapi juga harus dilengkapi dengan peningkatan ekonomi masyarakatnya serta

pengenalan budaya yang ada. Untuk melaksanakan revitalisasi perlu adanya keterli-

batan masyarakat.2 Keterlibatan yang dimaksud bukan sekedar ikut serta untuk men-

dukung aspek formalitas yang memerlukan adanya partisipasi masyarakat, selain itu

masyarakat yang terlibat tidak hanya masyarakat di lingkungan tersebut saja, tapi

masyarakat dalam arti luas (Laretna, 2002).3

Kota Amurang mengalami perkembangan yang sangat pesat karena memiliki potensi-

potensi alam yang begitu banyak. Pertanian kelapa telah berkembang sejak jaman

pendudukan Belanda (Abad ke-15) dimana wilayah Wilayah Amurang sangat cocok

dengan tanaman kelapa dalam. Dan hal ini terbukti benar karena hinga kini kelapa

masih menjadi andalan utama di Kabupaten Minahasa Selatan. Kawasan pusat kota

Amurang adalah kawasan yang harga tanahnya mahal dan memiliki potensi yang san-

gat kuat dalam hal perdagangan dan jasa. Fungsi ekonomi kawasan ini sangat besar

sehingga Pemerintah Kabupaten Minahasa Selatan melalui Badan Perencana Pem-

bangunan Daerah merencanakan untuk melakukan revitalisasi kawasan ini dengan

menempatkan sebuah bangunan mall pada lokasi tanah yang dimiliki. Kawasan Pusat

Kota yang di Revitalisasi oleh Pemerintah adalah Kawasan Pusat Kota yang mencakup

luas +/- 60 KM2. Yang akan revitalisasi Tahun 2013 adalah Redesain Blok seluas

2.400 M2 untuk dijadikan sebagai Pusat Perbelanjaan Modern dalam bentuk “Mall”.

Keberhasilan revitalisasi sebuah kawasan akan terukur bila sesudah pelaksanaan, ka-

wasan itu mampu menciptakan lingkungan yang menarik. Kegiatan revitalisasi terse-

but harus berdampak positif serta dapat meningkatkan dinamika dan kehidupan sosial

masyarakat/warga (public realms). Sudah menjadi sebuah tuntutan yang logis, bahwa

kegiatan perancangan dan pembangunan kota untuk menciptakan lingkungan sosial

yang berjati diri (place making) dan hal ini pun selanjutnya perlu didukung oleh suatu

pengembangan institusi yang baik.

KAJIAN PEMBANGUNAN PUSAT PERBELANJAAN MODERN SEBAGAI PROGRAM REVITALISASI PUSAT KOTA AMURANG

(Pierre Holy Gosal)

Page 3: Jurnal Teknika November 2014

JURNAL.P

OLIMDO.AC.ID

30 JURNAL TEKNIKA, Edisi 14, No. 2, November 2014:

Studi Pustaka

Latar Belakang Pembangunan kota Amurang sampai saat ini dalam berbagai hal se-

dang direncanakan oleh pemerintah melalui Kajian Tata Ruang yaiut Rencana Tata

Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Minahasa Selatan. Salah satu perkembangan yang

ada di dalam kota Amurang sendiri adalah pengembangan pusat kota sebagai kota

konservasi. Pertimbangan konservasi ini didasarkan pada nilai sejarah yang dimiliki

kota tersebut.4 Struktur kota Amurang yang merupakan perpaduan konsep path and

node dengan simpul-simpul yang merupakan titik pertemuan pada pola jalan ring dan

through road. Pusat kota di Amurang mempunyai segitiga pertumbuhan kawasan dan

membentuk titik-titik simpul aktivitas perdagangan dan komersil. Dengan struktur kota

Amurang seperti ini, menjadikan kawasan Bubakan dan sekitarnya sebagai kawasan

yang cukup strategis. Tempat seperti ini dinamakan sebagai ruang penghubung atau

ruang transisi. Penataan dan pengembangan kawasan pusat kota ini dilakukan dengan

memperhatikan potensipotensi yang ada, antara lain :

a). Kawasan pusat kota ini diberikan Pengembangan Konsep Ruang Komersial Rekre-

atif dan merupakan kawasan perdagangan dan jasa; b). Terletak di dalam kawasan

pusat kota, yang dewasa ini telah / sedang ditata sebagai kawasan wisata kota kon-

servasi; c). Kawasan ini terletak disebelah simpul jalur lalu-lintas dari dalam dan luar

kota yaitu Jalan Trans Sulawesi yang jarkanya hanya 1 blok.

Kawasan kuno merupakan salah satu bagian penting bagi pertumbuhan suatu kota. 5

Kawasan yang oleh Prof. Ir. Eko Budiharjo. Msc. Disebut sebagai bayangan kota ini,

mempunyai nilai sejarah dan ekonomi untik perkembangkan kota karena nilai yang

tinggi yang masih terpendam, maka ia juga dapat disebut dengan the golden area, atau

kawasan tambang emas. Untuk mempertahankan nilai emasnya, maka perlu dilakukan

konservasi dan revitalisasi. Konservasi dan revitalisasi ini merupakan usaha dalam

upaya peremajaan kota terutama kota yang telah mengalami penurunan kualitas.

Peremajaan kota adalah istilah yang digunakan mengenai area yang mengalami

penurunan kualitas atau telah terjadi proses kekumuhan. Merosotnya kualitas suatu

ruang kota biasanya disebabkan karena beberapa penurunan keadaan kualitas, seperti:

1). Tata letak lingkungan fisik secara keseluruhan tidak memungkinkan lagi untuk

menampung jenis kegiatan baru; 2). Tingkat pencapaian yang buruk serta tidak

menguntungkan, ruang parkir yang kurang dan tidak dapat diperluas lagi, organisasi

ruang serta hubungan fungsional yang buruk, dan sebagainya; 3). Peruntukan lahan

tidak lagi sesuai dengan status kawasan tersebut di dalam konteks tata kota.

Bila dikaitkan dengan kota, peremajaan kota merupakan upaya penataan kembali suatu

ruang kota dengan cara mengganti seluruhnya atau sebagian saja dengan elemen-

elemen fisik kota baru dalam pengertian lebih baik dengan tujuan untuk meningkatkan

vitalitas suatu ruang kota. Penetaan kembali suatu ruang kota sangat tergantung dari

kondisi ruang yang akan ditata. Pada dasarnya tujuan dari penataan kembali mencakup

28 - 43

Page 4: Jurnal Teknika November 2014

JURNAL.P

OLIMDO.AC.ID

31

tiga hal pokok yaitu: meningkatkan taraf hidup kehidupan pada area yang ditata kem-

bali, memberikan vitalitas baru, dan menghidupkan kembali vitalitas yang lama telah

pudar.

Menurut Prof. Eko Budiharjo, M.Sc, manfaat yang dapat di peroleh dari upaya peles

tarian, antara lain : 1). Pelestarian memperkaya pengalaman visual, menyalurkan has-

rat berkesinambungan, memberi kaitan berarti dengan masa lalu, serta memberi pili-

han untuk tinggal dan bekerja disamping lingkungan modern ; 2). Pada saat perubahan

dan pertumbuhan terjadi secara cepat sepert I saat ini, pelestarian lingkungan lama

memberi suasana permanent yang menyegarkan ; 3). Pelestarian memberi pengalaman

psikologis bagi seseorang untuk dapat melihat, menyentuh, merasakan buktibukti se-

jarah ; 4). Pelestarian mewariskan arsitektur, menyediakan catatan histories tentang

Pengembangan Konsep Ruang Komersial Rekreatif masa lalu dan melambangkan

keterbatasan kehidupan manusia ; 5). Pelestarian lingkungan lama adalah salah satu

asset komersial dalam kegiatan wisata internasional.5

Menurut Prof. Budiharjo, M.Sc., dalam The Burra Charter for The Conservation of

Places of Cultural Signifigance 1981, tentang preservasi dan konservasi suatu tinjauan

teori kota, secara eksplisit diperoleh batasan pengertian konservasi yang mencakup

seluruh proses kegiatan mulai dari preservasi, restorasi, rehabilitasi, rekonstruksi,

adaptasi sampai revitalisasi.5 Revitalisasi adalah suatu bentuk metoda konservasi un-

tuk menghidupkan kembali suatu kawasasn bengan pengembangan fungsi baru tanpa

meninggalkan nilai-nilai lama dan jiwa tempat tersebut. Sedangkan menurut Ir. Harry

Miarsono, M.Arch., revitalisasi adalah merubah suatu tempat agar dapat digunakan

unutk fungsi yang lebih sesuai, dimana tidak menuntut perubahan drastic atau hanya

memerlukan sedikit dampak. Suatu area pelestarian tidak harus menjadi area yang mati

tetapi kegiatan social, ekonomi, dan budidayanya justru perlu dikembangkan dan dit-

ingkatkan secara selektif dan bangunan baru harus diadaptasi dengan bangunan kuno

yang ada.6

Gejala perkotaan yang mengakibatkan percepatan pertumbuhan kota karena terjadinya

pergeseran pusat-pusat kegiatan dan fungsi kawasan dari pusat kota yang melebar ke

bagian kota yang lain sebagai akibat dari manajemen pertumbuhan kota yang kurang

baik, terjadinya business flight yang menyebabkan berubahnya fungsi landuse dan

space use kawasan. Kawasan pusat kota yang semula merupakan kawasan strategis

kota, berangsurangsur mengalami pergeseran fungsi yang menyebabkan meluasnya

kawasan itu atau malah berpindah kawasan yang lebih berkembang.

Kota Amurang merupakan kawasan histories dengan pemanfaatan lahan mixed-use

yakni permukiman dan perdagangan/jasa. Selain aktifitas pemukiman, aktifitas lain

yang diharapkan dapat menjadi magnet pembangkit kawasan adalah aktifitas

perekonomian. Aktifitas tersebut meliputi perkantoran, perdagangan, dan

KAJIAN PEMBANGUNAN PUSAT PERBELANJAAN MODERN SEBAGAI PROGRAM REVITALISASI PUSAT KOTA AMURANG

(Pierre Holy Gosal)

Page 5: Jurnal Teknika November 2014

JURNAL.P

OLIMDO.AC.ID

32 JURNAL TEKNIKA, Edisi 14, No. 2, November 2014:

pergudangan, yang umumnya hanya menghidupkan kawasan pada siang hari dan ku-

rang mendukung pada malam hari. Dipandang dari segi urban design, kondisi kawasan

pusat kota Amurang ditandai dengan hilangnya elemen-elemen urban design, antara

lain berupa artefak yang rusak, kekacauan urban fabric, fasade, dan komposisi yang

kacau, terjadi space-use kawasan dengan pembagian zoning yang kurang jelas, tercipta

aktivitas yang tidak memungkinkan kawasan hidup dalam 24 jam setiap harinya,

bahkan sebagian besar kawasan telah mengalami suasana mati.

Metode

Metode yang digunakan adalah desain pragmatis dengan memperhatikan tren arsi-

tektur pada bagunan komersil yang ada. Tren bentuk dan gaya arsitektur pada

bangunan komersil pada umunya adalah kontemporer dan berubah-berubah sehingga

desain ini harus dapat memfasilitasi bila terjadi perubahan. Konsep minimalis yang

sekarang sedang menjadi tren bangunan komersil lokasl masih digunakan. Memang

saat ini secara internasional sementara berkembang arsitektur dekonstruksi pada

bangunan-bangunan publik tapi karena bangunan ini tidak cukup besar sehingga

penerapan metode desain dekonstruksi tidak dapat digunakan.

Pola pikir perencanaan yang diterapkan adalah Systematic Design (Pola pikir Klasik)

tetapi apclicable pada bangunan-bangunan kecil. Pola sistematis ini dimulai dengan

data. Data yang diperleh dianalisis terhadap fungsi lalu diuraikan secara berkait setiap

fungsi-fungsi yang ada sampai terbentuk ruang. Hasil sintesa ini dievaluasi sebelum

sebuah kesimpulan akhir dibuat. Bila dalam proses terjadi kesulitas atau masalah,

maka kembali pada proses sebelumnya. Jadi bila hasil sintesa terdapat keraguan maka

kembali pada analisis. Jika hasil analisis tidak sesuai dengan hasil analisisi lainnya,

maka kembali pada data sehingga dimungkinkan terjadnya survey lapangan lebih dari

satu kali untuk memenuhi setiap kebutuhan analisis. Pola pikir ini dapat diturunkan

dalam sebuah bagan. (Gambar 1):

Gambar 1. Pola Pikir Analisis Perencanaan Revitalisasi

Hasil dan Pembahasan

Jumlah Desa dan Kelurahan keseluruhan di Kabupaten Minahasa Selatan berjumlah :

177 Desa/Kelurahan. Jumlah penduduk 197.755 jiwa ynag terdiri atas 102.564 laki-

laki dan 95.191 wanita. Batas-batas Kabupaten Minahasa Selatan (gambar 1) : Sebe-

lah Utara dengan Kabupaten Minhasa, Sebelah Timur dengan Kabupaten Mi-

nahasa Tenggara, Sebelah Selatan dengan Kabupaten Bolaang Mongondow, dan Sebe-

lah Barat dengan Laut Sulawesi (Gambar 2).

28 - 43

Page 6: Jurnal Teknika November 2014

JURNAL.P

OLIMDO.AC.ID

33

Gambar 2. Peta Kabupaten Minahasa Selatan

Menurut catatan sejarah Hary Kawilarang, kata “Amurang” berasal dari kata

“Uwuran” yaitu nama tempat di pusat kota Amurang sekarang dan hingga kini masih

bernama tersebut. Simon Kos, seorang Belanda, pejabat VOC di Ternate pada tahun

1630 memasuki tanah Minahasa dibawah pengaruh Spanyol. Kos melaporkan hasil

perjalanannya kepada Batavia yang waktu itu menjadi pusat pemerintahan dibawah

kekuasaan persekutuan dagang, „Verenigde Oost-Indiesche Compagnie.” Kos

melaporkan bahwa Sulawesi Utara cukup potensial, baik lahan maupun posisi letaknya

strategis sebagai jalur lintas rempah-rempah dari perairan Maluku menuju Asia-Timur.

Lagi pula jalur lintas niaga laut lebih tenang bagi pelayaran kapal-kapal kayu diband-

ing melalui Laut Cina Selatan. Kos melaporkan bahwa kehadiran Spanyol di Laut Su-

lawesi hingga perairan Maluku Utara merupakan ancaman bagi kepentingan niaga

VOC bila ingin menguasai gudang rempah-rempah kepulauan Maluku.7

Struktur kota Amurang yang merupakan perpaduan konsep path and node dengan sim-

pul-simpul yang merupakan titik pertemuan pada pola jalan ring dan through road.

Pusat kota di Amurang mempunyai segitiga pertumbuhan kawasan dan membentuk

titik-titik simpul aktivitas perdagangan dan komersil. Ketiga titik simpul tersebut ada-

lah kawasan pasar uwuran, kawasan tumpaan, dan kawasan kawangkoan bawah.

Dengan struktur kota Amurang seperti ini, menjadikan kawasan Pusat Kota Uwuran

dan sekitarnya sebagai kawasan yang cukup strategis. Tempat seperti ini dinamakan

sebagai ruang penghubung atau ruang transisi sekaligus sebagai sentral aktifitas kota.

Penataan dan pengembangan kawasan Pusat Kota Amurang ini dilakukan dengan

memperhatikan potensi-potensi yang ada, antara lain : kawasan ini merupakan kawa-

san perdagangan dan jasa; terletak didalam kawasan pusat kota, yang dewasa ini telah/

sedang ditata sebagai kawasan wisata kota konservasi; kawasan ini terletak di sebelah

simpul jalur lalu-lintas dari dalam dan luar kota. Strategi penataan kawasan ini dengan

memanfaatkan kembali bangunan-bangunan tua dengan beberapa penyesuaian dan

konservasi pada kawasan yang dianggap bersejarah, kuno, atau memiliki kekayaan

berupa bangunan kuno berarsitektur spesifik yakni Benteng Portugis dan Gereja Sen-

trum.

KAJIAN PEMBANGUNAN PUSAT PERBELANJAAN MODERN SEBAGAI PROGRAM REVITALISASI PUSAT KOTA AMURANG

(Pierre Holy Gosal)

Page 7: Jurnal Teknika November 2014

JURNAL.P

OLIMDO.AC.ID

34 JURNAL TEKNIKA, Edisi 14, No. 2, November 2014:

Perencanaan ruang transisi di kawasan pusat kota dengan fasilitas utama sebagai pusat

perdagangan dan jasa dengan sifat komersial ini diharapkan menjadi kawasan yang

mampu menjadi magnet bagi kawasan-kawasan sekitarnya, sehingga dalam perkem-

bangan ruang transisi ini secara aktif meningkatkan taraf hidup kawasan sektiar. Arah

dari tujuan tersebut dapat dicapai dengan memberikan konsep yang mengoptimalkan

penggunaan lahan sebagai lahan perdagangan dan jasa. Tata guna lahan sebagai

perdagangan dan jasa ini dikembangkan dengan penggunaan ruang/spaceuse bersifat

komersial rekreatif. Perdagangan dengan konsep ruang komersial rekreatif diharapkan

mampu menciptakan magnet kawasan sendiri sehingga akan melahirkan aktifitas

komunitas manusia pada kawasan tersebut.

Kecenderungan dalam perencanaan kota adalah memanfaatkan kembali bangunan-

bangunan tua dengan beberapa penyesuaian dan konservasi pada kawasan yang diang-

gap bersejarah, kuno, atau memiliki kekayaan berupa bangunan kuno berarsitektur spe-

sifik. Pemanfaatan kembali deangan penyesuaian dan penyerapan konservasi tidak

lagi terbatas tujuan pelestarian sejarah, namun juga mencakup pembuatan desain baru

serta pemugaran bangunan dan lingkungan yang bertujuan untuk memenuhi tuntutan

dan kebutuhan baru melalui re-adaptive use. Pada dasarnya pengembangan kota yang

telah mengalam pergesaran fungsi adalah dengan upaya memunculkan kembali aktifi-

tas-aktifitas kegiatan pada bagian kota tersebut. Upaya pemunculan kembali aktifitas

kegiatan pada kawasan pusat kota Amurang yang telah mengalami kemerosotan dan

kemunduran yang merupakan kegiatan yang tidak mudah. Kegiatan tersebut tidak bias

dimunculkan begitu saja dilingkungan pusat kota. Kegiatan tersebut harus dipancing

dengan daya tarik yang ada pada kawasan pusat kota. Daya tarik sejarah pusat kota

hanya merupakan suatu potensi yang dapat dikembangkan.

Kota Amurang sendiri mempunyai struktur tata ruang kota yang merupakan perpaduan

konsep paths and nodes dengan simpul-simpul yang merupakan titik pertemuan pada

pola jalan ring and through road. Saat ini pusat kota Amurang dibatasi oleh Jalan Uta-

ma yaitu jalan Trans Sulawesi yang menghubungkan wilayah-wilayah di Provinsi Sul-

wesi Utara s/d Sulawesi Selatan, dan sebagai akbat dari konsep path and nodes ini,

maka titik-titik simpul tersebut timbul sebagai pusat perdagangan. Dikarenakan meru-

pakan titik simpul dan aktifitas perdagangan, maka kawasan Pusat Kota Amurang ini

menjadi kawasan yang sangat padat sebagai akibat bertumpuknya aktifitas

perdagangan dan jasa yang akan terus berlanjut apabila tanpa dilakukan usaha pena-

taan dan pengembangan kawasan.

Karakteristik daerah tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :

A. Kondisi Fisik

Secara umum kondisi fisik daerah perancanaan ini berupa dataran yang landai dengan

kemiringan tanah antar 0%-2%. Kemiringan ini membujur dari selatan menuju utara

kawasan. Sedangkan kondisi jenis tanahnya, kawasan Pusat Kota Amurang ini

28 - 43

Page 8: Jurnal Teknika November 2014

JURNAL.P

OLIMDO.AC.ID

35

mempunyai jenis tanah alluvial hidromorf. Sebagai kawasan perdagangan dan jasa,

kawasan ini mempunyai cirri fisik yang terlihat dengan peralihan beberapa kawasan,

dari fungsi pemukiman menjadi perkotaan. Perubahan fungsi ini menuntut perubahan

tampak bangunan menjadi beraneka ragam dan warna. Keanekaragaman tampak

bangunan ini telah menjadikan kawasan Bubakan sendiri secara visual mencerminkan

kawasan yang sibuk, apalagi didukung dengan lingkungan yang kurang tertata teruta-

ma kaki lima-kaki lima serta kemerosotan daya dukung jalan.

B. Kondisi Perekonomian

Pada kawasan ini, termasuk juga jalan-jalan yang menghubungkannya dengan kawasan

disekitarnya, kegiatan bisnis/perdagangan dan jasa sangat mendominasi,

kegiatankegiatan tersebut meliputi, modern dan tradisional (pedagang grosir, pedagang

kaki lima), jasa, perbankan, dan hotel, yang diantara satu dengan yang lain nya saling

mendukung memenuhi kebutuhan pengguna kawasan ini. Kegiatan-kegiatan utama

tersebut menyebabkan pertumbuhan pemukiman yang mempunyai kepadatan tinggi.

Kecenderungan perkembangan kegiatan perdagangan pada kawasan ini adalah

kesemua arah yang tampak nyata dengan mengikuti jalur lalu-lintas dari dan ke kawa-

san Pusat Kota Amurang ini.

C. Kondisi Kependudukan

Kawasan Pusat Kota Amurang menurut termasuk dalam wilayah kecamatan Amurang

(Wilayah ini hasil pemekaran Kecamatan Amurang lama mendjadi Kecamatan Amu-

rang, Amurang Barat dan Amurang Timur). Wilayah kecematan Amurang mempunyai

luas 64,997 Ha, dengan jumlah penduduk (2011) sebanyak 8.858 jiwa. Sedangkan dari

sekian jumlah penduduk pada kecematan tersebut, hanya 4,655 jiwa mempunyai mata

pencaharrian dan 656 jiwa (14,01%) diantaranya berpencaharian sebagai pedagang.

D. Tata Guna Lahan Kawasan Perencanaan

Menurut Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Minahasa Selatan dan Land Use

Kota Amurang, kawasan daerah perencanaan Pusat Kota Amurang termasuk pada seg-

men dengan tata guna lahan bagi peruntukan perdagangan dan jasa. Bertolak dari

struktur dan image kawasan ini, maka dapat ditentukan magnet-magnet pengem-

bangan pada bagian-bagian tertentu dalam kawasan, yang selanjutnya selain akan

menarik perkembangan kegiatan, juga akan menentukan nuansa kawasan. Sedangkan

menurut rencana tata ruang kota kawasan perdagangan, kawasan perencanaan merupa-

kan kawasan yang dikembangkan sebagai pusat perdagangan dengan lingkup pela-

yanan local da regional propinsi.

E. Peran Dan Fungsi Kawasan Pusat Kota Amurang

Secara umum kawasan perencanaan menurut tata guna lahannya merupakan daerah

perdagangan dan jasa. Aktifitas perdagangan dan jasa pada daerah ini, secara regional

telah menimbulkan image tersendiri baik bagi penduduk daerah di luar kawasan meu-

KAJIAN PEMBANGUNAN PUSAT PERBELANJAAN MODERN SEBAGAI PROGRAM REVITALISASI PUSAT KOTA AMURANG

(Pierre Holy Gosal)

Page 9: Jurnal Teknika November 2014

JURNAL.P

OLIMDO.AC.ID

36 JURNAL TEKNIKA, Edisi 14, No. 2, November 2014:

pun penduduk didalam daerak kawasan sendiri. Bagi penduduk diluar kawasan, telah

menempatkan kawasan sebagai salah satu daerah perdagangan yang dapat digunakan

sebagai pemenuhan kebutuhan mereka. Sedangkan bagi penduduk kawasan ini, daerah

perdagangan telah menciptakan matapencaharian bagi mereka. Sebagai kawasan yang

berkembang menjadi kawasan pusat perdagangan dan jasa, kawasan perencanaan ini

telah mempunyai berbagai fasilitas ayng berperan meningkatkan dan megaktifkan ka-

wasan. Fasilitas-fasilitas tersebut antara lain fasilitas perdagangan (ruko) dan per-

kantoran dalam bentuk retail bangunan, area parker kenderaan, PKL, dan aktifitas alin

yang sifatnya menunjang kawasan seperti pejalan kaki dan pangkalan taxi.

F. Fasilitas Perdagangan

Fasilitas perdagangan yang berkembang pada daerah perencanaan, meliputi fasilitas

perdagangan berupa perkantoran modern, pedagang tradisonal meliputi pedagang kaki

lima (PKL), dan grosir. Fasilitas perkantoran disini, pada perkembangannya sampai

sekarang tidak seluruhnya mengalami keberhasilan. Fasilitas perkantoran yang berhasil

umumnya perkantoran yang terletak disepanjang Jl. Trans Sulawesi, sedangkan per-

kantoran pada daerah pedalaman dari kawasan ada sebagian yang mengalami perpin-

dahan. Perkembangan fasilitas perkantoran pada kawasan perencanaan Pusat Kota

Amurang, umumnya berupa perkantoran bagi fasilitas yang berhubungan dengan jasa.

Fasilitas-fasilitas tersebut antara lain Bank, Jasa Agen dan Service. Dari data bangunan

pertokoan dan perkantoran di area perencanaan terdapat lebih dari 150 buah bangunan

komersil berupa pertokoan dan kios dengan berbagai macam karakteristik. Dari jumla

itu, data pengamatan dilapangan menemukan sebanyak 76 buah kapling yang masih

digunakan dengan macam aktifitas 2 buah Bank cabang, 7 buah perkantoran dan jasa,

serta 67 buah perdagangan.

a). Pencapaian

Terdapat tiga akses yang dapat mencapai pada site perencanaan. Arah pencapaian ter-

sebut dibagi menjadi arah pencapaian utama dan arah pencapaian sekunder. Terdapat

satu arah pencapaian utama yaitu pencapaian melalui samping Gereja Sentrum dari

arah barat, dan dari arah timur pencapaian dari Pasar Tradisional dan Jalan Lurus De-

pan Gereja Sentrum. Pencapaian ke kawasan perencanaan melalui akses-akses tersebut

dapat menggunakan berbagai jenis angkutan, baik angkutan pribadi maupun angkutan

umum. Adapun angkutan umum yang mencapai pada kawasan Pusat Kota Amurang

dapat berupa taxi, bis kota, angkutan kota, serta ojek.

b). Pola Sirkulasi

1). Sirkulasi dan arah pergerakan disekitar kawasan perencanaan melalui arah pen-

capaian utama dan sekunder diatas, pada prinsipnya merupakan penggabungan/

terakumulasinya berbagai cara pencapaian/sarana pada jalan-jalan tersebut baik yang

menggunakan sarana angkutan ataupun pejalan kaki ; 2). Fasilitas parkir pada kawasan

perencanaan disediakan pada kantong bahu jalan dan basement. Kantong parker ini

dilayani oleh sebuah pintu masuk dan sebuah pintu keluar. Selain itu, kantong parker

28 - 43

Page 10: Jurnal Teknika November 2014

JURNAL.P

OLIMDO.AC.ID

37

tersebut juga ditambah dengan area parker yang ada di sepanjang Jalan samping kanan

Bangunan; 3). Pengadaan ruang terbuka hijau pada kawasan perencanaan dengan ak-

tifitas perdagangan sangat kurang, sehingga kawasan ini terasa sangat panas pada siang

hari. Kawasan ini sangat padat akan bangunan yang berorientasi pada bisnis tanpa

dengan memperhitung ekologi lingkungan. Untuk bangunan yang bersifat perdagangan

serta perkantoran sebenarnya dapat digunakan ruang terbuka hijau tanpa dengan

mengabaikan nilai ekonomis lingkungan/kawasan. Namun pada kenyataan pengusaha

sering mengabaikan akan hal ini, pada hal ruang terbuka hijau dapat memberikan nilai

tambah bagi kawasan seperti kenyamanan lingkungan yang akan menimbulkan daya

tarik kawasan terhadap kemunitas masyarakat konsumen. Konsep Pengembangan Ru-

ang Transisi pada Tata Ruang Kawasan Perencanaan Konsep Fungsional sebagai

Pengembangan Aktifitas Perancangan ruang transisi dilakukan dengan melakukan

redesain bangunan dengan fungsi lama berupa ruko dengan penambahan fasilitas-

fasilitas lain yang nantinya akan merupakan bangunan utama kawasan yang bertujuan

untuk menghidupkan kawasan perencanaan selama 24 jam; 4). Bangunan ruko yang

telah ada terbukti mampu untuk menghidupkan kawasan selama siang hari, walaupun

pada malam hari aktifitas hanya berupa aktifitas penghuni ruko tersebut. Potensi ini

perlu dipertahankan dan ditingkatkan aktifitas masyarakat tersebut sehingga aktifitas

malam lebih hidup; 5). Perencanaan ruang transisi di kawasan Pusat Kota Amurang

dengan fasilitas utama sebagai pusat perdagangan dan jasa dengan sifat komersial ini

diharapkan menjadi kawasan yang mampu menjadi magnet bagi kawasan-kawasan

sekitarnya, terutama pusat kota sehingga dalam perkembangan ruang transisi ini

secara aktif meningkatkan taraf hidup kawasan sektiar. Arah dari tujuan tersebut dapat

dicapai dengan memberikan konsep yang mengoptimalkan penggunaan lahan sebagai

lahan perdagangan dan jasa. Tata guna lahan sebagai perdagangan dan jasa ini dikem-

bangkan dengan penggunaan ruang/space-use bersifat komersial rekreatif; 6).

Perdagangan dengan konsep ruang komersial rekreatif diharapkan mampu mencip-

takan magnet kawasan sendiri sehingga akan melahirkan aktifitas komunitas manusia

pada kawasan tersebut. Dalam perkembangan selanjutnya, ruang transisi ini diharap-

kan memberikan upaya bagi kehidupan pusat kota.

G. Konsep Arsitektur Kawasan.

Konsep arsitektur kawasan, dipandang secara fungsional dan letaknya, bentuk dan

penampilan bangunan pada kawasan diorientasikan mempertahankan kawasan

perencanaan sebagai ruang transisi dari kota modern dan pusat kota. Sehingga

bangunan yang ditampilkan berkarakter bangunan histories Pusat kota berupa

bangunan colonial dan juga mempunyai citra sebagai bangunan modern. Pendekatan

arsitektural yang dilakukan dengan menggunakan arsitektur Aliran Post Modern

Bangunan yang direncanakan akan mempunyai citra fungsionalnya sebagai bangunan

perdagangan dengan konsep komersial-rekreatif. Konsep tata ruang luar merupakan

penciptaan ruang yang terbentuk baik akibat penataan massa-massa bangunan maupun

KAJIAN PEMBANGUNAN PUSAT PERBELANJAAN MODERN SEBAGAI PROGRAM REVITALISASI PUSAT KOTA AMURANG

(Pierre Holy Gosal)

Page 11: Jurnal Teknika November 2014

JURNAL.P

OLIMDO.AC.ID

38 JURNAL TEKNIKA, Edisi 14, No. 2, November 2014:

karena sengaja dicipakan untuk keperluan tertentu.

a). Konsep Tata Hijau

Memberikan nilai tambah pada lingkungan secara estetis, visual, psikologis. Menjaga

dan mempertahankan kelestarian lingkungan, system ekologi secara klimatologis se-

bagai pengatur iklim, penyaring udara kotor, dan sebagai media konservasi tanah. Se-

bagai unsur pengarah pada koridor tertentu.

b). Konsep Pemetaan

Mengarahkan jalur pejalan kaki pada kawasan perencanaan dengan simpul pada tem-

pat parker dan menciptakan ruangruang terbuka sebagai wadah kegiatan/ komunitas

masyarakat. Pengembangan Konsep Ruang Komersial Rekreatif. Mengarahkan jalur

lintas dengan system hubungan antar kota modern dengan Axis Pusat kota dengan axis

kawasan depan Gereja Sentrum. Menempatkan konfigurasi bangunan dengan me-

nyesuaikan dengan struktur masa bangunan perencanaan konservasi Pusat kota.

c). Konsep Sirkulasi dan Parkir

Pemecahan sistem sirkulasi kenderaan di kawasan perencanaan yang tidak meng-

ganggu aktifitas di public open space. Integrasi sarana pejalan kaki harus dikaitkan

atau merupakan bagian yang integral dengan system transportasi umum, pemberhen-

tian angkutan kota, ruang terbuka dan sebagainya. Pedestrian dicviptakan guna

menghidupkan dan menigkatkan potensi kawasan. Melengkapi jalan bagi pejalan kaki

dengan street furniture yang memadai, serta lampu pedestrian, sitting group, tempat

ibadah, dan gardu telepon.

H. Revitalisasi

Kota Amurang mengalami perkembangan yang sangat pesat karena memiliki potensi-

potensi alam yang begitu banyak. Pertanian kelapa telah berkembang sejak jaman

pendudukan Belanda (Abad ke-15) dimana wilayah Wilayah Amurang sangat cocok

dengan tanaman kelapa dalam. Dan hal ini terbukti benar karena hinga kini kelapa

masih menjadi andalan utama di Kabupaten Minahasa Selatan.

Gambar 3. Kawasan Pusat Kota Amurang

28 - 43

Page 12: Jurnal Teknika November 2014

JURNAL.P

OLIMDO.AC.ID

39

Kawasan Pusat Kota yang di Revitalisasi (Gambar 3), oleh Pemerintah adalah Kawa-

san Pusat Kota yang mencakup luas +/- 60 KM2. Salah satu produk revitalisasi Tahun

2011 adalah Redesain Blok seluas 2.400 M2 untuk dijadikan sebagai Pusat Per-

belanjaan Modern dalam bentuk “Mall”. Lokasi bangunan tersebut adalah pada gam-

bar x.

Gambar 4. Bangunan dalam Kawasan Yang Di Revitalisasi

Perencanaan Pra-Desain Revitalisasi Bangunan dalam Kawasan Revitalisasi Pusat Ko-

ta bertujuan mengembalikan kawasan perdagangan ini agar tetap menjadi pusat

perdagangan di Amurang. Bangunan ini terletak di Kelurahan Uwuran 1 dimana sejak

lama merupakan pasar tradisional (Gambar 4). Seiring dengan berkembangnya Kota

Amurang yang menuntut perubahan maka sudah sangat dibutuhkan fasilitas per-

belanjaan modern seperti super-market dan mall. Konsep ini didasarkan pada ken-

yataan bahwa banyak masyarakat Amurang yang berekeinginan untuk berbelanja di

perbelanjaan modern sehingga harus pergi ke Kota Manado karena saat ini, per-

belanjaan seperti itu baru tersedia di Manado.

Tema perancangan yang diusung pada Revitalisasi Bangunan atau Mall ini menerap-

kan tema perancangan “ Indulgence (memanjakan) ”. Tema ini dipilih karena mem-

iliki tujuan, dimana Indulgence (memanjakan) itu sendiri dapat diartikan dari banyak

sisi yaitu sesuatu yang memberikan perhatian ,mewah dan berkelas. Hal ini diambil

untuk menciptakan suasana atau bangunan yang dapat memberikan kesan kepada

pengunjung terhadap area pusat perbelanjaan dan hiburan. Penerapan unsur Indulgence

(memanjakan) ini dapat dilihat dari segi element-element yang ada pada Mall itu

sendiri,seperti treatment pada dinding-dinding mall, pemakaian material, pola pada

permainan ceiling,hingga penyediaan semua fasilitas yang dibutuhkan. One Stop En-

tertainment Mall itu sendiri mengkhususkan untuk kalangan menengah keatas dan di-

harapkan dapat memenuhi dan melayani berbagai kebutuhan masyarakat dari segi per-

belanjaan hingga hiburan dalam melakukan suatu aktifitas didalamnya.

Adapun gaya yang dapat diterapkan dalam perancangan Revitalisasi Mall ini yaitu

Modern Tropis. Modern, bisa berarti muktahir atau terbaru. Dalam dunia arsitektur

modern dapat ditandai dengan sesuatu yang minimal, eksplorasi ruang, material baru

KAJIAN PEMBANGUNAN PUSAT PERBELANJAAN MODERN SEBAGAI PROGRAM REVITALISASI PUSAT KOTA AMURANG

(Pierre Holy Gosal)

Page 13: Jurnal Teknika November 2014

JURNAL.P

OLIMDO.AC.ID

40 JURNAL TEKNIKA, Edisi 14, No. 2, November 2014:

dan teknologi baru. Semua tanda-tanda ini mengarah kepada masa depan (future sys-

tem), sedangkan Tropis yaitu memiliki temperatur yang tinggi, temperatur dan kelem-

baban rata-rata harian relatif konstan, dan range rata-rata,lebih mengarah kepada iklim.

Perkembangan arsitektur modern tropis ini akhirnya juga mempunyai dampak pada

interiornya. Gaya arsitektur modern dan interior modern, tidak harus tampil

kaku,dingin dengan garis-garis lurus dan tegas. Gaya ini juga dapat pula menerapkan

dasar rancangan melalui bentuk geometris,seperti bentuk lengkung,lingkaran dan ben-

tuk lainnya yang asimetris.Bentuk seperti ini akhirnya menjadi bagian dalam desain

modern tropis.

Pemilihan gaya Modern Tropis sebagai konsep perancangan Revitalisasi Mall merupa-

kan salah satu langkah penyesuaian antara tema dan gaya. Selain itu, pemilihan ini

didasari oleh beberapa faktor, diantaranya : untuk menampilkan citra mal yang modern

dengan nuansa tropis didalamnya dan berkemajuan teknologi & untuk memberikan

kesan Indulgence (memanjakan),serta dengan pemanfaatan tanaman yang berkonsep

out door menjadi indoor pada sebuah pusat perbelanjaan. Dengan suasana yang bersih

dan segar. Konsep bentuk yang diterapkan pada bangunan Revitalisasi Mall ini men-

erapkan bentuk empat-persegi sederhana (konsep minimalis) serta ringan. Bentukan-

bentukan tersebut mempunyai fungsi dan kegunaan masing-masing yaitu untuk

menarik minat pengunjung yang datang terhadap area pusat perbelanjaan dan bentukan

tersebut disesuaikan dengan permainan lantai denah mall tersebut. Seperti pada area

lobby, bentukan tersebut sudah dapat dirasakan dari mulai ceiling, lantai, meja

reseption hingga pemakaian motif wallpaper pada dinding-dindingnya. Sehingga

pengunjung yang datang dapat merasakan suasana berbeda pada saat berbelanja.

Penerapan warna pada Revitalisasi Mall ini tetap berdasarkan konsep. Warna juga dis-

esuaikan dengan penggayaan dari mall itu sendiri yaitu Modern Tropis. Warna yang

lebih dominan pada mall ini adalah warna putih dan merah, dikarnakan warna inilah

citra dari Semangat (Spirit) Mall serta Putih Bersih, netral, dan modern serta ada be-

berapa warna-warna pendukung seperti biru muda, abu-abu dan hitam. Penerapan

warna-warna ini berfariasi, disesuaikan dengan material yang dipergunakan juga.

Warna Putih dengan R:255,G:255,B:255 : Penerapan warna ini lebih dominan terhadap

warna ceiling, kolom pada pondasi mall dan terhadap furniture yang dipakai. Warna

Hijau dengan R:0,G:255,B:0 : Penerapan warna lebih mengarah kepada element-

element estetis seperti dinding,dan beberapa aksen pada furniture dan drop ceiling.

Warna Abu-abu dengan R:179,G:179,B:179 : Penerapan warna mengarah kepada

pemakaian material seperti stainless,yang dapat dilihat terhadap treatment pada kolom

hingga raling tangga. Warna Hitam dengan R:0,G:0,B:0 : Penerapan warna mengarah

kepada drop ceiling dan lantai. Warna Biru muda dengan R:0,G:255,B:255 : Penerapan

warna mengarah kepada efek sinar lampu,pada drop ceiling.

28 - 43

Page 14: Jurnal Teknika November 2014

JURNAL.P

OLIMDO.AC.ID

41

Adapun material yang diterapkan pada Revtalisasi Mall ini, penerapannya berdasar-

kan dari gaya perancangan. Dimana gaya perancangan yang diambil yaitu „Modern

Tropis‟. Material yang dipergunakan yaitu material–material seperti kaca bening dan

es, kaca cermin , stainless steel , melaminto , acrylic, kayu dan lain sebagainya. Serta

penggunaan jenis tanaman seperti king palm dan canary date palm,yang merupakan

ciri dari tropis. Penggunaan stainless steel hanya berupa list-list treatment pada dinding

kolom saja. Semua itu untuk nilai estetis saja,agar menciptakan kesan modern tropis

pada interior didalamnya.

Penerapan konsep pencahayaan pada interior Revitalisasi Mall ini dibagi dalam 2 ben-

tuk, yaitu: Penerangan Setempat ( Local Lighting ), Penerangan Khusus ( Speciality

Lighting). Untuk menunjang konsep ruang yang menerus pada mall,bagian atap mall

biasanya diselesaikan dengan skylight, yang berfungsi memasukan cahaya matahari

kedalam bangunan mal pada siang hari. Selain berfungsi sebagai pengarah pada

mall,cahaya ini juga membantu pengunjung untuk memfokuskan orientasi kedalam

bangunan. Untuk pemakaiannya membutuhkan 200 hingga 500 lux dengan operasi

manual secara berkesinambungan.

Sistem penghawaan yang diterapkan pada Revitalisasi Mall ini menerapkan jenis

penghawaan buatan , yaitu penghawaan yang menggunakan berupa Air Conditioning

System dengan penggunaan dua jenis AC , yaitu AC Split System dan AC Central.

Sirkulasi merupakan ruang atau area sebagai alur jalannya pengunjung dan pengguna

lainnya, yang diharapkan mempunyai jarak yang sesuai dengan standar pedoman inte-

rior. Sirkulasi merupakan akses lalu-lalang sesuai kebutuhannya dalam melakukan ak-

tivitas yang bervariasi dalam bangunan. Sirkulasi pada Revitalisasi Mall bisa dilihat

dari setiap unit tenant-tenant yang menghadap ke jalur sirkulasi utama, sehingga setiap

unit tenantnya akan menjadi strategis. Ukuran tiap-tiap unit tenant juga besar diatas 21

s/d 28 m2 dengan lebar umum minimum 3 m tiap unit. Sehingga para penyewa dapat

mendisplay barang dagangan mereka dengan baik,seperti pada gambar dibawah ini.

Jarak sirkulasi zona 1 dan antara eskalator dengan tenant, serta pada zona 2 antara

tangga dengan tenant sirkulasinya mencapai 4,9 m. Sedangkan pada zona 3 dengan

ditandai antara eskalator dengan tenant sirkulasinya mencapai 5,1 m dan pada zona 4,

menandakan antara lift barang serta tangga darurat sirkulasinya mencapai 2,5 m, hal

ini berlaku pada setiap lantai berikutnya. Semua itu dilakukan untuk menghindari

crowd (penumpukan orang). Untuk bentukan sirkulasi pada One Stop Entertainment

Mall menerapkan beberapa bentukan diantaranya ada lima bentukan mall yaitu ben-

tukan linier,”T”,”L”,setengah lingkaran dan gabungan dari ke empat bentukan lainnya.

Bentukan-bentukan tersebut mempunyai fungsi dan kegunaan masing-masing yaitu

untuk menarik minat pengunjung yang datang terhadap area pusat perbelanjaan dan

KAJIAN PEMBANGUNAN PUSAT PERBELANJAAN MODERN SEBAGAI PROGRAM REVITALISASI PUSAT KOTA AMURANG

(Pierre Holy Gosal)

Page 15: Jurnal Teknika November 2014

JURNAL.P

OLIMDO.AC.ID

42 JURNAL TEKNIKA, Edisi 14, No. 2, November 2014:

bentukan tersebut disesuaikan dengan sirkulasi dari denah mall tersebut.

Penataan retail tenant dan anchor tenant yang baik dapat saling mendukung terjadinya

aliran pengunjung yang merata disepanjang mall,dengan penerapan bentukan seperti

diatas yang antara tenant satu dengan tenant lainnya cukup diberikan ruang sirkulasi

yang luas. Sehingga terhindar dari crowd yaitu menurut Le Bon istilah kerumunan

yang berarti sejumlah individu yang berkumpul bersama, namun dari segi psikologis

istilah kerumunan mempunyai makna sekumpulan orang yang mempunyai ciri baru

yang berbeda yaitu berhaluan sama dan kesadaran perseorangan lenyap dan ter-

bentuknya satu makhluk tunggal kerumunan terorganisasi (organized crowd) atau

kerumunan psikologis (psychological crowd).8

Site Plan didasarkan pada konsep sebagai berikut: Simetris - Akses dari segala arah –

Futuristik. (Gambar 5 )

Gambar 5. Konsep Site Plan Revitalissasi Mall Pusat Kota Amurang

Kesimpulan dan Saran

A). Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat ditarik dalam pekerjaan ini adalah bangunan revitalisasi dalam

konsep mall meskipun dengan site kecil tetapi dengan penggunaan basement dan 2 lan-

tai ruang jasa cukup efektif untuk memberikan kesan perbelanjaan modern sehingga

masyarakat Kota Amurang tidak perlu datang ke Manado untuk mencari mall per-

belanjaan. Mall ini tidak hanya untuk melayani kawasan revitalisasi seluas 64 KM2

tetapi juga dapat melayani masyarakat dari sekitarnya yaitu Kecamatan Amurang Ti-

mur s/d Kecamatan Tumpaan, Kecamatan Amurang Barat s/d Kecamatan Sinonsayang

serta sekitarnya termasuk wilayah dataran tinggi yakni daeram Modoinding. Bentuk

arsitektur yang diusulkan adalah modern minimalis dengan konsep memberikan

„kemanjaan‟ kepada pengguna dalam hal ini tenant dan masyarakat. Bangunan ini

dilengkapi dengan infrastruktur modern seperti escalator, sistem penghawaan buatan

yaitu AC Central. Menggunakan sistem penangkal petir dan keamanan kebakaran

yang sesuai dengan Undang-Undang Bangunan Gedung.

28 - 43

Page 16: Jurnal Teknika November 2014

JURNAL.P

OLIMDO.AC.ID

43

B). Saran

Dalam pelaksanaan perancangan, perlu dipertimbangkan dengan teliti semua sistem

bangunan baik dalam maupun luar. Karena itu lebih baik dalam pengembangan nanti,

mall ini dipercayakan kepada investor yang bonafide dan tidak mengandalkan dana

bank. BAPPEDA sebagai owner perlu secara teliti melihat proses pembangunan kare-

na berpeluan untuk mengganggu pelaksanaan kegiatan perdagangan dan jasa. Untuk

itu studi AMDAL perlu dibuat.

Referensi:

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2003 tentang Pembentukan Ka-

bupaten Minahasa Selatan dan Kota Tomohon

Danisworo, Mohammad & Widjaja Martokusumo (2000), “Revitalisasi Kawasan Kota

Sebuah Catatan dalam Pengembangan dan Pemanfaatan Kawasan Kota”.

Laretna (2003), Pusaka, Kenaekaragaman, Keunikan dan Kerangka Dasar Pelestarian,

Jakarta

Rencana Tatat Ruang Wilayah (RTRW) Minahasa Selatan (2010), Bappeda Kabupaten

Minahasa Selatan. Amurang

Budiharjo Eko Prof. Ir.. Msc (1998): Kota yang Berkelanjutan, UI Press Jakarta,

Hamidah mengutip Miarsono Harry,Ir., Phd, (2013), Pelestarian Arsitektur Kota,

(Buku Ajar) http://hamidah76.blogspot.com/2013_06_01_archive.html

(diakses pada 16 Oktober 2014)

Kawilarang Hary (2007), Bermulanya Minahasa dikenal di Peta Dunia, http://

www.theminahasa.net/history/stories/minahasapetaid.html

(diakses 16 Oktober 2014)

Gustaf Le Bond (1895), The Crowd-A study of the Popular Mind (Psychologie des

Foules; Psychology of Crowds), Guttenberg

KAJIAN PEMBANGUNAN PUSAT PERBELANJAAN MODERN SEBAGAI PROGRAM REVITALISASI PUSAT KOTA AMURANG

(Pierre Holy Gosal adalah Dosen di Fakultas Teknik - Universitas Sam Ratulangi)

Page 17: Jurnal Teknika November 2014

JURNAL.P

OLIMDO.AC.ID

120 JURNAL TEKNIKA, Edisi 14, No. 2, November 2014:

Kesimpulan

Perlakuan alkali (NaOH) dapat meningkatkan sifat mampu basah (wettability) serat

daun sansevieria dengan matrik polyester yang diindikasikan dengan penurunan nilai

sudut kontaknya. Perlakuan alkali menyebabkan permukaan menjadi bersih dari ko-

toran dan impuritas lain namun permukaannya menjadi kasar. Oleh karena itu, perla-

kuan awal dengan alkali pada serat sabut kelapa diperlukan untuk meningkatkan ikatan

antara serat dan matrik.

Daftar Pustaka

Alves F, Castro P, Martins G,Andrade S, Toledo F. 2103.The effect of fiber morpholo-

gy on the tensile strength of natural fibers.J Mater Res Technol.2(2):149–157.

Bisanda ETN. 2000. The effect of alkali treatment on the adhesion characteristics of

sisal fibres. Applied Composite Materials 7:331–339.

Bledzki, AK, Gassan J, 1999. Composites reinforced with cellulose based fibres. http://

www.sciencedirect.com/science? [ 27 Juni 2014].

Chen L, Chiparus I, Sun DV, Negulescu TA, Calamari. 2005. Natural fibers for auto-

motive nonwoven composites, J Industrial Textiles 35(47): 80-86.

De Valde KV, Kiekens P. 1999. Wettability of natural fibre used as reinforcement for

composite, 2nd International Wood and Natural Fibre Composites Symposium. Hlm

7-1:7-12

Guillermo C, Aitor A, Rodrigo LP, Inaki M. 2003. Effects of fibre treatment on wetta-

bility and mechanical behavior of flax/polypropylene composites. Composites Sci-

ence and Technology. 63:1247–1254.

Joshia SV, Drzalb LT, Mohantyb AK, Arorac S. 2004. Are naturalfiber composites

environmentally superior to glass fiberreinforced composites? Compos A – Appl Sci

Manuf. 35:371–376.

Liu XY, Dai GC. 2007, Surface modification and micromechanical properties of jute

fiber mat reinforced polypropylene composites.Express Polymer Letters. 1(5):299-

307.

Munawar SS, Umemura K, Kawai S, 2007. Characterized the morphological, physical,

and mechanical properties of the non-wood plant fibre bundles, http://

www.springerlink.com/content/, [8April 20014].

Mwaikambo LY, Ansell MP. 1999. The effect of chemical treatment on the properties

of hemp, sisal, jute and kapok fibres for composite reinforcement, 2nd International

Wood and Natural Fibre Composites Symposium. Hlm 12.1–12.16.

113-120